www.gorengx.blogspot.com
.....
www.berasx.blogspot.com
......
Tampilkan postingan dengan label dingin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dingin. Tampilkan semua postingan
Selasa, 12 April 2022
dingin
April 12, 2022
dingin
KEDINGINAN
menggigil saat suhu udara sedang dingin adalah bagian dari respons alami tubuh manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan ,tubuh manusia secara alami akan mempertahankan suhu tubuh normalnya kira kira 36 derajat celsius.
menggigil saat kedinginan merupakan usaha menghangatkan tubuh untuk mencegah serangan hipotermia,hipotermia terjadi saat suhu tubuh turun di bawah 34 derajat celsius. penurunan suhu tubuh ini bisa mengganggu kinerja saraf, jantung, sampai pernapasan, untuk melindungi tubuh saat kedinginan, saraf di kulit yang kali pertama merasakan dingin akan mengirimkan sinyal ke otak agar segera menghangatkan tubuh, dengan menggigil tubuh dapat menghasilkan panas secara alami, dan suhu tubuh jadi meningkat,tubuh kemudian merespons kode dari otak itu melalui menggigil dengan cara menggetarkan otot di seluruh badan, otot rahang gemertak, gigi gemetaran,
sehingga, menggigil ketika kedinginan hanya bisa beberapa beberapa jam saja sampai otot kehabisan bahan bakar berupa glukosa,respons menggigil ketika kedinginan bisa berbeda-beda, yang tubuhnya tidak memiliki banyak lemak cenderung lebih mudah menggigil ketika kedinginan, jika banyak lemak cenderung lebih tahan menggigil saat kedinginan,
bayi umumnya tidak menggigil saat kedinginan, sebab memiliki respons pengaturan suhu berbeda jika dibandingkan anak-anak dan orang dewasa.
bayi masih bisa menghangatkan tubuhnya dengan cara membakar lemak melalui proses thermogenesis, proses ini mirip dengan cara hewan yang hibernasi saat bertahan hidup di suhu sangat dingin,kepekaan pada suhu dingin bisa berubah seiring bertambahnya usia, atau masalah kesehatan seperti gangguan kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroid),
orang tua lebih peka pada suhu dingin sebab penipisan lapisan lemak di bawah kulit dan menurunnya sirkulasi darah sebab faktor penuaan,
jika merasa sering kedinginan dibandingkan normal, konsultasikan ke petugas medis. keadaan itu bisa jadi tanda gangguan kelenjar tiroid,
menggigil terjadi saat tubuh mengalami perubahan cepat antara kontraksi dan relaksasi otot. kontraksi otot ini merupakan cara alami tubuh menghangatkan badan, beberapa kemungkinan pemicu menggigil tanpa demam, antara lain:
hipoglikemia, kurang asupan makanan bergizi,infeksi,efek samping olahraga intensif atau di tempat dingin,anemia,kedinginan,efek samping obat,
hipotiroid, pemicu menggigil tanpa demam,antaralain :
-hipoglikemia terjadi saat kadar gula darah turun di bawah normal, ini dialami pengidap diabetes,gejala hipoglikemia yaitu badan gemetaran mirip dengan menggigil tanpa demam ditambah berkeringat,bingung,kejang,pandangan kabur,mudah emosi,detak jantung cepat,area seputar mulut terasa seperti kesemutan,
-kurang asupan makanan bergizi atau malnutrisi,
gejala malnutrisi lainnya ,antaralain :
detak jantung cepat,ingin pingsan,sendi mati rasa atau kesemutan,
lelah dan mengantuk terus,badan lemah,susah konsentrasi,kulit pucat,
ruam,jika menggigil kedinginan tanpa demam ditambah penurunan suhu tubuh, itu bisa jadi tanda hipotermia,jika dibiarkan terlalu lama, pengidap hipotermia bisa lemas, pingsan, sampai meninggal dunia,
orang bisa kedinginan sampai menggigil saat berada di tempat yang sangat dingin. keadaan ini bisa semakin parah jika pakaian tipis basah lembab,atau tidak memakai baju,seiring bertambahnya usia, jadi semakin sulit mengatur suhu tubuh, pengidap diabetes dan jantung lebih peka terhadap kedinginan,
-menggigil tanpa demam bisa jadi efek samping salah dosis obat, obat tertentu, minum campuran obat tertentu yang tidak pas,
-tak hanya obat medis, efek sejenis juga bisa muncul dari pemakaian beberapa suplemen dan obat herbal.
-kelenjar tiroid kurang aktif atau hipotiroid adalah keadaan saat kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon pengatur metabolisme dalam jumlah cukup,dapat memicu tubuh lebih peka terhadap hawa dingin dan badan jadi mudah menggigil tanpa demam,gejala hipotiroid yaitu:
kerap sedih,daya ingat lemah , sembelit,wajah bengkak,berat badan naik tanpa sebab jelas,kulit, kuku, dan rambut kering,otot lemah, nyeri, dan kaku,
- tanda infeksi salah satunya adalah menggigil ditambah demam,menggigil itu biasanya terjadi selama beberapa saat. selang beberapa saat kemudian, gejala demam baru muncul,
-jika pasien melakukan olahraga intensif dalam cuaca dingin,
hal itu terjadi sebab bagian dalam tubuh menghasilkan panas saat berolahraga, sedang tubuh bagian luar terpapar hawa dingin,saat olahraga di tempat dingin, orang tidak menggigil sebab badannya terus bergerak. panas yang dihasilkan tubuh ini dapat menghangatkan tubuh,olahraga intensif mengganggu kemampuan tubuh dalam mengendalikan suhu tubuh. maka jadi lebih rentan menggigil kedinginan sesudah aktivitas fisik
-pemicu menggigil tanpa demam yaitu anemia. anemia terjadi saat tubuh kekurangan zat besi dalam darah,tanda anemia yaitu badan mudah kedinginan sampai menggigil tanpa demam, lemas, dan pucat,anemia bisa terjadi sebab kurang asupan zat besi, penyakit kronis, efek pengobatan, atau pendarahan,
badan tiba-tiba menggigil kedinginan bisa dipicu pergantian antara kontraksi dan relaksasi otot yang cepat,kontraksi otot terjadi sebagai bagian dari cara tubuh menghangatkan badan saat kedinginan,
menggigil tidak selalu terkait dengan demam. namun, ini juga kerap diawali dengan demam. terutama saat tubuh terinfeksi kuman,
badan tiba-tiba menggigil kedinginan bisa jadi masalah kesehatan serius dan tidak serius, tergantung pemicu yang mendasarinya,
beberapa kemungkinan pemicu badan menggigil kedinginan,antaralain:
-hipoglikemia adalah keadaan saat kadar gula darah cukup rendah, ini bisa dialami orang tanpa diabetes atau pengidap diabetes yang memerlukan modifikasi obat dan diet,hipoglikemia perlu segera memperoleh perawatan agar kadar gula darah bisa kembali normal,
gejala hipoglikemia yaitu bingung,kejang, penglihatan kabur.,badan limbung, otot lemah, berkeringat, jantung berdebar,
- menggigil kedinginan juga bisa sebab infeksi virus, bakteri, jamur, sistem daya tahan tubuh secara otomatis membuat tubuh kedinginan agar suhu tubuh inti meningkat,sehingga kuman yang masuk ke tubuh sulit berkembang biak.
kadang saat badan panas tapi kita merasa kedinginan dalam waktu yang bersamaan, infeksi kuman yang bisa memicu badan panas namun kedinginan yaitun flu, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, ginjal.
- mengalami kedinginan saat berada di tempat yang sangat dingin ,
seiring bertambahnya usia, tubuh manusia lebih sulit mengatur suhu tubuh.
jika menggigil parah saat terpapar udara sangat dingin, bisa jadi mengalami hipotermia atau radang dingin,gejala hipotermia yaitu mati rasa, perubahan warna kulit, rasa panas di jari-jari, telingan, dan hidung,bicara jadi cadel, rasa kantuk ekstrem,
pemicu badan kedinginan tanpa ditambah demam bisa dipicu efek samping minum obat atau campuran obat-obatan tertentu,
-kelenjar tiroid yang kurang aktif membuat tubuh kekurangan hormon untuk mengatur laju metabolisme atau mendukung kesehatan secara keseluruhan.
hipotiroidisme ini dapat memicu peningkatan kepekaan terhadap dingin, yang memicu badan menggigil kedinginan,
gejala hipotiroidisme ,antaralain:
kelemahan otot, nyeri, atau badan kaku,depresi atau kerap merasa sedih,
daya ingat menurun,sembelit,wajah bengkak,kenaikan berat badan tanpa sebab jelas,kulit, kuku, dan rambut kering,hipotiroidisme bisa didiagnosis melalui tes darah, ini dapat diobati dengan pengobatan intens.
pemicu radang dingin adalah paparan keadaan cuaca dingin,kontak langsung dengan es, logam beku, atau cairan yang sangat dingin
radang dingin terjadi ketika kulit dan jaringan di bawahnya membeku,
frostbite atau radang dingin adalah cedera yang dipicu oleh pembekuan pada kulit dan jaringan di bawahnya,
radang dingin sering terjadi pada jari tangan, kaki, hidung, telinga, pipi, dan dagu
kulit yang terpapar dalam cuaca dingin dan berangin paling rentan terhadap frostbite,
frostnip adalah bentuk cedera dingin yang lebih ringan yang tidak memicu kerusakan kulit permanen,
amputasipasien dapat mengobati frostnip dengan tindakan pertolongan pertama, termasuk menghangatkan kembali kulit yang terkena,
sedang, semua frostbite atau radang dingin lainnya memerlukan perhatian medis sebab dapat merusak kulit, jaringan, otot, dan tulang,
kemungkinan komplikasi dari radang dingin parah termasuk infeksi dan kerusakan saraf.
gejala radang dingin,antaralain:
mula-mulanya kulit dingin dan perasaan seperti tertusuk-tusuk,
mati rasa,kulit merah, putih, putih kebiruan atau kuning keabu-abuan,
kulit keras atau tampak seperti lilin,kecanggungan sebab kekakuan sendi dan otot,kulit melepuh dalam masalah yang parah,
sebab kulit mati rasa, pengidap mungkin tidak menyadari bahwa mereka menderita frostbite ,
beberapa tahapan radang dingin yang dapat terjadi ,yaitu :
frostnip adalah bentuk radang dingin ringan,
frostnip tidak merusak kulit secara permanen.
radang dingin dalam (parah)
saat radang dingin berlangsung, itu mempengaruhi semua lapisan kulit, termasuk jaringan yang terletak di bawah,kulit menjadi putih atau abu-abu kebiruan dan mungkin mengalami mati rasa, kehilangan semua sensasi dingin, nyeri atau tidak nyaman di area yang terkena,sendi atau otot mungkin tidak berfungsi lagi,lepuh besar terbentuk 24 hingga 48 jam sesudah kulit dihangatkan kembali.sesudah itu, area itu menjadi hitam dan keras saat jaringan mati,
radang dingin superfisial muncul sebagai kulit memerah yang berubah menjadi putih atau pucat,kulit mungkin mulai terasa hangat, tanda keterlibatan kulit yang serius,kulit kemudian menjadi hangat dan membengkak, ini menandakan jaringan yang mulai rusak,bila dihangatkan, kulit akan terasa nyeri seperti terbakar dan muncul kantung berisi cairan pada permukaan kulit
lepuh berisi cairan ini mungkin muncul 12 hingga 36 jam sesudah dihangatkan kembali,
tanda dan gejala hipotermia ,antaralain:
menggigil hebat,ucapan cadel,mengantuk dan kehilangan koordinasi,
segera cari pertolongan medis untuk radang dingin jika mengalami:
demam,gejala baru yang tidak dapat dijelaskan,tanda dan gejala radang dingin yang dangkal atau dalam,meningkatnya rasa sakit, bengkak, kemerahan atau keluarnya cairan di area yang terkena radang dingin,
tindakan perawatan radang dingin , seperti:
mengurangi rasa sakit dengan ibuprofen (advil, motrin ib, lainnya),
melindungi area yang terkena dari dingin lebih lanjut,
tidak berjalan di atas kaki yang membeku,
beberapa komplikasi radang dingin yang bisa terjadi,antaralain :
kekakuan sendi (radang sendi frostbite),cacat pertumbuhan pada anak-anak, jika radang dingin merusak lempeng pertumbuhan tulang,infeksi,
tetanus,gangren, yaitu pembusukan dan kematian jaringan akibat gangguan aliran darah ,peningkatan kepekaan terhadap dingin,meningkatnya risiko terkena radang dingin lagi,mati rasa jangka panjang di area yang terkena,
berkeringat berlebihan (hiperhidrosis),perubahan warna kulit,
perubahan atau kehilangan kuku,
HIPOTERMIA
Pengaturan suhu badan hampir seluruhnya dilakukan oleh prosedur umpan balik saraf, dan hampir semua prosedur ini aktif melalui pusat pengaturan suhu yang ada pada hipotalamus. prosedur umpan balik ini akan aktif memerlukan detector suhu, untuk menentukan bila suhu badan terlalu panas atau dingin. Panas akan terus menerus dihasilkan dalam badan sebagai hasil
sampingan metabolisme dan panas badan juga secara terus menerus dibuang ke lingkungan sekitar ,
Hipotermi terjadi sebab terpapar dengan lingkungan yang dingin ,Hipotermi yaitu suatu kondisi suhu badan dibawah 36 ° c Hipotermi juga terjadi sebab kombinasi dari aksi anestesi dan aksi operasi
yang memicu gangguan fungsi dari pengaturan suhu badan yang memicu penurunan suhu inti badan .
batasan suhu normal yaitu ,antaralain :
Bayi: 37 ° c , pasien anak : 36 -37° c ,Dewasa: 36 ° c ,>70 tahun 36 ° c
hipotermi digolongkan menjadi 3, yaitu:
- Ringan,Suhu antara 32-35°C, kebanyakan pasien bila berada pada suhu ini akan menggigil hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu lebih turun lagi, pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disartria. Peningkatan kecepatan nafas
- Sedang,Suhu antara 28–32°C, terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara besar yang memicu terjadinya hiporefleks, hipoventilasi, penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu badan semakin menurun, kesadaran pasien bisa menjadi stupor, badan kehilangan kemampuannya untuk
menjaga suhu badan , dan adanya risiko timbul aritmia. -Berat,Suhu <28°C, pasien rentan mengalami fibrilasi
ventrikular, dan penurunan kontraksi miokardium, pasien rentan menjadi koma, nadi sulit ditemukan, tidak ada refleks, apnea, dan oliguria.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan hipotermi di kamar operasi yaitu :
-Faktor cairan yang diberikan berkaitan dengan terjadinya hipotermi. Pemberian cairan infus dan irigasi yang dingin (sesuai suhu ruangan) dipercaya dapat
menambah penurunan temperatur badan , Cairan
intravena yang dingin itu akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi suhu inti badan
sehingga semakin banyak cairan dingin yang masuk pasien akan mengalami hipotermi ,
-Usia yaitu satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Secara biologis, membagi golongan usia menjadi: Masa pasien balita (0-5 tahun),Masa pasien anak (5-11 tahun), Masa remaja awal (12-16 tahun),Masa remaja akhir (17-25 tahun),Masa dewasa awal (26-35 tahun),Masa dewasa akhir (36-45 tahun),Masa lansia awal (46-55 tahun), Masa lansia akhir (56-65 tahun),
-Suhu kamar operasi,Paparan suhu ruangan operasi yang rendah memicu pasien menjadi hipotermi, ini terjadi akibat dari perambatan antara suhu permukaan kulit dan suhu lingkungan. Suhu kamar operasi selalu dipertahankan dingin (20–24 ° c ) untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri.
-Luasnya luka operasi , hipotermi dapat dipengaruhi dari luas pembedahan atau jenis pembedahan besar yang membuka rongga badan , contoh pada operasi ortopedi, rongga toraks atau. Operasi perut dikenal sebagai pemicu hipotermi sebab berkaitan dengan operasi yang berlangsung lama, insisi yang luas, dan memerlukan cairan guna membersihkan ruang
peritoneum.
Masa manula (65 sampai ke atas),termasuk ke dalam golongan usia yang ekstrem, yaitu risiko tinggi untuk terjadi hipotermi pada periode perioperatif. General anestesi yang dilakukan pada pasien usia lansia dapat memicu pergeseran pada ambang batas termoregulasi dengan derajat yang lebih besar dibandingkan dengan pasien yang berusia muda. Golongan usia lansia yaitu faktor risiko urutan 6 (enam) besar sebagai pemicu hipotermi perioperatif. Selain lansia, pasien pediatrik, pasien balita , dan pasien anak bukanlah pasien dewasa yang berukuran besar. kita memiliki risiko yang tinggi juga untuk terjadi komplikasi sesudah operasi. pasien pada usia lansia sudah terjadi kegagalan memelihara suhu badan , baik dengan atau tanpa anestesi, kemungkinan ini terjadi sebab penurunan vasokonstriksi termoregulasi yang terkait dengan usia hipotermia pada pasien lansia dipicu perubahan fungsi kardiovaskular (kekakuan pada area dinding pembuluh darah arteri, peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, , penurunan curah jantung), kekakuan organ paru , kelemahan otot-otot pernapasan memicu ventilasi, difusi, dan oksigenasi tidak efektif. Selain itu, pada lansia terjadi perubahan fungsi metabolik, seperti peningkatan sensitivitas pada reseptor insulin periferal, , penurunan tanggapan adrenokortikotropik terhadap faktor tanggapan ,Metabolisme pasien berbeda-beda salah satu diantaranya dipengaruhi oleh ukuran badan yaitu tinggi badan dan berat badan yang dinilai berdasar indeks massa badan yaitu faktor yang mempengaruhi metabolisme dan berdampak pada sistem termogulasi , jika kita berada dilingkungan yang suhunya lebih dingin dari badan kita , kita akan terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu badan nya, pembentukan panas tergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan dan lemak sebagai sumber energi dalam menghasilkan panas ,
Pada pasien yang gemuk memiliki cadangan lemak lebih banyak akan cenderung memakai cadangan lemak sebagai sumber energi dari dalam, artinya jarang membakar kalori dan menaikkan heart rate ,Agen anestesi di penyebaran ulang dari darah dan otak kedalam otot dan lemak, badan yang semakin
besar menyimpan jaringan lemak yang banyak, sehingga lebih baik dalam mempertahankan suhu badan , Lemak yaitu bahan atau sumber pembentuk energi di dalam badan , yang dalam ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gramnya lebih besar dari yang dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak akan menghasilkan 9 kalori, sedang 1 gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4
kalori ,Pada pasien dengan IMT yang rendah akan lebih mudah kehilangan panas yaitu faktor risiko terjadinya hipotermi, ini dipengaruhi oleh persediaan sumber energi penghasil panas yaitu lemak yang tipis, simpanan lemak dalam badan berguna sebagai cadangan energi. Pada indeks massa badan yang tinggi memiliki sistem proteksi panas yang cukup dengan sumber energi penghasil panas yaitu lemak yang tebal sehingga IMT yang tinggi lebih baik dalam mempertahankan suhu badan nya dibanding dengan IMT yang rendah sebab memiliki cadangan
energi yang lebih banyak ,IMT yaitu rumus matematis yang berkaitan dengan lemak badan pasien yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam
ukuran meter , Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran IMT, yaitu:
-Tinggi Badan
Tinggi badan parameter ukuran panjang
dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal
-Berat Badan
salah satu parameter massa badan yang paling sering dipakai yang mencerminkan jumlah zat gizi seperti: protein, lemak, air dan mineral. Agar
dapat mengukur IMT, berat badan dihubungkan dengan
tinggi badan ,
Dari batas ambang yang ada di atas, IMT dengan ciriciri kurus yaitu masalah kesehatan terbesar dan lebih banyak mengalami komplikasi sesudah general anestesi dibanding dengan ciriciri IMT lainnya
Jenis kelamin yaitu perbedaan antara wanita dengan laki-laki secara biologis sejak pasien lahir. Seks berkaitan dengan badan laki-laki dan wanita , dimana laki-laki menghasilkan sperma, sedang wanita menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan wanita tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan wanita pada segala ras
yang ada di muka bumi , bahwa kejadian hipotermi lebih banyak terjadi pada wanita yaitu 50 % dibanding laki-laki. bahwa wanita lebih rentan terserang penyakit atau komplikasi dibandingkan laki-laki.
Kejadian hipotermi juga dipengaruhi oleh berat badan pada tiap jenis kelamin. Pada obesitas, jumlah lemak badan lebih banyak. Pada dewasa muda laki-laki, lemak badan >25% dan wanita >35%. penyebaran lemak badan juga berbeda berdasar jenis kelamin, pria cenderung mengalami obesitas viseral (
dibandingkan wanita , Pada akhir anestesi dengan thiopental, halotan, atau enfluran kadang memicu hipotermi sampai menggigil. ini dipicu sebab efek obat anestesi yang memicu gangguan termoregulasi ,
Lama aksi pembedahan dan anestesi bepotensi
berpengaruh besar khususnya obat anestesi dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dalam darah dan jaringan
(khususnya lemak), kelarutan, durasi anestesi yang lebih lama, sehingga agen-agen ini harus berusaha mencapai keseimbangan dengan jaringan itu
Induksi anestesi memicu vasodilatasi yang memicu proses kehilangan panas badan terjadi secara terus
menerus. Panas padahal diproduksi secara terus menerus oleh badan sebagai hasil dari metabolisme. Proses produksi dan pengeluaran panas diatur oleh badan guna mempertahankan suhu inti badan dalam rentang 36-37 oC .
Durasi pembedahan yang lama, secara spontan
memicu aksi anestesi semakin lama pula. ini akan
memicu efek akumulasi obat dan agen anestesi di dalam badan semakin banyak sebagai hasil pemanjanan pemakaian obat atau agen anestesi di dalam badan . Selain itu, pembedahan dengan
durasi yang lama akan menambah waktu terpaparnya badan dengan suhu dingin ,
Jenis operasi besar yang membuka rongga badan , contoh pada operasi rongga toraks, atau perut , akan sangat berpengaruh pada angka kejadian hipotermi. Operasi perut dikenal sebagai pemicu hipotermi sebab berkaitan dengan operasi yang berlangsung lama, insisi yang luas dan sering memerlukan cairan guna membersihkan ruang peritoneum. kondisi ini memicu kehilangan panas yang terjadi saat permukaan badan pasien yang basah dan lembab, seperti perut
yang terbuka , luasnya paparan permukaan kulit ,
penurunan suhu badan kita selama general anestesi mengikuti pola tertentu, terbagi menjadi 3 tahap :
-tahap penyebaran ulang Induksi general anestesi memicu terjadinya vasodilatasi. ini terjadi melalui dua prosedur , yaitu obat anestesi secara langsung memicu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan general anestesi menurunkan nilai ambang
vasokonstriksi dengan menghambat fungsi termoregulasi pusat . Vasodilatasi ini akan memicu panas badan dari bagian pusat suhu inti mengalir ke bagian perifer. penyebaran ulang panas badan ini memicu peningkatan suhu perifer namun memicu penurunan suhu inti. Penurunan suhu inti pada tahap
ini terjadi dengan cepat. Suhu inti turun 1-1,5ºC selama jam pertama.
- tahap Linear,Sesudah tahap penyebaran ulang , suhu inti akan turun dengan lambat selama 2-4 jam berikutnya. Penurunan ini sekitar 0,5ºC setiap jamnya. ini terjadi sebab panas badan yang hilang lebih besar dibandingkan panas yang diproduksi. Metabolisme badan menurun sebesar 15-40% selama general anestesi.
-tahap Plateau,Sesudah penderita teranestesi dan melewati tahap linear, suhu badan akan mencapai keseimbangan. Pada tahap ini, produksi panas seimbang dengan panas yang hilang. tahap ini terbagi
menjadi dua, yaitu tahap pasif dan aktif.
-- tahap plateau pasif terjadi jika produksi panas seimbang dengan panas yang hilang tanpa ditambah aktivitas dari termoregulasi, yaitu tanpa ditambah terjadinya vasokonstriksi. namun kombinasi dari penurunan produksi panas sebab anestesi dan faktor-faktor operasi yang lain memicu tahap ini jarang terjadi. tahap ini lebih sering terjadi pada operasi-operasi kecil pada penderita yang terselimuti atau
terbungkus oleh insulator yang baik.
--tahap palteau aktif terjadi saat suhu badan sudah mencapai keseimbangan dengan terjadinya prosedur vasokonstriksi. Pada saat suhu inti mencapai 33-35ºC akan memicu sistem termoregulasi untuk vasokonstriksi untuk mengurangi panas badan yang hilang dengan membatasi aliran panas dari
jaringan inti ke jaringan perifer.
pengobatan Hipotermi
untuk meminimalkan atau membalik proses fisiologis. Pengobatan mencakup pemberian oksigen, hidrasi yang adekuat, dan nutrisi yang sesuai. 3 macam teknik penghangatan yang dipakai , yaitu:
-Penghangatan internal aktif.
Ada beberapa metode yang dipakai antara lain
irigasi ruang pleura atau peritoneum, hemodialisis dan
operasi bypass kardiopulmonal. Dapat pula dilakukan bilas kandung kemih dengan cairan NaCl 0,9% hangat, bilas lambung dengan cairan NaCl 0,9% hangat (suhu 40o – 45oC) atau dengan memakai tabung penghangat esophagus.
-Penghangatan eksternal aktif ini dipakai untuk pasien yang tidak menanggapi dengan penghangatan eksternal pasif (selimut penghangat, mandi air hangat atau lempengan pemanas), dapat diberikan cairan infus hangat IV (suhu 39o – 40oC) untuk menghangatkan pasien dan oksigen.
-Penghangatan eksternal pasif ini dilakukan dengan cara menyingkirkan baju basah kemudian tutupi badan pasien dengan selimut atau insulasi lain.
General Anestesi , Salah satu konsep pelayanan kesehatan modern yang berkembang saat ini yaitu bentuk pelayanan di bidang medis, yang memiliki kaitan erat dengan pemakaian peralatan dan pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaannya, seperti contoh nya Anestesi, akan mengalami perkembangan
teknologi peralatan yang dipakai ,Anestesi yaitu suatu aksi untuk menghilangkan rasa sakit saat dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang
memicu rasa sakit pada badan dan salah satu yang sangat penting dalam anestesi yaitu penentuan klasifikasi ASA ,General anestesi yaitu kondisi fisiologis yang berubah ditandai dengan hilangnya kesadaran reversible, analgesia dari seluruh badan ,
amnesia, dan beberapa derajat relaksasi otot ,
Ketidaksadaran itu yang memungkinkan pasien untuk mentolerir prosedur bedah yang akan memicu rasa sakit tak tertahankan. Selama anestesi, pasien tidak sadar namun tidak dalam kondisi tidur yang alami
tahap Anestesi
ada 3 tahap anestesi, meliputi:
- tahap pre anestesi ,Pada tahap pre anestesi, perawat akan menyiapkan hal-hal yang diperlukan selama operasi. Contoh: pre visit pasien yang akan
melakukan operasi, persiapan pasien, pasien mencukur area yang akan dilakukan operasi, persiapan catatan rekam medik, persiapan obat premedikasi yang harus diberikan kepada pasien.
- tahap intra anestesi ,Pada tahap intra anestesi, tenaga medis anestesi akan melakukan pengawasan kondisi pasien. Perawat anestesi akan melihat hemodinamik dan kondisi klinis pasien yang menjalani operasi.
- tahap sesudah anestesi ,Pada tahap ini, perawat anestesi membantu pasien dalam menangani tanggapan yang muncul sesudah aksi anestesi.
tanggapan itu berupa nyeri, mual muntah, hipotermi bahkan sampai
menggigil.
penyedia anestesi bertanggung jawab untuk menilai semua faktor yang mempengaruhi kondisi medis pasien dan memilih teknik anestesi yang optimal sesuai atribut general anestesi, meliputi:
-Keuntungan :
Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi terlentang. Dapat disesuaikan dengan mudah dengan durasi prosedur yang tak terduga. Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat reversible. Mengurangi kesadaran dan ingatan intra operatif pasien.Memungkinkan relaksasi otot yang diperlukan untuk jangka waktu yang lama. Memfasilitasi kontrol penuh terhadap jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Dapat dipakai dalam kasus-kasus kepekaan terhadap agen anestesi lokal.
- Kekurangan:
memicu fluktuasi fisiologis yang memerlukan
intervensi aktif. Terkait dengan komplikasi yang kurang serius seperti mual, muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala, mengigil (hipotermi) dan tertunda kembali ke fungsi mental yang normal. memerlukan peningkatan kompleksitas perawatan dan biaya terkait. memerlukan beberapa derajat persiapan pasien sebelum operasi.
pasien sesudah general anestesi biasanya mengalami beberapa gangguan,gangguan sesudah general anestesi:
-Regurgitasi dan muntah dipicu oleh hipoksia selama
anastesi. Pencegahan muntah penting sebab memicu
aspirasi
-Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu juga sebab efek obat-obatan yang dipakai.
-Gangguan pernapasan cepat memicu kematian sebab
hipoksia sehingga harus diketahui sedini mungkin dan segera diatasi. pemicu yang sering dijumpai sebagai penyulit pernapasan yaitu sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna. Selain itu lidah
jatuh ke belakang memicu obstruksi hipofaring. Kedua ini memicu hipoventilasi, dan dalam derajat yang lebih beratmemicu apnea.
-hipotensi syok dan aritmia. ini dipicu oleh kekurangan cairan sebab perdarahan yang tidak cukup diganti. Sebab lain yaitu sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan.
General anestesi memengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat , tanggapan s
eferen, selain itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi dan mengganggu prosedur fisiologi lemak atau kulit pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk tanggapan proses
vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi , berkeringat.
Gangguan faal terdiri dari gangguan pemulihan kesadaran yang dipicu oleh kerja anastetik yang memanjang sebab dosis berlebih relatif sebab penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan anastetik lambat dikeluarkan dari dalam darah.
observasional analitik, yaitu mengamati suatu fenomena antara faktor risiko dengan faktor efek, kemudian melakukan analisis untuk mengetahui
seberapa jauh kontribusi suatu faktor terhadap adanya suatu kejadian tertentu ,Penelitian ini memakai teknik pengumpulan secara observasi langsung dan studi dokumentasi. Instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :
Timbangan smic untuk mengukur berat badan dan tinggi badan tanggapan dalam satuan kilogram (kg).Termometer aksila digital untuk mengukur suhu badan tanggapan sesudah general anestesi dalam satuan derajat celcius. Lembar observasi dipakai mencatat nama tanggapan den, jenis kelamin,
usia, berat badan, tinggi badan, IMT, waktu operasi dan suhu pasien. Enumerator berperan dalam
mengidentifikasi tanggapan sesuai ciriciri penelitian yang sudah ditetapkan, mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menentukan IMT, mengukur suhu sesudah general anestesi. Setiap
enumerator memiliki tanggung jawab pada 1 pasien, sejak pasien berada di ruang penerimaan sampai selanjutnya di ukur suhu di ruang pemulihan.
peneliti melakukan persamaan persepsi pada asisten peneliti terkait ciriciri inklusi dan eksklusi dan
pelaksanaan penelitian. Enumerator memilih pasien yang sesuai dengan ciriciri inklusi dan ekslusi penelitian. Enumerator melakukan kontrak dengan pasien dengan menyampaikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan penelitian sebelum penandatanganan persetujuan sebagai tanggapan (inform consent).
Di ruang persiapan, Enumerator mengukur berat badan, tinggi badan kemudian menghitung IMT, mencatat usia dan jenis kelamin tanggapan sesuai dengan catatan rekam medik. Hasil di catat pada lembar observasi. Segera atau langsung sesudah tanggapan dipindah ke ruang pemulihan, Enumerator mengukur suhu sesudah general anestesi dengan
termometer aksila digital sampai terdengar bunyi “bip”.
Enumerator mencatat lama operasi tanggapan pada lembar observasi, waktu selesai operasi dikurangi waktu mulai operasi yang tercatat pada rekam medik.
Peneliti melakukan analisa data untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan hipotermi sesudah general anestesi dalam melakukan pengelolaan data terdapat 5 kegitan sebagai berikut:
Editing yaitu tahap memeriksa data untuk menghindari
pengukuran yang keliru dan mengecek kelengkapan pengisian lembar observasi.
Memberikan kode pada masing-masing tanggapan sehingga peneliti dapat secara tepat memasukkan data sesuai klasifikasi.
Usia: Kode 1: 17-25 tahun (remaja),Kode 2: 26-45 tahun (dewasa),Kode 3: 46-55 tahun (lansia)
IMT: Kode 1: Kurus,Kode 2: Normal,Kode 3: Gemuk,
Lama operasi : Kode 1: Cepat ,Kode 2: Sedang ,
Kode 3: Lama,
Jenis Kelamin: Kode 1: Laki-laki, Kode 2: wanita
. Entry (memasukkan data)
Dari data tanggapan yang berisi kode angka dimasukkan ke dalam program atau software computer. Peneliti melakukan pengecekkan kembali data yang sudah di-entry, diperiksa kembali data yang sudah di-entry agar terhindar kesalahan ,Peneliti memasukkan data menurut variabel yang akan dianalisis yaitu hasil pengukuran suhu yang menunjukkan hipotermi dan faktor-faktor yang berkaitan . faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel terikat yaitu hipotermi sesudah general anestesi
-Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan hipotermi, memakai uji chi square sebab penelitian memakai data kategorik
-Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor IMT dengan hipotermi, memakai uji chi square sebab penelitian memakai data kategorik
- Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan hipotermi, memakai uji chi square sebab penelitian memakai data kategorik
- Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor lama operasi dengan hipotermi, memakai uji chi square sebab penelitian memakai data kategorik jika P value ≤0,05, maka hipotesis diterima atau ada hubungan antara faktor lama operasi, jenis kelamin dan IMT dengan hipotermi sesudah general anestesi. Untuk pedoman analisis korelasi, jika nilai koefisien korelasi mendekati 1 aau -1 maka hubungan semakin erat atau kuat, jika mendekati 0 maka
semakin lemah. Pedoman interpretasi koefisien korelasi antaralain :
Tabel Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Rentang Nilai Korelasi Keputusan
0,00 – 1,99 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Penelitian ini dilakukan pada tahap pre anestesi (pengkajian atau observasi) dan sesudah anestesi
(mengukur suhu badan tanggapan dan menghitung lama operasi).
mayoritas berstatus fisik ASA I, yaitu sebanyak 32 pasien (57,1%). Jika dilihat dari faktor usia, paling banyak tanggapan dengan rentang usia 46-
55 tahun (lansia), yakni sebanyak 22 pasien (39,4%). Faktor lain yang berkaitan yaitu faktor IMT, tanggapan paling banyak ada pada kategori IMT normal, yakni sebanyak 24 pasien (42,9%). Faktor lain juga
muncul dari faktor jenis kelamin dan faktor lama operasi. tanggapan dengan jenis kelamin wanita lebih banyak yaitu sebanyak 31 pasien (5,4%). Lama operasi yang dijalani tanggapan ada 3, tanggapan terbanyak menjalani operasi pada rentang waktu 1-2 jam, jumlah tanggapan dalam rentang waktu ini sebanyak 30
pasien (53,6%).
Hubungan Faktor Usia dengan Hipotermi sesudah General Anestesi,Usia dalam penelitian ini terhitung sejak tanggapan laihr sampai pengambilan data diambil. Hubungan faktor usia dengan hipotermi sesudah general anestesi sudah dihitung melalui software
berdasar tabel , terjadi peningkatan frekuensi dan presentase kejadian hipotermi dari rentang usia 17-25 tahun, 26-45 tahun dan 46-55 tahun. tanggapan paling banyak mengalami hipotermi pada rentang usia
46-55 tahun, yakni 20 pasien (90,9%).
Hubungan Faktor IMT dengan Hipotermi sesudah General Anestesi IMT pada tiap pasien berbeda-beda, pasien dengan usia minimal 17 tahun baru bisa dilakukan perhitungan status gizi memakai IMT. Hubungan faktor IMT dengan hipotermi sesudah
general anestesi juga dihitung melalui software dan
berdasar tabel , frekuensi hipotermi terbanyak terjadi pada kategori IMT gemuk yaitu 13 pasien . sedang bila dilihat dari presentase, sebanyak 100% tanggapan hipotermi dengan IMT kurus. Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Hipotermi sesudah General Anestesi
Hubungan faktor jenis kelamin dengan hipotermi juga sudah dihitung dengan perhitungan yang sama
berdasar tabel tanggapan dengan jenis kelamin wanita
lebih banyak mengalami hipotermi dibanding laki-laki, yaitu sebanyak 26 pasien (80%).
Lama operasi terhitung sejak mulai tanggapan dipindahkan ke meja operasi dan berakhir saat tanggapan dipindah ke ruang pemulihan. Hubungan antara faktor lama operasi dengan hipotermi sesudah general anestesi dihitung juga melalui software
berdasar tabel dapat diketaui hipotermi sesudah general anestesi terjadi pada tanggapan yang menjalani lama operasi >2 jam dengan presentase 88%.
Hubungan Usia dengan Hipotermi
tanggapan tertua yang menjalani operasi dengan general anestesi berumur 55 tahun. Karakteristik usia dalam penelitian ini yaitu remaja akhir (17-25
tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun) dan lansia (46-55 tahun). Penelitian ini menggabungkan karakteritik usia dewasa
awal dan dewasa akhir dengan pertimbangan usia itu masih dalam kategori yang sama yaitu dewasa, sehingga peneliti menggabungkan dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih sederhana, dengan 3 kategori yaitu remaja, dewasa dan lansia. tanggapan dengan kategori usia lansia yaitu tanggapan terbanyak
berdasar hasil penelitian ini, semakin tinggi usia tanggapan maka semakin tinggi risiko mengalami kejadian hipotermi. ini sesuai dengan pasien lanjut usia (lansia) termasuk ke dalam golongan usia yang ekstrem, yaitu risiko tinggi untuk terjadi hipotermi pada periode perioperatif. General anestesi
yang dilakukan pada pasien usia lansia juga memicu
pergeseran pada ambang batas termoregulasi dengan derajat yang lebih besar dibandingkan dengan pasien yang berusia muda.kejadian hipotermia pada pasien lansia dipicu perubahan fungsi kardiovaskular (kekakuan pada area dinding pembuluh darah arteri,
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, , penurunan curah jantung), kekakuan organ paru dan kelemahan otot-otot pernapasan memicu ventilasi, difusi, dan oksigenasi tidak efektif. Pada lansia
juga terjadi perubahan fungsi metabolik, seperti peningkatan sensitivitas pada reseptor insulin periferal, , penurunan tanggapan adrenokortikotropik terhadap faktor tanggapan Hasil uji hubungan antara usia dengan hipotermi sesudah general anestesi memakai uji chi square didapatkan nilai penonjolan p value
0,011 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan <0,05 (0,011 < 0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat dikatakan adanya hubungan antara usia dengan hipotermi sesudah general anestesi ,Jika dilihat dari tingkat keeratan hubungan antara usia dengan
hipotermi sesudah general anestesi dapat ditentukan dengan melakukan uji Pearson Correlation. Hasil uji keeratan yaitu nilai r (keeratan) = + 399.
Hasil itu (+) menunjukkan bahwa ada hubungan keeratan antara usia dengan hipotermi, yaitu semakin tinggi usia tanggapan maka semakin berisiko tinggi mengalami hipotermi sesudah general anestesi.
bahwa golongan usia lansia yaitu faktor risiko urutan 6 (enam) besar sebagai pemicu hipotermi perioperatif. ini dipicu sebab pasien pada usia lansia sudah terjadi kegagalan memelihara suhu badan dengan atau tanpa anestesi, kemungkinan ini terjadi sebab penurunan vasokonstriksi termoregulasi yang terkait dengan usia , induksi general anestesi juga
memicu terjadinya vasodilatasi, ini terjadi melalui dua
prosedur , yaitu obat anestesi secara langsung memicu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah dan general anestesi menurunkan nilai ambang vasokonstriksi dengan menghambat fungsi termoregulasi pusat ,
vasodilatasi ini akan memicu panas badan dari bagian pusat suhu inti mengalir ke bagian perifer dan penyebaran ulang panas badan ini akan memicu peningkatan suhu perifer namun memicu penurunan
suhu inti. Jika dibiarkan terus menerus maka akan terjadi hipotermi, terutama pada pasien dengan usia lansia yang sudah banyak mengalami
penurunan fungsi badan .
Hubungan IMT dengan Hipotermi
IMT yaitu penilaian status gizi pada tiap individu. IMT dalam penelitian ini dihitung dengan cara menimbang berat badan memakai timbangan smic dalam satuan kilogram dan mengukur tinggi badan dalam
satuan meter, kemudian berat badan dibagi dengan tinggi badan kuadrat. IMT dibagi dalam 3 batas
ambang, yaitu: kurus (<18,5kg atau m2), normal (18,5-25,0kg atau m2) dan gemuk (>25,0kg atau m2).
Hasil penelitian menunjukkan tanggapan terbanyak pada kategori IMT normal, namun tanggapan dengan IMT kurus paling banyak frekuensi dan
presentasenya dalam mengalami hipotermi sesudah general anestesi dibanding pasien dengan IMT normal dan gemuk. ini terjadi sebab general anestesi mempengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri
atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat , tanggapan eferen. General anestesi dapat juga menghilangkan proses adaptasi dan mengganggu prosedur fisiologi lemak atau kulit pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk tanggapan proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi , berkeringat, bahwa IMT dengan ciriciri kurus yaitu masalah kesehatan terbesar bukan hanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia dan lebih
banyak mengalami komplikasi sesudah general anestesi (hipotermi) dibanding dengan ciriciri IMT lainnya. Pada penelitian ini, dilakukan uji crosstab antara IMT dengan hipotermi sesudah general anestesi memakai uji chi square didapatkan
nilai penonjolan p value 0,032 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan <0,05 (0,032 < 0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat dikatakan adanya hubungan antara IMT dengan hipotermi sesudah general anestesi ,
Jika dilihat dari tingkat keeratan hubungan antara IMT dengan hipotermi sesudah general anestesi dengan uji Pearson Correlation, diperoleh hasil nilai r = -239. Hasil (-) menunjukkan bahwa ada hubungan
keeratan antara IMT dengan hipotermi, yaitu semakin tinggi nilai IMT maka semakin menurun angka kejadian hipotermi. ini bermakna, tanggapan dengan IMT lebih (gemuk) memiliki risiko rendah untuk
mengalami hipotermi sesudah general anestesi.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang mengatakan pasien yang gemuk memiliki cadangan lemak lebih banyak akan cenderung memakai cadangan lemak sebagai sumber energi dari dalam, artinya jarang membakar kalori dan menaikkan heart rate , Agen anestesi di penyebaran ulang dari darah dan otak kedalam otot dan lemak, badan yang semakin besar menyimpan jaringan lemak yang banyak, sehingga lebih baik dalam mempertahankan suhu badan , Pada pasien dengan IMT yang rendah akan lebih mudah kehilangan panas yaitu faktor risiko terjadinya hipotermi, ini dipengaruhi oleh persediaan sumber energi penghasil panas yaitu lemak
yang tipis, simpanan lemak dalam badan berguna sebagai cadangan energi. Pada indeks massa badan yang tinggi memiliki sistem proteksi panas yang cukup dengan sumber energi penghasil panas yaitu
lemak yang tebal sehingga IMT yang tinggi lebih baik dalam mempertahankan suhu badan nya dibanding dengan IMT yang rendah sebab memiliki cadangan energi yang lebih banyak
Hubungan Jenis Kelamin dengan Hipotermi
tanggapan pada penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin wanita dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin wanita lebih banyak mengalami hipotermi dibanding lakilaki. ini ,angka hipotermi lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki, yaitu sebanyak 51,2%. bahwa wanita lebih rentan terserang penyakit atau komplikasi dibandingkan laki-laki. Semua itu dipicu adanya perbedaan biologis dan fungsi biologis yang ada pada wanita dan lakilaki yang tidak dapat dipertukarkan , Kejadian hipotermi juga dipengaruhi oleh berat badan pada tiap jenis kelamin. Pada obesitas, jumlah lemak badan lebih banyak. Pada dewasa muda laki-laki, lemak badan >25% dan wanita >35%. penyebaran lemak badan juga berbeda berdasar jenis kelamin, pria cenderung mengalami obesitas viseral (abdominal) dibandingkan wanita ,menunjukkan bahwa laki-laki juga bisa mengalami obesitas atau
penumpukan lemak pada abdominal sehingga mengurangi kejadian hipotermi sesudah general anestesi. beberapa faktor yang berkaitan dengan hipotermi sesudah general anestesi yaitu suhu kamar
operasi, cairan infus, cairan pencuci rongga, kondisi pasien (IMT, usia, jenis kelamin), obat anestesi dan lama operasi. Hipotermi juga terjadi sebab kombinasi dari aksi anestesi dan aksi operasi yang memicu gangguan fungsi dari pengaturan suhu badan yang akan memicu penurunan suhu inti badan
Hasil uji crosstab antara jenis kelamin dengan hipotermi sesudah general anestesi memakai uji chi square didapatkan nilai penonjolan
p value 0,046 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan <0,05 (0,046 < 0,05), maka hipotesis diterima. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
adanya hubungan antara jenis kelamin dengan hipotermi sesudah general anestesi ,
berdasar hasil perhitungan odd ratio, diperoleh hasil bahwa wanita memiliki 3,2 kali lipat lebih beresiko mengalami hipotermi dibanding laki-laki.
Hubungan Lama operasi dengan Hipotermi
Lama operasi dalam penelitian ini dihitung sejak dibuatnya sayatan pertama (time out) sampai pasien dipindahkan ke ruang pemulihan yang dinyatakan dalam jam. membagi operasi berdasar
durasinya ke dalam 3 klasifikasi, yaitu cepat (<1 jam), sedang (1-2 jam) dan lama (>2 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan yang menjalani operasi dengan waktu 1-2 jam lebih banyak dan diantara kita juga mengalami hipotermi terbanyak.
Suhu ruangan operasi dibuat konstan 18 ° c .
hipotermi mungkin dialami pasien sebab terpaparnya badan terlalu lama dengan suhu rendah kamar
di ruang operasi (<26,6 ° c ). Selain itu, pasien yang menjalani operasi , jarang memakai selimut penghangat selama durante operasi sehingga badan pasien lebih banyak terpapar dengan suhu ruangan yang dingin. Hasil uji crosstab yang sudah dilakukan antara lama operasi dengan hipotermi sesudah general anestesi memakai uji chi square didapatkan
nilai penonjolan p value 0,001 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan <0,05 (0,001 < 0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat
dikatakan adanya hubungan antara lama operasi dengan hipotermi sesudah general anestesi ,
Pada Uji Pearson Correlation, didapatkan hasil uji keeratan antara lama operasi dengan hipotermi sesudah general anestesi, yaitu nilai r = +
266. ini menunjukkan adanya hubungan antara lama operasi dengan hipotermi, yaitu (+) semakin lama operasi yang dilakukan pada pasien maka semakin tinggi risiko hipotermi sesudah general anestesi yang terjadi pada pasien. durasi pembedahan yang lama
memicu aksi anestesi menjadi lama dan menambah waktu terpaparnya badan terhadap suhu dingin di ruang operasi. Induksi anestesi memicu vasodilatasi yang memicu proses kehilangan panas badan terjadi secara terus menerus. Panas padahal diproduksi secara terus menerus oleh badan sebagai hasil dari metabolisme. Proses produksi dan pengeluaran panas itu diatur oleh badan guna mempertahankan suhu
inti badan dalam rentang 36-37,5oC , Oleh sebab itu, pasien yang menjalani operasi dan anestesi lebih lama maka akan kehilangan panas secara terus menerus dan lebih berisiko mengalami hipotermi.