Rabu, 06 April 2022
mata 1
April 06, 2022
mata 1
FISIOLOGI MATA & ANATOMI MATA
foto pembagian vaskularisasi retina
bola mata sebagai organ akhir saraf optik adalah saraf sensoris. mata menerima rangsang sinar dan mengubahnya menjadi impuls saraf yang berjalan di sepanjang lintasan visual yang terdiri atas retina, nervus optikus, khiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika; yang akhirnya mencapai korteks visual di fissura kalkarina sehingga muncul sensasi melihat,
mata memiliki adnexa ,otot-otot ekstraokular, bola mata berat 7,5 gram dan panjang bola mata 24 mm, sebagai organ perifer sistem penglihatan,
perlindungan organ mata penting , melindungi mata dari jejas tanpa mengurangi fungsinya, bola mata ada di dalam rongga skeletal yang dinamakan orbita, terdapat kumpulan lemak sebagai bantalan yang meredam getaran ,sistem kavitas orbita lokasi terstrukturnya sistem lokomotor bola mata dan adnexa-nya, bola mata hampir terbenam di dalam lemak orbita,
namun bola mata tidak berhubungan langsung dengan lemak ini karena keduanya dipisahkan oleh selubung berwujud fascia bernama kapsul tenon, bola mata berkaitan dengan celah rima palpebra yang terbentuk oleh tepi bawah kelopak mata atas dan tepi atas kelopak mata bawah, tertutupnya rima palpebra sebagai cara kelopak mata untuk memisahkan bola mata dengan penglihatan, bola mata sebagai suatu sistem dua bola yang berlainan volume, di mana bola yang lebih kecil terletak di dalam bola yang lebih besar, sebagian besar bola abu-abu membentuk segmen posterior mata ,bagian depan dari bola kecil membentuk segmen anterior mata, segmen anterior dibatasi oleh kornea yang jernih di depan, lensa dan penggantung lensa di belakang.
segmen posterior terletak di belakang lensa. segmen anterior terbagi dua, yang terletak di antara lensa dan iris dinamakan sebagai kamera okuli posterior, di antara kornea dan iris dinamakan kamera okuli anterior. karena lebih kecilnya jari-jari bola kecil, maka kornea memiliki kelengkungan yang lebih besar dibandingkan sklera, ini menentukan status refraksi suatu mata, kelengkungan yang lebih besar dari normal membuat indeks bias kornea meningkat sehingga bayangan benda yang dilihat jatuh di depan retina, sedang kornea yang kurang lengkung akan memicu bayangan jatuh di belakang retina. keduanya akan dipersepsi sebagai suatu kekaburan.
kornea adalah kelanjutan dari sklera, akibat perbedaan susunan protein strukturalnya, kornea tampak tembus pandang sedang sklera tampak putih dan tidak tembus pandang. dari luar, batas pertemuan antara kornea dan sklera memiliki jarak tertentu dari titik pusat kornea, sklera maju lebih sedikit dan meng-overlap iris. ini memicu terbentuknya sudut antara sklera dan iris. walaupun sudut ini terbentuk karena pertemuan sklera dan iris, walaupun kurang tepat, sudut ini dinamakan sebagai sudut iridokorneal. limbus kornea dan sudut pertemuan antara sklera dan iris ini berjarak antara 0,5 sampai 1 mm,
segmen anterior terbagi menjadi dua bilik, yaitu posterior dan anterior , kamera okuli anterior berbatasan dengan lapisan endotelial kornea di anterior,
dengan sudut iridokorneal di tepiannya, dengan iris dan kapsul anterior lenda di posterior. bila pupil tidak miosis, maka ujung pupiler iris tidak menyentuh kapsul anterior lensa, sehingga humor aquous di kamera okuli anterior bisa berkaitan dengan humor aquous di kamera okuli posterior. maka pupil sebagai pintu penghubung antara posterior dan kamera okuli anterior, kamera okuli posterior berbatasan dengan tepi belakang iris di anterior, dengan kapsul anterior lensa dan ligamenta suspensoria lentis (zonula) di posterior, dengan perlekatan zonula pada pars plikata badan silier, zonula bukan batas posterior kamera okuli posterior. sebab humor aquous masuk terselip diantara ligamenta dan bahkan kebelakang zonula (kanalis petit), kanalis petit ini dinamakan ruang retrozonular,sehingga badan kaca berbatasan langsung dengan humor aquous ,
bola mata memiliki dua kutub yaitu posterior dan anterior ,polus posterior adalah titik tengah di sklera (posterior), kutub atau polus anterior adalah titik tengah kornea , bila dua kutub ini dihubungkan dengan garis imajiner, maka bola mata memiliki poros axis optis yang terletak tepat memanjang dari depan ke belakang, melalui axis optis inilah, cahaya yang melewati pertengahan kornea bergerak lurus menembus di fovea pusatis. garis equator yang melingkari bola mata, yang jaraknya tepat di tengah-tengah antara posterior dan kutub anterior , kedua kutub dihubungkan dengan garis-garis meridian yang mengikuti kelengkungan bola mata,
kornea adalah dinding depan bola mata, berupa jaringan avaskular yang
transparan bentuknya seperti kaca , bentuk kornea sedikit elips dengan diameter vertikal 11,7 mm dan diameter horizontal 12,6 mm , jari-jari kelengkungan belakang 7 mm ,jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm,
sepertiga radius tengah dinamakan zona optik lebih cembung, tepiannya lebih datar. tebal kornea bagian tepi 1 mm. dan tebal kornea bagian pusat 0,6 mm , kornea adalah suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi (bias) sebesar +43 dioptri,kornea sebagai sklera ke arah belakang, perbatasan antara sklera dan kornea dinamakan limbus, sklera berwarna putih,
kornea ini berwarna jernih,faktor yang memicu kejernihan kornea adalah: tidak adanya pembuluh darah,kadar airnya yang konstan,letak epitel kornea yang tertata sangat rapi,letak serabut kolagen yang tertata sangat rapi dan padat,
jika kornea mengalami sembab, maka kornea berubah sifat menjadi seperti
prisma yang dapat menguraikan cahaya sehingga pasien akan melihat halo,
foto lapisan kornea
kornea terdiri dari 5 lapisan, lapisan yang terluar kornea adalah
lapisan epitel (sekitar 6 lapis) yaitu lapisan ini sangat halus putih, tidak jernih tidak mengandung lapisan tanduk sehingga peka trauma walaupun sedikit saja , ini berlawanan dengan nama kornea yang artinya selaput tanduk, lapisan selanjutnya adalahmembran bowman (lamina elastika anterior) yaitu selaput tipis yang terbentuk dari jaringan ikat fibrosa, lapisan ketiga yang ada di sebelah dalam membran bowman yaitu stroma. stroma adalah lapisan yang paling tebal, terdiri atas serabut kolagen yang susunannya padat sangat
teratur , susunan kolagen ini memicu kornea avaskular menjadi jernih. sesudah stroma, lapisan selanjutnya adalah membran lamina elastika posterior atau descemet,
lapisan terdalam kornea adalah lapisan endotel, lapisan endotel ini terdiri atas satu lapis endotel yang sel-selnya tidsk bisa membelah. kalau endotel yang rusak, maka endotel di sekitarnya akan mengalami hipertrofi untuk menutup defek yang ditinggalkan oleh endotel yang rusak tadi. endotel mengatur kadar air kornea dengan cara mengeluarkan air dari kornea ke kamera okuli anterior dengan enzim Na+ -K+ ATP-ase,
defek epitel kornea cepat menutup dengan cara .mitosis sel dan migrasi , kornea divaskularisasi oleh arteria siliares yang membentuk arkade. inervasinya oleh nervus siliaris yaitu cabang nervus trigeminus, sebagai saraf kornea sensitif untuk rasa dingin dan nyeri , kornea berfungsi sebagai alat transmisi sinar yaitu alat refraksi dengan kekuatan refraksinya paling besar diantara mata mahluk hidup lainnya, kornea bersifat avaskular, maka secara difusi pemberian oksigen dan zat gizi makanan kepada kornea bisa melalui pembuluh darah limbus, air mata dan humor aquous , avaskular kornea berguna dalam transplantasi kornea oleh pasien pendonor dari donor pasien siapapun tanpa memandang perbedaan genetis.dan sifat , sklera adalah dinding bola mata yang paling keras lanjutan belakang dari kornea, tebal sklera pada polus posterior 1 mm dan ekuator 0,5 mm,sklera tersusun atas jaringan fibrosa padat, yang terdiri dari glikoprotein, kolagen tipe 1, proteoglikan dan elastin, susunan jaringan fibrosa kornea yang keruh tidak bening tidak teratur dibandingkan kornea maka berbeda dengan kornea ,
sclera memiliki oleh beberapa kanal yang dilewati oleh saraf dan pembuluh darah yang keluar masuk bola mata, dalam sklera terdapat dua lubang utama yaitu foramen skleralis posterior dan foramen skleralis anterior , .foramen skleralis posterior atau kanalis skleralis adalah pintu keluar saraf optik , yang memiliki lamina kribrosa yang terdiri dari beberapa membrane seperti
saringan yang tersusun transversal melintasi foramen skleralis
posterior. serabut serabut saraf optic melewati lubang ini menuju
otak,foramen skleralis anterior sebagai perbatasan kornea, sebagai lokasi melekatnya kornea pada sklera (bandingkan kornea dengan kaca ).
uvea terdiri dari koroid ,iris, badan silier yang tidak terpisah-pisahkan, uvea adalah lembaran lembaran tipis yang tersusun oleh bagian depan iris berlubang bernama pupil, pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut saraf,
jaringan ikat, otot,
pada iris ada dua macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu musculus sphincter pupillae yang mengecilkan pupil dan musculus dilatator pupillae yang melebarkan pupil ,garis tengah pupil antara 3 hingga 4 mm, warna iris berbeda-beda sesuai etnik (ras) pasien,iris berbentuk membran datar kelanjutan menuju kedepan dari badan silier, iris terlihat sklerotik dan epitel kapilernya tidak berjendela,bila iris dipotong (iridektomi), tidak akan ada darah yang keluar dan tidak bisa sembuh, macam macam iridektomi, menurut caranya ada iridektomi total dan iridektomi perifer, juga iridektomi iridektomi optis dan iridektomi antiglaukoma,tepi pupil bersentuhan dengan lensa, namun tidak melekat dengan lensa di tengah iris ada pupil yang mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam mata, lebar sempitnya pupil dipengaruhi banyak faktor.penyempitan pupil dipengaruhi oleh impuls saraf, pada kondisi tidur
pupil akan mengecil karena turunnya tonus simpatis pupil menyempit pada cahaya terang dan melebar pada suasana redup atau gelap,pupil dipengaruhi oleh emosi, pupil melebar pada perasaan terkejut, tertarik pada sesuatu, senang,dan menyempit pada kondisi lelah,pupil lebar pada pasien muda dan sempit pada pasien bayi atau orang tua , pupil kanan dan kiri yang normal kira-kira sama ukurannya dan kesamaan ini dinamakan isokoria. bila ukuran pupil kanan kiri sama maka dinamakan anisokoria,beberapa penyakit pada mata bisa mengubah ukuran pupil,melebar pada glaukoma akut dan pupil akan mengecil pada iridosiklitis iritis ,status refraksi mempengaruhi ukuran pupil, mata hiperopik memiliki pupil sempit,mata miopik memiliki pupil lebar ,dalam pengaturan fokus, pupil akan melebar saat melihat jauh dan menyempit saat melihat dekat , ukuran pupil dipengaruhi oleh obat-obatan, pupil melebar jika pasien mengonsumsi midriatika dan pupil mengecil jika pasien mengonsumsi miotika atau golongan morfin ,ntepi pupil bersentuhan dengan lensa sehingga lensa bertindak sebagai bantalan iris. bila lensa diambil ,kondisi tanpa lensa ini
dinamakan afakia, maka tepinya iris bergetar, iris jatuh sedikit ke belakang ini dinamakan iris tremulans iridodenesis, bila iris melekat pada lensa atau struktur lain di belakang iris maka ini dinamakan sinekia posterior, bila iris melekat pada kornea maka ini dinamakan sinekia anterior, dan yang paling sering adalah sinekia anterior perifer, pemeriksaan pupil untuk penyakit mata selokasi dan menilai kelainan neurooftalmologis,
badan silier adalah bagian uvea yang ada di antara koroid dan iris ,batas belakangnya adalah ora serrata, badan silier mengandung banyak pembuluh vena dan kapiler , badan silier menghasilkan humor aquous, koroid adalah bagian uvea yang paling luas dan terletak antara sklera dan retina , terdiri atas anyaman pembuluh darah, lapisan lapisan koroid dari luar ke dalam berturut-turut antaralain: suprakoroid, pembuluh darah koriokapiler, dan membran bruch. koroid mengandung banyak pembuluh darah sedang retina jernih, maka
koroid dapat dilihat dengan oftalmoskop , tampak berwarna merah. refleks fundus merah muda berasal dari warna koroid, retina adalah lapisan terdalam dari bola mata,retina melapisi 2/3 bagian dinding bagian dalam bola mata,
lapisan lapisan mata dari luar ke dalam berturut-turut antaralain: sklera (warna putih), lapisan koroid, dan yang paling dalam retina. retina adalah membran bening ,tipis, berbentuk seperti jaring ( selaput jala), dan metabolisme oksigennya sangat tinggi. retina adalah 2/3 bagian dari dinding dalam bola mata, lapisannya tebal kira-kira 1 mm , transparan, secara embriologis,retina adalah bagian dari otak karena berasal dari penonjolan otak. maka nervus optikus sebenarnya adalah traktus dan bukan nervus ,
susunan histologis retina ,antaralain:
lapisan epitel pigmen retina adalah lapisan terluar, terdiri dari satu lapis,
yang lebih melekat erat pada koroid dibandingkan pada retina di sebelah dalamnya, pada ablasi retina terjadi pemisahan antara epitel pigmen dan lapisan retina sensoris ini, di lokasi makula sel selnya lebih kecil, namun mengandung lebih banyak melanin, inilah yang memicu makula tampak lebih gelap pada pemeriksaan oftalmoskopi, epitelnya mengandung pigmen melanin berbentuk kuboid, epitel pigmen retina berfungsi sebagai sawar agar kuman tidak menginfeksi bagian dalam bola mata. epitel pigmen retina melekat di membran basal yang dinamakan membran bruch.
RPE berperan dalam transpor aktif material dari kapiler koroid ke ruang subretina, regenerasi siklus visual, metabolisme vitamin A, fagositosis ujung fotoreseptor segmen luar , degradasi ujung fotoreseptor segmen luar, absorbsi kelebihan sinar, pertukaran panas, sekresi matriks interselular fotoreseptor, RPE berfungsi sebagai sawar luar darah-retina. Epitel ini berdekatan letaknya dengan lapisan koroid yang mengandung banyak vaskularisasi, bila terjadi infeksi,
Lapisan-lapisan retina adalah: 3 lapisan berisi badan sel neuron (GCL, INL, ONL), 2 lapisan yang berisi sinapsis akson neuron-neuron itu (IPL, OPL), 2 lapisan membran limitan (ILM, OLM), 1 lapis serabut saraf, adalah akson neuron orde III (NFL), dan 1 lapis epitel pigmen retina (RPE),lapisan retina sensoris jauh lebih tebal dibandingkan dengan epitel pigmen retina, lapisan ini dimulai dari saraf optik hingga ora serrata, tebal retina pada ora serrata 0,1 mm dan tebal retina pada polus posterior 0,23 mm ,
foto lapisan-lapisan retina
dalam foto diperlihatkan lapisan sel-sel dan foto skematis komponen sel-sel yang membentuk lapisan, adanya struktus 9 lapis ini dipicu oleh letak sel-sel dan serabut saraf yang membentuk retina sensoris; yaitu sel-sel muller, sel-sel horizontal,sel-sel fotoreseptor, sel-sel bipolar, bagian retina yang mengandung sel sel epitel pigmen yang meluas dari ora serrata hingga tepi belakang pupil dinamakan pars seka retina yang berarti bagian buta dan ini dibedakan dengan bintik buta, bagian retina yang mengandung retina sensoris dan sel-sel epitel dinamakan pars optika retina yang artinya bagian yang berfungsi untuk penglihatan.
pada retina ada lokasi untuk diskriminasi visual yang dinamakan fovea atau makula lutea (bintik kuning), yang terletak 3,5 mm di temporal papil N II, makula
lutea memiliki banyak serabut saraf yang menuju ke papil N II, sehingga makula bisa terlindung dari kerusakan yang mungkin terjadi pada retina, berkas serabut saraf dari makula ke papil dinamakan berkas papilomakular,
retina berfungsi menerima cahaya dan merubahnya menjadi sinyal elektrokimiawi, untuk kemudian meneruskan sinyal itu ke otak. retina terdiri dari 3 macam sel saraf (neuron) yang berestafet dalam meneruskan impuls penglihatan. sel-sel itu adalah sel bipolar, sel ganglion, sel sel fotoreseptor (basilus dan konus ), sel horizontal ,
retina mendapat vaskularisasi dari arteria retina pusatis dan lamina koriokapilaris koroid, lamina koriokapilaris koroid memberi zat gizi nutrisi kepada sel-sel fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina , fotoreseptor
pembuluh darahnya memiliki endotel berjendela (fenestrated) yang memicu bisa bocornya protein serum,
arteria retina pusatis memberi zat gizi nutrisi kepada neuron orde iii (sel-sel ganglion) dan neuron orde ii (bipolar dan sel horizontal ) , pembuluh darah arteria ini memiliki endotel yang mana vasa-vasa cabangnya terletak di lapisan serabut saraf retina dan tersusun rapat berperan sebagai sawar dalam darah-retina , arteri retina pusatis masuk bersama dengan neuron optikus di lokasi yang dinamakan diskus optikus atau papil nervus optikus yang mana warnanya lebih cerah menonjol terang dibandingkan lokasi sekitarnya pada oftalmoskopi, dari sini, tampak bahwa arteri itu bercabang-cabang. pada retina ada dua macam reseptor, yaitu sel basilus atau sel batang dan sel tongkat dan sel konus atau sel kerucut ,cakram dan sakulus mengandung pigmen fotosensitif, pada segmen sel basilus ada cakram , pada segmen luar sel konus ada tumpukan sakulus, segmen dalam sel konus dan basilus banyak mengandung mitokondria, segmen luar basilus diperbarui dengan pembentukan cakram baru pada tepi dalam segmen dan cakram lama akan
difagositosis oleh sel epitel pigmen retina, pada pasien yang mengidap penyakit retinitis maka pigmentosa proses fagositosis ini mengalami kecacatan sehingga lapisan debris tertimbun diantara epitel pigmen dan reseptor , sehingga seiring perjalanan waktu pasien akan mengalami
penyempitan lapangan pandang atau jangkauan kemampuan untuk melihat , proses pembaruan sel-sel kerucut lebih difus,
makula adalah lokasi yang lebih hitam gelap di pusat retina yang mengandung
pigmen yang lebih banyak, sehingga menjadi terlihat lebih gelap. lapisan retina
pada makula lebih tipis dan tidak sebanyak dan selengkap dibandingkan lokasi lain seperti perifer, macula adalah lokasi yang paling banyak mengandung fotoreseptor, ini memungkinkan sinar yang datang bisa langsung diserap oleh sel-sel fotoreseptor, sel yang paling banyak yaitu sel konus. di tengah tengah makula ada lokasi depresi kecil yang dinamakan fovea, fovea tidak mengandung basilu namun mengadung banyak sel konus , sel konus menerima warna dan cahaya kuat , sel konus mengandung 3 jenis pigmen,
pigmen yang peka terhadap gelombang pendek (440 nm), adalah pigmen yang peka terhadap sinar biru, pigmen yang peka terhadap gelombang panjang (570 nm) adalah pigmen yang peka terhadap sinar merah; pigmen yang peka terhadap gelombang menengah (540 nm) adalah pigmen yang peka terhadap sinar hijau;
rodopsin adalah protein majemuk gabungan antara opsin (suatu protein) dan retinen (vitamin A) , rodopsin terdiri dari rodopsin untuk warna biru ,merah dan hijau, kombinasi dari ketiga macam reseptor ini pasien akan dapat menerima berbagai persepsi pencampuran dari warna biru ,merah dan hijau, jika salah satu reseptor rusak contohnya kerusakan reseptor merah, maka warna merah masih bisa diterima oleh reseptor hijau atau biru, namun tidak semerah jika diterima oleh reseptor merah sendiri, kerusakan total reseptor biru dinamakan tritanopia atau buta warna biru, sedang kelemahan fungsi kemampuan dinamakan tritanomali, kelemahan fungsi kemampuan reseptor merah dinamakan protanomali,kerusakan total pada reseptor merah dinamakan protanopia atau buta warna merah , kerusakan total reseptor hijau dinamakan deuteranopia atau buta warna hijau , sedang kelemahan fungsi kemampuan reseptor hijau dinamakan deuteranomali,
di bagian perifer atau retina lain ,sel yang paling banyak adalah basilus,
mengandung 6 juta sel konus, 120 juta sel basilus dengan 1,2 juta serabut syaraf dalam setiap nervus opticus, konvergensi keseluruhan reseptor melalui sel bipolar pada sel ganglion 105 : 1. sel basilusnmengandung pigmen rodopsin, yang terdiri dari opsin dan retinal , basilus sangat peka terhadap cahaya sebagai reseptor untuk penglihatan malam ( skotopik), namun tidak mampu menentukan warna dan memisahkan batas objek ,
pada saat pasien berada di kondisi gelapnya malam tidak ada cahaya sedikitpun maka akan terjadi kenaikan cgmp intrasel sehingga saluran na+ terbuka dan na+ masuk. ini memicu neurotransmiter terus dikeluarkan, sehingga rangsang diteruskan, sedang pada saat pasien berada di kondisi terang sianghari akan terjadi sebaliknya, konus adalah reseptor penglihatan untuk kondisi siang hari atau penglihatan fotopik dan sekaligus untuk menangkap warna, proses melihat di retina melibatkan perubahan perubahan pada reseptor rodopsin di basilus dan konus menjadi retinen dan opsin tadi menjadi rodopsin kembali,
ada dua kamera okuli, yaitu camera okuli posterior (COP) dan camera okuli anterior (COA) , yang keduanya berisi humor aquous, kedalaman COA adalah 3,4 mm dan volumenya adalah 0,3 ml. COA dihubungkan dengan kanal schlemm melalui anyaman trabekulum, kanal schlemm ini kemudian berkaitan dengan vena episklera lewat kanal-kanalnpembuangan yang dinamakan kanal kolektor,pada tepi COA terdapat sudut iridokorneal dengan kanal schlemm pada apeks-nya,pada mata miopik kamera COA ini dalam dan pada mata hiperopik COA akan dangkal,
COP dilewati oleh zonula Zinnii , COA dan COP berkaitan melalui celah melingkar antara lensa dan tepi pupil , cairan akuos diproduksi oleh badan silier, yaitu pada prosesus siliaris yang berjumlah 70 hingga 80 buah. humor aquous berjalan dari COP ke COA, kemudian melewati trabekulum untuk menuju
kanal schlemm, kemudian ke kanal kolektor, akhirnya ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung, agar tekanan bola mata normal maka terdapat keseimbangan antara produksi cairan akuos dan pembuangan cairan akuos ,
cairan akuos menentukan tekanan bola mata (tekanan intraokular, TIO).Kenaikan TIO dinamakan sebagai glaukoma, Tekanan intraokular normal adalah 10 – 20 mmHg, dan TIO ini meningkat saat terjadi peningkatan produksi, TIO ini meningkat saat terjadi penurunan drainase, atau saat keduanya terjadi secara bersamaan , TIO yang naik terus-menerus dapat mendesak nervus optikus dan struktur bagian dalam dinding bola mata (retina) sehingga akan terjadi kerusakan. jika TIO naik secara mendadak, maka air dalam COA akan banyak masuk ke dalam kornea sehingga terjadi edema kornea. kornea yang sudah mengalami edema ini bertindak sebagai lensa positif dan prisma, sehingga dapat menguraikan sinar putih menjadi berbagai warna tunggal. kondisi ini oleh pasien penderita edema kornea dirasakan matanya seperti melihat pelangi berwarna atau halo yang mengelilingi lampu atau cahaya yang diamati pasien,
badan kaca adalah bagian yang terbesar dari isi bola mata yaitu sebesar 4/5 dari isi bola mata, badan kaca terdiri dari 99% air dan 1% campuran asam hialuronat dan kolagen, asam hialuronat pada badan kaca dapat mengikat air hingga 60 kali beratnya sendiri,serabut kolagen pada badan kaca dapat mengikat air hingga sebanyak 200 kali beratnya, badan kaca adalah masa gelatinosa dengan volume 4,3 cc, badan kaca bersifat tidak berwarna transparan, dengan konsistensi kenyal lunak seperti gelatin agar agar dan avaskular.
badan kaca berfungsi memberi bentuk bola mata dan adalah salah satu media refrakta media bias cahaya, badan kaca dikelilingi oleh membran hyaloid yang melekat erat pada papil nervus ii ,kapsul posterior lensa, zonula, pars plana dan retina,
pada bagian tengah badan kaca terdapat kanal hyaloid cloquet
yang berjalan dari depan papil N II menuju tepi belakang lensa,
ukuran kanal ini adalah 1 – 2 mm, badan kaca berkaitan dengan retina dan hanya terdapat perlekatan yang lemah. namun badan kaca ini memiliki perlekatan sangat erat dengan ora serrata dan diskus optikus, basis vitreus adalah suatu area pada vitreus (3 – 4 mm) yang melekat pada retina tepat di belakang ora serrata,
pertumbuhan lensa pasien dimulai pada masa embryogenesis, pada usia kehamilan 25 hari, pada mulanya terbentuk suatu vesikel optik dari otak depan atau diensefalon yang kemudian membesar dan merapat ke ekoderm permukaan, yaitu suatu sel-sel kuboid selapis, pada usia 27 hari kehamilan, sel-sel kuboid itu menebal dan berubah menjadi sel-sel kolumnar dinamakan lens plate. sesudah itu, pada usia 29 hari kehamilan, terbentuk fovea lentis (lens pit), cekungan kecil di sebelah inferior center lens plate. fovea lentis ini semakin cekung karena adanya proses multiplikasi sel. semakin cekung fovea lentis, akhirnya sel-sel yang menghubungkan fovea lentis dengan ektoderm permukaan semakin menegang dan menghilang, dan pada usia 33 hari
kehamilan terbentuk selapis sel-sel kuboid dibatasi oleh membrana basemen sebagai kapsula lensa dinamakan lens vesicle. pada usia kehamilan 35 hari, sel-sel posterior vesikel lensa memanjang, menjadi lebih kolumner dinamakan serabut primer lensa, dan mendesak lumen vesikel hingga seluruhnya terdesak
pada usia 40 hari. kemudian nukleus dari serabut primer lensa akan bergesear dari posterior ke anterior, dan akhirnya menghilang. pada proses ini, sel-sel anterior vesikel lensa tidak mengalami perubahan. sel-sel kuboid selapis ini dikenal sebagai epitel lensa. pada usia 7 minggu kehamilan, terbentuk serabut lensa sekunder dari epitel lensa di area ekuator yang mengalami multiplikasi dan memanjang secara cepat. bagian anterior berkembang ke arah kutub anterior lensa, dan bagian posterior juga mengalami perkembangan ke arah posterior kutub lensa, namun masih di dalam kapsula lensa. pada proses ini, serabut baru terus menerus terbentuk selapis demi selapis. serabut lensa
sekunder yang terbentuk antara usia kehamilan 2 hingga 8 bulan membentuk nukleus fetalis. sejalan dengan pembentukan lensa, tunika vaskulosa lentis,
suatu bangunan yang bertugas memberi nutrisi, terbentuk mengelilingi lensa. pada usia kehamilan 1 bulan, arteri hyaloid membentuk cabang-cabang kecil yang kemudian menjadi jejaring anastomosis melingkupi bagian posterior lensa. kapsul vaskuler posterior ini kemudian bercabang menjadi kapiler-kapiler kecil yang tumbuh ke arah kutub lensa dan beranastomosis dengan vena-vena
koroid membentuk kapsulopupiler tunika vaskulosa lentis. cabang dari arteri-arteri siliaris beranastomosis dengan cabang-cabang kapsulopupiler membentuk kapsul vaskuler anterior, dinamakan membrana pupiler, yang melingkupi bagian anterior lensa. kapsul vaskuler anterior sepenuhnya terbentuk pada usia 9 minggu kehamilan dan menghilang sesaat sebelum pasien bayi lahir.
foto embriologi lensa 1 2
lensa adalah bangunan bikonveks, tersusun oleh epitel yang mengalami diferensiasi yang tinggi. lensa terdiri dari 3 bagian antaralain : substansi lensa yang lentur dibandingkan sebelumnya yang dapat berubah, tergantung tegangan kapsul lensa,kapsul yang bersifat elastis, epitel, sebagai asal serabut lensa, diameter bagian ekuator lensa mata yaitu 9 mm. permukaan posterior memiliki radius kurvatura lebih besar dibandingkan permukaan anterior, lensa terdiri dari nukleus,kapsul, korteks, nukleus embrional, lensa tergantung ke badan silier oleh ligamentum suspensorium lentis (zonula zinnii). lensa kornea, humor aquous, dan badan kaca berfungsi sebagai media refrakta (alat dioptri),
lensa mata normal memiliki indeks refraksi sebesar 1,36 di bagian tepi,1,4 di bagian pusat ,kekuatan bias lensa kira-kira +20 D, namun bila lensa ini diambil (contohnya pada ekstraksi katarak) kemudian diberi kaca mata, maka penggantian kacamata ini tidak sebesar +20 D, namun hanya +10 D, karena adanya perubahan jarak lensa ke retina. pada pasien anak lensa dapat berubah kekuatan dioptrinya saat melihat dekat agar mampu menempatkan bayangan tepat pada retina. makin tua pasien maka makin berkurang kekuatan penambahan dioptrinya dan kekuatan penambahan dioptri ini akan hilang sesudah usia 60 tahun,
kemampuan lensa untuk menambah kekuatan refraksinya (kekuatan positifnya) dinamakan daya akomodasi.kekuatan refraksi lensa semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia, namun indeks refraksi menurun yang mungkin dipicu oleh munculnya partikel protein yang tidak terlarut.
lensa terus-menerus mengalami perkembangan sejak masing masing pasien
dilahirkan, memiliki berat lensa 90 mg,panjang lensa pasien pada saat lahir kira-kira 6,4 mm antar ekuator, 3,5 mm anteroposterior, saat pasien dewasa, bentuk lensa berubah menjadi lebih kurva, ukuran lensa berubah menjadi 9 mm antar ekuator, berat lensa 255 mg,ketebalan korteks lensa bertambah, 5 mm anteroposterior,
lensa mengandung 65% air dan 35% protein (jaringan tubuh dengan kadar protein paling tinggi), sedikit mineral terutama kalium. komposisi itu hampir tidak berubah seiring bertambahnya usia. mekanisme kendali keseimbangan cairan dan elektrolit, penting terhadap kejernihan lensa. gangguan dalam hidrasi seluler memicu kekeruhan pada lensa karena kejernihan lensa tergantung pada komponen makromolekul dan struktural ,
akomodasi adalah proses ketika lensa merubah.fokus untuk melihat benda dekat, pada proses terjadi perubahan bentuk lensa yang dihasilkan oleh otot siliaris pada serabut zonular, kelenturan lensa paling tinggi ada pada usia pasien anak semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia, ketika lensa berakomodasi, kekuatan refraksi akan bertambah, perubahan kekuatan refraksi yang diakibatkan oleh akomodasi dinamakan amplitudo akomodasi, amplitudo semakin berkurang akibat penyakit , seiring dengan bertambahnya usia, dewasa pada usia 40 tahun memiliki amplitudo sebesar 4-8 dioptri, bahkan kurang dari 2 dioptri pada usia di atas 50 tahun, remaja memiliki amplitudo akomodasi sebesar 12-16 dioptri, von helmholtz sudah pernah berkata bahwa sebagian besar perubahan akomodatif bentuk lensa terjadi pada permukaan depan lensa bagian pusat, karena memiliki ketebalan lebih tipis dibandingkan dengan bagian perifer dan letak serabut zonular anterior yang lebih dekat ke aksis visual dibanding serabut zonular posterior. permukaan posterior lensa hanya berubah sedikit pada saat akomodasi, proses akomodasi terjadi ketika otot siliaris berkontraksi dan merelaksasikan serabut zonular sehingga memicu lensa menjadi lebih sferis, nakomodasi bisa distimulasi oleh aberasi kromatis, obyek pada ukuran dan jarak tertentu, oleh lingkungan gelap suasana remang-remang, proses akomodasi dimediasi oleh serabut parasimpatis nervus okulomotor (n. kranial iii),
bola mata mendapat darah arterial dari a. oftalmika yang adalah cabang dari a. karotis interna, lapisan serebral retina mendapat darah dari a. retina pusat,
yang adalah cabang a.oftalmika. arteri retina pusat menembus saraf optik dan bercabang-cabang pada papil N II menjadi 4 cabang , yaitu inferior, retina temporal superior , inferior dan retina nasal superior , arteria pada arteriola bahwa arteri retina temporal superior dan inferior memiliki cabang
ke makula, lapisan fotoreseptor dan epitel pigmen mendapat darah dari
koriokapiler. maka bila a. retina pusat tersumbat, maka lapisan serebral tidak akan mendapat darah sehingga terjadi kebutaan walaupun sel fotoreseptor masih mendapat pasokan darah dari koriokapiler. demikian pula sebaliknya bila terjadi ablasi retina juga akan terjadi kebutaan karena sel fotoreseptor tidak mendapat darah koriokapiler walaupun lapisan serebral masih mendapat
pasokan darah dari a.retina pusat ,
uvea mendapatkan pasokan darah dari sirkulasi silier yang adalah cabang dari a. oftalmika. sirkulasi silier terdiri atas 3bgolongan pembuluh, yaitu 2 arteriae siliares posteriores longi, , 7 arteriae siliares anteriores dan 20 arteriae siliares posteriores breves yang memberi cabang a. konjungtivalis, Aa. siliares posteriores breves menembus sklera di sekitar saraf optik, dan memberi darah ke koroid, lapisan vasa besar dan koriokapiler. Aa. siliares posteriores longi terdiri dari 2 cabang, yang satu memasuki sklera dari sisi temporal dan yang satu nasal. keduanya berjalan ke depan di antara sklera dan koroid menuju ke
badan silier. pada akar iris arteriae ini membentuk sirkulus iridis major. cabang-cabang sirkulus iridis major akan menuju pupil untuk membentuk sirkulus iridis minor, arteriae siliares anteriores berjalan ke depan di sepanjang keempat mm. recti dan menembus sklera 5 – 6 mm di belakang limbus. kemudian arteriae ini mempercabangkan diri sebagai lapisan pembuluh darah perilimbal, konjungtival, dan skleral. Aa. siliares anteriores ini juga beranastomosis dengan aa. siliares
posteriores longi, sehingga ikut membentuk sirkulus iridis major.drainase venosa hampir seluruh darah dari uvea anterior dan posterior mengalami drainase lewat venae vorticosae ( ada 4, kadang 6 buah). vena siliaris anterior mengembalikan darah yang berasal dari badan silier. untuk retina terdapat vena retina pusat dengan cabang-cabangnya yang sesuai dengan arteri retina pusat.
bahwa retina sendiri adalah jaringan saraf sensoris lengkap dengan reseptornya. kemudian innervasi bola mata terdiri dari saraf otonomik,saraf motorik dan sensorik selain retina,
keenam otot ekstraokular (4 mm.recti dan 2 mm.oblique) berfungsi untuk menggerakkan bola mata. nervus okulomotorius (N III) menginervasi mm.recti, kecuali m.rektus lateral, dan juga mensarafi n.oblik inferior. nervus troklearis (N IV) menginervasi m.oblik superior. Nervus abdusen (N VI) menginervasi m.rektus lateral.
saraf sensorik
nervus oftalmikus yang adalah cabang N V sesudah masuk ke ruang orbita melalui fissura orbitalis superior akan bercabang tiga menjadi n.nasolakrimalis ,n.frontalis dan n.lakrimalis,
saraf otonom
saraf simpatik berasal dari ganglion servikal superior, berjalan ke atas meliliti a.karotis interna dan cabang-cabangnya, kemudian ke ganglion silier untuk pada akhirnya menginervasi otot muller pada palperba, otot muller pada orbita dan otot dilator pupil, saraf parasimpatik ke bola mata bergabung bersama saraf
okulomotor, kemudian ke gln.silier, kemudian ke m.silier untuk akomodasi dan ke sfingter pupil untuk mengatur ukuran pupil.orbita kedua orbita (lekuk mata) terdapat di kanan-kiri garis tengah vertikal tengkorak antara kranium dan tulang-tulang wajah. secara kasar orbita memiliki bentuk seperti piramida empat sisi dengan dasarnya (margo orbitalis) menghadap ke depan luar dan agak ke
bawah, sedang puncaknya adalah foramen optikum. orbita adalah lekuk untuk menempatkan bola mata, namun di dalamnya juga terdapat otot-otot ekstraokular, saraf, pembuluh darah, jaringan lemak, dan jaringan ikat; semuanya berguna untuk berfungsinya mata secara optimal, orbita juga adalah jalan vasa dan saraf ke lokasi wajah di sekitar apertura orbitalis, orbita adalah pelindung bola mata dari dalam dan belakang, dari depan mata dilindungi oleh palpebra. pada puncak orbita terdapat annulus zinnii yang adalah origo bersama otot-otot ekstraokular, kecuali m.oblik inferior. orbitandilapisi oleh periorbita yang perlekatannya dengan tulang agak longgar, pada lokasi tertentu periorbita melekat erat. perlekatan erat ini terdapat pada fossa lakrimalis,margo orbitalis, sutura, fisura dan foramina,
bagian-bagian orbita adalah dinding nasal (dinding dalam ), tepi orbita
(margo orbitalis) dasar, atap dan dinding temporal (dinding luar). tulang-tulang yang membentuk orbita berjumlah 7 buah, yaitu os zigomatikum, os lakrimalis, os nasalis,os frontalis, os sfenoidalis, os etmoidalis dan os maksilaris,
margo orbitalis berbentuk kuadrilateral dan sudut-sudutnya membulat, masing-masing tepi ukurannya 40 mm. keempat margo orbitales adalah margo orbitalis superior, lateral, inferior, medial, pada dinding-dinding, atap, dan dasar orbita terdapat fissura, foramen dan foramina, yaitu fissura orbitalis superior, yang dibentuk oleh ala magna , ala parva ossis sphenoidalis, menghubungkan orbita dengan rongga kranium; fissura orbitalis inferior, yang menghubungkan orbita dengan fossa pterigopalatina dan fossa infratemporalis; kanalis etmoidalis anterior , posterior; foramen optikum dan kanalis optikus yang diameternya sekitar 5 mm dan panjangnya 10 – 12 mm, di sekitar orbita terdapat sinus-sinus paranasal, sehingga proses penyakit pada suatu sinus dapat melibatkan orbita, sinusparanasales termasuk sinus etmoidalis, sinus sfenoidalis,sinus frontalis, sinus maksilaris,
palpebra untuk sebagai estetika,melindungi mata dari segala trauma, mencegah penguapan air mata, menjaga kelembaban mata, palpebra
termasuk komponen eksternal mata yang berupa lipatan jaringan yang mudah bergerak dan berperan melindungi bola mata dari depan. kulit palpebra sangat tipis sehingga mudah membengkak pada kondisi tertentu. pada tepi palpebra ada bulu mata (silia) yang berguna untuk melindungi mata dari trauma minor sinar, dalam palpebra ada tarsus, yaitu jaringan ikat padat bersama dengan jaringan elastik, lapisan otot palpebra tersusun atas muskulus tarsalis superior ,muskulus orbikularis okuli, muskulus levator palpebra dan inferior
muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk parasimpatis,menutup kelopak
mata berkedip, diinervasi oleh saraf fasial (nervus facialis) , muskulus levator palpebra berfungsi untuk membuka mata, diinervasi oleh saraf okulomotor.
muskulus tarsalis superior(mulleri) dan inferior yang berfungsi untuk memperlebar celah mata, mendapat inervasi dari serabut saraf sesudah ganglioner simpatis yang memiliki badan sel di ganglion servikal superior,
bagian belakang palpebra ditutupi oleh konjungtiva, konjungtiva melapisi permukaan belakang kelopak ini dinamakan konjungtiva palpebra adalah lanjutan dari konjungtiva bulbi, yaitu konjungtiva yang melapisi sklera bagian depan. pada kelopak juga ada septum orbita. kelopak mata sebagai pelindung dengan adanya refleks menutup kelopak akibat rangsangan di kornea akibat obyek yang bergerak ke arah mata adanya cahaya yang menyilaukan,
pada saat tidur, kontraksi m. orbikularis okuli berkontraksi sehingga kelopak mata menutup dan mencegah kornea mengalami kekeringan. saat terjaga terjadi kedipan spontan untuk menjaga kornea tetap licin dan meratakan air mata, pada saat kelopak menutup secara volunter, masih terdapat cahaya yang masuk mata sebesar 1%. pada tepi kelopak terdapat bulu mata yang berjumlah kira-kira 50 helai untuk tiap mata dengan kemampuan hidup beberapa bulan. pada folikel setiap bulu mata terdapat saraf dengan akhiran yang berfungsi sebagainmekanoreseptor, sehingga bila terdapat debu yang
mengenai tepi kelopak bulu mata, maka akan muncul refleksnmengedip,
pada palpebra terdapat 4 macam kelenjar, yaitu moll,aksesoria, kelenjar meibom, zeis, kelenjar meibom (glandula tarsalis) ada di dalam tarsus, bermuara dalam tepi kelopak. pada palpebra atas ada 25 buah kelenjar dan pada palpebra bawah ada 20 kelenjar. kelenjar meibom menghasilkan sebum (minyak) sebagai lapisan terluar air mata. kelenjar zeis berkaitan dengan folikel rambut dan menghasilkan sebum. kelenjar moll adalah kelenjar keringat.
kelenjar lakrimal tambahan (aksesoria) terdiri atas kelenjar wolfring ndan kelenjar krause yang keduanya terdapat di bawah konjungtiva palpebra. mereka menghasilkan komponen air pada lapisan tengah air mata,
vaskularisasi palpebra berasal dari a.angularis ,a.oftalmik dan na.zigomatik, drainase limfatiknya adalah ke submaksilaris kelenjar limfe preaurikular, parotid, konjungtiva adalah lapisan mukosa (selaput lendir) yang melapisi palpebra bagian dalam dan sklera. konjungtiva dibagi menjadi forniks ,konjungtiva bulbi, palpebral, konjungtiva bulbi melapisi bagian depan berupa lapisan tipis, transparan, dan pembuluh darahnya tampak. konjungtiva palpebra melapisi bagian dalam palpebra dan melekat erat pada tarsus sehingga tidak dapat
digerakkan. konjungtiva forniks ada di antara palpebra dan konjungtiva bulbi
yang berada pada forniks. bagian fornix longgar sehingga bila terdapat eksudat yang banyak akan tertimbun di bawah jaringan, kelopak mata kemudian menggembung dan menutup,
pada konjungtiva juga ada plika semilunaris yang terdapat pada karunkula dan kantus internus (medius) adalah jaringan epidermoid, yang juga ada pada kantus internus. lapisan-lapisan konjungtiva dari luar ke dalam tersusun
dari endotel ,epitel, stroma, epitel konjungtiva, yang dari luar ke dalam terdiri atas basal, epitel superfisial , pada lapisan epitel superfisial terdapat sel goblet yang menghasilkan musin yaitu lapisan terdalam air mata, epitel basal yang terletak di dekat limbus mengandung pigmen. di bagian basal sel berbentuk kuboid, makin ke permukaan berbentuk pipih polihedral. pada paparan yang kering konjungtiva bisa mengalami keratinisasi seperti kulit. contohnya pada
pasien koma yang matanya yang tidak bisa menutup, sehingga terkena paparan cahaya ,udara, panas, memicu mata kering. stroma konjungtiva dari luar ke dalam terdiri atas lapisan fibrosa dan lapisan adenoid , lapisan fibrosa terdiri dari jaringan ikat sedang lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid ,jaringan ini padat di atas tarsus dan longgar di lokasi lainnya. lapisan adenoid baru tumbuh sesudah usia 3 bulan, itulah sebabnya reaksi konjungtiva lebih sering papilar dibandingkan folikular,
foto irisan melintang kelopak mata
stroma mengandung 2 jenis kelenjar, yaitu yang menghasilkan musin dan kelenjar lakrimal tambahan. kelenjar yang menghasilkan musin terdiri atas sel goblet yang terletak di lapisan epitel, terpadat di bagian inferonasal, kelenjar manz yang berada di sekeliling limbus, tepi kornea, dan batas kornea konjungtiva, kripte henle yang terletak di sepertiga atas konjungtiva palpebra superior dan sepertiga bawah konjungtiva palpebra inferior;
kelainan destruktif seperti pemfigoid sikatrisial bisa merusak pembentukan musin, musin berguna untuk menempelkan air mata pada konjungtiva dan kornea , jadi kalau musinnya rusak, maka muncul mata kering.
pemfigoid sikatrisial adalah gejala pada sindrom steven johnson. sindrom ini bersifat sistemik bisa juga sampai merusak kelenjar musin di konjungtiva, pada inflamasi kronis terjadi peningkatan jumlah sel goblet, muncul keluhan kalau bangun tidur mata terasa lengket, kelenjar lakrimal tambahan terdiri atas wolfring dan kelenjar krause , kelenjar wolfring dan kelenjar krause mirip kelenjar air mata, kelenjar wolfring terdapat pada tepi atas tarsus palpebra superior,kelenjar krause terutama terdapat pada forniks superior, pembuluh darah yang ke konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. saraf konjungtiva berasal dari n.oftalmikus. pembuluh limfenya sangat banyak.
aparatus lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal aksesoria (krause dan wolfring), pungtum lakrimal dan kanalikulus lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus nasolakrimal. kelenjar lakrimal adalah kelenjar penghasil air mata , kelenjar ini terletak pada bagian antero-supero-temporal orbita. duktus sekretoriusnya bermuara pada forniks superior. kelenjar lakrimal terdiri dari dua bagian yaitu: bagian palpebral, atau bagian inferior yang lebih kecil dan bagian orbital, yaitu bagian superior yang lebih besar, kelenjar ini berbentuk tubulorasemosa yang mirip kelenjar parotis. air mata yang dihasilkan akan mengalir ke bawah untuk membasahi bagian dalam kelopak, konjungtiva bulbi dan kornea ,
2 kanalikulus lakrimal , yaitu pada palpebra bawah dan atas , kanalikulus ini dimulai dari pungtum lakrimal, lokasi pungtum lakrimal ini agak pucat karena avaskular, sehingga tanda ini untuk menemukan pungtum lakrimal yang
mengalami stenosis, kedua pungtum menghadap ke belakang, sehingga hanya terlihat bila palpebra dieversi. sekitar pungtum agak menonjol dinamakan papila lakrimalis. papila lakrimalis ini lebih menonjol lagi pada orang tua. kedua kanalikuli bertemu dan pada pertemuan tadi melebar, dan pelebaran ini dinamakan ampula, sakus lakrimalis adalah kantong (bagian yang melebar) dan ada pada fossa lakrimalis. di sini kanalikulus inferior dan superior bertemu, duktus nasolakrimalis adalah saluran dari sakus lakrimalis yang bermuara pada meatus nasi inferior. pada ujung akhir duktus ini ada katup hasner (plika semilunaris). duktus nasolakrimalis dilapisi epitel yang bagian superfisialnya terdiri dari sel kolumnar dan yang lebih dalam terdiri dari sel skuamosa. air mata sesudah membasahi mata akan masuk ke rongga hidung lewat kanalikuli, duktus nasolakrimalis, dan sakus lakrimalis,
air mata adalah cairan yang membasahi bagian depan bola mata dan konjungtiva palpebra. lapisan air mata yaitu lapisan tipis dan melapisi permukaan kornea, konjungtiva bulbi, konjungtiva dan palpebra, tebal lapisan air mata 7 – 10 mikron. lapisan air mata dari dalam ke luar yaitu :
lapisan musin (mukus) yang melapisi langsung selaput lendir konjungtiva dan kornea , musin dihasilkan oleh sel-sel goblet konjungtiva. lapisan air yaitu lapisan tengah, dihasilkan oleh kelenjar lakrimal aksesoria (krause , wolfring) dan kelenjar lakrimaln ,lapisan lemak yaitu lapisan paling luar dan berkaitan langsung dengan udara. lapisan lemak ini dihasilkan oleh moll dan kelenjar meibom , ketiga lapisan air mata tadi susunannya seimbang, bila tidak ada yang memicu gangguan pada mata. jumlah sekresi normal air mata adalah <1
ml/hari. air mata memiliki pH sekitar 7,4 dengan tekanan osmotik kira-kira setara dengan NaCl 0,9%. kekurangan air mata, gangguan produksi air mata mengganggu kesehatan mata,
air mata melumasi permukaan dalam palpebra sehingga pasien pasien dapat membuka dan menutup mata masing masing , selain itu air mata mampu membantu pasien dalam usaha menghantarkan oksigen ke sel-sel epitel kornea sekaligus membuang semua karbondioksida dari sel-sel epitel kornea. air mata adalah jalur jalan bagi sel-sel darah putih yang akan mampu membantu pasien dalam usaha membuang semua bahan bahan yang
membahayakan mata, air mata mempertahankan kelembapan agar sel-sel epitel kornea dan epitel konjungtiva tetap sehat. air mata membentuk dan mempertahankan permukaan bias pada permukaan kornea bagian depan, air mata melicinkan permukaan kornea sehingga membantu dalam proses masuknya cahaya ke dalam bola mata. air mata mampu membantu pasien dalam usaha membunuh kuman kuman karena di dalam air mata mengandung enzim pembunuh kuman seperti beta lisin, lisozim dan laktoferin,
mata dapat bergerak hampir ke semua arah dengan kecepatan yang bermacamragam dan dikoordinasi oleh 6 otot ekstraokular (OEO), kedua mata selalu bergerak secara terkoordinasi agar obyek dapat jatuh pada retina yang sesuai pada kedua mata. OEO menstabilkan letak bola mata di dalam orbita. Keenam OEO berinsersi pada sklera dan berorigo pada anulus Zinnii, kecuali
m.oblik inferior yang berorigo pada dasar orbita. lintasan visual adalah lintasan yang dilalui impuls saraf sejak dari terbentuknya bayangan di retina sampai terbentuknya kesadaran mengenai adanya obyek yang dilihat. lintasan visual
termasuk radiasio optika (traktus genikulokalkarina), korteks visual (area striata/ area 17), tingkat kesadaran melihat,retina, saraf optik, khiasma optikum, traktus optikus, korpus genikulatum laterale, bola mata terletak pada orbita dan
diganjal dari belakang oleh lemak retrobulbar. maka bola mata dan jaringan retrobulbar tadi membentuk suatu persendian, yaitu sendi globoidea, di mana bola mata sebagai kepala sendi dan jaringan retrobulbarnya sebagai mangkok sendi. mata selalu bergerak untuk melihat obyek, maka OEO aktif berat dibandingkan dengan otot otot lurik lainnya. maka mata akan cepat terasa lelah pada pasien yang sedang sakit, OEO mata kanan dan kiri bekerja sama bersinergis kadang bekerja berlawanan berantagonis untuk tujuan yang sama, contohnya bila kedua mata melirik ke kanan, maka m.rektus lateral mata
kanan dan m.medial mata kiri bekerja sama. sebaliknya bila melihat dekat (kovergensi), kedua mm.rekti medial mata kanan dan kiri bekerja sama, ini semua dipicu adanya hubungan antara nukleus ototo-otot ekstraokular sepihak atau antara nukleus otot otot ekstraokular kanan dan kiri oleh fasikulus longitudinalis medialis di batang otak, nukleus-nukleus ini berhubungan dengan serebelum dan nukleus vestibularis , kalau gerak bola mata tidak baik, contohnya ada salah satu atau beberapa otot yang lumpuh atau koordinasinya kurang baik, maka dinamakan nistagmus dan strabismus (juling) ,
agar suatu obyek dapat dilihat oleh bola mata, maka harus ada bayangan di retina dan bayangan ini dihantarkan ke otak, yaitu ke korteks visual di fissura kalkarina , maka pasien dapat melihat melihat obyek dengan otak. mekanisme untuk dapat melihat melihat ini sangat rumit sebab termasuk melihat warna ,bentuk, ruang, bola mata sebagai suatu sistem kamera
yang memiliki sistem lensa, diafragma, sebagai pilemnya adalah retina,sebagai
sistem lensa-nya adalah vitreum,kornea, cairan akuos, lensa mata, sebagai diafragma adalah pupil dan palpebra ,
suatu obyek dapat dikatakan terlihat jelas kalau cahaya dari obyek jatuh tepat terfokus pada titik retina, tepatnya di area makula lutea, dapat tidaknya cahaya jauh tidak terhingga sinar sejajar yang terfokus pada retina saat mata istirahat tidak berakomodasi tergantung pada kekuatan refraksi mata dan panjang aksis bola mata. bila fokus jatuh di belakang retina secara
imajiner dinamakan hiperop/hipermetrop,bila fokus tepat pada retina, maka mata dinamakan emetrop. bila fokus jatuh di depan retina maka dinamakan miop, jadi agar obyek tampak terlihat jelas , maka perlu adanya media refrakta yang jernih dengan kekuatan refraksi yang cocok dengan panjang sumbu bola mata, dan retina sebagai penangkap obyek bayangan , suatu obyek baru dapat dilihat oleh mata bila obyek itu mengandung atau bercahaya atau obyek yang mampu memantulkan cahaya yang berasal dari sumber sinar,
terjadinya bayangan di retina dan munculnya impuls saraf untukdikirim ke fissura kalkarina berkaitan erat pada perubahan perubahan kimia fotoreseptor (rodopsin) di sel-sel basilus dan konus , bayangan yang muncul terjadi di dalam retina dibandingkan dengan obyeknya yang asli adalah: lebih kecil, terbalik, hitam, 2 dimensi panjang , lebar, atau datar dibandingkan dengan obyeknya yang asli ,
bayangan obyek dari retina dibawa mula-mula oleh saraf optik untuk menuju fissura kalkarina. satu nervus optikus tersusun oleh 1,2 juta axon yang berasal dari sel-sel ganglion di retina. yang dinamakan nervus optikus adalah serabut saraf yang terletak antara papil nervus optikus sampai khiasma optikum, sedang yang dari khiasma optikum sampai korpus genikulatum lateral
dinamakan traktus optikus. serabut saraf sejak dari sel ganglioner sampai korpus genikulatum laterale adalah traktus dan bukan saraf tepi, dan memiliki sifat sebagai traktus. namun nama nervus optikus dipakai untuk menamai bagian saraf yang terletak antara papil N II dan khiasma optikum, walaupun sebenarnya ini salah. yang disebut nervus optikus yang sebenarnya hanyalah serabut saraf yang sangat pendek yang berupa sel bipolar yang terletak pada
retina yang menghubungkan fotoreseptor dengan sel ganglioner. nervus optikus memiliki panjang 50 mm dari bola mata hingga khiasma optikum, dan dibagi menjadi 4 bagian yaitu bagian intrakranial,bagian intraokular (dinamakan papil nervus optikus), bagian intraorbita, bagian intraosea, papil N II (optic nerve head, atau bintik buta,diskus optikus, optic disc ) adalah lokasi berkumpulnya serabut-serabut saraf yang berasal dari sel-sel ganglioner dari seluruh permukaan retina. panjang papil saraf optik adalah 1 mm, dengan diameter 1,5 mm. bentuk papil tergantung pada besarnya foramen skleralis posterior (kanalis skleralis). pada pasien yang mengidap miopik, maka kanalis besar sehingga papil membesar dan datar, juga terdapat cekungan yang lebih dalam, pada mata hiperopik kanalis tadi lebih kecil sehingga papil tampak
lebih menonjol. ini dipicu karena jumlah serabut saraf tiap pasien adalah sama, sehingga pada mata miopik lubang yang dilewati adalah longgar dan pada mata hiperopik lubang yang dilewati lebih sempit sehingga pada mata hiperopik serabut sarafnya lebih berdesakan dan tampak seperti tergencet oleh kanalis skleralis dan tampak menonjol, nervus optikus intraorbita panjangnya 20 – 30 mm,.memanjang antara bola mata sampai foramen optikum, berbentuk
huruf s dengan diameter 3 – 4 mm. karena bentuknya seperti huruf
s dan panjang, maka bola mata bisa bergerak bebas tanpa memicu ketegangan nervus optikus. nervus optikus intraosea (intrakanalikular) adalah nervus optikus yang berjalan pada kanalis optikus, dan panjangnya 5 mm. nervus optikus intrakranial adalah bagian nervus optikus sesudah keluar dari kanalis optikus ke kavum kranii sampai khiasma optikum, dan panjangnya 10 mm, pada perjalanannya serabut saraf dalam nervus optikus sampai di korpus genikulatum laterale terjadi perubahan letak dan penataan rumit. ukuran anteroposterior khiasma 8 mm, tingginya 4 mm , ukuran kanan-kirinya 12 mm, khiasma optikum adalah setengah silang (hemidekusasio) nervus optikus
kanan dan kiri.pada khiasma ini serabut saraf dari retina temporal tidak menyilang, sedang yang dari nasal mengadakan persilangan. pada khiasma tidak terjadi pergantian neuron, sehingga sebenarnya nervus optikus dan traktus optikus itu sama, yaitu suatu traktus. traktus optikuskedua traktus optikus mulai dari tepi posterior khiasma, kemudian berjalan divergen, menyelimuti pedunkuli serebri untuk berakhir pada korpus genikulatum laterale. korpus genikulatum lateral adalah akhir serabut aferen lintasan visual anterior. di sini serabut yang menyilang maupun tidak menyilang tersusun sebagai lapisan berselang-seling. dari korpus genikulatum lateral akan terdapat neuron visual akhir yang akan membentuk radiasio optika (traktus genikulokalkarina) untuk menuju korteks visual primer di fissura kalkarina
radiasio optika berjalan menyebar dari korpus genikulatum laterale inferior, menyelimuti bagian depan kornu temporal ventrikel lateral, kemudian ke belakang dan berakhir pada korteks kalkarina atau area striata di lobus oksipital,
pada fissura kalkarina lobus oksipital terdapat korteks visual atau area 17. di sini berakhir impuls dari retina. fungsi korteks visual primer adalah untuk deteksi organisasi ruang dan pemandangan visual, yaitu deteksi bentuk obyek, kecerahan bagian-bagian obyek, bayangan, pada korteks visual terdapat penataan retinotopik, artinya bahwa titik-titik tertentu pada retina memiliki hubungan yang pasti dengan titik titik tertentu pada korteks visual primer. bagian atas retina sesuai dengan bagian atas korteks visual dan bagian bawah sesuai dengan bagian bawah korteks visual,separuh kanan kedua retina berkaitan dengan dangan korteks visual kanan, dan separuh kiri kedua retina berkaitan dengan dangan korteks visual kiri. kemudian makula sesuai dengan polus oksipital dan retina perifer sesuai dengan lokasi konsentris di depan polus
oksipital,
fovea yang kecil itu penting, yaitu untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan detil, maka menempati lokasi seluas 35% korteks visual primer. pada korteks visual primer terdapat sel-sel untuk deteksi panjang garis,deteksi cahaya bulat, deteksi warna,deteksi garis, orientasi garis, perubahan orientasi,
rangsang dari kedua mata juga disatukan di sini (fusi). di luar area 17 terdapat area 19 (area peristriata) dan area 18 (area parastriata) , kedua area ini dinamakan korteks visual sekunder. area-area ini berfungsi untuk pemrosesan visual lebih lanjut. tingkat kesadaran penglihatan belum jelas , mungkin di
korteks serebri tertentu, atau mungkin juga secara difus atau juga ada asosiasinya dengan korteks temporal. mungkin bagian dari otak yang lain dan proses psikologis ikut berperan dalam kesadaran penglihatan, terbukti
dari adanya kerusakan bagian-bagian itu dengan gangguan dalam penglihatan. bagian-bagian ini dinamakan sebagai pusat visual sekunder, yang termasuk lobus temporal, korpus kalosum,kolikulus superior, talamus, lobus parieta, lobus frontal, sesudah seluruh proses melihat ini berlangsung maka akan
muncul kesadaran adanya obyek yang dilihat dan obyek tadi akan bersifat lebih besar (sesuai obyeknya), berwarna, tegak lurus, tiga dimensi,