Rabu, 06 April 2022
Home »
selpunca 1
» selpunca 1
selpunca 1
April 06, 2022
selpunca 1
halaman 1
1-TMS : Single-trans membran segment
ADP : Adenosine diphosphate
AKT/PKB : Protein kinase B
ATP : Adenosine Triphosphate
BFU-E : burst-forming unit-erythroid
BMP : Bone morphogenetic protein
BMPR : Bone morphogenetic protein-Reseptor
BMPR : Reseptor-BMP
cAMP : Cyclic adenosine monophosphate
CD : Cluster of differentiation
Cdk : Cyclin dependent kinase
Cdx2 : Protein dalam badan kita yang dikode oleh gen
Cdx2
CFC : Colony-forming cell
CFU : Coloni forming unit
CFU-E : Colony-forming unit-erythroid
CFU-G : Colony-forming unit-granulocyte
CFU-GEMM : Colony-forming unit-granulocyte/ erythrocyte/macrophage/ megakaryocyte
CFU-GM : Colony-forming unit-granulocyte/Macrophage
CFU-M : Colony-forming unit-macrophage
CFU-Mk : Colony-forming unit-megakaryocyte
CLP : Common limfoid progenitor
CLP : Common lymphoid progenitor
CMP : Common myeloid progenitor
CMP : Common myeloid progenitor
CXCR3 : Chemokine Reseptor-3
DAMP : Damage-associated molecular pattern
DNA : Deoxyribonucleic acid
EGF : Ephidermal growth factor
ERK : Extracelluler sinyal - regulated kinase
FGF : Fibroblast growth factors
FGFR : Reseptor-FGF
Gata6 : Protein dalam badan kita yang dikode oleh gen
GATA6
GDP : Guanosin difosfat
GF : Growth factor
GNRP : Guanyl nucleotide release protein
GPCR : G-protein couple receptor
GRB2 : Growth reseptor binding-2
GSK-3 : Glycogen syntase kinase 3
GTP : Guanosin trifosfat
HDAC : Histon deacetylase
HGF : Hepatocyte growth factor
HGFR : Hepatocyte growth factor reseptor
Hh : Hedgehog
HMGB1 : High-mobility group box 1
HSC : Hematopoietic stem cell
Hsp : Heat shock protein
IDO : Indoleamine 2,3-dioxygenase
IFNγ : Interferon gamma
IGFR : Reseptor-IGF
IKK : IκB kinase
IL : Interleukin
iNOS : Inducible nitric oxide synthase
IRAK-4 : IL-1 receptorassociated kinase-4
ISCT : International society for cellular therapy
JNK : c-jun N-terminal kinase
Klf4 : Faktor transkripsi sel
Klf4 : Gut-enriched Krüppel-like factor or GKLF
LIF : Leukemia inhibitory factor
LIFR : Leukemia inhibitory factor-Reseptor
LIFR : Reseptor-LIF
LT-HSC : Long term-hemapoietic stem cell
MAPK : Mitogen-activated protein kinase
MEP : Megakariosit eritroid progenitor
MK : Megakariosit
MPP : Multipoten progenitor
MPP : Multipotential progenitor
MSC : Mesenchymal stem cells
Myc : Myelocytomatosis
NF-kB : Nuclear factor kappa-light-chain-enhancer of
activated B cells
NSC : Neural stem cell
Oct3/4 : Octamer-binding transcription factor 3/4
PAMP : Pathogenic-associated moleculer pattern
PDK-1 : Phosphoinositide dependent kinase-1
PGE2 : Protaglandin E2
PI3K : Phosphatydilinositol-3 phosphatase kinase
PIP2 : Phosphatydilinositol-(3,4) biphosphatase
PIP3 : Phosphatydilinositol-(3,4,5) triphosphatase
pRB : Retinoblastoma protein
RNA : Ribonucleic acid
RSMAD : Reseptor-SMAD
RTK : Reseptor tirosin kinase
SARA : SMAD anchor for reseptor activation
SH2 : Src homology-2
SMAD : Small mother against decapentaplegic
SOS : Son of sevenless
Sox2/SRY : Sex determining region Y
SPK : Sel punca kanker
STAT3 : sinyal transducer and activator of transcription
ST-HSC : short-term hematopoietic stem cell
TGF : Transforming growth factor
TIR : Toll- interleukin-1 receptor
TLR3 : Toll-like Reseptor 3
TNFα : Tumor necrosis factor – α
VEGF : Vascular endothelial growth factor
1-TMS :
Protein dengan sebuah segmen trans membran dengan domain .globular substansial.
a4-laminin :
Molekul protein matriks ektraseluler yang disekresi oleh elemen matriks ektraseluler sekitar sel punca berperan mempertahankan ekspresi beberapa faktor transkripsi stemness.
Akt :
Protein serin/ threonin kinase yang diambil situs docking fosfoinositida (PDK-1) sehingga menjadi jalur PI3K/Akt aktif, yaitu jalur tranduksi sinyal tiroksin kinase yang teraktivasi (terfosforilasi) oleh PDK-1, hasil prosedur fosforilasi PIP2 menjadi .PIP3.
Amplikasi sinyal sitoplasmik:
tahap tahap prosedur penguatan sinyal tingkat sitoplasmik
Anafase :
Suatu keadaan yang mana kromosom terpisah menjadi dua bagian dan tertarik pada sisi berlawanan sel
Angiogenesis:
prosedur pembentukan pembuluh darah baru fisiologis dari pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya dalam menunjang prosedur penyembuhan luka.
Attaching leukosit :
prosedur penempelan leukosit pada sel endotel akibat pengikatan molekul adhesi E-selektin dan L-selektin yang diekspresikan sel endotel aktif melalui reseptor PSGL-1
Attaching MSC:
prosedur penempelan MSC melalui pengikatan molekul adhesi Pselektin di samping VLA-4 dan CD-44.
Autokrin :
Bentuk komunikasi intraseluler yang unik, sebab sebagain subtansi molekul komunikator (ligan) yang sudah disekresikan ke ektraseluler oleh sebab itu masih dapat berikatan dengan reseptor sendiri.
Basalis fibroblast :
tahap tahap degradasi dari membran basalis sel fibroblast aktif akibat rangsangan enzim protease yang dilepas sel makrofag aktif dan sel mast, sehingga terjadi penurunan cell junctions yang berakibat sel
fibroblast yang sebelumnya tertanam dalam EMC mengendur dan terlepas (retraksi).
BMP :
keluarga super keluarga TGF-β yang mengikat BMPR2 dan berefek pada proliferasi sel termasuk osteogenesis,
embriogenesis dan proliferasi sel
C5a :
Protein fragmen hasil potongan elemen complement C5 oleh enzim C5-convertase (jalur klasif/ pilihan lain / lektin) yang dapat menarik neutrofil/ monosit menuju wilayah injuri/cidera, di samping fungsi fogositosis dan anafilatoksis.
cAMP :
Subtansi kimia hasil buatan enzim adenylyl cyclase(enzim yang terikat membran) yang memerlukan ATP (ATP-dependent enzyme)
sebagai prosedur aktivasi .
CD133+ a:
Glikoprotein yang diekspresikan oleh sel HSC,progenitor dan endotel berperan untuk melokalisasi seluler.
CD34+ :
Protein transmembran sialomucin yang diekspresikan HSC dengan fungsi sebagai molekul adhesi.
CD90+ :
Glikoprotein yang diekspresikan oleh HSC, thymocytes (pre-cursor sel T), MSC, NK, neuron dan endotelium berperan sebagai komunikasi/interaksi cell to cell dan cell to matrix.
Cdk :
keluarga protein serine/ thereonine kinase dengan berat molekul 34-40 kDa (small protein) yang dalam.beraktifitas menggantungkan diri pada protein siklin (subunit regulator non-katalitik).
Cdk1:
Protein kinase yang berperan besar pada tahap M siklus sel dengan cara mengikat siklin B.
Cdk2 :
Protein kinase yang berperan besar pada transisi tahap G1/S siklus sel dengan cara mengikat siklin E.
Cdk3 :
Protein kinase yang berperan besar pada tahap G0 siklus sel dengan cara mengikat siklin C.
Cdk4 :
Protein kinase yang berperan besar dalam tahap G1 siklus sel dengan cara mengikat siklin D.
Cdx2 :
Protein yang diekspresikan dalam trofektoderm pada embrio awal dan sangat penting untuk pembentukan trofektoderm yang baik.
Cell fusion:
Suatu keadaan yang mana sel somatik digabung dengan sel punca embrionik dan memaparkannya pada lingkungan reprogramming (program ulang).
Checkpoint tahap G0-G1:
wilayah checkpoint yang memastikan sinyal yang masuk dan diterima itu adalah sesuai dengan struktur protein sinyal sehingga bisa diteruskan ke tahap siklus sel kemudian .
Checkpoint tahap G2:
wilayah Checkpoint G2 akhir berfungsi dalam memeriksa setiap kerusakan DNA subseluler yang terjadi atau terhadap penggandaan DNA.
Checkpoint tahap M:
wilayah checkpoint terakhir terjadi tahap M bertujuan memeriksa apakah kromosom sudah menempel pada spindle mitotic atau belum.
Checkpoint tahap S :
Jalur ini untuk memeriksa double strand break (DSB) yaitu pemeriksaan kerusakan untaian ganda DNA melalui aktivasi ATR dan ATM kinase.
Checkpoint tahap S-M :
Jalur ini untuk memblok mitosis hingga seluruh genom selesai digandakan dengan sukses.
Checkpoint G2/M :
Penundaan sel dalam G2 sebelum memasuki mitosis sebagai tanggapan atas stress genotoksik (radiasi UV, oksidative stress dan agen interkalasi DNA) baik melalui pola p53-dependen maupun p53-bebas t.
Checkpoint replikasi :
Jalur untuk memeriksa replication fork yang terhenti, dengan mengintegrasikan sinyal asal ATR interacting protein (ATRIP) dan RAD17.
Checkpoint sinyal proliferasi :
Suatu pemeriksaan terhadap kelayakan sinyal intrinsik (mitogenik) yang sedang memasuki tahap tahap siklus sel untuk memastikan bahwa integritas DNA tidak terganggu.
Cidera :
kronologis kejadian biokimia komplit s dan terorganisir yang terjadi sesaat kerusakan jaringan hingga memasuki tahap tahap proliferasi dan redesaining
c-MET :
Protein kinase yang juga ikut dalam akivitas proliferasi ke arah pembaruan diri dengan mengaktivasi jalur PI3K.
Colony-forming unitassay:
Uji in-vitro untuk menilai sel progenitor hemapoetik, terutama sel progenitor multipoten (MPP) dan sel progenitor turunan terbatas eritroid, granulositik dan monosit.
CXCL1 :
Molekul kemokin bagi neutrofil hasil sekresi makrofag residen aktif yang akan diikat sel neutrofil melalui reseptor CXCLR1.
CXCL1 :
Small molekul chemoattractant yang dilepas oleh jaringan cidera yang berperan sebagai regulator chemotaktik potent bagi sel leukosit PMN
CXCL10 :
Small molekul chemoattractant (interferon inducible protein 10) yang diproduksi keratinosit.
CXCL8 :
Molekul khemokin poten pertama bagi neutrofil yang disekresi oleh makrofag residen aktif.
CXCR3-R :
Reseptor yang diekspresikan beberapa sel radang termasuk MSC secara kuat dengan fungsi memeriksa keberadaan molekul kemokine SDF-1 yang dilepaskan jaringan rusak
Cyclin D :
pemercepat perpindahan siklus sel dari tahap G1 ke S.
Cyclooxygenase:
Protein enzim myeloperoxidase yang berlokasi di RE dan membran nuclear dengan fungsi mengkatalisis proses yang membatasi laju biosintetis prostaglandin dari arachidonic acid.
DAMP :
beberapa molekul yang dilepaskan sesaat terjadi
kerusakan jaringan,baik berwujud struktur protein maupun non-protein.
Dediferensiasi :
Suatu prosedur yang mana sebagian atau seluruh sel yang sudah terdiferensiasi mengalami kehilangan properti dan sifat diferensiasi sehingga sel matur itu kembali ke status sebelumnya yang kurang/ belum terdiferensiasi dan bahkan dapat kembali menjadi sel punca kembali
Deposisi Kolagen :
Selalu aktifnya fibroblast dalam menciptakan kolagen sehingga dapat mengubah ubah penampilan luka dan kekuatannya yang sebelumnya hanya ditutupi oleh bekuan barah fibrin-fibnonetin yang lemah dan tidak tahan traumatik
Difusi :
pergerakan suatu molekul dari wilayah konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah secara pasif.
Difusi lipid bilayer :
Suatu desain komunikasi sel yang dilakukan dengan cara; ―ligan berdifusi melalui membran lipid bilayer‖ agar supaya dapat berikatan dengan reseptor intrasel dalam rangka mempengaruhi sel obyek sasaran .
Dimerisasi reseptor :
prosedur aktivasi reseptor RTK sesudah terikat ligan, yaitu berwujud autofosforisasi atau transfosforilasi pada kedua reseptor domain
khusus tirosin kinase residue (activation loop).
Disk kultur :
Permukaan tempat yang mana sel kultur melekat dan tumbuh
dsRNA :
Partikel virus yang dapat mengaktivasi reseptor TLR3 sel radang atau MSC.
E2F-DP :
Protein faktor transkripsi keluarga E2F yang diperlukan dalam prosedur replikasi DNA pada tahap S.
EGF :
Growth factor yang disekresi sel makrofag aktif, disamping sel keratinosit berperan sebagai agen proliferasi, diferensiasi, migrasi bagi sel fibroblast dan keratinosit dan terlibat aktif pada pembentukan jaringan granulasi.
Endokrin :
Bentuk komunikasi intraseluler jarak jauh, yang mana sel mensekresikan subtansi molekul komunikator (sebagai ligan), yang bergerak memasuki sistem sirkulasi badan dan menuju dan berikatan dengan reseptor sel obyek sasaran yang jauh letaknya.
Epigenetik:
prosedur di luar DNA tetapi mempengaruhi ekspresi dan aktivitas gen sehinggadapat memicu perubahan fenotipe, baik perubahan sifat maupun morfologi suatu sel.
E-selektin :
Molekul adesi yang diekspresikan endotel aktif sesudah rangsangan TNF-α yang dilepas sel makrofag aktif.
Faktor co/transkripsi :
beberapa protein khusus yang ikut terlibat membantu mengendalikan laju transkrispsi genetik terkait gen pemeliharaan jalur pembaruan diri
Faktor transkripsi stemness:
Protein Oct4/Sox2/Nanog/Klf4 yang mengendalikan laju transkripsi genetik DNA ke mRNA dengan cara mengikat sekuens DNA tertentu terkait gen pemeliharan potensi stemness pluripotent dan
supresi gen promosi diferensiasi
tahap aktivasi endothel:
tahap yang mana terjadi sel endothel aktif sesudah rangsangan beberapa molekul angiogenesis (bFGF, PDGF, VEGF dan PECAM-1) hasil sekresi makrofag tipe-M2 (makrofag pro-regenerasi, hasil polariasi
tipe-M1 pro-inflamasi) sesudah inflamasi terkendali dan memasuki tahap tahap proliferasi.
tahap aktivasi sel fibroblast :
tahap aktivasi sel fibroblast sesudah rangsangan beberapa molekul hasil sekresi makrofag tipe-M2, yaitu makrofag yang bersifat proregenerasi (hasil polariasi tipe-M1 pro-inflamasi) terutama saat inflamasi sudah terkendali dan mulai memasuki tahap proliferasi.
tahap degradasi membran basalis:
tahap yang mana endotel aktif terlepas dari dinding endothelium akibat prosedur degradasi membran basalis oleh enzim protease (dilepas endothel aktif) dan MMP (dilepas makrofag aktif dan mast sel).
tahap G1 (gap 1) :
tahap pertama dalam siklus sel yang ditandai dengan perkembangan sel (ukuran sel) dan buatan mRNA/ protein histon (untuk tahap S berikutnya)
tahap G2 (gap 2):
Suatu tahap tahap dari siklus sel yang mana terjadi perkembangbiakan cepat sel dan buatan protein untuk preparasi memasuki tahap kemudian (mitosis).
tahap lag :
masa masa pertama dalam kultur, yang mana sel mulai beradapat asi dengan lingkungan kultur sesudah disemai kembali.
tahap log:
masa masa yang mana sel tumbuh dan proliferasi secara eksponential.
tahap maturase:
prosedur memisahnya pembuluh darah yang baru terbentuk, dimulai dari zona kontak wilayah tengah antara dua dinding pembuluh kapiler berlawanan, lalu terjadi reorganisasi endothelial cell junction dan penetrasi sel terutama pericytes dan myofibroblast ke dalam lumen, dinamakan prosedur intussusception angiogenesis.
tahap maturasi :
tahap tahap yang mana terjadi keseimbangan antara produksi dan degradasi kolagen (maturasi kolagen), yang mana laju buatan kolagen menurun dan mulai terjadi destruksi kolagen yang baru terbentuk, melalui enzim MMP-1 (kolagenase).
tahap migrasi endotel:
tahap yang mana terjadi migrasi endothel dari jaringan terdekat menuju wilayah cidera akibat rangsangan molekul angiogenesis (bFGF, PDGF,
VEGF) yang disekresi makrofag tipe M2 dan sel mast sesudah hemostasis terkendali dan terus meningkat diakhir tahap inflamasi.
tahap migrasi sel fibroblast :
tahap tahap penyembuhan luka antara tahap hemostasis dan akhir inflamasi yang mana terjadi pelepasan beberapa molekul pro-regenerasi oleh sel makrofag aktif dan sel mast yang dapat mendorong migrasi fibroblast dari jaringan berdekatan, lalu menempel pada fibronectin matriks sekitar luka melalui reseptor integrin β1 dan β2.
tahap S (buatan ) :
Suatu tahap tahap dalam siklus sel antara tahap G1 dan G2 yang mana DNA direplikasi
tahap stasioner :
tahap plateu yang mana sel kultur berhenti melakukan perkembangbiakan dan proliferasi.
tahap tunas angiogenesis:
tahap pembentukan tunas vaskuler baru sesudah sel endotel migrasimenempel diserat kolagen (matriks sekitar) itu tersambung dengan pembuluh darah sekitar.
Feeder layer:
elemen penunjang bagi aktifitas sel lainnya.
FGF :
Molekul angiogenik growth factor (sub-keluarga FGF) yang disekresi fibroblast aktif secara autokrin (sesudah rangsangan PDGF), disamping oleh makrofag aktif, endothel dan sel mast dalam 3 hari pertama cidera
FGF-1 :
Molekulangiogenik growth factor pertama (sub-keluarga FGF) yang disekresi fibroblast aktif secara autokrin (sesudah rangsangan PDGF), disamping oleh makrofag aktif, endothel dan sel mast dalam 3 hari
pertama cidera dan berperan sebagai mitogen poten untuk proliferasi dan diferensiasi endothel dan otot polos.
FGF-2 :
Growth factor yang disekresi sel fibroblast aktif secara autokrin akibat rangsangan PDGF
Fibroblas :
Sel mesenkimal yang muncul diwilayah luka pada hari ke tiga seiring dengan prosedur inflamasi yang terkendali
Fibrosis :
Pembentukan jaringan ikat fibrosa berlebihan (jaringan parut)
Formyl methionyl:
Peptide potongan debris bakteri lisis (lipopolysaccharide) yang dapat menarik monosit/leukosit di samping mengaktivasi, melalui pengikatan reseptor formyl peptide receptor-1 (FPR-1) dan
transient receptor potential melastatin-2 (TPRPM2).
Fosforilasi:
Aktivasi molekul secara kaskade hingga membentuk sinyal transduksi menuju nukleus untuk memunculkan tanggapan sel.
Gap junction:
Suatu saluran yang terbentuk antara dua sel, yang mana antara sitoplasma sel satu dan sel sekitarnya saling terhubungkan, yang dinamakan communicating junction.
Gata6 :
Protein yang dikode oleh gen GATA6 yang berfungsi dalam mempromosikan sel punca untuk
berdiferensiasi dengan cara mensupresi protein faktor transkripsi pluripotent
Granulasi:
adalah tahap tahap yang mana terjadi pembentukan jaringan granulasi yang mana sel fibroblast matur mensekresi ECM terutama substansia dasar (subtansia amorphous seperti gen) menuju ruang ekstraseluler
ditambah serat kolagen dan elastin.
Granulasi :
Sel fibroblast matur mensekresi ECM terutama substansia dasar (subtansia amorphous seperti gen) menuju ruang ekstraseluler ditambah serat kolagen dan elastin
Growth factor:
Molekul protein ligan (enabling sinyal ) yang berfungsi sebagai faktor perkembangbiakan sel.
GSK-3 :
Protein yang menghambat siklin D1.
H202 :
Molekul kimia radikal bebas yang dapat menginduksi neutrofil untuk bermigrasi dengan cara mengaktivasi reseptor transient receptor potential melastatin-2 (TPRPM2) melalui oksidasi cystein 549.
Histon :
Protein yang berperan dalam mengkondensasi atau memadatkan dan membungkus DNA ke dalam kromosom secara rapih.
HMGB1 :
Molekul protein danger DAMP yang disekresikan sel hematopoetik melalui lisosom danprototipe protein LSP (leaderless secreted protein) terkait kromatin, yang berperan sebagai mediator poten dalam memicu tanggapan inflamasi kuat, terutama dalam menginduksi syok endotoksin.
Homing leukosit:
Perpindahan sel neutrophil sirkuler menuju wilayah inflamasi (wilayah cidera) akibat rangsangan molekul khemoatraksi dan adhesi yang dilepas sel rmakrofag residen atau matriks sekitar jaringan cidera.
Homing MSC:
kejadian migrasi MSC dari sirkulasi darah menuju jaringan cidera/ luka atau wilayah inflamasi akibat rangsangan molekul sinyal khemoatraksi (IFNγ, TGFα dan SDF-1) yang dilepas sel radang terutama sel makrofag sekitar wilayah cidera.
Homing :
kejadian migrasi sel radang atau MSC dari sirkulasi darah menuju wilayah inflamasi atau injuri, akibat rangsangan molekul kemoatraksi dan adhesi yang dilepas sel radang atau jaringan cidera.
HSC :
Sel punca dewasa yang berasal dari sistem hematopoetik (sumsum tulang) yang mengekspresikan penunjuk CD34+, CD133+, Thy1+ dan tidak mengekspresikan penunjuk CD38-, CD33-.
IFNγ :
Molekul sitokin mediator pro-inflamatori poten yang dilepas beberapa sel radang terutama sel dendritik dengan fungsi sebagai pemicu utama migrasi sel radang termasuk MSC sirkuler menuju wilayah cidera, di samping sebagai pengaktivasi beberapa sel radang
termasuk MSC.
IGF-1 :
Salah satu aktivator kuat jalur sinyalPI3K/AKT yang adalah stimulator perkembangbiakan dan proliferasi sel dan inhibisi apoptosis.
IL-8 :
Small molekul chemoattractant yang diekspresikan oleh luka akut dan kronik
Induced Pluripotent Stem Cell:
Sel punca embrionik pluripoten yang diperoleh dari rekayasa sel matur melalui induksi faktor transkripsi pluripoten Oct4, Sox2, Klf4 dan Nanog melalui lentivirus sebagai mediator pembawa.
Inflamasi :
tanggapan lokal beberapa sel radang bertujuan mengeliminasi, membersihkan, membangun dan menjaga kembali integritas system homoestasis jaringan.
Intrakrin :
Bentuk komunikasi intraseluler, yang mana sinyal yang terjadi dan terbentuk ada didalam sel obyek sasaran itu sendiri.
Jalur canonical Wnt :
Jalur Wnt yang dapat memicu β-catenin tertumpuk dalam sitoplasma yang lalu translokasi menuju nukleus berperan sebagai ca-aktivator transkipsional faktor transkripsi yang termasuk keluarga TCF/ LEF.
Jalur hedgehog sinyal ing :
Salah satu jalur utama yang mengendalikan tahap tahap perkembangan embrionik berwujud sinyal transmisi yang diperlukan sel embrionik untuk berdiferensiasi dengan tepat.
Jalur JAK-STAT:
kronologis molekul sinyal yang menghantarkan ligan kimia (molekul danger) dari luar sel kedalam protein intraseluler melalui jalur JAK-STAT menuju nukleus, bertujuan mentranskripsi gen terkait prosedur imunitas, pembelahan sel, kematian sel, bahkan juga
pada pembentukan tumor.
Jalur proliferasi :
kronologis sinyal kaskade yang dimulai dari rangsangan liganreseptor lalu membentuk serial sinyal transduksi menuju nukleus dengan obyek sasaran berwujud akvititas pembelahan sel baik
pembaruan diri maupun diferensiasi.
Jalur protein integrin :
Jalur inisiasi sinyal melalui protein integrin, yaitu suatu protein yang dapat mengikat subtrat (ligan) dalam matriks ekstraseluler dalam memunculkan sinyal transduksi.
Jalur RTK :
Jalur utama proliferasi ke arah diferensiasi melalui aktivasi reseptor trans-membran-ligan yang berlanjut ke jalur sinyal transduksi MAPK/PI3K hingga menuju nukleus untuk memunculkan tanggapan
seluler.
Jalur sinyal Wnt :
rombongan jalur sinyal transduksi yang dimulai dengan protein yang meneruskan sinyal intraseluler menuju nuklues.
Jalur sirkuit proliferasi :
Jalur proliferasi yang melibatkan jalur fibroblast growth factorreseptor tiroksin kinase (FGF-RTK)/MAPK dalam diferensiasi dan jalur G-protein couple receptor (GPCR)/ (Phosphatydilinositol-3phosphatasekinase) PI3K, BMP-R/SMAD dan LIF-R/STAT3 dalam prosedur pembaruan diri.
Kariokinesis :
Bagian dari tahap tahap pembelahan sel yang mana terjadi pemisahan kromosom,
KGF:
Growth factor yang disekresi sel keratinosit, dinamakan FGF7 pada tahap epitelisasi dari tahap penyembuhan luka.
Klf4 :
Protein pengikat DNA yang berperan dalam meregulasi ekspresi gen sebagai penunjang aktifitas sirkuit regulator utama stemness
keadaan fisiologi kultur :
keadaan kultur yang sudah disesuaikan dengan keadaan in-vivo, sehingga sel kultur dapat
beradaptasi dengan baik pada keadaan itu
Kontak inhibisi:
Suatu desain komunikasi sel yang terjadi saat suatu sel menyentuh sel sekitarnya secara berlebihan melalui contact inhibition.
Kultur sel:
metode dalam memgembangbiakan (propagasi) sebuah sel secara in-vitro melalui penyemaian sel, termasuk sel punca pada tempat yang sudah berisi medium dengan keadaan tertentu Kultur sel primer:
Kultur sel yang didapat dari migrasi sel primer asal eksplan jaringan primer (potongan irisan kecil) dan atau sel primer hasil prosedur disosiasi mekanik/enzimatik.
Leukotrient B4 :
Metabolit hasil oksidasi archidonic acid (AA) melalui lipogenase yang berfungsi menginduksi migrasi neutrofil di samping fungi modulasi inflamasi.
LIF :
Interleukin kelas 6 yang mempengaruhi perkembangbiakan sel dengan cara menghambat jalur diferensiasi.
Ligan :
Small molecule baik berwujud peptida atau non peptida yang detailnya dapat mengikat molekul reseptor sehingga berperan sebagai sinyal komunikasi antar sel.
Ligan peptide :
Small molekul golongan protein yang dapat berikatan dengan reseptor permukaan sel dalam menginduksi sinyal komunikasi.
Ligan-difusi :
rombongan molekul ligan yang dalam menginduksi sinyal komunikasi intraseluler terjadi secara langsung dengan berdifusi melalui membran lipid bilayer, hingga lalu mengikat reseptor intraseluler.
Ligan-non difusi :
rombongan molekul ligan yang dalam menginduksi sinyal komunikasi intraseluler tidak berdifusi pada membran lipid bilayer, tetapi dengan cara mengikat reseptor permukaan membran sel.
Limfosit:
Sel leukosit yang berperan sentral dalam sistem imunitas adaptif.
Limfosit T matur :
Sel limfosit yang sudah lolos terhadap seleksi baik seleksi positip maupun negatip dan meninggalkan medula menuju sirkulasi sistemik lalu tersalurkan dibeberapa jaringan limfoid perifer untuk beberapa saat, terutama pada kortek nodus limfatikus, spleen dan
jaringan limfoid terkait mukosa (plaque peyer kolon).
Lingkungan mikroseluler kultur :
keadaan lingkungan sekitar (niche) sel kultur berwujud substratum yang mirip keadaan jaringan in-vivo.
LPS :
Partikel bakteri gram-negatif yang dapat mengaktivasi reseptor TLR4 sel radang atau MSC
Makrofag tipe M-1:
Makrofag yang mensekresikan molekul pro-inflamasi TNF-α, IFN-
γ, IL-1dan IL-6 dalam konsentrasi tinggi dan anti-inflamasi dalam konsentrasi rendah (IL-10 dan TGF-β1).
Makrofag tipe M-2:
Makrofag yang mensekresi molekul anti-inflamasi dalam konsentrasi tinggi yaitu IL-10 dan TGF-β1 dan molekul proinlamasi dalam konsentrasi rendah yaitu IL-1, IL-6, TNF-α dan IFN-γ secara bersama.
Malignansi :
Salah bentuk disregulasi dari sistem autokrin
MCP-1 :
Small molekul chemoattractant yang dilepas sel keratinosit sesudah cidera
Media kultur sel:
perpaduan komplit beberapa elemen berwujud asam amino, karbohidrat, vitamin, prekursor metabolisme, faktor pertumuhan, hormon dan garam elektrolit.
Mediator inflamasi:
Sinyal bagisel yang mengekspresikan reseptor TLR, seperti dendritik dan limfosit.
Mekanisme feedback negatif :
Bagian dari prinsip homeostasis, yang normalnya berfungsi dalam mengurangi/ memperkecil kekuatan sinyal lingyang terjadi dalam sirkuit intraseluler, dalam rangka menyimbangkan prosedur subseluler demi mencapai keadaan homeostatis.
Mesenkimal :
Sel/jaringan embrional yang terbentuk saat pembentukan embrio
Metatahap :
keadaan yang mana seluruh kromosom bergerak dan berkumpul dipusat spindle mitotic sehingga tampak sebagai equatorial plate.
Metilasi DNA :
prosedur yang mana rombongan gugus metil berikatan pada molekul DNA sehingga aktivitas segmen DNA itu berubah tetapi sekuen urutan DNA tetapi .
Migrasi sel secara khemotaksis:
pergerakan beberapa sel radang dari sirkulasi darah menuju wilayah cidera akibat rangsangan molekul sinyal chemokin. CXC, CC, C ligand.
Mitosis:
Suatu masa masa pembelahan sel bertujuan menggandakan semua elemen penting sel turunan terutama set kromosom, sehingga memungkinkan setiap calon sel turunan menerima salinan seluruh
genom sama persis dengan induk.
Modulasi proteinefektor :
prosedur aktivasi protein sinyalsitoplasmik memakai protein aktif secara kaskade berantai
Molekul adhesi :
Molekul yang diekspresikan permukaan membran sel endothel aktif dengan fungsi mengikat ligan sel leukosit melalui reseptor PSGL-1 sehingga terjadi perlekatan dan migrasi
Molekul danger :
Molekul sinyal yang dilepaskan jaringan sesaat terjadi kerusakan, dinamakan molekul damage-associated molecular pattern (DAMP) atau saat mikroba patogenik menginvasi jaringan, dinamakan pathogenic-associated moleculer patterns(PAMP).
Molekul kemoatraksi :
Small molecule yang dapat menarik dan memandu neutrofil keluar sirkulasi menuju wilayah inflamasi
MSC :
Sel punca dewasa yang didapat dari jaringan mesencymal atau stromal sesudah tahap tahap embriogenesis
mTOR :
keluarga protein kinase keluarga dari PI3K-related kinase yang dikode oleh gen mTOR
Multipoten :
Diferensiasi turunan terbatas hanya satu lapisan germinal
MyD88:
Protein canonical sitoplasmik yang berperan sebagai adaptor dari sinyal downstream jalur inflamatori tingkat membran reseptor TLR atau reseptor IL-1 yang teraktivasi.
Nanog :
Faktor transkripsi homeobox NK-2 kelas yang diekspresikan seluruh sel pluripotent ICM
Nekrosis:
Bentuk cedera sel yang menyebabkan kematian prematur beberapa sel dengan autolisis.
NF-κB :
Heterodimer (protein Rel dan p50) yang berada dalam keadaan inaktif di sitosol, tetapi dalam menjalankan aktivitas trankripsi gen obyek sasaran tidak memerlukan protein lain, sehingga termasuk
kelompo krapid-acting molecule.
Niche sel punca:
Lingkungan mikroseluler sekitar sel punca yang saling berinteraksi dan ikut menentukan arah nasib suatu sel punca.
Niche :
Lingkungan mikroseluler
Nitrit oxide:
Molekul yang dapat mensupresi proliferasi sel T melalui fosforilasi STAT5 dan inhibisi buatan NO atau inhibisi buatan prostaglandin.
Non-CodingRNA :
Molekul RNA yang tidak ditranslasikan menjadi protein.
Notch :
Jalur sinyal penting dalam memicu prosedur pembaruan diri sel punca.
Oct3/4 :
Protein faktor transkripsi yang berperan besar dalam
mempertahankan pluripoten baik sel punca embrionik maupun sel punca dewasa.
PAMP :
Molekul danger yang berasal dariberbgai elemen mikroba patogenik tertentu
Panen MSC :
Aktifitas pelepasan sel kultur (MSC) yang melekat pada permukaan flask secara mekanik/ enzimatik pada keadaan tertentu.
Panen sel kultur :
Aktifitas yang terjadi saat sel sudah mencapai konfluens 80%.
Parakrin:
Salah satu bentuk komunikasi interseluler pada jarak dekat, yang mana sel mensekresikan beberapa substansi molekul komunikator sebagai ligan yang akan terikat oleh reseptor sel obyek sasaran sekitarnya yang sesuai.
Parakrinisasi MSC :
Suatu keadaan yang mana MSC mensekresi beberapa molekul tertentu sebagai bentuk tanggapan rangsangan molekul sitokin pro-inflamatori
(TNFα, IL-1 dan IFNγ).
PcG:
Protein yang berperan mensupresi gen diferensiasi dengan memodulasi ekspresi banyak gen melalui rekayasa protein histon.
PDGF :
Molekul growth factor(atas subunit PDGF AA, -BB dan –AB) yang disekresi sel platelet aktif (dalam granula alpha), disamping makrofag dan endothel aktif dengan fungsi proliferasi, diferensiasi, morfogenesis, migrasi dan angiogenesis.
PECAM-1 :
Molekul adhesi yang disekresi endothel aktif yang berperan sebagai mediatPDGF derivate sel platelet
pembaruan diri :
kemampuan sel punca dalam menciptakan turunan yang sama persis dengan induk baik melalui pembelahan simetris (menciptakan dua turunan sama persis ) maupun pembelahan asimetris (menciptakan satu turunan sama persis ).
Peptida:
Protein ligan yang berperan sebagai molekul komunikator saat berikatan dengan reseptor.
Perubahan konformasi reseptor :
Suatu keadaan yang mana struktur kimia suatu reseptor sel berubah akibat rangsangan molekul ligan pada situs pengikatan reseptor.
PI3K :
keluarga enzim kinaseyang berperan sebagai transduksi sinyal intraseluler melalui prosedur fosforilasi PIP2 menjadi PIP3, berakibat pada pembentukan phosphoinositide dependent kinase-1 (PDK-1) yang dapat menginduksi Akt.
PI3K kelas 1 :
Jalur downstream dari aktivasi bebas t RTK dengan fungsi memfosforilasi PIP2 menjadi PIP3.
Platisitas sel :
kemampuan suatu sel untuk merubah nasibnya.
Pluripoten :
usaha mempertahankan stabilitas pembaruan diri melalui pencegahan prosedur diferensiasi dan peningkatan aktivitas proliferasi
Polarisasi:
Perubahan fenotip dan fungsi suatu sel menjadi bentuk lain.
Polarisasi MSC :
Perubahan fenotip suatu MSC menjadi bentuk lain, secara sifat maupun fungsi baik menjadi fenotip MSC tipe-2 (sifat antiinflamatori)maupun fenotip MSC tipe-1 (pro-inflamatori).
Potensi sel:
kemampuan sel untuk mengekspresikan protein tertentu terkait dengan beberapa tingkat diferensiasi, mulai diferensiasi tak terbatas dinamakan pluripoten, diferensiasi turunan terbatas hanya satu lapisan germinal (multipoten) hingga diferensiasi yang hilang
(unipoten).
pRB :
Protein supressor tumor yang berperan membatasi sel dalam mereplikasi DNA dengan cara mengikat wilayah E2F-DP (faktor transkripsi keluarga E2F untuk situs gen promotor proliferasi dan perkembangan siklus sel).
Protahap :
Suatu keadaan yang mana kromosom yang sudah bereplikasi sebelumnya mengalami kondensasi dan spindle mitotic mulai disusun diluar nucleus
Proliferasi :
pengertian biasa yang mengacu pada laju kecepatan pembelahan suatu sel.
Prometatahap :
Suatu keadaan yang mana membran nukleus mulai melebur dan hancur sehingga memungkinkan terjadi kontak antara spindle mitotic dengan kromosom.
Protein G :
keluarga guanine nucleotide-binding protein yang berperan sebagai saklar molekul intraseluler dengan fungsi metransmisikan sinyal ekstraseluler ke dalam intraseluler.
P-selektin :
Molekul adesi yang diekspresikan oleh sel endotel aktif sesudah rangsangan protein thrombin, bradikinin dan histamin yang dilepas jaringan cidera.
Quiescence :
Suatu keadaan yang mana sel punca berada dalam keadaan inaktif, tidak ada aktivitas pergerakan siklus sel, dikenal juga sebagai tahap G0
Re-epitelisasi:
Suatu tahap tahap pembentukan epitelisasi pada jaringan granulasi yang untuk menutupi luka.
Regenerasi:
prosedur merestorasi struktur dan fungsi suatu jaringan/organ yang rusak/terganggu secara utuh untuk kembali menjadi normal.
Redesaining kromatin:
rekayasa dinamik dari arsitektur kromatin sehingga
memungkinkan mengakses DNA yang terkondensasi terutama wilayah regulasi transkripsi sehingga dapat mengendalikan ekspresi gen.
Reparasi:
prosedur dinamis dalam memperbaiki sebagian struktur dan fungsi jaringan rusak.
Reprogramming :
usaha mengganti kembali fenotip dan genotip suatu sel terdiferensiasi (matur) menjadi bentuk imatur sebelumnya yaitu sel embrionik pluripoten
Reseptor:
rombongan molekul protein kelas tertentu yang diekspresikan secara selektif pada permukaan membran sel dan atau intraseluler dengan fungsi mengikat molekul ligan yang sesuai.
Reseptor Fz :
Reseptor membran plasma yang membentuk reseptor keluarga terkait protein-G, dikenal G-protein coupled receptors (GPCRs).
Reseptor terkait enzim :
Protein membran dengan dua domain utama yaitu domain katalitik single-trans membran segment (1-TMS) dan domain ektraseluler.
Reseptor terkait protein G:
Protein membran integral yang memiliki 7 segmen (helical) transmembran dengan situs pengenalan ektraseluler untuk mengikat ligan dan situs pengenalan intaseluler untuk protein pengikat GTP (GTP-binding protein).
Reseptor TLR :
Reseptor yang diekspresikan permukaan beberapa sel radang, termasuk MSC dengan fungsi mempromosikan sel radang termasuk MSC untuk bermigrasi keluar sirkulasi menuju wilayah jaringan cidera.
tanggapan langsung :
Suatu tanggapan protein molekuler intraseluler yang bersifat langsung, terkait aktivitas protein fungsional enzim dalam sel obyek sasaran .
tanggapan seluler :
Aktifitas seluler, baik fisiologik maupun patologik sesudah rangsangan komplit s protein sinyal transduksi ke dalam nukleus yang memicu prosedur transkripsi.
tanggapan tidak langsung :
tanggapan intraseluler jenis lambat terhadap sinyal ligan-reseptor, bertujuan terkait dengan ekspresi gen dan melibatkan kendali gen secara ketat
Retraction atau retraksi :
pergerakan penarikan neutrofil/ MSC ke belakang hingga terlepas akibat pergeseran reseptor integrin ke arah belakang.
Rolling:
pergerakan tertentu MSC berwujud pergerakan berguling (rolling) menuju wilayah tepi endotel akibat
rangsangan molekul kemoatraksi (SDF-1, TNFα dan IFNγ) yang dilepas jaringan cidera dan makrofag aktif.
Ronin :
Protein yang dalam mempertahankan pluripoten dengan cara menekan diferensiasi secara langsung melalui pengikatan dan supresi gen penginduksi diferensiasi.
SCF :
penunjuk ini berfungsi dalam promosi dan diferensiasi sel progenitor hematopoietik
SDF-1 :
Small molekul chemoattractant yang diekspresikan sel endothelial, myofibroblast dan keratinosit.
Second messenger:
Molekul pensinyal intraseluler yang dilepaskan sel sebagai tanggapan terhadap paparan molekul pensinyal sebelumnya (first messenger) yang berada di ekstraseluler.
Sel dendritikimatur:
Sel yang memiliki sifat berwujud aktivitas endositik tinggi tetapi potensi aktivasi sel-T rendah, sehingga secara terus menerus memeriksa keberadaan beberapa antigen disekitar lingkungan mikroseluler untuk lalu dilakukan fagosit, termasuk juga mencoba fagositosis sedikit membran sel dendritik itu sendiri, dikenal prosedur nibbling (belajar menggigit).
Sel dendritik matur :
Sel dendritik imatur yangteraktivasi dan terspesialisasi sehingga dapat mensekresi molekul sitokin aktif IFNγ atau TNFα sebagai mediator inflamasi poten dan mengekspresi CD11c dan CD83 sebagai penunjuk .
Sel dengan sifat sel punca :
rombongan sel matur yang mendapat kemampuan dan potensi seperti dengan sel punca embrionik.
Sel matur:
Sel khusus yang sudah kehilangan potensi diferensiasi dan pembaruan diri.
Sel natural killer:
Sel efektor utama dari imun innate untuk
mengeliminasi beberapa virus, mikroba dan sel tumor melalui aktifitas granzim B yang dilepas NK dengan dimediasi oleh sel limfosit sitotoksik, sehingga
dinamakan NK-mediated obyek sasaran cell lysis.
Sel progenitor:
Sel yang masih memiliki potensi diferensiasi tetapi lebih terbatas yaitu hanya menjadi turunan subpopulasi tertentu.
Sel punca dewasa:
Sel punca yang bersifat multipoten, yaitu dapat menciptakan beberapa turunan sel terdiferensiasi, tetapi hanya terbatas pada salah satu lapisan asal germinal yang mana sel punca itu berasal.
Sel punca embrionik:
Sel punca yang berasal dari jaringan embrionik pada tahap tahap embriogenesis.
Sel punca embrionik pluripotent:
Sel punca embrionik yang dapat menciptakan seluruh tipe sel asal dari 3 lapisan germinal (endoderm, ektoderm dan atau mesoderm)tetapi tidak dapat menciptakan sel asal jaringan ekstra-embrionik
Sel punca embrionik totipoten :
Sel punca embrionik berwujud 4-8 sel yang sama persis secara fenotip maupun genetik hasil pembelahan pertama oosit terfertilisasi (zygot) hingga tahap morula (3-5 hari sesudah fertilisasi).
Sel Punca Kanker :
Subpopulasi sel kanker dalam suatu tumor dengan sifat seperti sel punca yaitu dapat memperbarui diri dan berdiferensiasi menjadi beberapa sel tumor.
Sel Punca:
Sel yang memiliki kemampuan untuk mengeskpresikan CD tertentu sebagai penunjuk stemness dan secara parakrin dapat mensekresi beberapa molekul growth faktor, sitokin dan chemokine tertentu sebagai molekul sinyal aktivasi bagi sel punca endogenous dan atau
sel sekitar dalam rangka prosedur regenerasi.
Sel THnaif:
T yang sudah berdiferensiasi dalam sumsum tulang dan lalu lolos dalam prosedur seleksi positip dan negatif di thymus.
Seleksi negative :
Seleksi yang terjadi pada klon sel T yang mengenali MHC dan peptide sendiri secara over-reaksi/ berlebihan.
Seleksi positif:
Seleksi yang terjadi pada klon double positipe (CD4+ dan CD8+) bertujuan untuk menghilangkan salah satu klon, melalui rangsangan TCR sel limfosit dengan MHC-I/II sel dendritik (konjugasi dengan benda asing).
Senescence:
Suatu keadaan yang mana sel punca tidak dapat melakukan aktifitas proliferasi dalam jangka waktu panjang dan bersifat irreversible.
Siklin :
keluarga protein yang berperan besar dalam mengendalikan progresi sel pada setiap tahap tahap siklus sel dengan cara mengikat Cdk tertentu
sehingga membentuk komplit s Cdk-siklin.
Siklus sel :
kronologis tahap tahap yang akan dilalui sel secara aktif dalam melakukan prosedur pembelahan dan replikasi DNA untuk menciptakan dua turunan sel, sehingga juga dinamakan siklus pembelahan.
Sinyal tingkat sitoplasmik :
Sinyal transduksi sebagai lanjutan sinyal membran yang secara kaskade terus bergerak menuju nukleus.
Sinyal transduksi :
Sinyal komunikasi kaskade intraseluler yang terjadi
sesudah berikatanya ligan-reseptor.
Sirkuit proliferasi sel punca :
Sirkuit yang meregulasi proliferasi sel punca yang melibatkan interaksi beberapa molekul/jalur mulai faktor transkripsi pluripoten, faktor co-transkripsi, soluble molecule dan jalur proliferasi.
Sitokinesis:
Suatu fitur kedua tahap mitosis yang mana terjadi penyaluran membran sel, sitoskleton, organela, dan protein terlarut lainnya pada dua sel turunan.
Soluble molecule:
Molekul protein yang dilepas oleh beberapa sel/ elemen matriks sekitar secara parakrin atau autokrin bertujuan
mempertahankan proliferasi.
Soluble Molecule Extracellular :
Protein soluble molekul yang dilepas secara parakrin atau autokrin
oleh beberapa sel/ elemen matriks sekitar bertujuan
mempertahankan ekspresi beberapa faktor transkripsi stemness Somatic Cell Nuclear Transfer:
metode mentransfer nukleus sel somatik ke dalam oosit yang tidak dibuahi dan enucleated (nuklues oosit sudah dibuang), yang lalu lingkungan sitoplasma oosit melakukan reprogramming(program ulang) terhadap nucleus sel somatik baru yang ditransfer dan kemudian mengaktifkan pengembangan embrio.
Sox2 :
Protein faktor transkripsi yang diperlukan dalam mempertahankan stemness sel punca pluripoten melalui kerjasama dengan protein Oct4
Spreading :
pergerakan memanjang neutrofil/ MSC membentuk lamellipodia dan filipodia akibat aktivasi cytoskeletonactin sesudah pengikatan molekul
adhesi dengan reseptor MSC/ leukosit
STAT3 :
Faktor transkripsi yang dikode gen STAT3 sebagai tanggapan terhadap stimulus dari sitokine IL6 atau ephidermal growth factor (EGF).
Stemness:
Properti sel punca berwujud potensi pluripoten untuk memperbarui diri tetapi mempertahankan status tidak diferensiasi.
tahap tahap maturasi awal sel T :
tahap tahap yang dimulai dengan diferensiasi prekursor sel T menjadi sel pro-T (thymocyte committed) yang ditandai dengan ekspresi CD2 (reseptor eritrosit domba) dibawah pengaruh hormon thymik dan tymopoetin yang disekresi epitel thymic.
tahap tahap migrasi prekursor sel T:
Perkembangan sel T yang dimulai dengan migrasi precursor sel T (sel progenitor) asal sumsum tulang menuju regio kortek timus.
tahap tahap proliferasi:
tahap tahap penyembuhan luka berwujud prosedur reparasi jaringan rusak secara terintegrasi baik melalui angiogenesis, epitelisasi maupun granulasi.
tahap tahap sel double positip:
Pembentukan reseptor TCR dan CD3, di samping pembentukan CD4 dan CD8, sehingga sel thymocyte dinamakan sel dengan double positip, yang kemudian akan mengalami tahap tahap seleksi klonal.
tahap tahap seleksi klonal:
tahap tahap akhir seleksi melalui pengenalan dan pendidikan reseptor TCR sel limfosit di medula thymic, sehingga dapat mengenali antigen MHC sendiri, dinamakan self tolerance, di samping non-MCH.
TCF/LEF:
Co/aktivator transkripsi dari suatu faktor transkripsi
Telofase :
Perakitan kembali membran inti disekitar dua set kromosom yang sudah terpisah hingga terbentuk dua nukleus.
TGF-β :
Molekul growth factor yang disekresi beberapa tahap penyembuhan terutama oleh sel platelet dan makrofag aktif, disamping keratosit.
TLR-3 :
Protein reseptor keluarga keluarga TLR yang berada dalam sitoplasmik.
TNF-α :
Molekul sitokin proinflamatori (mediator inflamasi potent) yang berperan sebagai mediator inflamatori poten.
Traction atau traksi:
pergerakan penarikan tepi ujung neutrofil/ MSC akibat kontraksi, sehingga reseptor integrin dapat mengikat pada bagian depan kemudian .
Transdiferensiasi :
kemampuan sel punca untuk mengganti sel yang sudah terdiferensiasi sebelumnya menjadi bentuk sel yang lebih khusus .
Transit-amplifying progenitor:
Turunan sel punca yang masih memiliki potensi berkembang secara ekstensif dalam menciptakan turunan yang lebih khusus .
Transmigrasi:
pergerakan migrasi/perpindahan MSC/neutrofil sikuler yang sebelumnya sudah melekat di endothel lalu keluar dari pembuluh darah menuju wilayah inflamasi secara amubiasid melalui sisi lateral sel endotel.
Transmitter-gated ion channel:
Reseptor seven-helix yang tersusun atas asosiasi subunit protein, yang mana tiap asosiasi mengandung beberapa segmen transmembran.
TRIF :
Satu-satunya protein adaptor yang dipakai dalam aktivasi jalur TLR-3
Trombopoietin :
penunjuk yang berfungsi dalam aktifitas pembaruan diri,
VEGF:
Molekul angiogenik growth factor kedua (sub-keluarga PDGF) yang disekresi fibroblast aktif (disamping makrofag aktif, endothel dan platelet) dalam 4-7 hari cidera.
Wnt :
Molekul protein yang berperan besar dalam jalur sinyal proliferasi sel punca dan dapat mensupresi diferensiasi menjadi osteogenik.
Setiap sel memiliki rentang waktu kehidupan tertentu, yang akan berakhir dengan kematian dan digantikan dengan sel baru. .kejadian ini dinamakan regenerasi. kemampuan regenerasi
FOTO REGENERASI
setiap sel berbeda menggantungkan diri jenis dan tipe sel itu sendiri. Sel dengan potensi regenerasi terkuat adalahsel punca, sebaliknya sel dengan potensi hilang adalah sel matur. Potensi regenerasi sel akan berkurang
dan menghilang seiring dengan maturitas. Lingkungan mikroseluler (niche) ikut mempengaruhi potensi regenerasi sel punca. mengganti
nichesel punca dapat memicu pembelahan sel kearah tertentu dan hal ini menjadi dasar dalam memahami prosedur epigenetik. Sel punca memiliki 2 sifat unik yaitu dapat melakukan pembaruan diri dan berdiferensiasi. prinsip pembaruan diri bertujuan untuk menciptakan turunan yang sama persis
dengan induk,baik melalui pembelahan simetris maupun asimetris. prinsip diferensiasi bertujuan untuk menciptakan beberapa turunan sel yang khusus . berdasar sumber asal sel punca dibagi menjadi 2
yaitu sel punca embrionik dan sel punca dewasa. Sisi lain ada jenis sel dengan sifat seperti sel punca, yaitu sel punca kanker (SPK) dan induce pluripotens stem cell (iPS) hasil rekayasa sel matur. berdasar peran sel punca yang penting dalam meregenerasi jaringan, maka perlu dilakukan pemahaman
berdasar kaitan sel punca, terutama terkait dengan regenerasi, mulai terminologi, golongkan , pembaruan diri dan diferensiasi, niche, quiescence dan senescence sehingga dapat membantu dalam mempelajari sel punca pada bab kemudian .
prinsip regenerasi
kemampuan regenerasi setiap sel biasa nya berbeda,
menggantungkan diri jenis dan tipe sel dan potensi regenerasi itu akan menurun dan menghilang seiring dengan maturitas. Potensi regenerasiyang hilang akan berakhir dengan kematian secara apoptosis dan
digantikan sel baru. meski begitu regenerasi berbeda dengan reparasi. Regenerasi merestorasi kembali struktur dan fungsi jaringan secara utuh, sedang reparasi hanya sebagian. Regenerasi sukses akan menciptakan jaringan normal, tetapi saat terjadi
inflamasi berkepanjangan, maka regenerasi tidak berjalan semestinya sehingga dapat memicu terjadinya fibrosis.
penjelasan regenerasi
Regenerasi jaringan adalah prosedur restorasi struktur dan fungsi suatu jaringan/organ rusak untuk kembali normal secara utuh. Regenerasi menciptakan pembentukan jaringan baru melalui aktivitas sel tertentu, terutama sel dengan kemampuan proliferasi dan diferensiasi tinggi.Sel dengan sifat demikian adalah sel punca.
Regenerasi dan sel punca dalam fibrosis
Regenerasi yang sukses tanpa fibrosis memerlukan
adanya sel punca, dipicu sebab fibrosis dipicu oleh prosedur inflamasi yang berkepanjangan. Sel punca dapat mengendalikan inflamasi, sehingga mempercepat akses sel punca untuk masuk dalam
tahap proliferasi. Keadaan ini akan mendorong sel sekitar untuk terlibat aktif dalam proliferasi, termasuk sel punca. detailnya sel punca akan berdiferensiasi menjadi beberapa sel matur untuk mengantikan sel sekitar yang rusak.Regenerasi memerlukan adanya sel punca dengan potensi diferensiasi tinggi sebab memungkinkan pergantian
elemen jaringan/organ rusak menjadi normal kembali. Regenerasi akan selalu terjadi, sebab sel punca/ sel progenitor berada pada hampir seluruh jaringan. Pembahasan lebih lanjut peran sel punca dalam regenerasi kami sajikan dalam bab kemudian Regenerasi dimulai dengan pelepasan molekul sinyal cidera yang lalu mengganti niche sel punca, sehingga mendorong sel punca berdiferensiasi menjadi sel khusus penyusunan elemen jaringan.
FOTO REPARASI
Reparasi jaringan adalah prosedur perbaikan sebagian struktur dan fungsi jaringan rusak secara dinamis. Reparasi menciptakan jaringan normal kembali saat regenerasi jaringan berjalan dengan sukses, tetapi saat sebagian besar jaringan rusak/ hilang atau
terjadi inflamasi berkepanjangan, maka memungkinkan pembentukan fibrosis. Reparasi memerlukan kesesuaian antara molekul sinyal dan tipe sel yang terlibat terutama sel punca endogenous/ progenitor dan
sel radang, di samping matriks ekstraseluler. Reparasi melibatkan interaksi sel punca endogenous, progenitor, sel .mesenkimal dan sel radang untuk menciptakan pembentukan jaringan granulasi. Inflamasi yang berkepanjangan dan atau terjadi nekrosis masif, maka reparasi tidak berjalan sukses dan potensi memicu pembentukan jaringan parut.prinsip pembaruan diri sel punca beberapa hasil riset sebelumnya mengindikasikan bahwa pembelahan sel punca berdasar atas kemampuan dalam memperbarui diri dan berdiferensiasi. detailnya pembaruan
diri bertujuan untuk menciptakan turunan yang sama persis dengan induk, yang secara bersamaan mempertahankan status tidak berdiferensiasi.
Pembelahan sel mengambarkan laju kecepatan pembelahan sel, sehingga dinamakan aktivitas proliferasi. Proliferasi mengindikasikan laju aktivitas pembelahan sel baik melalui aktivitas pembaruan diri dan atau diferensiasi. pembaruan diri menciptakan turunan sama persis dengan induk, sedang
diferensiasi menciptakan turunan sel khusus .
FOTO PEMBARUAN DIRI DAN DIFERENSIASI
pembaruan diri
pembaruan diri adalah kemampuan sel punca dalam
menciptakan turunan sama persis dengan sel induk baik melalui pembelahan simetris (dua turunan sama persis ) maupun pembelahan asimetris (satu turunan sama persis ). ini mengindikasikan bahwa setiap
terjadi pembelahan sel punca secara bersamaan juga akan terjadi aktivitas mempertahankan status non-diferensiasi. Pembelahan selpunca asimetris dan atau simetris adalah menggantungkan diri pada niche
sekitar sel punca. meski begitu sel punca dewasa biasa nya dalam status quiscence (inaktif) pada sebagian besar jaringan.
FOTO GEN PEMBARUAN DIRI
Molekuler pembaruan diri
detailnya ada rombongan protein yang berperan
penting dalam meregulasi aktivitas pembaruan diri sel punca. Protein itu berwujud faktor transkripsi pluripoten Oct4, Sox2, Klf4 dan Nanog yang saling terintegrasi membentuk sirkuit regulator untuk
mempertahankan aktifitas pembaruan diri suatu sel punca. meski begitu aktifitas pembaruan diri di inhibisi oleh faktor diferensiasi baik berwujud gen Gata6 dan Cdx2 maupun soluble molecule BMP dan LIK, disamping faktor epigenetik pembaruan diri terjadi saat protein faktor transkripsi Oct4, Sox2,
Klf4 dan Nanog menginduksi gen pembaruan diri dan saat yang sama menginhibisi gen promosi diferensiasi (Gata6 dan Cdx2). pembaruan diri juga dipengaruhi epigenetik melalui polycombgroup (PcG) dan soluble moleculebone morphogenetic proteins
(BMP) dan leukimia inhibitory factor (LIF) sebagai molekul inhibitor. Konsekuensi pembaruan diri
pembaruan diri adalah hal unik sel punca yang tidak
dimiliki sel lain. kemampuan pembaruan diri ini memungkinkan sel punca diperbanyak secara in-vitro dalam laboratorium untuk kepentingan beberapa riset. prinsip pembaruan diri berimplikasi bahwa sel punca endogenous dalam jaringan badan akan selalu berada
dalam jumlah yang stabil sekalipun sebagian besar sel punca mengalami diferensiasi saat terjadi cidera jaringan. ini dimungkinkan sebab setiap kali sel punca membelah asimetris (saat terjadi cidera jaringan), maka saat bersamaan sel punca juga akan
mempertahankan status non-diferensiasi melalui pembaruan diri. Aktivitas pembaruan dan diferensiasi mengindikasikan kemampuan proliferasi sel punca yang lebih tinggi dibanding sel lain. kemampuan
pembaruan diri sel punca terlihat jelas dalam embriogenesis.
FOTO ARAH PEMBELAHAN SEL PUNCA
Arah nasib pembelahan sel punca
Sel punca dewasa dalam keadaan normal berada pada status quiesence (inaktif) di banyak jaringan jaringan. meski begitu status quiesence ini bersifat sementara, sehingga memungkinkan bagi sel punca untuk kembali memasuki siklus sel saat dirangsangan oleh
molekul tertentu yang dilepas niche. Perubahan niche sekitar sel punca yang drastis terutama saat terjadi inflamasi dapat memicu perubahan pada sel punca dari status inaktif menjadi aktif memasuki siklus sel kembali. ini mengindikasikan niche ikut mempengaruhi arah nasib suatu sel punca. detailnya sel punca dewasa didorong keluar pool untuk membelah secara asimetris agar supaya menciptakan satu turunan sel progenitor, dinamakan transit amplifying progenitor (turunan sel punca pertama), sementara turunan yang lain terus melakukan aktivitas pembaruan diri. ini mengindikasikan bahwa keberadaan sel punca akan tetapi stabil, sekalipun
sebagian besar sel punca berdiferensiasi menjadi sel progenitor yang terus menciptakan turunan sel yang lebih khusus . Sel punca yang dalam posisi quiescence (inaktif) akan menjadi aktif membelah saat niche sekitar berubah. Pembelahan simetris maupun
asimetris akan menciptakan satu/dua turunan sel sama persis dengan induk, dinamakan pembaruan diri. Sisi lain pembelahan asimetris dapat memicu sel punca berdiferensiasi menjadi transit-amplifying progenitor, yaitu sel progenitor yang komitmen
berdiferensiasi menjadi sel yang lebih khusus (matur).
prinsip diferensiasi sel punca
Sel punca yang berdiferensiasi akan menciptakan beberapa turunan sel yang lebih khusus yang diperlukan dalam pembentukan beberapa elemen jaringan dan organ. Potensi diferensiasi sel punca
embrionik terlihat dalam aktifitas pembentukan 3 lapisan germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), sedang potensi diferensiasi sel punca dewasa terlihat saat sel punca multipoten berubah menjadi
beberapa sel khusus pada kejadian penyembuhan jaringan luka.
penjelasan diferensiasi
Diferensiasi adalah suatu potensi yang dimiliki sel punca untuk berubah menjadi bentuk sel lain yang lebih khusus dan fungsional. Sel turunan yang diproduksi akan mulai kehilangan potensi dalam memperbarui diri maupun diferensiasi secara
perlahan. meski begitu perubahan ini tidak terjadi pada tingkat sekuen DNA, tetapi hanya pada tingkat epigenetik. ini menunjukan bahwa sel punca yang berdiferensiasi tidak melakukan pembelahan sel sebetulnya (tahap tahap siklus sel).
FOTO MOLEKULER DIFERENSIASI SEL PUNCA
Molekuler diferensiasi
prosedur diferensiasi tidak melibatkan perubahan sekuen DNA, tetapi dipengaruhi oleh prosedur epigenetik sesudah rangsangan beberapa soluble molecule tertentu. meski begitu gen tertentu juga ikut
terlibat dalam berjalannya prosedur diferensiasi. detailnya faktor yang berperan dalam prosedur diferensiasi sel puncadibagi menjadi :
1. Aktivasi gen Gata6 dan Cdx2
Gen Gata6 dan Cdx2 adalah gen yang berperan besar
dalam promosi diferensiasi sel punca. Gen ini berkerja dengan dengan cara mensupresi molekul pembaruan diri yaitu protein faktor transkripsi pluripoten Oct3/4, Klf4, Sox2 dan Nanog.
2. rangsangan molekulfibroblast growth factor (FGF)
Sel punca secara autokrin melepas FGF yang dapat memicu jalur diferensiasi mitogen-activated protein kinase (MAPK) teraktivasi sehingga gen Gata6 dan Cdx2 aktif.
3. In aktivasi LIF dan BMP Protein LIF menghambat jalur diferensiasi MAPK melalui aktivasi sinyal transducer and activator of transcription (STAT3),
sedang BMP menghambat melalui aktivasi small mother against decapentaplegic (SMAD).
FGF mengaktivasi MAPK (jalur tirosin kinase) sehingga memicu gen Gata6 dan Cdx2aktif. Gen ini berperan dalam promosi diferensiasi, dengan menghambat faktor transkripsi Oct4, Klf4, Sox2 dan Nanog
sehingga diferensiasi diperkuat. Sisi lain BMP dan LIF menghambat diferensiasi melalui inhibisi MAPK (BMP-SMAD dan LIF-STAT3).
FOTO PROLIFERASI
prinsip proliferasi
Proliferasi adalah pengertian biasa yang mengacu pada laju kecepatan pembelahan suatu sel. Proliferasi mengambarkan aktivitas pembelahan sel yang aktif. meski begitu proliferasi berbeda dengan aktivitas pembaruan diri sel punca.
penjelasan proliferasi
Proliferasi adalah laju aktivitas pembelahan suatu sel jenis apapun secara terus menerus sehingga menciptakan nilai rata rata terhadap kecepatan pembelahan. Proliferasi suatu sel dapat diukur baik dengan memakai perhitungan hemositometer atau alat
otomatis cell counting. Laju proliferasi sel yang berlebihan berkaitan dengan gangguan jalur sinyal tiroksin kinase, yang sering ditemukan pada beberapa sel malignan.
Perbedaan proliferasi dan pembaruan diri
Secara prinsip proliferasi berbeda dengan pembaruan diri terutama dalam hal pembelahan sel. Proliferasi tidak menciptakan turunan sel yang sama persis dengan induk, sedang pembaruan diri menciptakan . ini mengindikasikan bahwa proliferasi dapat terjadi pada setiap tipe sel apapun termasuk sel punca, sedang pembaruan diri hanya terjadi pada sel punca.
Aktivitas proliferasi dicontohkan oleh sel progenitor limfoid (hasil diferensiasi hematopoetic stem cell), yang mana turunan yang diproduksi hanya sel limfosit/ NK matur tanpa pernah menciptakan turunan sel progenitor limfoid itu sendiri.
Molekuler proliferasi
Aktifitas molekuler proliferasi adalah prinsip komunikasi sinyal transduksi yang akan dijelaskan lebih detail dalam bab kemudian . Aktivasi proliferasi terjadi melalui jalur sinyal transduksi MAPK dan atau jalur embrionik. Secara sistematik aktivasi jalur
proliferasi dimulai dengan pengikatan molekul ligan tertentu (growth factor) pada reseptor tirosin kinase.Pengikatan ligan-reseptor ini akan memicu aktivasi jalur sinyal transduksi secara kaskade hingga mencapai nukleus. tahap tahap nukleus berperan besar dalam kendali sinyal, sebab pada tahap tahap ini akan dilakukan prosedur transkripsi terhadap beberapa sinyal masuk untuk lalu diproduksi protein terkait aktivitas proliferasi. Kesalahan dan kegagalan prosedur checking sinyal pada tahap tahap nukleus dapat berefek pada kesalahan protein yang akan diproduksi dan ini berkorelasi dengan mewujudkan hasil penyakit tertentu, terutama malignasi.
prosedur ini dijelaskan secara detail dalam bab siklus sel kemudian .Proliferasi diawali dengan interaksi molekul ligan growth factor dengan reseptor tirosine kinase, yang lalu mengaktivasi jalur sinyal transduksi embrionik dan atau MAPK yang berakhir dengan
aktivasi beberapa gen proliferasi.
Potensi sel
Potensi sel mengambarkan kemampuan suatu sel dalam mengekspresikan protein tertentu terkait dengan aktifitas diferensiasi dan atau pembaruan diri. sifat turunan sel yang diproduksi akan menggantungkan diri pada jenis dan tipe sel itu sendiri. Semakin bervariasi turunan sel yang diproduksi (sel terdiferensiasi), semakin tinggi potensi sel itu dan sel punca adalah sel dengan potensi tertinggi.
penjelasan potensi sel dalam diferensiasi
Potensi sel adalah kemampuan suatu sel dalam
mengekspresikan protein tertentu terkait dengan tingkat diferensiasi. Secara hierarki tingkat potensi diferensiasi dimulai potensi pluripoten berwujud diferensiasi tak terbatas, potensi multipoten berwujud diferensiasi terbatas satu lapisan germinal hingga diferensiasi yang
hilang (unipoten).Potensi sel punca menandakan kemampuan sel punca untuk mengganti diri menjadi beberapa sel turunan yang khusus (terdiferensiasi), disamping kemampuan memperbarui diri.
FOTO GOLONGKAN SEL berdasar POTENSI
golongkan sel berdasar potensi diferensiasi
Potensi sel akan menurun dan menghilang seiring dengan maturitas, tetapi saat yang sama fungsional sel semakin optimalPotensi sel digolongkan atas 5 golongan yaitu sel totipoten, sel pluripoten, sel multipoten, sel progenitor dan sel matur.Secara hierarki potensi diferensiasi sel dapat digolongkan
menjadi 5 golongan sel yaitu :
1. Sel totipoten
2. Sel pluripoten
3. Sel multipoten
4. Sel progenitor
5. Sel matur.
6.3 Sel totipoten
Sel totipoten adalah sel punca embrionik berwujud 4-8 sel yang sama persis secara fenotip dan genetik hasil pembelahan pertama oosit .terfertilisasi (zygot) hingga tahap morula 3-5 hari sesudah fertilisasi. Sel
totipoten memiliki potensi diferensiasi dan pembaruan diri terkuat diantara seluruh sel punca. Sel tutipoten ini dapat menciptakan seluruh tipe sel baik penyusun jaringan embrionik maupun ekstraembrionik sehingga dapat membentuk kesatuan masing masing .
Sel pluripoten
Sel pluripoten adalah sel punca embrionik yang dapat
menciptakan seluruh tipe sel asal dari 3 lapisan germinal (endoderm, ektoderm dan atau mesoderm) tetapi tidak dapat menciptakan jaringan ekstra-embrionik. Potensi pembaruan diri dan diferensiasi
sel pluripoten adalah dibawah totipoten. Sel pluripoten didapat dari inner cell masstahap blastomer/ blastocyst (tahap morula hingga 6 minggu lalu ).
Sel multipoten
Sel multipoten adalah sel punca dewasa yang dapat
menciptakan beberapa turunan sel matur (terdiferensiasi), tetapi terbatas pada salah satu lapisan asal germinal yang mana sel itu berasal. Tipe sel turunan yang diproduksi menggantungkan diri pada asal jaringan sel punca. meski begitu sel punca dewasa asal tali pusat memiliki potensi lebih kuat di antara sel punca multipoten, yaitu berada antara multipoten dan pluripoten. Sel progenitor Sel progenitor adalah sel yang masih memiliki potensi diferensiasi tetapi kemampuan nya lebih terbatas yaitu hanya
menjadi turunan subpopulasi tertentu. Sel progenitor myeloid contoh: (hasil diferensiasi sel punca dewasa hematopoietik), yang mana turunan yang diproduksi hanya sel leukosit, basofil dan esosinofil,
tetapi sel progenitor ini tidak dapat menciptakan sel jenis lain. Hal yang sama dengan sel progenitor lymphoid yang mana turunan yang diproduksi hanya selmonosit dan limfosit.
Sel matur
Sel matur adalah sel khusus yangsudah kehilangan potensi diferensiasi dan pembaruan diri. Sel matur adalah hasil diferensiasi terminal sel progenitor. meski begitu secara fungsional sel matur sudah mencapai titik optimal dalam aktivitas metabolic maupun tanggapan fungsional terhadap suatu sinyal. Sel matur
memiliki rentang waktu kehidupan yang terbatas dan akan mengalami kematian apoptosis seiring dengan perjalanan waktu.
Sel bersifat seperti sel punca
Sel dengan sifat seperti sel punca adalah rombongan sel matur yang mendapat potensi seperti dengan sel punca embrionik, baik akibat rekayasa molekuler (reprogramming) dan atau prosedur mutasi genetik. Secara genetik sekuen DNA sel obyek sasaran (sel seperti sel punca) mengalami perubahan mutasi. Lebih lanjut sel dengan sifat seperti sel punca dapat digolongkan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
1. Induce pluripotens stem cell (iPS)
2. Sel punca kanker (SPK)
Induce pluripotens stem cell
Induce pluripotens stem cell (iPS) adalah sel punca embrionik pluripoten yang diperoleh dari rekayasa sel matur melalui induksi faktor transkripsi pluripoten Oct4, Sox2, Klf4 dan Nanog melalui lentivirus sebagai mediator pembawa. Klon iPS adalah bagian dari metode rekayasa molekuler berwujud reprogramming yang akan dibahas pada bab kemudian . metode ini ditemukan Mr. Yamanaka yang memungkinkan induksi sel matur berubah menjadi sel punca embrionik, sehingga iPS memiliki potensi pluripoten dan
memperbarui diri.Sel matur yang diinduksi faktor transkripsi Oct4, Sox2, Klf4 dan Nanog melalui lentivirus memicu perubahan fenotip sel matur menjadi sel embrionik pluripoten, dinamakan iPS. Sel iPS ini
dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm, mesoderm dan endoderm), disamping memperbarui diri.
FOTO IPS CELLS
Sel punca kanker (SPK)
SPK adalah subpopulasi sel kanker dalam suatu tumor dengan sifat seperti sel punca yaitu dapat memperbarui diri dan berdiferensiasi menjadi beberapa sel tumor. SPK terjadi akibat mutasi genetik dan atau prosedur epigenetik, baik pada sel punca, sel
progenitor dan atau sel matur. Perubahan niche yang drastis, terutama inflamasi berperan besar dalam memunculkan klon SPK. SPK terbentuk akibat paparan mutagen pada sel punca/sel progenitor/sel matur yangmemicu perubahan struktur DNA (mutasi) yang diperkuat dengan niche yang berubah akaibat prosedur
epigenetik. Paparan kembali mutagen dan prosedur epigenetik akan memicu kemunculan klon SPK baru yang dapat menciptakan turunan sel kanker yang heterogen dan resisten. prosedur smoldering inflamasi (inflamasi masif) sesudah pemberian radio-kemoterapi memicu perubahan drastis pada nichesel tumor yang dapat memicu polarisasi makrofag menjadi tipe-2, dinamakan tumor associated macrophage (TAM) yang dapat melepas growth factor untuk memicu SPK baru.
prinsip niche
prinsip niche terkait dengan lingkungan mikroseluler dan yang ikut menentukan arah nasib suatu sel. Niche dapat berwujud sel dengan beberapa macam tipe maupun matrik ektraseluler. yang saling berinteraksi menuju keadaan homeostatis. Niche juga ikut
mempengaruhi status stemness sel punca.
FOTO SEL PUNCA KANKER
penjelasan niche sel punca
Niche sel punca adalah lingkungan mikroseluler sekitar sel punca yang saling berinteraksi dan ikut menentukan arah nasib suatu sel punca. detailnya mengganti niche berkorelasi dengan perubahan epigenetik yang berimplikasi pada perubahan pola perilaku sel punca, apakah didorong memasuki tahap tahap diferensiasi, pembaruan diri, proliferasi dan atau apopotosis.
Struktur niche sel punca
Niche sel punca berperan sentral dalam aktivasi sel punca. Secara struktural elemen niche sel punca dibagi menjadi:
1. elemen sel, yaitu sel radang, sel mesenkimal dan sel
endotel
2. Matriks ekstraseluler
Kedua elemen ini nya saling berinteraksi dengan melepas soluble molecule sehingga dapat mengganti ekspresi gen sel obyek sasaran .
Hubungan koorporasi ini tampak jelas pada kejadian kerusakan jaringan yang akan dijelaskan pada bab kemudian .
Peran niche dalam sel punca
Sel punca dalam keadaan normal berada pada posisi
quiescence (inaktif) dalam sebagian besar jaringan dan aktivasi sel punca hanya terjadi saat niche sel punca berubah.
detailnya peran niche dalam sel punca adalah :
1. Mendorong polarisasi sel punca Niche berperan sentral dalam mendorong arah polarisasi suatu
sel punca, apakah menuju pembelahan simetris dan atau asimetris.Sisi lain polarisasi sel punca juga dapat mempengaruhi aktivitas parakrin sel punca. ini terlihat dengan adanya polarisasi sel punca menjadi tipe-1 dan tipe-2 menggantungkan diri pada paparan molekul inflamasi yang dilepas niche. Polarisasi sel punca secara detail dibahas dalam bab kemudian .Mempengaruhi status sel punca
Niche ikut mempengaruhi status sel punca aktif kembali menuju keadaan quiescence (tidak aktif) saat nichesel punca berangsur menjadi normal. Keadaan ini memicu sel punca keluar siklus sel dan kembali memasuki tahap G0 (inaktif) untuk jangka waktu tertentu. meski begitu status quiescence sel punca ini
adalah reversibel sehingga sel punca dapat kembali memasuki putaran siklus dan menjadi aktif saat mendapat rangsangan soluble molecule tertentu yang dilepas niche. Sisi lain status quiescence juga dapat
berubah menjadi senescence yang bersifat ireversibel saat terjadi stress intraseluler yang kuat pada niche dan berlangsung lama.
Molekuler niche dalam polarisasi sel punca
Perubahan niche sel punca dapat dapat mempengaruhi aktivitas sirkuit regulator faktor transkripsi Oct3/4, Klf4, Sox2 dan nanog dan atau protein promosi diferensiasi Gata6 dan Cdx2 sehingga
memungkinkan pembelahan sel punca menuju arah diferensiasi dan atau pembaruan diri. detailnya polarisasi sel punca terjadi akibat rangsangan soluble molecule (TNFα, IFNγ)yang dilepas oleh sel radang, sel endotel dan atau sel mesenkimal dan oleh matriks
ekstraseluler. Molekul ini akan mengikat reseptor sel punca sehingga terjadi komplit ligan-reseptor yang dapat memicu aktivasi jalur sinyal transduksi sehingga memunculkan tanggapan sel punca, baik
berwujud aktivitas pembaruan diri dan atau diferensiasi.Sel punca berada pada keadaan quiescence (inaktif) dan menjadi aktif saat niche berubah, baik akibat pelepasan soluble molecule oleh sel sekitar (sel radang, mesenkimal dan endotel) dan atau matriks
ekstraseluler. Niche juga ikut mempengaruhi sel punca memasuki status senescence.
(A) diferensiasi sel punca menjadi sel progenitor,
(B) diferensiasi sel progenitor menjadi sel matur.
FOTO PERUBAHAN NICHE TERHADAP POLARIASI SEL PUNCA
prinsip senescence dan quiescence ,Semua sel somatik yang memiliki kemampuan membelah dapat mengalami tahap tahap quiescenece maupun senescence. Pembahasan quiescence dan senescence sel punca menjadi penting sebab terkait dengan prosedur aging, yang berefek pada proliferasi atau apoptosis higga transformasi malignansi. Beberapa molekul yang terlibat dalam jalur upregulation dan downregulation program senescence dipakai sebagai penunjuk penpemeriksaan .
penjelasan quiescence
Quiescence adalah suatu keadaan yang mana sel punca berada dalam keadaan inaktif, tidak ada aktivitas pergerakan siklus sel,
dikenal juga sebagai tahap G0. meski begitu sel yang dalam posisi quiescence masih memungkinkan untuk kembali memasuki siklus sel saat mendapat rangsangan molekul sinyal ekstraseluler,
terutama growth factor.
Peluang quiescence memasuki siklus sel
Sel punca dalam status quiescence bersifat sementara dan reversible, oleh sebab nya sel punca dalam status ini berpeluang memasuki siklus sel kembali saat mendapat rangsangan growth faktor yang dilepas oleh niche. ini terjadi dengan cara mendorong
sel punca melewati wilayah restriksi (wilayah R) di tahap G1. wilayah R adalah suatu wilayah dalam tahap akhir G1 yang mana setiap sel akan mengalami
pengecekan sinyal untuk persiapan aktivitas kemudian , yaitu tahap buatan (S). beberapa penelitian membuktikan bahwa dalam keadaan fisiologis sebagian besar sel punca berada pada keadaan quiescence(tidak ada aktivitas sel). ini yang menjelaskan mengapa jumlah sel punca menjadi sangat terbatas pada setiap jaringan normal dan
mengapa diperlukan beberapa tertentu sel punca eksogenosus untuk meregenerasi beberapa kerusakan jaringan pada peristiwa klinik.
penjelasan senescence
Senescence adalah suatu keadaan yang mana sel punca tidak dapat melakukan aktifitas proliferasi dalam jangka waktu panjang dan bersifat irreversible. Sel punca dapat memasuki keadaan,senescence saat berada pada tahap G0 dalam waktu lama sebagai
akibat stres intraseluler atau ekstraseluler eksesif. Program senescence akan mengunci status pembelahan sel tertahan dalam jangka waktu lama dan ireversibel. Sel yang mengalami senescence
akan mendapat fenotip baru, dinamakan senescenceassociated secretory phenotype (SASP). Sel dengan fenotip ini dapat mengganti tingkahlaku sel fibroblas menjadi pro-inflamasi.9.4. Faktor senescence prosedur senescence diinisiasi melalui tahap tahap quiescence yang bertujuan untuk mencegah penyebaran sinyal kerusakan pada sel
turunan berikutnya. beberapa faktor yang dapat memicu senescence seluler adalah :
1. Replicative senescence (prosedur aging)
Replicative senescence adalah pembelahan sel berulang yang berkonsekuensi pada pemendekan telomer (telomer uncapping) hingga disfungsi telomer. Keadaan ini akan berefek pada deteoriasi mitokondria (kemunduran fungsi mitokondria), gangguan
kromatin (stres genotoksik) hingga kerusakan DNA berat yang tidak dapat direparasi kembali.
2. Stres oksidatif
Reactive oxygen species (ROS) juga berperan dalam memicu prosedur senescence sebab molekul yang dilepas berpotensi untuk memicu kerusakan pada sekuen DNA.
3. Sinyal mitogenik eksternal (stress onkogenik)
Sinyal growth-related oncogene-α (GRO-α) adalah molekul hasil sekresisel tumor yang dapat memicu beberapa sel normal di sekitar sel tumor menjadi senescence.
Mekanisme molekuler senescence
Terlepas dari beberapa faktor yang memicu terjadinya
senescence, program senescence sendiri teraktivasi saat sel itu mendapat kerusakan atau disfungsi yang hebat. Secara molekuler mekanisme senescence melalui aktivasi jalur tumor supresor :
1. p16 INK4a
2. pRB (protein retinoblastoma),
3. p53-p21
.Kerusakan DNA yang dipicu oleh replikatif senescence
(pemendekan telomer) dan ROS akan memicu jalur p53-p21,di samping sirtuin-1 yang dapat memicu senescence. Sisi lain stres sel melalui aktivasi p16INK4a dan pRB akan memicu aktivasi p21 yang juga berefek pada senescence.
FOTO SENESCENE DAN QUIESCENCE
Fenotipe baru SASP senescence
Sel senescence adalah sel yang tertahan secara permanen pada siklus sel (cycle cell arrest).Sel demikian mendapat fenotip baru berwujud SASP yang memungkinkan mengganti tingkahlaku beberapa sel fibroblas senescence bersifat pro-inflamasi. ini menjadi faktor penting dalam promosi perkembangan sel tumor. nyatanya transformasi malignansi didukung oleh peran sel radang, terutama
sel makrofag yang berperan sebagai penyumbang growth factor yang dinamakan tumor associated macrophage (TAM).
FOTO TERMINOLOGI SEL PUNCA
Terminologi sel punca
Secara biasa definisi sel punca adalah sel yang memiliki kemampuan memperbarui diri dan berdiferensiasi menjadi beberapa turunan sel yang khusus . pembaruan diri terjadi melalui pembelahan simetris dan atau asimetris. meski begitu definisi
itu belum dapat membedakan antara sel punca dengan sel yang membelah lainnya, tetapi definisi ini lebih praktis sehingga lebih banyak dipakai . syarat tambahan yang lebih ketat diperlukan untuk memperkuat definisi itu . syarat itu berwujud ekspresi
penunjuk khusus pada permukaan membran sel punca dan sumbangan substansial sel punca dalam prosedur regenerasi jaringan. Terminologi klasik sel punca hanya mendasarkan pada morfologi sel punca, tetapi identitas molekuler (CD) tidak diketahui secara persis.
Terminologi molekuler sel punca sekalipun dapat mengetahui penunjuk setiap sel punca, tetapi adanya polarisasi sel punca menjadi tipe-1 dan tipe-2 tidak dapat dijelaskan seperti pada terminologi fungsional.
Terminologi fungsional berdasar pada teori parakrin yang akan diterangkan kemudian .
FOTO TERMINOLOGI KLASIK SEL PUNCA
Terminologi klasik sel punca
Terminologi klasik sel punca berdasar atas gambaran
morfologi sel punca berdasar pada aktivitas pembaruan diri dan potensi berdiferensiasi. detailnya pembaruan diri mengambarkan kemampuan sel punca untuk menciptakan turunan sel yang sama persis dengan induk baik melalui pembelahan simetris dan atau asimetris. Sisi lain diferensiasi mengindikasikan kemampuan sel punca dalam menciptakan beberapa turunan sel yang khusus .
Terminologi klasik sel punca adalah definisi minimal yang harus dipenuhi oleh setiap sel punca. meski begitu terminologi klasik ini sering dipakai dalam beberapa penelitian sel punca. Terminologi klasik menggambarkan kemampuan sel punca dalam
aktivitas pembaruan diri dan potensi diferensiasi. pembaruan diri melalui pembelahan simetris dan asimetris, sedang diferensiasi menciptakan beberapa turunan sel yang lebih khusus .
Terminologi molekuler sel punca
Terminologi molekuler sel punca berdasar atas kemampuan sel punca dalam mengeskpresikan beberapa protein penunjuk pada membran sel yang dinamakan cluster of diffrentiation (CD). Sisi lain identitas molekuler sel punca juga berdasar atas tidak
diekspresikannya/ terekspresi lemah CD tertentu atau tidak ditemukannya penunjuk diferensiasi (lineage(-)). Setiap golongan sel punca memiliki penunjuk CD tertentu yang seringkali lebih dari satu. ini mengindikasikan bahwa identifikasi molekuler sel punca berdasar atas CD+ dan atau CD- yang detailnya akan diterangkan kemudian .
Terminologi fungional sel punca
Terminologi fungsional sel punca berdasar atas
kemampuan nya dalam mensekresi beberapa soluble molecule secara parakrin. Secara prinsip parakrin adalah komunikasi sel punca dengan sel dan matriks sekitarnya melalui molekul sinyal tertentu yang dilepas sel punca. ini menjadi penting saat beberapa riset mengabarkan bahwa terjadi akselerasi kesembuhan melalui prinsip parakrin dan akan dijelaskan lebih detail pada bab kemudian . detailnya soluble molecule dan liganyang diekspresikan sel punca berwujud :
1. Molekul anti-inflamasi: IL-10, TGF-β, IL-1ra, TSG6, PGE3 Sel punca terutama MSC sesudah terpapar molekul inflamasi poten seperti TNFα, IL-1 dan IFNγ maka akan melepas beberapa molekul anti-inflamasi
2. Molekul pro-regenerasi: VEGF,PDGF, IGF, FGF-2, Ang-1 Sel punca melepas beberapa molekul pro-regenerasi sebagai tanggapan inflamasi terhdapa inflamasi yang sudah terkendali
3. Molekul/ ligan kemoatraksi: HGF, CXCR3-R
Sel punca dapat memeriksa beberapa molekul khemoatraksi seperti HGF dan SDF-1 melalui reseptor CXCR-3 sehingga homing.Sel punca mengeskpresikan beberapa CD tertentu dan atau penunjuk diferensiasi lineage (-) dan mensekresi beberapa soluble
moleculebaik VEGF, HGF dan PDGF maupun TGF-β, IL-1ra, PGE3, TSG6 dan IL-10secara parakrin.
FOTO TERMINOLOGI MOLEKULER-FUNGSIONAL SEL PUNCA
golongkan sel punca
Sel punca dapat digolongkan berdasar asal mula
jaringan dan tahap tahap perkembangan sel. ini memicu adanya perbedaan potensi dan sifat sel punca menggantungkan diri pada sumber asalnya. berdasar tahap tahap perkembangan dan sumber asal sel
punca, maka sel puncadapat digolongkan menjadi 2 golongan besar, yaitu:
-1.Sel punca embrionik
1.Sel punca tutipoten
2. Sel punca pluripoten
-2. Sel punca dewasa
1. MSC
2.HSC
Sel punca embrionik
Sel punca embrionik adalah sel punca yang berasal dari
jaringan embrionik tahap tahap embriogenesis.Sel punca tipe ini memiliki potensi pembaruan diri dan diferensiasi terkuat dibandingkan sel punca tipe lain. detailnya peran sel embrionik terlihat jelas
pada perkembangbiakan dan perkembangan embrio.
golongkan sel punca embrionik
berdasar tahap tahap embriogenesis maka sel punca embrionik dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Sel punca embrionik totipoten
2. Sel punca embrionik pluripoten
Sel punca embrionik totipoten
Sel punca embrionik tutipoten adalah sel embrio dengan 4-8 sel hasil pembelahan oosit terfertilisasi (zygot) hingga tahap morula (3-5 hari sesudah fertilisasi). Sel embrionik ini sama persis secara fenotip
maupun genetik. Potensi pembaruan diri sel embrionik totipoten adalah terkuat diantara sel punca embrionik lain. Sel embrionik ini dapat menciptakan seluruh jaringan embrionik maupun ekstraembrionik, sehingga dapat menciptakan masing masing baru.
Sel punca embrionik pluripoten
Sel punca embrionik pluripoten adalah sel embrionik yang dapat menciptakan seluruh sel lapisan germinal, baiksel lapisan endoderm, ektoderm dan atau mesoderm, tetapi tidak dapat menciptakan sel jaringan ekstra-embrionik. Sel embrionik ini
didapat dari inner cell masspada tahap blastomer/blastocyst (sesudah tahap morula hingga 6 minggu). Sel embrionik ini adalah turunan epiblas yang membentuk embrio dan sel penyusun plasenta (ectodermSel punca embrionik tutipoten berwujud 4-8 sel hasil pembelahan zygot yang lalu terus membelah membentuk inner cell mass (tahap blastocyst). Sel punca yang didapat dari inner cell mass adalah sel
punca embrionik pluripoten, yang dapat menciptakan 3 lapisan sel germinal, yaitu lapisan ektoderm, mesoderm hingga ektoderm. Ketiga sel lapisan itu berdiferensiasi menjadi sel khusus (sel matur).
FOTO SEL PUNCA EMBRIONIK
Sel punca dewasa
Sekali tiga lapisan sel germinal terbentuk maka sel punca yang berasal dari tiap lapisan sel ini akan digolongkan sebagai sel punca dan trophectoderm). kemampuan pembaruan diri dan potensi
diferensiasi sel embrionik pluripoten dibawah totipoten.
dewasa.Tipe sel turunan yang diproduksi akan menggantungkan diri pada asal jaringan sel punca itu . Asal sumber sel punca dewasa menjadi penting dalam kepentingan riset terutama dalam merancang tipe sel
khusus yang akan diproduksi . Sebagai contoh adalah hematopoetik stem cell (HSC) asal sumsum tulang yang mana hanya akan menciptakan seluruh tipe sel darah, tetapi tidak dapat menciptakan turunan sel non-hematopoetik.
penjelasan sel punca dewasa
Sel punca dewasa adalah sel punca yang bersifat multipoten, yaitu dapat menciptakan beberapa turunan sel terdiferensiasi, sekalipun terbatas pada salah satu lapisan asal germinal yang mana sel
punca itu berasal. Sel punca ini berasal dari jaringan dewasa sesudah tahap tahap embrio-organogenesis selesai (janin terbentuk). meski begitu mesencymal stem cell (MSC) asal tali pusat memiliki potensi diferensiasi yang lebih komplit s dibanding dengan
sel punca dewasa lainnya. ini dipicu sebab potensi stemness MSC kemungkinan berada antara pluripoten dan multipoten.
FOTO KELOMPOK SEL PUNCA DEWASA
golongkan sel punca dewasa
berdasar atasjaringan asal lapisan germinal yang mana sel punca diperoleh, maka sel punca dewasa dapat digolongkan Lebih lanjut berdasar atas potensi diferensiasi dan penunjuk yang diekspresikan, maka sel punca dewasa dapat digolongkan menjadi :
1. Mesencymal stem cell (MSC)
2. Hematopoetic stem cell (HSC)
3. Neural stem cell (NSC)
FOTO TABEL PENUNJUK MSC, HSC DAN NSC
Kultur sel adalah salah satu sarana dalam mempelajari
fisiologi dan biokimia sel termasuk sel punca, terkait metabolisme aging, efek obat/ herbal, senyawa toksik, mutagenesis hingga karsinogenesis. Sel kultur dipakai dalam screening dan pengembangan obat skala besar dalam memproduksi vaksin dan protein tertentu. riset terbaru mengabarkan keterlibatan sel kultur sebagai terapi berbasis sel dalam beberapa penyakit metabolik dan atau degenerasi.Fakta diatas mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan pemakaian sel kultur pada dekade kini. ini dimungkinkan sebab biasa nya hasil produk akhir sel kultur adalah konsisten pada setiap
prosedur nya sehingga memungkinkan mereproduksi kembali hasil secara presisi. penelitian invivo baik yang melibatkan hewan coba dan atau relawan kita seringkali mendapat hasil yang berbeda. Perbedaan hasil ini dipicu sebab adanya variasi yang pada
subjek riset terutamapengaruh faktor epigenetik, sekalipun sudah dilakukan prosedur homogenisasi sebelumnya. Kultur sel menjadi salah satu prinsip solusi dalam homogenisasi suatu riset maupun
produksi rekayasa . ini dimungkinkan sebab kultur sel dapat meminimalisir besarnya variasi yang terjadi selama prosedur riset . Kultur sel relatif mudah mengendalikan niche sebagai faktor epigenetik
yang berpengaruh pada subjek riset . Sisi lain kultur sel
memungkinkan meniru kehidupan/ suasana yang terjadi in-vivo.melalui pembuatan lingkungan artificial in-vitro. Begitu pentingnya peran kultur sel dalam beberapa bidang penelitian dan produk rekayasa , maka kami terdorong untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai prinsip dasar kultur sel yang menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh dalam sel kultur. Bab
ini juga menjelaskan metode dasar dalam isolasi dan kultur sel asal jaringan primer, termasuk protokol isolasi sel punca mesenkimal yang .dilakukan dalam laboratorium kami dan akhirnya prosedur panen dan
perhitungan sel untuk kepentingan penerapan maupun subkultur.
Prinsip dasar kultur sel
beberapa penelitian terbaru mengabarkan bahwa terjadi pemakaian kultur dasar sel secara eksponensial, termasuk dalam hal metode isolasi, metode kultur hingga sifat isasi. ini mengindikasikan bahwa penguasaan prinsip dasar kultur sel menjadi penting.
penjelasan kultur sel
Kultur sel adalah cara atau metode untuk mempropagasi (perkembangbiakan) sebuah sel secara in-vitro melalui penyemaian .sel, termasuk sel punca pada tempat yang berisi medium dengan keadaan tertentu. Kultur sel dapat berwujud sel primer dan atau cell line yang tumbuh dan proliferasi membentuk monolayer.
Subkultur
Subkultur adalah prosedur pemindahkan sel kultur dari kultur sebelumnya yang sudah mencapai konfluens 80% ke dalam media perkembangbiakan baru, sehingga memungkinkan sel kultur itu berkembangbiakkembali. Subkultur dikaitkan dengan prosedur passage dan seleksi terhadap calon sel yang akan dilakukan subkultur kembali, terutama terhadap kemampuan proliferasi. Kultur sel primer dan subkultur lihat foto
FOTO SUBKULTUR
Sel primer yang dikultur pada medium dengan keadaan tertentu akan tumbuh dan berkembang biak hingga konfluens 80%, sehingga dapat dipakai untuk kepentingan riset dasar atau penerapan klinis di
samping dilakukan subkultur kembali.
Manfaat sel kultur
Kultur sel bertujuan untuk kepentingan beberapa riset
dasar dan atau klinik,baik bidang biologi molekuler, bioteknologi hingga penerapan klinik. ini terlihat pada pencapaian hasil ekspansi sel kultur yang terus meningkat di beberapa bidang molekuler seperti
tissue engineering yang melahirkan prinsip kloning dan teknologi reprogramming sel yang melahirkan iPS yaitu rekayasa sel matur menjadi sel punca embrionik dengan menginduksi beberapa faktor transkripsi pada sel matur melalui lentivirus. Sel kultur juga dapat
dimanfaatkan dalam terapi berbasis sel, termasuk transplantasi sel punca pada beberapa penyakit metabolik atau degenerasi
Kultur sel terdiferensiasi
Sel terdiferensiasi memiliki kemampuan terbatas dalam berkembang biak, oleh sebab itu tidak menyumbang dalam menciptakan turunan sel. meski begitu kultur sel terdiferensiasi juga diperlukan dalam menunjang kultur primer yaitu sebagai feeder layer, disamping untuk menjelaskan status diferensiasi
suatu sel punca. Kultur sel terdiferensiasi sebagai feeder layer adalah penting untuk meningkatkan daya keterikatan sel pada disk kultur.
Feeder layer
Feeder layer adalah sel tertentu yang disemai pada lapisan permukaan disk culture bertujuan sebagai matriks penunjang bagi perlekatan dan proliferasi sel kultur. Sel yang biasa dipakai sebagai feeder layer adalah fibroblas dengan DNA yang sudah dirusak
sebelumnya baik dengan radiasi X-ray atau sinar gamma atau mitomisin-C. Sel fibroblas demikian ini tidak memungkinkan untuk berproliferasi kembali, tetapi masih dapat menciptakan sekresi growth factor (fungsi metabolisme).
FOTO FEEDER LAYER
Sel fibroblast yang sudah di radiasi disemai pada lapisan permukaan disk culture sebagai feeder layer sebagai matriks penunjang perlekatan dan proliferasi sel kultur.
Cell line
Cell line adalah setiap sel yang berasal dari subkultur sel primer dengan kemampuan replikasi terbatas. Secara biasa kemampuan pembelahan cell line akan menurun dan berhenti sesudah melewati pembelahan 40-60 kali, sesuaiteori hayflick, lalu memasuki tahap senescence yang ireversibel. Penurunan kemampuan
pembelahan cell line terkait dengan pemendekan telomer yang terjadi setiap kali pembelahan.
FOTO TEORI HAYFLICK TERKAIT SENESCENCE
Setiap sel yang membelah akan diikuti dengan pemendekan telomer, dan sesudah pembelahan melewati 40-60 kali maka telomer akan habis.
ini akan memicu sel untuk memasuki tahap senescence yang ireversibel
Senescence
Senescence adalah suatu keadaan yang mana sel tidak lagi dapat melakukan pembelahan dan ini terjadi secara ireversibel. beberapa keadaan fisiologis kultur yang tidak sesuai ikut memicu percepatan terjadinya senescence. Secara teoritisi senescence dimediasi oleh
pemendekan ujung telomer kromosom setiap kali pembelahan. Sel punca juga dapat mengalami senescence sesudah memasuki tahap G0 dalam jangka waktu yang lama atau saat mengalami stres
intraseluler/ ekstraseluler yang eksesif (berlebihan). Program senescence dimaksudkan untuk mengunci sel dalam laju siklus sel agar supaya tertahan bertujuan mencegah penyaluran sinyal rusak pada turunannya, tetapi biasa nya senescence berakhir dengan induksi
program kematian secara apoptosis. Morfologi senescence dijelaskan pada foto .
FOTO MORFOLOGI SENESECENCE
Kultur sel primer
Kultur primer mengandung perpaduan dari beberapa macam tipe sel sesuai dengan asal jaringan itu , sehingga diperlukan proses seleksi untuk mendapat sel tertentu. Pembelahan sel yang terus-menerus, suatu saat akan memasuki tahap tahap yang mana sel tidak lagi dapat melakukan pembelahan secara ireversibel dikenal sebagai sel senescence.
penjelasan kultur sel primer
Kultur primer adalah kultur sel yang didapat dari migrasi sel primer asal eksplan jaringan primer (potongan irisan kecil) dan atau sel primer hasil prosedur disosiasi mekanik enzimatik. Sel primer
yang dikultur pada keadaan tertentu akan mencapai keadaan konfluens, yaitu keadaan yang mana sel mengisi seluruh permukaan ruangan disk kultur sehingga perlu dilakukan usaha pemindahan ke media lain yang dinamakan prosedur panen sel (harvest) yang diikuti dengan subkultur (passage). Sel primer yang diproduksi dari kultur eksplan atau disosiasi mekanik/enzimatik akan menempel pada substrat solid
dan terus berproliferasi membentuk monolayer. Sel kultur hasil passage kedua ini dinamakan cell line.
nyatanya isolasi dan kultur sel primer dapat dilakukan melalui 2 metode dasar :
1. metode kultur eksplan jaringan
2. metode kultur disosiasi jaringan
Kultur primer dengan metode eksplan dan disosiasi mekanik
FOTO KULTUR SEL PRIMER
Secara sistematik kultur primer terbagi atas 2, yaitu
1. Kultur primer
eksplan, yang mana sel primer berasal dari migrasi sisi luar fragmen eksplan,
2. Kultur sel primer hasil disosiasi mekanik/enzimatik,
yang mana sel berwujud single cell. Sel primer yang tumbuh dan berkembang biak mencapai konfluens 80% lalu dilakukan subkultur dan turunannya dinamakan cell line.
metode kultur eksplan jaringan primer
Kultur eksplan primer adalah kultur sel primer yang berasal dari migrasi sel asal sisi luar potongan kecil/ fragmen jaringan primerpada medium dengan keadaan tertentu. Sel primer ini akan terus tumbuh dan keluar mengisi seluruh permukaan disk/flask kultur
hingga mencapai konfluens (memenuhi seluruh permukaan sel). Sel dengan keadaan konfluens 80% harus dilakukan prosedur subkultur. prosedur subkultur dapat didahului dengan prosedur seleksi sel, yang berdasar atas kemampuan sel dalam migrasi dan proliferasi.
FOTO TEKNIS KULTUR EKSPLAN JARINGAN PRIMER
metode kultur eksplan primer dilakukan dengan cara melakukan pencacahan pada fragmen/ potongan kecil tali pusat yang sudah dibersihkan sebelumnya termasuk ekstraksi vaskuler, yang lalu diletakkan ke dalam disk dan diberikan medium lengkap.
Kultur sel primer disosiasi jaringan
Kultur sel primer hasil disosiasi jaringan adalah kultur sel primer yang berasal dari prosedur disosiasi baik secara mekanik maupun enzimatik atau keduanya pada medium dan keadaan tertentu. detailnya suspensi sel yang diproduksi mengandung proporsi sel
primer yang dapat melekat pada substrat lalu tumbuh dan proliferasi membentuk monolayer. Sel primer dengan kemampuan proliferasi demikian lalu diseleksi untuk disemai sebagai subkultur pertama seperti pada sel primer hasil kultur eksplan. Turunan sel yang diproduksi dari kultur sel primer ini adalah cell line
Seleksi sel primer
Sel primer yang sudah tumbuh dan berkembangbiak dengan baik hingga mencapai konfluens lalu diseleksi untuk prosedur kemudian baik untuk kepentingan riset maupun subkultur. Seleksi sel primer hasil kultur eksplan berdasar atas kemampuan sel itu dalam bermigrasi, sedang seleksi sel hasil prosedur
subkultur atas kemampuan dalam proliferasi.
Perbedaan kultur eksplan dan kultur sel primer
nyatanya fraksi sel yang diperoleh hasil prosedur disosiasi jaringan akan lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan hasil metode eksplan. meski begitu prosedur disosiasi jaringan memerlukan metode isolasi yang komplit s dan diperlukan akurasi
optimasi yang cermat terutama terkait pemakaian enzim disosiator tertentu dan waktu inkubasi. ini dipicu sebab adanya perbedaan sifat pada setiap jaringan, sehingga memerlukan perlakuan enzimatik disosiator yang juga berbeda pada tiap jenis
jaringan (variasi tanggapan enzimatik) dan ini berefek pada masa inkubasi yang juga berbeda. Ketidak sesuaian penerapan enzimatik pada jaringan obyek sasaran dan ketidaktepatan waktu inkubasi, akan berefek pada kegagalan dalam mendapat sel primer. Kultur eksplan lebih disukai sebab potensi mendapat sel primer jauh lebih mudah dan banyak yang mana tiap potongan kecil fragmen jaringan dapat
menciptakan sel primer selama metode dan keadaan isolasi terpenuhi. Sisi lain fragilitas sel primer sesudah disosiasi enzimatik juga tinggi sehingga berpotensi mengganggu perkembangbiakan sel, dibandingkan
dengan hasil eksplan yang relatif tidak ada.
keadaan optimal kultur
perkembangbiakan sel yang sukses memerlukan keadaan tertentu guna mempertahankan keberlangsungan fungsi metabolisme dan biologik sel secara stabil baik pada kultur primer maupun cell
linecontinous.ini dilakukan dengan cara meniru keadaan fisiologis jaringan in-vivo et in-situ yang lalu dipenerapan kan dalam kultur sel. secara teoritisi faktor itu berwujud substrat atau medium yang
menyediakan nutrisi baik asam amino, karbohidrat, vitamin dan mineral di samping nutrient essential berwujud growth factor dan hormonal. Faktor lain yang juga penting dalam menunjang kultur sel
adalah konsentrasi O2 dan atau CO2, di samping lingkungan psikokimia, berwujud pH, tekanan osmotik dan temperatur. detailnya semua faktor yang mempengaruhi keadaan optimal sel kultur dibagi menjadi 2 yaitu :
1. keadaan fisiologis kultur
2. Lingkungan mikroseluler kultur
keadaan fisiologis kultur
keadaan fisiologi kultur adalah keadaan kultur yang sudah disesuaikan dengan keadaan in-vivo, sehingga sel kultur dapat beradaptasi dengan baik pada keadaan itu . detailnya keadaan fisiologis selkultur memiliki 4 faktor, yaitu;
1. Suhu,Suhu yang diperlukan dalam kultur sel adalah suhu yang sesuai dengan fisiologi badan yaitu 37˚C.
2. pH,pH yang dipakai dalam kultur sel adalah pH 7,2-7,4 (netral). Fenol merah biasanya ditambahkan dalam medium sebagai indikator pH, yaitu dengan memantau perubahan pH secara kolorimetri
3. Osmolaritas,Osmolaritas terkait dengan konsentrasi partikel yang terlarut dalam medium sel kultur.
4. Tekanan CO2,Tekanan CO2 yang diperlukan dalam kultur adalah 5%.
Lingkungan mikroseluler kultur
Lingkungan mikroseluler kultur adalah keadaan lingkungan sekitar(niche) sel kultur berwujud substratum yang mirip keadaan jaringan in-vivo. detailnya subtratum kultur berwujud feeder layeryang sudah disemai pada permukaan disk kultur dan disuplementasi oleh medium kultur. Lingkungan mikroseluler kultur dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Disk kultur,Disk kultur adalah permukaan tempat yang mana sel kultur melekat dan tumbuh. ini dipicu sebab permukaan disk itu sudah dilapisi oleh feeder layer dengan matriks ekstraseluler baik kolagen, serum, laminin, gelatin dan atau fibronektin.pemakaian tipe disk/ flask kultur harus disesuaikan dengan densitas
sel yang akan disemai. berdasar densitas sel maka Well/ flask/ disk dibedakan menjadi tabel di bawah ini
TABEL WELL, FLASK DAN DISK
2. Media kultur ,Media kultur adalah medium tertentu yang menyediakan beberapa molekul nutrisi terlarut air sebagai sumber perkembangbiakan dan penunjang aktifitas metabolisme sel. berdasar kebutuhan utama
sel kultur, maka elemen media kultur dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Asam amino
2) Faktor perkembangbiakan
3) Hormonal
FOTO KONDISI OPTIMAL KULTUR
Sel kultur tumbuh secara optimal dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
1.keadaan fisiologis kultur berwujud suhu, pH, osmolaritas dan suplai oksigen yang seluruhnya dikendali melalui inkubator CO2 2) keadaan
lingkungan mikroseluler kultur berwujud disk/flaskdan media kultur
Media kultur
Kebutuhan sel kultur akan beberapa elemen nutrisi adalah bervariasi menggantungkan diri pada tipe dan jenis sel. Perbedaan ini memungkinkan untuk membuat formulasi media yang sesuai dengan
sel kultur.
penjelasan media kultur
Media kultur sel adalah perpaduan komplit beberapa
elemen berwujud asam amino, karbohidrat, vitamin, prekursor metabolisme, faktor perkembangbiakan , hormon dan garam elektrolit. nyatanya medium adalah faktor penting dalam kultur sel dan jaringan sebab elemen medium kultur adalah nutrient essential bagi aktifitas metabolisme, perkembangbiakan dan proliferasi sel.
Fungsi media kultur dalam buffer pH
Media kultur juga berperan dalam menjaga pH dan
osmolaritas sistem kultur di samping sebagai penyangga nutrisi esensial. nyatanya pH dipertahankan oleh satu atau dua sistem buffer baik melalui CO2/ natrium bikarbonat atau fosfat dan atau
HEPES. Fenol merah sebagai indikator pH ditambahkan ke dalam medium untuk memantau adanya perubahan pH pada sel kultur secara kalorimetrik.
golongkan medium
berdasar komplit sitas formulasi medium dan variasi
sifat sel kultur, maka medium digolongkan berdasar
atas :
1. Komposisi nutrient :
-1.Medium berisi molekul precursor biosintetik anabolisme sel,
-2.Medium berisi molekul katabolik metabolisme energi,
-3.Mediumberisi vitamin,
-4.Medium berisi ion elektrolit dengan katalitik, buffer pH dan osmolaritas.
2. Media kultur yang biasa dipakai meliputi:
-1.Medium EMEM
Mediium Eagle’s Minimum Essential Medium (EMEM)
adalah medium simpel yang sering difortifikasi dengan suplemen atau serum kadar tinggi. EMEM dipakai secara luas untuk kultur sel L dan HeLadan MSC. Medium ini mengandung larutan earle’s balanced salt, asam amino non-essensial dan sodium piruvat.
-2.Medium DMEM
Medium Dulbecco’s Modi ed Eagle’s Medium (DMEM)
adalah medium dengan kadar asam aminodua kali lebih tinggi dibandingkan EMEM dan empat kali untuk kadar vitamin. detailnya formulasi orisinal DMEM mengandung 1,000 mg/L glukosa dan 4,500 mg/L.
-3. RPMI-1640
RPMI-1640 adalah medium yang dipakai secara luas
terutama pada kultur sel dalam suspensi (limfosit darah perifer), HSC dan sel dengan perkembangbiakan monolayer seperti sel MCF-7 kanker payudara.
-4.Medium IMDM
Medium Iscove’s Modi ed Dulbecco’s Medium (IMDM)
diformulasikan untuk perkembangbiakan sel limfosit dan hibridoma.
Serum kultur
Serum medium memiliki peran sentral dalam prosedur kultur sel. Hampir seluruh aktifitas proliferasi sel kultur disuplementasi oleh keberadaan serum dalam bentuk foetal bovine serum (FBS) dengan konsentrasi yang bervariasi 10-20%. detailnya serum berfungsi
sebagai :
Faktor stabilisasi dan detoksifikasi Serum adalah faktor stabilisasi bagi sel dalam mempertahankan
pH dengan cara menghambat aktifitas protease baik
secara langsung melalui α-antitrypsin or α2-macroglobulin atau secara tidak langsung dengan unspesific sink (wastafel non khusus ). Serum juga berfungsi sebagai detoksifikasi terhadap molekul toksik
lain. Faktor hormonal ,Serum mengandung beberapa hormonal penting yang dapat merangsang perkembangbiakan dan proliferasi sel, selain mempromosikan diferensiasi.
Protein pembawa,Serum mengandung beberapa protein pembawa untuk hormon (transcortin), mineral dan elektrolit (transferin) dan lipid (lipoprotein). Faktor perlekatan dan penyebaran,Serum berperan sebagai faktor perlekatan bagi sel yang mulai tumbuh dan bertunas.
Sistem buffer dan sodium bikarbonate
Sel memproduksi CO2, tetapi juga memerlukan CO2,
meskipun dalam jumlah sedikit untuk perkembangbiakan dan kehidupan. CO2 terlarut air akan diseimbangkan oleh ion bikarbonat. ini dimanfaatkan pada banyak medium dengan memformulasikan reaksi CO2/ bikarbonat untuk buffer PH medium.
penjelasan buffer PH medium
Buffer PH medium sel kultur adalah larutan medium yang dapat mempertahankan PH tertentu pada medium yang mana sel dikultur. Dasar teorinya adalah CO2 adalah molekul yang mudah larut ke dalam cairan, termasuk medium sehingga akanbereaksi dengan air
membentuk asam karbonat dan H+ yang berakibat PH medium menurun (asam) seperti reaksi dibawah ini:
FOTO REAKSI 1
Sodium bikarbonatdalam buffer PH medium ,Sel kultur aktif melakukan fungsi metabolisme yang berkonsekuensi menciptakan produk CO2 lebih banyak. ini akan berefek pada pergeseran reaksi menujukanan yang menciptakan PH asam. Suplementasi sodium bikarbonat pada medium sel kultur akan mengeser reaksi kembali normal sehingga buffer PH medium
menjadi optimal dengan range 7.2-7.4. detailnya sodium bikarbonat meregulasi CO2 membentuk Na+ yang berakibat PH menjadi netral kembali, seperti reaksi berikut:
FOTO REAKSI 2
sifat pola perkembangbiakan sel perkembangbiakan sel kultur memiliki sifat pola perkembangbiakan tertentu yang dimulai dengan aktifitas adaptasi,
lalu tumbuh perlahan dan berlanjut dengan aktifitas proliferasi secara eksponential dan berakhir dengan keadaan stasioner yang mana terjadi penurunan perkembangbiakan hingga terhenti. Oleh sebab itu untuk menjaga sel kultur dalam densitas optimal perkembangbiakan dan proliferasi maka sel kultur harus dilakukan subkultur (dipisahkan), Siklus sel perkembangbiakan diterangkan sebagai grafik plot semilogaritmik dengan menilai densitas sel dan waktu kultur. detailnya kurva interval siklus perkembangbiakan sel kultur terbagi atas 3 tahap , yaitu :
1. tahap lag
2. tahap log
3. tahap stasioner
Ketiga tahap di atas dijelaskan di bawah ini.
FOTO FASE LAG, LOG DAN STASIONER DALAM PERKEMBANGBIAKAN
tahap lag (laten)
tahap lag adalah masa masa pertama dalam kultur, yang mana sel mulai beradapatasi dengan lingkungan kultur sesudah disemai kembali. tahap ini belum mengindikasikan aktifitas perkembangbiakan sel sehingga dinamakan masa masa laten. tahap lag memerlukan waktu hingga 48 jam, tetapi pada sel tertentu, termasuk punca lebih singkat yaitu 12-24
jam. masa masa singkat ini memungkinkan sel kultur untuk recovery akibat prosedur tripsinasi dan merekontruksi sitoskleton dan mensekresi matrik untuk memfasilitasi perlekatan sel, disamping penyebaran. Lag phase akan dilanjutkan dengan log phase.
tahap log
tahap log adalah masa masa yang mana sel tumbuh dan proliferasi secara eksponential. Sel pada masa masa ini dapat menggandakan diri secara cepat dengan waktu yang dapat ditentukan, sehingga dikenal sebagai doubling time. Perumbuhan sel kultur dalam masa masa ini dapat mencapai konfluens 80% sehingga sel memenuhi permukaan substrat yang tersedia dan menghabiskan banyak nutrisi. saat sel memenuhi seluruh substrat maka sel memasuki tahap stasioner yang dapat memicu reaksi sebaliknya. Oleh sebab itu pada tahap ini harus dilakukan prosedur subkultur.
tahap stasioner
tahap plateu yang mana sel kultur berhenti melakukan
perkembangbiakan dan proliferasi. ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi dalam tahap stasioner ini, yaitu :
1. Aktifitas diferensiasi menjadi sel matur keadaan sel yang penuh sesak pada tahap stasioner dapat
memicu beberapa sel untuk berdiferensiasi menjadi sel matur yang khusus .
2. Memasuki tahap G0
tahap stasioner dapat memicu beberapa sel keluar siklus sel menuju tahap G0 sekalipun masih melalui ble.
Tidak disarankan untuk melakukan subkultur pada tahap ini, dipicu fraksi sel yang didapat dari tahap ini perkembangbiakan nya lambat dan waktu recovery (lag tahap ) jauh lebih lama dibanding dengan subkultur pada tahap log.
metode dasar kultur
Biosafety adalah disiplin dan sistem kontainmen untuk
pencegahan terhadap mikroorganisme menular dan atau agen biologi toksik.
Prinsip biosafety
Prinsip biosafety adalah melindungi peneliti/ pekerja
laboratorium terhadap bahan biologi toksik dan menular dengan sistem kontainmen sistem laboratorium dasar, mulai metode laboratoris yang tepat, perlatan keselamatan hingga proteksi terhadap
mikroorganisme menular. Secara sistematik tingkat biosafety dibagi menjadi 4, sesuai dengan Departement of health and human service US, yaitu :
1. BSL-1
Laboratorium dengan proteksi dasar terhadap agen biologi/ bahan toksik yang berpotensi rendah dalam memicu penyakit/ kesehatan kita . Lab ini banyak dipakai dalam beberapa riset . Perbedaan dengan BSL-2 adalah belum memakai biosafety cabinet (BSC) kelas II dan sistem pengawasan ventilasi udara.
2. BSL-2
Laboratorium dengan proteksi menengah terhadap agen
biologik/ bahan toksik yang cukup potensial dalam memicu penyakit/ kesehatan kita , contoh: bekerja dengan hepatitis-B, bakteri salmonella, dsb. Perbedaan dengan BSL-3 adalah belum memakai fasilitas udara antar ruang (HEPA filter exhaust) dan sistem pengawasan ventilasi udara
3. BSL-3
Laboratorium dengan proteksi tinggi terhadap agen biologik/ bahan toksis yangberpotensi infeksius letal dalam memicu .kesehatan kita , contoh: bekerja dengan micobacterium tubercolossis atau amelalui n influenza virus. Perbedaan dengan BSL-4
adalah belum memakai ruang antara (ante room) yang dilengkapi air shower dan BSC kelas III.
4. BSL-4
Laboratorium dengan proteksi sangat tinggi terhadap agen yang berpotensi mengancam jiwa kehidupan.
Peralatan dasar sel kultur
Kultur sel memakai beberapa peralatan kultur dasar,
diantaranya adalah :
1. Biosafety cabinet, Incubator CO2
2. Temperature centrifugation, waterbath, Refrigerator (2-8˚C),
freezer (-20˚Cdan -80˚c) dan liquid nitrogen (-194˚c)
FOTO PERALATAN DASAR SEL KULTUR
Inverted microscope, automatic cell counter, Seperangkat mikropipet/ serological pipet dan sterillizer (autoclave)
Ruang lingkup kerja kultur sel
Ruang lingkup kerja kultur sel adalah seluruh aspek alat dan bahan yang terlibat dalam prosedur kultur sel dan dilakukan dalam ruang kerja laboratorium aseptis dengan memakai biosafety cabinet (BSC). Isolasi sel punca dilakukan pada ruang lingkup kelas II. nyatanya ruang lingkup kerja kultur sel dibagi menjadi 3
kelas, yaitu :
1. Kelas I
Ruang lingkup kerja dengan proteksi personal dan lingkungan, tetapi belum/ tidak memproteksi material kultur terhadap potensi kontaminasi.
2. Kelas II
Ruang lingkup kerja dengan proteksi personal dan lingkungan di samping material yang berpotensi berbahaya. Kelas II dirancang untuk bekerja pada BSL level 2 dan 3 seperti pada kultur virus infeksius dan bahan karsinogenik.
3. Kelas III
Ruang lingkup kelas III didesain untuk bekerja pada BSL
level 4 sebab ruang lingkup kerja dapat memproteksi personal dan lingkungan material gas yang berpotensi membahayakan jiwa.
Protokol isolasi MSC asal darah
prinsip isolasi darah
Isolasi MSC asal darah tali pusat dan atau sumsum tulang berdasar atas prinsip sentrifugasi dengan perbedaan densitas sel yang dinamakan density gradient centrifugation. Semua tahap tahap isolasi dan kultur dilakukan dalam biosafety cabinet (BSC) dan
diinkubasi pada incubator CO2 dengan p CO2 5% dengan suhu 37˚C.
Alat dan bahan
Alat yang dipakai dalam isolasi MSC asal sumsum tulang adalah antaralain :
-Dulbecco`s Modified Eagle Media (DMEM) – low glucose
- Penicillin/streptomycin dan Fungizone
- Fetal bovine serum (FBS)
-Darah asal tali pusat atau sumsum tulang
- Conical tube 5 mL yang berisi heparin
-Conical tube 5 mL yang berisi ficoll-paque density gradient
-Conical tube15 mL dan 50 mL
-Mikropipet 100-1000 µL dengan blue tip
- Flask T-25 dan T-75
-Phosfat buffer saline (PBS)
Prosedur isolasi dan kultur MSC
--1. Preparasi periper blood mononuclear cell (PBMC)
1.Siapkan conical tube 5 mL yang sudah berisi darah asal tali pusat atau sumsum tulang, 5 mL yang berisi cairan PBS dan 5 mL yang berisi cairan ficoll,
2.Pembuatan medium komplit yang terdiri atas :
- Antibiotik penicilin-streptomycin 100 u/mL
- Deksamethasone (optional)
- Medium DMEM low glucose
- FBS 10-20%
- L-glutamin 2nm
FOTO ISOLASI PBMC
Isolasi PBMC
1.Homogenisasi darah dengan cara membolak-balikan conical tube yang berisi darah,
2.Transfer darah pada conical tube 50 mL dan dilusikan dengan cairan PBS 5 mL, lalu dilakukan homogenisasi,
3.Masukan darah yang sudah terdilusi itu pada conical 15 mL yang sudah berisi cairan ficoll 5 mL melalui dinding conical secara perlahan pada suhu kamar,
4.Dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 450-480 g selama 20-30 menit, hingga terbentuk buffy coatlayer yaitu lapisan putih berkabut di tengah, di antara 3 lapisan; lapisan paling bawah (eritrosit), lapisan tengah (ficoll) dan lapisan atas (plasma terdilusi),
5.Ambil lapisan buffy coatsecara perlahan dengan memakai pipet steril dan transfer pada conical 50 mL,
6. Cuci suspensi buffy coatdengan cara mentransfer PBS ke dalam conical 50 mL yang sudah berisi buffy coat dengan rasio 3:1 lalu resuspensi hingga homogen, lalu sentrifugasi dengan kecepatan 450-480 g selama 10-15 menit hingga didapat supernatan dan pellet. Ulangi hingga 2 kali.
7.Buang supernatan hingga tersisa pellet lalu masukan medium komplit lalu diresuspensi hingga homogen.
FOTO KULTUR PBMC
Kultur PBMC
1.Masukan suspensi sel ke dalam flask yang berisi medium komplit dengan komposisi FBS 10-20%, L-glutamin 2 nM penicilin-streptomycin 1% dan fungizone 0,5%, lalu monitor keadaan sel dengan memakai mikroskop inverted,
2. Inkubasikan flask ke dalam inkubator CO2 pada p CO2 5% dengan temperatur 37˚C selama beberapa hari.
Seleksi MSC dan pemeliharaan
1.Lakukan seleksi sel punca (MSC) pada PBMC di hari ke-3 hingga ke-5 inkubasi dengan cara membuang sel yang mengambang dan melayang dalam flask,
2.Monitor calon MSC dengan memakai mikroskop
inverted berwujud sel yang melekat pada permukaan flask dengan sifat lonjong seperti sel fibroblas,
3.Lakukan perawatan MSC dengan cara mengganti separuh medium komplit setiap 2-3 hari hingga sel tumbuh konfluens,
4.mengawasi dan memeriksa kontaminasi yang terjadi dalam flask dengan cara visual melalui perubahan warna dari medium menjadi lebih gelap dan keruh, dan melalui mikroskop inverted untuk melihat keberadaan mikroba dalam flask,
Panen MSC:
1.Panen MSC dilakukan saat MSC sudah mencapai konfluens 80% yang ditandai dengan keberadaan MSC dalam flask yang cukup padat,
2. Prosedur panen dijelaskan pada poin kemudian .
Prosedur isolasi-kultur MSC asal tali pusat
- prinsip isolasi MSC jaringan talipusat
Jaringan tali pusat memiliki sifat yang unik yang mana keberadaan MSC lebih banyak ditemukan pada jaringan wharton jelly yaitu bangunan dengan struktur seperti jelly. Isolasi MSC asal tali pusat dapat dilakukan dengan 2 metode , yaitu :
1. metode eksplan
Kultur eksplan memakai potongan fragmen kecil dari
warthon jellysebagai sumber sel (calon MSC).
2. metode disosiasi mekanik/enzimatik
Kultur disosiasi mekanik/enzimatik memakai sel primer (calon MSC) hasil prosedur disosiasi secara mekanik dan atau enzimatik memakai enzim kolagenase dan atau tripsin.
Alat dan bahan
Alat yang dipakai dalam isolasi MSC asal tali pusat adalah antaralain :
α-modified eagle media (α-MEM), Penicillin/streptomycin dan Fungizone, Fetal bovine serum (FBS) ,. Petridisk, Gunting, scapel, forcep dan pinset,Tali pusat,
Conical tube15 mL dan 50 mL ,Mikropipet 100-1000 µL dengan blue tip,Flask T-25 dan T-75,
Phosfat buffer saline (PBS),
Prosedur isolasi dan kultur MSC metode eksplan
-- Preparasi isolasi dan kultur MSC dengan metode eksplan
1.Masukan warthon jelly dalam conical tube 50 mL yang sudah berisi cairan PBS dan antibiotik pen-strep 1% dan fungizone 0,25% dalam keadaan dingin. prosedur dilakukan dengan steril,
2. Pembuatan medium komplit yang terdiri atas :
Antibiotik penicilin-streptomycin 100 u/mL,
Medium α-MEM ,FBS 10-20%,L-glutamin 2nm
-- Isolasi MSC dengan metode eksplan
1.Tali pusat dipotong menjadi ukuran lebih kecil dengan panjang sekitar 4 cm, dicuci dengan cairan PBS 2-3 kali. Semua prosedur dilakukan dalam BSC secara steril,
2 Buang darah yang terjebak dalam pembuluh darah tali pusat secara menekan dengan memakai curve forcep, lalu .dicuci ulang hingga bersih,
3.Ekstraksi pembuluh darah tali pusat (arteri-vena) dengan cara membuat insisi horizontal pada permukaan eksternal jaringan memakai scapel steril, lalu ambil pembuluh darah (sesudah dilakukan disosiasi jaringan) memakai forcep dan dicuci dengan PBS hingga bersih,
4. Ekstraksi warthon jelly dengan memakai forcep dan
gunting sesudah dilakukan disosiasi jaringan, yaitu berwujud jaringan yang lunak, mengandung hidrofis, seperti jelly, lalu masukkan ke dalam disk dan cuci hingga bersih.
5.Potong, iris dan cacah warthon jelly menjadi fragmen kecil berukuran 1-3 mm memakai scapel dan gunting,
lalu cuci hingga bersih
-- 3. Kultur MSC asal warthon jelly
1. Transfer fragmen cacahan warthon jelly ke dalam disk/ flask dan susun secara proporsional agar supaya tidak mengganggu perkembangbiakan sel di hari kemudian ,
2.Masukan medium komplit ke dalam cacahan secara perlahan dan tidak berlebihan,
-- Pemeliharaan MSC
1. Monitor calon MSC dengan memakai mikroskop
inverted berwujud sel yang melekat pada permukaan flask dengan sifat lonjong seperti sel fibroblas,
2. Lakukan pemeliharaan MSC dengan cara mengganti separuh medium komplit setiap 2-3 hari hingga sel tumbuh konfluens,
3.mengawasi dan memeriksa kontaminasi yang terjadi dalam flask dengan cara visual melalui perubahan warna dari medium menjadi lebih gelap dan keruh, dan melalui mikroskop inverted untuk melihat keberadaan mikroba dalam flask,
-- Panen MSC
1. Panen MSC dilakukan saat MSC sudah mencapai konfluens 80% yang ditandai dengan keberadaan MSC dalam flask yang cukup padat,
2.Prosedur panen dijelaskan pada poin kemudian .
Panen MSC
Panen sel kultur adalah aktifitas yang terjadi saat sel
sudah mencapai konfluens 80%.
prinsip panen MSC
Panen MSC adalah aktifitas pelepasan sel kultur (MSC)
yang melekat pada permukaan flask secara mekanik/ enzimatik pada keadaan tertentu. detailnya diperlukan enzim tertentu dengan kemampuan litik terhadap substrat tempat sel kultur itu melekat. detailnya enzim yang dipakai adalah tripsin, kolagenase.
Alat dan bahan
Alat yang dipakai dalam panen MSC asal tali pusat adalah antaralain :
Mikropipet 100-1000 µL dengan blue tip, Phosfat buffer saline (PBS), Conical tube 15 mL dan 50 mL ,Flask yang berisi MSC konfluens,Medium komplit,
Prosedur panen MSC
1. Ambil Flask yang berisi sel kultur (MSC) dari incubator CO2 , lalu periksa morfologis sel dan tanda kontaminasi dengan mikroskop inverted. prosedur panen dapat dilanjutkan saat populasi sel sudah mencapai 80%. Seluruh prosedur dilakukan di
dalam BSC.
2. Buang medium dalam flask memakai mikropipet hingga seluruh medium tidak tersisa,
3. Cuci flask yang berisi sel kultur memakai PBS dengan cara menggoyangkan flask secara perlahan dan dinamis lalu dibuang, ulangi prosedur hingga 2-3 kali dan pastikan flask dalam keadaan bersih.
4. Masukan tripsin-EDTA 0.25% sebanyak 800-1000umLke dalam flask T25 yang sudah bersih lalu digoyang perlahan hingga merata, lalu inkubasi dalam incubator CO2 pada suhu 37oC dan p 5% CO2 selama 5 menit.
5. Ambil flask yang sudah diinkubasi itu dari inkubator
CO2 dan lakukan prosedur tapping untuk membantu pelepasan sel secara mekanik, lalu periksa di bawah mikroskop inverted untuk memastikan seluruh kultur sel sudah terlepas dari flask. Sel kultur yang sudah terlepas ditandai dengan sel yang melayang dengan bentuk bulat.
6. Lakukan prosedur inaktivasi terhadap aktifitas tripsin dalam flask dengan cara memberi medium inaktivasi dengan formulasi 1:2, lalu ambil cairan yang berisi sel-tripsin-medium komplit dan
pindahkan ke conical tube steril dan lakukan pembilasan ulang untuk memastikan tidak ada sel yang tersisa.
7. Lakukan sentrifugasi terhadap conical tube berisi sel-tripsinmedium komplit dengan kecepatan 1900 rpm selama 10 menit.
8. periksa keberadaan pellet pada conical tube hasil sentrifugasi, lalu buang supernatan hingga tersisa pellet.
9. Cuci pellet dengan meresuspensi memakai cairan PBS,lalu sentrifugasi dengan kecepatan 1900 rpm selama 10 menit hingga didapat pellet. Dilakukan perhitungan yang akan dijelaskan pada poin kemudian .
Perhitungan MSC (Cell counting)
prinsip perhitungan sel
Perhitungan sel diperlukan untuk mengestimasi jumlah sel yang terkandung dalam kultur dengan memakai hemositometer baik untuk kepentingan riset / penerapan klinis maupun dalam memutuskan disk atau flask baru yang sesuai dengan jumlah sel pada prosedur subkultur.
Alat dan bahan
Alat yang dipakai dalam perhitungan MSC asal tali pusat adalah antaralain :
Hemositometer/ cell counter,Tripan blue 0,4%,
Conical tube 15 mL/ 50 mL yang berisi suspensi sel kultur, Mikropipet 100-1000 µL dengan blue tip
Prosedur perhitungan sel
1. Ambil conical yang berisipellet hasil sentrifugasi dengan cara membuang supernatan. Saat yang sama siapkan dan bersihkan hemositometer, lalu letakkan pada mikroskop inverted dan tentukan 4 bilik hitung secara jelas. Semua prosedur dilakukan dalam BSC.
2. Masukkan PBS 1 mL ke dalam conical berisi pellet itu lalu resuspensi hingga merata.
3. Ambil 10 umL suspensi sel dan tambahkan 90 umL tryphan blue 0,4% letakkan pada kertas film dan, lalu resuspensi.
4. Masukkan suspensi sel dalam tryphan blue pada
hemositometer dengan cara menyisipkan di bawah deck glass hemositometer hingga merata, lalu hitung jumlah sel pada ke empat bilik di bawah mikroskop inverted.
FOTO RUMUS Ʃ
Lakukan perhitungan sel dengan rumus
Sel melalui bel tidak berwarna, sedang sel non-melalui bel berwarna biru (tercat oleh trypan blue). meski begitu , saat perhitungan lebih dari waktu 5 menit, maka sel melalui bel pun akan mati sehingga berwarna biru.
prinsip stemness berawal dari pemikiran bahwa sel punca yang berada dalam jaringan berbeda akan mengekspresikan sifat yang juga berbeda. Sisi lain setiap sel punca dapat meregenerasi jaringan yang bukan asalnya. ini menunjukan bahwa ada properti sel punca yang dapat dipertukarkan satu dengan lainnya, yang bersifat universal. beberapa riset terbaru mengabarkan bahwa properti itu adalah ekspresi protein tertentu membentuk pola stemness. detailnya protein itu berwujud faktor transkripsi Oct4, Sox2, Klf4, c-myc, OSKM dan Nanog yang membentuk sirkuit
regulator gen stemness. Aktivitas sirkuit regulator stemness ini akan memicu peningkatan prosedur pembaruan diri sel punca dan saat yang sama mensupresi gen promosi diferensiasi Gata6 dan Cdx2.
Sisi lain potensi stemness juga dipengaruhi oleh faktor epigenetik melalui protein PcG dan soluble molecule BMP dan LIF yang disekresi sel punca secara autokrin
riset ontogenesis sebelumnya mengindikasikan bahwa
arah nasib suatu sel adalah berjalan searah, sehingga program diferensiasiakan berjalan dari sel punca menuju sel matur bukan sebaliknya. meski begitu hasil riset terbaru mengabarkan bahwa faktor transkripsi yang terekspresi secara kuat dalam suatu sel akan berefek pada peningkatan potensi stemness pluripoten sel itu . Teori ini membuktikan bawa arah ontogenesis dapat dirubah melalui induksi kronologis faktor transkripsi dan prosedur epigenetik. ini memungkinkan untuk melakukan program ulang terhadap sel matur menjadi sel punca pluripoten, dinamakan reprogramming. detailnya induksi faktor transkripsi Oct4, Sox2, Klf4 dan c-myc, OSKM dapat memprogram ulang sel fibroblas menjadi sel punca
embrionik, yang dinamakan iPS (induce pluripotent stem cells). Lebih lanjut, pengenalan beberapa metode reprogramming dan transdiferensiasi sebagai rekayasa molekuler diperlukan sebagai bentuk penerapan teori potensi stemness. Pemahaman yang baik terkait
protein faktor transkripsi, gen promosi diferensiasi, protein epigenetik dan soluble molecule menjadi hal berbahaya dalam reprogramming suatu sel. berdasar begitu pentingnya potensi stemness dalam rekayasa seluler maka, perlu dilakukan pemahaman mendasar terkait faktor transkripsi, mulai terminologi, golongkan dan pembaruan diri dan prinsip reprogramming.
Stemness sel punca
Sel punca harus membuat pilihan apakah melakukan
pembaruan diri atau diferensiasi sesudah terpapar faktor ekstrinsik. ini menggantungkan diri pada properti stemness yang dimiliki oleh sel punca, yaitu pola ekspresi gen pembaruan diri dalam bentuk faktor
transkripsi pluripoten yang terintegrasi dengan gen promosi diferensiasi, protein epigenetik dan soluble molecule. Peningkatan ekspresi gen pembaruan diri akan berkorelasi dengan peningkatan jumlah sel punca yang berefek pada peningkatan potensi stemness.
Sekalipun potensi steamness sel punca embrionik pluripoten jauh lebih kuat dibandingkan sel punca dewasa multipoten, tetapi pada keduanya masih memiliki kesamaan pola stemness.
FOTO STEMNESS SEL PUNCA
ada properti yang sama antara populasi sel punca yaitu pola ekspresi gen yang berwujud faktor transkripsi pluripoten, jalur epigenetik dan lingkungan mikroseluler yang berkaitan dengan potensi stemness. Potensi stemness adalah tumpukan aktivitas
pembaruan diri dan supresi gen promosi diferensiasi.
penjelasan stemness
Stemness adalah properti sel punca berwujud potensi pluripoten dalam memperbarui diri dengantetapi mempertahankan status tidak diferensiasi. detailnya properti ini berwujud pola ekspresi gen pluripoten yang membentuk sirkuit regulator stemness. Sirkuit
stemness ini berwujud protein faktor transkripsi pluripoten yang terintegrasi dengan protein epigenetik, gen promosi diferensiasi dan soluble molecule antaralain . Sel punca dinamakan poten saat dapat melakukan aktivitas pembaruan diri sekalipun niche
didominasi oleh faktor diferensiasi. detailnya suatu sel punca dinamakan stemness saat dapat memperbarui diri secara terus menerus dengan mempertahankan status tidak berdiferensiasi hingga propagasi ke 40-50. Potensi stemness suatu sel punca akan menurun
secara menonjol seiring dengan diferensiasi menjadi sel matur.
Regulasi stemnness
Regulasi stemness menentukan arah pembelahan sel punca, apakah menuju prosedur pembaruan diri dan atau diferensiasi. detailnya regulasi stemness melalui supresi jalur diferensiasi dan mendorong peningkatan aktivitas pembaruan diri. Properti stemness pluripoten membentuk sirkuit regulator faktor transkripsi yang terdiri atas Oct4, Sox2 dan Nanog. Sirkuit regulator ini terintegrasi dengan faktor transkripsi lain yaitu Klf4 dan Ronin. Sisi lain faktor epigenetik Polycomb keluarga G (PcG) dan faktor promosi diferensiasi Gata6 dan Cdx2 dan faktor soluble molecule BMP, LIF dan FGF ikut terlibat dalam regulasi stemness. Secara sistematik faktor stemness pluripoten dibagi menjadi 4 golongan utama, yaitu:
1. Faktor transkripsi pluripoten utama,antaralain :
Oct4, Sox2, Nanog
Faktor transkripsi pluripoten penunjang,antaralain :
Klf4,Ronin
2. Faktor epigenetik,antaralain :
Polycomb keluarga G (PcG),
3. Faktor gen promosi diferensiasi ,antaralain :
Gata6 , Cdx2
4. Faktor soluble molecule pluripoten utama,,antaralain : BMP, LIF ,Wnt
Faktor soluble molecule pluripoten penunjang,antaralain:
a4-laminin
Faktor soluble molecule diferensiasi utama
1. FGF
Keterlibatan 4 faktor stemness dalam meregulasi pluripoten dijelaskan dibawah ini.
FOTO REGULASI STEMNESS
Aktivasi faktor transkripsi utama Oct4, Sox2 dan Nanog membentuk sirkuit regulator untuk mempertahankan pluripoten, disamping mensupresi gen terkait promosi diferensiasi Gata6 dan Cdx2. Sisi lain faktor transkripsilain Klf4 dan Ronin juga ikut mensupresi gen
promosi diferensiasi. Faktor epigenetik juga ikut mempertahankan pluripotensi melalui pelepasan protein PcG, yang bersama dengan trithorax memodulasi ekspresi gen stemness melalui rekayasa
histon.Sebaliknya aktivitas diferensiasi berjalan saat Ronin dan Nanog di proteolisis (inaktif) oleh Caspase-3 dan atau sesudah rangsangan soluble molecule FGF yang mengaktivasi jalur proliferasi MAPK, sebaliknya rangsangan solubele molekul LIF dan BMP justru
meningkatkan aktivitas pluripotensi.
Faktor transkripsi
Faktor transkripsi stemness adalah protein Oct4, Sox2, Nanog, Klf4 yang berperan dalam mengendalikan laju transkripsi genetik DNA ke mRNA dengan cara mengikat sekuens DNA tertentu terkait gen yang mempertahankan pluripotent, disamping mensupresi gen promosi diferensiasi.
Peran faktor transkripsi
1. Oct4
Oct4 adalah protein faktor transkripsi yang berperan besar dalam mempertahankan pluripoten sel punca embrionik dan sel punca dewasa. Ekspresi protein Oct4 meningkat pada inner cell mass embrionik, baik pada organogensis invivo atau dalam kultur invitro.
2. Sox2
Sox2 adalah protein faktor transkripsi yang diperlukan
dalam mempertahankan stemness sel punca pluripoten
melalui koorporasi protein Oct4. detailnya protein Sox2 mengaktivasi ekspresi beberapa protein regulator pluripoten, termasuk Oct4 dan Nanog baik pada invivo maupun invitro.
3. Nanog
Nanog adalah protein faktor transkripsi yang juga diperlukan dalam mempertahankan keadaan pluripoten sel punca. Ekspresi Nanog secara berlebihan dapat memotong kebutuhan stemness akan
LIF (penelitian invitro), sehingga tetapi dapat mempertahankan pluripotensi. Difisiensi Nanog memicu sel punca cenderung berdiferensiasi spontan, meskipun demikian Nanog tidak mutlak , diperlukan menjaga pluripotensi pada keadaan kultur yang baik.
peran sirkuit regulator dan faktor transkripsi lain dalam
mempertahankan stemness dijelaskan dibawah ini.
FOTO .PERAN FAKTOR TRANSKRIPSI STEMNESS
Aktivasi faktor transkripsi pluripoten utama Oct4, Sox2, Nanog membentuk sirkuit regulator. Faktor transkripsi lain Ronin dan Klf4 mendorong sel punca mempertahankan stemness melalui aktivitas
pembaruan diri/proliferasi maupun sinyal ling cell. Saat yang sama faktor transkripsi juga menghambat diferensiasi melalui PcG (prosedur epigenetik), disamping mensupresi gen promosi diferensiasi Gata6
dan Cdx2 lewat mekanisme sirkuit regulator faktor transkripsi
Ronin
Faktor transkripsi Ronin juga mempertahankan pluripoten dengan cara mensupresi diferensiasi secara langsung melalui pengikatan dan supresi gen penginduksi diferensiasi Gata6 dan Cdx2. Hal sebaliknya diferensiasi terjadi saat Ronin dan Nanog
diinaktivasikan secara prosedur proteolisis oleh Caspase-3. Ekspresifaktor transkripsi Ronin yang berlebihan juga dapat mempertahankan pluripotensi sekalipun tanpa dukungan LIF atau Oct4.
Klf4
Krupple-like keluarga of transcription factor (Klf4) adalah protein pengikat DNA yang berperan dalam meregulasi ekspresi gen sirkuit regulator utama stemness Oct4, Sox2, dan Nanog. detailnya regulasi ini menggantungkan diri pada wilayah promotor dan atau kerjasama faktor transkripsi lain. detailnya mekanisme molekuler Klf4 adalah:
1. Mengaktivasi wilayah promotor iNOS ini berlangsung saat terjadi koorporasi dengan Nf-kB
2. Mengaktivasi wilayah promotor p21 ini berlangsung saat terjadi koorporasi dengan p53,
yang berlanjut dengan aktivasi p21. p21 lalu mensupresi cyclin D1 dan B1 sehingga siklus sel tertahan, sehingga memicu hambatan prosedur proliferasi ke arah diferensiasi.
Epigenetik
Epigenetik adalah prosedur yang terjadi diluar DNA tetapi mempengaruhi ekspresi dan aktivitas gen sehingga dapat memicu perubahan fenotipe suatu sel baik sifat maupun morfologi. ini dapat dipicu oleh perubahan niche (lingkungan mikroseluler) yang diperiksa dan secara terus-menerus.
epigenetik
Epigenetik adalah perubahan fenotip suatu sel yang
diturunkan tetapi tanpa ditambah perubahan sekuen DNA. ini menandakan bahwa fenotip sel yang berubah bukan akibat perubahan sekuen gen, tetapi akibat prosedur diluar genetik. Perubahan fenotipe ini melibatkan metilisasi DNA, mikro-RNA, rekayasa
histon, small/non-coding RNA, dan redesaining kromatin. meskibegitu sekwen DNA tetapi utuh (tidak berubah). penjelasan epigenetik dijelaskan dibawah ini.
FOTO EPIGENETIK
Perubahan fenotipe terjadi bukan didalam sekwen DNA, tetapi terjadi diluar DNA, baik melalui mikro-RNA, rekayasa histon, small/ non-coding RNA, dan redesaining kromatin.
prinsip molekuler epigenetik
Secara prinsip molekuler, prosedur epigenetik tidak terjadi pada sekwen DNA tetapi diluar DNA. Untuk memudahkan pembahasan mekanisme molekuler tiap prosedur epigenetik akan dijelaskan dibawah
meski begitu secara garis besar prinsip mekanisme
molekuler epigenetik dibagi menjadi :
rekayasa struktur kromatin,
Non-coding RNA (micro-RNA)
rekayasa DNA post-translasi
rekayasa histon,
Secara sistematik prinsip molekuler epigenetik dijelaskan dibawah ini.
FOTO TEHNIK MOLEKULER EPIGENETIK
Perubahan epigenetik terjadi diluar DNA melalui mekanisme :
rekayasa DNA post-tranlasi yang berefek pada prosedur replikasi,
rekayasa histon yang berefek pada prosedur regulasi transkripsi,
Redesaining kromatin yang berefek pada prosedur
packing kromatin dan
Non-coding RNA yang berpengaruh pada perbaikan DNA.
rekayasa DNA
rekayasa DNA post-translasi dapat terjadi baik secara
asetilasi, deasetilasi, metilasi, maupun demetilasi terutama pada residu lisin.
penjelasan rekayasa DNA
rekayasa DNA post-tranlasi adalah suatu prosedur yang mana rombongan gugus metil berikatan pada molekul DNA sehingga aktivitas segmen DNA berubah tetapi sekuen urutan DNA tetapi .prosedur ini dapat terjadi secara hipermetilasi untuk membuat gene silents atau dengan hipometilasi. Kedua ini memicu
ekspresi gen terganggu (tersupresi).
Mekanisme molekuler rekayasa DNA
detailnya mekanisme molekuler rekayasa DNA dapat
terjadi secara metilasi pada wilayah promotor genterutama pulau promotor CpG (sitosin). Metilasi pada wilayah ini dapat mensupresi transkripsi, menggantungkan diri pada luas wilayah metilasi dan seberapa besar metilasi pada sekuen DNA. tahap tahap molekuler rekayasa DNA adalah antaralain :
1. prosedur memerlukan DNA methyltransferase-1 (DNMT-1)
2. Terjadi pada wilayah promoter gen (sitosin dinukleotida CpG)
3. Enzim DNMT-1 memfasilitasi pengikatan gugusan metil pada wilayah promoter gen, berfungsi sebagai demetilasi DNA
4. Terjadi tambahan gugusan metil pada sekwen DNA sehingga terjadi hipermetilisasi
5. Fungsi transkripsi gen terganggu (tersupresi)
rekayasa DNA dijelaskan dibawah ini.
. rekayasa histon
rekayasa histon dapat memicu aktivitas yang beragam mulai dari aktivasi atau inaktivasi transkripsi, kerusakan DNA, perbaikan DNA dan kromosom packing.
penjelasan histon
Histon adalah protein yang berperan dalam mengkondensasi atau memadatkan DNA sehingga dapat membungkus DNA ke dalam kromosom secara baik. detailnya histon membungkus DNA menjadi struktur nukleosom sehingga molekul DNA dapat masuk ke dalam nukleus. Setiap nukleosom memiliki 2 sub unit, yang terdiri atas H2A, H2B, H3 dan H4. penjelasan rekayasa histon
rekayasa histon adalah prosedur post-translasi yang ikut menentukan ekspresi suatu gen. prosedur rekayasa histon dengan cara merubah struktur kromatin atau merekayasa histon. rekayasa histon dapat terjadi secara metilasi histon dan asetilasi histon.
FOTO MODIFIKASI HISTON
rekayasa histon dapat terjadi secara metilisasi dan asetilasi. Metilisasi dapat memicu heterokromatin, sedang asetilasi memicu eurokromatin.
FOTO MODIFIKASI DNA
DNMTmelakukan dimetilasi DNA pada wilayah sitosin dinukleotida CpG. Terjadi metilasi pada wilayah promotor gen itu hingga hipermetilisasi yang berakibat pada supresi prosedur transkripsi.
Peran rekayasa DNA dalam penelitian dan klinis
Hasil riset mengabarkan bahwa rekayasa DNA berperan dalam perkembangan sel, genomic imprinting, inaktivasi kromosom X, represi elemen transposable, penuaan dan karsinogenesis.
Mekanisme molekuler rekayasa histon
Secara molekuler rekayasa histon terjadi secara:
1. Metilisasi histon
Metilisasi histon terjadi dengan mentransfer gugusan 1-3 grup metil S-adenosyl-L-methioninepada residu arginin atau lisin dari protein histon memakai enzim histone methyl transferase (HMT).
2. Asetilasi histon ,Asetilasi histon terkait dengan struktur kromatin yang terbuka sehingga memungkinkan untuk mengakses protein faktor transkripsi yang berimplikasi pada peningkatan ekspresi gen. Asetilasi H3 sebagian besar terjadi pada wilayah promotor terkait gen enhancer dan promotor. Enzim yang bertanggung jawab pada asetilasi ini adalah histon asetil transferase (HAT) dan histon deasetilase (meregulasi asetil histon tail).
Redesaining kromatin
Redesaining kromatin berperan sentral dalam meregulasi ekspresi gen dengan menyiapkan akses secara dinamik terhadap mesin transkripsi. Redesaining kromatin berperan sentral dalam beberapa prosedur biologis terutama pada perakitan dan pemisahan kromosom disamping replikasi DNA dan repair. Sisi lain redesaining kromatin juga berperan dalam pluripoten sel punca embrionik.
penjelasan redesaining kromatin
Redesaining kromatin adalah rekayasa dinamik dari
arsitektur kromatin sehingga memungkinkan mengakses DNA yang terkondensasi terutama wilayah regulasi transkripsi sehingga dapat mengendalikan ekspresi gen secara aktif.
Mekanisme molekuler redesaining kromatin
Secara prinsip molekuler redesaining kromatin terjadi secara:
1. Covalent histone modification
rekayasa histon kovalen memakai enzim HAT,
deasitelisasi dan metil transferase.
2. komplit redesaining kromatin ATP dependent
Pembentukan komplit ini dapat bergerak memasuki
nucleosome atau rejeksi atau restrukturisasi nucleosome.
Non-coding RNA
Non-coding RNA adalah molekul RNA fungsional yang
ditranskripsikan DNA tetapi tidak ditranslasikan menjadi protein.Non coding RNA menyumbang dalam menginduksi beberapa penyakit kanker dan alzheimer.
nyatanya non-coding RNA dapat digolongkan
menjadi 3 bagian, yaitu :
Piwi-interacting RNA (piRNA),MicroRNA (miRNA),Short interfering RNA (siRNA)
MicroRNA
miRNA biasa nya terikat pada obyek sasaran khusus mRNA dengan suatu sekwen komplementer sebagai penginduksi terhadap pemotongan/ degradasi atau blok dari prosedur translasi protein. ini adalah mekanisme feedback yang melibatkan metilasi kromosom.
siRNA
Secara fungsional siRNA mirip dengan miRNA yaitu
memediasi post-transcriptional gene silencing (PTGS) sebagai akibat dari prosedur degradasi mRNA. siRNA juga dapat menginduksi pembentukan heterochromatin melalui pembentukan komplit s RNA-induced transcriptional silencing (RITS) dan saat
mengikat siRNA akan mempromosi metilisasi H3K9 dan kondensasi kromatin.
piRNA
piRNA dikenal sebab interaksinya dengan keluarga protein VN AX CAV CACQS piwi. Fungsi primer molekul RNA ini adalah dalam regulasi kromatin dan supresi aktivitas transposon dalam sel somatik dan sel embrionik detailnya piRNA berperan sebagai anti-sense dalam mengekspresikan obyek sasaran transposon dan lalu memotong transposon. Pemotongan ini menciptakan piRNA tambahan yang
lalu menarget sasaran dan memotong kembali transposon. Siklus ini terus menerus berulang hingga menciptakan piRNA secara berlebihan yang dapat meningkatkan transposon silencing.
Peran faktor transkripsi dalam epigenetik
Faktor transkripsi pluripoten adalah master dalam aktivitas gen obyek sasaran pluripoten. meski begitu dalam realisasinya aktivitas faktor transkripsi ini ditentukan oleh aksesibilitas faktor transkripsi
itu terhadap gen obyek sasaran . Akses aksebilitas gen obyek sasaran menjadi sulit atau sebaliknya sangat ditentukan oleh prosedur epigenetik baik melalui rekayasa DNA, rekayasa histon, redesaining kromatin dan atau non-coding RNA.
Peran faktor transkripsi dalam rekayasa histon
Protein faktor transkripsi dan atau protein faktor supresi
diambil untuk mengaktifkan atau mensupresi transkripsi sehingga berefek pada ekspresi gen. Trimetilasi residu lisin-9 dan lisin-27
dari histone-H3 (H3K9 dan H3K27) memiliki fungsi representatif, sedang asetilasi H3K4me3 dan H3K9 (H3K9ac) dikaitkan dengan aktivasi gen
TABEL MODIFIKASI HISTON DAN PENGARUH TERHADAP EKSPRESI GEN
Peran faktor transkripsi dalam rekayasa DNA
rekayasa DNA melalui metilisasi berakibat pada hipermetilisasi DNA. Keadaan ini memicu prosedur transkripsi tersupresi yang berakibat pada ekspresi gen terganggu. Faktor transkripsi Sox2, Oct4, Nanog dan Klf4 berperan besar dalam melepas gugusan metil
(demetilisasi) baik secara aktif maupun secara pasif pada sekwen DNA yang mengalami hipermetilisasi (rekayasa DNA). maka faktor transkripsi akan mengaktivasi prosedur transkripsi kembali, seperti dijelaskan dibawah ini.
FOTO PERAN FAKTOR TRANSKRIPSI DALAM DEMETILISASI
Pemberian faktor transkripsi Sox2, Oct4 dan Klf4 pada wilayah CpG single strand DNA yang mengalami hipermetilisasi memicu gugusan metil terlepas (demetilisasi) secara pasif sehingga terjadi aktivasi transkripsi kembali. Pemberian faktor transkripsi pada wilayah CpG double strand yang hipermetilisasi dapat memicu demetilisasi secara aktif sehingga terjadi aktivasi transkripsi.
Peran PcG dalam pluripoten
Polycomb keluarga (PcG) adalah protein yang berperan dalam mensupresi gen diferensiasi dengan memodulasi ekspresi banyak gen terutama melalui rekayasa protein histon. komplit s polycomb melakukan trimetilasi histone H3 pada lisin 27 (H3K27)
lalu membentuk komplit s yang mempromosi pemadatan kromatin. Protein trithoax mencegah represi polycomb dengan metilisasi histone H3 di lisin 4 (H3K4) dan promosi transkripsi dengan mengambil enzim redesaining nukleosom dan aseton histon.
Gen promosi diferensiasi
Gata6 adalah faktor transkripsi yang diperlukan dalam
diferensiasi endoderm viseral. Gata6 diekspresikan di distal epitel pada perkembangan paru. Kehilangan Gata6 memicu kehilangan kendali dalam diferensasi dan peningkatan sinyal Wnt, yang dapat memicu tampilan jaringan seperti dewasa sebelum waktunya.
detailnya gen promosi diferensiasi terdiri atas:
Gata4/6,Cdx2.
Cdx2
Cdx2 adalah protein faktor trankripsi yang dikode oleh gen Cdx2 yang berperan besar dalam promosi diferensiasi. Ekspresi Cdx2 dihambat oleh protein Grb2 sesudah pengikatan reseptor growth factor (GF). Cdx2 diekspresikan dalam TE pada awal embrio sehingga menjadi penting dalam pembentukan TE yang benar. Cdx2 dianggap sebagai gen master diferensiasi untuk TE.
Gata 4/6
Gata4/6 adalah faktor transkripsi keluarga small famili of zinc fingger yang dikode oleh gen Gata6 dengan fungsi sebagai pemicu butama diferensiasi seluler melalui penghambatan faktor transkripsi Nanog dan mendorong pengikatan ligan FGF4 pada reseptor FGFR.
Gata6 diekspresikan di awal embriogenesis dan dapat melokalisasi sel yang berasal dari endoderm dan mesoderm. detailnya Gata6 berperan dalam meregulasi perkembangan gastrointestinal paru dan
jantung,Protein Gata6 diterangkan dibawah
FOTO GATA6
Gata6 diekspresikan di awal embriogenesis dengan fungsi memicu diferensiasi dengan menghambat faktor transkripsi Nanog pada nukleus. Sisi lain Gata6 juga mendorong pengikatan molekul ligan FGF pada reseptor FGFR sehingga terjadi aktivasi jalur MAPK.
Soluble molecule ektraseluler
Soluble molecule adalah protein kecil terlarut air yang dilepas secara parakrin/ autokrin oleh beberapa sel/ elemen matriks sekitar bertujuan mempertahankan ekspresi beberapa protein faktor transkripsi stemness. Secara sistematik dibagi menjadi:
FGF,Wnt, BMP, LIF,Molekul a4-laminin,
Molekul BMP
Bone morphogenetic protein (BMPs) adalah golongan growth factor yang juga dapat berfungsi sebagai sitokin dan metabologen. meski begitu BMP pada awalnya diidentifikasi berdasar atas kemampuan nya dalam menginduksi pembentukan tulang dan cartilage. Seiring dengan waktu BPM juga diketahui berperan sentral sebagai sinyal morphogenik dan ikut dan merancang perkembangan morfologi jaringan jantung, sistem syaraf dan kartilagea. Sisi lain BMP berperan dalam menghambat jalur proliferasi MAPK
(diferensiasi sel punca) melalui sinyal transduksi SMAD. detailnya jalur sinyal BMP dimulai dengan pengikatan ligan molekul BMP pada reseptor BMPR, sehingga memunculkan sinyal transduksi yang memicu hambatan pada MAPK, sehingga mendorong
aktifitas pembaruan diri sel punca (stemness)
Jalur molekul BMP diterangkan dibawah
FOTO BMP
BMP adalah soluble molecule yang dapat menghambat jalur MAPK (jalur diferensiasi sel punca) melalui aktivasi jalur SMAD.
LIF
LIF termasuk keluarga keluarga sitokin IL-6, yang bekerja dengan mengikat reseptor heterodimerik (terdiri atas reseptor Lif dan gp130). LIF berperan dalam mensupresi jalur diferensiasi, sehingga dapat digolongan an dalam protein potensi stemness. detailnya pengikatan LIF pada reseptor LIF-R sel embrionik akan mengaktivasi jalur kanonikal janus kinase sinyal transducer and activator of transcription (Jak/Stat) yang berakibat pada supresi MAPK (jalur
diferensiasi) sehingga memperkuat sel embrionik dalam
mempertahankan status pluripoten. detailnya obyek sasaran akhir STAT3 adalah gen c-Myc, disamping hambatan MAPK sehingga LIF meningkatkan aktivitas proliferasi MSC, disamping hambatan apoptosis (saat strarvasi serum) dan hambatan diferensiasi
kondrogenik dan adipogenik. Pemberian sitokine IL-6 dapat mempertahankan status stemness MSC.
Jalur molekul LIF dijelaskan r di bawah ini.
FOTO LIF
Lif menghambat jalur proliferasi MAPK melalui jalur STAT3, dengan obyek sasaran gen c-Myc dan Klf4 sehingga menghambat diferensiasi dan ikut mempertahankan status stemness (aktivitas pembaruan diri)
Molekul a4-laminin
a4-laminin adalah molekul protein matriks ektraseluler yang disekresi oleh elemen matriks ektraseluler sekitar sel punca dengan fungsi untuk mempertahankan ekspresi beberapa faktor transkripsi stemness. a4-laminin berperan dalam meregulasi stemness
sel punca, termasuk MSC dengan cara meningkatkan aktivitas proliferasi dan menghambat diferensiasi menjadi sel osteoblast, kondrosit dan atau adiposit. Molekul ini ditemukan secara berlebihan dalam stromal sumsum tulang. Molekul a4-laminin yang dibuatan matriks ekstraseluler juga ikut meregulasi stemness sel punca dengan meningkatkan aktivitas proliferasi dan menghambat diferensiasi.
FGF
FGF adalah molekul growth factor (sub-keluarga FGF) yang disekresi sel aktif yang berperan sebagai mitogen poten dalam proliferasi dan diferensiasi. Molekul FGF bekerja dengan cara mengikat reseptor FGFR sel obyek sasaran yang mengandung heparin proteoglikan (afinitas tinggi molekul angiogenik), lalu memicu
kaskade transduksi sinyal yang berefek pada banyak fungsi dan ntipe sel mulai diferensiasi, proliferasi, mitogenik-angiogenesis, npluripoten, sehingga dinamakan promiscuous growth factor. detailnya ligan FGF mengikat reseptor FGFR, lalu memicu kaskade transduksi sinyal MAPK, sehingga memicu
aktivitas proliferasi ke arah diferensiasi. Jalur molekuler FGF diterangkan dibawah
FOTO JALUR FGF
FGF termasuk soluble molecule yang berperan memicu proliferasi diferensiasi melalui jalur MAPK dan mTOR, sehingga aktifitas pembaruan diri terhambat.
Wnt
Wnt adalah molekul protein yang berperan besar dalam
jalur sinyal proliferasi sel punca dan dapat mensupresi diferensiasi menjadi osteogenik. Hasil riset mengabarkan bahwa jalur sinyal ing Wnt terutama melalui Wnt3a, mempromosikan proliferasi
MSC dan menekan diferensiasi menjadi osteogenik.Wnt dan a4-lamininikut mempengaruhi faktor transkripsi sel punca. Molekul protein matriks a4-laminin yang disekresi elemen matriks sekitar sel punca juga ikut berperan dalam mempertahankan ekspresi beberapa faktor transkripsi stemness.
Faktor transkripsi dalam pluripoten
Pluripoten adalah usaha mempertahankan stabilitas
pembaruan diri melalui pencegahan prosedur diferensiasi dan peningkatan aktivitas proliferasi. usaha ini melibatkan protein faktor transkripsi Oct3/4, Sox2 dan Nanog. Pluripoten memungkinkan
mempertahankan tingkat ekspresi beberapa gen yang terlibat dalam aktivitas stemness secara stabil.
penjelasan potensi pluripoten
detailnya potensi pluripoten sel embrionik adalah
kemampuan sel punca embrionik dalam mempertahankan aktivitas pembaruan diri pada sel turunannya dengan cara mendorong sel embrionik itu memasuki jalur proliferasi, tetapi mencegah
menjalani prosedur diferensiasi.
Related Posts:
selpunca 1halaman 11-TMS : Single-trans membran segmentADP : Adenosine diphosphateAKT/PKB : Protein kinase B ATP : Adenosine TriphosphateBFU-E : burst-forming unit-erythroidBMP : Bone morphogenetic proteinBMPR : Bone m… Read More