Selasa, 05 Januari 2021

tetelo

 





 VIRUS TETELO DENGAN METODE RT-PCR DAN REA



Newcastle disease (ND) atau  tetelo yaitu  penyakit respirasi   sistemik yang   menular dan memicu   kematian  unggas berbagai umur,
tetelo dipicu oleh virus Avian  paramyxovirus serotipe I (APMV-I) yang
termasuk dalam genus Avulavirus , famili  Paramixoviridae,  ordo Mononegavirales.
Strain virus tetelo dibedakan menjadi 4  golongan atau patotipe berdasar virulensinya yaitu  mesogenic, lentogenic, viscerotropic velogenic,  neurotropic velogenic,
Identifikasi virus tetelo   dilakukan  dengan  teknik pengujian molekuler  dan
konvensional ,   Sekuensing asam amino protein fusion (F)  virus  tetelo   didahului dengan   reverse transcription  polymerase chain reaction (RT-PCR) dapat dipakai untuk membedakan patotipe virus  tetelo    dengan tanda keberadaan leusin dan  fenilalanin pada  cleavage site,
Teknik restriction endonuclease   analysis (REA)  dipakai untuk  membedakan virus  tetelo   strain  avirulen dan  virulen  melalui pemotongan DNA pada
restriction site dengan enzim tertentu,
Kombinasi antara  REA  dan   RT-PCR  menjadi pilihan untuk identifikasi   patotipe virus tetelo  , untuk  menentukan patotipe virus  tetelo    pada ayam   broiler secara cepat memakai  teknik reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) yang diikuti teknik  restriction endonuclease analysis (REA)  dengan enzim Hin1l. agar memberikan informasi   identifikasi patotipe virus  tetelo   secara mudah ,

Amplifikasi gen penyandi protein F virus  tetelo  dilakukan dengan Roche Transcriptor  One-Step RT-PCR Kit (nomor katalog: 04 655 877 001) dimulai dari satu siklus reverse  transcription pada suhu 50  ° C selama 30 menit  dan initial denaturation pada suhu 94   ° C,  selama 7 menit. Proses amplifikasi PCR terdiri  dari 40 siklus yang terbagi menjadi 3 tahapan  yang dimulai dari tahap denaturation pada
suhu 94 ° C    selama 10 detik, kemudian  tahapan annealing pada suhu 50 ° C  selama 30 detik, dan tahap terakhir extention pada suhu 68 ° C  selama 30 detik. Tahapan berikutnya    yaitu  final extention pada suhu 68 ° C   selama  7 menit dan diakhiri dengan proses soak  dengan suhu 4 ° C   selama 3,5 detik,  Produk
hasil RT-PCR dipisahkan dengan proses  elektroforesis kemudian divisualisasikan pada gel agarose UltraPureTM   Invitrogen (nomor  Katalog: 16500-100) 1,5%.


contoh yang dipakai dalam penelitian  ini merupakan hasil isolasi RNA virus tetelo
pada ayam broiler dari telur ayam berembrio  specific antibody negative (TAB SAN) ,   4 isolat yang dipakai  dalam penelitian diberi kode BR1, BR2, BR3,
dan BR4, Hasil isolasi RNA dipakai sebagai  template amplifikasi gen penyandi protein  fusion (F) virus  tetelo  dengan memakai  sepasang primer khusus, primer A dan primer  B , pada Tabel  dibawah ini

Tabel   Primer gen penyandi protein F virus tetelo,

  Kode :     Sense   :          Sekuen Primer   :                 Produk PCR  :  
A         +     5'-TTGATGGCAGGCCTCTTGC-3'
                                363 bp
B         -      5'-GGAGGATGTTGGCAGCATT-'3


 
Penelitian ini memakai 4 isolat  virus  tetelo  pada ayam broiler  yang sudah melalui proses isolasi RNA dari  suspensi virus tetelo   pada telur ayam berembrio
specific antibody negative (TAB SAN). Isolat  RNA kemudian dipakai sebagai template pada amplifikasi gen F virus  tetelo  dengan  metode RT-PCR. Produk hasil RT-PCR  dipisahkan dengan proses elektroforesis  kemudian divisualisasikan pada gel agarose 1,5%. Produk RT-PCR yang dihasilkan  berukuran 363 bp ,
Penentuan urutan basa nukleotida dengan  sekuensing dilakukan untuk menentukan urutan  asam amino yang menentukan struktur protein  dan fungsinya. Hasil sekuensing kemudian  didiagnosa memakai program MEGA 6.06
dengan melakukan multiple alignment neighbor joining antara sekuen nukleotida
isolat uji dan data gen penyandi protein F virus  tetelo  dari Genbank. Perbedaan asam amino pada  cleavage site  dipakai  sebagai acuan penentuan patotipe virus tetelo,  Gen F menjadi target amplifikasi dalam  penentuan patotipe virus  tetelo sebab memiliki  peran  dalam penentuan virulensi,  Strain virus  mesogenic dan  velogenic  termasuk  dalam golongan virulen dengan sekuen  112R/K-R-Q-K/R-R116 dengan fenilalanin  pada cleavage site, sedang strain virus  lentogenic termasuk dalam golongan avirulen .dengan sekuen 112G/E-K/R-Q-G/E-R116 dan
leusin pada cleavage site,  Strain virus  tetelo  velogenik memiliki 2 pasang residu asam  amino basa di sekitar cleavage site.
Strain lentogenic virus tetelo  hanya terdapat  dua residu asam amino basa tunggal pada  critical position cleavage site.Dengan  melihat urutan sekuen asam amino dan  cleavage site dapat ditentukan patotipe virus tetelo,
Strain  mesogenic memiliki dua pasang residu asam  amino basa atau arginin tunggal dan sepasang  lisin/arginin pada critical position cleavage site.
 Isolat BR1 dan BR4 mengenai sekuen  asam amino 112G-R-Q-G-R116 dan leusin
pada cleavage site sehingga digolongkan   dalam strain virus  tetelo  lentogenik atau   avirulen,
Hasil elektroforesis produk amplifikasi gen F virus tetelo    (363 bp). [M]: DNA
ladder 100 bp; [K(+)]: kendali positif yang berasal dari live vaccine; [K(-)]: kendali
negatif; [BR1, BR2, BR3, BR4]: isolat yang memperlihatkan hasil positif,
Hasil ektroforesis produk RT-PCR yang diikuti dengan REA. [M]: DNA
ladder 100 bp; [K]: kendali yang berasal dari produk amplifikasi yang tidak dipotong  enzim restriksi; [BR1; BR4]: produk amplifikasi yang terpotong menjadi beberapa  fragmen DNA oleh enzim restriksi; [BR2; BR3]: produk amplifikasi yang tidak  terpotong oleh enzim restriksi,
Hasil diagnosa sekuen asam amino  memperlihatkan kesesuaian dengan hasil
penentuan patotipe virus  tetelo  metode REA  dengan enzim Hin1l yaitu keduanya
memperlihatkan dalam strain virus tetelo  lentogenik. contoh uji BR2 dan BR3
mengenai sekuen asam amino 112R-R-Q-KR116 dan fenilalanin pada cleavage site
sehingga digolongkan  dalam strain virus  tetelo  mesogenik atau
virulen,
4 produk amplifikasi positif  tetelo  dibedakan patotipenya dengan metode REA
memakai enzim restriksi Hin1l yang  diperoleh dari bakteri Haemophilus influenza
RFL, Enzim ini mampu membedakan  patotipe virus tetelo  berdasar pola
pemotongan DNA yang dapat divisualisasikan  dengan elektroforesis gel agarose 2,5%.  Sekuen pengenalan enzim Hin1l adalah 5’…G
R ↓ C G Y C… 3’ dan 3’…C Y G C ↑ R  G… 5’ , yaitu R mewakili basa purin dan Y
mewakili basa pirimidin. berdasar sekuen  pengenalan yang dihasilkan enzim Hin1l dapat   membedakan virus  tetelo  avirulen  dan  virulen ,
Virus  tetelo  virulen tidak memiliki sekuen  pengenalan Hin1l sehingga DNA virus tetelo  tidak terpotong oleh enzim Hin1l sedang virus tetelo avirulen memiliki sekuen pengenalan  Hin1l sehingga memperlihatkan pola pemotongan
tertentu pada elektroforesis gel agarose setelah  diinkubasi selama 3 jam. Visualisasi hasil  elektroforesis produk RT-PCR yang diikuti  dengan REA ,
terpisahnya DNA menjadi  beberapa fragmen pada contoh uji BR1 dan
BR4 memperlihatkan adanya sekuen pengenalan  yang menjadi tempat menempelnya enzim  restriksi dan melakukan pemotongan pada  sekuen itu. Jumlah fragmen yang  dihasilkan dipengaruhi oleh panjang sekuen
pengenalan,
Enzim Hin1l yang mengenai  sekuen pengenalan sepanjang 6 pasang basa
memotong untai DNA BR4 dan BR1  pada 2  tempat yaitu pada nukleotida ke 262 dan nukleotida ke 249  sehingga menghasilkan 3  pola pemotongan DNA pada elektroforesis gel  agarose 2,5% yaitu  13 bp, 249 bp dan  101 bp,
Visualisasi elektroforesis gel agarose 2,5%  BR2 dan BR1 memperlihatkan DNA terpisah  menjadi 2 fragmen yaitu pada  101 bp dan  249 bp  sedang  fragmen 13 bp tidak  tervisualisasi sebab ukurannya terlalu kecil.
berdasar pola  pemotongan fragmen yang terbentuk, isolat uji  BR4 dan BR1 digolongkan sebagai strain virus  tetelo  avirulen. Produk amplifikasi BR3  dan BR2
tidak memperlihatkan terjadinya restriksi DNA  dibuktikan dengan fragmen DNA yang tetap  utuh selain itu contoh tetap sejajar dengan  kendali uncutting,  Ketiadaan sekuen  pengenalan pada BR3 dan BR2  memperlihatkan  bahwa kedua isolat uji itu tergolong  dalam strain virus tetelo  virulen. diagnosa dengan
CLC sequence viewer 7.0.2 untuk melihat  sekuen pengenalan enzim Hin1l pada isolat uji. Rekapitulasi hasil penentuan patotipe virus  tetelo
dengan teknik RT-PCR dan REA  pada  Tabel  bawah

Tabel. Rekapitulasi hasil penentuan patotipe virus ND dengan teknik RT-PCR dan REA

Kode    Hin1l (bp)    RT-PCR                Strain
isolat             (asam amino 112-117)

    
BR1      13/101/249     G R Q G R L             Avirulen/ lentogenic
BR2          363         R R Q K R F              Virulen/ mesogenic
BR3          363         R R Q K R F             Virulen/ mesogenic
BR4      13/101/249     G R Q G R L             Avirulen/ lentogenic