bab 3
GENODERMATOSIS
Veruka Vulgaris
Creeping Eruption (Hookworm-related Cutaneous Larva
Migrans)
Hand-foot-mouth Disease (Hfmd)
Epidermolisis Bulosa Yang Diturunkan
Akrodermatitis Enteropatika
Displasia Ektodermal
Iktiosis
Neurofibromatosis Tipe 1
Tuberous Sclerosis
Inkontinensia Pigmenti (Sindrom Bloch-sulzberger)
VERUKA VULGARIS
Veruka vulgaris atau kutil adalah infeksi virus human papilloma humanus pada kulit dan bersifat jinak. Predileksi penyakit ini pada jari, punggung tangan , kaki, Virus bisa ditularkan melewati kontak langsung maupun tidak langsung,
Veruka Kutan
memiliki permukaan .kasar berwujud papul nodul yang seperti duri,ada lesi kulit tunggal atau berkelompok, bersisik, Lesi muncul secara perlahan dan bisa bertahan dengan ukuran kecil, atau membesar. Lesi bisa menyebar
ke bagian tubuh lain,
berdasar area anatominya, veruka digolongkan menjadi:
Butcher’s wart: papul verukosa yang multipel pada palmar, periungual, dorsal palmar dan jari dari tukang potong daging,
Veruka mosaik: veruka plantar atau palmar yang meluas membentuk plak,
Veruka palmar dan plantar: lesi berwujud papul hiperkeratotik, tebal dan
endofitik yang terkadang ditambah rasa nyeri dengan penekanan,
berdasar morfologinya, veruka digolongkan menjadi:
Veruka plana: papul yang sedikit meninggi dengan bagian atas yang datar,
memiliki skuama yang sedikit,
Veruka filiformis: berbentuk seperti tanduk,
Veruka vulgaris: berbentuk papul verukosa yang bersisik,keratotik, kasar, Lesi bisa berkonfluens menjadi lesi yang lebih lebar,bisa berdiameter kurang dari 1 mm hingga lebih dari 1 cm ,
Veruka Mukosa
Lesi berwarna merah muda atau putih, kecil, berwujud papul lunak,
ada di gusi, palatum durum,mukosa labial, lidah, di uretra bisa menyebar ke kandung kemih,bisa dipicu karena kontak seksual
analisa Banding:
inflammatory linear verrucous epidermal nevus,Nevus epidermals,
Moluskum kontagiosum,Nevus melanositik,Keratosis aktinik,Focal palmoplantar keratoderma,Keratosis seboroik, Fibroma mole/skin tag ,Karsinoma sel skuamosa. Amelanotik melanoma,
Pemeriksaan Penunjang:
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada lesi yang memiliki analisa banding atau kelainan yang luas,pencitraan epidermal akantosis dengan parakeratosis,papilomatosis, hiperkeratosis, ada pemanjangan rete ridges kearah tengah veruka, dan
penonjolan pembuluh darah dermis yang memungkinkan terjadinya trombus. Dermoskopi
Pemeriksaan dermoskopi bisa membantu analisa dan diagnosa akhir terapi,
pencitraan (hemorrhagic) dot dikelilingi white halo yang dihubungkan
dengan papilomatosis, (hemorrhagic) streaks pada weight bearing
area palmoplantar, dan hairpin vessels,
pengobatan
tidak mencukur area yang ada kutil,Mengurangi risiko auto-inokulasi, seperti tidak menggaruk lesi, tidak menggigit kuku,
memakai alas kaki ketika memakai toilet umum,menghindari pemakaian barang pribadi secara bersamasama, Mengurangi risiko transmisi, seperti menutup kutil dengan bahan tahan air ketika berenang,
Jangan mencoba untuk mencabut lesi,Kutil bisa mengalami rekurensi,kutil bisa hilang tanpa pengobatan,Kurangi kontak dengan lesi karena bisa meningkatan risiko penularan ke bagian tubuh yang lain,
Agen destruktif:
Asam format,Asam salisilat,Fenol liquefaktum 80%,Kantaridin,Asam trikloroasetat & asam monokloroasetat,Perak nitrat 10%,
Agen virusidal: Glutaraldehyde
Agen antiproliferasi: Krim 5-florourasil 5%, Topical retinoids,
Terapi imunologi: Imiquimod,
Terapi intralesi: Antiproliferative agents
Lima-florourasil, lidokain, epinefrin,Bleomycin,Interferon beta,
Terapi oral: Zinc oral, Antagonis reseptor histamin,
Tindakan : Bedah pisau,Bedah beku,Bedah laser,Photodynamic therapy,
Dosis KDT (campuran Dosis Tetap = FDC) Untuk Tuberkulosis Kutis
Tabel Regimen OAT pasien anak kategori I
Tahap Durasi Dosis/hari/kali Jumlah
Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol hari/kali
300 mg 450mg 500 mg 250 mg obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Tabel Regiman KDT OAT pasien dewasa kategori I
Berat Tahap intensif Tahap lanjutan
Badan (Kg) Tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama
RHZE (150/75/400/275) 16 minggu
RH (150/150)
30-37 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥71 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
CREEPING ERUPTION (HOOKWORM-RELATED CUTANEOUS LARVA MIGRANS)
Penyakit yang dipicu oleh cacing tambang yang seharusnya hidup pada
hewan, contohnya Uncinaria stenocephala, Bunostomum phlebotomum,Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum,
Lebar lesi kira-kira 3 mm dengan panjang 15-20 cm,Lesi bisa tunggal atau multipel yang terasa gatal gatal bahkan nyeri, Lesi kulit muncul dalam 1-5 hari sesudah paparan berwujud plak eritematosa, vesikular berbentuk linear dan serpiginosa.
Predileksi kelainan ini pada kaki dan bokong.Karena infeksi ini memicu reaksi inflamasi eosinofilik, pada beberapa pasien bisa ditambah dengan wheezing, urtikaria, dan batuk kering.Penyakit ini bersifat swasirna sesudah 1-3 bulan. Karena rasa gatal gatal yang
lama dan berat jika digaruk berisiko terjadi infeksi sekunder.
Pada lokasi endemik, pakailah pelindung berwujud sepatu atau sandal.
Tidak duduk langsung di atas pasir/tanah atau alas yang terbuat dari bahan
yang tipis,pakailah matras atau kursi sebagai alas duduk.
analisa Banding
Infestasi parasit lain yaitu herpes zoster, dermatitis venenata,gnathostomiasis, dracunculiasis, skabies, tinea korporis,
pengobatan
Salep thiabendazol 10-15%** dioleskan 3 kali sehari selama 5-7 hari. bisa
diberi pada pasien anak berusia kurang dari 2 tahun atau berat badan kurang
dari 15 kg,Salep albendazol 10% dioleskan 3 kali sehari selama 7-10 hari.
menjaga kebersihan kulit dengan mandi 2 kali sehari dengan sabun,
mematikan larva cacing,
Sistemik ,Albendazol 400 mg untuk pasien anak usia >2 tahun atau >10 kg selama 3-7 hari berturut-turut,
Ivermektin 200 µg/kg dosis tunggal, dosis kedua diberi bila gagal.
Sebaiknya tidak diberi pada pasien anak berusia kurang dari 5 tahun atau
berat badan kurang dari 15 kg,Thiabendazol 50 mg/kg/hari selama 2-4 hari.
Bedah beku dengan nitrogen cair atau etil klorida bisa dicampuran albendazol.
HAND-FOOT-MOUTH DISEASE (HFMD)
Penyakit yang dipicu enterovirus nonpolio, paling sering coxsackievirus
enterovirus, coxsackievirus A5, A7, A9, B2, dan B5. Lesi kulit muncul sesudah lesi oral, terutama di telapak dan sisi tangan dan kaki, bokong, kadang genitalia eksterna dan wajah,Penyakit ini bersifat swasirna dan jarang menimbulkan komplikasi, Kelainan tersering berwujud lesi multipel ditambah nyeri pada lidah, mukosa bukal, palatum durum, orofaring, Lesi mudah terkikis dan menjadi erosi berwarna kuning keabuan dikelilingi eritema,Lesi oral dimulai makula dan papul berwarna merah muda yang berkembang menjadi vesikel kecil dengan eritema di
sekelilingnya. Gejala nya demam 38-39° C selama 1-2 hari, gejala ISPA,malaise, nyeri perut, Lesi kulit berkembang mirip dengan lesi oral. Lesi yang sudah berkrusta akan sembuh dalam waktu 7-10 hari,
analisa Banding
Herpes gingivostomatitis,Herpanginaz,Varisela, Erupsi obat, Eritema multiforme,
Pemeriksaan Penunjang tidak diperlukan. Jika terjadi epidemik, bisa dilaksanakan kultur atau PCR untuk menentukan strain,
pengobatan
Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Cairan intravena
diberi kepada pasien dengan dehidrasi atau tidak bisa makan/minum.
Isolasi orang yang sedang sakit, Lidokain topikal , Interferon α2β spray ,belum ada antivirus yang efektif untuk HFMD. Jika ada demam atau nyeri bisa diberi obat-obatan over the counter.
EPIDERMOLISIS BULOSA YANG DITURUNKAN
kelainan mekanobulosa yang diturunkan secara genetik, ditandai oleh bula pada kulit, kadang mukosa, akibat trauma gesekan ringan ,
klasifikasi berdasar fenotip klinis dan genotip, yaitu:
Sindrom Kindler (SK),EB-Simpleks (EBS),Junctional EB (JEB),Dystrophic EB (DEB),
pemeriksaan EBS
Hiperhidrosis, bisa ada milia, onikodistrofi,Bula tegang muncul sesudah gesekan,
pemeriksaan EBJ
Erosi dan bula pada kulit dan mukosa generalisata, terutama di punggung dan bokongb ula dan erosi muncul tidak lama sesudah lahir,
Onikodistrofi hingga kuku hilang. Distrofi gigi dan enamel yang berbentuk “co beratbadan le-stone”.
pemeriksaan EBD
.Bula bisa muncul spontan terutama di area tekanan. Bila sembuh
meninggalkan skar, atrofi, hiper- atau hipopigmentasi dengan milia di atas
skar.Erosi atau bula luas muncul ketika atau segera sesudah lahir.
Pada EBD resesif, ada erosi gastrointestinal,
pemeriksaan SK
Bula generalisata ketika lahir, ada onikodistrofi,poikiloderma, fotosensitivitas, skar
atrofi, bisa terjadi striktur uretra, ektropion.,kolitis berat, esofagitis,
pemeriksaan Hiperplasia gingiva.
EBDASI bisa dipakai untuk memantau terapi dan derajat keparahan
penyakit, sehingga mencegah munculnya kerusakan yang permanen.
Untuk pengukuran aktivitas penyakit dan kerusakan kulit yang terjadi, dipakai
Epidermolysishh Bullosa Disease Activity and Scarring Index (EBDASI) dengan
menilai kulit kepala berambut, kulit, membran mukosa, kuku, permukaan epitel ,
analisa Banding
pemfigoid sikatrisial,Porphyria cutanea tarda,Pseudoporphyria cutanea tarda, Pemfigus vulgaris, pemfigoid bulosa, Bullous systemic lupus erythematosus,
Linear immunoglobulin A bullous disease,
Pemeriksaan Penunjang:
Imunofluoresens,Mikroskop elektron,Pemeriksaan darah (anemia), Histopatologi,
pengobatan
Pada kondiri berat harus dirawat intensif
Melindungi kulit terbuka dan mencegah infeksi/sepsis, terapi paliatif,
Menghindari terbentuknya bula dan perawatan luka,
pemberian pelembap dan dressing, menjaga kebersihan kulit untuk mencegah infeksi.
Antibiotik untuk bagian yang mengalami erosi atau ekskoriasi, dirawat
terbuka sesuai perawatan luka atau antifungal bila terkena infeksi jamur.,
pemakaian modern wound dressing dan madu ,
Mandi dengan klorheksidin atau garam mandi., Untuk nyeri berat: opioid, anxiolytic, amitriptilin, gabapentin, Untuk nyeri ringan: parasetamol atau pasien ibuprofen
AKRODERMATITIS ENTEROPATIKA
adalah salah satu penyakit genodermatosis yang bersifat autosomal resesif
muncul pada usia pasien bayi jarang terjadi , pemicu belum diketahui mungkin dipicu gangguan penyerapan seng/ karena mutasi gen SLC39A4 pada
kromosom 8q24.31,5 yang mengode transporter seng ZIP4 dan memicu defek
absorpsi seng di usus halus, Perjalanan penyakit ini lambat , namun jika tidak diatasi akan memicu komplikasi berwujud gangguan pertumbuhan, infeksi sekunder, gagal multi organ, kematian,
penyakit Terjadi beberapa minggu sesudah lahir pada pasien bayi yang
diberi susu formula,Gejala khas lesi kulit pada area akral dan periorifisial, diare,
alopesia,intertriginosa,Predileksi: periokular, perioral, anogenital, akral, jari tangan dan kaki, gejala sistemik akibat defisiensi seng berwujud gangguan
pertumbuhan, sistem imun, penyembuhan luka,Kelainan kulit: penyebaran simetris berwujud bercak eritematosa yang berskuama, berbatas tegas, bisa menjadi lesi psoriasiformis, erosi,vesikobulosa, pustulosa,
analisa Banding:
Acrodermatitis enteropathica-like syndrome (AES) terdiri dari:
Acquired zinc deficiency (AZD),Acrodermatitis enteropathica-like eruption (AELE)
Pemeriksaan
Pengukuran kadar seng plasma: <50 μg/dl (normal: 70- 250 μg/dl, defisiensi ringan: 40-60 μg/dl)
pengobatan
Mengonsumsi suplemen makanan mengandung seng,makanan mengandung seng dengan bioavailabilitas tinggi (telur,daging, unggas, ikan)
Sesuai kondisi kulit, contohnya antibiotik topikal bila ada infeksi sekunder.
Seng ( zinc sulfate) per oral 3-5 mg/kg berat badan/hari.
Pada masalah penyakit AE berat, diberi zinc chloride dengan dosis 10-20 mg
secara parenteral,
Mengonsumsi makanan yang mengandung seng dengan bioavailabilitas
tinggi.
Kontrol setiap 6 bulan sekali secara teratur, untuk pemantauan kadar seng
plasma dan tembaga,
DISPLASIA EKTODERMA
adalah kelainan genetik pada jaringan yang berasal dari ektodermal (rambut, kuku, gigi, kulit, dan glandula sebasea),
Displasia ektodermal hipohidrotik (displasia ektodermal anhidrotik, sindrom
Christ-Siemens-Touraine)
diturunkan secara terkait-X (XLHED; MIM MIM#305100) atau
dominant autosomal (MIM#129490) atau resesif (MIM#305100).
Pada pasien laki laki yang terkena ekspresinya lengkap,
Pori-pori kelenjar keringat tidak bisa dilihat pada pemeriksaan fisik dan rigi
sidik jari tidak tampak jelas,
Gangguan kemampuan berkeringat ,terkena intoleransi panas ,
Pada pasien laki laki yang terkena, ketika lahir ada membran kolodion atau
dengan skuama, mirip iktiosis kongenital,Rambut kepala jarang, tipis, dan tumbuh lambat. Rambut tubuh yang lain jarang atau tidak ada,
pasien memperlihatkan intoleransi panas dengan episode hiperpireksia, yang bisa
memicu kejang dan defek neurologis, keriput dan hiperpigmentasi periorbital yang khas, Hiperplasia kelenjar sebaseus terutama pada wajah, tampak sebagai
papul-papul miliar seperti mutiara, berwarna kecoklatan sampai putih mirip milia.
tidak adanya puncta lacrimal,
pada wanita pembawa gen (carrier) bisa tanpa kelainan, atau jika ada
kelainan penyebaran patchy.dipicu mutasi pada gen EDA (MIM *300451), EDAR (MIM *604095) dan EDARADD (MIM *06603).
Wanita karier memperlihatkan pencitraan kulit normal dan tidak normal mengikuti
garis Blaschko.pencitraan Klinis Sistemik, Hipodonsia, oligodonsia, atau anodonsia pada X-LHED pada pasien laki laki ,
Hypoplastic gum ridges pada pasien bayi yang terkena petunjuk pertama penyakit, pencitraan khas: gigi primer dan sekunder berbentuk peg shaped.
Wajah khas dengan frontal bossing, depressed nasal bridge, saddle nose,
bibir bawah yang besar,
suara mirip suara kuda, dan frekuensi asma meningkat.Refluks gastroesofageal dan kesulitan makan.Manifestasi otolaringologis: sekresi nasal kental dan impaksi, sinusitis, infeksi saluran nafas atas berulang dan pneumonia, produksi saliva berkurang,
Wanita pembawa gen X-LHED bisa terkena sama beratnya dengan
pasien pasien laki laki atau hanya memperlihatkan sedikit tanda penyakit ini.
Intoleransi terhadap panas, bila ada, ringan. Kelainan pada gigi
bisa berwujud anodonsia atau peg–shaped, dan rambut kepala tipis atau
patchy. Pemeriksaan dermatologis yang teliti terhadap kulit wanita pembawa
gen sering ada keringat dari pori-pori berkurang ,
analisa banding
analisa HED cepat diketahui jika sudah ada dugaan sebelumnya
Kulit berskuama ketika lahir: iktiosis kongenital,
Demam berulang sering diperkirakan infeksi,
Pemeriksaan pori-pori keringat dan foto panorama rahang
Displasia ektodermal hidrotik (Sindrom Clouston; MIM 129500)
pemicu: mutasi pada gen connexin, GJB6 atau connexin 30 pada kromosom
13q11-q
pencitraan klinis
makula hiperpigmentasi retikular atau difus. Kulit di atas lutut, siku, jari, dan sendi sering menebal dan hiperpigmentasi,diperoleh alopesia selokasi,Rambut kepala wry, brittle, berwarna terang, Kuku tampak menebal dan terjadi perubahan warna; sering ditambah infeksi paronikia persisten.
leukoplakia oral, tuli sensorineural, polidaktili, Kelainan pada mata termasuk katarak prematur,strabismus, pterigium, konjungtivitis ,ada karies gigi,
sindaktili, poromatosis ekrin difus,
berkeringat normal dan kelenjar sebaseus berfungsi normal
analisa banding
Kelainan pada kuku: paronikia kongenital
Palate Syndrome ,Sindrom AEC, Ankyloblepharon Filiforme Adnatum-Ectodermal Dysplasia-Cleft
pemicu: Sindrom AEC: kelainan dominan autosomal dengan penetransi lengkap dan ekspresi bermacam ragam,
pemicu: Mutasi yang memicu EEC dan AEC terletak pada kelompok yang berbeda pada gen ,mutasi pada tumor suppressor gene p63, gen yang juga berperan
pada patogenesis sindrom EEC, limb-mammary syndrome, acro-dermatoungual-lacrimal-tooth (ADULT) syndrome.
Celah palatum dengan atau tanpa celah bibir, Hipodonsia dengan gigi yang tidak tumbuh atau salah tumbuh, Otitis media berulang dan kehilangan pendengaran konduktf sekunder, yang mungkin adalah konsekuensi celah palatum,
90% pasien bayi yang terkena, pada ketika lahir diperoleh Skuama akan mengelupas dalam beberapa minggu dan kulit di bawahnya kering dan tipis, kulit mengelupas dan erosi superfisial, mirip membran kolodion.
Alopesia patchy, dan rambut kepala yang ada sering wiry, kasar dan
berwarna terang. Rambut tubuh jarang , diperoleh dermatitis erosif kronik dengan granulasi tidak normal pada kulit kepala dan infeksi bakterial rekuren kulit kepala ,
ada atresia atau obstruksi duktus lakrimalis,
Kuku normal atau hiperkonfeks dan menebal, distrofi parsial atau bahkan tidak
ada kuku,Sindrom EEC, Ectrodactyly-Ectodermal Dysplasia-Cleft Lip/Palate Syndrome Sindrom ini diturunkan secara dominan autosomal yang melibatkan jaringan mesodermal,ektodermal ,
pencitraan Ektrodaktili diperoleh juga celah bibir/palatum, hipotrikosis, hipodonsia, distrofi kuku, anomali duktus lakrimalis, hipohidrosis,
Kelainan genitourin hipospadia glandular, uretheric reflux, hidronefrosis
Pada masalah penyakit tanpa celah bibir/palatum, filtrum pendek, broad nasal tip,morfologi wajah khas dengan hipoplasia maksilaris, hipohidrosis ringan,
Kelainan gigi termasuk mikrodonsia dan oligodonsia dengan hilangnya gigi
sekunder yang pertama ,karies berat.,Kuku bisa hipoplastik dan distrofik.Retardasi mental terjadi pada 5-10% masalah penyakit,
analisa banding
Aplasia kutis kongenital dengan defek ekstremitas (sindrom Adams-Oliver;
MIM 100300),Odontotrichomelic syndrome (MIM 273400),
Ektrodaktili dengan celah palatum tanpa displasia ektodermal (MIM 129830)
Pemeriksaan
analisa pasti ditegakkan dengan adanya mutasi pada gen yang terlibat,
pengobatan
saliva artifisial ,Pelembab untuk kulit kering, air mata artifisial
Antibiotik bila terjadi infeksi, menghindari udara panas, dan mengurangi aktivitas yang memicu berkeringat. Menjaga keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi) dengan berada di ruang sejuk (ber-AC) atau lembab, mandi air dingin, pakaian tipis, banyak minum,
IKTIOSIS
Iktiosis adalah kelainan kulit genetik dipicu kelainan kornifikasi yang
heterogen muncul sejak lahir atau sesudahnya, terbatas hanya pada kulit atau kelainan multisistem,
Iktiosis diklasifikasikan berdasar ditambah atau tidak ditambah sindrom
1. Iktiosis lamelar (Nonbullous congenital ichthyosiform erythroderma, Nonerythrodermic autosomal recessive lamellar ichthyosis)
pasien bayi ketika lahir terbungkus membran kolodion ditambah
eritroderma secara bertahap menjadi skuama lebar generalisata.Skuama lebar, melekat di tengah dan meninggi pada tepinya, sering menimbulkan fisura superfisial, ada pada hampir seluruh tubuh, Skuama berwarna coklat gelap, pipih membentuk pola mosaik dengan eritroderma atau tidak ada. muncul distrofi kuku berwujud penebalan lempeng dan rigi kuku,konjungtivitis, dan keratitis ada alopesia sikatrisial terutama pada bagian perifer skalp, ada aurikular,ektropion, eklabium, dan hipoplasia kartilago nasal , Ektropion parah memicu madarosis,
2. Epidermolitik hiperkeratosis (Bullous congenital ichthyosiform erythroderma of
Brocq, Bullous ichthyosis)muncul sepsis dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sejak lahir ada erosi dan kulit denuded yang luas dan eritroderma;
dipicu oleh trauma proses persalinan , bula berkurang tampak hiperkeratosis berat,kerontokan rambut,kelainan batang rambut,
3. Iktiosis vulgaris
Skuama putih keabuan yang luas terutama pada ekstensor ektremitas dan
badan,Tidak diperoleh ketika lahir, muncul dalam tahun pertama kelahiran,
Skuama melekat di tengah, dengan fisura superfisial pada stratum korneum pada tepinya, ditambah keratosis folikularis, terutama pada aksentuasi palmoplantar, pasien anak,
4. Iktiosis resesif terkait X (X-linked XRI) XRI adalah iktiosis ke-2 terbanyak.
ketika lahir skuama halus tidak terlihat nyata, mulai usia 2-6 bulan tampak
hiperkeratosis tebal berwarna coklat gelap sampai kuning kecoklatan
menutupi preaurikular,badan, ekstremitas, leher,
Kelainan mata jarang, ada opasitas kornea asimtomatik.
analisa Banding :
-Iktiosis lamelar
Trikotiodistrofi,Sindrom Sjogren-Larsson,Sindrom Netherton,
Eritroderma iktiosiformis kongenital (congenital ichthyosiform erythroderma)
- Epidermolitik hiperkeratosis,
Nekrolisis epidermal toksik,Staphylococcal scalded skin syndrome,
Pemeriksaan Penunjang histopatologi
analisa pasti: riwayat keluarga dan pemeriksaan tambahan, contohnya pemeriksaan histopatologi atau biokimia untuk mengabaikan iktiosis resesif terkait-X (X-linked recessive ichthyosis), contohnya tes elektroforesis lipoprotein,steroid sulfatase ,
pengobatan
hidrasi, pelembap, dan keratolitik bila perlu.
-Iktiosis Lamelar
Terapi topikal dan sistemik: sama dengan epidermolitik hiperkeratosis (bullous
congenital ichthyosiform erythroderma)
Iktiosis Vulgaris
Iktiosis vulgaris tidak boleh diterapi dengan salep yang mengandung
salisilat karena bisa memicu keracunan ,
Iktiosis vulgaris menanggapi baik terhadap salep topikal yang mengandung
urea atau asam laktat.Hati-hati pemakaian urea pada area tubuh yang luas sebelum usia 1tahun , dipicu oleh absorpsi perkutan.
-Epidermolisis Hiperkeratotik
pasien bayi dengan eritema, bula, erosi luas, dan kulit yang denuded memerlukan
perawatan di neonatal intensive care unit. Harus dihindari trauma terhadap
kulit dan munculnya bula, pemantauan terhadap terjadinya sepsis.
terapi dengan antibiotik spektrum luas,
Terapi sistemik
Meskipun antibiotik oral mengatasi bula dan superinfeksi bakterial, terapi preventif yang terus-menerus (antibiotik oral atau topikal) harus dihindari karena risiko resistensi bakterial.
Retinoid oral mengurangi hiperkeratosis dan frekuensi infeksi pada pasien dengan EH generalisata, obat ini meningkatkan fragilitas epidermis dan memicu
eksaserbasi bula. memulai terapi dengan dosis yang rendah ,
Untuk iktiosis yang tidak ditambah sindrom (iktiosis vulgaris, iktiosis lamelariktiosis resesif terkait X, epidermolitik hiperkeratosis), jangka panjang
maka diberi emolien seumur hidup.
Hindari Nutrisi tinggi protein,suhu panas,Hindari trauma pada EHK,Pemakaian pelembap terus menerus
Terapi topikal
Aplikasi topikal asam salisilat dan asam laktat harus hati-hati karena risiko absorbsi sistemik.Tretinoin topikal dan preparat Vit D efektif namun memicu iritasi kulit. terapi hiperkeratosis epidermolitik adalah simtomatik.Hiperkeratosis yang luas, tebal, keras memerlukan hidrasi, lubrikasi, terapi keratolitik (krim dan lotion yang mengandung urea, asam salisilat, asam alfa hidroksi, atau propilen glikol). Namun tidak bisa ditoleransi pada pasien pasien anak karena adanya rasa terbakar dan stinging jika ada fisura atau kulit denuded.
Infeksi kulit bakterial biasa diperoleh pada hiperkeratosis epidermolitik dan
memicu bula sehingga memerlukan terapi topikal dengan salep
antibiotik oral,
Pemakaian lubrikans dan emolien setidaknya 2 kali sehari sesudah mandi, antiseptik, contohnya sabun antibakterial, klorheksidin, atau iodin
membantu mengatasi kolonisasi bakterial,
Berendam untuk melembabkan kulit dan abrasi mekanis pada stratum
korneum yang menebal gosok hati-hati dengan sikat lembut, spons
NEUROFIBRODERMATOSIS TIPE 1
Kondisi autosomal dominan ditandai dengan cafe-au-lait, neurofibroma kutaneus atau plexiform, freckling intertriginosa, glioma optikum, nodul lisch iris, lesi tulang yang khas ,Neurofibroma: benign nerve sheath tumors, dengan pencitraan massa diskret yang muncu dari saraf perifer,
Dua atau lebih neurofibroma tipe apapun atau satu neurofibroma pleksiform,
Enam atau lebih makula cafe-au-lait lebih besar dari 5 mm pada masing masing pasien prepubertal, dan lebih dari 15 mm pada masing masing pasien postpubertal, Freckling pada regio aksila atau inguinal, dibawah payudara.
Dua atau lebih nodul Lisch iris., Glioma optikum ,Lesi tulang yang bisa dibedakan seperti sphenoid displasia atau penipisan korteks tulang panjang dengan atau tanpa pseudarthrosis, (orang tua, saudara) dengan NF-1
analisa Banding:
Multipel lipomatosis,Sindrom Proteus, Neurofibromatosis tipe 2, Familial cafe-au-lait spots,Sindrom LEOPARD,Tuberous sclerosis,
Pemeriksaan
Genetic testing untuk kondisi tertentu , Pemeriksaan histopatologi ,diagnosa akhir radiologik
pengobatan
konsultasi ophtalmologik,genetik,ortopedi,Vitamin D3 analog ,
Bedah eksisi untuk neurofibroma kutaneus,Bedah Laser untuk cafe-au-lait spots
TUBEROUS SKLEROSIS
adalah genodermatosis yang diturunkan secara dominan autosomal, gejala hamartoma di berbagai organ terutama kulit, ginjal ,otak, mata, jantung, penyakit ini dipicu oleh mutasi pada 2 gen yang berbeda, yaitu dan TSC2 pada kromosom 16p13 dan TSC1 pada kromosom 9q34 ,
syarat analisa secara genetik
Mutasi patogenik pada TSC1 atau TSC2 pada DNA dari jaringan normal
Catatan: 10-25% pasien TSC tidak ada mutasi pada pemeriksaan genetik konvensional
syarat analisa secara klinis
pencitraan major Makula hipomelanotik (≥3, diameter sekitar 5 mm)
Angiofibroma (≥3) atau plak fibrosa di dahi, Limfangioleiomiomatosis (LAM)‡Nodul-nodul subependimal,Displasia kortikal’,Fibroma ungual (≥2),Subependymal giant cell astrocytoma,Angiomiolipoma (≥2)‡
Shagreen patch, Hamartoma retinal multipel,Rhabdomioma kardial,
pencitraan Minor
Patch retinal akromik,Fibroma intraoral (≥2),Lesi kulit “confetti”, Lekuk-lekuk pada enamel dental (>3),Kista renal multipel,Hamartoma nonrenal,
analisa possible: 1 pencitraan major atau ≥2 pencitraan minor
analisa definitif: 2 pencitraan major atau 1 pencitraan major ditambah ≥2 minor.
Termasuk tuber dan cerebral white matter radial migration lines,
‡ campuran 2 pencitraan klinis major LAM dan angiomiolipoma tanpa pencitraan lain tidak memenuhi syarat analisa definitifanalisa Banding,
Hipopigmentasi: vitiligo,Kejang: epilepsi,
Angiofibroma: xantoma, moluskum kontagiosum,akne vulgaris, akne rosasea, trikoepitelioma, trikilemoma, milia,
Kalsifikasi intrakranial: toksoplasmosis kongenital ,sindrom Sturge-Weber,
Pemeriksaan Penunjang:
USG/MRI: mencari tumor organ internal ,
Rontgen tulang kepala/CT scan (ada tuber)
Konsultasi tenaga medis spesialis saraf: epilepsi,mata: fakoma, glioma
pengobatan
Angifibroma bisa diterapi dengan dermabrasi, elektrokauter, atau laser.
Pencegahan kejang, terutama pada usia pertama, bisa meningkatkan
perkembangan mental. Intervensi neurologis diperlukan bila terjadi
tanda peningkatan tekanan intrakranial (contohnya nyeri kepala, muntah,
gangguan penglihatan, edema papil),tanpa terapi, kecuali bila ada tumor yang mengganggu fungsi atau estetika
Tabel rekomendasi pengobatan pasien yang dicurigai TSC4
Sistem organ atau area khusus: Mata
Rekomendasi :
Lakukan diagnosa akhir oftalmologi lengkap, termasuk fundoskopi, untuk
mengetahui adakah lesi pada retina dan gangguan lapang pandang
Sistem organ atau area khusus: Jantung
Rekomendasi :
Lakukan EKG pada semua usia untuk mencari defek konduksi
Lakukan EKG pada pasien pasien anak, terutama bila umur <3 tahun
ekokardografi fetal untuk deteksi masing masing pasien dengan
risiko tinggi gagal jantung sesudah melahirkan, jika pada pemeriksaan USG prenatal dicurigai ada rhabdomioma,
Sistem organ atau area khusus: Genetik
Rekomendasi :
Tawarkan tes genetik untuk konsultasi keluarga atau jika analisa
TSC dicurigai namun tidak bisa dikonfirmasi ,Riwayat penyakit keluarga sampai 3 generasi untuk mencari anggota keluarga yang mempunyai TSC
Sistem organ atau area khusus: Otak
Rekomendasi :
Pada masa pasien bayi, pelajaran orangtua untuk mengenali spasme infantil,
walaupun tidak terjadi pada ketika dianalisa pertama kali,
diagnosa akhir untuk TSC-associated neuropsychiatric disorder (TAND)
Lakukan MRI otak untuk menemukan tuber, subependymal giant cell astrocytomanodul sub ependimal, defek migrasional, Lakukan baseline EEG rutin, jika tidak normal, jika pencitraan TAND juga ada, lakukan follow up dengan 24 jam video EEG untuk menilai aktifitas kejang subklinis,
Sistem organ atau area khusus: Ginjal
Rekomendasi :
diagnosa akhir fungsi renal dengan menghitung kecepatan filtrasi glomerular (glomerular filtration rate),Skrining hipertensi dengan mengukur tekanan darah ,
Lakukan MRI abdomen untuk mengetahui adanya kista renal ,angiomiolipoma
Sistem organ atau area khusus: Paru-paru
Rekomendasi :
Lakukan baseline tes fungsi paru (pulmonary function test/PFT dan
tes berjalan 6 menit) dan high-resolution chest computed
tomography (HRCT), meski asimtomatik, pada pasien dengan risiko
limfangioleiomiomatosis (LAM), terutama pada pasien pasien wanita
usia >18 tahun. Pasien pasien laki laki pasien dewasa, jika simtomatik, juga
sebaiknya dilaksanakan tes itu
Sistem organ atau area khusus: Kulit
Rekomendasi :
Lakukan inspeksi klinis dermatologi/pemeriksaan secara detil
Sistem organ atau area khusus: Gigi
Rekomendasi :
Lakukan inspeksi klinis dental/pemeriksaan
INKONTINENSIA PIGMENT (SINDROM BLOCH-SULZBERGER)
Inkontinensia pigmenti adalah sindrom neurokutan yang diturunkan secara
dominan terkait X dan letal in utero pada sebagian besar pasien laki laki yang terkena dan ekspresinya bermacam ragam pada wanita,memicu Berbagai kelainan rambut, kuku, tulang, gigi, mata, saraf
pemicunya yaitu Mutasi pada gen NEMO (nuclear factor-kappa B (NF-B) essential modulator) pada kromosom Xq28 ,
Manifestasi pada kulit dibagi menjadi 4 stadium, namun tidak seluruh
stadium muncul , stadium bisa tumpang tindih. Kelainan yang terjadi
pada kulit mengikuti garis Blaschko. Lesi kulit pada stadium yang berbeda ditandai dengan :
Stadium 1: pustul,eritema, vesikel ,Stadium 2: hiperkeratosis,papul, lesi verukosa,
Stadium 3: hiperpigmentasi,Stadium 4: skar/sikatriks,hipopigmentasi, atrofi ,
Stadium 1 terjadi minggu pertama kelahiran, gejalanya: vesikel atau pustul yang muncul di atas kulit yang eritem. Vesikel/bula sembuh dalam beberapa minggu dan kadang diikuti oleh erupsi baruVesikel ada di manapun pada tubuh namun tidak pada wajah. erupsi vesikobulosa tampak pada ketika atau segera sesudah lahir, dan mengikuti garis Blaschko. Stadium 1 berakhir dalam 4 bulan, meskipun episode erupsi vesikobulosa pernah kambuh pada sebagian masalah penyakit pada usia pasien dewasa yang dipicu oleh demam infeksi,
Lesi hiperkeratotik pada stadium 2 muncul lebih pertama (usia 4 minggu).
lesi muncul pada ekstremitas bawah, ketika lesi vesikobulosa mulai
menyembuh, lesi hiperkeratotik menyembuh dalam 6 bulan,
Stadium 3 adalah lesi paling khas, berwujud garis hiperpigmentasi, pada badan mengikuti garis Blaschko. Hiperpigmentasi memudar dan menghilang pada
akhir usia dekade ke-2,
Stadium 4 terjadi pada sebagian kecil pasien , Pada kuku diperoleh rigi, pitting, onikogrifosis, tumor hiperkeratotik subungual, alopesia sikatrikal pada verteks,
ditandai oleh patch atau alur hipopigmentasi tidak berambut terutama pada tungkai bawah, Kelainan neurologis : motorik, mikrosefalus, kejang, paralisis spastik, retardasi mental ,Manifestasi okular asimetris berwujud: iskemia retina,
neovaskularisasi retina dengan perdarahan dan eksudasi, gliosis preretina,hipoplasia iris, uveitis, ftisis; nistagmus, strabismus, miopia.
atrofi optik dan hipoplasi foveal; mikroftalmos, katarak, pigmentasi konjungtiva,perubahan kornea, Anomali kardiovaskular termasuk: insufisiensi trikuspidalis, hipertensi pulmonal,fibrosis endomiokardial, tetralogi Fallot asianosis ,Kelainan gigi berwujud tidak tumbuh gigi, gigi bentuk konus ,
analisa Banding
Lesi verukosa: nevus linear epidermal ,Lesi hiperpigmentasi: sindrom Naegeli-Francheschetti-Jadassohn,
Lesi vesikular: akropustulosis infantil, miliaria rubra,herpes simpleks, varisela, impetigo, kandidiasis, eritema toksikum, melanosis pustular,
Pemeriksaan :histopatologik,
analisa pasti dengan adanya mutasi gen NEMO pada kromosom Xq28
pengobatan
penyakit dan progresivitas: kelainan tidak hanya di kulit namun
bisa mengenai organ lain. Kelainan kulit menjadi hipopigmentasi pada
stadium 4, kemudian bisa sembuh,
pola penurunan genetik dan risiko pada setiap kelahiran pasien anak
pasien wanita, bila pasien laki laki terkena, berat dan fatal,
pemantauan neurologik yang teliti karena keikutsertaan saraf pusat sering bermanifestasi dalam minggu-minggu pertama kelahiran,
Terapi lesi vesikel/bula untuk melindungi terhadap infeksi dan skar.
Pada stadium 2-4, kulit kering dan perawatan kulit dengan pelembab
adanya squint dan ambliopia Bergantung pada keikutsertaan organ yang terkena. baik jika hanya mengenai kulit.,
DERMATO-ALERGO-IMUNOLOGI
Pemfigus
Erupsi Obat Alergi
Cutaneus lupus eritematosus khusus dan khas
Dermatitis atopik
Dermatitis herpetiformis Duhring
Dermatitis kontak iritan
Dermatosis IgA linear
Pemfigus
Pioderma gangrenosum
Psoriasis
Urtikaria
Dermatitis kontak alergi
PEMFIGUS
Pemfigus adalah Penyakit ini memicu terbentuknya bula pada kulit dan membran mukosa,penyakit Pemfigus autoimun kronik akibat autoantibodi IgG terhadap
desmoglein di intraepidermal,dimulai lesi pada membran mukosa mulut berwujud erosi yang terasa nyeri.terjadi pada usia 40-60 tahun,Perjalanan klinis bisa berulang, diperlukan terapi seumur hidup,
analisa Banding:
Pemfigoid bulosa,Dermatitis herpetiformis Duhring,
Pemeriksaan
Tanda Nikolsky positif ,Predileksi ada bula kendur, lentikular sampai numular, di atas dasar kulit normal atau eritematosa,Isi mula-mula jernih kemudian menjadi keruh Erupsi kulit berwujud bula kendur yang mudah pecah sehingga cepat menjadi erosi dan meluas ke seluruh tubuh,
Pemeriksaan histopatologik HE: ada bula intraepidermal suprabasal,
akantolisis, row of tombstones.Pemeriksaan serologik: kadar IgG di dalam serum meningkat (titer IgG, autoantibodi terhadap desmoglein
Pemeriksaan imunofluoresens direk: diperoleh deposit IgG dan C3 di
interselular, epidermis baik pada lesi kulit atau perilesi ,
berkorelasi dengan aktivitas penyakit, respon klinis bisa dipantau dengan titer antibodi,Pemeriksaan darah, urin, feses rutin ,Pada pemberian kortikosteroid
perlu diperiksa reduksi urin , kadar kortisol,fungsi ginjal dan fungsi hati, kadar gula darah,
pengobatan
Pemantauan efek samping terapi kortikosteroid atau sitostatik
Topikal kortikosteroid,
Terapi lini pertama: kortikosteroid sistemik, dimulai dengan dosis 1
mg/kg beratbadan /hari . Tapering bisa dilaksanakan bila ada respon
klinis , klinis yang berat bisa diberi kortikosteroid terapi denyut. Cara pemberian kortikosteroid secara terapi denyut (pulsed therapy): metilprednisolon sodium suksinat i.v. selama 2-3 jam, 500-1000 mg. Atau injeksi deksametason atau metil prednisolon i.v 1 g/hari selama 4-5 hari, bisa diberi terapi ajuvan sebagai steroid sparing agent:
azathioprin
1-3 mg/kg beratbadan /hari atau 50 mg setiap 12 jam namun disesuaikan dengan
kadar TPMT8,16,17 (B,2), siklofosfamid (50-200 mg/hari),
mikofenolat mofetil 2-2,5 g/hari 2 kali sehari ,
dapson 100 mg/hari19,20,21 , imunoglobulin intravena 1,2-2 g/kg beratbadan terbagi dalam 3-5 hari yang diberi setiap 2-4 minggu untuk 1-34 siklus,
Rituximab (0,4 g/kg beratbadan /hari selama 5 hari dan bisa diulang sebagai
monoterapi setiap 21 hari),
ERUPSI OBAT ALERGI
Erupsi obat alergi adalah reaksi alergi pada kulit atau mukokutan yang terjadi akibat pemberian obat sistemik, yang masuk ke dalam tubuh secara parenteral,peroral, pervaginam, per-rektal, profilaksis ialah jamu, obat topikal memicu gejala sistemik akibat penyerapan obat oleh kulit,
Klasifikasi:
1. EOA ringan :Urtikaria dengan atau tanpa angioedema,
Erupsi purpurik,Dermatitis ,Erupsi eksantematosa,Eksantema fikstum (fixed drug eruption/FDE),Erupsi likenoid,Eritema nodosum,Eritema multiforme, Lupus eritematosus,
2. EOA berat: Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS) ,Pustular eksantema generalisata akut (PEGA), Eritroderma,Sindrom Stevens-Johnson (SSJ),Nekrolisis epidermal toksik (NET) atau sindrom Lyell,
-Riwayat atopi diri dan keluarga, alergi terhadap alergen lain, dan alergi obat
sebelumnya.
-kontak obat pada kulit yang terbuka (ulkus,erosi, ekskoriasi), Riwayat memakai obat secara sistemik (runtutan pemberian pengaruh paparan matahari,jumlah dan jenis obat, dosis, cara pemberian, lama pemberian)
-Riwayat munculnya kelainan kulit dengan jarak waktu pemberian obat, apakah
muncul segera, ketika , jam atau hari,
Jenis kelainan kulit yang terjadi antara lain lepuh, erosi, ekskoriasi ulkus , nodus,pruritus, eritema, skuama, urtikaria,
-Keluhan sistemik.
Pemeriksaan : Kelainan kulit generalisata atau universal, bisa selokasi contohnya eksantema fikstum. dilaksanakan sesudah tidak ada erupsi kulit (minimal 6 minggu sesudah lesi kulit hilang) dan memenuhi syarat test kulit:test provokasi obat, test tempel ,test tusuk
analisa Banding: Sesuai dengan kelainan kulit yang terjadi, contohnya:
Purpura: dengue hemoragic fever,Idiopatik trombositopenik purpura,
FDE: eritema multiforme bulosum,PEGA: psoriasis pustular,SSJ: pemfigus vulgaris,NET: kombustio,
Eritema nodosum (EN): EN akibat keparahan,kusta, demam rheuma , .
Eritroderma: dipicu oleh perluasan penyakit seboroik , psoriasis atau akibat keparahan,
Eritema: morbili,
pengobatan
Hentikan obat yang diperkirakan sebagai pemicu.
ringan: setara dengan prednison 0,5-1 mg/kg beratbadan /hari,
Anthistamin: adalah lini pertama pada urtikaria dan pruritus, atau EOA
ditambah rasa gatal gatal. bisa dipakai antihistamin nonsedatif
/sedatif atau Pada eritroderma dan PEGA: prednison 40-60 mg/hari, bila berat: rawat inap Bila pasien sembuh: beri kartu alergi, berisi daftar obat yang diperkirakan memicu alergi, kartu itu selalu diperlihatkan kepada petugas
kesehatan setiap kali berobat., tergantung pada respon terhadap terapi,
bentuk manifestasi alergi obat, keanekaragaman lesi, usia, penyakit sistemik yang mendasari,
CUTANEOUS LUPUS ERITEMATOSUS KHUSUS DAN KHAS
Cutaneous lupus eritematosus adalah penyakit lupus eritematosus ringan, kelainan terbatas terutama di kulit, perjalanan penyakit mulai akut, subakut,
dan menjadi kronis, menyerang multiorgan, menjadi lupus eritematosus sistemik/systemic lupus erythematosus,
Klasifikasi:
Lupus eritematosus (LE) khusus dan khas terdiri dari:
Lupus eritematosus LE kutan kronik/discoid lupus erythematosus (CCLE)
Lupus eritematosus LE kutan/subakut/chronic cutaneous lupus erythematosus (SCLE),
Lupus eritematosus LE kutan akut/acute cutaneous lupus erythematosus (ACLE)
Localiced ACLE, generalized ACLE,
Annular SCLE, papulosquamous SCLE
Classic discoid Lupus eritematosus LE/discoid lupus erythematosus (DLE), localized DLE,
childblain .Lupus eritematosus LE, lichenoid DLE/liken planus overlap/lupus planus,generalized DLE, hyperthropic verrucous DLE, lupus profundus/lupus
panikulitis, mucosal DLE (oral DLE, conjuctival DLE), lupus tumidus,
Lupus eritematosus LE-khusus dan khas:
CCLE1
Gejala sistemik: rambut rontok,demam, nyeri sendi, fotosensitivitas,
lokasi predileksi: wajah, kulit kepala berambut, area V pada leher dan
bagian ekstensor lengan. Riwayat perjalanan penyakit: kronik ditambah gejala prodromal dan gejal subjektif,
Morfologi: plak eritematosa, berbatas tegas, ukuran bermacam ragam lentikular numular-plak, skuama melekat (adheren) yang bila diangkat tampak
sumbatan keratin folikular, bisa ditambah atrofi dengan tepi yang lebih
kemerahan atau dengan zona hiperpigmentasi
ACLE1
Lokalisata: classic butterfly rash/malar rash of SLE; bisa termasuk area
dahi, dagu, dan area V pada leher; bisa terjadi pembengkakan hebat
pada wajah; dipertamai dengan makula atau papul pada wajah yang
selanjutnya saling menyatu dan hiperkeratotik.Generalisata: erupsi eksantematosa atau morbiliformis yang tersebar dan
seringkali terpusat pada bagian ekstensor dari lengan dan tangan yang
ditandai dengan ruas-ruas jari yang terpisah. ACLE yang akut bisa
memicu munculnya nekrolisis epidermal toksik (NET) namun jarang terjadi,
Tidak terjadi jaringan parut kecuali terjadi infeksi bakteri sekunder,
Hiperpigmentasi paska inflamasi terjadi pada pasien berkulit gelap,
Area kulit yang terpapar sinar UV, Lokalisata maupun generalisata, tergantung dari penyebaran lesi.
SCLE1
sembuh berwujud leukoderma yang mirip vitiligo dan teleangiektasia tanpa jaringan parut yang bertahan lama bahkan permanen ada pada area leher, bahu, ekstremitas superior, dan batang tubuh.Fotosensitif dan muncul pada area yang terpapar sinar UV, Makula eritematosa dan atau papula yang kemudian menjadi plak papuloskuamosa atau anulare yang hiperkeratotik,
analisa Banding
Dermatitis atopik, Dermatitis numularis,
Pemeriksaan Penunjang
Perubahan degenerasi jaringan ikat terdiri atas hialinisasi, edema, perubahan fibrinoid, terutama di bawah epidermis, degenerasi elastotik prematur pada kulit yang terkena matahari,infiltrat limfositik berbentuk pita dengan sedikit sel plasma dan histiosit, terutama di sekitar apendiks kulit yang atrofi,
Pemeriksaan histopatologis (HE): penipisan epidermis ditambah hiperkeratosis
relatif dan sumbat keratin pada muara folikel, Penebalan membran basal
epidermis ditambah degenerasi mencair pada sel lapisan basal epidermis,
Pemeriksaan serologi: kadar ANA dalam serum, anti DsDNA, anti Sm, C3, TSS
(tes serologi untuk sifilis).
Pemeriksaan laboratorium: urin rutin, darah dan sel LE dan pungsi sumsum
tulang,Pemeriksaan direct immunoflourescence (DIF)/lupus band test: ada
endapan IgG, IgA, IgM dan komponen komplemen (C3, C4, Ciq, properdin,
faktor B, dan membrane attact complex C5b0C9) terdeposit pada taut
dermoepidermal berwujud pita yang tersusun lurus atau granular kontinu.
pengobatan
Kalsineurin inhibitor: salep pimecrolimus 1% dan takrolimus 0,1%.
pemakaian tabir surya spektrum luas dan kedap air dengan SPF ≥30
Kortikosteroid topikal potensi sedang contohnya triamsinolon asetonid 0,1%,
flucinonide 0,05% untuk area wajah, steroid topikal potensi superkuat
contohnya klobetasol propionat 0,05% atau bethamethasone propionat 0,05%.
Mengendalikan penyakit,Mencegah perluasan ,Deteksi dini penyakit menjadi sistemik,
Sistemik:
Prednison: 20-40 mg/hari sebagai dosis tunggal pagi hari, didiagnosa akhir
diturunkan sesuai dengan perbaikan klinis/ serologis,
Klorokuin/hidroksiklorokuin 2x250 mg/hari didiagnosa akhir sesudah 6 minggu,
diturunkan sesuai dengan perbaikan klinis ,
Pemantauan pemakaian obat golongan antimalaria (klorokuin) jangka panjang
(bisa terjadi efek samping pada mata).
Pemantauan efek samping pemakaian kotikostreroid topikal dan sisitemik
jangka panjang,Pemeriksaan urin rutin, darah, serologi berkala,
Hindari paparan matahari dan kimia,
ACLE nya tergantung pada perjalanan penyakit SLE yang menyertai Dermatitis Atopik,Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit yang bersifat kronis berulang, ditambah rasa gatal gatal, muncul pada lokasi predileksi tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi lainnya, contohnya rinitis alergi dan asma bronkial. Kelainan bisa terjadi pada semua usia, adalah salah satu penyakit pada pasien bayi dan anak, sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan pertama kelahiran. ada 2 bentuk DA, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Bentuk ekstrinsik diperoleh pada 70-80% pasien DA. Pada bentuk ini terjadi sensitisasi terhadap alergen lingkungan ditambah serum IgE yang meningkat,
Riwayat perjalanan penyakit kronis berulang, Hill dan Sulzberger membagi dalam 3 tahap,tahap pasien bayi (usia 0-2 tahun)
Efloresensi lesi bergantung pada awitan dan berat penyakit,
Rasa gatal gatal, bisa berat sehingga mengganggu tidur.
Bentuk lesi: lesi akut, eritematosa, papul, vesikel, erosi, eksudasi/oozing dan
krusta,area lesi: kedua pipi, kulit kepala, dahi, telinga, leher dan badan dengan
bertambah usia, lesi bisa mengenai bagian ekstensor ekstremitas.
tahap pasien anak (usia 2 tahun-pubertas)
Bentuk lesi: lesi subakut, lebih kering, plak eritematosa, skuama, batas tidak
tegas bisa ditambah eksudat, krusta dan ekskoriasi.area lesi: penyebaran lesi simetris, di area fleksural pergelangan tangan, pergelangan kaki, area antekubital, popliteal, leher dan infragluteal.
tahap pasien dewasa Bentuk lesi: lesi kronik, kering, papul/plak eritematosa, skuama dan likenifikasi area lesi: lipatan fleksural, wajah, leher, lengan atas, punggung dan bagian dorsal tangan, kaki, jari tangan dan jari kaki.
syarat yang bisa dipakai untuk menegakkan analisa yaitu syarat William
dan syarat Hanifin-Rajka: 3 syarat major dan 3 minor,1,6 (syarat Wiliam untuk PPK
1 dan PPK 2, syarat Hanifin-Rajka untuk PPK 3
Penilaian derajat keparahan DA dengan indeks SCORAD, sedang untuk penilaian DA pada penelitian epidemiologi memakai TIS.8
analisa Banding:
Dermatitis seboroik,Dermatitis kontak iritan,Dermatitis kontak alergik,Skabies,
Pemeriksaan Penunjang:
Open challenge test,Double blind placebo controlled food challenge test (DBPCFC), Pemeriksaan prick test,Pemeriksaan atopy patch test,Pemeriksaan serologi: kadar IgE total dan IgE RAST,Eliminasi makanan,
pengobatan
Sistemik: (di PPK 2, PPK3)
Terapi gatal gatal: antihistamin intermiten/jangka pendek. Non sedatif untuk pagi hari/sedatif untuk malam hari bila memicu gangguan tidur,
DA dengan infeksi sekunder luas atau tidak menanggapi dengan terapi
topikal diberi antibiotik selama 7 hari,
Lini 1: amoksilin-klavulanat, sefaleksin. Bila alergi alat vital pasien laki lakiilin diberi eritromisin,
Lini 2: eritromisin, sefalosporin generasi 2, methycillin-resistant
Staphylooccus aureus (MRSA), Kortikosteroid (prednison, metilprednidsolon, triamsinolon) pemberian singkat (sampai dengan 1 minggu) untuk DA eksaserbasi akut/kronik/berat/luas, rekalsitran di PPK 3.
Antimetabolit: mofetil mikofenolat (DA refrakter)29 , metotreksat (DA
rekalsitran) 30 , azatioprin (DA berat) 23,31 di PPK 3.
Siklosporin-A: DA berat, refrakter terhadap terapi konvensional, pada
pasien DA pasien anak dan pasien dewasa. Dosis 3-5 mg/kg beratbadan /hari atau pasien dewasa 150 mg/300 mg setiap hari di PPK 3
Fototerapi UVA/PUVA/UVB/NB-UVB di PPK 3
Rawat inap:Eritroderma, infeksi sistemik berat.7,10
Pemantauan hasil test tusuk alergen hirup (tungau debu rumah) dan alergen
makanan (contohnya susu sapi). Bila diperlukan, dilaksanakan test DBPCFC,
bekerja sama dengan subspesialis alergi pasien anak. pelajaran sesuai hasil test itu,
Pada terapi pemelihataan, anti-inflamasi bisa dioleskan pada lesi yang
merah (hot spot) 1-2 kali/minggu sebagai terapi proaktif.
Mengendalikan dan mengeliminasi siklus gatal gatal-garuk, antihistamin
sedatif (lebih direkomendasikan pada pasien bayi dan pasien anak),
Anti-inflamasi diberi pada yang telah bermanifestasi DA intrinsik maupun ekstrinsik (terapi reaktif) dan pada DA subklinis sebagai terapi pemeliharaan (terapi proaktif).
Memperkuat dan mempertahankan fungsi sawar kulit yang optimal dengan
pemberian sabun pelembap segera sesudah mandi dilaksanakan pada setiap tahap perjalanan penyakit mulai dari masing masing pasien dengan
kecenderungan genetik atopi hingga yang telah bermanifestasi DA.
Sesuai dengan usia, kelainan klinis,dan area kelainan, DA Lesi basah: kompres NaCl 0,9%. Kortikosteroid topikal (KST) potensi lemah dipakai untuk pasien DA
pasien bayi, lemah sampai sedang untuk DA pasien anak, potensi sedang sampai kuat untuk DA pasien dewasa,
pakailah KST mulai potensi rendah paling efektif untuk pasien anak.
Usia 0-2 tahun maksimum KST potensi rendah, Usia >2 tahun maksimum KST potensi sedang,Usia pubertas sampai pasien dewasa poten tinggi atau superpoten 2 kali sehari, Pada wajah dan fleksura bisa dikendalikan dengan pemberian KST potensi sedang selama 5-7 hari, kemudian diganti menjadi KST potensi lebih ringan atau inhibitor kalsineurin inhibitor (IKT),
pakailah KST 2 kali sehari sampai lesi terkendali atau selama 14 hari.
Lesi terkontrol KST 1 kali sehari pagi. dan IKT sore hari atau IKT bisa diganti dengan pelembap,
tahap pemeliharaan: KST potensi lemah secara intermiten (2 kali seminggu)
dilanjutkan 1 kali seminggu pada area sering muncul lesi atau hot spot.
IKT dipakai jika DA sering kambuh, tidak bisa memakai KST, atau
untuk mengurangi pemakaian KST , KST campuran bisa diberi pada DA selama 7 hari: (di PPK 2, PPK 3)
Infeksi lokalisata:
Bakteri: campuran KST dengan asam fusidat, mupirosin,
Jamur: campuran KST dengan derivat azol: kotrimazol,mikonazol, flukonazol,
DA inflamasi berat dan rekalsitran: campuran KST dengan asam
fusidat atau mupirosin,
Jumlah keperluan aplikasi obat topikal KSTL
Diukur dengan finger-tip unit (FTU) ~0,5 gram: jumlah salep yang
dikeluarkan dari tube dengan lubang berdiameter 5 mm, diukur sepanjang
ruas jari distal jari telunjuk, yang dihitung sesuai area tubuh,
DERMATITIS HERPETIFORMIS DUHRING
Dermatitis herpetiformis Duhring adalah penyakit bulosa autoimun kronik berulang, yang dipicu oleh gluten,dengan kelainan kulit berwujud ruam polimorfik papulovesikular yang
tersusun berkelompok , simetris , terasa gatal gatal, Kelainan kulit
berhubungan dengan deposit IgA pada tautan dermoepidermal kulit dan penyakit
enteropati sensitif gluten, perjalanan penyakit: kronik, hilang muncul,
gatal gatal, rasa panas hingga tanpa gejala,sebagai manifestasi kulit pada penyakit seliak (enteropati gluten, celiac sprue).
Pemeriksaan fisik
Predileksi pada ekstensor ekstremitas dan badan, penyebaran secara simetris,
bisa juga muncul pada kulit kepala berambut tengkuk,Lesi dengan suatu papula eritema dan plak mirip urtika yang menjadi vesikel dan bula tegang yang tersusun
berkelompok pada dasar eritema, Lesi yang digaruk akan memicu krusta,erosi,
ekskoriasi, Kelainan kulit yang telah sembuh meninggalkan lesi dispigmentasi pasca inflamasi,
analisa Banding:
Papular urtikaria,Dermatitis atopik, Scabies ,Pemfigoid bulosa, Dermatosis IgA linear, Eritema multiform bulosum,
Pemeriksaan Penunjang
Direct immunofluorescence (DIF): deposit IgA granular pada papila dermis atau
tautan dermoepidermal,
Pemeriksaan histopatologi: mikroabses neutrofil pada papila dermis dan celah
subepidermal,
pengobatan
Konsultasi ke ahli gizi untuk pemberian diet bebas gluten,
Konsultasi ke bagian gastroenterologi bila ada dugaan penyakit seliak
Diet bebas gluten (DBG): menghindari makanan yang mengandung gandum terigu ( biskuit,roti, kue, sereal, mie) Sulfasalazin 1-2 g/hari,
Dapson: dosis pertama pasien dewasa 50 mg/hari, bisa ditingkatkan hingga 200
mg/hari, Dosis pada pasien anak 1-2 mg/kg beratbadan /hari,
Dosis pemeliharaan 0,5-1 mg/kg/hari,Antihistamin generasi ke-2 (nonsedatif) mengontrol pruritus,Kortikosteroid sistemik: metilprednisolon 28 mg/hari selama 7 hari.
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi pada kulit, akibat tanggapan terhadap
paparan bahan iritan, fisik, atau biologis yang kontak pada kulit, tanpa dimediasi
oleh tanggapan imunologis,
Klasifikasi:
Pustular/acneiform reactions, Asteatotic irritant eczema,Subjective irritancy Irritant reaction,Suberythematous irritation, akut,Delayed acute irritancy, kronik (kumulatif),Frictional dermatitis, Traumatic reactions,
Tangan ,wajah, dan kaki. ada riwayat paparan dan hubungan temporal dengan bahan iritan,Gejala subyektif berwujud rasa gatal gatal, kulit kering,terbakar/nyeri,sawar kulit,Bila paparan dihentikan maka lesi membaik, klinis bergantung pada jenis iritan dan pola paparan,
analisa Banding
Dermatitis statis,Dermatitis kontak alergi ,Dermatitis numularis ,Dermatitis seboroik (bila di kepala),
disingkirkan:
Diseminata: DKA luas,Cutaneus T Cell Lymphoma,
Lokalisata: DKA, Penyakit Bowen,
Pemeriksaan Penunjang
test tempel bila tidak bisa dibedakan dengan dermatitis kontak alergi
pengobatan
pemakaian alat pelindung diri contohnya sarung tangan apron, pemakaian sarung tangan terlalu lama memperberat gangguan sawar kulit,
kortikosteroid oral setara dengan prednison 20 mg/hari dalam jangka pendek (3 hari), Pelembap lipid sesudah bekerja,petrolatum Basah beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%. beri krim kortikosteroid potensi sedang, contohnya flusinolon asetoid, Bila dermatitis kronis diberi mometason fuorate intermiten,Pada masalah penyakit yang berat tidak tanggap dengan steroid bisa diberi inhibitor kalsineurin atau fototerapi dengan beratbadan /NB UVB atau obat sistemik contohnya siklosporin,azatioprin superinfeksi oleh bakteri: antibiotika topikal/sistemik
Tabel klinis subtipe dermatitis kontak iritan
Subtipe Dermatitis Kontak : Subjective irritancy
Predileksi : Wajah, leher, kepala
Manifestasi Klinis : Kelainan subyektif berupa gatal,
panas, rasa terbakar, rasa tajam,
setelah beberapa menit kontak
dengan bahan iritan, tetapi tidak
ada kelainan pada kulit.
.
Jenis Pajanan Iritan
: pakaian terbuat dari wol,
Kosmetik, tabir surya, asam laktat,
propilen glikol,, garam alumonium,
Subtipe Dermatitis Kontak :Irritant reaction
Predileksi : Biasanya pada dorsum dan jari
tangan
Manifestasi Klinis : Reaksi akut dengan gambaran klinis
monomorf berupa eritem ringan,
vesikel atau erosi, skuama. Bila
pajanan berlanjut dapat profresif
menjadi DKI kronik kumulatif
Jenis Pajanan Iritan
: wet work; air, deterjen, sabun
Subtipe Dermatitis Kontak : Suberythematous irritation
Predileksi : Tangan
Manifestasi Klinis : Secara klinis reaksi iritasi tidak
terlalu terlihat jelas, tetapi
pemeriksaan histopatologis mendukung dermatitis. Subyektif: gatal,
rasa panas, tersengat.
Jenis Pajanan Iritan
: surfaktan
Subtipe Dermatitis Kontak : DKI akut
Predileksi : terjadi pada semua area tubuh
bergantung pola pajanan
Bibir, pada irritant cheilitis
Area inguinal da perianal, pada diaper
dermatitis akibat pajanan lama
dengan urin dan feses.
Manifestasi Klinis : terjadi lesi eritem, eksudasi
dengan vesikel hingga bula, hingga
nekrosis jaringan.
Jenis Pajanan Iritan
: Biasanya pada pajanan tunggal
bahan iritan kuat atau kaustik yang
bersifat asam/alkalis kuat.
akibat kecelakaan
kerja. kontak aerogen,
bubuk semen, kalsium
silikat, debu gergaji pohon.
Delayed acute irritancy Dapat terjadi pada semua area tubuh
bergantung pola pajanan
Bibir, pada irritant cheilitis
Tretinoin, antralin, akrilat, sodium lauril sulfat,gel diklofenak, kalsipotriol,
benzoyl peroxide, propilen glikol,
podofilin, benzalkonium klrida,
Subtipe Dermatitis Kontak : terjadi pada semua area tubuh
bergantung pola pajanan
Bibir, pada irritant cheilitis
Area inguinal da perianal, pada diaper
dermatitis akibat pajanan lama
dengan urin dan feses.
Predileksi : terjadi lesi eritem, eksudasi
dengan vesikel hingga bula, hingga
nekrosis jaringan.
Manifestasi Klinis : proses akut, tidak
ada radang hingga 8-24
jam setelah kontak. perjalanan penyakit sama dengan
DKI akut,sulit dibedakan dengan
DKA.
Subtipe Dermatitis Kontak : DKI kronik (kumulatif)
Predileksi :Tangan, wajah, tungkai
Manifestasi Klinis : Eritem, penebalan kulit, kering,
kasar, likenifikasi, dan/atau fisura.
Lesi dapat timbul beberapa hari,
bulan, hingga tahun setelah
pajanan. sulit dibedakan
dengan DKA
Jenis Pajanan Iritan
:Iritan lemah dengan pajanan
berulang, pelarut, kosmetik
sabun, deterjan,
surfaktan, minyak,
Subtipe Dermatitis Kontak : Frictional dermatitis
Predileksi : Puting payudara (nipple dermatitis),
tungkai (penggunaan prostetik),
tangan.
Manifestasi Klinis :Keluhan subyektif: gatal, nyeri,
Iritasi mekanik terjadi akibat
mikrotrauma dan friksi berulang.
Kulit biasanya kering, erosi,
menebal.
Jenis Pajanan Iritan
: Duri tanaman, plester adhesif,
kertas kasar, kaca, serat wol yang
kasar.
Subtipe Dermatitis Kontak : Traumatic reactions
Predileksi :Tangan
Manifestasi Klinis : Terjadi akibat trauma pada kulit,
luka bakar dan laserasi.
Tampak eritem, papul, vesikel, dan
bersisik, Biasanya menetap sampai
6 minggu atau lebih.
menyerupai dermatitis numularis.
Jenis Pajanan Iritan
:Benda tajam, tumpul, panas.
Subtipe Dermatitis Kontak : Pustular/acneiform reactions
Predileksi :Wajah
Manifestasi Klinis : Lesi transien berupa pustul steril
setelah pajanan beberapa hari.
menyertai pasien dermatitis
atopik atau dermatitis seboroik.
Jenis Pajanan Iritan
: beberapa jenis kosmetik,Minyak, tar, logam berat, halogen,
Subtipe Dermatitis Kontak : Asteatotic irritant eczema (exsiccation
eczematid)
Predileksi :Tungkai bawah, lengan bawah
Manifestasi Klinis : dialami usia lanjut
yang mandi sering tanpa
pelembap. gatal pada kulit yang kering,
iktiosiformis.
Jenis Pajanan Iritan
: Air elemen
hipotonik, kekerasan curah air,
sabun antiseptik, quaternary
ammonium.
DERMATOSIS IGA LINIER
Dermatosis IgA linear adalah penyakit autoimunbulosa pada kulit
dan membran mukosa yang ditandai deposisi linear IgA sepanjang zona membrane basalis,Dermatosis IgA linear bisa muncul atau akibat obat contohnya vancomycin, Riwayat perjalanan penyakit: kronik residif,
Gejala prodromal,gatal gatal,
analisa Banding
Dermatitis herpetiformis Duhring, Pemfigoid bulosa,Epidermolisis bulosa,Eritema multiforme bulosa,
Pemeriksaan
Predileksi: wajah, tangan, kaki, genitalia, periana dan bokong. keikutsertaan
mukosa , ditandai vesikel dan bula tegang di atas dasar eritematosa berukuran
miliar hingga lentikular, berkelompok tersusun mirip rosette
Direct immuno fluorescence (DIF): ada deposisi IgA dan C3 berbentuk
pita di sepanjang taut dermo-epidermal,
Pemeriksaan histopatologi kulit dengan pengecatan HE: ada celah
subepidermal dengan neutrofil sepanjang basal membran,
pengobatan
Kompres dengan NaCl 0,9% diberi takrolimus,kortikosteroid topikal potensi tinggi (klobetasol propionate 0,05%) Bila erosi dan ekskoriasi: antibiotik topikal asam fusidat 2-5%,/mupirosin 2% ,
Antihistamin generasi satu (AH-1 sedatif) bila ada keluhan gatal gatal, contohnya
CTM dengan dosis 3x4 mg perhari,
Steroid sistemik (prednison 60-80 mg/hari) ditambah dengan steroid sparing
agent. Dosis steroid diturunkan perlahan untuk mencegah relaps.
Intravenous immunoglobulin (IVIg) 2 gram/kg beratbadan per siklus dalam 3-5
consecutive days
atau Dapson 0,5-1 mg/kg beratbadan /hari atau 25-50 mg/hari sesudah ada perbaikan dosis bisa diturunkan hingga 12,5-25 mg/hari atau kurang. Dosis
diturunkan perlahan-lahan sampai sembuh,Atau bila tidak toleran dengan dapson diganti dengan sulfapiridin 500 mg/hari, atau
Metotreksat/ Azathioprine 3-4 mg/kg beratbadan /hari , atau Mycophenolate mofetil 0,5-1,5 gram 2 kali sehari6, atau
Nicotinamide 1,5 gram/hari, Siklosporin A 3 mg/kg/hari,Eritromisin 4x500 mg selama 10 hari, Konsultasi ke bagian gastroenterologi bila ada muncul seliak,
Pemantauan efek simpang sulfone terjadi methemoglobinemia (pemeriksaan kadar G6PD),Konsultasi ke ahli gizi untuk pemberian diet bebas gluten.
PIODERMA GANGRENOSUM
Penyakit inflamasi kronis kulit ulseratif dengan etiologi yang belum diketahui Belum ada etiologi dan patogenesis pasti pada penyakit ini , 50%
masalah penyakit ini akibat penyakit sistemik lain. lesi muncul dan sembuh meninggalkan skar krimbiformis,Perjalanan penyakit akibat disregulasi sistem kekebalan yaitu terjadinya infiltasi neutrofil. Pathergic phenomenon adalah lokalisasi lesi pioderma gangrenosum pada area yang terkena trauma,
Kelainan kulit ditambah dengan gejala subyektif nyeri,
beberapa penyakit yang menjadi penyakit pemicu pioderma gangrenosum dinamakan dalam tabel ini
Paraneoplastik :Tumor karsinoid,keparahan,
Parainflamasi :Penyakit kolagen dan vaskular,Arttritis, Inflammatory bowel disease (IBD),Penyakit lainnya (HIV, hidraadenitis supurativa),
Obat-obatan : Gefinib (epidermal growth factor receptor receptor),Pegfilgastrim (granulocyte stimulating factor), Isotretinoin,
Hematologi :Leukemia,
Penyakit mieloproliferatif dan mielodisplasia,Polycythemia vera,Gamopati, Propiltiourasil,
Pemeriksaan fisik:
Klasifikasi secara morfologis:
Vegetatif
lesi tunggal pada batang tubuh dengan onset gradual dan nyeri lebih ringan ,
Bulosa (atipikal)
Lesi berwujud bula yang cepat menjadi erosi dan banyak terjadi pada ekstremitas atas, ini berhubungan dengan kelainan hematologi, terutama leukimia
Pustular
muncul sebagai pertama lesi ulseratif dan lebih dari satu lesi, meskipun tidak
semua pustula akan berkembang menjadi ulkus. Erupsi lesi ini hampir selalu
hanya terjadi pada IBD, terutama kolitis ulseratif,
Ulseratif (tipikal atau klasik)
Lebih banyak terjadi pada ekstremitas bawah dan berhubungan
dengan penyakit artritis dan IBD.
syarat mayor
Ulkus nekrotik yang berkembang cepat dengan nyeri hebat batas jelas dan
ireguler.,pemicu ulkus lain telah diabaikan,
syarat minor
ada histopatologis (infiltrasi neutrofil pada dermis yang steril +/-
inflamasi +/- vaskulitis limfosit).
Penyakit sistemik yang berhubungan,
Riwayat patergi atau penemuan skar kribiformis,
menanggapi cepat terhadap pemberian steroid sistemik,
analisa Banding:
keparahan: karsinoma metastasis,karsinoma sel skuamosa, limfoma kutaneus,
Perluasan inflammatory bower disease,Factitious disorders, Gigitan serangga,
Obat-obatan: bromida, overdosis, alfa 2b-interferonisotretinoin, granulocyte colony stimulating factor, iodin ,
Vaskulitis: krioglobulinemia,poliartritis nodosa, granulomatosis Wegner,
Infeksi: infeksi jamur invasif,herpes simpleks, impetigo, ektima gangrenosum, tuberkulosis kutan,
Trombofilik: mutasi faktor V Leiden,vaskulitis livedoid, sindroma antifosfolipid,
Insufisiensi vena,
Pada pemeriksaan histopatologis kulit, pioderma gangrenosum tidak memberi pencitraan khusus dan khas pada masing-masing jenis lesi. Pada lesi yang aktif,
akan terlihat pencitraan infiltrasi neutrofilik pada dermis yang bisa membentuk
mikroabses yang kadang melebar ke subkutis,
Tidak ada pemeriksaan penunjang untuk analisa pioderma gangrenosum. analisa ditegakkan berdasar jika ada setidaknya 2 syarat mayor dan 2 syarat minor. Pemeriksaan penunjang mencari etiologi dan mengabaikan analisa banding yang dilaksanakan diantaranya pemeriksaan histopatologis kulit,rontgen toraks, endoskopi, pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, fungsi ginjal, fungsi liver, faktor rematoid, kultur ulkus,
pengobatan
Takrolimus: efektif untuk lesi pustular dan ulseratif superfisial, Wound dressing: kebanyakan lesi memiliki banyak eksudat sehingga ada perawatan luka mempercepat penyembuhan.
Kortikosteroid poten: mengurangi inflamasi. Efektif pada lesi vegetatif dan
lesi ulseratif peristomal,
Siklosporin topikal: siklosporin intravena 50 mg/ml diencerkan dengan
larutan akuabides (1:1) diteteskan pada kassa untuk menutupi ulkus dan
diganti satu kali perhari,
Debridemen: tidak direkomendasikan karena bisa memberi efek patergi,
Injeksi intralesi: triamsinolon asetonid (5-10 mg/mL) 2 kali per minggu pada
lesi yang rekalsitran pada terapi lain,
Kortikosteroid: prednison: 0.5-2 mg/kg beratbadan /hari per oral,
Siklosporin: 3-6 mg/kg beratbadan /hari per oral,Dapson: 50-200 mg/hari per oral,
Sulfasalazin: 4-6 mg/hari per oral,Mikofenolat mofetil: 2-4 mg/hari per oral,
Azatioprin: 100-150 mg/hari per oral,Infliximab: 5 mg/kg
Thalidomide: 100-400 mg/hari per oral,
Tabel terapi pioderma gangrenosum
tanggapan inkomplit pada kortikosteroid:
Terapi inisial Kortikosteroid
I. Pilihan pertama Kortikosteroid + siklosporin A Kortikosteroid + azatioprin
II. Pilihan kedua Mikofenolat Klorambusil,Sulfasalazin,Minoksiklin,mofetil Dapson,
III. Pioderma gangrenosum rekalsitran : Infliximab,Thalidomide,Takrolimus,Siklofosfamid,
PSORIASIS
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang residif, kronik mempunyai
dasar genetik, dengan sifat gangguan pertumbuhan dan diferensiasi epidermis, Penyakit ini tidak membahayakan jiwa walaupun bisa mempengaruhi atau mengganggu pekerjaan, kelahiran pribadi, kualitas hidupPsoriasis muncul pada semua usia, terutama 15-30 tahun, pengobatan hanya menghilangkan gejala sementara ,sehingga psoriasis dinamakan sebagai penyakit seumur hidup. Bila tidak diobati penyakit bisa mengalami komplikasi ,
psoriasis adalah penyakit kronik residif dan pengobatan yang diberi hanya bersifat menekan keluhan kulit bukan menyembuhkan, hindari faktor pemicu (Infeksi, obat-obatan, stres)
bercak merah bersisik mengenai bagian tubuh area ekstensor dan kulit kepala. ditambah rasa gatal gatal, nyeri sendi, bercak merah dengan nanah, bercak merah bersisik seluruh tubuh yang dipicu Infeksi, obat-obatan, stres,
sindrom metabolik dengan riwayat fenomena Koebner,
Tipe psoriasis:
Psoriasis inversa: Lesi ada di area lipatan, glans alat vital pasien laki laki, aksila.
Psoriasis artritis: menyerang banyak sendi terutama di distal inter falang, proksimal falang, meta carpal,
Eritroderma psoriatika: Eritema yang luas dengan skuama yang bisa mengenai semua luas permukaan tubuh,temperatur tubuh tidak terkendali terjadi hilangnya cairan dan nutrient, Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap infeksi, demam dan malaise membahayakan kelahiran,
Psoriasis tipe plak,area yang terkena : genitalia,siku, lutut, kepala, celah intergluteal,palmar dan plantar,Plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama berwarna keperakan,Bentuk psoriasis yang paling banyak,
Psoriasis gutata: Bentuk seperti tetesan air, plak merah muda dengan skuama,Psoriasis pustulosa generalisata dan lokalisata,Onset mendadak dan terjadi sesudah infeksi streptokokal pada saluran pernafasan atas,ada pada badan dan ekstremitas,
Fungsi perlindungan kulit hilang dan pasien rentan terhadap infeksi,
hilangnya cairan dan nutrient,demam dan malaise bisa membahayakan kelahiran
Pada masalah penyakit yang berat pustul bisa bergabung dan membentuk kumpulan pus ,Generalisata atau psoriasis von Zumbusch, ditandai oleh pustul steril yang mengenai sebagian besar area tubuh dan ekstremitas
Lokalisata: terjadi di palmo plantar, akral dan kuku,
mengganggu karena kesulitan memakai tangan atau kaki,Pustul bisa terletak di atas plak,resisten terhadap pengobatan,
Psoriasis Kuku
Tabel Perubahan kuku pada Psoriasis
Segmen kuku Gejala klinis
yang terlibat
Nail bed Tanda , hiperkeratosis
Hiponikum Hiperkeratosis subungual, onikolisis
subungual, onikolisis, splinter hemorrhages Lempeng kuku Pecah dan destruksi dan perubahan sekunder pada
area khusus
Lipat kuku proksimal
dan lateral Psoriasis kutan
Matriks proksimal Pitting, onychorrhexis, Beaulines
Matriks intermediet Leukonikia
Matriks distal Onikolisis fokal, penipisan
lempeng kuku, eritema pada lunula
pemeriksaan penunjang biopsi kulit atau kuku,analisa psoriasis bisa ditegakkan dengan dan pemeriksaan fisik yang khas sesuai uraian itu di atas. Bila ada keraguan ,
analisa Banding
kandidosis,intertriginosa, intertrigo, onikomikosis,eritematosus kutan,lupus neurodermatitis, pitiriasis rubra pilaris, psoriasis: dermatitis numularis, pitiriasis likenoides, mikosis,fungoides, penyakit bowen, dermatitis seboroik, sifilis psoriasiformis, eritroderma ,karena pemicu lain (penyakit kulit lain, alergi obat, penyakit sistemik),
Pemeriksaan ASTO (anti-streptolysin titer O), pemeriksaan faktor rheumatoid,
foto rontgen tulang sendi,
Bila ada keraguan bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang histopatologi
kulit atau kuku sesuai indikasi,
pengobatan
Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien psoriasis pustulosa atau
eritroderma sebaiknya dirawat, untuk memperoleh suplementasi cairan/elektrolitdan pengawasan pengobatan sistemik.
Pengukuran QOL (Quality of Life) pasien psoriasis: memakai instrumen
Dermatology Life Quality Index,
tentukan tipe, luas area yang terkena, dan atau PASI (PsoriasisArea Severity Index).
terapi terapi multipel simultan tergantung pada:
Kemampuan pasien untuk mengerti dan bekerjasama ( efek samping obat),tanggapan atau kegagalan terapi yang terdahulu,Berat dan tipe penyakit, adanya komorbiditas,memerlukan atau menginginkan terapi yang agresif,
Tingkat beratnya gangguan QOL,Untuk pengobatan jangka panjang, mengingat ada risiko berwujud toksisitas obat maka sebaiknya dipakai pengobatan rotasi,
Identifikasi penyakit penyerta, Identifikasi dan penghindaran faktor pemicu,
Konsultasi reumatologi untuk psoriasis artritis,Konsultasi gigi mulut, THT, dan radiologi untuk mencari fokal infeksi,
tahap tahap pengobatan psoriasis:
tahap 1: Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas kelainan
kulit kurang dari 3%,
tahap 2: Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis tidak berhasil dan pengobatan psoriasis topikal.sedang sampai berat,
tahap 3: Pengobatan psoriatik eritroderma atau psoriasis pustulosa,
sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus untuk psoriasis sedang sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh) atau psoriatik arthritis berat (ditambah dengan cacat tubuh).
Terapi Topikal
campuran kortikotikosteroid dan analog vitamin D: preparat tunggal yang
tersedia adalah sediaan campuran betamethasone diproprionat dan kalsipotriol , Tidak bisa diracik sendiri karena berbeda pH,
Tar: LCD 3-10%
Retinoid (topikal): paling baik dicampuran dengan topikal kortikosteroid.
Keratolitik: asam salisilat ,Jangan dipakai pada ketika terapi sinar karena asam salisilat bisa mengurangi efikasi UVB.
Analog Vitamin D: preparat yang tersedia adalah kalsipotriol, bisa
dipakai sebagai terapi rumatan
Kortikosteroid: kortikosteroid potensi sedang dan kuat bisa dicampuran
dengan obat topikal lain, fototerapi, obat sistemik. Skalp: gel, lotion, spray,
solusio ,Wajah: potensi rendah, hindari poten-superpoten. Lipatan
tubuh: potensi rendah bentuk krim atau gel. Palmar dan plantar: steroid
potensi poten, hanya sedikit efektif.Emolien: contohnya urea, petrolatum, parafin cair, minyak mineral, gliserin,asam glikolat ,
penyinaran 3-5 kali/minggu.
Dosis pertama: menurut tipe kulit 20-60 mJ/cm2 atau 53% minimal erythemal
dose (MED), dosis dinaikan 5-30 mJ/cm2 atau ≤25% MED pertama,
Fototerapi/ Fotokemoterapi Ultraviolet B (UVB) broadband ( beratbadan )
Efek: penyembuhan terlihat sesudah 4 minggu terapi, kulit bersih sesudah 20-30 terapi, terapi pemeliharaan memperpanjang masa remisi.
Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB),
Efek: penyembuhan pertama terlihat sesudah 8-10 terapi, kulit bersih bisa
tercapai sesudah 15-20 terapi, terapi pemeliharaan bisa memperpanjang
masa remisi.
Dosis pertama: menurut tipe kulit 130-400 mJ/cm2 atau 50% minimal
erythemal dose (MED), dosis dinaikan 15-65 mJ/cm2 atau ≤10% MEDpertama, penyinaran 3-5 kali/minggu
PUVA
Efek: penyembuhan pertama terlihat dalam satu bulan terapi, 80% pasien
memperoleh perbaikan plak dalam 20-25 kali terapi selama 5
minggu. Terapi pemeliharaan tidak ditetapkan, masa remisi 3-12 bulan.
Dosis: 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6 mg/kg beratbadan diminum peroral 60-120 menit sebelum disinar UVA. Kaca mata bertabir ultraviolet diperlukan untuk
perlindungan di luar rumah 12 jam sesudah minum psoralen. Dosis UVA
menurut tipe kulit 0,5-3,0 J/cm2, dosis dinaikan 0,5-1,5 J/cm2 penyinaran
2-3 kali/minggu,
SistemikKonvensional
Metotreksat:
Dosis: diberi sebagai dosis oral 2,5-5 mg selang 12 jam. Dosis bisa
ditingkatkan secara bertahap sampai menghasilkan repons pengobatan
dosis maksimal tidak boleh melebihi 25 mg/minggu. Dosis diturunkan serendah mungkin sampai sembuh,
topikal. direkomendasikan untuk melakukan dosis test 0,5-5 mg/minggu. Pemakaian bisa berlangsung sepanjang tidak memberi tanda toksisitas hati dan
sumsum tulang dengan pemantauan yang memadai. Pemberian asam folat
1 mg perhari atau 5 mg per minggu secara oral, pada waktu selain hari
pemberian metotreksat, akan mengurangi efek samping.
Toksisitas: peningkatan nilai fungsi hati (bila 2 kali lipat pantau lebih sering;
3 kali lipat turunkan dosis dan bila lebih dari 5 kali lipat hentikan
pemberian). ulserasi , perdarahan lambung, fotosensitif , alopesia,Anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia, pneumonitis,cepat lelah,menggigil, demam, pusing, menurunnya ketahanan terhadap infeksi,intersisial, stomatitis ulserativa, mual mulas perih kembung, muntah, diare, lemah,
Kontraindikasi absolut: penyakit hati kronis,hamil, menyusui, alkoholisme, trombositopenia, anemia yang bermakna, sindrom imunodefisiensi, hipoplasia sumsum tulang belakang, leukopenia,hipersensitivitas terhadap metotreksat.
Interaksi obat: obat hepatotoksik contohnya trimetoprim,barbiturat, sulfametoksazol,NSAID, .Biopsi hati dilaksanakan sesudah pemberian metotreksat 3,5-4 gram diikuti setiap1,5 gram. Pasien dengan ririsko kerusakan hati, biopsi hati dipertimbangkan sesudah pemberian metotreksat 1-1,5 gram.
Kontraindikasi relatif: obesitas, diabetes melitus,ketidaknormalan fungsi renal, hepar, infeksi aktif
pemeriksaan fisik.
Toksisitas:mialgia, flu like syndrome, letargia, hipertrigliserida, hipomagnesium, hipertrikosis, hiperplasia gingiva, akne memburuk, mual mulas perih kembung, muntah, diare,gangguan fungsi ginjal, hipertensi, keparahan, nyeri kepala,
hiperkalemia, hiperbilirubinemia, meningkatnya risiko infeksi ,keparahan.
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi hati dan renal, biopsi
pemeriksaan kehamilan, test HIV, PPD, foto toraks.
Siklosporin Dosis: 2,5-4 mg/kg beratbadan /hari dosis terbagi. Dosis dikurangi 0,5-1,0 mg/kg beratbadan /hari bila sudah berhasil, atau mengalami efek samping.
Pengobatan bisa diulang sesudah masa istirahat tertentu, dan bisa
berjalan maksimal selama 1 tahun, selama tidak ada efek samping.
Pemakaian jangka lama tidak direkomendasikan karena bisa memicu
nefrotoksisitas dan keparahan.
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap siklosporin, hindari vaksin,(radioterapi,metotreksat, PUVA, UVB, tar batubara), fungsi renal,bersamaan dengan pemberian imunosupresan lain,terganggu, keparahan, pasien dengan infeksi berat dan
diabetes melitus ,
Interaksi obat: obat-obatan yang menginduksi/menghambat sitokrom P450
3A4. Menurunkan pembuangan , tiazid, vaksin hidup, NSAID, grapefruit,digoksin, prednisolon, statin,diuretik (potasium sparing),
pemantauan: profil lipid, magnesium, asam urat, dan potasium, test kehamilanpemeriksaan fisik, tensi, ureum, kreatinin, urinalisis PPD, fungsihati,
Kehamilan kategori C, menyusui: kontraindikasi, pasien hanya bila
psoriasis berat.
Retinoid,Asitretin oral pilihan pada psoriasis bisa dipakai sebagai monoterapi
untuk psoriasis pustular dan psoriasis eritroderma. tidak efektif jika dipakai untuk psoriasis tipe plak dan guttata namun baik jika dicampurankan dengan PUVA dan UVB diperlukan dalam dosis rendah,
Dosis: 10-50 mg/hari, untuk mengurangi efek samping lebih baik dipakai
dalam dosis rendah dengan campuran contohnya UV dengan radiasi rendah.
Kontraindikasi: pasien wanita reproduksi, gangguan fungsi hati dan ginjal.
Toksisitas; parestesia, pusing, pseudomotor serebri, nausea, nyeri perut, nyeri
sendi,keilitis, alopesia, xerotic, pruritus, mulut kering, paronikia,
mialgia, hipertrigliserida, fungsi hati tidak normal.
Interaksi obat: meningkatkan efek hipoglikemik glibenklamid, mengganggu pil
kontrasepsi: microdosedprogestin, hepatotoksik, reduksi ikatan protein dari
fenitoin, dengan tetrasiklin meningkatkan tekanan intrakranial,
Retinoid teratogenik dan cenderung untuk menetap pada jaringan tubuh
Mofetil mikofenolat atau turunannya,
pemantauan: riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, campuran dengan turunan
vitamin A lainnya.
Mekanisme kerja sebagai inhibitor non-kompetitif inosin monofosfat
dehidrogenase, mencegah biosintesis purin de novo. Secara selektif
bersifat sitotoksik terhadap sel-sel yang bergantung pada sintesis purin de
novo (limfosit).
Dosis: inisial 500-750 mg, dua kali/hari dan bisa naik dosis hingga 1,0-1,5
gram dua kali/hari.efektif untuk pengobatan psoriasis.
Toksisitas: pendarahan, myelosuppression, leukopenia. pusing, hipertensi,
saluran pencernaan, konstipasi, diare, mual mulas perih kembung dan muntah,
edema perifer, penyakit infeksi, dan limfoma.
pemantauan: pemeriksaan darah perifer lengkap dan CMP (comprehensive
metabolic panel). Pemeriksaan lab tiap minggu selama 6 minggu, dan
selanjutnya setiap 2 minggu selama 2 bulan lalu berikutnya setiap bulan.
pemantauan tekanan darah.
Kontraindikasi: pasien dengan infeksi berat dan keparahan.
Pemakaian jangka lama belum boleh Pada pasien ibu hamil termasuk obat kategori C.
Sulfasalazin
sebagai agen anti-inflamasi, menghambat lipoksigenase, belum ada mekanisme secara molekular ,efektif untuk psoriasis berat,
Dosis: dosis pertama 500 mg tiga kali/hari, bisa naik dosis sampai 1,0 gram
tiga kali/hari. Jika bisa ditoleransi dosis bisa dinaikan menjadi 1,0 gram
empat kali/hari.pemantauan : pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap), CMP
(comprehensive metabolic panel), G6PD. Pengulangan DPL dan CMP
setiap minggu selama 1 bulan, sesudahnya setiap 2 minggu selama 1 bulan
kemudian setiap bulan selama 3 bulan dan selanjutnya setiap 3 bulan
Toksisitas: pusing, mual mulas perih kembung dan muntah , ruam, pruritus, anemia hemolitik (berhubungan dengan defisiensi enzim G6PD).
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap saluran urin, porphyria,sulfasalazin, obat-obatan golongan sulfa, salisilat, obstruksi saluran cerna ,
Perhatian khusus pada pasien dengan defiensi enzim G6PD.
Pengobatan berhasil jika tercapai PASI 75 (berkurang sebanyak 75%
dari PASI pertama) dan dikatakan gagal jika tidak mencapai PASI 50. PASI antara 50 dan 75 dengan DLQI <5 dianggap berhasil, DLQI >5 dikatakan gagal.IV
Agen biologik untuk psoriasis :
adalimumab , inflixima, etarnecept , ustekinumab,secukinuma,Indikasi:
Psoriasis derajat parah dan kondisi khusus, yaitu pasien dengan psoriasis
dengan keikutsertaan area permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA)
≥10% dan/atau nilai indeks kualitas hidup dermatologi (Dermatology Life
Quality Index/DLQI) >10, dengan nilai indeks keparahan area psoriasis
(Psoriasis Area Severity Index/PASI) >10, ditambah dengan syarat :
Riwayat efek samping/hipersensitivitas pengobatan sistemik,
Pasien yang tidak memberi respon baik dengan minimal 2 terapi,Kontraindikasi terhadap terapi sistemik konvensional
sistemik standar seperti: fototerapi (PUVA, UVB),CsA, etretinat/asitresin, MTX, Pada pasien psoriasis artritis karena potensi terjadinya kerusakan sendi,
keikutsertaan area yang tampak, seperti tangan (palmo plantar) dan
wajah,keikutsertaan area yang resisten terhadap pengobatan topikal.
keikutsertaan area luas pada kulit kepala yang tidak respon dengan obat
topikal,
Kontraindikasi pemakaian Agen Biologik:
Penyakit jantung (gagal jantung NYHA III/IV),Infeksi sistemik, terutama TB, hepatitis, HIV,Kehamilan, Laktasi,Usia <18 tahun, kecuali ada pertimbangan khusus,Kelainan neurologis,
URTIKARIA
Urtikaria adalah penyakit kulit dengan gejala urtika berbatas tegas, Urtikaria
terjadi dengan atau tanpa angioedema,dikelilingi oleh area berwarna kemerahan, dan terasa gatal gatal,
urtikaria diklasifikasikan menjadi 3 grup (Tabel )
Tabel Klasifikasi Urtikaria
Grup Sub grup Keterangan
Urtikaria angiogenik Faktor pemicu: air
Urtikaria kolinergik dipicu oleh naiknya
suhu tubuh
Urtikaria kontak dipicu oleh kontak dengan
bahan yang bersifat urtikariogenik
Urtikaria yang diinduksi Faktor pemicu: latihan fisik
oleh latihan fisik
Urtikaria Urtikaria kronik Wheal spontan >6 minggu
spontan Urtikaria akut Wheal spontan <6 minggu
Urtikaria Urtikaria kontak dingin Faktor pemicu: udara/air/angin dingin
fisik
Delayed pressure urticarial Faktor pemicu: tekanan vertikal
Urtikaria kontak panas Faktor pemicu: panas yang
terlokalisir
Urtikaria solaris Faktor pemicu: UV dan atau sinar
tampak
Urtikaria factitia/ Urtikaria Faktor pemicu: kekuatan mekanis
dermografik (wheal muncul sesudah 1-5 menit)
Urtikaria/ angioedema Faktor pemicu: contoh pneumatic
fibratori hammer
termasuk:
Riwayat keluarga terkait urtikaria dan atopi Alergi di masa lampau atau ketika ini, infeksi, penyakit internal, Induksi oleh bahan fisik , pemakaian obat (NSAID, injeksi, imunisasi, hormon, obat pencahar (laxatives), suppositoria, tetes mata atau telinga, ) Implantasi bedah,Reaksi terhadap sengatan serangga kalajengking ,ular ,komodo,laba laba, Hubungan dengan siklus menstruasi, Respon terhadap terapi, depresi,Stres,frustasi,putus asa, Kualitas hidup terkait urtikaria,Gejala subjektif yang dirasakan pada lesi, contoh gatal gatal dan nyeri ,angioedema ,
Waktu mulai munculnya urtikaria (onset) ,Frekuensi dan durasi wheals,Variasi diurnal ,Bentuk, ukuran, penyebaran wheals,
Pemeriksaan Urtikaria ditandai munculnya urtika dan atau angioedema
secara cepat. Urtika terdiri atas pencitraan klinis khas, yaitu:
edema di bagian pusat dengan ukuran bermacam ragam, hampir selalu dikelilingi oleh eritema.ditambah oleh gatal gatal atau kadang sensasi seperti terbakar, berakhir cepat, kulit kembali ke kondisi normal dalam waktu 1-24 jam.2-4,
Tes dermografisme (terapi antihistamin harus dihentikan setidaknya 2-3 hari
dan terapi immunosupresi untuk 1 minggu). tahap pemeriksaan selanjutnya
bergantung pada subtipe urtikaria, seperti dirangkum pada Tabel
analisa Banding:
Penyakit kulit yang bisa bermanifestasi sebagai lesi urtikaria
Tabel analisa banding urtikaria
Biasa diperoleh :
Intraepidermal: pemfigus herpetiformis PUPPP (pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy) Small-vessel vasculitis (vaskulitis urtikarial)
Mastositosis (pasien pasien anak),Penyakit bulosa autoimun,
Dermatitis urticarial,Dermatitis kontak (iritan atau alergik),Reaksi gigitan arthropoda,Erupsi obat eksantematosa,
Subepidermal: dermatitis herpetiformis Duhringpemfigoid bulosa, pemfigoid gestasional, dermatosis IgA linear, EB akuisita,
Jarang :
Musinosis folikular urticarial-like,Dermatitis progesteron/estrogen autoimun,
Dermatitis granulomatosa interstisial,Selulitis eosinofilik (sindrom Wells),
Hidradenitis ekrin neutofilik,
Pemeriksaan Penunjang
pencitraan histopatologi Pada pemeriksaan histopatologi diperoleh udem pada dermis atas dan tengah, ditambah dilatasi venula postkapiler dan pembuluh limfatik dermis atas.
Tabel Tes pemeriksaan Urtikaria
Grup : Urtikaria spontan
Sub grup : Urtikaria akut
Tes pemeriksaan rutin : Tidak ada (kecuali dicurigai pada riwayat pasien, contoh alergi)
pemeriksaan lanjutan bergantung pemicu : Tidak ada (kecuali dicurigai pada riwayat pasien, contoh alergi)
Sub grup : Urtikaria kronik
Tes pemeriksaan rutin : DL, erythrocyte sedimentation rate (ESR) /Creactive protein (CRP), mengabaikan obat yang dicurigai, The autologous serum skin test (ASST),Histamine Release Assay(HRA),
pemeriksaan lanjutan bergantung pemicu :
Tes untuk autoantibodi,alergi tipe I, penyakit infeksi (contoh Helicobacter pylori),
hormon tiroid, tes fisik, diet bebas pseudoalergen untuk 3 minggu dan triptase, biopsi Urtikaria
Grup :fisik Urtikaria
Sub grup :kontak dingin (cold contact urticaria)
Tes pemeriksaan rutin : Tes provokasi (dan threshold test) dingin ( es, air , angin dingin)
pemeriksaan lanjutan bergantung pemicu :
DL dan ESR/CRP, cryoproteins mengabaikan penyakit lain, terutama infeksi
Sub grup : Delayed pressure urticaria
Tes pemeriksaan rutin : Tes tekan (0,2-1,5 kg/cm2 selama 10 dan 20 menit)
pemeriksaan lanjutan bergantung pemicu : Tidak ada
Sub grup : Urtikaria kontak panas (hot contact urticaria)
Tes pemeriksaan rutin : Tes provokasi panas dan threshold test(air hangat)
pemeriksaan lanjutan bergantung pemicu : Tidak ada
pengobatan
Atasi kondisi akut pada angioedema karena bisa terjadi obstruksi
saluran napas.
Bedak kocok antipruritus mentol dan kamfer.
Sistemik Urtikaria akut
Antihistamin (AH-1) generasi dua (non-sedatif).
Bila dengan AH nonsedatif tidak berhasil maka diberi AH-1 generasi
satu (sedatif).
Urtikaria kronik
Terapi lini pertama:
Antihistamin H1 generasi kedua (non-sedatif),
Terapi lini kedua:
Jika gejala menetap sesudah 2 minggu, antihistamin H1 generasi kedua
(non sedatif) bisa dinaikkan dosisnya 2-4 kali,
Terapi lini ketiga:
Bila gejala masih menetap sampai 1-4 minggu, ditambah:
Jika terjadi eksaserbasi gejala bisa diberi kortikosteroid sistemik
dengan dosis 0,5-1 mg/kg beratbadan /hari, tidak boleh lebih dari 10 hari.
Antagonis leukotrien montelukast , atau omalizumab atau siklosporin
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Dermatitis kontak alergi (DKA) ialah dermatitis yang terjadi akibat paparan dengan
bahan alergen di luar tubuh, diperantai reaksi hipersensitivitas tipe 4 (Coombs dan
Gel),
Klasifikasi:
DKA sistemik,DKA lokalisata,
Gejala subyektif berwujud rasa gatal gatal,
Pada DKA lokalisata, lesi berbatas tegas dan berbentuk sesuai dengan bahan
pemicu,
Pada DKA sistemik, lesi bisa tersebar luas/generalisata,
bisa berhubungan dengan pekerjaan/lingkungan pekerjaan
Lesi bisa non-eksematosa, contohnya: limfomatoid,purpurik, likenoid, pigmented
Terjadi reaksi berwujud dermatitis, sesudah paparan ulang dengan alergen
yang sama. Bila paparan dihentikan maka lesi akan membaik,
pencitraan klinisnya polimorfik, bermacam ragam bergantung stadiumnya:
Akut: eritema, edema, dan vesikel,
Subakut: krusta,eritema, eksudatif (madidans),
Kronik: skuama,likenifikasi, fisura,
analisa Banding:
Dishidrosis (bila mengenai telapak tangan dan kaki), Dermatitis kontak iritan, Dermatitis numularis (bila berbentuk bulat oval),Dermatitis seboroik (di kepala),
Pemeriksaan Penunjang
Pada DKA kosmetika, jika tes tempel meragukan/negatif bisa dilanjutkan
dengan tes pakai (use test), tes pakai berulang (repeated open application testROAT),
test tempel untuk mencari pemicu, dipakai dengan alergen standar, alergen seri tertentu (contoh seri kosmetik, seri sepatu), dan alergen tambahan yang berasal dari bahan yang dicurigai (contohnya dari potongan sepatu, bahan dari pabrik lokasi ).
pengobatan
pemakaian alat pelindung diri (APD), contohnya sarung tangan, apron,
sepatu bot,
Sistemik: simtomatis, sesuai gejala ,
Derajat sakit berat: bisa ditambah kortikosteroid oral setara dengan prednison
20 mg/hari dalam jangka pendek (3 hari) , pelembab yang kaya kandungan lipid,
contohnya vaselin (petrolatum), beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%, Kering: beri krim kortikosteroid potensi sedang sampai tinggi, contohnya mometason furoat, flutikason propionat, klobetasol butirat,
Bila dermatitis berjalan kronis bisa diberi klobetasol propionate interiten,
jika tidak tanggapan dengan steroid diberi inhibitor kalsineurin atau fototerapi beratbadan /NB UVB atau obat imunosupresif sistemik contohnya azatioprin atau siklosporin jika ada superinfeksi oleh bakteri: antibiotika topikal/sistemik .