www.gorengx.blogspot.com
.....
www.berasx.blogspot.com
......
Tampilkan postingan dengan label mata 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mata 2. Tampilkan semua postingan
Rabu, 06 April 2022
mata 2
April 06, 2022
mata 2
SISTEM LAKRIMAL PALPEBRA, KONJUNGTIVA,KORNEA, SKLERA,
sistem lakrimal, palpebra, konjungtiva, kornea, dan sistem lakrimal mengandung banyak proses patologi, kornea, yaitu struktur transparan bagian dari media refrakta, rentan terhadap pengaruh dari luar, infeksi mata pemicu kebutaan. kelainan degeneratif pada konjungtiva, khususnya
pterigium, pemicu penyakit mata di negara tropis,
foto struktur palpebra
foto ektropion
jenis jenis kelainan pada mata berdasar pemeriksaan mata,antaralain :
warna rambut hitam atau putih tergantung usia atau adanya penyakit.pada sindrom vogt-koyanagi terjadi hal-hal berikut: poliosis, yaitu depigmentasi rambut yang berbatas tegas yang menyertai kondisi patologis; vitiligo,yaitu depigmentasi dengan pinggir hiperpigmentasi , blefaroptosis, blefarospasme,iridosiklitis, ketulian, perubahan warna pada mata : biru (ada hematoma), kuning ( ada deposit lemak pada xantelasma), kemerahan ( ada radang), putih (
ada sikatrik), hitam (ada kelainan sistemik, seperti penyakit addison),
perkusi: hampir tidak pernah dilakukan. auskultasi: aneurisma arterio-venosa.
penyakit jamur, perubahan bentuk mata : bengkak, retraksi oleh parut, paralisis. palpasi: krepitasi (fraktur pada orbita),nyeri tekan, panas , kelopak mata yang tidak dapat dibuka dan ditutup dipicu oleh ,antaralain :
paresis/paralisis m. levator palpebra seperti pada blefaroptosis,celah mata yang sukar dibuka terjadi pada blefarospasme (spasme otot orbikular karena iris , badan siliar,radang kornea). nmerasa silau bila mengalami keratitis (radang kornea) sebab di kornea ada saraf sensoris N V sehingga rasa nyeri pada kornea akibat peradangan di artikan sebagai rasa silau pada mata,
lagoftalmus atau kelopak mata yang tidak dapat menutup mata bisa dipicu oleh adanya penonjolan pada bola mata, akibat dipicu oleh ukuran bola mata yang pada dasarnya besar atau akibat adanya desakan desakan dari dalam bola mata selain itu ada sebab-sebab lain yaitu bola mata yang menonjol ,sikatrik kelopak mata , paralisis otot orbikular, dan hipertonus m. mulleri, sehingga penutupan palpebra terhambat. secara normal, saat mata melihat ke bawah (bola mata bergerak ke bawah) otomatis akan diikuti oleh turunnya kelopak mata. pada tanda stellwag (pada morbus basedow) ini, terjadi
keterlambatan turunnya kelopak mata, niktitasio (gerakan mengedip yang tidak normal ), akibat tic facialis atau blefarospasme,
epikantus adalah lipatan kulit vertical pada sisi hidung, kadang-kadang menutupi kantus sebelah dalam. lipatan ini sebagai tanda normal pada pasien dari ras tertentu dan kadang-kadang adalah anomali bawaan pasien, epikantus, ada lipatan kulit di lateral atau medial. gerakan kelopak mata: ritmis, kira-kira 8-10x/menit. bentuk kelopak mata: simetris atau tidak. pasangan kelopak
mata pasangan tepi kelopak mata.kelainan kulit kelopak mata. bulu mata.
kelainan kongenital kelopak mata dan sistem lakrimal koloboma palpebra, yaitu hilangnya sebagian kulit mata atau adneksa mata akibat kegagalan menyelesaikan pertumbuhan. adalah kelainan congenital adnexa (bagian tambahan) mata, termasuk bagian umbai mata lainnya,palpebra, glandula lacrimalis,
entropion yaitu penggulungan margo palpebra ke arah dalam, ektropion adalah penggulungan ke arah luar. entropion terjadi karena sikatrik yang muncul di
dalam kelopak mata, contohnya akibat penyakit mata trakoma. karena tarikan ini margo palpebra arahnya jadi ke dalam, akibatnya bulu mata menusuk-nusuk kornea. pada pasien sehat sering bulu mata yang masuk itu malah dicabut, akibatnya bulu mata yangtumbuh menjadi lebih kaku. komplikasi bisa ringan sampai berat kebutaan, pengobatannya yaitu dengan operasi,
distikhiasis, yaitu adanya baris bulu mata yang ganda pada satu kelopak mata, satu atau keduanya menekuk ke arah bola mata. blefarokalasis yaitu lipatan kulit yang sejajar dengan margo palpebra atau relaksasi kulit kelopak mata akibat atrofi jaringan interselular. pada pasien tonus atau pasien tua ,
ototnya sudah berkurang, epiblefaron, anomali pertumbuhan yang lipatan horizontal kulitnya terentang melewati margo palpebra sehingga menekan bulu mata ke arah kelopak mata. ankiloblefaron (tidak adanya celah palpebra karena ada perlekatan margo palpebra superior et inferior) dan blefarofimosis (celah palpebra kecil). ptosis, yaitu turunnya atau jatuhnya kelopak mata atas. peradangan kelopak mata, antaralain : herpes zoster oftalmikus, blefaritis,
hordeolum, kalazion, blefaritis adalah suatu peradangan subakut atau menahun
tepi kelopak mata. ada 2 bentuk blefaritis yaitu blefaritis ulseratif (blefaritis
stafilokokal) dan blefaritis seboroik (blefaritis skuamosa) ,
blefaritis seboroik adalah peradangan kelenjar kulit di lokasi bulu mata, akibat kulit yang berminyak, pemicunya jamur dan kelainan metabolik ,contohnya ketombe pada kepala, ini sebagai bagian dari dermatitis seboroik, dengan gejala ada penebalan kelopak mata ,sisik halus, putih, dibawah sisik kulit hiperemi, tidak berulserasi,madarosis hilangnya bulu mata, pengobatan dengan cara membersihkan sisik, diberi merkuri amoniak dengan vehikulum minyak, salep salisil 1% , salep ini tidak boleh masuk kedalam mata. penyulit adalah konjungtivitis dan keratitis ,
blefaritis ulserativa dipicu oleh stafilokokus, gejalanya ada keropeng kekuningan merekat ,bulu mata menjadi satu, bila keropeng dibuang akan terjadi ulkus kecil mudah berdarah. ulkus ini kalau sembuh dapat memicu sikatriks. diatasi dengan salep gentamisin, basitrasin, salep sulfasetamid , bila tidak diatasi ulkus bisa memicu konjungtivitis menahun , meluas merusak akar rambut sehingga bulu mata rontok. memicu trikiasis karena terbentuk sikatrix
pada palpebra,
hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar zeis , moll (hordeolum eksternum), kelenjar meibom (hordeolum internum), kalazion adalah peradangan lipogranuloma menahun kelenjar meibom, pemicu tidak diketahui, mungkin akibat antaralain : adanya gangguan sekresi yang memicu sumbatan, adanya sumbatan mekanis akibat pembedahan, adanya infeksi bakteri ringan, adanya blefaritis dengan gejala tanda peradangan ringan, ada edema dan teraba benjolan keras,bila benjolan berukuran cukup besar maka bola mata dapat tertekan (dengan wujud gangguan refraksi), diatasi dengan kompres dingin,kuretase, pengurutan ke arah muara kelenjar, insisi , selulitis ini jarang terjadi karena hordeolumnya sering dipegang-pegang pakai tangan, kemudian terjadi infeksi, hordeolum internum terjadi dari kalazion yang mengalami
infeksi yang dipicu oleh staphylococcus spp (histopatologi sesuai abses). gejala tanda nya yaitu bengkak terlokalisir, ada nyeri rasa mengganjal , permukaan bengkak, adanya benjolan merah, didekat pangkal bulu mata, nyeri bila ditekan (abses kecil). diatasi dengan insisi dan antibiotika bila ada fluktuasi,
Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) diawali dengan infeksi VHZ
(Herpes Zoster Virus) yang mengenai ganglion Gasseri (saraftrigeminus). Kebanyakan terjadi pada pasien gangguan sistem imun (AIDS) , pada pasien di atas usia 50 th, gizi buruk, kelainan bersifat unilateral dibatasi tegas oleh garis tengah, bila terdapat pada puncak hidung, maka menampakkan cabang nasosiliaris saraf mata sudah terkena tanda hutchinson, ini menampakkan
intraokular , pada permulaan infeksi ada gejala influenza rasa nyeri pada kulit, lesu, konjungtiva merah, kornea keruh,vesikel pada kulit yang disarafi saraf mata, pustula, parut, edema palpebra, diatasi dengan acyclovir 800 mg 5 kali sehari selama 5 hari, steroid , sistemik dapat mengurangi neuralgia. namun bila kondisi awal kesehatan buruk , maka steroid sistemik tidak disarankan , diberikan globulin imun pada pasien anak dan penderita dengan infeksi luas. penyulitnya antara lain glaukoma sekunder ,keratitis, uveitis , jika parah kronis akan muncul oftalmoplegia, ptosis, , neuritis optika,perforasi kornea, diikuti ftisis bulbi.
foto zoster oftalmikus
pemeriksaan konjungtiva palpebra dimulai dengan pemeriksaan dengan anamnesis, dengan menarik palpebra inferior ke bawah dan membalikkan permukaan dalam palpebra superior keluar (eversi), sehingga konjungtivanya
terlihat, palpebra superior bisa bertahan lebih lama dalam kondisi terbalik karena ada tarsus yang menahan, normalnya adalah bila konjungtiva basah,mengkilat ,berwarna merah muda, tipis, halus. ketidaknormalan yang tampak antaralain : anemik, warna yang lebih merah, pucat , fornix inferior lebih dangkal dibandingkan superior, karena palpebra inferior tidak sepanjang palpebra superior. fornix superior lebih merah karena pembuluh darahnya lebih banyak, diperhatikan permukaannya: ada tidaknya debu,kasar-halus, basah-tidak, ukuran, eksudat, pada pemeriksaan konjungtiva bulbi disarankan untuk mengidentifikasi warna kemerahannya, ada tidaknya pembengkakan ,ada tidaknya mengkilat , ada tidaknya basah , kemerahan memperlihatkan adanya hemangioma, proses radang, iritasi, pembendungan atau perdarahan,
perubahan bentuk yang terjadi antaralain : pterigium artifisialis (conjungtival flap),flikten,pseudopterigium, penguikulum, pterigium, simblefaron,
evaluasi inflamasi konjungtiva tentang jenis sekret, jenis reaksi konjungtiva, ada tidaknya pseudomembran , ada tidaknya membran, ada tidaknya limfadenopati preaurikular, ada tidaknya sekret seperti air yaitu berupa air mata, eksudat serosa , yang dipicu oleh inflamasi toksik, infeksi virus,
sekret juga bisa mukoid, yang ada pada keratokonjungtivitis sika dan konjungtivitis vernalis ,sekret mukopurulen ada pada infeksi bakteri ringan dan infeksi klamidia, sekret purulen ada pada infeksi bakteri akut yang berat,
sekret mukoid dibedakan pada pemeriksaan antaralain : kapas basah yang diusapkan ke sekretnya. bila sekretnya terserap berarti purulen, kalau bisa memanjang berarti sekretnya mukoid,
foto konjungtivitis alergika
foto konjungtivitis vernalis
reaksi konjungtiva folikular hanya terjadi pada usia di atas 6 bulan, reaksi
ini berupa hiperplasi jaringan limfoid. sering muncul pada forniks konjungtiva. bentuknya seperti bula vesikel kecil-kecil berisi air menggelembung berukuran 0,5 – 5 mm, tergantung pada lama dan berat inflamasi. pembuluh darah mengelilingi gelembung gelembung ini . pemicu adalah sindrom okuloglandular, hipersensitivitas obat topikal, infeksi virus, infeksi klamidia, sindrom parinouds,
pseudomembranosa eksudat yang mengental dan melekat pada epitel
konjungtiva. bentuknya seperti selaput putih yang menempel pada
konjungtiva yang dikelupas dan meninggalkan epitel yang utuh tanpa perdarahan dikarenakan selaputnya hanya menempel. pemicu nya adalah konjungtivitis gonore,konjungtivitis autoimun,infeksi adenovirus berat, konjungtivitis ligneus, eksudat inflamasi meresap ke lapisan superfisial epitel
konjungtiva. bila dikelupas epitel robek dan berdarah. pemicunya yaitu difteri, infeksi streptococcus β-hemolyiticus,
pada konjungtiva palpebra dan limbus kornea, sering pada konjungtiva palpebra superior, pembuluh darah masuk kedalam papil seperti glomerulus muncul bintik-bintik . pemicu adalah lensa kontak, lensa kontak,keratokonjungtivitis limbik superior,blefaritis kronis, konjungtivitis vernalis, infeksi bakteri,
pada pembesaran submandibular dan limfonodi preaurikular teraba seperti ada massa, kalau ditekan sakit , pemicunya adalah konjungtivitis gonore berat, infeksi virus, infeksi klamidia, gejala peradangan konjungtiva antara lain
dilatasi pembuluh darah, infiltrasi selular , eksudasi,bengkak, gatal, reaksi-reaksi konjungtiva seperti limfadenopati, rasa seperti kemasukan debu, sakit sekitar mata, berdasar pemicu penyakit maka konjungtivitis dibedakan menjadi
konjungtivitis infeksi, konjungtivitis alergi, konjungtivitis perlukaan, berdasar sifat eksudatnya maka konjungtivitis dibedakan menjadi konjungtivitis mukus,konjungtivitis hemoragis, konjungtivitis serosa, konjungtivitis purulen, berdasar perjalanan penyakit maka konjungtivitis dibedakan menjadi konjungtivitis kronis ,konjungtivitis akut, konjungtivitis subakut, konjungtivitis subkronis,
Tabel . gejala tanda beberapa jenis konjungtivitis
klinis & : virus : bakteri : klamidia : alergi :
sitologis
pewarnaan monosit bakteria, badan inklusi sel eosinofil
kerokan PMN plasma
& eksudat
radang kadang kadang tidak pernah tidak pernah
tenggorok
& demam
rasa gatal minimal minimal minimal berat
hiperemia generalis generalis generalis generalis
ata ata ata ata
lakrimasi banyak sedang sedang sedang
eksudasi minimal banyak banyak minimal
adenopati lazim tak lazim lazim hanya tidak ada
preaurikular pada konjungtiv
itis inklusi PMN
pemicu bacterial untuk yang hiperakut atau purulen adalah neisseria gonorrhoe dan n. meningitidis pemicu konjungtivitis yaitu idiopatik, penyulit dari penyakit lain,virus, klamidia, parasit (jarang terjadi, namun bila terjadi akan kronis akibatnya ), autoimunitas, zat kimia, perjalanan penyakit akut subakut
pemicunya yaitu h. influenza, perjalanan penyakit akut sekret mukopurulen, pemicunya yaitu haemophillus aegyptius dan pneumokokus ,
konjungtivitis bacterial kronik, termasuk blefarokonjungtivitis, dipicu oleh
moraxella lacunata dan staphylococcus aureus , bentuk yang jarang yaitu
kronik,akut, subakut yang dipicu oleh corynebacterium diphteriae, mycobacterium tuberculosis, streptococci, coliforms, moraxella catarrhalis, proteus spp, jamur jarang memicu konjungtivitis, candida spp. memicu konjungtivitis eksudatif kronik. reaksi granulomatosa bisa terjadi akibat infeksi jamur oleh sporothrix schenckii,rhinosporidium seeberi, coccidioides immitis,
suatu konjungtivitis nonpurulen dengan hiperemia dan infiltrasi minimal, sebagai penyerta penyakit-penyakit rickettsial sistemik yang jarang contohnya demam mediteran, demam q, tifus, tifus murine, scrub typhus, rocky mountain spotted fever,
konjungtivitis bakterial sederhana dipicu oleh antara lain streptococcus pneumoniae , staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, gejala tandanya adalah sensasi terbakar , sekret mukopurulen,kejadiannya akut, terdapat hiperemia, sensasi debu, fotofobia muncul bila kornea terlibat. saat bangun tidur mata terasa lengket. akibat bilateral walaupun kedua mata tidak terinfeksi bersamaan. visus tidak terganggu pada konjungtivitis. pengobatan
antibiotik permulaan diberikan tetes mata antibiotik berspektrum luas 6 kali
sehari, atau dengan memakai tetes mata kloramfenikol (0,4% - 1%) 6 kali sehari minimal diberikan selama 3 hari,
keratokonjungtivitis gonokokus pada pasien dewasa pemicunya yaitu neiseria gonorrhoeae, bakteri gonore lebih sering ada di mukosa genital. gejala tanda nya yaitu ada pseudomembran , ada limfadenopati preaurikular, sekret purulen berlimpah, kemosis (konjungtiva sangat oedem) mata menutup , terlihat bengkak, terjadi keratitis akibat penumpukan sel-sel polimorfonuklear, kalau sudah nekrosis akan terbentuk ulkus, kemudian perforasi, iris bisa hanyut keluar, diikuti dengan turunnya tekanan intraokular sehingga bola mata
kempis. kemudian bisa terjadi endoftalmitis (aquous ,vitreus menjadi nanah), dan akhirnya buta, kultur dilakukan untuk uji sensitivitas antibiotika,
pengobatan tergantung kondisi klinis. perawatan inap diperlukan untuk memudahkan pengawasan secara ketat, irigasi dikerjakan secara hati-hati, terutama sewaktu akan membuka mata pasien, karena secret yang sangat banyak itu bisa menciprat. pemberian antibiotika dilakukan berdasar hasil kultur,,
keratokonjungtivitis adenovirus ini bisa digolongkan menjadi dua berdasar
pemicunya yaitu : demam faringokunjungtiva pemicunya adalah adenovirus tipe 3 dan 7, 50% masalah akan terjadi keratitis. tanda gejala pada demam
faringokunjungtiva yaitu konjungtivitis, sering pada pasien anak dibandingkan pasien dewasa, gejalanya demam, faringitis, limfadenopati preaurikular tanpa rasa nyeri tekan,
keratokonjungtivitis epidemika dipicu oleh adnovirus tipe 8 dan 19, 90%
masalah terjadi keratitis, gejalanya yaitu limfadenopati preaurikular dengan nyeri tekan yang bersifat akut dengan hiperemia, fotofobia,nrocos (mata berair terus), rasa tidak nyaman, 70% masalah bersifat bilateral dengan edem palpebra, limfadenopati preaurikular, reaksi folikular,
terdapat gejala tanda bercak-bercak keputihan pada kornea,pada masalah berat ada pendarahan subkonjungtiva karena eksudat yang sangat banyak sehingga sel-sel darah merah ikut ekstravasasi, muncul pseudomembran,kemosis ,kesembuhan terjadi dalam 2 minggu, tergantung gizi pasien , steroid dihindarkan kecuali inflamasi sangat berat dan infeksi virus herpes simpleks dapat diabaikan, konjungtivitis hemoragik akut pemicunya yaitu enterovirus-70 dari golongan pikornavirus (piko rna-virus), gejala tandanya yaitu: ada pendarahan subkonjungtiva,terjadi secara bilateral, sangat nrocos, ada folikel pada palpebra, dapat sembuh sendiri dalam 7 hari,
nodul moluskum di margo palpebralis atau di kulit palpebra dan alis, memicu konjungtivitis folikular kronis unilateral, keratitis superior dan mikropannus superior (infiltrasi pembuluh darah ke lapisan superfisial kornea, bisa meluas sampai pupil sehingga mengganggu penglihatan). nodul ini bisa diangkat ,
konjungtivitis inklusi pasien dewasa pemicunya yaitu chlamydia trachomatis serotipe d – k. kondisi ini terjadi unilateral, kronis, sekretnya mukopurulen, terdapat folikel pada fornix (pada masalah yang berat folikel banyak pada palpebra superior, limbus dan konjungtiva palpebra). dapat terjadi mikropannus superior, kemosis, limfadenopati preaurikular, keratitis epitelial marginal, infiltrat,
diatasi dengan tetrasiklin, eritromisin,salep tetrasiklin topikal q.i.d.
dan pemberian sistemik doksisiklin,
trakoma dipicu oleh chlamydia trachomatis serotipe c, serotipe a, serotipe b, serotipe ba, terjadi pada lokasi hygiene dan sanitasi rendah , pemicu kebutaan ada folikel pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva palpebra, infiltrasi papil yang difus, sikatriks konjungtiva, trikiasis (bulu mata masuk kedalam mata, terjadi karena sikatrix pada tarsus palpebranya mengkerut, ini bisa merusakkornea), dan herbert’s pits pada kornea. (herbert’s pits adalah folikel-folikel di limbus yang pecah kemudian menjadi sikatriks),
tanda tanda gejala trakoma ,yaitu :
- TS (trakoma sikatriks): parut konjungtiva trakomatosa, - TT (trakoma trikiasis): trikiasis atau entropion - CO (corneal opacity): kekeruhan kornea,
-TF (trakoma folikel): lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal superior - TI (trakoma infiltrasi): infiltrasi difus dan hipertrofi papilar pada konjuntiva tarsal superior sedikitnya pada 60% vasa profunda ,
TS bukti kerusakan dari penyakit ini. TI yaitu potensial menjadi buta dan indikasi untuk operasi koreksi palpebra. CO berarti buta total. TF dan TI menandakan infeksi aktif trachoma, pengobatannya sama dengan konjungtivitis inklusi, Konjungtivitis Neonatal (Oftalmia neonatorum),
Konjungtivitis Klamidia Terjadi dalam 5 – 14 hari sesudah dilahirkan, Penularannya melalui jalan lahir, gejala tandanya antara lain: akut, sekret mukopurulen dan reaksi papilar, diatasi dengan eritromisin oral,tetrasiklin topikal ,
konjungtivitis gonokokus ,terjadinya 1 – 3 hari sesudah dilahirkan, melalui jalan lahir, biasanya ibu tertular pada trimester terakhir dari suaminya yang
menderita gonore, bakteri infeksius pada kornea baru bisanmenginfeksi kalau korneanya tidak utuh, namun gonokokus bisa menginfeksi kornea yang intak karena bakteri ini punya suatu enzim yang bisa merusak kornea. konjungtivitis gonokokus bisa memicu kebutaan, gejala tanda antara lain bersifat
hiperakut,pseudomembran, sekret purulen, kemosis , terjadi membran ,
diatasi dengan penisilin topikal dan sistemik ,
gejala tanda konjungtivitis alergika akut yaitu : reaksi papilar yang difus, gatal, lakrimasi, hiperemia, kemosis ringan, pada masalah yang berat terdapat edema palpebra, kornea tidak terkena, ini diatasi dengan pemberian stabilisator sel mast topikal yaitu iodoxamin 0,1 %, dan sodium kromoglikat 2 % ,keratokonjungtivitis vernalis ini bersifat rekuren, bilateral, pasien dengan
kondisi ini memiliki riwayat atopi positif, gejala tandanya ,antaralain :
ptosis (palpebra jatuh dan bisa menutup pupil),gatal, lakrimasi, fotofobia, sensasi debu, rasa terbakar, sekret mukus yang tebal,
palpebra terasa berat bila diangkat dan di bagian konjungtiva palpebra superior ada reaksi papilar raksasa, dinamakan peudoptosis karena bukan masalah
otot. penyakit ini diikuti infeksi palpebra superior dan keratitis , ada 3 bentuk: campuran,palpebral, limbal , bisa ada gejala tanda arkus senilis. ini diatasi dengan topical mast cell stabilizer, steroid topikal, steroid topikal ini tidak boleh untuk pemakaian dalam waktu lama, efek samping yaitu katarak, glaukoma ,
konjungtivitis autoimun
pemfigoid sikatrisial ini dimulai dengan konjungtivitis kronis nonkhusus, bisa muncul bersama dengan wujud pada kulit, mulut, hidung, esofagus, vulva , konjungtivitis bisa memicu munculnya jaringan parut, sehingga terjadi simblefaron (perlekatan antara konjungtiva bulbi dengan konjungtiva palpebra) sehingga fornix menjadi lebih dangkal atau bahkan tidak ada. jaringan parut
bisa menyumbat duktus sekretorius kelenjar lakrimal dan merusak sel-sel goblet sehingga mata kering dan akhirnya menjadi buta..penyakit ini jarang dialami pasien pada usia sebelum 50 tahun.
foto sindrom steven-johnson
Sindrom Stevens – Johnson
gejalanya yaitu konjungtivitis terjadi bilateral , muncul membran,lesi kulit eritematosa, urtikaria, erupsi bula yang terjadi secara mendadak, terdistribusi sistemik. jaringan parut bisa mengurangi visus. sindrom ini ada pada usia muda, jarang dialami pasien pada usia sesudah 40 tahun. obat yang memicu sindrom stevens – johnson yaitu dilantin,sulfa, karbamazepin,
konjungtivitis kimiawi yang iatrogenic dipicu oleh obat yang mengiritasi, dipivefrin, miotika, idoxuridin, neomisin, akibat angin, sinar ultraviolet,trauma asam, basa, asap,
degenerasi di konjungtiva
pinguekulum yaitu lesi kuning keputihan pada konjungtiva bulbi di temporal limbus atau lokasi nasal ,tampak seperti penumpukan lemak, akibat iritasi karena kualitas air mata kurang baik, ada pengapuran degenerasi serabut kolagen di stroma, penipisan epitel, meluas secara lambat, jarang diperlukan eksisi,
foto pterigium
pterigium adalah proses degenerasi dan hipertrofi yang banyak ada di lokasi
tropis, terutama di sekitar khatulistiwa, pterygium yaitu pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada konjungtiva dan tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea, berbentuk segitiga dengan kepala/apex menghadap pusat kornea dan basis menghadap lipatan semilunar, pada canthus medius.
faktor risiko pterigium antara lain paparan ultraviolet, mikro trauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus, kekurangan fungsi lakrimalnfilm baik secara kuantitas maupun kualitas, konjungtivitis kronis, dan kekurangan vitamin A ,
pterigium dapat digolongkan menjadi : type 1
pterygium primer advanced atau pterygium rekuren tanpaketerlibatan zona optis. pada bentuk ini kepala pterygium terangkat dan menginvasi kornea sampai dengan zona optik. pada tubuh pterygium sering nampak kapiler-kapiler yang membesar. tipe 2
yaitu pterygium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea pada tepinya saja
tipe 3
adalah pterygium primer atau rekuren dengan keterlibatan zona optik. yaitu bentuk pterigium yang paling berat. keterlibatan zona optik membedakan grup ini dari yang lain. pterigium tipe ini dapat memicu kebutaan,
pterigium diatasu dengan tindakan operasi, seperti tehnik operasi conjunctival autograft, tehnik operasi bare sclera mcreynold, transplantasi membran amnion (TMA), tehnik operasi conjunctival flap,
operasi pada pterigium dilakukan atas indikasi kosmetik dan optik. operasi disarankan bila pterigium telah mencapai 2 mm ke dalam kornea. pengobatan
pterigium yang kurang memuaskan dipicu karena adanya kekambuhan yang masih menjadi masalah , untuk mengatasi kekambuhan pterigium maka pada
saat dilakukan tindakan pembedahan pterigium diberikan obat mitomisin C. tehnik operasi terbaik adalah dengan metode conjunctival autograft,
litiasis: deposit kalsium pada konjungtiva palpebra orang tua. asimptomatik, kadang-kadang mengerosi epitel sehingga muncul sensasi debu. dapat dihilangkan dengan jarum,
kista retensi asimptomatik: benjolan dengan dinding tipis, berisi cairan
jernih. bila cukup besar bisa memicu iritasi atau mengganggu pemakaian kontak lensa. pengobatan: eksisi,
kornea
fungsi kornea sebagai alat refraksi , dinding bola mata,alat transmisi, mencari letak kelainan di kornea sangat penting , sebab jika tidak maka akan memicu mulai dari pengurangan penglihatan sampai kebutaan yang permanen. pemeriksaan ini dilakukan di ruang gelap (dengan loupe binokular ), keratoskop placido, untuk melihat kerataan lengkungan kornea. alat ini berbentuk piringan hitam dengan tepi berwarna putih setebal 0,5 cm, di tengahnya berlubang untuk melihat kornea pasien. interpretasi hasilnya antara lain: ulkus (gejala tanda garis
putih putus-putus), edema (gejala tanda garis putih bergerigi), sikatriks (garis putih penyok ke arah lokasi sikatrix), uji fluoresensi (larutan fluoresen 2%), untuk memeriksa kontinuitas kornea, seperti adanya ulkus. kornea dioles cairan
fluoresens dengan strip steril, kemudian disinari dengan slitlamp yang telah diberi filter biru, permukaan kornea yang rusak akan terlihat.lebih terfloresensi karena area itu terisi cairan fluorescein,
pemeriksaan sensitifitas kornea dilakukan dengan menyentuhkan kapas pada kornea dengan lembut. pada kornea yang normal akan terjadi refleks mengedip. refleks kornea yang negatif diakibatkan menurunnya sensitifitas saraf sensoris sesudah infeksi, biasanya virus. pada pemeriksaan dengan senter atau
biomikroskop perlu diperhatikan tentang parenkim kornea, permukaan belakang kornea, bentuk, kecembungan (sinar senter disorot dari samping), limbus, permukaan kornea,
pada kelainan ukuran kornea perlu dilihat diameter kurang dari 11 mm ada pada mikrokornea, mikroftalmus dan atrofi bulbi, kadang pengecilan ini
dikacaukan oleh adanya kekeruhan kornea yang letaknya marginal dan adanya arkus senilis (degenerasi lemak familial di limbus mirip gejala tanda arkus senilis). diameter lebih dari 12,5 mm ada pada megalokornea (sifatnya kongenital) di mana korneanya tetap jernih. diameter yang lebih besar lagi ada
pada buftalmos dan hidroftalmos ,
foto keratokonus
pada kelainan kecembungan kornea perlu dilihat jika kornea memiliki kecembungan dengan jari-jari 7,8 mm dengan kornea bagian tengah hampir bulat. kurvatur yang menonjol ada pada keratokonus (bentuk permukaan seperti kerucut); stafiloma (penonjolan kornea karena ada penonjolan uvea);
descemetokel,keratoglobus (penonjolan seluruh permukaan kornea);keratektasia (kenaikan tekanan intraokular dalam waktu yang lama memicu peregangan dan penipisan sklera juga kornea);
kurvatura kornea yang lebih mendatar ada pada kornea plana dan kurvatura kornea yang agak mendalam ada pada ftisis bulbi, pada ftisis bulbi kornea mengerut, akibat ulkus kornea yang luas mengalami perforasi, atau bekas trauma tembus kornea. pada ftisis dinding bola mata masih bulat
pada kelainan permukaan kornea perlu dilihat jika diakibatkan oleh debu yang menempel atau yang menembus , maka permukaannya akan kasar (bula dan vesikula, dipicu karena tekanan intraocular yang terus meninggi); adanya defek epitel (trauma, ulkus); kornea yang edema (dengan alat placido tampak
astigmatisma yang irregular, lingkaran bergerigi atau bergetar);
foto degenerasi terrien’s
foto ulkus mooren’s
kelainan di limbus kornea arkus senilis (gerontokson), biasa terjadi pada usia di atas 50 tahun, bila di bawah 50 tahun ada hubungannya dengan hiperkolesterolemia memicu terjadi degenerasi lemak di flikten, kornea perifer. infiltrat di limbus: ulkus marginalis, ulkus kataralis, keratitis trakomatosa,
parut di limbus, tumor dapat berupa lipodermoid,epitelioma dan nevus pigmentosus. pterigium, tumbuh lambat, biasanya pertumbuhannya berhenti di limbus, namun bisa juga tumbuh sampai melewati kornea,
berdasar tingkat kekeruhan-nya kornea dibedakan antaralain : makula,
nebula, lekoma, makula sudah bisa terlihat pada jarak 100 centimeter,nebula adalah kekeruhan kornea yang hanya bisa terlihat dari dekat. leukoma bisa terlihat pada jarak sekitar 50 cm,
gejala infiltrat, yaitu mata merah, kabur ,injeksi perikorneal fotofobia, epifora, blefarospasme , parut, mata dalam kondisi tenang; tergantung kepadatannya digolongkan menjadi stafiloma,nebula, makula, leukoma, vaskularisasi,
menampakkan adanya proses kronis. degenerasi amiloid, lipid dan impregnasi logam. kelainan di permukaan belakang: presipitat keratik adalah tanda adanya radang di iris atau badan siliar (uveitis) dan memicu akumulasi sel-sel inflamasi di posterior kornea,
foto keratitis bakterial (pseudomonas)
foto keratitis jamur
foto keratitis herpes simplex dengan simplex sekunder infeksi bakteri
foto keratitis herpes simpleks
foto keratitis epithelial herpes
foto ulkus kornea sentral karena pseudomonas
foto ulkus karena jamur
foto keratokonus
foto keratoglobus
Radang Kornea (Keratitis)
gejala dan tanda keratitis yaitu mata merah, sakit, epifora, fotofobi, penglihatan kabur, blefarospasme , injeksi perikorneal. injeksi perikornea adalah bila pembuluh darah lurus radial ke arah limbus terlihat jelas dan bila
kornea digerakkan vasanya tidak ikut bergerak karena berasal dari vasa-vasa yang lebih profunda. injeksi konjungtiva berwarna merah kehitaman, pembuluh darah ber-kelok-kelok di permukaan luar, dan bila konjungtiva digerakkan vasa-nya ikut bergerak karena berasal dari vasa-vasa superfisial. perbedaan antara konjungtivitis dan keratitis ,antaralain : ada injeksi perikornea, sekretnya sedikit atau tidak ada, pada keratitis merahnya tidak begitu berat,namun pasien merasa sangat silau (fotofobia) dan untuk mengurangi rasa silau bisa terjadi blefarospasme, karena palpebra terus menerus menyipit. pada konjungtivitis mata sangat merah, sekretnya bisa sangat banyak, dan ada injeksi konjungtiva.
iritasi pada keratitis dapat ringan sampai berat. ketajaman penglihatan dapat menurun sampai buta, tergantung letak dan kepadatan kekeruhan kornea. keratitis dibedakan menurut letak infiltrat, bentuknya, adanya defek epitel, cara terjadi dan pemicunya. kesembuhan dapat memicu parut. kalau defek hanya di epitel bisa sembuh sempurna, namun bila sampai lapisan dalam maka akan terbentuk jaringan parut.untuk ulkus kornea, pemicunya terutama berasal dari
golongan bakteri gram negatif diikuti kokus gram negatif dan jamur.
keratitis superfisial
radang epitel/subepitel, yang dapat dipicu oleh alergi, infeksi, keracunan, degenerasi, gejala tanda nya yaitu tampak titik-titik putih atau pungtat yang merata, infiltrat di bagian bawah (blefarokonjungtivitis stafilokokus),,infiltrat di bagian atas (pada trakoma), infiltrat di celah mata (keratitis sika) atau akibat sinar ultraviolet,
keratitis virus herpes simpleks digolongkan menurut lokasi dan bentuknya,
keratitis epitelialis (keratitis geografika dan keratitis dendritika), di mana virus menyerang epitel basal. keratitis metaherpetik atau sesudah infeksi, bentuk linear tidak teratur sehingga hampir sama dengan keratitis geografika, kesembuhan sangat lambat ( 9 sampai 13 minggu). keratitis interstitialis virus, putih seperti keju (nekrosis), ada radang limbus, dibedakan dengan keratitis karena infeksi sekunder atau jamur. keratitis diskiformis, kekeruhan bentuk cakram di parenkim kornea yang edema tanpa nekrosis. kebanyakan penderita ulkus kornea datang dengan tingkat keparahan derajat sedang sampai berat. penderita pertama kali diobati bukan oleh tenaga medis mata, tingkat kesadaran penderita akan risiko komplikasi ulkus kornea ternyata masih rendah,
keratitis virus herpes zoster yaitu infeksi akut yang mengenai ganglion gasseri , gejala tandanya konjungtiva hiperemis, sensitivitas kornea menurun, jarang bilateral, sakit saat awal, muncul vesikula pada kulit dahi, kelopak mata sampai ujung hidung,
keratitis jamur sering ada pada petani, sukar sembuh, infiltrat abu-abu, kadang ada hipopion, gejala inflamasinya berat dimulai dengan ulserai superfisial, ditambah infiltrat satelit dilokasi lain seperti induk- pasien anak ayam, ada satu tumpukan infiltrate yang luas dan di sekitarnya ada infiltrate kecil-kecil, ulkus meluas sampai endotel, tepi ulkus tidak teratur (banyak karena candida).
ulkus kornea bakterial
ulkus pusat (etiologi: pseudomonas,moraxella,staphylococcus aureus, streptokokus, pneumokokus ), bila dipicu oleh pneumokokus maka ulkusnya tampak menggaung (berbatas tegas berwarna abu-abu) ditambah hipopion (adanya pus pada kamera okuli anterior). bila pemicunya pseudomonas,
nekrosis cepat terjadi karena bakteri ini memproduksi enzim proteolitik, dengan eksudat mukopurulen berwarna hijau kebiruan (eksudat patognomonik infeksi p. aeruginosa) ditambah nyeri hebat, ulkus marginal, biasanya karena stafilokokus, ada kemungkinan karena reaksi hipersensitifitas antara antigen produk bakteri dengan antibodi dari vasa limbal. pada pemeriksaan kerokan
kornea tidak ada bakteri pemicunya. ulkus kornea marginal bisa dibedakan dengan ulkus mooren. pemeriksaan dilakukan pada ulkus kornea, dengan cara pengecatan gram atau giemsa, medium kulturnya berupa agar darah, agar coklat atau sabouraud, dilakukan uji sensitifitas. penanganan ulkus bakterial sebaiknya dilakukan segera, pengobatan dapat berubah bila terdapat hasil kultur bakteri. masalah ulkus kornea bacterial bila masih ringan biasanya cukup
diberikan tetes mata kloramfenikol 6 kali sehari selama kurang lebih 3 hari, pengobatan awal ulkus bacterial dengan pemberian antibiotik berspektrum luas, untuk ulkus kornea yang dipicu oleh pseudomonas maka diberikan ofloksasin 0,3%,
Tabel antibiotik topical untuk ulkus kornea bacterial berdasar risiko
risiko rendah (infiltrate perifer kecil):
bukan pemakai lensa kontak : polimiksin b/ basitrasin
salep 4 kali sehari fluorokuinolon tetes tiap 2 – 6 jam
pemakai lensa kontak : fluorokuinolon tetes tiap 2– 6 jam
tobramisin/ siprofloksasin salep sebelum tidur
risiko sedang (infiltrat sedang 1 – 1,5 mm):
fluorokuinolon tetes tiap jam
risiko tinggi (infiltrat besar > 1,5 mm) :
tobramisin/ gentamisin forte 15 mg/ml tiap jam berselang seling dengan vankomisin 25..mg/ml atau sefazolin forte 50 mg/ml tiap.jam,
pemicu ulkus mooren masih belum diketahui namun kemungkinan karena proses autoimun, ulkus mooren kadang dihubungakn dengan infeksi sistemik virus hepatitis C. pada pasien yang memiliki ulkus mooren ada immunoglobulin menetap di jaringan, kekurangan sel t supresor, ulkus ini 60- 80% bilateral, letaknya marginal, sakit , ada ekskavasi progresif di limbus , kornea perifer, kenaikankadar iga, kenaikan sel plasma dan limfosit di konjungtiva sekitar lesi,
ulkus mooren diatasi dengan eksisi limbus konjungtiva diikuti krioterapi maupun keratoplasti (transplantasi kornea). lem jaringan sianoakrilat atau bedah kornea dapat dipakai untuk mengatasi masalah dengan perforasi kornea iminen. tujuan pemberian antibiotic adalah untuk mencegah infeksi sekunder. belum ada pengobatan ulkus mooren, ulkus ini tidak bisa diatasi oleh antibiotika dan kortikosteroid (berbeda dengan ulkus marginal stafilokokal). tetes mata siklosporin A bisa dipakai. pada pasien yang ditambah dengan komplikasi infeksi virus hepatitis C mereda dengan pengobatan interferon sistemik. kortikosteroid topikal, lensa kontak, asetilsistein ,
jamur dapat ditumbuhkan di laboratorium dengan teknik yang sama dengan bakteri. media asam mengandung magnesium, besi, trace element karbohidrat, nitrogen anorganik, sulfur, fosfor, kalium, pemeriksaan ulkus kornea karena jamur sebagai pemeriksaan ex juvantibus, didukung oleh proses progresifitas yang lambat, dan adanya riwayat trauma tumbuh-tumbuhan,
kelainan kongenital kornea yaitu antaralain :
megalokornea adalah kornea dengan diameter 12-16 mm, tidak ditambah glaukoma, atau kelainan lain fungsi mata tidak terganggu , keratokonus adalah kornea yang seperti kerucut, sifatnya progresif, diderita sejak usia 10 tahun, banyak pada pasien perempuan mikrokornea adalah kornea dengan diameter kurang dari 11 mm, biasanya ditambah adanya kelainan mata lainnya. kornea plana adalah kornea yang datar, batas limbus kabur, dengan stroma keruh, patofisiologinya berupa gangguan membran bowman’s layer dengan degenerasi keratosit, rupture membran descemet, iregular, lalu jaringan parut superficial seperti kerucut terbentuk. gejalanya penglihatan kabur. kelainan kongenital kornea keratoglobus,
proses degenerasi kornea degenerasi kornea bersifat unilateral, asimetri, letak di tepi atau parapusat ditambah vaskularisasi, pada orang tua, tidak diwariskan. arkus senilis adalah degenerasi lipoid di tepi kornea, melengkung atau melingkar sebagai garis putih. distrofi bersifat bilateral, kekeruhan simetris, di tengah dan avaskular, diwariskan, paling banyak autosom, muncul awal lambat, tidak ada penyakit sistemik. pemeriksaan banding kekeruhan padandegenerasi dan distrofi dilihat dari peluang kesembuhan sklera,kausa, perjalanan, letak, bentuk,
foto skleritis nekrotikans
foto skleritis anterior
foto skleritis nodularis
skleritis
skeritis biasanya dipicu oleh vaskulitis yang dimediasi oleh sistem imun dan kemudian merusak sklera. skleritis adalah inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun, skleritis dikaitkan dengan penyakit imun sistemik contohnya penyakit sendi dan autoimun. skleritis memicu nyeri hebat dengan penurunan penglihatan dan perubahan struktur bola mata. skleritis sering pada usia 40 – 60 tahun, 50% masalah skleritis mengenai kedua mata ,
skleritis dapat terjadi dalam beberapa hari, pasien skleritis merasakan nyeri dan memburuk ketika malam hari hingga terkadang terbangun dari tidur. rasa nyeri dapat merambat ke bagian kepala atau wajah yang lain, terutama sisi wajah yang sama. pada skleritis, pembuluh darah sclera menampakkan pola
bersilangan yang menempel pada sclera dan tidak dapat digerakkan, tanda gejala edem sklera hanya dapat dilihat dengan pemeriksaan lampu celah,
skleritis digolongkan menjadi posterior , skleritis
anterior , beberapa bentuk skleritis anterior antara lain: skleritis nekrosis,
skleritis difus, skleritis nodular, bentuk
skleritis yang paling sering muncul adalah skleritis nodular,
dengan prevalensi sebesar 49%,
skleritis nekrosis adalah bentuk skleritis paling berat. dari semua pasien skleritis nekrosis, maka akan muncul 18% glaucoma, 30% mengalami penipisan sclera,60% mengalami komplikasi ocular dan sistemik, 45%
menjadi buta, 38% pasien skleritis mengalami komplikasi keratitis perifer, 30% mengalami uveitis, 7$% katarak,
beberapa kelainan kornea juga ada pada masalah skleritis. keratitis stroma pusat dapat terjadi mengikuti skleritis. pada nodular skleritis, perubahan kornea tergantung dari lokasi inflamasi, beberapa penyakit infeksi sistemik yang berkaitan dengan skleritis antara lain penyakit hansen ,sifilis, tuberculosis, herpes zoster, skleritis berkaitan dengan penyakit autoimun contohnya systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, dan seronegative spondyloarthritis seperti ankylosing spondylitis,
pemberian kortikospteroid topikal kadang dapat mengurangi peradangan pada masalah skleritis anterior dan nodular yang ringan, sistem lakrimal air mata berfungsi untuk membasahi kornea dan konjungtiva,
air mata adalah cairan netral atau agak alkalis (ph ± 7, atau pH 7,35). refleks sekresi air mata dapat berupa sekresi dasar dan sekresi terkait stimulasi, sekresi dasar adalah refleks sekresi saat pasien mengedipkan mata. mata mengedip 10 – 15 kali per menit. pada saat itu air mata diproduksi dan diratakan oleh palpebra. sekresi dasar ini dimediasi oleh N. facialis (N VII). sekresi lain dipicu oleh stimulasi kornea dan konjungtiva , ini berada di bawah
kendali sistem parasimpatik. stimulasi ini tejadi ketika ada debu pada mata. ketika mata dimasuki debu, akan terasa nyeri. serabut saraf sensoris yang
menginervasi adalah nervus trigeminus. sistem lakrimal terdiri atas system sekretorik dan system ekskresi. sistem lakrimasi adalah sistem pembasahan mata, mulai dari diproduksinya air mata sampai ke pembuangannya.
sistem sekretorik termasuk beberapa unsur ,antaralain :
- kelenjar zeis, yang terletak di batas depan kelopak. kelenjar ini adalah modifikasi glandula sebasea berukuran kecil yang bermuara pada folikel rambut di dasar bulu mata, - kelenjar meibom, yang ada pada tarsus di bawah
konjungtiva palpebra di bagian profunda, - kelenjar lakrimal utama. kelenjar lakrimal utama memproduksi 95% dari total air mata. kelenjar ini terletak di fossa glandulae lacrimalis os temporal, di lateral atas mata.
- kelenjar moll, yang terletak di batas depan kelopak. kelenjar ini adalah modifikasi dari glandula sudorifera (kelenjar keringat) bermuara dekat dasar bulu mata. kelenjar meibom, zeis, dan moll adalah pembentuk komponen lipid pada komposisi air mata, ada juga sel goblet, kelenjar manz, dan kripte henle. ketiganya terletak di konjungtiva dan menghasilkan musin pada komposisi air
mata.,
- kelenjar lakrimal tambahan, yaitu kelenjar krause dan wolfring), yang menghasilkan 5% dari total air mata. kedua kelenjar ini terletak di konjungtiva, terutama di fornix superior. kelenjar ini identik dengan glandula lakrimal namun tidak memiliki sistem duktus. kelenjar inilah yang bertanggung jawab untuk sekresi air mata ketika tidur.
sistem ekskresi antaralain : sesudah air mata diproduksi, mata akan berkedip dan palpebra meratakan air mata ke seluruh bagian anterior mata. pada saat mata berkedip, sakus lakrimalis akan tergencet dan memicu tekanan positif di
dalamnya. pada waktu mata dibuka, dengan adanya tekanan berubah jadi negati dan tekanan negatif ini, air mata terserap melalui punctum lacrimal kemudian berjalan ke kanalikuli superior dan inferior struktur sistem lakrimalis kemudian air mata terkumpul di sakus lakrimalis, turun melalui duktus nasolakrimalis yang bermuara di rongga hidung, tepatnya di meatus nasi inferior. inilah yang memicu air mata kita tidak menetes keluar ke pipi. air mata juga tidak keluar melalui hidung karena sesudah sampai rongga hidung, air mata mengalir ke nasofaring kemudian ke esofagus dan lambung. udara
panas dalam hidung mempercepat proses penguapan,
lapisan air mata
air mata terdiri 3 lapis. lapisan superfisial tersusun atas lapisan lipid yang dihasilkan kelenjar meibom. fungsinya untuk melumasi kelopak mata,menghambat penguapan lapisan air mata, meningkatkan tekanan permukaan, lapisan tengah bersifat seperti air, dan dihasilkan kelenjar lakrimal utama dan kelenjar lakrimal tambahan, adalah lapisan yang paling tebal. lapisan
ini berfungsi memberi oksigen pada permukaan epitel kornea,
mengandung zat antibakteri berupa betalisin, laktoferin, lisozim, membentuk permukaan optis yang halus, danmembersihkan debris. lapisan dalam adalah lapisan musin yang dihasilkan kelenjar manz,sel goblet, kripte henle , lapisan
ini mengubah permukaan kornea dari hidrofobik menjadi hidrofilik. permukaan kornea itu tidak halus sehingga lapisan air sukar menempel pada kornea. dengan adanya musin akan membuatpermukaan kornea halus sehingga lapisan air dapat menempel,
foto lapisan-lapisan airmata
ada 3 faktor untuk pelapisan ulang air mata pada kornea. yang pertama adalah refleks mengejap atau mengedip. kalau refleks mengejap jelek, maka kualitas air mata juga jelek. contohnya terjadi pada gangguan n. facialis dan pada penderita penyakit grave. yang kedua adalah harmonisasi permukaan mata
luar dan kelopak mata, dan yang ketiga adalah adanya epitel yang normal.
pemeriksaan sistem lakrimalis kelenjar air mata perlu memperhatikan
sifat perubahan itu,perubahan warna, perubahan bentuk , normalnya, kelenjar air mata tidak terlihat dan tidak menonjol. produksi air mata diperiksa dengan uji schirmer. cara melakukan uji schirmer adalah dengan menyisipkan kertas saring di fornix inferior mata kanan dan kiri. kemudian ditunggu selama 5 menit.
normalnya , produksi air mata minimal 10 mm dari pangkal kertas saring basah oleh air mata. kalau lebih cepat berarti hipersekresi dan bila lebih lama berarti hiposekresi,
pemeriksaan sistem ekskresi air mata yaitu pertama diperhatikan kedudukan pungtum lakrimale , normalnya kedua pungtum mengadap ke dalam (ke arah bola mata) sehingga saat mata mengedip, air mata akan masuk melalui
pungtum kemudian ke kanalikuli. pungtum ini akan tampak saat palpebra
dieversi/ditarik keluar. pada orang tua, karena otot-otot palpebra sudah tidak elastis lagi, pungtum lakrimale sering malah mengarah keluar. sakus lakrimale dilihat apakah ada perubahan kulit atau pembengkakan. pembengkakan terjadi akibat sumbatan duktus nasolakrimalis. radang sakus lakrimalis dinamakan
dakriosistisis. pemeriksaan lain yaitu foto rontgen,uji regurgitasi, uji schirmer, pompa anel, sondase
sondase
pemeriksaan sondase ini untuk mengetahui apakah obstruksi yang terjadi permanen atau tidak. kalau tidak permanen (contohnya jendalan masa yang lunak), kawat sonde bisa menembus dan saluran kembali normal. sedang pada obstruksi yang permanen, kawat sonde tidak dapat menembusnya, pompa anel
jarum yang tumpul (bisa lurus atau bengkok) dimasukkan melalui pungtum lakrimal (biasanya yang inferior dahulu) ke dalam sakus lakrimal, kemudian larutan garam fisiologis/NaCl disemprotkan. Sebagian air mata ada yang tertelan. Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan. Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan dalam saluran itu,bila cairan keluar lagi dari pungtum lakrimal superior berarti ada obstruksi di duktrus nasolakrimalis. kalau cairan keluar kembali melalui pungtum lakrimal inferior, berarti obstruksi ada di
ujung nasal kanalikuli inferior. kemudian, coba lakukan tes anel melalui pungtum lakrimale superior, tes regurgitasi pada tes regurgitasi, sakus lakrimalis ditekan, tes regurgitasi positif bila ada cairan yang mengalir kembali melalui punctum. ini menampakkan air mata tertimbun di dalam saccus, kadang
memicu infeksi sehingga cairan yang keluar berupa pus,
foto struktur sistem lakrimalis
foto lapisan-lapisan airmata
kelainan pada sistem lakrimal
kekurangan air mata bisa dipicu oleh atrofi dan fibrosis jaringan lakrimal karena infiltrasi sel mononuklear akibat sindrom sjögren maupun
keratokonjungtivitis sika.
keratokonjungtivitis sika mata kering adalah kondisi yang ditandai dengan ketajaman penglihatan sering menurun, hiperemia konjungtiva, kekurangan air
mata, penebalan epitel kornea, gatal, dan rasa terbakar pada mata,
sebab lain kekurangan air mata ,yaitu : inflamasi kronis atau lesi neoplastik,kerusakan atau destruksi jaringan lakrimal oleh inflamasi granulomatosa, - lesi neurogenik,-duktus sekretorius tersumbat. contohnya terjadi sesudah sindrom stevens-johnson. pada sindrom ini seluruh kulit dan mucosa pasien melepuh (muncul bulabula), tak terkecuali mukosa mata. lesi ini bisa sampai mengenai
duktus sekretorius. bila duktus ini rusak, bisa memicu sikatrik dan lalu tersumbat, -kelenjar lakrimal tidak ada, bisa kongenital atau akuisita. pada kondisi ini palpebra pasien disarankan bisa menutup agar tidak terjadi kekeringan mata karena tidak ada produksi air mata,
-disfungsi kelenjar meibom. kelenjar meibom menghasilkan lipid, salah satu fungsi lapisan lipid adalah mencegah penguapan lapisan air mata. kalau produksi lipid menurun berarti air mata mudah menguap,
-kekurangan Musin ini terjadi karena kerusakan sel goblet, yang dipicu oleh hipovitaminosis A atau sikatriks konjungtiva,
- hiperlakrimasi adalah
produksi air mata berlebihan, mata jadi nrocos, sedang dikatakan epifora bila air mata sudah menetes ke pipi. epifora obstruktif terjadi bila sekresi air mata normal namun proses pembuangannya terganggu akibat adanya sumbatan,
- pengeluaran air mata berlebihan ada dua bentuk yang dibedakan, yaitu lakrimasi dan epifora, lakrimasi adalah refleks hipersekresi (produksi
berlebihan namun ekskresi normal), contoh saat ada corpus alienum,natau juga stimulasi emosi (bahagia ,gembira , sedih, stres).
radang sistem lakrimal:
dakrioadenitis dakriodenitis kronis biasanya terjadi bilateral, pada pasien dewasa karena trauma,pada pasien anak sering karena komplikasi penyakit sistemik, pada keadaaan akut terjadi pembengkakan kelenjar lakrimal di temporal atas dan memicu rasa sakit,
dakriosistitis
biasanya terjadi unilateral, sering akibat sumbatan duktus nasolakrimalis. tanda: epifora, ada eksudat, dan uji regurgitasi (+).nkondisi akut memicu rasa merah, dan nyeri tekan,sakit, bengkak. pemicunya: staphylococcus aureus. pemicu jarang dakriosistisis kronik adalah candida albicans ,pada pasien anak kecil dakriosistisis akut dipicu haemophillus influenzae, kondisi kronis kadang-kadang sampai terjadi perforasi di kulit, pemicunya: streptococcus pneumoniae,
filamen dan plak mukus tampak pada kondisi mata kering yang berat, filamen
menampakkan adanya sel-sel epitel diluar mukus yang melekat pada permukaan kornea. adanya keratopati filamen akan memicu sensasi nyeri karena filamen-filamen itu melekat sangat erat pada permukaan epitel kornea yang mengandung banyak inervasi saraf.
penipisan pada tepi maupun parapusat dapat terjadi pada kondisi mata
kering yang labih parah, sindrom mata kering diakibatkan oleh penguapan air mata , kekurangan produksi air mata yang berlebihan, sindrom ini ada pada 15 – 25% pasien dewasa. ketika terjadi penguapan berlebihan, lapisan film air mata menjadi kurang stabil sehingga fungsi air mata untuk membasahi permukaan mata menjadi kurang optimal. sindrom mata kering digolongkan
berdasar pemicunya menjadi mata kering karena kekurangan air mata dan karena penguapan yang berlebihan , gejala tanda sindrom mata kering ,antaralain : npandangan kabur, rasa terbakar, kering, fotofobia, gejala yang muncul juga akan memburuk bila terpapar pada kondisi kelembaban rendah dan pada ruangan ber-AC, gejala-gejala itu cenderung memburuk menjelang sore hari sesudah terpapar pada lingkungan yang ekstrim atau mata
terpapar dalam waktu lama, gejala bermacamragam mulai dari ringan dengan iritasi permukaan mata sangat sedikit hingga berat yang ditambah dengan iritasi yang memicu kebutaan, saat kronis parah kornea akan mengalami kalsifikasi terutama bila berkaitan dengan beberapa pengobatan topikal contohnya pengobatan konjungtiva,antiglaukoma, dan keratinisasi kornea ,
tanda-tanda gejala antara lain adanya peningkatan debris pada air mata, dilatasi pembuluh darah konjungtiva bulbi, permukaan kornea yang tidak
rata, pengobatan sindrom mata kering tergantung dari tingkat keparahan. pada masalah yang ringan, hanya diperlukan air mata buatan, sebanyak 4 kali sehari. kompres dingin , pijat kelopak mata, dan pemakaian salep pelumas , pada masalah keparahan sedang, air mata buatan diberikan mulai 4 kali sehari hingga setiap jam. pemakaian salep pelumas saat tidur, menutup saluran pembuangan air mata sebelah bawah dengan penutup yang .dapat dilepas. masalah sindrom air mata berat memerlukan semua cara pengobatan masalah ringan-sedang ditambah dengan tarsorapi, lensa kontak, dan pengaturan kelembaban ruangan,