Tampilkan postingan dengan label Seng zinc. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seng zinc. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Februari 2021

Seng zinc





kekurangan Seng
  PENGARUH  ZINC  TERHADAP DAYA TAHAN TUBUH PENDERITA HIV 
Pengobatan antiretroviral (ART)  untuk penderita HIV,  Efektivitas  ART dipengaruhi oleh kecukupan gizi  penderita yang  berdampak pada proses  perbaikan kondisi komplikasi metabolik. Makanan  memengaruhi penyerapan metabolisme, ekskresi
distribusi  dari  obat yang  dikonsumsi penderita HIV, ART   memengaruhi penyerapan dan metabolisme  dari zat gizi. 
 malnutrisi memicu  immunodepresi  menurunkan respon  imunologis terhadap infeksi lain yang masuk ,   malnutrisi  merusak  pertahanan alami tubuh dan mekanisme pertahanan  alami,  HIV memicu kerusakan kekebalan tubuh yang memicu terjadinya malnutrisi akibat    energi yang dibutuhkan dalam mengganti  sistem kekebalan tubuh yang melemah. 
Zinc (Zn) merupakan salah satu zat gizi  mikro esensial yang berperan  dalam 
fungsi sistem kekebalan tubuh,  
Systematic review   mendiagnosa status zinc pada .penderita HIV/AIDS dewasa dan bagaimana  dampak pemberian suplementasi zinc tunggal  maupun dalam bentuk multivitamin dan mineral  terhadap status sistem kekebalan tubuh seperti kondisi infeksi oportunistik,kadar CD4+, viral  load, 
kekurangan  zinc   mempengaruhi kecepatan replikasi  HIV di dalam sel ,Kekurangan zinc  menurunkan aktivitas proliferasi limfosit , menghambat pembentukan antibodi oleh sel  B,  memicu  penurunan aktivitas sel natural killer, CD4+ dan  CD8+, saat kekurangan  zinc, sel sel sistem kekebalan tubuh di dalam tubuh  mengalami  penurunan dalam mempertahankan fungsi  kekebalan , Kadar normal zinc dalam plasma  adalah 0,66-1,10 μ g/mL.  zinc yang  tidak memenuhi kebutuhan memicu  terjadinya atropi pada  timus, lymphopenia, dan  kegagalan  melawan infeksi mikroba atau virus , penderita HIV/AIDS memiliki kadar  zinc yang rendah. Pemberian suplementasi zinc pada  penderita HIV/AIDS dapat meningkatkan  kadar zinc dalam plasma darah, perbaikan kondisi infeksi  oportunistik , naiknya  sistem sistem kekebalan tubuh , 
Human Immunodefi ciency Virus (HIV) yaitu  jenis retrovirus yang  menyerang sel  sel sistem kekebalan tubuh pada tubuh manusia terutama   makrofag dan sel CD4+ ,  Infeksi yang dipicu  oleh HIV membuat sistem kekebalan melemah 
 hingga  akhirnya   membuat sel sistem kekebalan tubuh gagal membasmi   virus bakteri  mikroorganisne   lain yang masuk ke dalam tubuh 
Acquired Immunodefi ency  Syndrome (AIDS) merupakan  akhir dari  munculnya akibat  infeksi virus HIV yang ditandai dengan adanya  imunosupresi berat yang memicu manifestasi  neurologis ,  infeksi  oportunistik, neoplasma sekunder, 
Sistem  kekebalan tubuh pada Penderita HIV/AIDS Menekan dampak infeksi HIV, memerlukan  kinerja sel T yang optimal ,Sel T  CD4+ merupakan target utama virus HIV, yang  sekaligus menjadi indikator keparahan dari infeksi  yang ditimbulkan. saatv HIV masuk ke dalam  tubuh, sel T helper (Th) CD4+ dan Sel T CD8+   aktif dalam merespon pengenalan peptida antigenik  virus yang mendorong ekspresi berbagai macam  sitokin termasuk IL-2, IFN-y dan Tumor Necrosis  Factor(TNF-β). Berbagai sitokin ini kemudian  memicu tanggapan  sistem kekebalan tubuh multiseluler,  saat awal  terjadinya infeksi, kerusakan sel T CD4+ sulit   untuk dideteksi. Antigen spesifik pada CD4+  cenderung hanya dapat terdeteksi pada tahap  infeksi lanjut dengan kadar yang rendah, yaitu  <1000 sel/mm3. Tidak optimalnya jumlah CD4+  akibat invasi HIV secara terus-menerus dapat  membuat tanggapan  sel T CD8+ dan respon sitokin  juga melemah. kemudian  sistem sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan patogen lain yang masuk ke dalam  tubuh , Semakin tinggi jumlah sel T  CD4+ yang dilemahkan oleh HIV, maka semakin  rentan   untuk mengalami infeksi ,
kekurangan  Zinc   jangka panjang  dapat  merusak sistem pengaturan aktivitas Th1, sehingga  resiko infeksi oportunistik menjadi semakin tinggi  bila dibandingkan dengan kondisi normal, Tingginya laju progresi infeksi oportunistik   memicu  keparahan HIV semakin meningkat ,
Turunnya produksi sitokin terutama sel  T helper (TH1), interferon, leukosit, dan limfosit  B  memudahkan aktivitas patogen lain yang  masuk dalam menginvasi sistem pertahanan tubuh, 
kekurangan  Zinc menghambat metabolisme zat gizi, kekurangan  zinc dalam plasma juga memicu menurunnya  aktivitas fagositosis dan produksi sitokin , turunnya  reaksi hipersensitivitas terhadap masuknya penyakit , kekurangan  Zinc pada Penderita HIV muncul  seiring  dengan  semakin lemahnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mempertahankan kekebalan tubuh pada penderita  HIV. 
Zinc berperan sebagai kofaktor untuk lebih  dari 200 enzim yang berperan dalam pembentukan  asam nukleat, sintesis heme,  metabolisme karbohidrat dan lemak, degradasi  maupun pembentukan protein   fungsi  dalam sistem sistem kekebalan tubuh   Penderita HIV  ,
zinc mendukung peningkatan kadar set Limfosit T  dalam darah penderita HIV,
 Limfosit T CD4+  dikatakan  normal jika  jumlah CD4>1000 sel/ mm3, sedang kekurangan  ringan yaitu   jika  jumlah CD4+≥500-1000 sel/mm3,   kekurangan  sedang  yaitu   jika  jumlah CD4+ 200-500  sel/mm3,  kekurangan  sedang  yaitu   jika  CD4+ hitung ≤200 sel/mm3 ,  Pada  penderita HIV yang mengalami kekurangan zinc,  produksi IFN-γ dan IL-2 sebagai aktivator sel  limfosit T yang secara langsung mempengaruhi  profil pertahanan humoral dan seluler dalam 
memerangi HIV akan terhambat, sistem kekebalan tubuh humoral adalah segala 
aktivitas produksi antibodi oleh sel plasma limfosit  B, sebagai tanggapan  sitokin yang dilepaskan oleh  limfosit CD4 yang telah teraktivasi. 
fungsi yang dilakukan sistem kekebalan tubuh seluler dilakukan  oleh CTLs (Cytotoxic T Lymphocyte)  dan makrofag   pada sel Natural Killer, yang teraktivasi oleh  sitokin yang  dilepaskan oleh limfosit CD4+ , 
pemberian suplementasi zinc dengan dosis hingga  100 mg/hari yang disarankan untuk  durasi aman, antara 2-4 bulan ,  ini menjadi dasar bahwa hasil yang tidak 
menonjol pada perkembangan CD4+ pada pasien  HIV/AIDS dipicu karena durasi pemberian  suplementasi zinc yang pendek , 
Tidak ada dampak yang terlihat pada kadar  CD4+, namun ada kenaikan pada kadar interferon  gamma (IFγ) dari 0,42±1,03 IU/mL menjadi  0,84±1,21 IU/mL sesudah diberikan suplementasi zinc,  ini akibat  ekspresi interferon 
dikendalikan oleh faktor transkrispsi spesifi k CREB  atau CAMP (Cyclic Adenosine Monophospate)  Response Element Binding Protein yang diaktifkan 
dalam sel T. Aktivitas produksi interferon  maupun sel T yang dipromotori oleh CREB dapat  dideprofilkan atau dihambat oleh Calcineurin (CN) 
phosphatase inhibitor. CN phosphatase inhibitor akan meningkat jumlahnya pada kondisi infeksi akut  dan gagal sistem kekebalan tubuh atau dalam status gizi malnutrisi. Keberadaan zinc  menghambat aktivitas  CN phosphatase dengan membantu mengikat  inhibitor agar konsentrasinya dapat ditekan dan  tidak mempengaruhi jalannya CREB dalam  mengekspresikan sistem sistem kekebalan tubuh yang baru, termasuk  interferon gamma , 
 pemberian intervensi suplementasi zinc pada penderita HIV dewasa 
(level plasma zinc <0,75 μ g/mL) memperlihatkan  adanya peningkatan jumlah CD4+ dan penurunan  viral load secara menonjol dengan p<0,02, pada golongan yang diberikan zinc sebesar 12 mg per  hari selama 18 bulan, ditambah dengan pemberian  ARV. ada  kenaikan khusus kadar  CD4+ mencapai lebih dari 20% sesudah penderita HIV dewasa diberikan 20 mg  zinc per hari selama 12 minggu.  
pemberian zinc sebesar 5 mg bedan azidotimidin  (AZT) selama 1 bulan pada  penderita  HIV dewasa (20-65 tahun)  mampu  meningkatkan rata rata CD4+ sebesar 43,9±83,5 sel/ μL (p=0,112). 
 pasien pengidap  HIV  dengan status CD4+ <200 sel/mm3 diberikan 
suplementasi zinc sebesar 50 mg atau plasebo  selama 28 hari.  ini terjadi karena durasi  pemberian suplementasi zinc yang lebih singkat  dibandingkan dengan penelitian lainnya, yaitu  minimal selama 1 bulan,
tidak adanya perbedaan status CD4+ maupun  CD8+ pada golongan  pasien yang diberikan suplementasi zinc dengan  golongan pasien yang diberikan plasebo. 
Penelitian  pada  50 pasien  HIV yang menerima ARV,  ada peningkatan rata rata CD4+ sebesar 65 sel/ mm3 (24%) pada golongan  suplementasi dibandingkan 
dengan golongan plasebo sesudah 12 minggu  (p=0.029). Suplemen yang diberikan antaralain : 
800  IU vitamin E, 300 mg biofl avonoids, 800 μg B9,  60 mg Kolin, 800 mg Kalsium,
100 μg Krom, 10 mg Mangan, 2.0  mg Copper, 2.0 mg vitamin B9, 99 mg Kalium,  150 mg betaine HCl, 18 mg Zat besi, mg Zinc, 400 mg Magnesium, 200 μg Selenium,  150 μg Iodium,    1,200  mg N-acetyl sistein, 100 mg acetyl-l-carnitine, 400  mg α-lipoic acid, 8,000 IU vitamin A, 20,000 IU  β-carotene, 1,800 mg vitamin C, 60 mg vitamin  B1, 60 mg vitamin B2, 60 mg vitamin B5, 60 mg  B3, 60 mg inositol, 50 μg biotin, 260 mg vitamin B6, 2.5 μg vitamin B12, 400 IU vitamin D, 
 ada  hasil positif yaitu  turunnya rata rata HIV1 RNA  pada golongan suplementasi walaupun tidak  menonjol,
pada  penelitian yang memberikan  multivitamin dan mineral  0,06 mg Biotin, 9,38 mg Kolin, 7,5 mg Zinc, 1,5  mg Zat besi, 0,38 mg Copper, 1,5 mg Magnesium,  9,38 mg Kalium, 0,018 mg Krom, 0,018 mg  Selenium, 0,00938 mg Vanadium,  0,00938  mg Iodium , 30,000 IU  (18 mg) β-karoten, 1,500 IU vitamin A, 56 IU vitamin D, 63 mg vitamin C, 56 IU vitamin E, 9,38 mg vitamin B1, 4.68 mg vitamin B2, 3,75 
mg vitamin B3, 18.75 mg vitamin B5, 9,38 mg  vitamin B6, 3 mg vitamin B6, 0.08 mg vitamin B9,  atau plasebo kepada  300  penderita  HIV dengan metode double blind. ada  peningkatan menonjol pada rata rata CD4+ pada  golongan suplementasi (p=0,005) yang selaras  dengan peningkatan rata rata serum karoten (p=0,04).  Namun, hasil ini tidak dapat dikorelasikan secara langsung dengan pengaruh zinc didalam suplemen,  karena penambahan  substansi antioksidan lain berupa vitamin E,  Selenium ,β-karoten,  vitamin A, vitamin C,  memberikan pengaruh terhadap efektivitas  suplementasi untuk meningkatkan sistem sistem kekebalan tubuh, karena jumlahnya (7,5 mg per hari) lebih kecil dibandingkan  kebutuhan zinc untuk pasien dewasa  perhari, yaitu 10-15 mg, 
Pada pemberian suplementasi multivitamin dan mineral kompleks termasuk 
zinc kepada penderita HIV, ada pengaruh  terhadap CD4+ yang  beragam. Pemberian  suplementasi tunggal zinc  dinilai efektif  memberikan dampak positif pada peningkatan  tanggapan  sistem kekebalan tubuh jika jumlah dan durasi 
pemberiannya tepat.  tidak ada pengaruh menonjol  pemberian multivitamin, 200  mg Magnesium, 8 mg Mangan, 300 μg Iodium,  3 mg Cu,  400 μg Selenium, 150 μg Krom, 66  mg Sistein, , 30 mg Zinc ,3,000 μg vitamin  A, 6 mg β-karoten, 20 μg vitamin D3, 80 mg vitamin E, 180 μg vitamin K, 400 mg vitamin C,  24 mg B1, 15 mg B2, 40 mg B6, 30 μg vitamin  B12, 100 μg B9, 40 mg B5, 10 mg Zat Besi, 
pada status CD4+  dibandingkan dengan pemberian plasebo sesudah  48 minggu,  Suplementasi multivitamin dan  mineral   memberikan dampak positif 
 pada golongan pasien  dengan  status CD4+ 200 x 106sel/l dibandingkan dengan 
status CD4+ <100 x 106sel/l. campuran dari zat gizi utamanya vitamin 
dan mineral antioksidan yang bekerja sinergis  mungkin dapat memperkuat fungsi sistem kekebalan tubuh  secara optimal, 


Tabel  Daftar Penelitian Rujukan 

Peneliti :  Rahfi ludin, 
Metode : Pre test post test  control group  design,
Populasi : 20  pasien pengidap  HIV  usia  25-55 tahun  yang mendapat 
ARV dalam  bentuk AZT, 
Intervensi : Pemberian  suplementasi zinc 5 mg bedan AZT,  dan placebo dan  AZT selama 1 bulan,  
Hasil:   
• Tidak ada perbedaan perubahan CD4+ secara  menonjol (p= 0,112) antara kedua golongan  pasien,
• rata rata CD4+ ↑ sebesar 43,9±83,5 sel/ μL sesudah perlakuan pada golongan 
suplementasi,
• rata rata CD4+ tidak meningkat pada  golongan placebo,

Peneliti :  Jiamton, 
Metode : Randomized  placebo controlled trial.
Populasi : 400  pasien  HIV dengan  status CD4+50–550 cells/mm3
tanpa ARV, 
Intervensi :  Pemberian  suplementasi multivitamin dan mineral atau placebo selama 48 minggu, 
Hasil:   
• Tidak ada perkembangan yang menonjol pada CD4+ cell dan viral load,
• Rasio kematian pada pasien dengan CD4+  <200 sel/mm3 (OR = 0,37)< pasien dengan  CD4+ 100 sel/mm3 (OR=0,26),

Peneliti :  Kaiser, 
Metode : Prospective,  randomized, double-blinded, placebo controlled trial.
Populasi : 40 pasien  HIV+  yang menerima HAART.
Intervensi :  Pemberian  suplementasi  multivitamin dan mineral atau placebo 
selama 12 minggu ,
Hasil:   
• rata rata HIV1 RNA ↓ pada golongan suplementasi (tidak menonjol),
• rata rata kejadian neuropathy ↑ 42% pada  golongan suplementasi, sedang 
golongan placebo ↑ 33%. Selisih tidak menonjol,
• rata rata CD4+ ↑ 65 sel (24%) pada grup suplementasi sesudah 12 minggu (p=0.029),

Peneliti :  Baum, 
Metode : Randomized controlled  clinical trial
Populasi :  230    pasien HIV  dewasa  dengan  rata rata usia  45 tahun 
yang memiliki  kadar plasma zinc (<0,75 ug/mL) yang aktif  konsumsi ARV.
Intervensi :  Pemberian  suplementasi zinc (12 mg untuk  pasien wanita dan 15 mg  untuk  pasien  pria), atau  placebo selama 18 bulan ,
Hasil: 
• rata rata angka CD4+ dan viral load ↑ (p<0.02)  pada golongan suplementasi zinc.
• Kejadian diare ↓ pada golongan pasien suplementasi zinc bila dibandingkan dengan  golongan pasien  placebo (p=0,019).

Peneliti :   Gnatienko N, 
Metode : Double blinded randomized controlled trial
Populasi :  230   pasien  HIV dewasa>18 tahun hingga 60  tahun.
Intervensi :  Pemberian  suplementasi zinc (12 mg untuk  pasien wanita dan 15 mg  untuk  pasien  laki laki ), atau  pasien placebo selama 18  bulan ,
Hasil:  
• golongan pasien  placebo: kegagalan sistem kekebalan tubuh, gangguan jantung ↑, keparahan HIV ,
 • golongan pasien  suplementasi zinc: resiko  kematian ↓, kegagalan sistem kekebalan tubuh ↓

Peneliti :   Asdamongkol, 
Metode :  Prospective, randomized, placebo controlled trial,
Populasi : 30 pasien HIV dewasa  dengan kadar  CD4+ <200 sel/mm3 dengan 
rata rata usia 45±11  tahun. 20  subjek  dengan level zinc plasma rendah 
(<75 μg/dL)  dan 20  lainnya  normal,
Intervensi :   Pemberian  suplementasi zinc diberikan (zinc oral 15 mg perhari) atau  placebo selama 6 bulan,
Hasil: 
• rata rata kadar CD4+ dalam plasma golongan  pasien suplementasi zinc(250 sel/mm3) >  golongan  pasien  placebo (176 sel/mm3) 
  • Kadar zinc dalam plasma golongan  pasien   suplementasi zinc 29 μg/dL > golongan   pasien  placebo 4,5 μg/dL ,

Peneliti :   Carcamo, 
Metode :  Randomize, double blind, placebo controlled trial
Populasi : 160 Pasien  HIV dewasa (20-70 tahun) dengan  diare persisten
Intervensi :  Pemberian  suplementasi  zinc 100 mg, atau  placebo selama 14 hari,
Hasil:  
• Tidak ada efek menonjol pada golongan suplemen zinc dan placebo dalam durasi dan remisi kejadian diare,
 • Status kekurangan zinc pada golongan  suplementasi zinc (66%) < golongan placebo .sebesar (94%).
• Statistik patogen enterik dan jumlah CD4+, rasio hazard (HR) untuk suplementasi zinc dan durasi diare 0,91 (95% [CI]: 0,50  hingga 1,64.

Peneliti :   Green, 
Metode :  Randomized double blind, placebo controlled trial,
Populasi : 60 Pasien HIV dewasa (rata rata 45  tahun) dengan CD4+ 
<200/mm3 dan kadar serum zinc13-14 umol/l.
Intervensi :  Pemberian suplementasi zinc 50 mg, atau placebo selama 28 hari.
Hasil:   
• Tidak ada perbedaan status CD4+ dan CD8+  pada golongan suplementasi dan placebo  sebelum dan sesudah penelitian,
• rata rata IFN- γ golongan suplementasi zinc ↑ (0,42+/- 1,03 IU/ml ke 0,84 +/- 1,21)
• golongan placebo memiliki tidak  memperlihatkan kenaikan menonjol pada IFN- 
γ.

Peneliti :   Martinez, 
Metode : Prospective, randomized, placebo controlled trial,
Populasi : 40  Pasien  HIV dewasa (rata rata 49±9,5 tahun) dengan ARV
Intervensi :  Pemberian suplementasi zinc 20 mg, atau placebo  selama 12 minggu.
Hasil: 
• Resiko relatif ↓ sebesar 74% pada golongan  suplementasi zinc bila dibandingkan dengan golongan placebo,
  • rata rata CD4+ ↑ pada golongan suplementasi sebesar ≥20% RR = 3,6 (95% CI 1.66 - 7.8; p = 0.000) 


kekurangan Seng

sejak tahun 1956 arti penting zat seng mulai terungkap seng menempati posisi kedua setelah zat besi ,seng  memiliki  konsentrasi yang sangat tinggi dalam tubuh yang  merupakan   salah satu mineral sangat  penting bagi  tubuh di golongan sebagai  trace mineral ,pentingnya seng demi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia,salah satunya berfungsi  sebagai zat perantara bagi lebih  dari 70 macam  protein dan enzim  yang ada pada  tubuh manusia,seng terdapat pada makanan yang kaya  kandungan protein seperti  kacang-kacangan ,polong-polongan,daging enzim  berperan dalam metabolisme seluruh sel-sel ditubuh manusia,  jika enzim-enzim tidak terbentuk , maka fungsi sel tubuh akan rusak,seng berperan  dalam proses pembentukan genetik, yaitu pada DNA (Deoxyribose nucleid Acid), seng yang diperlukan oleh   tubuh  manusia  sangat sedikit,  penyerapan seng oleh tubuh pun sangat kecil ,dari  4 hingga  14 mg/hari jumlah seng yang disarankan  untuk dikonsumsi, hanya  10%  hingga 40% saja yang bisa diserap tubuh manusia,
adanya  zat besi ,zat  tembaga ,phytat pada bayam, kangkung dalam tubuh    menghambat penyerapan seng di mukosa usus,tetapi , bila  zat besi ,zat  tembaga ,phytat pada bayam, kangkung dalam tubuh    difermentasikan, malah dapat meningkatkan penyerapan seng,
menurut U.S. National Library of Medicine  ada  tanda-tanda gejala gejala  bahwa tubuh manusia belum terisi zat seng,yaitu antara lain
- mengganggu proses pembentukan sperma
- ketidak mampuan mencium bau dan mengecap rasa
- tidak mampu   melihat di kegelapan
- turunya  produksi hormon pada pria infertilitas,
-  pertumbuhan yang lambat,
- kurang  nafsu makan,
-penyembuhan luka yang lama , sehingga tampak infeksi yang tidak sembuh dan timbul  lesi pada kulit 
-kelelahan 
-kerontokan  rambut,
kekurangan seng pada laki laki mengakibatkan   menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction ) sehingga  proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig terganggu, Testosteron merupakan  hormon yang mempengaruhi libido dan ciri-ciri kelamin  laki-laki,jumlah seng  yang disarankan untuk wanita 12 mg per hari, 
jumlah seng  yang disarankan untuk laki laki  15 mg per hari,  makanan yang kadar sengnya tinggi yaitu : daging kambing muda, kacang tanah,daging  hewan  kerang oyster, daging sapi, hati, dan rempah/bumbu makanan (spices), keju cheddar, kepiting, .makanan yang  menghambat penyerapan seng dalam tubuh, yaitu makanan yang tinggi kadar mineral copper, tinggi kadar kalsium, tinggi kadar asam fitat,