Selasa, 16 Februari 2021

penyakit 2



INFORMASI PENYAKIT2

daftar isi

1.HORDEOLUM INTERNUM
2.HORDEOLUM EKSTERNUM
3.INFEKSI POST-PARTUM
4.INFLUENZA
5.KEPUTIHAN   FLUOR ALBUS
6.KERACUNAN BOTULISMUS
7. KERACUNAN BONGKREK
8. KERACUNAN INSEKTISIDA
9.KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT
10.KERACUNAN ORGANOKLORIN
11.KERACUNAN JENGKOL
12.KERACUNAN SINGKONG
13.KERATITIS (ULKUS KORNEA)
14.KOLERA
15.KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
16.KONJUNGTIVITIS VIRAL
17.KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL
18.KONJUNGTIVITIS PURULENTA NEONATORUM
19.LEPTOSPIROSIS
20.MALARIA
21.MORBILI (CAMPAK)
22.PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
23.PERDARAHAN POST PARTUM
24.PERTUSIS
25.PIELONEFRITIS
26.PNEUMONIA
27.PTERIGIUM
28.RABIES
29. SALPINGITIS
30.SINDROMA NEFROTIK
31.SIROSIS HATI
32.SISTITIS AKUT
33.STRUMA
34.SYOK ANAFILAKSIS
35.TETANUS
36.TETANUS NEONATORUM
37.TIFUS ABDOMINALIS
38.TIROTOKSIKOSIS
39.TUBERKULOSIS
40.SERVICITIS KARENA CHLAMYDIA
41.URTIKARIA
42.VARISELA







1.HORDEOLUM INTERNUM

hordeolum internum yaitu petadangan  kelopak mata yang disebabkan
oleh infeksi stafilokokus pada kelenjar meibomian, dengan penonjolan
mengarah ke konjungtiva,
gejala nya  :
benjolan  membesar ke posterior (konjungtiva tarsal) atau anterior
(kulit),
benjolan nyeri  pada kelopak mata ,
jika  parah    diberikan salep antibiotik kloramfenikol 0,5%
s/d 1 %,  jika  perlu  tindakan insisi atau
kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada sesudah infeksi akut maka bawa pasien ke dokter mata,


2.HORDEOLUM EKSTERNUM

hordeolum eksternum disebabkan oleh infeksi stafilokokus  parah  yang tampak   pada folikel bulu mata dan kelenjar zeis atau  moll,
gejala nya :
terjadi lesi multiple,
benjolan nyeri  pada kelopak  mata di daerah margo palpebra,
 penonjolan mengarah ke kulit palpebra,
diberikan  salep antibiotika kloramfenikol 0,5 – 1% ,jika  perlu  tindakan insisi atau kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada sesudah infeksi akut maka bawa pasien ke dokter mata,





3.INFEKSI POST-PARTUM

Infeksi pada dan melalui traktus genitalis sesudah  persalinan,
gejalanya :
demam  yang terjadi antara hari ke 2 – 10, post partum dan diukur per oral 4 kali sehari,  perineum atau dinding vagina yang terinfeksi
tampak bengkak dan bernanah, menimbulkan nyeri pada kerampang.
Infeksi di bagian lebih dalam  berupa metritis, salpingitis, parametritis,
peritonitis, dan tromboflebitis, dimulai dari endometrium,terjadi sepsis,
 infeksi post-partum  disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun positif.  infeksi terjadi selama proses persalinan,
 faktor predisposisi atau pemicu yaitu  kelelahan, proses persalinan bermasalah  seperti  kurang baiknya proses pencegahan infeksi, aktifitas periksa dalam yang terlalu lama dan  berlebihan,partus lama/macet, korioamnionitis,
persalinan traumatik, kurang gizi atau malnutrisi, anemia, tidak higiene ,
jika  ada  luka perineum, diberikan  povidon iodin 10%, atau kompres
rivanol bila ada  pus.
berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi:
berikan  ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
- ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan i.v dosis tunggal / hari dan
metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam,
 lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
 berikan uterotonika ergometrin im untuk memperkuat involusi uterus   pemberian antitetanus profilaksis.
• berikan transfusi packed red cell bila Hb < 8 g/dl.
jika ada   sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar),
• bila ada pus intraperitoneal lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu
dalam posisi fowler,
jika   pengobatan konservatif gagal  dan ada tanda
peritonitis generalisata pasien dibawa  ke rumahsakit  untuk dilakukan laparotomi  dan keluarkan pus. jika  pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan  histerektomi subtotal,



4.INFLUENZA

Influenza yaitu  infeksi saluran napas akut (ISPA) kelainan yang disertai
faringitis dengan tanda demam dan lesu , terjadi dalam
bentuk epidemi. dinamakan  common cold atau selesma jika  gejalanya  di hidung , normalnya   penyakit ini sembuh  sendiri dalam 3 – 5 hari,
Penyebab  Influenza   yaitu
virus  Rhinovirus, Coronavirus, virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus.
 gejala  yaitu demam, sakit kepala,hidung  tersumbat, bersin, dan ingus encer,
nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan hilang,  nyeri tenggorokan,  batuk kering,
sekret serus, seromukus atau mukopurulen jika ada infeksi
sekunder,
tenggorokan tampak hiperemia.
dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hipermia.
untuk mengetahui komplikasi  dilakukan pemeriksaan: EKG jika  mengeluh nyeri dada, auskultasi, paru, status telinga pada anak,
antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder
diberikan parasetamol untuk dewasa  500 mg 3 x sehari atau asetosal 300 – 500 mg 3 x sehari   untuk menghilangkan nyeri dan demam,
-diberikan parasetamol untuk anak, dosis parasetamol adalah : 10 mg/kg beratbadan /kali, 3 – 4 kali sehari,





5.KEPUTIHAN   FLUOR ALBUS



keputihan   fluor albus (duh tubuh vagina) yaitu   keluarnya cairan cairan   berlebihan dari dalam vagina yang  disertai  gatal gatal hebat,
keputihan   fluor albus   disebabkan oleh radang serviks (servisitis) yang bersifat muko-purulen,infeksi vagina (kolpitis) yang  bersifat encer
servisitis  disebabkan oleh infeksi neiserria gonorrhoeae dan
chlamydia trachomatis,
kolpitis  disebabkan oleh trikomoniasis, kandidiasis dan bakterial vaginosis,
pemeriksaan pemeriksaan pada   infeksi serviks  sulit dilakukan, karena wanita sudah  memiliki   gonore atau klamidiasis yang menyebabkan infeksi serviks
umumnya asimtomatik
 wanita  yang  sedang mengidap IMS
cenderung rentan  infeksi serviks  dibandingkan
 mereka yang tidak mengidap IMS ,
pemeriksaan  mikroskopik  sedikit membantu diagnosa   untuk
infeksi serviks, karena hasil pemeriksaan yang negatif sering menunjukkan
hasil negatif palsu. maka perlu dilakukan kultur/ perkembangbiakan kuman
 gejala duh tubuh (discharge) yang tidaknormal  sebagai  petunjuk adanya  infeksi  vagina namun merupakan pertanda lemah untuk infeksi serviks. jadi semua  wanita yang menampakan  gejala duh tubuh vagina (vaginal discharge)
agar diobati juga untuk trikomoniasis dan bakterial vaginosis ,
 perlu  untuk diobati sebagai servisitis yang disebabkan gonore dan
klamidiasis,
pengobatan sindrom duh tubuh vagina karena servisitis ,


*) tidak  diberikan kepada anak dibawah 12
tahun ,remaja,ibu hamil, ibu menyusui,
**)tidak boleh diberikan pada anak dibawah 12 tahun ,ibu hamil, ibu menyusui  ,

Pengobatan sindrom duh tubuh vagina karena vaginitis





KERACUNAN MAKANAN DAN INSEKTISIDA

6.KERACUNAN BOTULISMUS

Botulismus yaitu  keracunan akibat makanan  akibat terdapat  C.botulinum dalam makanan
gejalanya  yaitu  rasa lelah dan lemas, gejala neurologi seperti disartria , disfagia  memicu   pneumonia aspirasi, daya rasa (sensoris) tetap baik,  suhu tidak meningkat , otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah,  gangguan penglihatan, jarang terjadi diare, kelainan neuromuskuler, hingga  kematian ,
Inkubasi penyakit 18 – 36 jam, namun bisa  sampai 3 hari,
diagnosa  poliomielitis, miastemia  ,gravis, dan ensefalitis virus,
dapat  riwayat konsumsi makanan ,
berikan pernapasan buatan,
bila   tidak muntah, usahakan untuk muntah,
lakukan bilas lambung,
jika   ada tanda-tanda syok pasang infus glukosa 5% ,




7. KERACUNAN BONGKREK

racun tempe  bongkrek diproduksi  oleh bacillus cocovenevans,
dengan  media yang mengandung ampas
kelapa,  bacillus cocovenevans  yaitu kuman yang berkembangbiak
dari bongkrek yang dibuat   kurang  bagus  ,  kuman ini dapat dihambat
oleh  asam   diolah dengan daun calincing,
 tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang
dihasilkan oleh pseudomonas cocovenans dinamakan  bakteri asam
bongkrek,
 gejala muncul   4 – 6 jam sesudah  makan tempe bongkrek yaitu gejalanya  mual dan muntah, sakit perut, sakit kepala ,lemah, gelisah dan berkeringat dingin  disertai gejala syok, pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan protein (+),
 bila pasien  masih sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan,bila tidak berhasil  lakukan bilas lambung di rumah sakit,  berikan norit 20 tablet  sekaligus, dan ulangi 1 jam kemudian,  atasi syok dengan infuse glukosa 5 % dan pernapasan buatan, tidak ada antidotum spesifik,





8. KERACUNAN INSEKTISIDA

semua insektisida  cair bisa  diserap melalui kulit dan usus ,
insektisida  yang  menimbulkan keracunan yaitu
golongan organofosfat dan organoklorin. golongan karbamat dampaknya
mirip efek organofosfat, namun  jarang memicu   keracunan,
 pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng
fosfit) dan herbisida (parakuat)  namun keracunan
golongan ini jarang terjadi,



9.KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT



golongan organofosfat bekerja selektif,  tidak
mengakibatkan  resistensi pada serangga,tidak persisten dalam tanah,
keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan, memicu  perangsangan terus menerus saraf nikotinik dan  saraf muskarinik ,
golongan organofosfat  menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak  terhidrolisa,
gejala nya :
pada  sistem saraf pusat  terjadi  sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam, konvulsi , koma.
pada  otot-otot; lemah, fascikulasi , kram,
  pupil mengecil dan penglihatan kabur,
keluar  cairan cairan  tubuh  ,  keluar  keringat , lakrimasi, salviasi
,sekresi bronchial,
terjadi  komplikasi  konvulsi,edema paru, pernapasan berhenti,
blockade atrioventrikuler
mual, muntah, diare , sakit perut,
dada sesak, batuk, bersin, dispnea ,
pada  kardiovaskular terjadi bradikardia dan hipotensi.
buat saluran udara,
berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen,
 sebelum gejala muncul  atau sesudah  diberi atropine sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi  dibersihkan dengan air dan sabun,
 akukan bilas lambung dengan naso gastric tube,
berikan  sirup ipeca supaya muntah,
berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali ,
sekresi paru disedot dengan kateter.
hindari  obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin ,
berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi
setelah 30 menit bila  pernapasan belum normal. dalam 24 jam dapat diulangi
2 kali. dapat digunakan obidoksim (toksogonin),
bila  keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun,
perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal,






10.KERACUNAN ORGANOKLORIN



Pestisida golongan organoklorin sebagai  racun perut dan racun
untuk  kepompong dan telurnya,larva, serangga dewasa ,anak serangga,serangga muda, nyamuk,
penggunaan pestisida ini makin berkurang sebab  pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten dalam tanaman , tanah dan tubuh hewan ,
gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, yaitu  muntah, tremor
dan konvulsi,
dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak
dengan  tremor otot mulai dari kepal dan leher,  konvulsi klonik kaki
dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin. nadi normal, pernapasan
perlahan,
 pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan memicu
muntah-muntah berat ,  kelemahan , mati rasa pada
anggota badan  secara bertahap,  takut, tegang dan diare ,
hindari kontak atau menghisap pestisida.
saat  bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum
atau merokok,
 tergantung pada tingkat toksisitasnya, bila  bekerja yang berhubungan dengan
pestisida, sebaiknya tidak lebih dari 4 – 5 jam,
jangan diberi lemak atau minyak,
bila  kulit  terkena, bersihkan dengan air dan sabun ,
bila  keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah,
berikan karbon aktif, lalu  bilas lambung dengan air 2 – 4 liter. kemudian
berikan obat pencuci perut. pembersihan usus  dengan
200 ml larutan manitol 20 %
 jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, sebab memicu
fibrilasi ventrikuler,
berikan diazepam 10 mg secara i.v perlahan-lahan untuk mengatasi konvulsi,
bila gagal    berikan obat yang memblokade neuromuscular.
berikan natrium fenobarbital 100 mg   setiap jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai konvulsi terkendali untuk mengatasi   hiperaktivitas dan tremor,





11.KERACUNAN JENGKOL

keracunan jengkol  terjadi  akibat adanya  pengendapan kristal asam jengkol di saluran kemih.
gejalanya yaitu :
tampak eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum,
terdapat anuria dan mungkin pasien  pingsan karena
menahan sakit,
bau  jengkol tercium dari mulut dan urin pasien,
muncul  kolik ginjal seperti pada batu ginjal,
pasien   nyeri sewaktu buang air kecil,
urin  merah karena darah (hematuria),
diagnosa   hematuria, nyeri ketika  buang air kecil
keracunan ringan diatasi  dengan minum banyak air  dengan  pemberian na.
bikarbonat 2 g 4 x sehari peroral sampai gejala hilang,




12.KERACUNAN SINGKONG

keracunan singkong  terjadi  akibat adanya  sianida  ( HCN ) dalam singkong  yang mungkin  menimbulkan keracunan,
gejalanya yaitu
 keracunan muncul   setengah jam setelah makan singkong
beracun,  gejala dimulai  dengan pusing dan muntah,
kulit berwarna kebiruan (sianosis),  sesak napas dan pingsan.bibir, kuku,
Sianosis dibedakan dengan methaemoglobinemia yang muncul  karena
keracunan  DDT, nitrat , nitrit, sulfa yang diatasi dengan  cara lain
(metilen-biru)
Berikan oksigen dan pernapasan buatan jika   depresi napas,
diberikan  Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi  setiap 7-10 menit sampai sembuh,  Dosis total diberikan sampai tiba tiba mendadak  pasien   bangkit ,






13.KERATITIS (ULKUS KORNEA)


Keratitis (Ulkus Kornea) yaitu  infeksi pada kornea akibat  adanya  bakteri, jamur, virus pada mata,  penggunaan lensa kontak, pemakaian
kortikosteroid topikal  dan pemakaian obat tetes mata
tradisional,
Gejala nya:
mata merah, nyeri dan mengganjal pada mata, lesi putih di kornea,
Berikan tetes mata kloramfenikol (0,5 – 1 %) 6 kali sehari,  selama 3 hari
Jangan diberikan antibiotika atau obat-obatan lainnya yang mengandung
kortikosteroid,
jika  Tampak lesi putih di kornea,Rasa nyeri dan mata merah  setelah 3 hari pengobatan,  maka  Tetap berikan kloramfenikol tetes mata tanpa dilakukan pemasangan  verban kemudian  bawa ke dokter spesialis mata.




14.KOLERA

kolera yaitu   infeksi usus kecil akibat adanya   bakteri vibrio cholerae.
kolera menular  akibat manusia sehat   makan makanan laut atau  minum dan makan    yang tercemar oleh kotoran pasien pasien  yang terinfeksi bakteri vibrio cholerae.,
bakteri  bakteri kolera memproduksi   racun yang menyebabkan usus halus menghasilkan   banyak  cairan yang  mengandung garam dan mineral. karena
bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka pasien  kekurangan asam lambung,
gejala dimulai dalam 1 – 3 hari sesudah  terinfeksi bakteri,  mulai
dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang  berakibat
fatal. namun  kadang tidak  ada  gejala,
 diare akut encer seperti air cucian beras
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit disertai mual muntah-muntah.
diare memicu  kehilangan cairan sampai 1 liter
dalam 1 jam. ini  menyebabkan
dehidrasi rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan
produksi air kemih, mata menjadi cekung  kulit jari-jari tangan menjadi keriput,
 gagal ginjal, syok dan pada akhirnya  koma,
 gejala kadang  mendadak tiba tiba   menghilang dalam 3 – 6 hari.  pasien kadang  bisa lolos   terbebas dari organisme bakteri kolera   ini dalam waktu 2 minggu,
diagnosa   berdasarkan gejala  untuk memperkuat diagnosa  dilakukan pemeriksaan pada  apusan rektum, (rektal swab) atau contoh tinja segar.
segera mengganti kehilangan cairan , garam dan
mineral dari tubuh, dengan  pemberian oralit ad lib,
cairan rehidrasi dapat  diberikan  melalui infus (cairan Ringer Lactat atau bila tidak tersedia bisa menggunakan
cairan NaCl 0,9%) cairan diberikan melalui
selang yang dimasukkan lewat hidung menuju ke lambung.
diberikan  Trimethoprim (TMP) Sulfamethoxazole (SMX)
dosis Anak-anak : TMP 5 mg/kg berat badan  dan SMX 25 mg/kg beratbadan  (2 x sehari   selama 3 hari)
dosis  Dewasa : TMP 160 mg dan SMX 800 mg (2 x sehari selama 3 hari)
diberikan  antibiotik  Tetracycline
dosis  Anak–anak : 12,5 mg/kg beratbadan  ( 4 x sehari selama 3 hari )
dosis  Dewasa : 500 mg ( 4 x sehari selama 3 hari )
 pengobatan awal dengan tetrasiklin atau antibiotik lainnya untuk  membunuh
bakteri dan menghentikan diare ,  pasien  kolera berat yang tidak diobati meninggal dunia,




15.KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

konjungtivitis bakterial banyak miliki  anak-anak, namun  dapat sembuh
sendiri,
konjungtivitis bakterial disebabkan  bakteri staph. epidermidis, staph. aureus,
strep. pneumoniae dan h. influenza.
penularan  penyebaran  melalui  sekret air mata penderita ,
gejalanya yaitu:
kelopak mata bengkak  berkrusta,  awal sekret berbentuk
serosa (watery) mirip  konjungtivitis virus, namun  beberapa hari
sekret  tiba tiba mendadak berubah menjadi mukopurulen,
injeksi konjungtiva dapat terlihat dengan sangat  jelas,
mata  merah,
 rasa mengganjal dan panas pada mata,
sekret  banyak,  saat bangun tidur kelopak mata lengket dan  sangat sulit
dibuka,
diberikan  antibiotika bentuk tetes mata dan salep mata,
salep antibiotika kloranfenikol atau tetrasiklin  diberikan sebelum tidur agar tidak  mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pemberian salep mata dapat
mengganggu penglihatan,kloramfenikol tetes mata  diberikan 4 – 6 kali sehari




16.KONJUNGTIVITIS VIRAL

Konjungitivitis Viral  yaitu penyakit Infeksi  yang disebabkan oleh Adenovirus,
penyebarannya  melalui respirasi atau sekresi air mata,  secara
langsung maupun melalui celana dalam kaus baju  handuk, sapu tangan yang sudah pernah dipakai penderita ,
gejalanya :
jika  terjadi keratitis, maka  terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk
pungtata di epitel atau sub-epitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di
stroma kornea,
pada konjungtiva  terlihat folikel dan sekret serosa,
 terjadi subkonjungtiva, kemosis dan pseudomembran,
muncul  akut,
mata merah dan berair,
edema kelopak mata,
namun biasanya penyakit ini dapat sembuh sendiri,
diberikan  steroid topikal  ini obat  boleh dicampur sedikit   antibiotika  namun  hanya  diberikan jika  mata mengalami  peradangan atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal,


17.KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL

keratokonjungtivtis vernal  yaitu penyakit  alergi mata  yang  bersifat rekuren, bilateral  terjadi di lingkungan  kering onset terjadi pada usia
5 tahun ke atas dan berkurang sesudah  masa pubertas,  didapatkan memiliki alergi atau   atopi pada pasien atau keluarganya ,
 gejala nya   rasa gatal  dengan lakrimasi, fotopobia, mengganjal ,
pada pemeriksaan  terlihat papil di konjungtiva tarsal superior,
terlihat giant papillae atau cobblestone,
pada   limbus, tampak  nodul berwarna putih,
(trantas dot) dan bila kornea terkena dapat terjadi shield ulceration,
jangan  memberikan kortikosteroid topikal untuk jangka waktu lama ,
kortikosteroid topikal hanya untuk  peradangan dalam keadaan eksaserbasi
akut dan dalam jangka waktu pendek (3 – 5 hari). jika  masih  terjadi
eksaserbasi akut, bawa ke dokter spesialis mata,
ke dokter spesialis mata  jika kornea telah terkena ,
diberikan kortikosteroid  topikal jika eksaserbasi akut ,
diberikan  fluorometolone  untuk  meningkatkan
tekanan intraokular yang lebih lemah dibandingka   deksametason.,
diberikan   kortikosteroid topikal bila  akut saja ,
diberikan  mast cell stabilizers seperti natrium kromoglikat atau lodoxamid  untuk mencegah eksaserbasi akut,



18.KONJUNGTIVITIS PURULENTA NEONATORUM

Radang konjungtiva  terjadi pada pasien  bayi  bayi yang baru lahir,
gejala muncul beberapa jam sampai 3 hari setelah  lahir.
radang konjungtiva   disebabkan karena  bayi baru lahir tertular infeksi gonore dari  ibunya ketika   pasien  bayi  bayi  sedang  melewati jalan lahir,
gejala nya yaitu:
dari   hasil pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva dengan pewarnaan gram menampakan  banyak  sel polimorfonuklear. kuman n.gonorrhoeae
 tampak jelas  terlihat   sebagai kokus gram negatif yang berpasangan seperti biji  biji kopi  tersebar di luar dan di dalam sel,
kelopak mata pasien  bayi  bayi yang baru lahir  bengkak bengkak dan konjungtiva hyperemia hebat,
 sekret mata purulen  pasien  bayi  bayi yang baru lahir    kadang  kadang bercampur darah,
kedua orang tua yang berperan  sebagai sumber penularan  juga harus ikut  diperiksa oleh petugas jika hasil   pemeriksaan sekret sudah  negatif 3 hari berturut-turut, maka pasien pasien    dipulangkan namun  diberikan  salep mata  yang diteruskan 3 kali sehari. seminggu  kemudian jika ternyata   pemeriksaan sekret masih negatif pengobatan harus  dihentikan
 pengobatan harus segera diberikan dengan intensif karena gonore ini
memicu munculnya   perforasi kornea dan kebutaan,
  pasien  bayi  bayi yang baru lahir  harus diisolasi untuk mencegah penularan,
 mata pasien  bayi  bayi yang baru lahir   dibersihkan dahulu kemudian diberi salep mata penisilin setiap 15 menit,
diberikan penisilin prokain i.m. dosis tunggal 50.000
iu/kg berat badan /hari selama 5 hari,




19.LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis yaitu  penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
leptospira ,
bakteri  leptospira   berbentuk spiral dan bergerak aktif  mampu  menyerang
hewan dan manusia,
bakteri  leptospira   menetap  di air tawar selama  1 bulan saja,
bakteri  leptospira  jika ada   dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat  mati,
pasien akan terinfeksi  bakteri
leptospira  jika meminum   air, tanah atau tanaman yang telah tercemar bakteri ini, Bakteri ini mendadak tiba tiba  masuk ke dalam tubuh manusia melalui
selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang
terkontaminasi  leptospira,
masa inkubasi  7 – 13 hari ,
gejala  stadium pertama,antaralain:
sklera ikterik dan conjunctival suffusion atau mata merah ,
 pembesaran  kelenjar getah bening, limpa dan  hati,
kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis, demam ringan atau tinggi  bersifat remiten, nyeri kepala,nyeri retro-orbital , fotopobia,
nyeri otot  di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung
 paha,menggigil, mialgia, mual, muntah ,
gejala   stadium kedua  :
konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen  kemerahan pada
mata  , rasa nyeri pada otot  ,terbentuk anti bodi di dalam tubuh ,terjadi
meningitis.,  stadium ini terjadi  antara minggu kedua dan keempat,
pada pemeriksaan urin tampak   proteinuria, leukosituria dan  torak,
pada pemeriksaan fisik tampak  bradikardi, nyeri tekan otot, rash hepatomegali,
kenaikan  transaminase,  kenaikan bun, kenaikan ureum  kenaikan kreatinin
darah akibat  ginjal terkena,  pada pemeriksaan  darah rutin ditemukan  leukositosis, jumlah leukosit normal atau sedikit menurun dengan gambaran neutrofilia dan laju endap darah naik,   bilirubin dalam darah meningkat jika  organ hati telah terkena ,
pemberian  amoksisilin 500 mg 3 x sehari peroral, selama 7 – 10 hari.
pasien yang  alergi penisilin akan  diberikan tetrasiklin atau eritromisin  yang kurang efektif. tetrasiklin tidak  diberikan bila  pasien
mengalami gagal ginjal. eritromisin diberikan dengan dosis 250 mg
setiap jam selama 5 hari,tetrasiklin diberikan secepatnya dengan dosis 250
mg setiap 8 jam im atau iv. selama 24 jam, kemudian 250 – 500 mg setiap 6 jam secara oral selama 6 hari.
Pemberian Penisilin  pada  hari ke 1 – 3  saat dimulainya infeksi memberikan hasil yang sangat baik, pemberian  Penisilin  pada hari ke 4 – 6 hasilnya kurang baik , lewat hari ke-7 tidak
efektif . maka  diberikan penisilin G dengan dosis tinggi sebanyak
600.000 unit setiap 4 jam,  dosis dapat ditingkatkan,
bahkan sampai 8 – 12 juta unit/hari,
WHO menyarankan   pemberian penisilin G dengan dosis 6 – 12 juta unit/hari
pada hari-hari pertama infeksi,




20.MALARIA

malaria yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
penyakit ini ditularkan  melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
malaria falciparum yang sering menyebabkan terjadinya malaria dengan
komplikasi (malaria berat).
masa inkubasi  1-2 minggu,
gejalanya yaitu :  demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual, muntah, diare , nyeri otot  pegal,
gejala pada malaria  kompilasi ( berat)  yaitu tidak sadar,
lemah, kejang-kejang, panas  tinggi, perdarahan,
ada 4 jenis plasmodium pada manusia yaitu :
plasmodium ovale,
 plasmodium malariae,
plasmodium falciparum,
plasmodium vivax,
 diagnosa  dengan pemeriksaan
Pemeriksaan dengan mikroskop dengan menemukan parasit dalam pulasan darah yang diwarnai Giemsa dan diperiksa dengan mikroskop dengan pembesar 700-1000 x,
Rapid Diagnositik Test dengan mendeteksi antigen
parasit malaria yanh dipakai   pada unit gawat darurat  di daerah terpencil yang tidak ada  fasilitas laboratorium,
Pengobatan malaria ringan  tanpa komplikasi yaitu
 diberikan  Malaria FarciparrumLini I : Artesunate+Amodiaguin dosis tunggal selama 3 hari + primakuin pada hari I,
Amodiaquin : 10 mg/kgberatbadan /hari,
Primakuin : 0,75 mg/kgberatbadan /hari,
Artesunate : 4 mg/kg beratbadan /hari,
namun  Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan bayi < 1 tahun
dan penderita G6PD,
diberikan Tetrasiklin : 4-5 mg/kg beratbadan /kali (4 x sehari) selama 7 hari,
diberikan  Primakuin : 0,75 mg/kg beratbadan /hari,
diberikan Lini II : Kina Terasiklin/Doksisiklinselama 7 hari + Primakuin pada
hari I,
diberikan Kina : 10 mg/kg beratbadan /kali (3 x sehari) selama 7 hari,
diberikanDoksisiklin dewasa : 4 mg/kgberatbadan /kali (2 x sehari) selama 7 hari,
diberikan Doksisiklin (8-14 tahun) : 2 mg/kgberatbadan /kali (2 x sehari) selama 7 hari,
Primakuin tidak boleh diberikan pada penderita G6PD,ibu hamil dan bayi < 1 tahun, Doksisiklin/Terasiklin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, anak dengan
umur dibawah 8 tahun
Pengobatan  untuk mengatasi  Malaria mix (malaria facciparum+malaria vivax)
 diberikan  Artesunate + amodiaquin (selama 3 hari) + Primakuin selama 14 hari
Artesunate : 4 mg/kgberatbadan /hari,
Amodiaquin : 10 mg/kgberatbadan  /hari,
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgberatbadan  /hari selama 14 hari,
Pengobatan  untuk mengatasi  Malaria vivax,yaitu
Untuk area  yang masih sensitif klorokuin maka  diberikan
Klorokuin : Hari ke  1: 10 mg,  hari ke 2: 10 mg.  hari ke 3: 5 mg,
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgberatbadan /hari   selama 14 hari,
 diberikan  Klorokuin dosis tunggal perhari selama 3 hari + primakuin
selama 14 hari,
Untuk daerah yang resisten klorokuin terhadap malaria vivak maka
diberikan Artesunate+ Amodiakuin selama 3 hari (dosis sama dengan
falciparum)+Primakuin selama 14 hari dosis 0,25-0,5 mg/kgberatbadan /hari,   v
diberikan  Kina : 10 mg/kgberatbadan  /kali (3 x sehari) selama 7 hari,
diberikan Primakuin : 0,25 mg/kgberatbadan /hari  selama 14 hari,
diberikan Kina (3xsehari) selama 7 hari+Primakuin 14 hari,




21.MORBILI (CAMPAK)

Morbili yaitu penyakit infeksi virus akut
penyakit ini ada 3 stadium
yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalens.
 penyakit campak disebabkan  virus campak atau morbili,
penyakit campak dibagi menjadi 3 fase,antaralain:
1. Fase pertama  masa inkubasi  berlangsung  10 – 12 hari,
di fase ini anak sudah  terkena infeksi tapi namun   belum  terlihat
gejala apapun,
2. Pada fase kedua  fase prodormal  muncul  gejala diare. 1 – 2 hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik
Mata  kemerah-merahan  berair ,flu seperti batuk, pilek  demam ,
jika  melihat mata akan silau (fotofobia)  , pada  sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3 – 4 hari.
3. Fase ketiga gejalanya  yaitu keluar  bercak merah  makulopapuler seiring dengan demam
tinggi yang terjadi. Namun bercak  bertahap muncul di tubuh. Bermula dari belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan kaki,
 bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu  satu minggu,
bila  bercak
merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun
makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), kemudian
sembuh dengan sendirinya. Periode ini  sampai 2 minggu,
jika   campaknya ringan tidak diobati  jika  campaknya berat
atau  terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit,





22.PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu  penyakit
hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,
 hambatan  aliran udara ini bersifat progresif dan   akibat  respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas ,
 PPOK memiliki  :
sesak ketika   beraktivitas,
 hambatan aliran udara  ireversibel (tidak bisa kembali normal)
riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara ,
 onset (awal terjadinya penyakit) yaitu  pada usia pertengahan,
perkembangan gejala bersifat progresif lambat,
bronkitis kronik dan emfisema bukan  PPOK sebab  bronkitis
kronik yaitu  diagnosia  , emfisema yaitu  diagnosa
patologi,
Dalam mendiagnosa  PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik ,
pemeriksaan   foto toraks, pemeriksaan  spirometri ,  diagnosa  berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK ,
pemeriksaan spirometri  dapat menentukan
diagnosa  PPOK sesuai derajat  PPOK ringan, sedang atau  berat,
 Diagnosa   PPOK dilakukan  jika:
pada  pemeriksaan  anamnesis:
terdapat   faktor risiko seperti  polusi udara  asap rokok,usia (pertengahan) dan riwayat pajanan,
Gejala:
Keluhan respirasi
Batuk kronik yang  hilang timbul selama 3 bulan yang tidak
hilang dengan pengobatan ,
Berdahak kronik terus menerus tanpa disertai batuk,
Sesak nafas, saat melakukan aktivitas
 gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak dibawah ini


pada PPOK derajat sedang dan PPOK
derajad berat tampak  perubahan cara bernapas atau perubahan
bentuk anatomi toraks
Pada pemeriksaan fisik  tidak ditemukan kelainan yang jelas
terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat
hiperinflasi alveoli,
 pada pemeriksaan fisik biasanya  ditemukan ,antaralain:
suara nafas vesikuler melemah atau normal,
 ekspirasi memanjang,
mengi ( timbul pada eksaserbasi),
ronki,
 bentuk dada  pasien  barrel chest (dada seperti tong),
 cara bernapas  pasien  purse lips breathing (seperti orang meniup),
ada   penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas,
pelebaran sela iga perkusi,
hipersonor  auskultasi,
 fremitus melemah,
pemeriksaan penunjang pada diagnosa  PPOK antara
lain :
analisa gas darah ,
mikrobiologi sputum ( untuk pemilihan antibiotik jika  terjadi
eksaserbasi),
pemeriksaan  radiologi (foto toraks),
pemeriksaan spirometri,
pemeriksaan  laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menandakan  telah terjadi hipoksia kronik),
walau   hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada
PPOK ringan namun  pemeriksaan radiologis ini berfungsi  untuk
mengabaikan  diagnosa  dari.  pengaruh  penyakit paru lainnya
hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
 jantung pendulum  dinyatakan PPOK jika  sekurang-kurangnya pada anamnesis
ditemukan ada   pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan
berdahak dengan sesak nafas terutama  saat melakukan aktivitas ,
paru hiperinflasi atau hiperlusen,
diafragma mendatar,
corakan bronkovaskuler meningkat,
bulla,
untuk  mendiagnosa   PPOK  diabaikan  kemungkinan adanya
TB Paru dan sindrome obstruktif  pasca TB Paru, asma bronkial, gagal jantung kongestif,
diagnosa   dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK dilaksanakan
di rumah sakit   yang memiliki spirometri,
penentuan klasifikasi (derajat) PPOK yaitu:
pada  PPOK Ringan  Gejalanya :
batuk  atau tanpa batuk
produksi sputum  atau tanpa produksi sputum,
 Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1,
Spirometri:
VEP1  80% prediksi (normal spirometri) atau
VEP1 / KVP < 70%
pada   PPOK sedang gejalanya :
batuk  atau tanpa batuk
produksi sputum   atau tanpa produksi sputum,
sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas),
Spirometri:
 VEP1 / KVP < 70% atau  50% < VEP1 < 80% prediksi,
pada PPOK berat gejalanya :
eksaserbasi  sering terjadi  disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan , sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik,
Spirometri:
 VEP1 / KVP < 70%,
 VEP1 < 30% prediksi atau
VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik,
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa
gas darah, dengan kriteria:
Hipoksemia dengan hiperkapnia atau  normokapnia ,
pengobatan  PPOK yaitu :
 obat obatan, Bronkodilator,
digunakan bentuk  inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik,
antibiotik penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi,
mukolitik  hanya  sebagai pengobatan,
simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental,
antitusif  hanya untuk  batuk yang sangat mengganggu,
vaksinasi influensa  diberikan pada pasien PPOK sedang dan berat  dan  usia di atas 60 tahun untuk mengurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabil,
Pemberian yang tidak berhati hati memicu
hiperkapnia dan memperburuk penyakit,
Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat  sebagai perawatan  lanjutan sesudah  eksaserbasi pada PPOK berat,
dilakukan bulektomi jika  ada  bulla yang besar atau transplantasi paru,
Anti inflamasi  dalam  bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan
jangka waktu lama  pada PPOK stabil hanya jika   uji steroid positif   pada
eksaserbasi  digunakan dalam bentuk oral atau sistemik,




23.PERDARAHAN POST PARTUM

perdarahan post partum yaitu  perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi sesudah  bayi lahir, perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24 jam persalinan,perdarahan post partum dini yaitu perdarahan sesudah  bayi lahir dalam 24 jam  pertama persalinan ,
perdarahan post partum  disebabkan oleh sisa plasenta ,kelainan pembekuan darah,atonia uteri, robekan jalan lahir,  retensio plasenta,
dalam persalinan sulit  untuk menentukan jumlah darah secara akurat karena
tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian  oleh karena
itu jika  terdapat perdarahan disarakan untuk
melakukan pengobatan ,

Diagnosa




pengelolaan khusus atonia uteri
atonia uteri muncul   jika  miometrium tidak berkontraksi. uterus menjadi lunak dan
pembuluh darah pada area  bekas perlekatan plasenta terbuka lebar.
atonia  sebagai   penyebab  perdarahan postpartum,
faktor  yang memicu  uterus meregang seperti yang terjadi
pada:
persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin,
infeksi intrapartum, paritas tinggi,polihidramnion,
kehamilan kembar, makrosomi,persalinan lama,
persalinan terlalu cepat,
cara cara   mencegah atonia uteri ,antaralain:
1. menyuntikan oksitosin
 menyuntikkan oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada area  luar paha
kanan 1/3 atas sesudah  melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk
memastikan  ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah,
memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal,
2. peregangan tali pusat terkendali
memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
atau menggulung tali pusat,
ketika  uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial
meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau
kain kasa dengan jarak 5 – 10 cm dari vulva,
3. mengeluarkan plasenta
jika tali pusat bertambah panjang namun  plasenta belum lahir, pindahkan
kembali klem hingga berjarak ± 5 – 10 dari vulva.
bila  dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat tampak bertambah
panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk menekan
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bahwa kemudian
ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
jika   plasenta belum lepas sesudah  melakukan itu  selama 15
menit maka   tunggu 15 menit, jika  belum lahir lakukan tindakan plasenta manual,suntikkan ulang 10 IU oksitosin i.m,
periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh,
4. sesudah  plasenta terlihat  pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati.
jika  terasa ada tahanan, penegangan plasenta dan selaput secara perlahan
untuk mencegah robeknya selaput ketuban,
5. masase uterus
sesudah  plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras),
6. memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan
perlukaan jalan lahirjenis uterotonika dan cara pemberiannya, kelengkapan plasenta dan ketuban, kontraksi uterus,

Jenis uterotonika dan cara pemberiannya




"perlukaan jalan lahir"
perdarahan  di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, maka  dipastikan bahwa perdarahan  berasal dari perlukaan
jalan lahir. perlukaan jalan terdiri atas:
robekan perineum,robekan dinding vagina, robekan serviks,
 ruptura uteri,  hematoma vulva,
 kolporeksis yaitu   keadaan di mana terjadi robekan di vagina bagian atas,
sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina , robekan ini melingkar  atau  memanjang ,
pervaginam harus dilakukan pemeriksaan dengan spekulum keadaan jalan lahir
termasuk serviks,
robekan serviks dapat terjadi di satu tempat atau lebih. pada plasenta manual,  persalinan operatif ,partus presipitatus, persalinan sungsang,
robekan perineum
dibagi atas 4 tingkat :
tingkat i : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum,
tingkat ii : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
transversalis, namun  tidak mengenai sfingter ani,
tingkat iii : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani,
tingkat iv : robekan hingga  mukosa rektum,
" hematoma vulva"
pada hematoma yang luas   dengan anemia dan
presyok,  segera dilakukan pengosongan hematoma ,
dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling
terenggang. seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma
kosong. dicari asal  perdarahan, perdarahan dihentikan dengan
mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. luka sayatan
kemudian dijahit. dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau
dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa
 diluar,penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan luas  hematoma.
pada hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan hanya dikompres saja
"Robekan dinding vagina"
Robekan dinding vagina harus dijahit.
jika ada   kolporeksis dan fistula visikovaginal maka   bawa  ke rumah
sakit,
" episiotomi, robekan perineum dan robekan vulva"
ketiga jenis perlukaan tersebut harus dijahit.
A  robekan perineum tingkat 1
penjahitan robekan perineum tingkat 1  dilakukan dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan
(figure of eight).
B robekan perineum tingkat 2
sebelum  penjahitan pada robekan perineum tingkat 1 atau tingkat
2  , bila  ada  pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka
pinggir yang bergerigi  harus diratakan terlebih dahulu. pinggir
robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih
dahulu, kemudian digunting. sesudah  pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan,
awalnya   otot-otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. penjahitan mukosa
vagina dimulai dari puncak robekan. hingga  kulit perineum dijahit dengan
benang catgut secara jelujur,
C .robekan perineum tingkat 3
pada robekan tingkat  3  mula-mula dinding depan rektum yang robek
dijahit, kemudian fasial perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem / pean
lurus, kemudian dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu lagi. kemudian  robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat  2  .
D  robekan perineum tingkat 4
pada robekan perineum tingkat 4  karena tingkat kesulitan untuk
melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan
berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang
kehidupannya,
" robekan serviks"
robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan
bibir belakang serviks dijepit dengan klem fenster. kemudian serviks
ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
robekan untuk menghentikan perdarahan, jahitan pertama dimulai dari puncak  sebagian robekan serviks robekan pada serviks setelah dijahit






24.PERTUSIS

pertusis  atau batuk rejan  yaitu  penyakit akut pada saluran pernapasan.
pertusis disebabkan oleh kuman gram negatif bordetella pertusis,
gejala penyakit ini muncul  1 – 2 minggu sesudah  tertular  dengan penderita yang terinfeksi ,  didahului masa inkubasi selama 7 – 14 hari, penyakit ini berlangsung selama 6 minggu lebih,
stadium pertusis ,antaralain:
 stadium  kataralis yang ditandai  batuk ringan,  demam dan pilek ringan  berlangsung 1 – 2 minggu. pada stadium ini  tidak  dapat dibedakan dengan ISPA yang disebabkan oleh virus,
 stadium spasmodik yang berlangsung 2 – 4 minggu
batuk whooping caugh   disertai muntah  lebih sering,  berkeringat, dan pembuluh darah di muka-leher  melebar,  terjadi perdarahan
subkonjungtiva dan   epistaksis. kuku dan bibir   kebiruan
karena darah kekurangan oksigen,
pada stadium konvalesensi, terjadi selama dua minggu.
mereda batuknya ,
diagnosa dengan
kultur swab nasofaring ditemukan bordatella pertusis ,
meningkatnya serum ig a spesifik bordatella pertusis,
terdeteksi bordatella pertusis dari spesimen nasofaring,
 dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu Difteri-Pertusis Tetanus. yang  diberikan 3 kali berturut-turut pada bayi usia 3,4, 5 bulan.
Pengobatan dengan pemberian
antibiotika   seperti eritromisin 30 – 50 mg/kg berat badan  4 x sehari.
diberikan kodein 0,5 mg/tahun/kaliUntuk batuk,






25.PIELONEFRITIS

pielonefritis yaitu  infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.
pielonefritis  disebabkan oleh proteus, escherichia coli  , enterobacter, klebsiella, pseudomonas ,
 gejala  mual dan muntah,demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, kejang  terjadi karena batu ginjal, iritasi akibat infeksi ,
pada infeksi menahun (pielonefritis kronik), nyerinya  samar dan
demam hilang-timbul bahkan  tidak ada  demam sama sekali,
otot perut  berkontraksi kuat, infeksi saluran kemih bagian bawah, sering berkemih dan nyeri ketika berkemih,pembesaran salah satu atau kedua ginjal,
 kolik renalis  atau nyeri hebat karena kejang ureter,
pielonefritis kronik  merusak ginjal sehingga gagal ginjal,
pielonefritis kronik hanya terjadi pada penderita yang memiliki arus balik air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter  , penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar ,
Diagnosa    berdasarkan gejalanya ,Pemeriksaan untuk memperkuat diagnosa   pielonefritis  yaitu:
pemeriksaan USG dan rontgen dapat menemukan penyebab penyumbatan air kemih, batu ginjal, kelainan  struktural ,
pemeriksaan urin dengan mikroskop, pembiakan bakteri dalam contoh urin untuk menentukan adanya bakteri,
terapi kausal dimulai  dengan diberikan  antibiotik  kotrimoksazol 2 tablet 2 x sehari atau ampisilin 500 mg 4 x sehari  selama 5 hari.
 4 – 6 minggu sesudah  pemberian antibiotik, dilakukan pemeriksaan urin ulang
untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diobati,  perlu dilakukan
pembedahan pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu






26.PNEUMONIA

Pneumonia yaitu  peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
 jamur.
Pneumonia  dibedakan menjadi  pneumonia lobaris, bronkopneumonia
aspirasi  akibat aspirasi minyak tanah.
Kuman  berbeda menurut sumber penularan ( nosokomial).
 penyebab pneumonia yaitu :
virus seperti   virus influenza, chicken-pox (cacar air)
Jamur,organisme mirip bakteri  seperti   mycoplasma pneumoniae ,
 bakteri  streptococcus pneumoniae,
bakteri staphylococcus aureus,
bakteri  legionella,
bakteri  hemophilus influenzae,
 Pneumonia pada anak-anak disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae  puncaknya terjadi pada umur 2 – 3 tahun.
 pneumonia bakterialis beragam menurut jenis kuman
penyebab, usia  ,  beratnya penyakit.
pneumonia lobaris karena
S.pneumoniae,
pneumonia  empiema dan pneumonia  pneumatokel karena  S.aureus.
 pneumonia pada balita,  gejalanya  napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2
bulan – 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit)   gejala  dikelompokkan atas :
 demam, sakit kepala, lesu,
gejala  penyakit saluran pernapasan bawah  seperti sianosis,takipneu, dispneu,
retraksi atau napas cuping hidung,
gejala  pneumonia seperti  bronkofoni positif.perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah  halus nyaring pada bronkopneumonia,
batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen,
gejala di ekstrapulmonal seperti
leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiakkan
kuman penyebabnya,
pemeriksaan dengan foto toraks untuk menilai adanya komplikasi,  pemeriksaan  uji serologi
 menentukan jenis infeksi ,
pemeriksaan penunjang seperti hitung jenis darah,gas darah arteri,rontgen dada, pembiakan dahak,
 anak dibawah usia 2 bulan, tidak dilakukan  diagnosa   pneumonia,
pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara
ronki,
penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat  cairan intravena bila  sesak, oksigen, jika  batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau
brankodilator (teofilin atau salbutamol).
jika pasien  alergi   penisilin atau  penyebabnya
mikoplasma (batuk kering) maka  diberikan
eritromisin 500mg 4 x sehari.
Diberikan Antibiotik seperti  amoksisilin atau ampisilin.
Diberikan  kotrimoksazol 2 x 2 tablet
Dosis anak:2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet, 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet,3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet,
 diberikan injeksi amoksisilin  dan  atau gentamisin
dewasa diberikan   penisilin prokain
600.000 – 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada
pasien  dengan batuk produktif,



27.PTERIGIUM

pterigium  yaitu  kelainan yang  terdapat di sisi nasal bilateral atau unilateral,
penyebab pterigium belum diketahui ,  diduga karena iritasi kronik
oleh  panas debu, sinar matahari ,
gejalanya   mata  merah, berair,  ada rasa mengganjal. jika
penebalan jaringan ini mencapai pupil maka penglihatan  terganggu.
 pterigium yaitu penebalan berupa lipatan mukosa bentuk segitiga
yang ada  di kornea. jaringan ini mengandung banyak  pembuluh darah, semuanya menuju ke puncak pterigium.
saat  meradang diberikan astringen-dekongestan 1 tetes 3 – 4 x
sehari: kombinasi seng-sulfat 0,25% dengan fenilefrin 0,12% atau nafazolin
0,7%.pterigium  yang  mengganggu penglihatan perlu pembedahan,





28.RABIES

Rabies   yaitu  penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies rhabdo virus yang bersifat neurotrop  dan ditularkan melalui gigitan anjing, kucing  kera,
gejalanya :
A stadium prodromal
nyeri di tenggorokan, demam, malaise, mual ,
B.stadium sensoris
 nyeri, rasa panas , kesemutan pada tempat bekas
gigitan,  cemas  reaksi  berlebihan terhadap rangsang sensorik,
C.stadium eksitasi
tonus otot-otot dan aktifitas simpatik meningkat dengan gejala dilatasi pupil,hiperhidrosis (banyak  air mata) hiperlakrimasi(banyak berkeringat), hipersalivasi (banyak air liur),   adanya bermacam macam fobia,  hidrofobia (takut air)
kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dipicu
oleh rangsang sensorik seperti menjatuhkan sinar ke mata (photophobia) atau dengan bertepuk  tangan ke dekat telinga penderita (audiophobia)meniupkan udara ke muka penderita (aerophobia),respons yang berlebihan.,
tingkah laku pasien sangat terlalu  tidak rasional kadang-kadang maniakal  ,
 apneu, sianosis, kejang dan takikardi, cardiac arrest,
gejala-gejala eksitasi  berlangsung hingga  pasien meninggal dunia akibat rabiesnya, namun  pada
saat kematian tiba tiba mendadak  ditengah malam otot-otot yang kaku tegang  menjadi  melemas, sehingga terjadi  paresis flaksid otot-otot,
D.stadium paralisis
namun pasien rabies meninggal dunia  di  stadium eksitasi, kadang  tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paralisis
otot-otot yang bersifat progresif.  ini karena gangguan saraf tulang belakang
yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernapasan
Sebelum dibawa kerumah sakit , pasien diinfus dengan ringer laktat atau NaCl 0,9%, diberi antikonvulsan dan  pasien difiksasi selama
dalam perjalanan hati hati   waspada terhadap perlakuan  pasien yang tidak
rasional,
Setiap  gigitan hewan penular rabies   harus
ditangani dengan  sesegera mungkin dengan
mencuci luka gigitan dengan air ( air mengalir) dan sabun atau
deterjen selama 10 – 15 menit, kemudian diberi alkohol 70%,
diberikan  Vaksin Anti Rabies (VAR) sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
Dosis dan cara pemberian VAR (Purified Vero Rabies Vaccine = PVRV) yaitu:
Diberikan 4 x suntikan @ 0,5 ml pada hari ke-0 sebanyak 2 dosis sekaligus
di regio deltoideus kanan dan kiri, hari ke-7 dan 21 masing-masing 1 dosis
secara intramuskuler (i.m). Dosis sama untuk semua usia ,





29.   SALPINGITIS

salpingitis yaitu infeksi saluran tuba uterina
salpingitis akut  disebabkan oleh infeksi gonore.
 salpingitis kronik   berbentuk sebagai salpingitis ismika nodosa, piosalping, hidrosalping
pada salpingitis akut  kemungkinan kehamilan ektopik atau
apendisitis
gejalanya:
nyeri tekan di abdomen bagian bawah , nyeri pada pergerakan
serviks,
parametrium nyeri unilateral atau bilateral
 nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. nyeri
 bertambah jika ada   gerakan,
 perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan,
 demam disertai  menggigil,
diagnosa nyeri tekan dan kaku area  tuba pada pemeriksaan dalam ginekologi,
 pasien tidur  pada posisi fowler.
berikan antibiotika spektrum luas  dosis  tinggi:
 Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
ditambah Gentamisin 5 mg/kg berstbadan i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol  500 mg i.v setiap 8 jam,
 Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam,
atau  Berikan  Ampisilin 3,5 gram per oral, dilanjutkan  500 mg 4 x sehari
selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada
alternatif pertama maupun kedua,
atau  Berikan  Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari







30.SINDROMA NEFROTIK

sindroma nefrotik yaitu   akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal sehingga  mengakibatkan meningkatnya kadar lemak dalam darah,penimbunan garam dan air yang berlebihan,menurunnya kadar albumin dalam darah,
 proteinuria (protein di dalam air kemih lebih dari 3 gram per 24 jam)
penyebabnya yaitu karena  ada  perubahan permeabilitas barrier filtrasi glomerulus terhadap protein,
gejala awalnya yaitu pengkisutan otot, pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air, air kemih berbusa,  nafsu makan turun,
pembengkakan kelopak mata, nyeri perut,
produksi air kemih  berkurang dan bisa  gagal ginjal karena rendahnya  volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal,
 gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi
 tiba-tiba,
pembengkakan berpindah-pindah; pada pagi hari cairan
tertimbun di kelopak mata dan  kemudian cairan akan tertimbun di
pergelangan kaki. pengkisutan otot  tertutupi oleh pembengkakan,
 anak-anak mengalami penurunan tekanan darah pada saat
berdiri dan tekanan darah yang rendah ( syok)  tekanan
darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal dan  tinggi,
 perut  membengkak karena  penimbunan cairan ,
 sesak nafas   akibat  cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).
 pembengkakan lutut dan kantung zakar ,
kekurangan gizi  terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi ( glukosa)
ke dalam air kemih, pertumbuhan anak-anak  terhambat. kalsium akan diserap dari tulang. rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan rambut.  kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal putih ,
kelainan pembekuan darah, memicu  bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam vena ginjal darah  tidak membeku dan menyebabkan  perdarahan ,pasien  yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat mengalami Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak,
 perut  mengalami peradangan (peritonitis),
terjadi infeksi  oportunistik (infeksi akibat bakteri yang  normalnya  tidak berbahaya), infeksi diduga terjadi akibat hilangnya antibodi  ke dalam air kemih atau karena berkurangnya pembentukan antibodi,
diagnosa   berdasarkan  hasil pemeriksaan  laboratorium.
 terhadap urin menunjukkan kadar protein yang
tinggi, 40 mg/ml/jam atau ++.
kadar natrium dalam air kemih rendah dan kadar kalium dalam air kemih
tinggi, kadar  lemak dalam air kemih dan  dalam darah tinggi, kadang sampai 10 kali  normal,
kadar   albumin dalam darah adalah rendah karena protein  ini
dibuang melalui air kemih dan pembentukannya terganggu.
 pembekuan darah bisa menurun atau meningkat ,
analisa air kemih dan darah dapat  menunjukkan penyebabnya. bila  pasien
mengalami penurunan berat badan atau usianya lanjut,
kemungkinan  kanker,
Tujuan pengobatan  untuk mengatasi penyebabnya.
bila  penyebabnya adalah kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian
heroin bisa menghilangkan gejala�gejalanya,
bila  penyebabnya adalah obat-obatan, maka  pemakaian obat harus dihentikan
bila   penyebabnya yaitu  penyakit yang dapat diobati , maka mengobatinya akan mengurangi gejala gejala nya,
bila  tidak ditemukan penyebab nya maka diberikan kortikosteroid dan
obat-obatan yang menekan sistem kekebalan ( siklofosfamid).
2mg/kg beratbadan  selama 4 hari pertama, bila  sensitif lanjutkan dengan dosis 40
mg/kg beratbadan  (2/3 dosis) dosis awal diberi selang sehari selama 4 minggu berikut dan sesudahnya dihentikan
bila  cairan tertimbun di perut, maka selalu makan dalam porsi kecil tetapi sering.
penimbunan cairan , pembengkakan jaringan ,Tekanan darah tinggi  diatasi dengan diuretik. , tetapi resikonya
terbentuknya bekuan darah namun Antikoagulan  membantu mengendalikan
pembentukan bekuan darah,
 obat ini  menghambat  pertumbuhan pada anak anak ,
 diet yang mengandung protein dan kalium
dalam jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.
Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih.
ACE inhibitors ( enalapril, kaptopril dan lisinopril)
menurunkan pembuangan protein dalam air kemih dan menurunkan kadar
lemak dalam darah. namun  pada pasien  yang mengidap  kelainan fungsi ginjal
yang ringan sampai berat, obat ini   meningkatkan kadar kalium
darah.






31.SIROSIS HATI

Sirosis yaitu kelainan hati dimana terdapat  regenerasi,nekrosis, fibrosis ,
Sirosis disebabkan oleh obstruksi bilier, infeksi virus, parasit, obat-obatan dan bahan kimia , kelainan  bawaan ,
pasien  sirosis ringan tidak mengalami  gejala
selama bertahun-tahun  sedang  lainnya mengalami  nafsu makan turun ,
penurunan berat badan ,
bila  aliran empedu tersumbat selama bertahun-tahun, muncul  sakit kuning
(jaundice), muncul  nodul kecil di kulit yang berwarna kuning,
terutama di sekeliling kelopak mata ,gatal-gatal
kadang terjadi batuk darah atau muntah darah karena adanya perdarahan
dari vena varikosa di ujung bawah kerongkongan (varises esofageal),
 pelebaran  pembuluh darah  akibat dari  tekanan darah  tinggi dalam  vena yang berasal dari usus menunju ke hati (hipertensi portal )    bersamaan gagalnya fungsi hati, memicu  terkumpulnya cairan di dalam perut (asites),
terjadi gagal ginjal dan ensefalopati hepatikum,
gejala-gejala penyakit hati ,seperti:
jari-jari tangan melekuk keatas (kontraktur telapak tangan),
vena-vena kecil  seperti labalaba ,
pembesaran payudara dan pinggul pada laki-laki (ginekomastia),
 pembesaran kelenjar ludah di pipi,
buah zakar mengecil (atrofi testis),
fungsi saraf tidaknormal  (neuropati perifer),
kelemahan otot,
 kemerahan di telapak tangan (eritema palmaris),
Diagnosa pemeriksaan   berdasarkan pemeriksaan mikroskopis dari jaringan
hati (biopsi),USG dapat  tampak adanya pembesaran hati,
 Scanning hati menggunakan isotop radioaktif tampak  gambaran area
hati yang  menjadi jaringan parut atau yang masih berfungsi
pengobatan untuk sirosis yaitu
 menghilangkan sumber racun ,
menambah  asupan makanan bergizi
hati-hati obat rematik dan analgetik
gradasi penyakit:
− grade a : albumin normal,
− grade b : salah satu ada,
− grade c : kelainan kesadaran,




32.SISTITIS AKUT


Sistitis yaitu  infeksi pada kandung kemih  wanita kambuhan , terutama pada masa reproduktif
sistitis disebabkan  oleh  adanya organisme proteus mirabilis ,e.coli ,  klebsiella,
pseudomonas, grup b streptococcus ,
gejalanya yaitu:
urin  berawan atau  mengandung darah,
sistitis tanpa gejala dialami pasien  usia lanjut, yang  menderita  inkontinensia uri ,
 infeksi kandung kemih tidak memicu  gejala ini  diketahui pada
saat pemeriksaan urin (urinalisis )
ingin buang air kecil , gatal selama buang air kecil.
kadang  nyeri  dirasakan diatas tulang kemaluan dan
di punggung sebelah bawah,
 nokturia (sering buang air kecil di malam hari),
diagnosa  :
untuk  pasien pasien laki laki  ,mengambil   contoh urin urin aliran tengah ,
untuk  pasien pasien wanita ,mengambil   contoh urin aliran tengah (midstream), sebab  urin belum  tercemar oleh  bakteri dari vagina atau ujung penis. urin kemudian dilihat  dibawah mikroskop untuk mencari cari   dimana  sel darah merah atau sel darah putih , penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis  bakterinya. bila  terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ada   dalam jumlah yang banyak,
diagnosa  dengan  sistitis dengan
pemeriksaan   uretrogram retrograd, untuk   melihat lihat ada tidaknya     penyempitan, divertikula,
pemeriksaan  sistoskopi, untuk   melihat lihat ada tidaknya      kandung kemih secara langsung dengan serat optik,
pemeriksaan  rontgen, untuk melihat lihat  ginjal, ureter dan kandung kemih
pemeriksaan  sistouretrografi, untuk melihat lihat ada tidaknya  arus balik urin dari kandung kemih dan penyempitan uretra,
pembedahan  untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih
(uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi, sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
 diberikan  antibiotik peroral seperti kotrimoksazol atau siprofloksasin selama
5 hari akan  efektif, selama belum ada  komplikasi,
untuk pasien   usia lanjut, infeksi tanpa gejala  tidak memerlukan pengobatan,
 Untuk sistitis ringan minum  banyak cairan. yang mampu  membuang banyak bakteri dari tubuh,
bila   infeksinya kebal, maka   diberikan  antibiotik  selama 7 – 10 hari,
diberikan atropin Untuk meringankan kejang otot ,
diberikan   baking soda yang dilarutkan dalam air membuat  urin menjadi
basa,






33.STRUMA

Struma yaitu pembesaran kelenjar tiroid,
 struma endemik  yaitu  struma yang dialami  banyak orang akibat  makanan  kurang mengandung iodium  Penyakit ini  muncul pada masa pubertas atau kehamilan
 struma disebabkan oleh iodium dosis tinggi, zat goitrogenik seperti PAS,
sulfonilurea, litium ,
 kelainan dishormonogenesis tiroid jika  ditemukan:
terdapat gondok dengan hipotiroidisme tanpa tanda hashimoto,
 terdapat gondok disertai dengan gangguan pendengaran,
gondok yang secara familial ada  di area  nonendemis,
terdapat   kretin di area  nonendemis,
pasien  hipotiroidisme mengalami
suara parau,   lamban dalam berpikir,kurang energi, rambut rontok, intoleransi dingin, berat badan naik, konstipasi, kulit kering dan dingin,
pengidap  hipotiroidisme ringan yang lelah, nyeri
otot, rambut rontok , konstipasi, kadar T4 bebas umumnya  rendah atau
normal rendah,  kadar TSH meningkat,
 pada hipotiroidisme, kelenjar tiroid  tidak teraba. kemungkinan
karena atrofi kelenjar akibat pengobatan hipertiroidisme memakai yodium
radioaktif sebelumnya atau setelah tiroditiditis autoimun,
diagnosa
struma sporadik dibedakan dari struma endemik dengan test  TSH yang hasilnya normal, sedangkan pada struma endemik menurun,kadar TSH yang meningkat ,
Pengobatan  untuk:
 mengatasi  kelenjar gondok,
menggunakan garam dapur beriodium,
Struma sporadik diatasi  dengan ekstrak tiroid 50 – 150 mg/hari atau tiroksin
150 –300 mg/hari.
Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, jika  memang ada,
diberikan  Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 – 15
mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali normal.





34.SYOK ANAFILAKSIS

bila  pasien sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian  kontak lagi
terhadap antigen itu, akan muncul    hipersensitivitas. antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi pengeluaran histamin dan zat vasoaktif lain, degranulasi, ini memicu  tingginya
permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh,
terjadi hipovolemia relatif karena  vasodilatasi yang memicu  syok,  peningkatan permeabilitas  kapiler memicu  udem. pada syok anafilaktik, bisa   terjadi bronkospasme  yang menurunkan ventilasi. syok anafilaktik  disebabkan oleh obat  yang diberikan secara  intravena seperti antibiotik atau media kontras.
syok anafilaksis  disebabkan  pemberian obat  suntikan penisilin, streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik.,oral atau oleh
makanan,
gejala pertama : mual dan muntah,rasa tebal di faring dan dada, batuk,   eritema, rasa terbakar pada kulit, rasa tersengat, takikardi,
gejala sekunder :diare, hipotensi,  berkeringat, pucat,pembengkakan kulit  palpebra dan bibir , urtikaria, edema laring, serak, wheezing, serangan batuk, nyeri  abdomen, mual, muntah,
gejala parah : henti jantung, spasme laring, shock, henti nafas  ,
Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan sangat  cepat ,jika tidak pasien dapat meninggal atau cacat organ tubuh menetap,
jika
terjadi komplikasi syok anafilaktik sesudah   diberikan  obat  maka tindakan yang perlu dilakukan, yaitu:
 baringkan pasien  Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
jika  terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang efektif  maka dapat ditambahkan aminofilin 5 – 6 mg/kg beratbadan  i.v dosis awal yang
diteruskan 0,4 – 0,9 mg/kg berat badan /menit dalam cairan infus,
 berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa
atau 0,01 µg/kg beratbadan  untuk penderita anak-anak, i.m. Pemberian ini bisa  diulang tiap 15 menit sampai  membaik ,
 diberikan kortikosteroid, seperti  hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5 – 10 mg intravena ,
pemberian infus kontinyu adrenalin 2 – 4 µg/menit.
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan
utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan  meningkatkan
tekanan darah dan  jantung ,mengatasi asidosis laktat,
bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. , pada syok anafilaktik berat diperkirakan ada  kehilangan
cairan 20 – 40% dari volume plasma.  bila diberikan larutan koloid,
dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume
plasma.  bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin,
 Dalam keadaan gawat,  bila penderita syok anafilaktik
dikirim ke rumah sakit, maka  dapat meninggal dalam perjalanan.  maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah
harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia , Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
bila  syok  teratasi, pasien   harus diawasi ,
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 – 3 kali
suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi,
pencegahan syok anafilaktik antaralain:
pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang  tepat,
riwayat penyakit asma dan  riwayat alergi terhadap banyak obat, be risiko lebih
tinggi  kemungkinan terjadinya syok anafilaktik,
 bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita mampu
mentoleransi pemberian obat-obat namun tidak berarti pasti  pasien  tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. orang dengan tes kulit
negatif dan memiliki  riwayat alergi positif   kemungkinan reaksi
sebesar 1 – 3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60% bila
tes kulit positif,
pemberian cairan :
cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid untuk  melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial dan intra sel. cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler,
jangan memberikan minum kepada pasien yang mendapat trauma pada perut serta kepala,  yang akan dioperasi, yang mual-mual, tidak sadar,  kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
pemberian minum harus dihentikan bila pasien  menjadi mual atau
muntah,
diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,
"swan ganz" kateter dan pemeriksaan analisa gas darah,
 pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung. harus diperhatikan oksigenasi
darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
 pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang,
kehilangan air  diganti dengan larutan hipotonik. kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit  diganti dengan larutan isotonik. penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid membutuhkan  volume 3 – 4 kali
volume perdarahan yang hilang, jika pemakaian  larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang.  transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap,
pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.




35.TETANUS

tetanus yaitu   penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh
bakteri an-aerob clostridium tetani  yang menyebabkan infeksi adalah racun yang dihasilkan oleh bakteri, bukan
bakterinya,
 spora dari  bakteri  clostridium tetani  ini  dapat hidup
selama bertahun-tahun di dalam tanah ,bila  bakteri tetanus
masuk ke dalam tubuh manusia, akan  terjadi infeksi  pada luka yang dangkal / dalam,
 terjadi infeksi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum),
gejala-gejala  muncul dalam waktu 5 – 10 hari  atau 2 hari atau 50 hari  seudah  terinfeksi,
gejala  kekakuan rahang dan sulit dibuka,racun   menyerang otot rangka manusia,  terjadi kejang pada otot rahang lockjaw
(trismus) karena yang pertama terserang adalah otot rahang,
kejang pada otot-otot wajah memicu  ekspresi pasien pasien  seperti
menyeringai (risus sardonikus) namun  kedua alis  terangkat tinggi,
 selanjutnya muncul gejala  nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan  tungkai.,gelisah, gangguan menelan, sakit kepala,
demam,
kejang pada otot sfingter perut bagian bawah memicu  retensi
urin dan konstipasi,
 kejang otot-otot perut, leher dan punggung memicu
kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung  ke depan (epistotonus)
tidak terjadi demam. laju pernafasan dan denyut jantung meningkat.
Selama kejang  sedang berlangsung pasien pasien  tidak  berbicara  apapun karena otot dadanya kaku ,
 terjadi kejang tenggorokan sehingga terjadi kekurangan oksigen yang
menyebabkan gangguan pernafasan,
diagnosa   jika terjadi kekakuan otot atau kejang  yang
memiliki luka ,dilakukan pembiakan bakteri dari apusan luka,
pasien pasien   tetanus harus segera dibawa  ke rumah sakit karena  harus selalu berada dibawah   pengawasan  tenaga ahli  dan perawatan intensif   khusus , Sebelum dibawa  lakukanlah berikut ini :
anak anak sebaiknya  diberikan immunoglobulin tetanus untuk menetralisir racun , antibiotik
tetrasiklin dan penisilin  untuk mencegah pembentukan racun lebih
lanjut.
cegah penyebaran racun  dengan eksplorasi luka dan
membersihkannya dengan h202 3%. port d’entre lain seperti omsk atau
gangren gigi juga harus dibersihkan dahulu ,
di berikan tetanus toksoid 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan.
jaga keseimbangan cairan,Pertahankan jalan napas
 berikan human tetanus immunoglobulin 5000 IU i.m jika
racun yang belum bersenyawa dengan otot,
 ATS suntikkan i.m atau i.v 20.000 – 40.000 IU/hari
selama 3 hari atau 20.000 IU/hari untuk anak-anak selama 2 hari.
 Berikan penisilin prokain 2 juta IU i.m pada orang dewasa atau 50.000
IU/kg beratbadan /hari selama 10 hari pada anak untuk eradikasi kuman.
Berikan diazepam untuk mengatasi  kejang dengan titrasi dosis:5 – 10 mg
i.v. untuk anak dan 40 – 120 mg/hari untuk dewasa.






36.TETANUS NEONATORUM

tetanus neonaturom yaitu  penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus  pasien pasien bayi  berusia kurang 1 bulan,   spora kuman clostridium tetani masuk ke dalam tubuh  pasien pasien bayi    melalui pintu
masuk satu-satunya yaitu tali pusat, spora kuman masuk    saat pemotongan tali tali  pusat ,
kuman clostridium tetani memproduksi   toksin (racun) untuk
menyerang sistem saraf pusat,
gejalanya yaitu
  pasien pasien bayi   tiba tiba   tidak mau menyusu ,
kaku kuduk dan kejang sampai epistotonus ,
demam tinggi dan  sianosis,
pasien pasien bayi     sebaiknya dibawa  untuk dirawat di rumah sakit karena
komplikasi terutama sepsis. Sebelumnya pasang infus cairan rumat yaitu glukosa  5% NaCl (4:1) sebanyak 75cc/kg beratbadan  /hari, kemudian diberikan:
 ATS 10.000 IU/hari selama 2 hari berturut-turut,
Ampisilin 100 mg/kg beratbadan /hari i.v. diteruskan  sampai 10 hari
Diazepam i.v. secara perlahan dengan titrasi dosis sampai kejang hilang,
maksimal 2,5 mg; kemudian dilanjutkan dengan 3 – 4 mg/kg beratbadan /hari dalam cairan infus.




37.TIFUS ABDOMINALIS

demam tifoid atau tifus abdominalis yaitu   infeksi yang disebabkan oleh
bakteri salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan yang tercemar ,
 gejala mulai timbul  dalam waktu  8 – 14 hari sesudah  terinfeksi,
gejalanya nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk
perdarahan dari hidung,sembelit,  nafsu makan turun, nyeri perut,  demam intermitten (pagi lebih rendah dibanding sore hari), sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, bibir kering dan pecah, mulut  kotor ,lelah lemas ,bintik-bintik kecil berwarna  merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama  2 – 5 hari
suhu naik dalam waktu 2 – 3 hari, yaitu mencapai 39,4 – 40°C selama 10 – 14 hari,  suhu mulai turun pada akhir minggu ke-3 dan  normal  pada minggu ke-4,
 denyut jantung yang lambat ,
jika parah   berat  terjadi delirium, stupor ,
diagnosa  dilakukan biakan darah, tinja, air kemih untuk  menemukan bakteri penyebabnya,
bila  terjadi perforasi usus berikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai
jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami  perforasi.
diberikan  terapi simtomatik (anti piretik, anti emetik),
diberikan  roburansia,
diberikan terapi cairan, kadang  diberikan melalui infus ,
antibiotik untuk penderita tifoid ,antaralain:
diberikan  ampisilin
dosis Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
dosis Anak : 50 – 100 mg/kg  beratbadan 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
diberikan  Kloramfenikol
dosis  Dewasa : 4 x 500 mg selama 14 hari
 dosis  Anak : 50-100 mg/kg beratbadan   4 x sehari selama 10 – 14 hari.
diberikan Tiamfenikol,
dosis  Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
dosis  Anak : 50 mg/kg  beratbadan 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
 Vaksin tifus per-oral (ditelan) diberikan kepada pasien yang telah terpapar oleh  bakteri Salmonella typhii





38.TIROTOKSIKOSIS


Tirotoksikosis yaitu  hiperfungsi kelenjar tiroid   akibat stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas
TSH.
hiperfungsi kelenjar tiroid   akibat adanya benjolan kecil didalam kelenjar, yang secara  otanom membentuk hormone berlebih diluar sistem H-H,  dimiliki pasien yang banyak makan  minum obat yang mengandung iod / iodide maka penyakit ini  dinamakan  iod-struma atau iod-Basedow.
hiperfungsi kelenjar tiroid    disebabkan oleh,
kanker tiroid, tiroiditis post partum (onset 2 – 6 bulan post partum) dalam bentuk ringan  dan jangka pendek, penyakit graves,
gondok multinodul toksik yang berkembang sebagai respon terhadap keadaan
kehamilan,
gejalanya :
diare akibat  peningkatan pristaltik, sukar tidur, gelisah, rasa takut, menurunya berat  badan akibat penggunaan energi, palpitasis, tremor, transpirasi ,
sirkulasi yang hiperkinetik, efek jantung (takikardi, atriumfibrilasi), struma ,  bola
mata menonjol ,
Diagnosa dengan  pemeriksaan  untuk menilai kemajuan terapi,
Ukur TSH (dapat menurun) dan kadar tiroksin (T4) (mungkin meningkat)
pada   Pemeriksaan laboratorium penunjang yang menampakan  kadar T3 dan T4  naik  dan Indeks Tiroksin Bebas,
diberikan  obat antitiroid seperti:
diberikan  Propanolol 20 mg 3 x sehari sebelum makan juga untuk
takikardi dan kegelisahan.
Propiltiourasil (PTU), dosis awal  70 – 200 mg 3 x sehari selama 6
– 8 minggu, dosis  pemeliharaan 50 – 300 mg/hari,
jika parah    diberikan propranolol 60 – 120 mg 4 x sehari,
Beta bloker ini mengurangi efek tiroksin dijaringan perifer dengan cara blokade susunan saraf pusat,





39.TUBERKULOSIS

tuberkulosis yaitu   infeksi menular dan menahun  menyebabkan
cacat fisik ,
tuberkulosis   disebabkan oleh  mycobacterium africanum, mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis ,
penularan  tuberkulosis   hanya terjadi dari pasien  tuberkulosis
terbuka,
gejalanya
masa inkubasi  antara 4 – 12 minggu,
berkeringat di malam  hari tanpa aktivitas,
 batuk terus menerus  dan berdahak selama 3 minggu ,
 dahak  bertambah banyak , dahak  berwarna kemerahan karena mengandung
darah,  demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada,
batuk darah, sesak nafas  pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan
(efusi pleura) di dalam rongga pleura,
 bakteri pindah dari luka di paru-paru ke  dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru,
kelenjar getah bening pasien anak-anak  menjadi besar dan menekan tabung
bronkial dan menyebabkan batuk atau  penciutan paru-paru.
 bakteri naik ke saluran getah bening  membentuk  kelenjar getah bening di leher. infeksi pada kelenjar getah bening dapat menembus kulit dan menghasilkan nanah,
Diagnosa   dilakukan  dengan ditemukannya kuman tuberkulosis
 melalui pemeriksaan foto rontgen dada  dan  dahak mikroskopis,
Rontgen  bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis),
 Minimal 2 kali sputum BTA (+) : didiagnosa  sebagai TB paru BTA (+)
 Bila BTA (+) 1 kali, maka  dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau
pemeriksaan dahak SPS diulang,
 melakukan uji  Tuberkulin pada anak , Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah
mendapat  BCG, ditambah hasil  radiologi dada yang
menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan
limfositisis relatif ,
Sinar ultraviolet pembasmi bakteri  yang
terdapat di dalam udara,  Isoniazid diminum  setiap hari selama 6 – 9 bulan.
vaksin BCG  untuk mencegah infeksi   M. tuberculosis
Antibiotik seperti  rifampisin ,pirazinamid, isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid,
dapat digabungkan dalam 1 kapsul,
Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang  tinggi untuk
mengurangi jumlah bakteri sesudah  2 bulan, dosisnya dikurangi
untuk menghindari efek samping  berbahaya terhadap mata,
Streptomisin diberikan dalam bentuk suntikan. bila  Streptomisin diberikan dalam dosis tinggi  atau pemakaiannya  sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin memicu  gangguan pendengaran dan keseimbangan,
 obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan
pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan untuk dewasa,
 pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali
pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit. B6 10
mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali pengobatan).
pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 48
minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH 700
mg, ditambah Vit. B6 10 mg.
 obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan
Vitamin B6 untuk  pengobatan 6 – 9 bulan,
pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali
pengobatan)  yaitu  Vitamin B6 10 mg , rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH 400  mg
 pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22
minggu (44 kali pengobatan) yaitu : Vitamin. B6 10 mg,rifampisin 600 mg, INH 700 mg,
wanita  dalam pengobatan jangka pendek  tidak boleh
menggunakan pil atau suntikan kb karena keampuhan pil dan suntikan
KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan,
 rifampisin menyebabkan warna merah pada air liur, air mata, dan air seni,
pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil
dan wanita yang sedang menyusui,
selama terapi,  pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah dan
pemeriksaan radiologi,   pemeriksaan fungsi hati, sebab  efek
rifampisin dan INH terhadap hati,
pengobatan berselang dengan dosis besar
hanya dilakukan karena  ketidakpatuhan penderita,
obat  untuk  anak  anak:
diberikan  Rifampisin 10 mg/kg beratbadan /hari, INH 10 mg/kg beratbadan /hari, pirazinamid 15
mg/kg beratbadan / hari selama 2 bulan pertama
 Dilanjutkan dengan pemberian rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama 4 bulan berikutnya,
obat  untuk dewasa:
diberikan  Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan
etambutol 25 mg/kg  beratbadan , semua ini diberikan selama 2 bulan
4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.




40.SERVICITIS KARENA CHLAMYDIA

Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa urin dari kandung  kemih keluar tubuh  ,
Uretritis non-gonore (NGU) yaitu  uretritis yang disebabkan  berbagai
mikroorganisme juga  ditambah klamidia ,
Klamidia dan virus
herpes simpleks ditularkan melalui hubungan seksual ,
mikroorganisme bisa  berasal dari usus  besar dan sampai ke vagina melalui anus.Pada wanita, ada disuria, polakisuria , leukorea ringan   dan  Servisitis ini bermanifestasi sebagai sekret mukopurulen dan edema
atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.
jika dialami  wanita, infeksi klamidia yang lama memicu endometritis
dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau nyeri abdomen
bawah yang ringan. Endometritis juga dapat menyebabkan perdarahan uterus
yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) adalah komplikasi lanjut
dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan terapi rawat inap.
Perihepatitis adalah komplikasi yang jarang pada infeksi klamidia.
 laki laki    jarang menderita uretritis,
Uretritis pada laki laki    disebabkan oleh gonokokus,
pada laki laki   uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair kemudian  mukus  dari uretra,  nyeri dan disuria.
 Masa inkubasi infeksi klamidia hingga  muncul gejala yaitu 1 – 3 minggu,
lebih lama dibandingkan  gonore. pasien tidak
mengalami gejala  karena infeksi klamidia dan banyak yang menjadi
carrier asimtomatik penyakit klamidia,
 Komplikasi  infeksi klamidia yang rekuren dan ekstensif berupa
kerusakan tuba yang kemudian memicu  infertilitas dan kehamilan
ektopikInfeksi klamidia dapat memicu perkembangan artritis reaktif (uroartritis,
Reiter’s disease) pada laki laki  dan wanita,
Diagnosa   uretritis pada laki laki   dengan pemeriksaan pewarnaan
Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. jika  jumlah lekosit PMN
melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan tanda uretritis,
Diagnosa   infeksi klamidia yang reliabel pada laki laki   dan wanita karena itu hanya   dicapai dengan pengambilan sampel mikrobiologis yang tepat
Metode amplifikasi gen yang baru sudah  menggantikan teknik-teknik sebelumnya,
dan sampel urine first-void telah lebih berperan dalam diagnosis klamidia pada
laki laki  dan wanita. Metode amplifikasi gen seperti PCR dan LCR, didasarkan pada multiplikasi asam nukleat klamidia.
Regimen alternatif  diberikan
eritromisin base 500 mg 4 x sehari selama 7 hari,
eritromisin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg 4 x sehari selama
14 hari  Pasien yang sedang hamil
Chlamydia trachomatis sensitif terhadap makrolida dan tetrasiklin. Klindamisin
relatif efektif terhadap spesies ini, fluorokuinolon kurang begitu efektif.
Sefalosporin dan penisilin memiliki efficacy yang buruk,
Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 100
mg 2 x sehari selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan
merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan
dosisnya lebih kecil,
  Untuk pengobatan, tetrasiklin adalah antibiotik pilihan yang sudah digunakan
sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C. trachomatis.
diberikan dengan dosis 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg 4 x
sehari selama 14 hari,




41.URTIKARIA


urtikaria  yaitu  reaksi (alergi) pada kulit  dalam bentuk udema
lokal dan bersifat self-limited atau  sembuh sendiri ,urtikaria akut bila
berlangsung kurang dari 6 minggu,  urtikaria kronik jika berlangsung
 lebih dari 6 minggu,
gejalanya :
 bercak gatal putih sampai merah muda,
lesi gatal hingga nyeri dan seperti  terbakar  berwarna merah muda, udematus dengan berbagai bentuk jarang bertahan > 12 – 24 jam dan
ukuran dan di sekelilingnya eritema,
 udem di saluran nafas menyebabkan sumbatan jalan nafas,
penyebab urtikaria ,antaralain:
 alergi terhadap gigitan , sengatan serangga, obat, makanan, alergen inhalasi, gigitan ,  penyakit infeksi  virus, parasit,
panas, dingin, penekanan, sinar matahari ,
 penyakit sistemik  lupus eritematosus sistemik,
diagnosa
 dari hasil pemeriksaan  histopatologis pada lesi urtikaria yang bertahan lebih dari 48 jam,
diberikan prednison 20 – 40 mg/hari untuk pasien dewasa,
obat antipruritusnuntuk pengobatan topikal,
 diberikan antihistamin (AH) jika  tidak berhasil, dosis  dinaikkan sampai batas dosis  terapeutik yang aman. bila masih tidak berhasil,  dikombinasikan 2
macam AH yang berbeda golongan,
diberikan  kortikosteroid sistemik jika  ada  angioudema atau
urtikaria luas (>50%), atau kegagalan  pengobatan antihistamin.




42.VARISELA

varisela atau cacar air  dengan vesikel di kulit dan selaput lendir ini
menular dan  timbul kelainan kulit  6 – 7 hari kemudian.
varisela  disebabkan oleh  virus varicella zoster,
 kelainan kulit muncul mula-mula berupa makula dan
papula yang kemudian menjadi vesikel berisi cairan jernih. perubahan ini
berlangsung dalam waktu 2hari,
 masa inkubasi 13 – 17 hari,
gejalanya  demam ringan ,pusing, sakit kepala,
ruam biasanya lebih banyak  ,
diagnosa vesikuler yang multiforme dan proses penjalarannya sentrifugal ,berdasarkan  bentuk rash yang karakteristik , fluorosensi
yang sifatnya papulo ,
bila ada infeksi sekunder : suntikkan penisilin prokain 50.000 iu/kg beratbadan /hari  selama 3 hari atau beri amoksisilin 25 – 50 mg/kgnberatbadan /hari peroral,
diberikan   asiklovir 200 – 400 mg 5 x sehari pada awal penyakit
selama 7 hari,
diberikan : parasetamol bila demam
jangan memberikan asetosal pada anak, karena memicu
sindrom reye,
 pasien  mandi dengan  kalium permanganat dan
antiseptik lain tidak dianjurkan. beri bedak salisil 1%. usahakan agar vesikel tidak pecah dan  mengalami infeksi sekunder,