INFORMASI PENYAKIT2
daftar isi
1.HORDEOLUM INTERNUM
2.HORDEOLUM EKSTERNUM
3.INFEKSI POST-PARTUM
4.INFLUENZA
5.KEPUTIHAN FLUOR ALBUS
6.KERACUNAN BOTULISMUS
7. KERACUNAN BONGKREK
8. KERACUNAN INSEKTISIDA
9.KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT
10.KERACUNAN ORGANOKLORIN
11.KERACUNAN JENGKOL
12.KERACUNAN SINGKONG
13.KERATITIS (ULKUS KORNEA)
14.KOLERA
15.KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
16.KONJUNGTIVITIS VIRAL
17.KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL
18.KONJUNGTIVITIS PURULENTA NEONATORUM
19.LEPTOSPIROSIS
20.MALARIA
21.MORBILI (CAMPAK)
22.PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
23.PERDARAHAN POST PARTUM
24.PERTUSIS
25.PIELONEFRITIS
26.PNEUMONIA
27.PTERIGIUM
28.RABIES
29. SALPINGITIS
30.SINDROMA NEFROTIK
31.SIROSIS HATI
32.SISTITIS AKUT
33.STRUMA
34.SYOK ANAFILAKSIS
35.TETANUS
36.TETANUS NEONATORUM
37.TIFUS ABDOMINALIS
38.TIROTOKSIKOSIS
39.TUBERKULOSIS
40.SERVICITIS KARENA CHLAMYDIA
41.URTIKARIA
42.VARISELA
1.HORDEOLUM INTERNUM
hordeolum internum yaitu petadangan kelopak mata yang disebabkan
oleh infeksi stafilokokus pada kelenjar meibomian, dengan penonjolan
mengarah ke konjungtiva,
gejala nya :
benjolan membesar ke posterior (konjungtiva tarsal) atau anterior
(kulit),
benjolan nyeri pada kelopak mata ,
jika parah diberikan salep antibiotik kloramfenikol 0,5%
s/d 1 %, jika perlu tindakan insisi atau
kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada sesudah infeksi akut maka bawa pasien ke dokter mata,
2.HORDEOLUM EKSTERNUM
hordeolum eksternum disebabkan oleh infeksi stafilokokus parah yang tampak pada folikel bulu mata dan kelenjar zeis atau moll,
gejala nya :
terjadi lesi multiple,
benjolan nyeri pada kelopak mata di daerah margo palpebra,
penonjolan mengarah ke kulit palpebra,
diberikan salep antibiotika kloramfenikol 0,5 – 1% ,jika perlu tindakan insisi atau kuretase pada keadaan nodul residual tetap ada sesudah infeksi akut maka bawa pasien ke dokter mata,
3.INFEKSI POST-PARTUM
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis sesudah persalinan,
gejalanya :
demam yang terjadi antara hari ke 2 – 10, post partum dan diukur per oral 4 kali sehari, perineum atau dinding vagina yang terinfeksi
tampak bengkak dan bernanah, menimbulkan nyeri pada kerampang.
Infeksi di bagian lebih dalam berupa metritis, salpingitis, parametritis,
peritonitis, dan tromboflebitis, dimulai dari endometrium,terjadi sepsis,
infeksi post-partum disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun positif. infeksi terjadi selama proses persalinan,
faktor predisposisi atau pemicu yaitu kelelahan, proses persalinan bermasalah seperti kurang baiknya proses pencegahan infeksi, aktifitas periksa dalam yang terlalu lama dan berlebihan,partus lama/macet, korioamnionitis,
persalinan traumatik, kurang gizi atau malnutrisi, anemia, tidak higiene ,
jika ada luka perineum, diberikan povidon iodin 10%, atau kompres
rivanol bila ada pus.
berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi:
berikan ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
- ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan i.v dosis tunggal / hari dan
metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam,
lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
berikan uterotonika ergometrin im untuk memperkuat involusi uterus pemberian antitetanus profilaksis.
• berikan transfusi packed red cell bila Hb < 8 g/dl.
jika ada sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar),
• bila ada pus intraperitoneal lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu
dalam posisi fowler,
jika pengobatan konservatif gagal dan ada tanda
peritonitis generalisata pasien dibawa ke rumahsakit untuk dilakukan laparotomi dan keluarkan pus. jika pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal,
4.INFLUENZA
Influenza yaitu infeksi saluran napas akut (ISPA) kelainan yang disertai
faringitis dengan tanda demam dan lesu , terjadi dalam
bentuk epidemi. dinamakan common cold atau selesma jika gejalanya di hidung , normalnya penyakit ini sembuh sendiri dalam 3 – 5 hari,
Penyebab Influenza yaitu
virus Rhinovirus, Coronavirus, virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus.
gejala yaitu demam, sakit kepala,hidung tersumbat, bersin, dan ingus encer,
nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan hilang, nyeri tenggorokan, batuk kering,
sekret serus, seromukus atau mukopurulen jika ada infeksi
sekunder,
tenggorokan tampak hiperemia.
dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hipermia.
untuk mengetahui komplikasi dilakukan pemeriksaan: EKG jika mengeluh nyeri dada, auskultasi, paru, status telinga pada anak,
antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder
diberikan parasetamol untuk dewasa 500 mg 3 x sehari atau asetosal 300 – 500 mg 3 x sehari untuk menghilangkan nyeri dan demam,
-diberikan parasetamol untuk anak, dosis parasetamol adalah : 10 mg/kg beratbadan /kali, 3 – 4 kali sehari,
5.KEPUTIHAN FLUOR ALBUS
keputihan fluor albus (duh tubuh vagina) yaitu keluarnya cairan cairan berlebihan dari dalam vagina yang disertai gatal gatal hebat,
keputihan fluor albus disebabkan oleh radang serviks (servisitis) yang bersifat muko-purulen,infeksi vagina (kolpitis) yang bersifat encer
servisitis disebabkan oleh infeksi neiserria gonorrhoeae dan
chlamydia trachomatis,
kolpitis disebabkan oleh trikomoniasis, kandidiasis dan bakterial vaginosis,
pemeriksaan pemeriksaan pada infeksi serviks sulit dilakukan, karena wanita sudah memiliki gonore atau klamidiasis yang menyebabkan infeksi serviks
umumnya asimtomatik
wanita yang sedang mengidap IMS
cenderung rentan infeksi serviks dibandingkan
mereka yang tidak mengidap IMS ,
pemeriksaan mikroskopik sedikit membantu diagnosa untuk
infeksi serviks, karena hasil pemeriksaan yang negatif sering menunjukkan
hasil negatif palsu. maka perlu dilakukan kultur/ perkembangbiakan kuman
gejala duh tubuh (discharge) yang tidaknormal sebagai petunjuk adanya infeksi vagina namun merupakan pertanda lemah untuk infeksi serviks. jadi semua wanita yang menampakan gejala duh tubuh vagina (vaginal discharge)
agar diobati juga untuk trikomoniasis dan bakterial vaginosis ,
perlu untuk diobati sebagai servisitis yang disebabkan gonore dan
klamidiasis,
pengobatan sindrom duh tubuh vagina karena servisitis ,
*) tidak diberikan kepada anak dibawah 12
tahun ,remaja,ibu hamil, ibu menyusui,
**)tidak boleh diberikan pada anak dibawah 12 tahun ,ibu hamil, ibu menyusui ,
Pengobatan sindrom duh tubuh vagina karena vaginitis
KERACUNAN MAKANAN DAN INSEKTISIDA
6.KERACUNAN BOTULISMUS
Botulismus yaitu keracunan akibat makanan akibat terdapat C.botulinum dalam makanan
gejalanya yaitu rasa lelah dan lemas, gejala neurologi seperti disartria , disfagia memicu pneumonia aspirasi, daya rasa (sensoris) tetap baik, suhu tidak meningkat , otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah, gangguan penglihatan, jarang terjadi diare, kelainan neuromuskuler, hingga kematian ,
Inkubasi penyakit 18 – 36 jam, namun bisa sampai 3 hari,
diagnosa poliomielitis, miastemia ,gravis, dan ensefalitis virus,
dapat riwayat konsumsi makanan ,
berikan pernapasan buatan,
bila tidak muntah, usahakan untuk muntah,
lakukan bilas lambung,
jika ada tanda-tanda syok pasang infus glukosa 5% ,
7. KERACUNAN BONGKREK
racun tempe bongkrek diproduksi oleh bacillus cocovenevans,
dengan media yang mengandung ampas
kelapa, bacillus cocovenevans yaitu kuman yang berkembangbiak
dari bongkrek yang dibuat kurang bagus , kuman ini dapat dihambat
oleh asam diolah dengan daun calincing,
tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang
dihasilkan oleh pseudomonas cocovenans dinamakan bakteri asam
bongkrek,
gejala muncul 4 – 6 jam sesudah makan tempe bongkrek yaitu gejalanya mual dan muntah, sakit perut, sakit kepala ,lemah, gelisah dan berkeringat dingin disertai gejala syok, pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan protein (+),
bila pasien masih sadar usahakan mengeluarkan sisa makanan,bila tidak berhasil lakukan bilas lambung di rumah sakit, berikan norit 20 tablet sekaligus, dan ulangi 1 jam kemudian, atasi syok dengan infuse glukosa 5 % dan pernapasan buatan, tidak ada antidotum spesifik,
8. KERACUNAN INSEKTISIDA
semua insektisida cair bisa diserap melalui kulit dan usus ,
insektisida yang menimbulkan keracunan yaitu
golongan organofosfat dan organoklorin. golongan karbamat dampaknya
mirip efek organofosfat, namun jarang memicu keracunan,
pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng
fosfit) dan herbisida (parakuat) namun keracunan
golongan ini jarang terjadi,
9.KERACUNAN GOLONGAN ORGANOFOSFAT
golongan organofosfat bekerja selektif, tidak
mengakibatkan resistensi pada serangga,tidak persisten dalam tanah,
keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang
berlebihan, memicu perangsangan terus menerus saraf nikotinik dan saraf muskarinik ,
golongan organofosfat menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa,
gejala nya :
pada sistem saraf pusat terjadi sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam, konvulsi , koma.
pada otot-otot; lemah, fascikulasi , kram,
pupil mengecil dan penglihatan kabur,
keluar cairan cairan tubuh , keluar keringat , lakrimasi, salviasi
,sekresi bronchial,
terjadi komplikasi konvulsi,edema paru, pernapasan berhenti,
blockade atrioventrikuler
mual, muntah, diare , sakit perut,
dada sesak, batuk, bersin, dispnea ,
pada kardiovaskular terjadi bradikardia dan hipotensi.
buat saluran udara,
berikan pernapasan buatan dengan alat dan beri oksigen,
sebelum gejala muncul atau sesudah diberi atropine sulfat, kulit dan selaput
lendir yang terkontaminasi dibersihkan dengan air dan sabun,
akukan bilas lambung dengan naso gastric tube,
berikan sirup ipeca supaya muntah,
berikan atropin sulfat 2 mg secara i.m, ulangi setiap 3 – 8 menit sampai gejala
keracunan parasimpatik terkendali ,
sekresi paru disedot dengan kateter.
hindari obat morfin, aminofilin, golongan barbital, golongan
fenotiazin ,
berikan larutan 1g pralidoksim dalam air secara i.v, perlahan-lahan, ulangi
setelah 30 menit bila pernapasan belum normal. dalam 24 jam dapat diulangi
2 kali. dapat digunakan obidoksim (toksogonin),
bila keracunan melalui mulut dan kadar enzim kolinesterase menurun,
perlu dihindari kontak lebih lanjut sampai kadar kolinesterase kembali normal,
10.KERACUNAN ORGANOKLORIN
Pestisida golongan organoklorin sebagai racun perut dan racun
untuk kepompong dan telurnya,larva, serangga dewasa ,anak serangga,serangga muda, nyamuk,
penggunaan pestisida ini makin berkurang sebab pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten dalam tanaman , tanah dan tubuh hewan ,
gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, yaitu muntah, tremor
dan konvulsi,
dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak
dengan tremor otot mulai dari kepal dan leher, konvulsi klonik kaki
dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin. nadi normal, pernapasan
perlahan,
pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan memicu
muntah-muntah berat , kelemahan , mati rasa pada
anggota badan secara bertahap, takut, tegang dan diare ,
hindari kontak atau menghisap pestisida.
saat bekerja dengan pestisida, sebaiknya tidak sambil makan, minum
atau merokok,
tergantung pada tingkat toksisitasnya, bila bekerja yang berhubungan dengan
pestisida, sebaiknya tidak lebih dari 4 – 5 jam,
jangan diberi lemak atau minyak,
bila kulit terkena, bersihkan dengan air dan sabun ,
bila keracunan melalui mulut, usahakan untuk muntah,
berikan karbon aktif, lalu bilas lambung dengan air 2 – 4 liter. kemudian
berikan obat pencuci perut. pembersihan usus dengan
200 ml larutan manitol 20 %
jangan diberi obat stimulan terutama epinefrin, sebab memicu
fibrilasi ventrikuler,
berikan diazepam 10 mg secara i.v perlahan-lahan untuk mengatasi konvulsi,
bila gagal berikan obat yang memblokade neuromuscular.
berikan natrium fenobarbital 100 mg setiap jam sampai mencapai jumlah 0,5 g atau sampai konvulsi terkendali untuk mengatasi hiperaktivitas dan tremor,
11.KERACUNAN JENGKOL
keracunan jengkol terjadi akibat adanya pengendapan kristal asam jengkol di saluran kemih.
gejalanya yaitu :
tampak eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum,
terdapat anuria dan mungkin pasien pingsan karena
menahan sakit,
bau jengkol tercium dari mulut dan urin pasien,
muncul kolik ginjal seperti pada batu ginjal,
pasien nyeri sewaktu buang air kecil,
urin merah karena darah (hematuria),
diagnosa hematuria, nyeri ketika buang air kecil
keracunan ringan diatasi dengan minum banyak air dengan pemberian na.
bikarbonat 2 g 4 x sehari peroral sampai gejala hilang,
12.KERACUNAN SINGKONG
keracunan singkong terjadi akibat adanya sianida ( HCN ) dalam singkong yang mungkin menimbulkan keracunan,
gejalanya yaitu
keracunan muncul setengah jam setelah makan singkong
beracun, gejala dimulai dengan pusing dan muntah,
kulit berwarna kebiruan (sianosis), sesak napas dan pingsan.bibir, kuku,
Sianosis dibedakan dengan methaemoglobinemia yang muncul karena
keracunan DDT, nitrat , nitrit, sulfa yang diatasi dengan cara lain
(metilen-biru)
Berikan oksigen dan pernapasan buatan jika depresi napas,
diberikan Larutan Na-tiosulfat 25% disuntikan i.v. perlahan sebanyak 20 ml dan diulangi setiap 7-10 menit sampai sembuh, Dosis total diberikan sampai tiba tiba mendadak pasien bangkit ,
13.KERATITIS (ULKUS KORNEA)
Keratitis (Ulkus Kornea) yaitu infeksi pada kornea akibat adanya bakteri, jamur, virus pada mata, penggunaan lensa kontak, pemakaian
kortikosteroid topikal dan pemakaian obat tetes mata
tradisional,
Gejala nya:
mata merah, nyeri dan mengganjal pada mata, lesi putih di kornea,
Berikan tetes mata kloramfenikol (0,5 – 1 %) 6 kali sehari, selama 3 hari
Jangan diberikan antibiotika atau obat-obatan lainnya yang mengandung
kortikosteroid,
jika Tampak lesi putih di kornea,Rasa nyeri dan mata merah setelah 3 hari pengobatan, maka Tetap berikan kloramfenikol tetes mata tanpa dilakukan pemasangan verban kemudian bawa ke dokter spesialis mata.
14.KOLERA
kolera yaitu infeksi usus kecil akibat adanya bakteri vibrio cholerae.
kolera menular akibat manusia sehat makan makanan laut atau minum dan makan yang tercemar oleh kotoran pasien pasien yang terinfeksi bakteri vibrio cholerae.,
bakteri bakteri kolera memproduksi racun yang menyebabkan usus halus menghasilkan banyak cairan yang mengandung garam dan mineral. karena
bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka pasien kekurangan asam lambung,
gejala dimulai dalam 1 – 3 hari sesudah terinfeksi bakteri, mulai
dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang berakibat
fatal. namun kadang tidak ada gejala,
diare akut encer seperti air cucian beras
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit disertai mual muntah-muntah.
diare memicu kehilangan cairan sampai 1 liter
dalam 1 jam. ini menyebabkan
dehidrasi rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan
produksi air kemih, mata menjadi cekung kulit jari-jari tangan menjadi keriput,
gagal ginjal, syok dan pada akhirnya koma,
gejala kadang mendadak tiba tiba menghilang dalam 3 – 6 hari. pasien kadang bisa lolos terbebas dari organisme bakteri kolera ini dalam waktu 2 minggu,
diagnosa berdasarkan gejala untuk memperkuat diagnosa dilakukan pemeriksaan pada apusan rektum, (rektal swab) atau contoh tinja segar.
segera mengganti kehilangan cairan , garam dan
mineral dari tubuh, dengan pemberian oralit ad lib,
cairan rehidrasi dapat diberikan melalui infus (cairan Ringer Lactat atau bila tidak tersedia bisa menggunakan
cairan NaCl 0,9%) cairan diberikan melalui
selang yang dimasukkan lewat hidung menuju ke lambung.
diberikan Trimethoprim (TMP) Sulfamethoxazole (SMX)
dosis Anak-anak : TMP 5 mg/kg berat badan dan SMX 25 mg/kg beratbadan (2 x sehari selama 3 hari)
dosis Dewasa : TMP 160 mg dan SMX 800 mg (2 x sehari selama 3 hari)
diberikan antibiotik Tetracycline
dosis Anak–anak : 12,5 mg/kg beratbadan ( 4 x sehari selama 3 hari )
dosis Dewasa : 500 mg ( 4 x sehari selama 3 hari )
pengobatan awal dengan tetrasiklin atau antibiotik lainnya untuk membunuh
bakteri dan menghentikan diare , pasien kolera berat yang tidak diobati meninggal dunia,
15.KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
konjungtivitis bakterial banyak miliki anak-anak, namun dapat sembuh
sendiri,
konjungtivitis bakterial disebabkan bakteri staph. epidermidis, staph. aureus,
strep. pneumoniae dan h. influenza.
penularan penyebaran melalui sekret air mata penderita ,
gejalanya yaitu:
kelopak mata bengkak berkrusta, awal sekret berbentuk
serosa (watery) mirip konjungtivitis virus, namun beberapa hari
sekret tiba tiba mendadak berubah menjadi mukopurulen,
injeksi konjungtiva dapat terlihat dengan sangat jelas,
mata merah,
rasa mengganjal dan panas pada mata,
sekret banyak, saat bangun tidur kelopak mata lengket dan sangat sulit
dibuka,
diberikan antibiotika bentuk tetes mata dan salep mata,
salep antibiotika kloranfenikol atau tetrasiklin diberikan sebelum tidur agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pemberian salep mata dapat
mengganggu penglihatan,kloramfenikol tetes mata diberikan 4 – 6 kali sehari
16.KONJUNGTIVITIS VIRAL
Konjungitivitis Viral yaitu penyakit Infeksi yang disebabkan oleh Adenovirus,
penyebarannya melalui respirasi atau sekresi air mata, secara
langsung maupun melalui celana dalam kaus baju handuk, sapu tangan yang sudah pernah dipakai penderita ,
gejalanya :
jika terjadi keratitis, maka terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk
pungtata di epitel atau sub-epitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di
stroma kornea,
pada konjungtiva terlihat folikel dan sekret serosa,
terjadi subkonjungtiva, kemosis dan pseudomembran,
muncul akut,
mata merah dan berair,
edema kelopak mata,
namun biasanya penyakit ini dapat sembuh sendiri,
diberikan steroid topikal ini obat boleh dicampur sedikit antibiotika namun hanya diberikan jika mata mengalami peradangan atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal,
17.KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL
keratokonjungtivtis vernal yaitu penyakit alergi mata yang bersifat rekuren, bilateral terjadi di lingkungan kering onset terjadi pada usia
5 tahun ke atas dan berkurang sesudah masa pubertas, didapatkan memiliki alergi atau atopi pada pasien atau keluarganya ,
gejala nya rasa gatal dengan lakrimasi, fotopobia, mengganjal ,
pada pemeriksaan terlihat papil di konjungtiva tarsal superior,
terlihat giant papillae atau cobblestone,
pada limbus, tampak nodul berwarna putih,
(trantas dot) dan bila kornea terkena dapat terjadi shield ulceration,
jangan memberikan kortikosteroid topikal untuk jangka waktu lama ,
kortikosteroid topikal hanya untuk peradangan dalam keadaan eksaserbasi
akut dan dalam jangka waktu pendek (3 – 5 hari). jika masih terjadi
eksaserbasi akut, bawa ke dokter spesialis mata,
ke dokter spesialis mata jika kornea telah terkena ,
diberikan kortikosteroid topikal jika eksaserbasi akut ,
diberikan fluorometolone untuk meningkatkan
tekanan intraokular yang lebih lemah dibandingka deksametason.,
diberikan kortikosteroid topikal bila akut saja ,
diberikan mast cell stabilizers seperti natrium kromoglikat atau lodoxamid untuk mencegah eksaserbasi akut,
18.KONJUNGTIVITIS PURULENTA NEONATORUM
Radang konjungtiva terjadi pada pasien bayi bayi yang baru lahir,
gejala muncul beberapa jam sampai 3 hari setelah lahir.
radang konjungtiva disebabkan karena bayi baru lahir tertular infeksi gonore dari ibunya ketika pasien bayi bayi sedang melewati jalan lahir,
gejala nya yaitu:
dari hasil pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva dengan pewarnaan gram menampakan banyak sel polimorfonuklear. kuman n.gonorrhoeae
tampak jelas terlihat sebagai kokus gram negatif yang berpasangan seperti biji biji kopi tersebar di luar dan di dalam sel,
kelopak mata pasien bayi bayi yang baru lahir bengkak bengkak dan konjungtiva hyperemia hebat,
sekret mata purulen pasien bayi bayi yang baru lahir kadang kadang bercampur darah,
kedua orang tua yang berperan sebagai sumber penularan juga harus ikut diperiksa oleh petugas jika hasil pemeriksaan sekret sudah negatif 3 hari berturut-turut, maka pasien pasien dipulangkan namun diberikan salep mata yang diteruskan 3 kali sehari. seminggu kemudian jika ternyata pemeriksaan sekret masih negatif pengobatan harus dihentikan
pengobatan harus segera diberikan dengan intensif karena gonore ini
memicu munculnya perforasi kornea dan kebutaan,
pasien bayi bayi yang baru lahir harus diisolasi untuk mencegah penularan,
mata pasien bayi bayi yang baru lahir dibersihkan dahulu kemudian diberi salep mata penisilin setiap 15 menit,
diberikan penisilin prokain i.m. dosis tunggal 50.000
iu/kg berat badan /hari selama 5 hari,
19.LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis yaitu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
leptospira ,
bakteri leptospira berbentuk spiral dan bergerak aktif mampu menyerang
hewan dan manusia,
bakteri leptospira menetap di air tawar selama 1 bulan saja,
bakteri leptospira jika ada dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati,
pasien akan terinfeksi bakteri
leptospira jika meminum air, tanah atau tanaman yang telah tercemar bakteri ini, Bakteri ini mendadak tiba tiba masuk ke dalam tubuh manusia melalui
selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang
terkontaminasi leptospira,
masa inkubasi 7 – 13 hari ,
gejala stadium pertama,antaralain:
sklera ikterik dan conjunctival suffusion atau mata merah ,
pembesaran kelenjar getah bening, limpa dan hati,
kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis, demam ringan atau tinggi bersifat remiten, nyeri kepala,nyeri retro-orbital , fotopobia,
nyeri otot di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung
paha,menggigil, mialgia, mual, muntah ,
gejala stadium kedua :
konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen kemerahan pada
mata , rasa nyeri pada otot ,terbentuk anti bodi di dalam tubuh ,terjadi
meningitis., stadium ini terjadi antara minggu kedua dan keempat,
pada pemeriksaan urin tampak proteinuria, leukosituria dan torak,
pada pemeriksaan fisik tampak bradikardi, nyeri tekan otot, rash hepatomegali,
kenaikan transaminase, kenaikan bun, kenaikan ureum kenaikan kreatinin
darah akibat ginjal terkena, pada pemeriksaan darah rutin ditemukan leukositosis, jumlah leukosit normal atau sedikit menurun dengan gambaran neutrofilia dan laju endap darah naik, bilirubin dalam darah meningkat jika organ hati telah terkena ,
pemberian amoksisilin 500 mg 3 x sehari peroral, selama 7 – 10 hari.
pasien yang alergi penisilin akan diberikan tetrasiklin atau eritromisin yang kurang efektif. tetrasiklin tidak diberikan bila pasien
mengalami gagal ginjal. eritromisin diberikan dengan dosis 250 mg
setiap jam selama 5 hari,tetrasiklin diberikan secepatnya dengan dosis 250
mg setiap 8 jam im atau iv. selama 24 jam, kemudian 250 – 500 mg setiap 6 jam secara oral selama 6 hari.
Pemberian Penisilin pada hari ke 1 – 3 saat dimulainya infeksi memberikan hasil yang sangat baik, pemberian Penisilin pada hari ke 4 – 6 hasilnya kurang baik , lewat hari ke-7 tidak
efektif . maka diberikan penisilin G dengan dosis tinggi sebanyak
600.000 unit setiap 4 jam, dosis dapat ditingkatkan,
bahkan sampai 8 – 12 juta unit/hari,
WHO menyarankan pemberian penisilin G dengan dosis 6 – 12 juta unit/hari
pada hari-hari pertama infeksi,
20.MALARIA
malaria yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
malaria falciparum yang sering menyebabkan terjadinya malaria dengan
komplikasi (malaria berat).
masa inkubasi 1-2 minggu,
gejalanya yaitu : demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual, muntah, diare , nyeri otot pegal,
gejala pada malaria kompilasi ( berat) yaitu tidak sadar,
lemah, kejang-kejang, panas tinggi, perdarahan,
ada 4 jenis plasmodium pada manusia yaitu :
plasmodium ovale,
plasmodium malariae,
plasmodium falciparum,
plasmodium vivax,
diagnosa dengan pemeriksaan
Pemeriksaan dengan mikroskop dengan menemukan parasit dalam pulasan darah yang diwarnai Giemsa dan diperiksa dengan mikroskop dengan pembesar 700-1000 x,
Rapid Diagnositik Test dengan mendeteksi antigen
parasit malaria yanh dipakai pada unit gawat darurat di daerah terpencil yang tidak ada fasilitas laboratorium,
Pengobatan malaria ringan tanpa komplikasi yaitu
diberikan Malaria FarciparrumLini I : Artesunate+Amodiaguin dosis tunggal selama 3 hari + primakuin pada hari I,
Amodiaquin : 10 mg/kgberatbadan /hari,
Primakuin : 0,75 mg/kgberatbadan /hari,
Artesunate : 4 mg/kg beratbadan /hari,
namun Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan bayi < 1 tahun
dan penderita G6PD,
diberikan Tetrasiklin : 4-5 mg/kg beratbadan /kali (4 x sehari) selama 7 hari,
diberikan Primakuin : 0,75 mg/kg beratbadan /hari,
diberikan Lini II : Kina Terasiklin/Doksisiklinselama 7 hari + Primakuin pada
hari I,
diberikan Kina : 10 mg/kg beratbadan /kali (3 x sehari) selama 7 hari,
diberikanDoksisiklin dewasa : 4 mg/kgberatbadan /kali (2 x sehari) selama 7 hari,
diberikan Doksisiklin (8-14 tahun) : 2 mg/kgberatbadan /kali (2 x sehari) selama 7 hari,
Primakuin tidak boleh diberikan pada penderita G6PD,ibu hamil dan bayi < 1 tahun, Doksisiklin/Terasiklin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, anak dengan
umur dibawah 8 tahun
Pengobatan untuk mengatasi Malaria mix (malaria facciparum+malaria vivax)
diberikan Artesunate + amodiaquin (selama 3 hari) + Primakuin selama 14 hari
Artesunate : 4 mg/kgberatbadan /hari,
Amodiaquin : 10 mg/kgberatbadan /hari,
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgberatbadan /hari selama 14 hari,
Pengobatan untuk mengatasi Malaria vivax,yaitu
Untuk area yang masih sensitif klorokuin maka diberikan
Klorokuin : Hari ke 1: 10 mg, hari ke 2: 10 mg. hari ke 3: 5 mg,
Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgberatbadan /hari selama 14 hari,
diberikan Klorokuin dosis tunggal perhari selama 3 hari + primakuin
selama 14 hari,
Untuk daerah yang resisten klorokuin terhadap malaria vivak maka
diberikan Artesunate+ Amodiakuin selama 3 hari (dosis sama dengan
falciparum)+Primakuin selama 14 hari dosis 0,25-0,5 mg/kgberatbadan /hari, v
diberikan Kina : 10 mg/kgberatbadan /kali (3 x sehari) selama 7 hari,
diberikan Primakuin : 0,25 mg/kgberatbadan /hari selama 14 hari,
diberikan Kina (3xsehari) selama 7 hari+Primakuin 14 hari,
21.MORBILI (CAMPAK)
Morbili yaitu penyakit infeksi virus akut
penyakit ini ada 3 stadium
yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalens.
penyakit campak disebabkan virus campak atau morbili,
penyakit campak dibagi menjadi 3 fase,antaralain:
1. Fase pertama masa inkubasi berlangsung 10 – 12 hari,
di fase ini anak sudah terkena infeksi tapi namun belum terlihat
gejala apapun,
2. Pada fase kedua fase prodormal muncul gejala diare. 1 – 2 hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik
Mata kemerah-merahan berair ,flu seperti batuk, pilek demam ,
jika melihat mata akan silau (fotofobia) , pada sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3 – 4 hari.
3. Fase ketiga gejalanya yaitu keluar bercak merah makulopapuler seiring dengan demam
tinggi yang terjadi. Namun bercak bertahap muncul di tubuh. Bermula dari belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan kaki,
bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu,
bila bercak
merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun
makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), kemudian
sembuh dengan sendirinya. Periode ini sampai 2 minggu,
jika campaknya ringan tidak diobati jika campaknya berat
atau terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit,
22.PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu penyakit
hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,
hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan akibat respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas ,
PPOK memiliki :
sesak ketika beraktivitas,
hambatan aliran udara ireversibel (tidak bisa kembali normal)
riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara ,
onset (awal terjadinya penyakit) yaitu pada usia pertengahan,
perkembangan gejala bersifat progresif lambat,
bronkitis kronik dan emfisema bukan PPOK sebab bronkitis
kronik yaitu diagnosia , emfisema yaitu diagnosa
patologi,
Dalam mendiagnosa PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik ,
pemeriksaan foto toraks, pemeriksaan spirometri , diagnosa berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK ,
pemeriksaan spirometri dapat menentukan
diagnosa PPOK sesuai derajat PPOK ringan, sedang atau berat,
Diagnosa PPOK dilakukan jika:
pada pemeriksaan anamnesis:
terdapat faktor risiko seperti polusi udara asap rokok,usia (pertengahan) dan riwayat pajanan,
Gejala:
Keluhan respirasi
Batuk kronik yang hilang timbul selama 3 bulan yang tidak
hilang dengan pengobatan ,
Berdahak kronik terus menerus tanpa disertai batuk,
Sesak nafas, saat melakukan aktivitas
gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak dibawah ini
pada PPOK derajat sedang dan PPOK
derajad berat tampak perubahan cara bernapas atau perubahan
bentuk anatomi toraks
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang jelas
terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat
hiperinflasi alveoli,
pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan ,antaralain:
suara nafas vesikuler melemah atau normal,
ekspirasi memanjang,
mengi ( timbul pada eksaserbasi),
ronki,
bentuk dada pasien barrel chest (dada seperti tong),
cara bernapas pasien purse lips breathing (seperti orang meniup),
ada penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas,
pelebaran sela iga perkusi,
hipersonor auskultasi,
fremitus melemah,
pemeriksaan penunjang pada diagnosa PPOK antara
lain :
analisa gas darah ,
mikrobiologi sputum ( untuk pemilihan antibiotik jika terjadi
eksaserbasi),
pemeriksaan radiologi (foto toraks),
pemeriksaan spirometri,
pemeriksaan laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menandakan telah terjadi hipoksia kronik),
walau hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada
PPOK ringan namun pemeriksaan radiologis ini berfungsi untuk
mengabaikan diagnosa dari. pengaruh penyakit paru lainnya
hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
jantung pendulum dinyatakan PPOK jika sekurang-kurangnya pada anamnesis
ditemukan ada pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan
berdahak dengan sesak nafas terutama saat melakukan aktivitas ,
paru hiperinflasi atau hiperlusen,
diafragma mendatar,
corakan bronkovaskuler meningkat,
bulla,
untuk mendiagnosa PPOK diabaikan kemungkinan adanya
TB Paru dan sindrome obstruktif pasca TB Paru, asma bronkial, gagal jantung kongestif,
diagnosa dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK dilaksanakan
di rumah sakit yang memiliki spirometri,
penentuan klasifikasi (derajat) PPOK yaitu:
pada PPOK Ringan Gejalanya :
batuk atau tanpa batuk
produksi sputum atau tanpa produksi sputum,
Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1,
Spirometri:
VEP1 80% prediksi (normal spirometri) atau
VEP1 / KVP < 70%
pada PPOK sedang gejalanya :
batuk atau tanpa batuk
produksi sputum atau tanpa produksi sputum,
sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas),
Spirometri:
VEP1 / KVP < 70% atau 50% < VEP1 < 80% prediksi,
pada PPOK berat gejalanya :
eksaserbasi sering terjadi disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan , sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik,
Spirometri:
VEP1 / KVP < 70%,
VEP1 < 30% prediksi atau
VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik,
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa
gas darah, dengan kriteria:
Hipoksemia dengan hiperkapnia atau normokapnia ,
pengobatan PPOK yaitu :
obat obatan, Bronkodilator,
digunakan bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik,
antibiotik penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi,
mukolitik hanya sebagai pengobatan,
simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental,
antitusif hanya untuk batuk yang sangat mengganggu,
vaksinasi influensa diberikan pada pasien PPOK sedang dan berat dan usia di atas 60 tahun untuk mengurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabil,
Pemberian yang tidak berhati hati memicu
hiperkapnia dan memperburuk penyakit,
Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat sebagai perawatan lanjutan sesudah eksaserbasi pada PPOK berat,
dilakukan bulektomi jika ada bulla yang besar atau transplantasi paru,
Anti inflamasi dalam bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan
jangka waktu lama pada PPOK stabil hanya jika uji steroid positif pada
eksaserbasi digunakan dalam bentuk oral atau sistemik,
23.PERDARAHAN POST PARTUM
perdarahan post partum yaitu perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi sesudah bayi lahir, perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24 jam persalinan,perdarahan post partum dini yaitu perdarahan sesudah bayi lahir dalam 24 jam pertama persalinan ,
perdarahan post partum disebabkan oleh sisa plasenta ,kelainan pembekuan darah,atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta,
dalam persalinan sulit untuk menentukan jumlah darah secara akurat karena
tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian oleh karena
itu jika terdapat perdarahan disarakan untuk
melakukan pengobatan ,
Diagnosa
pengelolaan khusus atonia uteri
atonia uteri muncul jika miometrium tidak berkontraksi. uterus menjadi lunak dan
pembuluh darah pada area bekas perlekatan plasenta terbuka lebar.
atonia sebagai penyebab perdarahan postpartum,
faktor yang memicu uterus meregang seperti yang terjadi
pada:
persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin,
infeksi intrapartum, paritas tinggi,polihidramnion,
kehamilan kembar, makrosomi,persalinan lama,
persalinan terlalu cepat,
cara cara mencegah atonia uteri ,antaralain:
1. menyuntikan oksitosin
menyuntikkan oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada area luar paha
kanan 1/3 atas sesudah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk
memastikan ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah,
memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal,
2. peregangan tali pusat terkendali
memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
atau menggulung tali pusat,
ketika uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial
meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau
kain kasa dengan jarak 5 – 10 cm dari vulva,
3. mengeluarkan plasenta
jika tali pusat bertambah panjang namun plasenta belum lahir, pindahkan
kembali klem hingga berjarak ± 5 – 10 dari vulva.
bila dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat tampak bertambah
panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk menekan
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bahwa kemudian
ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
jika plasenta belum lepas sesudah melakukan itu selama 15
menit maka tunggu 15 menit, jika belum lahir lakukan tindakan plasenta manual,suntikkan ulang 10 IU oksitosin i.m,
periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh,
4. sesudah plasenta terlihat pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati.
jika terasa ada tahanan, penegangan plasenta dan selaput secara perlahan
untuk mencegah robeknya selaput ketuban,
5. masase uterus
sesudah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras),
6. memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan
perlukaan jalan lahirjenis uterotonika dan cara pemberiannya, kelengkapan plasenta dan ketuban, kontraksi uterus,
Jenis uterotonika dan cara pemberiannya
"perlukaan jalan lahir"
perdarahan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, maka dipastikan bahwa perdarahan berasal dari perlukaan
jalan lahir. perlukaan jalan terdiri atas:
robekan perineum,robekan dinding vagina, robekan serviks,
ruptura uteri, hematoma vulva,
kolporeksis yaitu keadaan di mana terjadi robekan di vagina bagian atas,
sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina , robekan ini melingkar atau memanjang ,
pervaginam harus dilakukan pemeriksaan dengan spekulum keadaan jalan lahir
termasuk serviks,
robekan serviks dapat terjadi di satu tempat atau lebih. pada plasenta manual, persalinan operatif ,partus presipitatus, persalinan sungsang,
robekan perineum
dibagi atas 4 tingkat :
tingkat i : robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum,
tingkat ii : robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei
transversalis, namun tidak mengenai sfingter ani,
tingkat iii : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani,
tingkat iv : robekan hingga mukosa rektum,
" hematoma vulva"
pada hematoma yang luas dengan anemia dan
presyok, segera dilakukan pengosongan hematoma ,
dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling
terenggang. seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma
kosong. dicari asal perdarahan, perdarahan dihentikan dengan
mengikat atau menjahit sumber perdarahan tersebut. luka sayatan
kemudian dijahit. dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau
dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa
diluar,penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan luas hematoma.
pada hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan hanya dikompres saja
"Robekan dinding vagina"
Robekan dinding vagina harus dijahit.
jika ada kolporeksis dan fistula visikovaginal maka bawa ke rumah
sakit,
" episiotomi, robekan perineum dan robekan vulva"
ketiga jenis perlukaan tersebut harus dijahit.
A robekan perineum tingkat 1
penjahitan robekan perineum tingkat 1 dilakukan dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan
(figure of eight).
B robekan perineum tingkat 2
sebelum penjahitan pada robekan perineum tingkat 1 atau tingkat
2 , bila ada pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka
pinggir yang bergerigi harus diratakan terlebih dahulu. pinggir
robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih
dahulu, kemudian digunting. sesudah pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan,
awalnya otot-otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. penjahitan mukosa
vagina dimulai dari puncak robekan. hingga kulit perineum dijahit dengan
benang catgut secara jelujur,
C .robekan perineum tingkat 3
pada robekan tingkat 3 mula-mula dinding depan rektum yang robek
dijahit, kemudian fasial perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. ujung-ujung otot
sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem / pean
lurus, kemudian dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu lagi. kemudian robekan dijahit lapis demi lapis seperti
menjahit robekan perineum tingkat 2 .
D robekan perineum tingkat 4
pada robekan perineum tingkat 4 karena tingkat kesulitan untuk
melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan
berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang
kehidupannya,
" robekan serviks"
robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan
bibir belakang serviks dijepit dengan klem fenster. kemudian serviks
ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.
selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung
robekan untuk menghentikan perdarahan, jahitan pertama dimulai dari puncak sebagian robekan serviks robekan pada serviks setelah dijahit
24.PERTUSIS
pertusis atau batuk rejan yaitu penyakit akut pada saluran pernapasan.
pertusis disebabkan oleh kuman gram negatif bordetella pertusis,
gejala penyakit ini muncul 1 – 2 minggu sesudah tertular dengan penderita yang terinfeksi , didahului masa inkubasi selama 7 – 14 hari, penyakit ini berlangsung selama 6 minggu lebih,
stadium pertusis ,antaralain:
stadium kataralis yang ditandai batuk ringan, demam dan pilek ringan berlangsung 1 – 2 minggu. pada stadium ini tidak dapat dibedakan dengan ISPA yang disebabkan oleh virus,
stadium spasmodik yang berlangsung 2 – 4 minggu
batuk whooping caugh disertai muntah lebih sering, berkeringat, dan pembuluh darah di muka-leher melebar, terjadi perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis. kuku dan bibir kebiruan
karena darah kekurangan oksigen,
pada stadium konvalesensi, terjadi selama dua minggu.
mereda batuknya ,
diagnosa dengan
kultur swab nasofaring ditemukan bordatella pertusis ,
meningkatnya serum ig a spesifik bordatella pertusis,
terdeteksi bordatella pertusis dari spesimen nasofaring,
dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu Difteri-Pertusis Tetanus. yang diberikan 3 kali berturut-turut pada bayi usia 3,4, 5 bulan.
Pengobatan dengan pemberian
antibiotika seperti eritromisin 30 – 50 mg/kg berat badan 4 x sehari.
diberikan kodein 0,5 mg/tahun/kaliUntuk batuk,
25.PIELONEFRITIS
pielonefritis yaitu infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.
pielonefritis disebabkan oleh proteus, escherichia coli , enterobacter, klebsiella, pseudomonas ,
gejala mual dan muntah,demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, kejang terjadi karena batu ginjal, iritasi akibat infeksi ,
pada infeksi menahun (pielonefritis kronik), nyerinya samar dan
demam hilang-timbul bahkan tidak ada demam sama sekali,
otot perut berkontraksi kuat, infeksi saluran kemih bagian bawah, sering berkemih dan nyeri ketika berkemih,pembesaran salah satu atau kedua ginjal,
kolik renalis atau nyeri hebat karena kejang ureter,
pielonefritis kronik merusak ginjal sehingga gagal ginjal,
pielonefritis kronik hanya terjadi pada penderita yang memiliki arus balik air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter , penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar ,
Diagnosa berdasarkan gejalanya ,Pemeriksaan untuk memperkuat diagnosa pielonefritis yaitu:
pemeriksaan USG dan rontgen dapat menemukan penyebab penyumbatan air kemih, batu ginjal, kelainan struktural ,
pemeriksaan urin dengan mikroskop, pembiakan bakteri dalam contoh urin untuk menentukan adanya bakteri,
terapi kausal dimulai dengan diberikan antibiotik kotrimoksazol 2 tablet 2 x sehari atau ampisilin 500 mg 4 x sehari selama 5 hari.
4 – 6 minggu sesudah pemberian antibiotik, dilakukan pemeriksaan urin ulang
untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diobati, perlu dilakukan
pembedahan pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu
26.PNEUMONIA
Pneumonia yaitu peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
jamur.
Pneumonia dibedakan menjadi pneumonia lobaris, bronkopneumonia
aspirasi akibat aspirasi minyak tanah.
Kuman berbeda menurut sumber penularan ( nosokomial).
penyebab pneumonia yaitu :
virus seperti virus influenza, chicken-pox (cacar air)
Jamur,organisme mirip bakteri seperti mycoplasma pneumoniae ,
bakteri streptococcus pneumoniae,
bakteri staphylococcus aureus,
bakteri legionella,
bakteri hemophilus influenzae,
Pneumonia pada anak-anak disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae puncaknya terjadi pada umur 2 – 3 tahun.
pneumonia bakterialis beragam menurut jenis kuman
penyebab, usia , beratnya penyakit.
pneumonia lobaris karena
S.pneumoniae,
pneumonia empiema dan pneumonia pneumatokel karena S.aureus.
pneumonia pada balita, gejalanya napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2
bulan – 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit) gejala dikelompokkan atas :
demam, sakit kepala, lesu,
gejala penyakit saluran pernapasan bawah seperti sianosis,takipneu, dispneu,
retraksi atau napas cuping hidung,
gejala pneumonia seperti bronkofoni positif.perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah halus nyaring pada bronkopneumonia,
batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen,
gejala di ekstrapulmonal seperti
leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiakkan
kuman penyebabnya,
pemeriksaan dengan foto toraks untuk menilai adanya komplikasi, pemeriksaan uji serologi
menentukan jenis infeksi ,
pemeriksaan penunjang seperti hitung jenis darah,gas darah arteri,rontgen dada, pembiakan dahak,
anak dibawah usia 2 bulan, tidak dilakukan diagnosa pneumonia,
pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara
ronki,
penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat cairan intravena bila sesak, oksigen, jika batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau
brankodilator (teofilin atau salbutamol).
jika pasien alergi penisilin atau penyebabnya
mikoplasma (batuk kering) maka diberikan
eritromisin 500mg 4 x sehari.
Diberikan Antibiotik seperti amoksisilin atau ampisilin.
Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet
Dosis anak:2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet, 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet,3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet,
diberikan injeksi amoksisilin dan atau gentamisin
dewasa diberikan penisilin prokain
600.000 – 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada
pasien dengan batuk produktif,
27.PTERIGIUM
pterigium yaitu kelainan yang terdapat di sisi nasal bilateral atau unilateral,
penyebab pterigium belum diketahui , diduga karena iritasi kronik
oleh panas debu, sinar matahari ,
gejalanya mata merah, berair, ada rasa mengganjal. jika
penebalan jaringan ini mencapai pupil maka penglihatan terganggu.
pterigium yaitu penebalan berupa lipatan mukosa bentuk segitiga
yang ada di kornea. jaringan ini mengandung banyak pembuluh darah, semuanya menuju ke puncak pterigium.
saat meradang diberikan astringen-dekongestan 1 tetes 3 – 4 x
sehari: kombinasi seng-sulfat 0,25% dengan fenilefrin 0,12% atau nafazolin
0,7%.pterigium yang mengganggu penglihatan perlu pembedahan,
28.RABIES
Rabies yaitu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies rhabdo virus yang bersifat neurotrop dan ditularkan melalui gigitan anjing, kucing kera,
gejalanya :
A stadium prodromal
nyeri di tenggorokan, demam, malaise, mual ,
B.stadium sensoris
nyeri, rasa panas , kesemutan pada tempat bekas
gigitan, cemas reaksi berlebihan terhadap rangsang sensorik,
C.stadium eksitasi
tonus otot-otot dan aktifitas simpatik meningkat dengan gejala dilatasi pupil,hiperhidrosis (banyak air mata) hiperlakrimasi(banyak berkeringat), hipersalivasi (banyak air liur), adanya bermacam macam fobia, hidrofobia (takut air)
kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dipicu
oleh rangsang sensorik seperti menjatuhkan sinar ke mata (photophobia) atau dengan bertepuk tangan ke dekat telinga penderita (audiophobia)meniupkan udara ke muka penderita (aerophobia),respons yang berlebihan.,
tingkah laku pasien sangat terlalu tidak rasional kadang-kadang maniakal ,
apneu, sianosis, kejang dan takikardi, cardiac arrest,
gejala-gejala eksitasi berlangsung hingga pasien meninggal dunia akibat rabiesnya, namun pada
saat kematian tiba tiba mendadak ditengah malam otot-otot yang kaku tegang menjadi melemas, sehingga terjadi paresis flaksid otot-otot,
D.stadium paralisis
namun pasien rabies meninggal dunia di stadium eksitasi, kadang tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paralisis
otot-otot yang bersifat progresif. ini karena gangguan saraf tulang belakang
yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernapasan
Sebelum dibawa kerumah sakit , pasien diinfus dengan ringer laktat atau NaCl 0,9%, diberi antikonvulsan dan pasien difiksasi selama
dalam perjalanan hati hati waspada terhadap perlakuan pasien yang tidak
rasional,
Setiap gigitan hewan penular rabies harus
ditangani dengan sesegera mungkin dengan
mencuci luka gigitan dengan air ( air mengalir) dan sabun atau
deterjen selama 10 – 15 menit, kemudian diberi alkohol 70%,
diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) sesudah digigit (Post Exposure Treatment)
Dosis dan cara pemberian VAR (Purified Vero Rabies Vaccine = PVRV) yaitu:
Diberikan 4 x suntikan @ 0,5 ml pada hari ke-0 sebanyak 2 dosis sekaligus
di regio deltoideus kanan dan kiri, hari ke-7 dan 21 masing-masing 1 dosis
secara intramuskuler (i.m). Dosis sama untuk semua usia ,
29. SALPINGITIS
salpingitis yaitu infeksi saluran tuba uterina
salpingitis akut disebabkan oleh infeksi gonore.
salpingitis kronik berbentuk sebagai salpingitis ismika nodosa, piosalping, hidrosalping
pada salpingitis akut kemungkinan kehamilan ektopik atau
apendisitis
gejalanya:
nyeri tekan di abdomen bagian bawah , nyeri pada pergerakan
serviks,
parametrium nyeri unilateral atau bilateral
nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. nyeri
bertambah jika ada gerakan,
perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan,
demam disertai menggigil,
diagnosa nyeri tekan dan kaku area tuba pada pemeriksaan dalam ginekologi,
pasien tidur pada posisi fowler.
berikan antibiotika spektrum luas dosis tinggi:
Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam
ditambah Gentamisin 5 mg/kg berstbadan i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam,
Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam,
atau Berikan Ampisilin 3,5 gram per oral, dilanjutkan 500 mg 4 x sehari
selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada
alternatif pertama maupun kedua,
atau Berikan Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari
30.SINDROMA NEFROTIK
sindroma nefrotik yaitu akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar lemak dalam darah,penimbunan garam dan air yang berlebihan,menurunnya kadar albumin dalam darah,
proteinuria (protein di dalam air kemih lebih dari 3 gram per 24 jam)
penyebabnya yaitu karena ada perubahan permeabilitas barrier filtrasi glomerulus terhadap protein,
gejala awalnya yaitu pengkisutan otot, pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air, air kemih berbusa, nafsu makan turun,
pembengkakan kelopak mata, nyeri perut,
produksi air kemih berkurang dan bisa gagal ginjal karena rendahnya volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal,
gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi
tiba-tiba,
pembengkakan berpindah-pindah; pada pagi hari cairan
tertimbun di kelopak mata dan kemudian cairan akan tertimbun di
pergelangan kaki. pengkisutan otot tertutupi oleh pembengkakan,
anak-anak mengalami penurunan tekanan darah pada saat
berdiri dan tekanan darah yang rendah ( syok) tekanan
darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal dan tinggi,
perut membengkak karena penimbunan cairan ,
sesak nafas akibat cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).
pembengkakan lutut dan kantung zakar ,
kekurangan gizi terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi ( glukosa)
ke dalam air kemih, pertumbuhan anak-anak terhambat. kalsium akan diserap dari tulang. rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan rambut. kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal putih ,
kelainan pembekuan darah, memicu bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam vena ginjal darah tidak membeku dan menyebabkan perdarahan ,pasien yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat mengalami Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak,
perut mengalami peradangan (peritonitis),
terjadi infeksi oportunistik (infeksi akibat bakteri yang normalnya tidak berbahaya), infeksi diduga terjadi akibat hilangnya antibodi ke dalam air kemih atau karena berkurangnya pembentukan antibodi,
diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
terhadap urin menunjukkan kadar protein yang
tinggi, 40 mg/ml/jam atau ++.
kadar natrium dalam air kemih rendah dan kadar kalium dalam air kemih
tinggi, kadar lemak dalam air kemih dan dalam darah tinggi, kadang sampai 10 kali normal,
kadar albumin dalam darah adalah rendah karena protein ini
dibuang melalui air kemih dan pembentukannya terganggu.
pembekuan darah bisa menurun atau meningkat ,
analisa air kemih dan darah dapat menunjukkan penyebabnya. bila pasien
mengalami penurunan berat badan atau usianya lanjut,
kemungkinan kanker,
Tujuan pengobatan untuk mengatasi penyebabnya.
bila penyebabnya adalah kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian
heroin bisa menghilangkan gejala�gejalanya,
bila penyebabnya adalah obat-obatan, maka pemakaian obat harus dihentikan
bila penyebabnya yaitu penyakit yang dapat diobati , maka mengobatinya akan mengurangi gejala gejala nya,
bila tidak ditemukan penyebab nya maka diberikan kortikosteroid dan
obat-obatan yang menekan sistem kekebalan ( siklofosfamid).
2mg/kg beratbadan selama 4 hari pertama, bila sensitif lanjutkan dengan dosis 40
mg/kg beratbadan (2/3 dosis) dosis awal diberi selang sehari selama 4 minggu berikut dan sesudahnya dihentikan
bila cairan tertimbun di perut, maka selalu makan dalam porsi kecil tetapi sering.
penimbunan cairan , pembengkakan jaringan ,Tekanan darah tinggi diatasi dengan diuretik. , tetapi resikonya
terbentuknya bekuan darah namun Antikoagulan membantu mengendalikan
pembentukan bekuan darah,
obat ini menghambat pertumbuhan pada anak anak ,
diet yang mengandung protein dan kalium
dalam jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.
Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih.
ACE inhibitors ( enalapril, kaptopril dan lisinopril)
menurunkan pembuangan protein dalam air kemih dan menurunkan kadar
lemak dalam darah. namun pada pasien yang mengidap kelainan fungsi ginjal
yang ringan sampai berat, obat ini meningkatkan kadar kalium
darah.
31.SIROSIS HATI
Sirosis yaitu kelainan hati dimana terdapat regenerasi,nekrosis, fibrosis ,
Sirosis disebabkan oleh obstruksi bilier, infeksi virus, parasit, obat-obatan dan bahan kimia , kelainan bawaan ,
pasien sirosis ringan tidak mengalami gejala
selama bertahun-tahun sedang lainnya mengalami nafsu makan turun ,
penurunan berat badan ,
bila aliran empedu tersumbat selama bertahun-tahun, muncul sakit kuning
(jaundice), muncul nodul kecil di kulit yang berwarna kuning,
terutama di sekeliling kelopak mata ,gatal-gatal
kadang terjadi batuk darah atau muntah darah karena adanya perdarahan
dari vena varikosa di ujung bawah kerongkongan (varises esofageal),
pelebaran pembuluh darah akibat dari tekanan darah tinggi dalam vena yang berasal dari usus menunju ke hati (hipertensi portal ) bersamaan gagalnya fungsi hati, memicu terkumpulnya cairan di dalam perut (asites),
terjadi gagal ginjal dan ensefalopati hepatikum,
gejala-gejala penyakit hati ,seperti:
jari-jari tangan melekuk keatas (kontraktur telapak tangan),
vena-vena kecil seperti labalaba ,
pembesaran payudara dan pinggul pada laki-laki (ginekomastia),
pembesaran kelenjar ludah di pipi,
buah zakar mengecil (atrofi testis),
fungsi saraf tidaknormal (neuropati perifer),
kelemahan otot,
kemerahan di telapak tangan (eritema palmaris),
Diagnosa pemeriksaan berdasarkan pemeriksaan mikroskopis dari jaringan
hati (biopsi),USG dapat tampak adanya pembesaran hati,
Scanning hati menggunakan isotop radioaktif tampak gambaran area
hati yang menjadi jaringan parut atau yang masih berfungsi
pengobatan untuk sirosis yaitu
menghilangkan sumber racun ,
menambah asupan makanan bergizi
hati-hati obat rematik dan analgetik
gradasi penyakit:
− grade a : albumin normal,
− grade b : salah satu ada,
− grade c : kelainan kesadaran,
32.SISTITIS AKUT
Sistitis yaitu infeksi pada kandung kemih wanita kambuhan , terutama pada masa reproduktif
sistitis disebabkan oleh adanya organisme proteus mirabilis ,e.coli , klebsiella,
pseudomonas, grup b streptococcus ,
gejalanya yaitu:
urin berawan atau mengandung darah,
sistitis tanpa gejala dialami pasien usia lanjut, yang menderita inkontinensia uri ,
infeksi kandung kemih tidak memicu gejala ini diketahui pada
saat pemeriksaan urin (urinalisis )
ingin buang air kecil , gatal selama buang air kecil.
kadang nyeri dirasakan diatas tulang kemaluan dan
di punggung sebelah bawah,
nokturia (sering buang air kecil di malam hari),
diagnosa :
untuk pasien pasien laki laki ,mengambil contoh urin urin aliran tengah ,
untuk pasien pasien wanita ,mengambil contoh urin aliran tengah (midstream), sebab urin belum tercemar oleh bakteri dari vagina atau ujung penis. urin kemudian dilihat dibawah mikroskop untuk mencari cari dimana sel darah merah atau sel darah putih , penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis bakterinya. bila terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ada dalam jumlah yang banyak,
diagnosa dengan sistitis dengan
pemeriksaan uretrogram retrograd, untuk melihat lihat ada tidaknya penyempitan, divertikula,
pemeriksaan sistoskopi, untuk melihat lihat ada tidaknya kandung kemih secara langsung dengan serat optik,
pemeriksaan rontgen, untuk melihat lihat ginjal, ureter dan kandung kemih
pemeriksaan sistouretrografi, untuk melihat lihat ada tidaknya arus balik urin dari kandung kemih dan penyempitan uretra,
pembedahan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih
(uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi, sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
diberikan antibiotik peroral seperti kotrimoksazol atau siprofloksasin selama
5 hari akan efektif, selama belum ada komplikasi,
untuk pasien usia lanjut, infeksi tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
Untuk sistitis ringan minum banyak cairan. yang mampu membuang banyak bakteri dari tubuh,
bila infeksinya kebal, maka diberikan antibiotik selama 7 – 10 hari,
diberikan atropin Untuk meringankan kejang otot ,
diberikan baking soda yang dilarutkan dalam air membuat urin menjadi
basa,
33.STRUMA
Struma yaitu pembesaran kelenjar tiroid,
struma endemik yaitu struma yang dialami banyak orang akibat makanan kurang mengandung iodium Penyakit ini muncul pada masa pubertas atau kehamilan
struma disebabkan oleh iodium dosis tinggi, zat goitrogenik seperti PAS,
sulfonilurea, litium ,
kelainan dishormonogenesis tiroid jika ditemukan:
terdapat gondok dengan hipotiroidisme tanpa tanda hashimoto,
terdapat gondok disertai dengan gangguan pendengaran,
gondok yang secara familial ada di area nonendemis,
terdapat kretin di area nonendemis,
pasien hipotiroidisme mengalami
suara parau, lamban dalam berpikir,kurang energi, rambut rontok, intoleransi dingin, berat badan naik, konstipasi, kulit kering dan dingin,
pengidap hipotiroidisme ringan yang lelah, nyeri
otot, rambut rontok , konstipasi, kadar T4 bebas umumnya rendah atau
normal rendah, kadar TSH meningkat,
pada hipotiroidisme, kelenjar tiroid tidak teraba. kemungkinan
karena atrofi kelenjar akibat pengobatan hipertiroidisme memakai yodium
radioaktif sebelumnya atau setelah tiroditiditis autoimun,
diagnosa
struma sporadik dibedakan dari struma endemik dengan test TSH yang hasilnya normal, sedangkan pada struma endemik menurun,kadar TSH yang meningkat ,
Pengobatan untuk:
mengatasi kelenjar gondok,
menggunakan garam dapur beriodium,
Struma sporadik diatasi dengan ekstrak tiroid 50 – 150 mg/hari atau tiroksin
150 –300 mg/hari.
Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, jika memang ada,
diberikan Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 – 15
mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali normal.
34.SYOK ANAFILAKSIS
bila pasien sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian kontak lagi
terhadap antigen itu, akan muncul hipersensitivitas. antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi pengeluaran histamin dan zat vasoaktif lain, degranulasi, ini memicu tingginya
permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh,
terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang memicu syok, peningkatan permeabilitas kapiler memicu udem. pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi. syok anafilaktik disebabkan oleh obat yang diberikan secara intravena seperti antibiotik atau media kontras.
syok anafilaksis disebabkan pemberian obat suntikan penisilin, streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik.,oral atau oleh
makanan,
gejala pertama : mual dan muntah,rasa tebal di faring dan dada, batuk, eritema, rasa terbakar pada kulit, rasa tersengat, takikardi,
gejala sekunder :diare, hipotensi, berkeringat, pucat,pembengkakan kulit palpebra dan bibir , urtikaria, edema laring, serak, wheezing, serangan batuk, nyeri abdomen, mual, muntah,
gejala parah : henti jantung, spasme laring, shock, henti nafas ,
Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan sangat cepat ,jika tidak pasien dapat meninggal atau cacat organ tubuh menetap,
jika
terjadi komplikasi syok anafilaktik sesudah diberikan obat maka tindakan yang perlu dilakukan, yaitu:
baringkan pasien Kaki diangkat lebih tinggi
dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha
memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
jika terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang efektif maka dapat ditambahkan aminofilin 5 – 6 mg/kg beratbadan i.v dosis awal yang
diteruskan 0,4 – 0,9 mg/kg berat badan /menit dalam cairan infus,
berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa
atau 0,01 µg/kg beratbadan untuk penderita anak-anak, i.m. Pemberian ini bisa diulang tiap 15 menit sampai membaik ,
diberikan kortikosteroid, seperti hidrokortison 100 mg atau
deksametason 5 – 10 mg intravena ,
pemberian infus kontinyu adrenalin 2 – 4 µg/menit.
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan
utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan meningkatkan
tekanan darah dan jantung ,mengatasi asidosis laktat,
bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. , pada syok anafilaktik berat diperkirakan ada kehilangan
cairan 20 – 40% dari volume plasma. bila diberikan larutan koloid,
dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume
plasma. bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin,
Dalam keadaan gawat, bila penderita syok anafilaktik
dikirim ke rumah sakit, maka dapat meninggal dalam perjalanan. maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah
harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia , Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
bila syok teratasi, pasien harus diawasi ,
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 – 3 kali
suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi,
pencegahan syok anafilaktik antaralain:
pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang tepat,
riwayat penyakit asma dan riwayat alergi terhadap banyak obat, be risiko lebih
tinggi kemungkinan terjadinya syok anafilaktik,
bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita mampu
mentoleransi pemberian obat-obat namun tidak berarti pasti pasien tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. orang dengan tes kulit
negatif dan memiliki riwayat alergi positif kemungkinan reaksi
sebesar 1 – 3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60% bila
tes kulit positif,
pemberian cairan :
cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid untuk melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial dan intra sel. cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler,
jangan memberikan minum kepada pasien yang mendapat trauma pada perut serta kepala, yang akan dioperasi, yang mual-mual, tidak sadar, kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
pemberian minum harus dihentikan bila pasien menjadi mual atau
muntah,
diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,
"swan ganz" kateter dan pemeriksaan analisa gas darah,
pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung. harus diperhatikan oksigenasi
darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang,
kehilangan air diganti dengan larutan hipotonik. kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit diganti dengan larutan isotonik. penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid membutuhkan volume 3 – 4 kali
volume perdarahan yang hilang, jika pemakaian larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap,
pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
35.TETANUS
tetanus yaitu penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh
bakteri an-aerob clostridium tetani yang menyebabkan infeksi adalah racun yang dihasilkan oleh bakteri, bukan
bakterinya,
spora dari bakteri clostridium tetani ini dapat hidup
selama bertahun-tahun di dalam tanah ,bila bakteri tetanus
masuk ke dalam tubuh manusia, akan terjadi infeksi pada luka yang dangkal / dalam,
terjadi infeksi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum),
gejala-gejala muncul dalam waktu 5 – 10 hari atau 2 hari atau 50 hari seudah terinfeksi,
gejala kekakuan rahang dan sulit dibuka,racun menyerang otot rangka manusia, terjadi kejang pada otot rahang lockjaw
(trismus) karena yang pertama terserang adalah otot rahang,
kejang pada otot-otot wajah memicu ekspresi pasien pasien seperti
menyeringai (risus sardonikus) namun kedua alis terangkat tinggi,
selanjutnya muncul gejala nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan tungkai.,gelisah, gangguan menelan, sakit kepala,
demam,
kejang pada otot sfingter perut bagian bawah memicu retensi
urin dan konstipasi,
kejang otot-otot perut, leher dan punggung memicu
kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung ke depan (epistotonus)
tidak terjadi demam. laju pernafasan dan denyut jantung meningkat.
Selama kejang sedang berlangsung pasien pasien tidak berbicara apapun karena otot dadanya kaku ,
terjadi kejang tenggorokan sehingga terjadi kekurangan oksigen yang
menyebabkan gangguan pernafasan,
diagnosa jika terjadi kekakuan otot atau kejang yang
memiliki luka ,dilakukan pembiakan bakteri dari apusan luka,
pasien pasien tetanus harus segera dibawa ke rumah sakit karena harus selalu berada dibawah pengawasan tenaga ahli dan perawatan intensif khusus , Sebelum dibawa lakukanlah berikut ini :
anak anak sebaiknya diberikan immunoglobulin tetanus untuk menetralisir racun , antibiotik
tetrasiklin dan penisilin untuk mencegah pembentukan racun lebih
lanjut.
cegah penyebaran racun dengan eksplorasi luka dan
membersihkannya dengan h202 3%. port d’entre lain seperti omsk atau
gangren gigi juga harus dibersihkan dahulu ,
di berikan tetanus toksoid 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan.
jaga keseimbangan cairan,Pertahankan jalan napas
berikan human tetanus immunoglobulin 5000 IU i.m jika
racun yang belum bersenyawa dengan otot,
ATS suntikkan i.m atau i.v 20.000 – 40.000 IU/hari
selama 3 hari atau 20.000 IU/hari untuk anak-anak selama 2 hari.
Berikan penisilin prokain 2 juta IU i.m pada orang dewasa atau 50.000
IU/kg beratbadan /hari selama 10 hari pada anak untuk eradikasi kuman.
Berikan diazepam untuk mengatasi kejang dengan titrasi dosis:5 – 10 mg
i.v. untuk anak dan 40 – 120 mg/hari untuk dewasa.
36.TETANUS NEONATORUM
tetanus neonaturom yaitu penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus pasien pasien bayi berusia kurang 1 bulan, spora kuman clostridium tetani masuk ke dalam tubuh pasien pasien bayi melalui pintu
masuk satu-satunya yaitu tali pusat, spora kuman masuk saat pemotongan tali tali pusat ,
kuman clostridium tetani memproduksi toksin (racun) untuk
menyerang sistem saraf pusat,
gejalanya yaitu
pasien pasien bayi tiba tiba tidak mau menyusu ,
kaku kuduk dan kejang sampai epistotonus ,
demam tinggi dan sianosis,
pasien pasien bayi sebaiknya dibawa untuk dirawat di rumah sakit karena
komplikasi terutama sepsis. Sebelumnya pasang infus cairan rumat yaitu glukosa 5% NaCl (4:1) sebanyak 75cc/kg beratbadan /hari, kemudian diberikan:
ATS 10.000 IU/hari selama 2 hari berturut-turut,
Ampisilin 100 mg/kg beratbadan /hari i.v. diteruskan sampai 10 hari
Diazepam i.v. secara perlahan dengan titrasi dosis sampai kejang hilang,
maksimal 2,5 mg; kemudian dilanjutkan dengan 3 – 4 mg/kg beratbadan /hari dalam cairan infus.
37.TIFUS ABDOMINALIS
demam tifoid atau tifus abdominalis yaitu infeksi yang disebabkan oleh
bakteri salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan yang tercemar ,
gejala mulai timbul dalam waktu 8 – 14 hari sesudah terinfeksi,
gejalanya nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk
perdarahan dari hidung,sembelit, nafsu makan turun, nyeri perut, demam intermitten (pagi lebih rendah dibanding sore hari), sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, bibir kering dan pecah, mulut kotor ,lelah lemas ,bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2 – 5 hari
suhu naik dalam waktu 2 – 3 hari, yaitu mencapai 39,4 – 40°C selama 10 – 14 hari, suhu mulai turun pada akhir minggu ke-3 dan normal pada minggu ke-4,
denyut jantung yang lambat ,
jika parah berat terjadi delirium, stupor ,
diagnosa dilakukan biakan darah, tinja, air kemih untuk menemukan bakteri penyebabnya,
bila terjadi perforasi usus berikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai
jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.
diberikan terapi simtomatik (anti piretik, anti emetik),
diberikan roburansia,
diberikan terapi cairan, kadang diberikan melalui infus ,
antibiotik untuk penderita tifoid ,antaralain:
diberikan ampisilin
dosis Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
dosis Anak : 50 – 100 mg/kg beratbadan 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
diberikan Kloramfenikol
dosis Dewasa : 4 x 500 mg selama 14 hari
dosis Anak : 50-100 mg/kg beratbadan 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
diberikan Tiamfenikol,
dosis Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
dosis Anak : 50 mg/kg beratbadan 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
Vaksin tifus per-oral (ditelan) diberikan kepada pasien yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhii
38.TIROTOKSIKOSIS
Tirotoksikosis yaitu hiperfungsi kelenjar tiroid akibat stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas
TSH.
hiperfungsi kelenjar tiroid akibat adanya benjolan kecil didalam kelenjar, yang secara otanom membentuk hormone berlebih diluar sistem H-H, dimiliki pasien yang banyak makan minum obat yang mengandung iod / iodide maka penyakit ini dinamakan iod-struma atau iod-Basedow.
hiperfungsi kelenjar tiroid disebabkan oleh,
kanker tiroid, tiroiditis post partum (onset 2 – 6 bulan post partum) dalam bentuk ringan dan jangka pendek, penyakit graves,
gondok multinodul toksik yang berkembang sebagai respon terhadap keadaan
kehamilan,
gejalanya :
diare akibat peningkatan pristaltik, sukar tidur, gelisah, rasa takut, menurunya berat badan akibat penggunaan energi, palpitasis, tremor, transpirasi ,
sirkulasi yang hiperkinetik, efek jantung (takikardi, atriumfibrilasi), struma , bola
mata menonjol ,
Diagnosa dengan pemeriksaan untuk menilai kemajuan terapi,
Ukur TSH (dapat menurun) dan kadar tiroksin (T4) (mungkin meningkat)
pada Pemeriksaan laboratorium penunjang yang menampakan kadar T3 dan T4 naik dan Indeks Tiroksin Bebas,
diberikan obat antitiroid seperti:
diberikan Propanolol 20 mg 3 x sehari sebelum makan juga untuk
takikardi dan kegelisahan.
Propiltiourasil (PTU), dosis awal 70 – 200 mg 3 x sehari selama 6
– 8 minggu, dosis pemeliharaan 50 – 300 mg/hari,
jika parah diberikan propranolol 60 – 120 mg 4 x sehari,
Beta bloker ini mengurangi efek tiroksin dijaringan perifer dengan cara blokade susunan saraf pusat,
39.TUBERKULOSIS
tuberkulosis yaitu infeksi menular dan menahun menyebabkan
cacat fisik ,
tuberkulosis disebabkan oleh mycobacterium africanum, mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis ,
penularan tuberkulosis hanya terjadi dari pasien tuberkulosis
terbuka,
gejalanya
masa inkubasi antara 4 – 12 minggu,
berkeringat di malam hari tanpa aktivitas,
batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu ,
dahak bertambah banyak , dahak berwarna kemerahan karena mengandung
darah, demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada,
batuk darah, sesak nafas pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan
(efusi pleura) di dalam rongga pleura,
bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru,
kelenjar getah bening pasien anak-anak menjadi besar dan menekan tabung
bronkial dan menyebabkan batuk atau penciutan paru-paru.
bakteri naik ke saluran getah bening membentuk kelenjar getah bening di leher. infeksi pada kelenjar getah bening dapat menembus kulit dan menghasilkan nanah,
Diagnosa dilakukan dengan ditemukannya kuman tuberkulosis
melalui pemeriksaan foto rontgen dada dan dahak mikroskopis,
Rontgen bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis),
Minimal 2 kali sputum BTA (+) : didiagnosa sebagai TB paru BTA (+)
Bila BTA (+) 1 kali, maka dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau
pemeriksaan dahak SPS diulang,
melakukan uji Tuberkulin pada anak , Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah
mendapat BCG, ditambah hasil radiologi dada yang
menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan
limfositisis relatif ,
Sinar ultraviolet pembasmi bakteri yang
terdapat di dalam udara, Isoniazid diminum setiap hari selama 6 – 9 bulan.
vaksin BCG untuk mencegah infeksi M. tuberculosis
Antibiotik seperti rifampisin ,pirazinamid, isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid,
dapat digabungkan dalam 1 kapsul,
Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang tinggi untuk
mengurangi jumlah bakteri sesudah 2 bulan, dosisnya dikurangi
untuk menghindari efek samping berbahaya terhadap mata,
Streptomisin diberikan dalam bentuk suntikan. bila Streptomisin diberikan dalam dosis tinggi atau pemakaiannya sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin memicu gangguan pendengaran dan keseimbangan,
obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan
pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan untuk dewasa,
pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali
pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit. B6 10
mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali pengobatan).
pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 48
minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH 700
mg, ditambah Vit. B6 10 mg.
obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan
Vitamin B6 untuk pengobatan 6 – 9 bulan,
pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali
pengobatan) yaitu Vitamin B6 10 mg , rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH 400 mg
pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22
minggu (44 kali pengobatan) yaitu : Vitamin. B6 10 mg,rifampisin 600 mg, INH 700 mg,
wanita dalam pengobatan jangka pendek tidak boleh
menggunakan pil atau suntikan kb karena keampuhan pil dan suntikan
KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan,
rifampisin menyebabkan warna merah pada air liur, air mata, dan air seni,
pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil
dan wanita yang sedang menyusui,
selama terapi, pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah dan
pemeriksaan radiologi, pemeriksaan fungsi hati, sebab efek
rifampisin dan INH terhadap hati,
pengobatan berselang dengan dosis besar
hanya dilakukan karena ketidakpatuhan penderita,
obat untuk anak anak:
diberikan Rifampisin 10 mg/kg beratbadan /hari, INH 10 mg/kg beratbadan /hari, pirazinamid 15
mg/kg beratbadan / hari selama 2 bulan pertama
Dilanjutkan dengan pemberian rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama 4 bulan berikutnya,
obat untuk dewasa:
diberikan Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan
etambutol 25 mg/kg beratbadan , semua ini diberikan selama 2 bulan
4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.
40.SERVICITIS KARENA CHLAMYDIA
Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa urin dari kandung kemih keluar tubuh ,
Uretritis non-gonore (NGU) yaitu uretritis yang disebabkan berbagai
mikroorganisme juga ditambah klamidia ,
Klamidia dan virus
herpes simpleks ditularkan melalui hubungan seksual ,
mikroorganisme bisa berasal dari usus besar dan sampai ke vagina melalui anus.Pada wanita, ada disuria, polakisuria , leukorea ringan dan Servisitis ini bermanifestasi sebagai sekret mukopurulen dan edema
atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.
jika dialami wanita, infeksi klamidia yang lama memicu endometritis
dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau nyeri abdomen
bawah yang ringan. Endometritis juga dapat menyebabkan perdarahan uterus
yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) adalah komplikasi lanjut
dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan terapi rawat inap.
Perihepatitis adalah komplikasi yang jarang pada infeksi klamidia.
laki laki jarang menderita uretritis,
Uretritis pada laki laki disebabkan oleh gonokokus,
pada laki laki uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair kemudian mukus dari uretra, nyeri dan disuria.
Masa inkubasi infeksi klamidia hingga muncul gejala yaitu 1 – 3 minggu,
lebih lama dibandingkan gonore. pasien tidak
mengalami gejala karena infeksi klamidia dan banyak yang menjadi
carrier asimtomatik penyakit klamidia,
Komplikasi infeksi klamidia yang rekuren dan ekstensif berupa
kerusakan tuba yang kemudian memicu infertilitas dan kehamilan
ektopikInfeksi klamidia dapat memicu perkembangan artritis reaktif (uroartritis,
Reiter’s disease) pada laki laki dan wanita,
Diagnosa uretritis pada laki laki dengan pemeriksaan pewarnaan
Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. jika jumlah lekosit PMN
melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan tanda uretritis,
Diagnosa infeksi klamidia yang reliabel pada laki laki dan wanita karena itu hanya dicapai dengan pengambilan sampel mikrobiologis yang tepat
Metode amplifikasi gen yang baru sudah menggantikan teknik-teknik sebelumnya,
dan sampel urine first-void telah lebih berperan dalam diagnosis klamidia pada
laki laki dan wanita. Metode amplifikasi gen seperti PCR dan LCR, didasarkan pada multiplikasi asam nukleat klamidia.
Regimen alternatif diberikan
eritromisin base 500 mg 4 x sehari selama 7 hari,
eritromisin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg 4 x sehari selama
14 hari Pasien yang sedang hamil
Chlamydia trachomatis sensitif terhadap makrolida dan tetrasiklin. Klindamisin
relatif efektif terhadap spesies ini, fluorokuinolon kurang begitu efektif.
Sefalosporin dan penisilin memiliki efficacy yang buruk,
Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 100
mg 2 x sehari selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan
merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan
dosisnya lebih kecil,
Untuk pengobatan, tetrasiklin adalah antibiotik pilihan yang sudah digunakan
sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C. trachomatis.
diberikan dengan dosis 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg 4 x
sehari selama 14 hari,
41.URTIKARIA
urtikaria yaitu reaksi (alergi) pada kulit dalam bentuk udema
lokal dan bersifat self-limited atau sembuh sendiri ,urtikaria akut bila
berlangsung kurang dari 6 minggu, urtikaria kronik jika berlangsung
lebih dari 6 minggu,
gejalanya :
bercak gatal putih sampai merah muda,
lesi gatal hingga nyeri dan seperti terbakar berwarna merah muda, udematus dengan berbagai bentuk jarang bertahan > 12 – 24 jam dan
ukuran dan di sekelilingnya eritema,
udem di saluran nafas menyebabkan sumbatan jalan nafas,
penyebab urtikaria ,antaralain:
alergi terhadap gigitan , sengatan serangga, obat, makanan, alergen inhalasi, gigitan , penyakit infeksi virus, parasit,
panas, dingin, penekanan, sinar matahari ,
penyakit sistemik lupus eritematosus sistemik,
diagnosa
dari hasil pemeriksaan histopatologis pada lesi urtikaria yang bertahan lebih dari 48 jam,
diberikan prednison 20 – 40 mg/hari untuk pasien dewasa,
obat antipruritusnuntuk pengobatan topikal,
diberikan antihistamin (AH) jika tidak berhasil, dosis dinaikkan sampai batas dosis terapeutik yang aman. bila masih tidak berhasil, dikombinasikan 2
macam AH yang berbeda golongan,
diberikan kortikosteroid sistemik jika ada angioudema atau
urtikaria luas (>50%), atau kegagalan pengobatan antihistamin.
42.VARISELA
varisela atau cacar air dengan vesikel di kulit dan selaput lendir ini
menular dan timbul kelainan kulit 6 – 7 hari kemudian.
varisela disebabkan oleh virus varicella zoster,
kelainan kulit muncul mula-mula berupa makula dan
papula yang kemudian menjadi vesikel berisi cairan jernih. perubahan ini
berlangsung dalam waktu 2hari,
masa inkubasi 13 – 17 hari,
gejalanya demam ringan ,pusing, sakit kepala,
ruam biasanya lebih banyak ,
diagnosa vesikuler yang multiforme dan proses penjalarannya sentrifugal ,berdasarkan bentuk rash yang karakteristik , fluorosensi
yang sifatnya papulo ,
bila ada infeksi sekunder : suntikkan penisilin prokain 50.000 iu/kg beratbadan /hari selama 3 hari atau beri amoksisilin 25 – 50 mg/kgnberatbadan /hari peroral,
diberikan asiklovir 200 – 400 mg 5 x sehari pada awal penyakit
selama 7 hari,
diberikan : parasetamol bila demam
jangan memberikan asetosal pada anak, karena memicu
sindrom reye,
pasien mandi dengan kalium permanganat dan
antiseptik lain tidak dianjurkan. beri bedak salisil 1%. usahakan agar vesikel tidak pecah dan mengalami infeksi sekunder,