biopsikologi
sistem saraf terdiri atas 2 jenis sel yaitu: sel glia yang menunjang kerja dari sel saraf dan sel saraf yang merupakan unit fungsional terkecil dari sistem saraf ,
hanya sel saraf yang menghantarkan impuls dari dari satu lokasi ke lokasi lain. jumlah neuron pada otak pasien diestimasikan 1 juta neuron pada medula spinalis, 12 hingga 15 juta neuron pada korteks serebri, 70 juta neuron pada serebelum,
neuron memiliki cabang-cabang dinamakan akson dan dendariit dengan pola percabangan yang dapat berubah akibat dari umur dan pengaruh zat kimia. dendariit merupakan percabangan yang menuju badan sel sedang akson yang keluar dari badan sel, dalam sel saraf ada potensial muatan listrik yang berada di luar dan di dalam membran sel saraf, aksi potensial terjadi dikarenakan oleh masuknya secara tiba-tiba ion natrium melalui membran sel ke bagian dalam sel, kemudian diikuti oleh keluarnya ion kalium melewati membran sel saraf, dalam keadaan membran istirahat, sel kalium dipertahankan banyak di dalam sel sedang ion natrium dipertahankan lebih banyak di luar sel ,
banyak molekul di dalam aliran darah tidak bisa masuk ke dalam otak, tetapi bisa masuk ke dalam sel organ lainnya seperti sel kulit ,sel otot, ini dikarenakan karena pada otak ada blood-brain barrier. blood brain barier sangat penting karena otak sangat peka terhadap jumlah konsentrasi zat zat yang ada di darah bila pasien mengkonsumsi kelapa muda yang banyak mengandung kalium, tanpa adanya blood brain barier maka konsentrasi kalium yang tinggi di neuron akan dengan mudah mengganggu kerja neuron sehingga sangat mudah timbul potensial aksi yang dapat memicu kejang, untuk merekam aktivitas neuron, pasien bisa memanfaatkan kelistrikan yang ada di neuron. kerja utama neuron erat berhubunganya dengan perpindahan ion, ini akan menimbulkan aliran listrik yang dapat pasien pantau dengan memakai alat,
tercapainya nilai ambang rangsang memicu terbukanya saluran K dan Na , terbukanya saluran Na memicu banyak Na masuk ke dalam sel. kemudian saluran Na pada bagian saraf disebelahnya akan terbuka. pada puncak AP saluran na tertutup, terjadi depolarisasi. karena terjadi
depolarisasi, maka saluran K akan terbuka , K akan ke luar sel,
membran akan kembali ke dalam posisi depolarisasi awal, beberapa detik kemudian saluran K akan tertutup, akan terjadi periode refrakter tidak bisa dirangsang , aksi potensial besarnya tetap konstan pada perjalanannya sepanjang saraf. pada akson yang berlapis myelin transmisi aksi potensial lebih cepat dibandingkan yang tidak bermyelin,
pada sinap, neuron menyalurkan zat kimia yang dinamakan dengan neurotrasmitters (NT). jika neurotrasmitters NT sedikit maka tanggapan subtreshold. beberapa tanggapan subthreshold bergabung sampai besarnya
mampu memunculkan aksi potensial, transmisi di area sinap terjadi dalam beberapa tahap, adanya gangguan pada suatu tahapan memicu perubahan tanggapan , hampir semua obat-obatan aktif di sinaps. penyalahgunaan obat
semuanya meningkatkan lepasnya dopamin di bagian otak tertentu. keadaan adiksi dapat mengubah bagian otak tertentu, meningkatkan usaha untuk memperoleh zat adiktif dan menurunkan tanggapan pada pemberian dosis obat kemudian,
penginderaan bersama-sama dengan seluruh sistem organ lainnya dalam tubuh pasien untuk menjaga homeostasis. dengan homeostasis itu maka seluruh sel-sel yang menyusun tubuh pasien dapat beraktivitas baik, suhu tubuh yang normal (35 °c suhu ) memberikan sel-sel tubuh pasien kondisi yang sempurna untuk menjalankan banyak fungsi, enzim yang dipakai oleh tubuh bekerja dengan baik sehingga berbagai reaksi kimia dalam tubuh dapat berjalan lancar. pada keadaan yang tidak normal suhu 40 °c maka akan terjadi gangguan kerja dari sel-sel tubuh dan organ tubuh pasien, sel dalam tubuh pasien yang peka terhadap perubahan ini yaitu sel saraf khususnya sistem saraf pusat , neuron-neuron pada otak akan tereksitasi tidak terkendali sehingga timbul kejang, ini berpengaruh buruk pada kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh pasien, hingga memicu tidak aktifnya kerja enzim , denaturasi protein hingga kematian, guna mencegah hal itu , pasien memiliki mekanisme dalam menjaga homeostasis suhu tubuh agar tetap normal. pasien memiliki sistem integumen berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh yang mulai meningkat, saat berkeringat, maka kalor pada tubuh akan dikeluarkan melalui penguapan keringat , penguapan memerlukan kalor , pada saat suhu tinggi, pasien merasa tidak nyaman, sehingga pasien mencari tempat yang sejuk, mencari kipas , organ yang terlibat dalam hal itu yaitu sistem endokrin, panca indera,sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, sistem saraf,
panca indera memberikan informasi ke otak untuk membuat keputusan dalam bertindak. kulit memberikan informasi mengenai suhu lingkungan
yang tinggi kepada otak sehingga otak akan memutuskan harus melakukan mekanisme berkeringat dan berpindah mencari tempat yang sejuk , tanpa adanya penglihatan mata, otak tidak akan memperoleh informasi tentang lokasi tempat yang sejuk, atau lokasi kipas , rangsangan adalah sesuatu yang dapat merangsang reseptor. rangsangan ada dalam bentuk berbagai energi seperti suara, tekanan,kimiawi ,panas, cahaya, satu-satunya cara untuk menyalurkan informasi ke sistem saraf pusat adalah melalui sinyal listrik, maka berbagai bentuk rangsangan diubah oleh reseptor yang ada di masing-masing indera menjadi impuls listrik, kemudian impuls listrik akan dibawa oleh saraf-saraf tepi menuju saraf pusat, untuk dipersepsikan dan dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan,
beberapa jenis reseptor antara lain:
1. kemoreseptor, yaitu reseptor yang peka bahan kimia tertentu,
contoh lidah dan hidung. kuncup kecap pada lidah dapat
membedakan 5 struktur kimia dasar yang larut seperti umami , rasa manis, rasa asam, rasa asin, rasa pahit , sedang pada hidung ada reseptor olfaktorius yang mampu membedakan struktur gas kimia yang menguap, misalnya
struktur kimia bunga mawar, bunga melati,
2. nosiseptor, yaitu reseptor yang peka kerusakan jaringan, nosiseptor memberikan persepsi rasa nyeri. contoh rangsangan yang dapat diterima nosiseptor yaitu distorsi jaringan, cubitan, luka bakar, nosiseptor ada di seluruh bagian tubuh pasien,
3.fotoreseptor, yaitu reseptor yang peka terhadap cahaya. bila terkena cahaya, maka fotoreseptor akan menghasilkan impuls listrik yang
kemudian akan dibawa ke pusat penglihatan di bagian oksipital otak pasien,
informasi ini kemudian akan diartikan oleh otak sehingga otak mengambil keputusan , bila fotoreseptor pasien di beri rangsangan suara, maka tidak akan terjadi apa-apa pada fotoreseptor, sehingga tidak ada informasi apapun yang diterima otak, fotoreseptor pada tubuh pasien yaitu sel kerucut dan sel batang yang ada pada retina mata pasien,
4.termoreseptor, yaitu reseptor yang peka suhu. contoh ruffini dan krause pada kulit, panas yang dirasakan oleh kulit merangsang ruffini untuk memberikan impuls listriknya ke otak dan otak menerjemahkan sebagai sensasi panas , bila kulit merasa dingin maka merangsang krause menghasilkan impuls listrik yang akan diterjemahkan sebagai dingin oleh otak,
5.mekanoreseptor, yaitu reseptor yang peka terhadap gerakan. contoh organ korti yang ada pada koklea yang ada di telinga dalam pasien , organ korti mampu menerima rangsangan getaran getaran suara, bila ada getaran suara yang menggetarkan organ korti, maka organ korti menghasilkan impuls listrik yang kemudian dibawa oleh serabut saraf tepi menuju ke sistem saraf pusat di otak bagian temporal, mekanoreseptor juga ada pada kulit yaitu paccini yang akan bereaksi terhadap tekanan rabaan pada kulit,
rangsangan visual sebagai informasi awal yang dibutuhkan otak untuk bertindak juga rangsangan visual mempengaruhi psikologis pasien.
Rangsangan visual yang sampai ke otak bagian oksipitalis akan diintegrasikan ke bagian otak lainnya yang berperan dalam pengaturan emosi, yaitu sistem limbik,saat pasien melihat lihat seekor ular maka informasi visual akan memunculkan ingatan pasien mengenai ular yang termasuk hewan
berbahaya sehingga pasien akan merasa takut, Mata sebagai organ yang berperan dalam pengolahan rangsangan cahaya yang kemudian ditransduksi menjadi impuls listrik. Impuls listrik kemudian dialirkan ke pusat di otak melalui serabut-serabut saraf penglihatan,
visus merupakan ketajaman atau kejernihan penglihatan, pemakaian visus sebagai suatu ukuran yang bernilai objektif maka diperlukan suatu ukuran pasti yang bernilai objektif dari ketajaman penglihatan
pasien, contohnya ada suatu tulisan di rambu rambu lalulintas bisa dilihat oleh pasien yang memiliki visus normal adalah dari jarak 9 meter, dan pasien yang akan diperiksa visusnya juga dapat melihat lihat tulisan .itu dengan jelas dari jarak 9 meter maka pasien dapat mengatakan bahwa pasien itu memiliki ketajaman penglihatan yang normal, atau visusnya normal, atau memiliki visus 9/9. bila ternyata pasien itu tidak mampu melihat lihat tulisan itu dengan jelas dari jarak 9 meter dan baru dapat melihat lihatnya dengan jelas dari jarak 4 meter, maka pasien itu mengalami penurunan penglihatan atau penurunan visus atau memiliki nilai visus 4/9, pengukuran visus pasien bisa dilakukan dengan memakai dengan lambaian tangan, senter,snellen chart, hitung jari, visus dilambangkan sebagai “d/d” dimana “d” adalah jarak pasien ke snellen chart sedang “d” adalah jarak pasien normal mampu membaca huruf yang ada di snellen chart. cara pengukurannya yaitu, pasien yang akan diukur diminta duduk 6 meter di depan snellen chart, untuk mengukur visus mata kanan, maka mata kiri ditutup , pasien itu membaca tulisan pada baris ke-8 dari snellen chart. bila ia mampu membacanya dengan baik, maka visusnya normal (6/6). bila ia tidak dapat membacanya dengan benar, maka ia harus membaca pada baris diatasnya, begitu seterusnya. bila ia baru mampu membaca snellen chart baris ke-2, berarti visusnya 4/30 (pasien normal bisa melihat lihat tulisan itu dari jarak 30 meter sedang dia hanya bisa membacanya dari jarak 4 meter). bila ia tidak bisa membaca semua huruf yang ada di snellen chart, berarti visusnya lebih buruk dari 6/60 karena snellen chart hanya bisa mengukur visus paling buruk adalah 6/60, kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jari, pasien normal mampu menghitung jari dari jarak 60 meter, pasien berdiri pada jarak 5
meter dari pasien coba, bila ia mampu menghitung jari pasien dari jarak 5 meter, maka visusnya adalah 5/60, bila ia tidak mampu menghitung jari pasien, maka pasien maju 1 meter sehingga jaranya adalah 4 meter. begitu seterusnya hingga jarak terdekat adalah 1 meter , bila bisa maka visusnya
1/60. visus yang lebih buruk dari 1/60 bisa diukur dengan pemeriksaan memakai lambaian tangan. pasien normal mampu melihat lihat lambaian tangan dari jarak 300 meter. bila ia menyadari ada gerakan tangan, maka visusnya adalah 1/300, bila tidak bisa meihat lambaian tangan, maka
visusnya lebih buruk dari 1/300, dimana kemudian dilakukan pemeriksaan dengan senter, pasien normal mampu melihat lihat cahaya dari jarak tidak terhingga (∞). bila ia mampu mengenali adanya cahaya, artinya visusnya adalah 1/∞, bila ia tidak mampu mengenali adanya cahaya artinya pasien itu buta, selain memakai snellen chart, pemeriksaan visus juga bisa dilakukan dengan e chart dan cincin landolt. pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa pasien yang buta huruf, harus dipastikan apakah penurunan visus
dikarenakan karena kerusakan atau penurunan fungsi di pusat penglihatan mata di otak atau dikarenakan karena kelainan refraksi, untuk
memastikannya dilakukan pemeriksaan pinhole, dengan mengintip dari celah yang kecil, bila terjadi perbaikan visus, maka kerusakan ada di refraksinya. bila tidak terjadi peningkatan visus dengan pinhole, maka kerusakan ada di pusat penglihatan mata di otak. kelainan refraksi bisa dibetulkan dengan pembedahan (lasik),
sistem optik mata pasien pasien terdiri dari 3 bagian yaitu cairan bola mata, kornea, lensa, ke 3 nya berperan dalam pembiasan cahaya yang
masuk ke dalam mata sehingga tercipta bayangan yang fokus di retina,
daya akomodasi lensa mata adalah kemampuan lensa mata untuk memipih dan mencembung ,akomodasi mata dikarenakan oleh kontraksi dari otot siliaris yang ada disekeliling lensa mata, saat otot siliaris berkontraksi maka ukurannya akan semakin membesar, sehingga ligamen suspensorium yang memegang lensa mata menjadi mengendur dan karena sifat lensa
mata yang elastis, lensa akan semakin mencembung ,begitu juga sebaliknya, saat otot siliaris relaksasi maka ukurannya semakin mengecil sehingga ligamen suspensorium semakin mengencang dan karena sifat lensa yang elastis, maka lensa mata akan semakin memipih. ketika
pasien melihat lihat dalam jarak dekat membaca buku, maka otot siliaris akan
berkontraksi untuk meningkatkan akomodasi mata, Sebaliknya saat pasien melihat lihat jauh, otot siliaris akan berelaksasi untuk menurunkan akomodasi mata, Itu sebabnya mata pasien akan terasa lelah bila terlalu lama melihat lihat dekat, ini dikarenakan kelelahan otot siliaris ,
refraksi yaitu pembiasan cahaya oleh alat optik mata, bila alat optik mata
mampu membiaskan cahaya tepat di retina, maka dapat dikatakan bahwa mata memiliki refraksi yang normal atau emetropi, mata dengan refraksi yang tidak normal dinamakan ametrapi. ametropi dinamakan miopi ,hiperopi, astigmatisma, miopi yaitu rabun jauh akibat sinar sejajar yang masuk ke dalam
mata, dibiaskan dan terfokus di depan retina ini memicu bayangan yang jatuh di retina tidak dalam kondisi fokus sehingga bayangan kabur. hiperopi yaitu
rabun dekat merupakan kebalikan dari miopi. sinar sejajar pada mata hiperopi
difokuskan di belakang retina, retina juga akan menerima bayangan yang tidak fokus sehingga bayangan yang jatuh di retina menjadi kabur. hiperopi dikarenakan kornea yang kurang lengkung, lensa mata yang kurang cembung, atau sumbu bola mata yang terlalu pendek,
astigmatisma dikarenakan karena bentuk kornea yang tidak bulat sempurna,
atau agak lonjong, ini mengakibatkan kornea memiliki dua titik fokus yang berbeda,astigmatisma terjadi bila fokus sinar yang masuk ke mata terjadi pada lebih dari satu tempat, atau mata memiliki fokus lebih dari satu, kelainan refraksi pada mata dikarenakan kelengkungan kornea, kecembungan lensa, panjang sumbu bola mata, miopi disebakan oleh kornea yang terlalu lengkung, lensa mata yang terlalu cembung, atau sumbu bola mata yang terlalu npanjang.
Retina
retina merupakan reseptor cahaya pada mata. di retina terjadi proses transduksi, dimana cahaya diubah menjadi impuls listrik. proses ini melibatkan sel batang dan sel kerucut pada retina, sel batang dengan pigmennya yaitu rhodopsin berfungsi dalam penglihatan mata remang gelap ,sel batang ada di bagian perifer yaitu di sepasienr fovea sentralis, sel kerucut ada di retina bagian sentral yaitu pada fovea sentralis ,sel kerucut dengan pigmennya yaitu iodopsin, berfungsi dalam penglihatan mata terang,
penglihatan mata terang atau photopic vision yang melibatkan sel-sel kerucut memiliki perbedaan dengan penglihatan mata remang atau scotopic vision yang melibatkan sel batang. photopic vision memiliki penyesuaian yang lebih cepat dibandingkan scotopic vision yaitu seper 5 detik berbanding setengah menit, sehingga diketahui bahwa mengapa ketika pasien berada di dalam ruangan yang sangat gelap kemudian tiba-tiba berpindah ke luar ruangan yang sangat terang, pasien akan merasa silau, kemudian mata pasien akan kembali normal, juga saat pasien .berpindah dari luar ruangan yang terang dan tiba-tiba memasuki ruangan gelap maka pasien tidak akan bisa melihat lihat apapun. sesudah itu, berangsur-angsur penglihatan mata pasien mulai bisa melihat lihat dalam gelap,
ketika terang dimana pasien memakai photopic vision, pasien mampu membedakan warna dengan baik. ketika remang gelap. dimana pasien memakai scotopic vision, pasien tidak dapat membedakan warna, hanya terlihat abu-abu saja, penglihatan mata remang pasien tidak mampu memfiksasi objek dengan baik, semua objek terlihat tidak terlalu jelas. pada penglihatan mata terang maka objek terlihat dengan jelas dan terfiksasi dengan baik, ini berkaitan dengan saraf yang melayani sel batang dan sel kerucut memiliki sifat yang berbeda beda, satu sel kerucut
dilayani oleh satu saraf, sedang satu sel saraf dapat melayani beberapa sel batang, retina hanya dapat menangkap gelombang cahaya tampak yaitu gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 400 hingga 700 nanometer. gelombang cahaya tampak yaitu warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu , merah memiliki energi terendah dan ungu memiliki energi tertinggi, diatas ungu ada ultraviolet yang sudah tidak dapat pasien lihat lagi,dibawah merah ada infrared yang sudah tidak dapat dilihat oleh mata pasien,
sel kerucut dalam usaha membeda bedakan warna, dipengaruhi oleh pigmen yang dimilikinya. ada tiga jenis sel kerucut yaitu sel kerucut biru ,sel kerucut merah dan sel kerucut hijau, masing masing sel kerucut mampu mengirimkan impuls ke otak sesuai dengan panjang gelombang yang paling peka ,
ketika cahaya hijau dengan panjang gelombang 500 nm mengenai retina, maka sel kerucut hijau akan terangsang paling kuat (75% penyerapan), sedang sel kerucut hijau dan merah akan terangsang lebih lemah, masing-masing seper 30% penyerapan. masing-masing sel kerucut akan menghasilkan impuls yang berbeda-beda dan mengirimkannnya ke otak, otak kemudian akan menerjemahkan gabungan impuls ini sebagai suatu cahaya hijau. begitu juga
ketika cahaya dengan panjang gelombang 600nm menyentuh retina, sel kerucut hijau akan menyerap cahaya sebesar 20%, sel kerucut merah menyerap cahaya orannye 75% sedang sel kerucut biru tidak menyerap sama sekali, campuran impuls dari dua sel kerucut ini menimbulkan persepsi warna oranye di otak. bila pasien kehilangan salah satu jenis sel kerucut maka pasien itu akan mengalami kelemahan penglihatan warna atau buta warna parsial, bila pasien mengalami masalah dengan pigmen warna semua sel kerucut
maka pasien mengalami buta warna total,
visual field atau lapang pandang adalah luas area yang dapat dilihat oleh mata pasien pasien, normalnya, pasien mampu melihat lihat 60 derajat ke arah nasal, 100 derajat ke arah lateral,60 derajat ke arah superior dan 70 derajat ke arah inferior,
meski demikian, setiap pasien memiliki lapang pandang yang
berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh faktor anatomi wajah pasien, pengukuran lapang pandang dilakukan dengan memakai alat perimeter. ketika pasien melihat lihat suatu area, ada bagian area yang dapat dijangkau oleh
kedua mata secara bersamaan, ada area yang hanya mampu dilihat oleh satu mata saja. suatu area yang hanya mampu dilihat oleh satu mata saja dinamakan monocular zone,area yang mampu dilihat oleh kedua mata secara bersamaan dinamakan binokular zone, pada area binokular, mata kiri dan kanan mengirimkan impuls berupa gambar yang mirip walaupun tidak identik, dibedakan dari sudut mata untul melihat lihat, pada otak, kedua impuls yang berbeda ini akan mengalami fusi atau penggabungan sehingga timbul persepsi satu gambar 3d , dengan memanfaatkan binokular zone ini, pasien bisa mengenali kedalaman suatu area,suatu ketebalan suatu benda ,
jalur visual
jalur visual memiliki keistimewaan dibandingkan dengan jalur saraf pada bagian organ lainnya, impuls dari lengan kiri akan dibawa seluruhnya ke otak bagian kanan impuls sensoris pada lengan kanan akan dibawa seluruhnya menuju otak bagian kiri ,sedang impuls visual pada mata kanan, akan dibawa sebagian menuju otak bagian kanan dan dibawa sebagian ke otak bagian kiri. begitu juga dengan mata kiri, impuls visual akan dibawa ke kedua belahan otak.
impuls dari retina bagian lateral akan dibawa ke otak ipsilateralnya,
impuls dari retina lateral mata kiri, akan dibawa menuju ke otak bagian kiri,
impuls dari retina bagian lateral mata kanan akan dibawa menuju otak bagian kanan, impuls dari retina nasal mata kiri dibawa menuju otak bagian kanan
impuls dari retina bagian nasal akan dibawa menuju ke otak kontralateralnya. jadi impuls dari retina nasal mata kanan dibawa menuju ke otak bagian kiri dan masing-masing jalur visual retina nasal dari kedua mata akan berpapasan di kiasma optikus, bila pasien mengalami buta mata kanan akibat kecelakaan, pasien bisa memperkirakan bahwa kerusakan kemungkinan ada di mata kanan atau pada nervus optikus mata kanan, bila terjadi kebutaan perifer (bipolar hemianopia) maka kemungkinan ada kerusakan pada kiasma optikus atau ada tumor di area itu,
suara mempengaruhi emosi pasien. ketika pasien dibisikkan oleh pasien lain, maka otak akan membuka buka kembali ingatan lama mengenai informasi , dengan prosesnya yang melibatkan sistem limbik di otak, informasi itu akan menimbulkan suatu reaksi emosi yang akhirnya dibawa ke pusat motorik untuk memberikan ekspresi wajah yang sesuai dengan emosi yang timbul.indera kimiawi reseptor kimia pada pasien ada dua yaitu pengecapan dan pembau kedua reseptor ini mempengaruhi emosi pasien. hal ini sering dimanfaatkan dalam aromaterapi. .dengan memakai wewangian yang dapat mempengaruhi emosi dengan berbagai mekanismenya yang melibatkan sistem saraf dan sistem hormon, pasien dapat memanipulasi emosi pasien sehingga akan merasa lebih rileks dan timbul rasa bahagia, indera pengecapan memiliki reseptor kuncup kecap , kuncup kecap ada sebagian besar pada lidah. kuncup kecap juga ada pada palatum, faring, dan tonsil. kuncup kecap dibedakan menjadi 5 jenis yaitu kuncup kecap umami, kuncup kecap manis, kuncup kecap asam, kuncup kecap asin dan kuncup kecap pahit ,
kuncup kecap manis dapat mengenali keberadaan struktur kimia glukosa yang larut. karena kecerdasan pasien, pasien mampu membuat suatu struktur kimia yang juga dapat merangsang kuncup kecap manis ini yaitu sakarin, atau pemanis buatan. namun, selain dapat merangsang kuncup kecap manis, ternyata sakarin juga dapat sedikit merangsang kuncup kecap pahit. itu sebabnya, sakarin akan terasa manis dan sedikit pahit. kuncup kecap asin dapat dirangsang oleh larutan garam, kuncup kecap asam dapat dirangsang oleh ion hidariogen, kuncup kecap pahit dapat dirangsang oleh alkaloid
seperti kafein, morfin, , kuncup kecap umami dapat dirangsang oleh
glutamat misalnya daging yang akan memberikan sensasi gurih. kuncup kecap umami juga dapat dirangsang oleh monosodium glutamat (MSG).
rangsangan-rangsangan ini kemudian akan ditransduksikan menjadi impuls listrik yang kemudian akan dibawa ke pusat pengecapan di korteks serebri. impuls kemuadian diolah, diterjemahkan dan membangkitkan ingatan mengenai rasa itu, menimbulkan suatu sensasi rasa dan ikut serta dalam mempengaruhi emosi.
tuli dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tuli sentral, tuli hantar, tuli saraf, tuli sentral adalah tuli akibat kerusakan pada pusat pendengaran di otak, hal ini sangat jarang terjadi, misalnya karena penyakit stroke,,tuli hantar terjadi akibat kerusakan dari proses penghantaran getaran suara mulai dari telinga dalam,telinga luar dan telinga tengah , contoh tuli hantar bila kerusakan terjadi pada membran timfani yang robek, atau tulang-tulang pendengaran yang sudah kaku, tuli saraf terjadi akibat kerusakan pada saraf pendengaran, termasuk organ korti. pada usia lanjut, biasanya organ korti semakin kaku sehingga terjadi tuli hantar. begitu juga dengan penderita tumor atau trauma akibat kecelakaan, sehingga memicu saraf pendengaran rusak.
pasien bisa mendengar ,dikarenakan pusat pendengaran di otak , bagian temporal menerima impuls listrik dan diterjemahkan oleh otak sebagai suatu suara, gelombang suara yang memasuki telinga akan menggetarkan membran timfani, kemudian getaran ini dihantarkan melalui tulang-tulang pendengaran (stapes,maleus, incus ) menuju ke oval window sebagai jalan masuk ke koklea, getaran ini kemudian akan diteruskan melalui cairan yang ada di dalam koklea yang akhirnya menggetarkan pasienan korti yang ada di sepanjang koklea, organ korti yang bergetar akan menghasilkan impuls listrik dan akhirnya dibawa menuju ke pusat pendengaran di otak temporalis melalui saraf-saraf pendengaran, pasien hanya mampu mendengar suara dengan frekuensi 20 hingga 20.000 Hz ,
pasien paling sensitif terhadap nada dengan frekuensi 1.000 hingga 4.000 Hz. Frekuensi ini digunakan oleh pasien untuk berkomunikasi dengan pasien lain, frekuensi suara menentukan tinggi rendahnya nada suara itu, semakin tinggi frekuensi suara, nada suara itu semakin tinggi, semakin rendah frekuensi, maka suara memiliki nada yang semakin rendah, begitu juga sebaliknya,
pasien Laki-laki memiliki suara dengan nada yang cenderung lebih rendah dibandingkan pasien perempuan , ini dipengaruhi oleh anatomi pita suara pasien, suara juga dibedakan berdasarkan intensitasnya, agar tetap
sehat maka pasien Laki-laki dan perempuan hanya diperbolehkan mendengar suara dengan intensitas 85 dB selama 8 jam. Semakin tinggi tingkat suara , semakin singkat waktu yang diperbolehkan untuk mendengarkannya. Contoh suara 100 dB seperti suara pesawat jet hanya diperbolehkan didengar maksimal 15 menit saja, Itu sebabnya, pasien yang bekerja didekat pesawat yang menyala harus mengenakan pelindung
telinga,
Kualitas bunyi ditentukan oleh nada tambahan yang mengenai nada dasar, Setiap benda atau pasien yang memiliki kualitas bunyi yang berbeda. Itu sebabnya pasien bisa membedakan suara si A dengan suara si B. mungkin saja si A memiliki nada suara dengan frekuensi dasar 1.200 Hz ditambah
dengan frekuensi 1.230 Hz + 1.197 Hz Sehingga memberikan kesan khas pada suara si A. begitu juga alat-alat musik, memiliki kualitas yang berbeda sehingga “Do” pada piano akan berbeda dengan “Do” pada Angklung.pasien bisa membedakan lokasi suara berasal, ini dikarenakan karena otak mampu
mengambil kesimpulan dari perbedaan intensitas suara yang berasal dari telinga kanan dan telinga kiri, Ketika sumber suara berasal dari kanan, maka telinga kanan akan menerima gelombang suara yang lebih besar dibanding telinga kiri sehingga menghasilkan impuls listrik yang berbeda. Kedua impuls listrik ini akan dibawa ke otak dan otak akan menyimpulkan bahwa sumber suara dari kanan, ini menjelaskan ketika pasien mendengarkan sebuah musik dengan memakai earphone, dimana telinga kanan dan telinga kiri menerima intensitas yang persis sama, menghasilkan impuls listrik yang identik, sehingga otak menyimpulkan bahwa sumber suara ada di tengah-tengah dalam kepala.
ketika pasien sedang stes frustasi depresi kemudian makan , maka beberapa hormon gembira bahagia mendadak tiba tiba muncul terutama saat pasien lari lari karena untuk menghindar dari pikiran stes frustasi depresi , ini akan mengakibatkan pasien ketagihan dan obesitas.
tidur merupakan kondisi kelelahan sistem aktifasi reticular atau proses penghambatan aktif sistem reticular, diperlukan aktivasi penyebab tidur dengan perangsangan di area pusat kendali yang terletak dibawah area midpontil dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya, tidur memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron, tidur sebagai akibat mekanisme timing internal 24 jam, pasien terprogram untuk .tidur pada malam , hari, ketika tidur menjadi rentan, dan pemenuhan energi sendiri secara internal tanpa makan , pengendali sirkadian pemberi waktu , siklus terang-gelap,
siklus sirkadian free-running tanpa memerlukan zeitgebers. mulai tidur selalu lebih lambat 1 jam dari hari sebelumnya, tidur merupakan keadaan bawah sadar di mana pasien itu bisa dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik ,koma merupakan keadaan bawah sadar di mana pasien itu tidak bisa dibangunkan, tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis, yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM), Pada tidur NREM,
yang terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian besar fungsi fisiologis dapat berkurang dibandingkan dengan keadaan terjaga. Tidur REM merupakan jenis tidur yang secara kualitatif berbeda, ditandai dengan tingginya aktivitas otak dan tingkat aktivitas fisiologis yang mirip aktivitas saat terjaga. Kira-kira 90 menit sesudah awitan tidur, NREM menghasilkan saat saat REM pertama malam itu, Elektroensefalogram (EEG) merekam gerakan mata konjugat cepat yang merupakan ciri menandakan sedang tidur, Perubahan
fisiologis lain yang terjadi selama tidur REM adalah paralisis hampir total pada otot rangka , Karena inhibisi motorik ini, gerakan tubuh tidak ada selama tidur REM, ciri tidur REM yaitu mimpi, pasien yang terbangun saat tidur REM sering
60 hingga 90 persen menunjukan bahwa pasien mengalami mimpi, mimpi selama tidur REM secara aneh, mimpi dapat terjadi selama tidur NREM namun mimpinya khas jelas dan bertujuan,
tidur penting bagi tubuh pasien yaitu untuk memulihkan tenaga dan
metabolisme tubuh , ganguan tidur menjadi gejala awal penyakit fisik maupun jiwa. mekanisme tidur merupakan proses fisiologis berulang teratur, mudah reversible yang ditandai dengan keadaan yang relative tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respons terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga, tidur merupakan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan pada sistem saraf periferal,
muskular,endokrin, kardiovaskular dan pernafasan, mekanisme tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengendalikan tidur dan terjaga. sebuah mekanisme memicu terjaga, dan yang lain memicu tidur.
keadaan aktivitas otak, seperti tidur, terjaga, akibat dari berbagai daya
pengaktivasi atau penginhibisi dalam otak itu sendiri. aktivasi hipothalamus posterior terlibat dalam keadaan tidur. aktivitas area otak yang lebih tinggi hipothalamus anterior , retikular pontil bagian atas atau pontomesensefalon , otak depan, mesensefalik, terlibat dalam keadaan bangun, bila pusat tidur off, maka terjadi rangsangan pada sistem saraf perifer dan korteks serebri untuk mengirim impuls ke nuklei retikular agar pasien bangun,
pada pasien normal, tidur NREM merupakan keadaan tentram dibandingkan ketika terjaga, denyut jantung melambat lima hingga sepuluh denyut per menit di bawah tingkat saat terjaga sedang istirahat dan sangat teratur denyutnya, pernapasan juga tekanan darah cenderung rendah, ketegangan otot-otot tubuh lebih rendah saat tidur REM dibandingkan keadaan terjaga,
gerakan tubuh menjadi episodic dan involunter pada tidur NREM,
ukuran poligrafik selama tidur REM menunjukkan pola yang tidak teratur, kadang kadang mendekati pola terjaga saat dibangunkan, denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah pada pasien semuanya tinggi ketika tidur REM, lebih tiggi dibandingkan selama tidur NREM dan sering lebih tinggi dibandingkan ketika bangun, pemakaian oksigen otak meningkat
selama tidur REM,
hormon melatonin berperan dalam regulasi tidur, hormon ini diproduksi di kelenjar pineal, dari bahan triptopan yang dikonversi menjadi serotonin kemudian menjadi melatonin dan dikeluarkan setiap malam untuk mempertahankan dan menginduksi tidur,
berbagai fungsi tubuh berfluktusi dalam siklus 24 jam, dinamakan circadian rhythm merupakan siklus 24 jam , bervariasi dalam siklusnya, antara 22 sampai 25 jam,saat daytime seluruh organ dan fungsinya siap beraksi
saat malam hari merupakan waktu istirahat memperbaharui cadangan energi ,
lokasi jam sirkadian, nuklei suprasiasmatik (di hipothalamus medial),
panjang kebutuhan tidur berbeda menurut usia,bayi baru lahir, butuh tidur 15 sampai 17 jam per hari hingga usia 6 bln awal, pasien tua memerlukan tidur lebih sedikit dan makin sedikit,
short sleep system menimbulkan risiko peningkatan berat badan, hipertensi dan diabetes tipe-2 , berkurangnya keadaan tidur akan mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat, sulit tidur dihubungkan dengan gangguan fungsi pikiran yang progresif, dan bahkan bisa memicu perilaku yang abnormal dari sistem saraf (contoh kelambanan pikiran, mudah tersinggung, psikotik)
tidur memicu timbulnya 2 macam efek fisiologik utama,yaitu :
efek pada sitem sarafnya sendiri dan efek pada struktur tubuh lainnya,
aktivitas parasimpatis meningkat (penurunan tekanan darah arteri, frekuensi nadi, dilatasi pembuluh darah kulit, otot-otot relaksasi, kecepatan metabolisme basal 10 sampai 30%)
Dua tipe tidur, yang dialami setiap malam saling bergantian ,antaralain :
Tidur gelombang lambat (NREM),Tidur dengann gerakan mata cepat, Rapid Eye Movement (REM) , REM Berfungsi memperkuat ingatan eksplisit , REM Timbul secara periodik, REM meliputi 25% seluruh masa tidur, REM pada pasien dewasa muda normal terjadi setiap 90 menit, REM berhubungan dengann mimpi, Proporsi tidur REM lebih besar pada bayi, akibat berhubungan dengan kebutuhan untuk kematangan otak,
Sulit untuk terus-menerus tetap berada dalam keadaan tidur NREM (Non-REM), jadi otak secara periodik memindahkan ke keadaan REM, .Bila ada kebutuhan tubuh yang tiba tiba yang perlu diurus (contoh makan, minum) otak pindah ke keadaan bangun, Ada kemiripan antara tidur REM dengan
keadaan bangun,
Empat tahap EEG tidur,
1. Tahap 1 (initial stage 1 EEG). sesudah mata tertutup, dari active wakefulness active wakefulness ke gelombang alfa tidur tahap 1 (gelombang yang lebih lambat dari active wakefulness )
2. Tahap 2, 3, 4. Voltase EEG meningkat gradual (amplitudo lebih tinggi), frekuensi makin menurun, Tahap 2 (ada K complexes dan sleep spindles)
K-complex: gelombang . besar defleksi ke atas diikuti gelombang defleksi ke bawah, Sleep spindle: gelombang 12 sampai 14 Hz selama 1 sampai 2 detik
Tahap 3 (ada gelombang delta, lamban) ,Tahap 4 (bertahan gelombang delta)
kemudian berjalan mundur hingga ke tahap 1 (namun dengan REM dan hilangnya ketegangan otot tubuh) Dari Stadium 1 ke Stadium 4 tidur NREM kurang dari 1 jam, Satu siklus penuh, dari stadium 1 kembali ke stadium 1 (emergent stage 1 EEG) terjadi selama 90 sampai 100 menit,
Terjadi 3 sampai 5 episode tidur REM setiap 7 sampai 8 jam periode tidur , dan SS otonom menjadi aktif ketika tidur REM,
Mimpi
Stimulasi eksternal yang masuk ke mimpi,Mimpi distimulasi oleh pons dan dominan muncul pada tidur REM, mimpi adalah lambang ekspresi dari keputusasaan dari suatu harapan yang tersimpan di pikiran bawah sadar, mimpi dikarenakan oleh aktivasi acak neuron neuron di korteks serebri pada tidur REM, Mimpi bisa muncul sebanyak 4 kali dalam semalam , bila terbangun pada tahap tidur REM, pasien bisa mengingat mimpi, aktivitas neuron-neuron di area formasi retikularis (yaitu struktur yang meluas dari medulla atau batang otak ke forebrain atau otak depan, salah satu bagiannya yaitu
pontomesencephalon, terlibat dalam keadaan terjaga. Neuron ini melepas Ach dan glutamat yang mengeksitasi sel-sel di hipothalamus, thalamus dan dasar otak depan, Pontomesencephalon mempertahankan keadaan terjaga dan meningkatkan respon terhadap tugas tugas baru yang menantang, Terjadi peningkatan aktivitas simpatis dan impuls saraf otot rangka untuk
meningkatkan ketegangan otot,