Selasa, 05 April 2022

selpunca 3





























FOTO  PENUNJUK  HSC


HSC mengekspresikan penunjuk  CD34+, CD133+, Thy1+, tetapi  tidak  mengekspresikan penunjuk  CD38-, CD33-. HSC memiliki kemampuan   aktif berdiferensiasi membentuk seluruh elemen  darah, disamping 
mempembahari diri.

penunjuk  komplit  molekul HSC
Secara sistematik penunjuk  komplit  HSC dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
--SCF
penunjuk  ini berfungsi sebagai aktivitas proliferasi dan 
diferensiasi 
--CD34+/CD38-/c-Mpl+
penunjuk  ini berfungsi sebagai penanda fisik seluler
--Trombopoietin (TPO) 
penunjuk  ini berfungsi sebagai aktivitas pembaruan  diri, 
--TGF-β 
penunjuk  ini berfungsi sebagai siklus sel dorman.
penunjuk  komplit sitas molekuler HSC dijelaskan di bawah ini.


FOTO PENUNJUK  KOMPLIT SITAS MOLEKULER HSC



HSC mengekspresikan CD34+/ CD38-/ c-Mpl+ sebagai penunjuk  konvensional, TPO sebagai penunjuk  pembaruan  diri, SCF sebagai  penunjuk  proliferasi dan diferensiasi dan TGF-β sebagai penunjuk  yang 
berfungsi sebagai siklus sel dorman. penunjuk  molekuler HSC yang berperan kuat adalah SCF dan 
TPO. Kedua protein penunjuk  ini berfungsi sebagai regulator sitokin.  detailnya  SCF berperan dalam promosi dan diferensiasi sel  progenitor hematopoietik, sedang  TPO berperan dalam  pembaruan  diri. Sisi lain sitokin TPO dan reseptornya yaitu c-Mpl  berperan dalam hematopoiesis awal HSC, sehingga sel dengan 
penunjuk  CD34+/CD38-/c-Mpl+ memiliki aktifitas engraftment HSC  yang jauh lebih baik. Sinyal yang berasal dari angiopoietin-1 melalui  Tie2 mengatur dormansi HSC dengan cara mempromosikan adhesi 
HSC ke osteoblas sumsum tulang dan mempertahankan aktivitas  repopulasi jangka panjang.

Fisiologis dinamis hematopoiesis.
Aktivitas HSC in-vivo dapat   disifat eistik melalui tingkahlaku   proliferasi. HSC memiliki laju pembelahan yang lebih lambat dibandingkan sel progitor turunan. Laju pembelahan HSC yang  lambat dalam melewati siklus sel, dapat   dinilai melalui status G0 atau 
status quiescence. Status G0 terkait dengan status sel yang keluar dari siklus sel (menjadi dorman), tetapi  masih reversibel. Keadaan ini  dapat   dibedakan dengan status sel yang tertahan pada tahap  G1 secara
ireversibel yang dinamakan  senescence.peran  sel punca, termasuk HSC didukung pada analisis
jaringan dengan tingkat pergantian sel tinggi, seperti sel usus dan  folikel rambut. Jaringan ini memiliki sel punca dengan tingkat proliferasi tinggi. ini  menandakan  bahwa HSC mengandung  kompartemen aktif yang dapat   mengarahkan prosedur  hematopoesis  menuju keadaan stabil dan kompartemen dorman yang berperan  sebagai cadangan dalam mempertahankan status pembaruan  diri sel punca jangka panjang. meski begitu  status dorman HSC dapat  menanggapi   terhadap stres. Aktivitas proliferasi HSC tidak  sama persis  dengan aktivitas pembelahan asimetris yang mengharuskan 
bahwa aktivasi HSC berkorelasi dengan diferensiasi. Pembelahan  HSC berwujud  aktivitas pembaruan  diri dalam rangka pergantian  HSC yang hilang akibat diferensiasi (saat  terjadi cidera jaringan). Gambar 109. HSC sumsum tulang. Jaringan rusak mengeluarkan molekul sinyal cidera yang  menandakan  akan kebutuhan reparasi dan regenerasi jaringan tinggi. 
Sinyal injuri memicu HSC senescence kompartemen dorman aktif  sehingga membelah secara simetris untuk merestorasi HSC  kompartemen aktif yang sudah  terlebih dahulu membelah secara  asimetris untuk memenuhi kebutuhan regenerasi jaringan yang rusak, 
disamping tetapi  mempertahankan sistem hematopoiesis.
Perkembangan maturasi HSC
HSC secara terus menerus melakukan proliferasi dan 
diferensiasi menjadi turunan sel bentuk dewasa. Selama prosedur   diferensiasi ini, turunan HSC mengalami beberapa  perubahan sesuai dengan tahap tahap  maturasi, mulai dengan menjadi multi-potential 
progenitors (MPP), lalu  progenitor yang sudah  berkomitmen  pada turunan tertentu (lineage-committed progenitors) hingga  akhirnya mencapai maturasi menjadi sel khusus , apakah monosit, 
eritrosit limfosit dan sebagainya
Hematopoiesis
Hematopoiesis prosedur  produksi darah secara terus-menerus  oleh HSC sepanjang siklus kehidupan bertujuan   mempertahankan fungsi normalitas sistem imun dan hemostatis.  Secara anatomis hemostatis terjadi terutama pada sumsum tulang,  baik pada pelvis, sternum, colum vertebrae maupun tengkorak. prosedur  
molekuler hematopoiesis diterangkan dibawah


FOTO HIERARKI HSC


LT-HSC : long term-hemapoietic stem cell,
ST-HSC : short-term hematopoietic stem cell
MPP : multipotential progenitor 
CLP : common lymphoid progenitor
CMP : common myeloid progenitor
CFU-GEMM :colony-forming unit-granulocyte/ erythrocyte/macrophage/ megakaryocyte
BFU-E : burst-forming unit-erythroid
CFU-E : colony-forming unit-erythroid
CFU-Mk : colony-forming unit-megakaryocyte 
CFU-GM : colony-forming unit-granulocyte/Macrophage
CFU-G : colony-forming unit-granulocyte
CFU-M : colony-forming unit-macrophage

Ontogeni HSC
Kemunculan dan pengkhususan  HSC memerlukan integrasi faktor intrinsik dan jalur sinyal transduksi yang berbeda, mulai awal  prekursor mesoderm hingga terbentuk HSC pada sumsum tulang. Beberapa jalur regulasi kemunculan HSC sudah  diidentifikasi melalui 
hewan coba, yaitu jalur vascular endothelial growth factor (VEGF) yang dapat   merangsang   diferensiasi dan migrasi sel, jalur sonic hedgehog (SHH) dan bone morphogenetic protein (BMP) yang  meregulasi polarisasi dinding arterial (pengkhususan  HSC) dan  jalur  notch untuk pembentukan dan pengkhususan  HSC. Prekursor HSC pada awalnya muncul dari posterior lateral plete mesoderm (PLM) yang bermigrasi menuju regio media embrio untuk menciptakan  vascular cord, yang akan menjadi bagian dorsal
dari aorta (DA). Sekali DA terbentuk maka HSC muncul dari sel  endotelial hemogenik terspesialisasi, yang lalu  keluar dari aorta  memasuki sirkulasi darah dan lalu  menyemai pada wilayah  niche untuk perkembangan kemudian . prosedur  dimulai dengan pelepasan molekul sinyal pro-inflamasi  TNF-α dan IFN-α/γ oleh sel efektor myeloid yang dapat   mendorong
kemunculan HSC melalui  jalur sinyal NF-κB dan Notch. Sisi lain protein  Tet2/3 juga ikut meregulasi sinyal Notch. Semua keadaan itu  memicu ekspresi Gata2-b dan runx1 sel endotelial hemogenik.Molekul Cbf-β diperlukan  untuk mendorong ekstravasasi
kemunculan HSC dari dalam dorsal aorta (DA) sehingga nascent HSC (HSC baru lahir) muncul. Nascent HSC lalu  menyemai ke bagian caudal hematopoietic tissue (CHT) untuk menginduksi redesaining endotel sehingga membentuk mikro-niche yang terdiri atas HSC dikelilingi sel endotel berdekatan dengan sel stromal yang  mengekspresikan CXCL12.
Pembentukan molekuler HSC dijelaskan dibawah ini.



FOTO  PEMBENTUKAN MOLEKULER HSC


prosedur  pembentukan HSC dimulai dengan pelepasan TNF-α dan IFN-α/γ mengaktivasi   jalur sinyal NF-κB dan Notch. Bersama dengan protein Tet 2/3 memicu ekspresi Gata2-b dan runx1 sel endotelial 
hemogenik dan bersama molekul Cbf-β mendorong kemunculan HSC sebagai nascent HSC dari dalam DA. Nascent HSC lalu  menyemai ke bagian CHT membentuk mikro-niche yang terdiri atas  HSC yang sel endotel dan sel stromal yang mengekspresikan 
CXCL12, sehingga HSC berada pada sumsum tulang.
Regulasi dan koordinasi faktor transkripsi HSC yaitu Gata2,  Scl, Runx1, Lmo2, dan C‐myb. Koordinasi faktor transkripsi HSC  dengan faktor epigenetik adalah penting dalam menentukan nasib  HSC. Gata2 berperan besar dalam hematopoiesis, terutama  downstream sinyal Notch selama pengkhususan  HSC. Gata2-a juga 
berperan dalam vaskuler, sebaliknya Gata2-b diperlukan dalam pembentukan HSC.

sifat isasi HSC berdasar  uji CFU
Historis uji CFU 
sifat isasi HSC pada awalnya berdasar  atas kemampuan   HSC donor dalam meregenerasi (menyusun kembali) sistem  hematopoiestik darah sumsum tulang resipien yang sudah  dirusak  sebelumnya dengan mengablasi memakai  radiasi. ini  
mengindikasikan  pengembangan prinsip  bahwa HSC adalah sel dalam  sumsum tulang dengan kemampuan  menciptakan  seluruh sistem darah secara lengkap. beberapa  koloni sel (klonogenik) yang sudah  
diturunkan donor pada resipien dapat   diidentifikasikan secara  langsung pada organ limfe resipien. detailnya  colony forming  unit (CFU) limfe resipien memungkinkan dilakukan sifat isasi  dengan mendiagnosa  sel progenitor (sel yang bertanggung jawab  dalam pemuihan hematopoietik). HSC menciptakan  sel progenitor  yang dapat  membentuk beberapa turunan hematopoietik atau  multipotensi disamping memperbarui  diri dalam rangka 
mempertahankan sifat  sel induk.
 penjelasan  uji CFU
Colony-forming unit (CFU assay), adalah uji in-vitro untuk  menilai sel progenitor hemapoetik, terutama sel progenitor multipoten  (MPP) dan sel progenitor turunan terbatas eritroid, granulositik dan  monosit. HSC dan progenitor primitip dapat   membentuk koloni pada 
keadaan  kultur tertentu (potensi stemness), tetapi  pada in-vivo  mayoritas CFU yang terdiagnosa   dalam sumsum tulang dan darah  memiliki potensi yang terbatas. Pemeriksaan CFU dilakukan dengan 
menyemai sel tunggal dengan densitas rendah dalam medium semisolid (metil selulosa) seperti MethoCult™ yang disuplementasi  dengan sitokin dengan kombinasi tertentu. ini  memicu  HSC  berproliferasi dan diferensiasi menjadi sel progenitor tertentu dan 
lalu  menciptakan  pembentukan koloni terpisah dan berbeda. Koloni yang berasal dari tipe sel progenitor berbeda digolongkan  dan dihitung atas jumlah dan tipe sel matur yang diproduksi  dengan  memakai  kreteria morfologi dan fenotip. Pemeriksaan CFU  berguna bagi HSC pada keadaan yang mana  pemeriksaan transplantasi  jangka panjang mahal dan tidak praktis.
HSC dalam penerapan  klinis,secara medis  keberhasilan terapi tranplantasi sumsum tulang  dan tali pusat dipicu  sebab  kemampuan  HSC dalam 
menciptakan  sistem darah pada host baru. Keterbatasan jumlah  donor yang cocok dalam terapi berbasis HSC akan menghambat pemakaian  transplantasi lebih luas. beberapa  proses  besar sudah 
dibuat selama beberapa decade terakhir dengan memakai  desain  hewan untuk mengungkap banyak proses  baru dalam ontogeni HSC.HSC adalah sel punca dewasa/ sel progenitor multipoten yang dapat  
memperbarui  diri sendiri dan difrensiasi menciptakan  seluruh jenis sel darah yang berbeda selama prosedur  hematopoiesis, mulai limfosit, granulosit, dan makrofag dari system imunitas badan  dan  eritrosit dan trombosit yang bersirkulasi
 Sirkuit molekuler diferensiasi HSC
Mekanisme yang mengendalikan pembaruan  diri dan
diferensiasi HSC dipengaruhi oleh beberapa  sitokin, kemokin,  reseptor, dan molekul sinyal intraseluler. Diferensiasi HSC diregulasioleh growth factor dan sitokin termasuk CSF dan IL yang  mengaktifkan jalur sinyal intra seluler. Secara klasik HSC berdiferensiasi menjadi dua turunan sel progenitor terbatas, yaitu
limfoid dan myelo-erythroid (sel progenitor oligopotent).
Turunan HSC diterangkan dibawah .




FOTO TURUNAN HSC



desain pengembangan garis turunan HSC. HSC berdiferensiasi  menjadi commonlymphoid progenitorcell dan commonmyeloid  progenitorcell. Common lymphoid progenitor cell akan menciptakan  
sel T, sel B, sel NK dan dendritik, sedang  common myeloid  progenitor cell akan menciptakan  granulocyte macrophage  progenitor cell dan megakaryocyte erytroid progenitor cell.  Granulocyte macrophage progenitor cell menciptakan  monosit dan  myeloblast, sedang  monosit akan menciptakan  makrofag. 
golongan  megakaryocyte eritroid progenitor cell akan menciptakan   eritrosit dan platelet. Inflamasi adalah  tanggapan  lokal beberapa  sel radang dengan
tujuan mengeliminasi, membersihkan, membangun dan menjaga kembali integritas sistem homoestasis jaringan. Inflamasi diinisiasi oleh aktivasi sel radang akibat rangsangan  molekul sinyal danger yang 
dilepas sesaat terjadi kerusakan jaringan atau subtansi tertentumikroorganisme patogenik. Molekul ini dinamakan  molekul  danger, baik berwujud  damage-associated molecular pattern (DAMP)  atau pathogenic-associated moleculer patters (PAMP). Molekul
danger berperan sebagai inisiator dalam aktivasi sel radang, terutama dalam menciptakan suasana awal inflamasi. Sel radang menanggapi   molekul danger ini melalui reseptor Toll-like receptors (TLR) dan
atau reseptor IL-1R. detailnya  tanggapan  inflamasi diinisiasi oleh pelepasan molekul sel cidera secara pasif yang dinamakan  damageassociated molecular pattern (DAMP) dan atau secara aktif oleh sel
makrofag residen melalui pelepasan IL-1α. Sitokin IL-1α  merangsang   sel parenkim untuk melepas molekul kemokin agar supaya   dapat  merekruit sel radang lain, terutama neutrofil, termasuk MSC.
Sisi lain secara klasik makrofag residen juga dapat   teraktivasi oleh molekul pathogen-associated molecular pattern (PAMP) saat  berinteraksi dengan golongan  reseptor pattern recognition receptors 
(PRR), terutama reseptor TLR. Ikatan molekul PAMP dan reseptor  TLR sel radang dapat   menciptakan  sitokin pro-inflamasi dalam kadar tinggi dan produk reactive nitrogen and reactive oxygen  species (ROS). Pelepasan molekul sitokin dan ROS itu  dapat  
menginduksi tanggapan  inflamasi tahap  akut.
Sel dendritik, neutrofil, limfosit T dan B dan sel NK, termasuk  MSC memiliki reseptor TLR sehingga dapat   teraktivasi saat  berikatan dengan molekul sinyal DAMP dan PAMP. Sisi lain sel radang yang teraktivasi akan melepas mediator inflamasi, baik sitokin  dan kemokin yang dapat   berperan besar untuk mengaktivasi sel
imun sekitarnya termasuk MSC, disamping mengambil  sel radang  sistemik. Pengikatan molekul danger DAMP atau PAMP pada reseptor TLR sel imun dan MSC berlanjut dengan transduksi sinyalbsitoplasmik hingga memicu polarisasi sel radang termasuk MSC. 
Polarisasi MSC penting dalam mengendalikan  beberapa  sel radang aktif sehingga inflamasi mereda. 
 Molekul danger
Pengikatan molekul danger-TLR akan memicu polarisasi beberapa  sel radang, termasuk MSC yang berakibat pada peningkatan aktivitas fungsional sel itu , baik berwujud  sekretom maupun fagositosis. detailnya  aktivitas MSC sesudah  berikatan dengan molekul danger atau sitokin adalah terpolarisasi menjadi tipe-1 atau menjadi tipe-2 menggantungkan diri  pada kadar stimulatornya.
penjelasan  molekul danger
Molekul danger adalah molekul sinyal yang dilepaskan  
jaringan sesaat terjadi kerusakan, dinamakan  molekul damageassociated molecular pattern (DAMP) atau saat  mikroba patogenik  menginvasi jaringan, dinamakan  pathogenic-associated  moleculer patters (PAMP). Molekul danger berperan sebagai  inisiator dalam menciptakan suasana awal inflamasi yang dapat    memicu  polarisasi beberapa  sel radang sekitarnya, termasuk  MSC. ini  dipicu  sebab  MSC memiliki sifat  yang  seperti  dengan sel radang diantaranya adalah kemampuan nya dalam 
mengekspresikan reseptor TLR.  detailnya  molekul danger dibagi menjadi 2:Molekul danger PAMP,
Molekul danger DAMP,
Molekul DAMP 
DAMP adalah beberapa  molekul yang dilepaskan  sesaat terjadi  kerusakan jaringan, baik berwujud  struktur protein dan atau non-protein.  Secara struktural molekul DAMP ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1.DAMP struktur non-protein: ATP, asam urat dan heparin sulfat
2.DAMP struktur protein:
-Protein intra seluler: heat-shock protein (Hsp) dan highmobility group box-1(HMGB1)
-Protein matriks ektra seluler: fragmen hyaluronan

 Molekul PAMP 
PAMP adalah molekul danger yang berasal dari berbgai elemen  mikroba patogenik tertentu. Secara struktural dibagi  menjadi:
1. Lipo-polysaccharide (LPS)
LPS adalah partikel bakteri gram-negatif yang dapat  
mengaktivasi reseptor TLR4 sel radang atau MSC.
2. dsRNA (double strand RNA)
dsRNA adalah partikel virus yang dapat   mengaktivasi reseptor  TLR3 sel radang atau MSC.
3. Endotoksin
prinsip  molekul danger dijelaskan berikut.



FOTO DANGER MOLECULE


Peran molekul danger
Molekul danger HMGB1 
HMGB1 adalah molekul protein danger DAMP yang 
disekresikan sel hematopoetik melalui lisosom. Molekul ini adalah  prototipe protein LSP (leaderless secreted protein) terkait kromatin, yang berperan sebagai mediator poten dalam memicu  tanggapan  inflamasi kuat, terutama dalam menginduksi syok endotoksin. ini  terjadi melalui pengikatan molekul HMGB1 pada reseptor  TLR-2, TLR-4 dan receptor for advanced glycation endproducts (RAGE) beberapa  sel radang sehingga mengaktivasi jalur JAK-STAT.
detailnya  molekul HMGB1 memicu aktivitas fungsional:
- Induksi sel myeloid dalam sekresi sitokin pro-inflamatori HMGB1 memicu sel dendritik untuk memproduksi sitokin  proinflamatori, terutama IL-1, TNF-a, IL-6, IL-8
-Aktivasi sel endotel 
HMGB1 memicu peningkatkan ekspresi molekul adhesi, 
terutama ICAM-1, VCAM-1.
- Induksi sel dendritik matur
HMGB1 memicu sel dendritik meningkatkan ekspresi CD80,  CD83, dan CD11c, yaitu sebagai penunjuk  sel dendritik matur
Molekul danger DNA/RNA 
Secara natural DNA berada dalam nukleus atau mitokondria  suatu sel dan saat  tidak pada tempatnya maka molekul DNA ini  dapat   berperan sebagai molekul DAMP yang dapat   memicu tanggapan  
imun. detailnya  molekul DNA akan diikat oleh reseptor TLR-9, sedang  molekul RNA dengan TLR-3. Paparan sinar UV-B pada  sel keratinosit (sunburn injury) dapat   memicu  kerusakan RNA  (sekalipun sel keratinosit masih intak). ini  mendorong reseptor  TLR-3 mengikat molekul RNA itu  sehingga memicu   aktivasi jalur JAK-STAT dengan obyek sasaran  sekresi molekul proinflamasi  seperti TNF-α dan IL-6. ini  akan menginisiasi prosedur  inflamasi  sekitar kulit.
 Molekul danger fragmen hyaluronan
beberapa  hasil riset  mengabarkan  bahwa struktur fragmen  hyaluronan adalah glikan atau glikokonjugat, yang dikenali reseptor  TLR sel radang sebagai struktur molekul DAMP. Oleh sebab nya  molekul ini akan mengaktivasi jalur JAK-STAT dengan obyek sasaran  sekresi mediator pro-inflamasi.
Molekul danger metabolit purin 
beberapa  nukleotide, terutama ATP dan nukleoside seperti  adenosine dapat   berperan sebagai molekul danger sinyal. Molekul ini  dilepas ektraseluler saat  terjadi nekrosis sel, yang lalu  ditanggapan  oleh reseptor purinergik dan TLR sehingga memicu 
peningkatan sinyal inflamasi. Sisi lain molekul ATP ektraseluler juga dapat   memicu degranulasi sel mast melalui sinyal reseptor P2X7,  sementara molekul adenosine melalui reseptor P1. maka pelepasan asam urat oleh jaringan cidera dapat   berperan sebagai 
molekul sinyal danger endogenous. Sistematik tanggapan  imun dan sel  yang terlibat diilustrasikan  dibawah ini. 



FOTO TANGGAPAN  DANGER MOLECULE 


Beberapa saat sesudah  kerusakan jaringan atau invasi patogen, dilepas  molekul danger, berwujud  DAMP atau PAMP. Molekul ini dapat    mengaktivasi sel dendritik lokal, yang lalu  mensekresi beberapa  mediator inflamasi.
 Reseptor TLR
Reseptor Toll-like receptors (TLR) dapat  mengenali 
beberapa  molekul danger yang dilepas oleh jaringan rusak, sebagai  molekul DAMP. Sisi lain reseptor TLR juga dapat  mengenali dan mengikat elemen  mikro-organisme patogenik, sebagai molekul  PAMP.
 penjelasan  reseptor TLR 
TLR adalah  reseptor permukaan transmembran yang 
diekspresikan oleh beberapa  sel radang terutama dendritik dan  limfosit disamping MSC. Reseptor TLR dapat  menanggapi   molekul  sinyal danger DAMP yang dilepas jaringan rusak atau PAMP yang  dilepas potongan mikroba patogen dan lalu  memodulasinya
melalui aktivasi jalur JAK-STAT atau MyD88. ini  
memungkinkan untuk mengarahkan tanggapan  imun yang sesuai dengan  derajat kerusakan.
nyatanya setidaknya ada  10   keluarga human 
TLR yang diekspresikan sel radang, yaitu:
-Reseptor TLR permukaan sel
Reseptor ini adalah TLR1, TLR2, TLR4, TLR5, dan TLR6 
-Reseptor TLR sitoplasmik
Reseptor ini adalah TLR3, TLR7, TLR8, dan TLR9, yang 
detailnya  terlokalisasi dalam kompartemen endosomal/lisosomal.

Struktur reseptor TLR
Secara struktural reseptor TLR adalah  protein 
transmembran yang terdiri atas 2 domain, yaitu:
1. Domain ekstraseluler
Secara kimia domain ekstraseluler berwujud  wilayah  yang mengandung banyak  akan  pengulangan protein leucine. Domain leucine-rich berfungsi sebagai 
reseptor pengenalan terhadap beberapa  elemen  patogen khusus / molekul danger.
2. Domain intraseluler
Secara kimia domain intraseluler reseptor TLR berwujud  wilayah   Toll- interleukin-1 receptor (TIR) pada ekor sitoplasmik. Domain  TIR sitoplasmik ini berperan besar sebagai reseptor bagi IL-1 dan 
IL-8 (inisiator sinyal intraseluler). Sinyal intraseluler lalu   mengaktivasi jalur JAK-STAT yang dapat   merangsang   beberapa   produk sitokin dan substansi mikrobisidal dalam tanggapan  imunologik.



FOTO  DANGER MOLECULE DAN RESEPTOR TLR



Peran reseptor TLR dalam inflamasi
Reseptor TLR berperan sentral dalam menginisiasi prosedur   inflamasi. Secara sistematis peran  reseptor TLR dalam inflamasi adalah antaralain :
--Polarisasi sel radang dan MSC
TLR berperan kuat dalam polarisasi beberapa  sel radang termasuk MSC. Polarsasi dimulai saat  terjadi ligasi molekul dangerpada reseptor TLR yang berakibat pada perubahan fenotip sel radang/ MSC dari pro-inflamatori menjadi anti-inflamatori atau sebaliknya 
menggantungkan diri  pada tipe dan kadar molekul penrangsangan nya.
-- Modulasi sel inaktif
Reseptor TLR dapat  memodulasi beberapa  sel imun tahap   innate menjadi bentuk aktif saat  reseptor TLR yang dieskpresikan sel radang/ MSC itu  dapat  berikatan dengan molekul ligan pro-inflamasi, sehingga mendorong terbentuknya sinyal tranduksi 
sitoplasmik yang berakhir dengan pelepasan molekul bioaktif tertentu.
--pemeriksaan  mikroorganisme dan atau jaringan rusak Reseptor TLR dapat  mengenali beberapa  sinyal cidera  terutama molekul DAMP (molekul danger) yang dilepas oleh  jaringan rusak dan atau mengenali sinyal mikroorganisme patogenik  melalui PAMP. kemampuan  pemeriksaan  resptor TLR-MSC terlihat pada 
kejadian  inflamasi, yang mana  terjadi mobilisasi dan migrasi MSC dan sel progenitor asal sumsum tulang menuju wilayah  inflamasi. 
-- pemeriksaan  sinyal inflamasi (homing mechanism) 
Mediator inflamasi adalah  sinyal profesional bagi sel
yang mengekspresikan reseptor TLR, seperti dendritik dan limfosit. MSC juga mengekpresikan TLR sehingga juga dapat   menanggapi   mediator inflamasi dan bergerak menuju wilayah  inflamasi yang dikenal 
sebagai mekanisme homing terhadap tanggapan  inflamasi.
--Mengarahkan tanggapan  sel yang sesuai 
kemampuan  reseptor TLR dalam mengarahkan tanggapan  imun  dan atau tanggapan  MSC yang sesuai terlihat pada beberapa  kejadian   inflamasi. Reseptor TLR3 sel makrofag yang berikatan dengan 
sitokin tertentu akan mendorong sel makrofag itu  berubah  menjadi sel fagosit profesional dan atau sel asesoris APC. Hal yang  sama juga terjadi saat  reseptor TLR3-MSC berikatan dengan  molekul sitokin pro-inflamatori yang mana  akan terjadi polarisasi MSC 
menjadi MSC tipe-2. MSC tipe-2 memiliki sekretom, yaitu mensekresi molekul anti-inflamatori, seperti IL-1ra, PGE3, TGFb dan  TSG6, disamping molekul proliferasi VEGF, PDGF, FGF. MSC tipe-2 ini bersifat  imunosupresif dan proliferasi. Sisi lain saat  
reseptor TLR-MSC berikatan dengan molekul sitokin anti-inflamatori, maka akan berefek  sebaliknya menjadi MSC tipe-1 yang bersifat sitik sebagai imunomodulasi.



FOTO  POLARISASI FENOTIP




 Sel dendritik
Sel dendritik teraktivasi akan mensekresi beberapa  molekul  sitokin yang berfungsi untuk memperkuat tanggapan  inflamasi, dikenal  sebagai mediator inflamasi.
penyaluran  sel dendritik
Secara hirarki sel dendritik berasal dari pre-cursor HSC asal  sumsum tulang. Sel dendritik pada awalnya hadir dalam bentuk  imatur di darah hasil diferensiasi (turunan) sel progenitor  hamatopoetik. Sel dendritik imatur ini lalu  bermigrasi ke  jaringan perifer menjadi sel dendritik residen. Beberapa diantaranya berubah menjadi sel dendritik bentuk khusus yaitu sel langerhans akibat pengaruh lingkungan ekternal. 
Sel dendritik imatur
Sel dendritik imatur memiliki sifat  berwujud  aktivitas 
endositik tinggi tetapi  potensi aktivasi sel-T rendah, sehingga secara  terus menerus memeriksa  keberadaan beberapa  antigen disekitar  lingkungan mikroseluler untuk lalu  untuk dilakukan fagosit,
termasuk juga mencoba fagositosis sedikit  membran sel  dendritik itu sendiri, dikenal prosedur  nibbling (belajar menggigit). kemampuan  memeriksa  beberapa  antigen ini dimungkinkan sebab  sel dendritik mengekspresikan reseptor pattern recognition receptors
(PRR) seperti toll like receptor (TLR) yang dapat  mengenali subtansi kimia tertentu sebagai bagian dari patogen.

Maturasi sel dendritik dan travelling
prosedur  maturasi dimulai saat  sel dendritik imatur 
bersentuhan dengan presentable antigen (antigen yang tepat) yang  lalu  memfagositosis dan mendegradasinya menjadi kepingan  kecil/ fragmen lalu dipresentasikan ke permukaan membran melalui 
molekul MHC kepada sel limfosit T dalam jaringan limfoid sekunder.  ini  mengindikasikan  bahwa sel dendritik melakukan travelling menuju njaringan limfoid, dipicu  sebab  sel dendritik mulai mengekspresikan reseptor CCR7, sebagai detektor kemotaksis yang  dapat   menginduksi perjalanan sel dendritik baik melalui aliran darah  ke limpa atau sistem limfatik ke kelenjar getah bening. Fakta ini 
mengindikasikan  bahwa prosedur  maturasi mulai terjadi di dalam jaringan limfoid, tetapi  maturasi sukses terjadi di dalam jaringan limfoid  primer saat  antigen yang sudah  difagosome itu  dipresentasikan 
kepada sel limfosit T, sehingga dinamakan  sel APC (antigenpresenting cells).
Sel dendritik matur
Sel dendritik matur adalah sel dendritik imatur yang
teraktivasi dan terspesialisasi sehingga dapat  mensekresi molekul bsitokin aktif IFNγ atau TNFα sebagai mediator inflamasi poten dan mengekspresikan CD11c dan CD83 sebagai penunjuk . Sel dendritik nmatur berperan memperpanjang onset inflamasi. 
Sel dendritik aktivasi limfosit T 
Secara bersamaan dengan maturitas, sel dendritik matur mulai  meningkatkan ekspresi reseptor permukaan sel CD80, CD86 dan CD40 sebagai co-receptor yang berperan untuk meningkatkan
kemampuan  sel dendritik dalam mengaktifkan sel limfosit T. maka  sel dendritik matur bertindak sebagai sel penyaji atau  pembawa pesan antigen dari sistem imun innate ke adaptif. Sisi lain  sel dendritik matur adalah juga mengekspresikan molekul MHC-1 
dan MHC-II untuk interaksi dengan sel limfosit Th1 dan Th2. 

 Sel limfosit
Limfosit
Limfosit adalah sel leukosit yang berperan sentral dalam  sistem imunitas adaptif. Secara garis besar dibagi menjadi 2 tipe,  yaitu limfosit T (imunitas seluler) dan limfosit B (imunitas humoral)  yang melibatkan pembentukan antibodi. Limfosit T sendiri dikenal 
pula sebagai sel TH naif dan sel T Helper. Paradigma rekayasa   baru  adalah Th17 dan T regulator (Treg). nyatanya limfosit T yang  tersalurkan  dalam sirkulasi perifer adalah dalam bentuk CD4(+)  sekitar 60% dan dalam bentuk CD8(+) sekitar 30%, meskipun 
demikian prosentasi ini bersifat dinamik sehingga dapat   berubah pada  keadaan tertentu, tetapi  tetapi  prinsip  dominasi klon, sehingga tidak 
akan ditemukan  CD4+ dan CD8+ dalam waktu bersamaan. penjelasan  sel TH naif Sel TH naif adalah sel T yang sudah  berdiferensiasi dalam  sumsum tulang dan lalu  lolos dalam prosedur  seleksi positip dan  negatif di thymus. Sel ini dianggap sel matur, tetapi  statusnya masih  sebagai TH0 dipicu  sebab  belum ditemukan  adanya kognasi  antigen dalam dirinya. 
penjelasan  sel TH-1 atau TH-2 
rangsangan  antigen yang dibawa sel dendritik aktif (sel APC)  memicu  sel TH0 (TH naif) terpolarisasi menjadi TH-1 atau TH-2  menggantungkan diri  pola sitokin yang disekresi. Sesuai paradigma TH-1/TH-2 
Mosmann and Coffman, dinamakan   sel TH-1 saat  IL-2 dan IFN-γ yang disekresi dan menjadi TH-2 saat  IL-4, IL-10, dan IL-13. Sel TH ini berfungsi untuk memberi  bantuan kepada sel limfosit T lain
atau kepada limfosit B penghasil immunoglobulin.
Sel limfosit CD4/ CD8, 
detailnya  sel limfosit dinamakan   sebagai sel limfosit CD4  saat  sel limfosit mengenali dan berikatan dengan antigen yang  dikonjugasi oleh molekul MHC kelas II sel dendritik matur (sel APC), sebaliknya dinamakan  sel limfosit CD8 saat  dengan MCH kelas 1. Sel 
limfosit T CD4+ sendiri berperan sebagai sel TH sebab  berfungsi  memberi  bantuan kepada sel limfosit T lain atau kepada limfosit B  penghasil immunoglobulin, sedang  sel limfosit T CD8+ sebagai T  cytotoxic cell (TC) atau TS, sebab  berfungsi sebagai sitotoksik/ 
supresi terhadap sel yang terinfeksi virus atau sel tumor.
 Maturasi dan seleksi sel limfosit
tahap tahap  maturasi limfosit ditentukan oleh sitokin IL-2 dan  IL-7 yang dilepas sel stromal, yang memiliki aktivitas growth factor sehingga dapat  mendorong thymocyte immatur untuk proliferasi  dan diferensiasi menjadi limfosit matur. Molekul lain adalah
Lymphocyte function-associated antigen 3 (LFA-3) yang disekresi sel epitel thymmic. berdasar  ekspresi penunjuk  permukaan sel, terutama  TCR (T cell reseptor), CD3 (sinyal transduksi) dan CD4/CD8 maka 
perkembangan sel T dibagi menjadi:
1. tahap tahap  migrasi prekursor sel T 
Perkembangan sel T dimulai dengan migrasi pre-cursor sel T (sel progenitor) asal sumsum tulang menuju regio kortek timus. 
2. tahap tahap  maturasi awal: sel pro-T 
tahap tahap  ini dimulai dengandiferensiasi prekursor sel T  menjadi sel pro-T(thymocyte committed) yang ditandai dengan  ekspresi CD2 (reseptor eritrosit domba) dibawah pengaruh hormon  thymik dan tymopoetin yang disekresi epitel thymic. Sel pro-T ini 
belum mengekspresikan reseptor antigen sel T (TCR) maupun CD4  atau CD8, sehingga dinamakan  sel dengan double negatif.
3. tahap tahap  sel double positip 
tahap tahap  ini adalah pembentukan reseptor TCR dan CD3,  disamping pembentukan CD4 dan CD8, sehingga sel thymocyte dinamakan  sel dengan double positip, yang kemudian  akan  mengalami tahap tahap  seleksi konal.

FOTO   MATURASI SEL LIMFOSIT

Perkembangan sel T dimulai dengan migrasi sel progenitor limfoid sumsum tulang menuju regio kortek timus. tahap tahap  maturasi dimulai  dengan diferensiasi sel proginetor limfoid menjadi sel pro-T
(thymocyte committed) di bawah pengaruh hormon thymik dan  tymopoetin. Sel pro-T ditandai dengan ekspresi CD2 (reseptor  eritrosit domba) tetapi  belum mengekspresikan reseptor antigen sel  T baik TCR atau CD4 dan atau CD8 (double negatif). tahap tahap  
kemudian  adalah pembentukan reseptor TCR dan CD3 dan  CD4  dan CD8 yang dinamakan  double positif. prosedur  berlanjut menuju tahap tahap  seleksi klonal di medula.
4. Seleksi klonal ”eduksi thymic”
tahap tahap  seleksi klonal adalah  tahap tahap  akhir seleksi, yaitu  melalui pengenalan dan pendidikan reseptor TCR sel limfosit di medula thymic, sehingga dapat  mengenali antigen MHC sendiri, dinamakan  self tolerance, disamping non-MCH. tahap tahap  ini 
ditandai dengan kehilangan salah satu CD secara progresif, apakah  CD4 atau CD8 menggantungkan diri  prosedur  edukasi. Klon yang mengenali
molekul MHC secara over-reactive/ berlebihan juga akan mengalami  delesi, sehingga hanya 10% saja sel limfosit yang kembali ke sirkulasi. Keberhasilan diferensiasi dan proliferasi sel T menggantungkan diri  
pada rendahnya afinitas reseptor TCR-MHC terhadap antigennya  sendiri. detailnya  seleksi klon dibagi menjadi 2 yaitu:

-Seleksi negatif
Seleksi negatip adalah seleksi yang terjadi pada klon sel T  yang mengenali MHC dan peptide sendiri secara berlebihan. Klon  demikian akan diprogram apoptosis. Klon sel patologik ini saat  lolos dari seleksi negatif dan berhasil keluar sirkulasi maka akan  memicu kemunculan penyakit autoimun.

- Seleksi Positif
Seleksi positip adalah seleksi yang terjadi pada klon double  positipe (CD4+ dan CD8+) bertujuan  untuk menghilangkan salah  satu klon, melalui rangsangan  TCR sel limfosit dengan MHC-I/II sel  dendritik (konjugasi dengan benda asing). rangsangan  MHC-II 
memicu  klon dengan CD4 dipertahankan, tetapi  klon CD8  delesi demikian sebaliknya. Sisi lain sel yang tidak dapat  mengenali  MHC host sama sekali akan diprogam apoptosis.


  (291)

FOTO  SELEKSI KLONAL DAN MATURASI LIMFOSIT

Limfosit T matur
Limfosit T matur adalah sel limfosit yang sudah  lolos dari seleksi baik seleksi positif maupun negatif dan meninggalkan medula  menuju sirkulasi sistemik. Limfosit T ini tersalurkan  di beberapa   jaringan limfoid perifer untuk beberapa saat, terutama pada kortek 
nodus limfatikus, spleen dan jaringan limfoid terkait mukosa (plaque  peyer kolon). Maturasi progenitor sel T dalam timus dan aktivasi sel T matur dalam jaringan perifer dipengaruhi oleh molekul MHC, 
yang mana  hanya mengizinkan sel dengan MHC yang sudah  mengalami  restriksi dan non-reactive terhadap diri saja yang dapat   menjadi  limfosit matur. Sel limfosit matur fungsional akan menciptakan  duasubpopulasi baik sebagai CD4(+) saat  dapat  mengenali MHC  kelas II atau CD8(+) saat  mengenali MHC kelas I melalui interaksi 
reseptor sel T (TCR). Sisi lain aviditas dalam interaksi reseptor sel  TCR sel limfosit dengan MHC adalah rendah, sehingga  memerlukan  bantuan ko-reseptor dan molekul membran tambahan  untuk memperkuat interaksi sel limfosit dan sel dendritik, sehingga 
memicu aktivasi sinyal tranduksi sinyal . Aktivasi sel limfosit matur  memicu  proliferasi dan diferensiasi sel T menjadi beberapa  tipe  sel efektor limfosit termasuk CD8+ (CTL) dan atau sel T memori.
 MSC menghindari sistem imum
nyatanya setiap partikel asing yang memasuki badan  
akan dikenali sel radang terutama sel dendritik melalui prosedur  APC  sebagai antigen yang diprosedur , dipemeriksaan  dan lalu  dieliminasi.  Sisi lain sel NK juga memiliki kemampuan  kuat dalam memeriksa  
partikel asing untuk dimusnahkan.
kemampuan  MSC meloloskan diri 
MSCs dapat  menghindari sistem imun sebab  MSC tidak  mengekspresikan antigen HLA kelas II pada permukaan sel sehingga  sulit/ tidak dikenali oleh sel APC. ini  menjadi keuntungan  tersendiri bagi MSC sebab  MSC relatif aman terhadap potensi
rejeksi sel imun badan  saat  dilakukan transplantasi. beberapa  hasil  penelitan sudah  mengabarkan  bahwa MSC allogenic berpotensi menjadi  salah satu terapi seluler efektif dalam meregulasi kekacauan/penyakit 
sistem imun pada beberapa  hewan coba, diantaranya desain tikus  multiple sclerosis, inflammatory bowel disease dan diabetes tipe I.  kemampuan  MSC menghindar dari sistem imun menjadi penting agar supaya  keberadaan MSC dalam situs inflamasi itu  tidak dipersepsikan  sebagai antigen yang harus dieliminasi.
 Efek pleotropik MSC dalam supresi sel inflamasi
detailnya  efek pleotropik MSC berwujud  supresi, reduksi dan atau inhibisi terhadap beberapa  sel radang baik dendritik, neutrofil,  limfosit T dan B, dan sel NK. Sisi lain MSC juga mempromosi dan  memodulasi pembentukan sel T regulator (Treg) yang berfungsi 
menjaga homeostatis sistem imunitas. detailnya  efek pleotropik MSC terhadap sel radang adalah:
MSC menghibisi proliferasi dan sitotoksisitas sel NK,
MSC mensupresi maturasi sel dendritik,
MSC mensupresi sel limfosit T dan B,
MSC mensupresi sel neutrofil,
MSC mempromosi pembentukan sel T regulatori (T-reg)
Efek pleotrofik MSC dalam supresi sel inflamasi dijelaskan  di bawah ini.



FOTO  EFEK PLEOTROFIK MSC DALAM SUPRESI SEL INFLAMASI


 MSC supresi sel dendritik
MSC memicu  sel dendritik aktif mensekresikan TNF-α
dan IFN-γ dalam jumlah besar saat  terjadi inflamasi. MSC  memperpendek masa inflamasi dengan cara mensupresi sel radang  terutama sel dendritik dengan cara :
MSC menghambat maturasi (diferensiasi) sel dendritik MSC menginhibisi maturasi monosit sehingga sel dendritik  matur tidak terbentuk. ini  penting sebab  sel dendritik matur  sebagai produsen utama pelepasan mediator inflamasi poten TNF-α  dan IFN-γ, sehingga dengan tidak terbentuknya dendritik matur, maka  mediator inflamasi berkurang dan inflamasi mereda
MSC mendorong sel dendritik matur menjadi imatur
MSC dapat  mendorong sel dendritik matur menjadi imatur melalui pelepasan IL-10. Dendritik imatur tidak mengekspresikan  mediator inflamasi poten TNFα atau IFNγ sehingga inflamasi yang  terjadi akan mereda. Sisi lain dendritik imatur rentan terhadap prosedur  
litik yang dilakukan oleh sel NK aktif.


 MSC menginduksi polarisasi sel monosit
prinsip  dasar polarisasi makrofag
nyatanya sel makrofag dapat   terpolarisasi menjadi 2 
fenotip dengan fungsi dan sifat  yang berbeda (berlawanan). Satu  sisi berfungsi sebagai pro-inflamasi, sisi lain sebagai anti-inflamasi 
menggantungkan diri  pada rangsangan  molekul inflamasi yang dilepas oleh sel  radang aktif lainnya di samping niche. detailnya  polarisasi 
makrofag terbagi menjadi 2 fenotip, yaitu : 
--Makrofag tipe M-2 
Makrofag tipe M-2 adalah makrofag yang mensekresi molekul  anti-inflamasi IL-10 dan TGF-β1 dalam konsentrasi tinggi dan  molekul pro-inlamasi IL-1, IL-6, TNF-α dan IFN-γ dalam konsentrasi  rendah secara bersama. ini  memunculkan  efek supresi inflamasi 
sehingga memungkinkan terjadi prosedur  regenerasi jaringan. riset   terbaru  mengungkap polarisasi makrofag tipe M-1 (fagositosis) menjadi tipe M-2 (imunotoleran) banyak terjadi pada keganasan sel 
yang dinamakan  tumor associated cancer (TAM).
-- Makrofag tipe M-1
Makrofag tipe M-1 adalah makrofag yang mensekresikan  molekul pro-inflamasi TNF-α, IFN-γ, IL-1dan IL-6 dalam konsentrasi  tinggi dan molekuul anti-inflamasi IL-10 dan TGF-β1 dalam  konsentrasi rendah.

MSC memicu polarisasi makrofag tipe M-2
MSC dapat  menginduksi polarisasi sel makrofag tipe M-1 menjadi tipe M-2. ini  terlihat jelas pada eksprimen co-culture MSC dengan sel monosit. Sisi lain MSC sendiri dapat   terpolariasi menjadi MSC tipe-1 dan tipe-2, sebab  MSC memiliki properti 
seperti sel radang (persamaan sifat isitik). ini  membuat MSC  dapat   berperan sebagai imunoregulator pada sistem imun, disamping fungsi regenerasi jaringan. kemampuan  polariasi makrofag dan MSC 
dikaitkan dengan keberadaan reseptor TLR. 
MSC supresi limfosit
MSC dapat  mensupresi sel limfosit T dan sel B melalui 
pelepasan iNOS (tikus) atau iDO (kita ) sesudah  terpapar sitokin  TNFα dan IFNγ dalam jumlah besar. Inflamasi memicu  sel T  limfosit teraktivasi sehingga menciptakan  sitokin pro-inflamatori 
TNFα, IFNγ dan IL-1 dalam jumlah besar. ini  memicu  
MSC terpolarisasi menjadi tipe-2 dengan fungsi sebagai imunosupresi.
Peran MSC tipe-2 dalam supresi limfosit
detailnya  mekanisme MSC tipe-2 dalam mensupresi sel  limfosit adalah :

-MSC menurunkan proliferasi sel limfosit T
Proliferasi sel limfosit T dapat   dikendali  oleh MSC baik pada  kultur in-vitro ataupun in-vivo. kemampuan  MSC dalam supresi limfosit ini menjadi penting terutama dalam mengendalikan  kemunculan 
penyakit GVHD yang terjadi sesudah  transplantasi sumsum tulang. Sisi  lain MSC sendiri tidak mengekspresikan HLAII, sehingga relatif  aman terhadap potensi rejeksi yang diperantarai sel limfosit-APC.
- MSC mensupresi sel limfosit T CD4+
MSC dapat  mensupresi sel limfosit CD4+ secara langsung  melalui pelepasan beberapa  soluble molecule PGE2, IDO, TGF-β1,  HGF, iNOS dan HO1.
- MSC mensupresi sel limfosit T CD8+ (sitotoksik)
MSC dapat  menginhibisi sel sitotoksik limfosit T CD8+ 
secara langsung melalui pelepasan molekul sHLA-G5.
4. MSC supresi fungsi sel B
MSC menghambat fungsi sel B yang menggantungkan diri  pada soluble  factors and cell contact
-MSC menghambat apoptosis sel T
-MSC mendorong pergesaran sel T menjadi TH2
Proliferasi sel T Yng menurun sesudah  dihambat MSC tipe-2  memicu  penurunan sekresi IFN-γ (mediator pro-inflamasi). Hal  ini akan memicu  peningkatan produksi IL-4 oleh sel TH2 (antiinflamasi) sehingga terjadi pergesaran status sel T dari pro-inflamasi 
yang dimotori IFN-γ menjadi status anti-inflamasi yang fasilitasi IL-4. 

Mekanisme MSC dalam supresi sel T
Nitrit oxide (NO) adalah molekul yang dapat  mensupresi  proliferasi sel T melalui fosforilasi STAT5 dan inhibisi buatan  NO  atau inhibisi buatan  prostaglandin. Sisi lain indoleamine-2, 3-
dioxygenase (IDO) juga berperan besar dalam memediasi efek NO.  meski begitu  usaha  menetralisir fungsi IDO (dengan blocking antibodi) tidak berpengaruh terhadap supresi NO. ini  menunjukan  bahwa efek supresi sel T menggantungkan diri  pada MSC.  Pelepasan sitokin pro-inflamasi akan mengaktivasi sel radang  yang lalu  melepas kemokin CXCR-3 yang lalu  akan diikat oleh reseptor CXCR-3R MSC sehingga terjadi ko-lokalisasi antara sel limfosit T dan MSC. ini  memicu  pelepasan NO,  yang berakibat hambatan pada fosforilasi STAT5, sehingga siklus sel 
tertahan yang berefek  pada aktivitas proliferasi sel limfosit T menurun. detailnya  mekanisme MSC tipe-2 dalam mensupresi  sel limfosit T adalah melalui pelepasan molekul iNOS atau IDO yang 
dijelaskan antaralain  :

--Menghambat jalur JAK-STAT
Hambatan jalur JAK-STAT akan menghambat fosforilasi  STAT5 sel limfosit T, sehingga siklus sel tertahan. ini  berakibat  pada hambatan aktivitas proliferasi sel limfosit T.
--Menghambat jalur sinyal MAPK
--Menghambat jalur NF-κB (nuclear factor-κB)
Nf-kb adalah  jalur utama dalam ekspresi sitokin priinflamasi, sehingga hambatan Nf-kb sel limfosit akan mereduksi pelepasan sitokin.

MSC supresi sel leukosit
Neutrofil berperan utama dalam imunitas innate, terutama  dalam mengeliminasi invasi agen bakteri melalui respiratory burst. detailnya  sel neutrofil menanggapi   sitokin IL-8, f-MLP dan C5a
yang dilepas selama inflamasi, sehingga memicu  peningkatan  kemampuan  fagosit, ekspresi molekul adhesi dan kemotaksis (rekruitmen neutrofil dengan pola IL-8 dan MIF dependent).  meski begitu  MSC tidak mempengaruhi kemampuan  neutrofil  dalam hal fagositosis, ekspresi molekul adhesi dan kemotaksis. 
detailnya  peran  MSC dalam mensupresi sel neutrofil 
adalah antaralain :
-MSC memperkecil efek respiratory burst sel neutrofil. 
nyatanya respiratory burst melepas ROS secara cepat. 
ROS berperan besar dalam mendegradasi partikel (mikroba) yang sudah  difagosit sel neutrofil. Sisi lain respiratory burst memicu prosedur   inflamasi dan apoptosis bagi sel sekitar, sehingga efek respiratory 
burst yang diperlemah akan meredakan inflamasi, tetapi  kemampuan  fagositosis, ekspresi molekul adhesi dan kemotaksis tidak dipengaruhi.
- MSC menunda program apoptosis sel neutrofil
Program apoptosis yang dijalankan sel neutrofil adalah dengan  cara pelepasan IL-6 dependent, tetapi  ini  dihambat dengan keberadaan MSC. beberapa  riset  mengabarkan  bahwa sel neutrofil  yang terekrut dan teraktivasi dalam wilayah  inflamasi akan memiliki 
masa siklus kehidupan yang lebih panjang saat  dengan MSC.
-MSC ikut terlibat dalam prosedur  eliminasi mikroba bersama  dengan leukosit MSC bersama leukosit ikut berperan dalam eliminasi mikroba  berdasar  atas riset  yang menyebutkan bahwa rangsangan   endotoksin bakterial dapat  meningkatkan reseptor CXCR3-R MSC. 
ini  menunjukan  bahwa MSC juga ikut terlibat dalam prosedur   eliminasi mikroba bersama dengan sel leukosit. 

MSC supresi sel NK
Sel natural killer (NK) adalah sel efektor utama dari imun  innate dalam mengeliminasi beberapa  virus, mikroba dan sel tumor melalui aktifitas granzim B yang dilepas NK dengan dimediasi oleh sel limfosit sitotoksik, sehingga dinamakan  NK-mediated obyek sasaran  
cell lysis. Sisi lain NK juga memproduksi sitokin pro-inflamasi.  peran  MSC dalam menghambat NK aktif adalah sentral sebab  sel NK aktif dapat  mengikat ligan MSC pada reseptor permukaannya,
sehingga dapat   mengeliminasi keberadaan MSC. 
 kemampuan  MSC lolos pemeriksaan  NK
kemampuan  NK dalam memusnahkan sel obyek sasaran  menggantungkan diri  
pada kadar molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I  yang diekspresikan sel obyek sasaran  itu . kemampuan  melisiskan sel  obyek sasaran  yang dimediasi sel NK berkorelasi terbalik dengan ekspresi 
HLA kelas I pada sel obyek sasaran  itu . ini  menandakan  bahwa sel  yang mengekspresikan MHC kelas 1 akan mudah dimusnahkan NK. 
Sisi lain MSC tidak mengekspresikan MHC kelas I, sehingga MHC  sulit dikenali oleh program lisis sel NK, baik MSC yang berasal autologus maupun allogenik .
Peran MSC dalam supresi sel NK
detailnya  MSC mensupresi sel NK melalui :
1. MSC menghambat proliferasi sel NK 
MSC menghambat proliferasi sel NK dengan cara pelepasan  molekul, antaralain  :
sHLA-G5 (soluble HLA-G5),prostaglandin E2 (PGE2)
IDO (indoleamine 2,3-dioxygenase) ,
2. MSC menghambat aktivitas sitotoksitas sel NK resting MSC menghambat aktivitas sitotoksitas sel NK dengan cara  menurunkan regulasi terhadap ekspresi protein NKp30 dan NK group 2, keluarga  D (NKG2D). Protein itu  berperan sebagai aktivator  reseptor obyek sasaran  pemusnahan.  ini  dibuktikan dalam riset  yang mana  inkubasi sel NK  dengan IL-2 atau IL-15 dapat   memicu  proliferasi sel NK yang dalam posisi resting akan memperoleh aktivitas sitotoksik yang kuat,
tetapi  sebaliknya saat  sel NK diinkubasi dengan MSC, maka  kemampuan  NK dalam memproduksi IFNγ (produk molekul utama) hampir seluruhnya hilang. Fakta ini mengindikasikan  bahwa MSC sebagai
inhibitor sel NK poten, meski begitu  sel NK yang dalam posisi pre-activated akan memperlihatkan daya resistensi terhadap efek  imunosupresif MSC dibandingkan dengan sel NK resting.


(303)
Pemahaman bahwa MSC dapat   berperan sebagai guardian of  inflperiksa on muncul secara bertahap dalam beberapa riset  dekade terakhir. ini  mendorong perubahan diperiksa pada  hipotesis banyak riset . MSC yang awalnya dieksplorasi sebagai  sel dengan fungsi reparasi dan regenerasi, tetapi  kini sudah  bergeser 
ke arah imunoregulasi dengan kemampuan  supresi inflamasi, sehingga dapat  meredakan inflamasi dan mempercepat tahap   regenerasi. Data riset  menandakan  bahwa pemberian MSC IV 
tidak mengindikasikan  peningkatan engraftment MSC pada wilayah  cidera  secara menonjol . Tampak sebagian kecil saja yang berada pada wilayah  
cidera dalam waktu yang singkat yaitu 24 jam sesudah  IV. Sekalipun demikian selama waktu singkat ini, tetapi  terjadi perbaikan jaringan  secara bermakna. ini  mengindikasikan  bahwa MSC tetapi  dapat  
melakukan komunikasi crosstalk dengan beberapa  molekul yang  dilepas sel radang sekitar wilayah  cidera, sekalipun dalam waktu singkat.
 Polarisasi MSC
Polarisasi adalah perubahan fenotip dan fungsi suatu sel  menjadi bentuk lain akibat rangsangan  molekul tertentu. kemampuan   polarisasi dimiliki oleh sel leukosit. MSC memilki properti seperti  leukosit sehingga juga dapat  berpolarisasi menjadi MSC tipe-2 
dengan fenotip anti-inflamatori dan atau MSC tipe-1 pro-inflamatori.
 penjelasan  polarisasi MSC
Polarisasi MSC adalah perubahan fenotip suatu MSC menjadi bentuk lain, baik secara sifat  maupun fungsional. detailnya  MSC dapat   berpolarisasi menjadi 2 fenotip, yaitu MSC tipe-2 dan atau MSC tipe-1 menggantungkan diri  pada tipe dan kadar molekul inflamatori (IL-1/ IFNγ/ TNFα) yang merangsang  . Kadar mediator inflamatori 
tinggi mendorong MSC terpolarisasi menjadi MSC tipe-2 dan  sebaliknya. Polarisasi MSC diterangkan dibawah 


FOTO  POLARISASI MSC

Paparan molekul stimulator (IL-1, IFNγ dan TNFα) memicu  MSC terpolariasi menjadi fenotip MSC tipe-2 yang bersifat  anti- inflamatori dan atau MSC tipe-1 yang bersifat pro-inflamatorimenggantungkan diri  pada kadar molekul stimulator itu .
Faktor polarisasi MSC
Polarisasi MSC dipengaruhi oleh tingkat kosentrasi IL-1, IFNγ dan TNFα (mediator poten) yang merangsang  nya , disamping  jenis reseptor TLR yang diekspresikan MSC. prosedur  polarisasi terjadi  secara komplit s dan rumit, dimulai dengan polarisasi MSC menjadi 
tipe-1 terlebih dahulu, lalu  berlanjut menjadi MSC tipe-2, yang  akan dibahas secara detail pada mekanisme polarisasi MSC. Secara sistematis faktor polarisasi MSC dibagi menjadi 2, yaitu:
--Reseptor MSC; TLR-3 dan TLR-4 Reseptor TLR diekspresikan MSC bertujuan  untuk  memeriksa  keberadaan molekul inflamasi, lalu  mengikatnya. 
komplit  pengikatan TLR-molekul inflamasi ini secara kaskade akan mengaktivasi jalur inflamasi hingga lalu  menginduksi polarisasi  MSC. Polarisasi MSC dimulai dengan menjadi MSC tipe-1 memakai  reseptor TLR-4 dan berlanjut menjadi MSC tipe-2 melalui reseptor TLR-3,
--Mediator inflamasi; TNFα, IFNγ atau IL-1 dan dsRNA
Kosentrasi TNFα, IFNγ dan IL-1 dapat   mempengaruhi 
polarisasi MSC menjadi MSC tipe-1 atau MSC tipe-2 menggantungkan diri  pada tingkat kadar molekul itu . detailnya  polarisasi MSCtipe-2 juga dapat   dirangsangan  oleh molekul dsRNA (double stranded 
RNA) asal virus niche, dipicu  sebab  dsRNA juga dapat  
merangsang   reseptor TLR-3 MSC.
 Bentuk polariasi MSC
berdasar  konsentrasi molekul IL-1, TNFα dan IFNγ yang  merangsang   reseptor TLR-MSC, maka polarisasi MSC dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
-MSC tipe-2: reseptor TLR-3
- MSC tipe-1: reseptor TLR-4
Reseptor TLR-3 dan TLR-4 diterangkan dibawah 



FOTO  TLR-3 dan TLR-4


Paparan mediator inflamatori poten (IL-1, IFNγ dan TNFα) dengan  konsentrasi tinggi memicu  polarisasi MSC menjadi fenotip  MSC tipe-2 yang mengekspresikan reseptor TLR-3 (anti-inflamatori), 
sebaliknya paparan mediator inflamasi konsentrasi rendah akan memicu  MSC terpolarisasi menjadi MSC tipe-1 yang  mengekspresikan reseptor TLR-4 (pro-inflamatori).
 MSC tipe-2: imunosupresif
Mediator inflamatori poten IL-1, TNF-α atau IFN-γ berperan  aktif dalam menginisiasi kaskade jalur inflamasi sel radang. Sisi lain  mediator itu  juga dapat   memicu sel radang aktif dan mengambil   sel radang sistemik sehingga terbentuk suasana inflamasi akut. MSC menanggapi   mediator inflamasi dengan cara mengikat molekul itu   melalui reseptor IL-1R untuk IL-1 atau TNF-R untuk TNF-α sehingga  dapat   mengaktivasi jalur utama inflamasi NF-κB untuk
mensekresikan molekul proinflamasi COX-2, sehingga polarisasi MSC tahap  demikian dinamakan  MSC tipe-1. Sisi lain COX-2 juga  menginduksi PGE2 yang akan mengaktivasi jalur TRIP-TRAM yang  berakhir dengan sekresi IL-1ra, IL-10 dan TGF-β. Polarisasi MSC 
tipe demikian dinamakan  MSC tipe-2.
penjelasan  MSC tipe-2
MSC tipe-2 adalah MSC yang terpolarisasi menjadi tipe-2  dengan ekspresi TLR-3 yang bersifat sitik imunosupresif (antiinflamatori terutama terhadap proliferasi sel T) sesudah  paparan IL-1,TNF-α atau IFN-γ kadar tinggi (dilepas sel dendritik residen aktif).
 MSC tipe-2 : sekresi soluble molecule
nyatanya MSC tipe-2 akan melepas beberapa  soluble 
molecule imunosupresif tertentu sesudah  terpapar molekul inflamasi  poten (IL-1, TNF-α atau IFN-γ) kadar tinggi. meski begitu   MSC tipe-2 tidak hanya mensekresi soluble molecule yang bersifat 
imunosupresif saja, tetapi  juga mensekresi molekul yang bersifat  pro-regenerasi seperti PDGF, VEFG, IGF.
detailnya  soluble molecule yang disekresi MSC tipe-2 
dengan sifat  imunosupresif diterangkan dibawah 



FOTO SOLUBLE MOLECULE MSC TIPE-2


MSC tipe-2 sesudah  terpapar IL-1, TNF-α dan IFN-γ akan mensekresi  TSG-6 dengan fungsi mensupresi jalur NF-kB, IDO untuk mensupresi limfosit T, TGFβ untuk menginduksi T-reg, PGE2 untuk  mensupresi proliferasi sel NK, COX2 untuk polarisasi sel inflamasi/ 
MSC dan HGF sebagai growth factor bagi proliferasi seluler (proregenerasi). MSC juga mensekresi molekul pro-regenerasi lainnya.
Tipe reseptor MSC tipe-2 
detailnya  MSC tipe-2 mengekspresikan reseptor TLR-3, 
meski begitu  MSC tipe-2 juga mengekspresikan beberapa  reseptor lainnya seperti pada  di bawah ini.



FOTO RESEPTOR MSC TIPE 2


MSC tipe-2 mengekspresikan reseptor TLR-3 untuk menciptakan   molekul imunosupresif. MSC tipe-2 juga mengekspresikan IL-1R dan  TNFR yang dapat   mengikat IL-1 dan TNF-α, dan  mengekspresikan 
CXCR3-R dan c-METR untuk mengikat SDF-1 dan HGF (soluble  molecule yang dilepas dari jaringan cidera). Sisi lain MSC tipe-2  mensekresi VLA-4 dan CD44 yang mengikat VCAM dan P-selectin yang diekspresikan sel endotel aktif.
Mekanisme polarisasi MSC tipe-2
Mekanisme molekuler polarisasi MSC tipe-2 sangat komplit s  dan hingga kini belum bisa diungkap dengan jelas. Kami mencoba untuk menguraikan mekanisme polarisasi MSC tipe-2 sesudah  terpapar 
mediator inflamasi menjadi 2 tahap tahap , antaralain :
1. tanggapan  initial MSC sesudah  inflamasi: polarisasi MSC tipe-1
2. tanggapan  lanjut MSC polarisasi MSC tipe-2

 tanggapan  initial MSC: polarisasi MSC tipe-1
Hasil riset  terbaru  mengindikasikan  bahwa inflamasi 
diinisiasi oleh 2 molekul utama yaitu:
1. Pelepasan IL-1α yang berperan sentral dalam inflamasi steril  melalui rangsangan  molekul danger DAMP (jaringan luka steril) 
2. PelepasanTNF-α pada inflamasi infeksius melalui rangsangan   molekul danger PAMP (jaringan cidera infeksius.) 

tanggapan  initial MSC sesudah  inflamasi: MSC tipe-1
Keberadaan IL-1 akan dipemeriksaan  dan diikat oleh reseptor IL-1R,  sedang  TNF-α oleh TNFR yang diekspresikan MSC. detailnya  pengikatan IL-1 dan LPS akan mengakivasi jalur NF-κB melalui   protein MyD88, sedang  TNF-α dapat   secara langsung  mengaktivasi jaur NF-κB. ini  mengindikasikan  bahwa jalur NF-κB 
menjadi sentral dalam inisiasi prosedur  polarisasi MSC.NF-κB teraktivasi oleh jalur MyD88 melalui  rangsangan  IL-1 dan LPS dan atau jalur TNFR-1/TNF-α. Jalur NF-κB teraktivasi akan  mentranskripsi sitokin proinflamasi TNF-α, IL-12, COX-2 dan iNOS.
 tanggapan  initial MSC: prinsip  NF-κB
NF-κB adalah  heterodimer (protein Rel dan p50) yang 
dalam keadaan normal berada pada posisi inaktif di dalam sitosol. meski begitu  NF-κB tidak memerlukan  protein lain dalam  menjalankan aktivitasnya, sehingga termasuk golongan  rapid-acting  molecule. NF-κB teraktivasi akan memasuki nuklues untuk 
mentrankripsi beberapa  gen obyek sasaran  yang bersifat pro-inflamasi.  NF-κB berperan dalam prosedur  inflamasi dengan mentranskripsi  sitokin proinflamasi TNF-α, IL-12, COX-2 dan iNOS.  detailnya  NF-κB dapat   teraktivasi oleh beberapa  molekul  ligan ektraseluler yang dilepas sel radang (disamping radiasi ionisasi 
dan Ros), yaitu: 
-TNF-α melalui jalur inflamasi TNFR,
- IL-1 dan LPS melalui jalur inflamasi MyD88/

 tanggapan  initial MSC: jalur TNF-α/ TNFR 
nyatanya TNF-α adalah  molekul sitokin proinflamatori poten yang berperan besar dalam mengaktivasi jalur 
NF-κB. detailnya  prosedur  aktivasi jalur NF-κB dimulai dengan  pengikatan TNF-α pada reseptor TNF-R. ini  memicu   fosforilasi reseptor sehingga memicu  protein TRADD (tumor  necrosis factor receptor type 1-associated death domain) terdisosiasi.  Protein TRADD lalu  mengambil  TRAF2 (TNF receptorassociated factor-2) yang lalu  memicu aktivasi IKK sehingga 
memecah NF-κB menjadi molekul bebas dan aktif memasuki nukleus  untuk mentranskripsi protein proinflamasi. beberapa  molekul  inflamasi yang disekresi diantaranya adalah sitokin TNF-α, IL-12, 
COX-2 dan iNOS.
Aktivasi jalur NF-κB melalui  TNF-α/TNFR dijelaskan    di bawah ini.


FOTO AKTIVASI   JALUR NF-KB



Pengikatan TNF-α pada TNFR-1 memicu  disosiasi protein  TRADD. Protein TRADD lalu  merekruit TRAF2 yang dapat    memicu aktivasi IKK sehingga dapat   memecah NF-κB menjadi  molekul aktif yang dapat   memasuki nukleus untuk mentranskripsi 
beberapa  molekul proinflamasi seperti sitokin TNF-α, IL-12, COX-2  dan iNOS.

 tanggapan  initial MSC: jalur IL-1α
Pengikatan IL-1α dengan reseptor IL-1αR memicu 
reseptor IL-1αR teraktivasi yang lalu  berjalan menuju domain  sitoplasmik reseptor Toll/ Interleukin-1 (domain TIR). Keadaan ini  memicu  TIRAP aktif. Protein TIRAP adalah protein yang menghubungkan antara reseptor IL-1R yang teraktivasi dengan  protein MyD88 sitoplasmik. ini  memicu  protein MyD88  teraktivasi.
tanggapan  initial MSC melalui jalur MyD88 dijelaskan dibawah ini.



FOTO  TANGGAPAN  INITIAL MSC: MYD88



tanggapan  initial MSC: MyD88 
Protein MyD88 adalah suatu protein adaptor yang berfungsi  sebagai penerima sinyal downstream dari ikatan komplit s liganreseptor TLR/ IL-1R untuk lalu  diteruskan secara kaskade pada jalur protein kinase sinyal transduksi intraseluler menuju nukleus, 
sehingga dapat   ditranskripsi beberapa  gen terkait dengan inflamasi. Jalur inflamasi MyD88 dapat   diaktivasi melalui pengikatan IL-1 pada 
reseptor IL-1R MSC dan atau pengikatan LPS pada reseptor TLR-4  MSC. Secara kimia domain intraseluler reseptor TLR (ekor sitoplasmik) sendiri adalah wilayah  Toll- interleukin-1 receptor(TIR), yaitu sebagai wilayah  penerus fosforilasi dari reseptor teraktivasi IL-1 
atau IL-8 kepada protein adaptor intraseluler (inisiasitor sinyal intraseluler).
detailnya  aktivasi jalur MyD 88 melalui tahap tahap  sebagai berikut:
1. Jalur IRAK dan TRAF-6
2. Jalur IRAK-1/TRAF-6 /TAK-1/TAB-1/TAB-2

 tanggapan  initial MSC: IRAK dan TRAF-6 
Protein MyD88 teraktivasi berinteraksi secara langsung 
dengan protein IL-1R-associated kinase (IRAK) dan sekali IRAK terfosforilasi maka merekruit protein adaptor lain yaitu TNF receptorassociated factor 6 (TRAF-6) sehingga menjadi komplit s IRAK-1-
TRAF6 dan lalu  berdisosiasi dari komplit s IL-1R, sehingga  komplit s IRAK-1-TRAF6 terbebas dan dapat   berinteraksi dengan  komplit  protein lain. 
Pengikatan IRAK dan TRAF-6 dijelaskan di  bawah ini.



FOTO  TANGGAPAN  INITIAL MSC: IRAK dan TRAF-6


 tanggapan  initial MSC: IRAK-1/TRAF-6 /TAK-
1/TAB-1/TAB-2  komplit s IRAK-1/TRAF-6 bebas dapat   berinteraksi dengan  komplit  protein yang sudah ada dalam membran plasma yaitu TGF-β 
activated kinase 1 (TAK-1), TAB-1 dan TAB-2, sehingga 
membentuk komplit s IRAK-1/ TRAF-6/ TAK1/ TAB-1/ TAB-2 dan melekat pada membran. TAK-1 adalah protein mitogen-activated  protein kinase kinase kinase (MAPKKK). IRAK-1 lalu   didegradasi secara ubiquinasi, sehingga tinggal komplit s TRAF-6/ TAK1/ TAB-1/ TAB-2 yang bergerak bebas dalam sitoplasmik. 
Sekali komplit s TRAF-6/ TAK1/ TAB-1/ TAB-2 berada dalam  sitoplasmik, maka TRAF6 akan didegradasi sehingga memicu aktivasi protein TAK1 kinase yaitu jalur transkripsi NF-κB tanggapan  initial MSC IRAK/TRAF6/TAK-1/TAB-1/2  diterangkan dibawah 



FOTO TANGGAPAN  INITIAL MSC: IRAK/TRAF-6/TAK-1/TAB-1/2


tanggapan  lanjut MSC: polarisasi MSC tipe-2
tanggapan  lanjut MSC dimulai dengan pelepasan 
Cyclooxygenase-2 (COX-2) melalui  jalur Nf-Kb. COX-2 adalah protein  enzim myeloperoxidase yang berlokasi di RE dan membran nuklear  dengan fungsi mengkatalisis prosedur  yang membatasi laju biosintetis   prostaglandin dari sumber arachidonic acid. prosedur  ini  menyebabkan  konversi arachidonic acid yang dilepas membran  plasma (melalui  phspolipase A2) menjadi prostaglandin G2, lalu   menjadi prostaglandin H2. ini  mengindikasikan  bahwa COX-2
dapat  menginduksi biosintetis   PGE2.
 tanggapan  lanjut MSC: COX-2 induksi PGE2
tanggapan  lanjut MSC dimulai dengan pelepasan COX-2 melalui  jalur NF-kB, dipicu  sebab  COX-2 memiliki wilayah  promotor  untuk tanggapan  element NF-κB dan IL-6. Pelepasan COX-2  memicu  peningkatan produksi PGE2 (sebagai salah satu 
produksi utama COX-2). PGE2 secara autokrin akan mengikat reseptor EP-1, EP-2, EP-3, dan EP-4 MSC, sehingga mengaktivasi jalur TRIP-TRAM.
Mekanisme COX-2 dalam induksi biosintetis   PGE2 
diterangkan dibawah 



FOTO  TANGGAPAN  LANJUT MSC: COX2 INDUKSI PGE2



tanggapan  lanjut MSC: TRIP-TRAM 
detailnya  PGE2 mengikat reseptor EP2 dan EP4 MSC, 
yaitu reseptor terkait dengan protein G, yang dapat   mengaktivasi  adenylate cyclase, sehingga memicu  peningkatan cAMP.  Molekul cAMP lalu  mengaktivasi beberapa  jalur PI3K (aktivitas proliferasi) dan GSK3 (aktivitas β-catenin siklus sel),  disamping mengkativasi jalur TRIP-TRAM. Protein TRIF adalah  
satu-satunya protein adaptor yang dipakai  dalam aktivasi jalur  TLR-3. detailnya  TLR-3 adalah CD283 yaitu protein reseptor keluarga  keluarga  TLR yang berada dalam sitoplasmik. TRIF yang  teraktivasi dapat   menginduksi aktivasi jalur IRF-3 (interferon 
regulatory factor-3) yang lalu  memasuki nukleus untuk 
mentranskripsi protein obyek sasaran  anti-inflamtori, terutama IL-1ra, IL-10 bdan TGF-β. prosedur  ini dinamakan  polarisasi MSC dari MSC tipe-
1 (pro-inflamasi) menjadi MSC tipe-2 (anti-inflamasi).
Polarisasi MSC tipe-2 secara jelas dijelaskan di
bawah ini.



FOTO POLARISASI MSC



 MSC tipe-1: Pro-inflamatori
penjelasan  MSC tipe-1
MSC tipe-1 adalah MSC yang mengekspresikan reseptor TLR-4 dengan sifat  promosi proliferasi sel T (proinflamatori). MSC tipe-1 terbentuk akibat paparan IL-1, TNF-α atau IFN-γ (molekul pro-inflamatori) dalam kosentrasi rendah pada  reseptor TLR-4 MSC.

 MSC tipe-1 : sekresi soluble molecule
nyatanya MSC juga dapat   menanggapi   pro-inflamasi IL-1α,  TNFα dan IFNγ dalam konsentrasi rendah. ini  dapat    memicu  polarisasi MSC menjadi MSC tipe-1 yang dapat   mensekresikan beberapa  soluble molecule, seperti dijelaskan bawah ini. 


FOTO SOLUBLE MOLECULE MSC Tipe-1


MSC tipe-1 sesudah  terpapar IL-1α, TNFα dan IFNγ dapat  mensekresi molekul: MIP-1a, MIP-1b, RANTES, CXCL9, CXCL10 (kemokin) yang berperan untuk meningkatkan tanggapan  sel T. Sisi lain MSC tipe-1 juga mensekresikan IDO yang berperan sebagai 
imunomodulasi limfosit T dan PGE2 sebagai supresi proliferasi NK.

 Polarisasi MSC tipe-1
MSC tipe-1 terjadi akibat rangsangan  molekul pro-inflamatori  IL-1, TNFα dan atau IFNγ dalam konsentrasi rendah pada reseptor  TLR4-MSC. Secara sistematik prosedur  polarisasi dimulai dengan
berikatannya molekul TNFα atau IFNγ kosentrasi rendah pada  reseptor TLR4-MSC. Ikatan ini memicu  MSC beradaptasi dan lalu  terpolarisasi (berubah) menjadi MSC tipe-1.

sifat  molekuler MSC tipe-1
MSC tipe-1 secara aktif akan mensekresikan beberapa  soluble molecule, antaralain , yaitu:
1. Kemokin dalam kadar tinggi
Pelepasan kemokin berakibat pada peningkatan tanggapan  sel T dalam hal perekrutan limfosit menuju situs inflamasi, sehingga  memicu  aktivasi sinyal pro-inflamasi. beberapa  kemokin yang  disekresikan MSC tipe-1 dalam jumlah besar, antara lain: 
CXCL9, CXCL10,MIP-1a,MIP-1b, RANTES, 
2. Molekul IDO/iNOS dan PGE2 dalam kadar rendah
Molekul iNOS atau IDO dalam konsentrasi rendah
memicu  kemampuan  MSC dalam supresi sel T berkurang dan  hilang, sehingga terjadi proliferasi sel T aktif. Sisi lain terjadi  penurunan regulasi ligan Notch. ini  dibuktikan dengan riset   bahwa hambatan iNOS atau ablasi genetic iNOS dapat   berefek   pada peningkatan proliferasi sel T oleh MSC.

MSC supresi prosedur  inflamasi
nyatanya MSC menanggapi   inflamasi saat  terpapar 
beberapa  molekul pro-inflamasi, terutama IL-1α yang dilepas sel  makrofag residen dan sel dendritik pada wilayah  cidera. tanggapan  MSC terhadap inflamasi itu  berwujud  supresi sel makrofag residen dan sel dendritik matur. ini  mengindikasikan  bahwa tanggapan  MSC, 
terutama melalui aktivasi jalur IL-1.
 MSC mensekresi IL-1ra: anti inflamasi
Seiring dengan aktivasi beberapa  sel radang maka beberapa   mediator inflamasi poten, seperti IL-1α, IL-1β, TNF-α dilepas pada  wilayah  cidera, disamping molekul danger dari jaringan cidera dan  nekrosis. Keberadaan mediator inflamasi dan molekul danger ini 
dalam jumlah tinggi dapat   mengaktivasi MSC. MSC menanggapi    melalui reseptor TLR. Keberadaan reseptor TLR dalam MSC  dimungkinkan sebab  adanya kesamaan sifat  antara sel radang dengan MSC.
detailnya  MSC menanggapi   inflamasi dengan cara 
mengikat molekul itu  (IL-1) melalui reseptor TLR yang berakhir  dengan disekresinya IL-1 receptor antogonis (IL-1ra). Reseptor IL-1ra ini akan berkompetisi dengan IL-1 dalam mengikat reseptor IL-1R sel radang/ MSC, sehingga IL-1ra pada kosentrasi tinggi akan 
mendominasi pengikatan reseptor IL-1R. ini  memicu  IL-1 yang dilepas sel radang tidak lagi dapat  mengaktivasi sel radang, yang memicu  hambatan pelepasan sitokin pro-inflamasi  sehingga inflamasi mereda. 
MSC supresi inflamasi pada animal desain
beberapa  hasil riset  bahwa MSC memiliki efek 
mempercepat penyembuhan penyakit melalui supresi inflamasi pada  beberapa  peristiwa  animal desain seperti pada penjelasan di bawah ini.
Anti-inflamasi pada desain tikus fibrosis paru
Pemberian MSC tertentu (dosis 5x105 sel) secara IV 
bersamaan dengan pemberian bleomycin pada tikus desain cidera paru,  dapat  mencegah munculnya fibrosis paru dibandingkan golongan   kendali . Bleomycin sendiri adalah  agen kemotoksik yang dapat   memicu  inflamasi hebat terhadap paru, sehingga dipakai   sebagai penginduksi fibrosis paru pada desain hewan coba. ini  mengindikasikan  bahwa MSC dapat  mencegah berkembangnya fibrosis dengan cara mensupresi prosedur  inflamasi paru yang terjadi sesudah   pemberian bleomycin melalui sekresi IL-1ra. Sitokin IL-1ra bersifat  anti-inflamasi dengan cara memperlemah efek IL-1 (pro-inflamasi)
melalui kompetisi dengan reseptor IL-1R. 
Anti-inflamasi pada desain tikus infark miokard
Pemberian MSC dosis tertentu (2x106 sel) secara IV dapat   menurunkan tanggapan  inflamasi secara menonjol  pada tindakan ligasi permanen arteri koronaria, disamping memperkecil ukuran infark dan 
memperbaiki fungsi ventrikel jantung 3 minggu lalu . Hasil  riset  ini mengindikasikan  bahwa hanya sebagian kecil saja dari  MSC yang berada pada wilayah  injuri (1500 dari 2x106 sel) dan bersifat 
sementara (24 jam dan menghilang sesudah  48 jam). Sisi lain hasil  riset  ini menemukan bahwa sebagian besar MSC terjebak dalam  paru sebagai mikro emboli dengan waktu paruh 24 jam.  ini  mengindikasikan  bahwa perbaikan yang terjadi bukan 
akibat prosedur  homing MSC pada wilayah  cidera pada jantung (wilayah  ligasi  arteri koronaria). meski begitu  prosedur  perbaikan tetapi  terjadi  sesudah  pemberian MSC, meskipun sebagian besar terjebak di wilayah  paru.  ini  ditunjukan dengan pemeriksaan tingkat genetik yang  mengindikasikan  bahwa terjadi peningkatan ekspresi lebih dari 50 gen  anti-inflamasi dengan sifat  MSC, diantaranya adalah TNF-α 
stimulated gene/protein-6 (TSG-6). Temuan ini menguatkan bahwa  MSC berperan sentral dalam mensupresi inflamasi dan mempercepat  tahap  regenerasi, sehingga mengakselerasi prosedur  penyembuhan.  Anti-inflamasi pada desain cidera kornea. Pemberian MSC dosis tertentu (1x106 sel) secara IV pada desain cidera kornea dapat  menurunkan tanggapan  inflamasi secara menonjol , ditandai dengan penurunan infiltrasi neutrofil dan reduksi 
produksi sitokin pro-inflamatori dan  mencegah perkembangan  opacity dalam kornea. Perbaikan ini sejalan dengan disekresinya  TSG-6, tetapi  bukan akibat prosedur  engrafment MSC pada kornea. 
ini  dipicu  sebab  MSC yang berada di kornea hanya 
sebagian kecil saja (kurang dari 10 buah). Sisi lain perbaikan juga  akan terjadi saat  dilakukan penyuntikan hanya dengan rhTSG-6
dengan dosis dependen. Temuan ini mengindikasikan  bahwa perbaikan yang terjadi pada kornea, terjadi akibat dari prosedur  parakrinisasi MSC 
melalui pelepasan anti-inflamasi TSG-6 bukan akibat dari prosedur  homing MSC.

 Sirkuit jalur inflamasi JAK-STAT
penjelasan  jalur JAK-STAT
Jalur JAK-STAT adalah jalur yang menghantarkan molekul  sinyal ligan kimia (molekul danger) dari ekstraseluler ke dalam  intraseluler menuju nukleus, bertujuan  mentranskripsi gen terkait prosedur  imunitas, disamping pembelahan, kematian, dan pembentukan  tumor. 
Secara sistematik jalur sinyal JAK-STAT dibagi menjadi 4  bagian, yaitu:
Nukleus: aktivasi STAT.
-Reseptor domain ektraseluler: TLR-ligan kimia
-Reseptor domain intraseluler TIR: Janus kinases (JAK) 
-Sitoplasmik: sinyal  transducer and activator transcription(STAT),

Reseptor domain ekstraseluler: TLR-ligan 
Pengikatan molekul sinyal ligan (interferon atau interleukin) pada domain ekstraseluler reseptor permukaan sel memicu   reseptor TLR teraktivasi (dimerisasi) yang lalu  terus berjalan  menuju domain intraseluler, sehingga mencapai receptor-associated 
JAK. ini  memicu  JAK yang berada dalam reseptor 
intraseluler terfosforilasi dan aktif. JAK aktif akan transfosforilasi pada wilayah  loop aktivasi (residu tirosin), sehingga terjadi peningkatan  aktivitas domain kinase. ini  menciptakan  situs pengikatan untuk 
protein tertentu yaitu protein dengan domain SH2 (termasuk protein STAT).

Aktivasi STAT sitoplasmik
STAT memiliki protein domain SH2 sehingga STAT dapat    mengikat tirosin terfosforalasi pada situs pengikatan. STAT yang  terikat pada situs ini lalu  difosforilasi oleh JAK sehingga STAT 
terdisosiasi dari reseptor, menjadi bebas dan aktif membentuk hetero  atau homodimer. komplit  hetero/hemodimer STAT ini lalu   translokasi ke nukleus untuk menginduksi transkripsi gen obyek sasaran .
 Aktivitas STAT nukleus
detailnya  untuk mencapai nukleus, STAT harus melalui 
nuclear pore complexes (NPC) yaitu protein komplit s yang berada disepanjang membran nukleus yang berperan sebagai kendali  aliran  molekul yang keluar-masuk nukleus. meski begitu  untuk  memasuki nukleus maka nuclear localization sinyal  (NLS) yaitu 
sekuen asam amino STAT harus diikat terlebih dahulu oleh protein  importins. STAT yang terikat importin (dimer STAT-importin) akan  mudah memasuki nukleus. Sekali STAT-importin memasuki nukleus  maka importin harus dilepas dengan protein Ran. Keadaan ini 
memicu  STAT terlepas bebas dalam nukleus, sehingga dapat  mentranskripsi gen obyek sasaran , terutama terkait dengan imunitas.
 JAK-STAT dengan PI3K/AKT/mTOR
Jalur molekuler JAK-STAT dapat   berinteraksi dengan jalur  RTK (PI3K/AKT/mTOR), meskipun demikian tetapi  memerlukan   JAK sebab  sebagian besar reseptor PI3K tidak memiliki aktivitas  JAK kinase bawaan. Jalur JAK-STAT terhubungkan secara langsung  dengan jalur PI3K/ AKT/ mTOR, sehingga saat  JAK diaktifkan dan 
difosforilasi, maka protein domain SH2 mengikat fosfotirosin. Sisi  lain protein PI3K juga memiliki domain SH2 dan sebab nya juga  dapat   mengikat reseptor terfosforilasi ini. Dengan demikian, aktivasi 
jalur JAK-STAT juga dapat   mengaktifkan jalur PI3K / AKT / mTOR.
 JAK-STAT dengan MAPK/ERK
Jalur JAK-STAT terhubungkan dengan jalur MAPK/ERK, 
sehingga saat  JAK diaktifkan dan difosforilasi, maka protein  domain SH2 mengikat fosfotirosin. Sisi lain jalur MAPK/ERK juga  memiliki domain SH2 yaitu Grb2 yang dapat   mengikat reseptor  terfosforilasi ini. Dengan demikian, aktivasi jalur JAK-STAT juga 
dapat   mengaktifkan jalur MAPK/ERK. Homing adalah  kejadian  pergerakan      sel lekosit menuju 
wilayah  inflamasi. ini  dipicu  akibat rangsangan  faktor kemoatraksi  yang dilepas oleh beberapa  sel radang, termasuk jaringan cidera.  Molekul kemoatraksi itu  akan dipemeriksaan  oleh reseptor sel radang, 
termasuk MSC.MSC dapat  memeriksa  molekul kemoatraksi sebab   memiliki properti seperti sel leukosit. kemampuan  pemeriksaan  itu   dipicu  adanya perbedaan gradien molekul antara wilayah  cidera 
dengan wilayah  normal, sehingga memandu sel leukosit atau MSC  bergerak menuju arah sumber produksi kemoatraksi. Faktor kemoatraksi dapat   berwujud  sitokin dan atau growth factor, sedang  reseptor yang dapat  memeriksa  molekul 
kemoatraksi berwujud  reseptor golongan  TLR. ada    perbedaan  reseptor pemeriksaan  antara leukosit dengan MSC. Leukosit memakai   PECAM-1/ CD34, sedang  MSC memakai  CXCR3-R.
kemampuan  leukosit dan atau MSC dalam mengekspresi reseptor  itu  terkait dengan paparan mediator inflamasi. Mediator  inflamasi berperan dalam mendorong ekspresi reseptor TLR-3, 
CXCR3 MSC atau CD34 leukosit, disamping mengaktivasi sel imun/MSC. MSC yang berhasil homing pada situs inflamasi akan  melakukan kendali  terhadap beberapa  sel radang, sehingga inflamasi 
mereda dan prosedur  regenerasi terjadi. peran  homing MSC dalam mengendalikan  inflamasi dan 
mempercepat regenerasi mendorong kami untuk mengeksplorasi lebih lanjut, mengenai prinsip  molekuler homing mulai dari penjelasan , 
mekanisme molekuler homing sel leukosit dan MSC dan pergerakan       transmigrasi MSC menuju wilayah  jaringan inflamasi/ cidera.

prinsip  homing
Homing adalah kejadian  migrasi sel radang atau MSC dari  sirkulasi darah menuju wilayah  inflamasi atau cidera, akibat rangsangan   molekul kemoatraksi dan adhesi yang dilepas sel radang dan atau  jaringan cidera. Fenomena migrasi juga terjadi pada MSC, 
dipicu  sebab  MSC memiliki sifat  yang seperti  dengan 
sel imun, terutama dalam mengekspresikan reseptor TLR-3 dan  CXCR3-R. detailnya  reseptor CXCR-3 MSC akan memeriksa   keberadaan molekul SDF-1 yang dilepaskan  oleh jaringan rusak,  sedang  reseptor TLR-3 memungkinkan memeriksa  keberadaan 
sitokin TNFα dan IFNγ.  ada    perbedaan homing antara leukosit dan MSC yang mana   leukosit memakai  molekul platelet endothelial cell adhesion 
molecule-1 (PECAM-1)/ CD34 untuk mengikat molekul L-selectin dan E-selectin sel endotel aktif dalam prosedur  inisiasi homing,  sedang  MSC memakai  TLR-3 dan CXCR3-R. detailnya   mekanisme molekuler homing dan pergerakan      migrasi/ transmigrasi 
leukosit/ MSC dijelaskan pada bahasan kemudian .
prinsip  homing diterangkan dibawah.


FOTO  PRINSIP  HOMING



Neutrofil dan MSC dapat   bermigrasi dari sirkulasi sistemik menuju  wilayah  inflamasi atau cidera akibat rangsangan  molekul sinyal kemoatraksi yang dilepas oleh jaringan cidera dan atau sel radang aktif. 

penjelasan  homing leukosit
Homing leukosit adalah perpindahan sel neutrofil sirkuler menuju wilayah  inflamasi akibat rangsangan  molekul kemoatraksi dan  adhesi yang dilepas sel makrofag residen atau matriks sekitar jaringan 
cidera. ini  dipicu  sebab  reseptor neutrofil dapat  
memeriksa  perubahan gradien kimia molekul itu  dan lalu   mengikatnya. Neutrofil adalah sel leukosit pertama yang bermigrasi sesaat sesudah  hemostasis sekunder tercapai. Penurunan migrasi sel neutrofil mengindikasikan  bahwa sinyal kemoatraksi sudah  mereda yang  berkorelasi dengan kontaminasi luka sudah  terkendali .

 penjelasan  homing MSC
Homing MSC adalah kejadian  migrasi MSC dari sirkulasi  darah menuju jaringan cidera/ luka atau wilayah inflamasi akibat  rangsangan  molekul sinyal kemoatraksi IFNγ, TGFα dan SDF-1 yang  dilepas oleh sel makrofag residen dan atau jaringan cidera. MSC tidak  mengekspresikan CD34 sehingga tidak memungkinkan mengikat molekul L-selectin dan E-selectin dalam prosedur  homing.

( 334 \311)

Mekanisme molekuler homing MSC
Homing MSC terjadi saat  wilayah  inflamasi/cidera melepas  protein stromal derivate factor-1 (SDF-1) dan hepatocyte growth  factor (HGF) yang berperan sebagai kemoatraksi terhadap MSC. MSC menanggapi   dan mengikat SDF-1 melalui reseptor CXCR-3 dan 
HGF melalui c-METR. Saat bersamaan makrofag aktif juga melepas  molekul TNFα dan IFNγ (mediator inflamatori poten) yang berperan  sebagai kemoatraktan terhadap MSC. MSC menanggapi   dengan cara  mengikat TNFα dan IFNγ melalui reseptor TLR-3. meskibegitu prosedur  migrasi memerlukan  molekul adhesi yang  memungkinkan MSC menempel pada sel endotel kapiler. Endotel kapiler aktif mengekspresikan vascular cell adhesion molecule-1 
(VCAM-1) dan P-selectin (molekul adhesi). MSC menanggapi   dengan  cara mengikat VCAM-1 melalui reseptor VLA-4 dan mengikat Pselectin dengan CD-44. 
Mekanisme molekular homing MSC dijelaskan 
di bawah ini. 



FOTO  MEKANISME MOLEKULER HOMING MSC



wilayah  inflamasi/cidera melepas SDF-1 dan HGF yang akan diikat  reseptor CXCR-3 dan c-METR MSC. Makrofag aktif melepas TNFα  dan IFNγ yang akan diikat oleh reseptor TLR-3 MSC. Semua  molekul itu  sebagai kemoatraktan bagi MSC. Prose transmigrasi
dilakukan melalui penempelan pada sel endotel dengan mengikat  VCAM-1 dan P-selectin melalui reseptor VLA-4 dan CD-44 MSC.
Molekul-reseptor neutrofil dalam homing
Molekul homing neutrofil adalah molekul kemoatraksi atau  adhesi. Molekul kemoatraksi adalah small molecule yang dapat   menarik dan memandu neutrofil keluar sirkulasi menuju wilayah  inflamasi, sedang  molekul adesi adalah molekul yang  diekspresikan permukaan membran sel endothel aktif dengan fungsi 
mengikat ligan leukosit melalui reseptor PSGL-1 sehingga terjadi  perlekatan dan migrasi. 
Molekul kemokin leukosit
1. CXCL8 dan CXCL1 (GRO-α)
CXCL8 adalah molekul kemokin poten pertama bagi neutrofil yang disekresi oleh makrofag residen aktif. Sel neutrofil menanggapi    molekul itu  dengan mengikat melalui reseptor CXCLR1 dan  CXCR2. CXCL1 adalah kemokin neutrofil hasil sekresi makrofag 
residen aktif yang diikat sel neutrofil melalui reseptor CXCLR1.
2. TNF-α
TNF-α adalah mediator pro-inflamatori poten yang dilepas sel  radang aktif, terutama sel dendritik dan makrofag dengan fungsi memicu kemoatraksi beberapa  sel radang termasuk MSC menuju wilayah   radang/cidera, disamping sebagai pengaktivasi beberapa  sel radang,termasuk MSC.
3. Complement factor C5a dan leukotrient B4
C5a adalah protein fragmen hasil potongan elemen  
complement C5 oleh enzim C5-convertase (jalur klasif/ pilihan lain / lektin) yang dapat   menarik neutrofil/ monosit menuju wilayah  injuri/cidera, disamping fungsi fogositosis dan anafilatoksis.
Leukotrient B4 adalah metabolit hasil oksidasi archidonic acid (AA) melalui lipogenase yang berfungsi menginduksi migrasi neutrofildi samping fungi modulasi inflamasi. 
4. Formyl methionyl dan Molekul H202
Formyl methionyl adalah peptide potongan debris bakteri lisis (lipopolysaccharide) yang dapat   menarik monosit/leukosit disamping  mengaktivasi, melalui pengikatan reseptor formyl peptide receptor-1
(FPR-1) dan transient receptor potential melastatin-2 (TPRPM2). H202 adalah molekul kimia radikal bebas yang dapat  menginduksi  neutrofil bermigrasi dengan mengaktivasi reseptor transient receptor potential melastatin-2 (TPRPM2) melalui oksidasi cystein 549.

Molekul adesi leukosit
1. P-selectin
P-selectin adalah molekul adesi yang diekspresikan oleh sel endotel aktif sesudah  rangsangan  protein thrombin, bradikinin dan  histamin yang dilepas jaringan cidera.
2. E-selectin
E-selectin adalah molekul adhesi yang diekspresikan sel  endotel aktif sesudah  rangsangan  TNF-α yang dilepas sel makrofag aktif.

Reseptor TLR leukosit
Reseptor TLR adalah reseptor yang diekspresikan oleh 
beberapa  sel radang, termasuk MSC dengan fungsi mempromosikan sel radang dan MSC untuk bermigrasi keluar sirkulasi menuju wilayah  jaringan cidera. 
detailnya  fungsi reseptor TLR adalah antaralain :
1. pemeriksaan  wilayah  inflamasi (cidera)
kemampuan  pemeriksaan  reseptor TLR dipicu  sebab  reseptor  ini dapat  memeriksa  beberapa  molekul sitokin, interleukin dan kemokin yang dilepas oleh sel radang aktif pada wilayah  inflamasi dan  atau jaringan cidera. kemampuan  pemeriksaan  resptor TLR-MSC terlihat  pada kejadian  inflamasi. detailnya  terlihat pada aktivitas pergerakan      dan migrasi dari beberapa  sel progenitor/ MSC asal sumsum tulang dalam menuju wilayah  inflamasi. 
2. Modulasi sel inaktif 
kemampuan  reseptor TLR dalam memodulasi beberapa  sel radang/MSC tahap  innate (tahap  inaktif) terlihat saat  terjadi  pengikatan antara molekul pro-inflamatori dengan reseptor TLR. Pengikatan ligan-reseptor ini akan memicu aktivasi sinyal transduksi 
sitoplasmik yang berakhir dengan sekresi beberapa  molekul bioaktif lainnya. 
3. Mengarahkan tanggapan  sel yang sesuai 
kemampuan  reseptor TLR dalam mengarahkan tanggapan  imun/tanggapan  MSC yang sesuai terlihat pada kejadian  polarisasi sel. Sel makrofag pada keadaan tertentu dapat   berpolarisasi menjadi sel 
fagosit profesional tetapi  sisi lain juga dapat   berubah menjadi sel  asesoris APC dengan fungsi sekresi. Hal yang sama terlihat saat   MSC terpapar molekul pro-inflamatori yang mana  akan terjadi polarisasi 
MSC menjadi MSC tipe-2 yang bersifat imunosupresif dengan  mensekresi molekul anti-inflamatori (IL-1ra, PGE3, TGFb, IL-10 dan TSG6), disamping molekul proliferasi (VEGF, PDGF, FGF). 
5. Mekanisme molekuler homing leukosit
Mekanisme homing leukosit sesudah  terjadi kerusakan jaringan prosedur  dimulai dengan pelepasan thrombin, bradikinin dan histamin oleh sel platelet dan mast aktif yang lalu  mengaktivasi sel  endotel untuk mengekspresikan molekul P-selectin. Sisi lain sel 
makrofag residen aktif melepas TNF-α dan IL-1 yang dapat    mengaktivasi sel endotel untuk mengekspresikan molekul E-selectin.
Sel neutrofil aktif menanggapi   dengan cara mengekspresikan reseptor Pselectin glycoprotein ligan-1 (PSGL-1) yang dapat   mengikat Pselectin dan E-selectin endotelial sehingga terjadi perlekatan dan 
migrasi. prosedur  migrasi dimulai dengan dilepaskan nya kemokin CXCL8 oleh sel makrofag residen aktif sebagai sinyal kemoatraktanpoten bagi sel neutrofil. Neutrofil menanggapi   dengan mengikat CXCL8
melalui reseptor CXCR1 dan CXXR2. Bersamaan dengan hal  itu  sel makrofag juga melepas kemokin CXCL1 untuk  memperkuat daya kemotaksis. Faktor kemotaksis lainnya adalah aktivasi jalur komplemen (komplemen C5a aktif) sebagai sinyal  kemotaksis dan aktivasi sel neutrofil dan monosit. Leukotrient B4 dan 
potongan peptide N-formyl-methionyl-phenyalalanin bakteri juga  dapat   berperan sebagai kemotaksis sel neutrofil. peran  molekuler  kemoatraktan dalam migrasi diterangkan dibawah .



FOTO MOLEKULER KEMOATRAKTAN DALAM MIGRASI NEUTROFIL 



Sel endotel aktif mengekspresikan P-selectin (sesudah  rangsangan  thrombin, bradikinin dan histamine) dan E-selectin (sesudah  rangsangan   TNF-α dan IL-1). Sel neutrofil aktif mengikat P-selectin dan Eselectin melalui reseptor PSGL-1. Migrasi leukosit dirangsangan  oleh  CXCL8 (dilepas sel makrofag aktif) melalui reseptor CXCR1 dan  CXXR2. Kemokine CXCL1 (dilepas sel makrofag aktif) memperkuat 
daya kemotaksis. kerjasama  seluruh molekul di atas mendorong terjadinya homing sel neutrofil.

Molekul dan reseptor MSC dalam homing
Homing MSC menuju wilayah  inflamasi/ cidera adalah  hasil interaksi dan integrasi reseptor tertentu yang diekspresikan MSC dengan beberapa  molekul sitokin/ kemokin atau soluble molecule yang dilepas sel radang aktif terutama sel neutrofil dan makrofag dan 
atau jaringan cidera.
Molekul kemoatraksi MSC
1. TNFα
TNFα adalah  mediator pro-inflamatori poten yang dilepas sel radang aktif, terutama sel dendritik dan makrofag dengan fungsi  menarik beberapa  radang termasuk MSC sirkuler untuk migrasi  menuju wilayah  cidera/ inflamasi, disamping sebagai pengaktivasi 
beberapa  sel radang termasuk MSC. Peningkatan kadar TNF-α secara  berlebihan dapat   memicu kegagalan organ multi-sistem, disamping memicu  prosedur  kronis.
2. IFNγ 
IFNγ adalah  molekul sitokin mediator pro-inflamatori 
poten yang dilepas beberapa  sel radang terutama sel dendritik dengan fungsi sebagai pemicu utama migrasi sel radang dan MSC sirkuler  menuju wilayah  cidera, disamping sebagai pengaktivasi.
3. SDF-1
SDF-1 adalah  molekul kemokin yang dilepas oleh 
jaringan rusak dengan fungsi sebagai pemandu arah bagi sel MSC  dalam menuju wilayah  inflamasi/ cidera. ini  mengindikasikan  bahwa  SDF-1 berperan sebagai ko-lokalisasi bagi reseptor CXCR3-R MSC.

 Reseptor MSC
Suasana inflamasi memungkinkan MSC dan sel progenitor  asal sumsum tulang bergerak dan migrasi menuju wilayah  inflamasi.
1. Reseptor TLR-3 
TLR-3 adalah reseptor yang diekspresikan oleh beberapa  sel  radang, termasuk MSC. Reseptor TLR-3 berperan besar dalam mempromosikan MSC untuk migrasi keluar sirkulasi, homing menuju  wilayah  jaringan cidera/ inflamasi. ini  dipicu  sebab  reseptor 
TLR-3 yang diekspresikan MSC itu  dapat  memeriksa  
keberadaan molekul sitokin, interleukin dan khemokin yang dilepas sel imun aktif pada wilayah  inflamasi/cidera. Sisi lain pengikatan reseptor  TLR-3/MSC dengan sitokin pro-inflamatorik juga memicu 
polarisasi MSC dari tipe-1 menjadi tipe-2 yang berisifat 
imunosupresif, yaitu dapat  mensekresi beberapa  molekul aktif antiinflamatori terutama IL-1ra, PGE3, TGFb dan TSG6, disamping molekul proliferasi VEGF, PDGF, FGF.
2. Reseptor CXCR3-R
CXCR3-R adalah  reseptor yang diekspresikan beberapa  
sel radang termasuk oleh MSC secara kuat dengan fungsi memeriksa  keberadaan molekul kemokin SDF-1 yang dilepaskan  jaringan rusak.  nyatanya MSC mengekspresikan reseptor CXCR3-R secara kuat, 
sehingga dapat   memeriksa  keberadaan molekul SDF-1 dan  mengikatnya. ini  mengindikasikan  bahwa SDF-1 berperan sebagai kolokalisasi MSC untuk bergerak menuju wilayah  inflamasi. 

 Perbedaan homing MSC dan leukosit
detailnya  perbedaan homing MSC dan leukosit adalah 
antaralain . ada    perbedaan nyata antara migrasi MSC dan  leukosit/ HSC yang mana  leukosit dominan memakai  L-selectin dan  E-selectin dalam menginisiasi prosedur  rolling, tetapi  MSC
memakai  reseptor VLA-4 untuk mengikat VCAM-1 dan CD-44 untuk P-selectin dalam perlekatan dengan sel endotel. 

-Sel leukosit memakai  molekul L-selectin dan E-selectin Sel leukosit melakukan aktivitas rolling pada sel endotelial  pada tahap pertama rekruitmen dengan memakai  E-selectin dan  L-selectin, tetapi  MSC lebih memakai  P-selectin (L-selectin dan E-selectin tidak diekspresi). MSC memakai  reseptor VLA-4 
dan CD-44 dalam menanggapi   molekul VCAM-1 dan P-selectin perlekatan dengan sel endotel. 
-. Sel leukosit memakai  molekul PECAM-1/ CD34
Sel leukosit mengekspresikan molekul platelet/ endothelial cell adhesion molecule-1 PECAM-1/ CD34 yang memungkinkan sel leukosit melakukan prosedur  transmigrasi (menyebarang) endotelium, 
sedang  MSC tidak mengekspresikan CD-34 sehingga migrasi dan  transmigrasinya memakai  reseptor VLA-4, CD-44 dalam  mengikat molekul adhesi, disamping memakai  reseptor TLR-3  dan CXCR-3 rangsangan  molekul kemokin SDF-1, TNF-α dan IFNγ
-. MSC memakai  reseptor protein G
Selama aktivitas rolling, MSC memakai  reseptor 7-
trans membran  spanning G protein-coupled receptors. 

Transmigrasi MSC/ neutrofil
penjelasan  transmigrasi MSC
Transmigrasi adalah pergerakan   migrasi atau perpindahan MSC/ neutrofil sikuler yang sebelumnya sudah  melekat di endotel lalu  keluar menuju wilayah  inflamasi secara amubiasid melalui sisi  lateral sel endotel. pergerakan     ini dikendali  oleh protein Rho GTPases (protein G subkeluarga  Ras) melalui jalur PI3K yang menciptakan  protein aktin cytoskeleton dynamic dengan fungsi sebagai pemicu  motilitas neutrofil.

 Pengaruh molekul adhesi dalam transmigrasi
MSC yang diberikan intravena akan bergerak bebas dalam sirkulasi darah hingga suatu saat reseptor TLR-3 dan CXCR-3R  memeriksa  sinyal cidera (SDF-1, TNFα dan IFNγ) lalu   bergerak menuju sumber sinyal cidera itu . meski begitu   MSC harus dapat  melakukan migrasi dan transmigrasi (trafficking).  ini  dilakukan MSC dengan cara mengikat molekul adesi Pselectin yang diproduksi  oleh sel endotel dengan CD44, disamping  mengikat VCAM-1 dengan integrin melalui reseptor VLA-4.  nyatanya MSC yang terikat pada molekul adhesi sel  endotel berakibat pada penurunan kecepatan pergerakan      MSC  sirkuler, sehingga memungkinkan MSC melakukan migrasi dan 
transmigrasi trans-endothelia menuju wilayah  cidera (pola pergerakan     leukopedesis). MSC yang gagal dalam prosedur  transmigarasi akan  tertanam dalam lapisan endotel vaskuler. 

 Pola pergerakan      transmigrasi MSC
MSC yang bermigrasi secara trans-endothelia mengikuti pola  leukopedesis seperti pergerakan      motilitas MSC. pergerakan     motilitas
MSC ini terdiri atas 5 tahap tahap  yaitu:
1 Rolling MSC
Rolling MSC adalah pergerakan      tertentu MSC berwujud  pergerakan    berguling (rolling) menuju wilayah  tepi endotel akibat rangsangan  molekul 
kemoatraksi (SDF-1, TNFα dan IFNγ) yang dilepas jaringan cidera  dan makrofag aktif.
2 Attaching MSC
Attaching MSC adalah prosedur  penempelan MSC pada sel  endotel akibat pengikatan molekul adhesi E-selectin dan L-selectin yang diekspresikan sel endotel aktif melalui reseptor PSGL-1,  sedang  attaching MSC melalui pengikatan molekul adhesi Pselectin di samping VLA-4 dan CD-44. Saat yang sama MSC/ 
neutrofil aktif akan mengikat kolagen, fibronektin dan fibrinogen yang terekspos disekitar endotel melalui reseptor integrin β1/ β2.
3 Spreading MSC
Spreading adalah pergerakan     memanjang MSC membentuk  lamellipodia dan filipodia akibat aktivasi cytoskeletonactin sesudah  pengikatan molekul adhesi dengan reseptor MSC.
4 Traction
Traction atau traksi adalah pergerakan     penarikan tepi ujung  MSC akibat kontraksi, sehingga reseptor integrin dapat   mengikat  pada bagian depan kemudian .
5 Retraction
Retraction atau retraksi adalah pergerakan     penarikan MSC ke belakang hingga terlepas akibat pergeseran reseptor integrin ke arah  belakang. pergerakan     ini memungkinkan MSC bergerak maju. Pola pergerakan      transmigrasi dijelaskan dibawah  ini.



FOTO POLA PERGERAKAN   TRANSMIGRASI


Penyembuhan kronis seperti ulkus diabetes dan dekubitus  hingga kini masih menjadi masalah dunia kesehatan dengan insiden  sekitar 5-7 peristiwa  pertahun. beberapa  strategi kedokteran sudah  
dilakukan mulai perawatan intensif, pemberian antibiotik hingga  topikal growth-factor, tetapi  hingga kini hasil yang diperoleh masih  belum memuaskan, bahkan separuh diantaranya tidak menanggapi  . Hal 
ini kemungkinan  akibat adanya hambatan dalam memasuki tahap tahap  proliferasi prosedur  penyembuhan luka. Hambatan ini dipicu  akibat 
prosedur  inflamasi berkepanjangan yang dapat   memicu pelepasan  beberapa  sitokin pro-inflamatori dan ROS yang terus menerus dan bersifat litik. Keadaan ini memicu  kerusakan jaringan  semakin meluas dan kesulitan pembentukan jaringan baru bahkan 
berpotensi memicu fibrosis.Penyembuhan luka adalah prosedur  komplit  yang saling  berkesinambungan dengan melibatkan interaksi beberapa  faktor,
mulai soluble molecule growth factor, matriks ekstraseluler dan elemen  seluler mulai sel radang, parenkrim dan mesencymal. Secara simultan prosedur  penyembuhan luka dibagi menjadi 4 tahap tahap , 
yang dimulai dengan hemostasis, inflamasi, proliferasi dan redesaining. Pembentukan matriks pada tahap tahap  hemoestasis adalah  pintu awal bagi migrasi beberapa  sel, termasuk MSCs  menuju wilayah  cidera sedang  prosedur  inflamasi yang terkendali 
adalah  tahap  berbahaya  dalam menuju tahap tahap  regenerasi. riset  terbaru  mengabarkan  bahwa MSC berperan kuat dalam prosedur   meregenerasi jaringan rusak, termasuk jaringanluka kronis. ini  dimungkinkan sebab  MSC memiliki kemampuan  mengendalikan  
inflamasi secara parakrin, berdiferensiasi menjadi sel khusus , mengaktivasi sel progenitor endogenous hingga aktivitas proliferasi.MSC adalah  sel punca dewasa asal jaringan stromal  dengan kemampuan  memperbarui  diri dan berdiferensiasi  dan mengekspresikan CD105 (+), CD73 (+), CD90 (+), CD45(-), CD34(-), CD14 atau CD11b (-), CD79a atau CD19 (-) , HLA-DR(-) dan a HLA Class II antigen (-). MSC terlibat dalam setiap tahap tahap   penyembuhan luka, mulai tahap tahap  hemostasis, inflamasi, prolifreasi 
hingga redesaining. ini  dipicu  sebab  MSC memiliki 
kemampuan  homing,mensupresi prosedur  inflamasi dan terlibat aktif  dalam prosedur  regenerasi. ini  menunjukan  bahwa pemberian  MSC eksogenous dapat  meregenerasi penyembuhan kerusakan 
jaringan, termasuk luka kronis, disamping mempersingkat waktu penyembuhan.meski begitu  peran  MSC dalam meregulasi  luka setiap tahap tahap  prosedur  penyembuhan luka secara molekuler 
hingga kini masih belum dapat   dijelaskan. ini  mendorong kami   untuk mengeklorasi peran MSC dalam jaringan cidera, dimulai  dengan pembahasan tahap tahap  molekuler penyembuhan luka hingga 
peran  MSC dalam setiap tahap nya.
 prinsip  molekuler dalam cidera
Prinsip molekuler dalam luka adalah memperpendek masa inflamasi dan mempercepat pembentukan jaringan baru.
penjelasan  cidera
nyatanya cidera adalah kronologis  kejadian biokimia 
komplit s dan terorganisir yang terjadi sesaat sesudah  kerusakan  jaringan. ada    beberapa kemungkinan yang dapat   terjadi pada cidera jaringan, yaitu sembuh secara normal baik morfologis maupun 
fungsi (regenerasi sukses), sembuh dengan fibrosis (regenerasi tidak sukses) dan atau menjadi luka kronis.
tahap tahap  penyembuhan jaringan cidera
detailnya  tahap tahap  penyembuhan jaringan cidera ditandai  dengan 4 tahap tahap  penting, yaitu:
tahap tahap  homeostatis, tahap tahap  inflamasi,
tahap tahap  proliferasi ,tahap tahap  redesaining






FOTO TAHAP TAHAP  TANGGAPAN  PENYEMBUHAN CIDERA


( 350)

tahap tahap  penyembuhan cidera ditandai dengan pembentukan  jaringan baru, dinamakan  tahap  proliferasi. tahap  ini dimulai saat  tahap  inflamasi sudah  mereda. Inflamasi yang berkepanjangan 
memicu  kesulitan memasuki tahap tahap  proliferasi sehingga berefek  pada kegagalan pembentukan jaringan baru dan  berpotensi fibrosis. usaha  memperpendek masa inflamasi akan  mempercepat pembentukan jaringan baru.
 Molekuler hemostasis 
Hemostasis terjadi segera sesudah  endotelial mengalami  kerusakan. Kerusakan sel endotelial memicu pelepasan molekul von willebrand factor (faktor VIII) dan hambatan sekresi molekul  heparin-like, nitric oxide dan prostacylin.
penjelasan  hemostasis 
Hemostasis adalah usaha  jaringan dalam menghentikan  perdarahan dengan menutup permukaan luka melalui kaskade koagulasi jalur intrinsik dan ekstrinsik bertujuan  pembentukan 
agregasi platelet dan bekuan darah sehingga kehilangan darah  diminimalisasi dan kerusakan jaringan dibatasi. 
 tahap  hemostasis
tahap  hemostasi bertujuan untuk membatasi kerusakan dengan  cara menghentikan perdarahan dan menutup permukaanluka. Secara  teoritis prosedur  hemostasis melibatkan 3 tahap tahap  yaitu:
 Vasokontriksi arteriole dan kapiler,Hemostasis primer
 dan Pembentukan hemostasis sekunder,
Vasokontriksi arteriole dan kapiler 
Vasokontriksi adalah kontraksi pembuluh darah sebagai refleks awal sel otot polos vaskuler akibat stimulus syaraf simpatis  lokal pada pembuluh darah yang cidera, bertujuan  mengurangi  laju aliran darah dan membatasi kehilangan darah. Vasokontriksi
adalah  tanggapan  awal terhadap kerusakan pembuluh darah dengan  tujuan menghentikan perdarahan sementara. 
Hemostasis primer 
Hemostasis primer adalah  tahap initial dalam penghentian  darah melalui agregasi sel platelet yang bersifat sementara. tahap tahap   ini dikenal juga sebagai hemostasis primer. Mekanisme hemostasis 
primer melalui:
1. Pengikatan sel platelet pada endothelium
2. Agregasi platelet 
Secara molekuler prosedur  hemostasis primer diterangkan  dibawah ini.



FOTO  MOLEKULER HEMOSTASIS PRIMER



tahap tahap  hemostasis dimulai dengan vasokontriksi akibat stimulus  saraf simpatis, sehingga memicu  laju aliran darah melambat. Sel  endothelial cidera melepas faktor VIII yang menginisiasi arachidonic  cascade. Saat yang sama sel platelet yang terlepas dari vaskuler rusak,
mengikat serat kolagen tipe IV dan V (terekspos sekitar endothelium cidera) melalui reseptor integrin (α2β1) dan mengikat glikoprotein laminin dengan reseptor integrin (α6β1). Sisi lain terjadi pengikatan 
antar sel platelet melalui reseptor integrin (αIIbβ3) bertujuan  membentuk agregasi platelet. ini  memicu  sel platelet aktif,ditandai dengan pelepasan serotonin dan ADP (kemoatraksi sel platelet lain) dan thromboxane A2 (agregasi platelet).
1. Pengikatan sel platelet pada endothelium
Kontraksi pembuluh darah memungkinkan sel platelet dan  eritrosit melekat pada endotelium kapiler yang rusak, sebab  vaskuler  yang rusak memicu  serat kolagen terekspos sekitar endotelial  rusak. Sel platelet dapat  melekat dan mengikat serat kolagen sebab  
memiliki reseptor integrin (α2β1) dan (α6β1). Sisi lain pengikatan platelet memerlukan  faktor VIII (von willebrand), yaitu protein heterodimer yang dibuatan  oleh sel megakariosit dan endotelial. 
 Agregasi platelet 
Agregasi sel platelet adalah rombongan  sel platelet yang  saling berikatan dan melekat pada serat kolagen endotelial yang rusak.  Agregasi platelet memicu  bentuk platelet berubah sehingga  memicu  reseptor platelet terkonformasi, lalu  menginduksi  sinyal transduksi dan menjadi aktif. Sel platelet aktif ditandai dengan sifat : 
-Mensekresi molekul granula vasoaktif-amine, yaitu serotonin, ADP, thromboxane A2 tumpukan prosedur  diatas memicu  pembentukan sumbatan  kapiler sementara yang dapat   menghentikan perdarahan. 

- Mengekspresikan reseptor integrin GPIIb-IIIa(αIIbβ3),
Hemostasis sekunder
Hemostasis sekunder adalah tahap akhir dalam hemostasis  berwujud  kronologis  prosedur  komplit s yang melibatkan kaskade  koagulasi dan agregasi platelet untuk membuat scaffold (kerangka 
bekuan darah berjala). Scaffold berfungsi untuk menutupi seluruh  permukaan luka. Produk akhir tahap tahap  ini adalah bekuan darah yang menghentikan perdarahan secara permanen. Sisi lain pembentukan 
scaffod adalah  matrik bagi migrasi beberapa  sel, seperti eritrosit,  endotelial, sel radang, sel fibroblast termasuk termasuk MSC. detailnya  prosedur  pembentukan bekuan darah meliputi:
1. Pembentukan trombin
Trombin adalah enzim proteolitik aktif golongan  serine
protease yang dapat  memecah protein fibrinogen menjadi bentuk  fibrin. Trombin sendiri berasal dari pemecahan protein protrombin  (faktor koagulasi II) oleh enzim protrombinase (proteolitik) yang 
teraktivasi pada membran sel platelet aktif sesudah  berikatan dengan faktor V dan berinteraksi dengan faktor X. Trombin berperan  mengaktivasi sel platelet lain dan dapat  melarutkan membran 
basalis untuk prosedur  kemudian , terutama pada tahap  proliferasi.
2. Pembentukan untaian fibrin
Untaian fibrin adalah  elemen  utama bekuan darah 
hasil konversi fibrinogen oleh trombin di sekitar wilayah  agregasi platelet.
3. Pembentukan bekuan darah 
Bekuan darah adalah scaffold (kerangka jala) yang dapat  menutupi permukaan luka dan menjadi tempat migrasi dan perlekatan  beberapa  sel, sehingga dapat   membesar dan membentuk bekuan darah yang solid, dinamakan  thrombus.  prosedur  hemostasis sekunder diterangkan  dibawah ini.


FOTO PROSEDUR  MOLEKULER HEMOSTASIS SEKUNDER


Pembentukan bekuan darah dimulai dengan agregasi platelet dan kaskade koagulasi yang berefek  pada aktivasi protein plasma,  dimulai dengan pembentukan trombin dari membran phospolipid sel  platelet aktif dengan bantuan faktor V dan X. Trombin aktif
mengganti fibrinogen menjadi untaian fibrin, yang lalu  melekat  dan integrasi dengan agregasi platelet, sehingga membentuk scaffold.  Bangunan scaffold adalah  tempat migrasi dan pelekatan beberapa  
sel, diantaranya sel eritosit, endotelial, sel inflamasi dan sel fibroblast,  termasuk MSC sehingga membentuk bekuan darah sekunder yang  dikenal thrombus. 

 Homing MSC menuju wilayah  cidera
prinsip  homing MSC
Homing MSC adalah  kejadian  migrasi MSC dari 
sirkulasi darah menuju wilayah  cidera (inflamasi), akibat rangsangan   molekul kemoatraksi dan adhesi yang dilepas wilayah  cidera dan atau sel  radang residen aktif. Fenomena homing MSC dipicu  sebab  
MSC memiliki sifat  yang seperti  dengan sel imun, terutama  dalam mengekspresikan reseptor TLR-3 dan CXCR3-R. Reseptor ini dapat  memeriksa  beberapa  danger molekul seperti TNFα, IFNγ dan SDF-1 yang dilepas oleh sel radang aktif, terutama oleh sel dendritik 
dan sel makrofag. Homing MSC adalah  hal penting dalam dunia  klinis, sebab  memugkinkan MSC untuk memeriksa  dan memasuki  wilayah  cidera secara presisi sekalipun MSC diberikan secara  transplanasi sistemik

Mekanisme molekuler homing MSC
Homing MSC terjadi saat  wilayah  inflamasi/ cidera melepas  protein SDF-1 dan HGF yang dapat  berperan sebagai kemoatraksi terhadap MSC. MSC menanggapi   dan mengikat SDF-1 melalui reseptor 
CXCR-3 dan HGF melalui c-METR. Saat bersamaan sel dendritik  residen aktif juga melepas molekul TNFα dan IFNγ (mediator  inflamatori poten) yang berperan sebagai kemoatraktan terhadap  MSC. MSC tanggapanya  dengan mengikat TNFα dan IFNγ melalui 
reseptor TLR-3. Sisi lain prosedur  migrasi MSC memerlukan   perlekatan pada sel endotel dengan cara mengikat molekul adhesi  berwujud  VCAM-1 dan P-selectin melalui reseptor VLA-4 dan CD-44.
Mekanisme molekuler homing MSC dijelaskan 
dibawah ini. 


FOTO  MEKANISME MOLEKULER HOMING MSC


wilayah  inflamasi/cidera sesudah  trauma fisik/ kimia (pemberian CCL4)  memicu  pelepasan molekul SDF-1 dan HGF. MSC  menanggapi  dan memeriksa  molekul itu  dan mengikatnya  memakai  reseptor CXCR-3 dan c-METR. Sisi lain wilayah  cidera memicu aktivasi sel makrofag residen untuk melepas sitokin TNFα 
dan IFNγ. MSC dapat  memeriksa  keberadaan sitokin itu   melalui reseptor TLR-3 MSC. prosedur  diatas memicu  MSC  homing dan mendekati sel endotel untuk prosedur  pengikatan. ini   dilakukan dengan cara mengikat molekul VCAM-1 dan P-selectin
melalui reseptor VLA-4 dan CD-44 MSC. Pengikatan molekul adhesi  dengan reseptor MSC memicu  prosedur  migrasi secara transendothelial mengikuti pola leukopedesis. detailnya  pola itu   berwujud  pergerakan      motilitas MSC seperti rolling, attaching,
spreading, traction dan retraction. prosedur  pergerakan      ini  memungkinkan MSC bergerak maju ke depan keluar endotel kapiler  menuju wilayah  cidera.

 Molekuler inflamasi
tahap tahap  inflamasi adalah  tahap tahap  berbahaya  dalam prosedur   penyembuhan luka. 
tahap tahap  molekuler inflamasi dibagi menjadi:
- Peningkatan permeablitas kapiler
-Migrasi sel radang neutrofil
-Migrasi sel radang monosit 
-Migrasis sel radang limfosit 
Migrasi sel radang terjadi secara kemotaksis bertujuan  
utama pembuangan jaringan nekrotik, debris asing atau bakteri. Aktivasi sel radang juga bertujuan untuk pelepasan molekul sitokin dan growth factor dalam rangka memperkuat aktivitas sel radang  dalam hal fagosit dan migrasi, disamping mendorong prosedur  inflamasi  untuk segera memasuki tahap tahap  proliferasi.

penjelasan  inflamasi
tahap  inflamasi adalah suatu tahap tahap  dalam penyembuhan luka yang terjadi sesaat sesudah  prosedur  hemostasis tercapai, dimulai dari
peningkatan permeabilitas vaskuler, migrasi sel radang dan aktivitas fagositosis-sekretome sel radang. tahap  inflamasi adalah  prosedur   seluler yang melibatkan interaksi beberapa  molekul sitokin dan growth factor yang saling tumpang tindih dan dapat   terpolarisasi
sesuai dengan niche. detailnya  inflamasi ditandai dengan kemunculan beberapa  sel radang yaitu:
Sel neutrophil dalam 24-36 jam,Sel monosit dalam 48-72 jam,Sel limfosit dalam 5 hari lalu .

tahap tahap  inflamasi
berdasar  perjalanan sel radang dan molekul yang terlibat maka sistematika molekuler inflamasi kami bahas menjadi 4 tahap tahap . detailnya  tahap tahap  itu  seperti skema dibawah ini


FOTO  TAHAP TAHAP  INFLAMASI



tahap tahap  peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan permeabilitas kapiler dapat   berimplikasi pada migrasi dan transmigrasi beberapa  sel radang termasuk MSC, disamping terjadi perembesan (kebocoran) plasma darah dari ruang 
intravaskuler menuju kompartemen ekstra-seluler.
penjelasan  permeabilitas kapiler
Peningkatan permeabilitas kapiler adalah pembentukan ruang celah antar sel endotel vaskuler, sehingga memungkinkan bagi  beberapa  sel radang untuk keluar dari sirkulasi darah (migrasi)  melalui celah dan lalu  transmigrasi menuju wilayah  inflamasi.
 Molekuler permeabilitas kapiler
detailnya  prosedur  molekuler yang terjadi dalam 
peningkatan permeabilitas kapiler adalah akibat rangsangan  molekul:
1. Molekul serotonin 
Serotonin adalah neurotransmitter monoamine yang disekresi  platelet aktif saat prosedur  hemostasis dengan fungsi sebagai agen vasodilatasi. ini  dipicu  sebab  serotonin memediasi  pelepasan nitroc oxide (NO) dari sel endothel vaskuler. NO yang  bebas adalah  sinyal relaksasi otot polos vaskuler sekitar, sebagai 
endothelium-derived relaxing factor (EDRF).
2. Molekul histamin 
Histamin adalah molekul vasoaktif yang disekresi sel mast  aktif dengan fungsi sebagai agen vasodilatasi dan peningkatan  permeabilitas kapiler, disamping mediator inflamasi. Pelepasan mediator inflamasi dapat   memunculkan tanda patognomonik disekitar wilayah  inflamasi yang dinamakan  cardinal sign yaitu:
 Rubor (kemerahan),Calor (panas), Tumor (pembengkakan),Dolor (nyeri).
prosedur  peningkatan permeabilitas kapiler diterangkan  dibawah ini.



FOTO MOLEKULER PERMEABILITAS KAPILER



Pelepasan serotonin dan histamin memicu  vasodilatasi kapiler. ini  berakibat pada penurunan aliran darah sekitar wilayah  inflamasi  dan lalu  menarik sel radang, terutama sel neutrophil mendekati 
endotelium (menjauhi pusat lumen). ini  dipicu  sebab  laju  aliran darah sisi tepi relatif lebih rendah dibandingkan dengan pusat  lumen. Saat yang sama terjadi aktivasi sistem komplemen secara 
kaskade yang menciptakan  C5a/ C3a dan bersama dengan histamin  memicu peningkatan permeabilitas kapiler.  Sisi lain sesaat neutrophil mendekati endotel maka akan  terjadi ikatan antara sel leukosit dengan endotel melalui selektin yang  diekspresikan keduanya. Transmigrasi leukosit menuju wilayah  inflamasi 
akibat rangsangan  kemokine CXCL8 yang akan dibahas berikutnya.

 Molekuler sel neutrofil 
Neutrofil adalah sel leukosit pertama yang bermigrasi kedalam  wilayah  inflamasi sesaat sesudah  bekuan darah (hemostasis sekunder)  terbentuk. berdasar  waktu kejadian dan molekul yang terlibat dalam tahap tahap  ini, maka kami membagi tahap tahap  sel neutrofil menjadi  3 aktivitas, yaitu:
Aktivitas migrasi sel neutrofil ,pergerakan   motilitas neutrofil, Aktivasi sel neutrofil .
Migrasi sel neutrofil
Migrasi neutrofil adalah aktivitas perpindahan sel neutrofil  dari sirkulasi darah menuju wilayah  cidera/ inflamasi. Aktivitas migrasi dipicu  sebab  sel neutrofil mengekspresikan beberapa  reseptor  permukaan yang dapat  memeriksa  gradien kimia beberapa  molekul 
sinyal kemoatraksi dan molekul adhesi yang dilepas oleh sel atau  matriks sekitar jaringan cidera. Aktivitas migrasi neutrofil akan  menurun dan terhenti saat  luka terkendali  dan prosedur  penyembuhan 
mulai memasuki tahap tahap  kemudian .
detailnya  aktivitas migrasi dibagi menjadi:
--Faktor molekuler dalam migrasi sel neutrofil
Migrasi dan transmigrasi sel neutrofil nyatanya akibat 
paparan beberapa  molekul kemokin pada reseptor sel neutrofil. Molekul kemokin bersifat kemoatraksi yang dapat   menarik dan  memandu sel neutrofil keluar sirkulasi darah menuju wilayah  inflamasi.
--Waktu migrasi neutrofil
Aktivitas migrasi sel neutrofil terjadi sesaat sesudah  prosedur   hemostatis sekunder tercapai dan berlangsung hingga 24-36 jam,  lalu  akan menurun secara progresif dan mengalami apoptosis, 
sehingga prosedur  fagositosis diambil alih oleh sel radang lainnya. Masa  hidup sel neutrofil yang singkat bertujuan untuk membatasi kerusakan jaringan sebab  neutrofil melepas molekul litik yang dapat   merusak 
jaringan sekitar. Aktivitas fogositosis neutrofil pada jaringan  memunculkan  gambaran penampilan warna keputihan/ kekuningan. 
Secara sistematik kami membagi menjadi 2 golongan  besar seperti  dibawah ini



FOTO  SISTEMATIKA FAKTOR MIGRASI SEL NEUTROFIL



 Molekuler kemoatraksi sel neutrofil
Molekul kemoatraksi adalah molekul sinyal kemokin yang  dilepas sel radang, elemen  mikroba dan molekul plasma dengan  tujuan menarik dan memandu sel neutrofil keluar sirkulasi darah  menuju wilayah  inflamasi. detailnya  molekul kemokin sel neutrofil 
dibagi menjadi:
1. CXCL8 (IL-8) 
CXCL8 adalah molekul kemokin poten yang pertama kali  disekresi makrofag residen aktif, berperan  sebagai kemoatraksi  sel neutrofil (neutrophil chemotactic factor).
2. CXCL1 (GRO-α) 
CXCL1 adalah molekul kemokin yang disekresi makrofag  resident aktif, berperan   sebagai kemoatraksi sel neutrofil. 
3. Leukotrient B4 
Leukotrient B4 adalah metabolit utama sel neutrofil yang  dapat   memodulasi inflamasi, disamping sebagai faktor kemoatraksi sel neutrofil. 
4. Komplemen faktor C5a
C5a adalah protein fragmen hasil potongan elemen  
komplemen C5 oleh enzim C5-convertase hasil aktivasi jalur klasik,  pilihan lain  atau lektin yang dapat   berfungsi sebagai fagositosis dan  anaphilatoksin, disamping sebagai kemoatraksi dan perlekatan bagi 
sel neutrofil dan monosit pada endotel vaskuler.
5. Peptide formylmethionyl 
Peptide formylmethionil adalah potongan fragmen bakteri  yang dapat   dikenali oleh sel neutrofil melalui reseptor TLR, sehingga  dapat   berperan sebagai kemotaksis.
6. H2O2
H2O2 adalah  elemen  molekul kimia radikal bebas, 
yang berperan kuat sebagai molekul kemoatraksi beberapa  sel radang, termasuk neutrofil.

 Reseptor integrin β1 dan β2 sel neutrofil
Reseptor integrin β1 dan β2 adalah reseptor transmembran  yang diekspresikan membran permukaan sel neutrofil aktif dengan  fungsi sebagai pengikat matriks ekstraseluler, terutama serat kolagen,
fibronectin dan fibrinogen yang terekspos sekitar sel endotelium  cidera. detailnya  pengikatan reseptor integrin-ligan memicu  sel neutrofil melekat pada sel endotel yang lalu   mengaktivasi jalur sinyal transduksi, sehingga memunculkan  tanggapan   seluler berwujud  sitoskleton interseluler. Sisi lain reseptor integrin juga 
berperan besar dalam modulasi jalur sinyal reseptor tirosin kinase (RTK), yang berakibat pada peningkatan aktivitas fungsional sel.

Peran molekul adhesi dalam migrasi neutrofil
Molekul adhesi adalah molekul yang diekspresikan 
permukaan membran sel endothel aktif dengan fungsi mengikat ligan antar sel (termasuk sel neutrofil) dan atau elemen  ECM lain. elemen  molekul adhesi sel neutrofil berwujud :
1. P-selectin
P-selectin adalah molekul adhesi yang diekspresikan sel  endotel akibat rangsangan  thrombin, bradikinin dan histamin yang dilepas oleh jaringan cidera.
2. E-selectin
E-selectin adalah molekul adhesi yang diekspresikan sel  endotel akibat rangsangan  TNF-α yang dilepas makrofag residen aktif. detailnya  P-selectin dan E-selectin yang diekspresikan endotel akan diikat oleh P-selectin glycoprotein ligan-1 (PSGL-1) sel 
neutrofil, sehingga terjadi perlekatan sel neutrofil pada endotel yang  dapat   memicu migrasi dan transmigrasi.
Secara sistematik peran  molekuler yang terlibat dalam 
migrasi neutrophil diterangkan  dibawah ini.



FOTO PERAN  MOLEKULER ADHESI SEL NEUTROFIL 



Perlekatan sel neutrofil pada endotel dipicu  sebab  reseptor  PSGL-1 sel neutrofil mengikat P-selectin dan E-selectin sel endotel.  detailnya  ekspresi P-selectin dirangsangan  oleh thrombin,  bradikinin dan histamine yang dilepas sel platelet dan sel mast aktif, 
sedang  E-selectin dirangsangan  oleh TNF-α dan IL-1 yang dilepas  sel makrofag aktif. Perlekatan sel neutrofil pada endotel  menyebabkan  migrasi sel neutrofil menuju wilayah  cidera sesudah   rangsangan  sinyal kemokin CXCL8 yang dilepas makrofag residen aktif.
Sisi lain makrofag aktif juga melepas CXCL1 untuk menunjang  migrasi sel neutrofil dan diperkuat dengan pelepasan komplemen C5a  aktif, Leukotriene B4, dan peptide N-formyl-methionyl bakteri.
pergerakan     motilitas neutrofil 
Neutrofil memiliki kemampuan  bergerak secara dinamis  menuju ke wilayah  cidera dipicu  sebab  properti yang dimiliki sel  neutrofil dapat  menanggapi   terhadap rangsangan  molekul kemoatraktan.
penjelasan  motilitas neutrofil
pergerakan     motilitas adalah pergerakan     tertentu sel neutrofil dalam transmigrasi menuju wilayah  cidera/ inflamasi sesudah  terjadi perlekatan  pada sel endotel. pergerakan     itu  berwujud  memanjang, traksi, retraksi 
dan lepas secara amubiasis. pergerakan     motilitas neutrofil adalah   bentuk polaritas neutrofil akibat aktivitas protein Rho GTPases (jalur  sinyal transduksi Ras) yang meregulasi protein aktin intraseluler, 
yaitu protein yang berperan sentral dalam cytoskeleton dynamic dan  pergerakan      sel. Sisi lain aktivasi Rho GTPase juga dapat   terjadi  akibat induksi molekul lipid melalui  jalur sinyal tranduksi PI3K.
Motilitas neutrofil
detailnya  pergerakan     motilitas neutrofil dibagi menjadi 4  tahap, dimulai dengan perlekatan sel neutrofil pada endotel melalui  Eselectin dan P-selectin, berlanjut dengan spreading berwujud  pergerakan     
memanjang sel neutrofil membentuk lamellipodia dan filipodia, lalu  traksi dengan menarik tepi ujung sel neutrofil yang  berakhir dengan retraksi berwujud  penarikan neutrofil ke belakang, sehingga terlepas dan bergerak maju kedepan menuju wilayah  cidera 
(migrasi). Motilitas neutrofil dijelaskan dibawah ini




FOTO MOTILITAS NEUTROFI



 Aktivitas sel neutrofil 
Aktivasi sel neutrofil terjadi saat  sel neutrofil sudah  berada  pada wilayah  cidera, sekalipun prosedur  dimulai saat migrasi. Aktivasi sel neutrofil terjadi melalui pengikatan molekul ligan pada reseptor TLR 
neutrofil, yang lalu  mengaktivasi cAMP (cyclic adenosine  monophosphate) sehingga memicu sinyal transduksi yang berakibat  pada aktivasi sel neutrofil. 
sifat  molekuler neutrofil aktif
Secara sistematik neutrofil aktif memiliki sifat  sebagai 
berikut:
1. Mengekspresi reseptor antigen permukaan:
 Reseptor TLR,Reseptor CR1 dan CR3, Reseptor IgG,
2. Peningkatan aktivitas fagositosis 
3. kemampuan  melepas soluble molecule litik:
 myeloperoxidase,defensin, cathepsin,lysozyme
 lactoferrin, collagenase.,

Ekspresi reseptor antigen permukaan
Neutrofil aktif mengekspresikan beberapa  reseptor permukaan membran baru yang sebelumnya tidak ada bertujuan  untuk  membantu peningkatan aktivitas fagositosis dan menanggapi   terhadap  rangsangan  beberapa  molekul danger. Reseptor itu  berwujud :
1. Reseptor CR1 dan CR3 
CR1 dan CR3 adalah reseptor yang diekspresikan neutrofil  bertujuan  untuk mengikat dan memfagositosis komplit   C3b/C3b1-bakteri (opsonisasi-antibodi bakteri). Opsonisasi bakteri 
memicu  sel neutrofil mudah memeriksa  dan mengikat bakteri. 
2. Reseptor IgG
Reseptor IgG adalah reseptor yang diekspresikan sel neutrofil  untuk mengikat molekul IgG yang sudah  opsonisasi dengan bakteri.
3. Reseptor TLR
Reseptor TLR adalah reseptor yang diekspresikan sel neutrofil dan beberapa  sel radang, terutama makrofag yang berperan besar  dalam memeriksa  dan mengeliminasi beberapa  molekul danger DAMP dan mikroorganisme PAMP, disamping polarisasi sel

 Aktivitas fagositosis
Aktivitas fagositosis adalah aktivitas ingesti atau penelanan terhadap beberapa  molekul danger DAMP/ PAMP baik berwujud   material nekrotik/ debris asing atau mikroba (pembersihan/ scavenge) ke dalam badan  sel melalui prosedur  fagosom. Aktivitas yang terjadi 
dalam fagosom berwujud  pelepasan enzim hidrolitik sehingga dapat   melisiskan beberapa  sel dan matriks sekitar sel neutrofil, disamping  terjadi aktivitas respiratory burst menciptakan  ROS yang toksik bagi 
mikroba (bakterisiadal potent) dan jaringan sekitar. detailnya  sifat  neutrofil aktif dijelaskan  dibawah ini.


FOTO AKTIVITAS NEUTROFIL AKTIF


Molekuler sel monosit 
Migrasi monosit adalah aktivitas perpindahan sel monosit dari  sirkulasi darah menuju wilayah  cidera/ inflamasi. Aktivitas migrasi dipicu  sebab  sel monosit mengekspresikan beberapa  reseptor  permukaan yang dapat  memeriksa  gradien kimia terhadap beberapa  
molekul sinyal khemoatraksi dan molekul adhesi yang dilepas sel  atau matriks sekitar jaringan cidera.

Migrasi sel monosit
Migrasi sel monosit dari sirkulasi darah menuju wilayah  cidera/ inflamasi akibat rangsangan  beberapa  faktor kemotaksis. detailnya   aktivitas migrasi monosit terjadi sekitar 48-72 jam terutama sesudah   sel neutrofil mulai apoptosis. ada    banyak faktor yang terlibat  dalam migrasi sel monosit. Secara sistematik kami jelaskan seperti  dibawah ini,
(367)



FOTO SISTEMATIKA FAKTOR MIGRASI SEL MONOSIT



 Molekul kemoatraksi sel monosit
Molekul kemoatraksi adalah molekul sinyal kemokin yang  dilepas sel radang, elemen  mikroba dan molekul plasma yang berfungsi sebagai kemoatraksi (menarik dan memandu) sel monosit keluar sirkulasi darah menuju wilayah  inflamasi. detailnya  molekul 
kemoatraksi sel monosit adalah:
1. MCP-1 atau CCL2 
MCP-1 (macrophage chemoattractant protein) adalah 
molekul kemokin monosit yang disekresi sel keratinosit dan makrofag  residen aktif, disamping limfosit dan sel mast saat terjadi cidera.
2. MIP-1α dan MIP-1β
MIP (macrophage inflammatory protein) adalah molekul  kemokin monosit yang disekresi sel neutrofil aktif sesudah  5-6 jam  dalam wilayah  inflamasi.
3. Trombin, fibronektin dan kolagen 
Trombin, fibronektin dan kolagen adalah protein aktif 
hemostasis yang dapat   berfungsi sebagai kemoatraksi bagi monosit.
4. Molekul PDGF-BB 
PDGF-BB adalah growth factor yang dilepas oleh sel platelet, fibroblas dan monosit bertujuan  memicu perkembangbiakan  dan  pembelahan sel/ mitogenesis, disamping sebagai kemotaksis monosit.
5. N-Formyl-Methionyl-Leucyl-Phenylalanine (FMLP)
FMLP adalah potongan bakteri lisis/ debris bakteri, terutama  lipopolysaccharide yang berperan sebagai kemoatraksi monosit  disamping aktivasi sel monosit (jalur pelepasan  radikal bebas).
6. Protein complement C5a 
C5a adalah protein fragmen hasil potongan komplemen C5 oleh enzim C5-convertase hasil aktivasi jalur klasik, pilihan lain  atau  lektin dengan fungsi meningkatkan migrasi neutrofil dan monosit, disamping fogositosis dan sebagai anaphilatoksin.

Reseptor sel monosit
Reseptor sel monosit berwujud  reseptor transmembran yang  diekspresikan pada membran permukaan sel bertujuan  mengikat  matriks ekstraseluler, terutama serat kolagen, fibronektin dan  fibrinogen yang terekspos sekitar endotelium cidera. Pengikatan
reseptor itu  dapat   memicu  sel monosit aktif dan bermigrasi.detailnya  ikatan reseptor monosit dan ligan molekul dijelaskan  antaralain :
- Leukotrin-BLT
Reseptor BLT sel monosit akan mengikat ligan leukotrin.
- Protein komplemen C5a-CR
Reseptor CR sel monosit akan mengikat ligan C5a
Sisi lain ligan VCAM-1 yang diekspresikan endotel aktif sesudah  rangsangan  IL-1 berperan sebagai molekul adhesi bagi sel monosit. 
-CCL2-CCL2R
Reseptor CCL2R sel monosit akan mengikat ligan CCL2. 
-MIP-1α dan MIP-1β-MIPR
Reseptor β-MIPR sel monosit akan mengikat ligan MIP-1α  dan MIP-1β.
-PDGF-PDGFR
Reseptor PDGFR sel monosit akan mengikat ligan PDGF.
-FMLP(debris bakteri)-FPR
Reseptor FPR sel monosit akan mengikat ligan FMLP.


Molekuler sel makrofag 
Sel makrofag aktif dapat  menginduksi apoptosis sel 
neutrofil dan mengambil alih fungsi fagosit dan  aktif melepaskan  beberapa  sitokin untuk prosedur  kemudian .
penjelasan  sel makrofag
Makrofag adalah hasil polarisasi sel monosit yang memasuki  wilayah  cidera. prosedur  dimulai dengan pengikatan sel monosit pada  matrik ekstraseluler melalui reseptor integrin β, memicu   transduksi sinyal, sehingga memicu ekspresi elemen sinyal tranduksi 
gen sitokin tertentu dan EGR2 dan c-Fos (tanggapan  perkembangbiakan ). Hal  ini memunculkan  tanggapan  sel monosit berwujud  peningkatan aktivitas 
fagosit dan ekspresi sitokin.
Molekul sekresi sel makrofag aktif
Sel makrofag aktif akan mensekresi beberapa  molekul bioaktif  mediator inflamasi yaitu:
1. Molekul TNF-α
TNF-α adalah mediator inflamasi poten yang terdiagnosa   dalam  12 jam sesudah  cidera dengan puncak 72 jam. TNF-α adalah  hasil  sekresi makrofag aktif sebagai tanggapan  rangsangan  molekul DAMP atau  PAMP, dengan obyek sasaran  antaralain :
-buatan  PGE2 di hipotalamus (induksi febris), berperan 
sebagai pirogen endogenous (bersama IL-1 dan IL-6)
-buatan  protein akut liver berwujud  CRP, faktor komplemen, fibrinogen, mannose binding protein (M-bp) (bersama IL-6, IL-1 dan LIF),
- Peningkatan permeabilitas kapiler (bersama IL-1 dan IL-6)
-Ekspresi E-Selectin untuk migrasi neutrofil. (bersama IL-1) 
-Aktivasi sel makrofag/ neutrofil untuk mensekresi M-CSF, G-CSF, GM-CSF sumsum tulang, sehingga terjadi 
peningkatan hemoepoesis dan leukositosis perifer
2. Molekul IL-1 
IL-1 adalah sitokin proinflamatori yang dilepas makrofag  residen aktif yang diperkuat oleh TNF-α makrofag dan endotoxin  bakteri. IL-1 menjadi patogenesis luka kronis non-healing. Secara 
khusus  obyek sasaran  molekuler IL-1 adalah:
- Mengaktivasi sel neutrofil dan limfosit
- buatan  PGE2 hipotalamus (induksi febris), sebagai 
molekul pirogen endogenous (bersama TNF-α dan IL-6)
- buatan  protein akut liver berwujud  CRP, faktor komplemen, fibrinogen, mannose binding protein (M-bp) (bersama TNF-α, IL-1 dan LIF),
- Mengekspresi E-Selectin endotel untuk migrasi neutrofil  (bersama TNF-α), VCAM-1 untuk migrasi monosit dan  ICAM-1 untuk migrasi limfosit. 
3. IL-6
IL-6 adalah sitokin proinflamasi yang disekresi makrofag  residen dan limfosit aktif sebagai tanggapan  rangsangan  PAMP dengan  obyek sasaran  molekuler berwujud : 
- buatan  PGE2 hipotalamus (induksi febris), sebagai molekul pirogen endogenous (bersama TNF-α dan IL-1)
-Mobilisasi energi jaringan otot dan lemak (suhu meningkat).
- buatan  protein akut liver berwujud  CRP, faktor komplemen, fibrinogen, mannose binding protein (M-bp) (bersama TNF-α, IL-1 dan LIF),
- Peningkatkan permeabilitas kapiler (bersama TNF-α / IL-1),
4. Leukemia Inhibitory Factor (LIF) 
LIF adalah  sitokin yang berperan dengan obyek sasaran :

-Inhibisi diferensiasi
LIF menghambat diferensiasi sel dan menginduksi terminal  differentiation leukemic myeloid.
-buatan  protein akut liver berwujud  CRP, faktor komplemen, fibrinogen, mannose binding protein (M-bp) (bersama TNF-α, IL-1 dan Il-6 )

5. Nitric oxide (NO)
NO adalah molekul sinyal yang disekresi makrofag aktif
berperan  ganda, yaitu sebagai mediator pro-inflamasi (disekresi  makrofag aktif) dan molekul anti-inflamasi (dilepas endotel intact). NO dalam keadaan fisiologis dapat   mencegah agregasi platelet dan  menginduksi vasodilatasi, termasuk kardiovaskuler. detailnya  
molekul NO berperan sebagai:
-Neurotrasmiter poten pada sinap neuron.
- Regulasi apoptosis.
-Molekul sinyal dalam patogenesis inflamasi.
-Radikal bebas poten yang toksik terhadap mikroba dan 
jaringan viable sekitar (disfungsi mitokondria hingga 

gangguan sintesis DNA). Makrofag aktif dapat 

mengekspresikan inducible NO synthesis (iNOS) yang 

dapat mengubah L-arginin menjadi L-siturilin dengan
  bantuan oksigen dan NADPH.


6. IL-12
IL-12 adalah molekul interleukin yang disekresi sel dendritik  dan makrofag aktif, disamping neutrofil sebagai tanggapan  terhadap  rangsangan  antigen dengan obyek sasaran : 
-Aktivasi sel NK dan limfosit T CD8 sitotoksik, sehingga 
mensekresi IFN-γ dan TNF-α.
-Menurunkan sekresi IL-4 yang diproduksi .
- Diferensiasi sel T naif menjadi Th1 aktif, sehingga 
mensekresi IFN-γ dan TNF-α, 
7. Metabolit aktif: tromboxan A2, PGF2α, leukotrient B4 dan C4  Makrofag aktif menginduksi phosfolipase yang berakibat  degradasi membran phosfolid sel makrofag, sehingga memicu  pelepasan protein tromboxan A2, PGF2α, leukotrient B4 dan C4 
8. MMP-1, MMP-2, MMP-3 dan MMP-9 (proteinase)
Makrofag aktif melepaskan MMP-1, MMP-2, MMP-3 dan  MMP-9 (enzim pendegradasi ECM) sebagai pembersihan material  asing dan mekanisme pergantian EMC dan  mendorong migrasi sel 
radang (melalui  celah jaringan yang terbentuk). Aktivitas ini menggantungkan diri  pada jalur cAMP (diinhibisi glukokortikoid dan NSAID). 
9. TGF-β 
TGF-β adalah  polipeptida yang disekresi platelet dan 
makrofag residen aktif yang peran nya menggantungkan diri  pada tahap   penyembuhan luka dapat   sebagai aktivasi makrofag di awal inflamasi 
dan inhibisi makrofag/ limfosit tahap  kemudian .



FOTO  KOMPLEKSITAS MOLEKUL MAKROFAG



Molekuler sel limfosit
Sel limfosit T adalah sel radang ketiga yang bermigrasi ke  dalam wilayah  cidera/ luka pada hari ke 5 dan puncaknya pada hari ke 7.
Migrasi sel limfosit
detailnya  migrasi sel limfosit dari sirkulasi darah 
dirangsangan  oleh beberapa faktor kemotaksis, yaitu:
 ICAM-1,CCL2 (MCP-1),CXCL12 (SDF-1),CXCR3 
1. Ekspresi ICAM-1 
ICAM-1 sebagai molekul adhesi limfosit yang diekspresikan  endotel sesudah  rangsangan  IL-1 (hasil sekresi makrofag residen aktif).
2. CCL2 (MCP-1) 
MCP-1 (macrophage chemoattractant protein) adalah 
molekul sinyal kemokin limfosit (monosit dan sel mast) yang dilepas  sel keratinosit saat cidera. Ekspresi MCP-1 yang berkepanjangan  memicu  migrasi neutrofil, makrofag dan limfosit T  berkepanjangan sehingga terjadi tanggapan  inflamasi terus menerus, yang 
memicu  penyembuhan luka tidak terjadi. 
3. CXCL12 (SDF-1)
SDF-1 adalah molekul sinyal kemokin limfosit yang dilepas  jaringan cidera, terutama oleh sel endotelial, miofibroblas dan  keratinosit, disamping mendorong prosedur  angiogenesis dan  prolifreasi/ reepitelisasi. detailnya  SDF-1 adalah  sinyal  kemoatraksi bagi sel progenitor/ sel punca sirkuler sumsum tulang 
(termasuk MSC) menuju sirkulasi wilayah  cidera di jaringan perifer.
4. CXCL10 (IP-10)
CXCL10 adalah  molekul sinyal kemokin limfosit 
(interferon inducible protein 10) yang diproduksi oleh keratinosit. Kadar molekul ini meningkat pada luka akut dan juga keadaan  inflamasi kronis. CXCL10 menganggu prosedur  penyembuhan sebab  meningkatkan prosedur  inflamasi dan mengambil  sel limfosit ke dalam wilayah   cidera dan  menghambat proliferasi sel dengan cara menurunkan  prosedur  reepitelisasi, mencegah angiogenesis/ migrasi sel fibroblas.
5. CXCR3 
Molekul CXCR3 adalah molekul sinyal kemokin limfosit.

 Aktivitas sel limfosit
Sel limfosit T terlibat penting dalam penyembuhan luka
kronik. Sel limfosit kemungkinan  berperan minimal dalam penyembuhan  akut terutama saat  tidak ada inflamasi yang berlebihan. Secara khusus  kerja limfosit dapat   dilihat dalam hubungan antara sel dendritik dengan sel limfosit yang dikenal dengan APC, yang mana  sel  makrofag memprosedur  debris asing sebagai antigen lalu   dipresentasikan pada sel limfosit. Limfosit teraktivasi akan  melepaskan sitokin antaralain : 

1. IFN-γ
IFN-γ adalah sitokine proinflamatori yang disekresikan oleh  limfosit T aktif sebagai tanggapan  terhadap rangsangan  IL-12 yang  disekresi oleh sel makrofag aktif. detailnya  IFN-γ berfungsi  sebagai:
-Faktor penting dalam terjadinya luka kronis, sehingga 
sering dipakai  dalam terapi hipertropik dan scar keloid
sebab  efeknya dalam memperlambat produksi kolagen dan  cross linking dan saat yang sama meningkatkan produksi  MMP-1 (kolagenase).
-Mengaktivasi sel makrofag dan leukosit PMN (fagositosis aktif), sebaliknya makrofag aktif melepas IL-12 untuk  mengaktivasi sel limfosit T, disamping IL-1 dan TNF-α.
-Menurunkan buatan  prostaglandin (molekul antiinflamasi), sehingga efek mediator inflamasi meningkat.
- Menahan sel makrofag agar supaya  tetapi  dalam wilayah  cidera.
2. IL-4
IL-4 adalah sitokin yang berperan dalam:
- Induksi diferensiasi sel T naif menjadi sel Th2 
IL-4 dapat  menginduksi diferensiasi sel T naif (sel Th0) 
menjadi sel Th2, yang lalu  secara feedback positip 
menciptakan  IL-4 secara mandiri.
- Polarisasi makrofag tipe M1 menjadi M2
IL-4 berperan besar dalam inflamasi kronis, terutama 
dengan mengganti aktivasi makrofag (polarisasi) melalui jalur pilihan lain , sehingga menciptakan  M2. nyatanya  keberadaan IL-4 dengan sitokin anti-inflamasi (IL10 dan  TGF) akan mengurangi inflamasi kronis.

MSC dan inflamasi
prinsip  imunoregulasi MSC
MSC dapat  menghindari diri dari pemeriksaan  sistem imunitas  badan  sebab  MSC tidak mengekspresikan antigen HLA class II pada  permukaan sel sehingga tidak dikenali oleh sel APC-limfosit T. detailnya  MSC mensupresi sel radang dengan cara melepaskan 
molekul seperti  dibawah ini.



FOTO MUNOREGULASI MSC



Mekanisme imunosupresi MSC
detailnya  MSC mensupresi beberapa  sel radang dengan  cara antaralain  :

1. MSC supresi sel limfosit: dengan melepas iNOS (tikus) atau  iDO (kita ), PGE2, TGF-β1, HGF, sHLA-G5 dan HO1 sehingga berakibat pada :
-Pergeseran sel T menjadi TH2 terinduksi,
-Promosi Treg,
-Proliferasi sel limfosit T menurun ,
-Limfosit T CD4+, Limfosit T CD8+ dan Sel B tersupresi,
-Apoptosis sel T dihambat,
2. MSC supresi sel NK dengan cara melepas PGE2, IDO dan  sHLA-G5 sehingga berakibat pada :
-Hambatan proliferasi sel NK
- Hambatan aktivitas sitotoksitas sel NK resting
3. MSC supresi sel dendritik dengan cara melepas IL-10, sehingga berakibat pada :
- Hambatan maturasi sel dendritik,
-Promosi dendritik matur menjadi imatur,
Secara molekuler mekanisme imunosupresi MSC pada 
inflamasi diterangkan dibawah .



FOTO  PERAN MSC DALAM MENGENDALIKAN  INFLAMASI




 tahap tahap  proliferasi
tahap tahap  proliferasi adalah  tahap tahap  penyembuhan luka  berwujud  prosedur  reparasi jaringan rusak secara terintegrasi melalui angiogenesis, epitelisasi dan granulasi. tahap tahap  ini adalah  
bentuk pergeseran arah penyembuhan luka dari tahap  akut inflamasi  menjadi bentuk regenerasi, yang dimulai pada hari ke-3, saat  prosedur   hemostasis tercapai sukses dan inflamasi sudah  terkendali  yang 
dapat   berlangsung hingga 2 minggu. Secara mikroskopis tahap tahap   proliferasi ditandai oleh migrasi fibroblas dan pembentukan jaringan 
granulasi secara berlebihan akibat deposisi ECM baru hasil buatan   fibroblas aktif. Sisi lain deposisi ECM mengantikan matriks scaffold (komplit s fibrin dan fibronektin) sebelumnya. Secara sistematik tahap tahap  proliferasi dibagi menjadi:
- Aktivitas angiogenesis,
-Aktivitas fibroplasia,
-Aktivitas epitelisasi,
MSC berperan sentral dalam ketiga tahap tahap  itu , mulai  dengan menginisiasi pembentukan angiogenesis, aktivasi sel fibroblas  sehingga terjadi deposisi kolagen secara siginifikan, hingga  pembentukan sel epitel baru (re-epitelisasi). detailnya  peran   MSC dalam ketiga tahap tahap  itu  adalah dengan:
1. Melepas soluble molecule yang secara parakrin,
2. Berdiferensiasi menjadi sel khusus  sekitar wilayah  luka,
3. Melakukan fusi dan transdiferensiasi 
4. Melakukan eksosom 
meski begitu  peran  soluble molecule dalam 
proliferasi ini sangat dominan, dipicu  sebab  kemampuan nya  dalam mengaktivasi sel sekitarnya, disamping menginduksi endogenous stem cell agar supaya  terlibat aktif dalam prosedur  proliferasi.
Soluble molecule MSC 
peran  MSC dalam proliferasi adalah melepas beberapa  
molekul GF yang berperan besar dalam angiogenesis, pembentukan  fibroblas, deposisi kolagen dan pembentukan epitelisasi. detailnya   molekul yang dilepas MSC adalah :

FGF-1 dan FGF-2 
FGF-1 dan FGF-2 adalah molekul angiogenik growth factor  pertama (sub-keluarga  FGF) yang disekresi fibroblas aktif secara  autokrin (sesudah  rangsangan  PDGF), disamping oleh makrofag aktif, 
endotel dan sel mast dalam 3 hari pertama cidera. FGF bekerja  dengan cara mengikat reseptor FGFR sel obyek sasaran  yang mengandung heparin proteoglikan (afinitas tinggi molekul angiogenik), lalu  memicu kaskade transduksi sinyal yang berefek  pada banyak 
fungsi dan tipe sel mulai diferensiasi, proliferasi, mitogenikangiogenesis, sehingga dinamakan  promiscuous growth factor.
Molekul FGF dibagi menjadi 2, yaitu :
1. FGF-1
FGF-1 berperan sebagai mitogen potenuntuk proliferasi dan  diferensiasi endothel dan otot polos (pembentukan pembuluh arterial),  sedang  VEGF pada pembuluh darah baru.
2. FGF-2
FGF-2 dikenal juga sebagai bFGF adalah faktor angiogenik  poten dibandingkan VEGF dan PDGF, sebab  prosedur  angiogenesis  menciptakan  pembentukan struktur fisik endothel seperti pipa.  pluripoten hingga dilusi matriks, FGF-1 dan FGF-2 juga  merangsang   fibroblast dalam pembentukan jaringan granulasi.

 VEGF (vasculer endothelial growth factor)
Adalah molekul angiogenik growth factor kedua (sub-keluarga  PDGF) yang disekresi fibroblast aktif (disamping makrofag aktif,  endothel dan platelet) dalam 4-7 hari cidera. detailnya  peran   VEGF dalam angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru dari 
pembuluh sebelumnya) adalah menarik endothel migrasi, mendorong  proliferasi dan membentuk struktur seperti kapiler, disamping  vaskulogenesis (pembentukan denovo). ada    5 keluarga  VEGF, 
yaitu VEGF-A, -B, -C, D dan PGF. VEGF-A mendorong awal  angiogenesis, khemotaksis makrofag dan sel neutrophil, dan  vasodilatasi.
 TGF-β 
TGF-βadalah  molekul growth factor yang disekresi 
beberapa  tahap  penyembuhan terutama oleh sel platelet dan makrofag  aktif, disamping keratosit. TGF-β berperan sebagai sinyal  khemotaktis makrofag diawal inflamasi dan sebaliknya menghambat 
aktivasi makrofag pada tahap  proliferasi. TGF-β secara tidak langsung  juga berperan pada angiogenesis dengan cara mengaktivasi fibroblast sehingga dapat  menciptakan  FGF secara autokrin. TGF-β 
adalah  sensor terhadap peningkatan produksi kolagen, 
proteoglikan dan fibronectin (elemen  ECM) dengan menurunkan  sekresi protease MMP (enzim degardasi matriks ECM).adalah   growth factor yang disekresi oleh sel makrofag aktif, disamping sel  keratosit berperan   mengaktivasi sel fibrobalast disamping
angiogenesis. TGF-β adalah  stabilator dalam prosedur  
pembentukan jaringan granulasi dengan cara memberi  sinyal kritis  terhadap peningkatan aktivitas produksi kolagen, proteoglikan dan  fibronectin (elemen  ECM) dan saat yang sama menurunkan  sekresi protease MMP yaitu enzim pendegardasi matriks ECM.or 
kontak antar sel endothel saat migrasi dalam wilayah  luka.

Platelet derivate growth factor (PDGF)
PDGF adalah  molekul growth factor(atas subunit PDGF 
AA, -BB dan –AB) yang disekresi sel platelet aktif (dalam granula  alpha), disamping makrofag dan endothel aktif dengan fungsi  proliferasi, diferensiasi, morfogenesis, migrasi dan angiogenesis. 
PDGF berperan sebagai mitogenik potent (agen pembelahan baik  proliferasi, diferensiasi dan morfogenesis)mesenkimal terutama sel  fibroblast dan otot polos, dipicu  sebab  PDGF dapat    mempercepat siklus sel terutama melewat wilayah  G1 checkpoint(daerah retriksi).  PDGF-BB juga berperan sebagai molekul khemotaksis  langsung terhadap sel monosit.adalah  growth factor yang  disekresi oleh sel platelet (tersimpan dalam granula alpha), disamping
makrofag aktif dan endothel. PDGF terdiri atas subunit PDGF AA, -BB dan –AB,yang akan mengikat reseptor alpha (PDGFRA) dan beta  (PDGFRB). Reseptor PDGFRB adalah penunjuk  penting bagi aktivasi  sel stella hepar dalam prosedur  fibrogenesis.
 PECAM-1 (platelet endhothelial adhesion  moleculer-1)
PECAM-1 adalah molekul adhesi yang disekresi endothel  aktif yang berperan sebagai mediatPDGF derivate sel platelet

 FGF-2. 
FGF-2 adalah growth factor yang disekresi sel fibroblast 
aktif secara autokrin akibat rangsangan  PDGF. Fibroblast aktif akan  merangsang   sel fibroblast lain proliferasi dan aktif yang lalu   melepas FGF-2 secara autokrin merangsang   replikasi dirinya.
 EGF atau IGF-1 
EGF atau IGF-1 adalah  growth factor yang disekresi sel 
makrofag aktif, disamping sel keratinosit berperan   sebagai  agen proliferasi, diferensiasi, migrasi bagi sel fibroblast dan  keratinosit dan  terlibat aktif pada pembentukan jaringan granulasi.

Keratinocyte growth factor (KGF)
KGF adalah  growth factoryang disekresi sel keratinosit, 
dinamakan  FGF7 pada tahap  epitelisasi dari tahap  penyembuhan  luka. KFG adalah  small molekul sinyal ing yang mengikat  FGFR2b terkait dengan heparin proteoglikan.

MSC dan angiogenesis 
penjelasan  angiogenesis
Angiogenesis adalah prosedur  pembentukan pembuluh darah  baru dari pembuluh darah yang sudah  ada sebelumnya dalam  menunjang prosedur  penyembuhan luka. Angiogenesis berbeda vaskulogenesis atau neovaskulerisasi, yang mana  pembuluh darah yang  diproduksi  angiogenesis berasal dari tonjolan dan perkembangan tunas kapiler (capillary bud) yang sudah  ada sebelumnya, sedang 
pada neovaskulerisasi berasal dari pembentukan jaringan  mikrovaskuler embrionik. 

peran  MSC dalam angiogenesis
MSC berperan sentral dalam prosedur  angiogenesis, seperti  dalam tahap  berikut ini.
1. tahap  migrasi endotel 
tahap  migrasi endotel adalah  tahap  awal angiogenesis  yang mana  terjadi migrasi endotel dari jaringan terdekat menuju wilayah   cidera akibat rangsangan  molekul angiogenesis (bFGF, PDGF, VEGF) 
yang disekresi makrofag tipe M2 dan sel mast (sesudah  hemostasis  terkendali  hingga akhir tahap  inflamasi), termasuk MSC. detailnya   molekul angiogenesis dapat  menarik sel endotel terdekat  untuk migrasi (bersifat kemotaksis).
2. tahap  aktivasi endothel
tahap  aktivasi endotel adalah tahap  yang mana  sel endothel menjadi aktif sesudah  rangsangan  beberapa  molekul angiogenesis (bFGF, PDGF, 
VEGF dan PECAM-1). tahap  ini ditandai oleh :
-kemampuan  mengekspresikan VCAM-1 
- kemampuan  meretraksi diri, sehingga dapat  menurunkan  cell junctions yang berakibat pengengenduran (sel endotel  sebelumnya tertanam kuat). Secara mikroskopis tampak  nukleolus membesar.
3. tahap  degradasi membran basalis 
tahap  ini ditandai dengan terjadinya prosedur  degradasi membran  basalis oleh enzim protease (dilepas endothel aktif) dan MMP  (dilepas makrofag aktif dan mast sel), termasuk MSC, sehingga 
endotel terlepas dari dinding endotelium.
4. tahap  tunas angiogenesis(sprouting)
tahap  ini ditandai dengan pembentukan tunas vaskuler baru  sesudah  sel endotel migrasi-melekat diserat kolagen (matriks sekitar) yang tersambung  dengan pembuluh darah sekitarnya. Stimulus molekul angiogenik memicu  tunas baru tumbuh secara tandem.
keadaan hipoksia/ asidosis memicu aktivasi prosedur  angiogenesis.  Ekspresi molekul adhesi integrin β1 diperlukan  untuk stabilisasi  kontak antar endotel dan pembentukan tight junction, sehingga 
memudahkan pembentukan lumen vaskuler. 
5. tahap  maturasi 
tahap  maturasi adalah  prosedur  pemisahan pembuluh darah  yang baru terbentuk, dimulai dari zona kontak wilayah  tengah antara dua  dinding pembuluh kapiler berlawanan, lalu  terjadi reorganisasi  endotelial cell junction dan penetrasi sel pericytes dan myofibroblast
ke dalam lumen, yang dinamakan  prosedur  intussusception  angiogenesis. Pemisahan ini mengindikasikan  bahwa prosedur  reorganisasi 
berasal dari pembuluh yang sudah  ada sebelumnya, sehingga  memungkinkan meningkatkan jumlah kapiler tanpa perlu  meningkatkan jumlah endotel terutama saat  sumber tidak cukup. Kecepatan tumbuh tunas perhari adalah beberapa mm.

MSC dan Fibroblas
Pembentukan dan aktivasi fibroblas adalah  bagian 
penting dalam tahap tahap  proliferasi. Proliferasi terjadi akibat sel  platelet dan makrofag aktif mensekresi molekul PDGF yang berperan  kuat sebagai agen proliferasi sel fibroblas. detailnya  sel platelet 
aktif melepas molekul TGF-β, yang dapat   memicu sel makrofag  residen aktif dan bermigrasi menuju wilayah  luka. Sisi lain inflamasi  yang terkendali  mendorong polarisasi makrofag menjadi tipe-2 yang  aktif melepas molekul PDGF dan TGF. 
penjelasan  fibroblas
Fibroblas adalah sel mesenkimal yang dalam keadaan normal  berada pada posisi quiescence (tidak membelah) siklus sel tertahan  ditahap  G0. Aktivasi fibroblas terjadi saat  dirangsangan  oleh TGF-β 
dan PDGF yang disekresi makrofag dan platelet, termasuk MSC di  hari 3-5 (inflamasi terkendali ). ini  mengindikasikan  bahwa fibroblas muncul di wilayah  luka pada hari ke tiga seiring dengan prosedur  inflamasi  yang terkendali dan terus meningkat hingga 7-14 hari seiring dengan  prosedur  angiogenesis yang lalu  menurun di minggu 2-4 seiring  dengan tahap  redesainling. Fibroblast aktif ditandai dengan aktivitas
replikasi dan proliferasi (pergerakan    siklus sel) yang menciptakan  produk kolagen (elemen  matriks ECM).
 Peran MSC dalam mengaktivasi fibroblas
Fibroblas dan miofibroblas berasal dari jaringan sekitar 
jaringan cidera yang mengalami aktivasi dan proliferasi yang  lalu  bermigrasi ke wilayah  luka. detailnya  aktivasi fibroblas  terjadi akibat rangsangan  TGF-β dan PDGF yang dilepas oleh sel  makrofag dan platelet aktif, termasuk MSC. Sisi lain FGF-2 juga  berperan dalam aktivasi fibroblas. Keberadaan TGF-β dan PDGF
dapat   memandu fibroblas dan miofibroblas bermigrasi menuju wilayah   luka. PDGF adalah  agen mitogenik poten dalam pembelahan proliferasi, diferensiasi dan morfogenesis. peran  PDGF terlihat  jelas dalam prosedur  percepatan siklus sel terutama melewati wilayah  G1  checkpoint (daerah retriksi).
MSC dan pembentukan jaringan granulasi 
Secara sistematis pembentukan jaringan granulasi terdiri atas  5 tahap , antaralain .
1. tahap  migrasi fibroblas
tahap  migrasi fibroblas adalah  tahap tahap  penyembuhan luka  antara tahap  hemostasis dan akhir inflamasi yang mana  terjadi pelepasan  beberapa  molekul pro-regenerasi oleh sel makrofag aktif dan sel mast, termasuk MSC. detailnya  molekul pro-regenerasi itu   berwujud  TGF-β dan PDGF yang berperan sebagai kemoatraksi bagi  migrasi fibroblas dari jaringan berdekatan, lalu  menempel pada  fibronektin matriks sekitar luka (scaffold bekuan darah) melalui
reseptor integrin β1 dan β2. Matriks itu  bersifat sementara  hingga lalu  digantikan dengan matriks EMC provional.
2. tahap  aktivasi   sel fibroblas.
tahap  aktivasi   sel fibroblas sesudah  rangsangan  beberapa  molekul pro-regenerasi yang disekresi oleh makrofag tipe-M2 dan MSC. Makrofag tipe-2 adalah  makrofag yang bersifat pro-regenerasi 
(hasil polariasi tipe-M1 pro-inflamasi) sesudah  inflamasi terkendali  akibat supresi MSC. Secara langsung MSC juga dapat  mendorong 
polarisasi makrofag tipe-1 menjadi tipe-2. Sel fibroblas aktif akan  mensekresi molekul sinyal kemoatraksi, terutama FGF-2 untuk  migrasi sel fibroblas, epitel dan endothel. 
3. tahap  degradasi membran basalis fibroblas
adalah  tahap tahap  degradasi membran basalis sel fibroblas aktif akibat rangsangan  enzim protease yang dilepas sel makrofag aktif  dan sel mast, sehingga terjadi penurunan cell junctions yang berakibat 
pada pengenduran sel fibroblas (yang sebelumnya tertanam erat dalam EMC) dan lalu  lepas.
4. tahap  pembentukan jaringan granulasi
tahap  ini ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi berwujud  pembuluh darah baru, sel fibroblast, myofibroblast, sel  inflamasi, sel endothel dan elemen  ECM provisional. Sekalipun  demikian dalam tahap  ini pembentukan elemen  ECM oleh sel  fibroblas matur menjadi sentral. ECM berwujud  serat kolagen dan 
elastin yang mengisi ruang ekstraseluler sebagai subtansia amorphous seperti gel. Hipoksik dapat   menghambat proliferasi sel fibroblas (berbeda dengan angiogenesis). Komposisi ECM provisional berbeda 
dengan EMC jaringan normal, yang mana  ECM provisional adalah   gabungan sel fibroblas dengan beberapa  serat fibronetin, kolagen,  glikosaminoglikan, elastin, glikoprotein dan proteoglikan. Serat 
fibronetin dan hyaluronan sebagai elemen  utama matriks bersifat  hidratik yang dapat   memfasilitasi migrasi sel fibroblas.
5. tahap  maturasi.
tahap  ini ditandai dengan keseimbangan antara produksi dan  degradasi kolagen (maturasi kolagen), yang mana  laju buatan  kolagen akan menurun dan mulai terjadi destruksi kolagen baru akibat
pembentukan enzim MMP-1 (kolagenase). ini  memicu  
kadar glikoprotein, mucopolisakarida dan kolagen menurun,  disamping itu pembentukan kapiler baru juga menurun. keadaan  ini  memicu  elemen  matrik ECM provisional secara perlahan  mirip  ECM jaringan normal (non-cidera). prosedur  ini mulai  terjadi pada minggu ke 4 dan terus berlanjut hingga beberapa bulan 
bahkan tahunan dalam rangka mencapai hemostasis. Perubahan ini  mengganti penampilan luka dan meningkatkan kekuatannya.
MSC dan Deposisi kolagen
Sel fibroblas aktif akan menciptakan  kolagen, sehingga 
terjadi deposisi kolagen secara terus menerus, sehingga dapat    mengganti penampilan dan kekuatan luka yang sebelumnya hanya  ditutupi oleh bekuan darah fibrin-fibnonetin yang lemah dan tidak  tahan traumatik. detailnya  fibroblas aktif menciptakan  kolagen 
tipe III dan fibronektin dalam jumlah besar sesudah  10 jam pertama  dari inflamasi terkendali hingga 3 hari lalu  menggantungkan diri  pada  ukuran luka. Deposisi kolagen ini mencapai puncaknya pada 1-3  minggu, yang lalu  diganti dengan kolagen tipe I yang jauh lebih 
kuat. Fibroblas aktif tetapi  menbuatan  matriks kolagen, sekalipun  enzim kolagenase mendegradasi matriks itu , sehingga buatan   kolagen akan jauh lebih besar dibanding dengn prosedur  degradasi  hingga mencapai keseimbangan antara buatan  dan degradasi yang 
dikenal tahap  maturasi. ini  dipicu  sebab  MSC dapat  
meregulasi molekul sinyal regenerasi, sehingga molekul pengaktivasi  sel fibroblas secara gradual menurun dan kembali normal (fibroblas mulai mengalami apoptosis diakhir tahap  granulasi).

MSC dan re-epitelisasi
 penjelasan  epitelisasi
Epitelisasi adalah tahap tahap  pembentukan epitelisasi (sel keratinosit) pada jaringan granulasi untuk menutupi luka. Sel  keratinosit adalah sel epithelium yang berasal dari migrasi basal tepi 
luka beberapa jam sesudah  hemostasis tercapai hingga hari 2-3. Sel  keratinosit ini berproliferasi pada tepi luka dan terhenti saat  saling  bertemu di tengah. Sel keratosit migrasi ke atas dari statum basale 
(situs regenerasi) jika membran basalis utuh/ tidak rusak (tidak  cidera) dalam waktu 3 hari, tetapi  jika membran basalis rusak maka repitelisasi terjadi dari batas tepi luka dan appendage (folikel rambut, 
kelenjar keringat) memasuki dermis. ini  mengindikasikan  bahwa pada  peristiwa  luka sangat dalam (skin appendage juga rusak). maka migrasi 
sel hanya terjadi lewat tepi luka. ini  memerlukan  banyak sel  keratinosit asal tepi luka. meski begitu  MSC dapat  berdiferensiasi menjadi sel keratinosit untuk mengisi wilayah  luka itu , disamping MSC juga dapat  mendorong sel punca  endogenous epithelial dari folikel rambut berdiferensiasi menjadi sel 
keratinosit, sehingga keberadaan MSC mempercepat prosedur  reepitelisasi.