INTERFERON
interferon yaitu hormon berbentuk sitokin berupa protein berjenis glikoprotein yang disekresi oleh sel vertebrata karena akibat rangsangan biologis, seperti mycoplasma, mitogen, virus, bakteri, protozoa,
nagano dan kojima menemukan interferon pada virus di kelinci pada tahun 1954
3 tahun kemudian lindenmann dan isaacs mengisolasi molekul yang serupa dari sel ayam dan molekul ini dinamakan interferon,
ada 3 kelas interferon yaitu gamma, alfa, beta,
Interferon-α dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul anti-viral, pemakaian interferon-α untuk perawatan pasien hepatitis C dan hepatitis B dapat menginduksi tiroiditis,disfungsi kelenjar tiroid, hipotiroidisme atau hipertiroidisme,
IFN-α mempunyai efek anti-fibrosis dan anti-proliferatif pada sel mesenkimal,
Interferon-γ dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti sel T sitotoksik, limfosit B,makrofaga, sel endotelial, fibroblas,
Interferon-β dihasilkan oleh fibroblas dan bekerja pada hampir semua sel di dalam tubuh manusia,
Sifat ----------- IFN Alfa (α) -------IFN Beta (β) ----------------IFN Gamma (γ)
Nama
lain : -----Leukosit IFN /Tipe I-----Fibroblas IFN/Tipe I-----Imun IFN / tipe II,
Gen : ----- >20 ---------1 ------------1,
Stabilitas pH: --------Stabil--------- Stabil----------- Labil,
Induser
pengimbas :----Virus (RNA>DNA), dsRNA----Virus (RNA>DNA), dsRNA--- Antigen, Mitogen,
Sumber utama : ---------Leukosit, Epitelium---------Fibroblas-------- Limfosit,
Interferon-α dan -β untuk penyembuhan infeksi virus, salah satunya hepatitis C dan B yang bersifat kronis dengan interferon-α , interferon-γ yang berperan dalam aktivasi makrofag, dipakai untuk penyembuhan leisymaniasis, kusta lepromatosa, toksoplasmosis, efek anti-proliferasi yang dimiliki interferon memgakibatkan senyawa ini digunakan untuk mengatasi tumor seperti sarkoma kaposi dan melanoma ,
interferon bersifat beracun terhadap jantung,hati, ginjal, sumsum tulang,
interferon memiliki efek samping nyeri otot, demam, malaise, kelelahan,
interferon, terutama beta dan alfa berperan dalam pertahanan terhadap infeksi virus. senyawa interferon yaitu bagian dari sistem kekebalan non-spesifik dan senyawa ini akan terinduksi pada tahap awal infeksi virus, sebelum sistem imun spesifik merespon infeksi itu. ketika rangsangan atau stimulus biologis terjadi, sel yang menghasilkan interferon akan mengeluarkannya ke lingkungan sehingga interferon dapat berikatan dengan reseptor sel target dan menginduksi transkripsi dari 20 hingga 30 gen pada sel target, ini menghasilkan keadaaan anti-virus pada sel target. aktivasi protein interferon kadang memicu kematian sel yang mencegah infeksi pada sel,
INTERLEUKIN-8
Interleukin-8 atau IL-8 yaitu hormon golongan kemokina berbentuk polipeptida dengan massa 8 sampai 10 kDa yang dipakai untuk peradangan,perbaikan jaringan, proses dasar, pengikatan heparin,
ciri interleukin-8 ada pada 2 residu sisteina dekat N-terminus yang disekat oleh sebuah asam amino. tidak seperti sitokina umumnya, IL-8 bukan glikoprotein.
Interleukin-8 dihasilkan oleh beberapa macam sel endotelial ,sel epitelial, sel, termasuk monosit, neutrofil, sel T, fibroblas,
sesudah terpapar antigen atau stimulan radang (ischemia dan trauma). 2 bentuk Interleukin-8 yaitu 72 CXC dan 77 CXC merupakan sekresi neutrofil ketika teraktivasi,
produksi interleukin-8 yang berlebihan berhubungan dengan penyakit peradangan, seperti psoriasis , asma, leprosy,
Interleukin-8 dapat menginduksi perkembangan tumor sebagai salah satu efek angiogenik yang muncul , selain vaskularisasi. dari beberapa kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, interleukin-8 merupakan chemoattractant yang terkuat. sesudah terpicu, neutrofil menjadi aktif dan berubah bentuk oleh karena sitoskeleton aktin dan aktivasi integrin ,
eosinofil, Basofil, sel T, monosit menunjukkan respon kemotaktik terhadap Interleukin-8 dengan terpicunya aktivasi integrin yang diperlukan untuk adhesi dengan sel endotelial ketika migrasi,
FAKTOR NEKROSIS TUMOR α
Faktor nekrosis tumor-α atau TNF-α atau TNF-alpha atau TNFSF2 atau TNFA atau Tumor necrosis factor alpha atau cachexin atau cachectin atau DIF,
yaitu sitokin yang banyak disekresikan oleh makrofag dan mempunyai banyak peran metabolisme seperti metabolisme lipid, koagulasi,proliferasi sel, differensiasi, apoptosis,
TNF-α merupakan anggota dari keluarga faktor nekrosis tumor yang mempunyai reseptor seperti TNFRSF1B/TNFBR dan TNFRSF1A/TNFR1 ,
jika jumlah TNF-α yang sangat tinggi akan memicu septik syok,
adenosina, kurkumin, merupakan penghambat TNF-α,
walaupun TNF-α menginduksi migrasi sel punca mesenkimal ke tempat yang diperlukan dengan mekanisme TRAIL, rasio plasma TNF-α yang tinggi mengakibatkan disfungsi miokardial pasca-iskemia, bersama IL-6 memicu disfungsi diastolik ventrikular kiri atau gagal jantung, rendahnya kadar HDL, sindrom metabolisme, gangguan laju filtrasi glomerular, rasio asam urat yang tinggi,
pada hepatosit, TNF-α akan meningkatkan kadar SCAP di dalam sitoplasma dan menstimulasi sintesis trigliserida, sehingga TNF-α berperan dalam patogenesis steatosis,
IMUNITAS
imunologi yaitu ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas, imunologi pada mulanya berasal dari ilmu mikrobiologi , sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah athena tahun 430 SM. thucydides mengungkapkan bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya menjadi tahan tanpa terkena penyakit lagi. penelitian sistem kekebalan tubuh selanjutnya dilakukan oleh louis pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman , teori pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma, robert koch membuktikan teori pasteur ini pada tahun 1891, untuk itu robert koch mendapat hadiah nobel pada tahun 1905 , robert koch membuktikan bahwa mikroorganisme yaitu pemicu penyakit infeksi , dengan ditemukannya virus demam kuning oleh walter reed maka virus ditetapkan sebagai patogen manusia pada tahun 1901 ,
imunologi berkembang pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat pada penelitian imunitas seluler dan imunitas humoral , paul ehrlich meneliti teori rantai-sisi yang menerangkan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. penelitiannya pada imunitas humoral mendapat penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, elie metchnikoff pendiri imunologi seluler mendapat penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908
imunitas atau kekebalan tubuh yaitu mekanisme pada organisme yang mampu melindungi tubuh dari pengaruh luar dengan cara membunuh patogen , sistem ini mendeteksi bermacam macam pengaruh luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari parasit, infeksi, bakteri, virus dan menghancurkan zat-zat asing lain , memusnahkan pengaruh luar dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap berfungsi normal. deteksi sistem ini sulit sebab adaptasi patogen dan mempunyai cara baru agar dapat menginfeksi organisme,
beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralkan patogen. bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. mekanisme kekebalan tubuh yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti serangga,tanaman, ikan, reptil ,
mekanisme ini termasuk peptida antimikrobial yang dinamakan sistem fagositosis, komplemen, defensin, mekanisme lebih kompleks berkembang dengan adanya evolusi vertebrata. imunitas vertebrata seperti manusia berisi jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit , banyak jenis protein, sel, organ tubuh , sebagai bagian dari respon kekebalan yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengenali patogen khusus , proses kekebalan tubuh sebagai dasar vaksinasi,proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan dari patogen ,
bila sistem kekebalan tubuh melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh akan berkurang, menyebabkan virus, patogen dan penyakit defisiensi kekebalan muncul , defisiensi sistem kekebalan tubuh pemicu penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency,
retrovirus HIV pemicu penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency dan sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)
penyakit autoimun menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi hiperaktif menyerang jaringan normal , penyakit autoimun termasuk lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 ,
sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi , pelindung fisik sistem kekebalan tubuh mencegah patogen seperti bakteri dan virus memasuki tubuh. bila patogen melewati pelindung maka sistem kekebalan bawaan menyediakan perlindungan dengan respon lemah, sistem kekebalan tubuh bawaan ada pada semua jenis hewan dan tanaman , namun, bila patogen berhasil melewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem kekebalan tubuh adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. disini, sistem kekebalan mengadaptasi respon tersebut selama infeksi untuk menambah pengenalan patogen itu . respon ini kemudian ditahan sesudah patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologis dan mengakibatkan sistem kekebalan adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan,
baik kekebalan tubuh adaptif atau bawaan bergantung pada kemampuan sistem kekebalan untuk memusnahkan molekul diri dan molekul asing , pada imunologi, molekul self yaitu komponen tubuh organisme yang bisa dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem kekebalan , molekul asing yaitu molekul satu kelas dari molekul diri bernama antigen (generator antibodi) sebagai bahan yang menempel pada reseptor kekebalan tubuh ,
Komponen kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh bawaan: Sistem kekebalan tubuh adaptif:
-Tidak ada memori imunologis - Paparan menyebabkan adanya memori imunologis
- ada pada semua bentuk kehidupan -Hanya ditemukan pada Gnathostomata
- Respon tidak spesifik - Respon spesifik patogen dan antigen
-Paparan menyebabkan respon
maksimal segera -Perlambatan waktu antara paparan dan respon maksimal
-Komponen kekebalan seluler
dan respon imun humoral -Komponen kekebalan seluler dan respon imun
humoral
perisai mekanikal, kimia dan biologi melindungi organisme dari infeksi,
perisai mekanikal sebagai pertahanan dari infeksi seperti
kulit,kulit ari tanaman dari daun, eksoskeleton serangga, kulit telur dan membran bagian luar dari telur ,
sistem lain yang melindungi tubuh seperti sistem genitourinari, paru-paru, usus,
ingus dikeluarkan oleh saluran pernapasan untuk menangkap mikroorganisme,
pada paru-paru, batuk dan bersin mengeluarkan patogen dari sistem pernapasan, pengeluaran urin dan air mata juga mengeluarkan patogen,
enzim seperti fosfolipase a2 dan lisozim pada air liur, air mata dan air susu ibu sebagai antiseptik , perisai kimia juga pelindung dari infeksi seperti kulit dan sistem pernapasan menghasilkan peptida antimikroba seperti β-defensin,
sekresi vagina sebagai perisai kimia selama menarche, saat mereka menjadi agak bersifat asal, sementara semen mempunyai pertahanan dan zinc untuk membunuh patogen , asam lambung dan protase pada perut untuk melawan patogen ,
dalam sistem genitourinari dan saluran pencernaan , flora komensal sebagai perisai biologi melawan patogen yang ada pada makanan , dengan mengubah kondisi lingkungan seperti yang ada. maka ini mencegah patogen yang memicu penyakit. sejak antibiotik mengincar bakteri dan tidak menyerang fungi, antibiotik oral dapat mengakibatkan pertumbuhan lebih, yang menyebabkan munculnya kandiasis vagina. flora probiotik, seperti lactobacillus yang ada pada yogurt, mengembalikan keseimbangan kesehatan populasi mikrobial pada infeksi usus anak-anak ,
mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan mekanisme sistem kekebalan tubuh bawaan, respon sistem kekebalan tubuh bawaan aktif saat mikroba diidentifikasi oleh reseptor pengenal pola, yang mengenali komponen kelompok mikroorganisme. sistem kekebalan bawaan tidak spesifik, berarti bahwa respon sistem kekebalan terhadap patogen dengan cara biasa ,
peradangan yaitu salah satu dari respon pertama sistem kekebalan terhadap infeksi, gejala peradangan seperti kemerahan dan bengkak yang disebabkan oleh tingginya aliran darah ke jaringan, peradangan dihasilkan oleh sitokin dan eikosanoid yang dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi atau terluka. eikosanoid termasuk prostaglandin yang menghasilkan demam dan pembesaran pembuluh darah terkait peradangan dan leukotrien yang menarik sel darah putih (leukosit), sitokin termasuk interleukin yang berperan sebagai komunikasi antar sel darah putih , kemokin yang mendorong kemotaksis , interferon yang berpengaruh pada antivirus, seperti melemahkan sintesis protein pada sel manusia, sitotokin dan zat kimia lainnya merekrut sel imun ke tempat infeksi dan mengakibatkan jaringan yang mengalami kerusakan yang diikuti dengan lenyapnya patogen,
sistem komplemen yaitu kaskade biokimia yang menyerang permukaan sel asing, sistem komplemen mempunyai lebih dari 20 protein yang berbeda dan dinamakan karena kemampuannya untuk melengkapi pembunuhan patogen , komplemen yaitu komponen humoral dari respon kekebalan tubuh bawaan. banyak spesies mempunyai sistem komplemen, termasuk spesies bukan mamalia seperti invertebrata, tanaman dan ikan,
pada manusia, respon ini diaktivasi dengan melilit komplemen ke antibodi yang dipasang pada mikroba itu atau protein komplemen yang dililit pada karbohidrat di permukaan mikroba , pengenalan sinyal menjalankan respon membunuh dengan cepat , kecepatan respon adalah hasil dari pengerasan yang muncul mengikuti aktivas proteolisis dari molekul kompleman, yang juga termasuk protease , sesudah protein komplemen melilit pada mikroba, mereka mengaktifkan aktivitas proteasenya, yang mengaktivasi protease komplemen lainnya , ini mengakibatkan produksi kaskade katalisis yang memperbesar sinyal oleh arus balik positif , hasil kaskade adalah produksi peptida yang menarik sel kekebalan tubuh, meningkatkan permeabilitas vaskular dan opsonin permukaan patogen, menandai kehancurannya , pemasukan komplemen dapat membunuh sel secara langsung dengan menyerang membran plasma mereka,
leukosit (sel darah putih) bergerak bebas merupakan sel fungsional dalam sistem kekebalan tubuh bawaan, leukosit termasuk mastosit, eosinofil, basofil , sel nk fagosit , fagosit termasuk neutrofil, sel dendritik, makrofag , sel ini mengidentifikasi dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang lebih besar melalui kontak atau dengan menelan dan lalu membunuh mikroorganisme, sel bawaan juga merupakan mediator penting pada kativasi sistem imun adaptif,
fagositosis yaitu fitur kekebalan tubuh yang dilakukan oleh sel bernama fagosit, fagosit membunuh memakan partikel dan patogen , fagosit mencari patogen, namun dapat dipanggil ke suatu lokasi oleh sitokin, saat patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel intraselular yang dinamakan fagosom, sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya yang dinamakan lisosom untuk membentuk fagolisosom, patogen dibunuh oleh aktivitas enzim pencernaan atau respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke fagolisosom. fagositosis berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima nutrisi, namun peran ini diperluas di fagosit untuk memasukan patogen sebagai mekanisme pertahanan, fagositosis mungkin mewakili bentuk pertahanan tertua, sebab fagosit telah diidentifikasikan ada pada invertebrata dan vertebrata ,
makrofaga dan neutrofil yaitu fagosit yang berkeliling di tubuh untuk mengejar dan menyerang patogen. neutrofil ada di sistem kardiovaskular dan sebagai tipe fagosit yang paling banyak , normalnya sebanyak 50% hingga 60% jumlah peredaran leukosit. selama fase radang akut, terutama sebagai akibat dari infeksi bakteri, neutrofil bermigrasi ke tempat radang pada proses yang dinamakan kemotaksis, dan biasanya sel pertama yang datang saat infeksi,
makrofaga yaitu sel serba guna yang ada pada jaringan dan menghasilkan susunan luas bahan kimia termasuk protein komplemen ,enzim dan regulator seperti interleukin 1,
makrofaga sebagai sel penyaji antigen yang mengaktivasi sistem imun adaptif,
makrofaga juga beraksi sebagai pembersih tubuh dari sel mati ,
sel dendritik yaitu fagosit pada jaringan yang berkaitan dengan lingkungan luar; oleh sebab itu, sel dendritik ada di usus,perut, kulit, hidung, paru-paru,
mereka dinamai karena kemiripan mereka dengan dendrit, mempunyai proyeksi mirip dengan dendrit, namun sel dendritik tidak terhubung dengan sistem saraf, sel dendritik merupakan hubungan antara sistem kekebalan tubuh bawaan dan adaptif , dengan kehadiran antigen pada sel t, salah satu kunci tipe sel sistem kekebalan tubuh adaptif,
mastosit berkaitan dengan anafilaksis dan alergi , basofil dan eosinofil berkaitan dengan neutrofil, mastosit berada di membran mukosa dan jaringan konektif ,
mastosit mengatur respon peradangan,
mastosit mengsekresikan perantara bahan kimia yang ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit , sel nk yaitu leukosit yang telah terinfeksi oleh virus,
mastosit berperan pada reaksi alergi, seperti asma. sel nk yaitu leukosit yang menyerang sel tumor,
peradangan yaitu salah satu dari respon pertama sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi. gejala peradangan yaitu kemerahan dan bengkak yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke jaringan. peradangan dihasilkan oleh sitokin dan eikosanoid yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi , eikosanoid termasuk prostaglandin yang menghasilkan pembesaran pembuluh darah yang berkaitan dengan peradangan, demam dan leukotrien yang menarik sel darah putih (leukosit), sitokin termasuk interleukin yang berperan dalam komunikasi antar sel darah putih, kemokin yang mendorong kemotaksis,
interferon terpengaruh antivirus seperti melemahkam sintesis protein pada sel manusia , sitotokin dan zat kimia lainnya merekrut sel kekebalan tubuh ke tempat infeksi dan menyembuhkan jaringan yang mengalami kerusakan yang diikuti dengan pemindahan patogen,
sistem kekebalan tubuh adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon kekebalan yang lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang setiap patogen diingat oleh tanda antigen , respon kekebalan adaptif spesifik-antigen dan memerlukan pengenalan antigen non-self spesifik selama proses dinamakan presentasi antigen, spesifisitas antigen mengakibatkan produksi respon yang disesuaikan pada patogen atau sel yang terinfeksi patogen, kemampuan itu ditegakan di tubuh oleh sel memori, patogen akan menginfeksi tubuh lebih dari sekali, sehingga sel memori dipakai dan segera lenyap,
ada 2 subtipe utama sel t , sel t pembantu dan sel t pembunuh ,
sel t pembunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas i, sedang sel t pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas 2 . 2 mekanisme presentasi antigen itu berperan berbeda 2 tipe sel t. yang ketiga, subtipe minor yaitu sel t γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor mhc,
sel sistem imun adaptif yaitu tipe spesial leukosit yang dinamakan limfosit , sel B dan sel T yaitu tipe utama limfosit yang berasal dari sel punca hematopoietik pada sumsum tulang. sel B ikut serta pada sistem kekebalan humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon sistem kekebalan seluler,
reseptor antigel sel b yaitu molekul antibodi pada permukaan sel b dan mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. setiap keturunan sel b mempunyai antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel b yang lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat dihasilkan oleh tubuh,
baik sel b dan sel t membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifik. sel t mengenali target non-self , seperti patogen, hanya sesudah antigen atau fragmen kecil patogen sudah diproses dan disajikan pada molekul major histocompatibility complex (mhc),
ada 2 subtipe utama sel t yaitu sel t pembunuh dan sel t pembantu, sel t pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas ii, sel t pembunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul mhc kelas i,
2 mekanisme presentasi antigen itu berperan berbeda 2 tipe sel t , yang ketiga, subtipe minor yaitu sel t γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor mhc,
sel t pembantu mengatur baik respon sistem kekebalan tubuh bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. sel itu tidak mempunyai aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengendalikan respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas itu,
sel t pembantu mengekspresikan reseptor sel t yang mengenali antigen terikat pada molekul mhc kelas ii. kompleks mhc:antigen juga diketahui oleh reseptor sel pembantu cd4 yang merekrut molekul di dalam sel t yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel t. sel t pembantu mempunyai hubungan lebih lemah dengan kompleks mhc:antigen dibandingkan pengamatan sel t pembunuh, berarti banyak reseptor 200 sampai 300 pada sel t pembantu yang harus diikat pada mhc:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sedang sel t pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul mhc:antigen. kativasi sel t pembantu juga memerlukan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang mempunyai antigen, aktivasi sel t pembantu yang beristirahat mengakibatkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel. sinyal sitokin yang dihasilkan oleh sel t pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel t pembunuh. aktivasi sel t pembantu memgakibatkan molekul diekspresikan pada permukaan sel t, seperti cd154 yang menyediakan sinyal stimulasi tambahan yang diperlukan untuk mengaktifkan sel b yang menghasilkan antibodi,
sel t pembunuh yaitu subkelompok dari sel t yang membunuh sel yang terinfeksi dengan patogen dan virus atau mematikan patogen. seperti sel b, tiap tipe sel t mengenali antigen yang berbeda. sel t mematikan diaktivasi saat reseptor sel t mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor mhc kelas i dari sel lainnya. pengenalan mhc: kompleks antigen ini dibantu oleh ko-reseptor pada sel t yang dinamakan cd8. sel t lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor mhc kelas i mengikat antigen. saat sel t yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan toksin, ion, air masuk. ini mengakibatkan sel mengalami apoptosis. sel t pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus. aktivasi sel t memerlukan sinyal aktivasi antigen atau mhc yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyal yang disediakan oleh sel t pembantu,
sel t γδ mempunyai reseptor sel t alternatif yang berlawanan dengan sel t cd4+ dan cd8+ (αβ) dan berbagi karakteristik dengan sel t pembantu, sel t sitotoksik dan sel nk. kondisi yang menghasilkan respon dari sel t γδ tidak sepenuhnya dimengerti. sel ini menghasilkan reseptor sel t konstan, seperti cd1d yang dibatasi sel t pembunuh alami, sel t γδ ada di perbatasan antara imunitas adaptif dan bawaan. sel t γδ yaitu komponen dari sistem kekebalan tubuh adaptif sebab mereka menyusun kembali gen reseptor sel t untuk menghasilkan perbedaan reseptor dan dapat mengembangkan memori. berbagai subset adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh bawaan, sebab reseptor sel t atau reseptor nk yang dilarang dapat digunakan sebagai reseptor pengenalan latar belakang, seperti jumlah besar respon sel t vγ9/vδ2 dalam waktu jam untuk molekul umum yang dihasilkan oleh mikroba, dan melarang sel t vδ1+ t pada epitelium akan merespon untuk menekan sel epitelial,
sel b mengidentifikasi patogen saat antibodi pada permukaan melekat pada antigen. kompleks antigen antibodi kompleks ini diambil oleh sel b dan diprosesi oleh proteolisis ke peptids. kemudian sel b menampilkan peptida antigenik pada permukaan molekul mhc kelas ii. kombinasi mhc dan antigen menarik sel t pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan mengaktifkan sel b. sel b yang aktif kemudian mulai berdiferensiasi menjadi (sel plasma) mengeluarkan jutaan antibodi yang mengenali antigen itu. antibodi itu diedarkan pada plasma darah dan limfa, mengikat patogen dan menandainya untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit. antibodi juga mampu menetralkan toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang dipakai bakteri dan virus untuk menginfeksi sel,
meskipun molekul klasik sistem kekebalan tubuh adaptif seperti reseptor sel t dan antibodi ada hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tidak berahang primitif, seperti hagfish dan lamprey , binatang itu memproses susunan besar molekul yang dinamakan reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata berahang, dihasilkan dari satu atau dua gen, molekul ini melilit pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi dengan spesifisitas yang sama,
ketika sel b dan sel t diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka akan menjadi sel memori yang hidup lama. sel memori akan mengingat tiap patogen yang ditemui dan melakukan respon bila patogen terdeteksi kembali. hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi infeksi dengan patogen dan mempersiapkan sistem kekebalan di masa depan. memori imunologi dapat berbentuk memori jangka panjang aktif atau memori jangka pendek pasif ,
imunitas pasif yaitu berjangka pendek, hilang dalam beberapa bulan. bayi yang baru lahir tidak mempunyai paparan pada mikroba dan rentan terhadap infeksi. beberapa lapisan perlindungan pasif didapat dari ibu. selama kehamilan, tipe antibodi yang dinamakan igg, didapat dari ibu kepada bayi melalui plasenta, sehingga bayi mempunyai antibodi , dengan spesifisitas jangkauan antigen yang sama dengan ibunya. air susu ibu juga mengandung antibodi yang dikirim ke sistem pencernaan bayi dan melindungi bayi dari infeksi bakteri sampai bayi dapat mensintesis antibodinya sendiri. imunitas pasif ini didapat dari fetus yang tidak membuat memori sel atau antibodi apapun, namun hanya meminjam. imunitas pasif protektif juga dapat diberikan dari satu orang ke orang lainnya melalui serum -antibodi,
memori aktif jangka panjang didapat mengikuti infeksi oleh aktivasi sel b dan sel t. imunitas aktif dapat juga dibuat yaitu melalui vaksinasi. prinsip di balik vaksinasi ( imunisasi) untuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk menstimulasikan sistem kekebalan dan mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen tanpa memicu penyakit yang berkaitan dengan organisme itu. ini mengakibatkan induksi respon imun dengan sengaja berhasil sebab mengeksploitasi spesifisitas alami sistem kekebalan . penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian pada populasi manusia, maka vaksinasi muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia yang paling efektif.
vaksin virus berasal dari selubung virus, banyak vaksin bakteri berasal dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang tidak melukai. sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat mengakibatkan respon adaptif, kebanyakan vaksin bakteri disediakan dengan penambahan adjuvan yang mengaktifkan sel yang mempunyai antigen pada sistem kekebalan bawaan dan memaksimalkan imunogensitas.
sistem kekebalan tubuh adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi, kegagalan pertahanan dinamakan hipersensitivitas, defisiensi imun, autoimunitas,
hipersensitivitas yaitu respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh sendiri. hipersensitivitas terbagi menjadi 4 tipe , berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.
- hipersensitivitas tipe 1 mengikutsertakan sel, bukan antibodi memerlukan waktu 3 hari untuk berkembang. reaksi tipe 4 ikut serta dalam banyak autoimun dan penyakit infeksi, namun ikut serta dalam dermatitis kontak. reaksi ini diperantarai oleh makrofag , sel t, monosit ,
- hipersensitivitas tipe 2 atau reaksi segera atau anafilaksis berkaitan dengan alergi , ada gejala sampai memicu kematian.
- hipersensitivitas tipe 3 diperantarai oleh ige yang dihasilkan dari sel mast dan basofil.
- hipersensitivitas tipe 4 muncul saat antibodi mengikat pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk pemusnahan
(hipersensitivitas sitotoksik) dan diperantarai oleh antibodi igg dan igm. kompleks sistem kekebalan yaitu kesatuan antibodi igg dan igm , antigen, protein komplemen ,ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe 3
aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti asam folat ,vitamin B9, zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dapat mengurangi respon sistem kekebalan tubuh,
defisiensi sistem kekebalan tubuh muncul saat 1 atau lebih komponen sistem kekebalan tidak aktif. kemampuan sistem kekebalan untuk merespon patogen berkurang pada saat manusia masih muda dan tua, dengan respon sistem kekebalan mulai untuk berkurang pada usia 50 tahun sebab immunosenescence.
AIDS, kanker, chronic granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, termasuk pemicu defisiensi kekebalan ,
respon sistem kekebalan terlalu aktif menyebabkan disfungsi sistem kekebalan yang dinamakan autoimunitas. sistem kekebalan tubuh gagal melenyapkan dengan tepat antara "self" dan "nonself", dan menyerang bagian dari tubuh. banyak sel t dan antibodi bereaksi dengan peptida "self". satu fungsi sel (ada di timus dan sumsum tulang) yaitu untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen self yang dihasilkan pada tubuh dan untuk melenyapkan sel itu yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas,
sistem kekebalan bangun dengan vertebrata pertama, sedang invertebrata tidak menghasilkan limfosit atau respon humoral yang berdasarkan antibodi. tetapi, banyak spesies yang memanfaatkan mekanisme yang muncul sebagai tanda aspek imunitas vertebrata itu . imunitas muncul pada bentuk kehidupan yang paling sederhana, dengan bakteri memakai mekanisme pertahanan unik yang dinamakan sistem modifikasi restriksi untuk melindungi diri mereka dari patogen virus yang disebut bakteriofag,
reseptor pengenal pola yaitu protein yang dipakai semua organisme untuk mengidentifikasi molekul yang berkaitan dengan patrogen mikrobial. peptida antimikrobial yang dinamakan defensin yaitu komponen evolusioner sistem imun bawaan yang ada pada semua jenis tanaman dan hewan dan menampilkan bentuk utama sistem kekebalan sistemik invertebrata. sistem komplemen dan sel fagositik juga dimanfaatkan oleh semua invertebrata. ribonuklease dan jalan gangguan RNA dipakai pada semua eukariot, berperan pada respon sistem kekebalan terhadap virus dan material genetika asing lainnya,
tidak seperti hewan , tanaman mempunyai sedikit sel fagositik, dan respon kekebalan tubuh tanaman mengikut sertakan sinyal sistemik bahan kimia yang dikirim melalui tumbuhan. saat bagian dari tanaman terinfeksi, tanaman menghasilkan respon hipersensitif, untuk sel pada area infeksi mengalami apoptosis cepat untuk mencegah penyebaran penyakit terhadap bagian lain tumbuhan. perlawanan sistemik dapatan yaitu tipe respon pertahanan yang dipakai oleh tanaman yang mengubah semua tanaman melawan pada penyebab infeksi, mekanisme menghilangkan RNA sangat penting pada sistem respon sebab mereka dapat menghalangi replikasi virus,
sistem kekebalan tubuh mampu menghancurkan tumor , sel tumor menandakan antigen yang tidak ada pada sel normal. untuk sistem kekebalan tubuh , antigen ini muncul sebagai antigen asing dan mengakibatkan sel kekebalan menyerang sel tumor. antigen yang diekspresikan oleh tumor mempunyai beberapa sumber; beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus yang mengakibatkan kanker leher rahim,
protein organisme yang muncul pada tingkat rendah sel normal namun mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. seperti enzim yang dinamakan tirosinase yang saat diekspresikan pada tingkat tinggi, mengubah beberapa sel kulit seperti melanosit menjadi tumor yang dinamakan melanoma. sumber antigen tumor yaitu protein yang mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang bermutasi menjadi kanker sehingga sel termodifikasi dan meningkatkan keganasan sel tumor, sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor dinamakan onkogen.
respon utama sistem kekebalan tubuh terhadap tumor yaitu untuk melenyapkan sel tidak normal memakai sel T pembunuh, kadang-kadang dengan bantuan sel T pembantu , antigen tumor ada pada molekul mhc kelas 1 pada cara yang mirip dengan antigen virus. ini mengakibatkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel tidak normal . sel nk juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama bila sel tumor mempunyai molekul mhc kelas i lebih sedikit pada permukaan mereka dibandingkan kondisi normal, ini merupakan fenomena umum pada tumor. terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang mengakibatkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen,
tumor menghindari sistem kekebalan tubuh dan terus berkembang sampai menjadi kanker. sel tumor sering mempunyai jumlah molekul mhc kelas i yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel t pembunuh. beberapa sel tumor menghasilkan produk yang mencegah respon sistem kekebalan tubuh seperti mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas limfosit dan makrofaga , toleransi imunologis dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi menyerang sel tumor,
makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor saat sel tumor mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang mengakibatkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofag mengakibatkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis kemudian membantu penyebaran sel kanker,
hormon mampu mengendalikan sensitivitas sistem kekebalan tubuh , seperti hormon seks wanita diketahui menstimulasi baik respon imun adaptif dan respon imun bawaan. beberapa penyakit autoimun seperti lupus erythematosus sering menyerang wanita, dan serangan bertepatan dengan pubertas , androgen seperti testosteron yang menekan sistem kekebalan tubuh , hormon lainnya muncul untuk mengatur sistem kekebalan tubuh , yang penting yaitu vitamin D , prolaktin, hormon pertumbuhan , kemunduran progresif pada tingkat hormon dengan umur bertanggung jawab untuk melemahnya respon imun pada individu yang bertambah tua, sebaliknya, beberapa hormon dikendalikan oleh sistem kekebalan , seperti aktivitas hormon tiroid, sistem kekebalan tubuh bertambah saat tidur ,
diet mampu memengaruhi sistem kekebalan , seperti buah segar, sayuran dan makanan yang banyak mengandung asam lemak yang membantu perkembangan sistem kekebalan yang sehat , prenatal bisa mengakibatkan gangguan kekebalan tubuh, obat-obatan tradisional yang mampu menstimulasi imunitas, seperti hyssop, jamur shiitake ,jamur lingzhi, madu, ekinasea, akar manis, ginseng, astragalus, saga, bawang putih, sangitan, obat-obatan tradisional mampu menstimulasi sistem kekebalan tubuh, meskipun sulit untuk dikarakterisasikan,
respon kekebalan tubuh dapat dimanipulasi untuk mengurangi respon yang disebabkan dari penolakan transplantasi, autoimunitas, alergi ,
respon kekebalan tubuh untuk menstimulasi respon protektif terhadap patogen yang kebanyakan menghindari sistem kekebalan tubuh obat imunosupresif untuk mencegah penolakan transplantasi sesudah transplantasi organ, mengatasi kekacauan autoimun , mengatasi inflamasi saat ada banyak kerusakan jaringan ,
obat anti-inflamasi untuk mengendalikan pengaruh peradangan,
glukokortikoid yaitu obat anti-inflamasi yang mempunyai efek samping seperti osteoporosis, obesitas pusat, hiperglikemia,
dosis obat anti-inflamasi yang sedikit digunakan dengan sitotoksik atau obat imunosupresif seperti azatioprin atau metotreksat , obat sitotoksik mencegah respon sistem kekebalan tubuh dengan membunuh sel yang terbagi seperti sel t yang sudah diaktivasi. namun, pembasmian sel dilakukan sembarangan dan organ lain dan tipe sel terpengaruh, yang mengakibatkan efek samping toksin , obat imunosupresif seperti siklosporin mencegah sel t dari merespon sinyal dengan menghalangi transduksi sinyal,
obat yang lebih besar >500 da mengakibatkan netralisir respon sistem kekebalan tubuh , terutama bila obat dengan dosis yang lebih besar dipakai berulang-ulang ,batasan efektivitas obat berdasar dari peptida dan protein yang lebih besar yang lebih besar dari 6000 da , obat ini tidak imunogenik, namun bisa dilakukan dengan campuran imunogenik, seperti pada taksol,
komputerisasi mampu memprediksi protein dan imunogenisitas peptida yang berguna untuk validasi perawatan obat berdasarkan peptida, menentukan pengobatan antibodi, memperkirakan kejahatan mutasi pada partikel virus, teknik awal didasarkan pada hasil pengamatan bahwa asam amino hidrofil dilambangkan pada area epitop dibandingkan asam amino hidrofob , teknik penelitian mesin sekarang memakai basis data epitop yang diketahui ada, biasanya pada protein yang sudah diteliti dengan baik sebagai kumpulan percobaan , basis data yang dapat diakses publik telah dibuat untuk mengkatalogkan epitop dari patogen yang diketahui dapat dikenali oleh sel b , imunogenisitas berkaitan dengan imunoinformatika,
keberhasilan patogen bergantung pada kemampuannya untuk menghindar dari respon sistem kekebalan tubuh, patogen mengembangkan beberapa metode yang menyebabkan patogen dapat menginfeksi sementara , patogen menghindari kehancuran akibat sistem kekebalan tubuh , bakteri mampu menembus perisai fisik dengan cara mengeluarkan enzim khusus dengan memakai sistem sekresi tipe 2, sebagai kemungkinan, patogen dapat memakai sistem sekresi tipe 3, bakteri memasukan tuba palsu pada sel, yang memiliki saluran langsung untuk protein agar dapat bergerak dari patogen ke inang, protein yang dikirim melalui tuba dipakai untuk mematikan pertahanan,
strategi menghindar dipakai oleh beberapa patogen untuk menghindari sistem kekebalan tubuh bawaan yaitu dengan replikasi intraselular ( patogenesis intraselular) disini, patogen menghasilkan lingkaran hidupnya ke dalam sel yang dilindungi dari kontak langsung dengan komplemen, sel imun, antibodi, patogen intraselular seperti parasit eukariot yang menyebabkan malaria (plasmodium falciparum) leismaniasis, virus, toksin makanan, bakteri salmonella ,
bakteri seperti mycobacterium tuberculosis, hidup di dalam kapsul protektif yang mencegah lisis oleh komplemen,
banyak patogen menghasilkan senyawa yang mengurangi respon sistem kekebalan atau mengarahkan respon kekebalan ke arah yang salah , beberapa bakteri membentuk biofilm untuk melindungi diri mereka dari sel dan protein sistem kekebalan biofilm ada pada banyak infeksi yang berhasil, seperti burkholderia cenocepacia , pseudomonas aeruginosa kronik ,
karakteristik infeksi sistik fibrosis bakteri lain menghasilkan protein permukaan yang mengikat pada antibodi, mengubah mereka menjadi tidak efektif , seperti peptostreptococcus magnus (protein l) streptococcus (protein g), staphylococcus aureus (protein a),
mekanisme yang dipakai oleh virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh adaptif sangat sulit , kemunculan paling sederhana dengan cepat mengubah epitop yang tidak esensial (gula dan asam amino ) pada permukaan penyerang, sedang membiarkan epitop esensial disembunyikan. hiv tetap memutasikan protein pada selubung virus yang esensial untuk masuk pada sel target. perubahan ini pada antigen mampu menjelaskan kegagalan vaksin yang diarahkan pada protein itu , antigen tersembunyi dengan molekul inang yaitu strategi umum lainnya untuk menghindari deteksi oleh sistem kekebalan tubuh , pada hiv, selubung yang menutupi virus dibentuk dari membran paling luar sel; virus tersembunyi membuat sistem kekebalan tubuh kesulitan untuk mengidentifikasikan virus sebagai zat berbahaya,
PROTEIN C-REAKTIF
Protein C-reaktif atau CRP atau C-reactive protein CRP yaitu protein yang dihasilkan oleh hati, terutama ketika terjadi inflamasi infeksi dalam tubuh,
protein ini tidak bersifat spesifik, maka letak organ yang mengalami infeksi tidak diketahui , pemeriksaan CRP terbaru yaitu high-sensitivity CRP dapat untuk memprediksi adanya penyakit jantung di masa depan. pada pasien pengidap penyakit autoimunitas seperti vasculitis, rheumatoid arthritis dan lupus , maka CRP dihasilkan oleh tubuh sangat banyak,
Thomas Francis, Jr. (1900-1969) dan William S. Tillett (1892-1974)
yang pada tahun 1930 mengadakan penelitian di laboratorium milik Oswald T. Avery (1877-1955) tiba tiba menemukan CRP, saat itu
kedua peneliti saat sedang mengadakan penelitian untuk mengembangkan terapi bagi infeksi pneumococcal pneumonia. mereka menemukan suatu antigen baru yang dinamakan fraksi C dan melanjutkannya dengan pemeriksaan imunologi terhadap pasien pengidap infeksi pneumonia. Francis dan Tilett mengungkapkan bahwa fraksi C mampu bereaksi pada tahap awal infeksi dan infeksi akut, tetapi sesudah pasien sembuh maka reaksi dengan fraksi C lenyap , ternyata fraksi C bereaksi dengan penyakit demam rematik akut dan endocarditis,
beberapa tahun kemudian Colin MacLeod (1909-1972) , Avery dan Theodore J. Abernethy, mempublikasikan senyawa yang dinamakan C-reactive protein , pada tahun 1947 ,Maclyn McCarty (1911-2005) berhasil mengkristalisasi CRP , mengukur CRP untuk melihat tahapan perkembangan penyakit demam rematik. Schieffelin & Co, di New York mulai memproduksi CRP untuk pemeriksaan medis,
pada tahun 1990, diketahui bahwa inflamasi berperan pada perkembangan aterosklerosis sehingga CRP dapat dipakai untuk prediksi penyakit kardiovaskular dan mulai dikembangkan obat yang mampu menurunkan kadar CRP di dalam tubuh,
pengukuran kadar CRP untuk memantau penyakit pasien sesudah menjalani operasi. kebanyakan konsentrasi CRP mulai meningkat pada 6 jam sesudah operasi dan mencapai kadar tertinggi pada 72 jam sesudah operasi. Kadar CRP akan kembali normal sesudah 7 hari sesudah operasi. tetapi , jika sesudah operasi terjadi sepsis inflamasi maka kadar CRP di dalam darah akan terus menerus meningkat,
jika kondisi terinfeksi aktif, kadar CRP di dalam tubuh bisa naik hingga 100 kali kadar CRP normal sehingga pengukuran CRP dipakai untuk mengetahui apakah pasien mengalami inflamasi tertentu atau dalam kondisi terinfeksi ketika terjadi inflamasi atau infeksi bakteri , leukosit akan teraktivasi kemudian menghasilkan sitokin ke aliran darah. sitokin merangsang sel-sel hati hepatosit untuk memproduksi CRP,
the American Heart Association (AHA) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2003 menyarankan hsCRP untuk memprediksi penyakit kardiovaskular terutama untuk penderita koroner stabil dan sindrom koroner akut , nilai acuan untuk penilaian risiko penyakit kardiovaskular ,antaralain:
< 1 mg/L : risiko rendah,
1-3 mg/L : risiko menengah,
> 3 mg/L : risiko tinggi,
> 10 mg/L adanya infeksi inflamasi ,
SERULOPLASMIN
Seruloplasmin atau ferroxidase, CP, EC 1.16.3.1, ceruloplasmin atau caeruloplasmin
yaitu enzim dengan zat tembaga yang berfungsi sebagai katalisator pada reaksi organik,
4 Fe2+ + 4 H+ + O2 <=> 4 Fe3+ + 2 H2O
rasio CP rendah merupakan indikasi sindrom wilson;, sindrom menkes sedangkan rasio tinggi indikasi reumatoid artritis,kehamilan, limfoma, infeksi akut
PLASMOKININ
Plasmokinin atau thromboplastic plasma component atau TPC atau thromboplastinogen atau von Willibrand's factor, Factor VIII atau FVIII atau plasmokinin atau antihemophilic factor atau AHF atau antihemophilic globulin atau antihemophilic globulin A atau antihemophilic factor A atau plasma thromboplastin factor atau PTF atau plasmokinin atau platelet cofactor I atau prothrombokinase atau thrombocatalysin atau thrombocytolysin atau thrombokatilysin,
yaitu prokofaktor glikoprotein yang penting untuk pembentukan tromboplastin,
plasmokinin disintesis disebarkan ke dalam sirkulasi darah oleh sel endotelial, pada beberapa individu yang memiliki sel endotelial yang tidak mensekresi senyawa ini, terjadi kondisi hemofilia atau pendarahan yang sulit dihentikan walaupun terjadi karena luka yang kecil sehingga memicu kematian,
rasio plasma plasmokinin tidak menurun dengan adanya penyakit pada hati, melainkan akan meningkat karena stimulasi patogen,
dalam proses koagulasi, plasmokinin menjadi kofaktor bagi faktor IXa yang membentuk kompleks protein ketika distimulasi oleh fosfolipid dan Ca2+ yang berfungsi untuk mengkonversi faktor X menjadi bentuk aktifnya, yaitu faktor Xa
FIBRIN
fibrin adalah produk akhir koagulasi yang bisa dilihat dan merupakan suatu protein gelatinosa yang mudah diketahui pada tabung reaksi. pada jenjang koagulasi, perubahan fibrinogen menjadi fibrin sebagai tahap akhir dari suatu rangkaian reaksi protein yang kompleks. fibrin aktif sebagai bahan semen untuk menstabilkan sumbat trombosit primer,
fibrin berasal dari fibrinogen yang berubah karena aktivitas enzim trombin
fibrin yaitu protein berbentuk serat-serat benang yang tidak larut dalam plasma pada proses pembekuan atau penggumpalan darah. fibrin tidak larut dalam pelarut protein , namun bisa dilarutkan dengan enzim tertentu seperti pepsin dan plasmin , jika ada kerusakan jaringan, zat pembeku darah bekerja sama untuk menghentikan perdarahan itu dengan membentuk bekuan darah. benang-benang fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga plasma dan sel-sel darah merah akan terjaring dan membentuk gumpalan. jaringan baru akan terbentuk menggantikan gumpalan itu dan luka tertutup,
FIBRINOGEN
fibrinogen atau fibrinogen factor i yaitu salah satu protein disintesis oleh hati yang merupakan reaktan fase akut berbentuk globulin beta, fibrinogen
membantu proses hemostasis dengan cara menstimulasi pembentukan trombus.
rasio plasma normal dari fibrinogen yaitu antara 200 sampai 400 miligram per desiliter (mg/dl),
ANTIBODI
antibodi terdapat pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata,antibodi digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetral
antibodi atau gamma globulin atau antibody yaitu glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen itu, sistem kekebalan manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh dalam menghasilkan antibodi untuk melawan antigen,
melalui proses peradangan molekul antibodi beredar di dalam pembuluh darah memasuki jaringan tubuh , yang terbuat dari sedikit struktur dasar yang dinamakan rantai. setiap antibodi mempunyai 2 rantai ringan dan 2 rantai berat besar ,
ada beberapa tipe berbeda dari rantai berat antibodi dan beberapa tipe antibodi yang berbeda yang dimasukan ke dalam kelas atau isotipe yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat. 5 kelas antibodi yang berbeda berada dalam tubuh mamalia berperan berbeda juga mengarahkan respon sistem kekebalan tubuh yang tepat untuk tiap tipe benda asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgD,IgE, IgG, IgM dan IgA,
ANTIBODI ANTI-NUCLEAR
Antibodi anti-nuclear atau ANF, Anti-Nuclear Factor atau ANA, Anti-Nuclear Antibodies ,
yaitu antibodi yang muncul lebih tinggi saat terjadi penyakit otoimun , uji antibodi anti-nuclear mengukur jumlah dan pola dari otoantibodi yang mampu merusak jaringan tubuh jika jaringan ini dianggap sebagai bakteri aatu virus berbahaya , setiap individu mempunyai sedikit otoantibodi tetapi 5% dari populasi terdapat otoantibodi yang meningkat. setengah dari 5% itu menderita penyakit otoimun,
titer normal dari ANA yaitu 1:40. titer yang lebih tinggi menunjukan adanya penyakit otoimun. adanya antibodi anti-nuclear menunjukan lupus erythematosus ( 90% ). hal yang sama juga muncul pada 60% penyakit penyakit seperti : polimiositis, dermatositis,sindrom sjögren, arthritis rheumatoid, hepatitis otoimun, skleroderma dan non-rheumatologis yang berkaitan dengan kerusakan jaringan ,
antibodi anti-nuclear mengarah ke kompleks pori nuklear pada sirosis biliaris primer, keadaan lainnya dengan titer ANA tinggi seperti pada penyakit penyakit diabetes mellitus tipe i, kelainan jaringan ikat campuran, addison, purpura trombositopenik primer, penyakit hashimoto, anemia hemolitik otoimun,
antobodi anti-nuclear yaitu antobodi yang tidak biasa, dapat dideteksi di darah, mempunyai kemampuan untuk mengikat struktur tertentu pada nukleus sel, nukleus menganduk DNA, materi genetika. ANA berada pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang telah terkena faktor predisposisi dan akhirnya terkena kerusakan atau radang pada jaringan tubuh ,
dengan ditemukannya titer ANA yang tinggi (1:160 ), berbagai subtipe ANA dapat dibedakan. beberapa subtipe pada sel HEp-2, antaralain:
Anti-p62 (Nucleoporin 62),
Anti-dsDNA (DNA rantai ganda),
Anti-Ro (SS-A),
Anti-La (SS-B),
Anti-Sm (Antigen Smith),
Anti-nRNP (ribonukleoprotein nukleus),
Anti Scl-70 (topoisomerase I),
Anti-centromere,
Anti-Jo,
Anti-ENA (Extractable nuclear antigen),
Anti-gp-210 (gp-210 pori nuklear),
FRAGMEN PENGIKAT ANTIGEN
fragment antigen-binding atau fab fragment atau fragmen pengikat antigen
yaitu area dari antibodi yang mengikat antigen yang terdiri dari 1 domain variabel pada rantai ringan dan 1 domain konstan pada rantai berat ,
domain ini membentuk paratop paratope yaitu tempat pengikat antigen, pada terminal N dari monomer asam amino , 2 domain variabel yang lain mengikat epitop epitope pada antigen reaktifnya,
FRAGMEN KONSTAN
Fragmen konstan atau constant region atau c region atau constant fragment atau fragment crystallizable region atau fragment constant region
yaitu bagian dari molekul antibodi yang beraktivitas biologis eksekutif dari kelas antibodi itu demi sistem kekebalan. Area fragmen konstan terletak pada ekor molekul antibodi dan berinteraksi dengan permukaan sel pencerap Fc pada fagosit dan beberapa protein dari sistem komplemen klasik. maka , fragmen konstan berfungsi sebagai perantara bermacam macam efek fisiologis dari antibodi, seperti basofil, eosinofil,opsonisasi, lisis sel, degranulasi mastosit,
pada kelas antibodi IgD, IgG, IgA , fragmen konstan terdiri 2 fragmen protein yang identik dalam domain konstan kedua dan ketiga rantai berat antibodi; fragmen konstan IgM dan IgE terdiri dari tiga domain konstan rantai berat (CH domains 2, 3 dan 4) pada rantai polipeptid. glycosylation dari fragmen konstan sangat penting bagi aktivitas mediasi dengan reseptor Fc.Fragmen konstan IgGs memuat highly conserved N-glycosylation site,
namun ada perbedaan deret asam amino pada daerah ini antara satu antibodi dengan antibodi yang lain
IGK@
IGK@ atau Immunoglobulin kappa locus yaitu area pada kromosom 2 manusia yang mengandung gen untuk rantai ringan kappa (κ) sebuah immunoglobulin atau antibodi , pada manusia, rantai κ dikodikasikan dengan gen C (constant) , V (variable) dan J (joining) pada daerah ini, semua gen itu akan mengalami rekombinasi V(D) untuk memproduksi bermacam macam cadangan immunoglobulin,
lokus ig kappa terdiri dari beberapa gen, antaralain :
IGKJ@: immunoglobulin kappa joining group
IGKJ1, IGKJ2, IGKJ3, IGKJ4, IGKJ5
IGKV@: immunoglobulin kappa variable group
IGKV1-5, IGKV1-6, IGKV1-8, IGKV1-9, IGKV1-12, IGKV1-16, IGKV1-17, IGKV1-27, IGKV1-33 IGKV1D-8, IGKV1D-12, IGKV1D-13, IGKV1D-16, IGKV1D-17, IGKV1D-22, IGKV1D-27,IGKV3-20 IGKV3D-7, IGKV3D-11, IGKV34D-20
IGKV4-1 IGKV5-2IGKV2D-40 IGKV3-11, IGKV3-15,
IGKV1D-32, IGKV1D-33, IGKV1D-39, IGKV1D-43
IGKV2-24, IGKV2-28, IGKV2-30, IGKV2-40
IGKV2D-26, IGKV2D-28, IGKV2D-29, IGKV2D-30,
beberapa gen yang tidak berfungsi, gen semu pseudogene,
IGKC: immunoglobulin kappa constant yang membungkus domain konstan dari rantai ringan kappa untuk kodikasi antibodi,
ANTIBODI A
Antibodi A atau IgA atau Immunoglobulin A yaitu antibodi yang berperan dalam imunitas mukosa ( mucosal immune) , IgA terdapat pada bagian sekresi tubuh seperti kolostrum,susu, liur, mukus, air mata sebagai sIgA (secretory IgA dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan virus bakteri ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba. meskipun IgA memiliki rasio serum 6% dengan waktu paruh 6 hari dan 2 subtipe yaitu IgA1 dan IgA2, sIgA merupakan antibodi yang paling banyak dihasilkan oleh tubuh melalui sistem mukosa, terutama pada MALT (mucosal-associated lymphoid tissues), dibandingkan akumulasi jumlah immunoglobulin semua kelas antibodi, 3 hingga 5 gram tersekresi kedalam lumen usus setiap hari,
ANTIBODI D
Antibodi D atau IgD atau Immunoglobulin D yaitu monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop , Antibodi D ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan sIga atau IgM , tempat IgD mampu mengendalikan aktivasi dan supresi sel B , IgD mengendalikan produksi autoantibodi sel B, Rasio serum IgD kira kira 0,2%,
antibodi E
Kimishige Ishizaka dan Teruka menemukan antibodi E pada tahun 1966,
antibodi E atau IgE atau antibody E atau immunoglobulin E yaitu jenis antibodi yang hanya ditemukan pada mamalia,
antibodi E berperan pada sistem kekebalan tubuh yang merespon cacing parasit (helminth) seperti fasciola hepatica,schistosoma mansoni, trichinella spiralis,
antibodi E mampu mengaktivasi respon kekebalan yang paling dahsyat bila dibandingkan dengan IgG dengan perannya dalam sistem kekebalan adaptif ,
antibodi E berperan terhadap parasit protozoa seperti artropoda dan plasmodium falciparum,
antibodi E berperan pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1 ,
rasio IgE pada individu normal "non-atopik" kira kira 0,002% terhadap total serum atau sekitar 0.05% terhadap IgG dengan waktu paruh 2 hari, meski begitu
syok anafilaksis atau anaphylaxis yaitu reaksi alergi yang bersifat sistemik dan mengakibatkan kesulitan bernapas dan turunnya sistem sirkulasi tubuh merupakan akibat dari ikatan yang terjadi antara antibodi E dan sel mast yang ada di seluruh jaringan tubuh sehingga memicu sekresi mediator inflamasi,
antibodi G
Antibodi G atau IgG atau Immunoglobulin G yaitu antibodi monomer yang terbentuk dari dua rantai ringan γ dan rantai berat , yang saling mengikat dengan ikatan disulfida dan memiliki dua fragmen antigen-binding ,
komponen IgG tersebar merata di dalam cairan tubuh dan darah dengan rasio serum 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe. Molekul IgG dibentuk dan diedarkan oleh sel plasma dalam 4 sub-tipe IgG3, IgG4, IgG1, IgG2,
antibodi G berkaitan dengan Hipersensitivitas tipe II dan tipe III,
antibodi G yaitu antibodi pertama yang terlibat dalam respon imunitas lanjutan, Keberadaan antibodi G diartikan sebagai puncak respon antibodi terhadap antigen,
antibodi G berperan dalam mengikat sel NK pada ADCC (en:antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity).
antibodi G mengikat bermacam ragam patogen, seperti fungi,virus, bakteri dengan 2 rantai epitop dan melindungi tubuh dengan cara immobilization dan aglutinasi dan aktivasi sistem kekebalan komplemen dengan lintasan klasik, memakai fragmen konstan mengikat patogen dalam opsonisasi untuk ditelan makrofaga dan neutrofil dengan proses netralisasi toksin dan fagositosis,
antibodi m
Antibodi M atau IgM atau macroglobulin atau Immunoglobulin M yaitu antibodi dasar yang ada pada plasma B. dengan rasio serum 13%,
antibodi M yaitu antibodi pertama yang muncul pada 20 minggu pertama masa kehidupan janin manusia berkembang secara fitogenetik ( phylogenetic), fragmen konstan antibodi M yaitu bagian yang menggerakkan lintasan komplemen klasik ,
antibodi M merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, antibodi M beredar sesudah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal primary immune response , pada rentang waktu paruh 5 hari. bentuk monomeris dari antibodi M ada pada permukaan reseptor sel-B dan limfosit-B ,
manusia dan primata memiliki antibodi alami yang berada di dalam serum sebelum terjadi infeksi , antibodi alami yaitu antibodi yang dihasilkan sebelum terjadinya imunisasi pasif , infeksi, vaksinasi, paparan terhadap antigen,
molekul antibodi M mengandung 5 unit dasar yaitu
ikatan disulfida antarmolekul,unit dasar, rantai panjang,rantai pendek dan rantai j,
antibodi M bertanggung jawab pada penggumpalan sel darah merah sesudah transfusi darah pada saat sel darah merah donor tidak sesuai dengan tipe sel darah merah penerima, pada serum normal, antibodi M sering mengikat antigen tertentu, walaupun tidak ada imunisasi sebelumnya. oleh sebab itu antibodi M dinamakan antibodi alami (natural antibody). sebab avidity antibodi M yang tinggi, sehingga mampu mendeteksi dan mengikat antigen kurang reaktif yang ada. contoh antibodi M yang mengikat sel darah merah yang tercemar antigen B dan antigen A , dimungkinkan sebagai akibat dari paparan antibodi M terhadap substansi A dan B yang ada pada bakteri pada awal proses fitogenik
epitop
Epitop atau antigenic determinant atau epitope yaitu area tertentu pada molekul antigenik, yang mengikat antibodi atau pencerap sel T dan sel B , normalnya molekul berukuran besar, seperti polisakarida dan protein bisa menandakan sifat antigen, epitop bisa dipetakan dengan elisa atau elispot,
banyak antigen memiliki beragam epitop yang menjadi stimulan produksi antibodi atau sel T, sesudah terjadi ikatan pada fragmen pengikat antigen
peptida antimikrobial
peptida antimikrobial yaitu komponen yang sudah pernah berevolusi dan ada secara permanen pada sistem kekebalan tubuh pada semua kehidupan, perbedaan ada pada eukariot dan sel prokariot yaitu yang merupakan target dari peptida antimikrobial. peptida ini yaitu spektrum antibiotik yang luas.
tidak seperti kebanyakan antibiotik konvensional, peptida antimikrobial mampu meningkatkan kekebalan dengan berfungsi sebagai immunomodulator.peptida antimikrobial mampu membasmi bakteri gram negatif dan positif , termasuk strain yang resisten terhadap jamur, sel kanker,antibiotik konvensional, mycobacteria, virus yang terbungkus kapsul,
biasanya peptida antimikrobial terdiri dari 12 hingga 50 asam amino. peptida ini termasuk dua atau lebih residu bermuatan positif dari residu histidin, hidrofobik,arginin, lisin,
peptida antimikrobial terbagi dalam beberapa jenis molekul yang terbagi lagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan komposisi dan struktur asam aminonya,
struktur sekunder dari molekul ini terdiri dari 4 macam, yaitu beta hairpin, extended,alpha helical, beta stranded,
banyak peptida ini tidak terstruktur pada larutan bebas dan terlipat menjadi konfigurasi akhirnya sepanjang penempatannya pada membran biologis. peptida ini mengandung residu asam amino hidrofilik terbentang pada satu sisi sedangkan asam amino hidrofobik terbentang pada sisi yang berlawanan,
sifat ini memudahkan penempatan pada 2 lapis membran lipid. kemampuan untuk berasosiasi dengan membran merupakan sifat asli dari peptida antimikrobial, meski permeabilisasi membran tidak dibutuhkan . peptida ini mempunyai banyak aktivitas antimikrobial berkisar pada membran sel hingga sitoplasma,
ada banyak tipe peptida antimikrobial,antaralain:
tipe pertama yaitu peptida kationik yang mengandung banyak asam amino . cirinya yaitu nengandung banyak glisin, triptofan, prolin, arginin, fenilalanina,
seperti prophenin pada babi, indolicidin pada sapi ternak,abaecin dan apidaecin pada lebah madu,
tipe kedua yaitu peptida anionik dan kationik yang mengandung sistein dan membentuk ikatan disulfida. cirinya yaitu mengandung ikatan disulfida sebanyak setidaknya 1 hingga 3 ikatan. seperti defensin pada manusia, drosomycin pada lalat buah, brevinin, protegrin pada babi, tachyplesin pada kepiting tapal kuda,
tipe ketiga , yaitu peptida anionik, peptida ini mengandung banyak asam aspartat dan asam glutamat , seperti dermcidin pada manusia, maximin h5 pada amfibi,
tipe keempat , yaitu peptida alpha helical kationik linear. ciri nya yaitu minimnya kandungan sistein. seperti buforin ii pada amfibi, cap18 pada kelinci, ll37 pada manusia, cecropin, andropin, moricin, ceratotoxin, dan melittin pada serangga, magainin, dermaseptin, bombinin, brevinin-1, esculentin,
guna membunuh bakteri , peptida antimikrobal mempunyai fungsi imunomodulator yang bisa terlibat dalam pembersihan infeksi, termasuk menghalangi lipopolisakarida yang mengakibatkan terbentuknya sitokin pro-inflammatory, mengubah sifat gen bakteri, bertindak sebagai chemokine atau menginduksi terjadinya proses produksi chemokine,
bermacam macam pergerakan dari peptida antimikrobial dalam membunuh bakteri bervariasi, pergerakan dari peptida antimikrobial untuk membunuh membran, mengincar komponen sitoplasma,mengganggu metabolisme,
mekanisme peptida antimikrobial membunuh bakteri belum diketahui,
semakin tinggi konsentrasi inhibitor, semakin tinggi kerja pepida antimikrobial,
aktivitas peptida antimikrobial bergantung pada konsentrasi inhibitor ,
kontak permulaan antara organisme target dan peptida adalah bersifat elektrostatik sebab sebagian besar permukaan bakteri adalah anionik,
komposisi asam amino, sifat amfifatik, muatan kationik, dan ukuran pepida antimikrobial , memudahkan pepida antimikrobial menempel dan masuk ke dalam membran untuk membentuk celah menuju ke dalam sel dengan banyak mekanisme , peptida antimikrobial dapat masuk ke dalam sel secara langsung untuk mengikat molekul intraseluler yang penting bagi sel hidup. pengikatan intraseluler termasuk menghalangi enzim tertentu menghalangi sintesis dinding sel, perubahan membran sitoplasma, aktivasi autolisin, menghalangi DNA, menghalangi RNA, menghalangi sintesis protein,
berlawanan dengan kebanyakan antibiotik konvensional, peptida bekerja sebagai bakteriosida pembunuh bakteri dibandingkan bakteriostatik penahan pertumbuhan bakteri ,
peptida antimikrobial sebagai pengembang medium dan komplemen terapi yang penting dibandingkan dengan terapi antibiotik konvensional. sebab peptida antimikrobial tidak menyebabkan resistansi bakteri seperti antibiotik yang terjadi pada banyak kondisi , peptida antimikrobial beraksi sebagai bakteriosida, bukan bakteriostatik, sehingga hanya membutuhkan sedikit waktu untuk melakukan kontak dengan bakteri dan membunuhnya. peptida dan turunannya telah berkembang sebagai terapi anti infeksi baru untuk kondisi seperti infeksi kulit tropis,kanker, oral muscositis, infeksi paru-paru yang berasosiasi dengan cystic fibrosis,
dalam kompetisi sel bakteri dan sel yang terinfeksi dengan peptida antimikrobial, peptida antimikrobial berinteraksi dengan sel bakteri dibandingkan dengan sel mamalia yang membuat mereka mampu membunuh mikroorganisme tanpa membuat kerusakan berarti pada sel mamalia. selektivitas dimiliki peptida antimikrobial untuk menjamin fungsi kerja nya, peptida antimikrobial beracun bila berinteraksi pada sel mamalia,
beberapa faktor yang berkaitan dengan sifat kationik dan sifat selektivitas dari peptida antimikrobial, akibat dari permukaan membran bakteri yang bermuatan lebih negatif dibandingkan sel mamalia, peptida antimikrobial menunjukkan perbedaan afinitas terhadap membran sel mamalia dan membran bakteri ,
ada faktor lain yang memengaruhi selektivitas peptida antimikrobial. kolesterol tersebar secara luas pada membran sel mamalia sebagai bahan penstabil membran, namun tidak terdapat pada membran sel bakteria. Keberadaan kolesterol ini mengurangi aktivitas peptida antimikrobial, sehingga keberadaan peptida antimikrobial melindungi sel mamalia dari serangan peptida antimikrobial.
membran sel bakteri mengandung banyak asam fosfolipid seperti cardiolipin dan fosfatidilgliserol , fosfolipida ini sangat bermuatan negatif, oleh sebab itu lapisan terluar dari bilayer yang terekspos ke luar membran bakteri sangat atraktif terhadap serangan peptida antimikrobial yang bermuatan positif. interaksi ini terutama terjadi karena interaksi elektrostatik, yang merupakan pengendali utama dari pengikatan seluler. aktivitas antar permukaan hidrofobik juga berperan sedikit,
berlawanan dengan itu, lapisan terluar dari membran mamalia dan tanaman tersusun atas lipid yang bermuatan total hampir sama dengan nol sebab lipid yang bemuatan negatif tersusun di dalam lapisan dalam membran. pada mamalia, permukaan terluar membran terbuat dari sphingomyelin zwiterionik dan fosfatidilkolin , walaupun sedikit bagian dari membran terluar yang mengandung gangliosida yang bermuatan negatif. interaksi hidrofobik antara permukaan hidrofobik dari fosfolipid zwiterionik dan peptida antimikrobial amfipatik pada permukaan sel berperan dalam menghasilkan formasi ikatan peptida-sel. tetapi, interaksi hidrofobik relatif lemah dibandingkan dengan interaksi elektrostatik, maka peptida antimikrobial memilih berinteraksi dengan membran bakteri,
beberapa mikroorganisme mengubah muatan total permukaan tubuhnya
bakteri memakai strategi resistansi untuk menghindari kematiannya dari peptida antimikrobial. staphylococus aureus memindahkan d-alanin dari sitoplasma ke permukaan asam teichoic untuk mengurangi total muatan negatif. s. aureus juga memodifikasi membran anionik melalui mprf dengan l-lisin, meningkatkan total muatan positif. interaksi peptida antimikrobial dengan target membran dapat dibatasi dengan kapsul polisakarida dari kleibsiella pneumoniae. perubahan juga terjadi pada lipid a dari spesies salmonella, mengurangi tingkat fluiditas dari membran terluar mereka dengan meningkatkan interaksi hidrofobik antara sejumlah ekor asil lipid a dengan menambahkan miristat ke lipid a dengan 2 hidroksimiristat dan membentuk heptaasilat lipid a dengan menambahkan palmitat. penambahan jumlah momen hidrofobik dapat memperlambat insersi peptida antimikrobial dan pembentukan celah. residu ini mengalami perubahan di protein membran. di beberapa bakteri gram negatif, perubahan terhadap produksi protein membran berhubungan dengan resistansi terhadap proses pemusnahan peptida antimikrobial. bakteri juga menghasilkan enzim proteolitik yang mendegradasi peptida antimikrobial.
transmembran memengaruhi interaksi lipid-peptida, mungkin transmembran negatif-dalam yang ada dari lapisan terluar hingga terdalam dari membran sel dan hal ini memfasilitasi permeabilisasi membran yang mungkin dengan mempermudah insersi dari peptida bermuatan positif menuju membran. untuk perbandingan, potensial transmembran dari sel bakteri lebih negatif dibandingkan sel mamalia normal, sehingga peptida antimikrobial cenderung menyerang membran sel bakteri karena muatan positif dari peptida antimikrobial,
tingginya kekuatan ionik, yang mengurangi aktivitas peptida antimikrobial berdampak secara parsial terhadap selektivitas peptida antimikrobial dengan memperlemah interaksi elektrostatik yang diperlukan untuk interaksi awal
defensin
Defensin yaitu protein kationik berukuran kecil yang mengandung banyak sistein yang ada pada invertebrata dan vertebrata , defensin terdiri dari 18 sampai 45 macam asam amino termasuk 6 sampai 8 residu sistein yang terawetkan defensin aktif melawan virus, bakteri, jamur,
sel-sel sistem imunitas mengandung peptida jenis ini untuk membasmi bakteri fagositosis, seperti seluruh sel epitelium dan pada granulosit neutrofil , defensin berfungsi mengikat membran sel mikroba,
beberapa bagian dari gen makhluk hidup menghasilkan defensin dan gen itu sangat polimorfik. ada 3 bentuk utama defensin yang ada di mamalia, yaitu :
θ-defensin, α-defensin dan β-defensin,
θ-defensin dihasilkan oleh gen DEFT1P. defensin ini langka, hanya ada pada leukosit di baboon zaitun dan rhesus macaque , papio anubis.
defensin yang diperoleh marsupial muda berasal dari susu induknya,
pada marsupial muda, karena sistem imunitas mereka belum berkembang dengan baik, defensin berperan dalam melawan patogen,
α-defensin dihasilkan oleh gen DEFA3, DEFA4, DEFA1 dan DEFA1A3,
defensin ini ada pada beberapa t-limfosit , neutrofil dan di sel NK , DEFA5 dan DEFA6 ada pada sel paneth di usus halus, di mana DEFA5 dan DEFA6 mengatur keseimbangan mikroba di lumen usus,
β-defensin dihasilkan oleh gen DEFB103A/DEFB103B,DEFB1, DEFB4,
hingga DEFB107A/DEFB107B, dan DEFB110 hingga DEFB133. Defensin ini luas penyebarannya, disekresikan oleh leukosit dan bermacam macam jenis sel epitelium. ini ditemukan di ginjal, esofagus, saluran pernapasan,lidah, kulit, kornea, kelenjar ludah
gramisidina
gramisidina yaitu antibiotik berupa kompleks polipeptida. gramisidida bisa meleleh pada suhu 229 derajat hingga 230 derajat. antibiotik gramisidida ini pada mulanya di isolasi dari kultur bacillus brevis. gramisidida berbentuk kristal pipih seperti kepala lembing atau lensa ,
gramisida yaitu antibiotik pentadecapeptide linear dengan berat molekul 1900. gramicidina berperan sebagai model untuk saluran transmembran. campuran alami gramicidina dilambangkan sebagai gramicidin a. gramicidin a tersedia karena adanya residu triptofan , salah satu dari urutan hidrofobik dan mempunyai kelarutan sangat rendah dalam larutan air.
gramisidina dapat larut dalam asamasetat, piridina, alkohol, jika di dalam aseton kering dan dioksan, gramisidina agak larut namun tidak larut sama sekali di dalam eter dan hidrokarbon. gramisidina ini bermanfaat untuk antibakteri. obat yang mengandung antibiotik gramisidina yaitu sofradex,agricilline, negralon, neosporin,
kluster diferensiasi
kluster diferensiasi atau cluster of designation atau cluster of differentiation atau cluster determinant, yaitu protokol untuk identifikasi dan investigasi molekul yang ada pada permukaan sel, khususnya sel darah putih , molekul kluster diferensiasi memliki fungsi sebagai reseptor atau ligan, atau pada adhesi sel , manusia memiliki 350 buah molekul kluster diferensiasi,
CCR5
CCR5 chemokine receptor 5 yaitu pencerap kemokina dengan ligan, antara lain berbentuk MIP-1β dan RANTES, MIP-1α ,
CCR5 berperan penting pada respon peradangan terhadap infeksi, meskipun peran CCR5 untuk fungsi kekebalan tubuh masih belum jelas. HIV memakai CCR5 atau protein lainnya, CXCR4, untuk memasuki sel targetnya,
CCR5 yaitu nama dari gen yang mengkodekan dari reseptor CC45 , CCR5 ada pada kromosom 3 pada lengan pendek (p) pada posisi 21.
CCR5 ada pada mikroglia,sel T, makrofaga dan sel dendritik ,
CD14
CD14 atau gp55 atau myeloid cell-specific leucine-rich glycoprotein atau monocyte differentiation antigen CD14,
CD14 terutama diekspresikan oleh makrofaga,monosit, granulosit ,
yaitu sejenis glikoprotein dengan 175 AA, yang bersama-sama MD-2,TLR4, merupakan pencerap liposakarida,
CD36
CD36 atau platelet collagen receptor atau fatty acid translocase atau thrombospondin receptor atau FAT atau TSPR atau platelet glycoprotein atau GPIV atau glycoprotein IIIb atau GPIIIB atau leukocyte differentiation antigen CD36 atau CD36 antigen atau SR-BI atau PAS IV atau PAS-4 protein ,
yaitu glikoprotein transmembran yang tersandi pada kromosom 7 q11.2 oleh 15 ekson dan memiliki ekspresi pada adiposit, striated muscle cells, hematopoietic cells,permukaan sel keping darah, endotelium, makrofaga, DC,
cacat pada CD36 akan menginduksi penyimpangan metabolisme asam lemak, kardiomiopati ,alzheimer, glucose intolerance, aterosklerosis, tekanan darah tinggi, diabetes,
CD44
CD44 yaitu ekspresi gen berbentuk glikoprotein transmembran yang banyak mengalami variasi proteolitik, Isoform berupa CD44v yang ada pada sel sekretori di sekitar kelenjar prostat, ekspresi CD44s ada pada semua jenis sel epitelial, terganggunya ekspresi CD44 memicu pertumbuhan tumor ,
pada kanker prostat, hormon kalsitonin berperan sebagai faktor pertumbuhan parakrin yang menginduksi ekspresi varian CD44 yaitu CD44v7-10 melalui lintasan protein kinase A dan p38. CD44v7-10 mempunyai daya cerap lebih besar terhadap fibronektin dibandingkan senyawa hialuronan yang biasa dicerapnya dan mengaktivasi lintasan MAPK.
molekul cd81
Molekul CD81 atau kluster diferensiasi 81 yaitu protein yang disandi oleh gen CD81. Protein ini dinamakan 26 kDa protein permukaan sel, Tetraspanin-28 (Tspan-28) dan TAPA-1 (Target of the Antiproliferative Antibody 1)
sebagai protein tumpuan reseptor GPR56:
GPR56 yaitu reseptor yang termasuk dalam GPCR adhesi yang banyak terlibat dalam perkembangan tumor. CD81 terbukti berperan sebagai protein perancah atau tumpuan (scafolding protein) dalam menstabilkan kompleks GPR56-CD81-Galpha-q/11.
tempat penempelan/masuknya virus hepatitis C:
protein berperan dalam penempelan dan atau masuknya virus hepatitis C, berinteraksi dengan heterodimer glikoprotein E1/E2.
trombokinase
Trombokinase atau CD142 atau TF atau TFA atau F3 atau tromboplastin atau
thrombokinase atau tissue factor atau platelet tissue factor atau factor III ,
yaitu protein yang ada pada sel darah putih, jaringan sub-endotelial, keping darah ,
skema pembekuan darah antaralain: - terjadi luka - darah keluar - keping darah (trombosit pecah) - menghasilkan enzim trombokinase - bersama vitamin k dan ion kalsium mengubah protrombin menjadi trombin - memengaruhi fibrinogen membentuk benang-benang fibrin - membendung darah dan membeku - menutup luka,
thrombokinase penting untuk reaksi kimiawi yang mengubah zimogen berbentuk protrombin menjadi trombin,
pertolongan pada luka membantu membekunya darah dengan memakai obat antibiotik betadine ,
struktur protein TF terdiri dari 3 domain,antaralain:
1. sebuah domain sitoplasmik dengan panjang 21 asam amino yang berada di dalam sel dan berfungsi sebagai transduksi sinyal TF.
kompleks protein yang dibentuk dari molekul TF dengan FVIIa berfungsi sebagai katalis yang memicu proses koagulasi dengan mengaktivasi FXI dan FX, yang kemudian membentuk trombin,
2. domain yang ada di luar sel dan mengikat faktor VIIa. Ikatan yang terjadi merupakan interaksi dari kedua molekul,
Faktor VIIa yaitu protein yang terdiri dari beberapa domain. salah satu domainnya, yaitu domain GLA yang memiliki gugus karboksilat mengikat fosfolipid yang bermuatan negatif, saat terarah oleh promoter berupa kalsium. ikatan antara FVIIa dan fosfolipid meningkatkan daya ikat antara FVIIa dengan TF.
3. domain yang melintang membran hidrofobik.
sitokin
sitokin atau sitokina yaitu beberapa senyawa organik hasil sekresi sel yang berfungsi sebagai sinyal komunikasi ataub berpengaruh pada sel lain , sitokin adalah nama molekul-molekul sinyal termasuk faktor pertumbuhan,kemokin, monokin, interleukin,
sitokin berupa protein glikoprotein atau peptida , kata sitokin untuk merujuk regulator polipeptida yang disekresi oleh sel pada semua jenis makhluk hasil embriogenesis
CCL2
CCL2 atau monocyte chemotactic protein-1 atau MCP-1 atau C-C motif ligand 2
yaitu kemokina yang memicu migrasi sel dendritik, monosit, sel T memori menuju lokasi infeksi. pencerap CCL2 pada sel adalah CCR4 dan CCR2 ,
CCL2 mengakibatkan degranulasi pada basofil dan mastosit, ketika terstimulasi dengan IL-3
CCL5
CCL5 atau Regulated upon Activation, Normal T-cell Expressed, and Secreted (RANTES)
yaitu kemokina peptida yang dikodikasi pada gen CCL5 pada kromosom 17.
protein CCL5 memiliki massa 8 kDa, merupakan sitokina kemotaktik bagi sel T,basofil dan eosinofil ,
CCL5 yang disekresi oleh sel T CD8 dinamakan faktor penekan virus HIV,
bersama dengan hormon IL-2 dan IFN-γ yang disekresi oleh sel T, CCL5 menginduksi proliferasi dan aktivasi beberapa sel NK untuk menjadi sel CHAK ( CC-Chemokine-activated killer cell),
CXCL10
CXCL10 interferon-gamma induced protein, γ-IP10, IP-10
yaitu kemokina bermotif C-X-C dengan ligan 10, dan memiliki massa 10 kDa,
IP-10 berperan sebagai ,antaralain:
inhibitor pembentukan koloni pada sumsum tulang dan proses angiogenesis, sesudah mengikatkan dirinya pada permukaan sel pada pencerap kemokina CXCR3,
mediator kemotaksis bagi monosit, makrofaga, sel T, sel NK dan DC
stimulan adhesi sel T ke sel endotelial,
aktivitas anti-tumor,
Gen IP-10 ada pada kromosom 4 pada kluster yang bersamaan dengan beberapa kemokina CXC lainnya,
IP-10 disekresi oleh beberapa sel sebagai respon terhadap hormon IFN-γ, termasuk fibroblas,monosit, sel endotelial,
eritropoietin
Eritropoietin atau hemopoietin atau EPO atau erythropoetin atau erithropoyetin atau hematopoietin ,
yaitu hormon glikoprotein yang merupakan stimulan bagi eritropoiesis, sebuah lintasan metabolisme yang menghasilkan eritrosit,
sintesis eritropoietin diregulasi oleh konsentrasi oksigen di dalam darah,
sintesis dominan eritropoietin terjadi pada sel di area interstitial peri-tubular di dalam ginjal, selain otak dan hati ,
eritropoietin hasil sekresi dan beredar dalam sirkulasi darah akan meregulasi eritropoiesis pada sumsum tulang melalui pencerap eritropoietin yang masih tergolong sebagai pencerap sitokina, dan mekanisme transduksi sinyal seluler melalui beberapa kinase termasuk lintasan Ras/MAP dan JAK/STAT , lintasan ini menstimulasi mitosis dan kematangan sel, meningkatkan sintesis hemoglobin. mutasi pada lintasan ini memicu terminus karboksil eritrosit terpotong seperti pada simtoma eritrositosis.
faktor stimulasi koloni
Faktor stimulasi koloni granulosit atau G-CSF atau CSF-3
atau Granulocyte colony-stimulating factor atau colony-stimulating factor 3 ,
yaitu hormon berbentuk glikoprotein dengan fungsi faktor pertumbuhan, sitokina,mitogen, yang disekresi oleh bermacam macam jaringan untuk menstimulasi sumsum tulang agar mensintesis granulosit dan sel punca dan mendistribusikan ke dalam peredaran darah,
faktor stimulasi koloni makrofaga
faktor stimulasi koloni makrofaga granulosit atau MGC138897 atau CSF2 atau GM-CSF atau granulocyte macrophage colony-stimulating factor atau colony stimulating factor 2 atau MGC131935,
defisiensi genetik pada kromosom GM-CSF area 5q31 menjadi pemicu sindrom 5q dan leukimia mielogenus akut.
faktor stimulasi koloni makrofaga granulosit yaitu sitokina yang berfungsi sebagai stimulan bagi sel progenitor agar terdiferensiasi menjadi granulosit seperti basofil, neutrofil, eosinofil dan makrofaga,
bentuk aktif GM-CSF ada dalam peredaran darah sebagai homodimer,
faktor pertumbuhan hepatosit
faktor pertumbuhan hepatosit atau DFNB39 atau HGF atau hepatocyte growth factor atau scatter factor atau hepapoietin A atau SF atau HGFB atau HPTA atau F-TCF,
faktor pertumbuhan hepatosit yaitu sitokina hasil sekresi sel mesenkimal yang mempunyai multi-fungsi antara lain berperan dalam morfogenesis lintasan tirosina berperan dalam kinase, berperan dalam perkembangan sel, berperan dalam motilitas,
sehingga berperan dalam perbaikan jaringan tubuh,angiogenesis, tumorogenesis ,
HGF disekresi sebagai polipeptida yang tidak aktif dan kemudian teriris oleh serina protease menjadi rantai beta dengan massa 34 kDa dan rantai alfa dengan massa 69 kDa ,
efek yang diberikan oleh interferon-gamma, tidak dapat disubstitusi oleh interferon-alfa maupun interferon-beta,
Rendahnya rasio HGF di dalam plasma darah menjadi pemicu terjadinya hepatitis kronis, sebab pengaruh HGF yang bersifat anti-radang anti-apoptotik pada hepatosit.
rasio HGF yang rendah, dapat ditingkatkan oleh induksi asam maleat, atau dengan memakan buah Momordica charantia L. ,
sekresi HGF dapat diinduksi oleh interferon-gamma, aktivasi protein kinase A dan protein kinase C, EGF, TNF-α,
kekebalan tubuh
imunomodulator adalah pemakaian obat merangsang dan memperbaiki kekebalan tubuh, zat ini kerap disalahgunakan sehingga dianggap seperti suplemen, pemakaian secara sembarangan menyebabkan alergi,padahal obat ini hanya diperlukan pada saat seseorang terkena infeksi saja,imunomodulator hanya boleh dikonsumsi bila anak-anak atau dewasa mengalami gangguan kekebalan tubuh, hingga kini belum ada penelitian tentang akibat pemakaian imunomodulator yang berlebihan, bila kekebalan manusia normal dirangsang terus dengan imunomodulator , maka seseorang akan semakin meningkat alerginya, sehingga kekebalannya jadi berlebihan. jika kekebalan tubuh terlalu banyak , tubuh menjadi sangat sensitif , keseimbangan sel-sel limfosit menjadi terganggu,
pada tubuh ada keseimbangan sel-sel limfosit yakni sel limfosit T-helper1 dan limfosit T-helper 2, Sel T helper 1 lebih berperan ke pada orang yang reaksi kekebalan tubuhnya berlebihan akan mudah alergi karena sel limfosit T-helper 2 menjadi mendominasi,