bagian 1
1.SLOW LEARNER
2. TUNA GRAHITA
3.PASIEN ANAK BERBAKAT
4. AUTISME
5.SINDROM ASPERGER
6. ADHD
7.ANXIETY KECEMASAN
8.TUNALARAS
9.CONDUCT DISORDER
bagian2
10.INDIGO
11.TUNANETRA
12.TUNARUNGU
13.TUNADAKSA
14. CEREBRAL PALSY
15.TUNAGANDA
16.HOME SCHOOLING
17. TERAPI PASIEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
10.INDIGO
pasien anak indigo yaitu pasien anak-pasien anak yang memperlihatkan seperangkat psikologis baru dan tidak biasa yang tidak pernah terdokumentasi sebelumnya. pola ini memiliki faktor-faktor unik ,
karakteristik indigo , antara lain :
pasien anak yang lebih berkonsentrasi pada proyek dibandingkan orang. para pasien menjadi insinyur, arsitek, desainer, astronot, pilot, tidak ceroboh dan seringkali memiliki masalah dalam mengendalikan orang lain, terutama ibu atau ayahnya, memiliki kecenderungan adiksi terutama terhadap obat-obatan
terlarang ,
indigo tipe artis lebih sensitif dan menyukai seni, kreatif, dan akan menjadi guru atau seniman, usia 4 dan 10, dapat mempelajari 15 macam seni atau kreativitas yang berbeda-beda,
indigo humanis akan bekerja dengan warga dan melayani warga, pasien anak tipe ini yaitu calon calon dokter, pengacara, guru, para pasien sangat aktif bahkan terkadang tampak terlalu ambisius. jika diminta untuk membersihkan kamar, harus diingatkan berkali-kali karena para pasien mudah teralih, contoh saat masuk ke kamar dan membersihkannya lalu menemukan sebuah buku, maka pasien anak indigo biasanya akan duduk dan membaca karena sangat suka membaca,
indigo interdimensional , pada usia satu atau dua tahun, tidak dapat diberitahu apapun, menemukan filosofi dan agama baru dan membawanya ke dunia.
spiritualitas pasien anak indigo
setiap makhluk hidup memiliki energi vital (chi) yang mengalir masuk dan keluar dari tubuh melalui nafas dan pori-pori, dan pintu-pintu khusus yang disebut cakra , ada tujuh cakra yang dimiliki manusia, masing-masing berputar dalam kecepatan yang berbeda-beda, tergantung hal apa yang menjadi tugasnya. cakra-cakra yang ditugaskan dalam hal materi berputar lebih lambat dibandingkan cakra-cakra yang berkonsentrasinya pada hal spiritual, saat
sinar bergerak lambat, akan dianggapan sebagai “warna-warna hangat”, seperti merah, jingga, dan kuning. semakin cepat sinar itu berputar, semakin “dingin” warna . ungu yaitu warna dengan kecepatan tertinggi, dan diasosiasikan sebagai frekuensi yang paling berkarakter spiritual. setiap masa diyakini memiliki warna dominannya masing-masing, minat dalam fenomena spiritual atau supranatural ini diatur oleh cakra keenam, yang dinamakan dengan ajna, atau the third eye. cakra ini berputar pada tiga warna yang berbeda, yaitu putih, ungu, dan yang paling utama yaitu indigo. pasien anak-pasien anak yang dilahirkan pada pertengahan tahun 1970-an sampai saat ini seringkali
dinamakan pasien anak indigo, angat spiritualis, memiliki visi spiritual dan pengetahuan tentang keberhargaan diri , cakra ajna ini terletak diantara kedua alis dan membuat pasien anak indigo memiliki kemampuan indera keenam atau extrasensory perception , hal-hal spiritual yang biasanya dimiliki oleh pasien anak-pasien anak indigo , antara lain :
kemampuan melihat masa depan merupakan salah satu kemampuan spiritual pasien anak indigo,
pasien anak indigo mampu melihat makhluk-makhluk yang tidak dapat dilihat oleh manusia seperti malaikat, teman ajaib, atau sosok-sosok yang menyeramkan. figur-figur yang dilihat ini tidak seperti fantasi anak, contohnya tokoh kartun televisi, melainkan model berbeda yang di luar dunia ini contohnya greg yang bercerita bahwa ia melihat malaikat-malaikat yang berwarna-warni, dapat berubah wujud menjadi binatang dan burung,
pasien anak indigo baru pertama kali ada di dunia, sebagian lain sudah pernah ke dimensi ketiga, dan sebagian lainnya datang dari planet lain, yaitu para pasien yang termasuk indigo interdimensional. para pasien datang bersama karma. saat anda melihat pasien anak indigo baru dilahirkan sampai 2 tahun, para pasien
mungkin dapat mengingat masa kehidupan para pasien yang lain,
pasien anak indigo biasanya juga memiliki kemampuan merasakan perasaan yang sebenarnya. pasien anak indigo dapat mengetahui perasaan pasien yang disembunyikan atau bahkan tidak disadari oleh orang itu. hal ini terjadi pada pasien anak laki-laku berusia 2,5 tahun yang terus bertanya pada ibunya apakah ibunya marah, memang benar bahwa sang ibu memiliki perasaan kecewa dan kesal yang telah ia sembunyikan baik-baik. pasien anak pasien anak indigo juga dapat berbicara mengenai tuhan,
mengidentifikasi pasien anak Indigo, antara lain :
tingkahlaku : pasien anak indigo terkadang tidak berespon terhadap instruksi langsung bertingkah laku destruktif,pasien anak indigo terkadang sedang dalam pengembangan karakteristik indigo-nya, atau pasien indigo yang
dijauhkan dari talenta spiritualnya melalui pengaruh otoritas atau ritalin. ketujuh belas karakteristik itu ,antara lain :
mudah bosan ,mungkin pernah didiagnosa ADD atau adhd ,
mudah insomnia/sulit tidur, mimpi buruk, atau tidur tidak enak ,
depresi, atau bahkan percobaan keinginan bunuh diri ,
mencari persahabatan yang dalam, r menjalin hubungan dengan tanaman atau binatang ,isolasionis, melalui bertingkah laku agresif atau introversi yang rapuh , independen dan bangga, meskipun para pasien sering meminta uang kepada orang lain ,memiliki hasrat mendalam untuk membantu dunia dengan cara yang besar ,berada di antara harga diri yang rendah dan perasaan besar (grandiosity) ,
berkemauan kuat , lahir pada tahun 1978 atau setelahnya ,keras kepala ,kreatif, dengan gaya artistic dalam bidang musik, membuat perhiasan, puisi, dan seni, mudah teradiksi ,para pasien berusia 13 tahun, seakan 40 tahun ,intuitif atau spiritualis, pernah melihat malaikat atau orang mati ,lapangan aura :foto aura dapat dipakai untuk melihat lapangan aura yang mengelilingi pasien anak, pasien anak memiliki warna indigo (biru tua/nila) atau tidak. foto dapat dilakukan melalui aura video station,
kecerdasan :tes iq dengan skala wechsler dapat dipakai untuk mengetahui kecerdasan pasien anak sebagai salah satu ciri pasien anak indigo, yaitu kecerdasan di atas rata-rata. tidak semua pasien anak indigo tergolong berbakat, namun hampir semua memiliki kecerdasan sangat superior.
prestasi belajar : hasil tes prestasi belajar pasien anak indigo melalui tes prestasi belajar yang terstandardisasi minimal berada dalam kategori rata-rata, ketidaksesuaian karakteristik sekolah dapat memicu pasien anak indigo tidak berprestasi optimal ,
dampak perkembangan pasien anak indigo ,antara lain :
pasien anak indigo seringkali merasa dikecewakan oleh teman-temannya yang tidak memahami fenomena indigo. para pasien mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan pasien anak-pasien anak lain,
pasien anak indigo sering dicap sebagai pasien anak yang hiperaktivitas
pasien anak indigo menuntut perhatian lebih dan merasa bahwa hidup terlalu berharga untuk dilewati begitu saja, pasien anak akan mengikuti orang tuanya kemanapun seakan tidak dapat dilepaskan, dengan kata lain akan terbentuk insecure attachment.
campurtangan terhadap pasien anak Indigo ,antara lain :
perlakukan pasien anak indigo dengan hormat. hargai keberadaan para pasien dalam keluarga, terkadang biarkan para pasien yang memiliki kendali, namun kita tidak memperlakukan para pasien dengan hormat, para pasien tidak akan mempercayai kita,bantu pasien anak indigo untuk membuat solusi sendiri dalam mendisiplinkan diri, kita harus kreatif dan melibatkan pasien anak dalam membuat batas atau aturan-aturan. jangan pernah biarkan para pasien down,
Selalu berikan penjelasan saat menginstruksikan sesuatu.
Jadikan pasien anak teman dalam membesarkan diri para pasien sendiri.
11.TUNANETRA
buta atau tunanetra yaitu pasien anak yang tidak dapat memakai
penglihatannya lagi untuk tujuan belajar huruf cetak. program pembelajaran yang diberikan pada pasien anak untuk belajar yaitu melalui visual senses rangsangan lain di luar penglihatan ,penglihatan yang normal merupakan hasil dari proses koordinasi otot-otot, reaksi photochemical, dan gerakan elektrik. aspek perkembangan dari penglihatan berdasarkan proses pertumbuhan fungsi optik, yaitu: dimulai dari usia dini 1-3 bulan, pada usia ini gerakan bola mata berusaha untuk menyadari adanya cahaya yang datang, bereaksi terhadap sinar , mata bergerak menuju sumber cahaya pantul (fiksasi) dan mengikuti jejak dan bergerak menuju objek, usia 1 tahun dapat membedakan warna dan bentuk dan melihat benda yang lebih jauh letaknya,selain fungsi optik, fungsi pengamatan)m juga mulai dikembangkan, sehingga benda yang
diamati dapat dikenal sebagai kesatuan, berbeda bentuk geometri maupun manfaatnya,usia 2-5 tahun, perkembangan anggapan visual berkaitan dengan dapat memahami hubungan ukuran dan jarak,kemampuan menyusun gambar,,mengenal bagian dan gerak dalam gambar, mengerti rangkaian bersambung, mengenali gambar abstrak lambang ,usia 5-7 tahun, unsur yang hilang dalam gambar dapat dikenali, mengingat kembali simbol-simbol abstrak,menghubungkan kata dengan gambar,dapat memasangkan kata, mengenal
huruf tunggal dalam beberapa tipe tulisan,
karakteristik pasien anak tunanetra ,antara lain :
medan penglihatan yang terbatas. contohnya: hanya jelas melihat tepi/perifer atau sentral. dapat terjadi pada satu ataupun kedua bola mata.
penglihatan samar-samar untuk jarak dekat atau jauh, ini pada kasus astigmatismus,myopia, hyperopia, semua ini masih dapat diatasi dengan memakai kacamata ,tidak mampu membedakan warna, adaptasi terhadap terang dan gelap terhambat,pada proses penuaan,
sangat peka atau sensitif terhadap cahaya atau ruang terang atau photophobic, ini banyak pada orang albino, kurang nyaman berada dalam ruangan yang terang,
pemicu tunanetra yang bisa terjadi sejak masa pre-natal, antara lain :
sebelum pasien anak dilahirkan, pada proses kelahiran maupun pasca-kelahiran. kerusakan penglihatan sejak lahir dinamakan congenital blindness, yang dapat disebabkan oleh: keturunan, infeksi seperti campak jerman, yang bisa ditularkan oleh ibu saat janin masih dalam proses pembentukan di saat kehamilan.
proses identifikasi tunanetra , antara lain :
untuk mengenali pasien anak yang mengalami kerusakan pada penglihatannya
bergantung pada tingkat parah atau tidaknya kerusakan yang dialaminya. pasien anak yang tampak tidak bereaksi pada mainan yang berwarna cerah, bola mata yang terlalu besar atau kecil, katarak, harus diperiksa lebih lanjut,
cara untuk melakukan proses identifikasi, antara lain :
skrining dengan memakai alat bantuan medis.
tanda-tanda dari gangguan mata ,antara lain :
memajukan kepala saat membaca/berkomunikasi , sulit dalam membaca atau melakukan sesuatu ,memegang buku dekat dengan mata ,tidak dapat dengan jelas melihat sesuatu pada jarak tertentu (walaupun dekat dengan mata) ,sering mengedipkan mata ,penglihatannya juling , penampilan ,mata merah, bengkak seperti radang ,mata berair ,mata terasa panas dan gatal ,tidak dapat melihat dengan normal , pusing kepala , penglihatan kabur ,
penanganan ,antara lain :
guru khusus untuk penderita tunanetra akan mendampingi penderita dan orangtua untuk membantu menjelaskan tingkat dari fungsi visualnya pada tenaga ahli,
perkembangan pasien anak tunanetra ,antara lain :
tanpa penglihatan, perkembangan motorik pasien anak tunanetra cenderung lambat. sebelum melakukan gerakan yang sesuai dengan lingkungannya, ia harus mengetahui terlebih dahulu bagian tubuhnya, mengetahui arah, posisi dalam ruang dan ketrampilan seperti duduk, berdiri, atau berjalan,
beberapa cara yang dipakai pada orang-orang tunanetra agar dapat lebih baik dalam mobilisasi yaitu dengan memakai cara cognitive mapping yang disukai, misal pasien bisa bergerak dari A menuju C tapi harus melalui B dulu.
jika pasien mengalami kerusakan pada penglihatannya, maka ia mengalami banyak keterbatasan, pasien anak tunanetra lebih bergantung pada informasi auditif untuk belajar tentang dunia dibandingkan pasien anak normal, hal-hal yang menghambat teratasi melalui kemampuan pendengaran dan perabaan ,pasien anak tunanetra memiliki tingkat kecerdasan yang biasanya berada pada taraf di bawah rata-rata, tes untuk mengukur inteligensi pasien anak tunanetra sukar diterapkan terutama tidak terukurnya tes performance sehingga hanya melalui tes verbal,
dalam kontak sosial dengan teman sebaya diperlukan usaha yang
maksimal mengingat komunikasi non-verbal tidak dapat berfungsi secara efektif. agar dapat berfungsi secara baik dalam kegiatan belajar maka diperlukan adanya asisten khusus untuk mendampingi guru yang mengajar di kelas, tingkahlaku stereotipik; gerakan yang sama dan diulang-ulang seperti menggoyang-goyangkan tubuh, menggaruk mata, gerakan jari atau tangan yang diulang-ulang dinamakan blindism,
program pendidikan bagi siswa tunanetra dan low vision ,antara lain :
kelas regular, yaitu: guru kelas dibantu oleh guru khusus untuk menyiapkan materi dan pengajaran bagi siswa tunanetra ,
program ruang sumber, yaitu: siswa tunanetra bersama teman sekelasnya menerima suatu pelajaran, menerima program tertentu ,
program guru kunjung, yaitu: siswa tunanetra berada dalam kelas biasa, namun juga mendapatkan .latihan untuk pelajaran khusus seperti keterampilan mendengar atau memakai optacon,
braille merupakan suatu sarana sistem membaca dan menulis yang dipakai pada pasien anak tunanetra dalam bentuk perlambangan huruf, kata atau simbol-simbol lain yang ada pada tulisan grafis. tulisan braille disusun dari sekumpulan titik-titik timbul yang membentuk suatu formasi tertentu. ada dua buah alat pokok yang dipakai untuk penulisan braille, yaitu: mesin tik braille dan alat tulis tangan braille yaitu reglet-stilus,
pasien anak yang mengalami gangguan penglihatan masih memiliki
sisa penglihatan, guru-guru kelas harus mendorong pasien anak tunanetra untuk memakai sisa penglihatan sebanyak mungkin, strategi untuk membantu pasien anak tunanetra dalam membaca tulisan cetak yaitu:
penggunaan buku-buku yang memuat tulisan cetak besar, penggunaan alat atau kaca pembesar ,
program orientasi dan mobilitas memberi kemampuan kepada pasien anak tunanetra ,yaitu : mengenali posisi atau keberadaan dirinya dalam suatu lingkungan dan hubungannya dengan objek lain yang ada di lingkungannya itu,
pelaksanaan program orientasi dan mobilitas berhubungan dengan latihan kemampuan rangsangan (penginderaan) karena keberhasilan dalam melakukan hal itu sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memakai indera-indera yang masih ada,
program pendidikan bagi pasien anak tunanetra, seperti:
Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB/A) yang secara khusus melayani pendidikan pasien anak tunanetra. Murid yang terdaftar di sekolah ini terbagi dua kelompok yaitu kelompok blind/buta dan kelompok low vision. Namun tidak ada perbedaan pelayanan pendidikan untuk dua kelompok berbeda itu,
Pendidikan Inklusif/Sekolah Terpadu yaitu suatu bentuk program pendidikan pasien anak tunanetra belajar bersama sama dalam kelas biasa dengan pasien anak-pasien anak yang normal. Jenjang pendidikan terpadu sepertiSD,
SMP, dan SMA. Sedang pendidikan sekolah Inklusif ada yang sudah melakukan modifikasi metode atau kurikulum, di samping fasilitas guru kunjung, guru pusat
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Pendidikan luar biasa setingkat sekolah dasar yang menampung dan melayani pendidikan pasien anak dari
beberapa macam kebutuhan seperti: tunarungu, tunanetra, tunadaksa, dan tunagrahita,
berkomunikasi dengan dilengkapi alat bantu, seperti:
tape recorder, berguna untuk membantu para pasienm, menyimpan, dan mengungkap kembali informasi yang diperoleh ,alat bantu optikal, untuk memperbesar objek; lensa, bagi low vision
mesin tik braille, sejenis mesin tik yang dipakai untuk menghasilkan tulisan braille ,reglet dan stilus, yaitu alat tulis tangan yang dipakai tunanetra untuk menghasilkan tulisan braille ,tongkat yang dipakai sebagai perpanjangan tangan untuk mendeteksi lingkungan terutama saat berjalan ,
optacon, alat ini mampu mentransfer tulisan ke dalam bentuk tulisan yang dapat dikenali oleh tunanetra melalui perabaan ,
reading machine, yaitu alat yang dapat menterjemahkan tulisan cetak ke dalam bentuk bunyi atau suara ,
12.TUNARUNGU
tunarungu yaitu pendengarannya yang tidak berfungsi sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus,gangguan pendengaran diklasifikasikan sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. frekuensi
dalam bentuk cps (cycles per sound) atau hertz (Hz). orang normal dapat mendengar dalam frekuensi 18-18.000 hertz, intensitas diukur dalam desibel (db). kesemuanya itu diukur dengan audiometer yang dicatat dalam audiogram,
yaitu orang tuli yaitu para pasien yang memiliki ketidakmampuan mendengar,
gangguan pendengaran yaitu gangguan pendengaran permanen maupun berfluktuasi namun tidak tuli. berdasarkan waktu mulainya terjadi ketulian dibagi menjadi 2, yaitu:
1. prelingual deafness, yaitu suatu kondisi pasien dimana ketulian sudah ada sejak lahir atau sebelum dimulainya perkembangan bicara dan bahasa
2. postlingual deafness, yaitu kondisi dimana pasien mengalami ketulian setelah ia menguasai bahasa ,
batasan lain berkarakter kuantitatif yang menunjuk pada gangguan pendengaran sesuai dengan hilangnya pendengaran dan diukur dengan alat audiometric,yang mengukur seberapa jauh pasien bisa mendengar
kelompok :ringan (20-30 db)
keterangan : mampu berkomunikasi dengan memakai
pendengarannya,ambang batas pendengaran,
kelompok :marginal (30-40 db)
keterangan : mengalami kesulitan mengikuti suatu pembicaraan pada jarak beberapa meter ,
kelompok : sedang (40-60 db)
keterangan : dengan alat bantu dengar atau bantuan mata,
kelompok : berat (60-75 db)
keterangan : tidak bisa belajar berbicara tanpa memakai teknik khusus.
kelompok : parah (>75 db)
keterangan : tidak dapat belajar bahasa dengan mengandalkan telinga meskipun telah didukung dengan alat bantu dengar ,
pasien anak dengan kehilangan pendengaran memiliki kemampuan intelektual yang normal, namun memiliki karakteristik ,seperti :
bahasa lisan tidak berkembang dengan baik; kualitas bicara agak monoton atau kaku ,pengetahuan terbatas karena kurangnya exposure terhadap bahasa lisan , keterlambatan dalam perkembangan bahasa lisan, khususnya bila gangguan dialami saat lahir atau terjadi pada awal kahidupan,
memiliki kemampuan untuk membaca gerak bibir ,
pemicu Tunarungu ,antaralain:
ketidaknormalan genetik, genetik memicu kondisi ketunarunguan sebagai ketidaknormalan primer; dan sekitar 30% kasus tunarungu yaitu bagian dari ketidaknormalan fisik dan menjadi sindrom Waardenburg syndrome atau Usher syndrome, pemicu lain dari tunarungu yaitu lahir prematur , infeksi cytomegalovirus (CMV), toxoplasma, dan syphilis,
tes Tunarungu ,antaralain:
1. Tes Behavioral
Pada tes ini, umur yang diberikan yaitu perkiraan dan tergantung pada tingkat perkembangan pasien anak,Bentuk-bentuk tesnya, yaitu:
-Visual Response/ Reinforcement Audiometry (VRA) untuk pasien anak antara 7 bulan hingga 3 tahun, pasien anak merespon suara dengan mengarahkan kepalanya dekat loudspeaker, kemudian diarahkan ke arah kanan dan kiri para pasien, dan diberi tampilan visual, seperti lampu berkelip,
- Play Audiometry untuk pasien anak umur 2-3 tahun ke atas. saat suara terdengar, pasien anak diminta bergerak atau melakukan sesuatu ,
-Behavioural Observation Audiometry (BOA) untuk pasien anak umur 7 bulan, atau lebih bila para pasien tidak bisa merespon suara , Observasi dimulai dengan respon terhadap suara, dikejutkan dengan suara keras atau digerak-gerakkan dari tidurnya,
2. Electrophysiological Test
Tes ini dapat dipakai untuk mendeteksi seberapa gangguan pendengaran atau tunarungu yang ada pada pasien. Bentuk tes ,ini yaitu :
a. Electrocochleography (EcoG); alat ini dilakukan di bawah pengaruh bius, karena mengukur sinyal elektro yang ada di koklea dan saraf pendengaran.
b. Tymanometry penelitian fungsi telinga bagian tengah dan menyediakan informasi mengenai gangguan pendengaran konduktif,
c. Oto-Acoustic Emission (OAEs) (cochlear echoes), yaitu untuk mengidentifikasi fungsi sel rambut pada koklea
d. Auditory Brainstem-evoked Response Audiometry (ABR); yaitu untuk menggali informasi pada aktivitas elektikal sepanjang batang otak ke otak dengan memakai electrodes yang ditempatkan di kepala. Tes ini dilakukan saat pasien anak tidur,
dampak gangguan pendengaran ,antaralain:
saat pasien anak telah terdiagnosa menderita kehilangan pendengaran, pasien anak pada awalnya akan kesulitan memunculkan tingkahlaku cemas, takut, marah atau depresi. self-esteem para pasien akan rendah karena berkurangnya komunikasi dan kemampuan bahasa para pasien, dan tingkat kepercayaan
diri para pasien juga ikut terpengaruh,
campurtangan pendidikan bagi pasien anak tunarungu ,antaralain:
kurikulum sekolah reguler cukup cocok untuk siswa tunarungu ,dengan penyesuaian ,diantaranya:
lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual ,
mengurangi kebisingan yang tidak perlu; karena bila pasien anak tunarungu belajar memakai alat bantu dengar, suara-suara tertentu akan mengganggu konsentrasi , bisa diantisipasi dengan memakai bahan kedap suara ,
siswa lain bisa diajarkan bahasa isyarat; ini bertujuan agar siswa lain dapat berkomunikasi dengan siswa tunarungu ,
penggunaan pembacaan gerakan bibir, pembacaan cara bicara ,
13.TUNADAKSA
pasien anak tunadaksa yaitu pasien anak yang memiliki kelainan ortopedik atau gangguan pada tulang, otot, dan persendian yang bisa karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga bila mau bergerak memerlukan alat bantu,gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang berkarakter bawaan, sakit , akibat kecelakaan, termasuk lumpuh,celebral palsy, amputasi, polio,
tingkat gangguan pada tunadaksa yaitu ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik bisa diatasi dengan terapi,
sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi rangsangank, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik , tidak mampu mengendalikan gerakan fisik,
karakteristik pasien anak tunadaksa ,antaralain:
Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dan kecacatan, namun ada beberapa kecenderungan adanya .penurunan sedemikian rupa kecerdasan pasien bila kecacatannya meningkat. Dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata IQ pasien anak tunadaksa rata-rata normal,
ada kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain, seperti sakit
gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, dan gangguan bicara, Kemampuan motorik pasien anak tunadaksa terbatas dan ini dapat dikembangkan sampai pada batas-batas tertentu,
Pada pasien anak tunadaksa terjadi kelainan pada otak, sehingga pada fungsi fikirnya terganggu khususnya anggapan. Apalagi bagi pasien anak tunadaksa yang ditambah dengan cacat-cacat lainnya sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang secara otomatis dapat berpengaruh terhadap kemampuan menyerap materi yang diberikan,pasien anak tunadaksa mengalami berbagai kesulitan dan hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, karena kelainan jasmani, sehingga para pasien tidak diterima oleh teman-temannya, diisolasi, dihina, dibenci, kurangnya ketahanan diri, tidak adanya kepercayaan diri, mudah tersinggung , pasien anak tunadaksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, pasien tunadaksa perlu diberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk dapat mengembangkan diri melalui latihan ketrampilan dan kerja yang sesuai dengan potensinya, Kondisi pasien anak tunadaksa sebagian besar mengalami gangguan dalam gerak, perlu adanya latihan yang berlanjut, seperti terapi-fisik , terapi-tari , terapi-bermain dan terapi-okupasional ,
kelainan pada pasien anak tunadaksa digolongkan menjadi 2 bagian yaitu
- kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System) ,
- kelainan pada sistem serebral (Cerebral System),
1. Kelainan pada Sistem Serebral ( Cerebral System Disorders)
Penggolongan ini didasarkan pada letak pemicu kelahiran yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syaraf pusat mengakibatkan bentuk kelainan karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya ada pusat rangsangan,pusat koordinasi tubuh,pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, Kelompok kerusakan bagian otak ini dinamakan Cerebral Palsy (CP). Cerebral Palsy diklasifikasikan menurut derajat kecacatan,yaitu :
a. triplegia, yaitu tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, contohnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh,
b. quadriplegia, pasien anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya. para pasien cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya. quadriplegia atau tetraplegia,
c. Golongan ringan yaitu pasien tunadaksa yang dapat berjalan tanpa memakai alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari, Kelainan yang dimiliki oleh kelompok ini tidak mengganggu kehidupannya
d. paraplegia, yaitu lumpuh pada kedua tungkai kakinya,
e.diplegia, yaitu lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia),
f.Golongan sedang yaitu pasien tunadaksa yang memerlukan treatment atau latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, memerlukan alat-alat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk atau tongkat sebagai penopang dalam berjalan,
g. Golongan berat yaitu pasien tunadaksa yang memiliki cerebral palsy.
memerlukan perawatan , para pasien tidak dapat hidup mandiri di tengah-tengah warga.
h. Monoplegia, yaitu hanya satu anggota gerak yang lumpuh, contohnya kaki kiri. Sedangkan kaki kanan dan kedua tangannya normal.
i. Hemiplegia, yaitu lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama. contohnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
menurut fisiologi yaitu segi gerak, letak kelainan ada di otak dan fungsi geraknya (motorik), maka pasien anak cerebral palsy terdiri dari ,yaitu :
a. tremor. gejala yang tampak jelas pada tipe tremor yaitu gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. gerakan itu terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir,
b. rigid. pada tipe ini dapat dijumpai kekakuan otot tidak seperti pada tipe spastik yaitu gerakannya tampak tidak ada keluwesan.,
c. tipe campuran. pasien anak pada tipe ini memperlihatkan dua ataupun lebih jenis gejala CP sehingga lebih berat bila dibandingkan dengan pasien anak yang hanya memiliki satu tipe CP.
d. spastik. tipe spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. kekakuan itu timbul saat akan bergerak sesuai kehendak. dalam keadaan emosional, kekakuan makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang. tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah.
e. ataxia. ciri khas tipe ini yaitu seperti kehilangan keseimbangan. kekakuan hanya dapat terlihat dengan jelas saat berdiri atau berjalan. gangguan pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. akibatnya, pasien anak tipe ini mengalami gangguan .koordinasi ruang dan ukuran. contoh saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
f. athetoid. pada tipe ini tidak ada kekejangan atau kekakuan. otot-ototnya dapat digerakkan .dengan mudah. ciri khas tipe ini ada pada sistem gerakan.hampir semua gerakan terjadi di luar kendali dan koordinasi gerak,
penggolongan pasien anak tunadaksa ke dalam kelompok sistem otot dan rangka didasarkan pada letak pemicu kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan, yaitu: tulang belakangkaki, tangan, sendi , jenis jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain,
a. muscle dystrophy. pasien anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. kelumpuhan , sifatnya progresif, semakin hari semakin parah. kondisi kelumpuhannya berkarakter simetris, yaitu pada kedua tangan saja atau kedua kaki saja, atau pada kedua tangan dan kaki.
pemicu terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. gejala pasien anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah pasien anak berusia tiga tahun, yaitu gerakan-gerakan yang lambat, di mana
semakin hari keadaannya semakin mundur. jika berjalan sering terjatuh, ini mengakibatkan pasien anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda ,
b. poliomylitis. penderita polio ini mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah. peradangan akibat virus polio ini menyerang sumsum tulang belakang pada pasien anak usia dua tahun sampai enam tahun.
pemicu tunadaksa ,antaralain :
beberapa sebab yang menimbulkan tunadaksa,yaitu kerusakan yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, dan pada sistem musculus-skeletal. ada keragaman jenis tunadaksa, dan masing-masing timbul dari kerusakan yang berbeda-beda. dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir,
1. sebelum lahir (tahap prenatal)
kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, yaitu disebabkan oleh:
a. bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
b. ibu yang sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. contohnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur dengan cukup keras dan tepat terkena kepala bayi, maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
c. infeksi atau penyakit yang menyerang saat ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya.
d. kelainan kandungan yang memicu peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
2. saat kelahiran (tahap natal/perinatal)
hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan, antara lain:
a. pemakaian anastesi yang melebihi ketentuan. ibu yang melahirkan karena operasi dan memakai anastesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ,
b. proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang yang kecil pada ibu sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen. ini memicu terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
c. pemakaian alat bantu berbentuk tang saat proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga merusak jaringan syaraf otak pada bayi,
3. setelah proses kelahiran (tahap post natal)
tahap setelah kelahiran yaitu masa saat bayi mulai dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia kurang lebih lima tahun. hal-hal yang dapat memicu kecacatan setelah bayi lahir, yaitu:
kecelakaan/trauma kepala ,amputasi ,infeksi penyakit yang menyerang otak,
Perkembangan pasien anak Tunadaksa
1. perkembangan kemampuan dasar
proses perkembangan kemampuan dasar ditentukan dari hasil belajar. proses perkembangan kemampuan dasar berjalan dengan baik bila ada dukungan dari lingkungan, kemampuan dasar dinamakan schema (contohnya kemampuan untuk melakukan gerakan refleks, seperti menggenggam,menghisap, merangkak). schema ini akan berkembang melalui belajar, dan terjadi proses adaptasi yang didahului oleh anggapan, pasien anak tunadaksa dengan kerusakan alat tubuh, tidak ada masalah secara fisiologis dalam struktur .kemampuan dasarnya. masalah terjadi saat pasien anak tunadaksa mengalami hambatan dan mobilitas. pasien anak mengalami hambatan dalam mengembangkan gerakan-gerakan, sehingga dapat mengakibatkan hambatan keseluruhan pada perkembangannya , intelegensi pasien anak tunadaksa, sering ditemukan angka intelegensi yang cukup tinggi,
2. Perkembangan Sosial, Emosi, dan Kepribadian
a. Perkembangan Kepribadian pasien anak Tunadaksa
Perkembangan kepribadian pasien anak banyak dimatangkan melalui pengalaman usia dini, terkait dengan keadaan fisik dan kesehatan, pemberian cap/labelling dari orang lain, sebagian besar pasien anak tunadaksa memiliki perasaan rendah diri (minder), kurang percaya diri, kematangan sosialnya kurang, memiliki kondisi emosional negatif, menentang lingkungan, tertutup, mengalami kekecewaan hidup,
b. perkembangan sosial pasien anak tunadaksa
faktor terjadinya hambatan sosial ini bersumber pada sikap keluarga, teman-teman dan warga.
c. perkembangan emosi pasien anak tunadaksa
ketunaan yang ada pada pasien anak tunadaksa tidak akan menghambat dalam perkembangan emosi pada pasien anak tunadaksa. hambatan ini dialami setelah pasien anak mengadakan interaksi dengan lingkungannya,
14. CEREBRAL PALSY
cerebral palsy berasal dari dua kata, yaitu cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan, cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak,
cerebral palsy merupakan kelainan sikap, gangguan rangsangan, gangguan koordinasi gangguan psikologis yang disebabkan oleh adanya kerusakan perkembangan otak,
cerebral palsy terjadi karena kerusakan pada sistem rangka yang
tepatnya berada di tulang tengkorak yang tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan 14 buah tulang yang menyusun wajah, karena tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai pelindung dari otak. cerebral palsy ini dapat terjadi karena adanya kerusakan pada pyramidal track dan extrapyramidal yang merupakan pengatur sistem motorik manusia.
karakteristik cerebral palsy
pasien anak cerebral palsy mengalami kerusakan pada extrapyramidal dan pyramidal tract yang berfungsi untuk mengatur sistem motorik tubuh, sehingga pasien anak mengalami gangguan fungsi motoriknya. gangguan itu berbentuk gangguan pada fungsi rangsangan,gangguan keseimbangan,kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis, gangguan penglihatan, pendengaran, perabaan, gangguan bicara ,tingkat kecerdasan pasien anak cerebral palsy mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted,
Cerebral palsy digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. menurut fisiologi fungsi letaknya (motorik)
a. tremor
pasien anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan-gerakan kecil yang berulang-ulang.
b. rigid.
gerakan-gerakannya golongan ini tampak sangat lambat dan kasar.
c. ataxia
kelainannya terletak di otak kecil (cerebellum) sehingga penderita mengalami gangguan keseimbangan.
d. spastik
pasien anak yang mengalami sistem ini memperlihatkan kekejangan pada otot-ototnya, yang disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diam tidur , kekejangan ini akan menjadi hebat jika pasien anak dalam keadaan marah atau sebaliknya dalam keadaan tenang.
e. athetoid
pasien anak yang mengalami athetoid, tidak mengalami kekejangan atau kekakuan. otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah, malah sering terjadi gerakan-gerakan tangan, kaki, lidah, bibir dan mata yang timbul di luar kendalinya.
2. menurut derajat kecacatan
a. golongan berat (severe)
meskipun cacat, pasien anak-pasien anak memerlukan perawatan tetap
dalam ambulasi, peluang kesembuhan jelek, para pasien tidak dapat hidup sendiri di tengah-tengah warga,
b. golongan ringan (mild)
meskipun cacat, pasien anak-pasien anak dapat berjalan tanpa memakai alat, dapat berbicara , dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari,
c. golongan sedang (moderate)
meskipun cacat, pasien anak-pasien anak memerlukan latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri,
3. menurut topografi
a. diplegia, yaitu lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri paraplegia
b. triplegia, yaitu tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan. contohnya, tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
c. quadriplegia, yaitu menderita kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya, tetraplegia,
d. monoplegia, yaitu hanya satu anggota gerak yang lumpuh. contohnya kaki kiri, kaki kanan , kedua tangan normal.
e. hemiplegia, yaitu lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama. contohnya tangan kanan dan kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri.
f. paraplegia, yaitu lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.
berdasarkan letak kerusakannya:
- Spina Bifida
merupakan kelainan bawaan yaitu saluran sumsum tulang belakang tidak tertutup sehingga sumsum keluar melalui tulang belakang. jenis jenis spina bifida, antara lain:
a. Spina Bifida Occulta
kelainan ringan yaitu satu atau dua columna vertebralis tidak menutup dengan baik, namun jaringan syaraf tidak keluar dari tulang.kelainan ini dapat dilihat dari foto rontgen.
b. Spina Bifida Myelomeningocele
ada benjolan yang berbentuk tumor, dan berisi benjolan syaraf. dapat menimbulkan kelumpuhan, gangguan pada alat pembuangan. pasien ini tidak dapat mengendalikan b.a.k. dan b.a.b. sehingga diperlukan terapi pembedahan sesuai dengan keadaan pasien anak. pada penderita spina bifida
myelomeningocele ditambah keterbelakangan mental,
c. Spina Bifida Meningocele
terlihat ada benjolan seperti tumor yang berbentuk cairan (bukan jaringan syaraf) yang ada pada punggung pasien anak.
- kerusakan kulit otak (cortex otak)
fungsi korteks berhubungan dengan perasaan , pikiran fungsi pergerakan otot, pasien anak cerabral palsy tipe ini mengalami kelumpuhan atau kelemahan otot ditambah gangguan perkembangan, kelumpuhan berkarakter spastik atau berbentuk kaku pada satu atau dua tungkai, separuh tubuh kiri/kanan, atau mengenai keempat anggota tubuh,
- kerusakan ganglia basalis yang ada di tengah-tengah otak
bersama dengan otak kecil, ganglia basalis berfungsi agar setiap gerakan otot anggota tubuh berlangsung dengan sempurna. kerusakan ganglia basalis memicu gerakan yang kaku terputus-putus, tidak terkendali,
-Kerusakan pada Otak Kecil
otak kecil (cerebellum) pada dasar otak berfungsi sebagai koordinator gerakan, dan keseimbangan tubuh. kerusakan pada otak kecil memicu keadaan ataxia,tandanya cara jalan tidak seimbang, sempoyongan, mungkin jatuh ke kiri atau ke kanan,
. Convulsive (Kejang-kejang)/Epilepsy
terjadi perubahan fungsi otak yang terjadi secara mendadak tiba-tiba , serangan terjadi berulang-ulang, ditambah dengan kehilangan kesadaran, kejang-kejang terjadi karena gangguan fungsi otak seperti cerebral palsy contohnya encepalitis, panas tinggi,anoxia, pendarahan otak, infeksi akut, meningitis,
tahap-tahap kejang yang berat yaitu :
pada mulanya pasien anak sadar akan mendapat serangan dengan tanda-tanda merasa mencium bau sesuatu yang enak,
otot-otot berkontraksi (kejang),mukanya tiba-tiba pucat, pupil mata melebar, pasien anak kehilangan kesadaran (pingsan) dan jatuh. kadang kehilangan kendali b.a.b. dan b.a.k. ini berjalan selama 40 detik. dinamakan tahap tonic/stiff. tahap clonic terjadi 5 menit. pasien anak menjadi kaku, terutama pada kaki dan tangan, bila kejang berakhir, pasien anak menjadi sadar lalu merasa pusing, lelah lalu tertidur lelap, ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam. kadang serangan cuma hanya sekedar ringan dan singkat saja, di mana pasien anak nampak seperti melamun, kehilangan kesadaran sebentar, namun tidak sampai pingsan,
-cacat anggota tubuh
cacat anggota tubuh dapat terjadi karena bawaan sejak lahir, berbentuk
anggota tidak lengkap contohnya jari-jari yang tumbuh lebih (polidactili),tangan atau kaki yang buntung, jari-jari yang tidak lengkap, cacat bawaan ini dapat terjadi akibat pengaruh bahan kimia obat-obatan yang diminum selama ibu hamil,
- skoliosis
gangguan dari posisi lekukan susunan tulang belakang yang membengkok ke arah lateral, sehingga bentuk badan nampak membengkok ke samping, pemicunya yaitu cedera pada tulang belakang, karena neuromusculer yang disebabkan oleh cerebral palsy, kelemahan otot ,
lengkungan ringan pada seorang pasien anak berusia 14 tahun dan agak berat saat di usia 10 tahun. lengkungan skoliosis antara 20- 40 derajat pada pasien anak-pasien anak yang belum dewasa tanda perlunya pengobatan dengan alat penopang, bila kurang dari 20 derajat, maka belum memerlukan pengobatan khusus. lengkungan di area dada yang besarnya lebih dari 60 derajat lambat
sembuhnya , akibat fungsi paru-paru dan jantung terganggu. maka pada lengkungan besar diperlukan tindakan operasi ,operasi pada skoliosis memakai kombinasi pemasangan internal rod batang yang dipasang di dalam tulang belakang untuk penyatuan mmeluruskan tulang belakang,
- poliomyelitis (polio)
sebelum tahun 1950 polio merupakan penyakit yang mengerikan dan menyeramkan, sebab tidak ada yang mampu mengatasiya , akibat virus menyerang otak pasien memicu perubahan bentuk kaki dan kelumpuhan, sehingga pasien anak menderita cacat fisik, timpang, susah berjalan, namum sekarang penyakit ini dapat dicegah melalui imunisasi. sehingga tidak mengerikan,
-muscular distrophy
kelemahan otot-otot secara progresif dengan gejala pergantian sel-sel otot dengan jaringan lemak. pemicunya belum diketahui, mungkin karena akibat penyakit genetik keturunan yang dibawa oleh ayah ibu lalu ditransmisikan kepada pasien anak laki-laki,namun ini jarang terjadi pada pasien anak perempuan, penyakit ini terdiagnosa saat pasien anak berumur 3 tahun dengan gejala adanya gangguan pada otot-otot yang nampak lemah, pasien anak ini kadang-kadang mengalami keterbelakangan mental ringan kerusakan otak, susah berjalan, dan mulai dapat berjalan umur 12 tahun, nampak skoliosis, siklus hidupnya hanya sampai belasan tahun saja, ini disebabkan karena infeksi paru-paru dan kegagalan jantung ,
-cacat anggota tubuh
cacat anggota tubuh dapat terjadi karena bawaan sejak lahir, berbentuk
anggota tidak lengkap contohnya jari-jari yang tumbuh lebih (polidactili),tangan atau kaki yang buntung, jari-jari yang tidak lengkap, cacat bawaan ini dapat terjadi akibat pengaruh bahan kimia obat-obatan yang diminum selama ibu hamil,
lamanya tunadaksa dibagi atas:
Cacat permanen.
-temporary yaitu kecacatan yang bisa hilang sebelum 15 tahun,
pasien anak cerebral palsy akan mengalami kesulitan , di antaranya kesulitan aktifitas motorik. kesulitan aktifitas motorik ini dibagi atas 3, yaitu:
a.gangguan koordinasi motorik,
b.hiperaktif, pasien anak tertarik oleh setiap rangsangan yang ia terima dan perhatiannya sangat mudah beralih dari satu objek ke objek yang lain.
c. hipoaktif, gerakan lamban dan sangat kurang, tidak dapat menanggapi rangsang yang diterima.
-Indefinite yaitu kondisi kecacatan yang muncul pada usia 15 tahun contohnya, mungkin akan hilang pada waktu tertentu,
kesulitan rangsangan pada pasien anak cerebral palsy dibagi menjadi:
a .gangguan bahasa dan bicara, bahwa 40% dari pasien anak cerebral palsy memiliki keterbelakangan mental, 30% memiliki kemampuan kecerdasan
rata-rata, 10 % memiliki kemampuan di bawah rata-rata,
hambatan ini berhubungan dengan gangguan anggapan kinestetik,gangguan anggapan, gangguan penglihatan, pendengaran, perabaan,
b.gangguan anggapan yang memicu kesulitan dalam bentuk ruang, warna, bunyi,sulit mengolah rangsangan visual, auditorium,
c.gungguan emosi, yaitu keras kepala ,rasa acuh tak acuh,rendah diri, pemalu, mudah tersinggung, pemarah,
masalah biologis (fisiologis tubuh), masalah psikologis, dan masalah sosial. yang berkaitan dengan pasien anak tunadaksa ,yaitu
-masalah sosial : pasien anak yang tidak mampu mengatasi krisis yang
terjadi pada dirinya akan mengakibatkan pasien anak lebih tertekan, menyesali diri terus menerus, dan marah pada pasien anak yang sehat. pasien anak tidak mau berinteraksi dengan lingkungan, mengurung diri, mengkarantina diri, curiga
-masalah biologis :akibat adanya kerusakan sistem syaraf, baik susunan syaraf pusat di otak maupun sumsum tulang belakang ,maka akan menimbulkan gangguan fungsi fisiologis tubuh, seperti:
gangguan fungsi gastrointestinal, yaitu gangguan fungsi pencernaan dari rongga mulut sampai ke colon dan anus yang memicu pasien anak tidak dapat mengendalikan keluarnya feses secara menadak tiba tiba ,
gangguan fungsi metabolism dan sistem endokrin,
gangguan fungsi rangsangan tubuh , gangguan sistem refleks yang diperlukan untuk melindungi menjaga tubuh dari sesuatu membahayakan tubuhnya ,gangguan kepekaan rabaan perasaan kulit,gangguan pengaturan sikap dan gerak,gangguan fungsi sirkulasi darah ,gangguan fungsi pernafasan
gangguan pembentukan ekresi urine yang memicu kesulitan dalam mengendalikan saat buang air kecil ,
-masalah psikologis : pasien anak cacat fisik akan merasa beban psikologis yang berat dan sulit menyesuaikan diri dengan keadaannya yang cacat,
pasien anak melihat keadaan tubuhnya tidak normal maka reaksi
yang ditunjukkan yaitu berdiam diri karena depresi, menyalahkan diri sendiri. pasien anak menjadi malu, murung, sedih, melamun, menyendiri dan berputus asa,menjadi takut kalau diajak berobat atau menghadapi pemeriksaan,
perbedaan tunadaksa dan cerebral palsy
tunadaksa yaitu suatu keadaan rusak atau terganggunya tubuh sebagai akibat dari gangguan bentuk tulang, otot, dan sendi, sedangkan cerebral
palsy yaitu salah satu bentuk brain injury yang memengaruhi pengendalian sistem motorik , penyakit neuromuscular syaraf otot yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik,
cerebral palsy yaitu para pasien yang masih dapat menggerakkan anggota tubuhnya meskipun gerakannya terganggu karena kelainan tonus otot
sedangkan
tunadaksa yaitu para pasien yang sama sekali tidak dapat menggerakkan atau
memfungsikan bagian tubuh yang mengalami gangguan atau kerusakan,
dengan terganggunya fungsi motorik sebagai akibat dari bawaan sejak lahir, penyakit, kecelakaan ,mampu berpengaruh terhadap indra yang lain dan memicu rasa malu, rendah diri , sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.
gangguan tambahan pada tunadaksa antara lain:
kekurangan daya penglihatan pada pasien anak tunadaksa dan cerebral
palsy memperlihatkan bahwa para pasien juga mengalami gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran sebab pendengaran tidak memiliki fungsi-fungsi motor, yang berbeda dengan penglihatan yang dibantu otot-otot mata.
kelainan bicara yang dialami pasien anak cerebral palsy antara lain voice disorder gangguan pita suara, stuttering
gagap , aphasia gangguan bahasa verbal, dysarthria gangguan bicara pada bagian artikulasinya akibat lemahnya pengontrolan gerak, delayed speech gangguan bicara karena keterbelakangan mental dan disfungsinya otak, voice recoorganize,
pasien anak cerebral palsy juga kadang mengalami gangguan anggapan. mencakup pendengaran , penglihatan ,sentuhan dan kepekaan modalitas yang lain, pasien anak tunadaksa ortopedi tidak memperlihatkan perbedaan dengan yang lain, sebab dalam beberapa studi memang tidak terbukti dan gangguan penyesuaian diri lebih banyak terjadi pada pasien anak tunadaksa ortopedi, sehingga harus dilihat lagi dari sisi lain, yaitu :
reaksi penderita terhadap lingkungan dan kecacatannya,
sikap lingkungan terhadap pasien anak. sikap keluarga terhadap pasien anak,
teknik rehabilitasi medis , antara lain :
pemberian alat-alat ortopedi, operasi ortopedi, fisioterapi, actives in daily living (ADL), occupational therapy atau terapi tugas, pemberian protease,
fisioterapi yaitu melatih otot-otot bagian badan yang mengalami kelainan. fisioterapi ini dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan medis, dalam latihan fisioterapi ini melibatkan otot atau gerak secara aktif melalui berbagai kegiatan fisik, latihan berjalan, latihan keseimbangan, dengan bantuan alat, metode yang dipakai ,seperti melalui pemijatan (massage),penggunaan gerak-gerak (kinesiotherapy), pengunaan air (bydrotherapy), penggunaan panas sinar (thermotherapy), penggunaan listrik (electric therapy),
operasi ortopedi dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki salah bentuk dan salah gerak dengan mengurangi atau menghilangkan bagian yang memicu terjadinya kesalahan bentuk atau gerak,
activities daily living yaitu latihan berbagai kegiatan sehari-hari, dengan maksud untuk melatih penderita agar mampu melakukan gerakan ,
pemberian protease yaitu pemberian perangkat tiruan untuk mengganti bagian-bagian dari tubuh yang hilang atau cacat, contohnya kaki tiruan, tangan tiruan, mata tiruan, gigi tiruan,protease bagi pengidap tunadaksa dapat menggantikan fungsi tubuh lain dan berkarakter sebagai pelengkap untuk menambah kepantasan atau keindahan,
occupational therapy yaitu bentuk usaha dengan tujuan membantu penderita tunadaksa agar menjadi lebih baik dan kuat dari kondisi sebelumnya melalui
sejumlah pekerjaan tl melukis, memahat, membuat kerajinan tangan, menyulam, merajut,
perangkat ortopedi yaitu perangkat yang berfungsi untuk menguatkan bagian-bagian tubuh yang lemah atau layu,
rehabilitasi vokasional , antara lain :
yaitu rehabilitasi penderita tunadaksa yang bertujuan untuk .memberi kesempatan para pasien untuk bekerja,
vocasional guide, yaitu pemberian bimbingan kepada penderita tunadaksa dalam kaitannya pemilihan jabatan sesuai kondisinya,
revalidasi, yaitu usaha mempersiapkan fisik, mental dan sosial untuk memperoleh bimbingan jabatan dan latihan kerja,
counseling, yaitu penyuluhan yang bertujuan untuk menumbuhkan keberanian penderita tunadaksa yang diperoleh setelah lahir,
vocasional assessment, yaitu penilaian terhadap kemampuan pengidap kelainan melalui sebuah bengkel kerja dalam melakukan keterampilan,
team work, yaitu kerjasama antar berbagai ahli kedokteran, ahli terapi fisik, pekerja sosial, konselor, psikolog, ortopedagog,
vocasional training, yaitu pemberian kesempatan latihan kerja agar pengidap tunadaksa mandiri dan produktif,
selective placement, yaitu penempatan para pengidap tunadaksa pada jabatan setelah selesai .menjalani pendidikan dan latihan selama rehabilitasi,
follow up, yaitu tindak lanjut setelah pengidap tunadaksa menempati
jabatan pekerjaan,
rehabilitasi psikososial , antara lain :
yaitu rehabilitasi untuk mengurangi dampak psikologi yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan pasien anak tunadaksa. ini berhubungan dengan program rehabilitasi yang lain ,untuk mempersiapkan mental pengidap kelainan kelak setelah terjun di warga sehingga dapat berperan aktif ,meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri, memupuk semangat juang dalam meraih kehidupan dan penghidupan yang lebih baik, mengurangi dampak psikososial sebagai akibat kelainan yang dideritanya, seperti rendah diri, putus asa, mudah tersinggung, cemas, depresi,
15.TUNAGANDA
pasien anak tunaganda atau tuna majemuk yaitu pasien anak yang menderita dua atau lebih kelainan .fisik , keindraan, mental, sosial, dan emosi,
yang termasuk pasien anak tunaganda, antara lain: tunarungu-tunadaksa , tunarungu-tunagrahita , tunadaksa-tunagrahita , tunanetra-tunarungu ,tunanetra-tunadaksa , tunanetra-tunagrahita , tunanetra-tunalaras , tunanetra-kesulitan belajar khusus ,
karakteristik tunaganda ,yaitu
pasien yang digolongkan ke dalam kelainan ganda antara autism ,tunagrahita, cerebral palsy, epilepsi, yang memerlukan penyembuhan ,. dimulai sebelum berumur 18 tahun,kelainan terjadi secara terus menerus atau bertendensi ke arah yang berkelanjutan, bahwa kelainan ganda mencakup kelainan perkembangan dalam fungsi tubuh,fisik,
ciri-ciri gangguan fisik, antara lain:
gangguan fungsi sirkulasi udara gangguan fungsi pernapasan ,gangguan pembentukan ekresi urine ,gangguan refleks ,gangguan perasaan kulit ,gangguan rangsangan,gangguan pengaturan sikap dan gerak (motorik),gangguan sistem metabolism dan sistem endokrin , gangguan fungsi gastrointestinal ,
ciri-ciri gangguan sosial , antara lain:
hambatan dalam melakukan kegiatan sosial.,hambatan fisik dalam melakukan kegiatan sehari-hari ,rasa rendah diri ,isolatif , kurang percaya diri ,hambatan dalam ketrampilan kerja ,
ciri-ciri gangguan mental , antara lain:
gangguan dalam kemampuan intelektual, emotional disorder, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, toleransi terhadap ,kekecewaan rendah, berpusat pada diri sendiri, depresi, dan cemas,
Klasifikasi Tunaganda , antara lain:
1. Traumatic Brain Injury (TBI)
TBI yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh trauma oleh kejadian tertentu, setelah pasien mengalami perkembangan otak yang normal.
ciri ciri TBI ,yaitu:
adanya kegagalan dari fungsi neurological dan neurobehavior yang disebabkan oleh kecelakaan ,berkurangnya atau berubahnya keadaan kesadaran,
adanya kerusakan pada otak yang disebabkan oleh tekanan/benturan dari luar,kerusakan tidak disebabkan oleh degenerative atau congenital,
pemicu Tunaganda , antara lain:
Faktor etiologi
1. luka otak (brain injury), sebab-sebabnya yaitu:
celebral anoxia, yaitu kurangnya oksigen pada otak, penyakit infeksi, misalkan: encephalitis,TBC, cacar, meningitis ,luka waktu lahir, karena proses kelahiran , hydrocephalus, yaitu penyakit berbentuk pembesaran kepala/lapisan tempurung otak akibat banyaknya produksi cairan otak, yang bisa menimbulkan tekanan pada dahi dan mata,
2. faktor keturunan, yaitu:
kerusakan pada benih plasma ,hasil perkawinan ayah dan ibu yang rendah inteligensi dapat diturunkan pada pasien anak
3. gangguan fisiologis, sebab-sebabnya yaitu:
mongolism, yaitu cacat mental akibat kelainan kromosom.,
cretinism, yaitu pertumbuhan fisik menjadi kerdil akibat kelainan genetik,
rubelle german measles, yaitu sejenis campak jerman,
actor rh, yaitu kelainan rhesus darah,
pemicu Buta-Tuli , antara lain:
1. Sindrom genetika / kromosonal
a. Sindrom usher, memicu gagal berfungsinya kemampuan mendengar , retinitis pigmentosa yaitu kondisi bawaan yang disebabkan oleh tidak berkembangnya kemampuan retina yang memicu berkurangnya kemampuan melihat ,
b. Sindrom down, disebabkan oleh kegagalan transfer genetika memicu buta-tuli,
c. Sindrom CHANGE (Coloboma (cranial serve), Heart defect, Atresia of the cheane, Ratardation in growth and mental development, Genital tidaknormalitation, Ear malformation of hearing less),pasien anak-pasien anak dengan sindrom CHANGE biasanya lahir normal namun karena masalah pernapasan , hormonal, jantung, memicu terhambatnya proses penyerapan nutrisi ke dalam tubuh yang pada akhirnya menghambat perkembangan ,
2. Kondisi sebelum lahir
Rabella/german measles dan cytomegalovirus (CMV) yang memicu kecacatan mental buta tuli ,
3. Kondisi setelah lahir
Meningitis dan TBI juga memicu cacat mental buta-tuli ,
Identifikasi Tunaganda , antara lain:
melakukan pemeriksaan psikologis terhadap pasien anak dengan cara:
mengukur pengetahuan pasien anak dengan tes psikologis tes inteligensi dari weschler dan stanford binet mengadakan observasi yang cermat,seperti : cara bicara,penampilan fisik, tingkah laku pasien anak, mengadakan anamnesa dengan orangtua yang banyak mengetahui keadaan perkembangan pasien anak sejak masih di kandungan lahir hingga saat ini.
dampak tunaganda , antara lain:
kesulitan dalam memproses informasi,
masalah dalam mengingat sesuatu, mempelajari informasi yang baru,
berbicara atau kemampuan berbahasa, kesulitan dalam membuat urutan-urutan,mudah merasa lelah, frustrasi atau marah,memiliki kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan, mudah tersinggung.,
komunikasi verbal berbahasa indonesia pasien anak tunaganda kelas VII SMP SLBB ,Hasil penelitian:
kendala-kendala pasien anak tunaganda yaitu keterbatasan ingatan jangka pendek ,, kurang berkonsentrasinya dalam belajar, kurang paham dalam memakai konjungi, tidak memakai morfem berafiks yang tepat,
pasien anak tunaganda memerlukan perbaikan saat adanya kesalahan dalam
pengucapan bahasa maupun bila dibiarkan akan mempengaruhi kemampuan berbahasanya,Bunyi bahasa yang dihasilkan mengalami kekeliruan. Kekeliruan ini diakibatkan kelainan artikulasi pada pasien anak tunaganda,
kelainan artikulasi yang paling sering muncul saat berkomunikasi ,antara lain perubahan bunyi getar alveolar /r/ menjadi lateral alveolar /l/ pada akhir kata
atau di antara dua vokal,perubahan bunyi getar alveolar /r/ menjadi semi vokal /y/ di antara dua vokal, konsonan rangkap /st/ dan /nd/ menjadi ø di antara dua vokal, bunyi alveolar (/r/, /t/, /d/,/s/), velar /k/, palatal /j/, dan tidak bersuara
pada awal kata menjadi ø, bunyi frikatif /h/, getar /r/, dan nasal /n/ pada akhir
kata (apokope) menjadi ø, pelesapan dan perubahan konsonan rangkap /nt/ menjadi ø di antara dua vokal dalam satu kata, penambahan bunyi vokal /e/ pada akhir kata (paragoge), dan perubahan bunyi palatal bersuara /j/ menjadi alveolar bersuara /d/ di antara dua vokal dalam satu kata,
sistem pendidikan pasien anak berkebutuhan khusus
sejarah pendidikan inklusif pada mulanya diawali dari negara scandinavia denmark, norwegia, swedia, selanjutnya di inggris dalam Ed.Act 1991 mulai
diperkenalkan konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk pasien anak berkebutuhan khusus dari segregatif ke integratif, penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata sejak diadakannya konferensi dunia tentang hak pasien anak pada tahun 1989 dan tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi “Education For All”. agar semua pasien anak tanpa kecuali mendapatkan layanan pendidikan secara memadai, pada tahun 1994 diadakan
konferensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan inklusif dengan “The Salamanca Statement On Inclusive education”.
konsep pendidian inklusif sangat berbeda dengan pendidikan khusus ,
pendidikan inklusif sama dengan pendidikan untuk semua ,pada
seminar agra tahun 1998 dirumuskan pendidikan inklusi yaitu:
mencakup pendidikan di rumah, warga, sistem nonformal dan informal,
memungkinkan struktur, metodologi pendidikan memenuhi kebutuhan semua pasien anak,
konsep pasien anak
semua pasien anak dapat belajar , hak semua pasien anak untuk memperoleh pendidikan di dalam warganya sendiri ,semua pasien anak memerlukan dukungan dalam belajar ,
pendidikan lebih luas dibandingkan pendidikan formal di sekolah ,
fleksibel, sistem pendidikan berkarakter responsif , lingkungan pendidikan ramah terhadap pasien anak ,perbaikan mutu sekolah dan sekolah yang efektif ,
pendekatan yang menyeluruh dan kolaborasi dengan mitra kerja ,
menghilangkan diskriminasi ,pendidikan inklusif menyiapkan siswa yang dapat menghargai perbedaan, meningkatkan partisipasi nyata dari semua pihak ,
kolaborasi dan kemitraan ,metodologi partisipatori, penelitian tindakan dan kolaboratif inkuairi,memandang manusia pasien anak, orang tua, guru, kelompok orang yang termarginalkan sebagai sumberdaya
16.HOME SCHOOLING
jenis pendidikan terbagi menjadi tiga jalur, yaitu: jalur pendidikan non formal, jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan informal,
pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang berstruktur berjenjang yang terdiri atas pendidikan pasien anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi atau SD, SMP, SMA. perguruan tinggi
dalam pendidikan formal siswa belajar dan dididik menurut kurikulum tertentu diadakan di sekolah, dan belajar menurut materi ajar dan jadwal yang ditetapkan sebelumnya, pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional pengembangan sikap dan kepribadian profesional, pendidikan non formal seperti pendidikan keseteraan,pelatihan kerja, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan pasien anak usia dini, pendidikan kemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan ,
Home Schooling atau model pendidikan sebuah sekolah rumah mandiri
dengan memakai rumah sebagai basis pendidikannya, orangtua berbuat
langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, tujuan pendidikan, yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, dan metode dan praktek belajar , memungkinkan pasien anak berkembang sesuai dengan potensi diri para pasien masing masing,
pasien anak di rumah, mengundang guru privat , orang tua menjadi guru untuk proses belajar pasien anak–pasien anak karena kemampuan orang tua pasti terbatas. Peran utama orang tua dalam home schooling yaitu menjadi mentor dan fasilitator. Proses utama dan pembelajaran home schooling yaitu menumbuhkan dan menggerakkan
spirit belajar pasien anak sehingga pasien anak dapat menjadi pembelajar mandiri dengan model sekolah, model standar home schooling bebas merancang sesuai tujuan–tujuan pendidikan keluarga yang khas,,
yang ada yaitu entitas otonom yang saling berinteraksi dalam proses penyelenggaraan pendidikan,Jika siswa tidak dapat mengikuti
pendidikan formal di sekolah karena alasan tertentu, siswa itu berhak memilih pendidikan pilihan lain yang dapat memenuhi haknya sebagai warga negara untuk belajar karena setiap pasien anak berhak mendapatkan pendidikan, dalam bentuk apapun,
Kemunculan home schooling atau home education yang ditulis oleh mary griffith dalam buku berjudul “The Unschooling handbook, howe to use the whole world as your child’s clasroom”. Sekolah rumah tidak menjadi sebuah gerakan sampai tahun 1970 saat pendidik bernama Jont Holt, mulai
mengenalkan konsep sekolah rumah pada publik,
pada tahun 1997, holt mempublikasikan buletin berita yang dinamai “growing without schooling” untuk keluarga keluarga yang memiliki ide-ide untuk membantu pasien anak para pasien belajar di luar sekolah, ide–ide holt mempengaruhi banyak orang tua , konsep sekolah rumah sudah diterapkan lama oleh sebagian kecil warga,di homeschooling, pelajar bisa memiliki materi pelajaran apa yang mau dikaji tiap harinya sesuai dengan minatnya. sederhananya sekolah rumah menampatkan wewenang di tangan si pembelajar, kurikulum dan materi pembelajaran home schooling
yaitu kurikulum yang di desain sendiri namun tetap mengacu pada kurikulum nasional, bahwa mayoritas home schoolers memilih sendiri materi pembelajaran dan dari kurikulum yang tersedia, kemudian melakukan penyesuaian dengan kebutuhan pasien anak-pasien anak dan keadaan keluarga, memakai paket lengkap yang dibeli dari lembaga penyediaan kurikulum dan materi ajar, memakai materi dari sekolah satelit (portner home scholing) atau program khusus yang dijalankan oleh sekolah swasta setempat.proses belajar yang dilakukan home schooling, mengacu pada kurikulum sekolah. pilihannya terserah pada setiap keluarga. keluarga dapat memilih home schooling yang mengacu pada kurikulum nasional atau kurikulum lain, semisal kurikulum Cambridge IGCSE yang dipakai oleh sekolah sekolah internasioanal di Indonesia. Selain Cambridge IGCSE, banyak jenis kurikulum lain yang dibuat oleh pembuat kurikulum (curriculum provider) yang diakui negara pembuatnya,Jika kurikulum nasional yang diacu maka hanya ada
satu jenis kurikulum yang dibuat yaitu kurikulum yang dipakai di sekolah–sekolah, kurikulum sekolah ini dapat diperoleh di situs pusat kurikulum ,ada juga materi kurikulum yang dijual di toko buku. cara paling gampang dan praktis untuk mengetahui kurikulum nasional yaitu dengan melihat buku–buku pelajaran yang dipakai pasien anak sekolah,
walaupun memakai kurikulum nasional seperti sekolah, kreatifitas dari keluarga homeschooling tetap terbuka melalui banyak aspek di dalam proses belajar home schooling, yaitu dengan memodifikasi sesuai gaya belajar pasien anak agar memperoleh hasil yang maksimal, keluarga homeschooling menentukan sendiri buku referensi apa yang paling disukai, waktu belajar dan juga cara mempelajari suatu mata pelajaran. di luar mata pelajaran yang diujikan dalam ujian persamaan, pasien anak–pasien anak homeschooling tetap dapat mempelajari berbagai hal yang menjadi minat,
langkah-langkah melakukan home scholing, yaitu:
mendaftarkan orangtua untuk menyelenggarakan pembelajaran di rumah/lingkungan kepada komunitas belajar,mendaftarkan komunitas belajar pada bidang yang menangani kesetaraan pada dasar pendidikan kabupaten/kota setempat,mengadministrasikan sesuai dengan program paket belajar yang diikutinya, menyusun program belajar ,sesuai dengan program paket belajar yang diikuti, mengembangkan perangkat pendukung pembelajaran, melakukan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai secara berkala per-semester.
mengikutsertakan siswa yang sudah memenuhi persyaratan dalam ujian nasional.
home schooling dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.Sekolah rumah majemuk yaitu layanan pendidikan oleh para orangtua/wali terhadap pasien anak–pasien anak dari suatu lingkungan yang tidak selalu bertalian darah dalam keluarga, yang diselenggarakan di beberapa
rumah pendidikan yang ditentukan oleh suatu komunitas,
2. Sekolah rumah tunggal. Yaitu layanan pendidikan yang dilakukan orang tua/wali terhadap seorang pasien anak atau lebih terutama di rumahnya sendiri
1. kelebihan home schooling , yaitu:
menjadikan pendidikan moral keagamaan, lingkungan suasana belajar yang lebih baik,
memberi keleluasan bagi pasien anak untuk menikmati pembelajaran tanpa harus merasa tertekan dengan beban–beban target kurikulum,
memiliki waktu belajar yang lebih fleksibel,
memberikan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi pasien anak yang sakit atau cacat,
menghindari penyakit sosial seperti tawuran,kenakalan remaja (bullying), narkoba,memberikan keterampilan khusus seperti pertanian, seni, olahraga, boga, biaya pendidikan dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.
2. kekurangan home schooling , yaitu:
pasien anak belum tentu merasa cocok diajar guru sendiri, apalagi jika pihak orangtua tidak punya guru pilihan lain sebelumnya
tidak ada suasana kompetitif sehinggga pasien anak tidak bisa membandingkan sampai dimana kemampuannya dibandingkan pasien anak seusianya,
17. TERAPI PASIEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Terapi bagi Slow Learner
slow learner yaitu pasien anak dengan kecerdasan yang terbatas. pasien anak slow learner digolongkan Borderline Intelligence dengan skor IQ (69-89) (dalam skor WISC) Di dalam DSM IV , pasien anak yang mengalami slow learner tidak dapat dimasukkan ke dalam pendidikan berkebutuhan khusus (sekolah luar biasa), namun masuk dalam pendidikan formal dengan
kebutuhan sekolah inklusif, pasien anak dengan slow learner dianggap selalu mengalami siklus kegagalan di dalam menyelesaikan pendidikannya , Di saat dewasa pun pasien anak-pasien anak slow learner tetap mengalami kelemahan dalam kemampuan belajar para pasien ,sehingga mengalami putus sekolah namun, bila kondisi ini cepat diatasi dengan campurtangan khusus, banyak pasien anak yang memiliki kecerdasan terbatas mampu membangun ketrampilan untuk mengatasi permasalahan,
karakteristik dari pasien anak slow learner ,yaitu:
Kesulitan mengadaptasi konsep belajar baru pada situasi belajar yang baru.
Kesulitan dalam mengubah atau mengeneralisasi strategi belajar, keterampilan, pengetahuan, Kesulitan untuk memahami teknik pembelajaran dengan konsep yang abstrak. Kesulitan untuk mengorganisasikan materi baru, termasuk asimilasi informasi baru ,Kesulitan tata kelola waktu dan penentuan tujuan jangka panjang, Kesulitan dalam membangun motivasi cara hitung menulis membaca atau motivasi berprestasi. karena itu, pasien anak slow learner memerlukan dorongan ,
campurtangan untuk pasien anak Slow Learner
Metode pembelajaran yang dipakai untuk pasien anak Slow Learner jelas berbeda dengan pasien anak normal, strategi yang dipakai untuk campurtangan pasien anak yang mengalami slow learner antara lain increased instructional efficiency, motivational strategies,instruksi aktif dan konkret, advanced organizational strategy,
- Increasing Instructional Efficiency. : pasien anak slow learner belajar lebih lambat dibandingkan dengan teman-teman seusianya yang berkecerdasan rata-rata. pasien anak slow learner lebih mudah belajar setiap fakta-fakta yang terbatas dibandingkan temannya , Untuk memudahkannya dibuatlah instruksi yang terorganisasi dengan baik, seperti instruksi dengan bantuan komputer Tipe lingkungan ini memungkinkan slow learner untuk belajar fakta-fakta dalam mempelajari pelajaran sehingga mampu mengatasi keterbatasan yang para pasien alami,
- Academic Motivation : pasien anak slow learner di motivasi akademik penting untuk membangun resiliensi cara hitung menulis membaca dari slow learner. Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman di dunia nyata
membantu para pasien melihat keuntungan dari pembelajaran
- Social and Economic Needs : pasien anak slow learner seringkali mengalami kegagalan, memisahkan diri dari lingkungan sekolah. ini penting untuk mengidentifikasi dan mendorong siswa dengan slow learner dalam kegiatan lain yang memerlukan keterampilan,
- Concrete Instruction : pasien anak slow learner mengalami kesulitan untuk instruksi berkonsep abstrak, akan lebih efektif dengan instruksi berpendekatan: “lakukanlah,lihatlah, rasakanlah, sentuhlah”,
- Generalization : pasien anak slow learner dapat belajar dan berlatih
strategi belajar atau peraturan seperti yang telah diajarkan kepadanya, namun para pasien sangat sulit untuk mengetahui kapan, dimana, dan bagaimana peraturan itu diaplikasikan,
- Organizing Instruction : pasien anak slow learner dapat Membandingkan informasi-informasi yang dipelajari dengan keanekaragaman situasi situasi baru , pasien anak yang mengalami slow learner menjelaskan materi yang sudah para pasien kuasai sebelumnya untuk mempermudah penjelasan materi baru,memakai intruksi yang konkret, memberikan kesempatan untuk pengulangan dan latihan yang lebih sering, membangun dasar tata kelola waktu (basic time management),membuat aktivitas yang disukai pasien anak,
Terapi Penderita Autisme
pasien anak autis memiliki IQ di bawah 70 yang bisa digolongkan
sebagai retardasi mental, namun autisme berbeda dengan retardasi mental, penderita retardasi mental memperlihatkan hasil yang memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah tes inteligensi. berbeda dengan penderita autis, penderita autis mampu memperlihatkan hasil yang buruk pada hal yang berhubungan dengan bahasa dan logika namun penderita autis mampu memperlihatkan hasil yang baik pada kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, memiliki long term memori yang baik,
gangguan spectrum autisme yaitu suatu gangguan perkembangan, sehingga terapi yang diperlukan perlu dilakukan dalam jangka waktu yang lama, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap pasien anak memerlukan jenis terapi yang berbeda,
Terapi ABA
Applied Behavioral Analysis ABA yaitu jenis terapi yang telah dilakukan dengan sukses , berdasar hasil pengembangan penelitian dan didesain khusus untuk pasien anak dengan autisme, Sistem yang dipakai yaitu memberi pelatihan khusus pada pasien anak dengan memberikan hadiah hadiah pujian berkonsentrasi penanganan yang terletak pada pemberian hadiah hadiah pujian , setiap kali pasien anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam terapi ini, namun bila pasien anak berespons salah/tidak tepat maka ia tidak mendapatkan hadiah hadiah pujian ,
Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dijabarkan sebagai A-B-C; yaitu A (antecedent) yang diikuti dengan B (behavior) dan diikuti dengan C (consequence). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya,
Terapi Wicara
hampir semua pasien anak dengan autisme memiliki kesulitan dalam bicara berbahasa,non-verbal , kemampuan bicaranya sangat kurang, tidak mampu memakainya untuk berkomunikasi berinteraksi dengan orang lain,maka terapi wicara dan berbahasa sangat membantu, awalnya yaitu terapi oral motorik, termasuk pemijatan wajah dan berbagai terapi penggerakan lidah, bibir, dan rahang untuk memperkuat otot-otot mulut, dalam terapi makan dan mengunyah, dipakai beberapa macam makanan dengan tingkatan tekstur dan temperatur yang berbeda, sehingga dapat melatih kepekaan oral motorik pasien anak saat makan , terapis memberikan contoh pembentukan bunyi dan suku kata yang tepat kepada pasien anak, harus dilakukan selama aktivitas berlansung. tingkat kesulitan aktivitas bermain harus disesuaikan dengan usia dan intensitas autisme. terapis akan memberikan contoh bagaimana ber suara dengan tepat dengan cara memeragakan secara gamblang pergerakan lidah dan alat ucapan lainnya sehingga sebuah bunyi dapat dihasilkan ,
Terapi Okupasi
pasien anak autistik memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak geriknya kaku kasar, sulit menyuap makanan ke mulutnya,memegang pinsil , sendok ,maka terapi okupasi melatih mempergunakan otot -otot halusnya , Terapi okupasi sebagai salah satu bentuk psikoterapi suportif untuk meningkatkan aktivitas motorik , Terapi okupasi bermaksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan , mempermudah ,
terapi okupasi dibimbing oleh terapis melalui tuntunan gerakan ,
Terapi Fisik
Fisioterapi dan terapi integrasi rangsangan sebagai salah satu bentuk terapi untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan , mempermudah ,
pasien autistik yang memiliki tonus otot yang lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya lemah,
Terapi Bermain
seorang pasien anak autistik memerlukan bantuan dalam belajar bermain,
bermain berguna untuk belajar bicara, belajar berkomunikasi dan belajar betinteraksi sosial. seorang terapis membantu pasien anak dalam bermain dengan teknik-teknik tertentu, contoh penerapan terapi bermain bagi pasien anak-pasien anak pengidap autisme, yaitu :
terapi yang dilakukan oleh bromfield dengan berkonsentrasi terapinya memasuki ke dunia pasien anak, ini dilakukan agar terapis dapat memahami pembicaraan dan tingkahlaku pasien anak yang membingungkan dan
kadang tidak diketahui maknanya. bromfield mencoba menirukan tingkahlaku pasien anak untuk mencium membaui semua objek yang ditemui memakai suatu boneka yang juga membaui benda. apa yang dilakukan bromfield ternyata menarik perhatian pasien anak itu. bromfield berhasil menjalin komunikasi lanjutan dengan pasien anak itu memakai alat alat bermain lain ,
Terapi bagi Asperger's Syndrome
sindrom asperger merupakan suatu gejala kelainan perkembangan syaraf
otak yang namanya diambil dari seorang dokter berkebangsaan austria, hans asperger, yang pada tahun 1944 , hans asperger, menerbitkan makalah yang menjelaskan mengenai pola tingkahlaku dari pasien anak laki-laki yang
memiliki tingkat intelegensi tinggi , namun memperlihatkan tingkahlaku mirip autisme, makalahnya itu telah dipublikasikan sejak tahun 1940 , namun sindrom asperger baru dimasukkan ke dalam katergori dsm iv pada tahun 1994 dan dikenal akhir akhir ini,
pasien terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan
penglihatan, para pasien lebih menyukai pakaian yang lembut, makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu,
yang mana orang normal tidak mendengar atau melihatnya,
pasien memperlihatkan bermacam-macam karakter dan gangguan
itu. pasien pengidap sindrom asperger melakukan hal-hal yang sama berulang ulang,
para pasien mengalami kesulitan dalam membaca aba-aba bahasa tubuh dan kesulitan menentukan posisi badan dalam ruang orientasi ruang dan bentuk,
pengidap sindrom asperger memandang dunia dengan cara yang berbeda, beberapa pengidap sindrom asperger memiliki IQ tinggi ,
pengidap sindrom asperger dapat memotong pembicaraan orang lain atau membicarakan ulang pembicaraan orang lain, pengidap sindrom asperger memiliki kemampuan intelegensi normal sampai di atas rata-rata, terlihat berkemampuan tinggi, para pasien lemah dalam hal pengertian dan pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial, pemikiran pasien cenderung lebih
kaku, kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima
kegagalan yang dialaminya, tidak belajar dari kesalahan-kesalahanya,
pengidap sindrom asperger memiliki kesamaan sifat dengan pengidap autisme yaitu dalam menanggapi rangsangan rangsangan, pasien bisa menjadi hiper sensitif terhadap rangsangan tertentu dan akan terikat pada suatu tingkahlaku yang tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan ,
pengidap SA Sindrom Asperger kelihatan seperti tidak memperhatikan lawan bicara, mudah terganggu konsentrasinya dan dapat digolongkan sebagai pengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ,
pasien anak sindrom asperger menghindari kontak mata dan memperlihatkan sedikit ekspresi wajah, bahkan saat mendiskusikan suatu topik yang penuh emosi, pasien anak-pasien anak dengan asperger’s syndrome akan mendapatkan manfaat dari terapi wicara.
jenis-jenis terapi untuk pasien anak tunagrahita ,antaralain :
terapi fisioterapi
suatu terapi awal yang diperlukan oleh pasien anak tuna grahita dikarenakan tuna grahita terlahir dengan tonus yang lemah, dengan terapi awal ini berguna untuk menguatkan otot-otot ,di atasi dengan latihan-latihan penguatan otot,
terapi wicara
terapi yang diperlukan untuk pasien anak tuna grahita dengan keterlambatan bicara,
terapi okupasi
terapi ini di berikan untuk pasien anak dalam hal kemandirian, kemampuan dasar pemahaman, dan kemampuan rangsangan dan motoriknya.,terapi ini membantu pasien anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa memakai alat,
terapi remedial
terapi ini diberikan bagi pasien anak yang mengalami gangguan cara hitung menulis membaca kemampuan,
terapi kemampuan dasar
terapi ini diberikan bagi pasien anak yang mengalami gangguan kemampuan dasar pasien anak yang tidak dapatn berkonsentrasi,
terapi rangsangan integrasi
terapi ini diberikan bagi pasien anak yang mengalami gangguan pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri, gangguan pengintegrasian rangsangan, rangsangan visual, rangsangan taktil, rangsangan pendengaran, rangsangan keseimbangan,
terapi snoezelen
pada pasien anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik, keterlambatan berjalan diberikan terapi snoezelen yaitu suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk memengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada sistem rangsangan primer seperti visual, auditori, taktil. taste, dan smell dan sistem rangsangan internal seperti vestibular dan proprioceptif ,
terapi musik bagi untuk tuna rungu
seperti: pelatihan auditory, produksi suara (berbicara) dan perkembangan
bahasa, terapi musik menjadi suatu efek kedua untuk memperbaiki rasa sosial dan kepercayaan diri.