www.gorengx.blogspot.com
.....
www.berasx.blogspot.com
......
Senin, 19 Desember 2022
tulang 4
Desember 19, 2022
tulang 4
SINUSITIS (RINOSINUSITIS)
Rinosinusitis yaitu penyakit akibat peradangan pada mukosa sinus paranasal dan rongga hidung. tenaga medis di rumahsakit harus memiliki keterampilan yang mencukupi untuk mendiagnosa , mengobati , mencegah berulangnya rinosinusitis. pengobatan rinosinusitis yang efektif dari tenaga medis di rumahsakit bisa menyelamatkan hidup pasien secara menonjol , menurunkan biaya pengobatan, mengurangi durasi frekuensi absen kerja.
Anamnesis Keluhan :
Onset muncul nya gejala, dibagi menjadi:
a. Akut : < 12 minggu
b. Kronis : ≥ 12 minggu
. Khusus untuk sinusitis dentogenik:
Dari hidung bisa keluar ingus kental atau tidak beringus. Salah satu rongga hidung berbau busukada gigi di rahang atas yang berlubang / rusak pemicu keparahan:
Keluhan atau riwayat terkait pemicu keparahan: , terutama pada masalah rinosinusitis kronik,
penting untuk digali. Beberapa di antaranya yaitu :
Riwayat infeksi saluran pernapasan atas akut yang sering berulang, Kebiasaan merokok. terpapar polutan dari lingkungan sehari-hari. Kondisi imunodefisiensi, contoh HIV/AIDS Riwayat pemakaian kokain, . Suhu bisa meningkat. Riwayat kelainan anatomis kompleks osteomeatal, seperti deviasi septum. Rinitis alergi, . Rinitis non-alergi, contoh vasomotor, Medikamentosa( obat) . Polip hidung Riwayat kelainan gigi atau gusi yang menonjol, Asma bronkial,
--.Pemeriksaan Rinoskopi posterior
Bila pemeriksaan ini bisa dilakukan, maka bisa muncul sekret purulen pada nasofaring. Bila sekret ada di depan muara tuba Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian anterior (maksila, frontal, etmoid anterior), sedang bila sekret mengalir di belakang muara tuba Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian posterior (sfenoid, etmoid posterior).
--. Pemeriksaan Otoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya komplikasi pada telinga, contoh tuba oklusi, efusi ruang telinga tengah, atau kelainan pada membran timpani (inflamasi, ruptur).
--. Pemeriksaan Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP / lateral), bila fasilitas tersedia.
Pada posisi ini, sinus yang bisa dinilai yaitu maksila, frontal, dan etmoid.Temuan yang menunjang diagnosa rinosinusitis antara lain: penebalan mukosa (perselubungan), air-fluid level, dan opasifikasi sinus yang terlibat. Foto polos
sinus tidak disarankan untuk anak berusia di bawah 6 tahun. Pada pasien dewasa, pemeriksaan ini juga bukan suatu keharusan, mengingat diagnosa biasanya bisa dilakukan .
--. Pemeriksaan Laboratorium, yaitu darah perifer lengkap, bila diperlukan dan fasilitas tersedia.
--. Pemeriksaan rongga mulut
bisa muncul karies profunda pada gigi rahang atas.
--. Rinoskopi anterior
Rinoskopi anterior bisa dilakukan dengan atau tanpa dekongestan topikal. Pada rinosinusitis akut bisa muncul :
---Kelainan anatomis yang mempredisposisi, contoh : deviasi septum, polip nasal, atau hipertrofi konka.
---. Edema dan / atau obstruksi mukosa di meatus medius
--- Sekret mukopurulen. Bila sekret ini nampak pada meatus medius, kemungkinan sinus yang terlibat yaitu maksila, frontal, atau etmoid
anterior. Pada sinusitis dentogenik, bisa pula tidak beringus.
Diagnosa :
Rinosinusitis akut bisa dibedakan lagi menjadi:
1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari
2. Rinosinusitis akut sesudah -viral:
. Bila terjadi peningkatan intensitas gejala Sesudah 5 hari, atau. Bila gejala persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu
3. Rinosinusitis akut bakterial:
Bila ada sekurangnya 3 tanda / gejala berikut ini:
Peningkatan LED / CRP, Double sickening, yaitu perrendah an Sesudah terjadi perbaikan sebelumnya, . Sekret berwarna atau purulen dari rongga hidung, Nyeri yang berat dan terlokalisasi pada wajah, Demam, suhu > 38oC,
Komplikasi
1. Kelainan orbita
Penyebaran infeksi ke orbita paling sering terjadi pada sinusitis etmoid, frontal, dan maksila. Gejala dan tanda yang patut dicurigai sebagai infeksi orbita yaitu :
edema periorbita, selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata. Kelainan bisa mengenai satu mata atau menyebar ke kedua mata.
2. Kelainan intrakranial
Penyebaran infeksi ke intrakranial bisa memicu meningitis, abses ekstradural, dan trombosis sinus kavernosus. Gejala dan tanda yang perlu
dicurigai yaitu : perubahan status mental pada tahap lanjut.sakit kepala (tajam, progresif, terlokalisasi), paresis nervus kranial,
3. Komplikasi lain, terutama pada rinosinusitis kronik, bisa berwujud : osteomielitis sinus maksila, abses subperiosteal, bronkitis kronik,bronkiektasis.
Pengobatan :
Rinosinusitis Akut (RSA)
Tujuan Pengobatan : RSA yaitu mengeradikasi infeksi, mengurangi severitas, mengurangi durasi gejala, mencegah komplikasi. memfasilitasi drainase sekret dari sinus ke ostium di rongga hidung.
Pengobatan lanjutan:
Pasien dengan RSA sesudah viral dievaluasi kembali Sesudah 14 hari pengobatan. Bila tidak ada perbaikan, dipikirkan rujukan ke spesialis THT, Pasien dengan RSA bakterial dievaluasi kembali 48 jam Sesudah pemberian
antibiotik dan KS intranasal. Bila tidak ada perbaikan, dipikirkan rujukan ke spesialis THT.
Pasien dengan RSA viral (common cold) dievaluasi kembali Sesudah 10 hari, pengobatan. Bila tidak membaik, maka diagnosa menjadi RSA sesudah viral dan tenaga medis menambahkan kortikosteroid (KS) intranasal ke dalam rejimen terapi.
ciri-ciri Rujukan :
Bila tidak terjadi perbaikan sesudah terapi kuat Sesudah 10 hari (RSA viral), 14 hari (RSA sesudah viral), dan 48 jam (RSA bakterial).
Rinosinusitis Kronis, Strategi pengobatan RSK meliputi identifikasi dan pengobatan pemicu keparahan: pemberian KS intranasal atau oral dengan / tanpa antibiotik.
. ada gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema / eritema periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan visus, sakit kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda iritasi meningeal,
kelainan neurologis fokal
Rujukan ke spesialis THT dilakukan jika :
Bila muncul kelainan anatomis ataupun dugaan pemicu keparahan: yang memerlukan pengobatan oleh spesialis THT, contoh : deviasi septum, polip nasal, atau tumor.. Pasien imunodefisien. ada dugaan infeksi jamur
Bila rinosinusitis terjadi ≥ 4 kali dalam 1 tahun
Bila pasien tidak mengalami perbaikan Sesudah pemberian terapi awal yang kuat Sesudah 4 minggu.
Sinusitis Dentogenik
Antibiotik, Eradikasi fokus infeksi, contoh : ekstraksi gigi, Irigasi sinus maksila,
peralatan medis :
Lampu Bunsen / spiritus dan korek api. Otoskop
. Suction. Lampu baca x-ray. Formulir permintaan pemeriksaan radiologi. Formulir rujukan
. Termometer. Spekulum hidung. Kaca rinoskop posterior. Kassa steril. Lampu kepala.
BRONKITIS
Bronkitis yaitu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Radang bisa berwujud hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut
pada pasien yang diketahui tidak ada pemicu lain. Bronkitis akut bisa dipicu oleh beberapa hal, yaitu: infeksi virus, infeksi bakteri, rokok, asap
rokok, paparan terhadap iritasi, bahan-bahan yang mengeluarkan polusi, penyakit gastrofaringeal refluk dan pekerja yang terekspos dengan debu atau asap. Bronkitis akut ditemukan pada semua usia , namun paling sering pada anakanak muda dari 5 tahun, sedang bronkitis kronis lebih umum pada orang tua dari 50 tahun.
Anamnesis Keluhan :
Rasa berat dan tidak nyaman di dada.
Sering muncul bunyi nafas mengi atau “ngik”, terutama Sesudah batuk. . Bila iritasi saluran terjadi, maka bisa terjadi batuk darah.Sesak nafas.
Batuk (berdahak maupun tidak berdahak) selama 2-3 minggu. Dahak bisa berwarna jernih, putih, kekuning-kuningan atau kehijauan. Demam (biasanya ringan),
Pada pemeriksaan paru bisa muncul :
Auskultasi : suara nafas vesikuler atau bronkovesikuler, dengan ekpirasi panjang, ada ronki basah kasar yang tidak tetap (bisa hilang
atau pindah Sesudah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga mengi) krepitasi.
Inspeksi : Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
Palpasi : fremitus taktil dada normal
Perkusi : sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
Pemeriksaan Penunjang :
Foto thoraks pada bronkitis kronis menunjukan tubular shadow berwujud bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apex paru, corakan paru yang bertambah.. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan Gram akan banyak diperoleh leukosit PMN dan mungkin pula bakteri.Tes fungsi paru bisa menunjukan obstruksi jalan napas yang reversibel dengan memakai bronkodilator. diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang.
Diagnosa banding:
Influenza, yaitu penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus influenza. Sinusitis, yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga yang terletak disampig kanan - kiri dan diatas hidung.
PPOK, yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara disaluran napas yang bersifat progresif nonreversibel parsial.
Faringitis, yaitu suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang dipicu oleh virus atau bakteri.
Asma, yaitu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana ada peradangan (inflamasi)
dinding rongga bronchiale sehingga memicu penyempitan saluran nafas yang akhirnya pasien mengalami sesak nafas. Bronkiektasis, yaitu perusakan dan pelebaran (dilatasi) tidaknormal dari saluran pernafasan yang besar.
Epiglotitis, yaitu suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa memicu penyumbatan saluran pernafasan.
Bronkiolitis, yaitu suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yaitu percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya dipicu
oleh infeksi virus.
Komplikasi
Pleuritis, Bronkopneumoni, Pneumonia,
Penyakit-penyakit lain yang diperberat seperti:jantung.Penyakit jantung rematik. Hipertensi.
. Bronkiektasis
Pengobatan :
--Antibiotika hanya dipakai jika ditemukan tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasar pemeriksaan tenaga medis . Antibiotik yang bisa diberikan antara lain: ampisilin, eritromisin, atau spiramisin, 3 x 500 mg/hari.Terapi lanjutan: jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling sedikit 1 minggu. Bronkodilator juga bisa diberikan jika diperlukan.
-- Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada tahap akut, tapi juga pada tahap kronik, dan dalam melaksanakan aktivitas seharihari sesuai dengan pola kehidupannya. Mengurangi laju perkembangan penyakit jika bisa dideteksi lebih awal.
Oksigenasi pasien harus mencukupi .
Pemberian obat antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Kodein (obat Doveri)bisa diberikan 10 mg, diminum 3 x/hari, bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Antitusif tidak
disarankan pada kehamilan, ibu menyusui dan anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang ditambah sesak napas, pemberian antitusif perlu umpan balik dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
--Pemberian ekspektoran (obat batuk pengencer dahak) yang lazim dipakai diantaranya: GG (Glyceryl Guaiacolate), bromheksin, ambroksol, dan lain-lain. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya,
dipakai jika penderita demam. Bronkodilator (melonggarkan napas), diantaranya: aminofilin, salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, Obat-obat ini dipakai pada penderita yang ditambah sesak napas atau rasa berat bernapas, sehingga obat ini tidak hanya untuk obat asma, namun bisa juga untukbronkitis. Efek samping obat bronkodilator perlu diketahui pasien, yaitu : keringat dingin, berdebar, lemas, gemetar,
Pengobatan lanjutan:
Pasien checkup kembali Sesudah obat habis, dengan tujuan untuk:Mengevaluasi terapi yang diberikan, ada atau tidak efek samping dari terapi.
ciri-ciri Rujukan :
pasien dengan kondisi rendah , perlu dirujuk ke rumah sakit untuk pemantauan secara intensif
peralatan medis :Oksigen
MILIARIA
Miliaria yaitu kelainan kulit akibat retensi keringat yang ditandai oleh adanya vesikel milier. Sinonim untuk penyakit ini yaitu liken tropikus, prickle heatbiang keringat, keringat buntet, bahwa miliaria
kristalina terjadi pada 4% nenonatus dengan usia rata-rata 1 minggu dan miliaria rubra terjadi pada 3% neonatus dengan usia rata-rata 11-14 hari. Miliaria biasanya terjadi di area tropis dan banyak diderita pada mereka yang baru saja
pindah dari area yang beriklim sedang ke area yang beriklim tropis.
Anamnesis Keluhan :
gatal yang ditambah muncul nya vesikel atau bintil, terutama muncul saat berkeringat, pada lokasi predileksi, kecuali pada miliaria profunda.
pemicu keparahan:
Pemakaian baju terlalu ketat, Tinggal di lingkungan tropis, panas, kelembaban yang tinggi.
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis Tergantung pada jenis atau penggolongan miliaria.
penggolongan miliaria :
1. Miliaria kristalina
Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan. Terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam beberapa hari. Predileksi pada badan yang tertutup pakaian.
2. Milaria rubra
Gejala subjektif gatal dan pedih pada di area predileksi. Jenis tersering, terdiri atas vesikel miliar atau papulo vesikel di atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret.
3. Miliaria profunda
Predileksi pada badan dan ekstremitas yaitu kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, bisa ditambah pustul.
4. Miliaria pustulosa
Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi pustul.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosa banding:
Erupsi obat morbiliformis, Campak / morbili, Folikulitis, Varisela, Kandidiasis kutis,
Komplikasi
Infeksi sekunder
Pengobatan :
yaitu mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi keringat.
Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, Memakai pakaian yang tipis dan bisa menyerap keringat. memberi farmakoterapi, seperti:
Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama
1 minggu. Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2% sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi sebagai
antipruritus untuk melenyapkan dan mencegah muncul nya miliaria profunda.
VERUKA VULGARIS
Veruka vulgaris yaitu hiperplasia epidermis yang dipicu oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Sinonnim penyakit ini yaitu kutil atau common wart. Penularan melalui kontak langsung dengan agen pemicu . Veruka sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Anamnesis Keluhan :
Adanya kutil pada kulit dan mukosa.
pemicu keparahan:
Imunodefisiensi, Pekerjaan yang berkaitan dengan daging mentah. Biasanya terjadi pada anak-anak dan pasien dewasa sehat.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan verukosa. Papul ini ditemukan pada kulit, mukosa dan kuku. jika permukaannya rata, dinamakan veruka Plana. Dengan goresan bisa muncul autoinokulasi sepanjang goresan
(fenomena Koebner).
bisa ditambahkan sesuai dengan bentuk klinis atau lokasi, yaitu:
. Veruka vulgaris Veruka Plana. Veruka Plantaris
Diagnosa banding:
Karsinoma sel skuamosa, Kalus, Komedo, Liken planus, Kondiloma akuminatum,
Pengobatan :
Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik, contoh dengan larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50% atau asam salisilat 20% -40%. Pasien harus menjaga kebersihan kulit.
Efek samping dari pemakaian bahan kaustik bisa memicu ulkus.
Konseling :
Rujukan sebaiknya dilakukan jika :
Tindakan memerlukan anestesi/sedasi.
. diagnosa belum bisa dilakukan .
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa penyakit veruka vulgaris.
Prognosis Pada 90% masalah sembuh spontan dalam 5 tahun
HERPES ZOSTER
Herpes Zoster yaitu infeksi kulit dan mukosa yang dipicu oleh virus Variselazoster. Infeksi ini yaitu reaktivasi virus yang terjadi Sesudah infeksi primer. Herpes Zoster jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, kecuali pada pasien
muda dengan AIDS, limfoma, keganasan, penyakit imunodefisiensi dan pada pasien yang menerima transplantasi sumsum tulang atau ginjal. Penyakit ini terjadi kurang dari 10% pada pasien yang berusia kurang dari 20 tahun dan hanya 5% terjadi pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun.Insiden herpes zoster meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Prevalensi penyakit ini pada laki-laki dan wanita sama.
Anamnesis Keluhan :
Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum erupsi. Keluhan bisa ditambah dengan gejala prodromal sistemik berwujud malaise, demam, pusing, Sesudah itu muncul gejala kulit kemerahan yang dalam waktu singkat menjadi vesikel bergolongan
dengan dasar eritem dan edema.
pemicu keparahan:
Imunodefisiensi, biasanya terjadi pada orang dewasa, terutama orang tua,
Pemeriksaan Fisik
Segolongan vesikel dengan dasar eritem yang terletak unilateral sepanjang distribusi saraf spinal atau kranial. Lesi bilateral jarang ditemui, namun kebanyakan , erupsi juga terjadi pada dermatom di dekatnya.
biasanya tidak diperlukan Pemeriksaan Penunjang
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Herpes zoster abortif, yaitu penyakit yang hanya berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulit hanya berwujud beberapa vesikel dan eritem.
Herpes zoster hemoragik, yaitu jika vesikel mengandung darah.
Herpes zoster oftalmikus, yaitu infeksi cabang pertama nervus trigeminus sehingga memicu kelainan pada mata, di samping itu juga cabang kedua dan ketiga memicu kelainan kulit pada area persarafannya.
Herpes zoster generalisata, yaitu kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit generalisata berwujud vesikel soliter yang berumbilikasi.Keduanya yaitu tanda bahwa pasien mengalami imunokompromais.
Diagnosa banding:
Dermatitis venenata, Herpes simpleks, saat nyeri prodromal, diagnosa bisa mirip migrain, nyeri pleuritik, infark miokard, atau apendisitis.
Komplikasi
Pada penderita dengan imunodefisiensi (HIV, keganasan, atau usia lanjut), vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik bisa terjadi infeksi sistemik.Paralisis motorik.
Pada herpes zoster oftalmikus bisa terjadi ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.Neuralgia sesudah -herpetik,
Ramsay Hunt Syndrome: herpes pada ganglion genikulatum, ditandai dengan gangguan pendengaran, keseimbangan dan paralisis parsial.
Pengobatan :
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh sebab bisa memicu Reye’s syndrome.Terapi pendukung dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang memicu
pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.
Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah.
jika erosif, diberikan kompres terbuka. jika terjadi ulserasi, dipikirkan pemberian salep antibiotik.
Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kg BeratBadan (dosis maksimal 800 mg), selama 7 hari, atau Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari. Pemberian obat ini selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama Sesudah muncul lesi.
Konseling :
nasihat mengenai seringnya komplikasi neuralgia sesudah -herpetik.nasihat tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster. nasihat bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada masing-masing imunokompeten.
Pasien dirujuk jika :
ada penyakit penyerta yang memakai multifarmaka.Terjadi komplikasi.Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari Sesudah terapi.Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa penyakit Herpes Zoster..
Ramsay Hunt Syndrome: herpes pada ganglion genikulatum, ditandai dengan gangguan pendengaran, keseimbangan dan paralisis parsial.
Pada penderita dengan imunodefisiensi (HIV, keganasan, atau usia lanjut), vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik bisa terjadi infeksi sistemik.Pada herpes zoster oftalmikus bisa terjadi ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik. Paralisis motorik.
Pengobatan :
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh sebab bisa memicu Reye’s syndrome.
Terapi pendukung dengan menghindari gesekan kulit yang memicu pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.Pengobatan topikal:
Stadium vesikel: bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin agar vesikel tidak pecah.
jika erosif, diberikan kompres terbuka. jika terjadi ulserasi, dipikirkan pemberian salep antibiotik.
Pengobatan antivirus oral, antara lain dengan:
Valasiklovir: dewasa 3 x 1000 mg/hari.
Pemberian obat ini selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama Sesudah muncul lesi.
Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kg BeratBadan (dosis maksimal 800 mg), selama 7 hari,
Konseling :
nasihat mengenai seringnya komplikasi neuralgia sesudah -herpetik.nasihat tentang perjalanan penyakit Herpes Zoster. nasihat bahwa lesi biasanya membaik dalam 2-3 minggu pada masing-masing imunokompeten.
Pasien dirujuk jika :
ada penyakit penyerta yang memakai multifarmaka.
Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari Sesudah terapi. Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).Terjadi komplikasi.
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa penyakit Herpes Zoster.
HERPES SIMPLEKS
Infeksi akut yang dipicu oleh Virus Herpes Simpleks tipe 1 atau tipe 2, yang ditandai oleh adanya vesikel yang bergolongan di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada area mukokutan. Penularan melalui kontak langsung dengan agen pemicu . Infeksi primer oleh Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedang HSV tipe 2 biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berkaitan dengan peningkatan aktivitas seksual.
Prevalensi penyakit ini lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada laki-laki
Anamnesis Keluhan :
Infeksi primer HSV-1 biasanya terjadi pada anak dan subklinis pada 90% masalah , biasanya muncul perioral. Pada 10% sisanya, bisa terjadi gingivostomatitis akut. Infeksi primer HSV-2 terjadi Sesudah kontak seksual pada remaja dan dewasa, memicu vulvovaginitis akut dan atau peradangan pada kulit batang penis. Infeksi primer biasanya ditambah dengan gejala sistemik seperti nyeri kepala, adenopati regional. demam, malaise, mialgia,Infeksi HSV-2 bisa juga mengenai bibir.Infeksi rekuren biasanya didahului gatal atau sensasi terbakar setempat pada lokasi
yang sama dengan lokasi sebelumnya. Prodromal ini biasanya terjadi mulai dari 24 jam sebelum muncul nya erupsi.
pemicu keparahan:
Imunodefisiensi, masing-masing yang aktif secara seksual.
Pemeriksaan Fisik
Papul eritema yang diikuti oleh munculnya vesikel bergolongan dengan dasar eritem. Vesikel ini bisa cepat menjadi keruh, yang lalu pecah, membasah, dan berkrusta. kadang muncul erosi/ulkus.
Tempat predileksi yaitu di area pinggang ke atas terutama area mulut dan hidung untuk HSV-1, dan area pinggang ke bawah terutama area genital untuk HSV-2. Untuk infeksi sekunder, lesi bisa muncul pada tempat yang sama dengan
lokasi sebelumnya.
Pemeriksaan Penunjang :
Herpes simpleks tipe 1,tipe 2
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
. Infeksi primer.. tahap laten: tidak ada gejala klinis, namun HSV bisa muncul dalam kondisi tidak aktif pada ganglion dorsalis.infeksi rekurens.
Diagnosa banding:
Ulkus genitalis pada penyakit menular seksual.
Impetigo vesikobulosa.
Komplikasi bisa terjadi pada masing-masing dengan gangguan imun, berwujud :
Pada ibu hamil, infeksi bisa menular pada janin, dan memicu neonatal herpes yang sangat berbahaya. Herpes simpleks ulserativa kronik.
Herpes simpleks mukokutaneus akut generalisata.Infeksi sistemik pada hepar, paru, kelenjar adrenal, dan sistem saraf pusat.
Pengobatan :
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari oleh sebab bisa memicu Reye’s syndrome.
Terapi diberikan dengan antiviral, antara lain:
Valasiklovir, dosis 2 x 500 mg/hari selama 7-10 hari atau. Asiklovir, dosis 5 x 200 mg/hari selama 5 hari,
. Pada herpes genitalis: nasihat tentang pentingnya abstinensia pasien harus tidak melakukan hubungan seksual saat masih ada lesi atau ada gejala prodromal.
Konseling :
nasihat untuk infeksi herpes simpleks yaitu infeksi swasirna pada populasi imunokompeten. nasihat untuk herpes genitalis ditujukan terutama terhadap pasien dan pasangannya, yaitu berwujud penyakit ini memicu rekurensi.Tidak melakukan hubungan seksual saat masih ada lesi atau gejala prodromal.Pasien sebaiknya memberi informasi kepada pasangannya bahwa ia memiliki
infeksi HSV. Transmisi seksual bisa terjadi pada masa asimtomatik.transmisi dan sebaiknya dipakai dengan konsisten.
Pasien dirujuk jika :
ada penyakit penyerta yang memakai multifarmaka.Terjadi komplikasi. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari Sesudah terapi.Terjadi pada pasien bayi dan geriatrik(imunokompromais).
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa penyakit herpes simpleks.
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Moluskum kontagiosum yaitu penyakit yang dipicu oleh virus poks yang menginfeksi sel epidermal. Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang juga orang dewasa. Pada orang dewasa, penyakit ini digolongkan kedalam
penyakit akibat hubungan seksual. Penularan melalui kontak langsung dengan pemicu .Anamnesis Keluhan :
Adanya kelainan kulit berwujud papul miliar. Masa inkubasi berlangsung satu sampai
beberapa minggu.
pemicu keparahan:
Imunodefisiensi, Terutama menyerang anak dan kadang juga orang dewasa.
Pemeriksaan Fisik
Papul miliar, kadang lentikular dan berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang lalu di tengahnya ada lekukan (delle). Jika dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti nasi. Lokasi predileksi yaitu area muka, badan, dan ekstremitas, sedang pada pasien dewasa di area pubis dan genitalia eksterna. kadang bisa muncul infeksi sekunder sehingga muncul
supurasi.
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan, melakukan tindakan enukleasi pada papul untuk menemukan badan moluskum.
Diagnosa :
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding:
Komedo , Miliaria, Karsinoma sel basal nodular
Komplikasi
Lesi bisa mengalami infeksi sekunder. Jika moluskum mengenai kelopak mata (jarang terjadi), bisa terjadi konjungtivitis kronis. Pada masing-masing dengan AIDS,moluskum kebanyakan tidak mudah dikenali, banyak,
Pengobatan :
mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum dengan memakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau alat kuret kulit.
Konseling :
Tidak muncul badan moluskum.
ada penyakit komorbiditas yang terkait dengan kelainan hematologi. Pasien HIV/AIDS.
peralatan medis :
. Lup. Ekstraktor komedo, jarum suntik atau alat kuret kulit
REAKSI GIGITAN SERANGGA
Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) yaitu reaksi hipersensitivitas atau alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/stings) dan kontak dengan serangga. Gigitan hewan serangga, contoh oleh nyamuk, lalat, bugs, kutu,
yang bisa memicu reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai sistemik.
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh gatal, rasa tidak nyaman, nyeri, kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada area tubuh yang digigit, biasanya tidak tertutup pakaian.
Kebanyakan penderita datang sesaat Sesudah merasa digigit serangga, namun ada pula yang datang dengan delayed reaction, contoh 10-14 hari Sesudah gigitan berlangsung. Keluhan kadang diikuti dengan reaksi sistemik gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, bisa berkembang menjadi suatu ansietas, disorientasi, kelemahan, GI upset (cramping, diarrhea, vomiting), dizziness, sinkop bahkan hipotensi dan sesak napas. Gejala dari delayed reaction mirip seperti serum sickness, yang meliputi demam, malaise, pusing urtikaria, limfadenopati,
poliartritis.
pemicu keparahan:
Riwayat alergi makanan.Riwayat alergi.
Lingkungan tempat tinggal yang banyak serangga.
Riwayat atopi pada diri pasien dan keluarga .
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Di bagian tengah tampak titik (punctum) bekas tusukan/gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman.Bekas garukan sebab gatal.
bisa muncul gejala sistemik seperti takipneu, stridor, wheezing, bronkospasme,
Urtika dan papul muncul secara simultan di tempat gigitan, dikelilingi zona eritematosa.
hiperaktif peristaltic, bisa ditambah tanda-tanda hipotensi orthostatik, Pada reaksi lokal yang parah bisa muncul eritema generalisata, urtikaria, atau
edema pruritus, sedang bila ada reaksi sistemik menyeluruh bisa diikuti dengan reaksi anafilaksis.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
penggolongan berdasar waktu terjadinya:
1. Reaksi tipe cepat.
Terjadi segera hingga 20 menit Sesudah gigitan, bertahan sampai 1-3 jam.
2. Reaksi tipe lambat.
Pada anak terjadi lebih dari 20 menit sampai beberapa jam Sesudah gigitan serangga.
Pada pasien dewasa bisa muncul 3-5 hari Sesudah gigitan.
3. Reaksi tidak biasa.
Sangat segera, mirip anafilaktik.
penggolongan berdasar bentuk klinis:
Urtikaria iregular.
Urtikaria papular.
Papulo-vesikular, contoh pada prurigo.
Punctum (titik gigitan), contoh pada pedikulosis kapitis atau phtirus pubis.
Diagnosa banding: Prurigo
Komplikasi
Bila ditambah keluhan sistemik, bisa terjadi syok anafilaktik hingga kematianInfeksi sekunder akibat garukan.
Pengobatan :
dengan mengatasi tanggapan peradangan baik
yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi peradangan lokal bisa dikurangi dengan sesegera mungkin mencuci area gigitan dengan air dan sabun, dan kompres es.
Atasi kondisi akut terutama pada angioedema sebab bisa terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan pasien bisa dilakukan di Unit Gawat Darurat. Bila ditambah obstruksi saluran napas diindikasikan pemberian epinefrin sub kutan.
Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.Dalam kondisi stabil, terapi yang bisa diberikan yaitu:
a. Sistemik
Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama 7 hari.
b. Topikal
Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: contoh krim mometason furoat 0,1% atau krim betametason valerat 0,5% diberikan selama 2 kali sehari selama 7 hari.
ciri-ciri Rujukan :
Jika kondisi menurun , yaitu dengan makin bertambahnya patch eritema, muncul bula, atau ditambah gejala sistemik atau komplikasi.
peralatan medis :
Tabung dan masker oksigen, Alat resusitasi
SKABIES
Skabies yaitu penyakit yang dipicu infestasi dan sensitisasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei dan produknya. Penyakit ini berkaitan erat dengan kebersihan yang rendah . Prevalensi skabies tinggi pada populasi yang padat. Penularan bisa terjadi sebab :
tidak memiliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya.Tungau hidup dalam epidermis, tahan terhadap air dan sabun dan tetap hidup bahkan Sesudah mandi dengan air panas setiap.Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti menjabat tangan, hubungan seksual, atau tidur bersama.Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti pemakaian perlengkapan tidur bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat pribadi lainnya,
Anamnesis Keluhan :
Lesi muncul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di bawah payudara (pada wanita) dan genital eksterna (laki-laki ). Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat penderita berkeringat.
pemicu keparahan: :
kebersihan yang rendah .
Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya.Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.para pasien yang hidup dalam golongan yang padat seperti tinggal di asrama,
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit berwujud terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-abu dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan ada papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dan sebagainya.Pada anak-anak, lesi lebih sering berwujud vesikel ditambah infeksi sekunder akibat garukan
sehingga lesi menjadi bernanah.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.
Diagnosa :
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.ada 4 tanda kardinal untuk diagnosa skabies, yaitu:
muncul nya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.diagnosa dilakukan dengan menemukan 2 dari 4 tanda ini .
--Pruritus nokturna.
--Penyakit menyerang manusia secara bergolongan .
--Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan muncul papul atau vesikel.
Diagnosa banding:
Skabies yaitu penyakit kulit yang dinamakan the great imitator dari kelainan kulit dengan keluhan gatal. Diagnosa banding: nya yaitu : Pioderma, Impetigo, Dermatitis, Pedikulosis korporis
. Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
Pemeriksaan Fisik
anak-anak, lesi lebih sering berwujud vesikel ditambah infeksi sekunder akibat garukan sehingga lesi menjadi bernanah.Lesi kulit berwujud terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-abu dengan panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan ada papul, vesikel, dan bila terjadi infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi,
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.
PEDIKULOSIS KAPITIS
Pedikulosis kapitis yaitu infeksi dan infestasi kulit kepala dan rambut manusia yang dipicu oleh kutu kepala Pediculus humanus var capitis. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat, contoh di asrama atau panti asuhan. Ditambah kondisi kebersihan yang tidak baik, contoh jarang membersihkan rambut, Penularan melalui kontak langsung dengan agen pemicu , melalui:
Kontak melalui fomite yang terinfestasi, contoh pemakaian bersama aksesori kepala, sisir, dan bantal juga bisa memicu kutu menular.
Kontak fisik erat dengan kepala penderita, seperti tidur bersama.
Anamnesis Keluhan :
Gejala yang paling sering muncul yaitu gatal di kepala akibat reaksi hipersensitivitas terhadap saliva kutu saat makan maupun terhadap feses kutu. Gejala bisa pula asimptomatik
pemicu keparahan:
Prevalensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki , terutama pada
populasi anak usia sekolah.
Status sosioekonomi yang rendah.kebersihan perorangan yang rendah
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit terjadi sebab bekas garukan, yaitu bentuk erosi dan ekskoriasi. Bila ada infeksi sekunder oleh bakteri, maka muncul pus dan krusta yang memicu rambut bergumpal, ditambah dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. muncul telur dan kutu yang hidup pada kulit kepala dan rambut. Telur P. humanus var. capitis paling sering muncul pada rambut di area oksipital dan retroaurikular.
Diagnosa :
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menemukan kutu atau telur kutu di kulit kepala dan rambut.
Diagnosa banding:
Dermatitis seboroik, Tinea kapitis, Impetigo krustosa (pioderma),
Komplikasi
Infeksi sekunder bila pedikulosis berlangsung kronis.
Pengobatan :
untuk memusnahkan semua kutu dan telur dan mengobati infeksi sekunder.
Pengobatan topikal yaitu terapi terbaik, yaitu dengan pedikulosid dengan salah satu pengobatan di bawah ini:
--. Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray, dibiarkan 1 malam.
--Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse, dibiarkan selama 2 jam
Pada infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, diberikan pengobatan dengan antibiotik sistemik dan topikal telebih dahulu, lalu diberikan obat di atas dalam bentuk shampo.
--Gameksan 1%, dibiarkan selama 12 jam.
Pedikulosid sebaiknya tidak dipakai pada anak usia kurang dari 2 tahun. Cara pemakaian : rambut dicuci dengan shampo, lalu dioleskan losio/krim dan ditutup dengan kain. Sesudah menunggu sesuai waktu yang ditentukan,
rambut dicuci kembali lalu disisir dengan sisir serit.Sebaiknya rambut pasien dipotong sependek mungkin, lalu disisir dengan memakai sisir serit, menjaga kebersihan kulit kepala dan menghindari
kontak erat dengan kepala penderita.
Konseling :
nasihat keluarga tentang pedikulosis penting untuk pencegahan. Kutu kepala bisa muncul di sisir atau sikat rambut, topi, linen, boneka kain, dan upholstered furniture, meski kutu lebih memilih untuk berada dalam jarak dekat dengan kulit kepala, sehingga harus menghindari pemakaian alat-alat ini bersama-sama.
Anggota keluarga dan teman bermain anak yang terinfestasi harus diperiksa, namun terapi hanya diberikan pada yang terbukti mengalami infestasi.
PEDIKULOSIS PUBIS
Pedikulosis pubis yaitu penyakit infeksi pada rambut di area pubis dan sekitarnya yang dipicu oleh Phthirus pubis. Penyakit ini menyerang orang
dewasa dan bisa digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual dan menular secara langsung. Infeksi juga bisa terjadi pada anak-anak yang berasal dari orang tua mereka dan terjadi di alis, atau bulu mata.
Anamnesis Keluhan :
Gatal di area pubis dan sekitarnya, bisa meluas sampai ke area perut dan dada. Gejala patognomonik lainnya yaitu adanya black dot yaitu bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam ini yaitu krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria.
pemicu keparahan: :
Kontak langsung dengan penderita, Aktif secara seksual, kebersihan rendah
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi muncul bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan dinamakan makula serulae pada area pubis dan sekitarnya. Kutu bisa dilihat dengan mata telanjang dan juga bisa diperoleh pembengkakan kelenjar getah bening sekitar.
Pemeriksaan Penunjang :
Mencari telur atau bentuk dewasa P. pubis
diagnosa
melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosa banding: :
Dermatomikosis
Dermatitis seboroik
Pengobatan topikal :
Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari lalu , jika belum sembuh, Pengobatan lanjutan: :
Mitra seksual juga diperiksa dan diobati
Konseling :
Pakaian dalam direbus atau diseterika
Menjaga kebersihan badan, Sebaiknya rambut kelamin dicukur
DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis yaitu infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, contoh stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan agen pemicu . Sumber penularan bisa berasal dari manusia (jamur antropofilik),
binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik).penggolongan dermatofitosis yang praktis yaitu berdasar lokasi, yaitu antara lain:
-- Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan.
--Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki.
--Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
--Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
--Tinea kruris, pada area genitokrural, sekitar anus, bokong, dan perut bagian bawah.
--Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh dinamakan dengan tinea imbrikata.
Tinea pedis banyak diperoleh pada orang yang dalam kehdupan sehari-hari banyak memakai sepatu tertutup ditambah perawatan kaki yang rendah dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Tinea kruris yaitu salah
satu bentuk klinis yang sering dilihat di negarakita . Anamnesis Keluhan :
Pada kebanyakan infeksi dermatofita, pasien datang dengan bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang mengalami dermatofitosis.
pemicu keparahan:
Diabetes Melitus, Lingkungan yang lembab dan panas, Imunodefisiensi3. kegemukan
Pemeriksaan Fisik
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian tepi yang lebih aktif dibandingkan bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik. Lesi bisa ditemukan di area kulit berambut terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan, bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, akan muncul hifa panjang dan artrospora.
Diagnosa :
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila diperlukan dilakukan Pemeriksaan Penunjang :.
Diagnosa banding:
Tinea Korporis:
Erythema annulare centrificum, Granuloma,
Dermatitis numularis, Pytiriasis rosea,
annulare
Tinea Kruris:
Eritrasma, Kandidiasis, Dermatitis intertrigo,
Tinea Pedis:
Dyshidrotic eczema, Hiperhidrosis, Dermatitis kontak,
Tinea Manum:
Dermatitis kontak iritan, Psoriasis
Tinea Fasialis:
Dermatitis seboroik, Dermatitis kontak
Komplikasi
Jarang muncul , bisa berwujud infeksi bakterial sekunder.
Pengobatan :
Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:
antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau terbinafin yang diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu lalu untuk
mencegah rekurensi.
kebersihan diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian secara bersamaanharus dihindari.
Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
--Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari; Itrakonazol: 100 mg/hari atau Terbinafin: 250 mg/hari Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari Sesudah makan.
--Griseofulvin bisa diberikan dengan dosis 0,5-1 g per hari untuk orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g per hari untuk anak-anak atau 10-25 mg/kg BeratBadan /hari, terbagi dalam 2 dosis.
Konseling :
nasihat mengenai pemicu dan cara penularan penyakit. nasihat pasien dan keluarga juga untuk menjaga kebersihan tubuh, namun penyakit ini bukan yaitu penyakit yang berbahaya.
Pasien dirujuk jika :
ada penyakit penyerta yang memakai multifarmaka.Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari Sesudah terapi. ada imunodefisiensi.
peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan KOH, Lup
Prognosis
Pasien dengan imunokompeten, prognosis biasanya bonam, sedang pasien dengan imunokompromais, quo ad sanationamnya menjadi dubia ad bonam.
PITIRIASIS VERSIKOLOR/ TINEA VERSIKOLOR
Tinea versikolor yaitu penyakit infeksi pada superfisial kulit dan berlangsung kronis
yang dipicu oleh jamur Malassezia furfur. Prevalensi penyakit ini tinggi pada area tropis yang bersuhu hangat dan lembab.
Anamnesis Keluhan :
Pasien biasanya datang berobat sebab tampak bercak putih pada kulitnya. Keluhan gatal ringan muncul terutama saat berkeringat, namun kebanyakan pasien asimptomatik.
pemicu keparahan:
Imunodefisiensi
Sering ditemukan pada dewasa muda (kelenjar sebasea lebih aktif bekerja)., Cuaca yang panas dan lembab.Tubuh yang berkeringat.
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Predileksi di bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipat paha, muka dan kepala. Penyakit ini terutama muncul pada area yang tertutup pakaian dan bersifat lembab.
Lesi berwujud makula hipopigmentasi atau berwarna-warni, berskuama halus, berbentuk bulat atau tidak beraturan dengan batas tegas atau tidak tegas. Skuama biasanya tipis seperti sisik dan kadangkala hanya bisa tampak dengan menggores kulit (finger nail sign).
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis sediaan kerokan skuama lesi dengan KOH. Pemeriksaan ini akan tampak campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang bisa bergolongan (spaghetti and meatball appearance).
Pemeriksaan lampu Wood menampakkan pendaran (fluoresensi) kuning keemasan pada lesi yang bersisik.
Diagnosa :
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding:
Morbus hansen, Eritrasma, Vitiligo, Dermatitis seboroik, Pitiriasis alba,
Pengobatan :
-- Pasien disarankan untuk tidak memakai pakaian yang lembab dan tidak berbagi pemakaian barang pribadi dengan orang lain.
--Pengobatan terhadap keluhannya dengan:
Pengobatan sistemik diberikan jika penyakit ini ada pada area yang luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat ini , yaitu:
Ketokonazol per oral dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari, atau Itrakonazol per oral dengan dosis 1 x 200 mg sehari selama 5-7 hari
(pada masalah kambuhan atau tidak menanggapi dengan terapi lainnya).
Pengobatan topikal
Suspensi selenium sulfida 1,8%, dalam bentuk shampo yang dipakai 2-3 kali seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan didiamkan selama
15-30 menit sebelum mandi. Derivat azol topikal, antara lain mikonazol dan klotrimazol.
Konseling :
Infeksi jamur bisa dibunuh dengan cepat namun memerlukan waktu berbulanbulan untuk mengembalikan pigmentasi ke normal. Untuk pencegahan, diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak berbagi dengan orang lain untuk pemakaian barang pribadi.
nasihat pasien pasien dan keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten, sebab angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien).
ciri-ciri Rujukan :
kebanyakan masalah tidak memerlukan rujukan.
peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan KOH, Lup
PIODERMA
Pioderma yaitu infeksi kulit (subkutis, epidermis, dermis ) yang dipicu oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus, Streptokokus. Pioderma
yaitu penyakit yang sering ditemukan . insidennya menduduki peringkat ketiga,
dan berkaitan erat dengan keadaaan sosial ekonomi. Penularannya melalui kontak langsung dengan agen pemicu .
Anamnesis Keluhan :
Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit, mulanya berbentuk seperti bintil kecil yang gatal, bisa berisi cairan atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini bisa meluas menjadi bengkak ditambah dengan rasa nyeri.Bintil lalu pecah dan menjadi keropeng/koreng yang mengering, keras dan sangat lengket.
pemicu keparahan: :
Imunodefisiensi (CD4 dan CD8 yang rendah)
kebersihan yang kurang baik, Defisiensi gizi
Folikulitis yaitu peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih.Furunkel yaitu peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berwujud papul, vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan ditambah rasa nyeri.
Pioderma yaitu infeksi kulit (epidermis, dermis dan subkutis) yang dipicu oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan Streptokokus. Pioderma yaitu penyakit yang sering ditemukan . Di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan berkaitan erat dengan keadaaan sosial ekonomi. Penularannya melalui
kontak langsung dengan agen pemicu .Furunkulosis yaitu beberapa furunkel yang tersebar.Karbunkel yaitu kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel
yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa puncak.Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) yaitu peradangan yang memberi gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga menjadi krusta kering kekuningan seperti madu. Predileksi khusus lesi ada di sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus. Impetigo bulosa yaitu peradangan yang memberi gambaran vesikobulosa dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).Ektima yaitu peradangan yang memicu kehilangan jaringan dermis bagian atas (ulkus dangkal)..Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah rutin kadang muncul leukositosis. Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari dasar lesi dengan pewarnaan Gram
diagnosa
Karbunkel, Folikulitis, Ektima, Impetigo bulosa, krustosa. Furunkel. Furunkulosis
Komplikasi
Erisipelas yaitu peradangan epidermis dan dermis yang ditandai dengan infiltrat eritema, edema, berbatas tegas, dan ditambah dengan rasa panas dan nyeri. Onset penyakit ini sering didahului dengan gejala prodromal berwujud menggigil, panas tinggi, pusing mual muntah, dan nyeri sendi. Pada pemeriksaan darah rutin bisa
ditemukan leukositosis 20.000/mm3 atau lebih.
Ulkus , Limfangitis. Limfadenitis supuratif
Bakteremia (sepsis)
. Selulitis yaitu peradangan supuratif yang menyerang subkutis, ditandai dengan peradangan lokal, infiltrate eritema berbatas tidak tegas, ditambah dengan rasa nyeri tekan dan gejala, prodromal ini di atas,
Pengobatan :
Terapi pendukung dengan menjaga kebersihan , nutrisiTKTP dan stamina tubuh.
Farmakoterapi dilakukan dengan:
--. Insisi untuk karbunkel yang menjadi abses untuk membersihkan eksudat dan jaringan nekrotik.
--Topikal:
Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan permanganaskalikus (PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.
--Antibiotik oral bisa diberikan dari salah satu golongan di bawah ini:
Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti: flukloksasilin, oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin, Dosis anak: 50 mg/kg BeratBadan /hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.
Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-7 hari.
Amoksisilin dengan asam klavulanat.
Dosis anak: 25 mg/kg BeratBadan /hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari, Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg,
Sefalosporin, contoh sefadroksil dengan dosis 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg per hari.
Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada infeksi berat dosisnya 4 x 300-450 mg per hari.
Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, anak: 20-50 mg/kg BeratBadan /hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
Pasien dirujuk jika terjadi:
ada penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan imunodefisiensi). peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan Gram, Komplikasi mulai dari selulitis.Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari.
Prognosis
jika penyakit tanpa ditambah komplikasi, prognosis biasanya bonam, bila dengan
komplikasi, prognosis biasanya dubia ad bonam.
ERISIPELAS
Erisipelas yaitu penyakit infeksi bakteri akut, dipicu oleh Streptococcus, mengikutsertakan dermis atas dengan tanda khas meluas ke limfatik
kutaneus superfisial. Erisipelas pada wajah kebanyakan dipicu oleh streptococcus grup A, sedang erisipelas pada ekstremitas bawah kebanyakan dipicu oleh streptococcus non grup A. Di perkirakan 85% masalah erisipelas terjadi pada ekstremitas bawah.Erisipelas kebanyakan terjadi pada wanita, namun pada usia muda lebih sering
terjadi pada laki-laki . Insidens tertinggi dilaporkan pada pasien berusia 60 – 80 tahun
khususnya pada pasien dengan gangguan saluran limfatik.
Anamnesis Keluhan :
ada gejala konstitusi seperti demam dan malaise sebelum terjadinya lesi pada kulit. gejala biasa pada lesi diperoleh gatal, rasa terbakar, nyeri dan bengkak. Didahului trauma atau riwayat faringitis.
pemicu keparahan: :
Gangguan saluran limfatik, Gizi kurang, Penderita Diabetes Mellitus, kebersihan rendah,
Pemeriksaan Fisik
Lokasi : kaki, tangan, wajah
Efloresensi : eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. bisa ditambah edema, vesikel dan bula.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah diperoleh leukositosis
pelaksanaan diagnosa melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosa banding: :
Selulitis, Urtikaria
Komplikasi:
Abses, Emboli, Meningitis, Ganggren, Edema kronis, terjadi scar, sepsis, demam Scarlet, Pneumonia,
Pengobatan :
Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan, Analgetik antipiretik
Antibiotik :
Sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari
Penisilin 0,6 – 1,5 mega unit 5-10 hari
Pengobatan lanjutan: :
Mencegah pemicu keparahan:
Memantau terjadinya komplikasi
Konseling :
Menjaga kebersihan badan, Bagi penderita diabetes, tetap mengendalikan gula darah
DERMATITIS SEBOROIK
Dermatitis seboroik (DS) yaitu segolongan
kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi (predileksi di tempat-tempat kelenjar sebum). Dermatitis seboroik berkaitan erat dengan keaktifan glandula sebasea.
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh munculnya bercak merah dan kulit kasar. Kelainan awal hanya berwujud ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis sika) sampai keluhan lanjut berwujud keropeng yang berbau tidak sedap dan terasa gatal.
pemicu keparahan:
Genetik, faktor kelelahan, stres emosional , infeksi, defisiensi imun, jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan wanita, usia bayi bulan 1 dan usia 18-40 tahun, kurang tidur
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis Berbatas tidak tegas
Papul sampai plak eritema, Skuama berminyak agak kekuningan
pada wanita, interskapular, umbilikus, lipat paha, area angogenital, Lokasi predileksi:Kulit kepala, glabela, belakang telinga, belakang leher, alis mata, kelopak mata, liang telinga luar, lipat naso labial, sternal, areola mammae, lipatan bawah mammae
Bentuk klinis lainLesi berat: seluruh kepala tertutup oleh krusta, kotor, dan berbau .
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding:
Psoriasis (skuamanya berlapis-lapis, tanda Auspitz, skuama tebal seperti mika), Kandidosis (pada lipat paha dan perineal, eritema bewarna merah cerah berbatas tegas dengan lesi satelit disekitarnya), Otomikosis, Otitis eksterna.
Komplikasi
Pada anak, lesi bisa meluas menjadi penyakit Leiner atau eritroderma.
Pengobatan :
--. Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi terjadinya keluhan, contoh stres emosional dan kurang tidur. Diet juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak.
--Farmakoterapi dilakukan dengan:
a. Oral sistemik
Antihistamin sedatif yaitu: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 2 minggu, setirizin 1 x 10 mg per hari selama 2 minggu. Antihistamin non sedatif yaitu: loratadin 1x10 mgselama maksimal 2 minggu.
b. Topikal
Dewasa:
Pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida 1,8 atau shampo ketokonazol 2%, zink pirition (shampo anti ketombe), atau
pemakaian preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam bentuk salep dengan frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per hari. Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa dipakai fluosinolon asetonid krim
0,025%) selama maksimal 2 minggu. Pada masalah dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan kortikosteroid kuat contoh betametason valerat krim 0,1%.
Pada masalah dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian ketokonazol krim 2%.
Bayi: Pada lesi di kulit kepala bayi diberikan asam salisilat 3% dalam minyak kelapa atau vehikulum yang larut air atau kompres minyak kelapa hangat
1 kali sehari selama beberapa hari. Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion selama beberapa hari.Selama pengobatan, rambut tetap dicuci.
Konseling :
memberi informasi bahwa penyakit ini sukar disembuhkan namun bisa tercheckup dengan mengendalikan emosi dan psikisnya.
. Memberitahukan kepada orang tua untuk menjaga kebersihan bayi dan rajin merawat kulit kepala bayi.Memberitahukan kepada orang tua bahwa kelainan ini biasanya muncul pada bulan-bulan pertama kehidupan dan membaik seiring dengan pertambahan usia.
Pasien dirujuk jika tidak ada perbaikan dengan pengobatan standar.
Prognosis biasanya bonam, sembuh tanpa komplikasi.
DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis Atopik (DA) yaitu peradangan kulit berulang dan kronis dengan ditambah gatal. biasanya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berkaitan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Sinonim dari penyakit ini yaitu eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier.
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh gatal yang beragam lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik
Gejala utama DA yaitu pruritus, bisa hilang muncul sepanjang hari, namun biasanya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk.Pasien biasanya juga memiliki riwayat sering merasa agresif, merasa tertekan, cemas, egois, frustasi,
pemicu keparahan:
Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan lain-lain).
Riwayat peka terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.
Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya pemakaian antibiotik.
Faktor Pemicu
Tungau debu rumah, Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, kacang tanah. Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus aureus)
Tanda patognomonis
Kulit penderita DA: Jari tangan teraba dingin
Kering pada perabaa, Pucat/redup
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik harus terdiri dari 3 ciri-ciri mayor dan 3 ciri-ciri minor dari ciri-ciri Williams (1994) di bawah ini.
ciri-ciri mayor:
Dermatitis di fleksura pada dewasa, Dermatitis kronis atau berulang, Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya, Pruritus, Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
ciri-ciri minor:
Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks), Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris, Xerosis, Pitriasis alba, Dermatitis di papilla mamae, White dermogrhapism dan delayed blanch tanggapan s
Kelilitis, Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
Konjungtivitis berulang, Keratokonus
peka terhadap makanan, Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi, Tes kulit alergi tipe dadakan positif, Kadar IgE dalam serum meningkat, Mulai muncul pada usia dini, Katarak subskapsular anterior, Orbita menjadi gelap, Muka pucat atau eritem, Gatal bila berkeringat, Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak, Aksentuasi perifolikular,
Pada bayi, ciri-ciri diagnosa menjadi:
1. Tiga ciri-ciri mayor berwujud :Pruritus,
Riwayat atopi pada keluarga, Dermatitis pada muka dan ekstensor
2. tiga ciri-ciri minor berwujud :
Skuama di scalp kronis. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular, Fisura di belakang telinga
Diagnosa banding:
Dermatitis seboroik (terutama pada bayi), Dermatitis kontak, Dermatitis numularis,
Skabies, Iktiosis , Psoriasis (terutama di area palmoplantar), Sindrom Sezary,
Dermatitis herpetiformis
Pada bayi, Diagnosa banding: , yaitu Sindrom imunodefisiensi (contoh sindrom Wiskott-Aldrich), Sindrom hiper IgE
Komplikasi
Perluasan penyakit (eritroderma), Infeksi sekunder Pengobatan :
dilakukan dengan rekayasa gaya hidup, yaitu:
-- Membilas badan segera Sesudah selesai berenang untuk menghindari kontak, klorin yang terlalu lama.Menghindari stress psikis., Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
-- Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau bahan sintetik.
Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab.Menjaga kebersihan bahan pakaian. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
--Pada bayi, menjaga kebersihan di area popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicatedbaby oil.
Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri sebab menginduksi resistensi.
. Menemukan pemicu keparahan:
2. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi diberikan dengan:
a. Oral sistemik
Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
b. Topikal (2 kali sehari)
Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa dipakai fluosinolon asetonidkrim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada masalah dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau
mometason furoat krim 0,1%. Pada masalah infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan untuk melakukan atopi, contoh skin prick test/tes uji tusuk pada masalah dewasa.
Konseling :
--fokus kepada seluruh anggota keluarga bahwa rekayasa gaya hidup tidak hanya berlaku pada pasien, juga harus menjadi kebiasaan keluarga secara keseluruhan.
--. Penyakit bersifat kronis dan berulang sehingga perlu diberi pengertian kepada seluruh anggota keluarga untuk menghindari pemicu keparahan: dan melakukan perawatan kulit secara benar.
--memberi informasi kepada keluarga bahwa prinsip pengobatan yaitu menghindari gatal, menekan proses peradangan, dan menjaga hidrasi kulit.
Pengobatan lanjutan:
Pemantauan efek samping kortikosteroid. Bila ada efek samping, kortikosteroid dihentikan.
. Diperlukan pengobatan pemeliharaan Sesudah tahap akut teratasi. Pengobatan pemeliharaan dengan kortikosteroid topikal jangka panjang (1 kali sehari) dan pemakaian krim pelembab 2 kali sehari sepanjang waktu.. Pengobatan pemeliharaan bisa diberikan selama maksimal 4 minggu.
Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu, Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma, Dermatitis atopik luas dan berat, Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid . Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
DERMATITIS NUMULARIS
Dermatitis numularis yaitu dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berwujud papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans). Penyakit ini pada pasien dewasa lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin
antara 50dan 68 tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 19sampai 28 tahun. Dermatitis numularis tidak biasa muncul pada anak, bila ada muncul nya jarang pada usia sebelum satu tahun, biasanya kejadian meningkat seiring bertambahnya usia,
Anamnesis Keluhan :
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat gatal. Keluhan hilang muncul dan sering kambuh.
pemicu keparahan:
kontak alergi, riwayat dermatitis atopik pada masalah dermatitis numularis anak, stress
emosional, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan dengan kelembaban rendah, riwayat infeksi kulit sebelumnya, laki-laki , usia 50-69 tahun (pada wanita 19-29 tahun), riwayat trauma fisik dan kimiawi (fenomena Kobner: gambaran lesi yang mirip dengan lesi utama), riwayat dermatitis,
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
--Tanda eksudasi sebab vesikel mudah pecah, lalu mengering menjadi krusta kekuningan.
--Lesi akut berwujud vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm), berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan berbatas tegas.
--Jumlah lesi bisa satu, bisa pula banyak dan tersebar, bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang beragam . Tempat predileksi terutama di tungkai bawah, badan, lengan, termasuk punggung tangan
Pemeriksaan Penunjang :
Tidak diperlukan, sebab gejala jelas dan klasik.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding:
sirkumskripta, Dermatomikosis
Dermatitis kontak, Dermatitis atopi, Neurodermatitis
Pengobatan :
1. Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
2. Farmakoterapi yang bisa diberikan, yaitu:
--. Topikal (2 kali sehari) Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000,
memakai 3 lapis kasa bersih, selama masing-masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi mengering.
lalu terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa dipakai fluosinolon asetonid
krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada masalah infeksi sekunder, perlu
pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
Pada masalah dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau
Mometason furoat krim 0,1%).
--Oral sistemik
Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2
minggu.
--jika ada infeksi bakteri bisa diberikan antibiotik topikal atau antibiotik sistemik bila lesi luas.
Komplikasi:Infeksi sekunder
Konseling :
Mencegah terjadinya infeksi sebagai pemicu keparahan: terjadinya relaps. memberi nasihat bahwa kelainan bersifat kronis danberulang sehingga penting untuk pemberian obat topikal rumatan.
ciri-ciri Rujukan :
. jika diduga ada faktor penyulit lain, contoh fokus infeksi pada organ lain, maka konsultasi danatau ditambah rujukan kepada tenaga medis spesialis terkait (contoh: gigi mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk Pengobatan : fokus infeksi ini . jika kelainan tidak membaik dengan pengobatan topikal standar.
peralatan medis :
penyakit dermatitis numularis.
LIKEN SIMPLEKS KRONIK (NEURODERMATITIS SIRKUMKRIPTA)
Liken simpleks kronik atau dinamakan neurodermatitis, sirkumkripta yaitu kelainan kulit berwujud peradangan kronis, sangat gatal berbentuk sirkumskrip dengan tanda berwujud kulit tebal dan menonjol mirip kulit batang
kayu akibat garukan dan gosokan yang berulang-ulang. pemicu kelainan ini belum diketahui. Prevalensi tertinggi penyakit ini pada orang yang berusia 30-50 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada laki-laki .
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh gatal sekali pada kulit, tidak terus menerus, namun dirasakan terutama malam hari atau waktu tidak sibuk. Bila terasa gatal, sulit ditahan bahkan hingga harus digaruk sampai luka baru gatal hilang untuk sementara.
pemicu keparahan:
Wanita lebih sering muncul dibandingkan laki-laki , dengan puncak insidens 30-50 tahun.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
mulanya lesi berwujud eritema dan edema atau golongan papul, lalu sebab garukan berulang, bagian tengah menebal, kering, berskuama dan pinggirnya mengalami hiperpigmentasi. Bentuk biasanya lonjong, mulai dari lentikular sampai plakat. . Lesi biasanya tunggal, namun bisa lebih dari satu.. bisa terletak dimana saja yang mudah dicapai tangan. Biasanya ada di area tengkuk, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, kulit kepala, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva.
Diagnosa banding:
Dermatitis numularis, Dermatitis atopik, Dermatitis kontak, Liken planus,
Pengobatan :
1. Pasien disarankan agar tidak terus menerus menggaruk lesi saat gatal, dan mungkin perlu dilakukan konsultasi dengan psikiatri.
2. Prinsip pengobatan yaitu mengusahakan agar penderita tidak terus menggaruk sebab gatal, dengan pemberian:
--Glukokortikoid topikal, antara lain: betametason dipropionat salep/krim 0,05% 1-3 kali sehari, metilprednisolon aseponat salep/krim 0,1% 1-2 kali sehari, atau mometason furoat salep/krim 0,1% 1 kali sehari. Glukokortikoid bisa dicampuran dengan tar untuk efek antiinflamasi.
--. Antipruritus: antihistamin dengan efek sedatif, seperti hidroksisin 10-50 mg setiap 4 jam, difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam (maksimal 300 mg/hari), atau klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg/hari).
Konseling :
Rujukan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi pemicu lain yang mendasari penyakit dengan berkonsultasi kepada psikiatri atau tenaga medis spesialis kulit.. Memberitahu keluarga mengenai kondisi pasien dan penanganannya.
Menyarankan pasien untuk melakukan konsultasi dengan psikiatri dan mencari kemungkinan penyakit lain yang mendasari penyakit ini.
peralatan medis :
khusus untuk mendiagnosa penyakit liken simpleks kronik.
DERMATITIS KONTAK ALERGIK
Dermatisis kontak alergik (DKA) yaitu reaksi peradangan kulit imunologik sebab reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi berwujud alergen (tahap sensitisasi) yang biasanya berlangsung 2-3 minggu. Bila terjadi terpapar ulang dengan alergen yang sama atau mirip , periode hingga
terjadinya gejala klinis biasanya 24-48 jam (tahap elisitasi). Alergen paling sering berwujud bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da. DKA terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen, derajat terpapar dan luasnya penetrasidi kulit.
Anamnesis Keluhan :
Hal yang penting ditanyakan yaitu riwayat kontak dengan bahan-bahan yang berkaitan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah dipakai , obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang bisa memicu alergi, riwayat alergi di keluarga pemicu keparahan:
Keluhan kelainan kulit berwujud gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan bisa ditambah muncul nya bercak kemerahan.
Riwayat dermatitis atopik atau riwayat atopi pada diri pasien dan keluarga, muncul pada pasien yang terpajan oleh bahan alergen.Riwayat kontak dengan bahan alergen pada waktu tertentu.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Tanda yang bisa diobservasi sama seperti dermatitis biasanya tergantung pada kondisi akut atau kronis. Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan pemicu nya, seperti di ketiak oleh deodoran, di
pergelangan tangan oleh jam tangan,
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan pasien terhadap suatu bahan yang bersifat alergen.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding: Dermatitis kontak iritan.
Komplikasi Infeksi sekunder
Pengobatan :
1. Pasien perlu mengidentifikasi pemicu keparahan: , menghindari bahan-bahan yang
bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisik , memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab dan memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak alergen saat bekerja.
2. Keluhan diberikan farmakoterapi berwujud :
a. Oral sistemik
Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
b. Topikal (2 kali sehari)
Pada masalah infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa dipakai Fluosinolon asetonid krim 0,025%). Pada masalah dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Konseling :
nasihat memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot.
menghindari bahan alergen di rumah saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
dilakukan patch test.. jika kelainan tidak membaik dalam 4 minggu Sesudah pengobatan standar
dan sudah menghindari kontak.
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Dermatisis kontak iritan (DKI) yaitu reaksi peradangan kulit non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI bisa dialami oleh semua orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan ras. pemicu munculnya dermatitis jenis ini yaitu bahan yang bersifat iritan, contoh bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya berkaitan dengan pekerjaan.
Anamnesis Keluhan :
Keluhan di kulit bisa beragam, tergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Gejala yang dikeluhkan yaitu perasaan gatal dan muncul nya bercak kemerahan pada area
yang terkena kontak bahan iritan. kadang diikuti oleh rasa pedih, panas, terbakar.
pemicu keparahan:
Riwayat dermatitis atopik, muncul pada pasien yang terpajan oleh bahan iritan, Riwayat kontak dengan bahan iritan pada waktu tertentu, Pasien bekerja sebagai tukang cuci, juru masak, kuli bangunan, montir, penata rambut
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Tanda yang bisa diobservasi sama seperti dermatitis biasanya , tergantung pada kondisi akut atau kronis.
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan pasien terhadap suatu bahan yang bersifat iritan.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
penggolongan
berdasar pemicu dan pengaruh faktor tertentu, DKI dibagi menjadi:
1. DKI traumatik:
Lokasi predileksi paling sering terjadi di tangan.
. Kelainan kulit berkembang lambat Sesudah trauma panas atau laserasi. Gejala seperti dermatitis numularis (lesi akut dan basah). Penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu.
2. DKI non eritematosa:
yaitu bentuk subklinis DKI, ditandai dengan perubahan fungsi sawar stratum korneum, hanya ditandai oleh skuamasi ringan tanpa ditambah kelainan klinis lain.
3. DKI subyektif/ DKI sensori:
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa seperti tersengat (pedih)atau terbakar (panas) Sesudah kontak dengan bahan kimia tertentu, contoh asam laktat.
4. DKI akut:
--Tepi kelainan kulit berbatas tegas dan biasanya asimetris.
--. Bahan iritan kuat, contoh larutan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl), termasuk luka bakar oleh bahan kimia.
-- Lesi berwujud : eritema, edema, bula, kadang ditambah nekrosis.
5. DKI akut lambat:
--kadang dipicu oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata), penderita baru merasa pedih keesokan harinya,
pada mulanya terlihat eritema, dan pada sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
--Gejala klinis baru muncul sekitar 8-24 jam atau lebih Sesudah kontak.
-- Bahan iritan yang bisa memicu DKI tipe ini diantaranya yaitu benzalkonium klorida, dan asam hidrofluorat. podofilin, antralin, tretionin, etilen oksida,
6. DKI kumulatif/ DKI kronis:
--. Kulit bisa retak seperti luka iris (fisur), contoh pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus-menerus dengan deterjen. Keluhan penderita biasanya rasa gatal atau nyeri sebab kulit retak (fisur). Ada kalanya kelainan hanya berwujud kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.
-- pemicu nya yaitu kontak berulang-ulang dengan iritan lemah (faktor fisik contoh gesekan, trauma minor, kelembaban rendah, panas atau dingin, faktor kimia seperti deterjen, sabun, pelarut, tanah dan bahkan air).
--biasanya predileksi muncul di tanganterutama pada pekerja.
--Kelainan baru muncul Sesudah kontak dengan bahan iritan berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun lalu sehingga waktu dan rentetan kontak yaitu faktor utama .
7. Reaksi iritan:
biasanya bisa sembuh sendiri, namun memicu penebalan kulit, dan kadang berlanjut menjadi DKI kumulatif.
. yaitu dermatitis subklinis pada pasien yang terpajan dengan pekerjaan basah, contoh penata rambut dan pekerja logam dalam beberapa bulan pertama, kelainan kulit monomorfik (efloresensi tunggal)bisa berwujud pustul, erosi, eritema, skuama, vesikel,
Diagnosa banding: Dermatitis kontak alergi
Komplikasi Infeksi sekunder.
Pengobatan :
1. Keluhan bisa diatasi dengan pemberian farmakoterapi, berwujud :
a. Oral sistemik
Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
b. Topikal (2 kali sehari)
Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
Pada masalah DKI kumulatif dengan gejala likenifikasi dan hiperpigmentasi, bisa diberikan golongan betametason valerat krim
0,1% atau mometason furoat krim 0,1%).
Pada masalah infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia bisa dipakai fluosinolon asetonid krim 0,025%).
2. Pasien perlu mengidentifikasi pemicu keparahan: , menghindari bahan-bahan yang
bersifat iritan, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisik , memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab, dan memakai alat pelindung diri untuk menghindari kontak iritan saat bekerja.
Konseling :
nasihat untuk memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot.
bisa dilakukan patch test. jika kelainan tidak membaik dalam 4 minggu pengobatan standar dan sudah menghindari kontak.
Prognosis biasanya bonam. Pada masalah DKI akut dan bisa menghindari kontak, prognosisnya yaitu bonam (sembuh tanpa komplikasi). Pada masalah kumulatif dan tidak bisa menghindari kontak, prognosisnya yaitu dubia.
NAPKIN ECZEMA (DERMATITIS POPOK)
Napkin eczema atau dermatitis popok atau diaper rash yaitu dermatitis di area genito-krural sesuai dengan tempat kontak popok. biasanya pada bayi pemakai popok dan juga pasien dewasa yang sakit dan memakai popok. Dermatitis ini yaitu salah satu dermatitis kontak iritan akibat isi napkin (popok).
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh gatal dan bercak merah berbatas tegas mengikuti bentuk popok yang berkontak, kadang basah dan membentuk luka.
pemicu keparahan:
Riwayat alergi terhadap bahan plastik dan kertas.
. Popok jarang diganti. Kulit bayi yang kering sebelum dipasang popok.Riwayat atopi diri pasien dan keluarga .
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Plak eritematosa (merah cerah), membasah, kadang pustul, lesi satelit (bila terinfeksi jamur)
. Makula eritematosa berbatas agak tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang berkontak)
. Papul . Vesikel . Erosi . Ekskoriasi
. Infiltran dan ulkus bila parah
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diduga terinfeksi jamur kandida, perlu dilakukan pemeriksaan KOH atau Gram dari kelainan kulit yang basah.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding:
Psoriasis infersa. Eritrasma. Penyakit Letterer-Siwe. Akrodermatitis enteropatika.
Komplikasi Infeksi sekunder
Pengobatan :
Untuk mengurangi gejala dan mencegah bertambah beratnya lesi, perlu dilakukan hal berikut:
disarankan pemakaian popok sekali pakai jenis highly absorbent.Ganti popok bayi lebih sering, pakailah pelembab sebelum memakaikanpopok bayi.
2. Prinsip pemberian farmakoterapi yaitu untuk menekan inflamasi dan mengatasi infeksi kandida.
Bila terinfeksi kandida: berikan antifungal nistatin sistemik 1 kali sehari selama 7 hari atau derivat azol topikal dicampuran dengan zinc oxide
diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.
. Bila ringan: krim/salep bersifat protektif (zinc oxide/pantenol) dipakai 2 kali sehari selama 1 minggu atau kortikosteroid potensi lemah (hidrokortison salep 1-2,5%) dipakai 2 kali sehari selama 3-7 hari.
Konseling :
Mengganti popok sekali pakai bila kapasitas sudah penuh. Memberitahu keluarga mengenai pemicu dan menjaga kebersihan kulit.. Mengajarkan cara pemakaian popok dan mengganti secepatnya bila popok basah.
Pengobatan lanjutan:
Bila gejala tidak menghilang Sesudah pengobatan standar selama 1 minggu, dilakukan:
Pengobatan bisa diulang 7 hari lagi. pemeriksaan ulang KOH atau Gram.Bila keluhan tidak membaik Sesudah pengobatan standar selama 2 minggu.
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan KOH dan Gram
DERMATITIS PERIORAL
Dermatitis perioral yaitu erupsi eritematosa persisten yang terdiri dari papul kecil dan papulo-pustul yang berlokasi di sekitar mulut. Dermatitis perioral bisa terjadi pada anak dan dewasa. Dalam populasi dewasa, penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki . Namun, selama masa kanak-kanak persentase pasien laki-laki lebih besar. Pada anak-anak, penyakit ini memiliki kecenderungan untuk meluas
ke periorbita atau perinasal. Beberapa agen pemicu terlibat dalam patogenesis penyakit ini diantaranya pemakaian kosmetik dan glukokortikoid. pemakaian campuran foundation, pelembab dan krim malam memicu terjadinya dermatitis perioral secara menonjol .
pemakaian kortikosteroid yaitu pemicu utama penyakit ini pada anakanak. faktor lainnya yang juga diidentifikasai diantaranya infeksi, faktor
hormonal, pemakaian pil kontrasepsi, kehamilan, fluoride dalam pastagigi, sensitasi merkuri dari tambalan amalgam. Demodex folliculorum
berperan dalam patogenesis dermatitis perioral terutama pada anak dengan imunokompromais. bahwa density dari D.folliculorum yaitu fenomena sekunder pemicu dermatitis perioral.
Anamnesis Keluhan :
gatal dan rasa panas ditambah muncul nya lesi di sekitar mulut.
pemicu keparahan:
Pasien imunokompromais, Pemakaian kortikosteroid topikal. Pemakaian kosmetik.
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Erupsieritematosa yang terdiri dari papul,papulopustul atau papulovesikel, biasanya
tidak lebih dari 2 mm. Lesi berlokasidi sekitar mulut, namun pada anak lesi bisa meluas ke perinasal atau periorbita.
Diagnosa banding:
Lip-licking cheilitis, Histiocytosis , Sarkoidosis
Dermatitis kontak, Dermatitis seboroik, Rosasea, Akne,
Komplikasi Infeksi sekunder
Pengobatan :
Untuk keberhasilan pengobatan, langkah pertama yang dilakukan yaitu menghentikan pemakaian semua kosmetik dan kortikosteroidtopikal. Jika tidak diobati, bentukklasik dermatitis perioral memiliki kecenderungan untuk bertahan,terutama jika pasien terbiasa memakai pelembab atau krim malam. Dalam masalah resisten, dermatitis perioral memerlukan farmakoterapi, seperti:
1. Sistemik
--. Eritromisin 250 mg, dua kali sehari selama 4-6 minggu
--Azytromisin 500 mg per hari, 3 hari berturut-turut per minggu selama 4 minggu.
--. Tetrasiklin 250-500 mg, dua kali sehari selama 3 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
--. Minosiklin 100 mg per hari selama 4 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
--. Doksisiklin 100 mg per hari selama 3 minggu. Jangan diberikan pada pasien sebelum usia pubertas.
2. Topikal
--Asam azelaik krim 20% atau gel 15%, dua kali sehari
-;Adapalene gel 0,1%, sekali sehari selama 4 minggu
--. Metronidazol krim atau emulsi 0,75%-1%, dua kali sehari (satu kali sehari pada anak) selama 8 minggu.
--. Klindamisin krim 1%, satu atau dua kali sehari
--. Eritromisin krim 2-3% satu atau dua kali sehari
Pemeriksaan Penunjang :
Pada pasien yang menderita dermatitis perioral dalam waktu lama, pemeriksaan mikroskopis lesi bisa disarankan untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri,jamur atau adanya Demodex folliculorum.
Konseling :
menghentikan pemakaian kortikostroid topikal. Eritema bisa terjadi pada beberapa hari Sesudah penghentian steroid.
nasihat dilakukan terhadap pasien dan pada pasien anak nasihat dilakukan kepada orangtuanya. nasihat berwujud menghentikan pemakaian semua kosmetik,
ciri-ciri Rujukan :
Pasien dirujuk jika memerlukan pemeriksaan mikroskopik atau pada pasien dengan gejala yang tidak biasa dan perjalanan penyakit yang lama.
peralatan medis :
khusus untuk mendiagnosa penyakit dermatitis perioral.
PITIRIASIS ROSEA
Penyakit ini belum diketahui sebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus (mother patch), lalu disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas, yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 3-8 minggu. Pitiriasis rosea diperoleh pada
semua usia, terutama antara 15-40 tahun, dengan rasio laki-laki dan wanita sama besar.
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh lesi kemerahan yang mulanya satu lalu diikuti dengan lesi yang lebih kecil yang mirip pohon cemara terbalik. Lesi ini kadang dikeluhkan terasa gatal ringan.
pemicu keparahan:
Etiologi belum diketahui, ada yang mengatakan ini yaitu infeksi virus sebab yaitu self limited disease.
Pemeriksaan Fisik
Gejala konstitusi biasanya tidak ada , sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), biasanya di badan, soliter, berbentuk oval, dan anular, diameternya sekitar 3 cm. Lesi terdiri atas eritema
dan skuama halus di atasnya. Lamanya beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Lesi berikutnya muncul 4-10 hari Sesudah lesi pertama dengan gambaran mirip dengan lesi pertama, namun lebih kecil, susunannya sejajar dengan tulang iga, sehingga mirip pohon cemara terbalik. Tempat predileksi yang sering yaitu pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas.Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan mikroskopis KOH dilakukan untuk mengabaikan Tinea Korporis.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding: Tinea korporis, Erupsi obat
Pengobatan :
Pengobatan bersifat simptomatik, contoh untuk gatal diberikan antipruritus seperti bedak asam salisilat 1-2% atau mentol 0,25-0,5%.
Prognosis biasanya bonam sebab penyakit sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu.
ERITRASMA
Eritrasma yaitu penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang dipicu oleh
Corynebacterium minutissimum. Eritrasma terutama terjadi pada penderita diabetes, orang dewasa, muncul di area tropis. Eritrasma tidak
begitu menular, 4% dan lebih banyak muncul di area iklim tropis dan subtropis. insidensnya lebih banyak muncul pada ras kulit hitam. Eritrasma terjadi baik laki-laki maupun wanita, pada laki-laki lebih banyak muncul eritrasma pada area
kruris, sedang pada wanita di area interdigital. berdasar usia, insidens eritrasma bertambah seiring dengan pertambahan usia dengan pasien termuda yang pernah muncul yaitu usia 1 tahun.
Anamnesis Keluhan :
Eritrasma kadang tidak memicu keluhan subyektif, namun ada juga pasien mengeluh gatal dengan durasi dari bulan sampai tahun.
pemicu keparahan: :
berkeringat, kegemukan, kebersihan rendah , peminum alkohol, Penderita Diabetes Mellitus, iklim sedang dan panas, maserasi pada kulit,
Pemeriksaan Fisik
Efloresensi : eritema luas berbatas tegas, dengan skuama halus dan kadang erosif. Kadang juga diperoleh likenifikasi dan hiperpigmentasi.
Lokasi : lipat paha bagian dalam, sampai skrotum, aksilla, dan intergluteal
Pemeriksaan Penunjang :
Sediaan langsung kerokan kulit dengan pewarnaan gram, Pemeriksaan dengan lampu Wood,
pelaksanaan diagnosa melalui hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood diperoleh fluoresensi merah bata (coral pink).
Diagnosa banding:
seboroik, Kandidiasis, Pitiriasis versikolor, Tinea kruris, Dermatitis,
Pengobatan :
Pengobatan sistemik: Eritromisin 1 g sehari (4 x 250mg) untuk 2-3 minggu.. Pengobatan topikal: salep Tetrasiklin 3%
Konseling :
Bagi penderita diabetes, tetap mengendalikan gula darah, Menjaga kebersihan badan, Menjaga agar kulit tetap kering, memakai pakaian yang bersih dengan bahan yang menyerap keringat.Menghindari panas atau kelembaban yang berlebih,
peralatan medis :
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan KOH dan pewarnaan gram, Lampu Wood
SKROFULODERMA
Skrofuloderma yaitu bentuk reaktivasi infeksi tuberkulosis akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ di bawah kulit seperti limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan mengikutsertakan kulit di atasnya, lalu pecah dan
membentuk sinus di permukaan kulit.
Anamnesis Keluhan :
Skrofuloderma dimulai dengan pembesaran kelenjar getah bening tanpa tanda-tanda radang akut. Mula-mula hanya beberapa kelenjar diserang, lalu makin banyak sampai terjadi abses memecah dan menjadi fistel lalu meluas menjadi
ulkus. Jika penyakitnya sudah menahun, maka diperoleh gejala yang lengkap.
pemicu keparahan: Sama dengan TB Paru
Pemeriksaan Fisik
Efloresensi : pembesaran kelenjar getah bening tanpa radang akut kecuali tumor dengan konsistensi bermacam-macam, periadenitis, abses dan fistel multipel, ulkus-ulkus khas, sikatriks-sikatriks yang memanjang dan tidak teratur, jembatan kulit. Lokasi : leher, ketiak, lipat paha,
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan biakan Mycobacterium tuberculosis, Pemeriksaan dahak,
pelaksanaan diagnosa melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosa banding:
Limfogranuloma venerum, Limfosarkoma, Limfoma maligna, Hidradenitis supurativa,
Pengobatan : Sama dengan TB Paru
Pengobatan sistemik: Sama dengan TB Paru
Memantau ciri-ciri penyembuhan skrofuloderma, antara lain:
Laju Endap Darah menurun, Semua fistel dan ulkus sudah menutup, Seluruh kelenjar limfe sudah mengecil (< 1 cm, konsistensi keras), Sikatriks tidak eritematous,
Konseling : Sama dengan TB Paru
peralatan medis :
Tes tuberkulin, Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan laju endap darah dan pemeriksaan BTA,
HIDRADENITIS SUPURATIF
Hidradenitis supuratif atau dinamakan akne inversa yaitu peradangan kronis dan supuratif pada kelenjar apokrin. Penyakit ini ada pada usia pubertas sampai usia dewasa muda. Prevalensi keseluruhan yaitu sekitar 1%. Rasio wanita terhadap laki-laki yaitu 3:1. Dari beberapa penelitian epidemiologi diketahui bahwa 1/3
pasien hidradenitis supuratif memiliki kerabat dengan hidradenitis. Merokok dan kegemukan yaitu pemicu keparahan: untuk penyakit ini. Penyakit ini juga sering didahului oleh trauma atau mikrotrauma, contoh banyak keringat, pemakaian deodorant . Beberapa bakteri sudah diidentifikasi dalam kultur yang diambil dari lesi hidradenitis
supuratif, diantaranya yaitu
Coryneformbacteria, batang Gram-negatif, Streptococcusviridans, Staphylococcus aureus, bakteri anaerob(Peptostreptococcus spesies, Bacteroidesmelaninogenicus, Bacteroides
corrodens),
Anamnesis Keluhan :
Tanpa pengobatan penyakit ini bisa berkembang dan pasien merasakan nyeri di lesi.Keluhan awal yang dirasakan pasien yaitu gatal, eritema, hiperhidrosis lokal,
pemicu keparahan:
Merokok, kegemukan , banyak berkeringat, pemakaian deodorant,
Pemeriksaan Fisik
Pada yang menahun bisa terbentuk abses, fistel, sinus yang multipel ada leukositosis,
Ruam berwujud nodus dengan tanda-tanda peradangan akut, lalu bisa melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistula dan dinamakan hidradenitis supuratif. Lokasi predileksi di aksila, lipat paha, gluteal, perineum dan area payudara. Meskipun penyakit ini di aksila kebanyakan ringan, di perianal sering progresif dan berulang, Ada dua sistem penggolongan untuk menentukan keparahan hidradenitis supuratif, yaitu dengan sistem penggolongan Hurley dan Sartorius,
menggolongkan pasien menjadi 3 golongan berdasar adanya dan luasnya jaringan parut dan sinus.
-- Tahap I : lesi soliter atau multipel, ditandai dengan pembentukan abses tanpa saluran sinus atau jaringan parut.
--Tahap II :lesisingle atau multipel dengan abses berulang, ditandai dengan pembentukan saluran sinus dan jaringan parut.
-- Tahap III: tahap yang paling parah, beberapa saluran saling berkaitan dan abses mengikut sertakan seluruh area anatomi(contoh ketiak atau pangkal paha).
2. Skor Sartorius. Skor diperoleh dengan menghitung jumlah lesi kulit dan tingkat
keterlibatan di setiap lokasi anatomi. Lesi yang lebih parah seperti fistula diberikan skor yang lebih tinggi dibandingkan lesi ringan seperti
abses. Skor dari semua lokasi anatomi ditambahkan untuk memperoleh skor total.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah lengkap
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosa banding:
Lymphogranuloma venereum, Skrofuloderma
Furunkel, karbunkel, kista epidermoid atau kista dermoid , Erisipelas, Granuloma inguinal,
Komplikasi
Karsinoma sel skuamosa bisa berkembang pada pasien dengan riwayat penyakit yang lama, namun jarang terjadi. Jaringan parut di lokasi lesi. Inflamasi kronis pada genitofemoral bisa memicu striktur di anus, uretra atau rektum.Fistula uretra . Edema genital yang bisa memicu gangguan fungsional.
Pengobatan :
1. Pengobatan oral:
a. Kortikosteroid sistemik
Kortikosteroid sistemik contoh triamsinolon, prednisolon atau prednison
b. Antibiotik sistemik
Antibiotik sistemik contoh dengan campuran rifampisin 600mg sehari(dalam dosis tunggal atau dosis terbagi) dan klindamisin 300mg dua kali sehari menandakan hasil pengobatan yang menjanjikan. Dapson dengan dosis 50-150mg/hari sebagai monoterapi, eritromisin atau tetrasiklin 250-500 mg 4xsehari, doksisilin 100 mg 2xsehari selama 7-14 hari.
2. Jika sudah terbentuk abses, dilakukan insisi.
Konseling :
Menjaga kebersihan kulit, memakai pakaian yang longgar untuk mengurangi gesekan, Mandi dengan memakai sabun dan antiseptik atau antiperspirant. Mengurangi berat badan untuk pasien kegemukan . Berhenti merokok. Tidak mencukur di kulit yang berjerawat sebab mencukur bisa mengiritasi kulit.
ciri-ciri Rujukan :
Pasien dirujuk jika penyakit tidak sembuh dengan pengobatan oral atau lesi kambuh Sesudah dilakukan insisi dan drainase.
peralatan medis : Bisturi
AKNE VULGARIS RINGAN
Akne vulgaris yaitu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang diinduksi dengan peningkatan produksi sebum, perubahan pola keratinisasi, peradangan, dan kolonisasi dari bakteri Propionibacterium acnes. Sinonim untuk
penyakit ini yaitu jerawat. biasanya insidens terjadi pada wanita usia 14-17 tahun, laki-laki 16-19 tahun lesi yang utama yaitu komedo dan papul dan bisa ditemukan pula lesi beradang. Pada anak wanita,akne vulgaris bisa terjadi pada premenarke. Sesudah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang, namun kadang menetap sampai dekade ketiga terutama pada wanita. Ras oriental (Korea, Jepang, Cina) lebih jarang menderita akne vulgaris dibandingkan dengan ras kaukasia (Amerika, Eropa).
Anamnesis Keluhan :
Keluhan berwujud erupsi kulit polimorfi di lokasi predileksi, ditambah rasa nyeri atau gatal
namun masalah estetika biasanya yaitu keluhan utama.
pemicu keparahan: :
banyak makan makanan berlemak dan tinggi karbohidrat, Usia remaja, stress emosional, siklus menstruasi, merokok, ras, riwayat akne dalam keluarga,
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Komedo berwujud papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam dinamakan komedo hitam (open comedo, black comedo, ) dan bila berwarna putih dinamakan komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo). Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodus dan kista yang beradang.Tempat predileksi yaitu di muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian atas. Lokasi kulit lain contoh di leher, lengan atas, kadang glutea.Gradasi yang menunjukan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan. Gradasi akne vulgaris yaitu antaralain :
1. Ringan, bila:
Sedikit lesi beradang pada satu predileksi
Beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi
Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
2. Sedang, bila:
Beberapa lesi beradang ada satu predileksi
Sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi, Banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi,
3. Berat, bila:
Banyak lesi beradang pada satu atau lebih predileksi, Banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi,
Keterangan:
Sedikit bila kurang dari 5, beberapa bila 5-10, banyak bila lebih dari 10 lesi
Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul
Beradang : pustul, nodus, kista
Pada pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna) muncul sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
diagnosa
dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
Diagnosa banding:
Dermatitis perioral, Erupsi akneiformis, Akne venenata, Rosasea,
Pengobatan : meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk melenyapkan jerawat yang terjadi (kuratif).
Pencegahan yang bisa dilakukan :
1.Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya akne, contoh Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, contoh minuman keras, makanan pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya.
Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis, yang bisa memperberat erupsi yang sudah terjadi. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga berenang , sesuai kondisi tubuh, hindari stress.pemakaian kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya.
2.Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum dengan cara :
Melakukan perawatan kulit dengan membersihkan permukaan kulit., Diet rendah lemak dan karbohidrat. Meskipun ini diperdebatkan efektivitasnya, namun bila pada anamnesis menunjang, ini bisa dilakukan.
Pengobatan akne vulgaris ringan bisa dilakukan dengan memberi farmakoterapi seperti :
1. Topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri dari :
a. Bahan iritan yang bisa mengelupas kulit (peeling), contoh sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%), asam azelat (15-20%) atau asam alfa hidroksi (AHA)
contoh asma glikolat (3-8%). Efek samping obat iritan bisa dikurangi dengan cara pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi yang paling rendah.
b. Antibiotik topikal: oksitetrasiklin 1%, eritromisin 1%, klindamisin fosfat 1%.
c. Retinoid, Retinoid topikal yaitu obat andalan untuk pengobatan jerawat sebab bisa melenyapkan komedo, mengurangi pembentukan mikrokomedo, adanya efek antiinflamasi. Kontraindikasi obat ini yaitu pada wanita hamil dan wanita usia subur harus memakai kontrasepsi yang efektif. campuran retinoid topikal dan antibiotik topikal (klindamisin) atau benzoil peroksida lebih ampuh mengurangi jumlah inflamasi dan lesi non-inflamasi
dibandingkan dengan retinoidmonoterapi. Pasien yang memakai campuran terapi juga menandakan tanda-tanda perbaikan yang lebih cepat.
d. Antiperadangan topikal: hidrokortison 1-2,5%.
2. Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan aktivitas jasad renik disamping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum. bisa diberikan antibakteri sistemik, contoh tetrasiklin 250 mg-1g/hari, eritromisin 4x250 mg/hari.
Pemeriksaan Penunjang : Lanjutan
Konseling :
tenaga medis perlu memberi informasi yang tepat pada pasien mengenai pemicu penyakit, pencegahan, dan cara maupun lama pengobatan, dan prognosis penyakitnya. ini penting agar penderita tidak mengharap berlebihan terhadap
usaha Pengobatan : yang dilakukan.
ciri-ciri Rujukan :
Akne vulgaris sedang sampai berat.peralatan medis :
Komedo ekstraktor (sendok Unna)
URTIKARIA
Urtikaria yaitu reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam sebab. Sinonim penyakit ini yaitu biduran, kaligata, hives, nettle rash. Ditandai oleh edema setempat yang muncul mendadak dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya bisa dikelilingi halo. bisa ditambah dengan angioedema. Penyakit ini sering ditemukan pada semua usia, orang dewasa lebih banyak terkena dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Penisilin tercatat sebagai obat yang lebih sering memicu urtikaria.
Anamnesis Keluhan :
Pasien mengeluh biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat di kulit yang ditambah bentol-bentol di area wajah, tangan, kaki, atau hampir di seluruh tubuh. Keluhan bisa juga ditambah rasa panas seperti terbakar
atau tertusuk. kadang ada keluhan sesak napas, nyeri perut, muntahmuntah, nyeri kepala, dan berdebar-debar (gejala angioedema).
pemicu keparahan:
Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi, hormon, pencahar).Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang). Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
Penyakit autoimun dan kolagen.Usia rata-rata yaitu 35 tahun.Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, sinar matahari, sinar UV, radiasi).
Riwayat atopi pada diri pasien dan keluarga .
Riwayat alergi.Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
Riwayat gigitan/sengatan serangga,
Pemeriksaan Fisik
kadang ditambah demografisme, berwujud edema linier di kulit yang terkena goresan benda tumpul, muncul dalam waktu lebih kurang 30menit. Pada lokasi tekanan bisa muncul lesi urtika.Tanda lain bisa berwujud lesi bekas garukan. Ruam atau patch eritema, Berbatas tegas. Bagian tengah tampak pucat. Bentuk papul dengan ukuran beragam , mulai dari papular hingga plakat.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya, contoh pemeriksaan gigi, THT, untuk mengabaikan adanya infeksi fokal.
Tempat predileksi
Bisa terbatas di lokasi tertentu, namun bisa generalisata bahkan sampai terjadi angioedema pada wajah atau bagian ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang :
Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu. Tes fisik: tes dengan es (ice cube test), tes dengan air hangat diagnosa diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan adanya fokus infeksi tersembunyi). Uji gores (scratch test) untuk melihat dermografisme,
penggolongan :
-- berdasar luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau kontak), generalisata (biasanya dipicu oleh obat atau makanan) dan angioedema.
--berdasar waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas urtikaria akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6 minggu).
-- berdasar morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria papular (papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).
--. berdasar pemicu dan mekanisme terjadinya, urtikaria bisa dibedakan menjadi:
a. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiat, NSAID, aspirin dan trauma fisik).
b. Urtikaria idiopatik (tidak jelas pemicu dan mekanismenya).
c. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:
Keterlibatan IgE reaksi hiperkepekaan tipe I (Coombs and Gell) yaitu pada atopi dan adanya antigen khusus, Keikutdan an komplemen reaksi hiperkepekaan tipe II dan III
(Coombs and Gell), dan genetik.Urtikaria kontak reaksi hiperkepekaan tipe 4 (Coombs and Gell).
Diagnosa banding:
Purpura anafilaktoid (purpura Henoch-Schonlein), Pitiriasis rosea (lesi awal berbentuk eritema), Eritema multiforme (lesi urtika, biasanya ada pada ekstremitas bawah).
Komplikasi
Angioedema bisa ditambah obstruksi jalan napas.
Pengobatan :
pengobatan pada layanan primer dilakukan dengan first-line therapy, yaitu memberi nasihat pasien tentang penyakit urtikaria (pemicu dan prognosis) dan terapi farmakologis sederhana.
Urtikaria akut
Atasi kondisi akut terutama pada angioedema sebab bisa terjadi obstruksi saluran napas. Penanganan bisa dilakukan di Unit Gawat Darurat bersama-sama dengan/atau dikonsultasikan ke tenaga medis spesialis THT.
Bila ditambah obstruksi saluran napas, diindikasikan pemberian epinefrin subkutan
yang dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Urtikaria kronik
1. Pemberian farmakoterapi dengan:
a. Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau 2% selama 1 minggu terus menerus.
b. jika terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, bisa diberikan Prednison oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan 5-10 mg per har
c. Antihistamin oral nonsedatif, contoh loratadin 1 x 10 mg per hari selama 1 minggu.
d. Bila tidak berhasil dicampuran dengan Hidroksisin 3 x 25 mg atau Difenhidramin 4 x 25-50 mg per hari selama 1 minggu.
e. jika urtikaria sebab dingin, diberikan Siproheptadin 3 x 4 mg per hari lebih efektif selama 1 minggu terus menerus.
2. Pasien menghindari pemicu yang bisa memicu urtikaria, seperti:
--Agen lain yang diperkirakan bisa memicu urtikaria.
-- Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
-- pemakaian antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE inhibitor.
-Rujukan ke tenaga medis spesialis bila muncul fokus infeksi.
-Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
-. Jika pengobatan first-line therapy gagal.
-. Jika kondisi menurun , yang ditandai dengan makin bertambahnya patch eritema, muncul bula, atau bahkan ditambah sesak.
peralatan medis :
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah, urin dan feses rutin.Tabung dan masker oksigen, Alat resusitasi
EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION
Exanthematous Drug Eruption yaitu salah satu bentuk reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang dimaksud yaitu zat yang dipakai untuk melakukan diagnosa , profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi yaitu reaksi hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya yaitu erupsi morbiliformis, makulopapular,
Anamnesis Keluhan :
Gatal ringan sampai berat yang ditambah kemerahan dan bintil pada kulit. Kelainan
muncul 10-14 hari Sesudah mulai pengobatan. Biasanya dipicu sebab pemakaian antibiotik (tetrasiklin, ampisilin, sulfonamid) atau analgetikantipiretik non steroid. Kelainan biasanya muncul pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak, lalu meluas dalam 1-2 hari. Gejala diikuti demam subfebril, malaise, dan nyeri sendi yang muncul 1-2 minggu Sesudah mulai mengkonsumsi obat, jamu, atau bahan-bahan yang dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan kontras radiologi). pemicu keparahan:
Riwayat atopi diri pasien dan keluarga .
. Alergi terhadap alergen lain.. Riwayat alergi obat sebelumnya.. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh terpapar sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka).
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Tempat predileksi, Tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak.Erupsi makulopapular atau morbiliformis.
Kelainan bisa simetris.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding: Morbili
Komplikasi Eritroderma
Pengobatan :
Prinsip pengobatan yaitu menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat pemicu nya bisa diketahui dan segera disingkirkan.Farmakoterapi yang diberikan, yaitu:
1. Topikal:
Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5% - 1%)
2. Kortikosteroid sistemik: Prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian per hari selama 1 minggu.
3. Antihistamin sistemik:
Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan
Setirizin2x10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan,
Konseling :
--Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh dengan adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi.
--Prinsipnya yaitu eliminasi obat pemicu erupsi.
--Pasien pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat catatan kecil di dompetnya
tentang alergi obat yang dideritanya.
--Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
--. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai pemicu :
Uji provokasi, Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan dengan, Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan, Lesi meluas,
Bila tidak ada perbaikan Sesudah memperoleh pengobatan standar dan menghindari obat selama 7 hari,
Tidak diperlukan peralatan medis : untuk mendiagnosa penyakit Exanthematous
FIXED DRUG ERUPTION
Fixed Drug Eruption (FDE) yaitu salah satu jenis erupsi obat, bahwa kelainan akan terjadi berkali-kali pada tempat yang sama. memiliki tempat predileksi dan lesi yang khas berbeda dengan Exanthematous Drug Eruption. FDE yaitu reaksi alergi tipe 2 (sitotoksik).
Pasien datang keluhan kemerahan atau luka pada sekitar mulut, bibir, di alat kelamin, yang terasa panas. Keluhan muncul Sesudah mengkonsumsi obat-obat yang sering menjadi pemicu seperti analgetik, Sulfonamid, Barbiturat, Trimetoprim,
Anamnesis yang dilakukan harus meliputi riwayat pemakaian obat-obatan atau jamu. Kelainan muncul secara akut atau bisa juga beberapa hari Sesudah mengkonsumsi obat. Keluhan lain yaitu rasa gatal yang bisa ditambah demam yang subfebril,
pemicu keparahan:
Riwayat atopi diri pasien dan keluarga, Alergi terhadap alergen lain, Riwayat alergi obat sebelumnya, Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh terpapar sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka)
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis
Lesi khas:
Lesi target berbentuk bulat lonjong atau numular
kadang ditambah erosi, Bercak hiperpigmentasi dengan kemerahan di tepinya, terutama pada lesi berulang, Eritema, Vesikel, bercak,
Tempat predileksi:
Sekitar mulut, area bibir, area penis atau vulva,
Pemeriksaan Penunjang :
Biasanya tidak diperlukan
diagnosa berdasar anamnesis dan pemeriksaan
Diagnosa banding:
Selulitis, Herpes simpleks , SJS (Steven Johnson Syndrome), Pemfigoid bulosa,
Komplikasi
Infeksi sekunder
Pengobatan :
Prinsip pengobatan yaitu menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat pemicu nya bisa diketahui dan segera disingkirkan. Untuk mengatasi keluhan, farmakoterapi yang bisa diberikan, yaitu:
-Antihistamin sistemik untuk mengurangi rasa gatal; contoh Hidroksisin tablet 10 mg/hari 2 kali sehari selama 7 hari atau Loratadin tablet 1x10 mg/hari selama 7 hari,
- Kortikosteroid sistemik, contoh prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian per hari
- Pengobatan topikal
a. Terapi dilanjutkan dengan pemakaian topikal kortikosteroid potensi ringansedang, contoh Hidrokortison krim 2,5% atau Mometason furoat krim 0,1%.
b. Pemberian topikal tergantung dari kondisi lesi, bila terjadi erosi atau madidans bisa dilakukan kompres NaCl 0,9% atau Larutan Permanganas
kalikus 1/10.000 dengan 3 lapis kasa selama 10-15 menit. Kompres dilakukan 3 kali sehari sampai lesi kering.
Konseling :
Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh dengan adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi. Dan bila alergi berulang terjadi kelainan yang sama, pada lokasi yang sama.
. Prinsipnya yaitu eliminasi obat terduga.
Pasien pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat catatan kecil di dompetnya tentang alergi obat yang dideritanya.
ciri-ciri Rujukan :
Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.
Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai pemicu :
Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutkan dengan
. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan
Uji provokasi,
Bila tidak ada perbaikan Sesudah memperoleh pengobatan standar selama 7 hari dan menghindari obat.
Lesi meluas,
peralatan medis :
Tidak diperlukan peralatan medis : khusus untuk mendiagnosa penyakit Fixed Drug Eruption.
memenuhi ciri-ciri Rujukan :
Pengobatan :
Merekayasa gaya hidup dengan memakai alas kaki dan sarung tangan saat melakukan aktifitas yang berkontak dengan tanah, seperti berkebun
dan lain-lain.
Terapi farmakologi dengan: Tiabendazol 50mg/kg BeratBadan /hari, 2x sehari, selama 2 hari; atau Albendazol 400 mg sekali sehari, selama 3 hari.
Bila terjadi infeksi sekunder, bisa diterapi sesuai dengan pengobatan pioderma.
Untuk mengurangi gejala pada penderita bisa dilakukan penyemprotan Etil Klorida pada lokasi lesi, namun ini tidak membunuh larva.
Konseling :
nasihat pasien pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga
kebersihan diri. Pasien dirujuk jika dalam waktu 8 minggu tidak membaik dengan terapi.
peralatan medis :
Lup
LUKA BAKAR DERAJAT I DAN II
Luka bakar yaitu kerusakan kulit yang dipicu kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Anamnesis Keluhan :
Pada luka bakar derajat I paling sering dipicu sinar matahari. Pasien hanya mengeluh kulit teras nyeri dan kemerahan. Pada luka bakar derajat II muncul nyeri dan bula.
Pemeriksaan Fisik
1. Luka bakar derajat I, kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial), kulit hanya tampak hiperemi berwujud eritema dengan perabaan hangat, tidak ditemukan adanya bula, terasa nyeri sebab ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berwujud reaksi inflamasi ditambah proses eksudasi. ada bula yang berisi cairan eksudat dan nyeri sebab ujung-ujung saraf sensorik yang teriritasi.
Dibedakan atas 2 bagian :
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA). Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
b. Derajat II dalam/deep (IIB). Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel masih sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea tinggal sedikit sehingga penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan dan ditambah parut hipertrofi.
Memucat dengan penekanan, biasanya berkeringat
Permukaan putih,tidak memucat dengan penekanan
diagnosa luka bakar derajat I atau II berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
ciri-ciri berat ringannya luka bakar bisa dipakai ketentuan berdasar American Burn Association, yaitu antaralain :
1. Luka Bakar Ringan
-. Luka bakar derajat II < 15%
-. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
-. Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka Bakar Sedang
-. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
-. Luka bakar II 10-25% pada anak-anak
-. Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka Bakar Berat
-. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
-. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
-. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
-. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perinerium
-. Luka bakar dengan cedera inhalasi, ditambah trauma lain.
Pengobatan :
Luka bakar derajat 1 penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
luka bakar derajat II tergantung luas luka bakar.
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula, salah satunya yaitu Formula Baxter antaralain :
1. Hari Pertama:
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas bakar per 24 jam, Anak : Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3., 2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali. Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1-3 Tahun : berat badan x 75 cc
3-5 Tahun : berat badan x 50 cc
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
2. Hari kedua
Dewasa : ½ hari I; Anak: diberi sesuai kebutuhan faal, Formula cairan resusitasi ini hanyalah perkiraan kebutuhan cairan, berdasar
perhitungan pada waktu terjadinya luka bakar, bukan pada waktu dimulainya resusitasi. Pada kenyataannya, penghitungan cairan harus tetap disesuaikan dengan tanggapan penderita. dilakukan pengawasan kondisi penderita seperti kondisi , tanda vital, dan produksi urin, pemantauan EKG untuk memantau irama jantung sebagai tanda awal terjadinya hipoksia, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa.Pemberian antibiotik spektrum luas pada luka bakar sedang dan berat.
Komplikasi Jaringan parut
Konseling :
menjaga kebersihan dari luka dan untuk mempercepat penyembuhan, jangan sering terkena air.
ciri-ciri Rujukan :
Rujukan dilakukan pada luka bakar sedang dan berat
peralatan medis :
Infus set, peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
Prognosis
Prognosis luka bakar derajat 1 biasanya bonam, namun derajat 2 bisa dubia ad bonam.
ULKUS PADA TUNGKAI
Ulkus pada tungkai yaitu penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh darah limfe yang bisa memicu kelainan pada kulit. Insiden penyakit ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Di negara tropis, insidens ulkus kruris lebih kurang 2% dari populasi dan didominasi oleh ulkus neurotropik dan ulkus varikosum. Wanita
lebih banyak terserang ulkus varikosum dibandingkan laki-laki , dengan perbandingan 2:1,
dengan usia rata-rata di atas 37 tahun untuk prevalensi varises. gangguan pada pembuluh darah, Trauma, kebersihan yang rendah , gizi rendah ,kerusakan saraf perifer dianggap sebagai pemicu yang paling sering. Kerusakan saraf perifer biasanya terjadi pada penderita diabetes mellitus dan penderita kusta. Hipertensi juga dikaitkan sebagai salah satu pemicu rusaknya pembuluh darah. Pembagian ulkus kruris dibagi ke dalam 4 golongan yaitu, ulkus varikosus, ulkus arterial, ulkus neurotrofik. ulkus tropikum
Anamnesis Keluhan :
Pasien dengan luka pada tungkai bawah. Luka bisa ditambah dengan nyeri atau tanpa nyeri. ada penyakit penyerta lainnya yang mendukung kerusakan pembuluh darah dan jaringan saraf perifer.
Anamnesa:
Perlu diketahui apakah pernah mengalami fraktur tungkai atau kaki. Pada tungkai perlu diperhatikan apakah ada vena tungkai superfisial yang menonjol dengan tanda inkompetensi katup.
Perlu diketahui apakah penderita memiliki indikator adanya penyakit yang bisa memperberat kerusakan pada pembuluh darah. bisa ditanyakan kapan luka pertama kali terjadi. Apakah pernah mengalami hal yang sama di area yang lain.
pemicu keparahan: : usia penderita, berat badan, jenis pekerjaan, penderita gizi rendah ,
memiliki kebersihan yang rendah , penyakit penyerta yang bisa memicu kerusakan pembuluh darah.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan kadar gula, kolesterol, Biakan kuman diagnosa, Pemeriksaan darah lengkap, Urinalisa, bisa dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan biakan kuman pada ulkus membantu dalam diagnosa dan pemberian terapi. diagnosa kondisi dan bentuk luka dari keempat jenis ulkus ini sulit di bedakan pada stadium
lanjut. Pada ulkus tropikum yang kronis bisa mirip ulkus varikosum atau ulkus arteriosum
Pengobatan :
1. Non Medikamentosa(tanpa obat)
Hindari rokok. Menjaga berat badan, Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan,
Perbaiki kondisi gizi dengan makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi, vitamin dan mineral. Hindari suhu yang dingin,
2. Medikamentosa( obat)
Pengobatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tipe dari ulkus ini .
Pada ulkus arteriosum, pengobatan untuk pemicu nya dilakukan konsul ke bagian bedah.
. Pada ulkus varikosum lakukan terapi dengan meninggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan aliran pada vena, sementara untuk varises yang terletak di proksimal dari ulkus diberi bebat elastin agar bisa
membantu kerja otot tungkai bawah memompa darah ke jantung.
Konseling :
. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal
Menghindari trauma berulang, trauma bisa berwujud fisik, kimia dan panas yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :
Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.
Memakai krim kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retakretak. Tidak memakai bedak, sebab ini akan memicu kering dan retakretak.
Thromboembolisme (resiko muncul akibat dilakukan pembedahan), Terjadi kelainan trofik dan oedem secara spontan, Resiko amputasi jika kondisi luka menurun , Hematom dan infeksi pada luka
ciri-ciri Rujukan :
tanggapan terhadap perawatan ulkus tungkai akan berbeda. ini terkait lamanya ulkus, luas dari ulkus dan pemicu utama.
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) yaitu sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata dengan kondisi yang beragam dari ringan hingga berat. SSJ yaitu bentuk minor dari toxic epidermal necrolysis (TEN)
dengan pengelupasan kulit kurang dari 10% luas permukaan tubuh. SSJ menjadi salah satu kegawatdaruratan sebab bisa berpotensi fatal. Angka mortalitas SSJ rata-rata 1-9% dan lebih meningkat pada pasien usia lanjut. Insiden sindrom ini semakin meningkat sebab salah satu pemicu nya yaitu alergi obat dan sekarang
obat-obatan cenderung bisa diperoleh bebas.
Anamnesis Keluhan :
kondisi beragam dari ringan sampai berat. Pada tahap akut bisa ditambah gejala prodromal berwujud : batuk, pilek, nyeri tenggorokan, arthralgiademam tinggi, malaise, nyeri kepala, Gejala prodromal selanjutnya akan berkembang ke arah manifestasi mukokutaneus.
pemicu keparahan:
Sistem imun yang lemah, contoh pada HIV/AIDS.
. Riwayat keluarga menderita SSJ.
Mengkonsumsi obat-obatan yang dicurigai bisa memicu SSJ. Beberapa obat yang yang berisiko tinggi bisa memicu terjadinya SSJ antara lain
aminopenisillin, sefalosporin, kuinolon, karbamazepin, fenitoin, phenobarbital,
allopurinol, trimethoprim-sulfamethoxazol, antibiotik golongan sulfonamid, antipiretik/analgetik (parasetamol, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron ), NSAID. Selain itu berbagai pemicu , contoh :
infeksi sesudah -vaksinasi, radiasi dan makanan.bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma,
Pemeriksaan Fisik
SSJ memiliki trias kelainan berwujud :
1. Kelainan kulit
bisa berwujud eritema, papul, purpura, vesikel dan bula yang memecah lalu terjadi erosi luas. Lesi yang khusus berwujud lesi target. Pada SSJ berat maka kelainannya generalisata.
Ciri khas lesi di kulit yaitu :
lesi yang menjadi bula akan pecah memicu kulit yang terbuka yang akan rentanterinfeksi
. lesi urtikaria tidak gatal,
ruam dimulai dengan bentuk makula yang berubah menjadi papul, vesikel, bula, plakurtikaria atau eritema konfluens
berbeda dengan lesi eritema multiform, lesi SSJ hanya memiliki 2 zona warna, yaitu bagian tengah bisa berwujud vesikel, purpura atau nekrotik yang
dikelilingi oleh tepi berbentuk makular eritema.
tanda patognomoniknya yaitu lesi target
Kelainan mata, terjadi pada 80% di semua masalah , tersering yaitu konjugtivitis kataralis, konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis, iridosiklitis.
Kelainan selaput lendir di orifisium.: tersering yaitu pada mulut (90-100%), genitalia (50%), lubang hidung (8%) anus (4%). Kelainan berwujud vesikel dan bula yang pecah dan memicu erosi, ekskoriasi, dan krusta kehitaman.
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil pemeriksaan laboratorium tidak khas, bisa dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, yang menandakan hasil leukositosis yang menandakan adanya infeksi atau eosinofilia kemungkinan adanya faktor alergi.
diagnosa dilakukan berdasar gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi kulit.
Diagnosa banding:
Pemphigus bullosa, Staphyloccocal Scalded Skin Syndrome (SSSS) Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) Pemphigus vulgaris
Komplikasi tersering yaitu bronkopneumonia, bisa pula terjadi gangguan elektrolit hingga syok. Pada mata bisa terjadi kebutaan.
Pengobatan :
Mengatur keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi.Sesudah dilakukan pelaksanaan diagnosa perlu segera dilakukan penentuan tingkat
keparahan dan prognosis dengan memakai sistem skoring SCORTEN.Pasien dengan skoring SCORTEN 3 atau lebih sebaiknya segera ditangani di unit perawatan intensif.Bila kondisi penderita cukup baik dan lesi tidak menyeluruh bisa diberikan metilprednisolon 30-40 mg/hari.
Konseling :
Pasien pasien dan keluarga diberikan penjelasan mengenai pemicu SSJ sehingga faktor pemicu SSJbisa dihindari di lalu hari.
ciri-ciri Rujukan :
berdasar skoring SCORTEN pasien dengan skor 3 atau lebih harus dirujuk ke fasiltas rumahsakit sekunder untuk memperoleh perawatan intensif
peralatan medis : laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap.
Prognosis
Bila penangan tepat dan segera maka prognosis cukup baik.Prognosis malam bila ada purpura luas, leukopenia, dan bronkopneumonia.
METABOLIK ENDOKRIN DAN NUTRISI
kegemukan yaitu kondisi dimana pasien memiliki kelebihan lemak sehingga orang ini memiliki risiko kesehatan. kegemukan yaitu pemicu keparahan: utama untuk penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung, stroke), beberapa jenis kanker
(endometrium, payudara, usus besar)diabetes, gangguan muskuloskeletal,
Anamnesis Keluhan :
keluhan kelebihan berat badan
pemicu
faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kebiasaan makan berlebih, genetik, kurang aktivitas fisik, faktor psikologis dan stres, obat-obatan (beberapa obat seperti steroid, KB hormonal, dan anti-depresan memiliki efek samping penambahan berat badan dan retensi natrium), usia (contoh menopause), Ketidakseimbangnya konsumsi energi dengan tingkatan aktifitas fisik.kejadian tertentu (contoh berhenti merokok, berhenti dari kegiatan olahraga berenang ).
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darahUntuk menentukan risiko dan komplikasi, contoh hipertensi.
Pemeriksaan fisik lain sesuai keluhan untuk menentukan sudah terjadi komplikasi
atau risiko tinggi, Pengukuran Antropometri ( BeratBadan , TB dan LP), Indeks Masa Tubuh (IMT/Body mass index/BMI) memakai rumusBerat Badan (Kg)/Tinggi Badan kuadrat (m2)
Pengukuran lingkar pinggang (pada pertengahan antara iga terbawah dengan kristailiaka, pengukuran dari lateral dengan pita tanpa menekan jaringan lunak).Risiko meningkat bila laki-laki >85 cm dan perempuan >80cm.
Pemeriksaan Penunjang :
Untuk menentukan risiko dan komplikasi, yaitu pemeriksaan kadar gula darah, profil lipid, asam urat.diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik
Diagnosa banding: :
Masa otot yang tinggi, contoh pada olahraga berenang mengenai kondisi kesehatan yang berasosiasi dengan kegemukan, kondisi asites atau edema, Diabetes Mellitus tipe 2, Hipertensi, penyakit kardiovakular, Sleep apnoe, ketidaknormalan hormon reproduksi, Low back pain, perlemakan hatiPenyakit sendi degenerati
Komplikasi, Hipertensi, DM tipe 2,Dislipidemia, Sindrom metabolik, Sleep apneu obstruktif
kegemukan digolongkan menjadi kegemukan risiko tinggi bila ditambah dengan 3 atau
lebih kondisi di bawah ini:
Riwayat keluarga serangan jantung usia muda
Usia (laki-laki > 45 thn, atau perempuan > 55 thn).
Kadar LDL tinggi, Kadar HDL rendah, Kadar gula darah puasa tidak stabil, Hipertensi
Pengobatan :
Non – Medikamentosa( obat)
Pengobatan : ini meliputi perubahan pola makan (makan dalam porsi kecil namun sering) dengan mengurangi konsumsi lemak dan kalori, meningkatkan latihan fisik dan bergabung dengan golongan yang bertujuan sama dalam mendukung satu sama lain dan diskusi hal yang bisa membantu dalam pencapaian target penurunan berat badan ideal.
Pengaturan pola makan dimulai dengan mengurangi konsumsi kalori sebesar 300-500 kkal/hari dengan tujuan untuk menurunkan berat badan sebesar ½-1 kg per minggu.
Latihan fisik dimulai secara perlahan dan ditingkatkan secara bertahap intensitasnya. Pasien bisa memulai dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu dan bisa ditingkatkan intensitasnya selama 45
menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu.
Pengobatan : dimulai dengan kesadaran pasien bahwa kondisi sekarang yaitu kegemukan , dengan berbagai risikonya dan berniat untuk menjalankan program penurunan berat badan
Diskusikan dan sepakati target pencapaian dan cara yang akan dipilih (target rasional yaitu penurunan 10% dari BeratBadan sekarang)
Usulkan cara yang sesuai dengan pemicu keparahan: yang dimiliki pasien, dan jadwalkan pengukuran berkala untuk menilai keberhasilan program.
Konseling :
Membatasi konsumsi energi dari lemak total dan gula. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, dan selai kacangtanah , biji-bijian dan selai kacangtanah .Terlibat dalam aktivitas fisik secara teratur (60 menit sehari untuk anak-anak dan 150 menit per minggu untuk orang dewasa)
Adanya motivasi dari pasien pasien dan keluarga untuk menurunkan berat badan hingga mencapai BeratBadan ideal sangat membantu keberhasilan terapi.
Menjaga agar berat badan tetap normal dan mengevaluasi adanya penyakit penyerta.
ciri-ciri Rujukan :
Jika sudah dipercaya melakukan rekayasa gaya hidup (diet yang sudah diperbaiki, aktifitas fisik yang meningkat dan perubahan perilaku) selama 3 bulan, dan tidak memberi tanggapan terhadap penurunan berat badan, maka pasien
dirujuk ke spesialis penyakit dalam untuk memperoleh obat-obatan penurun berat badan
. Konsultasi pada tenaga medis spesialis penyakit dalam bila pasien yaitu kegemukan
dengan risiko tinggi dan risiko absolut
TIROTOKSIKOSIS
Tirotoksikosis yaitu gejala akibat kelebihan hormon tiroid yang beredar disirkulasi. Tiroktosikosis di bagi dalam 2 kategori, yaitu yang berkaitan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berkaitan .Tirotoksikosis bisa berkembang menjadi krisis tiroid yang bisa memicu kematian. Tirotoksikosis yang fatal biasanya dipicu oleh autoimun Grave’s disease pada ibu hamil. Janin yang dikandungnya bisa mengalami tirotoksikosis
keadaaan hepertiroid pada janin bisa memicu retardasi pertumbuhan kraniosinostosis, bahkan kematian janin.
Anamnesis Keluhan :
Pasien dengan tirotoksikosis memiliki gejala antara lain: Gangguan reproduksi (oligomenore/amenore dan libido turun) . Mudah lelah. Pembesaran kelenjar tiroid . Sukar tidur, Rambut rontok, . Berdebar-debar . Tremor . Iritabilitas. Intoleran terhadap panas. Keringat berlebihan. Penurunan berat badan . Peningkatan rasa lapar (nafsu makan bertambah) . Diare .
pemicu keparahan:
Memiliki penyakit struma multinodular toksik
Graves (autoimun hipertiroidisme),
Pemeriksaan Fisik
Takikardia. Demam. Exopthalmus. Tremor
. Benjolan di leher depan.
khusus untuk penyakit Grave :
Edema pretibial. Kemosis, . Ulkus kornea. Dermopati. Akropaki. Bruit . Oftalmopati (spasme kelopak mata atas dengan retraksi dan gerakan kelopak mata yang lamban, eksoftalmus dengan proptosis, pembengkakan supraorbital dan infraorbital),
Pemeriksaan Penunjang :
Untuk hipertiroidisme diagnosa yang tepat yaitu dengan pemeriksaan konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma (serum free T4 & T3 meningkat dan TSH sedikithingga tidak ada).
EKG, Darah rutin, SGOT, SGPT, gula darah
diagnosa tirotoksikosis sering bisa dilakukan melaui anamnesis dan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan laboratorium, namun untuk menilai kemajuan terapi tanpa Pemeriksaan Penunjang : sulit dideteksi.
Diagnosa banding:
konsumsi hormon tiroid berlebihan (tirotoksikosis faktisia)Tirotoksikosis tanpa hipotiroidisme: tiroiditis sub akut, tiroiditis silent, destruksi tiroid, (sebab aminoidarone, radiasi, infark adenoma)
Anxietas. Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisik yang mensekresi TSH, sindrom resistensi hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tirotoksikosis gestasional.Hipertiroidisme primer: struma ovari,mutasi reseptor TSH, kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).penyakit Graves, struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase karsinoma tiroid fungsional, Hipertiroidisme primer: struma ovari,mutasi reseptor TSH, kelebihan iodium (fenomena Jod Basedow).penyakit Graves, struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastase karsinoma tiroid fungsional,
Pengobatan :
PTU 300-600 mg dalam 3 dosis bila klinis Graves jelas, Pemberian obat simptomatis, Propanolol dosis 40-80 mg dalam 2-4 dosis.
Pengobatan lanjutan:
Bila kondisi stabil pengobatan bisa dilanjutkan di pelayanan primer. diagnosa pasti dan Pengobatan : awal pasien tirotoksikosis dilakukan pada rumahsakit sekunder
ciri-ciri Rujukan :
Pasien dirujuk untuk pelaksanaan diagnosa dengan pemeriksaan laboratorium ke rumahsakit .
peralatan medis : EKG
Prognosis tergantung tanggapan terapi, kondisi pasien dan ada tidaknya komplikasi.
DIABETES MELLITUS TIPE 2
Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association (ADA) yaitu akumulasi gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
Anamnesis Keluhan :
Polifagia, Poliuri, Polidipsi, Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya,
Keluhan tidak khas:
Lemah, Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas), Disfungsi ereksi pada laki-laki , Pruritus vulvae pada wanita, Mata kabur, Gatal,
Luka yang sulit sembuh,
pemicu keparahan:
Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi hipertensi), Riwayat melahirkan bayi dengan BeratBadan L > 4000 gram atau pernah didiagnosa DM, Gestasional, Riwayat penyakit DM di keluarga, Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2). Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
Pemeriksaan Fisik
Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen, Penilaian berat badan, Mata : Penurunan visus, lensa mata buram,
Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisis, Gula Darah 2 jam Post Prandial. Gula Darah Puasa,
ciri-ciri gangguan toleransi glukosa:
HbA1C 5,7 -6,4%, GDPT dilakukan bila Sesudah pemeriksaan glukosa plasma puasa diperoleh
antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
TGT dilakukan bila Sesudah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)
Komplikasi :
-. Akut
Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
-. Kronik
Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah otak
-. Mikroangiopati:
Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
-. Neuropati
-. Gabungan:
Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
Pengobatan :
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan rekayasa gaya hidup dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin bersifat masing-masing tergantung kondisi pasien dan sebaiknya mengcampuran obat dengan cara kerja
yang berbeda.
ciri-ciri diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sesaat ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sesaat yaitu hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak memperoleh kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, memakai beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi ciri-ciri normal atau DM, maka digolongkan ke dalam golongan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai tanggapan kadar glukosa darah, bisa diberikan sampai dosis optimal. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
Metformin : sebelum/saat /sesudah makan.
Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan pertama.
Penunjang
EKG. Xray thoraks. Urinalisis. Funduskopi. Pemeriksaan fungsi ginjal.
Pengobatan lanjutan::
Tindak lanjut yaitu untuk pengendalian masalah DM berdasar parameter berikut:
Konseling :
Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita contoh olahraga berenang ,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
Penyakit DM tipe 2 tidak bisa sembuh namun bisa dicheckup, Pemberian obat jangka panjang dengan checkup teratur setiap 2 minggu
Perencanaan Makan
Standar yang disarankan yaitu makanan dengan komposisi:
Lemak 20 – 25 %, Karbohidrat 45 – 65 %, Protein 15 – 20 %, Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari:
Wanita: 25 kal/kg BeratBadan idaman, Laki-laki: 30 kal/kg BeratBadan idaman
Rumus Broca:*
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 %
*laki-laki < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
BeratBadan kurang : < 90 % BeratBadan idaman
BeratBadan normal : 90 – 110 % BeratBadan idaman
BeratBadan lebih : 110 – 120 % BeratBadan idaman
Gemuk : >120 % BeratBadan idaman
Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari):
-Status gizi:
BeratBadan gemuk - 20 %
BeratBadan lebih - 10 %
BeratBadan kurang + 20 %
-usia > 40 tahun : - 5 %
-Stres metabolik (infeksi, operasi,): + (10 s/d 30 %)
-. Aktifitas:
Ringan + 10 %
Sedang + 20 %
Berat + 30 %
- Hamil:
trimester I, II + 300 kal
trimester III / laktasi + 500 kal
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:DM tipe 2 dengan komplikasi
DM tipe 2 dengan checkup gula rendah
DM tipe 2 dengan infeksi berat
peralatan medis :
Monofilamen test, Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak dan dewasa, Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, urin rutin, ureum, kreatinin
HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) yaitu komplikasi akut pada DM tipe 2 berwujud peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi (>600mg/dl-1200mg/dl) dan muncul tanda-tanda dehidrasi tanpa ditambah gejala asidosis.
HHNK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, yang memiliki penyakit penyerta dengan konsumsi makanan yang kurang. Faktor pemicu serangan antara lain: infeksi, ketidakpatuhan dalam pengobatan, DM tidak terdiagnosa , penyakit lainnya.
Anamnesis Keluhan :
Keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma.. Lemah, Gangguan penglihatan, Mual dan muntah
HHNK sulit dibedakan dengan ketoasidosis diabetik terutama bila hasil laboratorium seperti kadar gula darah, keton, dan keseimbangan asam basa belum ada hasilnya.
Untuk menilai kondisi ini maka bisa dipakai acuan, antaralain :
memiliki faktor pemicu , contoh penyakit kardiovaskular, aritmia, pankreatitis, koma hepatik, operasi, perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, Dari anamnesis keluarga biasanya faktor pemicu pasien datang ke rumah sakit yaitu poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan penurunan kesadaran, Sering dipicu obat-obatan antara lain Reserpin, Steroid, Klorpromazin, Hidralazin, Dilantin, Simetidin, Haloperidol, neuroleptikTiazid, Furosemid, Manitol, Digitalis,
Sering muncul pada usia lanjut, yaitu usia lebih dari 60 tahun, semakin muda semakin berkurang, dan belum pernah muncul pada anak.
Hampir separuh pasien tidak memiliki riwayat DM atau diabetes tanpa pengobatan insulin.
memiliki penyakit dasar lain. muncul 85% pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskular, pernah muncul pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, penyakit Cushing.
Pemeriksaan Fisik :
Pasien apatis sampai koma, Tanda-tanda dehidrasi berat seperti: turgor rendah , mukosa bibir kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin, denyut nadi cepat dan lemah.
Tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan, Tdak ada pernapasan Kussmaul.
Kelainan neurologis berwujud kejang umum, lokal, maupun mioklonik, bisa juga terjadi hemiparesis yang bersifat reversible dengan koreksi defisit cairan. Hipotensi postural,
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaaan kadar gula darah bisa didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah sesaat Diagnosa banding:
Ketoasidosis Diabetik (KAD), Ensefalopati uremikum, Ensefalopati sebab infeksi
Pengobatan :
Penanganan kegawatdaruratan yang diberikan untuk mempertahankan pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lama. Proses rujukan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Pertolongan pertama dilayanan primer yaitu :
bisa diberikan insulin rapid acting bolus intravena atau subkutan sebesar 180 mikrounit/kg BeratBadan, Memasang kateter urin untuk pemantauan cairan, Memastikan jalan nafas lancar dan membantu pernafasan dengan suplementasi oksigen, Memasang akses infus intravena dan melakukan hidrasi cairan NaCl 0.9 % dengan target TD sistole > 90 atau produksi urin >0.5 ml/kg BeratBadan /jam
Komplikasi :
DIC, Rabdomiolisis, Oklusi vakular, Infark miokard, Low-flow syndrome,
Konseling :
nasihat ke keluarga mengenai kegawatan hiperglikemia dan perlu segera dirujuk
Pengobatan lanjutan:
Pemeriksaan tanda vital dan gula darah perjam
Pasien harus dirujuk ke rumahsakit (spesialis penyakit dalam) Sesudah memperoleh terapi rehidrasi cairan.
peralatan medis :
Laboratorium untuk pemeriksaan glukosa darah
Prognosis biasanya rendah , sebetulnya kematian pasien bukan dipicu oleh sindrom hiperosmolar sendiri namun oleh penyakit yang mendasari,
HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia yaitu kondisi dimana kadar glukosa darah <60 mg/dl, atau kadar glukosa darah <80 mg/dl dengan gejala klinis, Hipoglikemia yaitu komplikasi akut dari pengidap diabetes melitus dan geriatri.Hipoglikemia bisa terjadi sebab :
Kegiatan olahraga berenang berlebihan, konsumsi makan tidak kuat : jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat.Kelebihan dosis obat, terutama insulin atau obat hipoglikemia oral yaitu sulfonilurea.Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun; gagal ginjal kronik, sesudah persalinan.
Anamnesis Keluhan :
Tanda dan gejala hipoglikemia bisa beragam pada setiap masing-masing dari yang ringan sampai berat, antaralain :
Penurunan kesadaran bahkan sampai koma dengan atau tanpa kejang.. Rasa gemetar. rasa lapar . Pusing. Keringat dingin. Jantung berdebar, resah, cemas . Pada pasien atau keluarga perlu ditanyakan adanya riwayat pemakai n preparat
insulin atau obat hipoglemik oral, dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis, waktu makan terakhir, jumlah konsumsi makanan, dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Pemeriksaan Fisik
Penurunan kesadaran, Defisit neurologik fokal (refleks patologis positif pada satu sisi tubuh) sesaat. Pucat. Diaphoresis/keringat dingin, Tekanan darah menurun, Frekuensi denyut jantung meningkat, Pemeriksaan Penunjang :
Kadar glukosa darah sesaat
diagnosa hipoglikemia dilakukan berdasar gejala nya dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum:
Gejala mereda Sesudah kadar glukosa plasma meningkat. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia, Kadar glukosa plasma rendah
Diagnosa banding: Stroke/TIA, Syncope vagal
Komplikasi:Kerusakan otak, koma, kematian
Pengobatan :
Stadium permulaan (sadar):
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen atau gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat. Hentikan obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa darah sesaat tiap 1-2
jam. . Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar). . Cari pemicu hipoglikemia dengan anamnesis baik auto maupun allo anamnesis.Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia):Diberikan larutan dekstrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL) bolus intra vena.
. Diberikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam perkolf.Periksa GDS setiap satu jam Sesudah pemberian dekstrosa 40%
. Bila GDS< 50 mg/dLbolus dekstrosa 40 % 50 mL IV.. Bila GDS<100 mg/dLbolus dekstrosa 40 % 25 mL IV.. Bila GDS 100 – 200 mg /dL tanpa bolus dekstrosa 40 %.. Bila GDS> 200 mg/dL pertimbangan menurunkan kecepatan drip
dekstrosa 10 %.. Bila GDS> 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut–turut, pemantauan GDS setiap 2
jam, dengan protokol sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %.. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, protokol hipoglikemi dihentikan.
Pengobatan lanjutan:
Mencegah muncul nya komplikasi menahun, ancaman muncul nya hipoglikemia yaitu faktor limitasi utama dalam kendali glikemi pada pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang memperoleh terapi ini.Mencari pemicu hipoglikemi lalu pengobatan sesuai pemicu nya.
Konseling :
pasien yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), sebaiknya selalu membawa tablet glukosa sebab efeknya cepat muncul dan memberi beberapa gula yang konsisten.
ciri-ciri Rujukan :
Bila hipoglikemi tidak teratasi Sesudah 2 jam tahap pertama protokol penanganan, Pasien hipoglikemia dengan penurunan kesadaran harus dirujuk ke layanan sekunder (spesialis penyakit dalam) Sesudah diberikan dekstrose 40% bolus dan infus dekstrose 10% dengan tetesan 6 jam per kolf.
peralatan medis :
Cairan Dekstrosa 40 % dan Dekstrosa 10 %
Laboratorium untuk pemeriksaan kadar glukosa darah,
Prognosis biasanya baik bila penanganan cepat dan tepat.
HIPERURISEMIA-GOUT ARTHRITIS
Gout yaitu radang sendi yang dipicu deposisi kristal monosodium urat pada jaringan sekitar sendi. Kondisi kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan pada wanita 6 mg/dl. Hiperurisemia bisa terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun menurunnya pembuangan asam urat, atau campuran dari keduanya.
Anamnesis Keluhan :
Bengkak ditambah rasa panas, kemerahan.
. Demam, menggigil, nyeri badan.. Bengkak pada sendi. Nyeri sendi yang mendadak, biasanya muncul pada malam hari. jika serangan pertama, 90% kejadian hanya pada 1 sendi dan keluhan bisa menghilang dalam 3-10 hari walau tanpa pengobatan.
pemicu keparahan:
Penyakit-penyakit metabolik . Pola diet. Obat: aspirin dosis rendah, diuretik, obat-obat TBC
. Usia dan jenis kelamin . kegemukan . Alkohol . Hipertensi . Gangguan fungsi ginjal .
Pemeriksaan Fisik
Arthritis monoartikuler bisa muncul , biasanya mengikutsertakan sendi metatarsophalang 1 atau sendi tarsal lainnya. Sendi yang mengalami inflamasi tampak kemerahan dan bengkak.
Pemeriksaan Penunjang :
Kadar asam urat dalam darah > 7 mg/dl.
. X ray: Tampak pembengkakan asimetris pada sendi dan kista subkortikal tanpa erosi
Diagnosa :
dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan untuk diagnosa definitif gout arthritis yaitu muncul nya kristal urat (MSU) di cairan
sendi atau tofus.gejala hiperurisemia bisa berwujud :
-Penyakit Ginjal
-. Hiperurisemia asimptomatis kondisi hiperurisemia tanpa gejala berarti. Serangan arthritis biasanya muncul Sesudah 20 tahun tahap ini.
-Gout arthritis, terdiri dari 3 stadium, yaitu:
. Stadium akut. Stadium interkritikal. Stadium kronis
Diagnosa banding:
Arthritis lainnya, Sepsis arthritis, Rheumatoid arthritis,
Komplikasi Gagal ginjal.Terbentuknya batu ginjal
Pengobatan :
1. Mengatasi serangan akut dengan segera
Obat: analgetik, kolkisin, kortikosteroid
-NSAID seperti natrium diklofenak 25-50 mg selama 3-5 hari
-. Kolkisin (efektif pada 24 jam pertama Sesudah serangan nyeri sendi muncul . Dosis oral 0,5-0.6 mg per hari dengan dosis maksimal 6 mg.
-. Kortikosteroid sistemik jangka pendek (bila NSAID dan kolkisin tidak menanggapi baik) seperti prednisone 2-3x5 mg/hari selama 3 hari
2. Program pengobatan untuk mencegah serangan berulang Obat: analgetik, kolkisin dosis rendah
3. Mengelola hiperurisemia (menurunkan kadar asam urat) dan mencegah komplikasi lain
a. rekayasa gaya hidup Pola diet sehat (rendah purin)Hindari konsumsi alkohol Minum cukup (8-10 gelas/hari). Mengelola kegemukan dan menjaga berat badan ideal.
b. Obat-obat penurun asam urat
Agen penurun asam urat (tidak dipakai selama serangan akut).Pemberian Allupurinol dimulai dari dosis terendah100mg, lalu bertahap dinaikkan
bila diperlukan, dengan dosis maksimal 800mg/hari. Target terapi yaitu /kadar asam urat < 6mg/dl. Bila nyeri tidak teratasi . jika pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit komorbid
peralatan medis :
Radiologi, Laboratorium untuk pemeriksaan asam urat.
DISLIPIDEMIA
Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama yaitu kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, atau trigliserida, dan penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia yaitu pemicu keparahan: terjadinya
aterosklerosis sehingga bisa memicu Peripheral Arterial Disease (PAD), Sindroma Koroner Akut (SKA), stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK),
Anamnesis Keluhan :
biasanya dislipidemia tidak bergejala dan biasanya muncul saat pasien melakukan pemeriksaan rutin kesehatan (medical check-up).
Pemeriksaan Fisik
. Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks Massa Tubuh).Cara pengukuran IMT(kg/m2)= BeratBadan (kg)/TB2 (m)
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam melakukan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan:
Trigliserida plasma, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL
Kadar kolesterol total,
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, Pengobatan : dalam dislipidemia dimulai dengan melakukan penilaian jumlah
pemicu keparahan: penyakit jantung koroner pada pasien untuk menentukan kolesterolLDL yang harus dicapai. (selain kolesterol LDL) yang menentukan sasaran kolesterol LDL yang ingin dicapai berdasar NCEP-ATP III:
. Terapi non farmakologis
Pasien dengan kadar kolesterol LDL tinggi disarankan untuk mengurangi konsumsi lemak total dan lemak jenuh, dan meningkatkan konsumsi lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda. Pada pasien dengan trigliserida tinggi perlu dikurangi konsumsi karbohidrat, alkohol, dan lemak
Terapi farmakologis dilakukan Sesudah 6 minggu terapi non farmakologis.
Konseling :
Pasien harus checkup teratur untuk pemeriksaan kolesterol lengkap untuk melihat
target terapi dan maintenance jika target sudah tercapai. Perlu adanya motivasi dari pasien pasien dan keluarga untuk mengatur diet pasien dan
aktivitas fisik yang membantu keberhasilan terapi.
ciri-ciri Rujukan :
ada salah satu dari pemicu keparahan: PJK
ada penyakit komorbid yang harus ditangani oleh spesialis.
peralatan medis : Pemeriksaan kimia darah
Prognosis
Dengan Pengobatan tepat bisa dicegah terjadinya komplikasi akibat dislipidemia.
MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (MEP)
MEP yaitu penyakit akibat kekurangan energi dan protein biasanya ditambah defisiensi nutrisi lain.
penggolongan dari MEP yaitu :
Marasmus Kwashiorkor, Marasmus, Kwashiorkor
Anamnesis Keluhan :
-. Kwashiorkor, dengan keluhan:
Pandangan sayu Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit, rontok, Anak rewel, apatis, Wajah sembab, Edema
-. Marasmus, dengan keluhan:
Rewel, Kulit keriput Sangat kurus, Cengeng,
-Marasmus Kwashiorkor, dengan keluhan campuran dari ke-2 penyakit ini diatas.
pemicu keparahan:
Berat badan lahir rendah, HIV, Infeksi TB, pola asuh yang salah
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
BeratBadan /TB < 70% atau < -3SD,
Tanda dehidrasi, Demam, Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung, Sangat pucat, Pembesaran hati, ikterus, Tanda defisiensi vitamin A pada mata: konjungtiva kering, ulkus kornea, keratomalasia, Ulkus pada mulut, LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan, Marasmus: tampak sangat kurus, tidak ada jaringan lemak bawah kulit, anak tampak tua, baggy pants appearance.Kwashiorkor: edema, rambut kuning mudah rontok, crazy pavement dermatosa,
Pemeriksaan Penunjang :
Uji tuberkulin, Foto toraks, Laboratorium: gula darah, Hb, Ht, preparat apusan darah, urin rutin, feses, Antropometri
diagnosa dilakukan berdasar tanda dan gejala klinis dan pengukuran antropometri. Anak didiagnosa dengan gizi rendah , jika :
Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BeratBadan /TB >-
3SD atau marasmik-kwashiorkor BeratBadan /TB <-3SD).BeratBadan /TB < -3SD atau 70% dari median (marasmus).
Komplikasi:
Gangguan elektrolit, Hipoglikemi, Hipotermi, Hiperpireksia, Penurunan kesadaran, Anoreksia, Pneumonia berat, Anemia berat, Infeksi, Dehidrasi berat,
Pengobatan :.
Penanganan pasien dengan MEP, yaitu:
Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi rendah dengan dosis sesuai usia saat pertama kali muncul , Makanan untuk pemulihan gizi bisa berwujud makanan lokal atau pabrikan.
- Jenis pemberian ada 3 pilihan: makanan therapeuticatau gizi siap saji, F100 atau makanan lokal dengan densitas energi yang sama terutama dari lemak (minyak/santan/margarin).
Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan masa pemulihan (rehabilitasi):
1 minggu pertama pemberian F100.
Minggu berikutnya jumlah dan frekuensi F100 dikurangi seiring dengan penambahan makanan keluarga.
rawat jalan, bila:
Anak yang 2 kali berturut-turut tidak datang tanpa pemberitahuan Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali permasalahan yang dihadapi
keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan memberi nasihat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
- Berat badan anak sampai pada minggu ketiga tidaknaik atau turun dibandingkan dengan berat badansaat masuk (kecuali anak dengan edema).
Bila terjadi komplikasi, seperti: sepsis, dehidrasi berat, anemia berat, penurunan kesadaran
. Bila ada penyakit komorbid, seperti: pneumonia berat peralatan medis : Skala antropometri
Alat pemeriksaan gula darah sederhana, Alat pengukur berat dan tinggi badan anak dan dewasa
GINJAL DAN SALURAN KEMIH
Infeksi saluran kemih yaitu salah satu akut yang sering terjadi pada perempuan.Masalah infeksi saluran kemih tersering yaitu sistitis akut,
sistitis kronik, dan uretritis.
Anamnesis Keluhan :
Pada sistitis akut keluhan berwujud :
Nokturia, Anyang-anyangan (polakisuria), Nyeri suprapubik, Demam, Susah buang air kecil, Nyeri saat di akhir BAK (disuria terminal), Sering BAK (frequency), Pada pielonefritis akut keluhan bisa juga berwujud, menggigil, mual muntah, nyeri pada sudut kostovertebra.nyeri pinggang, demam tinggi,
pemicu keparahan:
Riwayat pemakaian kontrasepsi diafragma
. Kebiasaan menahan kencing. Hubungan seksual . Anomali struktur saluran kemih. Riwayat diabetes melitus. Riwayat kencing batu (urolitiasis). kebersihan pribadi rendah . Riwayat keputihan . Kehamilan. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan suprapubik, Demam, Flank pain (Nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle)
Pemeriksaan Penunjang :
kreatinin, Kadar gula darah, . Darah perifer lengkap. Urinalisis. Ureum,
Pemeriksaan Penunjang :
Kultur urin (hanya diindikasikan untuk pasien yang memiliki riwayat kekambuhan infeksi salurah kemih atau infeksi dengan komplikasi).Urine mikroskopik berwujud peningkatan >103 bakteri per lapang pandang
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
Diagnosa banding:
Bacterial asymptomatic Recurrent cystitis, Urethritis, Pielonefritis,
Komplikasi
Gagal ginjal, Sepsis , ISK berulang atau kronik kekambuhan
Pengobatan :
Menjaga higienitas genitalia eksterna, Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal.. Pada masalah nonkomplikata, pemberian antibiotik selama 3 hari dengan pilihan
antibiotik antaralain :
Amoxicillin-clavulanate. Cefpodoxime
. Trimetoprim sulfametoxazole . Fluorikuinolon .
Konseling :
Pasien pasien dan keluarga diberikanpemahaman tentang infeksi saluran kemih dan hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
Waspada tanda infeksi saluran kemih bagian atas (nyeri pinggang) dan pentingnya untuk checkup kembali. Patuh dalam pengobatan antibiotik yang sudah direncanakan.. Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan.Jika gejala menetap dan ada resistensi kuman, terapi antibiotika diperpanjang berdasar antibiotika yang peka dengan pemeriksaan kultur urin
nasihat tentang pemicu dan pemicu keparahan: penyakit infeksi saluran kemih. pemicu infeksi saluran kemih yang paling sering yaitu sebab masuknya flora anus ke kandung kemih melalui perilaku atau kebersihan pribadi yang kurang
baik. saat pengobatan infeksi saluran kemih, diharapkan tidak berkaitan seks.Jika muncul komplikasi dari ISK maka dilakukan ke layanan kesehatan sekunder
peralatan medis :
Pemeriksaan laboratorium urinalisa
Prognosis biasanya baik, kecuali bila kebersihan genital tetap rendah , ISK bisa berulang atau menjadi kronis.
PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI
Pielonefritis akut (PNA) tanpa komplikasi yaitu peradangan parenkim dan pelvis ginjal yang berlangsung akut. Tidak muncul data yang akurat mengenai tingkat insidens PNA nonkomplikata di negarakita . Pielonefritis akut non komplikata jauh lebih jarang dibandingkan sistitis (diperkirakan 1 masalah pielonefritis berbanding 28 masalah
sistitis).
Anamnesis Keluhan :
Sering ditambah gejala sistitis, berwujud : frekuensi, nokturia, disuria, urgensi,
nyeri suprapubik Kadang ditambah pula dengan gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, diare, atau nyeri perut, Demam dan menggigil Nyeri pinggang, unilateral atau bilateral, Onset penyakit akut dan muncul nya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari,
pemicu keparahan:
pemicu keparahan: PNA mirip dengan pemicu keparahan: penyakit infeksi saluran kemih lainnya,
yaitu:
Adanya penyakit obstruktif urologi yang mendasari contoh tumor, striktur, batu saluran kemih, dan pembesaran prostat Pada anak-anak bisa terjadi bila ada refluks vesikoureteral
. Lebih sering terjadi pada wanita usia subur
. Sangat jarang terjadi pada laki-laki berusia <50 tahun, kecuali homoseksual, Koitus per rektal, HIV/AIDS, Tampilan klinis tiap pasien bisa beragam , mulai dari yang ringan hingga
menandakan tanda dan gejala mirip sepsis. Pemeriksaan fisik menandakan
tanda-tanda di bawah ini:
. bisa muncul nyeri tekan pada area suprapubik
Distensi perut dan bising usus menurun (ileus paralitik) Ginjal kebanyakan tidak bisa dipalpasi sebab adanya nyeri tekan dan spasme otot
. Demam dengan suhu biasanya mencapai >38,5oC. Takikardi . Nyeri ketok pada sudut kostovertebra, unilateral atau bilateral,
Pemeriksaan Penunjang :
1. Urinalisis
Urin porsi tengah (mid-stream urine) diambil untuk dilakukan pemeriksaan dipstick dan mikroskopik. Temuan yang mengarahkan kepada PNA yaitu :
-. Hematuria, yang biasanya mikroskopik, namun bisa pula gross. Hematuria biasanya muncul pada tahap akut dari PNA. Bila hematuria terus terjadi meski infeksi sudah tertangani, perlu dipikirkan penyakit lain, seperti batu saluran kemih, tumor, atau tuberkulosis.
-. Bakteriuria bermakna, yaitu > 104 koloni/ml, yang nampak lewat pemeriksaan mikroskopik tanpa /dengan pewarnaan Gram. Bakteriuria juga bisa dideteksi lewat adanya nitrit pada pemeriksaan dengan dip-stick.
-. Piuria, yaitu jumlah leukosit lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar (LPB) pada pemeriksaan mikroskopik tanpa / dengan pewarnaan Gram, atau leukosit esterase (LE) yang positif pada pemeriksaan dengan dip-stick.
-. Silinder leukosit, yaitu tanda patognomonik dari PNA, yang bisa muncul pada pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram.
-. Kultur darah
Bakteremia terjadi pada sekitar 33% masalah , sehingga pada kondisi tertentu pemeriksaan ini juga bisa dilakukan.
-. Foto polos perut (BNO) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengabaikan adanya obstruksi atau batu di saluran kemih.
- Kultur urin dan tes sentifitas-resistensi antibiotik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui etiologi dan sebagai pedoman pemberian antibiotik dan dilakukan di rumahsakit .
-. Darah perifer dan hitung jenis
Pemeriksaan ini bisa menandakan adanya leukositosis dengan predominansi neutrofil.
diagnosa dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya.
Diagnosa banding: :
Servisitis, Endometritis, Pelvic inflammatory disease, Uretritis akut, Sistitis akut, Akut perut , Appendisitis, Prostatitis bakterial akut,
Pengobatan :
1. Non- Medikamentosa( obat)
Menjaga kecukupan hidrasi, Identifikasi dan meminimalkan pemicu keparahan:
pengobatan kelainan obstruktif yang ada
2. Medikamentosa( obat)
a. Simtomatik
Obat simtomatik bisa diberikan sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien, contoh : analgetik-antipiretik, dan anti-emetik.
b. Antibiotika empiris
Antibiotika parenteral:
Pilihan antibiotik parenteral untuk pielonefritis akut nonkomplikata antara lain ceftriaxone, cefepime, dan fluorokuinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin). Jika dicurigai infeksi enterococci berdasar pewarnaan Gram yang menandakan basil Gram positif, maka ampisillin yang dicampuran dengan Gentamisin, Ampicillin Sulbaktam, dan Piperacillin Tazobactam yaitu
pilihan empiris spektrum luas yang baik.Terapi antibiotika parenteral pada pasien dengan pielonefritis akut nonkomplikata bisa diganti dengan obat oral Sesudah 24-48 jam, meski bisa diperpanjang jika gejala menetap.
Antibiotika oral:
Antibiotik oral empirik awal untuk pasien rawat jalan yaitu fluorokuinolon untuk basil Gram negatif. Untuk dugaan pemicu lainnya bisa dipakai Trimetoprim-sulfametoxazole. Jika dicurigai enterococcus, bisa diberikan Amoxicilin sampai diperoleh organisme pemicu . Sefalosporin generasi kedua atau ketiga juga efektif, meski data yang mendukung masih sedikit. Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata bisa diberikan selama 7 hari untuk gejala klinis yang ringan dan sedang dengan tanggapan terapi yang baik.
Pada masalah yang menetap atau berulang, kultur harus dilakukan. Infeksi berulang ataupun menetap diobati dengan antibiotik yang terbukti peka selama 7 sampai 14 hari, pemakaian antibiotik selanjutnya bisa disesuaikan dengan hasil tes kepekaan dan resistensi.
Konseling :
Pada pasien yang resah, cemas , tenaga medis bisa memberi assurance bahwa PNA non-komplikata bisa ditangani sepenuhnya dgn antibiotik yang tepat. tenaga medis perlu menjelaskan mengenai penyakit, pemicu keparahan: , dan cara-cara pencegahan berulangnya PNA.Pasien seksual aktif disarankan untuk berkemih dan membersihkan organ kelamin segera Sesudah koitus.
Pengobatan lanjutan:
Urinalisis dengan dip-stick urin dilakukan sesudah pengobatan untuk menilai kondisi bebas infeksi.
jika tanggapan klinik rendah Sesudah 48 – 72 jam terapi, dilakukan re-evaluasi adanya faktor pemicu komplikasi dan efektifitas obat.
ciri-ciri Rujukan :
tenaga medis layanan primer perlu merujuk ke rumahsakit pada kondisi berikut:
ada kecurigaan adanya penyakit urologi yang mendasari, contoh : batu saluran kemih, striktur, atau tumor. muncul tanda-tanda urosepsis pada pasien.. Pasien tidak menandakan tanggapan yang positif terhadap pengobatan yang diberikan.
peralatan medis :
Object glass, cover glass. Pewarna Gram, Pot urin. Urine dip-stick. Mikroskop .
FIMOSIS
Fimosis yaitu kondisi dimana preputium tidak bisa diretraksi melewati glans penis. Fimosis bisa bersifat fisiologis ataupun patalogis. biasanya fimosis fisiologis ada pada bayi dan anak-anak. Pada anak usia 3 tahun 90% preputium sudah
bisa diretraksi namun pada sebagian anak preputium tetap lengket pada glans penis
sehingga ujung preputium mengalami penyempitan dan mengganggu proses
berkemih. Fimosis patologis terjadi akibat peradangan atau cedera pada preputium
yang memicu parut kaku sehingga menghalangi retraksi.
Anamnesis Keluhan :
Keluhan biasanya berwujud gangguan aliran urin seperti: Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma.Nyeri saat buang air kecil. Mengejan saat buang air kecil, Pancaran urin mengecil,
pemicu keparahan:
Fimosis bisa terjadi pada 1% laki-laki yang tidak menjalani sirkumsisi,
. periode berulang balanitis atau balanoposthitis memicu skar pada preputium yang memicu terjadinya fimosis patalogis, kebersihan yang rendah,
Pemeriksaan Fisik
Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan tampak sehat. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium ada lingkaran fibrotik. Timbunan smegma pada sakus preputium
Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih, Eritema dan udem pada preputium dan glans penis, Preputium tidak bisa diretraksi keproksimal hingga ke korona glandis. Pancaran urin mengecil
Diagnosa : dilakukan berdasar gejala klinis dan pemeriksaan fisik
Diagnosa banding: Angioedema, Parafimosis, Balanitis,
Komplikasi
bisa terjadi infeksi berulang sebab penumpukan smegma.
Pengobatan :
Sirkumsisi, Pemberian salep kortikosteroid (0,05% betametason) 2 kali perhari selama 2-8 minggu pada area preputium.jika fimosis bersifat fisiologis seiring dengan perkembangan maka kondisi akan membaik dengan sendirinya
ciri-ciri Rujukan :
Bila ada komplikasi dan penyulit untuk tindakan sirkumsisi maka dirujuk ke rumahsakit .
peralatan medis : Set bedah minor
PARAFIMOSIS
Parafimosis yaitu kegawatdaruratan sebab bisa memicu terjadinya ganggren yang dipicu preputium penis yang diretraksi sampai di sulkus
koronarius tidak bisa dikembalikan pada kondisi semula dan muncul jeratan pada penis di belakang sulkus koronarius.
Anamnesis Keluhan :
Nyeri pada penis, Pembengkakan pada penis
pemicu keparahan:
Penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada laki-laki yang belum
disirkumsisi contoh pada pemasangan kateter.
Pemeriksaan Fisik
. Preputium tertarik ke belakang glans penis dan tidak bisa dikembalikan ke posisi semula
Jika terjadi nekrosis glans penis berubah warna menjadi biru hingga kehitaman, Nyeri, Terjadi eritema dan edema pada glans penis
Diagnosa :
pelaksanaan diagnosa berdasar gejala klinis dan peneriksaan fisik
Diagnosa banding:
Angioedema, Balanitis, Penile hematoma
Komplikasi
Bila tidak ditangani dengan segera bisa terjadi ganggren
Pengobatan :
Dilakukan dorsum insisi pada jeratan
Reposisi secara manual dengan memijat glans selama 3-5 menit. Diharapkan edema berkurang dan secara perlahan preputium bisa dikembalikan pada tempatnya.
Pengobatan lanjutan:
disarankan untuk melakukan sirkumsisi.
Konseling :
Sesudah penanganan kedaruratan disarankan untuk dilakukan tindakan sirkumsisi sebab kondisi parafimosis ini bisa berulang.
ciri-ciri Rujukan :
Bila terjadi tanda-tanda nekrotik segera rujuk ke rumahsakit .
peralatan medis : Set bedah minor
KEHAMILAN NORMAL
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir. Lama kehamilan normal 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terahir (HPHT). Untuk menghindari terjadinya komplikasi pada kehamilan dan persalinan, maka setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin minimal 4 kali kunjungan selama masa
kehamilan.
Anamnesis Keluhan :
Pengerasan dan pembesaran payudara. Puting susu lebih hitam. Haid yang terhenti. Mual dan muntah pada pagi hari. Ngidam. Sering buang air kecil.
. diwaspadai Bila pada kehamilan sebelumnya ada riwayat obstetrik antaralain :
Berat badan bayi > 4500 gram. Dirawat di rumah sakit sebab hipertensi, preeklampsia atau eklampsia. Operasi pada saluran reproduksi khususnya operasi seksiosesaria
. Lahir mati atau bayi mati usia < 28 hari. > 3 abortus spontan. Berat badan bayi < 2500 gram
2. diwaspadai Bila pada kehamilan saat ini:
Ada keluhan perdarahan vagina, Ibu memiliki rhesus (-). Usia ibu di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun,
3. diwaspadai Bila ibu memiliki salah satu di bawah ini:
Penyakit menular TB, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual,g. Penyakit kanker
. Diabetes Mellitus/ kencing manis. Penyakit jantung. Penyakit ginjal. Penyalahgunaan obat. Konsumsi rokok, alkohol dan bahan adiktif lainnya. Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda vital ibu (tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi nafas), ukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LLA) pada setiap kedatangan.
Pada trimester 1
-. Pemeriksaan payudara: puting susu dan areola menjadi lebih menghitam.
-. Pemeriksaan dada:perhatikan suara paru dan bunyi jantung ibu
-. Pemeriksaan ekstremitas: perhatikan edema dan varises
-. LLA> 33 cm, maka diduga kegemukan , memiliki risiko preeklampsia dan diabetes maternal, memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lebih
-. LLA< 23 cm, maka diduga undernutrisi atau memiliki penyakit kronis, biasanya memiliki bayi yang lebih kecil dari ukuran normal
-. kondisi muka diperhatikan adanya edema palpebra atau pucat, mata dan konjungtiva bisa pucat,kebersihan mulut dan gigi bisa terjadi karies dan periksa kemungkinan pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan obstetrik :
1. Vulva/vagina
Pemeriksaan inspekulo untuk memeriksa serviks,tanda-tanda infeksi, ada/tidaknya cairan keluar dari osteum uteri. Observasi varises,kondilomata, edema, haemorhoid atau ketidaknormalan lainnya.
. Pemeriksaan vaginal toucher: memperhatikan tanda-tanda tumor.
2. perut :
Melakukan palpasi dengan manuever Leopold I-IV.. Mendengarkan bunyi jantung janin (120-160x/menit).. Observasi adanya bekas operasi. Mengukur tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan lain: kadar glukosa darah dan protein urin sesuai indikasi.. Tes kehamilan menandakan HCG (+). Pemeriksaan darah: Golongan darah ABO dan Rhesus pada trimester 1, Hb dilakukan pada trimester 1 dan 3, kecuali bila tampak adanya tanda-tanda anemia berat.
. Pada ibu hamil dengan pemicu keparahan, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan:
USG sesuai indikasi.
BTA, TORCH (toxoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes and others), sifilis, malaria danHIV dilakukan pada trimester 1 terutama untuk area endemik untuk skrining pemicu keparahan,
diagnosa dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik/obstetrik,
Pemeriksaan Penunjang :
Tanda tak pasti kehamilan: Tes kehamilan menandakan HCG (+)
Tanda pasti kehamilan:
-. Bunyi jantung janin/BJJ (bila usia kehamilan/UK> 8 minggu) dengan BJJ normal 120-160 kali per menit,
-. Gerakan janin (bila UK> 12 minggu)
-. Bila muncul adanya janin pada pemeriksaan Ultrasonografi (USG) pemeriksaan obstetrik
Kehamilan normal jika memenuhi ciri-ciri dibawah ini:
Gerakan janin bisa dirasakan Sesudah usia 18 -20 minggu hingga melahirkan. Ukuran uterus sesuai usia kehamilan, Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal, Tidak ada riwayat kelainan obstetrik.
. kondisi baik. Tekanan darah<140/90 mmHg. Pertambahan berat badan sesuai minimal 8 kg selama kehamilan (1 kg perbulan) atau sesuai Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu. Edema hanya pada ekstremitas. BJJ =120-160 x/menit.
Diagnosa banding:
Kandung kemih yang penuh . Kehamilan palsu. Tumor kandungan. Kista ovarium. Hematometra.
Pengobatan :
Non Medikamentosa(tanpa obat)
-. Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini (IMD).
-. Penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan ibu dan janin contoh hipertensi, TBC, HIV, dan infeksi menular seksual lainnya.
Perlunya menghentikan kebiasaan yang beresiko bagi kesehatan, seperti merokok minum alkohol. Program KB terutama pemakaian kontrasepsi sesudah salin.. Minum cukup cairan.
- Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh: nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak goreng, dan 400 ml air.
. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah. . Ajarkan metoda mudah untuk menghitung gerakan janin dalam 12 jam,
- memberi jadwal pemeriksaan berkala kepada calon ibu selama masa kehamilan
-memberi nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
kala nifas dan laktasi.
-. Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai: sakit kepala lebih dari biasa, perdarahan per vaginam, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri perut (epigastrium), mual dan muntah berlebihan, demam, janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
Medikamentosa( obat)
1.memberi imunisasi TT(Tetanus Toxoid) jika pasien memiliki risiko terjadinya tetanus pada proses melahirkan dan buku catatan kehamilan.
Pada Ibu yang riwayat imunisasi tidak diketahui, Dosis booster bisa diberikan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5ml IM dan disesuaikan degan jumlah vaksinani yang sudah diterima sebelumnya.
2. memberi zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari dan folat 250 mikogram 1-2 kali/hari), bila Hb<7,0 gr/dl dosis ditingkatkan menjadi dua kali. jika dalam follow up selama 1 bulan tidak ada perbaikan, bisa dipikirkan kemungkinan
penyakit lain (talasemia, infeksi cacing tambang, penyakit kronis TBC)
Konseling :
. kemungkinan kesiapan donor darah bila muncul permasalahan, prinsip transportasi bila diperlukan rujukan, dukungan biaya.Persiapan persalinan, meliputi: siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan,
. Pentingnya peran suami pasien dan keluarga selama kehamilan dan persalinan.
Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara psikologis maupun finansial, bila memungkinkan siapkan suami siaga. Dukung intake nutrisi yang seimbang bagi ibu hamil.
. Dukung ibu hamil untuk menghentikan pemberian ASI bila masih menyusui.
. Jika ibu merasakan tanda – tanda bahaya kehamilan, harus di waspadai dan segera mengunjungi rumahsakit terdekat. Tanda bahaya yang wajib diwaspadai :
Mual dan muntah yang berlebihan. Demam . Gerakan janin yang tidak biasanya atau cenderung tidak bergerak, . Sakit kepala yang tidak biasanya . Keluarnya darah dari jalan lahir. Terjadi gangguan penglihatan. Pembengkakan pada wajah, tangan. Dukung memberi ASI eksklusif untuk bayi yang nanti dilahirkan.
. Siapkan keluarga untuk bisa menentukan kemana ibu hamil harus dibawa bila ada perdarahan, perut dan atau kepala terasa sangat nyeri, dan tanda-tanda bahaya lainnya, tulis dalam buku pemeriksaan alamat rujukan yang bisa dituju bila diperlukan.
. Dengan pasangan ibu hamil didiskusikan mengenai aktifitas seksual selama kehamilan. Aktifitas seksual biasa bisa dilakukan selama kehamilan, posisi bisa beragam sesuai pertumbuhan janin dan pembesaran perut. Kalau ibu hamil merasa tidak nyaman saat melakukan aktifitas seksual, sebaiknya dihentikan.Aktifitas seksual tidak disarankan pada kondisi :
plasenta previa atau plasenta letak rendah. serviks inkompeten. riwayat melahirkan prematur
. riwayat abortus. perdarahan vagina atau keluar duh tubuh.
peralatan medis :
periksa. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan tes kehamilan, darah rutin, urinalisa dan golongan darah, Alat ukur tinggi badan dan berat badan. Meteran . Laenec atau Doppler. Tempat tidur,
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 1 bila muncul kondisi di bawah ini:
trauma. hiperemesis. perdarahan per vaginam atau spotting,
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 2 bila muncul kondisi di bawah ini:
. Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan pertumbuhan janin). Ibu tidak merasakan gerakan bayi. Gejala yang tidak diharapkan, Perdarahan pervaginam atau spotting
. Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl, Gejala preeklampsia, hipertensi, proteinuria
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 3 bila muncul kondisi di bawah ini:
Diduga kembar atau lebih. Sama dengan kondisi tanda bahaya pada semester 2 ditambah. Tekanan darah di atas 130 mmHg,
HIPEREMESIS GRAVIDARUM (MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN)
Mual dan muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai usia kehamilan 16 minggu. Mual dan muntah yang berlebihan, bisa memicu dehidrasi, gangguan asam-basa dan elektrolit dan ketosis kondisi ini dinamakan kondisi hiperemesis.Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tapi bisa pula muncul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah ini terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50% kehamilan. Keluhan muntah kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga bisa mempengaruhi kondisi dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan ada aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit appendisitis, pielitis, dan sebagainya.
Keluhan
Kekurangan cairan, Mual dan muntah hebat, Ibu terlihat pucat,
Gejala klinis
Beratbadan turun. Nyeri epigastrium. Lemas. Rasa haus yang hebat. Gangguan kesadaran
. Muntah yang hebat. Mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari (morning sickness). Nafsu makan turun.
pemicu keparahan:
Belum diketahui secara pasti namun diperkirakan erat kaitannya dengan faktorfaktor :
Status nutrisi: pada wanita kegemukan lebih jarang di rawat inap sebab hiperemesis.
. Psikologis: adanya stress dan emosi.
. Peningkatan hormon – hormon kehamilan.
Adanya riwayat hiperemesis pada kehamilan sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan generalis: kulit pucat, sianosis, berat badan turun> 5% dari berat badan sebelum hamil, uterus besar sesuai usia kehamilan, pada pemeriksaan inspekulo tampak serviks yang berwarna biru.Pemeriksaan tanda vital: nadi meningkat 100x/mnt, tekanan darah menurun (pada kondisi berat), subfebris, dan gangguan kesadaran (kondisi berat). Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi: mata cekung, bibir kering, turgor berkurang.
Pemeriksaan Penunjang :
Urinalisa : warna pekat, berat jenis meningkat, pemeriksaan ketonuria, proteinuria.. Darah : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Hiperemesis gravidarum jika terjadi:
Berat badan turun > 5% dari berat sebelum hamil
Ketonuria, Dehidrasi dan Ketidakseimbangan elektrolit, Mual muntah berat
penggolongan hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3 tingkatan, antara lain:
1. Tingkat 1
Muntah yang terus menerus, muncul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100 x/mnt, dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit namun masih normal.
2. Tingkat 2
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebris, nadi cepat lebih dari 100-140 x/mnt, tekanan darah sistolik menurun, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan
berat badan cepat menurun.
3. Tingkat 3
meski kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi yaitu gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, namun bisa terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam
urin.
Diagnosa banding:
Acute Fatty Liver, Diare akut, Ulkus peptikum, Inflammatory bowel syndrome,
Komplikasi neurologis,Malnutrisi Stress related mucosal injury, stress ulcer pada gaster,Defisiensi vitamin Jaundice, Disfungsi pencernaan, Hipoglikemia, terutama thiamin, komplikasi potensial dari janin, kerusakan ginjal yang
memicu Intrauterine growth restriction (IUGR)hipovolemia
Pengobatan :
1. Non Medikamentosa(tanpa obat)
Menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.istirahat cukup dan hindari kelelahan. Efekasi yang teratur.. Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplemantasi vitamin dan asam folat di awal kehamilan. Makan porsi kecil, namun lebih sering.
2. Medikamentosa( obat)
berikan 10 mg Doksilamin dicampuran kan dengan 10 mg vitamin B6 hingga 4 tablet/hari (contoh 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi, dan 1 tablet saat siang).. Bila masih belum teratasi, tambahkan Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet Doksilamin/Piridoksin), ATAU Prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria. Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di bawah ini:
Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
. Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
Berikan suplemen multi vitamin IV Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali
Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:
Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam - Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
Bila perlu, tambahkan Metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jamterusmenerus selama 24 jam.
Konseling :
Memperhatikan kecukupan nutrisi ibu, dan sebisa mungkin memperoleh suplemen asam folat di awal kehamilan.
memberi informasi kepada pasien, suami, pasien dan keluarga mengenai kehamilan
dan persalinan suatu proses fisiologik.
memberi keyakinan bahwa mual dan kadang muntah yaitu gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang Sesudah usia kehamilan 4
bulan.Hindari kelelahan pada ibu dengan aktivitas berlebihan.
ciri-ciri Rujukan :
Pasien sudah memperoleh tindakan awal kegawatdaruratan sebelum proses rujukan.
. muncul gejala klinis dan ada gangguan kesadaran (tingkat 2 dan 3).Adanya komplikasi gastroesopagheal reflux disease (GERD), ruptur esofagus, perdarahan saluran cerna atas dan kemungkinan defisiensi vitamin terutama thiamine.
peralatan medis :
Laboratorium urinalisa, Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN
Anemia dalam kehamilan yaitu kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 11g/dl pada trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II. pemicu tersering anemia pada kehamilan yaitu defisiensi besi, perdarahan akut, dan defisiensi asam folat.
Anamnesis Keluhan :
Telinga mendenging, Pica: keinginan untuk memakan bahan-bahan yang tidak lazim
Badan lemah, lesu, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Tampak pucat,
Faktor Predisposisi
Gangguan intake (diet rendah zat besi,) Gangguan absorbsi besi Sederhana (Objective ), Perdarahan kronis, Riwayat keluarga, Kecacingan,
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
Koilonichia: kuku sendok (spoon nail),
. Konjungtiva anemis. Atrofi papil lidah . Stomatitis angularis (cheilosis).
Pemeriksaan Penunjang :
Apusan darah tepi, Kadar hemoglobin
diagnosa
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau< 10,5 g/dl (pada trimester II). jika diagnosa anemia sudah dilakukan , lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
Diagnosa banding:
Anemia sideroblastik, Anemia akibat penyakit kronik, Trait Thalassemia,
Pengobatan :
Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam folat.Pada ibu hamil dengan anemia, tablet besi diberikan 3 kali sehari.Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau pertambahan ukuran janin, Bila tersedia fasilitas Pemeriksaan Penunjang :, tentukan pemicu anemia berdasar hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi. Bila tidak tersedia, pasien bisa di rujuk ke rumahsakit untuk penentuan jenis anemia dan pengobatan awal.
Sediaan suplemen besi yang beredar:
Elemental
Sulfas ferosus 325 65
Fero fumarat 325 107
Fero glukonat 325 39
Besi polisakarida 150 150
. Anemia mikrositik hipokrom bisa muncul pada kondisi :
-. Anemia normositik normokrom bisa muncul pada kondisi :
Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan sesudah persalinan infeksi kronik
-. Anemia makrositik hiperkrom bisa muncul pada kondisi : Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan
vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg
-. Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. jika muncul kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. jika kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.
-. Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan pengobatan bersama tenaga medis spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang lebih khusus
Konseling :
memberi pengertian kepada pasien pasien dan keluarga nya tentang perjalanan penyakit sehingga meningkatkan kepatuhan dalam berobat menyelamatkan hidup pasien untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.
Pemakaian alas kaki untuk mencegah infeksi cacing tambang. Diet bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani(daging,ikan,susu, telur,sayuran hijau), Anemia yang ditambah perdarahan kronis, agar dicari sumber perdarahan dan ditangani.
Pemeriksaan Penunjang : menentukan jenis anemia yang ibu derita. Anemia yang tidak membaik dengan pemberian suplementasi besi selama 3 bulan
peralatan medis :
Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
PRE-EKLAMPSIA
Pre-eklampsia yaitu kondisi khusus pada kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan tanggapan maternal terhadap adanya inflamasi khusus dengan aktivasi endotel dan koagulasi.Tanda penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia yaitu masalah ketenaga medis an yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang
tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya sebab pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga memicu masalah sesudah -persalinan.
Anamnesis Keluhan :
Mual hingga muntah, Pusing dan nyeri kepala, Nyeri ulu hati, Pandangan kurang jelas
pemicu keparahan:
kegemukan sebelum hamil. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eklampsia. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Kondisi-kondisi yang berpotensi memicu penyakit mikrovaskular (antaralain : : diabetes melitus, hipertensi kronik, gangguan pembuluh darah)
pemicu keparahan: lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor
khusus dari ibu atau janin.
Nullipara dan Kehamilan multipel, usia > 40 tahun
. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
. Nefropati
Pemeriksaan Fisik
1. Pada pre-eklampsia ringan:
Tes celup urin menandakan proteinuria +1 atau pemeriksaan protein kuantitatif menandakan hasil > 300 mg/24 jam
. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
2. Pada pre-eklampsia berat:
. Tes celup urin menandakan proteinuria +2 atau pemeriksaan protein kuantitatif menandakan hasil > 5g/24 jam, Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
. Atau ditambah keterlibatan organ lain:
Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri perut kuadran kanan atas pusing skotoma penglihatan Pertumbuhan janin terhambat, oligohidroamnion Edema paru atau gagal jantung kongestif Oligouria (<500cc/24 jam), kreatinin > 1.2 mg/dl, diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
Pemeriksaan Penunjang :yang sudah dilakukan.
Diagnosa banding:
Hipertensi gestasional, Hipertensi Kronik, Hipertensi Kronik dengan superimposed
preeklampsia
Komplikasi
edema paru, kematian janin, koma, kematian ibu,
Sindrome HELLP, pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat,
Pengobatan :
Non Medikamentosa(tanpa obat)
1. Pre-eklampsia ringan
Pemantuan fungsi ginjal, fungsi hati, dan protenuria berkala, disarankan untuk banyak istirhat dengan baring atau tidur miring. Namun tidak mutlak selalu tirah baring. bisa di rawat jalan dengan pengawasan dan kunjungan antenatal yang lebih sering. Diet dengan cukup protein dengan rendah karbohidar, lemak garam secukupnya.
2. Pre-eklampsia berat
Segera melakukan perencanaan untuk rujukan segera ke Rumah Sakit dan menghindari terjadi kejang dengan pemberian MgSO4.
Medikamentosa( obat)
1. Pantau kondisi klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tinggi badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin. tekanan darah, berat badan,
2. Rawat jalan (ambulatoir)
. Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), Antihipertensi Ibu dengan hipertensi berat selama kehailan perlumemperoleh terapi antihipertensi.Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman tenaga medis dan
ketersediaan obat. Konsumsi susu dan air buah
Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan
. Pada ibu dengan preeklampsi berat dengan janin sudah viable namun usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan disarankan , asalkan tidak ada kontraindikasi.
Pada ibu dengan preeklampsi berat, dimana usia kehamilan 34-37 minggu, manajemen ekspektan boleh disarankan , asalkan tidak ada hipertensi yang tidak tercheckup , disfungsi organ ibu, dan gawat janin.Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang sudah aterm, induksi persalinan disarankan .Pada ibu dengan preeklampsi berat yang kehamilannya sudah aterm, persalinandini disarankan .
Konseling :
Sebelum pemberian MgSO4, pasien terlebih dahulu diberitahu akan mengalami rasa panas dengan pemberian obat ini .
. Suami pasien dan keluarga pasien tetap diberi motivasi untuk melakukan pendampingan terhadap ibu hamil selama proses rujukan
. memberi informasi mengenai kondisi kesehatan ibu hamil dengan tekanan darah yang tinggi.. Melakukan nasihat terhadap pasien, suami pasien dan keluarga jika menemukan gejala atau keluhan dari ibu hamil segera memberitahu petugas medis atau langsung ke rumahsakit
Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum dan selama proses rujukan hingga ke rumahsakit sekunder.
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat ke fasilitas rumahsakit sekunder.
peralatan medis :
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin dan urinalisa.. Larutan MgSO4 40%. Larutan Ca Glukonas, Doppler atau Laenec. Palu Patella. Obat-obat Antihipertensi.
EKLAMPSI
Eklampsia yaitu masalah akut pada penderita pre-eklampsia, yang ditambah dengan kejang menyeluruh dan atau koma.mirip pre-eklampsia, eklampsia bisa muncul pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum biasanya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama Sesudah persalinan. 50-60% kejadian eklampsia terjadi dalam kondisi hamil. 30-35% kejadian eklampsia terjadi saat inpartu, sekitar 10% terjadi Sesudah persalinan. Pre eklampsia dan eklampsia pemicu kematian ibu rata-rata 25%, sedang 50% menjadi
pemicu kematian bayi. Anamnesis Keluhan :
Kejang yang dimulai dengan gejala prodromal eklampsia, antara lain:
Nyeri uluhati atau perut bagian atas Kenaikan progresif tekanan darah. Nyeri kepala hebat . Gangguan penglihatan. Muntah-muntah, pemicu keparahan:
Kondisi-kondisi yang berpotensi memicu penyakit mikrovaskular (antara lain: hipertensi kronik, diabetes melitus, gangguan pembuluh darah dan jaringan ikat), Riwayat preeklampsia ringan dan berat dalam kehamilan sebelumnya. Sindrom antibody antiphospholipid, dan nefropati. pemicu keparahan: lainya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor khusus dari ibu atau ayah janin.
Pemeriksaan Fisik
Sianosis. Skotoma penglihatan. bisa muncul adanya tanda-tanda edema paru dan atau gagal jantung. Pemeriksaan kondisi : sadar atau penurunan kesadaran Glasgow Coma Scale dan Glasgow-Pittsburg Coma Scoring System.
. Pada tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 sampai 35 detik, tangan dan kelopak mata bergetar, mata terbuka dengan pandangan kosong. . Tahap selanjutnya muncul kejang . Pemeriksaan tanda vital, Adanya peningkatan tekanan darah diastol >110 mmHg
Pemeriksaan Penunjang :
Dari pemeriksaan urinalisa diperoleh proteinuria ≥ 2+ bdiagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
Diagnosa banding:
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain,
oleh sebab itu sebagai Diagnosa banding: eklampsia antara lain:Hipertensi, Kelainan metabolik, perdarahan otak, lesi di otak, Meningitis, Epilepsi ,
1.Komplikasi pada janin: Asfiksia mendadak dipicu spasme pembuluh darah, Solusio plasenta, persalinan prematuritas
2. Komplikasi pada ibu: sianosis, aspirasi , pendarahan otak dan kegagalan jantung, mendadak, lidah tergigit, jatuh dari tempat tidur yang memicu ginjal, perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati, ikterus fraktur dan luka,
Pengobatan :
Perawatan dasar eklampsia yang utama yaitu terapi supportif untuk stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing, Circulation (ABC),
Non Medikamentosa(tanpa obat)
Pengelolaan Kejang
. Pemberian obat anti kejang.. Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita.. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi.. Katerisasi urine untuk pengukuran cairan dan pemeriksaan proteinuria.
. Beberapa keluarga pasien membantu untuk menjaga pasien tidak terjatuh dari tempat tidur saat kejang muncul . Beri O2 4 - 6 liter permenit.
Medikamentosa( obat)
. MgSO4diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10ml MgSO4 40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama 20 menit, jika pemberian secara intravena sulit, bisa diberikan secara IM dengan dosis 5mg masing bokong
kanan dan kiri.
Adapun syarat pemberian MgSO4:
frekuensi napas 12-16x/menit.
. tersedianya CaGlukonas10%. ada refleks patella, jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BeratBadan /jam
--. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 (15ml MgSO4 40%, larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam Sesudah persalinan atau kejang berakhir.
. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak bisa diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan sekunder . . Diazepam juga bisa dijadikan alternatif pilihan dengan dosis 10 mg IV selama 2
menit (perlahan), namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi dan memberi dampak pada janin, maka pemberian diazepam hanya dilakukan jika tidak tersedia MgSO4.
--. Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella. Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan atau tidak diperoleh refleks tendon patella, danatau ada oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg BeratBadan /jam),
segera hentikan pemberian MgSO4.
--. Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Eklampsia yaitu indikasi rujukan yang wajib di lakukan.
peralatan medis :
Larutan MgSO4 40%. Ca Glukonas. Diazepam injeksi . Palu , Oropharyngeal airway / Guedel . Kateter urin. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan urin (menilai kadar proteinuria)..
ABORTUS
Abortus yaitu pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin bisa hidup diluar kandungan, sebagai batasan dipakai kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Jenis dan derajat abortus :
--Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan
pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
--. Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang mengancam dimana serviks sudah mendatar dan ostium uteri sudah membuka, namun hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
--. Abortus inkomplit yaitu sebagian hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri masih
ada yang tertinggal.
--. Abortus komplit yaitu seluruh hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
Anamnesis Keluhan :
1. Abortus imminens
Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu
Tidak ditambah nyeri atau kram. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna kecoklatan dan bercampur lendir
2. Abortus insipiens
Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan) . Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar ditambah terbukanya serviks
3. Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal . kadang pasien datang dalam kondisi syok akibat perdarahan. Perdarahan aktif. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
4. Abortus komplit
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
. Perdarahan sedikit. Nyeri perut atau kram ringan. Mulut rahim sudah tertutup.
pemicu keparahan:
-- Faktor Maternal
Alkohol, merokok dan pemakaian obat-obatan, Anomali uterus dan serviks. Gangguan imunologis . Trauma fisik dan psikologis. Penyakit infeksi. Kelainan hormonal, seperti hipotiroidisme. Gangguan nutrisi yang berat. Penyakit menahun dan kronis.
--. Faktor Janin Adanya kelainan genetik pada janin
--. Faktor ayah Terjadinya kelainan sperma
Pemeriksaan Fisik
Mencari ada tidaknya massa perut . Tanda-tanda akut perut dan defans musculer
Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu). Penilaian tanda-tanda syok . Periksa konjungtiva untuk tanda anemia . Pemeriksaan ginekologi, muncul :
--. Abortus inkomplit
Osteum uteri terbuka, dengan ada sebagian sisa konsepsi Perdarahan aktif Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
--. Abortus komplit
Osteum uteri tertutup Perdarahan sedikit
Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan
--. Abortus iminens
Osteum uteri masih menutup Perdarahan berwarna kecoklatan ditambah lendir Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan Detak jantung janin masih muncul
--. Abortus insipiens
Osteum uteri terbuka, dengan ada penonjolan kantong dan didalamnya berisi cairan ketuban
Perdarahan berwarna merah segar Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan Detak jantung janin masih muncul
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif sampai 7-10 hari Sesudah abortus.
. Pemeriksaan darah perifer lengkap, Pemeriksaan USG.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaam penunjang.
Diagnosa banding:
Mola hidatidosa, Missed abortion, Kehamilan ektopik,
Komplikasi yang bisa terjadi pada abortus yaitu perdarahan, infeksi, perforasi, syok
Pengobatan :
Pada kondisi abortus kondisi ibu bisa menurun dan memicu komplikasi. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu penilaian cepat terhadap tanda vital (nada, tekanan darah, pernasapan dan suhu).
Pada kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan antibiotika dengan campuran :
Segera melakukan rujukan ke rumahsakit Sekunder / RS. Ampicilin 2 gr IV /IM lalu 1 gr setiap 6 jam. Gentamicin 5 mg/kg BeratBadan setiap 24 jam. Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
Penatalaksaan Khusus sesuai dengan Jenis Abortus
1. Abortus imminens:
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG, nilai kemungkinan adanya pemicu lain. Tablet penambah darah. Vitamin ibu hamil diteruskanJangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi. Pertahankan kehamilan. Tidak perlu pengobatan khusus
2. Abortus insipiens
--. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
--. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut perut dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb Sesudah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan kondisi baik, ibu diperbolehkan pulang
--. Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi, dan memberi informasi mengenai kontrasepsi sesudah keguguran.
--. Lakukan pemantauan sesudah tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik bisa dipindahkan ke ruang rawat.
--. Jika usia kehamilan < 16 minggu : lakukan evakuasi isi uterus; Jika evakuasi tidak bisa dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM
(bisa diulang 15 menit lalu bila perlu)
--Jika usia kehamilan > 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi hasil konsepsi dari dalam uterus. Bila perlu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
3. Abortus inkomplit
--. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
--. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut perut , dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb Sesudah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan kondisi baik, ibu diperbolehkan pulang
--. Lakukan konseling
--. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
--. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok sebab perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah.
--. Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit
--. Lakukan pemantauan sesudah tindakan setiap 30 menit selama 2 jam, Bila kondisi baik bisa dipindahkan ke ruang rawat.
--. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16 minggu, pakailah jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) yaitu prinsip yang disarankan . Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak bisa dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (bisa diulang 15 menit lalu bila perlu)
4. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan , jika menderita anemia perlu diberikan sulfas ferosus dan makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
Pencegahan
Hindari rokok, sebab nikotin memiliki efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
. jika ada anemia sedang berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu,bila anemia berat maka berikan transfusi darah.
. Pemeriksaan rutin antenatal, Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).. Menjaga kebersihan diri, terutama area kewanitaan dengan tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin.
Pengobatan lanjutan:
Follow up dilakukan Sesudah 2 minggu.
Melakukan konseling untuk memberi dukungan emosional, Menganjurkan pemakaian kontrasepsi sesudah keguguran sebab kesuburan bisa kembali kira-kira 14 hari Sesudah keguguran. Untuk mencegah kehamilan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) biasanya bisa dipasang secara aman Sesudah aborsi spontan atau diinduksi. Kontraindikasi pemasangan AKDR sesudah keguguran antara lain yaitu infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus. Melakukan konseling untuk memberi dukungan emosional
ciri-ciri Rujukan :
ada pembukaan serviks, demam, darah cairan berbau dan kotorAbortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang banyak, nyeri perut,
peralatan medis :
Laboratorium sederhana untuk pemeriksan tes kehamilan .. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin.Inspekulo, USG
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
Ketuban pecah dini yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu dinamakan ketuban pecah dini pada kehamilan prematur.
Dalam kondisi normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur dipicu oleh adanya faktor eksternal, contoh infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.
Anamnesis Keluhan :
Pada anamnesis, hal yang perlu digali yaitu menentukan usia kehamilan, adanya cairan yang keluar dari vagina, warna cairan yang keluar dari vagina, adanya demam.
Terasa keluar air dari jalan lahir tanpa ditambah dengan kontraksi atau tanda inpartuAdanya riwayat keluarnya air ketuban berwujud cairan jernih keluar dari vagina yang kadang ditambah tanda-tanda lain dari persalinan.
pemicu keparahan: :
Cephalo Pelvic Disproportion, Infeksi, Perdarahan antepartum, Multiparitas, Hidramnion, Kelainan letak ; sungsang atau melintang, Kehamilan ganda , Pemeriksaan Fisik
Tercium bau khas ketuban. Apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, lihat dan perhatikan atau ada cairan ketuban padaforniks posterior..Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Pastikan bahwa cairan ini yaitu cairan amnion dengan memperhatikan bau cairan ketuban yang khas.. Jika tidak ada cairan amnion, bisa dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengejan. Tidak ada tanda inpartu. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya tanda-tanda infeksi pada ibu dengan mengukur suhu tubuh (suhu ≥ 380C).Pemeriksaan Penunjang :
Dilakukan dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan mengering. Pemeriksaan mikroskopik menandakan gambaran daun pakis.. Pemeriksaan darah rutin, leukosit> 15.000/mm3
. Pemeriksaan pH vagina (cairan ketuban) dengan kertas lakmus (Nitrazin test) dari merah menjadi biru , sesuai dengan sifat air ketuban yang alkalis. Pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran pakis yang mengering pada sekret serviko vaginal.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
Komplikasi yang muncul bergantung pada usia kehamilan, Hipoksia sebab kompresi tali pusat. Deformitas janin. Meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagal persalinan normal.Persalinan prematur Infeksi maternal korioamnionitis dan neonatal,
Pengobatan :
jika belum inpartu berikan Eritromisin 4x250 mg selama 10 hari. Segera rujuk pasien ke fasilitas rumahsakit
. ≥ 34 minggu : lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi
. 24-33 minggu:
Bila ada amnionitis, abruptio plasenta, kematian janin, lakukan persalinan segera.
Berikan Deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
Bayi dilahirkan di usia 34 minggu, bila bisa dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil menunjukan bahwa paru sudah matang.
. < 24 minggu:
Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin. Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan menjadi pilihan.
Jika terjadi infeksi (koroiamnionitis), lakukan pengobatan koriamnionitis.
Konseling :
. Memberi penjelasan mengenai persalinan yang lebih cepat dan rujukan yang akan dilakukan ke pusat rumahsakit .. memberi informasi kepada ibu, adanya air ketuban yang keluar sebelum tanda inpartu, Menenangkan ibu dan memberitahu kepada suami pasien dan keluarga agar ibu bisa
diberi kesempatan untuk tirah baring.
bu hamil dengan kondisi ketuban pecah dini yaitu ke rumahsakit sekunder.
peralatan medis :
. Inspekulo . Kertas lakmus (Nitrazin test). Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutin
PERSALINAN LAMA
Persalinan lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 18-24 jam sejak dimulai dari tanda-tanda persalinan.
Etiologi:
Deformitas panggul sebab trauma atau polio, Tumor area panggul. Infeksi virus di perut atau uterus. Jaringan arut (dari sirkumsisi wanita)
. Kepala janin yang besar / hidrosefalus. Kembar terkunci. Kembar siam. Disporsi fetopelvik. Malpresentasi dan malposisi.
Pasien datang dalam kondisi tahap persalinan Kala 1 atau Kala 2 dengan status:kelainan pembukaan serviks atau partus macet.
pemicu keparahan:
(“Po, Pa, Pa”atau gabungan 3 P )
--. Power : His tidak kuat (his dengan frekuensi <3x/10 menit dan Durasi setiap kontraksinya <40 detik)
--. Passenger : malpresentasi, malposisi, janin besar
--. Passage : panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir
--. Gabungan : dari faktor di atas
Pemeriksaan Fisik Patognomonis
1. Pada ibu:
Bandle ring, edema vulva, oedema serviks, cairan ketuban berbau ada mekoneum
. resah, cemas . Letih. Suhu badan meningkat. Berkeringat, Nadi cepat. Pernafasan cepat. Meteorismus.
2. Pada janin:
cairan berbau. Caput succedenium yang besar. Moulage kepala yang hebat. Kematian janin dalam kandungan. Kematian janin intrapartal
Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif. Air ketuban ada mekoneum kental kehijau-hijauan,
Kelainan Pembukaan Serviks:
1. Persalinan Lama
a. Nulipara:
Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada
tahap aktif< 1,2 cm/jam Kemajuan turunnya bagian terendah < 1 cm/jam
b. Multipara:
Kemajuan pembukaan (dilatasi) serviks pada
tahap aktif<1,5 cm/jam Kemajuan turunnya bagian terendah <2 cm/jam
2. Persalinan Macet
a. Nulipara :
tahap deselerasi memanjang ( > 3 jam )
Tidak ada pembukaan (dilatasi) > 2 jam
Tidak ada penurunan bagian terendah > 1 jam
Kegagalan penurunan bagian terendah (Tidak ada penurunan pada tahap deselerasi atau kala 2)
b. Multipara:
tahap deselerasi memanjang > 1 jam
Tidak ada pembukaan (dilatasi) > 2 jam
Tidak ada penurunan bagian terendah > 1 jam
Kegagalan penurunan bagian terendah (Tidak ada penurunan pada tahap deselerasi atau kala 2)
Faktor pemicu
Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar). Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)His tidak efisien (in kuat )
Faktor Predisposisi
Ketuban pecah dini, Paritas dan interval kelahiran
Pemeriksaan Penunjang :
. Partograf. Doppler. Urin. Darah tepi lengkap
diagnosa
Distosia pada kala I tahap aktif:
Grafik pembukaan serviks pada partograf berada di antara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak atau
tahap ekspulsi (kala II) memanjang:
Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin pada persalinan kala II.
Dengan batasan waktu:
Maksimal 2 jam untuk nullipara dan 1 jam untuk multipara, ATAU. Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien memakai analgesia epidural
Pengobatan :
Motivasi pasien dalam proses persalinan dan informasikan rencana persalinan sesuai dengan perkembangan pasien.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan seksio sesarea
1. Tentukan sebab terjadinya persalinan lama
--. Power: his tidak kuat (his dengan frekuensi <3x/10 menit dandurasi tiap kontraksinya < 40 detik).
--. Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar
--. Passage : panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor jalan lahir
2. Sesuaikan pengobatan dengan pemicu dan situasi. Prinsip umum:
--. Lakukan augmentasi persalinan denga oksitosin dan atau amniotomi bila ada gangguan power. Pastikan tidak ada gangguan passenger atau passage.
--. Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio sesarea) untuk gangguan passenger dan atau passage, dan untuk gangguan power yang
tidak bisa diatasi dengan augmentasi persalinan.
--. Jika muncul obstruksi atau CPD, pengobatan yaitu seksio cesarea.
3. Berikan antibiotik (campuran ampicilin 2 g IV tiap 6 jam dan gentamisin 5mg/kg BeratBadan tiap 24 jam) jika muncul :
--. Atau ketuban pecah lebih dari 18 jam
--. Usia kehamilan 37 minggu
--. Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau)
4. Pantau tanda gawat janin
5. Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu jelaskan pada ibu pasien dan keluarga hasil analisis dan rencana tindakan.Komplikasi:
Infeksi intrapartum, Ruptura uteri, Pembentukan fistula, Cedera otot-otot dasar panggul, Kaput suksedaneum, Molase kepala janin, Kematian ibu dan anak.peralatan medis :
Oksigen dan maskernya. Perlengkapan persalinan. Alat resusitasi. Lemari dan troli darurat. Partograf. Dopler. Ambulans Ruang berukuran minimal 15m2. Tempat tidur bersalin . Tiang infus. Lampu sorot dan lampu darurat.
PERDARAHAN POST PARTUM /
PENDARAHAN SESUDAH SALIN
Perdarahan post partum (PPP) yaitu perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya dan yaitu salah satu pemicu kematian ibu disamping perdarahan sebab hamil ektopik dan abortus. arti perdarahan post partum yaitu perdarahan sesudah persalinan yang melebihi 500 ml Sesudah bayi lahir atau yang berpotensi mengganggu hemodinamik ibu. berdasar saat terjadinya, PPP bisa dibagi menjadi PPP primer dan PPP sekunder. PPP primer yaitu perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam pertama Sesudah persalinan dan biasanya dipicu oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta. Sementara PPP sekunder yaitu perdarahan pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12minggu Sesudah persalinan, biasanya dipicu oleh sisa plasenta.
Kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama Sesudah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu Sesudah bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu Sesudah bayi lahir.
Keluhan :
Limbung. Berkeringatdingin. Menggigil. Pucat
. Perdarahan Sesudah melahirkan Lemah. pemicu keparahan:
Perdarahan post partum yaitu komplikasi dari 5-8% masalah persalinan pervaginam dan 6% dari masalah SC.
1. pemicu keparahan: prenatal:
Anemia (Hb< 5,8). Multiparitas . Mioma dalam kehamilan. Gangguan faktor pembekuan. Riwayat perdarahan sebelumnya dan kegemukan
. Perdarahan sebelum persalinan. Solusio plasenta. Plasenta previa . Kehamilan ganda Preeklampsia. Khorioamnionitis . Hidramnion. IUFD.
2. pemicu keparahan: saat persalinan pervaginam:
Persalinan dengan bantuan alat (forseps atau vakum) . Sisa plasenta, dan bayi besar (>4000 gram). Kala tiga yang memanjang . Episiotomi . Distosia. Laserasi jaringan lunak . Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin.
3. pemicu keparahan: perdarahan Sesudah SC :
Anestesia umum. Partus preterm dan postterm
. Insisi uterus klasik. Amnionitis . Preeklampsia . Persalinan tidaknormal .
pemicu dibedakan atas:
1. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
a. Hipotoni sampai atonia uteri
Akibat anestesi Distensi berlebihan (gemeli,anak besar,hidramnion) Partus lama,partus kasep
Partus presipitatus/partus terlalu cepat
Persalinan sebab induksi oksitosin
Multiparitas Riwayat atonia sebelumnya
b. Sisa plasenta
Kotiledon atau selaput ketuban tersiss
Plasenta susenturiata Plasenta akreata, inkreata, perkreata.
2. Perdarahan sebab robekan
Ruptura uteri. Episiotomi yang melebar. Robekan pada perinium, vagina dan serviks
3. Gangguan koagulasi
Kematian janin dalam kandungan. Emboli air ketuban. Trombofilia . Sindrom HELLP. Pre-eklampsi. Solutio plasenta.
Pemeriksaan Fisik
Nilai tanda-tanda vital: nadi> 100x/menit, pernafasanhiperpnea, tekanan darah sistolik<90 mmHg, suhu. Nilai tanda-tanda syok: pucat, akraldingin, nadi cepat, tekanan darah rendah.
Pemeriksaan obstetrik:
. Perhatikan kontraksi, letak, dan konsistensi uterus Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai adanya: perdarahan, keutuhan plasenta, tali pusat, dan robekan diarea vagina.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah rutin: terutama untuk menilai kadar Hb < 8 gr%. Pemeriksaan waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah (untuk mengabaikan pemicu gangguan pembekuan darah).Pemeriksaan golongan darah.
Perdarahan post partum bukan diagnosa namun suatu kejadian yang harus dicari pemicu nya:
. PPP akibat retensio plasenta
. PPP akibat ruptura uteri
. PPP akibat inversio uteri
. Gangguan pembekuan darah
. PPP sebab atonia uteri
. PPP sebab robekan jalan lahir
. PPP sebab sisa plasenta
Komplikasi Kematian Syok
Pengobatan : Awal Segera memanggil bantuan tim Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan Pengobatan : syok.
-Berikan oksigen.
-. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.3. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu. -. Periksa kondisi perut : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi
fundus uteri.
-. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika
ada, contoh : robekan serviks atau robekan vagina).
-. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
-. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.Catatan: produksi urin normal 0.5-1 ml/kg BeratBadan /jam atau sekitar 30 ml/jam)
-. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke rumahsakit (tenaga medis spesialis obgyn)-. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan: kadar /hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO.
-. Tentukan pemicu dari perdarahannya (lihat tabel 14.11) dan lakukan pengobatan khusus sesuai pemicu
Pengobatan Lanjutan :
1. Atonia uteri
Lakukan pemijatan uterus. . Pastikan plasenta lahir lengkap. . Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/ Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM.
. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutanNaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
. Bila tidak tersedia Oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikanErgometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), bisa diikuti pemberian 0,2 mg IM
Sesudah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5 dosis (1 mg). . Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit, bisa diulang Sesudah 30 menit). Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit. Siapkan rujukanke fasilitas rumahsakit sekunder sebagai antisipasi
bila perdarahan tidak berhenti. waspada :
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat/tidak tercheckup ,
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung oksitosin.penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi.
pada atonia uteri
2. Robekan Jalan Lahir
Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
-. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.-. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik.
-. Hentikan sumber perdarahan dengan klem lalu ikat dengan benang yang bisa diserap.
-. Lakukan penjahitan (lihat Materi Luka Perineum Tingkat 1 dan 2)
-. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asamtraneksamat IV (bolus selama 1 menit, bisa diulang Sesudah 30 menit).
-. Robekan Serviks
. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio. Siapkan rujukan ke fasilitas rumahsakit sekunder
-. Retensio Plasenta
. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.. Lakukan tarikan tali pusat terkendali.
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-hati.
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV DAN Metronidazol 500 mg IV).
Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi
-Sisa Plasenta
. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus Oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40m tetes/menit hingga pendarahan berhenti. . Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya bisa dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan Metronidazol 500 mg).
Jika perdarahan berlanjut, pengobatan seperti masalah atonia uteri. Inversio Uteri
Siapkan rujukan ke fasilitas rumahsakit sekunder
Gangguan Pembekuan Darah
--. Pada banyak masalah kehilangan darah yang akut, koagulopati bisa dicegah jika volume darah dipulihkan segera.
--. Tangani kemungkinan pemicu (solusio plasenta,eklampsia).
--. Siapkan rujukan ke fasilitas rumahsakit sekunder
Konseling :
Memastikan dan membantu keluarga jika rujukan akan dilakukan. memberi informasi akan kondisi ibu yang mengalami perdarahan sesudah salin.
memberi informasi yang tepat kepada suami pasien dan keluarga ibu terhadap tindakan yang akan di lakukan dalam menangani perdarahan sesudah salin.
Penanganan kegawatdaruratan sebelum merujuk dan mempertahankan ibu dalam kondisi stabil selama proses rujukan yaitu hal penting
Pada masalah perdarahan pervaginam > 500 ml Sesudah persalinan berpotensi memicu syok dan yaitu indikasi rujukan.
.peralatan medis :
Sarung tangan steril . Hecting set. Benang catgut
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah rutindan golongan darah.. Inspekulo . USG.
RUPTUR PERINEUM TINGKAT 1-2
Ruptur perineum yaitu suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada persalinan pervaginam. Diperkirakan lebih dari 85% wanita yang melahirkan pervaginam mengalami ruptur perineum spontan, yang 70% di antaranya
memerlukan penjahitan, Angka morbiditas
meningkat seiring dengan peningkatan derajat ruptur.
Anamnesis Keluhan :
Perdarahan pervaginam
Etiologi dan pemicu keparahan:
Ruptur perineum biasanya terjadi pada persalinan, dimana:
Pada persalinan dengan distosia bahu. Partus pervaginam dengan tindakan. Kepala janin terlalu cepat lahir. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya. Sebelumnya pada perineum ada banyak jaringan parut.
Pemeriksaan fisik muncul adanya:
Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan perineum
. Robekan pada perineum,
diagnosa bisa dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan.
penggolongan ruptur perineum dibagi menjadi 4 derajat:
1. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum. Biasa tidak perlu dilakukan penjahitan.
2. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, namun tidak mengikutsertakan kerusakan otot sfingter ani.
3. Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan pembagian antaralain :
IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
IIIb. Robekan > 50% sfingter ani ekterna
IIIc. Robekan juga meliputi sfingter ani interna
Sfingter ani yang intak (ditunjuk oleh tanda panah A) terlihat lebih jelas pada
pemeriksaan rectal touche (B); Robekan parsial sepanjang sfingter ani eksterna (C);
Robekan perineum derajat 3b dengan sfingter ani yang intak (Internal anal
sphincter/IAS). Sfingter ani eksterna (External anal sphincter/EAS) dijepit oleh
forseps Allis. Perhatikan perbedaan warna IAS yang lebih pucat dibandingkan EAS (D).
4. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum
Pengobatan :
Non Medikantosa
Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, sebab akan memicu asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul sebab diregangkan terlalu lama.
. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
Medikamentosa( obat)
1. Pengobatan : farmakologis
Dosis tunggal sefalosporin golongan II atau III bisa diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk ruptur perineum yang berat).
2. Manajemen Ruptur Perineum:
a. Alat-alat yang diperlukan untuk melakukan perbaikan jalan lahir
Forceps Allis (4) Forceps arteri (6) Gunting Mitzembaum Gunting pemotong jahitan
Spekulum Sims Retraktor dinding samping dalam vagina Forceps pemegang kasa
Retractor Weislander’s Forceps gigi (fine & strong) Needle holder (small and large)
b. bahan-bahan yang diperlukan untuk perbaikan jalan lahir.
Benang catgut / Asam poliglikolik (Dexon, David&Geck Ltd, UK) / Poliglaktin 910 (Vicryl, Ethicon Ltd, Edinburgh, UK) Tampon Kapas besar Povidon Iodine Lidocain 1% (untuk ruptur perineumderajat I-II)
Ruptur perineum harus segera diperbaiki untuk meminimalisir risiko perdarahan, edema, dan infeksi. Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing derajatnya, antara lain
Robekan perineum derajat 1
Robekan tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dilakukan penjahitan.
Penjahitan robekan perineum derajat 2
-. Siapkan alat dan bahan.
-. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap Lignokain atau obat-obatan sejenis
-. Suntikan 10 ml Lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit perineum dan pada otot-otot perineum. Masukan jarum pads ujung laserasi dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk atau keluar.-. Tunggu 2 menit. lalu area dengan forsep hingga pasien tidak merasakan nyeri.
-. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya (penting untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di dalamnya).
-. Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian dalam vagina.
-. Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1 cm.-. Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan pastikan tidak ada bagian rektum terjahit.
: Aspirasi penting untuk meyakinkan suntikan lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah. Jika ada darah pada aspirasi, pindahkan jarum ke tempat lain. Aspirasi kembali. Kejang dan kematian bisa terjadi jika lignokain diberikan lewat pembuluh darah (intravena)
Penjahitan robekan perineum derajat 3
-. Perbaikan robekan harus dilakukan hanya oleh tenaga medis yang sudah dilatih secara formal (atau dalam supervisi) mengenai perbaikan sfingter ani primer.Perbaikan harus dilakukan di kamar operasi dengan pencahayaan yang baik,
peralatan medis : yang mencukupi , dan kondisi aseptik.
--. Anestesi umum atau regional (spinal, epidural, kaudal) menjadi analgesik dan pelemas otot yang bermanfaat dalam evaluasi luasnya robekan.
Luasnya robekan harus dievaluasi melalui pemeriksaan vagina dan rektal yang berhati-hati.
Jika ada kebingungan dalam menentukan derajat trauma maka derajat yang lebih tinggi yang harus dipilih.Pada masalah yang jarang ditemui, tipe robekan "buttonhole" terisolasi bisa terjadi di rektum tanpa memicu kerusakan sfingter ani.
-. Diperbaiki secara transvaginal memakai jahitan interrupted dengan benang Vicryl.
-. Untuk mengurangi risiko fistula rektovaginal persisten, selapis jaringan perlu disisipkan diantara rektum dan vagina. (Dengan aproksimasi fasia rektovaginal).
-. Kolostomi diindikasikan hanya jika ada robekan besar yang mencapai dasar pelvis atau ada kontaminasi feses pada luka.
Penjahitan robekan perineum derajat 4
-. Epitel ani yang mengalami robekan diperbaiki dengan jahitan interrupted memakai benang Vicryl 3/0 dan disimpul di dalam lumen ani.
Perbaikan epitel ani secara subkutikular melalui pendekatan transvaginal juga diketahui memiliki keefektifan yang sama jika simpul terminalnya terikat dengan baik.
-. Otot sfingter diperbaiki dengan 3/0 PDS dyed sutures.
--. Benang monofilamen dipercaya bisa mengurangi risiko infeksi dibandingkan dengan benang braided.
--. Benang monofilamen non-absorbable seperti nilon atau Prolene (polypropylene) dipilih oleh beberapa tenaga medis bedah kolorektal dalam
perbaikan sekunder robekan sfingter.
--. Benang non-absorbable bisa memicu abses pada jahitan (terutama pada simpul) dan ujung tajam jahitan bisa memicu ketidaknyamanan.
--. Absorpsi sempurna PDS lebih lama dari Vicryl dan kekuatan tensilnya bertahan lebih lama dari Vicryl.
--. Untuk mengurangi perpindahan jahitan, ujung jahitan harus dipotong pendek dan tertupi oleh muskulus perinei superfisialis.
--. Sebuah RCT menandakan tidak ada perbedaan morbiditas terkait jahitan memakai benang Vicryl dan PDS pada 6 minggu post partum.
-. Sfingter ani interna harus diidentifikasi dan jika mengalami robekan harus diperbaiki secara terpisah dari sfingter ani eksterna.
--. Sfingter ani interna tampak pucat seperti daging ikan mentah sedang sfingter ani eksterna berwarna lebih terang, seperti daging merah.
--. Ujung-ujung otot yang robek dijepit dengan forsep Allis dan perbaikan endto-end dilakukan dengan jahitan interrupted atau matras memakai PDS 3/0.
-. Sfingter ani eksterna harus diidentifikasi dan dijepit dengan forsep Allis sebab sfingter ini cenderung mengkerut saat robek.
--. Sesudah itu, otot dipisahkan dari lemak iskhioanal memakai gunting Mitzembaum.
--. Ujung-ujung robekan sfingter ani eksterna lalu dijahit memakai teknik overlap dengan benang PDS 3/0.
--. Teknik overlap akan memicu area kontak otot menjadi lebih luas dibandingkan dengan teknik end-to end.
--. Wanita dengan perbaikan sfingter ani eksterna secara end-to-end diketahui bisa tetap kontinen namun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami inkontinensia pada usia yang lebih lanjut.
--. Jika operator tidak familiar dengan teknik overlap atau sfingter ani eksterna hanya robek sebagian (derajat 3a/3b) maka perbaikan end-to-end harus dilakukan memakai 2-3 jahitan matras, seperti pada perbaikan sfingter ani interna.
-. Sesudah perbaikan sfingter, perineal body perlu direkonstruksi agar bisa mempertahankan sfingter ani yang sudah diperbaiki.
--. Perineum yang pendek bisa memicu sfingter ani menjadi lebih rentan terhadap trauma dalam kelahiran per vaginam berikutnya.
--. Kulit vagina harus dijahit dan kulit perineum diaproksimasi dengan jahitan subkutikular memakai benang Vicryl 3/0.
-. Pemeriksaan rektovaginal harus dilakukan untuk memastikan perbaikan sudah sempurna dan memastikan bahwa seluruh tampon atau kapas sudah dikeluarkan.
memberi informasi kepada pasien dan suami, mengenai, cara menjaga kebersihan area vagina dan sekitarnya Sesudah dilakukannya penjahitan di area perineum, yaitu antara lain:
Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari area lukanya atau jika area ini menjadi lebih nyeri.
Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali perhari.
Menjaga perineum selalu bersih dan kering.
Hindari pemakaian obat-obatan tradisional pada perineum.
peralatan medis :
. Lampu . Kassa steril. Sarung tangan steril. Hecting set. Benang jahit catgut, Laboratorium sederhana pemeriksaan darah rutin dan golongan darah.
MASTITIS
Mastitis yaitu peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu Sesudah persalinan.Kejadian mastitis rata-rata 2-33% dari ibu menyusui dan lebih kurang 10% masalah mastitis akan berkembang menjadi abses (nanah), dengan gejala yang makin berat.
Anamnesis Keluhan :
Paling sering terjadi di minggu ke 3 - 4 postpartum, Nyeri dan bengkak pada area payudara, biasa pada salah satu payudara, Adanya demam >380 C
Gejala klinis :
Nyeri diarea payudara. Sering terjadi di minggu ke–3 dan ke–4 postpartum, namun bisa terjadi kapan saja selama menyusui, . Demam ditambah menggigil. bisa ditambah demam > 380C. Mialgia.
pemicu keparahan:
Pemakaian bra yang terlalu ketat. Bentuk mulut bayi yang tidaknormal (ex: cleft lip or palate), bisa memicu trauma pada puting susu.. ada luka pada payudara.. Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui.
. Primipara. Stress . Tehnik menyusui yang tidak benar, sehingga proses pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik. (menyusui hanya pada satu posisi). Penghisapan bayi yang kurang kuat, bisa memicu statis dan obstruksi kelenjar payudara..
Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
- Pemeriksaan payudara :
adanya rasa nyeri. unilateral. bisa pula muncul luka pada payudara
. payudara membengkak. lebih teraba hangat. kemerahan dengan batas tegas . Pemeriksaan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik .
berdasar tempatnya, mastitis bisa dibedakan menjadi 3 macam, antara lain :
-Mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar-kelenjar yang memicu abses antara payudara dan otot-otot dibawahnya.
- Mastitis yang memicu abses dibawah areola mammae.
-. Mastitis ditengah payudara yang memicu abses ditempat itu.
Pengobatan :
Non Medikamentosa(tanpa obat)
Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas. Ibu sebaiknya tirah baring dan memperoleh konsumsi cairan yang lebih banyak.. Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.
Medikamentosa( obat)
1. Berikan antibiotika
. Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari
. ATAU Eritromisin 250 mg per oral 3 x 1 sehari selama10 hingga 14 hari
2. Analgetik parasetamol 3x500 mg per oral
3. Lakukan evaluasi Sesudah 3 hari.
Komplikasi: Sepsis, Abses mammae
Konseling :
Ibu bisa melakukan kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.. Ibu harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk menghindari infeksi yang tidak diinginkan.
Menyusui bisa dimulai dengan payudara yang tidak sakit. . Pompa payudara bisa di lakukan pada payudara yang sakit jika belum kosong
Sesudah bayi menyusui.. memberi pengetahuan akan pentingnya ASI dan mendorong ibu untuk tetap menyusui,
peralatan medis :
Sarung tangan steril. Bisturi. Lampu. Kasa steril.
Jika terjadi komplikasi abses mammae dan sepsis.
INVERTED NIPPLE
ada beberapa bentuk puting susu. Pada beberapa masalah seorang ibu merasa putingnya datar atau terlalu pendek akan menemui kesulitan dalam menyusui bayi. ini bisa berdampak bayi tidak bisa menerima ASI dengan baik dan cukup.
Pada beberapa masalah , putting bisa muncul kembali bila di stimulasi, namun pada masalah -masalah lainnya, retraksi ini menetap.
Anamnesis Keluhan :
Bayi sulit untuk menyusui, Puting susu tertarik
Kesulitan ibu untuk menyusui bayi,
Pemeriksaan Fisik
Adanya puting susu yang datar atau tenggelam dan bayi sulit menyusui pada ibu.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan tidak memerlukan Pemeriksaan Penunjang ini terbagi dalam :
1. Grade 1
kadang bisa keluar sendiri tanpa manipulasi
Saluran ASI tidak bermasalah, dan bisa menyusui dengan biasa. . Puting tampak datar atau masuk ke dalam Puting bisa dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
2. Grade 2
Saluran ASI bisa mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan. . Pada pemeriksaan histologi muncul stromata yang kaya kolagen dan otot polos. bisa dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepasb. ada kesulitan menyusui. ada fibrosis derajat sedang.
3. Grade 3
bisa terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan . Secara histologis muncul atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
. Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan memerlukan pembedahan untuk dikeluarkan. . Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
Risiko yang sering muncul yaitu demam dan pembengkakan pada payudara.
Pengobatan : Non- Medikamentosa( obat)
Untuk puting datar/tenggelam (inverted nipple) bisa diatasi Sesudah bayi lahir, yaitu
dengan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai langkah awal dan harus terus menyusui agar puting selalu tertarik. Ada dua cara yang bisa dipakai untuk mengatasi puting datar/terbenam, yaitu:
Jika tidak memberi hasil, ibu bisa memberi air susunya dengan cara memerah atau memakai pompa payudara.Jika putting masuk sangat dalam, suatu usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan putting dengan jari pada beberapa bulan sebelum melahirkan.. Penarikan puting secara manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut beberapa kali hingga menonjol.. memakai spuit ukuran 10-20 ml, bergantung pada besar puting. Ujung spuit yang ada jarum dipotong dan penarik spuit (spuit puller) dipindahkan ke sisi bekas potongan. Ujung yang tumpul di letakkan di atas puting, lalu lakukan penarikan beberapa kali hingga puting keluar. Lakukan sehari tiga kali; pagi, siang, dan malam masing-masing 10 kali
CRACKED NIPPLE
Nyeri pada puting yaitu masalah ibu menyusui di
antaranya mengalami lecet pada puting yang biasa dinamakan dengan nipple crack.
Kerusakan pada puting mungkin terjadi sebab trauma pada puting akibat cara menyusui yang salah.
Anamnesis Keluhan :
Adanya nyeri pada puting susu dan nyeri bertambah jika menyusui bayi.bisa dipicu oleh teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak benar pada payudara. Infeksi monilia bisa memicu lecet.
Pemeriksaan Fisik Lecet pada area putting susu
Nyeri pada area putting susu
Komplikasi
Risiko yang sering muncul yaitu ibu menjadi demam dan pembengkakan pada payudara.
Pengobatan :
Non- Medikamentosa( obat)
Mengistiraharkan payudara jika lecet sangat berat selama 24 jam, Lakukan pengompresan dengan kain basah dan hangat selama 5 menit jika terjadi bendungan payudara, Teknik menyusui yang benar. Puting harus kering. Mengoleskan colostrum atau ASI yang keluar di sekitar puting susu dan membiarkan kering.
Medikamentosa( obat)
Pemberian Lanolin dan vitamin E, Pengobatan terhadap monilia, memberi tablet Parasetamol tiap 4 – 6 jam untuk melenyapkan nyeri.
Konseling :
memakai bra dengan penyangga yang baik.
. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua payudara. Jika masih tetap nyeri, sebagian ASI sebaiknya diperah.. Tidak melakukan pembersihan puting susu dengan sabun atau zat iritatif lainnya.
FLUOR ALBUS / VAGINAL DISCHARGE NON GONORE
Vaginal discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina yang mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi berwujud cairan kental dan lengket pada seluruh siklus namun lebih cair dan bening saat terjadi ovulasi. Masih dalam batas normal bila duh tubuh vagina lebih banyak terjadi saat stres, kehamilan atau aktivitas seksual. Vaginal dischargebersifat patologis bila terjadi perubahan-perubahan pada warna, konsistensi, volume, dan baunya.
Anamnesis Keluhan :
Biasanya terjadi pada area genitalia wanita yang berusia di atas 12 tahun, ditandai dengan adanya perubahan pada duh tubuh ditambah salah satu atau lebih gejala rasa gatal, nyeri, disuria, nyeri panggul, perdarahan antar menstruasi atau perdarahan sesudah -koitus.
pemicu keparahan:
ada riwayat koitus dengan pasangan yang dicurigai menularkan penyakit menular seksual.
Pemeriksaan Fisik
pemicu discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non infeksi. Masalah non infeksi bisa sebab benda asing, peradangan akibat alergi atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, atau prolaps uteri, sedang masalah infeksi bisa dipicu oleh bakteri, jamur atau virus seperti berikut ini:
-. Infeksi menular seksual lainnya
-Atau adanya benda asing (contoh tampon atau kondom yang terlupa diangkat) Periksa klinis dengan seksama untuk mengabaikan adanya kelainan patologis yang lebih serius.
-. Kandidiasis vaginitis, dipicu oleh Candida albicans, duh tubuh tidak berbau, pH <4,5 , ada eritema vagina dan eritema satelit di luar vagina
-. Pelvic inflammatory disease (PID) yang dipicu oleh chlamydia, ditandai dengan nyeri perut bawah, dengan atau tanpa demam. Servisitis bisa
ditandai dengan kekakuan adneksa dan serviks pada nyeri angkat palpasi bimanual.
-. Liken planus-. Gonore
-. Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob, biasanya Gardnerella vaginalis), menunjukan adanya duh putih atau abu-abu yang melekat di sepanjang dinding vagina dan vulva, berbau amis dengan pH >4,5.
-. Servisitis yang dipicu oleh chlamydia, dengan gejala inflamasi serviks yang mudah berdarah dan ditambah duh mukopurulen
-. Trichomoniasis, kebanyakan asimtomatik, kalau bergejala, tampak duh kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH >4,5.
Pemeriksaan Penunjang :
Swab vagina atas (high vaginal swab) tidak terlalu berarti untuk diperiksa, kecuali pada kondisi keraguan melakukan diagnosa , gejala kambuh, pengobatan gagal, atau saat kehamilan, postpartum, postaborsi dan postinstrumentation.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan spekulum, palpasi bimanual, uji pH duh vagina dan swab .
Komplikasi
--Infertilitas yaitu komplikasi yang kerap terjadi akibat PID, selain itu kejadian abortus spontan dan janin mati akibat sifilis bisa memicu
infertilitas
--. Kehamilan ektopik bisa menjadi komplikasi akibat infeksi vaginal yang menjadi PID.
--Radangpanggul (Pelvic Inflamatory Disease = PID) bisa terjadi bila infeksi merambah ke atas, ditandai dengan nyeri tekan, nyeri panggul kronis, bisa memicu infertilitas dan kehamilan ektopik
--Infeksi vagina yang terjadi saat sesudah aborsi atau sesudah melahirkan bisa memicu kematian, namun bisa dicegah dengan diobati dengan baik
Pengobatan :
Pasien dengan riwayat risiko rendah penyakit menular seksual bisa diobati sesuai dengan gejala dan arah diagnosa nya.Vaginosis bakterial:
--Tidak diperlukan peningkatan dosis kontrasepsi hormonal bila memakai antibiotik yang tidak menginduksi enzim hati.
--Pasien yang memakai IUD tembaga dan mengalami vaginosis bakterial disarankan untuk mengganti prinsip kontrasepsinya.
--. Metronidazol atau Klindamisin secara oral atau per vaginam.
--. Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan laki-laki .
--. Bila sedang hamil atau menyusui pakailah metronidazol 400 mg 2x sehari untuk 5-7 hari atau pervaginam. Tidak disarankan untuk minum 2 gram peroral,
Vaginitis kandidiosis terbagi atas:
--. Infeksi kambuhan--. Dengan kehamilan--. Dengan diabetes atau immunocompromise
--. Infeksi tanpa komplikasi --. Infeksi parah
Pengobatan :
vulvovaginal kandidiosis:
--Hati-hati pada pasien pemakai kondom atau kontrasepsi lateks lainnya, bahwa pemakaian antifungi lokal bisa merusak lateks
--Pasien pemakai kontrasepsi pil campuran yang mengalami vulvovaginal kandidiosis berulang, dipertimbangkan untuk memakai metoda kontrasepsi lainnya
--. bisa diberikan azol antifungal oral atau pervaginam
-- Tidak perlu pemeriksaan pasangan
--Pasien dengan vulvovaginal kandidiosis yang berulang disarankan untuk memperoleh pengobatan paling lama 6 bulan.. saat kehamilan, hindari obat anti-fungi oral, dan pakailah imidazol topikal hingga 7 hari.
Chlamydia:
Ibu hamil bisa diberikan Amoksisilin 500mg 3x sehari untuk 7 hari atau Eritromisin 500 mg 4x sehari untuk 7 hari
Azithromisin 1gramsingle dose, atau Doksisiklin 100 mg 2xsehari untuk 7 hari
Trikomonas vaginalis:
Pasangan seksual pasien trikomonas vaginalis harus diperiksa dan diobati bersama dengan pasienPasien HIV positif dengan trikomonas vaginalis lebih baik dengan regimen oral
Pengobatan : beberapa hari dibanding dosis tunggal, Kejadian trikomonas vaginalis kebanyakan berulang, namun perlu dipertimbangkan pula adanya resistensi obat
. Obat minum nitromidazol (contoh metronidazol) efektif untuk mengobati trikomonas vaginalis
Pengobatan lanjutan:
Pasien yang memiliki risiko tinggi penyakit menular seksual sebaiknya ditawarkan untuk diperiksa chlamydia, gonore, sifilis dan HIV.
Konseling :
Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama penyakit belum tuntas diobati.. Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit, penularan dan Pengobatan : di tingkat rujukan.
ciri-ciri Rujukan :
Adanya arah kegagalan pengobatan Tidak ada fasilitas pemeriksaan untuk pasangan, diperlukan pemeriksaan kultur kuman gonore
peralatan medis :
Lampu, Kertas lakmus, Ginecology bed, Spekulum vagina,
SIFILIS
Sifilis yaitu penyakit infeksi kronis yang dipicu oleh Treponema pallidum dan bersifat sistemik. Istilah lain penyakit ini yaitu lues veneria atau lues. Di negarakita dinamakan dengan raja singa sebab keganasannya. Sifilis bisa mirip banyak
penyakit dan memiliki masa laten.
Anamnesis Keluhan :
Pada afek primer, keluhan hanya berwujud lesi tanpa nyeri di bagian predileksi.Pada sifilis sekunder, gejalanya antara lain:
Sakit tenggorokan dan kutil seperti luka di mulut atau area genital.Pada sifilis lanjut, gejala terutama yaitu guma.Guma bisa soliter atau multipel, demam.Pada tulang gejala berwujud nyeri pada malam hari.
. Ruam atau beruntus pada kulit, dan bisa menjadi luka, merah atau coklat kemerahan, ukuran bisa beragam , di manapun pada tubuh termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
. Demam. Kelelahan dan perasaan tidak nyaman.
. Pembesaran kelenjar getah bening.
Stadium III lainnya yaitu sifilis kardiovaskular, berwujud aneurisma aorta dan aortitis.
Kondisi ini bisa tanpa gejala atau dengan gejala seperti angina pektoris.Neurosifilis bisa menandakan gejala kelainan sistem saraf (lihat penggolongan ).
pemicu keparahan: :
Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom). Sifilis kardiovaskular terjadi tiga kali lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan wanita Sesudah 15–30 tahun Sesudah infeksi.
. Berganti-ganti pasangan seksual.. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).Bayi dengan ibu menderita sifilis.
Pemeriksaan Fisik
Stadium I (sifilis primer)
dimulai dengan papul lentikuler yang permukaannya segera erosi dan menjadi ulkus
berbentuk bulat dan soliter, dindingnya tak bergaung dan berdasar eritem dan bersih, di atasnya hanya serum.Ulkus khas indolen dan teraba indurasi dinamakan ulkus durum. Ulkus durum yaitu afek primer sifilis yang akan sembuh
sendiri dalam 3-10 minggu.
Tempat predileksi
-Ekstragenital: lidah, tonsil dan anus.
Seminggu Sesudah afek primer, ada pembesaran kelenjar getah bening (KGB) regional yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak supuratif dan tidak ada periadenitis di ingunalis medialis.Ulkus durum dan pembesaran KGB dinamakan dengan kompleks primer.Bila sifilis tidak memiliki afek primer, dinamakan syphilis d’embiee.
-. Genitalia ekterna, pada laki-laki pada sulkus koronarius, wanita di labia minor dan mayor.
Stadium II (sifilis sekunder)
terjadi Sesudah 6-8 minggu sejak Stadium I terjadi.Stadium ini yaitu great imitator.Kelainan bisa menyerang mukosa, KGB, mata, hepar, tulang dan saraf. Kelainan bisa berbentuk eksudatif yang sangat menular maupun kering (kurang menular).Perbedaan dengan penyakit lainnya yaitu lesi tidak gatal dan ada limfadenitis
generalisata.
Stadium II terdiri dari Stadium II dini dan lanjut, perbedaannya yaitu :
Stadium II dini terlihat lesi kulit generalisata, simetrik dan lebih cepat hilang (beberapa hari –
beberapa minggu), sedang Stadium II lanjut tampak setempat, tidak simetrik dan lebih
lama bertahan (beberapa minggu – beberapa bulan).Bentuk lesi pada Stadium II yaitu:
--Pustul Bentuk ini jarang diperoleh , dan sering diikuti demam intermiten. Kelainan ini dinamakan sifilis variseliformis.
--. Konfluensi papul, pustul dan krusta mirip dengan impetigo atau dinamakan sifilis impetiginosa. Kelainan bisa membentuk berbagai ulkus yang ditutupi krusta dinamakan ektima sifilitikum. Bila krusta tebal dinamakan rupia
sifilitikum dan bila ulkus meluas ke perifer membentuk kulit kerang dinamakan sifilis
ostrasea.
Stadium II pada alat lain yaitu pembesaran KGB, uveitis anterior dan koroidoretinitis pada
mata, hepatitis pada hepar, periostitis atau kerusakan korteks pada tulang, atau sistem saraf (neurosifilis).
--Roseola sifilitika: eritema makular, berbintik-bintik, atau berbercak-bercak, warna tembaga dengan bentuk bulat atau lonjong. Jika terbentuk di kepala, bisa memicu kerontokan rambut, bersifat difus dan tidak khas, dinamakan alopesia
difusa. Bila Stadium II lanjut pada rambut, kerontokan tampak setempat, membentuk
bercak-bercak yang dinamakan alopesia areolaris.Lesi menghilang dalam beberapa hari/minggu, bila residif akan bergolongan dan
bertahan lebih lama. Bekas lesi akan menghilang atau meninggalkan hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum).
--. Papul, Bentuk ini paling sering terlihat pada Stadium II kadang bersama-sama dengan roseola. Papul berbentuk lentikular, likenoid, atau folikular, dan bisa berskuama (papulo-skuamosa) seperti psoriasis (psoriasiformis) dan bisa meninggalkan bercak leukoderma sifilitikum. Pada Stadium II dini, papul generalisata dan Stadium II lanjut menjadi setempat dan tersusun
secara tertentu (susunan arsinar atau sirsinar dinamakan korona venerik, susunan polikistik dan korimbiformis).Tempat predileksi papul: sudut mulut, ketiak, di bawah mammae, dan alat genital.
Bentuk papul lainnya yaitu kondiloma lata berwujud papul lentikular, permukaan datar, sebagian berkonfluensi, bisa erosif dan eksudatif yang sangat menular akibat gesekan kulit.
Tempat predileksi kondiloma lata: lipat paha, skrotum, vulva, perianal, di bawah mammae dan antar jari kaki.
Stadium II pada kuku dinamakan dengan onikia sifilitikum yaitu ada perubahan warna kuku
menjadi putih dan kabur, kuku rapuh ditambah adanya alur transversal dan longitudinal.Bagian distal kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku terangkat. Bila terjadi kronis, akan membentuk paronikia sifilitikum.Stadium II pada mukosa (enantem) terutama pada mulut dan tenggorok.
Sifilis laten dini tidak ada gejala, sedang stadium rekurens terjadi kelainan mirip Stadium II,
Sifilis laten lanjut biasanya tidak menular, lamanya masa laten yaitu beberapa tahun bahkan hingga seusia hidup.
Stadium III (sifilis tersier)
Lesi pertama antara 3 – 10 tahun Sesudah Stadium I. Bentuk lesi khas yaitu guma.Guma
yaitu infiltrat sirkumskrip kronis, biasanya lunak dan destruktif, besarnya lentikular hingga sebesar telur ayam.Awal lesi tidak menandakan tanda radang akut dan bisa digerakkan, Sesudah beberapa bulan menjadi melunak mulai dari tengah dan tandatanda radang mulai tampak.lalu terjadi perforasi dan keluar cairan seropurulen, kadang sanguinolen atau ditambah jaringan nekrotik.Tempat perforasi menjadi ulkus.
Guma biasanya solitar, namun bisa multipel.
Bentuk lain Stadium III yaitu nodus. Nodus ada pada epidermis, lebih kecil (miliar hingga lentikular), cenderung berkonfluensi dan tersebar dengan wana merah kecoklatan.Nodus memiliki skuama seperti lilin (psoriasiformis).Stadium III pada mukosa biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi dalam bentuk guma.
Stadium III pada tulang sering menyerang tibia, humerus, tengkorak, bahu, femur, fibula
Stadium III pada organ dalam bisa menyerang urinaria, prostat , ovarium, testis.hepar, esophagus, lambung, paru, ginjal, vesika
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan T. pallidum pada sediaan serum dari lesi kulit.Pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut jika pemeriksaan I dan II negatif.Sesudah diambil serum dari lesi, lesi dikompres dengan larutan garam fisiologis.
Pemeriksaan lain yang bisa dirujuk, yaitu:
-Histopatologi dan imunologi.
-Tes Serologik Sifilis (TSS), antara lain VDRL (Venereal Disease Research Laboratories), TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay), dan tes imunofluoresens (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption Test – FTA-Abs)
Diagnosa :
dilakukan berdasar anamnesis pemeriksaan fisik. pemeriksaan mikroskopis.
penggolongan
1. Sifilis kongenital
a. Dini (prekoks): bentuk ini menular, berwujud bula bergerombol, simetris di tangan dan kaki atau di badan. Bentuk ini terjadi sebelum 2 tahun dan
dinamakan pemfigus sifilitika. Bentuk lain yaitu papulo-skuamosa. Wajah bayi tampak seperti orang tua, berat badan turun dan kulit keriput. Keluhan di organ lainnya bisa terjadi.
b. Lanjut (tarda): bentuk ini tidak menular, terjadi sesudah 2 tahun dengan bentuk guma di berbagai organ.
c. Stigmata: bentuk ini berwujud deformitas dan jaringan parut.
Pada lesi dini bisa :
Pada wajah: hidung membentuk saddle nose (depresi pada jembatan hidung) dan bulldog jaw (maksila lebih kecil dibandingkan mandibula).
Pada gigi membentuk gigi Hutchinson (pada gigi insisi permanen berwujud sisi gigi konveks dan bagian menggigit konkaf). Gigi molar pertama
permulaannya berbintil-bintil (mulberry molar).
Jaringan parut pada sudut mulut yang dinamakan regades. Kelainan permanen lainnya di fundus okuli akibat koroidoretinitis dan
pada kuku akibat onikia.
Pada lesi lanjut:
Kornea keruh, perforasi palatum dan septum nasi, dan sikatriks kulit seperti kertas perkamen, osteoporosis gumatosa, atrofi optikus dan trias Hutchinson yaitu keratitis interstisial, gigi Hutchinson, dan tuli N. VIII.2. Sifilis akuisita
a. Klinis
Terdiri dari 2 stadium:
Stadium I dalam 2-4 minggu sejak infeksi.
Stadium II dalam 6-8 minggu sejak S I.
Stadium III terjadi Sesudah 1 tahun sejak infeksi.
b. Epidemiologis
Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari Stadium I, Stadium II,
stadium rekuren dan stadium laten dini.
Stadium tidak menular (Sesudah 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari stadium laten lanjut dan Stadium III.
penggolongan untuk neurosifilis:
1. Sifilis meningovaskular Bentuk ini terjadi beberapa bulan sampai 5 tahun sejak StadiumI. Gejala tergantung letak lesi, antara lain berwujud nyeri kepala, konvulsi fokal atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan mental, kelumpuhan nervus kranialis dan seterusnya.
2. Neurosifilis asimptomatik, tidak menandakan gejala sebab hanya terbatas pada cairan serebrospinal.
3. Sifilis parenkim
a. Demensia paralitika (8-10 tahun sejak infeksi primer). Keluhan dimulai dengan kemunduran intelektual, kehilangan dekorum, apatis, euphoria
hingga waham megaloman atau depresif. keluhan bisa berwujud kejang, lemah dan gejala pyramidal hingga akhirnya meninggal.
b. Tabes dorsalis (8-12 tahun sejak infeksi primer). Keluhan berwujud gangguan motorik (ataksia, arefleksia), gangguan visus, retensi, inkoninensia urin , gangguan sensibilitas (nyeri pada kulit, organ dalam).
4. Guma
Guma biasanya ada pada meningen akibat perluasan dari tulang tengkorak. Keluhan berwujud nyeri kepala, muntah dan bisa terjadi konvulsi dan gangguan visus. Pada pemeriksaan ada edema papil sebab peningkatan tekanan intrakranial, paralisis nervus kranialis atau hemiplegi.
Diagnosa banding: bergantung pada stadium apa pasien ini terdiagnosa .
1. Stadium 1: Karsinoma sel skuamosa, Penyakit Behcet, Ulkus mole, Herpes simpleks, Ulkus piogenik, Skabies, Balanitis, Limfogranuloma venereum,
2. Stadium II: Psoriasis, Dermatitis seboroik, Kondiloma akuminata, Alopesia aerataErupsi alergi obat, Morbili, Pitiriasis rosea,
3. Stadium III: Mikosis profundaTuberkulosis, Frambusia,
Pengobatan :
-Kontak seksual harus ditelusuri, diketahui dan diobati, Pasien perlu diuji untuk penyakit lain yang ditularkan secara seksual (sexually transmitted diseases/STD), termasuk HIV, harus dilakukan pada semua penderita.
-. Sifilis yang sedang dalam inkubasi bisa diobati dengan regimen penisilin atau bisa memakai Ampisilin, Amoksisilin, atau Seftriakson mungkin juga efektif.
-. Pengobatan profilaksis harus diberikan pada pasangan pasien, namun sebaiknya diberikan sejak 3 bulan sebelumnya, tanpa memandang serologi.
Pada sifilis dengan kehamilan untuk wanita berisiko tinggi, uji serologis rutin harus dilakukan sebelum trimester pertama dan awal trimester ketiga dan pada persalinan.
Bila tanda-tanda klinis atau serologis memberi kesan infeksi aktif atau diagnosa sifilis aktif tidak bisa dengan pasti disingkirkan, maka indikasiuntuk pengobatan.
Konseling :
Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama penyakit belum tuntas diobati Semua stadium dan penggolongan sifilis harus dirujuk ke fasilitas rumahsakit yang memiliki tenaga medis spesialis kulit dan kelamin.
Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit, penularan dan Pengobatan : di tingkat rujukan.
GONORE
Gonore yaitu semua penyakit yang dipicu oleh Neisseria gonorrhoeae.Penyakit ini termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS) yang memiliki
insidensi tinggi.Cara penularan gonore terutama melalui genitor-genital, orogenital dan ano-genital, namun bisa pula melalui alat mandi, termometer dan sebagainya (gonore genital dan ekstragenital).area yang paling mudah terinfeksi yaitu mukosa vagina wanita sebelum pubertas.
Anamnesis Keluhan :
Keluhan utama berkaitan erat dengan infeksi pada organ genital yang terkena.Pada laki-laki , keluhan tersering yaitu kencing nanah. Gejala dimulai oleh rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul dengan disuria, polakisuria dan keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang ditambah darah. ada perasaan nyeri saat terjadi ereksi.Gejala terjadi pada 2-7 hari Sesudah kontak seksual.jika terjadi prostatitis, keluhan ditambah perasaan tidak enak di perineum, nyeri kencing hingga hematuri, retensi urin, obstipasi,
suprapubis, malaise, demam, Pada wanita, gejala subyektif jarang muncul dan hampir tidak pernah diperoleh kelainan obyektif. Wanita biasanya datang Sesudah terjadi komplikasi atau saat
pemeriksaan antenatal atau Keluarga Berencana (KB).Keluhan yang sering memicu wanita datang ke tenaga medis yaitu keluarnya cairan
hijau kekuningan dari vagina, ditambah dengan disuria, dan nyeri perut bawah.Keluhan selain di area genital yaitu : rasa terbakar di area anus (proktitis), mata merah pada neonatus dan bisa terjadi keluhan sistemik (meningitis, endokarditis, dan sebagainya pada gonore diseminata – 1% dari masalah gonore).
pemicu keparahan:
Bayi dengan ibu menderita gonore. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom).. Berganti-ganti pasangan seksual.
. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena gonore.
Pemeriksaan Fisik
Tampak eritem, edema dan ektropion pada orifisium uretra eksterna, ada duh tubuh mukopurulen, pembesaran KGB inguinal uni atau bilateral.jika terjadi proktitis, tampak area anus eritem, edem dan tertutup pus mukopurulen.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan jika wanita tesebut sudah menikah.Pada pemeriksaan tampak serviks merah, erosi dan ada secret mukopurulen.
Pada laki-laki :
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk memeriksa prostat: pembesaran prostat
dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila ada abses akan teraba fluktuasi.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung duh tubuh dengan pewarnaan gram untuk menemukan kuman gonokokus gram negarif, intra atau ekstraseluler.Pada laki-laki sediaan diambil dari area fossa navikularis, dan wanita dari uretra, muara kelenjar bartolin, serviks dan rektum.
Pemeriksaan lain bila diperlukan: kultur, tes oksidasi dan fermentasi, tes betalaktamase, tes thomson dengan sediaan urin diagnosa
penggolongan
berdasar susunan anatomi genitalia laki-laki dan wanita: Servisitis gonore (pada wanita), Uretritis gonore
Diagnosa banding:
septik, Konjungtivitis, endokarditis, meningitis, uretritis non gonokokal, Infeksi saluran kemih, Faringitis, Uretritis herpes simpleks, Arthritis inflamasi,
Komplikasi
Pada wanita:
Lokal : bartolinitis, parauretritis,
Asendens: endokarditis, perkarditis, meningitis, dermatitis.salfingitis, Pelvic Inflammatory Diseases (PID).Disseminata: Arthritis, miokarditis,
Pada laki-laki :
Lokal : litritis, kowperitis.tynositis, parauretritis,
Asendens : vasdeferentitis, epididimitis, trigonitis. prostatitis, vesikulitis, funikulitis,
Pengobatan :
Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per oral (p.o) dosis
tunggal, atau Ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M) dosis tunggal, atau Spektinomisin 2 gram I.M dosis tunggal.Tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin yaitu kontraindikasi pada
kehamilan dan tidak disarankan pada anak dan dewasa muda. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
ciri-ciri Rujukan :
jika pengobatan di atas tidak menandakan perbaikan dalam jangka waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke tenaga medis spesialis sebab kemungkinan ada resistensi obat.jika tidak bisa melakukan tes laboratorium.
peralatan medis :
laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Gram
. Senter. Lup. Sarung tangan. Alat pemeriksaan in spekulo. Kursi periksa genital. peralatan medis :
Prognosis biasanya tidak mengancam jiwa, namun bisa memicu gangguan fungsi terutama bila terjadi komplikasi.jika pemicu keparahan: tidak dihindari, bisa terjadi kondisi berulang
VAGINITIS
Vaginitis yaitu peradangan pada vagina ya:ng ditandai dengan adanya pruritus, keputihan, dispareunia, disuria. pemicu vaginitis:
Kandida(vaginal kandidiasis, yaitu pemicu tersering peradangan pada vagina yang terjadi pada wanita hamil, insidennya rata-rata antara 52%).Vaginosis bakterialis (bakteri Gardnerella Vaginalis yaitu bakteri anaerob yang memicu terjadinya infeksi vagina yang non-khusus , insidennya terjadi sekitar 28%).Trikomonas (masalah nya rata-rata antara 20%).
Keluhan :
Bau yaitu keluhan yang paling sering ditemukan .
Gejala klinis
Dispareunia. Disuria. Bau. Gatal (pruritus). Keputihan.
pemicu keparahan:
Perubahan hormonal (contoh : kehamilan). pemakaian terapi antibiotik spektrum luas
kegemukan .. Pemakai AKDR, pemakaian handuk bersamaan. Imunosupresi. Diabetes melitus.
Pemeriksaan Fisik
bisa muncul adanya iritasi,eritema atau edema pada vulva dan vagina. Mungkin serviks juga bisa tampak eritematous.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan pH cairan vagina.Pemeriksaan uji whiff: Jika positif berarti mengeluarkan mengeluarkan bau seperti anyir (amis) pada waktu ditambahkan larutan KOH.Pemeriksaan mikroskopik cairan atau sekret vagina.
diagnosa dilakukan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang.Vaginitis harus dicari pemicu nya, dengan menilai perbedaan tanda dan gejala dari masing-masing pemicu , bisa pula dengan menilai secara mikroskopik cairan vagina.
Diagnosa banding:
Vulvovaginitis kandida, Vaginosis bakterialis, Vaginosis trikomonas,
Pengobatan :
Hindari pemakaian handuk secara bersamaan3. Hindari pemakaian sabun untuk membersihkan area vagina yang bisa menggeser jumlah flora normal dan bisa merubah kondisi pH area
kewanitaan ini .Menjaga kebersihan diri terutama area vagina,
Farmakologis:
a. pengobatan vulvovaginitis kandida
Flukonazol 150 mg peroral (dosis tunggal)
b. pengobatan vaginosis bakterialis
Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari selama 7 hari, Metronidazol pervagina 2 x sehari selama 5 hari Krim klindamisin 2% pervagina 1 x sehari selama 7 hari
c. pengobatan vaginosis trikomonas
Metronidazol 2 g peroral (dosis tunggal)
Pasangan seks pasien sebaiknya juga diobati
Konseling :
memberi informasi kepada pasien, dan (pasangan seks) suami, mengenai faktor risiko dan pemicu dari penyakit vaginitis ini sehingga pasien dan suami bisa menghindari pemicu keparahan: nya. Dan jika seorang wanita terkena penyakit ini maka
diinformasikan pula pentingnya pasangan seks (suami) untuk dilakukan juga pemeriksaan dan terapi guna pengobatan secara keseluruhan antara suami-istri dan mencegah terjadinya kondisi yang berulang.
peralatan medis :
Kertas lakmus, peralatan medis : laboratorium sederhana untuk pemeriksaan cairan vagina
VULVITIS
Bagi setiap wanita selain masalah keputihan, adapun masalah sering dihadapi yaitu vaginitis dan vulvitis. Vulvitis yaitu suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita),sedang vulvovaginitis yaitu peradangan pada vulva dan
vagina. Gejala yang paling sering muncul yaitu keluarnya cairan tidaknormal dari vagina, dikatakan tidaknormal jika jumlahnya sangat banyak dan baunya menyengat atau ditambah gatal-gatal dan nyeri.
pemicu :
Infeksiseperti infeksipedikulosis, ataukudisjamur dan bakteri
Alergi, khususnya sabun, kertas toilet berwarna, semprotan vagina, deterjen, gelembung mandi, atau wewangian, Dermatitisjangka panjang, seborrhea atau eksim,
Keluhan
Rasa gatal dan perih di kemaluan, dan keluarnya cairan kental dari kemaluan yang berbau.
Gejala Klinis:
. Rasa terbakar di area kemaluan. Gatal. Kemerahan dan iritasi . Keputihan
Pemeriksaan Fisik
Dari inspeksi area genital diperoleh kulit vulva yang menebal dan kemerahan, bisa muncul juga lesi di sekitar vulva.Adanya cairan kental dan berbau yang keluar dari vagina.
dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa banding: : Dermatitis alergika
Komplikasi Infertilitas, Infeksi sekunder sebab sering digaruk, Vulva distrofi
Pengobatan :
memakai salep kortison. Jika vulvitis dipicu infeksi vagina, bisa dipertimbangkan pemberian antibiotik sesuai Pengobatan : vaginitis atau
vulvovaginitis.Menghindari pemakaian bahan yang bisa memicu iritasi di sekitar area genital.
Pasien dirujuk ke tenaga medis spesialis kulit dan kelamin jika pemberian salep kortison tidak memberi tanggapan .