CROUP LARINGOTRAKEOBRONKITIS
croup laringotrakeobronkitis yaitu infeksi virus para-influenza, respiratory syncytial virus (RSV) and virus influenza A dan B , yang memicu peradangan pada saluran pernafasan bagian atas seperti bronkus, laring, trakea gejalanya sesak nafas, batuk kering ,
virus penyakit ini ada di udara ditularkan ke benda-benda yang terkontaminasi oleh penderita,
jika parah akan terjadi superinfeksi oleh bakteri dinamakan trakeitis bakterial dan diatasi dengan antibiotik,
bila terjadi infeksi pada epiglotis, seluruh pipa udara membengkak dan berakibat fatal,
gejala pertama berlangsung selama 3-4 hari yaitu menyerupai flu, pembengkakan di saluran pernafasan sehingga saluran udara menyempit dan penderita mengalami gangguan pernafasan,stridor (bunyi pernafasan bernada tinggi)
sianosis (warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen)
retraksi interkostal ( usaha untuk bernafas).
batuk kering suara serak pada malam hari,
pernafasannya cepat dan dalam, demam,
keadaan anak membaik di pagi hari, memburuk pada malam hari,
gejala yang sering kambuh dinamakan spasmodik, akibat alergi, namun diawali oleh infeksi virus,
diagnosa berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang menandakan adanya retraksi interkostal saat menghirup nafas,
rontgen leher dapat melihat adanya penyempitan trakea,
pemeriksaan dengan stetoskop menandakan adanya ekspirasi (penghembusan udara) yang memanjang dan berkurangnya suara pernafasan bunyi nafas mengi fase inspirasi (penghirupan udara) ,
pengobatan:
Untuk mencegah infeksi berikan imunisasi anak , The difteri, Haemophilus influenzae tipe b (Hib) dan vaksin campak memberikan perlindungan dari beberapa infeksi yang paling langka ,
obat bronkodilator untuk melebarkan saluran pernafasan bisa dihirup melalui nebulizer sehingga bernafas ,
obat kortikosteroid untuk pengobatan awal jika berat,
diberikan obat antibiotik jika terjadi infeksi bakteri,
obat nebulizer ultrasonik mengurangi jumlah lendir yang sampai ke saluran pernafasan bagian bawah dan mengurangi kekentalan lendir sehingga mudah dikeluarkan melalui batuk,
bila gejalanya ringan, maka tidak perlu dirawat di rumah sakit,
jika penyakitnya berat, pasien dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan oksigen tambahan. untuk membantu pernafasannya dengan ventilator,