Jumat, 12 Februari 2021

dermatologi kulit 1

 




bab 1




KEDARURATAN KULIT

Angioedema,

 Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS),

 konsultasi pasien infeksi menular seksual (IMS)

Nekrolisis epidermal (SSJ dan NET)





ANGIOEDEMA

Edema mendadak pada dermis bagian bawah dan subkutis dengan manifestasi 

edema sewarna kulit atau eritema pada area predileksi,  ditambah

keikutsertaan lapisan submukosa,gejala  nyeri  panas, rasa   gatal gatal jarang ada. Angioedema dinamakan akut jika berlangsung kurang  dari 6 minggu.

Gejala subjektif berwujud rasa nyeri atau rasa terbakar,    gatal gatal ringan,

Gejala objektif berwujud edema kulit mendadak pada area predileksi,

bisa ada  atau tidak ada urtikaria, kesulitan menelan atau bernafas jika ada keikutsertaan mukosa saluran nafas dan cerna,gejala muncul  hingga 72 jam,

 angioedema/urtikaria yang menetap lebih dari 6 minggu dinamakan 

kronis, yang terbagi atas angioedema/urtikaria autoimun kronik dan 

idiopatik kronik,

Pemeriksaan : 

diperoleh edema sewarna kulit, kadang eritema, 

area anatomis berurutan dari paling sering yaitu wajah, periorbital, bibir, 

ektremitas, glottis, lidah, genitalia, sesak nafas,

analisa Banding

-Jalur intravena,

-Produk darah :Zat kontras, γ-globulin intravena

- Infeksi,Infeksi virus pada pasien pasien anak-

 Infectious mononucleosis atau gejala prodromal hepatitis B Infeksi bakteri pada pasien pasien anak

-Erupsi obat alergi: 

Imunitas seluler, Diperantarai imunoglobulin E (IgE) , Metabolik-idiosinkrasi,

 -Reaksi akibat makanan:

 Diperantara IgE , Tidak diperatarai IgE (contoh: scombroid poisoning)

Fisik:

-Lesi muncul >2 jam: 

Familial cold-induced syndromes,   ditambah demam,Urtikaria akibat tekanan , Angioedema akibat getaran (vibratory),

-Lesi masing masing pasien muncul <2 jam,

Urtikaria kolinergik diinduksi oleh dingin,Cold-dependent dermatographism,

Urtikaria dingin,Urtikaria kolinergik,Dermatografisme,Urtikaria panas lokal,Urtikaria aquagenik,

-Kronik (>6 Minggu):

 Vaskulitis urtikaria: Idiopatik-hanya pada kulit,Berhubungan dengan penyakit jaringan ikat yang lain

Idiopatik,Autoimun, kadang ditambah antibodi antitiroid,

 Familial febrile syndromes dengan erupsi mirip urtikaria,

 Sindrom Schnitzler, Angioedema herediter,Angioedema diperoleh (acquired),

Pemeriksaan Penunjang: 

 tidak rutin dilaksanakan pada angioedema akut, hanya  pada angioedema kronik,

bergantung pada pemicu yang dicurigai berdasar    dan pemeriksaan fisik,

Jenis pemeriksaan yaitu autologous serum skin test (ASST),Imunoglobulin, biopsi kulit, test tusuk, pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, fungsi tiroid, 

komplemen (C1, C3, C4), 

pengobatan   

 Identifikasi dan eliminasi faktor  pemicu endogen dan eksogen,

. jika  sesak nafas, suara serak atau odinofagia dikonsulkan ke 

spesialis THT ,jika diperoleh edema laring berdasar hasil NPL maka dirawat di ICU 

untuk pemantauan jalan nafas,Pasien dengan edema terbatas pada kulit bisa diawasi di unit gawat darurat dalam 6 jam,  diperbolehkan rawat jalan.

 Mengurangi pelepasan mediator oleh sel mast dan/atau efek mediator 

itu pada organ target, dan menginduksi toleransi,

 jika ada gangguan nafas: epinefrin atau adrenalin (1:1000) dosis 0,3 ml 

subkutan atau intramuskular, diulangi setiap 10 menit,  dilanjutkan : 

Lini pertama:

Antihistamin H-1 generasi ke-2 seperti feksofenadin ,loratadin, cetirizin, atau desloratadin,  pada pasien rawat jalan,atau  antihistamin H-1 generasi ke-1, jika gejala menetap sesudah 2 minggu pengobatan, maka diberi pengobatan lini kedua yaitu  Dosis antihistamin H-1 generasi kedua ditingkatkan 2-4 kali lipat,

 jika gejala menetap sesudah 1-4 minggu berikutnya diberi  pengobatan lini ketiga.

yaitu: Kortikosteroid  pada pasien dengan edema laring, dan gejala yang berat yang tidak menanggapi dengan pemberian antihistamin,syok anafilaksis , Dosis 0,5-1 mg/kg beratbadan /hari dengan atau tanpa  tappering

 Kortikosteroid singkat (maksimal 10 hari)  dipakai  jika terjadi eksaserbasi,

 ditambahkan omalizumab   atau siklosporin A,





 DRUG REACTION WITH EOSINOPHILIA AND SYSTEMIC  SYMPTOMS (DRESS) 

Sindrom DRESS  atau Drug-Induced Hypersensitivity Syndrome (DIHS) adalah kumpulan gejala dan tanda reaksi obat idiosinkrasi berat 

pada pemberian obat dalam dosis terapi, yang ditandai 

ketidaknormalan hematologi (eosinofilia >1500/µL, atau kelainan hematologi lain contoh nya limfosit atipik,leukositosis, limfositosis,  

 Demam,Erupsi kulit,keikutsertaan sistemik (limfadenopati >2cm, hepatitis sitolitik dengan alanine  transaminase (AST) >2x normal, miokarditis,nefritis intersitial, pneumonia interstitial,  

Pemeriksaan

pemicu  adalah antibiotik diikuti oleh antikonvulsan

Gejala bisa muncul lebih cepat dan lebih parah pada paparan obat berulang

Gejala bisa muncul 2-120 hari sesudah konsumsi obat,

Diketahui ada obat yang dicurigai sebagai pemicu,Paling sering 2-6 minggu sesudah pemakaian obat pertama kali., Demam bisa terjadi beberapa hari sebelum atau bersamaan dengan  munculnya erupsi kulit,Erupsi kulit bermacam ragam, bisa berwujud vesikobulosa,  dermatitis eksfoliativa,erupsi obat makulopapular,  Demam  38-40ºC,  ditambah limfadenopati,mialgia, arthralgia, faringitis, ada  edema pada wajah,mukosa jarang terjadi, berwujud stomatitis atau 

faringitis ringan, Komplikasi   terjadi berwujud  nekrosis hati, gagal ginjal akut, sepsis,  analisa Banding:

Dermatitis eksfoliativa ,Sindrom Stevens-Johnson,Acute generalized exanthematous,

Pemeriksaan Penunjang :

test kulit: test tempel untuk melanjutkan proses analisa kausatif obat pemicu. test 

Pemeriksaan HbSAg, antibodi antivirus Hepatitis-A dan anti Hepatitis-C untuk 

mengabaikan infeksi virus sebagai pemicu hepatitis,

Pemeriksaan darah dan urin rutin: serum piruvic transaminase (SGPT), eosinofil darah tepi,serum glutamic transaminase (SGOT),

sebaiknya  test dilaksanakan dalam waktu 6 minggu-6 bulan sesudah sembuh.

pengobatan   

 Hentikan pemakaian obat yang dicurigai, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit,

Steroid sistemik  dengan dosis setara prednison 1-1,5 mg/kg beratbadan  kemudian  diturunkan secara bertahap,steroid  sistemik bisa diberi dalam dosis denyut metilprednisolon 30 mg/kg beratbadan /hari (dosis maksimal 3 gram selama 3 hari),

Cutaneous drug eruption Bercak kemerahan akut Bercak makulopapular 

yang terjadi dan semakin  meluas selama >3  minggu dari pertama 

mengonsumsi obat yang  dicurigai,

ketidaknormalan hematologi Reaksi yang terjadi akibat keikutsertaan obat,

Tanda dan gejala  memanjang sesudah  penghentian obat Eosinofil ≥1,5x109

/L Rawat inap‟ Demam >38 ° C  Morfologi darah tepi: limfosit atipikal

Demam >38 ° C  ketidaknormalan enzim hati  (ALT >100 U/L atau 

keikutsertaan organ lain) keikutsertaan sistemik Pembesaran kelenjar getah 

bening ≥2 area”ketidaknormalan leukosit (≥1)

Adenopati: kelenjar getah  bening diameter ≥2 cm keikutsertaan organ dalam 

≥1” Leukositosis (>11x109/L)

Hepatitis dengan  peningkatan enzim  transaminasi ≥2 kali ketidaknormalan pada darah  rutin”

Limfosit atipikal (>5%) Nefritis interstisial Limfosit lebih atau dibawah 

normal Eosinofilia (>1,5x109 /L)

Pneumonitis interstisial Peningkatan jumlah eosinofil Limfadenopati

Karditis Penurunan jumlah trombosit Reaktivasi HHV-6


KONSULTASI PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV,IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas,Pasangan seksual perlu diperiksa dan diobati,Kondom  melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV ,Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat, Komplikasi IMS  membahayakan pasien, Mengobati sendiri  berbahaya,IMS   ditularkan melewati hubungan seksual,

 pasien IMS Kemungkinan risiko tertular hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan IMS lainnya, pemeriksaan serologis sifilis, konsultasi dan tes HIV (KT HIV) 

konsultasi dan tes secara sukarela (KTS): konsultasi pretes-tes darah/rapid 

diagnostic test-konsultasi pasca tes) 

 Hasil tes darah HIV non-reaktif diberi informasi tentang: masa jendela, pencegahan  penularan, risiko penularan HIV dari pasien ibu ke pasien anak, perencanaan kehamilan/keluarga  berencana (KB) dan anjuran konsultasi/pelajaran/tes darah pada pasangan

Alur pengobatan IMS1

Duh tubuh uretra pasien laki laki dengan pemeriksaan mikroskop,Ulkus genital untuk tenaga medis, Duh tubuh alat vital wanita dengan pemeriksaan inspekulo dan mikroskop,Tonjolan (vegetasi) pada genital,



NEKROLISIS EPIDERMAL (SSJ dan NET),

(Sindrom Stevens-Johnson/SSJ dan Nekrolisis Epidermal Toksik /NET)

Nekrolisis epidermal, termasuk Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan Nekrolisis

Epidermal Toksik (NET), adalah reaksi mukokutaneus yang berbahaya, 

ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis yang ekstensif. 

Kedua kondisi ini digolongkan sebagai keanekaragaman keparahan dari proses yang sejenis, .karena adanya kesamaan temuan klinis dan histopatologis. Perbedaan ada  pada keparahan yang ditentukan berdasar luas area permukaan kulit yang  terkena,

    Identifikasi faktor pemicu lain: infeksi (Mycoplasma pneumoniae, virus)  imunisasi, dan transplantasi sumsum tulang belakang,    

 pemicu  adalah pemakaian obat,Jangka waktu dari pemberian obat sampai muncul kelainan kulit (segera, beberapa ketika atau jam atau hari atau hingga 8 minggu),

Pemeriksaan fisik

 SSJ dan NET ditandai dengan keikutsertaan kulit dan membran mukosa,

Kelainan kulit yaitu: kadang purpura,  epidermolisis,eritema, vesikel, papul, erosi, eskoriasi, krusta kehitaman, 

Tanda Nikolsky positif.

Kelainan mukosa (setidaknya pada dua lokasi):   dimulai dengan 

eritema, genital,erosi dan nyeri pada mukosa oral, mata ,Kelainan 

mata berwujud ulkus,konjungtivitis kataralis, purulenta,  Kelainan 

mukosa oral berwujud nyeri yang tertutup pseudomembran 

putih keabuan dan krusta,erosi hemoragik,  Kelainan genital berwujud erosi yang bisa memicu sinekia (perlekatan),

Gejala ekstrakutaneus:  lemah badan, demam, nyerikeikutsertaan organ 

dalam seperti paru-paru yang bermanifestasi sebagai peningkatan 

kecepatan pernapasan dan batuk, dan komplikasi organ digestif seperti 

perforasi kolon, diare masif, malabsorbsi, melena, 

 syarat SSJ, SSJ overlap NET, dan NET berdasar luas area epidermis yang 

terlepas (epidermolisis), yaitu: SSJ (<10% luas permukaan tubuh), SSJ overlap

NET (10-30%), dan NET (>30%).1-5,

Komplikasi yang bisa terjadi:

Sepsis,Kegagalan organ dalam,

analisa Banding:

Generalized bullous fixed drug eruption,Bullous acute graft-versus-host disease,

Staphylococcal scalded skin syndrome,Acute generalized exanthematous pustulosis, Eritema multiforme major (EEM), Pemfigus vulgaris,Mucous membrane pemphigoid, Pemfigoid bulosa, Pemfigus paraneoplastik, Bullous lupus erythematosus,Linear IgA dermatosis, 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilaksanakan termasuk hematologi rutin, urea serum, analisis gas darah, dan gula darahzPemeriksaan laboratorium dilaksanakan bukan untuk kepentingan analisa, namun  untuk diagnosa akhir derajat keparahan dan pengobatan kondisi yang membahayakan jiwa. 

Pemeriksaan histopatologis dilaksanakan  jika analisa meragukan,

test kultur bakteri dan kandida dari tiga area lesi kulit pada tahap akut,

 analisa kausatif dilaksanakan sesudah minimal 6 minggu sesudah lesi kulit hilang ,dengan: test tempel tertutup,test provokasi peroral tidak direkomendasikan

test in vitro dengan drug-specific lymphocyte proliferation assays (LPA) 

bisa dipakai secara retrospektif untuk menentukan obat yang diperkirakan 

menjadi pemicu,

pengobatan   : 

Pasien dirawat (sebaiknya dirawat di ruangan intensif) dan dipantau ketat untuk mencegah hospital associated infections ,

Menghentikan obat yang dicurigai sebagai pemicu

Penanganan kulit yang mengalami epidermolisis, seperti kompres dan 

mencegah infeksi sekunder,Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,

 beri nutrisi secara enteral pada tahap akut, baik secara oral  ,nasogastrik,

bisa diberi pelembab berminyak seperti 50% gel petroleum dengan 50% cairan parafin,

Penanganan lesi kulit bisa secara konservatif maupun pembedahan 

(debrideman),Terapi topikal  untuk mempercepat reepitelialisasi,mencegah kulit terlepas lebih banyak, infeksi mikroorganisme, 

keikutsertaan mata harus diatasi oleh tenaga medis spesialis mata,

Kortikosteroid sistemik: deksametason intravena dengan dosis setara 

prednison 1-4 mg/kg beratbadan /hari untuk SSJ, 3-4 mg/kg beratbadan /hari untuk SSJ-NET,  dan 4-6 mg/kg beratbadan /hari untuk NET,

diberi Analgesik  Jika nyeri ringan bisa diberi parasetamol, dan 

Siklosporin bisa diberi campuran IVIg dengan kortikosteroid sistemik bisa mempersingkat waktu  penyembuhan, 

jika nyeri berat bisa diberi analgesik opiate-based seperti tramadol,

 Intravenous immunoglobulin (IVIg) dosis tinggi bisa diberi segera 

sesudah pasien dianalisa NET dengan dosis 1 g/kg beratbadan /hari selama 3 

hari,




DERMATOLOGI NON INFEKSI

Miliaria

Liken simpleks kronikus

Dermatitis seboroik

Miliaria

Pitiriasis alba

Pitiriasis rosea 

Prurigo aktinik 

Prurigo nodularis

Pruritic urticaria papule and plaque in pregnancy (PUPPP)

Dermatitis numularis

Dermatitis popok






MILIARIA 

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang dipicu oklusi duktus 

ekrin, ditandai dengan erupsi papul-vesikel, tersebar di lokasi predileksi, bisa 

mengenai pasien bayi, pasien anak dan pasien dewasa, 

Klasifikasi (berdasar letak sumbatan dan pencitraan klinis)

Miliaria profunda: di dermo-epidermal junction

Miliaria kristalina (sudamina): di stratum korneum

Miliaria rubra (prickly heat): di stratum spinosum/mid-epidermis

Miliaria pustulosa: di stratum spinosum/mid-epidermis

 Riwayat hiperhidrosis, berada di lingkungan panas dan lembab, pasien bayi yang dirawat dalam inkubator,

Miliaria rubra adalah jenis tersering, vesikel miliar atau papulovesikel di 

atas dasar eritematosa, tersebar diskret.

Miliaria profunda adalah kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih, 

tanpa tanda radang,

Miliaria kristalina terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm) subkorneal, tanpa tanda 

radang, mudah pecah dan deskuamasi dalam beberapa hari,

  Miliaria pustulosa berasal dari miliaria rubra yang menjadi pustul,

analisa Banding

 Campak (morbili),Erupsi obat morbiliformis,Eritema toksikum neonatorum, Folikulitis,

Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk analisa,

pengobatan   

Pengobatan simtomatik dan menghindari faktor pemicu

Mandi setiap kali berkeringat 

Miliria profunda diberi lanolin anhidrous, bila luas bisa diberi isotretinoin,

Bedak kocok mengandung kalamin, bisa ditambahkan antipruritus (mentol), 

Miliaria rubra dengan inflamasi berat bisa diberi kortikosteroid topikal, bila 

ada infeksi sekunder: antibiotik topikal,

Pakai pakaian tipis dan menyerap keringat,Menghindari banyak berkeringat, pilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup. Mandi memakai sabun. 

  



LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS 

Liken simpleks kronikus (LSK) atau neurodermatitis sirkumskripta  adalah suatu 

peradangan kulit kronik yang      gatal gatal berwujud penebalan kulit dan likenifikasi  berbentuk sirkumkripta, akibat garukan  berulang ulang ,

diperoleh keluhan      gatal gatal, hingga bisa mengganggu tidur.   gatal gatal bisa 

muncul paroksismal/terus-menerus/sporadik dan menghebat bila ada stres 

psikis,

Pemeriksaan fisik

 Lesi likenifikasi   tunggal namun bisa lebih dari satu.dengan  ukuran lentikular hingga plakat. Stadium pertama berwujud eritema dan edema  atau papul berkelompok. Akibat garukan terus meneur timpul plak  likenifikasi dengan hiperpigmentasi ,skuama , eskoriasi  atau  hipopigmentasi. Bagian tengah lesi berskuama ,menebal, kering , sedang  bagian tepi hiperpigmentasi,

Predileksi     yaitu area yang mudah dijangkau oleh tangan seperti 

ekstremitas ekstensor, pergelangan tangan ,kulit kepala, tengkuk, area 

anogenital, meskipun bisa muncul di area tubuh manapun,

analisa Banding

Liken planus hipertrofik,Dermatitis atopik dengan lesi likenifikasi,Psoriasis dengan lesi likenifikasi,

Pemeriksaan Penunjang: 

Untuk melanjutkan proses analisa tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus. 

jika diperlukan, bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang sesuai analisa 

banding,Pemeriksaan histopatologi bisa dilaksanakan  bila pencitraan klinis meragukan,Untuk lesi pada area inguinal/genital/perianal: 

Liken sklerosus,infeksi human papiloma virus (HPV), Tinea kruris,

pengobatan   

Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim 

pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu,

Kortikosteroid topikal: bisa diberi kortikosteroid potensi kuat seperti salep 

klobetasol propionat 0,05%, satu sampai dua kali sehari,

 Menghindari stress psikis,  memutuskan siklus   gatal gatal-garuk,

Emolien bisa diberi sebagai campuran dengan kortikosteroid topikal  atau pada lesi di vulva bisa diberi terapi tunggal krim emolien,

Preparat antipruritus nonsteroid yaitu: doxepin,mentol, pramoxine,

Sistemik:  Antihistamin sedatif,Antidepresan trisiklik,

Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)


DERMATITIS SEBOROIK 

Dermatitis seboroik  adalah kelainan kulit papuloskuamosa kronis yang umum 

diperoleh pada pasien anak dan pasien dewasa. Penyakit ini ada  pada area kulit yang 

memiliki banyak kelenjar sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian 

atas dan fleksura (inguinal, inframammae, dan aksila),Pasien juga bisa mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan bisa memburuk jika ada pemicu stres atau cuaca dingin,Pada pasien bayi   terjadi pada 3 bulan pertama kelahiran, dinamakan cradle cap. Keluhan  berwujud sisik kekuningan yang  berminyak dan  tidak   gatal gatal, Pada pasien anak dan pasien dewasa,   yang menjadi keluhan     adalah  kemerahan dan sisik di kulit kepala, aurikula, dahi , dada,lipatan nasolabial, alis mata,  ,Lesi lebih jarang ada di area umbilikus, interskapula, perineum dan anogenital. Area kulit yang kemerahan gatal gatal, Pada pasien bayi   bersifat swasirna sementara cenderung menjadi kronis pada pasien dewasa,

Pemeriksaan Fisik

Pada pasien anak dan pasien dewasa bisa bermacam ragam mulai dari:  Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel pada kulit kepala

 Lesi eksematoid berwujud plak eritematosa superfisial dengan skuama 

terutama di kulit kepala, wajah dan tubuh  Di dada bisa pula memperlihatkan lesi petaloid atau pitiriasiformis,  jika ada di kelopak mata, bisa ditambah dengan blefaritis, bisa meluas hingga menjadi eritroderma,Pada pasien bayi, bisa ada skuama kekuningan atau putih yang  berminyak dan tidak   gatal gatal. Skuama   terbatas pada batas kulit .kepala (skalp) dan bisa pula ada di belakang telinga dan area alis  mata. Lesi lebih jarang ada di lipatan fleksura, area popok dan  wajah

analisa Banding

Pada pasien anak dan pasien dewasa: dermatitis kontak, impetigo, tinea,psoriasis, dermatitis atopik, Pada pasien bayi  : psoriasis,dermatitis atopik, skabies, 

Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis

Harus disingkirkan: histiositosis sel Langerhans (pada pasien bayi)

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk analisa. jika analisa 

meragukan, bisa dilaksanakan pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH 

untuk mengabaikan infeksi jamur atau biopsi kulit,

pengobatan   

pasien dewasa Pilihan pengobatan bisa berwujud salah satu atau gabungan dari terapi yaitu : 

1. area non skalp

Ringan

Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2 kali sehari selama 4 minggu,

 Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%  krim ketokonazol 2%2 kali sehari selama 4 minggu.

AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4 

minggu, Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali 

sehari selama 4 minggu,

Sedang/berat

Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep  aclometasone 0,05% 2 kali sehari selama 4 minggu

Antijamur sistemik: 

Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 

250 mg/hari selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)

Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari  selama 2 hari/bulan selama 11 bulan,

Urutan pilihan terapi

Lini pertama

- Ketokonazol topikal - Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang- AIAFp topikal

Lini kedua

- Lithium succinate/lithium gluconate topikal- Krim ciclopirox- Inhibitor kalsineurin topikal

Lini ketiga

- Terbinafin oral- Itrakonazol oral- Gel metronidazol- Krim non steroid

- Terbinafin topikal- Benzoil peroksida,- Fototerapi area skalp

Ringan

AIAFp: sampo piroctone olamine/bisabolol/glychirretic acid/lactoferrin 2-

3 kali/minggu,

 Antijamur topikal: sampo ciclopirox 1-5%, ketokonazol sampo  1-2% , foaming gel 2%  ,hydrogel 20 mg/gel 2-3 kali/minggu,

 Keratolitik: 

- Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu, sampo tar 1-2% 4kali/minggu

 Bahan lainnya:

- Sampo selenium sulfida 2,5% 2-3 kali/minggu,

- Sampo zinc pyrithione 1-2% 2-3 kali/minggu

Kortikosteroid topikal kelas I: linimentum dan solusio hidrokortison 1%, 

losion hidrokortison 0,1% 1 kali sehari selama 4 minggu minggu,

Kortikosteroid topikal kelas II: salep aclometasone 0,05%, krim 

desonide 0,05% 1 kali sehari selama 4 minggu

Sedang/berat

Kortikosteroid topikal kelas IV: sampo klobetasol propionat 0,05% 2 kali 

seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu,

 Kortikosteroid topikal kelas III: sampo fluocinolon acetonide 0,01% 2 kali 

seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu,

Antijamur sistemik:

- Flukonazol 50 mg/hari selama 2 minggu atau 200-300 mg/minggu selama 2-4 minggu 

- Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari 

selama 2 hari/bulan selama 11 bulan 

- Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 

250 mg/hari selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten) 

Urutan pilihan terapi

 Lini pertama

- Sampo ketokonazol- Sampo ciclopirox - Sampo zinc pyrithione

Lini kedua

- Propylene glycol lotion  - Kortikosteroid topikal potensi kuat-   kuat  

- Salep tacrolimus  - Mikonazol  - Sampo selenium sulfida  

*AIAFp: non steroid anti-inflammatory agent with antifungal properties

pasien bayi

 area non skalp

Kortikosteroid topikal kelas I: krim hidrokortison 1% 1 kali sehari selama 7 hari  

Antijamur topikal: krim ketokonazol 2% 1 kali sehari selama 7 hari  

 area skalp

AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol setiap 12 jam 

 Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2% 2 kali/minggu selama 4 minggu

 Emolien: white petrolatum ointment sebagai pemakaian sehari-hari, 

Dermatitis seboroik pada pasien bayi bersifat swasirna. Sementara pada pasien dewasa bersifat kronis dan bisa kambuh,

pelajaran kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan 

pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara pemakaian 

obat, dan efek samping obat yang mungkin terjadi)

Mencari faktor-faktor predisposisi yang diperkirakan sebagai pemicu,

 Menghindari faktor pemicu/pemicu contohnya:

 pemakaian pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan kelembapan rendah di lingkungan kerja, Hindari garukan yang bisa memicu lesi iritasi, Hindari bahan-bahan yang bisa menimbulkan iritasi ,Mengkonsumsi makanan rendah lemak,Tetap menjaga higiene kulit

 pelajaran mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan 

diluar yang diresepkan

Bila menjadi eritroderma atau bagian dari penyakit Leiner: perlu dirawat untuk 

pemantauan pemakaian antibiotik dan kortikosteroid sistemik jangka panjang. Bila  ada kecurigaan penyakit Leterrer-Siwe perlu kerjasama dengan tenaga medis spesialis  pasien anak,

  


  

 PITIRIASIS ALBA

Pitiriasis alba adalah suatu kelainan kulit berwujud makula hipopigmentasi dengan batas  tidak tegas  ditambah skuama putih halus  pada permukaannya, 

yang muncul    terutama di area wajah, mungkin  berhubungan dengan  paparan  sinar matahari,muncul pada pasien anak dan pasien remaja  usia antara 3 sampai 16 tahun. asimtomatik, ada beberapa masalah penyakit dengan keluhan   gatal gatal  atau rasa terbakar, 

Faktor  pemicu: paparan air panas,paparan sinar matahari, frekuensi mandi, 

Pitiriasis alba bisa menjadi pencitraan klinis dari dermatitis atopik ringan, 

Lesi   berukuran 0,5-3 cm.1 bisa berbentuk bulat, oval1,2 atau ireguler,

lokasi predileksi     yaitu area wajah, batang tubuh,  ekstremitas,bisa pula ada di leher,

pemeriksaan fisik

Perjalanan klinis terdiri dari tiga tahap:

tahap pertama yaitu muncul makula berwarna merah muda dengan tepi 

menimbul,  tahap kedua muncul dalam beberapa minggu berwujud makula  hipopigmentasi dengan skuama putih halus  pada permukaannya, 

tahap ketiga berwujud makula hipopigmentasi tanpa skuama yang bisa 

menetap hingga beberapa tahun,  Ketiga tahap itu bisa ada secara bersamaan, 

Kelainan kulit bisa berulang,Hindari paparan sinar matahari dan pakailah tabir surya,

analisa Banding

Nevus anemikus,Vitiligo,Mikosis fungoides,Tuberosklerosis,Hipopigmentasi pasca inflamasi,Pitiriasis versikolor,Nevus depigmentosus, 

Pemeriksaan Penunjang

Untuk melanjutkan proses analisa tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus. 

jika analisa meragukan, bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang sesuai 

analisa banding dengan pemeriksaan histopatologi,

 Pemeriksaan memakai lampu Wood membantu untuk memperjelas lesi, 

  pengobatan   

Mengurangi  paparan sinar matahari, tanggapan pitiriasis alba terhadap terapi seringkali tidak memuaskan,  karena lamanya waktu pemulihan pigmentasi kulit, 

Salep takrolimus 0,1% dua kali sehari selama 8 minggu, Pelembab, Kortikosteroid potensi ringan,Krim pimekrolimus 1% dua kali sehari selama 12 minggu,

Salep kalsitriol 0,0003% dua kali sehari selama 8 minggu, 

 Fototerapi

Terapi dengan laser excimer 308 nm dua kali seminggu selama 12 minggu, 

Pemulihan hipopigmentasi bisa berlangsung lama  dan bisa mengganggu secara 

estetik, Penyakit bisa sembuh spontan namun bisa rekuren dalam beberapa tahun, dan   menghilang sesudah pubertas,  Pitiriasis Rosea ,Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang dimulai. dengan munculnya  makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus  kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu muncul lesi sejenis dengan  ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan  kulit ,

     muncul pada pasien remaja dan pasien dewasa muda yang sehat, kelompok usia  10-35 tahun, 

Gejala subjektif   tidak ada, namun bisa ditambah   gatal gatal ringan maupun sedang, Kelainan kulit dimulai  dengan lesi primer yang diikuti lesi sekunder, 

muncul lesi sekunder bermacam ragam antara 2 hari sampai 2 bulan sesudah lesi 

primer, namun   dalam waktu 2 minggu. Kadang-kadang lesi primer  dan sekunder muncul secara bersamaan, bisa pula ada  lemah badan demam yang tidak terlalu tinggi .

Pemeriksaan fisik

Lesi primer   terletak di bagian badan yang tertutup baju, namun 

kadang-kadang ada di leher atau ekstremitas proksimal,seperti paha 

atas atau lengan atas.Lesi primer jarang ada di wajah, alat vital pasien laki laki  atau  kulit kepala berambut,

pencitraan klinis dimulai. dengan munculnya lesi primer berwujud makula/plak 

sewarna kulit/merah muda/salmon-colored/hiperpigmentasi  yang berbatas 

tegas,   berdiameter 2-4 cm1,2 dan berbentuk lonjong atau bulat

Bagian tengah lesi memiliki sifat skuama halus, dan pada bagian  dalam tepinya ada skuama yang lebih jelas membentuk pencitraan  skuama kolaret, 

Lesi sekunder berwujud makula/plak merah muda,multipel, berukuran lebih  kecil dari lesi primer,berbentuk bulat atau lonjong, yang mengikuti Langer  lines sehingga pada punggung membentuk pencitraan christmas-tree  pattern.,bisa ada pembesaran kelenjar getah bening,

 Erupsi simetris    terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal, 

keanekaragaman.Pitiriasis rosea atipikal, 

Pada pitiriasis rosea atipikal herald patch bisa tidak ada, berjumlah 

lebih dari satu, atau menjadi satu-satunya manifestasi klinis.Lesi bisa berwujud urtika, erythema multiforme-like, vesikuler, pustular, dan purpura. Lesi bisa 

penyebaranya  hanya di area perifer, mengenai wajah, kulit kepala berambut, 

atau lokalisata pada regio tertentu seperti telapak tangan, telapak kaki, aksila, 

vulva, dan lipat paha,

analisa Banding:

Pityriasis lichenoides chronica,Pitiriasis rosea-like drug eruption,Sifilis sekunder,Tinea korporis, Dermatitis numularis, Psoriasis gutata, Dermatitis seboroik,

Pemeriksaan Penunjang:

bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang sesuai analisa banding,

Pemeriksaan histopatologi bisa dilaksanakan pada masalah penyakit yang tidak bisa   berdasar pencitraan klinis 

 pengobatan   

Tidak ada  penyakit bisa sembuh spontan, 

Bila   gatal gatal    mengganggu: 

Larutan anti pruritus seperti calamine lotion,Kortikosteroid topikal,

 jika   gatal gatal    mengganggu bisa diberi antihistamin seperti 

Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari,

Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari, setirizin 1x10 mg per hari, Kortikosteroid sistemik,

bisa  dilaksanakan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan 

dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.

diindikasikan sebagai  terapi pada pertama perjalanan penyakit yang ditambah flu-like symptoms atau  keikutsertaan kulit yang luas.l

Kelainan kulit bisa sembuh sendiri,

Lesi   mengalami resolusi spontan dalam waktu 4-10 minggu

kadang  bertahan hingga 3 bulan, Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi 

sesudah  inflamasi bisa terjadi,


      



PITIRIASIS ROSEA 

Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang diawali dengan adanya 

makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus ,  kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu muncul  lesi mirip dengan 

ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan  kulit  Terutama muncul  pada remaja dan dewasa muda yang sehat, demam yang tidak terlalu tinggi atau lemah badan, usia 10-35 tahun,disertai gatal ringan  maupun sedang,Kelainan kulit dimulai  dengan lesi primer yang diikuti lesi sekunder,   lesi sekunder bervariasi antara 2 hari sampai 2 bulan setelah lesi 

primer, tetapi  dalam waktu 2 minggu. Kadang-kadang lesi primer .dan sekunder muncul   bersamaan, 

Pemeriksaan fisik

pertama muncul  lesi primer berupa makula/plak 

 sewarna kulit/merah muda/salmon-colored /hiperpigmentasi yang berbatas 

 tegas,  berdiameter 2-4 cm1,2 dan berbentuk lonjong atau bulat,  Bagian tengah lesi memiliki karakteristik skuama halus, dan pada bagian 

 dalam tepinya terdapat skuama yang lebih jelas membentuk  

skuama kolaret,Lesi primer  ada di bagian badan yang tertutup baju, tetapi 

kadang ada  di leher atau ekstremitas proksimalseperti paha 

 atas atau lengan atas.Lesi primer jarang ditemukan di wajah, penis  atau 

kulit kepala berambut,  Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal,Lesi sekunder berupa makula/plak merah muda, multipel, berukuran lebih  kecil dari lesi primer, berbentuk bulat atau lonjong, yang mengikuti Langer .lines sehingga pada punggung, pembesaran kelenjar getah bening, jenis jenis  Pitiriasis rosea atipikal

Lesi dapat berupa urtika, erythema multiforme-like, 

vesikuler, pustular, dan purpura,Pada pitiriasis rosea atipikal herald patch  ditemukan, berjumlah  lebih dari satu, atau menjadi satu-satunya manifestasi klinis. Lesi   tersebar hanya di area  perifer, mengenai wajah, kulit kepala berambut, 

 atau  pada regio tertentu seperti aksila,  vulva,  lipat paha. telapak tangan, telapak kaki, analisa Banding Insect bites, Prurigo nodularis,Polymorphic light eruption,Dermatitis atopik,Dermatitis seboroik, 

Pemeriksaan Penunjang

Cutaneous phototesting,Histopatologi: akantosis, spongiosis, eksositosis di epidermis ditambah infiltrat limfohistiositik,

pengobatan   

  fotoproteksi dan antiinflamasi.

Kortikosteroid potensi kuat untuk mengatasi inflamasi dan   gatal gatal  , Tabir surya, Fototerapi NB-UVB atau PUVA  ,Takrolimus atau pimekrolimus,

Imunosupresif contohnya kortikosteroid, azatioprin, Pentoksifilin,

Tetrasiklin dan vitamin ,Menghindari paparan sinar matahari,

Penyakit cenderung kronik dan bisa persisten hingga pasien dewasa, namun resolusi  spontan bisa terjadi ketika akhir usia pasien remaja.






 PRURIGO NODULARIS 

Kelainan kronik ditandai nodus hiperkeratotik dan   gatal gatal akibat garukan berulang yang bisa terjadi pada semua usia,    terutama usia 20-60 tahun.

 Lesi berwujud nodul diameter 0,5-3 cm, permukaan hiperkeratotik,gatal gatal

Predileksi: sakrum,ekstensor tungkai, abdomen, 

 Berhubungan dengan dermatitis atopik,

analisa Banding

Prurigo aktinik, Keratoakantoma multipel, Perforating disease, Liken planus hipertrofik,Pemfigoid nodularis, 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan  Rontgen thoraks,Pemeriksaan  Tes HIV,Pemeriksaan Histopatologi,

Pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, hati dan tiroid untuk mengetahui 

kelainan pemicu   gatal gatal,

  pengobatan   

 Kortikosteroid dengan oklusi (dengan pengawasan tenaga medis)  atau 

kortikosteroid superpoten,Kalsipotriol,

menghambat siklus   gatal gatal-garuk dan mengatasi kemungkinan penyakit 

sistemik yang mendasari pruritus, 

  Antipruritus non steroid, contohnya mentol, fenol, capsaicin,Emolien,Takrolimus,Antihistamin sedatif, Sedating serotonin reuptake inhibitors atau antidepresan trisiklik,Siklosporin, Triamsinolon asetonid intralesi,

Bedah beku,Fototerapi: broad band   atau narrow band ultraviolet ,

psoralen dengan ultraviolet A (PUVA)   , dan fototerapi A-1

Hindari menggaruk lesi, ,


   


    

  PRURITIC URTICARIA PAPULE AND PLAQUE IN PREGNANCY PUPPP

Dermatosis dengan gejala pruritus yang terjadi    terutama pada primigravida dalam  trimester akhir kehamilan,Sinonim: polymorphic eruption of pregnancy (PEP) terutama pada primigravida,  dan terjadi dalam trimester ketiga kehamilan

bisa pula terjadi pada pertama kehamilan atau atau segera sesudah melahirkan,

Erupsi dimulai di abdomen yaitu di dalam area striae gravidarum,

Pruritus   muncul pararel dengan munculnya erupsi,   gatal gatal yang berat 

bisa mengganggu tidur,Kelainan kulit bisa meluas ke paha, bokong, payudara dan lengan atas,bahwa penyakit ini tidak membahayakan pasien ibu maupun pasien bayi dan bisa sembuh sendiri dalam beberapa minggu sesudah melahirkan tanpa meninggalkan  gejala sisa,PUPPP tidak memengaruhi morbiditas atau mortalitas pasien bayi dan pasien ibu.

 Pemeriksaan fisik

Predileksi pada abdomen, secara klasik lesi ada di dalam area striae  gravidarum (pada kulit yang teregang). bisa ada perluasan lesi di  paha, bokong, payudara dan lengan atas. area periumbilikal   tidak ada lesi,Lesi tipikal berwujud papula urtikarial berukuran 1-2 mm di kelilingi halo pucat, yang bisa menyatu membentuk plak.Lesi bersifat polimorfik, berwujud lesi urtikaria, targetoid,  ekzematosa,vesikular, purpurik, polisiklik, 

analisa Banding

 sering: pemfigoid gestasionis, atopic eruption of pregnancy, dermatitis 

kontak,Pertimbangkan: eksfoliativa , ekzematosa,erupsi obat, eksantem viral, pitiriasis rosea, dermatitis ,. Singkirkan: skabies

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan histopatologis dilaksanakanbila analisa meragukan, dan bisa

ada pencitraan parakeratosis, spongiosis, dan kadang-kadang  eksositosis eosinofil.Pemeriksaan laboratorium: tidak memperlihatkan ketidaknormalan.

pengobatan

Untuk mengurangi gejala diberi pelembap.

Terapi bersifat simtomatis, walaupun bisa terjadi remisi dalam beberapa hari atau 

minggu, Kortikosteroid topikal potensi rendah sampai dengan medium.

 Sistemik : Antihistamin anti H1 generasi pertama,

Pada masalah penyakit PUPPP yang tidak ada respon dengan terapi topikal: 

kortikosteroid sistemik (prednisolon 20-60 mg/hari selama beberapa hari, 

kemudian tapering off)

bahwa penyakit ini tidak membahayakan pasien ibu maupun pasien bayi dan bisa 

sembuh sendiri dalam beberapa minggu sesudah melahirkan tanpa meninggalkan 

gejala sisa




DERMATITIS NUMULARIS 

Sinonim: eksema diskoid,

Dermatitis numularis adalah suatu kelainan kulit inflamatif berwujud papulovesikel dan papul  yang berkonfluensi membentuk plak berbentuk koin berbatas tegas  dengan gatal gatal    terutama pada tahap akut,   skuama,oozing, krusta, dengan predileksi pada ekstremitas atas dan bawah,

jarang dialami  pada pasien bayi dan  pasien pasien anak-pasien anak,dialami     terutama orang pasien dewasa (usia 50-65 tahun),  puncak onset pada pasien pasien anak-pasien anak yaitu pada usia 5 tahun, Pada sebagian pasien dermatitis numularis diperoleh insidensi atopi yang .tinggi, namun pada sebagian yang lain tidak, pemicu antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran napas  atas, atau saluran napas bawah,

Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pemicu yaitu: Candida albicans,tungau ,debu rumah , disfungsi liver atau konsumsi alkohol ,stress, berlebihan bisa  memperberat penyakit,

Pemeriksaan Fisik

Pada bentuk akut ada vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi yang basah (oozing), dan krusta pada dasar eritema, Pada tahap kronis  berwujud plak kering, berskuama, dan likenifikasi, bisa muncul komplikasi berwujud infeksi bakteri sekunder, Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk pencitraan 

anular,Kelainan kulit bisa meluas ke badan, wajah dan leher  atau menjadi 

generalisata,Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita) dan

ekstremitas bawah (pasien laki laki), Kelainan kulit bisa bersifat akut, subakut, atau kronik,. Lesi sifat berwujud plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang 

terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel,

analisa Banding: 

jika diperlukan, bisa dilaksanakanpemeriksaan penunjang sesuai analisa 

banding,  Pada masalah penyakit berat atau rekalsitran, dilaksanakantest tempel,

Dermatitis kontak alergi,Dermatitis stasis,Dermatitis atopik, Tinea korporis,

Pemeriksaan Penunjang:

Untuk melanjutkan proses analisa tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus,

  pengobatan

Evidence base untuk pengobatan dermatitis numularis sebagian besar berdasar 

penelitian-penelitian dermatitis atopik Non ,

Hindari  faktor pemicu,beri emolien jika ada kulit kering.

Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis.

ada beberapa obat yang bisa dipilih sesuai dengan indikasi ,antaralain:

1. Topikal 

 Kompres pada lesi akut,

Antiinflamasi dan/atau antimitotik: 

Pilihan    : kortikosteroid topikal potensi sedang hingga kuat,

 Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan pimekrolimus atau preparat tar,

2. Sistemik

Antihistamin oral,

Pada masalah penyakit dermatitis numularis dengan lesi generalisata bisa 

ditambahkan fototerapi broad/narrow band UVB,Pada masalah penyakit dermatitis numularis berat dan refrakter bisa diberi: kortikosteroid sistemik, 

Pada pasien anak bisa diberi metotreksat dengan dosis 5-10 mg  perminggu,

Hindari/atasi faktor pemicu, Cegah garukan dan jaga hidrasi kulit agar tidak kering,  Perjalanan klinis   berlangsung kronis. Penyakit ini sering mengalami 

rekurensi dan   muncul pada area yang sama atau dekat dengan area 

sebelumnya.




DERMATITIS POPOK 

Dermatitis popok (napkin dermatitis, diaper dermatitis) adalah dermatitis akut yang terjadi di area genitokrural sesuai dengan lokasi kontak popok (bagian 

cembung)    terutama diperoleh pada pasien bayi akibat memakai popok,

  perjalanan penyakit: kontak lama dengan popok basah (urin/feses).

 lokasi predileksi: bokong, area perianal, genital, paha bagian dalam dan 

area pinggang, sesuai dengan area kontak popok, Bila terinfeksi jamur kandida (  harus dipikirkan bila sudah lebih dari 3 hari) tampak plak eritematosa (merah cerah), lesi lebih basah ditambah maserasi, berbatas tegas, diarea tepi lesi ada papul, pustul, kadang ada lesi,Pada pasien anak frekuensi tertinggi pada usia 9-12 bulan dan 12-24 bulan, Pada stadium lanjut pencitraan klinis lebih berat (Jacquet’s dermatitis) bisa menjadi ulserasi,erosi, nodul, infiltrat ,Makula eritematosa, berbatas agak tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang  berkontak, mons pubis, skrotum pinggang dan perut bagian bawah), ditambah  maserasi ringan , eskoriasi,papul, vesikel, pustul, erosi, 

analisa Banding

Kandidosis kutis,Dermatitis seboroik infantil, Akrodermatitis enteropatika

Sebopsoriasis 

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan khusus. Bila diperkirakan terinfeksi jamur kandida, dilakspasien anakanpemeriksaan KOH atau jika terinfeksi bakteri, pemeriksaan Gram dari kerokan kulit,

pengobatan   Non 

area popok dibersihkan dengan hati-hati dengan air dalam minyak, yang 

diulang setiap kali sesudah buang air besar.

Sesudah dibersihkan, pakailah krim untuk mencegah penetrasi bahan iritan.

bisa dipakai zinc oxide, dimetikon, lanolin, dan petrolatum. 

proteksi kulit dari feses dan urin, menekan inflamasi dan mengatasi terjadinya infeksi sekunder.Bila terinfeksi bakteri: diberi mupirosin 2 kali sehari.

Bila terinfeksi kandida: antifungal kandida yaitu nistatin atau derivat azol

mikonazol, flukonazol, klotrimazol  atau campuran mikonazol nitrat 

dengan seng oksida dan petrolatum.Bila terjadi infeksi bakteri yang berat pada pasien bayi yang lebih tua, bisa  diberi amoksisilin klavulanat, klindamisin, sefaleksin atau trimetoprim sulfametoksasol, Bila ringan: krim/salep yang bersifat protektif seperti seng oksida, pantenol,  lanolin dan petrolatum jelly,

Kortikosteroid potensi lemah hingga sedang (salep hidrokortison 1%/2,5%) 

waktu singkat.

Membersihkan area popok dengan air hangat dan sabun non-irritating (mild)

atau sabun dengan pH netral, atau minyak setiap habis b.a.k dan b.a.b.

pakailah barrier creams seperti zinc oxide, lanolin, petrolatum sesudah kulit 

dibersihkan,

 area popok dijaga tetap bersih, kering. Hindari gesekan dan kondisi  lembab, Mengganti popok secara rutin agar area popok tidak lama  berkontak dengan urin dan feses.Bila memakai popok tradisional  segera diganti bila basah. Bila memakai popok sekali pakai, popok diganti bila  kapasitasnya telah penuh. Untuk pasien bayi baru lahir sebaiknya diganti 2 jam  sekali,  sedangkan pasien bayi lebih besar 3-4 jam sekali,  direkomendasikan memakai popok sekali pakai jenis highly absorbent, dengan materi  yang microporous sehingga ada ventilasi (breathable) sehingga bisa  mencegah terjadinya eksim popok,dan menurunkan  infeksi yang dipicu oleh Candida.