Tampilkan postingan dengan label tunagrahita 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tunagrahita 1. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 April 2022

tunagrahita 1

 








bagian 1
1.SLOW LEARNER
2. TUNA GRAHITA
3.PASIEN ANAK BERBAKAT
4. AUTISME
5.SINDROM ASPERGER
6. ADHD
7.ANXIETY   KECEMASAN
8.TUNALARAS
9.CONDUCT DISORDER


bagian2

 10.INDIGO
11.TUNANETRA
12.TUNARUNGU
13.TUNADAKSA
14. CEREBRAL PALSY
15.TUNAGANDA
16.HOME SCHOOLING
17. TERAPI  PASIEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS








1..SLOW LEARNER

pasien anak dengan kesulitan belajar khusus  yaitu  pasien anak   yang mengalami hambatan  pada satu atau lebih proses   psikologis dasar yang mencakup  penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan,
hambatannya  berbentuk ketidakmampuan matematika,berhitung,mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja ,penyimpangan-penyimpangan ini berkarakter intrinsik  karena terganggunya fungsi sistem syaraf pusat,  bisa terjadi sepanjang kehidupan, masalah dalam tingkahlaku  anggapan sosial dan interaksi sosial memicu  kesukaran belajar, namun bukan  merupakan sumber  dari kesukaran belajar, walaupun kesukaran belajar  terjadi bersamaan dengan kondisi  kerusakan rangsangans, retardasi mental, gangguan emosional serius  atau karena pengaruh  seperti .perbedaan budaya, instruksi yang kurang memadai atau kurang tepat,
 batasan dalam kesulitan belajar khusus
hambatan pada pasien anak dengan kesulitan belajar khusus  seperti, gangguan  anggapan, kerusakan otak, MBD (minimal brain dysfunction), kesulitan membaca , gangguan dalam memahami kata-katai ,
batasan  tidak mencakup pasien anak yang mengalami hambatan belajar akibat dari  gangguan emosional, deprivasi kurangnya stimulasi dari lingkungan ,kecacatan  visual, pendengaran atau motori k  atau keterbelakangan mental,
pasien anak yang  kesulitan belajar, memiliki beberapa hambatan, di antaranya:
dalam hal  bahasa lisan. pasien anak  ini memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat, memiliki kosakata yang terbatas,mengingat urutan  verbal (contohnya nomor telepon, arah, bulan tahun),
dalam hal   tingkahlaku. pasien anak-pasien anak ini tidak suka membaca atau  hanya melihat gambar-gambar di buku  cerita dan mengabaikan teks.
Dalam hal  mempelajari nama warna atau huruf, pasien anak dengan kesulitan belajar  memiliki gangguan dalam proses mempelajari nama warna atau huruf, tidak memiliki pemahaman yang kuat hubungan antara huruf dengan  suara, memiliki masalah dalam mengingat   dasar matematika ,buruk pada tugas yang berhubungan dengan bunyi,
Dalam hal  membaca untuk siswa yang lebih tua yaitu , terus bergerak bibirnya saat membaca , menambahkan kata saat membaca, terus bergantung pada jari menunjuk saat membaca ,lambat  tingkat membacanya dibandingkan pasien anak lain seusianya, kata-kata yang terpecah saat membaca,  
pasien anak   ini memiliki kekurangan dalam jumlah perbendaharaan kata dibandingkan  pasien anak seusianya, membaca dengan suara keras kurang lancar atau terbata-bata, memiliki masalah yang  berkelanjutan atau terus menerus untuk mendeskripsikan sesuatu, tidak mengerti apa yang dibaca,
pemahaman membaca bermasalah karena masalah pemahaman uraian kata, sering membalik-balikan  kata, kemampuan membaca tidak sesuai dengan kecerdasan yang tampak dan kosakata yang  dimilikinya, sering mengganti kata-kata yang mirip secara visual (contohnya ini untuk itu),
Dalam hal menulis, pasien anak  ini  menulis lambat atau dengan susah payah, membuat  pembalikan nomor,membuat pembalikan huruf dan diulang-ulang   setelah  usia  9  tahun, sering melakukan kesalahan dalam ejaan termasuk penghilangan konsonan, kesalahan urutan  suku kata (contohnya manbi untuk mandi),
pasien anak berkesulitan belajar dilihat dari spesifikasinya dibagi menjadi dua bagian, yaitu  kesulitan belajar praakademik dan akademik,  kesulitan belajar yang tergolong praakademik yaitu :
gangguan motorik dan anggapan, yang mencakup gangguan pada motorik kasar  dan motorik halus,
1. dispraksia atau  clumsy merupakan keadaan akibat adanya gangguan
dalam inteligensi auditori-motor. pasien anak tidak mampu melakukan gerakan bagian dari tubuh dengan  benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh, dispraksia  berbentuk non verbal (menulis, bahasa isyarat, pantomime) dan  disfasia verbal (bicara)  beberapa jenis  dispraksia, yaitu:
a. dispraksia konstruksional   konsisi pasien anak yang mengalami kesulitan dalam  melakukan gerakan-gerakan  yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok  , menggambar, menulis,
b. dispraksia oral,  kesulitan pasien anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh adanya gangguan  gerakan motorik di dalam mulut. pasien anak  kurang mampu menirukan gerakan seperti mengembungkan pipi,menjulurkan  lidah dan menggerakan lidah,
c. dispraksia ideomotoris tidak  kemampuan dalam melakukan gerakan
praktis sederhana, seperti memakai sendok makan,menggunting, menggosok gigi, gerakannya  canggung dan kurang luwes.
d. dispraksia ideosional, kemampuan pasien anak melakukan gerakan
kompleks namun tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan, terutama untuk kondisi  lingkungan yang tidak tenang. kesulitannya terletak pada urutan gerakan, pasien anak sering bingung  mengalami suatu aktivitas, seperti mengikuti irama musik,
2. gangguan anggapan heptik (raba dan gerak atau taktil dan kinestik),  inteligensi sistem anggapan, anggapan sepertianggapan penglihatan atau anggapan visual, anggapan pendengaran atau  anggapan auditoris,
jenis gangguan ini perlu penanganan karena pengaruhnya terhadap perkembangan kemampuan dasar,
pengobatan  pasien anak yang memiliki kesulitan belajar ,yaitu :
1. terapi  pendekatan psikososial lainnya
 pemberian pelatihan keterampilan sosial bagi pasien anak,
2. terapi tingkahlaku
terapi tingkahlaku yang  dipakai yaitu modifikasi tingkahlaku,  pasien anak akan mendapatkan penghargaan  jika dia dapat memenuhi suatu tugas  tertentu. sebaliknya, pasien anak  akan mendapatkan peringatan jika ia memperlihatkan
tingkahlaku negatif,
3. terapi  psikoterapi suportif
 tujuannya yaitu memberi  pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga  menimbulkan motivasi ,
pasien anak  berkarakter nonverbal, maka hambatan yang tampak, antaralain:
1. menulis   memiliki tulisan tangan yang buruk terutama di bawah tekanan waktu, sulit dan berantakan  saat menulis di atas kertas tidak  bergaris ,salah
mengeja kata sesuai dengan umur, memiliki  kesulitan menyalin dari papan tulis, menulis sangat lambat, memiliki  genggaman pensil canggung, huruf terlihat kasar dan tidak konsisten, memiliki kesulitan menjaga margin kiri ,
2. tingkahlaku  tidak suka atau menghindari matematika,  seni, pekerjaan menulis   tampak terisolasi  tidak ikut  dalam  kegiatan olahraga,
3.spasial. yaitu memiliki kesulitan mengingat cara untuk mencapai tempat, sering tersesat, bingung  tidak dapat menggambar  dengan baik, meja dan tas buku sangat berantakan,  memiliki masalah membaca waktu, tidak mampu mengkoordinasi antara tangan dan mata,  tidak mampu   melengkapi teka-teki,
4. sosial. dalam sosialisasi pasien anak memiliki kesulitan mencari tahu orang lain, tidak mampu   beradaptasi dengan situasi baru, tidak mampu     membaca isyarat  tingkahlaku nonverbal ,kurang  menyadari situasi sosial, tidak menyadari dampak sosial dari perbuatannya,
5. matematika. tidak mampu mengingat  bingung   matematika,
saat masih kanak kanak  pemilik bisnis kosmetik ternama elle cosmetic  sudah pernah divonis sebagai  pasien anak yang lambat belajar alias slow learner. namun, dia mampu mengembangkan potensinya sebagai  pebisnis sukses di bidang kosmetik  ”saya selalu  minder  saat bersekolah  , ranking tiga dari belakang di kelas 3 sekolah  dasar  ,saya tidak mampu berhitung   namun, untungnya saya punya keluarga yang selalu mendukung saya sehingga sukses seperti sekarang ,” kata martina martha  dalam acara peluncuran buku dan HUT ke-5   elle cosmetic ,menurut  pengakuan  martina martha , dirinya lemah jika disuruh belajar matematika dan ilmu hitung  lainnya. namun, dia  menyenangi sejarah, budaya, ,IQ memang jongkok. namun, keluarga   saya membekali  saya dengan kreativitas. dari kecil saya diajar untuk bisa mengembangkan hal-hal kreatif yang ada di  sekeliling sehingga sukses seperti ini , dari sinilah, jiwa bisnis saya mulai muncul   dengan bekal kreativitas   maka  semua dapat tumbuh
dan berkembang seiring waktu, martina martha    kini jadi pengajar di bidang herbal di salah satu  pascasarjana universitas suriname, dalam mendidik pasien anak-pasien anak slow learner, yang penting terus dimotivasi,  pasien anak  ini harus dilihat  potensinya sehingga nantinya   dapat berkembang maksimal,
dorongan  keluarga, mampu membuat martina martha   terus mengembangkan
potensi dirinya sebagai pengusaha kosmetik yang memanfaatkan ramuan tradisional  dengan teknologi modern, sehingga  usaha bisnisnya di bidang kosmetik berkembang pesat dan mendapat  pengakuan di dalam dan luar negeri.bahkan, martina martha   terpilih menjadi satu dari 19..anggota global
compact board di bawah naungan perserikatan bangsa-bangsa (PBB). lembaga ini sebagai badan  penasihat tertinggi pada PBB yang melibatkan pengusaha ,organisasi bisnis, martina martha  juga me6ndapat gelar doktor honoris causa dari kampus di amerika serikat. di dalam  negeri, martina martha   berkonsentrasi untuk memberdayakan para wanita , pengembangan kewirausahaan, hingga
kepedulian pada lingkungan hidup lewat pendirian kampung obat  organik ,
berharap usaha  pendidikan  dapat mengutamakan pengembangan potensi setiap pasien anak seperti dirinya,
slow learner atau pasien anak lambat belajar yaitu pasien anak  yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata pasien anak  biasanya) pada salah satu atau seluruh area akademik, namun  bukan tergolong pasien anak
terbelakang mental. skor tes IQ nya memperlihatkan skor antara 70 - 90 ,
pasien anak slow learner memiliki kemampuan belajar yang lebih lambat dibandingkan dengan teman  sebayanya, siswa yang lambat dalam proses belajar ini memerlukan waktu yang lebih lama  dibandingkan  siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama,  lebih lambat di antaranya  kesulitan memakai alat tulis, olahraga, atau mengenakan  pakaian, kurang percaya diri,cenderung pendiam dan pemalu,  sulit untuk berteman,
slow learner pada pasien anak  terjadi karena  pengaruh psikologis dan sosial ,  faktor biokimia yang  dapat merusak otak, contohnya: zat pewarna pada makanan, pencemaran lingkungan, kurang gizi ,nutrisi  selama pasien anak dalam kandungan,  pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia saat pasien anak mengalami  pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,strategi pembelajaran yang salah atau tidak tepat,  kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi belajar , meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat,  
penanganan pasien anak slow learner ,yaitu :
pengajaran materi   disajikan secara sederhana, pasien anak slow learner tidak dipaksa untuk berkompetisi dengan pasien anak-pasien anak yang memiliki kemampuan  yang lebih tinggi.
pemberian tugas-tugas pada pasien anak slow learner harus terstruktur dan kongkrit,   pemberian tugas-tugas matematika  sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan  dengan kemampuannya,  guru dan orangtua dapat memberikan kesempatan kepada pasien anak slow learner untuk  bereksperimen dan praktek langsung  memakai bahan-bahan
 dalam  simulasi,instruksi yang sederhana memudahkan pasien anak slow learner untuk memahami dan  mengikuti instruksi itu. diusahakan saat memberikan arahan berhadapan langsung dengan pasien anak,
 orangtua dapat terlibat dalam  membantu  mengerjakan pr   ,membimbing mengerjakan pr,  berkomunikasi dengan guru dalam  membantu  mengerjakan pr , penting bagi guru untuk mengetahui pola gaya belajar masing-masing pasien anak,
pengajaran materi  memakai teknik demonstrasi  peragaan dan petunjuk visual sebanyak mungkin dibandingkan verbalisasi  karena hanya akan membingungkan pasien anak
pengajaran materi secara diulang-ulang  diterapkan pada pasien anak slow learner seperti mengulang lebih  banyak  5 kali  dalam memahami suatu materi dibandingkan pasien anak lain ,sebaiknya waktu materi pelajaran tidak terlalu panjang dan  tugas-tugas atau pekerjaan rumah lebih sedikit dibandingkan  dengan teman-temannya,
pasien anak yang mengalami  slow learner  memiliki karakteristik yaitu
menggeneralisasikan informasi, memiliki nilai-nilai yang  buruk dalam tes prestasi belajar,  tidak matang  dalam hubungan interpersonal,  kesulitan dalam mengikuti petunjuk yang memiliki banyak langkah, hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti  kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar ,  
memiliki self-image yang buruk, meski mampu menguasai suatu keterampilan tertentu namun cenderung  lambat, beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai,  terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dibandingkan teman-teman  seusianya,
slow learner membuat pasien anak menjadi stres karena  ketidakmampuannya mencapai apa yang diharapkannya,slow learner  berakibat pada rendahnya hasil belajar pasien anak, slow learner membuat pasien anak tidak naik kelas, slow learner membuat   pasien anak dapat tumbuh perasaan minder tehadap temantemannya, slow learner membuat  pasien anak cenderung  lamban  menerima informasi baru, bersikap pemalu, menarik diri dari lingkungan sosialnya ,

berkebutuhan khusus
pada kenyataannya, tidak ada satupun manusia yang  tidak memiliki kekurangan, manusia tidak ada yang sama satu dengan lainnya,
sebagai manusia, pasien anak berkebutuhan khusus memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di  tengah-tengah keluarga, warga dan bangsa,
pasien anak berkebutuhan khusus  memiliki hak untuk sekolah sama seperti anak anak normal   lainnya yang tidak memiliki kelainan atau penyakit.
pasien anak berkebutuhan khusus yaitu pasien anak yang memerlukan penanganan intensif perawatan   khusus   dibawah pengawasan  tenaga  ahli yang berpengalaman  karena   selama hidupnya  ada   gangguan
yang dialami pasien anak  seperti  keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan   baik itu berkarakter fisik seperti tunanetra , tunarungu,  autism dan  ADHD, pasien anak berkebutuhan khusus  berkarakter tidaknormal, yaitu adanya  penundaan tumbuh kembang anak   yang biasanya   tampak di usia balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. hal lain yang menjadi dasar pasien anak   tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri tidak munculnya   tumbuh-kembang pasien anak yang  sesuai  usia perkembangannya  secara normal , seperti belum mampu mengucapkan satu katapun di usia 3 tahun,  tingkahlaku echolalia atau membeo , Dasar biologis pasien anak berkebutuhan khusus  dihubungkan dengan kelainan genetik , penggolongan pasien anak berkebutuhan khusus, seperti brain injury yang bisa .mengakibatkan kecacatan tunaganda,  pasien anak berkebutuhan khusus memiliki  gangguan pada kemampuan belajar , gangguan kemampuan emosional dan berinteraksi pada pasien anak autis, gangguan kemampuan berbicara  dan ADHD,
 pasien anak berkebutuhan khusus yaitu:  pasien anak yang mengalami keterbatasan fisik, mental-intelektual, sosial,   emosional, yang berpengaruh  dalam proses  perkembangannya ,
faktor-faktor pemicu pasien anak menjadi berkebutuhan khusus, dilihat dari waktu kejadiannya   dibedakan menjadi tiga   yaitu  sebelum kelahiran, saat kelahiran dan  setelah lahir,
1.sebelum kelahiran,
terjadinya kelainan pasien anak semasa dalam kandungan atau sebelum proses kelahiran, disebabkan oleh faktor internal yaitu  genetik dan keturunan, atau  ibu   mengalami pendarahan bisa karena terbentur kandungannya  jatuh sewaktu hamil,   memakan makanan  obat yang menciderai janin dan akibat  janin yang kekurangan gizi,
Gangguan genetika  dapat terjadi akibat kelainan kromosom, transformasi
yang mengakibatkan keracunan darah (Toxaenia) ,
 Usia ibu hamil yang beresiko memicu kelainan pada bayi  yaitu usia yang terlalu muda, yaitu 11-17tahun dan terlalu tua, yaitu di atas 50  tahun. Usia yang
terlalu muda memiliki organ seksual dan kandungan yang pada dasarnya sudah matang dan siap  untuk memiliki janin namun secara psikologis belum siap
. Infeksi kehamilan ini  terjadi akibat virus Liptospirosis yang berasal dari air
kencing tikus, lalu virus maternal rubella/morbili/campak Jerman dan virus retrolanta Fibroplasia  RLF,
kontrasepsi saat wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan seperti percobaan abortus yang gagal,  memungkinkan bayi lahir cacat,
Keracunan  terjadi saat hamil, yaitu  janin yang  kekurangan vitamin atau bahkan kelebihan zat besi /timbal contohnya  mengkonsumsi kerang hijau dan tuna instant secara berlebihan,Penyakit menahun seperti TBC (tuberculosis)
Infeksi  penyakit kelamin/sipilis yang  memicu  tubuh ibu menjadi lemah dan mudah terkena penyakit lainnya yang  membahayakan  janin ,
 Toxoplasmosis  yang berasal dari virus binatang seperti bulu kucing trachoma dan tumor,  ibu yang sudah diketahui tubuhnya mengandung
virus toxoplasma, maka sebelum kehamilan dapat diimunisasi agar virus itu tidak membahayakan janin ,virus juga  bisa memicu janin kekurangan oksigen sehingga pertumbuhan otak janin terganggu,
Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi. Jenis rhesus darah ibu  cukup menentukan kondisi bayi, terutama jika berbeda dengan bapak,  Penggunaan  Radiasi sinar X dari USG yang berlebihan,  rontgent,  terkena Radiasi  sinar   alat-alat pabrik,  memicu kecacatan pada bayi karena merusak sel kromosom janin,
2.saat kelahiran
waktu terjadinya kelainan pada saat proses kelahiran , menjelang dan sesaat
setelah proses kelahiran. contohnya  infeksi akibat ibu mengidap sipilis, berat badan lahir rendah,  kelahiran yang sulit, bantuan yang salah, persalinan yang tidak  spontan, lahir prematur, Bayi lahir di usia matang yaitu kurang lebih 45 minggu jika memang sudah sempurna pertumbuhan  organnya, terutama otak. Otak yang belum tumbuh sempurna,  memicu kecacatan pada .bayi saat lahir. bayi yang  mengalami kekurangan berat badan saat kelahiran,
Proses kelahiran lama, prematur, kekurangan oksigen ,  terlalu  lama dalam kandungan seperti 11 bulan atau lebih, dapat memicu bayi lahir cacat,  ini   terjadi karena cairan ketuban janin yang terlalu lama sehingga  mengandung zat-zat kotor yang  membahayakan bayi. Bayi yang prematur atau lahir lebih cepat  muncul  dibandingkan  usia kelahiran normal  , seperti 5-7 bulan,
bisa berakibat kecacatan,
 bayi normal akan lahir dalam proses kepala keluar terlebih dahulu. bayi
dikatakan sungsang bila kaki atau bokong bahkan tangan yang keluar dulu. ibu bisa melahirkan  bayinya secara sungsang tanpa bantuan alat apapun, namun ini sangat beresiko bayi menjadi cacat karena kepala yang lebih lama dalam kandungan, bahkan bisa berakibat kematian bayi dan ibu saat posisi bayi sungsang, biasanya dokter menganjurkan untuk melakukan operasi caesar agar  terhindar dari resiko kecacatan dan kematian bayi,
bayi yang saat lahir tidak langsung dapat menghirup oksigen,  karena
terendam ketuban, cairan kandungan masuk ke paru-paru dan menutupi jalan pernafasan, atau akibat  proses kelahiran yang tidak sempurna sehingga kepala bayi terlalu lama dalam kandungan sementara .tubuhnya sudah keluar dan bayi menjadi tercekik, maka proses pernafasan bisa tertunda dan bayi ,
pendarahan. pendarahan pada ibu bisa terjadi akibat placenta previa, yaitu jalan keluar bayi yang  tertutup oleh plasenta, sehingga saat janin semakin membesar, maka gerakan ibu dapat membenturkan kepala bayi pada plasenta yang mudah berdarah, bahkan sangat membahayakan saat .bayi dipaksa lahir normal dalam kondisi itu. pendarahan juga bisa terjadi karena ibu terjangkit
penyakit kista, sipilis, AIDS/HIV,
alat bantu kelahiran meskipun tidak seluruhnya  dapat memicu
kecacatan otak bayi (brain injury), contohnya memakai vacum, tang verlossing.
tulang ibu yang tidak proporsional,  ibu yang memiliki kelainan bentuk
tulang pinggul atau tulang pelvik, dapat menekan kepala bayi saat proses kelahiran, ini dapat  dihindari dengan melakukan operasi caesar saat melahirkan,
3.setelah lahir,
racun yang masuk dalam tubuh bayi, bisa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi , racun bisa berasal  dari makanan yang kadaluarsa/busuk atau makanan yang mengandung zat psikoaktif. racun yang  menyebar dalam darah bisa dialirkan pula ke otak dan memicu kecacatan pada bayi,
 kelainan setelah pasien anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai  usia 18 tahun  , ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan, tumor otak, kejang, diare semasa  bayi,
kekurangan zat makanan  gizi dan nutrisi yang sempurna sangat diperlukan bayi  setelah kelahiran. gizi itu dapat diperoleh dari asi di 6 bulan pertama, dan makanan penunjang  dengan gizi seimbang di usia selanjutnya. jika bayi kekurangan gizi atau malnutrisi, maka .perkembangan otaknya akan terhambat dan bayi dapat mengalami kecacatan mental,
penyakit infeksi bakteri (TBC), virus (meningitis, enchepalitis), diabetes melitus, penyakit panas  tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga (otitis media), malaria tropicana,
 penyakit kronis  bisa disembuhkan dengan pengobatan , namun jika terkena pada bayi maka dapat menghambat pertumbuhan  mental pasien anak, karena terkait dengan pertumbuhan otak di tahun-tahun pertama kehidupan,
 kecelakaan pada area kepala bayi  dapat mengakibatkan luka pada otak dapat merusak pula sistem/fungsi tubuh lainnya,
orangtua  terlambat mengetahui bahwa pasien anaknya berkebutuhan khusus. orangtua baru  memeriksakan   pasien anaknya saat pasien anak sudah berusia di atas 5 tahun sehingga  kebiasaan yang sudah terbentuk pada pasien anak sukar untuk diubah dan potensi-potensi pasien anak menjadi tidak  muncul,
1. tugas perkembangan bayi ,yaitu :
tumbuh minat bermain  mengamati dan melakukan berbagai permainan dengan konsep trial-error dan belajar sosial,permulaan penggolongan peran  mengenal peran , menyadari dirinya perempuan atau  laki-laki,
keterampilan motorik: daerah kepala kekuatan leher, koordinasi dengan mata, telinga, mulut,
fungsi psikologis: masuk dalam tahapan sensory motorik (piaget), terbentuknya trust (erikson) ,perkembangan bicara dan pengertian  mulai mengucap satu sampai beberapa kata ,munculnya tingkahlaku emosional dan sosialisasi mulai tertarik dengan teman dan mengenal sosialisasi sederhana ,
 pertumbuhan fisik: berat badan, tinggi badan, pembentukan tulang, pengendalian otot, pertumbuhan lemak, gigi, saraf,
2. tugas perkembangan masa  awal  ,yaitu :
keterampilan sosial: emosi dan tingkahlaku sosial  asosial, berteman, disiplin, , minat ,pengembangan kemampuan dasar: meningkatnya pengertian  banyaknya perbendaharaan kosakata,  kebiasaan fisiologis  pola  gaya makan, pola  gaya tidur, pola.gaya  bermain perkembangan fisik: proporsi tubuh mulai seimbang, posture meninggi pada proximodistal, tulang  otot  fine-grossmotor lebih kompleks ,
 beberapa langkah deteksi yang dapat dilakukan,yaitu.:
deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya  hiperaktivitas, masalah mental  emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian , deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan pasien anak gangguan daya dengar,
 ,keterlambatan bicara dan berjalan , gangguan daya lihat, gangguan daya penciuman, deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau menemukan status gizi  kurang atau gizi buruk pada pasien anak,
 klasifikasi dari pasien anak berkebutuhan khusus ,yaitu:
pasien anak dengan gangguan intelektual:
1. autisme, yaitu gangguan perkembangan pasien anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem .syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi
2. indigo yaitu manusia yang sejak lahir memiliki kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada biasanya
3. tunagrahita, yaitu pasien anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan  mental intelektual jauh dibawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan  cara hitung menulis membaca komunikasi maupun sosial,
4. pasien anak berbakat, yaitu pasien anak yang memiliki bakat atau kemampuan dan kecerdasan luar biasa kreativitas,  diatas pasien anak seusianya  pasien anak normal ,
5. pasien anak lamban belajar   yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah  normal namun belum termasuk tunagrahita  biasanya memiliki IQ sekitar 70-90,
6. pasien anak berkesulitan belajar khusus, yaitu pasien anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam membaca,menulis dan berhitung ,
pasien anak dengan gangguan fisik:
1. tunadaksa, yaitu pasien anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot).
2. tunanetra, yaitu pasien anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi ,
3.tunarungu, yaitu pasien anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya ,
pasien anak dengan gangguan emosi dan tingkahlaku:
1.pasien anak dengan gangguan komunikasi atau unawicara, yaitu pasien anak yang mengalami kelainan  suara,artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara,yang mengakibatkan terjadi penyimpangan fungsi bahasa,bentuk bahasa,isi bahasa,
2.tunalaras, yaitu pasien anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak  sesuai dengan peraturan  yang berlaku.
3. hiperaktif, yaitu gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan  disfungsi neurologis dengan gejala  tidak mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan perhatian,



2. TUNA GRAHITA

tunagrahita termasuk  golongan pasien anak berkebutuhan khusus. pendidikan untuk  pengidap tunagrahita dinamakan sekolah luar biasa (SLB). tunagrahita merupakan  pasien anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata,kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu   atau  berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas, tunagrahita dapat berbentuk cacat ganda, yaitu cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. contohnya  cacat intelegensi yang para pasien alami ditambah dengan kelainan tingkahlaku,  kelainan anggota tubuh,kelainan penglihatan,   gangguan pendengaran, tidak semua pasien anak tunagrahita memiliki cacat fisik. contohnya  pada tunagrahita ringan,Ketunagrahitaan berlangsung pada masa masa perkembangan, yaitu sejak konsepsi hingga usia 18 tahun,pasien anak normal rata-rata IQ 100, sedangkan pasien anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70, tidak  memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan usianya,hanya mampu melakukan pekerjaan seperti  anak yang usianya 2 tahun kebawah,
Klasifikasi Tuna Grahita ,antaralain :
1. Intelektual, kebanyakan Tingkat kecerdasan tunagrahita  dibawah rata-rata pasien anak yang berusia sama, kecerdasan tunagrahita   sama dengan kecerdasan anak normal usia 3 tahun ,perkembangan kecerdasannya  sangat terbatas, hanya mampu mencapai tingkat usia  kecerdasan tertinggi  setingkat pasien anak SD kelas IV, namun jarang terjadi,
 pasien anak tunagrahita mengalami kelambatan   kemampuan  dalam hal mengurus, memelihara, dan memimpin  diri, sehingga tidak mampu aktif  bergaul ,social connection, pasien anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam memusatkan  perhatian,kesukaran dalam  berkonsentrasi  ,jangkauan perhatiannya  sempit dan cepat beralih berubah ubah ,
perkembangan dorongan emosi pasien anak tunagrahita berbeda-beda sesuai
dengan ketunagrahitaannya masing-masing. pasien anak yang berat dan sangat berat ketunagrahitaannya  hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri, dalam keadaan haus dan lapar  tidak memperlihatkan tanda-tanda  gejala  haus  lapar , saat mendapat rangsangan  yang menyakitkan pasien pasien anak tunagrahita    tidak mampu  menjauhkan diri   atau menghindari  , tidak ada   emosi  , dorongan  dorongan  biologisnya dapat  berkembang namun penghayatannya terbatas  cuma hanya sekedar  pada perasaan bahagia gembira  senang,  gelisah khawatir  takut, marah, dan benci,
kemampuan bahasa cina jepang arab  para  pasien  pasien anak tunagrahita sangat terbatas terutama pada  perbendaharaan kata abstrak ,namun kemampuan bahasa inggris para  pasien  pasien anak tunagrahita sedikit  terbatas,pada pasien anak yang ketunagrahitaannya semakin berat banyak yang  mengalami gangguan bicara bahasa  indonesia  inggris terutama  cina jepang arab   disebabkan cacat artikulasi dan masalah dalam pembentukan bunyi di pita suara dan rongga mulut,
pasien anak tunagrahita tidak mampu  membaca apalagi   menghitung walaupun dilatih,  pasien anak tunagrahita biasanya tidak  memiliki kepercayaan diri, tidak mampu mandiri  , mengarahkan diri   sehingga lebih banyak  bergantung pada oranglain , sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran , penglihatannya seringkali tidak dapat difungsikan, kurang peka  terhadap perasaan sakit, bau yang tidak enak, dan makanan yang tidak enak,
pada  pasien anak tunagrahita ringan,
 masih memiliki kemampuan untuk dididik dalam bidang akademik yang sangat  sederhana  (dasar) yaitu membaca  bahasa inggris , menulis bahasa inggris , kemampuan maksimalnya setara  dengan pasien anak usia 14 tahun atau kelas 6 sekolah dasar, bila mendapatkan layanan dan bimbingan  belajar yang sesuai maka pasien anak mampu  lulus sekolah dasar, tunagrahita  secara fisik sering memiliki  kelainan fisik baik rangsangan  maupun motoris, bahkan hampir semua pasien anak yang memiliki kelainan memiliki  penampilan fisik  (kesan lahiriah) berbeda dengan pasien anak normal yang sebaya,  sedang  pasien anak tunagrahita yang paling berat  idiot,  sudah tidak  mampu dilatih keterampilan apapun,
pasien dianggap tunagrahita bila memiliki tiga indikator, yaitu:
hambatan tingkahlaku sosial adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 17  tahun,keterhambatan fungsi  kecerdasan  biasanya atau di bawah rata-rata,ketidakmampuan dalam tingkahlaku sosial adaptif,
Tingkat kecerdasan pasien diukur melalui tes inteligensi yang hasilnya dinamakan IQ  (intelligence quotient). Tingkat kecerdasan  digolongkan ke dalam tingkatan, yaitu :
Tunagrahita ringan memiliki IQ 70-55 ,Tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40
Tunagrahita berat memiliki IQ 40-25 , Tunagrahita berat sekali memiliki IQ <25
 beberapa pemicu ketunagrahitaan ,yaitu :
trauma dan zat radioaktif :
terutama pada otak saat bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat radioaktif saat
hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. trauma yang terjadi pada saat dilahirkan   disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantuan. ketidaktepatan penyinaran  atau radiasi sinar x selama bayi dalam kandungan ,
masalah pada kelahiran :
masalah yang terjadi pada saat kelahiran, contohnya kelahiran yang ditambah hypoxia  akan memicu  kerusakan otak, kejang dan napas pendek,
faktor keturunan ;
 kelainan kromosom dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. dilihat dari bentuk dapat berbentuk  inversi  atau kelainan yang memicu berubahnya urutan gen karena melihatnya kromosom; delesi (kegagalan meiosis), yaitu salah satu pasangan sel tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel; duplikasi yaitu kromosom tidak berhasil memisahkan
diri sehingga terjadi kelebihan kromosom pada salah satu sel lainnya; translokasi, yaitu adanya  kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom lain.  kelainan gen. kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya tampak dari luar namun tetap dalam tingkat genotif.
gangguan metabolisme dan gizi :
 sangat penting dalam perkembangan  sel-sel otak. kegagalan metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi   mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental ,
infeksi dan keracunan :
disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada didalam  kandungan.antara lain syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun,,rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan dan   kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan,
 pencegahan tuna grahita ,antara lain :
 usaha memeriksakan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini ada
tidaknya kelainan pada janin,
usaha imunisasi, dapat dilakukan terhadap ibu hamil maupun pasien anak balita, agar  dapat  dicegah penyakit yang mengganggu perkembangan bayi ,
usaha tes darah  terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan,
 usaha program keluarga berencana,pasangan suami istri  mengatur kehamilan
 usaha mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai masalah
genetika,melalui media cetak dan elektronik maupun secara langsung ,



3.PASIEN ANAK BERBAKAT

faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya bakat, yaitu:
Lingkungan
Walaupun seorang pasien anak memiliki bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tapi tanpa adanya  dukungan dan perhatian dari lingkungannya, baik itu keluarga maupun warga tempat ia .bergaul , maka ia tidak akan dapat mengembangkan bakatnya dengan maksimal
Hereditas
Hereditas yaitu karakteristik-karakteristik bawaan yang diwariskan dari orang tua biologis, seperti kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin,
Ciri-ciri pasien anak Berbakat
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa  kata dan memakainya secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan
pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan formula formula, kemampuan penelitian yang tajam, gemar membaca,
jenis-jenis pasien anak berbakat
1. genius (IQ lebih dari 180)
pasien anak dalam kelompok ini memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa. keistimewaannya .telah tampak sejak kecil, contohnya sejak umur dua tahun sudah dapat membaca dan umur empat  tahun bisa berbahasa asing,  daya
abstraksinya baik sekali,cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri ,temperamental sehingga mudah memperlihatkan emosi marah, tidak mudah bergaul,  tidak mudah menerima pendapat orang lain,
2. gifted (IQ 140 – 179)
pasien anak dalam kelompok ini bakatnya  sudah tampak sejak kecil dan prestasi yang dimiliki .biasanya melebihi teman sebayanya. jika dibandingkan dengan orang normal, kemampuannya  lebih baik proses psikososial yang  berlangsung dengan cara mengelola  dengan memodifikasi diri dan lingkungan disekitarnya,
3. sangat superior (IQ 130 – 139)
pasien anak sangat superior berada pada tingkat tertinggi dalam kelompok superior.
4. superior (IQ 120 – 129)
pasien anak dalam kelompok ini memiliki prestasi belajar yang cukup tinggi, dibandingkan dengan pasien anak-pasien anak pada  biasanya.
permasalahan  pasien anak berbakat
permasalahannya  termasuk ke dalam pasien anak berkebutuhan khusus, karena dengan kemampuan intelektual   yang terlalu   tinggi justru akan membuat pasien anak mengalami kesulitan dalam  bergaul  ,
Permasalahannya,  ,antara lain :
memberikan label pada pasien anak berbakat bahwa ‘ia berbakat’ dapat menimbulkan harapan terhadap  kemampuan pasien anak itu dan dapat mengakibatkan beban mental ,
 pemberian angka bagi pasien anak berbakat dapat menimbulkan permasalahan jika angka yang dimilikinya  tidak menggambarkan kemampuannya. angka seringkali tidak cermat, artinya sering kurang mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.
konsep diri terbentuk bukan hanya dari cara orang lain memandang tentang dirinya, namun juga  saat dirinya menghayati pengalaman itu. pasien anak-pasien anak yang berbakat memiliki sikap yang  sangat ambivalent terhadap keberbakatannya, dan cenderung memanggapankan dirinya secara positif,
namun mengganggap bahwa lingkungannya yaitu teman sebaya dan gurunya memiliki pandangan negatif terhadap dirinya,
underachievement pada pasien anak berbakat yaitu kinerja pasien anak yang secara signifikan berada di bawah  potensinya. pasien anak tidak memperlihatkan tingkahlaku sesuai tingkat intelektualnya .dikarenakan kurangnya stimulus dan kepercayaan dari lingkungan, contohnya pasien anak berbakat yang  seperti tidak mampu menuntaskan soal-soal ujian karena merasa jenuh oleh situasi monoton saat  pembelajaran.
 pasien anak berbakat akan merasa frustrasi bila diperlakukan sama dengan pasien anak lainnya, karena merasa bosan  dan jenuh di sekolah karena dalam banyak hal pemikiran dan kemampuannya di atas teman-temannya,  maka diharapkan ada penanganan khusus bagi pasien anak pasien anak berbakat, seperti:
menyiapkan perangkat khusus di sekolah bagi pasien anak berbakat, sehingga tanpa harus dipisahkan dari  pasien anak lainnya, kemampuan dan bakatnya tetap dapat dimaksimalkan ,home-schooling, pendidikan non formal di luar sekolah ,membangun kelas khusus untuk pasien anak berbakat,



4. AUTISME

autisme  merupakan gangguan  kemampuan dasar, emosi, tingkahlaku, sosial,  ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. pasien anak yang autis   tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan pasien anak-pasien anak normal lainnya yang  disebabkan oleh terjadinya penurunan kemampuan  secara bertahap,
 sindrom asperger juga  merupakan gangguan sejenis , meskipun sindrom asperger merupakan sub jenis  dari autisme , sindrom asperger kemudian
banyak dipenelitian  sebagai sub jenis autisme yang  spesial,
 penderita sindrom asperger  mendapat julukan  profesor kecil, pasien
pengidap sindrom ini biasanya sensitif terhadap bunyi, rasa, bau, cahaya, menyukai kain yang lembut,  menyukai makanan tertentu, dan   biasanya  terganggu dengan bunyi atau cahaya yang tidak disadari ,
Autis berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri, autisme didefinisikan sebagai:
 cara berpikir yang dikendalikan oleh  diri sendiri,
 menanggapi dunia berdasarkan penglihatan  sendiri, dan menolak realitas
menanggapi dunia berdasarkan   fantasi sendiri ,autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari gangguan pada sistem syaraf pusat manusia.  autisme dimulai pada awal masa  anak- anak dan dapat diketahui pada minggu pertama   kehidupan. dapat ditemukan pada semua kelas sosial ekonomi maupun pada semua etnis dan ras.
penderita autisme sejak awal kehidupan tidak mampu berhubungan dengan orang lain dengan cara yang  biasa. sangat terbatas pada kemampuan bahasa
Autistic disorder yaitu adanya gangguan atau ketidaknormalan perkembangan pada interaksi sosial dan  komunikasi dan ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan,
tingkahlaku autistik digolongkan dalam dua jenis, yaitu tingkahlaku yang ektahapanf (berlebihan) dan tingkahlaku  yang defisit (berkekurangan). Yang termasuk tingkahlaku ektahapanf yaitu hiperaktif dan tantrum (mengamuk)
berbentuk memukul, mendorong,menjerit, menggigit, mencakar,  Di sini juga sering terjadi pasien anak menyakiti .dirinya sendiri ,  tingkahlaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, tingkahlaku sosial kurang  sesuai, defisit rangsangan sehingga dikira tuli, menangis tanpa sebab,  tertawa-tawa tanpa sebab,
 autisme ( childhood autism) yaitu  ketidaknormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi,  dan tingkahlaku yang diulang-ulang ,








-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





5.SINDROM ASPERGER

Pada tahun 1944, Hans Asperger, seorang ilmuwan lain yang juga berasal dari Vienna,  memiliki  kasus  pasien anak hasil observasinya di summer camp yang lebih memilih bermain sendiri dibandingkan beinteraksi dengan  pasien anak lain. Ciri-ciri pasien anak  ini serupa dengan pasien anak  yang normal,
meskipun para pasien menyalurkan kecerdasannya dengan minat obtahapanf pada area-area tertentu yang lebih  sempit, dan bahasa para pasien normal,
 memakai istilah autistic dalam menyebut kondisi pasien anak  yang para pasien observasi, istilah autistik dan autisme  berasal  dari kata autos dalam bahasa Yunani yang berarti self , mengusulkan istilah “Asperger’s Syndrome” untuk menyebut kondisi itu. Sejak saat itulah orang�orang mulai tertarik pada kondisi pasien anak  semacam itu,
Pada tahun 1943, Leo Kanner, seorang ilmuwan asal Vienna memiliki  kasus 15  pasien anak yang  dioobservasinya di Unit Psikiatri pasien anak Universitas Johns Hopkins. Ada 9  karakteristik utama dari pasien anak-pasien anak itu yang membedakannya dengan pasien anak-pasien anak lain,  Kanner berkesimpulan  bahwa pasien anak  ini dapat dipisahkan dari pasien anak  penderita schizophrenia dalam tiga hal, yaitu: pasien anak   schizophrenia menarik diri dari dunia, sedangkan pasien anak  yang diobservasinya  tidak
pernah memperlihatkan hubungan sosial dengan dunia; pasien anak  yang diobservasinya memperlihatkan pola  bahasa yang unik, seperti pronounciation reversals dan echolalia; pasien anak  yang ia observasi tidak memperlihatkan  memburuknya cara berfungsi seperti yang diperlihatkan pasien anak schizophrenia,
Sindrom asperger yaitu  tidak adanya   keterlambatan  perkembangan kecerdasan  , Sindrom Asperger merupakan  kecacatan neurobiologi yang menggambarkan pola peilaku selalu  berubah ubah   kadang kadang   juga memperlihatkan ciri seperti autisme dengan   keterbatasan dalam fungsi komunikasi , pada tahun 1994 Sindrom Asperger ditambahkan dalam DSM IV dan baru,  pada tahun 1980-an, Lorna Wing merekomendasikan agar sindrom asperger dipertimbangkan kembali sebagai gangguan yang  terpisah dari autisme. Hal ini dikarenakan sindrom asperger memiliki gejala  autisme  yang lebih ringan  dibandingkan autisme. Bahkan IQ  pasien anak  pengidap Sindrom asperger   cenderung relatif tinggi, melebihi  IQ 169, namun  Penderita sindrom asperger sulit mengerti komunikasi non-verbal dan bahasa tubuh. Gaya bicara
yang tampak  tidak  formal dan cara hitung menulis membaca  yang aneh  membuat para pasien dianggap   sebagai  profesor kecil, Dalam hal
motorik, para pasien sering memperlihatkan gerakan  gerakan  yang kaku  bagaikan robot  dan koordinasi  anggota tubuh  yang buruk,asperger   Autisme
 tidak ada tes diagnosa autisme yang dipakai secara universal, biasanya, psikiatri  memakai kriteria APA (American Psychiatric Association) tahun 2000 yang berberkonsentrasi pada  kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan pola-pola tingkah laku repetitif dan stereotip. tingkahlaku tingkahlaku itu muncul sebelum usia 3  tahun. Kriteria itu ditambah lagi dengan observasi
tingkah laku dari ahli klinis dan guru atau orang tua berbentuk ceklis tingkah laku. Untuk sindrom asperger,
 gejalanya lebih ringan, sindrom asperger  sebagai orang yang memiliki kemampuan komunikasi normal namun bermasalah dalam interaksi sosial
dan memiliki pola-pola tingkah laku repetitif dan stereotip,
pemicu Sindrom Asperger
ada kontribusi genetik yang terlibat dalam sindrom asperger , ada tiga pemicu gangguan Asperger yaitu  faktor genetika, peristiwa obstetric yang tidak menguntungkan dan infeksi selama kehamilan atau masa  awal bayi yang mempengaruhi otak,  pemicu gangguan Asperger ada pada  lobus temporal  bagian otak yang mengandung pusat pendengaran  yang  tidak berfungsi dan  lobus frontal .bagian berbentuk bulat dan menonjol dengan ukuran terbesar dan terletak paling depan  dari setiap bagian otak  ,
 tiga gejala utama pasien dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD), yaitu gangguan dalam  interaksi, komunikasi, dan tingkahlaku, pasien  ASD juga memiliki karakteristik  tambahan, yaitu gangguan dalam kognisi, anggapan rangsangan, motorik, afek atau mood, tingkah  laku agresif dan impulsif, dan gangguan tidur dan makan,
1. Gangguan Interaksi Sosial
gejala pasien anak dengan ASD ditunjukkan sejak bayi, adapun ciri-ciri yang biasanya  muncul, yaitu:
 bayi atau balita autis tidak berespon normal saat diangkat atau dipeluk,enggan berinteraksi secara aktif dengan orang lain.
 pasien anak autis tidak memperlihatkan perbedaan respon saat berhadapan dengan orang tua, saudara kandung atau guru,  orang asing, lebih senang menyendiri,tidak berminat pada orang, melainkan asyik sendiri dengan benda-benda , tingkah laku pasien  autis seperti itu terkadang membuat kesan seperti para pasien tidak ingin berteman, tidak bermain seperti selayaknya pasien anak normal,tidak tersenyum pada situasi sosial, namun tersenyum atau tertawa saat tidak ada sesuatu yang lucu menurutnya, tatapan mata berbeda,  menghindari kontak mata atau melihat sesuatu dari sudut matanya,  persahabatan dengan teman sebaya menjadi berbeda atau bahkan tidak  ada,  para pasien tidak mampu memahami ekspresi  wajah orang lain maupun mengekspresikan perasaannya sendiri baik dalam bentuk vokal maupun  ekspresi wajah. kondisi itu memicu pasien anak autis tidak dapat berempati.
2. Gangguan Komunikasi
pasien anak dengan ASD memiliki keterbatasan kemampuan berkomunikasi ,
 gumaman  mungkin tidak nampak pada pasien anak  autis,tidak ingin berkomunikasi untuk tujuan sosial, tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi,sering tampak hanya diam membisu padahal tidak bisu,
 tidak memakai bahasa sama sekali ,
mengulangi pertanyaan biarpun telah mengetahui jawabannya atau memperpanjang pem bicaraan mengenai topik yang ia sukai ,
 sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada para pasien
 sulit memahami bahwa satu kata mungkin memiliki banyak arti,
saat  para pasien  berbicara akan  mengalami ketidaknormalan dalam intonasi, rate, volume, dan isi bahasa, contohnya  pola gaya  berbicara  selalu mirip seperti robot, nada  irama suara  mendatar echolalia, mengulang-ulang apa yang dibicarakan terpatah patah , sulit memakai bahasa dalam interaksi sosial karena para pasien tidak sadar terhadap pembicaraanya ,
sering selalu  memakai kata-kata yang aneh peribahasa  atau kiasan, seperti nya setiap selesai berbicara singkat ditambah   berkata “ seribu” pada setiap akhir pembicaraannya,
 sering mengulangi kata-kata yang baru saja atau pernah para pasien dengar, tanpa maksud berkomunikasi. para pasien sering berbicara pada diri sendiri atau mengulangi potongan kata atau cuplikan  lagu dari iklan di televisi dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai,
 tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, melainkan mengambil tangan orang tuanya untuk mengambil objek yang dimaksud,
 gangguan dalam komunikasi non verbal, contohnya tidak memakai gerakan tubuh dalam ber�komunikasi selayaknya orang lain saat mengekspresikan perasaannya atau merasakan perasaan .orang lain, seperti: menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis.
3. Gangguan tingkahlaku
tingkahlaku pasien anak dengan ASD juga mengalami gangguan, yaitu :
 mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan menolak meninggalkan rumah tanpa  benda itu, contohnya  selalu membawa pipa rokok atau tongkat  kemanapun, pengulangan, contohnya: tingkah laku motorik ritual seperti berputar-putar dengan cepat ,memutar-mutar objek, mengepak-ngepakkan tangan ,bergerak maju mundur ,berjam-jam bermain dengan satu objek saja, tidak mau makan.makanan yang tidak biasa dimakannya,tidak mau  melalui jalan yang tidak biasa dilaluinya, tidak mau memakai baju baru ,
4. Klasifikasi Autisme
Sejak tahun 1990 autisme sudah menjadi kategori terpisah ,Kelainan-kelainan yang termasuk  dalam ASD memiliki karakteristik gangguan dalam tiga area dengan tingkatan yang berbeda-beda. Ketiga  area itu yaitu kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan pola-pola tingkahlaku yang repetitif dan
stereotip , lima kelainan yang  termasuk ASD,antaralain:
1.Pervasive Developmental Disorders not Otherwise Specified (PDD-NOS); pasien yang  menampilkan tingkahlaku autis, namun pada tingkat yang lebih rendah atau baru muncul setelah usia 4 tahun atau lebih,
2. Sindrom Asperger
pasien dengan sindrom asperger memiliki tingkat inteligensi dan kemampuan komunikasi yang lebih  tinggi dibandingkan pasien anak normal , namun para pasien menampilkan semua karakteristik ASD  dengan kesulitan utamanya yaitu interaksi sosial,   asperger yaitu  bentuk lebih ringan dari autisme,
ciri-ciri nya : perkataannya menonjolkan pengetahuan yang dimiliki dan berulang-ulang, bersikap naif, serba salah, dan cenderung melakukan interaksi satu arah.  kurangnya  empati, kurang dalam memulai dan mempertahankan persahabatan,kesulitan dalam berkomunikasi non-verbal,
ketertarikan kuat pada subjek  tertentu, sikap tubuh yang ganjil,
3. autisme, yaitu penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosialnya, gangguan dalam  berkomunikasi, dan tingkah laku yang terbatas dan berulang , yang muncul sebelum usia  3 tahun ,
4. rett syndrome; sindrom ini biasanya dialami oleh pasien anak perempuan. muncul pada usia 7-24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran  berbentuk hilangnya kemampuan gerakan tangan yang bertujuan dan ketrampilan motorik yang telah  terlatih.  kehilangan  kemampuan berbahasa, gerakan seperti mencuci tangan yang stereotipik dengan fleksi lengan di depan lengan atau dagu,  membasahi tangan secara stereotipik dengan air liur,
5. Childhood Disintegrative Disorder; perkembangan yang normal hingga usia 2 sampai 10 tahun,  kemudian diikuti dengan kehilangan kemampuan ,Terjadi kehilangan dalam  ketrampilan terlatih pada beberapa bidang fungsi sosial, komunikasi, dan tingkahlaku, mengalami retardasi mental berat ,
Dasar Herediter ASD
 kembar monozigotik lebih besar berpeluang menderita autis  saat pasangannya autis, dibandingkan kembar dizigotik,  saat ada anggota keluarganya  yang autis, pasien dapat menampilkan karakteristik autis ,  meskipun tidak terdiagnosa  autis,  autisme memiliki komponen herediter ,
 namun, penelitian belum menemukan gen tertentu yang berkaitan dengan autisme,
Dasar Neurologikal ASD
pasien autis memiliki kecenderungan tinggi mengalami brain seizures dan defisit kemampuan dasar. ini  memperlihatkan bahwa autisme memiliki dasar neurologis , penelitian neurologis  pengamatan terhadap ukuran otak dan
kepala pasien autis yang lebih besar dari ukuran normal,
pada saat lahir, otak para pasien berukuran rata-rata atau mungkin lebih kecil dari rata-rata.  otak para pasien tumbuh secara tiba-tiba dan cepat pada 2 tahun pertama kehidupan,  setelah usia 2  tahun, otak para pasien lambat bertumbuhnya dan mencapai ukuran maksimum pada  usia 4 sampai 5 tahun,
 setelah usia 5  tahun, otak para pasien mengecil dan menjadi berukuran sama dengan para pasien yang .mengalami kelainan pada usia remaja atau dewasa,
 pasien ASD memiliki ciri khas , yaitu:
pasien ASD lebih mudah memahami hal kongkrit dibandingkan abstrak. Biasanya, ingatan para pasien akan  berbagai konsep tersimpan dalam bentuk file ‘video’ , Proses berpikir memakai  film seperti ini tentunya lebih lambat dibandingkan proses berpikir verbal sehingga para pasien  memerlukan waktu sebelum bisa menjawab pertanyaan tertentu. para pasien  memakai  asosiasi dibandingkan  logika,
pasien anak ASD mengalami kesulitan dalam memroses data. para pasien terbatas dalam memahami ,sulit mengingat sesuatu sambil mengerjakan hal lain,  berpikir memakai nalar,  sulit memahami bahasa verbal atau lisan,sulit merangkai informasi verbal yang  panjang (contohnya rangkaian instruksi),
 pasien ASD kesulitan mengendalikan diri sendiri sehingga muncul masalah tingkahlaku seperti  ketakutan pada hal-hal yang  tidak di mengerti ,
 tingkahlaku   ritual dengan pola tertentu, keterpakuan pada objek-objek tertentu,
pasien ASD mengalami fiksasi atau keterpakuan pada sesuatu yang membuatnya cenderung  berpikir kaku,  pasien anak ASD tidak bisa membayangkan bahwa orang lain bisa menganggap  
sesuatu dari sudut pandang berbeda. Akibatnya, pasien anak ASD sulit beradaptasi dan berempati bila  tidak dilatih melalui pengalaman dan pengarahan,
kepekaan terhadap sentuhan ringan maupun  dalam, dan terwujud dalam bentuk masalah tingkahlaku seperti masalah makan dan berpakaian,  pasien sulit mengikuti  irama yang tampil  dalam bentuk lagu, bicara, jeda, dan
waktunya masuk ke dalam percakapan, sehingga banyak pasien anak ASD yang terus-menerus berbicara  menyela pembicaraan orang lain,
 pasien ASD memiliki sensitivitas  yang tidak biasa terhadap stimulus dari lingkungan,  tiga jenis  sensitivitas pasien ASD, yaitu sound sensitivity, yaitu terjadi ketakutan berlebihan pada suara keras  atau bising sehingga membuat cemas, bingung, terganggu dan bertingkahlaku buruk ,
tiga teori utama terkait autisme  yaitu  
 executive functions
bahwa banyak pasien autis yang mengalami kesulitan  dengan fungsi eksekutifnya ,
 central coherence
yaitu hal natural bagi sebagian besar manusia untuk mengatur dan menemukan makna dari informasi  yang ada di lingkungannya dengan menanggapinya  sebagai keseluruhan yang bermakna,  dibandingkan hanya sebagian-sebagian. pasien autis memiliki central coherence yang lemah para pasien berberkonsentrasi pada detail,
 theory of mind
yaitu kemampuan pasien untuk mengambil perspektif orang lain,  kemampuan  membaca  pikiran orang lain, contohnya intensi, perasaan, keyakinan, dan keinginan. manusia normal mampu mengetahui kondisi emosi orang yang kita ajak bicara dengan cara meginterpretasikan  seperti nada suara dan ekspresi wajah. sementara , pasien ASD memiliki kesulitan dalam .membaca pikiran orang lain, pasien ASD  tidak  memahami bahwa pikiran para pasien berbeda dengan orang lain,
pengobatan  ASD di Rumah ,antaralain :
1. terapi musik
pendidikan  melalui  musik dapat dijadikan wahana untuk pendidikan,  pasien anak berkebutuhan khusus. musik  menumbuhkan  cipta rasa karsa estetik pasien anak untuk mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan psikomotorik  dan fisiomotorik secara optimal, bergerak atau bermain sesuai musik atau nyanyian,menggerakkan tubuh sesuai musik, bunyi, atau suara. membunyikan alat  alat  musik  bersama-sama , mendengarkan musik, bunyi atau suara, memakai alat-alat instrumen,
2. terapi senam otak
senam otak yaitu serangkaian gerak sederhana dan menyenangkan yang dipakai untuk  memadukan semua bagian otak yang berfungsi meningkatkan kemampuan belajar, membangun , meningkatkan ketrampilan khusus dalam hal berpikir dan koordinasi, memudahkan kegiatan belajar. senam otak merupakan inti dari educational-kinesiology, yang merupakan ilmu tentang gerakan tubuh manusia. edukasional kinestetik yaitu metode yang  dikembangkan oleh paul dennisonagar pasien dapat mengembangkan potensi melalui gerakan
tubuh dan sentuhan-sentuhan ,
3. Terapi Okupasi
terapi (therapy)  pengobatan .jasmaniah,  penyesuaian diri dan fungsi berpikir. okupasi (occupation) artinya kesibukan  atau pekerjaan. terapi okupasi berarti usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan  tertentu, terapi okupasi yaitu usaha penyembuhan terhadap pasien anak .yang mengalami kelainan mental dan fisik dengan jalan memberikan  pekerjaan,
terapi okupasi  dipakai untuk mengalihkan perhatian agar tidak terjadi neurosis
(kegagalan pasien memecahkan masalah atau tuntutan di warga yang membuatnya .terganggu dalam pemeliharaan maupun penyesuaian diri), memelihara mental yaitu  terapi okupasi dipakai untuk memelihara dan mengembangkan potensi kecerdasan,intelektual, motivasi dan semangat pasien anak, dengan membuat persendian, otot, dan  kondisi tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestinya ,
ragam latihan terapi okupasi, seperti:
 latihan motorik kasar; berjalan bebas tanpa bantuan, latihan kebiasaan gerak; latihan kebiasaan berjalan digaris lurus, latihan mereaksi; latihan memanggil nama terapis, latihan keseimbangan; berjalan perlahan di papan titian ,
4. terapi snoezlen
terapi  snoezelen dikembangkan sejak tahun 1960 di amerika  lalu dikembangkan di belanda tahun 1975 ,oleh  jan hulsegge dan ad verheul. kata snoezlen  yaitu dari   bahasa  belanda, snuffelen (to sniff atau mencium) dan doezelen (to doze atau tidur sebentar), yang  bermakna nyaman dan rileks. terapi snoezlen merupakan aktvitas yang dirancang untuk  mempengaruhi sistem saraf pusat (ssp) melalui pemberian rangsangan yang cukup pada sistem  rangsangan primer pasien anak, seperti sistem rangsangans internal,pembau ,penglihatan, pendengaran, peraba, perasa lidah,
snoezelen mengajak  pasien anak untuk relaks, mengeksplorasi,  mengekspresikan dirinya , rangsangan  yang dihilangkan  akan
memicu perkembangan otak yang tidak normal. jika  ini dibiarkan, maka akan  terjadi ketidaknormalan otak dan gangguan tingkahlaku. fungsi terapi snoezlen bagi pasien anak autis:
sarana pemberian pengalaman rangsangan; pasien anak diberikan pengalaman berbagai jenis rangsangan,
 sarana terapi; pasien anak diarahkan pada satu aktivitas
 sarana leisure enviroment; snoezlen sebagai media bermain pasien anak
 sarana relaksasi; terapi snoezlen sebagai sarana relaksasi penderita gangguan mental, tujuan  terapi snoezlen, yaitu :
agar  pasien anak   meningkatkan hubungan erat antara pasien anak dan orang tua/terapis. agar  pasien anak   meningkatkan kemampuan pasien anak lebih jauh, secara langsung atau tidak, agar  pasien anak dapat menikmati permainan, aktivitas atau dirinya sendiri,  dapat rileks mental maupun fisiknya,agar  pasien anak meningkatkan kesadarannya,agar  pasien anak mampu berinisatif melakukan aktivitas.  agar pasien anak mampu melakukan aktivitas.
agar  pasien anak mendapat rasa percaya diri.
5.terapi tingkahlaku (applied behavioral analysis - ABA)
terapi tingkahlaku yang dikenal yaitu applied behavioral analysis yang diciptakan oleh o.ivar lovaas phd dari university of california los angeles (ucla) (1996). tingkahlaku yang berlebihan dikurangi dan tingkahlaku yang berkekurangan belum ada  ditambahkan, dalam terapi  berkonsentrasi penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif  setiap kali pasien anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. tidak ada hukuman
dalam terapi ini, akan namun bila pasien anak berespons negatif salah.
tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai  itu, berbentuk instruksi yang diberikan oleh pasien  kepada pasien anak autis. melalui gaya pengajarannya yang terstruktur, pasien anak autis kemudian memahami  tingkahlaku  apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi itu diberikan, dan tingkahlaku itu diharapkan cenderung terjadi lagi bila pasien anak memperoleh consequence
(konsekuensi tingkahlaku, atau kadang berbentuk imbalan) yang menyenangkan.
 tujuan penanganan ini terutama yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien anak terhadap aturan,
6.Terapi Bermain
terapi  bermain yaitu  kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. bagi pasien anak, bermain dapat mencapai  perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial,  pertumbuhan dan perkembangan fisik pasien anak   dapat  dilihat saat bermain,
melatih kekuatan, keseimbangan , melatih motoriknya, latihan pengembangan fungsi  mata, telinga, otot, seperti dokter-dokteran,  latihan permainan mendaki, naik turun tangga, melukis jari,bermain di bak pasir,membuat menara  dari balok, mendorong bola,memasang-bongkar puzzle, mewarnai gambar,  berjalan pada tali, menendang bola, melempar bola,
7. terapi rangsangan integrasi
Terapi rangsangan integrasi merupakan teori yang dikembangkan DR.Ayres
(1995) yang  menjelaskan proses biologis pada otak untuk mengolah dan memakai berbagai informasi  dengan baik  sesuai situasi. Input rangsangan bermacam-macam, bisa dirasa dengan rabaan,  didengar, dilihat dan dicium. Jika rangsangan  nya tidak bekerja dengan baik maka pasien anak kurang atau
tidak mampu menerima input rangsangan  dengan baik, sehingga akan timbul gangguan ASD, Dalam terapi diusahakan pasien anak memberi
reaksi yang baik terhadap perangsangan. Saat terapi, pasien anak diharapkan berperan aktif agar muncul  perubahan positif,  terapis akan mengarahkan kegiatan yang dapat memberikan tantangan secara bertahap,
Banyak pasien anak memperlihatkan perkembangan kemampuan berbahasa setelah  menjalani terapi ini,
8. Terapi Wicara
 semua pasien anak dengan autisme memiliki kesulitan dalam bicara dan berbahasa,  banyak  pasien autistic yang non-verbal atau  kemampuan bicaranya sangat kurang, untuk berkomunikasi berinteraksi dengan orang lain. 9.Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)   sebagai terapi perkembangan,  pasien anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat  perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya,
10. Terapi Visual
 pasien autistik lebih mudah belajar dengan melihat , kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar, contohnya dengan metode PECS (Picture Exchange Communication System), video games dan kartu bergambar bisa  dipakai untuk mengembangkan   komunikasi,





6. ADHD

adhd yaitu attention deficit hyperactivity disorder   berarti gangguan pemusatan perhatian ditambah hiperaktif.
adhd = kurang pemusatan perhatian + impulsivitas + hiperaktivitas,
pasien dapat disebut   adhd jika  kurang perhatian (inattention) atau
hiperaktifitas, impulsif, atau keduanya,  ini terjadi selama masa masa paling tidak enam bulan, yang  mengakibatkan  pertumbuhan  pasien itu menjadi tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan usia ,
 pemicu adhd secara pasti  yaitu  kerusakan pada otak, keracunan, komplikasi pada saat melahirkan, alergi terhadap gula dan beberapa jenis makanan, dan
meskipun teori ini ada benarnya, namun banyak kasus adhd yang tidak cocok dengan  pemicu itu,
 adhd  memang  ada hubungannya dengan genetika  seorang pasien anak ,namun  bukan   berarti jika salah seorang orang tua  kakek neneknya menderita adhd, maka pasien anak juga akan menderita adhd. juga tidak berarti jika pasien anak menderita adhd karena salah satu orang tua atau nenekmoyangnya  ada  yang menderita adhd,
hyperactive bukan merupakan penyakit namun suatu gejala atau symptoms.
 pasien anak- pasien anak yang menderita adhd seringkali  kesulitan dalam  memahami instruksi, mengingat tugas,  mengingat  hafalan, banyaknya pasien anak adhd yang mengalami  kesulitan dalam menyelesaikan sekolah karena sulit memusatkan perhatian.ketidakmampuan dalam  penyesuaian diri dalam bergaul  , orang yang menderita adhd selain mengalami kesulitan belajar, juga
seringkali bersikap menentang , berkelakuan menyimpang. kondisi-kondisi seperti ini membuat  pasien adhd mengalami kesulitan dalam bergaul.
 pasien adhd memperlihatkan tingkahlaku-tingkahlaku yang negatif dalam
kesehariannya yang tidak mampu dikendali, yaitu: tidak berpikir panjang,membuat ramai keributan kegaduhan dikelas , menarik diri dari kelompok, sering bertingkahlaku tanpa perasaan, tidak mau  menunggu giliran,menuntut, turut campur dengan orang lain, mudah  frustrasi, kurang mengendalikan diri, tidak tenang,  gelisah, lebih banyak berbicara, suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendirian, mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan, mudah bingung,  lebih mementingkan diri sendiri, mudah cemas, kasar, tidak peka, tidak dewasa, mudah  depresi tertekan ,iri hati, harga diri rendah, keras kepala,  memiliki gangguan dalam memperhatikan  dan  tidak mampu  melakukan apa yang diinstruksikan , tidak mampu  menyelesaikan
tugas, tidak mampu berhubungan dengan pasien anak lain, atau tidak mampu duduk tenang.  seringkali membuat masalah di rumah, dijuluki sebagai pasien anak nakal di sekolah,  gerakan yang kacau, cepat lupa, mudah binggung, kesulitan dalam mencurahkan  perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan belajar, kesulitan bermain dengan tenang, mengganggu pasien anak lain, selalu bergerak,
pasien dapat digolongkan sebagai inattention, hiperaktifitas, dan
impulsif jika  memenuhi minimal 4 kriteria ,antaralain:
1. impulsif, dengan ciri:
suka memukul, memperlihatkan ketidaksukaan dengan menyerang secara fisik,
 sering memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot
 seringkali memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai.
 mengalami masalah dalam menunggu giliran
2.Inattention,
 sering tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara,mudah terpecah konsentrasinya, pelupa, sulit mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas , tidak teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan atau kegiatan  lainnya.  cenderung tidak mengikuti instruksi dalam menyelesaikan tugas sekolah , tidak menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukan kemampuan mental dan konsentrasi yang panjang.
3. hiperaktifitas, dengan ciri:
kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang dan  relaksasi, berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
mendadak tiba tiba  berlari, melompat lompat memanjat tidak pada tempatnya pada usia dewasa, lebih ditunjukkan dengan sikap gelisah tanpa sebab alasan yang jelas , tidak dapat duduk dengan tenang, sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas, cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks,banyak bicara ,
jenis ADHD ,antaralain :
1. tipe pasien anak yang hiperaktif dan impulsif.pasien anak ADHD tipe ini memperlihatkan gejala yang sangat  hiperaktif dan impulsif, tipe ini seringkali ditemukan pada pasien anak- pasien anak kecil,
2. tipe gabungan. pasien anak ADHD sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan  impulsif. kebanyakan pasien anak-pasien anak termasuk tipe seperti ini.
3. tipe pasien anak yang tidak bisa memusatkan perhatian. pasien anak ADHD ini sangat mudah terganggu perhatiannya, namun tidak hiperaktif atau impulsif. para pasien tidak memperlihatkan gejala hiperaktif. tipe ini  kebanyakan  hanya ada pada pasien anak perempuan. pasien anak ADHD seringkali  cuma hanya sekedar   melamun dan   seperti sedang berada  melayang terbang  di awang-awang ,
 gejala tanda isyarat akan adanya  kemunculan gejala adhd, yaitu:
gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan  tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya,gejala hiperaktivitas, impulsifitas atau kurang perhatian yang memicu gangguan, muncul  sebelum pasien anak  berusia 7 tahun.
ada gangguan yang secara klinis signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
 kriteria ADHD ,antaralain :
-. hiperaktivitas dan impulsifitas
bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan, hiperaktif,  cirinya :
resah ,cemas , gelisah dengan tangan atau kaki para pasien, dan sering menggeliat di kursi.  meninggalkan tempat duduk  tanpa ada alasan jelas tanpa ada sebab jelas di dalam kelas atau dalam situasi lainnya di mana diharapkan agar  pasien anak tetap duduk,mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang. tanpa ada alasan jelas tanpa ada sebab jelas  tiba tiba mendadak  bergerak  gerak sendiri  atau berbuat seolah-olah dikendalikan oleh motor. tanpa ada alasan jelas tanpa ada sebab jelas  tiba tiba mendadak , sering berbicara berlebih,cerewet,banyak omong ,marah marah
tanpa ada alasan jelas tanpa ada sebab jelas  tiba tiba mendadak  senang berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat dan tidak pantas
impulsifitas, dengan ciri:
senang mengintrupsi atau mengganggu orang lain, contohnya memotong pembicaraan , seringkali memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
 mengalami kesulitan menanti giliran. ,
- kurang perhatian
 berlangsung selama paling sedikit 6  bulan sampai suatu tingkatan yang
maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. ciri yang tampak, yaitu:  tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung
 mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain. tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, bingung  mudah terganggu oleh stimulus dari luar , ,cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari,
 sering gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan ,yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya, bukan disebabkan karena tingkahlaku melawan atau kegagalan dalam mengerti intruksi,
campurtangan diberikan pada pasien anak adhd sebagai pilihan lain bantuan ,
dalam memberikan perhatian kepada pasien anak yang mengalami adhd,
 penanganan pasien anak adhd banyak jenisnya,  bergantung pada
pandangan pelaksana terhadap perkembangan pasien anak.penanganan belajar pasien anak adhd bergantung pada  masalah yang dihadapi pasien anak. teknik yang bisa dipakai dalam menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak  dikehendaki yaitu bisa melalui  teknik penelitian A-B-C, yaitu bahwa  kebanyakan tingkah laku dipengaruhi oleh kejadian yang mendahuluinya atau antecedent (A), tingkah  laku yang terbentuk atau behavior (B), dan akan mengakibatkan suatu konsekuensi (C). untuk memperoleh informasi mengenai A-B-C tentang pasien anak, dapat diperoleh melalui wawancara  dengan orang tua, mengamati, dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi terutama pada tingkah laku  yang tidak dikehendaki. selanjutnya tingkah laku itu dipelajari bentuknya, kapan terjadinya, dalam  situasi bagaimana, mengapa bisa bertingkahlaku seperti itu, dan akibat yang biasa ditimbulkan.
 contoh tingkahlaku  tidak bisa duduk diam  dan mengganggu temannya. maka dalam hal ini cari alasan mengapa pasien anak melakukan hal demikian,
contohnya karena pasien anak itu   tidak menyukai  pelajarannya ,memerlukan perhatian atau merasa bosan , maka  bisa dilakukan memberikan perhatian, mengubah kegiatan, atau menemani pasien anak belajar,
 teknik lain yang bisa diberikan, yaitu ,antaralain :
 satiasi. satiasi berusaha menghilangkan alasan yang menghasilkan tingkah laku yang tidak  dikehendaki, misalkan dengan memberikan perhatian sebelum pasien anak menuntut perhatian, atau bisa  juga dengan melebihkan layanan dibandingkan yang  diinginkan,
ekstingsi. teknik ini berasumsi bahwa tanpa penguatan maka suatu respon akan menurun atau menghilang,
 pemberian hukuman. hukuman yaitu hal terakhir yang  diterapkan,   jika teknik sebelumnya sudah tidak  berhasil.  hukuman dipakai jika tidak ingin membiarkan suatu tingkah laku berlanjut,  hukuman dilakukan jika prosedur lain tidak berhasil, sebaiknya diberikan hukuman ringan yang terbukti efektif untuk tingkah laku tertentu,  jangan melakukan hukuman dalam keadaan marah.
 time out. teknik hukuman ini dilakukan dengan cara pasien anak dipindahkan dari tempat itu ke tempat lain,





7.ANXIETY   KECEMASAN

kecemasan melibatkan anggapan tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, kecemasan  dipengaruhi oleh faktor  biologis, psikologis, dan genetis. simtom-simtom yang ditunjukkan berbeda-beda pada setiap orang
 proses terjadinya kecemasan melibatkan tiga  aspek yaitu aspek perasaan takut,aspek kognisi (anggapan)  dan  aspek  reaksi fisiologis (kesiapan melakukan aksi), ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain,
kecemasan yaitu rasa takut  atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat memicu kegelisahan karena  adanya ketidakpastian dimasa mendatang dan ketakutan bahwa sesuatu yang buruk  akan terjadi. tiga pendekatan campurtangan telah berhasil menyelesaikan kecemasan dan ketakutan pada pasien anak-pasien anak:
dartitisasi, pemodelan, dan pelatihan pengendalian diri. beberapa pasien anak merespon saat metode ini  dimasukkan ke dalam lingkungan sekolah para pasien, namun yang lain memerlukan campurtangan yang lebih  intensif yang mencakup sekolah dan lingkungan,namun kadang rasa  cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan  menghambat fungsi pasien dalam kehidupannya,maka perlu diselidiki apa penyebabnya,
 membagi ciri-ciri  kecemasan menjadi  dua aspek gejala kecemasan yaitu gejala fisiologis  dan  gejala psikologis ,
gejala fisiologis seperti  :  gejala yang menyangkut kondisi badan atau tubuh pasien yang cemas, terutama yang menyangkut fungsi sistem syaraf yang ditunjukkan dari ekspresinya seperti gemetar, pucat, kekakuan leher atau punggung, tangan terasa dingin, sakit perut atau mual, sering buang air kecil,  diare,nafas pendek, jantung berdebar-debar, suara bergetar, jari-jari terasa dingin, lemas, sulit menelan, kepala pusing, menggigit kuku, aktivitas kelenjar adrenalin, tidak dapat tidur, perut mual, keringat berlebihan, telapak tangan berkeringat,
terasa akan pingsan, perasaan kering di mulut atau tenggorokan, sulit bicara,
gejala psikologis seperti  gejala yang terkait dengan kondisi emosi dan pikiran pasien yang  mengalami kecemasan seperti  takut kehilangan kendali, takut tidak bisa menghadapi permasalahan, berpikir hal  tertentu berulang-ulang, ingin melarikan diri, bingung, kesulitan berkonsentrasi, tingkahlaku dependen, merasa tidak mudah menghadapi sesuatu yang buruk yang akan terjadi,  kepekaan yang tajam dengan sensasi tubuh, terancam dengan orang atau keadaan yang secara normal  tidak diperhatikan,khawatir ,takut  yang tidak terkendali, merasa tertekan, terus menerus mengeluh tentang perasaan takut terhadap masa depan, percaya sesuatu yang menakutkan akan terjadi dengan sebab yang tidak jelas, tingkahlaku agitatif ,
 jenis gangguan kecemasan pada pasien anak ,antaralain :
1. social anxiety disorder, gangguan kecemasan social memiliki sifat : pemalu, terlihat pendiam, atau  menarik diri saat bertemu orang-orang atau situasi baru/asing. tingkahlaku lain yang ditunjukkan yaitu
kegelisahan (seperti wajah memerah, menunduk, atau mencari kesibukan untuk diri). banyak pasien anak pasien anak   memperlihatkan gejala emosional yang intensif seperti rasa takut berlebihan, dengan ciri  fisik banyak berkeringat dan gemetar,
pasien anak-pasien anak dengan gangguan kecemasan ini  memiliki ketakutan terus-menerus dan berlebihan dari  situasi sosial, pengawasan interpersonal, takut malu atau mendapat penghinaan,mungkin tampak sangat pemalu dan melekat pada orang yang dekat. pasien anak dengan gangguan ini
memperlihatkan tingkahlaku menangis atau membuat ulah.
 pasien anak dengan fobi asosial memiliki hubungan sebaya  yang buruk, ditolak oleh teman-teman, memiliki persahabatan berkualitas  sedikit, dan memiliki resiko lebih tinggi terhadap viktimisasi,
2. Panic Disorder ,rasa takut bahwa sesuatu yang  buruk akan terjadi. sayangnya, banyak pasien anak-pasien anak  menghubungkannya dengan rangsangan eksternal, dan gangguan ini jarang teridentifikasi pada pasien anak ,
pasien anak-pasien anak yang memiliki gangguan panik mengalami serangan panik tiba-tiba dan berulang atau masa masa  intens, ketakutan yang luar biasa. pasien mengalami serangan panik dengan gejala: merasa lemas dan pusing,  mual jantung berdebar.debar,
3. gangguan kecemasan akan perpisahan  dapat terjadi sebelum usia 6 tahun. seperti namanya,  seorang pasien anak memiliki gangguan kecemasan pemisahan  saat dia mengalami kecemasan yang  berlebihan saat berpisah dari rumah  atau dari orang-orang terdekat dengan pasien anak. seorang pasien anak dengan gangguan kecemasan akan perpisahan memiliki ketakutan yang luar biasa bahwa sesuatu saat  akan terjadi pada  orang tuanya,pasien anak-pasien anak dengan gangguan kecemasan perpisahan biasa  menangis, sering menelepon ke rumah untuk mengetahui keadaan orangtua para pasien, menolak untuk
tidur sendirian, atau menolak untuk meninggalkan rumah. beberapa mungkin menolak untuk pergi ke  sekolah karena  khawatir  bahwasesuatu akan terjadi  sementara dirinya berada jauh dari rumah. beberapa
teknik campurtangan, yaitu  shapping,dartitisasi sistematis, pemodelan, dipakai untuk mengobati  gangguan kecemasan perpisahan,
 modelling  yaitu   seorang konselor atau  terapis akan mencontoh situasi cemas dan memperlihatkan  pada pasien anak strategi untuk mengatasi situasi untuk  dicontoh oleh pasien anak. shapping melibatkan mengambil langkah-langkah bertahap untuk menghilangkan .kecemasan. contohnya, jika tujuan untuk pasien anak bersekolah tanpa takut berada jauh dari rumah, langkah
pertama mungkin membawa pasien anak ke perpustakaan biasanya untuk waktu yang singkat. langkah selanjutnya  masuk sekolah  selama setengah hari. langkah terakhir yaitu bersekolah sepanjang hari.
dartitisasi sistematis  melibatkan kegiatan pemisahan pasien anak dari orangtua, dengan menempatkan pasien anak menjauh dari orangtua
satu langkah demi satu langkah, secara bertahap, dan pasien anak bermain di luar  rumah dengan seorang teman , belajar latihan relaksasi otot, menetapkan hirarki ketakutan-termasuk rangsangan,  memasangkan keadaan relaksasi dengan masing-masing stimuli pada hirarki.
4. generalized anxiety disorder  gangguan kecemasan  melibatkan  khawatir kecemasan yang berlebihan tanpa disebabkan oleh  peristiwa atau kegiatan baru  khusus,kekhawatiran yang ditambah dengan gejala fisik  kelelahan, mudah marah, dan kesulitan tidur.
kesulitan berkonsentrasi, sakit kepala, ketegangan otot, nyeri otot,
pasien anak-pasien anak  dengan gangguan kecemasan ini  biasanya sering khawatir tentang kinerja sekolah atau  kompetensi dalam acara olahraga secara berlebihan. para pasien mungkin terlalu gigih dalam mencari  prestasi,
salah satu campurtangan yang  terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan
yaitu teknik relaksasi,  ketegangan merupakan  kontraksi serabut otot skeletal, sedangkan relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot itu,
pada waktu  mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja yaitu sistem syaraf  simpatis, sedangkan pada waktu rileks yang bekerja yaitu sistem syaraf parasimpatis. relaksasi  berusaha mengaktifkan kerja syaraf parasimpatis







8.TUNALARAS


tunalaras yaitu   pasien anak yang mengalami masalah sosial interpersonal
dan intrapersonal ekstrim, tunalaras  memiliki  istilah itu antara lain: seriously behaviorally disabled,emotionally handicapped, emotionally inpaired,emotionally handicapped, atau behavioral disorder emotionally conflited, behaviorally impaired, socially,
  tunalaras memiliki ciri ciri ,antaralain :
disebut gangguan karena berkarakter  kronis, tidak  mudah hilang begitu saja,
 tingkah laku yang muncul merupakan suatu tindakan tidak sesuai  sosial dan budaya yang ekstrem,  bukanlah suatu tindakan  yang  biasa dilakukan,, namun masih dapat dididik  sehingga dapat bertingkahlaku wajar, dapat dilatih di  sekolah luar biasa, atau institusi berasrama khusus ,ketidakmampuan untuk membangun memelihara hubungan baik yang memuaskan dengan oranglain,
 ketidakmampuan untuk belajar, namun tidak memperlihatkan adanya gangguan intelektual, rangsangan  atau faktor kesehatan,
perasaan tidak bahagia atau tertekan,  tampak pada pasien anak yang terkena schizophrenia/autistic,  pasien anak  memiliki  kelainan emosi dan tingkahlaku  menderita , kelainan tingkahlaku  dan mengalami masalah intrapersonal secara ekstrim, sehingga pasien anak mengalami kesulitan dalam  menyelaraskan tingkahlakunya dengan norma , pasien anak yang memiliki tingkah laku yang menyimpang, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran  terhadap peraturan dan norma-norma sosial ,mudah terpengaruh ,
 kepribadian
  tampil.di pergaulan  kesedihan yang mendalam, merasa rendah diri, cemas, pemalas, depresi,  perhatian terbatas, senang melamun, berkhayal, tidak dewasa dalam sikap pasif, kaku dalam bergaul, cepat bingung,
inteligensi dan prestasi
 bahwa rata-rata pasien anak   tunalaras    memiliki  tingkat inteligensi pada tingkat dull normal range (skor IQ berkisar pada angka 90), dan hanya sedikit
yang memiliki tingkat inteligensi di atas rata-rata,memiliki gangguan emosional , tidak berprestasi disekolahnya, berada pada kategori slow learner , ketidakmampuan intelektual ringan ,
 sosial
bahwa rata-rata pasien anak   tunalaras     memiliki gangguan emosional dan tingkah laku ditolak oleh lingkungannya. hubungan  antara gangguan emosional dan tingkah laku dengan gangguan komunikasi cukup jelas, memiliki kesulitan yang besar dalam memahami dan  memakai bahasa dalam lingkungan sosialnya,tingkah laku yang tidak terarah ,bertingkahlaku kurang ajar ,tidak patuh, perkelahian, senang memerintah, perusakan, pengucapan kata-kata kotor  dan tidak senonoh, terlibat pelanggaran sosial  terlibat dalam aktivitas geng, mencuri, membolos
klasifikasi tunalaras ,antaralain :
1. klasifikasi dimensional
klasifikasi dimensional yaitu tingkah laku yang  dipakai untuk menggambarkan bentuk  gangguan merupakan tingkah laku khas yang sering dilihat dalam situasi kelas, pendidik   memakai tingkah laku itu sebagai bukti adanya masalah,   ada   gejala tingkahlaku  menyimpang yang dapat muncul di dalam kelas, yaitu:
reaksi yang tidak sesuai,melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri dari lingkungan sosial, mengganggu di kelas,tidak sabar atau terlalu cepat bereaksi,tidak menghargai, menentang,  melawan,menyalahkan orang lain,kecemasan terhadap prestasi sekolah,dependen pada orang lain, kurang  pemahaman,
klasifikasi berdasarkan jenis dan penyimpangannya , yaitu:
a. berdasarkan jenis
 dilihat dari aspek kepribadian,  ada pasien anak tunalaras  yang mengalami kelainan dalam perkembangan emosi,
 dilihat dari aspek kesehatan jiwa: ada pasien anak tunalaras psikopat ,
b. berdasar derajat penyimpangan
 pasien anak tunalaras taraf ringan: memperlihatkan penyimpangan emosi dan penyesuaian masih dalam  taraf permulaan dan ringan,  pada taraf ini
pasien anak masih berada dalam lingkungan keluarga dan sekolah biasa, pasien anak memerlukan usaha  bimbingan contoh tidak mau mengikuti upacara,membolos sekolah, malas mengerjakan PR,
 pasien anak tunalaras taraf sedang:  pasien anak memerlukan pelayanan tersendiri dalam  belajarnya. pasien anak  ada yang harus masuk asrama
untuk keperluan penyembuhan. namun dalam kegiatan belajarnya harus dipisah dengan pasien anak  normal.contoh  mencuri di sekolah dan di luar sekolah, merusak fasilitas .
 pasien anak tunalaras taraf berat: memperlihatkan pelanggaran hukum karena mengganggu ketertiban  warga dan disebut delinkuensi,  sudah terlibat narkotika dan  tindakan kriminal,mengharuskan pasien anak dipisahkan dengan keluarga dan sekolah,
tunalaras emosi dan tunalaras sosial
pasien anak yang digolongkan memiliki kelainan emosi yaitu pasien anak yang mengalami kesulitan menyesuaikan  tingkahlakunya dengan lingkungan sosial, karena adanya tekanan dari dalam oleh adanya hal-hal yang .berkarakter neurotis dan psikotis,  kecemasan  yang mendalam, kelainan emosi dalam konteks yang lebih besar ,
macam-macam gejala hambatan emosi, antara lain:
takut: reaksi kurang senang terhadap sesuatu,iri hati: selalu merasa kurang senang bila orang lain memperoleh keuntungan dan kebahagiaan,
 gugup: rasa cemas yang tampak dalam perbuatan-perbuatan aneh
 gentar: tidak takut terhadap suatu ancaman  
 perusak: benda-benda di sekitarnya menjadi hancur dan tidak berfungsi,
 malu: sikap yang kurang matang dalam menghadapi  kehidupan,
pada pasien anak dengan kelainan emosi, ekspresinya  berbentuk:
kelemahan seluruh jasmani dan rohani yang ditambah dengan berbagai keluhan sakit pada beberapa  bagian badannya. kondisi ini terjadi akibat konflik batin atau tekanan emosi ,
 kecemasan mendalam namun kabur dan tidak menentu arah kecemasan yang dituju. kondisi ini  dipakai sebagai alat untuk mempertahankan diri melalui represi,
pasien anak yang digolongkan kelainan penyesuaian tingkahlaku sebagai bentuk kelainan penyesuaian  sosial yaitu pasien anak yang memiliki tingkah laku yang tidak sesuai dengan adat yang berlaku di  lingkungan. bentuk kelainan penyesuaian ini yaitu delinkuen. delinkuen hanya diberikan jika pasien anak  terlibat dalam  pelanggaran hukum.
emosi dari penderita tunalaras tidak selalu memperlihatkan tingkah laku seperti yang terjadi pada  tunalaras sosial,   sepanjang tingkah laku itu tidak menimbulkan konflik terhadap kehidupan  orang lain
 gejala yang merupakan tantangan balas dendam karena adanya perlakuan yang kasar,  ini  terjadi akibat perlakuan kasar yang diterima sehingga ia juga akan berlaku kasar terhadap orang lain  sebagai balas dendam untuk kepuasan dirinya,
 beberapa hal yang dapat dipakai untuk menentukan intensitas berat ringannya
ketunalarasan, antaralain:
mudah sulitnya dipengaruhi untuk bertingkah laku baik. para pendidik atau orangtua dapat .mengetahui seberapa jauh tingkat penyimpangan melalui cara yang dipakai untuk memperbaiki pasien anak,
tunggal atau gandanya ketunaan yang dialami. jika pasien anak tunalaras memiliki ketunaan lain, iatermasuk dalam kategori berat dalam pembinaannya.,
besar kecilnya gangguan emosi,  semakin dalam perasaan negatif yang ada pada pasien anak, semakin berat penyimpangan pasien anak.
tempat dan situasi pelanggaran atau kenakalan dilakukan. pasien anak yang berani berbuat kenakalan di  rumah, di sekolah atau di warga sudah memperlihatkan tingkat kenakalan ,
berat ringannya kejahatan yang dilakukan. dengan pertimbangan peraturan hukum pidana dapat  diketahui berat ringannya pelanggaran, termasuk sanksi hukumnya,
 frekuensi tindakan. semakin sering dan tidak memperlihatkan penyesalan dalam melakukan perbuatan  tidak baik, semakin dianggap berat penyimpangannya,
 kesulitan penyesuaian sosial dapat digolongkan, sebagai berikut:
1. pasien anak yang menutup diri berlebihan yaitu pasien anak yang tidak dapat
menyesuaikan diri karena neurosis, over sensitive, sangat pemalu, menarik diri dari pergaulan, mudah tertekan, rendah diri,  tidak tersusun secara eksplisit sebab batas antara jenjang yang satu dengan yang lain sangat tipis dan
samar,
2. pasien anak agresif yang sukar bergaul  yaitu pasien anak yang sama sekali tidak dapat menyesuaikan diri, baik di lingkungan rumah, sekolah,  Sikap pasien anak ini ditunjukkan dalam  bentuk memusuhi otoritas .guru, orangtua,  suka balas dendam, berkelahi,
3. pasien anak agresif yang mampu bergaul  yaitu pasien anak yang kurang mampu menyesuaikan diri di lingkungan rumah, sekolah, ataupun warga,  namun para pasien masih memiliki bentuk penyesuaian diri yang khusus, yaitu dengan teman sebaya yang senasib , Sikap pasien anak tipe ini  ditunjukkan dalam bentuk agresivitas, memusuhi otoritas, kejahatan pengeroyokan,
 beberapa cara untuk menetapkan tunalaras,antaralain :
1. Psikotes
psikotes dilakukan untuk mengetahui kematangan sosial dan gangguan emosi.  alat tes lain yaitu :
tes proyektif yang memiliki beberapa jenis, yaitu:
- tes gambar orang (draw a person). dalam tes ini, persoalan-persoalan emosi nampak dari gambar  orang yang harus dibuat oleh pasien anak.
 dispert fable tes. tes ini memberikan gambaran mengenai  ketergantungan kepada orangtua, ungkapan protes terhadap lingkungan, iri hati, rasa dosa, rasa cemas, tanggapan .terhadap diri sendiri,
-psikotes dan tes kepribadian melalui tes proyektif dilakukan  oleh psikolog dan dilakukan tindak lanjut melalui kerjasama dengan psikiater, konselor , terapis. pemeriksaan dan terapi  komprehensif  dilakukan di bawah lembaga  seperti biro konsultasi psikologi ,tempat praktek pasien,fakultas psikologi, fakultas kedokteran, lembaga kesehatan jiwa, balai bimbingan dan penyuluhan,
- tes rorshach. tes ini memberikan gambaran mengenai keseluruhan kepribadian, kelainan, dan perlunya psikoterapi. gambaran ini diartikan dari reaksi pasien anak terhadap gambar-gambar yang  terbuat dari tetesan tinta.
- Thematic Apperception Test (TAT). Tes ini memperlihatkan berbagai situasi-emosi dalam bentuk  gambar-gambar. Gambaran kepribadian Nampak dari tafsiran pasien anak mengenai situasi emosi itu.
2. Sosiometri
sosiometri yaitu alat tes yang dipakai untuk mengetahui suka atau tidaknya pasien. caranya ialah  tanyakan kepada para anggota kelompoknya yang para pasien sukai. setiap anggota hendaknya memilih  menurut pilihannya sendiri. dari jawaban itu akan diketahui orang lain yang disukai oleh para anggota.
yang perlu diketahui bahwa hasil-hasil sosiometri yaitu hasil sementara ,
pasien anak yang terpencil dari suatu kelompok warga belum tentu pasien anak yang tunalaras, bahkan mungkin  tidak terpencil lagi dalam sosiometri berikutnya, sosiometri dapat dipakai bersamamsama dengan cara yang lain.
3. membandingkan dengan tingkah laku pasien anak pada umurnya
keadaan tunalaras dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku pasien anak dengan tingkah laku  pasien anak lain yang seumur. pasien anak yang  jahat dapat diketahui jahatnya oleh warga.  warga memiliki ketentuan ketentuan untuk menetapkan jahat dan tidaknya atau serasi dan tidaknya tingkah laku yang bersangkutan,
pasien anak tunalaras biasanya memiliki ciri adanya gangguan emosi dan gangguan sosial, bisa dikarenakan  penyesuaian yang salah,  gejala  tandanya ,yaitu : sangat tergantung pada orang lain.
 menangis, kecewa, berdusta, menipu, mencuri, menyakiti hati,
segan bergaul, terasing, suka melarikan diri dari tanggung jawab
 hubungan antar keluarga, teman sepermainan, teman sekolah, ditanggapi dengan tidak  menyenangkan,sebaliknya, sangat ingin dipuji,
penakut dan kurang percaya pada diri sendiri, tidak memiliki inisiatif dan tanggung jawab, kurang keberanian, agresif terhadap diri sendiri, curiga, acuh tak acuh, banyak mengkhayal.   memperlihatkan  gugup contohnya menggigit kuku dan komat-kamit.
ciri  anak tunalaras dengan harga diri yang rendah , sebagai berikut:
 selalu ingin sempurna, tidak puas dengan apa yang telah diperbuat
 segan melakukan hal-hal baru atau hal yang dapat memperlihatkan kekurangannya,takut tampil di muka biasanya, takut  bicara, terlalu mempersoalkan kekurangan diri, sering minta maaf,  berkeluh kesah.
 sikap introvert, lebih banyak mengarahkan perhatian kepada diri sendiri.
ciri  anak tunalaras dengan harga diri yang tersembunyi, antara lain:
sering merasa tidak enak badan,bicara lantang, merendahkan orang lain,
 bernada murung jika berbicara, cepat merasa tersinggung,
suka melakukan perbuatan jahat, berpura-pura lebih dari orang lain,suka menonjolkan diri,
 beberapa istilah lain yang memperlihatkan gejala  yang   muncul pada
tunalaras, antara lain:
 obsessional neurosis: cepat menuduh, banyak dalih, menutup diri, kaku berjalan. sebagai wujud dari  pernyataan dari hati yang sangat sensitif dan takut diserang.
 conversion hysteria: memiliki gangguan pada fungsi beberapa anggota tubuh, gangguan itu  lahir dari usaha yang lama dalam menekan hasrat-hasrat yang sifatnya naluriah.
 anxiety hysteria: merasa takut pada sesuatu atau pada pasien tanpa alasan yang dapat diterima, perasaan ini lahir dari usaha menekan hasrat-hasrat yang sifatnya naluriah.
 sexual perversion: suka menikmati seksual secara tidak wajar, seperti melakukan  hubungan dengan teman sejenis,mengintip,
 character neuroses: perubahan tingkah laku yang lahir dari konflik batin yang tidak mendapat penyelesaian,

 beberapa pendekatan yang bisa dilakukan dalam usaha mengatasi permasalahan pasien anak tunalaras,,antara lain :
pendekatan pendidikan
program pengajaran yang tertata rapi dengan harapan-harapan jelas, dan rancangan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran yang jelas
 dapat meningkatkan prestasi siswa tunalaras.
pendekatan ekologi
pendekatan ini diberkonsentrasikan pada pengaruh interaksi lingkungan terhadap pasien anak,  mengutamakan usaha kolaborasi antar keluarga, sekolah, teman, maupun lingkungan warga,
 pendekatan biomedis
 memandang dan memperlakukan pasien anak tunalaras dari sudut pandang ilmu  kedokteran,  ditekankan pada obat dan  medis. orangtua dan
guru dapat berkolaborasi dengan ahli medis atau dokter atau psikiater guna melakukan treatment  pengobatan  kepada pasien anak sehingga siswa mendapat penanganan medis,untuk siswa tunalaras yang mengalami cedera neurologis,
pendekatan psikodinamik
 menitikberatkan pada segi psikologis pasien anak, untuk  mengatasi kelainan emosi,  pemicu-pemicu hambatan  para ahli yang melakukan pendekatan
ini yaitu konselor, psikolog, psikiater,  memakai pendekatan psikodinamik.
pendekatan tingkahlaku
 usaha untuk mengubah tingkahlaku , menghilangkan tingkahlaku yang menjadi
hambatan dan menggantinya dengan tingkahlaku yang lebih layak ,
 

1. perkembangan kemampuan dasar tunalaras
pasien anak tunalaras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan pasien anak-pasien anak lainnya . prestasi yang  rendah di sekolah disebabkan para pasien kehilangan minat dan konsentrasi belajar karena masalah gangguan  emosi yang para pasien alami. ,ketidakmampuan pasien anak untuk bersaing dengan teman-temannya dalam belajar  memicu  pasien anak  kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri sehingga pasien anak  membolos, lari dari rumah, berkelahi, mengacau dalam kelas.
2. perkembangan sosial tunalaras
 pasien anak tunalaras dapat menjalin  hubungan sosial yang sangat erat dengan teman-temannya. para pasien mampu membentuk suatu kelompok
yang kompak dan akrab dan membangun keterikatan antara yang satu dengan yang lainnya, perbedaan yang ada yaitu, pasien anak tunalaras memiliki penghayatan yang keliru, baik tehadap dirinya  sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya. para pasien menganggap dirinya tidak  berguna bagi orang lain  dan merasa tidak berperasaan, sehingga timbul perasaan kesulitan bila akan menjalin hubungan  dengan lingkungan,
3. perkembangan kepribadian tunalaras
tidak ada  pasien yang memiliki kepribadian sama, kepribadian akan mewarnai peranan dan kedudukan pasien dalam berbagai kelompok. kepribadian akan menjadi pemicu pasien bertingkahlaku menyimpang, interaksi ini sebagai usaha bentuk pemenuhan kebutuhan pasien,  sejak lahir setiap pasien sudah dibekali dengan berbagai kebutuhan dasar yang menuntut  pemenuhan kebutuhan, dan untuk itu setiap pasien senantiasa berusaha memenuhinya yang diwujudkan  di berbagai lingkungannya. konflik psikis  terjadi bila terjadi benturan antara usaha pemenuhan  kebutuhan dengan norma sosial. kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan  menjadikan stabilitas emosi terganggu, mendorong terjadinya tingkahlaku menyimpang, dapat menimbulkan frustrasi pada diri  pasien, dan menimbulkan gangguan seperti pada pasien anak atau remaja tunalaras,

 beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya tunalaras, antara lain:
1. faktor sekolah
beberapa sikap pihak sekolah yang tidak mendukung  perkembangan positif pada pasien anak, antara lain :
inkonsistensi pelaksanaan disiplin dan tata tertib , disiplin dan tata tertib yang terlalu kaku ,perlakuan guru yang tidak adil terhadap siswa , tuntutan yang terlalu berlebihan terhadap prestasi pasien anak , kepribadian guru yang negative ,
2. faktor biologis
tingkahlaku, dan emosi dipengaruhi oleh faktor genetik, neurologis, ataupun
kerusakan otak sebagai  faktor predisposisi bagi pasien anak untuk mengembangkan  gangguan emosional dan tingkah laku,
biokemikal, , ada hubungan antara  tubuh dan tingkah laku sehingga ada keterkaitan faktor sebab-sebab biologis  dengan timbulnya gangguan empsional dan tingkah laku. penyakit,  malnutrisi ,
pasien anak yang memilki cacat mental atau berinteligensi rendah maupun yang  mengalami kerusakan otak merupakan sebab yang cukup berarti, karena pasien anak itu  tidak mampu meramalkan kemungkinan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan atau  para pasien tidak dapat mengerti dengan baik apa yang sedang dilakukan.
3. faktor keluarga
 keluarga yang turut  mempengaruhi ,antara lain :
orangtua dan anggota keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien anak, orangtua atau orang dewasa menjadi model negatif bagi pasien anak,
 keterlibatan pihak ke tiga yang ekstrim berbeda dalam pendidikan pasien anak
 penerapan pola asuh yang tidak konsisten dan kesalahan dalam penerapan disiplin,penolakan dan pengabaian dari orangtua, kematian salah satu orangtua yang memicu stres pada single parent perlakuan orangtua yang tidak adil , harapan orangtua yang tidak realistik, hukuman fisik yang berlebihan.
4. faktor sekolah
beberapa sikap pihak sekolah yang tidak mendukung  perkembangan positif pada pasien anak, antara lain :
inkonsistensi pelaksanaan disiplin dan tata tertib , disiplin dan tata tertib yang terlalu kaku ,perlakuan guru yang tidak adil terhadap siswa , tuntutan yang terlalu berlebihan terhadap prestasi pasien anak , kepribadian guru yang negative ,




9.CONDUCT DISORDER


gangguan tingkahlaku (conduct disorder) yaitu gangguan psikologis yang  berhubungan  dengan tingkahlaku kenakalan (juvenile)  kronik menyakiti orang lain,  mengintimidasi , tindakan yang melanggar aturan , kurang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya,
Conduct disorder lebih  terjadi pada pasien anak lakilaki dibandingkan perempuan, Pada laki-laki  bentuknya mencuri, berkelahi, merusak atau masalah disiplin di sekolah, pada  perempuan lebih cenderung pada  pelacuran, berbohong, membolos, lari dari rumah, penggunaan obat-obatan,
 pemicu conduct disorder,antara lain :
 genetik, komplikasi prenatal  kelahiran, rendahnya gerakan reaksi, berkurangnya fungsi dan struktur dalam pre-frontal cortex, temperamen yan sulit (adhd), attachment yang tidak aman, serangan agresi masa  anak,
defisit kognisisosial, rendahnya inteligensi verbal dan defisit verbal,
 ketidakefektifan pengasuhan ,

 klasifikasi conduct disorder berdasarkan tingkat keparahan, antara lain :  
severe: masalah conduct disordertermasuk dalam kategori membahayakan orang lain,
mild: karakeristik conduct disorder hanya sedikit membahayakan orang lain,
moderate: masalah conduct disorderdan efeknya pada orang lain berada di antara mild dan severe,
teknik dalam mengatasi conduct disorder, antara lain :
1. Multisystemic Treatment (MST)
 yaitu pendekatan intensif yang mengambarkan teknik-teknik lain
seperti PMT, PSST, dan terapi material,
2.Parent Management Training (PMT)
yaitu mengajari orangtua untuk merubah tingkahlaku pasien anak dalam
rumah dengan memakai teknik manajemen kontingensi,
3. gangguan-Solving kemampuans Training (PSST)
yaitu mengidentifikasi defisiensi dan distorsi kognisi pasien anak , memberikan instruksi untuk mengajari cara-cara baru dalam mengatasi situasi  sosial,

tipe kemunculan conduct disorder berdasarkan usia, , antara lain :
1. conduct disorder childhood-onset type: muncul sekurang-kurangnya 1 kriteria conduct disorder sebelum usia 10 tahun,
2. conduct disorder adolescent-onset type: tidak adanya 1 kriteria pun dari karakteristik conduct  disordersebelum usia 10 tahun, dan baru muncul setelah itu,
3. conduct disorder unspecified onset: usia onset tidak diketahui,
conduct disorder  diidentifikasi jika  suatu pola yang diulang dan menetap melanggar aturan-aturan,  yang nampak  tiga (atau lebih) dari
kriterianya dan sudah berlangsung selama 12 bulan, dengan paling sedikit satu kriteria muncul dalam  enam bulan yang lalu, kriteria conduct disorder,antara lain :
 sering memulai perkelahian fisik ,menerobos masuk rumah orang lain, bangunan atau mobil ,pernah lari dari rumah lewat malam paling sedikit dua kali sementara tinggal bersama orang tua , sering bolos sekolah , mulai sebelum usia 13 tahun , sering menggertak, mengancam atau mengintimidasi orang lain ,
 pernah memaksa orang lain untuk aktivitas seksual, dengan sengaja terlibat dalam seting pembakaran yang memicu kerusakan serius , dengan sengaja merusak hak milik orang lain  pernah mencuri item-item yang bernilai rendah, memalsu, sering keluar malam sebelum usia 13 tahun ,
terapi  conduct disorder, antara lain :
1. beberapa cara altenatif lainnya
menasihati dan mengingatkannya secara rutin bahwa perbuatannya itu buruk dan tercela ,memberi kesibukan kerja, bermain, atau beraktivitas positif lainnya,
mengenali gangguan dan kesulitan yang tengah dihadapi pasien anak, sehingga kita mampu mencegahnya ,
 memperingatkan pasien anak-pasien anak lain agar berhati-hati kepadanya,
 menyediakan sarana dan membangun lingkungan yang dapat menciptakan ketenangan dan kedamaian bagi pasien anak ,
 menjauhkan pasien anak-pasien anak—khususnya yang lemah—dari jangkauannya, sehingga tidak menjadi  korban perbuatan buruknya.  memperhatikan dan mengawasi tingkah lakunya,
2. terapi kemampuan dasar-behavioral
terapi ini sudah dipakai kepada pasien anak laki-laki yang terlibat dalam tingkahlaku antisosial dan agresif  ,bukan sebagai tantangan terhadap kejantanan para pasien sehingga harus dijawab dengan kekerasan,  dilatih untuk memakai ketrampilan calming self-talk untuk menghambat tingkahlaku
impulsive dan mengendalikan kemarahan setiap kali para pasien mengalami provokasi,
3. program terapi multimodalitas
 melibatkan seluruh anggota keluarga, warga  dan sekolah,
4. terapi medikasi
 untuk  gejala yang sering terjadi  pada gangguan konduksi. agresi eksplosif yang jelas berespon terhadap beberapa medikasi, antipsikotik, terjelas yaitu haloperidol (haldol), yang dapat menurunkan tingkahlaku agresif ,
kategori  klasifikasi conduct disorder,antara lain :
1. Conduct disorder yang dibatasi dalam konteks keluarga: merupakan conduct disorder  seperti tingkahlaku tidaknormal sepenuhnya, atau hampir sepenuhnya,
2. Conduct disorder yang tidak terisolasi: merupakan conduct disorder yang ditandai dengan kombinasi  tingkahlaku disosial dan agresif yang berulang
3. Conduct disorder yang terisolasi: merupakan conduct disorder yang
agresif yang berulang (tidak hanya tingkahlaku melawan,  atau mengganggu)