Senin, 19 Desember 2022

tulang 4



SINUSITIS (RINOSINUSITIS)
Rinosinusitis yaitu  penyakit akibat peradangan pada mukosa sinus paranasal dan rongga hidung. tenaga medis  di rumahsakit  harus memiliki keterampilan yang mencukupi  untuk mendiagnosa  , mengobati ,  mencegah berulangnya rinosinusitis. pengobatan  rinosinusitis yang efektif dari tenaga medis  di rumahsakit  bisa  menyelamatkan  hidup pasien secara menonjol , menurunkan biaya pengobatan,   mengurangi durasi  frekuensi absen kerja.
Anamnesis Keluhan  :
Onset muncul nya gejala, dibagi menjadi:
a. Akut : < 12 minggu
b. Kronis : ≥ 12 minggu
. Khusus untuk sinusitis dentogenik:
 Dari hidung bisa  keluar ingus kental atau tidak beringus. Salah satu rongga hidung berbau busukada   gigi di rahang atas yang berlubang / rusak pemicu keparahan: 
Keluhan atau riwayat terkait pemicu keparahan: , terutama pada masalah  rinosinusitis kronik, 
penting untuk digali. Beberapa di antaranya yaitu :
Riwayat infeksi saluran pernapasan atas akut yang sering berulang, Kebiasaan merokok. terpapar  polutan dari lingkungan sehari-hari. Kondisi imunodefisiensi, contoh  HIV/AIDS Riwayat pemakaian  kokain, . Suhu bisa  meningkat. Riwayat kelainan anatomis kompleks osteomeatal, seperti deviasi septum. Rinitis alergi, . Rinitis non-alergi, contoh  vasomotor,  Medikamentosa( obat)  . Polip hidung Riwayat kelainan gigi atau gusi yang menonjol, Asma bronkial,  
--.Pemeriksaan  Rinoskopi posterior
Bila pemeriksaan ini bisa  dilakukan, maka bisa  muncul  sekret purulen pada nasofaring. Bila sekret ada   di depan muara tuba Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian anterior (maksila, frontal, etmoid anterior), sedang  bila sekret mengalir di belakang muara tuba Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian posterior (sfenoid, etmoid posterior).
--. Pemeriksaan Otoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya komplikasi pada telinga, contoh  tuba oklusi, efusi ruang telinga tengah, atau kelainan pada membran timpani (inflamasi, ruptur).
--. Pemeriksaan Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP / lateral), bila fasilitas tersedia.
Pada posisi ini, sinus yang bisa  dinilai yaitu  maksila, frontal, dan etmoid.Temuan yang menunjang diagnosa   rinosinusitis antara lain: penebalan mukosa (perselubungan), air-fluid level, dan opasifikasi sinus yang terlibat. Foto polos 
sinus tidak disarankan  untuk anak berusia di bawah 6 tahun. Pada pasien  dewasa, pemeriksaan ini juga bukan suatu keharusan, mengingat diagnosa   biasanya bisa  dilakukan  .
--. Pemeriksaan Laboratorium, yaitu darah perifer lengkap, bila diperlukan dan fasilitas tersedia.
--. Pemeriksaan rongga mulut
bisa  muncul  karies profunda pada gigi rahang atas.
--. Rinoskopi anterior
Rinoskopi anterior bisa  dilakukan dengan atau tanpa dekongestan topikal. Pada rinosinusitis akut bisa  muncul :
---Kelainan anatomis yang mempredisposisi, contoh : deviasi septum, polip nasal, atau hipertrofi konka.
---. Edema dan / atau obstruksi mukosa di meatus medius 
--- Sekret mukopurulen. Bila sekret ini  nampak pada meatus medius, kemungkinan sinus yang terlibat yaitu  maksila, frontal, atau etmoid 
anterior. Pada sinusitis dentogenik, bisa  pula tidak beringus.
Diagnosa  :
Rinosinusitis akut bisa  dibedakan lagi menjadi:
1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari
2. Rinosinusitis akut sesudah -viral:
. Bila terjadi peningkatan intensitas gejala Sesudah  5 hari, atau. Bila gejala persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu
3. Rinosinusitis akut bakterial:
Bila ada   sekurangnya 3 tanda / gejala berikut ini:
Peningkatan LED / CRP, Double sickening, yaitu perrendah an Sesudah  terjadi perbaikan sebelumnya, . Sekret berwarna atau purulen dari rongga hidung, Nyeri yang berat dan terlokalisasi pada wajah, Demam, suhu > 38oC, 
Komplikasi
1. Kelainan orbita
Penyebaran infeksi ke orbita paling sering terjadi pada sinusitis etmoid, frontal, dan maksila. Gejala dan tanda yang patut dicurigai sebagai infeksi orbita yaitu : 
edema periorbita, selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata. Kelainan bisa  mengenai satu mata atau menyebar ke kedua mata. 
2. Kelainan intrakranial
Penyebaran infeksi ke intrakranial bisa  memicu  meningitis, abses ekstradural, dan trombosis sinus kavernosus. Gejala dan tanda yang perlu 
dicurigai yaitu : perubahan status mental pada tahap lanjut.sakit kepala (tajam, progresif, terlokalisasi), paresis nervus kranial,  
3. Komplikasi lain, terutama pada rinosinusitis kronik, bisa  berwujud : osteomielitis sinus maksila, abses subperiosteal, bronkitis kronik,bronkiektasis.
Pengobatan : 
Rinosinusitis Akut (RSA)
Tujuan Pengobatan :  RSA yaitu  mengeradikasi infeksi, mengurangi severitas, mengurangi durasi gejala,   mencegah komplikasi. memfasilitasi drainase sekret dari sinus ke ostium di rongga hidung. 
Pengobatan  lanjutan:
Pasien dengan RSA sesudah  viral dievaluasi kembali Sesudah  14 hari pengobatan. Bila tidak ada perbaikan, dipikirkan  rujukan ke spesialis THT, Pasien dengan RSA bakterial dievaluasi kembali 48 jam Sesudah  pemberian 
antibiotik dan KS intranasal. Bila tidak ada perbaikan, dipikirkan  rujukan ke spesialis THT.
Pasien dengan RSA viral (common cold) dievaluasi kembali Sesudah  10 hari, pengobatan. Bila tidak membaik, maka diagnosa   menjadi RSA sesudah  viral dan tenaga medis  menambahkan kortikosteroid (KS) intranasal ke dalam rejimen terapi. 
ciri-ciri  Rujukan :
Bila tidak terjadi perbaikan sesudah  terapi kuat  Sesudah  10 hari (RSA viral), 14 hari (RSA sesudah  viral), dan 48 jam (RSA bakterial).
Rinosinusitis Kronis, Strategi pengobatan  RSK meliputi identifikasi dan pengobatan  pemicu keparahan:   pemberian KS intranasal atau oral dengan / tanpa antibiotik. 
. ada   gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema / eritema periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan visus, sakit kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda iritasi meningeal, 
kelainan neurologis fokal
Rujukan ke spesialis THT dilakukan jika :
Bila muncul  kelainan anatomis ataupun dugaan pemicu keparahan:  yang memerlukan pengobatan  oleh spesialis THT, contoh : deviasi septum, polip nasal, atau tumor.. Pasien imunodefisien. ada   dugaan infeksi jamur
 Bila rinosinusitis terjadi ≥ 4 kali dalam 1 tahun
Bila pasien tidak mengalami perbaikan Sesudah  pemberian terapi awal yang kuat  Sesudah  4 minggu.
Sinusitis Dentogenik
Antibiotik, Eradikasi fokus infeksi, contoh : ekstraksi gigi,  Irigasi sinus maksila, 
peralatan medis :
Lampu Bunsen / spiritus dan korek api. Otoskop
. Suction. Lampu baca x-ray. Formulir permintaan pemeriksaan radiologi. Formulir rujukan
. Termometer. Spekulum hidung. Kaca rinoskop posterior. Kassa steril. Lampu kepala. 




BRONKITIS
Bronkitis yaitu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Radang bisa  berwujud  hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang  minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut 
pada pasien yang diketahui tidak ada   pemicu  lain. Bronkitis akut bisa  dipicu  oleh beberapa hal, yaitu: infeksi virus, infeksi bakteri, rokok,  asap 
rokok, paparan terhadap iritasi, bahan-bahan yang mengeluarkan polusi, penyakit gastrofaringeal refluk dan pekerja yang terekspos dengan debu atau asap. Bronkitis akut   ditemukan  pada semua usia , namun paling sering  pada anak￾anak muda dari 5 tahun, sedang  bronkitis kronis lebih umum pada orang tua dari 50 tahun.
Anamnesis Keluhan  :
Rasa berat dan tidak nyaman di dada.
 Sering muncul  bunyi nafas mengi atau “ngik”, terutama Sesudah  batuk. . Bila iritasi saluran terjadi, maka bisa  terjadi batuk darah.Sesak nafas.
Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2-3 minggu. Dahak bisa  berwarna jernih, putih, kekuning-kuningan atau kehijauan. Demam (biasanya ringan), 
Pada pemeriksaan paru bisa  muncul : 
Auskultasi : suara nafas vesikuler atau bronkovesikuler, dengan ekpirasi panjang, ada   ronki basah kasar yang tidak tetap (bisa  hilang 
atau pindah Sesudah  batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga mengi)  krepitasi.
Inspeksi : Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
Palpasi : fremitus taktil dada normal
Perkusi : sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, 
Pemeriksaan Penunjang :
Foto thoraks pada bronkitis kronis menunjukan  tubular shadow berwujud  bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apex paru,  corakan paru yang bertambah.. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan Gram akan banyak diperoleh   leukosit PMN dan mungkin pula bakteri.Tes fungsi paru bisa  menunjukan  obstruksi jalan napas yang reversibel dengan memakai  bronkodilator. diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik,  penunjang.
Diagnosa  banding: 
Influenza, yaitu penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus influenza. Sinusitis, yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga yang terletak disampig kanan - kiri dan diatas hidung.
PPOK, yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara disaluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parsial.
 Faringitis, yaitu suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang dipicu  oleh virus atau bakteri.
Asma, yaitu  penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana ada   peradangan (inflamasi) 
dinding rongga bronchiale sehingga memicu  penyempitan saluran nafas yang akhirnya pasien  mengalami sesak nafas. Bronkiektasis, yaitu  perusakan dan pelebaran (dilatasi) tidaknormal  dari saluran pernafasan yang besar.
Epiglotitis, yaitu suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa memicu  penyumbatan saluran pernafasan.
Bronkiolitis, yaitu suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara  yaitu  percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya dipicu  
oleh infeksi virus.
Komplikasi
Pleuritis,  Bronkopneumoni,  Pneumonia, 
 Penyakit-penyakit lain yang diperberat seperti:jantung.Penyakit jantung rematik. Hipertensi.
. Bronkiektasis
Pengobatan : 
--Antibiotika hanya dipakai  jika ditemukan  tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasar  pemeriksaan tenaga medis . Antibiotik yang bisa  diberikan antara lain: ampisilin, eritromisin, atau spiramisin, 3 x 500 mg/hari.Terapi lanjutan: jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling sedikit 1 minggu. Bronkodilator juga bisa  diberikan jika diperlukan.
-- Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala  tidak hanya pada tahap  akut, tapi juga pada tahap  kronik, dan  dalam melaksanakan aktivitas sehari￾hari sesuai dengan pola kehidupannya. Mengurangi laju perkembangan penyakit jika  bisa  dideteksi lebih awal.
Oksigenasi pasien harus mencukupi .
Pemberian obat antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Kodein (obat Doveri)bisa  diberikan 10 mg, diminum 3 x/hari, bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Antitusif tidak 
disarankan  pada kehamilan, ibu menyusui dan anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang ditambah  sesak napas, pemberian antitusif perlu  umpan balik dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
--Pemberian ekspektoran (obat batuk pengencer dahak) yang lazim dipakai  diantaranya: GG (Glyceryl Guaiacolate), bromheksin, ambroksol, dan lain-lain. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, 
dipakai  jika penderita demam. Bronkodilator (melonggarkan napas), diantaranya: aminofilin, salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,  Obat-obat ini dipakai  pada penderita yang  ditambah  sesak napas atau rasa berat bernapas, sehingga obat ini tidak hanya untuk obat asma, namun  bisa  juga untukbronkitis. Efek samping obat bronkodilator perlu diketahui pasien, yaitu : keringat dingin, berdebar, lemas, gemetar,  
Pengobatan  lanjutan:
Pasien checkup  kembali Sesudah  obat habis, dengan tujuan untuk:Mengevaluasi terapi yang diberikan, ada atau tidak efek samping dari terapi.
ciri-ciri  Rujukan :
 pasien dengan kondisi  rendah , perlu dirujuk ke rumah sakit untuk pemantauan  secara intensif 
peralatan medis :Oksigen 



MILIARIA
Miliaria yaitu  kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini yaitu  liken tropikus, prickle heatbiang keringat, keringat buntet, bahwa miliaria 
kristalina terjadi pada 4% nenonatus dengan usia rata-rata 1 minggu dan miliaria  rubra terjadi pada 3% neonatus dengan usia rata-rata 11-14 hari. Miliaria biasanya  terjadi di area  tropis dan banyak diderita pada mereka yang baru saja 
pindah dari area  yang beriklim sedang ke area  yang beriklim tropis. 
Anamnesis Keluhan  :
 gatal yang ditambah  muncul nya vesikel atau bintil, terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali pada miliaria profunda.
pemicu keparahan:  
Pemakaian baju terlalu ketat, Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi. 
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis Tergantung pada jenis atau penggolongan  miliaria.
penggolongan  miliaria :
1. Miliaria kristalina
Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan.  Terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam beberapa hari.  Predileksi pada badan yang tertutup pakaian.
2. Milaria rubra
Gejala subjektif gatal dan pedih pada di area  predileksi.  Jenis tersering, terdiri atas vesikel miliar atau papulo vesikel di atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret.
3. Miliaria profunda
Predileksi pada badan dan ekstremitas yaitu  kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, bisa  ditambah  pustul. 
4. Miliaria pustulosa
Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi pustul.
diagnosa dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Erupsi obat morbiliformis, Campak / morbili, Folikulitis, Varisela, Kandidiasis kutis, 
Komplikasi
Infeksi sekunder
Pengobatan : 
 yaitu  mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi keringat. 
Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan,  Memakai pakaian yang tipis dan bisa  menyerap keringat. memberi  farmakoterapi, seperti:
Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
 Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari  Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
 Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 
1 minggu.  Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2% sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi sebagai 
antipruritus untuk melenyapkan  dan mencegah muncul nya miliaria profunda.




VERUKA VULGARIS
Veruka vulgaris yaitu  hiperplasia epidermis yang dipicu  oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Sinonnim penyakit ini yaitu  kutil atau common wart. Penularan melalui kontak langsung dengan agen pemicu . Veruka  sering ditemukan  pada anak-anak dan remaja.
Anamnesis Keluhan  :
Adanya kutil pada kulit dan mukosa. 
pemicu keparahan:  
Imunodefisiensi, Pekerjaan yang berkaitan  dengan daging mentah. Biasanya terjadi pada anak-anak dan pasien dewasa sehat.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul ini ditemukan  pada kulit, mukosa dan kuku. jika  permukaannya rata, dinamakan  veruka Plana. Dengan goresan bisa  muncul  autoinokulasi sepanjang goresan 
(fenomena Koebner). 
  bisa  ditambahkan sesuai dengan bentuk klinis atau lokasi, yaitu: 
. Veruka vulgaris Veruka Plana. Veruka Plantaris
Diagnosa  banding: 
Karsinoma sel skuamosa, Kalus, Komedo, Liken planus, Kondiloma akuminatum, 
Pengobatan : 
Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik, contoh  dengan larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50% atau asam salisilat 20% -40%.  Pasien harus menjaga kebersihan kulit.
Efek samping dari pemakaian  bahan kaustik bisa  memicu  ulkus.
Konseling :
Rujukan sebaiknya dilakukan jika :
Tindakan memerlukan anestesi/sedasi.
. diagnosa   belum bisa  dilakukan .
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa   penyakit veruka vulgaris.
Prognosis Pada 90% masalah  sembuh spontan dalam 5 tahun 




HERPES ZOSTER
Herpes Zoster yaitu  infeksi kulit dan mukosa yang dipicu  oleh virus Varisela￾zoster. Infeksi ini yaitu  reaktivasi virus yang terjadi Sesudah  infeksi primer. Herpes Zoster jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada pasien 
muda dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi dan pada pasien yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal. Penyakit ini terjadi kurang  dari 10% pada pasien yang berusia kurang dari 20 tahun dan hanya 5% terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun.Insiden herpes zoster meningkat seiring 
dengan pertambahan usia. Prevalensi penyakit ini pada laki-laki  dan wanita sama.
Anamnesis Keluhan  :
Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan bisa  ditambah  dengan gejala prodromal sistemik berwujud  malaise, demam, pusing,  Sesudah  itu muncul  gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel bergolongan  
dengan dasar eritem dan edema.
pemicu keparahan:  
Imunodefisiensi,  biasanya  terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua, 
Pemeriksaan Fisik
Segolongan  vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun kebanyakan , erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.
biasanya  tidak diperlukan Pemeriksaan Penunjang 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Herpes zoster abortif, yaitu penyakit yang hanya berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulit hanya berwujud  beberapa vesikel dan eritem.
Herpes zoster hemoragik, yaitu jika vesikel mengandung darah. 
Herpes zoster oftalmikus, yaitu infeksi cabang pertama nervus trigeminus sehingga memicu  kelainan pada mata, di samping itu juga cabang kedua dan ketiga memicu  kelainan kulit pada area  persarafannya.
Herpes zoster generalisata, yaitu kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit generalisata berwujud  vesikel soliter yang berumbilikasi.Keduanya yaitu  tanda bahwa pasien mengalami imunokompromais.
Diagnosa  banding: 
Dermatitis venenata,  Herpes simpleks,  saat  nyeri prodromal, diagnosa   bisa mirip  migrain, nyeri pleuritik, infark miokard, atau apendisitis. 
Komplikasi
Pada penderita dengan imunodefisiensi (HIV, keganasan, atau usia lanjut), vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik bisa  terjadi infeksi sistemik.Paralisis motorik.
 Pada herpes zoster oftalmikus bisa  terjadi ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan  neuritis optik.Neuralgia sesudah -herpetik, 
Ramsay Hunt Syndrome: herpes pada ganglion genikulatum, ditandai dengan gangguan pendengaran, keseimbangan dan paralisis parsial.
Pengobatan : 
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh sebab  bisa  memicu  Reye’s syndrome.Terapi pendukung  dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang memicu  
pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.
Pengobatan topikal: 
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah.
jika  erosif, diberikan kompres terbuka. jika  terjadi ulserasi, dipikirkan  pemberian salep antibiotik.
Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
 Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kg BeratBadan  (dosis maksimal 800 mg), selama 7 hari, atau Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari. Pemberian obat ini  selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama Sesudah  muncul  lesi. 
Konseling :
nasihat  mengenai seringnya komplikasi neuralgia sesudah -herpetik.nasihat  tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster. nasihat  bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada masing-masing  imunokompeten.
Pasien dirujuk jika :
ada   penyakit penyerta yang memakai  multifarmaka.Terjadi komplikasi.Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari Sesudah  terapi.Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa   penyakit Herpes Zoster..
 Ramsay Hunt Syndrome: herpes pada ganglion genikulatum, ditandai dengan gangguan pendengaran, keseimbangan dan paralisis parsial.
Pada penderita dengan imunodefisiensi (HIV, keganasan, atau usia lanjut), vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik bisa  terjadi infeksi sistemik.Pada herpes zoster oftalmikus bisa  terjadi ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan  neuritis optik. Paralisis motorik.
Pengobatan : 
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh sebab  bisa  memicu  Reye’s syndrome.
Terapi pendukung   dengan menghindari gesekan kulit yang memicu  pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.Pengobatan topikal: 
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah.
jika  erosif, diberikan kompres terbuka. jika  terjadi ulserasi, dipikirkan  pemberian salep antibiotik.
Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat ini  selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama Sesudah  muncul  lesi. 
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kg BeratBadan  (dosis maksimal 800 mg), selama 7 hari, 
Konseling :
nasihat  mengenai seringnya komplikasi neuralgia sesudah -herpetik.nasihat  tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster. nasihat  bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada masing-masing  imunokompeten.
Pasien dirujuk jika :
ada   penyakit penyerta yang memakai  multifarmaka.
 Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari Sesudah  terapi. Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).Terjadi komplikasi.
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa   penyakit Herpes Zoster.



HERPES SIMPLEKS
Infeksi akut yang dipicu  oleh Virus Herpes Simpleks tipe 1 atau tipe 2, yang ditandai oleh adanya vesikel yang bergolongan  di atas kulit yang sembab dan  eritematosa pada area  mukokutan. Penularan melalui kontak langsung dengan agen pemicu . Infeksi primer oleh Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 1 biasanya  dimulai pada usia anak-anak, sedang  HSV tipe 2 biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berkaitan  dengan peningkatan aktivitas seksual.
Prevalensi penyakit ini lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada laki-laki 
Anamnesis Keluhan  :
Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90% masalah , biasanya muncul  perioral. Pada 10% sisanya, bisa  terjadi gingivostomatitis akut. Infeksi primer HSV-2 terjadi Sesudah  kontak seksual pada remaja dan dewasa, memicu  vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit batang penis. Infeksi primer biasanya ditambah  dengan gejala sistemik seperti nyeri kepala,  adenopati regional. demam, malaise, mialgia,Infeksi HSV-2 bisa  juga mengenai bibir.Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada lokasi 
yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi mulai dari 24 jam sebelum muncul nya erupsi.
pemicu keparahan: 
Imunodefisiensi, masing-masing  yang aktif secara seksual.
Pemeriksaan Fisik
Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel bergolongan  dengan dasar eritem. Vesikel ini bisa  cepat menjadi keruh, yang lalu  pecah, membasah, dan berkrusta. kadang  muncul  erosi/ulkus.
Tempat predileksi yaitu  di area  pinggang ke atas terutama area  mulut dan hidung untuk HSV-1, dan area  pinggang ke bawah terutama area  genital untuk  HSV-2. Untuk infeksi sekunder, lesi bisa  muncul  pada tempat yang sama dengan 
lokasi sebelumnya.
 Pemeriksaan Penunjang :
Herpes simpleks tipe 1,tipe 2
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
. Infeksi primer.. tahap  laten: tidak ada   gejala klinis, namun  HSV bisa  muncul  dalam kondisi  tidak aktif pada ganglion dorsalis.infeksi rekurens.
Diagnosa  banding: 
Ulkus genitalis pada penyakit menular seksual.
Impetigo vesikobulosa.
Komplikasi bisa  terjadi pada masing-masing  dengan gangguan imun, berwujud :
Pada ibu hamil, infeksi bisa  menular pada janin, dan memicu  neonatal herpes yang sangat berbahaya. Herpes simpleks ulserativa kronik.
 Herpes simpleks mukokutaneus akut generalisata.Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar adrenal, dan sistem saraf pusat. 
Pengobatan : 
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh sebab  bisa  memicu  Reye’s syndrome.
Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:
Valasiklovir, dosis 2 x 500 mg/hari selama 7-10 hari atau. Asiklovir, dosis 5 x 200 mg/hari selama 5 hari, 
. Pada herpes genitalis: nasihat  tentang pentingnya abstinensia pasien harus tidak melakukan hubungan seksual saat  masih ada lesi atau ada gejala prodromal.
Konseling :
nasihat  untuk infeksi herpes simpleks yaitu  infeksi swasirna pada populasi imunokompeten. nasihat  untuk herpes genitalis ditujukan terutama terhadap pasien dan pasangannya, yaitu berwujud  penyakit ini memicu  rekurensi.Tidak melakukan hubungan seksual saat  masih ada lesi atau gejala prodromal.Pasien sebaiknya memberi informasi kepada pasangannya bahwa ia memiliki 
infeksi HSV. Transmisi seksual bisa  terjadi pada masa asimtomatik.transmisi dan sebaiknya dipakai  dengan konsisten.
Pasien dirujuk jika :
ada   penyakit penyerta yang memakai  multifarmaka.Terjadi komplikasi. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari Sesudah  terapi.Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik(imunokompromais).
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa   penyakit herpes simpleks.



MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Moluskum kontagiosum yaitu  penyakit yang dipicu  oleh virus poks yang menginfeksi sel epidermal. Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang  juga orang dewasa. Pada orang dewasa, penyakit ini digolongkan kedalam 
penyakit akibat hubungan seksual. Penularan melalui kontak langsung dengan  pemicu .Anamnesis Keluhan  :
Adanya kelainan kulit berwujud  papul miliar. Masa inkubasi berlangsung satu sampai 
beberapa minggu. 
pemicu keparahan:  
Imunodefisiensi, Terutama menyerang anak dan kadang  juga orang dewasa.
Pemeriksaan Fisik
Papul miliar, kadang  lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang lalu  di tengahnya ada   lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lokasi predileksi yaitu  area  muka, badan, dan ekstremitas, sedang  pada pasien dewasa di area  pubis dan genitalia eksterna. kadang  bisa  muncul  infeksi sekunder sehingga muncul  
supurasi.
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan, melakukan tindakan enukleasi pada papul untuk menemukan badan moluskum.
Diagnosa  :
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Komedo , Miliaria, Karsinoma sel basal nodular
Komplikasi
Lesi bisa  mengalami infeksi sekunder. Jika moluskum mengenai kelopak mata (jarang terjadi), bisa  terjadi konjungtivitis kronis. Pada masing-masing  dengan AIDS,moluskum kebanyakan  tidak mudah dikenali, banyak, 
Pengobatan : 
mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum dengan memakai  alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau alat kuret kulit.
Konseling :
 Tidak muncul  badan moluskum.
ada   penyakit komorbiditas yang terkait dengan kelainan hematologi. Pasien HIV/AIDS.
peralatan medis :
. Lup. Ekstraktor komedo, jarum suntik atau alat kuret kulit



REAKSI GIGITAN SERANGGA
Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) yaitu  reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan kontak dengan serangga. Gigitan hewan serangga, contoh  oleh nyamuk, lalat, bugs,  kutu, 
yang bisa  memicu  reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik.
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada area  tubuh yang digigit, biasanya  tidak tertutup pakaian.
Kebanyakan penderita datang sesaat Sesudah  merasa digigit serangga, namun ada pula yang datang dengan delayed reaction, contoh  10-14 hari Sesudah  gigitan  berlangsung. Keluhan kadang  diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema,   bisa  berkembang menjadi suatu ansietas, disorientasi, kelemahan, GI upset (cramping, diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop bahkan hipotensi dan sesak napas. Gejala dari delayed reaction mirip seperti serum sickness, yang meliputi demam, malaise, pusing  urtikaria, limfadenopati,  
poliartritis.
pemicu keparahan: 
Riwayat alergi makanan.Riwayat alergi.
Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
Riwayat atopi pada diri pasien dan keluarga .
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Di bagian tengah tampak titik (punctum) bekas tusukan/gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman.Bekas garukan sebab  gatal.
bisa  muncul  gejala sistemik seperti takipneu, stridor, wheezing, bronkospasme, 
Urtika dan papul muncul  secara simultan di tempat gigitan, dikelilingi zona eritematosa.
hiperaktif peristaltic, bisa  ditambah  tanda-tanda hipotensi orthostatik, Pada reaksi lokal yang parah bisa  muncul  eritema generalisata, urtikaria, atau 
edema pruritus, sedang  bila ada   reaksi sistemik menyeluruh bisa  diikuti dengan reaksi anafilaksis.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
penggolongan  berdasar  waktu terjadinya:
1. Reaksi tipe cepat.
Terjadi segera hingga 20 menit Sesudah  gigitan, bertahan sampai 1-3 jam.
2. Reaksi tipe lambat.
Pada anak terjadi lebih dari 20 menit sampai beberapa jam Sesudah  gigitan serangga.
Pada pasien dewasa bisa  muncul 3-5 hari Sesudah  gigitan.
3. Reaksi tidak biasa. 
Sangat segera, mirip anafilaktik.
penggolongan  berdasar  bentuk klinis:
Urtikaria iregular.
Urtikaria papular.
Papulo-vesikular, contoh  pada prurigo.
Punctum (titik gigitan), contoh  pada pedikulosis kapitis atau phtirus pubis.
Diagnosa  banding:  Prurigo
Komplikasi
Bila ditambah  keluhan sistemik, bisa  terjadi syok anafilaktik hingga kematianInfeksi sekunder akibat garukan.
Pengobatan : 
 dengan mengatasi tanggapan  peradangan baik 
yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi peradangan lokal bisa  dikurangi dengan sesegera mungkin mencuci area  gigitan dengan air dan sabun, dan  kompres es.
Atasi kondisi  akut terutama pada angioedema sebab  bisa  terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan pasien bisa  dilakukan di Unit Gawat Darurat. Bila ditambah  obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian epinefrin sub kutan. 
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.Dalam kondisi stabil, terapi yang bisa  diberikan yaitu:
a. Sistemik 
Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
b. Topikal
Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: contoh  krim mometason furoat 0,1% atau krim betametason valerat 0,5% diberikan selama 2 kali sehari selama 7 hari.
ciri-ciri  Rujukan :
Jika kondisi menurun  , yaitu dengan makin bertambahnya patch eritema, muncul  bula, atau ditambah  gejala sistemik atau komplikasi.
peralatan medis :
Tabung dan masker oksigen, Alat resusitasi



SKABIES
Skabies yaitu  penyakit yang dipicu  infestasi dan sensitisasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei dan produknya. Penyakit ini berkaitan  erat dengan kebersihan  yang rendah . Prevalensi skabies tinggi pada populasi yang padat. Penularan bisa  terjadi sebab :
tidak memiliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya.Tungau hidup dalam epidermis, tahan terhadap air dan sabun dan tetap hidup bahkan Sesudah  mandi dengan air panas setiap.Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti menjabat tangan, hubungan seksual, atau tidur bersama.Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti pemakaian  perlengkapan tidur bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat pribadi lainnya, 
Anamnesis Keluhan  :
Lesi muncul  di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di bawah payudara (pada wanita) dan  genital eksterna (laki-laki ).  Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat penderita berkeringat. 
pemicu keparahan: : 
kebersihan  yang rendah .
Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya.Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.para pasien  yang hidup dalam golongan  yang padat seperti tinggal di asrama, 
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berwujud  terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-abu dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan ada   papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi lebih sering berwujud  vesikel ditambah  infeksi sekunder akibat garukan
sehingga lesi menjadi bernanah.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.
Diagnosa  :
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.ada   4 tanda kardinal untuk diagnosa   skabies, yaitu:
muncul nya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.diagnosa  dilakukan  dengan menemukan 2 dari 4 tanda ini .
--Pruritus nokturna.
--Penyakit menyerang manusia secara bergolongan .
--Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan muncul  papul atau vesikel. 
Diagnosa  banding: 
Skabies yaitu  penyakit kulit yang dinamakan   the great imitator dari kelainan kulit dengan keluhan gatal. Diagnosa  banding: nya yaitu : Pioderma, Impetigo, Dermatitis, Pedikulosis korporis
. Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
Pemeriksaan Fisik
anak-anak, lesi lebih sering berwujud  vesikel ditambah  infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi bernanah.Lesi kulit berwujud  terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-abu dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan ada   papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, 
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.




PEDIKULOSIS KAPITIS
Pedikulosis kapitis yaitu  infeksi dan infestasi kulit kepala dan rambut manusia yang  dipicu  oleh kutu kepala Pediculus humanus var capitis. Penyakit ini terutama  menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang  padat, contoh  di asrama atau panti asuhan. Ditambah  kondisi kebersihan  yang tidak baik, contoh  jarang membersihkan rambut, Penularan melalui kontak langsung dengan agen pemicu , melalui:
Kontak melalui fomite yang terinfestasi, contoh  pemakaian bersama aksesori kepala, sisir, dan bantal juga bisa  memicu  kutu menular.
Kontak fisik erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
Anamnesis Keluhan  :
Gejala yang paling sering muncul  yaitu  gatal di kepala akibat reaksi hipersensitivitas  terhadap saliva kutu saat makan maupun terhadap feses kutu. Gejala bisa  pula  asimptomatik
pemicu keparahan:  
Prevalensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki , terutama pada 
populasi anak usia sekolah.
Status sosioekonomi yang rendah.kebersihan  perorangan yang rendah 
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit terjadi sebab  bekas garukan, yaitu bentuk erosi dan ekskoriasi. Bila ada   infeksi sekunder oleh bakteri, maka muncul  pus dan krusta yang memicu  rambut bergumpal, ditambah  dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. muncul  telur dan kutu yang hidup pada kulit kepala dan rambut. Telur P. humanus var. capitis paling sering muncul  pada rambut di area  oksipital dan retroaurikular. 
Diagnosa  :
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menemukan kutu atau telur kutu di kulit kepala dan rambut.
Diagnosa  banding: 
Dermatitis seboroik, Tinea kapitis, Impetigo krustosa (pioderma), 
Komplikasi
Infeksi sekunder bila pedikulosis berlangsung kronis.
Pengobatan : 
untuk memusnahkan semua kutu dan telur dan  mengobati infeksi sekunder.
Pengobatan topikal yaitu  terapi terbaik, yaitu dengan pedikulosid dengan salah satu pengobatan di bawah ini: 
--. Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray, dibiarkan 1 malam.
--Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse, dibiarkan selama 2 jam
Pada infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, diberikan pengobatan dengan antibiotik sistemik dan topikal telebih dahulu, lalu diberikan obat di atas dalam bentuk shampo.
--Gameksan 1%, dibiarkan selama 12 jam. 
Pedikulosid sebaiknya tidak dipakai  pada anak usia kurang dari 2 tahun. Cara pemakaian : rambut dicuci dengan shampo, lalu  dioleskan losio/krim dan ditutup dengan kain. Sesudah  menunggu sesuai waktu yang ditentukan, 
rambut dicuci kembali lalu disisir dengan sisir serit.Sebaiknya rambut pasien dipotong sependek mungkin, lalu  disisir dengan memakai  sisir serit, menjaga kebersihan kulit kepala dan menghindari 
kontak erat dengan kepala penderita.
Konseling :
nasihat  keluarga tentang pedikulosis penting untuk pencegahan. Kutu kepala bisa  muncul  di sisir atau sikat rambut, topi, linen, boneka kain, dan upholstered furniture, meski  kutu lebih memilih untuk berada dalam jarak dekat dengan kulit kepala, sehingga harus menghindari pemakaian alat-alat ini  bersama-sama.
Anggota keluarga dan teman bermain anak yang terinfestasi harus diperiksa, namun  terapi hanya diberikan pada yang terbukti mengalami infestasi. 



PEDIKULOSIS PUBIS
Pedikulosis pubis yaitu  penyakit infeksi pada rambut di area  pubis dan sekitarnya yang dipicu  oleh Phthirus pubis. Penyakit ini menyerang orang 
dewasa dan bisa  digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual dan menular secara langsung. Infeksi juga bisa terjadi pada anak-anak yang berasal dari orang tua mereka dan terjadi di alis, atau bulu mata.
Anamnesis Keluhan  :
Gatal di area  pubis dan sekitarnya, bisa  meluas sampai ke area  perut  dan dada. Gejala patognomonik lainnya yaitu  adanya black dot yaitu bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam ini  yaitu  krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria.
pemicu keparahan: : 
Kontak langsung dengan penderita, Aktif secara seksual, kebersihan  rendah 
Pemeriksaan Fisik 
Pada inspeksi muncul  bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan  dinamakan  makula serulae pada area  pubis dan sekitarnya. Kutu bisa  dilihat dengan mata telanjang dan juga bisa diperoleh pembengkakan kelenjar getah bening sekitar.
Pemeriksaan Penunjang : 
Mencari telur atau bentuk dewasa P. pubis
diagnosa 
melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosa  banding: : 
Dermatomikosis
Dermatitis seboroik
Pengobatan topikal :
Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari lalu , jika belum sembuh, Pengobatan  lanjutan: : 
Mitra seksual juga diperiksa dan diobati
Konseling :
Pakaian dalam direbus atau diseterika
Menjaga kebersihan badan, Sebaiknya rambut kelamin dicukur



DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis yaitu  infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan  keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, contoh  stratum korneum pada  epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan  agen pemicu . Sumber penularan bisa  berasal dari manusia (jamur antropofilik), 
binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).penggolongan  dermatofitosis yang praktis yaitu  berdasar  lokasi, yaitu antara lain:
-- Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.
--Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki.
--Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala. 
--Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
--Tinea kruris, pada area  genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah.
--Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh dinamakan  dengan tinea imbrikata.
Tinea pedis banyak diperoleh pada orang yang dalam kehdupan sehari-hari banyak memakai sepatu tertutup ditambah  perawatan kaki yang rendah  dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Tinea kruris yaitu  salah 
satu bentuk klinis yang sering dilihat di negarakita . Anamnesis Keluhan  :
Pada kebanyakan  infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis.
pemicu keparahan: 
Diabetes Melitus, Lingkungan yang lembab dan panas,  Imunodefisiensi3. kegemukan 
Pemeriksaan Fisik
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang lebih aktif dibandingkan  bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi bisa  ditemukan  di area  kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku. 
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan, bisa  dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, akan muncul  hifa panjang dan artrospora.
Diagnosa  :
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila diperlukan dilakukan Pemeriksaan Penunjang :.
Diagnosa  banding: 
Tinea Korporis:
Erythema annulare centrificum, Granuloma, 
Dermatitis numularis, Pytiriasis rosea, 
annulare
Tinea Kruris:
Eritrasma, Kandidiasis, Dermatitis intertrigo, 
Tinea Pedis:
Dyshidrotic eczema, Hiperhidrosis, Dermatitis kontak, 
Tinea Manum:
Dermatitis kontak iritan, Psoriasis
Tinea Fasialis:
Dermatitis seboroik, Dermatitis kontak
Komplikasi
Jarang muncul , bisa  berwujud  infeksi bakterial sekunder.
Pengobatan : 
Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan: 
antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu lalu  untuk 
mencegah rekurensi.
kebersihan  diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara bersamaanharus dihindari.
 Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan: 
--Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau Terbinafin: 250 mg/hari Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari Sesudah  makan. 
--Griseofulvin bisa  diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25 mg/kg BeratBadan /hari, terbagi dalam 2 dosis.
Konseling :
nasihat  mengenai pemicu  dan cara penularan penyakit. nasihat  pasien dan keluarga juga untuk menjaga kebersihan tubuh, namun penyakit ini bukan yaitu  penyakit yang berbahaya.
Pasien dirujuk jika :
ada   penyakit penyerta yang memakai  multifarmaka.Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari Sesudah  terapi. ada   imunodefisiensi. 
peralatan medis :
 peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan KOH, Lup
Prognosis
Pasien dengan imunokompeten, prognosis biasanya  bonam, sedang  pasien  dengan imunokompromais, quo ad sanationamnya menjadi dubia ad bonam.




PITIRIASIS VERSIKOLOR/ TINEA VERSIKOLOR
Tinea versikolor yaitu  penyakit infeksi pada superfisial kulit dan berlangsung kronis 
yang dipicu  oleh jamur Malassezia furfur. Prevalensi penyakit ini tinggi pada area  tropis yang bersuhu hangat dan lembab. 
Anamnesis Keluhan  :
Pasien biasanya  datang berobat sebab  tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul terutama saat berkeringat, namun kebanyakan  pasien asimptomatik. 
pemicu keparahan: 
Imunodefisiensi
 Sering ditemukan  pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif bekerja)., Cuaca yang panas dan lembab.Tubuh yang berkeringat.
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama muncul  pada area  yang tertutup pakaian dan bersifat lembab.
Lesi berwujud  makula hipopigmentasi atau berwarna-warni, berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan batas tegas atau tidak tegas. Skuama biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya bisa  tampak dengan menggores kulit (finger nail sign). 
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan KOH. Pemeriksaan ini akan tampak campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang bisa  bergolongan  (spaghetti and meatball appearance).
Pemeriksaan lampu Wood menampakkan pendaran (fluoresensi) kuning keemasan pada lesi yang bersisik.
Diagnosa  :
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Morbus hansen, Eritrasma, Vitiligo, Dermatitis seboroik, Pitiriasis alba, 
Pengobatan : 
-- Pasien disarankan untuk tidak memakai  pakaian yang lembab dan tidak berbagi pemakaian  barang pribadi dengan orang lain.
--Pengobatan terhadap keluhannya dengan:
Pengobatan sistemik diberikan jika  penyakit ini ada   pada area  yang luas atau jika pemakaian  obat topikal tidak berhasil. Obat ini , yaitu:
 Ketokonazol per oral dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari, atau Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 5-7 hari 
(pada masalah  kambuhan atau tidak menanggapi   dengan terapi lainnya).
Pengobatan topikal
 Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk shampo yang dipakai  2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 
15-30 menit sebelum mandi. Derivat azol topikal, antara lain mikonazol dan klotrimazol.
Konseling :
Infeksi jamur bisa  dibunuh dengan cepat namun  memerlukan  waktu berbulan￾bulan untuk mengembalikan pigmentasi ke normal. Untuk pencegahan, diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak berbagi dengan orang lain untuk pemakaian  barang pribadi. 
nasihat  pasien pasien dan keluarga  bahwa pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten, sebab  angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien). 
ciri-ciri  Rujukan :
kebanyakan  masalah  tidak memerlukan rujukan.
peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan KOH, Lup




PIODERMA
Pioderma yaitu  infeksi kulit (subkutis, epidermis, dermis ) yang dipicu  oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus,  Streptokokus. Pioderma 
yaitu  penyakit yang sering ditemukan .  insidennya menduduki peringkat ketiga, 
dan berkaitan  erat dengan keadaaan sosial ekonomi. Penularannya melalui kontak langsung dengan agen pemicu .
Anamnesis Keluhan  :
Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit, mulanya  berbentuk seperti bintil kecil yang gatal, bisa  berisi cairan atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini bisa  meluas menjadi bengkak ditambah  dengan rasa nyeri.Bintil lalu  pecah dan menjadi keropeng/koreng yang mengering, keras dan sangat lengket.
pemicu keparahan: :
Imunodefisiensi (CD4 dan CD8 yang rendah)
 kebersihan  yang kurang baik, Defisiensi gizi
Folikulitis yaitu  peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih.Furunkel yaitu  peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berwujud  papul, vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan ditambah  rasa nyeri. 
Pioderma yaitu  infeksi kulit (epidermis, dermis dan subkutis) yang dipicu  oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan Streptokokus. Pioderma yaitu  penyakit yang sering ditemukan . Di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan berkaitan  erat dengan keadaaan sosial ekonomi. Penularannya melalui 
kontak langsung dengan agen pemicu .Furunkulosis yaitu  beberapa furunkel yang tersebar.Karbunkel yaitu  kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel 
yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa puncak.Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) yaitu  peradangan yang memberi  gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga menjadi krusta kering kekuningan seperti madu. Predileksi khusus  lesi ada   di sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus. Impetigo bulosa yaitu  peradangan yang memberi  gambaran vesikobulosa dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).Ektima yaitu  peradangan yang memicu  kehilangan jaringan dermis bagian atas (ulkus dangkal)..Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah rutin kadang  muncul  leukositosis. Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari dasar lesi dengan pewarnaan Gram 
diagnosa 
Karbunkel, Folikulitis, Ektima, Impetigo bulosa,  krustosa. Furunkel. Furunkulosis
Komplikasi
 Erisipelas yaitu  peradangan epidermis dan dermis yang ditandai dengan infiltrat eritema, edema, berbatas tegas, dan ditambah  dengan rasa panas dan nyeri. Onset penyakit ini sering didahului dengan gejala prodromal berwujud  menggigil, panas tinggi, pusing  mual muntah, dan nyeri sendi. Pada pemeriksaan darah rutin bisa  
ditemukan  leukositosis 20.000/mm3 atau lebih. 
Ulkus , Limfangitis. Limfadenitis supuratif
 Bakteremia (sepsis)
. Selulitis yaitu  peradangan supuratif yang menyerang subkutis, ditandai dengan peradangan lokal, infiltrate eritema berbatas tidak tegas, ditambah  dengan rasa nyeri tekan dan gejala, prodromal ini  di atas, 
Pengobatan : 
 Terapi pendukung  dengan menjaga kebersihan , nutrisiTKTP dan stamina tubuh.
 Farmakoterapi dilakukan dengan:
--. Insisi untuk karbunkel yang menjadi abses untuk membersihkan eksudat dan jaringan nekrotik.
--Topikal: 
 Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan permanganaskalikus (PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
 Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari. 
--Antibiotik oral bisa  diberikan dari salah satu golongan di bawah ini:
 Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti: flukloksasilin, oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin,  Dosis anak: 50 mg/kg BeratBadan /hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari. 
Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-7 hari.
 Amoksisilin dengan asam klavulanat.
Dosis anak: 25 mg/kg BeratBadan /hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari, Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg, 
Sefalosporin, contoh  sefadroksil dengan dosis 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg per hari.
Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada infeksi berat dosisnya 4 x 300-450 mg per hari. 
 Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, anak: 20-50 mg/kg BeratBadan /hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari. 
Pasien dirujuk jika  terjadi:
ada   penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan imunodefisiensi). peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan Gram, Komplikasi mulai dari selulitis.Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari.
Prognosis
jika  penyakit tanpa ditambah  komplikasi, prognosis biasanya  bonam, bila dengan 
komplikasi, prognosis biasanya  dubia ad bonam.



ERISIPELAS
Erisipelas yaitu  penyakit infeksi bakteri akut,  dipicu  oleh Streptococcus, mengikutsertakan  dermis atas dengan tanda khas meluas ke limfatik 
kutaneus superfisial. Erisipelas pada wajah kebanyakan dipicu  oleh streptococcus grup A, sedang  erisipelas pada ekstremitas bawah kebanyakan dipicu  oleh streptococcus non grup A. Di perkirakan 85% masalah  erisipelas terjadi pada ekstremitas bawah.Erisipelas kebanyakan terjadi pada wanita, namun  pada usia muda lebih sering 
terjadi pada laki-laki . Insidens tertinggi dilaporkan pada pasien berusia 60 – 80 tahun 
khususnya pada pasien dengan gangguan saluran limfatik. 
Anamnesis Keluhan  :
ada   gejala konstitusi seperti demam dan malaise sebelum terjadinya lesi pada kulit. gejala biasa  pada lesi diperoleh gatal, rasa terbakar, nyeri dan bengkak. Didahului trauma atau riwayat faringitis.
pemicu keparahan: : 
Gangguan saluran limfatik, Gizi kurang, Penderita Diabetes Mellitus,  kebersihan  rendah, 
Pemeriksaan Fisik 
Lokasi : kaki, tangan,  wajah
Efloresensi : eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. bisa  ditambah  edema, vesikel dan bula.
Pemeriksaan Penunjang : 
Pemeriksaan darah diperoleh leukositosis
pelaksanaan  diagnosa   melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 
Diagnosa  banding: : 
Selulitis, Urtikaria
Komplikasi: 
Abses, Emboli, Meningitis, Ganggren, Edema kronis, terjadi scar, sepsis, demam Scarlet, Pneumonia, 
Pengobatan :  
 Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan,  Analgetik antipiretik 
 Antibiotik :
Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari
Penisilin 0,6 – 1,5 mega unit 5-10 hari
Pengobatan  lanjutan: : 
Mencegah pemicu keparahan: 
 Memantau terjadinya komplikasi
Konseling :
Menjaga kebersihan badan, Bagi penderita diabetes, tetap mengendalikan  gula darah




DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis seboroik (DS) yaitu  segolongan 
kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi (predileksi di tempat-tempat kelenjar sebum). Dermatitis seboroik berkaitan  erat dengan keaktifan glandula sebasea. 
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  munculnya bercak merah dan kulit kasar. Kelainan awal hanya berwujud  ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis sika) sampai keluhan lanjut berwujud  keropeng yang berbau tidak sedap dan terasa gatal.
pemicu keparahan:  
Genetik, faktor kelelahan, stres emosional , infeksi, defisiensi imun, jenis kelamin laki-laki  lebih sering dibandingkan  wanita, usia bayi bulan 1 dan usia 18-40 tahun, kurang tidur
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis Berbatas tidak tegas
Papul sampai plak eritema, Skuama berminyak agak kekuningan
pada wanita, interskapular, umbilikus, lipat paha, area  angogenital, Lokasi predileksi:Kulit kepala, glabela, belakang telinga, belakang leher, alis mata, kelopak mata, liang telinga luar, lipat naso labial, sternal, areola mammae, lipatan bawah mammae 
Bentuk klinis lainLesi berat: seluruh kepala tertutup oleh krusta, kotor, dan berbau .
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Psoriasis (skuamanya berlapis-lapis, tanda Auspitz, skuama tebal seperti mika), Kandidosis (pada lipat paha dan perineal, eritema bewarna merah cerah berbatas tegas dengan lesi satelit disekitarnya), Otomikosis, Otitis eksterna.
Komplikasi
Pada anak, lesi bisa meluas menjadi penyakit Leiner atau eritroderma.
Pengobatan : 
--. Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi terjadinya keluhan, contoh  stres emosional dan kurang tidur. Diet juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak.
--Farmakoterapi dilakukan dengan:
a. Oral sistemik
 Antihistamin sedatif yaitu: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 2 minggu, setirizin 1 x 10 mg per hari selama 2 minggu.  Antihistamin non sedatif yaitu: loratadin 1x10 mgselama maksimal 2 minggu.
b. Topikal 
Dewasa:
 Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida 1,8 atau shampo ketokonazol 2%, zink pirition (shampo anti ketombe), atau 
pemakaian preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam bentuk salep dengan frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per hari. Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa  dipakai  fluosinolon asetonid krim 
0,025%) selama maksimal 2 minggu. Pada masalah  dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan kortikosteroid kuat contoh  betametason valerat krim 0,1%.
 Pada masalah  dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian ketokonazol krim 2%.
Bayi: Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan asam salisilat 3% dalam minyak kelapa atau vehikulum yang larut air atau kompres minyak kelapa hangat 
1 kali sehari selama beberapa hari. Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion selama beberapa hari.Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
Konseling :
memberi  informasi bahwa penyakit ini sukar disembuhkan namun  bisa  tercheckup  dengan mengendalikan  emosi dan psikisnya.
. Memberitahukan kepada orang tua untuk menjaga kebersihan bayi dan rajin merawat kulit kepala bayi.Memberitahukan kepada orang tua bahwa kelainan ini biasanya  muncul pada bulan-bulan pertama kehidupan dan membaik seiring dengan pertambahan usia.
Pasien dirujuk jika  tidak ada perbaikan dengan pengobatan standar.
Prognosis biasanya  bonam, sembuh tanpa komplikasi.





DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis Atopik (DA) yaitu  peradangan kulit berulang dan kronis dengan ditambah  gatal. biasanya  terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berkaitan  dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan  riwayat atopi pada 
keluarga atau penderita. Sinonim dari penyakit ini yaitu  eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier.
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  gatal yang beragam   lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik 
Gejala utama DA yaitu  pruritus, bisa  hilang muncul  sepanjang hari, namun  biasanya  lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk.Pasien biasanya juga memiliki  riwayat sering merasa agresif,  merasa tertekan, cemas, egois, frustasi, 
pemicu keparahan: 
Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan lain-lain). 
Riwayat peka  terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.
Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya pemakaian  antibiotik.
Faktor Pemicu
Tungau debu rumah, Makanan: telur, susu, gandum, kedelai,  kacang tanah. Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus aureus)
Tanda patognomonis
Kulit penderita DA: Jari tangan teraba dingin
Kering pada perabaa, Pucat/redup 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik harus terdiri dari 3 ciri-ciri  mayor dan 3 ciri-ciri  minor dari ciri-ciri  Williams (1994) di bawah ini.
ciri-ciri  mayor:
Dermatitis di fleksura pada dewasa, Dermatitis kronis atau berulang, Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya, Pruritus, Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
ciri-ciri  minor:
 Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks),  Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris, Xerosis, Pitriasis alba,  Dermatitis di papilla mamae, White dermogrhapism dan delayed blanch tanggapan s
 Kelilitis, Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
Konjungtivitis berulang, Keratokonus
peka   terhadap makanan, Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi, Tes kulit alergi tipe dadakan positif, Kadar IgE dalam serum meningkat, Mulai muncul pada usia dini, Katarak subskapsular anterior, Orbita menjadi gelap, Muka pucat atau eritem, Gatal bila berkeringat,  Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak, Aksentuasi perifolikular, 
Pada bayi, ciri-ciri  diagnosa   menjadi:
1. Tiga ciri-ciri  mayor berwujud :Pruritus, 
Riwayat atopi pada keluarga, Dermatitis pada muka dan ekstensor
2.   tiga ciri-ciri  minor berwujud :
Skuama di scalp kronis. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular,  Fisura di belakang telinga
Diagnosa  banding: 
Dermatitis seboroik (terutama pada bayi), Dermatitis kontak, Dermatitis numularis, 
Skabies, Iktiosis , Psoriasis (terutama di area  palmoplantar), Sindrom Sezary, 
Dermatitis herpetiformis
Pada bayi, Diagnosa  banding: , yaitu Sindrom imunodefisiensi (contoh  sindrom Wiskott-Aldrich), Sindrom hiper IgE
Komplikasi
Perluasan penyakit (eritroderma), Infeksi sekunder Pengobatan :  
dilakukan dengan rekayasa  gaya hidup, yaitu:
-- Membilas badan segera Sesudah  selesai berenang untuk menghindari kontak, klorin yang terlalu lama.Menghindari stress psikis., Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
-- Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau bahan sintetik.
Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.Menjaga kebersihan bahan pakaian. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
--Pada bayi, menjaga kebersihan di area  popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil.
Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri sebab  menginduksi resistensi.
. Menemukan pemicu keparahan:
2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Oral sistemik
 Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
b. Topikal (2 kali sehari)
 Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa  dipakai  fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
 Pada masalah  dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa  diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau 
mometason furoat krim 0,1%. Pada masalah  infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
Pemeriksaan Penunjang :  
Pemeriksaan untuk melakukan  atopi, contoh  skin prick test/tes uji tusuk pada masalah  dewasa.
Konseling :
--fokus  kepada seluruh anggota keluarga bahwa rekayasa  gaya hidup tidak hanya berlaku pada pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga secara keseluruhan.
--. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk menghindari pemicu keparahan:  dan melakukan perawatan kulit secara benar.
--memberi  informasi kepada keluarga bahwa prinsip pengobatan yaitu  menghindari gatal, menekan proses peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
Pengobatan  lanjutan:
Pemantauan efek samping kortikosteroid. Bila ada   efek samping, kortikosteroid dihentikan.
. Diperlukan pengobatan pemeliharaan Sesudah  tahap  akut teratasi. Pengobatan pemeliharaan dengan kortikosteroid topikal jangka panjang (1 kali sehari) dan pemakaian  krim pelembab 2 kali sehari sepanjang waktu.. Pengobatan pemeliharaan bisa  diberikan selama maksimal 4 minggu.
Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu, Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma,  Dermatitis atopik luas dan berat, Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid . Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk




DERMATITIS NUMULARIS
Dermatitis numularis yaitu  dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berwujud  papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans). Penyakit ini pada pasien dewasa lebih sering terjadi pada laki-laki  dibandingkan  wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin 
antara 50dan 68 tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 19sampai 28 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa muncul  pada anak, bila ada muncul nya jarang pada usia sebelum satu tahun, biasanya  kejadian meningkat seiring bertambahnya usia, 
Anamnesis Keluhan  :
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang muncul  dan sering kambuh. 
pemicu keparahan: 
kontak alergi, riwayat dermatitis atopik pada masalah  dermatitis numularis anak, stress 
emosional, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan dengan kelembaban rendah, riwayat infeksi kulit sebelumnya, laki-laki , usia 50-69 tahun (pada wanita 19-29 tahun), riwayat trauma fisik  dan kimiawi (fenomena Kobner: gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama), riwayat dermatitis, 
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
--Tanda eksudasi sebab  vesikel mudah pecah, lalu  mengering menjadi krusta kekuningan. 
--Lesi akut berwujud  vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas. 
--Jumlah lesi bisa  satu, bisa  pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang beragam  . Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan
Pemeriksaan Penunjang :
Tidak diperlukan, sebab  gejala jelas dan klasik.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: 
sirkumskripta, Dermatomikosis
Dermatitis kontak, Dermatitis atopi, Neurodermatitis 
Pengobatan : 
1. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
2. Farmakoterapi yang bisa  diberikan, yaitu:
--. Topikal (2 kali sehari) Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000, 
memakai  3 lapis kasa bersih, selama masing-masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi mengering.
 lalu  terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa  dipakai  fluosinolon asetonid 
krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada masalah  infeksi sekunder, perlu 
 pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
Pada masalah  dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa  diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau 
Mometason furoat krim 0,1%).
--Oral sistemik
Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
 Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 
minggu.
--jika ada infeksi bakteri bisa  diberikan antibiotik topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
Komplikasi:Infeksi sekunder
Konseling :
Mencegah terjadinya infeksi sebagai pemicu keparahan:  terjadinya relaps. memberi  nasihat  bahwa kelainan bersifat kronis danberulang sehingga penting untuk pemberian obat topikal rumatan.
ciri-ciri  Rujukan :
. jika  diduga ada   faktor penyulit lain, contoh  fokus infeksi pada organ lain, maka konsultasi danatau ditambah  rujukan kepada tenaga medis  spesialis terkait (contoh: gigi mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk Pengobatan :  fokus infeksi ini . jika  kelainan tidak membaik dengan pengobatan topikal standar.
peralatan medis :
penyakit dermatitis numularis.





LIKEN SIMPLEKS KRONIK (NEURODERMATITIS SIRKUMKRIPTA)
Liken simpleks kronik atau dinamakan    neurodermatitis, sirkumkripta yaitu  kelainan kulit berwujud  peradangan kronis, sangat gatal berbentuk  sirkumskrip dengan tanda berwujud  kulit tebal dan menonjol mirip  kulit batang 
kayu akibat garukan dan gosokan yang berulang-ulang. pemicu  kelainan ini belum diketahui. Prevalensi tertinggi penyakit ini pada orang yang berusia 30-50 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki . 
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  gatal sekali pada kulit, tidak terus menerus, namun dirasakan terutama malam hari atau waktu tidak sibuk. Bila terasa gatal, sulit ditahan bahkan hingga harus digaruk sampai luka baru gatal hilang untuk sementara. 
pemicu keparahan:  
Wanita lebih sering muncul  dibandingkan laki-laki , dengan puncak insidens 30-50 tahun.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
mulanya  lesi berwujud  eritema dan edema atau golongan  papul, lalu  sebab  garukan berulang, bagian tengah menebal, kering, berskuama dan  pinggirnya mengalami hiperpigmentasi. Bentuk biasanya  lonjong, mulai dari lentikular sampai plakat. . Lesi biasanya tunggal, namun bisa  lebih dari satu.. bisa  terletak dimana saja yang mudah dicapai tangan. Biasanya ada   di area  tengkuk, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, kulit kepala, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva.
Diagnosa  banding: 
Dermatitis numularis, Dermatitis atopik, Dermatitis kontak, Liken planus, 
Pengobatan : 
1. Pasien disarankan agar tidak terus menerus menggaruk lesi saat gatal, dan  mungkin perlu dilakukan konsultasi dengan psikiatri.
2. Prinsip pengobatan yaitu mengusahakan  agar penderita tidak terus menggaruk sebab  gatal, dengan pemberian:
--Glukokortikoid topikal, antara lain: betametason dipropionat salep/krim 0,05% 1-3 kali sehari, metilprednisolon aseponat salep/krim 0,1% 1-2 kali sehari, atau mometason furoat salep/krim 0,1% 1 kali sehari. Glukokortikoid bisa  dicampuran  dengan tar untuk efek antiinflamasi.
--. Antipruritus: antihistamin dengan efek sedatif, seperti hidroksisin 10-50 mg  setiap 4 jam, difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam (maksimal 300 mg/hari), atau klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg/hari).
Konseling :
Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi pemicu  lain yang mendasari penyakit dengan berkonsultasi kepada psikiatri atau tenaga medis  spesialis kulit.. Memberitahu keluarga mengenai kondisi pasien dan penanganannya.
Menyarankan pasien untuk melakukan konsultasi dengan psikiatri dan mencari kemungkinan penyakit lain yang mendasari penyakit ini.
peralatan medis :
khusus untuk mendiagnosa   penyakit liken simpleks kronik.




DERMATITIS KONTAK ALERGIK
Dermatisis kontak alergik (DKA) yaitu  reaksi peradangan kulit imunologik sebab  reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi berwujud  alergen (tahap  sensitisasi) yang biasanya  berlangsung 2-3 minggu. Bila terjadi terpapar  ulang dengan alergen yang sama atau mirip , periode hingga 
terjadinya gejala klinis biasanya  24-48 jam (tahap  elisitasi). Alergen paling sering berwujud  bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da. DKA terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen, derajat terpapar  dan luasnya penetrasidi kulit.
Anamnesis Keluhan  :
Hal yang penting ditanyakan yaitu  riwayat kontak dengan bahan-bahan yang berkaitan  dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah dipakai , obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang bisa  memicu  alergi,   riwayat alergi di keluarga pemicu keparahan: 
Keluhan kelainan kulit berwujud  gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan bisa  ditambah  muncul nya bercak kemerahan.
Riwayat dermatitis atopik atau riwayat atopi pada diri pasien dan keluarga,  muncul  pada pasien yang terpajan oleh bahan alergen.Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Tanda yang bisa  diobservasi sama seperti dermatitis biasanya  tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan pemicu nya, seperti di ketiak oleh deodoran, di 
pergelangan tangan oleh jam tangan, 
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan pasien  terhadap suatu bahan yang bersifat alergen.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: Dermatitis kontak iritan.
Komplikasi Infeksi sekunder
Pengobatan : 
1. Pasien perlu mengidentifikasi pemicu keparahan: , menghindari bahan-bahan yang 
bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisik , memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab dan  memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak alergen saat bekerja.
2. Keluhan diberikan farmakoterapi berwujud :
a. Oral sistemik
 Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
b. Topikal (2 kali sehari)
Pada masalah  infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
 Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa  dipakai  Fluosinolon asetonid krim 0,025%). Pada masalah  dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa  diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
Pelembab krim hidrofilik urea 10%. 
Konseling :
nasihat  memakai  alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot.
 menghindari bahan alergen di rumah saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
dilakukan patch test.. jika  kelainan tidak membaik dalam 4 minggu Sesudah  pengobatan standar 
dan sudah menghindari kontak.




DERMATITIS KONTAK IRITAN
Dermatisis kontak iritan (DKI) yaitu  reaksi peradangan kulit non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI bisa  dialami oleh semua orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan ras. pemicu  munculnya dermatitis jenis ini yaitu  bahan yang bersifat iritan, contoh  bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya berkaitan  dengan pekerjaan.
Anamnesis Keluhan  :
Keluhan di kulit bisa  beragam, tergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi  gejala akut, sedang  iritan lemah memberi  gejala kronis. Gejala yang  dikeluhkan yaitu  perasaan gatal dan muncul nya bercak kemerahan pada area  
yang terkena kontak bahan iritan. kadang  diikuti oleh rasa pedih, panas,  terbakar. 
pemicu keparahan:  
Riwayat dermatitis atopik, muncul  pada pasien yang terpajan oleh bahan iritan, Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu, Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan, montir, penata rambut
Pemeriksaan Fisik 
Tanda patognomonis
Tanda yang bisa  diobservasi sama seperti dermatitis biasanya , tergantung pada kondisi akut atau kronis. 
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan pasien  terhadap suatu bahan yang bersifat iritan.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
penggolongan 
berdasar  pemicu  dan pengaruh faktor tertentu, DKI dibagi menjadi:
1. DKI traumatik:
Lokasi predileksi paling sering terjadi di tangan.
. Kelainan kulit berkembang lambat Sesudah  trauma panas atau laserasi. Gejala seperti dermatitis numularis (lesi akut dan basah). Penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu. 
2. DKI non eritematosa: 
yaitu  bentuk subklinis DKI, ditandai dengan perubahan fungsi sawar stratum korneum, hanya ditandai oleh skuamasi ringan tanpa ditambah  kelainan klinis lain. 
3. DKI subyektif/ DKI sensori:
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa seperti tersengat (pedih)atau terbakar (panas) Sesudah  kontak dengan bahan kimia tertentu, contoh  asam laktat.
4. DKI akut: 
--Tepi kelainan kulit berbatas tegas dan biasanya  asimetris.
--. Bahan iritan kuat, contoh  larutan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida  (HCl), termasuk luka bakar oleh bahan kimia. 
-- Lesi berwujud : eritema, edema, bula, kadang ditambah  nekrosis.
5. DKI akut lambat:
--kadang  dipicu  oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata), penderita baru merasa pedih keesokan harinya, 
pada mulanya  terlihat eritema, dan pada sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
--Gejala klinis baru muncul sekitar 8-24 jam atau lebih Sesudah  kontak. 
-- Bahan iritan yang bisa  memicu  DKI tipe ini diantaranya yaitu  benzalkonium klorida, dan asam hidrofluorat. podofilin, antralin, tretionin, etilen oksida, 
6. DKI kumulatif/ DKI kronis:
--. Kulit bisa  retak seperti luka iris (fisur), contoh  pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus-menerus dengan deterjen. Keluhan penderita biasanya  rasa gatal atau nyeri sebab  kulit retak (fisur). Ada kalanya kelainan hanya berwujud  kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. 
-- pemicu nya yaitu  kontak berulang-ulang dengan iritan lemah (faktor fisik  contoh  gesekan, trauma minor, kelembaban rendah, panas atau dingin, faktor kimia seperti deterjen, sabun, pelarut, tanah dan bahkan air).
--biasanya  predileksi muncul  di tanganterutama pada pekerja.
--Kelainan baru muncul Sesudah  kontak dengan bahan iritan berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun lalu  sehingga waktu dan rentetan kontak yaitu  faktor utama . 
7. Reaksi iritan: 
biasanya  bisa  sembuh sendiri, namun memicu  penebalan kulit, dan kadang  berlanjut menjadi DKI kumulatif.
. yaitu  dermatitis subklinis pada pasien  yang terpajan dengan pekerjaan basah, contoh  penata rambut dan pekerja logam dalam beberapa bulan pertama, kelainan kulit monomorfik (efloresensi tunggal)bisa  berwujud  pustul,  erosi, eritema, skuama, vesikel, 
Diagnosa  banding: Dermatitis kontak alergi
Komplikasi Infeksi sekunder.
Pengobatan : 
1. Keluhan bisa  diatasi dengan pemberian farmakoterapi, berwujud :
a. Oral sistemik
 Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
b. Topikal (2 kali sehari)
 Pelembab krim hidrofilik urea 10%. 
Pada masalah  DKI kumulatif dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa  diberikan golongan betametason valerat krim 
0,1% atau mometason furoat krim 0,1%).
Pada masalah  infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
 Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa  dipakai  fluosinolon asetonid krim 0,025%).
2. Pasien perlu mengidentifikasi pemicu keparahan: , menghindari bahan-bahan yang 
bersifat iritan, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisik , memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab, dan  memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak iritan saat bekerja.
Konseling :
nasihat  untuk memakai  alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot.
bisa  dilakukan patch test. jika  kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan standar dan sudah menghindari kontak.
Prognosis biasanya  bonam. Pada masalah  DKI akut dan bisa menghindari kontak, prognosisnya yaitu  bonam (sembuh tanpa komplikasi). Pada masalah  kumulatif dan tidak bisa menghindari kontak, prognosisnya yaitu  dubia.





NAPKIN ECZEMA (DERMATITIS POPOK)
Napkin eczema atau  dermatitis popok atau diaper rash yaitu  dermatitis di area  genito-krural sesuai dengan tempat kontak popok. biasanya  pada bayi pemakai popok dan juga pasien dewasa yang sakit dan memakai popok. Dermatitis ini yaitu  salah satu dermatitis kontak iritan akibat isi napkin (popok).
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  gatal dan bercak merah berbatas tegas mengikuti bentuk popok yang berkontak, kadang  basah dan membentuk luka. 
pemicu keparahan:  
Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan kertas.
. Popok jarang diganti.  Kulit bayi yang kering sebelum dipasang popok.Riwayat atopi diri pasien dan keluarga .
 Pemeriksaan Fisik 
Tanda patognomonis
Plak eritematosa (merah cerah), membasah, kadang pustul, lesi satelit (bila terinfeksi jamur)
. Makula eritematosa berbatas agak tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang berkontak)
. Papul . Vesikel . Erosi . Ekskoriasi
. Infiltran dan ulkus bila parah
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diduga terinfeksi jamur kandida, perlu dilakukan pemeriksaan KOH atau Gram dari kelainan kulit yang basah.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Psoriasis infersa. Eritrasma. Penyakit Letterer-Siwe. Akrodermatitis enteropatika. 
Komplikasi Infeksi sekunder
Pengobatan : 
Untuk mengurangi gejala dan mencegah bertambah beratnya lesi, perlu dilakukan hal berikut:
disarankan  pemakaian popok sekali pakai jenis highly absorbent.Ganti popok bayi lebih sering, pakailah  pelembab sebelum memakaikanpopok bayi.
2. Prinsip pemberian farmakoterapi yaitu untuk menekan inflamasi dan mengatasi infeksi kandida.
Bila terinfeksi kandida: berikan antifungal nistatin sistemik 1 kali sehari selama 7 hari atau derivat azol topikal dicampuran  dengan zinc oxide
diberikan 2 kali sehari selama 7 hari. 
. Bila ringan: krim/salep bersifat protektif (zinc oxide/pantenol) dipakai 2 kali sehari selama 1 minggu atau kortikosteroid potensi lemah (hidrokortison salep 1-2,5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7 hari. 
Konseling :
Mengganti popok sekali pakai bila kapasitas sudah  penuh. Memberitahu keluarga mengenai pemicu  dan menjaga kebersihan  kulit.. Mengajarkan cara pemakaian  popok dan mengganti secepatnya bila popok basah.
Pengobatan  lanjutan:
Bila gejala tidak menghilang Sesudah  pengobatan standar selama 1 minggu, dilakukan:
Pengobatan bisa  diulang 7 hari lagi. pemeriksaan ulang KOH atau Gram.Bila keluhan tidak membaik Sesudah  pengobatan standar selama 2 minggu.
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan KOH dan Gram




DERMATITIS PERIORAL
Dermatitis perioral yaitu  erupsi eritematosa persisten yang terdiri dari papul kecil dan papulo-pustul yang berlokasi di sekitar mulut. Dermatitis perioral bisa  terjadi pada anak dan dewasa. Dalam populasi dewasa, penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan  laki-laki . Namun, selama masa kanak-kanak persentase pasien laki-laki  lebih besar. Pada anak-anak, penyakit ini memiliki kecenderungan untuk meluas 
ke periorbita atau perinasal. Beberapa agen pemicu  terlibat dalam patogenesis penyakit ini diantaranya pemakaian  kosmetik dan glukokortikoid. pemakaian campuran  foundation, pelembab dan krim malam memicu  terjadinya dermatitis perioral secara menonjol . 
pemakaian  kortikosteroid yaitu  pemicu  utama penyakit ini pada anak￾anak. faktor  lainnya yang juga diidentifikasai diantaranya infeksi, faktor 
hormonal, pemakaian pil kontrasepsi, kehamilan, fluoride dalam pastagigi, sensitasi merkuri dari tambalan amalgam. Demodex folliculorum 
 berperan  dalam patogenesis dermatitis perioral terutama pada anak dengan imunokompromais.  bahwa density dari D.folliculorum yaitu  fenomena sekunder pemicu  dermatitis perioral. 
Anamnesis Keluhan  :
  gatal dan rasa panas ditambah  muncul nya lesi di sekitar mulut. 
pemicu keparahan:  
Pasien imunokompromais, Pemakaian kortikosteroid topikal.  Pemakaian kosmetik. 
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Erupsieritematosa yang terdiri dari papul,papulopustul atau papulovesikel, biasanya 
tidak lebih dari 2 mm. Lesi berlokasidi sekitar mulut, namun pada anak lesi bisa  meluas ke perinasal atau periorbita. 
Diagnosa  banding: 
Lip-licking cheilitis, Histiocytosis , Sarkoidosis
Dermatitis kontak, Dermatitis seboroik, Rosasea, Akne, 
Komplikasi Infeksi sekunder
Pengobatan : 
Untuk keberhasilan pengobatan, langkah pertama yang dilakukan yaitu  menghentikan pemakaian  semua kosmetik dan kortikosteroidtopikal. Jika tidak diobati, bentukklasik dermatitis perioral memiliki kecenderungan untuk bertahan,terutama jika pasien terbiasa memakai pelembab atau krim malam. Dalam masalah  resisten, dermatitis perioral memerlukan farmakoterapi, seperti:
1. Sistemik 
--. Eritromisin 250 mg, dua kali sehari selama 4-6 minggu
--Azytromisin 500 mg per hari, 3 hari berturut-turut per minggu selama 4 minggu.
--. Tetrasiklin 250-500 mg, dua kali sehari selama 3 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
--. Minosiklin 100 mg per hari selama 4 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
--. Doksisiklin 100 mg per hari selama 3 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
2. Topikal
--Asam azelaik krim 20% atau gel 15%, dua kali sehari
-;Adapalene gel 0,1%, sekali sehari selama 4 minggu
--. Metronidazol krim atau emulsi 0,75%-1%, dua kali sehari (satu kali sehari pada anak) selama 8 minggu.
--. Klindamisin krim 1%, satu atau dua kali sehari 
--. Eritromisin krim 2-3% satu atau dua kali sehari
Pemeriksaan Penunjang :  
Pada pasien yang menderita dermatitis perioral dalam waktu lama, pemeriksaan mikroskopis lesi bisa  disarankan untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri,jamur atau adanya Demodex folliculorum.
Konseling :
menghentikan pemakaian kortikostroid topikal. Eritema bisa  terjadi pada beberapa hari Sesudah  penghentian steroid.
nasihat  dilakukan terhadap pasien dan pada pasien anak nasihat  dilakukan kepada orangtuanya. nasihat  berwujud  menghentikan pemakaian semua kosmetik, 
ciri-ciri  Rujukan :
Pasien dirujuk jika  memerlukan pemeriksaan mikroskopik atau pada pasien dengan gejala  yang tidak biasa dan perjalanan penyakit yang lama.
peralatan medis :
 khusus untuk mendiagnosa   penyakit dermatitis perioral.




PITIRIASIS ROSEA
Penyakit ini belum diketahui sebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus (mother patch), lalu  disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas, yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 3-8 minggu. Pitiriasis rosea diperoleh  pada 
semua usia, terutama antara 15-40 tahun, dengan rasio laki-laki  dan wanita sama besar.
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  lesi kemerahan yang mulanya  satu lalu  diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang mirip  pohon cemara terbalik. Lesi ini kadang  dikeluhkan terasa gatal ringan. 
pemicu keparahan:  
Etiologi belum diketahui, ada yang mengatakan ini  yaitu  infeksi virus sebab  yaitu  self limited disease.
Pemeriksaan Fisik
Gejala konstitusi biasanya  tidak ada  , sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), biasanya  di badan, soliter, berbentuk oval, dan anular, diameternya sekitar 3 cm. Lesi terdiri atas eritema 
dan skuama halus di atasnya. Lamanya beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Lesi berikutnya muncul  4-10 hari Sesudah  lesi pertama dengan gambaran mirip  dengan lesi pertama, namun lebih kecil, susunannya sejajar dengan tulang iga, sehingga mirip  pohon cemara terbalik. Tempat predileksi yang sering yaitu  pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan mikroskopis KOH dilakukan untuk mengabaikan  Tinea Korporis.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: Tinea korporis, Erupsi obat
Pengobatan : 
Pengobatan bersifat simptomatik, contoh  untuk gatal diberikan antipruritus seperti bedak asam salisilat 1-2% atau mentol 0,25-0,5%.
Prognosis biasanya  bonam sebab  penyakit sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu.




ERITRASMA
Eritrasma yaitu  penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang dipicu  oleh 
Corynebacterium minutissimum. Eritrasma terutama terjadi pada penderita diabetes, orang dewasa,  muncul  di area  tropis. Eritrasma  tidak 
begitu menular,  4% dan lebih banyak muncul  di area  iklim tropis dan subtropis.  insidensnya lebih banyak muncul  pada ras kulit hitam. Eritrasma terjadi baik laki-laki  maupun wanita, pada laki-laki  lebih banyak muncul  eritrasma pada area  
kruris, sedang  pada wanita di area  interdigital. berdasar  usia, insidens eritrasma bertambah seiring dengan pertambahan usia dengan pasien termuda yang pernah muncul  yaitu usia 1 tahun.
Anamnesis Keluhan  :
Eritrasma kadang tidak memicu  keluhan subyektif, namun  ada juga pasien mengeluh  gatal dengan durasi dari bulan sampai tahun.
pemicu keparahan: : 
 berkeringat, kegemukan, kebersihan  rendah , peminum alkohol, Penderita Diabetes Mellitus, iklim sedang dan panas, maserasi pada kulit, 
Pemeriksaan Fisik 
Efloresensi : eritema luas berbatas tegas, dengan skuama halus dan kadang erosif. Kadang juga diperoleh likenifikasi dan hiperpigmentasi.
Lokasi : lipat paha bagian dalam, sampai skrotum, aksilla, dan intergluteal
Pemeriksaan Penunjang : 
Sediaan langsung kerokan kulit dengan pewarnaan gram, Pemeriksaan dengan lampu Wood, 
pelaksanaan  diagnosa   melalui hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood diperoleh fluoresensi merah bata (coral pink).
Diagnosa  banding: 
seboroik, Kandidiasis, Pitiriasis versikolor, Tinea kruris, Dermatitis, 
Pengobatan :  
Pengobatan sistemik: Eritromisin 1 g sehari (4 x 250mg) untuk 2-3 minggu.. Pengobatan topikal: salep Tetrasiklin 3%
Konseling :
Bagi penderita diabetes, tetap mengendalikan  gula darah, Menjaga kebersihan badan,  Menjaga agar kulit tetap kering, memakai  pakaian yang bersih dengan bahan yang menyerap keringat.Menghindari panas atau kelembaban yang berlebih, 
peralatan medis :
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan KOH dan pewarnaan gram, Lampu Wood





SKROFULODERMA
Skrofuloderma yaitu   bentuk reaktivasi infeksi tuberkulosis akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ di bawah kulit seperti limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan mengikutsertakan  kulit di atasnya, lalu  pecah dan 
membentuk sinus di permukaan kulit.
Anamnesis Keluhan  :
Skrofuloderma  dimulai dengan pembesaran kelenjar getah bening tanpa tanda-tanda radang akut. Mula-mula hanya beberapa kelenjar diserang, lalu makin banyak sampai terjadi abses memecah dan menjadi fistel lalu  meluas menjadi 
ulkus. Jika penyakitnya sudah  menahun, maka diperoleh gejala  yang  lengkap.
pemicu keparahan:  Sama dengan TB Paru
Pemeriksaan Fisik 
Efloresensi : pembesaran kelenjar getah bening tanpa radang akut kecuali tumor dengan konsistensi bermacam-macam, periadenitis, abses dan fistel multipel, ulkus-ulkus khas, sikatriks-sikatriks yang memanjang dan tidak teratur,   jembatan kulit. Lokasi : leher, ketiak, lipat paha, 
Pemeriksaan Penunjang : 
Pemeriksaan biakan Mycobacterium tuberculosis, Pemeriksaan dahak, 
pelaksanaan  diagnosa   melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosa  banding:  
Limfogranuloma venerum, Limfosarkoma, Limfoma maligna, Hidradenitis supurativa, 
Pengobatan :  Sama dengan TB Paru
Pengobatan sistemik: Sama dengan TB Paru
Memantau ciri-ciri  penyembuhan skrofuloderma, antara lain:
Laju Endap Darah menurun, Semua fistel dan ulkus sudah menutup, Seluruh kelenjar limfe sudah mengecil (< 1 cm, konsistensi keras),  Sikatriks tidak eritematous, 
 Konseling : Sama dengan TB Paru 
peralatan medis :
Tes tuberkulin,  Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan laju endap darah dan pemeriksaan BTA, 





HIDRADENITIS SUPURATIF
Hidradenitis supuratif atau dinamakan  akne inversa yaitu  peradangan kronis dan  supuratif pada kelenjar apokrin. Penyakit ini ada   pada usia pubertas sampai usia dewasa muda. Prevalensi keseluruhan yaitu  sekitar 1%. Rasio wanita terhadap laki-laki  yaitu  3:1. Dari beberapa penelitian epidemiologi diketahui bahwa 1/3 
pasien hidradenitis supuratif memiliki kerabat dengan hidradenitis. Merokok dan kegemukan  yaitu  pemicu keparahan:  untuk penyakit ini. Penyakit ini juga sering didahului oleh trauma atau mikrotrauma, contoh  banyak keringat, pemakaian deodorant  . Beberapa bakteri sudah  diidentifikasi dalam kultur yang diambil dari lesi hidradenitis 
supuratif, diantaranya yaitu 
Coryneformbacteria,  batang Gram-negatif, Streptococcusviridans, Staphylococcus aureus, bakteri anaerob(Peptostreptococcus spesies, Bacteroidesmelaninogenicus,  Bacteroides 
corrodens), 
Anamnesis Keluhan  :
Tanpa pengobatan penyakit ini bisa  berkembang dan pasien merasakan nyeri di lesi.Keluhan awal yang dirasakan pasien yaitu  gatal, eritema,  hiperhidrosis lokal, 
pemicu keparahan:  
Merokok, kegemukan , banyak berkeringat, pemakaian deodorant, 
Pemeriksaan Fisik
Pada yang menahun bisa  terbentuk abses, fistel,  sinus yang multipel ada leukositosis, 
Ruam berwujud  nodus dengan tanda-tanda peradangan akut, lalu  bisa  melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistula dan dinamakan  hidradenitis  supuratif. Lokasi predileksi di aksila, lipat paha, gluteal, perineum dan area  payudara. Meskipun penyakit ini di aksila kebanyakan  ringan, di perianal sering progresif dan berulang, Ada dua sistem penggolongan  untuk menentukan keparahan hidradenitis supuratif, yaitu  dengan sistem penggolongan  Hurley dan Sartorius, 
 menggolongkan  pasien menjadi 3 golongan  berdasar  adanya dan luasnya jaringan parut dan sinus. 
-- Tahap I : lesi soliter atau multipel, ditandai dengan pembentukan abses tanpa saluran sinus atau jaringan parut.
--Tahap II :lesisingle atau multipel dengan abses berulang, ditandai dengan pembentukan saluran sinus dan jaringan parut. 
-- Tahap III: tahap yang paling parah, beberapa saluran saling berkaitan dan abses mengikut sertakan seluruh area anatomi(contoh ketiak atau pangkal paha).
2. Skor Sartorius. Skor diperoleh  dengan menghitung  jumlah lesi kulit dan tingkat 
keterlibatan di setiap lokasi anatomi. Lesi yang lebih parah seperti fistula diberikan skor yang lebih tinggi dibandingkan lesi ringan seperti 
abses. Skor dari semua lokasi anatomi ditambahkan untuk memperoleh skor total.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah lengkap
diagnosa   dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Lymphogranuloma venereum, Skrofuloderma
Furunkel, karbunkel, kista epidermoid atau kista dermoid , Erisipelas, Granuloma inguinal, 
Komplikasi
Karsinoma sel skuamosa bisa  berkembang pada pasien dengan riwayat penyakit yang lama, namun jarang terjadi. Jaringan parut di lokasi lesi. Inflamasi kronis pada genitofemoral bisa  memicu  striktur di anus, uretra atau rektum.Fistula uretra . Edema genital yang bisa  memicu gangguan fungsional.
Pengobatan : 
1. Pengobatan oral:
a. Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik contoh  triamsinolon, prednisolon atau prednison
b. Antibiotik sistemik
Antibiotik sistemik contoh  dengan campuran  rifampisin 600mg  sehari(dalam dosis tunggal atau dosis terbagi) dan klindamisin 300mg dua kali  sehari menandakan  hasil pengobatan yang menjanjikan. Dapson dengan  dosis 50-150mg/hari sebagai monoterapi, eritromisin atau tetrasiklin 250-500 mg 4xsehari, doksisilin 100 mg 2xsehari selama 7-14 hari.
2. Jika sudah  terbentuk abses, dilakukan insisi.
Konseling :
Menjaga kebersihan kulit,  memakai  pakaian yang longgar untuk mengurangi gesekan, Mandi dengan memakai  sabun dan antiseptik atau antiperspirant. Mengurangi berat badan untuk pasien kegemukan . Berhenti merokok. Tidak mencukur di kulit yang berjerawat sebab  mencukur bisa  mengiritasi kulit.
ciri-ciri  Rujukan :
Pasien dirujuk jika  penyakit tidak sembuh dengan pengobatan oral atau lesi kambuh Sesudah  dilakukan insisi dan drainase.
peralatan medis : Bisturi




AKNE VULGARIS RINGAN
Akne vulgaris yaitu  penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang  diinduksi dengan peningkatan produksi sebum, perubahan pola keratinisasi, peradangan, dan kolonisasi dari bakteri Propionibacterium acnes. Sinonim untuk 
penyakit ini yaitu  jerawat. biasanya  insidens terjadi pada wanita usia 14-17 tahun, laki-laki 16-19 tahun lesi yang utama yaitu  komedo dan papul dan bisa  ditemukan  pula  lesi beradang. Pada anak wanita,akne vulgaris bisa  terjadi pada premenarke. Sesudah  masa remaja kelainan ini berangsur berkurang, namun kadang  menetap sampai dekade ketiga terutama pada wanita. Ras oriental (Korea, Jepang, Cina) lebih jarang menderita akne vulgaris dibandingkan dengan ras kaukasia (Amerika, Eropa).
Anamnesis Keluhan  :
Keluhan berwujud  erupsi kulit polimorfi di lokasi predileksi, ditambah  rasa nyeri atau gatal 
namun masalah estetika biasanya  yaitu  keluhan utama. 
pemicu keparahan: :
banyak makan makanan berlemak dan tinggi karbohidrat, Usia remaja, stress emosional, siklus menstruasi, merokok, ras, riwayat akne dalam keluarga, 
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis 
Komedo berwujud  papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam dinamakan  komedo hitam (open comedo, black comedo, ) dan bila berwarna putih dinamakan  komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo). Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodus dan kista yang beradang.Tempat predileksi yaitu  di muka, bahu, dada bagian atas,  punggung bagian  atas. Lokasi kulit lain contoh  di leher, lengan atas,  kadang  glutea.Gradasi yang menunjukan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan. Gradasi akne vulgaris yaitu  antaralain :
1. Ringan, bila:
Sedikit lesi beradang pada satu predileksi
 Beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi
 Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
2. Sedang, bila:
Beberapa lesi beradang ada satu predileksi
Sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi,  Banyak lesi tak beradang pada satu predileksi,  Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, 
3. Berat, bila:
Banyak lesi beradang pada satu atau lebih predileksi,  Banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, 
Keterangan:
Sedikit bila kurang dari 5, beberapa bila 5-10, banyak bila lebih dari 10 lesi
Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul
Beradang : pustul, nodus, kista
Pada pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna) muncul  sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya  kadang berwarna hitam.
diagnosa 
dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosa  banding: 
Dermatitis perioral, Erupsi akneiformis, Akne venenata, Rosasea, 
Pengobatan :  meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk melenyapkan  jerawat yang terjadi (kuratif). 
Pencegahan yang bisa  dilakukan :
1.Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, contoh  Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, contoh  minuman keras, makanan pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya.
 Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis, yang bisa  memperberat erupsi yang sudah  terjadi. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga berenang , sesuai kondisi tubuh, hindari stress.pemakaian  kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya.
2.Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum dengan cara :
Melakukan perawatan kulit dengan membersihkan permukaan kulit., Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun ini  diperdebatkan efektivitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, ini  bisa  dilakukan.
Pengobatan akne vulgaris ringan bisa  dilakukan dengan memberi  farmakoterapi seperti : 
1. Topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri dari :
a. Bahan iritan yang bisa  mengelupas kulit (peeling), contoh  sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%), asam azelat (15-20%) atau asam alfa hidroksi (AHA) 
contoh  asma glikolat (3-8%). Efek samping obat iritan bisa  dikurangi  dengan cara pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah.
b. Antibiotik topikal: oksitetrasiklin 1%, eritromisin 1%, klindamisin fosfat 1%.
c. Retinoid, Retinoid topikal yaitu  obat andalan untuk pengobatan jerawat sebab  bisa  melenyapkan  komedo, mengurangi pembentukan mikrokomedo, adanya efek antiinflamasi. Kontraindikasi obat ini yaitu pada wanita hamil dan wanita usia subur harus memakai  kontrasepsi yang efektif. campuran  retinoid topikal dan antibiotik topikal (klindamisin) atau benzoil peroksida lebih ampuh mengurangi jumlah inflamasi dan lesi non-inflamasi 
dibandingkan dengan retinoidmonoterapi. Pasien yang memakai campuran  terapi juga menandakan  tanda-tanda perbaikan yang lebih cepat.
d. Antiperadangan topikal: hidrokortison 1-2,5%.
2. Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan aktivitas jasad renik disamping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum. bisa  diberikan antibakteri sistemik, contoh  tetrasiklin 250 mg-1g/hari, eritromisin 4x250 mg/hari.
Pemeriksaan Penunjang : Lanjutan 
Konseling :
tenaga medis  perlu memberi  informasi yang tepat pada pasien mengenai pemicu  penyakit, pencegahan, dan cara maupun lama pengobatan, dan  prognosis penyakitnya. ini  penting agar penderita tidak mengharap berlebihan terhadap 
usaha Pengobatan :  yang dilakukan.
ciri-ciri  Rujukan :
Akne vulgaris sedang sampai berat.peralatan medis :
Komedo ekstraktor (sendok Unna)



URTIKARIA
Urtikaria yaitu  reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam sebab. Sinonim penyakit ini yaitu  biduran, kaligata, hives, nettle rash. Ditandai oleh edema  setempat yang muncul  mendadak dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat 
dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya bisa  dikelilingi halo. bisa  ditambah  dengan angioedema. Penyakit ini sering ditemukan  pada semua usia, orang dewasa lebih banyak terkena dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih  mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Penisilin tercatat  sebagai obat yang lebih sering memicu  urtikaria.
Anamnesis Keluhan  :
Pasien mengeluh  biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang ditambah  bentol-bentol di area  wajah, tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan bisa  juga ditambah  rasa panas seperti terbakar 
atau tertusuk. kadang  ada   keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah￾muntah, nyeri kepala, dan berdebar-debar (gejala angioedema).
pemicu keparahan: 
Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi, hormon, pencahar).Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang). Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
Penyakit autoimun dan kolagen.Usia rata-rata yaitu  35 tahun.Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, sinar matahari, sinar UV, radiasi).
 Riwayat atopi pada diri pasien dan keluarga .
 Riwayat alergi.Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
 Riwayat gigitan/sengatan serangga, 
Pemeriksaan Fisik
kadang  ditambah  demografisme, berwujud  edema linier di kulit yang terkena goresan benda tumpul, muncul  dalam waktu lebih kurang 30menit. Pada lokasi tekanan bisa  muncul  lesi urtika.Tanda lain bisa  berwujud  lesi bekas garukan. Ruam atau patch eritema, Berbatas tegas. Bagian tengah tampak pucat. Bentuk papul dengan ukuran beragam  , mulai dari papular hingga plakat.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya, contoh  pemeriksaan gigi, THT, untuk mengabaikan  adanya infeksi fokal.
Tempat predileksi
Bisa terbatas di lokasi tertentu, namun bisa  generalisata bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau bagian ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang :
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang  dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu. Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air hangat diagnosa diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan adanya fokus infeksi tersembunyi). Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme, 
penggolongan :
-- berdasar  luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau kontak), generalisata (biasanya  dipicu  oleh obat atau makanan) dan angioedema. 
--berdasar  waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas urtikaria  akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6 minggu). 
-- berdasar  morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria papular (papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).
--. berdasar  pemicu  dan mekanisme terjadinya, urtikaria bisa  dibedakan menjadi:
a. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiat, NSAID, aspirin dan  trauma fisik).
b. Urtikaria idiopatik (tidak jelas pemicu  dan mekanismenya).
c. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:
 Keterlibatan IgE  reaksi hiperkepekaan  tipe I (Coombs and Gell) yaitu pada atopi dan adanya antigen khusus, Keikutdan an komplemen  reaksi hiperkepekaan  tipe II dan III 
(Coombs and Gell), dan genetik.Urtikaria kontak  reaksi hiperkepekaan  tipe 4 (Coombs and Gell).
Diagnosa  banding: 
Purpura anafilaktoid (purpura Henoch-Schonlein), Pitiriasis rosea (lesi awal berbentuk eritema), Eritema multiforme (lesi urtika, biasanya  ada   pada ekstremitas bawah).
Komplikasi
Angioedema bisa  ditambah  obstruksi jalan napas.
Pengobatan : 
pengobatan pada layanan primer dilakukan dengan first-line therapy, yaitu memberi  nasihat  pasien tentang penyakit urtikaria (pemicu  dan prognosis) dan terapi farmakologis sederhana. 
Urtikaria akut
Atasi kondisi  akut terutama pada angioedema sebab  bisa  terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan bisa  dilakukan di Unit Gawat Darurat bersama-sama dengan/atau dikonsultasikan ke tenaga medis  spesialis THT. 
Bila ditambah  obstruksi saluran napas, diindikasikan pemberian epinefrin subkutan 
yang dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Urtikaria kronik
1. Pemberian farmakoterapi dengan:
a. Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau  2% selama 1 minggu terus menerus.
b. jika  terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, bisa  diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg per har
c. Antihistamin oral nonsedatif, contoh  loratadin 1 x 10 mg per hari selama 1 minggu. 
d. Bila tidak berhasil dicampuran  dengan Hidroksisin 3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-50 mg per hari selama 1 minggu. 
e. jika  urtikaria sebab  dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4 mg per hari lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
2. Pasien menghindari pemicu  yang bisa  memicu  urtikaria, seperti:
--Agen lain yang diperkirakan bisa  memicu  urtikaria.
-- Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
-- pemakaian  antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE inhibitor.
-Rujukan ke tenaga medis  spesialis bila muncul  fokus infeksi.
-Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
-. Jika pengobatan first-line therapy gagal.
-. Jika kondisi menurun  , yang ditandai dengan makin bertambahnya patch eritema, muncul  bula, atau bahkan ditambah  sesak.
peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.Tabung dan masker oksigen, Alat resusitasi



EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION
Exanthematous Drug Eruption yaitu  salah satu bentuk reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang dimaksud  yaitu  zat yang dipakai untuk melakukan  diagnosa  , profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi yaitu  reaksi hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya yaitu  erupsi morbiliformis, makulopapular, 
Anamnesis Keluhan  :
Gatal ringan sampai berat yang ditambah  kemerahan dan bintil pada kulit. Kelainan 
muncul 10-14 hari Sesudah  mulai pengobatan. Biasanya dipicu  sebab  pemakaian  antibiotik (tetrasiklin, ampisilin, sulfonamid) atau analgetik￾antipiretik non steroid. Kelainan biasanya  muncul  pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak, lalu  meluas dalam 1-2 hari. Gejala diikuti demam subfebril, malaise, dan nyeri sendi yang  muncul 1-2 minggu Sesudah  mulai mengkonsumsi obat, jamu, atau bahan-bahan yang  dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan kontras radiologi). pemicu keparahan:  
Riwayat atopi diri pasien dan keluarga .
. Alergi terhadap alergen lain.. Riwayat alergi obat sebelumnya.. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh terpapar  sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka).
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Tempat predileksi, Tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak.Erupsi makulopapular atau morbiliformis.
Kelainan bisa  simetris.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: Morbili
Komplikasi  Eritroderma
Pengobatan : 
Prinsip pengobatan  yaitu  menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat pemicu nya bisa  diketahui dan segera disingkirkan.Farmakoterapi yang diberikan, yaitu:
1. Topikal: 
Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5% - 1%)
2. Kortikosteroid sistemik: Prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian per hari selama 1 minggu. 
3. Antihistamin sistemik: 
Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan
Setirizin2x10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan, 
Konseling :
--Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh dengan adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi. 
--Prinsipnya yaitu  eliminasi obat pemicu  erupsi. 
--Pasien pasien dan keluarga  diberitahu untuk membuat catatan kecil di dompetnya 
tentang alergi obat yang dideritanya.
--Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
--. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai pemicu  :
Uji provokasi,  Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan, Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan, Lesi meluas, 
 Bila tidak ada perbaikan Sesudah  memperoleh  pengobatan standar dan menghindari obat selama 7 hari, 
Tidak diperlukan peralatan medis :  untuk mendiagnosa   penyakit Exanthematous 






FIXED DRUG ERUPTION
Fixed Drug Eruption (FDE) yaitu  salah satu jenis erupsi obat,  bahwa kelainan akan terjadi berkali-kali pada tempat yang sama. memiliki  tempat predileksi dan lesi yang khas berbeda dengan Exanthematous Drug Eruption. FDE yaitu  reaksi alergi tipe 2 (sitotoksik).
Pasien datang keluhan kemerahan atau luka pada sekitar mulut, bibir,  di alat kelamin, yang terasa panas. Keluhan muncul  Sesudah  mengkonsumsi obat-obat yang sering menjadi pemicu  seperti analgetik, Sulfonamid, Barbiturat, Trimetoprim,  
Anamnesis yang dilakukan harus meliputi  riwayat pemakaian  obat-obatan atau jamu. Kelainan muncul  secara akut atau bisa  juga beberapa hari Sesudah  mengkonsumsi obat. Keluhan lain yaitu  rasa gatal yang bisa  ditambah  demam yang subfebril, 
pemicu keparahan: 
Riwayat atopi diri pasien dan keluarga, Alergi terhadap alergen lain, Riwayat alergi obat sebelumnya, Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh terpapar  sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka)
Pemeriksaan Fisik 
Tanda patognomonis
Lesi khas: 
 Lesi target berbentuk bulat lonjong atau numular
kadang  ditambah  erosi, Bercak hiperpigmentasi dengan kemerahan di tepinya, terutama pada lesi berulang, Eritema, Vesikel, bercak, 
Tempat predileksi:
 Sekitar mulut, area  bibir, area  penis atau vulva, 
Pemeriksaan Penunjang :
Biasanya tidak diperlukan 
diagnosa   berdasar  anamnesis dan pemeriksaan 
Diagnosa  banding: 
Selulitis, Herpes simpleks , SJS (Steven Johnson Syndrome), Pemfigoid bulosa, 
Komplikasi
Infeksi sekunder
Pengobatan : 
Prinsip pengobatan  yaitu  menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat pemicu nya bisa  diketahui dan segera disingkirkan. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi yang bisa  diberikan, yaitu:
-Antihistamin sistemik untuk mengurangi rasa gatal; contoh  Hidroksisin tablet 10 mg/hari 2 kali sehari selama 7 hari atau Loratadin tablet 1x10 mg/hari selama 7 hari, 
- Kortikosteroid sistemik, contoh  prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian per hari
- Pengobatan topikal
a. Terapi dilanjutkan dengan pemakaian topikal kortikosteroid potensi ringan￾sedang, contoh  Hidrokortison krim 2,5% atau Mometason furoat krim 0,1%.
b. Pemberian topikal tergantung dari kondisi  lesi, bila terjadi erosi atau madidans bisa  dilakukan kompres NaCl 0,9% atau Larutan Permanganas 
kalikus 1/10.000 dengan 3 lapis kasa selama 10-15 menit. Kompres  dilakukan 3 kali sehari sampai lesi kering. 
Konseling :
Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh dengan adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi. Dan bila alergi berulang terjadi kelainan yang sama, pada lokasi yang sama.
. Prinsipnya yaitu  eliminasi obat terduga.
Pasien pasien dan keluarga  diberitahu untuk membuat catatan kecil di dompetnya tentang alergi obat yang dideritanya.
ciri-ciri  Rujukan :
Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai pemicu :
Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutkan dengan
. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Uji provokasi, 
Bila tidak ada perbaikan Sesudah  memperoleh  pengobatan standar selama 7 hari dan menghindari obat.
Lesi meluas, 
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa   penyakit Fixed Drug Eruption.
memenuhi ciri-ciri  Rujukan :
Pengobatan : 
Merekayasa  gaya hidup dengan memakai  alas kaki dan sarung tangan saat  melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti berkebun 
dan lain-lain.
Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kg BeratBadan /hari, 2x sehari, selama 2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
Bila terjadi infeksi sekunder, bisa  diterapi sesuai dengan pengobatan  pioderma.
Untuk mengurangi gejala pada penderita bisa  dilakukan penyemprotan Etil Klorida pada lokasi lesi, namun ini  tidak membunuh larva.
Konseling :
nasihat  pasien pasien dan keluarga  untuk pencegahan penyakit dengan menjaga 
kebersihan diri. Pasien dirujuk jika  dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi.
peralatan medis :
Lup







LUKA BAKAR DERAJAT I DAN II
Luka bakar  yaitu  kerusakan kulit yang dipicu  kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Anamnesis Keluhan  :
Pada luka bakar derajat I paling sering dipicu  sinar matahari. Pasien hanya mengeluh kulit teras nyeri dan kemerahan. Pada luka bakar derajat II muncul  nyeri dan bula.
Pemeriksaan Fisik 
1. Luka bakar derajat I, kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial), kulit hanya tampak hiperemi berwujud  eritema dengan perabaan hangat, tidak ditemukan  adanya bula, terasa nyeri sebab  ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berwujud  reaksi inflamasi ditambah  proses eksudasi. ada   bula yang berisi cairan eksudat dan nyeri sebab  ujung-ujung saraf sensorik yang teriritasi.
Dibedakan atas 2 bagian :
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA). Kerusakan mengenai bagian epidermis  dan lapisan atas dari corium/dermis. 
b. Derajat II dalam/deep (IIB). Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel masih sedikit. Organ-organ kulit seperti  folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea tinggal sedikit sehingga penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan dan ditambah  parut hipertrofi.
Memucat dengan penekanan, biasanya berkeringat
Permukaan putih,tidak memucat dengan penekanan
diagnosa   luka bakar derajat I atau II berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik.
ciri-ciri  berat ringannya luka bakar bisa  dipakai ketentuan berdasar  American  Burn Association, yaitu antaralain :
1. Luka Bakar Ringan
-. Luka bakar derajat II < 15%
-. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
-. Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka Bakar Sedang
-. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
-. Luka bakar II 10-25% pada anak-anak
-. Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka Bakar Berat
-. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
-. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
-. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
-. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perinerium
-. Luka bakar dengan cedera inhalasi, ditambah  trauma lain.
Pengobatan : 
 Luka bakar derajat 1 penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
  luka bakar derajat II tergantung luas luka bakar. 
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula, salah satunya yaitu Formula Baxter antaralain :
1. Hari Pertama: 
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas bakar per 24 jam, Anak : Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3., 2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali. Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1-3 Tahun : berat badan x 75 cc
3-5 Tahun : berat badan x 50 cc
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
2. Hari kedua
Dewasa : ½ hari I; Anak: diberi sesuai kebutuhan faal, Formula cairan resusitasi ini hanyalah perkiraan kebutuhan cairan, berdasar  
perhitungan pada waktu terjadinya luka bakar, bukan pada waktu dimulainya  resusitasi. Pada kenyataannya, penghitungan cairan harus tetap disesuaikan dengan  tanggapan  penderita.  dilakukan pengawasan kondisi penderita seperti kondisi , tanda vital, dan produksi urin, pemantauan  EKG untuk memantau irama jantung sebagai tanda awal terjadinya hipoksia, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa.Pemberian antibiotik spektrum luas pada luka bakar sedang dan berat.
Komplikasi Jaringan parut
Konseling :
 menjaga kebersihan  dari luka dan untuk mempercepat penyembuhan, jangan sering terkena air.
ciri-ciri  Rujukan :
Rujukan dilakukan pada luka bakar sedang dan berat
peralatan medis :
Infus set, peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
Prognosis
Prognosis luka bakar derajat 1 biasanya  bonam, namun derajat 2 bisa  dubia ad bonam.



ULKUS PADA TUNGKAI
Ulkus pada tungkai yaitu  penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh darah limfe  yang bisa  memicu  kelainan pada kulit. Insiden penyakit ini meningkat seiring  dengan bertambahnya usia. Di negara tropis, insidens ulkus kruris lebih kurang 2% dari populasi dan didominasi oleh ulkus neurotropik dan ulkus varikosum. Wanita 
lebih banyak terserang ulkus varikosum dibandingkan  laki-laki , dengan perbandingan 2:1, 
dengan usia rata-rata di atas 37 tahun untuk prevalensi varises.  gangguan pada pembuluh darah,  Trauma, kebersihan  yang rendah , gizi rendah ,kerusakan saraf perifer dianggap sebagai pemicu  yang paling sering. Kerusakan saraf perifer biasanya terjadi pada penderita diabetes mellitus dan penderita kusta. Hipertensi juga dikaitkan sebagai salah satu pemicu  rusaknya pembuluh darah. Pembagian ulkus kruris dibagi ke dalam 4 golongan yaitu,  ulkus varikosus, ulkus arterial,  ulkus neurotrofik. ulkus tropikum
Anamnesis Keluhan  :
Pasien  dengan luka pada tungkai bawah. Luka bisa ditambah  dengan nyeri atau tanpa nyeri. ada   penyakit penyerta lainnya yang mendukung kerusakan pembuluh darah dan jaringan saraf perifer. 
Anamnesa:
Perlu diketahui apakah pernah mengalami fraktur tungkai atau kaki. Pada tungkai perlu diperhatikan apakah ada vena tungkai superfisial yang menonjol dengan tanda inkompetensi katup. 
Perlu diketahui apakah penderita memiliki  indikator adanya penyakit yang bisa  memperberat kerusakan pada pembuluh darah. bisa  ditanyakan kapan luka pertama kali terjadi. Apakah pernah mengalami hal yang sama di area  yang lain.
pemicu keparahan: : usia penderita, berat badan, jenis pekerjaan, penderita gizi rendah , 
memiliki  kebersihan  yang rendah , penyakit penyerta yang bisa memicu  kerusakan pembuluh darah.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan kadar gula,  kolesterol, Biakan kuman diagnosa,  Pemeriksaan darah lengkap, Urinalisa, bisa  dilakukan  dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,  pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan biakan kuman pada ulkus  membantu dalam diagnosa dan pemberian terapi. diagnosa kondisi  dan bentuk luka dari keempat jenis ulkus ini sulit di bedakan pada stadium 
lanjut. Pada ulkus tropikum yang kronis bisa  mirip  ulkus varikosum atau ulkus arteriosum
Pengobatan : 
1. Non Medikamentosa(tanpa obat)  
Hindari rokok. Menjaga berat badan, Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan, 
Perbaiki kondisi  gizi dengan makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi,   vitamin dan mineral. Hindari suhu yang dingin, 
2.  Medikamentosa( obat)  
Pengobatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tipe dari ulkus ini . 
Pada ulkus arteriosum, pengobatan untuk pemicu nya dilakukan konsul ke bagian bedah.
. Pada ulkus varikosum lakukan terapi dengan meninggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan aliran pada vena, sementara untuk varises yang terletak di proksimal dari ulkus diberi bebat elastin agar bisa  
membantu kerja otot tungkai bawah memompa darah ke jantung. 
Konseling :
. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal
 Menghindari trauma berulang, trauma bisa  berwujud  fisik, kimia dan panas yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :
Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.
Memakai krim kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak￾retak. Tidak memakai bedak, sebab ini akan memicu  kering dan retak￾retak.
 Thromboembolisme (resiko muncul akibat dilakukan pembedahan), Terjadi kelainan trofik dan oedem secara spontan, Resiko amputasi jika kondisi  luka menurun , Hematom dan infeksi pada luka
ciri-ciri  Rujukan :
tanggapan  terhadap perawatan ulkus tungkai akan berbeda. ini  terkait lamanya ulkus, luas dari ulkus dan pemicu  utama. 




SINDROM STEVENS-JOHNSON
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) yaitu  sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata dengan kondisi  yang beragam   dari ringan hingga berat. SSJ yaitu  bentuk minor dari toxic epidermal necrolysis (TEN) 
dengan pengelupasan kulit kurang dari 10% luas permukaan tubuh. SSJ menjadi salah satu kegawatdaruratan sebab  bisa  berpotensi fatal. Angka mortalitas SSJ  rata-rata  1-9% dan lebih meningkat pada pasien usia lanjut. Insiden sindrom ini semakin meningkat sebab  salah satu pemicu nya yaitu  alergi obat dan sekarang 
obat-obatan cenderung bisa  diperoleh bebas.
Anamnesis Keluhan  :
kondisi  beragam   dari ringan sampai berat. Pada tahap  akut bisa  ditambah  gejala prodromal berwujud : batuk, pilek, nyeri tenggorokan, arthralgiademam tinggi, malaise, nyeri kepala, Gejala prodromal selanjutnya akan berkembang ke arah manifestasi mukokutaneus.
pemicu keparahan: 
Sistem imun yang lemah, contoh  pada HIV/AIDS.
. Riwayat keluarga menderita SSJ. 
Mengkonsumsi obat-obatan yang dicurigai bisa  memicu  SSJ. Beberapa obat yang yang berisiko tinggi bisa  memicu  terjadinya SSJ antara lain 
aminopenisillin, sefalosporin, kuinolon, karbamazepin, fenitoin, phenobarbital, 
allopurinol, trimethoprim-sulfamethoxazol, antibiotik golongan sulfonamid, antipiretik/analgetik (parasetamol, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron ),   NSAID. Selain itu berbagai pemicu  , contoh : 
infeksi sesudah -vaksinasi, radiasi dan makanan.bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, 
Pemeriksaan Fisik
SSJ memiliki trias kelainan berwujud :
1. Kelainan kulit
bisa  berwujud  eritema, papul, purpura, vesikel dan bula yang memecah lalu  terjadi erosi luas. Lesi yang khusus  berwujud  lesi target. Pada SSJ berat maka kelainannya generalisata.
Ciri khas lesi di kulit yaitu :
lesi yang menjadi bula akan pecah memicu  kulit yang terbuka yang akan rentanterinfeksi
. lesi urtikaria tidak gatal, 
ruam dimulai  dengan bentuk makula yang berubah menjadi papul, vesikel, bula, plakurtikaria atau eritema konfluens
berbeda dengan lesi eritema multiform, lesi SSJ hanya memiliki 2 zona warna, yaitu bagian tengah bisa  berwujud  vesikel, purpura atau nekrotik yang
dikelilingi oleh tepi berbentuk makular eritema.
tanda patognomoniknya yaitu  lesi target
Kelainan mata, terjadi pada 80% di semua masalah , tersering yaitu  konjugtivitis kataralis, konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis,  iridosiklitis.
Kelainan selaput lendir di orifisium.: tersering yaitu  pada mulut (90-100%), genitalia (50%), lubang hidung (8%)  anus (4%). Kelainan berwujud  vesikel dan bula yang pecah dan memicu  erosi, ekskoriasi, dan krusta kehitaman.
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil pemeriksaan laboratorium tidak khas, bisa  dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, yang menandakan  hasil leukositosis yang menandakan  adanya infeksi atau eosinofilia kemungkinan adanya faktor alergi.
diagnosa  dilakukan  berdasar  gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi kulit.
Diagnosa  banding: 
Pemphigus bullosa, Staphyloccocal Scalded Skin Syndrome (SSSS) Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) Pemphigus vulgaris
Komplikasi tersering yaitu  bronkopneumonia, bisa  pula terjadi gangguan elektrolit hingga syok. Pada mata bisa  terjadi kebutaan.
Pengobatan : 
Mengatur keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi.Sesudah  dilakukan pelaksanaan  diagnosa   perlu segera dilakukan penentuan tingkat 
keparahan dan prognosis dengan memakai  sistem skoring SCORTEN.Pasien dengan skoring SCORTEN 3 atau lebih sebaiknya segera ditangani di unit perawatan intensif.Bila kondisi  penderita cukup baik dan lesi tidak menyeluruh bisa  diberikan metilprednisolon 30-40 mg/hari.
Konseling :
Pasien pasien dan keluarga  diberikan penjelasan mengenai pemicu  SSJ sehingga faktor pemicu  SSJbisa  dihindari di lalu  hari.
ciri-ciri  Rujukan :
berdasar  skoring SCORTEN pasien dengan skor 3 atau lebih harus dirujuk ke fasiltas rumahsakit  sekunder untuk memperoleh  perawatan intensif
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap.
Prognosis
 Bila penangan tepat dan segera maka prognosis cukup baik.Prognosis malam bila ada   purpura luas, leukopenia, dan bronkopneumonia.



METABOLIK ENDOKRIN DAN NUTRISI
kegemukan  yaitu kondisi  dimana pasien  memiliki kelebihan lemak sehingga orang ini  memiliki risiko kesehatan. kegemukan  yaitu  pemicu keparahan:  utama untuk penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung,  stroke), beberapa jenis kanker 
(endometrium, payudara,  usus besar)diabetes, gangguan muskuloskeletal, 
Anamnesis Keluhan  :
keluhan kelebihan berat badan 
pemicu 
 faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kebiasaan makan berlebih, genetik, kurang aktivitas fisik, faktor psikologis dan stres, obat-obatan (beberapa obat seperti steroid, KB hormonal, dan anti-depresan memiliki efek samping penambahan berat badan dan retensi natrium), usia (contoh  menopause), Ketidakseimbangnya konsumsi  energi dengan tingkatan aktifitas fisik.kejadian tertentu (contoh  berhenti merokok, berhenti dari kegiatan olahraga berenang ).
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darahUntuk menentukan risiko dan komplikasi, contoh  hipertensi.
Pemeriksaan fisik lain sesuai keluhan untuk menentukan sudah  terjadi komplikasi 
atau risiko tinggi, Pengukuran Antropometri ( BeratBadan , TB dan LP), Indeks Masa Tubuh (IMT/Body mass index/BMI) memakai  rumusBerat Badan (Kg)/Tinggi Badan kuadrat (m2)
 Pengukuran lingkar pinggang (pada pertengahan antara iga terbawah dengan kristailiaka, pengukuran dari lateral dengan pita tanpa menekan jaringan lunak).Risiko meningkat bila laki-laki >85 cm dan perempuan >80cm.
Pemeriksaan Penunjang :
Untuk menentukan risiko dan komplikasi, yaitu pemeriksaan kadar gula darah, profil lipid,  asam urat.diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik 
Diagnosa  banding: : 
Masa otot yang tinggi, contoh  pada olahraga berenang mengenai kondisi kesehatan yang berasosiasi dengan kegemukan, kondisi  asites atau edema, Diabetes Mellitus tipe 2, Hipertensi, penyakit kardiovakular, Sleep apnoe, ketidaknormalan  hormon reproduksi, Low back pain, perlemakan hatiPenyakit sendi degenerati
Komplikasi, Hipertensi, DM tipe 2,Dislipidemia, Sindrom metabolik,  Sleep apneu obstruktif
kegemukan digolongkan  menjadi kegemukan  risiko tinggi bila ditambah  dengan 3 atau 
lebih kondisi  di bawah ini:
Riwayat keluarga serangan jantung usia muda
Usia (laki-laki > 45 thn, atau perempuan > 55 thn).
Kadar LDL tinggi, Kadar HDL rendah,  Kadar gula darah puasa tidak stabil, Hipertensi
Pengobatan : 
Non – Medikamentosa( obat)   
Pengobatan :  ini meliputi perubahan pola makan (makan dalam porsi kecil namun sering) dengan mengurangi konsumsi lemak dan kalori, meningkatkan latihan fisik dan bergabung dengan golongan  yang bertujuan sama dalam mendukung satu sama lain dan diskusi hal  yang bisa  membantu dalam pencapaian target penurunan berat badan ideal. 
Pengaturan pola makan dimulai dengan mengurangi konsumsi  kalori sebesar 300-500 kkal/hari dengan tujuan untuk menurunkan berat badan sebesar ½-1 kg per minggu. 
Latihan fisik dimulai secara perlahan dan ditingkatkan secara bertahap intensitasnya. Pasien bisa  memulai dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu dan bisa  ditingkatkan intensitasnya selama 45 
menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu.
 Pengobatan :  dimulai dengan kesadaran pasien bahwa kondisi sekarang yaitu  kegemukan , dengan berbagai risikonya dan berniat untuk menjalankan program penurunan berat badan
Diskusikan dan sepakati target pencapaian dan cara yang akan dipilih (target rasional yaitu  penurunan 10% dari  BeratBadan  sekarang)
Usulkan cara yang sesuai dengan pemicu keparahan:  yang dimiliki pasien, dan jadwalkan pengukuran berkala untuk menilai keberhasilan program. 
Konseling :
Membatasi konsumsi  energi dari lemak total dan gula. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, dan  selai kacangtanah , biji-bijian dan selai kacangtanah .Terlibat dalam aktivitas fisik secara teratur (60 menit sehari untuk anak-anak dan 150 menit per minggu untuk orang dewasa) 
  Adanya motivasi dari pasien pasien dan keluarga  untuk menurunkan berat badan hingga mencapai  BeratBadan  ideal sangat membantu keberhasilan terapi.
 Menjaga agar berat badan tetap normal dan mengevaluasi adanya penyakit penyerta.
ciri-ciri  Rujukan :
Jika sudah dipercaya melakukan rekayasa  gaya hidup (diet yang sudah  diperbaiki, aktifitas fisik yang meningkat dan perubahan perilaku) selama 3 bulan, dan tidak memberi tanggapan  terhadap penurunan berat badan, maka pasien 
dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk memperoleh obat-obatan penurun berat badan 
. Konsultasi pada tenaga medis  spesialis penyakit dalam bila pasien yaitu  kegemukan  
dengan risiko tinggi dan risiko absolut





TIROTOKSIKOSIS
Tirotoksikosis yaitu  gejala akibat kelebihan hormon tiroid yang beredar disirkulasi. Tiroktosikosis di bagi dalam 2 kategori, yaitu yang berkaitan  dengan hipertiroidisme dan yang tidak berkaitan .Tirotoksikosis bisa  berkembang menjadi krisis tiroid yang bisa  memicu  kematian. Tirotoksikosis yang fatal biasanya dipicu  oleh autoimun Grave’s disease pada ibu hamil. Janin yang dikandungnya bisa mengalami tirotoksikosis 
 keadaaan hepertiroid pada janin bisa  memicu  retardasi pertumbuhan kraniosinostosis, bahkan kematian janin.
Anamnesis Keluhan  :
Pasien dengan tirotoksikosis memiliki gejala antara lain:  Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun) . Mudah lelah. Pembesaran kelenjar tiroid . Sukar tidur,  Rambut rontok, . Berdebar-debar . Tremor . Iritabilitas. Intoleran terhadap panas. Keringat berlebihan. Penurunan berat badan . Peningkatan rasa lapar (nafsu makan bertambah) . Diare . 
pemicu keparahan: 
Memiliki penyakit struma multinodular toksik
 Graves (autoimun hipertiroidisme), 
Pemeriksaan Fisik
Takikardia. Demam. Exopthalmus. Tremor
. Benjolan di leher depan. 
khusus  untuk penyakit Grave : 
Edema pretibial. Kemosis, . Ulkus kornea. Dermopati. Akropaki. Bruit . Oftalmopati (spasme kelopak mata atas dengan retraksi dan gerakan kelopak mata yang lamban, eksoftalmus dengan proptosis, pembengkakan supraorbital dan infraorbital), 
Pemeriksaan Penunjang :
Untuk hipertiroidisme diagnosa   yang tepat yaitu  dengan pemeriksaan konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma (serum free T4 & T3 meningkat dan TSH sedikithingga tidak ada).
EKG, Darah rutin, SGOT, SGPT, gula darah 
diagnosa   tirotoksikosis sering bisa  dilakukan   melaui anamnesis dan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan laboratorium, namun untuk menilai kemajuan terapi tanpa Pemeriksaan Penunjang : sulit dideteksi.
Diagnosa  banding: 
 konsumsi  hormon tiroid berlebihan (tirotoksikosis faktisia)Tirotoksikosis tanpa hipotiroidisme: tiroiditis sub akut, tiroiditis silent, destruksi tiroid, (sebab  aminoidarone, radiasi, infark adenoma) 
Anxietas. Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisik  yang mensekresi TSH, sindrom resistensi hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tirotoksikosis gestasional.Hipertiroidisme primer: struma ovari,mutasi reseptor TSH, kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).penyakit Graves, struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase karsinoma tiroid fungsional, Hipertiroidisme primer: struma ovari,mutasi reseptor TSH, kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).penyakit Graves, struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase karsinoma tiroid fungsional, 
Pengobatan : 
PTU 300-600 mg dalam 3 dosis bila klinis Graves jelas, Pemberian obat simptomatis, Propanolol dosis 40-80 mg dalam 2-4 dosis.
Pengobatan  lanjutan:
Bila kondisi stabil pengobatan bisa  dilanjutkan di pelayanan primer.  diagnosa   pasti dan Pengobatan :  awal pasien tirotoksikosis dilakukan pada rumahsakit  sekunder 
ciri-ciri  Rujukan :
Pasien dirujuk untuk pelaksanaan  diagnosa   dengan pemeriksaan laboratorium ke rumahsakit .
peralatan medis : EKG
Prognosis tergantung tanggapan  terapi, kondisi pasien dan  ada tidaknya komplikasi.





DIABETES MELLITUS TIPE 2
Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association (ADA) yaitu  akumulasi  gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya. 
Anamnesis Keluhan  :
 Polifagia, Poliuri, Polidipsi, Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, 
Keluhan tidak khas:
 Lemah,  Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas), Disfungsi ereksi pada laki-laki , Pruritus vulvae pada wanita, Mata kabur, Gatal, 
 Luka yang sulit sembuh, 
pemicu keparahan:  
 Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi),  Riwayat melahirkan bayi dengan  BeratBadan L > 4000 gram atau pernah didiagnosa   DM, Gestasional, Riwayat penyakit DM di keluarga, Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2). Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
Pemeriksaan Fisik
Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen, Penilaian berat badan,  Mata : Penurunan visus, lensa mata buram, 
Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisis, Gula Darah 2 jam Post Prandial. Gula Darah Puasa, 
ciri-ciri  gangguan toleransi glukosa: 
HbA1C 5,7 -6,4%, GDPT dilakukan  bila Sesudah  pemeriksaan glukosa plasma puasa diperoleh 
antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l) 
TGT dilakukan  bila Sesudah  pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah  glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)
Komplikasi :
-. Akut
Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
-. Kronik
Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah otak
-. Mikroangiopati:
Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
-. Neuropati
-. Gabungan: 
Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Pengobatan : 
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan rekayasa  gaya hidup dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin bersifat masing-masing tergantung kondisi pasien dan sebaiknya mengcampuran  obat dengan cara kerja 
yang berbeda.
ciri-ciri  diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma  sesaat  ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma  sesaat  yaitu  hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak memperoleh   kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, memakai   beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.jika  hasil pemeriksaan tidak memenuhi ciri-ciri  normal atau DM, maka   digolongkan ke dalam golongan  Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai tanggapan  kadar glukosa darah, bisa  diberikan sampai dosis optimal. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
Metformin : sebelum/saat /sesudah makan.
 Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan  pertama.
Penunjang 
EKG. Xray thoraks. Urinalisis. Funduskopi. Pemeriksaan fungsi ginjal. 
Pengobatan  lanjutan::
Tindak lanjut yaitu  untuk pengendalian masalah  DM berdasar  parameter berikut:
Konseling :
Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita contoh  olahraga berenang , 
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
 Penyakit DM tipe 2 tidak bisa  sembuh namun  bisa  dicheckup, Pemberian obat jangka panjang dengan checkup  teratur setiap 2 minggu
Perencanaan Makan
Standar yang disarankan  yaitu  makanan dengan komposisi:
Lemak 20 – 25 %, Karbohidrat 45 – 65 %, Protein 15 – 20 %, Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan 
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut. 
Jumlah kalori basal per hari: 
Wanita: 25 kal/kg BeratBadan  idaman,  Laki-laki: 30 kal/kg BeratBadan  idaman
Rumus Broca:*
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 %
*laki-laki  < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi. 
 BeratBadan  kurang : < 90 %  BeratBadan  idaman 
 BeratBadan  normal : 90 – 110 %  BeratBadan  idaman
 BeratBadan  lebih : 110 – 120 %  BeratBadan  idaman 
Gemuk : >120 %  BeratBadan  idaman
Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari):
-Status gizi:
BeratBadan  gemuk - 20 % 
 BeratBadan  lebih - 10 %
BeratBadan  kurang + 20 %
-usia  > 40 tahun : - 5 %
-Stres metabolik (infeksi, operasi,): + (10 s/d 30 %)
-. Aktifitas:
Ringan + 10 %
Sedang + 20 %
Berat + 30 %
- Hamil:
trimester I, II + 300 kal
trimester III / laktasi + 500 kal
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:DM tipe 2 dengan komplikasi
 DM tipe 2 dengan checkup  gula rendah 
 DM tipe 2 dengan infeksi berat
peralatan medis :
Monofilamen test, Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak dan  dewasa, Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, urin rutin, ureum, kreatinin



HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) yaitu  komplikasi akut pada DM tipe 2 berwujud  peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi (>600mg/dl-1200mg/dl) dan muncul  tanda-tanda dehidrasi tanpa ditambah  gejala asidosis. 
HHNK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, yang memiliki  penyakit penyerta dengan konsumsi  makanan yang kurang. Faktor pemicu  serangan antara lain: infeksi, ketidakpatuhan dalam pengobatan, DM tidak terdiagnosa  ,  penyakit  lainnya.
Anamnesis Keluhan  :
Keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma.. Lemah, Gangguan penglihatan, Mual dan muntah
 HHNK sulit dibedakan dengan ketoasidosis diabetik terutama bila hasil laboratorium seperti kadar gula darah, keton, dan keseimbangan asam basa belum ada hasilnya. 
Untuk menilai kondisi ini  maka bisa  dipakai  acuan, antaralain :
memiliki  faktor pemicu , contoh  penyakit kardiovaskular, aritmia, pankreatitis, koma hepatik,  operasi, perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, Dari anamnesis keluarga biasanya faktor pemicu  pasien datang ke rumah sakit yaitu  poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan penurunan kesadaran, Sering dipicu  obat-obatan antara lain Reserpin, Steroid, Klorpromazin, Hidralazin, Dilantin, Simetidin,  Haloperidol, neuroleptikTiazid, Furosemid, Manitol, Digitalis, 
 Sering muncul  pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun, semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah muncul  pada anak.
Hampir separuh pasien tidak memiliki  riwayat DM atau diabetes tanpa pengobatan insulin.
memiliki  penyakit dasar lain. muncul  85% pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah muncul  pada penyakit akromegali, tirotoksikosis,  penyakit Cushing.
Pemeriksaan Fisik :
 Pasien apatis sampai koma,  Tanda-tanda dehidrasi berat seperti: turgor rendah , mukosa bibir kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin, denyut nadi cepat dan lemah.
Tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan, Tdak ada pernapasan Kussmaul. 
Kelainan neurologis berwujud  kejang umum, lokal, maupun mioklonik, bisa  juga terjadi hemiparesis yang bersifat reversible dengan koreksi defisit cairan. Hipotensi postural, 
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaaan kadar gula darah bisa  didiagnosa   melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah  sesaat  Diagnosa  banding: 
Ketoasidosis Diabetik (KAD), Ensefalopati uremikum, Ensefalopati sebab  infeksi
Pengobatan : 
Penanganan kegawatdaruratan yang diberikan untuk mempertahankan pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lama. Proses rujukan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Pertolongan pertama dilayanan primer yaitu :
bisa  diberikan insulin rapid acting bolus intravena atau subkutan sebesar 180 mikrounit/kg BeratBadan, Memasang kateter urin untuk pemantauan cairan, Memastikan jalan nafas lancar dan membantu pernafasan dengan suplementasi oksigen, Memasang akses infus intravena dan melakukan hidrasi cairan NaCl 0.9 % dengan target TD sistole > 90 atau produksi urin >0.5 ml/kg BeratBadan /jam
Komplikasi : 
DIC, Rabdomiolisis, Oklusi vakular, Infark miokard, Low-flow syndrome, 
Konseling :
nasihat  ke keluarga mengenai kegawatan hiperglikemia dan perlu segera dirujuk
Pengobatan  lanjutan:
Pemeriksaan tanda vital dan gula darah perjam 
Pasien harus dirujuk ke rumahsakit  (spesialis penyakit dalam) Sesudah  memperoleh   terapi rehidrasi cairan.
peralatan medis :
Laboratorium untuk pemeriksaan glukosa darah
Prognosis biasanya rendah , sebetulnya  kematian pasien bukan dipicu  oleh sindrom hiperosmolar sendiri namun  oleh penyakit yang mendasari, 



HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia yaitu  kondisi  dimana kadar glukosa darah <60 mg/dl, atau kadar glukosa darah <80 mg/dl dengan gejala klinis, Hipoglikemia yaitu  komplikasi akut dari pengidap  diabetes melitus dan geriatri.Hipoglikemia bisa  terjadi sebab :
Kegiatan olahraga berenang  berlebihan, konsumsi  makan tidak kuat : jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat.Kelebihan dosis obat, terutama insulin atau obat hipoglikemia oral yaitu sulfonilurea.Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal ginjal kronik, sesudah  persalinan.
Anamnesis Keluhan  :
Tanda dan gejala hipoglikemia bisa  beragam   pada setiap masing-masing  dari yang ringan sampai berat, antaralain :
Penurunan kesadaran bahkan sampai koma dengan atau tanpa kejang.. Rasa gemetar. rasa lapar . Pusing. Keringat dingin. Jantung berdebar,  resah, cemas . Pada pasien atau keluarga perlu ditanyakan adanya riwayat pemakai n preparat 
insulin atau obat hipoglemik oral, dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis, waktu makan terakhir, jumlah konsumsi  makanan, dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Pemeriksaan Fisik
Penurunan kesadaran, Defisit neurologik fokal (refleks patologis positif pada satu sisi tubuh) sesaat. Pucat. Diaphoresis/keringat dingin, Tekanan darah menurun,  Frekuensi denyut jantung meningkat,  Pemeriksaan Penunjang :
Kadar glukosa darah  sesaat 
diagnosa   hipoglikemia dilakukan  berdasar  gejala nya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum:
Gejala mereda Sesudah  kadar glukosa plasma meningkat. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia,  Kadar glukosa plasma rendah 
Diagnosa  banding: Stroke/TIA, Syncope vagal
Komplikasi:Kerusakan otak, koma, kematian
Pengobatan : 
Stadium permulaan (sadar): 
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen atau gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat.  Hentikan obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa darah  sesaat  tiap 1-2 
jam. . Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar). . Cari pemicu  hipoglikemia dengan anamnesis baik auto maupun allo anamnesis.Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia):Diberikan larutan dekstrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL) bolus intra vena.
. Diberikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam perkolf.Periksa GDS setiap satu jam Sesudah  pemberian dekstrosa 40%
. Bila GDS< 50 mg/dLbolus dekstrosa 40 % 50 mL IV.. Bila GDS<100 mg/dLbolus dekstrosa 40 % 25 mL IV.. Bila GDS 100 – 200 mg /dL tanpa bolus dekstrosa 40 %.. Bila GDS> 200 mg/dL pertimbangan menurunkan kecepatan drip 
dekstrosa 10 %.. Bila GDS> 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut–turut, pemantauan GDS setiap 2 
jam, dengan protokol sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %.. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, protokol hipoglikemi dihentikan.
Pengobatan  lanjutan:
Mencegah muncul nya komplikasi menahun, ancaman muncul nya hipoglikemia yaitu  faktor limitasi utama dalam kendali glikemi pada pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang memperoleh   terapi ini.Mencari pemicu  hipoglikemi lalu  pengobatan  sesuai pemicu nya.
Konseling :
pasien  yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), sebaiknya  selalu membawa tablet glukosa sebab  efeknya cepat muncul  dan memberi  beberapa  gula yang konsisten.
ciri-ciri  Rujukan :
 Bila hipoglikemi tidak teratasi Sesudah  2 jam tahap pertama protokol penanganan, Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) Sesudah  diberikan dekstrose 40% bolus dan infus dekstrose 10% dengan tetesan 6 jam per kolf.
peralatan medis :
Cairan Dekstrosa 40 % dan Dekstrosa 10 %
Laboratorium untuk pemeriksaan kadar glukosa darah, 
Prognosis biasanya  baik bila penanganan cepat dan tepat.





HIPERURISEMIA-GOUT ARTHRITIS
Gout yaitu  radang sendi yang dipicu  deposisi kristal monosodium urat pada jaringan sekitar sendi. Kondisi kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki  dan pada wanita  6 mg/dl. Hiperurisemia bisa  terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun  menurunnya pembuangan asam urat, atau campuran  dari keduanya. 
Anamnesis Keluhan  :
Bengkak ditambah  rasa panas,  kemerahan. 
. Demam, menggigil,  nyeri badan.. Bengkak pada sendi. Nyeri sendi yang mendadak, biasanya muncul  pada malam hari. jika  serangan pertama, 90% kejadian hanya pada 1 sendi dan keluhan bisa  menghilang dalam 3-10 hari walau tanpa pengobatan.
pemicu keparahan:  
Penyakit-penyakit metabolik . Pola diet. Obat: aspirin dosis rendah, diuretik, obat-obat TBC
. Usia dan jenis kelamin . kegemukan  . Alkohol . Hipertensi . Gangguan fungsi ginjal . 
Pemeriksaan Fisik
Arthritis monoartikuler bisa  muncul , biasanya mengikutsertakan  sendi metatarsophalang 1 atau sendi tarsal lainnya. Sendi yang mengalami inflamasi tampak kemerahan dan bengkak.
Pemeriksaan Penunjang : 
Kadar asam urat dalam darah > 7 mg/dl.
. X ray: Tampak pembengkakan asimetris pada sendi dan kista subkortikal tanpa erosi
Diagnosa  :
  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan untuk diagnosa   definitif gout arthritis yaitu  muncul nya kristal urat (MSU) di cairan 
sendi atau tofus.gejala  hiperurisemia bisa  berwujud :
-Penyakit Ginjal
-. Hiperurisemia asimptomatis kondisi  hiperurisemia tanpa gejala berarti. Serangan arthritis biasanya muncul Sesudah  20 tahun tahap  ini.
-Gout arthritis, terdiri dari 3 stadium, yaitu:
. Stadium akut. Stadium interkritikal. Stadium kronis
Diagnosa  banding: 
Arthritis lainnya, Sepsis arthritis, Rheumatoid arthritis, 
Komplikasi Gagal ginjal.Terbentuknya batu ginjal
Pengobatan : 
1. Mengatasi serangan akut dengan segera 
Obat: analgetik, kolkisin, kortikosteroid 
-NSAID seperti natrium diklofenak 25-50 mg selama 3-5 hari
-. Kolkisin (efektif pada 24 jam pertama Sesudah  serangan nyeri sendi muncul . Dosis oral 0,5-0.6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg.
-. Kortikosteroid sistemik jangka pendek (bila NSAID dan kolkisin tidak menanggapi   baik) seperti prednisone 2-3x5 mg/hari selama 3 hari
2. Program pengobatan untuk mencegah serangan berulang Obat: analgetik, kolkisin dosis rendah 
3. Mengelola hiperurisemia (menurunkan kadar asam urat) dan mencegah komplikasi lain
a. rekayasa  gaya hidup Pola diet sehat (rendah purin)Hindari konsumsi alkohol Minum cukup (8-10 gelas/hari). Mengelola kegemukan  dan menjaga berat badan ideal.
b. Obat-obat penurun asam urat 
Agen penurun asam urat (tidak dipakai  selama serangan akut).Pemberian Allupurinol dimulai dari dosis terendah100mg, lalu  bertahap dinaikkan 
bila diperlukan, dengan dosis maksimal 800mg/hari. Target terapi yaitu  /kadar asam urat < 6mg/dl.  Bila nyeri tidak teratasi . jika  pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit komorbid
peralatan medis :
Radiologi, Laboratorium untuk pemeriksaan asam urat.



DISLIPIDEMIA
Dislipidemia yaitu  kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama yaitu  kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,  atau trigliserida, dan  penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia yaitu  pemicu keparahan:  terjadinya 
aterosklerosis sehingga bisa  memicu Peripheral Arterial Disease (PAD), Sindroma Koroner Akut (SKA), stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), 
Anamnesis Keluhan  :
biasanya  dislipidemia tidak bergejala dan biasanya muncul  saat  pasien melakukan pemeriksaan rutin kesehatan (medical check-up). 
Pemeriksaan Fisik 
. Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks Massa Tubuh).Cara pengukuran IMT(kg/m2)=  BeratBadan (kg)/TB2 (m)
Pemeriksaan tanda-tanda vital 
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam melakukan  diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu  pemeriksaan:
Trigliserida plasma, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL
Kadar kolesterol total, 
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, Pengobatan :  dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian jumlah 
pemicu keparahan:  penyakit jantung koroner pada pasien untuk menentukan kolesterol￾LDL yang harus dicapai.  (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasar  NCEP-ATP III: 
. Terapi non farmakologis
Pasien dengan kadar kolesterol LDL tinggi disarankan  untuk mengurangi konsumsi  lemak total dan lemak jenuh, dan meningkatkan konsumsi  lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda. Pada pasien dengan trigliserida tinggi perlu dikurangi konsumsi  karbohidrat, alkohol, dan lemak
Terapi farmakologis dilakukan Sesudah  6 minggu terapi non farmakologis.
Konseling :
Pasien harus checkup  teratur untuk pemeriksaan kolesterol lengkap untuk melihat 
target terapi dan maintenance jika target sudah tercapai. Perlu adanya motivasi dari pasien pasien dan keluarga  untuk mengatur diet pasien dan 
aktivitas fisik yang  membantu keberhasilan terapi.
ciri-ciri  Rujukan :
ada   salah satu dari pemicu keparahan:  PJK
ada   penyakit komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
peralatan medis : Pemeriksaan kimia darah 
Prognosis
Dengan Pengobatan  tepat  bisa  dicegah terjadinya komplikasi akibat dislipidemia.




MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (MEP)
MEP yaitu  penyakit akibat kekurangan energi dan protein biasanya  ditambah  defisiensi nutrisi lain.
penggolongan  dari MEP yaitu  :
Marasmus Kwashiorkor, Marasmus, Kwashiorkor
Anamnesis Keluhan  :
-. Kwashiorkor, dengan keluhan:
 Pandangan sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit, rontok, Anak rewel, apatis, Wajah sembab, Edema
-. Marasmus, dengan keluhan:
Rewel,  Kulit keriput Sangat kurus,  Cengeng,  
-Marasmus Kwashiorkor, dengan keluhan campuran  dari ke-2 penyakit ini  diatas.
pemicu keparahan: 
Berat badan lahir rendah, HIV, Infeksi TB, pola asuh yang salah
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
BeratBadan /TB < 70% atau < -3SD, 
Tanda dehidrasi, Demam,  Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung, Sangat pucat,  Pembesaran hati, ikterus, Tanda defisiensi vitamin A pada mata: konjungtiva kering, ulkus kornea, keratomalasia,  Ulkus pada mulut, LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan, Marasmus: tampak sangat kurus, tidak ada jaringan lemak bawah kulit, anak tampak tua, baggy pants appearance.Kwashiorkor: edema, rambut kuning mudah rontok, crazy pavement dermatosa, 
Pemeriksaan Penunjang :
Uji tuberkulin, Foto toraks,  Laboratorium: gula darah, Hb, Ht, preparat apusan darah, urin rutin, feses,  Antropometri
diagnosa  dilakukan  berdasar  tanda dan gejala klinis dan  pengukuran antropometri. Anak didiagnosa   dengan gizi rendah , jika :
 Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:  BeratBadan /TB >-
3SD atau marasmik-kwashiorkor  BeratBadan /TB <-3SD).BeratBadan /TB < -3SD atau 70% dari median (marasmus).
Komplikasi:
Gangguan elektrolit, Hipoglikemi, Hipotermi, Hiperpireksia, Penurunan kesadaran, Anoreksia, Pneumonia berat, Anemia berat, Infeksi, Dehidrasi berat, 
Pengobatan :.
Penanganan pasien dengan MEP, yaitu:
 Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi rendah  dengan dosis sesuai usia  saat  pertama kali muncul , Makanan untuk pemulihan gizi bisa  berwujud  makanan lokal atau pabrikan. 
- Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeuticatau gizi siap saji, F100 atau makanan lokal dengan densitas energi yang  sama terutama dari lemak (minyak/santan/margarin).
 Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa pemulihan (rehabilitasi):
 1 minggu pertama pemberian F100.
Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring dengan penambahan makanan keluarga.
rawat jalan, bila:
Anak yang 2 kali berturut-turut tidak datang tanpa pemberitahuan Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali permasalahan yang dihadapi 
keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan memberi  nasihat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
- Berat badan anak sampai pada minggu ketiga tidaknaik atau turun dibandingkan dengan berat badansaat  masuk (kecuali anak dengan edema).
  Bila terjadi komplikasi, seperti: sepsis, dehidrasi berat, anemia berat, penurunan kesadaran
. Bila ada   penyakit komorbid, seperti: pneumonia berat peralatan medis : Skala antropometri
Alat pemeriksaan gula darah sederhana,  Alat pengukur berat dan tinggi badan anak dan  dewasa




GINJAL DAN SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih yaitu  salah satu  akut yang sering terjadi pada perempuan.Masalah infeksi saluran kemih tersering yaitu  sistitis akut, 
sistitis kronik, dan uretritis. 
Anamnesis Keluhan  :
Pada sistitis akut keluhan berwujud :
Nokturia, Anyang-anyangan (polakisuria),  Nyeri suprapubik,  Demam,  Susah buang air kecil,  Nyeri saat di akhir BAK (disuria terminal), Sering BAK (frequency), Pada pielonefritis akut keluhan bisa  juga berwujud, menggigil, mual muntah,  nyeri pada sudut kostovertebra.nyeri pinggang, demam tinggi, 
pemicu keparahan: 
Riwayat pemakaian kontrasepsi diafragma 
. Kebiasaan menahan kencing. Hubungan seksual . Anomali struktur saluran kemih. Riwayat diabetes melitus. Riwayat kencing batu (urolitiasis). kebersihan  pribadi rendah . Riwayat keputihan . Kehamilan. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya. 
Pemeriksaan Fisik 
Nyeri tekan suprapubik, Demam,  Flank pain (Nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle)
Pemeriksaan Penunjang :
kreatinin,  Kadar gula darah, . Darah perifer lengkap. Urinalisis. Ureum,  
Pemeriksaan Penunjang : 
Kultur urin (hanya diindikasikan untuk pasien yang memiliki riwayat kekambuhan infeksi salurah kemih atau infeksi dengan komplikasi).Urine mikroskopik berwujud  peningkatan >103 bakteri per lapang pandang
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik,  pemeriksaan penunjang.
Diagnosa  banding: 
Bacterial asymptomatic Recurrent cystitis, Urethritis, Pielonefritis, 
Komplikasi 
Gagal ginjal, Sepsis , ISK berulang atau kronik kekambuhan
Pengobatan :  
Menjaga higienitas genitalia eksterna, Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal.. Pada masalah  nonkomplikata, pemberian antibiotik selama 3 hari dengan pilihan 
antibiotik antaralain :
Amoxicillin-clavulanate. Cefpodoxime 
. Trimetoprim sulfametoxazole . Fluorikuinolon . 
Konseling :
Pasien pasien dan keluarga  diberikanpemahaman tentang infeksi saluran kemih dan hal  yang perlu diperhatikan, antara lain:
Waspada tanda infeksi saluran kemih bagian atas (nyeri pinggang) dan pentingnya untuk checkup  kembali.  Patuh dalam pengobatan antibiotik yang sudah  direncanakan.. Menjaga kebersihan  pribadi dan lingkungan.Jika gejala menetap dan ada  resistensi kuman, terapi antibiotika diperpanjang berdasar antibiotika yang peka dengan pemeriksaan kultur urin
 nasihat  tentang pemicu  dan pemicu keparahan:  penyakit infeksi saluran kemih. pemicu  infeksi saluran kemih yang paling sering yaitu  sebab  masuknya flora anus ke kandung kemih melalui perilaku atau kebersihan  pribadi yang kurang 
baik.  saat  pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan tidak berkaitan  seks.Jika muncul  komplikasi dari ISK maka dilakukan ke layanan kesehatan sekunder
peralatan medis :
Pemeriksaan laboratorium urinalisa
Prognosis biasanya  baik, kecuali bila kebersihan  genital tetap rendah , ISK bisa  berulang atau menjadi kronis.




PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI
Pielonefritis akut (PNA) tanpa komplikasi yaitu  peradangan parenkim dan pelvis ginjal yang berlangsung akut. Tidak muncul  data yang akurat mengenai tingkat insidens PNA nonkomplikata di negarakita . Pielonefritis akut non komplikata jauh lebih jarang dibandingkan sistitis (diperkirakan 1 masalah  pielonefritis berbanding 28 masalah  
sistitis).
Anamnesis Keluhan  :
Sering ditambah  gejala sistitis, berwujud : frekuensi, nokturia, disuria, urgensi,  
nyeri suprapubik Kadang ditambah  pula dengan gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, diare, atau nyeri perut, Demam dan menggigil  Nyeri pinggang, unilateral atau bilateral,  Onset penyakit akut dan muncul nya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari, 
pemicu keparahan: 
pemicu keparahan:  PNA mirip  dengan pemicu keparahan:  penyakit infeksi saluran kemih lainnya,
yaitu:
Adanya penyakit obstruktif urologi yang mendasari contoh  tumor, striktur, batu saluran kemih, dan pembesaran prostat Pada anak-anak bisa  terjadi bila ada   refluks vesikoureteral
. Lebih sering terjadi pada wanita usia subur
. Sangat jarang terjadi pada laki-laki  berusia <50 tahun, kecuali homoseksual, Koitus per rektal,  HIV/AIDS, Tampilan klinis tiap pasien bisa  beragam  , mulai dari yang ringan hingga 
menandakan  tanda dan gejala mirip  sepsis. Pemeriksaan fisik  menandakan  
tanda-tanda di bawah ini:
. bisa  muncul  nyeri tekan pada area suprapubik 
 Distensi perut  dan bising usus menurun (ileus paralitik) Ginjal kebanyakan  tidak bisa  dipalpasi sebab  adanya nyeri tekan dan spasme otot 
. Demam dengan suhu biasanya mencapai >38,5oC. Takikardi . Nyeri ketok pada sudut kostovertebra, unilateral atau bilateral, 
Pemeriksaan Penunjang : 
1. Urinalisis
Urin porsi tengah (mid-stream urine) diambil untuk dilakukan pemeriksaan dip￾stick dan mikroskopik. Temuan yang mengarahkan kepada PNA yaitu :
-. Hematuria, yang biasanya  mikroskopik, namun bisa  pula gross. Hematuria biasanya muncul pada tahap  akut dari PNA. Bila hematuria terus terjadi meski  infeksi sudah  tertangani, perlu dipikirkan penyakit lain, seperti batu saluran kemih, tumor, atau tuberkulosis.
-. Bakteriuria bermakna, yaitu > 104 koloni/ml, yang nampak lewat pemeriksaan mikroskopik tanpa /dengan pewarnaan Gram. Bakteriuria juga bisa  dideteksi lewat adanya nitrit pada pemeriksaan dengan dip-stick.
-. Piuria, yaitu jumlah leukosit lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar (LPB) pada pemeriksaan mikroskopik tanpa / dengan pewarnaan Gram, atau leukosit esterase (LE) yang positif pada pemeriksaan dengan dip-stick.
-. Silinder leukosit, yaitu   tanda patognomonik dari PNA, yang bisa  muncul  pada pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram.
-. Kultur darah
Bakteremia terjadi pada sekitar 33% masalah , sehingga pada kondisi tertentu pemeriksaan ini juga bisa  dilakukan.
-. Foto polos perut  (BNO) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengabaikan  adanya obstruksi atau batu di saluran kemih.
- Kultur urin dan tes sentifitas-resistensi antibiotik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui etiologi dan sebagai pedoman pemberian antibiotik dan dilakukan di rumahsakit .
-. Darah perifer dan hitung jenis
Pemeriksaan ini bisa  menandakan  adanya leukositosis dengan predominansi neutrofil.
diagnosa  dilakukan  melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebagaimana sudah  dijelaskan sebelumnya.
Diagnosa  banding: :
Servisitis, Endometritis, Pelvic inflammatory disease, Uretritis akut, Sistitis akut, Akut perut , Appendisitis, Prostatitis bakterial akut, 
Pengobatan : 
1. Non- Medikamentosa( obat)  
Menjaga kecukupan hidrasi, Identifikasi dan meminimalkan pemicu keparahan: 
 pengobatan  kelainan obstruktif yang ada
2.  Medikamentosa( obat)  
a. Simtomatik
Obat simtomatik bisa  diberikan sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien, contoh : analgetik-antipiretik, dan anti-emetik.
b. Antibiotika empiris
Antibiotika parenteral:
Pilihan antibiotik parenteral untuk pielonefritis akut nonkomplikata antara lain  ceftriaxone, cefepime, dan fluorokuinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin). Jika dicurigai infeksi enterococci berdasar  pewarnaan Gram yang menandakan  basil Gram positif, maka ampisillin yang dicampuran  dengan Gentamisin, Ampicillin Sulbaktam, dan Piperacillin Tazobactam yaitu  
pilihan empiris spektrum luas yang baik.Terapi antibiotika parenteral pada pasien dengan pielonefritis akut nonkomplikata bisa  diganti dengan obat oral Sesudah  24-48 jam, meski  bisa  diperpanjang jika gejala menetap.
Antibiotika oral:
Antibiotik oral empirik awal untuk pasien rawat jalan yaitu  fluorokuinolon untuk basil Gram negatif. Untuk dugaan pemicu  lainnya bisa  dipakai  Trimetoprim-sulfametoxazole. Jika dicurigai enterococcus, bisa  diberikan Amoxicilin sampai diperoleh organisme pemicu . Sefalosporin generasi kedua atau ketiga juga efektif, meski  data yang mendukung masih sedikit. Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata bisa  diberikan selama 7 hari untuk gejala klinis yang ringan dan sedang dengan tanggapan  terapi yang baik. 
Pada masalah  yang menetap atau berulang, kultur harus dilakukan. Infeksi berulang ataupun menetap diobati dengan antibiotik yang terbukti peka  selama 7 sampai 14 hari, pemakaian  antibiotik selanjutnya bisa  disesuaikan dengan hasil tes kepekaan  dan resistensi. 
Konseling :
Pada pasien yang resah, cemas , tenaga medis  bisa  memberi  assurance bahwa PNA non-komplikata bisa  ditangani sepenuhnya dgn antibiotik yang tepat. tenaga medis  perlu menjelaskan mengenai penyakit, pemicu keparahan: , dan cara-cara pencegahan berulangnya PNA.Pasien seksual aktif disarankan  untuk berkemih dan membersihkan organ kelamin segera Sesudah  koitus.
Pengobatan  lanjutan:
Urinalisis dengan dip-stick urin dilakukan sesudah  pengobatan untuk menilai kondisi bebas infeksi.
 jika  tanggapan  klinik rendah  Sesudah  48 – 72 jam terapi, dilakukan re-evaluasi adanya faktor pemicu  komplikasi dan efektifitas obat.
ciri-ciri  Rujukan :
tenaga medis  layanan primer perlu merujuk ke rumahsakit  pada kondisi berikut:
ada   kecurigaan adanya penyakit urologi yang mendasari, contoh : batu saluran kemih, striktur, atau tumor. muncul  tanda-tanda urosepsis pada pasien.. Pasien tidak menandakan  tanggapan  yang positif terhadap pengobatan yang diberikan.
peralatan medis :
Object glass, cover glass. Pewarna Gram, Pot urin. Urine dip-stick. Mikroskop . 



FIMOSIS
Fimosis yaitu  kondisi dimana preputium tidak bisa  diretraksi melewati glans penis. Fimosis bisa  bersifat fisiologis ataupun patalogis. biasanya  fimosis fisiologis ada   pada bayi dan anak-anak. Pada anak usia 3 tahun 90% preputium sudah  
bisa  diretraksi namun  pada sebagian anak preputium tetap lengket pada glans penis 
sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan mengganggu proses 
berkemih. Fimosis patologis terjadi akibat peradangan atau cedera pada preputium 
yang memicu  parut kaku sehingga menghalangi retraksi. 
Anamnesis Keluhan  :
Keluhan biasanya  berwujud  gangguan aliran urin seperti: Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma.Nyeri saat buang air kecil. Mengejan saat buang air kecil, Pancaran urin mengecil, 
pemicu keparahan: 
Fimosis bisa  terjadi pada 1% laki-laki  yang tidak menjalani sirkumsisi, 
. periode  berulang balanitis atau balanoposthitis memicu  skar pada preputium yang memicu  terjadinya fimosis patalogis, kebersihan  yang rendah, 
Pemeriksaan Fisik
Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan tampak sehat. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium ada   lingkaran fibrotik. Timbunan smegma pada sakus preputium
Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih,  Eritema dan udem pada preputium dan glans penis,  Preputium tidak bisa  diretraksi keproksimal hingga ke korona glandis. Pancaran urin mengecil
Diagnosa  : dilakukan  berdasar  gejala klinis dan pemeriksaan fisik 
Diagnosa  banding: Angioedema, Parafimosis, Balanitis, 
Komplikasi
bisa  terjadi infeksi berulang sebab  penumpukan smegma.
Pengobatan : 
Sirkumsisi,  Pemberian salep kortikosteroid (0,05% betametason) 2 kali perhari selama 2-8 minggu pada area  preputium.jika  fimosis bersifat fisiologis seiring dengan perkembangan maka kondisi akan  membaik dengan sendirinya
ciri-ciri  Rujukan :
Bila ada   komplikasi dan penyulit untuk tindakan sirkumsisi maka dirujuk ke rumahsakit .
peralatan medis : Set bedah minor





PARAFIMOSIS
Parafimosis yaitu  kegawatdaruratan sebab  bisa  memicu  terjadinya ganggren yang dipicu  preputium penis yang diretraksi sampai di sulkus 
koronarius tidak bisa  dikembalikan pada kondisi semula dan muncul  jeratan pada penis di belakang sulkus koronarius. 
Anamnesis Keluhan  :
Nyeri pada penis, Pembengkakan pada penis
pemicu keparahan: 
Penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada laki-laki yang belum 
disirkumsisi contoh  pada pemasangan kateter.
Pemeriksaan Fisik 
. Preputium tertarik ke belakang glans penis dan tidak bisa  dikembalikan ke posisi semula
 Jika terjadi nekrosis glans penis berubah warna menjadi biru hingga kehitaman, Nyeri, Terjadi eritema dan edema pada glans penis
Diagnosa  :
pelaksanaan  diagnosa   berdasar  gejala klinis dan peneriksaan fisik
Diagnosa  banding: 
Angioedema, Balanitis, Penile hematoma
Komplikasi
Bila tidak ditangani dengan segera bisa  terjadi ganggren
Pengobatan : 
Dilakukan dorsum insisi pada jeratan
Reposisi secara manual dengan memijat glans selama 3-5 menit. Diharapkan edema berkurang dan secara perlahan preputium bisa  dikembalikan pada tempatnya.
Pengobatan  lanjutan:
disarankan  untuk melakukan sirkumsisi.
Konseling :
Sesudah  penanganan kedaruratan disarankan untuk dilakukan tindakan sirkumsisi sebab  kondisi parafimosis ini  bisa  berulang.
ciri-ciri  Rujukan :
Bila terjadi tanda-tanda nekrotik segera rujuk ke rumahsakit .
peralatan medis : Set bedah minor








KEHAMILAN NORMAL
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir. Lama kehamilan normal 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terahir (HPHT). Untuk menghindari terjadinya komplikasi pada kehamilan dan persalinan, maka setiap ibu hamil disarankan  untuk melakukan pemeriksaan secara rutin minimal 4 kali kunjungan selama masa 
kehamilan. 
Anamnesis Keluhan  :
Pengerasan dan pembesaran payudara. Puting susu lebih hitam. Haid yang terhenti. Mual dan muntah pada pagi hari. Ngidam. Sering buang air kecil.  
. diwaspadai Bila pada kehamilan sebelumnya ada   riwayat obstetrik antaralain :
Berat badan bayi > 4500 gram. Dirawat di rumah sakit sebab  hipertensi, preeklampsia atau eklampsia. Operasi pada saluran reproduksi khususnya operasi seksiosesaria
. Lahir mati atau bayi mati usia  < 28 hari. > 3 abortus spontan. Berat badan bayi < 2500 gram
2. diwaspadai Bila pada kehamilan saat ini:
Ada keluhan perdarahan vagina, Ibu memiliki rhesus (-). Usia ibu di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, 
3.  diwaspadai Bila ibu memiliki salah satu  di bawah ini:
Penyakit menular TB, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual,g. Penyakit kanker
. Diabetes Mellitus/ kencing manis. Penyakit jantung. Penyakit ginjal. Penyalahgunaan obat. Konsumsi rokok, alkohol dan bahan adiktif lainnya. Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda vital ibu (tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi nafas), ukur berat badan, tinggi badan, dan  lingkar lengan atas (LLA) pada setiap kedatangan.
Pada trimester 1
-. Pemeriksaan payudara: puting susu dan areola menjadi lebih menghitam. 
-. Pemeriksaan dada:perhatikan suara paru dan bunyi jantung ibu 
-. Pemeriksaan ekstremitas: perhatikan edema dan varises
-. LLA> 33 cm, maka diduga kegemukan , memiliki risiko preeklampsia dan diabetes maternal, memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lebih
-. LLA< 23 cm, maka diduga undernutrisi atau memiliki penyakit kronis, biasanya memiliki bayi yang lebih kecil dari ukuran normal
-. kondisi  muka diperhatikan adanya edema palpebra atau pucat, mata dan konjungtiva bisa  pucat,kebersihan mulut dan gigi bisa  terjadi karies dan periksa kemungkinan pembesaran kelenjar tiroid. 
Pemeriksaan obstetrik :
1. Vulva/vagina
Pemeriksaan inspekulo untuk memeriksa serviks,tanda-tanda infeksi, ada/tidaknya cairan keluar dari osteum uteri. Observasi varises,kondilomata, edema, haemorhoid atau ketidaknormalan  lainnya.
. Pemeriksaan vaginal toucher: memperhatikan tanda-tanda tumor.
2. perut :
Melakukan palpasi dengan manuever Leopold I-IV.. Mendengarkan bunyi jantung janin (120-160x/menit).. Observasi adanya bekas operasi. Mengukur tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan lain: kadar glukosa darah dan protein urin sesuai indikasi.. Tes kehamilan menandakan  HCG (+). Pemeriksaan darah: Golongan darah ABO dan Rhesus pada trimester 1, Hb dilakukan pada trimester 1 dan 3, kecuali bila tampak adanya tanda-tanda anemia berat.
. Pada ibu hamil dengan pemicu keparahan,  disarankan  untuk dilakukan pemeriksaan:
USG sesuai indikasi.
BTA, TORCH (toxoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes and others), sifilis, malaria danHIV dilakukan pada trimester 1 terutama untuk area  endemik untuk skrining pemicu keparahan, 
diagnosa   dilakukan  dengan anamnesis, pemeriksaan fisik/obstetrik,  
Pemeriksaan Penunjang :
Tanda tak pasti kehamilan: Tes kehamilan menandakan  HCG (+)
Tanda pasti kehamilan: 
-. Bunyi jantung janin/BJJ (bila usia  kehamilan/UK> 8 minggu) dengan BJJ normal 120-160 kali per menit,
-. Gerakan janin (bila UK> 12 minggu)
-. Bila muncul  adanya janin pada pemeriksaan Ultrasonografi (USG)   pemeriksaan obstetrik
Kehamilan normal jika  memenuhi ciri-ciri  dibawah ini:
Gerakan janin bisa  dirasakan Sesudah  usia 18 -20 minggu hingga melahirkan. Ukuran uterus sesuai usia  kehamilan,  Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal,  Tidak ada riwayat kelainan obstetrik.
. kondisi  baik. Tekanan darah<140/90 mmHg. Pertambahan berat badan sesuai minimal 8 kg selama kehamilan (1 kg perbulan) atau sesuai Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu. Edema hanya pada ekstremitas. BJJ =120-160 x/menit. 
Diagnosa  banding: 
Kandung kemih yang penuh . Kehamilan palsu. Tumor kandungan. Kista ovarium. Hematometra. 
Pengobatan : 
Non Medikamentosa(tanpa obat)   
-. Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini (IMD). 
-. Penyakit yang bisa  mempengaruhi kesehatan ibu dan janin contoh  hipertensi, TBC, HIV, dan  infeksi menular seksual lainnya. 
Perlunya menghentikan kebiasaan yang beresiko bagi kesehatan, seperti merokok  minum alkohol.  Program KB terutama pemakaian  kontrasepsi sesudah salin.. Minum cukup cairan.
- Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh: nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak goreng, dan 400 ml air.
. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah. . Ajarkan metoda mudah untuk menghitung gerakan janin dalam 12 jam, 
- memberi  jadwal pemeriksaan berkala kepada calon ibu selama masa kehamilan
-memberi  nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, 
kala nifas dan laktasi.
-. Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai: sakit kepala lebih dari biasa, perdarahan per vaginam, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri perut  (epigastrium), mual dan muntah berlebihan, demam, janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
 Medikamentosa( obat)   
1.memberi imunisasi TT(Tetanus Toxoid) jika  pasien memiliki risiko terjadinya tetanus pada proses melahirkan dan buku catatan kehamilan. 
Pada Ibu yang riwayat imunisasi tidak diketahui, Dosis booster bisa  diberikan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5ml IM dan disesuaikan degan jumlah vaksinani yang sudah  diterima sebelumnya. 
2. memberi  zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari dan folat 250 mikogram 1-2 kali/hari), bila Hb<7,0 gr/dl dosis ditingkatkan menjadi dua kali. jika  dalam follow up selama 1 bulan tidak ada perbaikan, bisa dipikirkan kemungkinan 
penyakit lain (talasemia, infeksi cacing tambang, penyakit kronis TBC)
Konseling :
. kemungkinan kesiapan donor darah bila muncul  permasalahan, prinsip  transportasi bila diperlukan rujukan, dukungan biaya.Persiapan persalinan, meliputi: siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan, 
. Pentingnya peran suami pasien dan keluarga  selama kehamilan dan persalinan. 
Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara psikologis maupun finansial, bila memungkinkan siapkan suami siaga. Dukung intake nutrisi yang seimbang bagi ibu hamil.
. Dukung ibu hamil untuk menghentikan pemberian ASI bila masih menyusui.
. Jika ibu merasakan tanda – tanda bahaya kehamilan, harus di waspadai dan segera mengunjungi rumahsakit  terdekat. Tanda bahaya yang wajib diwaspadai : 
Mual dan muntah yang berlebihan. Demam . Gerakan janin yang tidak biasanya atau cenderung tidak bergerak, . Sakit kepala yang tidak biasanya . Keluarnya darah dari jalan lahir. Terjadi gangguan penglihatan. Pembengkakan pada wajah,  tangan. Dukung memberi  ASI eksklusif untuk bayi yang nanti dilahirkan.
. Siapkan keluarga untuk bisa  menentukan kemana ibu hamil harus dibawa bila ada perdarahan, perut dan atau  kepala terasa sangat nyeri, dan tanda-tanda bahaya lainnya, tulis dalam buku pemeriksaan alamat rujukan yang bisa  dituju  bila diperlukan.
. Dengan pasangan ibu hamil didiskusikan mengenai aktifitas seksual selama kehamilan. Aktifitas seksual biasa bisa  dilakukan selama kehamilan, posisi bisa  beragam   sesuai pertumbuhan janin dan pembesaran perut. Kalau ibu hamil merasa tidak nyaman saat  melakukan aktifitas seksual, sebaiknya dihentikan.Aktifitas seksual tidak disarankan  pada kondisi :
plasenta previa atau plasenta letak rendah. serviks inkompeten. riwayat melahirkan prematur
. riwayat abortus. perdarahan vagina atau keluar duh tubuh. 
peralatan medis :
 periksa. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan tes kehamilan, darah rutin, urinalisa dan golongan darah, Alat ukur tinggi badan dan berat badan. Meteran . Laenec atau Doppler. Tempat tidur,
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 1 bila muncul  kondisi  di bawah ini:
trauma. hiperemesis. perdarahan per vaginam atau spotting, 
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 2 bila muncul  kondisi  di bawah ini:
. Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan pertumbuhan janin). Ibu tidak merasakan gerakan bayi. Gejala yang tidak diharapkan,  Perdarahan pervaginam atau spotting
. Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl,  Gejala preeklampsia, hipertensi, proteinuria
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 3 bila muncul  kondisi  di bawah ini:
Diduga kembar atau lebih. Sama dengan kondisi  tanda bahaya pada semester 2 ditambah. Tekanan darah di atas 130 mmHg, 




HIPEREMESIS GRAVIDARUM (MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN)
Mual dan muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai usia  kehamilan 16 minggu. Mual dan muntah yang berlebihan, bisa  memicu  dehidrasi, gangguan asam-basa dan elektrolit dan ketosis kondisi  ini dinamakan  kondisi  hiperemesis.Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tapi bisa  pula muncul  setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah ini terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50% kehamilan. Keluhan muntah kadang  begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga bisa  mempengaruhi kondisi  dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan ada   aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit appendisitis, pielitis, dan sebagainya. 
Keluhan 
Kekurangan cairan,  Mual dan muntah hebat, Ibu terlihat pucat, 
Gejala klinis 
Beratbadan turun. Nyeri epigastrium. Lemas. Rasa haus yang hebat. Gangguan kesadaran
. Muntah yang hebat. Mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari (morning sickness). Nafsu makan turun. 
pemicu keparahan: 
Belum diketahui secara pasti namun diperkirakan erat kaitannya dengan faktor￾faktor : 
Status nutrisi: pada wanita kegemukan  lebih jarang di rawat inap sebab  hiperemesis.
. Psikologis: adanya stress dan emosi.
. Peningkatan hormon – hormon kehamilan.
Adanya riwayat hiperemesis pada kehamilan sebelumnya.
Pemeriksaan fisik 
Pemeriksaan generalis: kulit pucat, sianosis, berat badan turun> 5% dari berat badan sebelum hamil, uterus besar sesuai usia kehamilan, pada pemeriksaan inspekulo tampak serviks yang berwarna biru.Pemeriksaan tanda vital: nadi meningkat 100x/mnt, tekanan darah menurun (pada kondisi  berat), subfebris, dan gangguan kesadaran (kondisi  berat). Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, bibir kering, turgor berkurang.
Pemeriksaan Penunjang : 
Urinalisa : warna pekat, berat jenis meningkat, pemeriksaan ketonuria,  proteinuria.. Darah : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Hiperemesis gravidarum jika  terjadi:
Berat badan turun > 5% dari berat sebelum hamil
Ketonuria,  Dehidrasi dan Ketidakseimbangan elektrolit, Mual muntah berat
penggolongan  hiperemesis gravidarum  dibagi menjadi 3 tingkatan, antara lain:
1. Tingkat 1
Muntah yang terus menerus, muncul  intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat 
sampai 100 x/mnt, dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit namun  masih normal.
2. Tingkat 2
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebris, nadi cepat lebih dari 100-140 x/mnt, tekanan darah sistolik menurun, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan 
berat badan cepat menurun.
3. Tingkat 3
meski  kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi yaitu  gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, namun  bisa  terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam 
urin.
Diagnosa  banding:  
Acute Fatty Liver, Diare akut, Ulkus peptikum, Inflammatory bowel syndrome, 
Komplikasi neurologis,Malnutrisi Stress related mucosal injury, stress ulcer pada gaster,Defisiensi vitamin  Jaundice, Disfungsi pencernaan, Hipoglikemia, terutama thiamin, komplikasi potensial dari janin, kerusakan ginjal yang 
memicu   Intrauterine growth restriction (IUGR)hipovolemia
Pengobatan :  
1. Non Medikamentosa(tanpa obat)   
Menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.istirahat cukup dan hindari kelelahan. Efekasi yang teratur.. Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplemantasi vitamin dan asam folat di awal kehamilan. Makan porsi kecil, namun  lebih sering.
2.  Medikamentosa( obat)  
berikan 10 mg Doksilamin dicampuran kan dengan 10 mg vitamin  B6 hingga 4 tablet/hari (contoh  2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi, dan 1 tablet saat siang).. Bila masih belum teratasi, tambahkan Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet Doksilamin/Piridoksin), ATAU Prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria. Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di bawah ini: 
 Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam  Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam 
Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam  Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam  Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam 
. Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu: 
 Berikan suplemen multi vitamin IV Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali 
 Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini: 
 Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam 
- Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral 
Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam - Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam 
Bila perlu, tambahkan Metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jamterus￾menerus selama 24 jam.
Konseling :
Memperhatikan kecukupan nutrisi ibu, dan sebisa  mungkin memperoleh  suplemen asam folat di awal kehamilan.
 memberi  informasi kepada pasien, suami, pasien dan keluarga  mengenai kehamilan 
dan persalinan suatu proses fisiologik.
memberi  keyakinan bahwa mual dan kadang  muntah yaitu gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang Sesudah  usia kehamilan 4 
bulan.Hindari kelelahan pada ibu dengan aktivitas berlebihan.
ciri-ciri  Rujukan :
Pasien sudah  memperoleh  tindakan awal kegawatdaruratan sebelum proses rujukan. 
. muncul  gejala klinis dan ada gangguan kesadaran (tingkat 2 dan 3).Adanya komplikasi gastroesopagheal reflux disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan saluran cerna atas dan kemungkinan defisiensi vitamin terutama thiamine.
peralatan medis :
Laboratorium urinalisa, Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan



ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN
Anemia dalam kehamilan yaitu  kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 11g/dl pada trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II. pemicu  tersering anemia pada kehamilan yaitu  defisiensi besi, perdarahan akut, dan defisiensi asam folat.
Anamnesis Keluhan  :
Telinga mendenging, Pica: keinginan untuk memakan bahan-bahan yang tidak lazim
Badan lemah, lesu, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Tampak pucat, 
Faktor Predisposisi
Gangguan intake (diet rendah zat besi,) Gangguan absorbsi besi Sederhana (Objective ),  Perdarahan kronis, Riwayat keluarga, Kecacingan, 
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Koilonichia: kuku sendok (spoon nail), 
. Konjungtiva anemis. Atrofi papil lidah . Stomatitis angularis (cheilosis). 
Pemeriksaan Penunjang :
Apusan darah tepi,  Kadar hemoglobin
diagnosa 
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau< 10,5 g/dl (pada trimester II). jika  diagnosa   anemia sudah  dilakukan , lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
Diagnosa  banding: 
Anemia sideroblastik, Anemia akibat penyakit kronik, Trait Thalassemia, 
Pengobatan :  
 Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam folat.Pada ibu hamil dengan anemia, tablet besi diberikan 3 kali sehari.Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau pertambahan ukuran janin, Bila tersedia fasilitas Pemeriksaan Penunjang :, tentukan pemicu  anemia berdasar  hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi. Bila tidak tersedia, pasien bisa di rujuk ke rumahsakit   untuk penentuan jenis anemia dan pengobatan awal.
Sediaan suplemen besi yang beredar:
Elemental
Sulfas ferosus 325 65
Fero fumarat 325 107
Fero glukonat 325 39
Besi polisakarida 150 150
. Anemia mikrositik hipokrom bisa  muncul  pada kondisi :
-. Anemia normositik normokrom bisa  muncul  pada kondisi : 
Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan sesudah  persalinan infeksi kronik 
-. Anemia makrositik hiperkrom bisa  muncul  pada kondisi : Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan
vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg 
-. Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. jika  muncul  kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. jika  kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC. 
-. Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan pengobatan  bersama tenaga medis  spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang lebih khusus  
Konseling :
 memberi  pengertian kepada pasien pasien dan keluarga nya tentang perjalanan penyakit  sehingga meningkatkan   kepatuhan dalam berobat   menyelamatkan  hidup pasien untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.
Pemakaian alas kaki untuk mencegah infeksi cacing tambang. Diet bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani(daging,ikan,susu, telur,sayuran hijau), Anemia yang ditambah  perdarahan kronis, agar dicari sumber perdarahan dan ditangani.
Pemeriksaan Penunjang : menentukan jenis anemia yang ibu derita. Anemia yang tidak membaik dengan pemberian suplementasi besi selama 3 bulan
peralatan medis :
Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin




PRE-EKLAMPSIA
Pre-eklampsia yaitu  kondisi khusus  pada kehamilan di atas 20 minggu yang  ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan tanggapan  maternal terhadap adanya inflamasi khusus  dengan aktivasi endotel dan koagulasi.Tanda  penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia yaitu  masalah ketenaga medis an yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang 
tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya sebab  pre-eklampsia berdampak pada  ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga memicu  masalah sesudah -persalinan.
Anamnesis Keluhan  :
Mual hingga muntah, Pusing dan nyeri kepala,  Nyeri ulu hati, Pandangan kurang jelas 
pemicu keparahan: 
kegemukan  sebelum hamil. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eklampsia. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
 Kondisi-kondisi yang berpotensi memicu  penyakit mikrovaskular (antaralain : : diabetes melitus, hipertensi kronik, gangguan pembuluh darah)
pemicu keparahan:  lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor 
khusus  dari ibu atau janin.
Nullipara dan Kehamilan multipel, usia  > 40 tahun
. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
. Nefropati
Pemeriksaan Fisik
1. Pada pre-eklampsia ringan: 
Tes celup urin menandakan  proteinuria +1 atau pemeriksaan protein kuantitatif menandakan  hasil > 300 mg/24 jam
. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
2. Pada pre-eklampsia berat:
. Tes celup urin menandakan  proteinuria +2 atau pemeriksaan protein kuantitatif menandakan  hasil > 5g/24 jam, Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
. Atau ditambah  keterlibatan organ lain:
 Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri perut  kuadran kanan atas pusing  skotoma penglihatan Pertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion Edema paru atau gagal jantung kongestif Oligouria (<500cc/24 jam), kreatinin > 1.2 mg/dl, diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan 
Pemeriksaan Penunjang :yang sudah  dilakukan.
Diagnosa  banding: 
Hipertensi gestasional, Hipertensi Kronik, Hipertensi Kronik dengan superimposed
preeklampsia
Komplikasi
edema paru, kematian janin, koma, kematian ibu, 
Sindrome HELLP, pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat,
Pengobatan :  
Non Medikamentosa(tanpa obat)  
1. Pre-eklampsia ringan 
Pemantuan fungsi ginjal, fungsi hati, dan protenuria berkala, disarankan  untuk banyak istirhat dengan baring atau tidur miring. Namun tidak mutlak selalu tirah baring. bisa  di rawat jalan dengan pengawasan dan kunjungan antenatal yang lebih sering. Diet dengan cukup protein dengan rendah karbohidar, lemak  garam secukupnya. 
2. Pre-eklampsia berat
Segera melakukan perencanaan untuk rujukan segera ke Rumah Sakit dan menghindari terjadi kejang dengan pemberian MgSO4. 
 Medikamentosa( obat)  
1. Pantau kondisi  klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tinggi badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin. tekanan darah, berat badan, 
 2. Rawat jalan (ambulatoir)
. Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), Antihipertensi Ibu dengan hipertensi berat selama kehailan perlumemperoleh  terapi antihipertensi.Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman tenaga medis  dan 
ketersediaan obat. Konsumsi susu dan air buah
Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan
. Pada ibu dengan preeklampsi berat dengan janin sudah viable namun usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan disarankan , asalkan tidak ada   kontraindikasi.
Pada ibu dengan preeklampsi berat, dimana usia kehamilan 34-37 minggu, manajemen ekspektan boleh disarankan , asalkan tidak ada   hipertensi yang tidak tercheckup , disfungsi organ ibu, dan gawat janin.Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah aterm, induksi persalinan disarankan .Pada ibu dengan preeklampsi berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinandini disarankan .
Konseling :
Sebelum pemberian MgSO4, pasien terlebih dahulu  diberitahu akan mengalami rasa panas dengan pemberian obat ini .
. Suami pasien dan keluarga  pasien tetap diberi motivasi untuk melakukan pendampingan terhadap ibu hamil selama proses rujukan
. memberi  informasi mengenai kondisi  kesehatan ibu hamil dengan tekanan darah yang tinggi.. Melakukan nasihat  terhadap pasien, suami pasien dan keluarga  jika menemukan gejala atau keluhan dari ibu hamil segera memberitahu petugas medis  atau langsung ke rumahsakit 
Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum dan selama proses rujukan hingga ke rumahsakit  sekunder.
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat ke fasilitas rumahsakit  sekunder. 
peralatan medis : 
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin dan urinalisa.. Larutan MgSO4 40%. Larutan Ca Glukonas, Doppler atau Laenec. Palu Patella. Obat-obat Antihipertensi. 




EKLAMPSI
Eklampsia yaitu  masalah  akut pada penderita pre-eklampsia, yang ditambah  dengan kejang menyeluruh dan atau koma.mirip  pre-eklampsia, eklampsia bisa  muncul  pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum  biasanya  hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama Sesudah  persalinan. 50-60% kejadian eklampsia terjadi dalam kondisi  hamil. 30-35% kejadian eklampsia terjadi saat  inpartu,  sekitar 10% terjadi Sesudah  persalinan.  Pre eklampsia dan eklampsia pemicu  kematian ibu rata-rata  25%, sedang  50% menjadi 
pemicu  kematian bayi. Anamnesis Keluhan  :
Kejang yang dimulai  dengan gejala  prodromal eklampsia, antara lain:
Nyeri uluhati atau perut  bagian atas Kenaikan progresif tekanan darah. Nyeri kepala hebat . Gangguan penglihatan. Muntah-muntah, pemicu keparahan: 
Kondisi-kondisi yang berpotensi memicu  penyakit mikrovaskular (antara lain: hipertensi kronik, diabetes melitus,  gangguan pembuluh darah dan jaringan ikat), Riwayat preeklampsia ringan dan berat dalam kehamilan sebelumnya. Sindrom antibody antiphospholipid, dan nefropati. pemicu keparahan:  lainya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor khusus  dari ibu atau ayah janin.
Pemeriksaan Fisik
Sianosis. Skotoma penglihatan. bisa  muncul  adanya tanda-tanda edema paru dan atau gagal jantung. Pemeriksaan kondisi : sadar atau penurunan kesadaran Glasgow Coma Scale dan Glasgow-Pittsburg Coma Scoring System.
. Pada tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 sampai 35 detik, tangan dan kelopak mata bergetar, mata terbuka dengan pandangan kosong. . Tahap selanjutnya muncul  kejang . Pemeriksaan tanda vital, Adanya peningkatan tekanan darah diastol >110 mmHg
Pemeriksaan Penunjang :
Dari pemeriksaan urinalisa diperoleh proteinuria ≥ 2+ bdiagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik,  pemeriksaan penunjang.
Diagnosa  banding:  
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain, 
oleh sebab  itu sebagai Diagnosa  banding:  eklampsia antara lain:Hipertensi, Kelainan metabolik, perdarahan otak, lesi di otak, Meningitis, Epilepsi , 
1.Komplikasi pada janin: Asfiksia mendadak dipicu  spasme pembuluh darah, Solusio plasenta, persalinan prematuritas
2. Komplikasi pada ibu: sianosis, aspirasi , pendarahan otak dan kegagalan jantung, mendadak, lidah tergigit, jatuh dari tempat tidur yang memicu ginjal, perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati,  ikterus  fraktur dan luka, 
Pengobatan :  
Perawatan dasar eklampsia yang utama yaitu  terapi supportif untuk stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing, Circulation (ABC), 
Non Medikamentosa(tanpa obat)   
Pengelolaan Kejang
. Pemberian obat anti kejang.. Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita.. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi.. Katerisasi urine untuk pengukuran cairan dan pemeriksaan proteinuria.
. Beberapa keluarga pasien membantu untuk menjaga pasien tidak terjatuh dari tempat tidur saat kejang muncul  . Beri O2 4 - 6 liter permenit.
 Medikamentosa( obat)   
. MgSO4diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10ml MgSO4 40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama 20 menit, jika pemberian secara intravena sulit, bisa  diberikan secara IM dengan dosis 5mg masing bokong 
kanan dan kiri.
Adapun syarat pemberian MgSO4:
frekuensi napas 12-16x/menit.
. tersedianya CaGlukonas10%. ada refleks patella,  jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BeratBadan /jam
--. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 (15ml MgSO4 40%, larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam Sesudah  persalinan atau kejang berakhir.
. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak bisa  diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan sekunder . . Diazepam juga bisa  dijadikan alternatif pilihan dengan dosis 10 mg IV selama 2 
menit (perlahan), namun mengingat dosis yang diperlukan  sangat tinggi dan memberi dampak pada janin, maka pemberian diazepam hanya dilakukan jika  tidak tersedia MgSO4.
--. Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan 
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella. Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan atau  tidak diperoleh refleks tendon patella, danatau ada   oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BeratBadan /jam), 
segera hentikan pemberian MgSO4. 
--. Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Eklampsia yaitu  indikasi rujukan yang wajib di lakukan.
peralatan medis :
Larutan MgSO4 40%. Ca Glukonas. Diazepam injeksi . Palu , Oropharyngeal airway / Guedel . Kateter urin. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan urin (menilai kadar proteinuria).. 





ABORTUS
Abortus yaitu   pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin bisa  hidup diluar kandungan, sebagai batasan dipakai  kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram. 
Jenis dan derajat abortus :
--Abortus imminens yaitu  abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan
pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. 
--. Abortus insipiens yaitu  abortus yang sedang mengancam dimana serviks sudah  mendatar dan ostium uteri sudah  membuka, namun  hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
--. Abortus inkomplit yaitu  sebagian hasil konsepsi sudah  keluar dari kavum uteri masih 
ada yang tertinggal. 
--. Abortus komplit yaitu  seluruh hasil konsepsi sudah  keluar dari kavum uteri pada 
kehamilan kurang dari 20 minggu. 
Anamnesis Keluhan  :
1. Abortus imminens 
 Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu 
Tidak ditambah  nyeri atau kram. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna kecoklatan dan bercampur lendir
2. Abortus insipiens 
Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan) . Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar ditambah  terbukanya serviks 
3. Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal . kadang  pasien datang dalam kondisi  syok akibat perdarahan. Perdarahan aktif. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
4. Abortus komplit
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi 
. Perdarahan sedikit. Nyeri perut atau kram ringan. Mulut rahim sudah tertutup. 
pemicu keparahan: 
-- Faktor Maternal 
Alkohol, merokok dan pemakaian  obat-obatan,  Anomali uterus dan serviks. Gangguan imunologis . Trauma fisik dan psikologis. Penyakit infeksi. Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme. Gangguan nutrisi yang berat. Penyakit menahun dan kronis. 
--. Faktor Janin Adanya kelainan genetik pada janin
--. Faktor ayah Terjadinya kelainan sperma
Pemeriksaan Fisik
Mencari ada tidaknya massa perut . Tanda-tanda akut perut  dan defans musculer
Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu). Penilaian tanda-tanda syok . Periksa konjungtiva untuk tanda anemia . Pemeriksaan ginekologi, muncul :
--. Abortus inkomplit
 Osteum uteri terbuka, dengan ada   sebagian sisa konsepsi Perdarahan aktif  Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
--. Abortus komplit 
 Osteum uteri tertutup Perdarahan sedikit 
 Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan
--. Abortus iminens 
 Osteum uteri masih menutup Perdarahan berwarna kecoklatan ditambah  lendir  Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan Detak jantung janin masih muncul  
--. Abortus insipiens
 Osteum uteri terbuka, dengan ada   penonjolan kantong dan didalamnya berisi cairan ketuban 
 Perdarahan berwarna merah segar Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan Detak jantung janin masih muncul  
Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif sampai 7-10 hari Sesudah  abortus.
. Pemeriksaan darah perifer lengkap, Pemeriksaan USG.
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik,  pemeriksaam penunjang.
Diagnosa  banding: 
Mola hidatidosa, Missed abortion, Kehamilan ektopik, 
Komplikasi yang bisa  terjadi pada abortus yaitu  perdarahan, infeksi, perforasi, syok
Pengobatan : 
Pada kondisi  abortus kondisi ibu bisa menurun   dan memicu  komplikasi. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu  penilaian cepat terhadap tanda vital (nada, tekanan darah, pernasapan dan suhu).
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan antibiotika dengan campuran : 
Segera melakukan rujukan ke rumahsakit  Sekunder / RS. Ampicilin 2 gr IV /IM lalu  1 gr setiap 6 jam. Gentamicin 5 mg/kg BeratBadan  setiap 24 jam. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
Penatalaksaan Khusus sesuai dengan Jenis Abortus 
1. Abortus imminens:
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai kemungkinan adanya pemicu  lain. Tablet penambah darah. Vitamin ibu hamil diteruskanJangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi. Pertahankan kehamilan. Tidak perlu pengobatan khusus
2. Abortus insipiens 
--. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
--. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut perut dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb Sesudah  24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan kondisi  baik, ibu diperbolehkan pulang
--. Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, dan  memberi  informasi mengenai kontrasepsi sesudah  keguguran.
--. Lakukan pemantauan sesudah  tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik bisa  dipindahkan ke ruang rawat.
--. Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus; Jika evakuasi tidak bisa  dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM 
(bisa  diulang 15 menit lalu  bila perlu)
--Jika usia kehamilan > 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
3. Abortus inkomplit 
--. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
--. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut perut , dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb Sesudah  24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan kondisi  baik, ibu diperbolehkan pulang
--. Lakukan konseling
--. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
--. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok sebab  perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah. 
--. Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
--. Lakukan pemantauan sesudah  tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik bisa  dipindahkan ke ruang rawat.
--. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu, pakailah  jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) yaitu  prinsip  yang disarankan . Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika  AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak bisa  dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (bisa  diulang 15 menit lalu  bila perlu)
4. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan ,  jika  menderita anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan makanannya mengandung  banyak protein, vitamin dan mineral. 
Pencegahan
Hindari rokok, sebab  nikotin memiliki  efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
. jika  ada   anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah.
. Pemeriksaan rutin antenatal,  Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).. Menjaga kebersihan diri, terutama area  kewanitaan dengan tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin. 
Pengobatan  lanjutan:
Follow up dilakukan Sesudah  2 minggu.
Melakukan konseling untuk memberi  dukungan emosional, Menganjurkan pemakaian  kontrasepsi sesudah  keguguran sebab  kesuburan bisa  kembali kira-kira 14 hari Sesudah  keguguran. Untuk mencegah kehamilan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) biasanya  bisa  dipasang secara aman Sesudah  aborsi spontan atau diinduksi. Kontraindikasi pemasangan AKDR sesudah  keguguran antara lain yaitu  infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus. Melakukan konseling untuk memberi  dukungan emosional
ciri-ciri  Rujukan :
ada pembukaan serviks, demam, darah cairan berbau dan kotorAbortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang banyak, nyeri perut, 
peralatan medis : 
 Laboratorium sederhana untuk pemeriksan tes kehamilan .. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin.Inspekulo, USG


KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Ketuban pecah dini yaitu  pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan  atau dimulainya tanda inpartu. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu dinamakan  ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. 
Dalam kondisi  normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur dipicu  oleh adanya faktor eksternal, contoh  infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,  solusio plasenta.
Anamnesis Keluhan  :
Pada anamnesis, hal  yang perlu digali yaitu  menentukan usia kehamilan, adanya cairan yang keluar dari vagina, warna cairan yang keluar dari vagina, adanya demam.
Terasa keluar air dari jalan lahir  tanpa ditambah  dengan kontraksi atau tanda inpartuAdanya riwayat keluarnya air ketuban berwujud  cairan jernih keluar dari vagina yang kadang  ditambah  tanda-tanda lain dari persalinan.
pemicu keparahan:  : 
Cephalo Pelvic Disproportion, Infeksi, Perdarahan antepartum, Multiparitas, Hidramnion, Kelainan letak ; sungsang atau melintang, Kehamilan ganda , Pemeriksaan Fisik 
Tercium bau khas ketuban. Apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, lihat dan perhatikan atau ada   cairan ketuban padaforniks posterior..Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Pastikan bahwa cairan ini  yaitu  cairan amnion dengan memperhatikan bau cairan ketuban yang khas.. Jika tidak ada cairan amnion, bisa  dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengejan. Tidak ada tanda inpartu. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya tanda-tanda infeksi pada ibu dengan mengukur suhu tubuh (suhu ≥ 380C).Pemeriksaan Penunjang : 
Dilakukan dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan mengering. Pemeriksaan mikroskopik menandakan  gambaran daun pakis.. Pemeriksaan darah rutin, leukosit> 15.000/mm3
. Pemeriksaan pH vagina (cairan ketuban) dengan kertas lakmus (Nitrazin test) dari merah menjadi biru , sesuai dengan sifat air ketuban yang alkalis. Pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran pakis yang mengering pada sekret serviko vaginal.
diagnosa  dilakukan  berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
Komplikasi yang muncul  bergantung pada usia kehamilan, Hipoksia sebab  kompresi tali pusat. Deformitas janin. Meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagal persalinan normal.Persalinan prematur Infeksi maternal korioamnionitis dan neonatal, 
Pengobatan :  
jika  belum inpartu berikan Eritromisin 4x250 mg selama 10 hari. Segera rujuk pasien ke fasilitas rumahsakit 
. ≥ 34 minggu : lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi
. 24-33 minggu:
Bila ada   amnionitis, abruptio plasenta,  kematian janin, lakukan persalinan segera.
 Berikan Deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau  betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
 Bayi dilahirkan di usia 34 minggu, bila bisa  dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil menunjukan bahwa paru sudah matang.
. < 24 minggu:
 Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin. Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan  menjadi pilihan.
 Jika terjadi infeksi (koroiamnionitis), lakukan pengobatan  koriamnionitis.
Konseling :
. Memberi penjelasan mengenai persalinan yang lebih cepat dan rujukan yang akan dilakukan ke pusat rumahsakit  .. memberi  informasi kepada ibu, adanya air ketuban yang keluar sebelum tanda inpartu, Menenangkan ibu dan memberitahu kepada suami pasien dan keluarga  agar ibu bisa  
diberi kesempatan untuk tirah baring.
bu hamil dengan kondisi  ketuban pecah dini yaitu   ke rumahsakit  sekunder.
peralatan medis :
. Inspekulo . Kertas lakmus (Nitrazin test). Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin 





PERSALINAN LAMA
Persalinan lama yaitu  persalinan yang berlangsung lebih dari 18-24 jam sejak dimulai dari tanda-tanda persalinan. 
Etiologi:
Deformitas panggul sebab  trauma atau polio,  Tumor area  panggul. Infeksi virus di perut atau uterus. Jaringan arut (dari sirkumsisi wanita)
. Kepala janin yang besar / hidrosefalus. Kembar terkunci. Kembar siam. Disporsi fetopelvik. Malpresentasi dan malposisi. 
Pasien datang dalam kondisi tahap  persalinan Kala 1 atau Kala 2 dengan status:kelainan pembukaan serviks atau partus macet.
pemicu keparahan: 
(“Po, Pa, Pa”atau gabungan 3 P )
--. Power : His tidak kuat  (his dengan frekuensi <3x/10 menit dan Durasi setiap kontraksinya <40 detik) 
--. Passenger : malpresentasi, malposisi, janin besar 
--. Passage : panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir 
--. Gabungan : dari faktor di atas 
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
1. Pada ibu:
Bandle ring, edema vulva, oedema serviks, cairan ketuban berbau ada   mekoneum
. resah, cemas . Letih. Suhu badan meningkat. Berkeringat, Nadi cepat. Pernafasan cepat. Meteorismus. 
2. Pada janin:
cairan berbau. Caput succedenium yang besar. Moulage kepala yang hebat. Kematian janin dalam kandungan. Kematian janin intrapartal
 Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif. Air ketuban ada   mekoneum kental kehijau-hijauan, 
Kelainan Pembukaan Serviks: 
1. Persalinan Lama
a. Nulipara:
Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada 
tahap  aktif< 1,2 cm/jam Kemajuan turunnya bagian terendah < 1 cm/jam
b. Multipara:
 Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada 
tahap  aktif<1,5 cm/jam Kemajuan turunnya bagian terendah <2 cm/jam
2. Persalinan Macet
a. Nulipara :
 tahap  deselerasi memanjang ( > 3 jam )
 Tidak ada pembukaan (dilatasi) > 2 jam
 Tidak ada penurunan bagian terendah > 1 jam 
 Kegagalan penurunan bagian terendah (Tidak ada penurunan pada tahap  deselerasi atau kala 2)
b. Multipara:
 tahap  deselerasi memanjang > 1 jam 
 Tidak ada pembukaan (dilatasi) > 2 jam
 Tidak ada penurunan bagian terendah > 1 jam 
 Kegagalan penurunan bagian terendah (Tidak ada penurunan pada tahap  deselerasi atau kala 2)
Faktor pemicu 
 Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar). Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)His tidak efisien (in kuat )
Faktor Predisposisi
Ketuban pecah dini,  Paritas dan interval kelahiran
Pemeriksaan Penunjang : 
. Partograf. Doppler. Urin. Darah tepi lengkap
diagnosa 
Distosia pada kala I tahap  aktif: 
Grafik pembukaan serviks pada partograf berada di antara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak atau 
tahap  ekspulsi (kala II) memanjang: 
Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin pada persalinan kala II. 
Dengan batasan waktu: 
Maksimal 2 jam untuk nullipara dan 1 jam untuk multipara, ATAU. Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien memakai  analgesia epidural 
Pengobatan : 
Motivasi pasien dalam proses persalinan dan informasikan rencana persalinan sesuai dengan perkembangan pasien.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan seksio sesarea
1. Tentukan sebab terjadinya persalinan lama
--. Power: his tidak kuat  (his dengan frekuensi <3x/10 menit dandurasi tiap kontraksinya < 40 detik). 
--. Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar
--. Passage : panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir
2. Sesuaikan pengobatan  dengan pemicu  dan situasi. Prinsip umum:
--. Lakukan augmentasi persalinan denga oksitosin dan atau amniotomi bila ada   gangguan power. Pastikan tidak ada gangguan passenger atau passage.
--. Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk gangguan passenger dan atau passage, dan  untuk gangguan power yang 
tidak bisa  diatasi dengan augmentasi persalinan.
--. Jika muncul  obstruksi atau CPD, pengobatan  yaitu  seksio cesarea.
3. Berikan antibiotik (campuran  ampicilin 2 g IV tiap 6 jam dan gentamisin 5mg/kg BeratBadan  tiap 24 jam) jika muncul :
--. Atau ketuban pecah lebih dari 18 jam 
--. Usia kehamilan 37 minggu
--. Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau)
4. Pantau tanda gawat janin
5. Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan pada ibu pasien dan keluarga  hasil analisis dan  rencana tindakan.Komplikasi: 
Infeksi intrapartum, Ruptura uteri, Pembentukan fistula, Cedera otot-otot dasar panggul, Kaput suksedaneum, Molase kepala janin, Kematian ibu dan anak.peralatan medis :  
Oksigen dan maskernya. Perlengkapan persalinan. Alat resusitasi. Lemari dan troli darurat. Partograf. Dopler. Ambulans Ruang berukuran minimal 15m2. Tempat tidur bersalin . Tiang infus. Lampu sorot dan lampu darurat. 



PERDARAHAN POST PARTUM / 
PENDARAHAN SESUDAH SALIN
Perdarahan post partum (PPP) yaitu  perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya dan yaitu  salah satu pemicu  kematian ibu disamping perdarahan sebab  hamil  ektopik dan abortus. arti  perdarahan post partum yaitu  perdarahan sesudah   persalinan yang melebihi 500 ml Sesudah  bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu hemodinamik ibu. berdasar  saat terjadinya, PPP bisa  dibagi menjadi PPP primer dan PPP sekunder. PPP primer yaitu  perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam pertama Sesudah  persalinan dan biasanya dipicu  oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta. Sementara PPP sekunder yaitu  perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12minggu Sesudah  persalinan, biasanya dipicu  oleh sisa plasenta.
Kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama Sesudah  bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu Sesudah  bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu Sesudah  bayi lahir.
Keluhan :
Limbung. Berkeringatdingin. Menggigil. Pucat 
. Perdarahan Sesudah  melahirkan  Lemah. pemicu keparahan: 
Perdarahan post partum yaitu  komplikasi dari 5-8% masalah  persalinan pervaginam dan 6% dari masalah  SC.
1. pemicu keparahan:  prenatal:
Anemia (Hb< 5,8). Multiparitas . Mioma dalam kehamilan. Gangguan faktor pembekuan. Riwayat perdarahan sebelumnya dan  kegemukan 
. Perdarahan sebelum persalinan. Solusio plasenta. Plasenta previa . Kehamilan ganda  Preeklampsia. Khorioamnionitis . Hidramnion. IUFD. 
2. pemicu keparahan:  saat persalinan pervaginam:
Persalinan dengan bantuan alat (forseps atau vakum) . Sisa plasenta, dan bayi besar (>4000 gram). Kala tiga yang memanjang . Episiotomi . Distosia. Laserasi jaringan lunak . Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin. 
3. pemicu keparahan:  perdarahan Sesudah  SC :
Anestesia umum. Partus preterm dan postterm
. Insisi uterus klasik. Amnionitis . Preeklampsia . Persalinan tidaknormal . 
pemicu  dibedakan atas:
1. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
a. Hipotoni sampai atonia uteri
 Akibat anestesi Distensi berlebihan (gemeli,anak besar,hidramnion) Partus lama,partus kasep
 Partus presipitatus/partus terlalu cepat
 Persalinan sebab  induksi oksitosin
 Multiparitas Riwayat atonia sebelumnya
b. Sisa plasenta
 Kotiledon atau selaput ketuban tersiss
 Plasenta susenturiata Plasenta akreata, inkreata, perkreata.
2. Perdarahan sebab  robekan
Ruptura uteri. Episiotomi yang melebar. Robekan pada perinium, vagina dan serviks
3. Gangguan koagulasi
Kematian janin dalam kandungan. Emboli air ketuban. Trombofilia . Sindrom HELLP. Pre-eklampsi. Solutio plasenta. 
Pemeriksaan Fisik 
Nilai tanda-tanda vital: nadi> 100x/menit, pernafasanhiperpnea, tekanan darah sistolik<90 mmHg, suhu. Nilai tanda-tanda syok: pucat, akraldingin, nadi cepat, tekanan darah rendah.
Pemeriksaan obstetrik: 
. Perhatikan kontraksi, letak, dan konsistensi uterus Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai adanya: perdarahan, keutuhan plasenta, tali pusat, dan robekan diarea vagina.
Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan darah rutin: terutama untuk menilai kadar Hb < 8 gr%. Pemeriksaan waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah (untuk mengabaikan  pemicu  gangguan pembekuan darah).Pemeriksaan golongan darah.
Perdarahan post partum bukan diagnosa   namun  suatu kejadian yang harus dicari pemicu nya:
. PPP akibat retensio plasenta
. PPP akibat ruptura uteri 
. PPP akibat inversio uteri 
.  Gangguan pembekuan darah
. PPP sebab  atonia uteri
. PPP sebab  robekan jalan lahir
. PPP sebab  sisa plasenta
Komplikasi Kematian Syok
Pengobatan :  Awal  Segera memanggil bantuan tim  Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.  Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan Pengobatan :  syok.
-Berikan oksigen. 
-. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai  pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat)  sesuai dengan kondisi ibu.3. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu. -. Periksa kondisi perut : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi 
fundus uteri. 
-. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika 
ada, contoh : robekan serviks atau robekan vagina).
-. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban. 
-. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.Catatan: produksi urin normal 0.5-1 ml/kg BeratBadan /jam atau sekitar 30 ml/jam) 
-. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke rumahsakit  (tenaga medis  spesialis obgyn)-. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan: kadar /hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO.
-. Tentukan pemicu  dari perdarahannya (lihat tabel 14.11) dan lakukan  pengobatan  khusus  sesuai pemicu 
Pengobatan  Lanjutan :
1. Atonia uteri
 Lakukan pemijatan uterus. . Pastikan plasenta lahir lengkap. . Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. 
. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti. 
. Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikanErgometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), bisa  diikuti pemberian 0,2 mg IM 
Sesudah  15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1 mg). . Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit, bisa  diulang Sesudah  30 menit).  Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit. Siapkan rujukanke fasilitas rumahsakit  sekunder sebagai antisipasi 
bila perdarahan tidak berhenti. waspada : 
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/tidak tercheckup , 
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung oksitosin.penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi.
pada atonia uteri
2. Robekan Jalan Lahir
Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina 
-. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.-. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik. 
-. Hentikan sumber perdarahan dengan klem lalu  ikat dengan benang yang bisa  diserap. 
-. Lakukan penjahitan (lihat Materi Luka Perineum Tingkat 1 dan 2)
-. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asamtraneksamat IV (bolus selama 1 menit, bisa  diulang Sesudah  30 menit). 
-. Robekan Serviks
. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio. Siapkan rujukan ke fasilitas rumahsakit  sekunder
-. Retensio Plasenta
. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan 
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.. Lakukan tarikan tali pusat terkendali.
 Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-hati.
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV DAN  Metronidazol 500 mg IV). 
Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi  perdarahan hebat atau infeksi
-Sisa Plasenta
. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus  Oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat  dengan kecepatan 40m tetes/menit hingga pendarahan berhenti. . Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya bisa  dilalui oleh instrumen, lakukan  evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase. 
. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan Metronidazol 500 mg). 
Jika perdarahan berlanjut, pengobatan seperti masalah  atonia uteri. Inversio Uteri
Siapkan rujukan ke fasilitas rumahsakit  sekunder
Gangguan Pembekuan Darah
--. Pada banyak masalah  kehilangan darah yang akut, koagulopati bisa  dicegah jika volume darah dipulihkan segera. 
--. Tangani kemungkinan pemicu  (solusio plasenta,eklampsia).
--. Siapkan rujukan ke fasilitas rumahsakit sekunder
Konseling :
Memastikan dan membantu keluarga jika rujukan akan dilakukan. memberi  informasi akan kondisi  ibu yang mengalami perdarahan sesudah salin.
memberi  informasi yang tepat kepada suami pasien dan keluarga  ibu terhadap tindakan yang akan di lakukan dalam menangani perdarahan sesudah salin.
Penanganan kegawatdaruratan sebelum merujuk dan mempertahankan ibu dalam kondisi  stabil selama proses rujukan yaitu  hal penting 
 Pada masalah  perdarahan pervaginam > 500 ml Sesudah  persalinan berpotensi memicu  syok dan yaitu  indikasi rujukan. 
.peralatan medis :
Sarung tangan steril . Hecting set. Benang catgut
 Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutindan golongan darah.. Inspekulo . USG. 




RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2
Ruptur perineum yaitu  suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada persalinan pervaginam. Diperkirakan lebih dari 85% wanita yang melahirkan pervaginam mengalami ruptur perineum spontan, yang 70% di antaranya 
memerlukan  penjahitan,  Angka morbiditas 
meningkat seiring dengan peningkatan derajat ruptur.
Anamnesis Keluhan  :
Perdarahan pervaginam 
Etiologi dan pemicu keparahan: 
Ruptur perineum biasanya  terjadi pada persalinan, dimana:
Pada persalinan dengan distosia bahu. Partus pervaginam dengan tindakan. Kepala janin terlalu cepat lahir. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya. Sebelumnya pada perineum ada   banyak jaringan parut. 
Pemeriksaan fisik   muncul  adanya:
Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan perineum
. Robekan pada perineum, 
diagnosa   bisa  dilakukan  berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik yang bisa  dilakukan.
penggolongan  ruptur perineum dibagi menjadi 4 derajat:
1. Derajat I 
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum. Biasa tidak perlu dilakukan penjahitan. 
2. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, namun  tidak mengikutsertakan  kerusakan otot sfingter ani.
3. Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan  pembagian antaralain :
IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
IIIb. Robekan > 50% sfingter ani ekterna
IIIc. Robekan juga meliputi sfingter ani interna
Sfingter ani yang intak (ditunjuk oleh tanda panah A) terlihat lebih jelas pada 
pemeriksaan rectal touche (B); Robekan parsial sepanjang sfingter ani eksterna (C); 
Robekan perineum derajat 3b dengan sfingter ani yang intak (Internal anal 
sphincter/IAS). Sfingter ani eksterna (External anal sphincter/EAS) dijepit oleh 
forseps Allis. Perhatikan perbedaan warna IAS yang lebih pucat dibandingkan EAS (D). 
4. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum 
Pengobatan : 
Non Medikantosa 
Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, sebab  akan memicu  asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul sebab  diregangkan terlalu lama.
. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
 Medikamentosa( obat)   
1. Pengobatan :  farmakologis
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III bisa  diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk ruptur perineum yang berat). 
2. Manajemen Ruptur Perineum:
a. Alat-alat yang diperlukan  untuk melakukan perbaikan jalan lahir
Forceps Allis (4) Forceps arteri (6) Gunting Mitzembaum Gunting pemotong jahitan 
 Spekulum Sims Retraktor dinding samping dalam vagina Forceps pemegang kasa 
 Retractor Weislander’s  Forceps gigi (fine & strong) Needle holder (small and large)
 b. bahan-bahan yang diperlukan untuk perbaikan jalan lahir.
Benang catgut / Asam poliglikolik (Dexon, David&Geck Ltd, UK) / Poliglaktin 910 (Vicryl, Ethicon Ltd, Edinburgh, UK) Tampon Kapas besar  Povidon Iodine Lidocain 1% (untuk ruptur perineumderajat I-II)
Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing derajatnya, antara lain 
Robekan perineum derajat 1
Robekan tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dilakukan penjahitan.
Penjahitan robekan perineum derajat 2
-. Siapkan alat dan bahan. 
-. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap Lignokain atau obat-obatan sejenis
-. Suntikan 10 ml Lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit perineum dan pada otot-otot perineum. Masukan jarum pads ujung laserasi dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.-. Tunggu 2 menit. lalu  area dengan forsep hingga pasien tidak merasakan nyeri.
-. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya (penting untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di dalamnya).
-. Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina.
-. Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1 cm.-. Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan pastikan tidak ada bagian rektum terjahit.
: Aspirasi penting untuk meyakinkan suntikan lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah. Jika ada darah pada aspirasi, pindahkan jarum ke tempat lain. Aspirasi kembali. Kejang dan kematian bisa  terjadi jika lignokain diberikan lewat pembuluh darah (intravena)
Penjahitan robekan perineum derajat 3
-. Perbaikan robekan harus dilakukan hanya oleh tenaga medis  yang sudah dilatih secara formal (atau dalam supervisi) mengenai perbaikan sfingter ani primer.Perbaikan harus dilakukan di kamar operasi dengan pencahayaan yang baik, 
peralatan medis : yang mencukupi , dan kondisi aseptik.
--. Anestesi umum atau regional (spinal, epidural, kaudal) menjadi analgesik dan pelemas otot yang bermanfaat dalam evaluasi luasnya robekan.
 Luasnya robekan harus dievaluasi melalui pemeriksaan vagina dan rektal yang berhati-hati. 
 Jika ada   kebingungan dalam menentukan derajat trauma maka derajat yang lebih tinggi yang harus dipilih.Pada masalah  yang jarang ditemui, tipe robekan "buttonhole" terisolasi bisa  terjadi di rektum tanpa memicu  kerusakan sfingter ani. 
-. Diperbaiki secara transvaginal memakai  jahitan interrupted dengan benang Vicryl. 
-. Untuk mengurangi risiko fistula rektovaginal persisten, selapis jaringan perlu disisipkan diantara rektum dan vagina. (Dengan aproksimasi fasia rektovaginal). 
-. Kolostomi diindikasikan hanya jika ada   robekan besar yang mencapai dasar pelvis atau ada   kontaminasi feses pada luka.
Penjahitan robekan perineum derajat 4
-. Epitel ani yang mengalami robekan diperbaiki dengan jahitan interrupted memakai  benang Vicryl 3/0 dan disimpul di dalam lumen ani. 
Perbaikan epitel ani secara subkutikular melalui pendekatan transvaginal juga diketahui memiliki keefektifan yang sama jika simpul terminalnya terikat dengan baik.
-. Otot sfingter diperbaiki dengan 3/0 PDS dyed sutures. 
--. Benang monofilamen dipercaya bisa  mengurangi risiko infeksi dibandingkan dengan benang braided. 
--. Benang monofilamen non-absorbable seperti nilon atau Prolene (polypropylene) dipilih oleh beberapa tenaga medis  bedah kolorektal dalam 
perbaikan sekunder robekan sfingter.
--. Benang non-absorbable bisa  memicu  abses pada jahitan (terutama pada simpul) dan ujung tajam jahitan bisa  memicu  ketidaknyamanan. 
--. Absorpsi sempurna PDS lebih lama dari Vicryl dan kekuatan tensilnya bertahan lebih lama dari Vicryl. 
--. Untuk mengurangi perpindahan jahitan, ujung jahitan harus dipotong pendek dan tertupi oleh muskulus perinei superfisialis. 
--. Sebuah RCT menandakan  tidak ada perbedaan morbiditas terkait jahitan memakai  benang Vicryl dan PDS pada 6 minggu post partum.
-. Sfingter ani interna harus diidentifikasi dan jika mengalami robekan harus diperbaiki secara terpisah dari sfingter ani eksterna. 
--. Sfingter ani interna tampak pucat seperti daging ikan mentah sedang  sfingter ani eksterna berwarna lebih terang, seperti daging merah. 
--. Ujung-ujung otot yang robek dijepit dengan forsep Allis dan perbaikan end￾to-end dilakukan dengan jahitan interrupted atau matras memakai  PDS 3/0. 
-. Sfingter ani eksterna harus diidentifikasi dan dijepit dengan forsep Allis sebab  sfingter ini cenderung mengkerut saat  robek. 
--. Sesudah  itu, otot dipisahkan dari lemak iskhioanal memakai  gunting Mitzembaum. 
--. Ujung-ujung robekan sfingter ani eksterna lalu  dijahit memakai  teknik overlap dengan benang PDS 3/0. 
--. Teknik overlap akan memicu  area kontak otot menjadi lebih luas dibandingkan dengan teknik end-to end. 
--. Wanita dengan perbaikan sfingter ani eksterna secara end-to-end diketahui bisa  tetap kontinen namun  memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami  inkontinensia pada usia yang lebih lanjut. 
--. Jika operator tidak familiar dengan teknik overlap atau sfingter ani eksterna hanya robek sebagian (derajat 3a/3b) maka perbaikan end-to-end harus dilakukan memakai  2-3 jahitan matras, seperti pada perbaikan sfingter ani interna.
-. Sesudah  perbaikan sfingter, perineal body perlu direkonstruksi agar bisa  mempertahankan sfingter ani yang sudah  diperbaiki. 
--. Perineum yang pendek bisa  memicu  sfingter ani menjadi lebih rentan terhadap trauma dalam kelahiran per vaginam berikutnya. 
--. Kulit vagina harus dijahit dan kulit perineum diaproksimasi dengan jahitan subkutikular memakai  benang Vicryl 3/0.
-. Pemeriksaan rektovaginal harus dilakukan untuk memastikan perbaikan sudah  sempurna dan memastikan bahwa seluruh tampon atau kapas sudah  dikeluarkan.
memberi  informasi kepada pasien dan suami, mengenai, cara menjaga kebersihan area  vagina dan sekitarnya Sesudah  dilakukannya penjahitan di area  perineum, yaitu antara lain:
Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari area  lukanya atau jika area  ini  menjadi lebih nyeri.
Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali perhari.
 Menjaga perineum selalu bersih dan kering.
 Hindari pemakaian  obat-obatan tradisional pada perineum.
peralatan medis :
. Lampu . Kassa steril. Sarung tangan steril. Hecting set. Benang jahit catgut, Laboratorium sederhana pemeriksaan darah rutin dan golongan darah.



MASTITIS
Mastitis yaitu  peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu Sesudah  persalinan.Kejadian mastitis rata-rata  2-33% dari ibu menyusui dan lebih kurang 10% masalah  mastitis akan berkembang menjadi abses (nanah), dengan gejala yang makin berat.
Anamnesis Keluhan  :
Paling sering terjadi di minggu ke 3 - 4 postpartum,  Nyeri dan bengkak pada area  payudara, biasa pada salah satu payudara, Adanya demam >380 C
Gejala klinis : 
Nyeri diarea  payudara. Sering terjadi di minggu ke–3 dan ke–4 postpartum, namun bisa  terjadi kapan saja selama menyusui, . Demam ditambah  menggigil. bisa  ditambah  demam > 380C. Mialgia.
pemicu keparahan:  
Pemakaian bra yang terlalu ketat. Bentuk mulut bayi yang tidaknormal  (ex: cleft lip or palate), bisa  memicu  trauma pada puting susu.. ada   luka pada payudara.. Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui.
. Primipara. Stress . Tehnik menyusui yang tidak benar, sehingga proses pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik. (menyusui hanya pada satu posisi). Penghisapan bayi yang kurang kuat, bisa  memicu  statis dan obstruksi kelenjar payudara.. 
Pemeriksaan fisik 
- Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
- Pemeriksaan payudara :
adanya rasa nyeri. unilateral. bisa  pula muncul  luka pada payudara 
. payudara membengkak. lebih teraba hangat. kemerahan dengan batas tegas . Pemeriksaan  dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik . 
berdasar  tempatnya, mastitis bisa  dibedakan menjadi 3 macam, antara lain :
-Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar-kelenjar yang memicu  abses antara payudara dan otot-otot dibawahnya.
- Mastitis yang memicu  abses dibawah areola mammae.
-. Mastitis ditengah payudara yang memicu  abses ditempat itu.
Pengobatan : 
Non Medikamentosa(tanpa obat)  
Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas. Ibu sebaiknya tirah baring dan memperoleh   konsumsi  cairan yang lebih banyak.. Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.
 Medikamentosa( obat)  
1. Berikan antibiotika
. Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari
. ATAU Eritromisin 250 mg per oral 3 x 1 sehari selama10 hingga 14 hari
2. Analgetik parasetamol 3x500 mg per oral
3. Lakukan evaluasi Sesudah  3 hari.
Komplikasi: Sepsis, Abses mammae
Konseling :
Ibu bisa  melakukan kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.. Ibu harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk menghindari infeksi yang tidak diinginkan. 
Menyusui bisa  dimulai dengan payudara yang tidak sakit. . Pompa payudara bisa  di lakukan pada payudara yang sakit jika belum kosong 
Sesudah  bayi menyusui.. memberi  pengetahuan akan pentingnya ASI dan mendorong ibu untuk tetap menyusui, 
peralatan medis :
Sarung tangan steril. Bisturi. Lampu. Kasa steril. 
Jika terjadi komplikasi abses mammae dan sepsis.



INVERTED NIPPLE
ada   beberapa bentuk puting susu. Pada beberapa masalah  seorang ibu merasa putingnya datar atau terlalu pendek akan menemui kesulitan dalam menyusui bayi. ini  bisa berdampak bayi tidak bisa menerima ASI dengan baik dan cukup. 
Pada beberapa masalah , putting bisa  muncul kembali bila di stimulasi, namun pada masalah -masalah  lainnya, retraksi ini menetap. 
Anamnesis Keluhan  :
Bayi sulit untuk menyusui, Puting susu tertarik 
Kesulitan ibu untuk menyusui bayi, 
Pemeriksaan Fisik
Adanya puting susu yang datar atau tenggelam dan bayi sulit menyusui pada ibu.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik dan tidak memerlukan Pemeriksaan Penunjang  ini terbagi dalam : 
1. Grade 1 
kadang  bisa  keluar sendiri tanpa manipulasi 
 Saluran ASI tidak bermasalah, dan bisa  menyusui dengan biasa. . Puting tampak datar atau masuk ke dalam  Puting bisa  dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola. 
2. Grade 2 
Saluran ASI bisa  mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan. . Pada pemeriksaan histologi muncul  stromata yang kaya kolagen dan otot polos.  bisa  dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepasb. ada   kesulitan menyusui. ada   fibrosis derajat sedang. 
3. Grade 3 
bisa  terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan . Secara histologis muncul  atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
. Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan memerlukan  pembedahan untuk dikeluarkan. . Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui 
Risiko yang sering muncul yaitu   demam dan pembengkakan pada payudara. 
Pengobatan :  Non- Medikamentosa( obat)   
Untuk puting datar/tenggelam (inverted nipple) bisa  diatasi Sesudah  bayi lahir, yaitu 
dengan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai langkah awal dan harus terus menyusui agar puting selalu tertarik. Ada dua cara yang bisa  dipakai  untuk mengatasi puting datar/terbenam, yaitu:
Jika  tidak memberi  hasil, ibu bisa  memberi  air susunya dengan cara memerah atau memakai  pompa payudara.Jika putting masuk sangat dalam, suatu usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan putting dengan jari pada beberapa bulan sebelum melahirkan.. Penarikan puting secara manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut beberapa kali hingga menonjol.. memakai  spuit ukuran 10-20 ml, bergantung pada besar puting. Ujung spuit yang ada   jarum dipotong dan penarik spuit (spuit puller) dipindahkan ke sisi bekas potongan. Ujung yang tumpul di letakkan di atas puting, lalu  lakukan penarikan beberapa kali hingga puting keluar. Lakukan sehari tiga kali; pagi, siang, dan malam masing-masing 10 kali




CRACKED NIPPLE
Nyeri pada puting yaitu  masalah  ibu menyusui  di 
antaranya mengalami lecet pada puting yang biasa dinamakan  dengan nipple crack. 
Kerusakan pada puting mungkin terjadi sebab  trauma pada puting akibat cara menyusui yang salah.
Anamnesis Keluhan  :
Adanya nyeri pada puting susu dan nyeri bertambah jika menyusui bayi.bisa  dipicu  oleh teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak benar pada payudara. Infeksi monilia bisa  memicu  lecet. 
Pemeriksaan Fisik Lecet pada area  putting susu 
Nyeri pada area  putting susu
Komplikasi
Risiko yang sering muncul yaitu  ibu menjadi demam dan pembengkakan pada payudara. 
Pengobatan : 
Non- Medikamentosa( obat)   
Mengistiraharkan payudara jika  lecet sangat berat selama 24 jam, Lakukan pengompresan dengan kain basah dan hangat selama 5 menit jika terjadi bendungan payudara,  Teknik menyusui yang benar. Puting harus kering. Mengoleskan colostrum atau ASI yang keluar di sekitar puting susu dan membiarkan kering.
 Medikamentosa( obat)   
 Pemberian Lanolin dan vitamin E, Pengobatan terhadap monilia, memberi  tablet Parasetamol tiap 4 – 6 jam untuk melenyapkan  nyeri.
Konseling :
memakai  bra dengan penyangga yang baik.
. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua payudara. Jika masih tetap nyeri, sebagian ASI sebaiknya diperah.. Tidak melakukan pembersihan puting susu dengan sabun atau zat iritatif lainnya.






 FLUOR ALBUS / VAGINAL DISCHARGE NON GONORE
Vaginal discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina  yang mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi berwujud  cairan kental dan lengket pada seluruh siklus namun lebih cair dan bening saat  terjadi ovulasi. Masih dalam batas normal bila duh tubuh vagina lebih banyak terjadi saat  stres, kehamilan atau aktivitas seksual. Vaginal dischargebersifat patologis bila terjadi perubahan-perubahan pada warna, konsistensi, volume, dan baunya.
Anamnesis Keluhan  :
Biasanya terjadi pada area  genitalia wanita yang berusia di atas 12 tahun, ditandai dengan adanya perubahan pada duh tubuh ditambah  salah satu atau lebih gejala rasa gatal, nyeri, disuria, nyeri panggul, perdarahan antar menstruasi atau perdarahan sesudah -koitus.
pemicu keparahan: 
ada   riwayat koitus dengan pasangan yang dicurigai menularkan penyakit menular seksual.
Pemeriksaan Fisik
pemicu  discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non infeksi. Masalah non infeksi bisa  sebab  benda asing, peradangan akibat alergi atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, atau prolaps uteri, sedang  masalah infeksi bisa  dipicu  oleh bakteri, jamur atau virus seperti berikut ini:
-. Infeksi menular seksual lainnya
-Atau adanya benda asing (contoh  tampon atau kondom yang terlupa diangkat) Periksa klinis dengan seksama untuk mengabaikan  adanya kelainan patologis yang lebih serius.
-. Kandidiasis vaginitis, dipicu  oleh Candida albicans, duh tubuh tidak berbau, pH <4,5 , ada   eritema vagina dan eritema satelit di luar vagina
-. Pelvic inflammatory disease (PID) yang dipicu  oleh chlamydia, ditandai dengan nyeri perut  bawah, dengan atau tanpa demam. Servisitis bisa 
ditandai dengan kekakuan adneksa dan serviks pada nyeri angkat palpasi bimanual.
-. Liken planus-. Gonore
-. Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya Gardnerella vaginalis), menunjukan  adanya duh putih atau abu-abu yang melekat di sepanjang dinding vagina dan vulva, berbau amis dengan pH >4,5.
-. Servisitis yang dipicu  oleh chlamydia, dengan gejala inflamasi serviks yang mudah berdarah dan ditambah  duh mukopurulen
-. Trichomoniasis, kebanyakan  asimtomatik, kalau bergejala, tampak duh kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH >4,5.
Pemeriksaan Penunjang :
Swab vagina atas (high vaginal swab) tidak terlalu berarti untuk diperiksa, kecuali pada kondisi  keraguan melakukan  diagnosa  , gejala kambuh, pengobatan gagal, atau saat  kehamilan, postpartum, postaborsi dan postinstrumentation.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan spekulum, palpasi bimanual, uji pH duh vagina dan swab .
Komplikasi
--Infertilitas yaitu  komplikasi yang kerap terjadi akibat PID, selain itu kejadian abortus spontan dan janin mati akibat sifilis bisa  memicu  
infertilitas
--. Kehamilan ektopik bisa  menjadi komplikasi akibat infeksi vaginal yang menjadi PID.
--Radangpanggul (Pelvic Inflamatory Disease = PID) bisa  terjadi bila infeksi merambah ke atas, ditandai dengan nyeri tekan, nyeri panggul kronis, bisa  memicu  infertilitas dan kehamilan ektopik
--Infeksi vagina yang terjadi saat  sesudah  aborsi atau sesudah  melahirkan bisa  memicu  kematian, namun bisa  dicegah dengan diobati dengan baik
Pengobatan : 
Pasien dengan riwayat risiko rendah penyakit menular seksual bisa  diobati sesuai dengan gejala dan arah diagnosa nya.Vaginosis bakterial:
--Tidak diperlukan  peningkatan dosis kontrasepsi hormonal bila memakai antibiotik yang tidak menginduksi enzim hati.
--Pasien yang memakai  IUD tembaga dan mengalami vaginosis bakterial disarankan  untuk mengganti prinsip  kontrasepsinya.
--. Metronidazol atau Klindamisin secara oral atau per vaginam.
--. Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan laki-laki .
--. Bila sedang hamil atau menyusui pakailah  metronidazol 400 mg 2x sehari untuk 5-7 hari atau pervaginam. Tidak disarankan  untuk minum 2 gram peroral, 
Vaginitis kandidiosis terbagi atas: 
--. Infeksi kambuhan--. Dengan kehamilan--. Dengan diabetes atau immunocompromise
--. Infeksi tanpa komplikasi --. Infeksi parah
Pengobatan :  
vulvovaginal kandidiosis:
--Hati-hati pada pasien pemakai  kondom atau kontrasepsi lateks lainnya, bahwa pemakaian  antifungi lokal bisa  merusak lateks
--Pasien pemakai  kontrasepsi pil campuran  yang mengalami vulvovaginal kandidiosis berulang, dipertimbangkan untuk memakai  metoda kontrasepsi lainnya
--. bisa  diberikan azol antifungal oral atau pervaginam
-- Tidak perlu pemeriksaan pasangan
--Pasien dengan vulvovaginal kandidiosis yang berulang disarankan  untuk memperoleh pengobatan paling lama 6 bulan.. saat  kehamilan, hindari obat anti-fungi oral, dan pakailah  imidazol topikal hingga 7 hari.
Chlamydia: 
Ibu hamil bisa  diberikan Amoksisilin 500mg 3x sehari untuk 7 hari atau Eritromisin 500 mg 4x sehari untuk 7 hari
Azithromisin 1gramsingle dose, atau Doksisiklin 100 mg 2xsehari untuk 7 hari
Trikomonas vaginalis:
Pasangan seksual pasien trikomonas vaginalis harus diperiksa dan diobati bersama dengan pasienPasien HIV positif dengan trikomonas vaginalis lebih baik dengan regimen oral 
Pengobatan :  beberapa hari dibanding dosis tunggal, Kejadian trikomonas vaginalis kebanyakan  berulang, namun perlu dipertimbangkan pula adanya resistensi obat 
. Obat minum nitromidazol (contoh metronidazol) efektif untuk mengobati trikomonas vaginalis
Pengobatan  lanjutan:
Pasien yang memiliki risiko tinggi penyakit menular seksual sebaiknya ditawarkan untuk diperiksa chlamydia, gonore, sifilis dan HIV. 
Konseling :
Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama penyakit belum tuntas diobati.. Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit, penularan dan  Pengobatan :  di tingkat rujukan.
ciri-ciri  Rujukan :
Adanya arah kegagalan pengobatan Tidak ada   fasilitas pemeriksaan untuk pasangan, diperlukan  pemeriksaan kultur kuman gonore
peralatan medis :
Lampu, Kertas lakmus, Ginecology bed,  Spekulum vagina,  




SIFILIS
Sifilis yaitu  penyakit infeksi kronis yang dipicu  oleh Treponema pallidum dan bersifat sistemik. Istilah lain penyakit ini yaitu  lues veneria atau lues. Di negarakita  dinamakan  dengan raja singa sebab  keganasannya. Sifilis bisa  mirip  banyak 
penyakit dan memiliki masa laten. 
Anamnesis Keluhan  :
Pada afek primer, keluhan hanya berwujud  lesi tanpa nyeri di bagian predileksi.Pada sifilis sekunder, gejalanya antara lain:
Sakit tenggorokan dan kutil seperti luka di mulut atau area  genital.Pada sifilis lanjut, gejala terutama yaitu  guma.Guma bisa  soliter atau multipel, demam.Pada tulang gejala berwujud  nyeri pada malam hari.
. Ruam atau beruntus pada kulit, dan bisa  menjadi luka, merah atau coklat kemerahan, ukuran bisa  beragam  , di manapun pada tubuh termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
. Demam. Kelelahan dan perasaan tidak nyaman.
. Pembesaran kelenjar getah bening.
Stadium III lainnya yaitu  sifilis kardiovaskular, berwujud  aneurisma aorta dan aortitis. 
Kondisi ini bisa  tanpa gejala atau dengan gejala seperti angina pektoris.Neurosifilis bisa  menandakan  gejala  kelainan sistem saraf (lihat penggolongan ).
pemicu keparahan: :
Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom). Sifilis kardiovaskular terjadi tiga kali lebih tinggi pada laki-laki  dibandingkan wanita Sesudah  15–30 tahun Sesudah  infeksi. 
. Berganti-ganti pasangan seksual.. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).Bayi dengan ibu menderita sifilis.
Pemeriksaan Fisik
Stadium I (sifilis primer)
dimulai  dengan papul lentikuler yang permukaannya segera erosi dan menjadi ulkus 
berbentuk bulat dan soliter, dindingnya tak bergaung dan berdasar  eritem dan bersih, di atasnya hanya serum.Ulkus khas indolen dan teraba indurasi dinamakan  ulkus durum. Ulkus durum yaitu  afek primer sifilis yang akan sembuh 
sendiri dalam 3-10 minggu. 
Tempat predileksi
-Ekstragenital: lidah, tonsil dan anus.
Seminggu Sesudah  afek primer, ada  pembesaran kelenjar getah bening (KGB) regional yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak supuratif dan tidak ada   periadenitis di ingunalis medialis.Ulkus durum dan pembesaran KGB dinamakan  dengan kompleks primer.Bila sifilis tidak memiliki afek primer, dinamakan  syphilis d’embiee.
-. Genitalia ekterna, pada laki-laki  pada sulkus koronarius, wanita di labia minor dan mayor.
Stadium II (sifilis sekunder)
 terjadi Sesudah  6-8 minggu sejak Stadium I  terjadi.Stadium ini yaitu  great  imitator.Kelainan bisa  menyerang mukosa, KGB, mata, hepar, tulang dan saraf. Kelainan bisa  berbentuk eksudatif yang sangat menular maupun kering (kurang menular).Perbedaan dengan penyakit lainnya yaitu lesi tidak gatal dan ada   limfadenitis 
generalisata.
 Stadium II  terdiri dari Stadium II   dini dan lanjut, perbedaannya yaitu : 
Stadium II  dini terlihat lesi kulit generalisata, simetrik dan lebih cepat hilang (beberapa hari –
beberapa minggu), sedang  Stadium II   lanjut tampak setempat, tidak simetrik dan lebih 
lama bertahan (beberapa minggu – beberapa bulan).Bentuk lesi pada Stadium II  yaitu:
--Pustul Bentuk ini jarang diperoleh , dan sering diikuti demam intermiten. Kelainan ini  dinamakan  sifilis variseliformis.
--. Konfluensi papul, pustul dan krusta mirip dengan impetigo atau dinamakan  sifilis impetiginosa. Kelainan bisa  membentuk berbagai ulkus yang ditutupi krusta dinamakan  ektima sifilitikum. Bila krusta tebal dinamakan  rupia 
sifilitikum dan bila ulkus meluas ke perifer membentuk kulit kerang dinamakan  sifilis 
ostrasea. 
Stadium II   pada alat lain yaitu pembesaran KGB, uveitis anterior dan koroidoretinitis pada 
mata, hepatitis pada hepar, periostitis atau kerusakan korteks pada tulang, atau sistem saraf (neurosifilis).
--Roseola sifilitika: eritema makular, berbintik-bintik, atau berbercak-bercak, warna tembaga dengan bentuk bulat atau lonjong. Jika terbentuk di kepala, bisa  memicu  kerontokan rambut, bersifat difus dan tidak khas, dinamakan  alopesia 
difusa. Bila Stadium II   lanjut pada rambut, kerontokan tampak setempat, membentuk 
bercak-bercak yang dinamakan  alopesia areolaris.Lesi menghilang dalam beberapa hari/minggu, bila residif akan bergolongan  dan 
bertahan lebih lama. Bekas lesi akan menghilang atau meninggalkan hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum).
--. Papul, Bentuk ini paling sering terlihat pada Stadium II   kadang bersama-sama dengan roseola. Papul berbentuk lentikular, likenoid, atau folikular, dan  bisa  berskuama (papulo-skuamosa) seperti psoriasis (psoriasiformis) dan bisa  meninggalkan bercak leukoderma sifilitikum. Pada Stadium II  dini, papul generalisata dan Stadium II   lanjut menjadi setempat dan tersusun 
secara tertentu (susunan arsinar atau sirsinar dinamakan  korona venerik, susunan polikistik dan korimbiformis).Tempat predileksi papul: sudut mulut, ketiak, di bawah mammae, dan alat genital.
Bentuk papul lainnya yaitu  kondiloma lata berwujud  papul lentikular, permukaan  datar, sebagian berkonfluensi, bisa  erosif dan eksudatif yang sangat menular akibat gesekan kulit.
Tempat predileksi kondiloma lata: lipat paha, skrotum, vulva, perianal, di bawah mammae dan antar jari kaki.
Stadium II  pada kuku dinamakan  dengan onikia sifilitikum yaitu ada   perubahan warna kuku 
menjadi putih dan kabur, kuku rapuh ditambah  adanya alur transversal dan longitudinal.Bagian distal kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku terangkat. Bila terjadi kronis, akan membentuk paronikia sifilitikum.Stadium II   pada mukosa (enantem) terutama pada mulut dan tenggorok.
Sifilis laten dini tidak ada gejala, sedang  stadium rekurens terjadi kelainan mirip Stadium II, 
Sifilis laten lanjut biasanya tidak menular, lamanya masa laten yaitu  beberapa  tahun bahkan hingga seusia hidup. 
Stadium III (sifilis tersier)
Lesi pertama antara 3 – 10 tahun Sesudah  Stadium  I. Bentuk lesi khas yaitu guma.Guma 
yaitu  infiltrat sirkumskrip kronis, biasanya lunak dan destruktif, besarnya lentikular hingga sebesar telur ayam.Awal lesi tidak menandakan  tanda radang akut dan bisa  digerakkan, Sesudah  beberapa bulan menjadi melunak mulai dari tengah dan tanda￾tanda radang mulai tampak.lalu  terjadi perforasi dan keluar cairan  seropurulen, kadang  sanguinolen atau ditambah  jaringan nekrotik.Tempat perforasi menjadi ulkus.
Guma biasanya  solitar, namun bisa  multipel.
Bentuk lain Stadium  III yaitu  nodus. Nodus ada   pada epidermis, lebih kecil (miliar hingga lentikular), cenderung berkonfluensi dan tersebar dengan wana merah kecoklatan.Nodus memiliki skuama seperti lilin (psoriasiformis).Stadium  III pada mukosa biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi dalam bentuk guma.
Stadium  III pada tulang sering menyerang tibia, humerus, tengkorak, bahu, femur, fibula 
Stadium III pada organ dalam bisa  menyerang urinaria, prostat ,   ovarium,  testis.hepar, esophagus,  lambung, paru, ginjal, vesika 
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan T. pallidum pada sediaan serum dari  lesi kulit.Pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut jika pemeriksaan I dan II negatif.Sesudah  diambil serum dari lesi, lesi dikompres dengan larutan garam  fisiologis.
Pemeriksaan lain yang bisa  dirujuk, yaitu:
-Histopatologi dan imunologi.
-Tes Serologik Sifilis (TSS), antara lain VDRL (Venereal Disease Research Laboratories), TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay), dan tes imunofluoresens (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption Test – FTA-Abs)
Diagnosa  :
  dilakukan  berdasar  anamnesis  pemeriksaan fisik. pemeriksaan mikroskopis.
penggolongan 
1. Sifilis kongenital
a. Dini (prekoks): bentuk ini menular, berwujud  bula bergerombol, simetris di tangan dan kaki atau di badan. Bentuk ini terjadi sebelum 2 tahun dan 
dinamakan  pemfigus sifilitika. Bentuk lain yaitu  papulo-skuamosa. Wajah bayi tampak seperti orang tua, berat badan turun dan kulit keriput. Keluhan di organ lainnya bisa  terjadi.
b. Lanjut (tarda): bentuk ini tidak menular, terjadi sesudah 2 tahun dengan bentuk guma di berbagai organ. 
c. Stigmata: bentuk ini berwujud  deformitas dan jaringan parut. 
Pada lesi dini bisa : 
 Pada wajah: hidung membentuk saddle nose (depresi pada jembatan hidung) dan bulldog jaw (maksila lebih kecil dibandingkan  mandibula).
 Pada gigi membentuk gigi Hutchinson (pada gigi insisi permanen berwujud  sisi gigi konveks dan bagian menggigit konkaf). Gigi molar pertama 
permulaannya berbintil-bintil (mulberry molar).
 Jaringan parut pada sudut mulut yang dinamakan  regades. Kelainan permanen lainnya di fundus okuli akibat koroidoretinitis dan 
pada kuku akibat onikia.
Pada lesi lanjut:
Kornea keruh, perforasi palatum dan septum nasi, dan  sikatriks kulit seperti kertas perkamen, osteoporosis gumatosa, atrofi optikus dan trias Hutchinson yaitu keratitis interstisial, gigi Hutchinson, dan tuli N. VIII.2. Sifilis akuisita
a. Klinis
Terdiri dari 2 stadium:
 Stadium I dalam 2-4 minggu sejak infeksi.
 Stadium II dalam 6-8 minggu sejak S I.
Stadium III terjadi Sesudah  1 tahun sejak infeksi.
b. Epidemiologis
 Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari Stadium  I, Stadium II, 
stadium rekuren dan stadium laten dini.
 Stadium tidak menular (Sesudah  1 tahun sejak infeksi), terdiri dari stadium  laten lanjut dan Stadium  III.
penggolongan  untuk neurosifilis:
1. Sifilis meningovaskular Bentuk ini terjadi beberapa bulan sampai 5 tahun sejak  StadiumI. Gejala tergantung letak lesi, antara lain berwujud  nyeri kepala, konvulsi fokal atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan mental, kelumpuhan nervus kranialis dan seterusnya.
2. Neurosifilis asimptomatik, tidak menandakan  gejala sebab  hanya terbatas pada  cairan serebrospinal.
3. Sifilis parenkim
a. Demensia paralitika (8-10 tahun sejak infeksi primer). Keluhan dimulai  dengan kemunduran intelektual, kehilangan dekorum, apatis, euphoria 
hingga waham megaloman atau depresif.   keluhan bisa  berwujud  kejang, lemah dan gejala pyramidal hingga akhirnya meninggal. 
b. Tabes dorsalis (8-12 tahun sejak infeksi primer). Keluhan berwujud  gangguan motorik (ataksia, arefleksia), gangguan visus, retensi,  inkoninensia urin ,   gangguan sensibilitas (nyeri pada kulit,  organ dalam).
4. Guma
Guma biasanya  ada   pada meningen akibat perluasan dari tulang  tengkorak. Keluhan berwujud  nyeri kepala, muntah dan bisa  terjadi konvulsi dan  gangguan visus. Pada pemeriksaan ada   edema papil sebab  peningkatan tekanan intrakranial, paralisis nervus kranialis atau hemiplegi. 
Diagnosa  banding:  bergantung pada stadium apa pasien ini  terdiagnosa  .
1. Stadium 1: Karsinoma sel skuamosa, Penyakit Behcet, Ulkus mole, Herpes simpleks, Ulkus piogenik, Skabies, Balanitis, Limfogranuloma venereum, 
2. Stadium II: Psoriasis, Dermatitis seboroik, Kondiloma akuminata, Alopesia aerataErupsi alergi obat, Morbili, Pitiriasis rosea, 
3. Stadium III: Mikosis profundaTuberkulosis, Frambusia, 
Pengobatan : 
-Kontak seksual harus ditelusuri, diketahui dan diobati,  Pasien perlu diuji untuk penyakit lain yang ditularkan secara seksual (sexually transmitted diseases/STD), termasuk HIV, harus dilakukan pada semua penderita.
-. Sifilis yang sedang dalam inkubasi bisa  diobati dengan regimen penisilin atau bisa  memakai  Ampisilin, Amoksisilin, atau Seftriakson mungkin juga efektif.
-. Pengobatan profilaksis harus diberikan pada pasangan pasien, namun sebaiknya diberikan sejak 3 bulan sebelumnya, tanpa memandang serologi. 
Pada sifilis dengan kehamilan untuk wanita berisiko tinggi, uji serologis rutin harus dilakukan sebelum trimester pertama dan awal trimester ketiga dan  pada persalinan. 
Bila tanda-tanda klinis atau serologis memberi kesan infeksi aktif atau diagnosa   sifilis aktif tidak bisa  dengan pasti disingkirkan, maka indikasiuntuk pengobatan.
Konseling :
Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama penyakit belum tuntas diobati Semua stadium dan penggolongan  sifilis harus dirujuk ke fasilitas rumahsakit  yang memiliki tenaga medis  spesialis kulit dan kelamin.
Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit, penularan dan  Pengobatan :  di tingkat rujukan.




GONORE
Gonore yaitu  semua penyakit yang dipicu  oleh Neisseria gonorrhoeae.Penyakit ini termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS) yang memiliki 
insidensi tinggi.Cara penularan gonore terutama melalui genitor-genital, orogenital  dan ano-genital, namun bisa  pula melalui alat mandi, termometer dan sebagainya (gonore genital dan ekstragenital).area  yang paling mudah terinfeksi yaitu  mukosa vagina wanita sebelum pubertas.
Anamnesis Keluhan  :
Keluhan utama berkaitan  erat dengan infeksi pada organ genital yang terkena.Pada laki-laki , keluhan tersering yaitu  kencing nanah. Gejala dimulai  oleh rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul dengan disuria, polakisuria dan keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang ditambah  darah.  ada   perasaan nyeri saat terjadi ereksi.Gejala terjadi pada 2-7 hari Sesudah  kontak seksual.jika  terjadi prostatitis, keluhan ditambah  perasaan tidak enak di perineum,  nyeri kencing hingga hematuri,   retensi urin, obstipasi, 
suprapubis, malaise, demam, Pada wanita, gejala subyektif jarang muncul  dan hampir tidak pernah diperoleh kelainan obyektif. Wanita biasanya  datang Sesudah  terjadi komplikasi atau saat  
pemeriksaan antenatal atau Keluarga Berencana (KB).Keluhan yang sering memicu  wanita datang ke tenaga medis  yaitu  keluarnya cairan 
hijau kekuningan dari vagina, ditambah  dengan disuria, dan nyeri perut  bawah.Keluhan selain di area  genital yaitu : rasa terbakar di area  anus (proktitis), mata merah pada neonatus dan bisa  terjadi keluhan sistemik (meningitis, endokarditis, dan sebagainya pada gonore diseminata – 1% dari masalah  gonore).
pemicu keparahan: 
Bayi dengan ibu menderita gonore. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom).. Berganti-ganti pasangan seksual.
. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena gonore.
Pemeriksaan Fisik 
Tampak eritem, edema dan ektropion pada orifisium uretra eksterna, ada duh  tubuh mukopurulen, pembesaran KGB inguinal uni atau bilateral.jika  terjadi proktitis, tampak area  anus eritem, edem dan tertutup pus mukopurulen.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan jika  wanita tesebut sudah menikah.Pada pemeriksaan tampak serviks merah, erosi dan ada   secret mukopurulen.
Pada laki-laki :
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk memeriksa prostat: pembesaran prostat 
dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila ada   abses akan teraba fluktuasi.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung duh tubuh dengan pewarnaan gram untuk menemukan kuman gonokokus gram negarif, intra atau ekstraseluler.Pada laki-laki  sediaan diambil dari area  fossa navikularis, dan wanita dari uretra, muara kelenjar  bartolin, serviks dan rektum.
Pemeriksaan lain bila diperlukan: kultur, tes oksidasi dan fermentasi, tes beta￾laktamase, tes thomson dengan sediaan urin diagnosa 
penggolongan  
berdasar  susunan anatomi genitalia laki-laki  dan wanita: Servisitis gonore (pada wanita), Uretritis gonore
Diagnosa  banding: 
septik, Konjungtivitis, endokarditis, meningitis,  uretritis non gonokokal, Infeksi saluran kemih, Faringitis, Uretritis herpes simpleks, Arthritis inflamasi,  
Komplikasi
Pada wanita:
Lokal : bartolinitis, parauretritis, 
Asendens: endokarditis, perkarditis, meningitis, dermatitis.salfingitis, Pelvic Inflammatory Diseases (PID).Disseminata: Arthritis, miokarditis, 
Pada laki-laki  : 
Lokal : litritis, kowperitis.tynositis, parauretritis, 
Asendens : vasdeferentitis, epididimitis, trigonitis. prostatitis, vesikulitis, funikulitis, 
Pengobatan : 
Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per oral (p.o) dosis 
tunggal, atau Ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M) dosis tunggal, atau Spektinomisin 2 gram I.M dosis tunggal.Tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin yaitu  kontraindikasi pada 
kehamilan dan tidak disarankan  pada anak dan dewasa muda. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
ciri-ciri  Rujukan :
jika  pengobatan di atas tidak menandakan  perbaikan dalam jangka waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke tenaga medis  spesialis sebab  kemungkinan ada   resistensi obat.jika  tidak bisa  melakukan tes laboratorium.
peralatan medis :
laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Gram
. Senter. Lup. Sarung tangan. Alat pemeriksaan in spekulo. Kursi periksa genital. peralatan medis : 
Prognosis biasanya  tidak mengancam jiwa, namun bisa  memicu  gangguan fungsi terutama bila terjadi komplikasi.jika  pemicu keparahan:  tidak dihindari, bisa  terjadi kondisi berulang





VAGINITIS
Vaginitis yaitu  peradangan pada vagina ya:ng ditandai dengan adanya pruritus, keputihan, dispareunia,  disuria. pemicu  vaginitis:
Kandida(vaginal kandidiasis, yaitu  pemicu  tersering peradangan pada vagina yang terjadi pada wanita hamil, insidennya rata-rata  antara 52%).Vaginosis bakterialis (bakteri Gardnerella Vaginalis yaitu  bakteri anaerob yang memicu  terjadinya infeksi vagina yang non-khusus , insidennya terjadi sekitar 28%).Trikomonas (masalah nya rata-rata  antara 20%).
Keluhan :
Bau yaitu  keluhan yang paling sering ditemukan .
Gejala klinis
Dispareunia. Disuria. Bau. Gatal (pruritus). Keputihan. 
pemicu keparahan: 
Perubahan hormonal (contoh  : kehamilan). pemakaian  terapi antibiotik spektrum luas
 kegemukan .. Pemakai AKDR, pemakaian  handuk bersamaan. Imunosupresi. Diabetes melitus. 
Pemeriksaan Fisik 
 bisa  muncul  adanya iritasi,eritema atau edema pada vulva dan vagina. Mungkin serviks juga bisa  tampak eritematous.
Pemeriksaan Penunjang : 
Pemeriksaan pH cairan vagina.Pemeriksaan uji whiff: Jika positif berarti mengeluarkan mengeluarkan bau seperti anyir (amis) pada waktu ditambahkan larutan KOH.Pemeriksaan mikroskopik cairan atau sekret vagina.
diagnosa  dilakukan  berdasar  anamnesis, pemeriksaan fisik,  penunjang.Vaginitis harus dicari pemicu nya, dengan menilai perbedaan tanda dan gejala dari masing-masing pemicu , bisa  pula dengan menilai secara mikroskopik cairan  vagina. 
Diagnosa  banding: 
Vulvovaginitis kandida, Vaginosis bakterialis, Vaginosis trikomonas, 
Pengobatan :  
 Hindari pemakaian handuk secara bersamaan3. Hindari pemakaian sabun untuk membersihkan area  vagina yang bisa menggeser jumlah flora normal dan bisa  merubah kondisi pH area  
kewanitaan ini .Menjaga kebersihan diri terutama area  vagina, 
Farmakologis:
a. pengobatan  vulvovaginitis kandida
 Flukonazol 150 mg peroral (dosis tunggal)
b. pengobatan  vaginosis bakterialis
Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari selama 7 hari,  Metronidazol pervagina 2 x sehari selama 5 hari Krim klindamisin 2% pervagina 1 x sehari selama 7 hari
c. pengobatan  vaginosis trikomonas
 Metronidazol 2 g peroral (dosis tunggal)
 Pasangan seks pasien sebaiknya juga diobati
Konseling :
memberi  informasi kepada pasien, dan (pasangan seks) suami, mengenai faktor risiko dan pemicu  dari penyakit vaginitis ini sehingga pasien dan suami bisa  menghindari pemicu keparahan: nya. Dan jika seorang wanita terkena penyakit ini maka 
diinformasikan pula pentingnya pasangan seks (suami) untuk dilakukan juga pemeriksaan dan terapi guna pengobatan secara keseluruhan antara suami-istri dan mencegah terjadinya kondisi yang berulang.
peralatan medis :
Kertas lakmus, peralatan medis : laboratorium sederhana untuk pemeriksaan cairan vagina




VULVITIS
Bagi setiap wanita selain masalah keputihan, adapun masalah sering dihadapi yaitu  vaginitis dan vulvitis. Vulvitis yaitu  suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita),sedang  vulvovaginitis yaitu  peradangan pada vulva dan 
vagina. Gejala yang paling sering muncul  yaitu  keluarnya cairan tidaknormal  dari vagina, dikatakan tidaknormal  jika jumlahnya sangat banyak dan  baunya menyengat atau ditambah  gatal-gatal dan nyeri.
pemicu  :
Infeksiseperti infeksipedikulosis, ataukudisjamur dan bakteri
Alergi, khususnya sabun, kertas toilet berwarna, semprotan vagina, deterjen, gelembung mandi, atau wewangian, Dermatitisjangka panjang, seborrhea atau eksim, 
Keluhan 
Rasa gatal dan perih di kemaluan, dan  keluarnya cairan kental dari kemaluan yang berbau.
Gejala Klinis:
. Rasa terbakar di area  kemaluan. Gatal. Kemerahan dan iritasi . Keputihan
Pemeriksaan Fisik 
Dari inspeksi area  genital diperoleh kulit vulva yang menebal dan kemerahan, bisa  muncul  juga lesi di sekitar vulva.Adanya cairan kental dan berbau yang keluar dari vagina.
  dilakukan  dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa  banding: : Dermatitis alergika
Komplikasi Infertilitas, Infeksi sekunder sebab  sering digaruk, Vulva distrofi
Pengobatan :  
memakai  salep kortison. Jika vulvitis dipicu  infeksi vagina, bisa  dipertimbangkan pemberian antibiotik sesuai Pengobatan :  vaginitis atau 
vulvovaginitis.Menghindari pemakaian  bahan yang bisa  memicu  iritasi di sekitar area  genital.
Pasien dirujuk ke tenaga medis  spesialis kulit dan kelamin jika pemberian salep kortison tidak memberi  tanggapan .