Tampilkan postingan dengan label dingin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dingin. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 April 2022

dingin


















KEDINGINAN

 menggigil saat suhu udara sedang dingin adalah bagian dari respons alami tubuh manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan ,tubuh manusia secara alami akan mempertahankan suhu tubuh normalnya kira kira 36  derajat celsius.
menggigil saat kedinginan merupakan usaha  menghangatkan tubuh untuk mencegah serangan hipotermia,hipotermia  terjadi saat suhu tubuh turun di bawah 34 derajat celsius. penurunan suhu tubuh ini bisa mengganggu kinerja saraf, jantung, sampai pernapasan, untuk melindungi tubuh saat kedinginan, saraf di kulit yang kali pertama merasakan dingin akan mengirimkan sinyal ke otak agar segera menghangatkan tubuh, dengan menggigil tubuh dapat menghasilkan panas secara alami, dan suhu tubuh jadi meningkat,tubuh kemudian  merespons kode dari otak itu melalui menggigil dengan cara menggetarkan otot di seluruh badan, otot rahang gemertak,  gigi gemetaran,
sehingga, menggigil ketika kedinginan hanya bisa beberapa beberapa jam saja sampai otot kehabisan bahan bakar berupa glukosa,respons menggigil ketika kedinginan bisa berbeda-beda, yang tubuhnya tidak memiliki banyak lemak cenderung lebih mudah menggigil ketika kedinginan, jika banyak lemak cenderung lebih tahan menggigil saat kedinginan,
 bayi umumnya tidak menggigil saat kedinginan, sebab  memiliki respons pengaturan suhu berbeda jika dibandingkan anak-anak dan orang dewasa.
bayi masih bisa menghangatkan tubuhnya dengan cara membakar lemak melalui proses thermogenesis, proses ini mirip dengan cara hewan yang hibernasi saat bertahan hidup di suhu sangat dingin,kepekaan  pada suhu dingin  bisa berubah seiring bertambahnya usia, atau masalah kesehatan seperti gangguan kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroid),
orang tua  lebih peka pada suhu dingin sebab   penipisan lapisan lemak di bawah kulit dan menurunnya sirkulasi darah sebab faktor penuaan,
jika  merasa sering kedinginan dibandingkan normal, konsultasikan ke petugas medis. keadaan itu bisa jadi tanda gangguan kelenjar tiroid,
menggigil terjadi saat tubuh mengalami perubahan cepat antara kontraksi dan relaksasi otot. kontraksi otot ini merupakan cara alami tubuh menghangatkan badan, beberapa kemungkinan pemicu menggigil tanpa demam, antara lain:
hipoglikemia, kurang asupan makanan bergizi,infeksi,efek samping olahraga intensif atau di tempat dingin,anemia,kedinginan,efek samping obat,
hipotiroid, pemicu menggigil tanpa demam,antaralain : 
-hipoglikemia terjadi saat kadar gula darah turun di bawah normal, ini  dialami pengidap diabetes,gejala hipoglikemia  yaitu badan gemetaran mirip dengan menggigil tanpa demam ditambah berkeringat,bingung,kejang,pandangan kabur,mudah emosi,detak jantung cepat,area seputar mulut terasa seperti kesemutan,
-kurang asupan makanan bergizi atau malnutrisi,
  gejala malnutrisi lainnya ,antaralain : 
detak jantung cepat,ingin pingsan,sendi mati rasa atau kesemutan,
lelah dan mengantuk terus,badan lemah,susah konsentrasi,kulit pucat,
ruam,jika menggigil kedinginan tanpa demam ditambah penurunan suhu tubuh, itu bisa jadi tanda hipotermia,jika dibiarkan terlalu lama, pengidap hipotermia bisa lemas, pingsan, sampai meninggal dunia,
orang bisa kedinginan sampai menggigil saat berada di tempat yang sangat dingin. keadaan ini bisa semakin parah jika pakaian tipis  basah  lembab,atau tidak memakai baju,seiring bertambahnya usia,  jadi semakin sulit mengatur suhu tubuh, pengidap diabetes dan  jantung  lebih peka terhadap kedinginan, 
-menggigil tanpa demam  bisa jadi efek samping salah dosis obat, obat tertentu, minum campuran obat tertentu yang tidak pas,  
-tak hanya obat medis, efek sejenis juga bisa muncul dari pemakaian beberapa suplemen dan obat herbal.
-kelenjar tiroid kurang aktif atau hipotiroid adalah keadaan saat kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon pengatur metabolisme dalam jumlah cukup,dapat memicu tubuh lebih peka terhadap hawa dingin dan badan jadi mudah menggigil tanpa demam,gejala hipotiroid  yaitu:
kerap sedih,daya ingat lemah , sembelit,wajah bengkak,berat badan naik tanpa sebab jelas,kulit, kuku, dan rambut kering,otot lemah, nyeri, dan kaku,

- tanda infeksi salah satunya adalah menggigil ditambah demam,menggigil itu biasanya terjadi selama beberapa saat. selang beberapa saat kemudian, gejala demam baru muncul,
-jika pasien melakukan olahraga intensif dalam cuaca dingin,
hal itu terjadi sebab bagian dalam tubuh menghasilkan panas saat berolahraga, sedang tubuh bagian luar terpapar hawa dingin,saat olahraga di tempat dingin, orang tidak menggigil sebab badannya terus bergerak. panas yang dihasilkan tubuh ini dapat menghangatkan tubuh,olahraga intensif   mengganggu kemampuan tubuh dalam mengendalikan suhu tubuh. maka  jadi lebih rentan menggigil kedinginan sesudah  aktivitas fisik 
-pemicu menggigil tanpa demam  yaitu anemia. anemia terjadi saat tubuh kekurangan zat besi dalam darah,tanda anemia yaitu  badan mudah kedinginan sampai menggigil tanpa demam, lemas, dan pucat,anemia bisa terjadi sebab kurang asupan zat besi, penyakit kronis, efek pengobatan, atau pendarahan,
 badan tiba-tiba menggigil kedinginan bisa dipicu pergantian antara kontraksi dan relaksasi otot yang cepat,kontraksi otot  terjadi sebagai bagian dari cara tubuh menghangatkan badan saat kedinginan,
menggigil tidak selalu terkait dengan demam. namun,  ini juga kerap diawali dengan demam. terutama saat tubuh terinfeksi kuman,
badan tiba-tiba menggigil kedinginan bisa jadi masalah kesehatan serius dan tidak serius, tergantung pemicu yang mendasarinya,
 beberapa kemungkinan pemicu badan menggigil kedinginan,antaralain: 
-hipoglikemia adalah keadaan saat kadar gula darah cukup rendah, ini bisa dialami orang tanpa diabetes atau pengidap diabetes yang memerlukan modifikasi obat dan diet,hipoglikemia perlu segera memperoleh perawatan agar kadar gula darah bisa kembali normal,
gejala hipoglikemia yaitu bingung,kejang,  penglihatan kabur.,badan limbung, otot lemah, berkeringat, jantung berdebar, 
- menggigil kedinginan juga bisa sebab infeksi virus, bakteri, jamur,  sistem daya tahan tubuh secara otomatis membuat tubuh kedinginan agar suhu tubuh inti meningkat,sehingga kuman yang masuk ke tubuh sulit berkembang biak.
 kadang saat badan panas tapi kita merasa kedinginan dalam waktu yang bersamaan, infeksi kuman yang bisa memicu badan panas namun  kedinginan yaitun flu, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,  ginjal.
- mengalami kedinginan saat berada di tempat yang sangat dingin ,
seiring bertambahnya usia, tubuh manusia lebih sulit mengatur suhu tubuh. 
jika  menggigil parah saat terpapar udara sangat dingin, bisa jadi  mengalami hipotermia atau radang dingin,gejala hipotermia  yaitu mati rasa, perubahan warna kulit,  rasa panas di jari-jari, telingan, dan hidung,bicara jadi cadel, rasa kantuk ekstrem, 
pemicu badan  kedinginan tanpa ditambah demam bisa dipicu efek samping minum obat atau campuran obat-obatan tertentu,
-kelenjar tiroid yang kurang aktif membuat tubuh kekurangan hormon untuk mengatur laju metabolisme atau mendukung kesehatan secara keseluruhan.
 hipotiroidisme ini dapat memicu peningkatan kepekaan terhadap dingin, yang memicu badan menggigil kedinginan,
gejala hipotiroidisme ,antaralain: 
kelemahan otot, nyeri, atau badan kaku,depresi atau kerap merasa sedih,
daya ingat menurun,sembelit,wajah bengkak,kenaikan berat badan tanpa sebab jelas,kulit, kuku, dan rambut kering,hipotiroidisme bisa didiagnosis melalui tes darah, ini dapat diobati dengan pengobatan intens.
pemicu radang dingin  adalah paparan keadaan cuaca dingin,kontak langsung dengan es, logam beku, atau cairan yang sangat dingin
radang dingin terjadi ketika kulit dan jaringan di bawahnya membeku,
 frostbite atau radang dingin adalah cedera yang dipicu oleh pembekuan pada kulit dan jaringan di bawahnya,
radang dingin  sering terjadi pada jari tangan, kaki, hidung, telinga, pipi, dan dagu
kulit yang terpapar dalam cuaca dingin dan berangin paling rentan terhadap frostbite,
frostnip adalah bentuk cedera dingin yang lebih ringan yang tidak memicu kerusakan kulit permanen,
 amputasipasien dapat mengobati frostnip dengan tindakan pertolongan pertama, termasuk menghangatkan kembali kulit yang terkena,
sedang, semua frostbite atau radang dingin lainnya memerlukan perhatian medis sebab dapat merusak kulit, jaringan, otot, dan tulang,
kemungkinan komplikasi dari radang dingin parah termasuk infeksi dan kerusakan saraf.
gejala radang dingin,antaralain: 
mula-mulanya kulit dingin dan perasaan seperti tertusuk-tusuk,
mati rasa,kulit merah, putih, putih kebiruan atau kuning keabu-abuan,
kulit keras atau tampak seperti lilin,kecanggungan sebab kekakuan sendi dan otot,kulit melepuh dalam masalah yang parah,
sebab kulit mati rasa, pengidap mungkin tidak menyadari bahwa mereka menderita frostbite ,
 beberapa tahapan radang dingin yang dapat terjadi ,yaitu :
frostnip adalah bentuk radang dingin ringan,
frostnip tidak merusak kulit secara permanen.
radang dingin dalam (parah)
saat radang dingin berlangsung, itu mempengaruhi semua lapisan kulit, termasuk jaringan yang terletak di bawah,kulit  menjadi putih atau abu-abu kebiruan dan  mungkin mengalami mati rasa, kehilangan semua sensasi dingin, nyeri atau tidak nyaman di area yang terkena,sendi atau otot mungkin tidak berfungsi lagi,lepuh besar terbentuk 24 hingga 48 jam sesudah  kulit dihangatkan kembali.sesudah  itu, area itu menjadi hitam dan keras saat jaringan mati,
radang dingin superfisial muncul sebagai kulit memerah yang berubah menjadi putih atau pucat,kulit  mungkin mulai terasa hangat, tanda keterlibatan kulit yang serius,kulit kemudian menjadi hangat dan membengkak, ini menandakan jaringan yang mulai rusak,bila dihangatkan, kulit akan terasa nyeri seperti terbakar dan muncul kantung berisi cairan pada permukaan kulit
lepuh berisi cairan ini mungkin muncul 12 hingga 36 jam sesudah  dihangatkan kembali,
tanda dan gejala hipotermia ,antaralain:
menggigil hebat,ucapan cadel,mengantuk dan kehilangan koordinasi,
 segera cari pertolongan medis untuk radang dingin jika  mengalami:
demam,gejala baru yang tidak dapat dijelaskan,tanda dan gejala radang dingin yang dangkal atau dalam,meningkatnya rasa sakit, bengkak, kemerahan atau keluarnya cairan di area yang terkena radang dingin,
  tindakan perawatan  radang dingin , seperti:
mengurangi rasa sakit dengan ibuprofen (advil, motrin ib, lainnya),
melindungi area yang terkena dari dingin lebih lanjut,
tidak berjalan di atas kaki yang membeku,
beberapa  komplikasi radang dingin yang bisa terjadi,antaralain : 
kekakuan sendi (radang sendi frostbite),cacat pertumbuhan pada anak-anak, jika radang dingin merusak lempeng pertumbuhan tulang,infeksi,
tetanus,gangren, yaitu pembusukan dan kematian jaringan akibat gangguan aliran darah ,peningkatan kepekaan terhadap dingin,meningkatnya risiko terkena radang dingin lagi,mati rasa jangka panjang di area yang terkena,
berkeringat berlebihan (hiperhidrosis),perubahan warna kulit,
perubahan atau kehilangan kuku,

HIPOTERMIA 


Pengaturan suhu badan  hampir seluruhnya dilakukan oleh  prosedur  umpan balik saraf, dan hampir semua prosedur  ini  aktif  melalui pusat pengaturan suhu yang ada  pada  hipotalamus. prosedur  umpan balik ini akan aktif  memerlukan   detector suhu, untuk menentukan bila suhu badan  terlalu panas atau  dingin. Panas akan terus menerus dihasilkan dalam badan  sebagai hasil 
sampingan metabolisme dan panas badan  juga secara terus menerus  dibuang ke lingkungan sekitar ,
Hipotermi terjadi sebab  terpapar dengan lingkungan yang  dingin ,Hipotermi yaitu  suatu kondisi  suhu badan   dibawah 36  ° c   Hipotermi juga  terjadi sebab  kombinasi dari aksi  anestesi dan aksi  operasi 
yang memicu  gangguan fungsi dari pengaturan suhu badan  yang memicu  penurunan suhu inti badan .
 batasan suhu normal yaitu  ,antaralain : 
 Bayi: 37 ° c , pasien anak : 36 -37° c ,Dewasa: 36 ° c   ,>70 tahun 36  ° c   
hipotermi digolongkan menjadi 3, yaitu:
- Ringan,Suhu antara 32-35°C, kebanyakan pasien  bila berada pada  suhu ini akan menggigil  hebat, terutama di seluruh  ekstremitas. Bila suhu lebih turun lagi, pasien mungkin akan  mengalami amnesia dan disartria. Peningkatan kecepatan nafas
- Sedang,Suhu antara 28–32°C, terjadi penurunan konsumsi  oksigen oleh sistem saraf secara besar yang memicu   terjadinya hiporefleks, hipoventilasi,  penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu badan  semakin menurun, kesadaran pasien  bisa menjadi stupor, badan  kehilangan kemampuannya untuk 
menjaga suhu badan , dan adanya risiko timbul aritmia. -Berat,Suhu <28°C, pasien rentan mengalami fibrilasi 
ventrikular, dan penurunan kontraksi miokardium, pasien  rentan  menjadi koma, nadi sulit ditemukan, tidak ada refleks, apnea, dan oliguria.
Faktor-faktor yang berkaitan  dengan hipotermi di kamar  operasi yaitu : 
-Faktor cairan yang diberikan   berkaitan  dengan terjadinya hipotermi. Pemberian cairan infus dan irigasi yang dingin (sesuai suhu ruangan) dipercaya  dapat 
menambah penurunan temperatur badan , Cairan 
intravena yang dingin itu  akan masuk ke dalam sirkulasi  darah dan mempengaruhi suhu inti badan  
sehingga semakin banyak cairan dingin yang masuk pasien akan mengalami hipotermi ,
-Usia yaitu  satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan  suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Secara  biologis, membagi golongan usia menjadi:  Masa pasien balita  (0-5 tahun),Masa pasien anak  (5-11 tahun), Masa remaja awal (12-16 tahun),Masa remaja akhir (17-25 tahun),Masa dewasa awal (26-35 tahun),Masa dewasa akhir (36-45 tahun),Masa lansia awal (46-55 tahun), Masa lansia akhir (56-65 tahun),
-Suhu kamar operasi,Paparan suhu ruangan operasi yang rendah  memicu  pasien menjadi hipotermi, ini  terjadi akibat  dari perambatan antara suhu permukaan kulit dan suhu  lingkungan. Suhu kamar operasi selalu dipertahankan dingin (20–24 ° c ) untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri.
-Luasnya luka operasi  , hipotermi dapat dipengaruhi dari luas  pembedahan atau jenis pembedahan besar yang membuka rongga badan , contoh  pada operasi ortopedi, rongga toraks atau. Operasi  perut  dikenal sebagai pemicu  hipotermi sebab   berkaitan  dengan operasi yang berlangsung lama, insisi yang luas, dan  memerlukan  cairan guna membersihkan ruang
peritoneum.
Masa manula (65 sampai ke atas),termasuk ke dalam golongan usia yang ekstrem, yaitu  risiko tinggi untuk terjadi hipotermi pada periode perioperatif. General  anestesi yang dilakukan pada pasien usia lansia dapat  memicu  pergeseran pada ambang batas termoregulasi  dengan derajat yang lebih besar dibandingkan dengan pasien yang  berusia muda. Golongan usia lansia yaitu  faktor risiko  urutan 6 (enam) besar sebagai pemicu  hipotermi perioperatif.  Selain lansia,  pasien pediatrik, pasien balita , dan pasien anak  bukanlah pasien dewasa yang  berukuran besar. kita  memiliki risiko yang tinggi juga untuk  terjadi komplikasi sesudah  operasi. pasien   pada usia lansia sudah  terjadi kegagalan memelihara suhu badan , baik dengan atau tanpa anestesi, kemungkinan ini  terjadi sebab  penurunan vasokonstriksi termoregulasi yang terkait dengan usia   hipotermia pada pasien lansia dipicu  perubahan fungsi kardiovaskular (kekakuan pada area dinding  pembuluh darah arteri, peningkatan tahanan pembuluh darah  perifer,  , penurunan curah jantung), kekakuan organ paru  , kelemahan otot-otot pernapasan memicu  ventilasi,  difusi, dan  oksigenasi tidak efektif. Selain itu, pada lansia terjadi perubahan fungsi metabolik, seperti peningkatan sensitivitas pada reseptor insulin periferal,  , penurunan tanggapan  adrenokortikotropik terhadap faktor tanggapan  ,Metabolisme pasien   berbeda-beda salah satu diantaranya  dipengaruhi oleh ukuran badan  yaitu tinggi badan dan berat badan  yang dinilai berdasar  indeks massa badan  yaitu  faktor yang mempengaruhi metabolisme dan berdampak  pada sistem termogulasi , jika  kita  berada  dilingkungan yang suhunya lebih dingin dari badan  kita ,  kita  akan terus menerus menghasilkan panas secara internal  untuk mempertahankan suhu badan nya, pembentukan panas  tergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari  makanan dan lemak sebagai sumber energi dalam menghasilkan  panas ,
Pada pasien  yang gemuk memiliki cadangan lemak lebih  banyak akan cenderung memakai  cadangan lemak sebagai  sumber energi dari dalam, artinya jarang membakar kalori dan  menaikkan heart rate ,Agen anestesi di penyebaran ulang    dari darah dan otak kedalam otot dan lemak, badan  yang semakin 
besar menyimpan jaringan lemak yang banyak, sehingga lebih baik  dalam mempertahankan suhu badan , Lemak yaitu  bahan atau sumber pembentuk energi di  dalam badan , yang dalam ini  bobot energi yang dihasilkan dari  tiap gramnya lebih besar dari yang dihasilkan tiap gram karbohidrat  dan protein. Tiap gram lemak akan menghasilkan 9 kalori,  sedang  1 gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4 
kalori ,Pada pasien  dengan IMT yang rendah akan lebih mudah  kehilangan panas yaitu   faktor risiko terjadinya hipotermi,  ini  dipengaruhi oleh persediaan sumber energi penghasil panas  yaitu lemak yang tipis, simpanan lemak dalam badan  berguna  sebagai cadangan energi. Pada indeks massa badan   yang tinggi memiliki sistem proteksi panas yang cukup dengan  sumber energi penghasil panas yaitu lemak yang tebal sehingga  IMT yang tinggi lebih baik dalam mempertahankan suhu badan nya  dibanding dengan IMT yang rendah sebab  memiliki  cadangan 
energi yang lebih banyak ,IMT yaitu  rumus matematis yang berkaitan dengan  lemak badan  pasien   yang dinyatakan sebagai berat badan  (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam 
ukuran meter , Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran IMT,  yaitu: 
-Tinggi Badan 
Tinggi badan    parameter ukuran panjang 
dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal 
-Berat Badan 
   salah satu parameter massa badan   yang paling sering dipakai  yang  mencerminkan  jumlah zat gizi seperti: protein, lemak, air dan mineral. Agar 
dapat mengukur IMT, berat badan dihubungkan dengan 
tinggi badan ,
Dari batas ambang yang ada di atas, IMT dengan ciriciri   kurus yaitu  masalah kesehatan terbesar dan lebih banyak  mengalami komplikasi sesudah  general anestesi dibanding dengan  ciriciri  IMT lainnya
Jenis kelamin  yaitu  perbedaan antara wanita   dengan laki-laki secara biologis sejak pasien   lahir. Seks  berkaitan dengan badan  laki-laki dan wanita , dimana laki-laki  menghasilkan  sperma, sedang  wanita  menghasilkan sel  telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan  menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan  wanita  tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan  fungsinya tetap dengan laki-laki dan wanita  pada segala ras 
yang ada di muka bumi , bahwa  kejadian hipotermi lebih banyak terjadi pada wanita  yaitu  50 % dibanding laki-laki.  bahwa wanita  lebih  rentan terserang penyakit atau  komplikasi dibandingkan  laki-laki. 
Kejadian hipotermi juga dipengaruhi oleh berat badan pada  tiap jenis kelamin. Pada obesitas, jumlah lemak badan  lebih  banyak. Pada dewasa muda laki-laki, lemak badan  >25% dan  wanita  >35%. penyebaran  lemak badan  juga berbeda  berdasar  jenis kelamin, pria cenderung mengalami obesitas  viseral (
 dibandingkan wanita , Pada akhir anestesi dengan thiopental, halotan, atau  enfluran kadang  memicu  hipotermi sampai  menggigil. ini dipicu  sebab  efek obat anestesi yang  memicu  gangguan termoregulasi ,
Lama aksi  pembedahan dan anestesi bepotensi 
berpengaruh  besar khususnya obat anestesi dengan 
konsentrasi yang lebih tinggi dalam darah dan jaringan 
(khususnya lemak), kelarutan, durasi anestesi yang lebih lama,  sehingga agen-agen ini harus berusaha mencapai keseimbangan  dengan jaringan itu  
Induksi anestesi memicu  vasodilatasi yang  memicu  proses kehilangan panas badan  terjadi secara terus 
menerus. Panas padahal diproduksi secara terus menerus oleh  badan  sebagai hasil dari metabolisme. Proses produksi dan   pengeluaran panas diatur oleh badan  guna mempertahankan suhu inti badan  dalam rentang 36-37 oC .
Durasi pembedahan yang lama, secara spontan 
memicu  aksi  anestesi semakin lama pula. ini  akan 
memicu  efek akumulasi obat dan agen anestesi di dalam  badan  semakin banyak sebagai hasil pemanjanan pemakaian  obat  atau agen anestesi di dalam badan . Selain itu, pembedahan dengan 
durasi yang lama akan menambah waktu terpaparnya badan  dengan suhu dingin ,
Jenis operasi besar yang membuka rongga badan , contoh   pada operasi rongga toraks, atau perut , akan sangat  berpengaruh pada angka kejadian hipotermi. Operasi perut   dikenal sebagai pemicu  hipotermi sebab  berkaitan  dengan  operasi yang berlangsung lama, insisi yang luas dan sering  memerlukan  cairan guna membersihkan ruang peritoneum.  kondisi  ini memicu  kehilangan panas yang terjadi saat   permukaan badan  pasien yang basah dan  lembab, seperti perut 
yang terbuka  , luasnya paparan permukaan kulit ,
penurunan suhu badan  kita   selama general anestesi mengikuti  pola tertentu,  terbagi  menjadi 3 tahap :
-tahap  penyebaran ulang   Induksi general anestesi memicu  terjadinya  vasodilatasi. ini  terjadi melalui dua prosedur , yaitu obat  anestesi secara langsung memicu  terjadinya vasodilatasi  pembuluh darah dan general anestesi menurunkan nilai ambang 
vasokonstriksi dengan menghambat fungsi termoregulasi pusat . Vasodilatasi ini akan memicu  panas badan  dari bagian pusat  suhu inti mengalir ke bagian perifer. penyebaran ulang   panas  badan  ini memicu  peningkatan suhu perifer namun   memicu  penurunan suhu inti. Penurunan suhu inti pada tahap  
ini terjadi dengan cepat. Suhu inti turun 1-1,5ºC selama jam  pertama.
- tahap  Linear,Sesudah  tahap  penyebaran ulang  , suhu inti akan turun dengan  lambat selama 2-4 jam berikutnya. Penurunan ini sekitar 0,5ºC  setiap jamnya. ini  terjadi sebab  panas badan  yang hilang  lebih besar dibandingkan  panas yang diproduksi. Metabolisme badan   menurun sebesar 15-40% selama general anestesi.
-tahap  Plateau,Sesudah  penderita teranestesi dan melewati tahap  linear, suhu badan  akan mencapai keseimbangan. Pada tahap  ini, produksi  panas seimbang dengan panas yang hilang. tahap  ini terbagi 
menjadi dua, yaitu tahap  pasif dan aktif.
-- tahap  plateau pasif terjadi jika produksi panas seimbang  dengan panas yang hilang tanpa ditambah  aktivitas dari  termoregulasi, yaitu tanpa ditambah  terjadinya vasokonstriksi. namun  kombinasi dari penurunan produksi panas sebab   anestesi dan faktor-faktor operasi yang lain memicu   tahap  ini jarang terjadi. tahap  ini lebih sering terjadi pada  operasi-operasi kecil pada penderita yang terselimuti atau 
terbungkus oleh insulator yang baik.
--tahap  palteau aktif terjadi saat suhu badan  sudah  mencapai  keseimbangan dengan terjadinya prosedur  vasokonstriksi.  Pada saat suhu inti mencapai 33-35ºC akan memicu sistem  termoregulasi untuk vasokonstriksi untuk mengurangi panas  badan  yang hilang dengan membatasi aliran panas dari 
jaringan inti ke jaringan perifer.

 pengobatan  Hipotermi
  untuk meminimalkan atau  membalik proses fisiologis. Pengobatan mencakup pemberian  oksigen, hidrasi yang adekuat, dan nutrisi yang sesuai.  3 macam teknik penghangatan yang  dipakai , yaitu:

-Penghangatan internal aktif.
Ada beberapa metode yang  dipakai  antara lain 
irigasi ruang pleura atau peritoneum, hemodialisis dan 
operasi bypass kardiopulmonal. Dapat pula dilakukan bilas  kandung kemih dengan cairan NaCl 0,9% hangat, bilas  lambung dengan cairan NaCl 0,9% hangat (suhu 40o – 45oC)  atau dengan memakai  tabung penghangat esophagus. 
-Penghangatan eksternal aktif ini dipakai  untuk pasien yang tidak menanggapi   dengan penghangatan eksternal pasif (selimut penghangat, mandi air hangat atau lempengan pemanas), dapat diberikan cairan infus hangat IV (suhu 39o – 40oC) untuk  menghangatkan pasien dan oksigen.
-Penghangatan eksternal pasif ini dilakukan dengan cara menyingkirkan baju basah kemudian tutupi badan  pasien dengan selimut atau insulasi lain.
General Anestesi , Salah satu konsep pelayanan kesehatan modern yang berkembang  saat ini yaitu  bentuk pelayanan di bidang medis, yang memiliki  kaitan erat dengan pemakaian  peralatan dan pemanfaatan teknologi dalam  pelaksanaannya, seperti contoh nya Anestesi, akan mengalami perkembangan 
teknologi peralatan yang dipakai ,Anestesi yaitu  suatu aksi  untuk menghilangkan rasa sakit  saat  dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang 
memicu  rasa sakit pada badan  dan salah satu yang sangat penting  dalam anestesi yaitu  penentuan klasifikasi ASA ,General anestesi yaitu  kondisi  fisiologis yang berubah ditandai  dengan hilangnya kesadaran reversible, analgesia dari seluruh badan , 
amnesia, dan beberapa derajat relaksasi otot ,
Ketidaksadaran itu  yang memungkinkan pasien untuk mentolerir prosedur bedah yang akan memicu  rasa sakit tak tertahankan. Selama  anestesi, pasien tidak sadar namun  tidak dalam kondisi  tidur yang alami
tahap  Anestesi 
ada 3 tahap  anestesi, meliputi:
- tahap  pre anestesi  ,Pada tahap pre anestesi,   perawat akan menyiapkan hal-hal  yang diperlukan  selama operasi. Contoh: pre visit pasien yang akan 
melakukan operasi, persiapan pasien, pasien mencukur area yang akan  dilakukan operasi, persiapan catatan rekam medik, persiapan obat  premedikasi yang harus diberikan kepada pasien. 
- tahap  intra anestesi ,Pada tahap  intra anestesi, tenaga medis anestesi akan melakukan  pengawasan  kondisi  pasien. Perawat anestesi akan melihat  hemodinamik dan kondisi  klinis pasien yang menjalani operasi. 
- tahap  sesudah  anestesi ,Pada tahap ini, perawat anestesi membantu pasien dalam  menangani tanggapan yang muncul sesudah  aksi  anestesi. 
tanggapan  itu  berupa nyeri, mual muntah, hipotermi bahkan sampai 
menggigil.
 penyedia anestesi bertanggung jawab  untuk menilai semua faktor yang mempengaruhi kondisi medis pasien dan  memilih teknik anestesi yang optimal sesuai atribut general anestesi,  meliputi:
-Keuntungan :
Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi terlentang.  Dapat disesuaikan dengan mudah dengan durasi prosedur yang tak  terduga. Dapat diberikan dengan cepat dan bersifat reversible. Mengurangi kesadaran dan ingatan intra operatif pasien.Memungkinkan relaksasi otot yang diperlukan untuk jangka waktu  yang lama. Memfasilitasi kontrol penuh terhadap jalan nafas, pernafasan dan  sirkulasi. Dapat dipakai  dalam kasus-kasus kepekaan terhadap agen  anestesi lokal. 
- Kekurangan:
memicu  fluktuasi fisiologis yang memerlukan 
intervensi aktif.  Terkait dengan komplikasi yang kurang serius seperti mual, muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala, mengigil (hipotermi) dan tertunda kembali ke fungsi mental yang normal.  memerlukan  peningkatan kompleksitas perawatan dan biaya terkait. memerlukan  beberapa derajat persiapan pasien sebelum operasi.
 pasien sesudah  general anestesi biasanya mengalami beberapa gangguan,gangguan sesudah  general anestesi:
-Regurgitasi dan muntah dipicu  oleh hipoksia selama 
anastesi. Pencegahan muntah penting sebab  memicu  
aspirasi
-Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu juga sebab  efek obat-obatan yang dipakai. 
-Gangguan pernapasan cepat memicu  kematian sebab  
hipoksia sehingga harus diketahui sedini mungkin dan segera diatasi. pemicu  yang sering dijumpai sebagai penyulit pernapasan yaitu  sisa anastesi (penderita tidak sadar kembali) dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna. Selain itu lidah 
jatuh ke belakang memicu  obstruksi hipofaring. Kedua ini  memicu  hipoventilasi, dan dalam derajat yang lebih beratmemicu  apnea.
-hipotensi syok dan  aritmia. ini  dipicu  oleh kekurangan cairan sebab   perdarahan yang tidak cukup diganti. Sebab lain yaitu  sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika tahapan anastesi  masih dalam akhir pembedahan.
General anestesi  memengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat  , tanggapan s
eferen, selain itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi dan   mengganggu prosedur  fisiologi lemak atau  kulit pada fungsi  termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk tanggapan proses 
vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi  , berkeringat.
Gangguan faal terdiri dari gangguan pemulihan kesadaran  yang dipicu  oleh kerja anastetik yang memanjang sebab  dosis  berlebih relatif sebab  penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan  malnutrisi sehingga sediaan anastetik lambat dikeluarkan dari dalam  darah.
observasional analitik, yaitu mengamati suatu fenomena antara faktor  risiko dengan faktor efek, kemudian melakukan analisis untuk mengetahui 
seberapa jauh kontribusi suatu faktor terhadap adanya suatu kejadian  tertentu ,Penelitian ini memakai  teknik pengumpulan secara observasi  langsung dan studi dokumentasi.  Instrumen yang dipakai  untuk pengumpulan data pada penelitian ini  yaitu : 
 Timbangan smic untuk mengukur berat badan dan tinggi badan  tanggapan dalam satuan kilogram (kg).Termometer aksila digital untuk mengukur suhu badan tanggapan sesudah   general anestesi dalam satuan derajat celcius.  Lembar observasi dipakai  mencatat nama tanggapan den, jenis kelamin, 
usia, berat badan, tinggi badan, IMT, waktu operasi dan suhu pasien.  Enumerator berperan dalam 
mengidentifikasi tanggapan sesuai ciriciri  penelitian yang sudah   ditetapkan, mengukur tinggi badan dan berat badan untuk  menentukan IMT, mengukur suhu sesudah  general anestesi. Setiap 
enumerator memiliki tanggung jawab pada 1 pasien, sejak pasien  berada di ruang penerimaan sampai selanjutnya di ukur suhu di  ruang pemulihan. 
 peneliti melakukan persamaan persepsi  pada asisten peneliti terkait ciriciri  inklusi dan eksklusi dan  
pelaksanaan penelitian. Enumerator memilih pasien yang sesuai dengan ciriciri  inklusi dan  ekslusi penelitian. Enumerator melakukan kontrak dengan pasien dengan  menyampaikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur  pelaksanaan penelitian sebelum penandatanganan persetujuan  sebagai tanggapan (inform consent).
Di ruang persiapan, Enumerator mengukur berat badan, tinggi  badan kemudian menghitung IMT, mencatat usia dan jenis  kelamin tanggapan sesuai dengan catatan rekam medik. Hasil di  catat pada lembar observasi. Segera atau  langsung sesudah  tanggapan dipindah ke ruang pemulihan,  Enumerator mengukur suhu sesudah  general anestesi dengan 
termometer aksila digital sampai terdengar bunyi “bip”.
Enumerator mencatat lama operasi tanggapan pada lembar  observasi, waktu selesai operasi dikurangi waktu mulai operasi  yang tercatat pada rekam medik. 
  Peneliti melakukan analisa data untuk mengetahui faktor-faktor  yang berkaitan  dengan hipotermi sesudah  general anestesi dalam melakukan pengelolaan data  terdapat 5 kegitan sebagai berikut:
Editing yaitu  tahap memeriksa data untuk menghindari 
pengukuran yang keliru dan  mengecek kelengkapan pengisian  lembar observasi. 
Memberikan kode pada masing-masing tanggapan sehingga peneliti dapat secara tepat memasukkan data sesuai klasifikasi. 
Usia: Kode 1: 17-25 tahun (remaja),Kode 2: 26-45 tahun (dewasa),Kode 3: 46-55 tahun (lansia)
IMT: Kode 1: Kurus,Kode 2: Normal,Kode 3: Gemuk,
 Lama operasi : Kode 1: Cepat ,Kode 2: Sedang ,
Kode 3: Lama,
Jenis Kelamin: Kode 1: Laki-laki, Kode 2: wanita 
. Entry (memasukkan data)
Dari data tanggapan yang berisi kode angka dimasukkan ke dalam  program atau software computer. Peneliti melakukan pengecekkan kembali data yang sudah di-entry,  diperiksa kembali data yang sudah di-entry agar terhindar kesalahan ,Peneliti memasukkan data menurut variabel yang akan dianalisis yaitu hasil pengukuran suhu yang menunjukkan hipotermi dan  faktor-faktor yang berkaitan .  faktor-faktor yang berkaitan   dengan variabel terikat yaitu hipotermi sesudah  general anestesi
-Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara  faktor usia dengan hipotermi, memakai  uji chi square  sebab  penelitian memakai  data kategorik 
-Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara  faktor IMT dengan hipotermi, memakai  uji chi square  sebab  penelitian memakai  data kategorik 
- Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara  faktor jenis kelamin dengan hipotermi, memakai  uji chi  square sebab  penelitian memakai  data kategorik 
- Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor lama operasi dengan hipotermi, memakai  uji chi  square sebab  penelitian memakai  data kategorik  jika  P value ≤0,05, maka hipotesis diterima atau ada  hubungan antara faktor lama operasi, jenis kelamin dan IMT  dengan hipotermi sesudah  general anestesi. Untuk pedoman analisis korelasi, jika nilai koefisien korelasi mendekati 1 aau -1 maka hubungan semakin erat atau kuat, jika mendekati 0 maka 
semakin lemah. Pedoman interpretasi koefisien korelasi  antaralain :
Tabel Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Rentang Nilai Korelasi Keputusan
0,00 – 1,99 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Penelitian  ini dilakukan pada tahap  pre anestesi (pengkajian atau  observasi) dan sesudah  anestesi 
(mengukur suhu badan  tanggapan dan menghitung lama operasi).
mayoritas berstatus fisik ASA I, yaitu sebanyak 32 pasien  (57,1%). Jika dilihat dari faktor usia, paling banyak tanggapan dengan rentang usia 46-
55 tahun (lansia), yakni sebanyak 22 pasien  (39,4%). Faktor lain yang  berkaitan  yaitu faktor IMT, tanggapan paling banyak ada  pada kategori IMT normal, yakni sebanyak 24 pasien  (42,9%). Faktor lain juga 
muncul dari faktor jenis kelamin dan faktor lama operasi. tanggapan  dengan jenis kelamin wanita  lebih banyak  yaitu sebanyak 31 pasien  (5,4%). Lama operasi yang dijalani  tanggapan ada 3, tanggapan terbanyak menjalani operasi pada rentang waktu 1-2 jam, jumlah tanggapan dalam rentang waktu ini sebanyak 30 
pasien  (53,6%). 
Hubungan Faktor Usia dengan Hipotermi sesudah  General Anestesi,Usia dalam penelitian ini terhitung sejak tanggapan laihr sampai  pengambilan data diambil. Hubungan faktor usia dengan hipotermi sesudah   general anestesi sudah  dihitung melalui software
berdasar  tabel , terjadi peningkatan frekuensi dan presentase  kejadian hipotermi dari rentang usia 17-25 tahun, 26-45 tahun dan 46-55  tahun. tanggapan paling banyak mengalami hipotermi pada rentang usia 
46-55 tahun, yakni 20 pasien  (90,9%). 
Hubungan Faktor IMT dengan Hipotermi sesudah  General Anestesi IMT pada tiap pasien berbeda-beda, pasien   dengan usia  minimal 17 tahun baru bisa dilakukan perhitungan status gizi  memakai  IMT. Hubungan faktor IMT dengan hipotermi sesudah  
general anestesi juga dihitung melalui software dan
berdasar  tabel , frekuensi hipotermi terbanyak terjadi pada  kategori IMT gemuk yaitu 13 pasien . sedang  bila dilihat dari  presentase, sebanyak 100% tanggapan hipotermi dengan IMT kurus. Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Hipotermi sesudah  General  Anestesi
Hubungan faktor jenis kelamin dengan hipotermi juga sudah   dihitung dengan perhitungan yang sama
berdasar  tabel  tanggapan dengan jenis kelamin wanita 
lebih banyak mengalami hipotermi dibanding laki-laki, yaitu sebanyak 26 pasien  (80%).
Lama operasi terhitung sejak mulai tanggapan dipindahkan ke meja  operasi dan berakhir saat  tanggapan dipindah ke ruang pemulihan.  Hubungan antara faktor lama operasi dengan hipotermi sesudah  general  anestesi dihitung juga melalui software  
berdasar  tabel  dapat diketaui hipotermi sesudah  general anestesi  terjadi pada tanggapan yang menjalani lama operasi >2 jam dengan  presentase 88%.
Hubungan Usia dengan Hipotermi 
tanggapan tertua yang menjalani operasi dengan general anestesi berumur 55 tahun. Karakteristik usia dalam penelitian ini  yaitu remaja akhir (17-25 
tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun) dan lansia (46-55 tahun). Penelitian ini menggabungkan karakteritik usia dewasa
awal dan dewasa akhir dengan pertimbangan usia itu  masih dalam  kategori yang sama yaitu dewasa, sehingga peneliti menggabungkan  dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih sederhana, dengan 3 kategori  yaitu remaja, dewasa dan lansia. tanggapan dengan kategori usia lansia yaitu  tanggapan terbanyak 
berdasar  hasil penelitian ini, semakin tinggi usia tanggapan maka  semakin tinggi risiko mengalami kejadian hipotermi. ini sesuai dengan  pasien lanjut usia (lansia) termasuk ke dalam golongan usia yang ekstrem, yaitu  risiko  tinggi untuk terjadi hipotermi pada periode perioperatif. General anestesi 
yang dilakukan pada pasien usia lansia juga memicu  
pergeseran pada ambang batas termoregulasi dengan derajat yang lebih  besar dibandingkan dengan pasien yang berusia muda.kejadian hipotermia pada pasien lansia dipicu  perubahan fungsi kardiovaskular (kekakuan pada area dinding pembuluh darah arteri, 
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer,  , penurunan curah jantung), kekakuan organ paru dan kelemahan otot-otot pernapasan  memicu  ventilasi, difusi, dan  oksigenasi tidak efektif. Pada lansia 
juga terjadi perubahan fungsi metabolik, seperti peningkatan sensitivitas  pada reseptor insulin periferal,  , penurunan tanggapan  adrenokortikotropik terhadap faktor tanggapan Hasil uji hubungan antara usia dengan hipotermi sesudah  general  anestesi memakai  uji chi square didapatkan nilai penonjolan  p value
0,011 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan  <0,05 (0,011 <  0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat dikatakan adanya  hubungan antara usia dengan hipotermi sesudah  general anestesi ,Jika dilihat dari tingkat keeratan hubungan antara usia dengan 
hipotermi sesudah  general anestesi dapat ditentukan dengan melakukan uji  Pearson Correlation. Hasil uji keeratan yaitu nilai r (keeratan) = + 399. 
Hasil itu  (+) menunjukkan bahwa ada hubungan keeratan antara usia dengan hipotermi, yaitu semakin tinggi usia tanggapan maka semakin  berisiko tinggi mengalami hipotermi sesudah  general anestesi. 
 bahwa golongan usia  lansia yaitu  faktor risiko urutan 6 (enam) besar sebagai pemicu   hipotermi perioperatif. ini dipicu  sebab  pasien   pada usia  lansia sudah  terjadi kegagalan memelihara suhu badan  dengan atau tanpa  anestesi, kemungkinan ini  terjadi sebab  penurunan vasokonstriksi  termoregulasi yang terkait dengan usia , induksi general anestesi juga 
memicu  terjadinya vasodilatasi, ini  terjadi melalui dua 
prosedur , yaitu obat anestesi secara langsung memicu  terjadinya  vasodilatasi pembuluh darah dan general anestesi menurunkan nilai  ambang vasokonstriksi dengan menghambat fungsi termoregulasi pusat ,
vasodilatasi ini akan memicu  panas badan  dari bagian pusat  suhu  inti mengalir ke bagian perifer dan penyebaran ulang   panas badan  ini akan  memicu  peningkatan suhu perifer namun  memicu  penurunan 
suhu inti. Jika dibiarkan terus menerus maka akan terjadi hipotermi,  terutama pada pasien dengan usia lansia yang sudah banyak mengalami 
penurunan fungsi badan . 
 Hubungan IMT dengan Hipotermi 
IMT yaitu  penilaian status gizi pada tiap individu. IMT dalam  penelitian ini dihitung dengan cara menimbang berat badan memakai   timbangan smic dalam satuan kilogram dan mengukur tinggi badan dalam 
satuan meter, kemudian berat badan dibagi dengan tinggi badan kuadrat.  IMT dibagi dalam 3 batas 
ambang, yaitu: kurus (<18,5kg atau m2), normal (18,5-25,0kg atau m2) dan gemuk (>25,0kg atau m2).
Hasil penelitian menunjukkan tanggapan terbanyak pada kategori IMT normal, namun  tanggapan dengan IMT kurus paling banyak frekuensi dan 
presentasenya dalam mengalami hipotermi sesudah  general anestesi dibanding pasien dengan IMT normal dan gemuk. ini terjadi sebab   general anestesi mempengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri
atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah pusat  , tanggapan  eferen. General anestesi dapat juga menghilangkan proses adaptasi dan   mengganggu prosedur  fisiologi lemak atau  kulit pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk tanggapan proses vasokonstriksi,  menggigil, vasodilatasi  , berkeringat, bahwa IMT dengan ciriciri  kurus yaitu  masalah kesehatan  terbesar bukan hanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia dan lebih 
banyak mengalami komplikasi sesudah  general anestesi (hipotermi)  dibanding dengan ciriciri  IMT lainnya. Pada penelitian ini, dilakukan uji crosstab antara IMT dengan  hipotermi sesudah  general anestesi memakai  uji chi square didapatkan 
nilai penonjolan  p value 0,032 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai  penonjolan  <0,05 (0,032 < 0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat  dikatakan adanya hubungan antara IMT dengan hipotermi sesudah  general  anestesi ,
Jika dilihat dari tingkat keeratan hubungan antara IMT dengan  hipotermi sesudah  general anestesi dengan uji Pearson Correlation,  diperoleh hasil nilai r = -239. Hasil (-) menunjukkan bahwa ada hubungan 
keeratan antara IMT dengan hipotermi, yaitu semakin tinggi nilai IMT  maka semakin menurun angka kejadian hipotermi. ini bermakna,  tanggapan dengan IMT lebih (gemuk) memiliki risiko rendah untuk 
mengalami hipotermi sesudah  general anestesi.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori yang mengatakan pasien   yang gemuk memiliki cadangan lemak lebih banyak akan cenderung  memakai  cadangan lemak sebagai sumber energi dari dalam, artinya jarang membakar kalori dan menaikkan heart rate , Agen  anestesi di penyebaran ulang   dari darah dan otak kedalam otot dan lemak, badan   yang semakin besar menyimpan jaringan lemak yang banyak, sehingga  lebih baik dalam mempertahankan suhu badan , Pada pasien  dengan IMT yang rendah akan lebih mudah kehilangan  panas yaitu   faktor risiko terjadinya hipotermi, ini   dipengaruhi oleh persediaan sumber energi penghasil panas yaitu lemak 
yang tipis, simpanan lemak dalam badan  berguna  sebagai  cadangan energi. Pada indeks massa badan  yang tinggi memiliki sistem  proteksi panas yang cukup dengan sumber energi penghasil panas yaitu 
lemak yang tebal sehingga IMT yang tinggi lebih baik dalam  mempertahankan suhu badan nya dibanding dengan IMT yang rendah  sebab  memiliki  cadangan energi yang lebih banyak 
Hubungan Jenis Kelamin dengan Hipotermi
tanggapan pada penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin  wanita  dibandingkan  laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis  kelamin wanita  lebih banyak mengalami hipotermi dibanding lakilaki. ini  ,angka hipotermi lebih banyak terjadi pada wanita  dibandingkan  laki-laki,  yaitu sebanyak 51,2%.  bahwa wanita  lebih rentan terserang  penyakit atau  komplikasi dibandingkan  laki-laki. Semua itu dipicu  adanya perbedaan biologis dan fungsi biologis yang ada pada wanita  dan lakilaki yang tidak dapat dipertukarkan , Kejadian hipotermi juga dipengaruhi oleh berat badan pada tiap jenis  kelamin. Pada obesitas, jumlah lemak badan  lebih banyak. Pada dewasa  muda laki-laki, lemak badan  >25% dan wanita  >35%. penyebaran   lemak badan  juga berbeda berdasar  jenis kelamin, pria cenderung  mengalami obesitas viseral (abdominal) dibandingkan wanita ,menunjukkan bahwa laki-laki juga bisa mengalami obesitas atau  
penumpukan lemak pada abdominal sehingga mengurangi kejadian  hipotermi sesudah  general anestesi. beberapa faktor yang  berkaitan  dengan hipotermi sesudah  general anestesi yaitu suhu kamar 
operasi, cairan infus, cairan pencuci rongga, kondisi pasien (IMT, usia,  jenis kelamin), obat anestesi dan lama operasi. Hipotermi juga terjadi  sebab  kombinasi dari aksi  anestesi dan aksi  operasi yang   memicu  gangguan fungsi dari pengaturan suhu badan  yang akan  memicu  penurunan suhu inti badan  
Hasil uji crosstab antara jenis kelamin dengan hipotermi sesudah   general anestesi memakai  uji chi square didapatkan nilai penonjolan  
p value 0,046 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan  <0,05  (0,046 < 0,05), maka hipotesis diterima. Oleh sebab  itu, dapat dikatakan
adanya hubungan antara jenis kelamin dengan hipotermi sesudah  general anestesi ,
berdasar  hasil perhitungan odd ratio, diperoleh hasil bahwa  wanita  memiliki 3,2 kali lipat lebih beresiko mengalami hipotermi dibanding laki-laki. 
Hubungan Lama operasi dengan Hipotermi
Lama operasi dalam penelitian ini dihitung sejak dibuatnya sayatan  pertama (time out) sampai pasien dipindahkan ke ruang pemulihan yang  dinyatakan dalam jam.  membagi operasi berdasar  
durasinya ke dalam 3 klasifikasi, yaitu cepat (<1 jam), sedang (1-2 jam)  dan lama (>2 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan yang  menjalani operasi dengan waktu 1-2 jam lebih banyak dan diantara kita   juga mengalami hipotermi terbanyak. 
Suhu ruangan operasi  dibuat konstan 18 ° c . 
 hipotermi mungkin dialami  pasien sebab  terpaparnya badan  terlalu lama dengan suhu rendah kamar 
di ruang operasi (<26,6 ° c ). Selain itu, pasien yang menjalani operasi , jarang memakai  selimut penghangat selama  durante operasi  sehingga badan  pasien lebih banyak  terpapar dengan suhu ruangan yang dingin.  Hasil uji crosstab yang sudah  dilakukan antara lama operasi dengan  hipotermi sesudah  general anestesi memakai  uji chi square didapatkan 
nilai penonjolan  p value 0,001 (α=0,05). Dapat diketahui bahwa nilai penonjolan  <0,05 (0,001 < 0,05), maka hipotesis diterima. Sehingga dapat 
dikatakan adanya hubungan antara lama operasi dengan hipotermi sesudah   general anestesi ,
Pada Uji Pearson Correlation, didapatkan hasil uji keeratan antara  lama operasi dengan hipotermi sesudah  general anestesi, yaitu nilai r = + 
266. ini menunjukkan adanya hubungan antara lama operasi dengan  hipotermi, yaitu (+) semakin lama operasi yang dilakukan pada pasien  maka semakin tinggi risiko hipotermi sesudah  general anestesi yang terjadi  pada pasien. durasi pembedahan yang lama 
memicu  aksi  anestesi menjadi lama dan menambah waktu terpaparnya badan  terhadap suhu dingin di ruang operasi. Induksi anestesi  memicu  vasodilatasi yang memicu  proses kehilangan panas  badan  terjadi secara terus menerus. Panas padahal diproduksi secara terus  menerus oleh badan  sebagai hasil dari metabolisme. Proses produksi dan   pengeluaran panas itu  diatur oleh badan  guna mempertahankan suhu
inti badan  dalam rentang 36-37,5oC , Oleh sebab  itu, pasien  yang menjalani operasi dan anestesi lebih lama maka akan kehilangan  panas secara terus menerus dan lebih berisiko mengalami hipotermi.