Senin, 21 Februari 2022

kelainan jantung 3

 





ENDOKARDITIS INFEKTIF 


yaitu infeksi pada lapisan sebelah dalam jantung

(endokardium) dan katup jantung. pemeriksaan Endokarditis Infektif berdasar rekayasa syarat Duke

syarat Mayor

1. Kultur Darah Positifuntuk EI

--- ada mikro organisme tipikal yang 

konsisten untuk EI pada 2 kali pemeriksaan

kultur darah dengan waktu yang berbeda:

Strepto-cocus Viridans, Streptococus Bovis,

grup H ACEK, Staphylococcus Aereus, atau

community-acquired enterococci dimana

tidak ada fokus primer atau

---. ada mikro organism konsisten untuk

EI yang persisten pada kultur darah: paling

tidak kultur darah positif 2 kali pada contoh 

darah yang diambil dengan perbedaan waktu

>12 jam atau 3 dari 4 pemeriksaan kultur

darah yang diambil dalam waktu yang

berbeda  dalam hal ini jarak pemeriksaan

darah pertama dan terakhir sekitar 1 jam,

--- Kultur darah positif satu kali untuk Coxiella

Burnetil atau kadar antibody IgG tahap 1

>1:800

2. Bukti keterlibatan endocardium

Ekokardiografi positif untuk EI: vegetasi, abses,

ada regurgitasi katup yang baru.

syarat Minor

1. Predisposisi: suatu keadaan jantung yang 

memiliki risiko untuk kejadian EI, pemakaian 

obat injeksi

2. Demam : suhu > 38 ° C

3. Fenomena vaskular : perdarahan 

intracranial, perdarahan konjuntiva, lesi Janeway,emboli arteri mayor, infark pulmoner septik, aneurisma mikotik, 

4. Fenomena Imunologis : Titik Roths, faktor rheumatoid, glomerulonephritis, nodus Osler, 

5. Bukti mikrobiologi : kultur darah positif namun 

tidak memenuhi syarat mayor ataupun bukti 

serologis dari infeksi aktif dengan organisme 

yang konsisten dengan EI.

pemeriksaan Endokarditis Infektif Definitif 2 syarat mayor; atau 1  syarat mayor dan 3 syarat minor ;atau 5 syarat minor

Endokarditis Infektif Possible 1 syarat mayor dan 1 

syarat minor; atau 3 syarat minor

Endokarditis Infektif Rejektif

 ada bukti pemeriksaan lain pemicu EI; atau

 ada resolusi gejala klinis EI dengan

pemberian terapi antibiotik selama <4 hari; atau

Tidak ada bukti patologi EI pada pembedahaan

ataupun otopsi dengan terapi antibiotik <4 hari;

atau

Tidak memenuhi syarat EIseperti di atas.

-gejala-gejala ,antaralain:

Riwayat EI sebelumnya, Riwayat penyakit jantung katup atau bawaan, Demam,Riwayat pemasangan material prostetikintrakardial,

-Pemeriksaan Fisik ,antaralain:

Tanda-tanda gagal jantung kongestif, ada nodul osler, lesi Janeway,Murmur jantung regurgitasi yang baru,Suhu badan >38°.C,

-syarat pemeriksaan ,antaralain

Laboratorium terutama kultur darah, Ekokardiografi: TTE dan atau TEE (pada sebagian masalah), gejala-gejala,Pemeriksaan fisik, Foto Rontgen Toraks, EKG, 

-pemeriksaan Kerja,antaralain:

Endokarditis Infektif Rejektif,Endokarditis Infektif Definitif,Endokarditis Infektif Possible, 

-pemeriksaan Banding ,antaralain:

Demam rematik,Pneumonia,Meningitis,Abses otak,Perikarditis akut,

- Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

MSCT kepala untuk menilai ada tidaknya 

aneurisma mikotik, Laboratorium petanda infeksi, kultur darah, urinalisa,Foto Rontgen Toraks,Ekokardiografi, MSCT thorax untuk menilai ada tidaknya emboli paru,

- Terapi Tatalaksana EI didasarkan atas kombinasi terapi  antimikroba jangka panjang dan pada sebagian  masalah, eradikasi jaringan yang terinfeksi dengan cara .pembedahan. Lama pemberian terapi antimikroba selama 4-6 minggu.

1. Pemberian Antibiotik Empirik Untuk Inisiasi

Terapi:

Katupasli / native :

obat Ampicillin Sulbactam 12 gram/hari intravena 

di bagi dalam 4 dosis atau obat Amoxillin ,

obat Vancomycin 30 mg/kg/hari intravena di bagi 

dalam 2 dosis selama 4-6 minggu, ditambah

obat Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena atau 

obat intramuskular di bagi dalam 2-3 dosis 

selama 4-6 minggu, ditambah

obat Ciprofloxacin 1000 mg/hari per oral di bagi 

dalam 2 dosis selama 4-6 minggu.

obat Katupasli / native yang alergi penicilin,

obat Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena atau 

intramuskular di bagi dalam 2-3 dosis 

selama 4-6 minggu. ditambah

obat Clavulanate 12 gram/hari intravena dalam 4 

dosis selama 4-6 minggu, 

Katup Prostetik:

obat intramuskular di bagi dalam 2-3 dosis 

selama 2 minggu, ditambah

obat Rifampicin 1200 mg/hari per oral di bagi 

dalam 2 dosis selama 2 minggu atau

obat Vancomycin 30 mg/kg/hari intravena di bagi 

dalam 2 dosis selama 4-6 minggu, ditambah

obat Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena ,

2. Pemberian Antibiotik Sesuai Dengan Temuan

Mikroorganisme :

a. Pemberian antibiotic pada Group Streptocci

Viridandan Streptococci Dyangpeka

Penicillin

Terapi Standar:

obat Penicillin G 12-18 juta Unit/hari intravena 

di bagi dalam 6 dosis atau Amoxillin 100-

200 mg/kg/hari intravena di bagi dalam 

4-6 dosis atau Ceftriaxone 2 gram/hari 

IV/IM selama 4 minggu

Terapi 2 minggu:

obat Penicillin G 12-18 juta Unit/hari intravena 

di bagi dalam 6 dosis atau Amoxillin 100-

200 mg/kg/hari intravena di bagi dalam 

4-6 dosis atau Ceftriaxone 2 gram/hari ,

obat intravena atau intramuskular dalam 1 

dosis selama 2 minggu, ditambah

obat Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena atau 

obat intramuskular di bagi dalam 1 dosis atau 

obat Netilmicin 4-5 mg/kg/hari intravena 

dalam 1 dosis selama 2 minggu.

Untuk pasien alergi beta-laktam:

obat Vancomycin 30/kg/hari IV di bagi dalam 

2 dosis selama 4 minggu,

b. Pemberian antibiotic pada Group Streptocci

Viridan dan Streptococci D yang resisten.Penicillin

Terapi standar

obat intramuskular dalam 1 dosis selama 

selama 2 minggu atau

obat  Penicillin G 24 juta Unit/hari intravena 

di bagi dalam 6 dosis atau Amoxillin 200 

mg/kg/hari intravena di bagi dalam 4-6 

dosis selama 4 minggu, ditambah

obat  Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena,

Untuk pasien alergi beta-laktam:

obat intramuskular dalam 1 dosis selama 

selama 2 minggu atau

obat Vancomycin 30/kg/hari intravena di bagi 

dalam 2 dosis selama 4 minggu.ditambah

obat  Gentamicin 3mg/kg/hari intravena ,

c. Pemberian antibiotic pada Group Staphylococcus Katup native

Untuk yang sensitive dengan methicillin

obat intramuskular di bagi dalam 2-3 dosis 

selama 3-5 hari atau

obat  (Flu)cloxacillin atau Oxacillin12 gram/hari 

intravena di bagi dalam 4-6 dosis selama 

4-6 minggu, ditambah

obat  Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena ,

Untuk yang allergi atau resisten methicillin

obat intramuskular di bagi dalam 2-3 dosis 

selama 3-5 hari  atau obat  Vancomycin 30/kg/hari intravena di bagi  dalam 2 dosis selama 4-6 minggu.ditambah obat Gentamicin 3 mg/kg/hari intravena ,

Katup prostetik

Untuk yang peka dengan methicillin oral di bagi dalam 2 dosis selama lebih  dari 6 minggu, dan Gentamicin 3  mg/kg/hari intravena atau intramuskular  di bagi dalam 2-3 dosis selama 2 

minggu atau obat (Flu) cloxacillin atau Oxacillin 12 

gram/hari intravena di bagi dalam 4-6 

dosis selama lebih dari 6 minggu  ditambah

obat Rifampicin 1200 mg/hari intravena atau 

Untuk yang allergi atau resisten methicillin

Vancomycin 30/kg/hari intravena di bagi 

dalam 2 dosis selama lebih dari 6 minggu, 

ditambah Rifampicin 1200 mg/hari intravena 

atau oral di bagi dalam 2 dosis selama lebih 

dari 6 minggu, dan Gentamicin 3 mg/kg/hari 

intravena atau intramuskular di bagi dalam 

2-3 dosis selama 2 minggu,

d. Pemberian antibiotic pada Group

Enterococcus

bagi pasien  yang peka dengan gentamicin dan betalaktam ,

obat intramuskular di bagi  dalam 2-3 dosis selama 4-6 minggu, atau

obat  Amoxicillin 200 mg/kg/hari intravena

di bagi dalam 4-6 dosis selama 4-6  minggu, ditambah  obat Gentamicin 3 mg/kg/ hari intravena atau

obat  Ampicillin 200 mg/kg/hari intravena

di bagi dalam 4-6 dosis selama 4-6 

minggu, ditambah Gentamicin 3 mg/kg/

hari intravena atau intramuskular di bagi 

dalam 2-3 dosis selama 4-6 minggu, atau

obat  Vancomycin 30/kg/hari intravena di bagi 

dalam 2 dosis selama 6 minggu, 

ditambah Gentamicin 3 mg/kg/hari 

intravena atau obat  intramuskular di bagi 

dalam 2-3 dosis selama 6 minggu,

jika pasien dinilai stabil, tidak ada tanda-tanda

gagal jantung kongesti dan tidak ada

komplikasi, maka pemberian antibiotic parenteral

bisa diberikan melalui rawat jalan pada hari ke-14

setelah pemberian antibiotik.

Terapi pembedahaan dilakukan pada kebanyakan   pasien dengan EI karena ada komplikasi yang 

berat. Tiga komplikasi dan indikasi untuk 

dilakukannya tindakan pembedahaan segera pada 

tahap aktif saat pasien masih menjalani terapi 

antibiotik, antara lain karena :

Pencegahan kejadian tromboemboli,

Gagal jantung, Infeksi yang tidak bisa terperiksa,

Tindakan pembedahan emergensi dilakukan dalam 

waktu 24 jam, jika urgensi dilakukan dalam beberapa  hari, dan elektif setelah pemberian antibiotik selama  2 minggu,

Komplikasi: syok septik,.stroke,Gagal jantung, gagal ginjal

-nasihat ,antaralain:

penyulit yang muncul: emboli paru, aneurisma mikotik,menjaga oral hygiene

 pembetulan pembedahan, jika diperlukan tindakan pembedahan  non jantung, perjalanan klinis penyakit , tatalaksana yang akan dikerjakan obat-obatan, pemeriksaan penunjang yang diperlukan, 

penanda Medis :

95% pasien EI patuh dan menerima terapi 

antibiotik sesuai protokol,

 95% pasien EI sembuh, dan hasil kultur negatif.

80% pasien EI memiliki LOS <14 hari,






PERIKARDITIS



yaitu suatu keadaan inflamasi pada pericardium

yang dipicu oleh kelainan autoimun, keganasan, radiasi,infeksi (bakteri, virus, jamur,tuberkulosis), 

setelah pembedahan jantung ,trauma, kelainan 

bawaan, Pericarditis bisa ditambah efusi 

perikard atau tidak dengan efusi perikard.

Klasifikasi :

Perikarditis rekuren,Perikarditis konstriktif,

Perikarditis akut (1-2 minggu), Perikarditis kronis (3 bulan),

-gejala-gejala ,antaralain:

Sesak nafas (dipicu oleh nyeri), Demam,

 Nyeri dada: muncul tiba-tiba, terasa di area

retrosternal dan semakin memberat jika bergerak

atau menarik napas dalam, nyeri berkurang jika 

pasien duduk membungkuk,

 Pemeriksaan Fisik ,antaralain:

 Demam, Sinus takikardi,

 Auskultasi :

Pericardial friction rub, paling baik terdengar

diapeks jantung atau left sterna border;

terdengar jelas saat pasien 

membungkuk atau menarik napas,duduk,

jika ada efusi perikard luas, suara jantung 

terdengar menjauh,

 Beck’striad-pada tampona dekordis:

Peningkatan tekanan vena sentral ditambah 

distensi vena jugular,Suara jantung menjauh,Hipotensi,Pulsus paradoksus (penurunan TD sistolik >10.mmHg saat inspirasi),

- syarat pemeriksaan ,antaralain:

Laboratorium: serum antinuclear antibody pada

pasien wanita muda,darah perifer lengkap (termasukESR, CRP, LDH), enzim jantung (CK-CKMB dan TroponinI), 

 Anammesis, Pemeriksaan Fisik,Elektrokardiogram, jika efusi cukup banyak bisa ada EKG

low voltage,Perubahan segmen ST dan gelombang T di  hampir seluruh lead,

RontgenThoraks,

Pada perikarditis kronik bisa ada.kalsifikasi.

 Pada perikarditis akut, biasanya normal.

jika terjadi efusi perikard 200 mL akan terjadi

pembesaran bayangan jantung (water-bottle

shape),

Ekokardiografi:

jika terjadi tamponadekordis, RV free-wall

terlihat kolaps.

Perikardio sentesis terapeutik dan diagnostic 

pada pasien tampona dekordis dan pada pasien

yang dicurigai dengan perikarditis bakterial,

keganasan atau perikarditis purulenta.

Pada efusi yang cukup luas, terlihat ada

bagian yang kosong (echo-free space).

Eksklusi ada efusi yang tersembunyi,

swinging heart.

-. pemeriksaan Kerja ,antaralain:

Perikarditis konstriktif,Perikarditis akut,Perikarditis akut dengan tampona dekordis, 

- pemeriksaan Banding,antaralain:

Diseksi Aorta,Pneumothoraks,Nyeri herpes-zoster,

 Emboli paru,infark miokard,Costochondritis,

Gastroesophageal reflux disease,

Pemeriksaan Penunjang,antaralain: 

serum antinuklear antibodi pada pasien wanita 

muda,Foto Roentgen Thoraks,Ekokardiografi,Perikardio sentesis diagnostik, Elektrokardiogram,

Laboratorium: darah perifer lengkap, enzim

jantung (CK-CKMB dan TroponinI), 

-Terapi ,antaralain:

1. Perikarditis akut dengan tamponade kordis

Diperlukan perikardiosentesis segera untuk

memperbaiki kerja jantung. pengaturan  cairan IV

 perlu dilakukan, untuk menanggulangi 

hipovolemia akibat kegagalan fungsi diastolic

jantung. jika cairan efusi kental dan sulit untuk

dilakukan perikardiosentesis, diperlukan drainase 

secara bedah,

2. Perikarditis akut,

Pasien harus dirawat inap untuk pelacakan

kausa, observasi terjadinya tampona dekordis, 

dan mulai terapi simptomatik dan anti-inflamasi ,

pemicu perikarditis akut terbanyak yaitu

virus, terapi ditujukan untuk symptom saja,

obat SAID - pemakaian kortikosteroid

(Prednisone) baik secara intraperikardial / sistemik diperbolehkan.

memakai kortikosteroid,NSAID, kolkisin, 

obat NSAID yaitu terapi utama (perlu pelindung gastro intestinal): Ibu profen(300-800 mg tiap 6-8 jam).

obat Kolkisin bisa  ditambahkan atau bisa  juga

dipakai sebagai terapi utama (0.5mg 2x sehari).

 jika pemicu dicurigai bacterial(perikarditis purulenta), diperlukan drainase  secara bedah ditambah terapi antibiotik:

 Golongan sefalosporin generasi ketiga 

(ceftriaxone, cefotaxime),

 Vankomisin jika dicurigai MRSA,

 Inisial spectrum luas seperti penisilin 

resisten penisilinase IV,

jika keadaan pasien imunokompromais, 

tambahkan gol. aminoglikosida

Terapi antibiotic khusus diberikan jika

sudah ada hasil kultur. Terapi diberikan

paling tidak 3-4 minggu secara intravena.

Perikarditis pada penyakit autoimun diobati

dengan NSAID oral, jika terjadi efusi yang

mengganggu fungsi jantung perlu

perikardiosentesis/ punksi perikard. Tindakan

ini dilakukan pada efusi perikard yang secara

ekokardiografis tebalnya >20 mm (pada tahap

diastolik), atau jika diperlukan untuk

pemeriksaan kausa sehingga mempermudah 

pemberian terapi yang tepat.

3. Perikarditis konstriktif

Terapi definitive yaitu perikardi ektomi radikal

-nasihat ,antaralain:

pemeriksaan penunjang yang diperlukan

 tindakan non-pembedahan jika diperlukan

 tindakan pembedahan jika diperlukan,

 jenis penyakit, perjalanan penyakit, tatalaksananya

 penyulit-penyulit yang mungkin muncul ,dari Perikarditis, obat-obatan yang diperlukan oleh pasien, 

- penanda Medis:

95% pasien dilakukan tapping pericardial/

perikardiostomi LOS <10 hari,

 95% pasien yang teratasi dengan obat-obatan

yang memiliki LOS <7 hari







GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN ANAK



yaitu suatu sindroma klinis yang dipicu oleh

disfungsi jantung, sehingga aliran darah dan suplai

oksigen ke jaringan untuk kebutuhan metabolisme 

tubuh tidak terpenuhi.

- gejala-gejala ,antaralain:

Gagal tumbuh kembang, banyak Berkeringat ,

 Sesaknafas, pernafasan cepat,Kesulitan menyusu,

Debar jantung kencang,

-Pemeriksaan Fisik ,antaralain:

Kardiomegali, Irama gallop,banyak Keringat , Pulsasi arteri lemah,Gagal tumbuh kembang,

Gejala perubahan pada jantung dan kerja jantung

Takikardia,

Gejala bendungan pada paru-paru,antaralain:

Infeksi saluran nafas berulang,Ortopnooe,Auskultasi: ronki dan wheezing, Takipnoe, Kesulitan menyusu, Dispnu pada kegiatan fisik,

 Gejala bendungan pada vena sistemik,antaralain:

Hepatomegali,Peninggian JVP, pada bayi sulit terlihat karena lehernya relative pendek

 Edema perifer, biasanya di area bokong,

punggung, tangan serta kaki,  sekitar.mata. Kenaikan berat badan 200-300 gram/

24 jam yaitu petunjuk retensi cairan.

- syarat pemeriksaan ,antaralain:

gejala-gejala,Pemeriksaan fisik,Foto Thoraks,

Laboratorium,

- pemeriksaan Kerja ,antaralain:

GJK akibat regurgitasi katup,

GJK akibat penurunan fungsi sistolik miokard,

GJK akibat penurunan fungsi diastolik miokard,

GJK akibat pirau/shunt kiri ke kanan,

GJK akibat hambatan sirkulasi jantung kiri: Co.Ao, MS, HLHS,AS,

 GJK akibat hambatan sirkulasi jantung kanan:

PS, PH,

-pemeriksaan Banding :Infeksi saluran pernafasaan yang berat

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain: Ekokardiografi,

- Terapi ,antaralain:

1. Umum

Berikan Oksigen 30-50 % dengan kelembaban

tinggi,Puasa jika sangat sesak untuk mencegah 

regurgitasi & aspirasi ,Garam dibatasi 0,5 gram/hari pada pasien anak

yang lebih besar,Hindari predisposisi: demam, anemia, infeksi, 

hipoglikemia, hipo-Ca++, Atasi pemicu dasar: hipertensi, aritmia,tirotoksikosis ,

Istirahat: tirah baring, sebaiknya dengan 

posisi setengah duduk,Sedasi ringan, Batasi cairan dan garam,.Cairan sekitar 80% dari kebutuhan normal sehari,

 Pantau:keseimbangan cairan asam

basa, berat badan, kesadaran, nadi, TD

pernafasan, 

pantau  Ventilasi mekanik: jika gagal nafas pada 

gagal jantung yang berat.

2. Khusus

a. Medika mentosa

 Digitalis,

 Digoksinoral : 0,01 mg/kilogram beratbadan/hari

 Digoksin IV: digitalisasi cepat (dosis 

awal 0,015 mg/kilogram beratbadan. Enam jam  kemudian 0,005 mg/kilogram beratbadan dan 

selanjutnya 2 x 0,005 mg/kilogram beratbadan/hari,

Inotropik lain:

 Isoproterenol IV : 0,05- 0,1 ug/kilogram beratbadan/ menit,

obat Adrenalin IV : 0,1-1 ug/kilogram beratbadan/menit (larutan 1 :50.000)

obat  Dopamin IV : 3-10 ug/kilogram beratbadan/menit

obat Dobutamin IV : 5-10 ug/kilogram beratbadan/menit

- Diuretika

obat  Hidroklorotiasid oral : 2 - 4mg/kilogram beratbadan/hari,

obat Furosemide IV : 1 mg/kilogram beratbadan/kali; oral :  1-2 mg/kilogram beratbadan/hari,

obat Spironolakton oral : 2 - 3 mg/kilogram beratbadan/hari,

- Vasodilator

obat Kaptopril oral : 0,5 - 1 mg/kilogram beratbadan/ 8 jam,

obat  Hidralasin IV : 1,5 ug/kilogram beratbadan/menit; oral: 

0,5 mg/kilogram beratbadan/hari,

obat Nitroprusid IV : 0,5 - 2 ug/kilogram beratbadan/hari,

obat  Isosorbid Dinitrat oral : 5 mg/ 6 jam

obat Nitrogliserin IV : 0,5 - 20 ug/kilogram beratbadan/hari,

b. Intervensi

Intervensi emergensi jika medika mentosa gagal, biasanya dilakukan setelah keadaan  pasien tenang ,

Bedah

Korektif: penutupan VSD/AVSD, ligasi

PDA, arterial switch pada TGA, reparasi

koarktasio aorta atau aorta stenosis.

Paliatif: Pulmonary Arterial Banding (PAB)

pada bayi dengan pirau/shunt trans 

septum ventrikel besar.

Non-Bedah

Balloon atrial septostomy, Balloon angioplasti/ valvuloplasti, Embolisasi kolateral (MAPCA) atau fistula  arteriovenous,

-nasihat ,antaralain:

tindakan intervensi non bedah/bedah yang mungkin diperlukan

pemeriksaan penunjang yang diperlukan,

 obat-obatan, keadaan penyakit, pemicu, perjalanan

klinis penyakit, dan tatalaksana yang akan

dikerjakan, penyulit yang bisa terjadi, perawatan : pembatasan cairan & garam, mencegah infeksi

  Prognosis masalah GJK akibat pirau besar tidak dengan PH/ dengan PH reaktif/stenosis katup,

masalah GJK akibat PJB kompleks (HLHS) atau fungsi  miokard buruk

. penanda Medis :90% pasien yang memerlukan intervensi non 

bedah LOS <10 hari,

90% pasien yang memerlukan intervensi bedah

LOS <14 hari,80% pasien yang teratasi dengan obat-obat memiliki LOS <7 hari,






HIPERTENSI PADA pasien anak DAN pasien remaja



Hipertensi pada pasien anak dan pasien remaja dinyatakan jika tekanan darah (TD) rerata sistol atau diastole >95 % dari nilai normal TD yang ditentukan  berdasar tinggi badan, jenis kelamin, usia , Klasifikasi sesuai rekomendasi European Society of Hypertension 2009:

Normal tinggi (prehypertension): jika TD >90th 

<95th percentile >120/80 mmHg meskipun <90th

percentile,

 Normal–jika TD <90th percentile,

Hipertensi stadium I: jika TD 95th,

99th percentile , ditambah 5 mmHg,

 Hipertensi stadium II: jika TD >99th percentile 

ditambah 5 mmHg,

-gejala-gejala ,antaralain:

1. Neonatus dan bayi - keluhan mencurigakan 

ada hipertensi yaitu:

Gagal jantung kongestif, Iritabel dan lesu, Kejang,

Gagal tumbuh, Distres pernafasan

2. pasien anak lebih besar - keluhan yang mencurigakan ada hipertensi:

Cepat lelah, Pandangan kabur, Sakit kepala,Epistaxis,Bell palsy,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain:

 Pengukuran TD  dilakukan setiap tahun

pada pasien anak usia >3 tahun dengan metode 

auskultasi, dengan syarat ,antaralain :

Lakukan pengukuran 3 kali sebelum 

menetapkan pemeriksaan hipertensi.

jika TD sistolik pada lengan kanan ternyata

tinggi, maka harus dilakukan pengukuran

lengan kiri serta kedua tungkai, guna 

menyingkirkan kemungkinan koarktasio aorta.

pakai cuff yang sesuai: lebar >40 % dari

lingkar lengan atas bagian tengah, dengan

panjang 80-100 % dari lingkar lengan,

lingkarkan pada lengan kanan;

 pakai Korotkoff 1 (mulai terdengar bunyi)

untuk TD sistoldan Korotkoff 5 (hilangnya

bunyi) untuk TD diastol.

Pada pasien anak sebaiknya posisi duduk, dalam

keadaan tenang, cuff dipasang setinggi

jantung; pada neonates bisa dilakukan dalam

posisi telentang.

 jika pengukuran dengan oscillometry

menemukan TD >90.th percentile, maka harus

diulang dengan auskultasi.

2. Monitor TD ambulatoir: lakukan jika ada dugaan

white-coat hypertension (TD tinggi jika

berhadapan dengan dokter, normal di luar kamar 

dokter).

3. jika pemeriksaan hipertensi ditegakkan, cari

pemicunya dan evaluasi organ target: ginjal, system saraf pusat ,retina,jantung,pembuluh darah,

4. Pemeriksaan fisik identifikasi ada hipertensi

sekunder, misalnya :

menilai coarctation aorta thorakalis,Pembesaran thymus pada hipertiroidism, Virilization atau ambiguity pada adrenal hyperplasia, Stigmata of Bardet-Biedl, von Hippel-Lindau,Williams, sindrom Turner, Acanthosisnigricans untuk menilai sindrom

metabolik,  Indeks massa tubuh, untuk menilai ada 

sindrom metabolic, Nadi cepat, kemungkinan karena neuroblastoma,hyper-thyroidism, pheochromocytoma ,  Pertumbuhan lamban, mungkin karena gagal ginjal kronik, Café au lait spots pada neurofibromatosis, Massa di perut pada Wilms tumor dan polycystic ginjal,Bruitepigastrik / abdominal: coarctation Ao  abdominal, stenosis a. renalis -TD ekstrimitas atas-bawah, 

-syarat pemeriksaan ,antaralain:

 gejala-gejala, Pemeriksaan fisik,

-pemeriksaan Kerja,antaralain:

Hipertensi sekunder tidak dengan penyulit,

Hipertensi sekunder dengan penyulit/,

 Hipertensi primer tidak dengan penyulit,

Hipertensi primer dengan penyulit,

- Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

Hipokalemia pada hiper aldosteronism,

FotoThoraks,EKG,Laboratorium: Serum creatinine tinggi pada gagal ginjal kronik,Darahrutin, Hb rendah pada gagal ginjal kronik,

- Hormon :

Kadar catecholamines (epinephrine, 

norepinephrine, atau dopamine) tinggi,

pada pheochromocytoma, neuroblastoma.

Kadar plasma aldosterone tinggi pada

hyper-aldosteronism.

 Kadar plasma rennin tinggi kemungkinan

ada kelainan vascular renal, termasuk koartation aorta, jika rendah mungkin kelebihan mineralo corticoid,glucocorticoid-remediable aldosteronism,

sindrom Liddle, 

Eksresi catecholamines dan catecholamine 

metabolites (meta-nephrine) yang tinggi pada

urine menandai pheochromocytoma/ 

neuroblastoma.

Kadar sodium urine menandai diet sodium

dan bisa dipakai dalam follow up apakah

pasien taat membatasi asupan garam.

  Urine rutin: positif untuk darah atau  protein menandai penyakit ginjal. Kultur  urine untuk mengevaluasi pyelonephritis kronis,

Skrening obat untuk mencari kemungkinan

hipertensi akibat obat.Ekokardiografi,

Panellipid puasa dan oral glucose-tolerance

tests (GTT) dipakai untuk menilai sindrom

metabolic pada pasien anak obese.

- Terapi :

1. Umum.

Terapi non-farmakologis melalui perubahan pola

hidup, dimulai pada semua pasien anak dengan pre￾hipertensi atau hipertensi, dan harus diteruskan ,ketika terapi farmakologis diberikan, antaralain:;

Olah raga teratur,Diet seimbang, kalori tidak berlebihan atau dikurangi pada pasien anak obese, banyak meng￾konsumsi makanan berserat, sayur dan buah;Membatasi konsumsi garam;

2. Terapi farmakologis

-- Untuk hipertensi emergensi, obat yang 

banyak dipakai yaitu sodium nitroprus side 

dan labetalol per-infus, agar tercapai 

penurunan sebesar 25-39% dalam 6 – 8 jam 

pertama.

--Pada hipertensi urgensi bisa diberikan obat 

per-oral.

--Pasien hipertensi yang tidak mencapai target 

terapi setelah pemberian tiga jenis obat 

termasuk diuretik dan rekayasa pola hidup, 

dinamakan hipertensi resisten. masalah seperti ini 

biasanya yaitu hipertensi sekunder

yang harus dicari pemicunya.

--Terapi farmakologis dimulai jika :

Hipertensi sekunder atau ditambah dm tipe 

1 atau 2,Hipertensi simptomatis,Telah ada kerusakan organ target,

-- Sasaran terapi yaitu:

Pada penyakit ginjal kronis diusahakan TD

turun <75 percentile pada pasien anak tidak dengan

proteinuria, dan <50 percentile pada pasien anak

dengan proteinuria.

Penurunan TD hingga mencapai 90 

percentile sesuai usia, jenis kelamin dan

tinggi badan,

--Terapi farmakologis diawali satu jenis obat

anti-hipertensi dosis rendah kemudian

dinaikkan bertahap, jika kurang berhasil bisa

diganti dengan obat jenis lain/dikombinasi 

dengan golongan lain.

-- Obat yang sering dipakai: golongan

calcium antagonist, beta adrenergic blocker , diuretik.Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin Receptor Antagonist

(ARB), 

-nasihat ,antaralain:

pembatasan cairan, garam, beratbadan berlebih, tindakan intervensi non bedah/bedah yang mungkin diperlukan,  keadaan penyakit, pemicu, perjalanan klinis penyakit, dan tatalaksana yang akan dikerjakan  pemeriksaan penunjang yang diperlukan,  obat-obatan, penyulit yang bisa terjadi,

 perawatan sehari-hari,

-penanda Medis 

90% pasien dengan intervensi non bedah 

memiliki LOS< 7hari,

 80% pasien yang teratasi dengan obat-obat

memiliki LOS < 5hari,






ARITMIA PADA PEDIATRIK



 yaitu kelainan ritme dan system konduksi 

jantung,

Klasifikasi :

a. Takiaritmia: jika denyut jantung melebihi nilai

normal sesuai usia, dimana konduksi bukan

berasal dari SA node atau SA node mengalami 

gangguan. berdasar keteraturannya, aritmia dibagi menjadi reguler, ireguler-reguler, ireguler.

b.Bradiaritmia: jika denyut jantung kurang dari 

nilai normal sesuai usia, di mana konduksi 

bukan berasal dari SA node atau SA node 

mengalami gangguan.

-gejala-gejala,antaralain:

punya Riwayat konsumsi obat-obatan atau toksin

tertentu,

 pucat, pingsan, Lethargis, poor feeding, iritabilitas, berkeringat  banyak, Nyeri dada, berdebar-debar, punya Riwayat kelainan jantung bawaan atau penyakit  jantung yang lainnya,




GAMBAR 4



-Pemeriksaan Fisik ,antaralain:

1. Bradiaritmia:

Tanda vital : Heart rate dibawah normal untuk 

pasien anak seusianya, Hipotensi, Respiration rate normal sampai depresi nafas,

Tanda-tanda perfusi buruk,

Singkirkan pemicu fisiologis seperti : atlit 

dan keadaan tidur,

Status kesadaran : compos mentis sampai 

coma,

 Auskultasi jantung : jika ada kelainan 

jantung, bisa terdengar murmur

2. Takiaritmia:

Tanda vital : laju jantung di atas normal untuk 

pasien anak seusianya, Hipotensi, pernafasan normal sampai depresi nafas.

Tanda-tanda perfusi buruk,

Singkirkan pemicu fisiologis seperti : 

demam, kegiatan olah raga, Status kesadaran : compos mentis sampai coma,

 Auskultasi: jika ada kelainan jantung, bisa terdengar murmur

-syarat pemeriksaan,antaralain:

 1. Bradiaritmia:

 gejala-gejala  dan Pemeriksaan fisik:

- Identifikasi pemicu 5T 

(Tamponade, Tension pneumotorax, Toksin, 

Tromboemboli, Trauma), 5H (Hydrogen Ion, 

Hipoglycemia / Hipo / Hiperkalemia, 

Hipoksemia, Hipovolemia, Hipotermia) ,

Elektrokardiografi,Ekokardiografi: mencari kelainan anatomis  yang mendasari,

Laboratorium: tes fungsi tiroid,darah lengkap, elektrolit serum,  AGD, 

2. Takiaritmia

 gejala-gejala & Pemeriksaan fisik

Identifikasi pemicu 5T  (Tamponade, Tension pneumotorax, Toksin,  Tromboemboli, Trauma),Identifikasi pemicu 5H (Hydrogen Ion,  Hipoglycemia / Hipo / Hiperkalemia, 

Hipoksemia, Hipovolemia, Hipotermia)  Laboratorium: darah lengkap, elektrolit serum, 

analisa gas darah, tes fungsi tiroid, Elektrokardiografi, Ekokardiografi: mencari kelainan anatomis  yang mendasari,

-pemeriksaan Kerja ,antaralain:

a. Bradiaritmia:

Sinus bradikardi,AV blok derajat 1,AV blok derajat 2, Tipe 1 (Mobitz tipe I/Weckenbach) , Tipe 2 (Mobitz tipe II),

AV blok total,Bundle Branch Block

b.Takiaritmia:

Sinus takikardia,Supraventrikular takikardia

Wolff-Parkinson-White,AV node reentrant tachycardia,Atrial ectopic tachycardia, Atrial fibrilasi,Atrial flutte, Ventricular tachycardia

-pemeriksaan Banding ,antaralain:

Transient tachycardia,Transient bradycardia,

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

EKG: Sadapan lengkap 12 lead, kalau perlu 

dilakukan tes Holter,

Laboratorium : fungsi tiroid,Darah lengkap, elektrolit serum,  analisa gas darah, 

Ekokardiografi: memastikan kelainan jantung 

yang mendasari aritmia,

-nasihat ,antaralain:

pemeriksaan penunjang yang diperlukan, penyulit yang muncul, tindakan intervensi non bedah,

 tindakan intervensi dengan bedah,  jenis penyakit, perjalanan penyakit ,tatalaksana yang diperlukan, obat-obatan yang akan diberikan kepada  pasien, 

- penanda Medis :

95% pasien yang dilakukan penutupan dengan

device, LOS <3 hari,95% pasien yang teratasi dengan obat-obat  memiliki LOS <7 hari,

95% pasien yang dilakukan ligasi PDA tidak dengan PH, LOS <5 hari,






DISEKSI AORTA ABDOMINALIS 

DISEKSIA ORTA THORAKO-ABDOMINALIS 

DISEKSI AORTA 

DISEKSI AORTA THORAKALIS 



Diseksi aorta yaitu robeknya lapisan intima aorta

-gejala-gejala:

 Gejala-gejala sindroma malperfusi,

Nyeri dada tiba-tiba, seperti dirobek ,

-Pemeriksaan Fisik Tidak khusus, bisa terjadi :

Bising early diastolic jika terjadi regurgitasi aorta,

Hilangnya pulsasiateri ekstremitas jika terjadi 

simdrom malperfusi,

-syarat pemeriksaan Diseksi klasik:

 ada lubang robekan (entry tear) pada aorta

ascenden (Stanford A) atau pada aorta descenden

(Stanford B),

Bentuk lain Diseksi:

Nyeri dada ditambah bukti kelainan morfologi aorta

berupa Penetrating Atherosclerotic Ulcer (PAU) atau Intramural Hematome,

- pemeriksaan Kerja:

--Diseksi Aorta De Bakey I (aorta ascendens hingga  arcus aorta/dibawahnya), II (aorta ascendens saja), dan III (aorta descendens saja )

--Diseksi Aorta Ascendens (Stanford A) / 

Descendens (Stanford B)

- pemeriksaan Banding Tumor mediastinum,

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

Ekokardiografi,CTA/MRA, Aortografi,

 EKG, Laboratorium.:Faktor risiko kardiovaskular,  Hb, Ht, Leucocyte, GDs, elektrolit, ureum creatinine, Hb SAg,  faktor-faktor/parameter koagulasi.

-Terapi ,antaralain:

TEVAR (Thoracic Endovascular Aortic Repair),

Bedah pembetulan terbuka (open surgical repair),

 Terapi/pengendalian faktor risiko,

periksa tekanan darah hingga <110 mmHg, Nadi

<60 x/menit,Hybrid,

-nasihat:

Pengendalian faktor risiko,Minum obat teratur,

Tidak sering  berkegiatan fisik berat,

- penanda Medis :

80% masalah TEVAR dirawat 3 hari, 80% masalah open surgical repair dirawat 7 hari,







 


ANEURISMA AORTA TORAKALIS TIDAK DENGAN RUPTUR , ANEURISMA AORTA TORAKALIS DENGAN RUPTUR 



yaitu dilatasi aorta torakalis dengan diameter >1.5x

diameter normal,

-gejala-gejala :

Gejala regurgitasi aorta akibat dilatasi aorta 

ascenden: gagal jantung,

Gejala penekanan jaringan intra-torakal oleh 

aorta: nyeri dada, batuk, serak

-Pemeriksaan Fisik :

Gangguan neurologis,Azotemia,Hipokalemia,

 Massa yang berdenyut (pulsatile) pada perut,

syarat pemeriksaan : CTA/MRA/Aortagrafi: dilatasi aorta torakalis dengan  diameter >1.5x normal,

-pemeriksaan Kerja,antaralain:

Aneurisma aorta thorakalis tidak dengan ruptur,

 Aneurisma aorta thorakalis dengan ruptur,

-pemeriksaan Banding Tumor mediastinum

-Pemeriksaan Penunjang:

Ekokardiografi, CTA/MRA,Aortografi,

EKG,Laboratorium .: Faktor risiko kardiovaskular, Hb, Ht, Leucocyte, GDs, elektrolit, ureum creatinine, HbSAg ,faktor-faktor / parameter koagulasi.

-Terapi :

TEVAR (Thoracic Endovascular Aortic Repair),

 Bedah pembetulan terbuka (open surgical repair),

Hybrid, Terapi/pengendalian faktor risiko,

periksa tekanan darah hingga <110 mmHg, Nadi

<60x/menit,

-nasihat: Tidak berkegiatan fisik berat,Pengendalian faktor risiko, Minum obat teratur,

penanda Medis :80% masalah open surgical repair dirawat <7 hari, 80% masalah TEVAR dirawat <3 hari,







ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS tidak dengan RUPTUR ,ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS DENGAN RUPTUR 



yaitu dilatasi aorta abdominalis dengan diameter 

>1.5x diameter normal,

-gejala-gejala :

Faktor risiko, terutama hipertensi, Rasa berdenyut pada perut,

-Pemeriksaan Fisik Massa yang berdenyut (pulsatile) pada perut,

-syarat pemeriksaan CTA/MRA/Aortografi: dilatasi aorta torakalis dengan  diameter >1.5x normal,

-pemeriksaan Kerja :

Aneurisma aorta abdominalis tidak dengan ruptur

 Aneurisma aorta abdominalis dengan ruptur

- pemeriksaan Banding Tumor mediastinum

-Pemeriksaan Penunjang:

Ekokardiografi,CTA/MRA,Aortografi

EKG,Laboratorium.: Hb, Ht, Leucocyte, GDs, elektrolit, ureum creatinine, HbSAg, faktor risiko kardiovaskular, faktor-faktor/ parameter koagulasi.

-Terapi :

EVAR (Endovascular Aortic Repair),

Bedah pembetulan terbuka (open surgical lrepair),

periksa tekanan darah hingga <110 mmHg, Nadi

<60 x/menit,Terapi/pengendalian faktor risiko,

-nasihat :

Tidak berkegiatan fisik berat,Pengendalian faktor risiko,Minum obat teratur,

-penanda Medis :80% masalah open surgical repair dirawat <7 hari,80% masalah TEVAR dirawat <3 hari,





PSEUDO ANEURISMA



yaitu rusaknya sebagian atau seluruh lapisan

pembuluh memicu keluarnya darah dari

pembuluh darah dan membentuk sebuah kantung di  dalam jaringan atau pembuluh darah,

-gejala-gejala :

Riwayat trauma, Penyakit bawaan,Infeksi pada pembuluh, Riwayat tindakan penusukan (puncture)

-Pemeriksaan Fisik:

Massa itu dirasakan nyeri, diraba hangat,

kemerahan, Massa yang berdenyut (pulsatile) pada area yang dicurigai pseudo-aneurisma,

-syarat pemeriksaan Dupleks sonografi memperlihatkan kantung dimana

aliran darah mengalir pada kantung itu, atau 

terlihat pseudo aneurisma melalui pemeriksaan CT 

angiogram,

-pemeriksaan Kerja Pseudo aneurisma,

-pemeriksaan Banding:

 Tumor,Abses,

- Pemeriksaan Penunjang:

Dupleks sonografi,CT Angiografi,

EKG,Laboratorium .: Hb, Ht, Leucocyte, GDs, elektrolit, ureum creatinine, HbSAg, Faktor risiko kardiovaskular, faktor-faktor/ parameter koagulasi.

-Terapi :

Ultrasound-guided Thrombin Injection,

 Ultrasound probe compression,

 Surgical Ligation (dengan atau tidak dengan bypass distal),Covered Sten,

-nasihat :

Menghindari trauma pada area pseudo

aneurisma,Tidak berkegiatan fisik berat,

-penanda Medis :80% masalah tidak dengan komplikasi LOS <5 hari






SINDROM RAYNAUD’S 



yaitu kumpulan gejala akibat vasospasme periodic

pembuluh darah jari-jari,

-gejala-gejala  yang bersifat periodik, berupa:

terasa seperti kesemutan,

Jari-jari sulit digerakkan, perasaan berkurang,

Terjadi setelah diawali dengan terpapar hawa dingin,  merokok, ketegangan ,stress ,

- Pemeriksaan Fisik Gejala yang bersifat periodik, berupa:

Sianosis sampai kemerahan (rubor),

Hiperhidrosis, Jari-jari yang sulit digerakkan (numbness), Perubahan warna kulit (pallor),

-syarat pemeriksaan :

Gejala telah berlangsung minimum 2 tahun,

Tidak ada  penyakit yang  mendasari keluhan vasospasme, Serangan vasospastik dipresipitasi oleh suhu  dingin / emosi,Diderita oleh ekstremitas jikateral atau simetris, tidak dengan ada ganggren,

-pemeriksaan Kerja Sindroma Raynaud’s

- pemeriksaan Banding :

Penyakit Buerger,Arteritis Takayasu

-Pemeriksaan Penunjang:

Pengukuran suhu kulit jari,

Pengukuran Finger Brachial Index,

EKG,Laboratorium: faktor-faktor/parameter koagulasi,Hb, Ht, Leucocyte, GDs, elektrolit, ureum kreatinin, HbSAg, Cold immersion test,

Laser Doppler flowmetri,

-Terapi :

Proteksi terhadap trauma dingin,

 Obat oral:

Obat injeksi: PGE1 5-10 mg/kg/min selama 72 

jam,Revaskularisasi: Trombolitik atau bedah

 Debridement, Amputasi,

obat Losartan1 x 50 mg,obat  Cilostazol 2 x 50mg,

obat Nifedipin1 x 30-60 mg,obat Prazosin2 x 1-5 mg,

-nasihat : Pengendalian faktor risiko,

Pengawasan penyakit yang mendasari,

-penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi LOS <5 hari







PENYAKIT BUERGER 



dinamakan juga tromboangitis obliterans yaitu

penyakit inflamasinon-aterosklerotik pada arteri 

ukuran sedang, arteri kecil serta vena ekstremitas.

-gejala-gejala: Nyeri merambat pada ekstremitas inferior dan superior khususnya dibagian distal, yang biasanya ada pada  pasien perokok.

-Pemeriksaan Fisik :

1. Klinis:

 Pada tahap akut 2-3 minggu pertama segmen

vena berwarna merah gelap dan nyeri pada 

perabaan,

>3 minggu, nyeri berkurang atau menghilang,

warna segmen vena berwarna lebih gelap dan

teraba keras seperti kawat. Hilangnya pulsasi 

arteri di bagian distal.

 Nekrosis atau gangren pada jari.

2. Anatomi:

Ekstremitas inferior dan superior bagian distal 

(Phalanx)

-syarat pemeriksaan :

1. Klinis

Bagian distal dari ekstrimitas inferior dan 

superior berwarna merah gelap, seiring waktu

bertambah gelap ditambah nyeri pada perabaan 

dan hilangnya pulsasi arteri di bagian distal

dengan/ tidak dengan ditambah nekrosis/ ganggren

 Simptom:

Nyeri ditambah perubahan warna kulit (merah 

kehitaman) pada bagian distal ekstremitas 

inferior dan superior,

 Etiologi:

Genetik,Merokok, Hiperkoagulabilitas,

 Anatomi:

Pembuluh darah arteriotak, renalis, arteri

koroner, mesenterika, thorakalis interna,

Arteri dan vena ukuran kecil ekstremitas 

inferior dan superior (pada jari-jari kaki dan 

tangan),

 Patofisiologi:

Inflamasi memicu penyumbatan lumen

pembuluh darah arteri berukuran sedang dan 

kecil dan merambat ke vena dan syaraf yang 

berdampingan.

-pemeriksaanKerja :Penyakit Buerger

-pemeriksaanBanding :

Penyakit Raynoud,Sklerodaktili,

Insufesiensi vena kronis,Acute limb ischemia,

-PemeriksaanPenunjang:

pemeriksaan untuk sindroma CREST, CRP, Faktor V￾Leiden,

 EKG, Laboratorium: HbSAg, enzimhati, penanda imunologik,Hb, Ht, Leucocyte, Trombocyte, 

electrolyte, ureum kreatinine, GDS, GDP, GD2JPP,

Ekokardiografi, Doppler arteri-vena, Arteriografi,

-Terapi :

a. Khusus:

Operasi bedah pintas dengan atau tidak dengan

amputasi

b. Umum (non bedah) :

obat Cilostazole 2-3x 50 mg/hari,

obat Beraprost sodium (2-3 x 20 mcg),

obat Dipyridamole 3 x 50-75 mg,obat  Pentoxyfilin,

nasihat,Perawatan luka,Pengobatan infeksi

-nasihat  berhenti merokok , medika mentosa,

 Perawatan luka,

-penanda Medis:  80% masalah tidak dengan komplikasi LOS <5 hari,







STENOSIS ARTERI KAROTIS



yaitu penyempitan pada arteri karotis internal 

ekstrakranial dengan debris thromboemboli atau

atherothrombotik dengan / tidak dengan gejala TIA

(Transient Ischemic Attact) atau stroke iskemik,

-gejala-gejala :

Kelemahan motorik atau sensorik atau gangguan bicara yang menetap, Kebutaan parsial atau komplit sementara  Kelemahan  sensorik atau

gangguan bicara  motorik<24 jam,

-Pemeriksaan Fisik :

Parese/paresthesia wajah kontra lateral,

Hemiplegia/hemiesthesia lengan dan tungkai

 Disfasia,Kebutaan partial atau komplit sementara

(Amaurosisfugax),

-syarat pemeriksaan :

MSCT/MRA, arteriography karotis ≥ 70%,

Gejala itu di atas,Duplex sonografi menunjukkan stenosis ≥ 70%  arteri karotis interna,

-pemeriksaan Kerja Penyakit arterikarotis

-pemeriksaan Banding :

Vasospasme intrakranial,

Emboli vegetasi akibat endokarditis infektif ,

Minier’s syndrome atau infeksi telinga bagian

tengah,

 Thromboembolis erebral akibat fibrilasi atrium, 

gagal jantung, penyakit jantung rheumatik,

Hipotensi postural,Hipoglikemia,

Pemeriksaan Penunjang:

Duplex Sonografi,MSCT/ MRA,Arteriografi,

EKG,Rontgen thoraks,Laboratorium (hb, Ht, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, HbsAg ),

Duplex Sonografi,MSCT/ MRA,Arteriografi,

-Terapi :

Carotid endarterectomy,Anti platelate, Statin,

Carotid angioplasty (withstent),

nasihat :

Membatasi konsumsi alkohol,

Menurunkan berat badan hingga ideal,Berolahraga rutin,periksa tekanan darah < 140/90 mmHg,

periksa gula darah,Stop merokok,

-penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi dirawat selama 5 hari,






STENOSIS ARTERI RENALIS 



Penyempitan pada arteri renalis yang memicu hipertensi refrakter, gagal ginjal,  hingga edema paru,

-gejala-gejala :Hipertensi refrakter, gagal ginjal, gagal jantung kiri,

-Pemeriksaan Fisik:

Azotemia,Gangguan pengelihatan karena retinopati,

Hipertensi refrakter,Gangguan neurologis,

Tanda-tanda gagal jantung kiri,Hipokalemia,

-syarat pemeriksaan:

MRA/ MSCT menunjukkan stenosis arteri renalis,

Arteriografi renalis menunjukkan stenosis arteri

renalis,

 Duplex ultrasound arteri renalis menunjukkan

stenosis a. renalis > 60%,

pemeriksaan Kerja Stenosis arteri renalis,

 pemeriksaan Banding Anomali arteri renalis,

Pemeriksaan Penunjang: 

Duplex Sonografi,MSCT/ MRA, Arteriografi,

EKG,Rontgen thoraks,Laboratorium: kreatinin, Kreatinin clearance, HbsAg,Hb, Ht, leukosit, trombosit, ureum,

-Terapi :

ACE dan ARB pada unilateral stenosis arteri 

renalis, Angioplasti arteri renalis (dengan stent),

Surgical revascularitation,

-nasihat :

Skrining penyakit penyerta,periksa tekanan darah,nasihat jantung koroner,

 penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi dirawat selama 5 hari







ISKEMIK MESENTERIKA 


yaitu peristiwa berkurangnya aliran darah mesenterika yang dipicu oleh stenosis, 

trombosis dan atau mekanik,

- gejala-gejala: Rasa nyeri perut secara tiba-tiba ditambah pemeriksaan fisik yang tidak jelas, 

muntah, buang air besar hitam, diare,keram perut,mual, 

-Pemeriksaan Fisik: Nyeri perut akut terkadang distensi

-syarat pemeriksaan :

Leukositosis,Terdeteksi oklusi arteri mesenterika superior pada pemeriksa.,

Muntah  setelah didahului nyeri yang  mendadak dan diare,Nyeri perut akut dengan pemeriksaan fisik tak jelas,Distensi perut dan perdarahan saluran cerna,

-pemeriksaan Kerja Iskemik Mesenterika,

-pemeriksaan Banding Nyeri perut akut karena infeksi,

-Pemeriksaan Penunjang: 

Doppler – Duplex arteri-vena,

 EKG ,Laboratorium. : creatinine, HbSAg, D-dimer, fibrinogen, tumor marker,Hb, Ht, Leucocyte, GDs, electrolit, ureum,MSCT angiografi,Arteriografi,

-Terapi:

Umum:

Parenteral nutrisi,Heparinisasi,

Khusus:

--. Iskemik mesenterika oklusif tahap kronik dilakukan angioplasty atau bedah  vaskuler. tahap akut dilakukan bedah vaskuler.

--.Iskemik mesenterika non oklusif, Terapi splanknikus dengan vasodilator papaverin, infus30-60mg melalui kateter angiografi yang diletakkan pada arteri mesenterika superior. Perbaiki gangguan , hemodinamik dengan dopamine iv.

Penyulit yang mungkin muncul: syok septik,

Iskemik mesenterika oklusif dan non oklusif

harus dirawat inap di CVCU,

-nasihat :

  pengendali anfaktor risiko, pengawasan komplikasi akibat trombosis arteri, komplikasi akibat anti koagulan dengan memantau INR,

 -penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi dirawat selama 5 hari








ISKEMIA TUNGKAI KRONIS TIDAK KRITIS

(DENGAN KLAUDIKASIO INTERMITEN)




yaitu penyakit akibat obstruksi kronik pembuluh

darah arteri pada tungkai dipicu terutama

karena plak aterosklerosis dan selain itu bisa juga 

akibat proses peradangan pembuluh darah dan 

tromboemboli,

-gejala-gejala :

Faktor risiko kardiovaskular (hipertensi, DM,

rokok, dyslipidemia),

Nyeri tungkai saat kegiatan, berkurang saat

istirahat,

-Pemeriksaan Fisik Pulsasi arteri (berkurang atau hilang) pada area yang terlibat,

-syarat pemeriksaan :

2Ujian kle-brachial index (ABI) < 0,9 atau Uji ABI >0,9 dengan uji beban tungkai 2 mph pada

12% (atau dengan rekayasa jungkit), tekanan 

sistolik pada region Achilles/dorsalis pedis <50 

mmHg dan kembali normal >5 menit.

 Bukti kelainan anatomis (obstruksi arteri) dan 

fungsi (perfusi),

-pemeriksaan Kerja Klaudikasio Intermitten Tungkai,

Klasifikasi menurut Fontaine

Derajat I : Asimptomatik

Derajat II : Klaudikasio ringan (diatas 200 meter)

Derajat III : Klaudikasio berat (dibawah 200 meter)

Derajat IV : Nyeri saat istirahat

Derajat V : Ulkus atau gangren

-pemeriksaan Banding:

Kompresi Nerve Root,Simptomatik Kista Bakers, Osteoartritis Pinggul, Klaudikasio Vena,Sindroma Kompartmen Kronis,Nyeri saraf perifer,Kompresi Cauda Spinalis,

Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

Ankle-Brachial Index,Dopler Arteri-Vena,Duplex arteri, Toe Pressure,Pemeriksaan darah rutin, darah tepi, kimiawi,status koagulasi,

-Terapi :

PTA (dengan atau tidak dengan stent/operasi bedah pintas jika tidak respons atau memberat dengan  terapi konservatif),

 Pengendalian faktor risiko,Terapi latihan,

Cilostazol 2 x 80mg, Anticoagulant (warfarin) jika ada gangguan  koagulasi (Target INR 2,5-3),

Bedah Pintas,

-nasihat :

 Pengendalian faktor risiko,. Terapi latihan,

penanda Medis Dirawat sesuai tindakan medis yang dijadwalkan,






ISKEMIA TUNGKAI KRONIS KRITIS 



Penurunan perfusi tungkai secara kronis yang bisa

memicu ancaman kehidupan/viabilitas tungkai.

-gejala-gejala :

Luka (ulkus) yang tidak menyembuh,

 Nyeri tungkai saat istirahat,Riwayat klaudikasio,

-Pemeriksaan Fisik :

Elevation pallor, Capillary refill menurun,Ulkus / Gangrene, Rontok rambut ekstremitas,

Pucat dan dingin, Dependentrubor, Pulsasi arteri menurun atau hilang, 

- syarat pemeriksaan: 

syarat klinis rest painatau ulkus / gangrene,

Ankle Pressure <50 mmHg, Toe Pressure <30 mmHg,

-pemeriksaan Kerja Iskemia tungkai kroniskritis

-pemeriksaan Banding:

Ulkus Venosus,Ischialgia,Neuropati Diabetik,

PemeriksaanPenunjang:

Faktor risiko kardiovaskular),Duplex Sonografi,ABI / Toe Pressure / Tc PO2 , CTA / MRA, Arteriografi

EKG,Laboratorium (Hb, Ht, Leucocyte, GDs, elektrolit,ureum creatinine, HbSAg, 

- Terapi :

Terapi / pengendalian faktor risik,

Cilostazol, Antibiotika sesuai keadaan ulkus ,PTA / Stenting,Operasi Bedah pintas (by pass),

Anti-platelet (aspirin dan clopidogrel (setelah

PTA/stenting),

-nasihat:

Perawatan Luka,Olah raga, Pengendalian faktor risiko,Minum obat teratur,

penanda Medis: 80% masalah tidak dengan komplikasi terhindar dari amputasi

dan restpain







ISKEMIA EXTREMITAS AKUT (Acute LimbIschemia)

ISKEMIA EXTREMITAS BAWAH AKUT

ISKEMIA EXTREMITAS ATAS AKUT 



yaitu penurunan perfusi tungkai atau lengan

secara mendadak yang bisa memicu

ancaman nyawa,

-gejala-gejala Nyeri tungkai / lengan mendadak saat istirahat yang  bisa mengganggu fungsi,

-Pemeriksaan Fisik :

Lumpuh (paralysis),Pucat (pallor),Rasa dingin (perishing cold), Nyeri hebat (pain), Kesemutan (paresthesia), Nadi tidak teraba (pulse lessness),

-syarat pemeriksaan :

syarat klinis 6-P,

 Penentuan stadium menurut Rutherford:

Stadium I – tidak ada kehilangan rasa 

maupun kelemahan otot, Dopler arteri dan 

vena terdeteksi,

 Stadium II- II A kehilangan rasa minimal terbatas pada  jari, tidak ada kelemahan otot, Dopler arteri

terdeteksi dan vena tidak terdeksi

II B kehilangan rasa minimal ditambah nyeri 

pada jari yang meluas ke arah proksimali, 

kelemahan otot ringan sampai sedang, 

Doplerarteri terdeteksi dan vena tidak

terdeteksi,

- Stadium III – hilang rasa menonjol, paraliasis

Doplerarteri dan vena tidak terdeteksi

 Bukti obstruksitotal anatomis arteri tungkai atau

lengan,pemeriksaan Kerja Iskemia Extremitas Akut (Acute LimbIschemia),stadium (I, IIA/IIB, III)

-pemeriksaan Banding :

Entrapment poplitea dengan trombosis, Sindroma kompartemen, Renjatan sistemik/shock, Plekmasia cerulea dolens,Acutecompresive neuropaty, Diseksi aorta/arterial, 

-Pemeriksaan Penunjang: 

HbSAg, parameter / faktor￾faktor pembekuan), Duplex Sonografi,Arteriografi,

EKG,Laboratorium (Hb, Ht, Leucocyte, Gds, elctrolit, 

ureum creatinine, 

- Terapi :

Oksigen, Obat,

obat  Intravena: Pentoksifilin 1200 mg/24jam, NaCl 

0.9% 500 ml/24jam, Pethidine 12-25 mg  bolus atau morphine 2 mg bolus (bisa  diulang) jika nyeri hebat bisa diberikan  Heparinisasi pada semua stadium,obat  Oral : Bic Nat 3 x 500mg, Alupurinol 3 x  500mg, Asam mifenamat 3 x 500mg,

--Stadium I, IIA/B: Revaskularisasi - fibrinolitik, 

mekanikal trombektomi, embolectomy surgical

-- Stadium III : amputasi,

 setelah  revaskularisasi diberikan warfarin 3-6 

bulan atau lebih, jika pemakaian antikoagulan jangka panjang  memicu perdarahan dipertimbangkan antiplatelet

-nasihat :

 pengendalian faktor risiko, pemakaian anti koagulan jangka ,panjang (komplikasi: perdarahan, pemeriksaan INR setiap bulan)

 penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi dirawat LOS <7 hari












EMBOLI PARU 



yaitu peristiwa infark jaringan paru akibat

tersumbatnya arteri pulmonalis oleh peristiwa 

emboli ,Presentasi klinis bisa dikelompokkan menjadi:

--Emboli paru non massif: bukti ada emboli paru 

tidak dengan penyerta di atas,

-- Emboli paru massif: bukti ada emboli paru +

syokdan atau hipotensi,

--Emboli paru submasif: bukti ada emboli paru + 

hipo kinetic ventrikel kanan,

-gejala-gejala Sesak mendadak

-Pemeriksaan Fisik Parameter klinis sesuai dengan skor Ottawa








GAMBAR 5



-syarat pemeriksaan:

Lab. :-D-dimer (Elisa) > 500

- Troponin (+) bukan konfirmasi diagnostic, 

namun menunjukkan prognostic buruk dari 

emboli paru,

 Skor Ottawa,EKG : S1, Q3, T3, RBBB incomplete (baru), ST  depresi, V3R-V6R,

Scanning paru: probabilitas tinggi atau skor 

klinis >4 + probabilitas sedang atau rendah

Arteriografi pulmonal dilakukan jika indikasi

embolektomi perkutan,

Ekokardigrafi bukan konfirmasi diagnostic namun 

untuk menilai disfungsi ventrikel kanan untuk 

menentukan presentasi klinis,

-pemeriksaan Kerja Emboli Paru,

-pemeriksaan Banding:

 Infark miokard akut, Infeksi paru

- Pemeriksaan Penunjang:

Ventilasi perfusi scanning paru,. Angiografi paru,

EKG, Thorak foto, Lab. :kreatinin, HbSAg, D-dimer, fibrinogen, Hb, Ht, Leukosit, GDs, elctrolit, ureum, 

Doppler – Duplex arteri-vena,

-Terapi :

1. Umum:

Oksigen 2-4 L/menit, IV line untuk pemberian cairan,Pemantauan tekanan darah,

Pemasangan stocking kompresi gradient

(30-40 mmHg) jika tak ditoleransi pakai

20-30 mmHg, Tirah baring di ruang perawatan intensif ,

2. Khusus

Ventilator mekanik diperlukan pada emboli

paru masif,Heparinisasi sebagai pilihan pada emboli  paru non masif/ submasif,

 Anti inflamasi nonsteroid jika tidak ada

perdarahan,

diteruskan heparinisasi unfractioned / LM 

heparin selama 5 hari,

Trombolitik diindikasikan pada emboli paru

masif dan submasif, obat Streptokinase 1,5 juta U diberikan dalam 1jam atau

 rt-PA100mg IV dalam 2 jam atau

 Urokinase 4400/kilogram beratbadan/jam dalam 12 jam,

Embolektomi dilakukan jika ada kontra indikasi heparinisasi / trombolitik pada  emboli paru masif dan submasif,Pemasangan filter vena cava dilakukan jika:

Emboli paru berulang meskipun telah  memakai anti-koagulan jangka panjang, Ada perdarahan yang memerlukan transfusi,  Perawatan emboli paru massif dan non  massif memerlukan perawatan di ruang  intensif,

-nasihat :

 pengendalian faktor risiko, kewaspadaan komplikasi: gagal jantung,syok, gagal nafas,

- penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi dirawat LOS <5 hari,








TROMBOSIS VENA DALAM 

(ACUTE EMBOLISM AND THROMBOSIS OF DEEP VEIN)

- OF LOWER EXTREMITY 

- OF UPPER EXTREMITY 



yaitu hambatan aliran vena tungkai atau lengan

menuju jantung yang dipicu oleh trombus di 

lumen vena dalam.

Phlegmasia seruli adolens yaitu TVD tungkai

dengan komplikasi oklusi arteri akibat kompresi 

vena iliofemoralis terhadap arteri femoralis 

sehingga tungkai terlihat sianosis, edema, nyeri, 

sering ditambah ptekiae,

Phlegmasia alba dolens yaitu TVD tungkai

dengan komplikasi spasme arteri sehingga 

tampilan tungkai berwarna putih kepucatan,

TVD distal jika lokasi trombus mencapai vena

lutut,

TVD proximal jika lokasi thrombus mencapai di

atas vena lutut,

- gejala-gejala Rasa nyeri pada tungkai saat kegiatan maupun  istirahat yang ditambah edema.

-Pemeriksaan Fisik :Parameter klinis sesuai dengan skor klinis Wells,

 syarat pemeriksaan Skorklinis Wells

-pemeriksaan Kerja Trombosis Vena Dalam (TVD)

-pemeriksaan Banding :

Ruptur kista Baker’s, Ruptur muskulus gastrocnemius, Tromboplebitis, Artritis ,Selulitis, Vaskulitis,

-Pemeriksaan Penunjang:

Doppler – Duplex arteri-vena,Phlebography,

 MRI, EKG,Lab.: ACAIgM, ATIII, Protein S, Protein C, anti DS-DNA,Hb, Ht, Leucocyte, Gds, elctrolit, ureum

creatinine, HbSAg, D-dimer, fibrinogen, ACAIgG,

-Terapi :

Anticoagulant oral mulai hari ke 2 pemberian

heparin, diteruskan selama 6 bulan dan jika ada 

gangguan koagulasi maka diteruskan seusia 

hidup.

Heparin unfractioned, bolus i.v.10.000 U, 

diteruskan drip IV selama 5 hari dengan target

APTT 2,5 X control atau low molecular weight

heparin, s.c.2 x 0,6 ml/hari selama 5 hari,

Pembebatan elastik,

 Trombolitik perkutan, diindikasikan pada TVD

proximal dimana thrombus mencapai vena 

iliofemoralis

 jika diperlukan implantasi filter vena cava, bedah

cross over, Endovaskular stenting Graft, Operasi

reseksi/graft





GAMBAR 6





- nasihat:

 pengendalian faktor risiko, pengawasan komplikasi thrombosis,vena antara lain emboli paru, pengawasan komplikasi pemberian

antikoagulan pantau nilai, INR,

- penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi dirawat selama 5 hari,







ARTERIOVENOUS FISTULA



yaitu hubungan tidaknormal antara arteri dan vena.

bisa dipicu oleh kelainan kongenital, prosedur 

pembedahan (untuk hemodialisa), atau proses 

patologik (trauma, erosi)

- gejala-gejala :

Asimptomatis, Bengkak, Lekas lelah, Nyeri,

- Pemeriksaan Fisik :

Penurunan tekanan darah,Clubbing finger,

Permukaan kulit bengkak dan kemerahan,

 Bengkak di lengan atau kaki

-syarat pemeriksaan :

MRA: gambaran AV fistula,pemeriksaan Kerja AV Fistula, pemeriksaan Banding ,Duplex ultrasound: gambaran AV fistula, CT angiogram: gambaran AV fistula,

- Pemeriksaan Penunjang:

Arteriografi jika CT scan tidak tersedia,MRA jika ditambah gagal ginjal,Continous Wave Doppler,Laser fluximetri, CT Scan dengan Kontras, 

-Terapi :

Embolisasi kateter, Pembedahan,Ultra sound-guided compression,

- nasihat :

Minum obat teratur, periksa ke dokter teratur,

periksa faktor resiko,Latihan sesuai program

-penanda Medis 80% masalah dilakukan intervensi





INSUFISIENSI VENA KRONIK TUNGKAI 



yaitu penyakit inkompetensi katup vena sehingga

memicu regurgitasi yang memicu  hipertensi vena dan gangguan mikro sirkulasi yang  berakhir dengan lesi lapisan epidermis

-gejala-gejala :

Rasa nyeri atau pegal pada tungkai saat kegiatan 

atau istirahat,

-Pemeriksaan Fisik :

1. Klinis

Hiper pigmentasi dengan ulkus yang  menyembuh Hiper pigmentasi ditambah dengan ulkus yang aktif, Tidak terlihat dan teraba tanda-tanda

penyakit vena, Vena retikuler atau telangi ektasi,

Varises, Edema,

2. Anatomi

Perforator (P) lokasi pada vena perforator,

 Supervisial (S) lokasi pada vena saphena,

 Deep (D) lokasi pada vena femoralis, poplitea, 

tibialis,

-syarat pemeriksaan :

--Klinis

Hiper pigmentasi dengan ulkus yang 

menyembuh,Hiper pigmentasi ditambah dengan ulkus yang aktif, Tidak terlihat dan teraba tanda-tanda penyakit vena,Vena retikuler atau telangi ektasi,Varises,Edema,

--Simptom:

Nyeri saat istirahat atau kegiatan (vena claudicatio)

--Etiologi:

Sekunder (S) dipicu karena trombosis,

Primer (P) tidak diketahui sebabnya,

--Anatomi:

Perforator (P) lokasi pada vena perforator,

 Supervisial (S) lokasi pada vena saphena, Deep (D) lokasi pada vena femoralis, poplitea, 

tibialis ,

--Patofisiologi:

Kombinasi (R-O), Refluks (R),Obstruksi (O), 

- pemeriksaan Kerja Insufisiensi Vena Kronik Tungkai (IVK)

- pemeriksaan Banding :

Edema pada gagal jantung,Sindrom premenstruasi,

Hipo albumin,

- Pemeriksaan Penunjang:

Duplex arteri,Phlebography,

EKG,Lab.: ureum, 

creatinine, HbSAg,Hb, Ht, Leucocyte, GDs, electrolit, 

Dopler arteri-vena,

-Terapi :

Umum: stocking gradien atau bebatelastic

 Khusus:

Pengawasan komplikasi akibat trombosis vena

yang bisa memicu emboli paru,

Pengawasan komplikasi akibat infeksi ulkus vena,

--Derajat klinis (C) 5-6: MPPF 2x1 perhari, jika 

ulkus tak membaik maka perlu kombinasi 

tindakan sklerosing / stripping/ valvuloplasti

/ EVLT9. nasihat 1. Pengendalian faktor risiko

--Derajat klinis (C) 0-4 simptomatis: MPPF oral 

2x1 perhari selama 6 bulan (vena retikularis 

atau varises bisa dilakukan terapi

sklerosing)

 penanda Medis 80% masalah tidak dengan komplikasi LOS <5 hari,





kelainan jantung 1

 




SINDROM KORONER AKUT TANPA ELEVASI ST SEGMEN UNSTABLE 

ANGINA PECTORIS (NSTEMI)



yaitu sindroma klinik yang dipicu oleh oklusi  parsial / emboli distal arteri koroner,tanpa elevasi  segmen ST pada gambaran EKG.

-gejala ,antaralain: 

 Nyeri dada substernal, Lama lebih dari 20 menit,Keringat dingin, Dapat disertai penjalaran kelengan kiri, punggung, 

rahang dan ulu hati,sebagai pemicu yaitu: kencing manis, kolesterol, darah tinggi, keturunan,

- Pemeriksaan  Fisik,antaralain:

Umumnya dalam batas normal, kecuali ada komplikasi  dan / komorbiditi

-syarat  pemeriksaan,antaralain:

-- Memenuhi syarat gejala

--Pemeriksaan EKG:

  Tidak ada elevasi segmen ST

  Ada perubahan segmen ST / gelombang T

-- ada peningkatan abnormal enzim CKMB 

dan/Troponin

-pemeriksaan Kerja ,antaralain:

Sindrom Koroner Akut ( SKA) tanpa elevasi segmen ST.

-pemeriksaan Banding,antaralain:

Gagal jantung,Stroke,

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

EKG,Laboratorium: Hb, Ht,Leko, Trombo, Natrium, Kalium, Ureum, Kreatinin, Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan hs Troponin / Troponin Rontgen Thoraks AP

, Ekokardiografi,

-Terapi ,antaralain:

A. tahap Akut di UGD

,antaralain:

---Bed rest total,

--- Oksigen 2-4L/menit

,--- Pemasangan IV FD

,---Obat-obatan ,antaralain:

obat Nitrat sublingual 5mg, dapat diulang sampai  tiga  kali jika masih ada keluhan, 

dilanjutkan Nitrat iv jika keluhan persisten

obat  Morfin 2-4 mg iv jika masih nyeri dada

,obat Aspilet 160mg kunyah, obat  Clopidogrel (untuk usia <75 tahun dan tidak 

rutin mengkonsumsi clopidogrel) berikan 300 mg / Ticagrelor 180mg,

--- pengawasan jantung

--- Stratifikasi risiko di IGD untuk menentukan strategi invasif.

jika Pasien risiko sangat tinggi sebaiknya 

dikerjakan PCI dalam 2 jam dengan 

mempertimbangkan ketersediaan tenaga dan fasilitas cathlab. syarat risiko sangat tinggi jika ada salah satu syarat ,antaralain:

Hemodinamik tidak stabil,Angina berulang

, Syok kardiogenik,Aritmia malignant (VT, VF,TAVB),jika Pasien dengan peningkatan enzim jantung namun tanpa syarat risiko sangat tinggi di atas, dirawat selama 5 hari dan dapat dilakukan PCI saat / setelah pulang dari rumah sakit dengan mempertimbangkan kondisi klinis dan ketersediaan tenaga dan fasilitas cathlab.

- Pasien tanpa perubahan EKG dan kenaikan enzim, dilakukan iskemik stress test: 

Treadmil ltest, Echocardiografi Stress test, 

Stress test perfusion scanning / MRI.

jika skemik stress test negatif, boleh 

dipulangkan.

B. tahap Perawatan Intensif di CVC  2 hari : 

--- Obat-obatan:

  Simvastatin 1x20-40mg / Atorvastatin

1x20-40mg / rosuvastatin 1 x 20 mg jika 

kadar LDL di atas target , obat  Aspilet 1x80-160 mg, obat   Clopidogrel 1x75mg / Ticagrelor 2x90mg,, obat   Bisoprolol 1x5-10mg jika fungsi ginjal bagus, 

/ Carvedilol 2x 12,5 mg jika fungsi ginjal 

menurun, dosis dapat di uptitrasi; diberikan 

jika tidak ada kontra indikasi obat   Ramipril1 x 10 mg / Lisinopril 1x 10, 

obat Captopril 3x25mg / jika LV fungsi 

menurun EF <50% dan diberikan jika tidak ada kontra indikasi

  Jika intoleran dengan golongan ACE-I dapat  diberikan obat golongan ARB: obat Candesartan 1  x 16, Valsartan 2x80 mg

  Obat pencahar 2xIC (7) Diazepam 2x5 mg

  Heparinisasi dengan:

  UF heparin bolus 60 Unit/kilogram berat badan, maksimal 4000 Unit, dilanjutkan dengan dosis rumatan , 12 unit/kilogram berat badan maksimal 1000 Unit/jam  atau 

obat Enoxaparin 2x60 mg SC (sebelumnya dibolus  30mg iv di UGD) / Fondaparinux 1x2,5 mg  SC.

---pengawasan kardiak

---Puasa 6 jam

---Diet jantung I 25-35 kkal/kilogram berat badan/24jam

---Totalcairan 25-35 cc/kilogram berat badan/24jam

--- Pemeriksaan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid) dan asam urat,

C.tahap perawatan biasa

--- Sama dengan langkah B .tahap Perawatan Intensif di CVC  2 hari secara lengkap ,

---Stratifikasi Risiko untuk prognostic sesuai  skala prioritas pasien (pilih salah satu) : 

Treadmill test, Echocardiografi Stress test, 

Stress test perfusion scanning / MRI

--- Rehabilitasi dan Prevensi sekunder

-- nasihat,antaralain:

  obat-obatan,gizi , pola makan sehat

,faktor risiko, cara gaya hidup sehat,

-- Indikator Medis 80% Pasien dengan NSTEMI mendapat heparinisasi dan dual antiplatelet.








ANGINA PEKTORIS 


yaitu sindroma klinik yang dipicu oleh ketidak-seimbangan antara kebutuhan dan suplai aliran arteri koroner. Klasifikasi derajat angina sesuai Canadian Cardiovascular Society (CCS)

 antaralain:

  CCS Kelas 1: Keluhan angina terjadi saat aktifitas berat yang lama 

  CCS Kelas 2: Keluhan angina terjadi saat aktifitas yang lebih berat dari aktifitas sehari-hari

  CCS Kelas 3: Keluhan angina terjadi saat aktifitas sehari-hari

  CCS Kelas 4: Keluhan angina terjadi saat istirahat

-gejala   ,antaralain: 

Nyeri dada, Substernal saat aktifitas, Dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, dan ulu hati,   faktor pemicu,antaralain:

kencing manis, kolesterol, darah tinggi, dan 

keturunan,

-Pemeriksaan Fisik :  dalam batas normal, kecuali ada komplikasi dan / komorbiditi,

-syarat pemeriksaan ,antaralain: Memenuhi syarat gejala.

-pemeriksaan Kerja  ,antaralain:

Angina Pektoris Stabil (APS), angina prinzmetal.

-pemeriksaan Banding , antaralain :

GERD, pleuritic pain, nyeri tulang, nyeri otot.

- Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

--Angina Pectoris CCS3-4 (simptomatik) / 

riwayat infark miokard lama : 

Memerlukan pemeriksaan angiografi koroner 

perkutan. Pemeriksaan Angiografi koroner dapat 

dikerjakan pada pasien usia >40 tahun yang akan 

menjalani prosedur bedah jantung

-- Angina Pectoris CCS1-2:

Dilakukan pemeriksaan ischemic stress test 

antaralain Treadmill test, / Echocardiografi 

Stress test, / Stress test perfusion scanning 

/ MRI. MSCT dilakukan sebagai alternatif 

pemeriksaan penunjang lain.

-Terapi ,antaralain:

--PCI / CABG:

  Intervensi koroner perkutan (PCI) / CABG 

elektif dilakukan jika ditemukan bukti iskemik 

dari pemeriksaan penunjang di atas disertai 

lesi yang menonjol berdasarkan pemeriksaan 

angiografi koroner.

  syarat lesi yang menonjol : LM stenosis 50%, LAD 

stenosis di osteal/proksimal >50%, LAD 

stenosis di mid-distal > 70%, LCx stenosis > 

70%, dan RCA stenosis >70%. 

  Pada lesi-lesi non yang menonjol yang ditemukan 

bukti ada iskemia yang luas memerlukan 

pemeriksaan memakai FFR (flow fraction 

ration). Nilai FFR < 0,8 menunjukkan lesi 

yang menonjol. Pada tempat yang tidak memiliki 

fasilitas FFR maka pemeriksaan iskemik 

stress test dapat membantu apakah lesi 

sebagai pemicu iskemik.

  Indikasi CABG : Lesi multiple stenosis (> 2 

pembuluh koroner) dengan / tanpa  diabetes mellitus.  Pada kasus-kasus multivessel disease

dimana CABG mempunyai risiko tinggi (Fraksi

ejeksi rendah, usia >75 tahun / pembuluh 

distal kurang baik untuk grafting) maka dapat 

dilakukan PCI selektif dan bertahap (selective 

and Stagging PCI) dengan mempertimbang￾kan kondisi klinis pasien, lama radiasi, jumlah 

zat kontras dan lama tindakan. 

  PCI lanjutan dapat dikerjakan dalam  

waktu 1-3 bulan kemudian jika kondisi klinis 

stabil.

  PCI lanjutan harus dipercepat jika ada 

keluhan bermakna (simptomatik).

--Medikamentosa:

obat   Aspilet1x80-160mg

obat   Simvastatin1x20-40 mg / Atorvastatin 1x 

20-40 mg / Rosuvastatin1x10-20mg

obat   Betabloker: Bisoprolol 1x5-10 mg/ Carvedilol 

2x25 mg/

  atau Metoprolol 2x50mg, Ivabradine 2x5mg 

jika pasien intoleran dengan beta bloker

  Isosorbid dinitrat 3x 5-20mg / Isosorbid 

mononitrat 2x 20mg

-nasihat ,antaralain: 

 gaya hidup sehat,obat-obatan,gizi dan pola makan

 dan  faktor risiko,

-Indikator Medis 80% pasien dengan angina pectoris stabil dilakukan 

pemeriksaan Stress Test / angiografi koroner.





 PENYAKIT JANTUNG  KORONER


Pasien dengan resiko tinggi penyakit jantung koroner  menurut skor risiko Framingham  salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner antara lain: 

diabetes, hipertensi, dislipidemia, menopause, 

perokok, laki-laki usia >40 tahun, dan factor keturunan 

penyakit jantung koroner.

gejala : ada salah satu risiko mayor.

Pemeriksaan Fisik :Dalam batas normal kecuali disertai komplikasi dan 

/ komorbid.

syarat pemeriksaan :

- pemeriksaan Kerja Equivalent CAD / Penyakit Jantung Koroner  Asimptomatik

- pemeriksaan Banding -

-Pemeriksaan  Penunjang,antaralain: 

--Pemeriksaan imaging (jika exercise test tidak  memungkinan)

   Echocardiography stress test 

   Stress test perfusion scanning

   MSCT (Multislice CT scan)

--Exercise stress test (jika memungkinkan dan EKG  dapat di interpretasi).

Memenuhi syarat gejala,

 Resiko tinggi lebih dari 10% mortalitas dalam 10  tahun menurut skor risiko Framingham,

-Terapi 

-- Medikamentosa, prevensi primer

  Aspilet 1 x 80

  Simvastatin 1x20 mg/Atorvastatin 1x20mg /

Rosuvastatin1x10 mg

  Terapi sesuai dengan faktor risiko yang 

didapatkan.

--Non Medikamentosa antaralain:

  Diet sehat jantung,  Olah raga berenang lari

,  Berhenti merokok,

- nasihat :

nasihat  faktor risiko,gizi dan pola makan teratur,nasihat gaya hidup sehat,nasihat obat-obatan,

- Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam,

Ad fungsionam : dubia ad bonam,

-Indikator Medis 80% pasien asimptomatik risiko tinggi  pasien jantung koroner  dilakukan 

 ischemic stress test,








SINDROM KORONER AKUT DENGAN ELEVASI ST SEGMEN (STEMI)



yaitu  kejadian oklusi mendadak di arteri koroner 

 epikardial dengan gambaran EKG elevasi segmen ST,

- gejala ,antaralain:

Nyeri dada: Substernal, Lama > 20 menit

,Disertai keringat dingin,Dapat menjalar ke rahang,

ulu hati, lengan kiri, punggung, faktor risiko dipicu oleh: kencing manis, kolesterol, darah tinggi, keturunan,

- Pemeriksaan  Fisik,antaralain:

Secara umum dalam batas normal kecuali disertai

komplikasi dan / komorbiditi,

- syarat pemeriksaan,antaralain:

a. Memenuhi syarat gejala,

b.EKG : 

Elevasi segmen ST> 1 mm di minimal dua lead

 yang berdekatan, dan ada evolusi pada EKG 1 jam kemudian,

- pemeriksaan Kerja Sindrom Koroner Akut Dengan Elevasi Segmen ST

- pemeriksaanBanding,antaralain:

Early repolarisasi, Pacemaker,LBBB lama

 Angina prinzmetal,LV aneurisma,Perikarditis

, Brugada,

- Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

pemeriksaan  EKG,pemeriksaan Rontgen Thoraks AP pemeriksaan  Ekokardiografi,

pemeriksaan Laboratorium: Hb, Ht, Leko, Trombo, Natrium, Kalium,Ureum, Kreatinin, Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, hsTroponin

-Terapi ,antaralain:

A. tahap Akut di UGD

,antaralain:

---Bed rest total

---Oksigen 2-4 liter/menit

--- Pemasangan IVFD

--- Obat-obatan :

obat   Aspilet 160mg kunyah

obat   Clopidogrel (untuk usia<75 tahun dan tidak

rutin mengkonsumsi clopidogrel) berikan 300 

mg jika pasien mendapat terapi fibrinolitik /

  Clopidogrel 600mg / Ticagrelor1 80mg jika 

pasien mendapat primary PCI  Atorvastatin 40mg

  Nitrat sublingual 5mg, dapat diulang sampai  3 kali jika masih ada keluhan, dan  dilanjutkan dengan nitrat iv jika keluhanpersisten   Morfin 2-4 mg iv jika masih nyeri dada

--- pengawasan jantung

---Jika onset < 12jam maka  Fibrinolitik (di IGD) /

  Primary PCI (di Cathlab) jika fasilitas dan SDM 

di cathlab siap melakukan dalam 2 jam

B. tahap Perawatan Intensif di CVC  selama 2 hari ,antaralain:

---Obat-obatan

obat  Simvastatin 1x20 / Atorvastatin 1x20 mg 

/ 1x40 mg jika kadar LDL di atas target

obat Aspilet 1 x 80mg ,obat  Clopidogrel 1 x 75 mg / Ticagrelor 2 x 90mg,

obat Bisoprolol 1x1.25 mg jika fungsi ginjal bagus, 

obat Carvedilol 2x3,125 mg jika fungsi ginjal

menurun, dosis dapat di uptitrasi; diberikan

jika tidak ada kontra indikasi

obat Ramipril 1 x 2,5 mg jika ada infark anterior

/ LV fungsi menurun EF <50%; diberikan

jika tidak ada kontra indikasi

 Jika intoleran dengan golongan ACE-I dapat 

diberikan obat golongan ARB: Candesartan 1 x 

16 mg, Valsartan 2x80mg

Obat pencahar 2 x 1 sendok makan,

obat  Diazepam2 x 5 mg,

Jika tidak dilakukan primary PCI diberikan

obat heparinisasi dengan obat  UF heparin bolus 60 Unit/kilogram berat badan, maksimal

4000 Unit, dilanjutkan dengan dosis 

rumatan 12 Unit/kilogram berat badan maksimal 1000  Unit/jam / obat  Enoxaparin 2 x 60mg (sebelumnya dibolus   30mg iv) / obat  Fondaparinux 1 x 2,5 mg

--- pengawasan kardiak

---Puasa 6 jam

---Diet Jantung I1800 kkal/24 jam

--- Total cairan 1800 cc/24 jam

--- Laboratorium: profil lipid (kolesterol total, HDL, 

LDL, trigliserid) dan asam urat.

C.tahap perawatan biasa,antaralain:

---Sama dengan langkah B. 

tahap Perawatan Intensif di CVC  selama 2 hari,

---Stratifikasi Risiko untuk prognostik sesuai skala 

 prioritas pasien (pilih salah satu) : 6 minutes walk

test,  Stress test perfusion scanning / MRI,Treadmill test, Echocardiografi Stress test,

--- Rehabilitasi dan Prevensi sekunder

-nasihat ,antaralain:

gaya hidup sehat,faktor risiko, gizi dan pola makan

,obat-obatan.

-Indikator Medis 80% Pasien dengan elevasi segmen ST kurang dari 12 jam dilakukan reperfusi primer (PCI/ Fibrinolitik).






INFARK MIOKARD PERIOPERATIF


yaitu infark miokard akut yang terjadi perioperatif 

bedah pintas koroner

- gejala : Pasien pasca bedah pintas koroner / coronary artery by pass graft (CABG)

- Pemeriksaan  Fisik,antaralain;

Umumnya dalam batas normal kecuali disertai 

komplikasi dan / komorbiditi

-syarat pemeriksaan ,antaralain: 

 Memenuhi tiga  dari syarat dibawah ini,antaralain:

 Perubahan EKG new Q wave / new BBB,

Hemodinamik tidak stabil dengan pemicu lain 

sudah disingkirkan,

 Aritmia maligna dengan pemicu lain sudah 

disingkirkan,

CK/CKMBrasio >10% ,

MB di atas 5x baseline,

hsTroponinTdi atas 30% baseline,

Echocardiografi: new regional wall movement

abnormality (RWMA),

Asidosis tidak terkoreksi dengan pemicu lain 

sudah disingkirkan,

-pemeriksaan Kerja,antaralain:

 Infark Miokard Perioperatif

- pemeriksaanBanding,antaralain:

Anaesthesia induce ischemia,Perikarditis

- PemeriksaanPenunjang,antaralain:

Angiografikoroner, EKG,Laboratorium, Ekokardiografi,

- Terapi ,antaralain:

Metoprolol 2x50mg,Captopril3 x50mg,

 Intervensi koroner non bedah sesuai dengan 

protokol early PCI (48 jam setelah onset), sesuai

dengan indikasi.Heparinisasi dengan target 1,5 – 2 x APTT , Aspilet 1 x 100 - 160 mg,

Simvastatin 1 x20mg,

Bisoprolol 1x5mg / Carvedilol 2x25 mg /

- nasihat  antaralain:

tentang keluarga mengenai risiko / komplikasi

prosedur CABG pra-tindakan,

-Indikator Medis 80% pasien dugaan infark miokard perioperatif dilakukan angiografi koroner





SYOK KARDIOGENIK 


yaitu sindrom klinik akibat gagal perfusi yang 

 dipicu oleh gangguan fungsi jantung; ditandai 

 dengan nadi lemah, penurunan tekanan rerata arteri  (MAP) <65 mmHg, peningkatan LVEDP ( >18 mmHg), dan penurunan curah jantung (CO <3,2 L/menit).

Syok kardiogenik dapat dipicu oleh sindrom koroner  akut dan komplikasi mekanik yang dimunculkannya (seperti ruptur chordae, rupture septum interventrikular  (IVS), dan rupturdinding ventrikel), kelainan katup jantung, dan gagal jantung yang berat pada gangguan miokard lainnya.

-gejala ,antaralain:

Penurunan diuresis, Dapat disertai keringat dingin

, Nadi lemah, Gangguan kesadaran mulai dari kondisi ringan hingga berat,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain: 

ada ciri-ciri peningkatan preload seperti 

JVP meningkat / ada ronki basah di basal

,Profil hemodinamik basah dingin (wetand cold),

 ada ciri-ciri hipoperfusi seperti (perabaan

kulit ekstremitas dingin, takikardi, nadi lemah, 

hipotensi, bising usus berkurang, oliguria), 

- syarat  pemeriksaan,antaralain:

TAPSE <1,5 berdasarkan pemeriksaan echo￾cardiografi,

Diuresis <0,5 CC/kilogram berat badan/jam

, pemeriksaan Kerja Syok Kardiogenik (ICD 10: I 50.1), Memenuhi syarat gejala

,CO < 3,2 L/menit/ CI <2,2L/menit/m2

,SVR meningkat pada tahap awal, normal / 

menurun pada kondisi lanjut,Preload cukup / meningkat,

-pemeriksaan Banding,antaralain:

Syok Obstruktif, Syok Hipovolemik, Syok Distributif,

- PemeriksaanPenunjang,antaralain:

 Hemodinamik pengawasan invasive / non invasif

,EKG,Ekokardiografi, Pemeriksaan analisa gas darah / laktat,

-Terapi tahap Akut di UGD / ICVCU

,antaralain:

Bedrest total,

 Lakukan resusitasi jantung jika terjadi cardiac arrest ,Sedasi dengan midazolam, propofol / morfin

,Oksigen dukungan (NRM / CPAP, intubasi jika terjadi gagal napas),Pemasangan IVFD,

 Jika terjadi gangguan irama seperti taki/bradi￾aritmia atasi segera dengan pemberian preparat  anti-arimia / pemasangan pacu jantung, over drive / kardioversi

, pengawasan invasive / non invasif untuk 

mengetahui status preload, SVR dan curah jantung 

(CO), Jika preload rendah maka diberikan fluid challenge  1-4 cc/kilogram berat badan/10 menit hingga dipastikan preload 

cukup , Jika CO rendah dengan SVR tinggi namun MAP  masih <70 mmHg maka diberikan preparat 

 inotropiknon vasodilator (dobutamin) / inodilator 

(milrinon). Pemasangan IABP harus direkomendasi￾kan pada pasien syok dengan sindrom koroner akut, Jika CO tinggi dengan SVR rendah maka diberikan 

preparat vasopressor seperti noradrenalin / 

 adrenalin / dopamine, 

obat Dopamindosis rendah dapat diberikan pada kondisi  oliguria, Pada syok kardiogenik yang refrakter pertimbangkan

pemasangan IABP, ECMO / LVAD sebagai bridging

terapi definitif, Terapi definitif seperti PCI, operasi penggantian katup, BMV (pada MS), urgent CABG harus segera   dilakukan, / transplantasi jantung jika  memungkinkan, Semua pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang CVCU.

- nasihat ,antaralain:

 nasihat gaya hidupsehat gizi dan pola makan

,faktor risiko, obat-obatan,

-Prognosis Mortalitas 55-65 %,

-Indikator Medis   80% pasien syok kardiogenik mendapat preparat inotropik / vasoaktif

  80% pasien syok kardiogenik dilakukan pengawasan hemodinamik.







ANGIOGRAFI KORONER PERKUTAN (Coronary angiography)


yaitu prosedur pemeriksaan invasif non bedah dengan  memakai kateter secara perkutan (akses radial / femoral)

-Indikasinya ,antaralain:

iskemik stress test menunjukkan hasil positif 

,pemeriksaan sebelum operasi kardiak,

 angina pektoris / infark lama (lihat bab angina 

pektoris),perioperatif pemeriksaan pada operasi non kardiak,

- Kontra Indikasinya ,antaralain: 

Thrombosis,Perdarahan ,Stroke , Anafilaktik, 

-Persiapan ,antaralain:

-- Persiapan alat dan bahan steril : 

1 set linen steril, 3 baju steril, 1 set minor surgery, 

antiseptik, alkohol, kasa steril, 1 buah spuit 2,5 cc, 2  buah spuit 5 cc, 1 buah spuit 10 cc, 1 buah spuit 20  cc, 1 buah blood set, 1 selang extension, zat 

kontras, Ringer Laktat 500 cc 1botol.

-- Persiapan set kateterisasi:

Sheath Femoral/radial 5-6F, J wire 0,32-0,38’, 

pemeriksaan kateter 5- 6F.

--Persiapan Pasien : 

   Cukur rambut regio inguinal dan radial

   Pasien dengan penurunan fungsi ginjal 

diperhatikan jumlah kontras. Kontras maksimal 

yang dapat dipakai untuk mencegah CIN = (4 

x BB) / kadar serum creatinin. Rehidrasi dengan 

NaCL 0,9% 1-2 cc/kg/jam selama 6 jam 

sebelum dan sesudah tindakan

--Persiapan Mesin

Mesin Cathlab monoplane / bi plane

Alat DC shock disamping meja cathlab

-- Persiapan obat:

obat Lidokain 2% 2 cc untuk akses radial dan 10 cc 

untuk akses femoral.

obat  NTG 200-400 mcg dan Heparin 2500-5000 IU  Intra arterial pada akses radial

-persiapan Tenaga kerja ,antaralain: 

 1 orang radiografer / Sikor,1 orang instrumen 

,Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) 

, 1 orang scrub,

- Prosedur  tindakan ,antaralain:

pertama : Dilakukan sepsis dan asepsis regio femoralis /  radialis dextra

kedua  : Femoral akses: Anestesi lokal dengan injeksi  Lidokain 2% 10cc di area pungsi, dilanjutkan  dengan pungsi arteri femoralis komunis dengan jarum 12 G dengan metode seldinger teknik, 

selanjutnya dimasukkan sheath 6-8F menuju arteri 

femoralis komunis.

ketiga  :Radial akses: Anestesi lokal dengan Setelah injeksi  Lidokain 2% 2cc di area pungsi, dilakukan pungsi  arteri radialis kanan dengan dengan metode seldinger/modified teknik, selanjutnya dimasukkan 

sheath 6F menuju arteri radialis kanan.

keempat :  Dilakukan kanulasi pemeriksaan kateter ke koroner kanan / kiri 

kelima : Injeksi kontras 3-5 cc perdetik, selama 1 detik  dengan 3 sampai 5 proyeksi

keenam : Visualisasi proyeksi koroner : 

--LAO 20- CRA 15-20  Visualisasi diagonal LAD 

dan RCA

-- CRA 15-20 frontal  Visualisasi LAD dan distal 

RCA

-- RAO 30-CRA 30  Visualisasi septal LAD,

-- RAO 20 – CAU 20  Visualisasi pangkal LAD, 

LCx

-- LAO 20-40- CAU 20-30  Visualisasi LM dan 

bifurkasio

ketujuh : Evaluasi kontras akhir dan dilaporkan

kedelapan : Tindakan selesai, pasien dirawat di CVCU

-indikator Medis LAD dan RCA tervisualisasi dengan minimal 3 proyeksi






INTERVENSI KORONER PERKUTAN (Percutaneous Coronary Intervention)



yaitu prosedur intervensi non bedah dengan  memakai kateter untuk melebarkan /  membuka pembuluh koroner yang menyempit dengan  balon / stent. penyempitan pembuluh  koroner ini dipicu oleh  proses trombosis / aterosklerosis  ,

- Indikasinya ,antaralain:

STEMI akut onset < 12 jam (dinamakan PCI primer),Non STEMI akut highrisk (dinamakan early PCI), Penyakit jantung koroner (stenosis arteri koroner  bermakna)  Lihat  angina pektoris,

-Kontra Indikasinya, antaralain:

Thrombosis,Pericard efusi, Perdarahan 

,Stroke ,Anafilaktik,

- pemeriksaan Kerja,antaralain:

Sindroma koroner akut dan 

 Penyakit jantung koroner (angina pectoris with  significant coronary artery disease)

- Persiapannya,antaralain: 

--Persiapan Pasien ,antaralain: 

   Pasien bed rest / posisi semi fowler

   Cukur rambut regio inguinal dan radial

   Pasien dengan penurunan fungsi ginjal 

diperhatikan jumlah kontras. Kontras maksimal yang dapat dipakai untuk mencegah CIN =  (4 x BB)/kadar serum creatinin. Rehidrasi  dengan NaCL 0,9% 1-2 cc/kg/jam selama 6 jam  sebelum dan sesudah PCI.   Pastikan telah mendapat dosis clopidogrel  / ticagleror optimal. Pada kondisi akut dapat diberikan Clopidogrel dosis 600 mg / Ticagleror 180 mg tablet.   Kondisi kadar gula darah terkendali dengan target GD 140-180 mg/dl. Kendali GD dapat dikendalikan dengan drip insulin kontinu pada tindakan PCI risiko tinggi.

-- Persiapan Mesin

,antaralain: 

Mesin Cathlab monoplane / bi plane

Alat DC shock disamping meja cathlab

-- Persiapan obat ,antaralain:

obat NTG diberikan 300-400 mcg intra arterial pada akses radial,

obat Heparin IV pre tindakan 70-100 IU/kilogram berat badan (target ACT >200 sec) tanpa GP IIb IIIa / 50-70 IU/kilogram berat badan dengan GP IIb IIIa.

-Persiapan alat dan bahan steril : 

1 set linen steril, 3 baju steril, 1 set minor surgery, antiseptik, alkohol, kasa steril, 1 buah spuit 2,5 cc, 2 buah spuit 5 cc, 2 buah spuit 10cc, 1 buah spuit 20 cc, 2 buah blood set, manifold, Y connector, 2  selang extension, zat kontras, Ringer Lactat 500cc 2 botol.

- persiapan Tenaga ,antaralain:

1 orang radiografer / Sikor

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) intervensi,1 orang scrub, 1 orang instrumen , 

- Persiapan set PCI,antaralain:

Sheath Femoral/radial 6-8 F, J wire 0,32-0,38, Guiding Cath 6-7 F (JL/JR/AL/XB/BL/IL), introducer, wire 0.014”, trokar, thrombuster 6F, ballon, Stent, indeflator

-Prosedur pelaksanaanya ,yaitu: 

pertama :Dilakukan sepsis dan asepsis regio femoralis / radialis dextra

kedua :Femoral akses: Anestesi lokal dengan injeksi Lidokain 2% 10cc di area pungsi, dilanjutkan dengan pungsi arteri femoralis komunis dengan jarum 12 G dengan metode seldinger teknik, selanjutnya dimasukkan sheath 6-8F menuju arteri femoralis komunis.

ketiga : Radial akses:Anestesi lokal dengan Setelah injeksi  Lidokain 2% 2cc di area pungsi, dilakukan pungsi  arteri radialis kanan dengan dengan metode seldinger/modified teknik, selanjutnya dimasukkan 

sheath 6F menuju arteri radialis kanan.

keempat : Dilakukan kanulasi guiding kateter ke koroner  kanan / kiri (sesuai lesi target) dengan bantuan wire 0,32”-0,38”, dilanjutkan wiring menembus / melewati lesi sasaran ke dista

kelima :Injeksi kontras membantu visualisasi koroner

keenam : Visualisasi koroner : 

- LAO 20- CRA 15-20  Visualisasi diagonal LAD dan RCA

- CRA 15-20 frontal  Visualisasi LAD dan distal RCA

- RAO 30-CRA 30  Visualisasi septal LAD

- RAO 20 – CAU 20  Visualisasi pangkal LAD, LCx

- LAO 20-40- CAU 20-30  Visualisasi LM dan bifurkasio

ketujuh : Dilakukan preparasi lesi melalui predilatasi dengan  abalon compliance yang dikembangkan dengan tekanan bertahap.

kedelapan: Pada kondisi thrombus aktif dapat dilakukan aspirasi trombus dengan memakai kateter aspirasi 6F hingga terlihat berkurang / menghilangnya bekuan thrombus / ada perbaikan flow (perbaikan TIMI).

kesemjikan :Implantasi stenting sesuai ukuran lesi

kesepuluh :Evaluasi kontras akhir

kesebelas : Tindakan selesai, pasien dirawat di Intermediate / ICVCU,

keduabelas: Tindakan elektif dengan hemodinamik stabil dapat  dirawat di ruang biasa.

ketigabelas :Off sheath arteri femoralis di lakukan 6 jam pasca tindakan dengan mempertimbangkan target ACT < 120 sec.

- Tingkat Evidens A (2 RCT)

-Indikator Medis Khusus STEMI akut: Door to balloon time < 120 menit








KARDIOMIOPATI DILATASI (DILATED CARDIOMYOPATHY)


yaitu  dilatasi dan gangguan fungsi kontraksi ventrikel kiri / kedua ventrikel,

-gejala ,antaralain:

Sesaknafas, lekas lelah / rasa lemah,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain:

Pembesaran jantung,Hepatomegali,Ascites

,Edema tungkai, Orthopnoe,S3/S4 gallop

,Murmur regurgitasi (terutama mitral),

-syarat  pemeriksaan antaralain:

Ekokardiografi: dilatasi ruang-ruang jantung,

penurunan fungsi sistolik dan atau diastolik, 

regurgitasi katup karena dilatasi annulus.

 Bukan dipicu oleh hipertensi, atau PJK.

Keluhan lekas lelah, sesak nafas dan rasa lemah

,Pemeriksaan fisik: orthopnoe, JVP meningkat, 

gallop S3 / S4, murmur regurgitasi, ascites, 

hepatomegali, edema tungkai

,Foto Rontgen dada: kardiomegali, dilatasi arteri

pulmonal, EKG: sinus takikardia, aritmia atrium/ ventrikel, dilatasi ventrikel & atrium

- pemeriksaan Kerja,antaralain:

 Dilated cardiomyopathy/ Kardiomiopati dilatasi,

-pemeriksaan Banding,antaralain:

Ischemic cardiomyopathy,Hypertensive heart disease,Miokarditis,

-PemeriksaanPenunjang,antaralain:

Biopsimiokard, sesuai keperluan/ prioritas pasien

,Foto polos dada,Elektrokardiografi/EKG

,Echocardografi, Angiografi koroner,

-Terapi ,antaralain:

--Beta-blocker: Bisoprolol mulai dari 1 x 1,25 mg,

 atau Carvedilol mulai dari 2x 3,125 mg, atau

 Metoprolol mulai dari 2x25mg

--Diuretik: Furosemid 1 x 20-80mg (jika masih ada 

tanda kongesti) Spironolakton mulai dari 1x 

12,5mg

-- ACE-Inhibitor :Lisinopril mulai dari2,5 mg; atau 

 Kaptopril mulai dari 2 x 6,25mg; atau Ramipril mulai  dari1 x2,5mg, atau

--Angiotensin Receptor Blocker/ARB: Valsartan mulai dari 40 mg, atau Losartan mulai dari 25 mg, atauIrbesartan mulai dari 150mg, atau Candesartan,

-nasihat ,antaralain:

kepatuhan pengobatan,latihan fisik yang aman dan bermanfaat, restriksi cairan dan garam, diet seimbang, pengetahuan pemicu kekambuhan, pengaturan dosis diuretic

-Indikator Medis 80% pasien telah mendapat obat Beta blocker dan ACE Inhibitor






KARDIOMIOPATI HIPERTROFI (HYPERTROPHIC CARDIOMYOPATHY)


yaitu  penyakit jantung yang ditandai dengan

 penebalan – tetapi tidak melebar-ventrikel kiri, tanpa  ada penyakit jantung lain atau kondisi 

sistemik yang dapat memicu penebalan otot

ventrkel,

- gejalanya ,antaralain:

 Paroxysmal nocturnal dyspnoe,Nyeri dada

,Pingsan, Rasa melayang,cepat  lelah,Sesak nafas

, Orthopnoe,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain:

Tanda gagal jantung lain,Murmur ejeksi sistolik,

- syarat pemeriksaan ,antaralain:

Tidak ada penyakit jantung lain, kelainan katup atau

penyakit sistemik yang dapat memicu penebalan ventrikel kiri, Penebalan bukan karena pekerjaan sebagai atlet,Tanda dan gejala gagal jantung dan nyeri dada,Echocardiografi menunjukkan penebalan otot  ventrikel kiri,.Tidak ada penyakit jantung lain, kelainan katup atau

penyakit sistemik yang dapat memicu

 penebalan ventrikel kiri, Penebalan bukan karena pekerjaan sebagai atlet

-pemeriksaan Kerja ,antaralain :

Hypertrophic Cardiomyopathy/ Kadiomiopati hipertrofi.

-pemeriksaanBanding,antaralain:

Hypertensive HeartDisease,

-PemeriksaanPenunjang,antaralain:

Ekokardiografi,Biopsimiokardium,Foto polos dada

,Elektrokardiografi,

-Terapi ,antaralain:

Alcohol Septal Ablation,  I C D jika ada aritmia yang mengancam jiwa (VTatau VF),obat Beta blocker (bisoprolol 5-10 mg, atau Atenolol 50-100 mg, atau Metoprolol 50-100 mg) dan/atau  obat Verapamil 40-80mg,

obat  Warfarin atau Coumarine (jika disertai fibrilasi

atrium),

obat Surgicalseptal myectomy (jika menunjukkan tanda/gejala gagal jantung yang tidak teratasi dengan obat-obatan) dan dipicu  oleh obstruksi LVOT (gradient >50 mmHg), 

- nasihat ,antaralain: 

 kepatuhan pengobatan, restriksi cairan dan garam

, diet seimbang, pengetahuan pemicu kekambuhan

, pengaturan dosis diuretic, latihan fisik yang aman dan bermanfaat.

-Indikator Medis 80% pasien telah mendapat obat Beta blocker







GAGAL JANTUNG AKUT

ACUTE COMBINED SYSTOLIC (CONGESTIVE) AND DIASTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE

ACUTE ONCHRONIC COMBINED SYSTOLIC  (CONGESTIVE) AND DIASTOLIC (CONGESTIVE) 

ACUTE SYSTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE  ACUTE ON CHRONIC SYSTOLIC (CONGESTIVE)   ACUTE DIASTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE

ACUTE ONCHRONIC DIASTOLIC (CONGESTIVE) ,


yaitu sindrom klinis disfungsi jantung yang 

berlangsung cepat dan singkat (dalam beberapa jam  dan atau hari )

-gejala ,antaralain:

Batuk-batuk tidak produktif, terutama posisi baring

, Progresivitas perburukan dalam hitungan hari,

Sesak nafas: mendadak, pada posisi tidur terlentang, terutama malam hari, Rasa lelah dapat terjadi saat aktivitas maupun  istirahat,

- Pemeriksaan Fisik ,antaralain:

Ronki basah halus,Gallop Waktu Pengisian kapiler memanjang (> 2 detik), Pernafasan cepat, lebih dari 24 x/menit (takipnoe),Nadi cepat (takikardi) dan lemah ( >80 x/menit ),Tekanan vena jugular meningkat ,

- syarat pemeriksaan ,antaralain:

Sesuai tanda-tanda pada Pemeriksaan Fisik,Sesuai gejala,

-pemeriksaan Kerja Gagal Jantung Akut antaralain :

,Acute Combine Systolic (congestive) and Diastolic (congestive) Heart Failure 

,Acute on Chronic Combine Systolic (congestive)

and Diastolic (congestive) Heart Failure 

,Acute Systolic (congestive) Heart Failure

,Acute on Chronic Systolic (congestive) Heart

Failure,Acute Diastolic (congestive) Heart Failure

,Acute onChronic Diastolic (congestive) Heart 

Failure

- pemeriksaanBanding,antaralain:

Asthma bronchial akut, PPOK dengan eksaserbasi akut,Pneumonia,

- Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

EKG,Echocardiografi (NT pro BNP jika tersedia)

,Pulseoxymetry, Rontgen dada PA

,Lab. : Hb, Ht, lekosit, kreatinin, GDs, Na+,K+, CKMB, hs Troponin T, natriuretic peptide, analisagas darah pada kondisi yang berat

-Terapi ,antaralain:

Terapi pada fase akut antaralain:

a. Terapi Oksigen

- Berikan O2 nasal 2-4L/menit, disesuaikan

dengan hasil pulseoxymetry. jika diperlukan, O2

dapat diberikan dengan masker non￾rebreathing atau rebreathing jika tidak membaik dalam waktu 1/2 jam

- jika saturasi oksigen tetap rendah dengan mask

atau ada distress pernafasan, digunakan CPAP.

- jika distress pernafasan tidak membaik dan

atau tidak toleran dengan CPAP dilakukan intubasi

b. Obat-obatanobat  Furosemid intravena:

Bolus 40 mg (jika tidak dalam pengobatan diuretic sebelumnya), 2,5x dosis sebelumnya (jika sebelumnya sudah minum diuretik) obat Nitrogliserin infus, Dimulai dari 5 microgram/menit, jika tekanan darah sistolik >110 mmHg, atau ada kecurigaan  sindroma koroner akut.

obat Morphin Sulfat injeksi, 2 sd4 mg jika masih

takipnoe,obat  Dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit jika tekanan darah <90 mmHg

obat  Dopamine mulai dari 5 mcg/kgbb/menit jika TDs <80 mmHg

obat  Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kgbb/mnt

jika TDs <70 mmHg,

obat Digoksin IV 0,5 mg bolus jika fibrilasi atrium

respon cepat, bias diulang tiap 4 jam hingga 

maksimal1mg,

obat Captopril mulai dari6.25mg jika fase akut telah teratasi,

- nasihat ,antaralain:

pengendalian faktor risiko, pengaturan aktivitas fisik,kepatuhan terhadap pengobatan,pembatasan cairan dan garam,

-Indikator Medis 80% pasien dengan gagal jantung akut teratasi dalam jangka waktu7 hari









GAGAL JANTUNG KRONIK

CHRONIC DIASTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE 

CHRONIC SYSTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE 



yaitu sindrom klinis ditandai gejala dan tanda 

ketidaknormalan  struktur dan fungsi jantung, yang

 memicu  kegagalan jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen metabolism tubuh,

-gejala ,antaralain:

Bengkak pada tungkai bawah dekat mata kaki,Riwayat menderita penyakit jantung atau dirawat  dengan gejala diatas,

Cepat lelah jika beraktifitas ringan (mandi, jalan >300 m, naik tangga)

, Sesak nafas saat terlentang, malam hari atau saat  beraktifitas, tidur lebih nyaman jika memakai 

bantal yang tinggi ,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain:

Peningkatan tekanan vena jugularis, Hepato megali / hepato jugular reflux (+)

,Edema tungkai biasanya dekat mata kaki,Ascites,

Sesak nafas, frekuensi nafas >24x/menit saat 

istirahat, Frekuensi nadi > 100 x/mnt, nadi kecil dan cepat, Iktus cordis bergeser ke lateral pada palpasi,

-syarat pemeriksaan,antaralain:

 --Mayor

 Pembesaran Jantung, Edema Paru  Gallop S3,Waktu sirkulasi memanjang>25 detik,Refluks hepato jugular,Penurunan berat badan karena respons dengan pengobatan,Sesak saat tidur terlentang (Orthopnoe), Sesak terutama malam hari (Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe),Peningkatan Tekanan Vena Jugularis, Ronki basah halus,

--Minor:

 Edema tungkai bawah ( dekat matakaki),

Batuk-batuk malam hari, Sesak nafas saat aktifitas lebih dari sehari hari, Pembesaran hati,

 Efusi Pleura,Takikardia, jika ada 1 gejala mayor dan 2 minor atau 3 gejala minor, sudah memenuhi syarat diagnostic gagal jantung,

-pemeriksaan Kerja ,antaralain:

 Gagal jantung kronik,

-pemeriksaan Banding,antara lain:

Volume overload,Asma bronchial, PPOK,Uremia, 

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

Ekokardiografi transtorakal,

 EKG,Fotopolosdada,Lab.: Hb, Leko, Ureum, Creatinin, BNP/NT-pro BNP,GDs, Ht, Na+, K+

-Terapi ,antaralain:

--ACE inhibitor (atau ARB jika batuk) jika tidak ada kontra indikasi; dosis dinaikan bertahap sampai dosis optimal tercapai,

--Diuretik: Furosemidoral / IV jika tanda dan gejala

kongesti masih ada, dengan dosis 1 mg/kilogram beratbadan atau  lebih

-- Beta blocker dosis kecil jika tidak ada kontra 

indikasi, dosis naik bertahap jika dosis sudah

optimal tetapi laju nadi masih cepat (>70x/menit), 

dengan:

--- Irama atrialfibrilasi - respons ventrikel cepat 

serta fraksi ejeksi rendah, tetapi fungsi ginjal 

baik, berikan digoxin dosis rumat 0,25mg pagi.

---Irama sinus, dapat ditambahkan Ivabradin 

mulai dosis kecil 2x2,5mg, maksimal 2 X 5mg.

--Mineralocorticoid Receptor Blocker (Aldosterone

Antagonist) dosis kecil jika tidak ada kontra

indikasi,

-nasihat   ukur jumlah cairan masuk dan keluar agar  seimbang, control tekanan darah, nadi dan 

pemeriksaan fisik ke Puskesmas terdekat.kepatuhan minum obat  kepatuhan diet rendah garam, rehabilitasi jantung, cara mengatasi jika terjadi perburukan  sesak nafas timbang berat badan dan lingkar perut,

-Indikator Medis 80% pasien telah mendapat obat Beta blocker, ACE Inhibitor dan ARB







HIPERTENSI REFRAKTER


yaitu   kelainan klinis dengan atau  tanpa kelainan kardiovaskular yang dipicu oleh hipertensi arterial, walaupun sudah mendapatkan terapi tiga obat anti hipertensi

- gejala ,antaralain :

Pusing, kepala berat,Cepat lelah,jantung  Berdebar-debar,Tanpa keluhan,Sudah dalam terapi minimal 3 jenis anti hipertensi,Minumobat dengan teratur,

-Pemeriksaan  Fisik,antaralain: 

TD sistolik >140- 159 mmHg atauTD diastolic > 90-99 mmHg, 

-Kriteria pemeriksaan ,antaralain: 

Ekokardiografi :LVH, disfungsi diastolik 5. ABPM, HBPM,Pemeriksaan fisik: sesuai criteria JNCVII

Fototoraks : Kardiomegali,ECG : LVH,

-pemeriksaan Kerja,antaralain:

 Penyakit jantung hipertensi,

-pemeriksaan Banding,antaralain:

CKD, Cephalgia,Anxietas,

- Pemeriksaan Penunjang antaralain:

EKG,FotoRontgen dada Lab. : Hb,Ht, Leuko, Creatinin, Ureum, GDS, Na+, K+,urinalisa, OGTT,

Doppler perifer,USG abdomen: ginjal,Skrining hipertensi endokrin,Echocardiografi, CT- scankepala,

-Terapi ,antaralain:

Alpha – blocker ,Central blocker,MRA,Vasodilator direk,ACE inhibitor/ARB,Diuretik: Tiazid,Beta – blocker,Calcium channel blocker, 

-  nasihat ,antaralain:

 jenis penyakit dan perjalanannya, pengobatan

 nutrisi, pola gaya hidup ,

-Indikator Medis 80% pasien telah mendapat > 2 obat kombinasi anti￾hipertensi.






KRISIS HIPERTENSI


yaitu   kelainan klinis dengan atau  tanpa kelainan organ lain, yang dipicu oleh hipertensi arterial.

-gejala ,antaralain:

Pusing, kepala beratNyeri dada , Cepat lelah,

Berdebar-debarzSesak nafas,Tanpa keluhan,

Kelemahan atau kelumpuhan sebagian atau

seluruh anggota tubuh,

-Pemeriksaan Fisikzantaralain: 

TD sistolik > 180 mmHg atau TD diastolic 110 mm,

- Kriteria pemeriksaan,antaralain: 

 ECG : LVH, perubahan segmen ST,

Echocardiografi :LVH, disfungsi diastolik + sistolik,

 Pemeriksaan fisik: Sesuai criteria JNC VII,

Fototoraks : Kardiomegali,

-pemeriksaan Kerja ,antaralain:

Krisis hipertensi (emergensi/urgensi)

-pemeriksaan Banding,antaralain: 

 Cephalgia,Anxietas,CKD, Sindroma koroner akut,CVD

-PemeriksaanPenunjang,antaralain:

Skrining hipertensi endokrin, USG abdomen: ginjal

,Echocardiografi, CT- scan kepala,EKG

,Rontgen dada, Lab.: Hb, Ht, Leuko, Cr, Ur, GDS, Na+, K+,), OGTT (bila  belum diketahui DM), urinalisa,

-Terapi ,antaralain: 

Nitrat(IV),CCB (IV),ACE inhibitor/ARB

, Diuretik: Tiazid,Beta blocker, Calcium channel blocker,Alpha blocker, Central blocker,MRA, Vasodilator direk,

-  nasihat,antaralain:

  jenis penyakit dan perjalanannya, pengobatan,

 Nutrisi/pola hidup,

-Indikator Medis 80% pasien dirawat mencapai target MAP 25-30%dengan menggunakan anti hipetensi intravena.






PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI ,

HYPERTENSIVE HEART DISEASE WITH /WITHOUT HEART FAILURE ,



yaitu  kelainan klinis atau struktural jantung

yang dipicu oleh hipertensi arterial.

- gejala ,antaralain:

Berdebar-debar, Tanpa keluhan, Pusing, kepala berat

, Cepat lelah,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain:

TDS 140- 159 mmHg atau TDD 90 – 99 mmHg (StdI )

,TDS >160 mmHg atau TDD > 100 mmHg (StdII)

-Kriteria pemeriksaan ,antaralain:

 Pemeriksaan fisik: Sesuai kriteria JNC VII,

Fototoraks : Kardiomegali,ECG : LVH,ABPM, HBPM

,Ekokardiografi: LVH, disfungsi diastolik

-pemeriksaan Kerja ,antaralain:

Penyakit jantung hipertensi,

-pemeriksaanBanding, antaralain:

CKD, Cephalgia,Anxietas,

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain: 

OGTTzDoppler perifer, USG abdomen: ginjal,Skrining endokrin,Echocardiografi,CT- scankepala,

EKG,Foto Rontgen dada

,Lab.: Hb, Ht, Leuko, Creatinin, Ureum, GDS, Na+, K+,

urinalisa,

-Terapi ,antaralain:

Alpha – blocker,Central blocker,MRA,Vasodilator direk, ACE inhibitor/ARB,Diuretik: Tiazid, Beta – blocker,Calcium channel blocker,

-   nasihat ,antaralain:

 jenis penyakit dan perjalanannya, pengobatan, nutrisi /pola hidup,

- Indikator Medis 80% pasien telah mendapat obat ACE Inhibitor dan ARB.







STENOSIS MITRAL REMATIK/ NONREMATIK


yaitu obstruksi katup mitral yang memicu aliran  darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri terganggu, baik akibat rematik  paling sering maupun  nonrematik,

-gejala ,antaralain:

Paroxysmal nocturnal dyspnoe,Cepat lelah,

  Gejala karena tromboemboli,  Berdebar ( takikardia/ AF ),  Batuk darah,Sesak nafas saat aktivitas,  Ortopnoe,

-Pemeriksaan  Fisik,antaralain: 

  Facies mitral,

  Palpasi: trill diastolik (thrill diastolic) diapeks

  Auskultasi: S1 keras, opening snap, bising mid￾diastolik, bising pre-sistolik,

-Kriteria pemeriksaan,antaralain:

 Ekokardiografi untuk menilai derajat MS:

  Normal 4-6 cm2,

  Ringan > 1,5 cm2,

  Sedang 1-1,5 cm2,

  Berat < 1 cm2,

Morfologi katup sesuai mitral rematik,

-pemeriksaan Kerja ,antaralain:

Mitral Stenosis (MS) Rematik 

Mitral Stenosis (MS) Non Rematik 

- pemeriksaan Banding,antaralain:

 Miksoma diatrium kiri,Kor triatriatum,

-PemeriksaanPenunjang,antaralain: 

-- EKG,Lab : Hb, Ht, Lekosit, MCH / MCHC /RDW, SGOT / SGPT, Gamma GT,Ur, Cr, Asto, CRP, Albumin, globulin/protein,

--EKG, Lab : Hb, Ht, Lekosit, MCH / MCHC /RDW, SGOT / SGPT, Gamma GT,Ur, Cr, Asto, CRP, Albumin, globulin/protein,Rontgenthorax,

Ekokardiografi Trans thorakal dan Trans 

Oesophageal ,

--Angiografi Koroner (usia >40 tahun / dicurigai 

penyakit jantung koroner) ,

-- Penyadapan Jantung kanan (pada hipertensi 

pulmonal berat),

- Terapi ,antaralain:

1. Pengelolaan Medik

,antaralain:

a. Mengatasi keluhan atau akibat ada

obstruksi katup mitral

  Kontrol rate

--Digitalis

-- Digoksin 1 x 0.12,5-0,25 mg

--Bisoprolol1 x 1.25-10mg

  Diuretik

-- Hidroclorthiazide 12,5-50 mg

--Furosemide 40-120 mg

--Spironolactone 12,5-50 mg

  Suplemen elektrolit : Target K serum 4.0-5.0 

meq

-- KCl / infus( tidak boleh >20 meq / jam)

-- Kalium oral : KSR, AsparK

  Antikoagulan:

-- Warfarin diberi sesuai target INR 2-3

pada pasien dengan fibrilasi atrial 

persisten / paroksismal

  Antiaritmi:

--Amiodaron

  Terapi oksigen

b. Pencegahan sekunder demam reumatik pada

MS rematik

  Penisillin V-oral (Ospen)  Sulfadiasin,

c. Pencegahan endokarditis infektif

  Ampisillin,  Eritromisin,

2. Tindakan Intervensi,antaralain:

a. Waktu intervensi

  MS simtomatik,  MS dengan area katup mitral <1.5cm2,MS dengan atrial fibrilasi,

Bila symptom tidak jelas atau tidak sesuai

dengan temuan ekokardiografi, dapat dilakukan

uji latih beban jantung

b. Jenis intervensi

  Intervensi non bedah /komisurotomi mitral

perkutan (KMP)

  Intervensi bedah : reparasi katup atau penggantian katup, Konversi elektrik pada AF

Intervensi Non Bedah / komisurotomi mitral,

perkutan (KMP)

Kontra indikasi KMP:

  Thrombus di atrium kiri,  Regurgitasi mitral derajat sedang atau berat,  Kalsifikasi berat bikomisura, tanpa ada fusi komisura,

  Bersamaan dengan kelainan katup aorta 

berat,  Kombinasi stenosis/ regurgitasi trikuspid 

berat,  Bersamaan dengan PJK yang memerlukan 

bedah pintas koroner.

Reparasi Katup Mitral:

Dilakukan pada MS yang secara teknis

memungkinkan dilakukan reparasi katup mitral

(komisurotomi, valvulotomi, anuloplasti, 

rekonstruksi korda/ muskulus papilaris).

Penggantian katup mitral:

Katup bioprotesa:

--Penderita muda usia< 20 tahun / anak ,

-- Wanita yang masih ingin hamil,

-- Ada kontra indikasi pemakaian antikoagulan 

(misalnya: orang tua),

Katup mekanik

-- Laki-laki

-- Wanita yang sudah mempunyai anak cukup

-- Penderita dianjurkan memakai antikoagulan 

sepanjang umur

-- Penderita yang operasi kedua kali,

-   nasihat ,antaralain:

 pencegahan infeksi dan obat jantung, nutrisi,

 aktifitas fisik, konseling pre-pregnancy, tentang perjalanan penyakit,

- Indikator Medis 80% pasien MS rematik mengalami perbaikan fungsional class LOS < 5 hari








RUPTUR CHORDATENDINAE – KOMPLIKASI IMA 

RUPTUR MUSKULUS PAPILARIS – KOMPLIKASI IMA 

REGURGITASI MITRAL REMATIK

REGURGITASI DAN STENOSIS MITRAL REMATIK 

REGURGITASI MITRAL NON REUMATIK

PROLAPS KATUP MITRAL




yaitu Regurgitasi mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral  yang tidak menutup dengan sempurna  saat sistolik, sehingga memicu aliran balik ke atrium  kiri.

MR dapat dipicu oleh proses rematik atau

pemicu lain misalnya :

- Prolaps katup mitral (MVP) yaitu ketidaknormalan  penutupan katup mitral pada saat sistolik, dimana  salah satu atau kedua daun katup terdesak lebih  superior ke ruang atrium; MVP berawal tanpa  regurgitasi.

- Ruptur chordatendinae atau rupture muskulus

papilaris sebagai komplikasi infark miokard akut

MR rematik sering terjadi bersama-sama dengan 

stenosis mitral (MS) rematik.

-gejala ,antaralain: 

Cepat lelah,Beberapa gejala yang tidak khas,

Berdebar,Batuk-batuk,Sesak napas saat aktivitas,

Ortopnoe,Paroxysmal nocturnal dyspnoe,

-Pemeriksaan Fisik,antaralain:

 Facies mitral, Palpasi: trill diastolic (bila MS dominan),Auskultasi,

-- MR dominan: S-1 melemah, pada MVP

terdengar midsistolik click. Bising pansistolik

frekuensi tinggi diapeks dengan penjalaran ke 

aksilla, pada MVP bising pansistolik nyaring

seperti suara burung camar ,

-- Bila MS dominan : S-1 keras, opening snap, 

bising mid-diastolik,

 Tanda-tanda gagal jantung dapat muncul

tergantung perjalanan penyakit.

-Kriteria  pemeriksaan,antaralain:

gejala,Pemeriksaan Fisik,Ekokardiografi,

--Menilai derajat MR dan morfologi katup apakah

sesuai mitral rematik

-- Mengukur area katup mitral - kriteria derajat MS 

(sesuai referensi)

-pemeriksaan Kerja,antaralain:

  Regurgitasi Mitral Rematik,

Regurgitasi dengan Stenosis Mitral Rematik,

 Regurgitasi Mitral Non Rematik, Prolaps Katup Mitral, Ruptur chordatendinae sebagai komplikasi infark miokard akut , Ruptur m. papilaris sebagai komplikasi infark .miokard akut,

- pemeriksaan.Banding.,antaralain: 

Kortriatriatum, myxoma (mirip MS),

 Ventricular Septal Defect (VSD),Aortic Stenosis (AS),Hypertrophic Obstructive Cardiomyopathy (HOCM),Regurgitasi (TR),

-Pemeriksaan Penunjang,antaralain:

EKG,Rontgen ,Lab: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, SGOT, SGPT, Ur, Cr, Albumin/globulin, protein, TT/INR (untuk pengguna warfarin), ASTO, CRP

Ekokardiografi trans-thoracal dan trans￾esophageal (bila rencana operasi)

 Angiografi Koroner bila usia >40 tahun atau

dicurigai ada penyakit jantung koroner, atau 

pemicunya infark miokard akut.

Pemeriksaan penyadapan jantung bila ada dugaan

lesi penyerta yang belum terdeteksi oleh

pemeriksaan non invasive atau hipertensi pulmonal  berat.

- Terapi ,antaralain:

1. Pengelolaan Medika mentosa

a. Vasodilator.

-- ACE inhibitor : captopril 3x 12.5– 100 mg

-- ARB : valsartan 1-2x 20 –160 mg

-- Arterio dilator langsung: hidralazin 4x 12.5–

100mg,

b. Diuretik

-- Furosemid : drip IV sampai 20mg/jam, atau 

sampai 3x 80mg (oral)

-- Kalium sparing diuretik: spironolakton

sampai 1x 100 mg

c. Antiaritmia

-- Amiodaron : dari 3 x 400 mg dilanjutkan

dengan 1 x100mg

-- Digoksin oral :1 x 0.125 -0.25mg tab

-- Beta blocker: metoprolol sampai 2x100mg 

atau bisoprolol 1x1,25-10 mg

d. Suplemen elektrolit :

-- Kalium Chloridaoral sampai 3 x 2 tablet,

-- KCl dripintravena (sesuai rumus koreksi–

tidak boleh >20mEq/jam)

e. Antikoagulan / antri trombositoral:

-- Warfarin :1 - 6 mg / hari (target kadar INR2–

3)

-- Aspirin: 1 x 80-160 mg cxxx (AF usia <65

tahun tanpa riwayat hipertensi atau gagal 

jantung)

f. Pengobatan infark miokard akut pada rupture

chorda/muskulus papilaris sebagai komplikasi

g. Pengobatan syok kardiogenik bila terjadi (lihat 

 syok kardiogenik)

2. Pencegahan

a. Pencegahan sekunder reaktivasi rematik diberi￾kan seumur hidup. Obat dan dosis di bawah inidipakai untuk berat badan >30 kg.

-- Penisilin Benzatin Ginjeksi 1,2 juta IUim

setiap 4 minggu sekali atau

-- Penisilin V / Phenoxy Methy l Penicilineoral

(Ospen) 2x250mg setiap hari atau

-- Sulfadiazine 1 gr (oral) sekali sehari

b. Pencegahan primer terhadap EI (lihat

Endokarditis Infektif)

3. Pengelolaan Bedah

Ditentukan pada forum konferensi bedah oleh tim/ 

pokja valvular

a. Waktu Operasi

Prinsip penentuan waktu operasi untuk kasus

MR adalah tidak terlalu cepat dan tidak

terlambat; waktu operasi ditentukan oleh:

-- Waktu terjadinya MR :

 Bila akut –- operasi segera,

 Bila kronik-- ada beberapa pertimbangan.

-- Simtomatik merupakan indikasi waktu 

operasi

-- Severitas MR: asimptomatik MR berat

merupakan indikasi waktu operasi bila telah

muncul disfungsi LV secara echo, AF, HP

-- Disfungsi LV secara ekokardiografi : LVESD 

> 45 mm, EF< 60%

-- ada penyulit: Atrial Fibrilasi (AF) dan / 

atau hipertensi pulmonal (tekanan sistolik 

arteri pulmonal > 50 mmHg)

-- Perlu pertimbangan  apakah masih

diperlukan operasi bila LVESD >55 mm

dan/atau EF <30%, mengingat risiko operasi 

yang tinggi dan outcome yang kurang baik

-- ada MS dengan area katup mitral <1.5

cm2.

b. Tindakan pembedahan :

-- Perbaikan / reparasi katup

-- Penggantian katup bioprostetik atau

prostetik mekanik.

-   nasihat,antaralain:

aktifitas, gaya hidup, rehabilitasi, wanita usia subur; pre-kehamilan,durante kehamilan, penyakitnya

, tatalaksana medis dan intervensi

(risiko, komplikasi), tentang prevensi sekunder rematik dan endokarditis infektif, 

- Indikator Medis - 80% pasien pulang rawat dengan perbaikan klas fungsional.

- 80% pasien MR rematik/non rematik dengan/tanpa MS tanpa intervensi LOS < 5hari.