Kamis, 05 Oktober 2023

Virus











h


 


 


 


  


 a


 l


 .


 1























Abrasi  : cedera, termasuk luka dangkal yang terjadi akibat goresan 
antara kulit dengan permukaan kasar.  
Adekuat  : memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya.  
Analog  : bersangkutan dengan analogi; sama; mirip . 
Anomali  : ketidaknormalan; penyimpangan dari normal; kelainan, penyimpangan atau kelainan, dipandang dari sudut konvensi gramatikal atau semantis suatu bahasa;  penyimpangan 
dari keseragaman sifat fisik, sering menjadi perhatian ekplorasi (contoh   anomali waktu-lintas, anomali magnetik). 
Anoreksia  : keadaan kehilangan selera makan.  
Arthopoda  : filum yang paling besar dalam dunia hewan dan meliputi  
serangga, laba-laba, udang, lipan, dan hewan sejenis lainnya. 
Artropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan 
udara, termasuk beragam  bentuk simbiosis dan parasit. 
Asimtomatik  : Infeksi virus yang tidak memicu  gejala apapun (tidak menyadari gejala apapun) pada pejamu/pasien. 
Autoantibodi  : antibodi patologik yang terbentuk akibat sistem imun tubuh tidak bisa  membedakan antara  self   dan  nonself  . 
 Anafilaksis : reaksi alergi berat yang berujung pada kematian jika terlambat ditangani secara medis.  ini terjadi saat  sistem kekebalan tubuh mengeluarkan zat kimia sebagai reaksi terhadap alergen sehingga  membuat tubuh dalam 
keadaan syok 
Aerofobia : kegelisahan  bergantian dengan sikap tenang  berdiam diri, puncak dari kegelisahan  meningkat menjadi ketakutan ditengah malam yang mencekam dan halusinasi pada pasien  rabies. 
Akson : jalur penyebaran utama sistem saraf dan mereka membantu membuat saraf. Akson yaitu  penampakan  berukuran sekitar satu mikro 
Anemia hemolotik : keadaan  di mana hancurnya sel darah merah (eritrosit) lebih cepat dibandingkan pembentukannya. keadaan   itu 
memicu  sel darah merah tidak memiliki masa hidup seperti sel normal 
Asimtomatik : tanpa gejala
Agen Delta : Agen pemicu  penyakit hepatitis D 
penyerapan  : Suatu bentuk penempelan virus pada permukaan agen 
Asam Nukleat : yaitu  biopolimer, dan monomer penyusunnya yaitu  nukleotida 
Anelloviruses : yaitu  familli virus  diklasifikasikan sebagai virus vertebrata dan memiliki kapsid yang tidak tertutup, yang bulat dengan isometric 
Apoptosis : mekanisme biologi yaitu  salah satu jenis kematian sel terprogram 
Arenaviruses : grup virus yang bisa  memicu  infeksi pada mata, usus, paru, dan saluran napas 
Arteriviridae : yaitu  salah satu golongan virus yang terdiri dari satu benang tunggal RNA (bukannya DNA) 
Astroviruses : Virus yang bisa memicu  diare pada remaja biasanya diisolasi dari mamalia 
Amplop : yaitu  membran yang tersusun oleh fosfolipid dan glikoprotein dalam bentuk peplomers yang melindungi  unit struktural kapsid ditambah   isinya. 
 Antigen :  yaitu  beragam  macam bahan yang bisa  memicu tubuh menghasilkan  zat anti terhadapnya. Zat anti ini dinamakan   antibodi. 
Afinitas virus :  yang membasmi  virus 
Bulbar : batang otak (otak tengah, pons, dan medula), penyakit yang ditandai dengan kelemahan atau paralisis dari otot-otot yang 
dipersarafi oleh motor nukleus dari batang otak bagian bawah (bulbar palsy), Calicivirus yaitu  pemicu  utama gastroenteritis. 
Bakteriofaga : yaitu  virus yang menyerang bakteri 
Birnaviridae : virus famili  ini memiliki  asam nukleat beruntai ganda dengan 2 segmen yang berbeda, dan tidak beramplop 
Bornaviruses : Virus yang dilihat di bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein 
Bunyaviruses : memiliki ciri virion yang berbentuk sferis dengan diameter 90-100nm, dan membentuk selubung lipid yang tebuat dari 
glikoprotein 
Badan inklusi : yaitu  protein-protein yang dihasilkan dari virus 
Budding : keluarnya virus complete dari sel inang 
CD4 : yaitu   jenis sel darah putih atau limfosit. Sel 
itu yaitu  bagian yang penting dari sistem 
kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang  dinamakan   sel-T 
Creutzfeidt Jakobs Desease :  penyakit kelainan otak yang ditandai dengan penurunan fungsi atau mental yang terjadi dengan cepat , ditambah kelainan perderakan,  dinamakan penyakit anjing gila. 
CD4 : jenis sel darah putih atau limfosit 
CD21 : protein yang pada kita  dikodekan oleh gen CR2 
Capsid : bagian struktur oligomerikyang tersusun dari protomer 
Capsomer : Subunit protein repetitif yang membentuk kapsid; sering tersusun 
dalam pola simetris 
Circoviridae : virus yang tidak beramplop, bersifat imunosupresan dan resisten terhadap desinfektan 
Cost-Effective  : biaya yang efektif; menghasilkan yang terbaik dengan nilai uang tertentu. 
Defek  : kesalahan atau kekurangsempurnaan yang berarti pada produk. 
Definitif  : sudah pasti (bukan untuk sementara). 
Dilatasi  : pengembangan (pemuaian) suatu ruangan, rongga, dan sebagainya. 
Denaturasi : perubahan bentuk protein melalui beberapa bentuk tekanan eksternal (contoh   dengan menerapkan basa,  panas atau asam ) sehingga  tidak akan lagi bisa  menjalankan fungsi selular. 
Devensive medicine : yaitu  suatu deviasi alur praktek kedokteran yang ditujukan untuk antisipasi kemungkinan ancaman tuntutan malpraktek suatu saat. Dasar pertimbangan dalam defensive medicine untuk mengantisipasi pertanggungjawaban hukum dibandingkan untuk kemanfaatan pasien. 
Diferensiasi : proses saat  sel primitif menjadi jenis sel yang lebih khusus. Diferensiasi terjadi beberapa kali selama perkembangan organisme multiselular saat  organisme berubah dari zigot sederhana menjadi suatu sistem  jaringan dan jenis sel yang rumit. 
daur litik : pada tahap  akhir siklus replikasi, sel yang menjadi inang dalam 
replikasi virus akan mengalami lisis (mati) 
daur lisogenik : virus yang tidak memicu  bakteri mengalami lisis 
DNA : : yaitu  materi genetik dari sebagian besar organisme 
Defective viruses : virus yang bervirulensi 
 DNA : yaitu DNA inti yang berbentuk linier yang terikat pada protein histon dan DNA mitokondria yang berbentuk sirkuler, contohnya 
protozoa, spermatozoa, dan sel penyusun tubuh mamalia 
 Eukariota : sel itu memiliki membran inti yang jelas, kromosomnya jamak, memiliki  dua jenis 
Enzim nuklease retriksi  :   enzim dari mikroba yang bisa  memotong DNA utas ganda, 
enzim itu sekarang dinamakan  nama enzim retriksi atau endonuklease retriksi 
Endemik : suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu 
Epidemik : mewabahnya penyakit dalam komunitas / area  tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal 
Ekologi  : yaitu  ilmu yang meneliti  interaksi antara organisme 
hidup dan lingkungan mereka. 
Fenomena  : 1 hal-hal yang bisa  disaksikan dengan pancaindra dan bisa  
diterangkan dan  dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam); 
Farmaseutikal : virus yang dipakai sebagai bibit virus untuk produksi vaksin. 
Fagositosis : proses dimana sel-sel hidup tertentu    (fagosit)  memakan sel lain atau partikel. Fagosit mungkin organisme bersel satu, yang hidup bebas seperti amuba, atau salah satu dari sel-sel 
tubuh, seperti sel darah putih. 
Flora komensal : kumpulan organisme yang ditemukan secara alamiah pada tubuh kita  di lokasi anatomi tertentu  jumlah tertentu dan  tidak memicu  penyakit dalam keadaan  normal. 
 Genom : jumlah kromosom atau materi genetik dalam susunan haploid yang ada   dalam sel setiap pasien  suatu spesies 
Glycoproteins : suatu protein yang mengandung rantai oligosakarida yang mengikat glikan dengan ikatan kovalen pada rantai polipeptida 
bagian samping 
gejala:  2 sesuatu yang luar biasa; keajaiban:  3 fakta; kenyataan. 
Ganglia  : yaitu  kumpulan badan sel saraf yang membentuk simpul-
simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat. 
Gastroenteritis akut   : bentuk penyakit pencernaan untuk jangka pendek dengan gejala 
yang berkisar dari ringan; diare encer sampai penyakit demam berat 
yang ditandai oleh hepatosit sel parenkimal utama pada hati yang 
berperan dalam banyak lintasan metabolisme, dengan bobot sekitar 
80% dari massa hati, dan inti sel baik tunggal maupun ganda.  
 Hervesvirus : Golongan  virus biasanya  memiliki karakter yang unik, yaitu memiliki kemampuan untuk survive latent dalam sel inang untuk 
jangka waktu yang lama, dan akan menjadi aktif kembali jika  ada pemicu 
Hepadnaviruses : keluarga virus Hepadnaviridae, mampu memicu  infeksi hati pada kita  dan hewan  Hidrofobia : ketakutan yang berlebih-lebihan  terhadap air 
Hipogamaglobulinemia : gangguan yang dipicu  oleh defisiensi limfosit-B dan imunoglobulin (antibodi) dalam darah. Imunoglobulin 
berperan ganda dalam tanggapan  kekebalan tubuh dengan mengenali antigen asing dan memicu tanggapan  biologis yang  berujung pada penghapusan antigen Inaktivasi  virus : menonaktifkan virus. 
Infancy : periode pertama kehidupan. sesudah kelahiran saat  pasien   tidak berdaya 
dan bergantung  pada pasien tuanya. 
Infektivitas : kemampuan unsur pemicu  atau agent untuk masuk  berkembang biak dan menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu. 
Immunoglobulin : senyawa protein yang dipakai  untuk melawan kuman penyakit (virus, bakteri, racun bakteri ), ada di dalam darah, (antibodi) 
Ig A : imunoglobulin yang berperan  utama dalam sekresi. 
Ig G : imunoglobulin primer di dalam serum dan dikirim  dari ibu ke janin. 
Ig M : imunoglobulin pertama yang dihasilkan  dalam tanggapan  imun, yaitu  imunoglobulin terbesar 
Ig E : imunoglobulin yang memainkan peran primer pada alergi dalam melawan parasit 
Infiltrasi : boCornya cairan atau obat-obatan ke jaringan, yang bisa  memicu  pembengkakan 
Immunoglobulin : senyawa protein yang dipakai  untuk melawan kuman penyakit 
(virus, bakteri, racun bakteri dll.), ada di dalam darah, pasien  sering 
menyebutnya antibodi/ Antibodi yaitu  suatu fraksi plasma (serum) yang bereaksi secara khusus dengan antigen yang 
merangsang produksinya. 
Imunodulator  : senyawa tertentu yang bisa  meningkatkan mekanisme pertahanan 
tubuh baik secara khusus  maupun non khusus , dan terjadi induksi 
non khusus  baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral.  
Imunoprofilaksis  : pencegahan terjadinya penyakit/infeksi dengan menghasilkan  
sistem imun atau meningkatkan kekebalan pasien  terhadap suatu antigen baik secara aktif maupun secara pasif, sehingga  kelak jika ia terpajan pada antigen yang mirip  tidak tejadi penyakit. 
Imunosupresan  : Golongan  obat yang dipakai  untuk menekan tanggapan  imun seperti 
pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari 
Golongan  ini bersifat sitotokis dan dipakai  sebagai antikanker.  
Inflamasi  : reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yang ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ 
tubuh. 
Inhibitor  : zat yang berfungsi menghambat (menghentikan) reaksi, contoh   
dengan mengotori permukaan katalis. 
Interferon  : protein yang disandi pejamu yaitu  anggota famili sitokin 
yang besar dan menghambat replikasi. 
Intermiten  : berhenti untuk sementara  waktu pada tahap  laten.  
Intradigital : (anatomi) antara jari tangan atau kaki. Imunofluoresensi : sebuah teknik untuk mendeteksi molekul memakai  antibodi label dengan pewarna neon. Antibodi neon terikat 
bisa  dideteksi dengan mikroskop atau dengan sitometri aliran arus tergantung pada aplikasi yang dipakai  
ICAM-1 : ( Intercellular Adhesion Molecule 1) juga dikenal sebagai  yaitu  protein yang pada kita  dikodekan oleh gen ICAM1 
Infektivitas  : kemampuan unsur pemicu  atau agent untuk masuk dan berkembang biak dan  menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.  
Inaktivasi fotodinamik : virus-virus bisa  memasuki beragam  cairan pewarna vital 
seperti toulidine biru,merah netral dan proflavine. Cairan pewarna ini mengikat asam nukleat virus dan virus lalu  menjadi rentan terhadap inaktivasi oleh cahaya yang bisa  dilihat.  
Interveron : yaitu  protein yang dihasilkan  secara alami oleh sistem kekebalan tubuh, senyawa ini terbentuk sebagai reaksi terhadap infeksi virus. 
Inklusion konjungtivitis : Kontingtivitis purulen pada bayi  dibedakan dengan oftalmia neonatorum lainnya seperti klamedia konjungtivitis (inclusion blenore), infeksi diberikan bakteri lain, virus dan jamur. Saat terlihat penyakit, gambaran klinis dan  hasil pemeriksaan hapus  membantu  menentukan pemicu .  
Kapsid : pembungkus, atau mantel protein yang menyelimuti  genom asam nukleat. 
Kapsomer : unit morfologis yang nampak dipermukaan partikel virus ikosahedral dengan miksoskop elektron. Kapsomer terdiri atas 
Golongan  polipeptida, namun  unit-unit morfologis tidak selalu memiliki padanan unit struktural yang jelas struktur kimianya. 
Kapsid :  yaitu  selubung protein yang menyelimuti 
materi genetik berwujud   asam nukleat. 
 Kapsomer :  yaitu  sub unit penyusun kapsid dan yaitu  unit morfologi yang terletak di atas iscosahedral virus (bagian virus yang berbentuk). 
Kodon : proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu 
polipeptida atau protein 
Koreseptor : reseptor penunjang 
Kemotaktis : pergerakan menuju arah tertentu yang dipicu  oleh zat-zat kimia. Kemotaktik memicu  leukosit bergerak langsung menuju ke jaringan yang cedera atau rusak 
Kemoprofilaksis : pemberian obat untuk mencegah penularan suatu penyakit infeksi. 
Keropeng  : kerak (kotoran) yang mengering pada luka (kudis dan sebagainya). 
Lesi : keadaan jaringan yang tidak normal  pada tubuh. Hal ini bisa  terjadi 
sebab  proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan 
elektris; infeksi, masalah metabolisme, dan autoimun. 
Ligan : molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak sebagai donor pasangan elektron 
Lisis : tahap saat  partikel virus keluar dari sel inang dengan merusak sel itu 
Lipids : jaringan lemak 
lysogenic growth : faga mereplikasi dan menginduksi lisis sel inang yang melepaskan 
faga progeni ke lingkungan, sementara pada pertumbuhan lisogenik, genom fag terintegrasi ke dalam kromosom inang dan direplikasi bersamaan dengan DNA inang. 
 Limfogranuloma venerium:  yaitu   penyakit menular seksual area  tropis dan subtropis yang dipicu  oleh  Chlamydia trachomatis. 
Menarche : menstruasi yang dialami pertama kali oleh pasien   perempuan 
Masa adolensens : masa tumbuh menjadi remaja awal sampai remaja akhir (10-21 tahun) 
Mendegradasi ;Melisiskan, mengusir  
mRNA: (messenger RNA) yaitu  RNA yang menjadi model cetakan dalam sintesis protein pada saat translasi 
 Malaise  : keadaan  umum yang lemas, tidak nyaman, kurang fit atau merasa sedang sakit. Malaise ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari penyakit.  
Morbiditas  : tingkat yang sakit dan yang sehat dalam suatu populasi. 
Mukus   : lendir. 
Multifokal  : penyakit ini ditemukan di beragam  tempat sekaligus.   
Mutan  : pasien  yang menunjukan  perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi.  
Nukleokapsid : kompleks asam nukleat protein yaitu  bentuk genom virus berselubung. Isitlah ini lazim dipakai  jika nukleokapsid  yaitu  substruktural partikel virus yang lebih kompleks. 
Nefron  : unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus 
kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes.  
Neuronal  : penyebaran melalui serabut saraf perifer. 
Nodula  : suatu masa jaringan padat yang tebal.  
Nukleokapsid : Gabungan asam nukleat dan kapsid 
 Nukleokapsid :  yaitu  unit struktural berwujud   protein yang menyelimuti  genom virus ditambah  kapsid yaitu  kalau kapsid terletak di luar namun jika nukleokapsid itu terletak di dalam  atau menyelubungi genom virus secara langsung.  
Onkogenesis :  hasil akumulasi beragam  perubahan genetik yang mengubah ekspresi atau fungsi protein yang penting dalam pengendalian pertumbuhan dan pembelahan sel. 
Onset : penampilan pertama dari gejala suatu 
penyakit 
Orthomyxovirus : pemicu  penyakit Avian Influenza yaitu  virus yang digolongkan 
sebagai orthomyxovirus 
 Opsonin : antibodi yang bekerja dengan merangsang leukosit untuk menyerang antigen atau kuman 
Pasteurisasi : proses pemanasan dengan tujuan membasmi  organisme merugikan seperti bakteri, protozoa, kapang, khamir dan  suatu proses untuk memperlambat pertumbuhan mikroba  pada makanan. 
Pertusis : penyakit pernapasan akibat bakteri yang sangat menular dan memicu  batuk tidak terkendali. 
Pneumokokus : bakteri gram positif Strept° C° Ccus pneumoniae. Pneumokokus biasanya hidup di saluran pernafasan bagian atas kita , yaitu  tuan rumah alami, terutama selama musim dingin dan musim  semi. Pneumokokus kadang  memicu  
pneumonia 
Prion : protein pemicu  kerusakan jaringan otak pada penyakit anjing gila 
Progeni: : keturunan yg berasal dr sumber yg sama 
Prokariota : organisme pertama, dan bertahan hidup sampai sekarang sebagai 
organisme hidup yang paling luas tempat hidupnya dan paling 
banyak jumlahnya 
Poliovirus : Virus pemicu  folio 
Penetrasi : masuknya kedalam lubang dengan atau tanpa luka jaringan 
Parvovirus : yaitu  salah satu virus yang menyerang saluran pencernaan 
Papillomavirus : virus enginfeksi pada   kita  (human papilloma virus/HPV) pada 
kelamin yaitu  contoh infeksi menular seksual (IMS) yang paling umum 
Peplomers : Protein khusus  pada virus 
Protomer : Protein dan bagian-bagian pembentuk oligomer 
Psitakosis :  infeksi yang dipicu  oleh Chlamydia psittaci, jenis bakteri yang ada dalam kotoran burung yang menyebar ke  kita . Infeksi pada burung  tidak menunjukkan gejala. Pada kita , gejala infeksi psittacosis termasuk batuk 
ditambah sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot,  sesak napas, dahak yang berdarah, batuk kering, kelelahan, demam dan menggigil, 
Pejamu   :  semua faktor yang ada   pada diri kita  yang bisa  mempengaruhi munculnya  dan  perjalanan penyakit. Faktor  itu  antara lain :kekebalan, adat istiadat, gaya hidup,  psikis,  usia, seks, ras, genetik.pekerjaan, nutrisi, status 
Pajanan : peristiwa yang memicu  risiko penularan.
Patogenesis penyakit : suatu bagian dari kejadian selama infeksi yang memicu  
manifestasi penyakit pada pejamu. 
Patogenesis virus  : proses yang terjadi saat  virus menginfeksi pejamu. 
Penyakit virus  : suatu tidak normal itas berbahaya yang dipicu  oleh infeksi virus 
pada organisme pejamu. 
Perinhalasi  : cara penularan infeksi melalui udara pernafasan. 
Petekie  : yaitu  perdarahan di kulit atau membran mukosa yang 
diameternya kurang dari 2 mm.  
Port d’entree  : tempat masuknya bibit penyakit. 
Prion  : pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein. 
penyebaran  : penyebaran penyakit. 
Quality Control  : QC mengacu pada tindakan yang harus didan kan selama setiap pengujian untuk memastikan bahwa tes itu bekerja dengan 
benar. 
Rekurensi  : gejala penyakit yang timbul kembali (kambuh).  
Reseptor : komponen permukaan sel tempat bagian permukaan virus (kapsid atau selubung) bisa  berinteraksi secara khusus  dan mengawali 
terjadinya infeksi. 
Reservoar  : tempat penampungan sementara. 
 Resistensi :   daya tahan alami tubuh terhadap pengaruh buruk seperti racun dan kuman. 
 radiosensitif   :  perubahan sel endotel sesaat sesudah  pemaparan yaitu  tanda paling awal toksisitas radiasi terhadap jaringan. 
 Reaksi hemaglutinasi :  proses penggumpalan ( aglutinasi ) sel darah merah 
RNA : molekul polimer yang terlibat dalam beragam  peran biologis dalam mengkode, dekode, regulasi, dan ekspresi gen 
Rhinovirus : virus yang memiliki RNA dan yaitu  bagian dari famili Picornaviridae 
Reovirus : yaitu  golongan virus yang terdiri dari genus reovirus, arbovirus dan rotavirus. Sifat-sifat dari Reoviridae : Ukuran diameter virion 60-80 nm dan memiliki 2 kulit kapsid yang terpusat (kosentris), dimana tiap virion berbentuk ikosahedral (rotavirus memiliki  tiga lapisan). 
Reseptor : molekul protein yang menerima sinyal kimia dari luar sel yang mengarahkan kegiatan sel seperti membelah atau mengizinkan 
molekul tertentu untuk masuk atau keluar sel 
Replikasi : proses penggandaan rantai ganda DNA 
Subunit : satuan rantai polipeptida virus berlipat.
Selubung (envelope) : suatu membran mengandung lipid yang mengelilingi beberapa 
partikel virus. Selubung diperoleh saat pematangan virus melalui proses pertunasan menembus membrane sel. Glikoprotein-
glikoprotein yang disandi virus terpajan di permukaan selubung. Tonjolan-tonjolan itu dinamakan peplomer. 
 Sawar  : pertahanan. 
Sekuens  : sebuah seri huruf-huruf mewakilkan struktur primer dari molekul 
DNA atau  strand  nyata atau hipotetis. 
Sel glia : sel-sel yang mendukung tidak bersemangat dari sistem saraf.  
Sitokin sitotoksik : senyawa yang bisa  bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel.  
Sporadik  : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (biasanya  penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu.  
Scleroderma : sebuah penyakit autoimun yang ditandai oleh kulit yang mengeras.  scleroderma berasal dari dua kata  bahasa Yunani, Sclero (keras) dan Derma (kulit), yaitu  penyakit tidak menular, non-kanker, dan tidak menginfeksi. 
Sitotoksisitas : kemampuan sel untuk bertahan hidup sebab  adanya senyawa toksik. Kemampuan sel untuk bertahan hidup 
bisa  diartikan sebagai tidak hilangya metabolik atau proliferasi dan bisa  diukur dari bertambahnya jumlah sel, naiknya jumlah protein, atau DNA yang disintesis. 
Sel penjamu : semua faktor yang ada   pada diri kita  yang bisa  mempengaruhi munculnya  dan  perjalanan penyakit. 
  Sub unit :  sebuah rantai polipeptida virus yang berkumpul menjadi satu 
Sindrom Guillain-Barré :  gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang  saraf. Lemah dan kesemutan pada kaki,  sebagai  gejala  awal. 
menyebar, yang akhirnya   melumpuhkan seluruh 
tubuh, 
Splenomegali : pembesaran limpa, keadaaan ini biasanya terjadi akibat proliferasi limfosit dalam limpa sebab  infeksi di tempat lain tubuh 
Transovarial                    : penyebaran virus melalui sel telur.  
Tropisme  : pergerakan dalam pertumbuhan sel (biasanya  pada sel tumbuhan) 
yang memicu  pergerakan organ tumbuhan utuh menuju atau 
menjauhi sumber rangsangan (stimulus). 
Talasemia : sebuah penyakit kelainan yang terjadi pada sel darah kita  
Transkripsi : Pembuatan RNA dengan menyalin sebagian berkas DNA 
 Tropisme virus  :  yaitu  kemapuan interaksi struktur permukaan virus terhadap reseptor permukaan sel inang. Beberapa virus memiliki tropisme jaringan yang luas dan bisa  menginfeksi beragam  jenis sel dan jaringan. Virus lainnya bisa  menginfeksi terutama jaringan tunggal. contoh   virus rabies mempengaruhi jaringan terutama saraf. 
  Teknik hibridisasi :  dilakukan pada DNA virus yang ada   pada sampel dengan  RNA khusus  yang berfungsi sebagai pelacak sehingga  keberadaan virus bisa  dideteksi.  
Teknik defraksi sinar X :    yaitu  teknik yang dipakai  untuk mendiagnosa  padatan kristalin. Sinar-X yaitu  radiasi gelombang  elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1 Ã…, 
berada di antara panjang gelombang sinar gama (γ) dan sinar ultraviolet.  
Terglikasi = glikohemoglobin = hemoglobin glikosilasi : proses pengikatan antara hemoglobin dan  glukosa. 
Unit struktur :  yaitu  subtansi dasar pembentuk suatu kompleksitas pada bagian atau bagian tertentu dan yaitu  protein dasar pembentuk dinding kapsid biasanya terdiri atas protein 
yang tidak identik dan  unit struktur ini sering 
dinamakan  protomer 
Ulserasi  : proses atau fakta adanya luka terbuka yang mungkin sulit untuk sembuh. 
Unit struktural : blok pembangun dasar protein yang menyusun kapsid. Mereka biasanya yaitu  kumpulan lebih dari satu subunit protein 
non identik. Unit strkctural itu sering  dinamakan  sebagai protomer. 
Vektor  : organisme yang tidak memicu  penyakit namun  menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. 
Vertebrata  : semua hewan yang memiliki tulang belakang yang tersusun dari vertebra. vertebrata bisa  dimasukkan semua jenis ikan (kecuali 
remang, belut jeung,  lintah laut , atau hagfish), amfibia, reptil, burung, dan  hewan menyusui. 
Vesika urinaria : kandung kemih yaitu  kantong musculomembranosa yang berfungsi untuk menampung air kemih (urin). 
Vesikel  : sebuah ruang pada sel yang dikelilingi oleh membran sel. 
Viremia : adanya virus di dalam darah. 
Virion  : partikel virus lengkap, yang utuh secara struktural dan menular. 
Virus detektif : suatu partikel virus yang memiliki defek fungsional pada beberapa aspek replikasi. 
Virion : partikel virus lengkap. Pada beberapa virus (contoh , papillomavirus, 
picomavirus), virion identik dengan nukleokapsid. Pada virion yang lebih kompleks (herpesvirus, orthomyxovirus), virion meliputi  nukleokapsid ditambah selubung (envelope) luar. Struktur tadi, virion, berperan untuk menstranfer asam nukleat 
virus dari satu sel ke sel lain. 
Virion : Selubung virus 
Virus Eipstein-Barr : virus yang paling umum untuk mempengaruhi kita . EBV 
menyerang dua jenis sel dalam tubuh termasuk sel kelenjar liur dan sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit B (sel B). 
Vaksin : bagian virus yang di lemahkan yang diapakai untuk membentuk antibodi 
Virus : mikroorganisme peralihan, yang hanya tersusun DNA atau RNA 
Viral : infeksi yang dipicu  oleh virus 
   Virion :  yaitu  partikel virus lengkap, beberapa contoh seperti adenovirus, papovavirus, picornavirus yang   virion dengan nukleokapsid,  virus komplek lain yang memiliki struktur nukleokapsid dengan kapsid yang menyelimuti nya yaitu  (Orthomyxovirus, Herpesvirus). 
Virion berfungsi mengantarkan genom virus dari sel hospes satu ke lainnya 
 Virus Sindbis :  virus yang memiliki sampul sebagai bagian strukturnya 
Virus lemah :  yaitu   virus yang kekurangan aspek  dalam replikasi, contoh   semua bentuk virus di 
udara bersifat inert sebelum masuk ke dalam tubuh hospes. 
Vaksin kwadrivalen : salah satu jenis vaksin HPV 
Virion : partikel virus yang utuh  dan menular 
 Virus Onkogenik : virus yang bisa  memicu  perubahan  yang mempengaruhi proses onkogenesis. 
Virulensi : °  tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya organisme yang diperlukan untuk memicu  penyakit pada jangka waktu tertentu. Virulensi berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit 
Viremia : keadaan dimana di dalam darah ditemukan virus. 
Xenograft : (xenotransplantasi) transplantasi organ atau jaringan dari spesies yang berbeda. 
Zat kemotaktik : gerakan dari sel tubuh, bakteri atau organisme sebagai tanggapan  akibat terpapar zat kimiawi tertentu . Kemotaksis penting bagi mikroorganisme untuk menemukan 
makanannya 
 
virus yaitu  suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya bisa  dilihat dengan mikroskop elektron, Virus  diperdebatkan statusnya sebagai mahluk hidup sebab  dia tidak   menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. sebab sifatnya  yang khas ini, Virus hanya bisa  bereproduksi  didalam sel yang hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel itu sebab  virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk 
bereproduksi sendiri. Infeksi virus   berefek   kecil atau bahkan tidak berefek  sama  sekali pada sel penjamu namun  bisa  pula memicu  kerusakan atau kematian sel. Virus yaitu  parasit obligat intraseluler. Virus mengandung  asam nukleat DNA atau RNA saja,  namun  tidak kombinasi keduanya, dan yang diselubungi oleh bahan pelindung terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya, bakteriofaga atau  faga dipakai untuk virus yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel),  virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), Selama siklus replikasi dihasilkan banyak sekali salinan asam  nukleat dan protein selubung virus. Protein-protein selubung tadi dirakit untuk membentuk  kapsid yang menyelimuti  dan menstabilkan asam nukleat virus terhadap lingkungan ekstra  sel dan  memfasilitasi  perlekatan penetrasi virus saat berkontak dengan sel-sel baru yang  rentan.
virus  terasosiasi dengan penyakit tertentu,  pada kita  (contoh  : virus HIV, DHF ), pada hewan (contoh  : virus flu burung),  pada tumbuhan  (contoh  : virus mozaik tembakau/TMV ). Virus yaitu  agen infeksius terkecil (diameter sekitar 20 nm sampai  300 nm) dan  hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA) sebagai genom mereka. Asam  nukleat itu terbungkus dalam suatu selubung protein yang dikelilingi sebuah membran  yang mengandung lipid dan keseluruhan unit infeksius itu dinamakan virion. Cara  berkembang virus berbeda dengan cara berkembang biak bakteri. Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua sel (binary fission), sedang   virus memperbanyakan diri dari partikel asam nukleat virus sesudah virus menginfeksi suatu sel. Virus tidak memiliki  ribosom dan partikel 
ribonukleoprotein yang berperan  dalam proses sintesis protein. Ciri-ciri Virus memiliki RNA atau DNA saja, bisa  dikristalkan, memerlukan asam nukleat  untuk bereproduksi, tidak melakukan aktivitas metabolisme sebab  tidak memiliki  sitoplasma, bersifat aseluler (tidak memiliki  sel), berukuran lebih kecil dari bakteri, bentuknya beragam , hanya bisa  dilihat dengan mikroskop elektron. Asam nukleat genom virus bisa  berwujud   DNA ataupun RNA, genom virus bisa  terdiri  dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai tunggal, RNA untai ganda. Selain itu  asam nukleat genom virus bisa  berbentuk linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus beragam  dari 4 untuk yang terkecil sampai  beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan kita  berwujud   DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan yaitu  RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yng menjadi 
lapisan pelindung dinamakan  kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa  berbentuk 
bulat, heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks, dan terdiri atas  protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid  terbentuk dari banyak sub unit protein yang dinamakan  
kapsomer. Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid( dinamakan   protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. contoh   pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang   1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini dinamakan  
nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang  diperoleh   dari sel inang, dan glikoproten yang disandikan oleh virus melekat pada  selubung lipid itu. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan dan pemasukan ke  sel inang pada awal infeksi. 
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu  berikatan dengan asam nukeat seperti virus heliks. Struktur ini beragam  dari ukuran 20  nanometer sampai  400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam  bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang  untuk membentuk kapsid 
virus sferik ditentukan dengan koefisien T (yaitu sekitar 60 T protein). contoh   virus hepatitis B memiliki angka T = 4, memerlukan   240 protein untuk membentuk  kapsid. Seperti virus berbentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik bisa  diselubungi lapisan lipid, namun  biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam menginfeksi sel. Sampai saat ini virus diketahui yaitu  organisme terkecil dan berdasar  tropismenya   dibagi dalam 3 golongan besar yaitu virus hewan,  virus tumbuhan  tinggi,  virus bakteri dan jamur, Virus yaitu  organisme yang berukuran sangat kecil sehingga  hanya bisa  dilihat  dengan mikroskop elektron.  sehingga  virus hanya bisa  
disaring dengan penyaring ultrafilter. Virus terkecil berukuran hanya 20 nm (lebih kecil dari ribosom), sedang  virus yang berukuran besarpun tetap tidak bisa  dilihat dengan mikroskop cahaya, tersusun atas satu jenis asam nukleat yaitu RNA atau DNA saja dan dibungkus dengan  selubung protein (kapsul). berdasar   atas hospes atau tuan 
rumah tempat yang ditumpanginya virus dibedakan atas virus bakteri,  virus hewani (virus pada hewan dan kita ), virus tumbuhan , riset  virus dimulai dengan  penyakit mozaik yang 
menghambat pertumbuhan tumbuhan  tembakau dan menjadikan tumbuhan  itu memiliki bercak-bercak. Dimitri Ivanowsky dari Rusia  pada tahun 1892 menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih bisa  memicu  penyakit bakteri,  bahwa bakteri itu berbentuk lebih kecil, sehingga  masih bisa  melewati penyaring yang dipakainya, atau bakteri itu mengeluarkan toksin yang masih bisa  menembus saringannya. Adolf Meyer, ilmuwan Jerman pada tahun 1883, menemukan bahwa penyakit itu bisa  menular saat  tumbuhan  yang ditelitinya menjadi sakit sesudah  disemprot dengan getah dari tumbuhan  yang sakit.  bahwa penyakit itu dipicu  oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak bisa  dilihat dengan mikroskop. Pada tahun 1897 riset  dilanjutkan oleh Martinus Beijerinck peneliti Belanda bahwa agen infeksi yang ada dalam getah yang sudah disaring itu bisa  bereproduksi sebab  kemampuannya memicu  penyakit tidak berkurang walau  sudah  dikirim  beberapa kali antar tumbuhan,  bahwa patogen mosaik tembakau bukan  bakteri namun    sejenis cairan hidup pembawa penyakit. Wendell Meredith Stanley Pada tahun 1935 dari Amerika Serikat  mengkristalkan partikel pemicu  penyakit mozaik (virus mozaik) tembakau. Virus ini juga   virus yang pertama kali divisualisasikan  dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman H.Ruska  dan G.A. Kausche,  virus  kebal atau resisten terhadap antibiotik, namun  peka terhadap interveron. Agar bisa  hidup virus harus selalu berada didalam sel organisme hidup lainnya (obligate intraseluler), sehingga  virus tidak bisa  dibiakkan di dalam medium buatan. Seperti  riketsia dan klamidia, virus hanya bisa  dibiakkan pada kultur jaringan atau kultur sel 
(tissue culture atau sellular culture),  Virus yaitu  parasit intraseluler obligat yang berukuran antara 20-300 nm, bentuk dan komposisi kimianya beragam , namun  hanya mengandung RNA atau DNA saja. Partikelnya secara utuh dinamakan  virion yang terdiri dari capsid yang bisa terbungkus oleh sebuah glikoprotein atau membran lipid, dan virus resisten terhadap antibiotik. Bentuk virus berbeda-beda ada yang : bulat, batang polihidris,  seperti huruf T. 
  komponen utama penyusun tubuh virus yaitu : 
-Ekor  yaitu  bagian dalam struktur tubuh virus yang berfungsi sebagai alat untuk  menempelkan diri pada sel inang. Ekor yang melekat di kepala ini biasanya  terdiri atas beberapa tabung tersumbat yang berisi benang dan serat halus. mengenai   pada  virus yang hanya menginveksi sel eukariotik, bagian tubuh ini biasanya  tidak ditemukan, 
 -Kapsid  yaitu  lapisan berwujud   rangkaian kapsomer pada tubuh virus yang berfungsi 
sebagai pembungkus DNA atau RNA. Fungsi kapsid ini yaitu  sebagai pembentuk tubuh dan pelindung bagi virus dari keadaan  lingkungan luar.  - Kepala Virus berkepala  berisi DNA atau RNA yang menjadi bahan genetik kehidupannya. Isi kepala ini dilindungi oleh kapsid, yaitu selubung protein yang tersusun oleh protein. Bentuk kapsid  bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk heliks, bulat, polihedral atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas 
banyak kapsomer atau sub-unit protein. 
- Isi Tubuh virus  dinamakan  virion yaitu  bahan genetik yang berwujud   salah satu tipe asam nukleat (DNA atau RNA). Tipe asam nukleat yang dimiliki virus  mempengaruhi bentuk tubuh virus. Virus dengan isi tubuh berwujud   RNA  berbentuk mirip  polihedral, kubus, bulat, contohnya pada virus radang mulut,  kuku, virus-virus pemicu  penyakit polyomyelitis, virus influenza,  
 perbedaan Virus dengan bakteri : 
Virus memiliki  susunan kimiawi yang sangat sederhana dan memiliki  sifat-sifat  yang berbeda dengan bakteri. 
--virus tidak bisa disaring dengan saringan bakteri biasa (seperti Chamberlaind, Seitz atau Berkefeld) namun  memakai  penyaringan  membran kolodion yang memiliki  pori-pori sangat halus. Virus berukuran sangat kecil, yaitu 20-300 nm sehingga  untuk melihat virus tidak  bisa  dipakai mikroskop biasa, namun  harus dengan mikroskop elektron (ME). sedang  bakteri  berukuran antara 200-200 nm sehingga  bisa dilihat dengan mikroskop biasa.  
 --Virus memiliki  daya mutasi yaitu daya untuk mengubah sifat antigennya, sedang  bakteri tidak bisa  mengubah sifat antigennya. Mutasi bisa terjadi sebab  hal- hal berikut:  
Jika virus diradiasi, contoh   dengan sinar ultra violet,  Secara spontan yaitu terjadi dengan sendirinya, Jika virus diolah dengan bahan kimia tertentu 
--Susunan kimiawi virus sederhana yaitu terdiri dari satu inti berwujud   satu molekul  RNA atau satu molekul DNA saja. sedang  bakteri terdiri dari RNA + DNA + Protein. sebab  perbedaan inilah penyakit virus tidak bisa  diobati. namun  di antara virus-virus ini ada beberapa jenis yang memiliki  susunan kimiawi seperti bakteri. Golongan virus ini dinamakan  virus tidak sejati, contoh   golongan Bedsonia. Golongan ini bisa  dibunuh oleh obat-obatan sulfa dan antibiotika, berbeda dengan golongan virus sejati. Yang termasuk golongan Bedsonia diantaranya Virus Psittakosis, Inklusion Konyunktivitis (Inklusion blennorrhoe), Virus Trakhoma, Limfo Granuloma Venereum (LGV), 
--Bakteri berkembang biak dengan cara belah pasang (binary fission) sedang  virus berkembang biak dengan cara berikut : Virus masuk sel (infeksi), virus melekat pada  sel (viropeksis) lalu  menembus sel (pinositosis). Di dalam sel asam nukleat dilepaskan, merangsang isi sel untuk membentuk asam nukleat dan protein yang 
dimiliki oleh virus yang masuk, lalu  terjadi proses pemantangan komponan-komponen yang baru terbentuk. Mulai masuknya virus sampai pematangan elemen  baru dinamakan  stadium eclypse. Bila sel itu mati, maka virusnya pun mati (berbeda dengan bakteri yang tetap hidup sebagai saprofit) 
-- Virus hanya bisa hidup dalam sel atau jaringan hidup dan hidupnya selalu intraseluler (di dalam sel), sedang  bakteri bisa  hidup dalam sel hidup maupun sel mati dan bisa intraseluler maupun ekstraseluler. 
--Virus tidak mengandung enzim untuk pertukaran zat (metabolisme), sedang  bakteri mengandung enzim untuk pertukaran zat. 
pada virus campak, beberapa jenis virus memiliki unsur  tambahan yang membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan memiliki selubung 
virus, yaitu membran yang menyelubungi kapsid. Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang,   juga mengandung glikoprotein dan protein yang berasal dari  virus. Selain protein selubung dan protein kapsid, virus  membawa beberapa molekul  enzim didalam kapsidnya. Ada  beberapa jenis bakteriofaga yang memiliki ekor 
protein yang melekat pada  kepala  kapsid. Serabut-serabut ekor itu dipakai  oleh  faga untuk menempel pada suatu bakteri. Partikel lengkap virus dinamakan  virion. Virion berfungsi sebagai alat tranportasi gen, sedang  komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme 
penginfeksian sel inang . 
  -Partikel Virus 
Kemajuan mikroskop elektron   teknik difraksi sinar X memungkinkan untuk  melihat perbedaan-perbedaan kecil dalam morfologi dasar virus.  diperlukan   zat warna logam berat seperti Kalium Fosfotungstat untuk mempertegas  struktur permukaan. Logam berat itu memasuki partikel virus bagaikan awan dan menonjolkan struktur permukaan virus melalui pewarnaan negatif. 
Dengan cara ini virus bisa  digolongkan  menjadi 3 (tiga) tipe berdasar   penataan 
sub satuan morfologinya Yaitu : 
-Yang memiliki  struktur kompleks, contoh   Poxvirus. 
-Yang memiliki  simetri helix, contoh   Orthomyxovirus dan Paramixovirus, 
-Yang memiliki  simetri kubus, contoh   Adenovirus
 -Ukuran virus 
Ukuran yang sangat kecil dan  kemampuan untuk melewati saringan kuman yaitu  ciri klasik untuk virus, sebab  beberapa kuman lebih kecil dari virus yang tersebar maka ciri khas ini sudah tidak berlaku lagi. Ada beberapa cara yang dipakai  untuk menentukan ukuran virus yaitu : 
--Ultrasedimentasi (Ultrasentrifugasi) 
Bila partikel-partikel disuspensi dalam cairan, partikel itu akan mengendap pada dasar dengan kecepatan sebanding dengan ukurannya. Dengan 
ultrasentifugasi bisa  dipakai  daya 100.000 kali lebih besar dari gaya berat untuk memicu  partikel-partikel mengendap di dasar tabung (sekitar 80.000-100.000 putaran/menit). kaitan  antara ukuran dan bentuk partikel dengan kecepatan mengendapnya memungkinkan penentuan ukuran partikel. Dalam hal ini struktur fisik sangat mempengaruhi perkiraan ukuran yang diperoleh.
--memakai  Mikroskop Elektron 
Pada mikroskop elektron dipakai  elektron sebagai pengganti gelombang cahaya dan lensa elektromagnetik sebagai pengganti lensa-lensa kaca. Berkas elektron  yang diperoleh memiliki gelombang cahaya sehingga  benda-benda yang lebih kecil  dari  gelombang cahaya bisa  dilihat. Virus bisa  dilihat dalam sediaan dari ekstrak jaringan dan dalam seksi-seksi sangat tipis sel-sel terinfeksi. Cara ini   dipakai  untuk menentukan ukuran partikel. 
 --Ultrafiltrasi dengan membran kolodion yang diameter pori-porinya bermacam-macam. 
Membran kolodion ini bisa  diperoleh dengan pori-pori dalam beragam  ukuran. Bila bahan virus ini dilewatkan melalui sederet membran dengan ukuran pori yang diketahui maka ukuran suatu virus bisa  diperkirakan dengan menentukan 
 membran mana yang meloloskan virus dan selaput mana yang menahannya. Ukuran diameter pori rata-rata yang menahan virus (APD = Average Pore Diameter) dikalikan dengan 0,64 menghasilkan diameter partikel virus. Lolosnya virus melalui suatu saringan tergantung pada struktur fisik virus itu, sehingga  hasil  yang diperoleh yaitu  perkiraan yang  mendekati
 Sifat-sifat Virus  yaitu  : 
--Virus yang menginfeksi sel memakai  ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya. 
--elemen  virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam 
sel hospes tidak lama sesudah  dibebaskan. 
--Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus memperoleh   selubung luar yang  mengandung lipid, protein, dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes. 
--Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virusinfektif menjadi lapisan protein pelindung dan 
komponen asam nukleat infektif. 
--Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan  pengawasan sistem enzim hospesnya, sehingga  selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus. 
--Partikel virus lengkap dinamakan  Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang  dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang dinamakan  kapsid dengan atau  tanpa selubung di luar kapsid
--Bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), namun  bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat itu. --Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam nukleat. 
--Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup yaitu dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup. 



  

  
 
  
 
   

Virus sangat dikenal sebagai pemicu  penyakit infeksi pada kita  dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada mahluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu pada inangnya. Virus yang memicu  selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis 
menginfeksi hati, virus rabies menyerang sel-sel syaraf. Begitu juga yang terjadi pada sel 
AIDS, yaitu suatu penyakit yang memicu  menurunnya daya tahan tubuh pasien . Penyakit itu dipicu  oleh virus HIV yang  menyerang 
sel darah putih. Beberapa virus ada yang bisa  dimanfaatkan dalam rekomendasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat (pemicu  infeksi) yang ada   dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh). David Sanders, pasien   profesor biologi pada Purdue’s School of  Science   menemukan pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan. Sanders berhasil 
menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga  bisa  dimanfaatkan sebagai pembawa  gen kepada sel yang sakit (paru). walau  demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan, Virus tumbuhan biasanya   masuk ke dalam tumbuhan  melalui luka, jadi tidak menerobos secara aktif. Sebagai tanda penyerangan yaitu  adanya tanda bercak-bercak nekrotik disekitar luka primer. di lingkungan virus tumbuhan disebarkan dengan vektor  hewan serangga atau dengan cara lain. contoh  , tumbuhan  cuscuta dengan haustorianya juga memindahkan virus melalui sistem jaringan angkutannya (buluh-buluh pengangkutan). Banyak jenis virus yang memperbanyak diri terlebih dahulu didalam traktus digestivus hewan-hewan vektornya. sesudah  masa inkubasi tertentu bisa  memicu  infeksi pada tumbuh-tumbuhan lagi. Virus sejenis  itu dikenal sebagai virus yang persisten. Virus yang non-persisten bisa  segera ditularkan dengan gigitan(sengatan) serangga (hewan),  Penyakit tungro, yaitu  sejenis penyakit yang menyerang tumbuhan  padi, pemicu nya yaitu  virus Tungro. Penyakit degenerasi pembuluh namun s ada jeruk, pemicu nya yaitu  virus citrus vein phloem degeneration (CVPD). Penyakit mosaik, yaitu  jenis penyakit yang menyerang tumbuhan  tembakau, pemicu nya yaitu  Tobacco mozaic virus (TMV).
Penyakit Tetelo, yaitu  jenis penyakit yang menyerang hewan unggas, terutama  ayam. Penyakit  ini dipicu  oleh New castle desease virus. Penyakit rabies  yaitu  penyakit yang menyerang hewan  monyet,  anjing, kucing,  dipicu  oleh virus rabies. Penyakit mulut dan kuku yaitu  jenis penyakit yang menyerang ternak kerbau, sapi,  Penyakit kanker pada  ayam oleh Rous sarcoma virus. 




Beberapa masalah  pada kita  menunjukan  kaitan  antara kanker dan agen-agen infektan. Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna yang diduga sebagai pemicu  penyakit syaraf pada kuda, juga memicu  penyakit psikiatris 
pada kita . Potensi virus untuk memicu  wabah pada kita  memicu  kekhawatiran pemakaian  virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium, kekhawatiran  terjadi pada penyebaran  virus sejenis cacar yang sudah  memicu  wabah terbesar dalam sejarah   dan mampu memicu  kepunahan suatu negara,  Indian sudah  punah akibat wabah, terutama cacar yang dibawa oleh kolonis Eropa. walau  sebetulnya  diragukan, 
Penyakit ini secara tidak langsung  sudah  membantu dominasi negara  Eropa di  Amerika, 
Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya yaitu  filovirus. Grup virus ini  terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg Jerman dan Ebola.  Filovirus yaitu  virus berbentuk panjang seperti cacing yang dalam jumlah besar tampak seperti sepiring mie. Pada bulan  April tahun 2005, virus ini menarik perhatian media 
 masa dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 sampai  2005  kejadian ini menjadi endemi terburuk di dalam kehidupan  . 
Beberapa penyakit pada kita  yang dipicu  oleh virus diantaranya yaitu : AIDS (dipicu  virus HIV), Herpes (dipicu  oleh virus herpes simpleks),  Kanker leher rahim (dipicu  papiloma virus), 
 influenza (yang mungkin saja dipicu  oleh satu atau beberapa virus sekaligus), Cacar, 

Kapsid virus terdiri dari unit struktural yang dinamakan  kapsomer, yaitu  kumpulan 
polipeptida khas virus.memiliki  simetri yang dinamakan  heliks, ikosahedron (bentuk 
bersudut banyak dengan 20 sisi) atau gabungan. dipakai  sebagai salah satu syarat  klasifikasi virus. 
 -Lipid Virus 7
Virus memiliki kadungan lipid yang berbeda sebagai bagian dari strukturnya. riset  mikroskopik elektron dari virus Sindbis (virus yang memiliki pembungkus)   menunjukan  suatu struktur usulan dari virion. Virus yang mengandung lipid  itu  bersifat peka terhadap eterdan pelarut organik lainnya ,gangguan atau kehilangan lipid akan  berakibat kehilangan infektivitasnya. biasanya  virus yang tidak mengandung lipid bersifat resisten terhadap daya kerja eter. Pada beberapa virus murni, komposisi fosfolipid dan asam lemak berlainan  dari komposisi selaput plasma sel-sel tuan rumah. Namun pada virus-virus yang lain 
bisa  memiliki komposisi yang sama. Untuk komposisi fosofolipid khusus dari pembungkus virion ditentukan dengan cara penonjolan virus dalam masa pematangan. Pada virus Herpes,  virus menonjol melalui selaput inti sel tuan rumah  
dan komposisi fosfolipid virion murni yaitu  lipid selaput inti bagian dalam. Beberapa virus yang berbeda memiliki selubung lipid sebagai bagian struktur mereka. Lipid diperoleh saat nukleokapsid virus  menonjol  keluar membran sel selama terjadinya pematangan. Pertunasan itu hanya terjadi ditempat-tempat yang membran sel pejamunya sudah  disisipi protein khusus  virus dan struktur nukleokapsid. 
 Komposisi fosfolipid khusus  suatu selubung virion ditentukan oleh jenis khusus  membran sel yang terlibat dalam proses pertunasan. contoh  
herpes virus bertunas menembus membran inti sel pejamu, dan komposisi fosfolipid virus yang sudah  dimurnikan setara dengan lipid pada membran inti. Akuisisi membran yang mengandung lipid yaitu  tahap integral dalam  morfogenesis virus pada beberapa Golongan  virus.  Virus yang mengandung lipid peka  terhadap pemberian  pelarut  organik dan eter  lainnya yang menandakan bahwa kerusakan atau lenyapnya lipid memicu  hilangnya infektifitas virus. Virus yang tidak mengandung lipid  biasanya  resisten terhadap eter lawanan dengan lipid dalam membran, 
 -Karbohidrat Virus 
Pembungkus virus mengandung beberapa  karbohidrat yang berarti,  dalam glikoprotein. Gula-gula yang ditambahkan pada glikoprotein virus sering mirip  sel tuan rumah di mana virus itu tumbuh. sehingga  proses ini mungkin ditentukan oleh sel tuan rumah. Glikoprotein yaitu  antigen virus yang penting. sebab  posisinya ada   pada permukaan luar dari virion maka glikoprotein sering yaitu  protein yang terlibat dalam interaksi virus dengan antibodi yang menetralkannya. 
Berlawanan dengan lipid dalam membran virus yang berasal dari sel pejamu, glikoprotein virus disandi oleh virus itu sendiri. Namun gula yang ditambahkan pada glikoprotein sering  menggambarkan  sel pejamu tempat pertumbuhan virus. Glikoperotein permukaan virus yang berselubung yang melekatkan partikel  virus ke sel target melalui interaksi dengan reseptor sel. Mereka juga sering  terlibat dalam langkah fusi membran pada infeksi. Glikoprotein juga yaitu  
antigen virus yang penting. Akibat posisinya yang berada dipermukaan luar virion, glikoprotein sering  terlibat dalam interaksi partikel virus dengan antibodi  penetral. 
-Protein Virus 
Protein struktural virus memiliki beberapa fungsi penting yaitu : melindungi genom virus, tempat reseptor-reseptor yang perlu bagi virus telanjang untuk mulai  menginfeksi, perangsang pembentukan antibodi dan tempat determinan antigen  yang penting untuk beberapa uji serologis. Manfaat  protein itu yaitu  untuk memfasilitasi transfer asam nukleat virus dari satu sel pejamu ke sel pejamu  yang lain. Protein itu berfungsi untuk melindungi genom virus dari inaktifasi 
oleh nuklease, berpartisipasi dalam perlekatan partikel virus ke sel yang rentan, memberi  simetri struktural bagi partikel virus. Protein menentukan sifat  antigenik suatu virus. tanggapan  imun pejamu memiliki target berwujud   determinan antigenik protein atau glikoprotein yang terekspos pada permukaan partikel virus. Beberapa partikel permukaan bisa  pula memiliki kegiatan  khusus , contoh   hemaglutinin virus influenza mengaglutinasi sel  darah merah. 
Beberapa virus memiliki enzim (yaitu  protein) di dalam virion. Enzim-enzim itu ada   dalam jumlah yang sangat sedikit mungkin tidak penting dalam struktur partikel virus, namun  mereka penting untuk inisiasi siklus replikasi virus saat virion memasuki sel penjamu. contohnya meliputi 
polimerase RNA yang dibawa oleh  virus dengan genom RNA sense negatif (contoh   rhabdovirus dan orthomyxovirus ) yang diperlukan untuk menjalin mRNA  pertama, dan reserve transcriptase, suatu enzim dalam retrovirus yang membuat salinan DNA dari RNA virus, suatu langkah penting dalam replikasi dan trasformasi. 
Contoh  yaitu  poxvirus yang bagian intinya mengandung suatu sistem  transkripsi, banyak enzim yang berbeda ada   dalam patikel poxvirus, 
Protein struktural virus mungkin yaitu  molekul-molekul yang  khusus dan  dibuat untuk melakukan  tugas khusus, contoh  : 
-Virus tumor RNA mengandung suatu enzim reverse transcripetase yang  membuat suatu salinan DNA dari RNA virus yaitu  suatu langkah 
penting dalam transformasi virus-virus ini 
-Virus Vaccinia mengandung banyak enzim dalam partikelnya untuk melakukan  fungsi tertentu pada awal siklus infeksi. -Beberapa virus memiliki protein khusus untuk perlekatan pada sel-sel, contoh   hemaglutinin virus influenza. 
- Asam Nukleat Virus 
Virus mengandung satu jenis asam nukleat, DNA atau RNA yang mengatur informasi genetik yang diperlukan untuk replikasi virus. Genom RNA atau DNA  bisa  beruntai ganda (double stranded)  atau  beruntai tunggal (single stranded)  dan   tidak bersegmen atau bersegmen . Jenis asam nukleat, untaiannya dan ukurannya yaitu  ciri-ciri utama yang dipakai  utuk menggolongkan virus kedalam 
famili-familinya.Bobot molekul genom DNA virus berkisar antara 1,5 x 106 sampai  160 x 106, sedang  bobot molekul genom RNA virus berkisar antara 1 x 106  sampai 15 x 106.Semua Golongan  utama virus DNA memiliki genom berwujud   molekul  DNA tunggal dan memiliki konfigurasi sirkular atau linier, RNA virus ada  dalam beberapa bentuk. RNA bisa  berwujud   molekul linear tunggal (contoh: picornavirus). Untuk virus-virus lain (contoh: orthomyxovirus), genom 
terdiri atas beberapa segmen RNA yang bisa  berikatan secara longgar di dalam  virion. RNA saja dari genom sense positif (togavirus dan picornavirus ) bersifat  infeksius dan molekulnya berfungsi sebagai mRNA didalam sel yang terinfeksi. RNA  dari virus RNA sense-negatif (orthomyxovirus dan rhapdovirus ) bersifat tidak 
infeksius.  Pada famili-famili virus tadi, virion memiliki polimerase RNA yang didalam  sel 
akan menstranskripsi molekul RNA, genom menjadi beberapa molekul RNA komplementer, dan masing-masing bisa  berperan sebagai mRNA. Sekuens dan  komposisi nukleotida tiap asam nukleat virus bersifat khas. Banyak genom virus 
yang sudah  berhasil disekuens. Sekuens bisa  menunjukan  kaitan  genetik  antar isolat termasuk kaitan  yang tak terduga antara virus-virus yang sebelumya  tidak diperkirakan berkerabat erat. Jumlah gen dalam satu virus bisa  diperkirakan  dari bingkai pembacaan terbuka yang diperoleh dari sekuens asam nukleat. 
Asam nukleat virus bisa  dikakterisasi berdasar   kandungan G + C-nya. Genom virus DNA bisa  didiagnosa  dan dibandingkan dengan memakai  
endonuklease retriks( enzim yang memutus DNA pada sekuens nukleotida khusus ). Tiap genom akan menghasilkan pola fragmen DNA yang khas sesudah  dipecah oleh  enzim itu. Dengan memakai  salinan DNA yang digandakan secara 
molekulaer dari RNA, peta retriksi bisa  pula diperoleh dari genom virus RNA. Pemeriksaan PCR dan teknik hibridisasi molekular (DNA ke DNA , DNA ke RNA, atau RNA ke RNA) memungkinkan dipelajarinya transkripsi genom virus dalam sel yang terinfeksi dan  perbandingan kekerabatan beragam  virus. Jenis asam nukleat bisa  ditentukan dengan beberapa metode  dengan memakai  asam nukleat bebas atau partikel virus yang utuh . Jenis asam nukleat dan untaiannya bisa  ditentukan di bawah mikroskop Fluoresensi dengan pewarnaan Acridine pasien e (AO). Asam nukleat di indentifikasi dengan reaksi  warna dan tes pencernaan enzim. 
Identifikasi asam nukleat virus dengan jingga akridin (Acridine pasien e = AO) 
Sediaan Virus  Reaksi warna 
dengan 0,01 % 
AO pada pH 4 
Kepekaan enzim 
Perekat – Carmoy D. Nasa R. Nasa 
DNA Virus beruntai ganda Kuning + - 
DNA Virus beruntai tunggal Merah + - 
RNA Virus beruntai ganda Kuning - + 
RNA Virus beruntai tunggal Merah - + 
 
Uranil asetat yaitu  zat warna khusus untuk DNA, tidak memiliki afinitas  terhadap RNA dan bisa  dilihat melalui mikroskop elektron. Untuk menentukan sifat-sifat fisiko kimiawi perlu dipisahkan asam nukleat dari virion. sesudah  pemurnian, asam nukleat bisa  ditentukan sifat-sifatnya contoh  kandungan gula ( dioksiribosa atau ribosa )  susunannya untaian, ukuran dengan 
teknik yang meliputi pemberian nuklease, khromatografi kolom, mikroskopik elektron dan sebagainya. Urutan dan komposisi nukleotida setiap asam nukleat  virus yaitu  khas. Salah satu sifat yang bermanfaat  untuk penentuan asam nukleat virus yaitu  kandungan sitosin dan guanin, 
Semua famili  DNA virus memiliki genom yaitu  molekul tunggal  DNA yang berbentuk linier atau melingkar. Lingkaran-lingkaran ini sering bergulung berlebihan dalam virion. Kebanyakan urutan basa dalam genom yaitu  khas, namun  
pengulangan urutan-urutan ditemukan pada famili  DNA virus tertentu. riset  terhadap molekul DNA dengan memakai  endonuklease dengan tuan rumah yang dibatasi dari sejenis kuman, enzim akan mengenal urutan basa tertentu  sehingga  menghasilkan fragmen-fragmen yang lebih kecil sehingga  mudah dipisahkan dengan memakai  elektroforesis gel agar rosa. Fragmen-fragmen ini  
memungkinkan pemetaan gen yang lebih besar. 
Virus RNA ditemukan dalam beberapa bentuk, bisa  berwujud   molekul linier tunggal, contoh   Picornavirus. Untuk virus lain, contoh   Orthomyxovirus, genom terdiri dari beberapa segmen RNA yang mungkin berkaitan  satu sama lain dalam virion. Virus-virus RNA lainnya bisa  memicu  infeksi dan seluruh molekul 
berfungsi sebagai suatu messenger RNA dalam sel yang terinfeksi, sedang  RNA lainnya tidak bisa  memicu  infeksi 
 
 

 Pengaruh Fisika Dan Kimia Terhadap Virus, yaitu:
- stabilisasi garam dan virus 
kadang  efek stabilisasi dengan garam ini dipakai  untuk membasmi  virus kontaminan. contoh   pada pembuatan vaksin Polio Sabin. Vaksin ini dibuat 
dengan cara menanam virus dalam biakan jaringan ginjal kera. Kera ini mungkin saja 
mengandung virus SV 40 tanpa menunjukkan gejala sakit, sedang  menurut riset  virus SV 40 ini bisa memicu  sarkoma pada hamster. Dan sudah 
dibuktikan pula bahwa virus SV 40 berhasil ditemukan kembali dari tinja pasien  yang  sudah divaksinasi. Untuk mencegahnya maka virus Polio yang sudah dipanen dari biakan jaringan ginjal kera tadi diberi MgCl2 1 mol, panaskan 60° C 1 jam, virus Polio tidak diinaktivasi namun  virus SV 40 mati. 
Banyak virus bisa  distabilkan dengan garam-garam pada konsentrasi/dosis   molar tertentu. Dengan penambahan garam-garam itu virus akan tetap infektif dan tahan terhadap pemanasan pada suhu 80° C selama 1 jam. Mekanisme stabilisasi virus dengan cara ini belum diketahui. contoh   : 
- MgSO4 1 mol menstabilkan virus Morbilli,  Mumps,  Influenza, Parainfluenza, 
- Na2SO4 1 mol terhadap virus  Herpes zoster, Herpes simplex,
- MgCl2 1 mol bisa  menstabilkan virus-virus Rhinovirus, Reovirus, Polio, Echo, Coxsackie, 
-Radiasi 
  Ultraviolet (UV),  partikel  berenergi tinggi, sinar X (sinar Rontgen) bisa  menghilangkan aktivitas virus atau membasmi  virus. Dosisnya beragam  untuk setiap jenis virus. Infektivitas yaitu  sifat yang paling radiosensitif   sebab  replikasi memerlukan ekspresi seluruh komponen genetik virus.  Partikel teradiasi yang tidak mampu bereplikasi mungkin masih bisa  menekspresikan beberapa fungsi khusus  dalam sel pejamu. 
  
-Pengecatan Vital 
Virus bisa  ditembus sampai tingkat tertentu oleh zat warna vital, seperti  proflavin,  acridin pasien e, toluidin blue, netral red, Zat warna ini akan diserap 
dan mengikat asam nukleat virus sehingga  virus akan menjadi peka terhadap cahaya biasa dan virus akan diinaktivasi. Cara inaktivitasi seperti ini dinamakan  inaktivasi fotodinamik. 
 
-Kepekaan Terhadap Eter 
Kepekaan terhadap eter  penting sebab  bisa  menunjukkan apakah virus di dalam amlopnya mengandung Lipida yang larut oleh eter yang memicu  virus menjadi inaktif atau mati, Lipida yang tidak dilarutkan oleh eter, envelopnya tidak 
mengandung lipid. berdasar   kepekaan terhadap eter ini maka bisa  dilakukan pembagian 
virus sebagai berikut : 
--Golongan yang tahan(resisten) terhadap eter yaitu : Golongan Poxvirus, Adenovirus, Parvovirus, Picornavirus, Papovavirus, 
-- Golongan virus yang peka  terhadap eter yaitu : 
Golongan Pseudorabies, Japanese B Encephalitis (JBE virus), Cytomegalovirus, Arbovirus, Influenza, Parainfluenza, Herpes simplex, Herpes zoster, 

-Suhu 
Virus yang berbeda memiliki stabilitas panas yang sangat beragam. contoh  pada virus ikosahedral cenderung stabil, hanya kehilangan sedikit infektivitasnya sesudah  berada beberapa jam dalam suhu  37 °  selsius. Bila virus 
dipanaskan 56-60 °C selama 35 menit (Pasteurisasi) akan mengalami inaktivitasi dan 
virus akan menurun atau hilang daya infeksinya. Hal ini sebab  protein (kapsid)  mengalami denaturasi. Ada virus-virus yang tahan panas seperti Scrapievirus, Hepatitis, Adenovirus  sehingga  tidak mengalami inaktivitasi. Virus yang dibeku keringkan (freeze dried, liofilisasi) dan disimpan pada suhu  lemari es biasa (4-8 °C) bisa tahan hidup beberapa bulan dan pada suhu -70 °C bisa tahan bertahun-tahun. Virus yang tahan terhadap liofilisasi lebih tahan terhadap panas jika dipanaskan dalam keadaan  kering. Virus yang memiliki  pembungkus cenderung kehilangan infektivitas  sesudah  penyimpanan lama walau  pada suhu -90°C, terutama peka terhadap 
pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang. Namun dengan adanya dimetilsulfoksid (DMSO) pada konsentrasi/dosis  kurang dari 5%, virus-virus ini menjadi stabil, 
 - °  keasaman (pH) 
Virus biasanya hidup subur pada pH 5-7,5 dan diluar suhu itu virus akan inaktif  bahkan mati, kecuali golongan Arbovirus yang tahan sampai pH 9. Dan yang paling baik virus biasanya hidup pada pH 7,0-7,4. Oleh sebab  itu setiap buffer yang 
dipakai  untuk mengolah virus dan  untuk kepentingan tes serologis biasanya dipakai  pH 7,0-7,4. Beberapa virus (contoh  : enterovirus) bersifat resisten terhadap keadaan  asam. Semua virus dihancurkan dalam keadaan  basa. Pada reaksi hemaglutinasi, variasi sebanyak kurang dari 1 unit pH bisa  mempengaruhi hasil. 

-Desinfektan 
Desinfektan yaitu  zat ( kimia) yang dipakai untuk maksud desinfeksi (membasmi  organisme patogen). Pengaruh desinfektan ini  berbeda-beda yaitu : 
Betapropiolaktan 
Untuk menginaktivasi virus Rabbies, namun  daya antigeniknya tetap tinggi. Juga untuk menginaktiasi Arbovirus, namun  hasilnya belum memuaskan bagi pembuatan vaksin 
-Lisol dan khlor 
pada konsentrasi/dosis  tinggi bisa membasmi  virus. Khlor pada konsentrasi/dosis  tinggi 
dipakai dalam kolam renang untuk membasmi  virus Polio. 
- Formalin 
bisa  menginaktivasi virus terutama virus Polio (pembuatan vaksin). Dipakai pada pembuatan vaksin Polio Salk (inactivated vaccine). Sesudah ditambah formalin, virus Polio akan inaktif namun  daya antigeniknya masih tinggi. 

-Pengaruh Kemoprofilaksia Obat Khemoterapeutika (Obat  Sulfa,  Antibiotika) 
Hanya virus tidak sejati yang bisa diatasi dengan khemoterapeutika. Untuk golongan virus sejati harus diusahakan obat- obat yang bisa mencegah pembentukan elemen  virus baru,mencegah atau menghambat pelepasan virus-virus baru dari 
sel-sel asal ke sel lain,  menghambat atau mencegah penyerapan  virus oleh sel (viropeksis), menghambat atau mencegah penetrasi virus ke dalam sel (pinositosis), Ini berarti bahwa jenis obat yang dipilih harus bereaksi dengan protein kapsid  sehingga  asam nukleatnya tidak bisa dilepaskan,mencegah terjadinya perubahan 
metabolisme sel yang dimasuki virus sehingga  asam d-nukleat sel dan protein yang 
dimasukinya tidak mungkin berubah menjadi protein dan asam nukleat virus baru, hanya efektif terhadap sel yang dimasuki virus, tidak terhadap sel-sel hospes yang lain. Contoh Guanidin, memiliki  efek yang baik sekali terhadap golongan 
Picornavirus (Coxsackie, Polio, Echo). Efek kerjanya mencegah pelepasan protein kapsid dari virus secara normal  menjadi  tidak normal  sehingga  pembentukan kapsid pada sel yang baru dimasuki bisa   dicegah, kapsid yang baru dibentuk dalam virus yang baru ternyata kosong tidak mengandung nukleat, bila asam nukleat dibentuk, maka asam nukleat tidak mungkin dilepas dari sel yang dimasuki ke sel lain. 
 


 - Penonaktifan Virus Untuk beragam  Tujuan
Virus bisa  dinonaktifkan dalam beragam  alasan, contoh   : untuk mengamankan air minum,  untuk membuat vaksin virus jenis nonaktif, untuk mensterilkan peralatan dan perlengkapan laboratorium, untuk mendesinfeksi permukaan atau kulit, Sterilisasi bisa  dilakukan dengan memakai  uap dalam  tekanan tertentu, 
radiasi gamma, pemanasan kering, etilen oksida,  Desinfektan permukaan meliputi  glutaraldehida, formaldehida,  asam perasetat, natrium hipoklorit,.Desinfektan kulit  meliputi  yodofor, klorheksidin,etanol 70%, deterjen (vaksin subunit) untuk menonaktifkan virus vaksin, Pembuatan vaksin dengan menambah  pemakaian  radiasi ultraviolet, formal dehida, propiolakton-beta, sporalen,  
 
- Pembiakan Virus
Virus yaitu  mikroorganisme yang hidup secara obligat intra seluler, oleh sebab  itu cara pembiakannya lebih sulit dibandingkan  pembiakan bakteri.Ada 3 cara yang  dipakai untuk membiakkan virus  dengan inokulasi pada hewan percobaan, inokulasi pada telur berembrio, Inokulasi pada biakan jaringan 

1. Inokulasi Pada Hewan Percobaan 
awalnya  hewan  percobaan yaitu  satu-satunya cara untuk membiakkan virus. namun  sangat banyaknya perbedaan kepekaan hewan 
percobaan terhadap infeksi virus yang bisa  memicu  reaksi yang berbeda-beda baik pada hewan yang sama spesiesnya apalagi yang berbeda  spesies, maka untuk pembiakan virus kini lebih banyak dipakai  metode pembiakan dengan cara invitro dengan memakai  kultur sel. walau  demikian hewan percobaan masih 
 dipakai  untuk meneliti  sifat-sifat onkogenik virus, pengaruh lingkungan terhadap infeksi,  isolasi primer terhadap beberapa jenis virus, patogenesis penyakit virus, reaksi imun terhadap virus, 
contoh   virus coxsackie A. Metode yang dipakai  untuk mengadakan inokulasi virus tergantung pada jenis virus yang akan dicoba dan lokasi anatomi dari sel yang dituju dalam percobaan. Contoh, virus berselubung segera menjadi tidak aktif jika berada pada  pH asam sehingga  tidak mungkin dibiakkan dengan cara inokulasi melalui alat pencernaan. Cara yang sering dipakai  untuk melakukan inokulasi yaitu  melalui intratrakeal, intradermal,   subkutan, intravena, intraserebral, intraperintonial, intranasal,  sehingga usianya , jenis kelamin,   jenis hewan percobaan, 
  cara penyuntikan untuk inokulasi pada hewan percobaan sangat tergantung dari jenis virus yang akan ditanam atau diisolasi. 
Contoh : 
- pemicu  Q-fever : 
Pada Cavia jantan, disuntikan intraperitonial, sesudah  7-10 hari tampak orkhitis, 
dalam cairan skrotum bisa  ditemukan pemicu  Q-fever. 
- Polio 
Dari tinja, liqour, apus tenggorokan an pasien  disuntikkan pada kera secara intraspinal/intrakutan/intramuskular/intraneural lalu  akan tampak paralisis. 
- Virus Herpes simplex : 
Pada Kelinci, dengan bahan digoreskan/skarifikasi pada kornea, sesudah  beberapa 
hari kornea keruh sebab  ada vesikel-vesikel berisi virusnya. 
- Dengue : 
Pada Tikus putih berusia 1-3 hari, dsuntikan intraserebral dan subkutan, 3-7 hari lalu  terlihat tremor lalu  paralisis dan mati. 
- Virus Rabies : 
Pada Tikus putih (albino) bayi atau dewasa, disuntikan intraserebral, sesudah  1minggu akan terlihat gejala ensefalitis (rabies) dan tikus akan mati. 


 
2. Inokulasi Pada Telur Berembrio 
Beberapa jenis virus bisa  dibiakkan pada sel-sel yang menyelimuti  rongga telur berembrio atau pada embrio yang sedang tumbuh itu sendiri. beragam  jenis telur bisa  dipakai  untuk membiakkan virus, antara lain telur  ayam kalkun,  bebek,  contoh   virus rabies, namun  yang paling sering dipakai  yaitu  telur ayam. Untuk mencegah masuknya bakteri, lapisan lilin diluar dinding telur hanya boleh disikat, tidak boleh dicuci dengan sabun.  lamanya pengeraman,   cara penyuntikan usia telur berembrio, suhu, yang bermacam-macam tergantung kepada jenis virus yang akan dibiakkan atau diisolasi. Contoh : 
a. Inokulasi pada selaput Chorio Allantois (Dropping CAM) Jenis virus usia telur (hari) Pengeraman Lamanya Suhu 
Herpes simplex 9 – 14  2-3 x 24 jam 26° C 
Variola  9 – 14  3 x 24 jam 36 – 36° C 
Fowl pox 9 – 14  5-7 x 24 jam  37° C 
Waktu dan Suhu Pengeraman pada Virus 
- Intra embrional : 
Untuk Japanese B Encephalitis, dipakai telur berembrio usia 8-10 hari dieramkan pada suhu 37° C. 
- Intra amnion/Intra alantois : 
Untuk Herpes simplex, Influenza dan Parotitis epidemika dipakai telur berusia 9-12 hari dengan lama pengeraman 2 x 24 jam pada suhu 37° C. 
- Intra yolk sac : 
Untuk Q-fever, telur berembrio berusia 6-8 hari, 10 x 24 jam pada suhu 37° C.Untuk Trakhoma, telur berembrio berusia 7-10 hari, lama pengeraman 1-2  minggu pada suhu 37° C. 
b. Inokulasi pada CAM (Chorio Allantois Membrane) 
- P° Cks yaitu  bintik-bintik putih berbentuk bundar dan menonjol pada permukaan CAM. 
- Plaques yaitu  bintik-bintik putih berbentuk bundar yang sangat datar dan transparan, 
- Untuk Cowpox, Fowl pox, Variola, Vaccinia,   terbentuk p° Cs khas untuk masing-masing virus. 
- Untuk Herpes simplex membentuk plaque. 
Sifat p° Cks dan plaques dari beberapa virus : 
--Sifat p° Cks Virus Fowlpox : 
Ukurannya jauh lebih besar dari p° Cks Virus Vaccinia namun  lebih menonjol pada permukaan CAM. 
--Sifat plaques Virus Herpes simplex : 
 Warnanya sama dengan p° Cks Vaccinia namun  sama sekali tidak menonjol pada permukaan CAM dan transparan, ukurannya lebih kecil dari p° Cks Variola. 
--Sifat p° Cks Virus Cowpox : 
Ukurannya sama dengan p° Cks Virus Vaccinia, warnanya putih yang ditengahnya ada   warna merah sebab  adanya perdarahan. 
--Sifat p° Cks virus variola : 
Bentuk bundar, diameter kira-kira 1 mm, berwarna putih keruh, menonjol pada permukaan CAM. 
--Sifat p° Cks Virus Vaccinia : 
Berwarna putih jernih, berukuran besar, tidak begitu menonjol pada permukaan CAM. 
Hasil penyuntikan pada : 
--Intra embrional 
Penyuntikan virus akan memicu  kematian embrio. namun  tidak boleh menunggu sampai embrio mati sebab  virusnya akan mati juga. Untuk itu telur berembrio harus diperiksa setiap hari di kamar gelap, jika  geraknya mulai lambat, embrio dikeluarkan dan virusnya diambil. Pasase virus secara intra amnion berkali-kali dan lalu  pasase virus secara intra alantois bisa  menurunkan virulensi virus. Contoh : Virus influenza sesudah dipasase 5 kali berturut-turut secara intra amnion, avirulen bagi kita  namun  virulen bagi tikus, lalu  diteruskan 5 kali berturut-turut  secara intra alantois, ternyata tidak virulen lagi bagi kita , namun  tetap virulen bagi tikus. 
-- Intra amnion/intra alantois 
Membentuk antigen hemaglutinin dan ikatan komplemen. 
--Intra Yolk sac 
Membentuk antigen ikatan komplemen. 
Stable cell line diperoleh dengan pasase sel primer sehingga  sifat sel tidak berubah. Contohnya : 
--LLCMK2, berasal dari ginjal kera Rhesus. 
--BSCL cell, dari ginjal kera Grivet. 
--BHK 21, dari ginjal Hamster bayi, pasase ke 21. 
 --Hela cell (Helena lane), berasal dari epidermoid karsinoma cervix. 
--KB cell, berasal dari epidermoid karsinoma nasopharynx.  
-Inokulasi Pada Biakan Jaringan 
Dengan kultur jaringan ini  pembiakan virus bisa   dilakukan beragam  macam tindakan, contoh   usaha untuk menemukan vaksin terhadap virus, penemuan beragam  macam virus baru, riset  sifat virus dalam jangka panjang, ada 3 dasar jenis kultur sel hewani yaitu  continuous cell lines, kultur primer,  kultur sekunder, diploid cell strains,   Kultur primer berasal langsung dari jaringan hewan dan yaitu  sel-sel satu lapis (selmonolayer). sedang  kultur sekunder yaitu  subkultur dari kultur primer jaringan normal. Sesudah melalui 30 sampai 50 subkultur atau bila dilakukan subkultur 
ulangan, sel-sel mengalami generasi atau mati. kadang  sel mengalami perubahan sehingga  mampu hidup sesudah melewati subkular lebih dari 50 kali. Sel-sel ini biasanya  sudah mengalami perubahan morfologi. walau  jumlah 
kromosomnya tidak berubah dan dinamakan  sebagai diploid cell strains. Selama mengadakan kultur dari cell strains bisa  terjadi continuous cell lines yang berubah sifat-sifat khasnya, tumbuh dengan cepat, membentuk beberapa  lapis sel dan juga berubah jumlah kromosomnya. Continuous cell lines ini bisa  juga terbentuk dari kultur primer dari jaringan maligna secara langsung atau tumbuh dari kultur primer yang diinfeksi dengan virus onkogenik. Di dalam pemakaian nya biakan jaringan yang berasal dari kita  maupun hewan dibagi menjadi dua yaitu biakan jaringan primer (Primary tissue culture = primary cell line), stable cell line Biakan jaringan primer biasanya   biakan jaringan  berasal dari hewan (ayam, babi, tikus, serangga, anjing, kera, kelinci ) Biakan jaringan 
berasal dari hewan ataupun dari kita  bisa dibuat dari jaringan tidak normal, normal, embrional, 
Contoh : Jaringan tidak normal  : 
Terutama dari tumor jinak atau ganas seperti, karsinoma epidermoid dari nasopharynx kita, Roos Sarcoma dari tikus, karsinoma epidermoid dari cervix, Dari jaringan dewasa normal  dibuat dari : hati kita, Ginjal kera,  ginjal kelinci,  Jaringan embrional : embrio tikus, embrio anjing, Paru-paru dan usus embrio kita , 
tanda-tanda adanya pertumbuhan virus dalam biakan jaringan :
 --Adanya interferensi, bila suatu biakan jaringan Hela cell yang ditanami virus Coxackie 
A tipe 7, sesudah dieramkan 37° C 1 minggu, ternyata tidak ada CPE, namun  jika  biakan jaringan itu ditanami suatu virus (contoh   Virus Polio 1) yang diketahui  bisa  memicu  CPE, ternyata pada biakan jaringan tidak terjadi CPE. Hal ini berarti ada interferensi, jadi virus Coxsackie tumbuh sehingga  sel biakan jaringan Hela cell membentuk interferon yang menghalangi pertumbuhan Virus Polio. 
--Adanya perubahan morfologis sebab  virus onkogenik (virus yang memiliki  daya membentuk tumor) akan tampak perubahan morfologis dan susunan sel biakan jaringan berwujud   beberapa mikrotumor. Sel-sel biakan jaringan bertumpuk-tumpuk tidak yaitu  suatu monolayer lagi dan tampak adanya sel-sel datia dengan banyak inti di dalamnya.Contohq  Adenovirus, virus SV 40, 
--Cytopathogenic efek (CPE) 
 CPE yaitu  suatu perubahan morfologis sel biakan jaringan monolayer yang semula sel-selnya terbentuk kumparan dan tersusun teratur lalu  berubah sel-selnya menjadi bundar-bundar, bergerombol  , sebagian terlepas dari dinding botol,
inti membesar, struktur inti menjadi kasar dan tampak lebih gelap (piknotis). Keadaan ini menunjukkan adanya pertumbuhan virus.Contohnya yaitu biakan ginjal kera yang ditanami virus Polio, sesudah  4-5 hari lalu  (suhu 37° C) akan menunjukan CPE.Hal yang sama terjadi pada biakan kera Hela cell yang ditanami Coxsackie A,  ginjal kelinci yang ditanami virus 
Rubella dan pada biakan jaringan ginjal kera yang ditanami virus Coxsackie B,  
--Terjadinya hemabsorpsi   yaitu pengikatan eritrosit hewan tertentu pada konsentrasi/dosis  
tertentu oleh sel biakan jaringan yang ditandai dengan tersusunnya eritrosit , seperti kalung mutiara disekitar sel yang mengandung virus itu. Tanda ini bisa terjadi sebelum terjadinya  CPE atau tanpa CPE sama sekali. Contoh : 
Biakan jaringan kera Macaca di tanam dengan virus JBE, sesudah dieramkan tidak timbul CPE. jika  medium dibuang lalu  ditambahkan eritrosit angsa 0,5% dan dieramkan 37° C selama 1-5 jam, ternyata dibawah mikroskop tampak eritrosit 
angsa tersusun disekeliling sel yang mengandung virusnya. Hal ini membuktikan bahwa virus JBE tumbuh dan hidup di dalam sel ginjal kera Macaca walaupun tidak ada CPE. 
--Adanya perubahan metabolisme sel biakan jaringan dan kegagalan pembentukan  asam dari biakan jaringan. 
--Adanya pembentukan antigen dalam biakan jaringan tergantung dari jenis virusnya, 
bisa antigen netralisasi, antigen ikatan komplemen dan antigen hemaglutinin. 


 


faktor yang mempengaruhi pertumbuhan virus dalam biakan jaringan:
 Keadaan biakan jaringan 
Cara menyimpan biakan jaringan berpengaruh terhadap pertumbuhan virus. Biakan jaringan bisa  diletakkan miring 3° bisa stasioner (diam) atau diputar. Ada  virus yang pertumbuhannya subur dalam keadaan memutar dengan alat tertentu (dalam keadaan rotasi dengan alat roller drum). 
Contohnya yaitu  virus Polio tumbuh lebih baik pada keadaan rotasi dibandingkan  keadaan 
stasioner. 
 Jenis Virus, jenis biakan jaringan, jenis dan konsentrasi sumber protein dan  komposisi 
medium. Contoh : Virus Dengue, dipakai biakan jaringan LLCMK2 ditambah Earle’s medium dan serum anak sapi 5-10%, akan menunjukan  cpe yang sangat jelas.  Virus Polio akan tumbuh subur dengan cpe yang cepat bila ditanam pada biakan jaringan ginjal kera Macaca yang ditambah Earle’smedium dengan sumber protein serum kuda 10%, cpe tampak sesudah  pengeraman 37° C 3-4 hari.  Biakan Jaringan bisa hidup terus pada suhu 40-41° C, namun  bila biakan jaringan sudah 
ditanami virus maka virus hanya bisa hidup pada suhu 36-37° C. jika  suhu kurang dari 36° C maka pertumbuhannya akan sangat lambat atau tidak tumbuh sama sekali.  Virus paling baik tumbuh pada pH 7-7,5, bila kurang dari 7 biasanya virus akan mati.  Untuk menghindarkan munculnya  keasaman pada waktu pertumbuhan virus, maka mediumnya jangan diberi glukosa dan ditambahkan Na2CO3 (Natrium bikarbonat). 
 
virus DNA yaitu  virus yang memiliki DNA sebagai materi genetik ,  bergantung pada DNA untuk mereplika diri, memakai  DNA polymerase sebagai DNA-dependent. Asamnukleat yang dimiliki biasanya DNA beruntai ganda (dsDNA atau double stranted-DNA) namun  bisa juga DNA beruntai tunggal (ssDNA atau single 
stranted-DNA). Virus DNA memiliki Golongan  I atau Golongan  II dari system klasifikasi Baltimore 
untuk virus. Virus DNA beruntai tunggal bias anya berkembang menjadi rantai ganda saat terdampar di sel yang terinfeksi. walau  virus Grup VII seperti hepatitis  B mengandung genom DNA, mereka tidak dianggap virus DNA sesuai dengan klasifikasi Baltimore,  melainkan sebaliknya virus mereplika diri sebab  mereka meniru melalui perantara RNA. Golongan  I : virus dsDNA (virus DNA beruntai ganda) 
--Genera yang belum bertanda 
Rhizidiovirus, Ampullavirus, Nudivirus, Salterprovirus, Sputnik virophage, 
-- Ordo Caudovirales 
Famili Myoviridae (termasuk fag T4 Enterobacteria),Famili Podoviridae, Famili 
Siphoviridae(termasuk fag λ Enterobacteria) 
--Famili yang belum ditandai 
Famili Guttaviridae, Famili Iridoviridae, Famili Lipothrixviridae, Famili Mimiviridae, Famili Nimaviridae, Famili Papillomaviridae, Famili Phycodnaviridae, Famili Plasmaviridae, Famili Polyomaviridae (termasuk Simian virus 40, virus JC), Famili Poxviridae (termasuk cacar sapi virus, cacar),Famili Rudiviridae, Famili Tectiviridae, 
Famili Ascoviridae, Famili Adenoviridae (termasuk virus yang memicu  infeksi adenovirus kita ), Famili Asfarviridae (termasuk virus demam babi Afrika),Famili Baculoviridae, Famili C° Ccolithoviridae, Famili Corticoviridae, Famili Fuselloviridae, 
--Ordo Herpesvirales 
virus Varicella Zoster, Famili Malacoherpesviridae 
Famili Alloherpesviridae, Famili Herpesviridae (termasuk virus herpes  ), 
Golongan  II: virus ssDNA (virus DNA beruntai tunggal) 
1. Famili yang belum bertanda 
Famili Anelloviridae, Famili Circoviridae, Famili Geminiviridae, Famili Nanoviridae, Famili 
Parvoviridae (termasuk Parvovirus B19)  
 Sesuai dengan namanya, virus DNA hanya memiliki asam deoksiribonukleat. Famili-
famili yang termasuk dalam golongan virus DNA ini yaitu  Poxviridae,  Hepadnaviridae, Parvoviridae, Papovaviridae, Adenoviridae, Herpetoviridae, Iridoviridae, 2.Famili bakteriofage yang belum bertanda  Famili Inoviridae, Famili Microviridae 

a.  Tingkat Klasifikasi Virus
Famili Virus DNA 
1. Famili : Poxviridae (Poxvirus) 
a. Subfamili : Chordopoxvirinae(virus cacar vertebrata) Genus : 
 Orthopoxvirus (subGolongan  virusvaccinia) :Virus cacar yang menyerang 
pada mencit, kelinci,  kera, sapi, unta, 
 Parapoxvirus (subGolongan  virus orf) : stomatitis papula sapi, Virus dermatitis, cacar semu,  Leporipoxvirus (subGolongan  virus myxoma) : Virus fibroma dan myxoma  pada kelinci.  Suipoxvirus (subGolongan  virus cacar babi).  Moluscipoxvirus (subGolongan  virus molusca).  Yabapoxvirus (subGolongan  virus cacar yaba/ tana dan monyet).  Avipoxvirus (subGolongan  virus cacar unggas): Virus cacar yang khusus pada unggas.  Capripoxvirus (subGolongan  virus cacar domba) : penyakit kulit bebenjol pada sapi, Virus pemicu  cacar pada domba, kambing,  
 b. Subfamili : Entomopoxvirinae (virus cacar serangga). 
2. Famili : Iridoviridae(Icosahedral Cytoplasmic Deoxyvirus) Genus : 
 Ranavirus (virus kodok) 
 Lymph° Cystivirus (virus limfosistis ikan) 
 Virus African Swine Fever (belum jelas masuk famili mana) 
3. Famili : Herpesviridae (Herpesviruses) 
a. Subfamili : Alphaherpevirinae (virus mirip -herpes simplex) Genus : 
 Simplexvirus(virus mirip -herpes simplex) 
 Varicellovirus (virus mirip -varicella) 
b. Subfamili : Bethaherpesvirinae (cytomegaloviruses) Genus : 
 Cytomegalovirus (cytomegalovirus kita ) 
 Roseolovirus (virus herpes kita ) 
c. Subfamili : Gammaherpevirinae (virus lymphoproliferative) Genus : 
 Lymph° Cryptovirus (virus Epstein-barr) 
 Rhadinovirus (herpesvirus ateline) 
 4. Famili : Hepadnaviridae (Hepatitis B-like viruses) Genus : 
 Orthohepadnavirus (virus mirip -hepatitis B mamalia)  Avihepadnavirus (virus mirip -hepatitis B unggas) 
5. Famili : Parvoviridae (Parvoviruses) 
Genus :  Parvovirus (parvovirus dari mamalia dan unggas)  Dependovirus (virus terkait adeno) 
6. Famili : Circoviridae (Ciroviruses) 

hal.  2



Dasar Klasifikasi Secara Taksonomi
Sifat-sifat berikut yang disusun berdasar   kepentingan sudah  dipakai  sebagai dasar 
untuk klasifikasi virus  yaitu : 
Sifat-sifat imunologik. , Metode penularan alami,  Inang, jaringan dan tropisme sel, Sifat patologik virus terhadap sel atau jaringan hospes, Gejala klinik yang ditimbulkan virus terhadap hospes  
Jenis asam nukleat DNA, beruntai tunggal atau berutai ganda,  Ukuran dan morfologi, termasuk jenis simetri, jumlah kapsomer dan ada atau tidaknya selaput.  Kerentanan terhadap pengaruh fisik dan kimia, terutama eter, Adanya enzim khusus, terutama polimerase DNA yang berkaitan  dengan replikasi genom dan neuraminidase yang diperlukan untuk pelepasan patikel-partikel virus tertentu (influenza) dari sel tempat virus dibentuk,  
Struktur Virus Dna
Virus memiliki sifat makhluk hidup namun bisa  dikristalkan (dimatikan sementara), sedang  tak ada satu sel hidup pun yang bisa  dikristalkan tanpa mengalami kerusakan. Virus berukuran lebih kecil dari semua jenis sel yang ada di bumi ini namun  bisa  memberi  dampak yang besar bagi kehidupan. 
 
1. Parvoviridae 
Parvovirus, anggota famili ini yaitu  virus yang berukuran sangat kecil dengan virion yang berdiameter antara 18 nm dan 25 nm, mengandung single stranded DNA yang 
memiliki kapsid ikosahedral simetri kubikal dengan 32 kapsomer dan tidak memiliki 
selubung. Di dalam famili Parvoviridae ada   dua subgrup, yaitu subgrup A dan sub  grup B. Infeksi pada kita  yang dipicu  Parvovirus B-19 memicu  erythema infectiosum yang menghambat produksi eritrosit di dalam sumsum tulang , 
Contoh Penyakit  Krisis Aplastik Transien 
Parvovirus B19 yaitu  pemicu  krisis aplastik transien yang bisa  memperburuk  anemia hemolitik kronis, contoh   pada pasien dengan penyakit sel sabit, talasemia, anemia hemolotik diperoleh   pada pasien  dewasa. Krisis aplastik transien bisa  juga terjadi sesudah  transplantasi sumsum tulang. Sindrom itu yaitu  penghentian tiba-tiba sintesa sel darah merah pada sumsum tulang dan ditunjukkan dengan tidak adanya 
prekursor erritroid pada sumsum tulang lalu  diikuti oleh pemburukan anemia yang cepat. Infeksi ini menurunkan produksi eritrosit sehingga  penurunan kadar hemoglobin darah tepi. Terhentinya produksi sel darah merah yang sementara menjadi jelas tampak hanya pada pasien dengan anemi hemolitik kronis sebab  usia eritrositnya yang pendek. 
Epidemiologi : 
Virus B19 ini tersebar luas dan infeksinya bisa  terjadi sepanjang tahun pada semua Golongan  usia.Infeksi paling sering terlihat sebagai wabah di sekolah yang  ditularkan melalui saluran nafas. Parvovirus yang menginfeksi banyak terjadi pada masa  anak-anak sebab  antibodi masih berkembang antara usia 5 sampai 19 tahun. 
Pemeriksaan laboratorium yaitu  sarana yang paling peka  untuk mendeteksi  DNA virus. Pemeriksaan yang bisa  dilakukan  yaitu  pemeriksaan  PCR (Polymerase chainreaction). DNA B19 sudah  terdeteksi pada  serum, sel-sel darah, sampel jaringan,  sekret pernapasan. Selama infeksi akut, muatan virus di darah bisa  mencapai  10 pangkat 11 salinan genom/ml. 
Pemeriksaan deteksi antigen bisa  mengidentifikasi virus B19 dengan titer tinggi 
pada sampel klinis. Immunohistokimiawi sudah  dipakai  untuk mendeteksi antigen B19  di jaringan janin dan sumsum tulang. B19 kita  sulit ditumbuhkan dan isolasi virus tidak dipakai  untuk mendeteksi infeksi.   
Pencegahan   dilakukan dengan penerapan hiegiene yang baik, seperti tidak berbagi minum, mencuci tangan  sebab  ini bisa  membantu mencegah penyebaran B19 melalui sekret saluran pernapasan, aerosol dan materi pembawa infeksi.  
pengendalian infeksi standar harus diikuti untuk mencegah penularan B19 pada pasien,  pekerja 
kesehatan,  infeksi B19. Sampai saat ini masih belum ada vaksin untuk Parvovirus pada 
kita. 

2. Papovaviridae 
Papovavirus yang termasuk dalam famili Papovaviridae ini memiliki  kapsid  ikosahedral yang tidak berselubung, berukuran kecil dengan garis tengah antara 40 nm  dan 60 nm, tahan panas, dan resisten terhadap eter.Virus ini mengandung double  stranded DNA yang menunjukkan simetri kubikal dan memiliki 72 kapsomer. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh virus ini pada kita  yaitu  papiloma, sedang  virus  yang bisa  menginfeksi hewan yaitu  vacuolating virus, papilomavirus, polyomavirus,   Penyakit yang ditimbulkan  yaitu  onkogenik 
pada sel kita ,  rodent, onkogenik pada tikus, 
Contoh Penyakit yang ditimbulkan diantaranya yaitu : 
Human Papiloma Virus 
Human papilloma virus atau HPV yaitu  virus yang bisa  memicu  tumbuhnya kutil di beragam  bagian tubuh. Virus ini hidup pada sel-sel kulit dan memiliki lebih dari 100 jenis. Ada sekitar 60 jenis HPV pemicu  kutil yang biasanya menginfeksi 
bagian-bagian tubuh seperti kaki,  tangan,  40 lainnnya memicu munculnya kutil kelamin.Tidak semua HPV bisa  memicu  kanker namun ada 
beberapa jenis yang berbahaya, seperti HPV 16 dan HPV 18, berpotensi besar memicu 
terjadinya kanker serviks,  75 %  kanker serviks dipicu  oleh kedua jenis HPV itu. Saat ini, ada   2 jenis vaksin HPV yang sudah  tersebar  di seluruh  dunia, Vaksin jenis bivalen dan kuadrivalen ini terbukti efektif   mencegah infeksi HPV, termasuk mencegah kejadian kanker serviks. Maka dari 
itu, vaksinasi HPV ini  disarankan untuk Golongan  wanita usia remaja, terutama usia 9-15 tahun. 
 Penularan HPV 
penularan HPV terjadi akibat  sentuhan langsung kulit ke kulit,  kaitan  seksual  dengan pengidap juga  dengan benda yang terkontaminasi virus HPV.kontak langsung dengan  membran 
mukosa, pertukaran cairan tubuh, Gejala dan Jenis Kutil Akibat HPV, HPV cenderung tidak memicu  gejala (asimptomatik) sehingga  jarang disadari oleh pengidap.Sistem kekebalan tubuh kita juga biasanya akan memberantas infeksi 
HPV sebelum virus ini memicu  gejala sehingga  tidak memerlukan   penanganan. Namun jika  tubuh kita tidak berhasil memberantasnya, infeksi HPV dengan jenis tertentu berpotensi memicu  kanker serviks. sebab  itu, para wanita disarankan  
mengalami  vaksin pencegah HPV,  selalu memeriksakan kesehatannya, Jika infeksi HPV sampai pada tahap memicu  gejala, indikasi utama yaitu  tumbuhnya kutil. Jenis kutil terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu: 
-Kutil datar dengan bentuk seperti bekas cakar di kulit. Warnanya juga beragam, bisa cokelat, kekuning-kuningan,  merah muda. 
- Kutil filiform yang biasanya berwujud   bintil daging tumbuh dengan warna yang sama 
seperti kulit. 
-Kutil periungual jenis kutil yang biasa tumbuh di kaki dan tangan ini berbentuk pecah-pecah seperti kembang kol dan  menebal di lempeng kuku.
- Kutil biasa yang biasanya  berwujud   benjolan bulat yang kasar. 
-Kutil plantar atau mata ikan. Kutil ini berbentuk rata dengan lubang di tengahnya yang kadang  ditambah titik-titik hitam. 
Sementara kutil kelamin biasanya  bisa  berwujud   lesi datar dan  bentol dengan permukaan pecah-pecah yang mirip kembang kol. Kutil ini akan memicu  rasa gatal, namun  jarang terasa sakit. 
 diagnosa  : 
-ThinPrep Pap Test yaitu  tes pap smear dengan metode terbaru  LBC (liquid-based  cytology atau sitologi berbasis cairan) yang memberi  hasil lebih 
akurat, sampai  80 %. sepanjang tahun 1997-2007 sejak metode Thin Prep Pap Test dipakai  angka   kanker serviks di Amerika bisa  ditekan sampai  50%. 
-Pemeriksaan pap smear yaitu   mendeteksi dini kanker leher rahim,  Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, dengan biayanya  murah dan hasilnya akurat, tidak sakit, Pemeriksaan papsmear bisa  dilakukan kapan saja kecuali 
pada masa haid atau sesuai petunjuk dokter. disarankan wanita  mengalami  pemeriksaan pap 
smear minimal setahun sekali sampai  usia 70 tahun. 
-HPV DNA Paptest  yaitu  pemeriksaan molekuler yang secara langsung bertujuan untuk mengetahui 
ada tidaknya Human Papilloma Virus (HPV) pada sel-sel yang diambil dari leher rahim. bisa  
mendeteksi adanya infeksi HPV bahkan sebelum terjadi perubahan sel leher rahim dan  memiliki  kepekaan  yang tinggi sampai  95%. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi secara langsung adanya kelainan leher rahim dengan cara memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%, bila sesudah  pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna pada permukaan leher rahim, yaitu tampak bercak putih maka kemungkinan besar ada kelainan tahap pra kanker pada leher rahim. 
Pencegahan Infeksi HPV  
Tidak ada cara yang mudah untuk mengetahui apakah pasien  terinfeksi HPV. pasien  yang tidak menunjukkan tanda atau gejala infeksi HPV pun tetap bisa  menularkan infeksinya (sebagai karier). 
 -Virion Adenovirus terdiri dari sebuah inti dan satu lapis kapsid. Kapsid virus tidak berselubung, bulat dan simetri ikosahedral. Kapsid isometrik memiliki  diameter antara 70 nm dan 90 nm, mengandung double stranded DNA yang menunjukkan simetri kubikal dan memiliki  252 kapsomer. ada   47 serotipe Adenovirus yang bisa  memicu  penyakit pada kita , terutama menyerang membran mukosa dan sebagian kecil menetap di dalam jaringan limfoid, memicu  gangguan saluran pernapasan, faringitis dan konjungtifitis. Adenovirus tipe 40 dan 41 bersifat enteropatogen bisa  memicu  
gastroenteritis pada anak berusia dibawah 4 tahun. Beberapa jenis Adenovirus yang 
menginfeksi kita  bisa  merangsang terbentuknya tumor pada anak hamster yang baru dilahirkan,  Banyak serotipe virus ini ternyata juga bisa  memicu  penyakit pada hewan (zoonotik). 
Penyakit yang ditimbulkan  yaitu saluran pernafasan,   Infeksi mata, 
gastrointestinal, Contoh Penyakit  Pernapasan 
gejala  berwujud  demam,  nyeri tenggorokan an, batuk, hidung tersumbat,Sindrom ini paling sering pada bayi dan anak-anak ,  melibatkan  virus grup C. masalah  ini sulit dibedakan dengan infeksi pernafasan sebab  virus yang ringan lainnya yang bisa  menunjukkan gejala mirip . 
Adenovirus terutama tipe 3, 7, dan 21 dianggap memicu  20%   pneumonia pada anak-anak. Pneumonia adenovirus memiliki  angka kematian 10% pada anak  muda.  wabah penyakit pernafasan berat,  fatal, terjadi pada tahun 2007 
dipicu  oleh varian baru Adenovirus 14. 
diagnosa  Laboratorium, Deteksi, Isolasi,  Identifikasi Virus Sampel sebaiknya diambil dari bagian tubuh yang sakit pada awal penyakit untuk 
mengoptimalkan isolasi virus. Tergantung pada penyakit klinis virus bisa  ditemukan pada 
feses,  urin atau dari apusan rektum,  tenggorokan , konjungtiva,  Lamanya ekskresi  adenovirus beragam  pada penyakit yang berbeda. contoh   : 1-3 hari pada tenggorokan an pasien  dewasa dengan selesma; 3-5 hari di tenggorokan an,feses, dan mata pasien dengan demam faringokonjungtivitis; 3-6 minggu di tenggorokan an dan feses anak dengan penyakit pernapasan. Isolasi virus pada biakan sel memerlukan sel kita  dan isolat bisa  diidentifikasi 
sebagai adenovirus dengan pemeriksaan imunofluoresensi memakai  antibodi antihekson 
pada sel yang terinfeksi. Deteksi adenovirus yang infeksius bisa  dilakukan secara cepat memakai  shell fial technique. Caranya spesimen virus disentrifugasi langsung kedalam sel kultur jaringan, kultur diinkubasi selama 1-2 hari, lalu  diperiksa dengan antibodi monoklonal terhadap epitop reaktif grup pada antigen hekson. 
Pemeriksaan PCR bisa  dipakai  untuk mendiagnosa  infeksi adenovirus pada sampel 
jaringan atau cairan tubuh. 
Serologi Infeksi pada kita  oleh semua tipe adenovirus merangsang peningkatan antibodi 
fiksasi komplemen terhadap antigen grup adenovirus yang dimiliki oleh semua tipe. 
Uji CF yaitu  metode yang mudah diaplikasikan untuk mendeteksi adanya infeksi oleh semua tipe adenovirus, walaupun uji ini memiliki kepekaan  yang rendah. Bila titer antibodi fiksasi komplemen meningkat 4 kali lipat atau lebih pada serum antara tahap  konvalesens , ini menandakan  adanya infeksi yang sedang terjadi oleh suatu adenovirus, namun  tidak memberi  petunjuk tipe khusus nya. Pada sebagian besar masalah , titer antibodi netralisasi pasien yang terinfeksi 
menunjukkan peningkatan 4 kali lipat atau lebih terhadap titer adenovirus yang diambil dari pasien.
Epidemiologi 
Adenovirus ada   disemua  dunia dan ada   sepanjang tahun, biasanya tidak memicu  wabah penyakit. Serotipe yang paling sering ditemukan pada sampel  klinis yaitu  tipe pernapasan yang bernomor rendah  (1,2,3,5,7) dan tipe gastroenteritis (40,41). Adenovirus tersebar melalui kontak langsung,peralatan yang terkontaminasi, rute fecal-oral, droplet pernapasan, Sebagian besar penyakit yang terkait Adenovirus tidak patognomonis secara klinis dan banyak infeksi bersifat subklinis. untuk permukaan area sekitar bisa  didesinfeksi dengan natrium hipoklorit. Resiko wabah konjungtifitis yang ditularkan melalui air bisa  diminimalkan dengan melakukan klorinasi kolam renang, 
 Herpetoviridae 
Virus berukuran sedang yang mengandung untai ganda,nukleokapsidnya berdiameter  100 nm, memiliki  simetri kubik dengan 162 kapsomer. Nukleokapsid dikelilingi oleh selubung yang mengandung lemak (berdiameter 150-200 nm). Infeksi laten bisa  berlangsung selama masa hidup inang, biasanya dalam sel hidup ganglia atau limfoblastoid. Herpes kita  antara lain herpes simplek jenis 1 dan 2 (lesi oral dan genital), virus Varicella zoster (herpes zoster dan cacar air), sitomegalovirus, dan virus Epstein Barr (mononukleosis infeksiosa) dan berkaitan dengan neoplasma pada kita, Penyakit yang ditimbulkan antara lain yaitu  : 
Herpes Simplex 
Herpes genital yaitu  infeksi pada alat kelamin yang bisa terjadi pada wanita laki-laki ,  
Penyakit ini termasuk salah satu infeksi menular seksual (IMS) sebab    ditularkan melalui kaitan  seksual Herpes genital bisa dikenali dengan kemunculan luka melepuh berwarna kemerahan dan terasa sakit di sekitar area kelamin. Luka ini bisa pecah dan menjadi luka terbuka. Infeksi yang terjadi pada masalah  herpes genital dipicu  oleh virus herpes simpleks HSV,  HSV bisa  menular dan masuk ke dalam tubuh melalui beragam  membran mukosa dalam tubuh, seperti kelamin, mulut, kulit,  Virus ini  menetap di tubuh kita  dan suatu saat bisa aktif lagi. Saat virus ini aktif, gejala-gejala herpes genital akan kembali muncul. Virus ini bisa kambuh antara 4 sampai 5 kali pada 2 tahun pertama sejak terinfeksi,  Infeksinya berlangsung dalam 3 tahap : 
- Infeksi primer 
HSV ditularkan melalui kontak pada pasien  yang mudah terkena dengan pasien  mengekskresi virus. Virus harus menemukan permukaan mukosa atau kulit yang rusak untuk memulai infeksi (kulit yang bersifat resisten tidak rusak). Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring dan virus disebarkan melalui droplet pernafasan dan melalui kontak langsung air liur yang terinfeksi, 
HSV-2 biasanya ditularkan melalui jalan genital. Replikasi virus pertama terjadi pada tempat infeksi lalu  menginfeksi ujung syaraf lokal dan dibawa melalui saluran akson retrogad, menuju gangglion radiks posterior dimana sesudah  replikasi lebih lanjut terjadi keadaan laten. HSV-2 genital memicu  infeksi laten pada gangglion sakral. 
Infeksi HSV primer biasanya ringan; kebanyakan asimptomatis. Jarang yang menjadi penyakit sistemik. Terjangkitnya organ secara luas bisa  terjadi saat  inang yang bersifat immunokompr° Contoh  tidak mampu membatasi replikasi virus dan terjadi viremia. 
-Infeksi laten 
Virus berdiam dalam ganglion yang mengalami infeksi laten dalam keadaan tidak bereplikasi dan sangat sedikit gen-gen yang diekspresi. Persistensi virus dalam ganglion yang 
mengalami infeksi laten bertahan seusia hidup inang. Reaktivasi spontan terjadi sekalipun ada imunitas seluler dan imunitas humoral khusus  
HSV namun  imunitas ini membatasi replikasi virus lokal, sehingga  infeksi rekuren tidak begitu 
meluas dan tidak begitu parah. Banyak kejadian rekurensi bersifat asimtomatis dan hanya 
tercermin dari adanya virus dalam sekresi. 
-Infeksi rekuren 
Virus yang beristirahat pada tahap  laten itu suatu saat bisa  aktif kembali. Faktor-faktor atau keadaan -keadaan  yang bisa  mengaktifkan infeksi itu antara lain : /pemakaian  obat-obatan, seperi kortikosteroid, immunosupresif, obat-obatan terapi kanker,  Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh kurang istirahat, menstruasi, penyakit lain, penyakit HIV/AIDS, kaitan  seksual, Trauma psikis, seperti gangguan emosional,  depresi. 
Gejala Klinis :
kadang  virus HSV tidak memicu  gejala. Bagi yang baru pertama kali terinfeksi herpes mungkin tidak akan menyadari adanya gejala-gejala tertentu. Akibatnya, mereka tidak tahu bahwa dirinya sudah  terinfeksi virus herpes. Gejala-gejala herpes genital bisa berwujud  : 
 Luka yang terbuka dan terlihat merah tanpa ditambah rasa sakit, gatal,  geli,  rasa sakit, gatal, atau geli di sekitar area  genital atau  anal. 
 Luka melepuh yang lalu  pecah dan terbuka di sekitar genital, rektum, paha, dan bokong. 
 Merasakan sakit saat membuang air kecil. 
 Sakit punggung bawah.  Mengalami gejala-gejala flu seperti demam, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan.  Luka terbuka atau melepuh pada leher rahim.  Adanya cairan yang keluar dari vagina. Virus HSV bisa menjadi laten atau tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa waktu 
namun virus ini bisa kembali aktif dan memicu munculnya  gejala herpes genital. Dengan kata 
lain, sesudah  gejala dari infeksi pertama menghilang bukan berarti virus juga menghilang dari tubuh kita. Virus itu kemungkinan masih mengendap di dalam tubuh. saat  pertama kali terinfeksi, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. ini membuat tubuh bisa mengenali virus dan menyusun kekuatan yang 
diperlukan   untuk melawan HSV secara lebih efektif. Maka dari itu, infeksi atau gejala 
kambuhan yang terjadi tidak akan separah infeksi pertama. Frekuensinya akan berkurang 
dan gejalanya akan lebih cepat hilang, 
diagnosa  laboratorium untuk penyakit herpes terdiri dari 4 macam pemeriksaan yaitu: 
-- Pemeriksaan serologik 
Antibodi timbul dalam waktu 4-7 hari sesudah  infeksi mencapai puncaknya dalam 2-4 
minggu. Mereka bertahan dengan fluktuasi kecil untuk kehidupan inang. Nilai diagnostik pengujian serologi terbatas oleh banyaknya antigen yang sama pada HSV-1 dan HSV-2. Bisa juga ada   tanggapan heterotipikanamnestik dengan virus varicella zoster pada pasien  yang terkena infeksi HSV dan begitu pula sebaliknya. 
-- Isolasi dan identifikasi virus 
Isolasi virus bisa  dilakukan  dengan 3 cara, yaitu dengan telur berembrio, teknik invitro (biakan sel jaringan), dan teknik in vivo (hewan  laboratorium).
Identifikasi virusdengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur, Tes serologi memakai  enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) khusus  HSV tipe II bisa  membedakan siapa yang sudah  terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi . Pengujian PCR bisa  dipakai  untuk mendeteksi virus namun  isolasi virus tetap sebagai  diagnosa  pasti. Virus bisa  diisolasi dari lesi herpetik dan mungkin juga diperoleh   pada basuhan tenggorokan an, cairan cerebrospinal dan feses baik selama infeksi primer maupun selama periode asimtomatik. sebab  itu, isolasi HSV saja bukan bukti yang cukup sebagai tanda  bahwa virus sebagai agen pemicu  penyakit yang sedang diselidiki. Inoklusi kultur jaringan dipakai untuk isolasi virus. Agen lalu  diidentifikasi  melalui pengecatan imunofluorensen dengan antibodi khusus . Penentuan tipe isolate HSV  bisa dilakukan dengan memakai  antibodi mon° Clonal. 
Untuk menghindari Penyakit  yang dipicu  oleh virus herpes simpleks, yang paling mudah yaitu  tidak melakukan kaitan  seksual, Selalu menjaga higienitas (kebersihan) organ genetalia (atau alat kelamin laki-laki  dan wanita secara teratur). Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.   memakai  kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS,  Mintalah jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang memakai  jarum suntik, 
--Pemeriksaan langsung secara mikroskopis 
Herpes simplex virus (HSV) bisa  ditemukan pada vesikel dan bisa  dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi bisa  diperiksa antibodi HSV.Dengan  pewarnaan giemsa bisa  ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear, 
Tes ini bisa  diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel itu lalu letakkan pada gelas obyek lalu  biarkan mengering sambil difiksasi dengan alkohol atau 
dipanaskan.lalu  beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama 
beberapa detik, cuci,  keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup.Jika positif terinfeksi hasilnya berwujud   keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru. 
 Iridoviridae 
Dalam famili ini virus-virus anggotanya memiliki  DNA yang tidak beraturan bentuknya dengan partikel berukuran antara 180 nm dan 200 nm. Virion tidak berselubung dan memiliki  garis tengah  dengan ukuran sekitar 130 nm.Swine-fever virus penting dalam bidang kesehatan veteriner sebab  bisa  memicu  penyakit  pada babi yang memicu  gejala demam dan diare berat.Penyakit yang ditimbulkan diantaranya yaitu  
African swine fever 
 Poxviridae 
Famili virus Poxviridae yang memiliki  struktur rumit ini memiliki anggota Golongan  yang besar jumlahnya. Sesuai dengan jenis-jenis hewan yang menjadi hospesnya, famili Poxviridae digolongkan menjadi grup A, B, C, D, E. Variola virus yang menjadi pemicu  penyakit cacar yang menyerang kita  termasuk salah satu anggota Poxviridae grup A, Contoh penyakit yang bisa  ditimbulkan pada kita  antara lain  yaitu   Vaccinia dan Variola 
Infeksi Poxvirus pada kita  : 
Virus vaccinia yaitu  virus vaksin yang dipakai  untuk memberantas variola (cacar) yaitu  hasil rekayasa genetika menjadi vaksin rekombinan (beberapa masih dalam tarafuji klinik) dengan risiko terendah terjadi penularan terhadap kontak non imun.  Immunization Practices Advisory Committee  (ACIP) menyarankan  vaksinasi cacar 
untuk semua petugas laboratorium yang memiliki  risiko tinggi terkena infeksi yaitu mereka yang secara langsung menangani bahan atau hewan  yang diinfeksi dengan virus vaccinia atau orthopoxvirus lainnya yang bisa  menginfeksi kita . Vaksinasi  perlu dilakukan  terhadap petugas kesehatan lain walaupun berisiko rendah terinfeksi virus seperti dokter dan perawat.Vaksinasi yaitu  kontra indikasi bagi pasien  yang menderita defisiensi sistem imun; contoh: pasien  AIDS dan kanker, mereka yang menerima transplantasi, dan wanita hamil.Vaccine immune globulin bisa  diperoleh untuk petugas laboratorium dengan lmenghubungi CDC Drug Service, 1600 Clifton Road (Mailstop D09), Atlanta GA 30333, Vaksin yang diberikan sudah dilengkapi dengan instruksi 
cara vaksinasi, kontraindikasi, reaksi, komplikasi yang harus diikuti dengan tepat. 
Vaksin harus diulang kecuali muncul reaksi (salah satu reaksi yaitu  muncul indurasi  eritematosa 7 hari sesudah  vaksinasi). Booster diberikan dalam waktu 10 tahun kepada mereka yang masuk kategori harus divaksinasi. WHO  menyediakan 
vaccine seedlot (virusvaccine strain ListerElstree) dipakai untuk keadaan darurat. 
 Hepadnaviridae 
Anggota famili Hepadnaviridae ini berukuran kecil sekitar 42 nm, mengandung molekul DNA sirkuler yang doeble-stranded partial, dengan virion yang juga mengandung polimerase DNA. Virus memiliki  core nukleokapsid dengan selubung yang mengandung lipid. Hepadnavirus yaitu  pemicu  penyakit hepatitis yang akut maupun kronis dan jika  infeksinya menetap bisa  memicu  terjadinya resiko kanker hati. Contoh penyakit yang bisa  ditimbulkan pada kita  :  
Hepatitis yaitu   penyakit  peradangan yang terjadi 
dihati. Hepatitis   dipicu  oleh infeksi virus, walau  juga bisa  dipicu  oleh keadaan  lain.  pemicu  selain infeksi virus yaitu zat racun,  obat-obatan tertentu,   kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun,  Hepatitis bisa  mengganggu 
metabolisme sebab  hati memiliki banyak sekali peranan dalam metabolisme tubuh. Hepatitis yang terjadi bisa  bersifat akut maupun kronis. pasien  yang mengalami hepatitis akut bisa  memberi  beragam manifestasi dan perjalanan penyakit mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya yaitu  berkembang menjadi gagal hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, bisa  
memicu  sirosis dan kanker hati (hepat° Cellular carcinoma) dalam  waktu tahunan. Pengobatan hepatitis sesuai dengan jenis hepatitis yang 
diderita dan gejala yang muncul.  Gambaran klinis hepatitis virus bisa   berkisar dari asimtomatik sampai penyakit , kegagalan hati, dan kematian. ada   3 stadium pada semua jenis hepatitis yaitu: 
-Stadium prodormal 
dinamakan   periode pra-ikterus sebab  ikterus belum muncul. Dimulai sesudah  periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai menunjukan  tanda-tanda penyakit.Antibodi terhadap virus biasanya belum ditemukan  , stadium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh malas, ISPA,  nyeri otot,  malese umum, anoreksia, sakit kepala, 
-Stadium ikterus. 
  berlangsung 2-3 minggu atau lebih, ditandai  munculnya  ikterus,  memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal, pembesaran,  nyeri hati, splenomegali, pruritus, 
-Stadium pemulihan. 
 timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini gejala-gejala mereda termasuk ikterus, nafsu makan pulih, jika  ada  splenomegaliakan segera mengecil. 
Hepatitis A. ini dipicu  oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A  ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari pasien  yang mengandung virus hepatitis A. 
Hepatitis B.  ini dipicu  oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis Bbisa  ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi. Cairan tubuh yang bisa  menjadi sarana penularan hepatitis B yaitu  darah, cairan vagina,  air mani. sebab  itu, memakai jarum suntik bergantian,  berkaitan  seksual tanpa kondom dengan pasien  , hepatitis B bisa  
memicu  pasien  tertular penyakit ini. 
Hepatitis C.  ini dipicu  oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C   ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui kaitan  seksual tanpa kondom,  berbagi jarum suntik, 
Hepatitis D.  ini dipicu  oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D yaitu  penyakit yang jarang terjadi namun bersifat serius. Virus ini tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh kita  tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis Dditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya. 
Hepatitis E.  ini dipicu  oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik akibat kontaminasi virus ini pada sumber air. 
 Selain dipicu  oleh virus, hepatitis juga bisa  terjadi akibat kerusakan pada hati oleh senyawa kimia terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan bisa  berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. pemakaian  obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga bisa  memicu  hepatitis. 
 hepatitis terjadi sebab  keadaan  autoimun pada tubuh. Pada hepatitis yang dipicu  oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak 
sel dan jaringan tubuh sendiri. Dalam hal ini yaitu  sel-sel hati sehingga  memicu  peradangan. Peradangan yang terjadi   beragam  mulai dari yang ringan sampai  berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki,
Sebelum memicu  gejala pada pasien , terlebih dahulu virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda. HAV memerlukan   waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari,  HCV sekitar 2 minggu sampai  6 bulan. Beberapa gejala yang biasanya  muncul pada pasien  hepatitis antara lain  yaitu nyeri perut, berat badan turun, urin menjadi gelap seperti teh, kehilangan nafsu makan,  flu,    mual, muntah, demam,  lemas, feses berwarna pucat, mata,  kulit berubah menjadi kekuningan,  
Bila  mengalami hepatitis virus yang bisa  berubah menjadi kronik seperti hepatitis B dan C mungkin Anda tidak mengalami gejala itu pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi hati, sehingga  diagnosa nya menjadi terlambat. Faktor risiko yang bisa  meningkatkan pasien  untuk lebih mudah terkena hepatitis tergantung dari pemicu  hepatitis itu sendiri.Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih berisiko pada petugas medis, pasangan seksual, setiap darah yang didonorkan terlebih dahulu  melewati pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang bisa  ditularkan melalui darah,  Hepatitis yang bisa  menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E lebih berisiko pada pekerja pengolahan air  limbah. Sementara hepatitis non infeksi lebih berisiko pada pasien   kecanduan alkohol. 
 diagnosa  hepatitis pertama yaitu  dengan menanyakan riwayat munculnya  gejala dan mencari faktor risiko dari pasien . Lalu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pasien seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati sebagai tanda hepatitis dan memeriksa kulit dan  mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning. sesudah  itu, pasien akan disarankan untuk mengalami  beberapa pemeriksaan tambahan, seperti: 
USG perut.Dengan bantuan gelombang suara, USG perut bisa  mendeteksi kelainan pada 
organ hati dan sekitarnya seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati,  tumor hati. USG perut bisa  mendeteksi adanya cairan dalam rongga perut dan  kelainan pada kandung empedu. Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil  lalu  dipantau  memakai  mikroskop. Melalui biopsi hati dokter bisa  menentukan pemicu  kerusakan 
yang terjadi di dalam hati. 
Tes fungsi hati. Dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk mengecek 
kinerja hati. Pada tes fungsi hati enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT) akan diukur. Dalam keadaan  normal, kedua enzim itu ada   di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim itu akan tersebar dalam darah sehingga  kadarnya naik. bahwa tes fungsi hati tidak khusus  untuk menentukan pemicu  hepatitis. Tes antibodi virus hepatitis. Berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang khusus  untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat pasien  terkena hepatitis akut, tubuh akan 
membentuk antibodi khusus  guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi bisa  terbentuk beberapa minggu sesudah  pasien  terkena infeksi virus hepatitis. Antibodi yang bisa  terdeteksi pada pasien  hepatitis akut antara lain yaitu antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV), antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc), antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti HBs), antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe), dan antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV). Tes protein dan materi genetik virus. Pada pasien  hepatitis kronis antibodi dan sistem 
imun tubuh tidak bisa  memusnahkan virus sehingga  virus terus berkembang dan lepas dari 
sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam darah bisa  terdeteksi dengan tes antigen 
khusus  dan material genetik virus, antara lain antigen material permukaan virus hepatitis B 
(HBsAg), antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg), DNA virus hepatitis B (HBV DNA), 
RNA virus hepatitis C (HCV RNA). 
Agar terhindar dari hepatitis, pasien  perlu menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis,mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi,  tidak berbagi  sikat gigi, pisau cukur,  jarum suntik  dengan pasien  lain,  memakai  kondom,  tidak berganti-ganti pasangan,  kurangi konsumsi alkohol. 
 hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah 
melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E sampai  saat ini masih dalam tahap pengembangan. 
 Virus RNA 
RNA (asam ribonukleat)  yaitu  asam nukleat (polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida). Hanya saja berbeda dengan DNA yang unit-unit pembangunnya dioksinukleotida sehingga  dinamakan  untai ganda, RNA yaitu  asam nukleat untai tunggal yang terdiri dari unit-unit pembangun berwujud   mononukleotida. Setiap nukleotida terdiri atas satu gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu gugus basa Nitrogen (N). RNA yaitu  hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga  kedudukan RNA yaitu  sebagai polimer dan jauh lebih pendek dibanding DNA. Tidak seperti DNA yang  biasanya ditemukan   di dalam inti sel, RNA kebanyakan berada di dalam sitoplasma, khusunya di ribosom, Golongan virus RNA hanya memiliki asam ribonukleat (ribonukleat acid). Dalam Golongan  virus RNA banyak ditemukan   virus-virus yang bisa  memicu  penyakit pada 
kita . Famili-famili yang termasuk virus-virus RNA yaitu  : Bunyaviridae, Orthomyxoviridae, 
Paramyxoviridae, Rhabdoviridae, Picornaviridae, Reoviridae, Togaviridae, Arenaviridae, Coronaviridae, Retroviridae, 
 1. Picornaviridae 
Picornavirus yaitu  virus dari famili Picornaviridae yang berukuran kecil antara 20-40 nm, yang tahan terhadap eter, mengandung single stranded RNA dan menunjukkan struktur simetri kubikal. Virus ini nukleokapsidnya tidak berselubung, ikosahedral dengan asam nukleat RNA positif dengan berat molekul antara 2-3 juta dalton. Lima genus Picornaviridae yang menginfeksi kita  yaitu Hepatovirus, Parechovirus (pemicu  infeksi gastrointestinal dan infeksi jalan napas), Kobuvirus (pemicu  gastroenteritis), Rhinovirus (pemicu  demam, bersifat labil dalam suasana asam), Enterovirus (meliputi Poliovirus, Coxsackie virus, Echovirus) Contoh penyakit yang ditimbulkan diantaranya yaitu  : 
a. Poliomielitis 
Poliomyelitis yaitu  suatu penyakit virus yang dalam stadium beratnya memicu  kelumpuhan sebab  kerusakan sel-sel syaraf baik dalam otak,  sumsum tulang, tulang punggung,   Penyakit ini dipicu  oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat infeksius, yang  disebarkan melalui kontak langsung  lendir, dahak, feces, makanan dan air yang terkontaminasi dari pasien  lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam sistim pencernaan dimana ia bisa  juga menyerang sistim syaraf, memicu  kerusakan syaraf yang permanen, Penyakit ini dinamakan  juga Hiene-Meidin berdasar   2 pasien  ahli yang menemukan 
penyakit ini dengan menyuntikkan tinja dari pasien   pasien  lumpuh secara intra cerebral 
dan intra nasal pada kera,2 minggu lalu  kera menjadi lumpuh, gejala  dari polio berbeda tergantung pada luas infeksi. gejala bisa  dibagi kedalam polio yang melumpuhkan (paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan (non-paralytic). 
Pada polio non-paralytic : asymptomatic atau menghasilkan  hanya gejala-gejala seperti 
muntah,nyeri ekstremitas bawah, flu  ringan,  kelelahan, malaise, demam, sakit kepala,sakit tenggorokan an,  Polio Paralytic : terjadi  2% dari pasien  yang terinfeksi dengan virus polio, Gejala-gejala akibat dari sistim syaraf dan infeksi peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pasien yang sudah  sembuh dari polio kadang  menghasilkan  sindrom postpoliomyelitis, kelelahan yang dipantau  dan  melibatkan Golongan  otot yang awalnya terpengaruh. Sindrom ini bisa  berkembang postpolio 20-40 tahun sesudah  terinfeksi virus polio.   
Penyakit polio dipicu  oleh polio virus yang   masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus itu.  seperti cacar, polio hanya menjangkiti kita . Dalam tubuh kita , virus polio menjangkiti tenggorokan an dan usus.  virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat pasien  batuk  bersin , infeksi virus ini bisa  menyebar ke aliran darah dan menyerang sistem saraf. Imunisasi vaksin polio   mencegah  terjangkitnya virus polio.  5-10% dari pasien yang mengalami polio dengan kelumpuhan seringkali 
meninggal sebab kegagalan pernapasan sebab  mereka tidak mampu untuk bernapas sendiri.Sebelum era vaksinasi dan pemakaian  dari ventilator modern pasien akan ditempatkan dalam  iron lung  (ventilator bertekanan negatif yang 
dipakai  untuk mendukung pernapasan pada pasien-pasien yang menderita polio yang 
melumpuhkan, Prognosis tergantung kepada jenis polio (paralitik, subklinis/non-paralitik ) dan 
bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis kemungkinan akan 
terjadi pemulihan total.Jika menyerang otak atau korda spinalis, yaitu   keadaan gawat darurat yang mungkin akan memicu  kelumpuhan atau kematian (biasanya  gangguan pernafasan). 
 diagnosa   polio yaitu  Riwayat dari paparan dengan tidak ada sejarah vaksinasi sebelumnya penyadapan tulang belakang untuk cairan CSF membantu membedakan polio dari penyakit-penyakit lain yang awalnya memiliki  gejala-gejala yang mirip  (contohnya meningitis). sesudah  itu 
pembiakan virus (diambil dari tenggorokan an, feces, / cairan CSF) dan pengukuran dari antibodi-antibodi polio untuk mendukung diagnosa .  
Vaksin polio   bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. ada   2 jenis vaksin polio: 
Vaksin Salk, yaitu  vaksin virus polio yang tidak aktif dan Vaksin Sabin, yaitu  vaksin virus polio hidup. Yang memberi  kekebalan lebih baik ( lebih dari 94%) dan yang lebih disukai yaitu  vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). namun  pada pasien  gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa memicu  polio.sebab  itu vaksin ini 
tidak diberikan kepada pasien  gangguan sistem kekebalan atau pasien  yang berkaitan  
dekat dengan pasien  gangguan sistem kekebalan sebab  virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja. pasien  dewasa yang belum pernah memperoleh  imunisasi polio,  
2. Reoviridae 
Reovirus yaitu  virus yang berukuran antara 60-80 nm, mengandung double-stranded RNA dengan struktur simetri kubikal, terdiri dari  10-12 segmen. Virus yang ikosahedral ini memiliki  kapsid dengan banyak lapisan dan  tahan terhadap eter. 
Orbivirus yaitu  subgrup Golongan  virus ini bisa  
memicu  penyakit Colorado Tick Fever pada kita  dan penyakit lidah biru pada sapi, 
Rotavirus yang memiliki  bentuk seperti roda bisa  memicu  penyakit gastroenteritis pada kita ,   

3. Togaviridae 
Togavirus yaitu  suatu Golongan  virus dengan genom yang single stranded memiliki  selubung dari lipid yang peka  terhadap eter. Virion virus memiliki  selubung dan berukuran garis tengah antara 50-70 nm. Partikel Togavirus mengadakan pematangan dengan cara membentuk tunas dan membran sel plasma hospes.  Togavirus
digolongkan  menjadi 3 genus yaitu Rubivirus, Alphavirus, Flavivirus, 
4. Arenaviridae 
Arenavirus yaitu  virus RNA dengan genom negative-sense, single stranded, berselubung  memiliki  virion berbentuk bulat, lonjong atau pleomorfik (memiliki  banyak bentuk). Nukleokapsid berfilamen, simetri helikal. Virus ini memiliki  ukuran garis tengah antara 50-350 nm. Semua Arenavirus yang patogen bagi kita  yaitu  virus zoonosis yang bisa  ditularkan dari hewan ke kita . Contoh   penyakit Lassa fever virus yaitu  pemicu  infeksi kronis pada roden bisa  memicu  
Lassa Fever suatu penyakit demam berdarah ditambah gangguan fungsi hati dan ginjal pada 
kita , 
 
5. Coronaviridae 
 yaitu  virus dengan virion berselubung  berbentuk pleomorfik atau sferis dengan diameter 70-160 nm mengandung genom single stranded RNA yang positif dan tidak bersegmen. Nukleokapsid virus ini berbentuk helikal, memiliki  ukuran garis tengah antara 11-13 nm.ada   4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu : protein N 
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). 
Morfologi virusnya mirip Orthomyxovirus. Infeksi pada kita  dipicu  oleh Human Coronavirus (HcoV) dan Human Enteric Corona Virus (HECV). Virus ini bisa  diisolasi dari saluran napas bagian atas dari pasien  yang mengalami demam. Coronavirus  sebagai pemicu  penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), memicu  gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf 
pusat. Contoh penyakitnya yaitu : 
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) 
Sindrom pernafasan akut yang parah/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dipicu  oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala  flu (sakit otot, demam, sakit kepala, menggigil)  kesulitan bernafas, SARS pertama kali dideteksi di Guangdong propinsi Cina pada akhir 2002. Menjangkiti seluruh dunia sampai  menghasilkan hampir 8.500 masalah  di 29 negara termasuk 
Amerika Serikat, menjelang pertengahan 2003. Perjangkitan itu menyebar ke beberapa 
negara dipicu  perjalanan internasional. sesudah  perjangkitan pertama kali, beberapa masalah  terjadi di Asia terutama Cina  pada akhir 2006 dan awal 2004. Pertengahan 2006, tidak ada   masalah  yang dilaporkan dunia sejak 2004. Secara keseluruhan, sekitar 10%  pasien  SARS meninggal walau  resiko kematian beragam  sesuai usia pasien  dan akses ke perawatan medis tingkat lanjut. pasien  yang berusia di atas 60 tahun lebih beresiko  meninggal. SARS  dipicu  oleh jenis baru dari coronavirus sedang  coronavirus lainnya memicu  flu biasa atau menulari beragam  hewan . SARS menyebar dari kaitan  tatap muka, kemungkinan dengan menghirup tetesan bersin atau batuk pasien  yang tertular. ini bisa juga menyebar dengan terkena ludah pasien  yang tertular  lalu  memegang hidung, mulut,  mata,   yang tertular yaitu  pasien   yang  dekat seperti keluarga, perawat kesehatan, atau pasien  yang berada di sekitar pasien   Virus juga ada   di tinja, 
Gejala-gejala dimulai sekitar 2 sampai 10 hari sesudah  terkena virus. Gejala awal mirip   demam, sakit kepala, menggigil,  sakit otot, hidung basah, dan luka kerongkongan tidak biasa, Sekitar 3 sampai 7 hari lalu , batuk kering dan kesulitan bernafas bisa muncul. Kebanyakan pasien  sembuh dalam 1 sampai  2 minggu. walau  begitu, sekitar 20% muncul kesulitan bernafas akut, memicu  tidak tercukupinya oksigen di dalam darah. Sekitar 9% pasien  yang tertular meninggal. Kematian dipicu  kesulitan bernafas, Jika pasien   dokter mencurigai SARS, sinar X pada dada biasanya dilakukan. Dokter mengambil ludah dari hidung dan tenggorokan an pasien  itu untuk berusaha mengenali virus itu.  dahak  diteliti. Darah dites untuk infeksi SARS saat  infeksi pertama kali dikenali dan dilakukan lagi sesudah  3 minggu lalu . Jika pasien  itu mengalami kesulitan bernafas, tes darah lainnya kemungkinan diperlukan. sebab  SARS yaitu  penyakit menular yang baru dikenali.  

6. Retroviridae 
Retrovirus yaitu  virus berselubung yang memiliki  garis tengah antara 90-120 nm, memiliki  genom single-stranded RNA dengan virion yang mengandung reverse transcriptase.Didalam Golongan  Retrovirus termasuk virus-virus pemicu  sarkoma dan leukemia  yang menyerang kita dan hewan. 
7. Bunyaviridae 
Famili Bunyaviridae memiliki  anggota lebih dari 350 jenis virus Arbovirus yang ditularkan oleh serangga. Sifat famili virus ini meliputi jenis virus yang berselubung, memiliki  bentuk pleiomorfik, dengan nukleokapsid helikal, memiliki partikel virion berbentuk sferis/pleomorfik dengan ukuran garis tengah antara 80-120 nm. Virus-virus famili 
ini memperbanyak diri di dalam sitoplasma,  membentuk selubung dengan cara membentuk tunas kearah bagian dalam golgi aparatus. Genom terbentuk dari negative single stranded RNA yang bersegmen tiga. ada   5 genus virus dalam famili ini, yaitu Hantavirus, Topsovirus, Bunyavirus, Phlebovirus, Nairovirus, Bunyavirus termasuk dalam Golongan  Arbovirus yang hampir 
semuanya ditularkan oleh nyamuk sedang  beragam  jenis vertebrata bisa  bertindak 
sebagai hospes. 
8. Orthomyxoviridae 
Orthomyxovirus memiliki  selubung dengan partikel berbentuk bulat atau berfilamen, berukuran 80-120 nm, mengandung genom single stranded RNAdan  menunjukkan gambaran simetri helikal. Pada permukaan virus ada   tonjolan yang 
memiliki  hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Nukleokapsid helikal berukuran  antara 9-15nm dengan RNA plus protein N, sebanyak 8 segmen dengan polimerase terdiri dari 3 jenis protein. Membran lipid terdiri dari 2 lapis. Pematangan virus terjadi pada membran sel dengan cara budding. Semua jenis Orthomyxovirus yaitu  virus pemicu  influenza yang bisa  menyerang hewan maupun kita .
Contoh penyakit yang ditimbulkan yaitu  : 
Influenza Penyakit flu atau penyakit influenza,  menyerang  saat musim hujan dan musim pancaroba(pergantian musim), penyakit flu yaitu  penyakit musiman,  Flu yaitu  penyakit infeksi 
saluran nafas yang bisa sembuh dengan sendirinya dengan masa inkubasi rata- rata selama 2-4 hari. Influenza dipicu  oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C. ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala,  pilek, sakit tenggorokan an  dan batuk, Influenza  bisa  menyerang burung dan mamalia yang  dipicu  oleh virus RNA famili orthomyxoviridae. penyakit ini  berbahaya pada pasien  dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas.  pasien  berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin bisa  meninggal, 
dikenal 3 tipe virus influenza yaitu  A, B dan C. Ketiga tipe ini bisa  dibedakan dengan complement fixasion test. 
- Tipe A yaitu  virus pemicu  influenza yang bersifat epidemik. 
- Tipe B  hanya memicu  penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai memicu  epidemi. 
- Tipe C yaitu  tipe yang diragukan patogenitasnya untuk kita , mungkin hanya memicu  gangguan ringan saja. Virus pemicu  influenza yaitu  
suatu orthomixovirus golongan RNA dan berdasar   namanya sudah jelas bahwa virus ini memiliki  afinitas untuk myxovirus. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasar   tanda berwujud  tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase dilambangkan 
dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 sampai  H15, sedang  N terdiri dari 9 macam, N1 sampai  N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali  varian subtipe dari virus influenza tipe A. Semua subtipe dari virus influenza A ini bisa  menginfeksi unggas yaitu  
pejamu alaminya, sehingga  virus influenza tipe A dinamakan  juga sebagai avian influenza  atau 
flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang kita ,babi,  anjing, kuda, Variasi virus ini  dinamai  hewan yang terserang, seperti flu kuda  flu anjing, flu burung, flu  kita , flu babi,   Subtipe yang lazim ditemukan   pada kita  yaitu  
dari Golongan  N1, N2,H1, H2, H3  dinamakan  human influenza,  penyakit flu burung atau avian influenza  pemicu nya yaitu  virus influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini 
digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI). penyebaran virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus  respiratorius.Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus 
itu masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50% pasien  yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epidermis  sel di hidung dan bronkus.  sesudah  virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini lalu  akan menggabungkan diri dekat permukaan sel,   bisa  meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza bisa  memicu  demam namun  tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman gram-negatif. Masa inkubasi dari penyakit ini yaitu  1 sampai  4 hari, Pada pasien  dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak 1 hari sebelum munculnya  gejala influenza sampai  5 hari sesudah  mulainya penyakit 
ini.  Anak-anak   menyebarkan virus ini sampai lebih dari 10 hari dan balita menyebarkan virus influenza kira-kira 6 hari sebelum tampak  gejala pertama penyakit ini. Para pasien  imun° Compr° bisa  menebarkan virus ini sampai   berbulan-bulan. Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus bisa  
tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus lalu  akan melekat pada epidermis   permukaan saluran napas  lalu  bereplikasi di dalam sel itu. Replikasi virus 
terjadi selama 4-6 jam sehingga  dalam waktu  singkat virus bisa  menyebar ke sel-sel di 
dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-
 sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut 
dan lalu  mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya  silia lalu  akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang  ada   pada membran mukosa  sebagai pemicu  mengapa virus AI tidak bisa  
mengadakan replikasi secara efisien pada kita . 
 Infeksi dengan virus influenza akan memberi  kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. sebab   sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, 
sehingga  pasien  masih mungkin diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus 
influenza yang sudah  mengalami perubahan ini. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A 
dan B saja sebab  subtipe C tidak berbahaya dan diberikan dengan cara 0,5 ml subkutan atau 
intramuskuler. Vaksin ini bisa  mencegah terjadinya mixing dengan virus yang sangat 
pathogen seperti H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal 
spray flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) bisa  juga dipakai  untuk pencegahan 
flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu 
sebelum terserang influenza namun kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar 70%. 

 
1. Paramyxoviridae 
Paramyxovirus anggota famili ini morfologinya mirip Orthomyxovirus, memiliki   virion dengan ukuran diameter antara 150-300 nm dan panjang antara 1000-10.000 nm. Nukleokapsid helikal berukuran 18 nm, dan single- stranded  RNA dengan Nukleokapsid protein (NP) yang tidak bersegmen. ada   2 tonjolan duri yaitu yang terbentuk dari glikoprotein HN (hemagglutinin-neuraminidase) / H (hemaglutinin)/ Glycoprotein (GP)  dan gliikoprotein F (Fusion glycoprotein). Nukleokapsid dan hemaglutinin virus ini terbentuk 
di dalam sitoplasma. Virus-virus anggota Paramyxoviridae yang bisa  memicu  penyakit 
pada kita  yaitu  parainfluenza, virus pemicu  parotitis epidemica (mumpsvirus),   virus respiratory syncytial. Berbeda dengan virus influenza, Paramyxovirus  lebih stabil. 
 Contoh penyakit yang ditimbulkan: 

Mumpsvirus (Parotitis Epidemika) 
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) yaitu  suatu penyakit menular dimana pasien  terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) diantara telinga dan rahang sehingga  memicu  pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan 
bisa  timbul secara endemik atau epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang anak-
anak yang berusia 2-12 tahun. Pada pasien  dewasa, infeksi ini bisa menyerang sistem saraf pusat, pankreas, prostat,testis (buah zakar), payudara mengenai  , mereka yang beresiko yaitu  mereka kekurangan zat Iodium, yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid, 
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebarannya bisa  ditularkan melalui  kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah,   urin. Virus   ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari 14 sesudah  terjadi  pembesaran kelenjar. Penyakit gondongan  jarang ditemukan pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun,  sebab  mereka masih memiliki  anti bodi yang baik. pasien  yang pernah menderita penyakit 
gondongan maka dia akan memiliki kekebalan seusia hidupnya. Tidak semua pasien  yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,  sekitar 40% pasien  tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). tanda dan gejala yang timbul sesudah  terinfeksi dan berkembangnya masa tunas yaitu  pada tahap awal (1-2 hari) pasien  Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38 – 40 °  celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, 
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan kadang  ditambah kaku rahang  (sulit membuka mulut).lalu   pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar lalu  kedua 
kelenjar mengalami pembengkakan yang  berlangsung  3 hari, Kadang  pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada laki-laki  akil balik kadang  terjadi pembengkakan buah zakar (testis) sebab  penyebaran melalui aliran 
darah,  diagnosa  dilakukan  bila  ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeriksaan 
fisis, termasuk  adanya kontak dengan pasien  penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya, dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing  dan darah, Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relatif, diperoleh   kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya sesudah  1 minggu  lalu  menjadi normal kembali dalam 2 minggu. Jika pasien  tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun 
tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga  meragukan diagnose, 
maka dokter akan menyarankan   dilakukan pemeriksaan serum darah. minimal   3 uji serum (serologis) untuk membuktikan   mumps 
antibodies: Virus neutralizing antibodies (NT), Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI),  
Pemberian vaksinasi gondongan   bagian dari imunisasi rutin  MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan  kanak-kanak remaja dan pasien  dewasa yang belum menderita Gondong.,  mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, 
bisa mengurangi  gondongan,  
Rhabdovirus yang menjadi anggota famili ini memiliki virion  berbentuk seperti peluru dengan ukuran sekitar 75x150 nm. Selubung virus memiliki  tonjolan berukuran panjang 10 nm. Genom yang single-stranded RNA negative-sense tidak memiliki  segmen. Partikel virus  terbentuk secara budding yang menonjol dari membran 
sel. Rabies virus termasuk anggota dari Rhabdovirus, Contoh :
 -Rabies atau  anjing gila yaitu  penyakit  yang 
menyerang otak dan sistem saraf.  ini digolongkan sebagai penyakit mematikan yang harus ditangani dengan cepat. Virus yang mematikan ini menyebar ke kita  dari air liur hewan yang terinfeksi dan biasanya ditularkan melalui gigitanz Waktu yang diperlukan   virus rabies untuk inkubasi antara 2 minggu sampai 3 bulan. Pada masalah  yang jarang terjadi inkubasi virus terjadi hanya dalam waktu 4 hari. Masa inkubasi yaitu  jarak waktu saat  virus pertama kali  masuk ke tubuh sampai gejala muncul. sesudah  tergigit hewan berpenyakit rabies, virus akan berkembang biak di dalam tubuh inang. lalu  virus-virus itu  menuju ujung saraf dan berlanjut menuju saraf tulang belakang dan  otak yang mana perkembangbiakan terjadi dengan sangat cepat. sesudah  itu virus rabies menyebar ke  hati, ginjal, paru-paru, kelenjar air liur, organ-organ lainnya, 
Gejala:  perilaku menjadi agresif,  takut terhadap air atau  hidrofobia.demam tinggi, rasa gatal di bagian yang terinfeksi,   sedang  pada hewan, gejala hampir mirip  dengan kita , namun tanpa 
hidrofobia. saat  gejalapenyakit rabies memasuki tahap  akhir, baik kita  atau hewan yang 
mengalaminya bisa mengalami kematian. 
pemicu  Virus rabies berasal dari Golongan  lyssaviruses dan menyerang mamalia. Semua 
hewan mamalia sebetulnya  bisa  menularkan virus ini  kambing, sapi,  kuda, anjing, kucing, 
monyet, kelelawar, luwak,  rubah. Virus rabies yang menginfeksi hewan  itu   menular pada kita  
melalui gigitan, cakaran, jilatan,   air liur yang mengenai mata dan  bekas luka pada kulit kita . 
sesudah  masuk ke tubuh, virus rabies akan memperbanyak diri sebelum menyebar  ke 
ujung saraf. lalu  virus akan menuju saraf tulang belakang dan otak. Dari sistem saraf pusat inilah virus rabies lalu  menyebar ke kelenjar ludah,  paru-paru, ginjal,   organ lainnya, diagnosa  rabies   dilakukan  melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis perlu diidentifikasi adanya dugaan paparan virus rabies berwujud  riwayat interaksi dengan hewan (berwujud   gigitan), perilaku hewan di lingkungan sekitar  (contoh  , 
hewan nokturnal keluar pada siang hari) dan status vaksinasi rabies pada hewan, 
Pemeriksaan Fisik :
 Periode Neurologis , Hidrofobia dan aerofobia yaitu  patognomonis untuk rabies dan terjadi pada 50% pasien. dengan gejala  meliputi: Air liur berlebihan, berkeringat, hipotensi 
Pada pasien dengan rabies paralisis, demam dan kaku kuduk, lakrimasi Pupil anisokor, dilatasi pupil menetap, neuritis optik, Demam, takhikardia, hipertensi, hiperventilasi, palsy wajah,  untuk menentukan kematian otak dengan biopsi otak atau tidak adanya aliran arteri serebral sebab kematian otak,  Pemeriksaan Penunjang : 
-Urinalisis, radiologi, elektroensefalografi, monitoring jantung  -Nucleic Acid Sequence-Based Amplification (NASBA) - Serologi, biopsi kulit, temuan histopatologis, -Kultur virus dan Polymerase Chain Reaction (PCR) Assay 
- Saliva: hasil kultur saliva untuk virus rabies positif dengan kadar yang rendah dalam 
waktu 2 minggu dari onset penyakit, Cairan serebrospinal, hematologi -Jaringan otak, analisa  Gas Darah, Cairan serebrospinal, 
--Virus diklasifikan menjadi 7 Golongan  berdasar   alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini 
dinamakan   klasifikasi Baltimore yaitu: 
 Virus Tipe III = RNA Utas Ganda 
 Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+) 
 Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-) 
 Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara 
 Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara 
Tingkat Klasifikasi Virus RNA 
Virus bisa  diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus RNA, bisa  beruntai tunggal (picornavirus yang memicu  polio dan influenza) atau beruntai ganda (contoh  : Reovirus pemicu  diare). Virus RNA terdiri atas 3 jenis utama yaitu virus RNA yang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel inang dan bertindak sebagai cetakan  untuk intermediat RNA unting minus (-). Virus RNA berunting negatif (-) tidak bisa  secara  langsung bertidak sebaga mRNA namun  sebagai cetakan untuk sintesis mRNA melalui virion transcriptase. sedang  retrovirus yang berunting (+) yang bisa  bertindak sebagai mRNA, namun  pada waktu infeksi segera bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting ganda (segera berintegrasi kedalam kromosom inang) melalui suatu transkriptase balik yang 
tersandi. Setiap virus imunodefisiensi kita  (HIV) yaitu  bagian dari subGolongan  lentivirus dari Golongan  retrovirus RNA. Virus ini memicu  penyakit AIDS pada kita , menginfeksi setiap sel yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4, seperti pembentuk T-sel yang matang, 
Dasar Klasifikasi Secara Taksonomi 
Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) yaitu  komite yang memberi  kewenangan dan mengatur klasifikasi taksonomi virus. ada 3 
tingkatan takson dalam klasifikasi virus yaitu spesies, famili, genus, Pemberian nama pada famili memakai  akhiran –viridae, nama genus dengan akhiran –virus, dan nama  spesies memakai  bahasa inggris dan diakhiri dengan –virus. Nama genus dan spesies dicetak miring. 
Contoh klasifikasi virus : 
Famili  : Picornaviridae 
Genus  : Enterovirus 
Spesies : Poliovirus (pemicu  polio) 
--Klasifikasi Virus berdasar   Sel Inangnya 
Virus yang menyerang kita  (contohnya HIV) dan virus yang menyerang hewan (Contohnya rabies). 
--Klasifikasi Virus berdasar   Tempat Hidupnya 
Virus hewan, Virus yang parasit pada sel hewan.Contoh : virus Vaccina,  virus Influenza, virus Poliomylitis,
--Klasifikasi Virus berdasar   Asam Nukleatnya 
Virus RNA  Contoh: Togaviruses, 
Reoviruses, Retroviruses, Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Picornaviruses, 
--Klasifikasi Virus berdasar   Bentuk Dasar 
Virus bentuk Ikosahedral, bentuk tata ruang yang dibatasi oleh 20 segitiga sama sisi, dengan 
sumbu rotasi ganda (Contoh : virus polio dan adenovirus). Virus bentuk Heliks, mirip  batang panjang, nukleokapsid yaitu  suatu struktur yang tidak kaku dalam selaput pembungkus lipoprotein yang berumbai dan berbentuk heliks, memiliki satu sumbu rotasi. Pada bagian atas terlihat RNA virus dengan kapsomer (Contoh : TMV, virus influenza ). 
--Klasifikasi Virus berdasar   Ada Tidaknya Selubung Yang Melapisi Nukleokapsid 
Virus berselubung, memiliki  selubung yang tersusun atas lipoprotein atau glikoprotein. 
Contoh: Poxvirus, Herpesviruses, Orthomyxoviruses, Paramyxoviruses, Rhabdoviruses, Togaviruses, Retroviruses. 
--Klasifikasi Virus berdasar   Jumlah Kapsomer 
Virus dengan 60 kapsomer. Contohnya picornavirus. 
 Struktur Virus Rna
RNA yaitu  hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA. Dengan kata lain, DNA berperan  dalam tahapan pembentukan RNA dengan membawa informasi genetik  berwujud    kode-kode sandi atau genetik pada untai ganda DNA untuk dicetak membentuk  RNA. mengenai   proses pembentukan RNA terdiri dari 2 tahapan dengan bantuan enzim RNA polymerase (RNAp). Enzim ini mempercepat proses pembentukan RNA. Tahapan 
pembentukan RNA meliputi: 
1. Transkripsi : memakai  DNA sebagai cetakan disistesis RNA messenger. Proses ini 
terdiri atas 3 tahap, yaitu: 
a. Inisiasi : enzim RNA polymerase menyalin gen, sehingga  terjadi pengikatan RNAp dengan promoter (tempat pertemuan antara gen/DNA dengan RNAp) yang akan memberi  inisiasi transkripsi. lalu , RNAp akan membuka double heliks DNA (untai ganda) yang berfungsi sebagai cetakan yaitu  rantai sense. 
b. Elongasi : RNAp akan bergerak sepanjang untai ganda DNA, membuka double heliks dan 
merangkai ribonukleotida ke ujung 3’ ribonukleotida yang sedang tumbuh, sehingga  
dihasilkan rantai RNA yang di dalamnya mengandung urutan basa nitrogen pertama 
sebagai hasil perekaman. Jika hasil perekaman sudah mencapai 30 buah, suatu senyawa kimia yang berperan sebagai penutup untuk memberi  sinyal inisiasi tahap translasi, dan mencegah terjadinya degradasi RNA akan berikatan dengan ujung 5’ RNA. 
c. Terminasi : Proses terminasi yaitu  terhentinya proses perekaman dan molekul DNA baru 
terpisah dari DNA template. Tahap ini ditandai dengan terdiasosiasinya enzim RNAp dari 
DNA dan RNA dilepaskan sehingga  dihasilkan produk transkripsi yang lengkap dinamakan  
messenger RNA (mRNA). 
2. Translasi : yaitu  tahap penerjemahan beberapa triplet/kodon dari mRNA menjadi asam amino yang akhirnya membentuk protein. Setiap triplet terdiri dari urutan basa nitrogen yang berbeda sehingga  akan diterjemahkan menjadi asam amino yang berbeda, Asam amino itu akan menghasilkan rantai polipeptida khusus  sampai  
terbentuk protein khusus  pula. Proses translasi bisa  berwujud  : 
a. Inisiasi : Tahap ini diawali dengan pengenalan kodon AUG yang ada   pada bagian akhir mRNA  dinamakan   kodon Start. Kodon AUG akan mengkode pembentukan metionin. lalu , metionin dibawa oleh tRNA untuk bergabung melalui 
pembentukan ikatan pada subunit besar ribosom sehingga  terbentuklah ribosom yang lengkap. Molekul tRNA pertama yang terikat pada ribosom akan menempati tempat khusus, yaitu sisi P (Polipeptida) yang akan terbentuk rantai yang dinamakan   polipeptida. sedang  tRNA berikutnya akan berikatan dengan kodon kedua dan akan 
menempati ribosom pada sisi A (asam amino) 
b. Elongasi : Tahap ini ditandai dengan pengaktifan asam amino oleh tRNA pada tiap kodon 
ke kodon sehingga  akan dihasilkan asam amino baru satu per satu.Proses engolasi ini 
membuat rantai polipeptida tumbuh semakin panjang akibat asam amino yang terus 
bertambah. 
c. Terminasi : Proses ini ditandai dengan pertemuan antara antikodon yang dibawa oleh 
tRNA dengan UAA, UAG, atau UGA sehingga  memicu  berhentinya proses translasi. 
Akibanya, terlepaslah rantai polipeptida yang dibentuk dari ribosom dan diolah 
membentuk protein fungsional. 
virus yaitu  parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Virus hanya bisa  bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup sebab  virus tidak memiliki perlengkapan selular 
untuk bereproduksi sendiri.  virus  berwujud partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), 
bakteriofaga  menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).  
 virus mengandung sedikit asam nukleat (DNA atau RNA, namun  tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi sejenis  bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein,  kombinasi ketiganya. Genom virus baik protein yang 
dipakai  untuk memuat bahan genetik, maupun protein yang diperlukan   dalam daur hidupnya, 
Virus yaitu  peralihan antara mahluk hidup dan mahluk tak hidup. Sampai sekarang masih belum bisa ditentukan apakah virus termasuk kedalam mahluk hidup atau virust ermasuk kedalam benda mati, Salah satu sifat virus yang hampir membuatnya dianggap sebagai makhluk 
hidup yaitu  kemampuannya dalam memperbanyak diri, Virus akan memperbanyak diri dalam sel atau jaringan yang masih hidup. Virus tidak bisa   memperbanyak diri dalam sel yang sudah mati, Virus memperbanyak  diri dengan cara menyuntikkan materi genetik (DNA atau RNA) ke dalam sel target, materi genatik virus itu akan diterjemahkan oleh sel target untuk menghasilkan bagian-bagian tubuh virus baru. Proses penerjemahan materi genetik hanya bisa  dilakukan oleh sel-sel yang masih hidup, sedang  sel mati tidak mampu melakukan proses itu. 
Virus-virus yang bereproduksi dalam sel akan memicu  sel itu lisis (pecah) sebab  aktivitas virus baru yang sudah  terbentuk. Virus-virus yang memperbanyak diri juga memicu  munculnya  beragam penyakit dalam tubuh tumbuhan, hewan, dan kita .  Agar suatu virus bisa  bereplikasi, protein virus harus disintesis oleh peralatan 
penyintesis protein milik sel penjamu. Oleh sebab itu genom virus harus mampu menghasilkan mRNA yang bisa  berfungsi. sudah  diindentifikasi beragam  mekanisme yang memungkinkan mRNA virus berkompetisi dengan mRNA sel untuk menghasilkan protein virus dalam jumlah yang cukup. Sifat unik multiplikasi virus yaitu  segera sesudah  berinteraksi dengan sel penjamu, virion penginfeksi menjadi rusak dan infektivitas-nya hilang. tahap  dalam siklus pertumbuhan ini dinamakan periode gerhana (eclipse periode), durasinya beragam bergantung pada virus 
maupun sel penjamu, dan diikuti oleh suatu interval terjadinya akumulasi cepat partikel virus 
progeni yang infeksius. Periode gerhana sebetulnya  yaitu  salah satu aktivitas sintetis 
yang kuat sebab  sel diarahkan untuk memenuhi kebutuhan  pembajak virus. Pada sebagian 
masalah , segera sesudah  asam nukleat virus memasuki sel penjamu, metabolisme sel diarahkan secara ekslusif untuk mensintesis partikel virus baru, dan lalu  sel itu akan 
dihancurkan. Pada masalah  lain, proses metabolik sel penjamu tidak berubah secara khusus , walau  sel tadi mensintesis protein dan asam nukleat virus, sel tidak dimatikan.  sesudah  disintesisnya asam nukleat dan protein virus elemen  itu  dirangkai untuk membentuk virion infeksius baru. Kisaran virus infeksius yang dihasilkan per sel-nya sangat beragam , dari jumlah yang sedikit sampai  lebih dari 100.000 partikel. Durasi siklus replikasi virus juga sangat beragam, mulai dari 6-8 jam (picornavirus) sampai  lebih dari 40 jam (beberapa hervesvirus). 
Tidak semua infeksi akan menghasilkan keturunan virus baru. Infeksi produktif  terjadi 
pada sel permisif   dan menghasilkan virus infeksius baru. Infeksi abortif gagal menghasilkan 
progeni infeksius, baik sebab  sel penjamu bersifat nonpermisif  dan tidak mampu menunjang ekspresi semua gen virus maupun sebab  virus penginfeksi bersifat defektif, tidak memiliki beberapa gen fungsional virus. Infeksi laten bisa  terjadi, dengan menetapnya genom virus, tidak diekspresikannya atau hanya diekspresikannya sedikit gen virus, dan bertahan hidupnya sel yang terinfeksi. Pola replikasi bisa  beragam  untuk satu jenis virus, bergantung pada jenis sel penjamu yang diinfeksi.  
 Tahapan  Siklus Reproduksi Virus
 sudah  berkembang beragam  strategi virus untuk bisa  memperbanyak diri di dalam sel penjamu yang diinfeksi. walau  perinciannya berbeda dari grup lainnya, kerangka umum siklus replikasinya mirip . Siklus pertumbuhan virus DNA untai-ganda dan virus RNA  untai-tunggal, sense-positif diilustrasikan pada foto  Pada dasarnya reproduksi virus terjadi melalui lima tahap, yaitu tahap pelekatan, penetrasi, replikasi, sintesis, pematangan dan pelepasan.  
1. Perlekatan 
      Langkah pertama dalam infeksi virus yaitu  perlekatan (interaksi virion dengan situs reseptor khusus  pada permukaan suatu sel). Molekul reseptor berbeda-beda untuk  tiap virus, namun  biasanya  yaitu  kumpulan glikoprotein. Pada sebagian masalah , virus pengikat sekuens protein (contoh , picornavirus) dan pada masalah  lain, oligosakarida (contoh , orthomyxovirus dan paramyxovirus. Pengikatan reseptor dipercaya bisa  terjadi sebab  adanya konfigurasi struktur permukaan virion yang kebetulan homolog dengan komponen permukaan sel. contoh  human immune deficiency virus berikatan dengan reseptor CD4 pada sel-sel system imun, rhinovirus berikatan dengan reseptor CD4 pada sel-sel system imun, rhinovirus berikatan dengan ICAM-1, dan virus Eipstein-Barr mengenali reseptor CD21 pada sel B. ada atau tidak adanya reseptor berperan    menentukan  tropsime sel dan pathogenesis virus. tidak semua sel dalam pejamu yang rentan akan 
mengekspresikan reseptor yang diperlukan  ; contoh  , poliovirus hanya mampu melekat ke 
sel-sel pada system saraf pusat dan saluran cerna primata. Tiap sel yang peka  bisa  mengandung sampai  100.000 situs reseptor untuk satu virus. tahap perlekatan tadi bisa  menginisiasi perubahan struktural yang ireversibel dalam virion. 2. Penetrasi 
sesudah  pengikatan, partikel virus  dibawa ke dalam sel. Langkah itu dinamakan  penetrasi atau penelanan. Pada sebagian sistem,penetrasi 
dicapai melalui endositosis yang dimediasi reseptor, dengan diambilnya partikel virus yang 
diingesti ke dalam endosome. ada   pula contoh-contoh penetrasi langsung partikel virus 
menembus membrane plasma. Pada masalah  lain, tejadi fusi selubung virion dengan 
membrane plasma sel. Sistem-sistem itu melibatkan interaksi protein fusi virus dengan 
reseptor seluler kedua atau  koreseptor  (contoh  reseptor kemokin untuk human immunodeficiency virus).  
3. Pelepasan selubung 
     Terjadi bersamaan dengan atau segera sesudah  penetrasi. Pelepasan selubung  yaitu  proses pemisahan  fisik asam nukleat virus dari komponen struktural luar virion sehingga  asam nukleat itu bisa  berfungsi. Genom bisa  dilepaskan sebagai asam nukleat bebas (picornavirus) atau sebagai nukleokapsid (reovirus). Nukleokapsid  ini  mengandung polymerase. Pelepasan selubung  memerlukan   suasana pH asam dalam endosome. Infektivitas virus parental hilang pada stadium pelepasan selubung ini. Virus yaitu  satu-satunya agen  penginfeksinya harus mengalami pemecahan untuk bisa  mengikuti jalur replikasi. 
Ekspresi Genom Virus dan  Sintesis komponen Virus  tahap  sintesis siklus replikasi virus berlangsung sesudah  pelepasan selubung genom 
virus. langkah utama dalam replikasi virus yaitu  mRNA khusus  harus ditranskripsi dari asam nukleat virus agar ekspresi dan duplikasi informasi genetik  bisa  berhasil. sesudah  hal 
itu berhasil dilakukan, virus memakai  elemen  sel untuk mentranslasikan mRNA. beragam  kelas virus memakai  jalur yang berbeda untuk 
menyintesis mRNA, bergantung pada struktur asam nukleat virus.  Beberapa virus 
(rhabdovirus) memiliki polimerase RNA untuk menyintesis mRNA. Virus RNA jenis ini 
dinamakan virus untai negatif (sense negative) sebab  genom RNA untai tunggal mereka 
yaitu  komplemen mRNA yang secara konvensional dinamakan untai positif (sense 
positif). Virus untai negatif harus menyuplai sendiri polymerase RNA sebab  sel eukariotik 
tidak memiliki enzim yang mampu menyintesis mRNA dari cetakan RNA,  Dalam perjalanan replikasi virus, semua makromolekul khusus  virus disintesis dalam urutan yang sangat terorganisasi. Pada beberapa infeksi virus, khususnya yang melibatkan virus yang mengandung DNA untai ganda, protein virus dini disintesis segera sesudah 
terjadinya infeksi dan protein lanjut baru dibuat pada infeksi lanjut, sesudah  berlangsungnya 
sintesis DNA virus. Gen-gen awal mungkin  tidak saat produk lanjut itu dibuat. Sebaliknya, sebagian besar bahkan mungkin semua, informasi genetik milik virus yang mengandung RNA diekspresikan sekaligus. Selain kendali temporal, ada pula kendali kuantitatif sebab  tidak semua protein virus dihasilkan  dalam jumlah yang sama. Protein 
khusus  virus mungkin mengatur beberapa  transkripsi genom atau translasi mRNA virus. 
Virus-virus kecil hewan dan bakteriofaga yaitu  model yang baik untuk meneliti  ekspresi gen. Sekuens nukleotida total milik banyak virus sudah  berhasil diindentifikasi. Dari temuan itu, ditemukan ada gen-gen yang bertumpang tindih, yaitu 
pada sebagian sequens DNA yang dipakai  untuk sintetis dua polipeptida yang berbeda, baik dengan memakai  dua kerangka pembacaan yang berbeda, ataupun dengan dua mRNA yang berbeda dan memakai  kerangka pembacaan yang sama, namun  dimulai dari titik yang berbeda. Sebuah sistem virus (dari adenovirus) pertama kali menunjukan fenomena pengolahan mRNA yang menyandi protein tertentu diperoleh dari sekuens 
sekuens yang terpisah dari cetakan, dengan sekuens sisipan noncoding ‘’dipotong keluar’ 
dari transkip. beberapa virus DNA (herpes virus, adenovirus polyomavirus) ditemukan menyandi microRNA; RNA-RNA kecil (~22 nukleotida) itu berfungsi pada tingkat baru dalam regulasi gen pasca transkipsi, dengan menyertai  degradasi mRNA target atau dengan menginduksi inhibisi translasi mRNA-mRNA tadi. Variasi terluas dalam strategi ekspresi gen ditemukan pada virus-virus yang mengandung RNA, Beberapa virion memiliki polimerase (orthomyxovirus, reovirus) dan beberapa sistem yang lain dengan memakai  pesan subgenomik, kadang dibentuk melalui splicing  (orthomyxovirus, retrivirus)  beberapa virus pensintetis prekursor poliprotein besar yang lalu  diolah dan dipecah untuk menghasilkan produk  gen akhir (picornavirus, retrovirus),  Protease viral milik human Immunodeficiency virus  yaitu  suatu enzim yang dihambat oleh kelas obat antivirus yang dinamakan inhibitor 
protease, 
  jalur transkripsi asam nukleat pada beragam  kelas virus
 (-) menunjukan untai negatif 
(+)  menunjukan untai positif 
(±) menunjukan heliks yang mengandung untai positif dan negatif, ds : double stranded, ss : 
single  stranded,  Sejauh apa enzim khusus  virus terlibat dalam proses-proses tadi, beragam  dari grup yang satu ke grup yang lain. Virus DNA yang bereplikasi di dalam nukleus  memakai  polimerase DNA dan polimerase RNA dan  enzim pemroses milik sel penjamu. Virus yang lebih besar (herpesvirus, Foxvirus) lebih independen dalam hal fungsi seluler mereka dibandingkan dengan virus yang lebih kecil. Inilah salah satu alasan mengapa virus yang lebih besar lebih peka  terhadap kemoterapi antivirus, sebab  lebih banyak proses khusus  virus yang tersedia sebagai target untuk kerja obat, Situs intrasel tempat berlangsungnya sebagai peristiwa dalam replikasi virus beragam  antar Golongan  virus yang berbeda  bisa  dibuat beberapa generalisasi. Protein virus disintesis dalam sitoplasma pada poliribososm yang tersusun atas mRNA khusus -virus dan ribosom sel penjamu. Banyak protein virus mengalami  rekayasa  (glikosilasi, asilasi, 
pemecahan ). DNA virus biasanya mengalami replikasi dalam nukleus. RNA genomik virus 
biasanya  mengalami duplikasi dalam sitoplasma sel, walau  ada   beberapa  pengecualian.  
 Tabel grouping virus berdasar   genomik RNA 
 
(+) menunjukan sifat yang dimilki famili virus itu; (0) menandakan sifat yang tidak 
dimilki virus itu; (ds) double stranded; negatif; komplementer terhadap mRNA; 
positif , memiliki sense yang sama dengan mRNA; (ss) single stranded. 
Retrovirus mengandung genom diploid (dua salinan RNA genomik tak bersegmen ) 
Retrovirus mengandung sebuah reverse transcriptase (polimerase DNA bergantung –
RNA) 
 
Morfologi dan Pembebasan 
Polipeptida kapsid dan genom virus yang baru disintetis dirakit menjadi satu untuk membentuk virus progeni. Kapsid ikosahedral  bisa  memadat jika tidak ada asam nukleat, sedang  nukleokapsid virus yang memiliki simetri heliks tidak bisa  terbentuk tanpa RNA virus. biasanya , virus tak berselubung berakumulasi dalam sel-sel terinfeksi, dan sel itu akhirnya melisis dan membebaskan partikel-partikel virus. Virus berselubung mengalami pematangan melalui proses  pertunasan . Glikoprotein selubung khusus -virus disisipkan ke dalam membran sel; nukleokapsid virus lalu  menonjol menembus membran pada tempat-tempat yang sudah  direkayasa  tadi, dan saat melewati membran itu mereka meperoleh selubung. Pertunasan sering  terjadi pada membran plasma, namun  bisa  pula melibatkan membran-membran lain di dalam sel. Virus berselubung tidak infeksius sampai mereka memperoleh selubung. sebab  itu, virion 
progeni infeksius biasanya tidak berkumpul dalam sel yang terinfeksi. Pematangan virus kadang  yaitu  proses yang tidak efisien. bisa  terkumpul 
komponen virus dalam jumlah berlebihan yang lalu  terlibat dalam pembentukan badan inklusi di dalam sel. Sebagai akibat dari efek replikasi virus yang sangat merugikan sel penjamu, efek sitopatik seluler akhirnya timbul dan sel itu akan mati. Namun, ada  beberapa pengecualian, yaitu sel tidak dirusak oleh virus sehingga  terjadi infeksi persisten jangka-panjang. Mekanisme yang diinduksi-virus mungkin mengatur apoptosis, suatu peristiwa yang diprogram secara genetik yang memicu  sel mematikan dirinya sendiri. 
Beberapa infeksi virus menunda apoptosis dini sehingga  mereka bisa  menghasilkan virus 
progeni dalam jumlah besar. Sementara itu, beberapa virus secara aktif menginduksi 
apoptosis pada tahap lanjut untuk memfasilitasi penyebaran virus progeni ke sel-sel baru. 
 
C, Sitoplasma ; M, Membrane, M-E, membran retikulum endoplasmik, M-G, Membran golgi, M-P, Membran plasma, N, Nukleus Sintetis Protein virus selalu terjadi pada sitoplasma Nilai yang ditunjukan untuk durasi siklus multiplikasi yaitu  angka perkiraan adanya kisaran nilai 
menandakan bahwa beragam  anggota dalam satu famili virus bereplikasi dengan kinetik yang berbeda-beda. Jenis sel Penjamu yang berbeda juga memperngaruhi kinetik replikasi virus. 
analisa  genetik yaitu  pendekatan yang sangat bermanfaat dalam memahami struktur dan fungsi genom virus, produkgennya,   peran mereka dalam infeksi dan penyakit. Virus yang memiliki antigenstabil pada permukaan mereka (poliovirus, virus campak) bisa  dikendalikan melalui vaksinasi. Virusl ain yang memililki banyak tipe antigenik (rhinovirus) atau memiliki antigen yang sering berubah-ubah (virus influenza A) sulit 
dikendalikan  melalui vaksinasi; genetik virus mungkin bisa  membantu menghasilkan  vaksin 
yang lebih efektif. Beberapa jenis infeksi virus terus berulang secara repetitif (virus para-
influenza) atau menetap (retrovirus) walau  ada   antibodi; jenis-jenis virus tadi mungkin lebih baik ditangani dengan obat antivirus. analisa  genetik akan membantu mengidentifikasi proses khusus -virus yang layak menjadi target untuk 
pengembangan terapi antivirus, 
Mutasi yaitu  perubahan dalam genotip yang bisa  diwariskan. Genom yaitu  keseluruhan gen 
yang dimiliki suatu organisme. Virus tipe liar (wildtype virus) yaitu  virus asli yaitu  bentuk asal mutan (sebelum mengalami mutasi) dan yaitu  bagi mutan: istilah itu mungkin tidak menunjukan ciri virus secara akurat sebab  virus tipe-liar diisolasi dari alam/lingkungan. Isolat virus baru dari pejamu alaminya dinamakan  sebagai isolat lapangan atau isolat primer, Genotip yaitu  susunan genetik suatu organisme. Fenotip yaitu  sifat organisme yang. bisa  dipantau  yang dihasilkan oleh kombinasi genotip dan lingkungan. 
 
Virus bisa  ditularkan dengan cara, yaitu: 
1. penyebaran langsung dari pasien  ke pasien  melalui kontak. Sarana utama penyebaran meliputi  tetesan atau aerosol infeksi (contoh   cacar, influenza, campak) dengan seksualitas kontak (contoh  , papillomavirus, hepatitis B, herpes simpleks tipe 2, human immunodeficiency  
virus); dengan tangan-mulut, tangan-mata, atau mulut-mulut kontak (contoh  virus Epstein-Barr herpes simpleks, rhinovirus); atau dengan pertukaran dari darah yang terkontaminasi (contoh   hepatitis B, imunodefisiensi kita  virus). 
2. penyebaran tidak langsung oleh rute fecal-oral (contoh   rotavirus, hepatitis A menular, enterovirus ) atau oleh pasien  fomites (contoh  rhinovirus , virus Norwalk), 
3. Penularan dari hewan  ke hewan, dengan kita  dan host tak disengaja. Penyebaran mungkin dengan gigitan (rabies) atau oleh tetesan atau infeksi aerosol dari hewan pengerat yang terkontaminasi Perempat (contoh  hantavirus arenavirus), 
4. penyebaran dengan memakai  vektor arthropoda (contoh  , arbovirus, sekarang 
diklasifikasikan terutama sebagai togavirus, flavivirus, dan bunyavirus). minimal  ada tiga 
pola penyebaran yang berbeda diakui di antara virus yang dibawa arthropoda: 
a. Siklus kita -arthropoda: Contoh-Demam kuning Perkotaan, demam berdarah. 
b. Turunkan siklus vertebrata-arthropoda dengan tangensial infeksi kita : Contoh-
Demam kuning hutan, St. Louis ensefalitis. kita  yang terinfeksi yaitu   jalan buntu  tuan rumah. Ini yaitu  mekanisme penyebaran yang  umum. 
 c. Siklus arthropod-arthropoda dengan infeksi sesekali kita  dan vertebrata yang lebih rendah: Contoh-Colorado Gejala demam, ensefalitis LaCrosse. Dalam siklus ini, virus bisa  ditularkan dari pasien  dewasa arthropoda ke keturunannya 
melalui telur (bagian transovarian); sehingga , siklus bisa berlanjut dengan atau tanpa intervensi dari host vertebrata viremic, Pada vertebrata, invasi sebagian besar virus memicu  kekerasan Reaksi, biasanya berdurasi pendek. Hasilnya sangat menentukan. Entah tuan rumah mengalah atau hidup melalui produksi antibodi yang menetralkan virus. Terlepas dari hasilnya, Tinggalnya virus aktif biasanya singkat infeksi terus-menerus atau laten yang berlangsung selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun Bisa terjadi ( retrovirus, hepatitis B, herpes simpleks, cytomegalovirus ). Pada vektor arthropoda virus, kaitan nya biasanya sangat berbeda. Virus menghasilkan sedikit atau tidak sakit efek dan tetap aktif di arthropoda sepanjang yang terakhir kehidupan alam Jadi, arthropoda, berbeda dengan vertebrata, bertindak sebagai 
tuan rumah dan waduk permanen. 
 
Emerging Viral Diseases 
sebab  perubahan luas dalam sikap sosial, teknologi dan lingkungan dan  penurunan 
efektivitas terhadap pengendalian penyakit penyakit menular semakin berkembang akhir-
akhir ini. Munculnya agen baru terhadap penyakit yang dahulu  dianggap terkendali semakin meningkat, memicu  patogenitas dan penyebaran semakin meluas. Fenomena ini menunjukan adanya infeksi virus semakin nyata, Penyakit virus muncul mengikuti salah satu dari tiga pola umum: adanya agen baru, peningkatan penyakit  dipicu  oleh agen endemik, dan invasi virus pada tuan rumah, 
Contoh infeksi virus yang muncul berbeda area  di dunia termasuk virus Ebola, demam berdarah dengue, virus West Nile, ensefalopati spongiform  (prion), virus Nipah,virus penyakit paru (hanta), human immunodeficiency virus, 
 Agen bioterorisme yaitu  mikroorganisme (atau toksin) yang bisa dipakai  untuk menghasilkan kematian dan penyakit pada kita , hewan, atau tumbuhan  untuk tujuan teroris. Mikroorganisme sejenis  itu bisa jadi direkayasa  secara genetik untuk meningkatkan virulensi mereka, membuat mereka tahan terhadap vaksin dan obat-obatan 
atau meningkatkan kemampuan mereka untuk  disebarluaskan di lingkungan. Agen bioterorisme potensial diklasifikasikan ke dalam kategori risiko berdasar   kemudahan diseminasi atau penyebaran dari pasien  ke pasien , tingkat kematian, kemampuan  untuk memicu  publik panik, dan kebutuhan kesiapan kesehatan masyarakat. Virus 
agen dalam kategori risiko tertinggi yaitu  cacar dan virus demam berdarah; Bakteri berisiko 
tertinggi termasuk agen dari antraks, botulisme, wabah, dan tularemia. Virus-virus kecil hewan dan bakteriofaga yaitu  model yang baik untuk 
meneliti  ekspresi gen. sekuens nukleotida total milik banyak virus sudah  berhasil diidentifikasi. Dari temuan itu ditemukan adanya gen-gen yang bertumpang tindih, yaitu pada sebagian sekuens DNA yang dipakai  untuk sintesis dua polipeptida yang berbeda, baik dengan memakai  2 kerangka pembacaan yang berbeda, ataupun dengan 
2 mRNA yang berbeda dan memakai  kerangka pembacaan yang sama, namun  dimulai 
dari titik yang berbeda. Sebuah sistem virus (dai adenovirus) pertama kali menunjukkan 
fenomena pengolahan mRNA yang dinamakan  spilicing , yaitu sekuens mRNA yang menyandi protein tertentu diperoleh dari sekuens-sekuens yang terpisah dari cetakan, dengan sekuens sisipan noncoding  dipotong keluar  dari transkrip. Baru-baru ini, beberapa virus DNA (herpesvirus, adenovirus, polyomavirus) ditemukan menyandi microRNA’ RNA-RNA kecil (-22 nukleotida) itu berfungsi pada tingkat yang baru dalam regulasi gen pasca trasnkripsi, dengan menyertai  degradasi mRNA target atau dengan menginduksi 
inhibisi translasi mRNA-mRNA tadi.Variasi terluas dalam strategi ekspresi gen ditemukan pada virus-virus yang mengandung RNA. Beberapa virion memiliki polimerase (orthomyxovirus, reovirus); dan beberapa sistem yang lain dengan memakai  pesan subgenomik, kadang  dibentuk melalui splicing ( retrovirus, orthomyxovirus) dan beberapa virus mensintesis prekursor poliprotein besar yang lalu  diolah dan dipecah untuk menghasilkan produk gen akhir (picornavirus, 
retrovirus). Protease viral milik human immunodeficiency virus yaitu  suatu enzim yang 
dihambat oleh kelas obat antivirus yang dinamakan inhibitor protease. Sejauh apa enzim 
khusus -virus terlibat dalam proses-proses tadi, beragam  dari grup yang satu ke grup yang 
lain. Virus DNA yang bereplikasi didalam nukleus biasanya memakai  polimerase RNA 
dan polymerase DNA dan  enzim pemroses milik sel pejamu. Virus yang lebih besar 
(herpesvirus, poxvirus) lebih independen dalam hal fungsi seluler mereka dibandingkan 
dengan virus yang lebih kecil. Inilah salah satu alasan mengapa virus yang lebih besar lebih 
peka  terhadap kemoterapi antivirus sebab  lebih banyak proses khusus -virus yang tesedia 
sebagai target untuk kerja obat.  Situs intrasel tempat berlangsungnya beragam  peristiwa dalam replikasi virus beragam  antar Golongan  virus yang berbeda. bisa  dibuat beberapa generalisasi. Protein virus disintesis dalam sitoplasma pada poliribosom yang tersusun atas mRNA khusus -virus dan ribosom sel pejamu. Banyak protein virus mengalami  rekayasa  ( pemecahan, glikosilasi, asilasi ). DNA virus biasanya mengalami replikasi dalam nukleus. RNA genomik virus biasanya  mengalami duplikasi dalam sitoplasma sel, walau  ada   beberapa 
pengecualian. Proses multiplikasi meliputi  beberapa tahapan. Pertama-tama, virus harus mampu mengenal dan menempel pada suatu sel. biasanya  virus memiliki kecenderungan untuk 
mengenal sel tertentu sehingga  proses ini sangat khusus (trofisme). lalu  virus terserap  ke dalam sel melalui specificantireceptor molecules, biasanya suatu glikoprotein. penyerapan  ini bersifat suhu  and energi independent yaitu dipengaruhi oleh suhu   dan energi. Proses penetrasi virus ke dalam sel inang ini bisa  berlangsung melalui salah satu dari 3 cara,  yaitu: 
-pinositosis ke dalam cytoplasmic vacuoles, 
- fusi membran plasma dengan envelope virus.
- translokasi ke dalam membran plasma, 
 biasanya  nonenveloped viruses masuk ke dalam sel melalui translokasi dan pinositosis sedang  
enveloped viruses melalui cara fusi. sesudah  masuk ke dalam sel, virus akan melepaskan 
genomnya untuk lalu  bereplikasi. Secara garis besar proses multiplikasi (replikasi) virus 
yaitu  sebagai berikut: 
Adsorption yaitu virus memiliki reactive sites pada permukaannya yang bisa   berinteraksi dengan reseptor tertentu pada inang  yang sesuai. Reaksi ini biasanya bersifat pasif (tidak memerlukan energi) dan bisa  dirusak oleh disinfektan atau pemanasan, dan  dihambat (bl° Cking) dengan antibodi khusus  (neutralizing antibodies). 
Uptake yaitu sesudah  penyerapan , selubung virus akan berfusi dengan membran inang dan 
virus melepas nucle° Capsid-nya ke dalam sitoplasma. Sebagian virus ada yang masuk ke 
dalam sitoplasma dengan cara endositosis yaitu invaginasi membran sel membentuk vesikel 
dalam sitoplasma. Uncoating yaitu penglepasan genom virus dari protective capsid sehingga  asam nukleatnya bisa  ditranspor dalam sitoplasma dan memungkinkan dimulainya replikasi atau transkripsi untuk membentuk new progeny virions.  Genomic activation yaitu messenger RNA (mRNA) ditranskripsi dari DNA virus atau terbentuk langsung pada virus (+) strand RNA lalu  ditranslasi menjadi protein. Protein yang terbentuk awal-awal biasanya  protein nonstruktural contoh   DNA atau RNA 
polimerase. Protein yang terbentuk lalu  yaitu  protein struktural seperti kapsid,  Replikasi akan membuat genom baru yang akan diinkorporasikan dengan protein yang sudah  disintesa menjadi progeny virions. biasanya  replikasi virus DNA terjadi di dalam inti sel sedang  replikasi virus RNA di dalam sitoplasma, ada pengecualian contoh   pox virus (virus DNA) bereplikasi di dalam sitoplasma.  Assembly yaitu perakitan nukleokapsid bisa  terjadi di nukleus (herpes virus, 
adenovirus), sitoplasma (polio virus), atau pada permukaan sel contoh    budding  virus 
influenza. Akumulasi virion pada tempat perakitan itu bisa  terlihat dengan mikroskop cahaya sebagai benda inklusi (inclusion bodies).  Release yaitu penglepasan new infectious virions yaitu  proses akhir replikasi. Proses ini bisa  terjadi dengan cara budding pada virus ber-envelope yaitu kapsid dan asam nukleat secara langsung berkondensasi di tepi membran sel dimana disana sudah  ada   viral-coded envelope proteins, maka terlepaslah virion ber-enveloped dari sel terinfeksi itu. Beberapa virus memanfaatkan cellular secretory pathway untuk keluar dari sel. Partikel virus masuk ke dalam Golgi-derived vesicles dan lalu  disekresikan ke luar sel. Disintegrasi 
atau lisis infected cell juga yaitu  salah satu cara pelepasan intact infectiousvirions. Sebagian besar virus DNA bereplikasi secara semi-conservative.biasanya  DNA virus segera ditranskripsi dengan bantuan protein inang untuk menghasilkan  mRNA yang menyandi protein replikatif dan struktural. lalu  hasil enzim replikasi mengkatalisasi
pembentukan dsDNA. Tahap akhir yaitu  mengemas protein struktural bersama newly-
synthesized DNA (dsDNA) menjadi virion. Genom positive-stranded RNA virus pada dasarnya yaitu /sama dengan mRNA dan secara langsung bisa  menjadi kodon bagi proses translasi protein. Pada tahap awal  sintesa protein ini, yang dibuat yaitu  enzim replikasi yang diperlukan untuk mengkatalisis sintesa negative-strand RNA. lalu  (−)RNA ini disalin ulang menjadi (+) RNA. Pada 
sintesa protein tahap kedua akan dihasilkan  protein struktural. Protein struktural ini akan 
dikemas bersama progeny(+) RNA menjadi virion baru yang siap menginfeksi, Negative-stranded RNA pertama-tama harus dikonversi terlebih dahulu menjadi (+) RNA (mRNA) dengan bantuan enzim RNA-dependent RNApolymerase (RDRP) yang dimiliki virion. lalu  mRNA ditranslasi menjadi protein (replikatif dan struktural). Enzim replikasi mengkatalisia sintesa negative strandRNA. Protein struktural dikemas bersama progeny (−) RNA dan RDRPmenjadi virion. 
Retrovirus memiliki cara replikasi yang unik. Pertama virus RNA akan direverse transcribed oleh enzim reverse transcriptase(RT) menjadi RNA/DNAhybrid duplex. lalu  RT menghilangkan RNA strand sedang  new DNAstrand mensintesa satu untai  DNA lagi menjadi dsDNA. Double stranded DNA ini akan berintegrasi ke dalam genom inang (kromosom). lalu  disintesa progeny RNA molecules dan protein struktural untuk dirakit 
menjadi new viral particles, 
 Pengaruh Virus Terhadap Sel Inang 
Virus yang berhasil menginfeksi suatu sel akan memiliki beberapa pengaruh bentuk antara lain: 
-Persistent infections: virus menetap dalam sel inang untuk waktu yang lama. Virus ini  bisa  menjadi produktif (aktif bereplikasi), laten atau memicu  transformasi sel inang (menjadi sel kanker contoh  ). 
-Abortive infections; pada keadaan ini, virus gagal bereplikasi pada salinan yang  dimasukinya dan tidak memicu  pengaruh apapun pada sel inang. 
-Cytolytic infections: sel terinfeksi virus akan menjadi lisis dan melepaskan banyak virus 
infektif. ada   2 cara inang dalam mencegah dan atau mengeliminasi virus yaitu: 
Nonspecific defenses (prior to infection) yang meliputi  anatomicalbarriers, viral  inhibitors yang ada   pada cairan dan jaringan tubuh dan fagositosis. sesudah  infeksi virus bisa  terjadi demam, radang ( perubahan metabolisme sel, edema, akumulasi lekosit, hipertermia lokal, reduced oxygen  tension). Semua keadaan ini  untuk mengurangi atau menghambat replikasi virus.Faktor lain yaitu  interferon yang dihasilkan  sel terinfeksi yang akan bereaksi dengan sel lain (yang belum atau tidak terinfeksi). Interferon ini bekerja dengan cara mengaktifkan RNA endonuclease yang bekerja mendegradasi mRNA dan memicu  fosforilasi eIF2 yang berperan penting dalam menghentikan sintesa protein 
pada sel. Specific host defenses: meliputi antiviral antibodi yang berperan mencegah penyerapan  
ke sel target dan cytotoxic T-lymph° Cyte yang mampu mengenali sel terinfeksi (virally-
infected cells) dan mengusir nya sehingga  mengurangi atau mengeliminasi produksi 
virus. Mengapa virus tidak bisa memperbanyak diri pada sel yang sudah mati? Virus 
memperbanyak diri dengan cara menyuntikkan materi genetik yaitu DNA atau RNA ke sel 
target, materi genetik virus itu akan diterjemahkan oleh sel target untuk menghasilkan bagian-bagian tubuh virus baru. Proses penerjemahan inilah yang bisa  dilakukan oleh sel  yang masih hidup saja. Virus yang bereproduksi dalam sel akan memicu  sel itu  lisis atau pecah sebab  terbentuknya virus baru. Virus yang memperbanyak diri juga memicu  munculnya  beberapa penyakit dalam tubuh hewan, tumbuhan, dan kita . ada   dua cara virus bereproduksi virus pada sel inang, yaitu melalui siklus litik dan 
lisogenik. 
 
1. Siklus Litik (Lisis) 
Siklus lisis yaitu  siklus reproduksi atau replikasi genom virus yang pada akhirnya  memicu  kematian sel inang. Istilah lisis mengacu pada tahapan akhir dari infeksi, yaitu saat sel inang bakteri lisis atau pecah dan melepaskan faga yang dihasilkan di dalam sel inang itu. Virus yang hanya bisa  bereplikasi melalui siklus lisis dinamakan   virus virulen, 
Tahapan siklus lisis : 
- penyerapan  (tahap  penempelan). 
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel di dinding sel bakteri. Virus hanya menempel pada dinding sel yang mengandung protein khusus  yang bisa  ditempeli protein virus. Menempelnya virus pada dinding sel dipicu  oleh adanya reseptor pada ujung serabut ekor. sesudah  menempel, virus akan mengeluarkan enzim lisozim yang bisa  mengusir  atau membuat lubang pada sel inang. 
-Penetrasi/injeksi/Infeksi (tahap  memasukkan asam nukleat). Proses injeksi DNA ke dalam sel inang ini terdiri atas penambatan lempeng ujung, 
kontraksi sarung, dan penusukan pasak berongga kedalam sel bakteri. Pada peristiwa ini, asam nukleat masuk ke dalam sel, sedang  selubung proteinnya tetap berada di luar sel bakteri. Jika sudah kosong, selubung protein ini akan terlepas dan tidak bermanfaat  lagi, 
- Sintesis (tahap  pembentukan), eklifase  , Replikasi. Enzim penghancur yang dihasilkan oleh virus akan mengusir  DNA bakteri yang 
memicu  sintesis DNA bakteri terhenti. Posisi ini digantikan oleh DNA virus yang lalu  mengendalikan kehidupannya. Dengan fasilitas dari DNA bakteri yang sudah tidak berdaya, DNA virus akan mereplikasi diri berulang kali. DNA virus ini lalu  akan mengendalikan sintesis DNA dan protein yang akan dijadikan kapsid virus. 
- Perakitan. 
Pada tahap ini, kapsid virus yang masih terpisah-pisah antara kepala, ekor, dan serabut ekor akan mengalami proses perakitan menjadi kapsid yang utuh. lalu , kepala yang sudah selesai terbentuk diisi dengan DNA virus. Proses ini bisa  
menghasilkan virus beberapa  100-200 buah. 
- Lisis (tahap  pemecahan sel inang atau pembebasan). 
Dinding sel bakteri yang sudah dilunakkan oleh enzim lisozim akan pecah dan diikuti oleh pembebasan virus-virus baru yang siap untuk mencari sel-sel inang yang baru. Pemecahan sel-sel bakteri secara eksplosif bisa  dipantau  dengan mikroskop lapangan gelap. Jangka waktu yang dilewati lima tahap ini dan jumlah virus yang dibebaskan sangat beragam , tergantung dari jenis virus, bakteri,  keadaan  lingkungan, 

 2. Siklus Lisogenik 
  Todar Kenneth Siklus lisogenik yaitu  siklus replikasi genom virus tanpa mengusir  sel 
inang, sesudah  penyerapan  dan injeksi DNA Virus (faga) berintegrasi ke dalam kromosom bakteri, integrasi ini dinamakan  profaga (gen asing yang bergabung dengan kromosom bakteri). Dalam hal ini DNA virus tidak langsung mensintesis DNA Bakteri, sebab  bakteri memiliki imunitas. sesudah  imunitasnya hilang baru DNA Virus mengendalikan DNA bakteri, yang tahap 
lalu  seperti pada siklus lisis. 
Tahapan dalam siklus lisogenik : 
tahap  adsorbsi.                                      
tahap  sintesis. 
tahap  injeksi.                                          
tahap  perakitan. 
tahap  penggabungan.                          
tahap  pembelahan. 
tahap  sintesis. 
tahap  perakitan. 
tahap  litik. 
Melalui perkembangan ilmu pengetahuan beberapa jenis virus bisa  dimanfaatkan 
mekanismenya untuk menanggulangi jenis penyakit tertentu yang sulit disembuhkan oleh 
pengobatan biasa seperti pada penyakit genetis. Contohnya pada penyakit SCID (Severe Combine Immunodeficiency) dimana tubuh tidak bisa  membentuk leukosit akibat tidak adanya enzim adenosin deaminase (ADA). Dengan memasukkan retrovirus ke dalam sumsum tulang akan memicu  dibentuknya RNA virus baru, protein virus dan juga ADA oleh enzim transkriptase balik dari virus. Dengan dibentuknya ADA, leukosit pun bisa  
dihasilkan . Penyakit yang dipicu  oleh virus bisa  dicegah dengan cara vaksinasi. Vaksinasi yaitu  proses pemberian vaksin (bibit penyakit yang sudah  dilemahkan) ke dalam tubuh. Dengan memasukan vaksin, tubuh akan bereaksi dengan membentuk antibodi, sehingga  diharapkan pada saat tubuh terkena penyakit di masa yang akan datang, antibodi bisa  mengusir  pemicu  penyakit itu atau menjadi kebal. Kekebalan seperti ini dinamakan  kekebalan aktif. Bagi pasien  atau hewan yang menderita penyakit akibat virus bisa  
dilakukan pengobatan dengan pemberian serum. Serum yaitu  plasma darah yang mengandung antibodi suatu penyakit. Dengan pemberian serum ini tubuh tidak perlu membentuk sendiri antibodinya, Kekebalan dengan cara ini dinamakan  kekebalan pasif.