Tampilkan postingan dengan label kloning gen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kloning gen. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Februari 2021

kloning gen

 

 


 

 KLONING GEN WINGLESS-TYPE MMTV INTEGRATION SITE FAMILY MEMBER
4 (WNT4) MENCIT   UNTUK   ANTIGEN BARU DALAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH OKONTRASEPSI




Penelitian ini  untuk  mengungkap sumber antigen baru dalam  sistem kekebalan tubuh okontrasepsi  melalui kloning gen Wnt4 yang diisolasi dari mencit Swiss Webster,  kesuksesan  kloning gen Wnt4 memicu penelitian antigen baru
dalam metode sistem kekebalan tubuh okontrasepsi  untuk  meregulasi fertilitas hewan, terutama hewan  liar yang berperan sebagai hama atau reservoir
penyakit menular, sistem kekebalan tubuh  okontrasepsi  untuk  menghalang  halangi fertilitas, dapat dilakukan dengan  pertama  tama   mengisolasi dan  mengidentifikasi protein yang berperan   dalam salah satu tahap prosedur rehasilsi untuk dipakai sebagai antigen,  prosedur itu juga dinamakan  modifikasi genetik,  kloning  gen, manipulasi gen, teknologi DNA  rekombinan,  
Konsep penyediaan antigen dalam  pengembangan metode sistem kekebalan tubuh okontrasepsi   merupakan prosedur rekayasa genetika,
Teknologi DNA rekombinan sudah dipakai  untuk mempelajari  prosedur rehasilsi,
baik dalam menganalisis ciri khusus hormon  maupun gamet,
 Sumber antigen  yang sudah dikembangkan dalam metode sistem kekebalan tubuh  okontrasepsi yaitu memakai salah satu  molekul yang berasal dari hasilsi, fungsi dan  outcome gamet,
Beberapa peptida sudah berhasil diisolasi  terekspresi dalam prosedur rehasilsi dan  terbukti dapat dijadikan agensia  sistem kekebalan tubuh okontrasepsi , terutama pada hewan percobaan ,  Peptida itu adalah SP56 dan sub unit 1 dan 3 protein ZP, BMP , GDF9, GnRH, GMCSF  , 27kDa HSP plasenta, LIFR, OGP, PLF atay PRL, Materi  antigen yang dikembangkan sampai saat  ini adalah protein GnRH  dan protein ZP  dengan sasaran hewan jantan, namun vaksin  sistem kekebalan tubuh okontrasepsi  yang memakai GnRH dan  ZP  tidak tidak memicu efek yang berkelanjutan,  
Ekspresi gen khusus dalam uterus selama  periode kritis implantasi embrio merupakan  sumber antigen baru yang potensial untuk pengembangan metoda sistem kekebalan tubuh okontrasepsi, terutama pada hama spesies mamalia,
Protein yang terekspresi dalam uterus juga  merupakan sumber antigen kontraseptif non  hormonal , Saat ini sudah diidentifikasi  faktor (berupa GF ,sitokin, kemokin ) yang  berperan dalam beberapa tahap perkembangan
kehamilan pada hewan atau kehamilan pada  manusia, namun belum dieskplorasi menjadi  antigen dalam sistem kekebalan tubuh okontrasepsi,
Ekspresi  gen penyandi beberapa  molekul yang berperan  dalam prosedur
implantasi di dalam jaringan uterus selalu  mengalami perubahan,
 Salah satu regulator  dalam prosedur implantasi embrio pada mencit
adalah gen wnt,  Gen wnt beraksi pada beberapa tahap perkembangan awal embrio dengan mengekspresikan protein yang  berperan dalam sistem sinyal dalam sel,
Protein wnt melalui sistem sinyal selular , berperan dalam prosedur perkembangan  determinasi kematian sel ,nasib sel,  proliferasi, polaritas, selama
perkembangan embrio,
Sistem sinyal yang diregulasi oleh protein wnt berperan dalam implantasi , desidualisasi,perkembangan embrionik,  dalam aktivasi blastokista,  Eskpresi  Wnt4 hanya terjadi pada implantation site,  tidak ditemukan pada nonimplantation site,
Sistem sinyal wnt terjadi  sepanjang perkembangan embrio sehingga memberi bukti bahwa sistem sinyal wnt  memiliki  peran dalam perkembangan  embrio,
Teknik PCR  sudah dipakai pada isolasi  dan amplifikasi gen Wnt4 pada epididimis kera  dan rodensia,
Gen Wnt4 sudah diidentifikasi pada manusia dan hewan percobaan ,  Isolasi dan deteksi  ekspresi gen Wnt4 pada  hewan percobaan    berhasil  dilakukan dengan teknik RT-PCR,
 mekanisme , sumber dan   fungsi  aksi  protein wnt4 sudah diketahui ,
amplifikasi,kloning,  isolasi, deteksi eskpresi   gen wnt4  berhasil dilakukan pada
hewan percobaan  namun belum dikembangkan  sebagai antigen dalam sistem kekebalan tubuh okontrasepsi ,
Isolasi dan kloning gen Wnt4  dengan sumber RNA berasal dari Taenia
solium pada vektor pMD18-T, kemudian  ditransformasi ke dalam sel-sel kompeten ,  Escherichia coli DH5α sudah berhasil dilakukan, Isolasi dan amplifikasi gen Wnt4   pada Epinephelus coioides juga  berhasil  dilakukan,
Amplifikasi DNA insert
Amplifikasi DNA insert dilakukan  dengan memakai mesin Amplitron®
dengan volume reaksi 25 µL yang terdiri dari  12,5 µL PCR mix, 2 µL primer forward, 2 µL   primer reverse, 5,5 µL ddH2O, 2 µL DNA  template. Kondisi PCR dilakukan dengan  predenaturasi selama 5 menit pada suhu 94   ° C ,  denaturasi selama 1 menit pada suhu 94  ° C ,  annealing selama 1 menit pada suhu 57  ° C  , dan
elongasi selama 1 menit pada suhu 72   ° C,  Tahap elongasi diperpanjang selama 10 menit  pada suhu 72   ° C . Amplifikasi DNA dilakukan  sebanyak 40 siklus. kemudian tabung  didinginkan pada suhu 4   ° C  selama 4 menit, Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada   gel agarosa 1.5%. Pembuatan gel elektroforesis
dilakukan dengan menimbang 0,175 gram  agarose dan dilarutkan dengan dapar TBE 25 mL dalam erlenmeyer 50 mL, dididihkan  memakai autoclave dan didiamkan sampai  suhu mencapai 50  ° C . Ditambahkan 1 µL DNA  fluorosafe (1st Base) kemudian dihomogenkan.  Cetakan gel dan sisir diatur kemudian larutan  gel dituang ke dalam cetakan sampai gel  mengalami polimerisasi. Chamber elektroforesis diisi dengan 1x dapar TBE. Sisir  dilepaskan dari gel dan gel ditempatkan dalam chamber elektroforesis. contoh DNA  dicampur dengan DNA loading dye dengan  perbandingan 1: 4 (DNA loading dye: contoh DNA), diisikan pada sumuran dalam gel  masing-masing sebanyak 10 µL. Sumuran
pertama dipakai untuk DNA marker (Sigma®), sumuran berikutnya dipakai
untuk DNA contoh. Gel dirunning pada  100mV selama 30 menit. Gel divisualisasi pada transluminator UV untuk mengamati band  yang khusus untuk Wnt4 yaitu 400 bp.
metode isolasi RNA Wnt4
Isolasi RNA dilakukan dengan Total  Isolation Kit (FTRI-25, SBS Genetech),
Implantation site pada uterus hewan percobaan yang  sudah pernah  dinikahkan, diisolasi pada hari ke-tujuh  kehamilan. contoh uterus ditimbang  sebanyak 100 mg, dimasukkan ke dalam  nitrogen cair dan  dihaluskan memakai mortar,
Uterus yang sudah halus  ditambah 1ml redzol, dihomogenisasi kemudian disimpan   pada  suhu kamar selama 5 menit, Campuran redzol  dan uterus  ditambah dengan 0,2 ml   chloroform, divortex, didiamkan 3 menit pada
suhu kamar, kemudian disentrifus selama 15  detik dengan kecepatan 12000 rpm sampai  terbentuk 3 tahap. tahap atas dipindahkan ke  tabung eppendorf 1.5 ml, ditambah 200 µl dan  dihomogenkan. Campuran  dipindah ke  dalam Membran Spin Column didiamkan  selama 3 menit, disentrifugasi selama 3 menit  dengan kecepatan 12.000 rpm. Cairan yang  terkumpul di bagian bawah tabung eppendorf  dibuang, membran dipindahkan ke tabung 1.5  ml dan ditambah 600 µl RNA washing buffer.  Membran disentrifus ulang selama 1 menit  pada kecepatan 12.000 rpm. Cairan yang  terbentuk dibuang, tabung  disentrifus ulang,
selama 2 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Membran dipindah ke tabung 1,5 ml kemudian  ditambah 50 µl DEPC, didiamkan 1-2 menit,  disentrifugasi kembali selama 1 menit dengan  kecepatan 12.000 rpm. Membran ditambah 30  µl DEPC, didiamkan 2 menit, disentrifugasi  kembali selama 1 menit dengan kecepatan
12.000 rpm. Cairan yang tertampung sesudah  sentrifus terakhir merupakan RNA, disimpan  pada suhu -20  ° C sampai dipakai untuk RT PCR. Konsentrasi RNA ditentukan dengan  rumus : [RNA]= OD260 X P X  40 µg/ml (OD: Optical Density; P:
Pengenceran: 40: Konstanta untuk RNA)
 Amplifikasi gen Wnt4
Amplifikasi dilakukan dengan memakai mesin Amplitron1 dengan volume reaksi yang terdiri dari   17 µL ddH2O, 2 µL DNA template, 2µLDMSO, 2 µL PCR mix,  2 µL primer forward, 2 µL primer reverse, Kondisi optimal  sintesis DNA pada saat
optimasi diperoleh pada suhu 57  ° C selama 30  menit, sintesis cDNA dilakukan selama 30  menit pada suhu 57 ° C  , amplifikasi sebanyak  35 siklus dengan predenaturasi selama 5 menit   pada suhu 94  ° C  , setiap siklus terdiri atas denaturasi selama 1 menit pada suhu 94  ° C ,  annealing selama 1 menit pada suhu 57 ° C ,   extension selama 1 menit pada suhu 72 ° C ,  Tahap ekstensi diperpanjang selama 10 menit  pada suhu 72 ° C. kemudian tabung  didinginkan pada suhu 4 ° C selama 4 menit,  Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada gel
agarose 1.5%  peninjauan dilakukan   memakai transluminator UV yang
memperlihatkan band yang khusus dengan  ukuran 400 bp yang siap untuk dikloning,

Tabel   Primer yang dipakai pada penelitian
Primer             Sekuen                 Tm (   °C)
Forward     5’-ACGTGCGAGAAACTCAAAGG-3’         55,6
Reverse     5’-GGACTGTGAGAAGGCTACGC-3’         57,8

Amplikon hasil PCR dikirim ke 1 st Base .Laboratories Singapura untuk sequencing.  Program sequencing dilakukan dengan .memakai ABI PRISM 3730xL GENETIC .ANALYSER (Applied Biosystems, USA).
Algoritma hasil sequencing dianalisis dengan program BLAST. Hasil BLAST dinyatakan .dengan persentase homologi antara sekuen DNA contoh yang dianalisis dengan sekuen  data base dalam NCBI (http://www. ncbi.nlm.nih.gov).
Kloning gen Wnt4
Prosedur kloning dilakukan melalui prosedur ligasi dan transformasi. prosedur ligasi  untuk memperoleh DNA plasmid dengan .komposisi:  2 µL pET SUMO vektor, 1 µL T4 DNA ligase,2 µL hasil PCR, 1 µL ligation buffer  dan 4 µL H2O steril. DNA plasmid diinkubasi pada suhu 12 ° C overnight,
kemudian DNA plasmid ditransformasi  memakai The Champion pET SUMO
Protein Expression System,
Transformasi dilakukan dengan  mengambil tabung berisi  Escherichia coli BL21,
ditambahkan 5 – 10 ng DNA plasmid dengan  memakai pipette tip, kemudian
diinkubasi dalam es selama 30 menit. Tabung  berisi  Escherichia coli dan DNA plasmid kemudian  diberi kejutan panas (heat shock) dengan  menempatkan tabung pada suhu 42  ° C selama  30 detik yang kemudian segera disimpan ke  dalam tabung es. Ditambahkan 250 µL SOC  medium, tabung ditutup dengan erat dan
diinkubasi dalam waterbath selama 1 jam pada  suhu 37  ° C dengan kecepatan 200 rpm. Hasil  reaksi transformasi disimpan pada suhu 2  ° C,  dan siap untuk dikultur pada media LB padat. Hasil transformasi dinamakan  transforman,
Kloning gen Wnt4
Kloning sekuen gen Wnt4 memakai pET SUMO sebagai vektor  pengekspresi dan Escherichia coli BL21 sebagai sel  kompeten  berhasil dilakukan. Sekuen gen  Wnt4 hasil amplifikasi diligasi pada plasmid  sehingga terbantuk plasmid rekombinan.
Plasmid rekombinan kemudian ditransformasi  ke dalam  Escherichia coli BL21.  Escherichia coli pembawa  plasmid rekombinan ditumbuhkan pada media  LB padat yang sudah diberi antibiotik  kanamycin dengan konsentrasi 1:1000. Kultur   Escherichia coli pada media LB padat dilakukan selama  satu malam pada suhu 37 ° C dalam waterbath.
Hasil kultur  Escherichia  coli pembawa plasmid  rekombinan menampakkan 13 koloni putih yang  tumbuh, Hasil transformasi plasmid rekombinan  ke dalam  Escherichia coli BL21. Keterangan: Angka  menampakkan jumlah klon yang tumbuh pada
media LB padat Koloni putih hasil transformasi  ditumbuhkan dalam 5 ml media LB cair, pada  waterbath pada suhu 37 ° C  dengan kecepatan  120 rpm. Isolasi DNA plasmid rekombinan  dilakukan sesudah E.coli pembawa DNA  rekombinan diinkubasi selama 1 malam. Hasil  isolasi DNA plasmid rekombinan di-running
pada gel agarosa 1.5% dan divisualisasikan  pada transluminator ultraviolet, Hasil visualisasi menampakkan DNA plasmid rekombinan berhasil diisolasi  dari semua contoh E.coli transforman (nomor  contoh 1 sampai 13).
Deoxyribo nucleic acid (DNA) plasmid  rekombinan diamplifikasi dengan PCR pada  suhu annealing 57  ° C    memakai primer  yang sama dengan amplifikasi gen Wnt4  dengan RT-PCR. Running DNA dilakukan  dengan elektroforesis pada gel agarosa 1.5%  dengan volume loading contoh sebanyak 10µl  dan divisualisasikan pada iluminator  ultraviolet. Hasil visualisasi menampakkan
fragmen DNA hasil PCR berhasil insert pada  DNA plasmid, diperlihatkan dengan band.dengan ukuran 400bp, Hasil DNA insert dengan ukuran 400bp
diperlihatkan pada klon no 1,2,3,4,5,6,11,12,13 (kotak merah)
Analisa  DNA insert
Hasil transformasi ditumbuhkan pada  media LB padat dengan cara meratakan koloni  pada media LB padat yang sudah diberi  kanamycin dengan konsentrasi 1:1000  (kanamisin:media LB) dalam cawan petri. LB  padat yang sudah ditanami dengan transforman,  diinkubasi pada suhu 37  ° C dalam waterbath  selama 1 malam,lakukan  pemantauan    pada  koloni transforman pada media LB
padat, Koloni putih yang tunggal pada media LB  pada diisolasi dan dipindahkan pada tabung  yang berisi 5 mL media LB cair, diinkubasi  selama 1 malam pada waterbath pada suhu 37 ° C,  dengan kecepatan 120 rpm. DNA yang  berhasil insert pada plasmid dideteksi dengan  cara mengisolasi DNA plasmid dari masing masing klon, kemudian diamplifikasi dengan  teknik PCR memakai primer yang sama  seperti yang dipakai dalam amplifikasi gen Wnt4,
Isolasi DNA plasmid
Satu koloni dari media LB dipindahkan ke  dalam media LB cair, diinkubasi dan dishaker dengan kecepatan 40 rpm selama 24 jam pada  suhu 37 ° C . Kultur bakteri pada media LB cair  dipindahkan ke dalam tabung microsentrifuge,
kemudian disentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm selama 1 menit, Supernatan yang .terbentuk dibuang, kemudian 200 µL buffer PD1 yang sudah ditambahkan RNAse A   ditambahkan pada tabung mikrosentrifuge dan  pellet disuspensikan dengan memakai   vortex. dapar  PD2 sebanyak 200 µL ditambahkan pada tabung dan dicampur .dengan cara membolak-balik tabung sebanyak  10 kali, Dapar PDS  300 µL dipipet dan dicampurkan  kemudian dibolak-balik  10 kali, disentrifugasi 14.000 rpm  selama 3 menit. Supernatan yang terbentuk sesudah sentrifus dipindahkan ke PD column dari microtube, diulangi sentrifus dengan kecepatan 14.000 rpm selama 30 detik. Bagian  bawah PD column dibuang, PD column
kembali ditempatkan pada collection tube 2  mL. Wash buffer yang sudah dicampur ethanol  dipipet sebanyak 600 µl ditambahkan pada PD column kemudian sentrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm selama 30 detik. Bagian bawah PD  column dibuang dan diletakkan kembali pada 2  mL collection tube, disentrifugasi 14.000 rpm  selama 3 menit untuk mengeringkan matrix column. DNA yang berhasil diisolasi disimpan  pada suhu -20  ° C,
Amplifikasi dan Sekuensing Gen Wnt4  Isolasi total RNA dengan Total Isolation
Kit (FTRI-25, SBS Genetech), sintesis cDNA dengan reverse transcriptase polymerase chain  reaction (RT-PCR) dan amplifikasi gen Wnt4 dengan memakai primer forward 5’-ACGTGCGAGAAACTCAAAGG-3’ dan  reverse 5’-GGACTGTGAGAAGGCTACGC-3’  berhasil dilakukan, Hasil BLAST  sekuen primer yang dipakai pada data base dalam NCBI menampakkan hasil bahwa primer
itu merupakan primer yang tepat untuk  amplifikasi gen Wnt4 sehingga dapat
menempel pada sekuen nukleotida gen wnt4 ,
Hasil amplifikasi gen Wnt4 dan hasil  elektroforesis pada gel agarosa 1,5%
menampakkan bahwa gen Wnt4 mencit strain  Swiss Webster berhasil diamplifikasi  memakai primer yang dipakai Hayashi , sehingga memicu  
munculnya band dengan ukuran 400 bp (hasil tidak ada). Hasil sekuensing dengan  primer forward menampakkan panjang  nukleotida 393 bp sedang memakai  primer reverse menampakkan 394 bp. Hasil  BLAST pita ukuran 400 bp menampakkan  bahwa sekuen itu merupakan sekuen gen  Wnt4 M.musculus L. Sekuen gen Wnt4    diperlihatkan dengan persentase homologi  antara sekuen DNA contoh yang dianalisa  dengan sekuen database dalam NCBI (NM_009523.2), yang menampakkan  urutan nukelotida 99% dengan  Mus musculus wingless-related MMTV  integration site member 4.
Primer yang dipakai dalam penelitian  ini  dapat mengamplifikasi sekuen
nukleotida gen Wnt4, diperlihatkan dengan band yang berukuran 400 bp (hasil tidak ada), Pemilihan dan pemakaian  primer pada RT-PCR sudah dirancang agar
dapat melekat pada sekuen nukleotida yang  diharapkan sehingga gen target dapat  teramplifikasi sempurna. area  penempelan .primer terletak pada urutan pasangan basa ke-169 sampai ke-550 sehingga panjang sekuen  yang teramplifikasi adalah 381 pasangan basa,  itu sesuai dengan penelitian Hayashi
 Primer harus mengapit urutan sekuen  target, sehingga urutan sekuen yang akan
diamplifikasi dapat diperoleh dengan tepat, Ketepatan penempelan primer merupakan salah  satu faktor penentu kesuksesan  amplifikasi  sekuen DNA,
Hasil optimasi pada penelitian ini  menampakkan gen dapat teramplifikasi dengan
kondisi optimum pada suhu annealing 57 ° C ,  
penelitian Hayashi  dengan suhu annealing 55 ° C menghasilkan 381 bp29, sedang  dengan  suhu annealing 60 ° C  dan menghasilkan 344 bp28,
bahwa perbedaan suhu annealing dalam penelitian ini kemungkinan menjadi
penyebab primer dapat mengamplifikasi dua  gen secara bersamaan. Perbedaan suhu  annealing pada penelitian ini menandakan  bahwa hasil amplifikasi adalah gen  Wnt4 dengan ukuran 400 bp.  itu  ditunjukkan  dengan  urutan  nukelotida 99% dengan Mus musculus  wingless-related MMTV integration site
member 4 pada hasil BLAST sekuen  nukleotida gen Wnt4 yang diperoleh
(NM_009523.2).
Plasmid merupakan vektor pengekspresi  yang paling umum dipakai dalam prosedur  kloning gen. Plasmid yang saat ini  dipakai sebagai vektor kloning adalah pET yang mampu menghasilkan  60 salinan  dalam  tiap sel. Plasmid ini juga memiliki replikon,  suatu daerah pada DNA plasmid yang terdiri  dari origin of replication dan cis-acting control  elements. Replikon menentukan jumlah salinan  
DNA yang dapat dilakukan oleh plasmid,
Plasmid pET  memiliki  elemen penting untuk eskpresi gen, yaitu lacI gene,
sebuah promoter T7 yang khusus untuk T7  RNA polymerase dan lac operator yang dapat  menahan transkripsi, sebuah ampicillin  resistance gene, dan dua daerah origin of  replication (ori) yaitu f1 yang dalam kondisi  tertentu dapat menghasilkan vektor untai  tunggal, dan area  origin of replication yang
konvensional,
Plasmid pET SUMO pada penelitian ini  memiliki nukleotida 5643 sehingga hasil
insersi hasil PCR membentuk DNA .rekombinan dengan ukuran ± 6036-6037 bp.
Pembentukan DNA rekombinan dapat terjadi  karena pET SUMO memiliki cloning site pada  basa 653-654, Insersi  hasil PCR membentuk DNA plasmid
rekombinan pada pET SUMO dapat terjadi  karena Taq polymerase memiliki aktivitas  nontemplate-dependent yang menambahkan  deoxyadenosine tunggal (A) pada ujung 3´  hasil PCR. Sebaliknya, vektor pET memiliki  residu deoxythymidine yang memungkinkan  hasil PCR insert dan ligasi secara efisien ke
dalam vektor,
 menampakkan efektifitas insersi hasil PCR ke  dalam plasmid yang tinggi yaitu sekitar 70% (sembilan dari 13 koloni). Tahap kemudian dalam kloning gen
adalah prosedur transformasi. prosedur ini  merupakan prosedur memindahkan plasmid  rekombinan ke dalam sel inang. prosedur  transformasi  dilakukan dengan  menambahkan larutan CaCl atau ‘heat shocking’ sehingga DNA asing dapat masuk ke  dalam sel bakteri sebagai sel kompeten,
prosedur transformasi pada penelitian ini  dilakukan dengan kejutan panas (heat
shocking), dengan cara memindahkan  campuran plasmid dan sel kompeten  Escherichia  coli
BL21 dari suhu rendah (es) ke suhu 42° C    kemudian kembali ke suhu rendah (tabung es). Heat shocking memicu  stabilitas membran sel bakteri terganggu sehingga  memungkinkan DNA plasmid yang  beragregasi dengan Ca2+ dipermukaan sel,  menembus membran dan masuk ke dalam sel,

Rehasilsi sekuen DNA yang  dicari/diklon dapat  dilakukan dengan  mengkultur bakteri pembawa plasmid  rekombinan, Kultur  Escherichia  coli yang  dipakai untuk kloning dan ekspresi protein  rekombinan  dilakukan dengan tryptonephosphate yang mengandung antibiotik tertentu, Pemberian antibiotik dilakukan  untuk screening kesuksesan  rekombinasi dan .transformasi DNA,  Antibiotik yang  diberikan pada penelitian adalah kanamycin.  Plasmid pET SUMO merupakan plasmid yang
memiliki gen yang kebal terhadap  kanamycin pada uruttan basa 1431-2246,
sehingga pemberian kanamycin dalam  penelitian ini sebagai screening kesuksesan   rekombinasi DNA sudah tepat dilakukan. Hasil  dari interaksi kanamycin dalam media LB  dengan gen yang kebal terhadap kanamycin
pada plasmid ditunjukkan  oleh keberadaan 13  klon yang mampu tumbuh pada media LB  padat dengan penambahan kanamycin , adalah klon yang mengandung
DNA plasmid, Escherichia coli merupakan mikrobia .yang  dipakai untuk manipulasi , DNA sebagai vektor pengekspresi protein  rekombinan, pemakaian.Escherichia coli dilakukan  karena  kemudahannya untuk  dikultur dan berkembang dalam medium yang  sederhana,
Escherichia coli sebagai vektor juga sudah  dipakai untuk mengekspresikan ZP1 dari  Macaca radiate, ZP3 dan ZP257, protein  rekombinan bmZP1 (132–147 aa), bmZP2 (86–113 aa) dan bmZP3 (324–347aa),
Escherichia coli  BL21 dan derivatnya merupakan strain  Escherichia coli yang baik untuk ekspresi protein  rekombinan,
Escherichia coli memiliki  siklus hidup yang pendek karena mampu
membelah dalam waktu 20 menit ,
data  mengenai gen dalam  Escherichia  coli juga  lengkap  dapat  dilakukan  rekayasa dengan banyak  teknik  ,
peneliti sudah memakai    Escherichia  coli sebagai inang pada kloning gen dalam penyediaan antigen untuk sistem kekebalan tubuh okontrasepsi  untuk memperoleh  protein rekombinan hasil konjugasi empat atau  enam moieties LHRH pada ovalbumin,



.


 KLONING GEN PENYANDI AG85A MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS



Mycobacterium tuberculosis, agen pemicu Tuberkulosis (Tuberkulosis)
Beberapa strategi pengendalian Tuberkulosis termasuk   pemakaian vaksin Program  Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan pemakaian vaksin BCG , DOTS jangka pendek dapat mengurangi beban Tuberkulosis global sebesar 50% dalam waktu 10 tahunBCG  melindungi anak-anak dari    Tuberkulosis namun tidak efisien dan konsisten melindungi orang dewasa ,yaitu Tuberkulosis paru  perlindungan  0% sampai 80%, BCG  tidak memberi perlindungan dari pembentukan Tuberkulosis laten dan reaktivasi berikutnya,
Para peneliti telah mengurutkan genom lengkap dari Mycobacterium tuberculosis,
Protein ekskretori  dan protein permukaan dinding sel yang terpajan  adalah antigen besar yang dikenali oleh sistem  kekebalan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Pada penelitian dengan tikus dan kelinci  percobaan menampakkan kekebalanisasi dengan  seluruh filtrat kultur, sumber kaya protein ekstraseluler dapat melindungi hewan coba  sampai batas tertentu terhadap infeksi berikutnya dengan basil tuberkel,
 Sebuah fraksi  utama dari protein ekskretori ,filtrat kultur Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis BCG  adalah kompleks Ag85. Protein antigen 85 (Ag85) yang disekresikan ada pada permukaan dinding sel MycobacteriuMycobacterium Ekspresi Ag85 diperlukan untuk kelangsungan hidup  Mycobacterium tuberculosis dalam makrofag dan  dianggap sebagai faktor virulensi. Tiga anggota  protein Ag85 dengan 30-32 kD (Ag85C,Ag85A,
Ag85B ), yang masing-masing memiliki aktivitas enzimatik mycolyltransferase yang diperlukan untuk biogenesis  faktor penghubung (trehalosa-dymycolate).
Protein yang dikodekan oleh tiga gen paralogous (fbpC,fbpA, fbpB  ) terletak di
area yang berbeda dari genom bakteri. Kebanyakan studi kekebalanologi telah difokuskan pada  Ag85B dan  Ag85A  sedikit yang diketahui tentang anggota ketiga protein ini, Ag85C7  Kedua protein Ag85A dan Ag85B adalah
calon yang menjanjikan untuk vaksin  tuberkulosis di masa depan.
Banyak penelitian pada hewan model menampakkan bahwa vaksinasi dengan
rekombinan DNA Ag85A atau protein Ag85A dapat menginduksi respon kekebalan yang kuat dengan sekresi sitokin Th1 yang signifikan (IL-2 dan IFN-γ) yang penting dalam mengatur beberapa sel-sel kekebalan dan menginduksi sel
sitotoksik,
Antigen 85A (Ag85A) Mycobacterium, yang dikodekan pada fibronectin binding
protein-A (fbp-A) dengan 1014 bp dan berat molekul 32 kD, merupakan salah satu protein  yang disekresikan oleh Mycobacterium bovis dan Mycobacterium   tuberculosis , Protein Ag85A menginduksi proliferasi sel T yang kuat dan produksi IFN-γ di sebagian  besar orang sehat yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae dan tikus yang divaksinasi BCG, tapi tidak pada pasien
Tuberkulosis atau kusta lepromatosa. Gangguan gen encoding Ag85A pada Mycobacterium tuberculosis, fbpA, menghasilkan strain yang gagal untuk
memanipulasi makrofag manusia atau tikus menampakkan bahwa Ag85A mungkin berperan  terhadap patogenesis  Mycobacterium  tuberculosis,
 beberapa protein  ekskretori Mycobacterium tuberculosis berperan penting terhadap patogenesis penyakit  dan imunostimulan yang secara langsung
berinteraksi dengan sistem kekebalan host yang menampakkan janji besar sebagai potensi target  vaksin, termasuk Ag85A dan Ag85B yang sering dipakai sebagai antigen dalam vaksin  Tuberkulosis saat ini dalam uji klinis. Keduanya terutama  diekspresikan selama tahap awal infeksi, yang mana  Mycobacterium  tuberculosis membagi dengan cepat  dan berperan dalam sintesis dan perakitan
komponen dinding sel,Bila tingkat  pertumbuhan menurun, maka sintesis mycolyl
transferase kurang dibutuhkan dan ekspresi protein Ag85A akan berkurang. Oleh karena itu, dilakukan langkah untuk menuju identifikasi  target vaksin yang memiliki profil ekspresi yang lebih konstitutif dan kemudian dilakukan uji
efektivitas perlindungan dari vaksin Tuberkulosis.
dengan pemakaian protein rekombinan untuk memproduksi protein Ag85A dalam skala besar. Protein rekombinan adalah suatu protein yang dikode oleh urutan DNA yang telah mengalami rekombinasi dan dinamakan rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA adalah  penggabungan segmen-segmen DNA target dengan DNA vektor, yaitu plasmid yang  ada di dalam bakteri dengan jumlah yang
besar,
Alasan pemakaian protein rekombinan karena produksi protein rekombinan dapat
dibuat dalam skala besar dengan waktu yang singkat karena produksi protein dibantu oleh bakteri sehingga dapat dipakai untuk uji imunkgenisitas sebagai evaluasi vaksin, Produksi Ag85A yang dilakukan dengan teknologi rekombinan memakai bantuan bakteri Escherichia coli sebagai inang.
Teknologi rekombinan dapat dilakukan melalui tahap amplifikasi, kloning, dan ekspresi molekuler. Amplifikasi Ag85A adalah salah satu prosedur yang menentukan keberhasilan pembuatan protein rekombinan, Amplifikasi Ag85A bertujuan untuk memperbanyak fragmen  DNA yang dilakukan secara in vitro dengan  metode PCR dan memakai primer khusus  Ag85A sehingga reaksi penggandaan DNA  terjadi pada target DNA yang diinginkan, Fragmen DNA yang mengandung gen target yang berhasil diamplifikasi dilakukan penyisipan ke dalam vektor yang berperan  sebagai pembawa gen yang akan dikloning ke
dalam sel inang.  peneliti  melakukan amplifikasi gen penyandi Ag85A dengan memakai desain primer khusus yang dirancang sendiri dari  genom strain Mycobacterium tuberculosis H37Rv, dan kloning gen penyandi Ag85A Mycobacterium tuberculosis  dengan memakai vektor pET SUMO dan ditransformasi ke dalam  Escherichia coli BL21

Amplifikasi gen Ag85A Gen Ag85A diamplifikasi dengan PCR memakai primer khusus yang didesain dari  genom strain Mycobacterium tuberculosis
H37Rv dengan primer reverse  3'GTTTCCTAAATCCCGTCCCTAGCT5'  dan  primer forward   5'TGGATGCGTTGAGATGAGGATGAG3' yang menghasilkan 1017 bp fragmen. Amplifikasi  dilakukan dengan tahap pre-denaturasi 94 ° C
selama 3 menit, 35 siklus amplifikasi  (denaturasi 94°C selama 1 menit, anneling 54°C  selama 1 menit, elongasi 72°C selama 1 menit), dan elongasi akhir pada suhu 72 °C selama 10 menit,
Deteksi Produk PCR dan Sekuensing
Produk PCR hasil amplifikasi dianalisis dengan elektroforesis memakai gel agarose  2% yang dilarutkan dalam 1,0 X TuberkulosisE (Trisborat-EDTA). Hasil elektroforesis berupa pita  DNA diamati di bawah sinar UV. Sekuensing
dilakukan di laboratorium . Kloning Ag85A Prosedur kloning terdiri dari ligasi dan
transformasi. Proses ligasi dilakukan  berdasar Champion™ pET SUMO Protein
Expression System, Invitrogen kits. Ligasi dilakukan dengan membuat Plasmid DNA di  dalam tube dengan komposisi 2 µL Produk  PCR fresh, 1 µL 10x Ligation Buffer , 2 µL pET  Sumo Vektor, 4 µL Steril Water, dan 1 µL T4  DNA LigasEscherichia Hasil ligasi diinkubasi 15 °C ,selama minimal 4 jam (12°C/overnight). Simpan
ligasi pada suhu -20,° C sampai siap untuk transformasi.
Transformasi dilakukan memakai Escherichia  coli BL21 sebagai sel inang untuk
mengekspresikan DNA rekombinan menjadi  protein karena adanya T7 RNA polimerase yang  akan dikenali oleh promoter T7 vektor ekspresi  pET. Transformasi yang dilakukan berdasar  Champion™ pET SUMO Protein Expression
System, Invitrogen kits,    Escherichia coli BL21 ditambahkan dengan plasmid DNA dan SOC  medium melalui proses tertentu dan diinkubasi ,37 °,C selama 1 jam dengan shaker. Hasil ,transformasi ditambahkan pada 10 mL medium
LB padat yang telah mengandung 50 μg/ml ,kanamisin pada cawan petri, kemudian diinkubasi  pada suhu 37 ° C selama 24 jam,
Gen Ag85A diamplifikasi dengan metode  PCR memakai primer khusus Ag85A yang  didesain memakai genom strain Mycobacterium tuberculosis H37Rv. Hasil
amplifikasi divisualisasikan melalui elektroforesis gel agarosa 2% .Hasil visualisasi amplifikasi gen penyandi  Ag85A dari genom strain Mycobacterium tuberculosis  H37Rv dengan elektroforesis gel agarosa 2%  menampakkan fragmen DNA dari kedua  contoh berukuran 1017 bp.  fragmen DNA yang berukuran 1017 bp dilakukan sekuensing untuk mengkonfirmasi gen penyandi
Ag85A, dan memperlihatkan hasil sekuensing  ,
Hasil ligasi antara DNA Ag85A insert ke vektor pET SUMO ditransformasikan ke dalam  Escherichia coli BL21 sebagai sel inang. Hasil transformasi yang ditumbuhkan pada media Luria Bertani (LB) padat dengan penambahan
kanamisin 50 μg/ml sebanyak  empat koloni ,
4 koloni bakteri yang diperoleh  dilakukan isolasi DNA Plasmid untuk
mengidentifikasi gen Ag85A insert ke vektor  pET SUMO, Hasil isolasi DNA plasmid  divisualisasikan dengan elektroforesis gel
agarosa 2% ,
Hasil isolasi DNA plasmid dilakukan  amplifikasi untuk mengidentifikasi gen insert
dengan memakai primer khusus Ag85A. Hasil amplifikasi divisualisasikan melalui
elektroforesis gel agarosa 2% ,Hasil amplifikasi gen Ag85A dari DNA
plasmid menampakkan bahwa dua koloni bakteri memberi hasil positif membawa gen Ag85A,
penelitian  tahun 2000 melakukan kloning dan ekspresi  Ag85B dan Ag85A ,dengan memakai  vektor pTrcHisB dan Escherichia coli TOP10 sebagai
ekspresi host untuk ekspresi protein  rekombinan,  bahwa  pTrcHisB vektor mengatasi masalah persentase  G+C rendah di genom Escherichia coli.
penelitian pada tahun 2002
melakukan kloning dan ekspresi kekebalanodominan  Ag85A ke plasmid PBK-CMV yang  rekombinannya ditransformasikan ke dalam  Escherichia coli XL-1 blue MRF dan IPTG  dipakai sebagai inducer untuk ekspresi dari  protein. Hasil ekspresi protein yang diperoleh  stabil dengan berat molekul 32 kDa yang
dikarakterisasi dengan memakai SDS PAGE dan Western blotting.

bahwa kloning dan ekspresi gen penyandi Ag85A Mycobacterium tuberculosis telah berhasil dilakukan dengan hasil kloning dan ekspresi protein yang stabil dan diproduksi dalam skala besar. hasil  yang memperlihatkan kloning dan ekspresi gen penyandi Ag85A pada vektor yang berbeda-beda.
Koloni bakteri yang diperoleh dilakukan  isolasi DNA plasmid dan hasil isolasi DNA  plasmid divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarose 2%. Vektor pET SUMO memiliki  ukuran 5643 bp dan DNA Ag85A sisipan  memiliki ukuran nukleotida 1017 bp, sehingga  menghasilkan vektor rekombinan berukuran
6660 bp yang terlihat pada hasil isolasi DNA  plasmid yang divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarose 2%. Uji tapis  dilakukan pada hasil isolasi DNA plasmid  bakteri dengan metode PCR untuk  mengidentifikasi koloni bakteri yang membawa  gen insert. Hasil uji tapis dari empat koloni bakteri Escherichia coli BL21 ditemukan dua koloni  bakteri yang positif membawa gen Ag85A. Gen
insert ditunjukkan dari hasil isolasi plasmid koloni bakteri Escherichia coli BL21 yang diamplifikasi dengan primer khusus Ag85A menampakkan band khusus dengan ukuran nukleotida 1017 bp.
Pada penelitian ini, metode kloning  dilakukan untuk memasukkan produk PCR hasil .amplifikasi gen penyandi Ag85A Mycobacterium tuberculosis ke vektor pET SUMO berdasar protokol Champion™ pET SUMO Protein .Expression System, Invitrogen kits. Pemotongan gen sisipan atau plasmid pada proses ligasi tidak
perlu dilakukan pada metode kloning ini. Vektor pET SUMO memiliki desain yang
mempermudah satu tahap strategi kloning yaitu  dengan penyisipan langsung produk PCR ke dalam vektor. Taq polimerase dari produk PCR memiliki aktivitas non template dependent yang  menambahkan deoxyadenosine (A) tunggal ke
ujung 3’. Desain vektor pET SUMO yang  dipakai memiliki residu 3’ deoxythymidine
(T) tunggal yang dapat berikatan dengan  deoxyadenosine (A) tunggal dari produk PCR  sehingga memungkinkan penyisipan produk PCR untuk efisiensi ligasi ke vektor. Gen  penyandi Ag85A berhasil disisipkan ke dalam  vektor pET SUMO dan dapat ditransformasi ke dalam Escherichia coli BL21. Transformasi ke dalam Escherichia  coli BL21 bertujuan untuk memperbanyak dan pemeliharaan plasmid rekombinan dengan stabil. Hasil transformasi yang ditumbuhkan pada media Luria Bertani (LB) padat dengan  penambahan kanamisin 50 μg/ml diperoleh
empat koloni bakteri. Koloni bakteri Escherichia coli BL21 yang tumbuh pada media seleksi dengan  kanamisin disebabkan oleh bakteri Escherichia coli BL21
membawa vektor pET SUMO. Vektor pET SUMO memiliki gen penanda resisten terhadap kanamisin sehingga bakteri dapat tumbuh.
Gen penyandi Ag85A Mycobacterium tuberculosis diamplifikasi dengan memakai primer .khusus Ag85A yang dirancang dari genom Mycobacterium  tuberculosis strain H37Rv. Genom Mycobacterium  tuberculosis strain H37Rv telah dimanfaatkan untuk amplifikasi gen Ag85A memakai primer khusus Ag85A dengan  metode PCR, hasil  amplifikasi gen penyandi Ag85A Mycobacterium
tuberculosis diperoleh band khusus dengan  ukuran nukleotida 1017 bp dan hasil sekuensing untuk mengkonfirmasi gen penyandi Ag85A, menampakkan fragmen DNA berukuran 1017 bp. Amplifikasi dan sekuensing gen penyandi
Ag85A Mycobacterium tuberculosis telah dilakukan peneliti yang memperoleh fragmen DNA Ag85A  berukuran 1017 bp dan menampakkan hasil yang
sama pada penelitian ini.









KLONING GEN PENYANDI ANTIGEN HBSAG100 UNTUK  PRODUKSI PROTEIN REKOMBINAN SEBAGAI MODEL IMUNOGEN UNTUK MENGHASILKAN ANTIBODI ,


 kloning merupakan  metode  baru  rekayasa genetika tentang pengembangbiakan suatu  mahluk hidup yang persis sama dengan  induknya tanpa melalui pembuahan, seperti  stek pada tanaman,  proses penggandaan  jumlah DNA rekombinan melalui proses   perkembangbiakan sel bakteri (biasanya E. coli). Proses penggandaan itu dilakukan dengan memasukkan DNA rekombinan ke dalam E.coli, diikuti dengan  inkubasi sel E.coli pada suhu optimal  sehingga sel berkembangbiak secara  eksponensial,  menggandakan jumlah molekul DNA  tidak hanya dapat dilakukan dengan  memanfaatkan mekanisme kehidupan  mikroorganisma, namun dapat juga dilakukan  melalui teknik PCR (Polymerase Chain Reaction),
 rekayasa  terhadap gen penyandi antigen permukaan  hepatitis B untuk menghasilkan antigen  HBsAg   pada E. coli dengan memakai  teknologi rekombinan. Kendala   produksi antigen itu pada bakteri E.  coli adalah tingkat ekspresinya sangat  rendah , disebabkan oleh bagian hidrofobik , Oleh sebab  itu, pada penelitian  ini bagian yang dikloning adalah bagian  penyandi epitop yang bersifat hidrofilik (dari  asam amino 100-164),  gen  penyandi antigen permukaan hepatitis B di  atas akan digabung dengan gen  penyandi enzim gluthation-S-transferase  (GST) untuk meningkatkan  solubilitas maupun  ekspresi  solubilitas antigen yang  penting  untuk aktivitas  proses purifikasi , Gen penyandi
antigen permukaan hepatitis B yang   dipakai pada penelitian ini adalah gen
yang diisolasi dari virus hepatitis B sub tipe  adw sebagai subtype  di negara asia tenggara,  untuk membuat   calon  vaksin galur lokal yang mampu
memberikan tanggapan   antibodi  khusus   sesuai dengan genetik virus hepatitis B yang  ada di negara asia tenggara,  
Dihasilkannya calon  vaksin  hepatitis B rekombinan dengan teknologi  rekayasa DNA memakai bakteri ini   menggantikan metode produksi vaksin  konvensional dari plasma yang memiliki  kelemahan seperti   kekhawatiran  adanya kontaminasi penyakit lain pada serum donor, sumber plasma yang terus  berkurang (karena jumlah penderita penyakit  hepatitis B menurun sejalan dengan  keberhasilan vaksinasi),rendahnya imunogenisitas,   oleh   Karena gen penyandi antigen
itu diisolasi dari virus hepatitis B yang   ada   negara asia tenggara , maka antigen ini  diharapkan dapat menghasilkan calon   vaksin rekombinan hepatitis B yang sesuai  dengan genetik virus  di negara asia tenggara ,

 
Untuk mengamplifikasi fragmen S  (asam amino nomor 100-164) dari gen
penyandi antigen permukaan virus hepatitis  B, dipakai plasmid pGET-HB ,  yang membawa gen-gen permukaan virus hepatitis B sebagai cetakan,
Untuk amplifikasi itu, dipakai  primer HBVS.100(f)
(5'-TATCAAGGTATGTTGCCCGTTTG -� 3'    dan  HBVADWS  (r)     ��(5'AAGCTTCATTACTCCCATAGGTATTTTGCGAAAG-�3')��
enzim DNA polimerase yang dipakai adalah  enzim pyrobest,   Fragmen itu kemudian diligasi  dengan teknik Kloning TA memakai  vektor pGEX-4T-2 (Pharmacia). Plasmid  rekombinan itu kemudian ditransformasi ke bakteri E. coli '+DH5a,kultur  bakteri dilakukan pada media Luria Bertani,  sedang isolasi plasmid untuk sekuensing  dipakai Kit Nucleospin  ,
Amplifikasi gen penyandi HBsAg100
Campuran PCR yang dipakai adalah 0,1 unit enzim DNA polymerase
pyrobest dengan bufernya; 0,5 �M primer forward (f)  dan reverse (r); 0,2 mM dNTP; 1 ng/ml ,  plasmid pGEMT-HB sebagai cetakan,
Program PCR yang dipakai adalah   denaturasi awal pada suhu 94oC selama 5
menit ; siklus yang terdiri dari denaturasi  pada 94 ° C selama 30 detik, annealing pada   suhu 54  ° C  selama 30 detik dan elongasi  (ekstensi) pada suhu 72  ° C  selama 30 detik;  diakhiri dengan 72 ° C   selama 5 menit dan  20 ° C  sampai contoh diangkat untuk dielektroforesis,
Konstruksi plasmid rekombinan
Hasil PCR kemudian dimurnikan  dengan DNA Gel extraction kit dan diligasi
dengan plasmid pGEX-4T-2 (Pharmacia)  yang telah dipotong dengan enzim Sma1.
Campuran reaksi dari ligasi itu adalah  produk PCR 2 �l, 25 ng/�l pGEX-4T-2, 1 �l
kit ligasi, dilanjutkan dengan inkubasi pada  suhu 12   ° C  selama 18 jam. sesudah  itu,  transformasi dilakukan dengan E. coli   DH5D untuk kemudian ditumbuhkan pada media   LB yang mengandung ampicilin pada suhu   37  ° C  selama 14 jam. Koloni bakteri yang  tumbuh kemungkinan memiliki plasmid  rekombinan. Untuk memastikan hal itu,   dilakukan skrining koloni yang  membawa plasmid itu dengan teknik PCR koloni,  Transformasi, skrining dan sekuensing

Skrining terhadap koloni E. coli DH5. yang membawa plasmid rekombinan
dilakukan dengan PCR koloni dengan  campuran reaksi sebagai berikut: 0,2 mM
dNTP; 0,5 U Ex Taq dan bufernya; 0,5 mM  primer pGEX-�5' dan pGEX -3'  , 1 p ÷{  1
contoh (koloni yang telah diencerkan dalam 20 �p1 air steril).   dibuat replika dari koloni bakteri yang  diskrining pada media LB yang mengandung  ampicilin dan ditumbuhkan pada suhu 37  ° C,   Program PCR yang dipakai adalah 5
menit pada 94  ° C , 25 siklus untuk suhu 94° C  selama 30 detik, 60 ° C selama 30 detik dan  30 detik pada suhu 72 ° C, diakhiri dengan  72 ° C  selama 5 menit dan 20 ° C  sampai   contoh diangkat untuk dielektroforesis.
Adanya pita DNA dari gambar hasil  elektroforesis sebagai  tanda bahwa
klon yang diamplifikasi mengandung  plasmid rekombinan. Koloni yang mengandung plasmid rekombinan itu pada  replika kemudian dikultur pada media LB  pada suhu 37 ° C  selama 12 jam dengan  goyangan untuk isolasi plasmid rekombinan.  Isolasi plasmid dilakukan dengan teknik  standar , Sekuensing
dilakukan setelah amplifikasi dengan Kit  Bigdye , dengan  memakai primer pGEX-�5'  , Sekuensing  itu dimaksudkan untuk memastikan  bahwa pada gen target tidak ada  mutasi,
 Selubung virus hepatitis B (hepatitis B   virus envelope) terdiri dari membran
glikoprotein dimana terdapat 3 bagian  protein permukaan yaitu antigen   S (226 asam amino) , pre-S1 (119  asam amino) dan  pre-S2 (55 asam aminio) ,
 Beberapa ahli menggolongkan ketiga  protein itu sebagai protein kecil
,sedang  dan besar , Antigen S telah dipakai secara luas  sampai saat ini sebagai vaksin konvensional, asam amino ke  139-147 pada bagian S merupakan epitop
utama pada protein S itu. sedang  asam amino Pre-S1 dan Pre-S2 masih diteliti  
tingkat immunogenisitasnya ,
 asam amino ke  139-147 pada protein bagian S merupakan epitop utama pada protein, maka pada  penelitian ini dilakukan amplifikasi hanya  dari asam amino ke-100 sampai 164,  jumlah nukleotidanya mencapai 195  pasang basa, namun dengan penambahan  adaptor yang sengaja dibuat memicu   total produk PCR target mencapai 206  pasang basa, bagian asam amino  itu dipilih karena merupakan protein  yang bersifat hidrophilik,  memudahkan ekspresi pada bakteri.
Untuk memperoleh  gen itu,  langkah   optimalisasi   reaksi amplifikasi dengan
mengatur konsentrasi DNA sebagai cetakan  dan primer,  mengatur konsentrasi  enzim polymerase DNA,mengatur  konsentrasi  enzim polymerase DNA, suhu dan waktu annealing,  
Campuran PCR yang berhasil dipakai untuk mendapat  hasil PCR  yang optimal adalah 0,1 unit enzim DNA  polymerase pyrobest dengan bufernya; 0,5 �M primer
forward (f) dan backward (b); 0,2 mM  dNTP; 1 ng/ml plasmid pGEMT-HB sebagai
cetakan. pemakaian  DNA dengan konsentrasi kurang dari 1 ng/ml menghasilkan
pita gen target yang tidak  jelas.  pemakaian  DNA melebihi 1  ng/ml memicu  munculnya beberapa  pita produk PCR yang tidak sesuai dengan  ukuran pita target. Program PCR yang  berhasil dipakai adalah 94 °C  selama 5
menit, 25 siklus pada 94   °C   selama 30 detik,  54  °C    selama 30 detik dan 72  °C   selama 30  detik, diakhiri dengan 72  °C   selama 5 menit  dan 20oC sampai contoh diangkat untuk  dielektroforesis. Untuk menemukan suhu  annealing yang ideal (54  °C   ), telah dilakukan  PCR memakai beberapa suhu  annealing
mulai dari 50 °C  , 52  °C  , dan 56 °C   ,Namun  pita gen target terjelas didapat pada saat  memakai suhu 54  °C ,  Ketepatan suhu dan waktu annealing,  konsentrasi DNA dan primer  dan   konsentrasi enzim polymerase DNA yang  dipakai  menentukan keberhasilan  amplifikasi. pemakaian  suhu annealing
54 °C   selama 30 detik memicu  primer-primer yang dipakai   menempel pada area khusus  dari DNA  cetakan, waktu yang diperlukan  untuk tahap extention selama 30 detik pada   suhu 72 °C    karena enzim polymerase  Pyrobest yang dipakai  memerlukan  waktu 1 menit per 1 kilo pasang basa,  Berbeda dengan enzim polymerase Ex Taq yang biasanya memiliki kemampuan lebih  cepat, yaitu 40 detik per 1 kilo pasang basa.  Hal ini disebabkan enzim polymerase  Pyrobest merupakan enzim dengan tingkat  kecermatan tinggi  yang  mampu  proof-reading. Produk PCR kemudian dimurnikan  dari adanya kelebihan primer-primer maupun substrat dan enzim yang dipakai pada  campuran PCR dengan teknik pemotongan
gel memakai DNA Gel extraction kit.  kemudian, hasil pemurnian itu  dipakai pada tahap ligasi dengan plasmid  pGEX-4T-2 (Pharmacia) yang sudah  dipotong
dengan enzim Sma1. Karena enzim yang  dipakai untuk proses amplifikasi di atas
adalah enzim  Pyrobest   yang tergolong enzim  yang memiliki  tingkat kecermatan tinggi  ,  maka produk PCR yang  dihasilkan berbentuk blunt-end. Oleh karena
itu, teknik ligasi yang sesuai  adalah teknik  blunt-end.  Campuran reaksi dari reaksi ligasi  itu adalah produk PCR yang telah  diphosphorlisasi sebanyak 2 pl ,25ng/pl   plasmid pGEX-4T-2 yang telah diphosphorilasi� �1pl kit
ligasu ,kemudian
 diinkubasi pada suhu 12 ° C selama 18 jam.
kemudian dilakukan diinkubasi    pada suhu 12 °C selama 18 jam.  kemudian, dilakukan transformasi dengan  E. coli DH5Da   dan kemudian ditumbuhkan
pada media LB yang mengandung ampisilin  pada suhu 37 °C selama 14 jam. Koloni  bakteri yang tumbuh kemungkinan memiliki  plasmid rekombinan. Untuk memastikan hal  itu, dilakukan skrining koloni yang  membawa plasmid itu dengan teknik  PCR koloni.   Introduksi plasmid pGEX-HB100   ke dalam bakteri inang  e coli,  DH5a  pembawa  plasmid rekombian  pGEX-HB100       hasil transformasi ditumbuhkan  pada media seleksi (ampisilin 50 µl/ml)
yang mengandung X-gal dan IPTG. Koloni bakteri yang berwarna  putih kemungkinan membawa plasmid rekombinan  pGEX-HB100, sedang koloni bakteri
yang berwarna biru tidak membawa plasmid  rekombian,
 Koloni E. coli DH5. pembawa  plasmid pGEX-HB100  hasil transformasi
yang ditumbuhkan pada media seleksi  (ampisilin). Koloni berwarna putih
merupakan koloni bakteri pembawa  plasmid rekombinan, sedang koloni
berwarna biru tidak membawa plasmid  rekombinan.  Untuk memastikan bahwa bakteri bakteri berwarna putih pembawa gen  HB100, maka dilakukan skrining dengan  PCR memakai koloni bakteri itu  sebagai cetakan (PCR Koloni). Primer yang  dipakai untuk PCR koloni itu harus  dapat mengamplifikasi  bagian 5' - insert  dan bagian 3' -  dari   plasmid.  ini dilakukan  untuk memastikan tidak terjadi kesalahan  arah insert. Amplifikasi hanya akan terjadi  pada DNA rekombinan yang tidak  tersambung secara terbalik.Adanya pita  tunggal DNA  dari gambar hasil elektroforesis  yaitu  tanda bahwa klon yang  diamplifikasi mengandung plasmid  rekombinan.  Hasil elektrophoresis dari PCR  koloni. M = Marker, 1 dan 2 = E. coli ' DHN5 a , pembawa plasmid pGEX-HB100 sebagai cetakan,
Hasil amplifikasi yang kedua ujungnya  berbentuk tumpul (blunt end) itu
memiliki keunggulan sekaligus kelemahan  untuk ligasi. Produk PCR yang berujung  tumpul  memudahkan dalam melakukan  proses ligasi, dimana hanya diperlukan 1  jenis enzim restriksi dengan karakteristik  memotong secara langsung untuk  menghasilkan ujung tumpul juga. Enzim  restriksi yang memiliki kemampuan itu  diantaranya adalah enzim SmaI.  ini akan  mengurangi biaya pemakaian  untuk  pembelian enzim restriksi,  
kelemahannya adalah peluang dihasilkannya  gen rekombinan yang benar dan yang salah  adalah 50%, peluang ligasi  ujung tumpul pada salah satu ujung produk  PCR dengan ujung hasil pemotongan vektor  akan sama dengan peluang ligasi dengan  arah yang berlawanan.

Kelemahan akibat kedua ujung tumpul  produk PCR itu dapat diatasi melalui
skrining dengan teknik PCR koloni. Primer primer yang dipakai untuk PCR koloni
itu harus dapat mengamplifikasi bagian 5' - insert  dan bagian 3' -  dari plasmid.
Amplifikasi hanya akan terjadi pada DNA  rekombinan yang tidak tersambung secara  terbalik. bila gen target tersambung secara  terbalik, maka PCR koloni tidak akan  menghasilkan pita sesudah  elektrophoresis.  Koloni yang mengandung plasmid  rekombinan dengan hasil PCR koloni pita  tunggal kemudian dikultur dari replika pada  media LB pada suhu 37 ° C selama 12 jam
dengan goyangan untuk isolasi plasmid  rekombinan,  terlihat hasil isolasi plasmid rekombinan dengan ukuran sekitar 5.106 pasang basa,  yang terdiri dari vektor pGEX-4T-2   mencapai 4.900 pasang basa dan gen target  206 pasang basa,
Plasmid hasil isolasi itu  kemudian disekuensing. Hasil sekuensing
nukleotida disejajarkan dengan sekuen asli  virus hepatitis B. Pensejajaran
1000  gen insert dengan bagian genom virus Hepatitis B ,
Hasil pensejajaran sekuensing   plasmid rekombinan yang diisolasi dari
koloni bakteri rekombinan menandakan  kesamaan dengan sekuen dari bagian genom  virus hepatitis B. Hal ini menandakan  bahwa gen hasil amplifikasi itu tidak  mengalami mutasi dan dapat dipakai  untuk menghasilkan antigen hepatitis B  bagian S pada bakteri. Plasmid rekombinan  yang tidak memiliki mutasi pada sekuen  insertnya kemudian disimpan untuk  ditransformasikan pada E. coli BL21 untuk  menghasilkan protein HBsAg100,