Selasa, 05 April 2022

covid 19 2

 




 TENTANG VIRUS CORONA 

kemungkinan beberapa orang mempunyai sel- sel kekebalan tubuh yang mampu mengenali bagian-bagian dari virus SARS-CoV-2.kemungkinan sel-sel itu memberi kekuatan bagi tubuh untuk melawan infeksi Covid-19 yang dipicu oleh virus itu, bahwa orang yang belum terpapar SARS-CoV-2, sekitar setengah dari orang mempunyai beberapa reaktivitas sel-T,

Dalam sebuah penelitian sel T atau sel kekebalan tubuh mencoba dimasukkan dalam tiga varietas, dibuat oleh tubuh sesudah infeksi untuk membantu infeksi di masa depan dari penyerang yang sama,Salah satu dari sel-sel T itu membantu tubuh mengingat penyerang itu jika kembali menginfeksi,

sedang sel T lainnya memburu dan menghancurkan sel-sel inang yang terinfeksi virus corona dan yang ketiga membantu dengan cara yang lain,

Sel T seperti sel-sel itu bereaksi terhadap virus SARS-CoV-2, yang ditemukan ,

di mana dalam darah orang yang dikumpulkan beberapa tahun sebelum pandemi ini dimulai,Percobaan  dilakukan dengan darah konviden Covid-19. Karena para pasien memerlukan kendali  negatif' untuk membandingkan terhadap darah orang yang sembuh,Memori sel T mengenali virus corona,

bahwa orang-orang yang belum pernah melihat virus ini mempunyai reaktivitas sel T terhadap virus corona itu,

 bahwa pengenalan sel T ini dari bagian-bagian virus SARS-CoV-2 mungkin merupakan bagian dari paparan di masa lalu terhadap salah satu dari empat virus corona yang beredar yang memicu flu ,

peneliti  tidak meyakini apakah memori sel T ini akan dapat membantu melindungi kita dari penyakit Covid-19, bukan berarti memori sel T itu dapat sepenuhnya melindungi terhadap infeksi virus, namun jika pasien sudah mempunyai beberapa sel di sekitarnya, para pasien dapat melawan virus lebih cepat, semua virus corona ini terkait, mengingat setiap tahun  mengalami bahwa kita mempunyai sel T yang reaktif dengannya,

 bahwa pasien dengan golongan darah O mempunyai risiko terinfeksi Covid-19 lebih kecil dibanding pasien dengan golongan darah A, B, atau AB.

 bahwa golongan darah O berpeluang lebih kecil terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.peneliti masih belum memastikan apakah golongan darah pasien memengaruhi risiko terinfeksi virus corona ,Golongan darah O dikaitkan dengan risiko tes positif lebih rendah, bahwa golongan darah O berisiko lebih rendah dari tes positif Covid-19,Sementara untuk golongan darah B dan AB, berisiko tes positif yang lebih tinggi.Untuk Golongan darah A tidak mempunyai hubungan dengan diagnosis positif.bahwa orang dengan golongan darah O juga mempunyai risiko infeksi yang lebih rendah, pasien  dengan golongan darah O mempunyai risiko infeksi parah 50 %  (masalah  yang memerlukan ventilasi atau oksigen tambahan), dibandingkan dengan pasien yang mempunyai golongan darah lain, bahwa wilayah genom partisipan yang membantu kode golongan darah dikaitkan dengan peluang pasien untuk mengalami gejala yang parah.golongan darah pasien tergantung pada ada tidaknya protein yang disebut antigen A dan B pada permukaan sel darah merah. Orang dengan darah O tidak mempunyai antigen.  genetik ini diwarisi dari orangtua , bahwa orang dengan antigen A 50 %  lebih mungkin untuk mengembangkan gejala COVID-19 yang parah seperti kegagalan pernapasan.

Namun, penelitian tentang apakah orang dengan golongan darah A menghadapi risiko lebih tinggi terinfeksi Covid-19 tidak memberikan gambaran yang jelas. bahwa pasien dengan golongan darah A berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi dibandingkan dengan orang-orang golongan darah lainnya.

 bahwa orang dengan golongan darah A mempunyai proporsi lebih tinggi terinfeksi Covid-19, bahwa orang dengan tipe B dan AB mempunyai peluang yang lebih tinggi dalam tes positif Covid-19,golongan darah seharusnya tidak menjadi salah satu faktor untuk menilai risiko terpapar Covid-19,

para pasien melihat perubahan huruf tunggal pada banyak gen dalam populasi yang besar, sehingga peneliti bisa menentukan varian gen yang berkaitan dengan risiko penyakit.menemukan hubungan antara golongan darah dengan Covid-19 itu memakai penelitian asosiasi genom-lebar (genome wide association study/GWAS) gen yang terkait dengan golongan darah tertentu memengaruhi tingkat keparahan infeksi pada pasien Covid-19,

orang dengan golongan darah A, mempunyai risiko 50 %  lebih tinggi mengalami gejala Covid-19 yang parah dibandingkan golongan darah lainnya.

orang dengan golongan darah O mempunyai risiko 50 %  lebih rendah untuk menampakkan gejala parah dari Covid-19 yang memerlukan alat bantu pernapasan atau ventilator.

Ada jutaan SNP yang tersebar di seluruh genom pasien, dan itu dapat dipakai  untuk menemukan gen yang terkait dengan penyakit, 

penelitian  ini, mengambil sampel genom dari 1 000 pasien Covid-19 dan lebih dari 1.000 donor darah orang yang sehat, yang didapat dari Italia

para pasien mendata lebih dari 8 juta perubahan huruf tunggal dalam kode DNA, yang dinamakan  polimorfisme nukleotida tunggal atau SNP.

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi dua wilayah dalam genom, di mana varian genetik dikaitkan dengan masalah  Covid-19 yang parah dan risiko kematian yang lebih tinggi. Salah satu wilayah yang diteliti merupakan gen yang menentukan jenis darah. peneliti menetapkan wilayah genom yang berkaitan dengan kegagalan pernapasan akibat Covid-19,Satu sinyal genom didapatkan dari daerah yang menyertakan gen terkait dengan respons imun di paru-paru. Sinyal lainnya datang dari daerah yang berkaitan dengan golongan darah.

Ini mengonfirmasi  keterlibatan sistem golongan darah ABO di Covid-19,

Wilayah lain yang peneliti identifikasi mengandung 6 gen, beberapa di antaranya berinteraksi dengan reseptor ACE2 yang menjadi target SARS-CoV-2, virus corona pemicu Covid-19. Sementara gen lainnya berinteraksi dengan sel-sel kekebalan di paru-paru.Tes genetik dan golongan darah pasien mungkin menjadi alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi para pasien yang berisiko lebih besar terkena penyakit serius,

bahwa penyakit Covid-19 yang dipicu oleh virus itu lebih sering menyerang pasien bergolongan darah A.para pasien membandingan distribusi keseterdiaan goloran darah di masing-masing area saat kondisi normal dan saat wabah Covid-19 menyebar.Hasil pengamatan menampakkan golongan darah A mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap Covid-19 dibanding tipe golongan darah lainnya.golongan darah O mempunyai risiko yang lebih kecil.

 Namun, bukan berarti tipe O mempunyai sistem imun yang lebih kuat atau tipe A lebih rentan terhadap virus, meskipun hasilnya signifikan, bukan berarti hasilnya mutlak, Walaupun hasil penelitian masih mempunyai banyak kekurangan,  golongan darah pasien dapat memengaruhi kerentanan tubuh pasien terhadap virus,pengkategorian yang paling umum diketahui adalah kategori ABO, yang didasarkan pada molekul atau 'antigen' tertentu pada permukaan sel darah. virus, misalnya norovirus, secara langsung mengeksploitasi perbedaan dalam antigen sel darah.Norovirus adalah flu yang menginfeksi pasien melalui sistem pencernaan. Antigen pada sel darah juga dapat ditemukan pada permukan sel yang melapisi usus dan norovirus memerlukan antigen tertentu untuk menempel pada usus,

masih belum bisa menjawab bagaimana virus corona mengeksploitasi perbedaan tipe darah,hal itu mungkin dipengaruhi oleh antibodi anti-A yang dimiliki tipe B dan tipe O.sejauh ini pendapat itu hanya sekedar hipotesis,

 orang-orang yang berisiko Covid-19 dengan gejala parah,antaralain : 

Orang yang lebih tua yang hidup dengan HIV menghadapi risiko lebih tinggi terkena penyakit parah,kurangnya perawatan medis yang tersedia saat orang dengan HIV/AIDS pertama ditemukan. Membuat kekebalan tubuh para pasien lebih rentan dibandingkan orang yang terinfeksi baru-baru ini,

peneliti belum tahu persis mengapa orang dengan kesehatan jantung yang buruk mempunyai risiko lebih tinggi untuk meninggal akibat virus.

 bahwa penambahan strain yang ada di organ paru karena virus corona juga dapat memicu lebih banyak tekanan pada jantung.

Segala jenis kondisi kardiovaskular dapat membuat pasien lebih rentan terhadap penyakit parah akibat virus., Pasien penyakit jantung yang terinfeksi virus corona mempunyai peluang hidup yang lebih rendah,

diabetes tipe 1 dan tipe 2 juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit parah atau kematian, terutama saat para pasien terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Kondisi pernapasan dapat merusak kapasitas paru-paru untuk melawan virus. 

Pasien kanker juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah atau kematian akibat virus corona,pasien kanker juga tidak dapat mengambil vaksin dan perawatan tertentu untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh para pasien secara umum,

Salah satu gen pada penyakit Alzheimer terkait dengan transmisi Covid-19 yang lebih mudah. salah satu gen reseptor yang terkait dengan Alzheimer, gangguan otak degeneratif, dapat dikaitkan dengan Covid-19, orang dengan Alzheimer telah meningkatkan ekspresi gen ACE2, yang merupakan titik masuk untuk virus corona,

Penyakit ginjal dapat membuat orang-orang tidak dapat berkompromi dengan virus ,pembekuan darah berlebihan yang terlihat pada pasien Covid-19 telah merusak ginjal para pasien, ini menjadi kekhawatiran khusus untuk orang yang sudah berurusan dengan penyakit ginjal,Orang-orang yang telah melakukan transplantasi seluruh organ memakai obat imunosupresif, membuat para pasien lebih rentan terhadap infeksi dan virus seperti Covid-19.

Anemia sel sabit meningkatkan risiko kematian orang karena Covid-19, yang secara tidak proporsional memengaruhi ,Anemia sel sabit adalah kelainan darah genetik yang berdampak pada lebih dari 100.000 orang Amerika, mayoritas dari para pasien berkulit hitam,Sementara sel-sel darah merah yang sehat bulat, orang-orang dengan anemia sel sabit mempunyai sel-sel berbentuk bulan sabit,sel darah berbentuk bulan sabit ini dapat memicu para pasien tersangkut di pembuluh darah, memicu rasa sakit, gumpalan, 

Rapid test itu mendeteksi antibodi, karena zat antibodi yang menentukan apakah pasien itu terpapar (corona),. Namun, perlu interpretasi yang hati-hati karena hasilnya tidak selalu akurat,Hasil negatif tidak menutup kemungkinan bahwa pasien itu terinfeksi. Ada kemungkinan false positive dan false negative. Sehingga kalau tidak meyakinkan, akan berpotensi menularkan kepada para pasien,.Hasil dari rapid test  tidak akan akurat jika dilakukan pada pasien yang immunocompromised,Pasien immunocompromised adalah para pasien yang mekanisme kekebalan tubuhnya mempunyai gangguan imunologi, seperti HIV atau penyakit kronis lainnya. bahwa hanya tes molekul yang bisa mendeteksi virus pemicu Covid-19. Namun, permasalahan  adalah fasilitas laboratorium dengan biosafety level 3 yang terbatas.




HEWAN DAN CORONAVIRUS

 Virus corona SARS-CoV-2 sangat mirip dengan virus corona yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda yang ada di Yunnan, China.Virus corona untuk SARS-CoV-2 mempunyai panjang 30.000 basa. saat virus ini dilihat secara keseluruhan, kesamaannya dengan SARS hanya 80 % . perbedaan (dengan SARS-CoV) cukup banyak, sekitar 20 % , terdekat  (SARS-CoV-2) dengan genomnya coronavirus yang ditemukan pada kelelawar tapal kuda di Yunnan, China, Bukan di Tomohon (Sulawesi Utara) atau Jogja sebab   inangnya beda, saat suatu virus atau apapun tercipta dari rekayasa pasien, pasti di dalamnya ada rekam jejak. Namun, hal ini tidak ditemukan dalam SARS-CoV-2,saat peneliti akan melakukan rekayasa, para pasien harus menambahkan sesuatu ke dalamnya untuk membantu ilmuwan memahami,Dalam   virus corona pemicu Covid-19, jika  virus ini dibuat, maka ilmuwan harus melakukan rekayasa pada 1.200 titik,virus corona untuk SARS-CoV-2 mempunyai panjang 30.000 basa. saat virus ini dilihat secara keseluruhan, kesamaannya dengan SARS hanya 80 % ,Kedekatan virus corona SARS-CoV-2 yang paling dekat adalah dengan kelelawar tapal kuda dari Yunnan, China. Kesamaan keduanya adalah 96 % , berbeda 4 % , 4 %  itu berarti sama dengan ada 1.200 titik asam amino yang berbeda antara SARS-CoV-2 dengan virus corona pada kelelawar tapal kuda dari Yunnan, virus corona adalah buatan pasien, artinya ada pasien yang mengubah 1.200 titik asam amino pada SARS-CoV-2

kalau  rekayasa  (SARS-CoV-2) akan ada tag-nya dan bisa di-tracking. Jadi kalau misalnya sudah ada yang diubah, kemudian ingin rekayasa  titik yang berikutnya,  yang sudah diubah harus saya beri semacam label. , penambahan label itu bisa terlihat,sesudah diselidiki, penambahan "label" atau rekam jejak dari pasien nihil.

 tidak  ditemukan label itu. Dari ujung ke ujung tidak  ada label tambahan. Karena kita  tahu anatomi coronavirus secara umum seperti apa,

peneliti memastikan bahwa virus corona SARS-CoV-2 bukan buatan pasien,



BERMUTASI 

 virus yang bermutasi mampu memasuki sel pasien lebih baik dari virus tanpa variasi itu, Perubahan pada protein "ujung runcing" yang dipakai virus untuk mengait pada sel pasien tampak memungkinkannya untuk "menempel lebih baik dan berfungsi lebih efisien. protein spike virus-virus ini berbeda dengan cara yang  konsisten dengan, namun tidak membuktikan, penularan yang lebih besar, 'mengedit' sebuah virus sehingga mempunyai perubahan pada protein spike dan mengadunya dengan virus Sars-CoV-2 yang tanpa mutasi dari wabah awal di Wuhan, dalam sel-sel jaringan pasien.Hasil uji itu, membuktikan bahwa virus yang bermutasi lebih cepat menular dibanding versi aslinya, 

 pasien dengan virus yang bermutasi ini mempunyai jumlah virus yang lebih besar dalam sampel uji swab para pasien.  itu bisa menampakkan bahwa para pasien lebih mudah menularkan ke para pasien,

Tidak ada bukti bahwa virus corona bermutasi untuk membuat pasien lebih sakit atau kurang sakit.jumlah virus  hanya merupakan soal  seberapa baik virus menyebar dalam tubuh pasien orang. Itu tidak menerangkan seberapa mudah ia menginfeksi para pasien,

Mutasi virus itu diperlukan, supaya dapat diketahui dan diklasifikasikan bahwa virus yang menginfeksi itu berasal dari wilayah mana. Meskipun di sisi lain,  itu memang akan mengubah struktur ataupun antigen dari virus itu.

 kita pilih pembuatan vaksinnya,  Virus ( SARS-CoV-2) yang mutasi namun tidak mengubah asam aminonya, Oleh sebab itulah,berbagai pihak berusaha menciptakan vaksin dengan mendapatkan sekuen dari virus SARS-CoV-2 sebanyak-banyaknya , sudah ada 7 sekuen virus SARS-CoV-2  yang sudah dilakukan sequensing atau pemetaan genom virus,masih ada belasan sekuen lagi yang sedang dalam penelitian lebih lanjut sebelum dilaporkan menjadi sekuen virus SARS-CoV-2 , untuk dapat merangsang antibodi dari sebagian besar sekuen yang ada  Vaksin yang menghasilkan antibodi terhadap masing-masing sekuen virus SARS-CoV-2 itulah yang nantinya akan membantu imunitas atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi virus yang menyerang di dalam tubuh.Mutasi (virus corona) itu diperlukan. Virus itu bisa hidup dan bisa membunuh diri sendiri dengan imunitas tubuh yang bagus,

mutasi virus ini terbilang langka, sehingga para ilmuwan tidak pernah menduga hal itu  terjadi,memakai pendekatan ultra-deep sequensing, menyelidiki mutasi virus ini dengan menganalisa strain virus yang diisolasi dari 11 pasien Covid-19 yang terpilih secara acak ,Pengujian efisiensi strain virus dalam menginfeksi dan membunuh sel, menampakkan adanya mutasi paling mematikan,

Mutasi ini juga telah ditemukan pada sebagian besar pasien di seluruh Eropa. sedang strain yang lebih ringan ditemukan di Amerika Serikat, 

 mutasi yang terjadi memicu perubahan fungsional pada spike protein virus,Bahkan, jenis perubahan strain virus yang paling agresif  menghasilkan viral load hingga 250 kali lebih banyak dibandingkan jenis yang paling lemah,

Strain virus ini juga dapat membunuh sel-sel dengan cepat. Virus corona berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan. lebih dari 10.000 strain virus dan di antaranya mengandung 4.300 mutasi.Sebab, infeksi pandemi dan tingkat kematian bervariasi dari satu negara dengan negara lain, tingkat kelangsungan hidup juga bergantung pada usia, kondisi kesehatan yang mendasari atau  golongan darah,



VAKSIN

Hingga saat ini, mencatat ada sekitar 130 vaksin yang umumnya berada di tahap 1 dan 2 pengembangan vaksin, dari total 130 calon vaksin hanya ada delapan perusahaan bioteknologi utama yang melewati tahap 1 dan 2, dan dianggap paling memungkinkan perkembangannya sebagai vaksin untuk Covid-19, bahwa setiap perusahaan bioteknologi memakai jalur atau kategori masing-masing dalam membuat vaksin,

DNA plasmid

  belum ada vaksin dari virus yang dilemahkan masuk ke uji klinis.

Selain BioNTech dan CureVac di Jerman, DZIF bekerjasama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) mengembangkan vaksin yang dilemahkan (attenuated) dan vektor MVA-S. Namun, masih berada dalam tahap praklinis, vaksin dari virus yang dilemahkan (attenuated) ini berbeda dengan vaksin dari virus yang dimatikan (inactivated).

Inactivated virus

bahwa vaksin kategori ini merupakan yang paling konvensional dan metodenya sudah lama,Virus itu dimatikan, bisa dengan formalin atau betaprobiolakton, 

SinoVac ini menginduksi sistem imun atau kekebalan tubuh yang seimbang, seperti limfosit T dan limfosit B. Selain antibodi yang menetralisir virus  terhadap spike, vaksin ini  mempunyai sistem memori limfosit B yang baik.

 mRNA

Kategori atau jalur pembuatan vaksin mRNA merupakan platform baru. Metodenya adalah memakai asam nukleat yang membentuk spike dan disuntikkan ke dalam tubuh pasien,mRNA tidak begitu stabil. Untuk menstabilkan mRNA ini biasanya dilapisi ke dalam lipit nano partikel

 perusahaan bioteknologi yang mengembangkan mRNA antara lain CureVacModerna, Arcturus, BioNTect 

Vektor adenovirus

Cansino dan Oxford  mengembangkan vaksin dengan jalur vektor adenovirus. Dalam prosesnya, peneliti memakai antigen spike dari virus SARS-CoV-2 yang dimasukkan ke dalam vektor adenovirus.Oxford sudah berpengalaman dalam pengembangan vaksin melalui jalur vektor adenovirus ini, dan untuk vaksin Covid-19 saat ini sudah diujicobakan pada monyet.

vaksin cacar  hampir sulit untuk didapatkan saat ini. Virus itu  dipakai untuk kepentingan penelitian medis,Keberhasilan vaksin cacar membasmi sepenuhnya keberadaan penyakit ini, Vaksinasi cacar yang dilakukan sejak akhir abad ke-18 hingga akhir abad ke-20 berhasil menghentikan penyebaran dan menghilangkan penyakit cacar di seluruh bagian dunia. masalah  terakhir penyakit cacar yang ditemukan adalah di Kongo tahun 1977,penyakit lain yang bisa dihilangkan dengan vaksin adalah virus polio,

 penyakit cacar atau smallpox dipicu oleh virus variolla, penyakit cacar air dipicu oleh virus varicella-zoster. Penularan penyakit cacar air pun lebih mudah dibanding cacar,

Virus polio yang mempunyai tiga tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. , (virus polio) tipe 2 itu sudah hampir menghilang dari muka Bumi. 

 jika suatu penyakit bersifat zoonosis - menular dari hewan ke pasien, atau penyakit itu  menginfeksi dari pasien ke hewan, virus itu akan sangat sulit diberantas,

 lima penelitian yang melakukan uji klinik tahap I dan II secara bersamaan.

uji klinik tahap I  dan  tahap II, sebenarnya penelitian di tahap I,  beberapa parameter yang harus dilakukan di tahap II seperti efikasi itu sudah dapat dilihat di tahap I,, Efikasi vaksin adalah menguji bagaimana antibodi atau respons imun yang dihasilkan sesudah pasien diberi vaksin,  uji klinik tahap I dan II dapat dilakukan berbarengan karena peneliti memakai platform pembuatan virus yang sudah dipakai dalam penemuan vaksin sebelumnya.

safety profil-nya itu sudah terlihat, bahwa platform vaksin itu aman. Sehingga dalam tahap I dan II, melibatkan  jumlah volunteer yang lebih besar dan efikasinya dapat dilihat,

Adenovirus yang Oxford pakai ini bersikulasi di simpanse. Jadi bukan virus yang menginfeksi pasien, artinya virus ini aman. Kemudian, pasien juga tidak mempunyai antibodi bawaan terhadap virus ini, artinya virus ini mempunyai imunogenisitas yang sangat tinggi,Vaksin yang dibuat oleh ilmuwan Oxford didasarkan pada adenovirus simpanse yang dimodifikasi untuk menghasilkan protein di dalam sel pasien yang juga diproduksi oleh Covid-19. Vaksin ini dinamai ChAdOx1 nCoV-2019.Diharapkan vaksin ini dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk kemudian mengenali protein dan membantu menghentikan virus corona baru memasuki sel pasien.Vaksin adenovirus  mengembangkan respons imun yang kuat dengan dosis tunggal dan bukan virus replikasi, itu membuatnya tidak dapat memicu infeksi, dan lebih aman untuk pasien anak-pasien anak, orang tua, dan  penyakit diabetes,

virus ini di modifikasi secara genetik sehingga virus ini tidak dapat memperbanyak diri pada makhluk hidup baik hewan dan pasien,

 vaksin adenovirus yang dikembangkan Oxford  mampu membawa gen atau DNA dari organisme lain, dalam hal ini adalah gen spike protein virus corona SARS-CoV-2 yang merupakan target vaksin, ChAdOx1 nCoV-2019  aman sebagai pembawa vaksin,saat pandemi corona mulai menyebar pertama kali di China, ada ilmuwan China yang mengupload sekuens dari SARS-CoV-2.

Dari situlah para ilmuwan meneliti bagian mana yang mengkode gen untuk memproduksi protein di dalam virus,

Dengan teknologi biologi molekuler modern, tim Oxford melakukan kloning pada gen itu kemudian disisipkan ke dalam adenovirus,

sehingga kita sama sekali tidak melibatkan virus dari SARS-CoV-2 dalam proses pengembangan vaksin.  hanya melibatkan material genetik yang tersimpan di database, kemudian dengan teknologi DNA sintesis , mensintesis gen yang mengkode spike protein itu,Kemudian gen itu dimasukkan ke dalam adenovirus. Dan adenovirus ini dipakai untuk memvaksinasi pasien,

saat adenovirus menginfeksi pasien, adenovirus akan menginjeksikan material genetik yang dimilikinya termasuk spike protein yang sudah disisipkan ke adenovirus, tubuh akan memproduksi protein spike gen. tubuh kita yang sebenarnya memproduksi antigen terhadap SARS-CoV-2,Protein itu akan diproses sedemikian rupa oleh tubuh sehingga dihasilkan respons imun,  contoh dihasilkan plasma B yang berfungsi sebagai antibodi yang pada akhirnya melindungi diri dari  virus corona,Jika tubuh mempunyai sistem imun memori, yaitu sistem imun yang dapat dipanggil kembali saat suatu saat terjadi infeksi yang sama, Namun, hasilnya belum diketahui,

bagaimana cara ilmuwan menemukan vaksin yang tepat 

pertama   adalah melakukan penelitian dasar terkait agen suatu penyakit.

Penelitian ini menarget protein mana yang dapat dijadikan kandidat vaksin. Kemudian sesudah ditemukan kandidatnya (protein), masuk ke tahapan uji pra klinik   ,kandidat vaksin yang sudah dibuat akan diuji ke hewan mencit dan hewan yang menyerupai pasien, seperti spesies primata bukan pasien ,

Bila kandidat vaksin sudah lolos dalam tahap uji pra klinik, peneliti akan melanjutkan pengujian vaksin ke tahap uji klinik, tahapan uji klinik adalah suatu pengujian khasiat obat baru kepada pasien, di mana sebelumnya diawali dengan pengujian ke hewan atau uji pra klinik, Dalam uji klinik,  ada 4 tahapan, 

tahap I,  menguji keamanan dan tolerabilitas dari kandidat vaksin,

 apakah kandidat vaksin aman diberikan ke orang dewasa,  ke target populasi golongan rentan ,

Di tahap I juga diuji bagaimana imunogenisitas dari kandidat vaksin, apakah kandidat vaksin  dapat meningkatkan sistem imun di tubuh  atau tidak,

sesudah melewati uji klinik tahap I, ahli akan melanjutkan ke uji klinik tahap II.

Pada tahapan uji klinik tahap II biasanya menguji apakah efek farmakologik yang tampak pada tahap I bermanfaat atau tidak untuk pengobatan dan menguji efikasi, Pade tahap II, itu dilakukan penelitian terkait efikasi pada kandidat vaksin yang diuji coba. Efikasi di sini  apakah antibodi atau respons imun yang dihasilkan dari vaksin, bisa memberikan proteksi untuk tubuh, tahap III,  ilmuwan akan melibatkan responden dalam jumlah lebih besar.  ini untuk menggambarkan populasi sebenarnya di dalam komunitas.Dari tahap III, biasanya akan masuk ke tahapan registrasi dan sesudah disetujui oleh  FDA, 

Tanpa vaksin, pasien memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai kekebalan kolektif yang disebut  herd immunity,  sedikitnya diperlukan 70 %  dari total populasi yang mengembangkan kekebalan terhadap virus corona,  dengan paparan atau vaksinasi, untuk mencapai kekebalan, tidak akan bisa mengendalikan virus ini sampai mendapatkan vaksin, atau sampai virus menginfeksi  sampai 90 %  populasi pasien.

 Beda vaksin sel dendritik dengan lainnya,vaksin ini  dibuat dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, kemudian memasukkannya lagi,

Cara mengeluarkan sel dendritik, ahli akan mengambil darah orang yang akan divaksin,selesai  diambil darahnya, relawan diperbolehkan pulang agar ahli dapat menumbuhkan sel dendritik di laboratorium,Di dalam darah ada berbagai macam sel, dari sel darah merah, sel darah putih, termasuk sel prekursor dendritik,(Sel prekursor dendritik) belum menjadi sel dendritik, namun masih (berbentuk) sel prekursor, sesudah darah diambil dari relawan atau orang yang akan divaksin, ahli kemudian akan menumbuhkan sel prekursor dendritik 

 sel darah merah dipisah  sel darah putih dihapus  . para ahli hanya berusaha menumbuhkan sel prekursor dendritik,Sel prekursor dendritik ini ditumbuhkan di cawan laboratorium,

 bahwa vaksin  memakai bahan serum darah dari masing-masing pasien,

 merupakan vaksin personal berbasis sel dendritik (dendritic cell).,

Saat pasien disuntikkan vaksin, di dalam vaksin itu ada yang namanya antigen.

Antigen merupakan bagian dari virus atau virus yang dilemahkan dan dapat memicu tumbuhnya antibodi dalam tubuh pasien yang disuntik.

saat antigen masuk ke dalam jaringan kulit, nanti dia akan ketemu dengan sel dendritik,Sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru

(Sel dendritik) gurunya sel-sel yang nantinya memproduksi antibodi,

Di dalam tubuh pasien, ada dua macam sel, yaitu sel B dan sel T. Sel yang bertugas memproduksi antibodi adalah sel B,Saat ada banyak antigen yang masuk ke tubuh melalui vaksin kemudian diserap oleh sel dendritik, kemudian sel dendritik akan memaparkan bagian tubuhnya potongan  antigen itu, fungsinya  untuk mengajari sel B (memproduksi antibodi),

 Nantinya, sel B akan memerlukan waktu untuk merespons membuatkan antibodi yang sesuai dengan antigen itu, sekitar dua minggu. sesudah itu akan muncul antibodi yang spesifik dengan antigen tadi,

Pada masa inkubasi itu kan perlu waktu, sekitar 2-3 hari. Pada masa itu  diberikan antigen (ke sel dendritik). Jadi antigennya tidak disuntikkan ke orang, namun diberikan langsung ke sel dendritik (di laboratorium),

sesudah sel dendritik beranjak dewasa dan sudah terpapar antigen, sel itu disuntikkan kembali ke relawan yang sama,Darah yang diambil dari relawan A, sel dendritiknya akan dikembalikan lagi ke A, bukan C atau D.

 pendekatan sel dendritik ini sebenarnya dipakai untuk imunoterapi kanker,

Metode ini sangat mahal karena proses kultur  rumit. Mulai dari mengambil darah, memisahkan sel, menumbuhkan sel dendritik di laboratorium, memperbanyak jumlah, hingga menginjeksikan lagi ke pasien. sesudah itu  dokter harus menunggu dan memastikan apakah antibodinya muncul,

Dalam proses itu, butuh pengecekan berulang kali untuk memastikan apakah prosesnya sudah benar, sesudah itu harus menunggu dan memastikan apakah muncul antibodinya,sesudah sel dendritik dilatih di laboratorium, saat dimasukkan ke tubuh seharusnya dia bisa mengajari sel B untuk membentuk antibodi,

 peneliti  sudah bisa mendapatkan sekuen asam nukleat RNA dari tujuh isolat penyusun genom virus corona, SARS-CoV-2 , yang saat ini disebutkan masih meneliti belasan sekuen lagi, Dalam prosesnya, isolasi dan amplifikasi gen spike dilakukan dengan PCR untuk menganalisa gen ekspresi protein. Dilanjutkan dengan kloning gen ke vektor, melalui kloning transfeksi sel mamalia, mengembangkan protein rekombinannya. Jika sudah mendapatkan antigen kandidat vaksinnya akan dicobakan ke hewan kecil, kemudian baru hewan yang lebih besar,Teknologi telur disebut  teknologi tua, karena menjadi teknologi yang sudah di kenal awal sekali, seperti vaksinasi untuk influenza, vaccinia dan klorela. Dalam pengembangannya, virus atau bakteri ditumbuhkan di telur yang bertunas.sesudah beberapa hari atau minggu, virus atau bakteri yang ditumbuhkan itu bisa dipanen, untuk kemudian dikembangkan menjadi vaksin. Tentunya sesudah dilakukan inaktivasi dengan berbagai cara,

Virus yang dipanen dari telur ini juga bisa langsung dilemahkan atau diinaktivasi, sesudah di formulasi, bisa diberikan dengan lebih cepat,

Respon tubuh terhadap virus utuh yang dilemahkan itu lebih baik, namun salah satu masalahnya adalah jika ini diberikan kepada orang-orang yang mengalami imuno-kompromis, ibu hamil atau orang yang sedang mendapat terapi steroid. Virus yang dilemahkan ini bisa kembali menjadi virulen, tidak disarankan diberikan kepada para pasien yang mempunyai gangguan imunologi,.

 Plasma konvalesen sebagai terapi  agar mempunyai kekebalan tubuh lebih baik dalam melawan virus corona SARS-CoV-2,  plasma konvalesen) bisa jadi imunisasi pasif. sedang vaksin adalah imunisasi aktif,Namun, sampel plasma darah yang diambil untuk konvalesen ini tidak sembarangan pasien sembuh dari Covid-19.,ada persyaratan tersendiri menjadikan pasien sembuh Covid-19 atau penyintas  sebagai donor, begitu juga dengan plasma dan pasien yang akan diujikan. syarat atau kriteria yang dilakukan dalam penelitian plasma konvalesen sebagai alternatif terapi pasien Covid-19.Donor penyintas Covid-19 ini adalah para pasien yang sudah pernah terinfeksi virus corona SARS-CoV-2, dan sembuh dari infeksi itu, Donor penyintas ini nantinya akan diambil plasma di dalam tubuhnya dan teliti, hingga hasilnya akan diberikan kepada pasien Covid-19 yang sedang terinfeksi dengan gejala berat. laki-laki maupun perempuan hatilah yang sehat dan terbukti dari hasil laboratorium, Bebas dari infeksi virus corona, laki-laki,Jika perempuan, adalah sampel perempuan yang belum pernah hamil, Bebas dari virus, parasit ataupun patogen lainnya yang berkemungkinan bisa ditransmisikan melalui darah, mempunyai titer antibodi yang cukup tinggi berdasarkan hasil uji netralisasi Kategori pemakaian plasma konsvalesen,kategori fokus yang dilakukan oleh para peneliti terkait plasma konvalesen untuk pandemi Covid-19 saat ini,

Beberapa seperti bebas dari infeksi virus, seperti virus corona, parasit ataupun patogen lainnya yang memungkinkan dapat ditransmisikan melalui darah, dan mempunyai titer antibodi yang cukup tinggi.,Plasma aferesis di Unit Transfusi Darah yang akan diteruskan dalam pengujian dan penelitian oleh peneliti adalah yang memenuhi persyaratan peneliti,

Dosis akan ditentukan tergantung dengan kadar antibodi plasma yang diperoleh dari donor,setiap kadar antibodi plasma pasien yang sembuh dari Covid-19 sebagai donor, akan berbeda-beda. Pasien yang diberikan terapi plasma konvalesen ini nantinya disesuaikan dengan kadar dari plasma masing-masing itu.pasien yang akan diberikan terapi plasma konvalesen ini adalah pasien yang mempunyai tpasien gejala berat saja, tidak untuk semua pasien yang terinfeksi Covid-19. terapi plasma konvalesen  ini bukan untuk pencegahan, Beda dengan vaksin,Terapi plasma konvalesen ini tidak bisa diberikan kepada pasien Covid-19 gejala ringan dan orang sehat,

Pemantauan dan evaluasi akan terus dilakukan kepada pasien Covid-19 yang menerima terapi plasma konvalesen ini.

peneliti memakai sampel darah dari pasien Covid-19 dan plasma darah yang diambil dua tahun lalu, karena plasma darah ini tidak mengandung SARS-CoV-2 sebagai pengendalian untuk memverifikasi tes. tes itu bukan alat yang sempurna, namun itu salah satu cara untuk membantu merancang protokol dalam mengatasi pandemi ini,Terapi ini memakai antibodi yang diambil untuk dari pasien yang selamat dari penyakit.

Dalam hal ini, pasien Covid-19 yang sembuh, yang kemudian plasma darahnya dapat dipindahkan ke orang yang terinfeksi penyakit yang sama.

Tes ini dilakukan dengan mengambil antibodi IgM dan IgG.  bukti menampakkan pasien Covid-19 membentuk antibodi pada tahap awal infeksi.

Pada tahap akhirnya diyakini antibodi melimpah dan bertahan lebih lama di dalam tubuh. namun, karena virus corona, SARS-CoV-2 ini sangat baru, maka tim peneliti tidak dapat memastikan berapa lama antibodi itu dapat bertahan.

Ilmuwan terkendala mesin penguji Sebagai tes serologis, pendekatan ini berbeda dengan skrining atau pemindaian yang dipakai untuk mendiagnosis pasien yang diduga terinfeksi virus corona yang memicu Covid-19.

Di mana sekresi pernapasan diambil dari dalam saluran hidung pasien untuk menemukan bahan genetik dari virus corona baru, SARS-CoV-2.

Ilmuwan mempunyai persediaan yang cukup untuk menjalankan tes selama enam bulan. Sayangnya, para pasien masih terkendala mesin yang dimiliki saat ini dalam menjalankan tes itu.

 pakar medis di Johns Hopkins University yang mengadopsi metode antibodi dari akhir abad ke 19 untuk obati virus corona. mengambil darah pasien yang pulih dari virus corona. Sampel ini diteliti untuk dipakai dalam perawatan dalam membantu melindungi pasien dari pandemi Covid-19 ,

 peneliti menerangkan bagaimana antibodi virus yang terkandung dalam serum darah pasien yang sembuh dari virus corona, dapat disuntikkan ke para pasien.

Metode antibodi pasif. ini menawarkan para pasien Covid-19 perlindungan jangka pendek. pengobatan ini sudah ada sejak akhir abad 19 untuk membantu membendung wabah campak, polio, gondong dan influenza.

pasien virus corona yang sudah sembuh perlu menyumbangkan darah para pasien sesudah pulih dari Covid-19. Selama tahap ini, serum darah akan mengandung sejumlah besar antibodi alami yang diproduksi memerangi virus SARS-CoV-2.antibodi itu dapat tetap beredar dalam darah selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sesudah infeksi.

Sebab, apabila serum ini kembali diekstrak dan diproses lagi, maka antibodi ini dapat disuntikkan ke para pasien untuk memberi manfaat jangka pendek.

Hal itu tergantung pada jumlah dan komposisi antibodi, sehingga perlindungan yang diberikan oleh imunoglobin yang ditransfer dapat berlangsung dari minggu hingga bulan.Dengan mengadopsi teknik bank darah dalam menyaring jenis-jenis agen infeksi lain yang mungkin terkandung dalam darah, terapi ini bisa berisiko rendah bagi orang sehat.

satu-satunya jalan keluar dari pandemi global Covid-19 ini adalah melalui herd immunity. namun, herd immunity mungkin hanya bisa dicapai lewat vaksinasi,

Herd immunity diyakini , dapat terjadi bila  60 %  hingga 70 %  dari populasi telah terinfeksi, bahwa jumlah orang yang telah terinfeksi dan mengembangkan antibodi  masih sangat jauh dari yang diperlukan untuk herd immunity.

 ambang batas untuk herd immunity yang diperlukan untuk melawan patogen yaitu 70 %  dari populasi.wabah yang memicu kematian massal tidak menghasilkan herd immunity yang berarti.Di New York City, seroprevalensi yang merupakan tingkat seropositif, yaitu antibodi terhadap patogen dalam darah untuk patogen ini hanya setinggi 20 % .Vaksin cara terbaik membangun herb immunitygagasan melonggarkan pembatasan untuk membiarkan herd immunity ini terbentuk dinilai merupakan langkah yang  berbahaya.

Herd immunity dapat dicapai oleh komunitas atau negara hanya melalui vaksinasi. 

 peneliti di Mount Sinai Covid Informatics Center melaporkan pengobatan pasien Covid-19 dengan obat antikoagulan atau pengencer darah dapat memperlambat pembekuan darah,Penelitian ini menampakkan antikoagulan yang diminum, subkutan atau intravena , dapat mencegah kemungkinan dari efek mematikan virus corona, seperti serangan jantung, stroke dan emboli paru, walau begitu, pemakaian antikoagulan harus dipertimbangkan saat pasien dirawat di UGD ,Di antara pasien yang tidak selamat, para pasien yang memakai antikoagulan meninggal sesudah menghabiskan rata-rata 21 hari di rumah sakit.

Dibandingkan dengan pasien non-antikoagulan yang meninggal sesudah rata-rata 14 hari di rumah sakit.Efek antikoagulan mempunyai efek yang lebih nyata pada pasien yang memakai ventilator,

Sebanyak 62 %  pasien yang diintubasi yang tidak diobati dengan antikoagulan meninggal, sedang 29 %  pasien intubasi yang diobati dengan antikoagulan dapat bertahan hidup, Dari pasien yang diintubasi yang tidak bertahan hidup, para pasien yang tidak mempunyai antikoagulan meninggal sesudah 9 hari, sedang para pasien yang memakai antikoagulan meninggal sesudah 21 hari.

Semua pasien dalam penelitian ini menjalani pemeriksaan darah saat para pasien tiba di rumah sakit, termasuk mengukur berbagai penpasien inflamasi.

 pasien yang menerima antikoagulan mempunyai  inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak diobati dengan antikoagulan.

 sebenarnya tidur itu tidak secara langsung bisa meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh, Tidur yang normal pada orang yang sehat itu melewati empat tahap, yaitu Non-Rapid Eye Movement (NREM), tahap NREM N1, tahap NREM N2, tahap NREM N3 dan N4, dan tahap Rapid Eye Movement (REM).

Siklus tidur ini berurutan dimulai dari tahapan-tahapan tahap NREM, dari tidur ringan (N1 dan N2) ke tidur lelap (N3 dan N4), kembali ke tidur ringan, kemudian diakhiri dengan tahap REM.,Kalau orang tidak melewati tahap tidur lelap, berarti itu tidurnya tidak berkualitas, tahapan tidur lelap atau deep sleep akan terjadi di NREM N3 dan N4, umumnya memasuki tidur pada menit ke 90-120.

Tidur tahapan lelap ini  disebutkan dengan kategori tidur yang berkualitas, dan mempunyai manfaat atau akan membantu dalam proses detoksifikasi organ-organ tubuh,Kalau orang tidak melewati tahap tidur lelap, itu artinya tidurnya tidak berkualitas. Orang itu akan segar saat bangun meskipun hanya empat jam tidur, kalau tidurnya berkualitas, selama tahap tidur lelap, tubuh akan meregenerasi dan memperbaiki sel-sel tubuh, dan memperkuat sistem imun tubuh,tubuh akan mengeluarkan detoks seperti batuk di tengah malam saats tertidur, buang air besar dan buang air kecil lancar keesokan harinya,