bab 1
KEDARURATAN KULIT
Angioedema,
Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS),
konsultasi pasien infeksi menular seksual (IMS)
Nekrolisis epidermal (SSJ dan NET)
ANGIOEDEMA
Edema mendadak pada dermis bagian bawah dan subkutis dengan manifestasi
edema sewarna kulit atau eritema pada area predileksi, ditambah
keikutsertaan lapisan submukosa,gejala nyeri panas, rasa gatal gatal jarang ada. Angioedema dinamakan akut jika berlangsung kurang dari 6 minggu.
Gejala subjektif berwujud rasa nyeri atau rasa terbakar, gatal gatal ringan,
Gejala objektif berwujud edema kulit mendadak pada area predileksi,
bisa ada atau tidak ada urtikaria, kesulitan menelan atau bernafas jika ada keikutsertaan mukosa saluran nafas dan cerna,gejala muncul hingga 72 jam,
angioedema/urtikaria yang menetap lebih dari 6 minggu dinamakan
kronis, yang terbagi atas angioedema/urtikaria autoimun kronik dan
idiopatik kronik,
Pemeriksaan :
diperoleh edema sewarna kulit, kadang eritema,
area anatomis berurutan dari paling sering yaitu wajah, periorbital, bibir,
ektremitas, glottis, lidah, genitalia, sesak nafas,
analisa Banding
-Jalur intravena,
-Produk darah :Zat kontras, γ-globulin intravena
- Infeksi,Infeksi virus pada pasien pasien anak-
Infectious mononucleosis atau gejala prodromal hepatitis B Infeksi bakteri pada pasien pasien anak
-Erupsi obat alergi:
Imunitas seluler, Diperantarai imunoglobulin E (IgE) , Metabolik-idiosinkrasi,
-Reaksi akibat makanan:
Diperantara IgE , Tidak diperatarai IgE (contoh: scombroid poisoning)
Fisik:
-Lesi muncul >2 jam:
Familial cold-induced syndromes, ditambah demam,Urtikaria akibat tekanan , Angioedema akibat getaran (vibratory),
-Lesi masing masing pasien muncul <2 jam,
Urtikaria kolinergik diinduksi oleh dingin,Cold-dependent dermatographism,
Urtikaria dingin,Urtikaria kolinergik,Dermatografisme,Urtikaria panas lokal,Urtikaria aquagenik,
-Kronik (>6 Minggu):
Vaskulitis urtikaria: Idiopatik-hanya pada kulit,Berhubungan dengan penyakit jaringan ikat yang lain
Idiopatik,Autoimun, kadang ditambah antibodi antitiroid,
Familial febrile syndromes dengan erupsi mirip urtikaria,
Sindrom Schnitzler, Angioedema herediter,Angioedema diperoleh (acquired),
Pemeriksaan Penunjang:
tidak rutin dilaksanakan pada angioedema akut, hanya pada angioedema kronik,
bergantung pada pemicu yang dicurigai berdasar dan pemeriksaan fisik,
Jenis pemeriksaan yaitu autologous serum skin test (ASST),Imunoglobulin, biopsi kulit, test tusuk, pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, fungsi tiroid,
komplemen (C1, C3, C4),
pengobatan
Identifikasi dan eliminasi faktor pemicu endogen dan eksogen,
. jika sesak nafas, suara serak atau odinofagia dikonsulkan ke
spesialis THT ,jika diperoleh edema laring berdasar hasil NPL maka dirawat di ICU
untuk pemantauan jalan nafas,Pasien dengan edema terbatas pada kulit bisa diawasi di unit gawat darurat dalam 6 jam, diperbolehkan rawat jalan.
Mengurangi pelepasan mediator oleh sel mast dan/atau efek mediator
itu pada organ target, dan menginduksi toleransi,
jika ada gangguan nafas: epinefrin atau adrenalin (1:1000) dosis 0,3 ml
subkutan atau intramuskular, diulangi setiap 10 menit, dilanjutkan :
Lini pertama:
Antihistamin H-1 generasi ke-2 seperti feksofenadin ,loratadin, cetirizin, atau desloratadin, pada pasien rawat jalan,atau antihistamin H-1 generasi ke-1, jika gejala menetap sesudah 2 minggu pengobatan, maka diberi pengobatan lini kedua yaitu Dosis antihistamin H-1 generasi kedua ditingkatkan 2-4 kali lipat,
jika gejala menetap sesudah 1-4 minggu berikutnya diberi pengobatan lini ketiga.
yaitu: Kortikosteroid pada pasien dengan edema laring, dan gejala yang berat yang tidak menanggapi dengan pemberian antihistamin,syok anafilaksis , Dosis 0,5-1 mg/kg beratbadan /hari dengan atau tanpa tappering
Kortikosteroid singkat (maksimal 10 hari) dipakai jika terjadi eksaserbasi,
ditambahkan omalizumab atau siklosporin A,
DRUG REACTION WITH EOSINOPHILIA AND SYSTEMIC SYMPTOMS (DRESS)
Sindrom DRESS atau Drug-Induced Hypersensitivity Syndrome (DIHS) adalah kumpulan gejala dan tanda reaksi obat idiosinkrasi berat
pada pemberian obat dalam dosis terapi, yang ditandai
ketidaknormalan hematologi (eosinofilia >1500/µL, atau kelainan hematologi lain contoh nya limfosit atipik,leukositosis, limfositosis,
Demam,Erupsi kulit,keikutsertaan sistemik (limfadenopati >2cm, hepatitis sitolitik dengan alanine transaminase (AST) >2x normal, miokarditis,nefritis intersitial, pneumonia interstitial,
Pemeriksaan
pemicu adalah antibiotik diikuti oleh antikonvulsan
Gejala bisa muncul lebih cepat dan lebih parah pada paparan obat berulang
Gejala bisa muncul 2-120 hari sesudah konsumsi obat,
Diketahui ada obat yang dicurigai sebagai pemicu,Paling sering 2-6 minggu sesudah pemakaian obat pertama kali., Demam bisa terjadi beberapa hari sebelum atau bersamaan dengan munculnya erupsi kulit,Erupsi kulit bermacam ragam, bisa berwujud vesikobulosa, dermatitis eksfoliativa,erupsi obat makulopapular, Demam 38-40ºC, ditambah limfadenopati,mialgia, arthralgia, faringitis, ada edema pada wajah,mukosa jarang terjadi, berwujud stomatitis atau
faringitis ringan, Komplikasi terjadi berwujud nekrosis hati, gagal ginjal akut, sepsis, analisa Banding:
Dermatitis eksfoliativa ,Sindrom Stevens-Johnson,Acute generalized exanthematous,
Pemeriksaan Penunjang :
test kulit: test tempel untuk melanjutkan proses analisa kausatif obat pemicu. test
Pemeriksaan HbSAg, antibodi antivirus Hepatitis-A dan anti Hepatitis-C untuk
mengabaikan infeksi virus sebagai pemicu hepatitis,
Pemeriksaan darah dan urin rutin: serum piruvic transaminase (SGPT), eosinofil darah tepi,serum glutamic transaminase (SGOT),
sebaiknya test dilaksanakan dalam waktu 6 minggu-6 bulan sesudah sembuh.
pengobatan
Hentikan pemakaian obat yang dicurigai, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
Steroid sistemik dengan dosis setara prednison 1-1,5 mg/kg beratbadan kemudian diturunkan secara bertahap,steroid sistemik bisa diberi dalam dosis denyut metilprednisolon 30 mg/kg beratbadan /hari (dosis maksimal 3 gram selama 3 hari),
Cutaneous drug eruption Bercak kemerahan akut Bercak makulopapular
yang terjadi dan semakin meluas selama >3 minggu dari pertama
mengonsumsi obat yang dicurigai,
ketidaknormalan hematologi Reaksi yang terjadi akibat keikutsertaan obat,
Tanda dan gejala memanjang sesudah penghentian obat Eosinofil ≥1,5x109
/L Rawat inap‟ Demam >38 ° C Morfologi darah tepi: limfosit atipikal
Demam >38 ° C ketidaknormalan enzim hati (ALT >100 U/L atau
keikutsertaan organ lain) keikutsertaan sistemik Pembesaran kelenjar getah
bening ≥2 area”ketidaknormalan leukosit (≥1)
Adenopati: kelenjar getah bening diameter ≥2 cm keikutsertaan organ dalam
≥1” Leukositosis (>11x109/L)
Hepatitis dengan peningkatan enzim transaminasi ≥2 kali ketidaknormalan pada darah rutin”
Limfosit atipikal (>5%) Nefritis interstisial Limfosit lebih atau dibawah
normal Eosinofilia (>1,5x109 /L)
Pneumonitis interstisial Peningkatan jumlah eosinofil Limfadenopati
Karditis Penurunan jumlah trombosit Reaktivasi HHV-6
KONSULTASI PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV,IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas,Pasangan seksual perlu diperiksa dan diobati,Kondom melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV ,Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat, Komplikasi IMS membahayakan pasien, Mengobati sendiri berbahaya,IMS ditularkan melewati hubungan seksual,
pasien IMS Kemungkinan risiko tertular hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan IMS lainnya, pemeriksaan serologis sifilis, konsultasi dan tes HIV (KT HIV)
konsultasi dan tes secara sukarela (KTS): konsultasi pretes-tes darah/rapid
diagnostic test-konsultasi pasca tes)
Hasil tes darah HIV non-reaktif diberi informasi tentang: masa jendela, pencegahan penularan, risiko penularan HIV dari pasien ibu ke pasien anak, perencanaan kehamilan/keluarga berencana (KB) dan anjuran konsultasi/pelajaran/tes darah pada pasangan
Alur pengobatan IMS1
Duh tubuh uretra pasien laki laki dengan pemeriksaan mikroskop,Ulkus genital untuk tenaga medis, Duh tubuh alat vital wanita dengan pemeriksaan inspekulo dan mikroskop,Tonjolan (vegetasi) pada genital,
NEKROLISIS EPIDERMAL (SSJ dan NET),
(Sindrom Stevens-Johnson/SSJ dan Nekrolisis Epidermal Toksik /NET)
Nekrolisis epidermal, termasuk Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan Nekrolisis
Epidermal Toksik (NET), adalah reaksi mukokutaneus yang berbahaya,
ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis yang ekstensif.
Kedua kondisi ini digolongkan sebagai keanekaragaman keparahan dari proses yang sejenis, .karena adanya kesamaan temuan klinis dan histopatologis. Perbedaan ada pada keparahan yang ditentukan berdasar luas area permukaan kulit yang terkena,
Identifikasi faktor pemicu lain: infeksi (Mycoplasma pneumoniae, virus) imunisasi, dan transplantasi sumsum tulang belakang,
pemicu adalah pemakaian obat,Jangka waktu dari pemberian obat sampai muncul kelainan kulit (segera, beberapa ketika atau jam atau hari atau hingga 8 minggu),
Pemeriksaan fisik
SSJ dan NET ditandai dengan keikutsertaan kulit dan membran mukosa,
Kelainan kulit yaitu: kadang purpura, epidermolisis,eritema, vesikel, papul, erosi, eskoriasi, krusta kehitaman,
Tanda Nikolsky positif.
Kelainan mukosa (setidaknya pada dua lokasi): dimulai dengan
eritema, genital,erosi dan nyeri pada mukosa oral, mata ,Kelainan
mata berwujud ulkus,konjungtivitis kataralis, purulenta, Kelainan
mukosa oral berwujud nyeri yang tertutup pseudomembran
putih keabuan dan krusta,erosi hemoragik, Kelainan genital berwujud erosi yang bisa memicu sinekia (perlekatan),
Gejala ekstrakutaneus: lemah badan, demam, nyerikeikutsertaan organ
dalam seperti paru-paru yang bermanifestasi sebagai peningkatan
kecepatan pernapasan dan batuk, dan komplikasi organ digestif seperti
perforasi kolon, diare masif, malabsorbsi, melena,
syarat SSJ, SSJ overlap NET, dan NET berdasar luas area epidermis yang
terlepas (epidermolisis), yaitu: SSJ (<10% luas permukaan tubuh), SSJ overlap
NET (10-30%), dan NET (>30%).1-5,
Komplikasi yang bisa terjadi:
Sepsis,Kegagalan organ dalam,
analisa Banding:
Generalized bullous fixed drug eruption,Bullous acute graft-versus-host disease,
Staphylococcal scalded skin syndrome,Acute generalized exanthematous pustulosis, Eritema multiforme major (EEM), Pemfigus vulgaris,Mucous membrane pemphigoid, Pemfigoid bulosa, Pemfigus paraneoplastik, Bullous lupus erythematosus,Linear IgA dermatosis,
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilaksanakan termasuk hematologi rutin, urea serum, analisis gas darah, dan gula darahzPemeriksaan laboratorium dilaksanakan bukan untuk kepentingan analisa, namun untuk diagnosa akhir derajat keparahan dan pengobatan kondisi yang membahayakan jiwa.
Pemeriksaan histopatologis dilaksanakan jika analisa meragukan,
test kultur bakteri dan kandida dari tiga area lesi kulit pada tahap akut,
analisa kausatif dilaksanakan sesudah minimal 6 minggu sesudah lesi kulit hilang ,dengan: test tempel tertutup,test provokasi peroral tidak direkomendasikan
test in vitro dengan drug-specific lymphocyte proliferation assays (LPA)
bisa dipakai secara retrospektif untuk menentukan obat yang diperkirakan
menjadi pemicu,
pengobatan :
Pasien dirawat (sebaiknya dirawat di ruangan intensif) dan dipantau ketat untuk mencegah hospital associated infections ,
Menghentikan obat yang dicurigai sebagai pemicu
Penanganan kulit yang mengalami epidermolisis, seperti kompres dan
mencegah infeksi sekunder,Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
beri nutrisi secara enteral pada tahap akut, baik secara oral ,nasogastrik,
bisa diberi pelembab berminyak seperti 50% gel petroleum dengan 50% cairan parafin,
Penanganan lesi kulit bisa secara konservatif maupun pembedahan
(debrideman),Terapi topikal untuk mempercepat reepitelialisasi,mencegah kulit terlepas lebih banyak, infeksi mikroorganisme,
keikutsertaan mata harus diatasi oleh tenaga medis spesialis mata,
Kortikosteroid sistemik: deksametason intravena dengan dosis setara
prednison 1-4 mg/kg beratbadan /hari untuk SSJ, 3-4 mg/kg beratbadan /hari untuk SSJ-NET, dan 4-6 mg/kg beratbadan /hari untuk NET,
diberi Analgesik Jika nyeri ringan bisa diberi parasetamol, dan
Siklosporin bisa diberi campuran IVIg dengan kortikosteroid sistemik bisa mempersingkat waktu penyembuhan,
jika nyeri berat bisa diberi analgesik opiate-based seperti tramadol,
Intravenous immunoglobulin (IVIg) dosis tinggi bisa diberi segera
sesudah pasien dianalisa NET dengan dosis 1 g/kg beratbadan /hari selama 3
hari,
DERMATOLOGI NON INFEKSI
Miliaria
Liken simpleks kronikus
Dermatitis seboroik
Miliaria
Pitiriasis alba
Pitiriasis rosea
Prurigo aktinik
Prurigo nodularis
Pruritic urticaria papule and plaque in pregnancy (PUPPP)
Dermatitis numularis
Dermatitis popok
MILIARIA
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang dipicu oklusi duktus
ekrin, ditandai dengan erupsi papul-vesikel, tersebar di lokasi predileksi, bisa
mengenai pasien bayi, pasien anak dan pasien dewasa,
Klasifikasi (berdasar letak sumbatan dan pencitraan klinis)
Miliaria profunda: di dermo-epidermal junction
Miliaria kristalina (sudamina): di stratum korneum
Miliaria rubra (prickly heat): di stratum spinosum/mid-epidermis
Miliaria pustulosa: di stratum spinosum/mid-epidermis
Riwayat hiperhidrosis, berada di lingkungan panas dan lembab, pasien bayi yang dirawat dalam inkubator,
Miliaria rubra adalah jenis tersering, vesikel miliar atau papulovesikel di
atas dasar eritematosa, tersebar diskret.
Miliaria profunda adalah kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih,
tanpa tanda radang,
Miliaria kristalina terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm) subkorneal, tanpa tanda
radang, mudah pecah dan deskuamasi dalam beberapa hari,
Miliaria pustulosa berasal dari miliaria rubra yang menjadi pustul,
analisa Banding
Campak (morbili),Erupsi obat morbiliformis,Eritema toksikum neonatorum, Folikulitis,
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk analisa,
pengobatan
Pengobatan simtomatik dan menghindari faktor pemicu
Mandi setiap kali berkeringat
Miliria profunda diberi lanolin anhidrous, bila luas bisa diberi isotretinoin,
Bedak kocok mengandung kalamin, bisa ditambahkan antipruritus (mentol),
Miliaria rubra dengan inflamasi berat bisa diberi kortikosteroid topikal, bila
ada infeksi sekunder: antibiotik topikal,
Pakai pakaian tipis dan menyerap keringat,Menghindari banyak berkeringat, pilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup. Mandi memakai sabun.
LIKEN SIMPLEKS KRONIKUS
Liken simpleks kronikus (LSK) atau neurodermatitis sirkumskripta adalah suatu
peradangan kulit kronik yang gatal gatal berwujud penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk sirkumkripta, akibat garukan berulang ulang ,
diperoleh keluhan gatal gatal, hingga bisa mengganggu tidur. gatal gatal bisa
muncul paroksismal/terus-menerus/sporadik dan menghebat bila ada stres
psikis,
Pemeriksaan fisik
Lesi likenifikasi tunggal namun bisa lebih dari satu.dengan ukuran lentikular hingga plakat. Stadium pertama berwujud eritema dan edema atau papul berkelompok. Akibat garukan terus meneur timpul plak likenifikasi dengan hiperpigmentasi ,skuama , eskoriasi atau hipopigmentasi. Bagian tengah lesi berskuama ,menebal, kering , sedang bagian tepi hiperpigmentasi,
Predileksi yaitu area yang mudah dijangkau oleh tangan seperti
ekstremitas ekstensor, pergelangan tangan ,kulit kepala, tengkuk, area
anogenital, meskipun bisa muncul di area tubuh manapun,
analisa Banding
Liken planus hipertrofik,Dermatitis atopik dengan lesi likenifikasi,Psoriasis dengan lesi likenifikasi,
Pemeriksaan Penunjang:
Untuk melanjutkan proses analisa tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
jika diperlukan, bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang sesuai analisa
banding,Pemeriksaan histopatologi bisa dilaksanakan bila pencitraan klinis meragukan,Untuk lesi pada area inguinal/genital/perianal:
Liken sklerosus,infeksi human papiloma virus (HPV), Tinea kruris,
pengobatan
Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim
pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu,
Kortikosteroid topikal: bisa diberi kortikosteroid potensi kuat seperti salep
klobetasol propionat 0,05%, satu sampai dua kali sehari,
Menghindari stress psikis, memutuskan siklus gatal gatal-garuk,
Emolien bisa diberi sebagai campuran dengan kortikosteroid topikal atau pada lesi di vulva bisa diberi terapi tunggal krim emolien,
Preparat antipruritus nonsteroid yaitu: doxepin,mentol, pramoxine,
Sistemik: Antihistamin sedatif,Antidepresan trisiklik,
Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)
DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa kronis yang umum
diperoleh pada pasien anak dan pasien dewasa. Penyakit ini ada pada area kulit yang
memiliki banyak kelenjar sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian
atas dan fleksura (inguinal, inframammae, dan aksila),Pasien juga bisa mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan bisa memburuk jika ada pemicu stres atau cuaca dingin,Pada pasien bayi terjadi pada 3 bulan pertama kelahiran, dinamakan cradle cap. Keluhan berwujud sisik kekuningan yang berminyak dan tidak gatal gatal, Pada pasien anak dan pasien dewasa, yang menjadi keluhan adalah kemerahan dan sisik di kulit kepala, aurikula, dahi , dada,lipatan nasolabial, alis mata, ,Lesi lebih jarang ada di area umbilikus, interskapula, perineum dan anogenital. Area kulit yang kemerahan gatal gatal, Pada pasien bayi bersifat swasirna sementara cenderung menjadi kronis pada pasien dewasa,
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien anak dan pasien dewasa bisa bermacam ragam mulai dari: Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel pada kulit kepala
Lesi eksematoid berwujud plak eritematosa superfisial dengan skuama
terutama di kulit kepala, wajah dan tubuh Di dada bisa pula memperlihatkan lesi petaloid atau pitiriasiformis, jika ada di kelopak mata, bisa ditambah dengan blefaritis, bisa meluas hingga menjadi eritroderma,Pada pasien bayi, bisa ada skuama kekuningan atau putih yang berminyak dan tidak gatal gatal. Skuama terbatas pada batas kulit .kepala (skalp) dan bisa pula ada di belakang telinga dan area alis mata. Lesi lebih jarang ada di lipatan fleksura, area popok dan wajah
analisa Banding
Pada pasien anak dan pasien dewasa: dermatitis kontak, impetigo, tinea,psoriasis, dermatitis atopik, Pada pasien bayi : psoriasis,dermatitis atopik, skabies,
Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis
Harus disingkirkan: histiositosis sel Langerhans (pada pasien bayi)
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk analisa. jika analisa
meragukan, bisa dilaksanakan pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH
untuk mengabaikan infeksi jamur atau biopsi kulit,
pengobatan
pasien dewasa Pilihan pengobatan bisa berwujud salah satu atau gabungan dari terapi yaitu :
1. area non skalp
Ringan
Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2 kali sehari selama 4 minggu,
Antijamur topikal: krim ciclopirox 1% krim ketokonazol 2%2 kali sehari selama 4 minggu.
AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4
minggu, Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali
sehari selama 4 minggu,
Sedang/berat
Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone 0,05% 2 kali sehari selama 4 minggu
Antijamur sistemik:
Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau
250 mg/hari selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)
Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari selama 2 hari/bulan selama 11 bulan,
Urutan pilihan terapi
Lini pertama
- Ketokonazol topikal - Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang- AIAFp topikal
Lini kedua
- Lithium succinate/lithium gluconate topikal- Krim ciclopirox- Inhibitor kalsineurin topikal
Lini ketiga
- Terbinafin oral- Itrakonazol oral- Gel metronidazol- Krim non steroid
- Terbinafin topikal- Benzoil peroksida,- Fototerapi area skalp
Ringan
AIAFp: sampo piroctone olamine/bisabolol/glychirretic acid/lactoferrin 2-
3 kali/minggu,
Antijamur topikal: sampo ciclopirox 1-5%, ketokonazol sampo 1-2% , foaming gel 2% ,hydrogel 20 mg/gel 2-3 kali/minggu,
Keratolitik:
- Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu, sampo tar 1-2% 4kali/minggu
Bahan lainnya:
- Sampo selenium sulfida 2,5% 2-3 kali/minggu,
- Sampo zinc pyrithione 1-2% 2-3 kali/minggu
Kortikosteroid topikal kelas I: linimentum dan solusio hidrokortison 1%,
losion hidrokortison 0,1% 1 kali sehari selama 4 minggu minggu,
Kortikosteroid topikal kelas II: salep aclometasone 0,05%, krim
desonide 0,05% 1 kali sehari selama 4 minggu
Sedang/berat
Kortikosteroid topikal kelas IV: sampo klobetasol propionat 0,05% 2 kali
seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu,
Kortikosteroid topikal kelas III: sampo fluocinolon acetonide 0,01% 2 kali
seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu,
Antijamur sistemik:
- Flukonazol 50 mg/hari selama 2 minggu atau 200-300 mg/minggu selama 2-4 minggu
- Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari
selama 2 hari/bulan selama 11 bulan
- Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau
250 mg/hari selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)
Urutan pilihan terapi
Lini pertama
- Sampo ketokonazol- Sampo ciclopirox - Sampo zinc pyrithione
Lini kedua
- Propylene glycol lotion - Kortikosteroid topikal potensi kuat- kuat
- Salep tacrolimus - Mikonazol - Sampo selenium sulfida
*AIAFp: non steroid anti-inflammatory agent with antifungal properties
pasien bayi
area non skalp
Kortikosteroid topikal kelas I: krim hidrokortison 1% 1 kali sehari selama 7 hari
Antijamur topikal: krim ketokonazol 2% 1 kali sehari selama 7 hari
area skalp
AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol setiap 12 jam
Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2% 2 kali/minggu selama 4 minggu
Emolien: white petrolatum ointment sebagai pemakaian sehari-hari,
Dermatitis seboroik pada pasien bayi bersifat swasirna. Sementara pada pasien dewasa bersifat kronis dan bisa kambuh,
pelajaran kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan
pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara pemakaian
obat, dan efek samping obat yang mungkin terjadi)
Mencari faktor-faktor predisposisi yang diperkirakan sebagai pemicu,
Menghindari faktor pemicu/pemicu contohnya:
pemakaian pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan kelembapan rendah di lingkungan kerja, Hindari garukan yang bisa memicu lesi iritasi, Hindari bahan-bahan yang bisa menimbulkan iritasi ,Mengkonsumsi makanan rendah lemak,Tetap menjaga higiene kulit
pelajaran mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan
diluar yang diresepkan
Bila menjadi eritroderma atau bagian dari penyakit Leiner: perlu dirawat untuk
pemantauan pemakaian antibiotik dan kortikosteroid sistemik jangka panjang. Bila ada kecurigaan penyakit Leterrer-Siwe perlu kerjasama dengan tenaga medis spesialis pasien anak,
PITIRIASIS ALBA
Pitiriasis alba adalah suatu kelainan kulit berwujud makula hipopigmentasi dengan batas tidak tegas ditambah skuama putih halus pada permukaannya,
yang muncul terutama di area wajah, mungkin berhubungan dengan paparan sinar matahari,muncul pada pasien anak dan pasien remaja usia antara 3 sampai 16 tahun. asimtomatik, ada beberapa masalah penyakit dengan keluhan gatal gatal atau rasa terbakar,
Faktor pemicu: paparan air panas,paparan sinar matahari, frekuensi mandi,
Pitiriasis alba bisa menjadi pencitraan klinis dari dermatitis atopik ringan,
Lesi berukuran 0,5-3 cm.1 bisa berbentuk bulat, oval1,2 atau ireguler,
lokasi predileksi yaitu area wajah, batang tubuh, ekstremitas,bisa pula ada di leher,
pemeriksaan fisik
Perjalanan klinis terdiri dari tiga tahap:
tahap pertama yaitu muncul makula berwarna merah muda dengan tepi
menimbul, tahap kedua muncul dalam beberapa minggu berwujud makula hipopigmentasi dengan skuama putih halus pada permukaannya,
tahap ketiga berwujud makula hipopigmentasi tanpa skuama yang bisa
menetap hingga beberapa tahun, Ketiga tahap itu bisa ada secara bersamaan,
Kelainan kulit bisa berulang,Hindari paparan sinar matahari dan pakailah tabir surya,
analisa Banding
Nevus anemikus,Vitiligo,Mikosis fungoides,Tuberosklerosis,Hipopigmentasi pasca inflamasi,Pitiriasis versikolor,Nevus depigmentosus,
Pemeriksaan Penunjang
Untuk melanjutkan proses analisa tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
jika analisa meragukan, bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang sesuai
analisa banding dengan pemeriksaan histopatologi,
Pemeriksaan memakai lampu Wood membantu untuk memperjelas lesi,
pengobatan
Mengurangi paparan sinar matahari, tanggapan pitiriasis alba terhadap terapi seringkali tidak memuaskan, karena lamanya waktu pemulihan pigmentasi kulit,
Salep takrolimus 0,1% dua kali sehari selama 8 minggu, Pelembab, Kortikosteroid potensi ringan,Krim pimekrolimus 1% dua kali sehari selama 12 minggu,
Salep kalsitriol 0,0003% dua kali sehari selama 8 minggu,
Fototerapi
Terapi dengan laser excimer 308 nm dua kali seminggu selama 12 minggu,
Pemulihan hipopigmentasi bisa berlangsung lama dan bisa mengganggu secara
estetik, Penyakit bisa sembuh spontan namun bisa rekuren dalam beberapa tahun, dan menghilang sesudah pubertas, Pitiriasis Rosea ,Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang dimulai. dengan munculnya makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu muncul lesi sejenis dengan ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit ,
muncul pada pasien remaja dan pasien dewasa muda yang sehat, kelompok usia 10-35 tahun,
Gejala subjektif tidak ada, namun bisa ditambah gatal gatal ringan maupun sedang, Kelainan kulit dimulai dengan lesi primer yang diikuti lesi sekunder,
muncul lesi sekunder bermacam ragam antara 2 hari sampai 2 bulan sesudah lesi
primer, namun dalam waktu 2 minggu. Kadang-kadang lesi primer dan sekunder muncul secara bersamaan, bisa pula ada lemah badan demam yang tidak terlalu tinggi .
Pemeriksaan fisik
Lesi primer terletak di bagian badan yang tertutup baju, namun
kadang-kadang ada di leher atau ekstremitas proksimal,seperti paha
atas atau lengan atas.Lesi primer jarang ada di wajah, alat vital pasien laki laki atau kulit kepala berambut,
pencitraan klinis dimulai. dengan munculnya lesi primer berwujud makula/plak
sewarna kulit/merah muda/salmon-colored/hiperpigmentasi yang berbatas
tegas, berdiameter 2-4 cm1,2 dan berbentuk lonjong atau bulat
Bagian tengah lesi memiliki sifat skuama halus, dan pada bagian dalam tepinya ada skuama yang lebih jelas membentuk pencitraan skuama kolaret,
Lesi sekunder berwujud makula/plak merah muda,multipel, berukuran lebih kecil dari lesi primer,berbentuk bulat atau lonjong, yang mengikuti Langer lines sehingga pada punggung membentuk pencitraan christmas-tree pattern.,bisa ada pembesaran kelenjar getah bening,
Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal,
keanekaragaman.Pitiriasis rosea atipikal,
Pada pitiriasis rosea atipikal herald patch bisa tidak ada, berjumlah
lebih dari satu, atau menjadi satu-satunya manifestasi klinis.Lesi bisa berwujud urtika, erythema multiforme-like, vesikuler, pustular, dan purpura. Lesi bisa
penyebaranya hanya di area perifer, mengenai wajah, kulit kepala berambut,
atau lokalisata pada regio tertentu seperti telapak tangan, telapak kaki, aksila,
vulva, dan lipat paha,
analisa Banding:
Pityriasis lichenoides chronica,Pitiriasis rosea-like drug eruption,Sifilis sekunder,Tinea korporis, Dermatitis numularis, Psoriasis gutata, Dermatitis seboroik,
Pemeriksaan Penunjang:
bisa dilaksanakan pemeriksaan penunjang sesuai analisa banding,
Pemeriksaan histopatologi bisa dilaksanakan pada masalah penyakit yang tidak bisa berdasar pencitraan klinis
pengobatan
Tidak ada penyakit bisa sembuh spontan,
Bila gatal gatal mengganggu:
Larutan anti pruritus seperti calamine lotion,Kortikosteroid topikal,
jika gatal gatal mengganggu bisa diberi antihistamin seperti
Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari,
Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari, setirizin 1x10 mg per hari, Kortikosteroid sistemik,
bisa dilaksanakan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan
dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.
diindikasikan sebagai terapi pada pertama perjalanan penyakit yang ditambah flu-like symptoms atau keikutsertaan kulit yang luas.l
Kelainan kulit bisa sembuh sendiri,
Lesi mengalami resolusi spontan dalam waktu 4-10 minggu
kadang bertahan hingga 3 bulan, Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi
sesudah inflamasi bisa terjadi,
PITIRIASIS ROSEA
Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang diawali dengan adanya
makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus , kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu muncul lesi mirip dengan
ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit Terutama muncul pada remaja dan dewasa muda yang sehat, demam yang tidak terlalu tinggi atau lemah badan, usia 10-35 tahun,disertai gatal ringan maupun sedang,Kelainan kulit dimulai dengan lesi primer yang diikuti lesi sekunder, lesi sekunder bervariasi antara 2 hari sampai 2 bulan setelah lesi
primer, tetapi dalam waktu 2 minggu. Kadang-kadang lesi primer .dan sekunder muncul bersamaan,
Pemeriksaan fisik
pertama muncul lesi primer berupa makula/plak
sewarna kulit/merah muda/salmon-colored /hiperpigmentasi yang berbatas
tegas, berdiameter 2-4 cm1,2 dan berbentuk lonjong atau bulat, Bagian tengah lesi memiliki karakteristik skuama halus, dan pada bagian
dalam tepinya terdapat skuama yang lebih jelas membentuk
skuama kolaret,Lesi primer ada di bagian badan yang tertutup baju, tetapi
kadang ada di leher atau ekstremitas proksimalseperti paha
atas atau lengan atas.Lesi primer jarang ditemukan di wajah, penis atau
kulit kepala berambut, Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal,Lesi sekunder berupa makula/plak merah muda, multipel, berukuran lebih kecil dari lesi primer, berbentuk bulat atau lonjong, yang mengikuti Langer .lines sehingga pada punggung, pembesaran kelenjar getah bening, jenis jenis Pitiriasis rosea atipikal
Lesi dapat berupa urtika, erythema multiforme-like,
vesikuler, pustular, dan purpura,Pada pitiriasis rosea atipikal herald patch ditemukan, berjumlah lebih dari satu, atau menjadi satu-satunya manifestasi klinis. Lesi tersebar hanya di area perifer, mengenai wajah, kulit kepala berambut,
atau pada regio tertentu seperti aksila, vulva, lipat paha. telapak tangan, telapak kaki, analisa Banding Insect bites, Prurigo nodularis,Polymorphic light eruption,Dermatitis atopik,Dermatitis seboroik,
Pemeriksaan Penunjang
Cutaneous phototesting,Histopatologi: akantosis, spongiosis, eksositosis di epidermis ditambah infiltrat limfohistiositik,
pengobatan
fotoproteksi dan antiinflamasi.
Kortikosteroid potensi kuat untuk mengatasi inflamasi dan gatal gatal , Tabir surya, Fototerapi NB-UVB atau PUVA ,Takrolimus atau pimekrolimus,
Imunosupresif contohnya kortikosteroid, azatioprin, Pentoksifilin,
Tetrasiklin dan vitamin ,Menghindari paparan sinar matahari,
Penyakit cenderung kronik dan bisa persisten hingga pasien dewasa, namun resolusi spontan bisa terjadi ketika akhir usia pasien remaja.
PRURIGO NODULARIS
Kelainan kronik ditandai nodus hiperkeratotik dan gatal gatal akibat garukan berulang yang bisa terjadi pada semua usia, terutama usia 20-60 tahun.
Lesi berwujud nodul diameter 0,5-3 cm, permukaan hiperkeratotik,gatal gatal
Predileksi: sakrum,ekstensor tungkai, abdomen,
Berhubungan dengan dermatitis atopik,
analisa Banding
Prurigo aktinik, Keratoakantoma multipel, Perforating disease, Liken planus hipertrofik,Pemfigoid nodularis,
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Rontgen thoraks,Pemeriksaan Tes HIV,Pemeriksaan Histopatologi,
Pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, hati dan tiroid untuk mengetahui
kelainan pemicu gatal gatal,
pengobatan
Kortikosteroid dengan oklusi (dengan pengawasan tenaga medis) atau
kortikosteroid superpoten,Kalsipotriol,
menghambat siklus gatal gatal-garuk dan mengatasi kemungkinan penyakit
sistemik yang mendasari pruritus,
Antipruritus non steroid, contohnya mentol, fenol, capsaicin,Emolien,Takrolimus,Antihistamin sedatif, Sedating serotonin reuptake inhibitors atau antidepresan trisiklik,Siklosporin, Triamsinolon asetonid intralesi,
Bedah beku,Fototerapi: broad band atau narrow band ultraviolet ,
psoralen dengan ultraviolet A (PUVA) , dan fototerapi A-1
Hindari menggaruk lesi, ,
PRURITIC URTICARIA PAPULE AND PLAQUE IN PREGNANCY PUPPP
Dermatosis dengan gejala pruritus yang terjadi terutama pada primigravida dalam trimester akhir kehamilan,Sinonim: polymorphic eruption of pregnancy (PEP) terutama pada primigravida, dan terjadi dalam trimester ketiga kehamilan
bisa pula terjadi pada pertama kehamilan atau atau segera sesudah melahirkan,
Erupsi dimulai di abdomen yaitu di dalam area striae gravidarum,
Pruritus muncul pararel dengan munculnya erupsi, gatal gatal yang berat
bisa mengganggu tidur,Kelainan kulit bisa meluas ke paha, bokong, payudara dan lengan atas,bahwa penyakit ini tidak membahayakan pasien ibu maupun pasien bayi dan bisa sembuh sendiri dalam beberapa minggu sesudah melahirkan tanpa meninggalkan gejala sisa,PUPPP tidak memengaruhi morbiditas atau mortalitas pasien bayi dan pasien ibu.
Pemeriksaan fisik
Predileksi pada abdomen, secara klasik lesi ada di dalam area striae gravidarum (pada kulit yang teregang). bisa ada perluasan lesi di paha, bokong, payudara dan lengan atas. area periumbilikal tidak ada lesi,Lesi tipikal berwujud papula urtikarial berukuran 1-2 mm di kelilingi halo pucat, yang bisa menyatu membentuk plak.Lesi bersifat polimorfik, berwujud lesi urtikaria, targetoid, ekzematosa,vesikular, purpurik, polisiklik,
analisa Banding
sering: pemfigoid gestasionis, atopic eruption of pregnancy, dermatitis
kontak,Pertimbangkan: eksfoliativa , ekzematosa,erupsi obat, eksantem viral, pitiriasis rosea, dermatitis ,. Singkirkan: skabies
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologis dilaksanakanbila analisa meragukan, dan bisa
ada pencitraan parakeratosis, spongiosis, dan kadang-kadang eksositosis eosinofil.Pemeriksaan laboratorium: tidak memperlihatkan ketidaknormalan.
pengobatan
Untuk mengurangi gejala diberi pelembap.
Terapi bersifat simtomatis, walaupun bisa terjadi remisi dalam beberapa hari atau
minggu, Kortikosteroid topikal potensi rendah sampai dengan medium.
Sistemik : Antihistamin anti H1 generasi pertama,
Pada masalah penyakit PUPPP yang tidak ada respon dengan terapi topikal:
kortikosteroid sistemik (prednisolon 20-60 mg/hari selama beberapa hari,
kemudian tapering off)
bahwa penyakit ini tidak membahayakan pasien ibu maupun pasien bayi dan bisa
sembuh sendiri dalam beberapa minggu sesudah melahirkan tanpa meninggalkan
gejala sisa
DERMATITIS NUMULARIS
Sinonim: eksema diskoid,
Dermatitis numularis adalah suatu kelainan kulit inflamatif berwujud papulovesikel dan papul yang berkonfluensi membentuk plak berbentuk koin berbatas tegas dengan gatal gatal terutama pada tahap akut, skuama,oozing, krusta, dengan predileksi pada ekstremitas atas dan bawah,
jarang dialami pada pasien bayi dan pasien pasien anak-pasien anak,dialami terutama orang pasien dewasa (usia 50-65 tahun), puncak onset pada pasien pasien anak-pasien anak yaitu pada usia 5 tahun, Pada sebagian pasien dermatitis numularis diperoleh insidensi atopi yang .tinggi, namun pada sebagian yang lain tidak, pemicu antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran napas atas, atau saluran napas bawah,
Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pemicu yaitu: Candida albicans,tungau ,debu rumah , disfungsi liver atau konsumsi alkohol ,stress, berlebihan bisa memperberat penyakit,
Pemeriksaan Fisik
Pada bentuk akut ada vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi yang basah (oozing), dan krusta pada dasar eritema, Pada tahap kronis berwujud plak kering, berskuama, dan likenifikasi, bisa muncul komplikasi berwujud infeksi bakteri sekunder, Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk pencitraan
anular,Kelainan kulit bisa meluas ke badan, wajah dan leher atau menjadi
generalisata,Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita) dan
ekstremitas bawah (pasien laki laki), Kelainan kulit bisa bersifat akut, subakut, atau kronik,. Lesi sifat berwujud plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang
terbentuk dari konfluensi papul dan papulovesikel,
analisa Banding:
jika diperlukan, bisa dilaksanakanpemeriksaan penunjang sesuai analisa
banding, Pada masalah penyakit berat atau rekalsitran, dilaksanakantest tempel,
Dermatitis kontak alergi,Dermatitis stasis,Dermatitis atopik, Tinea korporis,
Pemeriksaan Penunjang:
Untuk melanjutkan proses analisa tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus,
pengobatan
Evidence base untuk pengobatan dermatitis numularis sebagian besar berdasar
penelitian-penelitian dermatitis atopik Non ,
Hindari faktor pemicu,beri emolien jika ada kulit kering.
Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis.
ada beberapa obat yang bisa dipilih sesuai dengan indikasi ,antaralain:
1. Topikal
Kompres pada lesi akut,
Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
Pilihan : kortikosteroid topikal potensi sedang hingga kuat,
Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan pimekrolimus atau preparat tar,
2. Sistemik
Antihistamin oral,
Pada masalah penyakit dermatitis numularis dengan lesi generalisata bisa
ditambahkan fototerapi broad/narrow band UVB,Pada masalah penyakit dermatitis numularis berat dan refrakter bisa diberi: kortikosteroid sistemik,
Pada pasien anak bisa diberi metotreksat dengan dosis 5-10 mg perminggu,
Hindari/atasi faktor pemicu, Cegah garukan dan jaga hidrasi kulit agar tidak kering, Perjalanan klinis berlangsung kronis. Penyakit ini sering mengalami
rekurensi dan muncul pada area yang sama atau dekat dengan area
sebelumnya.
DERMATITIS POPOK
Dermatitis popok (napkin dermatitis, diaper dermatitis) adalah dermatitis akut yang terjadi di area genitokrural sesuai dengan lokasi kontak popok (bagian
cembung) terutama diperoleh pada pasien bayi akibat memakai popok,
perjalanan penyakit: kontak lama dengan popok basah (urin/feses).
lokasi predileksi: bokong, area perianal, genital, paha bagian dalam dan
area pinggang, sesuai dengan area kontak popok, Bila terinfeksi jamur kandida ( harus dipikirkan bila sudah lebih dari 3 hari) tampak plak eritematosa (merah cerah), lesi lebih basah ditambah maserasi, berbatas tegas, diarea tepi lesi ada papul, pustul, kadang ada lesi,Pada pasien anak frekuensi tertinggi pada usia 9-12 bulan dan 12-24 bulan, Pada stadium lanjut pencitraan klinis lebih berat (Jacquet’s dermatitis) bisa menjadi ulserasi,erosi, nodul, infiltrat ,Makula eritematosa, berbatas agak tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang berkontak, mons pubis, skrotum pinggang dan perut bagian bawah), ditambah maserasi ringan , eskoriasi,papul, vesikel, pustul, erosi,
analisa Banding
Kandidosis kutis,Dermatitis seboroik infantil, Akrodermatitis enteropatika
Sebopsoriasis
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan khusus. Bila diperkirakan terinfeksi jamur kandida, dilakspasien anakanpemeriksaan KOH atau jika terinfeksi bakteri, pemeriksaan Gram dari kerokan kulit,
pengobatan Non
area popok dibersihkan dengan hati-hati dengan air dalam minyak, yang
diulang setiap kali sesudah buang air besar.
Sesudah dibersihkan, pakailah krim untuk mencegah penetrasi bahan iritan.
bisa dipakai zinc oxide, dimetikon, lanolin, dan petrolatum.
proteksi kulit dari feses dan urin, menekan inflamasi dan mengatasi terjadinya infeksi sekunder.Bila terinfeksi bakteri: diberi mupirosin 2 kali sehari.
Bila terinfeksi kandida: antifungal kandida yaitu nistatin atau derivat azol
mikonazol, flukonazol, klotrimazol atau campuran mikonazol nitrat
dengan seng oksida dan petrolatum.Bila terjadi infeksi bakteri yang berat pada pasien bayi yang lebih tua, bisa diberi amoksisilin klavulanat, klindamisin, sefaleksin atau trimetoprim sulfametoksasol, Bila ringan: krim/salep yang bersifat protektif seperti seng oksida, pantenol, lanolin dan petrolatum jelly,
Kortikosteroid potensi lemah hingga sedang (salep hidrokortison 1%/2,5%)
waktu singkat.
Membersihkan area popok dengan air hangat dan sabun non-irritating (mild)
atau sabun dengan pH netral, atau minyak setiap habis b.a.k dan b.a.b.
pakailah barrier creams seperti zinc oxide, lanolin, petrolatum sesudah kulit
dibersihkan,
area popok dijaga tetap bersih, kering. Hindari gesekan dan kondisi lembab, Mengganti popok secara rutin agar area popok tidak lama berkontak dengan urin dan feses.Bila memakai popok tradisional segera diganti bila basah. Bila memakai popok sekali pakai, popok diganti bila kapasitasnya telah penuh. Untuk pasien bayi baru lahir sebaiknya diganti 2 jam sekali, sedangkan pasien bayi lebih besar 3-4 jam sekali, direkomendasikan memakai popok sekali pakai jenis highly absorbent, dengan materi yang microporous sehingga ada ventilasi (breathable) sehingga bisa mencegah terjadinya eksim popok,dan menurunkan infeksi yang dipicu oleh Candida.