Tampilkan postingan dengan label sistem kekebalan tubuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sistem kekebalan tubuh. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 April 2022

sistem kekebalan tubuh



EFEK PROPOLIS CAIR TRIGONA SPP. TERHADAP  SISTEM KEKEBALAN TUBUH 


Tubuh manusia secara terus menerus  terpejan  atau terpapar  oleh berbagai hal  yang  melemahnya fungsi sitem  kekebalan tubuh ,Modulasi respons sistem kekebalan tubuh,  dengan stimulasi sistem kekebalan tubuh atau dengan  menekan reaksi sistem kekebalan tubuh yang tidak diinginkan, untuk meringankan penyakit ini,  sistem kekebalan tubuh merupakan jalur  pertama pertahanan tubuh manusia,    sistem kekebalan tubuh  melindungi  manusia  dari penyakit , pengobatan  imnuomodulator  sebagai  alternatif  kemoterapi konvensional,  terutama ketika mekanisme permtahanan inang harus diaktifkan pada kondisi respons sistem kekebalan tubuh terganggu,
 respons  sistem kekebalan tubuh yang terjadi akibat adanya invasi bakteri  ketika masuk ke dalam tubuh akan  dieliminasi oleh neutrofil dan makrofag di sistem sistem kekebalan tubuh innate. Respons sistem kekebalan tubuh  seluler lebih efektif dalam mengeliminasi patogen intraseluler. Makrofag merupakan efektor 
utama pada respons sistem kekebalan tubuh seluler. Sebagai fagosit  profesional, makrofag bertanggung jawab dalam  memusnahkan sel yang terinfeksi patogen intraseluler, termasuk Sthapylococcus aureus ,
 aktivasi  limfosit  T dan B  dan makrofag  berperan utama dalam patogenesis gangguan yang diperantarai sistem kekebalan tubuh ,  Makrofag adalah anggota 
 dari sistem kekebalan tubuh bawaan dan bersama-sama dengan neutrofil, eosinofil dan sel sel NK (pembunuh alami) merupakan sistem  pertahanan pertama untuk mengidentifikasi, mengeliminasi serangan  makromolekul  mikroorganisme ,  Makrofag berperan  dalam pemeliharaan homeostasis jaringan yang  mendeteksi,  menghancurkan patogen ,
Dalam merespons  patogen  , makrofag mengikat patogen dan mengantarkannya ke komponen lain  yang dibentuk oleh antibodi dan  sel  sel limfosit yang berbeda, masing-masing, sel B  dan sel T , Selama aktivasi makrofag, beberapa senyawa yang  dilepaskan seperti sitokin, spesies oksigen reaktif,  oksida nitrat, dan mediator inflamasi lipid, terlibat dalam respons inflamasi , 
 asam lipoteikoat (LTA) pada bakteri  gram positif tidak dapat menginduksi produksi  NO pada cell line makrofag RAW 264,7 kecuali jika terdapat interferon gamma (IFN-γ) yang  dapat meningkatkan aktivitas pengikatan DNA  dari faktor transkripsi NF-κB yang diketahui terlibat pada ekspresi gen iNOS. Diferensiasi dan 
proliferasi limfosit B secara bersama-sama didorong oleh senyawa IL-6 yang dihasilkan oleh  makrofag dan IL-2 yang dihasilkan oleh sel T  pembantu,  Diferensiasi limfosit B  penting untuk tahap perkembangan dalam mengatur jumlah  immunoglobulin (Ig) yang dihasilkan ,  Aktivasi sel B  disebabkan oleh IL-6, yang  dibantu oleh IL-4 yang  berfungsi mengaktivasi sel B yang sedang istirahat dan IL-5   berfungsi memacu pertumbuhan sel B yang sudah aktif. Sitokin-sitokin inilah  yang memacu sel B untuk menghasilkan antibodi ,
Pemaparan berulang dalam jangka waktu  tertentu dari sistem kekebalan tubuhomodulator diperlukan untuk  memperoleh  limfosit T khusus  yang mensekresikan sitokin yang mampu mengaktivasi makrofag , Berdasar
 ini maka diperlukan imunomodulator  yang tingkat ketersediaannya tinggi sehingga  bisa diberikan berulang dalam jangka waktu panjang seperti imunomodulator yang berasal dari  alam, yang salah satunya adalah propolis.
Propolis adalah produk resin yang dipakai oleh lebah pekerja untuk menutup celah celah, mendempul retakan-retakan, menutup lubang,  komposisi kimianya tergantung pada spesies lebah dan vegetasi sumber  resin ,  Lebih dari 300 senyawa  kimia telah diidentifikasi dari propolis, termasuk  terpenoid, asam amino, mineral, polifenol (contoh  flavonoid), kumarin, 
Propolis   mengandung banyak senyawa fenol khususnya  flavonoid sehingga propolis merupakan sumber  senyawa flavonoid yang baik ,  bahwa flavonoid 
merupakan golongan senyawa kimia yang   antioksidan akibat  
kemampuannya dalam mengikat radikal bebas dan sifat mengkelat logam ,
Senyawa fenol yang terdapat pada tanaman tanaman  memiliki beragam kemampuan  bioaktivitas termasuk aktivitas anti-oksidan, 
sifat-sifat biologis dan farmakologisnya, antara lain seperti antimikroba , imnuomodulator ,antiinflamasi  dan antioksidan , Salah satu spesies lebah yang potensial  menghasilkan  propolis  yaitu spesies lebah lokal Trigona spp. 
penelitian dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol propolis  Trigona spp. terhadap aktivitas fagositosis dan  produksi nitrit oksida makrofag peritenium tikus  Sprague Dawley yang diinfeksi Staphylococcus aureus, 
Penelitian ini memakai  30   ekor tikus,  jumlah contoh  dihitung berdasar  rumus Frederer (1967), (t-1)(r-1)>15, dimana t=banyaknya  golongan perlakuan dan r=jumlah replikasi,  memakai tiga perlakuan pemberian dosis  propolis dan dua perlakuan pengendalian sehingga  masing-masing perlakuan terdiri atas 5  ekor 
tikus. Tikus dipilih secara acak dibagi menjadi  5 golongan, golongan I pemberian 0,5% (v/b)  senyawa CAPE 20 mg/kg sebagai pengendalian positif, yang memiliki efek sebagai imunomodulator ,  golongan II pemberian akuades  (ad libitum) sebagai golongan pengendalian negatif,  golongan III, IV, dan V pemberian dosis propolis  cair 0,16%, 0,48%, 1,44% dari berat  badan/hari.
Peralatan yang dipakai antara lain  inkubator CO2 5% 37°C, lempeng mikro (microplate) 24 sumur (Nunc), lempeng mikro 96 sumur (Nunc), coverslip plastik bulat (Thermanox) diameter 13 mm,  alat sentrifugasi, haemositometer, silinder graduate 100 ml dan 1 liter, kertas absorben, tabung reaksi ,microplate  reader (Bencmark BIO-RAD) λ 550 nm. Alat  untuk uji respons antibodi yaitu  pipet volume 2  µl - 1 ml, pipet reagen 1-25 ml,  standar dan sampel, kertas grafik log , software data ELISA, dan microplate reader (Bencmark BIO-RAD) λ 450 nm, kandang , botol air, maserator, magnetic stirer, evaporator merek Buchi  Tipe-190. Alat untuk uji fagositosis makrofag dan uji NO yakni spuit injeksi 1 ml, 3 ml, dan 10  ml, sonde, pipa kapiler, tabung eppendorf, neraca  elektronik (KERN ABT 220 SDM), alat sentrifus (SORVALL-LEGEND RT), 
Bahan penelitian berupa propolis mentah, Bahan untuk ekstraksi berupa etanol grade teknis dan bahan pengisi berupa propilen gilkol. Bahan untuk pemeliharaan tikus adalah  senyawa Caffeic Acid Phenethyl Ester  (CAPE) C8221-Sigma-Aldrich,  minyak jagung (Corn Oil-SIGMA C8267),  air destilasi, pakan tikus, propolis  cair 20%, 
 Uji  aktivitas fagositosis makrofag memakai  bahan yaitu Fetal Bovine  Serum (FBS), metanol absolut, coverslips bulat,  Gyemsa modified solution 20%. alat alat   Penetapan kadar  NO memakai senyawa standar nitrit, reagen  merah netral,  larutan Griess A dan Griess B,  kloroform, Free Hank’s Balanced  Salt solution, Medium Roswell Park Memoriam Institute (RPMI), etanol 70%, akuabides,  Phosphate Buffer Saline (PBS), akuades steril,  glutamin, penisilin, streptomisin, 
Penetapan kadar IgG, memakai Mouse IgG  EL1SA (ELM-IgG-RayBio® Mouse IgG).
Hewan uji yang dipakai berupa tikus  putih Sprague Dawley berumur kurang lebih 
empat bulan  dan  isolat bakteri  Staphylococus aureus non protein A 
dan imnuologi ,
Tahapan penelitian
Penelitian dimulai dengan pembuatan sediaan propolis cair,  tahap pengumpulan sampel terminal. Sediaan propolis cair diperoleh melalui ekstraksi propolis dari sarang lebah  Trigona spp,  Sebanyak 150 g sarang lebah  Trigona spp., dimaserasi dengan 650 ml etanol  70% (direndam sambil digoyang memakai 
shaker) selama tujuh hari di dalam wadah erlenmeyer 1.000 ml. Setelah tujuh hari, filtrat  didekantasi kemudian residu dimaserasi lagi dengan 50 ml etanol 70% yang baru. Proses ini dilakukan secara berulang setiap hari selama tujuh  hari, hingga pelarut etanol pada residu tampak  bening, total pelarut (etanol)  yang dipakai adalah sebanyak 1.000 ml, dan  total waktu maserasi selama 14 hari. Filtrat yang diperoleh diuapkan kemudian disatukan di  dalam wadah gelap. Ekstrak propolis dilarutkan  dengan propilen glikol dalam perbandingan 1:5 (b/b).
tikus hewan percobaan dikandangkan secara terpisah di dalam  bak plastik  dengan  tutup kawat yang mudah dibuka tutup, tiap kandang berisi 3 ekor tikus. Alas kandang dialasi  dengan sekam yang harus diganti tiap hari agar  kondisi kandang tetap bersih. Selama penelitian  semua golongan tikus diberi pakan pelet AD-II  sebanyak 10% dari berat badan. Pemberian minum dilakukan secara adlibitum. Pencucian bak  kandang dilakukan 4 hari sekali. Semua tikus hewan percobaan diaklimatisasi selama tujuh hari. Pemberian senyawa CAPE dan propolis cair dilakukan secara oral  selama 14 hari sebelum tikus dinfeksi dengan S.  aureus non protein A. Infeksi S. aures dilakukan  pada hari ke-14 dengan menyuntikkan inokulum  bakteri S. aureus dosis 1x109 cfu/ml secara intraperitoneal.  Pada hari ke-15 semua tikus pada masing masing golongan dilakukan euthanasia dengan  eter dan diambil cairan peritoneum untuk pengujian aktivitas fagositosis makrofag   dan produksi NO memakai metode  Griess  dan  pengambilan darah untuk pengujian produksi antibodi memakai  ELISA (ELM-IgG-RayBio® Mouse IgG).  Semua analisa statistik dilakukan memakai Microsoft Excel dan  SAS 9.1. Perbedaan yang menonjol  dianalisis memakai ANOVA, jika  ada perbedaan nyata  dilakukan uji lanjut Duncan. Perbedaan  dinyatakan dalam p<0,05,
Tikus jantan jenis Sprague Dawley dengan   berat badan awal  200 g/ekor. Berat badan ditimbang setiap satu minggu, pada akhir perlakuan  dilakukan penimbangan berat badan sehingga diperoleh berat badan akhir dan dapat dihitung perubahan berat badan tikus selama pemeliharaan, semua golongan perlakuan mengalami pertumbuhan yang baik, ditunjukkan oleh  peningkatan berat badan , Pengaruh propolis Trigona spp. terhadap  kemampuan fagositosis makrofag dirangsang  oleh perlakuan yang berbeda , Aktivitas fagositosis 
meningkat secara menonjol melalui pemberian  dosis propolis yang berbeda (0,16%, 0,48% dan  1,44%) sama dengan yang diamati pada CAPE, 
(pengendalian positif). 
Penghambatan aktivasi NF-κB ini  menjadi  dasar molekuler sifat anti inflamasi dari propolis  ini  sangat berbeda dengan hasil penelitian  yang mengindikasikan 
bahwa pemberian ekstrak propolis dan asam caffeic (5, 10, 25, 50 and 100 µg/ml) mampu menghambat produksi NO dalam cell line makrofag  (raw 264.7 cells), kemudian mampu menekan  jalur sinyal yang dipicu LPS, yaitu p38 
MAPK, JNK1/2 dan NF-kB. Demikian juga  pemberian senyawa CAPE (1, 5 dan 10 µM) memiliki efek  penghambatan terhadap faktor transkripsi NF-
κB dan NFAT dan akibatnya, CAPE dapat menghambat transkripsi gen IL-2, ekspresi IL-2R  (CD25), dan proliferasi sel T pada manusia.
Dugaan  senyawa terpenoid yang dikandung propolis Trigona spp. pada penelitian 
ini seperti limonene,   mengaktifkan makrofag. hasil penelitian 
yang memperoleh senyawa  bioaktif utama propolis Indonesia yaitu senyawa friedooleanan,  senyawa pirimidin,cyclolanost, fenol derivat, α-amyrin, senyawa eudesmane, senyawa etil acridin, senyawa lupeol,  yang berperan sebagai antioksidan dan antihiperglikemik. 
 bahwa beberapa bahan dalam propolis,  seperti artepillin C,caffeic acid phenethyl ester, asam sinamat, mengaktifkan  makrofag secara in vitro dan in vivo ,  Data literatur mengindikasikan bahwa minyak esensial dari Eucalyptus globulus, yang 
mengandung p-cymene yang merupakan anggota  monoterpene,  mampu merangsang respons  fagositosis makrofag dan  p-cymene juga dapat 
merangsang fagositosis melalui pengikatan dengan reseptor TLR4 , 
Salah satu indikasi makrofag teraktivasi  adalah terbentuknya nitrit oksida (NO) dari L arginin oleh nitric oxide synthase (NOS). Nitrit  oksida merupakan radikal bebas yang berupa gas  anorganik dan bersifat mampu  menembus lapisan 
membran. NO berperan  pada berbagai fungsi fisiologis salah satunya adalah sebagai  mediator kunci pada imuniitas tidak menonjol , NO  bersifat toksik terhadap bakteri patogen karena  NO dapat menghambat enzim ribonukleotida 
reduktase dan mengganggu sintesis DNA,  NO  dapat menginaktivasi enzim yang berikatan  dengan zat besi dan sulfur seperti Nicotinamide  Adenine Dinucleotide (NADH) dan ubikuinon  oksidoreduktase. walaupun  NO  bersifat   toksik dan reaktif,  namun NO   mudah berikatan dengan  molekul lain seperti oksigen dan menghasilkan  nitrat dan nitrit yang bersifat stabil dan tidak toksik ,
propolis  meningkatkan produksi NO  dalam makrofag oleh  pemberian dosis 
propolis yang berbeda. Produksi NO meningkat  karena  pemberian dosis propolis yang berbeda (0,16%, 0,48% dan 1,44%).  Pada pemberian dosis 0,48% dan 1,44% berbeda secara serius dengan golongan pengendalian  negatif dan pengendalian positif  dan  golongan dosis  0,16%.bahwa  pada pemberian propolis dosis 0,16% makrofag  telah mampu menginduksi produksi NO.  bahwa NO berperan regulasi 
penting dalam berbagai jenis proses inflamasi.  Limonene  dapat menekan produksi  TNF-α, sehingga menjadi agen antiinflamasi  yang kuat terutama pada kondisi peradangan kulit   , in vitro mengindikasikan  bahwa D-limonene meningkatkan produksi NO  makrofag peritoneal pada tikus yang memiliki  
tumor , Terpenoid pada ekstrak propolis memicu aktivasi makrofag yang diikuti dengan  diferensiasi dan proliferasi. Proses diferensiasi  dan proliferasi ini memicu peningkatan  jumlah makrofag yang beredar di dalam tubuh ,
 mengindikasikan asam lipoteikoat (LTA)  pada bakteri gram positif tidak dapat menginduksi  produksi NO pada cell line makrofag RAW 264.7  kecuali jika ada  interferon gamma (IFN-γ)  yang dapat meningkatkan aktivitas pengikatan , 
DNA dari faktor transkripsi NF-κB yang  terlibat pada ekspresi gen iNOS.  komponen propolis  seperti quercetin, CAPE maupun terpenoid,  dapat menghambat terbentuknya peroksinitrit (NO2-) pemicu kerusakan sel. Propolis memperlambat ekspresi gen nitrat oksida  sintase, aktivasi NF-κB yang dimediasi TNF-α.  menekan pembentukan prostaglandin dan leukotrien dengan menghambat ekspresi dan  aktivitas cyclooxygenase dan lipoxygenase,  

Makrofag sebagai  komponen   dalam sistem kekebalan tubuh  bawaan. Makrofag berfungsi   sebagai sel fagosit dan mampu fagositosis  organisme patogen,  makrofag adalah  produsen sitokin ampuh dan berperan  penting dalam berbagai proses, termasuk presentasi antigen dan penyembuhan luka. Terkait  dengan peran makrofag sebagai penyaji antigen  (APC), makrofag  mengekspresikan MHC 
II pada permukaannya. Makrofag bersama-sama  dengan MHC II menyajikan antigen kepada sel  T, ekspresi MHC II meningkat bila makrofag teraktivasi, 
Pemberian propolis sebagai imnuomodulator memberi  pengaruh pada indeks fagositosis makrofag ada peningkatan kemampuan fagositosis makrofag pada pemberian  propolis 0,16% dan mengindikasikan sedikit peningkatan kemampuan fagositosis makrofag pada  pemberian 0,48% bila dibandingkan dengan kendali  positif. ini  mengindikasikan bahwa propolis  sebagai imnumodulator berpotensi meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag peritoneal  tikus bila diberikan dalam jangka waktu tertentu  dan sedikit meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag peritoneal bila diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. ini dikarenakan  sifat propolis sebagai imnuomodulator dimana  saat  diberikan dengan dosis kecil, akan berpotensi meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag , 
Adanya infeksi S. aureus pada hewan  yang makrofagnya telah teraktivasi memicu  makrofag bergerak ke arah sumber infeksi.  Makrofag yang sudah sampai di tempat infeksi  akan melakukan fagositosis terhadap S. aureus.  kemudian kuman diproses di dalam fagolisosom menjadi fragmen-fragmen peptida. Fragmen 
peptida yang terbentuk diikat oleh major histo campactibility complex (MHC) dan dibawa ke  permukaan sel untuk disajikan ke sel T. Selama  fagositosis dan pemrosesan antigen, makrofag  mengeluarkan beberapa sekresi, salah satunya 
adalah IL-2. Infeksi S. aureus pada saat makrofag  sedang teraktivasi, memicu fagositosis berjalan sempurna, sehingga fragmen antigen dari S.  aureus disajikan keluar sel bersama protein MHC  II dalam bentuk kompleks peptida MHC. Kompleks peptida MHC ini  berinteraksi dengan  sel-T pembantu melalui reseptornya. kemudian  sel T pembantu menjadi aktif dan mensekresikan 
IL-2. Sekresi IL-2 oleh sel-T pembantu akan berdampak  pada aktivasi sel B. Aktivasi sel B ditandai  oleh proliferasi dan diferensiasi sel B menjadi sel 
plasma secara berulang-ulang, sehingga terjadi  peningkatan sel plasma di dalam tubuh. sel plasma ini  menghasilkan antibodi  terhadap bahan asing ,
Pengaruh pemberian perlakuan propolis  Trigona spp. yang berbeda  merangsang  produksi antibodi , Pemberian ekstrak propolis ini meningkatkan potensi respons sistem kekebalan tubuh humoral bila  dibandingkan dengan hewan yang menerima antigen tanpa propolis (pengendalian negatif). Produksi  antibodi IgG meningkat secara menonjol dengan konsentrasi propolis yang berbeda (0,16%, 
0,48% dan 1,44%).  pemberian propolis 0,48% tidak berbeda nyata bila dibandingkan  dengan pemberian CAPE (pengendalian positif). Kandungan IgG serum meningkat  pada tikus yang menerima 0,48% propolis Trigona spp. dibandingkan dengan pemberian   lain (0,16% dan 1,44%).  bahwa rata rata  
produksi antibodi (IgG) akibat pengaruh pemberian ketiga dosis propolis terdapat peningkatan  secara serius dibandingkan dengan golongan  pengendalian negatif (akuades),  terjadi  peningkatan produksi IgG sebelum dan sesudah  intervensi pada golongan  pemberian propolis 0,48% dan pengendalian positif (CAPE), 
meskipun peningkatan ini  tidak  berbeda nyata. Terjadi penurunan pada golongan  pemberian propolis 0,16% dan  1,44% maupun pada golongan pengendalian negatif  (akuades). Pemberian dosis yang melebihi dosis  efektif dapat bersifat toksik, sehingga pemberian  ekstrak propolis Trigona spp. yang melebihi dosis maksimal ini memicu terjadinya pengurangan ekspresi respons sistem kekebalan tubuh karena mekanisme  imunoosupresan dari sistem  kekebalan tubuh ini.



INTERFERON


interferon yaitu  hormon berbentuk sitokin berupa protein berjenis glikoprotein yang disekresi oleh sel vertebrata karena akibat rangsangan biologis, seperti mycoplasma, mitogen,  virus, bakteri, protozoa,
 nagano dan kojima menemukan  interferon pada virus di kelinci pada tahun 1954
3 tahun kemudian lindenmann dan  isaacs  mengisolasi molekul yang serupa dari sel ayam dan molekul ini dinamakan  interferon,
ada  3  kelas interferon yaitu  gamma, alfa, beta,
Interferon-α dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul anti-viral,  pemakaian  interferon-α untuk perawatan pasien hepatitis C dan   hepatitis B dapat menginduksi tiroiditis,disfungsi kelenjar tiroid, hipotiroidisme atau hipertiroidisme,
 IFN-α mempunyai  efek anti-fibrosis dan  anti-proliferatif pada sel mesenkimal,
Interferon-γ dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti sel T sitotoksik, limfosit B,makrofaga, sel endotelial, fibroblas,
Interferon-β dihasilkan oleh fibroblas dan  bekerja pada hampir semua sel di dalam tubuh manusia,

Sifat -----------    IFN Alfa (α) -------IFN Beta (β)  ----------------IFN Gamma (γ)
Nama
lain    :  -----Leukosit IFN /Tipe I-----Fibroblas IFN/Tipe I-----Imun IFN / tipe II,
Gen  : ----- >20 ---------1 ------------1,
Stabilitas pH: --------Stabil--------- Stabil----------- Labil,
Induser
pengimbas :----Virus (RNA>DNA), dsRNA----Virus (RNA>DNA), dsRNA--- Antigen, Mitogen,
Sumber utama : ---------Leukosit, Epitelium---------Fibroblas-------- Limfosit,
Interferon-α dan -β   untuk penyembuhan  infeksi virus, salah satunya  hepatitis C dan B  yang bersifat kronis dengan  interferon-α ,  interferon-γ yang berperan dalam aktivasi makrofag, dipakai  untuk  penyembuhan leisymaniasis, kusta lepromatosa, toksoplasmosis,  efek anti-proliferasi yang dimiliki interferon memgakibatkan  senyawa ini  digunakan untuk mengatasi tumor seperti sarkoma kaposi dan melanoma ,
interferon  bersifat beracun terhadap jantung,hati, ginjal, sumsum tulang,
 interferon memiliki  efek samping nyeri otot,  demam, malaise, kelelahan,
interferon, terutama  beta  dan  alfa   berperan    dalam pertahanan terhadap infeksi virus. senyawa interferon yaitu  bagian dari sistem kekebalan  non-spesifik dan senyawa ini  akan terinduksi pada tahap awal infeksi virus, sebelum sistem imun spesifik merespon infeksi itu.  ketika  rangsangan atau stimulus biologis terjadi, sel yang menghasilkan  interferon akan mengeluarkannya ke lingkungan sehingga interferon dapat berikatan dengan reseptor sel target dan menginduksi transkripsi dari 20 hingga  30 gen pada sel target,   ini menghasilkan keadaaan anti-virus pada sel target. aktivasi protein interferon kadang  memicu  kematian sel yang  mencegah infeksi  pada sel,




INTERLEUKIN-8

Interleukin-8  atau  IL-8 yaitu   hormon golongan kemokina berbentuk  polipeptida dengan massa  8 sampai  10 kDa yang dipakai  untuk peradangan,perbaikan jaringan, proses dasar, pengikatan heparin,
 ciri   interleukin-8   ada  pada 2  residu sisteina dekat N-terminus yang disekat oleh sebuah asam amino. tidak seperti sitokina umumnya, IL-8 bukan  glikoprotein.
Interleukin-8 dihasilkan  oleh beberapa   macam  sel endotelial ,sel epitelial, sel, termasuk monosit, neutrofil, sel T, fibroblas,
sesudah  terpapar antigen atau stimulan radang (ischemia dan trauma). 2  bentuk   Interleukin-8  yaitu  72 CXC dan   77 CXC  merupakan sekresi neutrofil ketika teraktivasi,
produksi  interleukin-8   yang berlebihan berhubungan  dengan penyakit peradangan, seperti  psoriasis , asma, leprosy,
Interleukin-8   dapat menginduksi perkembangan tumor sebagai salah satu efek angiogenik yang muncul , selain vaskularisasi. dari beberapa kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, interleukin-8  merupakan chemoattractant yang terkuat. sesudah  terpicu, neutrofil menjadi aktif dan berubah bentuk oleh karena sitoskeleton aktin dan  aktivasi integrin ,
eosinofil, Basofil, sel T, monosit  menunjukkan respon kemotaktik terhadap Interleukin-8   dengan terpicunya aktivasi integrin yang diperlukan  untuk adhesi dengan sel endotelial ketika  migrasi,




FAKTOR NEKROSIS TUMOR α

Faktor nekrosis tumor-α  atau  TNF-α atau   TNF-alpha  atau TNFSF2  atau TNFA atau Tumor necrosis factor alpha  atau  cachexin atau cachectin  atau DIF,
yaitu  sitokin yang banyak disekresikan oleh makrofag dan mempunyai  banyak peran metabolisme seperti  metabolisme lipid, koagulasi,proliferasi sel, differensiasi, apoptosis,
TNF-α merupakan anggota dari keluarga faktor nekrosis tumor yang mempunyai reseptor seperti  TNFRSF1B/TNFBR dan TNFRSF1A/TNFR1 ,
jika  jumlah TNF-α yang sangat tinggi akan  memicu  septik syok,
adenosina, kurkumin, merupakan penghambat TNF-α,
walaupun  TNF-α menginduksi migrasi sel punca mesenkimal ke tempat yang diperlukan dengan mekanisme TRAIL, rasio plasma TNF-α yang tinggi mengakibatkan    disfungsi miokardial pasca-iskemia,  bersama IL-6 memicu  disfungsi diastolik ventrikular kiri atau gagal jantung, rendahnya kadar HDL, sindrom metabolisme, gangguan laju filtrasi glomerular, rasio asam urat yang tinggi,
 pada hepatosit, TNF-α akan meningkatkan kadar SCAP di dalam sitoplasma dan menstimulasi sintesis trigliserida, sehingga TNF-α  berperan dalam patogenesis steatosis,





IMUNITAS

imunologi yaitu  ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas, imunologi pada  mulanya   berasal dari ilmu mikrobiologi , sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah athena tahun 430 SM. thucydides mengungkapkan  bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya menjadi tahan tanpa terkena penyakit lagi. penelitian  sistem kekebalan tubuh  selanjutnya  dilakukan  oleh louis pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman ,  teori pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma,  robert koch membuktikan teori  pasteur  ini pada tahun 1891, untuk itu robert koch    mendapat  hadiah nobel pada tahun 1905 , robert koch     membuktikan bahwa mikroorganisme yaitu  pemicu penyakit infeksi ,   dengan ditemukannya  virus demam kuning oleh walter reed maka virus ditetapkan   sebagai patogen manusia pada tahun 1901 ,
imunologi berkembang    pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat pada penelitian imunitas seluler dan  imunitas humoral  , paul ehrlich meneliti  teori rantai-sisi yang menerangkan  spesifisitas reaksi antigen-antibodi. penelitiannya  pada  imunitas humoral mendapat  penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, elie metchnikoff pendiri imunologi seluler  mendapat  penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908

imunitas atau kekebalan tubuh   yaitu    mekanisme pada organisme yang mampu  melindungi tubuh dari  pengaruh  luar dengan cara  membunuh patogen ,  sistem ini mendeteksi bermacam  macam pengaruh  luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari  parasit, infeksi, bakteri, virus  dan  menghancurkan zat-zat asing lain  , memusnahkan pengaruh  luar  dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap  berfungsi normal. deteksi sistem ini sulit sebab  adaptasi patogen dan mempunyai  cara baru agar dapat menginfeksi organisme,
beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralkan patogen. bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. mekanisme kekebalan tubuh   yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti serangga,tanaman, ikan, reptil ,
 mekanisme ini  termasuk peptida antimikrobial yang dinamakan  sistem fagositosis,  komplemen, defensin,  mekanisme  lebih kompleks berkembang dengan adanya evolusi vertebrata. imunitas vertebrata seperti manusia berisi jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit , banyak jenis protein, sel, organ tubuh , sebagai bagian dari respon kekebalan  yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengenali patogen khusus ,  proses kekebalan tubuh  sebagai dasar  vaksinasi,proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan dari  patogen ,
bila  sistem kekebalan tubuh  melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh akan  berkurang, menyebabkan  virus,   patogen dan   penyakit defisiensi kekebalan  muncul ,  defisiensi  sistem kekebalan tubuh    pemicu  penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency,
retrovirus HIV   pemicu  penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency dan sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)
penyakit autoimun menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi  hiperaktif menyerang jaringan normal ,  penyakit autoimun termasuk lupus erythematosus,  rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 ,
sistem kekebalan  tubuh melindungi organisme dari infeksi , pelindung fisik sistem kekebalan  tubuh  mencegah patogen seperti bakteri dan virus memasuki tubuh. bila  patogen melewati pelindung maka   sistem  kekebalan  bawaan menyediakan perlindungan dengan  respon lemah,  sistem  kekebalan  tubuh  bawaan ada  pada semua jenis hewan dan tanaman  , namun, bila  patogen berhasil melewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem  kekebalan  tubuh  adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. disini, sistem kekebalan  mengadaptasi respon tersebut selama infeksi untuk menambah pengenalan patogen itu . respon ini kemudian  ditahan sesudah  patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologis dan mengakibatkan  sistem  kekebalan   adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan,
baik  kekebalan  tubuh   adaptif atau  bawaan bergantung pada kemampuan sistem kekebalan  untuk memusnahkan  molekul diri  dan  molekul asing ,    pada imunologi, molekul self yaitu  komponen tubuh organisme yang bisa  dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem kekebalan  , molekul asing  yaitu   molekul  satu kelas dari molekul diri  bernama   antigen (generator antibodi) sebagai bahan yang menempel pada reseptor kekebalan  tubuh ,
                                                  Komponen kekebalan  tubuh

Sistem kekebalan  tubuh bawaan:        Sistem kekebalan  tubuh adaptif:

-Tidak ada memori imunologis         -  Paparan menyebabkan adanya memori imunologis

- ada  pada semua bentuk kehidupan -Hanya ditemukan pada Gnathostomata

- Respon tidak spesifik                    - Respon spesifik patogen dan antigen
-Paparan menyebabkan respon
maksimal segera                   -Perlambatan waktu antara paparan dan respon maksimal

-Komponen kekebalan seluler
dan respon imun humoral       -Komponen kekebalan seluler dan respon  imun
                                                                     humoral

 perisai mekanikal, kimia dan biologi melindungi organisme dari infeksi,
 perisai mekanikal sebagai  pertahanan dari infeksi  seperti
kulit,kulit ari tanaman dari  daun, eksoskeleton serangga, kulit telur dan membran bagian luar dari telur ,
sistem lain  yang  melindungi tubuh seperti sistem genitourinari, paru-paru, usus,
ingus dikeluarkan oleh saluran pernapasan  untuk menangkap mikroorganisme,
 pada paru-paru, batuk dan bersin  mengeluarkan patogen dari sistem pernapasan,  pengeluaran urin  dan  air mata  juga  mengeluarkan patogen,
enzim seperti  fosfolipase a2  dan lisozim  pada air liur, air mata dan air susu ibu sebagai  antiseptik , perisai kimia juga pelindung   dari  infeksi   seperti  kulit dan sistem pernapasan menghasilkan   peptida antimikroba seperti β-defensin,
sekresi vagina sebagai  perisai kimia selama menarche, saat  mereka menjadi agak bersifat asal, sementara semen mempunyai  pertahanan dan zinc untuk membunuh patogen , asam lambung dan protase  pada perut untuk  melawan patogen ,
dalam sistem genitourinari dan  saluran pencernaan ,  flora komensal sebagai  perisai biologi melawan  patogen yang ada pada  makanan , dengan mengubah kondisi lingkungan seperti  yang ada. maka  ini mencegah  patogen yang memicu penyakit.  sejak  antibiotik mengincar bakteri dan tidak menyerang fungi, antibiotik oral dapat mengakibatkan  pertumbuhan lebih,   yang  menyebabkan munculnya  kandiasis vagina.  flora probiotik, seperti lactobacillus yang ada pada yogurt,  mengembalikan keseimbangan kesehatan populasi mikrobial pada infeksi usus anak-anak ,
mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan mekanisme sistem kekebalan tubuh  bawaan,   respon sistem kekebalan tubuh  bawaan aktif  saat  mikroba diidentifikasi oleh reseptor pengenal pola, yang mengenali komponen   kelompok mikroorganisme. sistem kekebalan  bawaan tidak spesifik, berarti bahwa respon sistem   kekebalan  terhadap  patogen dengan  cara biasa ,
peradangan yaitu  salah satu dari respon pertama sistem kekebalan   terhadap infeksi,  gejala peradangan seperti  kemerahan dan bengkak yang disebabkan  oleh tingginya  aliran darah ke jaringan,  peradangan dihasilkan  oleh sitokin dan eikosanoid  yang dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi atau terluka. eikosanoid termasuk prostaglandin yang menghasilkan  demam dan pembesaran pembuluh darah terkait   peradangan  dan leukotrien yang menarik sel darah putih (leukosit),  sitokin  termasuk interleukin yang berperan sebagai  komunikasi antar sel darah putih , kemokin yang mendorong kemotaksis ,  interferon yang berpengaruh pada  antivirus, seperti melemahkan  sintesis protein pada sel manusia,  sitotokin  dan zat  kimia lainnya merekrut sel imun ke tempat infeksi dan mengakibatkan  jaringan yang mengalami kerusakan yang diikuti dengan lenyapnya  patogen,
sistem komplemen yaitu  kaskade biokimia yang menyerang permukaan sel asing, sistem komplemen mempunyai  lebih dari 20 protein yang berbeda dan dinamakan karena kemampuannya untuk  melengkapi  pembunuhan patogen , komplemen yaitu  komponen humoral  dari respon kekebalan tubuh  bawaan. banyak spesies mempunyai  sistem komplemen, termasuk spesies bukan mamalia seperti invertebrata, tanaman dan  ikan,
pada manusia, respon ini diaktivasi dengan melilit komplemen ke antibodi yang dipasang pada mikroba itu  atau protein komplemen yang dililit pada karbohidrat di permukaan mikroba  , pengenalan sinyal menjalankan respon membunuh dengan cepat  , kecepatan respon adalah hasil dari pengerasan yang muncul mengikuti aktivas proteolisis dari molekul kompleman, yang juga termasuk protease , sesudah protein komplemen melilit pada mikroba, mereka mengaktifkan aktivitas proteasenya, yang mengaktivasi protease komplemen lainnya ,  ini mengakibatkan  produksi kaskade katalisis yang memperbesar sinyal oleh arus balik positif ,  hasil kaskade adalah produksi peptida yang menarik sel kekebalan tubuh, meningkatkan permeabilitas vaskular   dan opsonin permukaan patogen, menandai kehancurannya , pemasukan komplemen  dapat membunuh sel secara langsung dengan menyerang membran plasma mereka,
leukosit (sel darah putih) bergerak bebas  merupakan sel fungsional dalam sistem kekebalan tubuh   bawaan,  leukosit termasuk mastosit, eosinofil, basofil , sel nk fagosit   , fagosit  termasuk neutrofil, sel dendritik,  makrofag    ,  sel ini  mengidentifikasi  dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang lebih besar melalui kontak atau dengan menelan dan lalu membunuh mikroorganisme,  sel bawaan juga merupakan mediator penting pada kativasi sistem imun adaptif,
fagositosis yaitu  fitur   kekebalan tubuh  yang dilakukan oleh sel bernama  fagosit,  fagosit membunuh   memakan partikel  dan patogen , fagosit  mencari patogen, namun  dapat dipanggil ke suatu  lokasi  oleh sitokin,  saat  patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang dinamakan  fagosom,  sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya yang dinamakan  lisosom untuk membentuk fagolisosom,  patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom. fagositosis berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, namun  peran ini diperluas di fagosit untuk memasukan  patogen sebagai mekanisme pertahanan,  fagositosis mungkin mewakili bentuk pertahanan tertua, sebab  fagosit telah diidentifikasikan ada pada invertebrata dan  vertebrata ,
makrofaga dan  neutrofil  yaitu  fagosit yang berkeliling di tubuh untuk mengejar dan menyerang patogen. neutrofil ada  di sistem kardiovaskular dan sebagai  tipe fagosit yang paling banyak , normalnya sebanyak 50% hingga   60% jumlah peredaran leukosit. selama fase radang akut, terutama sebagai akibat dari infeksi bakteri, neutrofil bermigrasi ke tempat radang pada proses yang dinamakan  kemotaksis,  dan biasanya sel pertama yang datang   saat infeksi,
makrofaga yaitu  sel serba guna yang ada  pada jaringan dan menghasilkan  susunan luas bahan kimia termasuk protein komplemen ,enzim  dan regulator seperti interleukin 1,
makrofaga sebagai sel penyaji antigen yang mengaktivasi sistem imun adaptif,
makrofaga juga beraksi sebagai pembersih  tubuh dari sel mati ,
sel dendritik yaitu  fagosit pada jaringan yang berkaitan  dengan lingkungan luar; oleh sebab  itu,  sel dendritik    ada  di usus,perut,  kulit, hidung, paru-paru,
 mereka dinamai karena  kemiripan mereka dengan dendrit, mempunyai  proyeksi mirip dengan dendrit, namun  sel dendritik tidak terhubung dengan sistem saraf,  sel dendritik merupakan hubungan antara sistem kekebalan tubuh  bawaan dan  adaptif , dengan kehadiran antigen pada sel t, salah satu kunci tipe sel sistem kekebalan tubuh  adaptif,
mastosit  berkaitan  dengan anafilaksis dan alergi , basofil dan eosinofil  berkaitan   dengan neutrofil,  mastosit berada   di membran mukosa dan  jaringan konektif  ,
mastosit  mengatur respon peradangan,
mastosit  mengsekresikan perantara bahan kimia yang ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit ,  sel nk yaitu  leukosit  yang telah terinfeksi oleh virus,
mastosit  berperan pada reaksi alergi, seperti asma. sel nk yaitu  leukosit yang menyerang  sel tumor,
peradangan yaitu  salah satu dari respon pertama sistem kekebalan tubuh  terhadap infeksi. gejala peradangan yaitu  kemerahan dan bengkak yang disebabkan  oleh peningkatan aliran darah ke jaringan. peradangan dihasilkan  oleh sitokin dan  eikosanoid  yang dihasilkan  oleh sel yang terinfeksi , eikosanoid termasuk prostaglandin yang menghasilkan   pembesaran pembuluh darah yang  berkaitan dengan peradangan, demam  dan leukotrien yang menarik sel darah putih (leukosit),  sitokin  termasuk interleukin yang berperan  dalam komunikasi antar sel darah putih,  kemokin yang mendorong kemotaksis,  
interferon terpengaruh  antivirus  seperti melemahkam sintesis protein pada sel manusia , sitotokin  dan zat  kimia lainnya merekrut sel kekebalan tubuh  ke tempat infeksi dan menyembuhkan jaringan yang mengalami kerusakan yang diikuti dengan pemindahan patogen,
sistem kekebalan tubuh  adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon kekebalan  yang lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang setiap  patogen diingat oleh tanda antigen  ,  respon kekebalan  adaptif spesifik-antigen dan memerlukan  pengenalan antigen  non-self  spesifik selama proses dinamakan  presentasi antigen,  spesifisitas antigen mengakibatkan  produksi respon yang disesuaikan pada patogen atau sel yang terinfeksi patogen,  kemampuan itu  ditegakan di tubuh oleh  sel memori,   patogen akan menginfeksi tubuh lebih dari sekali, sehingga sel memori dipakai  dan  segera lenyap,
ada 2  subtipe utama sel t  , sel t pembantu dan sel t pembunuh ,
sel t pembunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas i, sedang  sel t pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas 2  . 2 mekanisme presentasi antigen itu  berperan berbeda 2  tipe sel t.  yang ketiga, subtipe minor yaitu  sel t γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor mhc,
sel sistem imun adaptif yaitu  tipe spesial leukosit yang dinamakan  limfosit  , sel B dan sel T  yaitu  tipe utama limfosit yang berasal dari sel punca hematopoietik pada sumsum tulang. sel B  ikut serta pada sistem kekebalan  humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon sistem kekebalan  seluler,
reseptor antigel sel b yaitu  molekul antibodi pada permukaan sel b dan mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. setiap  keturunan sel b mempunyai  antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel b yang lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat dihasilkan  oleh tubuh,
baik sel b dan sel t membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifik. sel t mengenali target  non-self , seperti patogen, hanya sesudah  antigen  atau fragmen kecil patogen  sudah  diproses dan disajikan pada molekul major histocompatibility complex (mhc),
ada  2  subtipe utama sel t  yaitu  sel t pembunuh dan sel t pembantu,  sel t pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas ii,  sel t pembunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas i,
2   mekanisme presentasi antigen itu  berperan  berbeda 2  tipe sel t  , yang ketiga, subtipe minor yaitu  sel t γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor mhc,
sel t pembantu mengatur baik respon sistem kekebalan tubuh  bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. sel itu  tidak mempunyai  aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengendalikan  respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas itu,
sel t pembantu mengekspresikan reseptor sel t yang mengenali antigen terikat pada molekul mhc kelas ii. kompleks mhc:antigen juga diketahui  oleh reseptor sel pembantu cd4 yang merekrut molekul di dalam sel t yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel t. sel t pembantu mempunyai  hubungan lebih lemah dengan kompleks mhc:antigen dibandingkan  pengamatan sel t pembunuh, berarti banyak reseptor   200 sampai  300  pada sel t pembantu yang harus diikat pada mhc:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sedang  sel t pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul mhc:antigen. kativasi sel t pembantu juga memerlukan  durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang mempunyai  antigen,  aktivasi sel t pembantu yang beristirahat mengakibatkan  dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel. sinyal sitokin yang dihasilkan  oleh sel t pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel t pembunuh. aktivasi sel t pembantu memgakibatkan  molekul diekspresikan pada permukaan sel t, seperti cd154  yang menyediakan sinyal stimulasi tambahan yang diperlukan  untuk mengaktifkan sel b yang menghasilkan  antibodi,
sel t pembunuh yaitu  subkelompok dari sel t yang membunuh sel yang terinfeksi dengan  patogen dan  virus  atau  mematikan patogen. seperti sel b, tiap tipe sel t mengenali antigen yang berbeda. sel t mematikan  diaktivasi saat  reseptor sel t mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor mhc kelas i dari sel lainnya. pengenalan mhc:  kompleks antigen ini dibantu oleh ko-reseptor pada sel t yang dinamakan  cd8. sel t lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor mhc kelas i   mengikat antigen. saat  sel t yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan toksin,  ion, air  masuk.  ini mengakibatkan  sel mengalami apoptosis. sel t pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus. aktivasi sel t memerlukan  sinyal aktivasi antigen  atau mhc yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyal yang disediakan oleh sel t pembantu,
sel t γδ mempunyai   reseptor sel t alternatif yang berlawanan dengan sel t cd4+ dan cd8+ (αβ) dan berbagi karakteristik dengan sel t pembantu, sel t sitotoksik dan sel nk. kondisi yang menghasilkan  respon dari sel t γδ tidak sepenuhnya dimengerti. sel ini menghasilkan reseptor sel t konstan, seperti cd1d yang dibatasi sel t pembunuh alami, sel t γδ ada  di perbatasan antara imunitas adaptif dan bawaan. sel t γδ yaitu  komponen dari sistem kekebalan tubuh  adaptif sebab  mereka menyusun kembali gen reseptor sel t untuk menghasilkan  perbedaan reseptor dan dapat mengembangkan memori. berbagai subset adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh   bawaan, sebab  reseptor sel t atau reseptor nk yang dilarang dapat digunakan sebagai reseptor pengenalan latar belakang, seperti   jumlah besar respon sel t vγ9/vδ2 dalam waktu jam untuk molekul umum yang dihasilkan  oleh mikroba, dan melarang sel t vδ1+ t pada epitelium akan merespon untuk menekan sel epitelial,
sel b mengidentifikasi patogen saat  antibodi pada permukaan melekat pada antigen. kompleks antigen  antibodi kompleks ini diambil oleh sel b dan diprosesi oleh proteolisis ke peptids.  kemudian sel b  menampilkan peptida antigenik pada permukaan molekul mhc kelas ii. kombinasi mhc dan antigen menarik sel t pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan mengaktifkan sel b. sel b yang aktif kemudian  mulai berdiferensiasi menjadi (sel plasma) mengeluarkan jutaan antibodi yang mengenali antigen itu. antibodi itu  diedarkan pada plasma darah dan limfa, mengikat patogen dan menandainya untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit. antibodi juga mampu  menetralkan toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang dipakai bakteri dan  virus  untuk menginfeksi sel,
meskipun  molekul klasik sistem  kekebalan tubuh  adaptif   seperti reseptor sel t dan  antibodi  ada hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tidak  berahang primitif, seperti hagfish dan  lamprey ,  binatang itu  memproses susunan besar molekul yang dinamakan  reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata berahang, dihasilkan  dari satu atau dua  gen,  molekul ini melilit pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi  dengan  spesifisitas yang sama,
ketika sel b dan sel t diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi sel memori yang hidup lama. sel memori  akan mengingat tiap patogen  yang ditemui dan  melakukan respon bila  patogen terdeteksi kembali. hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen  dan mempersiapkan sistem  kekebalan  di masa depan. memori imunologi dapat berbentuk memori jangka panjang aktif atau memori jangka pendek pasif ,
imunitas pasif yaitu  berjangka pendek, hilang dalam  beberapa bulan. bayi yang baru lahir tidak mempunyai  paparan pada mikroba dan rentan terhadap infeksi. beberapa lapisan perlindungan pasif didapat dari   ibu. selama kehamilan, tipe antibodi yang dinamakan  igg, didapat  dari ibu kepada   bayi  melalui  plasenta, sehingga bayi mempunyai   antibodi ,  dengan spesifisitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya. air susu ibu juga mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi bayi dari  infeksi bakteri sampai bayi dapat mensintesis antibodinya sendiri. imunitas pasif ini didapat  dari  fetus yang tidak membuat memori sel atau antibodi apapun, namun  hanya meminjam.  imunitas pasif protektif juga dapat diberikan  dari satu orang  ke orang  lainnya melalui serum -antibodi,
memori aktif jangka panjang didapat mengikuti infeksi oleh aktivasi sel b dan sel t. imunitas aktif dapat juga dibuat yaitu melalui vaksinasi. prinsip di balik vaksinasi ( imunisasi)  untuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk menstimulasikan sistem kekebalan  dan mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen tanpa memicu  penyakit yang berkaitan  dengan organisme itu.  ini mengakibatkan  induksi respon imun dengan sengaja berhasil sebab  mengeksploitasi spesifisitas alami sistem kekebalan . penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian pada populasi manusia, maka vaksinasi muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia yang paling efektif.
 vaksin virus berasal dari selubung virus,  banyak vaksin bakteri berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang tidak melukai. sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat mengakibatkan  respon adaptif, kebanyakan vaksin bakteri disediakan dengan penambahan adjuvan yang mengaktifkan sel yang mempunyai  antigen pada sistem kekebalan  bawaan dan memaksimalkan imunogensitas.
sistem kekebalan tubuh  adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi,  kegagalan pertahanan  dinamakan  hipersensitivitas,  defisiensi imun, autoimunitas,
hipersensitivitas yaitu  respon sistem kekebalan tubuh  yang berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh sendiri. hipersensitivitas  terbagi menjadi 4 tipe  ,  berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.
- hipersensitivitas tipe  1 mengikutsertakan  sel, bukan antibodi  memerlukan   waktu 3  hari untuk berkembang. reaksi tipe 4  ikut serta dalam banyak  autoimun dan penyakit infeksi, namun  ikut serta dalam dermatitis kontak. reaksi ini  diperantarai oleh makrofag , sel t, monosit ,
- hipersensitivitas tipe  2   atau reaksi segera atau anafilaksis berkaitan  dengan alergi  , ada gejala  sampai memicu   kematian.
- hipersensitivitas tipe 3  diperantarai oleh ige yang dihasilkan  dari sel mast dan basofil.
- hipersensitivitas tipe 4   muncul saat  antibodi mengikat pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk pemusnahan
 (hipersensitivitas sitotoksik)   dan diperantarai oleh antibodi igg dan igm. kompleks sistem kekebalan  yaitu  kesatuan antibodi igg dan igm , antigen, protein komplemen ,ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe 3
 aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti  asam folat ,vitamin B9, zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E,  B6  dapat   mengurangi respon sistem kekebalan tubuh,
defisiensi sistem kekebalan tubuh  muncul saat  1  atau lebih komponen sistem kekebalan  tidak aktif. kemampuan sistem kekebalan  untuk merespon patogen berkurang pada saat  manusia masih muda dan     tua, dengan respon sistem kekebalan  mulai untuk berkurang pada usia  50 tahun sebab  immunosenescence.
AIDS,  kanker, chronic granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, termasuk  pemicu  defisiensi kekebalan  ,
respon sistem  kekebalan  terlalu aktif menyebabkan disfungsi sistem kekebalan  yang dinamakan  autoimunitas. sistem kekebalan tubuh  gagal  melenyapkan  dengan tepat antara "self" dan "nonself", dan menyerang bagian dari tubuh.  banyak sel t dan antibodi bereaksi dengan peptida "self". satu fungsi sel (ada  di timus dan sumsum tulang) yaitu  untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen self yang dihasilkan  pada tubuh dan untuk melenyapkan  sel itu  yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas,
sistem kekebalan  bangun dengan vertebrata pertama, sedang  invertebrata tidak menghasilkan limfosit atau respon humoral yang berdasarkan antibodi. tetapi, banyak spesies yang memanfaatkan mekanisme yang muncul sebagai tanda aspek imunitas vertebrata itu . imunitas muncul pada bentuk kehidupan yang paling sederhana, dengan bakteri memakai  mekanisme pertahanan unik yang dinamakan  sistem modifikasi restriksi untuk melindungi diri mereka dari patogen virus yang disebut bakteriofag,
reseptor pengenal pola yaitu  protein yang dipakai  semua organisme untuk mengidentifikasi molekul yang berkaitan  dengan patrogen mikrobial. peptida antimikrobial yang dinamakan  defensin yaitu  komponen evolusioner sistem imun bawaan yang ada  pada semua jenis tanaman dan hewan  dan menampilkan bentuk utama sistem kekebalan  sistemik invertebrata. sistem komplemen dan sel fagositik juga dimanfaatkan oleh  semua  invertebrata. ribonuklease dan jalan gangguan RNA dipakai  pada semua eukariot, berperan pada respon sistem  kekebalan  terhadap virus dan material genetika asing lainnya,
tidak seperti hewan , tanaman  mempunyai  sedikit sel fagositik, dan  respon kekebalan tubuh  tanaman  mengikut sertakan  sinyal sistemik bahan kimia yang dikirim melalui tumbuhan. saat  bagian dari tanaman  terinfeksi, tanaman  menghasilkan  respon hipersensitif, untuk sel pada area  infeksi mengalami apoptosis cepat untuk mencegah penyebaran penyakit terhadap bagian lain tumbuhan. perlawanan sistemik dapatan yaitu  tipe respon pertahanan yang dipakai  oleh tanaman  yang mengubah semua  tanaman  melawan pada penyebab infeksi,  mekanisme menghilangkan RNA sangat penting pada sistem respon sebab  mereka dapat menghalangi replikasi virus,
 sistem kekebalan tubuh   mampu  menghancurkan tumor  , sel tumor menandakan antigen yang tidak ada  pada sel normal. untuk sistem kekebalan tubuh , antigen ini  muncul sebagai antigen asing dan mengakibatkan sel kekebalan  menyerang sel tumor. antigen yang diekspresikan oleh tumor mempunyai  beberapa sumber; beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus   yang mengakibatkan kanker leher rahim,
protein organisme  yang muncul pada tingkat rendah  sel normal namun  mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. seperti  enzim yang dinamakan  tirosinase yang saat  diekspresikan pada tingkat tinggi, mengubah beberapa sel kulit  seperti melanosit  menjadi tumor yang dinamakan  melanoma.  sumber  antigen tumor yaitu  protein yang  mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang  bermutasi menjadi kanker sehingga sel termodifikasi dan  meningkatkan keganasan sel tumor,  sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor dinamakan  onkogen.
respon utama sistem kekebalan tubuh  terhadap tumor yaitu  untuk melenyapkan  sel tidak normal  memakai   sel T pembunuh, kadang-kadang dengan bantuan sel T pembantu , antigen tumor ada pada molekul mhc kelas 1  pada cara yang mirip dengan antigen virus.  ini mengakibatkan  sel T  pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel tidak normal . sel nk juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama bila  sel tumor mempunyai  molekul mhc kelas i lebih sedikit pada permukaan mereka dibandingkan  kondisi  normal,  ini merupakan fenomena umum pada tumor. terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang mengakibatkan  kehancuran mereka oleh sistem komplemen,
 tumor menghindari sistem kekebalan tubuh   dan terus berkembang sampai menjadi kanker. sel tumor sering mempunyai  jumlah molekul mhc kelas i yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel t pembunuh. beberapa sel tumor  menghasilkan  produk yang mencegah respon sistem kekebalan tubuh  seperti    mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas limfosit dan makrofaga ,  toleransi imunologis dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem kekebalan tubuh  tidak lagi menyerang sel tumor,
makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor saat  sel tumor mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang mengakibatkan  dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofag mengakibatkan  sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis kemudian  membantu penyebaran sel kanker,
hormon mampu mengendalikan  sensitivitas sistem kekebalan tubuh , seperti  hormon seks wanita diketahui menstimulasi baik respon imun adaptif dan respon imun bawaan. beberapa penyakit autoimun seperti lupus erythematosus sering menyerang wanita, dan serangan  bertepatan dengan pubertas  , androgen seperti testosteron yang  menekan sistem kekebalan tubuh ,  hormon lainnya muncul untuk mengatur sistem kekebalan tubuh ,  yang  penting yaitu  vitamin D  , prolaktin, hormon pertumbuhan ,   kemunduran progresif pada tingkat hormon dengan umur bertanggung jawab untuk melemahnya respon imun pada individu yang bertambah tua,  sebaliknya, beberapa hormon dikendalikan  oleh sistem kekebalan , seperti  aktivitas hormon tiroid, sistem  kekebalan tubuh  bertambah saat  tidur ,
diet mampu  memengaruhi sistem kekebalan , seperti  buah segar, sayuran dan makanan yang banyak mengandung   asam lemak yang membantu perkembangan sistem kekebalan  yang sehat , prenatal bisa  mengakibatkan  gangguan  kekebalan tubuh,    obat-obatan tradisional  yang  mampu  menstimulasi imunitas, seperti hyssop, jamur shiitake ,jamur  lingzhi,   madu, ekinasea, akar manis, ginseng, astragalus, saga, bawang putih, sangitan,  obat-obatan tradisional mampu  menstimulasi sistem kekebalan tubuh, meskipun   sulit untuk dikarakterisasikan,
respon  kekebalan tubuh  dapat   dimanipulasi untuk mengurangi  respon yang disebabkan dari  penolakan transplantasi, autoimunitas, alergi ,
respon  kekebalan tubuh untuk menstimulasi respon protektif terhadap patogen yang kebanyakan  menghindari sistem kekebalan tubuh   obat imunosupresif untuk mencegah penolakan transplantasi sesudah  transplantasi organ, mengatasi  kekacauan autoimun ,  mengatasi inflamasi saat  ada  banyak kerusakan jaringan ,
obat anti-inflamasi untuk mengendalikan  pengaruh peradangan,
glukokortikoid yaitu  obat anti-inflamasi yang mempunyai  efek samping  seperti osteoporosis, obesitas pusat, hiperglikemia,
dosis obat anti-inflamasi yang  sedikit  digunakan  dengan sitotoksik atau obat imunosupresif seperti azatioprin  atau  metotreksat ,  obat sitotoksik mencegah respon sistem kekebalan tubuh   dengan membunuh sel yang terbagi seperti sel t yang sudah diaktivasi. namun, pembasmian  sel dilakukan sembarangan dan organ lain dan  tipe sel terpengaruh, yang mengakibatkan  efek samping  toksin , obat imunosupresif seperti siklosporin mencegah sel t dari merespon sinyal dengan menghalangi transduksi sinyal,
obat yang lebih besar  >500 da  mengakibatkan  netralisir respon sistem kekebalan tubuh , terutama bila  obat  dengan dosis yang lebih besar dipakai  berulang-ulang ,batasan efektivitas obat berdasar  dari peptida dan protein yang lebih besar  yang lebih besar dari  6000 da , obat ini   tidak imunogenik, namun  bisa  dilakukan dengan campuran imunogenik, seperti pada  taksol,
 komputerisasi  mampu   memprediksi  protein dan imunogenisitas peptida yang berguna untuk validasi perawatan obat berdasarkan peptida, menentukan pengobatan antibodi, memperkirakan kejahatan mutasi pada partikel virus, teknik awal didasarkan pada hasil pengamatan  bahwa asam amino hidrofil dilambangkan pada area  epitop dibandingkan  asam amino hidrofob ,  teknik penelitian  mesin sekarang  memakai  basis data epitop yang diketahui ada, biasanya pada protein yang sudah diteliti dengan baik sebagai kumpulan percobaan , basis data yang dapat diakses publik telah dibuat untuk mengkatalogkan epitop dari patogen yang diketahui dapat dikenali oleh sel b  ,  imunogenisitas berkaitan dengan  imunoinformatika,
keberhasilan patogen bergantung pada kemampuannya untuk menghindar dari respon sistem kekebalan tubuh,  patogen  mengembangkan beberapa metode yang menyebabkan  patogen   dapat menginfeksi sementara , patogen menghindari kehancuran akibat sistem kekebalan tubuh ,  bakteri mampu  menembus perisai fisik dengan cara  mengeluarkan enzim khusus dengan   memakai   sistem sekresi tipe 2,  sebagai kemungkinan, patogen dapat memakai  sistem sekresi tipe 3,   bakteri   memasukan tuba palsu pada sel, yang memiliki  saluran langsung untuk protein agar dapat bergerak dari patogen ke inang,  protein yang dikirim melalui tuba dipakai  untuk mematikan pertahanan,
strategi menghindar dipakai  oleh beberapa patogen untuk menghindari   sistem kekebalan tubuh   bawaan yaitu dengan  replikasi intraselular ( patogenesis intraselular)  disini, patogen menghasilkan  lingkaran hidupnya ke dalam sel yang dilindungi dari kontak langsung dengan komplemen, sel imun, antibodi,   patogen intraselular seperti  parasit eukariot yang menyebabkan   malaria (plasmodium falciparum)   leismaniasis,   virus, toksin makanan, bakteri salmonella ,
bakteri seperti mycobacterium tuberculosis, hidup di dalam kapsul protektif yang mencegah lisis oleh komplemen,
banyak patogen menghasilkan  senyawa yang mengurangi respon sistem kekebalan  atau mengarahkan respon kekebalan  ke arah yang salah , beberapa bakteri membentuk biofilm untuk melindungi diri mereka dari sel dan protein sistem kekebalan  biofilm ada pada banyak infeksi yang berhasil, seperti burkholderia cenocepacia ,  pseudomonas aeruginosa kronik ,
karakteristik infeksi sistik fibrosis bakteri lain menghasilkan protein permukaan yang mengikat pada antibodi, mengubah mereka menjadi tidak efektif ,  seperti  peptostreptococcus magnus (protein l) streptococcus (protein g), staphylococcus aureus (protein a),
mekanisme yang dipakai  oleh virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh  adaptif sangat sulit ,  kemunculan paling sederhana dengan cepat mengubah epitop yang tidak esensial (gula dan asam amino ) pada permukaan penyerang, sedang  membiarkan epitop esensial disembunyikan. hiv tetap memutasikan protein pada selubung virus yang esensial untuk masuk pada sel target. perubahan ini  pada antigen mampu  menjelaskan kegagalan vaksin yang diarahkan pada protein itu ,  antigen tersembunyi dengan molekul inang yaitu  strategi umum lainnya untuk menghindari deteksi oleh sistem kekebalan tubuh  , pada hiv, selubung yang menutupi virus dibentuk dari membran paling luar sel; virus tersembunyi membuat sistem kekebalan tubuh  kesulitan untuk mengidentifikasikan virus sebagai  zat berbahaya,
PROTEIN C-REAKTIF
Protein C-reaktif   atau CRP  atau  C-reactive protein   CRP    yaitu   protein yang dihasilkan oleh hati, terutama ketika  terjadi  inflamasi  infeksi  dalam tubuh,
 protein ini tidak bersifat spesifik, maka  letak organ yang mengalami infeksi  tidak  diketahui , pemeriksaan CRP terbaru yaitu  high-sensitivity CRP dapat  untuk memprediksi adanya   penyakit jantung di  masa depan. pada pasien pengidap  penyakit autoimunitas  seperti  vasculitis,  rheumatoid arthritis dan lupus  , maka CRP   dihasilkan oleh  tubuh sangat banyak,
Thomas Francis, Jr. (1900-1969)  dan William S. Tillett (1892-1974)
yang  pada tahun 1930 mengadakan penelitian di  laboratorium milik Oswald T. Avery (1877-1955) tiba tiba menemukan  CRP, saat itu
  kedua peneliti saat  sedang mengadakan penelitian   untuk mengembangkan terapi bagi infeksi pneumococcal pneumonia. mereka menemukan suatu antigen baru yang dinamakan  fraksi C dan melanjutkannya dengan pemeriksaan imunologi terhadap pasien pengidap   infeksi pneumonia. Francis dan Tilett  mengungkapkan  bahwa fraksi C mampu  bereaksi pada   tahap awal infeksi dan infeksi akut, tetapi  sesudah  pasien sembuh maka reaksi dengan fraksi C lenyap ,  ternyata fraksi C bereaksi dengan  penyakit   demam rematik akut  dan endocarditis,
beberapa tahun kemudian  Colin MacLeod (1909-1972) , Avery  dan Theodore J. Abernethy, mempublikasikan senyawa yang dinamakan  C-reactive protein , pada tahun 1947 ,Maclyn McCarty (1911-2005) berhasil mengkristalisasi CRP ,  mengukur   CRP untuk melihat  tahapan perkembangan penyakit demam rematik.  Schieffelin & Co, di New York mulai memproduksi CRP untuk  pemeriksaan medis,
pada tahun 1990, diketahui  bahwa inflamasi berperan pada  perkembangan aterosklerosis sehingga CRP dapat dipakai  untuk  prediksi   penyakit  kardiovaskular  dan  mulai dikembangkan obat yang mampu  menurunkan kadar CRP di dalam tubuh,
pengukuran kadar CRP  untuk memantau penyakit   pasien sesudah menjalani  operasi. kebanyakan  konsentrasi CRP  mulai meningkat pada  6 jam sesudah  operasi dan mencapai kadar tertinggi pada   72 jam sesudah   operasi. Kadar CRP akan kembali normal sesudah   7 hari sesudah  operasi. tetapi , jika  sesudah  operasi terjadi sepsis inflamasi  maka kadar CRP di dalam darah akan terus menerus meningkat,
jika  kondisi terinfeksi aktif, kadar CRP di dalam tubuh bisa  naik  hingga 100 kali  kadar CRP  normal sehingga pengukuran CRP dipakai  untuk mengetahui apakah pasien mengalami inflamasi tertentu atau  dalam kondisi terinfeksi ketika  terjadi  inflamasi atau  infeksi bakteri , leukosit akan teraktivasi kemudian menghasilkan  sitokin ke aliran darah. sitokin  merangsang sel-sel hati  hepatosit  untuk memproduksi   CRP,
 the American Heart Association (AHA) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2003 menyarankan   hsCRP untuk memprediksi  penyakit kardiovaskular terutama untuk  penderita koroner stabil dan sindrom koroner akut , nilai acuan untuk penilaian risiko penyakit kardiovaskular ,antaralain:
< 1 mg/L : risiko rendah,
1-3 mg/L : risiko menengah,
> 3 mg/L : risiko tinggi,
> 10 mg/L  adanya infeksi  inflamasi ,
SERULOPLASMIN
Seruloplasmin   atau  ferroxidase, CP, EC 1.16.3.1, ceruloplasmin atau caeruloplasmin
yaitu  enzim dengan zat tembaga yang berfungsi sebagai katalisator pada reaksi organik,
4 Fe2+    + 4 H+    + O2 <=> 4 Fe3+  + 2 H2O
rasio CP  rendah  merupakan indikasi sindrom wilson;, sindrom menkes  sedangkan rasio tinggi   indikasi reumatoid artritis,kehamilan, limfoma, infeksi akut
PLASMOKININ
Plasmokinin   atau thromboplastic plasma component  atau TPC atau  thromboplastinogen  atau   von Willibrand's factor, Factor VIII atau  FVIII  atau    plasmokinin  atau  antihemophilic factor  atau AHF  atau  antihemophilic globulin atau  antihemophilic globulin A  atau antihemophilic factor A  atau  plasma thromboplastin factor  atau  PTF  atau  plasmokinin  atau platelet cofactor I atau  prothrombokinase  atau  thrombocatalysin  atau thrombocytolysin atau thrombokatilysin,
 yaitu  prokofaktor glikoprotein yang  penting untuk  pembentukan tromboplastin,
plasmokinin disintesis disebarkan  ke dalam sirkulasi darah oleh sel endotelial,  pada beberapa individu yang memiliki   sel endotelial yang tidak mensekresi senyawa ini, terjadi kondisi hemofilia  atau pendarahan yang sulit dihentikan walaupun  terjadi karena  luka yang kecil sehingga memicu  kematian,
rasio plasma plasmokinin tidak menurun dengan adanya penyakit pada hati, melainkan akan  meningkat karena stimulasi patogen,
dalam proses koagulasi, plasmokinin menjadi  kofaktor bagi faktor IXa yang membentuk kompleks protein ketika  distimulasi oleh  fosfolipid dan Ca2+ yang berfungsi untuk mengkonversi faktor X menjadi bentuk aktifnya, yaitu faktor Xa
FIBRIN
fibrin adalah produk akhir koagulasi yang bisa  dilihat dan merupakan suatu protein gelatinosa yang mudah diketahui   pada  tabung reaksi. pada  jenjang koagulasi, perubahan fibrinogen menjadi fibrin sebagai  tahap akhir dari suatu rangkaian reaksi protein yang  kompleks. fibrin aktif sebagai bahan semen untuk menstabilkan sumbat trombosit primer,
fibrin berasal dari fibrinogen yang berubah karena aktivitas enzim trombin
fibrin yaitu  protein berbentuk  serat-serat benang yang tidak larut dalam plasma pada proses  pembekuan atau  penggumpalan  darah.  fibrin tidak larut dalam pelarut protein , namun  bisa  dilarutkan dengan enzim tertentu seperti  pepsin dan   plasmin , jika ada   kerusakan jaringan, zat pembeku darah bekerja sama untuk menghentikan perdarahan itu  dengan membentuk bekuan darah. benang-benang fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga  plasma dan  sel-sel darah merah  akan terjaring dan membentuk gumpalan. jaringan baru akan terbentuk menggantikan gumpalan itu  dan luka tertutup,
FIBRINOGEN
fibrinogen atau  fibrinogen  factor i    yaitu   salah satu protein  disintesis oleh hati yang merupakan reaktan fase akut berbentuk globulin beta, fibrinogen
 membantu proses hemostasis dengan cara  menstimulasi pembentukan trombus.
rasio plasma normal dari fibrinogen yaitu  antara 200 sampai  400 miligram per desiliter (mg/dl),
ANTIBODI
antibodi terdapat  pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata,antibodi  digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetral
antibodi     atau  gamma globulin  atau  antibody  yaitu    glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresikan oleh sel B yang sudah   teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen itu,  sistem kekebalan  manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh dalam  menghasilkan  antibodi untuk melawan antigen,
melalui proses peradangan molekul antibodi beredar di dalam pembuluh darah  memasuki jaringan tubuh ,  yang  terbuat dari sedikit struktur dasar yang dinamakan  rantai. setiap  antibodi mempunyai 2 rantai ringan dan  2 rantai berat besar ,
ada  beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi   dan beberapa tipe antibodi yang berbeda  yang dimasukan ke dalam kelas atau isotipe yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat. 5 kelas antibodi yang berbeda  berada dalam tubuh mamalia berperan  berbeda juga   mengarahkan respon sistem  kekebalan tubuh  yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu:  IgD,IgE, IgG, IgM  dan  IgA,
ANTIBODI ANTI-NUCLEAR
Antibodi anti-nuclear   atau ANF, Anti-Nuclear Factor  atau  ANA, Anti-Nuclear Antibodies  ,
yaitu  antibodi yang muncul  lebih tinggi saat  terjadi penyakit otoimun ,  uji  antibodi anti-nuclear     mengukur jumlah dan pola   dari otoantibodi yang mampu  merusak jaringan tubuh jika  jaringan ini  dianggap sebagai bakteri aatu virus berbahaya , setiap individu mempunyai  sedikit  otoantibodi tetapi   5% dari populasi terdapat otoantibodi yang meningkat. setengah dari 5% itu  menderita penyakit otoimun,
titer normal dari ANA yaitu  1:40. titer yang lebih tinggi menunjukan  adanya  penyakit otoimun. adanya  antibodi anti-nuclear  menunjukan     lupus erythematosus ( 90% ). hal yang sama  juga muncul   pada 60%  penyakit penyakit seperti :     polimiositis, dermatositis,sindrom sjögren, arthritis rheumatoid, hepatitis otoimun, skleroderma dan  non-rheumatologis yang berkaitan  dengan kerusakan jaringan  ,
antibodi anti-nuclear  mengarah ke kompleks pori nuklear pada sirosis biliaris primer,  keadaan  lainnya dengan titer ANA tinggi seperti pada penyakit  penyakit diabetes mellitus tipe i, kelainan jaringan ikat campuran,  addison, purpura trombositopenik primer, penyakit hashimoto, anemia hemolitik otoimun,
antobodi anti-nuclear yaitu  antobodi yang tidak  biasa, dapat dideteksi di darah, mempunyai  kemampuan untuk mengikat struktur tertentu pada nukleus sel,  nukleus menganduk DNA, materi genetika. ANA berada   pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh   yang telah terkena  faktor predisposisi dan akhirnya terkena kerusakan  atau radang pada  jaringan tubuh ,
dengan ditemukannya titer ANA yang tinggi (1:160 ), berbagai subtipe ANA dapat dibedakan. beberapa  subtipe pada sel HEp-2, antaralain:
Anti-p62 (Nucleoporin 62),
Anti-dsDNA (DNA rantai ganda),
Anti-Ro (SS-A),
Anti-La (SS-B),
Anti-Sm (Antigen Smith),
Anti-nRNP (ribonukleoprotein nukleus),
Anti Scl-70 (topoisomerase I),
Anti-centromere,
Anti-Jo,
Anti-ENA (Extractable nuclear antigen),
Anti-gp-210 (gp-210 pori nuklear),
FRAGMEN PENGIKAT ANTIGEN
fragment antigen-binding  atau  fab fragment   atau fragmen pengikat antigen  
yaitu  area dari antibodi yang mengikat antigen yang terdiri dari   1  domain variabel pada rantai ringan  dan 1  domain konstan pada rantai berat ,
domain ini membentuk paratop  paratope   yaitu tempat pengikat antigen, pada terminal N dari monomer asam amino  , 2  domain variabel yang lain mengikat epitop epitope  pada antigen reaktifnya,
FRAGMEN KONSTAN
Fragmen konstan  atau   constant region  atau  c region   atau  constant fragment atau  fragment crystallizable region  atau   fragment constant region
yaitu  bagian dari molekul antibodi yang beraktivitas biologis  eksekutif  dari kelas antibodi itu  demi  sistem kekebalan. Area fragmen konstan terletak pada ekor molekul antibodi dan berinteraksi dengan permukaan sel pencerap Fc pada fagosit dan beberapa protein dari sistem komplemen klasik. maka , fragmen konstan berfungsi sebagai perantara  bermacam  macam  efek fisiologis dari antibodi, seperti  basofil,  eosinofil,opsonisasi, lisis sel, degranulasi mastosit,
pada kelas antibodi  IgD, IgG, IgA ,   fragmen konstan terdiri 2  fragmen protein yang identik dalam domain konstan kedua dan ketiga rantai berat antibodi; fragmen konstan IgM dan IgE terdiri dari tiga domain konstan rantai berat (CH domains 2, 3 dan 4) pada rantai polipeptid. glycosylation dari fragmen konstan sangat penting bagi aktivitas mediasi dengan reseptor Fc.Fragmen konstan IgGs memuat highly conserved N-glycosylation site,
namun  ada perbedaan deret asam amino pada daerah ini antara satu antibodi dengan antibodi yang lain
IGK@
IGK@   atau  Immunoglobulin kappa locus   yaitu   area pada kromosom 2 manusia yang mengandung gen untuk rantai ringan kappa (κ) sebuah  immunoglobulin atau  antibodi ,  pada manusia, rantai κ dikodikasikan dengan gen C (constant) , V (variable) dan  J (joining)  pada daerah ini,   semua gen itu  akan mengalami rekombinasi V(D) untuk memproduksi  bermacam macam  cadangan immunoglobulin,
lokus ig kappa terdiri dari beberapa  gen, antaralain :
IGKJ@: immunoglobulin kappa joining group
IGKJ1, IGKJ2, IGKJ3, IGKJ4, IGKJ5
IGKV@: immunoglobulin kappa variable group
IGKV1-5, IGKV1-6, IGKV1-8, IGKV1-9, IGKV1-12, IGKV1-16, IGKV1-17, IGKV1-27, IGKV1-33  IGKV1D-8, IGKV1D-12, IGKV1D-13, IGKV1D-16, IGKV1D-17, IGKV1D-22, IGKV1D-27,IGKV3-20  IGKV3D-7, IGKV3D-11, IGKV34D-20
IGKV4-1  IGKV5-2IGKV2D-40  IGKV3-11, IGKV3-15,
 IGKV1D-32, IGKV1D-33, IGKV1D-39, IGKV1D-43
IGKV2-24, IGKV2-28, IGKV2-30, IGKV2-40
IGKV2D-26, IGKV2D-28, IGKV2D-29, IGKV2D-30,
 beberapa gen yang tidak berfungsi,  gen semu  pseudogene,
IGKC: immunoglobulin kappa constant yang membungkus domain konstan dari rantai ringan kappa untuk kodikasi antibodi,
ANTIBODI A
Antibodi A  atau  IgA  atau  Immunoglobulin A  yaitu  antibodi yang berperan  dalam imunitas mukosa ( mucosal immune)  ,   IgA terdapat  pada bagian sekresi tubuh seperti   kolostrum,susu,  liur, mukus, air mata   sebagai sIgA (secretory IgA   dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan virus  bakteri ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba. meskipun  IgA memiliki  rasio serum 6% dengan waktu paruh  6 hari dan 2 subtipe yaitu IgA1 dan IgA2, sIgA merupakan  antibodi yang paling banyak dihasilkan  oleh tubuh melalui sistem mukosa, terutama pada MALT (mucosal-associated lymphoid tissues), dibandingkan  akumulasi jumlah immunoglobulin semua kelas antibodi,  3 hingga 5 gram tersekresi kedalam lumen usus setiap hari,
ANTIBODI  D
Antibodi D atau IgD  atau  Immunoglobulin D  yaitu   monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop , Antibodi D     ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan  sIga atau  IgM , tempat IgD mampu  mengendalikan aktivasi dan supresi sel B  ,   IgD mengendalikan produksi autoantibodi sel B,   Rasio serum IgD kira kira   0,2%,
antibodi E
Kimishige Ishizaka  dan  Teruka  menemukan antibodi E pada tahun 1966,
antibodi E  atau  IgE atau   antibody E atau  immunoglobulin E   yaitu  jenis antibodi yang hanya  ditemukan pada mamalia,
antibodi E    berperan pada  sistem kekebalan tubuh   yang merespon cacing parasit (helminth) seperti  fasciola hepatica,schistosoma mansoni, trichinella spiralis,
antibodi E    mampu  mengaktivasi respon kekebalan yang paling dahsyat bila  dibandingkan dengan IgG dengan perannya dalam sistem kekebalan  adaptif ,
antibodi E    berperan   terhadap parasit protozoa  seperti artropoda  dan  plasmodium falciparum,
antibodi E   berperan  pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1  ,
rasio IgE pada individu normal   "non-atopik"  kira kira   0,002% terhadap total serum atau sekitar 0.05% terhadap IgG dengan waktu paruh 2 hari, meski begitu
syok anafilaksis  atau  anaphylaxis   yaitu   reaksi alergi yang bersifat sistemik dan mengakibatkan kesulitan bernapas dan   turunnya sistem sirkulasi tubuh  merupakan akibat dari ikatan yang terjadi antara antibodi E   dan sel mast yang ada  di seluruh jaringan tubuh sehingga memicu  sekresi mediator inflamasi,
antibodi G
Antibodi G atau  IgG atau   Immunoglobulin G    yaitu  antibodi monomer yang terbentuk dari dua  rantai ringan γ  dan  rantai berat , yang saling mengikat dengan ikatan disulfida  dan memiliki   dua fragmen antigen-binding ,
komponen  IgG tersebar   merata di dalam cairan tubuh  dan  darah  dengan rasio serum  75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe. Molekul IgG dibentuk dan diedarkan oleh sel plasma dalam 4 sub-tipe IgG3, IgG4, IgG1, IgG2,
antibodi G   berkaitan dengan Hipersensitivitas tipe II dan tipe III,
antibodi G  yaitu  antibodi pertama yang terlibat dalam respon imunitas lanjutan,  Keberadaan  antibodi G      diartikan sebagai puncak respon antibodi terhadap antigen,
antibodi G  berperan  dalam mengikat sel NK pada ADCC (en:antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity).
antibodi G      mengikat bermacam ragam  patogen, seperti fungi,virus, bakteri  dengan 2  rantai epitop dan melindungi tubuh dengan cara  immobilization dan aglutinasi   dan aktivasi sistem kekebalan komplemen dengan lintasan klasik, memakai  fragmen konstan mengikat patogen dalam opsonisasi untuk ditelan makrofaga dan neutrofil dengan proses netralisasi toksin dan  fagositosis,
antibodi m
Antibodi M   atau  IgM  atau  macroglobulin  atau   Immunoglobulin M   yaitu  antibodi dasar yang ada  pada plasma B. dengan rasio serum 13%,
antibodi M    yaitu  antibodi pertama yang muncul  pada 20 minggu pertama masa kehidupan  janin  manusia   berkembang secara fitogenetik ( phylogenetic),  fragmen konstan antibodi M   yaitu  bagian yang menggerakkan lintasan komplemen klasik  ,
antibodi M    merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, antibodi M   beredar  sesudah   tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal  primary immune response , pada rentang waktu paruh  5 hari. bentuk monomeris dari  antibodi M    ada  pada permukaan reseptor sel-B dan  limfosit-B ,
manusia dan primata memiliki  antibodi alami yang berada di dalam serum sebelum terjadi infeksi , antibodi alami yaitu  antibodi yang dihasilkan  sebelum terjadinya imunisasi pasif , infeksi, vaksinasi,  paparan terhadap antigen,
molekul  antibodi M    mengandung 5 unit dasar yaitu
ikatan disulfida antarmolekul,unit dasar, rantai panjang,rantai pendek dan rantai j,
antibodi M     bertanggung jawab pada   penggumpalan sel darah merah sesudah   transfusi darah pada saat sel darah merah donor tidak sesuai dengan tipe sel darah merah penerima, pada serum normal, antibodi M     sering  mengikat antigen tertentu, walaupun  tidak ada  imunisasi sebelumnya. oleh sebab itu antibodi M   dinamakan   antibodi alami  (natural antibody). sebab avidity antibodi M     yang tinggi, sehingga mampu  mendeteksi dan mengikat antigen kurang reaktif yang ada.  contoh  antibodi M    yang mengikat sel darah merah yang tercemar antigen  B  dan  antigen A ,  dimungkinkan sebagai akibat dari paparan antibodi M  terhadap substansi A dan B yang ada  pada bakteri pada awal proses fitogenik
epitop
Epitop atau antigenic determinant  atau    epitope   yaitu  area tertentu pada molekul antigenik, yang mengikat antibodi atau pencerap  sel T dan sel B , normalnya  molekul berukuran besar, seperti polisakarida  dan protein  bisa  menandakan  sifat antigen,  epitop bisa  dipetakan dengan   elisa atau elispot,
banyak antigen memiliki   beragam epitop yang menjadi stimulan produksi antibodi atau sel T, sesudah  terjadi ikatan pada fragmen pengikat antigen
peptida antimikrobial
peptida antimikrobial yaitu  komponen yang sudah pernah  berevolusi dan ada  secara permanen pada sistem kekebalan tubuh    pada  semua  kehidupan,  perbedaan ada  pada  eukariot dan  sel prokariot  yaitu yang merupakan target dari peptida antimikrobial. peptida ini yaitu  spektrum antibiotik yang luas.
 tidak seperti kebanyakan antibiotik konvensional, peptida antimikrobial mampu  meningkatkan kekebalan dengan berfungsi sebagai immunomodulator.peptida antimikrobial  mampu membasmi  bakteri gram negatif  dan positif ,   termasuk strain yang  resisten terhadap jamur, sel kanker,antibiotik konvensional, mycobacteria, virus yang terbungkus kapsul,
biasanya   peptida antimikrobial  terdiri dari 12 hingga 50 asam amino. peptida ini termasuk dua atau lebih residu bermuatan positif dari residu histidin, hidrofobik,arginin, lisin,
peptida antimikrobial  terbagi dalam beberapa jenis  molekul yang terbagi lagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan komposisi dan struktur asam aminonya,
 struktur sekunder dari molekul ini terdiri dari 4 macam, yaitu beta hairpin,  extended,alpha helical, beta stranded,
 banyak peptida ini tidak terstruktur pada larutan bebas  dan terlipat menjadi konfigurasi akhirnya sepanjang penempatannya pada membran biologis. peptida ini mengandung residu asam amino hidrofilik terbentang pada satu sisi sedangkan asam amino hidrofobik terbentang pada sisi yang berlawanan,
 sifat ini memudahkan penempatan pada 2 lapis membran lipid. kemampuan untuk berasosiasi dengan membran merupakan   sifat asli dari peptida antimikrobial, meski permeabilisasi membran tidak dibutuhkan . peptida ini mempunyai banyak  aktivitas antimikrobial berkisar pada membran sel hingga sitoplasma,
ada  banyak   tipe peptida antimikrobial,antaralain:
tipe pertama  yaitu  peptida kationik yang mengandung banyak   asam amino . cirinya  yaitu nengandung banyak glisin,  triptofan, prolin, arginin, fenilalanina,
 seperti    prophenin pada babi, indolicidin pada sapi ternak,abaecin dan apidaecin pada lebah madu,
tipe kedua yaitu  peptida anionik dan kationik yang mengandung sistein dan membentuk ikatan disulfida. cirinya   yaitu  mengandung ikatan disulfida sebanyak setidaknya 1 hingga 3 ikatan. seperti  defensin pada manusia, drosomycin pada lalat buah, brevinin, protegrin pada babi, tachyplesin pada kepiting tapal kuda,
 tipe ketiga , yaitu peptida anionik, peptida ini mengandung banyak asam aspartat dan    asam glutamat ,  seperti  dermcidin pada manusia, maximin h5  pada amfibi,
tipe keempat , yaitu peptida alpha helical kationik linear. ciri nya yaitu   minimnya kandungan sistein. seperti buforin ii pada amfibi, cap18 pada kelinci,  ll37 pada manusia,   cecropin, andropin, moricin, ceratotoxin, dan melittin pada serangga, magainin, dermaseptin, bombinin, brevinin-1, esculentin,
guna membunuh bakteri , peptida antimikrobal mempunyai   fungsi imunomodulator yang bisa  terlibat dalam pembersihan infeksi, termasuk menghalangi lipopolisakarida yang mengakibatkan   terbentuknya sitokin pro-inflammatory, mengubah sifat gen bakteri, bertindak sebagai chemokine atau menginduksi terjadinya proses produksi chemokine,
bermacam macam  pergerakan dari peptida antimikrobial dalam membunuh bakteri bervariasi,        pergerakan dari peptida antimikrobial  untuk membunuh   membran, mengincar komponen sitoplasma,mengganggu metabolisme,
mekanisme   peptida antimikrobial  membunuh bakteri belum diketahui,
semakin tinggi konsentrasi inhibitor, semakin tinggi kerja  pepida antimikrobial,
aktivitas peptida antimikrobial bergantung pada konsentrasi inhibitor  ,
 kontak permulaan  antara organisme target dan  peptida adalah bersifat elektrostatik sebab  sebagian besar permukaan bakteri adalah anionik,
komposisi asam amino, sifat amfifatik, muatan kationik, dan ukuran pepida antimikrobial , memudahkan pepida antimikrobial  menempel dan masuk ke dalam membran untuk membentuk   celah menuju ke dalam sel dengan banyak  mekanisme ,  peptida antimikrobial  dapat masuk ke dalam sel secara langsung untuk mengikat molekul intraseluler yang penting bagi sel hidup. pengikatan intraseluler termasuk  menghalangi enzim tertentu menghalangi sintesis dinding sel, perubahan membran sitoplasma, aktivasi autolisin, menghalangi DNA, menghalangi RNA,  menghalangi sintesis protein,
berlawanan dengan kebanyakan  antibiotik konvensional, peptida  bekerja sebagai bakteriosida  pembunuh bakteri  dibandingkan  bakteriostatik  penahan pertumbuhan bakteri ,    
peptida antimikrobial sebagai  pengembang   medium dan komplemen terapi yang penting dibandingkan dengan terapi antibiotik konvensional. sebab  peptida antimikrobial tidak menyebabkan  resistansi bakteri seperti  antibiotik yang  terjadi pada banyak kondisi  ,  peptida antimikrobial beraksi sebagai bakteriosida, bukan bakteriostatik, sehingga hanya membutuhkan sedikit waktu untuk melakukan kontak dengan bakteri dan membunuhnya.  peptida dan turunannya  telah berkembang sebagai terapi anti infeksi baru untuk  kondisi seperti  infeksi kulit tropis,kanker, oral muscositis, infeksi paru-paru yang berasosiasi dengan cystic fibrosis,
dalam kompetisi sel bakteri dan sel yang terinfeksi dengan peptida antimikrobial, peptida antimikrobial   berinteraksi dengan sel bakteri dibandingkan dengan sel mamalia yang membuat mereka mampu membunuh mikroorganisme tanpa membuat kerusakan berarti pada sel mamalia. selektivitas dimiliki  peptida antimikrobial untuk  menjamin fungsi kerja nya, peptida antimikrobial  beracun bila  berinteraksi pada sel mamalia,
 beberapa faktor yang berkaitan   dengan sifat kationik  dan sifat selektivitas dari peptida antimikrobial,  akibat dari permukaan membran bakteri yang bermuatan lebih negatif dibandingkan  sel mamalia, peptida antimikrobial  menunjukkan perbedaan afinitas terhadap membran sel mamalia dan  membran bakteri ,
ada  faktor lain yang memengaruhi selektivitas peptida antimikrobial.  kolesterol tersebar secara luas pada membran sel mamalia sebagai bahan penstabil membran, namun tidak terdapat pada membran sel bakteria. Keberadaan kolesterol ini mengurangi aktivitas peptida antimikrobial, sehingga keberadaan peptida antimikrobial melindungi sel mamalia dari serangan peptida antimikrobial.
membran sel bakteri mengandung banyak  asam fosfolipid  seperti cardiolipin dan  fosfatidilgliserol ,  fosfolipida ini sangat bermuatan negatif, oleh sebab itu  lapisan terluar dari bilayer yang terekspos ke luar membran bakteri sangat atraktif terhadap serangan peptida antimikrobial yang bermuatan positif. interaksi ini terutama terjadi karena interaksi elektrostatik, yang merupakan pengendali utama dari pengikatan seluler. aktivitas antar permukaan hidrofobik juga berperan sedikit,
berlawanan dengan itu, lapisan terluar dari membran mamalia dan tanaman tersusun atas lipid yang bermuatan total hampir sama dengan nol sebab  lipid yang bemuatan negatif tersusun di dalam lapisan dalam membran. pada  mamalia, permukaan terluar membran  terbuat dari  sphingomyelin zwiterionik   dan  fosfatidilkolin , walaupun  sedikit bagian dari membran terluar yang  mengandung gangliosida yang bermuatan negatif. interaksi hidrofobik antara permukaan hidrofobik dari fosfolipid zwiterionik dan peptida antimikrobial amfipatik  pada permukaan sel berperan  dalam menghasilkan  formasi ikatan peptida-sel. tetapi, interaksi hidrofobik relatif lemah dibandingkan dengan interaksi elektrostatik, maka peptida antimikrobial  memilih berinteraksi dengan membran bakteri,
beberapa mikroorganisme mengubah muatan total permukaan tubuhnya
bakteri memakai   strategi resistansi untuk menghindari kematiannya  dari  peptida antimikrobial.  staphylococus aureus memindahkan d-alanin dari sitoplasma ke permukaan asam teichoic untuk mengurangi total muatan negatif. s. aureus juga memodifikasi membran anionik melalui mprf dengan l-lisin, meningkatkan total muatan positif. interaksi peptida antimikrobial dengan target membran dapat  dibatasi dengan kapsul polisakarida dari kleibsiella pneumoniae. perubahan juga terjadi pada lipid a dari spesies salmonella, mengurangi tingkat fluiditas dari membran terluar mereka dengan meningkatkan interaksi hidrofobik antara sejumlah ekor asil lipid a dengan menambahkan miristat ke lipid a dengan 2 hidroksimiristat dan membentuk heptaasilat lipid a dengan menambahkan palmitat. penambahan jumlah momen hidrofobik dapat  memperlambat  insersi peptida antimikrobial dan pembentukan celah. residu ini mengalami perubahan di protein membran. di beberapa bakteri gram negatif, perubahan terhadap produksi protein membran berhubungan dengan resistansi terhadap proses pemusnahan peptida antimikrobial. bakteri juga menghasilkan  enzim proteolitik yang mendegradasi peptida antimikrobial.
transmembran  memengaruhi interaksi lipid-peptida, mungkin  transmembran negatif-dalam yang ada dari lapisan terluar hingga terdalam dari membran sel dan hal ini memfasilitasi permeabilisasi membran yang mungkin dengan mempermudah insersi dari peptida bermuatan positif menuju membran. untuk perbandingan, potensial transmembran dari sel bakteri lebih negatif dibandingkan  sel mamalia normal, sehingga peptida antimikrobial   cenderung  menyerang membran sel bakteri karena muatan positif dari peptida antimikrobial,
tingginya  kekuatan ionik, yang  mengurangi aktivitas peptida antimikrobial berdampak  secara parsial terhadap selektivitas peptida antimikrobial dengan memperlemah interaksi elektrostatik yang diperlukan  untuk interaksi awal
defensin
Defensin yaitu  protein kationik berukuran kecil yang mengandung banyak  sistein yang ada pada invertebrata dan   vertebrata , defensin terdiri dari 18 sampai  45 macam asam amino termasuk 6 sampai 8 residu sistein yang terawetkan  defensin aktif melawan virus, bakteri, jamur,
 sel-sel sistem imunitas mengandung peptida jenis ini untuk membasmi  bakteri fagositosis, seperti seluruh sel epitelium dan  pada granulosit neutrofil , defensin berfungsi mengikat membran sel mikroba,
beberapa bagian dari gen makhluk hidup menghasilkan  defensin dan gen itu sangat polimorfik. ada  3 bentuk utama defensin yang ada  di mamalia, yaitu :
θ-defensin,  Î±-defensin  dan β-defensin,
θ-defensin dihasilkan  oleh gen DEFT1P. defensin ini  langka, hanya ada  pada leukosit di  baboon zaitun dan  rhesus macaque , papio anubis.
defensin yang diperoleh  marsupial muda berasal dari susu induknya,
pada marsupial muda, karena sistem imunitas mereka belum berkembang dengan baik, defensin berperan  dalam melawan patogen,
α-defensin dihasilkan  oleh gen DEFA3, DEFA4, DEFA1  dan  DEFA1A3,
 defensin ini ada  pada beberapa t-limfosit , neutrofil dan  di sel NK , DEFA5 dan DEFA6 ada   pada sel paneth di usus halus, di mana  DEFA5 dan DEFA6   mengatur keseimbangan mikroba di lumen usus,
β-defensin dihasilkan  oleh gen DEFB103A/DEFB103B,DEFB1, DEFB4,
 hingga DEFB107A/DEFB107B, dan DEFB110 hingga DEFB133. Defensin ini  luas penyebarannya, disekresikan oleh leukosit dan bermacam macam  jenis sel epitelium. ini  ditemukan di ginjal, esofagus,  saluran pernapasan,lidah, kulit, kornea, kelenjar ludah
gramisidina
gramisidina yaitu  antibiotik  berupa kompleks polipeptida. gramisidida  bisa  meleleh pada  suhu 229 derajat hingga 230 derajat. antibiotik gramisidida ini pada mulanya  di isolasi dari kultur bacillus brevis. gramisidida berbentuk  kristal pipih seperti kepala lembing  atau lensa ,
gramisida yaitu  antibiotik pentadecapeptide linear dengan berat molekul 1900. gramicidina berperan sebagai model  untuk saluran transmembran. campuran alami gramicidina  dilambangkan sebagai gramicidin a. gramicidin a  tersedia   karena adanya residu triptofan ,  salah satu dari urutan  hidrofobik dan mempunyai  kelarutan sangat rendah dalam larutan air.
gramisidina dapat larut dalam asamasetat, piridina, alkohol, jika  di dalam aseton kering dan dioksan,   gramisidina  agak larut namun  tidak larut sama sekali di dalam eter dan hidrokarbon. gramisidina  ini bermanfaat untuk antibakteri. obat  yang mengandung antibiotik gramisidina yaitu  sofradex,agricilline, negralon, neosporin,
kluster diferensiasi
kluster diferensiasi  atau  cluster of designation atau cluster of differentiation atau cluster determinant, yaitu  protokol  untuk identifikasi dan investigasi molekul yang ada  pada permukaan sel, khususnya sel darah putih , molekul  kluster diferensiasi memliki  fungsi   sebagai reseptor atau ligan, atau pada adhesi sel ,  manusia memiliki  350 buah molekul kluster diferensiasi,
CCR5
CCR5   chemokine receptor 5  yaitu   pencerap kemokina dengan ligan, antara lain berbentuk   MIP-1β  dan  RANTES, MIP-1α ,
 CCR5 berperan penting pada respon peradangan terhadap infeksi, meskipun  peran CCR5 untuk fungsi kekebalan tubuh  masih belum  jelas. HIV memakai CCR5 atau protein lainnya, CXCR4, untuk memasuki sel targetnya,
 CCR5 yaitu  nama dari gen yang mengkodekan dari reseptor CC45  , CCR5 ada  pada kromosom 3 pada lengan pendek (p) pada posisi 21.
CCR5  ada pada mikroglia,sel T, makrofaga  dan  sel dendritik ,
CD14
CD14 atau  gp55 atau  myeloid cell-specific leucine-rich glycoprotein atau  monocyte differentiation antigen CD14,
CD14 terutama diekspresikan oleh makrofaga,monosit, granulosit ,
yaitu  sejenis glikoprotein dengan 175 AA, yang bersama-sama  MD-2,TLR4,  merupakan pencerap liposakarida,
CD36
CD36   atau  platelet collagen receptor  atau  fatty acid translocase  atau  thrombospondin receptor  atau  FAT atau TSPR atau  platelet glycoprotein  atau  GPIV atau  glycoprotein IIIb  atau  GPIIIB atau  leukocyte differentiation antigen CD36 atau  CD36 antigen  atau  SR-BI  atau  PAS IV  atau  PAS-4 protein  ,
 yaitu  glikoprotein transmembran yang tersandi pada kromosom 7 q11.2 oleh 15 ekson dan memiliki   ekspresi pada   adiposit, striated muscle cells, hematopoietic cells,permukaan sel keping darah, endotelium, makrofaga, DC,
cacat pada CD36 akan  menginduksi penyimpangan metabolisme asam lemak, kardiomiopati ,alzheimer, glucose intolerance, aterosklerosis, tekanan darah tinggi, diabetes,
CD44
CD44 yaitu  ekspresi gen berbentuk   glikoprotein transmembran yang banyak mengalami variasi proteolitik,   Isoform berupa CD44v yang ada  pada sel sekretori di sekitar kelenjar prostat,  ekspresi CD44s ada  pada semua  jenis sel epitelial,  terganggunya ekspresi CD44 memicu  pertumbuhan tumor ,
pada kanker prostat, hormon kalsitonin berperan sebagai faktor pertumbuhan parakrin yang menginduksi ekspresi varian CD44 yaitu CD44v7-10 melalui lintasan protein kinase A dan p38. CD44v7-10 mempunyai  daya cerap lebih besar terhadap fibronektin dibandingkan  senyawa hialuronan yang biasa dicerapnya  dan mengaktivasi lintasan MAPK.
molekul cd81
Molekul CD81 atau kluster diferensiasi 81 yaitu  protein yang disandi oleh gen CD81. Protein ini dinamakan  26 kDa protein permukaan sel, Tetraspanin-28 (Tspan-28) dan  TAPA-1 (Target of the Antiproliferative Antibody 1)
sebagai protein tumpuan reseptor GPR56:
GPR56 yaitu   reseptor yang termasuk dalam GPCR adhesi yang banyak terlibat dalam perkembangan tumor. CD81 terbukti berperan sebagai protein perancah atau tumpuan (scafolding protein) dalam menstabilkan kompleks GPR56-CD81-Galpha-q/11.
tempat penempelan/masuknya virus hepatitis C:
protein berperan   dalam penempelan dan  atau masuknya virus hepatitis C, berinteraksi dengan heterodimer glikoprotein E1/E2.
trombokinase
Trombokinase   atau CD142  atau  TF  atau  TFA atau  F3  atau tromboplastin atau
  thrombokinase  atau  tissue factor  atau  platelet tissue factor  atau  factor III ,
yaitu   protein yang ada  pada sel darah putih,  jaringan sub-endotelial, keping darah ,
skema pembekuan darah antaralain:  -  terjadi luka -   darah keluar -  keping darah (trombosit pecah)  - menghasilkan enzim trombokinase - bersama vitamin k dan ion kalsium   mengubah protrombin menjadi trombin -  memengaruhi fibrinogen membentuk benang-benang fibrin -  membendung darah dan membeku  - menutup luka,
thrombokinase  penting untuk reaksi kimiawi yang mengubah zimogen berbentuk  protrombin menjadi trombin,
pertolongan  pada luka  membantu membekunya darah dengan  memakai obat  antibiotik  betadine ,
struktur protein TF terdiri dari 3 domain,antaralain:
1. sebuah domain sitoplasmik dengan panjang 21 asam amino yang berada di dalam sel dan berfungsi sebagai transduksi sinyal TF.
kompleks protein yang dibentuk dari molekul TF dengan FVIIa berfungsi sebagai katalis yang memicu proses koagulasi dengan mengaktivasi FXI dan FX, yang kemudian membentuk trombin,
2. domain yang ada  di luar sel dan mengikat faktor VIIa. Ikatan yang terjadi merupakan interaksi dari kedua molekul,
Faktor VIIa yaitu   protein yang terdiri dari beberapa domain. salah satu domainnya, yaitu domain GLA yang memiliki   gugus karboksilat mengikat fosfolipid yang bermuatan negatif, saat terarah oleh promoter berupa kalsium. ikatan antara FVIIa dan fosfolipid meningkatkan daya ikat antara FVIIa dengan TF.
3. domain yang melintang membran hidrofobik.
sitokin
sitokin atau sitokina yaitu  beberapa  senyawa organik hasil sekresi sel yang berfungsi sebagai sinyal komunikasi ataub  berpengaruh pada sel lain , sitokin adalah nama  molekul-molekul sinyal  termasuk faktor pertumbuhan,kemokin, monokin, interleukin,
sitokin  berupa protein  glikoprotein atau  peptida ,  kata sitokin  untuk merujuk regulator polipeptida yang disekresi oleh sel pada semua jenis makhluk hasil embriogenesis
CCL2
CCL2   atau   monocyte chemotactic protein-1 atau MCP-1 atau  C-C motif ligand 2
 yaitu  kemokina yang memicu  migrasi   sel dendritik, monosit, sel T memori  menuju lokasi infeksi. pencerap CCL2 pada sel adalah CCR4 dan  CCR2 ,
CCL2 mengakibatkan degranulasi pada basofil dan mastosit, ketika terstimulasi dengan IL-3
CCL5
CCL5     atau  Regulated upon Activation, Normal T-cell Expressed, and Secreted (RANTES)
yaitu  kemokina peptida yang dikodikasi pada gen CCL5 pada kromosom 17.
protein CCL5 memiliki   massa 8 kDa, merupakan sitokina kemotaktik bagi sel T,basofil dan  eosinofil ,
CCL5 yang disekresi oleh sel T CD8 dinamakan faktor penekan virus HIV,
bersama dengan hormon IL-2 dan IFN-γ yang disekresi oleh sel T, CCL5 menginduksi proliferasi dan aktivasi beberapa sel NK untuk menjadi sel CHAK ( CC-Chemokine-activated killer cell),
CXCL10
CXCL10    interferon-gamma induced protein, γ-IP10, IP-10
 yaitu  kemokina bermotif C-X-C dengan ligan 10, dan memiliki  massa 10 kDa,
IP-10 berperan sebagai ,antaralain:
inhibitor pembentukan koloni pada sumsum tulang dan proses angiogenesis,  sesudah  mengikatkan dirinya pada permukaan sel pada pencerap kemokina CXCR3,
mediator kemotaksis bagi monosit, makrofaga, sel T, sel NK dan DC
stimulan adhesi sel T ke sel endotelial,
aktivitas anti-tumor,
Gen IP-10 ada  pada kromosom 4 pada kluster yang bersamaan dengan beberapa kemokina CXC lainnya,
IP-10 disekresi oleh beberapa sel sebagai respon terhadap hormon IFN-γ, termasuk fibroblas,monosit, sel endotelial,

eritropoietin
Eritropoietin  atau hemopoietin atau    EPO atau   erythropoetin atau  erithropoyetin atau  hematopoietin ,
yaitu   hormon glikoprotein yang merupakan stimulan bagi eritropoiesis, sebuah lintasan metabolisme yang menghasilkan eritrosit,
sintesis  eritropoietin   diregulasi oleh konsentrasi oksigen di dalam darah,
sintesis dominan   eritropoietin   terjadi pada sel di area interstitial peri-tubular di dalam ginjal, selain otak  dan hati ,
  eritropoietin  hasil sekresi dan beredar dalam sirkulasi darah akan meregulasi eritropoiesis pada sumsum tulang melalui pencerap  eritropoietin  yang masih tergolong sebagai pencerap sitokina, dan mekanisme transduksi sinyal seluler melalui beberapa kinase termasuk lintasan Ras/MAP dan JAK/STAT ,  lintasan ini  menstimulasi mitosis dan kematangan sel, meningkatkan sintesis hemoglobin. mutasi pada lintasan ini memicu  terminus karboksil eritrosit terpotong seperti pada simtoma eritrositosis.

faktor stimulasi koloni
Faktor stimulasi koloni granulosit   atau G-CSF  atau  CSF-3
atau  Granulocyte colony-stimulating factor atau  colony-stimulating factor 3  ,
 yaitu  hormon berbentuk  glikoprotein dengan fungsi faktor pertumbuhan, sitokina,mitogen, yang disekresi oleh bermacam macam  jaringan untuk menstimulasi sumsum tulang agar mensintesis granulosit dan sel punca dan mendistribusikan  ke dalam peredaran darah,

faktor stimulasi koloni makrofaga
faktor stimulasi koloni makrofaga granulosit  atau  MGC138897 atau  CSF2   atau  GM-CSF atau  granulocyte macrophage colony-stimulating factor  atau  colony stimulating factor 2  atau   MGC131935,
defisiensi genetik pada kromosom GM-CSF area 5q31 menjadi pemicu sindrom 5q dan leukimia mielogenus akut.
faktor stimulasi koloni makrofaga granulosit  yaitu  sitokina yang berfungsi sebagai stimulan bagi sel progenitor agar terdiferensiasi menjadi granulosit   seperti basofil, neutrofil, eosinofil   dan makrofaga,
bentuk aktif GM-CSF ada  dalam peredaran darah sebagai homodimer,

faktor pertumbuhan hepatosit
faktor pertumbuhan hepatosit  atau  DFNB39 atau HGF  atau  hepatocyte growth factor atau  scatter factor  atau  hepapoietin A atau  SF  atau  HGFB  atau HPTA atau  F-TCF,
faktor pertumbuhan hepatosit   yaitu  sitokina hasil sekresi sel mesenkimal yang mempunyai  multi-fungsi antara lain berperan dalam morfogenesis lintasan tirosina berperan dalam  kinase,  berperan dalam  perkembangan sel, berperan dalam  motilitas,
sehingga berperan  dalam  perbaikan jaringan tubuh,angiogenesis, tumorogenesis ,
HGF disekresi sebagai polipeptida yang tidak aktif dan kemudian teriris oleh serina protease menjadi rantai beta dengan massa 34 kDa dan rantai alfa dengan massa 69 kDa ,
 efek yang diberikan oleh interferon-gamma, tidak dapat disubstitusi oleh interferon-alfa maupun interferon-beta,
Rendahnya rasio HGF di dalam plasma darah menjadi pemicu terjadinya hepatitis kronis, sebab  pengaruh HGF yang bersifat anti-radang anti-apoptotik  pada hepatosit.
rasio HGF yang rendah, dapat ditingkatkan oleh induksi asam maleat, atau dengan memakan  buah Momordica charantia L. ,
sekresi HGF  dapat diinduksi oleh interferon-gamma, aktivasi protein kinase A dan protein kinase C, EGF, TNF-α,

kekebalan tubuh
imunomodulator  adalah  pemakaian  obat merangsang dan memperbaiki kekebalan tubuh,  zat ini kerap disalahgunakan sehingga  dianggap seperti  suplemen, pemakaian secara sembarangan  menyebabkan  alergi,padahal obat ini hanya diperlukan pada saat  seseorang terkena infeksi saja,imunomodulator hanya boleh dikonsumsi  bila  anak-anak atau dewasa mengalami gangguan kekebalan tubuh, hingga kini  belum ada penelitian tentang akibat pemakaian  imunomodulator yang  berlebihan, bila  kekebalan manusia  normal dirangsang terus dengan imunomodulator , maka seseorang akan semakin meningkat   alerginya, sehingga  kekebalannya jadi berlebihan. jika  kekebalan tubuh terlalu banyak , tubuh menjadi sangat  sensitif , keseimbangan sel-sel limfosit menjadi terganggu,
pada tubuh  ada keseimbangan sel-sel limfosit yakni sel limfosit T-helper1 dan limfosit T-helper 2, Sel T helper 1 lebih berperan ke pada orang yang reaksi kekebalan tubuhnya berlebihan akan mudah alergi karena sel limfosit T-helper 2 menjadi mendominasi,