Senin, 19 Desember 2022

tulang 2


GANGGUAN SOMATOFORM
Gangguan somatoform yaitu golongan  kelainan psikiatrik yang gejala   berwujud  berbagai gejala fisik yang dirasakan menonjol  oleh pasien namun tidak ada  pemicunya  secara medis.Tidak ada data  pasti mengenai prevalensi gangguan ini di negarakita . prevalensi gangguan jiwa  sebesar 
32%.  gangguan yang tersering yaitu  neurosis,  
sebesar 26%,  termasuk psikosomatik. Walaupun tidak ada keadaan  medis yang serius, gejala  yang dirasakan oleh pasien dengan gangguan 
somatoform  mengganggu dan berpotensi memicu  stress, 
Anamnesis  Keluhan :
Onset dan kelanjutan dari  berkaitan  erat dengan peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau konflik,  berulang,Pasien biasanya menolak usaha  untuk membahas kemungkinan adanya pemicu  psikologis, terlihat perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang tidak puas sebab  tidak berhasil membujuk tenagamedis  menerima persepsinya bahwa  yang dialami yaitu  penyakit fisik dan memerlukan pemeriksaan 
lebih lanjut. ditambah  permintaan pemeriksaan medis,Hasil pemeriksaan medis tidak menandakan  adanya kelainan yang  menerangkan   ini , untuk mendiagnosa , anamnesis dilakukan untuk menggali pemahaman dan persepsi pasien mengenai keadaan  yang dialaminya. Tidak ada   dan pemeriksaan penunjang khusus  yang diperlukan 
untuk mendiagnosa  gangguan somatoform.   dan penunjang dilakukan untuk mengeksklusi kelainan organik yang dianggap relevan dengan  pasien. diagnosa gangguan somatoform memiliki kode F45 dan yaitu  blok penyakit yang termasuk dalam golongan  F40-F48, yaitu gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan yang berkaitan dengan stres. maka , pada masalah  gangguan somatoform, tenagamedis  perlu mengeksklusi gangguan mental organik (F00-F09), Pada blok F40-F48 sendiri, tenagamedis  perlu terlebih dahulu memastikan ada tidaknya gejala gangguan ansietas (F40-F41), obsesif kompulsif (F42), reaksi stres dan gangguan penyesuaian (F43), dan gangguan disosiatif atau konversi (F44). gangguan mental dan perilaku akibat pemakaian  zat psikoaktif (F10-F19), skizofrenia, gangguan skizotipal,  gangguan waham (F20-F29), dan  
gangguan suasana perasaan atau mood atau afektif (F30-F39). 
-Gangguan somatoform tidak dilakukan  bila gejala dan tanda pada pasien memenuhi syarat  diagnosa : gangguan di hirarki yang lebih tinggi.
3. Mengeksklusi keadaan  factitious disorder dan malingering/purapura , Pada keadaan  factitious disorder, pasien mengadopsi   fisik, tanpa ia sadari, sebagai usaha  memperoleh keuntungan internal, contoh : untuk memperoleh  perhatian lebih dari pasien  tertentu di sekitarnya. beda  dengan keadaan  malingering/purapura , di mana pasien sengaja atau berpura-pura sakit untuk memperoleh keuntungan eksternal, contoh : agar terhindar dari 
tanggung jawab atau keadaan  tertentu, atau untuk memperoleh kompensasi uang tertentu,  Pada gangguan somatoform, tidak ada keuntungan yang coba didapat oleh pasien.   yang disampaikan juga bukan sesuatu yang disengaja, malahan adanya   ini  dipicu, dipertahankan, dan diperparah oleh kekhawatiran dan ketakutan tertentu, 
-Blok gangguan somatoform terdiri atas:
. F45.0. Gangguan somatisasi
. F45.1. Gangguan somatoform tak terinci
. F45.2. Gangguan hipokondrik
. F45.3. Disfungsi otonomik somatoform
. F45.4. Gangguan nyeri somatoform menetap
. F45.5. Gangguan somatoform lainnya
. F45.6. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan (YTT) 
pengobatan 
  gangguan somatoform yaitu  mengelola gejala dan bukan menyembuhkan, sebab  pada dasarnya tidak ada kelainan medis yang dialami oleh pasien,  Berikut ini yaitu  metode  dasar pengelolaan pasien dengan gangguan somatoform:
-. tenagamedis   menjadwalkan pertemuan yang reguler sebagai follow-up. Pertemuan dapat singkat saja, contoh  1 kali setiap bulan selama 5 – 10 menit, 
terutama untuk memberi dukungan dan reassurance. 
-. tenagamedis  perlu kerjasama  dengan psikiater bila diperlukan, contoh  saat melakukan  diagnosa  yang sulit, menentukan adanya komorbid psikiatrik lain, atau terkait pengobatan.
-tenagamedis  harus menerima bahwa pasien memang betul-betul merasakan gejala pada tubuhnya dan memahami bahwa gejala  ini  mengganggu 
pasien. tenagamedis   tidak terlalu  menganggap pasien berpura-pura (malingering/purapura ) tanpa didukung bukti yang kuat. trik pengobatan  gangguan somatoform yaitu  membangun kerjasama   dan kepercayaan dari pasien.
-. Bila ada  kecurigaan adanya gangguan somatoform, tenagamedis   mendiskusikan kemungkinan ini sedini mungkin dengan pasien. Bila diagnosa  
gangguan somatoform sudah dilakukan , tenagamedis   mendiskusikannya dengan pasien.
-. tenagamedis   memfokuskan  rekayasa  gaya hidup dan reduksi stres. Keluarga pasien  dilibatkan dalam pengobatan,  Pasien  perlu dibantu untuk mengindentifikasi dan  mengelola stres  contoh  dengan relaksasi, breathing control. Peningkatan 
aktifitas fisik dapat disarankan untuk mengurangi fatigue dan nyeri muskuloskeletal, 
-. Bila gangguan somatoform yaitu  bagian dari kelainan psikiatrik lain, tenagamedis  harus mengintervensi dengan tepat.
-. tenagamedis  perlu menasihati  pasien mengenai gangguan yang dialaminya dengan berempati dan menghindari konfrontasi. tenagamedis  harus menandakan  kesungguhan untuk membantu pasien sebaik-baiknya, tanpa memaksa pasien 
untuk menerima pendapat tenagamedis .
-. Pemeriksaan medis dan rujukan ke rumahsakit yang tidak perlu harus dihindari. Bila ada gejala baru, tenagamedis  perlu berhati-hati dalam menyarankan  pemeriksaan atau rujukan.
-tenagamedis   memfokuskan pengobatan  pada fungsi pasien sehari-hari, bukan gejala,   pada pengelolaan gejala, bukan penyembuhan.
Non-Medikamentosa 
Cognitive behavior therapy (CBT) yaitu  salah satu pengobatan   efektif untuk  gangguan somatoform. contoh  distorsi kognitif, keyakinan yang tidak realistis, kekhawatiran, atau perilaku tertentu. 
Tahap lalu   yaitu  membantu pasien mengidentifikasi dan mencoba alternatif 
perilaku yang  mengurangi atau mencegah munculnya  gejala  fisik, yang dinamakan  behavioral experiments.
Medikamentosa 
pemakaian  obat harus berdasar  indikasi yang jelas. Hanya sedikit riset  yang menandakan  efektifitas yang menonjol  dari pemakaian  obat-obat untuk   gangguan somatoform. Antidepresan diberikan  bila ada  gejala  depresi atau ansietas yang mengganggu.Sebagian pasien tidak menandakan  tanggapan  positif atas pengobatan  yang dilakukan dan gangguan somatoform terus berlanjut bahkan hingga seumur hidup. 
Untuk keperluan skrining, dapat disediakan lembar PHQ-15 di ruang praktik tenagamedis .  tidak ada peralatan khusus yang diperlukan terkait diagnosa  dan pengobatan  gangguan somatoform.



GANGGUAN PSIKOTIK
Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan mengukur  fakta , berwujud  sindroma (kumpulan gejala), antara lain diwujudkan  dengan adanya halusinasi dan waham.
Anamnesis  Keluhan :
Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, perilaku kekerasan, . menarik mundur dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik
. Mendengar suara pasien  yang tidak dapat didengar oleh pasien  lain. Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai fakta, . 
. Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi
. Tidak dapat tidur, tidak mau makan
. Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan
. Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti
 Anamnesis tambahan:
Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi, kejang, trauma kepala)  pemakaian  zat psikoaktif sebagai pemicu  munculnya  .
faktor  yang memperparah  :
Adanya pemicu stress  .  faktor biologis , antara lain faktor genetik., hiperaktivitas sistem dopaminergik, Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian dependen,  skizoid, paranoid, 
 diperlukan untuk mengabaikan  pemicu  organik dari psikotiknya (gangguan mental organik).  pasien dengan gangguan psikotik juga sering ada  gangguan fisik yang ikutserta  sebab  perawatan diri yang kurang.
Pemeriksaan Penunjang
1. Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang ikutserta  untuk mengabaikan  diagnosa  banding gangguan mental organik. 
2. bila  ada kesulitan dalam merujuk ke rumahsakit  maka pada faskes primer yang mampu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai seperti:
radiologi dan EKG.darah perifer lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal,   
diagnosa  : dilakukan  berdasar  anamnesis dan . syarat  diagnosa : berdasar  ICD 10-PC, yaitu:
-Perilaku kacau atau aneh. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau dan tidak dimengerti) Agitatif . Isolasi sosial (social withdrawal). Perawatan diri yang buruk
-. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); yaitu  gangguan persepsi (persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori eksternal. Halusinasi dapat 
terjadi pada setiap panca indra, yaitu halusinasi dengar, lihat, cium, raba, dan rasa.
-. Waham (delusi);yaitu  gangguan pikiran, yaitu keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan fakta  dan logika, namun tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara apapun dan  tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh: waham kendali, waham pengaruh.waham kejar, waham kebesaran, 
diagnosa  Banding
Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik, 
Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik)
. Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis Epileptik) . Gangguan Mental dan Perilaku akibat pemakaian  Zat (Napza). 
 pengobatan 
1. Intervensi Psikososial
a. Informasi penting bagi pasien dan keluarga 
 Agitasi dan perilaku aneh yaitu  gejala gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis.
 Episode akut memiliki  prognosis yang baik, namun  perjalanan penyakit jangka panjang sulit diprediksi. Pengobatan perlu dilanjutkan 
walau  sesudah  gejala mereda. gejala  dapat hilang muncul . Diperlukan antisipasi dalam 
menghadapi kekambuhan. 
 Farmakologi
--. Jika muncul  efek samping ekstrapiramidal seperti tremor, kekakuan, akinesia, diberikan  triheksifenidil 2-4 x 2 mg; jika muncul  distonia akut berikan injeksi diazepam atau difenhidramin, jika muncul  akatisia (gelisah, mondar mandir tidak bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan berikan beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20 mg.
--. Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau Risperidon 2x 1-
3 mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x 100-200 mg/hari. Untuk haloperidol dan  risperidon dapat digabungkan dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3  x 5 mg, lorazepam 1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi dan memberi  
efek sedasi. Benzodiazepin dapat ditappering-off sesudah  2-4 minggu. 
Catatan: klorpromazin memiliki efek samping hipotensi ortostatik.
--. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat dipikirkan  untuk pemberian injeksi depo (jangka panjang) antipsikotik seperti 
haloperidol decanoas 50 mg atau fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul terlebih dahulu  untuk 2 minggu, lalu   injeksi 1 ampul 
untuk 1 bulan. Obat oral jangan diberhentikan dahulu selama 1-2 bulan, 
sambil diawasi efek samping, lalu obat oral turunkan perlahan. 
--. Intervensi sementara untuk gaduh gelisah diberikan  injeksi intra muskular haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, dapat diulangi dalam 30 
menit - 1 jam jika belum ada perubahan yang menonjol , dosis maksimal 30  mg/hari. Atau dapat juga diberikan  injeksi intra muskular klorpromazin  2-3 x 50 mg. Untuk pemberian haloperidol diberikan  tambahan injeksi 
intra muskular diazepam untuk mengurangi dosis ntipsikotiknya dan  menambah efektivitas terapi. sesudah  stabil segera rujuk ke RS/RSJ.
ciri-ciri  Rujukan : 
. keadaan  gaduh gelisah yang memerlukan  perawatan inap sebab  berpotensi membahayakan diri atau pasien  lain segera dirujuk sesudah  pengobatan  awal.





 INFLUENZA
Influenza / flu yaitu  penyakit menular dipicu  oleh virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. Virus influenza terus mengalami 
perubahan, sehingga dalam beberapa waktu akan memicu  wabah (pandemik) yang parah. Virus ini menyerang saluran napas atas dan paru-paru. 
Anamnesis  Keluhan :
hidung meler, nyeri sendi,  badan, 
pusing  lemah badan, demam, bersin, batuk, sakit tenggorokan, 
faktor  yang memperparah  :
. Perubahan cuaca ,Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), . Usia lanjut. Daya tahan tubuh menurun. Kepadatan hunian dan kepadatan penduduk yang tinggi, 
 Tanda Patognomonis
. Febris. Rinore. Mukosa hidung edema
diagnosa  :
melakukan  diagnosa  influenza memerlukan  ketelitian, sebab  nya hampir sama dengan penyakit saluran pernapasan lainnya. 
Influenza dapat didiagnosa  berdasar  4 kriteria berikut: 
-. ada  penyakit serupa di lingkungan pengidap 
-. Terjadi mendadak 
-. Demam
-. Gejala saluran pernapasan seperti batuk, tidak ada lokasi khusus  dari  yang muncul 
diagnosa  Banding
Faringitis, Tonsilitis, Laringitis 
Komplikasi
Infeksi sekunder oleh bakteri, Pneumonia  
pengobatan 
1.   influenza biasanya  tanpa obat(self-limited disease). Hal yang perlu ditingkatkan yaitu  daya tahan tubuh. Tindakan untuk meringankan gejala flu yaitu  beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori dan protein tinggi,   buah-buahan yang tinggi vitamin.
2. Terapi simptomatik per oral
--. Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
--. Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kg BeratBadan  dan setirizin 0,3 mg/kg BeratBadan ).
--. Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kg BeratBadan ), atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10 mg/kg BeratBadan ). 
--. Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila ditambah  batuk.
Konseling :
. Imunisasi influenza, terutama bagi pasien  risiko tinggi.. Harus diwaspadai pasien yang baru kembali dari area  terjangkit epidemi influenza
Rujukan
Bila diperoleh  gejala pneumonia (panas tidak turun 5 hari ditambah  batuk purulen dan sesak napas)





FARINGITIS AKUT
Faringitis yaitu  peradangan dinding faring yang dipicu  oleh virus (80%), bakteri (50%), alergi, trauma, iritan, Anak-anak dan pasien  dewasa biasanya  mengalami 4 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya. 
Anamnesis  Keluhan : 
mual mulas perih kembung. Muntah. Rasa lemah pada seluruh tubuh. Nafsu makan berkurang. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan. Demam. Sekret dari hidung. ditambah  atau tanpa batuk. pusing . 
Gejala   berdasar  jenisnya, yaitu:
--. Faringitis kronik atrofi: biasanya  tenggorokan kering dan tebal dan  mulut berbau.
--. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak menanggapi   dengan 
pengobatan bakterial non khusus .
--. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.
--. Faringitis viral (biasanya  oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan 
beberapa hari lalu  muncul  faringitis. Gejala lain demam ditambah  rinorea dan 
mual mulas perih kembung.
--. Faringitis bakterial: pusing  hebat, muntah, kadang demam dengan suhu yang tinggi, jarang ditambah  batuk, dan cenderung  ada  pembesaran KGB leher.
--. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
--. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya 
batuk yang berdahak.
faktor  yang memperparah  :
. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.. Paparan udara yang dingin.. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring. Gizi kurang. Usia 3 – 14 tahun.
. Menurunnya daya tahan tubuh.
--. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).
--. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
--. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring
-- Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat 
(coxsachievirus, cytomegalovirus tidak memicu  eksudat, virus influenza, ). 
Pada coxsachievirus dapat muncul  lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berwujud  maculopapular rash. 
--. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah, sedang  mukosa faring lainnya hiperemis.
--. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan ada  eksudat di permukaannya. Beberapa hari lalu 
muncul  bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang ada  kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
--. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
---. Stadium primer
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut muncul  ulkus pada area  faring 
seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga diperoleh  pembesaran kelenjar mandibula
---. Stadium sekunder
Stadium ini jarang ada . Pada dinding faring ada  eritema yang menjalar ke arah laring.
---. Stadium tersier
ada  guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
Pemeriksaan Penunjang
Pada dugaan adanya infeksi jamur, dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.
. Pemeriksaan darah lengkap.. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
diagnosa  : 
 berdasar  anamnesis, , dan pemeriksaan  penunjang bila diperlukan.
penggolongan  faringitis
1. Faringitis Akut
--. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
--. Faringitis Gonorea
Hanya ada  pada pasien yang melakukan kontak orogenital
--. Faringitis Viral
dipicu   oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus,. Pada adenovirus 
juga memicu  gejala konjungtivitis terutama pada anak.
--. Faringitis Bakterial
Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus yaitu  pemicu  faringitis akut pada pasien  dewasa (15%) dan pada anak (30%).Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan dengan memakai  Centor criteria, yaitu : Tidak ada batuk,  Demam,  Anterior Cervical lymphadenopathy,  Eksudat tonsil
Tiap kriteria ini bila ada   di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus group A.
2. Faringitis Kronik
--. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering muncul  bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu dan  kelembapannya 
sehingga memicu  rangsangan dan  infeksi pada faring.
--. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior 
faring.
3. Faringitis khusus 
--Faringitis Luetika
Treponema palidum memicu   infeksi di area  faring, seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium penyakitnya.
--. Faringitis Tuberkulosis
yaitu  proses sekunder dari tuberkulosis paru. 
Komplikasi 
Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis, Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, Septikemia, Tonsilitis, Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal, Gangguan fungsi tuba Eustachius, 
pengobatan 
--. Jika diperlukan diberikan  obat batuk antitusif atau ekspektoran. 
--. Analgetik-antipiretik
--. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan . Steroid yang diberikan dapat berwujud  Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kg BeratBadan /hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.
--. Berkumur dengan air yang hangat  berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik terapi lokal  dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan Nitras Argentin 25%
--. Pada faringitis gonorea, diberikan  Sefalosporin generasi ke-3, seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
--. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi. sedang , pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari selama 
3-5 hari. 
--. Untuk infeksi virus, diberikan  anti virus Isoprinosine dengan dosis 60-100mg/kg BeratBadan  dibagi dalam 4-6 x/hari pada pasien  dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kg BeratBadan  dibagi dalam 4-6 x/hari
--. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga pemicunya  Streptococcus  group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kg BeratBadan  dosis dibagi 3 x/hari selama 
10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
ciri-ciri  Rujukan :  Bila terjadi komplikasi
Faringitis luetika








DEMENSIA
Demensia yaitu  sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk dayatangkap (komprehensi), kemampuanbelajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa , dayaingat (memori), dayapikir,  Gangguan kognitif biasanya diikuti  deteriorasi dalam mengendalikan emosi, hubungan sosial danmotivasi. biasanya  terjadi pada usia lanjut, ada  pada  penyakit serebrovaskular Alzhaimer, dan keadaan  lain yang secara primer dan sekunder mempengaruhi otak. 
Anamnesis  :
gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang  baru dialami, kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil,  akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga. 
faktor  yang memperparah  :
Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakitjantung), atau diabetes mellitus.Usia> 60 tahun (usialanjut).Riwayat keluarga.
PemeriksaanFisik
--. Dilakukan pemeriksaan untuk mengabaikan  adanya gangguan neurologik atau penyakit sistemik
--. Kesadaran sensorium baik.
--. Penurunan dayaingat yang bersifat kronik dan progresif. Gangguan fungsi otak  terutama berwujud  gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia,  adanya kemunduran f ungsi kognitif .
Pemeriksaan penunjang 
 dilakukan jika ada kecurigaan adanya keadaan  medis yang memicu  dan memperberat gejala. dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE).
diagnosa  :
Pemeriksaan dilakukan dengan anamnesis,  pemeriksaan penunjang.
syarat  diagnosa :
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian pasien 
2. Tidak ada gangguan kesadaran
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan
penggolongan 
. Demensia pada penyakit Pick (Sapi Gila)
. Demensia pada penyakit Creufield-Jacob
. Demensia pada penyakit Huntington
. Demensia pada penyakit Parkinson
. Demensia pada penyakit HIV/AIDS
. Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (70%), disusul demensia vaskular (40%)
.  Demensia pada penyakit Alzheimer
. Demensia Vaskular (Demensia multiinfark)
diagnosa  Banding
Delirium, Depresi, Gangguan Buatan, Skizofrenia
pengobatan :
 1. Non farmakologi
menyarankan  kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan memakai  jam besar, kalender 
harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat, mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat menjawab dengan benar, 
bicara dengan kalimat sederhana dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu pakai  isyarat atau sentuhan lembut.Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan,) untuk mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi 
. rekayasa  faktor resiko yaitu mengendalikan  penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-tekisilang, bermain playstation.
. rekayasa  lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi pasien.
2. Farmakologi
--Bila pasien berperilaku agresif, diberikan  antipsikotik dosis rendah, seperti Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari.
--. Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: galantamine , donepzil, rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk semua masalah  
demensia. pikirkan  pemberiannya hanya pada keadaan  yang memungkinkan diagnosa  khusus  penyakit Alzheimer dilakukan  dan tersedia dukungan dan  supervisi kuat  oleh spesialis dan  pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.
ciri-ciri  Rujukan :  
bila  pasien menandakan  gejala agresifitas dan membahayakan dirinya atau pasien  lain.
. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosa  dan pengobatan  lanjutan.



INSOMNIA
Insomnia yaitu  gejala atau gangguan dalam tidur, dapat berwujud  kesulitan berulang untuk mencapai tidur, atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk. Pada kebanyakan masalah , gangguan tidur yaitu  salah satu gejala dari gangguan jiwa, baik mental (psikiatrik) atau fisik. biasanya  lebih baik membuat diagnosa  gangguan tidur yang khusus  
bersamaan dengan diagnosa  lain yang relevan untuk menerangkan  secara kuat psikopatologi dan atau patofisiologinya. 
Anamnesis  Keluhan :
Sulit masuk tidur, sering mendadak tiba tiba terbangun di tengah malam tepat jam 12  atau mempertahankan tidur yang optimal,  kualitas tidur yang buruk.
faktor  yang memperparah  : 
Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan psikotik, gangguan depresi, gangguan gelisah,  gangguan akibat zat psikoaktif. Adanya gangguan organik (seperti gangguan endokrin, penyakit jantung).
Faktor Predisposisi:
Pada status generalis, pasien tampak lelah dan mata cekung. Bila ada  gangguan organik, ada  kelainan pada organ.
Efek samping obat.. Kerusakan otak, seperti: encephalitis, stroke, penyakit Alzheimer,  Sering aktif  di malam hari . Jam kerja tidak stabil.. pemakaian  alkohol, cafein atau zat adiktif yang berlebihan.
diagnosa  :
 berdasar  anamnesis.
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur memicu  pengidap an yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan 
pekerjaan. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari. adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk. Gangguan terjadi minimal tiga kali seminggu selama minimal satu bulan.
diagnosa  Banding
Gangguan Neurologis, Gangguan Lingkungan, Gangguan Ritmesirkadian.Gangguan Psikiatri, Gangguan medis biasanya , 
Komplikasi
Dapat terjadi penyalahgunaan zat. 
pengobatan 
pasien diberikan  Lorazepam 0,5 – 2 mg atau Diazepam 2-5 mg pada malam hari. Pada pasien  yang berusia lanjut atau mengalami gangguan medis  biasanya  diberikan dosis minimal efektif. 
 Pasien dinasihati  mengenai  faktor yang memperparah  : yang dimilikinya dan pentingnya untuk memulai pola hidup yang sehat dan mengatasi masalah yang memicu  terjadinya insomnia.
ciri-ciri  Rujukan :  
bila  sesudah  2 minggu pengobatan tidak menandakan  perbaikan, atau bila  terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien dirujuk kerumahsakit  yang memiliki tenagamedis  spesialis kedokteran  jiwa.




GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI
adanya gejala  anxietas (kegelisahan) dan depresi bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menandakan  rangkaian  gejala yang cukup berat untuk dapat dilakukan  suatu diagnosa  tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harus ada , walaupun tidak terusmenerus, di samping rasa gelisah atau hawatir berlebihan.
Anamnesis  Keluhan :
gangguan lambung, diare, pusing  yang ditambah  rasa gelisah/khawatir berlebihan. nafas pendek/cepat, berkeringat, gelisah, gangguan tidur, mudah lelah, jantung berdebar, 
mengabaikan  riwayat penyakit fisik dan pemakaian  zat (alkohol, tembakau, stimulan,)
Adanya gejala seperti minat dalam melakukan kegiatan  yang menurun, merasa sedih  nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan, sulit 
berkonsentrasi, kepercayaan diri yang menurun, pesimistis. sering terjadi, atau berlangsung lama, dan ada  pemicu stress  kehidupan.
faktor  yang memperparah  :
Adanya stres kehidupan. 
Adanya faktorbiologis yang mempengaruhi, antara lain hiper aktivitas sistem noradrenergik, faktorgenetik.. Ciri kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel, seperti ciri kepribadian dependen, skizoid, anankastik, gelisah menghindar, Respirasi meningkat, tekanan darah  meningkat, 
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium dan penunjang lainnya tidak ada  adanya tanda yang berarti . 
Pemeriksaan laboratorium untuk  mengabaikan  diagnosa  banding sesuai 
 fisiknya.
diagnosa  :dilakukan  berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosa  berdasar  ICD 10, yaitu:adanya gejala  kegelisahan dan depresi yang muncul  bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menandakan  rangkaian 
gejala yang cukup berat untuk dilakukannya suatu diagnosa  tersendiri.
-gejala  depresi antara lain: suasana perasaan susah , kehilangan minat  (menurunnya semangat dalam melakukan aktivitas), mudah, lelah, gangguan tidur, konsentrasi menurun, gangguan pola makan, kepercayaan diri yang berkurang, pesimistis , rasa tidak  bersalah, 
-. gejala  kegelisahan antara lain:
--. Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat berlebihan, sesak nafas, mulut kering,pusing,  lambung, diare.
--. Kegelisahan atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi, 
--. Ketegangan motorik: gelisah, pusing  gemetaran, tegang, tidak dapat santai, 
diagnosa  Banding
gangguan gelisah menyeluruh, gangguan panik, gangguan somatoform,gangguan gelisah (anxietas) organik, gangguan mental dan perilaku akibat pemakaian  zat, gangguan depresi, 
 pengobatan 
1. Non-farmakologi
a. Intervensi Psikososial
 Lakukan penentraman dalam komunikasi terapeutik, dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran perasaan mengenai  gejala dan riwayat gejala. Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik yang 
memiliki dasar fisiologik. 
 Bicarakan  rencana pengobatan dan follow-up, bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali keaktivitas normal. menyarankan  teknik relaksasi (teknik nafas dalam) saran  untuk berolahraga  renang   renang  teratur atau melakukan aktivitas yang disenangi dan  menerapkan perilaku hidup sehat. menyarankan  untuk selalu berpikir positif dan Pengaturan  stres dengan baik.
b. nasihat   pada pasien sebab  gangguan campuran gelisah depresi  mengganggu 
aktifitas  pasien, keluarga perlu memahami bahwa ini bukan sebab  pasien malas atau tidak mau mengerjakan pekerjaan , melainkan sebab  gejala  penyakitnya itu sendiri, antara lain mudah lelah dan  hilang energi. , keluarga perlu memberi  dukungan agar pasien mampu dan dapat mengatasi gejala penyakitnya.
 Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang  memerlukan pengobatan yang cukup lama, diperlukan dukungan keluarga untuk 
memantau agar pasien melaksanakan pengobatan dengan benar, termasuk minum obat setiap hari.
2. Farmakologi:
 Pada pasien dengan gejala kegelisahan yang lebih dominan dan atau dengan gejala insomnia diberikan  kombinasi fluoksetin atau sertralin 
dengan antianxietas benzodiazepin. Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1x2-5 mg atau lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 2x5-10 mg atau alprazolam 2x 0,25-0,5mg. sesudah  kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin ditappering-off perlahan, sementara antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum ditappering-off Hati￾hati potensi penyalahgunaan pada alprazolam sebab waktu paruh yang pendek.
. Untuk gejala kegelisahan maupun depresinya, diberikan antidepresan dosis rendah, dapat dinaikkan bila  tidak ada perubahan yang menonjol  sesudah  2-3 minggu: fluoksetin 1x10-20 mg/hari atau sertralin 1x25-50 
mg/hari atau amitriptilin 1x12,5-50 mg/hari atau imipramin1-2x10-25 mg/hari. 
Catatan: amitriptilin dan imipramin tidak boleh diberikan pada pasien  penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lanjut Usia  sebab  efek hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal efektif).
ciri-ciri  Rujukan : 
Pasien dapat dirujuk sesudah  didiagnosa  mengalami gangguan ini, terutama bila  gejala progresif dan makin bertambah berat yang menandakan  gejala depresi seperti pasien menolak makan, tidak mau merawat diri, ada ide tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada perbaikan yang menonjol  dalam 2-3 bulan terapi, 




TENSION HEADACHE
Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau pusing  tipe tegang yaitu  bentuk pusing  yang paling sering ada  sering 
dikaitkan  dengan jangka waktu dan peningkatan stres. Sebagian besar tergolong dalam golongan  yang memiliki  perasaan kurang percaya diri, 
 ragu akan kemampuan diri sendiri dan mudah  gentar, terjadi peningkatan tekanan jiwa terjadi gangguan dan ketidakpuasan  membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala,leher, bahu,   vaskularisasi  kepala sehingga muncul  pusing . 
TTH mengenai  semua usia, namun sebagian besar pasien yaitu  dewasa muda yang berusia sekitar antara 20-46 tahun.
Anamnesis  :
Pada pusing  tegang otot yang kronis biasanya   manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kegelisahan dan depresi, 
nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.pusing  tegang otot biasanyaberlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri  dirasakan kadang  atau terus menerus. Nyeri mulanya  dirasakan pasien pada leher bagian belakang lalu  menjalar ke kepala bagian belakang lalu   menjalar ke bagian depan.  nyeri ini  dapat menjalar ke bahu. pusing   seperti kepala berat, pegal, rasa kencang  pada area  bitemporal dan bioksipital,  seperti diikat di sekeliling kepala. pusing  tipe ini tidak berdenyut.
tidak ditambah  mual mulas perih kembung ,  insomnia (gangguan tidur yang sering terbangun atau bangun dini hari), palpitasi,  gangguan haid, nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, 
pemeriksaan kepala dan leher dan  pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan koordinasi, sensor  motorik, refleks, Tidak ada  yang berarti untuk mendiagnosa  nyeri kepala tegang otot ini. Pada , tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal.Pemeriksaan yang dilakukan berwujud  Pemeriksaan mata  untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada bola mata yang bisa memicu  pusing .Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien   dengan menanyakan  pertanyaan untuk mengabaikan  berbagai penyakit yang serius yang memiliki gejala pusing  seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya. berdasar  anamnesis dan  yang normal. Anamnesis yang mendukung yaitu  adanya faktor fisik psikologis  yang melatarbelakangi dan sifat  gejala pusing  (tipe, lokasi, frekuensi  durasi nyeri) 
penggolongan 
Menurut lama berlangsungnya, pusing  tegang otot ini dibagi menjadi nyerikepala episodik jika berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan 
serangan serangan  yang terjadi kurang dari1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun). bila  pusing  tegang otot ini  berlangsung lebih dari 15 hari selama 6 bulan terakhir dikatakan pusing  tegang otot kronis.
diagnosa  Banding
Cluster-type hedache (pusing  kluster), Migren
pengobatan :
meyakinkan pasien bahwa tidak ada  kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya. 
. Penilaian adanya kegelisahan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya berkaitan dengan penyakit 
depresinya dan bersedia ikut program pengobatan sedang  pasien lain berusaha menyangkalnya. , pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti gelisah atau anti 
depresi  disamping pengobatan pusing nya. 
3. Saat nyeri muncul  diberikan  beberapa obat untuk menghentikan  sakit yang dirasakan saat serangan serangan  muncul. Penghilang sakit yang sering dipakai  yaitu : Naproxen,  Ketoprofen,  acetaminophen dan NSAID seperti Aspirin, Ibuprofen, Pengobatan kombinasi antara 
acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif biasa dipakai  bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk menghilangkan sakitnya, 
namun  jangan dipakai  lebih dari 2 hari dalam seminggu dan pemakaian nya harus diawasi oleh tenagamedis .
4. Pemberian obat-obatan antidepresi yaitu Amitriptilin.
Analgesik nonkhusus  untuk TTH
Regimen analgesik NNT*
Aspirin 600-900 mg + metoklopramid 3,2
Asetaminofen 1000 mg 5,2
Ibuprofen 200-400 mg 7,5
*tanggapan  terapi dalam 2 jam (pusing  residual menjadi ringan atau hilang dalam 2 jam).
ciri-ciri  Rujukan :  
Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke rumahsakit  yang memiliki tenagamedis  spesialis jiwa.
 Bila pusing  tidak membaik maka dirujuk ke rumahsakit  yang memiliki tenagamedis  spesialis saraf.




MIGREN
Migren yaitu   pusing  primer dengan kualitas vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh depresi,  mual mulas perih kembung, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur,  serangan serangan  cenderung  berulang dan cenderung tidak akan bertambah parah sesudah  bertahun-tahun. Migren bila tidak diterapi akan berlangsung  3 hari  dan yang klasik terdiri atas 4 tahap  yaitu tahap  prodromal (kurang lebih 28 % masalah ), tahap  aura (kurang lebih 12% masalah ), Wanita hamil tidak luput dari serangan serangan  migren, biasanya  serangan serangan  muncul pada kehamilan trimester I.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor pemicu  migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan kepekaan  sistem saraf dan avikasi sistem trigeminal-vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
 serangan serangan  migren memicu   gejala  antaralain :
-. pusing nya mereda secara bertahap pada siang hari dan sesudah  bangun tidur, kebanyakan pasien merasa  lelah dan lemah sesudah  serangan serangan .
-. Sekitar 70 % pengidap  merasa  gejala prodormal, cenderung  terjadi beberapa jam atau beberapa hari sebelum onset dimulai. Pasien 
merasa  perubahan mood dan tingkah laku dan bisa juga gejala otonom, psikologis, neurologis, 
- Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitassehari-hari.
-. mual mulas perih kembung dengan atau tanpa muntah.-. Fotofobia atau fonofobia.
- Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan pengidap  migren merasakan nyeri hanya pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
-. pusing  berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
-. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
Faktor Predisposisi:
-. Cahaya kilat atau berkelip, -. Banyak tidur atau kurang tidur, -. Faktor herediter, -. Faktor kepribadian, -. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.-. Puasa dan terlambat makan, 
-. Makanan contoh  akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan, 
Pada , tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal. temuan  yang tidaknormal  menandakan  sebab  sekunder, yang memerlukan memulai  diagnosa  dan terapi  berbeda, 
Pemeriksaan Penunjang
-- Pencitraan (dilakukan di rumah sakit rujukan).
--Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, pemeriksaan ini dilakukan jika ada   antaralain : Menentukan dasar pengobatan dan untuk mengabaikan  kontraindikasi obat-obatan yang diberikan.. kelainan  struktural, metabolik dan pemicu  lain yang mirip  gejala migren. Dilakukan untuk mengabaikan  penyakit pengikut  yang memicu   komplikasi.
--. Neuroimaging diindikasikan pada hal-hal, antaralain :
Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan gejala  neurologis yang kontralateral.. tanggapan  yang tidak kuat  terhadap terapi rutin. gejala  yang tidak biasa.pusing  yang progresif atau persisten.
. gejala  neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren dengan aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
. Defisit neurologis yang persisten.
. pusing  yang pertama atau yang terparah seumur hidup pengidap .. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren.Pemeriksaan neurologis yang tidaknormal, 
 berdasar  anamnesis, gejala ,  pemeriksaan fisik  neurologis. 
Kriteria Migren: 
pusing  episodik dalam waktu  3 hari  dengan gejala 2 dari nyeri kepala unilateral, berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, intensitas 
sedang sampai berat ditambah satu dari mual mulas perih kembung atau muntah, fonofobia atau 
fotofobia.
diagnosa  Banding
Cerebral Aneurysms,Childhood Migraine Variants, 
Chronic Paroxysmal Hemicrania, Cluster-type hedache (pusing  kluster), Arteriovenous Malformations, Atypical Facial Pain, 
Komplikasi 
Pada migren komplikata memicu   hemiparesis. Stroke iskemik dapat terjadi sebagai komplikasi yang jarang namun  serius dari migren. ini dipengaruhi oleh faktor  yang memperparah  : seperti pemakaian  hormon estrogen, aura, jenis kelamin wanita, merokok, 
pengobatan 
1. saat serangan serangan  pasien disaran  untuk menghindari stimulasi sensor  berlebihan. 
2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres dingin.
--. merokok memicu  pusing  atau membuat 
pusing  menjadi lebih parah 
--. pemakaian  headache diary untuk mencatat frekuensi pusing .
--. memulai  terapi untuk migren melibatkan pengobatan akut dan preventif (profilaksis).
--. Mengurangi efek estrogen, pada wanita  migren dimana estrogen menjadi pemicunya,  pasien  dengan riwayat keluarga bertekanan darah  tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obat-obatan yang mengandung estrogen, 
--. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan migren, baik pada pasien yang memakai  obat-obat preventif atau 
tidak.
--. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu memicu  pusing  hindarilah,  Jika ada aroma tertentu yang memicu  maka harus dihindari. biasanya  pola tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat cukup membantu.
--. olahraga berenang  teratur mengurangi tekanan dan  mencegah migren. 
3. Pengobatan Abortif: melihat-lihat  kembali rujukan yang ada .
--. Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual mulas perih kembung, fotobia dan fonofobia. Obat 
ini diberikan pada migren berat atau yang tidak memberi  tanggapan  terhadap analgesik non khusus . Dosis awal 50 mg dengan dosis 
maksimal 200 mg dalam 1hari .
--. Analgesik non khusus  yaitu analgesik yang diberikan  pada nyeri lain selain pusing , dapat menolong pada migren intensitas nyeri ringan sampai sedang. 
 Regimen analgesik untuk migren
Regimen analgesik NNT*
Aspirin 600-900 mg + metoclopramide 3,2
Asetaminofen 1000 mg 5,2
Ibuprofen 200-400 mg 7,5
*tanggapan  terapi dalam 2 jam (pusing  residual ringan atau hilang dalam 2 jam)
Domperidon atau Metoklopropamid sebagai antiemetik diberikan  saat serangan serangan  pusing  atau bahkan lebih awal yaitu saat tahap  
prodromal.
--. Analgesik khusus  yaitu  analgesik yang hanya aktif  sebagai analgesik pusing . berkhasiat  untuk masalah  yang berat atau  tanggapan  buruk dengan NSAID. Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin dan golongan Triptan yaitu   agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1. 
--. Ergotamin dan DHE diberikan pada migren sedang sampai berat bila  analgesik non khusus  kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping. Kombinasi ergotamin dengan kafein untuk  menambah penyerapan  ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler dan  gagal ginjal, 
4. Pengobatan preventif:
Pengobatan preventif harus selalu diminum tanpa melihat-lihat  adanya serangan serangan  atau tidak. Pengobatan diberikan  dalam jangka waktu 
episodik, jangka pendek (subakut), atau jangka panjang (kronis). Pada serangan serangan  episodik diberikan bila faktor pemicu  dikenal dengan baik, sehingga diberikan  analgesik sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek diberikan bila  pasien akan terkena faktor  yang memperparah  : yang sudah  dikenal dalam jangka waktu tertentu, contoh  migren menstrual. Terapi 
preventif kronis diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung tanggapan pasien.
Farmakoterapi pencegahan migren 
Nama Obat     .  Dosis
Amitriptilin .  10-200 mg/hr
Nortriptilin .   10-150 mg/hr
Fluoksetin .  10-80 mg/hr
Mirtazapin.   15-45 mg/hr
Valproat .      500-1000 mg/hr
Topiramat .  50-200 mg/hr
Gabapentin .  900-3600 mg/hr
Verapamil .   80-640 mg/hr
Flunarizin.     5-10 mg/hr
Nimodipin .    30-60 mg/hr
Propranolol.    40-240 mg/hr
Nadolol .    20-160 mg/hr
Metoprolol.    50-100 mg/hr
Timolol.     20-60 mg/hr
Atenolol.     50-100 mg/hr
Komplikasi
1. Obat-obat NSAID seperti Ibuprofen dan Aspirin memicu   efek  samping seperti nyeri abdominal, perdarahan dan ulkus, terutama jika dipakai  dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama.
2. pemakaian  obat-obatan abortif lebih dari 2 atau 3 kali seminggu dengan jumlah yang besar, memicu   komplikasi serius  dinamakan rebound.
Konseling :
Keluarga menasehati pasien untuk beristirahat dan menghindari pemicu, dan  berolahraga  renang  secara teratur. Pasien dan keluarga dapat berusaha mengatasi  serangan serangan .
ciri-ciri  Rujukan :  
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-khusus . Pasien dirujuk ke rumahsakit 
(tenagamedis  spesialis saraf).
Peralatan
Obat antimigren,  Alat pemeriksaan neurologis, 





VERTIGO
Vertigo yaitu  persepsi yang salah dari gerakan pasien  atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berwujud :
Vertigo non vestibular yaitu  rasa goyang, melayang, mengambang yang muncul  pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
Vertigo vestibular yaitu  rasa berputar yang muncul  pada gangguan vestibular.
berdasar  letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
Vertigo vestibular sentral.muncul  pada lesi di nukleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri.
 Vertigo vestibular perifer. Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis, 
Vertigo yaitu  suatu gejala dengan berbagai pemicunya , antara lain: akibat  terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak. kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, Secara khusus , pemicu  vertigo, yaitu :
1. Vertigo vestibular
labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular compression, fistel perilimfe.
Vertigo sentral dipicu  oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi, Vertigo perifer dipicu  oleh  Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, 
2. Vertigo non vestibular
dipicu  oleh hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik, polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop, BPPV yaitu  gangguan klinis yang sering terjadi dengan sifat  serangan serangan  vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat-lihat  ke atas, lalu  memutar kepala. 
BPPV yaitu  pemicu  vertigo dengan prevalensi 3% dalam kehidupan pasien . prevalensi akan 
meningkat setiap tahunnya seiring  bertambahnya  usia  7 kali  atau pasien  yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan 39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan  laki-laki.
Anamnesis  Keluhan :
 Vertigo vestibular
memicu  sensasi berputar, munculnya  episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, bisa ditambah  rasa mual mulas perih kembung atau muntah.
Vertigo vestibular perifer munculnya  lebih mendadak sesudah  perubahan posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, ditambah  mual mulas perih kembung atau muntah dan 
keringat dingin. Bisa ditambah  gangguan pendengaran berwujud  tinitus, atau ketulian, dan tidak ditambah  gejala neurologik fokal seperti paresis fasialis, hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, Vertigo vestibular sentral munculnya  lebih lambat, tidak terpengaruh oleh 
gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang ditambah  rasa mual mulas perih kembung dan 
muntah, tidak ditambah  gangguan pendengaran.  ditambah  gejala neurologik fokal seperti perioralparestesia, paresis fasialis, hemiparesis, diplopia, Vertigo non vestibular
Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung konstan atau terusmenerus , tidak ditambah  rasa mual mulas perih kembung dan muntah, serangan serangan  biasanya 
dipicu  oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat keramaian contoh  lalu lintas macet.
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai:
Deskripsi jelas  pasien. Pusing yang dikeluhkan dapat berwujud  pusing , rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang, 
--. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment
--. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung
--. Defisit neurologis: penglihatan ganda, ataksia serebelaris, hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, 
--. Bentuk serangan serangan  vertigo:
 Rasa goyang atau melayang, Pusing berputar
--. Sifat serangan serangan  vertigo:
Ringan atau berat, Periodik, terusmenerus, 
--. Faktor pemicu  atau situasi pemicu  dapat berwujud :Suara, Situasi: keramaian dan emosional, Perubahan gerakan kepala atau posisi, 
--. Gejala otonom yang ikutserta   vertigo:
Gejala  muntah, keringat dingin, otonom berat atau ringan, mual mulas perih kembung, 
--. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli, 
--. Obat-obatan yang memicu  gejala vertigo seperti: kemoterapi, streptomisin, gentamisin, 
Gambaran klinis BPPV:
Vertigo muncul  mendadak pada perubahan posisi, contoh menegakkan kembali badan, menunduk,  menengadah, miring ke satu sisi  saat  berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk.serangan serangan  berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 15-35 detik. Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa ditambah  rasa mual mulas perih kembung, kadang  muntah. sesudah  rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan diikuti disekulibrium 
selama beberapa hari sampai minggu. BPPV dapat muncul kembali.
 Pemeriksaan sistem kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30 
mmHg.
Pemeriksaan neurologis
--. Motorik: kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
--. Sensorik: gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
--. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurootologi), 
--. Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral, 
--. Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, 
XI, XII.
Tes Fukuda , dianggap tidaknormal  jika saat  berjalan ditempat selama 1 menit dengan mata tertutup terjadi deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih 
dari 1 meter.
 Tes past pointing, pada kelainan vestibuler saat  mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri. 
Tes nistagmus: 
Nistagmus dinamakan kan berdasar  komponen cepat, sedang  komponen lambat menandakan  lokasi lesi: bidireksional, sentral, unilateral, perifer, 
Tes Romberg: 
Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata terbuka pasien jatuh,kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika saat mata terbuka pasien tidak jatuh, namun  saat mata tertutup 
pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada sistem vestibuler atau proprioseptif, 
 Tes Romberg dipertajam : Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
 Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan  vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi,  dengan anamnesis,  
pengobatan :
--sebab  pemicu  vertigo beragam, sementara pengidap  sering merasa sangat terganggu dengan  vertigo ini , cenderung  memakai  pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan beragam . Sebagian besar masalah  terapi dapat dihentikan sesudah  beberapa minggu, 
--. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode BrandDaroff.
--. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke 
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. sesudah  itu duduk kembali. sesudah  30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang  dan malam hari masing-masing diulang 5 kali dan  dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
Beberapa golongan yang sering dipakai :
a. Antihistamin (Siklisin, Dimenhidrinat, Difenhidramin, Meksilin) Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.  Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per 
oral.  Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
 Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, memiliki  khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi tanggapan  terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis 
biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.
Terapi BPPV:
Obat antivertigo cenderung  tidak diperlukan namun bila  terjadi dis￾ekuilibrium sesudah  BPPV, pemberian betahistin akan bermanfaat  untuk 
mempercepat kompensasi.
sebab  gejala yang muncul  hebat, pasien menjadi gelisah dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh sebab  itu, 
pasien perlu dinasihati  bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik dan  hilang spontan sesudah  beberapa waktu, namun kadang  dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
Terapi BPPV kanal posterior:
 Manuver Epley, Metode Brand Daroff,  Prosedur Semont, Vertigo pada pasien perlu pemantauan untuk mencari pemicunya  lalu  dilakukan pengobatan  sesuai pemicu .
Konseling :
Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular. Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari pemicu  vertigo dan mengobatinya sesuai pemicu .
ciri-ciri  Rujukan :  
 Tidak ada  perbaikan pada vertigo vestibular sesudah  diterapi farmakologik dan non farmakologik.Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
Peralatan
Obat antihistamin. Obat antagonis kalsium, Palu refleks. Sphygmomanometer. Termometer. Garpu tala (penala). 





TETANUS
Tetanus yaitu  penyakit pada sistem saraf yang dipicu  oleh tetanospasmin. Penyakit ini ditandai dengan spasme tonik persisten, ditambah  
serangan serangan  yang tegas dan terukur Tetanospasmin yaitu  neurotoksin yang 
dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanospasmin menghambat neurotransmiter GABA dan glisin, sehingga tidak terjadi hambatan aktivitas refleks otot. Spasme otot dapat terjadi lokal (disekitar infeksi), sefalik (mengenai otot-otot cranial), atau biasanya  atau generalisata (mengenai otot-otot 
kranial maupun anggota gerak dan batang tubuh). Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang memicu  penutupan rahang 
(trismus ataulockjaw),   melibatkan otot otot ekstremitas dan batang tubuh.
Anamnesis  Keluhan :
gejala  tetanus beragam  dari kekakuan otot setempat, trismus, sampai kejang parah . gejala  tetanus terdiri atas 4 macam yaitu:
1. Tetanus biasanya /generalisata
gejala  dapat berwujud    trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit  kejang
kegelisahan parah   dapat terjadi dengan 
rangsangan ringan seperti sinar, suara,  sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik. 
2. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, dipicu  adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering muncul  yaitu  ketidakmampuan untuk menetek, 
kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme. ada  : kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang parah . 
3. Tetanus lokal
Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap ditambah  rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus : .
4. Tetanus sefalik
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang dipicu  oleh luka pada area  kepala atau otitis media kronis. 
Gejalanya berwujud rhisus sardonikus,  disfungsi nervus kranial,  trismus, disfagia,  
Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus biasanya  dan prognosisnya biasanya jelek.
--. Pada tetanus neonatorum ada  kekakuan dan spasme dan posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung memicu  opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, 
pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki. 
--. Pada tetanus lokal ada  kekakuan dan spasme yang menetap. 
--. Pada tetanus sefalik ada  trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. 
--. Pada tetanus biasanya /generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan dan  
ekstensi tungkai, kejang biasanya  yang  terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap 
baik. 
 berdasar  temuan klinis dan riwayat imunisasi.
Tingkat keparahan tetanus: 
Kriteria Pattel Joag
1. Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang
2. Kriteria 2: Spasme, tanpa mempikirkan  frekuensi maupun derajat 
keparahan
3. Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari
4. Kriteria 4: waktu onset ≤2 hari 
5. Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF ( > 400 C), atau aksila 99ºF ( 37,6 ºC ).
Grading
1. Derajat 1 (masalah  ringan), ada  satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak ada kematian)
2. Derajat 2 (masalah  sedang), ada  2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2. 
Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 2 hari  
(kematian 15%)
3. Derajat 3 (masalah  berat), ada  3 Kriteria, biasanya masa inkubasi kurang 
dari 7 hari atau onset kurang dari 2 hari  (kematian 35%)
4. Derajat 4 (masalah  sangat berat), ada  minimal 4 Kriteria (kematian 60%)
5. Derajat 5, bila ada  5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus 
neonatorum (kematian 84%).
Derajat penyakit tetanus menurut rekayasa  dari penggolongan  Albleet’s :
1. Grade 1 (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spamisitas biasanya , tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
2. Grade 2 (sedang)
Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu.3. Grade 3 (berat)Trismus berat, spastisitas biasanya , spasme spontan yang lama dan sering, 
serangan serangan  apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan ditambah  takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat.
4. Grade 4 (sangat berat)
Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering memicu  “autonomic storm”.
diagnosa  Banding 
Tonsilitis berat, keracunan Strychnine, reaksi fenotiazine, Peritonitis, Tetani (muncul  sebab  hipokalsemia,  hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum rendah), Meningoensefalitis, Poliomielitis, Rabies, Lesi orofaringeal, 
Komplikasi 
---. Tulang dan otot
Pada otot sebab  spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktura kolumna vertebralis akibat 
kejang yang terus-menerus terutama pada anak dan pasien  dewasa.  juga dapat terjadi miositis ossifikans sirkumskripta.
---. Komplikasi yang lain
Laserasi lidah akibat kejang, dekubitus sebab  pengidap  berbaring dalam satu posisi saja, panas yang tinggi sebab  infeksi sekunder atau toksin 
yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
---. Kardiovaskuler
Komplikasi berwujud  aktivitas simpatis yang meningkat antara lain berwujud  takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium.
---. Saluran pernapasan
Dapat terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia, atelektasis akibat obstruksi oleh  sekret, pneumotoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi. 
pengobatan 
1. Pengaturan  luka
Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry masuknya kuman C. tetani harus memperoleh  perawatan luka. Luka dapat menjadi luka yang 
rentan mengalami tetanus atau luka yang tidak rentan tetanus, 
2. Rekomendasi Pengaturan  luka traumatik
--. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT diberikan . 
--. Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan 
faktor penentu pemberian TIg
--. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen. 
--. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu diperoleh .
---. Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan 100-150 gr protein. Bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan diberikan  per sonde atau parenteral.
---. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
---. Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan tanggapan  klinis. 
---. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
---. Bila ada   adanya komplikasi pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol diberikan , terutama bila pengidap  alergi penisilin. Tetrasiklin: 30-50 mg/kg BeratBadan /hari 
dalam 4 dosis. Eritromisin: 50 mg/kg BeratBadan /hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. Metronidazol loading dose 15 mg/kg BeratBadan /jam lalu   7,5 mg/kg BeratBadan  tiap 6 jam.
---. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin namun  pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan dengan dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 1hari  pertama.
---. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
---. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
---. Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahaya￾ruangan redup dan tindakan terhadap pengidap .
---. Eliminasi bakteri, penisilin yaitu  drug of choice: berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Untuk pasien yang alergi penisilin diberikan  Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi 
Clostridium tetani namun  tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.
Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari. Bila pengidap  datang dalam keadaan kejang maka diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kg BeratBadan /kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang. lalu  diikuti pemberian Diazepam per oral (sonde lambung) 
dengan dosis 0,5/kg BeratBadan /kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Magnesium sulfat dapat pula dipikirkan  dipakai  bila ada gangguan saraf otonom. 
---. Anti Tetanus Serum (ATS) dapat dipakai , namun  sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat. Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
Konseling :
Peran keluarga pada pasien dengan risiko terjadinya tetanus yaitu  memotivasi untuk dilakukan vaksinasi dan penyuntikan ATS.
Rencana Tindak Lanjut 
-- Booster dilakukan 6-12 bulan lalu .
---. Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya.
---. Laporkan masalah  Tetanus ke rumahsakit  setempat.
---. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus  selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu lalu  dengan dosis yang sama dengan dosis inisial. 
ciri-ciri  Rujukan :  
Rujukan ditujukan ke rumahsakit  yang memiliki tenagamedis  spesialis neurologi, . Bila tidak terjadi perbaikan sesudah  penanganan pertama. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan.
Peralatan:
Obat antikonvulsan,  Sarana pemeriksaan, Infus set,  neurologis, Oksigen, 
Prognosis
Tetanus memicu   kematian dan gangguan fungsi tubuh, namun bila  diobati dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan baik. Tetanus biasanya tidak terjadi berulang, kecuali terinfeksi kembali oleh C tetani. 





RABIES
Rabies yaitu  infeksi virus yang menjalar ke otak melalui saraf perifer. Perjalanan virus untuk mencapai sistem saraf pusat,  mengambil masa beberapa bulan. Masa inkubasi dari penyakit ini 1-3 bulan, namun  dapat beragam  antara 1 minggu sampai beberapa tahun, tergantung  pada seberapa jauh jarak masuknya virus ke otak. Penyakit infeksi akut sistem saraf pusat (ensefalitis) ini dipicu  oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia, terutama melalui gigitan hewan yang terinfeksi (serigala, kelelawar, anjing, monyet, kucing). 
 infeksi melalui transplantasi organ dan paparan 
udara.Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post-exposure  prophylaxis tidak diberikan sebelum onset gejala berat. 
Anamnesis  :
1. Stadium prodromal
Gejala awal berwujud  demam, malaise, mual mulas perih kembung  rasa nyeri di tenggorokan 
selama beberapa hari.
2. Stadium sensor 
pengidap  merasa nyeri, merasa panas ditambah  kesemutan pada tempat bekas luka lalu  disusul dengan gejala gelisah, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensor .
3. Stadium eksitasi
Tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal yang 
sangat khas pada stadium ini yaitu  munculnya macam-macam fobia seperti hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernapasan dapat dimuncul kan oleh rangsangan sensor  contoh  dengan meniupkan udara ke muka pengidap . Pada stadium ini dapat terjadi takikardia, apneu, sianosis, konvulsan, perilaku  pengidap  tidak rasional kadang maniakal ditambah  menanggapi  Gejala eksitasi terus berlangsung 
sampai pengidap  meninggal.
4. Stadium paralisis
Sebagian besar pengidap  rabies meninggal dalam stadium sebelumnya, namun kadang ada  pasien yang tidak menandakan  gejala eksitasi 
melainkan paresis otot yang terjadi secara progresif sebab  gangguan pada medulla spinalis.
biasanya  rabies pada manusia memiliki  masa inkubasi 3-8 minggu. gejala  jarang muncul  sebelum 2 minggu dan biasanya muncul  sesudah 12 minggu. Mengetahui port de entry virus ini  secepatnya pada tubuh pasien yaitu  kunci untuk meningkatkan pengobatan sesudah  gigitan saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah 
sembuh bahkan mungkin sudah  dilupakan. namun  pasien sekarang mengeluh mengenai  perasaan  yang lain ditempat bekas gigitan ini . 
Perasaan itu dapat berwujud  rasa terbakar (panas), berdenyut rasa tertusuk, gatal-gatal, 
Anamnesis pengidap  ada  riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing, kucing, yang: 
pelaku  rabies (hewan berubah sifat, malas makan,).Tak dapat 
 sesudah  menggigit (dibunuh, lari), Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan pelaku ),  Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh)
Masa inkubasi rabies 3-4 bulan (90%), beragam  antara 7 hari sampai 7 tahun. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan dan lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke sistem saraf pusat, derajat patogenitas virus dan persarafan area  luka gigitan). Luka pada kepala inkubasi 25-49 hari, dan pada ekstremitas 46-80 hari.
 Tanda patognomonis,  Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang  persisten, nyeri pada faring kadang  seperti hipersalivasi, kejang, hidrofobia,  aerofobia, rasa tercekik (inspiratoris spasme), 
 saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin sudah  dilupakan.
. Pada pemeriksaan ada   gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh (55%), mioedema (menetap selama 
perjalanan penyakit).Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka ada :hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma ketidaknormalan  ADH, paralitik/paralisis flaksid. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian, 
Hasil pemeriksaan laboratorium kurang berarti .
 dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit mati dalam 1 minggu.
Gejala tahap  awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ada  parestesia pada area  gigitan.
Gejala lanjutan: hipersalivasi, kejang, hidrofobia,  aerofobia,  nyeri pada faring kadang  seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme), agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, 
diagnosa  Banding Herpes simplex, Ensefalitis post-vaksinasi, Tetanus, Ensefalitis, lntoksikasi obat-obat, Japanese encephalitis, 
Komplikasi
Kejang dapat lokal atau generalisata, sering bersamaan dengan aritmia dan dyspneu.
Gangguan hipotalamus: diabetes insipidus, disfungsi otonomik yang memicu  hipertensi, hipotensi, hipo/hipertermia, aritmia dan henti 
jantung. 
pengobatan  
--. Pada pasien  yang sudah memperoleh  vaksin rabies dalam waktu 5 tahun terakhir, bila digigit binatang pelaku  rabies, vaksin cukup diberikan 2 
dosis pada hari 0 dan 3, namun bila gigitan berat vaksin diberikan lengkap.
--. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di area  leher ke atas, pada jari tangan dan genitalia diberikan SAR 20 IU/kg BeratBadan  dosis tunggal. Cara pemberian SAR yaitu  setengah dosis infiltrasi pada sekitar luka dan setengah dosis IM pada tempat yang berlainan dengan suntikan SAR, 
diberikan pada hari yang sama dengan dosis pertama SAR.
--. Isolasi pasien penting segera sesudah   untuk menghindari rangsangan  yang bisa memicu  spasme otot 
ataupun untuk mencegah penularan. 
--. tahap  awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5-10 menit lalu  dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan desinfektan seperti alkohol 40-70%, tinktura yodii atau larutan ephiran. Jika terkena selaput lendir seperti mata, hidung atau mulut, maka cucilah area  ini  dengan air lebih lama; pencegahan dilakukan dengan pembersihan luka dan vaksinasi.
--. Pemberian serum dapat dikombinasikan dengan Vaksin Anti Rabies (VAR) pada hari pertama kunjungan. 
--. tahap  lanjut: tidak ada terapi untuk pengidap  rabies yang sudah menandakan  gejala rabies.Penanganan hanya berwujud  tindakan pendukung  berwujud  penanganan gagal jantung dan gagal nafas.
--. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dinamakan  post-exposure prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM 
pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml pada hari 0, 3, 7,14, 28 (regimen Essen atau rekomendasi WHO), atau pemberian VAR 0,5 ml pada hari 0, 7, 21 (regimen Zagreb/disarankan ).
--. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) bila serumheterolog (berasal dari serum kuda) Dosis 40 IU/ kg BeratBadan  disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak￾banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Skin test perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila serum homolog (berasal dari serum manusia) dengan dosis 20 IU/ kg BeratBadan , dengan cara yang sama, 
Konseling :
Laporkan masalah  rabies ke rumahsakit  setempat.. Keluarga ikut membantu dalam hal pengidap  rabies yang sudah menunjukan gejala rabies untuk segera dibawa untuk penanganan segera ke rumahsakit . Pada pasien yang digigit hewan pelaku  rabies, keluarga harus menyarankan pasien untuk vaksinasi.
ciri-ciri  Rujukan :  
 Dirujuk ke rumahsakit  yang memiliki tenagamedis  spesialis neurolog.pengidap  rabies yang sudah menandakan  gejala rabies.
Peralatan
. Cairan desinfektan, Vaksin Anti Rabies. Serum Anti Rabies
Prognosis biasanya  buruk, sebab  kematian dapat mencapai 100% bila  virus rabies mencapai SSP. Prognosis selalu fatal sebab  sekali gejala rabies terlihat, hampir selalu kematian terjadi dalam 2-3 hari sesudahnya, sebagai akibat gagal napas atau henti jantung. Jika dilakukan perawatan awal 
sesudah  digigit anjing pengidap rabies, seperti pencucian luka, pemberian VAR dan SAR, maka angka survival  100%




LIPOMA
Lipoma yaitu  suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma ada   pada usia lanjut (40-65 tahun), namun juga ada    pada anak-anak. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.
Benjolan di kulit tanpa ditambah  nyeri.Biasanya tanpa gejala apa-apa (asimptomatik). Hanya dikeluhkan munculnya  benjolan yang membesar perlahan dalam waktu yang lama. Bisa memicu  
gejala nyeri jika tumbuh dengan menekan saraf. Untuk tempat predileksi seperti di leher bisa memicu   menelan dan sesak.
faktor  yang memperparah  :
Usia menengah dan usia lanjut, Sindrom Gardner
 Adiposisdolorosis. Riwayat keluarga dengan lipoma, 
 Patologis 
Keadaan biasanya  : tampak sehat bisa sakit ringan - sedangKulit: ada  benjolan, teraba empuk, bergerak jika ditekan. 
Pemeriksaan Penunjang 
dilakukan tusukan jarum halus untuk mengetahui isi massa. melakukan  diagnosa 
diagnosa  :
Massa bergerak di bawah kulit, bulat, yang memiliki sifat lembut, terlihat pucat. Ukuran diameter kurangdari 6 cm, pertumbuhansangat lama.
diagnosa  Banding 
Limfadenitis tuberkulosis, Epidermoidkista, Abses, Liposarkoma, 
Pemeriksaan penunjang lain yaitu  pemeriksaan rujukan, seperti biopsijarum halus.  
Biasanya Lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun.
Terapi sesudah  eksisi: antibiotik, anti nyeri
Simptomatik: obat anti nyeri
Dengan indikasi : kosmetika tanpa  lain.
Cara eksisi Lipoma dengan melakukan sayatan di atas benjolan, lalu mengeluarkan jaringan lipoma
ciri-ciri  Rujukan : :
Predileksi di lokasi yang berisiko bersentuhan dengan pembuluh darah atau saraf.
 Ukuran massa > 6 cm dengan pertumbuhan yang cepat. . Ada gejala nyeri spontan maupun tekan.





ANGINA PEKTORIS STABIL
Angina pektoris stabil yaitu  tanda klinis pertama pada sekitar 50% pasien yang mengalami penyakit jantung koroner. Angina pektoris dilaporkan 
terjadi dengan rata-rata kejadian 1%tergantung pada jenis kelamin, umur, dan faktor  yang memperparah,
Anamnesis  Keluhan :
nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa 
ditekan atau terasa seperti ditimpa beban yang sangat berat.diagnosa  cenderung  berdasar  nyeri dada yang memiliki  ciri khas antaralain :
--. Lamanya serangan serangan 
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang￾kadangperasaan tidak enak di dada masih terasa sesudah  nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mengalami sindrom koroner akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina 
pektoris dapat muncul   lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang  nyeri dada ditambah  keringat dingin.
--. Nyeri dada bisa ditambah  keringat dingin, mual mulas perih kembung, muntah, sesak dan pucat.
--Letak
Sering pasien merasakan nyeri dada di area  sternum atau di bawah sternum(substernal: tidak dapat melokalisasi), atau dada sebelah kiri dan 
kadang  menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat muncul  di tempat lain seperti di area  epigastrium, leher, rahang, gigi, dan bahu.
--. Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya muncul  saat melakukan aktivitas, contoh  sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga. Pada masalah  yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau emosi, sudah memicu   nyeri dada. Nyeri dada ini  segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. serangan serangan  angina yang muncul  pada waktu istirahat atau saat  tidur malam sering akibat angina pektoris tidak stabil
--. Kualitas
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti diperas atau terasa panas, kadang  hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada sebab  pasien tidak dapat menerangkan  dengan baik.
faktor  yang memperparah  : yang tidak dapat diubah:
--Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun. 
--Risiko meningkat pada pria di atas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (biasanya  sesudah  menopause)
--Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, ini berkaitan dengan estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki￾laki pada wanita sesudah  masa menopause.
 saat  terjadi serangan serangan  angina dapat tidak menandakan  kelainan. Walau jarang pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di area  apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat saat  serangan serangan  angina. 
. ada   pembesaran jantung.
faktor  yang memperparah  : yang  diubah:
1. Mayor
Diabetes Melitus. Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori. Peningkatan lipid serum. Hipertensi Merokok. Konsumsi alkohol. 
2. Minor
Aktivitas fisik kurang, Tipe kepribadian,  Stress psikologik
Pemeriksaan Penunjang
1. X ray thoraks
X ray thoraks sering menandakan  bentuk jantung yang normal.Pada pasien hipertensidapat terlihat jantung membesar dan kadang  tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
2. EKG 
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan saat serangan serangan  angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menandakan  bahwa pasien 
pernah memperoleh  infark miokard di masa lampau. kadang  menandakan  pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina, 
dapat pula menandakan  perubahan segmenST atau gelombang T yang tidak khas. saat serangan serangan  angina, EKG akan menandakan  depresi 
segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.Gambaran EKG pengidap  angina tak stabil/ATS dapat berwujud  depresi segmen ST, inversi gelombang T, depresi segmen ST ditambah  inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang berkas His dan bisa tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri 
ataupun bersamaan. Perubahan ini  muncul  di saat serangan serangan  angina dan kembali ke gambaran normal atau awal sesudah   angina hilang dalam waktu 1hari . Bila perubahan ini  menetap sesudah  1hari  atau terjadi evolusi gelombang Q, maka dinamakan Infark Miokard Akut (IMA). 
diagnosa  :
 berdasar  anamnesis dan 
penunjang.
penggolongan  Angina:
1. Stable Angina Pectoris (angina pektoris stabil)
 nyeri dada muncul  bila melakukan suatu pekerjaan, sesuai dengan berat ringannya pemicu , dibagi atas beberapa tingkatan: 
--. muncul  waktu latihan ringan (jalan 100 m) 
--. Angina muncul  jika gerak badan ringan (jalan biasa)
--. Selalu muncul  sesudah latihan berat. 
--. muncul  sesudah latihan sedang (jalan cepat 1/2 km) 
2. Unstable Angina Pectoris (angina pektoris tidak stabil/ATS)Angina dapat terjadi saat istirahat maupun aktif . Pada patologi biasanya ada  area  iskemik miokard yang memiliki  ciri 
tersendiri. 
3. Angina prinzmetal (Variant angina)Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan sering muncul  saat  beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang memicu  iskemi jantung di bagian hilir. Kadang￾kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.penggolongan  Angina Pektoris menurut Canadian Cardiovascular Society 
Classification System:
1. Kelas I: Pada aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina. Angina akan muncul saat  melakukan peningkatan aktivitas fisik (berjalan cepat, olahraga dalam waktu yang lama).
2. Kelas II: Adanya pembatasan aktivitas sedikit/aktivitas sehari-hari (naik tangga dengan cepat, jalan naik, jalan sesudah  makan, stres, dingin).
3. Kelas III: Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik sebab  sudah muncul  gejala angina saat  pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga 1 tingkat.
4. Kelas IV: Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-sehari, tidak nyaman, untuk melakukan aktivitas sedikit saja bisa kambuh, bahkan waktu istirahat 
juga bisa terjadi angina.
diagnosa  Banding
Nyeri muskuloskeletal, Pleuritis, Herpes di dada, Trauma, Psikosomatik, Gastroesofageal Refluks Disease (GERD), Gastritis akut, 
Komplikasi  Sindrom koroner akut
 pengobatan 
Terapi farmakologi:
1. Oksigen dimulai 2 L/menit 
2. Nitrat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan denyut jantung
(contoh  verapamil, diltiazem). Pemberian dosis pada serangan serangan  akut :
a. Nitrat 5 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 5 mg peroral sampai memperoleh  pelayanan rawat lanjutan di rumahsakit .
b. Beta bloker:
 Propanolol 20-80 mg dalamdosis terbagi atau 
 Bisoprolol 2,5-5 mg per 1hari . 
c. Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridine Dipakai bila Beta Blocker yaitu  kontraindikasi, contoh : Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali sehari) Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari) 
3. Antipletelet
 Aspirin 160-320 mg sekali minum pada serangan serangan  akut.
Konseling :
Jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara teratur. Melakukan mengendalikan  terhadap kadar serum lipid,  mengatasi  tekanan darah, . Menghentikan konsumsi rokok dan alkohol. Menjaga berat badan ideal. Mengatur pola makan. Melakukan olah raga ringan secara teratur. mengatasi  emosi danmengurangi kerja berat dimana memerlukan  banyak oksigen dalam aktivitasnya
. Mengurangi konsumsi makanan berlemak
ciri-ciri  Rujukan : 
Dilakukan rujukan ke rumahsakit (spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam) untuk pengobatan  lebih lanjut.
Peralatan
Radiologi (X ray thoraks). Elektrokardiografi (EKG)



INFARK MIOKARD
Infark miokard (IM) yaitu  perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung  yang dipicu  oleh ketidakseimbangan kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan miokardium. biasanya  dipicu  ruptur plak dan trombus dalam pembuluh darah koroner dan memicu  kekurangan suplai darah ke 
miokardium.
Anamnesis  Keluhan :
. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3
. Ronki basah ditambah  peningkatan vena jugularis ada   pada 
AMI yang ditambah  edema paru. ada   aritmia, . Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucat
. Hipertensi/hipotensi
. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda berat.ditambah  gejala tambahan berwujud  sesak, mual mulas perih kembung, muntah, nyeri epigastrium, keringat dingin,  gelisah.. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium. Penjalaran ke tangan kiri lebih sering terjadi.
faktor  yang memperparah  :
Yang tidak dapat diubah:
--Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun. 
--. Risiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (biasanya  sesudah  menopause)
--Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, ini berkaitan dengan estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan laki￾laki pada wanita sesudah  masa menopause.
yang  diubah:
1. Mayor
Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol,  kalori, 
. Peningkatan lipid serum. Hipertensi. Merokok. Konsumsi alkohol. Diabetes Melitus. 
2. Minor
Tipe kepribadian. Aktivitas fisik kurang . Stress psikologik. 
Pemeriksaan Penunjang
EKG: 
PadaNonST Elevation Myocardial infarct(NSTEMI),EKG yang ada  bisa  berwujud  depresi segmen ST dan inversi gelombang T,atau EKG yang normal. . PadaST Elevation Myocardial infarct (STEMI), ada  elevasi segmen ST diikuti  perubahan sampai inversi gelombang T, lalu  muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
 berdasar anamnesis,  dan penunjang.
syarat  diagnosa : pasti jika ada  2 dari 3 hal di bawah ini:
--Laboratorium: peningkatan enzim jantung
--Klinis: nyeri dada khas angina
--EKG: ST elevasi atau ST depresi atau T inverted.
penggolongan  
--STEMI  --NSTEMI/UAP
diagnosa  Banding
Dispepsia, Miokarditis, Pneumothoraks, Emboli paru, Angina pektoris prinzmetal, Unstable angina pectoris, Ansietas, Diseksi aorta, 
Komplikasi 
. Aritmia letal, Disfungsi otot jantung. Ruptur miokard. Perluasan infark dan iskemia paska infark 
pengobatan 
Segera rujuk sesudah  pemberian : 
 Aspirin, dosis awal 320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 160 mg
. Dirujuk dengan terpasang infus dan oksigen
. Oksigen 2-4 liter/menit
. Nitrat, ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kali
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan EKG serial 
Konseling :
rekayasa  gaya hidup nasihat  untuk kemungkinan kegawatan dan segera dirujuk
ciri-ciri  Rujukan :  
Segera dirujuk ke rumahsakit dengan spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam.
Peralatan
Masker oksigen. Tabung oksigenElektrokardiografi, 




TAKIKARDIA
Takikardi yaitu   keadaan  dimana denyut jantung istirahat pasien  secara tidaknormal  lebih dari 100 kali per menit. sedang  supraventikular 
takikardi (SVT) yaitu takikardi yang berasal dari sumber di atas ventrikel (atrium atau AV junction), dengan ciri gelombang QRS sempit (< 0,12ms) dan frekuensi lebih dari 150 kali per menit. 
Ventrikular Takikardi (VT) yaitu  takikardi yang berasal dari ventrikel, dengan ciri gelombang QRS lebar (> 0,12ms) dan frekuensi biasanya lebih dari 150 kali per menit. VT ini bisa memicu  gangguan hemodinamik yang memerlukan tindakan resusitasi.
Anamnesis  Keluhan :
 Denyut jantung istirahat lebih dari 100 kali per menit. Penurunan tekanan darah dapat terjadi pada keadaan  yang tidak stabil. Pusing. Sinkop. Berkeringat. Penurunan kesadaran bila terjadi gangguan hemodinamik, . Palpitasi. Sesak napas
. Mudah lelah. Nyeri  rasa tidak nyaman di dada 
faktor  yang memperparah  :
. Stress dan gangguan kegelisahan. Gangguan elektrolit. Hipertiroid. Penyakit Jantung Koroner
. Kelainan Jantung 
Patognomonis
. Takipnea . Hipotensi. Sering ditambah  gelisah hingga penurunan kesadaran pada keadaan  yang tidak stabil Denyut jantung melebihi 100 kali per menit dan bisa menjadi sangat cepat dengan frekuensi > 150 kali per menit pada keadaan SVT dan VT, 
Pemeriksaan Penunjang
EKG
VT: ada  kompleks QRS lebar (>0,12ms), tiga kali atau lebih secara berurutan. Frekuensi nadi biasanya > 150 kali per menit
SVT: kompleks QRS sempit (< 0,12ms) dengan frekuensi > 150 kali per menit. Gelombang P bisa ada atau terkubur dalam kompleks QRS. 
diagnosa  : 
  dilakukan  berdasar  anamnesis,  penunjang.
Komplikasi  memicu   kematian
 pengobatan Takikardia Tidak Stabil
yaitu  keadaan yang mengancam jiwa terutama bila ditambah  hemodinamik yang tidak stabil. Bila hemodinamik tidak stabil (tekanan darah 
sistolik < 90 mmHg) dengan nadi melemah, apalagi ditambah  penurunan kesadaran bahkan pasien menjadi tidak tanggapan if harus dilakukan kardioversi baik dengan obat maupun elektrik. keadaan  ini harus segera dirujuk dengan 
terpasang infus dan resusitasi jantung paru bila tidak menanggapi  Oksigen diberikan dengan sungkup O2 10-15 liter per menit.Pada keadaan  stabil, SVT dapat diatasi dengan dilakukan vagal manuver (memijat arteri karotis atau bola mata selama 10-15 menit). Bila tidak tanggapan , 
dilanjutkan dengan pemberian adenosin 6 mg bolus cepat. Bila tidak tanggapan  boleh diulang dengan 12 mg sebanyak dua kali. Bila tidak tanggapan  atau adenosin tidak tersedia, segera rujuk ke rumahsakit . Pada VT, segera 
rujuk dengan terpasang infus dan oksigen O2 nasal 4 liter per menit.
Takikardia Stabil
pengobatan  tergantung pemicu , bila sinus takikardia, istirahatkan pasien, dan berikan oksigen, evaluasi pemicu  (kardiak atau ekstrakardiak seperti nyeri, masalah paru, gelisah) bila tidak ada perubahan maka dapat dirujuk.
Konseling :
nasihat  kepada keluarga bahwa keadaan ini dapat mengancamjiwa dan perlu dilakukan rujukan sebab  memerlukan  penanganan yang cepat dan tepat.
ciri-ciri  Rujukan :  
Segera rujuk sesudah  pertolongan pertama dengan pemasangan infus dan oksigen.
Peralatan
Bag valve mask, EKG



GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK
Gagal jantung (akut dan kronik) yaitu  kondisi 
memicu  penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi sebab  kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angka kematian.Prevalensi masalah  gagal jantung di komunitas meningkat seiring dengan meningkatnya usia yaitu berkisar 2% (40-45 tahun), 1% (55-64 tahun), dan 
9% (75 tahun ke atas). Lebih dari 50% pasien masalah  gagal jantung memiliki fraksi ejeksi lebih dari 50%. Pada usia 45 tahun, risiko terjadinya gagal jantung sekitar 25% untuk lelaki dan 25% pada perempuan.
Anamnesis  Keluhan :
Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu), Sesak saat beraktifitas (dyspneu d’effort), Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu),  tambahan: lemas, mual mulas perih kembung, muntah dan gangguan mental pada pasien tua
faktor  yang memperparah  :
Riwayat gangguan jantung sebelumnya. Riwayat infark miokard. Hipertensi. Dislipidemia. kegemukan . Merokok. Diabetes melitus. . Peningkatan tekanan vena jugular. Frekuensi pernapasan meningkat. Kardiomegali. Gangguan bunyi jantung (gallop). Ronki pada pemeriksaan paru. Hepatomegali. Asites . Edema perifer
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap. X Ray thoraks untuk mengukur  kardiomegali dan melihat-lihat  gambaran edema paru EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan gambaran tidaknormal  lain).
 berdasar  kriteria Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
. Ronki basah basal. Kardiomegali. Edema paru akut. Gallop (S3). Refluks hepatojugular positif
 Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu). Distensi vena-vena leher. Peningkatan tekanan vena jugularis
Kriteria Minor:
Efusi pleura . Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal. Takikardi >120 kali per menit, . Edema ekstremitas. Batuk malam. Dyspneu d’effort (sesak saat  beraktifitas). Hepatomegali. 
diagnosa  Banding
Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik. Sirosis hepatik, . Diabetes ketoasidosis, 
. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru berat (ARDS), emboli paru
Komplikasi
 Gangguan keseimbangan elektrolit, Syok kardiogenik
pengobatan  
1. rekayasa  gaya hidup
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter (berat) 
2. Aktivitas fisik
a. Pada keadaan  akut berat: tirah baring
b. Pada keadaan  sedang atau ringan:batasi beban kerja sampai 50% hingga 70% dari denyut nadi maksimal (220/umur)
3. pengobatan  farmakologi
Pada gagal jantung akut:
a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit
b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat diulang tiap jam sampai  dosis maksimal 600 mg/hari.
c. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
a. Diuretik: diutamakan loop diuretic (furosemid) bila perlu dapat dikombinasikan Thiazid, bila dalam 1hari  tidak ada tanggapan  rujuk ke 
rumahsakit .
b. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang 
efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai segera dirujuk.
c. Digoksin diberikan bila ada  takikardi untuk menjaga denyut nadi tidak terlalu cepat.
Konseling :
Pasien dan keluarga perlu diberitahu gejala kegawatan kardiovaskular dan pentingnya untuk mengendalikan  kembali sesudah  pengobatan 
di rumah sakit, nasihat  mengenai  pemicu  dan faktor  yang memperparah  : penyakit gagal jantung kronikcontoh  tidak terkendali  nya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula 
darah, 
ciri-ciri  Rujukan :  
Pada keadaan  akut, dimana keadaan  klinis mengalami perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk rumahsakit atau layanan tertier 
terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. 
 Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke rumahsakit  yang memiliki tenagamedis  spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti 
ekokardiografi.
Peralatan
. Laboratorium untuk pemeriksaan darah perifer lengkap. EKG, Radiologi (X ray thoraks)




CARDIORESPIRATORY ARREST
Cardiorespiratory Arrest (CRA) yaitu  keadaan  kegawatdaruratan sebab  berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang memicu  
kegagalan sistem sirkulasi. ini dipicu  oleh malfungsi mekanik jantung  paru atau elektrik jantung. keadaan  yang mendadak dan berat ini 
memicu  kerusakan organ. Henti jantung yaitu  konsekuensi dari aktivitas otot jantung yang tidak 
terkoordinasi. Dengan EKG, ditunjukkan dalam bentuk Ventricular Fibrillation (VF). Satu menit dalam keadaan persisten VF, aliran darah koroner menurun hingga tidak ada sama sekali. Dalam 4 menit, aliran darah katoris tidak ada sehingga memicu  kerusakan neurologi secara permanen. 
Jenis henti jantung
Fibrilasi Ventrikel, Pulseless Electrical Activity (PEA)Asistole. Takikardia Ventrikel
Anamnesis  Keluhan :
Pasien dibawa sebab  pingsan mendadak dengan henti jantung dan paru. Sebelumnya, dapat ditandai dengan tahap  prodromal berwujud  nyeri dada, sesak, berdebar dan lemah. 
Hal yang perlu ditanyakan kepada keluarga pasien yaitu  untuk mencari pemicu  terjadinya CRA antara lain oleh:
 5 T (tension pneumothorax, tamponade, tablet atau overdosis obat, trombosis koroner, dan thrombosis pulmoner), tersedak, tenggelam, gagal 
jantung akut, emboli paru, atau keracunan karbon monoksida.5 H (hipovolemia, hipoksia, hidrogen ion atau asidosis, hiper atau hipokalemia dan hipotermia) 
 Pada pemeriksaan tanda vital ada : 
 Tidak ada nafas. Tidak teraba denyut nadi di arteri-arteri besar (karotis dan femoralis).Pasien tidak sadar
Pemeriksaan Penunjang
EKG Gambaran EKG biasanya menandakan  gambaran VF (Ventricular Fibrillation). 
 dapat pula terjadi asistol, yang survival rate-nya lebih rendah dibandingkan  VF.
diagnosa  :
 anamnesis bermanfaat  untuk mengidentifikasi pemicunya .
Komplikasi
Konsekuensi dari keadaan  ini yaitu  hipoksia ensefalopati, kerusakan neurologi permanen dan kematian. 
pengobatan 
Pasang oksigen dan IV line, Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien, sesegera mungkin tanpa menunggu anamnesis dan EKG. 
Konseling :
menyarankan  keluarga mengenai keadaan  pasien dan tindak lanjut dari tindakan yang sudah  dilakukan, dan  meminta keluarga untuk tetap tenang pada keadaan  ini .
awasi selalu keadaan  pasien hingga dirujuk ke spesialis.
ciri-ciri  Rujukan :  
sesudah  sirkulasi spontan kembali (Return of Spontaneous Circulation/ROSC) 
pasien dirujuk ke rumahsakit untuk pengobatan  lebih lanjut.
Peralatan
. Bag valve mask, Elektrokardiografi (EKG)
. Tabung oksigen




HIPERTENSI ESENSIAL
Hipertensi esensial yaitu  hipertensi yang tidak diketahui pemicu nya. Hipertensi menjadi masalah sebab  meningkatnya prevalensi, masih banyak 
pasien yang belum memperoleh  pengobatan, maupun yang sudah  memperoleh  terapi namun  target tekanan darah belum tercapai dan  adanya penyakit pengikut  dan komplikasi yang  meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Anamnesis  Keluhan :
 Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala.  hipertensi antara lain:
Leher kaku. Penglihatan kabur. Rasa sakit di dada, 
. Sakit atau pusing . Gelisah. Jantung berdebar-debar. Pusing. 
 tidak khusus  antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi.
faktor  yang memperparah  : yang tidak dapat direkayasa :
Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.Umur. Jenis kelamin
faktor  yang memperparah  : yang  direkayasa : 
Aktivitas fisik kurang. Kebiasaan merokok. kegemukan . Dislipidemia. Diabetus Melitus. Psikososial dan stres. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan). Konsumsi alkohol berlebihan. 
 Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan  jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki).  Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain. . Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII. 
Pemeriksaan Penunjang
. Labortorium, Funduskopi, Urinalisis (proteinuria), tes gula darah, profil lipid, ureum, kreatinin
. X raythoraks. EKG
 berdasar  anamnesis dan .
diagnosa  Banding White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan intraserebral, Ensefalitis 
pengobatan 
Peningkatan tekanan darah dapat dikendalikan   dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis. 
1. Hipertensi tanpa compelling indication
a. Hipertensi stage1 diberikan  diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau 
nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi. 
b. Hipertensi stage2
Bila target terapi tidak tercapai sesudah  observasi selama 2 minggu, diberikan  kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau 
ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai
2. keadaan  khusus lain
a. Lanjut Usia
i. Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.
ii. Obat hipertensi lain mempikirkan  penyakit pengikut .
b. Kehamilan
i. Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator.
ii. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh dipakai  selama kehamilan.
Komplikasi
Gangguan jantung, contoh  infark miokard, angina pektoris, dan  gagal jantung. Hipertrofi ventrikel kiri . Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal. Aterosklerosis pembuluh darah. Retinopati. Stroke atau TIA. 
Konseling :
--pentingnya menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan walau  tak ada gejala. 
--. pasien  dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali. 
--. nasihat  mengenai  cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (contoh  untuk mengatasi  tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (contoh  untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang dipakai  untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari. 
--. Pemberian obat anti hipertensi yaitu  pengobatan jangka panjang. mengendalikan  pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.
ciri-ciri  Rujukan : 
 Resistensi hipertensi. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180), Hipertensi dengan komplikasi
Peralatan
. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis dan glukosa. EKG. Radiologi (X ray thoraks)




TRAUMA KIMIA MATA
Trauma kimia mata yaitu  salah satu masalah  kedaruratan mata, biasanya  terjadi sebab  masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan adneksa di sekitarnya. Keadaan ini memerlukan penanganan cepat dan segera oleh sebab  memicu   kerusakan berat pada jaringan mata dan 
memicu  kebutaan. Zat kimia pemicu  dapat bersifat asam atau basa. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibandingkan trauma asam dan 
biasanya  memicu  kerusakan yang lebih berat pada mata.  beratnya kerusakan akibat trauma kimia juga ditentukan oleh besarnya area 
yang terkena zat kimia dan  lamanya pajanan.
Anamnesis  Keluhan :
Sulit membuka mata. Rasa mengganjal pada mata
. Mata merah, bengkak dan iritasi. Rasa sakit pada mata. Penglihatan buram. 
faktor  yang memperparah  :
Pajanan terhadap zat kimia yang sering menjadi pemicu  trauma antara lain detergen, desinfektan, pelarut kimia, cairan pembersih rumah tangga, pupuk, pestisida, dan cairan aki. Anamnesis perlu dilakukan untuk mengetahui zat kimia pemicu  trauma, lama kontak dengan zat kimia, tempat dan kronologis kejadian, adanya kemungkinan kejadian kecelakaan di tempat kerja atau 
tindak kriminal, dan  penanganan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Dengan bantuan senter dan lup, ada   kelainan berikut ini: 
Kekeruhan kornea dan lensa. Hiperemia konjungtiva . Defek epitel kornea dan konjungtiva. Iskemia limbus kornea, 
Pemeriksaan visus menandakan  ada penurunan ketajaman penglihatan. Bila tersedia, dilakukan tes dengan kertas lakmus untuk mengetahui zat 
kimia pemicu, Bila kertas lakmus terwarnai biru, maka zat pemicu  bersifat basa, Bila kertas lakmus terwarnai merah, maka zat pemicu  bersifat asam, 
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
 melalui anamnesis dan 
Komplikasi
Entropion. Katarak. Neovaskularisasi kornea 
. Simblefaron. Hipotoni bola mata. Ptisis bulbi. pengobatan 
. Segera lakukan irigasi mata yang terkena zat kimia dengan cairan mengalir sebanyak mungkin dan nilai kembali dengan kertas lakmus. 
Irigasi terus dilakukan hingga tidak terjadi pewarnaan pada kertas lakmus.
. Lakukan eversi pada kelopak mata selama irigasi dan singkirkan debris yang mungkin ada  pada permukaan bola mata atau pada forniks.
. sesudah  irigasi selesai dilakukan, nilai tajam penglihatan, lalu  rujuk segera ke tenagamedis  spesialis mata di fasilitas sekunder atau tersier.
Konseling  nasihat 
Anjuran untuk memakai  pelindung (kacamata / goggle, sarung tangan, atau masker) saat kontak dengan bahan kimia
ciri-ciri  Rujukan :  
sesudah  penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke tenagamedis  spesialis mata untuk pengobatan  lanjut
Peralatan
. Cairan fisiologis untuk irigasi. Lup. Senter. Lidi kapas. Kertas lakmus (jika memungkinkan)





LASERASI KELOPAK MATA
Laserasi kelopak yaitu  terpotongnya jaringan pada kelopak mata. pemicu  laserasi kelopak dapat berwujud  sayatan benda tajam, trauma tumpul (kecelakaan lalu lintas atau olahraga), maupun gigitan hewan. Laserasi pada kelopak perlu ditangani segera agar fungsi dan kosmetik kelopak dapat dipertahankan.
Anamnesis  Keluhan :
 ada  rasa nyeri periorbita, Tidak ada  penurunan tajam penglihatan bila cedera tidak melibatkan bola mata, Mata berair, Perdarahan dan bengkak pada kelopak
faktor  yang memperparah  :
ada  riwayat trauma tajam maupun tumpul
 . Pemeriksaan refleks pupil dan tajam penglihatan
. Pemeriksaan mata dengan lup dan senter untuk mengidentifikasi:
--. Luas dan dalamnya laserasi pada kelopak, termasuk identifikasi keterlibatan tepi kelopak, kantus medial atau kantus lateral. Pemeriksa 
dapat memakai  lidi kapas selama pemeriksaan. 
--. Adanya benda asing 
--. Keterlibatan bola mata
 melalui anamnesis dan .
Komplikasi Trauma pada sistem lakrimal  
pengobatan 
. Bersihkan luka bila  diyakini bola mata intak
. pikirkan  pemberian profilaksis tetanus
. Berikan antibiotik sistemik. Segera rujuk ke tenagamedis  spesialis mata untuk memperoleh  penanganan secepatnya
Konseling :
saran  pasien untuk mengendalikan  bila  bertambah berat sesudah  dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak atau ditambah   penurunan visus.. menyarankan  pasien bahwa luka pada kelopak perlu menjalani  pembedahan (menutup luka). memakai  kacamata pelindung saat aktif  atau berkendara.
ciri-ciri  Rujukan :  
sesudah  dilakukan pengobatan  awal, pasien segera dirujuk ke tenagamedis  mata.





HIFEMA
Hifema yaitu  ada  akumulasi darah pada bilik mata depan. Hifema Akibat  trauma atau terjadi spontan. Hifema ditambah  abrasi kornea, iritis, midriasis, atau gangguan struktur lain pada mata akibat trauma pemicunya . Hifema spontan jarang ditemui. Hifema spontan dapat menjadi penanda ada  masalah pada lensa intraokular (IOL), retinoblastoma,   leukemiarubeosis iridis, gangguan koagulasi, penyakit herpes, 
Anamnesis  Keluhan :
Fotofobia/silau . Nyeri pada mata. Penglihatan terganggu (bila darah menutupi aksis visual)
faktor  yang memperparah  :
Hifema spontan dipicu  oleh neovaskularisasi iris (seperti pada pasien diabetes dan oklusi vena retina), koagulopati, dan pemakaian antikoagulan
  Hifema akibat trauma sering ditemui pada laki-laki usia muda 
. Visus biasanya  turun
. Tampak darah di bilik mata depan. Darah dapat tertampung di bagian inferior bilik mata depan atau dapat memenuhi seluruh bilik mata depan 
(hifema penuh).. Perhatikan apakah ada trauma pada bagian mata yang lain
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tekanan intraokular dengan Tonometer Schiotz
dilakukan  berdasar  anamnesis dan 1. Anamnesis untuk mengidentifikasi gejala, riwayat trauma, dan 
kemungkinan adanya faktor  yang memperparah  : lain.
Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz bila tidak ada  defek pada kornea . Pemeriksaan tajam penglihatan. Pemeriksaan mata dengan senter dan lup untuk melihat-lihat  adanya darah di bilik mata, mengukur  lebar pupil, dan  mengidentifikasi kelainan kornea atau struktur lain akibat trauma. 
Komplikasi hifema antara lain:
Glaukoma sekunder. Atrofi saraf optik. Corneal blood staining. Perdarahan ulang (rebleeding), biasanya  terjadi antara 2-5 hari sesudah  trauma. 
pengobatan 
. Pembatasan aktivitas fisik
. Pelindung mata (protective shield)
. Analgesik yang tidak mengandung NSAID (Non-Steroidal Anti Inflammatory Drug). Rujuk segera ke tenagamedis  spesialis mata di pelayanan kesehatan tingkat sekunder atau tersier 
Konseling :
. Posisi tidur dengan elevasi kepala, menyarankan kan ke pasien bahwa kemungkinan pasien perlu dirawat, 
ciri-ciri  Rujukan :  
Semua pasien yang didiagnosa  dengan hifema perlu dirujuk ke tenagamedis  spesialis mata
Peralatan
Tonometer Schiotz Snellen chart. Lup . Senter. 




RETINOPATI DIABETIK
Retinopati diabetik yaitu  suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler retina, kapiler dan venula, sehingga memicu  oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler, akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama. Retinopati  diabetik memicu   penurunan visus dan kebutaan, terutama akibat 
komplikasi seperti edema makula, perdarahan vitreus, ablasio retina traksional dan glaukoma neovaskular. Retinopati diabetik yaitu  pemicu  kebutaan ke 5 terbesar secara global 
pengidap  diabetes dapat menjadi buta, dan sekitar 17% mengalami gangguan penglihatan berat. sesudah  20 tahun, retinopati diabetik dapat 
ada  pada 85% lebih pengidap  diabetes.
ada  dua tahap retinopati diabetik yaitu non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) dan proliferative diabetic retinopathy (PDR). 
Anamnesis  Keluhan :
Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi perdarahan vitreus dan / atau ablasio retina traksional, . Tidak ada  penglihatan
. Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema makula, 
faktor  yang memperparah  :
Hipertensi yang tidak terkendali   dengan baik, Hiperlipidemia. Kadar glukosa darah yang tidak terkendali   dengan baik, 
. Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II).
. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina ada   perdarahan retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan mikroaneurisma 
(pada NPDR), yang pada keadaan  lebih lanjut ditambah  neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina (pada PDR).Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas ada   RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), dan  penurunan 
refleks pupil pada cahaya langsung dan tak langsung normal.. Pada keadaan berat ada   neovaskularisasi iris (rubeosis iridis).
 melalui anamnesis dan ,  funduskopi. 
diagnosa  banding
. Oklusi vena retina. Retinopati hipertensi
Komplikasi
. Ablasio retina traksional. Glaukoma neovaskular
. Perdarahan vitreus. Edema makula diabetik
pengobatan 
bila  diperoleh  gejala retinopati, pasien perlu dirujuk ke tenagamedis  spesialis mata.
. Setiap pasien yang terdiagnosa  diabetes melitus perlu segera dilakukan pemeriksaan mata, sekalipun belum ada  mata.. bila  tidak diperoleh  gejala retinopati, pasien harus diperiksa ulang dalam waktu 1 tahun (follow-up).
Konseling :
menerangkan  bahwa bila dirujuk, kemungkinan memerlukan terapi fotokoagulasi laser, yang bertujuan mencegah progresifitas retinopati 
diabetik. Pada keadaan  berat (perdarahan vitreus, ablasio retina) kemungkinan perlu tindakan bedah. 
. mengendalikan  gula darah dan pengendalian faktor sistemik lain (hipertensi, hiperlipidemia) penting untuk memperlambat munculnya  atau progresifitas retinopati diabetik. 2. Setiap pasien diabetes perlu menjalani pemeriksaan mata awal (skrining), diikuti pemeriksaan lanjutan minimal 1 kali dalam setahun.
ciri-ciri  Rujukan :  
Setiap pasien diabetes yang ada  gejala retinopati diabetik sebaiknya dirujuk ke tenagamedis  mata.
Peralatan
. Tropikamid 1% tetes mata untuk melebarkan pupil. Oftalmoskop, Snellen chart





OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna yaitu  radang pada liang telinga luar. Penyakit ini banyak ada  di rumahsakit , penggolongan  otitis eksterna (OE):
1. OE akut
a. OE akut difus
b. OE akut sirkumskripta, yaitu infeksi folikel rambut yang memicu  furunkel di liang telinga luar.
2. OE kronik3. OE ekzematoid, yaitu   manifestasi dari kelainan dermatologis, seperti dermatitis atopik, psoriasis, atau SLE.
4. OE nekrotikans
Anamnesis  Keluhan :
.  biasanya dialami pada satu telinga dan sangat jarang mengenai kedua telinga dalam waktu bersamaan
.  pengikut  lain yang  muncul : demam atau meriang, telinga terasa basah
. Rasa sakit pada telinga (otalgia), yang beragam  dari ringan hingga hebat, terutama saat daun telinga disentuh dan mengunyah
. Rasa penuh pada telinga 
. Pendengaran dapat berkurang
. Terdengar suara mendengung (tinnitus)
faktor  yang memperparah  :
Riwayat penyakit sistemik, seperti: diabetes mellitus, psoriasis, dermatitis atopik, SLE, HIV.
Riwayat sering beraktifitas di air, contoh : berenang, berselancar, mendayung.
Riwayat trauma yang mendahului , contoh : membersihkan liang telinga dengan alat tertentu, memasukkan cotton bud, memasukkan air ke 
dalam telinga.
. Nyeri tekan pada tragus, Nyeri tarik daun telinga
. Otoskopi:
--. OE akut difus: liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas, dan  ada  sekret minimal.
--. OE akut sirkumskripta: furunkel pada liang telinga luar 
. Tes garputala: Normal atau tuli konduktif
 berdasar  anamnesis dan .
diagnosa  Banding
Perikondritis yang berulang, Kondritis, Otomikosis
Komplikasi Jika pengobatan tidak kuat , dapat muncul  abses, infeksi kronik liang telinga, 
jaringan parut, dan stenosisliang telinga.
pengobatan 
1. Non-Medikamentosa : 
. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan pengisap atau kapas yang dibasahi dengan H2O2 3%.. Bila ada  abses, dilakukan insisi dan drainase.
2. Medikamentosa :
a. Topikal 
• Larutan antiseptik povidon iodine
• OE akut sirkumskripta pada stadium infiltrat: 
 Salep ikhtiol, atau Salep antibiotik: Polymixin-B, Basitrasin.
• OE akut difus: Tampon yang sudah  diberi campuran Polimyxin-B, Neomycin, Hidrocortisone, dan anestesi topikal.
b. Sistemik
Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen diberikan .Antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup berat.
Konseling : 
Pasien dan keluarga perlu diberi penjelasan, di antaranya:
Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam keadaan  kering dan tidak lembab,  Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau alat lainnya, Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
ciri-ciri  Rujukan : 
. Otitis eksterna dengan komplikasi
. Otitis eksterna maligna
Peralatan
Aplikator kapas. Otoskop. Lampu kepala. Corong telinga. 




OTITIS MEDIA AKUT
Otitis media akut (OMA) yaitu  peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Anamnesis  Keluhan :
 (tergantung stadium OMA yang sedang dialami)
--. Stadium oklusi tuba Telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat berkurang.
--. Stadium hiperemis Nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah (padabayi / anak), 
muntah, nafsu makan hilang, anak biasanya sering memegang telinga yang nyeri.
--. Stadium supurasi Sama seperti stadium hiperemis
--. Stadium perforasi Keluar sekret dari liang telinga
--. Stadium resolusi sesudah  sekret keluar, intensitas  berkurang (suhu turun, nyeri mereda, bayi / anak lebih tenang. Bila perforasipermanen, pendengaran dapat tetap berkurang.
faktor  yang memperparah  :
Kelainan kongenital, contoh : sumbing langit-langit, sindrom Down,. Paparan asap rokok Alergi. Tingkat sosio-ekonomi yang rendah. Bayi dan anak. Infeksi saluran napas atas berulang
. Menyusu dari botol dalam posisi berbaring telentang. 
. Suhu dapat meningkat,  Otoskopi
Stadium OMA Tampilan
Stadium oklusi tuba Membran timpani suram, retraksi, dan refleks cahayanya hilang
Stadium hiperemis Membran timpani hiperemis dan edema
Stadium supurasi Membran timpani menonjol ke arah luar (bulging) berwarna kekuningan
Stadium perforasi  Perforasi membran timpani
 Liang telinga luar basah atau dipenuhi sekret
Stadium resolusi  Membran timpani tetap perforasi atau utuh Sekret di liang telinga luar sudah berkurang atau mengering
--. Tes penala
ada   tuli konduktif, yaitu: tes Rinne (-) dan tes Schwabach memendek pada telinga yang sakit, tes Weber terjadi lateralisasi ke telinga 
yang sakit.
Pemeriksaan Penunjang
Audiometri nada murni, bila fasilitas tersedia
 berdasar  anamnesis dan .
diagnosa  Banding
Otitis media serosa akut, Otitis eksterna
Komplikasi
Komplikasi ekstra-temporal / intrakranial: Abses subperiosteal, Abses  epidura, Abses perisinus, Abses subdura, Abses otak, Meningitis, 
Trombosis sinus lateral, Sereberitis, Komplikasi intra-temporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis, Petrositis, Hidrosefalus otik
pengobatan 
1. Medikamentosa 
a. Topikal
i. Pada stadium oklusi tuba, terapi bertujuan membuka kembali tuba 
eustachius. Obat yang diberikan yaitu :
- Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang terkena benda asing.
- pakai  kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
- Angkat benda asing dengan memakai  lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G. 
- Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi. 
- Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas benda asing.
ii. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga:
- H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan selama 2 – 5 menit.
- Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit.
- Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes di telinga yang sakit, selama maksimal 2 minggu
b. Oral Sistemik: antibiotik, antihistamin (bila ada  gejala alergi), dekongestan, analgetik / antipiretik
Konseling : 
 Menghindarkan bayi / anak dari paparan asap rokok.Untuk bayi / anak, pasien  tua disaran  untuk memberi  ASI minimal 6 bulan sampai 2 tahun.
Pencegahan
Imunisasi Hib dan PCV perlu dilengkapi, sesuai panduan Jadwal Imunisasi  Anak tahun 2014 dari IDAI.
ciri-ciri  Rujukan :  
 Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut.
Peralatan, Jika ada  indikasi miringotomi.
Aplikator kapas. Garputala. Suction. Lampu kepala. Corong telinga. Otoskop. 




SERUMEN PROP
Serumen yaitu  sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas, dan partikel debu yang ada  pada bagian kartilaginosa liang 
telinga. Bila serumen ini berlebihan maka dapat membentuk gumpalan yang menumpuk di liang telinga, dikenal dengan serumen prop.
Anamnesis  Keluhan :
.  semakin memberat bila telinga kemasukan air (saat  mandi atau berenang). Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus
. Rasa penuh pada telinga. Pendengaran berkurang
. Rasa nyeri pada telinga
faktor  yang memperparah  :
. Produksi serumen banyak dan kering. Kebiasaan mengorek telinga. Dermatitis kronik liang telinga luar. Liang telinga sempit, 
Tes penala: normal atau tuli konduktif
Otoskopi: obstruksi liang telinga luar oleh material berwarna kuning  kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat beragam .
 berdasar  anamnesis dan .
diagnosa  Banding Benda asing di liang telinga.
Komplikasi
Trauma pada liang telinga dan atau membran timpani saat mengeluarkan serumen, Otitis eksterna, 
 pengobatan 
1. Non-Medikamentosa : Evakuasi serumen
a. Bila serumen lunak, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. 
b. Bila serumen keras, dikeluarkan dengan pengait atau kuret. bila  dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari. 
c. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan memicu  trauma pada membran timpani 
saat  mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
2. Medikamentosa 
Tetes telinga Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari untuk melunakkan serumen.
Konseling : 
menyarankan  pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga  menyarankan  pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik dengan cotton bud atau alat lainnya.
ciri-ciri  Rujukan : 
Bila terjadi komplikasi akibat tindakan
pengeluaran serumen.. 





OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Otitis media supuratif kronik yaitu  pemicu  gangguan pendengaran yang didapat pada anak-anak dipicu  oleh komplikasi otitis media. 
Otitis media supuratif kronik (OMSK) yaitu  peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus maupun hilang muncul . ada  dua tipe 
OMSK, yaitu OMSK tipe aman (tanpa kolesteatoma) dan tipe bahaya (dengan 
kolesteatoma).
Anamnesis  Keluhan :
Cairan dapat berwarna kuning / kuning-kehijauan / bercampur darah / jernih / berbau. Gangguan pendengaran. 
. Keluar cairan dari liang telinga secara terus menerus atau hilang muncul  lebih dari 2 bulan
. Riwayat pernah keluar cairan dari liang telinga sebelumnya.
faktor  yang memperparah  :
Higienitas kurang dan gizi buruk, infeksi saluran nafas atas berulang, daya tahan tubuh yang rendah, dan penyelam.
 Otoskopi:
1. OMSK tipe aman (tubotimpani)
 Perforasi pada sentral atau pars tensa berbentuk ginjal atau bundar Sekret biasanya mukoid dan tidak terlalu berbau  Mukosa kavum timpani tampak edema, hipertrofi, granulasi, atau 
timpanosklerosis
2. OMSK tipe bahaya
 Perforasi atik, marginal, atau sental besar (total) Sekret sangat berbau, berwarna kuning abu-abu, purulen, dan dapat terlihat kepingan berwarna putih mengkilat Kolesteatoma
Pemeriksaan Penunjang
 Audiometri nada murni. Foto mastoid (bila tersedia)Tes garputala Rinne, Weber, Schwabach menandakan  jenis ketulian yang 
dialami pasien. 
 berdasar  anamnesis dan  .
Komplikasi
. Komplikasi intrakranial Abses (subperiosteal, epidural, perisinus, subdura, otak), Trombosis sinus lateralis, Sereberitis Komplikasi intratemporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis, Hidrosefalus otik, Petrositis
pengobatan 
1. Non-medis amentos
Membersihkan dan mengeringkan saluran telinga dengan kapas lidi atau cotton bud. Obat cuci telinga dapat berwujud  NaCl 0,9%, Asam Asetat 2%, atau Hidrogen Peroksida 3%. 
2. Medikamentosa 
a. Antibiotik topikal golongan Ofloxacin, 2 x 4 tetes per hari di telinga yang sakit
b. Antibiotik oral:
 Dewasa:
- Lini pertama : Amoxicillin 3 x 500 mg per hari selama 7 hari, atauAmoxicillin-Asam clavulanat 3 x500 mg per hari selama 7  hari, atauCiprofloxacin 2 x 500 mg selama 7 hari.
- Lini kedua : Levofloxacin 1 x 500 mg per hari selama 7  hari,atau Cefadroxil 2 x 500 – 100 mg per hari selama 7 hari.
• Anak:
- Amoxicillin – Asam clavulanat 25 – 50 mg/kg BeratBadan /hari, dibagi menjadi 3 dosis per hari, atau
- Cefadroxil 25 – 50 mg/kg BeratBadan /hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari.
Rencana Tindak Lanjut tanggapan  atas terapi dievaluasi sesudah  pengobatan selama 7 hari.
Konseling :
menerangkan  bahwa penyakit ini yaitu  penyakit infeksi sehingga dengan penanganan yang tepat dapat disembuhkan namun  bila dibiarkan 
memicu   hilangnya pendengaran dan  komplikasi lainnya.
. Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
. Menjaga agar telinga tidak kemasukan air.
ciri-ciri  Rujukan : 
ada  komplikasi ekstrakranial maupun intrakranial
. Perforasi menetap sesudah  2 bulan telinga kering
. OMSK tipe bahaya 
. Tidak ada perbaikan atas terapi yang dilakukan




BENDA ASING DI TELINGA
Meatus akustikus eksternus (MAE) yaitu  salah satu bagian tubuh yang sering dimasuki benda asing, yang  berwujud :
Benda asing serangga, yang memicu   iritasi dan nyeri akibat pergerakannya.
Benda asing non-reaktif (inert). Benda asing ini tidak bereaksi dengan epitel dan tetap ada di dalam MAE tanpa memicu  gejala hingga 
terjadi infeksi.
. Benda asing reaktif, contoh : batere, potongan besi. Benda asing reaktif berbahaya sebab  dapat bereaksi dengan epitel MAE dan memicu  edema dan  obstruksi hingga memicu  infeksi sekunder. Ekstraksi harus segera dilakukan.
Anamnesis  Keluhan :
Telinga berdengung. Nyeri pada telinga. Keluar cairan telinga yang  berbau . Gangguan pendengaran . Riwayat jelas benda asing masuk ke telinga secara sengaja maupun tidak. Telinga terasa tersumbat atau penuh. 
faktor  yang memperparah  :Retardasi mental
Pemeriksaan MAE dengan senter / lampu kepala / otoskop menandakan  
adanya benda asing, edema dan hiperemia liang telinga luar, dan  dapat ditambah  sekret.
diagnosa  : dilakukan  berdasar  anamnesis dan .
Komplikasi
Ruptur membran timpani, perdarahan liang telinga, otitis eksterna, tuli konduktif
pengobatan 
1. Non-Medikamentosa : Ekstraksi benda asinga. Pada masalah  benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam anestesi lokal.
b. Pada masalah  benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari sebab  memicu   korosi.
c. Pada masalah  benda asing berwujud  serangga:
 Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokain sprayatau tetes), atau minyak mineral selama ± 10 menit untuk membuat serangga tidak bergerak dan melubrikasi dinding MAE.
 sesudah  serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan forceps aligator atau irigasi memakai  air sesuai suhu tubuh.
2. Medikamentosa 
a. Tetes telinga antibiotik hanya diberikan bila sudah  dipastikan tidak ada ruptur membran timpani.
b. Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
Konseling :
pasien  tua disarankan untuk menjaga lingkungan anak dari benda-benda yang berpotensi dimasukkan ke telinga atau hidung.
ciri-ciri  Rujukan : 
Bila benda asing tidak berhasil dikeluarkan.





STRONGILOIDIASIS
Strongiloidiasis yaitu  penyakit cacingan  yang dipicu  oleh Strongyloides stercoralis, cacing yang  hidup di area  tropik dan subtropik.  Infeksi cacing ini bisa menjadi sangat berat dan berbahaya pada 
mereka  dengan  imun menurun seperti pada pasien HIV/AIDS, transplantasi organ dan  pada pasien yang memperoleh  pengobatan 
kortikosteroid jangka panjang.
Anamnesis  Keluhan :
 Pada infestasi ringan Strongyloides biasanya  tidak memicu  gejala khas.
gejala 
mual mulas perih kembung, muntah
. Diare dan konstipasi saling bergantian
. Rasa gatal pada kulit. Pada infeksi sedang memicu   gejala seperti ditusuk-tusuk di area  epigastrium dan tidak menjalar
faktor  yang memperparah  :
. pemakaian  tinja sebagai pupuk.
. Tidak memakai  alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
. Kurangnya pemakaian  jamban.
. Tanah yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung larva Strongyloides stercoralis.
. muncul  kelainan pada kulit “creeping eruption” berwujud  papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-kelok mirip  benang 
dengan kecepatan 2 cm per hari.Predileksi penyakit ini terutama pada area  telapak kaki, bokong, genital  tangan., 
2. Pemeriksaan generalis: nyeri epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah: ada   eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada banyak masalah  jumlah sel eosinofilia normal.
Pemeriksaan laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan cacing dewasa Strongyloides 
stercoralis.
diagnosa  : 
dengan anamnesis,  dan  ada nya larva atau cacing dalam tinja.pengobatan 
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:. memakai  jamban keluarga.. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.. memakai  alas kaki.. Hindari pemakaian  pupuk dengan tinja.
2. Farmakologi 
a. Pemberian Albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau
b. Mebendazol 100 mg, 3xsehari, selama 2 atau 4 minggu.
Konseling : 
memberi  informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:
Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.. memakai  sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
. Mencuci tangan sebelum dan sesudah  melakukan aktifitas dengan memakai  sabun.
. memakai  alas kaki.
. Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga. 
Pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti pengidap  
AIDS




MATA KERING
Mata kering yaitu   keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang dipicu  berkurangnya produksi komponen air mata (musin, akueous, dan lipid). Mata kering yaitu  salah satu gangguan yang sering pada mata dengan insiden sekitar 10-30% dari populasi dan terutama dialami oleh wanita berusia lebih dari 40 tahun.pemicu  lain yaitu  meningkatnya evaporasi air mata akibat faktor lingkungan rumah, kantor atau 
akibat lagoftalmus.
Anamnesis  Keluhan :
mata terasa gatal dan seperti berpasir.  ditambah  sensasi terbakar, merah, perih  silau. Pasien 
cenderung  menyadari bahwa gejala terasa makin berat di akhir hari (sore/malam).
faktor  yang memperparah  :
. pemakaian  lensa kontak
. pemakaian  komputer dalam waktu lama
 . Usia > 40 tahun
. Menopause
. Penyakit sistemik, seperti: sindrom Sjogren, sklerosis sistemik progresif, sarkoidosis, leukemia, limfoma, amiloidosis, dan hemokromatosis
Visus normal,  ada  foamy tears pada konjungtiva forniks. Penilaian produksi air mata dengan tes Schirmer menandakan  hasil <10 mm (nilai normal ≥20 mm).
 berdasar :
Anamnesis dan . Tes Schirmer bila diperlukan
Komplikasi
. Keratitis. Penipisan kornea. Infeksi sekunder oleh bakteri. Neovaskularisasi kornea
pengobatan 
Pemberian air mata buatan, yaitu tetes mata karboksimetilselulosa atau sodium hialuronat.
Keluarga dan pasien harus mengerti bahwa mata kering yaitu  keadaan menahun dan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada masalah  ringan, saat perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel.
ciri-ciri  Rujukan : 
Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika  tidak berkurang sesudah  terapi atau muncul  komplikasi.




 BUTA SENJA
Buta senja,  rabun senja  dinamakan  nyctalopia atau hemarolopia, yaitu  ketidakmampuan untuk melihat-lihat  dengan baik pada malam hari atau pada keadaan gelap. keadaan  ini lebih yaitu  tanda dari suatu kelainan yang mendasari. ini terjadi akibat kelainan pada sel batang retina yang berperan pada penglihatan gelap. pemicu  buta senja yaitu  defisiensi vitamin A dan 
retinitis pigmentosa.
Anamnesis  Keluhan :
 Penglihatan menurun pada malam hari atau pada keadaan gelap, sulit beradaptasi pada cahaya yang redup. Pada defisiensi vitamin A, buta senja 
yaitu   paling awal.
ada   gejala lain defisiensi vitamin A:
. Ulkus kornea dan sikatriks kornea
. Kulit tampak xerosis dan bersisik
. Nekrosis kornea difus atau keratomalasia
. Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral
. ada  bercak bitot pada konjungtiva
. Xerosis kornea
 berdasar  anamnesis dan . 
pengobatan 
. Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis tinggi. . Lubrikasi kornea.. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes mata antibiotik.
Konseling :
. Pada masalah  defisiensi vitamin A, keluarga perlu dinasihat  untuk memberi  asupan makanan bergizi seimbang dan suplementasi vitamin 
A dosis tinggi.
. menyarankan  keluarga bahwa rabun senja dipicu  oleh kelainan mendasar, yaitu defisiensi vitamin A dan retinitis pigmentosa. 




HORDEOLUM
Hordeolum yaitu  peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.  yaitu  infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Dikenal dua bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum yaitu  infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum  yaitu  infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum 
mudah muncul  pada pasien  yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.
Anamnesis  Keluhan :
  kelopak yang bengkak ditambah  rasa sakit. 
gejala  hordeolum yaitu  kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, dan  perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
  Oftalmologis
ada  kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum). bila  sudah terjadi abses dapat muncul  undulasi.
diagnosa  :
melakukan  diagnosa  dengan anamnesis dan .
diagnosa  Banding
. Selulitis preseptal. Kalazion . Granuloma piogenik
Komplikasi
. Selulitis palpebra. Abses palpebra 
pengobatan 
. Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
l. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak memicu  iritasi, seperti sabun bayi. ini dapat 
mempercepat proses penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, ini memicu   infeksi yang lebih serius.
. Hindari pemakaian make-up pada mata, sebab  kemungkinan hal itu menjadi pemicu  infeksi.
. Jangan memakai lensa kontak sebab  dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
. Pemberian terapi topikal dengan Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 8 jam. bila  memakai  kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.
. Pemberian terapi oral sistemik dengan Eritromisin 500 mg pada dewasa dan anak sesuai dengan berat badan atau Dikloksasilin 4 kali sehari selama 3 hari.
Penyakit hordeolum dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan.
Bila dengan pengobatan konservatif tidak menanggapi   dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada 
hordeolum.ciri-ciri  Rujukan : 
Hordeolum berulang,  Bila tidak memberi  tanggapan  dengan pengobatan konservatif



KONJUNGTIVITIS INFEKSI
Konjungtivitis yaitu  radang konjungtiva yang dipicu   oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi, atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.
Anamnesis  Keluhan :
mata merah, rasa mengganjal, gatal dan 
berair, kadang ditambah  sekret.  tidak ditambah  penurunan tajam penglihatan.
faktor  yang memperparah  :
. Daya tahan tubuh yang menurun
 Adanya riwayat atopi. pemakaian  kontak lens dengan perawatan yang tidak baik. kebersihan  pasien yang buruk
 . Visus normal. Injeksi konjungtival
. ditambah  edema kelopak, kemosis
. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen, atau purulen tergantung pemicu 
. Pada konjungtiva tarsal ada   folikel, papil atau papil raksasa, flikten, membrane, atau pseudomembran.
Pemeriksaan Penunjang 
. Sediaan langsung swab konjungtiva dengan perwarnaan Gram atau Giemsa
 Pemeriksaan sekret dengan perwarnaan biru metilen pada masalah  konjungtivitis gonore
diagnosa  :
  berdasar  anamnesis dan .
penggolongan  Konjungtivitis
-- Konjungtivitis alergi: Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau alergi, dan  gatal.
--Konjungtivitis bakterial: Konjungtiva hiperemis, sekret purulen atau mukopurulen ditambah  membran atau pseudomembran di konjungtiva 
tarsal. Curigai konjungtivitis gonore, terutama pada bayi baru lahir, jika ada  konjungtivitis pada dua mata dengan sekret purulen yang 
sangat banyak.
--Konjungtivitis viral: Konjungtiva hiperemis, sekret biasanya  mukoserosa, dan pembesaran kelenjar preaurikular
Komplikasi Keratokonjuntivitis 
pengobatan 
Pemberian obat mata topikal
--. Pada konjungtivitis gonore: Kloramfenikol tetes mata 0,5-1%sebanyak 1  tetes tiap jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kg BeratBadan  tiap hari  sampai tidak ada  kuman GO pada sediaan apus selama 3 hari 
berturut-turut.
--. Pada konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5 kali sehari selama 10 hari.
--. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 hari. 
--. Pada alergi: Flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.
Pemeriksaan  tidak diperlukan, kecuali pada kecurigaan konjungtivitis gonore, dilakukan pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram
Konseling :
Jangan memakai  handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
 Konjungtivitis mudah menular, sebab  itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, pengidap  harus mencuci tangannya bersih-bersih.
ciri-ciri  Rujukan : 
. Bila tidak ada tanggapan  perbaikan terhadap pengobatan yang diberikan, Jika terjadi komplikasi pada kornea



BLEFARITIS
Blefaritis yaitu  radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra) yang  ditambah  terbentuknya ulkus dan dapat melibatkan folikel rambut.
Anamnesis  Keluhan :
Kadang ditambah  kerontokan bulu mata (madarosis), putih pada bulu mata (poliosis), dan trikiasis. Dapat keluar sekret yang mengering selama tidur, sehingga saat  bangun 
kelopak mata sukar dibuka. Gatal pada tepi kelopak mata. Rasa panas pada tepi kelopak mata
. Merah/hiperemia pada tepi kelopak mata
. Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama di sekitar dasar bulu mata
faktor  yang memperparah  :
kebersihan  pasien dan lingkungan yang kurang baik, Kelainan kulit, contoh  dermatitis seboroik
 Skuama atau krusta pada tepi kelopak.
. Bulu mata rontok.. ada   tukak yang dangkal pada tepi kelopak mata4. Dapat terjadi pembengkakan dan merah pada kelopak mata.
.  terbentuk krusta yang melekat erat pada tepi kelopak mata. Jika krusta dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. 
 berdasar  anamnesis dan pemeriksaan fisik. 
Komplikasi
Trikiasis, Blefarokonjungtivitis, Madarosis 
pengobatan 
1. Non-Medikamentosa 
a. Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat 
b. Membersihkan dengan sampo atau sabun
c. Kompres hangat selama 5-10 menit
2. Medikamentosa  
bila  ada  ulkus pada kelopak mata, diberikan  salep atau tetes mata antibiotik hingga gejala menghilang.
Konseling :
menyarankan  pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan  pasien dan lingkungan.
memberi  informasi kepada pasien dan keluarga bahwa kulit kepala, alis mata, dan tepi palpebra harus selalu dibersihkan terutama pada pasien 
dengan dermatitis seboroik.
ciri-ciri  Rujukan : 
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke rumahsakit (tenagamedis  spesialis mata) bila ada  minimal satu dari kelainan di bawah ini:
ada  keterlibatan kornea. Episode rekuren. Tidak tanggapan  terhadap terapi
Tajam penglihatan menurun. Nyeri sedang atau berat. Kemerahan yang berat atau kronis. 



PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Perdarahan subkonjungtiva yaitu  perdarahan akibat ruptur pembuluh darah dibawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Sebagian besar masalah  perdarahan subkonjungtiva yaitu  masalah  
spontan atau idiopatik, dan hanya sebagian kecil masalah  yang terkait dengan trauma atau kelainan sistemik.Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua golongan  umur. Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar terjadi 
unilateral (90%).
Anamnesis  Keluhan :
Perdarahan akan terlihat meluas dalam 1hari  pertama sesudah  itu lalu  akan berkurang perlahan ukurannya sebab  dipenyerapan .
adanya darah pada sklera atau mata 
berwarna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal). Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berkaitan  dengan perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera.
faktor  yang memperparah  :
pemakaian  obat, terutama pengencer darah
Manuver valsava, contoh  akibat batuk atau muntah, Anemia. Benda asing. Konjungtivitis 
 Hipertensi atau arterosklerosis, Trauma tumpul atau tajam. Pemeriksaan status generalis
 Pemeriksaan oftalmologi:
. Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan biasanya  6/6, jika visus <6/6 maka dicurigai terjadi kerusakan selain di konjungtiva
 Pemeriksaan funduskopi yaitu  perlu pada setiap pengidap  dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma.
 Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal).
Pengobatan penyakit yang mendasari bila ada.Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau dipenyerapan  dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
Pemeriksaan penunjang lanjutanTidak diperlukan
Konseling :
menyarankan  keluarga bahwa:
keadaan  hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva sehingga diperlukan pengontrolan 
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Tidak perlu khawatir sebab  perdarahan akan terlihat meluas dalam 1hari  pertama, namun sesudah  itu ukuran akan berkurang perlahan sebab  dipenyerapan .
ciri-ciri  Rujukan :  
Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika ada  penurunan visus.
Peralatan. Snellen chart, Oftalmoskop




BENDA ASING DI KONJUNGTIVA
Benda asing di konjungtiva yaitu  benda yang dalam keadaan normal tidak ada   di konjungtiva dan memicu   iritasi jaringan. biasanya  kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa dan bila muncul infeksi sekunder.
Anamnesis  Keluhan :
 adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva  matanya.Gejala yang dimuncul kan berwujud  nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia.
faktor  yang memperparah  :
Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti: 
pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa).
  Visus biasanya normal.ada  injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi.. ada  benda asing pada konjungtiva tarsal superior dan/atau 
inferiordan/atau konjungtiva bulbi.
 melalui anamnesis dan  .
diagnosa  banding
Konjungtivitis akut
Komplikasi
Ulkus kornea. Keratitis
Terjadi bila benda asing pada konjungtiva tarsal menggesek permukaan kornea dan memicu  infeksi sekunder. Reaksi inflamasi berat dapat terjadi jika benda asing yaitu  zat kimia. 
pengobatan 
1. Non-Medikamentosa : Pengangkatan benda asingBerikut yaitu  cara yang  dilakukan:
--. Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang terkena benda asing.
--. pakai  kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
--. Angkat benda asing dengan memakai  lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G. 
--. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi. 
--. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas benda asing.
2. Medikamentosa 
Antibiotik topikal (salep atau tetes mata), contoh  Kloramfenikol tetes mata, 1 tetes setiap 2 jam selama 2 hari
Konseling :
menyarankan  pasien untuk mengendalikan  bila  bertambah berat sesudah  dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak, atau ditambah  dengan penurunan visus.
. menyarankan  pasien agar tidak menggosok matanya agar tidak memperberat lesi.
. memakai  alat/kacamata pelindung saat aktif  atau berkendara.
ciri-ciri  Rujukan : 
 Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan,  sebab  keterbatasan fasilitas Peralatan, Bila terjadi penurunan visus




ASTIGMATISME
Astigmatisme yaitu  keadaan di mana sinar sejajar tidak dibiaskan pada satu titik fokus yang sama pada semua meridian. ini dipicu  oleh 
kelengkungan kornea atau lensa yang tidak sama pada berbagai meridian.
Anamnesis  Keluhan :
   penglihatan kabur dan sedikit distorsi 
yang kadang juga memicu  pusing .Pasien memicingkan mata, atau head tilt untuk dapat melihat-lihat  lebih jelas. Keadaan biasanya   baik.Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart akan menandakan  tajam penglihatan tidak maksimal dan akan bertambah baik dengan pemberian 
pinhole. 
diagnosa  :
dilakukan berdasar  anamnesis dan pemeriksaan 
refraksi.Tajam penglihatan akan mencapai maksimal dengan pemberian lensa silindris.
diagnosa  Banding
Kelainan refraksi lainnya.
pengobatan  pemakaian  kacamata lensa silindris dengan koreksi yang sesuai.
Konseling :
menyarankan  keluarga bahwa astigmatisma yaitu  gangguan penglihatan yang  dikoreksi.
ciri-ciri  Rujukan :  
Pasien perlu dirujuk ke rumahsakit bila:
ukuran lensa tidak dapat ditentukan (contoh  astigmatisme berat).koreksi dengan kacamata tidak memperbaiki visus, atau
Peralatan
 Snellen Chart2. Satu set lensa coba (trial frame dan trial lenses). Pinhole




HIPERMETROPIA
Hipermetropia (rabun dekat) yaitu  keadaan gangguan kekuatan  pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup kuat dibiaskan 
sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin. 
Anamnesis  Keluhan :
 Spasme akomodasi yang memicu   pseudomiopia. Mata juling dapat terjadi sebab  akomodasi yang berlebihan akan diikuti konvergensi yang berlebihan pula.Mata sensitif terhadap sinar. 
 Penglihatan kurang jelas untuk objek yang dekat.
pusing  terutama area  frontal dan makin kuat pada pemakaian  mata yang lama dan membaca dekat. Penglihatan tidak enak (asthenopia 
akomodatif = eye strain) terutama bila melihat-lihat  pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama, contoh  menonton TV. 
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
Pemeriksaan refraksi dengan trial lens dan trial frame
diagnosa  :
  dengan anamnesis dan pemeriksaan refraksi.
Komplikasi
Ambliopia, Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi
Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata, 
pengobatan 
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang memicu  tajam penglihatan terbaik.
Konseling :
menyarankan  keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi dengan bantuan kaca mata. sebab  jika tidak, maka mata akan berakomodasi terus menerus dan memicu  komplikasi.
Peralatan
Satu set trial frame dan trial frame, Snellen chart




MIOPIA RINGAN
Miopia ringan yaitu  kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan ke titik fokus di depan retina. 
Anamnesis  Keluhan :
Penglihatan kabur bila melihat-lihat  jauh, mata cepat lelah, pusing dan mengantuk,cenderung memicingkan mata bila melihat-lihat  jauh. Tidak ada  riwayat kelainan sistemik, sepertidiabetes mellitus, hipertensi, dan  buta senja.
faktor  yang memperparah  :
Genetik dan faktor lingkungan meliputi kebiasaan melihat-lihat /membaca dekat, 
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
diagnosa  :
  berdasar  anamnesis dan pemeriksaanrefraksi. 
pengobatan Koreksi dengan kacamata lensa sferis negatif terlemah yang memicu  tajam penglihatan terbaik
Konseling :
 mengendalikan  setidaknya satu kali dalam setahun untuk pemeriksaan refraksi, bila ada .
Membaca dalam cahaya yang cukup dan tidak membaca dalam jarak terlalu dekat.
ciri-ciri  Rujukan : 
Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.
Kelainan refraksi yang progresif, Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi atau tidak ada  
ukuran lensa yang memberi  perbaikan visus
Peralatan
Satu set lensa coba dan trial frame, Snellen char