Rabu, 13 April 2022

tunagrahita 2

 









tunagrahita
tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi  mental (mental retardation).
tuna = merugi,grahita = pikiran,retardasi mental (mental retardation/mentally
retarded) = terbelakang mental,  tunagrahita yaitu  kelainan fungsi intelektual  di bawah rata-rata  yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang  menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif,
istilah lain tunagrahita,antaralain:
mampu latih (trainable), ketergantungan  (dependent) atau butuh perawatan ,
mental subnormal, defisit mental,defisit kognitif,cacat mental,defisiensi mental,gangguan intelektual, lemah fikiran ( feeble-minded),terbelakang mental (mentally retarded),bodoh , dungu (idiot),pandir (imbecile),tolol (moron),
oligofrenia (oligophrenia),mampu didik (educable),
syarat syarat bahwa pasien  benar benar tunagrahita , antaralain:
keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun, ketidak mampuan dalam perilaku adaptif,
Klasifikasi IQ  kecerdasan  diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya dinamakan  IQ (intelligence quotient),  Klasifikasi IQ,
Tuna grahita ringan 70  sampai   55
Tuna grahita sedang 55  sampai  40
Tuna grahita berat 40 sampai   25
Tuna grahita berat sekali < 25
Klasifikasi menurut   para ahli di  indonesia,antaralain :
Tuna grahita ringan 50   sampai 70,
Tuna grahita sedang 30 sampai  50,
Tuna grahita berat dan sangat berat < 30
anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan  mempunyai   kemampuan jika  mereka mau bersedia  dididik dan dilatih,  berhitung, berjualan. tunagrahita ringan  lebih mudah dalam  berkomunikasi, anak tunagrahita ringan tidak  memerlukan pengawasan ketat dibawah tenaga ahli,
anak yang tergolong dalam  tuna grahita sedang  mampu diajak  berkomunikasi. namun  tidak  begitu mahir dalam  membaca  dan  berhitung. tetapi, saat  ditanya siapa nama dan  alamat rumahnya  maka  akan dijawab dengan jelas ,  mereka bisa  bekerja di lapangan namun dengan  sedikit pengawasan,
anak yang tergolong dalam tuna grahita berat anak tunagrahita berat
dalam kegiatan sehari-hari sangat  memerlukan perhatian pengawasan ketat dibawah tenaga ahli,mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari  bahaya,
klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan medis :  schaphocephalus,down syndrom  kretin  hydrocephalus microcephalus, macrocephalus  dan  brachicephalus ,
cerebral palsy down syndrom
cerebral palsy down syndrom  dahulu dinamakan  mongoloid , pada tipe ini terlihat raut  mukanya mirip   orang mongol dengan ciri:
hidung kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak  pendek ,
tangan kering; semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat,bibir tebal dan besar; tangan bulat   lemah ,telinga kecil, mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah kadang sedikit menjulur julur  keluar masuk ,
Kretin
 pada tipe kretin tampak   seperti   kuku pendek  tebal,kulit kering tebal dan keriput, rambut kering,  orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan pendek,
hydrocephalus,
gejala yang nampak adalah semakin membesarnya  cranium yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan cerebro spinal pada kepala, cairan memberikan tekanan pada otak besar yang memicu  kemunduran,
fungsi otak
schaphocephalus,microcephalus, macrocephalus dan  brachicephalus ,
ke empat istilah ini menandakan  kelainan bentuk dan   ukuran kepala, yaitu:
macrocephalus: bentuk ukuran kepala lebih besar dari normal,
schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang, sehingga mirip menara,brachicephalus: bentuk kepala melebar, microcephalus: bentuk ukuran kepala kecil,
cerebral palsy
 kelompok kelumpuan otak, kelumpuan pada otak  mengganggu pusat koordinasi gerak,  mengganggu fungsi kecerdasan,  sehingga kelainan cerebral palsy terdiri  atas   tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak,

 



TERAPI  TUNAGRAHITA

 makanan pantangan 1  :
untuk semua pasien anak sedikitpun tidak boleh,tepung terigu gandum,susu sapi, buah yang jika dikupas berubah warna  seperti apel, mangga, pisang,
teh,zat aditif (pewarna, penyedap, pengawet makanan )

makanan pantangan  2  :
pantang untuk  sebagian anak namun  boleh diberikan dalam porsi terbatas
3 hari sekali,gula pasir  gula tebu, hasil peragian  kecap,tape, tempe,makanan manis  permen , buah masam  seperti  tomat, strawberi, anggur,
kacang tanah,kenari,brokoli

makanan   pengganti :
sagu ,tapioka ,jagung,maizena,tepung kentang,tepung beras
susu kedelai ,tajin ,santan,gula diet stevia,gula jagung,gula aren
nanas , pepaya,sari kacang hijau, sari beras merah, jus wortel, rosella

Keterangan :
protein pada gluten  dari terigu dan kasein  dari susu sapi  tidak terpecah menjadi asam amino namun  menjadi rantai pendek peptida,oleh  karena adanya leaky  gut, usus bocor sebagian besar peptida akan masuk ke otak  bersama darah, sisanya keluar  bersama urin,  di otak ditangkap sebagai opioid yang berfungsi seperti  morfin  sehingga pasien  anak  halusinasi , protein dari  telur  dapat dicerna oleh sebagian  besar   pasien  anak  sehingga  tidak berbahaya,
jamur akan tumbuh suburdalam usus anak karena mengkonsumsi gula dan hasil
peragian tape, tempe, kecap,  yang berakibat bocornya usus. daya rembes usus tinggisehingga enzim dan vitamin  tidak terserap semua namun  terbuang,
sama halnya dengan gula hasil metabolisme karbohidrat yang  terlalu tinggi,
untuk mengendalikan   pertumbuhan jamur di usus  disarankan  mengonsumsi  
minyak zaitun, bawang putih ,
fenol dalam buah yang dikupas berubah warna dan teh dapat menggerus lapisan
usus.kandungan fenol tertinggi dan paling berbahaya yaitu yang terdapat dalam zat aditif.
nanas dan pepaya kaya enzim pemecah peptida,kacang hijau dan beras merah
kaya nutrisiwortel dan rosella kaya kandungan asam salisilat  dapat menghalangi proses pelapisan usus, kondisi usus yang buruk diperparah kandungan gas
yang tinggi sehingga perut  anak kembung ,
cara  mengganti kebutuhan nutrisi  setara dengan susu sapi  yaitu dengan
susu kedelai sari kacang hijau sari beras merah namun sebaiknya tidak diberikan setiap hari, di selingi dengan tajin rice milk dari beras,
tepung  terigu  gandum  meskipun sedikit, kandungan asam amino dalam terigu akan menjadi peptida yang masuk  ke otak bersama darah, akibatnya anak semakin hiperaktif. ganti dengan  tepung beras, tapioka, maizena, sagu,  kanji,
 gula pasir, dalam dinding usus  pasien anak  akan terjadi pertumbuhan jamur yang  makin subur. akibatnya daya rembesnya tinggi sehingga enzim dan vitamin dalam makanan  tidak terserap tubuh jika metabolisme buruk cirinya feses berbau tajam, makanan tidak .terurai sempurna, sulit bab atau diare terus menerus, sehingga  diganti dengan gula jawa gula aren, gula jagung, madu,  asalkan tidak mengandung aspartam,
setelah pantang makan makanan ini  selama 3 bulan, pasien  anak diberi makanan dalam porsi kecil kemudian  diawasi  selama 3 hari, jika pasien  anak   tidak  tantrum, mudah lelah, depresi, infeksi telinga, batuk, kejang, pusing, sakit perut, mual, kembung, ngompol, melamun, sulit tidur, hiperaktif, agresif, sensitif terhadap suara, berarti makanan itu  boleh dikonsumsi dalam rotasi 3 hari sekali,
jika pasien  anak  tidak sengaja makan makanan yang dilarang maka
berikan buah yang mengandung enzim pemecah peptida seperti bawang putih, nenas , pepaya atau air kelapa muda,  berikan prebiotik untuk
menyeimbangkan flora usus,  jika  hiperaktif tenangkan dengan musik,
 konsumsi  beras dalam porsi besar bisa menimbulkan reaksi alergi sehingga perlu diseimbangkan  dengan .sumber karbohidrat lainnya,  lebih bagus diselingi dengan beras organik,
untuk  merk minyak goreng, lebih baik yang non kolesterol. bila  hasil test darah
menunjukkan alergi kelapa, pakailah  minyak  bunga  matahari, jagung,  kanola, pakai minyak  goreng  untuk sekali pakai jangan  memakai minyak bekas  karena bahaya  karsinogen, hindari   mentega, disarankan pasien anak diberikan
 jambu biji,  belimbing,bawang putih,





komunikasi  adalah bentuk dasar  dari kemampuan berbahasa sehingga dapat berbicara  dengan pasien lain ,  bahasa  verbal maupun nonverbal membutuhkan kemampuan mengabstraksi yang dapat dilakukan  akibat adanya  kecerdasan intelegensi  pasien yang memadai,
kecerdasan  sama dengan kelebihan , kemampuan , kepintaran, kepandaian,   intelektualitas, mental merupakan pelengkap kehidupan pasien  yang paling sempurna,mental  sebagai pengendali motorik badan dalam melakukan semua kegiatan  beraktivitas,  kelainan atau gangguan mental ini pada pasien  (mental
sub abnormal) berarti pasien tidak memiliki   kemampuan untuk mengabstraksi  semua kejadian  peristiwa yang ada dilingkungannya secara akurat,
pasien  yang mempunyai kelainan mental subabnormal ini  dinamakan sebagai
tunagrahita,keterbelakangan mental, retardasi mental  , tunagrahita merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut pasien yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata ,  menyebabkan tunagrahita mempunyai kesulitan sedikitnya pada empat kawasan yang berkaitan dengan akademik ,atensi ,daya ingat dan  bahasa ,. sebagai  modal awal pasien berinteraksi  berkomunikasi bergaul  berteman  dan  beradaptasi, maka   diperlukan kemampuan
berbahasa. untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara ,
pasien tidak normal atau  tunagrahita    mungkin  akan banyak  menemui
kesulitan, karena  kekurangan  kecerdasan yang dimilikinya   sebagai dampak psikologis mempunyai  kontribusi cukup besar dalam mekanisasi  fungsi kognisi terhadap stimulasi verbal maupun nonverbal,
banyak  anggapan dari   masyarakat bahwa  pasien tunagrahita akan tetap secara permanen   mempunyai kelemahan  intelektual seumur hidup sehingga percuma sia sia  tidak  bermanfaat   tidak berguna untuk  diobati  dididik  dibina,walaupun dengan biaya sangat mahal ditambah dengan peralatan medis yang canggih sekalipun , mungkin memang   tes iq bisa dijadikan indikator dari kemampuan  otak pasien . tetapi, kemampuan adaptif pasien  tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ,  pengawasan ,bantuan ,pengarahan, dukungan,bimbingan , belajar , latihan, pengalaman, motivasi, dan  lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya dalam rangka untuk meningkatkan   kemampuan adaptif pasien, Dalam menghadapi kondisi ini, peran orangtua  dalam  mendidik anak  sangat penting juga   dapat meminta bantuan kepada  pada  para  guru  psikolog sekolah  pendidikan luar biasa,  Proses adaptif pasien tunagrahita
dimulai dengan proses   belajar   berkomunikasi secara sederhana ,
Upaya proses  belajar   berkomunikasi   para   pasien tunagrahita memerlukan  pelayanan dan pendidikan yang khusus. Asrama Panti Yayasan Pendidikan
Luar Biasa (YPLB)   menjadi sebuah tempat penitipan keluarga yang mempunyai  pasien-pasien tunagrahita agar pasien itu dapat dididik dan dibina kemampuan berkomunikasinya ,
banyak penelitian mengenai pasien  tunagrahita  hanya mengenai
masalah  ortopedagogik yang berkenaan dengan psikologi dan pendidikan
pasien  saja ,  ini dikarenakan masalah  ketunagrahitaan hanya dianggap sebagai  masalah retardasi mental atau  keterbelakangan mental, yang lazim berada pada ranah bidang  psikologi,
komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari komunikasi pasien yang terjadi ketika pasien berinteraksi secara simultan  dengan pasien lain dan saling memengaruhi , interaksi simultan berarti bahwa pasien harus ber komunikasi bereaksi pada   informasi yang sama dalam waktu yang sama.
komunikasi antarpribadi   sebagai komunikasi yang terjadi di antara dua pasien yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas di antara mereka,
misalnya percakapan  ayah dengan pasien  pasien  tunagrahita , ibu  dengan murid,   sepasang suami istri  dengan   pasien  tunagrahita  , guru dengan
pasien  tunagrahita  ,murid dengan   pasien  tunagrahita  , pasien   tunagrahita  dengan  pasien  tunagrahita ,     komunikasi antarpribadi  adalah komunikasi pendekatan   antara pasien  pasien   tunagrahita  secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pasien  pasien   tunagrahita   mampu    menangkap
reaksi masing masing    pasien lain secara langsung  maupun tidak langsung    baik verbal maupun nonverbal,
Komunikasi verbal adalah komunikasi   yang memakai suara  kata-kata  dari  mulut , mengucapkan  suara   kata  , Komunikasi ini paling  banyak  dan  sering  dipakai dalam   berhubungan  antarpasien,  Melalui kata-kata, mereka
mengungkapkan  isi hati, perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,  
proses komunikasi yang memakai  pesan nonverbal, yaitu meliputi
semua pesan yang disampaikan tanpa kata  kata atau selain dari kata-kata yang
dipergunakan. pesan ini meliputi seluruh dampak nonverbal dalam tingkahlaku pasien:  ekspresi bibir  ekspresi   wajah, sikap  bibir  sikap  badan, nada suara, pergerakan tubuh gerakan   kaki  gerakan kepala  gerakan bibir    gerakan  tangan, pola gaya  hidup ,  pola gaya    berpakaian,
eksistensi pasien tunagrahita membawa masalah   tersendiri dalam suatu keluarga. ada  keluarga  pasien tunagrahita   tua yang menerima  kondisi   anaknya  sebagai takdir,  namun ada pula  keluarga  pasien tunagrahita   tua   yang tidak mudah  menerima kenyataan,
 sehingga  keluarga  pasien tunagrahita   tua     perasaannya  sangat  terpukul
, bingung,  sedih, rasa bersalah, rasa kecewa, rasa malu  jika sampai diketahui teman tetangga koneksi bisnis dan juga  mungkin pada akhirnya akan muncul
pasrah menerima apa adanya,
Tunagrahita terbagi menjadi beberapa Kelompok    yaitu :
Kelompok  Tunagrahita ringan  debil  mild  moron,
Kelompok ini mempunyai IQ antara 68-52 menurut Binet,  mempunyai IQ 69-55  menurut skala Weschler (WISC) ,
Karakteristiknya antara lain  ketidak berkembangnya  samasekali  kemampuan
dalam hal bahasa, pemusatan perhatian,  Walaupun demikian,Kelompok  Tunagrahita ringan   masih dapat diajak belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan .bimbingan dan pendidikan yang lebih  baik,
pasien tunagrahita ringan pada saatnya  nanti  suatu ketika  akan menjadi orang   yang  mendapat penghasilan dan manfaat  bagi   dirinya sendiri  bagi  keluarga   pada  khususnya  dan  bagi  masyarakat  pada umumnya dan    bangsa   pada akhirnya , namun biasanya  umumnya   pasien  pasien   tunagrahita ringan itu  tidak mengalami gangguan fisik, pasien   tunagrahita ringan    sepertinya terlihat
tampak  mirip  seperti pasien normal pada  umumnya ,
Kelompok  Tunagrahita sedang  imbesil  moderate
Kelompok ini mempunyai IQ antara  51-36 menurut Binet,  mempunyai IQ  50-40  menurut skala Weschler (WISC) , mencapai perkembangan.sampai kurang lebih 7  tahun  ,Kelompok   pasien  ini cuma hanya  sekedar   bisa menghitung hitung  sampai angka 10 saja   tidak  tampak  dapat membaca, dan  tidak  tampak  dapat  berhitung   tidak  mampu beradaptasi  dengan  sosial, aktivitas Kelompok ini tampak terlihat sangat   sederhana seperti sering melakukan aktifitas  mengulang  kata-kata,  Kelompok ini tampak terlihat sangat      fokus pada kegiatan   menggunting gunting   dan mengecat tembok,
Tunagrahita berat (severe  idiot  ) dan  sangat berat ( super duper profound)
Kelompok pasien tunagrahita berat   ini dapat dibedakan lagi menjadi berat dan super  sangat berat. Tunagrahita berat (severe  idiot  ) mempunyai
IQ antara  32-20 menurut Binet,  mempunyai IQ  39-25  menurut skala Weschler (WISC),  namun  Tunagrahita sangat berat (super duper   profound) mempunyai
IQ antara  19- 0.menurut Binet,  mempunyai IQ  24- 0  menurut skala Weschler (WISC),Kelompok ini tampak terlihat sangat   kurang mentalnya
 dibawah usia  anak anak   tiga tahun,  kemampuan berbahasa yang mirip seperti  anak anak usia     tiga tahun,  nada suara  mirip seperti  anak anak usia     tiga tahun,   pasien tunagrahita berat memerlukan bantuan  intensif perawatan khusus dibawah  pengawasan ketat  para  ahli ,  secara total dalam hal makan,berkomunikasi , berpakaian, mandi,  sepanjang hidupnya,
perspektif interaksi simbolik memandang bahwa masing masing pasien tunagrahita  sudah terbukti  memiliki sifat  sifat   hiperaktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan, penuh keunikan  penuh  tekateki, mustahil tidak masuk akal , menampilkan tingkahlaku yang rumit aneh  langka  lucu  dan sulit  diramalkan,delusi, halusinasi, dejavu, ilusi,khayalan imjinasi,
perspektif interaksionisme simbolik berada di bawah perspektif fenomenologis atau  perspektif interpretif ,
teori interaksi simbolik   memandang bahwa masing masing pasien tunagrahita  sudah terbukti  memiliki sifat  sifat  aktivitas yang khas
berkomunikasi  kepada  setiap orang  dengan memakai  simbol  simbol aneh ,
esensi interaksi simbolik adalah suatu  bentuk .aktivitas yang merupakan ciri khas pasien  tunagrahita   yaitu  komunikas . pertukaran simbol simbol aneh ,  
yang bermakna khusus yang tidak bisa diketahui oleh para ilmuwan ,
etnografi komunikasi memandang  komunikasi sebagai proses sirkuler dan
dipengaruhi oleh sosiokultural tempat.komunikasi itu berlangsung. untuk
mengartikan dan meneliti.komunikasi dalam etnografi komunikasi diperlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi yang mempunyai
batasan-batasan yang bisa diketahui,  ada tiga unit diskrit aktivitas
komunikasi, yaitu situasi, peristiwa, dan tindak komunikasi ,  langkah awal untuk mengartikan dan meneliti pola komunikasi yang ada  dalam suatu masyarakat  yaitu  dengan menentukan peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang, langkah selanjutnya menginteventarisasi komponen yang membangun peristiwa komunikasi, kemudian menemukan hubungan
antar komponen itu ,  dengan mengartikan komponen .komponen penting untuk meneliti  peristiwa komunikatif: fokus referensi ,genre atau tipe peristiwa (misalnya  percakapan salam  lelucon, cerita, ceramah  )topik  fungsi  tujuan maksud  dan   arti ,  lokasi, waktu, musim  dan dampak fisik situasi itu (
besarnya ruangan, tata letak perabot)  ,usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial  atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain,
Bentuk pesan  termasuk saluran vokal dan nonvokal,  hakikat kode yang dipakai
isi pesan  atau referensi denotatif level permukaan, apa yang dikomunikasikan,
urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran dan fenomena
overlap percakapan,  Kaidah interaksi  atau properti apakah yang harus diobservasi,
melihat  lihat  bagaimana   kegiatan  pasien  pasien  tunagrahita   sebelum dan sesudah bangun tidur, kemudian percakapan di area kamar mandi, percakapan di waktu makan, baik makan pagi, siang, dan makan malam, percakapan di ruang menonton televisi, percakapan  dengan  pasien  tunagrahita   pada saat jam 12 tengah malam ,  kegiatan di koridor asrama, di lapangan dan kegiatan belajar di kelas keterampilan,  proses komunikasi antar  pasien  pasien  tunagrahita   di tiap tiap tipe peristiwa komunikasi merujuk pada  komunikasi  komunikasi antar  dua  pasien  tunagrahita    dan komunikasi kelompok social  komunitas  kecil  antara pengurus asrama dengan pasien  , atau antara guru dengan pasien, antara tukang masak dengan pasien , ataupun antara sesama  pengurus ,   komunikasi antara   pengurus asrama yang  memberikan perintah  informasi  khusus   tertentu kepada para  pasien  pasien asrama pada saat di kamar    ataupun menyampaikan instruksi sekaligus  di balai pertemuan   yang
harus dipatuhi seluruh pasien asrama , hasil penelitian mengatakan bahwa
setiap hari  para  pasien  selalu   melakukan topik percakapan yang sama saja atau  mengulang kata-kata yang diucapkan, walaupun   ada peristiwa tertentu yang baru  yang menggemparkan  asrama  namun tetap   apa yang
 mereka bicarakan antara satu sama lain, akan terus dibicarakan sepanjang hari
itu tetap sama dulang ulang ,  ini akibat   tunagrahita mempunyai masalah dengan ingatan jangka pendeknya,dan  jangka panjang ,  maka peristiwa yang cenderung diingat, justru peristiwa pada waktu yang lampau, yang mereka alami dulu atau justru yang mereka lakukan secara  rutin, sedang kejadian   peristiwa yang mendadak  tiba tiba  datang  yanv  hanya sebentar,  segera lupa lenyap hilang  dari ingatan   mereka,
mereka  mampu   menjawab pertanyaan  sederhana   walaupun harus
disampaikan berkali-kali baru mereka mengerti,  mereka  mampu    menjalankan instruksi ataupun perintah yang disampaikan walaupun harus   disampaikan berkali-kali baru mereka mengerti,
 karakter kemampuan berkomunikasi secara verbal  berbeda beda, namun  karakterisitik pesan verbal pasien  mempunyai kesamaan dalam hal:
kemampuan pengucapan   tata bahasa  kekayaan kata  yang.sangat   rendah;
 perbendaharaan  yang.sangat   rendah, pengertian kata   kata  yang sederhana  
struktur kalimat  tunggal, bukan kalimat majemuk,  melakukan  pengulangan kata dan kalimat yang berkali kali,  pengulangan makna kata denotatif dan konotatiif yang tidak dimengerti,
 dalam komunikasi antar pribadi antargolongan  antarkomunitas   di dalam  asrama ,  komunikasi nonverbal atau interaksi bukan  simbolik lebih banyak terjadi ,  sebagai reaksi ungkapan   suka-tidak suka, mau-tidak mau, mengerti-tidak mengerti, tahu-tidak tahu, terjadi kegiatan ,antaralain :
1. subtitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. misalnya, tanpa berkata apa-apa, pasien pasien asrama menunjukkan  ekspresi ungkapan   tidak mau
dengan menggelengkan kepala saja,
2. repetisi, mengulang kembali kata kata  yang sudah diungkapkan  secara verbal, misalnya ketika ditanya  ”sudah mandi  atau belum?”,maka  mereka  semua  akan dijawab ”sudah”, dengan menganggukkan kepala berkali-kali,
3. aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. misalnya, pasien  yang marah mampu untuk memukul pasien  yang lain ,menggebrak meja, menendang pintu,  mengacungkan kepalan tangan dan jarinya, mengatakan ”tidak mau” kemudian pergi,
4. komplemen, melengkapi, dan memperkaya makna pesan nonverbal,
misalnya: pasien  menangis karena diganggu oleh pasien  lainnya,
mencibir bila dimarahi pengurus ,
 ada satu fungsi yang tidak dimiliki oleh pasien tunagrahita yaitu, fungsi
kontradiksi atau menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Hal ini disebabkan, karena secara psikologis, pasien tunagrahita tidak mampu untuk  berpura-pura  dalam komunikasi verbal yang berlawanan dengan komunikasi  nonverbalnya,  pasien tunagrahita adalah pasien  yang  pada dasarnya sangat   jujur   dalam bertingkahlaku, berbeda  dengan pasien normal  karena secara psikologis,   pasien normal   mampu berpura pura,
bentuk komunikasi nonverbal pasien
1.artifaktual melalui penampilan, badan, parfum , warna  pakaian dan kosmetik dalam upaya membentuk citra badan ,
2. sensitivitas kulit atau sentuhan,   yaitu fungsional  profesional, sosial-sopan, persahabatan kehangatan, cinta-keintiman, dan rangsangan seksual,
3. pesan kinesik dengan melihat pesan fasial, gestural, dan postural, yang menunjukkan  memperlihatkan  pergerakan  pergerakan  sebagian anggota badan seperti wajah, mata, dan tangan untuk mengekpresikan  diri
 seperti mendorong mendukung   atau  melarang membatasi,
menyesuaikan  diri  atau  mempertentangkan,
responsif  atau  tidak bergerak , perasaan positif  atau  perasaan negatif jahat,
memerhatikan atau  acuh , melancarkan  atau  menghambat
reseptif, menyetujui   atau  menolak.
4. proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang,  membagi empat  macam ragam jarak komunikasi,yaitu  jarak intim (0- 5 cm ), jarak pribadi ( 5  -100 cm), jarak sosial (100 -300 cm ) dan  jarak publik (lebih dari 10 meter )
5. paralinguistik, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah),
intensitas (volume) suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, mengerang, mendesah , sedih, murung,
tujuan atau fungsi komunikasi dalam setiap peristiwa komunikasi ada
empat fungsi komunikasi yaitu   komunikasi sosial, komunikasi ekspresif,
komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental,  dalam tipe peristiwa komunikasi yang  bervariasi di asrama YPLB, komunikasi sosial  dilakukan dengan tujuan untuk mengisi waktu, atau hanya sekedar memuaskan diri
dengan berbicara dan didengarkan pasien lain,  tujuan atau fungsi komunikasi
ekpsresif juga berlaku bagi pasien asrama yang melakukan interaksi dan komunikasi  antar  pribadi dengan pasien lain, misalnya komunikasi yang sudah pernah   dilakukan  dengan tukang masak, mengenai menu masakan dan apa saja yang  diinginkan   , ekspresi pasien  juga terlihat tampak mpasienala mereka saling  berbagi informasi mengenai kejadian yang.terjadi hari itu. ataupun bila mereka sudah bercerita mengenai keluarga, bertanya, atau
hanya sekedar berceloteh agar didengarkan  pasien lain. tujuan pasien
berkomunikasi saat itu, hanya ingin.diperhatikan oleh pasien lain. bila yang diajak  bicara menanggapi ceritanya, maka ia akan  terus-terusan bercerita,
di asrama, di mana pada saat  dilakukan kegiatan  olahraga  di lapangan,
menjadi kesehariaan pasien  baik pagi maupun sore hari, untuk mendapatkan
kesenangan  bersama-sama,  percakapan-percakapan yang dilakukan, instruksi yang sudah dikerjakan,.ataupun tingkahlaku pasien   yang ditunjukkannya dengan bertanya mengenai  sesuatu, berbagi informasi mengenai kejadian
hari itu,  tayangan film,  menu makanan, pada.dasarnya mengharapkan respon dari pasien lain, seperti  mendapatkan kebahagiaan dengan didengarkan oleh pasien lain,
 pasien asrama merasa dapat leluasa bersosialisasi dengan teman teman senasib dan berinteraksi dengan pasien normal lainnya tanpa peduli dengan cacat  yang mereka alami, karena mereka di sini merasa tidak berbeda dengan yang lain,mereka di sini merasa  senang bahagia gembira , tidak ada rasa bermusuhan pertengkaran iri hati  dengki ,persaingan , membeda bedakan ,
ada beberapa  pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara  verbal dengan baik.
pasien mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interaksi mereka
atas situasi,  pasien tunagrahita di  asrama adalah pasien yang “dibentuk”
dengan kebiasaan dan rutinitas harian yang selalu sama, maka kemampuan
untuk memodifikasi atau mengubah  makna, cenderung tidak dapat mereka
lakukan. meskipun tidak menutup  kemungkinan, ada pasien asrama yang
masih muda mampu untuk melakukannya.pasien mampu melakukan
modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka
berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa
tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, pasien  tunagrahita  diberkahi dengan kemampuan berpikir , meski
mempunyai kemampuan berpikir yang  rendah, namun tetaplah pasien yang
layak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan pasien normal,
Kemampuan berpikir itu dibentuk berkat    interaksi sosial. pasien asrama
mampu  mengembangkan kemampuan berpikirnya berkat  interaksi dan komunikasi, agar mampu bersosialisasi dengan  masyarakat,
 Dalam interaksi sosialnya  para   pasien  banyak  belajar makna dan simbol dari guru  yang memungkinkan mereka menerapkan untuk   berpikir. yang kemudian diterapkannya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan pasien lain ,