Tampilkan postingan dengan label mata 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mata 3. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 April 2022

mata 3





UVEITIS



uvea, berarti anggur, terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar  dalam vaskularisasi bola mata, yaitu  koroid, iris, badan silier,  uveitis  menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea namun juga pada  struktur yang ada di dekatnya, nkarena proses  autoimun, infeksi, trauma, neoplasma,  uveitis adalah suatu penyakit yang mudah mengalami kekambuhan, bersifat merusak  dan kebanyakan berakhir dengan kebutaan, uveitis  dikaitkan dengan  penyakit sistemik, sehingga  pemeriksaan uveítis memerlukan  laboratorik anamnesis, pemeriksaan fisik, 
 uveitis dibedakan menjadi  uveitis panuveitis ,uveitis anterior, uveitis intermedia  dan  uveitis  posterior,  uveitis  dinamakan  uveitis posterior bila peradangan
mengenai uvea di belakang vitreous base, uveitis  dinamakan  uveitis intermedia bila peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer retina, veitis  dinamakan  iritis bila inflamasi mengenai bagian iris ,
uveitis  dinamakan   iridosiklitis bila inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier. 
urutan uveitis dari yang paling sering terjadi ,antaralain: 
uveitis anterior, posterior, panuveitis, dan intermedia,  panuveitis adalah uveitis anterior, uveitis  intermedia dan   uveitis   posterior yang terjadi secara bersamaan,
secara klinis, uveitis dibedakan atas uveitis akut dan kronis, uveitis kronik adalah bila perjalanan penyakit terjadi dalam hitungan bulan atau tahun. uveitis kronik lebih sering  terjadi   dibandingkan  akut, uveitis akut terjadi bila awitan gejala muncul tiba-tiba dan berlangsung 6 minggu atau kurang,  infeksi oleh fungi muncul  pada penderita yang memiliki  kelemahan sistem imun, sedang herpes zoster menyerang n. optikus dan banyak terjadi pada orang tua, berdasar etiologinya, uveitis  digolongkan menjadi uveitis eksogen  dan  endogen ,  uveitis endogen terjadi akibat infeksi mikroorganisme atau agen lain dari pasien sendiri. contohnya adalah  ekstraksi gigi yang mengalami karies tanpa premedikasi. gigi berlubang adalah lokasi berkumpulnya bakteria. maka  sesudah dicabut giginya, pasien diberi antibiotika untuk mecegah infeksi yang dapat muncul sesudah  pencabutan gigi. pencabutan gigi  membuka jalan bagi bakteri untuk masuk ke peredaran darah , padahal seperti halnya ginjal, sirkulasi darah di lokasi uvea sangat deras. sel-sel endotel pembuluh darah di sini berupa tight junction, sehingga bakteri sering terperangkap di sini dan menjadi infeksi.  penderita tb paru dan sinusitis  berisiko menderita uveitis anterior , 
dibandingkan lainnya , sedang kelainan gigi tidak memicu terjadinya uveitis anterior , 
uveitis endogen bisa berkaitan dengan   penyakit  :  cacing (toxokariasis),protozoa (toxoplasma),  sistemik (contohnya pada spondilitis ankilosa), infeksi bakteria (tb), fungi (kandidiasis), virus (herpes zoster),  
toxoplasmosis dipicu oleh toxoplasma gondii, toxoplasma gondii  yaitu suatu
parasit obligat intrasel. infeksi biasanya terjadi karena  melalui penularan transplasental ibu kepada janinnya, makan daging merah  murah  mentah yang mengandung kista toxoplasma, air yang terkontaminasi, atau dapat 
masalah toxoplasmosis dikaitkan dengan infeksi kongenital. walaupun toxoplasmosis hanya  15% dari seluruh masalah uveitis, namun mampu membantu menyerang dan merusak struktur  penting  mata,  toxoplasmosis  betanggapan baik terhadap pengobatan antimikroba, 
uveitis toxoplasmika dapat bersifat nongranulomatosa  dan granulomatosa yaitu  pemicu  peradangan segmen posterior bola mata, termasuk  masalah uveitis posterior,  keluhan pasien tergantung dari lokasi lesi,   umumnya segmen anterior mata tidak terlibat pada saat onset toxoplasmosis. mata masih menampakkan gejala tanda normal seperti mata sehat, namun sebagian besar pasien mengeluhkan adanya  pandangan kabur atau  suatu titik yang melayang-layang , pemeriksaan dengan oftalmoskopi direk maupun indirek menampakkan adanya kekeruhan pada vitreus,  predileksi toxoplasma
paling banyak di lokasi makula. banyak  masalah toxoplasmosis  yang diperoleh lesi pada makula,  pemeriksaan toxoplasmosis dengan  pemeriksaan antibodi antitoxoplasma pada serum pasien, pemeriksaan toxoplasmosis dengan pemeriksaan fundus sering ada adanya focal necrotizing retinochoroiditis yang khas padatoxoplasmosis,  adanya beberapa penyakit yang juga berwujud sebagai lesi nekrotik pada fundus terutama jamur,sifilis, sitomegalovirus, 

pada masalah-masalah toxoplasmosis dengan gejala sedang, lesi dapat hilang  dalam kurun waktu 3 minggu sampai 6 bulan. tanpa pengobatan, retinitis toksoplasma dapat sembuh sendiri dengan meninggalkan bekas berupa jaringan parut korioretina yang berwarna biru kehitaman, berbatas tegas, dengan bermacam ragam  ukuran, pada pemeriksaan diperoleh aktivasi peradangan pada tepi parut luka lama atau munculnya retinitis  satelit  baru di
sekitar parut luka lama. pengobatan hanya untuk  pasien tanpa gangguan sistem imun bila lesinya dalam jarak 2 hingga 3 mm dari diskus dan atau makula, mengancam vasa besar retina, adanya perdarahan yang cukup banyak, atau bila vitritis cukup berat sehingga menurunkan visus hingga 2 baris atau lebih. pada orang pasien dewasa, pengobatan  pertama selama 4 hingga 7 minggu termasuk klindamisin 450 – 600 mg per oral 4 kali sehari adalah alternatif pirimetamin,pirimetamin 200 mg per oral bolus diikuti 25 mg 2 kali
sehari, asam folat 10 mg 2 kali seminggu, dan sulfadiazin 2 g per oral dosis awal bolus diikuti 1 g per oral 4 kali sehari. prednison bisa ditambahkan 20 – 40 mg per oral per hari, 12 – 24 jam sesudah antibiotik dimulai, 
 kortikosteroid topikal (prednisolon asetat 1% 4 kali sehari) dan sikloplegia (sikllopentolat 1% – 2% 3 kali sehari)  diberikan pada  toxoplasmosis dengan
uveitis anterior, sedang pada masalah toxoplasmosis dengan vitritis yang nyata dan lesi pada nervus optikus yang memicu  kebutaan, maka diberikan obat-obat antiprotozoa . pengobatan sistemik itu tidak boleh diberikan pada pasien perempuan hamil,  kondisi lain yang termasuk dalam uveitis endogen adalah
uveitis  nonkhusus idiopatik, uveitis khusus idiopatik (sindrom uveitis fuch) 
uveitis eksogen  contohnya invasi mikroorganisme ,karena trauma eksternal,
onchocerciasis dipicu oleh parasit cacing onchocerca volvulus,  pasien adalah satu-satunya host dari cacing ini, larva cacing yang ditransmisikan melalui gigitan nyamuk simulium betina kemudian berkembang menjadi cacing  dewasa dan membentuk nodul subkutan,  cacing  dewasa betina akan
melepaskan mikrofilaria yang bermigrasi ke seluruh tubuh terutama  mata
kulit ,  mikrofilaria dapat mencapai mata melalui invasi langsung dari kornea ke konjungtiva, menembus sklera  secara langsung maupun melalui anyaman pembuluh darah, dan menyebar  secara hematogen, onchocerciasis adalah salah satu pemicu kebutaan, pada segmen anterior, mikrofilaria dapat terlihat secara bebas berenang di kamera okuli anterior. mikrofilaria hidup biasanya
tampak di kornea, sedang yang mati memicu pungtata kecil-kecil pada stromal yang akan hilang sendiri,  penyakit ini  tampak   uveitis maupun limbitis sedang,  uveitis berat  yaitu  gejala  sinekia, glaukoma sekunder,  katarak sekunder , perubahan korioretina   tergantung dari berat ringannya penyakit ini. pada onchocerciasis yang berat sering terjadi atrofi korioretina berat terutama di atrofi optik  dan  polus posterior , pemeriksaan onchocerciasis dilakukan  ketika hasil biopsi kulit maupun mata menemukan adanya mikrofilaria.  ivermectin adalah obat untuk onchocerciasis. ivermectin adalah suatu laktona makrolitik yang mampu membantu pasien dalam usaha  membunuh  beberapa  mikrofilaria walaupun tidak berefek  mematikan bagi  cacing  dewasa, sehingga pemberian ivermectin  cuma  sekedar  hanya memperlambat progresifitas penurunan kemampuan melihat  dan atrofi optik dan  tidak mengatasi adanya  lesi pada korioretina,  akibat tekanan pembuluh darah naik maka terjadi transudasi ke kamera oculi anterior sehingga penderita merasa penglihatannya
kabur, uveitis  dibedakan berdasar reaksi jaringan, menjadi uveitis granulomatosa dan non  granulomatosa. uveitis granulomatosa menampakkan reaksi sel yang paling banyak berupa sebukan limfosit dan makrofag, namun reaksi vaskular minimal, tanpa lakrimasi ,tanpa  rasa nyeri, tanpa hiperemia, 
uveitis nongranulomatosa menampakkan reaksi vaskular yang paling banyak dengan gejala yaitu  nyeri, injeksi silier , perikorneal, hiperemia,  lakrimasi akibat banyaknya sitokin yang keluar dan   fotofobia,

foto uveitis tb dengan sinekia posterior pada pupil yang telah dilebarkan


gejala uveitis anterior yaitu lakrimasi  fotofobia, nyeri, mata merah, penurunan  penglihatan,  injeksi perikorneal, presipitat keratik, sel-sel vitreus anterior, nodul
iris, sel-sel aquous, flare, sinekia posterior,  keratik presipitat atau presipitat keratik (kp), adalah timbunan sel di atas endotel kornea. sifat dan distribusi letaknya dapat memberikan informasi kemungkinan jenis uveitis yang
dialami. kp yang kecil adalah  untuk  sindrom uveitis fuchs  dan  herpes zoster  . presipitat keratik adalah gejala  untuk uveitis jenis granulomatosa, kp sedang terjadi hampir pada semua tipe uveitis anterior akut dan kronis. kp besar biasanya tipe ’mutton fat’ dan memberikan gejala tanda seperti berminyak, terjadi pada uveitis granulomatosa. kp segar cenderung berbentuk bulat dan berwarna putih, 
nodul busacca berukuran besar dan terletak pada permukaan iris, jauh dari pupil,
 gejala tanda dari inflamasi granulomatosa yaitu nodul iris ,  nodul koeppe bentuknya kecil dan terletak pada batas pupil dan iris,  sel-sel aquous adalah sel-sel yang bermigrasi ke cairan aquous. adalah tanda inflamasi yang aktif. berat-ringannya inflamasi dapat dilihat dari ini jumlah sel. terlihat. 5-10 sel diberi
nilai +1; 11-20 sel bernilai +2; 21-50 sel bernilai +3; dan bila ada lebih dari 50 sel nilainya +4.  aqueous flare terjadi karena bocornya protein plasma ke humor aqueous melalui pembuluh darah iris yang rusak. ini bukan  indikasi adanya inflamasi aktif. flare yang samar diberi nilai +1; flare sedang yaitu dengan detil iris jelas terlihat bernilai +2; flare yang jelas dengan detil iris kabur bernilai +3; dan flare yang berat, dengan eksudat fibrin berat, bernilai +4. sinekia posterior adalah perlekatan antara permukaan anterior lensa dengan iris.  ini karena eksudat dari iris juga mengeluarkan fibrin sehingga lengket. sel-sel vitreus anterior padat  dibandingkan dengan yang ada di dalam aqueous. pada iritis, sel aqueous jauh lebih banyak dibandingkan sel-sel vitreous, sedang pada iridosiklitis, antara aqueous cell dan vitreous cell sama. 
uveitis intermedia dinamakan   pars planitis, gejala   floaters (benda apung),  penurunan  penglihatan   dipicu oleh edema makular kistik kronik, dengan tanda adanya   inflitrasi sel ke vitreous (vitritis) dengan sedikit sel pada ruang
anterior dan tidak ada lesi inflamasi fokal pada fundus, gejala  uveitis posterior yaitu  floaters dan penurunan  penglihatan. pada pasien dengan lesi di perifer maka  pandangannya sedikit kabur. pada koroiditis aktif dengan keterlibatan fovea atau makula penglihatan pusat bisa hilang. tanda-tanda kondisi ini antara lain: 
-retinitis, memicu gejala tanda retina menjadi putih berawan. garis demarkasi antara retina yang sehat dan yang mengalami inflamasi susah dibedakan
-koroiditis, dengan gejala  bercak kuning atau keabu-abuan dengan
garis demarkasi yang jelas, -lepasnya bagian posterior vitreus ,perubahan opasitas,vitreus, termasuk sel, flare, 
vaskulitis, adalah inflamasi pada pembuluh darah retina, kalau yang terkena arteriola,  dinamakan periarteritis,kalau  yang terkena vena, dinamakan periflebitis. peripheblitis lebih sering muncul  dibandingkan periarteritis, periflebitis aktif ditandai dengan adanya gejala 
seperti bulu berwarna putih yang mengelilingi pembuluh darah,
ada 3 bentuk  uveitis posterior, 
tipe geografis terjadi pada contohnya retinitis sitomegalovirus,
tipe unifokal terjadi contohnya pada toxoplasma uveitis,tipe multifokal terjadi pada contohnya histoplasmosis okular, 
komplikasi uveitis   berupa  keratopati pita atau band keratopathy (5%), sinekia posterior (40%), katarak (10%), glaukoma karena sinekia perifer anterior (7%), 
spondilitis ankilosa   adalah arthritis yang biasa terjadi, idiopatik, dan 
 berlangsung kronik, terutama melibatkan skeleton aksial,  
Molekul IgM faktor rheumatoid-nya tidak ada, namun HLA B27(+),  wujud pada mata bisa berupa iritis akut  nongranulomatosa, rekuren terjadi pada 30% pasien spondilitis ankilosa ,  sindrom reiter   terdiri dari   konjungtivitis,  artritis seronegatif  ,trias uretritis,  sindrom ini  ditambah lesi mukokutaneus dan
kadang spondilitis.  78% pasien memiliki HLA-B27(+). pemeriksaan menampakkan adanya  tanda gejala ,antaralain :  -  wujud periartikular, berupa  periostitis kalkaneal  , fasiitis plantaris, tendinitis achilles, bursitis,  yang memicu  penandukan pada calcaneus, -  wujud  ekstraartikular, berupa  ulserasi genital nonkhusus,  lesi genitouriner, keratoderma blenorrhagica, balanitis, perubahan pada kuku, lesi kardiovaskular,  wujud pada mata antara lain konjungtivitis yang terjadi  mukopurulen dan  bilateral , konjungtivitis   sembuh sendiri  dalam 8  – 15   hari dan tidak memerlukan pengobatan. kultur bakteri negatif. selain itu juga bisa terjadi iritis akut pada  pasien, dan keratitis,
Artritis Kronik Juvenilis (Juvenile Chronic Arthritis, JCA)
JCA  bersifat idiopatik dan arthritis inflamasi yang berlangsung   selama 3 bulan  ,JCA jarang terjadi   ,  JCA   terjadi pada pasien anak sebelum usia 16 tahun, 
ada 3 tipe, awitan pausiartikular, awitan  sistemik, awitan poliartikular, 
JCA awitan sistemik adalah 50 % dari seluruh masalah, pada  JCA awitan sistemik  maka  Artralgia ,uveitis atau artritis dapat  tidak ada  atau minimal, uveitis, JCA awitan poliartikular  adalah 10 % masalah. arthritis melibatkan 5 atau lebih sendi, paling sering pada lutut,  pergelangan tangan dan kaki.
wujud sistemik sedang atau tidak ada, uveitis jarang.  JCA awitan pausiartikular adalah yang terbanyak  dari masalah. arthritis melibatkan 4 atau kurang sendi, paling sering lutut, kadang jari tangan dan kaki. wujud sistemik tidak ada namun
uveitis sering terjadi terutama pada pasien anak dengan onset penyakit
dini dimana ANA (Antinuclear Antibody), HLA-DW5, dan HLADPw2(+), 
wujud pada mata adalah bilateral ,uveitis anterior, kronik, nongranulomatosa,  peluang kesembuhannya buruk karena sering kambuh.    munculnya  uveitis terbanyak  adalah pada   ANA, dan HLA-DR5  ,pasien perempuan, awitan awal, pausiartikular, 
artritis psoriatik   sifatnya idiopatik, seronegatif, kronik, tanpa nodul, artritis
erosif dimana terjadi pada 7% pasien psoriasis. pasien laki laki dan pasien perempuan sama proporsinya, prevalensinya meningkat pada HLA-B27 dan HLAB17 (-). wujud pada mata berupa konjungtivitis (20%), iritis akut, keratitis, dan sindrom Sjogren sekunder. 
Uveitis Pada Penyakit Sistemik 
noninfeksius penyakit adamantiades-behçet
penyakit adamantiades-behçet adalah gangguan multisistem idiopatik, khas  pasien laki laki muda dari jepang,mediterania timur uveitis adamantiades juga banyak ada   di  negara asia tenggara,  ini  berkaitan dengan HLA-B5,  penyakit behçet  sulit diobati,  wujudnya yaitu :  ulserasi oral yang berupa ulkus aftosa, yaitu ulkus dangkal, sakit, dengan dasar jaringan berwarna kekuningan, ulkus oral lebih sering dibandingkan ulkus genital. ulserasi genital terjadi pada 90%
 pasien laki laki. lesi kulit  berupa  ulserasi, eritema nodusum, pustula, tromboflebitis, artropati, lesi gastrointestinal, keterlibatan sistem saraf pusat, dan lesi kardiovaskular.  wujud  pasien dengan penyakit behçet adalah nongranulomatosa dan  inflamasi intraokular bilateral, rekuren,  kondisi lainnya  berupa iridosiklitis akut rekuren, yang berkaitan dengan terjadinya hipopion, 
keterlibatan segmen posterior berupa kebocoran pembuluh darah difus di sepanjang fundus,   ini  memicu edema , hiperemia diskus optikus,  edema retina   difus, edema makula kistik,  periflebitis yang terjadi memicu   neovaskularisasi retina sekunder   dan  oklusi vena  . retinitis ditandai dengan adanya  infiltrat nekrotik berwarna putih pada bagian dalam retina.  wujudnya yaitu  vitritis,
beberapa penyakit inflamasi mata  lain  yang dapat membingungkan tindakan pemeriksaan penyakit behçet, contohnya
pada uveitis anterior terkait HLA-B27 dengan hipopion. maka  pemeriksaan  dilakukan ketika ada  wujud sistemik lain berupa ulserasi oral maupun genital, 
pada penyaki behçet, bila ada  keterlibatan segmen posterior maka penderita cenderung memiliki peluang kesembuhan rendah,  penderita akan mengalami kebutaan total pada usia 50 tahun. ini akibatnya jika  komplikasi segmen posterior yang memicu atrofi papil,   penyakit  behçet  ini berkaitan dengan sistem imun, sehingga pengobatan yang paling banyak dipakai adalah dengan steroid sistemik dan obat imunosupresan khusus.diberikan   metil prednisolon dosis  20 -60 mg per hari,  diberikan  prednisolon   dosis 30 – 80 mg per hari,
Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH) adalah gangguan multisistem idiopatik, khas terjadi pada   pasien kulit berwarna dan terjadi bilateral. Di Jepang,  pasiennya  yang biasa memiliki prevalensi HLA-DR4 dan HLA–DW15 yang
tinggi. perubahan pada kulit dan rambut berupa  vitiligo (depigmentasi kulit) alopesia (kebotakan), pliosis (alis mata putih),  wujud neurologis  berupa iritasi seperti sakit kepala;inflamasi pada VKH ditangani dengan obat  steroid,  regimen berikut ini dipakai pada awal pengobatan steroid pada masalah  sedang sampai  berat, yang diturunkan perlahan-lahan seiring kondisi membaik,,
steroid topical yang dipakai contohnya prednisolone asetat 1% tiap jam,  prednisone 60 – 80 mg per oral diberikan setiap hari bersama anti histamine (H2 blocker) contohnya ranitidine 150 mg 2 kali sehari,  ditambah   sikloplegia topikal. pengobatan   diberikan untuk gangguan neurologik khusus contohnya imunosupresan  koma kejang, bila pasien tidak  mentoleransi steroid sistemik,
sindroma VKH memiliki peluang kesembuhan lebih baik dibandingkan penyakit
behçet’s walaupun ada komplikasi berupa glaukoma ,katarak, edema retina,
ensefalopati  dapat memicu limfositosis cairan serebrospinal, yang terjadi  selama fase akut dari penyakit, konvulsi, kelumpuhan , paresis nervus kranialis; gejala auditori, termasuk tinnitus, vertigo, ketulian,    wujud pada mata berupa  granulomatosa kronik  dan  iridosiklitis  yang adalah satu-satunya kelainan  segmen anterior ,  ini sering memicu katarak, sinekia posterior, glaukoma sekunder,  keterlibatan segmen posterior  dimulai dengan koroiditis multifokal yang  berkaitan dengan  edema diskus optikus  atau  hiperemia ,   kemudian diikuti oleh ablasi multifokal retina pada kutub posterior,
oftalmia simpatika adalah panuveitis granulomatosa bilateral yang jarang terjadi.  terjadi karena trauma tembus mata atau sesudah operasi intraokular. contohnya pada operasi katarak, ada kecelakan terjepitnya jaringan uvea pada saat penjahitan. mata yang mengalami trauma ini dinamakan exciting eye,
 kemudian 2 minggu sesudahnya mata yang lain juga ikut mengalami uveitis. mata yang satunya ini dinamakan sympathizing eye. wujud kliniknya tergantung pada segmen mata yang terlibat. 
 contoh pasien yang  kedua mata terasa sakit, penglihatan kabur, merah, silau,
nrocos, kelopak mata sukar dibuka (blefarospasmus).  penderita ini menjalani operasi katarak pada mata kanan ,kemudian dilanjutkan dengan iridektomi 1 minggu  sesudahnya. hasil pemeriksaan menampakkan visus mata kanan 1/5  dengan persepsi sinar baik, injeksi perikornea ringan,  keratic
precipitates besar-besar (mutton fat), bilik mata dengan flare (+), keratic precipitates besar-besar (mutton fat), bilik mata dengan flare (+), tekanan bola mata normal, fundus tidak dapat dinilai.  sel (+++), sinekia posterior menyeluruh, iris edema, oklusio pupil, visus mata kiri 1/5 dengan persepsi sinar baik, injeksi perikornea ringan,  sel (++), sinekia posterior menyeluruh, iris edema, pupil mencong ke nasal, tekanan bola mata normal, dan fundus tidak dapat dinilai.
oftalmia simpatika terutama dipicu oleh trauma tembus bola mata (55%), sedang 15% lainnya terjadi pada sesudah  bedah yang membuka bola mata, 10% dipicu oleh trauma yang lain, faktor risiko yang berpengaruh terhadap munculnya oftalmia simpatika adalah adanya  retensi debu di dalam bola mata,  jaringan uvea dan kapsul lensa yang terjepit luka, uveítis yang rekurensi pada exciting eye, dan badan silier yang ikut terkena trauma.  bila inflamasi yang terjadi menjadi semakin parah dan kronis, kedua mata akan menampakkan adanya nodul-nodul koeppe dan presipitat keratik (KP) dengan bentuk mutton fat. bila inflamasi awalnya terjadi pada badan siliar, gejala tanda klinis paling awal yang terjadi pada sympathizing eye
adalah adanya sel-sel pada ruang retrolental (belakang lensa).bila tidak segera
dipengobatan dengan midriatikum, dapat muncul sinekia posterior. di segmen posterior perubahan yang terjadi adalah bintik-bintik noda kecil, dalam berwarna putih kekuningan, sama seperti nodul dalen fuchs; yang letaknya tersebar di kedua fundus. bahwa oftalmia simpatika adalah proses infeksi  dan reaksi hipersensitivitas. hipersensitivitas atau reaksi imun terhadap pigmen  uvea.
penanganan oftalmia simpatika  dengan  pemberian pengobatan steroid maupun pengobatan agen immunosupresif. steroid topical yang dipakai adalah prednisolon asetat 1% tiap 1 hingga 2 jam, kemudian injeksi periokular berupa dexamethasone sub konjungtiva 4 – 5 mg dalam 0,5 ml 2 – 3 kali per minggu. prednison per oral 60 – 80 mg diberikan setiap hari bersama anti h2 yaitu ranitidine 150 mg per oral 2 kali sehari. pengobatan imunosupresan  dipakai jika parah yang resisten terhadap steroid, contohnya dengan siklosporin
klorambusil, siklofosfamid ,  penanganan  operatif dengan enukleasi dalam 2 minggu sesudah terjadinya trauma pada exciting eye akan mencegah terjadinya oftalmia simpatika ,
pengobatan pada uveitis  untuk mencegah komplikasi mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami pasien,  pengobatan uveitis  dibagi menjadi 4 :  siklosporin  immunosupresan,siklosporin,obat-obatan sitotoksik,  midriatikum,  steroid, 
 pasien yang menderita uveitis akibat infeksi, diberi pengobatan antimikrobial atau antivirus , 4 kelompok obat-obatan  pada uveitis.  pemberian midriatikum adalah untuk mengurangi spasme m. ciliaris dan m. sphincter pupillae yang terjadi pada uveitis anterior akut.  dilakukan dengan pemberian atropin.  atropin tidak dipakai lebih dari 1 – 2 minggu. bila inflamasi sudah mulai reda dapat diganti dengan midriatikum , seperti siklopentolat  atau  tropikamid , midriatikum  mencegah terjadinya sinekia posterior, dengan memakai midratikum  singkat  untuk melepaskan sinekia yang telah terjadi,  midriatikum topikal (atropin, fenilefrin) atau injeksi subkonjungtiva midrikain (prokain,adrenalin, atropin,),   steroid topikal diberikan hanya untuk uveitis anterior, karena dengan cara ini obat tidak dapat mencapai konsentrasi yang cukup
untuk jaringan di belakang lensa. steroid yang dipakai adalah yang kuat, seperti prednisolon,deksametason, betametason, ,
komplikasi  akibat  steroid  topikal yaitu  berupa katarak subkapsular posterior, komplikasi pada kornea, glaukoma, steroid  diberikan dengan cara injeksi periokular. dengan cara ini konjungtiva  bisa dianestesi terlebih dahulu. cara ini ada 2 macam, yaitu: injeksi posterior sub-tenon, yang dipakai untuk uveitis intermedia atau sebagai alternatif dari pengobatan sistemik pada uveitis posterior. dan   injeksi anterior subtenon, yang dipakai untuk uveitis anterior yang parah atau yang resisten; 
pengobatan sistemik untuk uveítis  dengan  cara  pemberian injeksi hormon  adrenokortikotropik (ACTH) untuk  pasien yang intoleran  pengobatan oral. 
 tablet salut enterik (2,5 mg)  atau prednison 5 mg  untuk pasien  ulkus gastrik. 
pada uveitis posterior seperti penyakit behçet,  dipakai klorambusil, walaupun azatriopin dan siklosporin juga bisa. oftalmia simpatika adalah dengan    obat-obatan sitotoksik karena  dapat dikendalikan dengan pengobatan steroid yang kuat. agen sitotoksik yang dipakai  siklofosfamid, klorambusil ,pada uveitis intermedia dipakai  siklofosfamid, azatioprin, klorambusil,  untuk uveitis yang
resisten terhadap steroid atau  sitotoksik maka diberikan siklosporin
 komplikasi yaitu  nefrotoksisitas ,hipertensi .


foto endoftalmitis post operative akut


foto endoftalmitis post operative


foto endoftalmitis propioni bakteri acnes

endoftalmitis biasanya dikaitkan dengan inflamasi bola mata yang melibatkan koroid maupun retina ,melibatkan vitreus dan segmen depan,  endoftalmitis dibagi menjadi dua bentuk yaitu infeksi dan noninfeksi. yang sering yaitu
endoftalmitis infeksi, yang  terjadi secara eksogen maupun endogen. endoftalmitis non-infeksi dinamakan  endoftalmitis steril, disebakan oleh stimulus non-infeksi contohnya sisa masa lensa sesudah operasi katarak atau bahan toksik yang masuk ke dalam bola mata  karena trauma.   endoftalmitis, sering ditambah vitritispenurunan  penglihatan, hipopion,  nyeri , hiperemia maupun kemosis konjungtiva, edema kelopak mata dan kornea,
endoftalmitis infeksi  sering terjadi secara eksogen, yaitu endoftalmitis infeksi sesudah  operasi.  endoftalmitis sesudah  bedah katarak , penetrating keratoplasty (keratoplasti tembus), vitrektomi pars plana ,endoftalmitis sesudah  operasi adalah akibat dari masuknya bakteri  mikroba nocardia,propionibacterium acne, staphylococcus, corynebacterium sp., actinomyces, pada saat operasi
endoftalmitis infeksi sesudah  operasi dapat akut bila endoftalmitis terjadi dalam  waktu kurang dari 2 minggu sesudah  operasi. pada  endoftalmitis infeksi akut sesudah  operasi, pemeriksaan kultur bakteri  menemukan adanya stafilokokus epidermidis. namun bila pada kultur tidak membuktikan adanya bakteri apapun, inflamasi diasumsikan karena faktor iritatif atau agen infeksius lain, kejadian kronik bila endoftalmitis terjadi dalam kurun waktu lebih dari 4 minggu sesudah operasi dan bahkan dapat juga beberapa bulan dan beberapa tahun sesudah operasi.  endoftalmitis endogen secara endogen, endoftalmitis dapat terjadi melalui penyebaran bakteri lewat aliran darah atau jamur saat septikemia. sumber infeksi  berasal dari organ yang jauh contohnya  osteomielitis,meningitis,.endokarditis, gangguan gastrointestinal, pielonefritis, 
risiko terjadinya endoftalmitis endogen meningkat pada pasien dengan pemakaian kateter jangka lama, infeksi kronis, pemakaian obat-obatan
intravena, diabetes atau gagal ginjal kronis, gangguan sistem imun, endoftalmitis endogen ditandai dengan onset akut ,nyeri, penurunan tajam penglihatan, hipopion,  vitritis,
pemicunya   adalah streptokokus yang berasal dari infeksi endokardium (endokarditis), haemophylus influenza,  escherescia coli,stafilokokus aureus dari infeksi kulit, basilus pada pemakaian obat-obat intravena, neisseria
meningitidis,  pemeriksaan dan pengobatan endoftalmits  berdasar ada tidaknya  organisme pemicu. pada  endoftalmitis dengan jenis bakteri pemicu yang belum diketahui, pengobatan dengan  memakai antibiotik berspektrum
luas. antibiotik dapat diberikan secara intraokular , intravena,topikal, subkonjungtiva,untuk pemeriksaan jenis bakteri pemicu, dilakukan
pemeriksaan gram ataupun kultur dari cairan akuos maupun vitreus.
pada saat pengambilan cairan akuos maupun vitreus,  diikuti oleh injeksi antibiotik intravitreal , intrakameral ,
injeksi intrakameral dan pengambilan cairan akuos  dilakukan dengan jarum suntik nomor 30 atau  27 ,pertama kali dilakukan anestesi lokal dengan pantokain topikal, kemudian margo palpebrandibersihkan dengan cotton bud yang mengandung 10% povidon iodine. sesudah itu lapangan operasi dibersihkan dengan povidone iodine yang telah diencerkan dengan pengenceran 10:90, 10% povidon iodine dan 0,9% NaCl. sesudah dibersihkan, dilakukan anestesi lokal dengan injeksi subkonjungtica atau peribulbar dan
mata difiksasi dengan forsep konjungtiva. jarum nomor 30 atau  27 , dengan syringe 1 ml kemudian disuntikkan ke dalam bilik mata depan melalui kornea perifer. sebanyak 0,1 – 0,2 ml cairan akuos diaspirasi dan diteteskan ke atas kaca obyek, agar darah, dan ke dalam dasar tabung thioglycollate atau agar sabouraud. sesudah itu, antibiotik diinjeksikan perlahan ke dalam bilik mata depan dengan bevel jarum mengarah ke atas.  pengambilan cairan vitreus dan injeksi intravitreal dilakukan dengan jarum suntik nomor 23. pertama kali dilakukan anestesi lokal dengan pantokain topikal, kemudian margo palpebra
dibersihkan dengan cotton bud yang mengandung 10% povidon iodine. sesudah itu  operasi dibersihkan dengan povidone iodine yang telah diencerkan dengan pengenceran 10:90, 10% povidon iodine dan 0,9% NaCl. sesudah dibersihkan, dilakukan insisi konjungtiva pada kuadran ínfero atau superotemporal 2,5 mm dari limbus, kauter sklera pada lokasi yang akan dilakukan sklerotomi, dan dilakukan penjahitan preplaced dengan 8,0 vicryl atau 10,0nylon. fiksasi bola mata dengan forsep dan ditusukkan jarum nomor
23 dengan siringe 1 ml pada sklera yang sudah sipasang jahitan preplaced. sebanyak 0,1 – 0,2 ml cairan vitreus diaspirasi dan diteteskan ke atas kaca obyek, agar darah, dan ke dalam dasar tabung thioglycollate atau agar sabouraud. sesudah itu, antibiotik diinjeksikan perlahan ke dalam bilik mata depan dengan bevel jarum mengarah ke atas dan jahitan preplaced dikencangkan. 

 Tabel  Pembuatan régimen antibiotik intrakameral/ intravitreal
Jenis antibiotik
Campuran
Ceftazidim/ cefazolin 2,25 mg 500 mg ceftazidim/ cefazolin + 5
ml akuades atau NaCl  --->0,45 ml
larutan ini + 1,55 ml akuade
atau NaCl   --->    0,1 ml = 2,25 mg
ceftazidim/ cefazolin
Gentamisin/ tobramisin 0,2 mg 0,2 ml dari 80 mg/ 2 ml
gentamisin/ tobramisin + 3,8 ml
NaC --> 0,1 ml = 0,2 mg
gentamisin/ tobramisin
Vancomisin 1 mg 500 mg vancomisin + 5 ml
akuades atau NaCl  ---> 0,2 ml
larutan ini + 1,8 ml NaCl    --->  0,1
ml = 1 mg vancomisin

endoftalmitis yang dipicu oleh bakteri dan  jamur sulit dibedakan dengan inflamasi bola mata lain. pada kondisi sesudah  operasi besar, sering ada inflamasi berat tanpa adanya endoftalmitis. oleh karena itu, kultur maupun pemeriksaan pemicu endoftalmitis perlu dilakukan agar tidak  terjadi kekeliruan pemeriksaan. 


OFTALMOLOGI SOSIAL

 karena mata tersusun dari  berbagai macam jaringan maka mata  rentan
penyakit genetik, baik penyakit genetik yang .hanya mengenai mata saja atau  bagian dari suatu sindrom genetik, baik sindroma penyakit kromosom atau gen ,
berdasar  genetik penyakit  dapat diklasifikasikan sebagai penyakit yang dipicu oleh faktor  lingkungan, genetik, atau gabungan sebagai penyakit polifaktorial atau  penyakit  multifaktorial, 
penyakit genetik  dibagi menjadi penyakit kromosom dan gen , penyakit gen  dibagi  menjadi penyakit poligenik dan penyakit monogenik (penyakit mendel) 
 penyakit monogenik dipicu oleh satu atau sepasang gen mutan,
 penyakit poligenik dipicu oleh lebih dari sepasang gen mutan, 
penyakit genetik dinamakan multifaktorial atau  polifaktorial ,
bila dipicu oleh lebih dari sepasang gen bersama faktor lingkungan,
pewarisan penyakit monogenik yaitu  resesif
terangkai x,  paling banyakt autosom,paling banyakt terangkai x, 
resesif autosom, 
 hanya  beberapa penyakit yang mungkin diwariskan  paling banyak terangkai x  ,
penyakit kromosom  digolongkan menjadi penyakit autosom
dan penyakit kromosom kelamin (gonosom), yang masing-masing
bisa berupa  kelainan struktur kromosom,  kelainan jumlah kromosom 
penyakit paling banyak autosom memiliki ciri-ciri  masing masing pasien homozigot mutan akan menderita sakit yang berat, penderita hanya memerlukan  satu gen mutan, .masing masing pasien sakit  mempunyai orangtua sakit, masing masing pasien sehat bebas dari gen mutan, 
penyakit resesif autosom memiliki ciri-ciri ,yaitu : 
frekuensi penyakit ini meningkat  adanya perkawinan keluarga (inbreeding, consanguineous marriage),  masing masing pasien sakit adalah homozigot mutan, kedua orang tua penderita adalah heterozigot sehat, (iii) masing masing pasien heterozigot adalah.sehat,
 cirri-ciri pewarisan terangkai X resesif yaitu: 
penyakit pada pasien anak laki-laki paling sering diwariskan oleh ibu
heterozigot,  gen mutan diwariskan dari seorang bapak ke semua pasien anak
pasien perempuan, baru kemudian diwariskan ke cucu laki-laki,  pasien perempuan heterozigot adalah normal, 
 faktor genetik adalah faktor yang  ikut.berperan dalam kejadian suatu penyakit,
yaitu :     - contoh uji asosiasi antara suatu penyakit dengan marker tertentu contohnya antigen HLA tertentu,  - contoh uji hubungan antara aberasi kromosom dengan  kliniknya,  - contoh uji pasien anak kembar identik yang diasuh terpisah,  .-  contoh uji silsilah keluarga, -  contoh uji frekuensi suatu penyakit tertentu pada keluarga penderita penyakit yang sama, .- contoh uji pasien anak kembar identi (monozigot) lawan kembar nonidentik (dizigot),  
kelainan kromosom , gen-gen pemicu penyakit telah banyak ada dan  dilaporkan dalam
human gene mapping (HGM),penyakit tadi telah diberi kode dan disusun dalam suatu katalog Mendelian Inheritance in Man (MIM) yang disusun oleh McKusick sehingga buku MIM ini  dikenal sebagai Katalog McKusick. Tiap penyakit diberi nomor yang terdiri dari 6 angka,  Penyakit-penyakit paling banyak autosom ditandai dengan angka 1 pada digit pertama, penyakit-penyakit resesif autosom ditandai dengan angka 2 pada digit pertama, dan penyakit
terangkai X resesif diberi angka 3 pada digit pertama.  Contoh:
penyakit mata dengan MIM-nya adalah: 
MIM 180100 : retinitis pigmentosa 1 (RP 1)
MIM 203100 : albino okulokutaneus
MIM 312612 : retinitis pigmentosa 6 (RP 6)
Kelainan Bola Mata
Kelainan bola mata  berupa buftalmos,mikroftalmos, kripoftalmos
dan anoftalmos, 
Anoftalmos adalah tidak terbentuknya bola mata,  ini dipicu karena kegagalan
vesikula optika primitif untuk berkembang atau degenerasi vesikula
optika primitif yang telah terbentuk. Kelainan ini ditambah  kelainan otak,
Mikroftalmos adalah mata dengan ukuran kecil.  dua macam mikroftalmos, yaitu   mikroftalmos yang ditambah lesi lain  dan  mikoftalmos murni yang ditandai bola mata kecil namun strukturnya normal, 
buftalmos adalah bola mata yang besar karena pembesaran kornea akibat glaukoma kongenital, kornea sendiri mengalami pengkabutan menyeluruh ditambah kenaikan tekanan intraokular, pewarisan buftalmos  secara resesif autosom,buftalmos ditandai oleh pembesaran kornea, kamera anterior yang sangat dalam, ruptur membran descemet, 
Mikroftalmos murni memiliki besar bola mata 2/3 ukuran mata normal,  Mata
ini  mengalami hipermetrop tinggi, Pewarisannya belum jelas, ada yang diwariskan secara autosom  dan resesif autosom ,  Mikroftalmos  ditambah kelainan lain yaitu   miopia, katarak kongenital, ektopia lentis, fibroplasia retrolental, Pewarisan mikroftalmos jenis ini belum jelas. Mikroftalmos
jenis ini  terdapat pada trisomi 13 atau sindrom Patau yang
adalah penyakit kromosom. Kriptoftalmos tidak tampaknya bola mata karena kedua kelopak menutup dan bola mata tersembunyi di belakangnya,
Penyakit-penyakit kornea yang diwariskan ,antaralain: 
kelainan-kelainan kornea yang merupakan sindroma tertentu,
distrofi kornea,  kelainan ketebalan kornea,  kelainan ukuran kornea, 
Distrofi kornea adalah kekeruhan kornea noninflamasi bilateral dan diwariskan. Distrofi kornea memperlihatkan bermacam-macam bentuk dan ukuran, masing-masing mengenai lapisan tertentu, bisa  progresif atau menetap , gangguan penglihatan yang diakibatkan bisa sangat ringan, atau  sangat berat,  Distrofi kornea dapat mengalami erosi memberikan fotofobi memicu neovaskularisasi,dan rasa sakit, 
distrogi kornea hanya bisa diterangkan dengan menggambar bentuk wujud kelainan kekeruhannya berdasar penemuan biomikroskopi ,pemeriksaan distrofi kornea  sulit karena  sulit dilakukan pemotretan  sangat beraneka ragam, , distrofi kornea ini frekuensinya  tinggi, ada  kekaburan, silau, sedang
mata tidak mengalami peradangan, maka mungkin  ada 
distrofi kornea. Kebanyakan distrofi kornea diwariskan  secara autosom dan hanya sedikit   yang diwariskan secara resesif autosom,
Distrofi kornea  dibagi menjadi 3 bentuk yaitu
-Distrofi kornea yang mengenai membran limitans posterior yaitu yang mengenai endotel  dan membran Descemet.
 - Distrofi kornea yang mengenai membran limitans anterior, yaitu yang mengenai epitelium dan membran Bowman,
- Distrofi kornea yang mengenai stroma,
Keratoglobus adalah penipisan seluruh kornea dengan ketebalan kornea hanya 20% dari ketebalan normalnya. Keratoglobus  jarang terjadi yaitu  bagian
dari sindrom kornea rapuh yang terdiri atas  sklera biru ,keratoglobus,
kornea rapuh,  Pewarisan kornea rapuh adalah resesif autosom dan sebagian kecil resesif terangkai X,
Keratokonus adalah kornea yang berbentuk kerucut (konus) karena
penipisan dan pembuduran (penonjolan konus) kornea. Pigmen hemosiderin tampak pada dasar konus terletak pada lapisan epitel sebelah dalam yang membentuk cincin Fleischer. Pada
apeksnya kornea hanya setebal separuh sampai 1/5 ketebalan kornea normal. 
Membrana Bowman mengalami ruptur dan terbentuk jaringan parut sedang stria-stria terjadi pada membran Descemet. 
Pewarisan keratokonus adalah multifaktorial yaitu  perpaduan antara faktor lingkungan  dan genetik , 
kelainan ukuran kornea  yaitu mikrokornea   dan megalokornea ,
mikrokornea adalah kornea yang kecil dengan diameter kurang
dari 11 mm. dapat terjadi secara sporadis namun sebagian
diwariskan secara  autosom, ini kadang- ditambah katarak,
megalokornea adalah pembesaran garis tengah kornea melebihi 13 mm, tanpa adanya glaukoma infantil, bersifat bilateral, subluksasi lensa dengan iridodonesis dan katarak,megalokornea   ada pada sindrom marfan dan pada bentuk distrofi kornea tertentu. pewarisan megalokornea terisolasi terbanyak adalah resesif terangkai x  kadang   autosom atau resesif autosom,
ada  pembesaran kornea , terjadi penambahan kedalaman kamera anterior,  ditambah atrofi stroma iris dan miosis, 
kelainan kornea sebagai bagian dari sindrom tertentu , banyak sindrom klinik yang  melibatkan kelainan kornea. satu bentuk mukopolisakaridosis (mps) karena adanya gangguan metabolisme mukopolisakarida, akan terjadi timbunan
nukopolisakarid di kornea sehingga terjadi kekeruhan. kekeruhan ini
 muncul awal pada mps 1 atau sindrom hurler.sindrom hurler ini diwariskan secara resesif autosom. 
kelainan iris, yaitu: uveitis anterior, penyakit behçet,  warna iris,anomali peter, anomali axenfeld,anomali rieger,  aniridia, koloboma iris,  heterokromia iris pada sindrom wardenburg,  anomali rieger, 
aniridia adalah ketiadaan iris, namun pada gonoskopi pada kebanyakan masalah  dapat diperlihatkan adanya puntung iris rudimenter.  ada aniridia yang  bagian dari asosiasi aniridi tumor wilm yang adalah sindrom delesi lengan p kromosom nomor 11 atau 11p. ada keanekaragaman  aniridia pada masalah-masalah yang berbeda. puntung iris kadang  melekat pada permukaan belakang kornea sehingga  memicu glaukoma,sifatnya bilateral dan simetris. 
banyak  pewarisan aniridia  sebagian diwariskan secara autosom, 
koloboma iris dan koroid (uvea) adalah adanya kekurangan atau gangguan pertumbuhan uvea karena gangguan penutupan celah embrionik koroid. 
koloboma iris hanya mengenai iris sehingga iris berbentuk buah pir dengan puncak ke nasal bawah dari arah pupil ke koroid,gangguan ini terjadi  pada bagian bawah mata,pewarisan koloboma ini adalah paling banyak autosom dengan ekspresivitas yang berbeda-beda, koloboma ini  ditambah retina dan koloboma khoroid  yang adalah perluasan ke belakang,
heterokromiaheterokromia iris adalah adanya warna iris yang berbeda pada
kedua mata yang  berupa hipokromia pada satu mata sedang pada mata yang lain normal. atau bisa juga pada iris yang sama terdapat bagian yang mengalami hipokromia sedang pada bagian yang lain normal.
 heterokromia iris ada  pada sindrom waardenburg. sindroma ini ditandai dengan  adanya sinofris alis bersatu di atas akar hidung,  telekantus, akar hidung besar dan menonjol, ketulian bilateral,  poliosis rambut dahi,
heterokromia iris total atau parsial, pewarisan sindrom waardenburg yaitu autosom,
anomali rieger yaitu   cincin schwalbe yang mencolok dengan jerat-jerat iris yang meluas dari cincin schwalbe dan hiperplasi stroma, kelainan ini diwariskan secara  autosom  dengan  ekspresivitas yang beraneka ragam ,penetransi 95% kalau kelainan ini ditambah dengan hipoplasi maksila, akar hidung yang besar dan rendah,  anodonsia atau mikrodonsia  maka kelainan ini dinamakan sindrom rieger. 
anomali axenfeld dengan gejala tanda  adanya  jerat-jerat iris yang meluas
melintasi sudut iridokornea untuk berinsersi di cincin schwalbe yang
menonjol.  muncul glaukoma sehingga dinamakan sindrom axenfeld,  adalah bagian dari berbagai sindrom sehingga pewarisannya tergantung pewarisan sindromnya. 
anomali peters  memperlihatkan leukoma  dan  defek kornea posterior
 dengan perlekatan iris pada tepi leukoma. anomali peters ini diwariskan secara resesif autosom,kadang  terdapat aposisi lensa terhadap leukoma. terjadinya sinekia anterior perifer, lensa yang berpindah ke depan ini akan memicu dangkalnya kamera anterior, sehingga memicu
glaukoma. kelainan sistemik yang menyertai  berupa kelainan displasia
kraniofasial,  kelainan tulang, kelainan jantung kongenital, sumbing bibir dan palatum, 
faktor genetik  warna iris    sangat kuat untuk mewariskan warna iris, namun pewarisannya tidak sederhana sebab  bersifat polifaktorial,kelainan warna iris dapat terjadi pada  albino okular dan albino okulokutaneus pada albino okulokutaneus tidak terbentuk pigmen,  pada rambut,mata, kulit  pada  albino okulokutaneus atau okular, pasien akan mengalami gangguan visus, silau dan nistagmus. pewarisan albinokutaneus adalah resesifnautosom sedang albino okular diwariskan secara resesif terangkai x.  pada albino okular, albino hanya terjadi pada mata, sedang kulit, rambut normal, atau hanya terdapat gangguan ringan. warna iris  dengan warna gelap bersifat paling banyak terhadap warna cerah.   warna iris  abu-abu paling banyak terhadap warna biru dan warna cokelat bersifat paling banyak terhadap warna abu-abu,  kedua orang tua  yang  memiliki  warna   iris abu-abu  memiliki pasien anak dengan iris biru atau abu-abu, kedua orang tua yang  memiliki  warna iris . cokelat memiliki pasien anak dengan iris biru, iris abu-abu atau cokelat, kedua orang tua yang  memiliki  warna iris biru hanya akan melahirkan pasien anak dengan warna  iris biru,
Uveitis anterior  menampakkan asosiasi dengan antigen HLA-B27, sehingga faktor genetik berperan pada kejadian uveitis anterior.  adanya antigen HLA-B27 pada pasien  meningkatkan risiko mengalami  uveitis anterior 10.
kali lipat dibanding orang tanpa HLA-B27.  ini  tampak pada uveitis anterior yang kumat-kumatan yang ditambah dengan spondilitis ankilosa,
Penyakit Behçet ditandai dengan  ulserasi genitalia,  trias iritis, stomatitis, 
Adanya asosiasi penyakit Behçet dengan antigen HLA-B5 menampakkan
bahwa faktor genetik sangat berperan pada penyakit ini,
  kelainan mata yang lain adalah vaskulitis retinae dan oklusi vasa retina, uveitis posterior, neuritis optik dan neuroretinitis, dan  katarak. 
kelainan lensa yang  diwariskan yaitu :  katarak infantil,katarak juvenil, ektopia lentis,mikrosferofakia,katarak ,kongenital terisolasi,  katarak kongenital yang adalah bagian sindrom, 
morfologi katarak kongenital  berupa: katarak zonularis,katarak totalis,katarak polaris anterios,  katarak ,polaris posterior,
katarak kongenital tersisolasi yaitu  bukan  bagian dari sindrom yang lebih luas, kadang  ditambah dengan ambliopia,nistagmus, mikroftalmus,  
katarak kongenital jenis ini sebagian besar diwariskan secara
 autosom, sebagian kecil secara resesif terangkai x dan  resesif autosom ,
katarak kongenital  adalah bagian suatu  sindrom,  banyak sindrom genetik  yang ditambah katarak kongenital sebagai salah satu tanda sindrom tadi, pewarisannya dengan  mengikuti pewarisan sindromnya masing-masing,
contohnya pada sindrom marfan, sindrom marinesco-sjögren, trisomi
13, dan trisomi 21. sindrom marfan diwariskan  paling banyak
autosom, sindrom marinesco, sjögren secara resesif autosom,
sedang trisomi 13 dan 21 adalah penyakit kromosom.
katarak infantil adalah galaktosemia, yang dipicu oleh gangguan metabolisme galaktosa akibat ketidak adanya  enzim galaktokinase. Katarak ini baru terjadi sesudah kelainan biokimia berlangsung beberapa saat sehingga kata katarak infantil lebih tepat dibanding nama katarak kongenital. Pada galaktosemia,
kataraknya hanyalah adalah bagian dari penyakit galaktosemia
yang berupa retardasi mental, motorik, katarak infantil, gangguan nutrisi, , hepatosplenomegali, dan sirosis hati. Penyakit ini.diwariskan secara resesif autosom,
Katarak juvenil adalah katarak yang  jarang. adalah bentuk katarak kongenital dengan wujud yang agak lambat. Katarak juvenil diwariskan secara autosom. 
Ektopia lentis adalah keberadaan lensa di luar lokasi yang semestinya.  berwujud  subluksasi lensa sebagai contoh adalah yang terjadi pada sindrom
Marfan. Sindrom Marfan ditandai oleh gangguan mata,tulang,kardiovaskular,
wujud pada mata adalah ektopia lentis yang  berpindah ke atas dan lebih sering ke arah miopia,superotemporal, pemanjangan zonula, Pewarisan
sindrom Marfan adalah autosom,
Ektopia lentis juga terjadi pada homosistinuria, yang adalah penyakit akibat kekurangan enzim sintetase sistationin beta. Penyakit ini  seperti sindrom Marfan, yaitu dengan tubuh yang tinggi dengan ketidaknormalan  perbandingan panjang anggota dibagi panjang badan, kelainan tulang ,kifoskoliosis, sendi-sendi lentur ,dampak  pada mata yaitu  ektopia lentis yang kebanyakan lensa jatuh ke bawah. Pewarisan homosistinuria adalah resesif autosom. 
Mikrosferofakia yaitu lensa berukuran kecil  berbentuk bulat. Lensa ini  ada pada sindrom Weill-Marchesani, Pada sindrom Weill-Marchesani pasein dengan ciri  mikrosferofaki ,bertubuh pendek, dada lebar  pendek, jari-jari besar dan pendek dengan sendi yang kaku, Pewarisan penyakit ini adalah resesif autosom.
Banyak penyakit retina yang diwariskan,  Beberapa penyakit retina seperti tumor ganas.retinoblastoma,,distrofi makula, distrofi konus, buta warna, retinitis pigmentosa,  Distrofi heredomakula atau distrofi makula yang diwariskan adalah kelainan makula yang diwariskan dan tampak adanya perubahan makula,  
Penyakit Stargardt  mengenai makula yang ditandai oleh  bercak-bercak ekstramakular yang berwarna kuning,perubahan pigmentasi yang berbentuk cincin yang ditambah dengan depigmentasi dan atrofi epitel pigmen retina, 
bersifat  bilateral dan simetris. Gejalanya  ada  pada usia 6 – 12 tahun,  Terjadi penurunan visus dan skotoma pusat, Pewarisan penyakit Stargardt adalah resesif autosom,
penyakit best atau distrofi makula viteliformis best bersifat
kongenital bilateral mengenai makula. penyakit ini ditandai dengan
adanya kista kekuningan dengan visus mula-mula baik ,  namun
penyakit ini kemudian progresif sehingga memicu penurunan
visus. lesi ini muncul satu minggu sesudah lahir ,  lesi makula  mulai tampak pada usia 3 sampai 15 tahun. pewarisan penyakit ini adalah  autosom,
etnamun dengan ekspresivitas yang beraneka ragam,
distrofi konus dan distrofi basilus-konus
banyak bentuk distrofi basilus-konus dan distrofi konus , penyakit ini ditandai dengan hilangnya konus sehingga terjadi buta warna  gangguan visus , distrofi basilus konus ditandai dengan adanya  penyempitan jangkauan  pandangan  gangguan visus, buta warna, penyakit ini menampakkan keanekaragaman  pewarisan  autosom, resesif terangkai x, resesif autosom, 
untuk memiliki persepsi penglihatan warna yang normal, retina pasien  dilengkapi 3  konus yang masing-masing mengandung salah satu reseptor biru  merah  atau  hijau , 
berdasar panjang gelombang yang dapat diserapnya, Gelombang
dengan panjang gelombang yang lain tetap akan mempengaruhi
reseptor tadi secara proporsional sehingga memberikan kesan
warna yang lain . maka pasien  bisa membedakan macam  macam warna. 
penglihatan normal dinamakan penglihatan trikromat,  bila satu atau lebih reseptor (konus) tidak bekerja dinamakan anopia,bila salah satu atau lebih reseptor (konus) lemah dinamakan anomali,   kelemahan konus biru dinamakan tritanomali, kelemahan konus merah dinamakan protanomali (kelemahan merah), kelemahan konus hijau dinamakan deuteranomali,
 masing-masing reseptor tidak bisa bekerja  dinamakanbuta warna biru (tritanopia) , buta warna merah (protanopia), buta warna hijau (deuteranopia) karena gen untuk reseptor merah dan hijau berdekatan letaknya pada ujung lengan  pangang (lengan q) pada kromosom x maka kedua buta buta warna ini terjadi bersama-sama, buta warna biru frekuensinya sangat kecil dan diwariskan secara resesif autosom. gen untuk buta warna biru terletak pada kromosom nomor 7. karena buta warna biru diwariskan secara resesif autosom maka frekuensinya adalah sama antara perempuan  dan laki-laki ,
frekuensi buta warna merah dan hijau bersama-sama sebesar  8 % diantara laki-laki sedang pada pasien perempuan hanya 0,4 % dalam populasi, yang adalah kuadrat dari frekuensi pada laki-laki,
Buta warna merah dan hijau masing-masing diwariskoan
secara resesif terangkai x. maka frekuensi ini pada laki aki jauh lebih tinggi dibandingkan frekuensinya pada pasien perempuan.
retinitis pigmentosa yaitu  bagian dari sindrom kompleks contohnya pada sindrom laurence-moon-bardet-biedl dan  sindrom usher   pewarisannya sesuai dengan pewarisan kedua sindrom itu,
retinitis pigmentosa adalah penyakit herediter progresif retina difus dan  mengenai  epitel pigmen retina  dan  fungsi fotoreseptor ,  penyakit ini
bersifat simetris bilateral , kelainan pada mata pada retinitis pigmentosa yang lanjut adalah suatu trias gejala-tanda khas yaitu adanya pigmen yang tersebar dan berbentuk korpuskulus tulang, penyempitan pembuluh darah, dengan diskus optikus yang pucat seperti lilin. gejalanya adalah gangguan visus,rabun senja, penyempitan lapang pandangan, retinitis pigmentosa dapat berdiri sendiri dan bentuknya bisa  bermacam-macam dengan cara pewarisan yang bermacam-macam,bentuknya  berupa  bentuk sektoral,  bentuk inversa,bentuk  retinitis pigmentosa sinepigmento, bentuk kumpigmento, pada tahap  akhir retinitis pigmentosa hanya menyisakan penglihatan pusat yang sangat sempit , 
pewarisannya   paling banyak resesif terangkai x,autosom, resesif autosom, tidak semua retinitis pigmentosa diwariskan, 
untuk yang diwariskan, bentuk resesif autosom memberikan gejala paling berat, disusul bentuk terangkai x resesif dan yang paling ringan adalah yang diwariskan secara paling banyak autosom. 
retinoblastoma adalah keganasan mata ,sebagian retinoblastoma diwariskan
dan sebagian tidak diwariskan. retinoblastoma yang diwariskan
dipicu oleh mutasi sel benih (germinal mutation),  50 % retinoblastoma adalah diwariskan dan pewarisannya secara   autosom dengan penetransi yang tinggi.
 retinoblastoma yang diwariskan  bersifat bilateral dengan tumor yang
multipel yaitu sebanyak 80%; sedang 10 % retinoblastoma yang diwariskan ini bersifat unilateral, 
kebanyakan pasien retinoblastoma  yang datang berobat  kerumah sakit terlambat  memeriksakan diri sebelumnya  , sehingga pasien biasanya meninggal  diperjalanan karena penyebaran tumor  sudah memenuhi mata , ini tidak akan  dapat diatasi walaupun telah dilakukan  usaha terbaru , maka pasien ini gagal  mewariskan.gen retinoblastomanya ke generasi berikutnya.  ini dinamakan seleksi alam dan seleksi alam  ini  akan selalu diimbangi oleh munculnya retinoblastoma baru yang terjadi karena mutasi baru,
3  penyakit koroid genetik  yaitu  koloboma koroid , atrofi girata, koroideremia, 
atrofi girata menyerang   organ  seperti  mata otot, otak, dan rambut. gejala awal atrofi girata adalah buta malam  pada awa  pertama kehidupan bayi, penyakit ini diwariskan secara resesif autosom.,lama kelamaan visus akan memburuk didahului atau diikuti oleh penyempitan jangkauan  pandangan. perubahan fundus berupa lokasi-lokasi atrofi khoroiretina yang berbentuk bulat bulat yang terpisah satu sama lain atau bersatu sebagian. lesi in  mula-mula berada kira-kira di depan ekuator namun tidak mencapai ora serrata. kemudian lesi-lesi  meluas dan bersatu yang diikuti oleh stadium akhir penyakit ini yang berupa atrofi peripapil dan makula. perubahan pigmentasi meningkat seiring dengan semakin  bertambahnya usia. 
koroideremia  atau atrofi vaskular
koroid total terangkai x atau distrofi tapetokoroid progresif  adalah ketiadaan koroid. ketiadaan koroid ini
terjadi pada stadium akhir penyakit  koroideremia   ini.koroideremia adalah distrofi khoroid dan retina  heterozigot, koroideremia belum menampakkan diri  saat pasien  lahir namun  kadang-kadang mulai  menampakkan diri pada masa  anak  anak. gejala tanda fundus pada masalah yang sudah lanjut adalah adanya lokasi yang kehilangan koriokapiler. akhirnya kehilangan koriokapiler ini semakin berat, ditambah hilangnya vasa koroid yang besar sehingga sklera tampak jelas. pasien mengalami  jangkauan   pandangan yang sempit ,buta warna, visus yang buruk,  pewarisan penyakit ini adalah terangkai x resesif 
kelainan nervus optikus yang  diwariskan adalah atrofi optik
heredodegeneratif. atrofi optik ini  memicu gangguan visus pusat simetris yang berlangsung secara perlahan-lahan. 
3 jenis   atrofi optik genetik  yaitu :  penyakit leber,,atrofi optik atrofi optik resesif,
atrofi optik atau atrofi optik resesif    ini munculnya lambat yaitu mulai pada usia 4 sampai 8 tahun. terdapat gangguan visus sedang antara 20/30 sampai 20/70 dan jarang sampai 20/200, jangkauan  pandangan perifer biasanya normal,penyakit ini diwariskan secara  autosom,gejalanya lebih ringan dibandingkan bentuk resesif. pasien mengalami buta warna kongenital, dapat mengalami nistagmus atau tidak. funduskopi diperoleh diskus optikus yang memucat di lokasi temporal dengan ekskavasi temporal sektoral dan penipisan berkas serabut saraf,    
atrofi optik resesif    kadang-kadang terjadi pada neonatus.gangguan
visusnya biasanya berat,  ditambah nistagmus, pewarisan penyakit ini  resesif autosom. mula munculnya  pada usia 3 sampai 4 tahun. ditambah adanya diabetes juvenilis,.funduskopi memperlihatkan diskus optikus yang pucat dan terjadi pengecilan vasa-vasa darah.  atrofi optik ini  bagian dari sindrom
yang lebih luas. di sini kepucatan diskusnya sebanding dengan beratnya atrofi optik, atrofi optik leber ditandai dengan adanya gangguan visus pusat yang mendadak, yang terjadi pada dekade kedua atau ketiga ,  gangguan visus pusat terjadi dengan cepat sampai 20/200,selama tahap  akut neuritik, terjadi elevasi dan hiperemi diskus optikus ditambah sembab berkas serabut saraf. pasien mengalami  sakit kepala dan tanda  meningeal karena terjadi peradangan arakhnoid. sesudah beberapa hari muncul  atrofi optik, meninggalkan diskus yang pucat dan datar.  Penyakit ini diwariskan secara mitokondrial atau garis maternal (maternal line).
 pasien perempuan bisa.mewariskan penyakit ini ke pasien anak laki-laki dan pasien perempuan, namun.laki-laki tidak bisa mewariskan penyakitnya.  ini dipicu karena spermatozoa tidak mengandung mitokondria dan kalau ada
mitokondria maka mitokondria ini akan mati saat pembuahan,
Pemeriksaan jangkauan  pandangan akan diperoleh skotoma pusat yang luas dan dalam,
ametropia atau kelainan refraksi  berupa astigmatisma,miopia,
hipermetropia,  karena ametropia yang paling banyak adalah miopia, maka miopia ini  yang dipelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian miopia adalah:  kekuatan dioptri lensa mata, panjang aksis bola mata,kekuatan dioptri kornea, kedalaman bilik depan mata,  bahwa faktor genetik
dan lingkungan berpengaruh pada  miopia. bukti faktor
genetik berasal dari: heritabilitas yang tinggi yang diperlihatkan pada
contoh uji pasien anak kembar, heritabilitas yang tinggi , adanya perbedaan prevalensi yang mencolok diantara etnik yang berbeda, 
strabismus adalah ketidakseimbangan otot-otot ekstraokular
yang menetap ,macam  macam strabismus, yaitu:  
-  kelainan motilitas neurologik kongenital atau restriktif tanpa kelainan nonokular yang lain,  - strabismus konkomitan dengan fungsi visual kedua mata seimbang dan yang ditambah kelainan mata atau anisometropia,  
- strabismus yang berkaitan dengan kelainan sistemik kongenital atau
sindroma tertentu, 
strabismus konkomitan adalah jenis kelainan notilitas (gerak) mata , diwariskan secara  autosom maupun secara resesif autosom. Dengan penetransi dan ekspresivitas yang berbeda-beda. Namun bukti-bukti contoh uji keluarga terbukti bahwa strabismus jenis ini diwariskan secara multifaktorial, artinya ada kerjasama antara  bersama-sama dengan faktor lingkungan dan  beberapa gen atau beberapa pasangan gen  ,
fakomatosis yaitu  tanda lahir, yang berupa sindrom hamartoma vaskular.hamartoma adalah perkembangan jaringan  embrional yang salah
dalam ukuran atau polanya namun berada pada lokasi yang normal.
dalam oftalmologi beberapa jenis hamartoma yaitu penyakit sturge-weber.,
neurofibromatosis, sklerosis tuberosa,  penyakit von hippel-lindau, 
neurofibromatosis atau penyakit von recklinghausen   yaitu penyakit mata dengan  kelainan khas pada kulit berupa perubahan pigmentasi  bercak kopi susu dan neurofibroma. pada mata juga terjadi ptosis karena adanya neofibroma pada palpebra, juga terjadi penebalan kornea, dan glioma nervus optikus sehingga memicu.kebutaan. pewarisan neurofibromatosis tipe 1 adalah secara  autosom,pada mata memberikan.kelainan berupa nodul lisch pada iris, yaitu berupa nodul cokelat.gelap agak menonjol dan translusen. 
sklerosis tuberosa atau  sindrom bourneville yang menyerang mata,
kulit,  dan sistem saraf pusat. angiofibroma ini terdapat di pipi kanan kiri, pada kulit terdapat angiofibroma yang dahulu dikira adenoma sebaseum. , kelainan pada mata berupa hamartoma retina. kelainan pada saraf pusat berupa epilepsi dan pada  pemeriksaan CT-scan diperoleh  intrakranial. Penyakit sklerosis tuberosa atau sindrom bourneville ini diwariskan secara  autosom
penyakit von hippel-lindau adalah berupa angioma vaskular yang mengenai paru-paru, hati, retina, otak, medula spinalis, wajah, kelenjar adrenal,  kelainan pada mata.berupa angioma retina yang khas berupa massa  merah kekuningan  atau  kemerahan  di retina perifer yang diberi darah oleh satu atau lebih arteri dan vena yang mengalami dilatasi berkelok-kelok dan mengalami kongesti. lesi  secara  nyata  ada  pada usia kira-kira 30 tahun. pewarisan penyakit von hippel-lindau adalah  autosom,sindrom sturge-weber atau meningofasial (ensefalofasial angiomatosis) ditambah kalsifikasi serebri, terdapat nevus saat lahir yang mengenai lokasi luas.pada wajah dan kranium pada satu sisi yang adalah teritori.nervus oftalmikus yaitu cabang pertama nervus trigeminus ditambah hemangioma koroid dan angioma meninges , pewarisan sindrom
sturge-weber belum diketahui dan adalah masalah sporadis,
beberapa kelainan (aberasi) kromosom yang   melibatkan mata adalah:  monosomi 13q14 dengan retinoblastoma,,trisomi 21 atau sindrom Down,,monosomi 11p13 dan  trisomi 13 atau sindrom Patau, 
Monosomi 11p13 ditandai dengan adanya nefroblastoma (tumor Wilms) atau gonadoblastoma,aniridia, genitalia yang meragukan (ambiguous) dan  kelambatan tumbuh kembang,  Kelainan pada mata, kecuali aniridi,  bisa ditambah kekeruhan kornea sampai terjadi kebutaan hampir total, glaukoma, katarak, nistagmus, ptosis, strabismus, 
Sindrom WAGR adalah suatu sindrom yangnditandai dengan adanya  Retardasi mental,tumor Wilm, Aniridia, anomali Genitouriner, 
Sindrom mata kucing  dipicu oleh trisomi kromosom 22pter-q11. Kromosom tambahan ini berasal dari duplikasi bagian sentromer kromosom 22, yaitu 22pter-q11, sehingga pasien mengalami tetrasomi kromosom 22 pada segmen
itu. Fenotip pokok pasien adalah  preauricular tags,koloboma mata, atresioa ani,Kelainan pada mata yang bisa terjadi adalah celah palpebra ke samping bawah, koloboma, mikroftalmia,  Trisomi 21 atau sindrom Down ditandai oleh adanya daun telinga yang kecil,  tengkuk yang datar, hipotonia,bercak bercak Brushfield pada iris, .wajah bulat dan datar, celah mata miring ke samping atas, 
Pada mata terdapat  epikantus internus, alis mata yang halus dan jarang, kadang-kadang strabismus ,blefaritis, Bercak-bercak Brushfield pada trisomi 21 akan tempak khas pada pasien yang memiliki iris biru, yaitu berupa bercak-bercak   cincin pada sepertiga tengah dan sepertiga luar iris, bercak-bercak agak putih, bulat, kecil,  Trisomi 13, pasien bayi dengan trisomi 13 memunculkan  gejala  berupa.heksadaktili, kematian awal,sumbing bibir dan palatum, mikroftalmia,  Kecuali mikroftalmia, kelainan mata ini  bisa sampai tidak ada terbentuknya bola mata atau anoftalmia. Kelainan mata yang lain bisa berupa vitreus primer hiperplastik persisten,  displasia retina,katarak, iridoskisis, vitreus primer .Monosomi 13q14  Pada monosomi 13q14, gejala utamanya  retinoblastoma , Kelainan mata yang lain   termasuk mikroftalmia dan koloboma. Biasanya juga diperoleh adanya kelambatan pertumbuhan dan mental, ditambah Retinoblastoma,  adanya delesi parsial kromosom kelompok G yang mungkin berkaitan dengan retinoblastoma. Sekarang diketahui bahwa gen retinoblastoma berada pada lengan q kromosom 11, dekat dengan gen
osteosarkoma. Delesi parsial yang berkaitan dengan retinoblastoma
adalah yang mengenai pita q14.


low vision adalah penglihatan kurang akibat kelainan pada retina pusat, dapat ditambah kelainan retina perifer, dan gangguann  penglihatan warna..urutan  penyakit penyakit mata  sebagai.pemicu kebutaan di dunia yaitu  trakoma, xeroftalmia, glaukoma, trauma okular, katarak, danonchocerciasis. sedang urutan penyakit mata pemicu kebutaan di negara menengah   adalah katarak, glaukoma, gangguan refraksi,dan kelainan kornea. gangguan kesehatan  indera penglihatan pasien bisa diukur dengan besarnya tajam penglihatan/visus. kebutaan. diartikan sebagai ketajaman penglihatan kurang dari 1/300 dan atau jangkauam  pandangan kurang dari 5⁰. 

Tabel  syarat gangguan penglihatan & buta 
Kategori Visus 2 mata dengan koreksi
Minimum > Maksimum<
1 6/60 6/18
2 3/60 6/60
3 1/60 3/60
4 Persepsi 1/60
cahaya
5 Tak ada persepsi cahaya