Farmakologi
JALUR PEMBERIAN OBAT
jalur : Subkutaneus (SC)
Keuntungan : Obat tidak mengiritasi, volume kecil, Konstan, Alternatif dari IV
Kerugian : Nyeri pada lokasi injeksi, volume lebih sedikit dari IM, dapat merusak
jaringan bila injeksi dilakkan berulang.
jalur : Inhalasi
Keuntungan : Kerja segera pada paru dan saluran napas. Diantarkan dengan cepat ke darah, tidak ada dampak metabolisme hepatik tahap satu,
Kerugian : Harus berupa aerosol gas, vapor,
jalur : Topikal
Keuntungan : Mudah untuk diberikan dampak lokal
Kerugian : dampak hanya terbatas pada lokasi obat yang diberikan
jalur : Oral (PO)
Keuntungan : Mudah untuk diberikan,Area penyerapan obat yang luas, Lebih murah dibandingkan dengan jalur parenteral
Kerugian : penyerapan tidak lengkap, dampak metabolisme hepatik tahap satu,
berpotensi mengiritasi saluran cerna,
jalur :Sublingual (SL)
Keuntungan : Onset kerja obat cepat, tidak ada dampak
metabolisme hepatik tahap satu.
Kerugian : Harus larut lemak, tidak mengiritasi,
durasi kerja obat singkat
jalur : Rektal (PR)
Keuntungan : Hampir tidak mempunyai dampak metabolisme ,hepatik tahap satu, dapat diberikan ketika tidak dapat memberikan PO, saat muntah,
dan saat pasien tidak sadar,
jalur : Intravena (IV)
Keuntungan : Tidak memilki dampak metabolisme hepatik tahap satu, dapat diberikan lambat atau onset kerja obat cepat, mudah untuk mentitrasi dosis obat
Kerugian : Sulit untuk dibuang ketika sudah diberikan, risiko infeksi, perdarahan,
cedera ektravasasi vaskular, dan mahal
jalur : Intramuskular (IM)
Keuntungan : Obat lepas lambat = jika pencampur obat berbahan dasar minyak. Obat onset cepat = bila pencampurnya berbahan dasar air
Kerugian : Nyeri/hematom di lokasi injeksi,
TAHAP-TAHAP UJI KLINIS OBAT, ANTARA LAIN:
Pre-klinis: penelitian suatu obat pada lingkungan terkendali (laboratorium) pada binatang percobaan atau sel manusia sebelum di uji percobaan pada manusia untuk menentukan profil toksikologi dan farmakokinetik ,
tahap I: pemberian obat pertama kepada subjek penelitian manusia, setelah diuji percobaan pada binatang percobaan, untuk menentukan farmakodinamik dan farmakokinetik obat,
tahap II: pemberian obat pertama pada pasien, jumlah contoh kecil, untuk
menentukan efek dan keamanan , rentang dosis, farmakodinamik dan farmakokinetik obat,
tahap III: jumlah contoh besar, yaitu uji klinis acak tersamar ganda;
perbandingan ( placebo atau obat standar melawan obat baru ) untuk memastikan efek dan keamanan obat,
tahap IV: surveilans setelah penjualan, penyebaran luas, untuk menentukan dampak samping obat yang jarang, dosis ideal, dampak dampak pada praktik klinis kedokteran yang sesungguhnya dan penggunaan jangka panjang,
NOMENKLATUR OBAT
atau penamaan obat, dibagi menjadi beberapa penamaan antara lain:
nama generik: seperti parasetamol,
nama paten: nama merek atau nama obat terdaftar, seperti: Tylenol®
nama kimia: seperti N-(4-hydroxyphenyl) acetamide untuk parasetamol,
nama ini akan tetap dipakai di seluruh dunia tanpa perubahan.
JALUR PEMBERIAN OBAT BERGANTUNG PADA:
sifat pasien, sifat obat, dampak lokal atau sistemik, onset dan durasi kerja obat yang diinginkan,
FARMAKOKINETIK
farmakokinetik yaitu apa yang akan dilakukan oleh tubuh terhadap obat yang diberikan dari dokter, peneliti menganalisa waktu/tingkat penyerapan dan penyebaran obat, hubungan antara pemberian obat dengan pengeluaran obat dari tubuh termasuk perubahan konsentrasi pada kompertemen tubuh,
penyerapan adalah pergerakan obat dari lokasi pemberian menuju plasma,
mekanisme penyerapan obat,antaralain:
kebanyakan obat dipenyerapan menuju sirkulasi sistemik dengan difusi pasif,
mekanisme lainnya termasuk pinositosis/fagositosis, transpor aktif, difusi terfasilitasi,
faktor yang mempengaruhi tingkat dan pemanjangan penyerapan obat, antaralain:
obat pada umunya merupakan asam lemah (contoh: aspirin) atau basa lemah (contoh: ketokonazol) dan tersedia dalam bentuk non-ionisasi dan terionisasi ,bentuk non-ionisasi melewati sel membran lebih cepat dibandingkan dengan
bentuk terionisasi, rasio antara bentuk terionisasi dan non-ionisasi ditentukan oleh pH kompartemen tubuh dan pKa obat (rumus Henderson Hasselbalch)
Aliran darah lokal di lokasi pemberian obat ,contoh: pembuluh darah sublingual
pH dan Ionisasi Obat ,
memfasilitasi penyerapan cepat (misalnya . obat-obat sublingual)
Ukuran molekul (obat dengan molekul kecil akan semakin cepat dipenyerapan)
Po/w: koefisien partisi obat atau rasio kelarutan obat pada minyak/lemak (seperti membran sel) dibandingkan dengan kelarutan pada air (seperti cairan ekstrasel) semakin besar nilai Po/w maka semakin mudah obat terlarut dalam lemak dan dapat melewati membran sel dengan mudah,
Obat-obat anestesi merupakan contoh obat dengan Po/w tinggi
Total area permukaan untuk penyerapan ,proporsi obat yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk tidak berubah ,Nilai bioaviabilitas akan menurun karena keterbatasan penyerapan obat atau dampak metabolisme hepatik pertama,
Villi usus harus merupakan lokasi penyerapan primer pada sebagian besar obat
Bioaviabilitas (F)
Dosis IV mempunyai bioaviabilitas 100% (F =1) dampak Metabolisme Pertama,
metabolisme obat oleh hepar atau lambung sebelum mencapai sirkulasi
sistemik yang mengakibatkan penurunan F, Terjadi pada jalur pemberian obat PO: saluran gastrointestinal (penyerapan) → vena
porta ke hepar (metabolisme tahap pertama) → sirkulasi sistemik
Terjadi lebih sedikit pada jalur pemberian PR karena penyerapan obat di kolon tidak melewati sistem vena porta, Pompa Efflux
P-glycoprotein (Pgp) adalah suatu protein yang ditemukan pada berbagai bagian tubuh yang berperan sebagai pompa efflux berbagai obat dan terlibat dalam pengiriman obat keluar dari sel
Sebagai contoh, berlawanan dangan penyerapan intestinal (contoh Dabigatran) dan juga meningkatkan eleminasi ginjal beberapa obat (contoh tacrolimus,siklosporin,Digoksin,etoposide, paclitaxel) , obat (cobtoh Antibiotik makrolid) menghambat fungsi Pgp, menyebabkan peningkatan kadar serum obat yang dibawa oleh Pgp, Beberapa tumor mengeluarkan Pgp secara berlebihan sehingga resisten terhadap agen kemoterapi,
penyebaran yaitu pergerakan obat melalui berbagai kompartemen tubuh dan lokasi kerja obat, Kompartemen cairan tubuh mayor termasuk cairan transselular (contoh cairan pleura,CSF, cairan peritoneal),plasma, cairan interstitial, Kompartemen jaringan termasuk lemak dan otak,
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOTRANSFORMASI OBAT ,ANTARALAIN:
dapat menimbulkan toksisitas atau ketidakdampaktifan obat pada dosis normal, polimorfisme genetik dari enzim metabolisme genotip individu dapat menentukan tingkat metabolisme obat seperti : buruk,intermediat, ekstensif,metabolisme ultra-cepat,
Inhibisi enzim yang terjadi karena konsumsi obat lainnya
Inhibisi CYP menyebabkan peningkatan konsentrasi dan bioaviabilitas substrat obat seperti eritromisin (inhibitor CYP3A4) dapat menyebabkan toksisitas
simvastatin metabolisme dengan CYP3A4 pada pasien
Induksi enzim
Beberapa obat mengalami perubahan transkripsi gen yang menyebabkan
peningkatan aktivitas enzim metabolisme Suatu obat dapat menginduksi metabolisme obat itu sendiri (contoh Karbamazepin) atau obat lainnya (contoh Fenobarbital dapat menginduksi metabolisme OCP) dengan menginduksi sistem CYP
Usia ekstrim (neonatus/lansia) mempunyai penurunan kapasitas biotransformasi dan dosis obat harus disesuaikan ,Disfungsi hepar dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat namun tidak menonjol,
Penyakit ginjal sering menghasilkan penurunan pengeluaran obat,
Alkohol: ketika konsumsi alkohol akut menginhibisi CYP2E1, konsumsi alkohol kronik dapat menginduksi CYP2E1 dan meningkatkan risiko kerusakan hepatoselular dari parasetamol dengan meningkatkan produksi metabolit toksik dari parasetamol,
Merokok dapat menginduksi CYP1A2, yang dapat meningkatkan metabolisme
beberapa obat seperti antipsikotik dan teofilin ,
Nutrisi: insufisiensi asupan protein dan asam lemak menurunkan biotransformasi CYP dan defisiensi vitamin juga mineral juga berdampak pada enzim metabolisme lainnya,
faktor yang mempengaruhi tingkat dan extent penyebaran obat,antaralain :
Sifat fisiokimia obat (contoh Po/w dan pKa), pH cairan, protein plasma pengikat, pengikat pada kompartemen,aliran darah regional,
protein plasma pengikat:
molekul obat yang ada pada darah berada pada kesetimbangan dalam 2 bentuk,antaralain :
terikat pada protein plasma : obat dasar terikat pada α1-acid glycoprotein ,
obat asam terikat pada albumin,
Volume penyebaran:
Vd: banyaknya volume cairan yang menpenyebarankan obat,
Vd aktual maksimal (volume cairan anatomis yang dapat diakses obat) = Total
cairan tubuh (TWB). TBW~40 L untuk rata-rata orang dewasa.
Nilai kalkulasi (Vd) = jumlah obat pada tubuh : konsentrasi obat pada plasma
Vd kecil mewakili bahwa konsentrasi obat pada plasma dan/atau ikatan pada
protein plasma berada pada derajat tinggi,
Vd besar mewakili obat yang dipenyebarankan menuju jaringan (lemak, otot,)
kebanyakan tidak pada darah
Vd dari obat yang terikat dengan protein plasma dapat terganggu karena
gangguan hepar atau ginjal
bebas atau tidak terikat :
penurunan jumlah lokasi pengikat ( contoh hipoalbuminemia) atau saturasi pada lokasi pengikat dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi obat bebas, yang sering dimetabolisme tanpa dampak berbahaya, walaupun berpotensi toksik,
meninggalkan sirkulasi untuk dipenyebarankan menuju jaringan dan
menimbulkan dampak, subjek untuk eliminasi dan metabolisme ,
fraksi yang terikat ditentukan oleh konsentrasi protein plasma (jumlah lokasi pengikat) ,konsentrasi obat dan afinitas ikatan,
Penghalang (relatif):
struktur sawar otak ini tersusun atas celah yang sempit diantara sel endotel
kapiler dan astrosit, struktur tubuh yang terbatas atau mencegah difusi molekul obat, seperti plasenta atau sawar darah otak, struktur sawar ini berperan sebagai mekanisme defensif natural terhadap obat dan zat asing lainnya, pertimbangan terhadap dosis diperlukan bila menginginkan pemberian obat
melewati sawar ini,
Lemak adalah depot untuk obat terlarut lemak (contoh .Diazepam),Beberapa obat berbahan minyak yang diinjeksikan secara IM untuk pelepasan perlahan (contoh Depot medroksiprogesteron asetat dan depot risperidon) Kompartemen tubuh dimana molekul obat disimpan dan dilepaskan secara perlahan selama periode yang panjang,
METABOLISME (BIOTRANSFORMASI)
metabolisme yaiti transformasi kimia dari obat in vivo untuk memungkinkan eliminasi, lokasi biotransformasi, antara lain:
saluran gastrointestinal, plasma, hepar (utama),ginjal,paru,
Hasil dari proses biotransformasi berupa,antara lain:
Obat menjadi inaktif (sebagian besar obat),obat berubah menjadi metabolit toksik ( contoh meperidine menjadi normeperidine),Obat berubah menjadi metabolit aktif lainnya ( contoh Diazepam menjadi oxazepam), Pro obat inaktif menjadi aktif (contoh Tamoxifen menjadi endoxifen; kodein menjadi morfin)
JALUR METABOLISME OBAT ,YAITU :
Reaksi tahap I (P450)
Perubahan molekuler minor dikenalkan atau dibuka pada kelompok polar
terhadap senyawa induk untuk meningkatkan keterlarutan pada air (contoh
hidrolisis,hidroksilasi ,Oksidasi-reduksi )
Perubahan pada Po/w umumnya minimal dibandingkan tahap II, dan sering
tahap I menempatkan polar pada obat lipofilik untuk menjalani tahap II
Produk hasil reaksi dapat dieksresikan atau melalui reaksi tahap II lebih lanjut,
Dimediasi oleh CYP yang ditemukan pada retikulum endoplasmik
Reaksi tahap II (Konjugasi)
Meningkatkan kelarutan air secara dramatis dan eliminasi ginjal,
Konjugasi dengan bahan endogen polar (contoh sulfanisasi,Glukuronidasi, konjugasi glutation) ,Dapat berlangsung independen tanpa harus melalui reaksi tahap I, Dapat menghasilkan metabolit yang secara biologis aktif (contoh Glukuronidasi morfin) ,
ELIMINASI
eliminasi yaitu pengeluaran obat dari dalam tubuh.
jalur eliminasi obat ,antaralain :
ginjal (organ eliminasi utama) dengan 2 mekanisme,antaralain:
filtrasi glomerular yaitu tingkat filtrasi obat bergantung pada laju filtrasi glomerulus, derajat ikatan protein terhadap obat, dan besar molekul obat.proses pasif, sehingga hanya fraksi obat bebas yang tereliminasi,
sekresi tubular yaitu proses aktif yang memungkinkan baik ikatan protein tersaturasi dan fraksi obat bebas untuk diekskresikan,
obat-obat dapat secara kompetitif menghambat sekresi obat lainnya bila
keduanya memakai sistem sekresi yang sama, mekanisme transpor terbaik untuk asam lemah dan basa lemah,
Fungsi ginjal menurun seiring dengan peningkatan usia atau dipengaruhi oleh
penyakit tertentu, Repenyerapan tubular yaitu obat secara pasief dapat diserap kembali ke sistem sirkulasi dan berlawanan dengan mekanisme eliminasi,
Feses: beberapa obat dan metabolit yang diekskresikan secara aktif pada cairan empedu atau langsung melalui saluran gastrointestinal,
penyerapan entero hepatik berlawanan eliminasi feses dan dapat memperpanjang durasi obat pada tubuh,
Beberapa konjugat asam glukoronik yang diekskresikan pada cairan empedu dapat dihidrolisis pada intestinal oleh bakteri kembali ke bentuk asal mereka dan secara sistemik dapat direasorbsi,
Saliva: konsentrasi saliva pada beberapa obat paralel dengan kadar plasmanya contoh Rifampisin,Paru: eliminasi gas anestesi dan vapor dengan ekshalasi,
KALKULASI FARMAKOKINETIK
kalkulasi farmakokinetik yaitu deskripsi kuantitatif dari tingkat berbagai langkah disposisi obat ( contoh Bagaimana obat berpindah pada tubuh)
Prinsip farmakokinetik ADME dapat direpresentasikan secara grafik dengan grafik konsentrasi berdasarkan waktu.
Onset Kerja Obat
Banyak parameter kinektik diukur menggunakan dosis IV, seperti penyerapan segera dan penyebaran sebagian besar obat cepat,
Eliminasi merupakan proses utama yang diukur,
Aksis konsentrasi di konversikan dengan konsentrasi log10 untuk memungkinkan kalkulasi matematis yang lebih mudah
Obat seperti warparin dapat mengeksebisi histeresis (untuk konsentrasi obat
tunggal, kemungkinan ada 2 tingkat respons berbeda)
waktu paruh
waktu paruh yaitu waktu yang dibutuhkan kadar obat serum turun hingga 50% selama eliminasi, obat dengan urutan kinetik pertama membutuhkan lima waktu paruh untuk mencapai kondisi kesetimbangan dengan mengulangi dosis atau untuk mencapai eliminasi obat lengkap ketika dosis dihentikan
# Waktu Paruh 1 2 3 4 5
% konsentrasi kondisi kesetimbangan 50 75 87,5 90 96,9
kondisi kesetimbangan
kadar obat pada monitoring terapeutik obat memberikan utilitas terbesar ketika kondisi kesetimbangan tercapai, konsentrasi obat tetap konstan ketika sejumlah obat masuk ke dalam sistem dieliminasi dari sistem
situasi khusus
penggunaan dosis loading untuk obat dengan waktu paruh panjang dan ketika
secara klinis membutuhkan pencapaian kadar terapeutik secara cepat ( contoh
digoksin ,fenitoin ,amiodaron )
penggunaan infus kontinu untuk obat dengan waktu paruh sangat singkat dan ketika dibutuhkan dampak jangka panjang dan pengulangan dosis multipel atau sering sangat tidak nyaman ( contoh dopamin,dobutamin,insulin, norepinefrin )
FARMAKODINAMIK
farmakodinamik yaitu Ilmu yang mempelajari tentang apa yang dilakukan obat terhadap tubuh
Hubungan Dosis-respon Obat
Tingkat hubungan dosis-respon obat: hubungan dosis teradap intensitas dampak obat
Efikasi
Respon biologis maksimal yang dihasilkan oleh obat,
Diukur dengan Emax (respon maksimal yang dapat dimunculkan obat pada uji klinis acak dalam berbagai kondisi optimal,
Potensi
Diukur dengan EC50 (konsentrasi yang dibutuhkan obat untuk memproduksi Emax sebesar 50%)
Suatu obat yang mencapai EC50 pada dosis yang lebih rendah menjadi lebih potent
Dampak Obat Terhadap Reseptor
Efikasi: kemampuan rekapitulasi respons endogen melalui interaksi reseptor
(contoh Ikatan salbutamol dengan reseptor β2 akan menghasilkan relaksasi otot polos)
Agonis: Obat yang meniru dampak ligan endogen dan mengeluarkan respon ketika berikatan dengan reseptor
Afinitas: kemampuan agonis untuk berikatan dengan reseptor (contoh Salbutamol β2-agonist mempunyai afinitas yang lebih besar pada reseptor β2 dari pada reseptor β1)
Antagonis : Obat yang dapat menghambat aksi agonis atau ligan endogen
Antagomisme kimia: interaksi kimia langsung antara agonis dan antagonis untuk mencegah ikatan agonis-reseptor (contoh Agen kelasi untuk membuang logam berat)
Anatagonisme fungsional: dua agonis yang bertindak independen pada reseptor yang berbeda dan mempunyai dampak fisiologis yang berlawanan (contoh Asetilkolin pada reseptor muskarinik dibandingkan dengan epinefrin pada reseptor adrenergik)
Agonis penuh: dapat memperoleh dampak maksimal pada reseptor
Agonis parsial: hanya memperoleh dampak parsial, berapapun konsentrasinya pada reseptor.
Antagonisme Kompetitif Reversibel Dan Irreversibel
Bentuk antagonis irreversibel merupakan suatu iktan kovalen dengan reseptor yang menghambat substrat untuk berikatan seraca irreversibel (contoh Phenoximenzamin membentuk suatu ikatan kovalen dengan reseptor adrenergik untuk mencegah adrenalin dan norepinefrin berikatan dengan reseptor)
Antagonis kompetitif reversibel secara reversibel berikatan dengan reseptor yang sama dengan agonis, menyebabkan pergeseran agonis (contoh Naloxone adalah antagonis untuk morfin atau heroin)
Obat yang dipakai tidak mempunyai dampak ketika berikatan pada reseptornya,
Antagonisme non kompetitif :
Ikatan antagoni pada lokasi alternatif dekat lokasi agonis, menghasilkan dampak .alosterik yang merubah kemampuan agonis untuk berikatan (contoh Organofosfat berikatan dengan asetilkolinesterase secara irreversibel)
efek Dan Keamanan
TD50 (dosis toksik): merupakan dosis obat yang dibutuhkan untuk menimbulkan dampak berbahaya pada 50% populasi subjek penelitian
LD50 (dosis letal): merupakan dosis obat yang dibutuhkan untuk menyebabkan
kematian pada 50% populasi subjek penelitian
ED50 (dosis efektif ): merupakan dosis obat yang dibutuhkan untuk menghasilkan dampak terapeutik pada 50% populasi subjek penelitian
Keamanan,
INDEKS TERAPEUTIK
Indeks Terapeutik (TI): TD50/ED50
yaitu batas aman untuk obat – kemungkinan dosis terapeutik menyebabkan
kematian,
TI yang semakin besar, semakin aman obat (contoh Warfarin mempunyai TI yang sempit dan membutuhkan monitoring obat)
Faktor yang mempengaruhi dan dapat merubah TI antara lain:
Kehadiran obat yang saling berinteraksi,
Perubahan pada ADME obat
Berbagai Faktor Keamanan: TD1/ED99
> 1 yang ditranslasikan untuk dosis dampaktif pada lebih 99% populasi dan toksik pada kurang 1% populasi,
MONITORING OBAT TERAPEUTIK
monitoring obat terapeutik yaitu penggunaan data serum konsentrasi obat untuk optimalisasi terapi obat contoh Penyesuaian dosis atau monitor kepatuhan, contoh serum obat biasanya diambil ketika obat telah mencapai keadaan .setimbang (rata-rata 5 kali waktu paruh)
pengawasan obat terapeutik biasa dipakai pada obat dengan:
TI sempit,Hubungan dosis-respon yang tidak dapat diprediksi, Konsekuensi signifikan terkait dengan kegagalan terapeutik, dan pasien dengan
variabilitas PK yang lebar,
Reaksi Dampak Samping Obat
reaksi dampak samping obat dapat dibagi menjadi 5 sifat. sifat itu
,antaralain :
Klasifikasi : A (Augmented)
Definisi : Bergantung dosis
sifat: Penambahan dampak farmakologi obat yang terprediksi (Contoh β-blockers menyebabkan bradikardia) >80% dari reaksi dampak samping obat,
Klasifikasi : B (Bizarre)
Definisi : Tidak bergantung dosis
sifat: Reaksi tidak berhubungan dengan aksi farmakologis obat yang telah diketahui. Contoh : reaksi idiosinkratik (hipertermia maligna) ,sindrom hipersensitivitas obat, reaksi imunologis,
Klasifikasi : C (Chronic)
Definisi : Bergantung dosis dan waktu.
sifat: Terkait dengan dosis kumulatif dampak telah diketahui dan dapat
diantisipasi (contoh . Fraktur femur atipikal karena bifosfonat)
Klasifikasi : D (Delayed)
Definisi : Bergantung waktu
sifat: Terjadi pada waktu tertentu setelah konsumsi
obat (contoh Karsinogen)Dapat pula bergantung pada dosis
Klasifikasi : E (End of Use)
Definisi : Withdrawal
sifat: terjadi setelah penghentian konsumsi contoh withdrawal opiat
Sangkaan Reaksi Dampak Samping Obat,yaitu :
anamnesis dan pemeriksaan fisik
tanda dan gejala reaksi,antaralain:
ruam,demam,hepatitis,anafilaksis,
Waktu Faktor risiko Riwayat konsumsi obat yang detail
Membedakan antara terapi obat vs patofisiologi penyakit yaitu :
hentikan obat, terapi suportif, dan mengurangi gejala,
Variabilitas Respons Obat: .
Penyebab variabilitas individual yang mungkin dalam respons obat termasuk
masalah dengan: Asupan pasien, PK,
Rekomendasi dosis pasien berdasar penelitian klinis dan kehadiran nilai rata-rata dari populasi terpilih, tetapi setiap pasien mempunyai kebutuhan dosis sendiri sendiri ,
Interaksi obat (contoh Kompleks kalsium karbonat dengan florokuinolon besi, tiroksin )
Biotransformasi dan eliminasi: beberapa polimorfisme genetik atau defisiensi
enzim terkat dengan metabolisme obat (contohn. Defisiensi asetilkolinesterase, polimorfisme CYP); atau gangguan ginjal dan hepar
penyebaran: persentase lemak tubuh yang sangat tinggi atau rendah; pasien
lansia atau neonatus, atau mengalami disfungsi hepar,
penyerapan: muntah, diare; dampak meatabolisme pertama meningkat karena induksi atau penurunan fungsi karena penyakit hepar,
PD: variabilitas genetik untuk respons obat (contoh Reaksi dimediasi sistem kekebalan ); penyakit yang mempengaruhi PD obat; toleransi obat atau toleransi silang,
INTERAKSI OBAT
Interaksi PK mengembangkan perubahan pada konsentrasi obat,
Peresepan yang kontaminan: satu obat mempengaruhi dampak obat yang lain dengan merubah PK dan/atau PD obat itu, Eksresi: perubahan eliminasi ginjal,Biotransformasi: perubahan enzim metabolisme obat, penyerapan: perubahan pH gastrointestinal, pengosongan lambung, motilitas usus, fungsi mukosa saluran cerna, Interaksi PD karena dua obat meningkatkan dampak yang sama (additif) atau dampak yang berlawanan (subtraktif),
Interaksi obat juga dapat melibatkan obat herbal (contoh obat hipoglikemik oral dan Jintan hitam ) dan makanan (contoh simvastatin dan Grapefruit )
Famakologi Autonomik
Sebagian besar organ diinervasi baik oleh saraf simpatis dan parasimpatis dimana keduanya mempunyai dampak saling berlawanan
Norepinefrin dan Asetilkolin merupakan neurotransmiter utama untuk sistem saraf autonom,
Asetilkolin berikatan dengan reseptor kolinergik, yang terbagi atas:
Reseptor muskarinik, Reseptor nikotinik,
Norepinefrin berikatan dengan reseptor adrenergik, yang terbagi atas:
α1, α2., β1 , β2,
inhibitor asetilkolinesterase (galantamine,rivastigmin ,piridostigmin, donepezil )
dapat dipakai untuk meningkatkan kadar asetilkolin pada kondisi seperti
penyakit Alzheimer atau miastenia gravis ,kerja asetilkolin diterminasi oleh metabolisme celah sinaps melalui asetilkolinesterasi dan di plasma oble pseudokolinesterase,
Kerja norepinefrin diterminasi oleh pengambilan kembali pada membran presinaps, difusi dari celah sinaps, dan degradasi oleh catecholO-methyl transferase (COMT) dan monoamin oksidase (MAO)
Sistem Saraf Simpatis
Serabut pre ganglionik simpatis berasal dari korda spinalis pada level T1-L2/L#
Serabut preganglionik terhubung dengan serabut post ganglionik melalui reseptor nikotinik yang terletak pada satu atau dua kelompok ganglia:
Ganglia pre vertebralis (contoh Ganglia celiac dan mesentrika) yang berada di abdomen, Ganglia paravertebralis ( contoh Trunkus simpatikus) yang berada pada rantai dekat .kolomna vertebralis,
Serabut post ganglionik berhubungan dengan jaringan berefek melalui:
Reseptor α2 pada otot polos vaskular,Reseptor muskarinik M3 pada kelenjar keringat, Reseptor β1 pada jaringan jantung,Reseptor β2 pada otot polos bronkus dan saluran pencernaan,Reseptor α1 pada otot polos vaskular,
Sistem Saraf Parasimpatis
kelenjar keringat, limfa,medula adrena, Pembuluh darah, adrenal. merupakan
organ yang Tidak mempunyai inervasi parasimpatis, Serabut preganglionik parasimpatis berasal dari corda spinalis sacralis level S2-S4 dan batang otak bagian bawah lebih tepatnya dari Nervus cranialis III, VII, IX, X, yang terkoneksi dengan serabut post gangglionik melalui reseptor nikotinik pada
sel ganglionik yang berdekatan atau pada organ target, Serabut post ganglionik berhubungan dengan jaringan dampaktor melalui:
Reseptor muskarinik M2 pada epitel glandular otot polos, otot jantung,
Reseptor muskarinik M1 pada sistem saraf pusat
dampak Langsung Inervasi Autonom Pada Sistem Kardio-Respirasi
sistem saraf simpatis sistem saraf parasimpatis
organ : reseptor : aksi : reseptor : aksi :
Jantung
Sinoatrial β1 naikkan HR M kurangi konduksi
Nodus AV β1 naikkan konduksi M kurangi konduksi
Atrium β1 naikkan kontraktilitas M kurangi konduksi
Ventrikel β1 naikkan kontraktilitas M kurangi HR
pembuluh
darah
kulit, limfa α1, β2 Vasokonstriksi M Vasodilatasi
otot skeleta α Vasokonstriksi M Vasodilatasi
β2 Vasodilatasi M Vasodilatasi
koroner α1 Vasokonstriksi M Vasodilatasi
β2 Vasodilatasi M Vasodilatasi
paru
otot polos β2 Relaksasi M Konstriksi
bronkus
glandula α1, β2 naik sekresi M stimulasi
bronkus
AKHIRAN OBAT YANG UMUM DIPAKAI
Akhiran Kategori Contoh
-statin HMG-CoA inhibitor Atorvastatin
-terol β2 agonist Albuterol
-tidine H2 Antagonist Ranitidine
-tropin Hormon Pituitari Somatotropin
-vir Anti Virus Acyclovir
-zosin α1 antagonist Prazosin
-afil 5-PDE Inhibitor Sildenafil
-ane Anestesi umum inhalasi Halotane
-azepam Benzodiazepine Lorazeoam
-azole Anti jamur Ketokonazole
-caine Anestesi lokal Lidocaine
-olol Β-blocker Propanolol
-prazole Proton Pump Inhibitor Omeprazole
-pril Ace Inhibitor Captopril
-sartan ARB Candesartan
obat tidak termasuk tabel tersebut Methimazole (anti tiroid)