Tampilkan postingan dengan label tulang 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tulang 1. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Desember 2022

tulang 1



TULANG
Sistem rangka pada manusia terbagi atas 2 bagian, yaitu: rangka aksial (rangka sumbu tubuh) dan rangka apendicular (rangka tambahan). Rangka aksial terdiri atas: tengkorak (cranium), tulang belakang (columna vertebralis), tulang rusuk (costa) dan tulang dada (sternum). sedang  yang termasuk rangka apendicular yaitu : gelang bahu (gelang pectoral) dengan anggota  badan depan dan gelang pinggul (gelang pelvic) dengan anggota belakang. 
1. Rangka Aksial 
Tulang tengkorak yaitu  sekumpulan  tulang yang melindungi otidak  dan yang menyusun tulang muka. Tulang-tulang yang melindungi otidak  terdiri dari tulang: frontal, parietal sepasang, occipital, sphenoid sepasang, temporal sepasang,  ethmoid dan  beberapa tulang kecil lainnya. Tulang-tulang muka dibangun oleh tulang: mandibula, vomer, 
maxila, zygomatic sepasang, dan lacrimal sepasang. Tulang frontal, membentuk bagian 
anterior dari tengkorak, melengkung ke tempat bola mata. Bagian medialnya berbatasan 
dengan tulang (nasal) hidung. Tulang parietal, ada  di sebelah posterior tulang frontal dan yaitu  bagian yang terbesar dari tengkorak. Tulang occipital, ada  di sebelah posterior tulang parietal dan yaitu  tulang yang Ada   posterior dari tengkorak. Pada area  tulang occipital kita  bisa  menemukan foramen magnum, yaitu  lubang tempat keluarnya sumsum tulang belakang, dan condyllus occipitalis yang ada  pada kedua sisi 
dari foramen magnum, berwujud  tonjolan tempat persendian dengan tulang atlas. Tulang sphenoid yaitu  tulang yang kompleks Ada   pada dasar dan lateral dari tengkorak dan berbatasan dengan tulang occipital. Pada tulang sphenoid bisa  kita  lihat  sayap dinamakan  ptrerygoid process. Tulang temporal, Ada   dibagian lateral dari tengkorak. Tulang itu  berbatasan dengan tulang sphenoid disebelah anterior, dengan tulang parietal disebelah superior dan dengan tulang occipital disebelah posterior. Tulang temporal ini 
tersusun oleh 3 bagian yaitu: tulang squamosum melindungi bagian lateral otidak , pada bagian inferior dari tulang ini ada  fossa, yaitu tempat persendian dengan rahang bawah (mandibula); tulang petrosal, melindungi telinga bagian dalam; dan processus mastoideus tempat melekatnya beberapa otot leher yang Ada   dibagian posterior dari tulang temporal. Tulang ethmoid, yaitu  tulang yang Ada   dibagian anterior, berbatasan antara lain dengan tulang frontal dan tulang sphenoid. Tulang vomer berbatasan dengan tulang ethmoid membentuk bagian bawah dari septum nasale. Tulang lacrimal Ada   pada bagian medial dari orbita, yaitu  tulang yang paling kecil dari tengkorak. Pada tulang ini ada  lubang 
air mata. Tulang nasal, berbatasan dengan tulang frontal disebelah superior dan dengan maxilla disebelah lateral. Tulang maxilla, yaitu  dinding ventral dan medial dari orbita. Disebelah medial tulang maxilla berbatasan dengan tulang nasal. Tulang zygomatik, membangun dinding lateral dari orbita, berbatasan dengan tulang frontal, maxilla dan temporal. Lengkung zygomatik berwujud  tonjolan dari tulang squamosum yang menjorok ke sebelah anterior dan berbatasan dengan tulang zygomatik. sedang  tulang mandibula, yaitu   rahang bawah pada bagian posteriornya menbentuk dua tonjolan yaitu: processus coronoideus sebelah anterior dan processus condyloideus sebelah posterior. Pada tulang maxilla dan mandibula tertanam geligi. Ada 4 macam gigi yaitu : incicivus (gigi seri 
dilambangkan dengan huruf I), caninus (gigi taring/C), premolar (gigi geraham depan/P) dan 
molar (gigi geraham belakang/M)).  kita  hitung berapa jumlah masing-masing gigi yang kita  miliki? pakailah  rumus gigi berikut untuk menjelaskan  jumlah gigi atas-bawah 
dan kiri-kanan. Tulang belakang bisa  dibagi menjadi 5 macam bagian, yaitu: 
- vertebrae cervicalis terdiri dari 7 ruas, 2 buah vertebrae cervicalis yang pertama dinamakan  
atlas dan epistropheus (aksis), 
- vertebrae thoracalis jumlahnya 12 ruas, mengadakan persendian dengan tulang rusuk, 
- vertebrae lumbalis jumlahnya 5 ruas, 
- vertebrae sacralis jumlah 5 ruas, makin ke arah caudal vertebra ini menjdi kecil, bersatu 
membentuk satu tulang dinamakan  tulang sakral, dan 
- vertebrae caudalis terdiri dari 4 ruas, yaitu  vertebrae paling belakang. Makin ke belakang vertebrae ini makin mengecil dan bagian-bagianya makin tidak nyata. Suatu vertebra biasanya  terdiri dari 3 bagian utama yaitu: centrum atau  corpus vertebrae (badan), arcus neuralis (lengkung neural), dan processus spinosus (taju neural). Di bagian dorsal corpus vertebrae ada  arcus neuralis yang melindungi sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Medulla spinalis dalam suatu vertebra Ada   di dalam suatu rongga yang dinamakan  foramen vertebrale. Foramen vertebrale dari vertebra-vertebra yang berurutan membangun canalis vertebralis. Prosesus spinosus tumbuh dari bagian medio-dorsal arcus neuralis ke arah dorso-caudal. Selain yang dinamakan  di atas ada  bagian lainnya dari suatu vertebrae yaitu 
zygapophyses. Zygapophyses yaitu  pasangan taju yang tumbuh dari sisi anterior dan 
posterior arcus neuralis. Pasangan anterior tumbuhnya mengarah ke kepala dan dinamakan  
zygapophyses anterior. sedang  yang posterior tumbuhnya ke arah belakang dinamakan  
zygapophyses posterior. Zygapophyses anterior atau  dinamakan  prezygapophyses bersendian dengan postzygapophyses (zygapophyses posterior) dari vertebrae sebelumnya. Diantara 2 buah vertebra yang berurutan ada  keping rawan intervertebra. Tulang rusuk berfungsi  melindungi rongga dada, jumlahnya 12 pasang. Tiap rusuk yaitu  sebuah tulang pipih dan melengkung, pada bagian ventralnya berakhir  sebagai rawan rusuk (cartilago costalis). Tujuh pasang rusuk yang berkaitan  dengan tulang dada dinamakan  rusuk sejati. sedang , 5 pasang lainnya dinamakan  rusuk palsu, sebab  tidak berkaitan  dengan tulang dada. 3 pasang dari 5 pasang rusuk palsu bagian sternanya berkaitan  satu dengan yang lainnya, sedang yang 2 pasang lagi melayang. sebab  itu 
dinamakan  rusuk melayang. Setiap rusuk memiliki  kepala yang dinamakan  capitulum dan 
tuberculum. Capitulum bersendian dengan centrum vertebra, sedang tuberculum dengan 
diapophyisis. Tulang dada dinamakan  osteum sternum, berwujud  tulang yang pipih memanjang dan Ada   pada area  medio-ventral dari dada. Tulang dada memiliki tiga bagian yaitu: 
- manubrium (presternum), bentuknya segitiga, yaitu  bagian dari sternum yang paling 
lebar. Ada   dibagian cranial dan bersendian dengan clavicula; 
- gladiolus (mesosternum), yaitu  bagian yang paling panjang, dibentuk oleh segmen￾segmen tulang dada; Gelang bahu atau  gelang pectoral, terdiri dari tulang-tulang scapula (belikat) dan 
tulang clavicula (selangka). Scapula yaitu  tulang yang melebar dengan 2 buah tonjolan, yaitu processus coracoideus (sisa dari tulang korakoid) dan acromion. Permukaan dorsal scapula terbagi dua oleh suatu spina scapula. Bagian scapula yang ada  superior dari spina itu  dinamakan  fossa supra spinata dan bagian yang lebih lebar dan inferior dari spina dinamakan  fossa infra spinata. Tulang scapula ini bersendian dengan humerus melalui suatu lekukan yang dinamakan  cavitas glenoidalis. Tulang clavicula bersendian dengan bagian cekung dari acromion pada bagian lateralnya dan dengan menubrium pada bagian medialnya. sedang  processus coracoideus berwujud  jari yang bengkok, menonjol ke sebelah lateral dari scapula. Anggota depan terdiri atas tulang: humerus, radius, ulna, carpalia, metacarpalia, dan phalang. Tulang humerus (lengan atas) berwujud  tulang panjang dan besar, bersendian dengan scapula pada bagian superior dan pada bagian inferior bersendian dengan radius dan ulna. Tulang radius Ada   disebelah lateral dan tulang ulna disebelah medial. Tulang radius mengecil pada siku dan membesar pada pergelangan, sedang  tulang ulna sebaliknya. 
Pergelangan tangan didukung  oleh tulang-tulang carpalia sebanyak 8 buah dan tersusun dalam 
dua baris. Sementara tulang-tulang metacarpalia sebanyak 5 buah tulang menyokong telapak 
tangan. sedang  lima jari masing-masing didukung  oleh 3 buah phalang (ruas jari), kecuali 
ibu jari didukung  2 buah phalang. Gelang pinggul (gelang pelvic) dibangun oleh 3 buah tulang, yaitu : tulang ilium (tulang usus) disebelah dorsal, tulang pubis (tulang kemaluan), dan tulang ischium (tulang duduk) disebelah ventral. Pertemuan kedua tulang pubis disebelah medio-ventral dinamakan  simfisis pubis. Lubang yang besar diantara tulang pubis dan ischium dinamakan  foramen obturatum. Disebelah lateral tempat ketiga macam tulang itu  bertemu ada  lekukan 
berbentuk cawan yang dinamakan  acetabulum, lekukan inilah sebagai tempat persendian dengan 
tulang femur. Anggota belakang terdiri dari tulang-tulang femur (tulang paha), patella (tulang lutut), 
tibia (tulang kering), fibula (tulang betis), tarsalia (tulang pergelangan kaki), metatarsalia 
(tulang telapak kaki), dan phalang (tulang jari). Tulang femur yaitu  tulang yang panjang 
dan besar. Tulang patella berwujud  tulang pipih yang memiliki  permukaan persendian sebelah 
lateral dan medial tempat persendian dengan ujung distal tulang femur. Tulang tibia, bagian 
distalnya lebih kecil dari pada bagian proksimalnya. Tulang fibula yaitu  tulang yang 
paling ramping dari tulang panjang. Ujung proksimalnya bersendian dengan tibia. Tulang tarsalia berjumlah 7 buah sedang  tulang metatarsalia berjumlah 5 buah. Sementara itu, tiap 
jari kaki seperti halnya jari tangan didukung  oleh 3 buah phalang, kecuali ibu jari yang  didukung  2 buah phalang. Rangka tubuh yaitu  satu salah bagian tubuh hewan yang  penting untuk 
menunjang aktivitasnya. Rangka tubuh pada vertebrata berfungsi untuk melindungi area  yang lunak seperti Struktur  berdaging, organ vital yang ada  di dalam rongga tengkorak dan dada, dan mengandung sumsum tulang belakang sebagai tempat sel darah dibentuk. Rangka tubuh juga berfungsi dalam membentuk sistem tuas yang 
melipatgandakan  kekuatan yang muncul  selama kontraksi otot rangka dan mengubahnya 
menjadi gerakan tubuh. Tanpa rangka tubuh sebagian hewan darat akan terkulai akibat 
beratnya  sendiri. Bahkan hewan yang hidup dalam air menjadi masa yang tidak berbentuk 
tanpa rangka tubuh untuk mempertahankan bentuknya. ada  3 jenis utama rangka tubuh 
pada hewan: endoskeleton,  rangka tubuh hidrostatik, eksoskeleton, Rangka tubuh hidrostatik berwujud  bagian cair dari tubuh hewan yang ditahan di bawah tekanan dalam kompartemen tubuh yang tertutup. Sistem otot tidak menempel pada suatu struktur, otot-otot hanya saling menekan satu dengan yang lainnya. Efek gabungan  dari kontraksi otot dan tekanan cairan memberi  dukungan  untuk memelihara bentuk hewan. Rangka tubuh hidrostatik  cocok untuk kehidupan di lingkungan akuatik. Jenis rangka ini ada  pada annelida, coelenterata, cacing pipih, nematoda,. Rangka tubuh 
hidrostatik bisa melindungi organ internal dari benturan dan memungkinkan untuk merayap dan  menggali lubang sarang. namun  rangka tubuh hidrostatik tidak bisa  menopang bentuk lokomosi di darat, di mana tubuh hewan yang dipertahankan lepas dari tanah, seperti berjalan dan berlari. Rangka tubuh luar (eksoskeleton) yaitu  deposit pembungkus yang keras pada 
permukaan tubuh seekor hewan. Rangka tubuh eksokeleton, bisa  dilihat  pada Arthropoda, Molluska bercangkang . Pada Molluska, contoh  pada kijing, seiring dengan pertumbuhan hewan itu , hewan memperbesar diameter cangkangnya dengan cara menambahkan deposit pada ujung bagian luarnya, biasanya berwujud  senyawa kapur. sedang  pada Arthropoda, eksoskeletonnya yaitu  kutikula, yaitu  pembungkus tidak  hidup yang disekresikan oleh sel-sel epidermis. Eksoskeletonnya memiliki sendi. Kutikula 
disusun oleh kitin. Kutikula dikeraskan senyawa organik yang mengikat silang protein eksoskeleton agar bisa  memberi  perlindungan. Pada beberapa Crustacea, udang contoh , lebih mengeraskan eksoskeleton dengan menambahkan garam kalsium. sedang  pada area  persendian, kutikula biasanya tipis dan fleksibel, hanya ada  sedikit garam organik dan sedikit pengikatan silang protein. Eksoskeleton pada Arthropoda secara periodik dilepaskan (ganti kulit) dan digantikan dengan pembungkus yang lebih besar sesuai 
pertumbuhan hewan itu . Rangka dalam (endoskeleton) terdiri atas unsur pendukung yang keras, seperti tulang, yang terbungkus di dalam jaringan lunak seekor hewan. Endoskeleton pada Ekinodermata berbentuk lempengan keras (osikel) di bawah kulit. Osikel ini terdiri atas kristal magnesium karbonat dan kalsium karbonat, dan lempengan terpisah yang biasanya  terikat bersama dengan serat protein. sedang  Chordata memiliki  endoskeleton yang tersusun dari 
jaringan rawan dan jaringan tulang atau  beberapa gabungan  dari jaringan-jaringan itu . 
Di atas dibahas secara khusus tentang sistem rangka pada manusia. Sistem rangka pada 
manusia pada dasarnya mirip  dengan sistem rangka yang dimiliki oleh sebagian besar 
Mammalia dengan sedikit perubahan contoh  pada jari dan beberapa bagian tubuh lainnya. 
sedang  untuk vertebrata lainnya antara lain bisa kita  lihat  beberapa kelainan seperti 
pada tulang anggota pada Anura (katidak -kodok) tulang radius dan ulnanya melebur menjadi 
satu tulang radioulna. juga  pada anggota belakang tibia dan fibula bersatu membentuk tibio-fibula. Perbedaan lainnya contoh  rekayasa  dan jumlah tulang vertebrea pada hewan-hewan vertebrata yang dilihat  pada vertebrata lainnya. Sebagai pembanding dengan rangka manusia bisa  kita  pelajari contoh rangka dari kelompok hewan lainnya. 
Ankle dan kaki yaitu  struktur komplek yang terdiri dari 28 tulang dan 55artikulasi yang dihubungkan dengan ligamen dan otot. Ankle yaitu  sendi yang 
menopang beban tubuh terbesar pada permukaannya, puncak beban mencapai 120% 
saat  berjalan dan hampir 275% saat  berlari. Sendi dan ligamen berperan sebagai 
stabilitator untuk melawan gaya dan menyesuaikan saat  aktivitas menahan beban 
agar stabil 
1. Struktur Tulang Regio Ankle
Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan tulang tarsal pada
pergelangan kaki yang membentuk struktur kaki. Yang termasuk tulang tarsal yaitu  calcaneus, talus, navicular, cuneiform 1, cuneiform 2, cuneiform 3 dan cuboid, hampir sama dengan tulang carpal pada tangan. dipicu  menumpu beban yang besar maka bentuk dan ukurannya lebih luas. Kaki memiliki persendian yang 
kompleks dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal dan 14 tulang phalang yang menopang beban tubuh saat  berdiri, berjalan dan berlari. 
Sendi ankle terbentuk dari struktur yang kompleks seperti tulang, ligamen dan otot. Struktur itu  yang memungkinkan sendi ankle menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Fleksibilitas ini diperlukan  sebab  kaki 
beresentuhan langsung dengan tanah dan harus bisa  beradaptasi saat  berubah posisi. Fungsi otot  berpengaruh pada  fleksibilitas itu . Otot pada kaki dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : Otot bagian anterior (m. tibialis anterior, m. peroneus tertius, m. extensor digitorum  longus, m. extensor hallucis longus) berfungsi untuk gerakan dorsi fleksi.
a. Otot bagian posterior yang ditunjukkan dalam gambar 2.4 (m. gastrocnemius, 
m. soleus, m. plantaris, m. flexor digitorum longus, m. flexor hallucis longus, m. tibialis anterior) berfungsi untuk gerakan plantar fleksi.
Otot penyusun kaki posterior view 
b. Otot bagian lateral seperti yang tertera pada gambar 2.5, terdiri dari m. tibialis  anterior untuk gerakan supinasi dan m. peroneus tertius yang berfungsi untuk gerakan pronasi.
c. Otot bagian dalam, m. extensor digitorum longus untuk gerakan ekstensi 4 jari kaki dan m. extensor hallucis longus untuk gerakan supinasi dan  gerakan ekstensi tungkai kaki  M. dorsal pedis untuk gerakan abduksi jari kaki, m. plantar interossei, m. lumbricalis, m. digiti minimi, m.flexor digiti minimi, m. flexor hallucis brevis, m. flexor digitorum brevis, m. abductor digit minimi, m.abductor hallucis seperti yang ditunjukkan pada 
3. Persendian
Sendi pergelangan kaki (Ankle Joint) terdiri dari 
bagian distal dari tulang tibia, distal fibula dan bagian superior tulang talus. Jenis dari ankle joint yaitu  hinge joint. Dengan bagian lateral dan medial diikat oleh ligamen. Adapun artikulasi disekitarnya antara lain yaitu  talus dan calcaneus 
(subtalar joint), antara tulang tarsal (midtarsal joint), antar tarsal bagian depan (anterior tarsal joint), antara tarsal dengan metatarsal (tarsometatarsal joint), antara metatarsal dengan phalang (metatarsophalangeal joint) dan antara phalang (proximal dan  distal interphalangeal joint).
4. Ligamen
Talocrural joint (sendi ankle) termasuk dalam 2 artikulasi antara os tibia dengan os talus dibagian medial dan os fibula dengan os talus dibagian lateral yang tergabung dalam satu kapsul sendi. Jaringan pada sendi ankle diikat oleh beberapa 
ligamen, antara lain yaitu  ligamen anterior tibiofibular dan ligamen posterior tibiofibular yang mengikat antara tibia dengan fibula, ligamen deltoid yang mengikat tibia dengan telapak kaki bagian medial, ligamen collateral yang mengikat fibula dengan telapak kaki bagian lateral. Tendon calcaneal (Achilles) Ada   pada otot betis sampai calcaneus yang membantu kaki untuk gerakan plantar fleksi dan membatasi dorsi fleksi 
5. Vaskularisasi
Pada ankle ada  dua percabangan arteri poplitea, yaitu arteri anterior tibia dan arteri posterior tibia yang berfungsi untuk mensuplai darah ke kaki. Arteri anterior tibia mensuplai bagian anterior dari tungkai dan masuk ke bagian posterior 
kaki dibawah superior dan inferior retinaculum menjadi arteri dorsalis pedis. sedang  arteri posterior tibia mensuplai 75% darah di kaki pada bagian posterior dan lateral yang masuk melalui malleolus medialis yang lalu  akan 
terbagi menjadi arteri medial dan lateral anterior sebagai pemasok darah pada bagian plantar dari kaki. Percabangan dari arteri posterior tibia lainnya yaitu  arteri peroneal yang mensuplai darah di bagian lateral pada kompartemen belakang kaki 
6. Persarafan
Nervus saphenous yaitu  cabang cutaneous terbesar pada persarafan kaki, beraktifitas  menyebarkan  implus ke bagian medial pada kaki. Percabangan nervus sciatic menyalurkan sensorik dan motorik untuk kaki dan tungkai. lalu  
bercabang menjadi nervus fibular dan nervus tibial. Nervus fibularis terbagi menjadi nervus fibularis superficial dan nervus fibularis profundus, sedang  nervus tibialis terbagi menjadi nervus sural, nervus medial calcaneal, nervus medial plantar dan nervus lateral plantar, 
7. Biomekanik Ankle
berdasar pergerakan  sendi ini bisa  melakukan gerakan dorsofleksi, plantarfleksi, inversi dan eversi. ROM (Range of Motion) dalam keadaan normal untuk dorsofleksi yaitu  20˚, plantarfleksi yaitu  50˚, gerakan eversi yaitu  20˚, dan gerakan inversi yaitu  40˚. Penulisan yang disesuaikan dengan standart  ISOM (Internaional standart  Orthopaedic Meassurement) untuk gerak dorsofleksi dan plantarfleksi akan tertulis (S) 20-0-50 dan gerak inversi dan eversi tertulis (S) 20-0-40 , berdasar  dari bentuk persendiannya, 
menggolongkan  sendi ankle sebagai sendi ginglimus dengan gerakan yang mungkin terjadi yaitu  dorsofleksi (fleksi) dan plantarfleksi (ekstensi) dengan jangkauan gerakan yang beragam  untuk dorsofleksi antara 13-33˚ dan 
plantarfleksi 23-56˚. menjelaskan  jangakauan 
gerak sendi ankle yaitu  dorsofleksi 20˚ dan plantarfleksi 50˚.
  namun  olahraga juga bisa  diibaratkan pisau bermata ganda   sebab  disamping memberi  
kebugaran bisa  pula memicu  cedera Bila  tidak adanya persiapan sehingga dampaknya justru akan merugikan tubuh.  sepakbola memiliki kemungkinan body contact   tinggi yang memungkinkan munculnya  cedera  sehingga memerlukan  kondisi fisik yang prima. cedera yang bisa  dialami oleh pemain sepakbola 
digolongkan  menjadi 2 jenis yaitu trauma akut dan kronis. Trauma akut yaitu  yang terjadi secara mendadak seperti robekan ligament, otot, tendon, terkilir bahkan patah tulang,  sedang  
trauma kronis yaitu  yang terjadi sebab  sering dialami  yaitu sindrom pemakaian berlebih, dilakukan berulang ulang dalam tempo waktu yang lama , Cedera olahraga pada pemain sepakbola sering  ditanggapi  tubuh dengan 
gejala   radang yang terdiri atas rubor (merah), dolor (nyeri), kalor (panas), tumor (bengkak)  functiolaesa (penurunan fungsi. pembuluh  darah pada sekitar area yang cedera akan mengalami pelebaran (vasodilatasi) dengan maksud untuk 
mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh  darah inilah yang menjadikan area disekitar cedera menjadi merah (rubor), cairan darah yang berada di area cedera akan merembes keluar kapiler menuju ruang antar sel dan memicu  bengkak (tumor). Dengan dukungan  nutrisi dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolism berwujud  panas. Kondisi inilah yang memicu  lokasi cedera akan lebih panas (kalor) dibanding dengan lokasi lain. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung saraf dilokasi cedera dan memicu  nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya ujung syaraf sebab  pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera.  
dolor, rubor, tumor, kalor akan menurunkan fungsi organ atau  sendi di lokasi cedera yang dinamakan  functiolaesa kita menjelaskan, macam-macam cedera yang mungkin terjadi pada 
olahragawan antara lain yaitu  :
--. Dislokasi yaitu  terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya. Dislokasi sering terjadi pada bahu, pergelangan kaki, lutut,  panggul. Faktor yang meningkatkan resiko munculnya  dislokasi yaitu  ligamen yang kendor dan 
kekuatan otot yang menurun.
--. Fraktur atau  patah tulang yaitu  suatu keadaan yang mengalami keretidak an, pecah atau  patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. sedang  berdasar  jenisnya, patah tulang terbagi menjadi patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup.
--. Cedera pada otot, tendon dan ligamen
Cedera pada ligamen dinamakan  sprain, yaitu cedera yang terjadi sebab  cedera spontan atau  pemakaian  berlebihan yang berulang di sendi. sedang  cedera yang terjadi otot atau  tendo yaitu  strain, yaitu kerusakan yang terjadi pada tendon atau  otot oleh sebab  pemakaian  yang berlebihan atau  stress berlebih.
--. Contusion (Memar) yaitu  keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit dipicu  oleh benturan atau  pukulan pada kulit.
--. Kram otot yaitu  kontraksi terus menerus yang dialami oleh otot atau  sekumpulan  otot dan memicu  rasa nyeri. pemicu  yaitu  otot yang 
terlalu lelah, kurang dalam melakukan pemanasan, adanya gangguan sirkulasi darah yang memicu  kram.hal-hal yang memicu  resiko dalam berolahraga antara lain yaitu  :
--. Lingkungan olahraga yang nyaman  akan menunjang kenyamanan dalam berolahraga dan mengurangi  risiko munculnya  cedera. Olahraga yang dilakukan dilingkungan ekstrim akan meningkatkan faktor risiko. pemakaian  alat olahraga yang tepat juga diperlukan untuk mencegah munculnya  cedera. 
--. Faktor gizi  berpengaruh pada  kapasitas 
jaringan dan ketahanan fisik. Pengaturan kalori, protein dan  zat gizi lainnya yang tepat akan  menjaga kebugaran dan ketahanan atlit.
teorinya  cedera yang terjadi pada kegiatan olahraga sama dengan cedera yang terjadi pada trauma lainnya.beberapa jenis cedera yang sering terjadi pada kegiatan olahraga antara lain yaitu  kontusio dan hematoma (benturan), strain 
(cedera pada otot atau  tendon yang menggerakkan suatu sendi atau  tulang), sprain 
(cedera pada ligamen yang menopang sendi), subluksasi dan dislokasi (geser dan keluarnya sendi dari tempatnya), fraktur (patah tulang). pengobatan  semua cedera itu  tetap memakai   teori  perawatan  cedera musculoskeletal 
--.  Proses degenerasi tubuh akan dialami oleh semua orang, biasanya   proses degenerasi mulai terjadi saat usia 30 tahun. Fungsi tubuh akan berkurang sekitar 3% per tahun. ini memicu  tubuh akan menurun sesuai proses degenerasi yang 
semakin rentan dengan kerusakan akibat trauma.
--Perbedaan anatomi pada laki-laki  dan wanita memicu  masalah pada olahraga jenis tertentu,terutama berkaitan dengan anatomi organ reproduksi. ini berkaitan dengan pemberian proteksi pada alat kelamin untuk mencegah munculnya  cedera. Perbedaan kapasitas sistem muskuloskeletal antara laki-laki  dan wanita akan 
berpengaruh pada  tingkat keparahan cedera yang terjadi.
--. Penguasaan pada  teknik yang dipakai   akan berpengaruh pada  risiko cedera. Gerakan yang berlebihan dengan frekuensi yang berlebihan akan memicu  cedera overuse pada ekstremitas yang dominan dipakai  .
--Olahraga tertentu akan memicu  cedera yang lebih besar. Olahraga kontak  yang dengan sengaja memicu  cedera pada  lawan tanding untuk memperoleh   nilai sudah pasti akan memicu  risiko cedera paling besar. Olahraga kontak  
kemungkinan akan memicu  luka robek, sedang  pada atlit tenis atau  bulu tangkis lebih sering terjadi sprain atau  strain.
2. Cedera Sprain Ankle
Cedera yang sering terjadi pada atlet yaitu  sprain yaitu cedera pada sendi yang memicu  robekan pada ligamen. Sprain terjadi sebab  adanya tekanan mendadak pada sendi, atau  sebab  pemakaian  berlebih yang berulang ulang. Sprain 
ringan biasanya ditambah hematom dengan sebagian serabut ligamen putus, sedang  pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang memicu  bengkak. Pada sprain berat, seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak bisa  digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan dan adanya darah dalam sendi 
Hampir dari sebagian sprain ankle terjadi sebab  aktifitas olahraga. Gejala yang muncul sesudah  munculnya  sprain ankle pada  40% pasien 
dilaporkan bahwa ada  nyeri kronis, kelemahan otot dan tidak stabil  Pada bidang olahraga cedera ankle menghasilkan bermacam derajat 
kelemahan, termasuk berkurangnya performa atlit, absen saat  kompetisi dan merugikan secara  psiokolgis, Menurut penggolongannya tingkat cedera sprain ankle dibagi menjadi 3, pada sprain ankle tingkat pertama biasanya terjadi robekan kecil pada serabut ligament yang digejalai  dengan sedikit bengkak dan peradangan namun  masih stabil dan atlit masih bisa bergerak dengan sedikit nyeri atau  tidak sama sekali. Pada tingkat kedua 
terjadi robekan yang lebih besar pada serabut ligamen. Gejala yang muncul yaitu  peradangan pada sendi, ada  nyeri namun  masih bisa  digerakkan dan bengkak pada area tertentu. sedang  pada tingkat ketiga ada  robekan pada seluruh serabut ligamen, gejala yang muncul  yaitu  bengkak, sendi tidak stabil, peradangan 
dan tidak bisa digerakkan,  sprain ankle   digolongkan  antaralain  :
a. Grade I, dengan sifat  bengkak minimal dan nyeri lokal. Rata rata memerlukan  waktu 30  hari untuk kembali beraktifitas.
b. Grade II, dengan sifat  bengkak lokal dan nyeri lebih menyebar. Tingkat ini memerlukan  waktu 6 minggu untuk kembali berktifitas.
c. Grade III, dengan sifat  bengkak yang menonjol , nyeri, lebam dan harus ditangani oleh tenaga medis . memerlukan  waktu lebih dari 6 minggu untuk bisa  berfungsi kembali.Adanya kerusakan pada suatu jaringan biasanya   memicu  
perubahan patologi setempat pada pembuluh  darah dan jaringan disekitarnya sebagai reaksi radang. Reaksi lokal segera pada jaringan yang mengalami cedera yaitu  reflek vasokontriksi untuk beberapa saat, yang segera diikuti reflek vasodilatasi yang akan meningkatkan aliran darah di tempat cedera. pembuluh  darah akan menjadi lebih permeable sehingga plasma plasma darah mengalir ke jaringan sekitarnya. Perubahan 
ini memicu  gejala dan gejala   khas peradangan yaitu kemerahan , panas dan bengkak. Bila  pembengkakan ini menekan saraf maka akan memicu  nyeri, proses penyembuhan ligamen sama dengan jaringan tubuh lainnya. Ligamen tidak bisa  pulih dengan cepat sebab  darah yang tersalurkan  sedikit, berikut yaitu  tahap  penyembuhan ligamen :
a. tahap  I Hemoragik
sesudah  munculnya  kerusakan jaringan, celah yang ada di area kerusakan akan diisi oleh gumpalan darah (hematoma). Leukosit dan limfosit akan muncul yang dipicu oleh lepasnya sitokinin pada gumpalan darah. lalu  leukosit dan limfosit menanggapi  sinyal autrokin dan parakrin untuk diterjemahkan sebagai tanggapan  
inflamasi sebab  adanya luka.
b. tahap  II Inflamasi
Makrofag akan muncul 24-48 jam dan menjadi sel utama dalam beberapa hari. Makrofag akan memfagositosis jaringan yang nekrosis dan memicu  neovaskularisasi. sesudah  hari ketiga area yang rusak akan mengandung makrofag, 
PMN leukosit, limfosit dan sel mesensimal, faktor pertumbuhan dan platelet. Faktor pertumbuhan akan menstimulasi fibroblas untuk berpoliferasi dan sintesis kolagen tipe I, III dan V sebagai protein non kolagen. 
c. tahap  III Proliferasi
Sel terakhir yang ada  pada jaringan yang rusak yaitu  fibroblast. Fibroblas memiliki reticulum endoplasma yang berlimpah dan menghasilkan  kolagen dan protein lain dalam 1 minggu masa cedera. sesudah  minggu kedua baru terbentuk 
jaringan baru dan serabut kapiler pembuluh  darah.
d. tahap  IV Remodelling dan Maturasi
yaitu  tahap  yang digejalai  dengan penurunan bertahap di dalam seluler pada jaringan yang mengalami proses penyembuhan. Ligamen sudah mengalami remodeling, jaringan menjadi kuat namun  tidak seperti morfologi normalnya. Cedera 
ligamen bisa  pulih kembali selama 3 tahun untuk mengembalikan kekuatannya. Biasanya ligamen bisa  pulih 40% selama 6 bulan sesudah  cedera, 80% sesudah  1 tahun dan 100% sesudah  1-3 tahun.
3. pemeriksaan yang bisa  dilakukan pada masalah  cedera sprain ankle, antara lain :
--. Melakukan pemantauan  pada  area yang terkena cedera, melihat-lihat  apakah ada memar deformitas, bengkak, 
--. Melakukan pemeriksaan gerak sendi dengan mengukur ROM (Range Of Motion) untuk gerakan plantar fleksi, dorsi fleksi, invers dan eversi 
--. Melakukan palpasi pada area tungkai bawah secara menyeluruh untuk mendukung aktifitas  diagnosa.
--. Mengukur edema / bengkak yang ada  pada area cedera (jika ada  bengkak).
--. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler (tes sensoris, tes motoris dan hematom)
--. Melakukan pemeriksaan khusus , yaitu :
Eversion Talar Tilt   untuk mengetahui adanya kerusakan pada bagian medial ankle, positif Bila  ada  nyeri.  Drawer Test untuk   melihat-lihat  adanya kerusakan pada ligamen, khususnya ATFL (Anterior TaloFibular Ligamen). 
Inversion Talar Tilt  untuk mengetahui adanya gangguan pada bagian lateral ankle, positif Bila  ada  nyeri. 
1. nyeri yaitu  suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial atau  yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan, Nyeri yaitu  hasil stimulasi reseptor sensorik, provokasi saraf saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distress,  menderita. Jalur (pathway) nyeri klasik terdiri dari rantai 3 neuron yang meneruskan sinyal nyeri dari perifer ke 
korteks serebral :  neuron tingkat pertama,  neuron tingkat kedua dan neuron tingkat ketiga. Sensasi nyeri dimulai dari neuron tingkat pertama 
Nyeri yaitu  mekanisme proteksi tubuh saat  terjadi kerusakan pada suatu jaringan. Reseptor nyeri dinamakan  free nerve ending yang Ada   pada lapisan superficial kulit, periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, selaput otidak ,  tentorium. Reseptor nyeri distimulasi oleh mekanik, suhu dan stimulasi kimia dan dibawa oleh serabut Að dengan kecepatan 6 sampai 30 meter/detik. Secara fisiologi nyeri dibagi menjadi 2 tipe yaitu : fast pain dan slow pain. Fast pain terjadi 
sekitar 0,1 detik yang digambakan tajam, akut,elektrik atau  nyeri kejut. Biasanya dirasakan pada jaringan seperfisial dan menjalar ke jaringan yang lebih dalam. Slow pain seperti terbakar atau  nyeri kronis ada  pada jaringan dalam kulit yang 
biasanya dipicu  oleh stimulasi kimiawi dan dibawa oleh serabut tipe C dengan kecepatan antara 0.5 sampai 2 meter/detik. Zat kimia seperti asam, asetilkolin,  enzim proteolitik, bradykinin, serotonin, histamin, ion potassium,   memungkinkan untuk menghasilkan nyeri. Faktor pemicu  nyeri antara lain yaitu  panas, asam 
laktat sebab   infeksi bakteri, spasme otot, iskemik jaringan, kontusio,
2. ada beberapa cara untuk  mengukur nyeri untuk mengetahui akibat nyeri memakai   assessment nyeri, antara lain:
--. Wong Baker Pain Rating Scaledipakai   pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak bisa  
menjelaskan  intensitas nyerinya dengan angka. Contoh dari wong baker pain rating scale 
--. Visual Analogue Scale (VAS)
Skala analog visual (VAS) yaitu  cara yang paling banyak dipakai   untuk mengukur  nyeri. Skala linier ini menjelaskan  secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami  pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau  tanpa gejala   pada setiap sentimeter. gejala   pada kedua ujung garis bisa  berwujud  angka atau  pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedang  ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah. dipakai   pada anak >8 tahun dan dewasa. 
--. Numeric Rating Scale (NRS) peka  pada  dosis, jenis kelamin dan perbedaan etnis. Lebih baik dibandingkan  VAS untuk kondisi akut. Namun kekurangannya yaitu  keterbatasan pilihan kata yang mnggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap ada  jarak yang sama antar kata yang menjelaskan   efek analgesic. 
--. Verbal Rating Scale (VRS) Skala ini memakai   angka 0 sampai 10 untuk menjelaskan  tingkat 
nyeri. Sama seperti VAS, skala numeric verbal ini lebih bermanfaat pada periode sesudah  bedah, sebab  secara alami verbal  tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal memakai   kata – kata dan bukan 
garis atau  angka untuk menjelaskan  tingkat nyeri 
Kontraksi isometrik (kontraksi statik) yaitu  kontraksi sekumpulan  otot untuk mengangkat atau  mendorong beban yang tidak bergerak dengan tanpa gerakan anggota tubuh dan panjang otot tidak berubah, seperti mengangkat, mendorong  menarik suatu benda yang tidak bergerak. Efek fisiologis latihan penguatan yaitu 
hipertropi yaitu bertambahnya ukuran otot oleh sebab  bertambahnya ukuran serabut otot (terutama tipe II) dan miobril, bertambahnya jumlah total protein kontraktil, bertambahnya densitas kapiler  bertambahnya jumlah jaringan ikat , tendo dan ligamentum. Perubahan biokimiawi meliputi meningkatnya kontraksi 
kreatin, fosfokeatin, ATP  glikogen, meningkat sedikit namun  berguna  pada katifitas enzim siklus creb aerob dan berkurangnya volume mitokondria. Efek latihan pada  nyeri sesuai dengan teori gate control, yaitu mekanisme gate
(gerbang) dalam transmisi implus nyeri, mekanisme gate lokasinya beragam  yang 
ada  disusunan syaraf pusat. saat  gate tertutup, maka transmisi implus nyeri tertutup dan tidak sampai pada pusat kesadaran di korteks jika gate terbuka maka akan memicu  nyeri. Transmisi implus nyeri bisa  melalui aktifitas serat saraf 
besar dan saraf kecil, proyeksi pada batang otidak  sistem retikular dan proyeksi dari kortek serebral dan  talamus dengan memberi  efflurage, ruBeratBadan ing dan backpressure bisa  menghambat implus nyeri melalui aktifitas serat besar dan serat kecil 
yang lalu  menutup gerbang pada  rasa nyeri, 
Durasi perlakuan kira kira 15 detik dengan 3 kali pengulangan dan  istirahat selama 30 detik.  menyarankan bahwa 5-15kontraksi maksimal dengan ditahan selama 5 detik yaitu  yang terbaik dilihat dari sudut pkita ng cara berlatih. Pada permulaan latihan frekuensi latihan isometrik 
yaitu  6 hari/minggu. Sebagai percobaan bisa  dilakukan pula dengan frekuensi latihan 4 kali/minggu. sedang  lama latihannya paling sedikit 6 minggu, Pada tahap awal cedera sprain ankle, ROM (Range Of Motion) Exercise   diberikan sesudah  beberapa hari mengalami cedera. Dengan memakai   latihan aktif, nyeri bisa  berkurang dan bisa  meningkatkan pergerakan kaki sehingga bengkak pada area yang cedera berkurang, Latihan isotonic  memakai   resistance bands, angkat beban, beban mekanik dan tahanan 
tubuh. Latihan isokinetik tidak dilakukan Bila  pasien belum bisa menguasai latihan isotonic 
tenaga medis  akan merujuk pasien Bila  memenuhi salah satu dari ciri-ciri “tacc” (Time-Age-Complication-Comorbidity) berikut:
1. Time: jika perjalanan penyakit bisa  digolongkan kepada kondisi kronis atau  melewati Golden Time standart .
2. Age: jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan risiko komplikasi dan  risiko kondisi penyakit lebih berat.
3. Complication: jika komplikasi yang ditemui bisa  memperberat kondisi pasien.
4. Comorbidity: jika ada  keluhan atau  gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien.
Selain 4 ciri-ciri  di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga bisa  menjadi dasar bagi tenaga medis  untuk melakukan rujukan demi menjamin  pengobatan  dengan persetujuan pasien. 
.  Prognosis
Kategori prognosis antaralain  :
1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit pada  proses kehidupan.
2. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit pada  fungsi organ 
atau  fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang bisa  sembuh total sehingga bisa  beraktivitas seperti biasa.
Prognosis digolongkan antaralain :
1. Sanam: sembuh
2. Bonam: baik 
3. Malam: buruk/jelek
4. Dubia: tidak tentu/ragu-ragu
5. Dubia ad sanam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik
6. Dubia ad malam: tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelekUntuk penentuan prognosis  ditentukan dengan kondisi pasien saat 
diagnosa  dilakukan .








TAENIASIS
Taeniasis yaitu  penyakit zoonosis parasiter yang dipicu  oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia asiatica, Taenia saginata, Taenia solium) pada manusia.
Taenia saginata yaitu  cacing yang terkenal   di negara yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Infeksi lebih mudah terjadi 
bila cara memasak daging setengah matang.
Taenia solium yaitu  cacing pita yang dilihat  di daging babi  yang diolah tidak matang. Untuk T. solium ada  komplikasi berbahaya yaitu  sistiserkosis. Sistiserkosis yaitu  kista T.solium yang bisa dilihat  di seluruh organ, namun yang paling berbahaya jika terjadi di otidak .
Keluhan 
gejala  taeniasis beragam   dan tidak khas. Sebagian masalah  tidak menunjukkan gejala (asimptomatis). gejala  bisa  muncul   akibat iritasi mukosa usus atau  toksin yang dihasilkan cacing. Gejala itu  antara lain:
pusing . Konstipasi. Pusing. Pruritus ani. Diare, 
. Rasa tidak enak pada lambung. Mual . Badan lemah. Berat badan menurun. Nafsu makan menurun. 
Faktor Risiko
Ternak yang tidak dijaga kebersihan kandang  dan makanannya.. Mengkonsumsi daging yang dimasak setengah matang mengandung larva sistiserkosis.. kebersihan  yang rendah dalam pengolahan makanan bersumber daging.
Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan generalis: nyeri ulu hati, ileus juga bisa  terjadi jika cacing memicu  obstruksi usus.
Pemeriksaan gejala   vital.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah tepi: bisa  dilihat  eosinofilia, leukositosis, LED meningkat.
. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik dengan menemukan telur dalam spesimen tinja segar.
. Secara makroskopik dengan menemukan proglotid pada tinja.
diagnosa  Klinis 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Komplikasi: Sistiserkosis
pengobatan 
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:memakai   jamban keluarga.. Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak.
 Farmakologi:
Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau  4 minggu, . Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1 x sehari, selama 3 hari berturut-turut, Pengobatan   cacing dewasa  berhasil bila dilihat  skoleks pada tinja, sedang  pengobatan sistiserkosis hanya bisa  dilakukan dengan melakukan eksisi.
Konseling :
menasihati  keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, 
ciri-ciri  Rujukan
Bila dilihat  gejala    yang mengarah pada sistiserkosis.
Peralatan 
Peralatan laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses.




INFEKSI PADA UMBILIKUS
Tali pusat biasanya lepas pada hari ke-7 sesudah  lahir dan luka baru sembuh pada hari ke-15. Infeksi pada tali pusat atau  jaringan kulit di sekitar perlu  dikenali secara dini dalam rangka mencegah sepsis.
Keluhan, rewel, tidak mau menyusu.Panas
Faktor Risiko
. Kulit tipis sehingga mudah lecet. Imunitas seluler dan humoral belum sempurna. Luka umbilikus
Faktor Predisposisi
Pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril
 Pemeriksaan Fisik: 
--. Infeksi tali pusat berat atau  meluas: bila kemerahan atau  bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau  kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah dan  bayi mengalami pembengkakan perut.
--. gejala   sistemik: demam, tidak ikardia, hipotensi, letargi, somnolen, ikterus
--. Ada gejala   infeksi di sekitar tali pusat seperti mengeluarkan pus yang berbau busuk.kemerahan, panas, bengkak, nyeri, 
--. Infeksi tali pusat lokal atau  terbatas: bila kemerahan dan bengkak terbatas pada area  kurang dari 1cm di sekitar pangkal tali pusat. 
diagnosa  Klinis
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya gejala    infeksi disekitar umblikus seperti bengkak, kemerahan dan kekakuan. Pada keadaan tertentu ada lesi berbentuk impetigo bullosa.
diagnosa  Banding
Granuloma-delayed epithelialization/ Granuloma keterlambatan proses epitelisasi sebab  kauterisasi
Tali pusat normal dengan akumulasi cairan berbau busuk, tidak ada gejala  gejala   infeksi (pengobatan cukup dibersihkan dengan alkohol)
Komplikasi
. Peritonitis. Trombosis vena porta. Abses,  Necrotizing fasciitis dengan gejala   : edema, kulit tampak seperti jeruk disekitar tempat infeksi, progresivitas cepat dan bisa  memicu  kematian maka kemungkinan menderita 
pengobatan 
1. Perawatan lokal
. Pembersihan tali pusat dengan memakai   larutan antiseptik (Klorheksidin atau  iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih 
delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. . sesudah  dibersihkan, tali pusat dioleskan dengan salep antibiotik 3-4 kali sehari.
2. Perawatan sistemik
Bila tanpa gejala sistemik, pasien diberikan antibiotik seperti kloksasilin oral selama lima hari. Bila anak tampak sakit, harus dicek dahulu ada 
tidaknya gejala    sepsis. Anak bisa  diberikan antibiotik gabungan  dengan aminoglikosida. Bila tidak ada kesembuhan , pikirkan  kemungkinan Meticillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA).checkup  kembali bila tidak ada kesembuhan  atau  ada perluasan gejala infeksi dan komplikasi seperti bayi panas, rewel dan mulai tidak  mau makan.
ciri-ciri  Rujukan
ada  gejala   komplikasi sepsis, Bila intak tidak mencukupi dan anak mulai tampak gejala   dehidrasi





 KANDIDIASIS MULUT
Infeksi Candida albicans ini menyerang kulit, mukosa,  organ dalam, sedang  pada bayi bisa  terinfeksi melalui vagina saat dilahirkan, 
Keluhan:
Rasa gatal dan perih di mukosa mulut, rasa metal, dan daya kecap penderita yang berkurang
Faktor Risiko: imunodefisiensi
Pemeriksaan Fisik
Guam atau  oral thrush yang diselaputi pseudomembran pada mukosa mulut.
Pemeriksaan Penunjang 
Sel ragi bisa  dilihat di bawah mikroskop dalam pelarut KOH 10% atau  pewarnaan Gram, Bercak merah, dengan maserasi di area  sekitar mulut, di lipatan  ditambah bercak merah yang terpisah di sekitarnya, 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang.
diagnosa  Banding
Peradangan mukosa mulut yang dipicu  oleh bakteri atau  virus.Komplikasi Diare sebab  kandidiasis saluran cerna, 
pengobatan 
 checkup  penyakit predisposisinya. Gentian violet 1% (dibuat segar/baru) atau  larutan nistatin 100.000 –200.000 IU/ml yang dioleskan 2 – 3 kali sehari selama 3 hari, Memperbaiki status gizi dan menjaga kebersihan oral, 
ditindaklanjuti 
Pasien checkup  kembali Bila  dalam 3 hari tidak ada kesembuhan  dengan obat anti jamur.
Dilakukan skrining pada keluarga dan kesembuhan  lingkungan keluarga untuk menjaga tetap bersih dan kering, 
ciri-ciri  Rujukan
Bila kandidiasis yaitu  akibat dari penyakit lainnya, seperti HIV.Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan KOH, 





LEPRA
Lepra yaitu  penyakit menular, menahun dan dipicu  oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Penularan kemungkinan terjadi melalui saluran pernapasan atas dan kontak  kulit pasien lebih dari 1 bulan terus 
menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun bisa  juga bertahun￾tahun. 
Keluhan 
Bercak kulit berwarna merah atau  putih berbentuk plakat, terutama di wajah dan telinga. Bercak,  mati rasa , tidak gatal. Lepuh pada kulit tidak 
dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila ada  keterlibatan saraf tepi, 
Faktor Risiko
Imunokompromais, Tinggal di area  endemik lepra,  Sosial ekonomi rendah,  kontak  lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang didiagnosa  dengan lepra, 
Pemeriksaan Fisik 
gejala   Patognomonis
gejala    pada saraf Penebalan nervus perifer, kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan , nyeri tekan dan atau  spontan pada saraf, gejala  pada kulit Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat dengan kulit mengkilat atau  kering bersisik. Kulit tidak berkeringat dan berambut. ada  baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan suhu, vitiligo. Pada kulit bisa  pula dilihat  nodul.
anggota gerak dan atau  wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit sembuh.Kerusakan saraf tepi biasanya terjadi pada saraf,  Ekstremitas bisa  terjadi mutilasi Untuk kelainan yang dilihat  pada pemeriksaan fisik,  dipakai   dalam penulisan di rekam medik. Pemeriksaan mikroskopis kuman BTA pada sediaan kerokan jaringan kulit.
diagnosa  dilakukan  Bila  ada  satu dari gejala    utama atau  kardinal , yaitu:
Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit, Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa
 Penebalan saraf tepi yang ditambah gaqngguan fungsi saraf, Sebagian besar pasien lepra didiagnosa  berdasar  pemeriksaan klinis. 
penggolongan  Lepra terdiri dari 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB) dan Multibasilar (MB)
diagnosa  Banding
Bercak eritema:Dermatitis seboroik, Tinea circinata
Psoriasis, 
Bercak putih: Pitiriasis versikolor, Pitiriasis alba
Vitiligo, Nodul :Veruka vulgaris, Sarkoma Kaposi
Neurofibromatosis, 
Komplikasi:  Arthritis.Sepsis.Amiloid sekunder. 
Reaksi kusta yaitu  interupsi dengan episode akut pada perjalanan yang  kronis. Reaksi ini yaitu  reaksi hipersensitivitas  (tipe 1/reversal) atau  hipersentitivitas humoral (tipe 2/eritema nodosum leprosum/ENL).
pengobatan :
--. Obat penunjang (vitamin/roboransia) bisa  diberikan vitamin B1, B6, dan  B12.
--. Tablet MDT bisa  diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan dengan 
tuberkulosis.
--. Untuk pasien yang alergi dapson, bisa  diganti dengan lampren, untuk MB dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi DDS)
--. Pasien diberikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, dan  mengenai pengobatan dan pentingnya kepatuhan untuk eliminasi penyakit.
--. Kebersihan diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
--. Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi dilakukan . 
--. Terapi memakai   Multi Drug Therapy (MDT) pada:
--. Pasien yang baru didiagnosa  kusta dan belum pernah memperoleh   MDT.
--. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini:
 Relaps Masuk kembali sesudah  default (bisa  Pausibasilar PB maupun MB) Pindahan (pindah masuk)
 Ganti penggolongan /tipe
--. Terapi pada pasien Pausibasilar PB: 
--. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan petugas medis ) terdiri dari: 2 kapsul Rifampisin @ 300mg (600mg) 
dan 1 tablet Dapson/DDS 100 mg. 
--. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet  Dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
--. Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
--. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
--. Dosis MDT pada anak <10 tahun bisa  disesuaikan dengan berat badan:
---. Rifampisin: 10-15 mg/kg BeratBadan 
---. Dapson: 1-2 mg/kg BeratBadan 
---. Lampren: 1 mg/kg BeratBadan  
--. Terapi pada Pasien MB: 
--. Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di depan petugas medis ) terdiri dari: 
2 kapsul Rifampisin @ 300mg (600mg), 
3 tablet Lampren (klofazimin) @ 100mg (300mg) dan 1 tablet 
dapson/DDS 100 mg.
--. Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren 50 mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
--. Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
--. Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg, Lampren 150 mg  dan DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedang  dosis harian untuk Lampren 50 mg diselang 1 hari.
Terapi untuk reaksi kusta ringan, dilakukan dengan pemberian prednison dengan cara pemberian:
--. 2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
--. 2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
--. 2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
--. 2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
--. 2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
--. 2 Minggu keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
--. Bila ada  ketergantungan pada  Prednison, bisa  diberikan Lampren lepas
Konseling :
Bila  ada  gejala   dan gejala mirip  pada anggota keluarga lainnya, perlu dibawa dan diperiksakan ke rumahsakit . pasien  diberikan penjelasan tentang lepra, terutama cara penularan dan pengobatannya. . Dari keluarga diminta untuk membantu memantau  pengobatan pasien sehingga bisa  tuntas sesuai waktu pengobatan.
ditindaklanjuti :
--. Release From Treatment (RFT) bisa  dianggap  sesudah  dosis dipenuhi 
tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium. 
--. Setiap petugas medis  harus memantau  tanggal pengambilan obat.
--. Bila terlambat, paling lama dalam 1 bulan harus dilakukan pelacakan.
--. Pasien yang sudah RFT namun memiliki faktor risiko: cacat tingkat 1 atau  2, pernah mengalami reaksi, BTA pada awal pengobatan >3 (ada nodul 
atau  infiltrat), maka perlu dilakukan pengamatan semiaktif.
--. Pasien PB yang sudah  memperoleh   pengobatan 6 dosis (blister) dalam waktu 
6-9 bulan dianggap  RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
--. Pasien MB yang sudah  memperoleh   pengobatan MDT 12 dosis (blister) dalam 
waktu 12-18 bulan dianggap  RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
--Jika pasien PB tidak mengambil/minum obatnya lebih dari 3 bulan dan /pasien MB lebih dari 6 bulan secara kumulatif (tidak mungkin baginya untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka yang bersangkutan dianggap  default. Pasien defaulter tidak diobati 
kembali bila tidak ada  gejala    klinis aktif. Namun jika memiliki gejala    klinis aktif (eritema dari lesi lama di kulit/ ada lesi baru/ ada pembesaran saraf yang baru).Bila sesudah  terapi kembali pada defaulter ternyata berhenti sesudah  lebih 
dari 3 bulan, maka dianggap  default kedua. Bila default lebih dari 2 kali, perlu dilakukan tindakan dan perawatan intensif . 
ciri-ciri  Rujukan 
--. ada  efek samping obat yang serius.
--. Reaksi kusta dengan kondisi:
---. Reaksi yang ditambah komplikasi penyakit lain yang berat, contoh  hepatitis, DM, hipertensi,  tukak lambung berat.
---. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis.
---. Reaksi tipe 1 ditambah dengan bercak ulserasi atau  neuritis.
Peralatan
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan BTA





ANEMIA DEFISIENSI BESI
Anemia secara fungsional diartikan  sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak bisa  memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer. Anemia yaitu  masalah medik yang paling sering ditemukan  di rumahsakit . Diperkirakan >40% 
penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di area  tropis. Keluhan
Pasien datang ke tenaga medis  dengan keluhan:
Penurunan konsentrasi . Sesak nafas
. Lemah. Lesu. Letih. Lelah . Penglihatan berkunang-kunang. Pusing. Telinga berdenging. 
Faktor Risiko: 
 Faktor ekonomi kurang. Infeksi kronik . Vegetarian
 Ibu hamil. Remaja putri. Status gizi kurang.
Pemeriksaan Fisik:
Pucat bisa  terlihat pada: konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan,  jaringan di bawah kuku.
 Gejala anemia defisiensi besi:
. Disfagia. Atrofi papil lidah. Stomatitis angularis
. Koilonikia
Pemeriksaan Penunjang : 
Pemeriksaan Khusus (dilakukan di rumahsakit ) Serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum, 
 Pemeriksaan darah: hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit, trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi (apusan darah tepi), MCV, MCH, 
MCHC, feses rutin,  urin rutin.
diagnosa  Klinis
Anemia yaitu  suatu sindrom yang bisa  dipicu  oleh penyakit dasar sehingga penting menentukan penyakit dasar yang memicu  anemia. diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah dengan ciri-ciri  Hb darah kurang dari kadar Hb normal.Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO: 
wanita  hamil: >11 g/dL,  Laki-laki: >13 g/dL, wanita : >12 g/dL
diagnosa  Banding : 
Anemia hemolitik, . Anemia pada penyakit kronik, 
. Anemia defisiensi vitamin B12,. Anemia aplastik, .
Komplikasi: 
Pada ibu hamil: BeratBadan LR dan IUFD
 Pada anak: gangguan pertumbuhan dan perkembangan, Pada ibu hamil: BeratBadan LR dan IUFD
Penyakit jantung anemia, 
pengobatan 
teori  pengobatan  anemia harus berdasar  diagnosa  definitif yang sudah  dilakukan . sesudah  aktifitas  diagnosa  bisa  diberikan sulfas ferrosus 
3 x 200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi elemental).
Untuk aktifitas  diagnosa  definitif anemia defisiensi besi memerlukan pemeriksaan laboratorium di layananan sekunder dan pengobatan  
selanjutnya bisa  dilakukan di rumahsakit .Konseling :
Pasien dinasihati  mengenai efek samping obat berwujud  mual, muntah, heartburn, konstipasi, diare, dan  BAB kehitaman.. Bila ada  efek samping obat maka segera ke rumahsakit .
memberi  pengertian kepada keluarga tentang perjalanan penyakit dan pengobatan , sehingga meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat dan  meningkatkan kualitas hidup pasien.
ciri-ciri  Rujukan 
Anemia sebab  pemicu  yang tidak termasuk kompetensi tenaga medis  rumahsakit  contoh  anemia aplastik, anemia hemolitik dan anemia 
megaloblastik.. Jika diperoleh  kegawatdaruratan  (contoh  pendarahan  aktif atau  distres pernafasan) pasien segera dirujuk.
. Anemia tanpa gejala dengan kadar Hb <8 g/dL.
. Anemia dengan gejala tanpa melihat-lihat  kadar Hb segera dirujuk.. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb <7 g/dL).
Peralatan
Pemeriksaan laboratorium sederhana (darah rutin, urin rutin, feses rutin).




HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau  keluhan tertentu. Pasien datang bisa  dengan keluhan:
Keluhan ditambah kehilangan berat badan (BeratBadan ) >10% dari berat badan dasar. 
. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya. . Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau  intermiten lebih dari satu bulan.
. Diare yang terus menerus atau  intermiten lebih dari satu bulan, 
Faktor Risiko
. Pernah memperoleh  transfusi darah, 
. Pembuatan tato dan atau  alat medis/alat tajam yang tercemar HIV . Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS. Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif HIV, . Penjaja seks laki-laki atau  wanita . pemakaian  NAPZA suntik, 
. Laki-laki yang berkaitan  seks dengan sesama laki-laki dan transgender, . Hubungan seksual yang berisiko atau  tidak aman. Pernah atau  sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS), 
Pemeriksaan Fisik :
. Pembesaran kelenjar getah bening. Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis, . Dada: bisa  ditemukan  ronki basah akibat infeksi paru, . perut : hepatosplenomegali, nyeri, atau  massa. Anogenital: gejala    herpes simpleks, duh vagina atau  uretra. Neurologi: gejala   neuropati dan kelemahan neurologis, . keadaan  : Demam, Berat badan turun, . Kulit, gejala    herpes simpleks dan zoster atau  jaringan parut bekas herpes zoster, gejala  masalah kulit terkait HIV contoh  kulit kering dan dermatitis seboroik, 
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
--. Tes HIV memakai   strategi III yatu memakai   3 macam tes dengan titik tangkap yang berbeda, biasanya  dengan ELISA dan  dikonfirmasi Western Blot, 
--. Pemeriksaan DPL 
--. Hitung jenis leukosit :
Limfopenia dan CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari jumlah total limfosit)
2. Radiologi: X-ray torak
Sebelum melakukan tes HIV perlu dilakukan konseling sebelumnya. ada  2 macam pendekatan untuk tes HIV
--. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas medis  (TIPK – PITC = 
Provider-Initiated Testing and Counseling)
--. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary Counseling and Testing) 
iagnosa  Klinis
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil tes HIV. Stadium klinis harus dinilai saat  kunjungan awal dan setiap kali 
kunjungan.
 Stadium klinis HIV
Stadium 1 Asimptomatik
1. Tidak ada penurunan BeratBadan 
2. Tidak ada gejala atau  hanya limfadenopati generalisata persisten
Stadium 2 Sakit Ringan
--. Ulkus mulut yang berulang
--. Ruam kulit yang gatal (Papular pruritic eruption)
--. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
--. Keilitis angularis
--. Dermatitis seboroik
--. Infeksi jamur pada kuku
--. Penurunan BeratBadan  bersifat sedang yang tidak diketahui pemicu  
(<10% dari perkiraan BeratBadan  atau  BeratBadan  sebelumnya)
--. ISPA berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis)
Stadium 3 Sakit Sedang
--. Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau  sendi, bakteriemia, penyakit inflamasi 
panggul yang berat)
--. Stomatitis nekrotikans ulseratif akut, ginggivitis atau  periodontitis
--. Demam menetap yang tidak  diketahui pemicu 
--. Kandidiasis pada mulut yang menetap
--. Oral hairy leukoplakia
--. Tuberkulosis paru
--. Anemia yang tidak  diketahui pemicu  (Hb <8g/dL), neutropeni (<0,5 x 10 g/L) dan atau  trombositopenia kronis (<50 x 10 g/L)
--. Penurunan berat badan yang tidak  diketahui pemicu  (> 10% dari perkiraan BeratBadan  atau  BeratBadan  sebelumnya)
--. Diare kronis yang tidak  diketahui pemicu  lebih dari 1 bulan
Stadium 4 Sakit Berat (AIDS):
--. Kandidiasis esofageal (atau  kandidiasis trakea, bronkus atau  paru)--. Tuberkulosis ekstra paru
--. Sarkoma kaposi--. Penyakit sitomegalovirus 
(retinitis atau  infeksi organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening)
--. Toksoplasmosis di sistem saraf pusat--. Ensefalopati HIV--. Sindrom wasting HIV
--. Pneumonia pneumocystis jiroveci
--. Pneumonia bakteri berat yang berulang
--. Infeksi herpes simplekskronis (orolabial, genital, atau  anorektal selama lebih dari 1 bulan atau  viseral di bagian manapun)
diagnosa  Banding
Penyakit gangguan sistem imun
pengobatan 
pengobatan  HIV di rumahsakit  bisa  dimulai Bila  penderita HIV sudah dipastikan tidak memiliki komplikasi atau  infeksi oportunistik yang bisa  memicu munculnya  sindrom pulih imun. Evaluasi ada tidaknya infeksi oportunistik bisa  dengan merujuk ke rumahsakit  untuk pemeriksaan lebih lanjut sebab  gejala  infeksi pada penderita HIV sering tidak khusus .
Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 (bila tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi HIV.
1. Tidak tersedia pemeriksaan CD4 
Penentuan mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian klinis. 
2. Tersedia pemeriksaan CD4 
--. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4 <350 sel/mm3
tanpa melihat-lihat  stadium klinisnya. 
--. Terapi ARV disarankan  pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa melihat-lihat  jumlah CD4 
ditindaklanjuti 
1. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya setiap 6 bulan sekali. 
2. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral
a. Pemantauan klinis
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV dan lalu  setiap 6 bulan bila pasien sudah  mencapai keadaan stabil.
b. Pemantauan laboratorium
 Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau  lebih sering bila ada indikasi klinis. 
 Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka perlu dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapi atau  ada indikasi gejala   dan gejala anemia 
 Bila memakai   NVP untuk wanita  dengan CD4 antara 250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai terapi  ARV (bila memungkinkan), dilanjutkan dengan pemantauan 
berdasar  gejala .  Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang memperoleh  TDF. 
Konseling :
menasihati  keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya.
Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi bedan  pasangan seksualnya, sesuai dengan 
ketentuan yang berlaku.
ciri-ciri  Rujukan
Pasien HIV/AIDS dengan komplikasi. sesudah  dianggap  terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke rumahsakit  untuk menjalankan beberapa  layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan penilaian virologi. 
Peralatan Layanan VCT
Prognosis  tergantung kondisi pasien saat datang dan pengobatan. Terapi hingga saat ini yaitu  untuk memperpanjang masa hidup, 





VARISELA
Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis ada  gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama 
berlokasi di bagian pusat  tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari. Penularan melalui udara  dan kontak  langsung.
Keluhan
Demam, malaise,  nyeri kepala. lalu  disusul muncul nya lesi kulit berwujud  papul eritem yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Biasanya ditambah rasa gatal.
Faktor Risiko
Keadaan imunodefisiensi. Anak-anak.
Riwayat kontak  dengan penderita varisela.
Pemeriksaan Fisik 
gejala   Patognomonis
Erupsi kulit berwujud  papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam  berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berwujud  tetesan embun,  Vesikel akan menjadi keruh dan lalu  menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, muncul  lagi vesikel-vesikel baru yang memicu  
gambaran polimorfik khas untuk varisela. Penyebaran terjadi secara sentrifugal,   bisa  menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran 
napas atas.
Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis dengan menemukan sel Tzanckyaitu sel datia berinti banyak. 
diagnosa  Klinis
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
diagnosa  Banding
. Coxsackievirus. Rickettsialpox. Variola
. Herpes simpleks disseminata
Komplikasi
Varisela pada kehamilan berisiko untuk memicu  infeksi intrauterin pada janin, memicu  sindrom varisela kongenital.Pneumonia, ensefalitis, hepatitis, terutama terjadi pada pasien dengan gangguan imun. 
pengobatan 
--. Losio kalamin bisa  diberikan untuk mengurangi gatal.
--. Pengobatan antivirus oral, antara lain:
Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat itu  selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama sesudah  muncul  lesi.  Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kg BeratBadan  (dosis maksimal 800 mg), 
--. Gesekan kulit perlu dihindari agar tidak memicu  pecahnya vesikel. Selain itu, dilakukan pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah 
kontak  dengan orang lain.
--. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari sebab  bisa  memicu  Reye’s syndrome.
Konseling :
nasihat  bahwa varisella yaitu  penyakit yang self-limiting pada anak yang imunokompeten. Komplikasi yang ringan bisa  berwujud  infeksi bakteri sekunder. Oleh sebab  itu, pasien sebaiknya menjaga kebersihan tubuh.Penderita sebaiknya dikarantina untuk mencegah penularan. 
ciri-ciri  Rujukan 
Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis.ada  gangguan imunitas,  




MORBILI
Morbili yaitu   penyakit yang dipicu  oleh virus Measles. Nama lain dari penyakit ini yaitu  rubeola atau  campak. Morbili yaitu  penyakit yang  infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas bernafas, batuk, atau  bersin. Pada bayi dan balita, morbili bisa  memicu  komplikasi 
yang fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis. 
Salah satu strategi menekan mortalitas dan morbiditas penyakit morbili yaitu  dengan vaksinasi. 
Masa inkubasi 10-15 hari. 
. Belum memperoleh   imunisasi campak
. Gejala prodromal berwujud  demam, malaise, gejala respirasi atas (pilek, batuk),  konjungtivitis. 
. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan papula eritem, yang dimulai pada kepala area  perbatasan dahi rambut, di 
belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.
. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.
. Pada orofaring dilihat  koplik spot sebelum munculnya eksantem.
. Gejala eksantem berwujud  lesi makula dan papula eritem, dimulai pada kepala pada area  perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan 
menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki 
. Pada hari ketiga, lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan sesuai urutan muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau  deskuamasi ringan. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.
Pemeriksaan Penunjang
biasanya   tidak diperlukan. Pada pemeriksaan sitologi bisa  dilihat  sel datia berinti banyak pada sekret. Pada masalah  tertentu, mungkin diperlukan  pemeriksaan serologi IgM anti-Rubella untuk mengkonfirmasi diagnosa .
1. diagnosa  biasanya  bisa  dilakukan  dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. diagnosa  banding:
Scarlet fever, . Mononukleosis infeksiosa, 
. Infeksi Mycoplasma pneumoniae, . Erupsi obatb. Eksantem virus yang lain (rubella, eksantem subitum), 
Komplikasi
Komplikasi lebih umum terjadi pada anak dengan gizi buruk, anak yang belum memperoleh   imunisasi, dan anak dengan imunodefisiensi dan leukemia.  Komplikasi berwujud  otitis media, pneumonia, ensefalitis, trombositopenia. Pada 
anak HIV yang tidak diimunisasi, pneumonia yang fatal bisa  terjadi tanpa munculnya lesi kulit.
pengobatan 
Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan antipiretik. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik. Terapi pendukung  diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis, 
. Suplementasi vitamin A diberikan pada:
--. Usia di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.
--. Anak dengan gejala   defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia, dilanjutkan dosis ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu 
lalu . 
--. Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.
--. Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.
Konseling :
nasihat  keluarga dan pasien bahwa morbili yaitu  penyakit yang menular. namun , pada sebagian besar pasien infeksi bisa  sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat pendukung . nasihat  pentingnya memperhatikan cairan yang hilang dari diare/emesis.Untuk keluarga  yang rentan, bisa  diberikan vaksin campak atau  human immunoglobulin untuk pencegahan. Vaksin efektif bila diberikan dalam 3 hari terpapar dengan penderita. Imunoglobulin bisa  diberikan pada 
pasien  dengan gangguan imun, bayi usia 6 bulan -1 tahun, bayi usia kurang  dari 6 bulan yang lahir dari ibu tanpa imunitas campak, dan wanita hamil.
ciri-ciri  Rujukan 
Perawatan di rumah sakit untuk campak dengan komplikasi ( croup, ensefalitis, superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi)
Peralatan
Tidak diperlukan peralatan khusus untuk melakukan  diagnosa  morbili. Prognosis
Prognosis biasanya   baik sebab  penyakit ini yaitu  penyakit self￾limiting disease, 





TUBERKULOSIS (TB) PARU
Tuberkulosis (TB) yaitu  penyakit menular langsung yang dipicu  oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun bisa  juga mengenai organ tubuh lainnya.Saat ini muncul  
kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).Suspek TB yaitu  pemilik gejala  TB.
gejala  TB Paru yaitu  batuk produktif lebih dari 2 minggu, yang ditambah 
Gejala sistemik (demam,tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam dan mudah lelah).Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas,hemoptisis), 
Pemeriksaan Fisik
Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru,  Pada awal permulaan perkembangan penyakit biasanya  sulit sekali menemukan kelainan. Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah di apex paru, gejala    mediastinum, penarikan paru, diafragma dan Pemeriksaan Penunjang
--Untuk TB non paru, spesimen bisa  diambil dari bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura atau  biopsi jaringan.
--. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik. 
--. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.
--. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/BTA) atau kulturkuman dari spesimen sputum/dahak saat -pagi-saat . 
Pada TB, biasanya  di apeks paru ada  gambaran bercak-bercak awan  dengan batas yang tidak jelas atau  bila dengan batas jelas membentuk 
tuberkuloma. Gambaran lain yang bisa  menyertai yaitu, efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul), kavitas (bayangan berwujud  cincin berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, tes tuberkulin pada anak).
ciri-ciri  diagnosa 
berdasar  International standart s for Tuberkulosis Care (ISTC 2014)standart  diagnosa 
--. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru, spesimen dari organ yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis. Uji Xpert MTB/RIF disarankan  sebagai pilihan uji mikrobiologis untuk pasien terduga meningitis sebab  memerlukan  aktifitas  diagnosa  yang cepat.
--. Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF dan atau  kultur dahak. Jika apusan dan uji Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien denga gejala  yang mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti tuberkulosis sesudah  
pemeriksaan kultu, 
--. Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu mengeluarkan dahak, harus diperiksa mikroskopis spesimen apusan sputum/dahak 
minimal 2 kali atau  1 spesimen sputum untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF*, yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin, salah satu diantaranya yaitu  spesimen pagi. Pasien dengan risiko resistensi obat, risiko HIV atau  sakit parah sebaiknya melakukan pemeriksan Xpert 
MTB/RIF* sebagai uji diagnostik awal. Uji serologi darah dan interferon￾gamma release assay sebaiknya tidak dipakai   untuk mendiagnosa  TB 
aktif.
--. Untuk memastikan diagnosa  lebih awal, petugas medis  harus waspada pada  pasien  dan grup dengan faktor risiko TB dengan melakukan 
evaluasi klinis dan pemeriksaaan diagnostik yang tepat pada mereka dengan gejala TB.
--. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas pemicu , harus dievaluasi untuk TB.
pengobatan :
-- Mencegah kekambuhan TB, 
--. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
--. Mencegah munculnya  resistensi obat dan penularannya, 
--. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas pasien, 
--. Mencegah kematian akibat TB aktif atau  efek lanjutan, 
teori -teori  terapi:
--. Untuk menjamin kepatuhan pasien berobat hingga selesai, diperlukan suatu pendekatan yang berpihak kepada pasien (patient centered approach) dan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT= directly observed 
treatment) oleh  pengawas menelan obat.
--. Semua pasien harus dipantau  tanggapan  pengobatannya. Indikator penilaian terbaik yaitu  pemeriksaan dahak berkala yaitu pada akhir tahap awal, bulan ke-5 dan akhir pengobatan.
--. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk gabungan  dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hindari pemakaian  monoterapi.
--. Pemakaian OAT-gabungan  Dosis Tepat (KDT) / Fixed Dose Combination(FDC) akan lebih menguntungkan dan disarankan .
--. Obat ditelan sekaligus (single dose) dalam keadaan perut kosong.
--. Setiap praktisi yang mengobati pasien tuberkulosis mengemban tanggung 
jawab kesehatan masyarakat.
--. Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama.
--. Rekaman tertulis tentang pengobatan, tanggapan  bakteriologis dan efek samping harus tercatat dan tersimpan.Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan
1. Tahap awal memakai   paduan obat rifampisin, etambutol, isoniazid, pirazinamid 
--. Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negatif(konversi) sesudah  menyelesaikan pengobatan tahap awal. sesudah  
terjadi konversi pengobatan dilanujtkan dengan tahap lanjut.
--. Pada tahap awal pasien memperoleh   pasien yang terdiri dari 4 jenis obat 
( etambutol, rifampisin, isoniazid, pirazinamid,), diminum setiap hari dan diawasi secara langsung untuk menjamin kepatuhan minum obat dan mencegah munculnya  kekebalan obat.
--. Bila pengobatan tahap awal diberikan secara kuat , daya penularan menurun dalam kurun waktu 2 minggu, 
2. Tahap lanjutan memakai   paduan obat rifampisin dan isoniazid
--. Obat bisa  diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat program) atau  tiap hari (obat non program).
--. Tahap lanjutan penting untuk mengusir  kuman persisten sehingga mencegah munculnya  kekambuhan.
--. Pada tahap lanjutan pasien memperoleh   2 jenis obat (rifampisin dan isoniazid), namun dalam jangka waktu yg lebih lama (minimal 4 bulan).
Panduan OAT lini pertama yang dipakai   oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di negarakita  yaitu  antaralain  :
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Artinya pengobatan tahap awal selama 2 bulan diberikan tiap hari dan tahap lanjutan selama 4 bulan diberikan 3 kali dalam seminggu. Jadi lama 
pengobatan seluruhnya 6 bulan.
2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Diberikan pada TB paru pengobatan ulang (TB kambuh, gagal 
pengobatan, putus berobat/default). Pada kategori 2, tahap awal 
pengobatan selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan RHZE ditambah suntikan 
streptomisin, dan 1 bulan HRZE. Pengobatan tahap awal diberikan setiap hari. Tahap lanjutan diberikan HRE selama 5 bulan, 3 kali seminggu. Jadi lama pengobatan 8 bulan.
3. OAT sisipan : HRZE
Bila  pemeriksaan dahak masih positif (belum konversi) pada akhir pengobatan tahap awal kategori 1 maupun kategori 2, maka diberikan 
pengobatan sisipan selama 1 bulan dengan HRZE.
Konseling :
--. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan
--. menasihati  keluarga tentang penyakit tuberkulosis, 
--. Pengawasan ketaatan minum obat dan checkup  secara teratur.
ciri-ciri  Rujukan 
--. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
--. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB-MDR.
--. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) namun  tidak menunjukkan kesembuhan  
sesudah  pengobatan dalam jangka waktu tertentu 
--. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan) 
--. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) sesudah  jangka waktu tertentu 
Peralatan
Radiologi. Uji Gen Xpert-Rif Mtb jika fasilitas tersedia. Laboratoriumuntuk pemeriksaan sputum, darah rutin.. 
Prognosis biasanya   baik Bila  pasien melakukan terapi sesuai dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi 
kurang baik.
ciri-ciri  hasil pengobatan:
--. Putus berobat (default): pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut  atau  lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
--. Gagal: Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau  kembali  menjadi positif pada bulan ke lima atau  selama pengobatan.
--. Sembuh: pasien sudah  menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan 
pemeriksaan apusan dahak ulang (follow up), hasilnya negatif pada foto toraks AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
--. Pengobatan lengkap: pasien yang sudah  menyelesaikan pengobatannya secara lengkap namun  tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada foto toraks AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
--. Meninggal: pasien yang meninggal dalam masa pengobatan sebab  sebab apapun.
--. Pindah  pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.





TUBERKULOSIS (TB) PARU PADA ANAK
 bahwa TB  yaitu  penyakit infeksi yang paling banyak memicu  kematian pada anak dan orang dewasa. Kematian akibat TB lebih banyak dibandingkan  kematian akibat malaria dan AIDS. Anak kecil sering  tidak menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelenjar hilus pada foto toraks. Gejala sistemik/umum TB pada anak:
--. Lesu atau  malaise, anak kurang aktif bermain.
--. Batuk lama atau  persisten ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau  intensitas semakin lama semakin parah) dan pemicu  batuk lain sudah  disingkirkan
--. Keringat malam bisa  terjadi, namun keringat malam saja Bila  tidak ditambah dengan gejala-gejala sistemik/umum lain bukan yaitu  gejala 
khusus  TB pada anak
--. Nafsu makan tidak ada  atau  berkurang, ditambah gagal tumbuh 
--. Masalah Berat Badan (BeratBadan ):
---. BeratBadan  turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, atau 
---. BeratBadan  tidak naik dalam 1 bulan sesudah  diberikan usaha  kesembuhan  gizi yang baik atau 
---. BeratBadan  tidak naik dengan kuat .
--. Demam lama (≥2 minggu) dan atau  berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain lain).Demam biasanya  tidak tinggi (subfebris) dan bisa  ditambah keringat malam.
Pemeriksaan fisik pada anak tidak khusus  tergantung seberapa berat manifestasi respirasi dan sistemiknya. 
Pemeriksaan Penunjang
--. Mikrobiologis 
Pemeriksaan di atas sulit dilakukan pada anak sebab  sulitnya memperoleh  spesimen berwujud  sputum. Sebagai gantinya, dilakukan 
pemeriksaan bilas lambung  3 hari berturut-turut, minimal 2 hari. Hasil pemeriksaan mikroskopik langsung pada anak sebagian besar negatif, sedang  hasil biakan M. tuberculosis memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 6−8 minggu. Saat ini ada pemeriksaan biakan yang  hasilnya diperoleh lebih cepat (1−3 minggu), yaitu pemeriksaan Bactec, namun  biayanya mahal dan secara teknologi lebih rumit.Pasien TB anak bisa  dilihat  melalui dua pendekatan , yaitu :
---. Investigasi pada  anak yang kontak  erat dengan pasien TB dewasa aktif dan menular
---. Anak yang datang ke rumahsakit  dengan gejala dan gejala  yang mengarah ke TB.(gejala  TB pada anak tidak khas).Sistem skoring (scoring system)diagnosa  TB membantu tenaga kesehatan  agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan 
penunjang sederhana sehingga diharapkan bisa  mengurangi munculnya  underdiagnosa maupun overdiagnosa .Anak dianggap  probable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau  lebih. Namun 
, jika anak yang kontak  dengan pasien BTA positif dan uji tuberkulinnya positif namun tidak diperoleh  gejala, maka anak cukup diberikan profilaksis INH terutama anak balita
Catatan:
--. Gambaran foto toraks mengarah ke TB berwujud : pembesaran kelenjar hilus 
atau  milier, kalsifikasi dengan infiltrat, tuberkuloma.paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi segmental/lobar, 
--. Semua bayi dengan reaksi cepat (< 2 minggu) saat imunisasi BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.Pasien usia balita yang memperoleh   skor 5, dengan gejala  yang 
meragukan, maka pasien itu  dirujuk ke rumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut.
--. Bila BeratBadan  kurang, diberikan usaha  kesembuhan  gizi dan dievaluasi selama 1 bulan.
--. Demam (> 2 minggu) dan batuk (> 3 minggu) yang tidak membaik sesudah  diberikan pengobatan sesuai baku terapi di rumahsakit 
umber Penularan Dan Case Finding TB Anak
Bila  kita menemukan  anak dengan TB, maka harus dicari sumber penularan yang memicu  anak itu  tertular TB. Sumber penularan 
yaitu  orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak  erat dengan anak itu . Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan 
radiologis dan BTA sputum (pelacakan sentripetal).  Evaluasi Hasil Pengobatan 
Sebaiknya pasien checkup  setiap bulan. Evaluasi hasil pengobatan dilakukan  sesudah  2 bulan terapi. Evaluasi pengobatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu evaluasi klinis, evaluasi radiologis, dan pemeriksaan LED. Evaluasi yang 
terpenting yaitu  evaluasi klinis, yaitu menghilang atau  membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal pengobatan, contoh  penambahan BeratBadan  yang berguna , hilangnya demam, hilangnya batuk, kesembuhan  nafsu makan, . Bila  tanggapan  pengobatan baik, maka pengobatan dilanjutkan. , OAT bisa  memicu  berbagai efek samping. Efek samping yang cukup sering terjadi pada pemberian isoniazid dan rifampisin yaitu  gangguan gastrointestinal, hepatotoksisitas, ruam  gatal,   demam, 
ciri-ciri  Rujukan 
Terjadi efek samping obat yang berat.
. Putus obat yaitu bila berhenti menjalani pengobatan selama >2 minggu,. Tidak ada kesembuhan  klinis dalam 2 bulan pengobatan.
Peralatan
Mantoux test (uji tuberkulin), Radiologi,  Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin, 
--. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-23 2TU atau  PPD S 5TU, secara intrakutan di bagian volar lengan 
bawah. Pembacaan dilakukan 48−72 jam sesudah  penyuntikan. Pengukuran dilakukan pada  indurasi yang muncul , bukan hiperemi/eritemanya. 
Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, digejalai  dengan pulpen, lalu  diameter transversal indurasi diukur 
dengan alat pengukur transparan,  hasilnya dianggap  dalam milimeter. Jika tidak muncul  indurasi sama sekali, hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm, jangan hanya dilaporkan sebagai negatif. Selain ukuran indurasi, perlu dinilai tebal tipisnya indurasi dan perlu dicatat jika dilihat  vesikel hingga bula. biasanya , hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi ≥10 mm dianggap  positif tanpa menghiraukan pemicu .
--. Foto toraks
 kelainan-kelainan radiologis pada TB bisa  juga ditemukan  pada penyakit lain. Foto toraks tidak cukup hanya dibuat secara antero-posterior (AP), namun  harus ditambah dengan foto lateral, mengingat bahwa pembesaran KGB di area  hilus biasanya lebih jelas. biasanya , gambaran radiologis yang sugestif TB yaitu  sebagai 
berikut:
Kalsifikasi dengan infiltrat
. Atelektasis. Kavitas. Efusi pleura. Tuberkuloma
. Pembesaran kelenjar hilus atau  paratrakeal dengan/tanpa infiltrat. Konsolidasi segmental/lobar. Milier. 



 TB DENGAN HIV
TB meningkatkan progresivitas HIV sebab  penderita TB dan HIV sering memiliki  kadar jumlah virus HIV yang tinggi.Pada keadaan koinfeksi terjadi  penurunan imunitas lebih cepat dan pertahanan hidup lebih singkat walaupun 
pengobatan TB berhasil. Penderita TB/HIV memiliki  kemungkinan hidup lebih singkat dibandingkan penderita HIV yang tidak pernah kena TB. Obat antivirus HIV (ART) menurunkan tingkat kematian pada pasien TB/HIV.
Batuk tidak yaitu  gejala utama pada pasien TB dengan HIV. Pasien diindikasikan untuk pemeriksaan HIV jika:
---. Berat badan turun drastis
---. Sariawan/Stomatitis berulang
---. Sarkoma Kaposi
---. Riwayat perilaku risiko tinggi seperti 
. Waria. Pekerja seks. Pramuria panti pijat
. pemakaian  NAPZA suntikan. Homoseksual
Pemeriksaan Fisik
Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal permulaan perkembangan penyakit biasanya  sulit sekali menemukan kelainan. 
Pemeriksaan Penunjang 
. Untuk TB non paru, spesimen bisa  diambil dari bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura atau  biopsi jaringan.
. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik. 
. Pemeriksaan kadar CD4.
. Uji anti-HIV
. Pemeriksaan darah lengkap bisa  ditemukan  limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.
. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) atau  kultur kuman dari spesimen sputum/ dahak saat -pagi-saat . 
Pada area  dengan angka prevalensi HIV yang tinggi pada populasi dengan  kemungkinan koinfeksi TB-HIV maka konseling dan pemeriksaan HIV diindikasikan untuk seluruh pasien TB sebagai bagian dari pengobatan  
rutin. Pada area  dengan prevalensi HIV yang rendah, konseling dan pemeriksaan HIV diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan gejala    
yang diduga berkaitan  dengan HIV dan pada pasien TB dengan riwayat risiko terpajan HIV.
diagnosa  Banding
. Aspergillosis. Kriptokokokis. Pneumocystic carinii pneumonia (PCP), 
Komplikasi: 
. Penyakit perikardial. TB Milier. Meningitis TB
. Limfadenopati. Efusi pleura, 
pengobatan  
--. Desensitisasi obat (INH/Rifampisin) tidak boleh dilakukan sebab  memicu  efek toksik yang serius pada hati.
--. Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi tanggapan  pada  pengobatan, selain dipikirkan ada nya malpenyerapan  obat. Pada pasien 
HIV/AIDS ada  korelasi antara imunosupresi yang berat dengan derajat penyerapan, sebab nya dosis standart  yang diterima suboptimal sehingga 
konsentrasi obat rendah dalam serum. 
--. Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB tanpa HIV/AIDS
--. teori  pengobatan yaitu  memakai   gabungan  beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis dan  jangka waktu yang tepat.
--. Pasien dengan koinfeksi TB-HIV, segera diberikan OAT dan pemberian ARV dalam 8 minggu pemberian OAT tanpa mempikirkan  kadar 
CD4.
--. Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS  berbahaya sebab  akan memicu  efek toksik berat pada kulit.
--. Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik sekali pakai yang steril.
--. Perlu diperhatikan, pemberian secara bersamaan memicu  pasien  menelan obat dalam jumlah yang banyak sehingga bisa  terjadi 
ketidakpatuhan, komplikasi, efek samping, interaksi obat dan Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome.
--. Setiap penderita TB-HIV harus diberikan profilaksis kotrimoksasol dengan dosis 960 mg/hari (dosis tunggal) selama pemberian OAT.
Konseling :
Konseling dilakukan pada pasien yang dicurigai HIV dengan merujuk pasien ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing). 
ciri-ciri  Rujukan 
--. Pasien dengan sputum BTA tetap (+) sesudah  jangka waktu tertentu 
--. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
--. Suspek TB–MDR harus dirujuk ke pusat rujukan TB–MDR .
--. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (+) namun  tidak menunjukkan kesembuhan  
sesudah  pengobatan dalam jangka waktu tertentu 
--. Pasien dengan sputum BTA (-), klinis (-/ meragukan) 
Peralatan
Radiologi, Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin, Mantoux test





MALARIA
yaitu  suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang dipicu  oleh  parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan digejalai  dengan dilihat nya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala pembesaran limpa, demam, menggigil, anemia, 
Keluhan
nyeri otot  persendian, nafsu makan menurun, sakit perut, mual muntah,  diare, Demam hilang muncul , saat  demam hilang ditambah dengan menggigil, berkeringat,   ditambah dengan pusing , 
Faktor Risiko 
. Pernah berkunjung 1-4 minggu di area  endemik malaria.. Riwayat memperoleh   transfusi darah, 
. Riwayat menderita malaria sebelumnya.
. Tinggal di area  yang endemis malaria.
 Pemeriksaan Fisik
--. gejala   Patognomonis
a. Pada periode dingin dan berkeringat:
Pada kondisi tertentu bisa dilihat  penurunan kesadaran.Kulit teraba dingin dan berkeringat.
 Nadi teraba cepat dan lemah.
b. Pada periode demam: 
Nadi teraba cepat Pernapasan cepat (tidak ipneu)
kulit kering. Pasien bisa  juga terlihat pucat. 
 Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu tubuh meningkat bisa  sampai di atas 400C 
--. Toraks: Terlihat pernapasan cepat.
--. perut : Teraba pembesaran hepar dan limpa, bisa  juga dilihat  asites.
--. Ginjal: bisa dilihat  urin berwarna coklat kehitaman, oligouri atau  anuria.
--. Ekstermitas: akral teraba dingin yaitu  gejala    menuju syok.
--. pada malaria serebral bisa  dilihat  kaku kuduk.Kepala: Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis,  
Pemeriksaan Penunjang
--Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT)
diagnosa  Klinis diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis (Trias Malaria: panas –
menggigil – berkeringat), pemeriksaan fisik, dan dilihat nya parasit  plasmodium pada pemeriksaan mikroskopis hapusan darah tebal/tipis.
--Pemeriksaan hapusan darah tebal dan tipis dilihat  parasit  Plasmodium.
penggolongan 
--. Malaria ovale, dilihat  Plasmodium ovale.
--. Malaria malariae, dilihat  Plasmodium malariae.
--. Malaria knowlesi, dilihat  Plasmodium knowlesi.
--. Malaria falsiparum, dilihat  Plasmodium falsiparum.
--. Malaria vivaks dilihat  Plasmodium vivax.
diagnosa  Banding : Leptospirosis. Infeksi virus akut lainnya. Demam Dengue. Demam Tifoid. 
Pengobatan Malaria falsiparum
1. Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination (FDC) yang terdiri dari  Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP) tiap tablet mengandung 40 
mg Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin.Untuk dewasa dengan  Berat Badan (BeratBadan ) sampai dengan 59 kg diberikan DHP per oral 3 tablet  satu kali per hari selama 3 hari dan Primakuin 2 tablet sekali sehari satu 
kali pemberian, sedang  untuk BeratBadan  >.60 kg diberikan 4 tablet DHP satu  kali sehari selama 3 hari dan Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali 
pemberian. Dosis DHA = 2-4 mg/kg BeratBadan  (dosis tunggal),  Piperakuin = 16-32 mg/kg BeratBadan  (dosis tunggal), Primakuin = 0,75 
mg/kg BeratBadan  (dosis tunggal). 
2. Lini kedua (pengobatan malaria falsiparum yang titidak menanggapi   
pengobatan DHP): Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis kina 
= 10 mg/kg BeratBadan /kali (3x/hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5 mg/kg BeratBadan  per 
hari ( dewasa, 2x/hari selama7 hari) , 2,2 mg/kg BeratBadan /hari ( 8-14 tahun, 
2x/hari selama 7 hari) , T etrasiklin = 4-5 mg/kg BeratBadan /kali (4x/hari selama 7 
hari).
Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale 
1. Lini pertama: Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP), diberikan 
peroral satu kali per hari selama 3 hari, p r im a k u i n = 
0,2 5 mg/kg BeratBadan /hari (selama 14 hari). 2. Lini kedua (pengobatan malaria vivax yang titidak menanggapi   
pengobatan DHP): Kina + Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kg BeratBadan /kali 
(3x/hari selama 7 hari), Primakuin = 0,25 mg/kg BeratBadan  (selama 14 
hari).
3. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh):
a. Diberikan lagi regimen DHP yang sama namun  dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kg BeratBadan /hari.
b. Dugaan relaps pada malaria vivax yaitu  Bila  pemberian  Primakiun dosis 0,25 mg/kg BeratBadan /hari sudah diminum selama 14 hari dan  penderita sakit kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3  minggu sampai 3 bulan sesudah  pengobatan. 
Pengobatan Malaria malariae 
Cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan dosis sama dengan  pengobatan malaria lainnya dan dengan dosis sama dengan pengobatan  malaria lainnya dan tidak diberikan Primakuin.  Pengobatan infeksi campuran antara Malaria falsiparum dengan Malaria vivax/ 
Malaria ovale dengan DHP Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan DHP 1 kali per hari selama  3 hari, dan  DHP 1 kali per hari selama 3 hari dan  Primakuin dosis 0,25  mg/kg BeratBadan  selama 14 hari.
Pengobatan malaria pada ibu hamil 
1. Trimester pertama:Kina tablet 3x 10mg/ kg BeratBadan  + Klindamycin 10mg/kg BeratBadan  
selama 7 hari.
2. Trimester kedua dan ketiga diberikan DHP tablet selama 3 hari.
3. Pencegahan/profilaksis dipakai   Doksisiklin 1 kapsul 100 mg/hari  diminum 2 hari sebelum pergi hingga 4 minggu sesudah  keluar/pulang dari 
area  endemis.
Pengobatan di atas diberikan berdasar  berat badan penderita.
Komplikasi : 
--. pendarahan  spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau  ditambah kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskular.
--. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam pendidngan pada hipertermia.
--. Asidemia (pH darah <7.25)atau  asidosis (biknat plasma < 15 mmol/L).
--. Malaria serebral.
--. Anemia berat.
--. Gagal ginjal akut.
--. Edema paru atau  ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).
--. Hipoglikemia.
--. Gagal sirkulasi atau  syok.
--. Makroskopik hemoglobinuria sebab  infeksi malaria akut.
Konseling :
 Pencegahan malaria bisa  dilakukan dengan :
. Menghindari gigitan nyamuk dengan kelambu atau  repellen. Menghindari aktivitas di luar rumah pada malam hari Mengobati pasien hingga sembuh contoh  dengan pengawasan 
minum obat, Pada masalah  malaria berat disampaikan kepada keluarga mengenai prognosis penyakitnya, 
ciri-ciri  Rujukan
Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal Artemisinin atau  Artesunat per Intra Muskular atau  Intra Vena dengan dosis awal 3,2mg /kg BeratBadan .Malaria dengan komplikasi
Peralatan
pemeriksaan darah, rutin,  pemeriksaan mikroskopis.Laboratorium sederhana untuk pembuatan apusan darah, 







LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis yaitu penyakit infeksi yang menyerang manusia dipicu  oleh mikroorganisme Leptospira interogans dan memiliki manifestasi klinis  yang luas. Spektrum klinis mulai dari infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis bisa  muncul seperti influenza dengan pusing  dan myalgia.Tikus yaitu  reservoir utama  dan kejadian leptospirosis lebih banyak   pada musim hujan.
Keluhan:
Mual, muntah, diare,  nyeri  perut , fotofobia, penurunan kesadaran, Demam ditambah menggigil, pusing , anoreksia, mialgia yang hebat pada betis, paha dan pinggang ditambah nyeri tekan. 
 Pemeriksaan Fisik : 
Konjungtiva suffusion. Gangguan pendarahan  berwujud  petekie, purpura, epistidak sis dan pendarahan  gusi. Kaku kuduk sebagai gejala   meningitis, Febris. Ikterus. Nyeri tekan pada otot. Ruam kulit. Limfadenopati. Hepatomegali dan splenomegali. Edema. Bradikardi relatif. 
Pemeriksaan Laboratorium 
Urin rutin:sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau  granular) dan protein uria ringan, jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. 
 Darah rutin: jumlah leukosit antara 3000-26000/μL, dengan pergeseran ke kiri, trombositopenia yang ringan terjadi pada 50% pasien dan 
dihubungkan dengan gagal ginjal.
diagnosa  Klinis
diagnosa  bisa  dilakukan  pada pasien dengan demam tiba-tiba, menggigil ada  gejala   konjungtiva suffusion, pusing , mialgia, ikterus dan nyeri tekan pada otot. Kemungkinan itu  meningkat jika ada riwayat bekerja atau  terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi dengan kencing tikus.
diagnosa  Banding
Hepatitis virus, Penyakit rickettsia, Demam dengue, . Malaria, 
pengobatan 
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin.Pada masalah -masalah  ringan bisa  diberikan antibiotik oral seperti doksisiklin, ampisilin, amoksisilin atau  eritromisin. Pada masalah  leptospirosis berat diberikan 
dosis tinggi penisilin injeksi.Pengobatan pendukung  dengan pemantauan  ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi,pendarahan  dan gagal ginjal 
 penting pada leptospirosis.
Komplikasi
. Meningitis. Distress respirasi. Gagal ginjal sebab  renal interstitial tubular necrosis . Gagal hati
. Gagal jantung, 
Konseling :
Keluarga harus melakukan pencegahan leptospirosis dengan menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, mencuci tangan, kaki dan  bagian tubuh lainnya dengan sabun sesudah  bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya.Pencegahan leptospirosis khususnya diarea  tropis  sulit, sebab  banyaknya hospes perantara dan jenis serotipe. Bagi mereka yang 
memiliki  risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berwujud  pakaian khusus yang bisa  melindunginya dari kontak  dengan bahan-bahan yang sudah  terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir. 
ciri-ciri  Rujukan 
Pasien segera dirujuk ke rumahsakit   (spesialis penyakit dalam) yang memiliki fasilitas hemodialisa sesudah  aktifitas  diagnosa  dan terapi awal.
Peralatan
Pemeriksaan darah dan urin rutin





FILARIASIS
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) yaitu  penyakit menular yang dipicu  oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini  bersifat menahun (kronis) dan bila tidak memperoleh  pengobatan bisa  memicu  cacat menetap berwujud  pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik wanita  maupun laki-laki.
Penyakit kaki gajah dipicu  oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu:Wucheria  bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular di negarakita  hingga saat ini sudah  diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, 
Mansonia, Aedes, dan Armigeres yang bisa  berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah.
Keluhan 
Gejala filariasis bancrofti  berbeda dari satu area  endemik dengan area  endemik lainnya. ini mungkin dipicu  oleh perbedaan intensitas paparan pada  vektor infektif diarea  endemik itu .
Manifestasi akut, berwujud : 
--. Demam berulang ulang selama 3-5 hari. Demam bisa  hilang bila istirahat 
dan muncul  lagi sesudah  bekerja berat.
--. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) diarea  lipatan paha ketiak(lymphadentitis) yang tampak kemerahan, panas, dan sakit.
--. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki atau  pangkal lengan ke arah ujung (retrograde 
lymphangitis).
--. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,bisa  pecah dan mengeluarkan nanah dan  darah.
--. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (Early Imphodema).Manifestasi kronik, dipicu  oleh berkurangnya fungsi saluran limfe terjadi  beberapa bulan sampai bertahun-tahun dari episode akut. Gejala kronis 
filariasis berwujud : pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai,lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti) yang dipicu  
oleh adanya cacing dewasa pada sistem limfatik dan oleh reaksi hipersensitive berwujud  occult filariasis. Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya namun  bila diurut dari masa inkubasi maka bisa  dibagi menjadi:
--. Masa prepaten, yaitu masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya  mikrofilaremia rata-rata hanya  antara 37 bulan. Hanya sebagian saja 
dari penduduk di area  endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik ini pun tidak semua lalu  menunjukkan 
gejala . Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimptomatik amikrofilaremik dan asimptomatik mikrofilaremik.
--. Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai munculnya  gejala  rata-rata hanya  antara 8 – 16 bulan.
--. Gejala klinik akut yaitu  limfadenitis dan limfangitis ditambah panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala  akut bisa  amikrofilaremik maupun mikrofilaremik.
--. Gejala menahun, terjadi 10 – 15 tahun sesudah  serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang dilihat  pada stadium ini, sedang  adenolimfangitis masih bisa  terjadi. Gejala menahun ini memicu  
munculnya  cacat yang mengganggu aktivitas penderita dan  membebani keluarganya. 
Pemeriksaan Fisik
Pada manifestasi akut bisa  dilihat  adanya limfangitis dan limfadenitis  yang berlangsung 3 – 15 hari, dan bisa  terjadi beberapa kali dalam setahun. Limfangitis akan meluas kearea  distal dari kelenjar yang terkena tempat  cacing ini tinggal. Limfangitis dan limfadenitis berkembang lebih sering di ekstremitas bawah dibandingkan  atas. Selain pada tungkai,bisa  mengenai alat 
kelamin, (gejala   khas infeksi W.bancrofti) dan payudara.Manifestasi kronik, dipicu  oleh berkurangnya fungsi saluran limfe. Bentuk 
manifestasi ini bisa  terjadi dalam beberapa bulan sampai bertahun-tahun dari episode akut. gejala  utama yaitu hidrokel,limfedema,elefantiasis dan chyluria yang meningkat sesuai bertambahnya usia.Manifestasi genital di banyak area  endemis, gambaran kronis yang terjadi 
yaitu  hidrokel. Selain itu bisa  ditemukan  epedidimitis kronis, funikulitis, edema
sebab  penebalan kulit skrotum, sedang  pada wanita  terdapat  limfedema vulva. Limfedema dan elefantiasis ekstremitas, episode limfedema pada ekstremitas akan memicu  elefantiasis di area  saluran limfe yang 
terkena dalam waktu bertahun-tahun. Lebih sering terkena ekstremitas bawah. Pada W.bancrofti, infeksi diarea  paha dan ekstremitas bawah sama 
seringnya, sedang  B.malayi hanya mengenai ekstremitas bawah saja. Pada keadaan akut infeksi filariasis bancrofti, pembuluh  limfe alat kelamin laki￾laki sering terkena, disusul funikulitis,epididimitis, dan orkitis. Adenolimfangitis 
inguinal atau  aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang biasanya  sembuh sendiri dalam 3 –15 hari dan serangan terjadi beberapa kali dalam setahun. Pada filariasis brugia, limfadenitis paling sering mengenai 
kelenjar inguinal, sering terjadi sesudah  bekerja keras. kadang ditambah  limfangitis retrograd. pembuluh  limfe menjadi keras dan nyeri dan sering terjadi limfedema pada pergelangan kaki dan kaki. Penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari. Serangan bisa  terjadi 12 x/tahun sampai beberapa kali perbulan. Kelenjar limfe yang terkena bisa  menjadi abses, memecah, membentuk ulkus dan meninggalkan parut yang khas, sesudah  3 minggu 
sampai 3 bulan.Pada masalah  menahun filariasis bancrofti, hidrokel paling banyak dilihat . 
Limfedema dan elefantiasis terjadi di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, skrotum,vulva atau  buah dada, dan ukuran pembesaran di tungkai bisa  3 kali dari ukuran asalnya. Chyluria terjadi tanpa keluhan, namun  pada beberapa penderita memicu  penurunan berat badan dan kelelahan. Filariasis brugia, elefantiasis terjadi di tungkai bawah di bawah lutut dan lengan bawah, 
dan ukuran pembesaran ektremitas tidak lebih dari 2 kali ukuran asalnya.
Pemeriksaan Penunjang 
Bila  diperlukan bisa  dilakukan Diethylcarbamazine provocative 
test.Pemeriksaan darah tepi ada  leukositosis dengan eosinofilia sampai  30% dengan pemeriksaan sediaan darah jari yang diambil mulai pukul  20.00 waktu setempat. 
. Identifikasi mikrofilaria dari sediaan darah. Cacing filaria bisa  dilihat  dengan pengambilan darah tebal atau  tipis pada waktu malam hari antara  jam 10 malam sampai jam 2 pagi yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau  Wright. Mikrofilaria juga bisa  dilihat  pada cairan hidrokel atau  cairan tubuh lain ( jarang). 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan 
pemeriksaan penunjang identifikasi mikrofilaria. 
Diarea  endemis, bila dilihat  adanya limfedema di area  ekstremitas 
ditambah dengan kelainan genital laki-laki pada penderita dengan usia lebih dari 15 tahun, bila tidak ada sebablain seperti trauma atau  gagal jantung kongestif kemungkinan filariasis  tinggi.
diagnosa  Banding
Tuberkulosis, lepra, sarkoidosis dan penyakit sistemik granulomatous lainnya.
 Infeksi bakteri, tromboflebitis atau  trauma bisa  mengacaukan adenolimfadenitis filariasis akut
Komplikasi
Pembesaran organ (kaki, tangan, skrotum atau  bagian tubuh lainnya) akibat obstruksi saluran limfe.
pengobatan 
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau  memperbaiki perjalanan penyakit, antara lain dengan:
--DEC bisa  mengusir  mikrofilaria dan cacing dewasa. Ivermektin yaitu  antimikrofilaria yang kuat, namun  tidak memiliki efek makrofilarisida. 
--. Dosis DEC 6 mg/kg BeratBadan , 3 dosis/hari sesudah  makan, selama 12 hari, pada 
TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan selama tiga 
minggu. 
--. Memelihara kebersihan kulit.
--. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis. Obatantifilaria yaitu  Diethyl carbamazine citrate (DEC) dan Ivermektin
(obat ini bermanfaat Bila  diberikan pada tahap  akut yaitu saat  pasien mengalami limfangitis). 
--. Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi pada  DEC atau  reaksi pada  cacing dewasa yang mati. Reaksi tubuh pada  protein yang dilepaskan saat  cacingdewasa mati bisa  terjadi beberapa jam 
sesudah  pengobatan, dibisa  2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal:
--. Efek samping DEC lebih berat pada penderita onchorcerciasis, sehingga obat itu  tidak diberikan dalam program pengobatan masal diarea  endemis filariasis dengan ko-endemis Onchorcercia valvulus.
--. Reaksi sistemik berwujud  demam,pusing , nyeri badan,pusing,anoreksia,malaise, dan muntah-muntah. Reaksi sistemik cenderung berkaitan  dengan intensitas infeksi. 
--. Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun berlangsung lebih lama dari 
reaksi sistemik. 
-Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek samping pengobatan. Analgetik bisa  diberikan bila diperlukan.
-Pengobatan operatif, kadang hidrokel kronik memerlukan tindakan operatif, juga  pada chyluria yang tidak membaik dengan terapi 
konservatif. 
-Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BeratBadan  efektif pada  penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp. penurunan itu  bersifat gradual. Efek samping ivermektin  sama dengan DEC, kontraindikasi ivermektin yaitu wanita hamil dan 
anakkurang dari 5 tahun. sebab  tidak memiliki efek pada  cacing dewasa, ivermektin harus diberikan setiap 6 bulan atau  12 bulan untuk 
menjaga agar derajat mikrofilaremia tetap rendah.
. -Pemberian antibiotik dan atau  antijamur akan mengurangi serangan berulang, sehingga mencegah munculnya  limfedema kronis. 
Konseling :
menasihati  pasien dan keluarganya mengenai penyakit  filariasis terutama dampak akibat penyakit dan cara penularannya. Pasien dan 
keluarga juga harus memahami pencegahan dan pengendalian penyakit menular ini melalui:
Mencegah gigitan nyamuk. Pemberantasan nyamuk dewasa. Pemberantasan jentik nyamuk
sesudah  pengobatan, dilakukan checkup  ulang pada  gejala dan mikrofilaria, bila masih ada  gejala dan mikrofilaria pada pemeriksaan darahnya, pengobatan bisa diulang 6 bulan lalu .
ciri-ciri  rujukan 
Pasien dirujuk bila diperlukan  pengobatan operatif atau  bila gejala tidak membaik dengan pengobatan konservatif.
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mikrofilaria.
Prognosis biasanya   tidak membahayakan nyawa . Quo volume aad fungsionam yaitu  dubia ad bonam, sedang  quo ad sanationam yaitu  malam.
Prognosis penyakit ini tergantung dari:
. Potensi cacing untuk berkembang biak.
. Kesempatan untuk infeksi ulang.
. Aktivitas RES.
. Jumlah cacing dewasa dan mikrofilaria dalam tubuh pasien.






KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan yaitu  suatu kondisi gangguan pencernaan yang  dipicu  oleh konsumsi makanan atau  air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau  bahan kimia, contoh  campylobacter,  Staphylococcus aureus, Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, 
Keluhan:
--. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya Elektrolit yang mendasari, seperti pada kolera yang berat.--. Kembung.--. Diare akut. 
Darah atau  lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau  kolon.Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu.--. Nyeri perut. 
Faktor Risiko
Konsumsi makanan laut mentah bisa  dicurigai  Norwalk-like virus, Vibrio spp, atau  hepatitis A.Riwayat makan/minum di tempat yang tidak bersih, . Konsumsi daging yang kurang matang bisa  dicurigai  Clostridium perfringens.Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli,  
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk mengukur  keparahan dehidrasi. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau  melemah, nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat,  penurunan output urin.Diare, dehidrasi, dengan gejala   tekanan darah turun, 
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan Gram, Kochdanmetilenbiru Loeffler untuk  membedakan penyakit invasif dari penyakit non-invasif. Lakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur cacing dan parasit.
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
diagnosa  Banding
 Diare khusus  seperti disentri, kolera, Intoleransi
Komplikasi :Dehidrasi berat
pengobatan 
1. sebab  sebagian besar masalah  gastroenteritis akut yaitu  self-limiting,  pengobatan khusus tidak diperlukan. bahwa hanya 10% masalah  memerlukan  terapi antibiotik. Tujuan  yaitu  rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. ini bisa  dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau  larutan intravena (contoh , larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi  oral dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung natrium dan
glukosa. Obat absorben (contoh ,  aluminium hidroksida,kaopectate ) membantu memadatkan feses diberikan bila diare tidak segera berhenti. 
Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil) tersedia dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5 mg diphenoxylate / 5 mL). Dosis awal untuk 
aorang dewasa yaitu  2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d), dipakai   hanya bila diare masif.
2. Jika gejalanya menetap sesudah  3-4 hari,  ditentukan dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk. 
ciri-ciri  Rujukan
. Pasien mengalami perburukan.Dirujuk ke rumahsakit   dengan spesialis penyakit dalam atau  spesialis anak.Gejala keracunan tidak berhenti sesudah  3 hari ditangani dengan kuat .
Peralatan
Antibiotik,  Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit)  Infus set, 



 ALERGI MAKANAN
Makanan bisa  memicu  beraneka ragam gejala yang dimuncul kan reaksi imun pada  alergen asal makanan. Reaksi itu  bisa  dipicu  oleh  reaksi alergi atau  non alergi. Reaksi alergi makanan terjadi bila alergen makanan menembus sawar gastro intestinal yang memacu reaksi IgE. Gejala 
bisa  muncul  dalam beberapa menit sampai beberapa jam, bisa  terbatas pada satu atau  beberapa organ, kulit, saluran napas dan cerna, lokal dan sistemik.Alergen makanan yang sering memicu  alergi pada anak yaitu  terigu, ikan laut.susu,telur, kacang tanah, soya, sedang  yang sering  memicu  alergi pada orang dewasa yaitu  udang, kepiting, kerang,  telur, kacang tanah, ikan laut , Alergi makanan tidak berlangsung seumur susu  terutama pada anak. Gejala  bisa  hilang, namun bisa  kambuh pada keadaan tertentu seperti  infeksi virus, nutrisi yang tidak seimbang atau  cedera muskulus gastrointestinal.
Keluhan
. Keluhan pada saluran pencernaan: gejala gastrointestinal non khusus  dan rata-rata hanya  dari muntah, kram, distensi, diare, edema, pruritus bibir, mukosa pipi, mukosa faring, Pada saluran pernapasan : rinitis dan asma.Pada kulit: eksim dan urtikaria.
Hipersensitivitas susu sapi pada bayi memicu  occult bleeding atau  frank colitis.
Diare kronis dan malpenyerapan  terjadi akibat reaksi hipersensitivitas lambat non Ig-E-mediated seperti pada enteropati protein makanan dan penyakit  seliak, 
Faktor Risiko  riwayat alergi di keluarga
Pemeriksaan fisik pada kulit dan mukosa dan  paru, 
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik
diagnosa  Banding Intoksikasi makanan
Komplikasi Reaksi alergi berat
pengobatan  
Medika mentosa
Riwayat reaksi alergi berat atau  anafilaksis:
 Jangan lakukan uji kulit atau  uji provokasi makanan, Hindari makanan pemicu, 
ditindaklanjuti 
 Menghindari makanan yang bersifat alergen secara  sengaja mapun tidak sengaja (perlu konsultasi dengan ahli gizi), nasihat  pasien untuk kepatuhan diet pasien, Menyusui bayi sampai usia 6 bulan memicu  efek protektif pada  alergi makanan, 
ciri-ciri  Rujukan
Pasien dirujuk Bila  pemeriksaan uji kulit, uji provokasi dan eliminasi 
makanan terjadi reaksi anafilaksis.







SYOK
Syok yaitu  sindrom  kegawatdaruratan  yang memerlukan perawatan  intensif . Syok yaitu  suatu sindrom  multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau  sistemis dan memicu  hipoksia sel dan disfungsi multipel organ. Kegagalan perfusi jaringan dan hantaran nutrisi dan oksigen sistemik yang tidak kuat  tidak  
mampu memenuhi kebutuhan metabolisme sel. sifat  kondisi ini, yaitu: 
kekurangan oksigen,  Asidosis jaringan sehingga terjadi metabolisme anaerob dan berakhir dengan kegagalan fungsi organ vital dan kematian.
ketergantungan suplai oksigen,
Syok digolongkan  berdasar  etiologi, pemicu  dan sifat  pola hemodinamik yang dimuncul kan, yaitu:
--. Syok Obstruktif yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen berkaitan  dengan terganggunya mekanisme aliran balik darah oleh sebab  
meningkatnya tekanan intratorakal atau  terganggunya aliran keluar arterial jantung 
( hipertensi pulmoner, tamponade perikardial, perikarditis konstriktif, emboli pulmoner, emboli udara, diseksi aorta,)  atau  keduanya oleh sebab  obstruksi mekanis.
--. Syok Endokrin, dipicu  oleh hipotiroidisme, hipertiroidisme dengan kolaps kardiak dan insufisiensi adrenal. Pengobatannya dengan tunjangan kardiovaskular sambil mengobati pemicu . Insufisiensi adrenal mungkin kontributor munculnya  syok pada pasien sakit gawat. Pasien yang titidak menanggapi  pengobatan harus tes untuk insufisiensi adrenal.
--. Syok Hipovolemik yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen dipicu  oleh hilangnya sirkulasi volume intravaskuler sebesar >20-26% sebagai 
akibat dari pendarahan  akut, dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang  ketiga atau  akibat sekunder dilatasi arteri dan vena.
--. Syok Kardiogenik yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen dipicu  oleh adanya kerusakan primer fungsi atau  kapasitas pompa jantung untuk mencukupi volume jantung semenit, berkaitan dengan terganggunya preload, afterload, kontraktilitas, frekuensi atau  ritme jantung. 
pemicu  terbanyak yaitu  infark miokard akut, keracunan obat, infeksi/inflamasi, gangguan mekanik.
--. Syok Distributif yaitu kegagalan perfusi dan suplai oksigen dipicu  oleh menurunnya tonus vaskuler memicu  vasodilatasi arterial, 
penumpukan vena dan redistribusi aliran darah. pemicu  dari kondisi itu  terutama komponen vasoaktif pada syok anafilaksis; bakteria dan 
toksinnya pada septik syok sebagai mediator dari SIRS; hilangnya tonus vaskuler pada syok neurogenik.
Keluhan 
pasien  lemas atau  bisa  tidak sadarkan diri. 
gejala  juga tergantung etiologi pemicu , yang sering terjadi yaitu  tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi arteri oventrikuler, tension pneumotoraks.Untuk identifikasi pemicu , perlu ditanyakan faktor predisposisi seperti
sebab  infark miokard antara lain: umur, diabetes melitus, riwayat angina, gagal jantung kongestif, infarkanterior. gejala   awal iskemi jantung akut yaitu nyeri dada, sesak nafas,diaforesis, gelisah dan ketakutan , nausea dan vomiting dan gangguan sirkulasilanjut memicu  berbagai disfungsi endorgan.Riwayat trauma untuk syok sebab  pendarahan  atau  syok neurogenik pada trauma servikal atau  high thoracic spinal cord injury. Demam dan riwayat infeksi untuk syok septik. gejala  yang muncul  sesudah  kontak  dengan antigen pada syok anafilaktik. Syok obstruktif, tampak hampir sama dengan syok hipovolemik dan kardiogenik, 
Pemeriksaan Fisik
--. Detidak  jantung naik, frekuensi nafas naik, kesadaran turun.
--. Produksi urin turun. Produksi urin yaitu  penunjuk awal hipovolemia dan tanggapan  ginjal pada  syok.
--. Gambaran klinis syok kardiogenik tampak sama dengan gejala  syok hipovolemik, ditambah dengan adanya disritmia, bising jantung, gallop
--. Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan (yaitu  gejala   hilangnya cairan yang berat dan syok). 
--. Syok neurogenik digejalai  dengan hipotensi ditambah bradikardi. Gangguan neurologis: paralisis flasid, refleks ekstremitas hilang dan laki-laki pismus.
--. Syok obstruktif, tampak hampir sama dengan syok kardiogenik dan hipovolemik. gejala  juga tergantung etiologi pemicu , yang  sering terjadi yaitu  tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi arterioventrikuler, tension pneumothorax. Gejala ini akan berlanjut sebagai  gejala    akut kor pulmonal dan payah jantung kanan: pulsasi vena 
jugularis, gallop, bising pulmonal, aritmia. sifat  manifestasi klinis tamponade jantung: suara jantung menjauh, pulsus altemans, JVP selama 
inspirasi. sedang  emboli pulmonal: disritmia jantung, gagal jantung kongesti, 
--. Hipertermi, normotermi, atau  hipotermi bisa  terjadi pada syok. Hipotermia yaitu  gejala   dari hipovolemia berat dan syok septik. 
--. gejala  syok septik tidak  bisa  dilepaskan dari keadaan sepsis sendiri berwujud  sindrom  reaksi inflamasi sistemik (SIRS) dimana ada  dua 
gejala atau  lebih: 
Frekuensi nafas >20x/mn atau  PaCO2< 4,3 kPa. 
. Leukosit >12.000 sel/mm atau  <4000sel/mm atau  >10% bentuk imatur.Temperatur >380C atau  <360C.Heart rate>90x/mnt.
--. Efek klinis syok anafilaktik mengenai sistem pernafasan dan sistem sirkulasi, yaitu:
Terjadi edema hipofaring dan laring, konstriksi bronkus dan bronkiolus, ditambah hipersekresi mukus, dimana semua keadaan ini memicu  
spasme dan obstruksi jalan nafas akut.
Pemeriksaan Penunjang
 EKG, Pulse oxymetri, 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, 1pemeriksaan fisik, dan penunjang.
Komplikasi
Kerusakan otidak , koma,kematian.
pengobatan 
--. Pengobatan syok sebelumnya didahului dengan aktifitas  diagnosa  etiologi. diagnosa  awal etiologi syok yaitu  esensial, lalu  terapi 
selanjutnya tergantung etiologinya.
--. Tindakan invasif seperti intubasi endotrakeal dan cricothyroidotomy atau  tracheostomy bisa  dilakukan hanya untuklife saving oleh tenaga medis  yang 
kompeten.
--. Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi yaitu  kunci pencegahan disfungsi organ multipel dan kematian. 
--. Pada semua bentuk syok, manajemen jalan nafas dan pernafasan untuk memastikan oksigena pasien baik, lalu  restorasi cepat dengan infus 
cairan.
--. Pilihan pertama yaitu  kristaloid (Ringer laktat/Ringer asetat) disusul darah pada syok pendarahan . Keadaan hipovolemi diatasi dengan cairan koloid atau  kristaloid sekaligus memperbaiki keadaan asidosis.
Syok Hipovolemik:
--. Resusitasi tidak komplit sampai serum laktat kembali normal. Pasien syok hipovolemik berat dengan resusitasi cairan akan terjadi penumpukan 
cairan di rongga ketiga.
--. Vasokonstriksi jarang diperlukan pada syok hipovolemik murni.
--. Infus cepat kristaloid untuk ekspansi volume intravaskuler melalui kanula vena besar(bisa  lebih satu tempat) atau  melalui vena pusat .
--. Pada pendarahan  maka bisa  diberikan 3-4 kali dari jumlah pendarahan . sesudah  pemberian 3 liter disusul dengan transfusi darah. Secara 
bersamaan sumber pendarahan  harus dicheckup .
Syok Obstruktif:
--. Dekompressi jarum atau  pipa thoracostomy atau  keduanya pada tension pneumothorax.
--. Dukungan ventilasi dan jantung, mungkin trombolisis, dan mungkin prosedur radiologi intervensional untuk emboli paru.
--. perut  compartment syndrome diatasi dengan laparotomidekompresif. 
--. pemicu  syok obstruktif harus diidentifikasi dan segera dihilangkan. 
--. Pericardiocentesis atau  pericardiotomi untuk tamponade jantung. 
Syok Kardiogenik:
--. Diberikan diuretik bila jantung dekompensasi. 
--. PACdisarankan  dipasang untuk penunjuk terapi. 
--. Penyakit jantung yang mendasari harus diidentifikasi dan diobati.
--. Optimalkan pra-beban dengan infus cairan.
--. Optimalkan kontraktilitas jantung dengan inotropik sesuai keperluan, ) seimbangkan kebutuhan oksigen jantung. Selain itu, bisa  dipakai dobutamin atau  obat vasoaktif lain.
--. Sesuaikan sesudah -beban untuk memaksimalkan CO. bisa  dipakai vasokonstriktor bila pasien hipotensi dengan SVR rendah. Pasien syok kardiogenik mungkin memerlukan  vasodilatasi untuk menurunkan SVR, tahanan pada aliran darah dari jantung yang lemah. Obat yang bisa  dipakai yaitu  nitroprusside dan nitroglycerin.
Syok Distributif:
--. Obat yang bisa  dipakai yaitu  dopamin, norepinefrin dan vasopresin.
--. disarankan  pemasangan PAC. 
--. Pengobatan kausal dari sepsis.
--. Pada SIRS dan sepsis, bila terjadi syok ini sebab  toksin atau  mediator pemicu  vasodilatasi. Pengobatan berwujud  resusitasi cairan segera dan sesudah  kondisi cairan terkoreksi, bisa  diberikan vasopresor untuk mencapai MAP optimal. Sering terjadi vasopresor dimulai sebelum pra￾beban kuat  tercapai. Perfusi jaringan dan oksigenasi sel tidak akan optimal kecuali bila ada kesembuhan  pra-beban.
Syok Neurogenik:
--. Epinefrin berguna meningkatkan tonus vaskuler namun  akan memperberat ) bradikardi, sehingga bisa  ditambahkan dopamin dan efedrin. Agen ) antimuskarinikatropin dan glikopirolat juga bisa  untuk mengatasi bradikardi. 
--. Terapi definitif yaitu  stabilisasi Medulla spinalis yang terkena.
--. sesudah  mengamankan jalan nafas dan resusitasi cairan, guna meningkatkan tonus vaskuler dan mencegah bradikardi diberikan 
epinefrin. 
ditindaklanjuti 
Mencari pemicu  syok dan mencatatnya di rekam medis dan  memberitahukan kepada keluarga untuk tindakan lebih lanjut yang 
diperlukan.
Konseling :
Keluarga perlu diberitahukan mengenai kemungkinan terburuk yang bisa  terjadi pada pasien dan pencegahan munculnya  kondisi mirip .
ciri-ciri  Rujukan
sesudah  kegawatdaruratan  pasien ditangani, pasien dirujuk kerumahsakit .
Peralatan : Infus set. Oksigen . NaCl 0,9%. Senter. EKG, 






REAKSI ANAFILAKTIK
Anafilaktik yaitu  reaksi hipersensivitas  generalisata atau  sistemik yang ber onset cepat, berbahaya . Jika reaksi itu  cukup hebat  bisa  memicu  syok dinamakan  syok anafilaktik. Syok 
anafilaktik memerlukan  pertolongan cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan  keterampilan dalam pengelolaan syok anafilaktik. 
Insidens syok anafilaktik 40–70% yaitu  akibat gigitan serangga, 20–50% akibat zat kontras radiografi, dan 10–30% akibat pemberian obat penisilin.  Sebagian besar masalah  yang serius anafilaktik yaitu  akibat pemberian antibiotik seperti penisilin dan bahan zat radiologis. 
Penisilin yaitu  pemicu  kematian 100 dari 500 kematian akibat reaksi anafilaksis.
Keluhan
gejala  suatu reaksi anafilakis berbeda-beda gradasinya sesuai berat ringannya reaksi antigen-Aantibodi atau  tingkat sensitivitas , namun pada tingkat yang berat barupa syok anafilaktik gejala yang menonjol yaitu  gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi. Kedua gangguan itu  bisa  muncul  bersamaan atau  berurutan yang kronologisnya  beragam  dari beberapa detik sampai beberapa jam. Pada dasarnya makin 
cepat reaksi muncul  makin berat keadaan penderita . Gejala respirasi bisa  dimulai berwujud  bersin, hidung tersumbat atau  batuk saja 
yang lalu  segera diikuti dengan sesak napas.
Gejala pada kulit yaitu  gejala klinik yang paling terkenal   pada reaksi anafilaktik. Walaupun gejala ini tidak mematikan namun gejala ini amat 
penting untuk diperhatikan sebab ini mungkin yaitu  gejala prodromal untuk muncul nya gejala yang lebih berat berwujud  gangguan nafas dan gangguan  sirkulasi. Oleh sebab  itu setiap gejala kulit berwujud  gatal, kulit kemerahan harus diwaspadai untuk kemungkinan muncul nya gejala yang lebih berat. Manifestasi dari gangguan gastrointestinal berwujud  perut kram,mual,muntah sampai diare yang juga bisa  yaitu  gejala prodromal untuk muncul nya gejala gangguan nafas dan sirkulasi.
Faktor Risiko: Riwayat Alergi 
 Pemeriksaan Fisik 
Pasien tampak sesak, frekuensi napas meningkat, sianosis sebab  edema laring dan bronkospasme. Hipotensi yaitu  gejala yang menonjol pada 
syok anafilaktik. Adanya tidak ikardia,edema periorbital, mata berair, hiperemi konjungtiva. gejala   prodromal pada kulit berwujud  urtikaria dan eritema.
diagnosa  Klinis 
Untuk  melakukan  diagnosa  ada beberapa ciri-ciri  di mana reaksi anafilaktik dianggap   
mungkin bila:
. Onset gejala akut (beberapa menit hingga beberapa jam) yang melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau  keduanya (contoh : urtikaria generalisata, pruritus dengan kemerahan, pembengkakan bibir/lidah/uvula) dan 
sedikitnya salah satu dari gejala   berikut ini:
Penurunan tekanan darah atau  gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ target (contoh : hipotonia, kolaps vaskular, sinkop, inkontinensia).Gangguan respirasi (contoh : sesak nafas, wheezing akibat bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak ekspirasi/APE, 
hipoksemia).
. atau , dua atau  lebih gejala   berikut yang muncul segera (beberapa menit hingga beberapa jam) sesudah  terpapar alergen yang mungkin yaitu:
. Gejala gastrointestinal yang persisten (contoh : nyeri kram perut , muntah)
. Keterlibatan jaringan mukosa dan kulit
. Gangguan respirasi. Penurunan tekanan darah atau  gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ target
. atau , penurunan tekanan darah segera (beberapa menit atau  jam) sesudah  terpapar alergen yang sudah  diketahui (known allergen), sesuai ciri-ciri berikut:
Dewasa: Tekanan darah sistolik <90 mmHg atau  terjadi penurunan >30% dari tekanan darah sistolik semula
. Bayi dan anak: Tekanan darah sistolik rendah (menurut umur) atau  terjadi penurunan > 30% dari tekanan darah sistolik semula.
diagnosa  Banding
. Beberapa kelainan mirip  anafilaksis
. Aspirasi benda asing. Kelainan kardiovaskuler akut (infark miokard, emboli paru). Kelainan neurologis akut (kejang, stroke). Serangan asma akut. Sinkop. Gangguan cemas / serangan panik
. Urtikaria akut generalisata
--Sindrom flush:
Epilepsi otonomik. Karsinoma tiroid meduler
. Perimenopause. Sindrom karsinoid. 
-. Sindrom sesudah 
--prandial, 
--. Monosodium glutamat atau  Chinese restaurant syndrome--. Sulfit--. Keracunan makanan, 
. Scombroidosis, yaitu keracunan histamin dari ikan, contoh  tuna, yang disimpan pada suhu tinggi.
--. Sindrom alergi makanan berpolen, biasanya  buah atau  sayur yang mengandung protein tanaman yang sudah  bereaksi silang dengan 
alergen di udara, 
-. Syok jenis lain: . Hipovolemik. Kardiogenik
. Distributif. Septik
-. Kelainan non-organik:. Disfungsi pita suara. hiperventilasi. Episode psikosomatis
-. Peningkatan histamin endogen,  Mastositosis / kelainan klonal sel mast. Leukemia basofilik
-. Lainnya
Systemic capillary leak syndrome
. Red man syndrome akibat vancomycin
. tanggapan  paradoksikal pada feokromositoma
. Angioedema non-alergik, contoh : angioedema herediter tipe I, II, atau  III, 
angioedema terkait ACE-inhibitor)
Komplikasi  Koma . Kematian
pengobatan :
--. Pemberian Oksigen 3–5 liter/menit harus dilakukan, pada keadaan yang  ekstrim tindakan trakeostomi atau  krikotiroidektomi perlu 
dipikirkan .
--. Pemasangan infus, cairan plasma expander (Dextran) yaitu  pilihan utama guna bisa  mengisi volume intravaskuler secepatnya. Jika cairan 
itu  tidak  tersedia, Ringer Laktat atau  NaCl fisiologis bisa  dipakai sebagai cairan pengganti. Pemberian cairan infus sebaiknya dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal dan stabil.
--. Posisi trendelenburg atau  berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi) akan membantu menaikkan venous return 
sehingga tekanan darah ikut meningkat.
--. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP), Seandainya  terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner segera harus
dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan seterusnya. Mengingat kemungkinan munculnya  henti jantung pada suatu syok anafilaktik selalu 
ada, maka sewajarnya di setiap ruang praktek  tenaga medis  tersedia  selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga perangkat 
resusitasi untuk memudahkan tindakan secepatnya.
--. Algoritma pengobatan  Reaksi Anafilaksis  ditindaklanjuti Mencari pemicu  reaksi anafilaktik dan mencatatnya di rekam medis dan  
memberitahukan kepada pasien dan keluarga.
--. Adrenalin 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang bisa  diulangi 5–10 menit. Dosis ulangan biasanya  diperlukan, 
mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat. Jika tanggapan  pemberian secara intramuskuler kurang efektif, bisa  diberi secara intravenous 
sesudah  0,1 – 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spuit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan. Pemberian subkutan, sebaiknya 
dihindari pada syok anafilaktik sebab  efeknya lambat bahkan mungkin  tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga penyerapan  obat tidak terjadi.
--. Aminofilin, bisa  diberikan dengan  hati-hati Bila  bronkospasme  belum hilang dengan pemberian adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan 
perlahan-lahan selama 10 menit intravena. bisa  dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.
---. Antihistamin dan kortikosteroid yaitu  pilihan kedua sesudah  adrenalin. Kedua obat itu  kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, 
bisa  diberikan sesudah  gejala klinik mulai membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berwujud  serum sickness atau  prolonged effect. 
Antihistamin yang biasa dipakai   yaitu  difenhidramin HCl 5–20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid bisa  dipakai   deksametason 5–10 mg IV atau  hidrokortison 100–250 mg IV.
Konseling :
Keluarga perlu diberitahukan mengenai penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat yang sudah  dilaporkan bersifat antigen (serum,penisillin, anestesi lokal, ) harus selalu waspada untuk muncul nya reaksi anafilaktik. 
Penderita yang tergolong risiko tinggi (ada riwayat asma, rinitis, eksim, atau  penyakit-penyakit alergi lainnya) harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba menyuntikkan obat yang sama bila sebelumnya pernah ada riwayat alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti dengan preparat lain yang lebih aman.
ciri-ciri  Rujukan :
kegawatdaruratan  pasien ditangani, Bila  dengan perawatan  yang dilakukan tidak ada  kesembuhan , pasien dirujuk ke rumahsakit .
Peralatan
deksametason ampul. NaCl 0,9%. Infus set. Oksigen . Adrenalin ampul, aminofilin ampul, difenhidramin vial, 




DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan Keluhan :. Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di ulu hati atau  di bawah tulang iga). Kadang ditambah juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan, batuk, pilek.
. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau  mengalami penurunan kesadaran.
. Pada bayi, demam yang tinggi bisa  memicu  kejang.,  Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.. Manifestasi pendarahan , seperti: bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah berdarah, atau  buang air besar berdarah.. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
Faktor Risiko :
Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar pasien.Sanitasi lingkungan yang kurang baik, contoh : timbunan sampah, timbunan barang bekas, genangan air yang sering  ditambah di tempat  tinggal pasien sehari-hari.
 Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di tempat tinggal pasien sehari-hari.
Pemeriksaan Fisik 
gejala   patognomonik untuk demam dengue
Rumple Leed (+), Suhu > 37,5 derajat celcius
. Ptekie, ekimosis, purpura. pendarahan  mukosa 
gejala   Patognomonis untuk demam berdarah dengue: 
. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa gejala    efusi pleura dan asites.
. Hematemesis atau  melena, . Suhu > 37,5 derajat celcius. Ptekie, ekimosis, purpura. pendarahan  mukosa . Rumple Leed (+). Hepatomegali, 
. Splenomegali, 
Pemeriksaan Penunjang :
--. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
Kebocoran plasma yang digejalai  dengan:
 peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai standart  data populasi menurut umur
 Dilihat  adanya Hipoalbuminemia, hipoproteinemiaefusi pleura, asites, 
 Trombositopenia (≤ 100.000/µL).
. Leukopenia < 4000/µL.
--. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yang titernya bisa  terdeteksi sesudah  hari ke-5 demam.
diagnosa  Klinis Demam Dengue:
--. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.--. Adanya masalah  DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau  di sekitar rumah.
--. Leukopenia <4.000/mm3--. Trombositopenia <100.000/mm3--. Demam 2–7 hari yang muncul  mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik.
--. Adanya manifestasi pendarahan  baik yang spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistidak sis, pendarahan  gusi, hematemesis dan atau  melena; maupun berwujud  uji tourniquet positif.
Bila  dilihat  gejala demam ditambah dengan adanya dua atau  lebih gejala   dan gejala lain, diagnosa  klinis demam dengue bisa  dilakukan .
diagnosa  Klinis Demam Berdarah Dengue
--. pusing , mialgia, artralgia, nyeri retroorbital4. Adanya masalah  demam berdarah dengue baik di lingkungan sekolah, rumah atau  di sekitar rumah
--. Demam 2–7 hari yang muncul  mendadak, tinggi, terus-menerus (kontinua)
--. Adanya manifestasi pendarahan  baik yang spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistidak sis, pendarahan  gusi, hematemesis dan atau  melena; maupun berwujud  uji Tourniquette yang positif, 
. Hepatomegali
. Adanya kebocoran plasma yang digejalai  dengan salah satu: 
 Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau  dari data populasi menurut umur Dilihat  adanya efusi pleura, asites
 Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
--. Trombositopenia <100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas ditambah dengan 2 atau  lebih manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk melakukan  diagnosa  Demam Berdarah Dengue.gejala   bahaya  untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya  syok pada penderita Demam Berdarah Dengue. Klinis Demam turun namun  keadaan anak memburuk, Pembesaran hati  Akumulasi cairan Oliguria
Laboratorium Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah trombosit Hematokrit awal tinggi
Nyeri perut dan nyeri tekan perut  Muntah persistenLetargi, gelisah Perdarahaan mukosa
ciri-ciri  diagnosa  Laboratoris diperlukan untuk survailans epidemiologi, terdiri atas:
Probable Dengue, Bila  diagnosa  klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi antidengue.
Confirmed Dengue, Bila  diagnosa  klinis diperkuat dengan deteksi genome virus Dengue dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen dengue pada 
pemeriksaan NS1, atau  Bila  diperoleh  serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan.Isolasi virus Dengue memberi nilai yang  kuat dalam konfirmasi diagnosa  klinis, namun sebab  memerlukan teknologi yang canggih dan prosedur yang rumit pemeriksaan ini bukan yaitu  pemeriksaan yang rutin dilakukan.
diagnosa  Banding
Demam tifoid,  Demam sebab  infeksi virus ( influenza , chikungunya, dan lain-lain). Idiopathic thrombocytopenic purpura
Komplikasi
gagal ginjal, gagal hati, Dengue Shock Syndrome (DSS), ensefalopati, 
pengobatan  pada Pasien Dewasa
1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3x500-1000 mg). 
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi 
- Alur perawatan  pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue, yaitu:pemeriksaan penunjang Lanjutan 
- Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial
Konseling :
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin.Melakukan kegiatan 3M: menguras, mengubur, menutup. 
. Pinsip konseling pada demam berdarah dengue yaitu  memberi  pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit 
dan pengobatan , sehingga pasien bisa  mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk perawatan  DBD, terapi hanya bersifat 
pendukung  dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit.
ciri-ciri  Rujukan 
Terjadi komplikasi atau  keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.. Terjadi pendarahan  masif (hematemesis, melena).. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/jam kondisi belum membaik.
pengobatan  pada Pasien Anak
Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Bila anak bisa  minum
a. Berikan anak banyak minum
 Dosis larutan per oral: 1 – 2 liter/hari atau  1 sendok makan tiap 5 menit.
 Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah, air sirup, atau  susu. 
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan untuk dehidrasi sedang. Berikan hanya larutan kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat (RL) atau  Ringer Asetat (RA), dengan dosis sesuai berat 
badan antaralain :
 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kg BeratBadan /jam
 Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kg BeratBadan /jam
 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kg BeratBadan /jam
2. Bila anak tidak bisa  minum, berikan cairan infus kristaloid isotonik sesuai kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis yang sudah 
dijelaskan di atas.
3. Lakukan pemantauan: gejala   vital dan diuresis setiap jam, laboratorium (DPL) per 4-6 jam.
Bila terjadi perburukan klinis, lakukan pengobatan  DBD dengan syok,  Bila terjadi penurunan hematokrit dan kesembuhan  klinis, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan klinis stabil.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10 – 15 mg/kg BeratBadan /kali) 
per oral. Hindari Ibuprofen dan Asetosal.
5. Pengobatan pendukung  lain sesuai indikasi.Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok
1. Kondisi ini yaitu  gawat darurat dan mengharuskan rujukan segera ke RS.
2. pengobatan  awal:
--. Berikan oksigen 2 – 4 liter/menit melalui kanul hidung atau  sungkup muka.
--. Pasang akses intravena sambil melakukan pungsi vena untuk pemeriksaan DPL.
--. Berikan infus larutan kristaloid (RL atau  RA) 20 ml/kg secepatnya.
--. Lakukan pemantauan klinis (gejala   vital, perfusi perifer, dan diuresis) setiap 30 menit.
--. Jika sesudah  pemberian cairan inisial tidak terjadi kesembuhan  klinis, ulangi pemberian infus larutan kristaloid 20 ml/kg BeratBadan  secepatnya (maksimal 30 menit) atau  pikirkan  pemberian larutan koloid 10 – 20 ml/kg BeratBadan /jam (maksimal 30 ml/kg BeratBadan /24 jam).
-- Jika nilai Ht dan Hb menurun namun tidak terjadi kesembuhan  klinis, pikirkan  munculnya  pendarahan  tersembunyi. Berikan transfusi 
darah bila fasilitas tersedia dan larutan koloid. Segera rujuk.
--. Jika ada  kesembuhan  klinis, kurangi jumlah cairan hingga 10 ml/kg BeratBadan /jam dalam 2 – 4 jam. Secara bertahap diturunkan tiap 4 – 6 
jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
--. Dalam banyak masalah , cairan intravena bisa  dihentikan sesudah  36 –48 jam. Hindari pemberian cairan secara berlebihan.
3. Pengobatan pendukung  lain sesuai indikasi.
ditindaklanjuti Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
Pemantauan cairan yang masuk dan keluar.
Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok
tenaga medis  di rumahsakit  merujuk pasien ke RS jika kondisi pasien stabil. 
. Pemantauan klinis (gejala   vital, perfusi perifer, diuresis) dilakukan setiap satu jam.
. Pemantauan laboratorium (Ht, Hb, trombosit) dilakukan setiap 4-6 jam, minimal 1 kali setiap hari.
Persyaratan perawatan di rumah
1. Persyaratan untuk pasien dan keluarga
--. Bila keluarga mampu melakukan perawatan di rumah dengan kuat .
--. DBD non-syok(tanpa kegagalan sirkulasi).
--. Bila anak bisa  minum dengan kuat .
2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
--. tenaga medis  dan atau  perawat mem-follow up pasien setiap 6 – 8 jam dan setiap hari, sesuai kondisi klinis.
--. tenaga medis  dan atau  perawat bisa  berkomunikasi seara lancar dengan keluarga pasien sepanjang masa pengobatan .
--. Adanya 1 tenaga medis  dan perawat tetap yang bertanggung jawab penuh 
pada  pengobatan  pasien.
--. Semua kegiatan pengobatan  bisa  dilakukan  dengan baik di rumah.
ciri-ciri  Rujukan
Bila keluarga tidak mampu melakukan perawatan di rumah dengan  kuat , walaupun DBD tanpa syok.
DBD dengan syok (ada  kegagalan sirkulasi).
Bila anak tidak bisa  minum dengan kuat , mengkonsumsi  Konseling :
--. Penjelasan mengenai jumlah cairan yang diperlukan  oleh anak.
--. Penjelasan mengenai diet nutrisi yang perlu diberikan.
--. Penjelasan mengenai cara minum obat.
--. Penjelasan mengenai diagnosa , komplikasi, prognosis, dan rencana pengobatan .
--. Penjelasan mengenai gejala    bahaya (warning signs) yang perlu diwaspadai dan kapan harus segera ke layanan kesehatan.
--. Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara-cara pencegahan yang berkaitan dengan kesembuhan  kebersihan  personal, kesembuhan  sanitasi lingkungan, terutama metode 4M plus seminggu sekali, yang terdiri atas:
. Memantau semua wadah air yang bisa  menjadi tempat nyamuk Aedes aegyptiberkembang biak.
. Tidak menggantung baju, menghindari gigitan nyamuk, membubuhkan bubuk abate, dan memelihara ikan.
. Menguras wadah air, seperti bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung, dan penampung air kulkas agar telur dan jentik Aedes aegypti mati.
. Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk Aedes aegypti tidak  bisa  masuk dan bertelur.
. Mengubur atau  memusnahkan semua barang bekas yang bisa  menampung air hujan agar tidak menjadi sarang dan tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.
Peralatan
. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)
. Infus set
. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
. Lembar pemantauan  / follow up
. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin







LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) sudah  menjadi penyakit  reumatik utama  dunia  terutama menyerang wanita usia reproduktif antara tahun 1988-1990 insidensi rata-rata yaitu  3  per 10.000 perawatan.
Keluhan
Manifestasi klinik LES beragam  dan sering  tidak terjadi saat bersamaan. Keluhan awal bisa  berwujud :
. Kelelahan . Nyeri sendi yang berpindah-pindah
. Rambut rontok. Ruam pada wajah. pusing . Demam. Ruam kulit sesudah  terpapar sinar matahari. Gangguan kesadaran. Sesak. Edema anasarka
Keluhan-keluhan itu  akhirnya akan berkembang sesuai manifestasi organ yang terlibat pada LES.
Faktor RisikoPasien dengan gejala  yang mendukung dan memiliki riwayat keluarga 
yang menderita penyakit autoimun meningkatkan kecurigaan adanya LES. 
 Pemeriksaan Fisik 
Hampir seluruh sistem organ bisa  terlibat dalam LES. Manifestasi yang umum diperoleh  antara lain:
--. Manifestasi renal ditemukan  pada 40-75% penderita sesudah  5 tahun menderita lupus, contoh  hipertensi, hematuria, edema perifer, dan 
edema anasarka. 
--. Manifestasi gastrointestinal biasanya  yaitu  keterlibatan berbagai organ dan akibat pengobatan, contoh  mual, dispepsia, nyeri perut, dan disfagi.
--. Manifestasi neuropsikiatrik contoh  kejang dan psikosis.
--. Manifestasi hematologi, contoh  leukopeni, lymphopenia, anemia atau  trombositopenia. 
--. Gejala konstitusional, contoh : kelelahan, demam (biasanya tidak ditambah menggigil), penurunan berat badan, rambut rontok, bengkak, dan sakit  kepala.
--. Manifestasi kardiologi, contoh  Pleuropericardial friction rubs, tidak ipneu, 
murmur sistolik, gambaran perikarditis, miokarditis dan penyakit jantung koroner.
--. Manifestasi muskuloskeletal ditemukan  lebih dari 90%, contoh : mialgia, artralgia atau  artritis (tanpa bukti jelas inflamasi sendi).
--. Manifestasi mukokutaneus, contoh  ruam malar/ruam kupu-kupu, fotopeka itas, alopecia, dan ruam diskoid.
--. Manifestasi paru, contoh  pneumonitis (sesak, batuk kering, ronkhi di basal), emboli paru, hipertensi pulmonum, dan efusi pleura.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
. Urinalisis menunjukkan adanya eritrosit dan proteinuria.. Pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap) dengan hitung diferensial bisa  menunjukkan leukopeni, trombositopeni, dan anemia.. Pemeriksaan serum kreatinin menunjukkan peningkatan serum kreatinin.
2. Radiologi
X-ray Thoraks bisa  menunjukkan adanya efusi pleura.
diagnosa  Klinis
diagnosa  LES bisa  dilakukan  berdasar  gambaran klinik dan laboratorium. berdasar  American College of Rheumatology (ACR) tahun 
1982, LES bisa  dilakukan  bila diperoleh  4 dari 11 ciri-ciri  yang terjadi secara bersamaan atau  dengan tenggang waktu, 
diagnosa  Banding
Sindrom vaskulitis, Mixed connective tissue disease
Komplikasi : 
. Anemia hemolitik . Trombosis. Lupus serebral . Nefritis lupus. Infeksi sekunder
pengobatan 
pengobatan  berwujud  terapi konservatif
Pemberian analgetik sederhana atau  obat antiinflamasi non steroid, contoh  
parasetamol 3-4 x 500-1000 mg, atau  ibuprofen 400-800 mg 3-4 kali perhari, natrium diklofenak 2-3 x 25-50 mg/hari pada keluhan artritis, artralgia dan mialgia.
ditindaklanjuti 
--. Keterlibatan berbagai organ pada LES memerlukan perawatan  dari berbagai bidang contoh  spesialis reumatologi, neurologi, nefrologi, 
pulmonologi, kardiologi, dermatologi, dan  hematologi.
--. Segera dirujuk ke rumahsakit  untuk aktifitas  diagnosa  pasti kecuali pada lupus berat contoh  yang mengancam nyawa bisa  dirujuk ke layanan tersier terdekat.
--. Pemeriksaan laboratorium dan follow-up secara berkelanjutan diperlukan untuk memantau  tanggapan  atau  efek samping terapi dan  keterlibatan organ baru.
Konseling :diberikan oleh tenaga medis  sesudah  menerima rujukan balik dari rumahsakit 
--. Pasien disarankan untuk tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari dan selalu memakai   krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang dan  memakai   payung.
--. Pemantauan dan penjelasan mengenai efek pemakaian  steroid jangka panjang pada  pasien.
--. Pasien diberi nasihat  agar berobat teratur dan bila ada keluhan baru untuk segera berobat.
--. Intervensi psikososial dan penyuluhan langsung pada pasien dan keluarganya.
--. Menyarankan pasien untuk bergabung dalam kelompok pengidap  lupus
ciri-ciri  Rujukan
Pada pasien LES manifestasi berat atau  mengancam nyawa perlu segera dirujuk ke rumahsakit  tersier bila memungkinkan.
Setiap pasien yang di diagnosa  sebagai LES atau  curiga LES harus dirujuk ke tenaga medis  spesialis penyakit dalam atau  spesialis anak untuk memastikan diagnosa 
Peralatan
Radiologi: X-ray Thoraks Laboratorium untuk pemeriksaan DPL, urinalisis, dan fungsi ginjal
Prognosis pasien LES beragam   bergantung pada keterlibatan organnya. Sekitar 28% pasien bisa  mengalami remisi selama beberapa tahun, namun  ini jarang menetap. Prognosis buruk (60% mortalitas dalam 10 tahun) terutama berkaitan dengan keterlibatan ginjal. pemicu  utama 
mortalitas biasanya  gagal ginjal, infeksi, dan  tromboemboli.






LIMFADENITIS
Limfadenitis yaitu  peradangan pada satu atau  beberapa kelenjar getah bening. Limfadenitis bisa dipicu  oleh infeksi dari berbagai organisme, 
yaitu bakteri, virus, protozoa, riketsia atau  jamur. Secara khusus, infeksi menyebar ke kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung atau  mata. 
Bakteri Streptokokus, Stafilokokus, dan Tuberkulosis yaitu  pemicu  biasanya  dari Limfadenitis, meskipun virus, protozoa, riketsia, jamur juga bisa  menyerang  kelenjar getah bening.
Keluhan:
Nyeri tenggorok dan batuk bila dipicu  oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas. - Nyeri sendi bila dipicu  oleh penyakit kolagen atau  penyakit serum 
- Pembengkakan kelenjar getah bening 
- Demam- Kehilangan nafsu makan- Keringat berlebihan, - Nadi cepat- Kelemahan- 
Faktor Risiko:
- Riwayat penyakit seperti tonsilitis yang dipicu  oleh bakteri streptokokus, infeksi gigi dan gusi yang dipicu  oleh bakteri anaerob. 
- Paparan pada  infeksi/kontak  sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran nafas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau  Tuberkulosis turut membantu mengarahkan pemicu  limfadenopati.
- Riwayat perjalanan dan pekerjaan ke area  endemis penyakit tertentu, contoh  perjalanan ke area -area  Afrika bisa  menunjukkan pemicu  limfadenitis yaitu  penyakit Tripanosomiasis. sedang  pada orang yang bekerja di hutan Limfadenitis bisa  terkena Tularemia.
Pemeriksaan Fisik 
- Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik￾bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri 
streptokokus. 
- Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak 
leher mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri Difteri. 
- Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus. 
- Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada Campak. 
- Adanya bintik-bintik pendarahan  (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan), pucat, memar yang tidak jelas pemicu , ditambah 
pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia.
- Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher bagian posterior (belakang) ada  pada infeksi rubela dan mononukleosis. sedang  pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, biasanya  bilateral (dua sisi￾kiri/kiri dan kanan) dengan ukuran normal bila diameter 0,5cm, dan lipat 
paha bila diameternya >1,5 cm dianggap  tidak normal ). 
- Pada infeksi oleh mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguan￾bulanan, walaupun bisa  mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit 
diatasnya menjadi tipis, dan bisa  pecah.
- Nyeri tekan bila dipicu  oleh infeksi bakteri
- Kemerahan dan hangat pada perabaan mengarah kepada infeksi bakteri sebagai pemicu 
- Fluktuasi menkita kan munculnya  abses- Bila dipicu  keganasan tidak dilihat  gejala   peradangan namun  teraba keras dan tidak bisa  digerakkan dari jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan skrining TB: BTA Sputum, LED, Mantoux Test.
Laboratorium: Darah perifer lengkap
diagnosa  Klinis
Limfadenititis dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
diagnosa  Banding
Kista Dermoid. Hemangioma, . Mumps. Kista Duktus Tiroglosus. 
Komplikasi
. Sepsis (septikemia atau  keracunan darah)
. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang dipicu  oleh TBC). Pembentukan abses. Selulitis (infeksi kulit)
pengobatan 
pengobatan  pembesaran KGB leher didasarkan kepada pemicu . - pemicu  oleh virus bisa  sembuh sendiri dan tidak memerlukan  
pengobatan apa pun selain dari pemantauan . 
. Pencegahan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan badan bisa membantu mencegah munculnya  berbagai infeksi.
. Untuk membantu mengurangi rasa sakit, kelenjar getah bening yang terkena bisa dikompres hangat.
- Bila pemicu  yaitu  Mycobacterium tuberculosis maka diberikan obat anti tuberculosis. 
- Biasanya jika infeksi sudah  diobati, kelenjar akan mengecil secara perlahan dan rasa sakit akan hilang. kadang kelenjar yang 
membesar tetap keras dan tidak lagi terasa lunak pada perabaan.
- Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) yaitu  antibiotik oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25 mg/kg BeratBadan  empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi pada  antibiotik golongan penisilin bisa  diberikan cephalexin 25 mg/kg (sampai dengan 500 mg) tiga kali sehari atau  eritromisin 15 mg/kg (sampai 500 mg) tiga kali sehari. 
Konseling :
 Keluarga turut menjaga kesehatan dan kebersihan sehingga mencegah munculnya  berbagai infeksi dan penularan. mendukung dengan memotivasi pasien dalam pengobatan.
Pasien checkup  untuk mengevaluasi KGB dan terapi yang diberikan.
ciri-ciri  rujukan 
Biopsi dilakukan bila ada  gejala   dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan, KGB yang menetap atau  bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau  diagnosa  belum bisa  dilakukan .Kegagalan untuk mengecil sesudah  4-6 minggu dirujuk untuk mencari pemicu  (indikasi untuk dilakukan  biopsi kelenjar getah bening).
Peralatan
Alat ukur untuk mengukur beasarnya kelenjar getah bening. Mikroskop. Reagen BTA dan Gram




ULKUS MULUT (AFTOSA, HERPES)
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Stomatitis aftosa rekurens (SAR) yaitu  penyakit mukosa mulut tersering  dan memiliki prevalensi sekitar 10 – 35% pada populasi. Sebagianbesar masalah  bersifat ringan, self-limiting, dan sering  diabaikan oleh pasien. Namun, SAR juga bisa  yaitu  gejala dari penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit Crohn, penyakit Coeliac, malpenyerapan , anemia defisiensi besi, asam folat, defisiensi vitamin B12, HIV. 
Stomatitis herpes yaitu  inflamasi pada mukosa mulut akibat infeksi virus Herpes simpleks tipe 1 (HSV 1). Penyakit ini cukup terkenal   pada 
praktik rumahsakit  sehari-hari. Beberapa diantaranya yaitu  manifestasi dari kelainan imunodefisiensi yang berat, contoh  HIV. Amat 
penting bagi para tenaga medis  di rumahsakit  untuk bisa  mendiagnosa  dan memberi  pengobatan  yang tepat dalam masalah  stomatitis herpes.
Keluhan
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
--. Biasanya ada  riwayat penyakit yang sama di dalam keluarga.
--. Pasien biasanya biasanya  sehat. Namun, bisa  pula dilihat  gejala-gejala seperti diare, konstipasi, tinja berdarah, sakit perut berulang, lemas, atau  pucat, yang berkaitan dengan penyakit yang mendasari.
--. Pada wanita, bisa  muncul  saat menstruasi.
Stomatitis Herpes
--. Luka pada bibir, lidah, gusi, langit-langit, atau  bukal, yang terasa nyeri.
--. Kadang muncul  bau mulut.
--. bisa  ditambah rasa lemas (malaise), demam, dan benjolan pada kelenjar limfe leher.
--. Sering terjadi pada usia remaja atau  dewasa.
--. Luka yang terasa nyeri pada mukosa bukal, bibir bagian dalam, atau  sisi lateral dan anterior lidah.
--. Onset penyakit biasanya dimulai pada usia kanak-kanak, paling sering pada usia remaja atau  dewasa muda, dan jarang pada usia lanjut.
--. Frekuensi rekurensi beragam , namun sering  dalam interval yang cenderung reguler.
--. Rekurensi bisa  dipicu oleh beberapa faktor, seperti: demam, paparan sinar matahari, trauma, dan kondisi imunosupresi seperti HIV, pemakaian  
kortikosteroid sistemik, dan keganasan.
--. Episode SAR yang sebelumnya biasanya bersifat self-limiting.
--. Pasien biasanya bukan perokok atau  tidak pernah merokok.
--. ada  dua jenis stomatitis herpes, yaitu: 
. Stomatitis herpes primer,yaitu   episode tunggal.
. Stomatitis herpes rekurens, bila pasien sudah  mengalami beberapa kali penyakit mirip  sebelumnya.
Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
ada  3 tipe SAR, yaitu: minor, mayor, dan herpetiform. 
Pemeriksaan fisik 
gejala   dehidrasi akibat diare berulang. gejala   anemia (warna kulit, mukosa konjungtiva) Pemeriksaan perut  (distensi, hipertimpani, nyeri tekan)
Pemeriksaan penunjang yang bisa  dilakukan, antara lain: MCV, MCH, dan MCHC,  Darah perifer lengkap, 
Stomatitis Herpes
Pada pemeriksaan fisik, bisa  dilihat :
. Lokasi lesi bisa  di bibir (herpes labialis) sisi luar dan dalam, lidah, gingiva, palatum, atau  bukal.
. Mukosa sekitar lesi edematosa dan hiperemis.
. Demam
. Pembesaran kelenjar limfe servikal
. gejala    penyakit imunodefisiensi yang mendasari 
. Lesi berwujud  vesikel, berbentuk seperti kubah, berbatas tegas, berukuran 2 – 3 mm, biasanya multipel, dan beberapa lesi bisa  bergabung satu sama lain.
Pemeriksaan penunjang
Tidak mutlak dantidak rutin dilakukan. 
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
diagnosa  SAR bisa  dilakukan  melalui anamnesis dan pemeriksaan  fisis.tenaga medis  perlu mempikirkan  kemungkinan adanya penyakit sistemik yang mendasari. 
diagnosa  Banding
. Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn). Kanker mulut  Stomatitis Herpes. Herpes simpleks. Sindrom Behcet
. Hand, foot, and mouth disease. Liken planus
diagnosa  stomatitis herpes bisa  dilakukan  melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis.
diagnosa  banding:
. Hand, foot, and mouth disease. Manifestasi oral dari penyakit autoimun (pemfigus, SLE, Crohn). SAR tipe herpetiform. SAR minor multipel
. Herpes zoster. Sindrom Behcet
Aftosa / Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Pengobatan yang bisa  diberikan untuk mengatasi SAR yaitu :
. Kortikosteroid topikal, seperti krim triamcinolone acetonide 0,1% in ora base sebanyak 2 kali sehari sesudah  makan dan membersihkan rongga mulut, Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk membersihkan rongga mulut. pemakaian  sebanyak 3 kali sesudah  makan, masing-masing selama 1  menit.
Konseling :
Pasien perlu menghindari trauma pada mukosa mulut dan makanan atau  zat dalam makanan yang berpotensi memicu  SAR, contoh : kripik, susu sapi, gluten, asam benzoat, dan cuka.
ciri-ciri  Rujukan
tenaga medis  di rumahsakit  perlu merujuk ke rumahsakit , bila dilihat :
1. Gejala-gejala ekstraoral yang mungkin terkait penyakit sistemik yang mendasari, seperti: Penurunan berat badan. Rasa lemah . Batuk kronik. Demam. Limfadenopati, Hepatomegali, Splenomegali. Lesi genital, kulit, atau  mata. Gangguan gastrointestinal. 
2. Gejala dan gejala   yang tidak khas, contoh :
. Lesi yang amat parah. Tidak adanya kesembuhan  dengan pengobatan  kortikosteroid topikal. Onset pada usia dewasa akhir atau  lanjut
. Perburukan dari aftosa, 
3. Adanya lesi lain pada rongga mulut, seperti:
. Kandidiasis. Glositis. pendarahan , bengkak, atau  nekrosis pada gingiva. Leukoplakia. Sarkoma Kaposi, 
Stomatitis Herpes
pengobatan  yang bisa  dilakukan yaitu:
1. Untuk mengurangi rasa nyeri, bisa  diberikan analgetik seperti Parasetamol atau  Ibuprofen. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% juga 
memberi efek anestetik sehingga bisa  membantu.2. Pilihan antivirus yang bisa  diberikan, antara lain:
--. Famcyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
 dewasa: 3 kali 250 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk episode tunggal3 kali 500 mg per hari, selama 7 – 10 hari untuk tipe rekurens
 anak: Belum ada data mengenai keamanan dan efektifitas pemberiannya pada anak-anak
--. Acyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
 dewasa: 5 kali 200 – 400 mg per hari, selama 7 hari  anak: 20 mg/kg BeratBadan /hari, dibagi menjadi 5 kali pemberian, selama 7 hari
--. Valacyclovir, diberikan per oral, dengan dosis:
 dewasa: 2 kali 1 – 2 g per hari, selama 1 hari
 anak: 20 mg/kg BeratBadan /hari, dibagi menjadi 5 kali pemberian, selama 7 hari
tenaga medis  perlu memperhatikan fungsi ginjal pasien sebelum memberi  obat￾obat di atas. Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Pada masalah  stomatitis herpes akibat penyakit sistemik, harus dilakukan 
pengobatan  definitif sesuai penyakit yang mendasari.Pencegahan rekurensi pada stomatitis herpes rekurens
Pencegahan rekurensi dimulai dengan mengidentifikasi faktor-faktor pencetus 
dan selanjutnya melakukan penghindaran. Faktor-faktor yang biasanya memicu stomatitis herpes rekurens, antara lain trauma dan paparan sinar 
matahari.



REFLUKSGASTROESOFAGEAL
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yaitu  mekanisme refluks melalui  sfingter esofagus.
Keluhan
Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau  epigastrik dan bisa  menjalar ke leher ditambah muntah, atau  muncul  rasa asam di mulut. ini terjadi terutama sesudah  makan dengan volume besar dan berlemak. Keluhan ini diperberat 
dengan posisi berbaring terlentang. Keluhan ini juga bisa  muncul  oleh sebab  makanan berwujud  saos tomat, peppermint, coklat, kopi, dan alkohol. Keluhan 
sering muncul pada malam hari.
Faktor risiko
beberapa obat di antaranya nitrat, teofilin dan verapamil, pakaian yang ketat, atau  pekerja yang sering mengangkat beban berat.Usia > 40 tahun, obesitas, kehamilan, merokok, konsumsi kopi, alkohol, coklat, makan berlemak, 
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada  gejala   khusus  untuk GERD. Tindakan untuk pemeriksaan  yaitu  dengan pengisian kuesioner GERD. Bila hasilnya positif, maka 
dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump Inhibitor). 
diagnosa  Klinis
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis yang cermat. lalu  untuk di perumahsakit , pasien diterapi dengan PPI test, bila memberi  tanggapan  
positif pada  terapi, maka diagnosa  definitif GERD bisa  disimpulkan. standart  baku untuk diagnosa  definitif GERD yaitu  dengan endoskopi 
saluran cerna bagian atas yaitu dilihat nya mucosal break di esophagus namun tindakan ini hanya bisa  dilakukan oleh tenaga medis  spesialis yang memiliki kompetensi itu .
diagnosa  Banding
Angina pektoris, Akhalasia, Dispepsia, Ulkus peptik, Ulkus duodenum, Pankreatitis
Komplikasi
Barret’s esophagus, Adenokarsinoma, Batuk dan asma, Inflamasi faring,  laring, Aspirasi paru.
Esofagitis, Ulkus esophagus, pendarahan  esofagus, Striktur esophagus, 
pengobatan 
--Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka pemakaian  H2 Blocker 2x/hari: simetidin 400-800 mg atau  ranitidin 150 mg atau  famotidin 20 mg.
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada fasilitas rumahsakit  (rujukan)  untuk endoskopi dan bila perlu biopsi 
--. Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberi  Proton Pump Inhibitor (PPI) dosis tinggi selama 7-14 hari.Bila ada  kesembuhan  gejala 
yang menonjol  (50-75%) maka diagnosa  bisa  dilakukan  sebagai GERD. PPI dosis tinggi berwujud  omeprazol 2x20 mg/hari dan lansoprazol 2x 30 mg/hari.
--sesudah  dilakukan  diagnosa  GERD, obat bisa  diteruskan sampai 4 minggu dan boleh ditambah  prokinetik seperti domperidon 3x10 mg.
Konseling :
nasihat  untuk melakukan rekayasa  gaya hidup yaitu dengan mengurangi berat badan, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi zat yang mengiritasi lambung seperti kafein, aspirin, dan alkohol. Posisi tidur sebaiknya dengan kepala yang lebih tinggi. Tidur minimal sesudah  2 sampai 4 jam sesudah  makanan, makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan yang berlemak.
ciri-ciri  Rujukan
--. Adanya alarm symptom:
Odinofagia (sakit menelan). Anemia, . Berat badan menurun. Hematemesis melena. Disfagia (sulit menelan). 
--. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
--. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali






GASTRITIS
Gastritis yaitu  proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa Bila  ada  akumulasi 
bakteri atau  bahan iritan lain. Proses inflamasi bisa  bersifat akut, kronis, difus, atau  lokal.
Keluhan
Pasien datang ke tenaga medis  sebab  rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas. Keluhan mereda atau  memburuk bila diikuti dengan makan, mual, muntah dan kembung.
Faktor Risiko
. Sering minum kopi dan teh . Infeksi bakteri atau  parasit. pemakaian  obat analgetik dan steroid
. Usia lanjut. Alkoholisme. Stress. Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluks empedu, penyakit autoimun, HIV/AIDS, Chron disease, 
. Pola makan yang tidak baik: waktu makan terlambat, jenis makanan pedas, porsi makan yang besar
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva tampak anemis.
. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat. . Bila terjadi proses inflamasi berat, bisa  dilihat  pendarahan saluran cerna berwujud  hematemesis dan melena.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, kecuali pada gastritis kronis dengan melakukan  pemeriksaan:
Rontgen dengan barium enema.
. Endoskopi. Darah rutin.. Untuk mengetahui infeksi Helicobacter pylori: pemeriksaan Ureabreath test dan feses.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk diagnosa  definitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
diagnosa  Banding
Limfoma. Ulkus peptikum. Sarkoidosis. GERD
. Kolesistitis. Kolelitiasis. Chron disease. Kanker lambung. Gastroenteritis. 
Komplikasi
. Pendarahan saluran cerna bagian atas
. Ulkus peptikum. Perforasi lambung. Anemia
pengobatan 
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali), PPI 2x/hari  (Omeprazol 20 mg/kali, Lansoprazol 30 mg/kali), dan  Antasida dosis 3 x 500-
1000 mg/hari.
Konseling :
Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu munculnya  keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau  perut 
kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.
ciri-ciri  rujukan 
ada  alarm symptoms, . Bila 5 hari pengobatan belum ada kesembuhan .. Terjadi komplikasi.
Prognosis  tergantung pada kondisi pasien saat datang, komplikasi, dan pengobatannya. biasanya  prognosis gastritis yaitu  bonam, namun bisa  terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.














INTOLERANSI MAKANAN
Intoleransi makanan yaitu  gejala-gejala yang terjadi akibat reaksi tubuh pada  makanan tertentu. Intoleransi bukan yaitu  alergi makanan. Hal 
ini terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan  tertentu. Intoleransi pada  laktosa gula susu, penyedap Monosodium Glutamat (MSG), atau  pada  antihistamin yang dilihat  di keju lama, 
anggur, bir, dan daging olahan. Gejala intoleransi makanan kadang mirip dengan gejala yang dilihat  pada alergi makanan.
keluhan :
Gejala-gejala yang mungkin terjadi yaitu  tenggorokan terasa gatal, nyeri perut, perut kembung, diare, mual, muntah,  ditambah kram perut.
Faktor predisposisi
Makanan yang sering memicu  intoleransi, seperti:
Protein susu sapi. Hasil olahan jagung. MSG, 
 . Terigu dan gandum lainnya yang mengandung gluten
.Pada pemeriksaan fisik bisa  dilihat  nyeri tekan perut , bising usus meningkat dan mungkin ada  gejala    dehidrasi. 
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
diagnosa  Banding
Sindrom Zollinger-Ellison, Gangguan paska gasterektomi, reseksi usus halus atau  kolon
Pankreatitis, Penyakit Chrons pada illeum terminalis, Sprue Celiac, Penyakit whipple, Amiloidosis, Defisiensi laktase, 
Komplikasi Dehidrasi 
pengobatan :
. Pembatasan nutrisi tertentu. Suplemen vitamin dan mineral. Suplemen enzim pencernaan
ditindaklanjuti 
sesudah  gejala menghilang, makanan yang dicurigai diberikan kembali untuk melihat-lihat  reaksi yang terjadi. ini bertujuan untuk memperoleh pemicu  intoleransi. 
Konseling :
Memberi nasihat  ke keluarga untuk ikut membantu dalam hal pembatasan nutrisi tertentu pada pasien dan mengamati keadaaan pasien selama pengobatan.
ciri-ciri  Rujukan 
Perlu dilakukan konsultasi ke rumahsakit  bila keluhan tidak menghilang walaupun tanpa terpapar.



PENDARAHAN  GASTROINTESTINAL
Manifestasi pendarahan  saluran cerna beragam  mulai dengan pendarahan masif yang membahayakan nyawa  hingga pendarahan  samar yang tidak dirasakan. Hematemesis menunjukkan pendarahan  dari saluran cerna bagian atas, proksimal dari ligamentum Treitz. Melenabiasanya akibat pendarahan  saluran cerna bagian atas, meskipun demikian pendarahan  dari 
usus halus atau  kolon bagian kanan, juga bisa  memicu  melena. pendarahan  sebab  ruptur varises gastroesofagus yaitu  pemicu  tersering yaitu sekitar  60%, gastritis erosif sekitar 30%,tukak peptik sekitar 15% dan sebab  sebab lainnya <5%. Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 29%, kematian pada penderita ruptur 
varises bisa mencapai 70% sedang  kematian pada pendarahan  non varises sekitar 22%. 
Keluhan
 muntah darah berwarna hitam seperti 
bubuk kopi (hematemesis) atau  buang air besar berwarna hitam seperti ter atau  aspal (melena),
gejala  lainya sesuai dengan komorbid, seperti penyakit hati kronis, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal .Pada anamnesis yang perlu ditanyakan yaitu  riwayat penyakit hati kronis, riwayat dispepsia, riwayat mengkonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol, jamu￾jamuan, obat untuk penyakit jantung, obat stroke, riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit paru dan adanya pendarahan  ditempat lainnya. Riwayat 
muntah sebelum munculnya  hematemesis  mendukung kemungkinan adanya sindrom  Mallory Weiss.
Faktor Risiko Konsumsi obat-obat NSAID
Faktor Predisposisi Riwayat sirosis hepatis
 Pemeriksaan Fisik 
. Penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi) 
. Evaluasi jumlah pendarahan .
. Pemeriksaan fisik lainnyayaitu mencari stigmata penyakit hati kronis (ikterus,spider nevi, asites, splenomegali, eritema palmaris, edematungkai), massa perut , nyeri perut , rangsangan peritoneum, 
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit rematik . 
. Rectal toucher
. Dalam prosedur diagnosa  ini penting melihat-lihat  aspirat dari Naso Gastric Tube (NGT). Aspirat berwarna putih keruh menkita kan pendarahan  tidak aktif, aspirat berwarna merah marun menkita kan pendarahan  masif 
 mungkin pendarahan  arteri. 
Pemeriksaan  Penunjang :
X ray thoraks. Laboratorium darah lengkap
. diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
diagnosa  Banding
Hemoptisis, Hematokezia
Komplikasi
Gagal ginjal akut, Anemia sebab  pendarahan 
Syok hipovolemia, Aspirasi pneumonia, 
pengobatan 
1. Stabilkan hemodinamik.
. Pemasangan IV line . Oksigen sungkup/kanula
. Mencatat intak output, harus dipasang kateter urin. memantau  tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang ada.
2. Pemasangan NGT (nasogatric tube) 
Melakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan endoskopi.
3. Tirah baring
4. Puasa/diet hati/lambung
. Injeksi antagonis reseptor H2 atau  penghambat pompa proton (PPI). Sitoprotektor: sukralfat 3-4x1 gram 
. Antasida. Injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis
ditindaklanjuti 
Walaupun sudah dilakukan terapi endoskopi pasien bisa  mengalami pendarahan  ulang. Oleh sebab  itu perlu dilakukan asesmen yang 
lebih akurat untuk memprediksi pendarahan  ulang dan mortalitas.
Konseling :
Keluarga ikut mendukung untuk menjaga diet dan pengobatan pasien.ciri-ciri  Rujukan 
Bila terjadi anemia berat,  pada  pasien yang diduga kuat sebab  ruptura varises esophagus di rujuk kerumahsakit , . Bila pendarahan  tidak berhenti dengan perawatan  awal di rumahsakit 
Peralatan
Sarung tangan . EKG. Laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan fungsi ginjal.. Kanula satu sungkup oksigen
. Naso Gastric Tube (NGT)
pendarahan  saluran cerna bagian bawah biasanya  diartikan  sebagai pendarahan  yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Hematokezia diartikan darah segar yang keluar melalui anus dan yaitu  manifestasi tersering dari pendarahan  saluran cerna bagian bawah.pemicu  tersering dari saluran cerna bagian bawah antara lain pendarahan  
divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis iskemik. pendarahan  saluran cerna bagian bawah yang kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon. 
Keluhan
--. Nilai dalam anamnesis apakah bercampur dengan feses (seperti terjadi pada kolitis atau  lesi di proksimal rektum) atau  terpisah/menetes (terduga hemoroid), pemakaian antikoagulan, atau  ada  gejala sistemik lainnya seperti demam lama (tifoid, kolitis infeksi), menurunnya berat badan 
(kanker), perubahan pola defekasi (kanker), tanpa rasa sakit (hemoroid intema, angiodisplasia), nyeri perut (kolitis infeksi, iskemia mesenterial), 
tenesmus ani (fisura, disentri).
--. pasien  keluhan darah segar yang keluar melalui anus (hematokezia).
--. biasanya  melena menunjukkan pendarahan  di saluran cerna bagian atas atau  usus halus, namun  melena bisa  juga berasal dari 
pendarahan  kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas.
--. Pasien dengan pendarahan  samar saluran cerna kronik biasanya  tidak ada gejala atau  kadang hanya rasa lelah akibat anemia. 
--. Hemoroid dan fisura ani biasanya memicu  pendarahan  dengan warna merah segar namun  tidak bercampur dengan faeces. 
--. pendarahan  dari divertikulum biasanya tidak nyeri. Tinja biasanya berwarna merah marun, kadang bisa juga menjadi merah. 
biasanya  terhenti secara spontan dan tidak berulang.
Pemeriksaan Fisik 
. Pemeriksaan fisis perut  untuk mengukur  ada tidaknya rasa nyeri tekan (iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa 
intraperut  (tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn). 
. Pada colok dubur dilihat  darah segar
. Nilai gejala   vital, terutama ada tidaknya renjatan atau  hipotensi postural 
Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan darah perifer lengkap, feses rutin dan tes darah samar.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
diagnosa  Banding
Divertikulosis, Angiodisplasia, Tumor 
kolonHaemorhoid, Penyakit usus inflamatorik, 
Komplikasi
Anemia sebab  pendarahan . Syok hipovolemik. Gagal ginjal akut. 
pengobatan 
Kehilangan darah samar memerlukan suplementasi besi yaitu Ferrosulfat  325 mg tiga kali sehari.
. Stabilkan hemodinamik
memantau  tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang ada.. Pemasangan IV line. Oksigen sungkup/kanula. Mencatat intak output, harus dipasang kateter urin, 
. Beberapa pendarahan  saluran cerna bagian bawah bisa  diobati secara medikamentosa. Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter bisa  diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths, dan menghindari mengejan . 
ciri-ciri  Rujukan 
Rujuk kerumahsakit  untuk diagnosa  definitif bila tidak bisa  dilakukan  di rumahsakit, pendarahan  saluran cerna bagian bawah yang terus menerus 




HEMOROID GRADE 1-2
Hemoroid yaitu  pelebaran vena-vena didalam pleksus hemoroidalis.
Keluhan 
Pengeluaran lendir.. Iritasi diarea  kulit perianal.
. Gejala-gejela anemia (seperti : pusing, lemah, pucat), . pendarahan  pada waktu defekasi, darah berwarna merah segar. Darah bisa  menetes keluar dari anus beberapa saat sesudah  defekasi.
. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi. Massa ini mula-mula bisa  kembali spontan sesudah defekasi,   lalu  harus dimasukkan 
secara manual dan akhirnya tidak bisa  dimasukkan lagi., 
Faktor Risiko
Sering mengejan . pemakaian  toilet yang berlama-lama (contoh  : duduk dalam waktu yang lama di toilet). Penuaan . Lemahnya dinding pembuluh  darah. Wanita hamil. Konstipasi . Konsumsi makanan rendah serat. Peningkatan tekanan intraperut  . Batuk kronik. 
Pemeriksaan Fisik 
1. Periksa gejala    anemia
2. Pemeriksaan status lokal  
a. Inspeksi:
 Hemoroid derajat 
1, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan diregio anal.
 Hemoroid derajat 
2, tidak ada  benjolan mukosa yang keluar 
melalui anus, akan namun  bagian hemoroid yang tertutup kulit bisa  terlihat sebagai pembengkakan.Hemoroid derajat 3 dan 4 yang besar akan segera bisa  dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian 
luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau  merah.
b. Palpasi:
 Hemoroid interna pada stadium awal merupaka pelebaran vena yang lunak dan mudah kolaps sehingga tidak bisa  dideteksi dengan palpasi.
 sesudah  hemoroid berlangsung lama dan sudah  prolaps, jaringan ikat  mukosa mengalami fibrosis sehingga hemoroid bisa  diraba saat   jari tangan meraba sekitar rektum bagian bawah.
Pemeriksaan darah rutin, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia dan infeksi.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan  penunjang.
penggolongan  hemoroid, dibagi menjadi :
1. Hemoroid internal, yang berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa
Hemoroid internal dibagi menjadi 4 grade, yaitu :
. Grade 1: hemoroid mencapai lumen anal kanal
. Grade 2: hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak saat  pemeriksaan namun  bisa  masuk kembali secara spontan.
. Grade 3: hemoroid sudah  keluar dari anal canal dan hanya bisa  masuk kembali secara manual oleh pasien.
. Grade 4: hemoroid selalu keluar dan tidak bisa  masuk ke anal kanal meski dimasukkan secara manual
2. Hemoroid eksternal, berasal dari bagian dentate line dan dilapisi oleh epitel mukosa yang sudah  terrekayasa  dan  banyak persarafan serabut 
saraf nyeri somatik.
diagnosa  Banding 
Proktitis , Rektal prolapsKondiloma Akuminata, 
Komplikasi Anemia
pengobatan  Hemoroid di rumahsakit  hanya untuk hemoroid grade 1 dengan terapi konservatif medis dan menghindari obat-obat anti-inflamasi 
non-steroid, dan  makanan pedas atau  berlemak Hal lain yang bisa  dilakukan yaitu  mengurangi rasa nyeri dan konstipasi pada pasien hemoroid.
Konseling :
Melakukan nasihat  kepada pasien sebagai usaha  pencegahan hemoroid. Pencegahan hemoroid bisa  dilakukan dengan cara:
. Konsumsi serat 25-30 gram perhari. ini bertujuan untuk memicu  feses menjadi lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengejan  dan tekanan pada vena anus. Segerakan ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan sebab  akan memperkeras feses. Hindari mengejan . 
ciri-ciri  Rujukan:
Hemoroid interna grade 2, 3, dan 4 dan hemoroid eksterna memerlukan pengobatan  di rumahsakit  




HEPATITIS A
Hepatitis A yaitu  infeksi akut di liver yang dipicu  oleh hepatitis A virus (HAV), sebuah virus RNA yang disebarkan melalui rute fekal oral. Lebih dari 
85% orang dewasa simtomatik, sedang  padaanak <6 tahun 79% asimtomatik. Kurang dari 4% penderita hepatitis A dewasa berkembang 
menjadi hepatitis A fulminan.
Keluhan
Lemah, letih, dan lesu.. Mual dan muntah. Warna urine seperti teh. Tinja seperti dempul. Demam. Mata dan kulit kuning. Penurunan nafsu makan. Nyeri otot dan sendi. 
Faktor Risiko 
memakai   alat makan dan minum dari penderita hepatitis.. Sering mengkonsumsi makanan atau  minuman yang tidak terjaga sanitasinya. 
Pemeriksaan Fisik 
. Febris . Sklera ikterik. Hepatomegali. Warna urin seperti teh, 
Pemeriksaan Penunjang
. IgM anti HAV (di rumahsakit )
. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin) 
. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas 
primer yang lebih lengkap.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik,  
diagnosa  Banding
Sirosis hepatis, Ikterus obstruktif, Hepatitis B dan C akut, 
Komplikasi 
Ensefalopati hepatikum, Koagulopati, Hepatitis A fulminan,
pengobatan 
. mengkonsumsi  kalori dan cairan yang kuat 
. Tirah baring 
. Pengobatan simptomatik
. Demam:Ibuprofen 2x400mg/hari.
. Mual: antiemetik seperti Metoklopramid 3x10 mg/hari atau  Domperidon 3x10mg/hari.
. Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3x200 mg/hari atau  Ranitidin 2x 150mg/hari) atau  Proton Pump Inhibitor(Omeprazol 1 x 20 
mg/hari).
ditindaklanjuti 
checkup  secara berkala untuk mengukur  hasil pengobatan. 
Konseling :
 Vaksinasi Hepatitis A diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi.. Keluarga ikut menjaga mengkonsumsi  kalori dancairan yang kuat , dan membatasi aktivitas fisik pasien selama tahap  akut,Sanitasi dan kebersihan  mampu mencegah penularan virus.
ciri-ciri  Rujukan
Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik,. aktifitas  diagnosa  dengan pemeriksaan penunjang laboratorium. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap ditambah keluhan yang lain.






HEPATITIS B
Hepatitis B yaitu  virus yang menyerang hati, masuk melalui darah atau  cairan tubuh dari se yang terinfeksi. Virus ini tersebar luas di seluruh 
dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda. 
Infeksi hepatitis B bisa  berwujud  keadaan yang akut dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Bila  perjalanan penyakit berlangsung 
lebih dari 6 bulan maka dinamakan  hepatitis kronik (7%). Hepatitis B kronik bisa  berkembang menjadi sirosis hepatis, 18% dari penderita sirosis 
hepatis akan berkembang menjadihepatoma. Keluhan
. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap. Pruritus (biasanya ringan dan sementara) bisa  muncul  saat  ikterus meningkat. 
saat  badan kuning, biasanya diikuti oleh pembesaran hati yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian perut kanan atas. sesudah  
gejala itu  akan muncul  tahap  resolusi.
. biasanya  tidak memicu  gejala terutama pada anak-anak. 
. Gejala muncul  Bila  se sudah  terinfeksi selama 6 minggu, antara lain: gejala flu: batuk, fotofobia, pusing , mialgia.. gangguan gastrointestinal, seperti: malaise, anoreksia, mual dan muntah; 
. Gejala prodromal seperti diatas akan menghilang saat  muncul  kuning, namun  keluhan anoreksia, malaise, dan kelemahan bisa  menetap. 
Faktor Risiko
. Orang yang pernah memperoleh   transfusi darah sebelum dilakukan pemilahan pada  donor.
. Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
. Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hepatitis B.
 . memiliki  hubungan kelamin yang tidak aman dengan orang yang sudah terinfeksi hepatitis B. 
. Memakai jarum suntik secara bergantian terutama kepada penyalahgunaan obat suntik. 
. memakai   alat-alat yang biasa melukai bersama-sama dengan penderita hepatitis B.
. Orang yang bekerja pada tempat-tempat yang terpapar dengan darah manusia.
Pemeriksaan Fisik
. Pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
. Splenomegali dan limfadenopati pada 15-20% pasien, Konjungtiva ikterik
Pemeriksaan Penunjang 
HBsAg (di rumahsakit )
. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas primer 
yang lebih lengkap.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
diagnosa  Banding
Perlemakan hati, penyakit hati oleh sebab  obat atau  toksin, hepatitis autoimun, hepatitis alkoholik, obstruksi akut traktus biliaris
Komplikasi Hepatoma Sirosis hepar, 
pengobatan 
. mengkonsumsi  kalori dan cairan yang kuat 
. Tirah baring 
. Pengobatan simptomatik
. Demam:Ibuprofen 2x400mg/hari.
. Mual: antiemetik seperti Metoklopramid 3x10 mg/hari atau  Domperidon  3x10mg/hari.
. Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3x200 mg/hari atau   Ranitidin 2x 150mg/hari) atau  Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1 x 20 
mg/hari).
ditindaklanjuti 
checkup  secara berkala untuk mengukur  hasil pengobatan. 
ciri-ciri  Rujukan 
Penderita hepatitis B dengan keluhan ikterik yang menetap ditambah keluhan yang lain.
. aktifitas  diagnosa  dengan pemeriksaan penunjang laboratorium di rumahsakit 
Konseling :
. Memberi nasihat  pada keluarga untuk ikut mendukung pasien agar teratur minum obat sebab  pengobatan jangka panjang.Pencegahan penularan pada anggota keluarga dengan rekayasa  pola hidup untuk pencegahan transmisi dan imunisasi. . Pada tahap  akut, keluarga ikut menjaga mengkonsumsi  kalori dan cairan yang kuat , dan membatasi aktivitas fisik pasien.



KOLESISTITIS
Kolesistitis yaitu  reaksi inflamasi akut atau  kronis dinding kandung empedu. Faktor yang mempengaruhi muncul nya serangan kolesistitis yaitu  stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. pemicu  utama kolesistitis akut yaitu  batu kandung empedu (80%) yang  Ada   di duktus sistikus yang memicu  stasis cairan empedu. 
Keluhan
Kolesistitis akut:
--Serangan muncul sesudah  konsumsi makanan besar atau  makanan  berlemak di malam hari. 
--. Demam
--. Kolik perut di sebelah kanan atas atau  epigastrium dan teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan atau  yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pektoris, berlangsung 30-70 menit tanpa peredaan, berbeda dengan spasme yang cuma berlangsung singkat pada kolik bilier. 
--. Flatulens dan mual 
Kolesistitis kronik 
. Gangguan pencernaan menahun
. Serangan berulang namun tidak menonjol . 
. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak
. Nyeri perut yang tidak jelas ditambah dengan sendawa.
Faktor Risiko 
. Sering mengkonsumsi makanan berlemak
. Adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
Wanita. Usia >40 tahun
Pemeriksaan Fisik
. Teraba massa kandung empedu
. Nyeri tekan ditambah gejala    peritonitis lokal, gejala   Murphy positif, Ikterik bila pemicu  adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik
Pemeriksaan Penunjang 
Laboratorium darah menunjukkan adanya leukositosis 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
diagnosa  Banding. 
perforasi, Pankreatitis akut, Angina pektoris, Apendisitis akut, Ulkus peptikum 
Komplikasi
Perforasi kandung empedu, Peritonitis umum, Abses hepar, Gangren atau  empiema kandung empedu, 
pengobatan 
. Tirah baring. Puasa. Pemasangan infus
. Pemberian anti nyeri dan anti mual
. Pemberian antibiotik:
--. Golongan penisilin: Ampisilin injeksi 500mg/6jam dan Amoksilin 
500mg/8jam IV, atau 
--. Sefalosporin: Seftriakson 1 gram/ 12 jam, Sefotidak sim 1 gram/8jam,  atau 
--. Metronidazol 500mg/8jam
Konseling :
Keluarga diminta untuk mendukung pasien untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. 
ditindaklanjuti 
Perlu dilihat ada tidak indikasi untuk dilakukan pembedahan.. Pada pasien yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan kandung empedunya belum diangkat lalu  mengurangi mengkonsumsi  lemak 
dan menurunkan berat badannya harus dilihat apakah terjadi kolesistitis akut berulang.
ciri-ciri  rujukan 
Pasien yang sudah  terdiagnosa  kolesistitis dirujuk ke layanansekunder (spesialis penyakit dalam)sedang  bila ada  indikasi untuk pembedahan pasien dirujuk pula ke spesialis bedah.







APENDISITIS AKUT
Apendisitis akut yaitu  radang yang muncul  secara mendadak pada apendik, yaitu  salahsatu masalah  akut perut  yang paling sering ditemui, dan jika tidak ditangani segera bisa  memicu  perforasi.
pemicu :
 Erosi mukosa usus sebab  parasit Entamoeba hystolitica dan benda asing lainnya, Obstruksi lumen yaitu  faktor pemicu   apendisitis akut
Keluhan 
Nyeri perut kanan bawah, mula-mula area  epigastrium lalu  menjalar ke Mc Burney. Apa bila sudah  terjadi inflamasi (>6 jam) penderita bisa  
menunjukkan letidak  nyerisebab  bersifat somatik.
gejala 
--. Gejala   demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50C - 38,50C namun  bila suhu lebih tinggi, diduga sudah  terjadi perforasi.
--. Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri somatik yang beragam. Sebagai contoh apendiks yang panjang dengan ujung yang mengalami inflamasi di kuadran kiri bawah akan memicu  nyeri di area  itu , apendiks retrosekal akan memicu  nyeri flank atau  
punggung, apendiks pelvikal akan memicu  nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa memicu  nyeri testikuler, mungkin sebab  
iritasi pada arteri spermatika dan ureter.
--. Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi nervus vagus. 
--. Anoreksia, nausea dan vomitus yang muncul  beberapa jam sesudahnya, yaitu  kelanjutan dari rasa nyeri yang muncul  saat permulaan. 
--. Disuria juga muncul  Bila  peradangan apendiks dekat dengan vesika urinaria.
--. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, muncul  biasanya pada letidak  apendiks pelvikal yang 
merangsang area  rektum.
Pemeriksaan Fisik 
Inspeksi
Penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses.
. Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit
. Kembung bila terjadi perforasi
Palpasi
Adanya defans muscular. Rovsing sign positif
. Psoas signpositif. Obturator Signpositif
 ada  nyeri tekan McBurney. Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
Perkusi
Nyeri ketok (+)
Auskultasi
Peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik sebab  peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
Colok dubur
Nyeri tekan pada jam 9-12
gejala   Peritonitis umum (perforasi) :
. Nyeri seluruh perut . Pekak hati hilang
. Bising usus hilang, Apendiks yang mengalami gangren atau  perforasi lebih sering terjadi dengan 
gejala-gejala antaralain :
Menghilangnya bising usus. Nyeri tekan kuadran kanan bawah. Rebound tendernesssign. Rovsingsign. Nyeri tekan seluruh lapangan perut 
. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam
. Demam tinggi lebih dari 38,5oC. Lekositosis (AL lebih dari 14.000). Dehidrasi dan asidosis
. Distensi, 
Pemeriksaan Penunjang 
1. Laboratorium darah perifer lengkap
. Jika jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm3 maka biasanya  sudah terjadi perforasi dan peritonitis.
. Pemeriksaan urinalisa bisa  dipakai   sebagai konfirmasi dan menyingkirkan kelainan urologi yang memicu  nyeri perut . 
. Pengukuran kadar HCG bila dicurigai kehamilan ektopik pada wanita usia subur, 
. Pada apendisitis akut, 80% hasil laboratorium nilai leukosit dan  neutrofil akan meningkat. 
. Pada anak ditemuka lekositosis 11.000-14.000/mm3, dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran ke kiri hampir 75%. 
2. Foto polos perut 
--. Bila sudah terjadi perforasi, maka pada foto perut  tegak akan  tampak udara bebas di bawah diafragma.
--. Foto polos perut  supine pada abses appendik kadang  memberi pola bercak udara dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD (dekubitus), kalsifikasi bercak rim-like (melingkar) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari appendik.
--. Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto polos perut  tidak banyak membantu.
--. Pada peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus pada  bagian kanan bawah akan kolaps. 
--. Proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan memicu   kontraksi otot sehingga muncul  skoliosis ke kanan. 
--. Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan tampak pada  area  kanan bawah perut  kosong dari udara. 
--. Gambaran udara seakan-akan terdorong ke pihak lain. 
diagnosa  Klinis 
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih yaitu  dasar diagnosa   apendisitis akut.
diagnosa  Banding
Batu ureter. Cystitis. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET). Salpingitis akut. Kolesistitis akut. DivertikelMackelli. Enteritis regional. Pankreatitis. 
Pasien yang sudah terdiagnosa  apendisitis akutharus segera dirujuk untuk dilakukan operasi cito.pengobatan  di rumahsakit  sebelum dirujuk:
. Bed rest total posisi fowler (anti Trandelenburg)
. Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut.
. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika ada dehidrasi. 
. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi distensi perut  dan mencegah muntah.
Komplikasi
Sepsis. Perforasi apendiks. Peritonitis umum.
ciri-ciri  Rujukan 
Pasien yang sudah  terdiagnosa  harus dirujuk ke rumahsakit  untuk dilakukan operasi cito.






MALPENYERAPAN  MAKANAN
Malpenyerapan  yaitu  suatu keadaan ada nya gangguan pada proses penyerapan  dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi. Pada 
biasanya  pasien  diare sehingga kadang sulit membedakan apakah diare dipicu  oleh malpenyerapan  atau  sebab lain. Selain itu kadang pemicu  dari diare itu  tumpang tindih antara satu sebab dengan sebab lain termasuk yang dipicu  oleh malpenyerapan .Berbagai hal dan keadaan bisa  memicu  malpenyerapan  dan maldigesti pada se. Malpenyerapan  dan maldigesti bisa  dipicu  oleh sebab  defisiensi enzim atau  adanya gangguan pada mukosa usus tempat penyerapan  dan digesti zat itu .
Keluhan 
Pasien dengan malpenyerapan  biasanya datang dengan keluhan diare kronis, biasanya bentuk feses cair mengingat gangguan pada usus halus tidak ada  zat nutrisi yang terpenyerapan  sehingga feses tidak  berbentuk. Jika masalah 
pasien sebab  malpenyerapan  lemak maka pasien akan mengeluh fesesnya berminyak (steatore).
Anamnesis yang tepat tentang kemungkinan pemicu  dan perjalanan penyakit yaitu  hal yang penting untuk menentukan apa terjadi malpenyerapan .
Pada pemeriksaan fisik bisa  dilihat  gejala   anemia (sebab  defisiensi besi, asam folat, dan B12): konjungtiva anemis, kulit pucat, status gizi kurang. Dicari gejala   dan gejala khusus  tergantung dari pemicu .
Pemeriksaan Penunjang 
Radiologi: foto polos perut  . Darah perifer lengkap: anemia mikrositik hipokrom sebab  defisiensi besi 
atau  anemia makrositik sebab  defisiensi asam folat dan vitamin B12.
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
diagnosa  Banding
. Amiloidosis. Defisiensi laktase. Sindrom Zollinger-Ellison . Gangguan paska gasterektomi, reseksi usus halus atau  kolon. Pankreatititis
. Penyakit Chrons pada illeum terminalis
. Sprue Celiac. Penyakit whipple 
Komplikasi Dehidrasi 
pengobatan 
Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit dalam untuk mencari pemicu  malpenyerapan  lalu  dipengobatan  sesuai pemicu .. 
Pembatasan nutrisi tertentu. Suplemen vitamin dan mineral. Suplemen enzim pencernaan
. pengobatan  tergantung dari pemicu  malpenyerapan, 
. pengobatan  farmakologi: Antibiotik diberikan jika malpenyerapan  disebakan oleh overgrowth bakteri enterotoksigenik: E. colli, K. Pneumoniae dan Enterrobacter cloacae.
ditindaklanjuti 
Perlu dipantau keberhasilan diet atau  terapi yang diberikan kepada pasien.
Konseling :
Memberi nasihat  ke keluarga untuk ikut membantu dalam hal pembatasan nutrisi tertentu pada pasien dan mengamati keadaaan pasien selama pengobatan.
ciri-ciri  Rujukan 
Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit dalam untuk mencari pemicu  malpenyerapan  lalu  dipengobatan  sesuai pemicu .




DEMAM TIFOID
Penyakit ini erat kaitannya dengan kualitas kebersihan  pasien  dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Di negarakita  bersifat endemik dan 
yaitu  masalah kesehatan masyarakat.   angka kematian antara  5% Selain tingkat insiden yang tinggi, demam tifoid terkait dengan berbagai aspek permasalahan lain, contoh : akurasi diagnosa , resistensi antibiotik dan masih rendahnya 
cakupan vaksinasi demam tifoid.
Keluhan 
--. Gangguan gastrointestinal berwujud  konstipasi dan meteorismus atau  diare, mual, muntah, nyeri perut  dan BAB berdarah
--. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia
--. Pada demam tifoid berat, bisa  ditemukan  penurunan kesadaran atau  kejang.
--. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi bisa terjadi terus menerus  hingga minggu kedua.
--. pusing   yang sering dirasakan di area frontal
Faktor Risiko 
--. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
--. Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
--. Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
--. Kondisi imunodefisiensi.
--. kebersihan  personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan.
--. kebersihan  makanan dan minuman yang kurang baik, contoh  makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar debu atau  sampah atau  dihinggapi lalat.
Pemeriksaan Fisik
--. Ikterus
--. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
--. Pemeriksaan perut : nyeri (terutama regio epigastrik), hepatosplenomegali
--. Delirium pada masalah  yang berat
--. bisa  dilihat  bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.
--. keadaan  biasanya tampak sakit sedang atau  sakit berat.
--. Kesadaran: bisa  compos mentis atau  penurunan kesadaran (mulai dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat contoh  delirium  atau  koma)
--. Demam, suhu > 37,5oC.
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut
--. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.
--. Nyeri perut dengan gejala    akut perut 
--. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berwujud  apatis dengan kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien bisa  menjadi 
somnolen dan koma atau  dengan gejala-gejala psikosis (organic brain syndrome).
Pemeriksaan Penunjang 
1. Darah perifer lengkap bedan  hitung jenis leukosisbisa  menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal, 
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan), anemia.
2. Serologi
a. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)®
 Hanya bisa  mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi
 bisa  dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot®)
1. bisa  mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
2. bisa  dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
c. Tes Widal tidak direkomendasi 
 Dilakukan sesudah  demam berlangsung 7 hari.
 Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau  ada  kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang 
dengan interval 5 – 7 hari.
 Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh sebab  reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae, area  endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid dan preparat antigen komersial yang beragam  dan standart idisasi kurang baik. Oleh sebab  itu, pemeriksaan Widal tidak direkomendasi jika hanya dari 1 kali 
pemeriksaan serum akut sebab  munculnya  positif palsu tinggi yang bisa  memicu  over-diagnosa  dan over-treatment.
3. Kultur Salmonella typhi (gold standart ) 
bisa  dilakukan pada spesimen:
--. Urin : Pada minggu kedua atau  ketiga sakit
--. Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi carriertyphoid
--. Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit, saat demam tinggi
--. Feses : Pada minggu kedua sakit
4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, contoh : SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase, 
Suspek demam tifoid 
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh  gejala demam, gangguan saluran cerna dan pegejala   gangguan kesadaran. diagnosa  suspek tifoid hanya dibuat pada rumahsakit .
Demam tifoid klinis 
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium yang menunjukkan tifoid.
diagnosa  Banding
Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam rematik akut, abses dalam, demam yang berkaitan  dengan infeksi HIV.Demam berdarah dengue, Malaria, Leptospirosis, infeksi saluran kemih, Hepatitis A, sepsis, 
Komplikasi 
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara lain  perforasi usus, sepsis, ensefalopati,  infeksi organ lain.pendarahan
--. Hepatitis tifosa
Kelainan berwujud  ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes fungsi hati.
--. Pankreatitis tifosa
ada  gejala   pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase dan amilase. gejala   ini bisa  dibantu dengan USG atau  CT Scan.
--. Pneumonia
diperoleh  gejala   pneumonia yang diagnosa nya dibantu dengan foto polos toraks
--. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)
Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi yang ditambah dengan kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai dari delirium sampai koma.
--. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi dan  gejala-gejala toksemia yang berat. Selain itu, ada  gejala gangguan hemodinamik seperti 
tekanan darah turun, nadi halus dan cepat, keringat dingin dan akral dingin.
--. pendarahan  dan perforasi intestinal (peritonitis)
Komplikasi pendarahan  digejalai  dengan hematoschezia. bisa  juga diketahui dengan pemeriksaan feses, Komplikasi ini digejalai  dengan gejala akut perut  dan peritonitis. Pada foto polos perut  3 posisi dan pemeriksaan klinis bedah diperoleh  gas bebas dalam rongga perut. 
pengobatan 
1. Terapi pendukung  bisa  dilakukan dengan:
--. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, 
rendah serat.
--. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
--. checkup  dan monitor gejala   vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran), lalu  dicatat dengan baik di rekam medik pasien
--. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
--. Menjaga kecukupan mengkonsumsi  cairan, yang bisa  diberikan secara oral maupun parenteral.
2. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal. 
3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid yaitu  Kloramfenikol, Ampisilin atau  Amoksisilin (aman 
untuk penderita yang sedang hamil), atau  Trimetroprim-sulfametoxazole 
Kotrimoksazol, 
4. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, bisa  diganti dengan antibiotik lain atau  dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak disarankan  untuk anak <18 tahun sebab  dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
ditindaklanjuti 
1. Bila pasien dirawat di rumah, tenaga medis  atau  perawat bisa  melakukan kunjungan follow up setiap hari sesudah  dimulainya pengobatan .
2. tanggapan  klinis pada  antibiotik dinilai sesudah  pemakaian nya selama 1  minggu.
Indikasi Perawatan di Rumah
1. Persyaratan untuk pasien
--. Keluarga cukup mengerti cara-cara merawat dan gejala    bahaya yang akan muncul  dari tifoid.
--. Rumah tangga pasien memiliki dan melaksanakan sistem  pembuangan eksreta (feses, urin, cairan muntah) yang memenuhi 
persyaratan kesehatan.
--. Keluarga pasien mampu menjalani rencana pengobatan  dengan baik.
--. gejala  ringan, tidak ada gejala    komplikasi atau  komorbid 
yang membahayakan.
--. Kesadaran baik.
--. bisa  makan dan  minum dengan baik.
2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
--. Adanya 1 tenaga medis  dan perawat tetap yang bertanggung jawab penuh pada  pengobatan  pasien.
--. tenaga medis  mengkonfirmasi bahwa penderita tidak memiliki gejala    yang berpotensi memicu  komplikasi.
--. Semua kegiatan pengobatan  (diet, cairan, bed rest, pengobatan)  bisa  dilakukan  secara baik di rumah.
--. tenaga medis  dan atau  perawat mem-follow up pasien setiap hari.
--. tenaga medis  dan atau  perawat bisa  berkomunikasi secara lancar dengan 
keluarga pasien di sepanjang masa pengobatan .
Konseling :
nasihat  pasien tentang tata cara:
--. Diet, jumlah cairan yang diperlukan , pentahapan mobilisasi, dan konsumsi 
obat sebaiknya diperhatikan atau  dilihat langsung oleh tenaga medis , dan keluarga pasien sudah  memahami dan  mampu melaksanakan. 
--. gejala    kegawatdaruratan  harus diberitahu kepada keluarga supaya   bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.
--. Pengobatan dan perawatan dan  aspek lain dari demam tifoid yang harus diketahui pasien dan keluarganya.
Pendekatan Community Oriented
Melakukan konseling atau  nasihat  pada masyarakat tentang aspek pencegahan dan pengendalian demam tifoid, melalui:
. Peningkatan kebersihan  perorangan
. Pencegahan dengan imunisasi
. kesembuhan  sanitasi lingkungan
. Peningkatan kebersihan  makanan dan minuman
ciri-ciri  Rujukan
. Demam tifoid dengan keadaan  yang berat (toxic typhoid).
. Tifoid dengan komplikasi.
. Tifoid dengan komorbid yang berat.
. sudah  memperoleh   terapi selama 5 hari namun belum tampak kesembuhan .
Peralatan
Poliklinik set dan peralatan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan darah 
rutin dan serologi.



GASTROENTERITIS (KOLERA DAN GIARDIASIS)
Gastroenteritis (GE) yaitu  peradangan mukosa lambung dan usus halus yang digejalai  dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau  lebih dalam waktu 24 jam. Bila  diare > 30 hari dinamakan  kronis. WHO (World Health Organization) 
mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya berlangsung selama 3 – 7 hari namun  bisa  pula berlangsung sampai 14 hari. Diare persisten yaitu  episode diare yang diperkirakan pemicu  yaitu  infeksi dan mulainya  sebagai diare akut namun  berakhir lebih dari 14 hari, dan  kondisi ini memicu  malnutrisi dan berisiko tinggi memicu  kematian Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak sebab  daya tahan tubuh 
yang belum optimal. Diare yaitu  salah satu pemicu  angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada anak di bawah umur lima tahun di seluruh  dunia, yaitu mencapai 1 milyar kesakitan dan 3 juta kematian per tahun.  pemicu  gastroenteritis antara lain infeksi, malpenyerapan , keracunan atau  alergi makanan dan psikologis penderita.  Infeksi yang memicu  GE akibat Entamoeba histolytica dinamakan  disentri, 
bila dipicu  oleh Giardia lamblia dinamakan  giardiasis, sedang  bila  dipicu  oleh Vibrio cholera dinamakan  kolera. 
Keluhan
Pasien datang ke tenaga medis  sebab  buang air besar (BAB) lembek atau  cair, bisa  bercampur darah atau  lendir, dengan frekuensi 3 kali atau  lebih dalam waktu 24 jam. bisa  ditambah rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau  kembung), mual 
dan muntah dan  tenesmus.Setiap kali diare, BAB bisa  menghasilkan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau  volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila diare ditambah demam maka diduga erat terjadi infeksi. Bila munculnya  diare didahului oleh makan atau  minum dari sumber yang 
kurang kebersihan nya, GE bisa  dipicu  oleh infeksi. Riwayat bepergian ke area  dengan wabah diare, riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi), konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet cola, toksin (arsenik, organofosfat), insektisida, kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase  obat-obat
diet perlu diketahui.atau  makan obat-obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida, magnesium sitrat, obat jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika (furosemid, tiazid), 
Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS) dan demam tifoid perlu  diidentifikasi.
Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala diare:
--. Mencari faktor-faktor risiko pemicu  diare 
--. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas, gagal tumbuh.
--. Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan anak yaitu  risiko untukdiare infeksi. 
--. Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare berlangsung, kapan diare muncul (saat neonatus, bayi, atau  anak-anak) untuk mengetahui, apakah 
termasuk diare kongenital atau  dibisa , frekuensi BAB, konsistensi dari  feses, ada tidaknya darah dalam tinja
Faktor Risiko 
Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi obat.
. Infeksi HIV atau  infeksi menular seksual.
. kebersihan  pasien  dan sanitasi lingkungan yang kurang.
Pemeriksaan Fisik
--. Bising usus yang lemah atau  tidak ada bila ada  hipokalemia. 
--. Pemeriksaan ekstremitas perlu sebab  perfusi dan capillary refill bisa  menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
--. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan dan  tekanan darah. 
--. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis metabolik. 
--. Mencari gejala    utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit perut  dan gejala    tambahan lainnya: ubun-ubun besar 
cekung atau  tidak, mata: cekung atau  tidak, ada atau  tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau  basah.
--. Penilaian beratnya atau  derajat dehidrasi bisa  ditentukan dengan cara: 
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan memakai   ciri-ciri . Pada anak memakai   
ciri-ciri  WHO 1995
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali  sehari) dan pemeriksaan fisik (dilihat  gejala    hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). Untuk diagnosa  defenitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
diagnosa  Banding
Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita HIV), Kolitis pseudomembran
Komplikasi: Syok hipovolemik
pengobatan  pada Pasien Dewasa
biasanya   diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan 
evaluasi lebih lanjut. 
Terapi bisa  diberikan dengan
1. memberi  cairan dan diet kuat 
--. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau  kafein, sebab  bisa  meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
--. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna. 
--. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang kuat  untuk rehidrasi.
--. Hindari susu sapi sebab  ada  defisiensi laktase transien.
2. Pasien diare yang belum dehidrasi bisa  diberikan obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.
Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik atau  
antiparasit, atau  antijamur tergantung pemicu .
Obat antidiare, antara lain:
--. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien immunokompromais, seperti HIV,  sebab  bisa  meningkatkan risiko munculnya  bismuth encephalopathy. 
--. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari atau  smectite 3x1 
sachet diberikan tiap BAB encer sampai diare stop. --. Turunan opioid: Loperamid, Difenoksilat atropin, Tinktur opium. 
--. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan disentri yang ditambah demam, dan pemakaian nya harus dihentikan Bila  diare 
semakin berat walaupun diberikan terapi. 
--. Obat anti sekretorik atau  anti enkefalinase: Racecadotril 3x1
Antimikroba, antara lain:
. Bila  diare diduga dipicu  oleh Giardia, Metronidazol bisa  dipakai   dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari. 
Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari, atau 
 Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari. 
 Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi. 
Bila  terjadi dehidrasi, sesudah  ditentukan derajat dehidrasinya, pasien ditangani dengan langkah antaralain :
1. Menentukan jenis cairan yang akan dipakai  
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik  dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium bikarbonat 
dan 1,5 KCl setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau  lewat selang  nasogastrik. Cairan lain yaitu  cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang 
diberikan secara intravena. 
2. Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
teori  dalam menentukan jumlah cairaninisial yang diperlukan  yaitu : BJ  plasma dengan rumus:
Defisit cairan : BJ plasma – 1,025 X Berat badan X 4 ml 
0,001
Kebutuhan cairan = Skor X 10% X kg BeratBadan  X 1 liter 15
3. Menentukan jadwal pemberian cairan:
--. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut BJ plasma atau  skor Daldiyono diberikan langsung 
dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. 
--. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke-2) pemberian diberikan berdasar  kehilangan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi  inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari  3 bisa  diganti cairan per oral. 
--. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasar  kehilangan  cairan melalui tinja dan insensible water loss. Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut Bila  
dilihat : 
--. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable
--. munculnya  outbreak pada komunitas 
--. Pada pasien yang immunokompromais. 
--. Diare memburuk atau  menetap sesudah  7 hari, feses harus dianalisa lebih lanjut
--. Pasien dengan gejala    toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38,5 oC, 
nyeri perut  yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun 
--. Pasien usia lanjut
--. Muntah yang persisten
Konseling :
Pada kondisi yang ringan, diberikan nasihat  kepada keluarga untuk membantu mengkonsumsi  cairan. nasihat  juga diberikan untuk mencegah munculnya  GE dan mencegah penularannya.
ciri-ciri  Rujukan
. Pasien tidak bisa  minum oralit 
gejala   dehidrasi berat
. Terjadi penurunan kesadaran
. Nyeri perut yang menonjol 
. Tidak ada infus set dan  cairan infus di fasilitas pelayanan
pengobatan  pada Pasien Anak
Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi 
a. Diare tanpa dehidrasi 
 Umur < 1 tahun: ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret (50–100 ml)
 Umur 1 – 4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak mencret (100–200 ml)
 Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali anak mencret (200–
300 ml)
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang 
 Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg BeratBadan  dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa 
dehidrasi. 
c. Diare dengan dehidrasi berat 
 Penderita diare yang tidak bisa  minum harus segera dirujuk ke rumahsakit  untuk diinfus
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol 
tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar bisa  minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit lalu  mulai 
lagi perlahan-lahan contoh  1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan  ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. 
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, dan  menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan 
berikutnya. berdasar  bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc 
segera saat anak mengalami diare. 
Dosis pemberian Zinc pada balita: 
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. 
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. 
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air 
matang atau  ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
Pemberian makanan selama diare  untuk memberi  gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh dan  mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus 
lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau  lebih termasuk bayi yang 
sudah  memperoleh  makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. sesudah  diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk 
membantu pemulihan beratbadan
4. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh dipakai   secara rutin sebab  kecilnya kejadian diare pada balita yang dipicu  oleh bakteri. Antibiotika hanya  bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar sebab  Shigellosis) dan suspek kolera 
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare sebab  terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak 
disarankan  kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi atau  meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar 
memicu  efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa dipakai   bila terbukti diare dipicu  oleh parasit 
(amuba, giardia).
5. Nasihat kepada pengasuh 
Ibu atau  pengasuh yang berkaitan  erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: 
. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas medis Cara memberi  cairan dan obat di rumah   bila : 
 Diare lebih sering  Muntah berulang 
  haus  Makan/minum sedikit  muncul  demam 
 Tinja berdarah  Tidak membaik dalam 3 hari. 
Konseling :
. memakai   jamban. Membuang tinja bayi dengan benar. Pemberian imunisasi campak
. Pemberian ASI. Pemberian makanan pendamping ASI. memakai   air bersih yang cukup
. Mencuci tangan
ciri-ciri  Rujukan
. Anak dengan diare persisten
. Anak dengan syok hipovolemik
. Anak diare dengan dehidrasi berat dan tidak ada fasilitas rawat inap dan pemasangan intravena.
. Jika rehidrasi tidak bisa  dilakukan atau  tercapai dalam 3 jam pertama perawatan .




DISENTRI BASILER DAN DISENTRI AMUBA
Disentri yaitu  tipe diare yang berbahaya dan sering  memicu  kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini bisa  dipicu  oleh bakteri disentri basiler bernama  shigellosis dan amoeba (disentri amoeba). 
Keluhan
Muntah-muntah. pusing . Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara terus menerus bercampur lendir dan darah
.. jika kronis  biasanya dipicu  oleh S. dysentriae dengan gejalanya muncul  mendadak dan berat, dan bisa  meninggal bila tidak cepat ditolong. 
Faktor Risiko
kebersihan  pasien  dan sanitasi lingkungan 
Pada pemeriksaan fisik bisa  dilihat :
ada  gejala    dehidrasi. Tenesmus, 
. Febris. Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri, 
Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan tinja secara langsung pada  kuman pemicu, 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan 
pemeriksaan penunjang.
diagnosa  Banding
. Infeksi Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)
. Infeksi Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC), Infeksi Eschericiae coli
Komplikasi
. Hipoglikemia berat, 
. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rektal, peritonitis,  perforasi, 
. Haemolytic uremic syndrome (HUS), 
. Hiponatremia berat, 
pengobatan  
. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi bisa  diberikan cairan melalui infus 
. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, lalu  diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
. Mencegah munculnya  dehidrasi
. Tirah baring
. Dehidrasi ringan sampai sedang bisa  dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral 
Farmakologis:
--. Di negara-negara berkembang di mana ada  kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten pada  obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotik yang disarankan  dalam pengobatan stadium karier disentribasiler.
--. Untuk disentri amuba diberikan antibiotik Metronidazol 500mg 3x sehari selama 3-5 hari
ditindaklanjuti  Pasien perlu dilihat perkembangan penyakitnya sebab  memerlukan waktu 
penyembuhan yang lama berdasar  berat ringannya penyakit.
--. Menurut pedoman WHO, bila sudah  terdiagnosa  shigelosis pasien diobati dengan antibiotik. Jika sesudah  2 hari pengobatan menunjukkan kesembuhan , terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada kesembuhan , 
antibiotik diganti dengan jenis yang lain.
--. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal Fluorokuinolon seperti Siprofloksasin atau  makrolid Azithromisin ternyata berhasil baik 
untuk pengobatan disentri basiler. Dosis Siprofloksasin yang dipakai yaitu  2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedang  Azithromisin 
diberikan 1 gram dosis tunggal dan Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Siprofloksasin yaitu  kontraindikasi pada  anak-anak dan wanita hamil.
Konseling :
--. Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, lalu  diberikan makanan ringan 
biasa bila ada kemajuan.
--. Penularan disentri amuba dan basiler bisa  dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan 
dengan sabun, suplai air yang tidakterkontaminasi dan  pemakaian  jamban yang bersih.
--. Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan 
sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, pemakaian  jamban yang bersih.
ciri-ciri  Rujukan 
Pada pasien dengan masalah  berat perlu dirawat intensif dankonsultasi ke rumahsakit  (spesialis penyakit dalam). 




PERITONITIS
Peritonitis yaitu  inflamasi dari peritoneum. Peritonitis   dipicu  oleh kelainan di dalam perut  berwujud  inflamasi dan penyulitnya contoh  
perforasi apendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus perut obstruktif dan pendarahan  oleh sebab  perforasi organ berongga sebab  
trauma perut .
Keluhan 
--. Mual dan muntah muncul  akibat adanya kelainan patologis organ visera atau  akibat iritasiperitoneum. 
--. Kesulitan bernafas dipicu  oleh adanya cairan dalam perut , yang bisa  mendorong diafragma.
 --Nyeri hebat pada perut  yang dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, bisa  hanya di satu tempat atau  tersebar di seluruh perut . Intensitas nyeri semakin kuat saat penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk,   mengejan. 
--. Bila sudah  terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi tidak ikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. 
Pemeriksaan Fisik 
. Bising usus menurun atau  menghilang
. Rigiditas perut  atau  sering dinamakan  perut papan, 
. Pada colok dubur akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus sfingter ani menurun dan ampula rekti berisi udara.
. Hipertimpani pada perkusi perut . Pekak hati bisa  menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Pasien tampak letargik dan kesakitan. bisa  dilihat  demam. Distensi perut  ditambah nyeri tekan dan nyeri lepas perut . Defans muskular
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan di rumahsakit  untuk menghindari 
keterlambatan dalam melakukan rujukan. 
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik dari gejala  ￾gejala   khas yang dilihat  pada pasien.
Komplikasi 
Syok. Septikemia
pengobatan 
Pasien segera dirujuk sesudah  aktifitas  diagnosa  dan pengobatan  awal antaralain:
. Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena 
. Pemberian antibiotik spektrum luas intravena.
. Tindakan-tindakan menghilangkan nyeri dihindari untuk tidak menyamarkan gejala
. Memperbaiki keadaan  pasien
. Pasien puasa
. Dekompresi saluran cerna dengan pipa nasogastrik atau  intestinal
ciri-ciri  Rujukan
Rujuk ke rumahsakit  yang memiliki tenaga medis  spesialis bedah.
Peralatan Nasogastric Tube





PAROTITIS
Parotitis yaitu  peradangan pada kelenjar parotis. Parotitis bisa  dipicu  oleh infeksi virus, infeksi bakteri, atau  kelainan autoimun, dengan derajat 
kelainan yang beragam  dari ringan hingga berat. Salah satu infeksi virus pada kelenjar parotis, yaitu parotitis mumps (gondongan) sering ditemui pada rumahsakit , ini berpotensi memicu  epidemi,  rumahsakit  bisa  berperan menanggulangi parotitis mumpsdengan melakukan diagnosa  dan pengobatan  yang kuat  
Keluhan 
1. Parotitis mumps
. Rasa nyeri pada area yang bengkak
. Onset akut, biasanya < 7 hari. Gejala konstitusional: malaise, anoreksia, demam
. Biasanya bilateral, namun bisa  pula unilateral
. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah. Bengkak berlangsung tiba-tiba
2. Parotitis bakterial akuta. 
Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah, . Demam. Rasa nyeri saat mengunyah. Bengkak berlangsung progresif 
. Onset akut, biasanya < 7 hari,
3. Parotitis HIV
. Tidak ditambah rasa nyeri. bisa  pula bersifat asimtomatik, . Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah, 
4. Parotitis tuberkulosis
. Onset kronik, . Tidak ditambah rasa nyeri, 
. ditambah gejala-gejala tuberkulosis lainnya, 
. Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah, 
5. Parotitis autoimun (Sjogren syndrome)
. Tidak ditambah rasa nyeri. bisa  unilateral atau  bilateral. Gejala-gejala Sjogren syndrome, contoh  mulut kering, mata kering. pemicu  parotitis lain sudah  disingkirkan, . Pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang bawah. Onset kronik atau  rekurens
Faktor Risiko
. Pada masalah  parotitis mumps, ada  riwayat adanya penderita yang sama sebelumnya di sekitar pasien. Kondisi imunodefisiensi
 . Anak berusia 2–12 tahun yaitu  kelompok tersering menderita parotitis mumps. Belum diimunisasi MMR
Pemeriksaan Fisik
. keadaan  bisa  beragam  dari tampak sakit ringan hingga berat
. Suhu meningkat pada masalah  parotitis infeksi
. Pada area preaurikuler (lokasi kelenjar parotis), ada : . Nyeri tekan (tidak ada pada masalah  parotitis HIV, tuberkulosis, dan autoimun)
. Edema. Eritema, 
. Pada masalah  parotitis bakterial akut, bila dilakukan masase kelanjar parotis dari arah posterior ke anterior, nampak saliva purulen keluar dari duktur parotis.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kebanyakan masalah  parotitis, pemeriksaan penunjang biasanya tidak diperlukan. Pemeriksaan penunjang bisa  dilakukan untuk menentukan etiologi pada masalah  parotitis bakterial atau  parotitis akibat penyakit sistemik 
tertentu, contoh  HIV, Sjogren syndrome, tuberkulosis. 
diagnosa  parotitis dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Komplikasi 
. Kerusakan permanen kelenjar parotis yang memicu  gangguan fungsi sekresi saliva dan selanjutnya meningkatkan risiko munculnya  infeksi dan karies gigi.
. Parotitis autoimun berkaitan  dengan peningkatan insiden limfoma.
ketulian, Miokarditis, Tiroiditis, Pankreatitis, Ensefalitis, NeuritisParotitis mumps bisa  memicu  komplikasi berwujud : Epididimitis, Orkitis, atau  atrofi testis (pada laki-laki), Oovaritis (pada wanita ), 
pengobatan 
1. Parotitis mumps
a. Nonmedikamentosa
mengkonsumsi  nutrisi yang bergizi
 Pasien perlu cukup beristirahat
 Hidrasi yang cukup
 b. Medikamentosa
Pengobatan bersifat simtomatik (antipiretik, analgetik)
2. Parotitis bakterial akut
a. Nonmedikamentosa
mengkonsumsi  nutrisi yang bergizi
 Pasien perlu cukup beristirahat
 Hidrasi yang cukup
 b. Medikamentosa Antibiotik
 Simtomatik (antipiretik, analgetik)
3. Parotitis akibat penyakit sistemik (HIV, tuberkulosis, Sjogren syndrome)
Tidak dijelaskan dalam bagian ini.
ciri-ciri  Rujukan 
Parotitis akibat kelainan sistemik, seperti HIV, tuberkulosis, dan Sjogren syndrome.Parotitis dengan komplikasi





ASKARIASIS (INFEKSI CACING GELANG)
Askariasis yaitu   penyakit yang dipicu  oleh infestasi parasit Ascaris lumbricoides.
Keluhan 
pucat, berat badan menurun, mual, muntah.
Nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah,   
Gejala yang muncul  pada penderita bisa  dipicu  oleh cacing dewasa dan migrasi larva.
Gangguan sebab  larva biasanya terjadi saat  larva berada diparu. Pada  orang yang rentan, terjadi pendarahan  kecil pada dinding alveolus dan muncul  gangguan pada paru yang ditambah dengan batuk, demam,  eosinofilia. 
Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini dinamakan  sindrom  Loeffler. Gangguan yang dipicu  cacing dewasa biasanya ringan, dan  
tergantung dari banyaknya cacing yang menyerang  di usus. kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare,   konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak bisa  terjadi malabsorpsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. gejala  yang paling menonjol yaitu  rasa tidak enak di perut, kolik akut pada area  epigastrium, gangguan selera makan, mencret. Ini  terjadi saat  proses peradangan pada 
dinding usus. Pada anak kejadian ini bisa diikuti demam. Komplikasi yang berbahaya   yaitu  bila cacing dewasa menjalar ketempat lain
(migrasi) dan memicu  gejala akut. Pada keadaan infeksi yang berat, paling berbahaya  bila terjadi muntah cacing, yang akan bisa  memicu  
komplikasi penyumbatan saluran nafas oleh cacing dewasa. Pada keadaan lain bisa  terjadi ileus oleh sebab  sumbatan pada usus oleh massa cacing, atau  apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke dalam lumen apendiks. terdapat  penyumbatan ampulla Vateri atau  saluran empedu dan kadang  masuk ke jaringan hati. 
Gejala lain yaitu  saat  masa inkubasi dan saat  cacing menjadi  dewasa di dalam usus halus, yang mana hasil metabolisme cacing bisa  
memicu  fenomena sensitisasi seperti urtikaria, asma bronkhial, konjungtivitis akut, fotofobia dan kadang  hematuria. Eosinofilia 10% atau  
lebih sering pada infeksi dengan Ascaris lumbricoides, namun  ini tidak menjelaskan  beratnya penyakit, namun  lebih banyak menjelaskan  proses sensitisasi dan eosinofilia ini tidak patognomonis untuk infeksi Ascaris 
lumbricoides. Faktor Risiko
. Kebiasaan memakai   tinja sebagai pupuk.
. Kebiasaan tidak menutup makanan sehingga dihinggapi lalat yang  membawa telur cacing
. Kebiasaan tidak mencuci tangan.
. Kurangnya pemakaian  jamban.
Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan generalis tubuh: konjungtiva anemis, ada  gejala  malnutrisi, nyeri perut  jika terjadi obstruksi.Pemeriksaan gejala   vital 
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit ini yaitu  dengan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan 
diagnosa  Askariasis.
aktifitas  diagnosa  dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dilihat nya larva atau  cacing dalam tinja.diagnosa  Banding: jenis kecacingan lainnya
Komplikasi: anemia defisiensi besi
pengobatan 
Farmakologis 
--. Pirantel pamoat 10 mg/kg BeratBadan /hari, dosis tunggal, atau 
--. Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari 
berturut-turut, atau 
-- Albendazol, pada anak di atas 2 tahun bisa  diberikan 2 tablet (400 mg) atau 20ml suspensi, dosis tunggal. Tidak boleh diberikan pada ibu 
hamil . 





ANKILOSTOMIASIS (INFEKSI CACING TAMBANG)
Penyakit cacing tambang yaitu  suatu penyakit yang dipicu  oleh infestasi parasit Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Di 
negarakita  infeksi oleh N. americanus lebih sering ditemukan  dibandingkan infeksi oleh A.duodenale. Hospes parasit ini yaitu  manusia, cacing ini 
memicu  nekatoriasis dan ankilostomiasis. Keluhan 
Migrasi larva
-- saat  menembus kulit, bakteri piogenik bisa  terikut masuk saat  larva menembus kulit, memicu  rasa gatal pada kulit, 
Creeping eruption  biasanya  dipicu  larva 
cacing tambang yang berasal dari hewan seperti kucing atau  anjing, namun  kadang bisa  dipicu  oleh larva Ancylostoma duodenale atau Necator americanus, 
-- saat  larva melewati paru, bisa  terjadi pneumonitis, namun  tidak sesering oleh larva Ascaris lumbricoides.
Cacing dewasa biasanya  hidup di sepertiga bagian atas usus halus dan melekat pada mukosa usus. gejala  yang sering terjadi tergantung pada 
berat ringannya infeksi; makin berat infeksi manifestasi klinis yang terjadi 
semakin menonjol  seperti 
Pada anak, ditemukan  adanya korelasi positif antara infeksi sedang dan berat dengan tingkat kecerdasan anak. Bila penyakit berlangsung kronis, akan muncul  gejala anemia, hipoalbuminemia dan edema. Hemoglobin kurang dari 5 g/dL dihubungkan dengan gagal jantung dan kematian yang tiba-tiba. 
. Gangguan gastro-intestinal yaitu anoreksia, mual, muntah, diare, penurunan berat badan, nyeri pada area  sekitar duodenum, jejunum,  ileum.
. Pada pemeriksaan laboratorium,   ditemukan  anemia hipokromik mikrositik.
Patogenesis anemia pada infeksi cacing  tambang tergantung pada 3 faktor yaitu:
. Intensitas dan lamanya infeksi
. Kandungan besi dalam makanan
. Status cadangan besi dalam tubuh pasien
Faktor Risiko
. Tidak memakai   alas kaki saat bersentuhan dengan tanah
. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang.
. Kurangnya pemakaian  jamban keluarga
. Kebiasaan memakai   tinja sebagai pupuk
 Gejala dan gejala  infestasi cacing tambang bergantung pada jenis 
spesies cacing, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita.
Pemeriksaan Fisik 
Perubahan pada kulit, Perubahan pada kulit (telapak kaki) bila banyak larva yang menembus kulit, dinamakan  ground itch.Konjungtiva pucat
Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan mikroskopik pada tinja segar dilihat  telur atau  larva atau  cacing dewasa. 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan  penunjang.
penggolongan :
Ankilostomiasis,  Nekatoriasis 
Komplikasi: anemia, jika memicu  pendarahan .
pengobatan  
1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
. memakai   alas kaki, terutama saat berkontak  dengan tanah.. Masing-masing keluarga memiliki jamban,  Tidak memakai  tinja sebagai pupuk
2. Farmakologis
Mebendazole 100 mg, 2x sehari, selama 3 hari berturut-turut, atau  Pemberian Pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kg BeratBadan , atau 
. Albendazole untuk anak di atas 2 tahun 400 mg, dosis tunggal, sedang  pada anak yang lebih kecil diberikan dengan dosis separuhnya. Tidak diberikan pada wanita hamil. Creeping eruption: 
tiabendazol topikal selama 1 minggu. Untuk cutaneous laeva migrans  pengobatan dengan Albendazol 400 mg selama 5 hari berturut-turut.
. Sulfasferosus




SKISTOSOMIASIS
Skistosoma yaitu  penyakit  infeksi parasit yang dipicu  oleh cacing trematoda dari genus schistosoma, ada  3 spesies cacing trematoda  yang menjadi pemicu  skistosomiasis yaitu 
Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium,  Spesies yang kurang terkenal  yaitu Schistosoma mekongi dan 
Schistosoma intercalatum. Di negarakita  spesies yang paling terkenal   yaitu  Schistosoma japonicum khususnya di area  lembah Napu dan sekitar danau Lindu di Sulawesi Tengah. Untuk menyerang  manusia, Schistosoma 
memerlukan keong sebagai intermediate host. Penularan Schistosoma terjadi  melalui serkaria yang berkembang dari host dan menembus kulit pasien dalam air. Skistosomiasis terjadi sebab  reaksi imunologis pada  telur cacing yang 
terperangkap dalam jaringan. Prevalensi Schistosomiasis di lembah Napu dan 
danau Lindu rata-rata hanya  18% 
Keluhan 
1. Pada tahap  akut, pasien  dengan keluhan demam, nyeri kepala, bronkitis, nyeri perutnyeri tungkai, urtikaria,  Biasanya ada  riwayat terpapar dengan air contoh  danau atau  sungai 4-8 
minggu sebelumnya, yang lalu  berkembang menjadi ruam kemerahan, 
2. Pada tahap  kronis, keluhan pasien tergantung pada letidak  lesi contoh :
--. Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata dipicu  oleh  hepatosplenic skistosomiasis yang  dipicu  oleh S. Japonicum.
--. Buang air kecil darah (hematuria), rasa tidak  nyaman hingga nyeri saat berkemih, dipicu  oleh urinary schistosomiasis  dipicu  oleh S. hematobium.
--. Nyeri perut  dan diare berdarah  dipicu  oleh  intestinal skistosomiasis,  dipicu  oleh S. mansoni, S. Japonicum dan  S. Mekongi.
Faktor Risiko: 
Orang-orang yang tinggal atau  datang berkunjung ke area  endemik  kebiasaan terpajan dengan air, baik di sawah maupun danau di area  itu, 
 Pemeriksaan Fisik
1. Pada skistosomiasis akut bisa  dilihat :
Buang air besar berdarah, Gatal pada kulit. Demam. Urtikaria. Limfadenopati. Hepatosplenomegaly. 
2. Pada skistosomiasiskronik bisa dilihat :
. Gagal jantung dengan gagal jantung kanan
. Intestinal polyposis. Ikterus. Hipertensi portal dengan distensi perut , hepatosplenomegaly
. Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
Pemeriksaan Penunjang 
Penemuan telur cacing pada spesimen tinja dan pada sedimen urin.
diagnosa  Klinis 
diagnosa  dilakukan  dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan juga penemuan telur cacing pada pemeriksaan tinja dan juga sedimen urin. 
Komplikasi: 
Gagal jantung,  Gagal ginjal
pengobatan  
. Prazikuantel yaitu  obat pilihan yang diberikan sebab  bisa  mengusir  semua spesies Schistosoma. Walaupun pemberian single terapi sudah bersifat kuratif, namun pengulangan sesudah  2 sampai 4 minggu bisa  meningkatkan efektifitas pengobatan. Pemberian prazikuantel dengan dosis antaralain :
. sesudah  4 minggu bisa  dilakukan pengulangan pengobatan.. Pada pasien dengan telur cacing positif bisa  dilakukan pemeriksaan ulang sesudah  satu bulan untuk memantau keberhasilan pengobatan.Pengobatan diberikan dengan  tujuan yaitu  untuk menyembuhkan pasien atau  mengurangi  morbiditas penyebaran penyakit.
Konseling :
 Minum air yang sudah dimasak untuk menghindari penularan lewat air yang terkontaminasi.Hindari berenang atau  menyelam di danau atau  sungai di area  endemik skistosomiasis.
ciri-ciri  Rujukan 
Pasien yang didiagnosa  dengan skistosomiasis (kronis) ditambah komplikasi.