Cerebral palsy
Cerebral palsy (CP) yaitu kelainan perkembangan motorik
dan kelainan postur tubuh yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan otak sejak
dalam kandungan , Kelainan ini dibarengi
dengan gangguan epilepsi, gangguan masalah muskuloskeletal,gangguan sensasi, gangguan persepsi, gangguan kognisi, gangguan komunikasi, gangguan tingkah laku,
Gejala Cerebral palsy muncul pada anak-anak di bawah umur
3 tahun, yaitu berupa hipotonia
awal pada 6 bulan pertama hingga 1 tahun
dan diikuti spastisitas, Prevalensi CP secara global berkisar antara
1-1,5 per 1.000 kelahiran hidup dengan
insidens meningkat pada kelahiran prematur.
faktor yang dapat meningkatkan risiko
Cerebral palsy mulai dari periode pre-, peri-, dan postnatal,
Faktor pada masa
perinatal disebabkan oleh asfi ksia, kelahiran prematur,berat badan
lahir rendah, kelahiran multipara, hipoksia,
Faktor
pada masa pascanatal yaitu ensefalitis, meningitis,benturan
fisik pada kepala, tingginya kandungan logam
dalam tubuh, insiden yang memicu
kondisi hipoksia-iskemia, kegagalan fungsi
hati,
Faktor pada masa prenatal yaitu
infeksi dalam kandungan, seperti infeksi cytomegalovirus,
herpes (TORCH), toksoplasmosis, rubella,
Cerebral palsy tergantung pada bagian dan
luasnya jaringan otak yang mengalami kerusakan. Berdasar gejala Cerebral palsy diklasifi kasikan ke dalam 4 kelompok, yaitu atetoid/diskinetik, campuran,spastik, ataksid,
3. Atetoid/diskinetik
Cerebral palsy atetoid/diskinetik menimbulkan fluktuasi tonus otot yang mengakibatkan
gerakan lambat dan tidak terkendali , bila
mengenai otot-otot wajah, pasien akan
tampak selalu menyeringai dan mengeluarkan
air liur. Intensitas gerakan yang tidak terkendali
akan meningkat pada saat stres emosional,
menghilang ketika tidur.,
a.Campuran
Cerebral palsy campuran yaitu kombinasi spastik dan atetoid, Gejala spastik muncul pada usia muda, dilanjutkan dengan gejala
atetoid pada umur 9 bulan - 3 tahun.
b.Spastik
80% Cerebral palsy adalah jenis spastik, spastik gejalannya yaitu kaku otot terutama tungkai dan bila dibiarkan
dalam waktu lama akan muncul kontraktur. Berdasarkan lokasi yang mengalami
kaku otot, spastik digolongkan menjadi
- Spastik triplegi yaitu Kaku pada 3 anggota
gerak, kombinasi 2 lengan dan 1 tungkai
-Spastik kuadriplegi yaitu Kaku pada keempat
anggota gerak, yaitu kedua lengan dan tungkai dengan tingkat keparahan yang sama
- Spastik hemiplegi yaitu Kaku pada satu sisi tubuh, bagian terparah ada di lengan.
-Spastik monoplegi yaitu Kaku pada satu anggota gerak, yaitu lengan
- Spastik diplegi yaitu Kaku pada keempat anggota gerak, yaitu tungkai bawah lebih
parah
,
c.Ataksid
Cerebral palsy ataksid mengganggu keseimbangan dan
persepsi, ditandai dengan gangguan koordinasi ketika berjalan, ketika melakukan
gerakan yang cepat dan tepat, seperti mengalami tremor dan menggigil saat
hendak meraih benda,menulis dan mengancingkan baju,
TERAPI CEREBRAL
PALSY
Terapi standar Cerebral palsy yaitu melalui terapi fisik, terapi
perilaku, terapi bicara, obat-obatan (oral,
intratekal, sistemik), dan intervensi bedah,
hippoterapi, pemakaian alat ortotik, peregangan pasif, hidroterapi,
Pemberian obat-obatan dosis tinggi
seperti tizanidin ,baklofen,
diazepam, dantrolen, bertujuan
mengurangi spasme otot efek samping obat yaitu penurunan
ambang rangsang kejang,hilang keseimbangan,
sedasi, rasa lelah, mual, gangguan
kognisi,
Terapi fisik yaitu bedah ortopedi ataupun bedah saraf,
bedah ortopedi bertujuan untuk memperbaiki deformitas muskuloskeletal penderita
, sehingga postur tubuh menjadi
lebih baik dan kemudahan pergerakan. Tiga
bagian tubuh yang dikoreksi melalui bedah ortopedi yaitu tulang belakang, tungkai bawah,
tulang pinggul, bedah saraf dilakukan melalui selective dorsal rhizotomy (SDR). Prosedur
SDR yaitu memotong saraf sensorik di ruas
tulang belakang bagian bawah yang bertanggung jawab terhadap rigiditas otot tungkai,
sehingga didapatkan penurunan spastisitas,
Cerebral palsy bersifat nonprogresif , artinya penyakit
yang dialami penderita tidak akan bertambah
parah, namun juga tidak dapat dipulihkan sempurna seperti normal, medis bukan untuk menyembuhkan,
melainkan untuk mengembangkan interaksi sosial, mengurangi gejala, meningkatkan kemampuan motorik, mengembangkan kognisi,
SEL PUNCA UNTUK
TERAPI CEREBRAL PALSY
pembuktian bahwa regenerasi sel sistem saraf pusat dapat terjadi
secara alamiah, menguatkan keyakinan
peneliti untuk mengembangkan
terapi regenerasi sel punca dapat memperbarui diri (self-renewal) dan berdiferensiasi
menjadi berbagai jenis jaringan dewasa yang
fungsional (multipoten), sehingga dapat untuk terapi regeneratif. ada 4 tipe
sel punca yang potensinya sebagai agen terapi yaitu sel punca mesenkimal,neural,
embrionik dan hematopoietik,
sel punca neural
memperbaiki kerusakan otak, sel ini terdapat di otak,
pada proses neurogenesis, sel punca neural
dapat berdiferensiasi menjadi neuron, astrosit dan oligodendrosit. sel punca neural tersebar
di seluruh area sistem saraf pusat, namun
diferensiasinya membentuk sel-sel saraf hanya
terjadi pada area terbatas, yaitu zona sub granular pada girus hipokampus, dan zona sub ventrikular pada ventrikel lateral
kondisi
hipoksia-iskemia pada masa perinatal memicu hilangnya sel punca neural dan
progenitor oligodendrosit pada zona subventrikular, hilangnya sel punca pada bagian
yang harusnya aktif melakukan neurogenesis mengakibatkan kerusakan otak menjadi permanen, jika ingin melakukan
usaha regenerasi, dibutuhkan sel punca neural
dari sumber lain, misalnya dari saraf tulang belakang pasien atau jaringan otak fetus, namun
penggunaan kedua sumber sel punca
itu terbentur oleh etika,
Sel punca hematopoietik
Sel punca hematopoietik yaitu sel multipoten
yang berperan dalam pembentukan darah
(hematopoiesis). Sel punca hematopoietik
terdapat di sumsum tulang, darah tali pusat dan ditemukan sedikit pada darah tepi. Secara
molekuler, sel punca hematopoietik ditandai
dengan ekspresi positif CD34 dan CD133.dengan menggunakan sel punca
hematopoietik dari sel-sel hati fetus dan
berhasil mengembangkan sel tersebut ke arah
sel punca neural, kemudian membentuk astrosit.
Penanda yang digunakan dalam studi ini
adalah glial fi brillary acidic protein (GFAP)
dan S100, yang diekspresikan oleh astrosit,
penelitian pada tikus dengan cedera tulang
belakang menunjukkan bahwa transplantasi
sel hematopoietik sumsum tulang dapat
memicu perbaikan,
deteksi imunohistokimia mengidentifi kasi
bahwa sel yang diberikan mengekspresikan
penanda prekursor neural,astrosit dan oligodendrosit,
terapi sel punca
hematopoietik telah diterapkan pada pasien
amyotrophic lateral
sclerosis dan multiple sclerosis dengan hasil memuaskan,
Sel punca mesenkimal
Sel punca mesenkimal didapat dari
jaringan lemak,sumsum tulang,darah
tali pusat, plasenta, sel punca
mesenkimal yang berasal dari sumsum tulang
mampu berdiferensiasi menjadi sel saraf dengan
mengikutsertakan sebuah faktor transkripsi yang
dinamakan Hes1. Diferensiasi sel itu ke arah
neural dideteksi dengan ekspresi penanda
nestin, otx1 neuroD1, Neurog2 dan Msl1, Sel
punca mesenkimal dari Wharton’s jelly dapat
mengekspresikan fenotipe neural, seperti
tirosin hidroksilase, β-tubulin, neurofi lamen M, axonal growthcone-associated protein, sel Schwann dapat dibuatdari sel mesenkimal lemak yang
dapat memicu pertumbuhan neurit
secara in vitro.
sel punca mesenkimal
dari jaringan lemak dapat mengekspresikan
reseptor,nestin, tirosin hidroksilase, terhadap
neurotransmiter gamma-aminobutyric acid
(GABA), jika diinduksi oleh basic fi broblast growth
factor (bFGF), butylated hydroxyanisole, and
dimethylsulfoxide (DMSO) pada medium rendah
serum. membuktikan bahwa
sel punca mesenkimal dari darah tali pusat dapat
diinduksi agar mengekspresikan neurofi lamen
dan neuro-spesifi c enolase.
juga dengan
sumber plasenta, mendiferensiasikan sel punca mesenkimal
menjadi neuron dan oligodendrosit sudah diuji pada tikus model stroke dan multiple
sclerosis.
banyak Jenis sel
punca yang digunakan untuk Cerebral palsy
seperti sel punca hematopoietik (CD34+/CD133+), sel mononuklear,,sel progenitor saraf dan sel punca mesenkimal, Sumsum
tulang dahulu banyak digunakan untuk terapi
penyakit keganasan darah sebab dikenal sebagai deposit sel hematopoietik, sumber sel punca yaitu sumsum tulang dan darah tali pusat, sedang metode yang digunakan yaitu transplantasi autologus,
sumsum tulang dan darah tali pusat mengandung sel punca mesenkimal,
Darah tali pusat mengandung limfosit
T yang belum matang dengan jumlah sel CD4+/
CD8+ yang lebih rendah dibandingkan darah
perifer dewasa, mempunyai imunogenisitas yang rendah. Imunogenisitas yang rendah memicu tingkat
toleransi perbedaan human leukocyte antigen
(HLA) antara donor-resipien lebih besar, Minimal 4/6 kecocokan HLA antara donor-resipien
masih dapat diterima tanpa memicu
risiko graft versus host diseases (GvHD). pencarian donor alogenik darah tali
pusat lebih mudah dibandingkan sumsum tulang,
sehingga cocok diterapkan pada pasien
yang butuh penanganan segera,
Terapi sel punca secara autologus lebih
diutamakan dibandingkan alogenik karena lebih
aman, tidak ada risiko penolakan transplan oleh
tubuh pasien, namun metode autologus
mengharuskan pasien untuk mendonorkan
jaringan miliknya, seperti sumsum tulang
atau darah tali pusat, untuk keperluan isolasi
atau perbanyakan sel punca,darah tali pusat (107
/kg berat badan) yang
diberikan secara intravena pada pasien
Cerebral palsy berusia 1-12 tahun.
uji klinik terhadap sel punca hematopoietik CD133+/CD34+ yang telah
diseleksi menggunakan teknologi magnetic
assisted cell sorting (MACS). Sebanyak 1,5x106
sel CD133+/CD34+ disuntikkan secara intramuskular di area abdomen. Pemberian dosis yang rendah itu
mampu memperbaiki kemampuan motorik
, penggunaan fraksi sel yang heterogen dalam
terapi sel berimplikasi pada dosis pemberian yang lebih tinggi dibandingkan jika
menggunakan fraksi sel yang sudah diseleksi,
Fraksi mononuklear darah tali pusat berisi
populasi sel yang heterogen, termasuk di dalamnya yaitu sel punca hematopoietik dan
mesenkimal, pemberian sel yang heterogen lebih
baik dibandingkan homogen sebab meskipun
mengandung jumlah sel punca yang lebih
sedikit, populasi mononuklear memiliki lebih banyak faktor pertumbuhan yang penting
dalam regenerasi sel, namu pemberian sel yang
telah terseleksi, misalnya sel CD34+ murni,
lebih aman karena mereduksi reaksi transfusi yang terkait dengan perbedaan golongan
darah. populasi sel yang terseleksi
memungkinkan sekresi faktor pertumbuhan
yang lebih seragam,
sel punca embrionik
sel punca embrionik yaitu sel pluripoten
yang menyusun inner cell mass pada tahap
perkembangan embrio, karena sifat
pluripotensinya, sel punca embrionik dapat
berdiferensiasi menjadi seluruh jaringan
tubuh termasuk semua jenis sel saraf, sel punca embrionik dapat
diinduksi secara in vitro agar mengekspresikan
penanda permukaan sel saraf, yaitu nestin
dan microtubule associated protein (MAP-2).
jika disuntikkan pada tikus model
ensefalopati hipoksik-iskemik, sel yang
telah terinduksi mampu bermigrasi ke area
otak yang rusak dan membentuk kembali
neuron yang hilang, walaupun potensi sel
punca embrionik sangat besar dalam terapi
regenerasi saraf, risiko reaksi penolakan dan terbentuknya tumor
menjadi kelemahan tehnik ini ,
Terapi sel punca untuk perbaikan saraf menunjukan 3 mekanisme regenerasi yang
berasosiasi dengan jenis sel punca yang diberikan. Mekanisme dengan berinteraksi
langsung dengan sel saraf resipien, di mana sel
punca dengan bantuan scaff old membentuk
jembatan dengan sel saraf yang rusak dan sel sel lain di dekatnya. Interaksi ini memicu rekonstruksi jaringan baru, sekalipun volume lesi cukup besar, Mekanisme lain yaitu dengan
menggantikan sel-sel saraf yang rusak melalui
diferensiasi, mekanisme di atas sering ditemukan pada
penggunaan sel punca neural yang
diberikan secara intraserebral atau intratekal.
Mekanisme ketiga yaitu dengan cara menginduksi produksi faktor pertumbuhan yang
mendukung regenerasi saraf, seperti nerve
growth factor (NGF) dan brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Mekanisme ini
terjadi pada penggunaan
sel punca non-neural, seperti pada sel punca
progenitor,hematopoietik dan mesenkimal, darah tali pusat. Pada mekanisme
ketiga, migrasi dan homing sel punca di daerah lesi tidak menjadi keharusan,
sehingga dapat diterapkan jalur pemberian
secara intravena ataupun intramuskular.
bahwa terapi darah tali pusat meningkatkan
faktor neurotrofi k BDNF dan vascular endot helial growth factor (VEGF)
hasil uji sel punca hematopoietik
CD133+/34+ yaitu bahwa sel punca itu memicu sekresi tumor
necrosis factor (TNF)-α yang meningkatkan sekresi NGF. menunjukkan bahwa sel punca mesenkimal
meningkatkan ekspresi gen yang mengatur
proliferasi dan kelangsungan hidup sel saraf di
daerah yang rusak.