bab1
1.GANGGUAN MENTAL
2.TERAPI MODALITAS
3.PSIKOFARMAKA
4.PENYALAHGUNAAN ZAT DAN ANSIETAS
bab2
5.KEKECEWAAN ANSIETAS
6. GANGGUAN CITRA TUBUH
7.KEHILANGAN
8. BERDUKA
9. HARGA DIRI RENDAH
10.PENGASINGAN
11. HALUSINASI
12. KEKERASAN
1.GANGGUAN MENTAL
galen dokter yunani , mengatakan ada hubungan antara gangguan mental dan perubahan emosi dan kerusakan pada otak ,bangsa yunani sudah
memakai sistem perawatan yang modern dimana sudah dipakai kuil sebagai
rumah sakit dengan lingkungan yang bersih, udara segar, dan
pemakaian air bersih. untuk menyembuhkan pasien dengan penyakit jiwa
hippocrates bapak kedokteran abad 7 sm, menerangkan bahwa perubahan tingkahlaku dipicu perubahan 4 cairan tubuh
yang menghasilkan kelembaban, panas, dingin, kering ,
keperawatan jiwa di dunia dimulai pada masa peradaban , dimulai tahun 1770 sampai dengan tahun 1880, ditandai dengan dimulainya pengobatan pada pasien gangguan mental, bangsa arab, yunani, romawi , percaya bahwa gangguan mental disebabkan karena tidak berfungsinya organ pada otak, pengobatan yang dipakai pada masa itu sudah mengabungkan berbagai cara pengobatan seperti: melakukan kegiatan rekreasi, mendengarkan musik ,memberikan ketenangan, mencukupi gizi , melakukan kebersihan badan ,
masa pertengahan yaitu periode pengobatan modern pasien gangguan jiwa, pinel bapak psikiatric perancis , menghabiskan masa hidupnya untuk mendampingi pasien gangguan jiwa, melakukan pengamatan tingkahlaku pasien ,menerapkan komunikasi dengan pasien,
william ellis praktisi kesehatan ,pada tahun 1836, mempublikasikan treatise on insanity yaitu pentingnya pendamping bagi pasien gangguan jiwa , bejamin rush bapak psikiatric amerika tahun 1783, menulis tentang pentingnya kerja sama RS jiwa dalam memberikan bantuan pada pasien gangguan jiwa, thomas kirkbridge pada tahun tahun 1843 mengadakan pelatihan bagi dokter di rumah sakit pennsylvania tentang cara merawat pasien gangguan jiwa, pertama kali tahun 1872, didirikan sekolah perawat di new england hospital women’s hospital philadelphia, namun tidak untuk pelayanan pskiatrik, didirikannya pendidikan keperawatan jiwa pertama di mclean hospital di belmont, massachusetts tahun 1882 ,
materi psikiatrik keperawatan jiwa di abad 20 terintegrasinya dengan mata kuliah lain. pembelajaran teori, praktek dilaboratorium, praktek klinik di RS dan warga, tingkat pendidikan yang ada yaitu D 3, sarjana, setelah sarjana dan doktoral, fokus keperawatan jiwa yaitu mengembangkan tindakan keperawatan berbasis komunitas dengan upaya preventif melalui
pengembangan kesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan di rumah sakit,
pelayanan harian rawat jalan,kunjungan rumah khusus untuk pasien gangguan jiwa saja,
jenderal daendels mendirikan rumah sakit di semarang,jakarta,
surabaya namun tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara belanda,
tahun .1799 pemerintah kolonial belanda mendirikan rumah sakit binen hospital di jakarta, dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan .staf dan tentara belanda. pada masa pemerintahan kolonial belanda, perawat yaitu penduduk pribumi yang dinamakan velpeger yang dibantu zieken oppaser sebagai penjaga pasien ,
Masa Penjajahan Gubernur Jenderal Inggris Raffles 1812 – 1816 memperhatikan kesehatan rakyat dengan melakukan pencacaran biasanya, cara perawatan para tahanan dan pasien gangguan jiwa , Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yang sekarang bernama RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Antara tahun 1816 hingga 1942 pemerintah Hindia Belanda
mendiirikan rumah sakit , di Semarang RS Elizabeth , dijakarta rumah sakit PGI Cikini dan RS. ST Carollus , Di Bandung didirikan RS. ST. Boromeus ,
pada masa penjajahan jepang 1942 – 1945 perkembangan keperawatan di mengalami kemunduran , tugas keperawatan tidak dilakukan oleh tenaga terdidik dan pemerintah jepang mengambil alih pimpinan rumah
sakit, ini memicu berjangkitnya wabah penyakit karena ketiadaan persediaan
obat, pendirian sekolah keperawatan sekolah guru perawat dan sekolah perawat setingkat SMP dimulai pertama kali tahun 1952 , didirikan akademi keperawatan milik departemen kesehatan di jakarta tahun 1962 untuk menghasilkan sarjana muda keperawatan, universitas indonesia mendirikan
PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) di Fakultas Kedokteran Tahun 1985
PSIK FK UI berubah menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan, sesudah itu berdirilah PSIK-PSIK baru seperti di UNHAS,UNDIP, UGM,
pasien dikatakan sehat jiwa jika kondisi fisik, mental, sosial terbebas dari gangguan penyakit , tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stres yang muncul, ini memungkinkan pasien untuk hidup produktif, mampu melakukan hubungan sosial , seorang perawat dalam memberikan keperawatan harus memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga dalam menerapkan tindakan keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa,
manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual yaitu manusia yaitu makhluk yang utuh dimana didalamnya ada unsur sosial, spiritual ,biologis,
psikologis, sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ingin hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain,menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup,
sebagai makhluk spiritual manusia memiliki keyakinan dan mengakui adatuhan yang maha esa, memiliki keyakinan hidup, dengan sifat religius yang dianutnya,
sebagai makluk biologi, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel hidup yang akan membentuk satu jaringan, kemudian jaringan akan bersatu dan
membentuk organ dan sistem organ. sebagai makhluk psikologis, setiap manusia memiliki kepribadian unik dan memiliki struktur kepribadian yang terdiri dari, ego, dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan keceredasan, agar menjadi pribadi yang berkembang. manusia juga memiliki kebutuhan psikologis seperti kehormatan dan kepuasan ego,
kesehatan jiwa yaitu terbebas dari penyakit , kecacatan suatu sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap ,tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang muncul, memungkinkan pasien untuk hidup produktif, dan melakukan hubungan sosial ,mental yang sejahtera sehingga memungkinkan pasien berkembang secara terbaik baik fisik, intelektual dan emosional sehingga memungkinkan hidup produktif,
ciri-ciri sehat jiwa mental ,antaralain :
mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain, memiliki hubungan pribadi yang tetap,mampu mempercayai orang lain,dapat menghargai pendapat orang yang berbeda,merasa menjadi bagian dari kelompok,tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali orang lain, mampu memenuhi kebutuhan hidup ,mampu menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya,
mampu mengambil kjeputusan,mampu menerima tanggung jawab,
mampu merancang masa depan,mampu menerima ide dan pengalaman hidup,
mampu merasa puas dengan pekerjaannya,pasien mampu menyesuaikan diri pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk baginya,nyaman pada diri sendiri ,mampu mengatasi berbagai perasaan rasa marah, rasa takut, cemas, iri, rasa bersalah, rasa senang, cinta mencintai,memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya,merasa lebih puas memberi dari pada menerima, sangat bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi, mampu berhubungan dengan orang lain saling memuaskan,mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan,memiliki harga diri yang wajar,menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak berlebihan,merasa puas dengan kehidupan sehari-hari,
nyaman berhubungan dengan orang lain,mampu menerima kekecewaan ,
memiliki rasa kasih sayang,menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan,
tujuan paradigma keperawatan yaitu mengatur hubungan antara berbagai teori dan model keperawatan guna mengembangkan teori-teori kerangka kerja keperawatan , fenomena yaitu tingkahlaku pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat dari sakit nya, empat komponen dalam paradigma keperawatan ,antaralain : : manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan
falsafah keperawatan yaitu bentuk pelayanan yang yaitu bagian layanan kesehatan didasarkan pada ilmu keperawatan,
seorang perawat harus memiliki keyakinan , yaitu:
bahwa manusia yaitu mahluk holistik yang terdiri dari komponen bio-psiko-sosio dan spiritual ,tujuan pemberian tindakan keperawatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan manusia secara terbaik , tindakan keperawatan yang diberikan yaitu tindakan antara tim kesehatan dan keluraga,perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat ,
paradigma keperawatan memandang manusia sebagai mahluk holistik,
yaitu interpersonal,sistem terbuka, sistem adaptif, personal ,
sebagai sistem adaptif manusia menunjukkan tanggapan maladaptif atau adaptif pada perubahan lingkungan,tanggapan adaptif terjadi jika manusia memiliki mekanisme koping yang baik dalam menghadapi perubahan lingkungan, namun jika kemampuan menanggapi perubahan lingkungan rendah, maka manusia menunjukan tingkahlaku yang maladaptif,
sebagai sistem terbuka, manusia mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun spiritual sosial ,
keperawatan yaitu suatu bentuk pelayanan sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan yang dilakukan berbentuk pelayanan kultural, biologis,
psikologis, sosial, spiritual , ditujukan bagi pasien,
keperawatan bersifat universal yaitu tidak pernah membedakan pasien berdasar atas aliran politik, status ekonomi sosial,ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, suku, kepangkatan, jabatan,
pemberian tindakan keperawatan dilakukan melalui pendekatan humanistik yaitu menghargai dan menghormati martabat manusia dan menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia,
salah satu ukuran yang dipakai untuk menentukan status kesehatan yaitu rentang sehat sakit, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, kondisi
kesehatan pasien selalu berada dalam rentang sehat sakit, yaitu berada diantara 2 kutub yaitu sehat terbaik dan kematian. jika status kesehatan bergerak kearah kematian, ini berarti pasien berada dalam area sakit , namun jika status kesehatan bergerak ke arah sehat maka pasien berada dalam area sehat ,lingkungan dalam keperawatan yaitu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu status ekonomi, spiritual, lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya,
faktor lingkungan luar yaitu faktor – faktor yang berada diluar pasien dapat mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi. faktor lingkungan internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam pasien yang mempengaruhi kesehatan pasien seperti varibel psikologis, intelektual dan spiritual dan proses penyakit.
untuk mencapai keseimbangan, manusia harus mampu mengembangkan strategi koping agar dapat beradaptasi, sehingga hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri pasien,
falsafah keperawatan yaitu hakikat manusia dan .keperawatan yang menjadikan dasar dalam praktik keperawatan, falsafah
keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
setiap ahli kesehatan jiwa memiliki keyakinan yang berbeda-beda tentang bagaimana proses dan arti gangguan jiwa , keyakinan model
psikopenelitian berbeda dengan keyakinan model model stress adaptasi,model medical, model pergaulan, model tingkahlaku, model eksistensial,
masing-masing model memiliki pendekatan unik ,
model yaitu kerangka kerja dasar , sistem atau skema lengkap yang
menerangkan serangkaian ide tentang keterlibatan pasien, keluarga ,perawat ,kelompok masyarakat , situasi, kejadian pada suatu teori ilmu dan perkembangan teori ilmu,
banyak ahli mengartikan tentang model seperti berikut ini: model
memberikan keteraturan untuk berfikir, menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk
menjawab fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah ,
model keperawatan yaitu suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya, model keperawatan
yaitu petunjuk bagi perawat untuk memperoleh informasi agar perawat peka pada apa yang terjadi pada suatu saat dengan dan tahu apa yang harus perawat kerjakan ,
keperawatan biasanyanya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan kelompok , keluarga, warga, lingkungan , cara pandang dan fokus penekanan pada skema arti dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penekanan pada sistem adaptif manusia, subsistem tingkahlaku atau faktor komplementer.
tujuan dari model arti keperawatan ,antaralain :
menerangkan ruang lingkup dan tujuan tindakan keperawatan bagi setiap anggota keperawatan, menciptakan kemandirian dalam memberikan keperawatan, memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan ,
menjaga konsistensi pemberian tindakan keperawatan, mengurangi konflik, kekosongan pelaksanaan tindakan keperawatan ,
model keperawatan sudah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan dengan melibatkan beberapa arti yaitu 1. manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. 2.keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu meningkatnya keseimbangan kehidupan
pasien ,3. kesehatan menerangkan tentang rentang sehat-sakit sepanjang siklus
mulai artisi hingga kematian, 4. lingkungan yang bukan hanya yaitu sumber awal masalah namun juga meerupakan sumber pendukung bagi pasien.
berbagai macam model terapi :
a. Model tingkahlaku (B.F. Skinner dan H.J. Eysenck, J. Wilpe )
proses terapi self regulasi. dilakukan dengan langkah-langkah melatih
serangkaian standart tingkahlaku yang harus dicapai oleh pasien. kemudian pasien diminta untuk melakukan self pengamatan dan self evaluasi pada tingkahlaku yang ditampilkan, pasien diminta untuk memberikan reinforcement atas tingkahlaku yang sesuai,desentisasi dan relaksasi dilakukan bersamaan.
asertif training belajar mengungkapkan sesuatu secara jelas dan nyata tanpa menyinggung perasaan orang lain,positif training. mendorong dan menguatkan tingkahlaku positif yang baru dipelajari berdasar pengalaman yang menyenangkan ,
b. Model Keperawatan
secara holistik, bio,psiko,sosial dan spiritual. fokus penangganan pada model keperawatan yaitu penyimpangan tingkahlaku, tindakan keperawatan berfokus pada tanggapan pasien pada masalah kesehatan yang potensial, dengan berfokus pada :rentang sehat sakit berdasar teori dasar keperawatan dengan campurtangan tindakan keperawatan melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan,
c. Psycoanalytical (Sigmund Freud , Erickson)
psikopenelitian meyakini bahwa penyimpangan tingkahlaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak.menurut psycoanalytical, gangguan jiwa disebabkan ego tidak berfungsi dalam mengendalikan otak , sehingga mendorong terjadinya penyimpangan tingkahlaku terutama yang dimulai pada masa anak-anak. setiap tahap
perkembangan memiliki pengaruh , gejala yaitu
symbol ,proses terapi psikopenelitian memakan waktu yang lama.
proses terapi pada model ini memakai metode asosiasi bebas dan penelitian mimpi transferen, bertujuan untuk memperbaiki trauma masa lalu. contoh pasien dibuat menjadi tertidur ,tidur yang sangat dalam, saat pasien sudah dalam keadaan yang sudah sangat tidak berdaya ini segera terapis menggali gali alam bawah sadar pasien dengan cara bertanya tentang pengalaman trauma yang sudah pernah dirasakan oleh pasien pada masa masa lalu, cuma hanya sekedar cara itu.saja , pasien sudah akan mulai sedikit demi sedikit mengungkapkan semua pikirannya apa yang selama itu pasien sembunyikan didalam ingatannya , sedang terapis hanya berusaha untuk menginterpretasi arti dan menerjemahkan pikiran dan mimpi perkataa pasien saja , sedang peran perawat dalam model psyhcoanalytical ini hanya melakukan penelitian keadaan trauma pada masa lalu pasien contoh menjadi korban perkosaan ,penganiyayaan ,penipuan , tingkahlaku kekerasan fisik, dengan memakai pendekatan komunikasi terapeutik,
d. interpersonal ( harry stack sullivan dan hildegard peplau)
teori interpersonal meyakini bahwa tingkahlaku berkembang dari hubungan interpersonal, pengaruh besar dari perkembangan dari masa anak-anak pada kesehatan jiwa pasien, kelainan jiwa pasien dipicu karena ada
ancaman yang dapat memicu kecemasan , kecemasan yang dialami
pasien muncul akibat konflik saat berhubungan dengan orang lain ,
disebabkan ada ketakutan dan penolakan oleh orang sekitar, pasien memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada dirinya ,
dalam diri pasien ada dorongan yaitu: kesepian dan nafsu,dorongan untuk kepuasan, lapar, tidur, keamanan, berhubungan dengan kebutuhan budaya
penyesuaian norma sosial,
proses terapi terbagi atas 2 komponen yaitu membangun rasa aman pada pasien dan menjalin hubungan yang saling percaya , prinsip dari terapi ini yaitu mengoreksi pengalaman interpersonal dengan menjalin hubungan yang sehat, mengembangkan hubungan saling percaya,agar pasien belajar membina hubungan interpersonal yang memuaskan, mengembangkan hubungan saling percaya.dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga pasien merasa berharga ,
peran perawat dalam terapi yaitu berbagi pengalaman tentang apa-apa yang dirasakan pasien dan apa yang memicu kecemasan pasien saat berhubungan dengan orang lain perawat memberiakan tanggapan yang mendorong rasa aman pasien dalam berhubungan dengan orang lain,
e. Medica ( Meyer, Kraeplin)
penyebab gangguan jiwa yaitu banyak faktor yang kompleks yaitu
faktor pergaulan ,faktor fisik, faktor genetik, faktor lingkungan , faktor diri, bahwa penyimpangan tingkahlaku depresi dan schizophrenia yaitu manifestasi gangguan sistem syaraf pusat (ssp), transmisi impuls neural, dan
gangguan synaptic, sehingga pengobatan harus lengkap melalui pemeriksaan
teknik interpersonal ,teknik diagnostic, teknik terapi somatic, teknik farmakologi
terapis berperan dalam pemberian terapi, menentukan jenis terapi yang dipakai, menentukan diagnosa terapi,
f. Model Komunikasi
penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan non verbal,
posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara,
proses terapi dalam model ini ,antaralain :: melakukan penelitian proses interaksi,
memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif, memberi umpan balik dan klarifikasi masalah, memberi penguatan komunikasi yang efektif,
g. pergaulan ( Caplan, Szasz)
model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat memicu
stress dan mencetuskan gangguan jiwa, setiap pasien bertanggung jawab pada tingkahlakunya, mampu mengendalikan menyesuaikan tingkahlaku sesuai dengan nilai budaya yang diharapkan warga, bahwa pencegahan primer, sekunder dan tertier penting untuk mencegah munculnya gangguan jiwa. situasi sosial yang dapat memicu gangguan jiwa yaitu tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya mekanisme yang mal adaptif,
kemiskinan,
proses terapi dilakukan dengan menggali support yang dimiliki pasien
seperti: suami ,istri, keluatga ,keponakan ,pacar ,paman ,bibi, teman ,anak ,adik kakak, terapis berusaha : menggali system sosial pasien seperti suasana tempat kerja, dirumah, di kantor, di sekolah,
h.. Existensial ( Ellis, Rogers)
bahwa gangguan jiwa terjadi jika pasien gagal menemukan tujuan hidupnya, membenci diri sendiri ,pasien tidak memiliki kebanggan dirinya , terapi pada model ini mengusahakan agar pasien memiliki pengalaman berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses dengan
memahami riwayat hidup orang itu, memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi diri , bergaul ,
i. Supportive Therapy ( Wermon Rockland)
penyebab gangguan jiwa yaitu faktor biopsikososial dan respos maladaptive saat ini, contoh faktor biologis yaitu sering sakit migren faktor psikologisnya seperti : pemarah,ragu-ragu, mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, menarik mundur diri dari batas pergaulan , bermusuhan, muncul akibat ketidakmamupan beradaptasi pada masalah masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu,
prinsip terapi yaitu menguatkan tanggapan coping adaptif,
terapis membantu pasien untuk mengidentifikasi mengenal kekuatan atau kemampuan yang dimiliki pasien, terapis berusaha menjalin hubungan dengan pasien untuk membantu pasien ,
2.TERAPI MODALITAS
terapi modalitas yaitu terapi utama dalam keperawatan jiwa, sebagai seorang terapis, perawat harus mampu mengubah tingkahlaku maladaftif pasien menjadi tingkahlaku yang adaptif , ada bermacam-macam terapi
modalitas dalam keperawatan jiwa seperti terapi lingkungan , terapi aktifitas kelompok,terapi pasien, terapi keluarga, terapi bermain, terapi modalitas dilakukan secara berkelompok atau sendiri dengan memodifikasi lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk pasien, sehingga memberikan kesempatan pasien untuk belajar dan mengubah tingkahlaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam kegiatan dan interaksi,
1. Terapi Kognitif
terapi ini memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan tingkahlaku pasien, proses terapi dilakukan dengan membantu menemukan stressos yang menjadi penyebab gangguan jiwa, kemudian mengidentifikasi dan mengubah pola fikir dan keyakinan ,
membantu pasien untuk mengevaluasi kembali ide, nilai yang diyakini ,
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
terapi kognitif mengembangkan pola berfikir yang rasional, mengubah pola berfikir tidak rasional yang memicu gangguan tingkahlaku menjadi pola berfikir rasional berdasar fakta , membiasakan diri selalu memakai cara berfikir realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran, bentuk campurtangan dalam terapi kognitif mengajarkan untuk mensubstitusi pikiran pasien, belajar penyelesaian masalah,
2. Terapi Bermain
anggapan bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dibandingkan ekspresi verbal. dengan bermain perawat dapat mengkaji emosional anak, melakukan campurtangan untuk mengatasi masalah anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, terapi bermain hanya untuk anak yang mengalami depresi, ansietas, atau sebagai korban penganiayaan , pasien dewasa yang mengalami stress sesudah trauma, gangguan identitas disosiatif dan pasien yang
mengalami penganiayaan,
3. terapi tingkahlaku
tingkahlaku muncul akibat proses pembelajaran, teknik yang dipakai dalam terapi jenis ini yaitu: pengendalian diri ,terapi aversi atau releks kondisi ,
role model ,. kondisioning operan ,. desensitisasi sistematis ,
yaitu mengubah tingkahlaku dengan memberi contoh tingkahlaku adaptif untuk ditiru pasien, pasien akan mencontoh dan mampelajari kemudian meniru tingkahlaku itu, teknik ini dicampurkan dengan
teknik desensitisasi dan konditioning operan , pada teknik ini terapis memberi penghargaan kepada pasien yang positif ,dengan penghargaan balik positif
diharapkan pasien mempertahankan ,
terapi tingkahlaku yang cocok diterapkan pada pasien fobia yaitu teknik
desensitisasi sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan pada sesuatu stimulus atau kondisi dengan cara bertahap, dalam keadaan relaks, secara bertahap pasien diperkenalkan pada stimulus atau situasi yang memicu kecemasan, intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi pasien pada stimulus itu. hasil akhir dari terapi ini yaitu pasien berhasil mengatasi kecemasannya akan stimulus itu,
4. Terapi pasien
yaitu suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan pasien untuk mengubah tingkahlaku pasien, dilakukan dengan tahapan sistematis terstruktur sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan ,hubungan terstruktur dalam terapi pasienal ini, bertujuan agar pasien mampu meredakan penderitaan emosional , menyelesaikan konflik yang dialaminya, tahapan : tahapan orientasi
tahap orientasi dilakukan ketika perawat pertama kali berinteraksi dengan
pasien.dilaksanakan pada tahap ini, tindakan yang pertama kali harus dilakukan yaitu membina hubungan saling percaya dengan pasien, tahapan
berikutnya yaitu pasien bersama perawat menrundingkan apa yang menjadi penyebab munculnya masalah yang terjadi pada pasien, tahapan orientasi diakhiri dengan ada kesepakatan antara perawat dan pasien tentang tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-pasien, tahapan terminasi
tahap terminasi terjadi bila klen dan perawat menyepakati bahwa masalah yang mengawali terjalinnya hubungan terapeutik sudah terselesaikan dan pasien sudah mempu mengubah tingkahlaku dari maladaptif menjadi adaptif. untuk melakukan terminasi yaitu jika pasien sudah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri tercapai,
5. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara mengubah lingkungan agar tercipta perubahan tingkahlaku pada pasien dari tingkahlaku maladaptive menjadi tingkahlaku adaptif, Proses terapi dilakukan dengan mengubah seluruh lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk pasien. Dengan lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan pasien untuk belajar mengubah tingkahlaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam kegiatan ,
6. Terapi Biologis
penerapan terapi biologis atau somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit, terapi ini memandang bahwa gangguan jiwa disebabkan karena ada gangguan pada jiwa semata, tanpa memikirkan ada kelaianan patofisiologis. proses terapi dilakukan dengan melakukan penelitian , tingkahlaku tidak normal dipercaya akibat ada perubahan biokimiawi tertentu, beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa seperti: foto terapi, bedah otak,pemberian obat campurtangan nutrisi,electro convulsive therapy (ECT),
7. Terapi Aktifitas Kelompok
terapi kelompok yaitu suatu psikoterapi yang diberikan kepada sekelompok pasien dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin
oleh seorang terapis , membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis kognitif afektif,meningkatkan identitas diri pasien,meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan tingkahlaku bertahan pada stress,
meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien, meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain,
jenis terapi aktifitas kelompok
a.terapi aktifitas kelompok sosialisasi
meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien , sosialisasi pada pasien dengan pengasingan, mematuhi peraturan , mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan ,meningkatkan interaksi dengan pasien lain , meningkatkan partisipasi dalam kelompok ,menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok sosialisasi ,
ciri pasien yang dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi yaitu :
pasien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat tidak sedang mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain,pasien halusinasi yang sudah dapat mengendalikan halusinasinya , pasien dengan riwayat marah amuk yang sudah tenang ,pasien menarik diri ,yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal ,
Tahapan terapi aktifitas kelompok (TAK) :
tahap awal kelompok
ditandai dengan munculnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan peran baru, terbagi tiga tahap, yaitu :
- tahap orientasi
di tahap ini anggota mengembangkan sistem sosial masing masing, leader menunjukkan rencana menyepakati kontrak dengan anggota,
-tahap konflik
pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik, mencegah tingkahlaku yang tidak produktif ,
-tahap kohesif
kelompok bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain , pada tahap ini, kelompok sudah menjadi tim, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah ditambah percaya diri dan kemandirian ,
- tahap terminasi
ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan dipakai
secara pasienal pada kehidupan sehari-hari. terminasi bersifat sementara ,
-tahap prakelompok, dimulai dengan membuat tujuan terapi, menentukan
leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan dan media yang dipakai, kriteria anggota yaitu: sudah terdiagnosa baik medis maupun keperawatan, tidak terdiagnosa dengan waham,tidak terlalu gelisah, tidak agresif,
b.TAK: stimulasi anggapan
stimulasi anggapan yaitu terapi yang memakai akivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan kehidupan untuk dirundingkan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok berupa kesepakatan anggapan atau alternatif penyelesaian masalah, membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi, gangguan anggapan; halusinasi, menarik diri , gangguan orientasi realitas, kurang inisiatif ide,tujuan tak stimulasi anggapan :
agar pasien mampu menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh papara stimulus yang diterimanya ,
kegiatan dalam TAK :
menonton televisi. membaca majalah koran artikel ,yang mengikuti yaitu pasien dengan halusinasi, pasien dengan .tingkahlaku kekerasan, kegiatan ini dibagi dalam beberapa sesi , yaitu :
mengenal kekerasan yang bisa dilakukan materi terapi ini ,antaralain : penyebab, tanda ,akibat tingkahlaku kekerasan, gejala, tingkahlaku kekerasan;
mencegah tingkahlaku kekerasan melalui kegiatan fisik , interaksi sosial asertif; kepatuhan minum obat, kegiatan ibadah.stimulus tidak nyata yang dialami dalam kehidupan ,mengenal halusinasi ,
8. Terapi Keluarga
terapi keluarga yaitu terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga dimana setiap anggota keluarga memiliki peran sebagai terapis, terapi ini bertujuan agar keluarga mampu merawat pasien gangguan jiwa,
keluarga yang tidak mampu merawat pasien gangguan jiwa, diberikan terapi ini,
setiap anggota keluarga mengidentifikasi penyebab masalah ,
proses terapi keluarga terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap 1 perjanjian, tahap 2 kerja tahap 3 terminasi ,di tahap pertama perawat dan pasien mengembangkan hubungan saling percaya, tahap kedua keluarga dan perawat mengubah ubah pola interaksi antar anggota keluarga, di tahap terminasi keluarga memecahkan masalah yang dialami pasien ,
3.PSIKOFARMAKA
psikofarmaka dinamakan obat psikotropika atau psikoaktif atau
psikoteraputik. penggolongan obat ini didasarkan ada kesamaan dalam susunan kimiawi obat , kesamaan dalam mekanisme kerja obat, kesamaan dampak obat pada penurunan gejala,
Obat psikofarmaka yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) ,
memiliki dampak pada mental dan tingkahlaku , dipakai untuk terapi gangguan psikiatrik , Obat psikofarmaka bila disalahgunakan beresiko memicu gangguan jiwa, Menurut Pedoman Penggolongan dan pemeriksaan Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) penyalahgunaan obat psikoaktif digolongkan kedalam gangguan mental dan tingkahlaku akibat pemakaian zat psikoaktif,
gangguan mental dan tingkahlaku bermanifestasi dalam bentuk:
1. sindrom amnestik
yaitu gangguan daya ingat jangka pendek menonjol,
pada sindrom ini muncul gangguan daya ingat jangka panjang , sedang daya ingat segera masih baik. fungsi kognitif lain baik. ada gangguan sensasi waktu , pada kondisi ini, kesadaran pasien kompos mentis,mengabaikan keadaan namun terjadi perubahan kepribadian ditambah apatis dan hilangnya inisiatif,
3. gangguan psikotik
gejala psikotik yang terjadi selama atau sesudah pemakaian zat psikoaktif, gejala psikotik ditandai dengan halusinasi, kekeliruan
identifikasi, waham .yang cenderung bersifat kecurigaan atau kejaran, gangguan psikomotor , afek tidak normal yang terentang antara ketakutan
yang mencekam sampai pada kegembiraan yang berlebihan. variasi gejala dipengaruhi oleh jenis zat yang dipakai ,
3. intoksikasi akut tanpa atau dengan komplikasi ,
ini berkaitan dengan dosis zat yang dipakai dampak yang berbeda pada dosis
yang berbeda,
4. pemakaian yang merugikan
ini yaitu pola pemakaian zat psikoaktif yang merusak kesehatan (
berupa fisik dan atau mental), pada kondisi ini belum menunjukkan ada sindrom ketergantungan namun sudah berdampak munculnya kelemahan psikososial ,
5. keadaan putus obat
yaitu gejala mental yang muncul pada saat penghentian pemakaian
zat yang terus menerus dalam jangka waktu panjang , gejala putus obat,
tergantung pada jenis dan dosis zat yang dipakai, gejala putus zat,akan mereda bila pemakai meneruskan pemakaian zat,
6. sindrom ketergantungan
munculnya keinginan yang sangat kuat untuk memakai zat psikoaktif secara terus menerus untuk memperoleh dampak psiko aktif dari zat itu,
zat ini, memicu keadaan putus zat, yang akan memicu perubahan fisiologis yang sangat tidak menyenangkan, sehingga memaksa orang itu
memakainya lagi untuk menghilangkan gejala putus obat itu,
untuk memperoleh dampak yang sama , pasien meningkatkan dosis pemakaian zat psikoaktif ,
Jenis Obat Psikofarmaka
1. Obat anti-psikosis
obat anti-psikosis yaitu sinonim dari antipsychotic drugs, neuroleptics,neuroleptics,major transqualizer,ataractics, antipsychotics,
obat-obat anti-psikosis yaitu antagonis dopamine yang menghambat reseptor dopamine dalam berbagai jaringan otak. obat anti-psikosis yang paling banyak tersedia yaitu chlorpromazine, risperidone,pinozide, sulpiride,
haloperidol, perphenazine, fluphenazine, fluphenazine decanoate, levomepromazine, trifluoperazine dan thioridazine,
Indikasi pemakaian obat ini yaitu syndrome psikosis berat , fungsi mental, kehidupan sehari-hari,
sindrom psikosis dapat terjadi pada sindrom organic seperti, intoksikasi alkohol, sindrom delirium, dementia,
sindrom psikosis dapat terjadi pada sindrom psikosis fungsional seperti psikosis afektif , psikosis reaktif singkat ,skozofrenia,
psikosis paranoid,
2. Obat anti-panik
obat anti-panik yaitu persamaan dari drugs used in panic disorders,
obat anti-panik yang tersedia yaitu parocetine, fluvoxamineimipramine, clomipramine, alprazolam, moclobemide, fluoxatine, sertraline,
penggolongan obat anti-panik yaitu obat anti-panik trisiklik (clomipramine,impramine), obat anti-panik benzodiazepine (alprazolam)
dan obat anti-panik SSRI (fluvoxamine,sertraline, fluoxetine,paroxetine)
dan obat anti-panik RIMA/reversible inhibitors of monoamine oxydase-A (moclobmide) ,indikasi pemakaian obat ini yaitu sindrom panik, diagnosa sindrom panik dilakukan minimal 1 bulan pasien mengalami beberapa kali serangan ansietas berat, gejala itu dapat terjadi dengan atau tanpa agoraphobia, panik yaitu gejala yang yaitu sumber penderitaan atau mengganggu kegiatan sehari-hari ,
3. Obat anti-obsesif kompulsif
obat anti-obsesif kompulsif yaitu persamaan dari drugs used in obsessive compulsive disorders,obat anti-obsesif kompulsif yang tersedia yaitu fluoxetine, paroxetine, clomipramine, fluvoxamine, sertraline,
Indikasi pemakaian obat ini yaitu sindrom obsesif kompulsi,
tanda gejala obsesif kompulsif dapat diketahui bila pasien minimal 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala obsesif kompulsif, gejala itu
yaitu sumber penderitaan atau mengganggu kegiatan sehari-hari ,
4. Obat anti-depresi
obat anti-depresi sinonim dari anti depressants, anti depresan, thymoleptic, psychic energizers,
obat anti-depresi yang paling banyak tersedia yaitu fluvoxamine, fluoxetine,opipramol, sertraline, amitriptyline, amoxapine, trazodone, paroxetine, amineptine, clomipramine, imipramine, moclobemide, maprotiline, mianserin,
jenis obat anti-depresi yaitu inhibitor monoamine okside (MAOI),selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), anti-depresi trisiklik, anti-depresi tetrasiklik, obat anti-depresi atipikal,
indikasi klinik primer pemakaian obat-obat anti-depresi yaitu sindrom depresi yang dapat terjadi pada :
sindrom depresi situasional seperti gangguan penyesuaian dengan depresi, grief reaction, gangguan fisik dengan depresi (kanker,stroke, MCI)
sindrom depresi penyerta seperti gangguan jiwa dengan depresi
(dimensia,gangguan obsesi kompulsi, gangguan panic),
gangguan distimik , gangguan siklotimik,sindrom depresi panic, gangguan afektif bipolar dan unipolar,
sindrom depresi organik seperti brain injury depression, reserpine,hypothyroid induced depression,
5. Obat anti-mania
obat anti-mania yaitu sinonim dari mood stabilizers, antimanics,mood modulators, obat anti-mania terbanyak yang tersedia yaitu carbamazepine,litium carbonate, haloperidol, indikasi pemakaian obat ini yaitu sindrom mania ditandai ada keadaan afek yang meningkat hampir setiap hari selama minimal satu minggu. keadaan itu ditambah minimal 4 gejala yaitu : peningkatan kegiatan, lebih banyak berbicara , lompat gagasan, rasa harga diri yang tinggi, berkurangnya raa ingin tidur, teralih perhatian, kegiatan aktif . gangguan fungsi kehidupan sehari-hari, memicu penurunan hubungan sosial ,kemampuan bekerja,
6. Obat anti-insomnia
obat anti-insomnia yaitu sinonim dari hipnotika, hypnotics, somnifacient,
obat anti-insomnia yang tersedia yaitu estazolam, chloral hydrate,nitrazepam, triazolam,
sindrom insomnia tambahan seperti gangguan fisik dengan insomnia (paroxysmal nocturnal dyspnea,pain producing illness)
gangguan jiwa dengan insomnia (gangguan paranoid,skizofrenia),
indikasi pemakaian obat ini yaitu sindrom insomnia yang terjadi pada
sindrom insomnia organic seperti hyperthyroidism, putus obat penekan ssp (narkotika,benzodiazepine, phenobarbital ),zat perangsang SSP (amphetamine,caffeine, ephedrine),
Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan unipolar (episode mania atau depresi, gangguan ansietas (panic, fobia);
Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas depresi, stres psikososial,sleep, wake schedule (jet lag, workshift),
7. Obat anti-ansietas
obat anti-ansietas yaitu antianxiety drugs, sinonim ansiolitika,psycholeptics, minor transqualizers, anxiolytics,
obat anti-ansietas terdiri atas golongan nonbenzodiazepin dan benzodiazepine , obat anti-ansietas jenis benzodiazepine yang tersedia yaitu oxasolam, clorazepate,alprazolamprazepam,diazepam, chlordiazepoxide, lorazepam, clobazam, bromazepam,
jenis non benzodiazepine yaitu buspirone dan sulpiride , indikasi
pemakaian obat ini yaitu sindrom ansietas seperti :
sindrom ansietas penyerta seperti gangguan paranoid, gangguan jiwa dengan ansietas skizofrenia,
penyakit fisik dengan ansietas seperti pada pasien myocard cardio infac (MCI) kanker ,stroke,
sindrom ansietas organic seperti pheochromosytosis, hyperthyroid,
sindrom ansietas situasional seperti gangguan cemas perpisahan ,gangguan penyesuaian dengan ansietas ,
sindrom ansietas psikik seperti gangguan stress setelah trauma ,gangguan ansietas biasanya, gangguan panik, gangguan fobik, gangguan obsesif kompulsif,
Cara Pemakaian Obat Psikofarmaka
identifikasi masalah dalam pemberian psikofarmaka dimulai dari penelitian dengan melakukan pengumpulan data ,antaralain :
diagnosa medis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, jenis obat yang dipakai, dosis, waktu pemberian , program terapi , kombinasi obat dengan terapi modalitas, perawat dapat mengidentifikasi permasalahan yang sedang dialami pasien, dalam program pemberian obat psikofarmaka dapat dikelompokkan menjadi : gangguan obsesif kompulsif ,gangguan panik , psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan ansietas, gangguan insomnia,
prinsip dalam pemberian obat psikofarmaka seperti efeksamping, kontra ,cara pemberian, indikasi, jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, cara cara pemberian obat ,antaralain :
1. Obat anti-panik
dosis pemberian obat anti-panik yaitu dengan melihat keseimbangan
antara efek obat dan efeksamping obat, mulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan dosis dinaikkan dalam beberapa minggu untuk meminimalkan efeksamping dan mencegah terjadiya toleransi obat, dosis efektif dicapai dalam waktu 2-3 bulan, dosis pemeliharaan agak tinggi, meskipun sifatnya pasienal, lama pemberian obat bersifat pasienal, namun selama 6-12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila kondisi pasien sudah sehat , obat ini kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui,Semua jenis obat anti-panik (RIMA,SSRI,trisiklik, benzodizepin ) sama efektifnya untuk mengatasi sindrom panik pada stadium awal dari gangguan panik pada taraf sedang,
2. Obat anti-obsesif komfulsif
SSRI untuk pengobatan gangguan obsesif kompulsif bila ada hipersensitivitas dengan trisiklik. pemberian pertama dilakukan dalam dosis rendah untuk penyesuaian efeksamping, namun dosis obat ini biasanyanya lebih tinggi dari dosis anti-depresi. dosis pemeliharaan diberikan dengan sosis yang lebih tinggi meskipun sifatnya pasienal. penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara gradual agar tidak terjadi kekambuhan dan memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri,
maksimal lama pemberian 2-3 bulan, meskipun tanggapan pada pengobatan sudah terlihat dalam 1-2 minggu dengan dosis antara 75-225 mg/hari., namun lama pemberian obat ini antara tidak boleh melebihi , untuk memperoleh hasil diperlukan waktu 2-3 bulan batas lamanya pemberian obat bersifat pasienal, biasanya diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara bertahap ,clomipramine yaitu obat efektif dari kelompok trisiklik untuk pengobatan obsesif kompulsif, terapi gangguan depresi yang menunjukkan gejala obsesif,Obat anti-obsesif kompulsif kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui,
3. Obat anti-psikosis
pada dosis ekivalen semua obat anti-psikosis memiliki dampak primer yang
sama, perbedaan terutama pada dampak sekunder efeksamping. pemilihan jenis obat antipsikosis harus memikirkan gejala psikosis yang dominan, pengantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen, jika obat anti-psikosis tertentu sudah diberikan dalam dosis terbaik dalam jangka waktu yang memadai namun tidak memberikan dampak yang terbaik maka dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain , dengan dosis ekivalen, dimana dampak
samping belum tentu sama, jika pasien memiliki riwayat pemakaian obat anti-psikosis yang terbukti efektif dan efeksamping obat mampu ditolerir dengan baik maka obat itu dipakai,
dengan dosis yang efektif, onset dampak primer diperoleh sesudah 2-4 minggu
pemberian obat, sedang dampak sekunder (efeksamping) sekitar 2-6 minggu. waktu paruh obat anti-psikosis yaitu 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari), dosis pagi dan malam bisa berbeda untuk mengurangi dampak dari efeksamping (dosisi pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga kualitas hidup pasien tidak terganggu, dosis awal diberikan dalam dosis kecil, kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari hingga dosis efektif (mulai muncul peredaan sindrom psikosis),
sebelum pemakaian secara parenteral sebaiknya pemberian obat
dilakukan secara oral terlebih dahulu dalam beberapa minggu, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada dampak hipersensitivitas, pemberian obat anti-psikosis long acting hanya diberikan pada pasien skizoprenia untuk terapi pemeliharaan dan stabilisasi ,kontra indikasi pemakaian obat anti-psikosis yaitu gangguan kesadaran,penyakit susunan saraf pusat (parkinson, tumor otak), ketergantungan alkohol, penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung, febris yang tinggi,
Evaluasi dilakukan setiap 2 minggu dan bila diperlukan dosis dinaikkan hingga mencapai dosis terbaik, dan dosis pemberian dipertahankan sekitar 8-12 minggu , Pemberian obat dengan dosis efektif .dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun, sesudah waktu itu dosis diturunkan tiap 2-4 minggu ,
Pemberian obat anti-psikosis long acting..sangat efektif diberikan pada
medikasi oral , pasien yang sulit minum obat secara teratur ,
4. Obat anti-depresi
semua obat anti-depresi memiliki dampak klinis yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan pada dampak efeksamping ,pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada penyesuaian efeksamping pada kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi) dan toleransi pasien pada efeksamping ,
urutan pemakaian obat anti depresi untuk meminimalisir efeksamping :
langkah pertama pemberian obat golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), langkah kedua golongan trisiklik, langkah ketiga golongan tetrasiklik, golongan atipikal, golongan inhibitor monoamine okside (MAOI)reversible, golongan tetrasiklik,pemakaian litium dianjurkan untuk unipolar recurrent depression pemakaian obat golongan ini untuk mencegah kekambuhan, Pemberian obat anti-depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena potensial adiksinya sangat minimal, Pemberian Dosis perlu memikirkan onset dampak primer sekitar 2-4 minggu, onset dampak skunder sekitar 12-24 jam, dan waktu paruh 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).kontra indikasi pemakaian obat litium yaitu kelainan kelenjar tiroid,fungsi jantung, ginjal ,kontra indikasi pemberian obat anti-depresi yaitu : hipertropi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy,penyakit jantung koroner, MCI (myocard infark, khususnya pada usia lanjut); glaucoma, retensi urine,
golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari sesudah sarapan pagi,
dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal diberikan malam hari terutama untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik,
5. Obat anti-insomnia
pemakaian obat anti-insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih
dari 2 minggu agar resiko ketergantungan kecil,
bila sulit tidur maka obat yang dibutuhkan yaitu golongan benzodiazepine short acting; bila bangun tidur kemudian sulit tidur lagi maka obat yang dibutuhkan yaitu golongan heterosiklik anti-depresan (tetrasiklik dan trisiklik ), bila siklus tidur terpecah-pecah maka obat yang dibutuhkan yaitu golongan benzodiazepine long acting atau phenobarbital ,
pengaturan dosis, pemberian tunggal dosis 15-30 menit sebelum tidur, dosis
awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya diturunkan secara gradual untuk mencegah munculnya toleransi obat,
6. Obat anti-ansietas
golongan benzodiazepine yaitu obat anti ansietas yang efektif karena
memiliki khasiat tinggi dan dampak adiksi keracunan yang rendah,dibandingkan dengan phenobarbital atau meprobamate , benzodiazepin yaitu obat pilihan dari semua obat yang memiliki dampak anti-ansietas,
dosis obat efektif bila kadar obat dalam darah dengan eksresi obat seimbang,
ini tercapai sesudah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali per hari,
pemberian obat dimulai dari dosis awal , kemudian dosis dinaikkan
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis terbaik, dosis dipertahankan selama 2-3 minggu, kemudian dosis diturunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu sampai dosis minimal yang efektif,
jika terjadi kekambuhan dosis obat dapat dinaikan kembali dan bila efektif dosis dipertahankan hingga 4-8 minggu kemudian diturunkan secara gradual.
lama pemberian obat pada sindrom ansietas yang dipicu faktor situasi luar,
pemberian obat tidak boleh melibihi waktu 1-3 bulan. pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan jika sindrom ansietas dapat diantisipsi kejadiaanya
kontra indikasi pemberian obat anti-ansietas yaitu
.pasien dengan penyakit hepar kronis ,penyakit renal kronis , hipersensitivitas pada benzodiazepine, glaucoma, myasthenia grafis, insufisiensi paru kronis,
7. Obat anti-mania
untuk mencegah kekambuhan, pada gangguan afektif unipolar dapat diberikan obat anti-depresi SSRI yang lebih ampuh dari litium karbonat, carbamazepin sebagai pengganti litium karbonat dapat diberikan jika efeksamping tidak bisa ditolerir dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan,
pemberian dosis perlu memikirkan onset dampak primer 7-10 hari (1-2 minggu), rentang kadar serum terapeutik 0,8-1,2mEq/L (dicapai dengan dosis sekitar 2 atau 3 kali 500 mg per hari) dan kadar serum toksik diatas 1,5 mEq/L. Litum karbonat harus diberikan hingga 6 bulan, walaupun gejala mereda,pemberian obat dihentikan secara gradual bila memang tidak ada indikasi lagi,
tablet litium carbonate yaitu obat indikasi pasien mania akut dicampurkan dengan Haloperidol (IM) , haloperidol untuk mengatasi iritabilitas, hiperkegiatan, impulsivitas, pada gangguan afektif bipolar (manikdepresif) dengan serangan episodic mania/depresi, pemakaian litium karbonat sebagai obat profilaksi pada serangan sindrom mania/depresi mengurangi lamanya ,fekuensi, berat kekambuhan, pada pemberian litium karbonat, dampak antimania baru muncul sesudah pemakaian 7-10 hari,
pada gangguan afektif bipolar dan unipolar, pemakaian harus diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom mania/depresi, pemakaian obat jangka panjang sebaiknya dalam dosis minimum dengan kadar serum litium terendah yang masih efektif untuk terapi profilaksis, pemberian litium karbonat tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat melewati sawar plasenta yang mempengaruhi kelenjar tiroid,
Evaluasi Pemberian Obat Psikofarmaka
Evaluasi terhadap pemberian obat harus terus menrerus dilakukan untuk menilai efeksamping,efektifitas obat, interaksi obat ,
dosis anti psikotik bermacamragam untuk tiap pasien. dosis diberikan satu kali sehari, dampak terapi akan diperoleh sesudah 2-3 hari namun dapat sampai 2 minggu.pada pengobatan jangka panjang, perlu dipikirkan pemberian klozapin setiap minggu .untuk memantau penurunan jumlah sel darah putih.
pemakaian litium memicu keracunan litium ,
perawat harus memantau kadar litium dalam darah. jika pemberian litium tidak
memicu dampak yang diharapkan, obat ini dapat dicampur dengan obat anti
depresan lain.
pemberian obat jenis antipsikotik, litium, benzodiazepine, nonbenzodiazepin, antidepresan trisiklik, MAOI, benzodiazepin memicu adiksi kuat kecuali jika
penghentian dilakukan dengan tapering bertahap tidak akan
memicu adiksi, pemakaian obat ini jika dicapur dengan alcohol atau obat barbiturate memicu adiksi, efeksamping seperti gangguan daya ingat,sedasi, ataksia, peka rangsang,
golongan antidepresan trisiklik dapat menjadi letal bila diberikan dalam dosis yang besar karena dampak obat menjadi lebih lama (3-4 minggu), efeksamping menetap dapat diminimalkan dengan sedikit menurunkan dosis, obat ini tidak memicu adiksi namun intoleransi pada vitamin B6, obat ini tidak memicu euphoria, dapat diberikan satu kali dalam sehari, obat ini aman karena tidak memiliki efeksamping jika dipakai dalam jangka waktu yang lama jika diberikan dalama dosis yang tepat,
pemakaian obat golongan nonbenzodiazepin memiliki banyak kerugian seperti lebih adiktif, terjadi lethal pada gejala putus obat,toleransi pada dampak antiansietas dari barbiturate, berbahaya jika obat diberikan dalam dosis yang memicu depresi susunan saraf pusat,
Efeksamping Obat Psikofarmaka
1. Anti-psikosis
efek samping pemakaian obat-obat anti psikotik bermacamragam,
a. Reaksi behavioral akibat efeksamping dari pemakaian obat ini yaitu keletihan,
banyak tidur, grogines ,
b. sindrom parkinson’s yaitu kelainan neurologis yang muncul sebagai dampak pemakaian obat golongan ini, gejala sindrom parkinson ,antaralain : tremor,akinesia, rigiditas, kekakuan , akinesia yaitu tidak ada atau ada
perlambatan gerakan, tubuh kaku seperti kayu , cara berjalan dengan posisi tubuh kaku kedepan, gerakan memutar jari-jari tangan, wajah seperti topeng. terjadi rigiditas kekakuan pada otot, tremor halus bilateral di seluruh tubuh ,
c. reaksi autoimun yaitu penurunan berkeringat , salivasi (mulut kering), penglihatan kabur, konstipasi, takikardi, retensi urine, penurunan sekresi lambung, kongesti nasal, penurunan sekresi pulmonal, sengatan panas,psikosis atropine pada pasien geriatrik, dilatasi pupil yang bereaksi lambat, hipomotilitas usus, diatria, takikardia,hiperkegiatan, agitasi, kekacauan mental, kulit kemerahan,
d. reaksi alergi yang terjadi antaralain : agranulositosis, dermatosis sistemik, dan ikterik, agranulositosis yang terjadi secara mendadak, demam, malaise, sakit tenggorokan,ulserativa, leukopenia, dermatosis sistemik, yaitu ada makupopapular, eritematosa, ruam gatal pada wajah-leher-dada-ekstrimitas, dermatitis kontak jika menyentuh obat, fotosensitifitas yaitu ada surbun hebat, ikterik dengan ada demam, mual, nyeri abdomen, malaise, gatal, uji fungsi lever .tidak normal,
e. efeksamping jangka panjang ,
f. reaksi autonomik jantung biasanya terjadi penurunan tekanan darah diastolic, pusing, takikardia, reaksi akut merugikan dan jarang terjadi pada pemakaian anti-psikosis yaitu terjadi kejang grand mal ,tidak ada tanda aura,reaksi alergi, ketidaknormalan elektrokardiography dan neurologis ,
g. efeksampingnya yaitu sindrom ekstrapiramidal (EPS) akut maupun kronik, efeksamping yang bersifat biasanya ,antaralain : autoimun, autonomik,neurologis, behavioral,
reaksi neurologis yang terjadi yaitu munculnya gejala-gejala ekstrapiramidal (EPS) seperti reaksi distonia akut yang terjadi secara mendadak dan menakutkan seperti spasme kelompok otot mayor
,antaralain : mata,leher, punggung ,katatonia, yang akan memicu gangguan pada sistem pernafasan, reaksi neurologis yang sering terjadi yaitu akatisia ditandai dengan rasa sakit pada tungkai, gejala ini akan hilang jika pasien melakukan pergerakan,
efeksamping jangka panjang yang biasanya terjadi gejala eksrapiramidal diskinesia tardif yaitu efeksamping jangka panjang yang terjadi yaitu protrusi meringis; anggota gerak, bahu melorot, kekakuan lidah, mengecapkan bibir, merengut, telapak kaki geplek, gerakan ibu jari kaki,rotasi atau fleksi pergelangan kaki, menghisap, mengunyah, berkedip, gerakan rahang lateral,
efeksamping jangka pendek atau jangka panjang yang jarang terjadi namun
membahayakan yaitu peningkatan nadi peningkatan pernapasan peningkatan keringat, hiperkalemia, gagal ginjal, kenaikan serum CPK, sindrom malignan neuroleptik dengan demam tinggi, takikardia, rigiditas otot, stupor, tremor,
inkontinensia,, leukositosis,
1. Anti-panik
efek samping pemakaian obat anti-panik golongan trisiklik yaitu dampak anti histaminergik seperti psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, dampak anti-adrenergik alfa seperti hipotensi ortostatic, perubahan gambaran elektrokardiografi, dampak anti-kolinergik seperti konstipasi, sinus takikardi,mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, dampak neurotoksis seperti insomnia,agitasi ,tremor halus, kejang, pada kondisi overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala-gejala seperti konvulsi, disorientasi,confusion, delirium, eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia,
2. anti obsesis kompulsif
efeksamping pemakaian obat anti-obsesif kompulsif, sama seperti obat anti-depresi .trisiklik, yaitu dampak anti-histaminergik seperti kinerja psikomotor,kemampuan kognitif menurun,sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan .berkurang, dampak anti-adrenergik alfa seperti perubahan gambaran elektokardiografi, hipotensi ortostatik, efeksamping dari pemakaian anti-obsesif kompulsif jenis trisiklik yaitu mulut kering dan konstipasi, sedang untuk golonggan ssri efeksamping yang sering yaitu sakit kepala, dampak anti-kolinergik seperti gangguan fungsi seksual, sinus takikardi ,mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi, dampak neurotoksis seperti insomnia,tremor halus, kejang epileptic, agitasi,
pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala eksitasi hiprpireksia, konvulsi, (disorientasi,confusion, delirium),susunan saraf pusat, hipertensi,
3. Anti-depresi
a. dampak anti-adrenergik alfa seperti perubahan hantaran elektrokardiografi, hipotensi,
b. dampak neurotoksis seperti agitasi, insomnia, efeksamping ringan, tremor halus, gelisah, muncul akibat pemakaiaan obat jenis ini (tergantung pada daya toleransi dari pasien), berkurang sesudah 3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama, pada keadaan overdosis intoksikasi trisiklik dapat muncul , atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, (disorientasi,confusion, delirium ),
c. dampak sedasi seperti kinerja psikomotor berkurang, kemampuan kognitif menurun, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
d. dampak antikolinergik seperti penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardia,mulut kering, retensi urin,
4. Anti-mania
efeksamping pemakaian lithium berkaitan dengan dosis dan kondisi fisik pasien, gejala efeksamping pada pengobatan jangka lama seperti mulut kering, haus, gastrointestinal distress (diare,feses lunak,mual, muntah), kelemahan otot, poli uria, tremor halus, gangguan daya ingat konsentrasi menurun,odem pada tungkai, seperti mengecap besi, lekositosis, efeksamping lain hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid (penurunan kadar tiroksin dan peningkatan kadar TSH/thyroid stimulating hormone),
5. Anti-insomnia
efeksamping pemakaian obat anti-insomnia yaitu depresi susunan
saraf pusat terutama pada saat tidur sehingga memudahkan munculnya koma, karena terjadinya penurunan dari fungsi pernafasan, juga terjadi uremia, dan gangguan fungsi hati. pada pasien usia lanjut dapat terjadi oversedation sehingga risiko jatuh , pemakaian obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dalam jangka panjang yaitu tingkahlaku menyerang dan ganas,
6. Anti-ansietas
potensi memicu ketergantungan obat dipicu oleh efeksamping obat yang masih dapat dipertahankan sesudah dosis terakhir berlangsung sangat cepat.
ketergantungan relative lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat , penghentian obat mendadak memicu gejala putus obat, pasien menjadi gelisah, insomnia, tremor, iritabel, bingung, palpitasi, keringat dingin, konvulsi.
efeksamping pemakaian obat anti-ansietas berupa sedasi seperti rasa kemampuan kognitif melemah; relaksasi otot seperti ras lemes, cepat lelah
kinerja psikomotor menurun, mengantuk, kewaspadaan berkurang,
4.PENYALAHGUNAAN ZAT DAN ANSIETAS
penyalahgunaan zat yaitu pemakaian zat secara terus menerus
sampai sesudah sembuh dari penyakit, zat yaitu alkohol, opium, obat dengan
resep, obat tanpa resep , psikotomimetiks, kokain, mariyuana,zat kimia aktif, gas kimia, zat yang mempengaruhi tubuh secara tidak langsung,
masalah dalam penyalahgunaan zat yaitu peningkatan konsumsi pemakaian lebih dari satu jenis zat atau banyak jenis zat atau campuran banyak jenis zat secara mendadak tiba tiba serentak atau secara terus menerus sehingga pasien akan mengalami keadaan perubahan suasana ,kesakitan , pusing ,mual mulas , relaksasi, euphoria, stimulasi, perubahan kesadaran,perubahan perasaan lainnya,
berbagai macam jenis zat yang beredar bisa dan banyak dipakai oleh pemakai untuk dikonsumsi pasien diantaranya yaitu golongan mariyuana, stimulant, opiat, halusinogen, peniciklidin (PCP) dan depresan, depresan yang beredar yaitu barbiturat dan alkohol , golongan halusinogen yaitu, mellow yellows,golongan penisiklidin yaitu angel dust dan DOA,golongan mariyuana diantaranya yaitu acapulco gold, golongan stimulant yaitu amfetamin dan kokain. golongan opiat yaitu opium, metadon,heroin, morfin, meperidin, kodein,
ingat bahwa tidak semua pasien pemakai zat menjadi penyalahguna ,ingat hanya pasien yang memakai zat secara berlebihan saja yang dapat menyalahgunakan dan ketergantungan zat, penyalahgunaan zat akibat pemakaian zat secara terus-menerus walaupun pasien sehat , toleransi berarti peningkatan jumlah dan dosis obat untuk memperoleh dampak yang diharapkan ,gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologikpada obat.
penelitian
penyalahgunaan zat dipicu oleh :
a. mekanisme pertahanan ego ,antaralain : penyangkalan pada masalah, rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung jawab pada tingkahlakunya,
b. mekanisme koping :
pasien dengan penyalahgunaan zat cenderung mengalami kegagalan dalam mengatasi masalah,
c. faktor pasien : kepribadian suka coba-coba ,bereksperimen dan bersikap antisosial, berisiko untuk melakukan penyalahunakan zat,rendah diri, mudah kecewa,
d. sumber koping : yang dibutuhkan untuk membantu pasien terbebas dari penyalahgunaan zat ,
e. faktor lingkungan : pergaulan yang kurang baik mendorong melakukan
penyalahgunaan zat ,
f. faktor zat: zat itu sendiri yang memberikan kenikmatan, mudah diperoleh , harganya murah,
Data yang harus diteliti
dibawah ini mengambarkan hasil penelitian pada pasien dengan
penyalahgunaan zat penelitian pada Penyalahgunaan Zat
penelitian: Alkohol
Intoksikasi : peningkatan nadi dan tekanan darah ,penurunan nafsu makan
,midriasis clear sensori tampa kebingungan dan halusinasi, penurunan
keletihan, keinginan tinggi, peningkatan ketertarikan ,penghambatan psikogis :
kecemasan, keterbatasan dalam pengambilan ,keputusan, impulsive,
hiperseks ,lingkungan, peningkatan harga diri , peningkatan aktivitas
psikomotor, tremor ,
With drawal : kulit lembab , pupils konstriksi , Respirasi menurun , dingin
,Overdosis : delusi biasanya paranoid ,kejang grand mal , peningkatan temperatur ,delirium (disorientasi waktu, peningkatan sensitifitas pada bunyi suara, perubahan sensasi raba , tempat dan orang) ,gelisah, iritabel, ansietas,
agitasi ,anoreksia, nausea, vomiting ,tremor, peningkatan nadi,
peningkatan tekanan darah ,insomnia, sering mimpi buruk , kerusakan konsentrasi, memori dan pengambilan keputusan ,
penelitian:. Narkotik
Intoksikasi : hiopotensi ringan dengan tachikardia, penurunan respirasi,eforia dengan perubahan sensori persepsi, pemahaman buruk, gangguan memori
,miosis, kontraksi pupil abnormal ,mengantuk, penurunan interaksi social
,With drawal : bradikardia, hiopotensi, shock ,atoni gastrointestinal
,penurunan tingkat kesadaran , depresi pernafasan berkembang ke
apneu dan respitarori arrest , Overdosis : psikologis : nyeri pada otot dan
pungggung , bulu kuduk berdiri ,menguap ,midriasis ,diare ,ansietas, gelisah, disforia, gangguan mood dan tidur fisiologik ,kram pada lambung, nausea
dan vomiting ,diaforesis ,hipertensi ,
penelitian : sedative – hipnotics (depresan)
overdosis : tanggapan psikologik withdrawal ringan : kesulitan konsentrasi, insomnia, mimpi buruk,kecemasan akut, iritabel, nervousness, withdrawal berat : ketakutan, depersonalisasi,paranoid, kekerasan, disorientasi, delirium, tanggapan fisiologik ,hiperefleksi deep tendon refleks, disorientasi,tremor, takikardia, headache, iritabel, ansietas, insomnia, keringat dingin, postural hipotensi, kejang menyeluruh , kontraksi mioklonik , halusinasi pendengaran , disorientasi, delirium , kerusakan memory jangka lama dan sekarang,
halusinasi penglihatan, kolapsnya pembuluh darah ,pendengaran dan perabaan
,hipertensi ,diare ,hiperpireksia, diaporesis
with drawal : penurunan tingkat kesadaran ,tidak ada tanggapan pada nyeri ,depresi pernafasan , pernafasan lambat, apneu , ketidak seimbangan cairan dan elektroklit ,intoksikasi :mengantuk, perhatian berkurang ,penurunan fungsi mental ,penurunan kemampuan memahami, gangguan memori, penurunan kemampuan mengambil keputusan , kerusakan koordinasi motorik : hiperefleksia, peningkatan reaksi ,penekanan bicara, ataksia, penurunan kecemasan , eforia, labil, penghambatan ,disfungsi syaraf cranial : diplopia,nistagmus, penurunan nadi, penurunan tekanan darah dan respirasi
penelitian: Opiat
Intoksikasi : hipotensi ringan dengan tachikardia, penurunan respirasi,penurunan interaksi social ,miosis, kontraksi pupil abnormal ,eforia dengan
perubahan sensori persepsi, pemahaman buruk, gangguan memori , mengantuk, With drawal : hipotensi, shock ,atoni gastrointestinal , penurunan tingkat
kesadaran ,depresi pernafasan berkembang ke apneu dan respitarori arrest
, bradikardia,
Overdosis : awal insomnia , nausea dan vomiting ,diare , kelemahan , kram abdomen , takikardi ,hipertensi ,muscle spasm ,nyeri otot dan tulang ,
kecemasan , insomnia , peningkatan pernafasan ,berkeringat ,lakrikasi ,menguap , rhinorrhea (ingusan) , piloerection(merinding) ,gelisah
,anoreksia ,iritabilitas ,dilatasi pupil lanjut ,
penelitian: Marijuana
Intoksikasi : takikardia dengan hipotensi ortostatik , infeksi konjuntiva,
nistagmus ,peningkatan nafsu makan ,mulut kering ,perubahan terhadap
rasa penurunan kemampuan berkonsentrasi, pasif, lesu, kerusakan memory jangka pendek, mengantuk atau hiperaktifitas, perubahan sensori persepsi.
,With drawal : depersonalisasi , waham curiga,reaksi kecemasan atau panic
, Overdosis : sama seperti kokain, iritabel , kesulitan tidur ,
penelitian: Inhalants
intoksikasi : pleasant exhilaration, halusinasi penglihatan dan pendengaran
,bersin ,nausea dan vomiting , eforia, pusing, excitation,
with drawal : penglihatan kabur, diplopia, nistagmus , ketidakoordinasi
otot, penekanan bicara, penurunan refleks ,kardiak aritmia, edema pulmonary
,keinginan bunuh diri , bingung, kurang control diri, kesadaran menurun,
kejang , headaches, rtinnitus,
overdosis : sama dengan alcohol ,
penelitian : Stimulan (amfetamin dan kokain)
Intoksikasi : peningkatan aktivitas psikomotor, tremor , peningkatan nadi dan
tekanan darah ,penurunan nafsu makan , midriasis ,penghambatan psikogis : impulsive, hiperseks kecemasan, keterbatasan dalam pengambilan
keputusan, clear sensori tampak kebingungan halusinasi, penurunan keletihan, peningkatan harga diri,keinginan tinggi, ketertarikan lingkungan,
With drawal : hiperaktifitas, ansietas, diaporesis dan hiperpireksia ,takikardia krisis hipertensi dengan vasokonstriksi extreme ,kebingungan halusinasi , paranoid ( berkembang menjadi delirium, serangan panic, waham curiga
dengan kekerasan dan perilaku menyerang ,kejang dan koma
,Overdosis : respon psikologik
withdrawal fase : anhedonia, anergia, ansietas sangat membutuhkan
cocain respon fisiologik ,crash fase : tidak adanya drug craving
,depresi, agitasi, high drug craving, keletihan, keinginan untuk tidur, iskemia miokard ,distonia akut ,
berdasar hasil penelitian maka diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan
yaitu: koping pasien tidak efektif ,tujuan keperawatan, antaralain :
pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah,mengubah ubah gaya hidup, memakai terapi psikofarmaka secara tepat dan benar,mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat ,
mengenali dampak pemakaian zat,meningkatkan motivasi untuk berhenti memakai zat, mengendalikan keinginan untuk memakai zat,
tindakan keperawatan, antaralain :
rundingkan bersama pasien tentang dampak pemakaian zat pada:kesehatan : tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik,sosial atau hubungan dengan orang lain ,
Tanda dan Gejala
dibawah ini menerangkan tentang tanda dan gejala intoksikasi dan tanda gejala putus zat :
tanda dan gejala putus zat :
alkohol: cemas ,depresi ,muka merah , mudah marah , tangan gemetar ,
mual muntah , tidak bisa tidur,
amfetamin: cemas,depresi, kelelahan,energi berkurang, tidur yang meningkat,
opiat : nyeri, mata dan hidung berair,perasaan panas dingin,diare, gelisah,
tidak bisa tidur,
ganja : jarang ditemukan,
sedatif-hipnotik: cemas, tangan gemetar,perubahan anggapan,gangguan
daya ingat,tidak bisa tidur,
tanda dan gejala intoksikasi :
alkohol: mata merah,bicara cadel, jalan sempoyongan,perubahan anggapan ,
penurunan kemampuan menilai,
amfetamin :selalu bergerak,berkeringat,gemetar,cemas,depresi,paranoid,
opiat: eforia,mengantuk,bicara cadel,konstipasi,penurunan kesadaran,
ganja : eforia,mata merah,mulut kering,banyak bicara dan tertawa,nafsu makan meningkat,gangguan anggapan,
sedatif-hipnotik: pengendalian diri berkurang,jalan sempoyongan,mengantuk,
memperpanjang tidur, hilang kesadaran,