www.gorengx.blogspot.com
.....
www.berasx.blogspot.com
......
Kamis, 14 April 2022
mulut 2
April 14, 2022
mulut 2
KANKER LIDAH
Karsinoma sel skuamosa pada
lidah berasal dari mukosa epitel rongga
mulut dan sebagian besar yaitu Jenis karsinoma epidermoid. Jenis
karsinoma ini berkisar antara 25%
sampai dengan 50 % dari semua kanker
ganas didalam mulut,Karsinoma sel skuamosa lidah biasanya
menyerang laki-laki di atas usia 50 tahun, terutama
dengan riwayat konsumsi tinggi terhadap
tembakau dan alkohol, namun jarang
terjadi pada anak, yaitu sekitar 4-7% dari
seluruh peristiwa . Karsinoma sel skuamosa lidah
memiliki prognosis yang jelek, sehingga diagnosa dini sangat diperlukan
terlebih bila sudah terjadi metastase
ke area lain (leher dan servikal). gejala yang sering muncul
pada kanker lidah yaitu suatu massa
atau ulkus yang tidak nyeri, meskipun
pada sebagian besar penderita lesi
itu menjadi nyeri, bila ditambah
infeksi skunder. Tumor itu dapat
bermula sebagai ulkus yang mengalami
indurasi superfisial dengan pinggir yang
sedikit menonjol dan dapat berlanjut
menjadi menginfiltrasi bagian dalam dari
ujung lidah yang dapat memicu
fiksasi atau indurasi sehingga tampak
banyak merubah permukaannya. Lesi yang khas muncul pada
pinggir lateral atau permukaan ventral
lidah. Pada karcinoma lidah
hanya 9% terjadi pada dorsum lidah.Lesi-lesi dekat dasar lidah terutama tidak
jelas sebab lesi-lesi itu tidak
memicu gejala sampai keadaan
agak lanjut bahkan manifestasi yang
muncul hanya berupa nyeri tenggorokan
dan disfagia. area yang
khusus munculnya kanker ni
oleh sebab lesi-lesi pada bagian
posterior lidah biasanya memiliki
tingkat keganasan yang tinggi, dapat
bermetastasis secara dini dengan
prognosanya yang jelek, oleh
sebab kesulitan mengobatinya. gejala kanker lidah antara
lain yaitu munculnya ulkus (luka) seperti
sariawan yang tidak sembuh dengan
pengobatan kuat , mudah berdarah
Bagian tengah ulkus relatif lembut dan
mudah berdarah. Perdarahan terjadi
saat tekanan diberikan pada area
kanker, saat mengunyah, minum atau
menelan. Perdarahan yaitu
indikator dan gejala kanker lidah. Sakit tenggorokan terus-menerus yaitu
gejala kanker lidah utama dan
.sering terjadinya mati rasa di lidah dan
mulut. perubahan suara, lidah
kaku dengan gerakan berkurang, dan bau
mulut yaitu gejala kanker lidah lain
yang terkait dan benjolan di bagian
belakang tenggorokan, pembesaran
kelenjar getah bening leher, penurunan berat ba dan yang berlebihan. Pasien
mengeluh kesulitan membuka
mulut dan kehadiran massa di leher. Pada stadium awal, kelainan di
lidah bermanifestasi dalam berbagai
bentuk dapat berupa leukoplakia, eritroplakia, penebalan , bentuk ulkus
, Pemeriksaan palpasi bimanual
pada tumor primer
dilakukan sebab ukuran tumor yang
teraba biasanya lebih besar dibandingkan
yang terlihat. berdasar keadaan yang
ada pada palpasi ditentukan
area , ukuran, jarak dari ujung lidah, garis tengah dan sulkus terminalis, ada
tidaknya invasi ke dasar mulut dan
frenulum lidah dan aktifitas tumor. Karsinoma lidah mudah
metastasis ke kelenjar getah bening
regional. Kelenjar getah bening leher
yang sering terkena berdasar urutannya
yaitu kelenjar getah bening pada level I, II, III dan IV. Palpasi area leher
dilakukan untuk menentukan area , ukuran, permukaan, konsistensi dan
aktifitas pembesaran kelenjar getah
bening leher. Karsinoma lidah dapat
bermetastasis jauh ke paru dan hati.
diagnosa pasti kanker lidah
dilakukan dengan diagnosa
histopatologi. Biopsi ini praktis, dan
mudah dikerjakan. Kanker lidah tipe
infiltratif dengan mukosa intak dapat
memakai cara aspirasi jarum halus untuk
pemeriksaan sitologi atau operasi insisi
untuk biopsi tumor. Pemeriksaan radiologi CT Scan
atau MRI dapat dipakai untuk
menentukan batas dan ukuran tumor dan
keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar getah bening lebih
dari satu sentimeter dapat dideteksi pada
pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan CT
scan juga dapat mendeteksi penjalaran
karsinoma lidah ke tulang berupa
.nekrosis tulang, sedang MRI dapat
mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak. Pemeriksaan lain untuk mendeteksi
adanya metastasis jauh yaitu foto toraks
dan pemeriksaan fungsi hati. metode Operasi
En block pull through procedure
dengan mempertahankan fungsi
mandibulaa diartikan pertama kali
oleh Slaughter dan Southwick (1952)
dan dilakukan oleh Butler dan Harrigan
(1957). metode manipulasi ini
mengangkat tumor tanpa memotong
tulang mandibula. Saat ini nampaknya
menjadi metode terbaik untuk
mengangkat tumor area rongga mulut. operasi ini kuratif, yaitu mengangkat lesi primer tumor
ditambah diseksi leher untuk mengangkat
kelenjar getah bening leher. Trakeostomi
diperlukan bila dilakukan eksisi lidah
yang luas dan melibatkan otot lidah
seperti m. genioglossus, sebab dapat
terjadi penutupan glotis oleh dasar lidah
dan memicu ganguan aliran udara.
Jabir dapat dipakai untuk
menutup defek luka sesudah eksisi tumor
yang luas. dokter bedah rekonstruksi
menanam kembali jaringan, otot, atau
tulang dari satu area tubuh yang lain
dengan suplai darah yang baik dari area
donor, Jabir pektoralis mayor terdiri
dari otot pektoralis mayor dengan atau
tanpa kulit, yang memiliki suplai
darah aksial berbasis superior pada
cabang pektoral dari arteri
torakoakromial. Arteri torakoakromial
yaitu cabang dari arteri aksilari
yaitu cabang dari arteri
subklavia. Jabir ini dapat
dipakai untuk defek kepala dan leher, seperti rekonstruksi defek jaringan lunak
dari orofaring, rongga mulut, hipofaring, kulit leher, dan rekonstruksi faring sesudah
laringektomi dan untuk menutupi arteri
karotis atau vena jugularis. Cabang pektoral arteri
torakoakromial mengalir pada fasia pada
permukaan dalam dari otot pektoralis. Suplai darah tambahan muncul dari
medial dari arteri mamari interna dan
lateral dari arteri thoracic. Jabir dapat dipakai sebagai jabir otot atau jabir
musculocutaneous, dengan atau tanpa
iga. Penanda permukaan pedicle vascular
ditentukan dengan menggambarkan garis
dari bahu ke xiphisternum dan garis lain
secara vertikal dari titik tengah klavikula
# FOTO Desain jabir Pektoralis Major Paddle kulit diposisikan diatas
otot pektoralis major di sepanjang cabang
pektoral dari ateri torakoakromial. Untuk
memastikan bahwa panjang pedikel
memadai, jarak antara bagian atas paddle
kulit dan tepi inferior klavikula harus
sama atau melebihi jarak antara area
penerima untuk jabir dan tepi inferior klavikula. lalu dilakukan elevasi
paddle kulit.
# FOTO Insisi kulit lateral mamae
Kulit diinsisi di sekitar paddle
kulit, dan dilakukan diseksi hingga
permukaan otot pektoralis mayor. Pedikel vascular terletak pada otot
dalam.
# FOTO Fiksasi kuli ke otot Pektoralis
Major Paddle kulit ditempelkan pada dasar otot
pektoralis mayor dengan beberapa
jahitan untuk meminimalkan resiko
cedera hingga perforasi miokutan. Sayatan diperpanjang kearah lateral dari
batas tepi dari paddle kulit sepanjang
lipatan aksila anterior, yang sesuai
dengan batas lateral dari otot pektoralis
mayor. Kulit dan jaringan payudara di
atas paddle kulit lalu dielevasi
dari otot pektoralis mayor hingga
klavikula.
# FOTO Arteri thorakoachromialis, pembuluh darah utama yang harus
dipertahankan Desain jabir Pektoralis Major Tahap
lalu elevasi pedicle. Otot
pektoralis mayor diinsisi dengan kauter
kearah medial dan inferior pada paddle
kulit, dan didiseksi dari iga dan otot
interkostal. Otot utama pektoralis
lalu dibebaskan di samping
sternum dengan kauter. Diseksi antara
otot pektoralis minor dan mayor dan
pedicle vascular dilakukan dengan
diseksi sepanjang batas lateral otot
pektoralis mayor dengan kauter dan
membawa pedicle vascular ke dalam
fasia di dalam permukaan otot pektoralis
mayor. Jabir dilewatkan ke superfisial
leher melalui terowongan subkutan
inferior klavikula. area donor ditutup
dengan pemasangan drain, atau
ditambah tandur
# FOTO Terowongan, superfisial leher, akses jabir ke resipien
Wanita usia 60 tahun
ke divisi tumor THT Rumah
Sakit dengan keluhan sariawan di lidah kiri
yang tidak sembuh sejak 6 bulan yang
ditambah nyeri di lidah kiri terutama
bila makan.
dengan diagnosa tumor dasar lidah
ditambah pembesaran kelenjar getah
bening level I dan II berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT
scan, diperoleh massa tumor lidah yang
menginfiltrasi otot lidah dan kelenjar
submandibular kiri.
# FOTO Gambaran intraoral karsinoma
lidah
Hasil CT scan menandakan
tomor lidah yang luas pada setengah
bagian kiri dengan penetrasi ke otot lidah
dan ditambah benjolan di leher level I dan
II. Biopsi insisional menandakan
karsinoma sel skuamosa diferensiasi
baik.
# FOTO CT scan menandakan tumor
lidah yang luas
Pasien direncanakan
hemiglosektomi dengan en block pull
through, diseksi leher level I-V dan
rekonstruksi dengan jabir pektoralis
mayor. metode Operasi
Dilakukan infiltrasi luka operasi
terlebih dahulu dengan memakai
adrenalin 1:250.000 dibawah kulit untuk
mengurangi perdarahan saat
melakukan pengangkatan skin flap ke
superior dan lateral. Insisi T pada leher
memotong, melepaskan m platisma dan
elevasi skin flap ke superior, lateral dan
inferior sampai simfisis mandibular, sternokleidomastoideus dan klavikula
terpapar. Diseksi leher
Insisi kulit dengan model huruf T
pada peristiwa ini memberi akses
luas pada kelenjar getah bening
sepanjang m sternocleidomastoideus
(level II sampai V) dan submandibular
(level I).
# FOTO Diseksi KGB level 1
Diseksi leher level 1
mempermudah akses ke area
submadibula, melalui m geniglosus ke
arah superior, sampai permukaan lidah.
# FOTO sesudah diseksi leher level 2-5
Diseksi leher level 2-5 ditambah
pengangkatan m sternokleidomastoideus
untuk mengangkat kelenjar
getah bening sepanjang m
sternokleidomastoideus, juga memberi
ruang yang cukup luas untuk m pektoralis
mayor sebagai penutup defek luka. Diseksi lidah
Diseksi lidah (hemiglosektomi)
dilakukan dengan dua metode yaitu
peroral dan submadibula dengan paduan
bagian tengah dari m. genioglossus.
# FOTO Reseksi lidah intraoral
Setengah bagian lidah dan otot lidah, termasuk kelenjar submandibular
diangkat secara en block.
# FOTO Eksisi luas mukosa bukkal.Termasuk mukosa buccal, sebagian pilar
anterior dan posterior lidah sampai
memperoleh tepi bebas tumor. M
digastricus belly anterior dilepaskan dari
mandibular.
# FOTO sesudah eksisi luas lidah
Tahap penutupan
defek dengan jabir pektoralis mayor. Dilakukan penandaan pada hemithorax
kanan setinggi ICS (Inter Costal Space)
III-V dibawah papila mamae ukuran 7x4
dan 8x2 cm setinggi ICS II-III. Insisi
pada area donor menembus kutis, lemak hingga pectoralis major hingga
batas ICS III.
# FOTO Rekonstruksi hipofaring
Dilakukan penjahitan kulit tandur dengan
tepi mokosa hipofaring, tepi bawah lidah, medial lidah, mukosa buccal, dan
sepanjang medial mandibula.
# FOTO Rekonstruksi lidah
Pasien dipasang NGT untuk nutrisi sesudah
operasi. Pada hari ke 10, luka insisi tenang, jahitan kulit dilepas, jabir tumbuh dengan
baik. Hari ke-14 pasien dipulangkan dan
rawat jalan sehingga perawatan luka
dilanjutkan di poliklinik.
berdasar American Cancer
Society, dinyatakan bahwa diagnosa
kanker lidah diketahui dari gejala, tanda, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yaitu laringoskopi fleksibel
, biopsi, imaging (tomografi
komputer, MRI, PET scan, foto thorax). saat jaringan tubuh hilang sebab
operasi pengangkatan tumor maka
diperlukan rekonstruksi untuk penutupan
jaringan, seperti pemakaian tandur kulit
dan jabir yang dapat dikerjakan oleh ahli
bedah bagian rekonstruksi kepala dan
leher. Pemasangan jabir pektoralis
mayor pada pasien ini untuk
menutup defek sesudah wide eksisi lidah. Jabir pektoralis major dapat dipakai
pada traktus aerodigestif bagian atas dan
defek jaringan lunak pada reseksi
penyakit kanker kepala dan leher. Jabir
pektoralis mayor yaitu salah satu
pilihan untuk menutup defek luka di
sekitar leher sebab memiliki asupan
vaskularisasi yang baik dari arteri
torakoakromial.
Pemilihan terapi pada karsinoma
lidah memerlukan pertimbangan yang
hati hati sebab meningkatkan morbiditas
disebabkan
area tumor di saluran makan
sekaligus di saluran nafas.
trakesotomi sebelum operasi dilakukan
untuk menjamin jalan nafas tidak
terganggu sebelum dan sesudah operasi
mengingat ukuran tumor yang besar. rehabilitasi pemberian makan mengingat
fungsi lidah yang berkurang
sehingga memerlukan kerja sama dengan
dokter rehabilitasi medik.
Kanker atau penyakit perikarditis yaitu
terjadinya produksi sel-sel yang tidak normal tidak mengikuti pertumbuhan
jaringan yang normal.
Lidah yaitu organ muskular yang fleksibel dalam rongga mulut
berperan untuk proses pengunyahan, pengecapan, menelan makanan dan
berbicara. Organ ini melekat ke dasar mulut dengan permukaan atas dilapisi
papillae yang memberi tekstur permukaan kasar. Papillae mengandung
pori-pori kecil yang ada reseptor pengecapan.
Karsinoma lidah yaitu suatu tumor yang terjadi di dasar mulut, kadang meluas ke arah lidah dan memicu gangguan aktifitas . diperkirakan sekitar 2,8% warga
menderita penyakit kanker lidah ini, diperkirakan 1,2% penderitanya
meninggal.
ini disebabkan oleh
faktor seperti faktor luar, heriditer maupun non heriditer. Faktor luar meliputi
rokok, alkohol, infeksi kronis dan luka krinis. Faktor non heriditer meliputi
Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma yang
ditularkan melalui hubungan suami istri, hepatitis) parasit, bakteri,kanker lidah dapat disembuhkan
jika peradangannya belum meluas. Krania yaitu kita lakukan dengan
memberi terapi radioterapi. memberi obat
untuk mengurangi peradangan.Karsinoma lidah yaitu suatu tumor yang terjadi di dasar mulut, kadang meluas ke arah lidah dan memicu gangguan aktifitas ,Tumor lidah yaitu karsinoma sel skuamosa yang muncul dari lapisan
yang menutupi otot-otot lidah. Sebuah tumor ganas yang muncul dari epitel yang
menutupi lidah. Kanker lidah yaitu suatu neoplasma maligna yang muncul dari
jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma
(cell epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit tertentu
(premaligna). Kanker ganas ini dapat menyebar ke area sekitarnya, di samping
itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen. Kanker lidah
yaitu tumor ganas yang terjadi pada lidah saat pertumbuhan sel-sel lidah
menjadi tidak terkendali. Kanker lidah berkembang dari sel-sel skuamosa. Sel-sel
lidah normal yang tadinya tumbuh dan membelah secara teratur dan terkendali
menjadi tidak terkendali sehingga akan terus tumbuh dan membelah, maka
terbentuklah massa jaringan yang tidaknormal .
kanker terjadi pada
permukaan dasar mulut yang muncul dari epitel yang menutupi lidah.
. Kanker lidah pada 2 atau 3 depan
memiliki sifat yang berbeda dengan dasar lidah (1 atau 3 posterior). Kanker
pada dasar lidah biasanya berdifferensiasi buruk, sudah ada metastasis ke
kelenjar getah bening saat ditemukan dan biasanya didiagnosa pada stadium
lanjut.
pemicu sebetulnya kanker lidah belum diketahui secara pasti. namun beberapa
faktor yang diduga menjadi pemicunya antara lan:
Merokok
, Alkohol
, Infeksi kronis
,luka kronis pada gigi yang tajam sehingga menimbulkan luka pada
lidah
, pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai
, kebersihan mulut yang buruk
,Faktor herediter (Usia, Jenis Kelamin, Genetik, riwayat keluarga)
,. Faktor non herediter
,seperti : . Faktor fisik (sinar ultraviolet)
Faktor biologis (virus papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami
istri, hepatitis, parasit dan bakteri).
kanker lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa
gangguan tertentu atau penyakit tertentu.
penyakit sypilis, baik pada masalah aktif atau sekurang-kurangnya sudah ada riwayat
penyakit syphilis sebelumnya, sering ditemui bersama-sama dengan kanker
lidah, Gejala-gejala kanker lidah antara lain muncul nya ulkus (luka)
seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan , mudah berdarah
bagian tengah ulkus relative lembut dan mudah berdarah. Perdarahan terjadi
saat tekanan diberikan pada area kanker, saat mengunyah, minum atau
menelan. Fokus kanker yaitu sangat lembut dan tidak tahan tekanan dalam
bentuk apapun, sehingga memicu perdarahan. Perdarahan
tanda gejala kanker lidah yang utama ,mati
rasa di lidah dan mulut. perubahan suara, lidah kaku , gerakan
berkurang, bau mulut , benjolan di bagian belakang tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening
leher, penurunan berat ba dan yang berlebihan, kesulitan membuka mulut , adanya massa di leher.
Pada stadium dini, kanker lidah tidak menimbulkan nyeri dan biasannya
ditemukan pada pemeriksaan rutin pada gigi dan mulut. Kanker biasanya muncul
di bagian pinggir lidah, hamper tidak pernah ditemukan kanker pada pangkal lidah
.kecuali pada seseorang yang pernah menderita sinus yang tidak pernah
memperoleh pengobatan selama beberapa tahun. Karsinoma sel skuamosa pada
sel lidah tampak seperti luka terbuka (borok) dan cenderung tumbuh ke
dalam jaringan di bawahnya. Bintik kecoklatan mendatar seperti bercak
ditemukan pada perokok yaitu di sisi biasanya rokok atau pipa diletakkan pada
bibir.
melepaskan gigi palsu dan
lempeng parsial untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi.
dengan pemakaian sumber
lampu terang (penlight) dan depresor lidah. Sarung tangan dipakai
untuk mempalpasi lidah dan adanya ketidaknormalan
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban,
dihidrasi, warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasiatau fisura.
Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.
Gusi diperiksa dari inflamasi, perdarahan, retraksi, dan
perubahan warna. Bau napas juga dicatat.
Lidah dorsal diperiksa untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila tipis,
lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah.
lalu dibagian permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah.
Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah dipakai untuk
menekan lidah guna memperoleh visualisasi kuat terhadap faring.
Biopsi langsung
yaitu metode buku untuk memperoleh jaringan dari lesi dirongga
mulut dan orofaring.
Pemeriksaan sitologi eksfoliatifa dari specimen kerokan atau inprint
dari tumor primer dikerjakan pada lesi yang berupa bercak atau superficial.
Bila hasilnya :
Klas I- III : lakukan ulangan sitologi 3 bulan lagi.Bila 2x ulangan
sitologi tetap klas I- III maka perlu dibiopsi
Klas IV-V : lakukan biopsy
, Panendoskopi
Dilakukan untuk menentukan perluasan lesi yang besar dan terletak
disebelah posterior untuk menyingkirkan adanya tumor primer
simultan.. Ultrasound dipakai untuk menilai massa superficial.
CT Scan dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) dipakai
untuk lesi lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor
dan menandakan apakah ada metastase atau tidak.Biru toluidine
yaitu Sebuah zat pewarna yang dibubuhkan in situ´ sebagai salah satu cara
diagnosa tambahan dalam mendeteksi karsinoma sel skuamosa yang
akan memberi warna biru pada sel kanker. Jaringan normal tidak
menghisap warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasma tidak
konstan menghisap warna. metode memberi warna
rongga mulut ,antaralain :
- Kumur dengan larutan asam asetat 1% : 20 detik
-Kumur dengan air : 20 detik, 2 x
- Kumur dengan larutan toluidine blue 1% : 5-10 cc
- Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% : 1 menit
- Kumur dengan air.
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam lalu ,
pemeriksaan ini memiliki kepekaan dan keakuratan sebesar 90%.
mengenai larutan toluidine biru terdiri dari :
- Toluidine chlorida : 1 gr
,
- Asam asetat : 10 cc
,- Alkohol absolut : 4,2 cc
,
- Aquadest: 100 cc
,
Pemeriksaan imaging dengan PET (Positron Emission Tomography)
pemeriksaan Positron Emission
Tomography memakai tirosin sebagai tracer memiliki kepekaan
dan keakuratan cukup tinggi untuk karsinoma. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi tumor < 4 mm. untuk staging memiliki kepekaan 71%
dan keakuratan 99%, sedang untuk deteksi kekambuhan memiliki
kepekaan 92% dan keakuratan 81%
Penanganan kanker lidah ini dilakukan secara multidisipliner
yang melibatkan bidang Oncologic surgeon
,Plastic dan reconstructive surgeon
,Radiation oncologist
Medial oncologist
, Dentists
, Rehabilitation specialist
, harus diperhatikan eradikasi dan tumor, pengembalian fungsi dari rongga
mulut, dan aspek kosmetik atau penampilan penderita. Beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi antara lain:
Umur penderita
, Keadaan umum penderita
, Fasilitas yang tersedia
,Kemampuan dokternya
,Pilihan penderita
, penanganan pasien kanker lidah dilakukan dengan operasi,
radiasi, kemoterapi atau campuran dua atau ketiganya, tergantung dari
jenis tumor dan durasinya. Keputusan tentang tindakan terbaik yang dapat
dilakukan harus dibuat oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus
tentang keganasan leher dan kepala. Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2),
tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberi
kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2
memberi angka kekambuhan yang lebih tinggi dibandingkan
operasi. Untuk T3 dan T4, terapi campuran operasi dan radioterapi
memberi hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi
dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4). Radioterapi diberikan secara
interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan ukuran kecil akan
lebih banyak berhasil dibandingkan tumor yang endofitik dengan ukuran besar.
Peran kemoterapi pada penanganan kanker lidah masih belum banyak,
dalam tahap penelitian kemoterapi hanya dipakai sebagai neo-adjuvant
pre-operatif atau adjuvan post- operatif untuk sterilisasi kemungkinan
adanya mikro metastasis.
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut disarankan
antaralain : :
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi sesudah bedah
Untuk tumor lidah T3 dan T4, penanganan N0 dilakukan
deseksi leher selektif atau radioterapi regional sesudah bedah. sedang N1
yang diperoleh pada setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila
memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher itu harus
dilakukan secara en-block. Pemberian radioterapi regional sesudah bedah
tergantung hasil dari pemeriksaan patologis metastase pada kelenjar getah
bening itu (jumlah kelenjar getah bening yang positif metastase,
penembusan kapsul kelenjar getah bening atau ekstra kelenjar getah bening).
. Terapi Kuratif
Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium I, II, dan III.
,Terapi utama untuk stadium I dan II yaitu operasi atau radioterapi yang
masing- masing memiliki kelebihan dan kekurangannya untuk stadium III dan IV yang masih operabel yaitu
campuran operasi dan radioterapi sesudah bedah. Pada terapi kuratif
diperhatikan:
Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap
baik.
Kosmetis cukup dapat diterima
,Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak
menjadi kuratif.
tanda operasi:
masalah operable
,Umur relatif muda
,Keadaan umum baik
, Tidak ada komorbiditas yang berat
tanda radioterapi:
. masalah inoperable
,T1,2 area tertentu
,Kanker pangkal lidah
,Umur relative tua
, Menolak operasi
, Ada komorbiditas yang berat
Terapi tambahan
:
Radioterapi tambahan diberikan pada pasien yang terapi utamanya
operasi.
Radioterapi sesudah -bedah. Diberikan pada T3 dan T4 sesudah
operasi, masalah yang tidak dapat dikerjakan eksisi radikal,
radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi lapangan operasi
oleh sel kanker.
Radioterapi pra-bedah. Diberikan pada operabilitasnya
diragukan atau yang inoperable.
.Operasi dikerjakan pada masalah yang terapi utamanya radioterapi yang
sesudah radioterapi menjadi operabel atau muncul residif sesudah radioterapi.
Kemoterapi diberikan pada masalah yang terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau muncul residif
sesudah operasi dan atau radioterapi.
Terapi Komplikasi
: biasanya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit,
namun dapat terjadi komplikasi karena terapi. Terapinya tergantung dari
komplikasi yang ada, contohnya :
Nyeri: analgetika
,Infeksi: antibiotika
, Anemia: hematinic
,
Terapi paliatif yaitu untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan
mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat
disembuhkan lagi. Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker lidah
yang:
. Stadium IV yang sudah menandakan metastase jauh
ada ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek
, Terapi kuratif gagal ,Usia sangat lanjut, Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:
- Sistemik:
Ba dan mengurus
,Ba dan lemah
,Nyeri
, Sesak nafas
,Sukar bicara
, Batuk-batuk
,
- Loko regional :
Anoreksia
,Fistula oro-kutan
,Ulkus di mulut atau leher
,Nyeri , Sukar makan, minum, menelan
, Mulut berbau
,
-Diagnosa Yang Muncul
:
Resiko terhadap infeksi berkaitan dengan kebersihan mulut
yang buruk atau pengobatan
,
Nyeri berkaitan dengan lesi oral atau pengobatan , efek dari
pembedahan reseksi
,Kerusakan komunikasi verbal berkaitan dengan penurunan
.neurology dan kemampuan menelan
Keperawatan
:
. Nyeri berkaitan dengan lesi oral atau pengobatan , efek dari
pembedahan reseksi
, Observasi keluhan nyeri, perhatikan area atau karakter,
.frekuensi, durasi, intensitas skala nyeri (0-10), dan tindakan
penghilangan nyeri yang dipakai .
. Ajarkan metode manajemen nyeri yaitu relaksasi dan distraksi
(reposisi, metode pengurang rasa nyeri dengan cara gosokkan punggung), nafas dalam, bimbingan imajinasi atau hiburan (tertawa,
musik, televisi,
Neoplasma rongga mulut yaitu keganasan yang jarang ditemukan di negara Barat, namun cukup banyak
ditemukan di Asia. Di USA, angka insidensinya berkisar antara 1-4% dari seluruh keganasan, sedang di India,
dapat mencapai 50% dan menjadi tumor ganas yang terbanyak. Sekitar 90% keganasan rongga mulut ini
berkaitan dengan konsumsi tembakau dan alkohol, sedang di Asia, berkaitan dengan kebiasaan
mengunyah tembakau dan sirih. Predileksi terbanyak yaitu pada lidah 39%, bibir 35%, dasar mulut 10%, gingiva
mandibula 15%, mukosa bukal 9%, palatum dan gingiva maksila 4%. Di negara kita , insiden neoplasma rongga
mulut yaitu 1,5-6%, terbanyak ditemukan pada usia 55-70 tahun ,
berdasar jenis kelamin, perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 1:1 yang sangat berbeda dengan data dari
negara Barat yaitu 4:1. seorang pasien dengan keluhan benjolan pada ujung lidah bagian bawah kanan,
mudah berdarah, dapat digerakkan dan teraba kenyal, tanpa ditambah rasa nyeri. Penurunan berat ba dan disangkal dan
pasien tidak merasakan adanya pembesaran KGB di lehernya. Kebersihan mulut pada pasien ini sangat buruk
dengan banyaknya lubang gigi. Pasien mengeluh gangguan berbicara, mengunyah menelan. Pasien
menjalani operasi pengangkatan massa tumor ditambah tindakan radikal diseksi leher sebagai tindakan profilaksis.
Jaringan yang diangkat diperiksakan ke laboratorium dengan hasil PA yaitu well differentiated squamous cell
carcinoma.
Tumor yaitu suatu benjolan atau pembengkakan. berdasar sifatnya, tumor dapat dibedakan
menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna). Kanker yaitu menandakan suatu tumor ganas, yang terjadi akibat rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel,
khususnya mekanisme pertumbuhan dan diferensiasi sel. Kanker rongga mulut yaitu bagian dari
kanker-kanker di kepala dan leher dan dapat terjadi di setiap area di dalam rongga mulut yang dibatasi
oleh vermilion bibir di bagian depan dan arkus faringeus anterior di bagian belakang. Kanker rongga
mulut meliputi kanker lidah, bibir, gingiva, bukal, dasar mulut, palatum dan arkus faringeus anterior.
Tumor ganas rongga mulut secara histologis dibagi dua, yaitu tumor ganas yang berasal dari jaringan
epitel dinamakan karsinoma, sedang yang berasal dari jaringan pendukung atau mesenkim dinamakan
sarkoma.
Karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC), yaitu tumor ganas yang berasal
dari epitel skuamosa berlapis yang mampu merusak jaringan sekitarnya, dan
bermetastasis ke area yang lebih jauh , Hampir semua kanker di rongga mulut dimulai dari sel basal yang menutupi permukaan bibir, lidah dan rongga mulut dinamakan karsinoma sel skuamosa
dan mencapai 90%., lidah yaitu area SCC yang paling banyak terjadi,
sekitar 30%, diikuti dasar rongga mulut 36%, gingiva mandibula 16%, mukosa bukal 15%, gingiva
maksila 9%, palatum durum 8%, dan retromolar 5%. Pada jurnal lain insidensi SCC lidah yaitu antara
20-50% dari karsinoma rongga mulut.
Dari jurnal yang berbeda dikatakan lidah dan dasar rongga
mulut yaitu area tersering terjadinya SCC di negara barat. Namun, di negara yang warganya
banyak mengunyah tembakau dan buah pinang, trigonum retromolar yaitu
area tersering terjadinya karsinoma ini. Karsinoma sel skuamosa lidah banyak ditemui pada laki-laki dan mencapai puncaknya pada dekade
keenam dan ketujuh. mayoritas penderita keganasan rongga mulut yaitu lakilaki ,
walaupun insidensi keganasan lidah pada wanita meningkat secara progresif di USA hingga mencapai
27% ,
Lebih kurang 3 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh muncul benjolan pada ujung lidah
bagian bawah kanan. Benjolan mudah berdarah jika menyentuh bagian dari gigi depan pasien yang
berlubang dan tajam. Benjolan dapat digerakkan dan teraba kenyal. Benjolan terkadang ditambah rasa
nyeri. Pasien merasa ada gangguan berbicara, mengunyah maupun menelan. Makan dan minum masih
bisa dilakukan penderita dengan memakai mulut sebelah kiri. Penurunan berat ba dan tidak dirasakan.
Pasien tidak merasakan adanya pembesaran di lehernya. Gigi pasien sudah banyak yang dicabut karena
banyak yang lubang. Riwayat benjolan di area lain disangkal.
Riwayat asma (-), DM (-), riwayat operasi (-), HT (-), Alergi udara dingin (+), Sesak (-), batuk dan
pilek (-), diare (-). Aktivitas sehari-hari biasa. Pasien pernah memeriksakan giginya ke dokter gigi, dan
dilakukan pencabutan pada gigi-gigi yang bermasalah, dan disarankan untuk periksa ke dokter umum
untuk benjolan pada lidahnya itu . Pasien melakukan pemeriksaan ke beberapa dokter umum di
area nya, dan disarankan untuk dioperasi di RS Bandung. Akhirnya penderita setuju untuk dilakukan
operasi pada Bulan Januari 2019 ,Penderita mengakui memiliki riwayat merokok pada usia muda dan berhenti pada saat usia kurang
lebih 45 tahun. Penderita juga mengaku pernah minum alkohol saat muda. Penderita memiliki banyak
gigi berlubang, beberapa patah sendiri. Penderita memiliki gigi yang tajam terutama di bagian bawah
depan. Selama ini kebiasaan sikat gigi tidak teratur, hanya pagi hari saja. Untuk mengatasi sakit gigi yang
sering dialami, penderita hanya minum obat yang dibeli sendiri di warung.
Keadaan umum pasien baik. Tekanan darah normal 120 atau 80 mmHg dengan nadi 78 x atau menit. Pasien
tidak ada gangguan pernapasan dan suhu tubuh normal. Pasien tidak ada gangguan aktivitas.
Pada gigi ada karies dan plak, gingiva tampak kemerahan. Lidah masih dapat dijulurkan keluar,
dan digerakkan ke kanan-kiri, lidah bagian bawah kanan ada benjolan ukuran 2,5 x 2 x 2 cm, batas
tegas. Benjolan dapat digerakkan dan teraba kenyal. Benjolan terkadang ditambah rasa nyeri.
Pada pasien ini akan dilakukan pengangkatan massa tumor dalam keadaan narkose umum. Dilakukan
biopsi insisi pada tumor lidah intra operatif bila hasilnya SCC lalu dilakukan hemiglosektomi
dekstra. Sesudah hemiglosektomi selesai, lalu dilakukan VC batas tepi sayatan untuk menentukan
radikalitas, dilanjutkan dengan pemeriksaan PA juga pada sayatan. Hasil biopsi yaitu well differentiated
SCC. Tindakan terakhir yaitu dilakukan diseksi leher profilaktik ipsilateral berupa functional neck
dissection dextra. lalu hasil KGB diperiksakan ke PA. Beberapa hari sesudah operasi, penderita
merasa agak sulit mengunyah makanan. jika makan harus di sisi kiri, agak sulit dan tidak jelas bicara.
Air liur dirasakan berlebihan dan sering menetes keluar. Tiga hari lalu , semua keluhan itu tidak dirasakan lagi. Jaringan yang diangkat diperiksakan ke laboratorium dengan hasil PA yaitu well
differentiated SCC
# FOTO Foto klinis tampak gigi anterior yang tajam dan benjolan pada ujung
lidah bagian bawah kanan.
# FOTO Dilakukan biopsi ekstirpasi pada tumor lidah intra operatif bila hasilnya
SCC lalu dilakukan hemiglosektomi dekstra.
# FOTO Pembuatan tanda batas dengan methylen blue. Dilakukan hemiglosektomi dekstra. Dilakukan VC
batas tepi sayatan untuk menentukan radikalitas, dilanjutkan dengan pemeriksaan PA
# FOTO Dilakukan diseksi leher profilaktik ipsilateral berupa functional neck dissection dextra,
sebagai tindakan diseksi profilaksis. lalu hasil KGB diperiksakan ke PA
# FOTO Satu minggu sesudah operasi, tampak luka jahitan di leher sudah kering. Tiga minggu
sesudah operasi, lidah menyatu dengan baik tidak ada perdarahan, dan rasa sakit.
Selain tembakau alkohol juga dinamakan sebagai karsinogen yang sama pentingnya
.dengan tembakau. Alkohol sebagai promoting agent, memungkinkan terjadinya perubahan histologi
menjadi keganasan. Oral Hygiene yang buruk dan luka kronis berkaitan juga dengan terjadinya
perubahan epitel yang diawali dengan hiperplasia atau papilomatosis. luka kronis pada rongga mulut
biasanya disebabkan oleh gigi yang tajam, gigi yang rusak atau gigitiruan yang tidak pas. Sinar matahari
terutama pada neoplasma di bibir, berkaitan dengan paparan kronis UV-B. Kebiasaan mengunyah sirih, merokok. Defisiensi zat besi yang kronis yaitu faktor etiologi pada
kanker lidah, khususnya pada wanita. Selain itu defisiensi vitamin A dan E juga sudah
berkaitan dengan neoplasma rongga mulut. Human papilloma virus (HPV) dinamakan berperan dan menjadi pemicu . Lesi pra-kanker seperti leukoplakia dan eritroplakia (red
patch) juga dapat menjadi pemicu dari SCC. Topik ini sangat menarik karena biasanya keganasan pada
lidah muncul dalam bentuk ulkus, tapi pada masalah ini muncul dalam bentuk benjolan. Selain bentuk,
posisi benjolan juga terjadi pada bagian ujung lidah.
Seperti semua tumor epitel, perkembangan SCC yaitu suatu proses multistep yang melibatkan
aktivasi onkogen dan inaktivasi gen penekan tumor. Perubahan pertama yaitu hilangnya kromosom pada
regio 3p dan 9p21. Kehilangan heterozigositas dalam hubungannya dengan hypermethylation pada lokus
ini memicu inaktivasi gen p16, penghambat cyclindependent kinase. Perubahan ini dikaitkan dengan
transisi dari epitel normal sampai menjadi epitel yang mengalami hiperplasia atau hiperkeratosis. Perubahan
lalu terjadi pada regio 17p dengan mutasi dari gen penekan tumor p53 dan dikaitkan dengan
perubahan menjadi displasia. Baru-baru ini diperlihatkan perubahan genom seperti delesi pada 4q, 6p, 8p
11q, 13q, 14q dan dapat bertindak sebagai prediktor pada suatu keganasan. Perubahan dari epitel normal
sampai menjadi SCC, secara klinis dan molekular , Kanker rongga mulut pada awalnya tidak menimbulkan gejala namun gejala yang mungkin
dirasakan yaitu rasa tidak nyaman. Penderita baru mengetahuinya sesudah gejala semakin berkembang
dan kanker menjadi progresif. Rongga mulut seharusnya diperiksa secara teliti berikut pemeriksaan nodus
limfatikus di leher dan submandibula. area yang memiliki risiko tinggi terjadinya kanker seperti
mukosa bukal dan lidah seharusnya diperiksa lebih teliti. Penderita juga seharusnya diperiksa setiap
perubahan jaringan, yaitu adanya lesi merah, putih ataupun campuran. Adanya perubahan tekstur
permukaan lesi seperti, licin, kasar, bergranul, ataupun krusta termasuk dapat atau tidak dapat digerakkan,
ada tidaknya ulkus seharusnya menjadi suatu peringatan.
Gradasi SCC rongga mulut dilihat dari gambaran histopatologis SCC yang dinilai berdasar
derajat kemiripan tumor dengan jaringan asalnya atau produk normal epitel sel skuamosa berupa mutiara
keratin, gradasi SCC rongga mulut yaitu :
Gradasi 1: Banyak ditemukan keratinisasi ekstraseluler (mutiara tanduk) atau interseluler (diskeratotik)
dan ada jembatan antar sel. Mitosis <2 atau lapang pandang besar (LPB), mitosis atipik dan sel berinti
banyak (sel raksasa) jarang ditemukan. Inti pleomorfik ringan.
Gradasi 2: Keratinisasi ekstrakuler, interseluler dan jembatan antar sel tidak banyak ditemukan. Mitosis 2-
4 atau LPB ditambah sel atipik dan sel berinti banyak dapat ditemukan. Inti sel pleomorfik sedang.
Gradasi 3: Mutiara tanduk tidak ditemukan, tidak terlihat keratinisasi seluler dan jembatan interseluler,
dapat ditemukan lebih dari 4 mitosis per LPB dengan mitosis atipikal yang sering ditemukan,
pleomorfism seluler dan inti jelas sering ditemui sel raksasa berinti banyak
Tingkat perkembangan tumor rongga mulut digolongkan berdasar sistem klasifikasi tumor, nodus
limfatikus, metastasis (TNM) yang dikeluarkan oleh American Joint Comitte on Cancer (AJCC) tahun
2002.
Tumor (T) yaitu tumor primer menunjukan ukuran tumor, N menandakan nodus limfatikus dan
M menunjukan ada atau tidaknya metastasis yang jauh ke beberapa organ atau area .
Tujuan Terapi:
- mengembalikan fungsi fisiologis sedapat mungkin.
-Mempertahankan atau mengusahakan pengembalian fungsi kosmetik seoptimal mungkin.
-Pemberantasan atau menghilangkan penyakit kanker dari tubuh penderita.
penanganan tumor primer
Lidah dan dasar mulut:
- Lesi yang sangat kecil (<1 cm): eksisi, radiasi interstisial, atau radiasi eksternal.
- Lesi T1 atau T2: pembedahan, jika area memungkinkan eksisi luas tanpa mengganggu fungsi; atau
campuran radiasi eksterna dan interstisial. Pilihan tergantung keadaan umum dan kondisi pasien.
- Lesi ekstensif: Radioterapi saja atau campuran dengan bedah. Pembedahan disarankan pada masalah yang
sudah menginvasi mandibula atau jenis karsinoma verukosa.
Eksisi tumor biasanya dilakukan dengan tepi sayatan 1-2 cm di luar indurasi tumor, namun perlu
dilakukan pemeriksaan “potong beku” tepi sayatan terutama pada area yang dicurigai karena lapangan
yang sempit. Yang infiltratif dan ulseratif harus lebih hati-hati untuk melakukan sayatan karena untuk free
margin memerlukan eksisi yang lebih luas. area yang belum bebas tumor dire-eksisi atau diradiasi;
pemakaian radioterapi adjuvant sesudah pembedahan dapat diberikan dengan radiasi eksterna dan dosis
65 Gy.
penanganan Nodul
KGB leher negatif
Lesi T1 primer: observasi bila pasien dapat dipercaya dan lesinya low grade
Lesi T2 – T4 primer, atau high grade:
- Jika lesi primer di bedah, lakukan diseksi leher elektif
- Jika lesi primer di radiasi, lakukan radiasi nodul
- Jika lesi primer dilakukan keduanya, lakukan diseksi leher atau radiasi nodul
KGB leher positif
- Jika lesi primer di bedah, lakukan diseksi leher
- Jika lesi primer di radiasi, lakukan iradiasi leher dan lakukan diseksi untuk residu nodul yang membesar
atau yang berukuran > 3cm
- Jika limfadenopati servikal terfiksir, terapi awal yaitu dengan radiasi. Jika nodul semakin mobile
dengan radiasi, lakukan diseksi leher sesudah dosis 5000 cGy. Jika tetap immobile, selesaikan radiasi
sampai dosis maksimal.
tanda iradiasi leher sesudah diseksi leher
- Nodul yang positif mengandung tumor berjumlah multipel
- Nodul > 3cm atau tumor meluas keluar dari kapsul
- Keganasan High-Grade
Terapi utama
1.Tanpa metastase jauh: radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads. Kalau perlu campuran dengan operasi.
2.Ada metastase jauh: kemoterapi, yang dipakai antara lain: Karsinoma epidermoid: Cisplatin,
methotrexate, bleomycin, cyclophosphamide, adryamycin, dengan angka remisi 20-40%, contohnya :
i. Tunggal: methotrexate 30 mg atau m2
2x seminggu
ii. campuran : Vincristin: 1,5 mg atau m2
; Bleomycin: 12 mg atau m2
diulang tiap 2-3 minggu; Methotrexate:
20 mg atau m2
h3
Kanker nasofaring berada pada peringkat 20 dari
40 kanker terbanyak di dunia dengan jumlah masalah baru sebanyak 7 % ,Angka kejadian kanker nasofaring dipengaruhi oleh faktor geografis,
banyak ditemukan di Cina , Data yang diperoleh dari pusat Radioterapi di seluruh negara kita kanker
nasofaring menduduki peringkat ke-tiga. Pada stadium dini radioterapi yaitu
pengobatan terpilih, sebagai pengobatan tunggal dengan tujuan kuratif. Selain
stadium dini pengobatan kanker nasofaring memerlukan campuran kemoradiasi.
Sebagian besar pasien negara kita datang dengan stadium lanjut, baik lanjut lokal
maupun regional
Efek samping radiasi eksternal terjadi karena pemberian radiasi dosis tinggi,
tidak hanya membunuh sel-sel kanker, namun juga dapat merusak sel-sel sehat
disekitanya. Efek samping radiasi dapat berbeda setiap orang tergantung dari dosis
radiasi perfraksinasi dan pengobatan lain yang menyertai seperti kemoterapi
, Perawatan mulut yang baik sangat
mendasar dalam mencegah dan mengurangi potensi komplikasi oral dari terapi
kanker. Pada pasien kanker menjaga kesehatan mulut yang optimal sangat sulit,
dengan adanya efek samping dari perwatan kanker. Pasien harus memperoleh
penjelasan tentang efek samping yang mungkin muncul sebelum memulai perawatan.
Menjaga Kebersihan mulut secara optimal sebelum selama dan sesudah perawatan.
Manajemen kebersihan mulut pada pasien kanker nasofaring yang sedang
menjalani radiasi eksterna, bertujuan untuk meminimalkan efek samping yang
terjadi. Menjaga kesehatan mulut sebelum, selama dan sesudah radiasi, sesuai
dengan panduan dalam National Cancer Institute (2016) diantaranya: dental screening, menjaga kelembaban rongga mulut,
menghindari mulut dari luka , dan menghindari makanan dan minuman dengan
kandungan gula berlebih. Pemberian penjelasan sebelum, selama dan sesudah radiasi
eksterna bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Pemahaman pasien
yang baik terhadap efek samping dan manajemen kebersihan mulut, dapat
berdampak pada kekonsistenan pasien selama menjalani radiasi eksterna. Pasien
berdasar hasil pengamatan ditemukan adanya kecenderungan subyek
mengadopsi kebiasaan atau perilaku yang dilakukan oleh pasein lainnya, tanpa
mengetahuai apakah perilaku itu sesuai dengan kondisinya, hal ini disebabkan
karena subyek bertemu dengan pasien lainnya setiap hari saling bertukar
pengalaman tentang kondisi yang dialami. sebagian besar pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman yang
didapat dari diri sendiri maupun orang lain
,menyatakan determinan yang berkaitan dengan perilaku perawatan kesehatan
gigi dan mulut, yaitu pengetahuan, sikap, sumber informasi, dukungan orang tua ,
Karsinoma atau biasa dikenal dengan kanker, yaitu suatu penyakit
keganasan yang muncul akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal.
Sebagian besar sel Karsinoma berasal dari fossa rossen muller. Kanker
nasofaring yaitu karsinoma yang muncul pada area nasofaring (area
.tenggorokan dan dibelakang hidung), yang menandakan bukti adanya
deferensiasi skuamosa mikroskopik ringan atau ultrastuktur , Kanker nasofaring yaitu jenis kanker kepala dan leher, bermula dari
nasofaring bagian atas tenggorokan dibelakang hidung, dan dekat dengan
pangkal tengkorak. Kanker dimulai saat sel-sel mulai tumbuh diluar kendali
, Karsinoma nasofaring yaitu karsinoma epitel, yang muncul dari lapisan
mukosa nasofaring. Di nasofaring tumor sering ditemui pada reses faring
(Fossa Ronssen muller). Meskipun berasal dari garis sel atau jaringan yang
serupa, karsinoma nasofaring berbeda dengan kanker epitel kepala dan leher
jenis lainnya ,.etiologi dari kanker nasofaring belum
diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker nasofaring. Dari data epidemiologi dan eksperimental
ada tiga faktor etiologi penting terjadinya kanker nasofaring antara lain:
berdasar penelitian di Cina Selatan, ada ras yang diteliti
sangat kuat faktor genetiknya, jika dikaitkan dengan kerentanan
genetik terhadap kanker nasofaring, berkaitan dengan lokus Human .Leokcyte Antigen (HLA), yaitu suatu gen yang berkaitan dengan
imun. riset lanjutan, bila dibandingkan ras itu tinggal di
Amerika dan di Asia, maka angka insiden di Amerika menurun,
sedang di Asia masih sama hal ini dikaitkan antara genetik dan
lingkungan.
Virus Epstein-Barr (EBV), diduga sebagai pemicu kanker
nasofaring, terutama type nonkeratinisasi, terlepas dari etnis atau
faktor geografis. Lesi premaligna kanker nasofaring menandakan peningkatan kadar Epstein-Barr Virus, menandakan bahwa infeksi
Epstein-Barr Virus dapat mempengaruhi tahap awal dari
tumorgenesis pada kanker nasofaring.
Konsumsi ikan asin yang tinggi di Tiongkok selatan, yaitu
faktor lingkungan yang penting sebagai pencetus terjadinya kanker
nasofaring. Dimethylnitrosamine yaitu zat karsinogenik yang
ditemukan pada ikan asin. Percobaan pada tikus, menandakan bukti
bahwa ikan asin menginduksi karsinoma pada saluran pernafasan
bagian atas. Faktor-faktor etiologi lingkungan potensial lainnya yang
dikaitkan dengan kejadian kanker nasofaring seperti: konsumsi
alkohol, paparan debu, formaldehida, rokok.
Gejala yang muncul pada kanker nasofaring berupa: telinga terasa
penuh, tinnitus, otalgia, hidung tersumbat, lendir bercampur darah. Pada
stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher, terjadi gangguan syaraf,
diplopia dan neuralgia trigeminal III, IV, V, VI,
Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV), berkaitan erat
dengan insiden kanker nasofaring. Meskipun demikian, mekanisme pasti
terjadinya masih belum diketahui secara pasti. Infeksi EBV primer biasanya
terjadi pada masa anak-anak awal yang bersifat asimtomatik dan dapat
memicu virus persisten. Dalam jangka waktu lama EBV memiliki
ikatan kuat dengan limfosit pada manusia dan pada epitelium saluran
pernafasan atas, EBV pada awalnya menginfeksi limfosit B yang tidak aktif
dan memicu infeksi laten. EBV lalu berploriverasi dan
bertumbuh pada sel B itu . Secara in vitro, EBV tinggal di limfosit B dan
melakukan transformasi sehingga membentuk sel limfoblastoid, suatu proses
terjadinya transformasi kearah kanker. Infeksi EBV laten dipercayai terlibat
dalam tumorgenesis, pada sel-sel yang terinfeksi EBV ada ekspresi gen
EBV, seperti EBER, EBNA1, LMP1, LMP2, dan EBV-encoded miRNAs
yang terlibat dalam perkembangan tumorgenesis. Infeksi laten dari EBV
dapat memicu perubahan epigenetik pada genom sel host dan
.memicu berkembangnya tumor ,
Dalam panduan penanganan kanker nasofaring untuk menentukan TNM (tumor, nodul,
metastase) dilakukan pemeriksaan:
Pemeriksaan radiologi
- CT-Scan Nasofaring, untuk melihat tumor primer dan penyebaran
kejaringan sekitarnya dan penyebaran kelenjar getah bening
regional.
-USG Abdomen, untuk menilai metastase organ-organ intra
abdomen,
-Foto Thoraks, untuk melihat adanya nodul di paru.
-Bone Scan, untuk melihat metastase tulang
Diagnosa pasti berdasar pemeriksaan patologi anatomi (PA)
dari biopsi nasofaring bukan dari Biopsi Aspirasi Jarum Halus
(BAJH), atau biopsi insisional atau eksisional kelenjar getah bening.
Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan
tuntunan mikroskopis posterior atau tuntunan nasofaringoskopi
rigid atau fiber.
penanganan
mencakup radiasi, kemoterapi, campuran keduanya, didukung
dengan terapi simptomatik sesuai dengan gejala.
Radiasi eksterna atau dinamakan teletherapi yaitu metode pemberian
radiasi dengan sumber radiasi terletak pada suatu jarak tertentu dari tubuh
pasien. Dengan cara ini maka radiasi memiliki jangkauan yang luas,
sehingga bukan hanya tumor primer saja yang memperoleh radiasi namun
juga kelenjar getah bening di sekitarnya yang berpotensi dikenai anak sebar
tumor ,Radioterapi sebagai terapi untuk tujuan kuratif pada
kanker nasofaring loko-regional, yang belum ada metastase jauh. Tujuan radioterapi yaitu mengeradikasi tumor in Vivo dengan memberi
sejumlah dosis radiasi yang diperlukan secara tepat, pada area target
radiasi tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya, dengan harapan dapat
memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang angka kelangsungan hidup
penderita ,Radioterapi pada kanker nasofaring dapat diberikan sebagi radioterapi
kuratif definitif dan radioterapi paliatif. Radioterapi kuratif definitif artinya
pasien memperoleh terapi radiasi saja baik radiasi eksterna maupun campuran
dengan brakhiterapi sebagai boster (tambahan). Radioterapi kuratif definitif
diberikan pada tumor primer, kelenjar getah bening (KGB) leher pada
semua stadium, sedang radioterapi paliatif diberikan pada stadium lanjut
dan sudah bermetastase ,tanda radiasi pada kanker nasofaring
Pertimbangan memilih radioterapi sebagai pengobatan pilihan utama
untuk kanker nasofaring, terutama didasarkan pada fakta bahwa secara
histopatologi kebanyakan (70-90%) kanker nasofaring dari jenis karsinoma
karsinoma non keratisisasi tergolong radioresponsif. Fakta bahwa secara Anatomi nasofaring
terletak di dasar tengkorak dengan banyak organ vital dan pola penyebaran
sel kanker yang memicu pembedahan radikal untuk tujuan kuratif
sangat sulit dikerjakan
metode radiasi eskterna pada kanker nasofaring sesuai dengan
Panduan Penataksanaan Kanker Nasofaring, antara lain: Radiasi konvensional 2 Dimensi
Radiasi Konformal 3 Dimensi. Intesnsity Modulated Radiation Therapi
,Efek samping radiasi eksterna pada kanker nasofaring
,Efek samping radiasi eksternal terjadi karena pemberian radiasi dosis
tinggi, tidak hanya membunuh sel-sel kanker, namun juga dapat merusak selsel sehat disekitanya. Efek samping radiasi dapat berbeda setiap orang tergantung dari dosis radiasi perfraksinasi dan pengobatan lain yang
menyertai seperti kemoterapi ,Efek
samping radiasi dibagi menjadi:
Efek samping akut
Terjadi selama pengobatan atau tiga bulan sesudah
pengobatan. yaitu efek deterministik, yang memiliki
ambang batas dosis tertentu, dan berkaitan langsung
dengan dosis yang diberikan terhadap kerusaka sel. Efek ini
memicu kerusakan pada sel-sel yang membelah cepat,
bersifat reversible. Efek samping akut perlu dilakukan tindakan
preventif dan pengobatan yang tepat. Karena kondisi itu
berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan dan hasil terapi. Efek
samping akut pada pasien kanker nasofaring dengan radiasi
eksterna yaitu berupa: perubahan pada kulit (dermatitis),
mukositis, Xerostomia, Perubahan pengecapan
Efek samping lambat
:
Terjadi sesudah tiga bulan pengobatan selesai, dapat
berkembang tanpa ambang batas dosis. ada hubungan antara
reaksi lambat dengan dosis perfraksi, namun tidak ada hubungan
dengan beratnya reaksi akut. Efek samping lambat pada pasien
kanker nasofaring dengan radiasi eksterna dapat terjadi: soft tissue
fibrosis, trismus, xerostomia yang menetap, penurunan
pendengaran (hearingloss),osteoradionecrosis, temporo lobus
nekcrosis (jika lobus temporal masuk dalam lapangan radiasi).
perawatan kebersihan mulut yang bisa dilakukan
oleh pasien sebelum radiasi eksternal dimulai, selama dan sesudah
radiasi eksterna selesai, yaitu sebagai berikut:
-Melakukan Dental screening, sebelum radiasi eksternal dimulai,
kondisi mulut harus sesehat mungkin. Pasien disarankan
melakukan perawatan gigi dan mulut oleh dokter gigi, minimal 2
minggu (10-21 hr) sebelum radiasi dimulai. jika diperlukan
pencabutan gigi sebaiknya dilakukan 4-6 minggu sebelum
radiasi dimulai. Pastikan bahwa luka akibat perawatan gigi
sudah sembuh sebelum radiasi dimulai. Perawatan dokter gigi
juga dilakukan secara berkala sesudah radiasi selesai, sampai
seumur hidup.
-Menghindari rongga mulut dari luka , dilakukan dengan
cara, mengkomsumsi makanan yang mudah dikunyah dan
ditelan. Gigit makanan sedikit demi sedikit, kunyah secara
perlahan. disarankan makan makanan yang berkuah. Hindari
segala sesuatu yang dapat melukai, mengikis atau membakar
mulut seperti menghindari: makanan tajam atau renyah, seperti
keripik kentang atau jagung. Makanan panas dan pedas. Buah
dan jus yang mengandung asam tinggi seperti: tomat, jeruk,
lemon dan sunkis. Hati-hati saat memakai tusuk gigi atau
benda tajam lainnya. Menghindari rokok dan alkhohol.
-Menghindari makanan atau minuman yang mengandung gula
berlebih seperti: minuman bersoda, permen karet, karena dapat
meningkatkan risiko kerusakan gigi.
- Memeriksa kondisi mulut setiap hari, perhatikan bila ada bercak
putih dan laporkan dengan segera.
- Menjaga kelembaban rongga mulut dilakukan dengan cara
konsumsi cairan yang adequate 2-3 liter setiap hari, dan
perbanyak minum pada siang hari.
- Membersihkan mulut, gigi, gusi dan lidah, dengan menggosok
gigi, gusi dan lidah 2 kali sehari, sesudah makan dan sebelum
tidur. Membersihkan gigi memakai sikat gigi ekstra lembut,
agar bulu sikat gigi menjadi lebih lembut, dilakukan
dengan cara merendam bulu sikat gigi ke dalam air hangat
selama 5 menit sebelum dipakai . Sebaiknya memakai
pasta gigi berflouride, memakai gel fluoride khusus sesuai
dengan saran dokter. Menggogok gigi dengan lembut setiap hari,
jika gusi dan gigi berdarah atau terluka, tetap bersihkan gigi
setiap hari dengan memakai benang gigi dengan hati-hati,
dan tetap membersihkan gigi yang lainnya. Berkumur-kumur 2 -
4 kali sehari dengan memakai obat kumur non alkohol,
dengan cara memakai 15 ml obat kumur, biarkan selama 30
detik, lalu ludahkan. Berkumur juga bisa dilakukan dengan
memakai larutan: 15 ml normal salin + ¼ - ½ sendok teh
garam dalam secangkir air hangat. Jika memakai gigi
palsu, pastikan gigi palsu nyaman dipakai, batasi pemakaian nya dan jaga kebersihannya dengan menyikat atau
merendamnya pada malam hari.
ada hubungan yang antara pengetahuan dan sikap
terhadap perilaku manajemen kebersihan mulut. Semakin baik pengetahuan dan
sikap positif seseorang, akan semakin berpengaruh terhadap perilaku manajemen
kebersihan mulut dengan baik pula. Manajemen kebersihan mulut yang baik, yaitu
kunci utama dalam menjaga status kesehatan mulut yang optimal selama pasien
menjalani radiasi eksterna. Pemberian penjelasan sebelum, selama dan sesudah radiasi
berakhir yaitu upaya preventif dan promotif, dalam meminimalkan efek
samping yang mungkin muncul selama radiasi dan peningkatan status kesehatan
mulut jangka panjang.
Radiasi pada area kepala dan leher terutama kanker nasofaring memiliki efek
samping yang serius pada masalah kesehatan mulut dan gigi. Meskipun saat ini
terapi radiasi sudah sangat canggih, namun masih ada efek samping yang sangat
menonjol . ada langka-langka sederhana jika diambil tepat waktu akan
mengurangi dampak radiasi pengion, pada jaringan keras dan lunak mulut.
Terutama pada kelenjar, gigi saliva. Langkah-langkah itu antara lain:
menghilangkan sumber-sumber infeksi, berkumur-kumur, pemberian flouridasi,
hidrasi, menstimulasi kelenjar air liur. Langkah ini dapat mengurangi keparahan
akibat radiasi dan mengurangi besarnya efek samping sesudah radiasi ,Perawatan mulut yang baik sangat
mendasar dalam mencegah dan mengurangi potensi komplikasi oral dari terapi
kanker. Perawatan mulut yang baik meliputi: semua tindakan gigi, periodontal dan
jaringan lunak, yang akan membantu seseorang mempertahankan kesehatan mulut
yang optimal. Untuk pasien kanker menjaga kesehatan mulut yang optimal sangat
sulit, dengan adanya efek samping dari perwatan kanker. Pasien harus memperoleh
penjelasan tentang efek samping yang mungkin muncul sebelum memulai perawatan.
Menjaga Kebersihan mulut secara optimal sebelum selama dan sesudah perawatan.
Praktisi harus memberi rekomendasi yang disesuaikan untuk pasien.
seharusnya semua pasien kanker diberikan penjelasan sebelum terapi
dimulai, untuk memperoleh hasil yang maksimal, dan menghindari infeksi
sekunder selama pengobatan kanker. Pasien harus menjalani perawatan gigi pra
radiasi seperti scalling, dan pencabutan gigi yang tidak bisa direstorasi. Prosedur
ini harus dilakukan untuk setiap pasien yang akan menjalani radioterapi, sehingga
dapat meminimalkan komplikasi oral selama atau sesudah pengobatan. Manajemen
.oral hygiene yang tepat akan mempengaruhi hasil perawatan dan kualitas hidup.
pasien tumor kepala dan leher yang memperoleh terapi radioterapi,
khemoterapi atau campuran keduanya. Semua pasien diberikan protokol perawatan
untuk memastikan kondisi mulut yang baik sebelum pengobatan dimulai, untuk
meminimalkan komplikasi lokal dan sistemik selama dan sesudah perawatan dan
menetapkan langkah-langkah yang dapat diadopsi untuk mengurangi efek samping.
Manfaat dari penilaian oral perlu dijelaskan akan pentingnya menjaga kesehatan
mulut yang baik selama perawatan.
ada hubungan antara
kesehatan mulut dan risiko kanker nasofaring. Frekuensi menyikat gigi yang lebih
sering dapat dikaitkan dengan risiko kanker nasofaring yang lebih rendah. Hasil
riset bahwa kesehatan mulut yang buruk dapat
meningkatkan risiko kanker nasofaring.
kebiasaan
kebersihan mulut yang buruk yaitu faktor risiko independen untuk terjadinya
head and neck squamous cell carcinoma (HNSCC). Perawatan gigi yang baik
terdiri dari kunjungan ke dokter gigi, perawatan gigi dan pemakaian benang gigi.
Mengevaluasi relevansi prognostik kebiasaan kebersihan mulut terhadap
kelangsungan hidup pasien head and neck squamous cell carcinoma (HNSCC).