tunagrahita
tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental (mental retardation).
tuna = merugi,grahita = pikiran,retardasi mental (mental retardation/mentally
retarded) = terbelakang mental, tunagrahita yaitu kelainan fungsi intelektual di bawah rata-rata yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif,
istilah lain tunagrahita,antaralain:
mampu latih (trainable), ketergantungan (dependent) atau butuh perawatan ,
mental subnormal, defisit mental,defisit kognitif,cacat mental,defisiensi mental,gangguan intelektual, lemah fikiran ( feeble-minded),terbelakang mental (mentally retarded),bodoh , dungu (idiot),pandir (imbecile),tolol (moron),
oligofrenia (oligophrenia),mampu didik (educable),
syarat syarat bahwa pasien benar benar tunagrahita , antaralain:
keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun, ketidak mampuan dalam perilaku adaptif,
Klasifikasi IQ kecerdasan diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya dinamakan IQ (intelligence quotient), Klasifikasi IQ,
Tuna grahita ringan 70 sampai 55
Tuna grahita sedang 55 sampai 40
Tuna grahita berat 40 sampai 25
Tuna grahita berat sekali < 25
Klasifikasi menurut para ahli di indonesia,antaralain :
Tuna grahita ringan 50 sampai 70,
Tuna grahita sedang 30 sampai 50,
Tuna grahita berat dan sangat berat < 30
anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan mempunyai kemampuan jika mereka mau bersedia dididik dan dilatih, berhitung, berjualan. tunagrahita ringan lebih mudah dalam berkomunikasi, anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ketat dibawah tenaga ahli,
anak yang tergolong dalam tuna grahita sedang mampu diajak berkomunikasi. namun tidak begitu mahir dalam membaca dan berhitung. tetapi, saat ditanya siapa nama dan alamat rumahnya maka akan dijawab dengan jelas , mereka bisa bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan,
anak yang tergolong dalam tuna grahita berat anak tunagrahita berat
dalam kegiatan sehari-hari sangat memerlukan perhatian pengawasan ketat dibawah tenaga ahli,mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari bahaya,
klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan medis : schaphocephalus,down syndrom kretin hydrocephalus microcephalus, macrocephalus dan brachicephalus ,
cerebral palsy down syndrom
cerebral palsy down syndrom dahulu dinamakan mongoloid , pada tipe ini terlihat raut mukanya mirip orang mongol dengan ciri:
hidung kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek ,
tangan kering; semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat,bibir tebal dan besar; tangan bulat lemah ,telinga kecil, mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah kadang sedikit menjulur julur keluar masuk ,
Kretin
pada tipe kretin tampak seperti kuku pendek tebal,kulit kering tebal dan keriput, rambut kering, orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan pendek,
hydrocephalus,
gejala yang nampak adalah semakin membesarnya cranium yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan cerebro spinal pada kepala, cairan memberikan tekanan pada otak besar yang memicu kemunduran,
fungsi otak
schaphocephalus,microcephalus, macrocephalus dan brachicephalus ,
ke empat istilah ini menandakan kelainan bentuk dan ukuran kepala, yaitu:
macrocephalus: bentuk ukuran kepala lebih besar dari normal,
schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang, sehingga mirip menara,brachicephalus: bentuk kepala melebar, microcephalus: bentuk ukuran kepala kecil,
cerebral palsy
kelompok kelumpuan otak, kelumpuan pada otak mengganggu pusat koordinasi gerak, mengganggu fungsi kecerdasan, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri atas tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak,
TERAPI TUNAGRAHITA
makanan pantangan 1 :
untuk semua pasien anak sedikitpun tidak boleh,tepung terigu gandum,susu sapi, buah yang jika dikupas berubah warna seperti apel, mangga, pisang,
teh,zat aditif (pewarna, penyedap, pengawet makanan )
makanan pantangan 2 :
pantang untuk sebagian anak namun boleh diberikan dalam porsi terbatas
3 hari sekali,gula pasir gula tebu, hasil peragian kecap,tape, tempe,makanan manis permen , buah masam seperti tomat, strawberi, anggur,
kacang tanah,kenari,brokoli
makanan pengganti :
sagu ,tapioka ,jagung,maizena,tepung kentang,tepung beras
susu kedelai ,tajin ,santan,gula diet stevia,gula jagung,gula aren
nanas , pepaya,sari kacang hijau, sari beras merah, jus wortel, rosella
Keterangan :
protein pada gluten dari terigu dan kasein dari susu sapi tidak terpecah menjadi asam amino namun menjadi rantai pendek peptida,oleh karena adanya leaky gut, usus bocor sebagian besar peptida akan masuk ke otak bersama darah, sisanya keluar bersama urin, di otak ditangkap sebagai opioid yang berfungsi seperti morfin sehingga pasien anak halusinasi , protein dari telur dapat dicerna oleh sebagian besar pasien anak sehingga tidak berbahaya,
jamur akan tumbuh suburdalam usus anak karena mengkonsumsi gula dan hasil
peragian tape, tempe, kecap, yang berakibat bocornya usus. daya rembes usus tinggisehingga enzim dan vitamin tidak terserap semua namun terbuang,
sama halnya dengan gula hasil metabolisme karbohidrat yang terlalu tinggi,
untuk mengendalikan pertumbuhan jamur di usus disarankan mengonsumsi
minyak zaitun, bawang putih ,
fenol dalam buah yang dikupas berubah warna dan teh dapat menggerus lapisan
usus.kandungan fenol tertinggi dan paling berbahaya yaitu yang terdapat dalam zat aditif.
nanas dan pepaya kaya enzim pemecah peptida,kacang hijau dan beras merah
kaya nutrisiwortel dan rosella kaya kandungan asam salisilat dapat menghalangi proses pelapisan usus, kondisi usus yang buruk diperparah kandungan gas
yang tinggi sehingga perut anak kembung ,
cara mengganti kebutuhan nutrisi setara dengan susu sapi yaitu dengan
susu kedelai sari kacang hijau sari beras merah namun sebaiknya tidak diberikan setiap hari, di selingi dengan tajin rice milk dari beras,
tepung terigu gandum meskipun sedikit, kandungan asam amino dalam terigu akan menjadi peptida yang masuk ke otak bersama darah, akibatnya anak semakin hiperaktif. ganti dengan tepung beras, tapioka, maizena, sagu, kanji,
gula pasir, dalam dinding usus pasien anak akan terjadi pertumbuhan jamur yang makin subur. akibatnya daya rembesnya tinggi sehingga enzim dan vitamin dalam makanan tidak terserap tubuh jika metabolisme buruk cirinya feses berbau tajam, makanan tidak .terurai sempurna, sulit bab atau diare terus menerus, sehingga diganti dengan gula jawa gula aren, gula jagung, madu, asalkan tidak mengandung aspartam,
setelah pantang makan makanan ini selama 3 bulan, pasien anak diberi makanan dalam porsi kecil kemudian diawasi selama 3 hari, jika pasien anak tidak tantrum, mudah lelah, depresi, infeksi telinga, batuk, kejang, pusing, sakit perut, mual, kembung, ngompol, melamun, sulit tidur, hiperaktif, agresif, sensitif terhadap suara, berarti makanan itu boleh dikonsumsi dalam rotasi 3 hari sekali,
jika pasien anak tidak sengaja makan makanan yang dilarang maka
berikan buah yang mengandung enzim pemecah peptida seperti bawang putih, nenas , pepaya atau air kelapa muda, berikan prebiotik untuk
menyeimbangkan flora usus, jika hiperaktif tenangkan dengan musik,
konsumsi beras dalam porsi besar bisa menimbulkan reaksi alergi sehingga perlu diseimbangkan dengan .sumber karbohidrat lainnya, lebih bagus diselingi dengan beras organik,
untuk merk minyak goreng, lebih baik yang non kolesterol. bila hasil test darah
menunjukkan alergi kelapa, pakailah minyak bunga matahari, jagung, kanola, pakai minyak goreng untuk sekali pakai jangan memakai minyak bekas karena bahaya karsinogen, hindari mentega, disarankan pasien anak diberikan
jambu biji, belimbing,bawang putih,
komunikasi adalah bentuk dasar dari kemampuan berbahasa sehingga dapat berbicara dengan pasien lain , bahasa verbal maupun nonverbal membutuhkan kemampuan mengabstraksi yang dapat dilakukan akibat adanya kecerdasan intelegensi pasien yang memadai,
kecerdasan sama dengan kelebihan , kemampuan , kepintaran, kepandaian, intelektualitas, mental merupakan pelengkap kehidupan pasien yang paling sempurna,mental sebagai pengendali motorik badan dalam melakukan semua kegiatan beraktivitas, kelainan atau gangguan mental ini pada pasien (mental
sub abnormal) berarti pasien tidak memiliki kemampuan untuk mengabstraksi semua kejadian peristiwa yang ada dilingkungannya secara akurat,
pasien yang mempunyai kelainan mental subabnormal ini dinamakan sebagai
tunagrahita,keterbelakangan mental, retardasi mental , tunagrahita merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut pasien yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata , menyebabkan tunagrahita mempunyai kesulitan sedikitnya pada empat kawasan yang berkaitan dengan akademik ,atensi ,daya ingat dan bahasa ,. sebagai modal awal pasien berinteraksi berkomunikasi bergaul berteman dan beradaptasi, maka diperlukan kemampuan
berbahasa. untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara ,
pasien tidak normal atau tunagrahita mungkin akan banyak menemui
kesulitan, karena kekurangan kecerdasan yang dimilikinya sebagai dampak psikologis mempunyai kontribusi cukup besar dalam mekanisasi fungsi kognisi terhadap stimulasi verbal maupun nonverbal,
banyak anggapan dari masyarakat bahwa pasien tunagrahita akan tetap secara permanen mempunyai kelemahan intelektual seumur hidup sehingga percuma sia sia tidak bermanfaat tidak berguna untuk diobati dididik dibina,walaupun dengan biaya sangat mahal ditambah dengan peralatan medis yang canggih sekalipun , mungkin memang tes iq bisa dijadikan indikator dari kemampuan otak pasien . tetapi, kemampuan adaptif pasien tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ, pengawasan ,bantuan ,pengarahan, dukungan,bimbingan , belajar , latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan adaptif pasien, Dalam menghadapi kondisi ini, peran orangtua dalam mendidik anak sangat penting juga dapat meminta bantuan kepada pada para guru psikolog sekolah pendidikan luar biasa, Proses adaptif pasien tunagrahita
dimulai dengan proses belajar berkomunikasi secara sederhana ,
Upaya proses belajar berkomunikasi para pasien tunagrahita memerlukan pelayanan dan pendidikan yang khusus. Asrama Panti Yayasan Pendidikan
Luar Biasa (YPLB) menjadi sebuah tempat penitipan keluarga yang mempunyai pasien-pasien tunagrahita agar pasien itu dapat dididik dan dibina kemampuan berkomunikasinya ,
banyak penelitian mengenai pasien tunagrahita hanya mengenai
masalah ortopedagogik yang berkenaan dengan psikologi dan pendidikan
pasien saja , ini dikarenakan masalah ketunagrahitaan hanya dianggap sebagai masalah retardasi mental atau keterbelakangan mental, yang lazim berada pada ranah bidang psikologi,
komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari komunikasi pasien yang terjadi ketika pasien berinteraksi secara simultan dengan pasien lain dan saling memengaruhi , interaksi simultan berarti bahwa pasien harus ber komunikasi bereaksi pada informasi yang sama dalam waktu yang sama.
komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang terjadi di antara dua pasien yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas di antara mereka,
misalnya percakapan ayah dengan pasien pasien tunagrahita , ibu dengan murid, sepasang suami istri dengan pasien tunagrahita , guru dengan
pasien tunagrahita ,murid dengan pasien tunagrahita , pasien tunagrahita dengan pasien tunagrahita , komunikasi antarpribadi adalah komunikasi pendekatan antara pasien pasien tunagrahita secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pasien pasien tunagrahita mampu menangkap
reaksi masing masing pasien lain secara langsung maupun tidak langsung baik verbal maupun nonverbal,
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang memakai suara kata-kata dari mulut , mengucapkan suara kata , Komunikasi ini paling banyak dan sering dipakai dalam berhubungan antarpasien, Melalui kata-kata, mereka
mengungkapkan isi hati, perasaan, emosi, pemikiran, gagasan,
proses komunikasi yang memakai pesan nonverbal, yaitu meliputi
semua pesan yang disampaikan tanpa kata kata atau selain dari kata-kata yang
dipergunakan. pesan ini meliputi seluruh dampak nonverbal dalam tingkahlaku pasien: ekspresi bibir ekspresi wajah, sikap bibir sikap badan, nada suara, pergerakan tubuh gerakan kaki gerakan kepala gerakan bibir gerakan tangan, pola gaya hidup , pola gaya berpakaian,
eksistensi pasien tunagrahita membawa masalah tersendiri dalam suatu keluarga. ada keluarga pasien tunagrahita tua yang menerima kondisi anaknya sebagai takdir, namun ada pula keluarga pasien tunagrahita tua yang tidak mudah menerima kenyataan,
sehingga keluarga pasien tunagrahita tua perasaannya sangat terpukul
, bingung, sedih, rasa bersalah, rasa kecewa, rasa malu jika sampai diketahui teman tetangga koneksi bisnis dan juga mungkin pada akhirnya akan muncul
pasrah menerima apa adanya,
Tunagrahita terbagi menjadi beberapa Kelompok yaitu :
Kelompok Tunagrahita ringan debil mild moron,
Kelompok ini mempunyai IQ antara 68-52 menurut Binet, mempunyai IQ 69-55 menurut skala Weschler (WISC) ,
Karakteristiknya antara lain ketidak berkembangnya samasekali kemampuan
dalam hal bahasa, pemusatan perhatian, Walaupun demikian,Kelompok Tunagrahita ringan masih dapat diajak belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan .bimbingan dan pendidikan yang lebih baik,
pasien tunagrahita ringan pada saatnya nanti suatu ketika akan menjadi orang yang mendapat penghasilan dan manfaat bagi dirinya sendiri bagi keluarga pada khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya dan bangsa pada akhirnya , namun biasanya umumnya pasien pasien tunagrahita ringan itu tidak mengalami gangguan fisik, pasien tunagrahita ringan sepertinya terlihat
tampak mirip seperti pasien normal pada umumnya ,
Kelompok Tunagrahita sedang imbesil moderate
Kelompok ini mempunyai IQ antara 51-36 menurut Binet, mempunyai IQ 50-40 menurut skala Weschler (WISC) , mencapai perkembangan.sampai kurang lebih 7 tahun ,Kelompok pasien ini cuma hanya sekedar bisa menghitung hitung sampai angka 10 saja tidak tampak dapat membaca, dan tidak tampak dapat berhitung tidak mampu beradaptasi dengan sosial, aktivitas Kelompok ini tampak terlihat sangat sederhana seperti sering melakukan aktifitas mengulang kata-kata, Kelompok ini tampak terlihat sangat fokus pada kegiatan menggunting gunting dan mengecat tembok,
Tunagrahita berat (severe idiot ) dan sangat berat ( super duper profound)
Kelompok pasien tunagrahita berat ini dapat dibedakan lagi menjadi berat dan super sangat berat. Tunagrahita berat (severe idiot ) mempunyai
IQ antara 32-20 menurut Binet, mempunyai IQ 39-25 menurut skala Weschler (WISC), namun Tunagrahita sangat berat (super duper profound) mempunyai
IQ antara 19- 0.menurut Binet, mempunyai IQ 24- 0 menurut skala Weschler (WISC),Kelompok ini tampak terlihat sangat kurang mentalnya
dibawah usia anak anak tiga tahun, kemampuan berbahasa yang mirip seperti anak anak usia tiga tahun, nada suara mirip seperti anak anak usia tiga tahun, pasien tunagrahita berat memerlukan bantuan intensif perawatan khusus dibawah pengawasan ketat para ahli , secara total dalam hal makan,berkomunikasi , berpakaian, mandi, sepanjang hidupnya,
perspektif interaksi simbolik memandang bahwa masing masing pasien tunagrahita sudah terbukti memiliki sifat sifat hiperaktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan, penuh keunikan penuh tekateki, mustahil tidak masuk akal , menampilkan tingkahlaku yang rumit aneh langka lucu dan sulit diramalkan,delusi, halusinasi, dejavu, ilusi,khayalan imjinasi,
perspektif interaksionisme simbolik berada di bawah perspektif fenomenologis atau perspektif interpretif ,
teori interaksi simbolik memandang bahwa masing masing pasien tunagrahita sudah terbukti memiliki sifat sifat aktivitas yang khas
berkomunikasi kepada setiap orang dengan memakai simbol simbol aneh ,
esensi interaksi simbolik adalah suatu bentuk .aktivitas yang merupakan ciri khas pasien tunagrahita yaitu komunikas . pertukaran simbol simbol aneh ,
yang bermakna khusus yang tidak bisa diketahui oleh para ilmuwan ,
etnografi komunikasi memandang komunikasi sebagai proses sirkuler dan
dipengaruhi oleh sosiokultural tempat.komunikasi itu berlangsung. untuk
mengartikan dan meneliti.komunikasi dalam etnografi komunikasi diperlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit aktivitas komunikasi yang mempunyai
batasan-batasan yang bisa diketahui, ada tiga unit diskrit aktivitas
komunikasi, yaitu situasi, peristiwa, dan tindak komunikasi , langkah awal untuk mengartikan dan meneliti pola komunikasi yang ada dalam suatu masyarakat yaitu dengan menentukan peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang, langkah selanjutnya menginteventarisasi komponen yang membangun peristiwa komunikasi, kemudian menemukan hubungan
antar komponen itu , dengan mengartikan komponen .komponen penting untuk meneliti peristiwa komunikatif: fokus referensi ,genre atau tipe peristiwa (misalnya percakapan salam lelucon, cerita, ceramah )topik fungsi tujuan maksud dan arti , lokasi, waktu, musim dan dampak fisik situasi itu (
besarnya ruangan, tata letak perabot) ,usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain,
Bentuk pesan termasuk saluran vokal dan nonvokal, hakikat kode yang dipakai
isi pesan atau referensi denotatif level permukaan, apa yang dikomunikasikan,
urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran dan fenomena
overlap percakapan, Kaidah interaksi atau properti apakah yang harus diobservasi,
melihat lihat bagaimana kegiatan pasien pasien tunagrahita sebelum dan sesudah bangun tidur, kemudian percakapan di area kamar mandi, percakapan di waktu makan, baik makan pagi, siang, dan makan malam, percakapan di ruang menonton televisi, percakapan dengan pasien tunagrahita pada saat jam 12 tengah malam , kegiatan di koridor asrama, di lapangan dan kegiatan belajar di kelas keterampilan, proses komunikasi antar pasien pasien tunagrahita di tiap tiap tipe peristiwa komunikasi merujuk pada komunikasi komunikasi antar dua pasien tunagrahita dan komunikasi kelompok social komunitas kecil antara pengurus asrama dengan pasien , atau antara guru dengan pasien, antara tukang masak dengan pasien , ataupun antara sesama pengurus , komunikasi antara pengurus asrama yang memberikan perintah informasi khusus tertentu kepada para pasien pasien asrama pada saat di kamar ataupun menyampaikan instruksi sekaligus di balai pertemuan yang
harus dipatuhi seluruh pasien asrama , hasil penelitian mengatakan bahwa
setiap hari para pasien selalu melakukan topik percakapan yang sama saja atau mengulang kata-kata yang diucapkan, walaupun ada peristiwa tertentu yang baru yang menggemparkan asrama namun tetap apa yang
mereka bicarakan antara satu sama lain, akan terus dibicarakan sepanjang hari
itu tetap sama dulang ulang , ini akibat tunagrahita mempunyai masalah dengan ingatan jangka pendeknya,dan jangka panjang , maka peristiwa yang cenderung diingat, justru peristiwa pada waktu yang lampau, yang mereka alami dulu atau justru yang mereka lakukan secara rutin, sedang kejadian peristiwa yang mendadak tiba tiba datang yanv hanya sebentar, segera lupa lenyap hilang dari ingatan mereka,
mereka mampu menjawab pertanyaan sederhana walaupun harus
disampaikan berkali-kali baru mereka mengerti, mereka mampu menjalankan instruksi ataupun perintah yang disampaikan walaupun harus disampaikan berkali-kali baru mereka mengerti,
karakter kemampuan berkomunikasi secara verbal berbeda beda, namun karakterisitik pesan verbal pasien mempunyai kesamaan dalam hal:
kemampuan pengucapan tata bahasa kekayaan kata yang.sangat rendah;
perbendaharaan yang.sangat rendah, pengertian kata kata yang sederhana
struktur kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk, melakukan pengulangan kata dan kalimat yang berkali kali, pengulangan makna kata denotatif dan konotatiif yang tidak dimengerti,
dalam komunikasi antar pribadi antargolongan antarkomunitas di dalam asrama , komunikasi nonverbal atau interaksi bukan simbolik lebih banyak terjadi , sebagai reaksi ungkapan suka-tidak suka, mau-tidak mau, mengerti-tidak mengerti, tahu-tidak tahu, terjadi kegiatan ,antaralain :
1. subtitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. misalnya, tanpa berkata apa-apa, pasien pasien asrama menunjukkan ekspresi ungkapan tidak mau
dengan menggelengkan kepala saja,
2. repetisi, mengulang kembali kata kata yang sudah diungkapkan secara verbal, misalnya ketika ditanya ”sudah mandi atau belum?”,maka mereka semua akan dijawab ”sudah”, dengan menganggukkan kepala berkali-kali,
3. aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. misalnya, pasien yang marah mampu untuk memukul pasien yang lain ,menggebrak meja, menendang pintu, mengacungkan kepalan tangan dan jarinya, mengatakan ”tidak mau” kemudian pergi,
4. komplemen, melengkapi, dan memperkaya makna pesan nonverbal,
misalnya: pasien menangis karena diganggu oleh pasien lainnya,
mencibir bila dimarahi pengurus ,
ada satu fungsi yang tidak dimiliki oleh pasien tunagrahita yaitu, fungsi
kontradiksi atau menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Hal ini disebabkan, karena secara psikologis, pasien tunagrahita tidak mampu untuk berpura-pura dalam komunikasi verbal yang berlawanan dengan komunikasi nonverbalnya, pasien tunagrahita adalah pasien yang pada dasarnya sangat jujur dalam bertingkahlaku, berbeda dengan pasien normal karena secara psikologis, pasien normal mampu berpura pura,
bentuk komunikasi nonverbal pasien
1.artifaktual melalui penampilan, badan, parfum , warna pakaian dan kosmetik dalam upaya membentuk citra badan ,
2. sensitivitas kulit atau sentuhan, yaitu fungsional profesional, sosial-sopan, persahabatan kehangatan, cinta-keintiman, dan rangsangan seksual,
3. pesan kinesik dengan melihat pesan fasial, gestural, dan postural, yang menunjukkan memperlihatkan pergerakan pergerakan sebagian anggota badan seperti wajah, mata, dan tangan untuk mengekpresikan diri
seperti mendorong mendukung atau melarang membatasi,
menyesuaikan diri atau mempertentangkan,
responsif atau tidak bergerak , perasaan positif atau perasaan negatif jahat,
memerhatikan atau acuh , melancarkan atau menghambat
reseptif, menyetujui atau menolak.
4. proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang, membagi empat macam ragam jarak komunikasi,yaitu jarak intim (0- 5 cm ), jarak pribadi ( 5 -100 cm), jarak sosial (100 -300 cm ) dan jarak publik (lebih dari 10 meter )
5. paralinguistik, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah),
intensitas (volume) suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, mengerang, mendesah , sedih, murung,
tujuan atau fungsi komunikasi dalam setiap peristiwa komunikasi ada
empat fungsi komunikasi yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif,
komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, dalam tipe peristiwa komunikasi yang bervariasi di asrama YPLB, komunikasi sosial dilakukan dengan tujuan untuk mengisi waktu, atau hanya sekedar memuaskan diri
dengan berbicara dan didengarkan pasien lain, tujuan atau fungsi komunikasi
ekpsresif juga berlaku bagi pasien asrama yang melakukan interaksi dan komunikasi antar pribadi dengan pasien lain, misalnya komunikasi yang sudah pernah dilakukan dengan tukang masak, mengenai menu masakan dan apa saja yang diinginkan , ekspresi pasien juga terlihat tampak mpasienala mereka saling berbagi informasi mengenai kejadian yang.terjadi hari itu. ataupun bila mereka sudah bercerita mengenai keluarga, bertanya, atau
hanya sekedar berceloteh agar didengarkan pasien lain. tujuan pasien
berkomunikasi saat itu, hanya ingin.diperhatikan oleh pasien lain. bila yang diajak bicara menanggapi ceritanya, maka ia akan terus-terusan bercerita,
di asrama, di mana pada saat dilakukan kegiatan olahraga di lapangan,
menjadi kesehariaan pasien baik pagi maupun sore hari, untuk mendapatkan
kesenangan bersama-sama, percakapan-percakapan yang dilakukan, instruksi yang sudah dikerjakan,.ataupun tingkahlaku pasien yang ditunjukkannya dengan bertanya mengenai sesuatu, berbagi informasi mengenai kejadian
hari itu, tayangan film, menu makanan, pada.dasarnya mengharapkan respon dari pasien lain, seperti mendapatkan kebahagiaan dengan didengarkan oleh pasien lain,
pasien asrama merasa dapat leluasa bersosialisasi dengan teman teman senasib dan berinteraksi dengan pasien normal lainnya tanpa peduli dengan cacat yang mereka alami, karena mereka di sini merasa tidak berbeda dengan yang lain,mereka di sini merasa senang bahagia gembira , tidak ada rasa bermusuhan pertengkaran iri hati dengki ,persaingan , membeda bedakan ,
ada beberapa pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik.
pasien mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interaksi mereka
atas situasi, pasien tunagrahita di asrama adalah pasien yang “dibentuk”
dengan kebiasaan dan rutinitas harian yang selalu sama, maka kemampuan
untuk memodifikasi atau mengubah makna, cenderung tidak dapat mereka
lakukan. meskipun tidak menutup kemungkinan, ada pasien asrama yang
masih muda mampu untuk melakukannya.pasien mampu melakukan
modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka
berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa
tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, pasien tunagrahita diberkahi dengan kemampuan berpikir , meski
mempunyai kemampuan berpikir yang rendah, namun tetaplah pasien yang
layak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dengan pasien normal,
Kemampuan berpikir itu dibentuk berkat interaksi sosial. pasien asrama
mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya berkat interaksi dan komunikasi, agar mampu bersosialisasi dengan masyarakat,
Dalam interaksi sosialnya para pasien banyak belajar makna dan simbol dari guru yang memungkinkan mereka menerapkan untuk berpikir. yang kemudian diterapkannya dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan pasien lain ,