Tampilkan postingan dengan label mulut 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mulut 2. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 April 2022

mulut 2























































KANKER LIDAH

Karsinoma sel skuamosa pada
 lidah berasal dari mukosa epitel rongga
 mulut  dan sebagian besar yaitu  Jenis karsinoma epidermoid. Jenis

karsinoma ini berkisar antara 25%
 sampai dengan 50 % dari semua kanker
 ganas didalam mulut,Karsinoma sel skuamosa lidah biasanya 
 menyerang  laki-laki  di atas usia 50 tahun, terutama
dengan riwayat konsumsi tinggi terhadap
 tembakau  dan alkohol, namun  jarang

terjadi pada anak, yaitu sekitar 4-7% dari
 seluruh peristiwa . Karsinoma sel skuamosa lidah
memiliki  prognosis yang jelek, sehingga diagnosa dini sangat diperlukan
 terlebih bila sudah  terjadi metastase

ke area  lain (leher  dan servikal).  gejala  yang sering muncul
 pada kanker lidah yaitu  suatu massa
 atau ulkus yang tidak nyeri, meskipun
 pada sebagian besar penderita lesi
 itu  menjadi nyeri, bila ditambah 
 infeksi skunder. Tumor itu  dapat
 bermula sebagai ulkus yang mengalami
 indurasi superfisial dengan pinggir yang

sedikit menonjol  dan dapat berlanjut
 menjadi menginfiltrasi bagian dalam dari
 ujung lidah yang dapat memicu 
 fiksasi atau indurasi sehingga tampak

banyak merubah permukaannya. Lesi yang khas muncul  pada
 pinggir lateral atau permukaan ventral
 lidah. Pada    karcinoma lidah
 hanya 9% terjadi pada dorsum lidah.Lesi-lesi dekat dasar lidah terutama tidak
 jelas sebab  lesi-lesi itu  tidak
memicu  gejala sampai keadaan
 agak lanjut bahkan manifestasi yang
 muncul hanya berupa nyeri tenggorokan
  dan disfagia. area  yang
 khusus munculnya  kanker ni 
   oleh sebab  lesi-lesi pada bagian
 posterior lidah biasanya memiliki 
tingkat keganasan yang tinggi,  dapat
 bermetastasis secara dini dengan
 prognosanya yang jelek,  oleh
 sebab  kesulitan  mengobatinya. gejala  kanker lidah antara
 lain yaitu  munculnya  ulkus (luka) seperti
 sariawan yang tidak sembuh dengan
 pengobatan kuat , mudah berdarah
 Bagian tengah ulkus relatif lembut dan
 mudah berdarah. Perdarahan terjadi
 saat  tekanan diberikan pada area 
kanker, saat mengunyah, minum atau
 menelan. Perdarahan yaitu 
 indikator     dan gejala kanker lidah. Sakit tenggorokan terus-menerus yaitu 
 gejala kanker lidah  utama dan
.sering terjadinya mati rasa di lidah dan
 mulut. perubahan suara, lidah
 kaku dengan gerakan berkurang,  dan bau
 mulut yaitu  gejala kanker lidah lain
 yang terkait  dan  benjolan di bagian
 belakang tenggorokan, pembesaran
 kelenjar getah bening leher,  penurunan berat ba dan yang berlebihan. Pasien 
 mengeluh kesulitan  membuka
mulut  dan kehadiran massa di leher. Pada stadium awal, kelainan di
 lidah bermanifestasi dalam berbagai
 bentuk dapat berupa leukoplakia, eritroplakia, penebalan , bentuk ulkus
 , Pemeriksaan palpasi bimanual
 pada tumor primer   
 dilakukan sebab  ukuran tumor yang
 teraba biasanya lebih besar dibandingkan
 yang terlihat. berdasar  keadaan  yang
 ada  pada palpasi ditentukan
 area , ukuran, jarak dari ujung lidah, garis tengah  dan sulkus terminalis, ada
 tidaknya invasi ke dasar mulut dan
 frenulum lidah  dan  aktifitas  tumor. Karsinoma lidah mudah
 metastasis ke kelenjar getah bening
 regional. Kelenjar getah bening leher
 yang sering terkena berdasar  urutannya
 yaitu  kelenjar getah bening pada level I, II, III  dan IV. Palpasi area  leher  
 dilakukan untuk menentukan area , ukuran, permukaan, konsistensi dan
 aktifitas  pembesaran kelenjar getah
 bening leher. Karsinoma lidah dapat
 bermetastasis jauh ke paru  dan hati.
  diagnosa  pasti kanker lidah

dilakukan  dengan diagnosa 
 histopatologi. Biopsi ini praktis, dan
 mudah dikerjakan. Kanker lidah tipe

infiltratif dengan mukosa intak dapat
 memakai cara aspirasi jarum halus untuk
 pemeriksaan sitologi atau operasi insisi
 untuk biopsi tumor. Pemeriksaan radiologi CT Scan
 atau MRI dapat dipakai  untuk

menentukan batas  dan ukuran tumor  dan 
 keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar getah bening lebih
 dari satu sentimeter dapat dideteksi pada

pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan CT
 scan juga dapat mendeteksi penjalaran
 karsinoma lidah ke tulang berupa
.nekrosis tulang, sedang  MRI dapat

mendeteksi luasnya suatu massa pada
 jaringan lunak. Pemeriksaan lain untuk mendeteksi
 adanya metastasis jauh yaitu  foto toraks
  dan pemeriksaan fungsi hati. metode  Operasi
 En block pull through procedure

dengan mempertahankan fungsi
 mandibulaa diartikan  pertama kali
 oleh Slaughter  dan Southwick (1952)

 dan  dilakukan oleh Butler  dan Harrigan
(1957).  metode  manipulasi ini 
 mengangkat tumor tanpa memotong
tulang mandibula. Saat ini nampaknya
 menjadi metode  terbaik untuk
 mengangkat tumor area  rongga mulut.  operasi ini   kuratif, yaitu mengangkat lesi primer tumor
 ditambah  diseksi leher untuk mengangkat
 kelenjar getah bening leher. Trakeostomi

diperlukan bila dilakukan eksisi lidah
 yang luas  dan melibatkan otot lidah
 seperti m. genioglossus, sebab  dapat
 terjadi penutupan glotis oleh dasar lidah
  dan memicu  ganguan aliran udara. 
Jabir dapat dipakai untuk
menutup defek luka sesudah  eksisi tumor

yang luas. dokter  bedah rekonstruksi 
menanam kembali jaringan, otot, atau
tulang dari satu area tubuh yang lain
 dengan suplai darah yang baik dari area 

donor, Jabir pektoralis mayor terdiri
 dari otot pektoralis mayor dengan atau
 tanpa kulit, yang memiliki  suplai

darah aksial  berbasis superior pada
 cabang pektoral dari arteri
 torakoakromial. Arteri torakoakromial

yaitu  cabang dari arteri aksilari
 yaitu cabang dari arteri

subklavia. Jabir ini   dapat
 dipakai  untuk defek kepala  dan leher, seperti rekonstruksi defek jaringan lunak

dari orofaring, rongga mulut, hipofaring, kulit leher,  dan rekonstruksi faring sesudah 
 laringektomi  dan  untuk menutupi arteri
 karotis atau vena jugularis.  Cabang pektoral arteri
 torakoakromial mengalir pada fasia pada
 permukaan dalam dari otot pektoralis. Suplai darah tambahan muncul dari
 medial dari arteri mamari interna dan
 lateral dari arteri thoracic. Jabir dapat dipakai  sebagai jabir otot atau jabir
musculocutaneous, dengan atau tanpa
 iga. Penanda permukaan pedicle vascular
 ditentukan dengan menggambarkan  garis

dari bahu ke xiphisternum  dan garis lain
 secara vertikal dari titik tengah klavikula

# FOTO  Desain jabir Pektoralis Major Paddle kulit diposisikan diatas
 otot pektoralis major di sepanjang cabang
 pektoral dari ateri torakoakromial. Untuk

memastikan bahwa panjang pedikel
 memadai, jarak antara bagian atas paddle
 kulit  dan tepi inferior klavikula harus
 sama atau melebihi jarak antara area 

penerima untuk jabir  dan tepi inferior klavikula. lalu  dilakukan elevasi
 paddle kulit.

# FOTO   Insisi kulit lateral mamae
 Kulit diinsisi di sekitar paddle
 kulit,  dan dilakukan diseksi hingga

permukaan otot pektoralis mayor. Pedikel vascular terletak pada otot
 dalam.

# FOTO   Fiksasi kuli ke otot Pektoralis
 Major Paddle kulit ditempelkan pada dasar otot
 pektoralis mayor dengan beberapa
 jahitan untuk meminimalkan resiko

cedera hingga perforasi miokutan. Sayatan diperpanjang kearah lateral dari
 batas tepi dari paddle kulit sepanjang
 lipatan aksila anterior, yang sesuai

dengan batas lateral dari otot pektoralis
 mayor. Kulit  dan jaringan payudara di
 atas paddle kulit lalu  dielevasi
 dari otot pektoralis mayor hingga
 klavikula.

# FOTO  Arteri thorakoachromialis, pembuluh darah utama yang harus
 dipertahankan Desain jabir Pektoralis Major Tahap
 lalu    elevasi pedicle. Otot

pektoralis mayor diinsisi dengan kauter
 kearah medial  dan inferior pada paddle
 kulit,  dan didiseksi dari iga  dan otot
 interkostal. Otot utama pektoralis

lalu  dibebaskan di samping
 sternum dengan kauter. Diseksi antara
 otot pektoralis minor  dan mayor  dan 

pedicle vascular dilakukan dengan
 diseksi sepanjang batas lateral otot
 pektoralis mayor dengan kauter dan

membawa pedicle vascular ke dalam
 fasia di dalam permukaan otot pektoralis
 mayor. Jabir   dilewatkan ke superfisial
 leher melalui terowongan subkutan

inferior klavikula. area  donor ditutup
 dengan pemasangan drain, atau 
 ditambah tandur
# FOTO  Terowongan, superfisial leher, akses jabir ke resipien 
Wanita usia 60  tahun
 ke divisi tumor THT Rumah

Sakit  dengan keluhan sariawan di lidah kiri
 yang tidak sembuh sejak 6 bulan yang
 ditambah  nyeri di lidah kiri terutama
 bila makan.
 dengan diagnosa  tumor dasar lidah
 ditambah  pembesaran kelenjar getah
 bening level I  dan II berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik  dan CT
 scan, diperoleh  massa tumor lidah yang

menginfiltrasi otot lidah  dan kelenjar
 submandibular kiri.

# FOTO  Gambaran intraoral karsinoma
 lidah
 Hasil CT scan menandakan 
 tomor lidah yang luas pada setengah
 bagian kiri dengan penetrasi ke otot lidah

 dan ditambah  benjolan di leher level I dan
 II. Biopsi insisional menandakan 
 karsinoma sel skuamosa diferensiasi
 baik.

# FOTO   CT scan menandakan  tumor
 lidah yang luas

Pasien direncanakan
 hemiglosektomi dengan en block pull
 through, diseksi leher level I-V dan
 rekonstruksi dengan jabir pektoralis
 mayor. metode  Operasi

Dilakukan infiltrasi luka operasi
 terlebih dahulu dengan memakai 
 adrenalin 1:250.000 dibawah kulit untuk

mengurangi perdarahan saat 
melakukan pengangkatan skin flap ke
 superior  dan lateral. Insisi T pada leher

memotong, melepaskan m platisma dan
 elevasi skin flap ke superior, lateral dan
 inferior sampai simfisis mandibular, sternokleidomastoideus  dan klavikula

terpapar. Diseksi leher
 Insisi kulit dengan model huruf T

pada peristiwa  ini memberi  akses 
 luas pada kelenjar getah bening
 sepanjang m sternocleidomastoideus
 (level II sampai V)  dan submandibular
 (level I).

# FOTO   Diseksi KGB level 1
 Diseksi leher level 1

mempermudah akses ke area 
 submadibula, melalui m geniglosus ke
 arah superior, sampai permukaan lidah.

# FOTO   sesudah  diseksi leher level 2-5
 Diseksi leher level 2-5 ditambah 
 pengangkatan m sternokleidomastoideus
  untuk mengangkat kelenjar

getah bening sepanjang m
 sternokleidomastoideus, juga memberi
 ruang yang cukup luas untuk m pektoralis
 mayor sebagai penutup defek luka. Diseksi lidah
 Diseksi lidah (hemiglosektomi)
 dilakukan dengan dua metode  yaitu
 peroral  dan submadibula dengan paduan
 bagian tengah dari m. genioglossus.

# FOTO  Reseksi lidah intraoral
 Setengah bagian lidah  dan otot lidah, termasuk kelenjar submandibular

diangkat secara en block.
 
# FOTO   Eksisi luas mukosa bukkal.Termasuk mukosa buccal, sebagian pilar
 anterior  dan posterior lidah sampai
 memperoleh  tepi bebas tumor. M
 digastricus belly anterior dilepaskan dari
 mandibular.

# FOTO   sesudah  eksisi luas lidah
 Tahap     penutupan
 defek dengan jabir pektoralis mayor. Dilakukan penandaan pada hemithorax
 kanan setinggi ICS (Inter Costal Space)
 III-V dibawah papila mamae ukuran 7x4

 dan 8x2 cm setinggi ICS II-III. Insisi
 pada area  donor menembus kutis, lemak hingga pectoralis major hingga

batas ICS III.

# FOTO   Rekonstruksi hipofaring
 Dilakukan penjahitan kulit tandur dengan
 tepi mokosa hipofaring, tepi bawah lidah, medial lidah, mukosa buccal, dan
 sepanjang medial mandibula.

# FOTO   Rekonstruksi lidah
 Pasien dipasang NGT untuk nutrisi sesudah 
 operasi. Pada hari ke 10, luka insisi tenang, jahitan kulit dilepas, jabir tumbuh dengan

baik. Hari ke-14 pasien dipulangkan dan
 rawat jalan sehingga perawatan luka
 dilanjutkan di poliklinik. 


 berdasar  American Cancer
 Society, dinyatakan bahwa diagnosa 
 kanker lidah diketahui dari gejala, tanda, pemeriksaan fisik  dan pemeriksaan
 penunjang yaitu laringoskopi fleksibel
 , biopsi,   imaging (tomografi

komputer, MRI, PET scan, foto thorax). saat  jaringan tubuh hilang sebab 
 operasi pengangkatan tumor maka

diperlukan rekonstruksi untuk penutupan
jaringan, seperti pemakaian  tandur kulit
  dan jabir yang dapat dikerjakan oleh ahli
 bedah bagian rekonstruksi kepala dan
 leher. Pemasangan jabir pektoralis
 mayor pada pasien ini  untuk
 menutup defek sesudah  wide eksisi lidah. Jabir pektoralis major dapat dipakai 
pada traktus aerodigestif bagian atas dan
 defek jaringan lunak pada reseksi
 penyakit kanker kepala  dan leher. Jabir
 pektoralis mayor yaitu  salah satu
 pilihan untuk menutup defek luka di
 sekitar leher sebab  memiliki  asupan
 vaskularisasi yang baik dari arteri

torakoakromial.
Pemilihan terapi pada karsinoma
 lidah memerlukan pertimbangan yang
 hati hati sebab  meningkatkan morbiditas
  disebabkan
  area  tumor di saluran makan
sekaligus di saluran nafas. 
trakesotomi sebelum operasi dilakukan
 untuk menjamin jalan nafas tidak
 terganggu sebelum  dan sesudah operasi

mengingat ukuran tumor yang besar. rehabilitasi pemberian makan mengingat
 fungsi lidah yang berkurang 
sehingga memerlukan kerja sama dengan

dokter rehabilitasi medik.
Kanker atau    penyakit perikarditis  yaitu  
 terjadinya produksi sel-sel yang tidak normal  tidak mengikuti pertumbuhan
 jaringan yang normal.
Lidah yaitu  organ muskular yang  fleksibel dalam rongga mulut
berperan untuk proses pengunyahan, pengecapan,  menelan makanan  dan 

 berbicara. Organ ini melekat ke dasar mulut dengan permukaan atas dilapisi
 papillae yang memberi  tekstur permukaan  kasar. Papillae mengandung

pori-pori kecil yang ada  reseptor pengecapan. 

Karsinoma lidah yaitu  suatu tumor yang terjadi di dasar mulut, kadang meluas ke arah lidah  dan memicu  gangguan aktifitas . diperkirakan sekitar 2,8% warga  

menderita penyakit kanker lidah ini, diperkirakan 1,2% penderitanya 
meninggal.
ini  disebabkan oleh 
 faktor seperti faktor luar, heriditer maupun non heriditer. Faktor luar meliputi
rokok, alkohol, infeksi kronis  dan luka  krinis. Faktor non heriditer meliputi
 Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma yang
 ditularkan melalui hubungan suami istri, hepatitis) parasit,  bakteri,kanker lidah dapat disembuhkan
 jika  peradangannya belum meluas. Krania yaitu   kita lakukan dengan
 memberi  terapi  radioterapi.  memberi  obat
  untuk mengurangi peradangan.Karsinoma lidah yaitu  suatu tumor yang terjadi di dasar mulut, kadang meluas ke arah lidah  dan memicu  gangguan aktifitas  ,Tumor lidah yaitu  karsinoma sel skuamosa yang muncul dari lapisan

yang menutupi otot-otot lidah. Sebuah tumor ganas yang muncul  dari epitel yang
 menutupi lidah. Kanker lidah yaitu  suatu neoplasma maligna yang muncul  dari
 jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma
 (cell epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit  tertentu
 (premaligna). Kanker ganas ini dapat menyebar ke area  sekitarnya, di samping
 itu dapat melakukan metastase secara limfogen  dan hematogen. Kanker lidah
 yaitu  tumor ganas yang terjadi pada lidah saat  pertumbuhan sel-sel lidah
 menjadi tidak  terkendali. Kanker lidah berkembang dari sel-sel skuamosa. Sel-sel
 lidah normal yang tadinya tumbuh  dan membelah secara teratur  dan terkendali 
menjadi tidak terkendali sehingga akan terus tumbuh  dan membelah, maka

terbentuklah massa jaringan yang tidaknormal .
kanker  terjadi pada
 permukaan dasar mulut yang muncul  dari epitel yang menutupi lidah.
. Kanker lidah pada 2 atau 3 depan
 memiliki  sifat  yang berbeda dengan dasar lidah (1 atau 3 posterior). Kanker
 pada dasar lidah biasanya  berdifferensiasi buruk, sudah ada metastasis ke
 kelenjar getah bening saat ditemukan  dan biasanya  didiagnosa  pada stadium
lanjut.
pemicu  sebetulnya kanker lidah belum diketahui secara pasti. namun   beberapa
faktor yang diduga menjadi pemicunya antara lan:
Merokok
, Alkohol
, Infeksi kronis
,luka  kronis pada gigi yang tajam sehingga menimbulkan luka  pada
 lidah
, pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai
, kebersihan mulut yang buruk
,Faktor herediter (Usia, Jenis Kelamin, Genetik, riwayat keluarga)
,. Faktor non herediter
,seperti : . Faktor fisik (sinar ultraviolet)

Faktor biologis (virus papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami
 istri, hepatitis, parasit  dan bakteri).

kanker  lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa
 gangguan tertentu atau penyakit tertentu. 
penyakit sypilis, baik pada masalah  aktif atau sekurang-kurangnya sudah  ada riwayat
 penyakit syphilis sebelumnya, sering ditemui  bersama-sama dengan kanker
  lidah, Gejala-gejala kanker lidah antara lain   muncul nya ulkus (luka)
 seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan , mudah berdarah

bagian tengah ulkus relative lembut  dan mudah berdarah. Perdarahan terjadi
 saat  tekanan diberikan pada area  kanker, saat mengunyah, minum atau

menelan. Fokus kanker yaitu  sangat lembut  dan tidak tahan tekanan dalam
 bentuk apapun, sehingga memicu  perdarahan. Perdarahan  
tanda    gejala kanker lidah yang utama ,mati
rasa di lidah  dan mulut. perubahan suara, lidah kaku , gerakan
 berkurang,  bau mulut , benjolan di bagian belakang tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening
 leher,  penurunan berat ba dan yang berlebihan,  kesulitan  membuka mulut , adanya massa di leher.
Pada stadium dini, kanker lidah tidak menimbulkan nyeri  dan biasannya

ditemukan pada pemeriksaan rutin pada gigi  dan mulut. Kanker biasanya muncul 
 di bagian pinggir lidah, hamper tidak pernah ditemukan kanker pada pangkal lidah
.kecuali pada seseorang yang pernah menderita sinus yang tidak pernah
 memperoleh  pengobatan selama beberapa tahun. Karsinoma sel skuamosa pada

sel lidah  tampak seperti luka terbuka (borok)  dan cenderung tumbuh ke
 dalam jaringan di bawahnya. Bintik kecoklatan mendatar seperti bercak 
 ditemukan pada perokok yaitu di sisi biasanya rokok atau pipa diletakkan pada
 bibir.
 melepaskan gigi palsu dan
 lempeng parsial untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi.

 dengan pemakaian  sumber
 lampu terang (penlight)  dan depresor lidah. Sarung tangan dipakai 
 untuk mempalpasi lidah  dan adanya ketidaknormalan 
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban,
 dihidrasi, warna, tekstur, simetrisitas,  dan adanya ulserasiatau fisura.

Bibir harus lembab, merah muda, lembut  dan simetris.

Gusi diperiksa  dari  inflamasi, perdarahan, retraksi, dan

perubahan warna. Bau napas juga dicatat.
Lidah dorsal diperiksa  untuk tekstur, warna,  dan lesi. Papila tipis,

lapisan putih,  dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah.
 lalu  dibagian permukaan venteral lidah  dan dasar mulut lidah.
Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah dipakai  untuk
 menekan lidah guna memperoleh  visualisasi kuat  terhadap faring.

 Biopsi langsung
 yaitu  metode buku untuk memperoleh jaringan dari lesi dirongga
 mulut  dan orofaring.
 
Pemeriksaan sitologi eksfoliatifa dari specimen kerokan atau inprint
 dari tumor primer dikerjakan pada lesi yang berupa bercak atau superficial.

Bila hasilnya :

 Klas I- III : lakukan ulangan sitologi 3 bulan lagi.Bila 2x ulangan
 sitologi tetap klas I- III maka perlu dibiopsi

 Klas IV-V : lakukan biopsy
, Panendoskopi
 Dilakukan untuk menentukan perluasan lesi yang besar  dan terletak
 disebelah posterior  untuk menyingkirkan adanya tumor primer
 simultan.. Ultrasound  dipakai untuk menilai massa superficial.
CT Scan  dan Megnetic Resonance Imaging (MRI)  dipakai 
 untuk lesi lebih dalam  dan menilai struktur lebih dalam pada tumor

 dan menandakan  apakah ada  metastase atau tidak.Biru toluidine
 yaitu Sebuah zat pewarna yang dibubuhkan in situ´ sebagai salah satu cara

diagnosa  tambahan dalam mendeteksi karsinoma sel skuamosa yang
 akan memberi warna biru pada sel kanker. Jaringan normal tidak
 menghisap  warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasma tidak

konstan menghisap  warna.  metode  memberi warna

rongga mulut ,antaralain : 
- Kumur dengan larutan asam asetat 1% : 20 detik 

-Kumur dengan air : 20 detik, 2 x 

- Kumur dengan larutan toluidine blue 1% : 5-10 cc

- Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% : 1 menit

-  Kumur dengan air.

Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam lalu ,

pemeriksaan ini memiliki kepekaan   dan keakuratan  sebesar 90%. 
 mengenai  larutan toluidine biru terdiri dari :
- Toluidine chlorida : 1 gr 
,
- Asam asetat : 10 cc 
,- Alkohol absolut : 4,2 cc 
,
- Aquadest: 100 cc
,
Pemeriksaan imaging dengan  PET (Positron Emission Tomography)
 pemeriksaan Positron Emission

Tomography memakai  tirosin sebagai tracer memiliki kepekaan 
  dan keakuratan  cukup tinggi untuk karsinoma. Pemeriksaan ini dapat
 mendeteksi tumor < 4 mm. untuk staging memiliki kepekaan  71%
  dan keakuratan  99%, sedang  untuk deteksi kekambuhan memiliki
 kepekaan  92%  dan keakuratan  81%

Penanganan kanker lidah ini  dilakukan secara multidisipliner
 yang melibatkan  bidang Oncologic surgeon
,Plastic dan  reconstructive surgeon
,Radiation oncologist
  Medial oncologist
, Dentists
, Rehabilitation specialist
, harus diperhatikan  eradikasi  dan tumor, pengembalian fungsi dari rongga
 mulut,  dan  aspek kosmetik atau penampilan penderita. Beberapa faktor yang
 perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi antara lain:
 Umur penderita
, Keadaan umum penderita
, Fasilitas yang tersedia
,Kemampuan dokternya
,Pilihan penderita
, penanganan  pasien kanker lidah dilakukan dengan operasi,
 radiasi, kemoterapi atau campuran  dua atau ketiganya, tergantung dari
 jenis tumor  dan durasinya. Keputusan tentang tindakan terbaik yang dapat
 dilakukan harus dibuat oleh seseorang yang memiliki  keahlian khusus

tentang keganasan leher  dan kepala. Untuk lesi yang kecil (T1  dan T2),
 tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberi  
 kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2
 memberi  angka kekambuhan yang lebih tinggi dibandingkan  

operasi. Untuk T3  dan T4, terapi campuran  operasi  dan radioterapi
 memberi  hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi
 dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi  diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4). Radioterapi  diberikan secara
 interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan ukuran kecil akan
 lebih banyak berhasil dibandingkan  tumor yang endofitik dengan ukuran besar.
 Peran kemoterapi pada penanganan kanker lidah masih belum banyak,
 dalam tahap penelitian kemoterapi hanya dipakai  sebagai neo-adjuvant
 pre-operatif atau adjuvan post- operatif untuk sterilisasi kemungkinan
 adanya mikro metastasis.

Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut disarankan 
 antaralain : :
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi

T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi sesudah  bedah
 Untuk tumor lidah T3  dan T4, penanganan N0 dilakukan 
 deseksi leher selektif atau radioterapi regional sesudah  bedah. sedang  N1

yang diperoleh  pada setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila
 memungkinkan, eksisi luas tumor primer  dan deseksi leher itu  harus
 dilakukan secara en-block. Pemberian radioterapi regional sesudah  bedah
 tergantung hasil dari pemeriksaan patologis metastase pada kelenjar getah
 bening itu  (jumlah kelenjar getah bening yang positif metastase,

penembusan kapsul kelenjar getah bening atau  ekstra kelenjar getah bening). 

. Terapi Kuratif 

 Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium  I, II,  dan III.
,Terapi utama untuk stadium I  dan II yaitu  operasi atau radioterapi yang
 masing- masing memiliki  kelebihan  dan kekurangannya  untuk stadium III  dan IV yang masih operabel yaitu 
 campuran  operasi  dan radioterapi sesudah  bedah. Pada terapi kuratif
 diperhatikan: 
Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap
 baik.
Kosmetis cukup dapat diterima
,Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak
 menjadi kuratif.

tanda  operasi:

 masalah  operable
,Umur relatif muda
,Keadaan umum baik
, Tidak ada  komorbiditas yang berat

tanda  radioterapi:

. masalah  inoperable
,T1,2 area  tertentu
,Kanker pangkal lidah
,Umur relative tua
, Menolak operasi
, Ada komorbiditas yang berat

Terapi tambahan

Radioterapi tambahan diberikan pada pasien  yang terapi utamanya
 operasi.
Radioterapi sesudah -bedah. Diberikan pada T3  dan T4  sesudah 
 operasi, masalah  yang tidak dapat dikerjakan eksisi radikal,
 radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi lapangan operasi
 oleh sel kanker.
 Radioterapi pra-bedah. Diberikan pada  operabilitasnya
 diragukan atau yang inoperable.
.Operasi dikerjakan pada masalah  yang terapi utamanya radioterapi yang
 sesudah  radioterapi menjadi operabel atau muncul  residif sesudah  radioterapi. 

Kemoterapi diberikan pada masalah  yang terjadi kontaminasi lapangan
 operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau muncul  residif
 sesudah  operasi  dan atau radioterapi.

 Terapi Komplikasi
:  biasanya  stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit,
 namun  dapat terjadi komplikasi karena terapi. Terapinya tergantung dari

komplikasi yang ada, contohnya : 
 Nyeri: analgetika
,Infeksi: antibiotika
, Anemia: hematinic
,
 

Terapi paliatif yaitu  untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan
 mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat
 disembuhkan lagi. Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker lidah

yang: 

. Stadium IV yang sudah  menandakan  metastase jauh 

ada  ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek 
, Terapi kuratif gagal ,Usia sangat lanjut, Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:

- Sistemik: 

Ba dan mengurus
,Ba dan lemah
,Nyeri
, Sesak nafas
,Sukar bicara
, Batuk-batuk
,
- Loko regional :

Anoreksia
,Fistula oro-kutan
,Ulkus di mulut atau leher 
,Nyeri , Sukar makan, minum, menelan
, Mulut berbau 
,
-Diagnosa Yang Muncul
:
Resiko terhadap infeksi berkaitan  dengan kebersihan mulut
 yang buruk atau pengobatan
,
Nyeri berkaitan  dengan lesi oral atau pengobatan , efek dari
 pembedahan reseksi
,Kerusakan komunikasi verbal berkaitan  dengan penurunan
.neurology  dan kemampuan menelan

 Keperawatan
:
. Nyeri berkaitan  dengan lesi oral atau pengobatan , efek dari
 pembedahan reseksi
, Observasi keluhan nyeri, perhatikan area  atau karakter,
.frekuensi, durasi, intensitas skala nyeri (0-10),  dan tindakan
 penghilangan nyeri yang dipakai .
. Ajarkan metode  manajemen nyeri yaitu relaksasi  dan distraksi
(reposisi, metode  pengurang rasa nyeri dengan cara gosokkan punggung), nafas dalam, bimbingan imajinasi atau hiburan (tertawa,
 musik, televisi,
Neoplasma rongga mulut yaitu  keganasan yang jarang ditemukan di negara Barat, namun cukup banyak 

ditemukan di Asia. Di USA, angka insidensinya berkisar antara 1-4% dari seluruh keganasan, sedang  di India, 

dapat mencapai 50%  dan menjadi tumor ganas yang terbanyak. Sekitar 90% keganasan rongga mulut ini  

berkaitan  dengan konsumsi tembakau  dan alkohol, sedang  di Asia, berkaitan  dengan kebiasaan 

mengunyah tembakau  dan sirih. Predileksi terbanyak yaitu pada lidah 39%, bibir 35%, dasar mulut 10%, gingiva 
 mandibula 15%, mukosa bukal 9%, palatum  dan gingiva maksila 4%. Di negara kita , insiden neoplasma rongga 
 mulut yaitu  1,5-6%, terbanyak ditemukan pada usia 55-70 tahun  ,
berdasar  jenis kelamin, perbandingan laki-laki  dan perempuan yaitu  1:1 yang sangat berbeda dengan data dari 
 negara Barat yaitu 4:1.  seorang pasien dengan keluhan benjolan pada ujung lidah bagian bawah kanan,
mudah berdarah, dapat digerakkan  dan teraba kenyal, tanpa ditambah  rasa nyeri. Penurunan berat ba dan disangkal  dan 
 pasien tidak merasakan adanya pembesaran KGB di lehernya. Kebersihan mulut pada pasien ini sangat buruk 
 dengan banyaknya lubang gigi. Pasien  mengeluh gangguan berbicara, mengunyah  menelan. Pasien  
 menjalani operasi pengangkatan massa tumor ditambah  tindakan radikal diseksi leher sebagai tindakan profilaksis. 
 Jaringan yang diangkat diperiksakan ke laboratorium dengan hasil PA yaitu well differentiated squamous cell 
 carcinoma.

Tumor yaitu  suatu benjolan atau pembengkakan. berdasar  sifatnya, tumor dapat dibedakan 
 menjadi tumor jinak (benigna)  dan tumor ganas (maligna). Kanker yaitu    menandakan  suatu tumor ganas, yang terjadi akibat rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, 
 khususnya mekanisme pertumbuhan  dan diferensiasi sel.  Kanker rongga mulut yaitu  bagian dari 

kanker-kanker di kepala  dan leher  dan dapat terjadi di setiap area  di dalam rongga mulut yang dibatasi 

oleh vermilion bibir di bagian depan  dan arkus faringeus anterior di bagian belakang. Kanker rongga 

mulut meliputi kanker lidah, bibir, gingiva, bukal, dasar mulut, palatum  dan arkus faringeus anterior.
Tumor ganas rongga mulut secara histologis dibagi dua, yaitu tumor ganas yang berasal dari jaringan 

epitel dinamakan  karsinoma, sedang  yang berasal dari jaringan pendukung atau mesenkim dinamakan  

sarkoma.

Karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC), yaitu  tumor ganas yang berasal 

dari epitel skuamosa berlapis yang mampu   merusak jaringan sekitarnya,  dan 
bermetastasis ke area  yang lebih jauh , Hampir semua kanker di rongga mulut dimulai dari sel basal yang menutupi permukaan bibir, lidah  dan rongga mulut dinamakan  karsinoma sel skuamosa
 dan mencapai 90%., lidah yaitu  area  SCC yang paling banyak terjadi, 
 sekitar 30%, diikuti dasar rongga mulut 36%, gingiva mandibula 16%, mukosa bukal 15%, gingiva 
 maksila 9%, palatum durum 8%,  dan retromolar  5%. Pada jurnal  lain insidensi SCC lidah yaitu  antara 
 20-50% dari karsinoma rongga mulut.
 Dari jurnal  yang berbeda dikatakan lidah  dan dasar rongga 
 mulut yaitu  area  tersering terjadinya SCC di negara barat. Namun, di negara yang warganya  

banyak mengunyah tembakau  dan buah pinang, trigonum retromolar  yaitu 
 area  tersering terjadinya karsinoma ini. Karsinoma sel skuamosa lidah banyak ditemui  pada laki-laki  dan mencapai puncaknya pada dekade 
 keenam  dan ketujuh.  mayoritas penderita keganasan rongga mulut yaitu  lakilaki , 
 walaupun insidensi keganasan lidah pada wanita meningkat secara progresif di USA hingga mencapai 
 27% ,
Lebih kurang 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh muncul  benjolan pada ujung lidah

bagian bawah kanan. Benjolan mudah berdarah jika  menyentuh bagian dari gigi depan pasien yang 

berlubang  dan tajam. Benjolan dapat digerakkan  dan teraba kenyal. Benjolan terkadang ditambah  rasa 

nyeri. Pasien merasa ada gangguan berbicara, mengunyah maupun menelan. Makan  dan minum masih 
 bisa dilakukan penderita dengan memakai  mulut sebelah kiri. Penurunan berat ba dan tidak dirasakan. 
 Pasien tidak merasakan adanya pembesaran di lehernya. Gigi pasien sudah banyak yang dicabut karena 
 banyak yang lubang. Riwayat benjolan di area  lain disangkal.

Riwayat asma (-), DM (-), riwayat operasi (-), HT (-), Alergi udara dingin (+), Sesak (-), batuk  dan 
 pilek (-), diare (-). Aktivitas sehari-hari biasa. Pasien pernah memeriksakan giginya ke dokter gigi,  dan 
 dilakukan pencabutan pada gigi-gigi yang bermasalah,  dan disarankan untuk periksa ke dokter umum 

untuk benjolan pada lidahnya itu . Pasien melakukan pemeriksaan ke beberapa dokter umum di 

area nya,  dan disarankan untuk dioperasi di RS Bandung. Akhirnya penderita setuju untuk dilakukan 

operasi pada Bulan Januari 2019 ,Penderita mengakui memiliki riwayat merokok pada usia muda  dan berhenti pada saat usia kurang 
 lebih  45  tahun. Penderita juga mengaku pernah minum alkohol saat muda. Penderita memiliki banyak 
 gigi berlubang, beberapa patah sendiri. Penderita memiliki gigi yang tajam terutama di bagian bawah 
 depan. Selama ini kebiasaan sikat gigi tidak teratur, hanya pagi hari saja. Untuk mengatasi sakit gigi yang 
 sering dialami, penderita hanya minum obat yang dibeli sendiri di warung.
 Keadaan umum pasien baik. Tekanan darah normal 120 atau 80 mmHg dengan nadi 78 x atau menit. Pasien 
 tidak ada gangguan pernapasan  dan suhu tubuh normal. Pasien tidak ada gangguan aktivitas.

Pada gigi ada  karies  dan plak, gingiva tampak kemerahan. Lidah masih dapat dijulurkan keluar, 

 dan digerakkan ke kanan-kiri, lidah bagian bawah kanan ada  benjolan ukuran 2,5 x 2 x 2 cm, batas 

tegas. Benjolan dapat digerakkan  dan teraba kenyal. Benjolan terkadang ditambah  rasa nyeri.
 

Pada pasien ini akan dilakukan pengangkatan massa tumor dalam keadaan narkose umum. Dilakukan 

biopsi insisi pada tumor lidah intra operatif bila hasilnya SCC lalu  dilakukan hemiglosektomi 

dekstra. Sesudah  hemiglosektomi selesai, lalu  dilakukan VC batas tepi sayatan untuk menentukan 

radikalitas, dilanjutkan dengan pemeriksaan PA juga pada sayatan. Hasil biopsi yaitu  well differentiated

SCC. Tindakan terakhir yaitu  dilakukan diseksi leher profilaktik ipsilateral berupa functional neck 
 dissection dextra. lalu  hasil KGB diperiksakan ke PA. Beberapa hari sesudah  operasi, penderita 
 merasa agak sulit mengunyah makanan. jika  makan harus di sisi kiri, agak sulit  dan tidak jelas bicara. 
 Air liur dirasakan berlebihan  dan sering menetes keluar. Tiga hari lalu , semua keluhan itu tidak dirasakan lagi. Jaringan yang diangkat diperiksakan ke laboratorium dengan hasil PA yaitu  well 
 differentiated SCC

 


# FOTO   Foto klinis tampak gigi anterior yang tajam  dan benjolan pada ujung 
 lidah bagian bawah kanan.

 

# FOTO    Dilakukan biopsi ekstirpasi pada tumor lidah intra operatif bila hasilnya 
 SCC lalu  dilakukan hemiglosektomi dekstra.


# FOTO  Pembuatan tanda batas dengan methylen blue. Dilakukan hemiglosektomi dekstra. Dilakukan VC 

batas tepi sayatan untuk menentukan radikalitas, dilanjutkan dengan pemeriksaan PA


# FOTO   Dilakukan diseksi leher profilaktik ipsilateral berupa functional neck dissection dextra,
 sebagai tindakan diseksi profilaksis. lalu  hasil KGB diperiksakan ke PA

# FOTO  Satu minggu sesudah  operasi, tampak luka jahitan di leher sudah  kering. Tiga minggu 
 sesudah  operasi, lidah menyatu dengan baik tidak ada perdarahan,  dan rasa sakit.
 Selain tembakau alkohol juga dinamakan  sebagai karsinogen yang sama pentingnya 
.dengan tembakau. Alkohol sebagai promoting agent, memungkinkan terjadinya perubahan histologi 
 menjadi keganasan. Oral Hygiene yang buruk  dan luka  kronis berkaitan  juga dengan terjadinya 
 perubahan epitel yang diawali dengan hiperplasia atau papilomatosis. luka  kronis pada rongga mulut 
 biasanya disebabkan oleh gigi yang tajam, gigi yang rusak atau gigitiruan yang tidak pas. Sinar matahari
 terutama pada neoplasma di bibir, berkaitan  dengan paparan kronis UV-B. Kebiasaan mengunyah sirih,  merokok. Defisiensi zat besi yang kronis yaitu  faktor etiologi pada 
 kanker lidah, khususnya pada wanita. Selain itu defisiensi vitamin A  dan E juga sudah   
berkaitan  dengan neoplasma rongga mulut. Human papilloma virus (HPV) dinamakan  berperan dan  menjadi pemicu . Lesi pra-kanker seperti leukoplakia  dan eritroplakia (red 
patch) juga dapat menjadi pemicu  dari SCC. Topik ini sangat menarik karena biasanya keganasan pada 
 lidah muncul dalam bentuk ulkus, tapi pada masalah  ini muncul dalam bentuk benjolan. Selain bentuk,
 posisi benjolan juga terjadi pada bagian ujung lidah.
 
Seperti semua tumor epitel, perkembangan SCC yaitu  suatu proses multistep yang melibatkan 
 aktivasi onkogen  dan inaktivasi gen penekan tumor. Perubahan pertama yaitu  hilangnya kromosom pada 
 regio 3p  dan 9p21. Kehilangan heterozigositas dalam hubungannya dengan hypermethylation pada lokus

ini memicu  inaktivasi gen p16, penghambat cyclindependent kinase. Perubahan ini dikaitkan dengan 
 transisi dari epitel normal sampai menjadi epitel yang mengalami hiperplasia atau hiperkeratosis. Perubahan 
 lalu  terjadi pada regio 17p dengan mutasi dari gen penekan tumor p53  dan dikaitkan dengan 

perubahan menjadi displasia. Baru-baru ini diperlihatkan perubahan genom seperti delesi pada 4q, 6p, 8p 
 11q, 13q, 14q  dan dapat bertindak sebagai prediktor pada suatu keganasan. Perubahan dari epitel normal 
 sampai menjadi SCC, secara klinis  dan molekular , Kanker rongga mulut pada awalnya tidak menimbulkan gejala namun gejala yang mungkin 

dirasakan yaitu  rasa tidak nyaman. Penderita baru mengetahuinya sesudah  gejala semakin berkembang 

 dan kanker menjadi progresif. Rongga mulut seharusnya diperiksa secara teliti berikut pemeriksaan nodus 
 limfatikus di leher  dan submandibula. area  yang memiliki  risiko tinggi terjadinya kanker seperti 

mukosa bukal  dan lidah seharusnya diperiksa lebih teliti. Penderita juga seharusnya diperiksa setiap 

perubahan jaringan, yaitu adanya lesi merah, putih ataupun campuran. Adanya perubahan tekstur 

permukaan lesi seperti, licin, kasar, bergranul, ataupun krusta termasuk dapat atau tidak dapat digerakkan, 

ada tidaknya ulkus seharusnya menjadi suatu peringatan.

Gradasi SCC rongga mulut dilihat dari gambaran histopatologis SCC yang dinilai berdasar  
 derajat kemiripan tumor dengan jaringan asalnya atau produk normal epitel sel skuamosa berupa mutiara 

keratin, gradasi SCC rongga mulut yaitu :
Gradasi 1: Banyak ditemukan keratinisasi ekstraseluler (mutiara tanduk) atau interseluler (diskeratotik) 

 dan ada  jembatan antar sel. Mitosis <2 atau lapang pandang besar (LPB), mitosis atipik  dan sel berinti 
 banyak (sel raksasa) jarang ditemukan. Inti pleomorfik ringan.

Gradasi 2: Keratinisasi ekstrakuler, interseluler  dan jembatan antar sel tidak banyak ditemukan. Mitosis 2-

4 atau LPB ditambah  sel atipik  dan sel berinti banyak dapat ditemukan. Inti sel pleomorfik sedang.

Gradasi 3: Mutiara tanduk tidak ditemukan, tidak terlihat keratinisasi seluler  dan jembatan interseluler, 

dapat ditemukan lebih dari 4 mitosis per LPB dengan mitosis atipikal yang sering ditemukan, 
 pleomorfism seluler  dan inti jelas sering ditemui  sel raksasa berinti banyak
 Tingkat perkembangan tumor rongga mulut digolongkan berdasar  sistem klasifikasi tumor, nodus 

limfatikus, metastasis (TNM) yang dikeluarkan oleh American Joint Comitte on Cancer (AJCC) tahun 

2002.
 Tumor (T) yaitu  tumor primer menunjukan ukuran tumor, N menandakan  nodus limfatikus  dan 

M menunjukan ada atau tidaknya metastasis yang jauh ke beberapa organ atau area . 

Tujuan Terapi:

- mengembalikan fungsi fisiologis sedapat mungkin.

-Mempertahankan atau mengusahakan pengembalian fungsi kosmetik seoptimal mungkin.
 -Pemberantasan atau menghilangkan penyakit kanker dari tubuh penderita.
 penanganan  tumor primer 

Lidah  dan dasar mulut: 

- Lesi yang sangat kecil (<1 cm): eksisi, radiasi interstisial, atau radiasi eksternal. 

- Lesi T1 atau T2: pembedahan, jika area  memungkinkan eksisi luas tanpa mengganggu fungsi; atau 
 campuran  radiasi eksterna  dan interstisial. Pilihan tergantung keadaan umum  dan kondisi pasien.

- Lesi ekstensif: Radioterapi saja atau campuran  dengan bedah. Pembedahan disarankan pada masalah  yang 
 sudah menginvasi mandibula atau jenis karsinoma verukosa.
 Eksisi tumor biasanya  dilakukan dengan tepi sayatan 1-2 cm di luar indurasi tumor, namun perlu 
 dilakukan pemeriksaan “potong beku” tepi sayatan terutama pada area  yang dicurigai karena lapangan 
 yang sempit. Yang infiltratif  dan ulseratif harus lebih hati-hati untuk melakukan sayatan karena untuk free 
 margin memerlukan eksisi yang lebih luas. area  yang belum bebas tumor dire-eksisi atau diradiasi; 
pemakaian  radioterapi adjuvant sesudah pembedahan dapat diberikan dengan radiasi eksterna  dan dosis 

65 Gy. 
 penanganan  Nodul

KGB leher negatif

Lesi T1 primer: observasi bila pasien dapat dipercaya  dan lesinya low grade

Lesi T2 – T4 primer, atau high grade: 

- Jika lesi primer di bedah, lakukan diseksi leher elektif

- Jika lesi primer di radiasi, lakukan radiasi nodul

- Jika lesi primer dilakukan keduanya, lakukan diseksi leher atau radiasi nodul

KGB leher positif

- Jika lesi primer di bedah, lakukan diseksi leher

- Jika lesi primer di radiasi, lakukan iradiasi leher  dan lakukan diseksi untuk residu nodul yang membesar 

atau yang berukuran > 3cm

- Jika limfadenopati servikal terfiksir, terapi awal yaitu dengan radiasi. Jika nodul semakin mobile 

dengan radiasi, lakukan diseksi leher sesudah  dosis 5000 cGy. Jika tetap immobile, selesaikan radiasi 

sampai dosis maksimal.
tanda  iradiasi leher sesudah  diseksi leher

- Nodul yang positif mengandung tumor berjumlah multipel 

- Nodul > 3cm atau tumor meluas keluar dari kapsul

- Keganasan High-Grade

Terapi utama

1.Tanpa metastase jauh: radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads. Kalau perlu campuran  dengan operasi.
2.Ada metastase jauh: kemoterapi, yang dipakai antara lain: Karsinoma epidermoid: Cisplatin, 

methotrexate, bleomycin, cyclophosphamide, adryamycin, dengan angka remisi 20-40%, contohnya :

i. Tunggal: methotrexate 30 mg  atau m2

2x seminggu

ii. campuran : Vincristin: 1,5 mg atau m2

; Bleomycin: 12 mg atau m2

diulang tiap 2-3 minggu; Methotrexate: 

20 mg atau m2
 h3
 Kanker nasofaring berada pada peringkat 20 dari 

40  kanker terbanyak di dunia dengan jumlah masalah  baru sebanyak  7 % ,Angka kejadian kanker nasofaring dipengaruhi oleh faktor geografis,  
banyak ditemukan di Cina , Data yang diperoleh dari pusat Radioterapi di seluruh negara kita  kanker 
 nasofaring menduduki peringkat ke-tiga. Pada stadium dini radioterapi yaitu  

pengobatan terpilih, sebagai pengobatan tunggal dengan tujuan kuratif. Selain 
 stadium dini pengobatan kanker nasofaring memerlukan campuran  kemoradiasi. 
Sebagian besar pasien negara kita  datang dengan stadium lanjut, baik lanjut lokal 
maupun regional 
Efek samping radiasi eksternal terjadi karena pemberian radiasi dosis tinggi, 
 tidak hanya membunuh sel-sel kanker, namun  juga dapat merusak sel-sel sehat 
 disekitanya. Efek samping radiasi dapat berbeda setiap orang tergantung dari dosis 
 radiasi perfraksinasi  dan pengobatan lain yang menyertai seperti kemoterapi 
, Perawatan mulut yang baik sangat 
mendasar dalam mencegah  dan mengurangi potensi komplikasi oral dari terapi 
 kanker. Pada pasien kanker menjaga kesehatan mulut yang optimal sangat sulit, 

dengan adanya efek samping dari perwatan kanker. Pasien harus memperoleh  
 penjelasan  tentang efek samping yang mungkin muncul  sebelum memulai perawatan. 
Menjaga Kebersihan mulut secara optimal sebelum selama  dan sesudah  perawatan.
 Manajemen kebersihan mulut pada pasien kanker nasofaring yang sedang 
 menjalani radiasi eksterna, bertujuan untuk meminimalkan efek samping yang 
 terjadi. Menjaga kesehatan mulut sebelum, selama  dan sesudah radiasi, sesuai 
 dengan panduan dalam National Cancer Institute (2016)  diantaranya: dental screening, menjaga kelembaban rongga mulut, 
 menghindari mulut dari luka ,  dan  menghindari makanan  dan minuman dengan 
 kandungan gula berlebih. Pemberian penjelasan  sebelum, selama  dan sesudah  radiasi 
 eksterna bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Pemahaman pasien 
 yang baik terhadap efek samping  dan manajemen kebersihan mulut, dapat 
 berdampak pada kekonsistenan pasien selama menjalani radiasi eksterna. Pasien 
  berdasar  hasil pengamatan ditemukan adanya kecenderungan subyek 
 mengadopsi kebiasaan atau perilaku yang dilakukan oleh pasein lainnya, tanpa 
 mengetahuai apakah perilaku itu  sesuai dengan kondisinya, hal ini disebabkan 

karena subyek bertemu dengan pasien lainnya setiap hari saling bertukar 
 pengalaman tentang kondisi yang dialami.  sebagian besar pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman yang 
 didapat dari diri sendiri maupun orang lain
,menyatakan determinan yang berkaitan  dengan perilaku perawatan kesehatan 
 gigi  dan mulut, yaitu  pengetahuan, sikap, sumber informasi, dukungan orang tua , 
 Karsinoma atau biasa dikenal dengan kanker, yaitu  suatu penyakit 
 keganasan yang muncul  akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal. 

Sebagian besar sel Karsinoma berasal dari fossa rossen muller. Kanker 
nasofaring yaitu  karsinoma yang muncul pada area  nasofaring (area 
.tenggorokan  dan dibelakang hidung), yang menandakan  bukti adanya 

deferensiasi skuamosa mikroskopik ringan atau ultrastuktur , Kanker nasofaring yaitu  jenis kanker kepala  dan leher, bermula dari 
 nasofaring bagian atas tenggorokan dibelakang hidung,  dan dekat dengan 

pangkal tengkorak. Kanker dimulai saat  sel-sel mulai tumbuh diluar kendali 
, Karsinoma nasofaring yaitu  karsinoma epitel, yang muncul  dari lapisan 

mukosa nasofaring. Di nasofaring tumor sering ditemui  pada reses faring 
 (Fossa Ronssen muller). Meskipun berasal dari garis sel atau jaringan yang 
 serupa, karsinoma nasofaring berbeda dengan kanker epitel kepala  dan leher 
 jenis lainnya ,.etiologi dari kanker nasofaring belum 
 diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan 
 risiko terjadinya kanker nasofaring. Dari data epidemiologi  dan eksperimental 
 ada tiga faktor etiologi penting terjadinya kanker nasofaring antara lain:

berdasar  penelitian di Cina Selatan, ada  ras yang diteliti 
 sangat kuat faktor genetiknya, jika dikaitkan dengan kerentanan 
 genetik terhadap kanker nasofaring, berkaitan dengan lokus Human .Leokcyte Antigen (HLA), yaitu suatu gen yang berkaitan dengan 
 imun. riset  lanjutan, bila dibandingkan ras itu  tinggal di 

Amerika  dan di Asia, maka angka insiden di Amerika menurun, 
sedang  di Asia masih sama hal ini dikaitkan antara genetik  dan 
 lingkungan.

Virus Epstein-Barr (EBV), diduga sebagai pemicu  kanker 
 nasofaring, terutama type nonkeratinisasi, terlepas dari etnis atau 
 faktor geografis. Lesi premaligna kanker nasofaring menandakan  peningkatan kadar Epstein-Barr Virus, menandakan  bahwa infeksi 
 Epstein-Barr Virus dapat mempengaruhi tahap awal dari 
 tumorgenesis pada kanker nasofaring.

Konsumsi ikan asin yang tinggi di Tiongkok selatan, yaitu  
 faktor lingkungan yang penting sebagai pencetus terjadinya kanker 
 nasofaring. Dimethylnitrosamine yaitu  zat karsinogenik yang 

ditemukan pada ikan asin. Percobaan pada tikus, menandakan  bukti 
 bahwa ikan asin menginduksi karsinoma pada saluran pernafasan 
 bagian atas. Faktor-faktor etiologi lingkungan potensial lainnya yang 
 dikaitkan dengan kejadian kanker nasofaring seperti: konsumsi 
 alkohol, paparan debu, formaldehida, rokok.

Gejala yang muncul pada kanker nasofaring  berupa: telinga terasa 
penuh, tinnitus, otalgia, hidung tersumbat, lendir bercampur darah. Pada 
 stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher, terjadi gangguan syaraf, 
 diplopia  dan neuralgia trigeminal III, IV, V, VI,
Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV),  berkaitan  erat 

dengan insiden kanker nasofaring. Meskipun demikian, mekanisme pasti 
 terjadinya masih belum diketahui secara pasti. Infeksi EBV primer biasanya 
 terjadi pada masa anak-anak awal yang bersifat asimtomatik  dan dapat 
memicu  virus persisten. Dalam jangka waktu lama EBV memiliki 
 ikatan kuat dengan limfosit pada manusia  dan pada epitelium saluran 
 pernafasan atas, EBV pada awalnya menginfeksi limfosit B yang tidak aktif 
  dan memicu  infeksi laten. EBV lalu  berploriverasi  dan 
 bertumbuh pada sel B itu . Secara in vitro, EBV tinggal di limfosit B  dan 
 melakukan transformasi sehingga membentuk sel limfoblastoid, suatu proses 
 terjadinya transformasi kearah kanker. Infeksi EBV laten dipercayai terlibat 
 dalam tumorgenesis, pada sel-sel yang terinfeksi EBV ada  ekspresi gen 
 EBV, seperti EBER, EBNA1, LMP1, LMP2,  dan EBV-encoded miRNAs 
 yang terlibat dalam perkembangan tumorgenesis. Infeksi laten dari EBV 

dapat memicu  perubahan epigenetik pada genom sel host  dan 
.memicu  berkembangnya tumor ,
Dalam panduan penanganan  kanker nasofaring untuk menentukan TNM (tumor, nodul, 
 metastase) dilakukan  pemeriksaan:

 Pemeriksaan radiologi

- CT-Scan Nasofaring, untuk melihat tumor primer  dan penyebaran 
 kejaringan sekitarnya  dan  penyebaran kelenjar getah bening 
 regional.

-USG Abdomen, untuk menilai metastase organ-organ intra 
 abdomen,
-Foto Thoraks, untuk melihat adanya nodul di paru.

-Bone Scan, untuk melihat metastase tulang
Diagnosa pasti berdasar  pemeriksaan patologi anatomi (PA) 
dari biopsi nasofaring bukan dari Biopsi Aspirasi Jarum Halus 
(BAJH), atau biopsi insisional atau eksisional kelenjar getah bening. 
 Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan 

tuntunan mikroskopis posterior atau tuntunan nasofaringoskopi 
 rigid atau fiber. 

penanganan 
 mencakup radiasi, kemoterapi, campuran  keduanya,   didukung 
dengan terapi simptomatik sesuai dengan gejala.


Radiasi eksterna atau dinamakan  teletherapi yaitu  metode pemberian 
 radiasi dengan sumber radiasi terletak pada suatu jarak tertentu dari tubuh 
 pasien. Dengan cara ini maka radiasi memiliki  jangkauan yang luas, 
sehingga bukan hanya tumor primer saja yang memperoleh radiasi namun  
juga kelenjar getah bening di sekitarnya yang berpotensi dikenai anak sebar 

tumor ,Radioterapi  sebagai terapi  untuk tujuan kuratif pada 
kanker nasofaring loko-regional, yang belum ada  metastase jauh. Tujuan radioterapi yaitu  mengeradikasi tumor in Vivo dengan memberi  

sejumlah dosis radiasi yang diperlukan secara tepat, pada area  target 
 radiasi tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya, dengan harapan dapat 
memperbaiki kualitas hidup  dan memperpanjang angka kelangsungan hidup 
 penderita ,Radioterapi pada kanker nasofaring dapat diberikan sebagi radioterapi 

kuratif definitif  dan radioterapi paliatif. Radioterapi kuratif definitif artinya 
pasien memperoleh  terapi radiasi saja baik radiasi eksterna maupun campuran  

dengan brakhiterapi sebagai boster (tambahan). Radioterapi kuratif definitif
 diberikan pada tumor primer, kelenjar getah bening (KGB) leher pada 

semua stadium, sedang  radioterapi paliatif diberikan pada stadium lanjut 
 dan sudah bermetastase ,tanda  radiasi pada kanker nasofaring
Pertimbangan memilih radioterapi sebagai pengobatan pilihan utama 

untuk kanker nasofaring, terutama didasarkan pada fakta bahwa secara 
 histopatologi kebanyakan (70-90%) kanker nasofaring dari jenis karsinoma 
 karsinoma non keratisisasi  tergolong radioresponsif. Fakta bahwa secara Anatomi nasofaring 
 terletak di dasar tengkorak dengan banyak organ vital  dan pola penyebaran 
 sel kanker yang memicu  pembedahan radikal untuk tujuan kuratif 
 sangat sulit dikerjakan  
metode  radiasi eskterna pada kanker nasofaring sesuai dengan 
 Panduan Penataksanaan Kanker Nasofaring, antara lain: Radiasi konvensional 2 Dimensi 

Radiasi Konformal 3 Dimensi. Intesnsity Modulated Radiation Therapi
,Efek samping radiasi eksterna pada kanker nasofaring
,Efek samping radiasi eksternal terjadi karena pemberian radiasi dosis 
 tinggi, tidak hanya membunuh sel-sel kanker, namun  juga dapat merusak selsel sehat disekitanya. Efek samping radiasi dapat berbeda setiap orang tergantung dari dosis radiasi perfraksinasi  dan pengobatan lain yang 

menyertai seperti kemoterapi ,Efek 
samping radiasi  dibagi menjadi:

Efek samping akut

Terjadi selama pengobatan atau tiga bulan sesudah  

pengobatan. yaitu  efek deterministik, yang memiliki 

ambang batas dosis tertentu,  dan berkaitan  langsung 

dengan dosis yang diberikan terhadap kerusaka sel. Efek ini 
 memicu  kerusakan pada sel-sel yang membelah cepat, 
 bersifat reversible. Efek samping akut perlu dilakukan tindakan 
 preventif  dan pengobatan yang tepat. Karena kondisi itu  

berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan  dan hasil terapi. Efek 
samping akut pada pasien kanker nasofaring dengan radiasi 
 eksterna yaitu  berupa: perubahan pada kulit (dermatitis), 
 mukositis, Xerostomia, Perubahan pengecapan 
Efek samping lambat
:
Terjadi sesudah  tiga bulan pengobatan selesai, dapat 

berkembang tanpa ambang batas dosis. ada  hubungan antara 
 reaksi lambat dengan dosis perfraksi, namun  tidak ada hubungan 
 dengan beratnya reaksi akut. Efek samping lambat pada pasien 
 kanker nasofaring dengan radiasi eksterna dapat terjadi: soft tissue 
 fibrosis, trismus, xerostomia yang menetap, penurunan 
 pendengaran (hearingloss),osteoradionecrosis, temporo lobus 
 nekcrosis (jika  lobus temporal masuk dalam lapangan radiasi).

perawatan kebersihan mulut yang bisa dilakukan 

oleh pasien sebelum radiasi eksternal dimulai, selama  dan sesudah 
 radiasi eksterna selesai, yaitu  sebagai berikut:
-Melakukan Dental screening, sebelum radiasi eksternal dimulai, 
 kondisi mulut harus sesehat mungkin. Pasien disarankan 
 melakukan perawatan gigi  dan mulut oleh dokter gigi, minimal 2 

minggu (10-21 hr) sebelum radiasi dimulai. jika  diperlukan 
 pencabutan gigi sebaiknya dilakukan 4-6 minggu sebelum 
 radiasi dimulai. Pastikan bahwa luka akibat perawatan gigi 
 sudah sembuh sebelum radiasi dimulai. Perawatan dokter gigi 
 juga dilakukan secara berkala sesudah  radiasi selesai, sampai 
 seumur hidup.

-Menghindari rongga mulut dari luka , dilakukan  dengan 
 cara, mengkomsumsi makanan yang mudah dikunyah  dan 
 ditelan. Gigit makanan sedikit demi sedikit, kunyah secara 
 perlahan. disarankan  makan makanan yang berkuah. Hindari 
 segala sesuatu yang dapat melukai, mengikis atau membakar 
 mulut seperti menghindari: makanan tajam atau renyah, seperti 

keripik kentang atau jagung. Makanan panas  dan pedas. Buah 
 dan jus yang mengandung asam tinggi seperti: tomat, jeruk, 
 lemon  dan sunkis. Hati-hati saat memakai  tusuk gigi atau 
 benda tajam lainnya. Menghindari rokok  dan alkhohol.

-Menghindari makanan atau minuman yang mengandung gula 
 berlebih seperti: minuman bersoda, permen karet, karena dapat 
meningkatkan risiko kerusakan gigi.
- Memeriksa kondisi mulut setiap hari, perhatikan bila ada bercak 
putih  dan laporkan dengan segera.

- Menjaga kelembaban rongga mulut dilakukan  dengan cara 
 konsumsi cairan yang adequate 2-3 liter setiap hari,  dan 
 perbanyak minum pada siang hari.

- Membersihkan mulut, gigi, gusi  dan lidah, dengan menggosok 
 gigi, gusi  dan lidah 2 kali sehari, sesudah  makan  dan sebelum 
 tidur. Membersihkan gigi memakai  sikat gigi ekstra lembut, 
 agar bulu sikat gigi menjadi lebih lembut, dilakukan  
 dengan cara merendam bulu sikat gigi ke dalam air hangat 

selama 5 menit sebelum dipakai . Sebaiknya memakai  

pasta gigi berflouride, memakai  gel fluoride khusus sesuai 
dengan saran dokter. Menggogok gigi dengan lembut setiap hari, 
 jika gusi  dan gigi berdarah atau terluka, tetap bersihkan gigi 
setiap hari dengan memakai  benang gigi dengan hati-hati, 
 dan tetap membersihkan gigi yang lainnya. Berkumur-kumur 2 -

4 kali sehari dengan memakai  obat kumur non alkohol, 

dengan cara memakai  15 ml obat kumur, biarkan selama 30 
 detik, lalu ludahkan. Berkumur juga bisa dilakukan dengan 
memakai  larutan: 15 ml normal salin + ¼ - ½ sendok teh 
garam dalam secangkir air hangat. Jika memakai  gigi
 palsu, pastikan gigi palsu nyaman dipakai, batasi pemakaian nya  dan jaga kebersihannya dengan menyikat atau 
 merendamnya pada malam hari.


 ada  hubungan yang antara pengetahuan  dan sikap 
 terhadap perilaku manajemen kebersihan mulut. Semakin baik pengetahuan  dan 
 sikap positif seseorang, akan semakin berpengaruh terhadap perilaku manajemen 
 kebersihan mulut dengan baik pula. Manajemen kebersihan mulut yang baik, yaitu 

kunci utama dalam menjaga status kesehatan mulut yang optimal selama pasien 
 menjalani radiasi eksterna. Pemberian penjelasan  sebelum, selama  dan sesudah radiasi 
 berakhir yaitu  upaya preventif  dan promotif, dalam meminimalkan efek
 samping yang mungkin muncul  selama radiasi  dan peningkatan status kesehatan 
 mulut jangka panjang.
 Radiasi pada area  kepala  dan leher terutama kanker nasofaring memiliki efek 
 samping yang serius pada masalah kesehatan mulut  dan gigi. Meskipun saat ini 

terapi radiasi sudah sangat canggih, namun  masih ada  efek samping yang sangat 
 menonjol . ada  langka-langka sederhana jika  diambil tepat waktu akan 
 mengurangi dampak radiasi pengion, pada jaringan keras  dan lunak mulut. 
 Terutama pada kelenjar, gigi saliva. Langkah-langkah itu  antara lain: 

menghilangkan sumber-sumber infeksi, berkumur-kumur, pemberian flouridasi, 
 hidrasi, menstimulasi kelenjar air liur. Langkah ini dapat mengurangi keparahan 
 akibat radiasi  dan mengurangi besarnya efek samping sesudah  radiasi ,Perawatan mulut yang baik sangat 
 mendasar dalam mencegah  dan mengurangi potensi komplikasi oral dari terapi
kanker. Perawatan mulut yang baik meliputi: semua tindakan gigi, periodontal  dan 
 jaringan lunak, yang akan membantu seseorang mempertahankan kesehatan mulut 
 yang optimal. Untuk pasien kanker menjaga kesehatan mulut yang optimal sangat 

sulit, dengan adanya efek samping dari perwatan kanker. Pasien harus memperoleh  
 penjelasan  tentang efek samping yang mungkin muncul  sebelum memulai perawatan. 
 Menjaga Kebersihan mulut secara optimal sebelum selama  dan sesudah  perawatan. 

Praktisi harus memberi  rekomendasi yang disesuaikan untuk pasien.
  seharusnya semua pasien kanker diberikan penjelasan  sebelum terapi 
 dimulai, untuk memperoleh  hasil yang maksimal,  dan  menghindari infeksi 
 sekunder selama pengobatan kanker. Pasien harus menjalani perawatan gigi pra 
 radiasi seperti scalling,  dan pencabutan gigi yang tidak bisa direstorasi. Prosedur 
ini harus dilakukan untuk setiap pasien yang akan menjalani radioterapi, sehingga 

dapat meminimalkan komplikasi oral selama atau sesudah  pengobatan. Manajemen 
.oral hygiene yang tepat akan mempengaruhi hasil perawatan  dan kualitas hidup.
 pasien tumor kepala  dan leher yang memperoleh  terapi radioterapi, 
 khemoterapi atau campuran  keduanya.  Semua pasien diberikan protokol perawatan 
untuk memastikan kondisi mulut yang baik sebelum pengobatan dimulai, untuk 
meminimalkan komplikasi lokal  dan sistemik selama  dan sesudah  perawatan  dan 
 menetapkan langkah-langkah yang dapat diadopsi untuk mengurangi efek samping. 

Manfaat dari penilaian oral perlu dijelaskan akan pentingnya menjaga kesehatan 
 mulut yang baik selama perawatan.
ada  hubungan antara 

kesehatan mulut  dan risiko kanker nasofaring. Frekuensi menyikat gigi yang lebih 
 sering dapat dikaitkan dengan risiko kanker nasofaring yang lebih rendah. Hasil 
 riset  bahwa kesehatan mulut yang buruk dapat 
 meningkatkan risiko kanker nasofaring.

 kebiasaan 
 kebersihan mulut yang buruk yaitu  faktor risiko independen untuk terjadinya 
 head and neck squamous cell carcinoma (HNSCC). Perawatan gigi yang baik 
terdiri dari kunjungan ke dokter gigi, perawatan gigi  dan pemakaian benang gigi. 

Mengevaluasi relevansi prognostik kebiasaan kebersihan mulut terhadap 
kelangsungan hidup pasien head and neck squamous cell carcinoma (HNSCC).