PENGARUH ZINC TERHADAP DAYA TAHAN TUBUH PENDERITA HIV
Pengobatan antiretroviral (ART) untuk penderita HIV, Efektivitas ART dipengaruhi oleh kecukupan gizi penderita yang berdampak pada proses perbaikan kondisi komplikasi metabolik. Makanan memengaruhi penyerapan metabolisme, ekskresi
distribusi dari obat yang dikonsumsi penderita HIV, ART memengaruhi penyerapan dan metabolisme dari zat gizi.
malnutrisi memicu immunodepresi menurunkan respon imunologis terhadap infeksi lain yang masuk , malnutrisi merusak pertahanan alami tubuh dan mekanisme pertahanan alami, HIV memicu kerusakan kekebalan tubuh yang memicu terjadinya malnutrisi akibat energi yang dibutuhkan dalam mengganti sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Zinc (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial yang berperan dalam
fungsi sistem kekebalan tubuh,
Systematic review mendiagnosa status zinc pada .penderita HIV/AIDS dewasa dan bagaimana dampak pemberian suplementasi zinc tunggal maupun dalam bentuk multivitamin dan mineral terhadap status sistem kekebalan tubuh seperti kondisi infeksi oportunistik,kadar CD4+, viral load,
kekurangan zinc mempengaruhi kecepatan replikasi HIV di dalam sel ,Kekurangan zinc menurunkan aktivitas proliferasi limfosit , menghambat pembentukan antibodi oleh sel B, memicu penurunan aktivitas sel natural killer, CD4+ dan CD8+, saat kekurangan zinc, sel sel sistem kekebalan tubuh di dalam tubuh mengalami penurunan dalam mempertahankan fungsi kekebalan , Kadar normal zinc dalam plasma adalah 0,66-1,10 μ g/mL. zinc yang tidak memenuhi kebutuhan memicu terjadinya atropi pada timus, lymphopenia, dan kegagalan melawan infeksi mikroba atau virus , penderita HIV/AIDS memiliki kadar zinc yang rendah. Pemberian suplementasi zinc pada penderita HIV/AIDS dapat meningkatkan kadar zinc dalam plasma darah, perbaikan kondisi infeksi oportunistik , naiknya sistem sistem kekebalan tubuh ,
Human Immunodefi ciency Virus (HIV) yaitu jenis retrovirus yang menyerang sel sel sistem kekebalan tubuh pada tubuh manusia terutama makrofag dan sel CD4+ , Infeksi yang dipicu oleh HIV membuat sistem kekebalan melemah
hingga akhirnya membuat sel sistem kekebalan tubuh gagal membasmi virus bakteri mikroorganisne lain yang masuk ke dalam tubuh
Acquired Immunodefi ency Syndrome (AIDS) merupakan akhir dari munculnya akibat infeksi virus HIV yang ditandai dengan adanya imunosupresi berat yang memicu manifestasi neurologis , infeksi oportunistik, neoplasma sekunder,
Sistem kekebalan tubuh pada Penderita HIV/AIDS Menekan dampak infeksi HIV, memerlukan kinerja sel T yang optimal ,Sel T CD4+ merupakan target utama virus HIV, yang sekaligus menjadi indikator keparahan dari infeksi yang ditimbulkan. saatv HIV masuk ke dalam tubuh, sel T helper (Th) CD4+ dan Sel T CD8+ aktif dalam merespon pengenalan peptida antigenik virus yang mendorong ekspresi berbagai macam sitokin termasuk IL-2, IFN-y dan Tumor Necrosis Factor(TNF-β). Berbagai sitokin ini kemudian memicu tanggapan sistem kekebalan tubuh multiseluler, saat awal terjadinya infeksi, kerusakan sel T CD4+ sulit untuk dideteksi. Antigen spesifik pada CD4+ cenderung hanya dapat terdeteksi pada tahap infeksi lanjut dengan kadar yang rendah, yaitu <1000 sel/mm3. Tidak optimalnya jumlah CD4+ akibat invasi HIV secara terus-menerus dapat membuat tanggapan sel T CD8+ dan respon sitokin juga melemah. kemudian sistem sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan patogen lain yang masuk ke dalam tubuh , Semakin tinggi jumlah sel T CD4+ yang dilemahkan oleh HIV, maka semakin rentan untuk mengalami infeksi ,
kekurangan Zinc jangka panjang dapat merusak sistem pengaturan aktivitas Th1, sehingga resiko infeksi oportunistik menjadi semakin tinggi bila dibandingkan dengan kondisi normal, Tingginya laju progresi infeksi oportunistik memicu keparahan HIV semakin meningkat ,
Turunnya produksi sitokin terutama sel T helper (TH1), interferon, leukosit, dan limfosit B memudahkan aktivitas patogen lain yang masuk dalam menginvasi sistem pertahanan tubuh,
kekurangan Zinc menghambat metabolisme zat gizi, kekurangan zinc dalam plasma juga memicu menurunnya aktivitas fagositosis dan produksi sitokin , turunnya reaksi hipersensitivitas terhadap masuknya penyakit , kekurangan Zinc pada Penderita HIV muncul seiring dengan semakin lemahnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mempertahankan kekebalan tubuh pada penderita HIV.
Zinc berperan sebagai kofaktor untuk lebih dari 200 enzim yang berperan dalam pembentukan asam nukleat, sintesis heme, metabolisme karbohidrat dan lemak, degradasi maupun pembentukan protein fungsi dalam sistem sistem kekebalan tubuh Penderita HIV ,
zinc mendukung peningkatan kadar set Limfosit T dalam darah penderita HIV,
Limfosit T CD4+ dikatakan normal jika jumlah CD4>1000 sel/ mm3, sedang kekurangan ringan yaitu jika jumlah CD4+≥500-1000 sel/mm3, kekurangan sedang yaitu jika jumlah CD4+ 200-500 sel/mm3, kekurangan sedang yaitu jika CD4+ hitung ≤200 sel/mm3 , Pada penderita HIV yang mengalami kekurangan zinc, produksi IFN-γ dan IL-2 sebagai aktivator sel limfosit T yang secara langsung mempengaruhi profil pertahanan humoral dan seluler dalam
memerangi HIV akan terhambat, sistem kekebalan tubuh humoral adalah segala
aktivitas produksi antibodi oleh sel plasma limfosit B, sebagai tanggapan sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4 yang telah teraktivasi.
fungsi yang dilakukan sistem kekebalan tubuh seluler dilakukan oleh CTLs (Cytotoxic T Lymphocyte) dan makrofag pada sel Natural Killer, yang teraktivasi oleh sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4+ ,
pemberian suplementasi zinc dengan dosis hingga 100 mg/hari yang disarankan untuk durasi aman, antara 2-4 bulan , ini menjadi dasar bahwa hasil yang tidak
menonjol pada perkembangan CD4+ pada pasien HIV/AIDS dipicu karena durasi pemberian suplementasi zinc yang pendek ,
Tidak ada dampak yang terlihat pada kadar CD4+, namun ada kenaikan pada kadar interferon gamma (IFγ) dari 0,42±1,03 IU/mL menjadi 0,84±1,21 IU/mL sesudah diberikan suplementasi zinc, ini akibat ekspresi interferon
dikendalikan oleh faktor transkrispsi spesifi k CREB atau CAMP (Cyclic Adenosine Monophospate) Response Element Binding Protein yang diaktifkan
dalam sel T. Aktivitas produksi interferon maupun sel T yang dipromotori oleh CREB dapat dideprofilkan atau dihambat oleh Calcineurin (CN)
phosphatase inhibitor. CN phosphatase inhibitor akan meningkat jumlahnya pada kondisi infeksi akut dan gagal sistem kekebalan tubuh atau dalam status gizi malnutrisi. Keberadaan zinc menghambat aktivitas CN phosphatase dengan membantu mengikat inhibitor agar konsentrasinya dapat ditekan dan tidak mempengaruhi jalannya CREB dalam mengekspresikan sistem sistem kekebalan tubuh yang baru, termasuk interferon gamma ,
pemberian intervensi suplementasi zinc pada penderita HIV dewasa
(level plasma zinc <0,75 μ g/mL) memperlihatkan adanya peningkatan jumlah CD4+ dan penurunan viral load secara menonjol dengan p<0,02, pada golongan yang diberikan zinc sebesar 12 mg per hari selama 18 bulan, ditambah dengan pemberian ARV. ada kenaikan khusus kadar CD4+ mencapai lebih dari 20% sesudah penderita HIV dewasa diberikan 20 mg zinc per hari selama 12 minggu.
pemberian zinc sebesar 5 mg bedan azidotimidin (AZT) selama 1 bulan pada penderita HIV dewasa (20-65 tahun) mampu meningkatkan rata rata CD4+ sebesar 43,9±83,5 sel/ μL (p=0,112).
pasien pengidap HIV dengan status CD4+ <200 sel/mm3 diberikan
suplementasi zinc sebesar 50 mg atau plasebo selama 28 hari. ini terjadi karena durasi pemberian suplementasi zinc yang lebih singkat dibandingkan dengan penelitian lainnya, yaitu minimal selama 1 bulan,
tidak adanya perbedaan status CD4+ maupun CD8+ pada golongan pasien yang diberikan suplementasi zinc dengan golongan pasien yang diberikan plasebo.
Penelitian pada 50 pasien HIV yang menerima ARV, ada peningkatan rata rata CD4+ sebesar 65 sel/ mm3 (24%) pada golongan suplementasi dibandingkan
dengan golongan plasebo sesudah 12 minggu (p=0.029). Suplemen yang diberikan antaralain :
800 IU vitamin E, 300 mg biofl avonoids, 800 μg B9, 60 mg Kolin, 800 mg Kalsium,
100 μg Krom, 10 mg Mangan, 2.0 mg Copper, 2.0 mg vitamin B9, 99 mg Kalium, 150 mg betaine HCl, 18 mg Zat besi, mg Zinc, 400 mg Magnesium, 200 μg Selenium, 150 μg Iodium, 1,200 mg N-acetyl sistein, 100 mg acetyl-l-carnitine, 400 mg α-lipoic acid, 8,000 IU vitamin A, 20,000 IU β-carotene, 1,800 mg vitamin C, 60 mg vitamin B1, 60 mg vitamin B2, 60 mg vitamin B5, 60 mg B3, 60 mg inositol, 50 μg biotin, 260 mg vitamin B6, 2.5 μg vitamin B12, 400 IU vitamin D,
ada hasil positif yaitu turunnya rata rata HIV1 RNA pada golongan suplementasi walaupun tidak menonjol,
pada penelitian yang memberikan multivitamin dan mineral 0,06 mg Biotin, 9,38 mg Kolin, 7,5 mg Zinc, 1,5 mg Zat besi, 0,38 mg Copper, 1,5 mg Magnesium, 9,38 mg Kalium, 0,018 mg Krom, 0,018 mg Selenium, 0,00938 mg Vanadium, 0,00938 mg Iodium , 30,000 IU (18 mg) β-karoten, 1,500 IU vitamin A, 56 IU vitamin D, 63 mg vitamin C, 56 IU vitamin E, 9,38 mg vitamin B1, 4.68 mg vitamin B2, 3,75
mg vitamin B3, 18.75 mg vitamin B5, 9,38 mg vitamin B6, 3 mg vitamin B6, 0.08 mg vitamin B9, atau plasebo kepada 300 penderita HIV dengan metode double blind. ada peningkatan menonjol pada rata rata CD4+ pada golongan suplementasi (p=0,005) yang selaras dengan peningkatan rata rata serum karoten (p=0,04). Namun, hasil ini tidak dapat dikorelasikan secara langsung dengan pengaruh zinc didalam suplemen, karena penambahan substansi antioksidan lain berupa vitamin E, Selenium ,β-karoten, vitamin A, vitamin C, memberikan pengaruh terhadap efektivitas suplementasi untuk meningkatkan sistem sistem kekebalan tubuh, karena jumlahnya (7,5 mg per hari) lebih kecil dibandingkan kebutuhan zinc untuk pasien dewasa perhari, yaitu 10-15 mg,
Pada pemberian suplementasi multivitamin dan mineral kompleks termasuk
zinc kepada penderita HIV, ada pengaruh terhadap CD4+ yang beragam. Pemberian suplementasi tunggal zinc dinilai efektif memberikan dampak positif pada peningkatan tanggapan sistem kekebalan tubuh jika jumlah dan durasi
pemberiannya tepat. tidak ada pengaruh menonjol pemberian multivitamin, 200 mg Magnesium, 8 mg Mangan, 300 μg Iodium, 3 mg Cu, 400 μg Selenium, 150 μg Krom, 66 mg Sistein, , 30 mg Zinc ,3,000 μg vitamin A, 6 mg β-karoten, 20 μg vitamin D3, 80 mg vitamin E, 180 μg vitamin K, 400 mg vitamin C, 24 mg B1, 15 mg B2, 40 mg B6, 30 μg vitamin B12, 100 μg B9, 40 mg B5, 10 mg Zat Besi,
pada status CD4+ dibandingkan dengan pemberian plasebo sesudah 48 minggu, Suplementasi multivitamin dan mineral memberikan dampak positif
pada golongan pasien dengan status CD4+ 200 x 106sel/l dibandingkan dengan
status CD4+ <100 x 106sel/l. campuran dari zat gizi utamanya vitamin
dan mineral antioksidan yang bekerja sinergis mungkin dapat memperkuat fungsi sistem kekebalan tubuh secara optimal,
Tabel Daftar Penelitian Rujukan
Peneliti : Rahfi ludin,
Metode : Pre test post test control group design,
Populasi : 20 pasien pengidap HIV usia 25-55 tahun yang mendapat
ARV dalam bentuk AZT,
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc 5 mg bedan AZT, dan placebo dan AZT selama 1 bulan,
Hasil:
• Tidak ada perbedaan perubahan CD4+ secara menonjol (p= 0,112) antara kedua golongan pasien,
• rata rata CD4+ ↑ sebesar 43,9±83,5 sel/ μL sesudah perlakuan pada golongan
suplementasi,
• rata rata CD4+ tidak meningkat pada golongan placebo,
Peneliti : Jiamton,
Metode : Randomized placebo controlled trial.
Populasi : 400 pasien HIV dengan status CD4+50–550 cells/mm3
tanpa ARV,
Intervensi : Pemberian suplementasi multivitamin dan mineral atau placebo selama 48 minggu,
Hasil:
• Tidak ada perkembangan yang menonjol pada CD4+ cell dan viral load,
• Rasio kematian pada pasien dengan CD4+ <200 sel/mm3 (OR = 0,37)< pasien dengan CD4+ 100 sel/mm3 (OR=0,26),
Peneliti : Kaiser,
Metode : Prospective, randomized, double-blinded, placebo controlled trial.
Populasi : 40 pasien HIV+ yang menerima HAART.
Intervensi : Pemberian suplementasi multivitamin dan mineral atau placebo
selama 12 minggu ,
Hasil:
• rata rata HIV1 RNA ↓ pada golongan suplementasi (tidak menonjol),
• rata rata kejadian neuropathy ↑ 42% pada golongan suplementasi, sedang
golongan placebo ↑ 33%. Selisih tidak menonjol,
• rata rata CD4+ ↑ 65 sel (24%) pada grup suplementasi sesudah 12 minggu (p=0.029),
Peneliti : Baum,
Metode : Randomized controlled clinical trial
Populasi : 230 pasien HIV dewasa dengan rata rata usia 45 tahun
yang memiliki kadar plasma zinc (<0,75 ug/mL) yang aktif konsumsi ARV.
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc (12 mg untuk pasien wanita dan 15 mg untuk pasien pria), atau placebo selama 18 bulan ,
Hasil:
• rata rata angka CD4+ dan viral load ↑ (p<0.02) pada golongan suplementasi zinc.
• Kejadian diare ↓ pada golongan pasien suplementasi zinc bila dibandingkan dengan golongan pasien placebo (p=0,019).
Peneliti : Gnatienko N,
Metode : Double blinded randomized controlled trial
Populasi : 230 pasien HIV dewasa>18 tahun hingga 60 tahun.
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc (12 mg untuk pasien wanita dan 15 mg untuk pasien laki laki ), atau pasien placebo selama 18 bulan ,
Hasil:
• golongan pasien placebo: kegagalan sistem kekebalan tubuh, gangguan jantung ↑, keparahan HIV ,
• golongan pasien suplementasi zinc: resiko kematian ↓, kegagalan sistem kekebalan tubuh ↓
Peneliti : Asdamongkol,
Metode : Prospective, randomized, placebo controlled trial,
Populasi : 30 pasien HIV dewasa dengan kadar CD4+ <200 sel/mm3 dengan
rata rata usia 45±11 tahun. 20 subjek dengan level zinc plasma rendah
(<75 μg/dL) dan 20 lainnya normal,
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc diberikan (zinc oral 15 mg perhari) atau placebo selama 6 bulan,
Hasil:
• rata rata kadar CD4+ dalam plasma golongan pasien suplementasi zinc(250 sel/mm3) > golongan pasien placebo (176 sel/mm3)
• Kadar zinc dalam plasma golongan pasien suplementasi zinc 29 μg/dL > golongan pasien placebo 4,5 μg/dL ,
Peneliti : Carcamo,
Metode : Randomize, double blind, placebo controlled trial
Populasi : 160 Pasien HIV dewasa (20-70 tahun) dengan diare persisten
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc 100 mg, atau placebo selama 14 hari,
Hasil:
• Tidak ada efek menonjol pada golongan suplemen zinc dan placebo dalam durasi dan remisi kejadian diare,
• Status kekurangan zinc pada golongan suplementasi zinc (66%) < golongan placebo .sebesar (94%).
• Statistik patogen enterik dan jumlah CD4+, rasio hazard (HR) untuk suplementasi zinc dan durasi diare 0,91 (95% [CI]: 0,50 hingga 1,64.
Peneliti : Green,
Metode : Randomized double blind, placebo controlled trial,
Populasi : 60 Pasien HIV dewasa (rata rata 45 tahun) dengan CD4+
<200/mm3 dan kadar serum zinc13-14 umol/l.
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc 50 mg, atau placebo selama 28 hari.
Hasil:
• Tidak ada perbedaan status CD4+ dan CD8+ pada golongan suplementasi dan placebo sebelum dan sesudah penelitian,
• rata rata IFN- γ golongan suplementasi zinc ↑ (0,42+/- 1,03 IU/ml ke 0,84 +/- 1,21)
• golongan placebo memiliki tidak memperlihatkan kenaikan menonjol pada IFN-
γ.
Peneliti : Martinez,
Metode : Prospective, randomized, placebo controlled trial,
Populasi : 40 Pasien HIV dewasa (rata rata 49±9,5 tahun) dengan ARV
Intervensi : Pemberian suplementasi zinc 20 mg, atau placebo selama 12 minggu.
Hasil:
• Resiko relatif ↓ sebesar 74% pada golongan suplementasi zinc bila dibandingkan dengan golongan placebo,
• rata rata CD4+ ↑ pada golongan suplementasi sebesar ≥20% RR = 3,6 (95% CI 1.66 - 7.8; p = 0.000)