Kamis, 05 Oktober 2023

Keperawatan





























KEPERAWATAN

 
 
  
Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di negara kita  yaitu  indikator  keberhasilan  di negara kita .  AHH tahun 2015 pada penduduk wanita  yaitu   73  tahun dan laki-laki   69  tahun. keadaan  ini  meningkatkan jumlah manula (manusia lanjut usia)  di negara kita  yaitu 19  juta jiwa (7,7 % dari total penduduk). Pada tahun 2016, jumlah  penduduk manula (manusia lanjut usia)  di negara kita  menjadi 18,799  juta jiwa  diperkirakan pada tahun  2030, jumlahnya akan mencapai 37  juta jiwa.Tahun 2055, 1 dari 4 penduduk negara kita  yaitu  penduduk manula   sedang  sebaran penduduk manula  pada  tahun 2010, manula  yang tinggal di  perkotaan sebesar 12.380.500 (9,66%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.700 (9,89%). ada  perbedaan tinggi  antara manula  yang tinggal di perkotaan dan  perdesaan. Perkiraan tahun 2040 jumlah manula  tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar 
28.822.999 (11,55%), Kecenderungan meningkatnya manula  yang tinggal di perkotaan  
 dipicu   tidak banyak perbedaan antara rural dan urban.  manula (manusia lanjut usia)  mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun dan  faktor resiko terhadap  penyakit  meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami manula (manusia lanjut usia)  yaitu   gangguan keseimbangan, kebingungan, beberapa penyakit  terjadi pada manula (manusia lanjut usia)  antara lain malnutrisi, gangguan fokus, hipertensi, gangguan 
pendengaran,  penglihatan, demensia, osteoporosis,  angka penyakit  pada manula  tahun 2015 di perkotaan yaitu  26 % artinya dari setiap 100 orang manula  di area  perkotaan 28 
orang mengalami sakit. Di pedesaan diperoleh  30,44 % artinya setiap 100 orang manula  di 
pedesaan, 37  orang mengalami sakit.  Usia lanjut akan memicu  masalah  kesehatan sebab  terjadi kemunduran fungsi tubuh jika  tidak dilakukan usaha  pelayanan  kesehatan,  manula  yaitu  kita  jika sudah  mencapai usia 65 tahun ke atas. Menua  bukanlah  penyakit,  namun   proses  yang  berkesinambungan  memicu   perubahan  kumulatif proses  menurunnya daya  tahan  tubuh , Banyak  manula (manusia lanjut usia)  yang masih produktif dalam kehidupan  bermasyarakat,  Menua  Proses menua  yaitu    proses sepanjang hidup, dimulai sejak permulaan kehidupan  alamiah  batasan manula  yaitu  antaralain :
Usia lanjut  antara usia 65-75 tahun, Usia tua  :75-95 tahun,    Usia sangat tua yaitu  usia > 95 tahun,  Ciri-ciri manula  yaitu  antaralain :
-Menua memerlukan  perubahan peran. 
  Perubahan peran itu  dilakukan sebab  manula  mulai mengalami kemunduran   dalam segala hal,  Perubahan peran pada manula  sebaiknya dilakukan atas dasar  kesadaran ditambah keinginan sendiri bukan atas dasar paksaan tekanan dari pihak lain,   manula   menjabat  jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat  tidak memberhentikan manula  sebagai ketua RW sebab  usianya. 
- Perlakuan yang buruk terhadap manula membuat penyesuaian diri manula  menjadi buruk 
juga . Contoh : manula  yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk 
pengambilan keputusan sebab  dianggap pola pikirnya kuno,   inilah yang  memicu  manula  menarik diri dari lingkungan, 
-manula  yaitu masa kemunduran  dari faktor fisik dan  psikologis. Motivasi berperan  penting  dalam kemunduran  manula . contoh  manula   yang bermotivasi  rendah dalam beraktifitas  akan 
mempercepat proses kemunduran fisik,    ada juga manula  yang bermotivasi   tinggi, maka kemunduran fisik  akan tertunda, 
 -manula  berstatus  golongan  minoritas. 
 keadaan  ini akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap manula,  manula   lebih senang  mempertahankan pendapat/hasil karya nya maka sikap sosial  masyarakat menjadi negatif, namun  
ada juga manula  yang memiliki  tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial 
masyarakat menjadi positif.   Penuaan yaitu  perubahan  wujud makhluk hidup,  tubuh, jaringan,  sel, yang  mengalami penurunan  fungsional.  Penuaan yaitu  perubahan degeneratif  kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan  jaringan tubuh lainnya. Dengan  regeneratif manula   rentan  terhadap berbagai penyakit, sindroma  dibandingkan dengan orang muda,  bahwa proses ini faktor genetik.   Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan melalui penyediaan  sarana pelayanan kesehatan yang memadai  bagi manula   untuk meningkatkan derajat  kesehatan manula  agar   lebih berkualitas dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat.  usaha  untuk mendukung kebijakan itu  antara lain pada pelayanan  kesehatan  dengan adanya  Pelayanan Santun manula , meningkatkan usaha  rujukan  kesehatan melalui pengembangan Poliklinik Geriatri Terpadu di Rumah Sakit, Kesadaran setiap manula  untuk  menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin yaitu   hal yang  penting. manula  mengalami perubahan dalam kehidupannya  sehingga memicu   masalah diantaranya yaitu : ⚠️  emosional  yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, yaitu  rasa ingin  berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian manula  kepada  keluarga menjadi sangat besar.  manula  sering marah jika  ada sesuatu yang  kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat  masalah ekonomi yang kurang terpenuhi, 
Masalah spiritual  yang dihadapi terkait  perkembangan spiritual, yaitu  kesulitan untuk 
menghafal kitab suci sebab  daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang 
saat  mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah,  Masalah fisik  yang hadapi oleh manula  yaitu  fisik yang mulai melemah, sering mengidap radang  persendian saat  melakukan aktivitas   berat, indra pengelihatan yang  mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang,   daya tahan tubuh  menurun,  sering sakit, Masalah kognitif  yang hadapi manula  terkait dengan perkembangan kognitif, yaitu   melemahnya daya ingat  (pikun),  sulit  bersosialisasi  dengan masyarakat di sekitar. 
 Tujuan pelayanan kesehatan pada manula  terdiri dari : Mencari usaha  agar  manula  yang menderita suatu     penyakit   masih dapat mempertahankan kemandirian . Mendampingi dan memberi bantuan moril dan perhatian pada manula  yang berada  dalam tahap  terminal sehingga manula  dapat mengadapi kematian dengan tenang,  Mempertahankan derajat kesehatan para manula  pada taraf yang setinggi-tingginya,   sehingga terhindar dari penyakit,  Memelihara keadaan  kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental, 
-Pendekatan fisik  bagi pasien  manula (manusia lanjut usia)   ada  2 bagian, yaitu: pasien  manula  yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien  manula  ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan. pasien  manula  yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari, masih mampu melakukannya sendiri. 
-Pendekatan Psikologis yaitu Perawat berperan  mengadakan  pengajaran  pada  pasien  manula . Perawat  berperan sebagai pendukung , penampung rahasia pribadi dan menjadi sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki 
kesabaran  ketelitian dalam memberi kesempatan  untuk  menerima  keluhan, Perawat harus  
memegang prinsip sabar, simpatik  service. Bila ingin mengubah  pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara 
perlahan dan bertahap.   salah satu usaha  perawat  dalam melakukan pendekatan sosial, dengan Berdiskusi dan  bertukar pikiran menciptakan sosialisasi.  Tahap usia lanjut yaitu  tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan  yaitu   perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, 
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dikaitkan  dengan perubahan degeneratif pada  pembuluh darah, paru-paru, kulit, tulang jantung,saraf  dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada manula  terbatas, mereka lebih  rentan terhadap berbagai penyakit.  Menurut  Teori genetik dan mutasi  menua sudah  terprogram secara genetik untuk spesies – spesies  tertentu. Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang diprogram  oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami  mutasi. contoh  mutasi dari sel-sel  kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)  Kelebihan usaha dan stres memicu  sel-sel  tubuh rusak,  Reaksi dari kekebalan sendiri  Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada  jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat itu  sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Teori “immunology slow virus”  Sistem immune menjadi efektif seiring dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat memicu  kerusakan organ tubuh.  Menua terjadi akibat  kemunduran  sel-sel yang biasa dipakai  tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan  usaha dan stres memicu  sel-sel tubuh lelah terpakai.  Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (golongan  atom) memicu  osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti  protein dan karbohidrat,  Radikal bebas ini  memicu  sel-sel tidak dapat regenerasi. Teori rantai silang : Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya memicu  ikatan yang kuat,  khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini memicu  kurangnya elastis, kekacauan dan kemunduran  fungsi. Teori program : Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sesudah  sel-sel itu  mati. 
 manula  mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.  bahwa manula  yang sukses yaitu  mereka yang aktif dan ikut banyak 
dalam kegiatan sosial.  Kepribadian berlanjut 
 Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada manula . perubahan yang terjadi pada kita  yang manula  sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.  bahwa dengan bertambahnya usia, kita    mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.  ini memicu  interaksi sosial manula (manusia lanjut usia)  menurun, baik secara kualitas atau  kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan  peran  Hambatan kontak sosial ,  Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel dari tubuh manula   dibiakkan lalu diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan  membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem  musculoskeletal,  jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak  dapat diganti jika sel itu  dibuang sebab  mati. maka , sistem itu  beresiko akan mengalami proses penuaan dan memiliki kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki  diri,  Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)  Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada manula . Proses kehilangan elastisitas ini dikaitkan dengan adanya perubahan kimia pada  komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada manula  beberapa protein  (kolagen,  kartilago,  elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk  dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak  kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya    menjadi lebih tebal, seiring  bertambahnya usia. ini  dapat lebih 
mudah dikaitkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya,  cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan 
kecepatan pada system musculoskeletal, 
tentang adanya beberapa  penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan 
kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin itu  membuat struktur membran sel 
mengalami perubahan dan  terjadi kesalahan genetik. Membran sel itu  yaitu   alat sel agar   dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan 
berfungsi juga untuk mengendalikan  proses pengambilan nutrisi dengan proses  ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel  yang sangat penting bagi proses itu , dipengaruhi oleh rigiditas membran. 
Konsekuensi dari kesalahan genetik yaitu  adanya penurunan reproduksi sel  oleh mitosis yang memicu  jumlah sel anak di semua jaringan dan organ  berkurang. ini  akan memicu  peningkatan kerusakan sistem tubuh,   Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih,  yaitu   faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi,  memicu  berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik memicu   terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka  ini  dapat memicu  sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan  itu  sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang  menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah, pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat 
pertumbuhan dan memperpanjang usia . Perpanjangan usia  sebab  jumlah kalori itu  antara lain dipicu  sebab  menurunnya salah satu atau  beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang 
merangsang pruferasi sel contoh   hormon pertumbuhan dan insulin Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan : Lingkungan , Stres,  Hereditas atau ketuaan genetik,    Nutrisi atau makanan, Status kesehatan, Pengalaman hidup, 
Semakin bertambahnya usia  manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif  akan berdampak pada perubahan  pada diri manusia, seperti  seksual perubahan  kognitif, perasaan, sosial ,  Perubahan Fisik :Sistem kardiovaskuler ; Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada manula  yaitu  massa jantung  bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang,   ini  akibat  perubahan jaringan ikat. Perubahan ini dipicu  oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.  Sistem Muskuloskeletal :
Perubahan sistem muskuloskeletal pada manula : Jaringan penghubung (kolagen  dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan  sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago  pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.   Tulang: berkurangnya  kepadatan tulang sesudah  diamati yaitu  bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan memicu  osteoporosis dan lebih lanjut akan memicu  nyeri, 
deformitas dan fraktur.   Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat  bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan  penghubung dan jaringan lemak pada otot memicu  efek negatif. Sendi; pada manula , jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas. 
 Sistem Intergumen: Pada manula  kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis  kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan  berbercak. Kekeringan kulit dipicu  atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. Sistem pendengaran : Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh sebab  kemunduran  kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit 
dimengerti kata-kata, 70% terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sistem saraf : Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf manula . manula  mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.  Sistem reproduksi :   Perubahan sistem reproduksi manula  ditandai dengan menciutnya ovary dan  uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berkesinambungan,  Sistem respirasi : Pada  proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru  tetap namun  volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan  ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak memicu  gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang. Sistem perkemihan :
 Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang menonjol . Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,  reabsorpsi oleh ginjal. 
Pencernaan dan Metabolisme :
 Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata sebab  kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin 
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa, Kesehatan umum , Tingkat pendidikan,  Keturunan (hereditas),  Lingkungan, Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian, Gangguan konsep diri akibat  kehilangan kehilangan jabatan, 
  Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili,   kemunduran  kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri, Perubahan Kognitif terdiri dari perubahan:
Pemecahan Masalah (Problem Solving), 
 Pengambilan Keputusan (Decision Making), 
Kebijaksanaan (Wisdom), Kinerja (Performance),   Motivasi, Memory (Daya ingat),  IQ (Intellegent Quotient), Kemampuan Belajar (Learning),Kemampuan Pemahaman (Comprehension), 
   perubahan fisik pada manula  yaitu : 
-Sistem Kulit : Kulit menjadi keriput dan mengkerut sebab  kehilangan proses keratinisasi dan  kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat  penurunan cairan dan 
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis. 
-Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, 
atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor. 
- Sistem urinaria : Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 
mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan ditambah  penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder. -Sistem Endokrin : Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan  sekresi hormon kelamin contoh : testoteron, estrogen, progesterone,  
-Sel  Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. 
-Sistem Persyarafan : tanggapan  menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak  menurun 10-25%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga memicu   berkurangnya tanggapan  penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf 
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan. 
- Sistem Penglihatan : Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram 
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun. 
- Sistem Pendengaran : kemunduran  atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia 
diatas usia  65 tahun, membran timpani menjadi atrofi memicu  otosklerosis. 
-Sistem Respirasi : Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat, 
memicu  menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum  menurun dan kedalaman nafas menurun juga . Selain itu, kemampuan batuk 
menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,   CO2 arteri tidak berganti. 
-Sistem Gastrointestinal : Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran  esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan  menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun. 
-Sistem Kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan menjadi kaku sebab  kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah kita berusia  20 tahun,  sehingga pembuluh darah  kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya efektifitas  pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, contoh  perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa memicu  tekanan darah menurun  menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi, sebab  meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.  
-Sistem pengaturan temperatur tubuh :
 Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu thermostat (menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi sebab  beberapa faktor  mempengaruhi  yang sering ditemukan yaitu  temperatur tubuh menurun, 
keterbatasan  reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi aktifitas otot rendah.  Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) yaitu  usaha kegiatan kesehatan dasar yang  diselenggarakan dari  oleh dan untuk masyarakat  umun, kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan atau UKBM (usaha  Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang dibentuk berdasar  inisiatif dan kebutuhan masyarakat.  Posyandu manula  yaitu  kebijakan pemerintah untuk memberi pelayanan kesehatan bagi manula  yang diselenggarakan melalui program  Puskesmas dengan melibatkan peran dan  para manula , keluarga, tokoh masyarakat,  organisasi sosial, sebagai suatu fasilitas pos pelayanan terpadu di suatu area  tertentu yang berada di desa/kelurahan dan digerakkan oleh masyarakat agar manula yang tinggal disekitarnya memperoleh  pelayanan kesehatan.   menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan usaha  kuratif dan rehabilitatif,  mewujudkan masa tua yang bahagia dan berdayaguna, Sasaran tidak langsung : Keluarga dimana usia lanjut berada, Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut  Sasaran langsung :
golongan  pra usia lanjut (45-59 tahun) 
golongan  usia lanjut (60 tahun keatas) 
golongan  usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)  jenis pelayanan kesehatan di posyandu manula : Penyuluhan kesehatan baik di dalam atau  di luar golongan  melalui  kunjungan rumah manula  dengan resiko tinggi terhadap penyakit Kunjungan rumah oleh kader ditambah  petugas kesehatan dalam rangka kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) untuk manula  dengan resiko tinggi terhadap penyakit. Pemberian PMT (pemberian makanan tambahan),  Kegiatan olah raga untuk manula,   Pemeriksaan status mental,  Pemeriksaan status gizi,  Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi,  Pemeriksaan Hb sahli, Pemeriksaan gula darah, Pemeriksaan protein urine, mekanisme pelaksanaan kegiatan  posyandu manula:  Pendaftaran : manula  datang berkunjung ke Posyandu manula  dan mendaftarkan diri manula , sendiri atau ditambah  pendamping dari keluarga atau kerabat, manula  yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja lalu ,  Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah pada manula . Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)  Kader melakukan pencatatan di KMS manula  mencakup  : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan manula .  Penyuluhan kesehatan oleh Petugas Kesehatan dari Puskesmas, Dinas kesehatan, Kementrian kesehatan, atau Instansi lain yang bekerja sama dengan Posyandu manula . Penyuluhan kesehatan perorangan berdasar  KMS dan pemberian makanan tambahan, ataupun materi mengenai tindakan promotif dan preventif terhadap  kesehatan manula . Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan mencakup  kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan ringan untuk preventif, rehabilitatif,  kuratif. Pelaksanaan Posyandu manula  dibantu oleh kader kesehatan.  Kader manula yaitu   seorang tenaga sukarela dari  oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu  kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu.Kader kesehatan dapat dibentuk sesuai dengan keperluan untuk menggerakkan  partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan. Tugas kader kesehatan manula  yaitu  antaralain :
Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu tugas – tugas persiapan oleh 
kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik.  Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat 
peraga, obat-obatan yang diperlukan , bahan/materi penyuluhan,  Mengundang  menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu para manula  
untuk datang ke Posyandu,   melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (manula ) untuk datang ke Posyandu, Menghubungi golongan  kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana 
kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu.  menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik persiapan dan  pelaksanaan.  Pelaporan Posyandu manula  ke Puskesmas setiap bulan dan tahun dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)Usia Lanjut atau catatan keadaan   kesehatan yang lazim dipakai  di Puskesmas.   Menyiapkan alat pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, 
pemeriksaan kesehatan, pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT,  Menyiapkan sarana untuk olahraga , Menyiapkan sarana untuk kegiatan keterampilan bagi manula  :kesenian, bina usaha ,  Menyiapkan sarana untuk bimbingan pendalaman agama , Pengelolaan dana sehat  
Melakukan pencatatan (pengisian KMS) bersama petugas kesehatan, 
  Kartu menuju sehat (KMS) yaitu  untuk mencatat keadaan  kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik atau  mental emosional.  KMS  memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di golongan  Usia Lanjut atau Puskesmas, KMS berlaku 2 tahun , 
Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yang tertera. sedang  pada kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan,  kecuali untuk tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, 
Protein)., 
Keterangan : 1. Diisi nomor urut anggota posyandu 2. Diisi biodata sifat  anggota manula , mulai nama, usia  dan seterusnya. 
Keterangan : 3. Catatan ketentuan anjuran perilaku hidup sehat pada manula  yang mencakup  makan minum, kegiatan fisik  sosial. 4. Kode 
penggolongan keluhan yang lazim terjadi pada manula . 5. Catatan keluhan tindakan yang diisi oleh kader dengan kolom yang mencakup ;  
Tanggal/bulan saat kunjungan posyandu  Keluhan yang dirasakan manula  saat kunjungan posyandu.  Tindakan  yang diberikan pada manula  saat kunjungan contoh ; pengobatan, penyuluhan, 
Keterangan : 6. Kolom keterangan kunjungan dalam satuan bulan. 7. Kolom diisi tanggal kunjungan 8. Kolom isian yang menggolongkan 
kemampuan manula  dalam aktivitas sehari ± hari;  Kategori A : manula  mampu melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain.  
Kategori B : manula  melakukan aktivitas sebagian dibantu oleh orang lain.  Kategori C :manula  dalam tidak mampu beraktivitas / total 
dibantu orang lain. 9. Kolom tentang ada atau tidaknya masalah secara emosional pada manula . 10. Kolom tentang status Gizi manula  yang diisi 
sesuai dengan hasil penimbangan pada lembar ³Bagian dalam II´.  lalu  dituliskan berat badan dan  tinggi badan pada kolom 
dibawahnya. 11. Kolom tekanan darah diisi sesuai dengan hasil  pengukuran tekanan darah pada manula . Siastole :hasil pengukuran pada 
detak I (atas) Diástole : hasil pengukuran pada detak II  ( bawah ) 12. Kolom diisi jika manula  diberikan obat 13. Kolom isian hasil penghitungan 
denyut nadi memakai  angka. 14. Kolom tempat isian hasil  pemeriksaan Haemoglobin darah (Hb), lalu  ditulis angka hasil Hb 
dalam satuan g%. 15. Kolom tempat pengisian pemeriksaan urine  reduksi dengan hasil ³positif´ / ³normal´, dengan pemakaian  kode +++. 
16. Kolom tempat pengisian pemeriksaan protein urine dengan hasil  ³positif´ / ³normal´, dengan pemakaian  kode +++. 17. Daftar nilai / 
catatan nilai standar normal yang dapat dipakai  sebagai acuan pengisian. Keterangan : 18. Angka yang menandakan nilai berat badan 
dalam satuan kilogram ( kg ) . 19. Angka yang menandakan nilai tinggi  badan dalam satuan centimeter ( cm ) . 20. jika  hasil ´berat badan´
´tinggi badan´ ditarik lurus, hasil menunjukkan pada kolom warna  kuning menandakan ´IMT kurang´. 21. jika  hasil ´berat badan´ 
´tinggi badan´ ditarik lurus jika  hasil menunjukkan pada kolom  warna hijau menandakan ´IMT normal´. 22. jika  hasil ´berat badan´  ´tinggi badan´ ditarik lurus jika  hasil menunjukkan pada kolom warna merah menandakan ´IMT lebih´. 23. Garis ambang batas. 24. Angka ± angka untuk menentukan ukuran hasil berat badan yang diukur. Semakin tua usia  kita  maka  mengalami kesulitan dalam  memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan  ini akan meningkatkan   ketergantungan manula ,. manula  yang memiliki keluarga dan  
tinggal bersama, dapat dibantu oleh keluarga. 
Namun   manula  tidak memiliki keluarga  tidak 
mampu merawat dan memenuhi kebutuhannya, maka manula  akan tinggal di Panti Werdha.  
  Panti Werdha  yaitu   unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial manula  yang  memberi pelayanan kesejahteraan sosial bagi manula  berupa pemberian  penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, bimbingan sosial mental dan  agama sehingga mereka  dapat menkmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin. panti werdha memenuhi kebutuhan dasar keperawatan kesehatan rohani pada manula   meningkatnya peran dan  keluarga dan masyarakat dalam usaha  pemeliharaan kesehatan manula  dipanti werdha 
  sasaran pembinaan di panti werdha
manula (manusia lanjut usia)  : Berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk  kelangsungan hidupnya, tidak memiliki  keluarga dan atau memiliki keluarga namun  
tidak mampu memelihara manula  itu . 
jenis pelayanan di panti werdha: 
 menggairahkan semangat hidup,  meningkatkan derajat kesehatan  manula  agar  berguna,  bagi dirinya, keluarga, atau  masyarakat. Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan,pembinaan,  Penyuluhan kesehatan dan atau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal  Masalah gizi dan diet, perawatan dasar kesehatan, keperawatan mengenal masalah  gangguan jiwa, olahraga, teknik-teknik berkomunikasi. Rekreasi, Kegiatan lomba antar manula  di dalam atau antar panti werdha. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan manula  di panti atau  masyarakat luas  melalui berbagai macam media, Pemeriksaan berkala oleh petugas kesehatan yang  datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas dengan memakai  KMS manula .  Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang 
memakai  buku catatan pribadi.  Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan keadaan  masing-masing, 
Mengelola diet dan makanan manula  penghuni panti sesuai dengan keadaan   kesehatannya masing-masing. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif. 
Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang  sudah  dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas. Perawatan kesehatan jiwa.  gigi  mulut,   mata. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan. 
 rehabilitasi fisik, mental dan vokasional (keterampilan). Kegiatan ini  dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas panti yang sudah  dilatih.  Melakukan pengumpulan  data pada manula  secara pasien  . Data yang dikumpulkan yaitu  antaralain : Situasi dan keadaan  panti dalam pencapaian tujuan, visi, misi dan motto panti, Data Identitas panti dan sejarah pendirian 
 Sarana dan prasarana pelayanan keperawatan dipanti , Sumber Daya Manusia (SDM) Panti  Fasilitas pendukung pelayanan keperawatan 
Data kesehatan manula  : Data  penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, observasi keadaan  fisik dan mental manula ,  Sesudah  data terkumpul maka dapat disimpulkan masalah 
kesehatan yang terjadi pada manula  di Panti. lalu  merencanakan tindakan yang  akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada manula .  Melakukan tindakan sesuai dengan rencana,   memberi penyuluhan 
kesehatan, konseling,  menilai keberhasilan tindakan pada tahap  intervensi, keperawatan gerontik yaitu  praktek keperawatan yang berkaitan  dengan penyakit pada proses menua / Keperawatan gerontik  yaitu pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu  teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari  bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada pasien  manula (manusia lanjut usia) , baik sehat atau   sakit pada tingkat pasien , keluarga, golongan  dan masyarakat, keperawatan gerontik berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi dan  evaluasi. 
berdasar  pengertian itu  dapat disimpulkan fokus keperawatan gerontik, antaralain 
- Pencegahan penyakit  preventif  untuk mencegah terjadinya penyakit sebab  proses penuaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini mungkin terjadinya penyakit,  yaitu  pemeriksaan kolesterol tekanan darah, gula darah, menjaga pola makan,  makan 3 kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi 
makanan tidak terlalu banyak mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan  mengatur aktifitas dan istirahat, contoh  tidur selama 6-8 jam/24 jam, 
-Peningkatan kesehatan yaitu  memelihara kesehatan  mengoptimalkan keadaan  manula  dengan menjaga perilaku  sehat.  memberi pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada manula , perilaku hidup bersih dan sehat dan  
manfaat olah raga.  
-bimbingan rohani, diberikan ceramah agama, sholat berjamaah, senam  GLO (Gerak Latih Otak) (GLO) dan melakukan terapi aktivitas 
  mendengarkan musik bersama manula  lain 
  Melakukan usaha  kerjasama dengan tim medis untuk  pengobatan pada penyakit yang 
diderita manula , terutama manula  yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit, 
 tujuan keperawatan gerontik,  antaralain 
agar supaya manula (manusia lanjut usia)  dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif,  Menolong dan merawat pasien  manula (manusia lanjut usia)  yang menderita penyakit (kronis atau akut). Memelihara kemandirian manula  yang sakit seoptimal mungkin.  Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup manula , Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan pasien  untuk bertanggung jawab terhadap perawatan dirinya , pemakaian  computer-based untuk pencatatan pasien , Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam,Melalui internet dapat dilakukan pendidikan kesehatan pada pasien   pengendalian  biaya dalam pelayanan kesehatan, pemakaian  terapi alternatif (terapi modalitas dan  terapi komplementer) Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif namun  tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan. 
Diusahakan sesingkat mungkin di pelayanan kesehatan sebab  pergeseran pelayanan dari RS ke rumah, Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi  transkultural, mengintegrasikan terapi alternatif kedalam metode praktik pendidikan  kesehatan itu . Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu memberi pelayanan atau informasi yang bermanfaat agar pelayanan menjadi lebih baik.  
 Pengembangan model pelayanan keperawatan menjadi holistic model, yang memandang manusia secara menyeluruh, melakukan praktik mandiri, “home care”,  memiliki pemahaman keperawatan transkultural (berbasis budaya) 
sehingga efektif dalam memberi pelayanan type self care,   Perawat mampu menangani masalah  kronis dan ketidakmampuan pada manula ,  Perawat melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini dan  manajemen 
kesehatan secara tepat, fungsi perawat gerontik yaitu :  
membimbing segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat, menghilangkan perasaan takut tua, menghormati hak orang lanjut usia yang lebih tua memantau dan mendorong kualitas pelayanan, 
memperhatikan dan  mengurangi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan, mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan, 
membuka kesempatan manula  agar   mampu 
berkembang berkreativitas, memberi dukungan, 
memberi semangat, harapan pada manula, 
membantu manula melakukan usaha  pemeliharaan  dan pemulihan kesehatan, 
melakukan koordinasi  manajemen keperawatan, 
memahami keunikan  aspek fisik, emosi, sosial dan spritual,  mendukung  etika yang sesuai dengan tempat bekerja, memberi 
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian, 
-  diagnosa  keperawatan gerontik yaitu  keputusan klinis yang berfokus pada tanggapan  manula  terhadap keadaan  kesehatan atau  kerentanan tubuhnya baik manula  sebagai pasien , manula  di keluarga atau  manula  dalam golongan nya.  beberapa tipe diagnosa  keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko, kemungkinan, sehat,  sejahtera dan sindrom. 
diagnosa  keperawatan risiko atau risiko tinggi 
yaitu   menggambarkan kerentanan  manula  sebagai  pasien , keluarga, golongan  dan   komunitas yang memungkinkan berkembangnya suatu   tanggapan   yang tidak diinginkan pasien  terhadap  keadaan  kesehatan kehidupannya. 
 diagnosa  berfokus pada masalah 
menggambarkan tanggapan  yang tidak diinginkan pasien  terhadap keadaan   kesehatan,  keluarga, golongan  dan komunitas ini  didukung oleh batasan sifat  golongan  data yang saling berhubungan, ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,  gangguan pola nafas,   pola tidur,   disfungsi proses keluarga, 
 Contoh diagnosa  risiko yaitu : Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua, Risiko distress spiritual.   Risiko kekurangan volume cairan, Risiko terjadinya infeksi, Risiko intoleran aktifitas, 
 diagnosa  keperawatan promosi kesehatan  
menggambarkan  keinginan  meningkatkan kesejahteraan kesehatan  pasien , keluarga, golongan  atau komunitas. tanggapan  dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan Contoh :  Kesiapan  meningkatkan nutrisi, meningkatkan religiusitas, pengetahuan, kemampuan pembuatan keputusan, komunikasi, 
 diagnosa  keperawatan sindrom menggambarkan suatu golongan  diagnosa  keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah secara bersama dan melalui intervensi yang sama. contoh yaitu  sindrom nyeri kronik menggambarkan sindrom diagnosa  nyeri kronik yang berdampak keluhan lainnya pada tanggapan  pasien , keluhan itu  biasanya diagnosa  gangguan pola tidur, isolasi sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Contoh:   Sindrom kekerasan trauma,  kelelahan manula ,   tidak berguna, 
 Penentuan prioritas diagnosa  ini dilakukan pada tahap perencanaan sesudah  tahap 
diagnosa  keperawatan. Dengan menentukan diagnosa  keperawatan, maka perawat dapat 
mengetahui diagnosa  mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera 
dilakukan. ada  beberapa pendapat/hasil karya  untuk menentukan urutan prioritas, yaitu: 
 --berdasar  tingkat kegawatan (mengancam jiwa)  yang dilatarbelakangi prinsip pertolongan pertama,  dengan membagi beberapa  prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah. - Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa  ) sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan napas (jalan napas yang tidak effektif). -Prioritas sedang:  menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam 
hidup pasien  seperti masalah higiene perseorangan. - Prioritas rendah:  ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit  seperti masalah keuangan atau lainnya, 
-- berdasar  kebutuhan Maslow,  Maslow menentukan prioritas diagnosa  yang akan direncanakan berdasar  kebutuhan, diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai ,  memiliki, harga diri,  aktualisasi diri. Untuk prioritas diagnosa  yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan itu  berdasar  kebutuhan dasar  manusia, diantaranya: 
-Kebutuhan harga diri  mencakup  masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi diri sendiri.  
-Kebutuhan aktualisasi diri mencakup  masalah kepuasan terhadap lingkungan. 
-Kebutuhan fisiologis mencakup  masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas,  eliminasi. 
- Kebutuhan keamanan dan keselamatan 
mencakup  masalah lingkungan, keadaan  tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut. 
-Kebutuhan mencintai dan dicintai  mencakup  masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam golongan  antar manusia.  
 pemicu  gangguan nutrisi pada manula  yaitu rasa penuh pada perut  susah buang air besar,  otot-otot lambung dan usus melemah,  penurunan alat penciuman dan pengecapan,  pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap, 
 Rencana makanan untuk manula  : Berikan makanan yang mengandung serat, Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori, 
 Batasi minum kopi dan teh.  Berikan makanan sesuai dengan kalori yang diperlukan ,  Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,  
Gangguan keamanan dan keselamatan manula  : 
Lantai licin dan tidak rata.  Tangga tidak ada pengaman.  Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.Fleksibilitas kaki yang berkurang. 
Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun. 
 Pencahayaan yang berkurang. 
 Tindakan mencegah kecelakaan : 
Letakkan bel didekat pasien  dan ajarkan cara pemakaian nya. pakai  tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.  Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar manula  menempatkan alat-alat yang biasa dipakai nya, usahakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.  Pasang pegangan dikamar mandi/WC  Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya pakai  lampu 70-100 watt.
Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan manula  untuk memejamkan mata sesaat.
menyarankan  manula  memakai  alat bantu untuk meningkatkan keselamatan. Latih manula  untuk pindah dari tempat tidur ke kursi. Biasakan memakai  pengaman tempat tidur jika tidur. 
 Bila mengalami masalah fisik contoh  reumatik,  latih pasien  untuk memakai  alat  bantu berjalan. 
 Bantu pasien  kekamar mandi terutama untuk manula  yang memakai  obat penenang/deuretik. 
menyarankan  manula  memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu. Usahakan ada yang menemani jika berpergian.  Tempatkan manula  diruangan yang mudah dijangkau, 
tindakan untuk kebersihan diri, antara lain : 
Bantu manula  untuk melakukan usaha  kebersihan diri, Membantu manula  untuk menggunting kuku, menyarankan  manula  untuk memakai  sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan skin lotion, Ingatkan manula  untuk membersihkan telinga dan mata,  Gangguan kebersihan diri pemicu  kurangnya perawatan diri pada manula  yaitu  : Kelemahan dan ketidak mampuan fisik,  Penurunan daya ingat,Kurangnya motivasi,  
  Gangguan istirahat tidur  tindakannya, antara lain : Latih manula  dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi darah dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi),   Berikan minum susu hangat sebelum tidur, Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-bauan,  Sediakan tempat tidur yang nyaman,  Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari, 
-Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi   tindakan yang dilakukan antara lain :  memberi kesempatan manula  untuk mengekspresikan atau perawat tanggap 
terhadap tanggapan  verbal manula ,  melibatkan manula  untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan manula , menghargai pendapat/hasil karya  manula . berkomunikasi dengan manula  dengan kontak mata, mengingatkan manula  terhadap kegiatan yang akan dilakukan,  menyediakan waktu berbincang-bincang untuk manula ,Dorong aktifitas sosial dan komunitas,  
Dorong  manula  untuk mengembangkan hubungan,  Dorong manula  berhubungan dengan kita  yang memiliki tujuan dan ketertarikan 
yang sama, mempertahankan kebutuhan aktifitas pada manula  mencakup  : 
 olahraga bagi manula /Aktifitas fisik yaitu  gerakan tubuh yang memerlukan  energi; seperti berjalan, mencuci, menyapu, Olah raga yaitu  aktifitas fisik yang terstruktur, melibatkan gerakan tubuh berulang yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, Manfaat olah raga : Menurunkan risiko terjadinya penyakit kencing manis, hipertensi dan jantung,  Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur, Mengurangi konstipasi, Meningkatkan kekuatan tulang, otot dan fleksibilitas.  Meningkatkan kekuatan jantung sehingga sirkulasi darah meningkat, Menurunkan tekanan darah, Meningkatkan  keseimbangan dan koordinasi, 
Memperkuat sistem imunitas,  Meningkatkan endorphin zat kimia di otak menurunkan nyeri sehingga perasaan tenang dan  semangat hidup meningkat, Mencegah obesitas, Mengurangi kecemasan dan depresi, 
Jenis Terapi Aktivitas golongan  pada manula  
-Stimulasi Sensori (Musik),  manula  dilatih dengan mendengarkan musik terutama 
musik yang disenangi. 
- Stimulasi Persepsi  pasien  dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan tanggapan  manula  terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi adaptif. Stimulus yang disediakan: seperti membaca majalah, menonton acara televisie. 
Stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi manula  yang 
mal adaptif atau destruktif, contoh  kemarahan dan kebencian. 
 - manula  diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar pasien , yaitu diri sendiri, orang 
lain yang ada disekeliling pasien  atau orang yang dekat dengan pasien ,  lingkungan yang pernah memiliki  hubungan dengan pasien . Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua keadaan  nyata.  pasien  dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan pasien  yang ada disekitar pasien . Sosialisasi dapat juga  dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu per satu), 
golongan , dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam golongan . 
 

SISTEM SARAF OTONOM 1

Sistem saraf otonom (ANS/ autonomic nervous system) berperan penting dalam aktivitas 
involunter tubuh (yang diantaranya mencakup termasuk homeostasis termoregulasi, 
kardiovaskular, dan gastrointestinal). ANS terbagi kedalam 2 cabang , yaitu sistem saraf simpatetik (SNS/ sympathetic nervous system), yang mengendalikan tanggapan  ”fight or flight", dan sistem saraf parasimpatetik (PNS/ parasympatethic nervous system), yang  
 mengawasi fungsi-fungsi pemeliharaan tubuh,  mencakup fungsi  pencernaan dan sistem genitourinari. Aktivitas PNS dan SNS  penting untuk  fungsi kehidupan manusia. keadaan  penyakit atau  stres akibat  tindakan operasi keduanya   memicu   perubahan  pada ANS, bahkan bisa memicu efek yang berbahaya bagi tubuh.  tujuan selama penanganan anestetik yaitu  untuk merekayasa  tanggapan  otonom normal tubuh agar   dapat menjaga pasien tetap dalam keadaan  aman. saat ini diketahui memiliki banyak 
obat-obatan farmakologis yang dapat merubah aktivitas otonom; namun , untuk memakai  obat-obatan ini, harus menelusuri pemahaman lebih jauh bagaimana ilmu anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom. 
Sistem Saraf Simpatetik :
Serabut preganglionik SNS berasal dari area  torakolumbalis spinalis, Badan sel neuron ini  terletak pada materi abu-abu (gray matter) tulang belakang, dan serabut  saraf memanjang ke ganglia berpasangan di sepanjang rantai simpatik, mengarah langsung  secara lateral ke kolumna vertebral, atau ke pleksus distal yang tidak berpasangan (contohnya:Pleksus celiaca atau pleksus mesenterik). Serabut simpatetik preganglionik  bersinapsis pada ganglion di tingkat asalnya pada korda spinalis,  juga   menaiki dan menuruni ganglia berpasangan sehingga timbul tanggapan  simpatetik yang tidak 
hanya terbatas pada 1 segmen saja. Neuron pascaganglionik SNS lalu  mengarah ke organ target. maka , serabut praganglion simpatetik biasanya secara relatif pendek, ini  sebab  ganglia simpatetik  berposisi dekat dengan sistem saraf pusat (SSP), dan serabut pascaganglionik memanjang sebelum menginervasi organ-organ efektor, Representasi skematis sistem saraf otonom yang menggambarkan inervasi 
fungsional organ-organ efektor tepi dan asal anatomik saraf otonom tepi dari tulang belakang.  
 Representasi skematis sistem saraf otonom yang menggambarkan inervasi fungsional organ-
organ efektor tepi dan asal anatomik saraf otonom tepi dari tulang belakang.  ditampilkan inervasi persarafan simpatetik dari paravertebral ke 
organ efektor. Pada gambar  ditampilkan invervasi persarafan parasimpatetik dari  paravertebral ke organ efektor.Angka romawi pada saraf yang berasal dari area  tektum  batang otak yaitu  mengacu pada saraf-saraf kranial yang memberi aliran parasimpatetik ke organ-organ efektor kepala, leher, dan trunkus/ batang tubuh. Serabut praganglionik dan serabut pascaganglionik dari sistem saraf parasimpatetik 
melepaskan asetilkolin (ACh) sebagai neurotransmiter. sedang  untuk sistem saraf 
simpatetik, neurotransmitter yang dilepaskan diujung terminal preganglionik dari sistem saraf 
simpatetik yaitu  asetilkolin (ACh), dan neurotransmitter yang dilepas di serabut 
pascaganglionik yaitu  norepinefrin (NE) (kecuali serabut pascaganglionik untuk kelenjar 
keringat, yang melepaskan ACh).
 Norepinefrin yaitu  neurotransmiter utama yang dilepaskan di ujung terminal neuron 
pascaganglionik pada sinaps dengan organ target Neurotransmiter sistem saraf pusat primer lainnya yaitu  mencakup epinefrin dan dopamin. Selain itu, kotransmiter, seperti  adenosin trifosfat (ATP) dan neuropeptida Y juga dapat memodulasi aktivitas simpatetik.  Norepinefrin dan epinefrin dapat mengikat secara pascasinaptik dengan reseptor adrenergik, yang mencakup  reseptor α1-, β1-, β2-, dan β3. saat  norepinefrin berikatan dengan reseptor α2,  yang berlokasi secara prasinapstik pada terminal simpatetik pascaganglionik, pelepasan norepinefrin berikutnya  menurun (umpan balik negatif). Dopamin (D) berikatan dengan reseptor D1 secara pascasinaptik atau dengan reseptor-reseptor D2 secara prasinaptik. 
  Pelepasan neurotransmiter norepinefrin (NE) dari ujung saraf yang membangkitkan stimulasi 
reseptor-reseptor pascasinaptik menjadi 3 yaitu α1, β1, dan β2. Stimulasi reseptor α2-
prasinaptik dapat menghasilkan penghambatan pelepasan norepinefrin dari ujung saraf. 
Neurotransmitter simpatetik disintesis dari tirosin pada ujung saraf simpatetik pascaganglionik 
 Langkah pembatas laju yaitu  transformasi tirosin menjadi  dihidroksifenilalanin (DOPA), yang dikatalisis oleh enzim tirosin hidroksilase. DOPA 
lalu  dikonversi menjadi dopamine, lalu saat  sudah masuk ke vesikel penyimpanan pada 
terminal saraf, maka oleh beta-hidroksilasi akan dikonversi menjadi norepinefrin. Pada medula 
adrenal, norepinefrin dimetilasi menjadi epinefrin. Neurotransmiter disimpan pada vesikula 
sampai saraf pascaganglionik terstimulasi. lalu  vesikula menyatu dengan membran sel 
dan melepaskan kandungannya ke dalam sinaps  Secara umum, 1% dari total  norepinefrin yang disimpan akan dilepaskan dengan tiap depolarisasi, sehingga akan ada   banyak cadangan fungsional. Norepinefrin lalu  berikatan dengan reseptor adrenergik prasinaps dan pascasinaps. Reseptor pascasinaptik lalu  mengaktifkan sistem ‘post mesengger’ melalui aktivitas yang berkaitan dengan protein G. Sesudah  norepinefrin dilepaskan dari reseptor, sebagian besar norepinefrin akan secara aktif diambil kembali (reuptake) di terminal saraf prasinaptik dan diangkut ke vesikula penyimpanan. Norepinefrin yang lolos dari proses reuptake (penyerapan kembali) dan masuk ke sirkulasi akan termetabolisasi baik oleh enzim monoamine oksidase (MAO) atau enzim catechol-O-methyltransferase (COMT) di dalam darah, liver, atau ginjal. 
 Sistem Saraf Parasimpatik 
PNS muncul dari saraf kranial III, VII, IX, dan X, dan  dari segmen sakrum, Tidak seperti ganglia SNS, ganglia PNS berlokasi di dekat organ-organ target nya (atau bahkan di dalam organ-organ itu ) Seperti  SNS, terminal saraf praganglionik  melepaskan ACh ke dalam sinaps, dan sel postganglionik akan mengikat  ACh melalui reseptor nikotinik. Terminal saraf pascaganglionik lalu  akan melepaskan  ACh ke dalam sinapsis yang dimiliki oleh sel organ target. Reseptor ACh pada organ target  yaitu  reseptor muskarinik. Seperti halnya reseptor adrenergik, reseptor muskarinik bergabung  dengan protein G dan sistem kurir kedua. ACh pun secara cepat dinonaktifkan di dalam sinaps  oleh enzim cholinesterase.  Gambar Pelepasan dan penyerapan kembali norepinefrin pada terminal saraf simpatetik. 
aad = L-amino dekarboksilase aromatik; DβH: dopamin β-hidroksilase; dopa, L-
dihidroksifenialanin; NE, norepinefrin; tyr hyd: tirosin hidroksilase; tanda lingkaran 
tebal/utuh: pembawa aktif. 
Farmakologi Adrenergik 
Katekolamin endogen, Norefineprin, 
Norepinefrin, yaitu  satu neurotransmiter adrenergik primer yang dapat berikatan dengan 
reseptor α dan β. Norepinefrin utamanya dipakai  untuk meningkatkan resistensi vaskular 
sistemik melalui efek α1-adrenergik nya. Seperti semua katekolamin endogen, waktu paruh 
yang dimiliki norepinefrin cukuplah pendek (2,5 menit), sehingga neorepinefrin  diberikan melalui infus berkelanjutan  dengan laju 3 mg/menit atau lebih dan dititrasi untuk mencapai efek yang diinginkan. Peningkatan resistensi sistemik diketahui dapat memicu reflex bradikardi. Selain itu, sebab  norepinefrin dapat membatasi sirkulasi paru-paru, ginjal, dan mesenterik, maka  pemberiannya melalui infus haruslah terus dimonitor untuk 
mencegah terjadinya organ injury. Infus norepinefrin yang berkepanjangan juga dapat 
memicu  iskemia pada jemari sebab  sifatnya yang yaitu  vasokonstriktor perifer. 
Seperti halnya norepinefrin, epinefrin juga dapat berikatan dengan reseptor α- dan β-adrenergik. Epinefrin eksogen dapat diberikan melalui intravena pada para pasien yang berada 
dalam keadaan  gawat darurat yang mengancam jiwanya untuk menangani keadaan  henti jantung, 
kolaps sirkulasi, dan anafilaksis. Senyawa ini juga biasa dipakai  secara lokal untuk mengurangi penyebaran anestesi lokal dan untuk mengurangi laju kehilangan darah sebab  tindakan operasi. Beberapa efek terapeutik yang dimiliki epinefrin diantaranya yaitu  inotropi positif, kronotropi, dan peningkatan konduksi pada jantung (β1); relaksasi otot polos pada  pembuluh darah dan bronkial (β2); dan  vasokonstriksi (α1). Efek yang bersifat mendominasi  sangatlah tergantung pada dosis epinefrin yang diberikan. Epinefrin juga memiliki efek endokrin dan metabolik yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, laktat,  free fatty acid.  
Dosis intravena 1,0 mg  diberikan untuk penanganan syok anafilaksis, kolaps kardiovaskular, asistol, fibrilasi ventrikel, disosiasi elektromekanis, atau untuk mengkonstriksi 
(menyempitkan) pembuluh darah tepi,  mempertahankan perfusi miokardium dan serebral. Pada keadaan yang bersifat tidak terlalu akut, epinefrin dapat diberikan melalui infusi berkelanjutan . tanggapan  masing-masing pasien terhadap epinefrin cukuplah beragam, sehingga infus harus dititrasi untuk memberi efek/ pengaruh, dan pasien pun harus terus dimonitor untuk 
mengetahui muncul tidaknya tanda-tanda gangguan pada ginjal, otak, atau perfusi miokardium.  laju infusi 1 hingga 2 mg/menit haruslah dapat  merangsang reseptor β2 
dan menurunkan resistensi saluran pernafasan dan tonus pembuluh darah. Laju 2 hingga 10 
mg/menit bisa  meningkatkan laju denyut jantung, kontraktilitas, dan konduksi melalui 
nodus artrioventrikular. Pada dosis yang lebih tinggi dari 10 mg/menit, efek α1-adrenergik 
akan mendominasi, dan vasokonstriksi umum yang dihasilkan dapat memicu refleks 
bradikardia. Epinefrin  dapat diberikan dalam bentuk aerosol untuk menangani edema saluran 
pernafasan. Bronkospasme dapat ditangani epinefrin yang diberikan secara subkutan dalam 
dosis 300 mg setiap 20 menit dengan maksimum tiga dosis. pemakaian  epinefrin dapat 
menangani bronkospasme, melalui efek langsungnya sebagai bronkodilator, dan sebab  
senyawa ini dapat mengurangi pelepasan zat bronkospastik yang diinduksi antigen (seperti 
yang terjadi selama anafilaksis) dengan menstabilkan sel-sel mastosit yang melepaskan zat-zat ini. sebab  epinefrin dapat mengurangi periode refrakter miokardium, maka risiko aritmia 
selama anestesi halotan akanlah meningkat saat  epinefrin diberikan. Risiko aritmia tampaknya   lebih rendah pada anak-anak, namun dapat meningkat jika terjadi hipokapnia. 
 Dopamin Selain dapat mengikat ke reseptor α dan β, dopamin juga dapat berikatan dengan reseptor 
dopaminergik. Selain efek langsungnya, dopamin dapat beraksi secara tidak langsung melalui 
penstimulasian pelepasan norepinefrin dari vesikula penyimpanan. Dopamin memiliki 
keunikan atas kemampuannya untuk meningkatkan aliran darah melalui ginjal dan mesenterik pada keadaan   yang mirip renjat dengan mengikat ke reseptor D1 postjungsional. 
Dopamin secara cepat dimetabolisme oleh MAO dan COMT, dan dopamin diketahui memiliki 
waktu paruh 1 menit, sehingga dopamin harus diberikan melalui infus berkelanjutan . Pada dosis 
 antara 0,5 dan 2,0 mg/kg/menit, reseptor D1 terstimulasi dan jaringan pembuluh ginjal dan 
mesenterik menjadi terdilatasi. saat  infus ditingkatkan menjadi 2 sampai 10 mg/kg/menit, 
reseptor β1 akan terstimulasi, dan ini  pun akan meningkatkan kontraktilitas dan  curah 
jantung. Pada dosis ≥ 10 mg/kg/menit, pengikatan reseptor α1 pun mendominasi, dan ini  
ditandai dengan konstriksi vaskulatur yang menurunkan manfaat dari perfusi ginjal. 
 Di masa lalu, dopamin seringkali dipakai  untuk menangani pasien penderita syok. Konsep 
dasarnya yaitu  bahwa penginfusian dopamin – melalui peningkatan aliran darah ginjal – 
dianggap dapat melindungi ginjal dan membantu diuresis. Namun, beberapa penelitian terbaru 
sudah  menemukan bahwa dopamin tidak memiliki efek yang menguntungkan bagi fungsi ginjal pada keadaan syok, dan pemakaian  rutinnya bagi para pasien penderita syok pun kembali diperdebatkan. 
Katekolamin sintetis  
Isoproterenol (Isuprel) bisa  memicu stimulasi β-adrenergik non selektif dan murni. Stimulasi β1-adrenergik nya yaitu  lebih tinggi dari efek β2-adrenergiknya. Pojugaritas senyawa ini  menurun sebab  diketahui bahwa isoproterenol bisa  memicu berbagai efek samping, yang diantaranya mencakup takikardia dan aritmia. Zat ini sudah tidak menjadi  bagian di dalam protokol Dukungan Hidup Jantung Lanjut, dan sekarang zat ini dipakai  sebagai senyawa kronotropik bagi mereka yang memperoleh  transplantasi jantung. sebab  isoproterenol tidak masuk ke ujung-ujung saraf adrenergik, maka waktu paruhnya yaitu  lebih lama dibandingkan  katekolamin endogen. 
Dobutamin 
Dobutamin,  yaitu suatu analog sintetis dopamine yang diketahui memiliki efek β1-adrenergik. Jika dibandingkan dengan isoproterenol, efek inotropi diketahui lebih dominan dibandingkan  kronotropi. Dobutamin dapat memunculkan efek tipe β2 yang lebih rendah dibandingkan dengan isoproterenol, dan juga efek tipe α1 yang lebih rendah dibandingkan dengan norepinefrin. Dobutamin  berguna bagi para pasien penderita gagal 
jantung kongestif (CHF/congestive heart failure) atau infark miokardium yang diperburuk 
dengan rendahnya curah jantung. sebab  dobutamin dapat secara langsung menstimulasi 
reseptor-β1, maka dopamin tidak tergantung pada simpanan norepinefrin endogen untuk 
pengaruhnya, dan akan masih berguna pada keadaan  dimana pasien kekurangan katekolamin, 
 contohnya pada masalah  pengidapan gagal jantung kongestif kronis. Penanganan 
berkepanjangan dengan dobutamin  dapat memicu  penurunan regulasi reseptor-
β sesudah  3 hari. Untuk pemberian dosis yang lebih rendah dibandingkan  20 mg/kg/menit biasanya tidak  akan memicu  takikardia  
Fenoldopam yaitu   satu agonis D1 selektif dan vasodilator yang kuat yang  meningkatkan aliran darah ginjal dan diuresis. maka fenoldopam sudah 
tidak lagi dipakai  untuk penanganan hipertensi kronis atau gagal jantung kongestif. Sebagai 
gantinya, fenoldopam intravena, dengan laju infusi 0,1 sampai 0,8 mg/kg/menit, sudah  disetujui 
untuk diaplikasikan di dalam penanganan hipertensi parah. Fenoldopam dapat menjadi 
pengganti natrium nitroprusida dengan tingkat efek samping yang lebih rendah (contohnya: 
pasien tidak akan mengalami toksisitas tiosianat, efek rebound, atau sindrom curi koroner), dan 
sekaligus dapat meningkatkan fungsi ginjal. Efek puncak dari zat ini akan memakan waktu 15 
menit. Amina Simpatomimetik Non-katekolamina 
Hampir dari seluruh amina simpatomimetik non-katekolamin beraksi pada reseptor α dan β 
melalui aktifitas langsung (pengikatan obat oleh reseptor adrenergik) atau  tidak langsung 
(pelepasan simpanan norepinefrin endogen). Mefentermin dan metaraminol diketahui sudah 
jarang dipakai  lagi, sehingga amina simpatomimetik non-katekolamin biasanya  
dipakai  saat ini yaitu  efedrin.  Efedrin  dapat meningkatkan tekanan darah arteri dan memiliki efek inotropik positif. sebab  tidak memiliki efek yang merugikan pada aliran darah uterus (pada model hewan),  maka efedrin menjadi sering dipakai  sebagai presor pada para pasien hamil yang menderita tekanan darah rendah. namun , fenilefrin lebih umum dipilih sebab  kemampuannya  untuk menurunkan tingkat risiko akan asidosis janin, Sebagai  akibat  dari efek stimulasi β1-adrenergik, efedrin  sangat membantu di dalam menangani hipotensi dengan tingkat keparahan sedang, terutama jika keadaan  itu  ditambah  dengan bradikardia. Dosis efedrin yang biasa diberikan yaitu  2,5 sampai 25 mg via intravena atau 25 sampai 50 mg yang diberikan secara intramuskular.Takifilaksis yaitu   efek 
 samping tidak langsung dari efedrin bisa  terjadi jika simpanan norepinefrin berkurang atau 
habis. Selain itu, walaupun obat-obatan dengan aktivitas tak-langsung banyak dipakai  
sebagai terapi lini pertama untuk penanganan hipotensi intraoperatif, namun beberapa 
penelitian epidemiologis (yang mengkaji tentang efek samping selama anestesi) menunjukkan 
bahwa ketergantungan pada efedrin di dalam keadaan  gawat darurat dapat memicu  
kematian (morbiditas). 
 Agonist reseptor α-Adrenergik selektif 
Agonis α1-Adrenergik 
Fenilefrin 
Fenilefrin (Neo-Sinefrin),  yaitu   α1-agonis selektif yang sering kali dipakai  untuk bvasokonstriksi tepi saat  curah jantung mencukupi (contoh  pada masalah  hipotensi sesudah  pemakaian  anestesi spinal). Zat ini juga dapat dipakai  untuk mempertahankan beban-hilir pada pasien dengan stenosis aorta yang perfusi koronernya terganggu sebab  penurunan bresistensi vaskular sistemik. saat  diberikan secara intravena, fenilefrin memiliki onset yang  cepat dengan durasi aksi yang relatif singkat (5 hingga 10 menit). Zat ini  diberikan  sebagai bolus 40 sampai 100 mg atau sebagai infus dengan laju 10 sampai 20 mg/menit. 
Fenilefrin dengan dosis sampai 1 mg bisa  memperlambat takikardia supraventrikular 
melalui aksi refleks nya. Fenilefrin juga dapat berperan sebagai dekongestan hidung. Jika 
dipakai  secara topikal, baik sebagai terapi tunggal atau terapi yang dikombinasikan dengan 
anestesi lokal, fenilefrin dapat dipakai  pada lubang hidung sebelum dilakukannya intubasi 
nasotrakeal. 
 Agonis α2-Adrenergik 
α2-agonis  memiliki arti  untuk dijadikan sebagai analgesik dan tambahan anestetik. Efek utama dari zat ini yaitu  bersifat simpatolitik. Zat ini   
menurunkan pelepasan norepinefrin tepi melalui penstimulasikan reseptor-reseptor α2 
penghambatan prajungsional. Secara tradisional, zat ini sudah  dipakai  sebagai obat anti 
hipertensi, namun pengaplikasiannya semakin sering dilakukan untuk fungsi sedasi, anti-
anxiety (anti cemas), dan analgesik. 
Clonidin 
Clonidin yaitu  obat agonis selektif α2-adrenoreseptor. Efek antihipertensi nya berasal dari  atenuasi pusat dan outflow simpatetik. Penghentian pemakaian  clonidine diketahui dapat 
memicu terjadinya krisis hipertensi, maka , pemberian clonidine harus terus  diteruskan selama periode perioperasi. Clonidine dalam bentuk patch/ koyo transdermal sudahl tersedia data tentang pemakaian  Î±2-agonis sebagai anestesi tunggal  terbatas, namun  obat ini bisa  mengurangi tingkat kebutuhan akan anestesi intravena atau inhalasi lainnya sebagai bagian dari teknik anestesi umum atau regional. pemakaian  clonidine, dexmedetomidine, dan 
mivazerol selama perioperasi diketahui dapat menurunkan risiko infarksi miokardium dan 
tingkat kematian perioperasi pada para pasien yang pernah memperoleh  tindakan bedah 
vaskular.Selain pemakaian nya selama operasi, α2-agonis bisa  memberi efek analgesi 
yang efektif untuk menangani nyeri akut dan kronis, khususnya sebagai pelengkap anestetik 
lokal dan opioid. Clonidine epidural dapat diindikasikan untuk penanganan nyeri yang sulit 
diatasi, yang dimana ini  dijadikan dasar atas pemakaian  clonidine parenteral di Amerika 
Serikat disimpulkan masih menjadi obat langka. Clonidine juga dapat dipakai  untuk 
menangani pasien penderita distrofi reflex simpatetik dan sindrom-sindrom nyeri neuropatik 
lainnya.  
Deksmedetomidin 
Seperti clonidine, dexmedetomidine  bersifat selektif kuat untuk reseptor-α2. Waktu paruh dexmedetomidine yaitu  2,3 jam, dan waktu paruh distribusinya tidak lebih dari 5 menit,  dimana ini  membuat efek klinisnya sangat singkat. Tidak seperti clonidine, dexmedetomidine tersedia dalam bentuk cairan intravena. Dosis yang biasa dipakai  yaitu   infus 0,3 - 0,7 mg/kg/jam baik dengan atau tanpa dosis awal 1 mg/kg yang diberikan selama 
10 menit.Pada para pasien  yang sehat, dexmedetomidine bisa  meningkatkan risiko 
sedasi, analgesia, dan amnesia; obat ini bisa  mengurangi laju detak jantung dan curah 
jantung  sesuai pada dosis yang dipakai . Efek sedatif dan analgesik dari obat ini dianggap 
sudah dapat dipakai  di dalam praktek klinik. Dampak minor dari sedasi yang terinduksi α2 
terhadap fungsi pernafasan – yang dikombinasikan dengan singkat nya durasi aksi 
dexmedetomidine –membuat obat ini dapat dipakai  untuk intubasi fiberoptik. Infus 
dexmedetomidine perioperatif di dalam penanganan pasien obesitas penderita Obstructive 
Sleep Apnea (OSA) diketahui dapat meminimalisir tingkat kebutuhan akan narkotik, dan selain 
itu, pemakaian  obat ini juga diketahui dapat memberi efek analgesia yang cukup. 
 Agonis reseptor β2-Adrenergik 
β2- agonis dapat dipakai  untuk menangani penyakit saluran pernafasan akut. Zat biasanya  
dipakai  diantaranya mencakup metaproterenol (Alupent, Metaprel), terbutaline (Brethine, 
Bricanyl), dan albuterol (Proventil, Ventolin). β2-Agonis juga dapat dipakai  untuk 
menginterupsi persalinan prematur. Ritodrine (Yutopar) sudah  tersedia di pasaran untuk tujuan/ 
indikasi ini. Sayangnya, efek samping dari pemakaian  Î²1-adrenergik seringkali muncul, 
terutama saat  obat itu  diberikan secara intravena. Dalam dosis yang tinggi, selektivitas 
β2-reseptor dapat hilang sehingga memicu  efek samping yang parah akibat  stimulasi β1-
adrenergik itu . 
 Antagonis reseptor α-Adrenergik 
α1- antagonis sudah  lama dipakai  sebagai obat antihipertensi, namun sebab  efek sampingnya 
(yang diantaranya mencakup hipotensi ortostatik yang menonjol  dan juga retensi cairan), maka 
obat ini menjadi kurang pojuga r. Sebagai penggantinya, sudah  ditemukan obat-obatan 
pengganti yang sudah beredar di pasaran untuk dipakai  di dalam pengendalian tekanan 
darah arteri.  
 Fenoksibenzamin 
Fenoksibenzamin (Dibenzyline) yaitu   antagonis α1-adrenergik prototipikal (walaupun 
obat ini juga memiliki efek α2-antagonis). sebab  fenoksibenzamin dapat secara antagonis 
mengikat reseptor-α1, maka reseptor-reseptor yang baru pun harus disintesiskan sebelum 
pemulihan lengkap. Fenoksibenzamin diketahui dapat menurunkan tingkat resistensi tepi dan 
dapat meningkatkan curah jantung. Efek samping utama dari pemakaian  obat ini yaitu  
hipotensi ortostatik, yang dimana penderitanya dapat mengalami pingsan sebab  perubahan 
posisi dari berbaring ke berdiri. Salah satu efek samping lainnya yaitu  hidung tersumbat. 
Fenoksibenzamin paling sering dipakai  di dalam pengobatan feokhromositoma. Zat pada 
obat ini bersifat simpatoktomi yang dimana ini  dapat membuat tekanan darah arteri menjadi 
lebih stabil selama reseksi bedah tumor. saat  simpatomimetik eksogen diberikan sesudah  
penyekatan α1, maka efek vasokonstriktifnya menjadi terhambat. Meskipun memiliki sifat 
pengikatan balik ke reseptor, penanganan yang direkomendasikan untuk masalah  overdosis 
fenoksibenzamin yaitu  pemberian norepinefrin.  
 Prazosin 
Prazosin (Minipress) yaitu   satu α1 blocker  selektif yang mengantagonisasi efek 
vasokonstriktor norepinefrin dan epinefrin. Hipotensi ortostatik yaitu   satu masalah 
utama di dalam pemakaian  prazosin. Tidak seperti obat antihipertensi lainnya, prazosin 
diketahui dapat meningkatkan profil lipid (lemak darah) dengan menurunkan kadar lipid 
densitas rendah dan meningkatkan level lipid densitas tinggi. Dosis awal prazosin yang biasa 
diberikan yaitu  0,5 sampai 1 mg, yang diberikan pada waktu tidur sebab  hipotensi ortostatik. 
Yohimbine 
Antagonis α2 seperti seperti yohimbine bisa  meningkatkan pelepasan norepinefrin, namun 
demikian, zat ini sangat jarang dipakai  secara klinis di bagian anestesi. 
 Antagonis β-Adrenergik 
Beberapa antagonis β-adrenergik (yaitu β-blocker) seringkali diberikan kepada pasien yang 
akan menjalani operasi. Beberapa indikasi klinis untuk penyekatan β-adrenergik diantaranya 
yaitu  penyakit jantung iskemik, penanganan pasca infarksi, aritmia, kardiomiopati 
hipertrofik, hipertensi, gagal jantung, profilaksis migrain, tirotoksikosis, dan glaukoma.  
tahun 1990-an, Penelitian Iskemia Perioperatif menunjukkan nilai untuk mulai memberi penyekatan β pada para pasien yang berisiko  penyakit arteri koroner. relawan  yang diberikan β-blocker diketahui dapat mengurangi tingkat kematian 2 tahun (dimana tingkat sintasan/ keselamatan para pasien di golongan  plasebo yaitu  68% vs 83% di golongan  yang ditangani dengan atenolol). Mekanisme untuk peningkatan tingkat sintasan pasien yaitu  penurunan tanggapan  stres bedah oleh β-blocker. ini  dan temuan konfirmasi lainnya sudah  memberi tekanan politik dan administrasi yang luar biasa untuk meningkatkan tingkat pemakaian  Î²-blocker secara perioperatif. namun ,  penelitian terbaru, sudah  mempertanyakan nilai dari penyekatan β perioperatif.  tidaklah ada  penurunan tingkat risiko kematian  bagi  pasien yang pernah menjalani bedah vaskular (yang dimana menurut penelitian-penelitian sebelumnya, mereka yang berisiko  tinggi), dan penelitian DIPOM tidaklah menemukan adanya manfaat pada mereka yang menderita. Pada satu penelitian retrospektif yang berukuran besar, diketahui bahwa ada  efek negatif dari β blocker untuk pasien yang tidak mengidap penyakit arteri koroner. Sehingga dalam ini , satu-satunya indikasi  yang kuat untuk 
memakai  Î² blocker yaitu  pada para pasien yang memerlukan  bedah vaskular dan pada mereka yang berisiko  tinggi akan gangguan jantung. β -blocker harus terus diberikan kepada mereka yang biasa memakainya di dalam penanganan angina, aritmia, atau  hipertensi. Penyekat β-adrenergik yang paling umum dipakai  dalam praktik anestesi yaitu  propranolol, metoprolol, labetalol, dan esmolol, ini  sebab  semuanya tersedia dalam bentuk  formula intravena dan memiliki efek yang sudah terkarakterisasi dengan baik. Perbedaan yang  paling menonjol  di antara obat-obatan ini yaitu  pada kardioselektivitas dan durasi aksi nya. 
β-blocker non-selektif dapat beraksi pada reseptor β1 dan β2. β-blocker kardioselektif 
diketahui memiliki afinitas yang lebih kuat untuk reseptor β1-adrenergik dibandingkan dengan 
reseptor β2-adrenergik. Dengan penyekatan selektif β1, kecepatan konduksi atrioventrikular, 
laju denyut jantung, dan kontraktilitas jantung dapat menurun. Pelepasan renin oleh  apparatus 
jukstaglomerular dan lipolisis pada adiposit juga akan menurun. Pada dosis yang lebih tinggi, 
selektivitas relatif untuk reseptor β1 akanlah hilang reseptor β2 juga akan terhambat, dengan 
potensi bronkokonstriksi, vasokonstriksi tepi, dan penurunan glikogenolisis. 
 Beberapa Efek Samping Penyekatan β-Adrenergik 
Bradikardia yang dapat mengancam jiwa, bahkan asistol, bisa  terjadi akibat  pemakaian  
penyekatan β, dan penurunan tingkat kontraktilitas diketahui dapat memicu gagal jantung 
kongestif pada para pasien penderita gangguan fungsi jantung. Pada para pasien pengidap 
penyakit paru-paru bronkospastik, β blocker mungkin akan berakibat  fatal. Diabetes mellitus 
yaitu  satu bentuk kontraindikasi relatif akibat  pemakaian  antagonis β-adrenergik jangka 
panjang, ini  sebab  akan muncul tanda hipoglikemia (takikardia dan tremor) akibat  tidak 
efektifnya glikogenolisis kompensatori. Untuk menghindari pemburukan keadaan  hipertensi, 
pemakaian  Î²-blocker pada para pasien dengan feokhromositoma haruslah dihindari, kecuali 
reseptor α sudah  diblokir/ disekat. Overdosis obat penyekat-β bisa  ditangani dengan 
pemakaian  atropin, namun , isoproterenol, dobutamin, atau glukagon juga mungkin 
akan diperlukan (bersamaan dengan pemakaian  alat pacu jantung) untuk menjaga laju 
kontraksi yang cukup/ memadai.Interaksi obat yang tidak diinginkan akibat  pemakaian  Î²-
blocker yaitu  hal yang mungkin terjadi. Verapamil berkontraindikasi dengan β-blocker, 
sehingga dokter haruslah seksama saat  mengkombinasikan kedua obat ini. Hal serupa, 
pengkombinasian dari digoxin dan β-blocker bisa  memunculkan efek samping yang kuat 
terhadap laju denyut dan konduksi jantung, dan harus dipakai  secara bijak dan cermat. 
 Penyekat β-Adrenergik menonjol  :
Propranolol 
Propranolol (Inderal, Ipran), yang yaitu   β-blocker prototipe, yaitu  obat penyekat-β nonselektif. sebab  tingkat kelarutan pada lemaknya yang tinggi, obat ini dimetabolisme secara luas pada liver, namun , tingkat metabolisme nya sangatlah beragam pada masing-masing pasien. Pembersihan atau klirens obat ini bisa  terganggu oleh penyakit  liver ataupun perubahan  aliran darah pada hati. Propranolol tersedia dalam bentuk intravena, dan awalnya diberikan sebagai bolus atau infus. Infus propranolol sebagian besar 
sudah  digantikan oleh esmolol yang dapat beraksi lebih singkat. Untuk pemberian bolus, dosis 0,1 mg/kg dapat diberikan, namun , kebanyakan dokter lebih cenderung memulai 
terapi dengan dosis yang jauh lebih rendah, yaitu 0,25 dan 0,5 mg, yang lalu  dititrasi  untuk memperoleh  efeknya. Propranolol diketahui dapat menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke arah kanan, yang dimana ini  mungkin dapat menjelaskan kemanjurannya di dalam penanggulangan gangguan  vasospastik. 
Metoprolol 
Metoprolol (Lopressor), yang yaitu   satu penyekat β-adrenergik kardioselektif, dapat dipakai  untuk pengobatan  angina pektoris dan
infarkmiokardium akut. Dosis obat yang dipakai  pada pasien gagal hati tidak perlu penyesuaian dosis. Dosis oral biasanya  untuk obat ini yaitu  100 sampai 200 mg/hari (sekali atau dua kali sehari) untuk menangani  hipertensi, dan dua kali sehari untuk menangani angina pektoris. Dosis intravena 2,5 sampai 5 mg bisa  diberikan setiap 2 sampai 5 menit, hingga dosis total nya mencapai 15 mg, yang dititrasikan sesuai dengan laju denyut jantung dan tekanan darah. 
Labetalol 
Labetalol (Trandate, Normodyne) beraksi sebagai antagonis kompetitif pada reseptor α1 dan 
β-adrenergik. Obat ini dapat dimetabolisme di dalam liver, dan pembersihan atau klirensnya 
dipengaruhi oleh perfusi liver. Labetalol dapat diberikan secara intravena setiap 5 menit dalam 
dosis 5 sampai 10 mg, atau melalui infus dengan laju sampai 2 mg/menit. Obat ini cukup efektif 
di dalam penanganan pasien dengan diseksi aorta, atau pada masalah  darurat hipertensi. sebab  
vasodilatasi tidak ditambah  dengan takikardia, labetalol dapat diberikan kepada pasien penderita 
jantung pasca operasi. Obat ini dapat dipakai  untuk menangani hipertensi selama kehamilan 
untuk jangka pendek, atau  panjang. Labetalol tidak mempengaruhi aliran darah uterus, 
bahkan jika terjadi penurunan tekanan darah yang menonjol  sekalipun. 
 Esmolol 
sebab  dihidrolisis oleh esterase yang dibawa darah, esmolol (Brevibloc)  memiliki waktu paruh yang singkat, yaitu hanya 9 sampai 10 menit, yang dimana ini  dapat memberi manfaat di dalam praktik anestesi. Obat ini  dipakai  untuk efek 
blokade durasi singkat, atau pada para pasien sakit kritis dengan keadaan  bradikardia, gagal 
jantung, atau masalah  hipotensi yang perlu penanganan dengan cepat. Esmolol yaitu  bersifat 
kardioselektif, dan efek puncak dosis awalnya tercapat dalam 5 sampai 10 menit, dan dapat 
berkurang dalam 20 sampai 30 menit. Obat ini dapat diberikan sebagai bolus 0,5 mg/kg atau 
sebagai infus. saat  dipakai  di dalam penanganan takikardia supraventrikular, bolus 500 mg/kg bisa  diberikan lebih dari 1 menit, yang lalu  diikuti dengan infus 50 mg/kg/menit selama 4 menit. Jika denyut jantung tidak terkendali, maka lakukan pemberian dosis awal yang diikuti dengan infus 100 mg/kg/menit selama 4 menit. Jika perlu, urutan ini dapat diulangi dengan infus yang ditingkatkan menjadi 50 mg/kg/menit sampai 200 atau 300  mg/kg/menit. Esmolol yaitu  obat yang aman dan efektif untuk penanganan hipertensi dan 
takikardia intra- dan pasca-operasi. Jika pemakaian  secara berkelanjutan  diperlukan, maka obat ini  dapat diganti dengan β-blocker kardioselektif yang lebih tahan lama, seperti contohnya dengan  metoprolol. 
Farmakologi Kolonergik 
Berbeda dengan banyaknya pilihan obat-obatan untuk memanijuga si tanggapan  adrenergik, 
berbeda pilihan obat yang dapat mempengaruhi transmisi kolinergik. Hanya beberapa  kecil 
obat kolinergik langsung dapat dipakai  secara topikal untuk penanganan glaukoma atau 
untuk pengembalian fungsi gastrointestinal atau fungsi kemih. Beberapa kelas obat yang 
memiliki relevansi dengan para dokter spesiali anestesiologi yaitu  obat-obatan antikolinergik 
(antagonis muskarinik) dan antikolinesterase. 
Antagonis Muskarinik 
Antagonis muskarinik bisa  melawan dengan asetilkolin yang dilepaskan secara saraf untuk 
akses ke kolinoseptor muskarinik dan untuk menyekat efek asetilkolin. akibat  dari pemakaian  
antagonis muskarinik yaitu  laju denyut jantung yang cepat, mengantuk, dan mulut kering. 
Dengan pengecualian senyawa amonium kuaterner yang tidak mudah melintasi sawar darah-otak dan yang tidak terlalu beraksi pada SSP, diketahui bahwa tidaklah ada  spesifisitas 
aksi yang menonjol  di antara obat-obatan ini; dimana obat-obatan ini dapat menyekat semua 
 efek muskarinik dengan tingkat efikasi (kemanjuran) yang sama, walaupun memang ada  
beberapa perbedaan kuantitatif pada efek nya 
Di era anestesi eter, antagonis muskarinik umum ditambahkan ke premedikasi anestesi dengan 
tujuan untuk mengurangi tingkat sekresi dan untuk mencegah refleks vagus yang berbahaya. 
Penambahan ini tidaklah begitu penting di era anestetik modern yang diinhalasi. pemakaian  
obat-obatan pra-operasi ini terus dilakukan untuk beberapa masalah  pediatrik dan otorinolarongologi atau saat  intubasi fiberoptik direncanakan. 
Atropin dengan struktur tersiernya  dapat melewati sawar darah-otak. maka , dosis yang tinggi (1 - 2 mg) dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Sebaliknya,  sebab  struktur kuarterner glikopirrolat obat antimuskarinik sintetik (Robinul), maka obat  itu  tidak dapat melintasi sawar darah-otak. Glikopirrolat diketahui memiliki durasi aksi 
yang lebih lama jika dibandingkan dengan atropin, .obat ini sudah  menggantikan peran atropin 
untuk memblokir efek muskarinik yang merugikan (ex:bradikardia) akibat  obat antikolinesterase . 
. Scopolamine juga dapat melintasi sawar darah-otak dapat mempengaruhi sistem saraf pusat 
sebab  melewati sawar darah otak. Preparasi scopolamine dalam bentuk koyo atau patch dapat 
dipakai  secara profilaktik untuk penanganan mual dan muntah pasca-operasi, namun demikian, hal itu  memiliki hubungan dengan kemunculan efek samping pada organ mata, kandung kemih, kulit, dan juga dapat memunculkan efek fisiologis. Gangguan mental (contohnya waham atau delirium) yang dapat muncul sesudah  pemakaian  atropine atau  scopolamine dapat ditangani dengan physostigmine, yaitu satu antikolinesterase yang mampu  melintasi sawar darah-otak. 
 Penghambat Kolinesterase 
Obat-obatan antikolinesterase diketahui dapat mengganggu inaktivasi asetilkolin oleh enzim 
kolinesterase, dan dapat menjaga/ memelihara agonisme kolinergik pada reseptor nikotinik dan 
muskarinik. Obat-obatan ini dipakai  untuk mengembalikan penyekatan neuromuskular 
 dan juga untuk menangani keadaan  miastenia gravis. Efek samping yang paling  menonjol dari pemakaian  obat ini yaitu  bradikardia. Inhibitor kolinesterase biasanya  dipakai  yaitu  physostigmine, neostigmine, pyridostigmine, dan edrophonium. Selain dapat membalikkan efek obat-obatan penyekatan neuromuskular melalui peningkatan konsentrasi asetilkolin pada sambungan neuromuskular, inhibitor kolinesterase  dapat merangsang fungsi usus, dan dapat diaplikasikan (dengan cara topikal/ oles) pada mata sebagai miotik.  Satu obat oles (ekhotiofat iodid)  dapat secara terbalik mengikat kolinesterase dan  mengganggu metabolisme suksinilkolin (sebab  antikolinesterase juga dapat 
mengganggu fungsi enzim pseudokholinesterase). 
 

SISTEM SARAF OTONOM  2

Sistem saraf otonom terdiri dari 2 subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf 
parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf simpatis atau  parasimpatis. Sistem saraf simpatis dimulai dari medula spinalis segmen torakolumbal. Saraf dari sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III, VII, IX 
dan X dan  saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadang  saraf sakral pertama dan keempat. berkisar  78% dari seluruh serabut saraf,  parasimpatis didominasi oleh nervus vagus (saraf kranial X). Sistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas  basalnya diatur oleh tonus simpatis atau tonus parasimpatis. Nilai tonus ini yang  memicu  perubahan  aktivitas pada organ yang dipersarafinya baik peningkatan atau  penurunan aktivitas.  Refleks otonom yaitu  refleks yang mengatur organ viseral mencakup  refleks otonom kardiovaskular, refleks otonom gastrointestinal, refleks seksual, refleks otonom lainnya mencakup  refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan  kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan  sebagian besar fungsi viseral lainnya. 
Sistem parasimpatis  memicu  tanggapan  setempat yang menonjol , berbeda dengan tanggapan  biasanya  dari sistem simpatis terhadap pelepasan impuls secara masal, 
maka fungsi pengaturan sistem parasimpatis sepertinya jauh lebih menonjol .  
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi 
viseral tubuh dinamakan  sistem saraf otonom.Sistem ini membantu mengatur  tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya.Ada sebagian 
yang diatur saraf otonom sedang  yang 
lainnya sebagian saja..Sistem saraf otonom yaitu  bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral  tubuh.Sistem saraf otonom terutama  diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak  di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks  serebri khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat  yang lebih rendah sehingga  mempengaruhi pengaturan otonomik.   Memahami anatomi dan fisiologi sistem saraf otonom berguna memperkirakan efek farmakologi obat-obatan baik pada sistem saraf simpatis atau  
parasimpatis.Anatomi sistem saraf simpatis 
Sistem saraf simpatis dimulai dari medula 
spinalis segmen torakolumbal (torak 1 
sampai lumbal 2).Serabut-serabut  saraf ini melalui rangkaian paravertebral  simpatetik yang berada disisi lateral  korda spinalis yang lalu  akan  menuju jaringan dan organ-organ yang  dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. 
Tiap saraf dari sistem saraf simpatis  terdiri dari satu neuron preganglion dan saraf postganglion.Badan sel neuron preganglion berlokasi di intermediolateral dari korda spinalis.Serabut saraf 
simpatis vertebra ini lalu   meninggalkan korda spinalis melalui rami putih menjadi salah satu dari 22  pasang ganglia dari rangkaian paravertebral 
simpatik.Ganglia prevertebra yang berlokasi di 
abdomen dan pelvis, terdiri dari ganglia 
coeliaca, ganglia aoarticorenal, mesenterica superior dan inferior.Ganglia terminal berlokasi dekat dengan organ yang disarafi contohnya vesica urinaria dan rektum.
 berdasar  letaknya, ganglia simpatetik 
digolongkan menjadi :
1. Ganglia servikalis, terdiri dari 3 
ganglia yaitu : ganglia servikalis inferior, ganglia servikalis superior, ganglia servikalis media, 
2. Ganglia thorakalis 
3. Ganglia lumbalis  
Pembagian segmental saraf simpatis  
Jaras simpatis yang berasal dari berbagai 
segmen medula spinalis tak perlu disebarkan ke bagian tubuh yang sama seperti halnya saraf-saraf spinal somatik dari segmen yang sama.
Serabut-serabut saraf dari sistem saraf simpatis tidak menginnervasi bagian-bagian tubuh sesuai dengan  Sifat- sifat khusus ujung saraf simpatis  dalam medula adrenal Serat saraf preganglionik simpatis berjalan tanpa mengadakan sinaps, 
melalui jalan-jalan dari seluruh jalan dari 
kornuintermediolateral medula spinalis, 
melalui rantai simpatis, lalu   melewati rantai splanknikus dan berakhir di medula adrenal. Di medula adrenal, serat – serat saraf ini langsung berakhir  pada sel-sel neuron khusus yang 
mensekresikan epinefrin dan norepinefrin 
kedalam aliran darah. Secara embriologi, sel-sel sekretorik ini berasal dari jaringan saraf dan analog dengan neuron postganglionik, bahkan sel-sel ini masih memiliki  serat-serat saraf yang 
rudimenter, dan serat –serat inilah yang 
mensekresikan hormon-hormon Anatomi sistem saraf parasimpatis  Saraf dari sistem saraf parasimpatis meninggalkan sistem saraf pusat melalui saraf-saraf kranial III,VII, IX dan X dan  
saraf sakral spinal kedua dan ketiga; kadang  saraf sakral pertama dan keempat.,berkisar 77% dari  seluruh serabut saraf parasimpatis 
didominasi oleh nervus vagus (saraf kranial X)  yang melalui area  torakal  dan abdominal,seperti diketahui nervus vagus mempersarafi hati, kandung kemih, pankreas,  bagian atas uterus, jantung, paru-paru,esophagus, lambung, usus kecil, Serabut saraf,  parasimpatis nervus III menuju mata,  sedang  kelenjar air mata,hidung,dan  glandula submaksilla menerima innervasi 
dari saraf kranial VII, dan glandula  parotis menerima innervasi dari saraf  kranial IX. segmennya. contoh,  serabut yang berasal dari torakal 1  biasanya melewati  rangkaian 
paravertebral simpatik naik kearea  kepala, torakal 2 untuk leher, torakal 3  sampai torakal 6 untuk dada, torakal 7  sampai torakal 11 ke abdomen dan  torakal 12, lumbal 1 sampai lumbal 2 ke 
ekstremitas inferior. Pembagian ini hanya 
kurang lebih demikian dan sebagian besar 
saling tumpang tindih, 
Sistem saraf parasimpatis area  sakral  terdiri dari saraf sakral II dan III dan  kadang-kadang saraf sakral I dan IV. Serabut -serabut saraf ini mempersarafi  bagian distal kolon,rektum, kandung kemih, dan bagian bawah uterus, juga 
mempersarafi genitalia eksterna yang  memicu  tanggapan  seksual. Berbeda dengan sistem saraf 
simpatis,serabut preganglion parasimpatis 
menuju ganglia atau organ yang dipersarafi secara langsung tanpa hambatan. Serabut postganglion saraf  parasimpatis pendek sebab  langsung berada di ganglia yang sesuai,ini berbeda dengan sistem saraf simpatis, dimana 
neuron postganglion relatif panjang, ini 
menggambarkan  ganglia dari rangkaian 
paravertebra simpatis yang berada jauh 
dengan organ yang dipersarafinya.
Serat-serat saraf simpatis atau  parasimpatis mensekresikan  salah satu dari kedua bahan transmiter sinaps ini, asetilkolin atau norepinefrin.
Serabut postganglion sistem saraf simpatis mengekskresikan norepinefrin  sebagai neurotransmitter. Neuron- neuron  yang mengeluarkan norepinefrin ini  dikenal dengan serabut adrenergik. Serabut postganglion sistem saraf parasimpatis mensekresikan asetilkolin 
sebagai neurotransmitter  dinamakan  serabut kolinergik. Sebagai tambahan serabut postganglion saraf simpatis kelenjar keringat dan beberapa pembuluh darah  melepaskan  asetilkolin sebagai neurotransmitter. Semua saraf preganglion simpatis dan parasimpatis melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter dinamakan  serabut kolinergik.   asetilkolin yang dilepaskan dari serabut preganglion mengaktivasi 
baik postganglion simpatis atau  parasimpatis. 
  konsep transmisi sistem saraf simpatis dan para-
simpatis, Mekanisme sekresi dan pemindahan 
transmitter pada ujung post-ganglionik 
Beberapa ujung saraf otonom postganglionik terutama saraf parasimpatis  memang mirip dengan taut neuromuskular skeletal,namun ukurannya jauh lebih kecil. Beberapa serat saraf 
parasimpatis dan hampir semua serat saraf simpatis hanya bersinggungan dengan sel-sel efektor   dari organ yang dipersarafinya, pada beberapa contoh, serat-serat ini berakhir pada jaringan ikat yang letaknya berdekatan dengan sel-sel  yang dirangsangnya. Ditempat filamen 
ini berjalan atau mendekati sel efektor, biasanya ada  suatu bulatan yang membesar  dinamakan  varikositas ; didalam varikositas ditemukan vesikel transmitter asetilkolin atau norepinefrin. 
Didalam varikositas ini juga ada  banyak sekali mitokondria untuk mensuplai adenosin triphosphat yang diperlukan  untuk memberi energi pada sintesis asetilkolin atau norepinefrin
Bila ada penjalaran potensial aksi disepanjang serat terminal, maka proses depolarisasi meningkatkan permeabilitas membran serat saraf terhadap ion kalsium, sehingga mempermudah ion ini untuk berdifusi keujung saraf atau varikositas saraf. Disini ion kalsium berinteraksi dengan vesikel sekretori yang letaknya berdekatan dengan 
membran sehingga vesikel ini bersatu dengan membran dan menggosongkan  isinya keluar. Jadi, bahan transmitter  akhirnya disekresikan.
Sintesis asetilkolin penghancurannya sesudah  disekresikan, dan lama kerjanya Asetilkolin disintesis di ujung terminal serat saraf kolinergik. Sebagian besar sintesis ini terjadi di aksoplasma di luar vesikel. lalu , asetilkolin diangkut ke bagian dalam vesikel, tempat bahan itu  disimpan dalam bentuk kepekatan tinggi sebelum akhirnya 
dilepaskan. Reaksi kimia dasar dari sintesis ini yaitu  antaralain :
Asetilkolon transferase 
Asetil-KoA + Kolin       --- > Asetilkolin 
Asetilkolin begitu disekresikan oleh ujung saraf kolinergik, maka akan menetap dalam jaringan selama beberapa detik, lalu  sebagian besar dipecah menjadi ion asetat dan kolin oleh enzim 
asetilkolin esterase yang berikatan dengan kolagen dan glikosaminoglikans dalam jaringan ikat setempat. Jadi,  mekanisme ini mirip dengan 
mekanisme penghancuran asetilkolin yang terjadi pada taut  neuromuskular direrat saraf skeletal. Sebaliknya, kolin >yang terbentuk diangkut kembali ke ujung saraf terminal, tempat bahan ini 
dipakai kembali untuk  sintesis asetilkolin 
yang baru.Sintesis norepinefrin, pemindahannya 
dan lama kerjanya Sintesis norepinefrin dimulai di 
aksoplasma ujung saraf terminal dari 
serat saraf adrenergik, namun disempurnakan di dalam vesikel. Tahap – tahap dasarnya yaitu  antaralain :
    Hidroksilasi 
1. Tirosin.  ------>  DOPA 
    Dekarboksilasi 
2. DOPA ----->  Dopamin 
 
3. Pengangkutan dopamin menuju vesikel 
 
      Hidroksilasi 
4. Dopamin  ---->Norepinefrin 
 
Pada medula adrenal, reaksi ini dilanjutkan satu tahap lagi untuk mengalihkan sekitar 80 % 
norepinefrin menjadi epinefrin, yaitu  antaralain :
           Metilasi 
5. Norepinefrin ---- > Epinefrin 
Sesudah  norepinefrin disekresikan oleh 
ujung – ujung saraf terminal, maka lalu  dipindahkan dari tempat sekresinya melalui 3 cara berikut :  
Dengan proses tranport aktif, diambil lagi ke dalam ujung saraf adrenergik sendiri, yaitu  sebanyak 50 – 80 % dari norepinefrin yang disekresikan.  Berdifusi keluar dari ujung saraf 
menuju cairan tubuh di sekelilingnya dan lalu  masuk ke dalam darah, yaitu  seluruh sisa norepinefrin yang ada. Dalam jumlah yang sedikit, 
dihancurkan oleh enzim (salah satu enzim itu  yaitu  monoamin oksidase, yang dapat dijumpai dalam ujung saraf itu sendiri, dan enzim 
katekol-O-metil transferase yang Biasanya norepinefrin disekresikan secara langsung ke dalam jaringan yang tetap aktif hanya selama beberapa detik, ini  memperlihatkan bahwa proses 
pengambilan kembali norepinefrin dan difusinya keluar dari jaringan berlangsung dengan cepat. Namun, norepinefrin dan epinefrin yang 
disekresikan ke dalam darah oleh medula 
adrenal masih tetap aktif sampai didifusikan ke suatu jaringan, tempat keduanya dihancurkan oleh katekol-O-metil transferase, peristiwa ini terutama 
terjadi di dalam hati. maka , bila di sekresikan ke dalam darah baik norepinefrin dan epinefrin akan tetap sangat aktif selama 10 sampai 30 detik dan lalu  aktivitasnya menurun, 
menjadi sangat lemah dalam waktu satu 
sampai beberapa menit.Sebelum transmitter asetilkolin atau norepinefrin disekresikan pada ujung saraf otonom untuk dapat merangsang 
organ efektor, transmiter ini mula-mula harus berikatan dahulu  dengan reseptor yang sangat menonjol  pada sel-sel efektor. Reseptor ini ada  di bagian dalam membran sel, terikat sebagai golongan  prostetik pada molekul protein yang 
menembus membran sel. saat  transmitter berikatan dengan reseptor, hal ini memicu  perubahan konformasional ( bentuk tertentu dari 
keseluruhan) pada struktur molekul protein. lalu  molekul protein yang berubah ini merangsang atau menghambat sel, paling sering dengan : 
 memicu  perubahan permeabilitas membran sel terhadap satu atau lebih ion, atau  mengaktifkan atau  justru mematikan aktivitas enzim yang 
melekat pada ujung protein reseptor lain 
dimana reseptor ini menonjol ke bagian 
dalam sel.Perangsangan atau penghambatan sel 
efektor oleh perubahan permeabilitas membrannya  sebab  protein reseptor yaitu   
bagian integral dari membran sel, maka 
perubahan konformasional pada struktur 
protein reseptor dari banyak sel organ 
akan membuka atau menutup saluran ion 
melalui sela-sela molekul itu sendiri, maka  merubah permeabilitas membran sel terhadap berbagai ion. contoh, saluran ion natrium dan 
atau kalsium seringkali menjadi terbuka 
dan memungkinkan influks ion – ion itu  dengan cepat untuk masuk ke dalam sel yang biasanya akan mendepolarisasikan membran sel dan 
merangsang sel. di saat lain, saluran kalium terbuka sehingga memungkinkan ion kalium berdifusi keluar dari sel dan biasanya ini  akan menghambat sel akibat  kemunduran  ion kalium elektro positif yang membentuk hipernegatifisme 
di dalam sel. Juga pada beberapa sel perubahan lingkungan ion intraseluler   memicu  kerja sel internal seperti efek langsung ion kalsium dalam 
memicu  kontraksi otot polos.Kerja reseptor melalui perubahan  enzim intraseluler, Cara lain agar reseptor dapat berfungsi  yaitu  dengan mematikan /mengaktifkan  aktivitas suatu enzim (atau zat kimia intraseluler lainnya) di dalam sel. 
Enzim seringkali terlekat pada protein /reseptor dimana reseptor menonjol ke bagian dalam sel. contoh,  pengikatan epinefrin dengan reseptornya 
pada bagian luar sel akan meningkatkan 
aktivitas enzim adenilatsiklase pada bagian dalam sel, dan ini  lalu  memicu  pembentukan adenosin 
monofosfat siklik (cAMP). cAMP lalu  dapat mengawali salah satu kerja dari sekian banyak aktivitas intraseluler yang berbeda-beda, efek 
pastinya bergantung pada mesin kimiawi 
dari sel efektor. maka , mudahlah untuk mengerti bagaimana substansi transmiter otonomik dapat memicu  inhibisi pada beberapa 
organ atau eksitasi pada organ lain.   ini  ditentukan oleh sifat protein reseptor pada membran sel dan efek reseptor yang terikat pada keadaan konformasionalnya. Pada setiap organ, 
efek yang dihasilkannya secara keseluruhan cenderung berbeda dengan yang ada  pada organ lain.
 interaksi neurotransmiter  dengan reseptor
Norepineprin dan asetilkolin berinteraksi 
dengan reseptor ( protein makromolekul ) 
di membran lipid sel. Interaksi reseptor 
neurotransmitter ini  memicu  aktivasi atau inhibisi enzim-enzim efektor seperti adenilatsiklase atau dapat merubah aliran ion-ion sodium dan 
potassium di membran sel melalui protein 
ion chanel. perubahan  ini   merubah stimulus eksternal menjadi signal intraseluler.
reseptor-reseptor norepinefrin: 
Efek farmakologi katekolamin yaitu   konsep awal dari reseptor-reseptor alfa dan beta adrenergik.
Penelitian dengan memakai obat-obatan 
yang meniru kerja norepinefrin pada  organ efektor simpatis (dinamakan  simpatomimetik )   memperlihatkan bahwa ada  2 jenis reseptor 
adrenergik,  reseptor-reseptor ini dibagi menjadi alfa 1 dan alfa 2. lalu  reseptor beta dibagi menjadi  beta 1 dan  beta 2. Norepinefrin dan epinefrin, 
keduanya disekresikan kedalam darah  oleh medula adrenal, memiliki  pengaruh perangsangan yang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Norepinefrin terutama merangsang reseptor alfa namun kurang merangsang reseptor beta. 
Sebaliknya, epinefrin merangsang kedua 
reseptor ini sama kuatnya. maka , pengaruh epinefrin dan norepinefrin pada berbagai organ efektor ditentukan oleh jenis reseptor yang ada dalam organ itu . Bila seluruh reseptor 
yaitu  reseptor beta, maka epinefrin akan menjadi organ perangsang yang lebih efektif.Reseptor dopamin juga dibagi menjadi dopamin 1 dan dopamin 2.  Presinap alfa dan dopamin 2 yaitu   negative feedback sebab  bila diaktivasi akan 
memicu  pelepasan neurotransmitter. Reseptor-reseptor alfa 2  juga ada  di platelet yang berfungsi 
sebagai mediator pada agregasi platelet yang dengan cara mempengaruhi konsentrasi enzim platelet adenilatsiklase. Pada sistem saraf pusat,  
stimulasi postsinap alfa 2 dengan memakai  obat seperti klonidin atau dexmetomidine akan meningkatkan  konduksi dan hiperpolarisasi membran sehingga kebutuhan zat anestesi akan 
menurun. Sistem signal transmembran terdiri dari 3 bagian, yaitu : - sisi pengenalan, - sisi efektor atau katalitik, -tranducing atau coupling protein.
reseptor asetilkolin
Reseptor-reseptor kolinergik dibagi menjadi nikotinik dan muskarinik.Secara fisiologi masing-masing reseptor dibagi menjadi beberapa subtipe.Reseptor nikotinik dibagi menjadi 2 yaitu reseptor 
N1 dan N2.N1 ada  di ganglia  otonom sedang  N2 ada  di neuromuscular junction. Hexamethonium 
memblok reseptor N1 sedang  blokade ganglia otonom dalam beberapa tingkatan walaupun efek pada reseptor N2 tetap predominan.Reseptor muskarinik dibagi menjadi M1 dan M2.Reseptor M1 ada  di ganglia  otonom dan sistem saraf pusat sedang   reseptor M2 ada di jantung dan kelenjar ludah.Pirenzepin yaitu  salah satu contoh 
obat yang yaitu   antagonis selektif pada reseptor M1 sedang  atropine yaitu   antagonis selektif pada  reseptor M1 dan M2. Perbedaan antara 
reseptor nikotinik dan muskarinik yaitu   pada jarak reseptor antara atom-atom dalam berinteraksi dengan asetilkolin ataupun obat-obat.
Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ menonjol   
Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu dilatasi pupil dan pemusatan lensa.Perangsangan simpatis membuat serat-serat meridional iris berkontraksi sehingga pupil menjadi dilatasi, sedang  perangsangan 
parasimpatis mengkontraksikan otot-otot 
sirkular iris sehingga terjadi konstriksi pupil.Perangsangan parasimpatis membuat otot siliaris berkontraksi, sehingga melepaskan tegangan tadi dan memicu  lensa menjadi lebih konveks. Keadaan ini membuat mata memusatkan objeknya dekat tangan.Kelenjar-kelenjar tubuh 
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagian besar kelenjar gastrointestinalis  terangsang dengan kuat oleh sistem saraf parasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali sekresi cairan.Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh parasimpatis yaitu  
yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di area  mulut dan lambung.Kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-faktor lokal yang ada  di saluran usus sendiri 
dan oleh sitem saraf enterik usus dan  sedikit oleh saraf otonom.Perangsangan simpatis memiliki  pengaruh langsung pada sel-sel kelenjar dalam pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus tambahan.Rangsangan 
simpatis ini juga memicu  vasokonstriksi pembuluh darah yang mensuplai kelejar-kelenjar sehingga  mengurangi kecepatan sekresinya.Bila saraf simpatis terangsang, maka kelenjar keringat mensekresikan banyak sekali keringat, namun  
perangsangan pada saraf parasimpatis tidak memicu  pengaruh apapun. 
Sistem gastrointestinal 
Sistem gastrointestinal memiliki  susunan saraf intrinsik sendiri  dinamakan  pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus.Namun, baik 
perangsangan simpatis atau  parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama oleh peningkatan atau penurunan kerja menonjol  dalam pleksus intramural.  perangsangan parasimpatis meningkatkan  seluruh tingkat aktivitas saluran gastrointestinal, yaitu  dengan 
memicu terjadinya gerakan peristaltik dan 
relaksasi sfingter, jadi akan mempermudah pengeluaran isi usus melalui saluran pencernaan dengan cepat. Pengaruh dorongan ini berkaitan dengan penambahan kecepatan sekresi yang 
terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, Fungsi normal dari saluran gastrointestinal tidak terlalu tergantung 
pada perangsangan simpatis  
Jantung 
perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Keadaan ini tercapai dengan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi 
jantung. Perangsangan parasimpatis terutama memicu  efek yang berlawanan. akibat  atau pengaruh ini dapat diungkapkan dengan cara lain, 
yaitu  perangsangan simpatis akan meningkatkan keefektifan jantung  sebagai pompa yang diperlukan selama kerja berat, sedang  perangsangan parasimpatis menurunkan kemampuan pemompaan namun  memicu  
beberapa tingkatan istirahat pada jantung 
di antara aktivitas kerja yang berat. 
Pembuluh darah sistemik 
Sebagian besar pembuluh darah sistemik, 
khususnya yang ada  di visera abdomen dan kulit anggota tubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. Perangsangan parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah, kecuali pada 
area -area  tertentu malah memperlebar, seperti pada munculnya  area  kemerahan di wajah. Pada 
beberapa keadaan, fungsi rangsangan simpatis pada reseptor beta akan memicu  dilatasi pembuluh darah pada rangsangan simpatis yang biasa, namun  ini  jarang terjadi, kecuali sesudah  diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor alfa simpatis yang memberi pengaruh vasokonstriktor, yang biasanya lebih yaitu   efek reseptor beta.
Efek perangsangan simpatis dan 
parasimpatis terhadap tekanan arteri Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorong darah dari jantung dan tahanan terhadap aliran darah ini yang melewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran 
darah, yang biasanya memicu  tekanan menjadi sangat meningkat. Sebaliknya, perangsangan parasimpatis menurunkan daya pompa jantung namun  sama sekali tidak mempengaruhi tahanan 
perifer. Efek biasanya  yaitu  terjadi sedikit penurunan tekanan.  Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap fungsi tubuh lainnya 
sebab   pentingnya sistem pengaturan simpatis dan parasimpatis, maka kedua sistem ini dibicarakan mengingat banyaknya fungsi tubuh yang belum dapat ditentukan secara rinci. sebagian besar struktur entodermal,seperti hati, kandung empedu, ureter, kandung kemih,  bronkus 
dihambat oleh perangsangan simpatis namun dirangsang oleh perangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatis juga memiliki  pengaruh metabolik, yaitu  memicu  pelepasan glukosa dari 
hati, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kecepatan metabolisme basal,  meningkatkan aktivitas mental, meningkatkan konsentrasi gula darah, meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati dan otot, Akhirnya, perangsangan simpatis dan parasimpatis  terlibat dalam tindakan 
seksual antara laki-laki  dan wanita.
Tonus Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas basalnya diatur oleh tonus simpatis atau tonus parasimpatis. Nilai tonus ini yang memicu  perubahan  aktivitas pada organ yang dipersarafinya baik peningkatan atau  penurunan  aktivitas. contoh tonus sistem saraf simpatis secara normal hanya memicu  konstriksi pembuluh darah sekitar 50% . Peningkatan atau penurunan aktivitas sistem saraf simpatis 
memicu  perubahan  yang saling berhubungan dalam resistensi sistem vaskuler. Bila tidak ada tonus simpatis, sistem saraf simpatis hanya 
memicu  vasokonstriksi.
 Kehilangan Inervasi Secara Akut
Kehilangan sistem tonus saraf simpatis secara akut  diakibat kan sebab  regional anesthesia atau transeksi korda spinalis akan memicu  vasodilatasi pembuluh darah secara maksimal (spinal shock). Dalam beberapa hari tonus 
intrinsik dari otot pembuluh darah kecil meningkat sehingga terjadi vasokonstriksi dan pembuluh darah kembali normal.
 Kehilangan Inervasi Akibat  Keadaan Hipersensitif
Keadaan ini terjadi sebab  adanya  peningkatan ambang batas dari organ-organ yang dipersarafinya terhadap norepineprin atau epineprin yang terjadi pada minggu-minggu pertama atau sesudah  gangguan mendadak dari organ yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Mekanisme dari kehilangan innervasi secara akut akibat  reaksi hipersensitif diakibatkan   proliferasi dari resptor-reseptor  pada membran postsinaptik yang terjadi akibat  norepineprin atau 
asetilkolin tidak dilepaskan lagi pada sinap.
Refleks Otonom Kardiovaskular
Ada beberapa refleks dalam sistem kardiovaskular yang  membantu  mengatur tekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung. Salah satu refleks ini yaitu  refleks baroreseptor, secara kasar reseptor regang  dinamakan  baroreseptor terletak didalam dinding arteri besar, termasuk arteri karotis dan aorta. 
Refleks otonom gastrointestinal Bagian teratas dari traktusgastrointestinal  dan juga rektum terutama diatur oleh refleks otonom.
Refleks otonom lainnya 
Pengosongan kandung kemih caranya mirip dengan pengosongan rektum, peregangan kandung kemih memicu  munculnya  impuls ke 
medula spinalis, dan keadaan ini memicu  refleks kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter urinaria, sehingga mempermudah pengeluaran 
urin.Refleks otonom lainnya mencakup  refleks 
yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung empedu, ekskresi urin pada ginjal, berkeringat, konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya. Sistem simpatis seringkali memberi 
tanggapan  terhadap pelepasan impuls 
secara massal Pada kebanyakan masalah , impuls yang dikeluarkan oleh sistem saraf simpatis hampir yaitu   suatu unit yang 
sempurna, fenomena ini dinamakan  pelepasan impuls masal . Serat vasodilator kolinergik 
menonjol  pada otot skelet akan terangsang 
secara tersendiri, terpisah dari sistem simpatis lainnya. Sebagian besar reflek lokal, yang melibatkan serat afferen sensorik yang berjalan secara sentral di saraf simpatis menuju ganglia simpatis dan medula spinalis, memicu  
tanggapan  refleks yang sangat terlokalisasi. 
contoh pemanasan pada suatu area  kulit setempat memicu  vasodilatasi dan meningkatnya 
pengeluaran keringat setempat sedang  
pendinginan memicu  akibat   sebaliknya. 
Sebagian besar refleks simpatis yang mengatur fungsi gastrointestinal memiliki  ciri tersendiri, yang kadang  bekerja melalui jaras saraf namun tidak memasuki medula spinalis, hanya berjalan dari usus jalan ke ganglia simpatis, terutama di ganglia prevertebral,  lalu  kembali ke usus melalui saraf saraf simpatis guna mengatur aktivitas motorik atau sekretorik.tanggapan  "tanda bahaya " atau tanggapan  "stress" dari sitem saraf simpatis , Bila sebagian besar area  sistem saraf 
simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan - dinamakan  pelepasan impuls secara massal - maka dengan berbagai cara keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar. 
 meringkaskan kejadian ini yaitu : 
- Peningkatan tekanan arteri, 
- Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastro 
intestinal dan ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik yang cepat 
-Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh, 
-Peningkatan konsentrasi glukosa darah 
-Peningkatan prosesglikolisis di hati dan otot 
-Peningkatan kekuatan otot , 
-Peningkatan aktivitas mental _
-Peningkatan kecepatan koagulasi darah, 
 Seluruh efek diatas memicu  orang  itu  dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih besar bila tidak ada efek diatas. Oleh sebab  stres fisik atau mental biasanya akan menggiatkan sistem 
simpatis, maka seringkali keadaan itu  dianggap yaitu   tujuan dari sistem simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stres, keadaan ini  dinamakan  tanggapan  stres 
simpatis. Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi.  
Pengaturan medula, pons, dan mesensefalon pada sistem saraf otonom , Sebagian besar area dalam substansia retikuler dan traktus solitarius medula, pons dan mesensefalon seperti halnya banyak nuklei khusus mengatur berbagai  fungsi otonom seperti tekanan arteri, frekuensi denyut jantung sekresi kelenjar di traktus gastrointestinal, gerakan peristaltik gastrointestinal dan kuatnya 
kontraksi kandung kemih.bahwa faktor terpenting yang dikendalikan oleh  batang otak yaitu  tekanan 
arteri,frekuensi denyut jantung,  frekuensi pernafasan. Tentu saja transeksi batang otak diatas tingkat midpontin tetap tidak mengganggu pengaturan tekanan dasar dari arteri namun mencegah pengaturan pusat saraf yang lebih tinggi terutama di hipotalamus sebaliknya 
transeksi tepat dibawah medula akan memicu  tekanan arteri turun sampai kurang dari setengah kali normal selama beberapa jam atau beberapa hari sesudah  transeksi.Yang  berkaitan dengan pusat pengaturan kardiovaskular pada medula yaitu  pusat medula dan pontin untuk pengaturan pernafasan.Walaupun ini  tidak  sebagai suatu 
fungsi otonom, namun  yaitu   salah satu dari fungsi involunter tubuh. Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi Sinyal-sinyal yang berasal dari  hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang 
otak. Contohnya perangsangan area  yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular medula dengan cukup 
kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari 2 kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi 
dan aktivitas gastrointestinal, atau memicu  pengosongan kandung kemih. maka , pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang 
otak bekerja sebagai stasiun pemancar  untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang lebih tinggi.Sebagian besar tanggapan  perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus, area 
retikularis batang otak, dan sistem saraf otonom. Tentu saja area otak yang lebih tinggi dapat mengubah sistem saraf otonom atau sebagian darinya dengan  kuat untuk memicu  penyakit 
yang diinduksi otonom, seperti serangan  jantung,  tukak lambung, konstipasi, palpitasi jantung