Tampilkan postingan dengan label stem cell 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label stem cell 2. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 April 2022

stem cell 2

 





Deskripsi sel punca
 (stem = batang; cell = sel), stem cell yaitu  sel yang
menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk
manusia. Seperti batang pohon yang menjadi tumpuan bagi pertumbuhan ranting d


an daunnya, stem
cell juga merupakan awal dari pembentukan berbagai jenis sel penyusun tubuh ,
Stem cell merupakan sel dari embrio, fetus, atau sel dewasa yang mampu   
memperbanyak diri sendiri dalam jangka waktu yang lama, belum mempunyai  fungsi spesifik, mampu berdiferensasi menjadi tipe sel tertentu yang membangun sistem jaringan dan organ dalam
tubuh,
 terapi sel punca sebagai pilihan pengobatan bagi penyakit kelainan
hematologi maupun penyakit degeneratif,  Jenis sel punca yaitu sel embrionik dan sel punca dewasa yang banyak terdapat dalam
sumsum tulang,  ternyata sel punca dapat
 diisolasi dari pulpa gigi,  jaringan lemak  limbah buangan sisa operasi liposucction,darah tali pusat, darah perifer, hepar atau kulit,  
Karakteristik  sel punca yaitu   belum berdiferensiasi (undifferentiated),
mampu memperbanyak diri-sendiri (self renewal), dan dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari 1
jenis sel (multipoten/pluripoten)
dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel
sel punca mampu  untuk
membentuk sel yang terspesialisasi,  walaupun  kebanyakan sel dalam tubuh seperti jantung maupun
hati telah terbentuk khusus untuk memenuhi fungsi tertentu, sel punca selalu berada dalam keadaan
tidak terdiferensiasi sampai ada sinyal tertentu yang mengarahkannya berdiferensiasi menjadi sel jenis
tertentu. kemampuan untuk berproliferasi bersamaan dengan kemampuan berdiferensiasi
menjadi jenis sel tertentu inilah yang  unik. keberadaan sel punca sebagai sel yang belum
berdiferensiasi  dimaksudkan untuk menjaga kontinuitas regenerasi populasi sel yang
menyusun jaringan dan organ tubuh,  ini  dilakukan dengan kemampuan sel punca untuk
berdiferensiasi menjadi sel-sel tubuh yang dibutuhkan, sel punca mampu berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel tubuh,  ini berarti sel
punca bersifat oligopoten,totipoten, pluripoten atau multipoten,  tergantung dari jenis sel punca itu
 sendiri.
sel punca bersifat multipoten jika  
mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang masih berada dalam satu golongan serupa, misalnya sel-sel sistem hematopoietik, ataupun sel saraf,
 sel punca bersifat oligopoten jika  mampu
berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel tertentu saja, seperti sel punca limfoid dan mieloid
 sel punca bersifat totipoten jika  mampu berdiferensiasi menjadi tipe sel embrionik. sel
jenis  ini mampu untuk membangun sistem organisme yang lengkap,
sel punca bersifat  pluripoten
 yaitu  turunan dari sel totipoten yang dapat  berdiferensiasi menjadi sel tubuh yang berasal dari
 ketiga lapisan embrional (endoderm, ektoderm.dan  mesoderm,
Belum Berdiferensiasi
 karakter dasar yang dimiliki oleh sel punca yaitu  tidak memiliki  struktur jaringan
yang spesifik untuk melakukan fungsi tertentu,  contoh, sel punca tidak dapat bekerja dengan
 jaringan didekatnya untuk melakukan fungsi memompa darah ke seluruh tubuh (seperti sel otot
jantung),dan tidak dapat mengangkut molekul oksigen melalui aliran darah (seperti sel darah merah).
namun sel punca yang belum terdiferensiasi memiliki  kemampuan untuk berdiferensiasi
menjadi tipe sel spesifik, seperti sel-sel otak, sel-sel otot jantung, sel-sel darah,
 memperbanyak diri sendiri
sel punca mampu  melakukan replikasi (proliferasi) dan menghasikan sel-sel berkarakteristik sama
dengan sel induknya. kemampuan memperbanyak diri dan menghasilkan sel-sel yang sama seperti
induknya ini tidak dimiliki oleh sel-sel tubuh lainnya seperti sel pankreas,sel jantung, selotak,
sehingga jika  jaringan dalam jantung, otak, maupun pankreas mengalami kerusakan, maka
 kerusakan tersebut bersifat irreversible,
 kemampuan sel punca
untuk memperbanyak  dapat berlangsung berulang kali. sel punca yang
berproliferasi dalam jangka waktu lama dapat menghasilkan jutaan sel. bila  sel yang dihasilkan tetap
dalam kondisi yang belum terspesialisasi, maka dikatakan sel  mempunyai  kemampuan long-term self renewal, yaitu kemampuan sel punca mereplikasi diri dengan melakukan pembelahan menjadi tipe sel
yang belum terspesialisasi dalam jangka waktu yang lama tergantung dari tipe spesifik dari sel
puncanya ,

foto  hirarki sel punca


Keterangan: Tahap dari zigot dan awal pembelahan sel hingga ke tahap morula merupakan sel
punca yang bersifat totipoten, karena dapat berdiferensiasi menjadi organisme yang kompleks. Pada
 tahap blastosis, hanya sel pada innercell mass (ICM) yang dapat  untuk berdiferensiasi menjadi ke
tiga lapisan embrional (ektoderm ,endoderm, mesoderm) sebagaimana primordial germcells
(PGC), yang merupakan sel penggagas gamet jantan dan betina. Pada jaringan dewasa, sel multipoten
dan progenitor terdapat pada jaringan dan organ untuk menggantikan sel yang hilang atau terluka.
sel punca dewasa juga dapat berdiferensiasi menjadi sel dari
golongan lain (garis terputus). Sel punca embrionik (embryonic stem cell/ ECS) yang didapat dari
ICM, mampu untuk berdiferensiasi secara in vitro menjadi semua sel somatik,

Sel punca dibagi menjadi 2  jenis, yaitu sel punca
dewasa (adult stem cell) dan sel punca embrionik (embryonic stem cell)
 Sel Punca Dewasa
Sel punca dewasa yaitu  sel punca yang terdapat pada bagian tubuh yang memiliki  sifat
berbeda-beda tergantung dari mana sel itu  berasal, Sel punca dewasa terdapat pada beberapa
 jaringan yang berbeda, termasuk otak , sumsum tulang dan  darah  ,   sel punca dewasa
hanya mampu untuk berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang terbatas, sesuai dengan jaringan
dimana sel punca ini berasal,  Kemampuan diferensiasi sel punca dewasa tergolong
multipoten, yaitu hanya mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang  
segolongan. Kemampuan diferensiasi ini lebih rendah dibandingkan  sel punca embrionik, kelemahan
sel punca dewasa yaitu  konsentrasinya yang tergolong jauh lebih rendah dalam perbandingannya
dengan sel-sel yang telah berdiferensiasi pada jaringan dewasa.  contoh  sel
punca jaringan hematopoietik yang terdapat dalam sumsum tulang hanya berjumlah 1 : 104 hingga 1 :
105 jumlah total sel yang ada. sehingga  membuat tahap isolasi menjadi lebih sulit bila  
dibandingkan dengan isolasi sel punca embrionik,
Keuntungan dari sel punca dewasa yaitu   sel sudah terspesialisasi sehingga induksi
 menjadi lebih sederhana,  sel punca dewasa dapat langsung
diambil dari sel pasien  sendiri sehingga menghindari penolakan imun,
 Alur defirensiasi dari sel punca dewasa yaitu :
 - Sel punca mesenkimal, sel punca yang mampu berdiferensiasi
menjadi adiposit,osteosit, kondrosit dan beberapa jenis sel penyusun jaringan ikat,
 - Sel punca
jantung, sel punca mampu berdiferensiasi menjadi sel punca utama penyusun organ jantung yaitu
sel otot polos  endotel, kardiomiosit
- Sel punca hematopoietik, mampu
berdiferensiasi menjadi seluruh sel darah seperti limfosit B, limfosit T ,natural killer cell ,sel darah merah, trombosit, monosit (makrofag),
neutrofil, basofil, eosinofil,
- Sel punca jaringan
syaraf (neural), sel punca mampu berdiferensiasi menjadi 3 golongan utama syaraf yaitu neuron,astrosit,
oligodendrosit  dan kelompok sel syaraf yang mempunyai  aktivitas dopamigernik, sehingga
dapat digunakan untuk terapi Parkinson;
- Sel punca jaringan kulit, sel punca banyak ditemukan di
stratum basalis epidermis kulit dasar folikel rambut, mampu berdeferensiasi menjadi keratinosit, sel
penyusun lapisan epidermis kulit;

Sel Punca Embrionik
sel punca embrionik didapat dari embrio atau  dari ICM blastosis yang
merupakan tahap awal dari perkembangan embrio,  Embrio manusia mencapai tahap blastosis pada
hari ke 4-5 sesudah  terjadinya fertilisasi, yang pada saat itu terdapat kurang lebih 50-150 sel  ,
 Sel punca embrionik  didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (invitro fertilization)
, Sel punca embrionik merupakan awal dari seluruh jenis sel
dalam tubuh manusia yang memiliki  sifat pluripoten, jumlahnya banyak, dan mudah dikembangkan
menjadi berbagai macam jaringan sel, seperti fibroblast,neuron, kardiomiosit, osteoblast  dan
sebagainya sebagai keistimewaan dari sel punca embrionik yang sulit disaingi oleh jenis sel punca yang
lain
sel punca embrionik
bersifat berumur panjang dan mampu berproliferasi beratus-ratus kali lipat pada kultur
,namun penggunaan sel punca embrionik sebagai terapi
masih menjadi bahan perdebatan dari segi moral dan etika karena diambil dari embrio manusia yang
berarti harus membunuh manusia,

SEL PUNCA


TRANSPLANTASI SEL PUNCA DARAH TALI  PUSAT
darah tali pusat  merupakan limbah setelah proses kelahiran. dalam
trasplantasi, sel punca darah tali pusat mempunyai kelebihan  karena tingkat  sistem kekebalan tubuh  ogenisitasnya yang rendah, sel punca darah tali pusat tergolong  immature dan mempunyai sifat  .antigen yang belum berkembang secara  matang,   kelebihan penggunaan  darah tali pusat yaitu rendahnya risiko terjadi  rejeksi sekalipun tanpa  adanya kecocokan HLA secara lengkap
Keberhasilan transplantasi darah tali  pusat dengan HLA matched terjadi  
pada penyakit thalassemia , sickle cell anemia dan fanconi anemia,
keberhasilan transplantasi darah tali pusat dengan 1-2 kecocokkan HLA
 pada, pengobatan  penyakit hurler’s syndrome,,acute  lymphoblastic leukemia
juvenile myelomonocytic leukemia, acute myelogenous leukemia, chronic  myelogenous leukemia, refractory anemia with myelodysplastic syndrome,
 sel  punca  didapat  dari  darah tali pusat ,sumsum tulang atau darah  tepi, terapi sel  punca  mengatasi  penyakit  yang disebabkan degeneratif  infark jantung, iskemia tungkai kritis, atau kelainan  hematologi ,
dalam proses transplantasi diperlukan  kecocokan antara pendonor dan  pasien penerima penerima, serologi  terhadap CMV dan herpes,riwayat kesehatan  pendonor, golongan darah,  
 molekul  yang bertanggung jawab terhadap  proses pengenalan antigen yaitu
human leukocyte antigen (HLA). HLA  berperan  dalam  transplantasi, terutama transplantasi   yang dilakukan secara allogeneic, transplantasi secara allogeneic dilakukan  dengan menggunakan sel atau jaringan  yang berasal dari pendonor yang berbeda  dengan pasien penerima penerimanya. pada transplantasi  secara autologous, pasien penerima menggunakan  sel yang berasal dari dirinya sendiri   sehingga tidak  dikhawatirkan adanya  reaksi penolakan ,
pengenalan antigen  melalui sistem HLA  agar pemilihan terapi dapat  berjalan dengan baik dan aman, human leukocyte antigen  molekul human leukocyte antigen (HLA) merupakan major  histocompatibility complex (MHC) yang
ada pada manusia. molekul ini  pada mulanya  ditemukan sebagai suatu
faktor yang menyebabkan  munculnya  penolakan  pada transplantasi allogeneic. Sistem HLA dikode oleh sekumpulan  gen yang ada  dekat dengan
sentromer pada lengan pendek  kromosom nomor 6 dan terdiri dari  kelas I dan kelas II.
peranan HLA dalam transplantasi sel  punca molekul HLA kelas i dan kelas ii
mempunyai peranan penting pada  proses transplantasi sel punca. sel punca
yang digunakan dalam transplantasi  dapat diisolasi dari beberapa sumber,
antara lain darah tali pusat, lipoaspirate hasil liposucction,sumsum tulang, darah  perifer,
masing-masing sumber  sel punca mempunyai karakteristik tersendiri, termasuk pula dalam ekspresi  HLA-nya. sel punca tali pusat  mempunyai ekspresi HLA kelas  I lebih sedikit dibandingkan sel punca darah  tepi atau sumsum tulangSel punca yang bersumber dari sumsum tulang mempunyai kemiripan ekspresi HLA dengan sel punca darah tepi,
 sel punca yang berasal dari  lipoaspirate  tidak mempunyai ekpresi HLA kelas I dan hanya sedikit  sel dengan HLA kelas II.
Perbedaan struktur pada molekul  HLA kelas I dan kelas II yang  ditunjukan oleh pendonor dan pasien penerima penerima  pada saat transplantasi sebagai  faktor  penyebab   penolakan ,
 Molekul HLA kelas  I mempunyai lokus A, B, dan C,  
molekul HLA kelas II mempunyai lokus  DR,DP dan  DQ,
Masing masing kelas menunjukan  antigen  kepada tipe sel T yang berbeda. Struktur HLA Kelas I dan HLA Kelas II, Molekul HLA kelas I dan kelas II
merupakan molekul glikoprotein  ekstrasel yang tersusun membentuk
struktur heterodimer.
Molekul HLA  kelas I pada permukaan membran sel  tersusun atas molekul glikoprotein  rantai berat berukuran sekitar 45 kDa  yang membentuk ikatan non-kovalen  dengan struktur 2-microglobulin berukuran 12 kDa ,
 Molekul rantai berat HLA kelas I terdiri atas 3  buah domain, yaitu 1, 2, dan 3. Bagian  1 dan 2 merupakan bagian polimorfik  yang berikatan dengan peptida antigen  untuk kemudian dipresentasikan  kepada sel T (CD8+). Struktur 2- microglobulin yang dikode oleh gen  dalam kromosom 12, merupakan
struktur yang non-polymorphic dan dapat  berinteraksi dengan molekul lain antara  lain dengan produk dari gen CD1 dan  dengan molekul FcRn.
Molekul HLA kelas II terdiri atas  rantai α dan β yang masing-masing  terdiri dari  struktur 1, 2, dan 1, 2.  rantai β berukuran antara 26-28 kDa  dan Rantai α berukuran sekitar 30-35 kDa  ,
 Pada molekul ini, bagian  polimorfik yang berikatan dengan  peptida ada pada domain 1 dan 1., Karakteristik   molekul  HLA ada pada tingkat polimorfismenya yang tinggi. Sesuai  dengan fungsi molekul HLA dalam
proses presentasi antigen kepada sel T, sifat polimorfisme ini  berguna
dalam fungsinya untuk mempresentasikan antigen.8
Peran molekul HLA kelas I dan HLA kelas II dalam mempresentasikan antigen yaitu melalui ikatan antara  peptida yang merupakan fragmen  antigen dengan reseptor sel T. Peptida  yang dipresentasikan akan dikenali oleh reseptor sel T, jika  peptida ini dianggap  sebagai antigen asing, maka sel T akan mengalami aktivasi. Aktivasi sel T  ditandai dengan munculnya proliferasi  dan diluncurkan beberapa mediator  inflamasi antara lain interferon-.
 Perbedaan  sekuen asam amino HLA akan  mempengaruhi bentuk dari ’celah’ yang  akan berikatan dengan peptida antigen  dan akan menentukan kemampuan  molekul HLA dalam mempresentasikan antigen tertentu.  ini  yang menentukan kemampuan pengenalan  antigen antara self dan non-self. Oleh  karena itu, beberapa tipe HLA  mempunyai hubungan yang  erat dengan predisposisi terkenanya  ,penyakit autosistem kekebalan tubuh tertentu (HLA-DR2  dengan penyakit lupus dan multiple  sclerosis, HLA-DR4 dengan penyakit
diabetes melitus tipe 1 dan rheumatoid arthritis)
Molekul HLA kelas I berpasangan  dengan reseptor sel T cytotoxic/TC (CD8+) mengakibatkan munculnya aktivasi  TC yang dapat langsung membunuh sel�sel yang terinfeksi virus dan patogen  intraselular. Molekul HLA kelas II
berpasangan dengan reseptor yang  ada pada sel TH (CD4+). Sel T helper
(TH) akan menstimulasi respons sel-sel, terutama sel B sehingga mengalami
maturasi menjadi sel plasma yang akan  menghasilkan antibodi spesifik. Sel lain  yang ikut terstimulasi dengan  diluncurkan mediator inflamasi,
antara lain yaitu neutrofil,monosit, makrofag,   dan juga sel T cytotoxic.
Adanya polimorfisme genetik  yang sangat luas dan kompleks
membuat peneliti  mengekspresikan  kombinasi alel kelas I dan kelas II yang
berbeda,jumlah alel HLA  kelas I dan II mencapai di atas 2.000 allel
Ketika transplantasi dilakukan  antar pasien penerima  yang mempunyai tipe HLA yang berbeda, akan mengakibatkan sel  efektor pasien penerima penerima  sel NK,sel T, dan sel B,  mengenali sel atau jaringan yang  ditransplantasikan sebagai non-self antigen (antigen asing) sehingga  mengakibatkan munculnya rejeksi sel/jaringan.,
 Penolakan  sistem kekebalan tubuh dapat berbentuk kerusakan sel atau
jaringan transplan dan kerusakan dapat berlangsung cepat dan sangat kuat
(penolakan akut) ataupun kerusakan  berada dalam taraf lebih ringan, namun
berlangsung dalam waktu lebih lama (penolakan kronik)
Penolakan  hiperakut pada transplantasi solid organ  terjadi karena keberadaan antibodi  dalam sirkulasi darah pasien penerima penerima yang menyerang antigen HLA kelas I atau antigen ABO pada organ yang  ditransplan, Penolakan hiperakut dapat  mengakibatkan  nekrosis pada organ transplan , terhambatnya suplai  darah dan munculnya iskemi  sehingga  organ yang ditransplantasikan tidak  berfungsi. Pencegahan terhadap  penolakan hiperakut   dilakukan dengan mendeteksi adanya  anti-HLA dari sel/jaringan yang akan ditransplantasikan.
  ini dapat diatasi  dengan dilakukannya uji cross match untuk melihat kemampuan reaktivitas  dari serum pasien penerima penerima terhadap sel darah pendonor,
Penolakan akut terjadi akibat  adanya respons sistem kekebalan tubuh primer oleh pasien penerima penerima terhadap molekul HLA yang  ditunjukan oleh organ transplan.Penolakan ini akan mulai terlihat  dalam   beberapa hari hingga
beberapa minggu setelah organ mulai  berfungsi. adanya penolakan akut
 mengakibatkan  inflamasi  dan kematian sel atau jaringan, ditandai dengan adanya kerusakan pada lapisan  endotel dari pembuluh darah,
Kerusakan jaringan akibat adanya  penolakan akut terutama terjadi pada
jaringan liver dan  ginjal yang mengandung banyak  pembuluh darah,
usaha  usaha   pemilihan  pendonor dengan tipe HLA semirip  mungkin dengan pasien penerima penerima, pencegahan  munculnya penolakan akut   dilakukan dengan pemberian obat sistem kekebalan tubuhosupresan. namun efek
samping sistem kekebalan tubuhosupresan perlu menjadi  pertimbangan dalam prosedur ini, terutama karena meningkatnya risiko munculnya penyakit  kardiovaskular,,meningkatnya risiko  infeksi dan osteoporosis,
obat sistem kekebalan tubuhosupresan  memicu   adanya  keganasan karena
obat sistem kekebalan tubuhosupresan  menekan  sistem sistem kekebalan tubuh yang sedianya berguna   untuk melindungi tubuh dari adanya kanker,
penolakan kronik terjadi beberapa  bulan sampai beberapa tahun setelah
dilakukan transplantasi, ini dapat  dilihat  pada biopsi jaringan, dengan
ditemukannya bentuk  patologis berbentuk munculnya penebalan dinding pembuluh darah pada area yang  mendapat transplan. belum ada  penjelasan  mekanisme munculnya penolakan kronik. namun, diperkirakan mekanisme ini  dipicu  oleh antibodi dibandingkan sel T ,

Pemeriksaan HLA secara serologi dan molekuler   sebelum transplantasi dilakukan, penentuan tipe HLA harus  dilakukan  untuk menentukan pendonor yang tepat  dengan tingkat kecocokan tipe HLA  yang semirip mungkin antara pasien penerima penerima  dan penpendonor. Pemeriksaan HLA dapat dilakukan baik dengan cara  molekular (dengan amplifikasi  DNA) atau  serologi , pemeriksaan HLA berdasar  amplifikasi materi genetik  (Deoxyribo Nucleic Acid/DNA)  menggantikan pemeriksaan dengan cara  serologi,  Pemeriksaan tipe HLA
berdasar  amplifikasi DNA memberikan  tingkat akurasi  tinggi sehingga memungkinkan untuk    didapatkannya penentuan tipe HLA pendonor dan pasien penerima yang lebih akurat, ini  memicu   keberhasilan transplantasi melalui   survival transplan,mencegah  kronik graft versus host disease
(GvHD). Pemeriksaan HLA   konvensional yaitu  dengan menggunakan metode serologi, Pemeriksaan HLA dari  terasaki melalui  microlymphotoxicity assay,yang membutuhkan preparasi sel  limfosit sebagai target pemeriksaan dan
antisera spesifik. reaksi menjadu  positif jika terjadi pengikatan antara antigen
pada limfosit dengan antibodi ,pengaktifan protein komplemen  memusnahkan  membran sel sehingga muncul  lubang-lubang kecil yang  memicu sitoplasma keluar dari sel dan mengakibatkan munculnya perubahan pada morfologi sel dan kematian sel,kemudian , perubahan morfologi dan kematian sel ini dilihat denganmikroskop,kekurangan dari metode  serologi yaitu penelitian  dengan mikroskop  dilakukan secara subjektif,pada saat preparasi sel membutuhkan tingkat viabilitas sel yang  tinggi  mencapai 80%, rendahnya  ekspresi antigen pada sel darah  tali pusat,  mempersulit  terbentuknya kompleks antigen dan
antibodi sehingga menghasilkan  ketidak akuratan .  ini mempersulit penentuan tipe HLA pada sampel darah tali pusat.
Dengan metode Sequence Specific Primer (SSP) PCR, keberadaaan antigen HLA ditentukan dari  teramplifikasinya gen itu  menggunakan primer spesifik.
Pemeriksaan berbasis DNA   mendeteksi perbedaan nukleotida spesifik ,
sehingga mampu membedakan alel-alel pada satu lokus gen,  Kemampuan
membedakan suatu alel sampai tingkat  lokus tergantung  pada primer yang digunakan dan  metodenya ,
pemeriksaan HLA  secara molekuler mementingkan pada gen yang mengatur ekspresi antigen itu,  pemeriksaan HLA dengan metode serologi mementingkan   perbedaan  struktur antigen,

br 3. Pengenalan Antigen oleh Reseptor Sel T3

gbr 2. Struktur HLA Kelas I dan HLA Kelas II2




gbr 1. Skema Gen HLA yang ada pada Manusia3

Keterangan : sekumpulan gen ini menyandikan penanda permukaan sel, molekul penyandi antigen, dan beberapa protein lainnya yang terlibat di dalam sistem sistem kekebalan tubuh