Kamis, 05 Oktober 2023
Home »
keperawatan
» Keperawatan
Keperawatan
Oktober 05, 2023
keperawatan
KEPERAWATAN
Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di negara kita yaitu indikator keberhasilan di negara kita . AHH tahun 2015 pada penduduk wanita yaitu 73 tahun dan laki-laki 69 tahun. keadaan ini meningkatkan jumlah manula (manusia lanjut usia) di negara kita yaitu 19 juta jiwa (7,7 % dari total penduduk). Pada tahun 2016, jumlah penduduk manula (manusia lanjut usia) di negara kita menjadi 18,799 juta jiwa diperkirakan pada tahun 2030, jumlahnya akan mencapai 37 juta jiwa.Tahun 2055, 1 dari 4 penduduk negara kita yaitu penduduk manula sedang sebaran penduduk manula pada tahun 2010, manula yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.500 (9,66%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.700 (9,89%). ada perbedaan tinggi antara manula yang tinggal di perkotaan dan perdesaan. Perkiraan tahun 2040 jumlah manula tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.999 (11,55%), Kecenderungan meningkatnya manula yang tinggal di perkotaan
dipicu tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. manula (manusia lanjut usia) mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun dan faktor resiko terhadap penyakit meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami manula (manusia lanjut usia) yaitu gangguan keseimbangan, kebingungan, beberapa penyakit terjadi pada manula (manusia lanjut usia) antara lain malnutrisi, gangguan fokus, hipertensi, gangguan
pendengaran, penglihatan, demensia, osteoporosis, angka penyakit pada manula tahun 2015 di perkotaan yaitu 26 % artinya dari setiap 100 orang manula di area perkotaan 28
orang mengalami sakit. Di pedesaan diperoleh 30,44 % artinya setiap 100 orang manula di
pedesaan, 37 orang mengalami sakit. Usia lanjut akan memicu masalah kesehatan sebab terjadi kemunduran fungsi tubuh jika tidak dilakukan usaha pelayanan kesehatan, manula yaitu kita jika sudah mencapai usia 65 tahun ke atas. Menua bukanlah penyakit, namun proses yang berkesinambungan memicu perubahan kumulatif proses menurunnya daya tahan tubuh , Banyak manula (manusia lanjut usia) yang masih produktif dalam kehidupan bermasyarakat, Menua Proses menua yaitu proses sepanjang hidup, dimulai sejak permulaan kehidupan alamiah batasan manula yaitu antaralain :
Usia lanjut antara usia 65-75 tahun, Usia tua :75-95 tahun, Usia sangat tua yaitu usia > 95 tahun, Ciri-ciri manula yaitu antaralain :
-Menua memerlukan perubahan peran.
Perubahan peran itu dilakukan sebab manula mulai mengalami kemunduran dalam segala hal, Perubahan peran pada manula sebaiknya dilakukan atas dasar kesadaran ditambah keinginan sendiri bukan atas dasar paksaan tekanan dari pihak lain, manula menjabat jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan manula sebagai ketua RW sebab usianya.
- Perlakuan yang buruk terhadap manula membuat penyesuaian diri manula menjadi buruk
juga . Contoh : manula yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan sebab dianggap pola pikirnya kuno, inilah yang memicu manula menarik diri dari lingkungan,
-manula yaitu masa kemunduran dari faktor fisik dan psikologis. Motivasi berperan penting dalam kemunduran manula . contoh manula yang bermotivasi rendah dalam beraktifitas akan
mempercepat proses kemunduran fisik, ada juga manula yang bermotivasi tinggi, maka kemunduran fisik akan tertunda,
-manula berstatus golongan minoritas.
keadaan ini akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap manula, manula lebih senang mempertahankan pendapat/hasil karya nya maka sikap sosial masyarakat menjadi negatif, namun
ada juga manula yang memiliki tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif. Penuaan yaitu perubahan wujud makhluk hidup, tubuh, jaringan, sel, yang mengalami penurunan fungsional. Penuaan yaitu perubahan degeneratif kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan regeneratif manula rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dibandingkan dengan orang muda, bahwa proses ini faktor genetik. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan melalui penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang memadai bagi manula untuk meningkatkan derajat kesehatan manula agar lebih berkualitas dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. usaha untuk mendukung kebijakan itu antara lain pada pelayanan kesehatan dengan adanya Pelayanan Santun manula , meningkatkan usaha rujukan kesehatan melalui pengembangan Poliklinik Geriatri Terpadu di Rumah Sakit, Kesadaran setiap manula untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin yaitu hal yang penting. manula mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga memicu masalah diantaranya yaitu : ⚠️ emosional yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, yaitu rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian manula kepada keluarga menjadi sangat besar. manula sering marah jika ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi,
Masalah spiritual yang dihadapi terkait perkembangan spiritual, yaitu kesulitan untuk
menghafal kitab suci sebab daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang
saat mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, Masalah fisik yang hadapi oleh manula yaitu fisik yang mulai melemah, sering mengidap radang persendian saat melakukan aktivitas berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang, daya tahan tubuh menurun, sering sakit, Masalah kognitif yang hadapi manula terkait dengan perkembangan kognitif, yaitu melemahnya daya ingat (pikun), sulit bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
Tujuan pelayanan kesehatan pada manula terdiri dari : Mencari usaha agar manula yang menderita suatu penyakit masih dapat mempertahankan kemandirian . Mendampingi dan memberi bantuan moril dan perhatian pada manula yang berada dalam tahap terminal sehingga manula dapat mengadapi kematian dengan tenang, Mempertahankan derajat kesehatan para manula pada taraf yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit, Memelihara keadaan kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental,
-Pendekatan fisik bagi pasien manula (manusia lanjut usia) ada 2 bagian, yaitu: pasien manula yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien manula ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan. pasien manula yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari, masih mampu melakukannya sendiri.
-Pendekatan Psikologis yaitu Perawat berperan mengadakan pengajaran pada pasien manula . Perawat berperan sebagai pendukung , penampung rahasia pribadi dan menjadi sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki
kesabaran ketelitian dalam memberi kesempatan untuk menerima keluhan, Perawat harus
memegang prinsip sabar, simpatik service. Bila ingin mengubah pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara
perlahan dan bertahap. salah satu usaha perawat dalam melakukan pendekatan sosial, dengan Berdiskusi dan bertukar pikiran menciptakan sosialisasi. Tahap usia lanjut yaitu tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan yaitu perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dikaitkan dengan perubahan degeneratif pada pembuluh darah, paru-paru, kulit, tulang jantung,saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada manula terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Menurut Teori genetik dan mutasi menua sudah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. contoh mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel) Kelebihan usaha dan stres memicu sel-sel tubuh rusak, Reaksi dari kekebalan sendiri Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat itu sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Teori “immunology slow virus” Sistem immune menjadi efektif seiring dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat memicu kerusakan organ tubuh. Menua terjadi akibat kemunduran sel-sel yang biasa dipakai tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres memicu sel-sel tubuh lelah terpakai. Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (golongan atom) memicu osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti protein dan karbohidrat, Radikal bebas ini memicu sel-sel tidak dapat regenerasi. Teori rantai silang : Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya memicu ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini memicu kurangnya elastis, kekacauan dan kemunduran fungsi. Teori program : Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sesudah sel-sel itu mati.
manula mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. bahwa manula yang sukses yaitu mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial. Kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada manula . perubahan yang terjadi pada kita yang manula sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. bahwa dengan bertambahnya usia, kita mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. ini memicu interaksi sosial manula (manusia lanjut usia) menurun, baik secara kualitas atau kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan peran Hambatan kontak sosial , Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel dari tubuh manula dibiakkan lalu diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal, jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel itu dibuang sebab mati. maka , sistem itu beresiko akan mengalami proses penuaan dan memiliki kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri, Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis) Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada manula . Proses kehilangan elastisitas ini dikaitkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada manula beberapa protein (kolagen, kartilago, elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya menjadi lebih tebal, seiring bertambahnya usia. ini dapat lebih
mudah dikaitkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya, cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada system musculoskeletal,
tentang adanya beberapa penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan
kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin itu membuat struktur membran sel
mengalami perubahan dan terjadi kesalahan genetik. Membran sel itu yaitu alat sel agar dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan
berfungsi juga untuk mengendalikan proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses itu , dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik yaitu adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang memicu jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. ini akan memicu peningkatan kerusakan sistem tubuh, Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, yaitu faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, memicu berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik memicu terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka ini dapat memicu sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan itu sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah, pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang usia . Perpanjangan usia sebab jumlah kalori itu antara lain dipicu sebab menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang
merangsang pruferasi sel contoh hormon pertumbuhan dan insulin Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan : Lingkungan , Stres, Hereditas atau ketuaan genetik, Nutrisi atau makanan, Status kesehatan, Pengalaman hidup,
Semakin bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif akan berdampak pada perubahan pada diri manusia, seperti seksual perubahan kognitif, perasaan, sosial , Perubahan Fisik :Sistem kardiovaskuler ; Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada manula yaitu massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, ini akibat perubahan jaringan ikat. Perubahan ini dipicu oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Sistem Muskuloskeletal :
Perubahan sistem muskuloskeletal pada manula : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang sesudah diamati yaitu bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan memicu osteoporosis dan lebih lanjut akan memicu nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot memicu efek negatif. Sendi; pada manula , jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
Sistem Intergumen: Pada manula kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit dipicu atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. Sistem pendengaran : Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh sebab kemunduran kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 70% terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sistem saraf : Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf manula . manula mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Sistem reproduksi : Perubahan sistem reproduksi manula ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berkesinambungan, Sistem respirasi : Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap namun volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak memicu gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang. Sistem perkemihan :
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang menonjol . Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, reabsorpsi oleh ginjal.
Pencernaan dan Metabolisme :
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata sebab kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa, Kesehatan umum , Tingkat pendidikan, Keturunan (hereditas), Lingkungan, Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian, Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan,
Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili, kemunduran kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri, Perubahan Kognitif terdiri dari perubahan:
Pemecahan Masalah (Problem Solving),
Pengambilan Keputusan (Decision Making),
Kebijaksanaan (Wisdom), Kinerja (Performance), Motivasi, Memory (Daya ingat), IQ (Intellegent Quotient), Kemampuan Belajar (Learning),Kemampuan Pemahaman (Comprehension),
perubahan fisik pada manula yaitu :
-Sistem Kulit : Kulit menjadi keriput dan mengkerut sebab kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
-Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis,
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
- Sistem urinaria : Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan ditambah penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder. -Sistem Endokrin : Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormon kelamin contoh : testoteron, estrogen, progesterone,
-Sel Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
-Sistem Persyarafan : tanggapan menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-25%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga memicu berkurangnya tanggapan penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
- Sistem Penglihatan : Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
- Sistem Pendengaran : kemunduran atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas usia 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi memicu otosklerosis.
-Sistem Respirasi : Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat,
memicu menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas menurun juga . Selain itu, kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
-Sistem Gastrointestinal : Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
-Sistem Kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi kaku sebab kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah kita berusia 20 tahun, sehingga pembuluh darah kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, contoh perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa memicu tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi, sebab meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
-Sistem pengaturan temperatur tubuh :
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu thermostat (menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi sebab beberapa faktor mempengaruhi yang sering ditemukan yaitu temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi aktifitas otot rendah. Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) yaitu usaha kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari oleh dan untuk masyarakat umun, kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan atau UKBM (usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang dibentuk berdasar inisiatif dan kebutuhan masyarakat. Posyandu manula yaitu kebijakan pemerintah untuk memberi pelayanan kesehatan bagi manula yang diselenggarakan melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran dan para manula , keluarga, tokoh masyarakat, organisasi sosial, sebagai suatu fasilitas pos pelayanan terpadu di suatu area tertentu yang berada di desa/kelurahan dan digerakkan oleh masyarakat agar manula yang tinggal disekitarnya memperoleh pelayanan kesehatan. menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan usaha kuratif dan rehabilitatif, mewujudkan masa tua yang bahagia dan berdayaguna, Sasaran tidak langsung : Keluarga dimana usia lanjut berada, Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut Sasaran langsung :
golongan pra usia lanjut (45-59 tahun)
golongan usia lanjut (60 tahun keatas)
golongan usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas) jenis pelayanan kesehatan di posyandu manula : Penyuluhan kesehatan baik di dalam atau di luar golongan melalui kunjungan rumah manula dengan resiko tinggi terhadap penyakit Kunjungan rumah oleh kader ditambah petugas kesehatan dalam rangka kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) untuk manula dengan resiko tinggi terhadap penyakit. Pemberian PMT (pemberian makanan tambahan), Kegiatan olah raga untuk manula, Pemeriksaan status mental, Pemeriksaan status gizi, Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi, Pemeriksaan Hb sahli, Pemeriksaan gula darah, Pemeriksaan protein urine, mekanisme pelaksanaan kegiatan posyandu manula: Pendaftaran : manula datang berkunjung ke Posyandu manula dan mendaftarkan diri manula , sendiri atau ditambah pendamping dari keluarga atau kerabat, manula yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja lalu , Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah pada manula . Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat) Kader melakukan pencatatan di KMS manula mencakup : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan manula . Penyuluhan kesehatan oleh Petugas Kesehatan dari Puskesmas, Dinas kesehatan, Kementrian kesehatan, atau Instansi lain yang bekerja sama dengan Posyandu manula . Penyuluhan kesehatan perorangan berdasar KMS dan pemberian makanan tambahan, ataupun materi mengenai tindakan promotif dan preventif terhadap kesehatan manula . Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan mencakup kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan ringan untuk preventif, rehabilitatif, kuratif. Pelaksanaan Posyandu manula dibantu oleh kader kesehatan. Kader manula yaitu seorang tenaga sukarela dari oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu.Kader kesehatan dapat dibentuk sesuai dengan keperluan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan. Tugas kader kesehatan manula yaitu antaralain :
Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu tugas – tugas persiapan oleh
kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik. Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat
peraga, obat-obatan yang diperlukan , bahan/materi penyuluhan, Mengundang menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu para manula
untuk datang ke Posyandu, melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (manula ) untuk datang ke Posyandu, Menghubungi golongan kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana
kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu. menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik persiapan dan pelaksanaan. Pelaporan Posyandu manula ke Puskesmas setiap bulan dan tahun dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)Usia Lanjut atau catatan keadaan kesehatan yang lazim dipakai di Puskesmas. Menyiapkan alat pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening,
pemeriksaan kesehatan, pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT, Menyiapkan sarana untuk olahraga , Menyiapkan sarana untuk kegiatan keterampilan bagi manula :kesenian, bina usaha , Menyiapkan sarana untuk bimbingan pendalaman agama , Pengelolaan dana sehat
Melakukan pencatatan (pengisian KMS) bersama petugas kesehatan,
Kartu menuju sehat (KMS) yaitu untuk mencatat keadaan kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik atau mental emosional. KMS memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di golongan Usia Lanjut atau Puskesmas, KMS berlaku 2 tahun ,
Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yang tertera. sedang pada kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali untuk tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine,
Protein).,
Keterangan : 1. Diisi nomor urut anggota posyandu 2. Diisi biodata sifat anggota manula , mulai nama, usia dan seterusnya.
Keterangan : 3. Catatan ketentuan anjuran perilaku hidup sehat pada manula yang mencakup makan minum, kegiatan fisik sosial. 4. Kode
penggolongan keluhan yang lazim terjadi pada manula . 5. Catatan keluhan tindakan yang diisi oleh kader dengan kolom yang mencakup ;
Tanggal/bulan saat kunjungan posyandu Keluhan yang dirasakan manula saat kunjungan posyandu. Tindakan yang diberikan pada manula saat kunjungan contoh ; pengobatan, penyuluhan,
Keterangan : 6. Kolom keterangan kunjungan dalam satuan bulan. 7. Kolom diisi tanggal kunjungan 8. Kolom isian yang menggolongkan
kemampuan manula dalam aktivitas sehari ± hari; Kategori A : manula mampu melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain.
Kategori B : manula melakukan aktivitas sebagian dibantu oleh orang lain. Kategori C :manula dalam tidak mampu beraktivitas / total
dibantu orang lain. 9. Kolom tentang ada atau tidaknya masalah secara emosional pada manula . 10. Kolom tentang status Gizi manula yang diisi
sesuai dengan hasil penimbangan pada lembar ³Bagian dalam II´. lalu dituliskan berat badan dan tinggi badan pada kolom
dibawahnya. 11. Kolom tekanan darah diisi sesuai dengan hasil pengukuran tekanan darah pada manula . Siastole :hasil pengukuran pada
detak I (atas) Diástole : hasil pengukuran pada detak II ( bawah ) 12. Kolom diisi jika manula diberikan obat 13. Kolom isian hasil penghitungan
denyut nadi memakai angka. 14. Kolom tempat isian hasil pemeriksaan Haemoglobin darah (Hb), lalu ditulis angka hasil Hb
dalam satuan g%. 15. Kolom tempat pengisian pemeriksaan urine reduksi dengan hasil ³positif´ / ³normal´, dengan pemakaian kode +++.
16. Kolom tempat pengisian pemeriksaan protein urine dengan hasil ³positif´ / ³normal´, dengan pemakaian kode +++. 17. Daftar nilai /
catatan nilai standar normal yang dapat dipakai sebagai acuan pengisian. Keterangan : 18. Angka yang menandakan nilai berat badan
dalam satuan kilogram ( kg ) . 19. Angka yang menandakan nilai tinggi badan dalam satuan centimeter ( cm ) . 20. jika hasil ´berat badan´
´tinggi badan´ ditarik lurus, hasil menunjukkan pada kolom warna kuning menandakan ´IMT kurang´. 21. jika hasil ´berat badan´
´tinggi badan´ ditarik lurus jika hasil menunjukkan pada kolom warna hijau menandakan ´IMT normal´. 22. jika hasil ´berat badan´ ´tinggi badan´ ditarik lurus jika hasil menunjukkan pada kolom warna merah menandakan ´IMT lebih´. 23. Garis ambang batas. 24. Angka ± angka untuk menentukan ukuran hasil berat badan yang diukur. Semakin tua usia kita maka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan ini akan meningkatkan ketergantungan manula ,. manula yang memiliki keluarga dan
tinggal bersama, dapat dibantu oleh keluarga.
Namun manula tidak memiliki keluarga tidak
mampu merawat dan memenuhi kebutuhannya, maka manula akan tinggal di Panti Werdha.
Panti Werdha yaitu unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial manula yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial bagi manula berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, bimbingan sosial mental dan agama sehingga mereka dapat menkmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin. panti werdha memenuhi kebutuhan dasar keperawatan kesehatan rohani pada manula meningkatnya peran dan keluarga dan masyarakat dalam usaha pemeliharaan kesehatan manula dipanti werdha
sasaran pembinaan di panti werdha
manula (manusia lanjut usia) : Berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya, tidak memiliki keluarga dan atau memiliki keluarga namun
tidak mampu memelihara manula itu .
jenis pelayanan di panti werdha:
menggairahkan semangat hidup, meningkatkan derajat kesehatan manula agar berguna, bagi dirinya, keluarga, atau masyarakat. Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan,pembinaan, Penyuluhan kesehatan dan atau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal Masalah gizi dan diet, perawatan dasar kesehatan, keperawatan mengenal masalah gangguan jiwa, olahraga, teknik-teknik berkomunikasi. Rekreasi, Kegiatan lomba antar manula di dalam atau antar panti werdha. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan manula di panti atau masyarakat luas melalui berbagai macam media, Pemeriksaan berkala oleh petugas kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas dengan memakai KMS manula . Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang
memakai buku catatan pribadi. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan keadaan masing-masing,
Mengelola diet dan makanan manula penghuni panti sesuai dengan keadaan kesehatannya masing-masing. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang sudah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas. Perawatan kesehatan jiwa. gigi mulut, mata. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
rehabilitasi fisik, mental dan vokasional (keterampilan). Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas panti yang sudah dilatih. Melakukan pengumpulan data pada manula secara pasien . Data yang dikumpulkan yaitu antaralain : Situasi dan keadaan panti dalam pencapaian tujuan, visi, misi dan motto panti, Data Identitas panti dan sejarah pendirian
Sarana dan prasarana pelayanan keperawatan dipanti , Sumber Daya Manusia (SDM) Panti Fasilitas pendukung pelayanan keperawatan
Data kesehatan manula : Data penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, observasi keadaan fisik dan mental manula , Sesudah data terkumpul maka dapat disimpulkan masalah
kesehatan yang terjadi pada manula di Panti. lalu merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada manula . Melakukan tindakan sesuai dengan rencana, memberi penyuluhan
kesehatan, konseling, menilai keberhasilan tindakan pada tahap intervensi, keperawatan gerontik yaitu praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua / Keperawatan gerontik yaitu pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada pasien manula (manusia lanjut usia) , baik sehat atau sakit pada tingkat pasien , keluarga, golongan dan masyarakat, keperawatan gerontik berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
berdasar pengertian itu dapat disimpulkan fokus keperawatan gerontik, antaralain
- Pencegahan penyakit preventif untuk mencegah terjadinya penyakit sebab proses penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit, yaitu pemeriksaan kolesterol tekanan darah, gula darah, menjaga pola makan, makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi
makanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan istirahat, contoh tidur selama 6-8 jam/24 jam,
-Peningkatan kesehatan yaitu memelihara kesehatan mengoptimalkan keadaan manula dengan menjaga perilaku sehat. memberi pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada manula , perilaku hidup bersih dan sehat dan
manfaat olah raga.
-bimbingan rohani, diberikan ceramah agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) (GLO) dan melakukan terapi aktivitas
mendengarkan musik bersama manula lain
Melakukan usaha kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan pada penyakit yang
diderita manula , terutama manula yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit,
tujuan keperawatan gerontik, antaralain
agar supaya manula (manusia lanjut usia) dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif, Menolong dan merawat pasien manula (manusia lanjut usia) yang menderita penyakit (kronis atau akut). Memelihara kemandirian manula yang sakit seoptimal mungkin. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup manula , Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan dirinya , pemakaian computer-based untuk pencatatan pasien , Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam,Melalui internet dapat dilakukan pendidikan kesehatan pada pasien pengendalian biaya dalam pelayanan kesehatan, pemakaian terapi alternatif (terapi modalitas dan terapi komplementer) Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif namun tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan.
Diusahakan sesingkat mungkin di pelayanan kesehatan sebab pergeseran pelayanan dari RS ke rumah, Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi transkultural, mengintegrasikan terapi alternatif kedalam metode praktik pendidikan kesehatan itu . Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu memberi pelayanan atau informasi yang bermanfaat agar pelayanan menjadi lebih baik.
Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model, yang memandang manusia secara menyeluruh, melakukan praktik mandiri, “home care”, memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis budaya)
sehingga efektif dalam memberi pelayanan type self care, Perawat mampu menangani masalah kronis dan ketidakmampuan pada manula , Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini dan manajemen
kesehatan secara tepat, fungsi perawat gerontik yaitu :
membimbing segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat, menghilangkan perasaan takut tua, menghormati hak orang lanjut usia yang lebih tua memantau dan mendorong kualitas pelayanan,
memperhatikan dan mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan, mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan,
membuka kesempatan manula agar mampu
berkembang berkreativitas, memberi dukungan,
memberi semangat, harapan pada manula,
membantu manula melakukan usaha pemeliharaan dan pemulihan kesehatan,
melakukan koordinasi manajemen keperawatan,
memahami keunikan aspek fisik, emosi, sosial dan spritual, mendukung etika yang sesuai dengan tempat bekerja, memberi
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian,
- diagnosa keperawatan gerontik yaitu keputusan klinis yang berfokus pada tanggapan manula terhadap keadaan kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik manula sebagai pasien , manula di keluarga atau manula dalam golongan nya. beberapa tipe diagnosa keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko, kemungkinan, sehat, sejahtera dan sindrom.
diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi
yaitu menggambarkan kerentanan manula sebagai pasien , keluarga, golongan dan komunitas yang memungkinkan berkembangnya suatu tanggapan yang tidak diinginkan pasien terhadap keadaan kesehatan kehidupannya.
diagnosa berfokus pada masalah
menggambarkan tanggapan yang tidak diinginkan pasien terhadap keadaan kesehatan, keluarga, golongan dan komunitas ini didukung oleh batasan sifat golongan data yang saling berhubungan, ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pola nafas, pola tidur, disfungsi proses keluarga,
Contoh diagnosa risiko yaitu : Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua, Risiko distress spiritual. Risiko kekurangan volume cairan, Risiko terjadinya infeksi, Risiko intoleran aktifitas,
diagnosa keperawatan promosi kesehatan
menggambarkan keinginan meningkatkan kesejahteraan kesehatan pasien , keluarga, golongan atau komunitas. tanggapan dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan Contoh : Kesiapan meningkatkan nutrisi, meningkatkan religiusitas, pengetahuan, kemampuan pembuatan keputusan, komunikasi,
diagnosa keperawatan sindrom menggambarkan suatu golongan diagnosa keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah secara bersama dan melalui intervensi yang sama. contoh yaitu sindrom nyeri kronik menggambarkan sindrom diagnosa nyeri kronik yang berdampak keluhan lainnya pada tanggapan pasien , keluhan itu biasanya diagnosa gangguan pola tidur, isolasi sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Contoh: Sindrom kekerasan trauma, kelelahan manula , tidak berguna,
Penentuan prioritas diagnosa ini dilakukan pada tahap perencanaan sesudah tahap
diagnosa keperawatan. Dengan menentukan diagnosa keperawatan, maka perawat dapat
mengetahui diagnosa mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera
dilakukan. ada beberapa pendapat/hasil karya untuk menentukan urutan prioritas, yaitu:
--berdasar tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang dilatarbelakangi prinsip pertolongan pertama, dengan membagi beberapa prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah. - Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa ) sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan napas (jalan napas yang tidak effektif). -Prioritas sedang: menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam
hidup pasien seperti masalah higiene perseorangan. - Prioritas rendah: ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit seperti masalah keuangan atau lainnya,
-- berdasar kebutuhan Maslow, Maslow menentukan prioritas diagnosa yang akan direncanakan berdasar kebutuhan, diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai , memiliki, harga diri, aktualisasi diri. Untuk prioritas diagnosa yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan itu berdasar kebutuhan dasar manusia, diantaranya:
-Kebutuhan harga diri mencakup masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi diri sendiri.
-Kebutuhan aktualisasi diri mencakup masalah kepuasan terhadap lingkungan.
-Kebutuhan fisiologis mencakup masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
- Kebutuhan keamanan dan keselamatan
mencakup masalah lingkungan, keadaan tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
-Kebutuhan mencintai dan dicintai mencakup masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam golongan antar manusia.
pemicu gangguan nutrisi pada manula yaitu rasa penuh pada perut susah buang air besar, otot-otot lambung dan usus melemah, penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap,
Rencana makanan untuk manula : Berikan makanan yang mengandung serat, Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
Batasi minum kopi dan teh. Berikan makanan sesuai dengan kalori yang diperlukan , Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
Gangguan keamanan dan keselamatan manula :
Lantai licin dan tidak rata. Tangga tidak ada pengaman. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.Fleksibilitas kaki yang berkurang.
Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
Pencahayaan yang berkurang.
Tindakan mencegah kecelakaan :
Letakkan bel didekat pasien dan ajarkan cara pemakaian nya. pakai tempat tidur yang tidak terlalu tinggi. Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar manula menempatkan alat-alat yang biasa dipakai nya, usahakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah. Pasang pegangan dikamar mandi/WC Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya pakai lampu 70-100 watt.
Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan manula untuk memejamkan mata sesaat.
menyarankan manula memakai alat bantu untuk meningkatkan keselamatan. Latih manula untuk pindah dari tempat tidur ke kursi. Biasakan memakai pengaman tempat tidur jika tidur.
Bila mengalami masalah fisik contoh reumatik, latih pasien untuk memakai alat bantu berjalan.
Bantu pasien kekamar mandi terutama untuk manula yang memakai obat penenang/deuretik.
menyarankan manula memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu. Usahakan ada yang menemani jika berpergian. Tempatkan manula diruangan yang mudah dijangkau,
tindakan untuk kebersihan diri, antara lain :
Bantu manula untuk melakukan usaha kebersihan diri, Membantu manula untuk menggunting kuku, menyarankan manula untuk memakai sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan skin lotion, Ingatkan manula untuk membersihkan telinga dan mata, Gangguan kebersihan diri pemicu kurangnya perawatan diri pada manula yaitu : Kelemahan dan ketidak mampuan fisik, Penurunan daya ingat,Kurangnya motivasi,
Gangguan istirahat tidur tindakannya, antara lain : Latih manula dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi darah dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi), Berikan minum susu hangat sebelum tidur, Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-bauan, Sediakan tempat tidur yang nyaman, Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari,
-Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi tindakan yang dilakukan antara lain : memberi kesempatan manula untuk mengekspresikan atau perawat tanggap
terhadap tanggapan verbal manula , melibatkan manula untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan manula , menghargai pendapat/hasil karya manula . berkomunikasi dengan manula dengan kontak mata, mengingatkan manula terhadap kegiatan yang akan dilakukan, menyediakan waktu berbincang-bincang untuk manula ,Dorong aktifitas sosial dan komunitas,
Dorong manula untuk mengembangkan hubungan, Dorong manula berhubungan dengan kita yang memiliki tujuan dan ketertarikan
yang sama, mempertahankan kebutuhan aktifitas pada manula mencakup :
olahraga bagi manula /Aktifitas fisik yaitu gerakan tubuh yang memerlukan energi; seperti berjalan, mencuci, menyapu, Olah raga yaitu aktifitas fisik yang terstruktur, melibatkan gerakan tubuh berulang yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, Manfaat olah raga : Menurunkan risiko terjadinya penyakit kencing manis, hipertensi dan jantung, Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur, Mengurangi konstipasi, Meningkatkan kekuatan tulang, otot dan fleksibilitas. Meningkatkan kekuatan jantung sehingga sirkulasi darah meningkat, Menurunkan tekanan darah, Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi,
Memperkuat sistem imunitas, Meningkatkan endorphin zat kimia di otak menurunkan nyeri sehingga perasaan tenang dan semangat hidup meningkat, Mencegah obesitas, Mengurangi kecemasan dan depresi,
Jenis Terapi Aktivitas golongan pada manula
-Stimulasi Sensori (Musik), manula dilatih dengan mendengarkan musik terutama
musik yang disenangi.
- Stimulasi Persepsi pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan tanggapan manula terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi adaptif. Stimulus yang disediakan: seperti membaca majalah, menonton acara televisie.
Stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi manula yang
mal adaptif atau destruktif, contoh kemarahan dan kebencian.
- manula diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien , yaitu diri sendiri, orang
lain yang ada disekeliling pasien atau orang yang dekat dengan pasien , lingkungan yang pernah memiliki hubungan dengan pasien . Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua keadaan nyata. pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan pasien yang ada disekitar pasien . Sosialisasi dapat juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu per satu),
golongan , dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam golongan .
SISTEM SARAF OTONOM 1
Sistem saraf otonom (ANS/ autonomic nervous system) berperan penting dalam aktivitas
involunter tubuh (yang diantaranya mencakup termasuk homeostasis termoregulasi,
kardiovaskular, dan gastrointestinal). ANS terbagi kedalam 2 cabang , yaitu sistem saraf simpatetik (SNS/ sympathetic nervous system), yang mengendalikan tanggapan ”fight or flight", dan sistem saraf parasimpatetik (PNS/ parasympatethic nervous system), yang
mengawasi fungsi-fungsi pemeliharaan tubuh, mencakup fungsi pencernaan dan sistem genitourinari. Aktivitas PNS dan SNS penting untuk fungsi kehidupan manusia. keadaan penyakit atau stres akibat tindakan operasi keduanya memicu perubahan pada ANS, bahkan bisa memicu efek yang berbahaya bagi tubuh. tujuan selama penanganan anestetik yaitu untuk merekayasa tanggapan otonom normal tubuh agar dapat menjaga pasien tetap dalam keadaan aman. saat ini diketahui memiliki banyak
obat-obatan farmakologis yang dapat merubah aktivitas otonom; namun , untuk memakai obat-obatan ini, harus menelusuri pemahaman lebih jauh bagaimana ilmu anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom.
Sistem Saraf Simpatetik :
Serabut preganglionik SNS berasal dari area torakolumbalis spinalis, Badan sel neuron ini terletak pada materi abu-abu (gray matter) tulang belakang, dan serabut saraf memanjang ke ganglia berpasangan di sepanjang rantai simpatik, mengarah langsung secara lateral ke kolumna vertebral, atau ke pleksus distal yang tidak berpasangan (contohnya:Pleksus celiaca atau pleksus mesenterik). Serabut simpatetik preganglionik bersinapsis pada ganglion di tingkat asalnya pada korda spinalis, juga menaiki dan menuruni ganglia berpasangan sehingga timbul tanggapan simpatetik yang tidak
hanya terbatas pada 1 segmen saja. Neuron pascaganglionik SNS lalu mengarah ke organ target. maka , serabut praganglion simpatetik biasanya secara relatif pendek, ini sebab ganglia simpatetik berposisi dekat dengan sistem saraf pusat (SSP), dan serabut pascaganglionik memanjang sebelum menginervasi organ-organ efektor, Representasi skematis sistem saraf otonom yang menggambarkan inervasi
fungsional organ-organ efektor tepi dan asal anatomik saraf otonom tepi dari tulang belakang.
Representasi skematis sistem saraf otonom yang menggambarkan inervasi fungsional organ-
organ efektor tepi dan asal anatomik saraf otonom tepi dari tulang belakang. ditampilkan inervasi persarafan simpatetik dari paravertebral ke
organ efektor. Pada gambar ditampilkan invervasi persarafan parasimpatetik dari paravertebral ke organ efektor.Angka romawi pada saraf yang berasal dari area tektum batang otak yaitu mengacu pada saraf-saraf kranial yang memberi aliran parasimpatetik ke organ-organ efektor kepala, leher, dan trunkus/ batang tubuh. Serabut praganglionik dan serabut pascaganglionik dari sistem saraf parasimpatetik
melepaskan asetilkolin (ACh) sebagai neurotransmiter. sedang untuk sistem saraf
simpatetik, neurotransmitter yang dilepaskan diujung terminal preganglionik dari sistem saraf
simpatetik yaitu asetilkolin (ACh), dan neurotransmitter yang dilepas di serabut
pascaganglionik yaitu norepinefrin (NE) (kecuali serabut pascaganglionik untuk kelenjar
keringat, yang melepaskan ACh).
Norepinefrin yaitu neurotransmiter utama yang dilepaskan di ujung terminal neuron
pascaganglionik pada sinaps dengan organ target Neurotransmiter sistem saraf pusat primer lainnya yaitu mencakup epinefrin dan dopamin. Selain itu, kotransmiter, seperti adenosin trifosfat (ATP) dan neuropeptida Y juga dapat memodulasi aktivitas simpatetik. Norepinefrin dan epinefrin dapat mengikat secara pascasinaptik dengan reseptor adrenergik, yang mencakup reseptor α1-, β1-, β2-, dan β3. saat norepinefrin berikatan dengan reseptor α2, yang berlokasi secara prasinapstik pada terminal simpatetik pascaganglionik, pelepasan norepinefrin berikutnya menurun (umpan balik negatif). Dopamin (D) berikatan dengan reseptor D1 secara pascasinaptik atau dengan reseptor-reseptor D2 secara prasinaptik.
Pelepasan neurotransmiter norepinefrin (NE) dari ujung saraf yang membangkitkan stimulasi
reseptor-reseptor pascasinaptik menjadi 3 yaitu α1, β1, dan β2. Stimulasi reseptor α2-
prasinaptik dapat menghasilkan penghambatan pelepasan norepinefrin dari ujung saraf.
Neurotransmitter simpatetik disintesis dari tirosin pada ujung saraf simpatetik pascaganglionik
Langkah pembatas laju yaitu transformasi tirosin menjadi dihidroksifenilalanin (DOPA), yang dikatalisis oleh enzim tirosin hidroksilase. DOPA
lalu dikonversi menjadi dopamine, lalu saat sudah masuk ke vesikel penyimpanan pada
terminal saraf, maka oleh beta-hidroksilasi akan dikonversi menjadi norepinefrin. Pada medula
adrenal, norepinefrin dimetilasi menjadi epinefrin. Neurotransmiter disimpan pada vesikula
sampai saraf pascaganglionik terstimulasi. lalu vesikula menyatu dengan membran sel
dan melepaskan kandungannya ke dalam sinaps Secara umum, 1% dari total norepinefrin yang disimpan akan dilepaskan dengan tiap depolarisasi, sehingga akan ada banyak cadangan fungsional. Norepinefrin lalu berikatan dengan reseptor adrenergik prasinaps dan pascasinaps. Reseptor pascasinaptik lalu mengaktifkan sistem ‘post mesengger’ melalui aktivitas yang berkaitan dengan protein G. Sesudah norepinefrin dilepaskan dari reseptor, sebagian besar norepinefrin akan secara aktif diambil kembali (reuptake) di terminal saraf prasinaptik dan diangkut ke vesikula penyimpanan. Norepinefrin yang lolos dari proses reuptake (penyerapan kembali) dan masuk ke sirkulasi akan termetabolisasi baik oleh enzim monoamine oksidase (MAO) atau enzim catechol-O-methyltransferase (COMT) di dalam darah, liver, atau ginjal.
Sistem Saraf Parasimpatik
PNS muncul dari saraf kranial III, VII, IX, dan X, dan dari segmen sakrum, Tidak seperti ganglia SNS, ganglia PNS berlokasi di dekat organ-organ target nya (atau bahkan di dalam organ-organ itu ) Seperti SNS, terminal saraf praganglionik melepaskan ACh ke dalam sinaps, dan sel postganglionik akan mengikat ACh melalui reseptor nikotinik. Terminal saraf pascaganglionik lalu akan melepaskan ACh ke dalam sinapsis yang dimiliki oleh sel organ target. Reseptor ACh pada organ target yaitu reseptor muskarinik. Seperti halnya reseptor adrenergik, reseptor muskarinik bergabung dengan protein G dan sistem kurir kedua. ACh pun secara cepat dinonaktifkan di dalam sinaps oleh enzim cholinesterase. Gambar Pelepasan dan penyerapan kembali norepinefrin pada terminal saraf simpatetik.
aad = L-amino dekarboksilase aromatik; DβH: dopamin β-hidroksilase; dopa, L-
dihidroksifenialanin; NE, norepinefrin; tyr hyd: tirosin hidroksilase; tanda lingkaran
tebal/utuh: pembawa aktif.
Farmakologi Adrenergik
Katekolamin endogen, Norefineprin,
Norepinefrin, yaitu satu neurotransmiter adrenergik primer yang dapat berikatan dengan
reseptor α dan β. Norepinefrin utamanya dipakai untuk meningkatkan resistensi vaskular
sistemik melalui efek α1-adrenergik nya. Seperti semua katekolamin endogen, waktu paruh
yang dimiliki norepinefrin cukuplah pendek (2,5 menit), sehingga neorepinefrin diberikan melalui infus berkelanjutan dengan laju 3 mg/menit atau lebih dan dititrasi untuk mencapai efek yang diinginkan. Peningkatan resistensi sistemik diketahui dapat memicu reflex bradikardi. Selain itu, sebab norepinefrin dapat membatasi sirkulasi paru-paru, ginjal, dan mesenterik, maka pemberiannya melalui infus haruslah terus dimonitor untuk
mencegah terjadinya organ injury. Infus norepinefrin yang berkepanjangan juga dapat
memicu iskemia pada jemari sebab sifatnya yang yaitu vasokonstriktor perifer.
Seperti halnya norepinefrin, epinefrin juga dapat berikatan dengan reseptor α- dan β-adrenergik. Epinefrin eksogen dapat diberikan melalui intravena pada para pasien yang berada
dalam keadaan gawat darurat yang mengancam jiwanya untuk menangani keadaan henti jantung,
kolaps sirkulasi, dan anafilaksis. Senyawa ini juga biasa dipakai secara lokal untuk mengurangi penyebaran anestesi lokal dan untuk mengurangi laju kehilangan darah sebab tindakan operasi. Beberapa efek terapeutik yang dimiliki epinefrin diantaranya yaitu inotropi positif, kronotropi, dan peningkatan konduksi pada jantung (β1); relaksasi otot polos pada pembuluh darah dan bronkial (β2); dan vasokonstriksi (α1). Efek yang bersifat mendominasi sangatlah tergantung pada dosis epinefrin yang diberikan. Epinefrin juga memiliki efek endokrin dan metabolik yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, laktat, free fatty acid.
Dosis intravena 1,0 mg diberikan untuk penanganan syok anafilaksis, kolaps kardiovaskular, asistol, fibrilasi ventrikel, disosiasi elektromekanis, atau untuk mengkonstriksi
(menyempitkan) pembuluh darah tepi, mempertahankan perfusi miokardium dan serebral. Pada keadaan yang bersifat tidak terlalu akut, epinefrin dapat diberikan melalui infusi berkelanjutan . tanggapan masing-masing pasien terhadap epinefrin cukuplah beragam, sehingga infus harus dititrasi untuk memberi efek/ pengaruh, dan pasien pun harus terus dimonitor untuk
mengetahui muncul tidaknya tanda-tanda gangguan pada ginjal, otak, atau perfusi miokardium. laju infusi 1 hingga 2 mg/menit haruslah dapat merangsang reseptor β2
dan menurunkan resistensi saluran pernafasan dan tonus pembuluh darah. Laju 2 hingga 10
mg/menit bisa meningkatkan laju denyut jantung, kontraktilitas, dan konduksi melalui
nodus artrioventrikular. Pada dosis yang lebih tinggi dari 10 mg/menit, efek α1-adrenergik
akan mendominasi, dan vasokonstriksi umum yang dihasilkan dapat memicu refleks
bradikardia. Epinefrin dapat diberikan dalam bentuk aerosol untuk menangani edema saluran
pernafasan. Bronkospasme dapat ditangani epinefrin yang diberikan secara subkutan dalam
dosis 300 mg setiap 20 menit dengan maksimum tiga dosis. pemakaian epinefrin dapat
menangani bronkospasme, melalui efek langsungnya sebagai bronkodilator, dan sebab
senyawa ini dapat mengurangi pelepasan zat bronkospastik yang diinduksi antigen (seperti
yang terjadi selama anafilaksis) dengan menstabilkan sel-sel mastosit yang melepaskan zat-zat ini. sebab epinefrin dapat mengurangi periode refrakter miokardium, maka risiko aritmia
selama anestesi halotan akanlah meningkat saat epinefrin diberikan. Risiko aritmia tampaknya lebih rendah pada anak-anak, namun dapat meningkat jika terjadi hipokapnia.
Dopamin Selain dapat mengikat ke reseptor α dan β, dopamin juga dapat berikatan dengan reseptor
dopaminergik. Selain efek langsungnya, dopamin dapat beraksi secara tidak langsung melalui
penstimulasian pelepasan norepinefrin dari vesikula penyimpanan. Dopamin memiliki
keunikan atas kemampuannya untuk meningkatkan aliran darah melalui ginjal dan mesenterik pada keadaan yang mirip renjat dengan mengikat ke reseptor D1 postjungsional.
Dopamin secara cepat dimetabolisme oleh MAO dan COMT, dan dopamin diketahui memiliki
waktu paruh 1 menit, sehingga dopamin harus diberikan melalui infus berkelanjutan . Pada dosis
antara 0,5 dan 2,0 mg/kg/menit, reseptor D1 terstimulasi dan jaringan pembuluh ginjal dan
mesenterik menjadi terdilatasi. saat infus ditingkatkan menjadi 2 sampai 10 mg/kg/menit,
reseptor β1 akan terstimulasi, dan ini pun akan meningkatkan kontraktilitas dan curah
jantung. Pada dosis ≥ 10 mg/kg/menit, pengikatan reseptor α1 pun mendominasi, dan ini
ditandai dengan konstriksi vaskulatur yang menurunkan manfaat dari perfusi ginjal.
Di masa lalu, dopamin seringkali dipakai untuk menangani pasien penderita syok. Konsep
dasarnya yaitu bahwa penginfusian dopamin – melalui peningkatan aliran darah ginjal –
dianggap dapat melindungi ginjal dan membantu diuresis. Namun, beberapa penelitian terbaru
sudah menemukan bahwa dopamin tidak memiliki efek yang menguntungkan bagi fungsi ginjal pada keadaan syok, dan pemakaian rutinnya bagi para pasien penderita syok pun kembali diperdebatkan.
Katekolamin sintetis
Isoproterenol (Isuprel) bisa memicu stimulasi β-adrenergik non selektif dan murni. Stimulasi β1-adrenergik nya yaitu lebih tinggi dari efek β2-adrenergiknya. Pojugaritas senyawa ini menurun sebab diketahui bahwa isoproterenol bisa memicu berbagai efek samping, yang diantaranya mencakup takikardia dan aritmia. Zat ini sudah tidak menjadi bagian di dalam protokol Dukungan Hidup Jantung Lanjut, dan sekarang zat ini dipakai sebagai senyawa kronotropik bagi mereka yang memperoleh transplantasi jantung. sebab isoproterenol tidak masuk ke ujung-ujung saraf adrenergik, maka waktu paruhnya yaitu lebih lama dibandingkan katekolamin endogen.
Dobutamin
Dobutamin, yaitu suatu analog sintetis dopamine yang diketahui memiliki efek β1-adrenergik. Jika dibandingkan dengan isoproterenol, efek inotropi diketahui lebih dominan dibandingkan kronotropi. Dobutamin dapat memunculkan efek tipe β2 yang lebih rendah dibandingkan dengan isoproterenol, dan juga efek tipe α1 yang lebih rendah dibandingkan dengan norepinefrin. Dobutamin berguna bagi para pasien penderita gagal
jantung kongestif (CHF/congestive heart failure) atau infark miokardium yang diperburuk
dengan rendahnya curah jantung. sebab dobutamin dapat secara langsung menstimulasi
reseptor-β1, maka dopamin tidak tergantung pada simpanan norepinefrin endogen untuk
pengaruhnya, dan akan masih berguna pada keadaan dimana pasien kekurangan katekolamin,
contohnya pada masalah pengidapan gagal jantung kongestif kronis. Penanganan
berkepanjangan dengan dobutamin dapat memicu penurunan regulasi reseptor-
β sesudah 3 hari. Untuk pemberian dosis yang lebih rendah dibandingkan 20 mg/kg/menit biasanya tidak akan memicu takikardia
Fenoldopam yaitu satu agonis D1 selektif dan vasodilator yang kuat yang meningkatkan aliran darah ginjal dan diuresis. maka fenoldopam sudah
tidak lagi dipakai untuk penanganan hipertensi kronis atau gagal jantung kongestif. Sebagai
gantinya, fenoldopam intravena, dengan laju infusi 0,1 sampai 0,8 mg/kg/menit, sudah disetujui
untuk diaplikasikan di dalam penanganan hipertensi parah. Fenoldopam dapat menjadi
pengganti natrium nitroprusida dengan tingkat efek samping yang lebih rendah (contohnya:
pasien tidak akan mengalami toksisitas tiosianat, efek rebound, atau sindrom curi koroner), dan
sekaligus dapat meningkatkan fungsi ginjal. Efek puncak dari zat ini akan memakan waktu 15
menit. Amina Simpatomimetik Non-katekolamina
Hampir dari seluruh amina simpatomimetik non-katekolamin beraksi pada reseptor α dan β
melalui aktifitas langsung (pengikatan obat oleh reseptor adrenergik) atau tidak langsung
(pelepasan simpanan norepinefrin endogen). Mefentermin dan metaraminol diketahui sudah
jarang dipakai lagi, sehingga amina simpatomimetik non-katekolamin biasanya
dipakai saat ini yaitu efedrin. Efedrin dapat meningkatkan tekanan darah arteri dan memiliki efek inotropik positif. sebab tidak memiliki efek yang merugikan pada aliran darah uterus (pada model hewan), maka efedrin menjadi sering dipakai sebagai presor pada para pasien hamil yang menderita tekanan darah rendah. namun , fenilefrin lebih umum dipilih sebab kemampuannya untuk menurunkan tingkat risiko akan asidosis janin, Sebagai akibat dari efek stimulasi β1-adrenergik, efedrin sangat membantu di dalam menangani hipotensi dengan tingkat keparahan sedang, terutama jika keadaan itu ditambah dengan bradikardia. Dosis efedrin yang biasa diberikan yaitu 2,5 sampai 25 mg via intravena atau 25 sampai 50 mg yang diberikan secara intramuskular.Takifilaksis yaitu efek
samping tidak langsung dari efedrin bisa terjadi jika simpanan norepinefrin berkurang atau
habis. Selain itu, walaupun obat-obatan dengan aktivitas tak-langsung banyak dipakai
sebagai terapi lini pertama untuk penanganan hipotensi intraoperatif, namun beberapa
penelitian epidemiologis (yang mengkaji tentang efek samping selama anestesi) menunjukkan
bahwa ketergantungan pada efedrin di dalam keadaan gawat darurat dapat memicu
kematian (morbiditas).
Agonist reseptor α-Adrenergik selektif
Agonis α1-Adrenergik
Fenilefrin
Fenilefrin (Neo-Sinefrin), yaitu α1-agonis selektif yang sering kali dipakai untuk bvasokonstriksi tepi saat curah jantung mencukupi (contoh pada masalah hipotensi sesudah pemakaian anestesi spinal). Zat ini juga dapat dipakai untuk mempertahankan beban-hilir pada pasien dengan stenosis aorta yang perfusi koronernya terganggu sebab penurunan bresistensi vaskular sistemik. saat diberikan secara intravena, fenilefrin memiliki onset yang cepat dengan durasi aksi yang relatif singkat (5 hingga 10 menit). Zat ini diberikan sebagai bolus 40 sampai 100 mg atau sebagai infus dengan laju 10 sampai 20 mg/menit.
Fenilefrin dengan dosis sampai 1 mg bisa memperlambat takikardia supraventrikular
melalui aksi refleks nya. Fenilefrin juga dapat berperan sebagai dekongestan hidung. Jika
dipakai secara topikal, baik sebagai terapi tunggal atau terapi yang dikombinasikan dengan
anestesi lokal, fenilefrin dapat dipakai pada lubang hidung sebelum dilakukannya intubasi
nasotrakeal.
Agonis α2-Adrenergik
α2-agonis memiliki arti untuk dijadikan sebagai analgesik dan tambahan anestetik. Efek utama dari zat ini yaitu bersifat simpatolitik. Zat ini
menurunkan pelepasan norepinefrin tepi melalui penstimulasikan reseptor-reseptor α2
penghambatan prajungsional. Secara tradisional, zat ini sudah dipakai sebagai obat anti
hipertensi, namun pengaplikasiannya semakin sering dilakukan untuk fungsi sedasi, anti-
anxiety (anti cemas), dan analgesik.
Clonidin
Clonidin yaitu obat agonis selektif α2-adrenoreseptor. Efek antihipertensi nya berasal dari atenuasi pusat dan outflow simpatetik. Penghentian pemakaian clonidine diketahui dapat
memicu terjadinya krisis hipertensi, maka , pemberian clonidine harus terus diteruskan selama periode perioperasi. Clonidine dalam bentuk patch/ koyo transdermal sudahl tersedia data tentang pemakaian α2-agonis sebagai anestesi tunggal terbatas, namun obat ini bisa mengurangi tingkat kebutuhan akan anestesi intravena atau inhalasi lainnya sebagai bagian dari teknik anestesi umum atau regional. pemakaian clonidine, dexmedetomidine, dan
mivazerol selama perioperasi diketahui dapat menurunkan risiko infarksi miokardium dan
tingkat kematian perioperasi pada para pasien yang pernah memperoleh tindakan bedah
vaskular.Selain pemakaian nya selama operasi, α2-agonis bisa memberi efek analgesi
yang efektif untuk menangani nyeri akut dan kronis, khususnya sebagai pelengkap anestetik
lokal dan opioid. Clonidine epidural dapat diindikasikan untuk penanganan nyeri yang sulit
diatasi, yang dimana ini dijadikan dasar atas pemakaian clonidine parenteral di Amerika
Serikat disimpulkan masih menjadi obat langka. Clonidine juga dapat dipakai untuk
menangani pasien penderita distrofi reflex simpatetik dan sindrom-sindrom nyeri neuropatik
lainnya.
Deksmedetomidin
Seperti clonidine, dexmedetomidine bersifat selektif kuat untuk reseptor-α2. Waktu paruh dexmedetomidine yaitu 2,3 jam, dan waktu paruh distribusinya tidak lebih dari 5 menit, dimana ini membuat efek klinisnya sangat singkat. Tidak seperti clonidine, dexmedetomidine tersedia dalam bentuk cairan intravena. Dosis yang biasa dipakai yaitu infus 0,3 - 0,7 mg/kg/jam baik dengan atau tanpa dosis awal 1 mg/kg yang diberikan selama
10 menit.Pada para pasien yang sehat, dexmedetomidine bisa meningkatkan risiko
sedasi, analgesia, dan amnesia; obat ini bisa mengurangi laju detak jantung dan curah
jantung sesuai pada dosis yang dipakai . Efek sedatif dan analgesik dari obat ini dianggap
sudah dapat dipakai di dalam praktek klinik. Dampak minor dari sedasi yang terinduksi α2
terhadap fungsi pernafasan – yang dikombinasikan dengan singkat nya durasi aksi
dexmedetomidine –membuat obat ini dapat dipakai untuk intubasi fiberoptik. Infus
dexmedetomidine perioperatif di dalam penanganan pasien obesitas penderita Obstructive
Sleep Apnea (OSA) diketahui dapat meminimalisir tingkat kebutuhan akan narkotik, dan selain
itu, pemakaian obat ini juga diketahui dapat memberi efek analgesia yang cukup.
Agonis reseptor β2-Adrenergik
β2- agonis dapat dipakai untuk menangani penyakit saluran pernafasan akut. Zat biasanya
dipakai diantaranya mencakup metaproterenol (Alupent, Metaprel), terbutaline (Brethine,
Bricanyl), dan albuterol (Proventil, Ventolin). β2-Agonis juga dapat dipakai untuk
menginterupsi persalinan prematur. Ritodrine (Yutopar) sudah tersedia di pasaran untuk tujuan/
indikasi ini. Sayangnya, efek samping dari pemakaian β1-adrenergik seringkali muncul,
terutama saat obat itu diberikan secara intravena. Dalam dosis yang tinggi, selektivitas
β2-reseptor dapat hilang sehingga memicu efek samping yang parah akibat stimulasi β1-
adrenergik itu .
Antagonis reseptor α-Adrenergik
α1- antagonis sudah lama dipakai sebagai obat antihipertensi, namun sebab efek sampingnya
(yang diantaranya mencakup hipotensi ortostatik yang menonjol dan juga retensi cairan), maka
obat ini menjadi kurang pojuga r. Sebagai penggantinya, sudah ditemukan obat-obatan
pengganti yang sudah beredar di pasaran untuk dipakai di dalam pengendalian tekanan
darah arteri.
Fenoksibenzamin
Fenoksibenzamin (Dibenzyline) yaitu antagonis α1-adrenergik prototipikal (walaupun
obat ini juga memiliki efek α2-antagonis). sebab fenoksibenzamin dapat secara antagonis
mengikat reseptor-α1, maka reseptor-reseptor yang baru pun harus disintesiskan sebelum
pemulihan lengkap. Fenoksibenzamin diketahui dapat menurunkan tingkat resistensi tepi dan
dapat meningkatkan curah jantung. Efek samping utama dari pemakaian obat ini yaitu
hipotensi ortostatik, yang dimana penderitanya dapat mengalami pingsan sebab perubahan
posisi dari berbaring ke berdiri. Salah satu efek samping lainnya yaitu hidung tersumbat.
Fenoksibenzamin paling sering dipakai di dalam pengobatan feokhromositoma. Zat pada
obat ini bersifat simpatoktomi yang dimana ini dapat membuat tekanan darah arteri menjadi
lebih stabil selama reseksi bedah tumor. saat simpatomimetik eksogen diberikan sesudah
penyekatan α1, maka efek vasokonstriktifnya menjadi terhambat. Meskipun memiliki sifat
pengikatan balik ke reseptor, penanganan yang direkomendasikan untuk masalah overdosis
fenoksibenzamin yaitu pemberian norepinefrin.
Prazosin
Prazosin (Minipress) yaitu satu α1 blocker selektif yang mengantagonisasi efek
vasokonstriktor norepinefrin dan epinefrin. Hipotensi ortostatik yaitu satu masalah
utama di dalam pemakaian prazosin. Tidak seperti obat antihipertensi lainnya, prazosin
diketahui dapat meningkatkan profil lipid (lemak darah) dengan menurunkan kadar lipid
densitas rendah dan meningkatkan level lipid densitas tinggi. Dosis awal prazosin yang biasa
diberikan yaitu 0,5 sampai 1 mg, yang diberikan pada waktu tidur sebab hipotensi ortostatik.
Yohimbine
Antagonis α2 seperti seperti yohimbine bisa meningkatkan pelepasan norepinefrin, namun
demikian, zat ini sangat jarang dipakai secara klinis di bagian anestesi.
Antagonis β-Adrenergik
Beberapa antagonis β-adrenergik (yaitu β-blocker) seringkali diberikan kepada pasien yang
akan menjalani operasi. Beberapa indikasi klinis untuk penyekatan β-adrenergik diantaranya
yaitu penyakit jantung iskemik, penanganan pasca infarksi, aritmia, kardiomiopati
hipertrofik, hipertensi, gagal jantung, profilaksis migrain, tirotoksikosis, dan glaukoma.
tahun 1990-an, Penelitian Iskemia Perioperatif menunjukkan nilai untuk mulai memberi penyekatan β pada para pasien yang berisiko penyakit arteri koroner. relawan yang diberikan β-blocker diketahui dapat mengurangi tingkat kematian 2 tahun (dimana tingkat sintasan/ keselamatan para pasien di golongan plasebo yaitu 68% vs 83% di golongan yang ditangani dengan atenolol). Mekanisme untuk peningkatan tingkat sintasan pasien yaitu penurunan tanggapan stres bedah oleh β-blocker. ini dan temuan konfirmasi lainnya sudah memberi tekanan politik dan administrasi yang luar biasa untuk meningkatkan tingkat pemakaian β-blocker secara perioperatif. namun , penelitian terbaru, sudah mempertanyakan nilai dari penyekatan β perioperatif. tidaklah ada penurunan tingkat risiko kematian bagi pasien yang pernah menjalani bedah vaskular (yang dimana menurut penelitian-penelitian sebelumnya, mereka yang berisiko tinggi), dan penelitian DIPOM tidaklah menemukan adanya manfaat pada mereka yang menderita. Pada satu penelitian retrospektif yang berukuran besar, diketahui bahwa ada efek negatif dari β blocker untuk pasien yang tidak mengidap penyakit arteri koroner. Sehingga dalam ini , satu-satunya indikasi yang kuat untuk
memakai β blocker yaitu pada para pasien yang memerlukan bedah vaskular dan pada mereka yang berisiko tinggi akan gangguan jantung. β -blocker harus terus diberikan kepada mereka yang biasa memakainya di dalam penanganan angina, aritmia, atau hipertensi. Penyekat β-adrenergik yang paling umum dipakai dalam praktik anestesi yaitu propranolol, metoprolol, labetalol, dan esmolol, ini sebab semuanya tersedia dalam bentuk formula intravena dan memiliki efek yang sudah terkarakterisasi dengan baik. Perbedaan yang paling menonjol di antara obat-obatan ini yaitu pada kardioselektivitas dan durasi aksi nya.
β-blocker non-selektif dapat beraksi pada reseptor β1 dan β2. β-blocker kardioselektif
diketahui memiliki afinitas yang lebih kuat untuk reseptor β1-adrenergik dibandingkan dengan
reseptor β2-adrenergik. Dengan penyekatan selektif β1, kecepatan konduksi atrioventrikular,
laju denyut jantung, dan kontraktilitas jantung dapat menurun. Pelepasan renin oleh apparatus
jukstaglomerular dan lipolisis pada adiposit juga akan menurun. Pada dosis yang lebih tinggi,
selektivitas relatif untuk reseptor β1 akanlah hilang reseptor β2 juga akan terhambat, dengan
potensi bronkokonstriksi, vasokonstriksi tepi, dan penurunan glikogenolisis.
Beberapa Efek Samping Penyekatan β-Adrenergik
Bradikardia yang dapat mengancam jiwa, bahkan asistol, bisa terjadi akibat pemakaian
penyekatan β, dan penurunan tingkat kontraktilitas diketahui dapat memicu gagal jantung
kongestif pada para pasien penderita gangguan fungsi jantung. Pada para pasien pengidap
penyakit paru-paru bronkospastik, β blocker mungkin akan berakibat fatal. Diabetes mellitus
yaitu satu bentuk kontraindikasi relatif akibat pemakaian antagonis β-adrenergik jangka
panjang, ini sebab akan muncul tanda hipoglikemia (takikardia dan tremor) akibat tidak
efektifnya glikogenolisis kompensatori. Untuk menghindari pemburukan keadaan hipertensi,
pemakaian β-blocker pada para pasien dengan feokhromositoma haruslah dihindari, kecuali
reseptor α sudah diblokir/ disekat. Overdosis obat penyekat-β bisa ditangani dengan
pemakaian atropin, namun , isoproterenol, dobutamin, atau glukagon juga mungkin
akan diperlukan (bersamaan dengan pemakaian alat pacu jantung) untuk menjaga laju
kontraksi yang cukup/ memadai.Interaksi obat yang tidak diinginkan akibat pemakaian β-
blocker yaitu hal yang mungkin terjadi. Verapamil berkontraindikasi dengan β-blocker,
sehingga dokter haruslah seksama saat mengkombinasikan kedua obat ini. Hal serupa,
pengkombinasian dari digoxin dan β-blocker bisa memunculkan efek samping yang kuat
terhadap laju denyut dan konduksi jantung, dan harus dipakai secara bijak dan cermat.
Penyekat β-Adrenergik menonjol :
Propranolol
Propranolol (Inderal, Ipran), yang yaitu β-blocker prototipe, yaitu obat penyekat-β nonselektif. sebab tingkat kelarutan pada lemaknya yang tinggi, obat ini dimetabolisme secara luas pada liver, namun , tingkat metabolisme nya sangatlah beragam pada masing-masing pasien. Pembersihan atau klirens obat ini bisa terganggu oleh penyakit liver ataupun perubahan aliran darah pada hati. Propranolol tersedia dalam bentuk intravena, dan awalnya diberikan sebagai bolus atau infus. Infus propranolol sebagian besar
sudah digantikan oleh esmolol yang dapat beraksi lebih singkat. Untuk pemberian bolus, dosis 0,1 mg/kg dapat diberikan, namun , kebanyakan dokter lebih cenderung memulai
terapi dengan dosis yang jauh lebih rendah, yaitu 0,25 dan 0,5 mg, yang lalu dititrasi untuk memperoleh efeknya. Propranolol diketahui dapat menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke arah kanan, yang dimana ini mungkin dapat menjelaskan kemanjurannya di dalam penanggulangan gangguan vasospastik.
Metoprolol
Metoprolol (Lopressor), yang yaitu satu penyekat β-adrenergik kardioselektif, dapat dipakai untuk pengobatan angina pektoris dan
infarkmiokardium akut. Dosis obat yang dipakai pada pasien gagal hati tidak perlu penyesuaian dosis. Dosis oral biasanya untuk obat ini yaitu 100 sampai 200 mg/hari (sekali atau dua kali sehari) untuk menangani hipertensi, dan dua kali sehari untuk menangani angina pektoris. Dosis intravena 2,5 sampai 5 mg bisa diberikan setiap 2 sampai 5 menit, hingga dosis total nya mencapai 15 mg, yang dititrasikan sesuai dengan laju denyut jantung dan tekanan darah.
Labetalol
Labetalol (Trandate, Normodyne) beraksi sebagai antagonis kompetitif pada reseptor α1 dan
β-adrenergik. Obat ini dapat dimetabolisme di dalam liver, dan pembersihan atau klirensnya
dipengaruhi oleh perfusi liver. Labetalol dapat diberikan secara intravena setiap 5 menit dalam
dosis 5 sampai 10 mg, atau melalui infus dengan laju sampai 2 mg/menit. Obat ini cukup efektif
di dalam penanganan pasien dengan diseksi aorta, atau pada masalah darurat hipertensi. sebab
vasodilatasi tidak ditambah dengan takikardia, labetalol dapat diberikan kepada pasien penderita
jantung pasca operasi. Obat ini dapat dipakai untuk menangani hipertensi selama kehamilan
untuk jangka pendek, atau panjang. Labetalol tidak mempengaruhi aliran darah uterus,
bahkan jika terjadi penurunan tekanan darah yang menonjol sekalipun.
Esmolol
sebab dihidrolisis oleh esterase yang dibawa darah, esmolol (Brevibloc) memiliki waktu paruh yang singkat, yaitu hanya 9 sampai 10 menit, yang dimana ini dapat memberi manfaat di dalam praktik anestesi. Obat ini dipakai untuk efek
blokade durasi singkat, atau pada para pasien sakit kritis dengan keadaan bradikardia, gagal
jantung, atau masalah hipotensi yang perlu penanganan dengan cepat. Esmolol yaitu bersifat
kardioselektif, dan efek puncak dosis awalnya tercapat dalam 5 sampai 10 menit, dan dapat
berkurang dalam 20 sampai 30 menit. Obat ini dapat diberikan sebagai bolus 0,5 mg/kg atau
sebagai infus. saat dipakai di dalam penanganan takikardia supraventrikular, bolus 500 mg/kg bisa diberikan lebih dari 1 menit, yang lalu diikuti dengan infus 50 mg/kg/menit selama 4 menit. Jika denyut jantung tidak terkendali, maka lakukan pemberian dosis awal yang diikuti dengan infus 100 mg/kg/menit selama 4 menit. Jika perlu, urutan ini dapat diulangi dengan infus yang ditingkatkan menjadi 50 mg/kg/menit sampai 200 atau 300 mg/kg/menit. Esmolol yaitu obat yang aman dan efektif untuk penanganan hipertensi dan
takikardia intra- dan pasca-operasi. Jika pemakaian secara berkelanjutan diperlukan, maka obat ini dapat diganti dengan β-blocker kardioselektif yang lebih tahan lama, seperti contohnya dengan metoprolol.
Farmakologi Kolonergik
Berbeda dengan banyaknya pilihan obat-obatan untuk memanijuga si tanggapan adrenergik,
berbeda pilihan obat yang dapat mempengaruhi transmisi kolinergik. Hanya beberapa kecil
obat kolinergik langsung dapat dipakai secara topikal untuk penanganan glaukoma atau
untuk pengembalian fungsi gastrointestinal atau fungsi kemih. Beberapa kelas obat yang
memiliki relevansi dengan para dokter spesiali anestesiologi yaitu obat-obatan antikolinergik
(antagonis muskarinik) dan antikolinesterase.
Antagonis Muskarinik
Antagonis muskarinik bisa melawan dengan asetilkolin yang dilepaskan secara saraf untuk
akses ke kolinoseptor muskarinik dan untuk menyekat efek asetilkolin. akibat dari pemakaian
antagonis muskarinik yaitu laju denyut jantung yang cepat, mengantuk, dan mulut kering.
Dengan pengecualian senyawa amonium kuaterner yang tidak mudah melintasi sawar darah-otak dan yang tidak terlalu beraksi pada SSP, diketahui bahwa tidaklah ada spesifisitas
aksi yang menonjol di antara obat-obatan ini; dimana obat-obatan ini dapat menyekat semua
efek muskarinik dengan tingkat efikasi (kemanjuran) yang sama, walaupun memang ada
beberapa perbedaan kuantitatif pada efek nya
Di era anestesi eter, antagonis muskarinik umum ditambahkan ke premedikasi anestesi dengan
tujuan untuk mengurangi tingkat sekresi dan untuk mencegah refleks vagus yang berbahaya.
Penambahan ini tidaklah begitu penting di era anestetik modern yang diinhalasi. pemakaian
obat-obatan pra-operasi ini terus dilakukan untuk beberapa masalah pediatrik dan otorinolarongologi atau saat intubasi fiberoptik direncanakan.
Atropin dengan struktur tersiernya dapat melewati sawar darah-otak. maka , dosis yang tinggi (1 - 2 mg) dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Sebaliknya, sebab struktur kuarterner glikopirrolat obat antimuskarinik sintetik (Robinul), maka obat itu tidak dapat melintasi sawar darah-otak. Glikopirrolat diketahui memiliki durasi aksi
yang lebih lama jika dibandingkan dengan atropin, .obat ini sudah menggantikan peran atropin
untuk memblokir efek muskarinik yang merugikan (ex:bradikardia) akibat obat antikolinesterase .
. Scopolamine juga dapat melintasi sawar darah-otak dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
sebab melewati sawar darah otak. Preparasi scopolamine dalam bentuk koyo atau patch dapat
dipakai secara profilaktik untuk penanganan mual dan muntah pasca-operasi, namun demikian, hal itu memiliki hubungan dengan kemunculan efek samping pada organ mata, kandung kemih, kulit, dan juga dapat memunculkan efek fisiologis. Gangguan mental (contohnya waham atau delirium) yang dapat muncul sesudah pemakaian atropine atau scopolamine dapat ditangani dengan physostigmine, yaitu satu antikolinesterase yang mampu melintasi sawar darah-otak.
Penghambat Kolinesterase
Obat-obatan antikolinesterase diketahui dapat mengganggu inaktivasi asetilkolin oleh enzim
kolinesterase, dan dapat menjaga/ memelihara agonisme kolinergik pada reseptor nikotinik dan
muskarinik. Obat-obatan ini dipakai untuk mengembalikan penyekatan neuromuskular
dan juga untuk menangani keadaan miastenia gravis. Efek samping yang paling menonjol dari pemakaian obat ini yaitu bradikardia. Inhibitor kolinesterase biasanya dipakai yaitu physostigmine, neostigmine, pyridostigmine, dan edrophonium. Selain dapat membalikkan efek obat-obatan penyekatan neuromuskular melalui peningkatan konsentrasi asetilkolin pada sambungan neuromuskular, inhibitor kolinesterase dapat merangsang fungsi usus, dan dapat diaplikasikan (dengan cara topikal/ oles) pada mata sebagai miotik. Satu obat oles (ekhotiofat iodid) dapat secara terbalik mengikat kolinesterase dan mengganggu metabolisme suksinilkolin (sebab antikolinesterase juga dapat
mengganggu fungsi enzim pseudokholinesterase).
SISTEM SARAF OTONOM 2
Sistem saraf otonom terdiri dari 2 subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf simpatis atau parasimpatis. Sistem saraf simpatis dimulai dari medula spinalis segmen torakolumbal. Saraf dari sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III, VII, IX
dan X dan saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadang saraf sakral pertama dan keempat. berkisar 78% dari seluruh serabut saraf, parasimpatis didominasi oleh nervus vagus (saraf kranial X). Sistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas basalnya diatur oleh tonus simpatis atau tonus parasimpatis. Nilai tonus ini yang memicu perubahan aktivitas pada organ yang dipersarafinya baik peningkatan atau penurunan aktivitas. Refleks otonom yaitu refleks yang mengatur organ viseral mencakup refleks otonom kardiovaskular, refleks otonom gastrointestinal, refleks seksual, refleks otonom lainnya mencakup refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya.
Sistem parasimpatis memicu tanggapan setempat yang menonjol , berbeda dengan tanggapan biasanya dari sistem simpatis terhadap pelepasan impuls secara masal,
maka fungsi pengaturan sistem parasimpatis sepertinya jauh lebih menonjol .
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi
viseral tubuh dinamakan sistem saraf otonom.Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya.Ada sebagian
yang diatur saraf otonom sedang yang
lainnya sebagian saja..Sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh.Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga mempengaruhi pengaturan otonomik. Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf simpatis atau
parasimpatis.Anatomi sistem saraf simpatis
Sistem saraf simpatis dimulai dari medula
spinalis segmen torakolumbal (torak 1
sampai lumbal 2).Serabut-serabut saraf ini melalui rangkaian paravertebral simpatetik yang berada disisi lateral korda spinalis yang lalu akan menuju jaringan dan organ-organ yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatis.
Tiap saraf dari sistem saraf simpatis terdiri dari satu neuron preganglion dan saraf postganglion.Badan sel neuron preganglion berlokasi di intermediolateral dari korda spinalis.Serabut saraf
simpatis vertebra ini lalu meninggalkan korda spinalis melalui rami putih menjadi salah satu dari 22 pasang ganglia dari rangkaian paravertebral
simpatik.Ganglia prevertebra yang berlokasi di
abdomen dan pelvis, terdiri dari ganglia
coeliaca, ganglia aoarticorenal, mesenterica superior dan inferior.Ganglia terminal berlokasi dekat dengan organ yang disarafi contohnya vesica urinaria dan rektum.
berdasar letaknya, ganglia simpatetik
digolongkan menjadi :
1. Ganglia servikalis, terdiri dari 3
ganglia yaitu : ganglia servikalis inferior, ganglia servikalis superior, ganglia servikalis media,
2. Ganglia thorakalis
3. Ganglia lumbalis
Pembagian segmental saraf simpatis
Jaras simpatis yang berasal dari berbagai
segmen medula spinalis tak perlu disebarkan ke bagian tubuh yang sama seperti halnya saraf-saraf spinal somatik dari segmen yang sama.
Serabut-serabut saraf dari sistem saraf simpatis tidak menginnervasi bagian-bagian tubuh sesuai dengan Sifat- sifat khusus ujung saraf simpatis dalam medula adrenal Serat saraf preganglionik simpatis berjalan tanpa mengadakan sinaps,
melalui jalan-jalan dari seluruh jalan dari
kornuintermediolateral medula spinalis,
melalui rantai simpatis, lalu melewati rantai splanknikus dan berakhir di medula adrenal. Di medula adrenal, serat – serat saraf ini langsung berakhir pada sel-sel neuron khusus yang
mensekresikan epinefrin dan norepinefrin
kedalam aliran darah. Secara embriologi, sel-sel sekretorik ini berasal dari jaringan saraf dan analog dengan neuron postganglionik, bahkan sel-sel ini masih memiliki serat-serat saraf yang
rudimenter, dan serat –serat inilah yang
mensekresikan hormon-hormon Anatomi sistem saraf parasimpatis Saraf dari sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III,VII, IX dan X dan
saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadang saraf sakral pertama dan keempat.,berkisar 77% dari seluruh serabut saraf parasimpatis
didominasi oleh nervus vagus (saraf kranial X) yang melalui area torakal dan abdominal,seperti diketahui nervus vagus mempersarafi hati, kandung kemih, pankreas, bagian atas uterus, jantung, paru-paru,esophagus, lambung, usus kecil, Serabut saraf, parasimpatis nervus III menuju mata, sedang kelenjar air mata,hidung,dan glandula submaksilla menerima innervasi
dari saraf kranial VII, dan glandula parotis menerima innervasi dari saraf kranial IX. segmennya. contoh, serabut yang berasal dari torakal 1 biasanya melewati rangkaian
paravertebral simpatik naik kearea kepala, torakal 2 untuk leher, torakal 3 sampai torakal 6 untuk dada, torakal 7 sampai torakal 11 ke abdomen dan torakal 12, lumbal 1 sampai lumbal 2 ke
ekstremitas inferior. Pembagian ini hanya
kurang lebih demikian dan sebagian besar
saling tumpang tindih,
Sistem saraf parasimpatis area sakral terdiri dari saraf sakral II dan III dan kadang-kadang saraf sakral I dan IV. Serabut -serabut saraf ini mempersarafi bagian distal kolon,rektum, kandung kemih, dan bagian bawah uterus, juga
mempersarafi genitalia eksterna yang memicu tanggapan seksual. Berbeda dengan sistem saraf
simpatis,serabut preganglion parasimpatis
menuju ganglia atau organ yang dipersarafi secara langsung tanpa hambatan. Serabut postganglion saraf parasimpatis pendek sebab langsung berada di ganglia yang sesuai,ini berbeda dengan sistem saraf simpatis, dimana
neuron postganglion relatif panjang, ini
menggambarkan ganglia dari rangkaian
paravertebra simpatis yang berada jauh
dengan organ yang dipersarafinya.
Serat-serat saraf simpatis atau parasimpatis mensekresikan salah satu dari kedua bahan transmiter sinaps ini, asetilkolin atau norepinefrin.
Serabut postganglion sistem saraf simpatis mengekskresikan norepinefrin sebagai neurotransmitter. Neuron- neuron yang mengeluarkan norepinefrin ini dikenal dengan serabut adrenergik. Serabut postganglion sistem saraf parasimpatis mensekresikan asetilkolin
sebagai neurotransmitter dinamakan serabut kolinergik. Sebagai tambahan serabut postganglion saraf simpatis kelenjar keringat dan beberapa pembuluh darah melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter. Semua saraf preganglion simpatis dan parasimpatis melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter dinamakan serabut kolinergik. asetilkolin yang dilepaskan dari serabut preganglion mengaktivasi
baik postganglion simpatis atau parasimpatis.
konsep transmisi sistem saraf simpatis dan para-
simpatis, Mekanisme sekresi dan pemindahan
transmitter pada ujung post-ganglionik
Beberapa ujung saraf otonom postganglionik terutama saraf parasimpatis memang mirip dengan taut neuromuskular skeletal,namun ukurannya jauh lebih kecil. Beberapa serat saraf
parasimpatis dan hampir semua serat saraf simpatis hanya bersinggungan dengan sel-sel efektor dari organ yang dipersarafinya, pada beberapa contoh, serat-serat ini berakhir pada jaringan ikat yang letaknya berdekatan dengan sel-sel yang dirangsangnya. Ditempat filamen
ini berjalan atau mendekati sel efektor, biasanya ada suatu bulatan yang membesar dinamakan varikositas ; didalam varikositas ditemukan vesikel transmitter asetilkolin atau norepinefrin.
Didalam varikositas ini juga ada banyak sekali mitokondria untuk mensuplai adenosin triphosphat yang diperlukan untuk memberi energi pada sintesis asetilkolin atau norepinefrin
Bila ada penjalaran potensial aksi disepanjang serat terminal, maka proses depolarisasi meningkatkan permeabilitas membran serat saraf terhadap ion kalsium, sehingga mempermudah ion ini untuk berdifusi keujung saraf atau varikositas saraf. Disini ion kalsium berinteraksi dengan vesikel sekretori yang letaknya berdekatan dengan
membran sehingga vesikel ini bersatu dengan membran dan menggosongkan isinya keluar. Jadi, bahan transmitter akhirnya disekresikan.
Sintesis asetilkolin penghancurannya sesudah disekresikan, dan lama kerjanya Asetilkolin disintesis di ujung terminal serat saraf kolinergik. Sebagian besar sintesis ini terjadi di aksoplasma di luar vesikel. lalu , asetilkolin diangkut ke bagian dalam vesikel, tempat bahan itu disimpan dalam bentuk kepekatan tinggi sebelum akhirnya
dilepaskan. Reaksi kimia dasar dari sintesis ini yaitu antaralain :
Asetilkolon transferase
Asetil-KoA + Kolin --- > Asetilkolin
Asetilkolin begitu disekresikan oleh ujung saraf kolinergik, maka akan menetap dalam jaringan selama beberapa detik, lalu sebagian besar dipecah menjadi ion asetat dan kolin oleh enzim
asetilkolin esterase yang berikatan dengan kolagen dan glikosaminoglikans dalam jaringan ikat setempat. Jadi, mekanisme ini mirip dengan
mekanisme penghancuran asetilkolin yang terjadi pada taut neuromuskular direrat saraf skeletal. Sebaliknya, kolin >yang terbentuk diangkut kembali ke ujung saraf terminal, tempat bahan ini
dipakai kembali untuk sintesis asetilkolin
yang baru.Sintesis norepinefrin, pemindahannya
dan lama kerjanya Sintesis norepinefrin dimulai di
aksoplasma ujung saraf terminal dari
serat saraf adrenergik, namun disempurnakan di dalam vesikel. Tahap – tahap dasarnya yaitu antaralain :
Hidroksilasi
1. Tirosin. ------> DOPA
Dekarboksilasi
2. DOPA -----> Dopamin
3. Pengangkutan dopamin menuju vesikel
Hidroksilasi
4. Dopamin ---->Norepinefrin
Pada medula adrenal, reaksi ini dilanjutkan satu tahap lagi untuk mengalihkan sekitar 80 %
norepinefrin menjadi epinefrin, yaitu antaralain :
Metilasi
5. Norepinefrin ---- > Epinefrin
Sesudah norepinefrin disekresikan oleh
ujung – ujung saraf terminal, maka lalu dipindahkan dari tempat sekresinya melalui 3 cara berikut :
Dengan proses tranport aktif, diambil lagi ke dalam ujung saraf adrenergik sendiri, yaitu sebanyak 50 – 80 % dari norepinefrin yang disekresikan. Berdifusi keluar dari ujung saraf
menuju cairan tubuh di sekelilingnya dan lalu masuk ke dalam darah, yaitu seluruh sisa norepinefrin yang ada. Dalam jumlah yang sedikit,
dihancurkan oleh enzim (salah satu enzim itu yaitu monoamin oksidase, yang dapat dijumpai dalam ujung saraf itu sendiri, dan enzim
katekol-O-metil transferase yang Biasanya norepinefrin disekresikan secara langsung ke dalam jaringan yang tetap aktif hanya selama beberapa detik, ini memperlihatkan bahwa proses
pengambilan kembali norepinefrin dan difusinya keluar dari jaringan berlangsung dengan cepat. Namun, norepinefrin dan epinefrin yang
disekresikan ke dalam darah oleh medula
adrenal masih tetap aktif sampai didifusikan ke suatu jaringan, tempat keduanya dihancurkan oleh katekol-O-metil transferase, peristiwa ini terutama
terjadi di dalam hati. maka , bila di sekresikan ke dalam darah baik norepinefrin dan epinefrin akan tetap sangat aktif selama 10 sampai 30 detik dan lalu aktivitasnya menurun,
menjadi sangat lemah dalam waktu satu
sampai beberapa menit.Sebelum transmitter asetilkolin atau norepinefrin disekresikan pada ujung saraf otonom untuk dapat merangsang
organ efektor, transmiter ini mula-mula harus berikatan dahulu dengan reseptor yang sangat menonjol pada sel-sel efektor. Reseptor ini ada di bagian dalam membran sel, terikat sebagai golongan prostetik pada molekul protein yang
menembus membran sel. saat transmitter berikatan dengan reseptor, hal ini memicu perubahan konformasional ( bentuk tertentu dari
keseluruhan) pada struktur molekul protein. lalu molekul protein yang berubah ini merangsang atau menghambat sel, paling sering dengan :
memicu perubahan permeabilitas membran sel terhadap satu atau lebih ion, atau mengaktifkan atau justru mematikan aktivitas enzim yang
melekat pada ujung protein reseptor lain
dimana reseptor ini menonjol ke bagian
dalam sel.Perangsangan atau penghambatan sel
efektor oleh perubahan permeabilitas membrannya sebab protein reseptor yaitu
bagian integral dari membran sel, maka
perubahan konformasional pada struktur
protein reseptor dari banyak sel organ
akan membuka atau menutup saluran ion
melalui sela-sela molekul itu sendiri, maka merubah permeabilitas membran sel terhadap berbagai ion. contoh, saluran ion natrium dan
atau kalsium seringkali menjadi terbuka
dan memungkinkan influks ion – ion itu dengan cepat untuk masuk ke dalam sel yang biasanya akan mendepolarisasikan membran sel dan
merangsang sel. di saat lain, saluran kalium terbuka sehingga memungkinkan ion kalium berdifusi keluar dari sel dan biasanya ini akan menghambat sel akibat kemunduran ion kalium elektro positif yang membentuk hipernegatifisme
di dalam sel. Juga pada beberapa sel perubahan lingkungan ion intraseluler memicu kerja sel internal seperti efek langsung ion kalsium dalam
memicu kontraksi otot polos.Kerja reseptor melalui perubahan enzim intraseluler, Cara lain agar reseptor dapat berfungsi yaitu dengan mematikan /mengaktifkan aktivitas suatu enzim (atau zat kimia intraseluler lainnya) di dalam sel.
Enzim seringkali terlekat pada protein /reseptor dimana reseptor menonjol ke bagian dalam sel. contoh, pengikatan epinefrin dengan reseptornya
pada bagian luar sel akan meningkatkan
aktivitas enzim adenilatsiklase pada bagian dalam sel, dan ini lalu memicu pembentukan adenosin
monofosfat siklik (cAMP). cAMP lalu dapat mengawali salah satu kerja dari sekian banyak aktivitas intraseluler yang berbeda-beda, efek
pastinya bergantung pada mesin kimiawi
dari sel efektor. maka , mudahlah untuk mengerti bagaimana substansi transmiter otonomik dapat memicu inhibisi pada beberapa
organ atau eksitasi pada organ lain. ini ditentukan oleh sifat protein reseptor pada membran sel dan efek reseptor yang terikat pada keadaan konformasionalnya. Pada setiap organ,
efek yang dihasilkannya secara keseluruhan cenderung berbeda dengan yang ada pada organ lain.
interaksi neurotransmiter dengan reseptor
Norepineprin dan asetilkolin berinteraksi
dengan reseptor ( protein makromolekul )
di membran lipid sel. Interaksi reseptor
neurotransmitter ini memicu aktivasi atau inhibisi enzim-enzim efektor seperti adenilatsiklase atau dapat merubah aliran ion-ion sodium dan
potassium di membran sel melalui protein
ion chanel. perubahan ini merubah stimulus eksternal menjadi signal intraseluler.
reseptor-reseptor norepinefrin:
Efek farmakologi katekolamin yaitu konsep awal dari reseptor-reseptor alfa dan beta adrenergik.
Penelitian dengan memakai obat-obatan
yang meniru kerja norepinefrin pada organ efektor simpatis (dinamakan simpatomimetik ) memperlihatkan bahwa ada 2 jenis reseptor
adrenergik, reseptor-reseptor ini dibagi menjadi alfa 1 dan alfa 2. lalu reseptor beta dibagi menjadi beta 1 dan beta 2. Norepinefrin dan epinefrin,
keduanya disekresikan kedalam darah oleh medula adrenal, memiliki pengaruh perangsangan yang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin terutama merangsang reseptor alfa namun kurang merangsang reseptor beta.
Sebaliknya, epinefrin merangsang kedua
reseptor ini sama kuatnya. maka , pengaruh epinefrin dan norepinefrin pada berbagai organ efektor ditentukan oleh jenis reseptor yang ada dalam organ itu . Bila seluruh reseptor
yaitu reseptor beta, maka epinefrin akan menjadi organ perangsang yang lebih efektif.Reseptor dopamin juga dibagi menjadi dopamin 1 dan dopamin 2. Presinap alfa dan dopamin 2 yaitu negative feedback sebab bila diaktivasi akan
memicu pelepasan neurotransmitter. Reseptor-reseptor alfa 2 juga ada di platelet yang berfungsi
sebagai mediator pada agregasi platelet yang dengan cara mempengaruhi konsentrasi enzim platelet adenilatsiklase. Pada sistem saraf pusat,
stimulasi postsinap alfa 2 dengan memakai obat seperti klonidin atau dexmetomidine akan meningkatkan konduksi dan hiperpolarisasi membran sehingga kebutuhan zat anestesi akan
menurun. Sistem signal transmembran terdiri dari 3 bagian, yaitu : - sisi pengenalan, - sisi efektor atau katalitik, -tranducing atau coupling protein.
reseptor asetilkolin
Reseptor-reseptor kolinergik dibagi menjadi nikotinik dan muskarinik.Secara fisiologi masing-masing reseptor dibagi menjadi beberapa subtipe.Reseptor nikotinik dibagi menjadi 2 yaitu reseptor
N1 dan N2.N1 ada di ganglia otonom sedang N2 ada di neuromuscular junction. Hexamethonium
memblok reseptor N1 sedang blokade ganglia otonom dalam beberapa tingkatan walaupun efek pada reseptor N2 tetap predominan.Reseptor muskarinik dibagi menjadi M1 dan M2.Reseptor M1 ada di ganglia otonom dan sistem saraf pusat sedang reseptor M2 ada di jantung dan kelenjar ludah.Pirenzepin yaitu salah satu contoh
obat yang yaitu antagonis selektif pada reseptor M1 sedang atropine yaitu antagonis selektif pada reseptor M1 dan M2. Perbedaan antara
reseptor nikotinik dan muskarinik yaitu pada jarak reseptor antara atom-atom dalam berinteraksi dengan asetilkolin ataupun obat-obat.
Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ menonjol
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan lensa.Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi sehingga pupil menjadi dilatasi, sedang perangsangan
parasimpatis mengkontraksikan otot-otot
sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil.Perangsangan parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi dan memicu lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan objeknya dekat tangan.Kelenjar-kelenjar tubuh
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali sekresi cairan.Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh parasimpatis yaitu
yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di area mulut dan lambung.Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang ada di saluran usus sendiri
dan oleh sitem saraf enterik usus dan sedikit oleh saraf otonom.Perangsangan simpatis memiliki pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.Rangsangan
simpatis ini juga memicu vasokonstriksi pembuluh darah yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga mengurangi kecepatan sekresinya.Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, namun
perangsangan pada saraf parasimpatis tidak memicu pengaruh apapun.
Sistem gastrointestinal
Sistem gastrointestinal memiliki susunan saraf intrinsik sendiri dinamakan pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus.Namun, baik
perangsangan simpatis atau parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau penurunan kerja menonjol dalam pleksus intramural. perangsangan parasimpatis meningkatkan seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal, yaitu dengan
memicu terjadinya gerakan peristaltik dan
relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat. Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang
terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung
pada perangsangan simpatis
Jantung
perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi
jantung. Perangsangan parasimpatis terutama memicu efek yang berlawanan. akibat atau pengaruh ini dapat diungkapkan dengan cara lain,
yaitu perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedang perangsangan parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan namun memicu
beberapa tingkatan istirahat pada jantung
di antara aktivitas kerja yang berat.
Pembuluh darah sistemik
Sebagian besar pembuluh darah sistemik,
khususnya yang ada di visera abdomen dan kulit anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada
area -area tertentu malah memperlebar, seperti pada munculnya area kemerahan di wajah. Pada
beberapa keadaan, fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan memicu dilatasi pembuluh darah pada rangsangan simpatis yang biasa, namun ini jarang terjadi, kecuali sesudah diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor alfa simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang biasanya lebih yaitu efek reseptor beta.
Efek perangsangan simpatis dan
parasimpatis terhadap tekanan arteri Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran
darah, yang biasanya memicu tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis menurunkan daya pompa jantung namun sama sekali tidak mempengaruhi tahanan
perifer. Efek biasanya yaitu terjadi sedikit penurunan tekanan. Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap fungsi tubuh lainnya
sebab pentingnya sistem pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua sistem ini dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan secara rinci. sebagian besar struktur entodermal,seperti hati, kandung empedu, ureter, kandung kemih, bronkus
dihambat oleh perangsangan simpatis namun dirangsang oleh perangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatis juga memiliki pengaruh metabolik, yaitu memicu pelepasan glukosa dari
hati, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kecepatan metabolisme basal, meningkatkan aktivitas mental, meningkatkan konsentrasi gula darah, meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati dan otot, Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis terlibat dalam tindakan
seksual antara laki-laki dan wanita.
Tonus Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas basalnya diatur oleh tonus simpatis atau tonus parasimpatis. Nilai tonus ini yang memicu perubahan aktivitas pada organ yang dipersarafinya baik peningkatan atau penurunan aktivitas. contoh tonus sistem saraf simpatis secara normal hanya memicu konstriksi pembuluh darah sekitar 50% . Peningkatan atau penurunan aktivitas sistem saraf simpatis
memicu perubahan yang saling berhubungan dalam resistensi sistem vaskuler. Bila tidak ada tonus simpatis, sistem saraf simpatis hanya
memicu vasokonstriksi.
Kehilangan Inervasi Secara Akut
Kehilangan sistem tonus saraf simpatis secara akut diakibat kan sebab regional anesthesia atau transeksi korda spinalis akan memicu vasodilatasi pembuluh darah secara maksimal (spinal shock). Dalam beberapa hari tonus
intrinsik dari otot pembuluh darah kecil meningkat sehingga terjadi vasokonstriksi dan pembuluh darah kembali normal.
Kehilangan Inervasi Akibat Keadaan Hipersensitif
Keadaan ini terjadi sebab adanya peningkatan ambang batas dari organ-organ yang dipersarafinya terhadap norepineprin atau epineprin yang terjadi pada minggu-minggu pertama atau sesudah gangguan mendadak dari organ yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Mekanisme dari kehilangan innervasi secara akut akibat reaksi hipersensitif diakibatkan proliferasi dari resptor-reseptor pada membran postsinaptik yang terjadi akibat norepineprin atau
asetilkolin tidak dilepaskan lagi pada sinap.
Refleks Otonom Kardiovaskular
Ada beberapa refleks dalam sistem kardiovaskular yang membantu mengatur tekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung. Salah satu refleks ini yaitu refleks baroreseptor, secara kasar reseptor regang dinamakan baroreseptor terletak didalam dinding arteri besar, termasuk arteri karotis dan aorta.
Refleks otonom gastrointestinal Bagian teratas dari traktusgastrointestinal dan juga rektum terutama diatur oleh refleks otonom.
Refleks otonom lainnya
Pengosongan kandung kemih caranya mirip dengan pengosongan rektum, peregangan kandung kemih memicu munculnya impuls ke
medula spinalis, dan keadaan ini memicu refleks kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter urinaria, sehingga mempermudah pengeluaran
urin.Refleks otonom lainnya mencakup refleks
yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya. Sistem simpatis seringkali memberi
tanggapan terhadap pelepasan impuls
secara massal Pada kebanyakan masalah , impuls yang dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis hampir yaitu suatu unit yang
sempurna, fenomena ini dinamakan pelepasan impuls masal . Serat vasodilator kolinergik
menonjol pada otot skelet akan terangsang
secara tersendiri, terpisah dari sistem simpatis lainnya. Sebagian besar reflek lokal, yang melibatkan serat afferen sensorik yang berjalan secara sentral di saraf simpatis menuju ganglia simpatis dan medula spinalis, memicu
tanggapan refleks yang sangat terlokalisasi.
contoh pemanasan pada suatu area kulit setempat memicu vasodilatasi dan meningkatnya
pengeluaran keringat setempat sedang
pendinginan memicu akibat sebaliknya.
Sebagian besar refleks simpatis yang mengatur fungsi gastrointestinal memiliki ciri tersendiri, yang kadang bekerja melalui jaras saraf namun tidak memasuki medula spinalis, hanya berjalan dari usus jalan ke ganglia simpatis, terutama di ganglia prevertebral, lalu kembali ke usus melalui saraf saraf simpatis guna mengatur aktivitas motorik atau sekretorik.tanggapan "tanda bahaya " atau tanggapan "stress" dari sitem saraf simpatis , Bila sebagian besar area sistem saraf
simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan - dinamakan pelepasan impuls secara massal - maka dengan berbagai cara keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar.
meringkaskan kejadian ini yaitu :
- Peningkatan tekanan arteri,
- Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastro
intestinal dan ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik yang cepat
-Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh,
-Peningkatan konsentrasi glukosa darah
-Peningkatan prosesglikolisis di hati dan otot
-Peningkatan kekuatan otot ,
-Peningkatan aktivitas mental _
-Peningkatan kecepatan koagulasi darah,
Seluruh efek diatas memicu orang itu dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih besar bila tidak ada efek diatas. Oleh sebab stres fisik atau mental biasanya akan menggiatkan sistem
simpatis, maka seringkali keadaan itu dianggap yaitu tujuan dari sistem simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stres, keadaan ini dinamakan tanggapan stres
simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi.
Pengaturan medula, pons, dan mesensefalon pada sistem saraf otonom , Sebagian besar area dalam substansia retikuler dan traktus solitarius medula, pons dan mesensefalon seperti halnya banyak nuklei khusus mengatur berbagai fungsi otonom seperti tekanan arteri, frekuensi denyut jantung sekresi kelenjar di traktus gastrointestinal, gerakan peristaltik gastrointestinal dan kuatnya
kontraksi kandung kemih.bahwa faktor terpenting yang dikendalikan oleh batang otak yaitu tekanan
arteri,frekuensi denyut jantung, frekuensi pernafasan. Tentu saja transeksi batang otak diatas tingkat midpontin tetap tidak mengganggu pengaturan tekanan dasar dari arteri namun mencegah pengaturan pusat saraf yang lebih tinggi terutama di hipotalamus sebaliknya
transeksi tepat dibawah medula akan memicu tekanan arteri turun sampai kurang dari setengah kali normal selama beberapa jam atau beberapa hari sesudah transeksi.Yang berkaitan dengan pusat pengaturan kardiovaskular pada medula yaitu pusat medula dan pontin untuk pengaturan pernafasan.Walaupun ini tidak sebagai suatu
fungsi otonom, namun yaitu salah satu dari fungsi involunter tubuh. Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang
otak. Contohnya perangsangan area yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular medula dengan cukup
kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari 2 kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi
dan aktivitas gastrointestinal, atau memicu pengosongan kandung kemih. maka , pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang
otak bekerja sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang lebih tinggi.Sebagian besar tanggapan perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus, area
retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang lebih tinggi dapat mengubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan kuat untuk memicu penyakit
yang diinduksi otonom, seperti serangan jantung, tukak lambung, konstipasi, palpitasi jantung
Related Posts:
Keperawatan KEPERAWATAN Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di negara kita yaitu indikator keberhasilan di negara kita . AHH tahun 2015 pada penduduk wanita yaitu 73 &nb… Read More