www.gorengx.blogspot.com
.....
www.berasx.blogspot.com
......
Senin, 19 Desember 2022
tulang 2
Desember 19, 2022
tulang 2
GANGGUAN SOMATOFORM
Gangguan somatoform yaitu golongan kelainan psikiatrik yang gejala berwujud berbagai gejala fisik yang dirasakan menonjol oleh pasien namun tidak ada pemicunya secara medis.Tidak ada data pasti mengenai prevalensi gangguan ini di negarakita . prevalensi gangguan jiwa sebesar
32%. gangguan yang tersering yaitu neurosis,
sebesar 26%, termasuk psikosomatik. Walaupun tidak ada keadaan medis yang serius, gejala yang dirasakan oleh pasien dengan gangguan
somatoform mengganggu dan berpotensi memicu stress,
Anamnesis Keluhan :
Onset dan kelanjutan dari berkaitan erat dengan peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau konflik, berulang,Pasien biasanya menolak usaha untuk membahas kemungkinan adanya pemicu psikologis, terlihat perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang tidak puas sebab tidak berhasil membujuk tenagamedis menerima persepsinya bahwa yang dialami yaitu penyakit fisik dan memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut. ditambah permintaan pemeriksaan medis,Hasil pemeriksaan medis tidak menandakan adanya kelainan yang menerangkan ini , untuk mendiagnosa , anamnesis dilakukan untuk menggali pemahaman dan persepsi pasien mengenai keadaan yang dialaminya. Tidak ada dan pemeriksaan penunjang khusus yang diperlukan
untuk mendiagnosa gangguan somatoform. dan penunjang dilakukan untuk mengeksklusi kelainan organik yang dianggap relevan dengan pasien. diagnosa gangguan somatoform memiliki kode F45 dan yaitu blok penyakit yang termasuk dalam golongan F40-F48, yaitu gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan yang berkaitan dengan stres. maka , pada masalah gangguan somatoform, tenagamedis perlu mengeksklusi gangguan mental organik (F00-F09), Pada blok F40-F48 sendiri, tenagamedis perlu terlebih dahulu memastikan ada tidaknya gejala gangguan ansietas (F40-F41), obsesif kompulsif (F42), reaksi stres dan gangguan penyesuaian (F43), dan gangguan disosiatif atau konversi (F44). gangguan mental dan perilaku akibat pemakaian zat psikoaktif (F10-F19), skizofrenia, gangguan skizotipal, gangguan waham (F20-F29), dan
gangguan suasana perasaan atau mood atau afektif (F30-F39).
-Gangguan somatoform tidak dilakukan bila gejala dan tanda pada pasien memenuhi syarat diagnosa : gangguan di hirarki yang lebih tinggi.
3. Mengeksklusi keadaan factitious disorder dan malingering/purapura , Pada keadaan factitious disorder, pasien mengadopsi fisik, tanpa ia sadari, sebagai usaha memperoleh keuntungan internal, contoh : untuk memperoleh perhatian lebih dari pasien tertentu di sekitarnya. beda dengan keadaan malingering/purapura , di mana pasien sengaja atau berpura-pura sakit untuk memperoleh keuntungan eksternal, contoh : agar terhindar dari
tanggung jawab atau keadaan tertentu, atau untuk memperoleh kompensasi uang tertentu, Pada gangguan somatoform, tidak ada keuntungan yang coba didapat oleh pasien. yang disampaikan juga bukan sesuatu yang disengaja, malahan adanya ini dipicu, dipertahankan, dan diperparah oleh kekhawatiran dan ketakutan tertentu,
-Blok gangguan somatoform terdiri atas:
. F45.0. Gangguan somatisasi
. F45.1. Gangguan somatoform tak terinci
. F45.2. Gangguan hipokondrik
. F45.3. Disfungsi otonomik somatoform
. F45.4. Gangguan nyeri somatoform menetap
. F45.5. Gangguan somatoform lainnya
. F45.6. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan (YTT)
pengobatan
gangguan somatoform yaitu mengelola gejala dan bukan menyembuhkan, sebab pada dasarnya tidak ada kelainan medis yang dialami oleh pasien, Berikut ini yaitu metode dasar pengelolaan pasien dengan gangguan somatoform:
-. tenagamedis menjadwalkan pertemuan yang reguler sebagai follow-up. Pertemuan dapat singkat saja, contoh 1 kali setiap bulan selama 5 – 10 menit,
terutama untuk memberi dukungan dan reassurance.
-. tenagamedis perlu kerjasama dengan psikiater bila diperlukan, contoh saat melakukan diagnosa yang sulit, menentukan adanya komorbid psikiatrik lain, atau terkait pengobatan.
-tenagamedis harus menerima bahwa pasien memang betul-betul merasakan gejala pada tubuhnya dan memahami bahwa gejala ini mengganggu
pasien. tenagamedis tidak terlalu menganggap pasien berpura-pura (malingering/purapura ) tanpa didukung bukti yang kuat. trik pengobatan gangguan somatoform yaitu membangun kerjasama dan kepercayaan dari pasien.
-. Bila ada kecurigaan adanya gangguan somatoform, tenagamedis mendiskusikan kemungkinan ini sedini mungkin dengan pasien. Bila diagnosa
gangguan somatoform sudah dilakukan , tenagamedis mendiskusikannya dengan pasien.
-. tenagamedis memfokuskan rekayasa gaya hidup dan reduksi stres. Keluarga pasien dilibatkan dalam pengobatan, Pasien perlu dibantu untuk mengindentifikasi dan mengelola stres contoh dengan relaksasi, breathing control. Peningkatan
aktifitas fisik dapat disarankan untuk mengurangi fatigue dan nyeri muskuloskeletal,
-. Bila gangguan somatoform yaitu bagian dari kelainan psikiatrik lain, tenagamedis harus mengintervensi dengan tepat.
-. tenagamedis perlu menasihati pasien mengenai gangguan yang dialaminya dengan berempati dan menghindari konfrontasi. tenagamedis harus menandakan kesungguhan untuk membantu pasien sebaik-baiknya, tanpa memaksa pasien
untuk menerima pendapat tenagamedis .
-. Pemeriksaan medis dan rujukan ke rumahsakit yang tidak perlu harus dihindari. Bila ada gejala baru, tenagamedis perlu berhati-hati dalam menyarankan pemeriksaan atau rujukan.
-tenagamedis memfokuskan pengobatan pada fungsi pasien sehari-hari, bukan gejala, pada pengelolaan gejala, bukan penyembuhan.
Non-Medikamentosa
Cognitive behavior therapy (CBT) yaitu salah satu pengobatan efektif untuk gangguan somatoform. contoh distorsi kognitif, keyakinan yang tidak realistis, kekhawatiran, atau perilaku tertentu.
Tahap lalu yaitu membantu pasien mengidentifikasi dan mencoba alternatif
perilaku yang mengurangi atau mencegah munculnya gejala fisik, yang dinamakan behavioral experiments.
Medikamentosa
pemakaian obat harus berdasar indikasi yang jelas. Hanya sedikit riset yang menandakan efektifitas yang menonjol dari pemakaian obat-obat untuk gangguan somatoform. Antidepresan diberikan bila ada gejala depresi atau ansietas yang mengganggu.Sebagian pasien tidak menandakan tanggapan positif atas pengobatan yang dilakukan dan gangguan somatoform terus berlanjut bahkan hingga seumur hidup.
Untuk keperluan skrining, dapat disediakan lembar PHQ-15 di ruang praktik tenagamedis . tidak ada peralatan khusus yang diperlukan terkait diagnosa dan pengobatan gangguan somatoform.
GANGGUAN PSIKOTIK
Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan mengukur fakta , berwujud sindroma (kumpulan gejala), antara lain diwujudkan dengan adanya halusinasi dan waham.
Anamnesis Keluhan :
Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku kacau, perilaku kekerasan, . menarik mundur dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan baik
. Mendengar suara pasien yang tidak dapat didengar oleh pasien lain. Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai fakta, .
. Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi
. Tidak dapat tidur, tidak mau makan
. Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan
. Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti
Anamnesis tambahan:
Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam tinggi, kejang, trauma kepala) pemakaian zat psikoaktif sebagai pemicu munculnya .
faktor yang memperparah :
Adanya pemicu stress . faktor biologis , antara lain faktor genetik., hiperaktivitas sistem dopaminergik, Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian dependen, skizoid, paranoid,
diperlukan untuk mengabaikan pemicu organik dari psikotiknya (gangguan mental organik). pasien dengan gangguan psikotik juga sering ada gangguan fisik yang ikutserta sebab perawatan diri yang kurang.
Pemeriksaan Penunjang
1. Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang ikutserta untuk mengabaikan diagnosa banding gangguan mental organik.
2. bila ada kesulitan dalam merujuk ke rumahsakit maka pada faskes primer yang mampu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai seperti:
radiologi dan EKG.darah perifer lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal,
diagnosa : dilakukan berdasar anamnesis dan . syarat diagnosa : berdasar ICD 10-PC, yaitu:
-Perilaku kacau atau aneh. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau dan tidak dimengerti) Agitatif . Isolasi sosial (social withdrawal). Perawatan diri yang buruk
-. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); yaitu gangguan persepsi (persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori eksternal. Halusinasi dapat
terjadi pada setiap panca indra, yaitu halusinasi dengar, lihat, cium, raba, dan rasa.
-. Waham (delusi);yaitu gangguan pikiran, yaitu keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan fakta dan logika, namun tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara apapun dan tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh: waham kendali, waham pengaruh.waham kejar, waham kebesaran,
diagnosa Banding
Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik,
Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik)
. Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis Epileptik) . Gangguan Mental dan Perilaku akibat pemakaian Zat (Napza).
pengobatan
1. Intervensi Psikososial
a. Informasi penting bagi pasien dan keluarga
Agitasi dan perilaku aneh yaitu gejala gangguan mental, yang juga termasuk penyakit medis.
Episode akut memiliki prognosis yang baik, namun perjalanan penyakit jangka panjang sulit diprediksi. Pengobatan perlu dilanjutkan
walau sesudah gejala mereda. gejala dapat hilang muncul . Diperlukan antisipasi dalam
menghadapi kekambuhan.
Farmakologi
--. Jika muncul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor, kekakuan, akinesia, diberikan triheksifenidil 2-4 x 2 mg; jika muncul distonia akut berikan injeksi diazepam atau difenhidramin, jika muncul akatisia (gelisah, mondar mandir tidak bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis antipsikotik dan berikan beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20 mg.
--. Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau Risperidon 2x 1-
3 mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x 100-200 mg/hari. Untuk haloperidol dan risperidon dapat digabungkan dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg, lorazepam 1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi dan memberi
efek sedasi. Benzodiazepin dapat ditappering-off sesudah 2-4 minggu.
Catatan: klorpromazin memiliki efek samping hipotensi ortostatik.
--. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat dipikirkan untuk pemberian injeksi depo (jangka panjang) antipsikotik seperti
haloperidol decanoas 50 mg atau fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul terlebih dahulu untuk 2 minggu, lalu injeksi 1 ampul
untuk 1 bulan. Obat oral jangan diberhentikan dahulu selama 1-2 bulan,
sambil diawasi efek samping, lalu obat oral turunkan perlahan.
--. Intervensi sementara untuk gaduh gelisah diberikan injeksi intra muskular haloperidol kerja cepat (short acting) 5 mg, dapat diulangi dalam 30
menit - 1 jam jika belum ada perubahan yang menonjol , dosis maksimal 30 mg/hari. Atau dapat juga diberikan injeksi intra muskular klorpromazin 2-3 x 50 mg. Untuk pemberian haloperidol diberikan tambahan injeksi
intra muskular diazepam untuk mengurangi dosis ntipsikotiknya dan menambah efektivitas terapi. sesudah stabil segera rujuk ke RS/RSJ.
ciri-ciri Rujukan :
. keadaan gaduh gelisah yang memerlukan perawatan inap sebab berpotensi membahayakan diri atau pasien lain segera dirujuk sesudah pengobatan awal.
INFLUENZA
Influenza / flu yaitu penyakit menular dipicu oleh virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. Virus influenza terus mengalami
perubahan, sehingga dalam beberapa waktu akan memicu wabah (pandemik) yang parah. Virus ini menyerang saluran napas atas dan paru-paru.
Anamnesis Keluhan :
hidung meler, nyeri sendi, badan,
pusing lemah badan, demam, bersin, batuk, sakit tenggorokan,
faktor yang memperparah :
. Perubahan cuaca ,Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), . Usia lanjut. Daya tahan tubuh menurun. Kepadatan hunian dan kepadatan penduduk yang tinggi,
Tanda Patognomonis
. Febris. Rinore. Mukosa hidung edema
diagnosa :
melakukan diagnosa influenza memerlukan ketelitian, sebab nya hampir sama dengan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Influenza dapat didiagnosa berdasar 4 kriteria berikut:
-. ada penyakit serupa di lingkungan pengidap
-. Terjadi mendadak
-. Demam
-. Gejala saluran pernapasan seperti batuk, tidak ada lokasi khusus dari yang muncul
diagnosa Banding
Faringitis, Tonsilitis, Laringitis
Komplikasi
Infeksi sekunder oleh bakteri, Pneumonia
pengobatan
1. influenza biasanya tanpa obat(self-limited disease). Hal yang perlu ditingkatkan yaitu daya tahan tubuh. Tindakan untuk meringankan gejala flu yaitu beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori dan protein tinggi, buah-buahan yang tinggi vitamin.
2. Terapi simptomatik per oral
--. Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
--. Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kg BeratBadan dan setirizin 0,3 mg/kg BeratBadan ).
--. Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kg BeratBadan ), atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10 mg/kg BeratBadan ).
--. Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila ditambah batuk.
Konseling :
. Imunisasi influenza, terutama bagi pasien risiko tinggi.. Harus diwaspadai pasien yang baru kembali dari area terjangkit epidemi influenza
Rujukan
Bila diperoleh gejala pneumonia (panas tidak turun 5 hari ditambah batuk purulen dan sesak napas)
FARINGITIS AKUT
Faringitis yaitu peradangan dinding faring yang dipicu oleh virus (80%), bakteri (50%), alergi, trauma, iritan, Anak-anak dan pasien dewasa biasanya mengalami 4 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya.
Anamnesis Keluhan :
mual mulas perih kembung. Muntah. Rasa lemah pada seluruh tubuh. Nafsu makan berkurang. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan. Demam. Sekret dari hidung. ditambah atau tanpa batuk. pusing .
Gejala berdasar jenisnya, yaitu:
--. Faringitis kronik atrofi: biasanya tenggorokan kering dan tebal dan mulut berbau.
--. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak menanggapi dengan
pengobatan bakterial non khusus .
--. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.
--. Faringitis viral (biasanya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan
beberapa hari lalu muncul faringitis. Gejala lain demam ditambah rinorea dan
mual mulas perih kembung.
--. Faringitis bakterial: pusing hebat, muntah, kadang demam dengan suhu yang tinggi, jarang ditambah batuk, dan cenderung ada pembesaran KGB leher.
--. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
--. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya
batuk yang berdahak.
faktor yang memperparah :
. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.. Paparan udara yang dingin.. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring. Gizi kurang. Usia 3 – 14 tahun.
. Menurunnya daya tahan tubuh.
--. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).
--. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
--. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada mukosa faring dan laring
-- Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat
(coxsachievirus, cytomegalovirus tidak memicu eksudat, virus influenza, ).
Pada coxsachievirus dapat muncul lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berwujud maculopapular rash.
--. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah, sedang mukosa faring lainnya hiperemis.
--. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan ada eksudat di permukaannya. Beberapa hari lalu
muncul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang ada kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
--. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
---. Stadium primer
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut muncul ulkus pada area faring
seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga diperoleh pembesaran kelenjar mandibula
---. Stadium sekunder
Stadium ini jarang ada . Pada dinding faring ada eritema yang menjalar ke arah laring.
---. Stadium tersier
ada guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
Pemeriksaan Penunjang
Pada dugaan adanya infeksi jamur, dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.
. Pemeriksaan darah lengkap.. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
diagnosa :
berdasar anamnesis, , dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
penggolongan faringitis
1. Faringitis Akut
--. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
--. Faringitis Gonorea
Hanya ada pada pasien yang melakukan kontak orogenital
--. Faringitis Viral
dipicu oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus,. Pada adenovirus
juga memicu gejala konjungtivitis terutama pada anak.
--. Faringitis Bakterial
Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus yaitu pemicu faringitis akut pada pasien dewasa (15%) dan pada anak (30%).Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan dengan memakai Centor criteria, yaitu : Tidak ada batuk, Demam, Anterior Cervical lymphadenopathy, Eksudat tonsil
Tiap kriteria ini bila ada di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus group A.
2. Faringitis Kronik
--. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering muncul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu dan kelembapannya
sehingga memicu rangsangan dan infeksi pada faring.
--. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring.
3. Faringitis khusus
--Faringitis Luetika
Treponema palidum memicu infeksi di area faring, seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium penyakitnya.
--. Faringitis Tuberkulosis
yaitu proses sekunder dari tuberkulosis paru.
Komplikasi
Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis, Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, Septikemia, Tonsilitis, Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal, Gangguan fungsi tuba Eustachius,
pengobatan
--. Jika diperlukan diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
--. Analgetik-antipiretik
--. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan . Steroid yang diberikan dapat berwujud Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kg BeratBadan /hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.
--. Berkumur dengan air yang hangat berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan Nitras Argentin 25%
--. Pada faringitis gonorea, diberikan Sefalosporin generasi ke-3, seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
--. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi. sedang , pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari selama
3-5 hari.
--. Untuk infeksi virus, diberikan anti virus Isoprinosine dengan dosis 60-100mg/kg BeratBadan dibagi dalam 4-6 x/hari pada pasien dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan 50mg/kg BeratBadan dibagi dalam 4-6 x/hari
--. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga pemicunya Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kg BeratBadan dosis dibagi 3 x/hari selama
10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
ciri-ciri Rujukan : Bila terjadi komplikasi
Faringitis luetika
DEMENSIA
Demensia yaitu sindrom akibat penyakit otak yang bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk dayatangkap (komprehensi), kemampuanbelajar, orientasi, kalkulasi, visuospasial, bahasa , dayaingat (memori), dayapikir, Gangguan kognitif biasanya diikuti deteriorasi dalam mengendalikan emosi, hubungan sosial danmotivasi. biasanya terjadi pada usia lanjut, ada pada penyakit serebrovaskular Alzhaimer, dan keadaan lain yang secara primer dan sekunder mempengaruhi otak.
Anamnesis :
gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami, kesulitan mempelajari informasi baru. Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil, akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.
faktor yang memperparah :
Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakitjantung), atau diabetes mellitus.Usia> 60 tahun (usialanjut).Riwayat keluarga.
PemeriksaanFisik
--. Dilakukan pemeriksaan untuk mengabaikan adanya gangguan neurologik atau penyakit sistemik
--. Kesadaran sensorium baik.
--. Penurunan dayaingat yang bersifat kronik dan progresif. Gangguan fungsi otak terutama berwujud gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti afasia, aphrasia, adanya kemunduran f ungsi kognitif .
Pemeriksaan penunjang
dilakukan jika ada kecurigaan adanya keadaan medis yang memicu dan memperberat gejala. dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE).
diagnosa :
Pemeriksaan dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan penunjang.
syarat diagnosa :
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian pasien
2. Tidak ada gangguan kesadaran
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan
penggolongan
. Demensia pada penyakit Pick (Sapi Gila)
. Demensia pada penyakit Creufield-Jacob
. Demensia pada penyakit Huntington
. Demensia pada penyakit Parkinson
. Demensia pada penyakit HIV/AIDS
. Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (70%), disusul demensia vaskular (40%)
. Demensia pada penyakit Alzheimer
. Demensia Vaskular (Demensia multiinfark)
diagnosa Banding
Delirium, Depresi, Gangguan Buatan, Skizofrenia
pengobatan :
1. Non farmakologi
menyarankan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan memakai jam besar, kalender
harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat, mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat menjawab dengan benar,
bicara dengan kalimat sederhana dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu pakai isyarat atau sentuhan lembut.Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan,) untuk mengoptimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi
. rekayasa faktor resiko yaitu mengendalikan penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak, stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-tekisilang, bermain playstation.
. rekayasa lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi pasien.
2. Farmakologi
--Bila pasien berperilaku agresif, diberikan antipsikotik dosis rendah, seperti Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari.
--. Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: galantamine , donepzil, rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk semua masalah
demensia. pikirkan pemberiannya hanya pada keadaan yang memungkinkan diagnosa khusus penyakit Alzheimer dilakukan dan tersedia dukungan dan supervisi kuat oleh spesialis dan pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.
ciri-ciri Rujukan :
bila pasien menandakan gejala agresifitas dan membahayakan dirinya atau pasien lain.
. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosa dan pengobatan lanjutan.
INSOMNIA
Insomnia yaitu gejala atau gangguan dalam tidur, dapat berwujud kesulitan berulang untuk mencapai tidur, atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk. Pada kebanyakan masalah , gangguan tidur yaitu salah satu gejala dari gangguan jiwa, baik mental (psikiatrik) atau fisik. biasanya lebih baik membuat diagnosa gangguan tidur yang khusus
bersamaan dengan diagnosa lain yang relevan untuk menerangkan secara kuat psikopatologi dan atau patofisiologinya.
Anamnesis Keluhan :
Sulit masuk tidur, sering mendadak tiba tiba terbangun di tengah malam tepat jam 12 atau mempertahankan tidur yang optimal, kualitas tidur yang buruk.
faktor yang memperparah :
Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan psikotik, gangguan depresi, gangguan gelisah, gangguan akibat zat psikoaktif. Adanya gangguan organik (seperti gangguan endokrin, penyakit jantung).
Faktor Predisposisi:
Pada status generalis, pasien tampak lelah dan mata cekung. Bila ada gangguan organik, ada kelainan pada organ.
Efek samping obat.. Kerusakan otak, seperti: encephalitis, stroke, penyakit Alzheimer, Sering aktif di malam hari . Jam kerja tidak stabil.. pemakaian alkohol, cafein atau zat adiktif yang berlebihan.
diagnosa :
berdasar anamnesis.
Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur memicu pengidap an yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari. adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk. Gangguan terjadi minimal tiga kali seminggu selama minimal satu bulan.
diagnosa Banding
Gangguan Neurologis, Gangguan Lingkungan, Gangguan Ritmesirkadian.Gangguan Psikiatri, Gangguan medis biasanya ,
Komplikasi
Dapat terjadi penyalahgunaan zat.
pengobatan
pasien diberikan Lorazepam 0,5 – 2 mg atau Diazepam 2-5 mg pada malam hari. Pada pasien yang berusia lanjut atau mengalami gangguan medis biasanya diberikan dosis minimal efektif.
Pasien dinasihati mengenai faktor yang memperparah : yang dimilikinya dan pentingnya untuk memulai pola hidup yang sehat dan mengatasi masalah yang memicu terjadinya insomnia.
ciri-ciri Rujukan :
bila sesudah 2 minggu pengobatan tidak menandakan perbaikan, atau bila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien dirujuk kerumahsakit yang memiliki tenagamedis spesialis kedokteran jiwa.
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI
adanya gejala anxietas (kegelisahan) dan depresi bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menandakan rangkaian gejala yang cukup berat untuk dapat dilakukan suatu diagnosa tersendiri. Untuk gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harus ada , walaupun tidak terusmenerus, di samping rasa gelisah atau hawatir berlebihan.
Anamnesis Keluhan :
gangguan lambung, diare, pusing yang ditambah rasa gelisah/khawatir berlebihan. nafas pendek/cepat, berkeringat, gelisah, gangguan tidur, mudah lelah, jantung berdebar,
mengabaikan riwayat penyakit fisik dan pemakaian zat (alkohol, tembakau, stimulan,)
Adanya gejala seperti minat dalam melakukan kegiatan yang menurun, merasa sedih nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan, sulit
berkonsentrasi, kepercayaan diri yang menurun, pesimistis. sering terjadi, atau berlangsung lama, dan ada pemicu stress kehidupan.
faktor yang memperparah :
Adanya stres kehidupan.
Adanya faktorbiologis yang mempengaruhi, antara lain hiper aktivitas sistem noradrenergik, faktorgenetik.. Ciri kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel, seperti ciri kepribadian dependen, skizoid, anankastik, gelisah menghindar, Respirasi meningkat, tekanan darah meningkat,
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium dan penunjang lainnya tidak ada adanya tanda yang berarti .
Pemeriksaan laboratorium untuk mengabaikan diagnosa banding sesuai
fisiknya.
diagnosa :dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosa berdasar ICD 10, yaitu:adanya gejala kegelisahan dan depresi yang muncul bersama-sama, dan masing-masing gejala tidak menandakan rangkaian
gejala yang cukup berat untuk dilakukannya suatu diagnosa tersendiri.
-gejala depresi antara lain: suasana perasaan susah , kehilangan minat (menurunnya semangat dalam melakukan aktivitas), mudah, lelah, gangguan tidur, konsentrasi menurun, gangguan pola makan, kepercayaan diri yang berkurang, pesimistis , rasa tidak bersalah,
-. gejala kegelisahan antara lain:
--. Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat berlebihan, sesak nafas, mulut kering,pusing, lambung, diare.
--. Kegelisahan atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi,
--. Ketegangan motorik: gelisah, pusing gemetaran, tegang, tidak dapat santai,
diagnosa Banding
gangguan gelisah menyeluruh, gangguan panik, gangguan somatoform,gangguan gelisah (anxietas) organik, gangguan mental dan perilaku akibat pemakaian zat, gangguan depresi,
pengobatan
1. Non-farmakologi
a. Intervensi Psikososial
Lakukan penentraman dalam komunikasi terapeutik, dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran perasaan mengenai gejala dan riwayat gejala. Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik yang
memiliki dasar fisiologik.
Bicarakan rencana pengobatan dan follow-up, bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali keaktivitas normal. menyarankan teknik relaksasi (teknik nafas dalam) saran untuk berolahraga renang renang teratur atau melakukan aktivitas yang disenangi dan menerapkan perilaku hidup sehat. menyarankan untuk selalu berpikir positif dan Pengaturan stres dengan baik.
b. nasihat pada pasien sebab gangguan campuran gelisah depresi mengganggu
aktifitas pasien, keluarga perlu memahami bahwa ini bukan sebab pasien malas atau tidak mau mengerjakan pekerjaan , melainkan sebab gejala penyakitnya itu sendiri, antara lain mudah lelah dan hilang energi. , keluarga perlu memberi dukungan agar pasien mampu dan dapat mengatasi gejala penyakitnya.
Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang memerlukan pengobatan yang cukup lama, diperlukan dukungan keluarga untuk
memantau agar pasien melaksanakan pengobatan dengan benar, termasuk minum obat setiap hari.
2. Farmakologi:
Pada pasien dengan gejala kegelisahan yang lebih dominan dan atau dengan gejala insomnia diberikan kombinasi fluoksetin atau sertralin
dengan antianxietas benzodiazepin. Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1x2-5 mg atau lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 2x5-10 mg atau alprazolam 2x 0,25-0,5mg. sesudah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin ditappering-off perlahan, sementara antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum ditappering-off Hatihati potensi penyalahgunaan pada alprazolam sebab waktu paruh yang pendek.
. Untuk gejala kegelisahan maupun depresinya, diberikan antidepresan dosis rendah, dapat dinaikkan bila tidak ada perubahan yang menonjol sesudah 2-3 minggu: fluoksetin 1x10-20 mg/hari atau sertralin 1x25-50
mg/hari atau amitriptilin 1x12,5-50 mg/hari atau imipramin1-2x10-25 mg/hari.
Catatan: amitriptilin dan imipramin tidak boleh diberikan pada pasien penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lanjut Usia sebab efek hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal efektif).
ciri-ciri Rujukan :
Pasien dapat dirujuk sesudah didiagnosa mengalami gangguan ini, terutama bila gejala progresif dan makin bertambah berat yang menandakan gejala depresi seperti pasien menolak makan, tidak mau merawat diri, ada ide tindakan bunuh diri; atau jika tidak ada perbaikan yang menonjol dalam 2-3 bulan terapi,
TENSION HEADACHE
Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau pusing tipe tegang yaitu bentuk pusing yang paling sering ada sering
dikaitkan dengan jangka waktu dan peningkatan stres. Sebagian besar tergolong dalam golongan yang memiliki perasaan kurang percaya diri,
ragu akan kemampuan diri sendiri dan mudah gentar, terjadi peningkatan tekanan jiwa terjadi gangguan dan ketidakpuasan membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala,leher, bahu, vaskularisasi kepala sehingga muncul pusing .
TTH mengenai semua usia, namun sebagian besar pasien yaitu dewasa muda yang berusia sekitar antara 20-46 tahun.
Anamnesis :
Pada pusing tegang otot yang kronis biasanya manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kegelisahan dan depresi,
nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.pusing tegang otot biasanyaberlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri dirasakan kadang atau terus menerus. Nyeri mulanya dirasakan pasien pada leher bagian belakang lalu menjalar ke kepala bagian belakang lalu menjalar ke bagian depan. nyeri ini dapat menjalar ke bahu. pusing seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada area bitemporal dan bioksipital, seperti diikat di sekeliling kepala. pusing tipe ini tidak berdenyut.
tidak ditambah mual mulas perih kembung , insomnia (gangguan tidur yang sering terbangun atau bangun dini hari), palpitasi, gangguan haid, nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun,
pemeriksaan kepala dan leher dan pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan koordinasi, sensor motorik, refleks, Tidak ada yang berarti untuk mendiagnosa nyeri kepala tegang otot ini. Pada , tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal.Pemeriksaan yang dilakukan berwujud Pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada bola mata yang bisa memicu pusing .Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien dengan menanyakan pertanyaan untuk mengabaikan berbagai penyakit yang serius yang memiliki gejala pusing seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya. berdasar anamnesis dan yang normal. Anamnesis yang mendukung yaitu adanya faktor fisik psikologis yang melatarbelakangi dan sifat gejala pusing (tipe, lokasi, frekuensi durasi nyeri)
penggolongan
Menurut lama berlangsungnya, pusing tegang otot ini dibagi menjadi nyerikepala episodik jika berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan
serangan serangan yang terjadi kurang dari1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun). bila pusing tegang otot ini berlangsung lebih dari 15 hari selama 6 bulan terakhir dikatakan pusing tegang otot kronis.
diagnosa Banding
Cluster-type hedache (pusing kluster), Migren
pengobatan :
meyakinkan pasien bahwa tidak ada kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
. Penilaian adanya kegelisahan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya berkaitan dengan penyakit
depresinya dan bersedia ikut program pengobatan sedang pasien lain berusaha menyangkalnya. , pengobatan harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti gelisah atau anti
depresi disamping pengobatan pusing nya.
3. Saat nyeri muncul diberikan beberapa obat untuk menghentikan sakit yang dirasakan saat serangan serangan muncul. Penghilang sakit yang sering dipakai yaitu : Naproxen, Ketoprofen, acetaminophen dan NSAID seperti Aspirin, Ibuprofen, Pengobatan kombinasi antara
acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif biasa dipakai bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk menghilangkan sakitnya,
namun jangan dipakai lebih dari 2 hari dalam seminggu dan pemakaian nya harus diawasi oleh tenagamedis .
4. Pemberian obat-obatan antidepresi yaitu Amitriptilin.
Analgesik nonkhusus untuk TTH
Regimen analgesik NNT*
Aspirin 600-900 mg + metoklopramid 3,2
Asetaminofen 1000 mg 5,2
Ibuprofen 200-400 mg 7,5
*tanggapan terapi dalam 2 jam (pusing residual menjadi ringan atau hilang dalam 2 jam).
ciri-ciri Rujukan :
Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke rumahsakit yang memiliki tenagamedis spesialis jiwa.
Bila pusing tidak membaik maka dirujuk ke rumahsakit yang memiliki tenagamedis spesialis saraf.
MIGREN
Migren yaitu pusing primer dengan kualitas vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh depresi, mual mulas perih kembung, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur, serangan serangan cenderung berulang dan cenderung tidak akan bertambah parah sesudah bertahun-tahun. Migren bila tidak diterapi akan berlangsung 3 hari dan yang klasik terdiri atas 4 tahap yaitu tahap prodromal (kurang lebih 28 % masalah ), tahap aura (kurang lebih 12% masalah ), Wanita hamil tidak luput dari serangan serangan migren, biasanya serangan serangan muncul pada kehamilan trimester I.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor pemicu migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan kepekaan sistem saraf dan avikasi sistem trigeminal-vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
serangan serangan migren memicu gejala antaralain :
-. pusing nya mereda secara bertahap pada siang hari dan sesudah bangun tidur, kebanyakan pasien merasa lelah dan lemah sesudah serangan serangan .
-. Sekitar 70 % pengidap merasa gejala prodormal, cenderung terjadi beberapa jam atau beberapa hari sebelum onset dimulai. Pasien
merasa perubahan mood dan tingkah laku dan bisa juga gejala otonom, psikologis, neurologis,
- Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitassehari-hari.
-. mual mulas perih kembung dengan atau tanpa muntah.-. Fotofobia atau fonofobia.
- Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan pengidap migren merasakan nyeri hanya pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
-. pusing berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
-. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
Faktor Predisposisi:
-. Cahaya kilat atau berkelip, -. Banyak tidur atau kurang tidur, -. Faktor herediter, -. Faktor kepribadian, -. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.-. Puasa dan terlambat makan,
-. Makanan contoh akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan,
Pada , tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal. temuan yang tidaknormal menandakan sebab sekunder, yang memerlukan memulai diagnosa dan terapi berbeda,
Pemeriksaan Penunjang
-- Pencitraan (dilakukan di rumah sakit rujukan).
--Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, pemeriksaan ini dilakukan jika ada antaralain : Menentukan dasar pengobatan dan untuk mengabaikan kontraindikasi obat-obatan yang diberikan.. kelainan struktural, metabolik dan pemicu lain yang mirip gejala migren. Dilakukan untuk mengabaikan penyakit pengikut yang memicu komplikasi.
--. Neuroimaging diindikasikan pada hal-hal, antaralain :
Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan gejala neurologis yang kontralateral.. tanggapan yang tidak kuat terhadap terapi rutin. gejala yang tidak biasa.pusing yang progresif atau persisten.
. gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migren dengan aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
. Defisit neurologis yang persisten.
. pusing yang pertama atau yang terparah seumur hidup pengidap .. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren.Pemeriksaan neurologis yang tidaknormal,
berdasar anamnesis, gejala , pemeriksaan fisik neurologis.
Kriteria Migren:
pusing episodik dalam waktu 3 hari dengan gejala 2 dari nyeri kepala unilateral, berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, intensitas
sedang sampai berat ditambah satu dari mual mulas perih kembung atau muntah, fonofobia atau
fotofobia.
diagnosa Banding
Cerebral Aneurysms,Childhood Migraine Variants,
Chronic Paroxysmal Hemicrania, Cluster-type hedache (pusing kluster), Arteriovenous Malformations, Atypical Facial Pain,
Komplikasi
Pada migren komplikata memicu hemiparesis. Stroke iskemik dapat terjadi sebagai komplikasi yang jarang namun serius dari migren. ini dipengaruhi oleh faktor yang memperparah : seperti pemakaian hormon estrogen, aura, jenis kelamin wanita, merokok,
pengobatan
1. saat serangan serangan pasien disaran untuk menghindari stimulasi sensor berlebihan.
2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres dingin.
--. merokok memicu pusing atau membuat
pusing menjadi lebih parah
--. pemakaian headache diary untuk mencatat frekuensi pusing .
--. memulai terapi untuk migren melibatkan pengobatan akut dan preventif (profilaksis).
--. Mengurangi efek estrogen, pada wanita migren dimana estrogen menjadi pemicunya, pasien dengan riwayat keluarga bertekanan darah tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obat-obatan yang mengandung estrogen,
--. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan migren, baik pada pasien yang memakai obat-obat preventif atau
tidak.
--. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu memicu pusing hindarilah, Jika ada aroma tertentu yang memicu maka harus dihindari. biasanya pola tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat cukup membantu.
--. olahraga berenang teratur mengurangi tekanan dan mencegah migren.
3. Pengobatan Abortif: melihat-lihat kembali rujukan yang ada .
--. Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual mulas perih kembung, fotobia dan fonofobia. Obat
ini diberikan pada migren berat atau yang tidak memberi tanggapan terhadap analgesik non khusus . Dosis awal 50 mg dengan dosis
maksimal 200 mg dalam 1hari .
--. Analgesik non khusus yaitu analgesik yang diberikan pada nyeri lain selain pusing , dapat menolong pada migren intensitas nyeri ringan sampai sedang.
Regimen analgesik untuk migren
Regimen analgesik NNT*
Aspirin 600-900 mg + metoclopramide 3,2
Asetaminofen 1000 mg 5,2
Ibuprofen 200-400 mg 7,5
*tanggapan terapi dalam 2 jam (pusing residual ringan atau hilang dalam 2 jam)
Domperidon atau Metoklopropamid sebagai antiemetik diberikan saat serangan serangan pusing atau bahkan lebih awal yaitu saat tahap
prodromal.
--. Analgesik khusus yaitu analgesik yang hanya aktif sebagai analgesik pusing . berkhasiat untuk masalah yang berat atau tanggapan buruk dengan NSAID. Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin dan golongan Triptan yaitu agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1.
--. Ergotamin dan DHE diberikan pada migren sedang sampai berat bila analgesik non khusus kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping. Kombinasi ergotamin dengan kafein untuk menambah penyerapan ergotamin sebagai analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler dan gagal ginjal,
4. Pengobatan preventif:
Pengobatan preventif harus selalu diminum tanpa melihat-lihat adanya serangan serangan atau tidak. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu
episodik, jangka pendek (subakut), atau jangka panjang (kronis). Pada serangan serangan episodik diberikan bila faktor pemicu dikenal dengan baik, sehingga diberikan analgesik sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek diberikan bila pasien akan terkena faktor yang memperparah : yang sudah dikenal dalam jangka waktu tertentu, contoh migren menstrual. Terapi
preventif kronis diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung tanggapan pasien.
Farmakoterapi pencegahan migren
Nama Obat . Dosis
Amitriptilin . 10-200 mg/hr
Nortriptilin . 10-150 mg/hr
Fluoksetin . 10-80 mg/hr
Mirtazapin. 15-45 mg/hr
Valproat . 500-1000 mg/hr
Topiramat . 50-200 mg/hr
Gabapentin . 900-3600 mg/hr
Verapamil . 80-640 mg/hr
Flunarizin. 5-10 mg/hr
Nimodipin . 30-60 mg/hr
Propranolol. 40-240 mg/hr
Nadolol . 20-160 mg/hr
Metoprolol. 50-100 mg/hr
Timolol. 20-60 mg/hr
Atenolol. 50-100 mg/hr
Komplikasi
1. Obat-obat NSAID seperti Ibuprofen dan Aspirin memicu efek samping seperti nyeri abdominal, perdarahan dan ulkus, terutama jika dipakai dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama.
2. pemakaian obat-obatan abortif lebih dari 2 atau 3 kali seminggu dengan jumlah yang besar, memicu komplikasi serius dinamakan rebound.
Konseling :
Keluarga menasehati pasien untuk beristirahat dan menghindari pemicu, dan berolahraga renang secara teratur. Pasien dan keluarga dapat berusaha mengatasi serangan serangan .
ciri-ciri Rujukan :
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-khusus . Pasien dirujuk ke rumahsakit
(tenagamedis spesialis saraf).
Peralatan
Obat antimigren, Alat pemeriksaan neurologis,
VERTIGO
Vertigo yaitu persepsi yang salah dari gerakan pasien atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berwujud :
Vertigo non vestibular yaitu rasa goyang, melayang, mengambang yang muncul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
Vertigo vestibular yaitu rasa berputar yang muncul pada gangguan vestibular.
berdasar letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
Vertigo vestibular sentral.muncul pada lesi di nukleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri.
Vertigo vestibular perifer. Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis,
Vertigo yaitu suatu gejala dengan berbagai pemicunya , antara lain: akibat terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak. kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, Secara khusus , pemicu vertigo, yaitu :
1. Vertigo vestibular
labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular compression, fistel perilimfe.
Vertigo sentral dipicu oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi, Vertigo perifer dipicu oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin,
2. Vertigo non vestibular
dipicu oleh hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik, polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop, BPPV yaitu gangguan klinis yang sering terjadi dengan sifat serangan serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat-lihat ke atas, lalu memutar kepala.
BPPV yaitu pemicu vertigo dengan prevalensi 3% dalam kehidupan pasien . prevalensi akan
meningkat setiap tahunnya seiring bertambahnya usia 7 kali atau pasien yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan 39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.
Anamnesis Keluhan :
Vertigo vestibular
memicu sensasi berputar, munculnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, bisa ditambah rasa mual mulas perih kembung atau muntah.
Vertigo vestibular perifer munculnya lebih mendadak sesudah perubahan posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, ditambah mual mulas perih kembung atau muntah dan
keringat dingin. Bisa ditambah gangguan pendengaran berwujud tinitus, atau ketulian, dan tidak ditambah gejala neurologik fokal seperti paresis fasialis, hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, Vertigo vestibular sentral munculnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh
gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang ditambah rasa mual mulas perih kembung dan
muntah, tidak ditambah gangguan pendengaran. ditambah gejala neurologik fokal seperti perioralparestesia, paresis fasialis, hemiparesis, diplopia, Vertigo non vestibular
Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung konstan atau terusmenerus , tidak ditambah rasa mual mulas perih kembung dan muntah, serangan serangan biasanya
dipicu oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat keramaian contoh lalu lintas macet.
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai:
Deskripsi jelas pasien. Pusing yang dikeluhkan dapat berwujud pusing , rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang,
--. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment
--. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung
--. Defisit neurologis: penglihatan ganda, ataksia serebelaris, hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis,
--. Bentuk serangan serangan vertigo:
Rasa goyang atau melayang, Pusing berputar
--. Sifat serangan serangan vertigo:
Ringan atau berat, Periodik, terusmenerus,
--. Faktor pemicu atau situasi pemicu dapat berwujud :Suara, Situasi: keramaian dan emosional, Perubahan gerakan kepala atau posisi,
--. Gejala otonom yang ikutserta vertigo:
Gejala muntah, keringat dingin, otonom berat atau ringan, mual mulas perih kembung,
--. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli,
--. Obat-obatan yang memicu gejala vertigo seperti: kemoterapi, streptomisin, gentamisin,
Gambaran klinis BPPV:
Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, contoh menegakkan kembali badan, menunduk, menengadah, miring ke satu sisi saat berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk.serangan serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 15-35 detik. Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa ditambah rasa mual mulas perih kembung, kadang muntah. sesudah rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan diikuti disekulibrium
selama beberapa hari sampai minggu. BPPV dapat muncul kembali.
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30
mmHg.
Pemeriksaan neurologis
--. Motorik: kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
--. Sensorik: gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
--. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurootologi),
--. Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral,
--. Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X,
XI, XII.
Tes Fukuda , dianggap tidaknormal jika saat berjalan ditempat selama 1 menit dengan mata tertutup terjadi deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih
dari 1 meter.
Tes past pointing, pada kelainan vestibuler saat mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
Tes nistagmus:
Nistagmus dinamakan kan berdasar komponen cepat, sedang komponen lambat menandakan lokasi lesi: bidireksional, sentral, unilateral, perifer,
Tes Romberg:
Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata terbuka pasien jatuh,kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika saat mata terbuka pasien tidak jatuh, namun saat mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada sistem vestibuler atau proprioseptif,
Tes Romberg dipertajam : Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi, dengan anamnesis,
pengobatan :
--sebab pemicu vertigo beragam, sementara pengidap sering merasa sangat terganggu dengan vertigo ini , cenderung memakai pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan beragam . Sebagian besar masalah terapi dapat dihentikan sesudah beberapa minggu,
--. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode BrandDaroff.
--. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. sesudah itu duduk kembali. sesudah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang 5 kali dan dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
Beberapa golongan yang sering dipakai :
a. Antihistamin (Siklisin, Dimenhidrinat, Difenhidramin, Meksilin) Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per
oral. Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, memiliki khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi tanggapan terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis
biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.
Terapi BPPV:
Obat antivertigo cenderung tidak diperlukan namun bila terjadi disekuilibrium sesudah BPPV, pemberian betahistin akan bermanfaat untuk
mempercepat kompensasi.
sebab gejala yang muncul hebat, pasien menjadi gelisah dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh sebab itu,
pasien perlu dinasihati bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik dan hilang spontan sesudah beberapa waktu, namun kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
Terapi BPPV kanal posterior:
Manuver Epley, Metode Brand Daroff, Prosedur Semont, Vertigo pada pasien perlu pemantauan untuk mencari pemicunya lalu dilakukan pengobatan sesuai pemicu .
Konseling :
Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular. Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari pemicu vertigo dan mengobatinya sesuai pemicu .
ciri-ciri Rujukan :
Tidak ada perbaikan pada vertigo vestibular sesudah diterapi farmakologik dan non farmakologik.Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
Peralatan
Obat antihistamin. Obat antagonis kalsium, Palu refleks. Sphygmomanometer. Termometer. Garpu tala (penala).
TETANUS
Tetanus yaitu penyakit pada sistem saraf yang dipicu oleh tetanospasmin. Penyakit ini ditandai dengan spasme tonik persisten, ditambah
serangan serangan yang tegas dan terukur Tetanospasmin yaitu neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanospasmin menghambat neurotransmiter GABA dan glisin, sehingga tidak terjadi hambatan aktivitas refleks otot. Spasme otot dapat terjadi lokal (disekitar infeksi), sefalik (mengenai otot-otot cranial), atau biasanya atau generalisata (mengenai otot-otot
kranial maupun anggota gerak dan batang tubuh). Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang memicu penutupan rahang
(trismus ataulockjaw), melibatkan otot otot ekstremitas dan batang tubuh.
Anamnesis Keluhan :
gejala tetanus beragam dari kekakuan otot setempat, trismus, sampai kejang parah . gejala tetanus terdiri atas 4 macam yaitu:
1. Tetanus biasanya /generalisata
gejala dapat berwujud trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit kejang
kegelisahan parah dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara, sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
2. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, dipicu adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering muncul yaitu ketidakmampuan untuk menetek,
kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme. ada : kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang parah .
3. Tetanus lokal
Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap ditambah rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus : .
4. Tetanus sefalik
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang dipicu oleh luka pada area kepala atau otitis media kronis.
Gejalanya berwujud rhisus sardonikus, disfungsi nervus kranial, trismus, disfagia,
Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus biasanya dan prognosisnya biasanya jelek.
--. Pada tetanus neonatorum ada kekakuan dan spasme dan posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung memicu opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada,
pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.
--. Pada tetanus lokal ada kekakuan dan spasme yang menetap.
--. Pada tetanus sefalik ada trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial.
--. Pada tetanus biasanya /generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan dan
ekstensi tungkai, kejang biasanya yang terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap
baik.
berdasar temuan klinis dan riwayat imunisasi.
Tingkat keparahan tetanus:
Kriteria Pattel Joag
1. Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang
2. Kriteria 2: Spasme, tanpa mempikirkan frekuensi maupun derajat
keparahan
3. Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari
4. Kriteria 4: waktu onset ≤2 hari
5. Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF ( > 400 C), atau aksila 99ºF ( 37,6 ºC ).
Grading
1. Derajat 1 (masalah ringan), ada satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak ada kematian)
2. Derajat 2 (masalah sedang), ada 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2.
Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 2 hari
(kematian 15%)
3. Derajat 3 (masalah berat), ada 3 Kriteria, biasanya masa inkubasi kurang
dari 7 hari atau onset kurang dari 2 hari (kematian 35%)
4. Derajat 4 (masalah sangat berat), ada minimal 4 Kriteria (kematian 60%)
5. Derajat 5, bila ada 5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus
neonatorum (kematian 84%).
Derajat penyakit tetanus menurut rekayasa dari penggolongan Albleet’s :
1. Grade 1 (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, spamisitas biasanya , tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
2. Grade 2 (sedang)
Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu.3. Grade 3 (berat)Trismus berat, spastisitas biasanya , spasme spontan yang lama dan sering,
serangan serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan ditambah takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat.
4. Grade 4 (sangat berat)
Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering memicu “autonomic storm”.
diagnosa Banding
Tonsilitis berat, keracunan Strychnine, reaksi fenotiazine, Peritonitis, Tetani (muncul sebab hipokalsemia, hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum rendah), Meningoensefalitis, Poliomielitis, Rabies, Lesi orofaringeal,
Komplikasi
---. Tulang dan otot
Pada otot sebab spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktura kolumna vertebralis akibat
kejang yang terus-menerus terutama pada anak dan pasien dewasa. juga dapat terjadi miositis ossifikans sirkumskripta.
---. Komplikasi yang lain
Laserasi lidah akibat kejang, dekubitus sebab pengidap berbaring dalam satu posisi saja, panas yang tinggi sebab infeksi sekunder atau toksin
yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
---. Kardiovaskuler
Komplikasi berwujud aktivitas simpatis yang meningkat antara lain berwujud takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium.
---. Saluran pernapasan
Dapat terjadi asfiksia, aspirasi pneumonia, atelektasis akibat obstruksi oleh sekret, pneumotoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi.
pengobatan
1. Pengaturan luka
Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry masuknya kuman C. tetani harus memperoleh perawatan luka. Luka dapat menjadi luka yang
rentan mengalami tetanus atau luka yang tidak rentan tetanus,
2. Rekomendasi Pengaturan luka traumatik
--. TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT diberikan .
--. Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan
faktor penentu pemberian TIg
--. Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.
--. Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu diperoleh .
---. Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan 100-150 gr protein. Bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan diberikan per sonde atau parenteral.
---. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
---. Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan tanggapan klinis.
---. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
---. Bila ada adanya komplikasi pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol diberikan , terutama bila pengidap alergi penisilin. Tetrasiklin: 30-50 mg/kg BeratBadan /hari
dalam 4 dosis. Eritromisin: 50 mg/kg BeratBadan /hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. Metronidazol loading dose 15 mg/kg BeratBadan /jam lalu 7,5 mg/kg BeratBadan tiap 6 jam.
---. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin namun pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan dengan dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 1hari pertama.
---. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
---. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
---. Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahayaruangan redup dan tindakan terhadap pengidap .
---. Eliminasi bakteri, penisilin yaitu drug of choice: berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Untuk pasien yang alergi penisilin diberikan Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi
Clostridium tetani namun tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.
Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari. Bila pengidap datang dalam keadaan kejang maka diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kg BeratBadan /kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap kali kejang. lalu diikuti pemberian Diazepam per oral (sonde lambung)
dengan dosis 0,5/kg BeratBadan /kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Magnesium sulfat dapat pula dipikirkan dipakai bila ada gangguan saraf otonom.
---. Anti Tetanus Serum (ATS) dapat dipakai , namun sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat. Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
Konseling :
Peran keluarga pada pasien dengan risiko terjadinya tetanus yaitu memotivasi untuk dilakukan vaksinasi dan penyuntikan ATS.
Rencana Tindak Lanjut
-- Booster dilakukan 6-12 bulan lalu .
---. Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya.
---. Laporkan masalah Tetanus ke rumahsakit setempat.
---. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu lalu dengan dosis yang sama dengan dosis inisial.
ciri-ciri Rujukan :
Rujukan ditujukan ke rumahsakit yang memiliki tenagamedis spesialis neurologi, . Bila tidak terjadi perbaikan sesudah penanganan pertama. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan.
Peralatan:
Obat antikonvulsan, Sarana pemeriksaan, Infus set, neurologis, Oksigen,
Prognosis
Tetanus memicu kematian dan gangguan fungsi tubuh, namun bila diobati dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan baik. Tetanus biasanya tidak terjadi berulang, kecuali terinfeksi kembali oleh C tetani.
RABIES
Rabies yaitu infeksi virus yang menjalar ke otak melalui saraf perifer. Perjalanan virus untuk mencapai sistem saraf pusat, mengambil masa beberapa bulan. Masa inkubasi dari penyakit ini 1-3 bulan, namun dapat beragam antara 1 minggu sampai beberapa tahun, tergantung pada seberapa jauh jarak masuknya virus ke otak. Penyakit infeksi akut sistem saraf pusat (ensefalitis) ini dipicu oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia, terutama melalui gigitan hewan yang terinfeksi (serigala, kelelawar, anjing, monyet, kucing).
infeksi melalui transplantasi organ dan paparan
udara.Rabies hampir selalu berakibat fatal jika post-exposure prophylaxis tidak diberikan sebelum onset gejala berat.
Anamnesis :
1. Stadium prodromal
Gejala awal berwujud demam, malaise, mual mulas perih kembung rasa nyeri di tenggorokan
selama beberapa hari.
2. Stadium sensor
pengidap merasa nyeri, merasa panas ditambah kesemutan pada tempat bekas luka lalu disusul dengan gejala gelisah, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensor .
3. Stadium eksitasi
Tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi. Hal yang
sangat khas pada stadium ini yaitu munculnya macam-macam fobia seperti hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernapasan dapat dimuncul kan oleh rangsangan sensor contoh dengan meniupkan udara ke muka pengidap . Pada stadium ini dapat terjadi takikardia, apneu, sianosis, konvulsan, perilaku pengidap tidak rasional kadang maniakal ditambah menanggapi Gejala eksitasi terus berlangsung
sampai pengidap meninggal.
4. Stadium paralisis
Sebagian besar pengidap rabies meninggal dalam stadium sebelumnya, namun kadang ada pasien yang tidak menandakan gejala eksitasi
melainkan paresis otot yang terjadi secara progresif sebab gangguan pada medulla spinalis.
biasanya rabies pada manusia memiliki masa inkubasi 3-8 minggu. gejala jarang muncul sebelum 2 minggu dan biasanya muncul sesudah 12 minggu. Mengetahui port de entry virus ini secepatnya pada tubuh pasien yaitu kunci untuk meningkatkan pengobatan sesudah gigitan saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah
sembuh bahkan mungkin sudah dilupakan. namun pasien sekarang mengeluh mengenai perasaan yang lain ditempat bekas gigitan ini .
Perasaan itu dapat berwujud rasa terbakar (panas), berdenyut rasa tertusuk, gatal-gatal,
Anamnesis pengidap ada riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing, kucing, yang:
pelaku rabies (hewan berubah sifat, malas makan,).Tak dapat
sesudah menggigit (dibunuh, lari), Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan pelaku ), Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh)
Masa inkubasi rabies 3-4 bulan (90%), beragam antara 7 hari sampai 7 tahun. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya luka gigitan dan lokasi luka gigitan (jauh dekatnya ke sistem saraf pusat, derajat patogenitas virus dan persarafan area luka gigitan). Luka pada kepala inkubasi 25-49 hari, dan pada ekstremitas 46-80 hari.
Tanda patognomonis, Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring kadang seperti hipersalivasi, kejang, hidrofobia, aerofobia, rasa tercekik (inspiratoris spasme),
saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin sudah dilupakan.
. Pada pemeriksaan ada gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah sembuh (55%), mioedema (menetap selama
perjalanan penyakit).Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka ada :hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma ketidaknormalan ADH, paralitik/paralisis flaksid. Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian,
Hasil pemeriksaan laboratorium kurang berarti .
dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit mati dalam 1 minggu.
Gejala tahap awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ada parestesia pada area gigitan.
Gejala lanjutan: hipersalivasi, kejang, hidrofobia, aerofobia, nyeri pada faring kadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme), agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten,
diagnosa Banding Herpes simplex, Ensefalitis post-vaksinasi, Tetanus, Ensefalitis, lntoksikasi obat-obat, Japanese encephalitis,
Komplikasi
Kejang dapat lokal atau generalisata, sering bersamaan dengan aritmia dan dyspneu.
Gangguan hipotalamus: diabetes insipidus, disfungsi otonomik yang memicu hipertensi, hipotensi, hipo/hipertermia, aritmia dan henti
jantung.
pengobatan
--. Pada pasien yang sudah memperoleh vaksin rabies dalam waktu 5 tahun terakhir, bila digigit binatang pelaku rabies, vaksin cukup diberikan 2
dosis pada hari 0 dan 3, namun bila gigitan berat vaksin diberikan lengkap.
--. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di area leher ke atas, pada jari tangan dan genitalia diberikan SAR 20 IU/kg BeratBadan dosis tunggal. Cara pemberian SAR yaitu setengah dosis infiltrasi pada sekitar luka dan setengah dosis IM pada tempat yang berlainan dengan suntikan SAR,
diberikan pada hari yang sama dengan dosis pertama SAR.
--. Isolasi pasien penting segera sesudah untuk menghindari rangsangan yang bisa memicu spasme otot
ataupun untuk mencegah penularan.
--. tahap awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5-10 menit lalu dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan desinfektan seperti alkohol 40-70%, tinktura yodii atau larutan ephiran. Jika terkena selaput lendir seperti mata, hidung atau mulut, maka cucilah area ini dengan air lebih lama; pencegahan dilakukan dengan pembersihan luka dan vaksinasi.
--. Pemberian serum dapat dikombinasikan dengan Vaksin Anti Rabies (VAR) pada hari pertama kunjungan.
--. tahap lanjut: tidak ada terapi untuk pengidap rabies yang sudah menandakan gejala rabies.Penanganan hanya berwujud tindakan pendukung berwujud penanganan gagal jantung dan gagal nafas.
--. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dinamakan post-exposure prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM
pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml pada hari 0, 3, 7,14, 28 (regimen Essen atau rekomendasi WHO), atau pemberian VAR 0,5 ml pada hari 0, 7, 21 (regimen Zagreb/disarankan ).
--. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) bila serumheterolog (berasal dari serum kuda) Dosis 40 IU/ kg BeratBadan disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyakbanyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Skin test perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila serum homolog (berasal dari serum manusia) dengan dosis 20 IU/ kg BeratBadan , dengan cara yang sama,
Konseling :
Laporkan masalah rabies ke rumahsakit setempat.. Keluarga ikut membantu dalam hal pengidap rabies yang sudah menunjukan gejala rabies untuk segera dibawa untuk penanganan segera ke rumahsakit . Pada pasien yang digigit hewan pelaku rabies, keluarga harus menyarankan pasien untuk vaksinasi.
ciri-ciri Rujukan :
Dirujuk ke rumahsakit yang memiliki tenagamedis spesialis neurolog.pengidap rabies yang sudah menandakan gejala rabies.
Peralatan
. Cairan desinfektan, Vaksin Anti Rabies. Serum Anti Rabies
Prognosis biasanya buruk, sebab kematian dapat mencapai 100% bila virus rabies mencapai SSP. Prognosis selalu fatal sebab sekali gejala rabies terlihat, hampir selalu kematian terjadi dalam 2-3 hari sesudahnya, sebagai akibat gagal napas atau henti jantung. Jika dilakukan perawatan awal
sesudah digigit anjing pengidap rabies, seperti pencucian luka, pemberian VAR dan SAR, maka angka survival 100%
LIPOMA
Lipoma yaitu suatu tumor (benjolan) jinak yang berada di bawah kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma ada pada usia lanjut (40-65 tahun), namun juga ada pada anak-anak. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.
Benjolan di kulit tanpa ditambah nyeri.Biasanya tanpa gejala apa-apa (asimptomatik). Hanya dikeluhkan munculnya benjolan yang membesar perlahan dalam waktu yang lama. Bisa memicu
gejala nyeri jika tumbuh dengan menekan saraf. Untuk tempat predileksi seperti di leher bisa memicu menelan dan sesak.
faktor yang memperparah :
Usia menengah dan usia lanjut, Sindrom Gardner
Adiposisdolorosis. Riwayat keluarga dengan lipoma,
Patologis
Keadaan biasanya : tampak sehat bisa sakit ringan - sedangKulit: ada benjolan, teraba empuk, bergerak jika ditekan.
Pemeriksaan Penunjang
dilakukan tusukan jarum halus untuk mengetahui isi massa. melakukan diagnosa
diagnosa :
Massa bergerak di bawah kulit, bulat, yang memiliki sifat lembut, terlihat pucat. Ukuran diameter kurangdari 6 cm, pertumbuhansangat lama.
diagnosa Banding
Limfadenitis tuberkulosis, Epidermoidkista, Abses, Liposarkoma,
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan rujukan, seperti biopsijarum halus.
Biasanya Lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun.
Terapi sesudah eksisi: antibiotik, anti nyeri
Simptomatik: obat anti nyeri
Dengan indikasi : kosmetika tanpa lain.
Cara eksisi Lipoma dengan melakukan sayatan di atas benjolan, lalu mengeluarkan jaringan lipoma
ciri-ciri Rujukan : :
Predileksi di lokasi yang berisiko bersentuhan dengan pembuluh darah atau saraf.
Ukuran massa > 6 cm dengan pertumbuhan yang cepat. . Ada gejala nyeri spontan maupun tekan.
ANGINA PEKTORIS STABIL
Angina pektoris stabil yaitu tanda klinis pertama pada sekitar 50% pasien yang mengalami penyakit jantung koroner. Angina pektoris dilaporkan
terjadi dengan rata-rata kejadian 1%tergantung pada jenis kelamin, umur, dan faktor yang memperparah,
Anamnesis Keluhan :
nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa
ditekan atau terasa seperti ditimpa beban yang sangat berat.diagnosa cenderung berdasar nyeri dada yang memiliki ciri khas antaralain :
--. Lamanya serangan serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadangkadangperasaan tidak enak di dada masih terasa sesudah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mengalami sindrom koroner akut dan bukan angina pektoris biasa. Pada angina
pektoris dapat muncul lain seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang nyeri dada ditambah keringat dingin.
--. Nyeri dada bisa ditambah keringat dingin, mual mulas perih kembung, muntah, sesak dan pucat.
--Letak
Sering pasien merasakan nyeri dada di area sternum atau di bawah sternum(substernal: tidak dapat melokalisasi), atau dada sebelah kiri dan
kadang menjalar ke lengan kiri, dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat muncul di tempat lain seperti di area epigastrium, leher, rahang, gigi, dan bahu.
--. Hubungan dengan aktivitas
Nyeri dada pada angina pektoris biasanya muncul saat melakukan aktivitas, contoh sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau naik tangga. Pada masalah yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau emosi, sudah memicu nyeri dada. Nyeri dada ini segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. serangan serangan angina yang muncul pada waktu istirahat atau saat tidur malam sering akibat angina pektoris tidak stabil
--. Kualitas
Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti diperas atau terasa panas, kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada sebab pasien tidak dapat menerangkan dengan baik.
faktor yang memperparah : yang tidak dapat diubah:
--Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.
--Risiko meningkat pada pria di atas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (biasanya sesudah menopause)
--Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, ini berkaitan dengan estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan lakilaki pada wanita sesudah masa menopause.
saat terjadi serangan serangan angina dapat tidak menandakan kelainan. Walau jarang pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di area apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat saat serangan serangan angina.
. ada pembesaran jantung.
faktor yang memperparah : yang diubah:
1. Mayor
Diabetes Melitus. Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori. Peningkatan lipid serum. Hipertensi Merokok. Konsumsi alkohol.
2. Minor
Aktivitas fisik kurang, Tipe kepribadian, Stress psikologik
Pemeriksaan Penunjang
1. X ray thoraks
X ray thoraks sering menandakan bentuk jantung yang normal.Pada pasien hipertensidapat terlihat jantung membesar dan kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
2. EKG
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan saat serangan serangan angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menandakan bahwa pasien
pernah memperoleh infark miokard di masa lampau. kadang menandakan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina,
dapat pula menandakan perubahan segmenST atau gelombang T yang tidak khas. saat serangan serangan angina, EKG akan menandakan depresi
segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.Gambaran EKG pengidap angina tak stabil/ATS dapat berwujud depresi segmen ST, inversi gelombang T, depresi segmen ST ditambah inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang berkas His dan bisa tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri
ataupun bersamaan. Perubahan ini muncul di saat serangan serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal sesudah angina hilang dalam waktu 1hari . Bila perubahan ini menetap sesudah 1hari atau terjadi evolusi gelombang Q, maka dinamakan Infark Miokard Akut (IMA).
diagnosa :
berdasar anamnesis dan
penunjang.
penggolongan Angina:
1. Stable Angina Pectoris (angina pektoris stabil)
nyeri dada muncul bila melakukan suatu pekerjaan, sesuai dengan berat ringannya pemicu , dibagi atas beberapa tingkatan:
--. muncul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
--. Angina muncul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
--. Selalu muncul sesudah latihan berat.
--. muncul sesudah latihan sedang (jalan cepat 1/2 km)
2. Unstable Angina Pectoris (angina pektoris tidak stabil/ATS)Angina dapat terjadi saat istirahat maupun aktif . Pada patologi biasanya ada area iskemik miokard yang memiliki ciri
tersendiri.
3. Angina prinzmetal (Variant angina)Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan sering muncul saat beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmetal terjadi spasme arteri koroner yang memicu iskemi jantung di bagian hilir. Kadangkadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.penggolongan Angina Pektoris menurut Canadian Cardiovascular Society
Classification System:
1. Kelas I: Pada aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina. Angina akan muncul saat melakukan peningkatan aktivitas fisik (berjalan cepat, olahraga dalam waktu yang lama).
2. Kelas II: Adanya pembatasan aktivitas sedikit/aktivitas sehari-hari (naik tangga dengan cepat, jalan naik, jalan sesudah makan, stres, dingin).
3. Kelas III: Benar-benar ada pembatasan aktivitas fisik sebab sudah muncul gejala angina saat pasien baru berjalan 1 blok atau naik tangga 1 tingkat.
4. Kelas IV: Tidak bisa melakukan aktivitas sehari-sehari, tidak nyaman, untuk melakukan aktivitas sedikit saja bisa kambuh, bahkan waktu istirahat
juga bisa terjadi angina.
diagnosa Banding
Nyeri muskuloskeletal, Pleuritis, Herpes di dada, Trauma, Psikosomatik, Gastroesofageal Refluks Disease (GERD), Gastritis akut,
Komplikasi Sindrom koroner akut
pengobatan
Terapi farmakologi:
1. Oksigen dimulai 2 L/menit
2. Nitrat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan denyut jantung
(contoh verapamil, diltiazem). Pemberian dosis pada serangan serangan akut :
a. Nitrat 5 mg sublingual dapat dilanjutkan dengan 5 mg peroral sampai memperoleh pelayanan rawat lanjutan di rumahsakit .
b. Beta bloker:
Propanolol 20-80 mg dalamdosis terbagi atau
Bisoprolol 2,5-5 mg per 1hari .
c. Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridine Dipakai bila Beta Blocker yaitu kontraindikasi, contoh : Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali sehari) Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari)
3. Antipletelet
Aspirin 160-320 mg sekali minum pada serangan serangan akut.
Konseling :
Jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara teratur. Melakukan mengendalikan terhadap kadar serum lipid, mengatasi tekanan darah, . Menghentikan konsumsi rokok dan alkohol. Menjaga berat badan ideal. Mengatur pola makan. Melakukan olah raga ringan secara teratur. mengatasi emosi danmengurangi kerja berat dimana memerlukan banyak oksigen dalam aktivitasnya
. Mengurangi konsumsi makanan berlemak
ciri-ciri Rujukan :
Dilakukan rujukan ke rumahsakit (spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam) untuk pengobatan lebih lanjut.
Peralatan
Radiologi (X ray thoraks). Elektrokardiografi (EKG)
INFARK MIOKARD
Infark miokard (IM) yaitu perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang dipicu oleh ketidakseimbangan kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan miokardium. biasanya dipicu ruptur plak dan trombus dalam pembuluh darah koroner dan memicu kekurangan suplai darah ke
miokardium.
Anamnesis Keluhan :
. Dapat terdengar suara murmur dan gallop S3
. Ronki basah ditambah peningkatan vena jugularis ada pada
AMI yang ditambah edema paru. ada aritmia, . Pasien biasanya terbaring dengan gelisah dan kelihatan pucat
. Hipertensi/hipotensi
. Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih benda berat.ditambah gejala tambahan berwujud sesak, mual mulas perih kembung, muntah, nyeri epigastrium, keringat dingin, gelisah.. Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrium. Penjalaran ke tangan kiri lebih sering terjadi.
faktor yang memperparah :
Yang tidak dapat diubah:
--Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun.
--. Risiko meningkat pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun (biasanya sesudah menopause)
--Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, ini berkaitan dengan estrogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan. ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan lakilaki pada wanita sesudah masa menopause.
yang diubah:
1. Mayor
Diet tinggi lemak jenuh,kolesterol, kalori,
. Peningkatan lipid serum. Hipertensi. Merokok. Konsumsi alkohol. Diabetes Melitus.
2. Minor
Tipe kepribadian. Aktivitas fisik kurang . Stress psikologik.
Pemeriksaan Penunjang
EKG:
PadaNonST Elevation Myocardial infarct(NSTEMI),EKG yang ada bisa berwujud depresi segmen ST dan inversi gelombang T,atau EKG yang normal. . PadaST Elevation Myocardial infarct (STEMI), ada elevasi segmen ST diikuti perubahan sampai inversi gelombang T, lalu muncul peningkatan gelombang Q minimal di dua sadapan.
berdasar anamnesis, dan penunjang.
syarat diagnosa : pasti jika ada 2 dari 3 hal di bawah ini:
--Laboratorium: peningkatan enzim jantung
--Klinis: nyeri dada khas angina
--EKG: ST elevasi atau ST depresi atau T inverted.
penggolongan
--STEMI --NSTEMI/UAP
diagnosa Banding
Dispepsia, Miokarditis, Pneumothoraks, Emboli paru, Angina pektoris prinzmetal, Unstable angina pectoris, Ansietas, Diseksi aorta,
Komplikasi
. Aritmia letal, Disfungsi otot jantung. Ruptur miokard. Perluasan infark dan iskemia paska infark
pengobatan
Segera rujuk sesudah pemberian :
Aspirin, dosis awal 320 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 160 mg
. Dirujuk dengan terpasang infus dan oksigen
. Oksigen 2-4 liter/menit
. Nitrat, ISDN 5-10 mg sublingual maksimal 3 kali
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan EKG serial
Konseling :
rekayasa gaya hidup nasihat untuk kemungkinan kegawatan dan segera dirujuk
ciri-ciri Rujukan :
Segera dirujuk ke rumahsakit dengan spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam.
Peralatan
Masker oksigen. Tabung oksigenElektrokardiografi,
TAKIKARDIA
Takikardi yaitu keadaan dimana denyut jantung istirahat pasien secara tidaknormal lebih dari 100 kali per menit. sedang supraventikular
takikardi (SVT) yaitu takikardi yang berasal dari sumber di atas ventrikel (atrium atau AV junction), dengan ciri gelombang QRS sempit (< 0,12ms) dan frekuensi lebih dari 150 kali per menit.
Ventrikular Takikardi (VT) yaitu takikardi yang berasal dari ventrikel, dengan ciri gelombang QRS lebar (> 0,12ms) dan frekuensi biasanya lebih dari 150 kali per menit. VT ini bisa memicu gangguan hemodinamik yang memerlukan tindakan resusitasi.
Anamnesis Keluhan :
Denyut jantung istirahat lebih dari 100 kali per menit. Penurunan tekanan darah dapat terjadi pada keadaan yang tidak stabil. Pusing. Sinkop. Berkeringat. Penurunan kesadaran bila terjadi gangguan hemodinamik, . Palpitasi. Sesak napas
. Mudah lelah. Nyeri rasa tidak nyaman di dada
faktor yang memperparah :
. Stress dan gangguan kegelisahan. Gangguan elektrolit. Hipertiroid. Penyakit Jantung Koroner
. Kelainan Jantung
Patognomonis
. Takipnea . Hipotensi. Sering ditambah gelisah hingga penurunan kesadaran pada keadaan yang tidak stabil Denyut jantung melebihi 100 kali per menit dan bisa menjadi sangat cepat dengan frekuensi > 150 kali per menit pada keadaan SVT dan VT,
Pemeriksaan Penunjang
EKG
VT: ada kompleks QRS lebar (>0,12ms), tiga kali atau lebih secara berurutan. Frekuensi nadi biasanya > 150 kali per menit
SVT: kompleks QRS sempit (< 0,12ms) dengan frekuensi > 150 kali per menit. Gelombang P bisa ada atau terkubur dalam kompleks QRS.
diagnosa :
dilakukan berdasar anamnesis, penunjang.
Komplikasi memicu kematian
pengobatan Takikardia Tidak Stabil
yaitu keadaan yang mengancam jiwa terutama bila ditambah hemodinamik yang tidak stabil. Bila hemodinamik tidak stabil (tekanan darah
sistolik < 90 mmHg) dengan nadi melemah, apalagi ditambah penurunan kesadaran bahkan pasien menjadi tidak tanggapan if harus dilakukan kardioversi baik dengan obat maupun elektrik. keadaan ini harus segera dirujuk dengan
terpasang infus dan resusitasi jantung paru bila tidak menanggapi Oksigen diberikan dengan sungkup O2 10-15 liter per menit.Pada keadaan stabil, SVT dapat diatasi dengan dilakukan vagal manuver (memijat arteri karotis atau bola mata selama 10-15 menit). Bila tidak tanggapan ,
dilanjutkan dengan pemberian adenosin 6 mg bolus cepat. Bila tidak tanggapan boleh diulang dengan 12 mg sebanyak dua kali. Bila tidak tanggapan atau adenosin tidak tersedia, segera rujuk ke rumahsakit . Pada VT, segera
rujuk dengan terpasang infus dan oksigen O2 nasal 4 liter per menit.
Takikardia Stabil
pengobatan tergantung pemicu , bila sinus takikardia, istirahatkan pasien, dan berikan oksigen, evaluasi pemicu (kardiak atau ekstrakardiak seperti nyeri, masalah paru, gelisah) bila tidak ada perubahan maka dapat dirujuk.
Konseling :
nasihat kepada keluarga bahwa keadaan ini dapat mengancamjiwa dan perlu dilakukan rujukan sebab memerlukan penanganan yang cepat dan tepat.
ciri-ciri Rujukan :
Segera rujuk sesudah pertolongan pertama dengan pemasangan infus dan oksigen.
Peralatan
Bag valve mask, EKG
GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK
Gagal jantung (akut dan kronik) yaitu kondisi
memicu penurunan kualitas hidup, tingginya rehospitalisasi sebab kekambuhan yang tinggi dan peningkatan angka kematian.Prevalensi masalah gagal jantung di komunitas meningkat seiring dengan meningkatnya usia yaitu berkisar 2% (40-45 tahun), 1% (55-64 tahun), dan
9% (75 tahun ke atas). Lebih dari 50% pasien masalah gagal jantung memiliki fraksi ejeksi lebih dari 50%. Pada usia 45 tahun, risiko terjadinya gagal jantung sekitar 25% untuk lelaki dan 25% pada perempuan.
Anamnesis Keluhan :
Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu), Sesak saat beraktifitas (dyspneu d’effort), Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu), tambahan: lemas, mual mulas perih kembung, muntah dan gangguan mental pada pasien tua
faktor yang memperparah :
Riwayat gangguan jantung sebelumnya. Riwayat infark miokard. Hipertensi. Dislipidemia. kegemukan . Merokok. Diabetes melitus. . Peningkatan tekanan vena jugular. Frekuensi pernapasan meningkat. Kardiomegali. Gangguan bunyi jantung (gallop). Ronki pada pemeriksaan paru. Hepatomegali. Asites . Edema perifer
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap. X Ray thoraks untuk mengukur kardiomegali dan melihat-lihat gambaran edema paru EKG (hipertrofi ventrikel kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan gambaran tidaknormal lain).
berdasar kriteria Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
. Ronki basah basal. Kardiomegali. Edema paru akut. Gallop (S3). Refluks hepatojugular positif
Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu). Distensi vena-vena leher. Peningkatan tekanan vena jugularis
Kriteria Minor:
Efusi pleura . Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal. Takikardi >120 kali per menit, . Edema ekstremitas. Batuk malam. Dyspneu d’effort (sesak saat beraktifitas). Hepatomegali.
diagnosa Banding
Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik. Sirosis hepatik, . Diabetes ketoasidosis,
. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru berat (ARDS), emboli paru
Komplikasi
Gangguan keseimbangan elektrolit, Syok kardiogenik
pengobatan
1. rekayasa gaya hidup
Pembatasan asupan cairan maksimal 1,5 liter (ringan), maksimal 1 liter (berat)
2. Aktivitas fisik
a. Pada keadaan akut berat: tirah baring
b. Pada keadaan sedang atau ringan:batasi beban kerja sampai 50% hingga 70% dari denyut nadi maksimal (220/umur)
3. pengobatan farmakologi
Pada gagal jantung akut:
a. Terapi oksigen 2-4 liter per menit
b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus dapat diulang tiap jam sampai dosis maksimal 600 mg/hari.
c. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
a. Diuretik: diutamakan loop diuretic (furosemid) bila perlu dapat dikombinasikan Thiazid, bila dalam 1hari tidak ada tanggapan rujuk ke
rumahsakit .
b. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis sampai tercapai dosis yang
efektif dalam beberapa minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target tidak tercapai segera dirujuk.
c. Digoksin diberikan bila ada takikardi untuk menjaga denyut nadi tidak terlalu cepat.
Konseling :
Pasien dan keluarga perlu diberitahu gejala kegawatan kardiovaskular dan pentingnya untuk mengendalikan kembali sesudah pengobatan
di rumah sakit, nasihat mengenai pemicu dan faktor yang memperparah : penyakit gagal jantung kronikcontoh tidak terkendali nya tekanan darah, kadar lemak atau kadar gula
darah,
ciri-ciri Rujukan :
Pada keadaan akut, dimana keadaan klinis mengalami perburukan dalam waktu cepat harus segera dirujuk rumahsakit atau layanan tertier
terdekat untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke rumahsakit yang memiliki tenagamedis spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan maupun pemeriksaan lanjutan seperti
ekokardiografi.
Peralatan
. Laboratorium untuk pemeriksaan darah perifer lengkap. EKG, Radiologi (X ray thoraks)
CARDIORESPIRATORY ARREST
Cardiorespiratory Arrest (CRA) yaitu keadaan kegawatdaruratan sebab berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang memicu
kegagalan sistem sirkulasi. ini dipicu oleh malfungsi mekanik jantung paru atau elektrik jantung. keadaan yang mendadak dan berat ini
memicu kerusakan organ. Henti jantung yaitu konsekuensi dari aktivitas otot jantung yang tidak
terkoordinasi. Dengan EKG, ditunjukkan dalam bentuk Ventricular Fibrillation (VF). Satu menit dalam keadaan persisten VF, aliran darah koroner menurun hingga tidak ada sama sekali. Dalam 4 menit, aliran darah katoris tidak ada sehingga memicu kerusakan neurologi secara permanen.
Jenis henti jantung
Fibrilasi Ventrikel, Pulseless Electrical Activity (PEA)Asistole. Takikardia Ventrikel
Anamnesis Keluhan :
Pasien dibawa sebab pingsan mendadak dengan henti jantung dan paru. Sebelumnya, dapat ditandai dengan tahap prodromal berwujud nyeri dada, sesak, berdebar dan lemah.
Hal yang perlu ditanyakan kepada keluarga pasien yaitu untuk mencari pemicu terjadinya CRA antara lain oleh:
5 T (tension pneumothorax, tamponade, tablet atau overdosis obat, trombosis koroner, dan thrombosis pulmoner), tersedak, tenggelam, gagal
jantung akut, emboli paru, atau keracunan karbon monoksida.5 H (hipovolemia, hipoksia, hidrogen ion atau asidosis, hiper atau hipokalemia dan hipotermia)
Pada pemeriksaan tanda vital ada :
Tidak ada nafas. Tidak teraba denyut nadi di arteri-arteri besar (karotis dan femoralis).Pasien tidak sadar
Pemeriksaan Penunjang
EKG Gambaran EKG biasanya menandakan gambaran VF (Ventricular Fibrillation).
dapat pula terjadi asistol, yang survival rate-nya lebih rendah dibandingkan VF.
diagnosa :
anamnesis bermanfaat untuk mengidentifikasi pemicunya .
Komplikasi
Konsekuensi dari keadaan ini yaitu hipoksia ensefalopati, kerusakan neurologi permanen dan kematian.
pengobatan
Pasang oksigen dan IV line, Melakukan resusitasi jantung paru pada pasien, sesegera mungkin tanpa menunggu anamnesis dan EKG.
Konseling :
menyarankan keluarga mengenai keadaan pasien dan tindak lanjut dari tindakan yang sudah dilakukan, dan meminta keluarga untuk tetap tenang pada keadaan ini .
awasi selalu keadaan pasien hingga dirujuk ke spesialis.
ciri-ciri Rujukan :
sesudah sirkulasi spontan kembali (Return of Spontaneous Circulation/ROSC)
pasien dirujuk ke rumahsakit untuk pengobatan lebih lanjut.
Peralatan
. Bag valve mask, Elektrokardiografi (EKG)
. Tabung oksigen
HIPERTENSI ESENSIAL
Hipertensi esensial yaitu hipertensi yang tidak diketahui pemicu nya. Hipertensi menjadi masalah sebab meningkatnya prevalensi, masih banyak
pasien yang belum memperoleh pengobatan, maupun yang sudah memperoleh terapi namun target tekanan darah belum tercapai dan adanya penyakit pengikut dan komplikasi yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Anamnesis Keluhan :
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. hipertensi antara lain:
Leher kaku. Penglihatan kabur. Rasa sakit di dada,
. Sakit atau pusing . Gelisah. Jantung berdebar-debar. Pusing.
tidak khusus antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi.
faktor yang memperparah : yang tidak dapat direkayasa :
Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.Umur. Jenis kelamin
faktor yang memperparah : yang direkayasa :
Aktivitas fisik kurang. Kebiasaan merokok. kegemukan . Dislipidemia. Diabetus Melitus. Psikososial dan stres. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan). Konsumsi alkohol berlebihan.
Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki). Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain. . Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
Pemeriksaan Penunjang
. Labortorium, Funduskopi, Urinalisis (proteinuria), tes gula darah, profil lipid, ureum, kreatinin
. X raythoraks. EKG
berdasar anamnesis dan .
diagnosa Banding White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan intraserebral, Ensefalitis
pengobatan
Peningkatan tekanan darah dapat dikendalikan dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.
1. Hipertensi tanpa compelling indication
a. Hipertensi stage1 diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau
nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi.
b. Hipertensi stage2
Bila target terapi tidak tercapai sesudah observasi selama 2 minggu, diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau
ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai
2. keadaan khusus lain
a. Lanjut Usia
i. Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.
ii. Obat hipertensi lain mempikirkan penyakit pengikut .
b. Kehamilan
i. Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator.
ii. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh dipakai selama kehamilan.
Komplikasi
Gangguan jantung, contoh infark miokard, angina pektoris, dan gagal jantung. Hipertrofi ventrikel kiri . Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal. Aterosklerosis pembuluh darah. Retinopati. Stroke atau TIA.
Konseling :
--pentingnya menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan walau tak ada gejala.
--. pasien dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
--. nasihat mengenai cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (contoh untuk mengatasi tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (contoh untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang dipakai untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
--. Pemberian obat anti hipertensi yaitu pengobatan jangka panjang. mengendalikan pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.
ciri-ciri Rujukan :
Resistensi hipertensi. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180), Hipertensi dengan komplikasi
Peralatan
. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis dan glukosa. EKG. Radiologi (X ray thoraks)
TRAUMA KIMIA MATA
Trauma kimia mata yaitu salah satu masalah kedaruratan mata, biasanya terjadi sebab masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan adneksa di sekitarnya. Keadaan ini memerlukan penanganan cepat dan segera oleh sebab memicu kerusakan berat pada jaringan mata dan
memicu kebutaan. Zat kimia pemicu dapat bersifat asam atau basa. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibandingkan trauma asam dan
biasanya memicu kerusakan yang lebih berat pada mata. beratnya kerusakan akibat trauma kimia juga ditentukan oleh besarnya area
yang terkena zat kimia dan lamanya pajanan.
Anamnesis Keluhan :
Sulit membuka mata. Rasa mengganjal pada mata
. Mata merah, bengkak dan iritasi. Rasa sakit pada mata. Penglihatan buram.
faktor yang memperparah :
Pajanan terhadap zat kimia yang sering menjadi pemicu trauma antara lain detergen, desinfektan, pelarut kimia, cairan pembersih rumah tangga, pupuk, pestisida, dan cairan aki. Anamnesis perlu dilakukan untuk mengetahui zat kimia pemicu trauma, lama kontak dengan zat kimia, tempat dan kronologis kejadian, adanya kemungkinan kejadian kecelakaan di tempat kerja atau
tindak kriminal, dan penanganan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Dengan bantuan senter dan lup, ada kelainan berikut ini:
Kekeruhan kornea dan lensa. Hiperemia konjungtiva . Defek epitel kornea dan konjungtiva. Iskemia limbus kornea,
Pemeriksaan visus menandakan ada penurunan ketajaman penglihatan. Bila tersedia, dilakukan tes dengan kertas lakmus untuk mengetahui zat
kimia pemicu, Bila kertas lakmus terwarnai biru, maka zat pemicu bersifat basa, Bila kertas lakmus terwarnai merah, maka zat pemicu bersifat asam,
Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
melalui anamnesis dan
Komplikasi
Entropion. Katarak. Neovaskularisasi kornea
. Simblefaron. Hipotoni bola mata. Ptisis bulbi. pengobatan
. Segera lakukan irigasi mata yang terkena zat kimia dengan cairan mengalir sebanyak mungkin dan nilai kembali dengan kertas lakmus.
Irigasi terus dilakukan hingga tidak terjadi pewarnaan pada kertas lakmus.
. Lakukan eversi pada kelopak mata selama irigasi dan singkirkan debris yang mungkin ada pada permukaan bola mata atau pada forniks.
. sesudah irigasi selesai dilakukan, nilai tajam penglihatan, lalu rujuk segera ke tenagamedis spesialis mata di fasilitas sekunder atau tersier.
Konseling nasihat
Anjuran untuk memakai pelindung (kacamata / goggle, sarung tangan, atau masker) saat kontak dengan bahan kimia
ciri-ciri Rujukan :
sesudah penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke tenagamedis spesialis mata untuk pengobatan lanjut
Peralatan
. Cairan fisiologis untuk irigasi. Lup. Senter. Lidi kapas. Kertas lakmus (jika memungkinkan)
LASERASI KELOPAK MATA
Laserasi kelopak yaitu terpotongnya jaringan pada kelopak mata. pemicu laserasi kelopak dapat berwujud sayatan benda tajam, trauma tumpul (kecelakaan lalu lintas atau olahraga), maupun gigitan hewan. Laserasi pada kelopak perlu ditangani segera agar fungsi dan kosmetik kelopak dapat dipertahankan.
Anamnesis Keluhan :
ada rasa nyeri periorbita, Tidak ada penurunan tajam penglihatan bila cedera tidak melibatkan bola mata, Mata berair, Perdarahan dan bengkak pada kelopak
faktor yang memperparah :
ada riwayat trauma tajam maupun tumpul
. Pemeriksaan refleks pupil dan tajam penglihatan
. Pemeriksaan mata dengan lup dan senter untuk mengidentifikasi:
--. Luas dan dalamnya laserasi pada kelopak, termasuk identifikasi keterlibatan tepi kelopak, kantus medial atau kantus lateral. Pemeriksa
dapat memakai lidi kapas selama pemeriksaan.
--. Adanya benda asing
--. Keterlibatan bola mata
melalui anamnesis dan .
Komplikasi Trauma pada sistem lakrimal
pengobatan
. Bersihkan luka bila diyakini bola mata intak
. pikirkan pemberian profilaksis tetanus
. Berikan antibiotik sistemik. Segera rujuk ke tenagamedis spesialis mata untuk memperoleh penanganan secepatnya
Konseling :
saran pasien untuk mengendalikan bila bertambah berat sesudah dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak atau ditambah penurunan visus.. menyarankan pasien bahwa luka pada kelopak perlu menjalani pembedahan (menutup luka). memakai kacamata pelindung saat aktif atau berkendara.
ciri-ciri Rujukan :
sesudah dilakukan pengobatan awal, pasien segera dirujuk ke tenagamedis mata.
HIFEMA
Hifema yaitu ada akumulasi darah pada bilik mata depan. Hifema Akibat trauma atau terjadi spontan. Hifema ditambah abrasi kornea, iritis, midriasis, atau gangguan struktur lain pada mata akibat trauma pemicunya . Hifema spontan jarang ditemui. Hifema spontan dapat menjadi penanda ada masalah pada lensa intraokular (IOL), retinoblastoma, leukemiarubeosis iridis, gangguan koagulasi, penyakit herpes,
Anamnesis Keluhan :
Fotofobia/silau . Nyeri pada mata. Penglihatan terganggu (bila darah menutupi aksis visual)
faktor yang memperparah :
Hifema spontan dipicu oleh neovaskularisasi iris (seperti pada pasien diabetes dan oklusi vena retina), koagulopati, dan pemakaian antikoagulan
Hifema akibat trauma sering ditemui pada laki-laki usia muda
. Visus biasanya turun
. Tampak darah di bilik mata depan. Darah dapat tertampung di bagian inferior bilik mata depan atau dapat memenuhi seluruh bilik mata depan
(hifema penuh).. Perhatikan apakah ada trauma pada bagian mata yang lain
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tekanan intraokular dengan Tonometer Schiotz
dilakukan berdasar anamnesis dan 1. Anamnesis untuk mengidentifikasi gejala, riwayat trauma, dan
kemungkinan adanya faktor yang memperparah : lain.
Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz bila tidak ada defek pada kornea . Pemeriksaan tajam penglihatan. Pemeriksaan mata dengan senter dan lup untuk melihat-lihat adanya darah di bilik mata, mengukur lebar pupil, dan mengidentifikasi kelainan kornea atau struktur lain akibat trauma.
Komplikasi hifema antara lain:
Glaukoma sekunder. Atrofi saraf optik. Corneal blood staining. Perdarahan ulang (rebleeding), biasanya terjadi antara 2-5 hari sesudah trauma.
pengobatan
. Pembatasan aktivitas fisik
. Pelindung mata (protective shield)
. Analgesik yang tidak mengandung NSAID (Non-Steroidal Anti Inflammatory Drug). Rujuk segera ke tenagamedis spesialis mata di pelayanan kesehatan tingkat sekunder atau tersier
Konseling :
. Posisi tidur dengan elevasi kepala, menyarankan kan ke pasien bahwa kemungkinan pasien perlu dirawat,
ciri-ciri Rujukan :
Semua pasien yang didiagnosa dengan hifema perlu dirujuk ke tenagamedis spesialis mata
Peralatan
Tonometer Schiotz Snellen chart. Lup . Senter.
RETINOPATI DIABETIK
Retinopati diabetik yaitu suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler retina, kapiler dan venula, sehingga memicu oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler, akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama. Retinopati diabetik memicu penurunan visus dan kebutaan, terutama akibat
komplikasi seperti edema makula, perdarahan vitreus, ablasio retina traksional dan glaukoma neovaskular. Retinopati diabetik yaitu pemicu kebutaan ke 5 terbesar secara global
pengidap diabetes dapat menjadi buta, dan sekitar 17% mengalami gangguan penglihatan berat. sesudah 20 tahun, retinopati diabetik dapat
ada pada 85% lebih pengidap diabetes.
ada dua tahap retinopati diabetik yaitu non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) dan proliferative diabetic retinopathy (PDR).
Anamnesis Keluhan :
Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi perdarahan vitreus dan / atau ablasio retina traksional, . Tidak ada penglihatan
. Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema makula,
faktor yang memperparah :
Hipertensi yang tidak terkendali dengan baik, Hiperlipidemia. Kadar glukosa darah yang tidak terkendali dengan baik,
. Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II).
. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina ada perdarahan retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan mikroaneurisma
(pada NPDR), yang pada keadaan lebih lanjut ditambah neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina (pada PDR).Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas ada RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), dan penurunan
refleks pupil pada cahaya langsung dan tak langsung normal.. Pada keadaan berat ada neovaskularisasi iris (rubeosis iridis).
melalui anamnesis dan , funduskopi.
diagnosa banding
. Oklusi vena retina. Retinopati hipertensi
Komplikasi
. Ablasio retina traksional. Glaukoma neovaskular
. Perdarahan vitreus. Edema makula diabetik
pengobatan
bila diperoleh gejala retinopati, pasien perlu dirujuk ke tenagamedis spesialis mata.
. Setiap pasien yang terdiagnosa diabetes melitus perlu segera dilakukan pemeriksaan mata, sekalipun belum ada mata.. bila tidak diperoleh gejala retinopati, pasien harus diperiksa ulang dalam waktu 1 tahun (follow-up).
Konseling :
menerangkan bahwa bila dirujuk, kemungkinan memerlukan terapi fotokoagulasi laser, yang bertujuan mencegah progresifitas retinopati
diabetik. Pada keadaan berat (perdarahan vitreus, ablasio retina) kemungkinan perlu tindakan bedah.
. mengendalikan gula darah dan pengendalian faktor sistemik lain (hipertensi, hiperlipidemia) penting untuk memperlambat munculnya atau progresifitas retinopati diabetik. 2. Setiap pasien diabetes perlu menjalani pemeriksaan mata awal (skrining), diikuti pemeriksaan lanjutan minimal 1 kali dalam setahun.
ciri-ciri Rujukan :
Setiap pasien diabetes yang ada gejala retinopati diabetik sebaiknya dirujuk ke tenagamedis mata.
Peralatan
. Tropikamid 1% tetes mata untuk melebarkan pupil. Oftalmoskop, Snellen chart
OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna yaitu radang pada liang telinga luar. Penyakit ini banyak ada di rumahsakit , penggolongan otitis eksterna (OE):
1. OE akut
a. OE akut difus
b. OE akut sirkumskripta, yaitu infeksi folikel rambut yang memicu furunkel di liang telinga luar.
2. OE kronik3. OE ekzematoid, yaitu manifestasi dari kelainan dermatologis, seperti dermatitis atopik, psoriasis, atau SLE.
4. OE nekrotikans
Anamnesis Keluhan :
. biasanya dialami pada satu telinga dan sangat jarang mengenai kedua telinga dalam waktu bersamaan
. pengikut lain yang muncul : demam atau meriang, telinga terasa basah
. Rasa sakit pada telinga (otalgia), yang beragam dari ringan hingga hebat, terutama saat daun telinga disentuh dan mengunyah
. Rasa penuh pada telinga
. Pendengaran dapat berkurang
. Terdengar suara mendengung (tinnitus)
faktor yang memperparah :
Riwayat penyakit sistemik, seperti: diabetes mellitus, psoriasis, dermatitis atopik, SLE, HIV.
Riwayat sering beraktifitas di air, contoh : berenang, berselancar, mendayung.
Riwayat trauma yang mendahului , contoh : membersihkan liang telinga dengan alat tertentu, memasukkan cotton bud, memasukkan air ke
dalam telinga.
. Nyeri tekan pada tragus, Nyeri tarik daun telinga
. Otoskopi:
--. OE akut difus: liang telinga luar sempit, kulit liang telinga luar hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas, dan ada sekret minimal.
--. OE akut sirkumskripta: furunkel pada liang telinga luar
. Tes garputala: Normal atau tuli konduktif
berdasar anamnesis dan .
diagnosa Banding
Perikondritis yang berulang, Kondritis, Otomikosis
Komplikasi Jika pengobatan tidak kuat , dapat muncul abses, infeksi kronik liang telinga,
jaringan parut, dan stenosisliang telinga.
pengobatan
1. Non-Medikamentosa :
. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan pengisap atau kapas yang dibasahi dengan H2O2 3%.. Bila ada abses, dilakukan insisi dan drainase.
2. Medikamentosa :
a. Topikal
• Larutan antiseptik povidon iodine
• OE akut sirkumskripta pada stadium infiltrat:
Salep ikhtiol, atau Salep antibiotik: Polymixin-B, Basitrasin.
• OE akut difus: Tampon yang sudah diberi campuran Polimyxin-B, Neomycin, Hidrocortisone, dan anestesi topikal.
b. Sistemik
Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen diberikan .Antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup berat.
Konseling :
Pasien dan keluarga perlu diberi penjelasan, di antaranya:
Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar dalam keadaan kering dan tidak lembab, Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau alat lainnya, Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
ciri-ciri Rujukan :
. Otitis eksterna dengan komplikasi
. Otitis eksterna maligna
Peralatan
Aplikator kapas. Otoskop. Lampu kepala. Corong telinga.
OTITIS MEDIA AKUT
Otitis media akut (OMA) yaitu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Anamnesis Keluhan :
(tergantung stadium OMA yang sedang dialami)
--. Stadium oklusi tuba Telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat berkurang.
--. Stadium hiperemis Nyeri telinga makin intens, demam, rewel dan gelisah (padabayi / anak),
muntah, nafsu makan hilang, anak biasanya sering memegang telinga yang nyeri.
--. Stadium supurasi Sama seperti stadium hiperemis
--. Stadium perforasi Keluar sekret dari liang telinga
--. Stadium resolusi sesudah sekret keluar, intensitas berkurang (suhu turun, nyeri mereda, bayi / anak lebih tenang. Bila perforasipermanen, pendengaran dapat tetap berkurang.
faktor yang memperparah :
Kelainan kongenital, contoh : sumbing langit-langit, sindrom Down,. Paparan asap rokok Alergi. Tingkat sosio-ekonomi yang rendah. Bayi dan anak. Infeksi saluran napas atas berulang
. Menyusu dari botol dalam posisi berbaring telentang.
. Suhu dapat meningkat, Otoskopi
Stadium OMA Tampilan
Stadium oklusi tuba Membran timpani suram, retraksi, dan refleks cahayanya hilang
Stadium hiperemis Membran timpani hiperemis dan edema
Stadium supurasi Membran timpani menonjol ke arah luar (bulging) berwarna kekuningan
Stadium perforasi Perforasi membran timpani
Liang telinga luar basah atau dipenuhi sekret
Stadium resolusi Membran timpani tetap perforasi atau utuh Sekret di liang telinga luar sudah berkurang atau mengering
--. Tes penala
ada tuli konduktif, yaitu: tes Rinne (-) dan tes Schwabach memendek pada telinga yang sakit, tes Weber terjadi lateralisasi ke telinga
yang sakit.
Pemeriksaan Penunjang
Audiometri nada murni, bila fasilitas tersedia
berdasar anamnesis dan .
diagnosa Banding
Otitis media serosa akut, Otitis eksterna
Komplikasi
Komplikasi ekstra-temporal / intrakranial: Abses subperiosteal, Abses epidura, Abses perisinus, Abses subdura, Abses otak, Meningitis,
Trombosis sinus lateral, Sereberitis, Komplikasi intra-temporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis, Petrositis, Hidrosefalus otik
pengobatan
1. Medikamentosa
a. Topikal
i. Pada stadium oklusi tuba, terapi bertujuan membuka kembali tuba
eustachius. Obat yang diberikan yaitu :
- Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang terkena benda asing.
- pakai kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
- Angkat benda asing dengan memakai lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G.
- Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
- Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas benda asing.
ii. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga:
- H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan selama 2 – 5 menit.
- Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit.
- Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes di telinga yang sakit, selama maksimal 2 minggu
b. Oral Sistemik: antibiotik, antihistamin (bila ada gejala alergi), dekongestan, analgetik / antipiretik
Konseling :
Menghindarkan bayi / anak dari paparan asap rokok.Untuk bayi / anak, pasien tua disaran untuk memberi ASI minimal 6 bulan sampai 2 tahun.
Pencegahan
Imunisasi Hib dan PCV perlu dilengkapi, sesuai panduan Jadwal Imunisasi Anak tahun 2014 dari IDAI.
ciri-ciri Rujukan :
Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut.
Peralatan, Jika ada indikasi miringotomi.
Aplikator kapas. Garputala. Suction. Lampu kepala. Corong telinga. Otoskop.
SERUMEN PROP
Serumen yaitu sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas, dan partikel debu yang ada pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Bila serumen ini berlebihan maka dapat membentuk gumpalan yang menumpuk di liang telinga, dikenal dengan serumen prop.
Anamnesis Keluhan :
. semakin memberat bila telinga kemasukan air (saat mandi atau berenang). Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus
. Rasa penuh pada telinga. Pendengaran berkurang
. Rasa nyeri pada telinga
faktor yang memperparah :
. Produksi serumen banyak dan kering. Kebiasaan mengorek telinga. Dermatitis kronik liang telinga luar. Liang telinga sempit,
Tes penala: normal atau tuli konduktif
Otoskopi: obstruksi liang telinga luar oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat beragam .
berdasar anamnesis dan .
diagnosa Banding Benda asing di liang telinga.
Komplikasi
Trauma pada liang telinga dan atau membran timpani saat mengeluarkan serumen, Otitis eksterna,
pengobatan
1. Non-Medikamentosa : Evakuasi serumen
a. Bila serumen lunak, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
b. Bila serumen keras, dikeluarkan dengan pengait atau kuret. bila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari.
c. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan memicu trauma pada membran timpani
saat mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
2. Medikamentosa
Tetes telinga Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari untuk melunakkan serumen.
Konseling :
menyarankan pasien untuk menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga menyarankan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara berlebihan, baik dengan cotton bud atau alat lainnya.
ciri-ciri Rujukan :
Bila terjadi komplikasi akibat tindakan
pengeluaran serumen..
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Otitis media supuratif kronik yaitu pemicu gangguan pendengaran yang didapat pada anak-anak dipicu oleh komplikasi otitis media.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) yaitu peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus maupun hilang muncul . ada dua tipe
OMSK, yaitu OMSK tipe aman (tanpa kolesteatoma) dan tipe bahaya (dengan
kolesteatoma).
Anamnesis Keluhan :
Cairan dapat berwarna kuning / kuning-kehijauan / bercampur darah / jernih / berbau. Gangguan pendengaran.
. Keluar cairan dari liang telinga secara terus menerus atau hilang muncul lebih dari 2 bulan
. Riwayat pernah keluar cairan dari liang telinga sebelumnya.
faktor yang memperparah :
Higienitas kurang dan gizi buruk, infeksi saluran nafas atas berulang, daya tahan tubuh yang rendah, dan penyelam.
Otoskopi:
1. OMSK tipe aman (tubotimpani)
Perforasi pada sentral atau pars tensa berbentuk ginjal atau bundar Sekret biasanya mukoid dan tidak terlalu berbau Mukosa kavum timpani tampak edema, hipertrofi, granulasi, atau
timpanosklerosis
2. OMSK tipe bahaya
Perforasi atik, marginal, atau sental besar (total) Sekret sangat berbau, berwarna kuning abu-abu, purulen, dan dapat terlihat kepingan berwarna putih mengkilat Kolesteatoma
Pemeriksaan Penunjang
Audiometri nada murni. Foto mastoid (bila tersedia)Tes garputala Rinne, Weber, Schwabach menandakan jenis ketulian yang
dialami pasien.
berdasar anamnesis dan .
Komplikasi
. Komplikasi intrakranial Abses (subperiosteal, epidural, perisinus, subdura, otak), Trombosis sinus lateralis, Sereberitis Komplikasi intratemporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis, Hidrosefalus otik, Petrositis
pengobatan
1. Non-medis amentos
Membersihkan dan mengeringkan saluran telinga dengan kapas lidi atau cotton bud. Obat cuci telinga dapat berwujud NaCl 0,9%, Asam Asetat 2%, atau Hidrogen Peroksida 3%.
2. Medikamentosa
a. Antibiotik topikal golongan Ofloxacin, 2 x 4 tetes per hari di telinga yang sakit
b. Antibiotik oral:
Dewasa:
- Lini pertama : Amoxicillin 3 x 500 mg per hari selama 7 hari, atauAmoxicillin-Asam clavulanat 3 x500 mg per hari selama 7 hari, atauCiprofloxacin 2 x 500 mg selama 7 hari.
- Lini kedua : Levofloxacin 1 x 500 mg per hari selama 7 hari,atau Cefadroxil 2 x 500 – 100 mg per hari selama 7 hari.
• Anak:
- Amoxicillin – Asam clavulanat 25 – 50 mg/kg BeratBadan /hari, dibagi menjadi 3 dosis per hari, atau
- Cefadroxil 25 – 50 mg/kg BeratBadan /hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari.
Rencana Tindak Lanjut tanggapan atas terapi dievaluasi sesudah pengobatan selama 7 hari.
Konseling :
menerangkan bahwa penyakit ini yaitu penyakit infeksi sehingga dengan penanganan yang tepat dapat disembuhkan namun bila dibiarkan
memicu hilangnya pendengaran dan komplikasi lainnya.
. Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
. Menjaga agar telinga tidak kemasukan air.
ciri-ciri Rujukan :
ada komplikasi ekstrakranial maupun intrakranial
. Perforasi menetap sesudah 2 bulan telinga kering
. OMSK tipe bahaya
. Tidak ada perbaikan atas terapi yang dilakukan
BENDA ASING DI TELINGA
Meatus akustikus eksternus (MAE) yaitu salah satu bagian tubuh yang sering dimasuki benda asing, yang berwujud :
Benda asing serangga, yang memicu iritasi dan nyeri akibat pergerakannya.
Benda asing non-reaktif (inert). Benda asing ini tidak bereaksi dengan epitel dan tetap ada di dalam MAE tanpa memicu gejala hingga
terjadi infeksi.
. Benda asing reaktif, contoh : batere, potongan besi. Benda asing reaktif berbahaya sebab dapat bereaksi dengan epitel MAE dan memicu edema dan obstruksi hingga memicu infeksi sekunder. Ekstraksi harus segera dilakukan.
Anamnesis Keluhan :
Telinga berdengung. Nyeri pada telinga. Keluar cairan telinga yang berbau . Gangguan pendengaran . Riwayat jelas benda asing masuk ke telinga secara sengaja maupun tidak. Telinga terasa tersumbat atau penuh.
faktor yang memperparah :Retardasi mental
Pemeriksaan MAE dengan senter / lampu kepala / otoskop menandakan
adanya benda asing, edema dan hiperemia liang telinga luar, dan dapat ditambah sekret.
diagnosa : dilakukan berdasar anamnesis dan .
Komplikasi
Ruptur membran timpani, perdarahan liang telinga, otitis eksterna, tuli konduktif
pengobatan
1. Non-Medikamentosa : Ekstraksi benda asinga. Pada masalah benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam anestesi lokal.
b. Pada masalah benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari sebab memicu korosi.
c. Pada masalah benda asing berwujud serangga:
Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokain sprayatau tetes), atau minyak mineral selama ± 10 menit untuk membuat serangga tidak bergerak dan melubrikasi dinding MAE.
sesudah serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan forceps aligator atau irigasi memakai air sesuai suhu tubuh.
2. Medikamentosa
a. Tetes telinga antibiotik hanya diberikan bila sudah dipastikan tidak ada ruptur membran timpani.
b. Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
Konseling :
pasien tua disarankan untuk menjaga lingkungan anak dari benda-benda yang berpotensi dimasukkan ke telinga atau hidung.
ciri-ciri Rujukan :
Bila benda asing tidak berhasil dikeluarkan.
STRONGILOIDIASIS
Strongiloidiasis yaitu penyakit cacingan yang dipicu oleh Strongyloides stercoralis, cacing yang hidup di area tropik dan subtropik. Infeksi cacing ini bisa menjadi sangat berat dan berbahaya pada
mereka dengan imun menurun seperti pada pasien HIV/AIDS, transplantasi organ dan pada pasien yang memperoleh pengobatan
kortikosteroid jangka panjang.
Anamnesis Keluhan :
Pada infestasi ringan Strongyloides biasanya tidak memicu gejala khas.
gejala
mual mulas perih kembung, muntah
. Diare dan konstipasi saling bergantian
. Rasa gatal pada kulit. Pada infeksi sedang memicu gejala seperti ditusuk-tusuk di area epigastrium dan tidak menjalar
faktor yang memperparah :
. pemakaian tinja sebagai pupuk.
. Tidak memakai alas kaki saat bersentuhan dengan tanah.
. Kurangnya pemakaian jamban.
. Tanah yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung larva Strongyloides stercoralis.
. muncul kelainan pada kulit “creeping eruption” berwujud papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-kelok mirip benang
dengan kecepatan 2 cm per hari.Predileksi penyakit ini terutama pada area telapak kaki, bokong, genital tangan.,
2. Pemeriksaan generalis: nyeri epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah: ada eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada banyak masalah jumlah sel eosinofilia normal.
Pemeriksaan laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan cacing dewasa Strongyloides
stercoralis.
diagnosa :
dengan anamnesis, dan ada nya larva atau cacing dalam tinja.pengobatan
1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:. memakai jamban keluarga.. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.. memakai alas kaki.. Hindari pemakaian pupuk dengan tinja.
2. Farmakologi
a. Pemberian Albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau
b. Mebendazol 100 mg, 3xsehari, selama 2 atau 4 minggu.
Konseling :
memberi informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:
Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia.. memakai sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah.
. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas dengan memakai sabun.
. memakai alas kaki.
. Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga.
Pasien strongyloidiasis dengan keadaan imunokompromais seperti pengidap
AIDS
MATA KERING
Mata kering yaitu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang dipicu berkurangnya produksi komponen air mata (musin, akueous, dan lipid). Mata kering yaitu salah satu gangguan yang sering pada mata dengan insiden sekitar 10-30% dari populasi dan terutama dialami oleh wanita berusia lebih dari 40 tahun.pemicu lain yaitu meningkatnya evaporasi air mata akibat faktor lingkungan rumah, kantor atau
akibat lagoftalmus.
Anamnesis Keluhan :
mata terasa gatal dan seperti berpasir. ditambah sensasi terbakar, merah, perih silau. Pasien
cenderung menyadari bahwa gejala terasa makin berat di akhir hari (sore/malam).
faktor yang memperparah :
. pemakaian lensa kontak
. pemakaian komputer dalam waktu lama
. Usia > 40 tahun
. Menopause
. Penyakit sistemik, seperti: sindrom Sjogren, sklerosis sistemik progresif, sarkoidosis, leukemia, limfoma, amiloidosis, dan hemokromatosis
Visus normal, ada foamy tears pada konjungtiva forniks. Penilaian produksi air mata dengan tes Schirmer menandakan hasil <10 mm (nilai normal ≥20 mm).
berdasar :
Anamnesis dan . Tes Schirmer bila diperlukan
Komplikasi
. Keratitis. Penipisan kornea. Infeksi sekunder oleh bakteri. Neovaskularisasi kornea
pengobatan
Pemberian air mata buatan, yaitu tetes mata karboksimetilselulosa atau sodium hialuronat.
Keluarga dan pasien harus mengerti bahwa mata kering yaitu keadaan menahun dan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada masalah ringan, saat perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel.
ciri-ciri Rujukan :
Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika tidak berkurang sesudah terapi atau muncul komplikasi.
BUTA SENJA
Buta senja, rabun senja dinamakan nyctalopia atau hemarolopia, yaitu ketidakmampuan untuk melihat-lihat dengan baik pada malam hari atau pada keadaan gelap. keadaan ini lebih yaitu tanda dari suatu kelainan yang mendasari. ini terjadi akibat kelainan pada sel batang retina yang berperan pada penglihatan gelap. pemicu buta senja yaitu defisiensi vitamin A dan
retinitis pigmentosa.
Anamnesis Keluhan :
Penglihatan menurun pada malam hari atau pada keadaan gelap, sulit beradaptasi pada cahaya yang redup. Pada defisiensi vitamin A, buta senja
yaitu paling awal.
ada gejala lain defisiensi vitamin A:
. Ulkus kornea dan sikatriks kornea
. Kulit tampak xerosis dan bersisik
. Nekrosis kornea difus atau keratomalasia
. Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral
. ada bercak bitot pada konjungtiva
. Xerosis kornea
berdasar anamnesis dan .
pengobatan
. Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis tinggi. . Lubrikasi kornea.. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes mata antibiotik.
Konseling :
. Pada masalah defisiensi vitamin A, keluarga perlu dinasihat untuk memberi asupan makanan bergizi seimbang dan suplementasi vitamin
A dosis tinggi.
. menyarankan keluarga bahwa rabun senja dipicu oleh kelainan mendasar, yaitu defisiensi vitamin A dan retinitis pigmentosa.
HORDEOLUM
Hordeolum yaitu peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. yaitu infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Dikenal dua bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum yaitu infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum yaitu infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum
mudah muncul pada pasien yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.
Anamnesis Keluhan :
kelopak yang bengkak ditambah rasa sakit.
gejala hordeolum yaitu kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, dan perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
Oftalmologis
ada kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksternum). bila sudah terjadi abses dapat muncul undulasi.
diagnosa :
melakukan diagnosa dengan anamnesis dan .
diagnosa Banding
. Selulitis preseptal. Kalazion . Granuloma piogenik
Komplikasi
. Selulitis palpebra. Abses palpebra
pengobatan
. Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
l. Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak memicu iritasi, seperti sabun bayi. ini dapat
mempercepat proses penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, ini memicu infeksi yang lebih serius.
. Hindari pemakaian make-up pada mata, sebab kemungkinan hal itu menjadi pemicu infeksi.
. Jangan memakai lensa kontak sebab dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
. Pemberian terapi topikal dengan Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap 8 jam. bila memakai kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.
. Pemberian terapi oral sistemik dengan Eritromisin 500 mg pada dewasa dan anak sesuai dengan berat badan atau Dikloksasilin 4 kali sehari selama 3 hari.
Penyakit hordeolum dapat berulang sehingga perlu diberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga higiene dan kebersihan lingkungan.
Bila dengan pengobatan konservatif tidak menanggapi dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.ciri-ciri Rujukan :
Hordeolum berulang, Bila tidak memberi tanggapan dengan pengobatan konservatif
KONJUNGTIVITIS INFEKSI
Konjungtivitis yaitu radang konjungtiva yang dipicu oleh mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi, atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.
Anamnesis Keluhan :
mata merah, rasa mengganjal, gatal dan
berair, kadang ditambah sekret. tidak ditambah penurunan tajam penglihatan.
faktor yang memperparah :
. Daya tahan tubuh yang menurun
Adanya riwayat atopi. pemakaian kontak lens dengan perawatan yang tidak baik. kebersihan pasien yang buruk
. Visus normal. Injeksi konjungtival
. ditambah edema kelopak, kemosis
. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen, atau purulen tergantung pemicu
. Pada konjungtiva tarsal ada folikel, papil atau papil raksasa, flikten, membrane, atau pseudomembran.
Pemeriksaan Penunjang
. Sediaan langsung swab konjungtiva dengan perwarnaan Gram atau Giemsa
Pemeriksaan sekret dengan perwarnaan biru metilen pada masalah konjungtivitis gonore
diagnosa :
berdasar anamnesis dan .
penggolongan Konjungtivitis
-- Konjungtivitis alergi: Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau alergi, dan gatal.
--Konjungtivitis bakterial: Konjungtiva hiperemis, sekret purulen atau mukopurulen ditambah membran atau pseudomembran di konjungtiva
tarsal. Curigai konjungtivitis gonore, terutama pada bayi baru lahir, jika ada konjungtivitis pada dua mata dengan sekret purulen yang
sangat banyak.
--Konjungtivitis viral: Konjungtiva hiperemis, sekret biasanya mukoserosa, dan pembesaran kelenjar preaurikular
Komplikasi Keratokonjuntivitis
pengobatan
Pemberian obat mata topikal
--. Pada konjungtivitis gonore: Kloramfenikol tetes mata 0,5-1%sebanyak 1 tetes tiap jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kg BeratBadan tiap hari sampai tidak ada kuman GO pada sediaan apus selama 3 hari
berturut-turut.
--. Pada konjungtivitis viral: Salep Acyclovir 3%, 5 kali sehari selama 10 hari.
--. Pada infeksi bakteri: Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau salep mata 3 kali sehari selama 3 hari.
--. Pada alergi: Flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.
Pemeriksaan tidak diperlukan, kecuali pada kecurigaan konjungtivitis gonore, dilakukan pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram
Konseling :
Jangan memakai handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
Konjungtivitis mudah menular, sebab itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, pengidap harus mencuci tangannya bersih-bersih.
ciri-ciri Rujukan :
. Bila tidak ada tanggapan perbaikan terhadap pengobatan yang diberikan, Jika terjadi komplikasi pada kornea
BLEFARITIS
Blefaritis yaitu radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra) yang ditambah terbentuknya ulkus dan dapat melibatkan folikel rambut.
Anamnesis Keluhan :
Kadang ditambah kerontokan bulu mata (madarosis), putih pada bulu mata (poliosis), dan trikiasis. Dapat keluar sekret yang mengering selama tidur, sehingga saat bangun
kelopak mata sukar dibuka. Gatal pada tepi kelopak mata. Rasa panas pada tepi kelopak mata
. Merah/hiperemia pada tepi kelopak mata
. Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama di sekitar dasar bulu mata
faktor yang memperparah :
kebersihan pasien dan lingkungan yang kurang baik, Kelainan kulit, contoh dermatitis seboroik
Skuama atau krusta pada tepi kelopak.
. Bulu mata rontok.. ada tukak yang dangkal pada tepi kelopak mata4. Dapat terjadi pembengkakan dan merah pada kelopak mata.
. terbentuk krusta yang melekat erat pada tepi kelopak mata. Jika krusta dilepaskan, bisa terjadi perdarahan.
berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Komplikasi
Trikiasis, Blefarokonjungtivitis, Madarosis
pengobatan
1. Non-Medikamentosa
a. Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat
b. Membersihkan dengan sampo atau sabun
c. Kompres hangat selama 5-10 menit
2. Medikamentosa
bila ada ulkus pada kelopak mata, diberikan salep atau tetes mata antibiotik hingga gejala menghilang.
Konseling :
menyarankan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan pasien dan lingkungan.
memberi informasi kepada pasien dan keluarga bahwa kulit kepala, alis mata, dan tepi palpebra harus selalu dibersihkan terutama pada pasien
dengan dermatitis seboroik.
ciri-ciri Rujukan :
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke rumahsakit (tenagamedis spesialis mata) bila ada minimal satu dari kelainan di bawah ini:
ada keterlibatan kornea. Episode rekuren. Tidak tanggapan terhadap terapi
Tajam penglihatan menurun. Nyeri sedang atau berat. Kemerahan yang berat atau kronis.
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Perdarahan subkonjungtiva yaitu perdarahan akibat ruptur pembuluh darah dibawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Sebagian besar masalah perdarahan subkonjungtiva yaitu masalah
spontan atau idiopatik, dan hanya sebagian kecil masalah yang terkait dengan trauma atau kelainan sistemik.Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di semua golongan umur. Perdarahan subkonjungtiva sebagian besar terjadi
unilateral (90%).
Anamnesis Keluhan :
Perdarahan akan terlihat meluas dalam 1hari pertama sesudah itu lalu akan berkurang perlahan ukurannya sebab dipenyerapan .
adanya darah pada sklera atau mata
berwarna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal). Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berkaitan dengan perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera.
faktor yang memperparah :
pemakaian obat, terutama pengencer darah
Manuver valsava, contoh akibat batuk atau muntah, Anemia. Benda asing. Konjungtivitis
Hipertensi atau arterosklerosis, Trauma tumpul atau tajam. Pemeriksaan status generalis
Pemeriksaan oftalmologi:
. Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan biasanya 6/6, jika visus <6/6 maka dicurigai terjadi kerusakan selain di konjungtiva
Pemeriksaan funduskopi yaitu perlu pada setiap pengidap dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma.
Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal).
Pengobatan penyakit yang mendasari bila ada.Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau dipenyerapan dalam 1-2 minggu tanpa diobati.
Pemeriksaan penunjang lanjutanTidak diperlukan
Konseling :
menyarankan keluarga bahwa:
keadaan hipertensi memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan subkonjungtiva sehingga diperlukan pengontrolan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Tidak perlu khawatir sebab perdarahan akan terlihat meluas dalam 1hari pertama, namun sesudah itu ukuran akan berkurang perlahan sebab dipenyerapan .
ciri-ciri Rujukan :
Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika ada penurunan visus.
Peralatan. Snellen chart, Oftalmoskop
BENDA ASING DI KONJUNGTIVA
Benda asing di konjungtiva yaitu benda yang dalam keadaan normal tidak ada di konjungtiva dan memicu iritasi jaringan. biasanya kelainan ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat asam atau basa dan bila muncul infeksi sekunder.
Anamnesis Keluhan :
adanya benda yang masuk ke dalam konjungtiva matanya.Gejala yang dimuncul kan berwujud nyeri, mata merah dan berair, sensasi benda asing, dan fotofobia.
faktor yang memperparah :
Pekerja di bidang industri yang tidak memakai kacamata pelindung, seperti:
pekerja gerinda, pekerja las, pemotong keramik, pekerja yang terkait dengan bahan-bahan kimia (asam-basa).
Visus biasanya normal.ada injeksi konjungtiva tarsal dan/atau bulbi.. ada benda asing pada konjungtiva tarsal superior dan/atau
inferiordan/atau konjungtiva bulbi.
melalui anamnesis dan .
diagnosa banding
Konjungtivitis akut
Komplikasi
Ulkus kornea. Keratitis
Terjadi bila benda asing pada konjungtiva tarsal menggesek permukaan kornea dan memicu infeksi sekunder. Reaksi inflamasi berat dapat terjadi jika benda asing yaitu zat kimia.
pengobatan
1. Non-Medikamentosa : Pengangkatan benda asingBerikut yaitu cara yang dilakukan:
--. Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata yang terkena benda asing.
--. pakai kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
--. Angkat benda asing dengan memakai lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G.
--. Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
--. Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas benda asing.
2. Medikamentosa
Antibiotik topikal (salep atau tetes mata), contoh Kloramfenikol tetes mata, 1 tetes setiap 2 jam selama 2 hari
Konseling :
menyarankan pasien untuk mengendalikan bila bertambah berat sesudah dilakukan tindakan, seperti mata bertambah merah, bengkak, atau ditambah dengan penurunan visus.
. menyarankan pasien agar tidak menggosok matanya agar tidak memperberat lesi.
. memakai alat/kacamata pelindung saat aktif atau berkendara.
ciri-ciri Rujukan :
Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan, sebab keterbatasan fasilitas Peralatan, Bila terjadi penurunan visus
ASTIGMATISME
Astigmatisme yaitu keadaan di mana sinar sejajar tidak dibiaskan pada satu titik fokus yang sama pada semua meridian. ini dipicu oleh
kelengkungan kornea atau lensa yang tidak sama pada berbagai meridian.
Anamnesis Keluhan :
penglihatan kabur dan sedikit distorsi
yang kadang juga memicu pusing .Pasien memicingkan mata, atau head tilt untuk dapat melihat-lihat lebih jelas. Keadaan biasanya baik.Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart akan menandakan tajam penglihatan tidak maksimal dan akan bertambah baik dengan pemberian
pinhole.
diagnosa :
dilakukan berdasar anamnesis dan pemeriksaan
refraksi.Tajam penglihatan akan mencapai maksimal dengan pemberian lensa silindris.
diagnosa Banding
Kelainan refraksi lainnya.
pengobatan pemakaian kacamata lensa silindris dengan koreksi yang sesuai.
Konseling :
menyarankan keluarga bahwa astigmatisma yaitu gangguan penglihatan yang dikoreksi.
ciri-ciri Rujukan :
Pasien perlu dirujuk ke rumahsakit bila:
ukuran lensa tidak dapat ditentukan (contoh astigmatisme berat).koreksi dengan kacamata tidak memperbaiki visus, atau
Peralatan
Snellen Chart2. Satu set lensa coba (trial frame dan trial lenses). Pinhole
HIPERMETROPIA
Hipermetropia (rabun dekat) yaitu keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup kuat dibiaskan
sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.
Anamnesis Keluhan :
Spasme akomodasi yang memicu pseudomiopia. Mata juling dapat terjadi sebab akomodasi yang berlebihan akan diikuti konvergensi yang berlebihan pula.Mata sensitif terhadap sinar.
Penglihatan kurang jelas untuk objek yang dekat.
pusing terutama area frontal dan makin kuat pada pemakaian mata yang lama dan membaca dekat. Penglihatan tidak enak (asthenopia
akomodatif = eye strain) terutama bila melihat-lihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama, contoh menonton TV.
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
Pemeriksaan refraksi dengan trial lens dan trial frame
diagnosa :
dengan anamnesis dan pemeriksaan refraksi.
Komplikasi
Ambliopia, Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi
Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata,
pengobatan
Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang memicu tajam penglihatan terbaik.
Konseling :
menyarankan keluarga jika penyakit ini harus dikoreksi dengan bantuan kaca mata. sebab jika tidak, maka mata akan berakomodasi terus menerus dan memicu komplikasi.
Peralatan
Satu set trial frame dan trial frame, Snellen chart
MIOPIA RINGAN
Miopia ringan yaitu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan ke titik fokus di depan retina.
Anamnesis Keluhan :
Penglihatan kabur bila melihat-lihat jauh, mata cepat lelah, pusing dan mengantuk,cenderung memicingkan mata bila melihat-lihat jauh. Tidak ada riwayat kelainan sistemik, sepertidiabetes mellitus, hipertensi, dan buta senja.
faktor yang memperparah :
Genetik dan faktor lingkungan meliputi kebiasaan melihat-lihat /membaca dekat,
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
diagnosa :
berdasar anamnesis dan pemeriksaanrefraksi.
pengobatan Koreksi dengan kacamata lensa sferis negatif terlemah yang memicu tajam penglihatan terbaik
Konseling :
mengendalikan setidaknya satu kali dalam setahun untuk pemeriksaan refraksi, bila ada .
Membaca dalam cahaya yang cukup dan tidak membaca dalam jarak terlalu dekat.
ciri-ciri Rujukan :
Kelainan yang tidak maju dengan pinhole.
Kelainan refraksi yang progresif, Kelainan refraksi yang tidak maju dengan koreksi atau tidak ada
ukuran lensa yang memberi perbaikan visus
Peralatan
Satu set lensa coba dan trial frame, Snellen char