Rabu, 25 November 2020

farmakologi

 

 Farmakologi


 JALUR PEMBERIAN OBAT 

jalur : Subkutaneus (SC)

Keuntungan :  Obat tidak mengiritasi, volume kecil, Konstan, Alternatif dari IV

Kerugian :  Nyeri pada lokasi injeksi, volume lebih sedikit dari IM, dapat merusak 

jaringan bila injeksi dilakkan berulang.

jalur :  Inhalasi 

Keuntungan :  Kerja segera pada paru dan saluran napas.   Diantarkan dengan cepat ke darah, tidak ada dampak metabolisme hepatik tahap satu,

Kerugian :   Harus berupa aerosol gas, vapor, 

jalur :   Topikal 

Keuntungan :   Mudah untuk diberikan dampak lokal

Kerugian :  dampak hanya terbatas pada lokasi obat  yang diberikan

jalur : Oral (PO) 

Keuntungan :  Mudah untuk diberikan,Area penyerapan obat yang luas, Lebih murah dibandingkan dengan jalur parenteral

Kerugian :  penyerapan tidak lengkap, dampak metabolisme hepatik tahap satu, 

berpotensi mengiritasi saluran cerna,

jalur :Sublingual (SL) 

Keuntungan : Onset kerja obat cepat, tidak ada dampak

metabolisme hepatik tahap satu.

Kerugian :  Harus larut lemak, tidak mengiritasi, 

durasi kerja obat singkat

jalur : Rektal (PR) 

Keuntungan :  Hampir tidak mempunyai dampak metabolisme ,hepatik tahap satu, dapat diberikan ketika  tidak dapat memberikan PO, saat muntah, 

dan saat pasien tidak sadar,

Kerugian :  Tidak nyaman, iritasi lokasi pemberian, absorpsi kurang baik

jalur : Intravena (IV) 

Keuntungan :  Tidak memilki dampak metabolisme hepatik tahap satu, dapat diberikan lambat atau onset kerja obat cepat, mudah untuk mentitrasi dosis obat

Kerugian :  Sulit untuk dibuang ketika sudah diberikan, risiko infeksi, perdarahan, 

cedera ektravasasi vaskular, dan mahal

jalur : Intramuskular (IM)

Keuntungan :  Obat lepas lambat = jika pencampur obat  berbahan dasar minyak. Obat onset cepat = bila pencampurnya berbahan dasar air

Kerugian :  Nyeri/hematom di lokasi injeksi,


TAHAP-TAHAP UJI KLINIS OBAT, ANTARA LAIN:

Pre-klinis: penelitian suatu obat pada lingkungan terkendali (laboratorium) pada  binatang percobaan atau sel manusia sebelum di uji percobaan pada manusia untuk  menentukan  profil toksikologi dan  farmakokinetik ,

tahap I: pemberian obat pertama kepada subjek penelitian manusia, setelah diuji  percobaan pada binatang percobaan, untuk menentukan farmakodinamik dan  farmakokinetik  obat, 

tahap II: pemberian obat pertama pada pasien, jumlah contoh kecil, untuk 

menentukan efek  dan keamanan , rentang dosis, farmakodinamik dan farmakokinetik  obat,

tahap III: jumlah contoh besar, yaitu  uji klinis acak tersamar ganda; 

perbandingan ( placebo atau obat standar  melawan obat baru ) untuk memastikan  efek  dan keamanan  obat,

tahap IV: surveilans setelah penjualan, penyebaran luas, untuk menentukan dampak samping obat yang jarang, dosis ideal, dampak dampak pada praktik klinis kedokteran yang sesungguhnya dan   penggunaan jangka panjang, 

NOMENKLATUR OBAT

 atau  penamaan obat, dibagi menjadi beberapa penamaan antara lain:

nama generik: seperti parasetamol,

nama paten: nama merek atau nama obat terdaftar, seperti: Tylenol®

nama kimia: seperti N-(4-hydroxyphenyl) acetamide untuk parasetamol, 

nama ini akan tetap dipakai di seluruh dunia tanpa perubahan.

JALUR PEMBERIAN OBAT  BERGANTUNG PADA:

sifat pasien,  sifat obat, dampak lokal atau sistemik, onset dan durasi kerja obat yang diinginkan, 



FARMAKOKINETIK

farmakokinetik  yaitu  apa yang  akan dilakukan oleh tubuh terhadap obat yang diberikan dari dokter, peneliti menganalisa  waktu/tingkat penyerapan dan penyebaran obat,  hubungan antara pemberian obat dengan pengeluaran obat dari tubuh termasuk  perubahan konsentrasi pada kompertemen tubuh,  

penyerapan adalah  pergerakan obat dari lokasi pemberian menuju plasma,

mekanisme penyerapan obat,antaralain:

kebanyakan obat dipenyerapan menuju sirkulasi sistemik dengan difusi pasif,

mekanisme lainnya termasuk  pinositosis/fagositosis, transpor aktif, difusi terfasilitasi, 

faktor yang mempengaruhi tingkat dan pemanjangan penyerapan obat, antaralain: 

obat pada umunya merupakan asam lemah (contoh: aspirin) atau basa lemah  (contoh: ketokonazol) dan tersedia dalam bentuk  non-ionisasi dan  terionisasi ,bentuk non-ionisasi melewati sel membran lebih cepat dibandingkan dengan 

bentuk terionisasi,  rasio antara bentuk  terionisasi dan non-ionisasi ditentukan oleh pH kompartemen  tubuh dan pKa obat (rumus Henderson Hasselbalch)

Aliran darah lokal di lokasi pemberian obat  ,contoh: pembuluh darah sublingual 

pH dan Ionisasi Obat ,

memfasilitasi penyerapan cepat (misalnya . obat-obat sublingual)

Ukuran molekul (obat dengan molekul kecil akan semakin cepat dipenyerapan)

Po/w: koefisien partisi obat  atau  rasio kelarutan obat pada minyak/lemak (seperti membran sel) dibandingkan  dengan kelarutan pada air (seperti cairan ekstrasel) semakin besar nilai Po/w maka semakin mudah obat terlarut dalam lemak dan dapat melewati membran sel dengan mudah,

 Obat-obat anestesi merupakan contoh obat dengan Po/w tinggi

Total area permukaan untuk penyerapan ,proporsi obat yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk tidak berubah ,Nilai bioaviabilitas akan menurun karena keterbatasan   penyerapan obat atau dampak  metabolisme hepatik pertama,

 Villi usus harus merupakan lokasi penyerapan primer pada sebagian besar obat

Bioaviabilitas (F)

 Dosis IV mempunyai bioaviabilitas 100% (F =1) dampak Metabolisme Pertama,

metabolisme obat oleh hepar atau lambung sebelum mencapai sirkulasi 

sistemik yang mengakibatkan penurunan F, Terjadi pada jalur pemberian obat PO: saluran gastrointestinal (penyerapan) → vena 

porta ke hepar (metabolisme tahap pertama) → sirkulasi sistemik

 Terjadi lebih sedikit pada jalur pemberian PR karena penyerapan obat di kolon tidak  melewati sistem vena porta, Pompa Efflux

 P-glycoprotein (Pgp) adalah suatu protein yang ditemukan pada berbagai bagian  tubuh yang berperan sebagai pompa efflux berbagai obat dan terlibat dalam  pengiriman  obat keluar dari sel

Sebagai contoh, berlawanan dangan penyerapan intestinal (contoh  Dabigatran) dan juga  meningkatkan eleminasi ginjal beberapa obat (contoh  tacrolimus,siklosporin,Digoksin,etoposide, paclitaxel) , obat (cobtoh   Antibiotik makrolid) menghambat fungsi Pgp, menyebabkan  peningkatan kadar serum obat yang dibawa oleh Pgp,  Beberapa tumor mengeluarkan Pgp secara berlebihan sehingga resisten terhadap agen kemoterapi,

penyebaran  yaitu  pergerakan obat melalui berbagai kompartemen tubuh dan lokasi kerja  obat,  Kompartemen cairan tubuh mayor termasuk cairan  transselular (contoh  cairan pleura,CSF, cairan peritoneal),plasma, cairan interstitial,  Kompartemen jaringan termasuk lemak dan otak,


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOTRANSFORMASI OBAT ,ANTARALAIN: 

dapat menimbulkan toksisitas atau ketidakdampaktifan obat pada dosis normal, polimorfisme genetik dari enzim metabolisme  genotip individu dapat menentukan tingkat metabolisme obat  seperti :  buruk,intermediat, ekstensif,metabolisme ultra-cepat,

 Inhibisi enzim yang terjadi karena konsumsi obat lainnya

 Inhibisi CYP menyebabkan peningkatan konsentrasi dan bioaviabilitas substrat  obat  seperti eritromisin (inhibitor CYP3A4) dapat menyebabkan toksisitas 

simvastatin  metabolisme dengan CYP3A4  pada pasien 

 Induksi enzim

 Beberapa obat mengalami perubahan transkripsi gen yang menyebabkan 

peningkatan aktivitas enzim metabolisme  Suatu obat dapat menginduksi metabolisme obat itu sendiri (contoh  Karbamazepin)  atau obat lainnya (contoh  Fenobarbital dapat menginduksi metabolisme OCP)  dengan menginduksi sistem CYP

Usia ekstrim (neonatus/lansia) mempunyai penurunan kapasitas biotransformasi dan  dosis obat harus disesuaikan ,Disfungsi hepar dapat menyebabkan penurunan metabolisme obat namun  tidak  menonjol,

 Penyakit ginjal sering menghasilkan penurunan pengeluaran obat,

Alkohol: ketika konsumsi alkohol akut menginhibisi CYP2E1, konsumsi alkohol kronik  dapat menginduksi CYP2E1 dan meningkatkan risiko kerusakan hepatoselular dari  parasetamol dengan meningkatkan produksi metabolit toksik dari parasetamol,

Merokok dapat menginduksi CYP1A2, yang dapat meningkatkan metabolisme 

beberapa obat seperti antipsikotik dan teofilin ,

Nutrisi: insufisiensi asupan protein dan asam lemak menurunkan biotransformasi  CYP dan defisiensi vitamin juga  mineral juga berdampak pada enzim metabolisme  lainnya,


faktor yang mempengaruhi tingkat dan extent penyebaran obat,antaralain : 

 Sifat fisiokimia obat (contoh  Po/w dan pKa), pH cairan, protein plasma pengikat, pengikat pada kompartemen,aliran darah regional,

protein plasma pengikat: 

molekul obat yang ada pada darah berada pada kesetimbangan dalam 2 bentuk,antaralain : 

terikat pada protein plasma : obat dasar terikat pada α1-acid glycoprotein ,

obat asam terikat pada albumin,

Volume penyebaran: 

Vd: banyaknya volume cairan yang menpenyebarankan obat,

 Vd aktual maksimal (volume cairan anatomis yang dapat diakses obat) = Total 

cairan tubuh (TWB). TBW~40 L untuk rata-rata orang dewasa.

Nilai kalkulasi (Vd) = jumlah obat pada tubuh : konsentrasi obat pada plasma

 Vd kecil mewakili bahwa konsentrasi obat pada plasma dan/atau ikatan pada 

protein plasma berada pada derajat tinggi,

Vd besar mewakili obat yang dipenyebarankan menuju jaringan (lemak, otot,)

kebanyakan tidak pada darah

 Vd dari obat yang terikat dengan protein plasma dapat terganggu karena 

gangguan hepar atau ginjal


 bebas atau tidak terikat : 

penurunan jumlah lokasi pengikat ( contoh  hipoalbuminemia) atau saturasi pada  lokasi pengikat dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi obat bebas, yang  sering dimetabolisme tanpa dampak berbahaya, walaupun  berpotensi toksik,

 meninggalkan sirkulasi untuk dipenyebarankan menuju jaringan dan 

menimbulkan dampak, subjek untuk eliminasi dan  metabolisme , 

 fraksi yang terikat ditentukan oleh konsentrasi protein plasma (jumlah lokasi pengikat) ,konsentrasi obat  dan  afinitas ikatan, 

Penghalang (relatif): 

struktur sawar otak ini tersusun atas celah yang sempit diantara sel endotel 

kapiler dan astrosit, struktur tubuh yang terbatas atau mencegah difusi molekul obat, seperti plasenta  atau sawar darah otak, struktur sawar ini berperan sebagai mekanisme defensif natural terhadap obat dan  zat asing lainnya,  pertimbangan terhadap dosis diperlukan bila menginginkan pemberian obat 

melewati sawar ini,

 Lemak adalah depot untuk obat terlarut lemak (contoh .Diazepam),Beberapa obat berbahan minyak yang diinjeksikan secara IM untuk pelepasan  perlahan (contoh  Depot medroksiprogesteron asetat dan depot risperidon) Kompartemen tubuh dimana molekul obat disimpan dan dilepaskan secara perlahan  selama periode yang panjang,

METABOLISME (BIOTRANSFORMASI) 

metabolisme yaiti  transformasi kimia dari obat in vivo untuk memungkinkan eliminasi,  lokasi biotransformasi, antara lain:

saluran gastrointestinal, plasma, hepar (utama),ginjal,paru,

 Hasil dari proses biotransformasi berupa,antara lain:

Obat menjadi inaktif (sebagian besar obat),obat berubah menjadi metabolit toksik ( contoh meperidine menjadi normeperidine),Obat berubah menjadi metabolit aktif lainnya ( contoh Diazepam menjadi  oxazepam), Pro obat inaktif menjadi aktif (contoh  Tamoxifen menjadi endoxifen; kodein  menjadi morfin)

JALUR METABOLISME OBAT ,YAITU : 

Reaksi tahap I (P450)

Perubahan molekuler minor dikenalkan atau dibuka pada kelompok polar 

terhadap senyawa induk untuk meningkatkan keterlarutan pada air (contoh 

hidrolisis,hidroksilasi ,Oksidasi-reduksi )

Perubahan pada Po/w umumnya minimal dibandingkan tahap II, dan sering 

tahap I menempatkan polar pada obat lipofilik untuk menjalani tahap II

 Produk hasil reaksi dapat dieksresikan atau melalui reaksi tahap II lebih lanjut,

Dimediasi oleh CYP yang ditemukan pada retikulum endoplasmik

Reaksi tahap II (Konjugasi)

Meningkatkan kelarutan air secara dramatis dan eliminasi ginjal,

Konjugasi dengan bahan endogen polar (contoh  sulfanisasi,Glukuronidasi, konjugasi glutation) ,Dapat berlangsung independen tanpa harus melalui reaksi tahap I, Dapat menghasilkan metabolit yang secara biologis aktif (contoh  Glukuronidasi  morfin) ,

ELIMINASI 

eliminasi yaitu  pengeluaran obat dari dalam tubuh.

jalur eliminasi obat ,antaralain : 

ginjal (organ eliminasi utama) dengan 2 mekanisme,antaralain: 

 filtrasi glomerular yaitu tingkat filtrasi obat bergantung pada laju filtrasi glomerulus, derajat ikatan  protein terhadap obat, dan besar molekul obat.proses pasif, sehingga hanya fraksi obat bebas yang tereliminasi,

 sekresi tubular yaitu  proses aktif yang memungkinkan  baik ikatan protein tersaturasi dan fraksi  obat bebas untuk diekskresikan,

obat-obat dapat secara kompetitif menghambat sekresi obat lainnya bila 

keduanya memakai  sistem sekresi yang sama, mekanisme transpor terbaik untuk asam lemah dan basa lemah,

Fungsi ginjal menurun seiring dengan peningkatan usia atau dipengaruhi oleh 

penyakit tertentu, Repenyerapan tubular yaitu obat secara pasief dapat diserap kembali ke sistem sirkulasi dan  berlawanan dengan mekanisme eliminasi,

Feses: beberapa obat dan metabolit yang diekskresikan secara aktif pada cairan  empedu atau langsung melalui saluran gastrointestinal,

penyerapan entero hepatik berlawanan  eliminasi feses dan dapat memperpanjang  durasi obat pada tubuh,

 Beberapa konjugat asam glukoronik yang diekskresikan pada cairan empedu  dapat dihidrolisis pada intestinal oleh bakteri kembali ke bentuk asal mereka dan  secara sistemik dapat direasorbsi,

 Saliva: konsentrasi saliva pada beberapa obat paralel dengan kadar plasmanya  contoh  Rifampisin,Paru: eliminasi gas anestesi dan vapor dengan ekshalasi,

KALKULASI FARMAKOKINETIK

kalkulasi farmakokinetik  yaitu  deskripsi kuantitatif dari tingkat berbagai langkah disposisi obat ( contoh  Bagaimana obat berpindah pada tubuh)

 Prinsip farmakokinetik ADME dapat direpresentasikan secara grafik dengan grafik  konsentrasi berdasarkan waktu.

Onset Kerja Obat

Banyak parameter kinektik diukur menggunakan dosis IV, seperti penyerapan segera  dan penyebaran sebagian besar obat cepat,

 Eliminasi merupakan proses utama yang diukur,

Aksis konsentrasi di konversikan dengan konsentrasi log10 untuk memungkinkan  kalkulasi matematis yang lebih mudah

 Obat seperti warparin dapat mengeksebisi histeresis (untuk konsentrasi obat 

tunggal, kemungkinan ada 2 tingkat respons berbeda)

waktu paruh

waktu paruh  yaitu  waktu yang dibutuhkan kadar obat serum turun hingga 50% selama  eliminasi, obat dengan urutan kinetik pertama membutuhkan lima waktu paruh untuk  mencapai kondisi kesetimbangan dengan mengulangi dosis atau untuk mencapai  eliminasi obat lengkap ketika dosis dihentikan

# Waktu Paruh 1     2     3         4       5

% konsentrasi kondisi kesetimbangan 50   75   87,5    90     96,9

kondisi kesetimbangan

kadar obat pada monitoring terapeutik obat memberikan utilitas terbesar ketika  kondisi kesetimbangan tercapai, konsentrasi obat tetap konstan ketika sejumlah obat masuk ke dalam sistem  dieliminasi dari sistem

 situasi khusus

penggunaan dosis loading untuk obat dengan waktu paruh panjang dan ketika 

secara klinis membutuhkan pencapaian kadar terapeutik secara cepat ( contoh 

digoksin ,fenitoin ,amiodaron )

penggunaan infus kontinu untuk obat dengan waktu paruh sangat singkat dan  ketika dibutuhkan dampak jangka panjang dan pengulangan dosis multipel atau  sering sangat tidak nyaman ( contoh  dopamin,dobutamin,insulin, norepinefrin )

FARMAKODINAMIK

farmakodinamik yaitu  Ilmu yang mempelajari tentang apa yang dilakukan obat terhadap tubuh

Hubungan Dosis-respon Obat 

Tingkat hubungan dosis-respon obat: hubungan dosis teradap intensitas dampak obat

Efikasi

Respon biologis maksimal yang dihasilkan oleh obat,

Diukur dengan Emax (respon maksimal yang dapat dimunculkan obat pada uji klinis  acak dalam berbagai kondisi optimal,

Potensi

Diukur dengan EC50 (konsentrasi yang dibutuhkan obat untuk memproduksi Emax sebesar 50%)

 Suatu obat yang mencapai EC50 pada dosis yang lebih rendah menjadi lebih potent

Dampak Obat Terhadap Reseptor

Efikasi: kemampuan rekapitulasi respons endogen melalui interaksi reseptor 

(contoh  Ikatan salbutamol dengan reseptor β2 akan menghasilkan relaksasi otot  polos)

Agonis:  Obat yang meniru dampak ligan endogen dan mengeluarkan respon ketika berikatan  dengan reseptor

Afinitas: kemampuan agonis untuk berikatan dengan reseptor (contoh  Salbutamol  β2-agonist mempunyai afinitas yang lebih besar pada reseptor β2 dari pada reseptor  β1)

Antagonis :  Obat yang dapat menghambat aksi agonis atau ligan endogen

Antagomisme kimia: interaksi kimia langsung antara agonis dan antagonis untuk  mencegah ikatan agonis-reseptor (contoh   Agen kelasi untuk membuang logam berat)

Anatagonisme fungsional: dua agonis yang bertindak independen pada reseptor  yang berbeda dan mempunyai dampak fisiologis yang berlawanan (contoh  Asetilkolin pada  reseptor muskarinik dibandingkan dengan epinefrin pada reseptor adrenergik)

 Agonis penuh: dapat memperoleh dampak maksimal pada reseptor

Agonis parsial: hanya memperoleh dampak parsial, berapapun konsentrasinya pada  reseptor.

Antagonisme Kompetitif Reversibel Dan Irreversibel

Bentuk antagonis irreversibel merupakan suatu iktan kovalen dengan reseptor  yang menghambat substrat untuk berikatan seraca irreversibel (contoh   Phenoximenzamin membentuk suatu ikatan kovalen dengan reseptor adrenergik  untuk mencegah adrenalin dan norepinefrin berikatan dengan reseptor)

Antagonis kompetitif reversibel secara reversibel berikatan dengan reseptor yang  sama dengan agonis, menyebabkan pergeseran agonis (contoh  Naloxone adalah  antagonis untuk morfin atau heroin)

 Obat yang dipakai tidak mempunyai dampak ketika berikatan pada reseptornya,

Antagonisme non kompetitif : 

 Ikatan antagoni pada lokasi alternatif dekat lokasi agonis, menghasilkan dampak .alosterik yang merubah kemampuan agonis untuk berikatan (contoh  Organofosfat  berikatan dengan asetilkolinesterase secara irreversibel)

efek  Dan Keamanan

TD50 (dosis toksik): merupakan dosis obat yang dibutuhkan untuk menimbulkan  dampak berbahaya pada 50% populasi subjek penelitian

 LD50 (dosis letal): merupakan dosis obat yang dibutuhkan untuk menyebabkan 

kematian pada 50% populasi subjek penelitian

ED50 (dosis efektif ): merupakan dosis obat yang dibutuhkan untuk menghasilkan  dampak terapeutik pada 50% populasi subjek penelitian

Keamanan,

INDEKS TERAPEUTIK

Indeks Terapeutik (TI): TD50/ED50

yaitu  batas aman untuk obat – kemungkinan dosis terapeutik menyebabkan 

kematian,

 TI yang semakin besar, semakin aman obat (contoh  Warfarin mempunyai TI yang sempit  dan membutuhkan monitoring obat)

 Faktor yang mempengaruhi dan dapat merubah TI antara lain:

 Kehadiran obat yang saling berinteraksi,

Perubahan pada ADME obat

Berbagai Faktor Keamanan: TD1/ED99 

 > 1 yang ditranslasikan untuk dosis dampaktif pada lebih 99% populasi dan toksik pada  kurang 1% populasi,

MONITORING OBAT TERAPEUTIK

monitoring obat terapeutik yaitu   penggunaan data serum konsentrasi obat untuk optimalisasi terapi obat   contoh  Penyesuaian dosis atau monitor kepatuhan, contoh serum obat biasanya diambil ketika obat telah mencapai keadaan .setimbang (rata-rata 5 kali waktu paruh)

pengawasan  obat terapeutik biasa dipakai pada obat dengan:

 TI sempit,Hubungan dosis-respon yang tidak dapat diprediksi, Konsekuensi signifikan terkait dengan kegagalan terapeutik, dan pasien dengan 

variabilitas PK yang lebar,


Reaksi Dampak Samping Obat


reaksi dampak samping obat dapat dibagi menjadi 5 sifat. sifat itu  

,antaralain :


Klasifikasi :  A (Augmented)

Definisi :   Bergantung  dosis 

sifat:  Penambahan dampak farmakologi obat yang  terprediksi (Contoh  β-blockers menyebabkan  bradikardia) >80% dari reaksi dampak samping obat,

Klasifikasi :  B (Bizarre)

Definisi :   Tidak  bergantung  dosis

sifat:  Reaksi tidak berhubungan dengan aksi  farmakologis obat yang telah diketahui. Contoh : reaksi idiosinkratik (hipertermia maligna) ,sindrom hipersensitivitas obat, reaksi imunologis, 

Klasifikasi :  C (Chronic) 

Definisi :   Bergantung dosis dan waktu.

sifat: Terkait dengan dosis kumulatif dampak telah diketahui  dan dapat 

diantisipasi (contoh . Fraktur femur atipikal karena bifosfonat)

Klasifikasi :   D (Delayed) 

Definisi :    Bergantung  waktu

sifat:  Terjadi pada waktu tertentu setelah konsumsi 

obat (contoh  Karsinogen)Dapat pula bergantung pada dosis

Klasifikasi :  E (End of Use)

Definisi :  Withdrawal 

sifat:   terjadi setelah penghentian konsumsi  contoh  withdrawal opiat 


 Sangkaan Reaksi Dampak Samping Obat,yaitu : 

anamnesis dan pemeriksaan fisik

tanda dan gejala reaksi,antaralain: 

ruam,demam,hepatitis,anafilaksis,

 Waktu  Faktor risiko Riwayat konsumsi obat yang detail

Membedakan antara terapi obat vs patofisiologi penyakit yaitu : 

hentikan obat, terapi suportif, dan mengurangi gejala,

Variabilitas Respons Obat: .

Penyebab variabilitas individual yang mungkin dalam respons obat termasuk 

masalah dengan: Asupan pasien, PK,

 Rekomendasi dosis pasien berdasar  penelitian klinis dan kehadiran nilai rata-rata  dari populasi terpilih,  tetapi setiap pasien  mempunyai kebutuhan dosis sendiri sendiri ,

Interaksi obat (contoh  Kompleks kalsium karbonat dengan  florokuinolon  besi, tiroksin )

Biotransformasi dan eliminasi: beberapa polimorfisme genetik atau defisiensi 

enzim terkat dengan metabolisme obat (contohn. Defisiensi asetilkolinesterase, polimorfisme CYP); atau gangguan ginjal dan hepar

penyebaran: persentase lemak tubuh yang sangat tinggi atau rendah; pasien 

lansia atau neonatus, atau mengalami disfungsi hepar,

penyerapan: muntah, diare; dampak meatabolisme pertama meningkat karena  induksi atau penurunan fungsi karena penyakit hepar,

PD: variabilitas genetik untuk respons obat (contoh  Reaksi dimediasi sistem kekebalan ); penyakit yang mempengaruhi PD obat; toleransi obat atau toleransi silang,


INTERAKSI OBAT

 Interaksi PK mengembangkan perubahan pada konsentrasi obat,

Peresepan yang kontaminan: satu obat mempengaruhi dampak obat yang lain dengan  merubah PK dan/atau PD obat itu, Eksresi: perubahan eliminasi ginjal,Biotransformasi: perubahan enzim metabolisme obat, penyerapan: perubahan pH gastrointestinal, pengosongan lambung, motilitas usus,  fungsi mukosa saluran cerna, Interaksi PD karena dua obat meningkatkan dampak yang sama (additif) atau dampak yang  berlawanan (subtraktif),

Interaksi obat juga dapat melibatkan obat herbal (contoh   obat  hipoglikemik oral  dan  Jintan hitam  ) dan makanan (contoh  simvastatin dan   Grapefruit )


Famakologi Autonomik

Sebagian besar organ diinervasi baik oleh saraf simpatis dan parasimpatis dimana  keduanya mempunyai dampak saling berlawanan

Norepinefrin dan  Asetilkolin  merupakan neurotransmiter utama untuk sistem saraf  autonom,

 Asetilkolin berikatan dengan reseptor kolinergik, yang terbagi atas: 

Reseptor muskarinik,  Reseptor nikotinik,

Norepinefrin berikatan dengan reseptor adrenergik, yang terbagi atas:

α1,  α2., β1 , β2, 

 inhibitor asetilkolinesterase (galantamine,rivastigmin ,piridostigmin, donepezil ) 

dapat dipakai untuk meningkatkan kadar asetilkolin pada kondisi seperti 

penyakit Alzheimer atau  miastenia gravis ,kerja asetilkolin diterminasi oleh metabolisme celah sinaps melalui asetilkolinesterasi  dan di plasma oble pseudokolinesterase,

 Kerja norepinefrin diterminasi oleh pengambilan kembali pada membran presinaps,  difusi dari celah sinaps, dan degradasi oleh catecholO-methyl transferase (COMT) dan   monoamin oksidase (MAO) 

Sistem Saraf Simpatis

 Serabut pre ganglionik simpatis berasal  dari korda spinalis pada level T1-L2/L#

 Serabut preganglionik terhubung dengan serabut post ganglionik melalui reseptor  nikotinik yang terletak pada satu atau dua kelompok ganglia:

Ganglia pre vertebralis (contoh  Ganglia celiac dan mesentrika) yang berada di abdomen, Ganglia paravertebralis ( contoh  Trunkus simpatikus) yang berada pada rantai dekat .kolomna vertebralis,

Serabut post ganglionik berhubungan dengan jaringan berefek  melalui:

Reseptor α2 pada otot polos vaskular,Reseptor muskarinik M3 pada kelenjar keringat, Reseptor β1 pada jaringan jantung,Reseptor β2 pada otot polos bronkus dan saluran pencernaan,Reseptor α1 pada otot polos vaskular,

Sistem Saraf Parasimpatis

kelenjar keringat, limfa,medula adrena, Pembuluh darah, adrenal. merupakan 

organ yang Tidak mempunyai inervasi parasimpatis, Serabut preganglionik parasimpatis berasal  dari  corda spinalis sacralis level S2-S4  dan batang otak bagian bawah lebih  tepatnya dari Nervus cranialis III, VII, IX, X, yang    terkoneksi dengan serabut post gangglionik melalui reseptor nikotinik pada 

sel ganglionik yang berdekatan atau pada organ target, Serabut post ganglionik berhubungan dengan jaringan dampaktor melalui:

Reseptor muskarinik M2 pada epitel glandular otot polos, otot jantung, 

Reseptor muskarinik M1 pada sistem saraf pusat


dampak Langsung Inervasi Autonom Pada Sistem Kardio-Respirasi


sistem saraf simpatis sistem saraf parasimpatis

organ :       reseptor :       aksi :      reseptor :  aksi :    

Jantung       

Sinoatrial       Î²1         naikkan HR        M kurangi  konduksi

Nodus AV       Î²1       naikkan konduksi           M kurangi  konduksi

Atrium            Î²1       naikkan kontraktilitas    M kurangi  konduksi

 Ventrikel        β1       naikkan  kontraktilitas   M kurangi   HR


pembuluh 

darah

kulit, limfa    α1, β2      Vasokonstriksi     M Vasodilatasi

otot skeleta         Î± Vasokonstriksi     M Vasodilatasi

β2 Vasodilatasi     M Vasodilatasi

 koroner            α1 Vasokonstriksi     M Vasodilatasi

              β2 Vasodilatasi     M Vasodilatasi


paru

otot polos          β2 Relaksasi    M Konstriksi

bronkus

glandula           Î±1, β2 naik sekresi    M stimulasi

bronkus


AKHIRAN OBAT YANG UMUM DIPAKAI

Akhiran         Kategori                             Contoh


-statin       HMG-CoA       inhibitor Atorvastatin

-terol       β2 agonist       Albuterol

-tidine       H2 Antagonist        Ranitidine

-tropin         Hormon Pituitari        Somatotropin

-vir       Anti Virus        Acyclovir

-zosin        Î±1 antagonist        Prazosin

-afil      5-PDE        Inhibitor Sildenafil

-ane     Anestesi       umum inhalasi Halotane

-azepam    Benzodiazepine        Lorazeoam

-azole        Anti jamur                 Ketokonazole

-caine      Anestesi lokal             Lidocaine

-olol      Î’-blocker                        Propanolol

-prazole      Proton Pump       Inhibitor Omeprazole

-pril       Ace Inhibitor        Captopril

-sartan        ARB        Candesartan


 obat tidak termasuk  tabel tersebut   Methimazole (anti tiroid)