virus influenza H5N1 A-H1N1
guna mengelabui benteng sistem pertahanan sel inang, Virus subtipe influenza A, ( H5N1) flu burung berbahaya yang berilmu parasit , juga bersiluman menyamar menjadi dokter gadungan dengan trik bermutasi agar virus bisa lolos dari pantauan sel inang,setelah lolos virus berkembangbiak di dalam sel inang virus juga kebal obat anti virus, adanya virus influenza, H5N1 atau H1N1, yang kebal obat Tamiflu, Oseltamivir pada obat antivirus influenza Tamiflu, menghambat neuraminidase, yaitu protein enzim yang ada pada permukaan virus,prosesnya oseltamivir menempel pada sisi aktif enzim neuraminidase itu sehingga enzim neuraminidase menjadi tidak aktif, neuraminidase di dalam sel mengakui telah melepaskan virus yang baru terbentuk sehingga virus baru ini menyebar luas hingga menginfeksi sel yang lain,
virus baru awalnya menempel pada permukaan sel melalui residu asam sialat ,guna melahirkan virus baru dari membran sel inang, neuraminidase memotong motong residu asam sialat , Jika aktivitas neuraminidase dihadang oleh oseltamivir Tamiflu , maka virus yang baru lahir tidak mampu menyebar , bila oseltamivir gagal menghadang aktivitas neuraminidase, virus menyebar dari sel yang satu ke sel yang lain, meskipun diberikan obat Tamiflu, pada penderita yang terinfeksi H5N1 dan H1N1 namun kebal Tamiflu maka penderita akan meninggal, Virus influenza mampu kebal Tamiflu sebab telah terjadi mutasi pada gen neuraminidase, yaitu gen penyandi protein neuraminidase,mutasi adalah perubahan basa nukleotida pada molekul DNA atau gen, seperti , perubahan basa sitosin (C) menjadi basa timin (T), perubahan basa ini menyebabkan perubahan sandi genetik yang selanjutnya mengubah residu asam amino dari protein yang disandi, Gen neuraminidase berukuran 1.362 pasang basa dan menyandi protein neuraminidase, yang terdiri atas 454 residu asam amino,mutasi C menjadi T pada basa nukleotida yang ke-763 mengubah residu asam amino yang ke-454 pada protein neuraminidase dari histidin menjadi tirosin, selanjutnya tempat penempelan oseltamivir pada protein neuraminidase berubah sehingga oseltamivir tidak lagi mampu terikat pada neuraminidase , maka , aktivitas neuraminidase tidak dapat dihentikan , mutasi yang mengubah residu ke-294 dari asparagin menjadi serin, Mutasi yang mengubah residu asam amino ke-292 dari arginin menjadi lisin untuk itu guna mencegah timbulnya mutasi virus influenza, maka sekuen atau urutan basa nukleotida DNA virus yang sedang berjangkit harus dianalisa , Perubahan gen neuraminidase perlu dimonitor untuk mencegah virus resisten pada Tamiflu,
dr Anne Schuchat dari Center dari Disease Control and Prevention mengatakan bahwa untuk mencegah penyebaran virus A-H1N1, obat untuk flu Tamiflu dan Relenza,hanya diberikan pasien berisiko komplikasi bukan sebagai pencegahan, juga diberikan pada pasien asma ,pasien penyakit jantung,pasien yang berisiko tinggi tertular, yaitu wanita hamil, anak berusia di bawah 5 tahun, agar virus tidak menjadi kebal ,
seperti yang tertulis pada Lancet Infectious Diseases, Jane Burch dari University of York dan
organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pasien sehat yang terserang flu A-H1N1 tanpa komplikasi tidak perlu diberikan anti-virus,juga menganjurkan pasien kronis,anak-anak berusia di bawah 5 tahun,wanita hamil ,penderita diabetes,asma ,untuk menggunakan:
Relenza Zanamivir obat hirup segala jenis virus influenza A , buatan GlaxoSmithKline, lisensi dari Biota Australia, Tamiflu obat segala jenis virus influenza A buatan Roche Swiss lisensi dari Gilead Sciences Inc., obat ini memotong setengah hari durasi sakit sebab Influenza selama 1 minggu, Relenza mengurangi rasa sakit selama 1 hari ,
virus H1N1 yang resisten obat antiviral oseltamivir (Tamiflu) berdasar tes laboratorium.
Meski begitu, virus-virus yang ditemukan di tiga pasien yang telah sembuh masih tetap sensitif dengan obat zanamivir ,ketika terjadi pandemi virus H1N1 , virus H1N1 ini sudah pernah dievaluasi Global Influenza Surveillance Network ,sedang virus lain sensitifitas dengan oseltamivir dan zanamivir, namun resistensi obat ini hanya terjadi di daerah tertentu saja,
CSL Ltd sebagai perusahaan pembuat vaksin dari Australia, mengatakan bahwa 1 dosis vaksin sudah cukup kuat melindungi pasien dewasa dari penularan virus flu A-H1N1, 96 % pasien dewasa, yang telah mendapat vaksin sebanyak 1 dosis, dari CSL Ltd sudah terlindungi dari flu musiman, Hasil penelitian peneliti Australia juga dibenarkan ahli dari National Institute of Health (NIH), NIH memberikan 1.000 pasien dewasa 1 kali imunisasi vaksin langsung memberi perlindungan selama 10 hari ,penderita akan mendapat 1 kali vaksinasi flu musiman dan vaksin kedua untuk melawan flu A-H1N1, dilanjutkan 2 dosis setelah sebulan sebab jenis virus A-H1N1 baru ini berbeda dengan virus flu yang populer secara genetik,
Thomas Abraham, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di jenewa , menyelidiki adanya virus flu babi H1N1 yang resisten Oseltamivir nama dari obat Tamiflu buatan Roche dan Gilead Sciences Inc , pada pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, pasien yang menjalani kemoterapi , menderita HIV, strain virus yang kebal obat ini telah menyebar dari seseorang ke orang lain, U.S. Centers for Disease Control and Prevention membicarakan kasus H1N1 yang resisten terhadap Tamiflu di Duke University Hospital di North Carolina, Norwegian Institute of Public Health, mengatakan bahwa mutasi mempengaruhi kemampuan virus untuk masuk lebih dalam lagi ke sistem pernafasan,
wakil Direktur CDC Divis Influenza Dr. Daniel Jernigan dan Dr. Jay Butler, pejabat Centers for Disease Control and Prevention mengatakan bahwa vaksin penangkal flu A-H1N1 tersedia dalam bentuk semprotan hidung FluMist, yang digunakan hanya bagi anak anak dan orang dewasa sehat usia 2 hingga 49 tahun, sedang yang menderita flu A-H1N1 parah dengan komplikasi, anak di bawah 2 tahun,penyakit pernapasan kronis , wanita hamil, penderita asma , Juan Lubroth, petugas veteriner dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).walaupun belum ada penyebaran virus H1N1 pada unggas dan babi, jika hewan yang terjangkit H1N1 juga terinfeksi virus lain, maka akan terjadi koalisi virus, walau telah sembuh, namun virus flu A-H1N1 masih tetap berada di dalam tubuh pasien,virus H1N1 ditemukan pada kalkun pada 2 peternakan di dekat Pelabuhan Valparaiso, Cile, penularan terjadi dari pekerja peternakan ke unggas, menetapkan karantina unggas yang terinfeksi untuk disembuhkan,setelah sembuh maka aman dikonsumsi ,
produsen obat Sinovac menjual vaksin flu A-H1N1 seharga 30 dollar AS, yang berdosis rendah namun efektif melawan virus A-H1N1,
Virus H1N1 tidak berhubungan dengan cuaca,sebab virus ini muncul di berbagai negara yang ber temperatur panas dan dingin, penyebaran penyakit Swine influenza atau flu babi yang disebabkan virus influenza H1 N1 ini bermula di Meksiko, gejala flu babi yaitu diare, mual , muntah,demam 39 derajat Celsius, batuk, pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan, sesak napas, cara penularan penyakit Swine influenza atau flu babi melalui kontak langsung atau melalui udara dengan masa inkubasi 3 hingga 5 hari, sebelumnya Virus H1 N1 hanya menginfeksi hewan babi,tetapi virus ini mengalami mutasi strain genetiknya berubah, yang kemudian menular kepada manusia,
ramuan Cina yang berasal dari kitab kuno Fang Gan Tang , mampu melenyapkan kelembaban dalam tubuh yang menyebabkan mual dan diare ,menurunkan panas, membuka pori-pori kulit ,
meningkatkan chi pada permukaan kulit (Wei Qi) mampu memperbaiki kondisi dalam tubuh pasien yang lembab, juga mencegah badan dari patogen dari luar, dalam kitab kuno Fang dan Tang, ada 2 resep guna mengatasi flu babi ini yaitu tanaman Ge Gen, Huo Xiang, Huang Qin, Huang Qin untuk pencegahan sedang Ge Gen, Huo Xiang, mengobati pasien yang positif menderita virus H1 N1, Tanaman Huang Qin atau Astralagus membranaceus , yang dipakai adalah batangnya,
untuk meredakan panas dan lembab, tanaman ini berpengaruh pada meridian organ usus besar, paru-paru, lambung, empedu, Ge Gen, atau Pueraria spp, yang dipakai pada bagian batangnya ini untuk meredakan diare,membuka pori-pori,meningkatkan cairan , mengeluarkan patogen dari dalam tubuh, bunganya menjadi alkohol tanaman ini berpengaruh pada meridian organ lambung dan limpa untuk nyeri pada tengkuk, Huo Xiang atau Agastache rugosa , memakai bagian batang yang ada di atas tanah, berbau tajam ,hangat , mampu mengatasi rasa mual, menghilangkan lembab, menetralkan dehidrasi, tanaman ini berpengaruh pada meridian organ paru-paru, pencernaan, lambung, tidak disarankan bila perut terasa panas, pasien dilarang mengonumsi makanan gorengan, es, santan,
REAKTIVITAS ANTIBODI MONOKLONAL TERHADAP VIRUS FLU BURUNG SUBTIPE H5N1
Virus Highly pathogenic avian influenza (HPAI) strain H5N1 menjadi pemicu morbiditas dan mortilitas populasi hewan ternak unggas di negara Asia, Eropa dan Amerika pada tahun 2003,
virus ini terus menerus ber-evolusi nsehingga mengubah antigenisitasnya dan
mempengaruhi daya proteksi silang vaksin yang sedang dipakai,
Saat ini virus H5N1 masih bersirkulasi tanpa memicu mortalitas yang tinggi
pada unggas domestik, ini disebabkan vaksinasi npada hewan ternak unggas secara besar besaran,
Virus H5N1 yang diisolasi dari masalah pasien di negara asia tenggara
memiliki karakter molekuler yang berasal dari ayam (avian origin),
metode pemantauan yang dipakai adalah tes penapisan (rapid test).
Antibodi monoklonal pada penapisan (rapid test) influenza ini adalah
antibodi monoklonal yang khusus terhadap protein M dan NP yang conserved diantara virus influenza. Antibodi monoklonal ini hanya mampu membedakan tipe virus influenza saja, Untuk membedakan subtipe dipakai metode RT PCR terhadap gen HA dan NA sekaligus untuk analisa pasti infeksi H5N1 bersama dengan kultur dan isolasi virus pada sel Madine Darby Canine Kidney (MDCK) ataupun pada telur ayam berembrio,Kedua metode ini memerlukan
waktu yang relatif lama maka perlu metode diagnostik virus flu burung subtipe H5N1 yang lebih cepat , Penelitian bertujuan untuk menguji suatu panel antibodi
monoklonal yang sudah dikonstruksi dan dihasilkan pada penelitian sebelumnya
terhadap virus H5N1 yang bersirkulasi di negara asia tenggara. sehingga bisa
memantau sirkulasi virus flu burung subtipe H5N1 di negara asia tenggara,
Virus yang dipakai untuk menguji panel antibodi monoklonal adalah virus flu
burung subtipe H5N1 yang diisolasi dari spesies unggas ayam di negara asia tenggara (C1787T). Virus ini di propagasi terlebih dahulu dalam telur ayam berembrio (TAB) usia 9 hari dengan volume 100 µl virus / TAB pada amnion dan diinkubasikan pada suhu 37ºC. Embrrio yang mengalami kematian, TAB diletakkan pada suhu 4ºC semalam kemudian dipanen dan diambil cairan amnion dan di sentrifugasi 3000 RPM 5 menit dan kemudian diinaktivasi dengan 0,1-0,2 % formalin v/v. prosedur ini dilakukan di dalam fasilitas ABSL-3 Avian
Influenza Research center (AIRC) Untuk mengetahui titer virus dilakukan uji Hemaglutinasi (HA),
Produksi protein Hemaglutinin HA rekombinan vrius H5N1 C1787T mengikuti prosedur kloning dan transformasi standar untuk bakteria, seperti pada penelitian sebelumnya. pemurnian plasmid memakai protokol midi preps kits sesuai dengan protokol perusahaan penyedia reagen (Marligen Biosciences, Rockfille, USA), transfeksi dengan TransIT-LT1 transfection reagent (Mirus, USA) dan ekstraksi dengan Mem-PER Eukaryotic membrane protein extraction reagent kit (Pierce, Rockford, USA).
ELISA
Protein rekombinan hemaglutinin virus H5N1 isolat ayam C1787T dipakai sebagai
antigen. Plate ELISA Nunc Maxisorb® microtitre plates (VWR International,
Darmstadt, Germany) dilapisi dengan antigen itu dengan pengenceran 2000x dalam PBS dan diinkubasi pada 4 ° C selama semalam. Sesudah membuang kelebihan antigen, plate kemudian dicuci dengan 0.05 % PBST. Plate selanjutnya di blok memakai 3% skim milk dalam PBS. Antbodi monoklonal terhadap hemaglutinin H5N1 yang sudah diencerkan 2000x dalam 1 % skim milk-PBST, selanjutnya ditambahkan pada tiap well plate ELISA dan diinkubasikan pada
suhu ruang selama 1 jam dan kemudian dicuci 3x dengan 0,05 % PBST. Antibodi
sekunder teridiri dari HRP-goat anti mouse IgA (α) -(KPL,goat anti Mar mouse IgM (µ) (KPL, Maryland, USA) HRP-goat anti mouse IgG (H+L) (Jackson Immuno Research, Baltimore, USA), kemudian ditambahkan pada tiap well dan diinkubasikan pada suhu ruang selama 1 jam dan dicuci dengan 0,05 % PBST
3 kali. Larutan 3.3’,-tetramethylbenzidine5.5’ (TMB) (Sigma, Missouri, USA) kemudian ditambahkan dan diinkubasikan pada suhu ruang selama 15-30 menit. Optical density kemudian dibaca memakai ELISA readerdengan panjang gelombang 450 nm7,
HASIL Uji ELISA memberikan data yaitu :
Tabel Hasil uji ELISA panel antibodi monoklonal terhadap virus H5N1 isolat ayam (C1787T) di negara asia tenggara tahun
Antibodi
Monoklonal rHA C1787T rHA WZ83
26-1 0,068 0,572
36-4 0,082 0,89
42-2 0,067 1,05
59-6 0,062 0,298
82-4 2,64 0,881
85-1 0,069 0,465
95-8 0,066 3,024
99-10 0,313 2,47
102-1 0,892 0,277
103-4 0,9 0,462
104-7 0,414 2,938
105-11 0,072 0,569
108-1 0,255 0,803
119-12 0,121 0,609
148-11 0,068 1.012
162-5 1,452 2,66
164-13 0,062 2,881
173-11 0,157 1,569
176-4 2,715 1,626
177-3 0,065 0,047
182-3 0,352 0,04
209-1 0,069 0,039
211-3 0,576 0,042
218-1 2,767 0,055
228-3 1,819 0,057
229-10 1,915 0,051
Keterangan:
rHA WZ83: protein rekombinan hemaglutinin
virus H5N1 yang dipakai untuk menghasilkan
antibodi monoklonal pada penelitian ini. l
rHA C1787T: protein rekombinan hemaglutinin
virus H5N1 isolat ayam yang diisolasi di negara asia tenggara ,
Tabel Hasil diagnosa Statistik Univariate (Anova) Hasil Uji ELISA
Type III
Sum of
Squares
Source df Mean Square F Sig
Corrected Model 21.797a 26 .838 .806 .706
Intercept 36.565 1 36.565 35.163 .000
antibodimonoklonal 20.758 25 .830 .798 .711
Rekombinan 1.039 1 1.039 .999 .327
Error 25.997 25 1.040
Total 84.359 52
Corrected Total 47.794 51
a. R Squared = .456 (Adjusted R Squared = -.110)
Propagasi atau inokulasi virus influenza adalah tehnik analisa infeksi virus bila
memakai spesimen klinis dengan kualitas baik. Inokulasi virus influenza pada telur ayam berembrio (TAB) atau dengan kultur sel bersamaan dengan tehnik identifikasi virus melalui metode imunologi atau metode genetik (contoh dengan metode PCR) adalah metode analisa virus influenza,
Untuk masalah infeksi virus H5N1, walaupun gejala awal infeksi H5N1
pada pasien memiliki spektrum luas dan dapat bersifat tidak khas yakni dari
asimtomatis atau gejala seperti influenza ringan hingga ke pneumonia berat
sampai pada kegagalan organ, gejalanya pada kelainan darah,saluran cerna ,
tujuan inokulasi virus untuk menghasilkan virus dengan jumlah banyak yang dapat dipakai untuk pengujian , seperti karakterisasi genoma dan suatu antigen serta untuk penyiapan suatu vaksin atau uji kepekaan obat ,
Virus influenza dari inang burung (avian) dapat tumbuh pada telur ayam berembrio. Virus influenza yang berasal dari inang mamalia tidak dapat tumbuh
dengan baik pada telur ayam berembrio, tetapi dapat tumbuh baik pada kultur sel,
Virus H5N1 isolat avian dapat juga ditumbuhkan pada bagian amnion dari TAB karena bagian ini memiliki reseptor asam sialat α2,6, pada propagasi virus H5N1 isolat mamalia, kultur sel MDCK berperan,
virus H5N1 yang dipakai untuk melakukan pengujian panel antibodi monoklonal berasal dari virus H5N1 yang diisolasi dari ayam di daerah endemik virus H5N1. Oleh karena itu metode inokulasi yang dipakai pada penelitian ini tetap dengan memakai telur ayam berembrio (TAB),
Virus influenza subtipe H5N1 adalah virus influenza ada pada spesies burung (avian origin). virus H5N1 yang diisolasi dari inang mamalia dan dari pasien
masih memiliki karakter molekuler yang homolog dengan virus H5N1 yang diisolasi dari ayam,
Cina adalah negara yang memiliki jumlah subtipe virus Influenza yang lebih
banyak dari negara lain, sehingga pemantauan virus yang berkembang di negara
itu, bisa menjadi awal penyebaran baik melalui burung migrasi , menjadikan virus
Influenza yang baru dari dari negara itu ,Salah satu di antaranya virus WZ83
(A/duck/Hokkaido/2010 (H5N1) yang tergolong dalam clade 2.2.
Panel antibodi monoklonal yang sudah dihasilkan adalah panel antibodi
monoklonal yang khusus terhadap protein HA virus influenza A subtipe H5N1 itu.
Antibodi monoklonal yang khusus terhadap HA yang berasal dari virus H5N1 dengan clade yang bebeda sudah banyak dilakukan dalam penelitian untuk memantau sirkulasi virus H5N1 yang ada di Asia Tenggara,
Salah satu tolok ukur keberhasilan inokulasi virus H5N1 pada TAB bila terjadi
kematian pada embrio.Telur yang mengalami kematian embrio itu,
kemudian dilakukan pemanenan virus melalui pengambilan cairan alantoisnya
sesudah sebelumnya disimpan pada suhu 4° C,
Virus H5N1 adalah virus yang memiliki patogenisitas tinggi sehingga akan terjadi
kematian embrio kurang dari tiga hari atau 32 jam, rata-rata dua hari. Semakin patogen virusnya, maka akan diperoleh kematian yang lebih cepat dan dapat menghalangi proses replikasi virus selanjutnya. maka propagasi virus H5N1 memerlukan jumlah TAB yang besar agar diperoleh titer virus yang tinggi. walaupun inokulasi pada TAB dapat tidak berhasil disebabkan adanya
kontaminasi bakteri namun dengan pemakaian TAB yang specific pathogen free
(SPF) dapat mengurangi resiko ini. , propagsi atau inokulasi virus H5N1 pada
TAB, akan diperoleh titer virus yang lebih tinggi dibandingkan dengan kultur sel Madine Darby Canine Kidney (MDCK),
Pengambilan cairan alantois ini unuk memperoleh virus H5N1 yang
kemudian dipakai sebagai antigen pada ELISA dan uji HI pada penelitian ini,
ELISA adalah uji serologis yang .mendeteksi antigen /antibodi.terhadap virus
influenza A. Kit ELISA komersial untuk pengujian penyakit influenza yang sudah
tersedia adalah kit ELISA untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap protein
nukleoprotein (NP). Demikian pula kit ELISA yang dipakai mendeteksi keberadaan
antigen virus ini, memakai panel antibodi monoklonal, terhadap protein
matriks (M) atau nukleoprotein (NP). Kedua jenis protein ini adalah protein yang
memiliki urutan asam amino yang conserved di antara semua subtipe virus influenza A. maka mengalami kesulitan dalam interpretasi hasil, karena tidak dapat membedakan subtipenya. sehingga hasil yang positif pada uji ini, harus
dilanjutkan dengan uji HI untuk menetapkan subtipe HA nya, seperti untuk membedakan H5 atau H7.,
Uji ELISA yang dipakai pada penelitian ini adalah uji ELISA dengan metode indirect (tidak langsung). Uji ELISA pada penelitian dilakukan untuk mengetahui reaktivitasnya terhadap virus H5N1 yang bersirkulasi di negara asia tenggara.
Pada penelitian ini, panel antibodi monoklonal diuji terhadap virus H5N1 isolat
ayam negara asia tenggara C1787T (clade 2.1.3.) dan dibandingkan dengan virus homolog (WZ 83). walaupun clade virus yang dipakai untuk menghasilkan antibodi monoklonal berbeda, namun dari hasil ELISA panel Mab masih
dapat mengenali virus yang diuji. Ini diketahui dengan hasil diagnosa
memakai Anova yang mengatakan bahwa panel antibodi monoklonal dapat
bereaksi baik terhadap virus homolog maupun terhadap virus yang beredar di negara asia tenggara. Hasil diagnosa menunjukkan tidak ada perbedaan yang menonjol oleh karena p>0.05. ini menandakan antibodi monoklonal ini mengenali epitope yang conserved dari protein HA sehingga mampu
mengenali virus influenza A subtipe H5 dari berbagai clade yang berbeda dan dapat dipakai sebagai alat diagnostik maupun monitoring sirkulasi virus H5N1 di negara asia tenggara,
MUTASI VIRUS FLU BURUNG H5N1 BERDASARKAN MOLEKULAR
Flu Burung atau Avian Influenza atau fowl plaque pertama kali dikenal sebagai penyakit infeksius pada burung yang menyerang ayam di Italia pada tahun 1878. Schafer Sejak tahun 1955 meneliti bahwa penyakit yang menyerang unggas dengan derajat keparahan yang sangat bermacam ragam, mulai dari infeksi yang
bersifat asimptomatik sampai penyakit fatal dan bersifat multisistemik ini dipicu oleh virus Influenza A, sejak terjadinya wabah Flu Burung di Hongkong pada tahun 1997 maka wabah itu mulai menyebar hampir ke seluruh negara di dunia. Bahkan akhir tahun 2003, virus Avian Influenza subtipe H5N1 sudah menyebar di peternakan unggas beberapa negara negara di Eropa , Afrika,Asia seperti China, Kamboja, Korea, Jepang ,Vietnam, Thailand dan negara negara asia tenggara,
virus Avian Influenza bisa menyerang manusia yang dipicu karena terjadi penularan virus Avian Influenza dari unggas ke manusia,antaranya meninggal dunia,Virus Influenza A mudah bermutasi, terutama pada fragmen Neuraminidase (NA) dan Hemaglutinin (HA) , ada 16 subtipe HA, H1 – H16 dan 9 subtipe NA, N1 –N9 yang dipicu karena virus ini mampu mengubah diri melalui proses antigenic shift, dan antigenic drift ,
Mutasi yang meliputi insersi,substitusi, delesi adalah mekanisme yang memicu
variasi virus influenza, ini dipicu karena enzim polimerase virus influenza (virus RNA) tidak mampu proofreading sehingga berperan dalam kesalahan
replikasi sekitar satu basa dalam setiap 104 basa, ini memicu perubahan komposisi genetik virus saat bereplikasi pada manusia maupun hewan sehingga bisa memicu strain virus baru,
Virus Avian Influenza memiliki delapan gen yang terdiri dari gen Hemaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA) yang adalah gen Nonstruktural (NS) ,Polimerase B2 (PB2) , gen eksternal; gen Matriks (M); Nukleoprotein (NP); Polimerase A (PA); Polimerase B1 (PB1), yang adalah gen internal, Ke delapan gen ini masing-masing memiliki Open Reading Frame (ORF), sehingga ekspresi proteinnya tidak tergantung satu sama lainnya,
Glikoprotein HA berperan terhadap inang/induk atau induk restriction
perpindahan virus AI H5N1dan patogenisitasnya, Pengikatan dan infeksi sel
epitel saluran pernafasan manusia penting untuk perpindahan virus influenza unggas ke manusia, Glikoprotein HA memperantarai perlekatan virus ke reseptor yang mengandung asam sialat pada permukaan sel inang/induk dan fusi envelop virus dengan membran sel,
bahwa pertukaran spesifisitas reseptor dari SAα2,3Gal (unggas) ke SAα2,6Gal (manusia) adalah faktor utama penentu virus influenza A melewati barrier spesies, Mutasi satu atau dua asam amino dalam glikoprotein HA ternyata cukup untuk mengubah spesifisitas reseptor virus AI dari unggas ke manusia, Virus avian influenza akan beradaptasi pada inang/induk manusia jika pada
posisi 193 glikoprotein HA diisi oleh Arginin di tempat pengikatan reseptornya , bahwa mutasi asam amino glikoprotein HA pada area pengikatan reseptor bisa mengubah pengenalan reseptor sel oleh virus dari SA-2,3Gal menjadi SA-
2,6Gal. Protein HA berperan penting dalam menentukan patogenisitas virus AI
H5N1 karena pada regio cleavage site gen HA jika diisi asam amino basa tunggal akan dipecah oleh protease inang/induk secara terbatas sehingga infeksinya tidak parah atau asimptomatik, sebaliknya gen HA dengan beberapa asam amino basa pada regio cleavage site akan dipecah oleh ubiquitous protease sel inang/induk bisa pemicu infeksi parah atau sistemik,
Hewan percobaan kera (Macaca fascicularis) dipakai untuk menampakkan infeksi virus influenza pada manusia , karena adanya kemiripan fisiologis dengan manusia dan kesamaan letak reseptornya, ayam (Gallus sp.) sebagai hewan percobaan penelitian virus avian influenza juga dipakai, inang/induk alaminya dipakai sebagai hewan percobaan pada penelitian infeksi , hewan percobaan ferret (Mustela putorius) adalah gold animal untuk penelitian infeksi virus influenza yang berasal dari manusia karena bisa memicu gejala yang mirip seperti kejadian pada manusia dan kesamaan reseptor dengan manusia,
potensi virus H5N1 yang bisa beradaptasi pada manusia baik melalui reassortment atau mutasi , penelitian tentang perubahan virus Avian Influenza H5N1 pada ayam untuk mewakili unggas , kera dan ferret untuk mewakili mamalia, terutama pada pola mutasi gen Hemagglutinin, model perpindahan virus
Avian Influenza subtipe H5N1 asal penderita manusia dari unggas ke mamalia, dan dari mamalia ke unggas sehingga bisa dipakai sebagai dasar penelitian yang berkaitan dengan perpindahan virus AI, tentang cara pencegahan terbaik penularan virus Avian Influenza subtipe H5N1 antar spesies, 0
Penelitian dilakukan melalui dua tahap, Tahap pertama infeksi virus H5N1 asal manusia kode D4 pada hewan percobaan kera, feret dan ayam, T tahap kedua
dilakukan infeksi virus isolat asal hewan percobaan kera pada hewan percobaan ayam, dipakai 3 jenis hewan percobaan yaitu empat ekor kera (Macaca Fascicularis) SPF , yaitu 2 ekor diinfeksi virus dan 2 ekor diberi PBS steril
sebagai control; 15 ekor ayam (Gallus sp.), 6 ekor diinfeksi virus H5N1 kode D4, 6 ekor diinfeksi isolat virus asal hewan percobaan ayam, 3 ekor diberi PBS steril sebagai kendali dan 4 ekor ferret (Mustela putorius) yaitu 2 ekor feret diinfeksi virus H5N1 kode D4 dan 2 ekor diberi PBS steril sebagai kendali,
Untuk menginfeksi hewan percobaan kera dan feret diperlukan bahan-bahan berupa isolat virus AI subtipe H5N1 asal manusia (kode D4), Ketamine dan PBS steril. Bahan untuk menginfeksi ayam diperlukan bahan berupa isolat virus AI subtipe H5N1 asal manusia, virus AI subtipe H5N1 yang diisolasi dari
hewan percobaan kera dan PBS steril, Bahan yang diperlukan untuk menginfeksi hewan percobaan feret yaitu virus AI subtipe H5N1 asal manusia, Ketamine, Xylazine dan PBS steril. Infeksi virus H5N1 pada hewan percobaan kera dilakukan secara intranasal, tonsil dan intraokular dengan dosis sebesar 2,5 x 104 TCID50 yang diencerkan dalam PBS steril 5 ml. Infeksi pada feret dilakukan secara intranasal dengan dosis 107 PFU yang dilarutkan dalam 500 μl PBS steril. Hewan percobaan ayam diinfeksi melalui intratrakhea dengan dosis 106 TCID50 yang dilarutkan dalam 500 μl PBS. Isolat sheding virus diperoleh dengan cara mengambil swab nasal dari hewan percobaan kera, swab trachea dari hewan percobaan ayam dan nasal wash dari hewan percobaan feret. Isolat yang diperoleh kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit dan diambil bagian supernatant, Isolat yang diperoleh dari hewan percobaan
ayam kemudian diinokulasikan pada TAB umur 9-11 hari, sedang isolat dari hewan percobaan kera dan feret diinokulasikan pada sel MDCK yang sudah konfluen, Hasil panen cairan alantois TAB dan media sel MDCK sesudah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit, kemudian dilakukan uji HA untuk mengetahui titer hemaglutinin isolat virus sebagai langkah awal deteksi virus H5N1, Hasil uji HA positif kemudian diteruskan dengan RT-PCR gen
Hemaglutinin virus H5N1 memakai primer spesifik untuk gen Hemaglutinin (HA)
dan jika positif diperoleh pita sekitar 1780bp melalui proses elektroforesis. Untuk
mengetahui urutan nukleotida gen HA hasil RT-PCR kemudian dilakukan sekuensing melalui tahapan purifikasi produk PCR, presipitasi dan aplikasi produk PCR ke mesin sekuensing. Hasil sekuensing kemudian dianalisa memakai program Genetic Win untuk memperoleh urutan nukleotida gen HA
dan dilakukan penjajaran urutan asam amino gen HA antara isolat dari hewan
percobaan kera, feret dan ayam dengan virus H5N1 asal manusia kode D4. penjajaran juga dilakukan antara urutan asam amino gen HA isolat asal hewan percobaan ayam yang diinfeksi virus isolat asal hewan percobaan kera dengan
isolat asal hewan percobaan kera,
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pola mutasi virus Flu Burung
H5N1 pada berbagai inang/induk berdasar penelitian molekular fragmen Hemaglutinin, perpindahan atau infeksi virus dilakukan melalui dua tahap penelitian, Tahap pertama dilakukan infeksi virus Avian Influenza subtipe H5N1 dengan kode D4 pada hewan percobaan kera, ferret dan ayam, sesudah masa inkubasi masing-masing hewan percobaan diisolasi virus “shedding”. Virus
shedding dilakukan pengujian dan identifikasi untuk mengetahui perubahan atau mutasi pada fragmen Hemaglutinin (gen HA) melaui penjajaran urutan asam amino virus shedding dengan virus asal. Pada tahap kedua dilakukan
infeksi isolat virus asal hewan percobaan kera pada hewan percobaan ayam, virus shedding yang diperoleh dilakukan pengujian yang sama dengan tahap pertama.
kondisi hewan percobaan kera sesudah diinfeksi virus H5N1 asal manusia, sampai dengan analisa berakhir tidak menampakkan gejala sakit dan tidak terjadi
kematian hewan percobaan kera. Pengambilan swab dari hewan percobaan kera dilakukan setiap hari selama sepuluh hari analisa, .dan contoh swab yang menampakkan hasil .positif diperoleh dari pengambilan hari pertama sesudah infeksi dari kedua hewan percobaan kera. Hasil uji HA swab kera menampakkan titer HA sebesar 210 untuk kedua hewan percobaan kera, kemudian kedua
contoh itu dilakukan RT-PCR dan dari .hasil PCR diperoleh pita DNA sepanjang 1776 pasang nukleotida (bp). M 1 2 3
Elektroforesis DNA gen Hemaglutinin. DNA yang dihasilkan sebanyak 1776 pb. M = marker (1 kb ladder),1= kontrol negatif, 2 dan 3
contoh kera FA dan FB Hasil PCR ini kemudian diteruskan dengan sekuensing untuk menentukan urutan nukleotida gen hemaglutinin virus shedding
D4 pada kera.
Hasil penjajaran urutan nukleotida gen HA dari isolat virus shedding dengan urutan nukleotida gen HA virus D4 menampakkan homologi sebesar 97,8 % atau terjadi mutasi 2,2% untuk hewan percobaan kera kode FA, dan homologi sebesar
97,1% atau 2,87% untuk hewan percobaan kera kode FB.
kemudian urutan nukleotida yang diperoleh dilakukan prediksi susunan asam
amino dari kodon awal yang mengkode asam amino metionin. Jumlah asam amino yang menyusun protein hemaglutinin sebanyak 560 asam amino. kemudian dari hasil urutan asam amino yang diperoleh dilakukan
penjajaran urutan asam amino gen HA virus asal manusia (kode D4) dengan
urutan asam amino gen HA isolat virus hewan percobaan kera untuk mengetahui mutasi yang terjadi saat virus diinfeksikan pada hewan percobaan kera. Jumlah mutasi asam amino yang terjadi pada hewan percobaan kera kode FA sebesar 1,93%, sedang mutasi pada hewan percobaan kera kode FB 3,51%. penjajaran asam amino gen HA virus D4 dengan virus shedding kera FA dan FB .
Protein hemaglutinin memiliki regio khusus yang dinamakan regio cleavage site yaitu regio tempat dimana terjadi pembelahan (cleavage) gen HA0 menjadi HA1 dan HA2 sehingga virus influenza menjadi infektif saat terjadi infeksi virus. Berdasar análisis penjajaran protein hemaglutinin, virus kode D4 yang dipakai dalam penelitian ini menampakkan multiple base amino acid (asam
amino basa berulang) pada cleavage site gen HA yang sesuai dengan gambaran virus HPAI. Urutan asam amino regio cleavage site virus kode D4 yaitu Pro (prolin), Gln (glutamin), Arg (arginin), Glu (glutamat), Ser (serin), Arg
(arginin), Arg (arginin), Lys (lisin), Lys (lisin), Arg (arginin), Gly (glisin) dan Leu
(leusin) atau PQRESRRKKRGL. Analisa penjajaran antara protein HA virus D4 dengan virus yang diperoleh dari hewan percobaan kera (kera FA dan FB), nampak terjadi mutasi asam amino pada regio cleavage site yaitu
asam amino nomor 341 yang semula menjadi Glisin (mutasi S341G) pada isolat
yang berasal dari kera kode FB. Sementara isolat dari hewan percobaan kera kode FA tidak ,
Protein hemaglutinin memiliki area khusus untuk pengikatan reseptor sel yang
dinamakan receptor binding domain (RBD), yaitu bagian RBD itu memiliki urutan asam amino khusus yang tidak mudah bermutasi dan jika mengalami mutasi akan memicu perubahan pengenalan reseptor sel inang/induk dinamakan asam amino conserved, asam amino conserved di bagian RBD menampakkan mutasi yaitu pada posisi 216 dari Isoleusin menjadi Valin (I216V), asam amino nomor 225 dari Leusin menjadi Serin (L225S) dan asam amino nomor 228 dari Lisin menjadi Arginin (K228R) diperoleh dari isolat hewan percobaan kera kode FA. isolat dari hewan percobaan kera kode FB menampakkan dua mutasi yaitu K228R dan I216V , Posisi asam amino tertentu pada gen HA dikenal sebagai penanda pengenalan reseptor sel inang/induk yaitu asam amino nomor 226 dan 224 berdasarkan penomoran H5 , Jika residu 224 diisi Glutamat dan 226 diisi Gisin maka virus itu lebih mengenali reseptor tipe unggas (α-2,3).
Virus kode D4 yang dipakai dalam penelitian ini memiliki residu Valin pada posisi 226 dan residu Arginin pada posisi 224 , Kedua residu asam amino pada posisi itu tidak mengalami mutasi pada hewan percobaan kera, Infeksi virus H5N1 asal manusia pada hewan percobaan feret tidak menampakkan gejala sakit kecuali saat pengambilan nasal wash ke-3 dan ke-4 hewan percobaan feret mengalami
sedikit penuruan nafsu makan ,bersin, suhu tubuh tidak mengalami peningkatan, berat badan tidak turun , Nasal wash dari hewan percobaan feret diambil setiap 12 jam selama 10 hari, dan shedding virus diperoleh dari pengambilan nasal wash ke-2 sampai pengambilan ke-8 dengan titer HA sebesar 27, Shedding virus kemudian dilakukan RT-PCR gen HA dan diperoleh pita DNA sebesar 1776
bp ,
M 1 2 3 4 5 6 7
Elektroforesis DNA gen HA virus AI H5N1 kode D4 pada hewan percobaan ferret. DNA yang dihasilkan sebesar 1776 pb. M = marker, 1,2,3,4,5,6 dan 7 contoh positif dari nasal wash ferret pada pengambilan ke 2,3,4,5,6,7 dan 8.
Hasil PCR kemudian diteruskan dengan sekuensing untuk mengetahui urutan
nukleotida gen HA virus yang diisolasi dari hewan percobaan ferret. contoh nasal wash yang diteruskan dengan sekuensing adalah nasal wash ke-4 (kode NW IV). Hasil sekuensing gen HA sesudah dianalisa dan diperoleh urutan nukleotidanya, kemudian dilakukan penjajaran dengan urutan nukleotida gen HA dari virus
kode D4 untuk mengetahui jumlah mutasi tingkat nukleotida yang terjadi. Jumlah mutasi tingkat nukleotida yang terjadi sebesar 2,80% atau homologi sebesar 97,17%. Urutan nukleotida yang diperoleh kemudian dilakukan prediksi urutan asam amino, sesudah dilakukan penjajaran dengan urutan asam amino gen HA dari virus D4 maka diperoleh hasil adanya mutasi tingkat asam amino sebesar 2,63% atau homologi sebesar 97,37%.
adanya mutasi di regio cleavage site pada asam amino nomor 341 dari asam amino Serin/S menjadi Glisin/G atau S341G. area RBD dari protein hemaglutinin virus yang diisolasi dari hewan percobaan ferret yang diinfeksi virus kode
D4 menampakkan adanya mutasi pada asam amino nomor 216 dari asam amino Isoleusin/I menjadi Valin/V (I216V), asam amino nomor 225 dari asam amino Leusin/L menjadi Serin/S (L225S) dan asam amino nomor 228 dari asam amino Lisin/K menjadi Arginin/R (K228R).
Infeksi virus H5N1 asal manusia pada 6 ekor hewan percobaan ayam menampakkan kondisi seperti pada Tabel
Tabel 1 kondisi Ayam yang diinfeksi virus H5N1 kode D4
Penga
matan
Ke
Ck-D4 Ck-D4 Ck-D4 Ck-D4 Ck-D4 Ck-D4 Kontrol
1 2 3 4 5 6
1 Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
2 Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
3 Sehat Mati Lemah Sehat Sehat Lemah Sehat
mati mati
4 Lemah Mati Sehat Perdarahan Perdarahan sehat
jengger jengger
diare diare
5 Mati, Mati, Sehat
perdarahan perdarahan
kaki kaki
6 Sehat
Shedding virus dari hewan percobaan ayam kemudian dilakukan PCR gen Hemaglutinin dan diperoleh pita DNA sebesar 1776 bp ,
Hasil PCR kemudian diteruskan dengan sekuensing untuk mengetahui urutan
nukleotida gen HA. contoh virus dari hewan percobaan ayam yang dianalisis penjajaran dengan virus kode D4 berasal dari isolat ayam no 6. Dari urutan nukleotida gen HA yang diperoleh kemudian dilakukan penjajaran dengan urutan
nukleotida gen HA dari virus kode D4, maka diperoleh perbedaan nukleotida yang terjadi sebesar 4,16%.
kemudian urutan nukleotida gen HA yang diperoleh dilakukan prediksi asam amino dan dilakukan penjajaran dengan urutan asam amino gen HA virus D4, maka diperoleh perbedaan asam amino antara gen HA virus kode D4 dengan isolat dari hewan percobaan ayam sebesar 5,09%. Data penjajaran asam amino
virus D4 dengan virus shedding ayam , Elektroforesis DNA gen HA virus AI
H5N1 kode D4 pada hewan percobaan ayam. DNA yang dihasilkan sebesar 1776 pb. M = marker, 1,2,3,5 dan 6 contoh positif dari ayam nomor
1,2,3,5 dan 6, 4 = contoh negatif dari ayam nomor
Hasil penjajaran asam amino antara virus AI kode D4 dengan isolat virus dari
hewan percobaan ayam yang diinfeksi virus D4, menampakkan adanya mutasi di regio cleavage site pada asam amino nomor 341 atau -6HA1 dari asam amino Serin/S menjadi Glisin/G (S341G). Bagian RBD protein hemaglutinin isolat
virus dari ayam yang diinfeksi virus kode D4 menampakkan adanya mutasi pada asam amino nomor 216 dari Isoleusin/I menjadi Valin/V (I216V), asam amino nomor 225 dari Leusin/L menjadi Serin/S (L225S) dan asam
amino nomor 228 dari Lisin/K menjadi Arginin/R (K228R).
Penelitian untuk mengetahui peranan inang/induk dalam mekanisme penularan virus Flu Burung antar spesies pada hewan percobaan melalui proses infeksi virus Flu Burung H5N1 pada spesies hewan mamalia (kera dan ferret) dan
unggas (ayam). Infeksi virus influenza pada inang/induk bertujuan agar virus bisa bereplikasi dengan memakai perangkat genetik yang dimiliki oleh sel inang/induk. Di lain pihak, karena virus Flu Burung adalah virus bergenoma RNA yang bersegmen, sehingga mudah mengalami mutasi saat terjadi replikasi virus di dalam sel inang/induk atau induk. saat terjadi infeksi virus Flu Burung pada inang/induk, terjadi shedding virus. Isolat ini bisa diisolasi dari trakea dan kloaka pada golongan unggas, melalui nasal pada golongan mamalia atau saat terjadi refleks bersin dan batuk. Virus shedding yang dikeluarkan itu adalah virus yang sudah mengalami adaptasi dan replikasi pada inang/induk. Virus ini jika terjadi mutasi pada waktu replikasi di dalam sel inang/induk maka mutasi itu bisa dianalisis melalui analisis genoma dari virus shedding yang diperoleh.
Mutasi yang terjadi pada genoma virus shedding itu akan bisa memicu virus
shedding mengalami perubahan sifat dari virus asal yang diinfeksikan sehingga
memungkinkan virus yang semula tidak bisa menular antar manusia berubah menjadi virus yang bisa menular antar manusia. Dasar molekuler sifat inang/induk atau induk range restriction virus avian influenza masih belum diketahui dengan jelas, tetapi glikoprotein HA adalah penentu utama pertukaran inang/induk karena .peranannya pada pengenalan reseptor sel inang/induk.
Gen HA adalah gen eksternal yang memiliki fungsi untuk mengenali reseptor
yang mengandung asam sialat pada permukaan sel sehingga akan berpengaruh
terhadap kemampuan perpindahan virus antar spesies, dan memperantarai fusi dari envelope virus dengan membran endosomal dari sel inang/induk sehingga pemicu .dikeluarkannya nukleokapsid ke dalam .sitoplasma, Di samping itu, gen HA juga banyak dihubungkan dengan patogenisitas virus terutama jika dilihat sekuen pada area cleavage site gen HA. Jika cleavage site diisi oleh residu Arginin tunggal, maka virus akan dipecah oleh protease inang/induk atau induk secara terbatas sehingga infeksinya ringan. Cleavage site jika diisi oleh multiple basic amino acid maka virus itu akan dipecah oleh protease yang jangkauannya lebih luas sehingga menghasilkan infeksi sistemik dan parah.Dalam penelitian ini, diperoleh mutasi berupa substitusi asam amino pada protein hemaglutinin/HA dengan variasi sekitar 1,5% - 3% dari virus shedding tiap spesies hewan
percobaan. Namun, untuk diagnosanya hanya difokuskan pada area kritis yang nantinya bisa menentukan kemampuan perpindahan virus .maupun patogenisitas virus. Bagian protein HA yang berperan pada patogenisitas virus
yaitu regio cleavage site, sedang area yang berpengaruh terhadap perpindahan antar spesies ada di bagian globular head protein hemaglutinin terutama pada receptor binding domain/RBD. Berdasarkan penelitian Nidom, virus AI
H5N1 yang berasal dari ayam di negara negara asia tenggara memiliki urutan asam amino pada regio cleavage site yaitu PQRERRRKKRGL sehingga digolongkan sebagai virus HPAI .karena memiliki multiple base amino acid.
bahwa isolat virus unggas dari tahun 2003-2005 sebagian besar menampakkan motif PQRERRRKKRGL pada cleavage site. Pada 2005 ditemukan isolat virus unggas dengan motif PQRESRRKKRGL yang memperlihatkan sudah terjadi mutasi R→S pada area HA1. Tiga bulan sesudah itu, pada 2005, negara negara asia tenggara mempunyai masalah manusia yang terinfeksi virus AI H5N1 untuk
pertama kalinya, dan urutan asam amino pada cleavage site dari virus Flu Burung ini memiliki motif PQRESRRKKRGL. Virus AI H5N1 kode D4 yang dipakai
dalam penelitian ini memiliki motif sekuen cleavage site PQRESRRKKRGL, sesudah diinfeksikan ke kera maka pada virus shedding kera ada adanya mutasi
S→G di cleavage site pada residu asam amino nomor 341 sehingga urutan asam amino cleavage site menjadi PQREGRRKKRG. Dalam initerjadi mutasi S341G, dari serin diganti glisin pada HA1. Mutasi yang sama .juga ada saat virus AI H5N1
diinfeksikan ke ferret dan ayam. bahwa residu asam amino nomor 341 atau HA1 yang berada di cleavage site bisa mengalami mutasi pada inang/induk atau induk
mamalia maupun unggas, saat virus shedding dari kera diinfeksikan ke ayam,
tampaknya residu nomor 341 gen HA juga mengalami mutasi dengan motif G→S
sehingga sekuen cleavage site menjadi kembali ke motif awal PQRESRRKKRGL.
Hasil ini menampakkan bahwa regio cleavage site di bagian residu nomor 341 sangat rentan mengalami mutasi saat terjadi replikasi virus pada inang/induk atau induk, bahkan saat mengalami dua kali pasase pada inang/induk atau induk yang berbeda yaitu dari mamalia ke unggas mutasi yang terjadi seperti
menata kembali motif cleavage site virus kebentuk awal. Hasil ini adalah suatu
temuan baru, bahwa adanya perubahan atau mutasi yang menari bersifat tidak permanen pada regio cleavage site gen HA virus AI subtipe H5N1 sesudah dipasasekan pada inang/induk atau induk yang berbeda. ini bisa memicu pertanyaan baru, urutan asam amino yang ditemukan pada cleavage site gen
HA virus AI H5N1 asal manusia yang ditemukan selama ini, menampakkan suatu
mutasi yang bersifat permanen atau adalah hasil mutasi yang berubah-ubah
sebagaimana yang ditemukan pada penelitian ini. Jika dibandingkan dengan ada satu isolat ayam yang ditemukan dari tahun 2007 memiliki asam amino G pada residu nomor 341/HA1 di cleavage site gen HA sehingga memiliki motif
cleavage site PQREGRRKKRGL, Berarti asam amino G pada residu 341/HA1 cleavage site gen HA virus itu bukan berasal dari mutasi R menjadi G, tetapi dari R menjadi S kemudian S bermutasi menjadi G. Jadi asam amino G pada residu 341 ada sesudah virus mengalami pasase pada 2 inang/induk atau induk berbeda, dan ada kemungkinan pasase pertama terjadi pada mamalia yang tanpa menampakkan gejala klinis.
Protein hemaglutinin adalah suatu trimer yang memiliki bagian yang dinamakan
globular head, di bagian ini terbisa tempat untuk mengikat reseptor dari sel inang/induk (receptor binding domain/RBD). Semua struktur HA memiliki konfigurasi RBD yang mirip. Tempat pengikatan-heliks pada bagian HA1 disusun oleh asam amino nomor 188-190 atau dinamakan 190-helix dan dua loop yang disusun oleh asam amino nomor 221-228 (220-loop) dan 134-138 (130-loop) , Residu
asam amino conserved di bagian RBD dari virus subtipe H1 dan H5 yang nantinya
berimplikasi terhadap spesifitas reseptor terdiri atas asam amino nomor 216, 221, 222, 225, 226, 227 , 228,98, 136, 153, 183, 190, 193 dan 194,
, jika virus D4 diinfeksikan ke kera, ferret dan ayam, maka residu asam amino di sekitar receptor binding domain yang mengalami mutasi ada pada residu nomor 228,216, 225 , kecuali kera kode FB hanya mengalami mutasi asam amino nomor 228 dan 216 ,Namun saat virus shedding kera FB diinfeksikan ke ayam maka mutasi asam amino nomor 225 muncul. ini menampakkan bahwa satu kali pasase virus pada inang/induk atau induk sudah bisa pemicu gen HA .di bagian receptor binding domain mengalami .mutasi dan mutasinya bisa lebih dari satu
asam amino. Mutasi di receptor binding .domain dengan motif Q226L atau G228S dan G228S akan pemicu virus AI H5N1 bisa mengenal reseptor tipe manusia (α-
2,6).Mutasi motif N158D, N224K dan Q226L pemicu virus AI H5N1 bisa
mengenali reseptor tipe manusia (α-2,6) dan .bisa dipindahkan antar ferret secara
aerosol.16 Ini menunjukkan bahwa mutasi di .bagian receptor binding domain sangat .berperan dalam menentukan kemampuan .virus AI H5N1 untuk bisa mengenal reseptor tipe manusia dan menular antar mamalia.
bahwa pergeseran spesifitas pengikatan ke respetor dari Siaα-2,3
menjadi Siaα-2,6 adalah tahap adaptasi virus avian influenza pada inang/induk atau induk manusia.
jika terjadi wabah virus AI H5N1 pada unggas .berulangkali, maka ada kemungkinan bisa .mendorong virus AI H5N1 bisa mengenal reseptor tipe manusia dan bisa menular antar manusia, sesudah virus avian influenza asal
bebek dipasasekan sebanyak 19 kali pada .burung puyuh ternyata terjadi mutasi 8 asam amino di area pengikatan reseptor dan virus itu bisa tumbuh pada sel epitel bronkus manusia (mengenal reseptor α-2,6), ini memperlihatkan bahwa burung puyuh bisa .berperan sebagai intermediate inang/induk atau induk .potensial untuk adaptasi virus avian influenza .sehingga virus itu bisa dipindahkan
ke manusia..Dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang membuat mutasi buatan pada beberapa asam amino melalui metoda reverse .genetic, ini pemicu virus itu .mengenal reseptor tipe manusia (α-2,6) .bahkan memicu terjadinya perpindahan virus antar ferret. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan perubahan asam amino secara buatan melainkan dilakukan infeksi virus Flu .Burung dari alam yaitu melalui proses infeksi virus D4 pada inang/induk atau induk mamalia dan unggas, dan ternyata asam amino dengan nomor yang sama tidak mengalami mutasi dari virus asalnya,
flu babi atau flu A(H1N1)
U.S. Centers for Disease Control and Prevention Dr Margaret Chan Dirjen WHO ,Thomas Abraham, juru bicara WHO di Jenewa ,mengungkapkan bahwa wabah H1N1 belum lenyap sebab virus influenza ini tidak dapat diramalkan dan masih bisa bermutasi ke bentuk yang lebih berbahaya, meskipun seseorang menderita virus ini mengalami gejala ringan seperti nyeri atau demam, lalu sembuh tanpa pengobatan,
Ma Jin-yeul, kepala Pusat Riset Pengembangan Obat Herbal KIOM,
peneliti Lembaga Perobatan Oriental Korea (KIOM) Korea Selatan meneliti obat herbal guna mengatasi flu babi atau flu A(H1N1) atau swine flu ini merupakan hasil penelitian setelah peneliti berhasil menyuntikan
ekstrak bahan baku jamu tradisional kepada tikus yang memiliki flu A(H1N1), setelah berhasil diuji cobakan pada tikus ,herbal ini dinamakan KIOM-C, kemudian herbal obat ini diuji oleh perusahaan lokal BioLeaders Corp, hasil penelitian ini diharapkan seperti obat anti-viral Tamiflu yang telah beredar , virus influenza A-H1N1 telah mengakibatkan infeksi di lebih dari 208 negara, termasuk beberapa negara Eropa Barat,Amerika Serikat, Kanada, Afrika Utara, Asia Selatan,
berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) korban tewas akibat serangan wabah influenza A-H1N1 meningkat diseluruh dunia, Virus flu A-H1N1 pertama kali terjadi di Meksiko pada April 2008 ,
Lembaga Perlindungan Kesehatan Inggris (HPA) menyatakan, beberapa pasien di Wales yang terinfeksi virus H1N1 resisten terhadap Oseltamivir ( obat antivirus Tamiflu) buatan Roche dan Gilead Sciences Inc,virus flu babi yang resisten terhadap obat Tamiflu pada pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh kurang, strain virus yang tahan obat mungkin telah menyebar ,
virus H1N1 yang resisten terhadap Tamiflu terjadi di Duke University Hospital di North Carolina, menyerang pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah,virus ini menular kepada
pasien dengan sistem kekebalan tubuh lemah seperti pasien yang menderita HIV dan menjalani kemoterapi , namun kasus virus yang resisten terhadap Oseltamivir, ini jarang terjadi,
Secara terpisah, WHO menyatakan pihaknya sedang menyelidiki apakah mutasi pada rangkaian influenza H1N1, yang dideteksi belum lama ini di Norwegia pekan lalu, mengakibatkan gejala paling parah di kalangan mereka yang terinfeksi, Norwegian Institute of Public Health,menyatakan mutasi mampu mempengaruhi kemampuan virus guna masuk ke sistem pernafasan,vaksin dan obat antivirus mampu mengatasi mutasi, virus telah bermutasi pada pasien di Ukraina, Amerika Serikat,Norwegia ,Brazil, China, Jepang, Meksiko,
Vaksin Pandemrix produksi GlaxoSmithKline memiliki kandungan adjuvant ,yaitu senyawa kimia yang menguatkan bahan aktif vaksin dan meningkatkan sistem imun tubuh,
produsen vaksin GlaxoSmithKline PLC London, Inggris mengatakan, 1 dosis vaksin mampu meningkatkan kekebalan tubuh anak dan mengatasi anak-anak dari penularan virus H1N1,
ini merupakan hasil penelitian setelah peneliti Spanyol meneliti 200 anak yang berusia 6 bulan hingga 3 tahun, Adjuvant telah lama dipakai oleh GlaxoSmithKline pada produk produk vaksin flu telah dipakai lebiha dari ribuan pasien guna mengatasi influenza biasa, penularan flu burung, swine flu,
vaksin influenza A-H1N1 yang ada sekarang adalah cara yang terbaik dalam menghadapi pandemi, namun dampak sakit kepala , otot yang kram adalah wajar,
virus A-H1N1 mengakibatkan pandemi influenza sehingga beberapa perusahaan CSL, AstraZeneca, Sanofi-Aventis, Novartis, Baxter, membuat vaksin, GlaxoSmithKline menghasilkan vaksin bagi 22 negara ,
Dr.Matthew Moore, ahli epidemiologi dari CDC mengungkapkan bahwa
penelitian ini mengungkapkan pentingnya vaksin untuk mencegah infeksi pnemokokus,
Pnemokokus adalah penyakit yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumokukus), Bakteri ini dapat menginfeksi bayi , anak-anak hingga dewasa,
di Amerika Serikat,pasien pengidap virus A-H1N1 tewas akibat Infeksi bakteri,
ini merupakan hasil penelitian setelah peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS meneliti jaringan paru 77 korban tewas yang mengidap H1N1 , hasilnya peneliti menemukan 22 korban ,7 korban mengidap infeksi Staphylococcus aureus,10 korban mengidap infeksi tambahan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae atau pnemokokus,2 korban mengidap Streptoccoccus mitis , 6 korban mengidap Streptococcus pyogenes,1 korban terinfeksi Haemophilus influenzae , faktor utama kematian adalah karena adanya Infeksi ganda bakteri patogen , 41 korban pengidap virus H1N1 baru dapat diketahui penyebabnya sebelum kematianya , 36 korban pengidap virus H1N1 baru dapat diketahui penyebabnya setelah kematianya ,seseorang yang mengidap komplikasi influenza disarankan memperoleh vaksin pnemokukus saat divaksin influenza,
pemakaian obat antivirus untuk influenza A-H1N1 sejak dini mampu mengatasi penyakit ini,namun disarankan berhati hati adanya resistensi obat, setelah pemakaian obat, sebab
Resistensi terhadap antivirus H1N1 terjadi secara sporadis, virus menjadi resistan pada obat seperti oseltamivir yang diproduksi sebagai Tamiflu oleh Gilead Sciences dan Roche Holding , namun tidak pada zanamivir obat hirup produksi Relenza dari GlaxoSmithKline,
obat antivirus untuk influenza A-H1N1 seringkali diberikan kepada pasien yang sehat ,juga
diberikan kepada pasien yang memiliki gejala ringan influenza A-H1N1, padahal, pasien dengan gejala ringan dapat sembuh tanpa pengobatan,penyakit influenza A-H1N1 akan semakin parah dan mengakibatkan kematian, jika menyerang golongan pasien lemah kekebalan tubuhnya, anak-anak, wanita hamil, dan pasien asma, diabetes, namun akan muncul risiko resistensi obat pada pasien yang berkekebalan tubuh lemah, yang sebelumnya sudah pernah diatasi dengan obat oseltamivir atau pasien yang memakai antivirus sebagai terapi pencegahan (prophylactic )